POLA DISTRIBUSI BERAS DAN KETAHANAN P ANGAN DI PROPINSI JA WA BARA T
STUDI KASUS KABUP ATEN GARUT
Disusun Oleh :
Gandhi Pawitan
Hubertus Hassan
Maria Widyarini
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN
KEPADAMASYARAKAT
UNIVERSITAS KATOLIKPARAHYANGAN
BANDUNG
2011
1. Rangkuman
Ulasan surat kabar acapkali menggambarkan realita carut marut perberasan yang belum
terselesaikan (lihat Kompas, 22 Juni 2010). Sementara itu Indonesia menghadapi tantangan
terbesar yang harus disikapi serius oleh semua aktor perberasan. Tantangan liberalisasi
perdagangan beras di kawasan perdagangan bebas ACFTA yang sudah mulai dijajaki dan paling
lambat tahun 2018 sudah dilaksanakan. Jika pemerintah tidak menyikapi secara serius, dapat
dipastikan posisi petani beras akan semakin termarjinalkan. Sikap keberpihakan pemerintah
kepada petani hanya sebatas retorika sampai dengan saat ini. Ironisnya, permasalahan ketahanan
pangan justru sering ditemukan di rumah tangga petani yang merupakan bagian net producer
beras nasional.
2
2. Pendahuluan
Sikap keberpihakan pemerintah kepada petani oleh pemerhati perberasan disinyalir masih belum
jelas pelaksanaanya. Keberpihakan pemerintah dituangkan dalam bentuk pemberian subsisi pupuk,
benih dan pestisida yang temyata gaga I meningkatkan taraf hidup petani. Artinya kebijakan
pemerintah belum menyentuh akar permasalahan petani, yaitu permasalahan pengaturan
distribusi.
Petani sebagai pemilik lahan sekaligus pemegang risiko produksi beras justru mendapatkan
bagian keuntungan yang paling minimal. Hal ini dikarenakan pasar perberasan dikendalikan oleh
para pedagang besar. Pemerintah dalam hal ini BULOG, belum berhasil melakukan intervensi
kebijakan harga perberasan di pasar nasional. Kegagalan mengimplementasikan kebijakan harga
perberasan yang berpihak kepada petani tersebut berdampak pada (1) minimnya tingkat
pendapatan yang diperoleh petani dan (2) rendahnya tarah hidup petani beras.
Pemberitaan di media menuliskan bahwa salah satu penerima raskin adalah petani beras.
Jika petani sebagai net producer beras nasional ternyata mengalami permasalahan ketahanan
pangan, maka liberasi perdagangan beras yang dicanangkan pemerintah hanya akan semakin
memperburuk nasib petani di Indonesia. Akibatnya produktivitas produksi beras nasional akan
mengalami gangguan. Sayangnya pemerintah tidak melihat permasalahan marjinalisasi petani
adalah masalah penting. Karena pemerintah terlalu mudah membuka kembali keran impor beras
manakala pasokan beras terganggu. Bukan membuat nasib petani semakin baik, malah semakin
terpinggirkan di tengah bangsanya sendiri. Pentingnya eksistensi komoditas beras dikarenakan
beras makanan pokok kita dan juga menjadi strategis karena memberikan kontribusi dalam
menjaga stabilitas ekonomi dan nasional (Sabaruddin Amrullah, 2003 : 1) ternyata dilaksanakan
pemerintah hanya sebatas menjaga stabilitas pasokan (supply) dengan keluaran (demand).
Sebenarnya pemerintah sadar dan paham bahwa ketahanan pangan di tingkat nasional
merupakan prakondisi penting dalam memupuk ketahanan pangan di tingkat rumah tangga. Oleh
karena itu, penelitian ini akan menggunakan indikator ketahanan pangan yang dimonitor dari
indikator penawaran, permintaan, stok (ketersediaan) dan perdagangan. Ketahanan pangan sendiri
dilihat dari indikator ketersediaan (kualitas dan kuantitas) pangan serta aksesibilitas masyarakat
terhadap pangan (aksesibilitas fisik/distribusi dan ekonomi). Jika kedua hal tersebut tidak dapat
3
dipenuhi maka dapat dikatakan terjadl kerawanan ketahanan pangan. Penelitian ini akan
dilaksanakan dengan melihat indikator-indikator terse but diatas
Tujuan Penelitian
Penelitian ditujukan untuk mengetahui dampak fluktuasi harga perberasan terhadap kehidupan
masyarakat miskin (dalam hal ini petani sebagai net producer dan net receiver program raskin) dan
tingkat pendapatan yang mereka peroleh. Diskusi penelitian berfokus pada implikasi politik dan
ekonomi yang terjadi terhadap aktor perberasan nasional (bulog, pedagang dan petani) setelah
program stabilisasi harga diimplementasikan oleh BUlOG dalam kerangka agenda ketahanan
pangan Indonesia. Oleh karena itu pendekatan integrasi pasar perberasan diharapkan mampu
menjelaskan implikasi politik dan ekonomi lewat analisa fluktuasi harga perberasan terhadap
ketahanan pangan di Indonesia, dengan studi kasus di Kabupaten Garut.
