Download - GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

Transcript
Page 1: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN

ANAK AUTISME DI KOTA TANGERANG SELATAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh:

INDAH FITRIASTARINA SURYADI

1110104000044

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

TAHUN 2014/ 1435 H

Page 2: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1
Page 3: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1
Page 4: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1
Page 5: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1
Page 6: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Indah Fitriastarina Suryadi

Tempat Tanggal Lahir : Tarakan, 24 Maret 1993

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Aria Putra Komplek Kedaung Hijau Blok E-16

Ciputat Tangerang Selatan

Telepon : 085246132008

E-mail : [email protected]

Riwayat Pendidikan

1. SDN 004 Tarakan (1998-2004)

2. SMPN 1 Tarakan (2004-2007)

3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010)

4. S1 Keperawatan (UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) (2010-2014)

Pengalaman Organisasi

1. PMR sebagai Anggota (2004-2006), (2007-2008), sebagai Ketua (2006-2007),

(2008-2009)

2. BEM Jurusan Program Studi Ilmu Keperawatan sebagai Anggota Departemen

Informasi dan Komunikasi (2010 – 2012)

Pengalaman Pelatihan, Seminar, dan Workshop

1. Seminar Kesehatan “Perawatan Pasien Hipertensi dan Diabetes di Rumah”

Tahun 2010

2. Simposium Nasional “Perspektif Islam dalam Membangun Karakter Bangsa

pada Era Milenium Kesehatan” Tahun 2010

3. Pelatihan Nursing Camp “Memaksimalkan Peran Organisasi Keperawatan

dalam Menghadapi Tantangan Global” Tahun 2011

4. Talk Show “Osteoarthritis” Tahun 2011

5. Pelatihan Pertolongan Pertama pada Mahasiswa “Tau Trik, Pasti Bisa

Nolong..!!” Tahun 2011

Page 7: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

vii

6. Seminar Keperawatan “Nursing as Partner Society and Delivering Public

Health” Tahun 2011

7. Seminar Nasional “Uji Kompetensi Nasional Meningkatkan Peran dan Mutu

Profesi Keperawatan dalam Menghadapi Tantangan Global” Tahun 2012

Page 8: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

viii

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Juni 2014

Indah Fitriastarina Suryadi, NIM: 1110104000044

Gambaran Stres pada Saudara Kandung dengan Anak Autisme di Kota Tangerang

Selatan

xviii – 74 halaman – 15 tabel – 2 bagan – 3 lampiran

ABSTRAK

Autisme adalah kekurangan dalam interaksi sosial, komunikasi, termasuk kekurangan

berbahasa dan dalam aktivitas serta ketertarikan. Stres adalah respon individu terhadap

stresor yaitu situasi dan peristiwa yang mengancam dan melebihi kemampuan mereka untuk

mengatasinya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran stres saudara kandung dengan

anak autisme di Kota Tangerang Selatan. Sampel penelitian yang digunakan sebanyak 30

responden didapat dengan teknik nonprobability sampling dengan sampling jenuh. Desain

yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data

menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Teknik analisa data menggunakan

analisa univariat deskriptif dan frekuensi dengan menggunakan bantuan program aplikasi

statistik dalam pengolahannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran stres dari 30

responden yang mengalami stres (50,0%) dan yang tidak stres (50,0%). Berdasarkan respon

stres dari respon stres fisiologis mayoritas responden mengalami stres (60,0%), berdasarkan

respon stres kognitif mayoritas responden mengalami stres (53,3%), berdasarkan respon stres

psikologis mayoritas responden mengalami stres (53,3%) dan berdasarkan respon stres

tingkah laku seimbang antara stres dan tidak stres masing-masing (50,0%). Dari 15 responden

yang stres secara keseluruhan berdasarkan karakteristik responden usia mayoritas remaja

pertengahan 15-17 tahun (46,7%), jenis kelamin mayoritas perempuan (60,0%), hubungan

dengan saudara kandung mayoritas kakak (73,7%) dan urutan lahir mayoritas anak pertama

(53,3%).

Kata Kunci : Autisme, Stres, Saudara Kandung

Daftar Bacaan : 34 (Tahun 2000 - 2013)

Page 9: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

ix

SCHOOL OF NURSING

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

ISLAMIC STATE UNIVERSITY (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Undergraduate Thesis, June 2014

Indah Fitriastarina Suryadi, NIM: 1110104000044

Sibling’s Stress with Autism Children in Tangerang Selatan Year 2014

xviii + 74 pages + 15 tables + 2 charts +3 attachments

ABSTRACT

Autism is a deficiency in social interaction, communication, and language including

deficiencies in the activity and interest. Stress is an individual's response to stressors the

situations and events that threaten and exceed their ability to cope. This study aims to look at

the picture of stress with siblings of children with autism in South Tangerang City. The

sample used by 30 respondents obtained with nonprobability sampling technique with

saturated sampling. The design used is descriptive quantitative approach. Collecting data

using a questionnaire research instruments. The data analysis using univariate descriptive and

frequency with the help of statistical application program in its processing. The results

showed that the stress picture of the 30 respondents who experienced stress (50.0%) and non-

stress (50.0%). Based on the stress response of the physiological stress response of the

majority of respondents experienced stress (60.0%), based on the cognitive stress response

majority of respondents experienced stress (53.3%), based on psychological stress responses

stressed the majority of respondents (53.3%) and based on the response behavioral stress

balance between stress and no stress, respectively (50.0%). Of the 15 respondents overall

stress on the characteristics of respondents aged 15-17 years mid teens majority (46.7%), the

majority of female gender (60.0%), relationships with siblings sister majority (73.7%) and the

sequence majority of first born children (53.3%).

Keywords: Autism, Stress, Sibling

References: 34 (2000-2013)

Page 10: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

x

KATA PENGANTAR

يِب ِب الَّر ْس مِب الَّر ِب يِب ِب ْسAssalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh

Bismillahirahmanirahim. Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan

limpahan karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Gambaran Stres pada Saudara Kandung dengan Anak Autisme di Kota Tangerang

Selatan”. Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW serta

para sahabatnya yang telah menerangi jalan manusia dari zaman kebodohan menuju zaman

yang terang benderang.

Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang peneliti

jumpai namun syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-Nya, kesungguhan, kerja

keras dan kerja cerdas disertai dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik langsung

maupun tidak langsung, segala kesulitan dapat diatasi dengan sebaik-baiknya yang pada

akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan.

Terselesaikannya skripsi ini tidak akan lepas dari bantuan dan kerjasama dari berbagai

pihak yang telah membantu penulis tanpa letih. Oleh karena itu penulis mengucapkan rasa

syukur dan ucapan terima kasih ini disampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Prof. dr. Dr (hc) M.K Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM selaku Ketua Program Studi dan Ibu Eni

Nur’aini Agustini selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Maulina Handayani, S.Kp, M.Sc, selaku pembimbing 1 dan Ibu Nia Damiati, S.Kp,

M.SN selaku pembimbing 2 yang selalu membimbing, memberikan saran dan kritik

kepada penulis tanpa letih.

5. Segenap staf pengajar dan karyawan di lingkungan Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberikan ilmu, dorongan dan motivasi pada penulis.

6. Segenap staf bidang akademik FKIK dan Program Studi Ilmu Keperawatan serta

Perpustakaan FKIK yang telah membantu dalam pengadaan bahan rujukan skripsi.

7. Kepala Sekolah Khusus Al-Ikhsan, Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri, Sekolah Khusus

Nur Asih dan Terapi Wila Kertia yang telah bersedia membantu penulis dalam

mengumpulkan data.

8. Orang tua dan saudara kandung dari murid autisme yang telah bersedia membantu

terselesaikannya penelitian ini.

Page 11: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

xi

9. Orang tua penulis tercinta yang selalu memberikan kasih sayang tak terhingga kepada

anaknya, mendoakan serta memberikan dorongan dan masukan baik materiil maupun

non materiil.

10. Teman-teman FKIK angkatan 2010, PSIK 2009-2013, BEMJ Ilmu Keperawatan.

Sahabat-sahabat terbaik PSIK 2010 yang telah memberikan dukungan dan memacu

semangat penulis untuk menyelesaikan tugas akhir.

11. Serta semua pihak yang telah banyak membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis sangat menyadari bahwa pada penyusunan skripsi ini, masih terdapat banyak

kekurangan dan belum sempurna karena keterbatasan yang peneliti miliki, karena

sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Peneliti mengharapkan kritik dan

saran yang membangun sehingga peneliti dapat memperbaiki skripsi ini. Peneliti berharap

semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca

yang mempergunakannya terutama untuk proses kemajuan pendidikan selanjutnya.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jakarta, Juli 2014

Indah Fitriastarina Suryadi

Page 12: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

xii

LEMBAR PERSEMBAHAN

Yang terucap akan lenyap, yang tercatat akan teringat. Lembar ini saya dedikasikan untuk

mereka yang selalu sedia membantu dan menyemangati dalam menyelesaikan skripsi ini.

Terima kasih sedalam-dalamnya saya ucapkan kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Bambang Suryadi dan Ibunda Suryawati, malaikat

tanpa sayap yang doanya selalu memberikan keajaiban-keajaiban besar dalam hidup

saya, yang cinta dan kasih sayangnya menjadi semangat utama dalam menyelesaikan

skripsi ini, dan yang selalu rela berjuang untuk keberhasilan anak-anaknya. Mereka

adalah penjaga utama api hidup saya agar tidak padam.

2. Muhammad Satrio Pradana Suryadi, kakak yang sangat super dengan segala

perhatiannya yang luar biasa dan selalu fast respond disaat-saat genting. Adik saya,

Tulivia Rizkikarunia Suryadi yang kepolosannya selalu mencairkan suasana.

3. Tante dan Om saya yang dengan segala kebaikannya membantu saya sehingga dapat

menyelesaikan kuliah saya, Nenek yang selalu mendoakan, dan teman-teman BANDIT

yang banyak membantu dan memberikan support kepada saya.

4. Sahabat “The Last Group” tersayang yang telah menemani selama 4 tahun dan semoga

seterusnya (Febty, Ratna, Rafika, Fitriyani, Gaby, Rosi, Galuh, Laras, dan Hilma) yang

selalu siap dengan bantuan, semangat, dan doanya tanpa perlu diminta.

5. Teman-teman PSIK COMPAQ 2010, keluarga baru yang selama ini menjadi rumah

kedua saya dan selalu memberikan pelajaran hidup yang berharga. Kalian luar biasa!

Page 13: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ....................................................... ii

LEMBAR PENYATAAN PENGESAHAN ........................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ vi

ABSTRAK ................................................................................................................ viii

ABSTRACT .............................................................................................................. ix

KATA PENGANTAR .............................................................................................. x

LEMBAR PERSEMBAHAN .................................................................................. xii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. xiii

DAFTAR TABEL .................................................................................................... xvi

DAFTAR BAGAN .................................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xviii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 7

C. Pertanyaan Penelitian ..................................................................................... 8

D. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 8

1. Tujuan Umum .......................................................................................... 8

2. Tujuan Khusus ......................................................................................... 9

E. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 9

1. Bagi Peneliti ............................................................................................. 9

2. Bagi Institusi Keperawatan ...................................................................... 9

3. Bagi Orang Tua ....................................................................................... 10

4. Bagi Peneliti selanjutnya .......................................................................... 10

F. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................................. 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 11

A. Autisme .......................................................................................................... 11

1. Pengertian Autisme .................................................................................. 11

2. Tanda dan Gejala Autisme ....................................................................... 11

Page 14: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

xiv

3. Penyebab Autisme .................................................................................... 16

B. Stres ................................................................................................................ 16

1. Pengertian Stres ........................................................................................ 16

2. Penggolongan Stres .................................................................................. 18

3. Respon Stres ............................................................................................. 19

4. Gejala Stres .............................................................................................. 19

5. Penyebab Stres ......................................................................................... 21

6. Dampak Stres ........................................................................................... 23

7. Penilaian Stres .......................................................................................... 24

C. Stres Saudara Kandung .................................................................................. 26

D. Kerangka Teori............................................................................................... 32

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ................. 33

A. Kerangka Konsep ........................................................................................... 33

B. Definisi Operasional....................................................................................... 34

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 39

A. Desain Penelitian ............................................................................................ 39

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................................... 39

C. Populasi dan Sampel ...................................................................................... 40

1. Populasi .................................................................................................... 40

2. Sampel ...................................................................................................... 40

D. Teknik Pengambilan Sampel.......................................................................... 41

E. Instrumen Penelitian....................................................................................... 41

F. Perencanaan Uji Validitas dan Reliabilitas .................................................... 44

1. Validitas ................................................................................................... 44

2. Reliabilitas ............................................................................................... 46

G. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................. 46

H. Pengolahan Data............................................................................................. 47

I. Analisa Data ................................................................................................... 48

J. Etika Penelitian yang Digunakan ................................................................... 48

BAB V HASIL PENELITIAN ................................................................................ 50

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ............................................................. 50

B. Karakteristik Responden ................................................................................ 52

1. Usia .......................................................................................................... 52

2. Jenis Kelamin ........................................................................................... 53

3. Hubungan dengan Anak Autisme. ........................................................... 53

4. Urutan Lahir. ............................................................................................ 53

C. Gambaran Stres .............................................................................................. 54

1. Respon Stres Fisiologis ............................................................................ 54

2. Respon Stres Kognitif .............................................................................. 55

3. Respon Stres Psikologis ........................................................................... 55

4. Respon Stres Tingkah Laku ..................................................................... 56

Page 15: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

xv

5. Respon Stres Berdasarkan Usia Saudara Kandung .................................. 56

6. Respon Stres Berdasarkan Jenis Kelamin Saudara Kandung .................. 57

7. Respon Stres Berdasarkan Hubungan Saudara Kandung dengan Anak

Autisme .................................................................................................... 57

8. Respon Stres Berdasarkan Urutan Lahir Saudara Kandung .................... 58

BAB VI PEMBAHASAN ....................................................................................... 59

A. Gambaran Karakteristik Responden .............................................................. 59

B. Gambaran Stres pada Saudara Kandung dengan Anak Autis ........................ 60

1. Respon Stres Fisiologis ............................................................................ 62

2. Respon Stres Kognitif .............................................................................. 63

3. Respon Stres Psikologis ........................................................................... 65

4. Respon Stres Tingkah Laku ..................................................................... 66

5. Respon Stres Berdasarkan Usia Saudara Kandung .................................. 67

6. Respon Stres Berdasarkan Jenis Kelamin Saudara Kandung .................. 69

7. Respon Stres Berdasarkan Hubungan Saudara Kandung dengan Anak

Autisme .................................................................................................... 70

8. Respon Stres Berdasarkan Urutan Lahir Saudara Kandung .................... 71

C. Keterbatasan Penelitian .................................................................................. 71

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 72

A. Kesimpulan .................................................................................................... 72

B. Saran ............................................................................................................... 73

1. Bagi institusi dan perawat ........................................................................ 73

2. Bagi peneliti lain ...................................................................................... 74

3. Bagi orang tua .......................................................................................... 74

4. Bagi sekolah autisme................................................................................ 74

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 16: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian ................................................................ 34

Tabel 4.1 Blue Print Skala Respon Stres .................................................................. 43

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia .................................. 52

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ................... 53

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hubungan dengan Anak

Autisme ...................................................................................................... 53

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Urutan Lahir ..................... 53

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Nilai Stres pada Saudara Kandung yang

Mengalami Respon Stres Tahun 2014 ....................................................... 54

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Nilai Stres pada Saudara Kandung yang

Mengalami Respon Stres Fisiologis Tahun 2014 ...................................... 54

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Nilai Stres pada Saudara Kandung yang

Mengalami Respon Stres Kognitif Tahun 2014 ........................................ 55

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Nilai Stres pada Saudara Kandung yang

Mengalami Respon Stres Fisiologis Tahun 2014 ...................................... 55

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Nilai Stres pada Saudara Kandung yang

Mengalami Respon Stres Tingkah Laku Tahun 2014 ............................... 56

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Stres Berdasarkan Usia Saudara Kandung dari

Anak Autisme di Tangerang Selatan Tahun 2014 ..................................... 56

Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Stres Berdasarkan Jenis Kelamin Saudara

Kandung dari Anak Autisme di Tangerang Selatan Tahun 2014 .............. 57

Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Stres Berdasarkan Hubungan Saudara Kandung

dengan Anak Autisme di Tangerang Selatan Tahun 2014 ........................ 57

Tabel 5.13 Distribusi Frekuensi Stres Berdasarkan Urutan Lahir Saudara

Kandung dari Anak Autisme di Tangerang Selatan Tahun 2014 ............. 58

Page 17: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

xvii

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian ....................................................................... 32

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian .................................................................... 33

Page 18: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Pernyataan Persetujuan Responden

2. Kuesioner Gambaran Stres

3. Hasil Analisa Data

Page 19: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak special needs atau anak dengan kebutuhan khusus merupakan anak

yang mengalami hambatan dalam perkembangan perilakunya. Perilaku

tersebut antara lain wicara, okupasi, intelegensi, emosi dan perilaku sosial

yang tidak dapat berkembang dengan baik. Jenis dari anak dengan kebutuhan

khusus ini ada bermacam-macam, diantaranya autisme. Istilah autisme sendiri

baru diperkenalkan pada tahun 1943 oleh Leo Kanner (Handojo, 2008).

