BAB 2GAMBARAN UMUM WILAYAH
2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik
2.1.1 GeografisKabupaten Buru sebelum pemekaran memiliki luas wilayah 12.655,58 km², telah disahkannya
Undang Undang Nomor 32 Tahun 2008 tentang Kabupaten Buru Selatan, maka luas wilayah Kabupaten
Buru telah berkurang menjadi 7.911,88 Km² yang terdiri dari luas daratan 5.577,48 Km² dan luas lautan
1.972,5 Km² serta luas perairan 57,4 Km² dengan panjang garis pantai 232,18 Km². Sedangkan
berdasarkan letak astronomi, Kabupaten Buru berada pada titik koordinat :
Bujur Timur :125070’ – 127021’ BT
Lintang Selatan :2025’ – 3055’ LS
Secara fisiografi (makro relief), bentuk wilayah Kabupaten Buru dikelompokan berdasarkan
dataran, pantai dan perbukitan termasuk dataran tinggi (plateau/pedmont) dengan bentuk kelerengan
variatif. Kabupaten Buru didominasi oleh kawasan pegunungan dengan elevasi rendah berlereng agak
curam dengan kemiringan lereng kurang dari 40 % yang meliputi luas15,43 % dari keseluruhan luas
wilayah daerah ini. Jenis kelerengan lain yang mendominasi adalah elevasi rendah berlereng
bergelombang serta agak curam dan elevasi sedang berlereng bergelombang dan agak curam dengan
penyebaran lereng di bagian utara dan barat rata-rata berlereng curam.Sedangkan di bagian timur
terutama di sekitar Sungai Waeapo merupakan daerah elevasi rendah dengan jenis lereng landai sampai
agak curam.
Sedangkan secara geomorfologis, bentang alam di Kabupaten Buru dapat dikelompokan menjadi
4 (empat), yaitu ;bentang alam asal vulkanik yang dicirikan dengan adanya topografi bergunung-gunung
dan lereng terjal, bentang alam asal denudasional yang membentuk rangkaian pegunungan dan
perbukitan berbentuk kubah, bentang alam asal solusial dan bentang alam asal fluvial yang cenderung
membentuk topografi datar pada lembah-lembah sungai.
2.1.2 Geologi dan Jenis Tanah
Kabupaten Buru merupakan salah satu kawasan di luar busur banda (jalur gunung api) dengan
formasi geologi bervariasi antara batuan sedimen dan metamorfik. Dalam Peta sketsa geologi Pulau Buru
dan Pulau Seram, ditemukan 3 (tiga) material utama penyusun Pulau Buru. Ketiga formasi dimaksud
berada pada bagian selatan, utara dan formasi deposisi di bagian timur laut, yang masing-masing dapat
diuraikan sebagai berikut ;
12
Batuan Sedimen di bagian selatan yang kebanyakan dijumpai pada tempat-tempat dengan
permukaan air yang dangkal,
Batuan Metamorfik yang mirip dengan tipe batuan benua yang meliputi filit, batu sabak, sekis, arkose
serta greywacke meta yang dominan berada pada bagian utara Pulau Buru,
Endapan Batuan sedimen berumur neogen bagian atas ditemukan pada bagian timur laut sekitar
Kawasan Waeapo tersusun dari endapan Aluvium dan Kolovium berupa bongkahan, kerikil, lanau,
konglomerat, lumpur dan gambut. Sedangkan di sepanjang pantai utara terdapat jalur endapan pantai
dan aluvio-kolovium yang diselingi dengan terumbu karang angkatan (uplifed coral reef).
Sebagian besar tanah di Pulau Buru adalah jenis tanah kompleks, dimana persebaran jenis
tanah ini meliputi ; alluvial, podsolik merah kuning, organosol, grumasol dan tanah-tanah kompleks.
Peralihan antara formasi batuan sedimen dan metamorfik terdapat di Tanjung Bebek sekitar Waesabak
dan Waenekat di bagian utara barat menuju Danau Rana bagian tengah ke arah Waeapo bagian hulu dan
terus menyebar sampai ke Waeula dan Waenani di sekitar Tanjung Wamsaba bagian timur.
2.1.3 Klimatologi
Iklim yang berlaku di Kabupaten Buru, yaitu low tropis yang dipengaruhi oleh angin musim serta
berhubungan erat dengan lautan yang mengelilinginya. Selain itu, luas daratan yang berbeda-beda
memungkinkan berlakunya iklim musim. Ciri umum dari curah hujan tahunan rata-rata dibagi dalam empat
kelas untuk tiga wilayah, antara lain :
Buru Bagian Utara : 1400 - 1800 mm / tahun,
Buru Bagian Tengah : 1800 - 2000 mm / tahun,
Buru Bagian Selatan : 2000 - 2500 mm / tahun,
Pada kawasan yang berelevasi lebih dari 500 m dpl dengan rata-rata 3000 – 4000 mm / tahun
berkaitan erat dengan perubahan ketinggian yang dimulai dari zona pesisir, yang selanjutnya dapat diikuti
pada bagian berikut. Sedangkan kondisi suhu rata-rata 260 C.
2.1.4 Hidrologi
Secara umum, ditemukan dua pola drainase permukaan yaitu Pola Anastomatik pada bentang
alam dataran termasuk kawasan dekat pantai dan Pola Dendritik pada bentang alam perbukitan dan
pegunungan. Sungai-sungai besar dan kecil umumnya merupakan sungai hujan, hanya beberapa sungai
13
besar yang mengalir sepanjang tahun dimana debit airnya dapat menurun drastis pada saat musim
kemarau. Sedangkan untuk kebutuhan air bagi konsumsi, diusahakan dengan pemanfaatan air sumur dan
pelayanan air bersih yang dipasok Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
Sungai yang ada di Kabupaten Buru terdiri dari sungai yang mengalir sepanjang tahun dan
sungai periodik, yang cukup banyak dan relatif cukup panjang. Sungai besar yang mengalir sepanjang
tahun diantaranya; Sungai Waeapo, Sungai Waegeren dan Sungai Waenibe. Keadaan sungai-sungai
tersebut sering juga mengalami penurunan debit air secara drastis pada saat terjadinya musim kemarau.
Daerah Aliran Sungai (DAS)/ Daerah Pengairan Sungai (DSP) atau drainage basin adalah suatu
daerah yang terhampar di sisis kiri dan kanan suatu aliran sungai, dimana semua anak sungai yang
terdapat di sebelah kanan dan kiri sungai bermuara kedalam suatu sungai induk. Seluruh hujan yang
terjadi di suatu drainage basin, semua airnya akan mengisi sungai yang terdapat di dalam DAS tersebut
oleh sebab itu, areal DAS juga merupakan daerah tangkapan hujan atau di sebut catcment area. Semua
air yang mengalir melalui sungai bergerak meninggalkan daerah-daerah tangkapan sungai (DAS) dengan
atau tampa memperhitungkan jalan yang di tempuh sebelum mencapai limpasan (run off).