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan rekomendasi perbaikan kebijakan pemerintah
terkait dengan pola distribusi beras, serta keterkaitannya dengan ketahanan pangan (beras).
3. Studi Pustaka
Pada tahun 1994, UNDP dalam Human Development Report menyatakan bahwa
"the concept of security must change - from an exclusive stress on national security to a much greater stress on people security, from security through armaments to security through human development, from territorial to food, empolyment and environmental security".
Dari kutipan di atas dapat ditarik sebuah pemahaman bahwa makna keamanan (manusia) memiliki
arti luas. Dari sudut pandang UNDP, konsep keamanan terdiri dari tujuh dimensi yang saling terkait
satu sama lain, yakni: keamanan ekonomi (terbebas dari kemiskinan), keamanan pangan
(tersedianya akses terhadap pangan), keamanan kesehatan (tersedianya akses terhadap pelayanan
kesehatan dan perlindungan dari penyakit menular), keamanan lingkungan (perlindungan dari
bahaya kerusakan lingkungan), keamanan individu (keselamatan fisik dari kekerasan domestik,
kriminalitas dan bahkan dari kecelakaan lalulintas), keamanan komunitas (terjaminnya nilai-nilai
budaya) dan keamanan politik (terjaminnya hak asasi manusia). Rendahnya keamanan ekonomi
sebagian besar masyarakat Indonesia, misalnya, akan berakibat pada rendahnya keamanan pangan
dan kesehatan anggota masyarakat sebagaimana yang terjadi di Indonesia beberapa waktu
belakangan ini. Dengan demikian, keamanan manusia dapat dipahami sebagai kemampuan unuk
4
mengatasi berbagai ancaman seperti penyakit, kelaparan, pengangguran, kriminalitas, konflik
sosial, represi politik dan degradasi lingkungan hidup.
Seiring dengan proses otonomi daerah yang diatur dalam UU No. 22 tahun 2000 tentang
Otonomi Daerah yang ditindaklanjuti dengan PP No. 25 tahun 2000, peranan daerah dalam
meningkatkan ketahanan pangan di wilayahnya menjadi semakin meningkat (Achmad Suryana,
20003:79). Searah dengan pelaksanaan kebijakan otonomi daerah, pemerintah propinsi dan
pemerintah kabupaten/kota dapat berperan aktif dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan di
wilayah kerjanya. Salah satu partisipasi yang diharapkan adalah terciptanya mekanisme pasar
perberasan yang berkeadilan yang pada akhirnya mendukung terciptanya ketahanan pangan.
Oleh karena itu, pemerintah daerah. didukung oleh para ahli pertaniannya harus siap
membantu petani dalam rangka meningkatkan produksi pangan dan distribusinya. Suharjo dkk
(1986:10) menuliskan tanggung jawab pemerintah ada dua yaitu (1) memperlancar pengembangan
ekonomi penduduk dengan jalan membantu petani meningkatkan produksi pertanian dan (2)
menolong memperbaiki tingkat kesejahteraan hid up keluarga petani melalui gizi yang lebih baik
dan peningkatan pendapatan. Kurangnya pangan yang cukup untuk dimakan merupakan salah satu
sebab utama rendahnya keadaan penghidupan petani. Berikut ini gambaran lingkaran spiral yang
berbahaya jika tidak segera ditindaklanjuti oleh pemerintah (Suhardjo dkk, 1986 : 11) :
Produksi pangan rendah
I Kondisi kehidupan miskin I I Kemampuan kerja menurun I
,1.., Pendapatan rendah
Konsumsi pangan rendah
Gambar - 1. Lingkaran Kemiskinan (Suharjo et ali, 1986)
Lingkaran kemiskinan ini yang dihindari oleh pemerintah lewat penetapan harga pembelian gabah
dan beras pada saat terjadi panen raya. Tujuannya adalah menghindari kerugian penurunan harga
di tingkat petani. Walaupun dalam pelaksanaannya, kebijakan pembelian harga perberasan
seringkali tidak banyak memberikan dampak positif kepada petani produsen beras. Kelangkaan
5
pupuk, benih, pestisida, anomali cuaca, kurangnya pemeliharaan sarana produksi seperti waduk
irigasi, biaya transportasi antar pasar yang mahal membuat petani semakin tidak memiliki pilihan
untuk meningkatkan pendapatan hasi! produksi. Informasi asimetri atas harga jual ikut mendukung
posisi tawar menawar petani menjadi lemah. Analisa integrasi pasar mencoba menjawa b
permasalahan yang terjadi di pasar perberasan nasiona!.