Satu dari enam anak di Amerika Serikat mempunyai ketidakmampuan

perkembangan di tahun 2006-2008, mulai dari ketidakmampuan sedang

seperti gangguan bicara dan bahasa hingga ketidakmampuan perkembangan

yang serius, seperti ketidakmampuan intelektual, cerebral palsy, dan autisme.

Penelitian di Asia, Eropa, dan Amerika Utara mengidentifikasi individu

penyandang autisme dengan prevalensi rata-rata sekitar 1 %. Penelitian

terakhir di Korea Selatan melaporkan prevalensi rata-rata penyandang

autisme sekitar 2,6 % (Baio, 2013).

Keberadaan anak berkebutuhan khusus termasuk penyandang cacat di

Indonesia belum memiliki data yang pasti. Menurut WHO jumlah anak

berkebutuhan khusus di Indonesia adalah sekitar 7% dari total jumlah anak

usia 0-18 tahun atau sebesar 6.230.000 juta anak pada tahun 2007. Pada tahun

Page 20: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

2

2009 Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia menyebutkan

data siswa penyandang autisme yang terdaftar di SLB Autisme adalah 638

orang (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suraiya (2008) menyebutkan,

perawatan anak autisme dapat menyebabkan stres pada orang tua. Beberapa

faktor yang dapat menyebabkan stres pada orang tua yang memiliki anak

autisme meliputi kebingungan diagnosa, karakteristik pada anak autisme,

serangkaian tes dan tempat terapi yang belum terbukti, dan sikap orang lain

terhadap anak autisme mereka. Dukungan sosial berupa informasi, emosional,

penilaian, pelayanan, reaksi pasangan atau lingkungan sekitar juga menjadi

faktor yang berpengaruh terhadap stres yang dialami orang tua dengan anak

autisme.

Faktor terberat yang dirasakan orang tua ialah perilaku anak yang

bermacam-macam, seperti anak yang suka menyakiti diri sendiri ketika jenuh

atau kesal, pola tidur yang tidak biasa, dan ketika perilaku diterapi akan

memunculkan perilaku lain. Perilaku atau tanggapan dari lingkungan juga

dapat menjadi tekanan bagi orang tua. Lingkungan memaksa agar anak dapat

berinteraksi seperti pada umumnya anak-anak (Suraiya, 2008).

Tipe komunikasi sosial yang tidak umum pada anak autisme dapat

menyebabkan orang tua tidak dapat berinteraksi secara biasa. Keadaan ini

terjadi ketika muncul diantaranya pola interaksi yang tiba-tiba marah tanpa

mengerti penyebabnya sehingga dapat membuat orang tua merasa tertekan.

Pola interaksi seperti ini mungkin disebabkan oleh pengaruh perkembangan

yang tidak normal pada anak autisme . Dari faktor ekonomi, biaya yang

Page 21: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

3

mahal untuk terapi atau sekolah khusus anak autisme dapat menyebabkan

orang tua menjadi stres (Suraiya, 2008).

Selain stres yang dapat terjadi pada orang tua yang memiliki anak dengan

autisme, stres juga dapat dialami oleh saudara kandung. Keadaan autisme ini

dapat menyebabkan beberapa dari saudara kandung merasa malu atau

dipermalukan, dan mungkin secara bersamaan merasa bersalah, marah dan

cemburu terhadap saudaranya yang sakit. Selain itu, untuk dapat

berpartisipasi dalam aktivitas ekstrakulikuler, ataupun kegiatan sosial akan

berkurang karena kebiasaan sehari-hari terbebani oleh kondisi saudaranya

yang sakit (Wong, 2006).

Saudara kandung dari anak dengan gangguan perkembangan pervasif

seperti autisme pada umumnya mendapatkan perhatian yang lebih sedikit dari

orang tuanya dan lebih sering dimarahi dibanding daripada saudara

autismenya. Namun ada beberapa anak yang juga merasa bersalah jika

membuat perilaku saudara autismenya menjadi lebih parah. Hal ini dapat

menimbulkan kemarahan dan ketidaktenangan bagi lingkungan anak maupun

saudaranya yang mengalami gangguan autisme (Paternotte, 2010).

Hasil penelitian mengenai bagaimana pengaruh anak berkebutuhan

khusus terhadap saudara kandung tidak konsisten. Secara umum, terdapat

dampak negatif pada saudara kandung dari anak dengan penyakit kronis

ketika dibandingkan dengan saudara kandung dari anak sehat (Wong, 2006).

Lobato dan Kao (2002) dalam (Wong, 2006) menyebutkan beberapa

faktor yang dapat meningkatkan risiko dari dampak negatif untuk saudara

kandung dari anak yang sakit antara lain tanggung jawab untuk merawat,

Page 22: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

4

perbedaan perlakuan dari orang tua, dan kurangnya sumber penghasilan

keluarga dan waktu untuk rekreasi.

Beberapa kesulitan untuk saudara kandung timbul dari tuntutan kondisi

saudaranya yang sakit. Sebagai contoh, diagnosa anak berkebutuhan khusus

membuat orang tua lebih fokus dan konsentrasi kepada anak tersebut

dibanding anak normalnya. Frekuensi berobat di rumah sakit, terapi klinik

atau fisik mengganggu rutinitas keluarga seperti liburan, jalan-jalan, dan

acara spesial lain. Saudara kandung mungkin merasa terganggu karena orang

tua menjadi kurang memperhatikan sekolahnya, waktu bermain, atau aktivitas

lain, serta tidak banyak waktu tersedia untuk mereka baik secara fisik maupun

emosional (Wong, 2006).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ambarini (2006) menunjukkan

bahwa saudara kandung dari anak autisme memiliki perasaan yang berubah-

ubah terhadap saudara autisme mereka. Hal ini dipengaruhi oleh jenis

kelamin, usia, dan urutan lahir (birth order) saudara kandung. Hasil

penelitian menyebutkan bahwa pola perilaku agresif lebih banyak muncul

pada hubungan saudara sekandung dengan jenis kelamin berbeda, dimana

anak perempuan lebih menunjukkan perilaku merawat dan mengasuh

saudaranya.

Pada usia sekolah, saudara kandung sudah memahami kebutuhan-

kebutuhan khusus dari saudara autisme mereka sehingga respon yang

ditunjukkan cenderung berperilaku menolong, sedangkan usia pra sekolah

cenderung menyenangi saudara autisme mereka karena mereka belum belajar

Page 23: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

5

menjadi judgemental dan belum memahami kebutuhan-kebutuhan khusus

dari saudara autisme mereka (Ambarini, 2006).

Masa kanak-kanak pertengahan (6-12 tahun) dideskripsikan oleh Freud

sebagai periode laten dimana anak-anak mulai membina hubungan dengan

teman sebaya sesama jenis setelah pengabaian pada tahun-tahun sebelumnya

dan didahului oleh ketertarikan pada lawan jenis yang menyertai pubertas.

Erikson mengatakan dalam periode perkembangan kepribadian, pada masa ini

dapat terjadi rasa inferioritas yakni perasaan kurang berharga yang dapat

diperoleh dari anak itu sendiri maupun lingkungan sosial mereka. Banyak

anak mengalami stres akibat konflik di rumah, lingkungan sekolah, dan

komunitas lingkungan (Wong, 2009).

Ketika anak memasuki usia remaja, pemikiran dan perilaku mereka

berfluktuasi antara masa anak dan masa dewasa. Mereka tumbuh dewasa dan

dengan cepat menuju ke arah kematangan yang mungkin melampaui koping

mereka (Wong, 2009).

Sebagian besar remaja memiliki hambatan-hambatan dalam kehidupan

mereka. Banyak dari remaja yang mengalami berbagai permasalahan yang

disebabkan kurangnya perhatian, kasih sayang dan bimbingan dari orang tua.

Hal ini akan mengganggu kesehatan fisik dan emosi mereka, menghancurkan

motivasi dan kemampuan menuju sukses di sekolah, dapat merusak hubungan

pribadi mereka serta berdampak pada tingkat stres yang dialami (Kristanti,

2013).

Urutan lahir (birth order) mempengaruhi peran saudara kandung dimana

saudara kandung yang lahir lebih dulu dibandingkan dengan saudara

Page 24: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

6

autismenya, lebih diberikan peran mengasuh dan sebagai pendisiplin bagi

saudara autismenya. Saudara sekandung yang lebih muda kehilangan teman

bermain yang normal, role model, dan sebagian berperan sebagai anak yang

lebih tua daripada saudara autisme mereka. Ketika bermain tidak terjadi

hubungan komunikasi dua arah sehingga sulit bagi saudara kandung untuk

menjalin hubungan yang memuaskan dengan saudaranya (Ambarini, 2006).

Salah satu peran perawat dalam ruang lingkup keperawatan anak

khususnya dengan kebutuhan khusus adalah memberdayakan keluarga yang

memiliki anak dengan disability atau anak dengan kondisi kronis, yaitu

dengan cara membantu orang tua untuk memilih strategi koping yang tepat,

mengajarkan komunikasi yang efektif di dalam keluarga, melatih keluarga

dalam menggunakan strategi dan kemampuan manajemen konflik (Serr dkk,

2005 dalam Koesoemo, 2009).

Perawat dapat mendorong orang tua untuk berbicara dengan saudara

kandung tentang bagaimana mereka memandang saudara mereka yang sakit

untuk menerima perasaan saudara mereka yang sakit itu. Perawat dapat

menjadi pendidik yang ideal dan konsultan dari saudara kandung selama

menghadapi kondisi saudaranya yang sakit (Shepard & Mahon, 2000 dalam

Wong, 2006).

Peran perawat sebagai advokat anak atau guru kesehatan bersifat

mendukung melalui pendekatan individual yang sangat alamiah. Dukungan

dapat diberikan dengan cara seperti mendengar, menyentuh, dan kehadiran

fisik. Konseling melibatkan pertukaran pendapat dan ide yang memberi dasar

untuk pemecahan masalah bersama, pemberian dukungan, penyuluhan, teknik

Page 25: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

7

untuk mendorong ekspresi perasaan dan pikiran, dan melakukan pendekatan

untuk membantu keluarga mengatasi stres (Wong, 2009). Berdasarkan uraian

tersebut, peneliti merasa perlu untuk meneliti tentang tingkat stres saudara

kandung dengan anak autisme.

Peneliti telah melakukan studi pendahuluan dengan mewawancarai 4

orang saudara kandung dari murid di Sekolah Al-Ikhsan. Dari 4 orang yang

diwawancarai, 3 orang mengatakan bahwa mereka merasa kurang mendapat

perhatian dari orang tua dibanding saudaranya yang menderita autisme.

Mereka mengatakan tidak suka ketika orang tuanya menyuruh mereka

menemani saudara autisnya bermain. Sedangkan satu responden yang lain

mengatakan cukup mendapatkan perhatian dari orang tua dan merasa senang

dapat membantu menemani saudara autisnya bermain.

B. Rumusan Masalah

Perilaku maladaptif dan anti sosial anak autisme menyebabkan anak

kesulitan untuk berkomunikasi dan lebih senang menyendiri. Hal ini dapat

membuat saudara sekandung sulit untuk menciptakan hubungan komunikasi

yang baik dan tidak ada hubungan timbal balik yang tercipta. Saudara

sekandung akan merasa frustasi dalam melakukan sesuatu dengan saudara

autismenya. Sikap overprotective yang diterapkan orang tua kepada saudara

sekandung dari anak autisme serta pembebanan peran mengasuh dari orang

tua akan membuat saudara kandung merasa stres.

Latar belakang diatas menunjukkan bahwa pada anak autisme dapat

mempengaruhi stres keluarga baik orang tua maupun saudara kandung yang

Page 26: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

8

ada dalam satu keluarga tersebut. Perawat sering kali berada dalam posisi

yang penting dalam mengarahkan perhatian dari kondisi patologis, dengan

fokus pada kelemahan dan masalah-masalah yang terjadi, untuk memenuhi

kebutuhan unik anak dan keluarga.

Dari latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melihat bagaimana

gambaran stres pada saudara kandung dengan anak autisme dan bagaimana

gambaran stres berdasarkan karakteristik saudara kandung (jenis kelamin,

usia, hubungan saudara kandung dengan anak autisme, dan urutan kelahiran).

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka dapat diambil beberapa

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran stres pada saudara kandung dengan anak

autisme?

2. Bagaimana gambaran stres berdasarkan karakteristik saudara kandung

(jenis kelamin, usia, hubungan saudara kandung dengan anak autisme

dan urutan kelahiran)?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat gambaran

stres saudara kandung dengan anak autisme di Kota Tangerang Selatan.

Page 27: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

9

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah ingin melihat:

a. Diketahui gambaran karakteristik saudara kandung dengan

anak autisme.

b. Diketahui stres pada saudara kandung dengan anak autisme.

c. Diketahui gambaran stres berdasarkan karakteristik saudara

kandung (jenis kelamin, usia, hubungan saudara kandung

dengan anak autisme, dan urutan kelahiran).

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman dalam

melakukan penelitian dan menambah pengetahuan serta wawasan

peneliti tentang gambaran stres saudara kandung dengan anak autisme,

dan gambaran stres berdasarkan karakteristik saudara kandung (jenis

kelamin, usia, hubungan saudara kandung dengan anak autisme, dan

urutan kelahiran).

2. Bagi institusi keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam bidang

keperawatan, khususnya keperawatan anak dan keperawatan keluarga

yang berguna dalam mengembangkan perencanaan keperawatan kepada

masyarakat khususnya lingkungan anak autisme.

Page 28: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

10

3. Bagi orang tua

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

gambaran stres pada saudara kandung dengan saudara autisme kepada

orang tua sehingga mampu mengenali stres yang terjadi pada anak

mereka dan mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh stres yang

dialami oleh saudara kandung.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi baik secara teori

maupun data bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti

tentang stres saudara kandung pada anak autisme.

F. Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif dan desain penelitian

deskriptif dengan tujuan utama membuat gambaran tentang suatu keadaan

secara objektif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen

lembar kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah saudara kandung dari

murid penderita autisme di empat SLB di Kota Tangerang Selatan yaitu

Sekolah Khusus Al-Ikhsan, Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri, Sekolah

Khusus Nur Asih dan Terapi Wila Kertia yang berjumlah 30 orang. Penelitian

ini dilakukan pada bulan Juni 2014.

Page 29: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Autisme

1. Pengertian Autisme

Autisme berasal dari kata “auto” yang berarti sendiri. Penyandang

autisme seakan-akan hidup dalam dunianya sendiri. Istilah autisme baru

diperkenalkan sejak tahun 1943 oleh Leo Kanner, sekalipun kelainan

ini sudah ada sejak berabad-abad yang lalu (Handojo, 2008).

Nolen (2004) mendefinisikan autisme adalah kekurangan dalam

interaksi sosial, komunikasi, termasuk kekurangan berbahasa dan dalam

aktivitas serta ketertarikan. Copel (2007) mengatakan autisme

merupakan gangguan perkembangan pervasif pada masa kanak-kanak

yang dimanifestasikan dengan kerusakan hebat dalam interaksi sosial

dan keterampilan berbahasa serta kurangnya aktivitas imajinatif. Dalam

klasifikasi DSM-IV gangguan autisme dimasukkan dalam kategori

gangguan perkembangan pervasif dengan kode 299.00.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa autisme

adalah gangguan perkembangan yang ditandai dengan kerusakan pada

interaksi soaial, komunikasi dan aktivitas serta bahasa.

2. Tanda dan Gejala Autisme

Terdapat tiga gejala utama yang dimiliki anak dengan autisme.

