GAMBARAN PELAKSANAAN KONSELING
PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU
(MP-ASI) DI PUSKESMAS WILAYAH JAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
OLEH :
NURUL HUSNA
107104000492
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1433 H/ 2012 M
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul
GAMBARAN PELAKSANAAN KONSELING PEMBERIAN
MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI)
DI PUSKESMAS WILAYAH JAKARTA
Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing skripsi
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 28 Agustus 2012
Pembimbing I Pembimbing II
Irma Nurbaeti, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.KMB
NIP. 19700501 1996 1 2001 NIP. 19731106 2005 01 2003
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1433 H/ 2012 M
iv
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, 28 Agustus 2012
Penguji I
Irma Nurbaeti, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat
NIP. 19700501 1996 1 2001
Penguji II
Ernawati, S.Kp, M.kep, Sp.KMB
NIP. 19731106 20050 1 2003
Penguji III
Maulina Handayani, S. Kp, M. Sc
NIP. 197902102005012002
v
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, 28 Agustus 2012
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep, MKM
NIP: 197905202009011012
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Prof. Dr (hc) dr. M.K. Tadjudin, dr Sp.And
v
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua Sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Juli 2012
Nurul Husna
vi
BIODATA
Nama : Nurul Husna
Tempat,tanggal lahir : Bekasi, 29 April 1988
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Jl. Letnan Arsad RT 04/01 No. 48 Kecamatan
Kayuringin Jaya Kota Bekasi Selatan 14711
Tlp : 085710478685
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan
1994-2000 : SDN Perumnas I -Bekasi
2000-2003 : MTS Annida Al-Islami -Bekasi
20004-2007 : MA Annida Al-Islami -Bekasi
2007- sekarang : Program S1 Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Pengalaman Organisasi
2008-2009 : anggota departemen Keagamaan BEMJ Ilmu
Keperawatan
2010-2011 : anggota divisi Keislaman BEMJ Ilmu Keperawatan
2011- sekarang : Relawan Lembaga Kemanusiaan ESQ 165
vii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PGOGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Agustus 2012
Nurul Husna, NIM : 107104000492
Gambaran Pelaksanaan Konseling Pemberian Makanan Pendamping
Air Susu Ibu (MP-ASI) di Puskesmas Wilayah Jakarta Tahun 2012
xix + 86 halam, 15 tabel, 2 bagan, 10 lampiran
ABSTRAK
Masalah kurang gizi pada anak dapat disebabkan oleh kebiasaan
pemberian makanan pendamping ASI yang tidak tepat dan ketidaktahuan ibu
tentang cara pemberian makanan pendamping ASI yang benar. Untuk itu
diperlukan konseling, konseling adalah suatu komunikasi dua arah antara konselor
dan klien yang bertujuan membantu klien untuk memutuskan apa yang akan
dilakukan dalam mengatasi masalah yang dialami oleh klien. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan konseling pemberian
makanan pendamping ASI (persiapan konseling, perencanaan konseling,
implementasi konseling dan evaluasi konseling) di Puskesmas wilayah Jakarta.
Jenis Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain
deskriptif eksploratif. Sampel sebanyak 15 petugas, pengembilan sempel
dilakukan dengan cara sampling jenuh. Pengumpulan data untuk pelaksanaan
konseling pemeberian makanan pendamping ASI menggunakan wawancara pada
petugas, observasi dengan lembar check list, dan evaluasi pelaksanaan konseling
pemberian MP-ASI kepada orang tua dengan kuesioner dengan lembar check list.
Analisa data yang digunakan adalah univariat.
Hasil penelitian ini menggambarkan kategori cukup dalam pelaksanaan
konseling pemberian makanan pendamping ASI sebanyak 13 petugas dan kategori
baik dalam pelaksanaan konseling pemberian makanan pendamping ASI sebanyak
2 petugas, dan evaluasi pelaksanaan konseling makanan pendamping ASI
terhadap orang tua balita menunjukkan kategori baik dalam evaluasi pelaksanaan
konseling pemberian makanan pendamping ASI sebanyak 6 petugas, kategori
cukup dalam evaluasi pelaksanaan konseling pemberian makanan pendamping
ASI sebanyak 7 petugas dan kategori kurang dalam evaluasi pelaksanaan
konseling pemberian makanan pendamping ASI sebanyak 2 petugas. Penelitian
ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi peneliti selanjutnya untuk
mengetahui pelaksanaan konseling dalam Menajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS).
Kata Kunci : Konseling, ASI Eksklusif, Makanan Pendamping ASI
Daftar Bacaan : 42 (1988-2011)
viii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
THE STUDY PROGRAM OF NURSING SCIENCE
STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Undergraduated thesis, August 2012
Nurul Husna, NIM : 107104000492
Description Implementation of Complement Feeding Counselling in Public
Health Center area Jakarta 2012
xix + 86 pages, 15 tables, 2 charts, 10 attachment
ABSTRACT
Problem of malnutrition in children can be caused by the inappropriate habit of
giving complementary feeding and lack of mother’s knowledge about how to give
complementary feeding. It required counseling, which is a two-ways
communication between counselor and client aimed in helping clients to decide
what they have to do to overcome their problems. The purpose from this study
was to determine the implementation of the complementary feeding counseling
(preparation, planning, implementation and evaluation of counseling) at the health
center area in Jakarta.
This type of study is a quantitative study with descriptive explorative design.
Total sample were 15 officers with sampling saturation technique. Data’s
collection with interview, observation check list sheet, and evaluation of
complementary feeding providing counseling to parents with questionnaires with
a check list sheet. Analysis of the data using univariate.
Results from this study show there were 13 officers in moderate category
providing counseling in the implementation of complementary feeding and there
were 2 officers in good category counseling provision in the implementation of
complementary feeding, and evaluation of complementary feeding counseling to
toddler’s parent show there are 6 officers in good category in evaluation of
implementation from provision of counseling complementary feeding, moderate
category in the evaluation of complementary feeding counseling provision were 7
officers and bad category in the evaluation of the implementation of the provision
of counseling complementary feeding there are 2 officers. This study could be a
consideration for further research to determine the implementation of the
Integrated Management Of Childhood Illness (IMCI) counseling.
Keyword : counselling, exclusive breastfeeding, complementary feeding
Reading list : 42 (1988-2011)
ix
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Bismillahirahmanirahim, segala puji bagi Allah SWT yang telah
memberikan limpahan karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Pelaksanaan Konseling
Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu di Puskesmas Wilayah Jakarta”.
Sholawat serta salam selalu tercurah kepada baginda Nabi Besar Muhammad
SAW serta para sahabatnya yang telah menerangi jalan manusia dari zaman
kebodohan menuju zaman yang terang benderang.
Terselesaikannya skripsi ini tidak akan lepas dari bantuan dan kerjasama
dari berbagai pihak yang telah membantu penulis tanpa letih. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih dan merasa tidak akan mampu sepenuhnya
membalas jasa dari pihak yang telah membantu serta semoga bantuan yang
berharga tersebut akan dibalas oleh Allah SWT. Rasa syukur dan ucapan terima
kasih ini saya sampaikan kepada :
1. Prof. Dr (hc) M.K Taddjudin, dr. Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Ibu Tien Gartinah, MN selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan,
terima kasih atas motivasinya
3. Ibu Irma Nurbaeti, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat selaku Sekretaris Program Studi
Ilmu Keperawatan dan pembimbing I yang selalu memberi memotivasi,
nasehat dan membimbing penulis tanpa letih.
x
4. Ibu Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp. KMB selaku pembimbing II yang selalu
memberikan motivasi, nasehat, dan membimbing penulis tanpa letih.
5. Ibu Maulina Handayani, S. Kp, M. Sc. Dan Bapak Ns. Waras Budi Utomo,
S.Kep, MKM selaku penguji. Terima kasih untuk masukan dan nasehatnya.
6. Direktur dan seluruh staff pegawai Dinas Kesehatan Jakarta Selatan dan
Jakarta Timur yang telah membantu penulis selama penelitian.
7. Kepala Puskesmas dan seluruh petugas Puskesmas Pasar Minggu,
Kebayoran Lama, Cilandak, Jatinegara, Pulo Gadung yang telah membantu
penulis selama penelitian.
8. Ibu Ns. Mardiyanti, S.Kep., M.Kep.,Sp.An. selaku pembimbing akademik
yang telah memberikan motivasi, doa dan ilmunya pada penulis
9. Segenap Dosen Ilmu Keperawatan yang telah memberikan dorongan,
motivasi dan ilmunya pada penulis.
10. Almarhum Ayahanda dan Almarhuma Ibunda yang telah memberikan kasih
sayang dan cinta kasih kepada penulis.
11. Segenap staff bidang Akademik FKIK dan Program Studi Ilmu Keperawatan
12. Seluruh responden baik petugas Puskesmas di Poli MTBS/anak dan orang
tua balita yang telah membantu penulis selama penelitian
13. Abang-abang dan kakak-kakak penulis (Zulhanuddin, Agus Salim, Farhan,
Bilal, Ali Sadikin, Sarah dan Erlina Hannum) yang tak pernah lelah selalu
memberikan doa, motivasi, nasehat, kasih sayang, kesabaran dan dukungan
moril serta materil dan spritual yang selalu tercurah kepada penulis.
14. Keponakan – keponakan yang telah menjadi sumber keceriaan dan semangat
bagi penulis untuk lebih maju.
xi
15. Sahabat-sahabat terbaikku di Keperawatan (Santi, Cha-cha, Astrid, Winda)
yang selalu memberikan motivasi dan doanya.
16. Keluarga besar PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya teman-
teman angkatan 2007, Terima kasih atas dukungan, semangat, kenangan dan
kebersamaan yang indah selama ini. dan kakak-kakak, adik-adik PSIK dan
adik-adik kosan yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu namanya.