Anaiisa integrasi pasar (Barret dan Li;2002) menyatakan bahwa integrasi pasar adalah
proses pertukaran yang melibatkan persaingan harga antar pasar dimana demand, supply dan
biaya transaksi sangat menentukan besaran aliran harga dan produk yang diperdagangkan, yang
dipengaruhi oleh price shock (goncangan harga) yang ditimbulkan dari pasar lainnya. Integrasi yang
terjadi antar pasar perberasan nasional merupakan dasar pemerintah menetapkan kebijakan harga
perberasan nasiona!. Sedangkan perilaku harga di tingkat regional mengindikasian kinerja harga
pasar secara spasial (Ismet, 1995; Dawson PJ, Dey PK, 2002). Liberalisasi perdagangan beras yang
diatur oleh bulog mengukur kinerja pasar lewat volatilitas harga dan integrasi antar pasar. Pola
volatilitas harga dan perilaku konsumen yang dapat diprediksi ternyata tidak cukup banyak
membantu bulog dalam menetapkan kebijakan harga beras di pasar. Kecenderungan memakai
pol a intervensi harga daripada mencegah fluktuasi harga (stabilitas harga) membuat kebijakan
pemerintah terlihat tidak tepat sasaran.
4. Desain Dan Metode Penelitian
Penelitian adalah studi kasus mengenai pola distribusi beras dan ketahanan pangan di Kabupaten
Garut. Studi kasus di Kabupaten Garut ini dapat menjadi sebuah model pembanding untuk wilayah
yang lebih luas, seperti Propinsi Jawa Barat. Metode survei diterapkan untuk mendapatkan data
dari respond en, melalui wawancara dan pengamatan langsung dengan petani di Kabupaten Garut,
pemerhati masalah perberasan jexperts, Serikat Petani Pasundan, pedagang pasar induk, pemilik
penggilingan, penebas, retailer; pengambilan data dari Bulog Propinsi Jawa Barat, BPS,
Departemen Pertanian dsb). Penelitian ditujukan untuk menjelaskan hubungan yang terjadi antara
aktor perberasan yaitu Bulog, petani dan pedagang . Penelitian survai ini pun dapat merupakan
evaluasi atas program yang sekaligus memprediksi fenomena sosial perberasan yang terjadi di
Propinsi Jawa Barat, diwakili oleh Kabupaten Garut.
6
Gambar 2. Model penelitian
Lebih lanjut untuk mendapatkan gambaran tentang fenomena pola distribusi beras dan
keterkaitannya dengan ketahanan pangan maka akan dilakukan Focus Group Discussion. Model
penelitian ini digambarkan dalam Gambar 2.
Obyek Penelitian
Pemilihan Kabupaten Garut sebagai studi kasus penelitian dikarenakan, Garut termasuk salah satu
produsen beras untuk propinsi jawa barat sekaligus penerima bantuan raskin pemerintah1• Selain
itu, Kabupaten Garut memiliki permasalahan dalam hal penyaluran raskin yang tidak sampai ke
penerima dan kualitas raskin. Penolakan salah satu camat di kabupaten garut untuk ditarik kembali
raskin yang dibagikan menunjukkan bahwa bulog tidak memperhatikan kualitas dari raskin yang
disalurkan. Audit kualitas dan kuantitas raskin terlihat tidak dilakukan oleh bulog sebagai
stabilisator perberasan nasional. Permasalahan ini sangat menganggu ketahanan pangan
masyarakat penerima raskin di Kabupaten Garut. Sementara itu, Kabupaten Garut sendiri memiliki
potensi sumberdaya alam yang tidak kalah penting. 16.13 % dari total lahan {316.519 hal
merupakan area persawahan {49.45 hal2• Dengan Bandung dan Jakarta sebagai tujuan pengiriman
hasil produksi beras, kabupaten garut termasuk salah satu sentra perberasan propinsi Jawa Barat.