Tabel 2.1Daerah Aliran Sungai (DAS)di Kabupaten Buru
No. Nama DAS Luas (ha)
1. DAS Apu 281.657
2. DAS Nibe 161.823Sumber : Buru dalam Angka Tahun 2013
2.1.5 Administrasi Pemerintahan
Kabupaten Buru dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 46 Tahun 1999 tentang
Pembentukan Propinsi Maluku Utara, Kabupaten Buru dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat, yang telah
diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2000. Dengan memperhatikan kepentingan
pelayanan publik dan tuntutan rentang kendali pemerintahan, sampai dengan awal tahun 2008 wilayah
pemerintahan kecamatan di Kabupaten Buru mencakup 10 kecamatan. Selanjutnya, dengan telah
diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Buru Selatan,
maka 5 wilayah kecamatan yang secara geografis berada di bagian selatan Kabupaten Buru terpisah
menjadi wilayah otonom, yakni Kabupaten Buru Selatan. Khusus untuk wilayah pemerintahan Kabupaten
Buru, Secara administratif, Kabupaten Buru memiliki luas wilayah 7.911,88 Km² dengan 10 Kecamatan
dan 82 desa yang terdiri dari :
Kecamatan Namlea : Ibukota Namlea
Kecamatan Airbuaya : Ibukota Airbuaya
14
Kecamatan Waeapo : Ibukota Waeapo
Kecamatan Waplau : Ibukota Waplau
Kecamatan Batabual : Ibukota Ilath
Kecamatan Lolong Guba : Ibukota Kubalahin
Kecamatan Waelata : Ibukota Basalale
Kecamatan Fena Leisela : Ibukota Wamlana
Kecamatan Teluk Kaiely : Ibukota Kaiely
Kecamatan Lilialy : Ibukota Sawa
Batasan wilayah Kabupaten Buru secara administratif, antara lain ;
Sebelah Barat : Kabupaten Buru Selatan dan Laut Banda
Sebelah Timur : Selat Manipa
Sebelah Utara : Laut Seram
Sebelah Selatan : Kabupaten Buru selatan dan Laut Banda
Tabel 2.2: Nama, luas wilayah per-Kecamatan dan jumlah kelurahan
Nama KecamatanJumlah
Kelurahan/Desa
Luas WilayahAdministrasi Terbangun
(Ha) (%) thd total (Ha) (%) thd totalKec. Namlea 7 469,65 5,94 39,32 23,70Kec. Waplau 10 585,23 7,40 13,19 7,95Kec. Airbuaya 10 1.702,35 21,52 14,70 8,86Kec. Waeapo 7 102,50 1,30 18,98 11,44Kec. Batabual 5 249 3,15 6,97 4,20Kec. Lolong Guba 10 703,50 8,89 19,94 12,02Kec. Waelata 10 234,50 2,96 21,33 12,86Kec. Fena Leisela 13 2.851,65 36,04 14,45 8,71Kec. Teluk Kaiely 5 532,00 6,72 3,33 2,01Kec. Lilialy 5 481,50 6,09 13,64 8,23
Jumlah 82 7911,88 100 165,91 100Sumber:Simrenda Kab. Buru Tahun 2013
Dari 82 (delapan puluh dua) Desa yang tersebar di Kabupaten buru adalah sebagai berikut,
Kecamatan Namlea dengan luas daratan 469,65Ha dengan luas terbangun 39,32Ha terdiri dari 7 Desa
dan 9 Dusun , Kecamatan Waplau dengan luas Administrasi 585,23Hadengan luas terbangun 13,19 Ha
terdiri dari 10 Desa dan 3 Dusun, Kecamatan Airbuaya dengan luas Administrasi 1.702,35Ha dengan
luas terbangun 14,70Haterdiri dari 19 Desa dan 9 Dusun, Kecamatan Waeapo dengan luas Administrasi
102,50Ha dengan luas terbangun 18,98Ha terdiri dari 7 desa dan 8 Dusun, Kecamatan Batabual dengan
luas Administrasi 249Ha dengan luas terbangun 697 terdiri dari 5 Desa dan 4 Dusun, Kecamatan Lolong
Gube dengan luas Administrasi703,50Hadengan luas terbangun 19,94Ha terdiri dari 10 Desa dan 24
15
Dusun, Kecamatan Waelata dengan luas Administrasi234,50Ha dengan luas terbangun 21,33Ha terdiri
dari 10 Desa dan 21 Dusun, Kecamatan Fena Leisela dengan luas Administrasi 2.851,65Hadengan luas
terbangun 14,45Ha terdiri dari 13 Desa dan 22 Dusun, Kecamatan Teluk Kaiely dengan luas Administrasi
532,00Ha dengan luas terbangun 3,33Ha terdiri dari 5 Desa dan 3 Dusun, Kecamatan Liliali dengan luas
Administrasi 481,50Ha dengan luas terbangun 13,64Ha terdiri dari 5 Desa dan tidak memiliki Dusun.
Kabupaten Buru selain memiliki wilayah administrasi pemerintahan yang secara administrasi
terdiri 10 (sepuluh) Kecamatan, 82 (delapan puluh dua) Desa dan Dusun sebanyak 103 (seratus
duapuluh) Dusun,dengantotal luas Administrasi adalah 7.911,88Ha, total luas Terbangun 165,91Ha.
16
2.1 Peta Daerah Aliran Sungai di Wilayah Kabupaten Buru
17
Sumber : Pokja Sanitasi Kabupaten Buru
Peta 2.2 Administasi Kabupaten Buru
Peta 2.2.1. Orientasi Wilayah Kabupaten Buru
19
Sumber : RTRW Kabupaten Buru Thn 2008-2028
20
Sumber : RTRW Kabupaten Buru Thn 2008-2028
2.2 Demografi
Selain sebagai sumber dayapembangunan,penduduk juga merupakan sasaran dari
pembangunan itu sendiri. Oleh karena itu, tak salah kiranya jika disebutkan bahwa penduduk
merupakan subjeksekaligus objek pembangunan.
Penduduk Kabupaten Buru pada tahun 2012, terhitung jumlah penduduk sebesar 115.004
jiwa, dimana 58.036 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 56.968 jiwa perempuan. Dengan luas
wilayah sebesar 7.595,58 km² , kabupaten Buru memiliki tingkat kepadatan penduduk sebesar
15,14 jiwa/km² .
Penyebaran penduduk Kabupaten Buru kurang merata. Hal ini terlihat dari angka kepadatan
penduduk yang berbeda secara signifikan antara daerah satu dengan daerah lainnya. Daerah yang
terpadat penduduknya adalah kecamatan Namlea.
Sebagai Ibukota kabupaten Buru, tidak mengherankan apabila jumlah penduduk kecamatan
Namlea merupakan yang terbesardibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya (29.957 jiwa).
Selanjutnya diikuti oleh kecamatan Waelata (12.515 jiwa), Waeapo (11.111 jiwa), Fena Leisela (10.765
jiwa), Waplau (10.326 jiwa), Lolong Guba (10.192 jiwa). Sedangkan empat kecamatan lainnya yakni
Batabual, Teluk Kaiely , Lilialy dan Air Buaya memiliki jumlah peduduk dibawah (10.000 jiwa), yaitu secara
berturut-turut (7.803 jiwa) dikecamatan Bata Bual(3.275 jiwa) di kecamatanTeluk Kaiely (9.554 jiwa) di
kecamatan Air Buayadan (9.506 jiwa) di kecamatan Lilialy.
Secara keseluruhan, penduduk kabupaten Buru masih didominasi penduduk usia produktif.
Namun demikian, rasio ketergantungan usia di kabupaten Buru mencapai 65,40 persen. Angka ini
menyatakan jumlah orang yang secara ekonomi tidak aktif per seratus penduduk yang aktif
secara ekonomi.
Secara umum jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada jumlah penduduk
perempuan. Hal ini dapat ditunjukkan oleh sex ratio yang nilainya lebih besar dari 100. Pada
tahun 2012, untuk setiap 100 penduduk perempuan terdapat 102 orang penduduk laki- laki.
Untuk mengatasi masalahpersebaran penduduk yang tidak merata, diperlukan usaha dari
Pemerintah Daerah KabupatenBuru untuk memberikan dorongan dalam distribusi pembangunan di
bidang ekonomi dan sosial di wilayah-wilayah yang memiliki kepadatan penduduk rendah sehingga
dapat menarik minat penduduk untuk menetap di wilayah tersebut. Namun perlu disadari bahwa
semakin padatnya penduduk di suatu wilayah akan meningkatkan permintaan akan kebutuhan
penduduk itu sendiri. Apabila hal ini tidak seimbang, bukan tidak mungkin akan menimbulkan
masalah baru yaitu ketimpangan sosial ekonomi dalam masyarakat. Jumlah penduduk dan
kepadatannya 3- 5 tahun terakhir di Kabupaten Buru dapat dilihat pada tabel di bawa ini :
20
Tabel 2.3: Jumlah penduduk dan kepadatannya 3 - 5 tahun terakhir
Nama KecamatanJumlah Penduduk (jiwa) Jumlah KK (KK) Tingkat
Pertumbuhan (%) Kepadatan pddk (jiwa/km2)
Tahun Tahun Tahun Tahun2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013
Kec. Namlea 30,434 37,218 38,201 29,957 30.407 7.776 8.129 9.501 11.149 9.134 18,33 22,3 2,60 -21,6 1,50 32,00 39,13 40,16 34,28 64,74
Kec. Waplau 9,563 9,738 10,036 10,326 10.403 2.379 2.573 2.597 2.639 2.763 1,62 1,83 3,10 2,9 0,75 16,34 33,28 34,30 9,00 17,87
Kec. Airbuaya 17,103 19,189 19,705 9,554 9.614 4.511 4.864 5.634 5.714 2.318 11,01 12,20 2,70 -51,5 0,63 3,77 4,23 4,35 17,68 5,65
Kec. Waeapo 31,137 34,153 35,112 11,111 11.285 9.836 10.093 10.527 10.960 2.993 5,88 9,69 2,86 -68,4 1,57 25,26 27,71 28,49 31,51 110,10
Kec. Batabual 7,735 8,147 8,393 7,803 7.864 1.710 1.762 1.670 1.773 1.982 5,22 5,33 3,03 -7,0 0,78 26,44 13,92 14,34 7,53 31,58
Kec. Lolong Guba - - - 10,192 10.298 - - - 2.059 3.135 - - - - 1,04 - - - 14,49 14,64
Kec. Waelata - - - 12,515 12.700 - - - 2.540 3.476 - - - - 1,48 - - - 53,37 54,16
Kec. Fena Leisela - - - 10,765 10.842 - - - 2.168 3.228 - - - - 0,72 - - - 3,78 3,80
Kec. Teluk Keiely - - - 3,275 3.309 - - - 661 805 - - - - 1,04 - - - 6,16 6,22
Kec. Lilialy - - - 9,506 9.614 - - - 1.922 2.371 - - - - 1,14 - - - 17,87 18.07
Sumber: Buru Dalam Angka & Dinas Pencatatan Sipil Kab. Buru
Ket: dari tabel di atas 5 Kecamatan , Kec. Lolong Guba, Kec.Waelata, Kec.Fena Leisela,Kec.Teluk Keieli dan Kec. Liliali di mekarkan melalui Peraturan Daerah Kabupaten Buru Tahun 2012.