Terima kasih atas semangat, dukungan dan doa kalian.
17. Sahabat terbaikku (Fika, Nita, May, Dy) yang memberikan motivasi,
semangat, bantuan dan doanya.
18. Seluruh pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu persatu
Akhirnya tak ada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa dalam
penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, karena kesempurnaan hanyalah
milik Allah SWT. Dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT, penulis berharap
semua kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Amin.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Jakarta, Agustus 2012
Nurul Husna
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................... v
RIWAYAT HIDUP ....................................................................................... vi
ABSTRAK ..................................................................................................... vii
ABSTRACT ................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvi
DAFTAR BAGAN ......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xviii
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 6
C. Pertanyaan Peneliti .............................................................................. 7
D. Tujuan Peneliti .................................................................................... 7
1. Tujuan Umum ............................................................................... 7
2. Tujuan khusus ............................................................................... 7
E. Manfaat Penelitian .............................................................................. 7
1. Untuk Tenaga Kesehatan .............................................................. 7
2. Untuk Pendidikan Keperawatan .................................................... 8
3. Untuk Puskesmas .......................................................................... 8
4. Untuk Peneliti Selanjutnya ............................................................ 8
F. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 9
A. ASI Ekslusif ........................................................................................ 9
B. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) .................................. 10
1. Pengertian ...................................................................................... 10
2. Anjuran WHO tentang MP-ASI .................................................... 12
3. Syarat-syarat Makanan Pendamping ASI ..................................... 13
4. Prinsip Pemberian MP-ASI ........................................................... 16
5. Tahap Pemberian MP-ASI ............................................................ 16
6. Jenis MP-ASI ................................................................................ 18
7. Manfaat Pemberian MP-ASI ......................................................... 20
8. Manfaat Pemberian MP-ASI sesuai Tahap Umur ......................... 20
9. Kerugian Memberikan MP-ASI Terlalu Dini ............................... 20
10. Kerugian Bila Terlambat Memberikan MP-ASI ........................... 21
11. Permasalahan dalam Pemberian MP-ASI ..................................... 21
12. Beberapa Permasalahan dalam Pemberian Makan Bayi atau Anak
Umur 0-24 bulan ........................................................................... 22
C. Konseling ............................................................................................ 24
xiii
1. Pengertian ...................................................................................... 24
2. Tujuan Konseling .......................................................................... 27
3. Karakteristik Konseling ................................................................ 28
4. Media Konseling ........................................................................... 30
D. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) ......................................... 31
E. Konseling dalam MTBS ...................................................................... 31
F. Proses Konseling ................................................................................. 33
1. Pembinaan & Pemantapan Hubungan Baik (rapport) ................... 33
2. Pengumpulan & Pemberian Informasi .......................................... 34
3. Perencanaan, Pengambilan Keputusan & Pemecahan Masalah .... 34
4. Langkah-langkah Konseling ......................................................... 35
a. Menurut (Hidayat, 2009) ......................................................... 35
b. Menurut (Novelasari, 2010) .................................................... 37
G. Puskesmas ........................................................................................... 39
H. Kerangka Teori .................................................................................... 41
BAB III KRANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL ................. 42
A. Krangka Konsep .................................................................................. 42
B. Definisi operasional ............................................................................ 43
BAB IV METODE PENELITIAN .............................................................. 51
A. Desain Penelitian ................................................................................. 51
B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 51
1. Tempat Penelitian .......................................................................... 51
2. Waktu Penelitian ........................................................................... 51
C. Populasi dan Sampel ........................................................................... 52
1. Populasi Penelitian ....................................................................... 52
2. Sample Penelitian .......................................................................... 52
D. Instrument Penelitian .......................................................................... 53
1. Wawancara .................................................................................... 53
2. Lembar Observasi ......................................................................... 53
3. Evaluasi Orang tua Balita .............................................................. 54
E. Pengumpulan Data .............................................................................. 55
1. Sumber Data .................................................................................. 52
2. Prosedur Pengumpulan Data ......................................................... 56
F. Teknik Analisa Data ............................................................................ 57
1. Langkah Analisa Data ................................................................... 57
a. Editing ..................................................................................... 57
b. Coding ..................................................................................... 57
c. Entry Data ............................................................................... 57
d. Prosessing data ....................................................................... 58
e. Cleaning Data .......................................................................... 58
2. Analisa Data .................................................................................. 58
a. Analisa Univariat .................................................................... 58
G. Etika Penelitian ................................................................................... 58
1. Informed Consent .......................................................................... 59
2. Anonimity ...................................................................................... 59
xiv
3. Confidentiality ............................................................................... 59
BAB V HASIL ............................................................................................... 60
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................... 60
1. Puskesmas Pasar Minggu ............................................................... 60
2. Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama ...................................... 61
3. Puskesmas Jatinegara .................................................................... 61
4. Puskesmas Pulo Gadung ............................................................... 62
B. Karakteristik Responden ..................................................................... 62
1. Berdasarkan Usia .......................................................................... 62
2. Berdasarkan Jenis Kelamin ........................................................... 63
3. Berdasarkan Pendidikan ................................................................ 63
4. Berdasarkan Pelatihan MTBS ....................................................... 64
5. Berdasarkan Lama Bekerja ........................................................... 64
C. Karakteristik Evaluasi Pelaksanaan Konseling MP-ASI menurut
Orang tua Balita .................................................................................. 65
6. Pendidikan Orang tua .................................................................... 65
D. Gambaran Pelaksanaan Konseling berdasarkan Wawancara
pada Petugas ........................................................................................ 66
E. Gambaran Pelaksanaan Konseling Pemberian MP-ASI di Tiap
Puskesmas ........................................................................................... 68
F. Gambaran Tahapan Pelaksanaan Konseling Pemberian MP-ASI
di Puskesmas wilayah Jakarta ............................................................ 68
G. Gambaran Pelaksanaan Konseling Pemberian MP-ASI di Puskesmas
Wilayah Jakarta ................................................................................... 69
H. Gambaran Evaluasi Pelaksanaan Konseling Pemberian MP-ASI di
Tiap Puskesmas ................................................................................... 70
I. Gambaran Tahapan Evaluasi Pelaksanaan Konseling Pemberian
MP-ASI di Puskesmas Wilayah Jakarta .............................................. 70
J. Gambaran Evaluasi Pelaksanaan Konseling Pemberian MP-ASI
di Puskesmas Wilayah Jakarta ........................................................... 71
BAB VI PEMBAHASAN .............................................................................. 72
A. Distribusi Demografi Responden ........................................................ 72
1. Jenis Kelamin ................................................................................ 72
2. Usia ............................................................................................... 73
3. Tingkat Pendidikan ....................................................................... 73
4. Lama Bekerja ................................................................................ 75
5. Pelatihan MTBS ............................................................................ 76
B. Gambaran Langkah-langkah Pelaksanaan Konseling Pemberian
MP-ASI ............................................................................................... 78
1. Persiapan ....................................................................................... 78
2. Perencanaan ................................................................................... 78
3. Implementasi ................................................................................. 79
4. Evaluasi ......................................................................................... 79
xv
C. Gambaran Pelaksanaan Konseling Pemberian MP-ASI di
Puskesmas Wilayah Jakarta ................................................................ 80
D. Gambaran Evaluasi Tahapan Pelaksanaan Konseling Pemberian
MP-ASI Menurut Orang tua Balita ..................................................... 81
E. Gambaran Evaluasi Pelaksanaan Konseling Pemberian MP-ASI
di Puskesmas Wilayah Jakarta ............................................................ 82
F. Keterbatasan Penelitian ....................................................................... 82
G. Implikasi Hasil Penelitian ................................................................... 83
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 84
A. Kesimpulan ......................................................................................... 84
B. Saran .................................................................................................... 85
1. Untuk Dinas Kesehatan dan Puskesmas ....................................... 85
2. Untuk Peneliti Selanjutnya ............................................................ 86
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
Tabel 2.1 Pola Makanan Bayi dan Baduta Berdasarkan Jenis Makanan ... 19
Tabel 3.1 Defenisi Operasional .................................................................. 43
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Usia Responden di Puskesmas
Wilayah Jakarta Tahun 2012 ..................................................... 62
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden di Puskesmas
Wilayah Jakarta Tahun 2012 ..................................................... 63
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden di Puskesmas
Wilayah Jakarta Tahun 2012 ..................................................... 63
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pelatihan MTBS Responden
di Puskesmas Wilayah Jakarta Tahun 2012 .............................. 64
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Lama Bekerja Responden di Puskesmas
Wilayah Jakarta Tahun 2012 ..................................................... 64
Table 5.6 Distribusi Frekuensi Pendidikan Orang tua Balita di Puskesmas
Wilayah Jakarta Tahun 2012 ....................................................... 65
Tabel 5.7 Distribusi Hasil Wawancara pada Petugas ................................. 66
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Hasil Pelaksanaan Konseling Pemberian
MP-ASI di Setiap Puskesmas Wilayah Jakarta ......................... 68
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Tahapan Pelaksanaan Konseling Pemberian
MP-ASI di Puskesmas Wilayah Jakarta .................................... 68
Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Hasil Pelaksanaan Konseling Pemberian
MP-ASI di Puskesmas Wilayah Jakarta .................................... 69
Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Hasil Evaluasi Pelaksanaan Konseling
Pemberian MP-ASI di Setiap Puskesmas Wilayah Jakarta ....... 70
Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi TahapanEvaluasi Pelaksanaan Konseling
Pemberian MP-ASI Wilayah Jakarta ......................................... 70
Tabel 5.13 Distribusi Frekuensi Hasil Evaluasi Pelaksanaan Konseling
Pemberian MP-ASI di Puskesmas Wilayah Jakarta .................. 71
xvii
DAFTAR BAGAN
No. Bagan Halaman
2.1 Bagan Kerangka Teori Pelaksanaan Konseling Pemberian MP-ASI
modifikasi Sheeran dan Abraham (1995), Novelasari (2010) . 41
3.1 Bagan Kerangka Konsep ...................................................................... 42
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Informan Peneliti
Lampiran 2 Pedoman Wawancara
Lampiran 3 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 4 Lembar Observasi Penelitian
Lampiran 5 Kuesioner Penelitian
Lampiran 6 Bagan KNI
Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian
Lampiran 8 Surat Ijin Melakukan Penelitian dari Dinas Kesehatan Jakarta
Selatan
Lampiran 9 Surat Ijin Melakukan Penelitian dari Dinas Kesehatan Jakarta
Timur
Lampiran 10 Hasil Penelitian
xix
DAFTAR SINGKATAN
ASI : Air Susu Ibu
ASCA : American School Conselor Association
DepKes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
IMCI : Integrated Management of Childhood Illness
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
KK : Kepala Keluarga
KNI : Kartu Nasehat Ibu
MP-ASI : Makanan Pendamping Air Susu Ibu
MTBS : Manajemen Terpadu Balita Sakit
RT : Rukun Tetangga
RW : Rukun Warga
SWOT : Strengh Weakness Oppurtunity Theart
UNICEF : United Nations International Children’s Emergency Fund
UPTD : Unit Pelaksana Teknis Dinas
WHO : World Health Organization
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa balita merupakan masa yang penting dalam pertumbuhan fisik
maupun perkembangan struktur dan fungsi tubuh, emosi, intelektual, serta
tingkah laku. Pertumbuhan dipengaruhi oleh banyak faktor seperti keturunan,
makanan, kesehatan, dan lingkungan yang baik. Pemberian makanan yang
baik merupakan faktor yang sangat penting, karena jika kekurangan energi
atau zat-zat gizi yang esensial dapat mengganggu pertumbuhan yang optimal
dan menimbulkan penyakit gangguan gizi (Khodiyah, 2006).