1 www.kompas.com diakses tanggal 5 Juli 2010. "ada 1600 ton raskin garut tak sampai ke penerima". 'www.garutkab.go.id diakses tanggal2 juli 2010
7
Sekilas ten tang Garut'
Pada awal abad ke-20, Kota Garut mengacu pada pol a masyarakat yang heterogen sebagai akibat
arus urbanisasi. Keanekaragaman masyarakat dan pertumbuhan Kota Garut erat kaitannya dengan
usaha-usaha perkebunan dan objek wisata di daerah Garut. Orang Belanda yang berjasa dalam
pembangunan perkebunan dan pertanian di daerah Garut adalah K.F Holle. Untuk mengenang jasa
jasanya, pemerintah Kolonial Belanda mengabadikan nama Holle menjadi sebuah jalan di Kota
Garut, yakni jalan Holle {JI.Mandalagiri} dan membuat patung setengah dada Holle di Alun-aiun
Garut. Pembukaan perkebunan-perkebunan tersebut diikuti pula dengan pembangunan hotel
hotel pada Tahun 1917. Hotel-hotel tersebut merupakan tempat menginap dan hiburan bagi para
pegawai perkebunan atau wisatawan yang datang dari luar negeri. Hotel-hotel di Kota Garut, yaitu
Hotel Papandayan, Hotel Villa Dolce, Hotell Belvedere, dan Hotel Van Hengel.
Indentifikasi Variabel Penelitian
Oistribusi beras secara nasional dikelola dan dikendalikan oleh pemerintah melalui BULOG, namun
bagaimana distribusi beras di tingkat petani, merupakan hal yang menarik. Distribusi mulai dari
tingkat petani tersebut dapat dilihat pada Gambar 3. Pola distribusi beras ini pada umumnya
terjadi disetiap daerah penghasil beras.
Sedangkan ketahanan pangan dalam penelitian ini akan mengadopsi parameter dari penelitian
Andersen {1994} dan Soekirman {1996} yang mengidentifikasikan bahwa terdapat dua faktor
utama yang mempengaruhi ketahanan pangan pada rumah tangga, yaitu faktor ketersediaan
kualitas dan kuantitas pangan serta faktor aksesbilitas masyarakat terhadap pangan. Lebih lanjut
disebutkan bahwa untuk mencapai ketahanan pangan bagi tiap orang, yaitu "akses" setiap saat
terhadap pangan yang dibutuhkan untuk hid up sehat dan produktif, maka harus terpenuhi syarat
"ketersediaan" pangan dan "aksesibilitas" anggota masyarakat terhadap pangan. Jika salah satu
dari syarat terse but tidak terpenuhi, maka akan terjadi kerapuhan dalam ketahanan pangan.
Sebab, meskipun pangan cukup tersedia di tingkat nasional atau regional, belum berarti tiap orang
dapat memenuhi kebutuhan pangannya dengan baik, kalau tidak terdistribusi secara merata antar
tempat dan antar waktu dan sepenuhnya dikonsumsi oleh masyarakat.
3 www.garutkab.go.id diakses tanggal 2 juli 2010
8
Other region
-----..., ... Pvivate channel
Gambar rSkeTna···i'f61;:f"dis't1Wl1~r~'illi\'J't1llgkat petani sampai ke pasar.
Faktor Ketersediaan Pangan
Faktor ketersediaan pangan terdiri dari ketersediaan kualitas dan kuantitas.
Gambar 4. Faktor Ketersediaan Pangan
9
Sedangkan varia bel ketersediaan meliputi varia bel ketersediaan kualitas dan ketersediaan
kuantitas.
Gambar 5. Model Struktural Hubungan Ketersediaan dan Akses Pangan dengan Ketahanan Rumah Tangga
Faktor Aksesibilitas Pangan
Suharjo (1996) menyatakan bahwa ketahanan pangan bagi anggota masyarakat terjadi dari waktu
ke waktu agar dapat hidup sehat sehat dan mampu melakukan kegiatan sehari-hari. Agar rumah
tangga dapat memenuhi kecukupan pangan, rumah tangga harus memiliki "akses" untuk
memperoleh pangan baik.melalui produksi sendiri maupun membeli dari pasar. Aksesibilitas fisik
mencakup ketersediaan tepat lokasi dan waktu, sedangkan aksesibilitas ekonomi terkait dengan
pendapatan rumah tangga atau daya beli dan harga.
Gambar 6. Faktor Aksesibilitas Pangan
Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan protocol study yaitu panduan umum yang
akan dijadikan pegangan peneliti pada saat pengumpulan data di lapangan (Yin, 1994). Yin
menyebutkan bahwa perancangan protokol study akan membantu peneliti dalam menyusun
pertanyaan sebagai alat untuk mengeksplorasi dan memahami proses integrasi antara pemerintah
10
(diwakili oleh bulog), petani dan market (diwakili oleh pedagang besar) serta untuk mengetahui
apakah variabei yang dipilih dapat dianalisis secara mendalam atau tidak. protocol study
membantu peneliti menguraikan varia bel yang diteliti secara lebih detail dan terutkur dalam
sebuah operasionalisasi variabel serta pertanyaan yang disipakan dalam protocol study
berdasarkan kajian Iiteratur dan pertanyaan penelitian yang diajukan oleh peneliti.