21
Untuk menghitung jumlah penduduk di masa terlebih dahulu harus ditentukan tahun
dasar proyeksi dan angka laju pertumbuhannya. Berdasarkan tahun proyeksi dan angka laju
pertumbuhan penduduk tersebut, dilakukan proyeksi penduduk dimasa yang akan datang.
Proyeksi penduduk di hitung berdasarkan pada asumsi bahwa pertumbuhan penduduk bersifat
linier dari tahun ke tahun. Dengan demikian, proyeksi penduduk tersebut mengunakan rumus
proyeksi penduduk linier yaitu:
Dimana :
Pt =Jumlah penduduk tahun terakhir
Po =Jumlah penduduk tahun awal
1 = Konstante (angka tetap)
r = Pertumbuhan penduduk (dlm %)
n = Selisih tahun antara Pt dan Po
Jumlah penduduk awal yang dijadikan dasar perhitungan adalah penduduk pada tahun awal
data. Sedangkan untuk tingkat pertumbuhan penduduk yang digunakan adalah tingkat
pertumbuhan penduduk rata-rata utuk kabupaten Buru peroide tahun 2013 - 2017 Seiring
dengan berjalannya waktu, jumlah penduduk di Kabupaten Buru menunjukkan peningkatan
setiap tahunnya. Jumlah penduduk pada tahun 2012 mencapai 115.004 jiwa atau naik
dibandingkan jumlah penduduk pada tahun-tahun sebelumnya.Pertumbuhan jumlah penduduk
di Kabupaten Buru dalam beberapa tahun terakhir cukup tinggi, yaitu di atas 1,5% setiap
tahunnya.
Untuk menikuti tren pertumbuhan jumlah penduduk saat ini dan proyeksinya 5 tahun
telah di sediakan tabel seperti terlihat dibawa ini :
22
Pt = Po (1 + r)n
Tabel 2.4: Jumlah penduduk saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun
Nama Kecamatan
Jumlah Penduduk Jumlah KK TingkatPertumbuhan (%) Kepadatan Pddk
Tahun Tahun Tahun Tahun2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017
Kec. Namlea 30.407 30.945 31.576 32.306 33.139 9.314 7.736 7.894 8.076 8.285 1.50 1.77 2.04 2.31 2.58 64.74 65.89 67.23 68.79 70.56
Kec. Waplau 10.403 10.521 10.679 10.881 11.128 2.763 2.630 2.670 2.720 2.782 0.75 1.13 1.51 1.89 2.27 17.87 18.07 18.34 18.69 19.11
Kec. Airbuaya 9.614 9.709 9.840 10.009 10.216 2.318 2.427 2.460 2.502 2.554 0.63 0.99 1.35 1.71 2.07 5.65 5.70 5.78 5.88 6.00Kec. Waeapo 11.285 11.524 11.832 12.213 12.673 2.993 2.881 2.958 3.053 3.168 1.57 2.12 2.67 3.22 3.77 110.10 112.43 115.43 119.15 123.64Kec. Batabual 7.864 7.951 8.063 8.204 8.373 1.982 1.988 2.016 2.051 2.093 0.78 1.10 1.42 1.74 2.06 31.58 31.93 32.38 32.95 33.63Kec. Lolong Guba 10.298 10.445 10.635 10.870 11.153 3.135 2.611 2.659 2.718 2.788 1.04 1.43 1.82 2.21 2.60 14.64 14.85 15.12 15.45 15.85Kec. Waelata 12.700 12.951 13.273 13.668 14.144 3.476 3.238 3.318 3.417 3.536 1.48 1.98 2.48 2.98 3.48 54.16 55.23 56.60 58.29 60.31Kec. Fena Leisela 10.842 11.040 11.365 11.825 12.435 3.228 2.760 2.841 2.956 3.109 0.72 1.83 2.94 4.05 5.16 3.80 3.87 3.99 4.15 4.36Kec. Teluk Keiely 3.309 3.349 3.396 3.450 3.511 805 837 849 862 878 1.04 1.22 1.40 1.58 1.76 6.22 6.30 6.38 6.48 6.60Kec. Lilialy 9.614 9.753 9.925 10.131 10.372 2.371 2.438 2.481 2.533 2.593 1.14 1.45 1.76 2.07 2.38 18.07 18.33 18.66 19.04 19.50
Sumber:: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Buru
23
2.3 Keuangan dan Perekonomian Daerah
Hasil survey keuangan di Kabupaten Buru yang dilakukan pada beberapa SKPD terkait
pembangunan sanitasi yaitu; Badan Perencanaan pembangunan Daerah, Dinas Pekerjaan Umum,
Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Tata Kota dan Kebersihan, Badan Pemberdayaan
Masyarakat, Badan Lingkungan Hidup dan Dinas BPKKD Kabupaten Buru.
Aspek-aspek yang dibahas dalam survey dan studi APBD Kabupaten Buru adalah; Aspek
Kelembagaan, Aspek prioritas pendanaan, pekembangan pendapatan dan belanja daerah, besaran
pendanaan sanitasi pertahun,besaran pendapatan dari layanan sanitasi dan besaran pendanaan
sanitasi per kapita.
Darihasil survey tersebut dapat disajikan Anggaran Pendapatan Daerah Kabupaten Buru pada
kurun waktu 2010- 2014 dan Belanja Modal Sanitasi dapat dilihat pada tabel berikut:
24
Tabel 2.5: Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten Buru Tahun 2010 – 2014
No Realisasi Anggaran Tahun Rata2 pertumbuhan2010 2011 2012 2013 2014
A Pendapatan (a.1 + a.2 + a.3) 402.717.385.988 467.441.143.311 449.517.930.083 510.018.063.225 531.326.434.254 5,97%a.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 10.380.952.200 8.433.350.500 8.901.210.700 22.096.653.806 15.373.783.993 20,92%a.1.1 Pajak daerah 1.668.300.000 1.668.300.000 1.649.913.200 5.500.000.000 3.620.000.000 39,61%a.1.2 Retribusi daerah 4.922.658.000 4.083.950.500 4.215.473.500 12.988.854.000 8.266.341.500 31,59%a.1.3 Hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan 380.952.200 330.000.000 365.700.000 435.153.216 435.153.216 3,29%a.1.4 Lain-lain pendapatan daerah yang sah 3.409.042.000 2.351.100.000 2.670.124.000 3.172.646.590 3.052.289.277 -0,49%a.2 Dana Perimbangan (Transfer) 315.648.622.721 368.906.120.691 407.876.924.843 453.800.172.984 479.165.736.045 8,86%a.2.1 Dana bagi hasil 33.124.134.721 39.038.199.691 36.914.084.843 45.448.721.984 30.059.377.045 0,33%a.2.2 Dana alokasi umum 239.984.788.000 274.741.321.000 329.533.510.000 356.075.091.000 392.051.369.000 10,52%a.2.3 Dana alokasi khusus 42.539.700.000 55.126.600.000 41.429.330.000 52.276.360.000 56.054.990.000 7,63%a.3 Lain-lain Pendapatan yang Sah 76.687.811.066 90.101.672.120 32.739.74.540 34.121.236.435 37.786.914.216 174,81%a.3.1 Hibah - - - - - -a.3.2 Dana darurat - - - - - -a.3.3 Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kab./kota 3.452.286.874 5.451.000.000 9.548.980.190 10.464.629.219 9.464.307.000 26,62%a.3.4 Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus 73.235.524.192 84.650.672.120 19.995.946.000 22.982.607.216 28.322.607.216 -4,52%a.3.5 Bantuan keuangan dari provinsi/pemerintah daerah
lainnya- - 3.194.868.350 674.000.000 -
-39,45%-
B Belanja (b1 + b.2) 405.621.075.410 490.510.705.205 474.667.939.863 548.667.864.514 510.107.750.088 5,25%b.1 Belanja Tidak Langsung 162.240.708.922 211.442.122.750 220.487.746.761 244.549.085.927 261.489.500.878 10,49%b.1.1 Belanja pegawai 144.023.535.050 177.133.169.557 195.643.733.986 213.392.307.994 230.053.547.945 10,06%b.1.2 Bunga 1.393.557.866 650.212.193 7.388.775 173.008.333 1.002.083.333 513,70%b.1.3 Subsidi 1.820.116.006 - - - - -b.1.4 Hibah 2.315.000.000 16.727.991.000 8.494.000.000 3.946.500.000 7.853.000.000 123,76%b.1.5 Bantuan sosial 6.928.500.000 7.596.000.000 4.670.224.000 7.000.500.000 4.537.500.000 -2,83%b.1.6 Belanja bagi hasil - - - - - -b.1.7 Bantuan keuangan 5.060.000.000 8.584.750.000 8.872.400.000 15.036.769.600 13.043.369.600 25,85%b.1.8 Belanja tidak terduga 700.000.000 750.000.000 2.800.000.000 5.000.000.000 5.000.000.000 71,81%b.2 Belanja Langsung 243.380.366.487 279.068.582.455 254.180.193.102 304.118.778.586 248.618.249.210b.2.1 Belanja pegawai 26.119.809.200 31.372.965.020 32.868.051.700 37.307.465.210 20.470.562.100 -1,35%b.2.2 Belanja barang dan jasa 91.100.321.967 111.986.067.786 126.118.606.811 137.248.264.396 132.687.269.608 8,21%b.2.3 Belanja modal 126.160.235.320 135.709.546.648 95.193.534.590 129.563.048.980 95.460.417.502 -2,50%
24
No Realisasi Anggaran Tahun Rata2 pertumbuhan2010 2011 2012 2013 2014
C Pembiayaan 808.338.461.396 957.951.845.515 924.185.869.945 1.058.685.927.738 1.041.434.184.341 5,58%Surplus/Defisit Anggaran (2.903.689.422) (23.069.561.894) (25.150.009.779) (38.649.801.289) 21.218.684.164 -
Sumber : Realisasi APBD Kabupaten Buru tahun 2010 - 2014, Keterangan : n = tahun penyusunan buku putih sanitasi
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah pendapatan Kabupaten Buru dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, bersama dana perimbangan sedangkan untuk Dana
lain-lain yang sah mengalami penurunan. Peningkatan dana perimbangan ini menunjukkan bahwa Kabupaten Buru masih membutuhkan dana bantuan dari pusat (APBN)
untuk membiayai pembangunannya.