Empat hal penting yang harus dilakukan untuk mencapai pertumbuhan
yang optimal (WHO/UNICEF) yaitu: pertama memberikan air susu ibu
kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua
memberikan hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara
eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, ketiga memberikan
makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan
sampai 24 bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI sampai anak
berusia 24 bulan atau lebih. Rekomendasi tersebut menekankan, secara sosial
budaya MP-ASI hendaknya dibuat dari bahan pangan yang murah dan mudah
diperoleh di daerah setempat (indigenous food) (Departemen Kesehatan RI,
2006).
2
Di masa bayi, Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik dan utama
karena mempunyai kandungan zat kekebalan yang sangat diperlukan untuk
melindungi bayi dari berbagai penyakit terutama penyakit infeksi. Seiring
dengan pertumbuhan bayi, maka bertambah pula kebutuhan gizinya. Sejak
usia 6 bulan, bayi mulai diberi Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)
(Santoso, 2005).
Makanan Pendamping ASI adalah makanan yang diberikan kepada bayi
yang telah berusia enam bulan atau lebih karena ASI tidak lagi memenuhi
kebutuhan gizi bayi. Pemberian MP-ASI ini diberikan pada anak yang berusia
6 sampai 24 bulan secara berangsur-angsur untuk mengembangkan
kemampuan mengunyah anak dan menelan serta menerima macam-macam
makanan dengan berbagai tekstur dan rasa. Pemberian MP-ASI harus
bertahap dan bervariasi, mulai dari bentuk bubur cair ke bentuk bubur kental,
sari buah, buah segar, makanan lumat, makanan lembik dan akhirnya
makanan padat (Sulistijani, 2001).
Tubuh anak membutuhkan zat gizi yang sesuai untuk tumbuh dan
berkembang dengan baik. Asupan zat gizi yang baik dapat diupayakan
dengan memberikan ASI eksklusif sampai umur 6 bulan (Mutiara &
Ruslianti, 2007). Setelah itu, periode pemberian makanan pendamping Air
Susu Ibu (MP-ASI). MP-ASI adalah makanan tambahan selain ASI yang
diberikan pada bayi sampai usia 24 bulan, sehingga MP-ASI diberikan tepat
waktu pada usia 6-12 bulan, karena pada usia tersebut merupakan waktu yang
sangat rawan terjadi malnutrisi (Suhardjo, 1999).
3
Dalam pemberian makanan yang diberikan pada bayi dan anak balita harus
memenuhi syarat-syarat berikut yaitu memenuhi kecukupan energi dan semua
zat gizi sesuai umur, susunan hidangan disesuaikan dengan pola menu
seimbang, bahan makanan yang tersedia di daerah setempat, kebiasaan
makan, dan selera makan, bentuk dan porsi makanan disesuaikan dengan
daya terima, toleransi, dan keadaan faali anak, serta memperhatikan
kebersihan perorangan dan lingkungan (As’ad, 2002).
Muchtadi, (2004) mengatakan MP-ASI untuk bayi sebaiknya memenuhi
persyaratan antara lain nilai energi dan kandungan proteinnya cukup tinggi,
dapat diterima dengan baik, harganya relatif murah, dan dapat diproduksi dari
bahan-bahan yang tersedia secara lokal. MP-ASI bagi bayi hendaknya
bersifat padat gizi dan tidak mengandung serat kasar serta bahan lain yang
sukar dicerna sedikit mungkin karena serat kasar yang terlalu banyak
jumlahnya akan mengganggu pencernaan.
Anak balita merupakan kelompok masyarakat rawan gizi dimana
prevalensi tertinggi ditemukan pada kelompok tersebut (Arisman, 2004).
Kurang gizi pada anak balita bukan semata-mata disebabkan oleh kekurangan
pangan. Beberapa faktor lain yang menjadi penyebab yaitu pemberian MP-
ASI yang tidak adekuat dan penyapihan yang terlalu cepat. Memburuknya
keadaan gizi anak dapat juga terjadi akibat ketidaktahuan ibu mengenai
tatacara memberikan MP-ASI yang tepat pada anaknya dan kurangnya
pengetahuan ibu tentang cara memelihara gizi dan mengatur makanan
anaknya (Arisman, 2004).
4
Masalah kurang gizi pada anak dapat disebabkan oleh kebiasaan
pemberian MP-ASI yang tidak tepat dan ketidaktahuan ibu tentang cara
pemberian MP-ASI yang benar (Departemen Kesehatan RI, 2006).
Berdasarkan survei pendahuluan (15 November 2011) yang dilakukan oleh
peneliti, diketahui bahwa terdapat 5 anak balita menderita gizi buruk dan 17
anak menderita gizi kurang di wilayah Puskesmas Pulo Gadung.
Pemberian MP-ASI pada periode usia 6-24 bulan sering tidak tepat dan
tidak cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya. Masalah pemberian MP-ASI
yang tidak tepat juga terjadi wilayah Puskesmas Pulo Gadung. Dari hasil
wawancara terdapat ibu yang memberikan MP-ASI pada anak 6-24 bulan
hanya dengan makanan seadanya saja tanpa memperhitungkan variasi MP-
ASI yang diberikan. Selain itu, dalam sehari frekuensi pemberian MP-ASI
masih kurang sehingga dapat berakibat kebutuhan gizi anak tidak terpenuhi.
Namun, ada juga ibu yang memberikan MP-ASI terlalu banyak, tetapi MP-
ASI yang diberikan tersebut tidak memenuhi kebutuhan gizi anaknya. Di
samping itu, ada anak berusia 9 bulan sudah diberikan makanan orang dewasa
oleh ibunya.
Dalam periode pemberian MP-ASI, bayi tergantung sepenuhnya pada
perawatan dan pemberian makanan oleh ibunya. Oleh karena itu, pengetahuan
dan sikap ibu sangat berperan, sebab pengetahuan tentang MP-ASI dan sikap
yang baik terhadap pemberian MP-ASI akan menyebabkan seorang ibu
mampu menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi oleh bayinya. Semakin
baik pengetahuan gizi ibu maka ia akan semakin memperhitungkan jenis dan
jumlah makanan yang diperolehnya untuk dikonsumsi oleh bayinya. Oleh
5
katrena itu, konseling yang dilakukan di poli Menajemen Terpadu Balita
Sakit (MTBS) dan Gizi sangat berperan dalam membantu orangtua bayi dan
balita dalam memahami pemberian MP-ASI, untuk meningkatkan
pengetahuan ibu dan sikap ibu dalam memahami pemberian MP-ASI yang
tepat sesuai usia.
Konseling adalah suatu komunikasi dua arah antara konselor dan klien
yang bertujuan membantu klien untuk memutuskan apa yang akan dilakukan
dalam mengatasi masalah yang dialami oleh klien. Dalam komunikasi
tersebut konselor bukan memberi nasihat tetapi memberikan informasi dan
alternatif pemecahan masalah, selanjutnya klien memilih dan memutuskan
sendiri alternatif yang terbaik untuk dirinya (Depkes RI, 2007).
Konseling adalah proses pemberian informasi obyektif dan lengkap,
dilakukan secara sistematik dengan paduan ketrampilan komunikasi
interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik bertujuan
untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang
sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar/ upaya untuk mengatasi
masalah tersebut (Saifudin, Abdul Bari dkk, 2001).
Penelitian yang dilakukan Aminah, dkk (2008) menyebutkan bahwa
program intervensi (stimulasi dan konseling) berperan penting dalam
pertumbuhan dan perkembangan balita. Selain itu, penelitian yang dilakukan
oleh Puspitasari (2009), menyebutkan bahwa metode konseling dengan media
KMS efektif dalam meningkatkan pengetahuan ibu mengenai pertumbuhan
balita. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Laksono (2009),
menyebutkan bahwa pemberian konseling kepada ibu dan keluarga yang
6
dilakukan secara berkala, 2 kali sebulan selama 3 bulan, dapat meningkatkan
status gizi anak balita. Begitu juga penelitian yang dilakukan Nurhayati
(2007), menyebutkan bahwa Ibu yang diberi konseling gizi akan mempunyai
pengetahuan, sikap dan praktek yang mendukung pemberian ASI eksklusif
lebih baik dari pada yang tidak diberikan konseling.