Tabell. Narasumber dan Sumber Data Penelitian
Wawancara Mendalam Narasumber / 5umber Keterangan
Serikat Petani Pasundan
Kelompok Petani
Kelompok Petani
Kelompok petani
Bulog Propinsi Jawa Sarat
Observasi Visit lapangan Dilakukan 4 kali di Kabupaten Garut
studi dokumen BPS, Bulog, Deptan, Hasil penelitian, Majalah, Koran Website
Operasionalisasi variabe/ dan pertanyaan utama da/am wawancara
Tabel 2 Analisa integrasi pasar perberasan
Variabel Indikator Pertanyaan dalam Unit Analisis
.. Wawancara
Harga Beras • Biaya produksi • Bagaimana petani Marjin pendapatan di
• Harga GKP menetapkan biaya tingkat petani, penebas,
• Harga GKS produksi pedagang dan
• Harga di tingkat • Bagaimana petani pemerintah
petani memutuskan tipe
• Harga di tingkat penjualan penebas
• Harga di tingkat pedagang
• Harga pembelian pemerintah
Produksi Beras lama proses produksi Luas lahan produksi Petani kabupaten garut Hambatan produksi Anomali cuaca, irigasi, Kualitas hasil produksi ketersediaan pup uk,
benih dan pestisida Hambatan hama, proses pengeringan Stok beras Pemerintah
11
Supply Beras (keterse- lumlah penduduk Konsume per kapita Penduduk perkotaan diaan beras) Jumlah konsumsi dan perdesaan
Akses pangar. (terutama penghasil Daya beli beras)
Kinerja integrasi Market Trader Kebijakan HPP harga penjualan dan Wholesaler pemerintah harga pembelian di Retailer Efektivitas Pengaturan setiap tingkatan saluran bulog saluran distribusi beras distribusi
Tabel3 Analisa Ketahanan Pangan
Va ria bel Indikator Pertanyaan dalam Wawancara
ketersediaan pangan Bagaimana petani menetapkan ketersediaan secara kuantitas dan kualitas dalam mempertahankan kelangsungan hidup sehari-hari Bagaimana pol a pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan (diversifikasi
• Ketersediaan kualitas karbohidrat/protein!memenuhi semua
• Ketersediaan kuantitas kebutuhan dari usaha pangan sendiri) Ketahanan pangan • Ketersediaan pangan • Bagaimana petani mempertahankan rumah tangga • Akses pangan ketersediaan pangannya
0 Akses fisik (Iokasi dan • Pemenuhan ketersediaan pangan waktu) diperoleh secara mandiri atau lewat
0 Akses ekonomi (daya penambahan pembelian beli dan harga) • Jika terjadi penambahan pembelian
pangan, bagaimana pemeuhian akses fisik dan ekonomi selama ini dilakukan
Ana/isis data
Analisis data dilakukan secara kualitatif melalui penarikan kesimpulan dalam FGD yang dilakukan
dalam sebuah forum Serikat Petani. Selain itu juga dilakukan sebuah in-depth interview, untuk
mendalami faktor-faktor yang berkaitan dengan distribusi beras dan ketahanan pangan. Selain
analisis kualitatif, juga dilakuakn analisis kuantitatif melalui sebuah uji integrasi pasar.
5. Hasil dan Pembahasan
Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat, dengan luas wilayah administratif sebesar
306.519 Ha (3.065,19 km2) dengan batas-batas sebagai berikut
12
Utara
Timur Selatan
Barat
Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang Kabupaten Tasikmalaya
Samudera Indonesia
Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur
SamUdera !ndonesia
Kabupaten Garut yang secara geografis berdekatan dengan Kota Bandung sebagai ibukota provinsi
Jawa Barat, merupakan daerah penyangga bagi pengembangan wilayah Bandung Raya. Oleh karena
itu, Kabupaten Garut mempunyai kedudukan strategis dalam memasok kebutuhan warga Kota dan
Kabupaten Bandung, sekaligus pula berperan di dalam mengendalikan keseimbangan lingkungan.