Sedangkan dari sisi pembelanjaan mengalami peningkatan secara signifikan baik belanja langsung maupun belanja tidak langsung. Sementara itu, dari sisi Realisasi
Belanja Sanitasi SKPD di Kabupaten Buru dalam 5 tahun terakhir adalah sbb :
25
Tabel 2.6: Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi SKPD Kabupaten Buru Tahun 2010 - 2014
No SKPD Tahun Rata2 pertumbuhan2010 2011 2012 2013 2014
1 Dinas Pekerjaan Umum 1.136.360.000 652.149.000 739.608.000 303.715.000 151.350.000 -27,66%
1.a Investasi 858.530.000 652.149.000 739.608.000 209.715.000 - -16,45%
1.b operasional/pemeliharaan (OM) 277.830.000 - - 94.000.000 151.350.000 12,20%2 Badan Lingkungan Hidup 133.794.087 1.337.166.750 1.065.940.124 681.255.752 168,61%
2.a Investasi - 46.126.787 521.035.000 730.496.824 644.227952 211,59%
2.b operasional/pemeliharaan (OM) - 87.667.300 816.131.750 335.443.300 37.027.800136,62%
3 Dinas Tata Kota 911.834.900 1.750.082.000 1.624.579.650 2.442.234.702 2.532.669.700 27,76%3.a Investasi 275.576.000 132.727.650 740.552.702 275.207.100 68,66%
3.b operasional/pemeliharaan (OM) 911.834.900 1.474.506.000 1.491.852.000 1.701.682.000 2.257.462.600 21,92%4 Dinas Kesehatan 20.000.000 50.000.000 30.000.000.000 60.000.000 11990,04%
4.a Investasi - - - - - -
4.b operasional/pemeliharaan (OM) 20.000.000 50.000.000 30.000.000.000 60.000.000 11990,04%
5 Bappeda
5.a Investasi - - - - - -
5.b operasional/pemeliharaan (OM) - - - - - -N SKPD lainnya (sebutkan)n.a Investasi - - - - - -
n.b operasional/pemeliharaan (OM) - - - - - -
8 Belanja Sanitasi (1+2+3+…n) - - - - - -
26
9 Pendanaan investasi sanitasi Total (1a+2a+3a+…na)
- - - - - -
10 Pendanaan OM (1b+2b+3b+…nb) - - - - - -
11 Belanja Langsung - - - - - -
12 Proporsi Belanja Sanitasi – Belanja Langsung(8/11)
- - - - - -
13 Proporsi Investasi Sanitasi – Total Belanja Sanitasi (9/8)
- - - - - -
14 Proporsi OM Sanitasi – Total Belanja Sanitasi (10/8)
- - - - - -
Sumber :Realisasi APBD tahun 2010-2014 dan hasil olah dataKet : investasi termasuk di dalamnya pembangunan sarana prasarana, pengadaan lahan, pelatihan, koordinasi, advokasi, kampanye dan studi-studi yang terkait dengan sanitasi
Realisasi Belanja Sanitasi Kabupaten Buru dari Tahun 2010-2014 mengalami perkembangan yang fluktuatif. Hal ini terlihat pada beberapa SKPD yang mengalami peningkatan investasi, tetapi mengalami penurunan pada biaya operasional/pemeliharaan. Ini menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten Buru belum menetapkan program sanitasi sebagai prioritas pembangunan.
Tabel 2.7 Perhitungan Pendanaan Sanitasi oleh APBD Kab/Kota Tahun 2010 – 2014
27
No Uraian Belanja Sanitasi (Rp.) Rata-rata Pertumbuhan2010 2011 2012 2013 2014
1 Belanja Sanitasi ( 1.1 + 1.2 + 1.3 + 1.4 ) 752.282.587 2.126.774.800 1.251.785.300 922.605.752 2.104.400.249 3,781.1 Air Limbah Domestik 732.282.587 1.337.166.800 918.070.300 681.255.752 1.959.930.949 4,361.2 Sampah rumah tangga - - - - - -1.3 Drainase perkotaan - 739.608.000 303.715.000 151.350.000 975.000.000 0,871.4 PHBS 20.000.000 50.000.000 30.000.000 90.000.000 144.469.300 7,442 Dana Alokasi Khusus ( 2.1 + 2.2 + 2.3 ) 425.429.273 1.148.638.208 664.088.022 585.661.774 1.626.030.046 5,402.1 DAK Sanitasi 983.359.000 766.274.000 1.650.796.000 1.005.446.000 1.746.257.000 0,262.2 DAK Lingkungan Hidup 43.930.273 1.148.638.208 664.088.022 585.661.774 1.626.030.046 -7,782.3 DAK Perumahan dan Permukiman - - - - - -3 Pinjaman/Hibah untuk Sanitasi - - - - - -4 Bantuan Keuangan Provinsi untuk
Sanitasi- - - - - -
Belanja APBD murni untuk Sanitasi (1-2-3) 326.853.314 1.148.638.208 664.088.022 585.661.774 1.626.030.046 5,97Total Belanja Langsung 26.119.809.200 31.372.965.020 32.868.051.700 37.307.465.210 20.470.562.100 -0,76% APBD murni terhadap Belanja Langsung 1,25 3,66 2,02 1,57 7,94 2,5
Sumber : APBD tahun 2010 – 2014., dan hasil olah data
Berdasarkan Tabel diatas, terlihat bahwa untuk perhitungan belanja sanitasi oleh APBD di Kabupaten Buru untuk sampah rumah tangga belum dianggarkan, serta DAK Perumahan dan Permukiman juga belum terakomodir.
Tabel 2.8 Belanja Sanitasi Perkapita Kabupaten/Kota Tahun 2010 - 2014
Sumber : APBD dan BPS, diolah
28
No D e s k r i p s iTahun
Rata-rata2010 2011 2012 2013 2014
1 Total Belanja Sanitasi Kabupaten/Kota 326.853.314 1.148.638.208 664.088.022 585.661.774 1.626.030.046 870.254.273
2 Jumlah Penduduk 108.445 111.447 115.004 116.336 118.188 113.884
Belanja Sanitasi Perkapita (1 / 2) 3.014 10.307 5.774 5.034 13.758 7.577
. Tabel 2.9 Realisasi dan Potensi retribusi Sanitasi per Kapita
Sumber:Dinas Tata Kota, Kebersihan dan Pemadam Kebakaran Kab. Buru
Untuk sector pendapatan dari pos retribusi di Kabupaten Buru, pos retribusi yang telah tergarap sampai dengan tahun 2014 masih berada pada pos retribusi persampahan, ini pun masih berada dalam lingkup ibukota Kabupaten yaitu Kota Namlea, sedangkan untuk wilayah lain belum tergarap. Begitupun dengan sector retribusi air limbah dan drainase. Hal ini disebabkan masih rendahnya kesadaran amsyarakat akan pentingnya kebersihan dan tingkat kepeduliannya yang masih rendah. Namun demikian sector retribusi sampah menampakkan pertumbuhan positif, kedepan perlu dilakukan intensifikasi dan ekstensifikasi untuk pos retribusi sanitasi ini untuk meningkatkan pendapatan daerah.