Untuk itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang pelaksanaan konseling
makanan pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) di Puskesmas Wilayah Jakarta
tahun 2012.
B. Rumusan Masalah
Dari hasil survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, diketahui
bahwa terdapat 5 anak balita menderita gizi buruk dan 17 anak menderita gizi
kurang di wilayah Puskesmas Kecamatan Pulo Gadung.
Masalah kurang gizi pada anak dapat disebabkan oleh kebiasaan
pemberian MP-ASI yang tidak tepat dan ketidaktahuan ibu tentang cara
pemberian MP ASI yang benar (Departemen Kesehatan RI, 2006).
Berdasarkan latar belakang, maka dapat diidentifikasi masalah dalam
penelitian ini karena tingginya orang tua anak yang memberikan Makanan
Pendamping ASI tidak sesuai dengan usia anak, maka peneliti tertarik untuk
meneliti tentang gambaran pelaksanaan konseling MP-ASI di Puskesmas
wilayah Jakarta.
7
C. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana gambaran pelaksanaan konseling MP-ASI yang diberikan pada
orang tua/ibu anak di Puskesmas Wilayah Jakarta?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum:
Untuk mengetahui pelaksanaan konseling makanan pendamping ASI (MP-
ASI) di Puskesmas Wilayah Jakarta.
2. Tujuan khusus:
a) Untuk mengetahui persiapan konseling di Puskesmas Wilayah Jakarta.
b) Untuk mengetahui perencanaan konseling di Puskesmas Wilayah
Jakarta.
c) Untuk mengetahui Implementasi konseling di puskesmas Wilayah
Jakarta.
d) Untuk mengetahui evaluasi konseling di Puskesmas Wilayah Jakarta.
E. Manfaat Penelitian
1. Untuk Tenaga Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi salah satu pertimbangan
yang dapat digunakan tenaga kesehatan untuk memperbaiki atau
meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas yang khususnya diberikan pada
anak dan keluarganya yang difokuskan untuk meningkatkan kinerja yang
baik dalam melaksanakan MTBS.
8
2. Untuk Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan ilmu
pengetahuan bagi pendidikan keperawatan terutama terkait gambaran
pelaksanaan konseling dalam melaksanakan MTBS.
3. Untuk Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam rangka
meningkatkan upaya promosi kesehatan khususnya tentang nutrisi pada
bayi. Sebagai bahan gambaran pelaksanaan konseling MP-ASI.
Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun
perencanaan dan kegiatan Program Kesehatan Keluarga Khususnya
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Gizi.
4. Untuk Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau
gambaran untuk pengembangan penelitian selanjutnya.
F. Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan
konseling Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) di Puskesmas wilayah
Jakarta yaitu Puskesmas Kecamatan Pulo Gadung, Puskesmas Kecamatan
Jatinegara, Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu, Puskesmas Kecamatan
Kebayoran Lama dan Puskesmas Kecamatan Cilandak pada tahun 2012.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskripif eksploratif. Populasi
dalam penelitian ini adalah petugas yang memberikan konseling MP-ASI di
poli anak/ poli MTBS di wilayah Jakarta.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ASI Ekslusif
ASI Eksklusif adalah makanan terbaik yang harus diberikan pada bayi,
karena didalamnya terkandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi yang
tidak terdapat pada susu sapi, dan ASI diberikan selama enam bulan pertama
kehidupan (Depkes RI, 2006). ASI Ekslusif adalah bayi hanya diberikan ASI
tanpa makanan atau minuman lain termasuk air putih, kecuali obat, vitamin dan
mineral dan ASI yang diperas. ASI ekslusif adalah pemberian ASI sepenuhnya
tanpa disertai tambahan atau selingan apapun sejak bayi lahir sampai bayi
berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, bayi mulai dikenalkan dengan makanan lain
dan tetap diberikan ASI sampai bayi berumur dua tahun (Budiasih, 2008).
ASI eksklusif menurut WHO (2003) yaitu bayi hanya diberi ASI saja
sebagai sumber makanan tanpa cairan atau makanan lainnya kecuali obat-
obatan, suplemen vitamin dan mineral yang diberikan karena alasan medis.
Bayi yang menerima ASI sebagai sumber makanan tetapi juga menerima air,
sari buah, vitamin dan mineral serta obat-obatan disebut predominan
(predominant breastfeeding).
ASI Eksklusif atau lebih tepat disebut pemberian ASI secara eksklusif
adalah hanya diberi air susu ibu saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu
formula, jeruk, madu, air teh, dan dan tanpa makanan padat seperti pisang,
pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim sampai bayi berumur 6 bulan
(Roesli, 2005).
10
Jadi dapat disimpulkan bahwa ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan
kepada bayi baru lahir sampai usia 6 bulan, bayi hanya dibarikan ASI saja
tanpa tambahan cairan lain, kecuali obat-obatan, suplemen vitamin dan mineral
yang dibarikan karena alasan medis.
B. Makanan pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)
1. Pengertian MP-ASI
Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman
yang mengandung gizi diberikan pada bayi atau anak yang berumur 6-24
bulan untuk memenuhi kebutuhan gizinya (Depkes, 2006). Semakin
meningkat umur bayi atau anak, kebutuhan akan zat gizi semakin bertambah
karena proses tumbuh kembang, sedangkan ASI yang dihasilkan kurang
memenuhi kebutuhan gizi. MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI
ke makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan
secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan
pencernaan bayi atau anak. Pemberian MP-ASI yang cukup dalam kualitas
dan kuantitas penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan
kecerdasan anak yang bertambah pesat pada periode ini (Depkes, 2000).
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan yang diberikan
kepada bayi yang telah berusia enam bulan atau lebih karena ASI tidak lagi
memenuhi kebutuhan gizi bayi. Pemberian MP-ASI ini diberikan pada anak
yang berusia 6 sampai 24 bulan secara berangsur-angsur untuk
mengembangkan kemampuan anak mengunyah dan menelan serta
menerima macam-macam makanan dengan berbagai tekstur dan rasa.
Pemberian MP-ASI harus bertahap dan bervariasi, mulai dari bentuk bubur
11
cair ke bentuk bubur kental, sari buah, buah segar, makanan lumat, makanan
lembik dan akhirnya makanan padat (Sulistijani, 2001).
Sesudah bayi berumur 6 bulan, secara berangsur angsur perlu makanan
pendamping berupa sari buah, atau buah- buahan, nasi tim, makanan lunak,
dan akhirnya makanan lembek. Adapun tujuan pemberian makanan
pendamping adalah :
a. Melengkapi zat gizi ASI yang kurang
b. Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima macam-macam
makanan dengan berbagai rasa dan bentuk
c. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan
(Depkes RI, 2004).
MP-ASI sebaiknya diberikan pada bayi yang telah berusia enam bulan
karena jika diberikan terlalu dini akan menurunkan konsumsi ASI dan bayi
dapat mengalami gangguan pencernaan atau dapat terjadi diare. Risiko
pemberian MP-ASI sebelum usia enam bulan adalah kenaikan berat badan
yang terlalu cepat (risiko obesitas), alergi terhadap salah satu zat gizi yang
terdapat dalam makanan tersebut, mendapat zat-zat tambahan seperti garam
dan nitrat yang dapat merugikan, mungkin saja dalam makanan padat yang
dipasarkan terdapat zat pewarna maupun zat pengawet, dan kemungkinan
terjadinya pencemaran dalam penyediaan dan penyimpanannya. Sebaliknya,
penundaan pemberian MP-ASI akan menghambat pertumbuhan bayi karena
energi dan zat-zat gizi yang dihasilkan ASI tidak mencukupi kebutuhan lagi
sehingga akan mengakibatkan kurang gizi (Pudjiadi, 2005).
12
2. Anjuran WHO tentang MP-ASI
Dalam deklarasi Innocenti yang dilakukan antara perwakilan WHO dan
UNICEF pada tahun 1991, mendefinisikan bahwa pemberian makan bayi
yang optimal adalah pemberian ASI eksklusif mulai dari saat lahir hingga
usia 4-6 bulan dan terus berlanjut hingga tahun kedua kehidupan. Makanan
tambahan yang sesuai baru diberikan ketika bayi berusia sekitar 6 bulan.
Selanjutnya WHO menyelenggarakan konvensi Expert Panel Meeting yang
meninjau dari 3000 makalah riset dan menyimpulkan bahwa periode 6 bulan
merupakan usia bayi yang optimal untuk pemberian ASI esksklusif (Gibney,
MJ et all, 2009).
Pemberian makanan setelah bayi berusia 6 bulan memberikan
perlindungan besar dari berbagai penyakit. Hal ini disebabkan imunitas bayi
kurang dari 6 bulan sudah lebih sempurna dibandingkan umur bayi lebih
dari 6 bulan. Pemberian MP-ASI sebelum berumur 6 bulan lebih banyak
terserang diare, sembelit, batuk pilek, dan panas dibandingkan bayi yang
mendapatkan ASI eksklusif (Williams, L & Wilkins, 2006).