Pertama, anak dengan autisme kurang responsif terhadap orang lain.

Page 30: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

12

Mereka terlihat hidup dalam dunianya sendiri dan tidak memberikan

respon kepada orang lain yang ada di sekitarnya (Copel, 2007).

Kedua, adalah gangguan komunikasi verbal dan non verbal.

Mereka membisu atau hanya mengeluarkan bunyi-bunyi yang tidak

mengandung arti dan tidak biasa digunakan untuk berkomunikasi

dengan orang lain. Anak autisme dalam berbicara sering

memperlihatkan pola pembicaraan yang khas, misalnya ekolalia yakni

mengulangi apa yang dikatakan kepadanya, atau pembalikan kata ganti

(Copel, 2007).

Gejala ketiga yaitu aktivitas dan minat yang terbatas dan diulang-

ulang. Misalnya dengan kaku meletakkan mainan ataupun barang-

barang di suatu tempat dan mereka akan merasa bingung bila kebiasaan

tersebut diubah (Copel, 2007).

Gejala utama yang dialami oleh anak autisme menurut

Mangunsong (2002) adalah memiliki:

a. Gangguan interaksi sosial, seperti pada bayi atau balita autisme

tidak berespon normal ketika diangkat atau dipeluk. Pada saat

berinteraksi dengan orang tua, saudara kandung, ataupun orang

lain anak-anak dengan autisme tidak menunjukkan perbedaan

respon dan enggan berinteraksi dengan aktif. Anak dengan

autisme tidak berminat pada orang lain, cenderung asyik sendiri

dengan benda-benda dan lebih senang menyendiri, tersenyum

pada situasi yang tidak tepat, menghindari kontak mata, dan tidak

bermain seperti anak normal biasanya.

Page 31: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

13

b. Gangguan komunikasi seperti tidak ingin berkomunikasi untuk

tujuan sosial. Mereka yang mampu bicara mengalami

abnormalitas dalam intonasi, nada, volume, dan isi bahasa. Anak

autisme sering tidak memahami ketika diajak bicara, sering

mengulang kata-kata tanpa bermaksud berkomunikasi, dan

mengalami gangguan komunikasi non verbal.

c. Gangguan perilaku, seperti repetitif atau pegulangan seperti

gerakan memutar-mutar objek, bergerak maju mundur, dan lain-

lain. Anak autisme sering terlihat asyik sendiri dengan objek

tertentu dan tidak suka perubahan yang ada di lingkungannya

ataupun perubahan rutinitas.

Menurut Handojo (2008) penyandang autisme mempunyai

karakteristik antara lain selektif berlebihan terhadap rangsang,

kurangnya motivasi untuk menjelajahi lingkungan baru, respon

stimulasi diri sehingga mengganggu integrasi sosial, dan mempunyai

respon unik terhadap imbalan.

Handojo juga menggolongkan perilaku autistik dalam dua jenis,

yaitu perilaku yang eksesif (berlebihan) dan perilaku yang defisit

(berkekurangan). Perilaku berlebihan seperti hiperaktif dan tantrum

berupa menjerit, berteriak, mengamuk, memukul, dan bahkan menyakiti

dirinya sendiri. Sedangkan perilaku defisit ditandai dengan gangguan

bicara, menyendiri, emosi tidak tepat, bermain tapi tidak benar,

menangis tanpa sebab dan melamun.

Page 32: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

14

Kriteria DSM-IV dalam Handojo (2008) untuk Autis Masa

Kanak adalah:

a. Harus ada sedikitnya 6 gejala dari (1), (2), dan (3), dengan

minimal 2 gejala dari (1) dan masing-masing 1 gejala dari (2)

dan (3):

(1) Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal

balik, minimal harus ada 2 gejala dari gejala-gejala dibawah

ini:

a) Tak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup

memadai: kontak mata sangat kurang, ekspresi muka

kurang hidup, gerak-gerik yang kurang tertuju.

b) Tak bisa bermain dengan teman sebaya.

c) Tak dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain.

d) Kurangnya hubungan sosial dan emosional yang

timbal balik

(2) Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi seperti

ditunjukkan oleh minimal satu dari gejala-gejala di bawah

ini:

a) Berbicara terlambat atau bahkan sama sekali tak

berkembang (dan tak ada usaha untuk mengimbangi

komunikasi dengan cara lain tanpa bicara)

b) Bila bisa bicara, bicaranya tidak dipakai untuk

berkomunikasi

Page 33: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

15

c) Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-

ulang

d) Cara bermain yang kurang variatif, kurang imajinasi

dan kurang bisa meniru

(3) Suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dari

perilaku, minat, dan kegiatan. Sedikitnya harus ada satu dari

gejala di bawah ini:

a) Mempertahankan satu minat atau lebih, dengan cara

yang sangat khas dan berlebihan

b) Terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistik atau

rutinitas yang tak ada gunanya

c) Ada gerakan-gerakan yang aneh yang khas dan

diulang-ulang

d) Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian benda

b. Sebelum umur 3 tahun tampak adanya keterlambatan atau

gangguan dalam bidang:

(1) Interaksi sosial,

(2) Bicara dan bahasa,

(3) Cara bermain yang kurang variatif

c. Bukan disebabkan oleh Sindroma Rett atau Gangguan

Disintegratif Masa kanak.

Page 34: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

16

3. Penyebab Autisme

Nolen (2004) menyebutkan penyebab autisme adalah kekurangan

teori dalam otak, kecenderungan genetik, kromosom yang abnormal,

kekurangan neurologis, komplikasi pada kehamilan dan kelahiran, serta

ketidakseimbangan neurotransmiter.

Berbagai kondisi biologis seperti rubella pada ibu hamil, anoksia

selama proses kelahiran, fenilketonuria yang tidak diobati, dan

ensefalitis, telah dikaitkan dengan munculnya gangguan autisme. Riset

neurobiologis menyatakan bahwa komplikasi pranatal menciptakan

kerusakan dalam sistem saraf pusat. Masalah-masalah imunologis

misalnya ketidakcocokan antara jaringan ibu dan janin, seperti juga

perubahan fungsi otak akibat cedera dan faktor-faktor genetik dapat

juga mendukung terbentuknya autisme (Copel, 2007).

B. Stres

1. Pengertian Stres

Stres menurut King (2010) adalah respon individu terhadap

stresor (hal-hal yang menimbulkan stres), yaitu situasi dan peristiwa

yang mengancam dan melebihi kemampuan mereka untuk

mengatasinya.

National Safety Council (2003) mengatakan stres adalah reaksi

tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan,

ketegangan, emosi, dan lain-lain.Sedangkan Sutardjo (2005)

Page 35: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

17

mendefinisikan stres sebagai ketidakmampuan mengatasi ancaman

yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia.

Robert S. Feldman (1989) dalam Richard (2011) mengatakan

stres adalah suatu proses yang menilai suatu peristiwa sebagai sesuatu

yang mengancam, menantang, ataupun membahayakan dan individu

merespon peristiwa itu pada level psikologis, emosional, kognitif dan

perilaku.

Stres menurut Smeltzer (2002) adalah suatu keadaan yang

dihasilkan oleh suatu perubahan lingkungan yang dianggap sebagai

suatu hal yang menantang, mengancam, atau bahkan merusak

kehidupan seseorang. Perubahan tersebut adalah stresor, yang

didefinisikan oleh Werner (1993) dalam Smeltzer (2002) sebagai suatu

kejadian, kondisi, situasi dan kunci internal maupun eksternal yang

berpotensi menimbulkan reaksi fisik dan psikososial.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas penulis menyimpulkan

stres adalah situasi yang mengancam, menantang dan membahayakan

yang menimbulkan ketegangan, emosi, perubahan, maupun tekanan

yang direspon oleh mental, fisik, emosional dan spiritual manusia.

Stres memiliki ciri identik dengan perilaku beradaptasi dengan

lingkungannya, dimana lingkungan ini bisa berupa hal di luar diri atau

yang biasa disebut outer world, dan bisa juga datang dari dalam diri itu

sendiri atau yang dikatakan sebagai inner world (Fauziah, 2005).

Page 36: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

18

2. Penggolongan Stres

Kusmiati dan Desminiarti (1990) dalam National Safety Council

(2003) menggolongkan stres menjadi:

a. Stres fisik, disebabkan oleh suhu, suara, ataupun sinar yang

terlalu rendah atau terlalu tinggi.

b. Stres kimiawi, disebabkan oleh obat-obatan, zat beracun, gas, dan

hormon.

c. Stres mikrobiologi, disebabkan oleh virus, bakteri maupun

parasit.

d. Stres fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi

jaringan, organ, atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi

tubuh yang tidak normal.

e. Stres proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh

gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi

hingga tua.

f. Stres psikis/emosional, disebabkan oleh gangguan hubungan

interpersonal, sosial, budaya, atau keagamaan.

Stres dibagi menjadi dua yaitu stres baik dan stres buruk (distres).

Stres baik yang disebut juga stres positif adalah situasi ataupun kondisi

apapun yang dapat memotivasi dan memberikan inspirasi. Sedangkan

stres buruk (distres) adalah stres yang membuat marah, tegang,

bingung, cemas dan merasa bersalah. Distres dibagi menjadi dua yakni

stres akut dan stres kronik. Stres akut muncul cukup kuat namun cepat

Page 37: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

19

menghilang sedangkan stres kronik muncul tidak terlalu kuat tetapi

hingga berhari-hari, berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan

(Sutardjo, 2005).

3. Respon Stres

Taylor (1991) dalam Videbeck (2008) menyatakan bahwa stres

dapat menghasilkan berbagai respon. Respon stres dapat dilihat dari

berbagai aspek sebagai berikut :

a. Respon fisiologis, dapat ditandai dengan meningkatnya tekanan

darah, detak jantung, nadi, dan pernapasan.

b. Respon kognitif, dapat terlihat melalui terganggunya proses

kognitif individu, seperti pikiran menjadi kacau, menurunnya

daya konsentrasi, pikiran berulang dan tidak wajar.

c. Respon psikologis atau emosional, dapat muncul sangat luas,

seperti takut, cemas, malu, marah dan sebagainya.

d. Respon tingkah laku, dapat melawan situasi yang menekan atau

menghindari situasi yang menekan.

4. Gejala Stres

Gejala yang muncul sebagai respon terhadap stres menurut

Sutardjo (2005) antara lain denyut jantung meningkat, tekanan darah

meningkat, ketegangan otot meningkat, produksi keringat meningkat,

dan aktivitas metabolik meningkat.

Hawari (2001) dalam National Safety Council (2003)

menyebutkan tahapan yang akan dialami pada saat seseorang

mengalami stres adalah:

Page 38: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

20

a. Tahap pertama, disertai perasaan nafsu bekerja yang berlebihan,

mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga

yang dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam.

b. Tahap kedua, disertai keluhan seperti bangun pagi tidak segar,

cepat lelah, tidak dapat rileks, atau perut tidak nyaman.

c. Tahap ketiga, tahapan stres dengan keluhan seperti defekasi tidak

teratur, otot tegang, emosional, insomnia, sulit tidur dan mudah

terjaga.

d. Tahap keempat, keluhan yang muncul seperti tidak mampu

bekerja sepanjang hari, aktivitas pekerjaan terasa sulit dan

menjenuhkan, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur,

konsentrasi dan daya ingat menurun serta timbul ketakutan dan

kecemasan.

e. Tahap kelima, ditandai dengan kelelahan fisik dan mental, tidak

mampu menyelesaikan tugas yang sederhana dan ringan,

gangguan pencernaan berat, rasa takut , cemas dan panik

meningkat.

f. Tahap enam, paling berat dengan tanda-tanda seperti jantung

berdebar keras, berkeringat, sesak napas, badan gemetar dan

dingin, atau pingsan.

Menurut Johnston (2006) ada beberapa gejala stres yang paling

umum adalah; Gejala fisik adalah ketegangan otot (rahang, gigi

grinding, bahu), peningkatan tekanan darah, gelisah, sakit kepala, sakit

perut dan gangguan pencernaan; Gejala psikologis adalah kepekaan

Page 39: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

21

terhadap kritik/kritis terhadap orang lain, kemurungan (tegang, mudah

tersinggung), masalah konsentrasi, keragu-raguan, kaku berpikir dan

tidak ada rasa humor; Gejala perilaku adalah insomnia, perubahan nafsu

makan, menarik diri dari orang lain, kurang kontrol diri (merokok,

minum, makan berlebihan) dan ledakan emosi secara lisan.

Hans Selye (1946) dalam Nasir dan Muhith (2011) menjelaskan

gejala stres memengaruhi denyut nadi, ketegangan otot, dan daya tahan

tubuh menurun. Stres menyebabkan terjadinya mekanisme pertahanan

tubuh seperti pengaktifan hormon yang berakibat pada meningkatnya

volume darah. Hormon lainnya dilepas untuk meningkatkan kadar gula

darah yang bertujan untuk menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi.

Epinefrin dan norepinefrin teraktivasi mengakibatkan denyut jantung

meningkat dan terjadi peningkatan darah ke otot. Selain itu juga terjadi

peningkatan pengambilan O2 dan meningkatnya kewaspadaan mental.

5. Penyebab Stres

National Safety Council (2003) menyebutkan faktor yang

mempengaruhi stres antara lain:

a. Faktor biologis, herediter, konstitusi tubuh, kondisi fisik,

neurofisiologis, dan neurohormonal.

b. Faktor psikoedukatif/sosio kultural – perkembangan kepribadian,

pengalaman, dan kondisi lain yang mempengaruhi.

Stresor adalah tuntutan untuk menyesuaikan diri. Ada tiga sumber

stres yaitu frustasi, konflik, dan tekanan. Frustasi adalah suatu keadaan

dimana seseorang mengalami situasi terhambat ketika melalukan suatu

Page 40: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

22

upaya untuk mencapai tujuannya. Reaksi frustasi dikategorikan dalam

dua macam yaitu unfrustated behavior dan frustated behavior. Konflik

dikatakan sebagai suatu dilema karena di satu sisi memiliki sifat positif

dan di sisi lain memiliki sifat negatif pula sehingga harus

mempertimbangkan jalan mana yang akan dipilih. Sedangkan tekanan

adalah suatu keadaan yang menimbulkan konflik, dimana seseorang

dipaksa untuk melakukan hal yang tidak diinginkannya (Fauziah,

2005).

Stresor dapat bersifat fisik, fisiologis, dan psikososial. Stresor

fisik dapat berupa suhu dingin, panas atau agen kimia. Stresor

fisiologis meliputi nyeri, kelelahan sedangkan stresor psikologis dapat

terjadi akibat reaksi emosi. Stresor juga dapat dikelompokkan menjadi

stresor harian seperti kemacetan, stresor yang melibatkan kelompok

besar seperti bencana alam, dan stresor yang lebih jarang dan

melibatkan lebih sedikit orang, contohnya kematian, kelahiran,

perceraian dan pensiun. Sesuai durasinya, stresor digolongkan menjadi

stresor akut dan stresor kronik intermiten. Stresor kronik intermitten

adalah sumber stres yang masih terjadi dari waktu ke waktu (Smeltzer,

2002).

Menurut Nasir dan Muhith (2011), sumber-sumber stres yang biasa

terjadi dalam kehidupan yaitu sumber stres dari individu, sumber stres

dalam keluarga, dan sumber stres dalam lingkungan dan komunitas.

Sumber stres dalam keluarga salah satunya adalah mempunyai anggota

keluarga yang sakit ataupun cacat.

Page 41: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

23

Maramis (2004) menyebutkan ada empat sumber atau penyebab

stres psikologis, yaitu:

a. Frustasi, disebabkan karena kegagalan dalam mencapai tujuan

karena ada yang menghalangi. Frustasi ada yang bersifat intrinsik

(cacat badan, dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan,

bencana alam, kematian orang yang dicintai, kegoncangan

ekonomi, pengangguran, perselingkuhan, dll)

b. Konflik, timbul karena tidak bisa memilih antara dua pilihan atau

lebih keinginan, kebutuhan, atau tujuan. Bentuknya approach-

approach conflict, approach-avoidance conflict, atau avoidance-

avoidance conflict

c. Tekanan, disebabkan akibat tekanan hidup sehari-hari. Tekanan

bisa berasal dari dalam individu maupun luar diri individu.

d. Krisis, yaitu keadaan yang mendadak, yang menimbulkan stres

pada individu misalnya kematian orang yang disayangi,

kecelakaan, penyakit akut maupun kronis.