29
No SKPD Retribusi Sanitasi Tahun (Rp) Pertumbuhan (%)2010 2011 2012 2013 2014
1 Retribusi Air Limbah1.a Realisasi retribusi - - - - - -1.b Potensi retribusi - - - - - -2 Retribusi Sampah2.a Realisasi retribusi - 85.753.000 128.496.000 172.812.000 254.229.000 0,262.b Potensi retribusi - - - - - -3 Retribusi Drainase3.a Realisasi retribusi - - - - - -3.b Potensi retribusi - - - - - -4 Total Realisasi Retribusi Sanitasi (1a+2a+3a) - - - - - -5 Total Potensi Retribusi Sanitasi (1b+2b+3b) - - - - - -6 Proporsi Total Realisasi – Potensi Retribusi Sanitasi (4/5) - - - - - -
Pendapatan yang timbul karena adanya kegiatan produksi merupakan pendapatan domestic, yang
dimaksud dengan produk regional adalah produk domestic ditambah dengan pendapatan yang diterima
dari luar daearah/negeri dikurangi dengan pendapatan yang dibayar ke luar daearah/negeri.
Pendapatan perkapita merupakan salah satu indikator ekonomi untuk mengukur tingkat kemakmuran
suatu negara atau daerah. Sesuai dengan konsep dan definisi, pengertian Pendapatan Perkapita
suatu daerah adalah pendapatan regional daerah tersebut dibagi dengan jumlah penduduk
pertengahan tahun. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, sulitnya memperoleh data
pendapatan neto yang mengalir dari luar region/daerah menyebabkan penyajian dalam
publikasi ini hanya terbatas pada Pendapatan/Produk Domestik saja. Kesulitan dalam penghitungan
Pendapatan Regional ini tidak hanya dialami oleh Kabupaten Buru, namun juga seluruh kabupaten/kota di
Indonesia. Oleh karena itu, angka Pendapatan Perkapita yang disajikan dalam publikasi ini
merupakan angka Pendapatan Domestik Regional Perkapita. Indeks Harga Implisit PDRB
merupakan salah satu indikator harga yang dapat dipergunakan untuk melihat tingkat inflasi dan deflasi
yang terjadi di suatu daerah/region. Hasil penghitungan menunjukkan bahwa angka indeks implisit pada
tahun 2011 mencapai 232,47 persen. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan,
harga barang dan jasa yang dihasilkan di Kabupaten Buru mengalami kenaikan sebesar
132,47 persen dari harga yang terjadi pada tahun 2000. Apabila dilihat menurut sektor, kenaikan
harga tertinggi yang terjadi pada tahun 2012 terdapat pada sektor pertambangan dan penggalian,
yaitu sebesar 249,52 persen dibandingkan harga pada tahun 2000. Sedangkan kenaikan harga
yang terendah terdapat pada sector keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yaitu sebesar 187,41
persen dibandingkan harga pada tahun 2000.
Data perekonomian di Kabupaten Buru dapat dilihat pada tabel 2.10. dibawah ini :
Tabel 2.10 Tabel Peta Perekonomian Kabupaten/Kota Tahun 2010 - 2014
No D e s k r i p s iTahun
2010 2011 2012 2013 2014 (*)1 PDRB harga konstan (struktur perekonomian) (Rp.) 166.709,08 175.380,83 187.572,56 199.407,52 211.989,2
2 Pendapatan Perkapita Kabupaten/Kota (Rp.) 2.808.085 2.707.621 3.136.066 3.214.421 3.294.733.716
3 Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,71 5,20 5,92 6,31 6,8
Sumber : Simrenda Tahun 2012-2013*) : Angka Estimasi
2.4 Tata Ruang Wilayah
Strategi terhadap pengembangan struktur ruang wilayah Kabupaten Buru akan meliputi :
30
(1). Strategi untuk pengembangan sistem kota-kota meliputi:
(a). memperkuat keterkaitan ekonomi dan spasial di dalam wilayah daratan;
(b). pengembangan wilayah daratan agar dapat membentuk suatu kesatuan ekonomi
spasial yang solid serta efesien dalam hal penyediaan prasarana wilayah;
(c). memperkuat fungsi-fungsi yang sudah ada di kota-kota yang terpilih sebagai pusat-
pusat pertumbuhan, agar terbentuk kesatuan sistem yang mempunyai hierarki dan
fungsi ruang saling mengisi yaitu Namlea, Waplau, Ilath, Airbuaya dan Waeapo;
(d). mengembangkan keterkaitan antar kota secara fungsional yang dilakukan dengan
pengembangan fungsi pelayanan kota yang terintegrasi antara ibukota Provinsi,
ibukota kabupaten dan ibukota kecamatan.
(e). mengembangkan keterkaitan secara tata ruang yang dilakukan dengan meningkatkan
aksesibilitasnya terutama dengan pengembangan jaringan jalan.
(f). mengembangkan dan meningkatkan fungsi ibukota kecamatan terutama sebagai
pusat wilayah belakangnya.
(g). mengarahkan kota-kota menjadi pusat kegiatan koleksi dan distribusi bagi wilayah
belakang, berdasarkan kondisi potensi-potensi sumberdaya alam yang khas sehingga
dapat menjadi suatu keunggulan komperatif yang dapat meningkatkan kemampuan
ekonomi masyarakatnya.
(h). mengembangkan kota-kota sebagai pusat pelayanan yang berhierarki agar tercapai
efisiensi dalam pembiayaan pembangunan fasilitas, dan dengan memperhatikan
faktor kedekatan gugus pulau sehingga dapat lebih memperluas cakupan pelayanan
kota-kota tersebut.
(2). Strategi untuk pengembangan sistem pusat permukiman perkotaan dan perdesaan meliputi:
(a). mengembangkan pusat-pusat permukiman sesuai dengan fungsi dan peran masing-
masing kota;
(b). menyediakan prasarana dan sarana pendukung pusat permukiman perkotaan dan
perdesaan sesuai fungsi masing-masing;
(c). mengembangkan interaksi desa-kota yang saling menguntungkan.
(3). Strategi untuk peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi
wilayah yang merata dan berhierarki meliputi:
31
(a). menjaga keterkaitan antarkawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dan
kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah sekitarnya;
(b). mengembangkan pusat pertumbuhan baru di Teluk Bara dan Danau Rana;
(c). menjaga kota-kota pantai dari bencana tsunami melalui manajemen resiko bencana;
(d). mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan
lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya.
(4). Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana
transportasi meliputi:
(a). meningkatkan kualitas jaringan prasarana transportasi dan mewujudkan
keterpaduanpelayanan transportasi darat, laut dan udara agar dicapai pemerataan
pembangunan, dengan melihat tingkatan kepentingan dan potensi kota-kota yang
bersangkutan;
(b). mengembangkan sistem jaringan prasarana transportasi wilayah agar dicapai
keterkaitan antar pusat-pusat permukiman di kabupaten;
(c). mengembangkan sistem jaringan prasarana transportasi wilayah untuk membuka
wilayah terisolir;
(d). mengembangkan sistem jaringan transportasi wilayah untuk mendukung kegiatan
evakuasi bila terjadi bencana alam;
(e). mengembangkan prasarana perhubungan laut dengan meningkatkan keterkaitan
intra-regional yaitu hubungan antar-pelabuhan dalam provinsi serta keterkaitan inter-
regional yaitu hubungan antara pelabuhan dalam kabupaten dengan pelabuhan yang
ada di luar kabupaten;
(f). mengembangkan fungsi pelabuhan-pelabuhan laut untuk mendukung pengembangan
wilayah terutama yang erat kaitannya dengan pusat-pusat pengembangan;
(g). mengembangkan prasarana perhubungan darat untuk meningkatkan keterkaitan intra
pulau besar maupun pulau kecil;
(h). pengembangan jaringan jalan untuk meningkatkan aksesibilitas antara pusat-pusat
produksi dengan daerah pemasaran; mendukung pengembangan daerah pedalaman;
memperlancar perhubungan antar kota serta mendukung pengembangan sektor
lainnya;
32
(i). pengembangan prasarana perhubungan udara untuk menciptakan hubungan dan
keterkaitan antara pusat-pusat kegiatan ekonomi dan pemerintahan kabupaten
dengan daerah di luar kabupaten seperti ibukota provinsi;
(j). optimalisasi fungsi bandar udara yang ada di kabupaten serta pengembangan
bandara yang melayani penerbangan perintis.