Saat bayi berusia 6 bulan atau lebih, sistem pencernaannya sudah relatif
sempurna dan siap menerima MP-ASI. Beberapa enzim pemecah protein
seperti asam lambung, pepsin, lipase, amylase baru akan diproduksi
sempurna. Saat bayi berusia kurang dari 6 bulan, sel-sel di sekitar usus
belum siap menerima kandungan dalam makanan, sehingga makanan yang
masuk dapat menyebabkan reaksi imun dan terjadi alergi. Menunda
pemberian MP-ASI hingga 6 bulan melindungi bayi dari obesitas di
kemudian hari. Bahkan pada kasus ekstrim pemberian MP-ASI dini dapat
13
meyebabkan penyumbatan saluran cerna dan harus dilakukan pembedahan
(Gibney, NJ et all. 2009).
3. Syarat-syarat Makanan Pendamping ASI
Makanan tambahan untuk bayi harus mempunyai sifat fisik yang baik,
yaitu rupa dan aroma yang layak. Selain itu, dilihat dari segi kepraktisan,
makanan bayi sebaiknya mudah disiapkan dengan waktu pengolahan yang
singkat. Makanan Pendamping ASI harus memenuhi persyaratan khusus
tentang jumlah zat-zat gizi yang diperlukan bayi seperti protein, energi,
lemak, vitamin, mineral dan zat-zat tambahan lainnya (Nadesul, 2007).
Menurut Muchtadi (2004) hal- hal penting yang harus diperhatikan dalam
pemberian makanan tambahan pada bayi adalah sebagai berikut :
a. Makanan bayi (termasuk ASI) harus mengandung semua zat gizi yang
diperlukan bayi.
b. Makanan tambahan harus kepada bayi yang telah berumur 6 bulan
sebanyak 4-6 kali/hari.
c. Sebelum berumur 2 tahun bayi belum dapat mengkonsumsi makanan
orang dewasa.
d. Makanan campuran ganda (multi mix) yang terdiri dari makanan pokok,
lauk pauk, dan sumber vitamin lebih cocok bagi bayi, baik ditinjau dari
nilai gizinya maupun sifat fisik makanan tersebut.
e. Makanan harus diolah dari bahan makanan yang bersih dan aman. Harus
di jaga keamanan terhadap kontaminasi dari mikrobiolagi berbahaya
seperti kuman, virus, parasit dan zat kimia, racun yang berbahaya, mulai
14
dari persiapan bahan makanan, pengolahan, penyimpanan, distribusi
sampai dengan penyajian.
f. Bahan lainnya dapat ditambahkan untuk mempertahankan konsistensi
dan rasa makanan asal tidak mengandung zat berbahaya, misalnya gula,
garam, dan lainnya.
g. Fortifikasi makanan adalah penambahan zat gizi tertentu ke dalam bahan
makanan atau makanan sehingga mencapai kadar yang dapat
meningkatkan status gizi. Pada MP-ASI yang penting adalah
penambahan zat gizi mikro seperti zat besi, yodium ke dalam biskuit,
cookies, roti, garam dan makanan suplemen. Kendala penambahan zat
gizi mikro ke dalam makanan adalah perubahan cita rasa dan warna,
perubahan tekstur dan lain-lain, sehingga memerlukan suatu aplikasi
teknologi yang memadai agar dapat mencapai tujuannya. MP-ASI yang
dibuat di rumah tangga (MP-ASI tradisional) pada umumnya kurang
memenuhi kebutuhan zat gizi terutama micronutrien seperti Fe, Zn,
apalagi pada keluarga dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah yang
gambarannya dapat dilihat sebagai berikut ini: untuk memenuhi
kebutuhan zat besi bayi 6 – 12 bulan ( 6,8 mg ) dibutuhkan 108 gr hati
ayam ( 4 pasang ) atau 550 gr telur atau 500 gr ikan atau 450 gr daging
sapi atau 350 gr kacang kacangan sehingga sulit untuk dapat diberikan
dari dapur ibu ( Sunawang, 2000). Pendapat lain, pembuatan MP-ASI di
tingkat rumah tangga masih cukup untuk memnuhi kebutuhan gizi
apabila dilakukan pengaturan pada sumber makanan bergizi yang sesuai
dengan bahan makanan, lokasi yang tersedia baik variasi dan jumlah
15
yang dibutuhkan masing-masing anak. Hal ini dapat terlihat dengan
mengatur komposisi jumlah dan jenis makanan untuk makan pagi, makan
siang dan makan sore di samping pemberian ASI yang terus dilanjutkan
sampai minimal anak berusia 2 tahun seperti berikut ini: makan pagi
dengan semangkuk kecil bubur havermout, makan siang dengan sepiring
sedang ( 3 sendok makan ) nasi, 1 sendok kacang merah, dan setengah
butir jeruk, dan makan malam dengan sepiring sedang (3 sendok makan)
nasi, 1 sendok makan hati dan 1 sendok makan sayuran hijau. Dengan
demikian kebutuhan energi hampir terpenuhi, demikian pula dengan
kebutuhan protein, vitamin A maupun zat besi.
Berdasarkan uraian diatas, makanan tambahan bayi sebaiknya
memiliki beberapa kriteria sebagai berikut :
1. Memiliki nilai energi dan kandungan protein yang tinggi.
2. Memiliki nilai suplementasi yang baik serta mengandung vitamin dan
mineral yang cocok.
3. Dapat diterima oleh alat pencernaan yang baik.
4. Harganya relatif murah.
5. Sebaiknya dapat diproduksi dari bahan-bahan yang tersedia secara lokal.
6. Bersifat padat gizi.
7. Kandungan serat kasar atau bahan lain yang sukar dicerna dalam jumlah
sedikit, jarena kandungan serat kasar yang terlalu banyak justru akan
mengganggu pencernaan bayi (Murianingsih dan Sulastri, 2003).
16
4. Prinsip Pemberian MP-ASI
Memasuki usia enam bulan bayi telah siap menerima makanan bukan
cair, karena gigi telah tumbuh dan lidah tidak lagi menolak makanan
setengah padat. Di samping itu, lambung juga telah lebih baik mencerna zat
tepung. Menjelang usia sembilan bulan bayi telah pandai menggunakan
tangan untuk memasukkan benda ke dalam mulut. Karena itu jelaslah bahwa
pada saat tersebut bayi siap mengkonsumsi makanan (setengah padat)
(Arisman, 2004). Selain itu, saat bayi berusia enam bulan ke atas, sistem
pencernaannya juga sudah relatif sempurna dan siap menerima MP-ASI.
MP-ASI sebaiknya diberikan secara bertahap, sedikit demi sedikit dalam
bentuk encer secara berangsur-angsur ke bentuk yang lebih kental (Arisman,
2004).
5. Tahap Pemberian MP-ASI
Menurut Depkes 2007 dalam buku Kesehatan Ibu dan Anak,
pemberian makanan pada bayi dan anak umur 0-24 bulan yang baik dan
benar sebagai berikut:
1) Umur 0-6 bulan
a. Berikan ASI setiap bayi menginginkan, sedikitnya 8 kali sehari,
pagi, siang, sore, maupun malam
b. Jangan berikan makanan atau minuman lain selain ASI (ASI
eksklusif)
c. Susui dengan payudara kiri atau kanan secara bergantian
17
2) Umur 6-12 bulan
a. Umur 6-9 bulan, kenalkan makanan pendamping ASI dalam bentuk
lumat dimulai dari bubur susu sampai nasi tim lunak, 2 kali sehari.
Setiap kali makan diberikan sesuai umur:
I. 6 bulan : 6 sendok makan
II. 7 bulan : 7 sendok makan
III. 8 bulan : 8 sendok makan
b. Untuk umur 9-12 bulan, beri makanan pendamping ASI dimulai dari
bubur nasi sampai nasi tim sebanyak 3 kali sehari. Setiap makan
berikan sesuai umur :
I. 9 bulan : 9 sendok makan
II. 10 bulan : 10 sendok makan
III. 11 bulan : 11 sendok makan
c. Beri ASI terlebih dahulu kemudian makanan pendamping ASI
d. Pada makanan pendamping ASI, tambahkan telur/ ayam/ ikan/ tahu/
tempe/ daging sapi/ wortel/ kacang hijau/ santan/ minyak pada bubur
nasi.
e. Bila menggunakan makanan pendamping ASI dari pabrik, baca cara
menyiapkannya, batas umur, dan tanggal kadaluarsa.
f. Beri makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan, seperti
bubur kacang hijau, biskuit, pisang, nagasari, dan sebagainya.
g. Beri buah-buahan atau sari buah, seperti jeruk manis dan air tomat
saring.
18
h. Bayi mulai diajarkan makan dan minum sendiri menggunakan gelas
dan sendok
3) Umur 12-24 bulan
a. Teruskan pemberian ASI sampai umur 2 tahun
b. Berikan nasi lembek 3 kali sehari
c. Tambahkan telur/ ayam/ ikan/ tahu/ daging sapi/ wortel/ bayam/
kacang hijau/ santan/ minyak pada nasi lembek.
d. Beri makan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan, seperti
kacang hijau, biscuit, pisang, nagasari, dan sebagainya.
e. Beri buah-buahan atau sari buah.
f. Bantu anak untuk makan sendiri.
6. Jenis-jenis MP-ASI
a) MP-ASI yang baik adalah terbuat dari bahan makanan segar, seperti:
tempe, kacang-kacangan, telur ayam, hati ayam, ikan, sayur mayur dan
buah-buahan. Jenis-jenis MP-ASI yang dapat diberikan adalah:
Makanan Lumat adalah makanan yang dihancurkan atau disaring
tampak kurang merata dan bentuknya lebih kasar dari makanan lumat
halus, contoh: bubur susu, bubur sumsum, pisang saring/dikerok,
pepaya saring, tomat saring, nasi tim saring, dll.
b) Makanan Lunak adalah makanan yang dimasak dengan banyak air dan
tampak berair, contoh: bubur nasi, bubur ayam, nasi tim, kentang puri
dll.