6. Dampak Stres

Stres yang berat akan menyebabkan perilaku yang tidak efisien

dan tidak efektif, tidak mampu memanfaatkan sumber daya yang

adaptif, dan sedikit menggunakan sistem. Dalam kasus yang cukup

berat, stres bisa membebani dan mempengaruhi kepribadian. Pada

sistem fisiologis dapat menyebabkan kelemahan dan menurunkan

kemampuan seseorang dalam melawan virus atau bakteri, sedangkan

dari segi psikologis akan menimbulkan peningkatan lapang persepsi

Page 42: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

24

yang semakin menyempit dan proses kognisi yang rigid (Fauziah,

2005).

Bagi keluarga-keluarga yang tidak berhasil keluar dari tekanan

hidup dan memiliki level stres yang tinggi akan mempengaruhi

pandangan FQoL (Family Quality of Live) sebuah keluarga. Mereka

memaknai kesehatan keluarga yang buruk, kesejahteraan ekonomi yang

rendah, relasi keluarga yang kurang harmonis, sedikit mendapat

dukungan sosial dan dukungan bagi anak, dan sedikit meluangkan

waktu bagi keluarga untuk kegiatan kebersamaan serta interaksi sosial

yang terbatas dengan komunitas (Hartanto, 2013).

Sebagian besar remaja memiliki hambatan-hambatan dalam

kehidupan mereka. Banyak dari remaja yang mengalami berbagai

permasalahan yang disebabkan kurangnya perhatian, kasih sayang dan

bimbingan dari orang tua. Hal ini akan mengganggu kesehatan fisik dan

emosi mereka, menghancurkan motivasi dan kemampuan menuju

sukses di sekolah, dapat merusak hubungan pribadi mereka serta

berdampak pada tingkat stres yang dialami (Kristanti, 2013).

7. Penilaian Stres

Beberapa instrumen yang dapat digunakan untuk menilai stres

adalah sebagai berikut.

a. Depression Anxiety and Stress Scale (DASS)

DASS dikembangkan oleh Australian Center of

Posttraumatic Mental Health dengan skala Likert. Kuesioner ini

terdiri dari 42 pertanyaan yang mencakup 3 skala untuk

Page 43: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

25

mengukur keadaan emosional negatif seperti depresi, ansietas,

dan stres. Masing-masing dari tiga skala berisi 14 pertanyaan

dibagi menjadi sub skala 2-5 item dengan isi yang serupa.

Skala depresi menilai disporia, keputusasaan, devaluasi

diri, kurang minat, anhedonia dan inersia. Skala kecemasan

menilai efek otot dan saraf otonom, kecemasan situasional dan

pengalaman subjektif mengenai kecemasan. Skala stres menilai

kesulitan berelaksasi, gugup, mudah marah, lebih reaktif dan

tidak sabar.

b. Stress Indicators Questionnaire

Kuesioner ini menggunakan skala Likert dengan jumlah

pertanyaan 73 yang terdiri dari 5 indikator yaitu 21 pertanyaan

untuk physical indicators, 5 pertanyaan untuk sleep indicators,

17 pertanyaan untuk behavior indicators, 21 pertanyaan untuk

emotional indicators, dan 9 pertanyaan untuk personal habits.

Stres dinilai berdasarkan jumlah skor masing-masing indikator

dengan level sangat rendah, sedang, tinggi, sangat tinggi, dan

bahaya.

c. NSAD Stress Questionnaire

Kuesioner ini dibuat oleh International Stress Management

Association UK yang terdiri dari 25 pertanyaan dengan skala

Guttman dengan nilai 1 untuk jawaban ya dan nilai 0 untuk

jawaban tidak.

Page 44: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

26

C. Stres Saudara Kandung

Saudara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan

sebagai orang yang seibu dan seayah ataupun hanya seibu atau seayah

baik itu kakak maupun adik (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2013).

Definisi sibling relationship menurut Cicirelli (1995) dalam

Rinaldhy (2008) adalah interaksi total (fisik, verbal, dan komunikasi

non verbal) dari sua atau lebih individu yang mempunyai orang tua

biologis sama dimana mereka memiliki keterikatan dalam pengetahuan,

persepsi, sikap, kepercayaan dan perasaan sepanjang masa, sejak

seorang saudara kandung menyadari kehadiran saudaranya yang lain.

Saudara kandung dapat menjadi ujian atas sesuatu yang tidak

ingin dialami oleh saudara, dan mereka cenderung saling menggunakan

satu sama lain untuk perbandingan. Mereka saling mempengaruhi satu

sama lain, mereka memberikan suasana aman untuk mengalami

perilaku dan peran baru sebelum mengalaminya dengan orang tua atau

teman sebaya yang bukan keluarga (Wong, 2009).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ambarini (2006)

menunjukkan bahwa saudara kandung dari anak autisme memiliki

perasaan yang berubah-ubah terhadap saudara autisme mereka. Hal ini

dipengaruhi oleh jenis kelamin, usia, dan urutan lahir (birth order)

saudara kandung.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Fitri (2012) pada remaja putra

dan putri dengan obesitas didapatkan hasil bahwa remaja putri

mengalami stres lebih tinggi dibanding remaja putra. Remaja putri

Page 45: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

27

obesitas lebih merasa tidak mampu mengatasi masalah, merasa dirinya

terabaikan oleh orang lain, lebih cemas atau tertekan, sering merasa

bosan, dan mengubah pola minum, merokok, atau makan.

Perbedaan ini disebabkan karena pada saat stres laki-laki cenderung

menggunakan mekanisme problem-focus coping sementara perempuan

cenderung menggunakan mekanisme emotional focused coping.

Penelitian yang dilakukan oleh Rubin (dalam Hastuti, 2013) pria lebih

cenderung untuk memilih problem-focused coping, sedangkan wanita

cenderung untuk memilih emotion-focused coping.

Pria cenderung menggunakan problem-focused coping karena pria

biasanya menggunakan rasio atau logika sehingga mereka lebih

memilih untuk langsung menyelesaikan masalah yang dihadapi atau

langsung menghadapi sumber stres. Sedangkan wanita dikatakan lebih

cenderung menggunakan emotion-focused coping karena mereka lebih

menggunakan perasaan atau lebih emosional sehingga mereka

cenderung untuk mengatur emosi mereka dalam menghadapi sumber

stres (Rubin) dalam (Hastuti, 2013).

Pada usia sekolah, saudara kandung sudah memahami kebutuhan-

kebutuhan khusus dari saudara autisme mereka sehingga respon yang

ditunjukkan cenderung berperilaku menolong, sedangkan usia pra

sekolah cenderung menyenangi saudara autisme mereka karena mereka

belum belajar menjadi judgemental dan belum memahami kebutuhan-

kebutuhan khusus dari saudara autisme mereka (Ambarini, 2006).

Page 46: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

28

Urutan lahir (birth order) mempengaruhi peran saudara kandung

dimana saudara kandung yang lahir lebih dulu dibandingkan dengan

saudara autismenya, lebih diberikan peran mengasuh dan sebagai

pendisiplin bagi saudara autismenya. Saudara sekandung yang lebih

muda kehilangan teman bermain yang normal, role model, dan sebagian

berperan sebagai anak yang lebih tua daripada saudara autisme mereka.

Ketika bermain tidak terjadi hubungan komunikasi dua arah sehingga

sulit bagi saudara kandung untuk menjalin hubungan yang memuaskan

dengan saudaranya (Ambarini, 2006).

Anggota keluarga yang mempunyai penyakit serius atau memiliki

keterbatasan dapat menyebabkan stres yang signifikan bagi kehidupan

keluarga. Hanya dengan perkembangan individu, perkembangan

keluarga mungkin akan terganggu atau mungkin mengalami

kemunduran dalam mencapai fungsi keluarga (Wong, 2006).

Selain stres yang dapat terjadi pada orang tua yang memiliki anak

dengan autisme, stres juga dapat dialami oleh saudara kandung.

Keadaan autisme ini dapat menyebabkan beberapa dari saudara

kandung merasa malu atau dipermalukan, dan mungkin secara

bersamaan merasa bersalah, marah dan cemburu terhadap saudaranya

yang sakit. Selain itu, untuk dapat berpartisipasi dalam aktivitas

ekstrakulikuler, ataupun kegiatan sosial akan berkurang karena

kebiasaan sehari-hari terbebani oleh kondisi saudaranya yang sakit

(Wong, 2006).

Page 47: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

29

Beberapa faktor misalnya ukuran keluarga dan jarak usia anak

tampaknya mempengaruhi penyesuaian saudara kandung. Namun,

faktor yang paling penting adalah perasaan, persepsi, dan reaksi orang

tua (Wong, 2009). Sibling rivalry juga terjadi ketika jarak terlalu dekat

yaitu 2-4 tahun karena pada jarak tersebut anak sama-sama menuntut

mendapatkan perhatian yang sama (Woolfson, 2005).

Autism Society of America menjelaskan jenis stres yang biasa

dihadapi oleh saudara nonautistik diantaranya kecemburuan selama

orang tua menghabiskan waktu dengan saudara autisme, malu setiap

berada di masyarakat, dan rutinitas saudara autisme yang membuat

keluarga lebih fokus. Saudara nonautistik merasa frustrasi atas kesulitan

interaksi sosial dengan saudara autismenya, dan sering menjadi target

perilaku saudara autisme agresif. Selain itu, saudara nonautistik merasa

khawatir tentang orang tua yang stres, namun takut untuk diberi beban

untuk merawat saudara autismenya (Autism Society of America, 2012).

Masa kanak-kanak pertengahan (6-12 tahun), perkembangan fisik,

kognitif, dan sosial meningkat. Anak mulai mengembangkan

kemampuan berkomunikasi, kecepatan dan kehalusan motorik

meningkat, keterampilan lebih individual, ingin terlibat dalam segala

hal, menyukai kelompok, dan mencari teman secara aktif (Nasir dan

Muhith, 2011).

Erik H. Erickson dalam teori perkembangan kepribadiannya

menyebutkan pada usia sekolah (6-12 tahun) dunia sosial anak meluas

keluar dari dunia keluarga, anak bergaul dengan teman sebaya, guru,

Page 48: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

30

dan orang dewasa lainnya. Namun anak juga dapat mengalami perasaan

inferior yang terjadi akibat ketidaksuksesan perkembangan

keterampilan dan mencari teman (Nasir dan Muhith, 2011). Rasa

inferioritas yakni perasaan kurang berharga dapat diperoleh dari anak

itu sendiri maupun lingkungan sosial mereka. Banyak anak mengalami

stres akibat konflik di rumah, lingkungan sekolah, dan komunitas

lingkungan (Wong, 2009).

Jika dilihat berdasarkan teori tugas perkembangan menurut Robert

Havighurst dalam Nasir dan Muhith (2011), menyebutkan tahap

perkembangan anak usia sekolah diantaranya belajar bergaul dengan

teman sebaya, belajar peran sosial terkait dengan maskulinitas dan

feminitas, mengembangkan konsep-konsep yang dibutuhkan dalam

kehidupan sehari-hari, membangun moralias, pencapaian kemandirian

dan membangun perilaku dalam kelompok sosial maupun institusi

(sekolah).

Teori perkembangan kognitif Piaget juga menjelaskan bahwa pada

usia 8-11 tahun anak memasuki tahap operasional konkret dimana anak

mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan

untuk bisa memecahkannya. Sedangkan berdasarkan teori

perkembangan moral Kohlberg, anak usia 9-11 tahun memasuki tingkat

morelitas konvensional dimana keinginan untuk menyenangkan dan

membantu orang lain merupakan hal yang paling sering (Nasir dan

Muhith, 2011).

Page 49: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

31

Wong (2009) mengkategorikan remaja dalam tiga tahap yaitu usia

11-14 tahun merupakan periode remaja awal, usia 15-17 tahun periode

remaja pertengahan, dan usia 18-20 tahun sebagai periode remaja akhir.

Ketika anak memasuki usia remaja, pemikiran dan perilaku mereka

berfluktuasi antara masa anak dan masa dewasa. Mereka tumbuh

dewasa dan dengan cepat menuju ke arah kematangan yang mungkin

melampaui koping mereka (Wong, 2009). Banyak hal yang dialami dan

terjadi pada masa remaja. Apabila masa ini tidak ditangani secara

bijaksana dan dihadapi dengan baik maka timbul stres yang berdampak

pada kedewasaan seseorang (Mumpuni & Wulandari, 2010).

Pada remaja, konsep diri berubah sesuai dengan perkembangan

biologis, lebih menyesuaikan diri dengan standar kelompok, dan timbul

perasaaan takut ditolak oleh teman sebaya. Pada tahap ini hubungan

anak dengan orang tua mencapai titik terendah dimana anak mulai

melepaskan diri dari orang tua. Suasana hati berubah-ubah (emosi labil)

sehingga stres meningkat terutama pada saat terjadi konflik (Nasir dan

Muhith, 2011).

Pada remaja dapat terjadi kegagalan dalam mengembangkan rasa

identitas, yaitu kebingungan peran, yang sering muncul dari perasaan

tidak adekuat, isolasi, dan keragu-raguan. Remaja memiliki tugas

perkembangan yaitu membina hubungan baru yang lebih dewasa

dengan teman sebaya, pencapaian peran sosial, dan pencapaian

kemandirian emosi baik dari orang tua, saudara, maupun orang lain

(Nasir dan Muhith, 2011).

Page 50: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

32

Bagan 2.1. Kerangka Teori

Sumber: Nasir dan Muhith (2011), Maramis (2004), Fauziah (2005), Kristanti

(2013), Ambarini (2006)

Sumber-sumber stres:

- Sumber stres dari

individu

- Sumber stres dalam

keluarga

- Sumber stres dalam

lingkungan dan

komunitas.

Autisme Stres

Saudara kandung

Karakteristik

Saudara Kandung:

- Jenis kelamin

- Usia

- Urutan lahir

Dampak stres:

- Perilaku yang tidak efisien dan tidak

efektif

- Tidak mampu memanfaatkan

sumber daya yang adaptif

- Sedikit menggunakan sistem

- Membebani dan mempengaruhi

kepribadian

- Menurunkan kemampuan dalam

melawan virus atau bakteri

- Lapang persepsi semakin

menyempit

- Proses kognisi menjadi kaku

- Mengganggu kesehatan fisik dan

emosi

- Menghancurkan motivasi

- Dapat merusak hubungan pribadi

individu dengan sosialnya

Penyebab

Stres:

- Frustasi

- Konflik

- Krisis

- Tekanan

Orang tua

Page 51: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

33

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah hubungan atau kaitan antara suatu konsep

dengan konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka

konsep berguna untuk menghubungkan dan menjelaskan secara rinci

tentang suatu topik yang akan dibahas (Setiadi, 2007).

Berdasarkan teori yang telah diuraikan pada tinjauan pustaka, maka

peneliti membuat kerangka konsep untuk memudahkan mengidentifikasi

konsep-konsep sesuai penelitian sehingga dapat dimengerti.

Penelitian ini mengunakan metode penelitian kuantitatif dengan

desain deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan tingkat stres pada

saudara kandung dengan anak autisme.

Bagan 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Stres pada saudara

kandung dengan anak

autisme

Karakteristik

Saudara

Kandung:

- Jenis kelamin

- Usia

- Urutan lahir

Diteliti

Tidak diteliti

Page 52: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

34

A. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian

No. Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur

Skala

Ukur

1 Karakteristik

Responden

a. Usia

Usia saudara kandung dengan

anak autisme terhitung dari

lahir sampai dengan usia saat

ini.

Kuesioner data demografi

1. Anak (8-10 tahun)

2. Remaja awal (11-14 tahun)

3. Remaja pertengahan (15-17

tahun)

4. Remaja akhir (18 tahun)

(Wong, 2009)

Rasio

Page 53: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

35

No. Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur

Skala

Ukur

b. Jenis

kelamin

c. Hubungan

dengan

anak

autisme

d. Urutan lahir

Jenis kelamin saudara

kandung dengan anak

autisme.

Saudara kandung merupakan

kakak atau adik dari anak

autisme

Saudara kandung dengan

anak autisme merupakan anak

keberapa di keluarga tersebut.

Kuesioner data demografi

Kuesioner data demografi

Kuesioner data demografi

1. laki-laki

2. perempuan

1. Pertama

2. Kedua

3. Ketiga

1. Kakak

2. Adik

Nominal

Nominal

Nominal

Page 54: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

36

No. Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur

Skala

Ukur

2 Stres saudara

kandung

Stres yang dialami oleh

saudara kandung yang

mempunyai saudara autisme.