(5). Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana energi
meliputi:
(a). pengembangannya prasarana energi untuk mendukung pengembangan kawasan-
kawasan yang potensial bagi pengembangan perindustrian dan pertambangan serta
kawasan permukiman penduduk;
(b). mengembangkan jaringan prasarana energi listrik di pusat-pusat permukiman, pusat-
pusat produksi, dan pusat-pusat distribusi sesuai dengan kebutuhan dan tingkat
perkembangannya;
(c). meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tak
terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga
listrik;
(6). Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana telematika
meliputi:
(a). mengarahkan pengembangan untuk mendukung kawasan-kawasan yang sulit
dijangkau oleh prasarana perhubungan/transportasi, terisolir, dan rawan bencana
alam, serta kawasan-kawasan yang akan menjadi pusat-pusat pengembangan
wilayah (industri dan pariwisata).
(b). mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi di kawasan perkotaan dan
kawasan perdesaan, serta pada kawasan terisolasi dan kawasan strategis;
(7). Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana
sumberdaya air meliputi:
(a). mengarahkan pengembangan sumberdaya air untuk mendukung pengembangan
usaha pertanian tanaman pangan, terutama persawahan lahan basah di dataran
Waeapo dan mendukung perkebunan pada wilayah-wilayah potensial bagi kegiatan
pertanian di Kecamatan Airbuaya dan Batabual;
33
(b). meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan sistem
jaringan sumberdaya air;
(c). mengembangkan sistem jaringan sumberdaya air pada kawasan potensial untuk
kegiatan pertanian tanaman pangan yang dapat mendukung swasembada pangan;
(d). memenuhi kebutuhan air baku bagi penyediaan air untuk keperluan pengairan, air
minum dan air industri.
Penentuan Zona Kawasan Rawan Bencana yang terdapat di kabupaten Buru dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Penentuan Zonasi Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi
Aktivitas Sesar Lokal
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa ada dua periode sesar yang
terdapat di Kabupaten Buru yaitu :
(1). Periode Pra Tersier menghasilkan perlipatan ("big folfding") yang mengarah Timur Laut
Barat Daya, yang disebabkan oleh gaya tektonik kompressional Barat Laut – Tenggara;
(2). Pada periode Tersier gaya tersebut berubah atau berotasi menjadi Utara – Selatan,
sehingga membentuk struktur geologi berupa patahan/sesar berpasangan "Shear Lateral
Fault zone") yang saling berpotongan dan memotong seluruh struktur batuan yang
perlipatan dan struktur sesar/patahan Turun Normal Tersional yang menghasilkan "pull
apart zone" berupa zona depresi tektonik membentuk danau (Danau Rana dan Danau
Namniwel)
Mengingat sifat gempa sangat aktif dan padat keberadaannya, baik :
(1). Di sebelah Timur Pulau Buru (Selat Manipa);
(2). Disebelah Utara Pulau Buru (Laut Seram);
(3). Di sebelah Selatan dan Barat Daya (Laut Banda).
Pusat-pusat (episentrum dan hiposentrum) gempa tersebut bila terjadi gempa akan
memacu pergerakan kerak / kulit bumi (kerak samudera dan kerak benua /pulau). Oleh aktivitas
gempa tektonik sebelumnya tela terbnetuk sesar / patahan dan rekahan yang akan terus
diaktifkan kembali. Demikian dapat dipastikan bahwa semua sesar di Pulau Buru ini dapat
dikategorikan sebagai sesar aktif. Salah satu indikasi adanya sesar aktif tersebut adalah
keberadaan Danau Rana sebagai bentukan dari sesar aktif yang akan menjadi medium rambat
gelombang gempa.
34
Seismitas
Provinsi Maluku dimana Kabupaten Buru di dalamnya merupakan salah satu daerah
dengan tingkat seismitas paling tinggi di wilayah Indonesia. Sejak periode 1600 – 2005 di
Indonesia telah terjadi 460 kali gempa dengan magnetude >4 SR, dimana 108 kali diikuti dengan
tsunami .
Titik-titik seismitas (kegempaan) tersebar merata di Kabupaten Buru. Berdasarkan
peta seismitas (Gambar 4.3) dapat dijumpai di :
(1). Kecamatan Namlea, terdapat di perairan laut;
(2). Kecamatan Air Buaya 5 titik gempa di darat dan sebelahnya terdapat di perairan Laut Seram
di utara;
(3). Kecamatan Waepo terdapat 5 titik gempa didarat;
(4). Kecamatan Batabual 6 titik gempa di darat, dan 4 titik gempa di laut (selat Manipa);
Melihat persebaran titik kegempan tersebut diatas, maka Kabupaten Buru potensial
terjadi bencana gempa, tsunami dan gerakan tanah.
Percepatan Tanah Puncak (Peak Ground Acceeration)
Besarnya percepatan gempa terhadap percepatan tanah puncak di Kabupaten Buru
tedapat 3 (tiga) kawasan (lihat Gambar 4.4) yang terdiri atas ;
(1). Percepatan tanah puncak tinggi mencakup Kawasan Namlea dan Timur laut;
(2). Percepatan Tanah puncak sedang meliputi Kecamatan Namlea, Kecamatan Waplau Timur,
Kecamatan Waepo Timur laut, dan Kecamatan Batabual secara keseluruhan;
(3). Percepatan Tanah Puncak Rendah meliputi Kecamatan Air Buaya, Kecamatan Waplau
bagian Barat, dan Kecamatan Waeapo bagian Barat Daya.
Zonasi Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi
Berdasarkan Interaksi seismitas, struktur patahan / sesar geologi dan Kondisi tanah
dan batuan,maka dapat disusn Peta Zonasi Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi. Aktivitas
patahan / sesar menjadi medium rambat gelombang gempa yang dapat memicu terjadinya
getaran gempa ke seluruh wilayah Kabupaten Buru. Adapun persebaran kerawanan gempa di
wilayah ini dapat dilihat pada Gambar 4.5 berikut.
Kerawanan gempa bumi di Kabupaten Buru dapat di bagi menjadi :
35
(1). Rawan bencana gempa bumi tinggi bersifat tersebar di pantai Utara Pulau Buru (Kecamatan
Air Buaya, Kecamatan Waplau, Kecamatan Namlea, Kecamatan Waeapo, membentang
Timur Laut – Barat Daya, dan Danau Rana);
(2). Kerawanan gempa rendah terletak memanjang Barat Laut – Tenggara di wilayah Tengah
Pulau Buru yang melibatkan Kecamatan Waplau, Kecamatan Air Buaya, dan Kecamatan
Waeapo.
Zonasi Kawasan Rentan Gempa Bumi
Pengembangan Zonasi kawasan rentan bencana gempa bumi merupakan kombinasi zonasi
kawasan rawan bencana dengan kondisi topografi,tanah, dan batuan pada wilayah tersebut,
sehingga dapat dihasilkan peta kawasan rentan gempa bumi .
Dari peta tersebut tampak bahwa rentan bencana gempa bumi menjadi luas dari Kawasan rawan
bencana gempa, dimana Kecamatan Namlea, Kecamatan Waeapo, dan Seluruhnya
dikategorikan memilki kerawanan tinggi terhadap bencana gempa bumi.
Zonasi Kawasan Resiko Gempa Bumi
Zonasi Kawasan resiko gempa bumi adalah sama seperti perwilayahan kawasan rentan bencana
diatas. Demikian wilayah-wilayah telah diindikasikan beresiko bencana gempa bumi ini harus
mendapat perhatian khusus dalam pelatihan kegiatan diatasnya.
Demikian kawasan beresiko bencana gempa bumi (tinggi) dapat mencapai sekitar 40% wilayah
studi, dan sekitar 55 % kawasan beresiko bencana gempa bumi sedang, dan sisanya beresiko
rendah hanya terdapat di Kecamatan Air Buaya bagian Timur Laut.
Penentuan Zonasi Rawan Tsunami
Zonasi Kawasan Rawan Bencana Tsunami
Seperti telah terlihat diatas bahwa Pulau Buru dan Pulau Ambalau di kelilingi oleh titik
gempa yang berada di laut, sehingga kemungkinan terjadinya tsunami perlu diantisipasi.
Demikian maka sekeliling Kabupaten Buru pada bagian pesisir pantainya rawan terhadap bahaya
bencana tsunami.
Intensitas tsunami baik tinggi, sedang, maupun rendah mengelilingi pesisir pantai
Kabupaten Buru. Adapun kerawanan tsunami tinggi terkonsentrasi di pantai Kecamatan Batabual
bagian Utara, seluruh Pantai Namlea, seluruh Pantai Kecamatan Waeapo, Timur laut Kecamatan
Waplau, dan Pantai Utara –Timur Laut Kecamatan Air Buaya.