19
c) Makanan Padat adalah makanan lunak yang tidak nampak berair dan
biasanya disebut makanan keluarga, contoh: lontong, nasi tim, kentang
rebus, biskuit, dll
Tabel 2.1 Pola Makanan Bayi dan Baduta berdasarkan jenis
makanan
Umur
(bulan)
ASI Makanan
Lumat
Makanan
Lunak
Makanan
Padat
0 – 6 √
6 – 9 √ √
9 – 12 √ √
12 – 24 √ √
Sumber : Depkes RI (2007)
Agar makanan pendamping dapat diberikan dengan efisien,
sebaiknya diperhatikan cara-cara pemberian sebagai berikut :
a. Diberikan secara hati-hati, sedikit demi sedikit, dari bentuk encer
secara berangsur-angsur ke bentuk yang lebih kental.
b. Makanan baru diperkenalkan satu persatu dengan memperhatikan
bahwa makanan betul-betul dapat diterima dengan baik.
c. Makanan yang menimbulkan alergi yaitu sumber protein hewani
diberikan terakhir. Urutan pemberian makanan tambahan biasanya
adalah: buah-buahan, tepung-tepungan, sayuran, dan daging .
d. Cara memberikan makanan bayi dipengaruhi perkembangan
emosionalnya. Makanan jangan dipaksakan, sebaiknya diberikan pada
waktu lapar.
(Notoatmodjo, 2007).
20
7. Manfaat pemberian MP-ASI
Tujuan dan pentingnya pemberian MP-ASI menurut Persatuan Ahli
Gizi Indonesia (Persagi, 1992) antara lain:
a. Melengkapi zat-zat gizi yang kurang terdapat dalam ASI.
b. Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-macam
makanan dengan berbagai rasa dan tekstur.
c. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan.
d. Melakukan adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi
yang tinggi.
8. Manfaat Pemberian MP-ASI sesuai tahapan umur
Setelah usia 6 bulan, ASI hanya memenuhi sekitar 60-70% kebutuhan
gizi bayi. Sehingga bayi mulai membutuhkan makanan pendamping ASI
(MP-ASI). Pemberian makanan padat pertama ini harus memperhatikan
kesiapan bayi, antara lain keterampilan motorik, keterampilan mengecap
dan menguyah serta penerimaan tarhadap rasa dan bau. Untuk itu,
pemberian makanan pada pertama perlu dilakukan secara bertahap.
Misalnya, untuk melatih indera pengecapnya, berikan bubur susu satu rasa
dahulu, baru kemudian dicoba dengan multirasa (depkes, 200), (Bowman,
BA, et all, 2001 dalam Albertus Setiawan, 2009).
9. Kerugian Memberikan MP-ASI Terlalu Dini
Risiko pemberian MP-ASI pada bayi terlalu dini yaitu infeksi saluran
pencernaan (muntah, diare), infeksi saluran pernapasan, meningkatkan
resiko alergi, meningkatkan resiko serangan asma, menurunkan
21
perkembangan kecerdasan kognitif, meningkatkan resiko kegemukan
(obesitas), meningkatkan resiko kencing manis (diabetes), meningkatkan
risiko infeksi telinga tengah, meningkatkan kurang gizi, meningkatkan
resiko kematian (Roesli, 2008).
10. Kerugian Bila Terlambat Memberikan MP-ASI
Resiko pemberian MP-ASI pada bayi bila terlambat yaitu:
a. Berat badan bayi tidak bertambah, malah menjadi kurang gizi.
b. Akan lebih sulit membujuk bayi mulai makan makanan padat pada usia
lebih tua.
c. Bayi yang tidak dilatih makan pada umur 6 bulan biasanya tidak mahu
makanan lain selain ASI, susu formula, atau minuman cair sesudah
berumur 1 tahun. Keadaan ini akan menyebabkan bayi kekurangan gizi.
(Husein Albar, 2004).
11. Permasalahan dalam Pemberian MP-ASI
Dari hasil beberapa penelitian menyatakan bahwa keadaan kurang gizi
pada bayi dan anak disebabkan karena kebiasaan pemberian MP-ASI yang
tidak tepat. Keadaan ini memerlukan penanganan tidak hanya dengan
penyediaan pangan, tetapi dengan pendekatan yang lebih komunikatif sesuai
dengan tingkat pendidikan dan kemampuan masyarakat. Selain itu ibu-ibu
kurang menyadari bahwa setelah bayi berumur 6 bulan memerlukan MP-
ASI dalam jumlah dan mutu yang semakin bertambah, sesuai dengan
pertambahan umur bayi dan kemampuan alat cernanya.
22
12. Beberapa kesalahan/ketidak tepatan dalam pemberian makanan bayi
atau anak umur 0-24 bulan (Husein Albar, 2004):
a. Pemberian Makanan Pralaktal (Makanan sebelum ASI keluar)
Makanan pralaktal adalah jenis makanan seperti air kelapa, air
tajin, air teh, madu, pisang, yang diberikan pada bayi yang baru lahir
sebelum ASI keluar. Hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan bayi, dan
mengganggu keberhASIlan menyusui.
b. Kolostrum dibuang
Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama, kental
dan berwarna kekuning-kuningan. Masih banyak ibu-ibu yang tidak
memberikan kolostrum kepada bayinya. Kolostrum mengandung zat
kekebalan yang dapat melindungi bayi dari penyakit dan mengandung zat
gizi tinggi. Oleh karena itu kolostrum jangan dibuang.
c. MP-ASI yang diberikan tidak cukup
Pemberian MP-ASI pada periode umur 6-24 bulan sering tidak
tepat dan tidak cukup baik kualitas maupun kuantitasnya. Adanya
kepercayaan bahwa anak tidak boleh makan ikan dan kebiasaan tidak
menggunakan santan atau minyak pada makanan anak, dapat
menyebabkan anak menderita kurang gizi terutama energi dan protein
serta beberapa vitamin penting yang larut dalam lemak.
d. Pemberian MP-ASI sebelum ASI
Pada usia 6 bulan, pemberian ASI yang dilakukan sesudah MP-ASI
dapat menyebabkan ASI kurang dikonsumsi. Pada periode ini zat-zat
yang diperlukan bayi terutama diperoleh dari ASI. Dengan memberikan
23
MP-ASI terlebih dahulu berarti kemampuan bayi untuk mengkonsumsi
ASI berkurang, yang berakibat menurunnya produksi ASI. Hal ini dapat
berakibat anak menderita kurang gizi. Seharusnya ASI diberikan dahulu
baru MP-ASI.
e. Frekuensi pemberian MP-ASI kurang
Frekuensi pemberian MP-ASI dalam sehari kurang akan berakibat
kebutuhan gizi anak tidak terpenuhi.
f. Pemberian ASI terhenti karena ibu kembali bekerja
Di daerah kota dan semi perkotaan, ada kecenderungan rendahnya
frekuensi menyusui dan ASI dihentikan terlalu dini pada ibu-ibu yang
bekerja karena kurangnya pemahaman tentang manajemen LAKTASI
pada ibu bekerja. Hal ini menyebabkan konsumsi zat gizi rendah apalagi
kalau pemberian MP-ASI pada anak kurang diperhatikan.
g. Kebersihan kurang
Pada umumnya ibu kurang menjaga kebersihan terutama pada saat
menyediakan dan memberikan makanan pada anak. Masih banyak ibu
yang menyuapi anak dengan tangan, menyimpan makanan matang tanpa
tutup makanan/tudung saji dan kurang mengamati perilaku kebersihan
dari pengasuh anaknya. Hal ini memungkinkan timbulnya penyakit
infeksi seperti diare (mencret) dan lain-lain.
h. Prioritas gizi yang salah pada keluarga
Banyak keluarga yang memprioritaskan makanan untuk anggota
keluarga yang lebih besar, seperti ayah atau kakak tertua dibandingkan
untuk anak baduta.
24
C. Konseling
1. Pengertian
Konseling (counsel) berasal dari bahasa Latin consilium yang
berarti “bersama-sama” atau “bercakap bersama”. Kata konseling menurut
WHO (1993) terkadang diterjemahkan berbeda. Beberapa bahasa
menerjemahkan konseling sebagai pemberian nasihat (advising).
Konseling dari sekedar member nasehat sederhana, maka dia akan
mengatakan apa yang dipikirkan dan apa yang harus dikerjakan. Hal ini
berbeda apabila seseorang melakukan konseling, maka dia tidak akan
mengatakan apa yang harus dilakukan, tetapi akan membantu memutuskan
apa yang terbaik bagi dirinya.
Konseling adalah suatu komunikasi dua arah antara konselor dan klien
yang bertujuan membantu klien untuk memutuskan apa yang akan
dilakukan dalam mengatasi masalah yang dialami oleh klien. Dalam
komunikasi tersebut konselor bukan memberi nasihat tetapi memberikan
informasi dan alternatif pemecahan masalah, selanjutnya klien memilih
dan memutuskan sendiri alternatif yang terbaik untuk dirinya (Depkes RI,
2007).
Dalam kamus besar bahasa Indonesia konseling adalah pemberian
bantuan dari konselor kepada konseli sedemikian rupa sehingga
pemahaman terhadap kemampuan diri sendiri meningkat dalam
memecahkan masalah, (pusat bahasa Bepdiknas, 2002).
Definisi konseling sekarang ini lebih menekankan pada kualitas
hubungan antara konselor dan klien. Definisi konseling menurut Jones
25
(dalam Surya) sebagai suatu hubungan yang biasanya bersifat individual
atau seorang-seorang, meskipun kadang-kadang melibatkan lebih dari dua
orang dan dirancang untuk membantu klien memahami dan memperjelas
pandangan terhadap ruang lingkup hidupnya sehingga dapat membuat
pilihan yang bermakna bagi dirinya. Surya (2003) berpendapat bahwa
konseling merupakan sesuatu hubungan yang bersifat membantu, yaitu
interaksi antara konselor dan klien merupakan suatu kondisi yang
membuat klien terbantu dalam mencapai perubahan yang lebih baik.