Kuesiner yang digunakan adalah

kuesioner yang dibuat oleh peneliti

dengan mengacu pada teori yang

dikemukakan oleh Taylor (1991) dalam

Videbeck (2008). Kuesioner terdiri dari

30 pertanyaan yang terdiri dari 4 respon

stres yaitu respon fisiologis, kognitif,

psikologis, dan tingkah laku. Dari 30

pertanyaan 12 item favorable dan 18

item unfavorable. Kuesioner

menggunakan skala Gutman, yaitu 0 =

tidak dan 1 = ya. Uji normalitas

Nilai respon stres:

0 = tidak stres, jika skor <

median (<6,5)

1 = stres, jika skor > median

(>6,5)

Nominal

Page 55: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

37

No. Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur

Skala

Ukur

menggunakan Shapiro-Wilk dengan

nilai 0,007 distribusi tidak normal.

Respon psikologis sebanyak 8 item

pertanyaan (nomor 1-8),

Respon kognitif sebanyak 7 item

pertanyaan (nomor 9-15),

Nilai respon stres fisiologis:

0 = tidak stres, jika skor <

median (<2,0)

1 = stres, jika skor > median

(>2,0)

Nilai respon stres kognitif:

0 = tidak stres, jika skor <

median (<2,0)

1 = stres, jika skor > median

(>2,0)

Page 56: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

38

No. Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur

Skala

Ukur

Respon psikologis sebanyak 8 item

pertanyaan (nomor 16-22, nomor

30),

Respon tingkah laku sebanyak 7

item pertanyaan (nomor 23-29).

Nilai respon stres psikologis:

0 = tidak stres, jika skor <

median (<2,0)

1 = stres, jika skor > median

(>2,0)

Nilai respon stres tingkah laku:

0 = tidak stres, jika skor <

median (<1,5)

1 = stres, jika skor > median

(>1,5)

Page 57: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

39

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan desain

deskriptif. Penelitian deskriptifadalah metode penelitian yang dilakukan

dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan

secara objektif. Metode ini digunakan untuk memecahkan atau menjawab

permasalahan yang sedang diteliti. Langkah-langkah yang dilakukan dalam

metode ini antara lain pengumpulan data, pengolahan data, membuat

kesimpulan dan laporan. (Setiadi, 2007). Pada penelitian ini akan

memberikan gambaran stres pada saudara kandung dengan anak autisme.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlokasi di beberapa sekolah yang terletak di wilayah

Tangerang Selatan. Sekolah yang menjadi lokasi penelitian ini ada empat

sekolah yaitu Sekolah Khusus Al-Ikhsan, Sekolah Khusus Putra Putri

Mandiri, Sekolah Khusus Nur Asih dan Terapi Wila Kertia.

Lokasi penelitian dipilih karena belum pernah ada yang meneliti

terkait stres saudara kandung pada anak autisme di sekolah-sekolah tersebut.

Penelitian mulai dilaksanakan pada bulan Juni 2014, mulai dari

pengambilan data sampai penyusunan hasil.

Page 58: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

40

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan

karakteristik tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2007). Populasi

dalam penelitian ini adalah saudara kandung dari murid penderita

autisme di beberapa SLB di wilayah Tangerang Selatan yaitu Sekolah

Khusus Al-Ikhsan, Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri, Sekolah

Khusus Nur Asih dan Terapi Wila Kertia yang berjumlah 30 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian-bagian dari populasi yang dipilih

berdasarkan kemampuan mewakilinya (Setiadi, 2007). Pengambilan

sampel menggunakan teknik nonprobability sampling dengan

sampling jenuh dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.

Sampel penelitian ini adalah populasi saudara kandung dari murid

penderita autisme di beberapa SLB di wilayah Tangerang Selatan

yaitu Sekolah Khusus Al-Ikhsan, Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri,

Sekolah Khusus Nur Asih dan Terapi Wila Kertia yang berjumlah 30

orang.

Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah:

a. Saudara kandung dari murid autisme di SLB di wilayah

Tangerang Selatan yang berusia dalam rentang 8-18 tahun.

b. Bersedia menjadi responden.

Page 59: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

41

c. Tidak sedang mengalami sakit pada saat pengambilan

data.

d. Saudara kandung hanya mempunyai satu saudara autisme.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan total sampling sebagai teknik dalam

pengambilan sampel. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel

dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Dahlan, 2010). Jumlah

sampel dalam penelitian ini adalah jumlah populasi saudara kandung dari

murid penderita autisme di beberapa SLB di wilayah Tangerang Selatan

yaitu Sekolah Khusus Al-Ikhsan, Sekolah Khusus Putra Putri Mandiri,

Sekolah Khusus Nur Asih dan Terapi Wila Kertia yang berjumlah 30 orang.

Jumlah sampel ada 52 orang, namun 18 orang tidak mengembalikan

kuesioner kepada peneliti dikarenakan lupa, tidak sempat mengisi, dan

lembar kuesioner hilang. Sedangkan 4 orang menolak untuk menjadi

responden dikarenakan saudara kandung sedang tidak di rumah, saaudara

kandung tidak tinggal serumah dengan orang tua, dan ada orang tua yang

tidak bersedia sehingga jumlah sampel yang bisa menjadi responden

sebanyak 30 orang.

E. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat untuk

pengumpulan data. Kuesioner merupakan suatu cara pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara mengedarkan daftar pertanyaan yang berupa

Page 60: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

42

formulir (Setiadi, 2007). Instrumen pengumpulan data terdiri dari 2 bagian,

yaitu:

1. Data personal responden

Identitas siswa meliputi nama (inisial), umur, jenis kelamin,

jumlah saudara, hubungan dengan anak autis (kakak atau adik) dan

urutan lahir.

2. Kuesioner stres

Kuesioner stres bertujuan untuk mengidentifikasi respon stres

yang dialami oleh saudara kandung dari murid penderita autisme.

Kuesioner yang digunakan dibuat sesuai dengan tujuan penelitian

yang akan dilakukan mengacu pada kerangka konsep.

Kuesiner yang digunakan adalah kuesioner yang dibuat oleh

peneliti dengan mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Taylor

(1991) dalam Videbeck (2008). Teori tersebut mengatakan terdapat 4

respon stres, yaitu respon fisiologis, kognitif, psikologis dan tingkah

laku.

Kuesioner terdiri dari 30 pertanyaan yang terdiri dari 4 respon

stres yaitu respon fisiologis sebanyak 8 item pertanyaan (nomor 1-8),

respon kognitif sebanyak 7 item pertanyaan (nomor 9-15), respon

psikologis sebanyak 8 item pertanyaan (nomor 16-22, nomor 30), dan

respon tingkah laku sebanyak 7 item pertanyaan (nomor 23-29).

Kuesioner menggunakan skala Gutman, yaitu 0 = tidak dan 1 = ya.

Pada penelitian ini, nilai stres diperoleh berdasarkan jumlah dari

jawaban responden terhadap kuesioner stres.

Page 61: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

43

Tabel 4.1. Blue Print Skala Respon Stres

No Pertanyaa

n

No

item

Jumlah

soal Keterangan

Favorable Unfavorable

1 Respon

stres

fisiologis

1-8 8 1, 7

2, 3, 4, 5, 6, 8

2 Respon

stres

kognitif

9-15 7 9, 11, 13,

14

10, 12, 15

3 Respon

stres

psikologis

16-22,

30

8 16, 19, 22 17, 18, 20,

21, 30

4 Respon

stres

tingkah

laku

23-29 7 23, 24, 28

25, 26, 27, 29

Jumlah 30 12 18

Peneliti melakukan uji normalitas menggunakan Uji Shapiro

Wilk. Hal ini dikarenakan sampel yang digunakan kurang dari 50

responden (Dahlan, 2013). Hasil uji normalitas didapatkan hasil 0,007

(data distribusi tidak normal) sehingga peneliti menggunakan nilai

median dari skor total untuk menentukan stres dan tidak stres.

Responden dikatakan mengalami respon stres jika nilai skor total lebih

dari median (> 6,5) dan dikatakan tidak mengalami respon stres

apabila nilai skor total kurang dari median (< 6,5).

Berdasarkan respon stres fisiologis, total skor didapatkan dari

jumlah skor pertanyaan nomor 1-8 dan kemudian ditentukan nilai

median. Responden dikatakan mengalami respon stres fisiologis jika

nilai skor total lebih dari median (> 2,0) dan dikatakan tidak

mengalami respon stres fisiologis apabila nilai skor total kurang dari

median (< 2,0).

Page 62: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

44

Total skor respon stres kognitif didapatkan dari jumlah skor

pertanyaan nomor 9-15 dan kemudian ditentukan nilai median.

Responden dikatakan mengalami respon stres kognitif jika nilai skor

total lebih dari median (> 2,0) dan dikatakan tidak mengalami respon

stres kognitif apabila nilai skor total kurang dari median (< 2,0).

Berdasarkan respon stres psikologis, total skor didapatkan dari

jumlah skor pertanyaan nomor 16-22 dan nomor 30 dan kemudian

ditentukan nilai median. Responden dikatakan mengalami respon stres

psikologis jika nilai skor total lebih dari median (> 2,0) dan dikatakan

tidak mengalami respon stres psikologis apabila nilai skor total kurang

dari median (< 2,0).

Total skor respon stres tingkah laku didapatkan dari jumlah skor

pertanyaan nomor 23-29 dan kemudian ditentukan nilai median.

Responden dikatakan mengalami respon stres tingkah laku jika nilai

skor total lebih dari median (> 1,5) dan dikatakan tidak mengalami

respon stres tingkah laku apabila nilai skor total kurang dari median (<

1,5).

F. Perencanaan Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji validitas

Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu

benar-benar mengukur apa yang diukur. Sebuah instrumen yang valid

harus memiliki validitas internal dan eksternal. Instrumen yang

mempunyai validitas internal adalah bila kriteria yang ada dalam

Page 63: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

45

instrumen secara rasional mencerminkan apa yang akan diukur.

Sedangkan instrumen dikatakan memiliki validitas eksternal apabila

kriteria instrumen disusun berdasarkan fakta-fakta empiris yang telah

ada (Notoatmodjo, 2002).

Pengujian validitas kuesioner dengan uji korelasi antara skor

(nilai) tiap item pertanyaan dengan skor total tiap kelompok soal

dengan menggunakan uji Pearson Product Moment dengan nilai 0,3.

Nilai signifikan 0,3 karena jumlah responden 30 sesuai r tabel

(Hidayat, 2008). Jika nilai pertanyaan di atas 0,3 maka pertanyaan

tersebut dinyatakan valid, sedangkan jika nilai pertanyaan di bawah

0,3 maka dinyatakan pertanyaan tersebut tidak valid.

Hasil penghitungan didapatkan hasil jumlah pertanyaan yang

valid ada 17 dari 30 pertanyaan yaitu pertanyaan no 1, 2, 4, 5, 9, 11,

12, 14, 17, 18, 19, 23, 25, 26, 28, 29, dan 30. Pertanyaan yang tidak

valid yaitu no 3, 6, 7, 8, 10, 13, 15, 16, 20, 21, 22, 24, dan 27. Peneliti

tidak membuang pertanyaan yang tidak valid karena pertanyaan

tersebut menjadi indikator penting dalam setiap respon stres sehingga

peneliti melakukan uji konten dengan merubah redaksi pertanyaan.

Uji konten dilakukan melalui penelaahan kisi-kisi kuesioner

untuk memastikan bahwa soal-soal tersebut sudah mewakili atau

mencerminkan keseluruhan materi atau konten yang seharusnya

dikuasai secara proporsional. Penentuan proporsi ini dapat didasari

oleh pendapat para ahli dalam bidang yang bersangkutan (Gregory,

2000). Semua pertanyaan yang telah dilakukan perubahan redaksi di

Page 64: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

46

ambil kembali untuk dimasukkan ke dalam kuesioner sehingga jumlah

pertanyaan menjadi 30 item.

2. Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu

alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini menunjukkan

sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan

pengukuran dua kali atau lebih dengan alat ukur yang sama

(Notoatmodjo, 2002).

Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan internal

consistency yaitu melakukan uji coba sekali saja. Kemudian hasil yang

diperoleh dianalisis dengan menggunakan rumus Spearman Brown

dengan nilai reliabel >0,60. Spearman brown digunakan umtuk menguji

reliabilitas kuesioner dengan skala Guttman yang berjumlah genap.

Pengujian ini diuji cobakan ke 20 orang lalu diukur dengan SPSS versi

17. Hasil uji reliabilitas kuesioner stres di dapatkan nilai alpha 0,720

sehingga dapat dikatakan reliabel.

G. Teknik Pengumpulan Data

Setelah mendapat izin dari beberapa SLB di wilayah Tangerang

Selatan, sekolah menunjuk salah satu guru untuk mendampingi peneliti

dalam menentukan sampel yang akan dijadikan responden. Kemudian

peneliti melakukan pengambilan data mengenai jumlah saudara kandung

dari murid dengan autisme yang ada di tiap sekolah tersebut yang bisa

dijadikan responden dalam penelitian ini.

Page 65: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

47

Selanjutnya peneliti didampingi guru menitipkan kuesioner kepada

orang tua murid yang mengantar anaknya ke sekolah. Peneliti melakukan

inform consent kepada orang tua murid dan menjelaskan tujuan dari

penelitian ini. Peneliti juga menjelaskan maksud dari tiap-tiap pertanyaan

kepada orang tua agar kemudian disampaikan kepada saudara kandung yang

akan mengisi kuesioner tersebut.

Selanjutnya kuesioner dititipkan kepada orang tua untuk diberikan

kepada saudara kandung yang menjadi responden dalam penelitian ini.

Waktu pengambilan kuesioner dilakukan seminggu setelah pemberian

kuesioner sesuai dengan kesepakatan antara peneliti dengan orang tua

murid. Selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisa data.

H. Pengolahan Data

Proses pengolahan data yang dilakukan meliputi editing, coding,

sorting, entry data, dan tabulasi data.

1) Editing

Proses ini dilakukan dengan memeriksa kelengkapan kuesioner baik

jumlah maupun isinya.

2) Coding

Memberi tanda/kode berbentuk angka pada masing-masing jawaban

agar dapat memudahkan peneliti dalam proses pengolahan data.

Page 66: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

48

3) Entry data

Memasukkan jawaban-jawaban yang sudah diberi kode dalam tabel

dengan cara menghitung frekuensi data. Proses ini dilakukan

menggunakan program SPSS.

4) Tabulasi data

Terakhir adalah tahap pengelompokkan data sesuai kategori untuk

selanjutnya disajikan berupa tabel distribusi frekuensi.

I. Analisa Data

Setelah data diolah kemudian dianalisa untuk mengetahui hasil yang

dapat menjawab pertanyaan peneliti. Analisis dilakukan dalam analisis

univariat.

Analisis univariat bertujuan untuk menggambarkan

proporsi/persentase masing-masing variabel yaitu stres pada saudara

kandung dengan anak autisme, serta variabel lain yang ikut diteliti yaitu

usia, jenis kelamin, hubungan dengan anak autis, dan urutan lahir.

Analisis data kategorik disajikan dalam bentuk frekuensi dan persentase.

J. Etika Penelitian yang Digunakan

Untuk mengantisipasi isu etik dalam penelitian, peneliti perlu

memperhatikan beberapa pertimbangan etik selama melakukan penelitian

dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengedarkan lembar persetujuan menjadi responden sebelum

melakukan penelitian. Hal ini dilakukan agar responden mengetahui

Page 67: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

49

maksud dan tujuan penelitian, serta dampak yang terjadi selama

proses pengumpulan data. Jika responden bersedia, mereka harus

menandatangani lembar persetujuan tersebut, jika tidak peneliti akan

menghormati hak untuk menolak menjadi responden dalam penelitian

ini.

2. Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan

mencantumkan nama subjek pada lembar kuesioner, melainkan hanya

mencantumkan inisial dari nama responden.

3. Informasi yang dikumpulkan akan dijaga kerahasiaannya dan haya

kelompok data tertentu saja yang akan dilaporkan pada hasil peneitian.

Page 68: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

50

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Penelitian ini berlokasi di beberapa sekolah yang terletak di wilayah

Tangerang Selatan. Sekolah yang menjadi lokasi penelitian ini ada empat

sekolah yaitu Sekolah Khusus Al-Ikhsan, Sekolah Khusus Putra Putri

Mandiri, Sekolah Khusus Nur Asih dan Terapi Wila Kertia.