AnaJisis faktor
Communalities
Initial Extraction
saya menyediakan padi untuk dikonsumsi sampai dengan panen berikutnya 1,000 ,767
saya menyediakan beras yang diperkirakan cukup untuk dikonsumsi selama satu bulan 1.000 ,760
kebutuhan akan beras untuk makan dipenuhi dari hasil panen sebelumnya 1,000 ,800
kebutuhan akan beras untuk dikonsumsi dipenuhi dari hasil panen dan denganmembeli beras 1,000 ,638
kebutuhan akan beras untuk dikonsumsi dipenuhi sebagian besar dari hasil panen 1,000 ,740
kebutuhan akan beras untuk dikonsumsi sebagian besar dipenuhi dengan membli dar; 1,000 ,787
pasarlwarung terdekat
beras yang dikonsumi keluarga adalah beras yang dari sawah yang menggunakan pupuk an 1,000 ,785
organik (pupuk buatan)
13
kalau bapaklibu membeli beras di pasar/warung terdekat memilih kualltas yang paling baik
jenis beras yangakan dibeli leresdia dipasar/warung lerdekal dalam jumlah yang banyak
bapak/ibu akan mencari lempal penjualan beras lainnya apabila lempal langganan membeli
beras lidak menyediakan beras yang dibuluhkan
beras yang dikonsumsi adalah beras yang lidak lerlalu lama disimpan dengan warna yang bening
apabila lidak mempunyai beras, makan pengganli nasi adalah jagung /kelela/ubi jalar
bapak/ibu menanam jenis padi yang pada umumnya ditanam
bapak menanam jenis padi yang pada umumnya banyak dipe~ualbelikan
bapak/ibu membeli jenis beras yang pad a umumnya jenis beras yang banyak dipe~ual belikan
turunnya harga beras mengikut musim panen
turun naiknya harga beras mengikuti ketersediaan beras di pasarlwarung
bapakfibu membeli beras di pasar Iwarung sesuai dengan kebutuhan untuk satu atau dua hari
bapak/ibu membeli beras di pasar/warung diperkirakan cukup unluk salu bulan
bapa/ibu membeli pakaian baru setiap waktu
bapak/ibu membeli pakaian baru ka!au mau lebaran
menu makanan setiap hari terdiri dari nasi,ikan asinltelurltahu/tempe dan sayur
keluarga bapak/ibu pergi ke tempat rekreasi tiap bulan
bapak/ibu menabung seliap bulan di koperasi alau bank
bapa/ibu memberikan pinjaman uang kepada orang yang membutuhkan
bapaklibu meminjam uang dari.orang lian apabila ada kebutuhan untuk makan
bapaklkibu dapal memenuhi kebuluhan unluk biaya pendidikan anak-anak
saya menyediakan padi untuk dikonsumsi keluarga sampai dengan panen berikutnya
saya menyediakan beras di rumah yang diperkirakan cukup unluk salu bulan
apabila saya membutuhkan beras, saya membeli beras dari pasar/warung yang diperkirakan
cukup unluk salu bulan
beras yang dibeli disimpan ditempat yang tidak memungkinkan beras tersebut rasak
keluarga bapaklibu memasak nasi berlebihan sehingga tersisa dan sisanya tidak bisa dimakan
lagi
keluarga bapaklibu mengkonsumsi makanan lain (kenlang, jagung, dill dengan lujuan ulnuk
meningkatkan gizi dan nutrisi
jenis beras yang dikonsumsi lersedia sesuai dengan kebuluhan
beras yang bapa/ibu beli disesuaikan dengan uang yang lersedia
bapalibu membeli beras yang dapat disimpan dalam waktu yang reJatif lama
bapak/ibu membeli beras dengan konlan
bapa/ibu membeli beras dengan cara berhulang
bapa/ibu selain menanam padi dalam waktu tertentu menanam sayur mayur
bapa/ibu memelihara lemak (ikan,ayam, kambingl yang dapal dikonsumsi keluarga
bapak/ibu memelihara lemak (ikan, ayam, kambing, dill yang hasilnya unluk dijual
operasi pasar (beras murah) dilakukan di pasar dimana bapaklibu membeli beras
ha a beras an ba aklibu beli dalam waktu enam bulan terakhir selalu sarna
Extraction Melhod: Principal Componenl Analysis.