Pengertian konseling menurut American School Conselor Association
(ASCA) (dalam Ali M. 2007) adalah hubungan tatap muka yang bersifat
rahasia, penuh dengan rahasia penerimaan dan pemberian kesempatan dari
konselor kepada klien, konselor mempergunakan pengetahuan dan
keterampilannya untuk membantu kliennya mengatasi masalah-
masalahnya.
Adanya perbedaan definisi konseling menurut (Ali M, 2007)
ditimbulkan karena perkembangan ilmu konseling itu sendiri, juga
disebabkan oleh perbedaan pandangan ahli yang merumuskan tentang
konseling dan aliran dan teori yang dianutnya. Dalam bidang konseling
terdapat berbagai aliran dan teori, yang kemudian dikelompokkan ke
dalam beberapa model kategori pula. Ada ahli yang mengklasifikasikan
konseling berdasarkan fungsinya menjadi tiga kelompok, yaitu: suportif,
reedukatif, dan rekonstuktif. Konseling juga dibedakan berdasarkan
metodenya, yaitu metode direktif dan non-direktif. Pengelompokkan
konseling ada pula yang mengatakan penekanan masalah yang dipecahkan,
26
yaitu: penyesuaian pribadi, pendidikan dan karir. Pengelompokkan
konseling berdasarkan pada kawasan atau ranah perilaku yang merupakan
kepeduliannya, yaitu konseling yang berorientasi pada ranah kognitif dan
ranah afektif.
Konseling yang berhubungan dengan perilaku akan lebih efektif
apabila menggunakan teknik konseling individual. Konseling individual
adalah kunci semua kegiatan yang bermakna pertemuan konselor dengan
klien secara individual dan konselor berupaya memberikan bantuan untuk
mengembangkan pribadi klien serta klien dapat mengantisipasi masalah-
masalah yang dihadapinya (Sofyan 2004).
Konseling individual merupakan kunci intervensi dan dapat dilakukan
oleh kelompok, pekerja kesehatan, tenaga sukarela, atau diluar anggota
keluarga. Seorang konselor perlu mempunyai pengetahuan dan
keterampilan, kemampuan mengungkapkan sesuatu sehingga menjadi
suatu yang mudah diterima, dan bisa memberikan inspirasi kepada ibu
dengan kemampuan konselor tersebut. Kunjungan rumah (home visit),
kelompok pertemuan, sesi monitoring pertumbuhan dan sesi memasak
merupakan peluang yang baik untuk berbagi informasi dan untuk
konseling individu (WHO, 2003).
Konseling gizi menurut Gustafron (http://www.eaitright.org)
merupakan proses yang berkelanjutan yang dilakukan oleh tenaga ahli,
biasanya seorang ahli diet, bekerja secara individual untuk menilai asupan
makan dan mengidentifikasi area perubahan yang diperlukan. Konselor
gizi memberikan informasi, materi pendidikan, dukungan dan ikut
27
membantu individu membuat dan memelihara perubahan diet yang
dibutuhkan.
Tujuan dari konseling gizi adalah menolong seseorang membuat dan
memelihara perubahan pengetahuan makan. Seseorang yang mempunyai
masalah gizi, memerlukan perubahan untuk makan yang lebih sehat.
Seorang konselor menurut Sofyan (2004) akan mendengarkan apa yanga
dikatakan kliennya, dan konselor mencoba memahami apa yang klien
rasakan. Konselor membantu klien untuk meningkatkan kepercayaan,
sehingga klien dapat mengontrol situasi yang diinginkan.
Hubungan konseling bersifat interpersonal. Hubungan konseling
terjadi dalam bentuk wawancara secara tatap muka antara konselor dengan
klien. Hubungan itu tidak hanya dari kedua belah pihak yang meliputi:
pikiran, perasaaan, pengalaman, nilai-nilai, kebutuhan, harapan, dan lain-
lain.
Keefaktifan konseling sebagia besar ditentukan oleh kualitas
hubungan antara konselor dengan kliennya. Dilihat dari segi konselor,
kualitas hubungan itu tergantung kemampuannya dalam menerapkan
teknik-teknik konseling dan kualitas pribadinya.
2. Tujuan Konseling
Membantu orang tua klien (bayi atau anak) dalam melihat
permasalahannya supaya lebih jelas sehingga klien dapat memilih sendiri
jalan keluarnya.
28
3. Karakteristik konseling
Carl Rogers (1971), menyebutkan tiga karakterisitik konselor yang efektif
adalah:
a. Congruence (Genuineness, Authenticity)
Kongruensi itu sangat penting sebagai dasar sikap yang harus
dipunyai oleh seorang konselor. Ia harus paham tentang dirinya sendiri,
berarti pikiran, perasaan dan pengalamannya haruslah serasi. Kalau
seseorang mempunyai pengalaman marah, maka perasaan dan
pikirannya harus marah, yang tercermin pula dalam tindakannya. Ia
harus memahami bias-bias yang ada dalam dirinya, prasangka-
prasangka yang mewarnai pikirannya. Ia harus tau kelemahan dan aset-
aset yang dipunyainya. Kalau ia menyadari hal ini, ia dapat membuat
pembedaan antara dirinya dan orang lain. Ia tahu bahwa orang lain
bukanlah dirinya.
b. Unconditional positive regard (Acceptance)
Penerimaan tanpa syarat atau respek kepada klien harus mampu
ditunjukan oleh seorang konselor kepada kliennya. Ia harus dapat
menerima bahwa orang-orang yang dihadapinya mempunyai nilai-nilai
sendiri, kebutuhan-kebutuhan sendiri yang lain dari pada yang dimiliki
olehnya.
Asumsi dasar yang melandasi Acceptande adalah :
1) Individu mempunyai infinite worth and dignity. Individu
mempunyai harkat dan martabat yang tak terbatas.
29
2) Adalah hak manusia untuk membuat keputusannya sendiri dan
untuk menjalani hidupnya sendiri.
3) Orang mempunyai kamampuan atau potensi untuk memilih secara
bijaksana, dan menjalani hidup yang teraktualisasi dan bermakna
secara sosial.
4) Setiap orang bertanggung jawab untuk hidupnya sendiri.
c. Empati
Empati adalah konsep yang sepertinya mudah dipahami sulit untuk
dicerna. Empati itu sangat sederhana, yaitu dengan memahami orang
lain dari sudut kerangka berpikir orang lain tersebut, empati yang
dirasakan harus juga diekspresikan, dan orang yang melakukan empati
harus yang “kuat”, ia harus dapat menyingkirkan nilai-nilainya sendiri,
tetapi ia tidak pula boleh terlarut di dalam nilai-nilai orang lain.
Baruth dan Robinson III (1987), menyebutkan beberapa karakteristik
konselor yang efektif sebagai berikut :
1) Terampil “menjangkau” (reaching out) kliennya.
2) Mampu menumbuhkan perasaan percaya, kredibilitas dan yakin
dalam diri orang yang akan dibantunya.
3) Mampu “menjangkau” kedalam dan keluar.
4) Berkeinginan mengkomunikasikan caring dan respek untuk orang
yang sedang dibantunya.
5) Menghormati diri sendiri dan tidak menggunakan orang yang
sedang dibantunnya sebagai sarana untuk memuaskan
kebutuhannya sendiri.
30
6) Mempunyai sesuatu pengetahuan dalam bidang tertentu yang akan
mempunyai makna khusus bagi orang yang dibantunya.
7) Mampu memahami tingkah laku orang yang akan dibantunya tanpa
menerapkan value judgments.
8) Mampu melakukan penalaran secara sistematis dan berpikir dalam
kerangka system.
9) Tidak ketinggalan zaman dan memiliki pandangan luas tentang hal-
hal yang terjadi di dunia.
10) Mampu mengidentifikasi pola-pola tingakh laku yang self-
defeating, yang merugikan dan membantu orang lain mengubah
pola tingkah laku yang merugikan dan membantu orang lain
mengubah pola tingkah laku yang merugikan diri sendiri ini
menjadi pola tingkah laku yang lebih memuaskan.
4. Media Konseling
Media merupakan saluran komunikasi untuk menyampaikan pesan
(FOA 1994). Hal ini diperlukan utuk membedakan antara dua saluran
komunikasi yaitu tatap muka (face to face) dan media masa (mass media).
Konseling menggunakan saluran komunikasi tatap muka. Komunikasi
yang dilakukan dalam tatap muka adalah secara lisan, sehingga suara
merupakan organ komunikasi. Untuk mendukung dalam proses
komunikasi tatap muka, maka sangat dianjurkan menggunakan bantuan
media pendukung dalam bentuk hasil cetakan, gambar dan audio-visual.
Media pendukung ini akan menjadi mengayaan bagi konselor dan bagi
klien.
31
D. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dalam bahasa Inggris
Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu manajemen
melalui pendekatan terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit yang
datang di pelayanan kesehatan, baik mengenai beberapa klasifikasi penyakit,
status gizi, status imunisasi maupun penanganan balita sakit tersebut dan
konseling yang diberikan (surjono et al, wijaya, 2009, Depkes RI, 2008).
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan pendekatan
keterpaduan dalam tatalaksana balita sakit yang datang berobat kefasilitas
rawat jalan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi upaya kuratif terhadap
penyakit pneumonia, diare, campak, malaria DHF, infeksi telinga, malnutrisi,
pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan yang bertujuan untuk
menurunkan Angka Kematian Bayi dan Anak Balita serta menekan morbilitas
untuk penyekit tersebut (Depkes RI, 2005).