Sekolah Khusus Al-Ikhsan terletak di Jalan Lengkong Karya, Serpong

Utara. Jumlah murid di sekolah ini ada 45 orang dari jenjang SD, SMP

hingga SMA dengan jumlah pengajar 19 orang. Murid di sekolah ini

merupakan anak dengan gangguan perkembangan seperti autisme,

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), Sindrom Down, tuna

grahita dan beberapa gangguan perkembangan lainnya.

Kegiatan-kegiatan yang rutin dilakukan adalah kegiatan belajar

mengajar di ruang sekolah, selain itu juga ada beberapa kegiatan yang

sekaligus bertujuan untuk terapi bagi siswa-siswa di Sekolah Al-Ihsan.

Diantaranya yaitu merakit komputer, tata boga, berkuda, market day, life

skill, dan behavior therapy. Ada beberapa bentuk terapi prilaku

diantaranya yaitu sistematis desensitisasi, Exposure and Response

Prevention (ERP), modifikasi perilaku, flooding, latihan relaksasi,

observational learning, latihan asertif , dan terapi aversi.

Page 69: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

51

Lokasi penelitian selanjutnya adalah Sekolah Khusus Putra Putri

Mandiri yang terletak di Komplek Brimob Gaplek. Sekolah ini memiliki 8

orang pengajar dan jumlah murid sebanyak 30 orang dengan gangguan

autisme, tuna grahita ringan, dan tuna grahita sedang. Jumlah murid

dengan gangguan autisme sebanyak 14 orang. Sekolah ini memiliki kelas

terapi diantaranya terapi wicara, terapi okupasi, terapi sensorik integrasi,

terapi behavior dan remidial. Waktu sekolah untuk kelas 1-3 dimulai dari

jam 7.30 sampai jam 10.00 pagi, sedangkan untuk kelas 3-6 dimulai dari

jam 10.15 sampai jam 13.00.

Sekolah Khusus Nur Asih merupakan lokasi penelitian selanjutnya

yang berada di wilayah Kampung Utan Ciputat. Sekolah ini terdiri dari

murid SD, SMP, dan SMA dengan gangguan tuna grahita dan autisme

sebanyak 40 murid dan memiliki pengajar sebanyak 12 orang.

Lokasi penelitian terakhir yaitu tempat terapi Willa Kertia di Bintaro

Jaya sektor IX. Terapi ini menangani murid dengan gangguan autisme,

ADD dan ADHD, Sindrom Asperger, terlambat perkembangan mental dan

PDD. Jam belajar dimulai pukul 08.00 hingga 18.00 dengan aktivitas

seperti sosialisasi/interaksi dengan teman, life skill/bantu diri, akademik,

motorik kasar dan motorik halus.

Wila Kertia memberikan layanan One on One Therapy (terapi terpadu

dengan pelayanan individual), Therapy Group/Behavior Management

(grup dengan 3-5 orang anak), kelas melukis (grup 2-4 orang anak dengan

1 guru dan 2 asisten guru), dan program liburan seperti memasak,

memancing, berbelanja, dan outbond.

Page 70: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

52

Semua sekolah dan pusat terapi yang menjadi lokasi penelitian ini

merupakan sekolah swasta yang dinaungi oleh sebuah yayasan.

B. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dibawah ini adalah karakteristik responden

penelitian berdasarkan usia, jenis kelamin, hubungan dengan anak autisme,

dan urutan lahir (kakak atau adik). Berikut adalah kategori responden

penelitian, antara lain:

1. Usia

Usia responden dalam penelitian ini adalah 8 – 18 tahun dengan

jumlah 30 responden.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

Saudara Kandung dari Anak Autisme di Tangerang Selatan

Tahun 2014 (n=30)

No. Usia Frekuensi (n) Persentase (%)

1. Anak (8-10) 2 6.7

2. Remaja awal (11-14) 8 26.7

3. Remaja pertengahan

(15-17)

14 46.7

4. Remaja akhir (18) 6 20.0

Total 30 100.0

Data yang ada pada tabel 5.1 di atas dapat dilihat bahwa

mayoritas responden berusia 15-17 tahun sebanyak 14 orang (46,7%).

Responden berusia 11-14 tahun sebanyak 8 orang (26,7%), usia 18

tahun sebanyak 6 orang (20,0%), dan usia 8-10 tahun sebanyak 2

orang (6,7%).

Page 71: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

53

2. Jenis kelamin

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis

Kelamin Saudara Kandung dari Anak Autisme di Tangerang

Selatan Tahun 2014 (n=30)

No. Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

1. Laki-laki 13 43.3

2. Perempuan 17 56.7

Total 30 100.0

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh hasil mayoritas responden

perempuan sebanyak 17 responden (56,7 %) dan laki-laki sebanyak

13 orang (43,3%).

3. Hubungan dengan Anak Autisme

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Hubungan Saudara Kandung dengan Anak Autisme di

Tangerang Selatan Tahun 2014 (n=30)

No. Hubungan dengan

Anak Autisme Frekuensi (n) Persentase (%)

1. Kakak 23 76.7

2. Adik 7 23.3

Total 30 100.0

Tabel di atas menunjukkan mayoritas responden merupakan

kakak dari anak autisme sebanyak 23 responden (76,7 %) dan

responden yang merupakan adik dari anak autisme sebanyak 7 orang

(23,3%).

4. Urutan Lahir

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Urutan

Lahir Saudara Kandung dari Anak Autisme di Tangerang

Selatan Tahun 2014 (n=30)

No. Urutan Lahir Frekuensi (n) Persentase (%)

1. Anak pertama 16 53.3

2. Anak kedua 11 36.7

3. Anak ketiga 3 10.0

Total 30 100.0

Page 72: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

54

Data yang ada pada tabel 5.4 di atas dapat dilihat bahwa

mayoritas responden merupakan anak pertama sebanyak 16 responden

(53,3 %), anak kedua sebanyak 11 responden (36,7 %) dan anak

ketiga sebanyak 3 responden (10,0%).

C. Gambaran Stres

Analisis univariat variabel stres pada saudara kandung dengan anak

autisme di Kota Tangerang Selatan, diperoleh hasil yang disajikan dalam

bentuk tabel 5.5 berikut ini:

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Nilai Stres pada Saudara Kandung

yang Mengalami Respon Stres Tahun 2014 (n=30)

No. Nilai Stres Frekuensi (n) Persentase (%)

1. Tidak stres 15 50.0

2. Stres 15 50.0

Total 30 100.0

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 30 responden yang mengalami

respon stres sebanyak 15 responden (50,0%) dan yang tidak stres sebanyak

15 responden (50,0%). Dari hasil distribusi frekuensi tersebut, diantara

responden yang mengalami respon stres diperoleh hasil menurut respon

fisiologis, kognitif, psikologis, dan tingkah laku yang dapat dilihat pada

tabel berikut:

1. Respon Stres Fisiologis

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Nilai Stres pada Saudara

Kandung yang Mengalami Respon Stres Fisiologis Tahun 2014

(n=30)

No. Nilai Stres Frekuensi (n) Persentasi (%)

1. Tidak stres 12 40.0

2. Stres 18 60.0

Total 30 100.0

Page 73: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

55

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh hasil responden yang

mengalami respon stres fisiologis sebanyak 18 responden (60,0%)

dan yang tidak mengalami respon stres fisiologis sebanyak 12

responden (40,0%).

2. Respon Stres Kognitif

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Nilai Stres pada Saudara

Kandung yang Mengalami Respon Stres Kognitif Tahun 2014

(n=30)

No. Nilai Stres Frekuensi (n) Persentase (%)

1. Tidak stres 14 46.7

2. Stres 16 53.3

Total 30 100.0

Tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang mengalami

respon stres kognitif sebanyak 16 responden (53,3%) dan yang tidak

mengalami respon stres sebanyak 14 responden (46,7%).

3. Respon Stres Psikologis

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Nilai Stres pada Saudara

Kandung yang Mengalami Respon Stres Psikologis Tahun 2014

(n=30)

No. Nilai Stres Frekuensi (n) Persentasi (%)

1 tidak stres 14 46.7

2 stres 16 53.3

Total 30 100.0

Data yang ada pada tabel 5.8 di atas dapat dilihat bahwa

responden yang mengalami respon stres psikologis sebanyak 16

responden (53,3%) dan yang tidak mengalami respon stres sebanyak

14 responden (46,7%).

Page 74: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

56

4. Respon Stres Tingkah laku

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Nilai Stres pada Saudara

Kandung yang Mengalami Respon Stres Tingkah Laku Tahun

2014 (n=30)

No. Nilai Stres Frekuensi (n) Persentase (%)

1. Tidak stres 15 50.0

2. Stres 15 50.0

Total 30 100.0

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh hasil responden yang

mengalami respon stres tingkah laku sebanyak 15 responden

(50,0%) dan yang tidak mengalami respon stres sebanyak 15

responden (50,0%).

Dari tabel distribusi frekuensi nilai stres diatas, diantara responden

yang mengalami stres diperoleh hasil menurut usia, jenis kelamin,

hubungan dengan anak autis dan urutan lahir dapat dilihat pada tabel

berikut :

5. Respon Stres Berdasarkan Usia Saudara Kandung

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Stres Berdasarkan Usia Saudara

Kandung dari Anak Autisme di Tangerang Selatan Tahun 2014

(n=15)

No. Usia Frekuensi (n) Persentase (%)

1. Anak (8-10) 1 6.7

2. Remaja awal (11-14) 3 20.0

3. Remaja pertengahan (15-17) 7 46.7

4. Remaja akhir (18) 4 26.7

Total 15 100.0

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh hasil mayoritas responden

yang mengalami respon stres merupakan usia rentang 15-17 sebanyak

7 responden (46,7%). Usia rentang 18 sebanyak 4 responden (26,7%),

rentang 11-14 sebanyak 3 responden (20,0%), dan rentang 8-10

sebanyak 1 responden (6,7%).

Page 75: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

57

6. Respon Stres Berdasarkan Jenis Kelamin Saudara Kandung

Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Stres Berdasarkan Jenis Kelamin

Saudara Kandung dari Anak Autisme di Tangerang Selatan

Tahun 2014 (n=15)

No. Jenis Kelamin Frekuensi (n)

Persentase

(%)

1. Laki-laki 6 40.0

2. Perempuan 9 60.0

Total 15 100.0

Tabel di atas menunjukkan responden yang mengalami respon

stres mayoritas perempuan sebanyak 9 responden (60,0%) sedangkan

laki-laki sebanyak 6 responden (40,0%).

7. Respon Stres Berdasarkan Hubungan Saudara Kandung dengan Anak

Autis

Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Stres Berdasarkan Hubungan

Saudara Kandung dengan Anak Autisme di Tangerang Selatan

Tahun 2014 (n=15)

No. Hubungan dengan

Anak Autisme Frekuensi (n)

Persentase

(%)

1. Kakak 11 73.3

2. Adik 4 26.7

Total 15 100.0

Data yang ada pada tabel 5.12 di atas dapat dilihat bahwa

responden yang mengalami respon stres mayoritas merupakan kakak

dari anak autisme sebanyak 11 responden (73,3%) sedangkan adik

sebanyak 4 responden (26,7%).

Page 76: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

58

8. Respon Stres Berdasarkan Urutan Lahir Saudara Kandung

Tabel 5.13 Distribusi Frekuensi Stres Berdasarkan Urutan Lahir

Saudara Kandung dari Anak Autisme di Tangerang Selatan

Tahun 2014 (n=15)

No. Urutan Lahir Frekuensi (n) Persentase (%)

1. Anak pertama 8 53.3

2. Anak kedua 5 33.3

3. Anak ketiga 2 13.3

Total 15 100.0

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh hasil mayoritas responden

yang mengalami respon stres yaitu anak yang lahir pertama sebanyak

8 responden (53,3%), urutan lahir kedua 5 responden (33,3%), dan

urutan ketiga 2 responden (13,3%).

Page 77: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

59

BAB VI

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan menjelaskan interpretasi hasil penelitian dan keterbatasan

penelitian. Interpretasi hasil akan membahas mengenai hasil penelitian yang

dikaitkan dengan teori yang ada pada tinjauan pustaka, sedangkan keterbatasan

penelitian akan memaparkan keterbatasan yang terjadi selama pelaksanaan

penelitian.

A. Gambaran Karakteristik Responden.

Karakteristik dari responden dalam penelitian ini terdiri dari usia, jenis

kelamin, urutan lahir, dan hubungan dengan anak autis. Gambaran umum dari

usia diperoleh hasil dari 30 responden, mayoritas responden berusia 15-17

tahun sebanyak 14 orang (46,7%). Responden berusia 11-14 tahun sebanyak

8 orang (26,7%), usia 18 tahun sebanyak 6 orang (20,0%), dan usia 8-10

tahun sebanyak 2 orang (6,7%).

Berdasarkan jenis kelamin diperoleh hasil mayoritas responden

perempuan sebanyak 17 responden (56,7 %) dan laki-laki sebanyak 13 orang

(43,3%). Jika dilihat dari urutan lahir mayoritas responden merupakan anak

pertama sebanyak 16 responden (53,3 %), anak kedua sebanyak 11 responden

(36,7 %) dan anak ketiga sebanyak 3 responden (10,0%).

Berdasarkan hubungan dengan anak autis diperoleh hasil mayoritas

responden merupakan kakak dari anak autisme sebanyak 23 responden (76,7

Page 78: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

60

%) dan responden yang merupakan adik dari anak autisme sebanyak 7 orang

(23,3%).

B. Gambaran Stres Pada Saudara Kandung anak Autis

Berdasarkan distribusi frekuensi nilai stres didapatkan hasil dari 30

responden yang mengalami respon stres sebanyak 15 responden (50,0%).

Stres merupakan suatu proses yang menilai suatu peristiwa sebagai sesuatu

yang mengancam, menantang, ataupun membahayakan dan individu

merespon peristiwa itu pada level psikologis, emosional, kognitif dan

perilaku (Richard, 2011).

Penyebab stres atau stresor adalah tuntutan untuk menyesuaikan diri.

Menurut Nasir dan Muhith (2011), sumber-sumber stres yang biasa terjadi

dalam kehidupan yaitu sumber stres dari individu, sumber stres dalam

keluarga, dan sumber stres dalam lingkungan dan komunitas. Sumber stres

dalam keluarga salah satunya adalah mempunyai anggota keluarga yang sakit

ataupun cacat.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suraiya (2008)

menyebutkan, perawatan anak autisme dapat menyebabkan stres pada orang

tua. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan stres pada orang tua yang

memiliki anak autisme meliputi kebingungan diagnosa, karakteristik pada

anak autisme, serangkaian tes dan tempat terapi yang belum terbukti, dan

sikap orang lain terhadap anak autisme mereka.

Selain stres yang dapat terjadi pada orang tua yang memiliki anak dengan

autisme, stres juga dapat dialami oleh saudara kandung. Keadaan autisme ini

Page 79: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

61

dapat menyebabkan beberapa dari saudara kandung merasa malu atau

dipermalukan, dan mungkin secara bersamaan merasa bersalah, marah dan

cemburu terhadap saudaranya yang sakit. Selain itu, untuk dapat

berpartisipasi dalam aktivitas ekstrakulikuler, ataupun kegiatan sosial akan

berkurang karena kebiasaan sehari-hari terbebani oleh kondisi saudaranya

yang sakit (Wong, 2006).

Stres yang berat akan menyebabkan perilaku yang tidak efisien dan tidak

efektif, tidak mampu memanfaatkan sumber daya yang adaptif, dan sedikit

menggunakan sistem. Dalam kasus yang cukup berat, stres bisa membebani

dan mempengaruhi kepribadian (Fauziah, 2005).

Bagi keluarga-keluarga yang tidak berhasil keluar dari tekanan hidup dan

memiliki level stres yang tinggi akan mempengaruhi pandangan FQoL

(Family Quality of Live) sebuah keluarga. Mereka memaknai kesehatan

keluarga yang buruk, kesejahteraan ekonomi yang rendah, relasi keluarga

yang kurang harmonis, sedikit mendapat dukungan sosial dan dukungan bagi

anak, dan sedikit meluangkan waktu bagi keluarga untuk kegiatan

kebersamaan serta interaksi sosial yang terbatas dengan komunitas (Hartanto,

2013).