1,000 I ,686
1,000 ,717
1,000 ,742
1,000 ,712
1,000 ,747
1,000 ,774
1,000 ,778
1,000 ,694
1,000 ,797
1,000 ! ,874
1,000 ,607
1,000 ,808
1,000 I ,724
1,000 ,790
1,000 ,690
1,000 ,691
1,000 ,734
1,000 ,658
1,000 ,602
1,000 ,631
1,000 ,844
1,000 ,845
1,000 ,821
1,000 ,662
1,000 ,755
1,000 ,706
1,000 ,733
1,000 ,635
1,000 ,640
1,000 ,651
1,000 ,650
1,000 ,696
1,000 ,768
1,000 ,714
1,000 ,671
1,000 ,556
14
Total Variance Explained
Initial EiQenvalues Extraction Sums of Squared LoadinQs
Component Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %
1 7,319 17,022 17,022 7,319 17,022 17,022
2 4,065 9,453 26,475 4,065 9,453 26,475
3 3,458 8,043 34,518 3,458 8,043 34,518
4 3,060 7,117 41,635 3,060 7,117 41,635
5 2,507 5,831 47,466 2,507 5,831 47,466
6 2,281 5,304 52,771 2,281 5,304 52,771
7 1,865 4,337 57,108 1,865 4,337 57,108
8 1,648 3,832 60,940 1,648 3,832 60,940
9 1,455 3,385 64,324 1,455 3,385 64,324
10 1,254 2,916 67,240 1,254 2,916 67,240
11 1,142 2,657 69,897 1,142 2,657 69,897
12 1,024 2,382 72,279 1,024 2,382 72,279
13 ,998 2,322 74,601
14 ;979 2,277 76,878
15 ,907 2,110 78,988
16 ,830 1,930 80,919
17 ,783 1,821 82,740
18 ,681 1,584 84,324
19 ,650 1,513 85,836
20 ,606 1,409 87,245
21 ,558 1,298 88,543
22 ,508 1,182 89,725
23 ,491 1,141 90,866
24 ,450 1,046 91,912
25 ,420 ,976 92,888
26 ,413 ,960 93,849
27 ,374 ,870 94,719
28 ,321 ,747 95,466
29 ,254 ,591 96,057
30 ,246 ,572 96,628
31 ,225 ,522 97,150
32 ,198 ,460 97,611
33 ,166 ,386 97,996
34 ,148 ,345 98,341
35 ,119 ,278 98,619
36 ,115 ,268 98,886
15
37 ,093 ,216 9S,103
38 ,084 ,195 99,298
39 ,081 ,189 99,487
40 ,076 ,177 99,664
41 ,067 ,155 99,819
42 ,044 ,101 99,921
43 ,034 ,079 100,000
Total Variance Explained
Rotation Sums of Sauared Loadinas
Component Total % of Variance Cumulative %
1 5,973 13,891 13,891
2 3,289 7,648 21,640
3 3,075 7,152 28,691
4 2,709 6,299 34,990
5 2,691 6,257 41,248
6 2,296 5,339 46,587
7 2,259 5,252 51,839
8 2,009 4,673 56,512
9 1,822 4,238 60,750
10 1,699 3,951 64,701
11 1,660 3,860 68,561
12 1,599 3,718 72,279
16
Scree Plot
Component Number
Rotated Component Matrix'
Com anent
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 saya menyediakan padi unluk
,858 dikonsumsi sampai dengan panen berikulnya kebutuhan aka" beras untuk ,758 makan dipenuhi dari hasil pane" sebelumnya saya menyediakan beras yang
,751 diperkirakan cukup unluk dikonsumsi selama satu bulan kebuluhan akan beras unluk
,742 dikonsumsi dipenuhi sebagian besar dari hasil panen saya menyediakan beras di
,662 rumah yang diperkirakan cukup untuk satu bulan kebutuhan aka" beras u'ntuk
-,633 dikonsumsi sebagian besar dipenuhi dengan membli dari pasar/warung terdekat
17
bapakJibu membeli beras di pasarlwarung diperkirakan cukup untuk satu bulan bapak/ibu membeli beras di pasar Iwarung sesuai dengan kebutuhan untuk satu atau dua hari bapalibu membeli beras dengan cara berhutang bapak/ibu membeli beras dengan kontan bapaklkibu dapat memenuhi kebutuhan untuk biaya pendidikan anak-anak jenis beras yang dikonsumsi tersedia sesuai dengan kebutuhan bapa/ibu membeli pakaiar. baru setiap waktu apabila saya membutuhkan beras, saya membeli beras dari pasarlwarung yang diperkirakan cukup untuk satu bulan keluarga bapak/ibu mengkonsumsi makanan lain (kentang, jagung, dll) dengan tujuan utnuk meningkatkan gizi dan nutrisi beras yang bapalibu beli disesuaikan dengan uang yang tersedia bapalibu membeli beras yang dapat disimpan dalam waktu yang relatif lama harga beras yang bapaklibu beli dalam waktu enam bulan terakhir selalu sarna bapa/ibu memelihara ternak (ikan,ayam, kambing) yang dapat dikonsumsi keluarga bapaklibu memenhara temak (ikan, ayam, kambing, dll) yang hasilnya untuk dijual beras yang dikonsumsi adalah beras yang tidak terlalu lama disimpan dengan warna yang bening bapak/ibu meminjam uang dari orang lian apabila ada kebutuhan untuk makan bapak menanam jenis padi yang pada umumnya banyak dipeljualbelikan bapaklibu membeli jenis beras yang pada umumnya jenis beras yang banyak dipeljual belikan kebutuhan akan beras untuk dikonsumsi dipenuhi dan hasil panen dan denganmembeli beras bapaklibu menanam jenis padi yang pada umumnya dttanam