36
37
Peta 2.3 Rencana Struktur Ruang Kabupaten Buru
Peta 2.4 Rencana Pola Ruang Kabupaten Buru
40Sumber : RTRW Kabupaten Buru
41
Sumber : RTRW Kabupaten Buru
2.5 Sosial dan Budaya
Pendidikan
Di Pulau Buru secara umum baik di Buru Utara maupun Buru Selatan, sebagian besr gerak dan
interaksi social yang berlaku didalam masyarakat sangat dipengaruhi oleh budaya local yang diturunkan
secara turun temurun dari zaman dulu hingga saat ini. Pengaruh budaya ini ada dalam berbagai bidang
kehidupan masyarakat mulai dari bidang politik dan hukum di pemerintahan, agama dan pendidikan di
sekolah, hingga di rumah tangga dalam begbagai budaya perkawinan, pembagian kerja antara suami
isteri dan berbagai keputusan lainnya dikeluarga.Budaya Buru menjadi symbol hidup yang sacral dan
yang mengatur serta menata hidup seluruh masyarakat dipulau buru baik itu laki-laki maupun perempuan,
mulai dari orang tua sampai anak-anak. Dapat dikatakann bahwa orang buru tidak dapat hidup terpisah
dari nilai-nilai budaya buru yang telah membentuk jati diri mereka sebagai makhluk social.
Salah satu konsep pengembangan social adalah dengan konsep pemberdayaan masyarakat
dalam berbagai aspek baik social, budaya dan ekonomi. Pemberdayaan merupakan bagian dari
pembangunan social, karena pada dasarnya pembangunan social merupakan pembangunan manusia,
maka arahan dalam menunjang pengembangan kawasan di Kabupaten Buru perlu diperhatikan tentang
pembangunan yang berorientasi manusia.
Proses pemberdayaan memerlukan partisipasi aktif dari masyarakat sasaran, oleh karena itu
tujuan pemberdayaan akan sulit dicapai apabila yang bersangkutan tidak menyadari keberadaannya.
Dalam konteks ini, pemberdayaan setidaknya mencakup dua hal antara lain :
1). Adanya masyarakat miskin (powerless) yang tidak berdaya dan mencukupi kebutuhan sendiri;
2). Adanya keinginan untuk mengatasi ketidak berdayaan itu dengan cara membangkitkan dan
meningkatkan keberdayaan melalui program pengembangan Kecamatan.
Pendidikan adalah salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan,
pendidikan yang bermutu merupakan jaminan terbentuknya kualitas generasi mendatang yang handal
untuk mensukseskan pembangunan nasional pada umumnya dan pembangunan Kabupaten Burupada
khususnya.Jumlah sarana pendidikan tingkat Sekolah Dasar (SD/Sederajat), Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP/Sederajat) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SMA/Sederajat) yang ada di Kabupaten
Burusebanyak 217sekolah yang tersebar di 10(sepuluh) kecamatan, untuk tingkat Sekolah Dasar
(SD/MI/sederajat) sebanyak 143, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP/MTs/Sederajat) sebanyak 53,
dantingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA/MA/Sederajat) sebanyak 21.
Gambaran umum mengenai fasilitas pendidikan di Kabupaten Burudapat dilihat pada tabel di
bawah ini .
Tabel 2.11: Jumlah fasilitas pendidikan yang tersedia di Kabupaten Buru Tahun 2013No. Nama Kecamatan Jumlah Fasilitas Pendidikan
Umum Agama
40
SD SLTP SMA SMK MI MTs MA1. Kec. Namlea 16 5 2 1 1 2 2
2. Kec. Waplau 16 5 2 - - - -
3. Kec. Airbuaya 14 7 2 1 - - -
4. Kec. Waeapo 10 4 1 1 2 1 1
5. Kec. Batabual 9 4 1 - - 2 1
6. Kec. Lolong Guba 20 4 1 - 3 1 -
7. Kec. Waelata 13 4 1 - 3 1 -
8. Kec. Fena Leisela 21 7 - 1 - - -
9. Kec. Teluk Keiely 6 2 - 1 - - -
10. Kec. Lilialy 8 3 1 1 1 1 -Sumber: Dinas Pendidikan Kab. Buru
Penduduk Miskin
Menurut hasil dari Survei Sosial Ekonomi Nasional yang rutin dilakukan oleh
BPS, perkembangan persentase penduduk miskin di Kabupaten Buru cenderung mengalami
penurunan. Pada tahun 2011, persentase penduduk miskin di Kabupaten Buru sebesar 22
persen, sedangkan pada tahun 2012, persentase ini berkurang menjadi 19,8 persen.
Adapun yang dimaksud dengan persentase penduduk miskin ini adalah persentase penduduk yang
pengeluarannya berada di bawah garis kemiskinan, dimana garis kemiskinan untuk Kabupaten Buru
pada tahun 2012 ini sebesar 296.538 rupiah. Tidak hanya persentase, jumlah penduduk miskin di
Kabupaten Buru pun menunjukkan penurunan. Jika pada tahun 2011 jumlah penduduk miskin
berjumlah 24,7 ribu orang, maka pada tahun 2012 jumlahnya turun menjadi 23,5 ribu orang.
ukuran ini tetap tidak berubah jika seseorang yang miskin menjadi bertambah miskin. Indeks
Kedalaman Kemiskinan atau Poverty Gap Index (P1) adalah rata-rata kesenjangan pengeluaran
masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin
dalam tingkat kemiskinan karena semakin jauh rata-ratapengeluaran penduduk miskin terhadap
garis kemiskinan. Adapun Indeks Kedalaman Kemiskinan Kabupaten Buru pada tahun 2012
sebesar 4,81.
Indeks Keparahan Kemiskinan atau Poverty Severity Index (P2) adalah sebaran
pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi indeks ini, semakin parah tingkat kemiskinan
karena semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Adapun Indeks Keparahan
Kemiskinan Kabupaten Buru pada tahun 2012 sebesar 1,55.
Jumlah keluarga miskin di sajikan dalam tabel sebagai berikut :
41
Tabel 2.12: Jumlah penduduk miskin per kecamatan
Sumber:: Dinas Pencatatan Sipil Kab. Buru
Fasilitas Rumah Tinggal
Aspek kesehatan dan kenyamanan dan bahkan estetika bagi sekelompok masyarakat
tentu sangat menentukan dalam pemilihan rumah tinggal. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
kualitas bangunan adalah luas lantai karena semakin kecil luas lantai maka kenyamanan rumah tersebut
akan terganggu.
Menurut Badan Kesehatan Dunia, kriteria rumah sehat adalah rumah tinggal yang memiliki luas
lantai per orang minimal 10 m² . Apabila rata-rata jumlah anggota rumah tangga dalam satu rumah
tangga adalah 5 orang, maka pada tahun 2012, persentase rumah tangga yang memiliki luas lantai
kurang dari 50 m² masih cukup besar, yaitu 49,35 persen. Kualitas rumah tinggal juga sangat
ditentukan oleh kualitas bahan bangunan yang digunakan, yang secara nyata mencerminkan tingkat
kesejahteraan penghuninya. Kualitas bahan bangunan yang digunakan dapat dilihat dari jenis atap,
dinding, dan lantai yang digunakan. Jenis lantai yang dilihat adalah apakah lantai yang digunakan.
Tidak berbeda dengan sebagian besar rumah tangga di Provinsi Maluku, sebagian besar
rumah tangga di Kabupaten Buru menggunakan atap terluas berupaseng, bahkan persentasenya
mencapai 75,08 persen. Seng dipilih karena selain mudah diperoleh, harganyapun masih terjangkau dan
memiliki masa pakai cukup lama. Adapun untuk persentase rumah tangga yang memiliki atap laya k di
Kabupaten Buru sebesar 83,40 persen.Penggunaan dinding permanen di Kabupaten Buru pada tahun
2012 mencapai 62,16 persen atau lebih besar dibandingkan pada tahun 2011 (57,16 persen)
dan 2010 (52,39 persen).
Dari paparan di atas, perlu diperhatikan bahwa penentuan atap dan dinding
rumah tidak hanya dipengaruhi oleh faktor ekonomi saja, namun juga faktor budaya dan
ketersediaan bahan baku. Oleh karena itu pemerintah hendaknya membantu dalam hal penyediaan
bahan baku dalam upaya pembuatan rumah tinggal yang sehat bagi masyarakat.
42
No. Nama Kecamatan Jumlah keluarga miskin (KK)
1. Kec. Namlea 202
2. Kec. Waplau 469
3. Kec. Airbuaya 1.440
4. Kec. Waeapo 457
5. Kec. Batabual 491
6. Kec. Lolong Guba 1.509
7. Kec. Waelata 1.436
8. Kec. Fena Leisela 2.184
9. Kec. Teluk Keiely 259
10. Kec. Lilialy 450
Jumlah 0
Jumlah rumah di kabupaten buru tersedia di tabel :
Tabel 2.13: Jumlah rumah per kecamatan
Sumber :Bappeda Kab.Buru
2.6 Kelembagaan Pemerintah Daerah
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Buru Nomor 05 Tahun 2012 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten Buru .
Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Buru terdiri dari 15 Dinas Daerah, 14 Lembaga Teknis
Daerah, Satpol PP dan Linmas, 10 Kecamatan dan 82 Desa yang bertanggung jawab kepada
Bupati Buru melalui Sekretaris Daerah Kabupaten Buru
Dalam bidang sanitasi, terutama dalam rangka pelaksanaan Program Percepatan Sanitasi
Permukiman, telah dibentuk Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Buru dengan Surat KeputusanBupati
Buru Nomor 050.13.05/151 Tahun 2014 Tanggal 22 Maret 2014 tentang Pembentukan Kelompok Kerja
Sanitasi Kabupaten Buru.