Responden yang tidak mengalami respon stres sebanyak 15 responden

(50,0%). Hal ini dapat terjadi karena saudara kandung sudah dapat menerima

keadaan saudaranya yang autisme. Faktor yang mempengaruhi munculnya

penerimaan saudara kandung terhadap anak autisme yaitu persepsi terhadap

individu yang menyandang autisme, kesiapan individu dalam menghadapi

Page 80: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

62

anak autisme, hubungan antar anggota keluarga, pola asuh orang tua dan

komunikasi yang digunakan antar anggota keluarga (Octaviana, 2009).

1. Respon Stres Fisiologis

Berdasarkan distribusi frekuensi dilihat dari respon stres

fisiologis diperoleh hasil dari 30 responden, yang mengalami respon

stres fisiologis sebanyak 18 responden (60,0%) dan yang tidak

mengalami respon stres fisiologis sebanyak 12 responden (40,0%).

Respon fisiologis ditandai dengan sulit tidur dengan nyenyak, cepat

lelah, nafsu makan berubah, sakit kepala, dan pusing. Kusmiati dan

Desminiarti (1990) dalam National Safety Council (2003)

mengatakan hal ini dapat disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi

jaringan, organ, atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh

yang tidak normal.

Hans Selye (1946) dalam Nasir dan Muhith (2011) menjelaskan

gejala stres memengaruhi denyut nadi, ketegangan otot, dan daya

tahan tubuh menurun. Stres menyebabkan terjadinya mekanisme

pertahanan tubuh seperti pengaktifan hormon yang berakibat pada

meningkatnya volume darah. Hormon lainnya dilepas untuk

meningkatkan kadar gula darah yang bertujan untuk menyiapkan

energi untuk keperluan adaptasi. Epinefrin dan norepinefrin

teraktivasi mengakibatkan denyut jantung meningkat dan terjadi

peningkatan darah ke otot. Selain itu juga terjadi peningkatan

pengambilan O2 dan meningkatnya kewaspadaan mental.

Page 81: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

63

Respon stres seperti ini jika dibiarkan begitu saja tanpa ada

penanganan stres akan menimbulkan dampak yang serius. Fauziah

(2005) mengatakan, pada sistem fisiologis stres dapat menyebabkan

kelemahan dan menurunkan kemampuan seseorang dalam melawan

virus atau bakteri. Hal ini disebabkan karena pada tahap ini cadangan

energi untuk penyesuaian telah terkuras. Cadangan energi telah habis

dan menipis akibatnya tubuh tidak mampu lagi menghadapi stres

(Hans Selye, 1946) dalam (Nasir dan Muhith, 2011).

Pada saudara kandung khususnya remaja hal ini akan

mengganggu proses perkembangan mereka seperti mengganggu

kesehatan fisik mereka, menurunkan kemampuan bersaing di

sekolah dan menurunkan aktivitas remaja (Kristanti, 2013).

2. Respon Stres Kognitif

Dilihat dari distribusi frekuensi berdasarkan respon stres

kognitif diperoleh hasil dari 30 responden yang mengalami respon

stres kognitif sebanyak 16 responden (53,3%) dan yang tidak

mengalami respon stres kognitif sebanyak 14 responden (46,7%).

Respon kognitif dapat terlihat melalui terganggunya proses

kognitif individu, seperti sulit berkonsentrasi dengan baik, merasa

tidak tenang, merasa kurang mendapat perhatian dari orang tua, sulit

percaya terhadap orang lain, merasa bosan, sulit mengingat sesuatu

dengan baik, dan sulit menyelesaikan tugas tepat waktu.

Respon kognitif ini dapat disebabkan karena lapang persepsi

menjadi terbatas dan proses berpikir menjadi terpecah-pecah

Page 82: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

64

sehingga berdampak pada tingkat konsentrasi yang menurun, pikiran

menjadi kacau dan tidak wajar (Taylor, 1991) dalam (Videbeck,

2008).

Akibat dari stres yang disebabkan oleh saudara kandung

autisme, tentu akan berdampak pada tahap perkembangan saudara

kandung dimana pada tahap perkembangan anak usia sekolah (6-12

tahun), perkembangan fisik, kognitif, dan sosial meningkat. Anak

mulai mengembangkan kemampuan berkomunikasi, kecepatan dan

kehalusan motorik meningkat, keterampilan lebih individual, ingin

terlibat dalam segala hal, menyukai kelompok, dan mencari teman

secara aktif (Nasir dan Muhith, 2011).

Pada remaja, konsep diri berubah sesuai dengan perkembangan

biologis, lebih menyesuaikan diri dengan standar kelompok, dan

timbul perasaaan takut ditolak oleh teman sebaya. Pada tahap ini

hubungan anak dengan orang tua mencapai titik terendah dimana

anak mulai melepaskan diri dari orang tua. Suasana hati berubah-

ubah (emosi labil) sehingga stres meningkat terutama pada saat

terjadi konflik (Nasir dan Muhith, 2011). Dengan mempunyai

saudara kandung autisme akan menambah stres yang dialami remaja.

Dampak yang akan ditimbulkan dari respon stres kognitif ini

bagi saudara kandung remaja adalah menurunnya prestasi remaja di

sekolah, mengurangi minat dan aktivitas lainnya, serta sulit

memanfaatkan sumber daya yang ada (Fauziah, 2005).

Page 83: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

65

3. Respon Stres Psikologis

Berdasarkan distribusi frekuensi dilihat dari respon stres

psikologis diperoleh hasil dari 30 responden yang mengalami respon

stres psikologis sebanyak 16 responden (53,3%) dan yang tidak stres

sebanyak 14 responden (46,7%). Respon psikologis atau emosional

seperti perasaan malu jika berpergian dengan saudara autismenya,

merasa kesal dan tidak nyaman dengan perilaku saudara autismenya,

tidak suka bermain dengan saudara autismenya, perasaan khawatir,

dan mudah tersinggung.

Mempunyai saudara kandung dengan berkebutuhan khusus juga

dapat menjadi penyebab munculnya respon stres psikologis.

Beberapa saudara kandung akan merasa bersalah, marah, dan

cemburu terhadap saudaranya yang berkebutuhan khusus sehingga

berdampak pada perkembangan psikologis saudara kandung. (Wong,

2006).

Erik H. Erickson dalam teori perkembangan kepribadiannya

menyebutkan pada usia sekolah (6-12 tahun) dunia sosial anak

meluas keluar dari dunia keluarga, anak bergaul dengan teman

sebaya, guru, dan orang dewasa lainnya. Namun anak juga dapat

mengalami perasaan inferior yang terjadi akibat ketidaksuksesan

perkembangan keterampilan dan mencari teman (Nasir dan Muhith,

2011).

Pada remaja dapat terjadi kegagalan dalam mengembangkan

rasa identitas, yaitu kebingungan peran, yang sering muncul dari

Page 84: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

66

perasaan tidak adekuat, isolasi, dan keragu-raguan (Nasir dan

Muhith, 2011). Hal ini juga dapat diakibatkan oleh stres yang

dialami saudara kandung dengan anak autisme dimana mereka

merasa bersalah, cemas, takut, marah, sedih dan cemburu.

4. Respon Stres Tingkah laku

Berdasarkan distribusi frekuensi dilihat dari respon stres tingkah

laku diperoleh hasil dari 30 responden yang mengalami respon stres

tingkah laku sebanyak 15 responden (50,0%) dan yang tidak stres

sebanyak 15 responden (50,0%). Respon tingkah laku seperti suka

menyendiri, tidak suka berkumpul dengan keluarga, sering marah-

marah kepada saudara autismenya, sering berantem, dan tidak suka

bermain dengan saudara autismenya maupun teman sebaya.

Hal ini dikarenakan stres tersebut membuat saudara kandung

akan berespon dengan cara melawan situasi yang menekan atau

menghindari situasi yang menekan sehingga saudara kandung bisa

bersikap menarik diri akibat perasaan malu, merasa rendah diri dan

diejek oleh teman sebayanya karena mempunyai saudara kandung

dengan autisme. Hal ini berdampak pada hubungan sosial saudara

kandung, dan dapat merusak hubungan pribadi mereka (Kristanti,

2013).

Jika dilihat berdasarkan teori tugas perkembangan menurut

Robert Havighurst dalam Nasir dan Muhith (2011), menyebutkan

tahap perkembangan anak usia sekolah diantaranya belajar bergaul

dengan teman sebaya, belajar peran sosial terkait dengan

Page 85: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

67

maskulinitas dan feminitas, mengembangkan konsep-konsep yang

dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, membangun moralias,

pencapaian kemandirian dan membangun perilaku dalam kelompok

sosial maupun institusi (sekolah).

Remaja memiliki tugas perkembangan yaitu membina hubungan

baru yang lebih dewasa dengan teman sebaya, pencapaian peran

sosial, dan pencapaian kemandirian emosi baik dari orang tua,

saudara, maupun orang lain (Nasir dan Muhith, 2011). Hal ini tentu

akan terganggu jika saudara kandung mengalami respon stres

tingkah laku yang disebabkan oleh saudaranya yang menderita

autisme.

5. Respon Stres Berdasarkan Usia Saudara Kandung

Dari hasil responden yang mengalami respon stres dijelaskan

kembali berdasarkan usia, diperoleh hasil mayoritas responden yang

mengalami respon stres merupakan usia rentang 15-17 (remaja

pertengahan) sebanyak 7 responden (46,7%). Hal ini sesuai dengan

Wong (2009) yang menyatakan bahwa ketika anak memasuki usia

remaja, pemikiran dan perilaku mereka berfluktuasi antara masa

anak dan masa dewasa. Mereka tumbuh dewasa dan dengan cepat

menuju ke arah kematangan yang mungkin melampaui koping.

Banyak hal yang dialami dan terjadi pada masa remaja. Apabila

masa ini tidak ditangani secara bijaksana dan dihadapi dengan baik

maka timbul stres yang berdampak pada kedewasaan seseorang

(Mumpuni & Wulandari, 2010).

Page 86: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

68

Sebagian besar remaja memiliki hambatan-hambatan dalam

kehidupan mereka. Banyak dari remaja yang mengalami berbagai

permasalahan yang disebabkan kurangnya perhatian, kasih sayang

dan bimbingan dari orang tua. Hal ini akan mengganggu kesehatan

fisik dan emosi mereka, menghancurkan motivasi dan kemampuan

menuju sukses di sekolah, dapat merusak hubungan pribadi mereka

serta berdampak pada tingkat stres yang dialami (Kristanti, 2013).

Dari hasil responden yang mengalami stres dapat dilihat pula

berdasarkan usia diperoleh hasil minoritas responden yang

mengalami respon stres merupakan usia rentang 8-10 sebanyak 1

responden (6,7%). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang

dilakukan Ambarini (2006) bahwa pada usia sekolah, saudara

kandung sudah memahami kebutuhan-kebutuhan khusus dari

saudara autisme mereka sehingga respon yang ditunjukkan

cenderung berperilaku menolong.

Teori perkembangan kognitif Piaget juga menjelaskan bahwa

pada usia 8-11 tahun anak memasuki tahap operasional konkret

dimana anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu

permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sedangkan berdasarkan

teori perkembangan moral Kohlberg, anak usia 9-11 tahun memasuki

tingkat morelitas konvensional dimana keinginan untuk

menyenangkan dan membantu orang lain merupakan hal yang paling

sering (Nasir dan Muhith, 2011).

Page 87: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

69

6. Respon Stres Berdasarkan Jenis Kelamin Saudara Kandung

Berdasarkan jenis kelamin dari 12 responden yang stres

diperoleh hasil mayoritas perempuan sebanyak 9 responden (60,0%).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ambarini (2006)

menyebutkan pola perilaku agresif lebih banyak muncul pada

hubungan saudara sekandung dengan jenis kelamin berbeda, dimana

anak perempuan lebih menunjukkan perilaku merawat dan mengasuh

saudaranya. Hasil penelitian yang dilakukan Kristanti (2013)

menyebutkan bahwa pada jenis kelamin perempuan tingkat stresnya

lebih tinggi dibandingkan remaja laki-laki. Pada penelitian yang

dilakukan oleh Fitri (2012) pada remaja putra dan putri dengan

obesitas didapatkan hasil bahwa remaja putri mengalami stres lebih

tinggi dibanding remaja putra. Remaja putri obesitas lebih merasa

tidak mampu mengatasi masalah, merasa dirinya terabaikan oleh

orang lain, lebih cemas atau tertekan, sering merasa bosan, dan

mengubah pola minum, merokok, atau makan.

Perbedaan ini disebabkan karena pada saat stres laki-laki

cenderung menggunakan mekanisme problem-focus coping

sementara perempuan cenderung menggunakan mekanisme

emotional focused coping. Penelitian yang dilakukan oleh Rubin

(dalam Hastuti, 2013) pria lebih cenderung untuk memilih problem-

focused coping, sedangkan wanita cenderung untuk memilih

emotion-focused coping.

Page 88: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

70

Pria cenderung menggunakan problem-focused coping karena

pria biasanya menggunakan rasio atau logika sehingga mereka lebih

memilih untuk langsung menyelesaikan masalah yang dihadapi atau

langsung menghadapi sumber stres. Sedangkan wanita dikatakan

lebih cenderung menggunakan emotion-focused coping karena

mereka lebih menggunakan perasaan atau lebih emosional sehingga

mereka cenderung untuk mengatur emosi mereka dalam menghadapi

sumber stres.

7. Respon Stres Berdasarkan Hubungan Saudara Kandung dengan

Anak Autis

Berdasarkan hubungan dengan anak autis dari 12 responden

yang stres diperoleh hasil mayoritas sebagai kakak sebanyak 11

responden (73,3%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

Ambarini (2006) menyebutkan bahwa peran saudara kandung

dimana saudara kandung yang lahir lebih dulu dibandingkan dengan

saudara autismenya, lebih diberikan peran mengasuh dan sebagai

pendisiplin bagi saudara autismenya. Hal ini akan menimbulkan stres

bagi saudara kandung yang merupakan kakak dari anak autis.

Adik dari anak autisme juga mengalami stres sebanyak 4

responden (26,7%). Hal ini dikarenakan saudara sekandung yang

lebih muda kehilangan teman bermain yang normal, role model, dan

sebagian berperan sebagai anak yang lebih tua daripada saudara

autisme mereka. Ketika bermain tidak terjadi hubungan komunikasi

dua arah sehingga sulit bagi saudara kandung untuk menjalin

Page 89: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

71

hubungan yang memuaskan dengan saudaranya. Hal ini

menimbulkan stres bagi adik dari anak autisme tersebut.

8. Respon Stres Berdasarkan Urutan Lahir Saudara Kandung

Berdasarkan urutan lahir dari 12 responden yang stres diperoleh

hasil mayoritas anak yang lahir pertama mengalami respon stres

sebanyak 8 responden (53,3%). Hal ini sesuai dengan teori Wong

(2009) yang menyebutkan bahwa jarak usia anak mempengaruhi

penyesuaian saudara kandung. Sibling rivalry juga terjadi ketika

jarak terlalu dekat yaitu 2-4 tahun karena pada jarak tersebut anak

sama-sama menuntut mendapatkan perhatian yang sama (Woolfson,

2005).

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti masih menemukan keterbatasan peneliti,

diantaranya yaitu:

1. Peneliti tidak bisa memberikan kuesioner secara langsung kepada

responden melainkan dititipkan melalui orang tua. Sehingga banyak

kuesioner yang tidak kembali.

2. Orang tua banyak yang menolak anaknya untuk menjadi responden,

sehingga jumlah responden sedikit.

Page 90: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

72

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Mengacu pada analisa dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka

hasil penelitian terhadap 30 responden dengan judul “Tingkat Stres pada

Saudara Kandung dengan Anak Autisme di Kota Tangerang Selatan” dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Saudara kandung pada anak autisme di kota Tangerang Selatan yang

menjadi responden mayoritas responden berusia 15-17 tahun sebanyak 14

orang (46,7%). Berdasarkan jenis kelamin, sebagian besar responden

perempuan sebanyak 17 responden (56,7 %). Jika dilihat dari urutan lahir

mayoritas responden merupakan anak pertama sebanyak 16 responden

(53,3 %). Berdasarkan hubungan dengan anak autis diperoleh hasil

mayoritas responden merupakan kakak dari anak autisme sebanyak 23

responden (76,7 %).