,572
-,568
-,753
,742
,662
,607
,514
,744
,675
,663
,490
,801
,693
,507
-,455
,837
,651
,572
,549
18
I beras yang dibeli disimpan ditempat yang tidak memungkinkan beras tersebut rasak turun naiknya harga beras mengikuti ketersediaan beras di pasarlwarung turunnya harga beras mengikut rnusim panen bapalibu memberikan pinjaman uang kepada orang yang membutuhkan bapak/ibu membeli pakaian baru kalau mau lebaran bapaklibu menabung setiap bulan di koperasi atau bank menu makanan setiap hari terdiri dari nasi,ikan aSin/teluritahu/tempe dan sayur keluarga bapak/ibu pergi ke tempat rekreasi tiap bulan keluarga bapak/ibu memasak nasi berlebihan sehingga tersisa dan sisanya tidak bisa dimakan lagi operasi pasar (beras murah) dilakukan di pasar dimana bapaklibu membeli beras bapak/ibu akan mencari tempat penjualan beras lainnya apabila tempat langganan membeli beras tidak menyediakan beras yang dibutuhkan beras yang dikonsumi keluarga adalah beras yang dari sawah yang menggunakan pupuk an organik (pupuk buatan) jenis beras yangakan dibeli teresdia dipasar/warung terdekat dalam jumlah yang banyak apabila tidak mempunyai beras, makan pengganti nasi adalah jagung !ketelalubi jalar kalau bapak/ibu membeli beras di pasar/warung terdekat memilih kualitas yang paling baik bapalibu selain menanam padi dalam waktu tertentu menanam sayur mayur
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
a. Rotation converged in 24 iterations.
6. DAFTAR PUSTAKA
,498 I ,900
,730
,660
,647
,466
,652
,647
,821
,454
,770
,528
,709
-,613
,775
,439
Acosta, Lisbeth A and Masaru Kagatsume, " ASEAN Rice Sector in the WTO : Analysis of Demand and Supply in a liberalized Trade Environment", ASEAN Economic Bulletion, DEC 2004,20,3
pg 223 19
Achmad Suryana, Kapita Se!ekta Evolusi Pemikiron Kebijakan Ketahanan Pangan, BPFE, 2003 Bunga Rampai Ekanomi Pemasaran dolam Pertanian, Yayasan Obor Indonesia, 1988
Bustanul Arifin, Analisis Kebijakan Ekonomi Pertanian, 2005, Gramedia Cromwell, Jeff B.,Hanan, Michael J., Labys, Walter C and Michael Terraza, Multivatriate tests far
Time Series Models, A Sage University Press Diaz-Bonilla, Eugenio and Robinson, Sherman, Shapping Globalisation far Paverty Alleviation and
Food Security, Focus 8, Policy Brief 1 of 13, August 2001 Erwidodo and Ning Pribadi, " Permintaan dan Produksi Beras Nasional : Surplus atau Defisit?",
Departemen Pertanian, 2003 Gilpin, Robert, Understanding Global Political Economy, 200l. Gunawan Sumodiningrat, Menuju Swasembada Pangan, RBI Jakarta, 2001
JA Noertjahyo, Dari Ladang Sampai Kabinet, 2005, Gramedia. Mubyarto, Pengantar Ekonomi Pertanian, LP3ES, 1995 Sabarudin Amrulah, Kebijakan Ekonomi Beras IndoneSia, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Badan Urusan Logistik, 2003 Suhardjo, Laura Jane Harper, Brady J Deaton, Judy A Driskel, Pangan, Gizi dan Pertanian, UI Press,
1986 Singarimbun, Masri, Metode Penelitian Survai, LP3ES, 1987 Saragih, Bungaran, "Transformasi Sektor Pe,tanian : Mencari Paradigma Baru", dalam buku
"Mencari Paradigma Baru Pembangunan Indonesia", CSIS, Jakarta, 1997. Satriawan, I Ketut, "Prospek Swasembada Pangandi Propinsi Bali dengan Pemodelan System
Dynamics", Tesis, Program Magister Teknik Industri ITB, 1993. Singh, Inderjit, Lyn Squire, John Strauss., "Agricultural Household Models", The John Hopkins
University Press, Baltimore, 1986. Sachchamarga, Kwinarajit and Gary W Willimas, " Economic Factors Affecting Rice Production in
Thailand", TAMRC International Research Report No IM-03-04, March 2004 Timmer C Paul, "Food Security in Indonesia: Current Challenges and The Long Run Outlook",
Working Paper Number 48, November 2004, Center For Global Development UNDP, Human Development Report, New York, 1994. Vennix, Jac A.M., "Group Model Building: Facilitating Team Learning Using System Dynamics",
John Wiley & Sons Ltd., Chicester, 1996. Weimer, David L., Aidan R. Vining, "Policy Analysis Concept and Practice", Prentice-Hall
International Inc., Englewood
20
Top Related