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Kabupaten Buru Tahun
2014, dimana anggota-anggotanya terdiri dari lintas SKPD, dan stakeholder sektor sanitasi di Kabupaten
Buru.
43
No. Nama Kecamatan Jumlah Rumah
1. Kec. Namlea 6.034
2. Kec. Waplau 1.954
3. Kec. Airbuaya 2.187
4. Kec. Waeapo 2.921
5. Kec. Batabual 1.000
6. Kec. Lolong Guba 3.048
7. Kec. Waelata 3.273
8. Kec. Fena Leisela 2.210
9. Kec. Teluk Keiely 516
10. Kec. Lilialy 2.044
Jumlah 0
STRUKTUR ORGANISASIPEMERINTAH KABUPATEN BURU
DPRD
SEKRETARIAT DAERAH
KECAMATAN
DESA
SATPOL. PP & LINMAS
BUPATI
WAKIL BUPATI
SEKRETARIAT DPRD
Bagian Persidangan& RisalahBagian Keuangan
Bagian Umum
Asisten Administrasi Umum
- Bag. Hukum- Bag. Organisasi Tata Laksana- Bag. Umum & Perlengkapan
Asisten Ekonomi Pembangunan
- Bag. Ekonomi Pembangunan- Bag. Humas & Protokoler
- Bag. Pemberdayaan Perempuan
DINAS DAERAHDinas PendidikanDinas KesehatanDinas PendapatanDinas Perindustrian & PerdaganganDinas Koperasi & UKMDinas Tenaga Kerja & TransmigrasiDinas Kependudukan & Pencatatan SipilDinas Perhubungan & PariwisataDinas SosialDinas Pekerjaan UmumDinas Tata Kota, Kebersihan & Pemadam KebakaranDinas PertanianDinas Pertambangan & ESDMDinas Kelautan & PerikananDinas Kehutanan
STAF AHLI
- Hukum dan HAM- Pemerintahan- Ekonomi Pembangunan- Sumber Daya Manusia- Kesejahteraan Rakyat
LEMBAGA TEKNIS DAERAH
Badan Perencanaan Pembangunan DaerahBadan Kepegawaian DaerahBadan Pemberdayaan Masyarakat DesaBadan KesbangpolBadan Ketahanan PanganBadan Lingkungan HidupBadan Penanggulangan Bencana DaerahBadan Pengelolaan Keuangan & Kekayaan DaerahInspektoratRSUDSekretariat DPRDSekretariat KORPRIKantor Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal DaerahKantor Perpustakaan & Arsip Daerah
Asisten Pemerintahan & Kesra
- Bag.Tata Pemerintahan- Bag.Pemerintahan Desa- Bag.Kesejahteraan Sosial
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Buru
44
Bidang Sumber Daya Alam dan Infrastruktur
BAPPEDABADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA
Bidang Sosial Budaya dan Ketahanan Masyarakat
DINAS PEKERJAAN UMUM
Bidang Cipta Karya
DINAS TATA KOTA DAN KEBERSIHAN
Bidang Kebersihan
BUPATI
DINAS KESEHATAN
Bidang Pencegahan, Pemberantasan Penyakit & Penyehatan Lingkungan
BADAN LINGKUNGAN HIDUP
Bidang Pengendalian, Pencemaran dan Pengrusakan Lingkungan
Mandat Tupoksi Langsung(Stakeholder Utama)
Mandat TupoksiTidak Langsung(Stakeholder Mitra)
Gambar 2.2: Struktur SKPD yang terkait dalam pembangunan sanitasi Kabupaten Buru
BeberapaSatuan Kerja Perangkat Daerah terlibat di dalam melaksanakan pembangunan sanitasidan yang memiliki keterkaitan tugas pokok dan
fungsinya, baik langsung atau tidak langsung. Secara ringkas, digambarkan dalam Bagan 2.2 berikut ini.
Keterangan :
45
2.7 Komunikasi dan Media
Dalam Pembangunan sanitasi di Kabupaten Buru, peran media memang dirasakan sangat penting.
Namun sampai dengan saat ini peran tersebut belum terlalu terwujud, mengingat media yang terdapat di
Kabupaten masih sangat terbatas. Untuk kegiatan terkait dengan prohisan lebih banyak diintensifkan
melalui kegiatan tatap muka yang dilakukan masyarakat dengan tokoh-tokoh yang ada, seperti melalui
sarana ibadah, pertemuan rutin masyarakat serta beberapa kunjungan oleh Pemerintah Daerah. Hal ini
disebabkan keterbatasan jangkauan media yang terdapat di kabupaten Buru.
Media cetak yang ada di kabupaten Buru merupakan media yang berasal dari ibukota Provinsi (Ambon)
dan jangkauan pelayanan hanya sampai di ibukota Kabupaten, sedangkan media elektronik hanya
terdapat RPD (Radio Pemerintah Daerah) Kabupaten Buru yang jangkauannya hanya di seputaran
ibukota Kabupaten.
Hal ini yang menjadi kendala dalam memaksimalkan peran media dalam pembangunan sanitasi.langkah
strategis yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Buru adalah merangkul media tersebut dalam
berbagai kegiatan Pemerintah Daerah, sehingga kegiatan-kegiatan yang terkait dengan sanitasi dapat
diliput ddan diberitakan dalam berbagai media dengan dukungan dana APBD II.
Selain itu kegiatan dalam pembangunan sanitasi masih dilaksanakan secara parsial dan belum berada
dalam koridor acuan yang jelas, selama ini peran aktif hanya dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan, Dinas
Pekerjaan Umum dan Bappeda, itupun belum terjalin koordinasi dan bekerja tanpa cetak biru
pembangunan sanitasi yang jelas, sehingga hasil yang didapatkan juga belum maksimal.
Tabel 2.14: Kegiatan Komunikasi terkait Sanitasi
No Kegiatan Tahun Dinas Pelaksana
Tujuan Kegiatan
Khalayak Sasaran Pesan Kunci Pembelajara
n
1. Pemicuan, Penyuluhan Tata Cara Cuci Tangan Pakai Sabun (Pemicuan CLTS) Pedesaan
2009 -2010
Bappeda & Dinas Kesehatan, Puskesmas
Merubah Perilaku
5 Puskesmas, yang berada 12 Desa di 3 Kecamatan
Sanitasi buruk dan perilaku hidup tidak bersih dan tidak sehat itu menjijikan dan memalukan dan membuat sakit karenanya perlu kita perbaiki sanitasi dan biasakan PHBS
Masih ditemukan masyarakat BABS di sembarangan tempat(Pantai,Sungai,Kebun)belum adanya kesadarn Masyarakat untuk stop BABS
2. Sosialisasi melalui Media Publikasi
2012 Kantor Lingkungan Hidup
Mengajak masyarakat untuk membuan
Masyarakat umum. 1. Air Bersih
Lingkungan kita capai
Mengajak masyarakat untuk bersama-
46
No Kegiatan Tahun Dinas Pelaksana
Tujuan Kegiatan
Khalayak Sasaran Pesan Kunci Pembelajara
n
(bentuk Baliho)
g sampah di tempat yang telah disediakan
peradaban berakhlak bersih
2. Jagalah Kebersihan Lingkungan, Bersih Ciri Masyarakat Beradab
3. Buanglah Sampah pada tempatnya, Lautku bukan Keranjang Sampah
sama menjaga lingkunganbersih dan sehat
3. Pemicuan dan Pelatihan STBM
2014 Dinas Kesehatan, BPMD, BAPPEDA, dan PU.
Terjadinya perubahan perilaku BABS menjadi Stop BABS
Masyarakat perdesaan.
1. Stop BABS2. CTPS di lima
waktu penting
3. Pengolahan air minum dan makana di Rumah Tangga yang baik dan benar.
4. Mengolah sampah rumah tangga.
Masih ditemukan masyarakat BABS di sembarangan tempat(Pantai,Sungai,Kebun)belum adanya kesadarn Masyarakat untuk stop BABS
47
Tabel 2.15 Media Komunikasi dan Kerjasama terkait Sanitasi
NoJenis
Media(a)
Khalayak(b)
Pendanaan(c)
Isu yang Diangkat
(d)
Pesan Kunci
(e)Efektivitas
(f)1. Radio
Pemerintah Daerah . (Mrimu fm)
Masyarakat Umum terutama masyarakat Kota Namlea
Dana Alokasi Umum (DAU)
Keterlibatan Masyarakat dalam rangka membuang sampah pada tempat yang disediakan
Menjaga kebersihan dan keindahan kota namlea
Meningkatnya pemahaman masyarakat tentang budaya buang sampah yang baik dan benar.
48
Top Related