2. Berdasarkan distribusi frekuensi nilai stres didapatkan hasil dari 30

responden yang mengalami respon stres sebanyak 15 responden (50,0%)

dan yang tidak stres sebanyak 15 responden (50,0%).

3. Berdasarkan respon stres diperoleh hasil dari 30 responden, yang

mengalami respon stres fisiologis sebanyak 18 responden (60,0%), yang

mengalami respon stres kognitif sebanyak 16 responden (53,3%), yang

mengalami respon stres psikologis sebanyak 16 responden (53,3%), dan

Page 91: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

73

yang mengalami respon stres tingkah laku sebanyak 15 responden

(50,0%).

4. Berdasarkan karakteristik responden dari 15 responden yang mengalanmi

respon stres, diperoleh hasil mayoritas responden yang mengalami respon

stres merupakan usia rentang 15-17 sebanyak 7 responden (46,7%).

Dilihat dari jenis kelamin responden yang mengalami respon stres

mayoritas perempuan sebanyak 9 responden (60,0%). Berdasarkan

hubungan dengan anak autisme responden yang mengalami respon stres

mayoritas merupakan kakak dari anak autisme sebanyak 11 responden

(73,3%). Dilihat dari urutan lahir mayoritas responden yang mengalami

respon stres yaitu anak yang lahir pertama sebanyak 8 responden (53,3%).

B. Saran

1. Bagi institusi keperawatan dan perawat

a. Penelitian ini dapat menjadi referensi dalam bidang keperawatan,

khususnya keperawatan anak dan keperawatan keluarga yang berguna

dalam mengembangkan perencanaan keperawatan kepada masyarakat

khususnya lingkungan anak autisme.

b. Penelitian ini dapat menjadi ranah bergeraknya salah satu tugas

keperawatan pada setting pelayanan di keluarga untuk memberikan

pendidikan kesehatan tentang stres yang dialami oleh saudara kandung

pada anak autisme. Perawat dapat bekerjasama dengan orang tua untuk

membantu saudara kandung memiliki mekanisme koping yang baik.

Page 92: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

74

2. Bagi peneliti lain

Pada penelitian berikutnya diharapkan bisa menggunakan pendekatan

kualitatif dengan teknik wawancara mendalam sehingga dapat mengurangi

risiko bias dan informasi yang didapat lebih akurat dan mendalam.

3. Bagi orang tua

Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai gambaran

tingkat stres pada saudara kandung dengan saudara autisme kepada orang

tua sehingga mampu mengenali stres yang terjadi pada anak mereka dan

mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh stres yang dialami oleh

saudara kandung. Orang tua dapat mengurangi stres pada saudara kandung

dengan melakukan pendekatan, memperbaiki komunikasi antar anggota

keluarga khususnya saudara kandung, atau melakukan rekreasi, bermain,

sharing pendapat dan sebagainya untuk mengurangi stres pada saudara

kandung.

4. Bagi sekolah autisme

Penelitian ini diharapkan menjadi motivasi bagi sekolah untuk

memberikan pelayanan kepada keluarga murid khususnya saudara

kandung agar dapat membantu mengurangi stres yang dialami saudara

kandung sehingga saudara kandung membantu proses terapi anak autis.

Sekolah dapat membentuk kelompok diskusi sebagai wadah untuk

saudara kandung membagi pengalamannya mengenai saudaranya yang

autisme sehingga terbentuk rasa solidaritas antar saudara kandung.

Page 93: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

DAFTAR PUSTAKA

Ambarini, Tri Kurniati. 2006. Saudara Sekandung dari Anak Autis dan Peran

Mereka dalam Terapi. Skripsi. IHSAN Vol. 8 No. 2, Agustus 2006 diakses

tanggal 07-11-2013

Autism Society of America. http://asa.pub30.convio.net diakses tanggal 03-12-

2013

Baio, Jan. Autism Spectrum Disorders (ASDs) Homepage Data and Statistics. 27-

07-2013. http://www.cdc.gov/ncbddd/autism/data.html. diakses tanggal 26-

11-2013

Copel, Linda Carman. 2007. Kesehatan Jiwa dan Psikiatri: Pedoman Klinis

Perawat Edisi 2. Jakarta: EGC

Dahlan, M Sopiyudin. 2010. Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian

Bidang Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: CV Sagung Seto

Departemen Pendidikan Nasional. http://kbbi.web.id/saudara diakses tanggal 03-

12-2013

Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Kesehatan Anak

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di

Sekolah Luar Biasa (SLB) Bagi Petugas Kesehatan diakses tanggal 03-12-

2013

Fausiah, Fitri. 2005. Psikologi Abnormal Klinis Dewasa. Jakarta: Penerbit

Universitas Indonesia

Fitri, D.C. 2012. Perbedaan Kejadian Stres Antara Remaja Putra dan Putri

dengan Obesitas di SMA Negeri 1 Wonosari, Klaten. Jurnal Kedokteran

Page 94: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

Muhammadiyah, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012. Diakses pada tanggal 19-

03-2014

Gregory, Robert J. 2000. Psycological Testing: History, Principles and

Aplications. Boston: Allyn and Bacon

Hastuti, Fidinia. 2013. Strategi Koping pada Siswa dengan Perilaku Agresif di

SMP Negeri 9 Depok Tahun 2013. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Halgin, Richard P, et al. 2011. Psikologi Abnormal: Perspektif Klinis pada

Gangguan Psikologis Edisi 6 Buku 2. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika

Handojo, Y. 2008. Autisma: Petunjuk Praktis dan Pedoman Materi Untuk

Mengajar Anak Normal, Autis, dan Perilaku Lain. Jakarta: PT Buana Ilmu

Populer

Hartanto, Christine Jely. 2013. Studi Kasus Tentang Family Quality of Life

(FQoL) pada Keluarga-Keluarga yang Memiliki Anak Down Syndrome di

Lembaga Pendidikan X Bandung. Skripsi. Diakses melalui

www.Repository.upi.edu tanggal 27-06-2014

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik

Analisa Data. Salemba Medika: Jakarta.

Johnston, J.E. (2006). Controlling anxiety. New york: ALPHA.

King, Laura A. 2010. Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif Buku 2.

Jakarta: Salemba Humanika

Kristanti. 2013. Stres pada Remaja yng Tinggal di Panti Asuhan. Skripsi. Jurnal

Online Psikologi Vol. 01 No. 02. Diunduh dari http://ejournal.umm.ac.id

pada tanggal 05-03-2014

Page 95: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

Koesoemo, Rizki Pitasari. 2009. Pengalaman Keluarga dalam Merawat Anak

dengan Autisme. Skripsi. FIK UI

Mangunsong, F. (2011). Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Jilid 2. Depok: LPSP3 UI

Maramis, Willy F. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga

University Press

Mumpuni, Y., & Wulandari, A. 2010. Cara Jitu Mengatasi Stres. Yogyakarta:

Andi

Nasir, A., & Abdul M. 2011. Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa : Pengantar dan

Teori. Salemba Medika: Jakarta

National Safety Council. 2003. Manajemen Stres. Jakarta: EGC

Octaviana, Ria. 2009. Penerimaan Kakak Remaja Awal Terhadap Adik Autis.

Skripsi. Universitas Katolik Soegijapranata Semarang diaksses tanggan 21-

12-2013

Paternotte, Arga, et al. 2010. ADHD Attention Deficit Hyperactivity Disorder

(Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas) Gejala, Diagnosis,

Terapi, Serta Penanganannya di Rumah dan di Sekolah edisi pertama.

Prenada Media

Rinaldhy, Katinka. 2008. Gambaran Sibling Relationship pada Remaja Akhir

dengan Saudaranya yang Tunaganda-netra. Skripsi. Universitas Indonesia

Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &

Suddarth Ed. 8 Vol. 1. Alih bahasa Agung Waluyo. Jakarta: EGC

Page 96: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

Suraiya, Milla. 2008. Faktor-faktor Stres pada Orangtua Anak Autis. Skripsi.

Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia:

Yogyakarta

Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Wiramihardja, Sutardjo A. 2005. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung: PT

Refika Aditama

Wong, Donna L, et al. 2006. Maternal Child Nursing Care. Mosby

Wong, Donna L, et al. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pedriatik Wong Volume 1.

Jakarta: EGC

Page 97: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN RESPONDEN

GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN ANAK

AUTISME DI TANGERANG SELATAN

Assalamualaikum. WR. WB

Salam sejahtera.

Nama : Indah Fitriastarina Suryadi

NIM : 1110104000044

Alamat : Jl. Aria Putra Komplek Kedaung Hijau E-16 Ciputat

No. Telp : 085246132008

Saya mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Ilmu Keperawatan

sedang melaksanakan penelitian untuk penulisan skripsi sebagai tugas akhir untuk

menyelesaikan pendidikan sebagai Sarjana Keperawatan (S.Kep).

Dalam lampiran ini terdapat beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan

penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetetahui gambaran stres

yang dialami oleh saudara kandung dengan anak berkebutuhan khusus. Untuk itu

Saya harap dengan segala kerendahan hati agar kiranya adik-adik bersedia

meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner yang telah disediakan.

Kerahasiaan jawaban akan dijaga dan hanya diketahui oleh peneliti.

Kuesioner ini Saya harap diisi dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan apa

yang dipertanyakan. Sehingga hasilnya dapat memberikan gambaran yang baik

untuk penelitian ini.

Saya ucapkan terima kasih atas bantuan dan partisipasi adik-adik dalam

pengisian kuesioner ini.

Apakah Saudara bersedia menjadi Responden?

YA/TIDAK

Tertanda

(Responden)

Page 98: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

KUESIONER PENELITIAN

GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN ANAK

AUTISME DI TANGERANG SELATAN

BAGIAN I

(Digunakan untuk menggali data personal responden)

Petunjuk Pengisian:

1. Bacalah setiap pertanyaan dengan seksama

2. Isilah identitas/data personal

3. Pilihlah jawaban yang sesuai dengan Anda dengan memberi tanda () pada

kolom yang telah disediakan

4. Orang tua dimohon untuk dapat mendampingi anak pada saat mengisi

kuesioner.

No. Responden : (diisi peneliti)

Nama : _______________ (inisial huruf nama depan)

Umur :........................ Tahun

Jenis kelamin :1. Laki-laki 2. Perempuan

Anak ke : .......... kakak dari murid adik dari murid

Page 99: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

BAGIAN II

KUESIONER GAMBARAN STRES

Petunjuk pengisian:

Berdasarkan beberapa pernyataan di bawah ini, isilah kolom yang

kosong dengan memberi checklist () sesuai dengan pengalaman Anda

ketika menghadapi situasi yang berhubungan dengan saudara berkebutuhan

khusus Anda dalam kurun waktu beberapa minggu terakhir ini.

No Pernyataan : Ya Tidak

1 Saya dapat tidur dengan nyenyak.

2 Saya merasa cepat lelah.

3 Nafsu makan saya berkurang dari biasanya.

4 Saya merasa lemas karena khawatir.

5 Saya merasa sakit kepala.

6 Saya merasa sering pusing.

7 Badan saya terasa segar setiap bangun tidur.

8 Nafsu makan saya meningkat dari biasanya.

9 Saya dapat belajar dengan tenang.

10 Saya kurang mendapat perhatian dari orang tua.

11 Saya dapat berkonsentrasi dengan baik.

12 Saya merasa bosan berada di rumah.

13 Saya dapat menyelesaikan tugas dengan baik.

14 Saya dapat mengingat sesuatu dengan baik.

15 Saya merasa sulit percaya dengan orang lain.

16 Saya merasa senang bermain dengan saudara

saya.

17 Saya malu jika berpergian dengan saudara saya.

18 Saya kesal dengan perilaku saudara saya.

19 Saya merasa nyaman.

20 Saya mudah tersinggung.

21 Saya sering khawatir.

22 Saya merasa bangga dengan keluarga saya.

23 Saya sering menemani saudara saya bermain

24 Saya sering berkumpul dengan keluarga.

Page 100: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

30. Apakah kehadiran saudara Anda yang mempunyai kebutuhan khusus

membuat Anda merasa tidak nyaman?

Ya Tidak

31. Jika ya, apa penyebabnya?

Jawab:

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

Harap diperiksa kembali, jangan sampai ada yang terlewatkan.

Terima kasih.

25 Saya sering marah-marah kepada saudara saya.

26 Saya lebih suka meyendiri di kamar.

27 Saya tidak dapat mengerjakan tugas ketika

saudara saya di rumah.

28 Saya sering ngobrol dan bermain dengan teman

sebaya/tetangga.

29 Saya sering berantem dengan saudara saya

Page 101: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

HASIL STATISTIK

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100.0

Excludeda 0 .0

Total 20 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha Part 1 Value .812

N of Items 9a

Part 2 Value .872

N of Items 8b

Total N of Items 17

Correlation Between Forms .677

Spearman-Brown Coefficient

Equal Length .807

Unequal Length .808

Guttman Split-Half

Coefficient

.807

a. The items are: P1, P2, P4, P5, P9, P11, P12, P14, P17.

b. The items are: P17, P18, P19, P23, P25, P26, P28, P29, P30.

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-

Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

P1 5.40 22.042 .361 .899

P2 4.90 20.411 .626 .891

P4 5.15 20.661 .548 .894

P5 5.30 21.168 .502 .895

P9 5.10 20.621 .547 .894

P11 5.10 20.516 .571 .893

Page 102: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

Respon Stres

TOTALSKOR

N Valid 30

Missing 0

Mean 9.03

Median 6.50

Mode 5

TOTALSKOR

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 1 3.3 3.3 3.3

2 2 6.7 6.7 10.0

3 2 6.7 6.7 16.7

4 2 6.7 6.7 23.3

5 5 16.7 16.7 40.0

6 3 10.0 10.0 50.0

P12 5.15 21.292 .404 .899

P14 5.25 20.408 .657 .890

P17 5.45 22.366 .329 .900

P18 5.25 19.776 .818 .885

P19 5.20 20.695 .558 .894

P23 5.20 20.905 .508 .895

P25 5.20 19.958 .737 .887

P26 5.15 19.608 .799 .885

P28 5.25 20.829 .552 .894

P29 5.25 21.145 .475 .896

P30 5.50 22.474 .422 .898

Page 103: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

7 1 3.3 3.3 53.3

8 2 6.7 6.7 60.0

10 1 3.3 3.3 63.3

11 2 6.7 6.7 70.0

12 1 3.3 3.3 73.3

13 2 6.7 6.7 80.0

14 1 3.3 3.3 83.3

19 2 6.7 6.7 90.0

20 2 6.7 6.7 96.7

24 1 3.3 3.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnov

a Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

TOTALSKOR .186 30 .010 .897 30 .007

a. Lilliefors Significance Correction

Stress

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak stres 15 50.0 50.0 50.0

stres 15 50.0 50.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Statistics

Fisiologis kognitif Psikologis Tingkah laku

N Valid 30 30 30 30

Missing 0 0 0 0

Mean 2.53 2.23 2.10 2.17

Median 2.00 2.00 2.00 1.50

Mode 1 3 1 1

Page 104: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

stresfisiologis

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak stres 12 40.0 40.0 40.0

stres 18 60.0 60.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Streskognitif

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak stres 14 46.7 46.7 46.7

stres 16 53.3 53.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

strespsikologis

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak stres 14 46.7 46.7 46.7

stres 16 53.3 53.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

strestingkahlaku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid tidak stres 15 50.0 50.0 50.0

stres 15 50.0 50.0 100.0

Total 30 100.0 100.0

Statistics stress

jk Usia anakke urutanlahir

N Valid 15 15 15 15

Missing 0 0 0 0

Page 105: GAMBARAN STRES PADA SAUDARA KANDUNG DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25553/1/INDAH... · SMPN 1 Tarakan (2004-2007) 3. SMAN 1 Tarakan (2007-2010) 4. S1

Stres jk

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Laki-laki 6 40.0 40.0 40.0

Perempuan 9 60.0 60.0 100.0

Total 15 100.0 100.0

Stres usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 8-10 1 6.7 6.7 6.7

11-14 3 20.0 20.0 26.7

15-17 7 46.7 46.7 73.3

18 4 26.7 26.7 100.0

Total 15 100.0 100.0

Stres urutan lahir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 8 53.3 53.3 53.3

2 5 33.3 33.3 86.7

3 2 13.3 13.3 100.0

Total 15 100.0 100.0

Stres Hub dgn anak autis

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Kakak 11 73.3 73.3 73.3

Adik 4 26.7 26.7 100.0

Total 15 100.0 100.0