E. Konseling Dalam MTBS
Konseling merupakan sebuah upaya pemberian bantuan dari konselor
kepada klien, bantuan di sini dalam pengertian sebagai upaya membantu
orang lain agar ia mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri, mampu
memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu menghadapi krisis-krisis
yang dialami dalam kehidupannya (Yusuf & Juntika, 2005).
Pengertian konseling tidak dapat dipisahkan dengan bimbingan karena
keduanya merupakan sebuah keterkaitan. (Muhamad Surya, 1988)
mengungkapkan bahwa konseling merupakan bagian inti dari kegiatan
bimbingan secara keseluruhan dan lebih berkenaan dengan masalah individu
32
secara pribadi. Konseling dalam alur MTBS, pemberian konseling menjadi
unggulan sekaligus pembeda dari alur pelayanan sebelum MTBS. Materi
meliputi kepatuhan minum obat, cara minum obat, menasehati cara
pemberian makanan sesuai umur, memberi nasehat kapan melakukan
kunjungan ulang atau kapan harus kembali segera. Dengan pemberian
konseling diharapkan pengantar atau ibu pasien mengerti penyakit yang
diderita, cara penanganan anak di rumah, Magester Kebijakan dan
Manajemen Pelayanan Kesehatan memperhatikan perkembangan penyakit
anaknya sehingga mengenali kapan harus segera membawa anaknya ke
petugas kesehatan serta diharapkan memperhatikan tumbuh kembang anak
dengan cara memberikan makanan sesuai umurnya. Semua pesan tersebut
tercermin dalam Kartu Nasehat Ibu (KNI) yang diberikan setelah ibu atau
pengantar balita sakit mendapatkan konseling. Ini untuk pengingat pesan-
pesan yang disampaikan serta menjadi pengingat cara perawatan dirumah.
Menurut Enjang AS (2009) Hal-hal yang harus diperhatikan sebagai
konselor adalah:
1) Kesiapan Konseling
Faktor yang mempengaruhi kesiapan konseling adalah motivasi
memperoleh bantuan, pengetahuan klien tentang konseling, kecakapan
intelektual, tingkat tilikan terhadap masalah, dan harapan terhadap peran
konselor.
Hambatan dalam persiapan konseling:
a. penolakan,
b. situasi fisik,
33
c. pengalaman konseling yang tidak menyenangkan,
d. pemahaman konseling kurang,
e. pendekatan kurang,
f. iklim penerimaan pada konseling kurang.
Penyiapan klien:
a. Orientasi pra konseling,
b. teknik survey terhadap masalah klien,
c. memberikan informasi pada klien,
d. pembicaraan dengan berbagai topik,
e. menghubungi sumber-sumber referal.
2) Memperoleh Riwayat Kasus
Riwayat kasus merupakan kumpulan informasi sistematis tentang
kehidupan sekarang dan masa lalu. Riwayat kasus, biasanya tercatat
dalam rekam medis.
3) Psikodiagnostik
Psikodiagnostik meliputi pernyataan masalah klien, perkiraan sebab-
sebab kesulitan, kemungkinan teknik konseling, perkiraan hasil
konseling.
F. Proses Konseling
Hubungan antara konselor dan klien adalah inti proses konseling. Proses
konseling meliputi :
1. Pembinaan dan pemantapan hubungan baik (rapport)
“En rapport” mempunyai makna saling memahami dan mengenal
tujuan bersama. Tujuannya adalah menjembatani hubungan antara
34
konselor dengan klien, sikap penerimaan dan minat yang mendalam
terhadap klien dan masalahnya.
a. memberikan salam, memperkenalkan diri,
b. topik pembicaraan yang sesuai,
c. menciptakan suasanan yang aman dan nyaman,
d. sikap hangat,
e. realisasi tujuan bersama,
f. menjamin kerahasiaan,
g. kesadaran terhadap hakekat klien.
2. Pengumpulan dan pemberian informasi
Pengumpulan dan pemberian informasi merupakan tugas dari konselor.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara:
a. mendengar keluhan klien,
b. mengamati komunikasi non verbal klien,
c. bertanya riwayat kesehatan,
d. latar belakang keluarga, dan masalah,
e. memberikan penjelasan masalah yang dihadapinya.
3. Perencanaan, pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
Apabila data telah lengkap, maka konselor membantu klien untuk
memecahkan masalah atau membuat perencanaan dalam pemecahan
masalahnya.
Tahapan dalam memecahkan masalah adalah:
a. menjajagi masalah (menetapkan masalah yang dihadapi klien),
b. memahami masalah (mempertegas masalah yang sesungguhnya),
35
c. membatasi masalah (menetapkan batas-batas masalah),
d. menjabarkan alternatif pemecahan masalah,
e. mengevaluasi alternatif (menilai setiap alternatif dg analisis SWOT),
f. memilih alternatif terbaik,
g. menerapkan alternatif dan menindaklanjuti pertemuan.
4. Langkah-Langkah Pelaksanaan Konseling
a. Menurut (Hidayat, 2009) Konseling Pemberian Makan pada Anak
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Lakukan evaluasi tentang cara memberikan makanan pada anak
dengan menanyakan cara menyusui anak berapa kali sehari,
apakah pada malam hari juga menyusui, kemudian apakah anak
mendapatkan makanan atau minuman lain. Apabila berat badan
berdasarkan usia sangat rendah, dapat ditanyakan berapa banyak
makanan atau minuman yang diberikan pada anak, apakah anak
mendapat makan tersendiri dan bagaimana caranya, apakah
selama sakit makanan diubah, dan lain-lain.
2. Menganjurkan cara pemberian makanan pada ibu antara lain
sebagai berikut:
a) Usia sampai 6 bulan caranya adalah berikan ASI sesuai
keinginan anak, paling sedikit 8 kali, jangan diberikan
makanan selain ASI.
b) Usia 6 bulan caranya adalah berikan ASI sesuai dengan
keinginan anak paling sedikit 8 kali, berikan makanan
pendamping ASI 2 kali sehari sebanyak 2 sendok.
36
pemberiannya setelah pemberian ASI, makanan
pendamping dapat berupa bubur tim ditambah ditambah
kuning telur/ayam/ikan/tempe/tahu/ daging sapi/ wortel/
bayam/ kacang hijau/ santan/ minyak.
c) Usia 6-12 bulan caranya adalah berikan ASI sesuai dengan
keinginan anak, berikan bubur nasi ditambah
telur/ayam/ikan/tempe/tahu/ daging sapi/ wortel/ bayam/
kacang hijau/ santan/ minyak, diberikan 3 kali dengan
ketentuan pada usia 6 bulan diberikan 6 sendok makan, usia
7 bulan diberikan 7 sendok makan, usia 8 bulan diberikan 8
sendok makan, usia 9 bulan diberikan 9 sendok makan, usia
10 bulan diberikan 10 sendok makan, usia 11 bulan
diberikan 11 sendok makan serta diberikan makanan
selingan 2 kali sehari, seperti bubur kacang hijau, pisang,
biscuit, nagasari, dan lain-lain.
d) Usia 12-24 bulan caranya adalah berikan ASI sesuai dengan
keinginan anak, berikan nasi lembek ditambah
telur/ayam/ikan/tempe/tahu/daging sapi/ wortel/ bayam/
kacang hijau/ santan/ minyak,berikan makanan tersebut 3
kali sehari dan juga berikan makanan selingan 2 kali sehari
seperti kacang hijau, pisang, biscuit, nagasari, dan lain-lain.
e) Usia 2 tahun lebih caranya adalah berikan makanan yang
dimakan oleh keluarga 3 kali sehari yang terdiri atas nasi,
lauk pauk, sayur, dan buah. Berikan makanan yang bergizi
37
sebagai selingan 2 kali sehari seperti kacang hijau, biscuit,
nagasari, dan berikan makanan selingan diantara waktu
makanan pokok.
3. Apabila bayi usia kurang 4 bulan dan mendapatkan makanan
selain ASI, maka berikan motivasi terhadap kepercayaan bahwa
ibu mampu memproduksi ASIsesuai kebutuhan anak dan
anjurkan untuk sering memberikan ASI.
4. Apabila ibu menggunakan botol dalam pemberian susu, maka
anjurkan untuk menggantikan botol dengan gelas atau cangkir.
5. Apabila anak tidak diberikan makan secara aktif, maka nasehati
ibu agar duduk disamping anak dan membujuk supaya mau
makan serta mengamati apa yang disukai anak dengan
mempertimbangkan tentang makanan yang diperbolehkan.
6. Apabila anak tidak diberi makan dengan baik selama sakit, maka
nasehati ibu untuk memberikan ASI lebih sering dan lebih lama
serta memberikan makan secara variasi dan berikan dalam porsi
sedikit tapi sering.
b. Menurut (Novelasari, 2010) langkah-langkah konseling yaitu :
1. Persiapan konseling
a) Pengumpulan data
b) Pengkajian dan identifikasi data
c) Kesimpulan hasil identifikasi masalah klien
2. Perencanaan konseling
a) Pengkajian kebutuhan gizi klien
38
b) Menetapkan tujuan : tujuan harus jelas, rasional,
menyesuaikan kebutuhan klien, dibuat berdasarkan
perubahan perilaku dan sesuai dengan target waktu.
c) Sasaran : klien dan keluarganya.
d) Materi : disesuaikan dengan permasalahan klien, diawali
dengan penjelasan tentang hal-hal yang mudah sampai ke
yang rumit.
e) Metode : metode yang digunakan adalah menggabungkan
berbagai metode seperti: diskusi dan tanya jawab,
demonsterasi dan lain-lain.
f) Media : sebaiknya menggunakan lebih dari satu media
seperti: leaflet, food model, dan lain-lain
3. Pelaksanaan konseling (Implementasi konseling)
a) Klien datang
b) Klien diterima oleh petugas untuk dilakukan pengukukan
antropometri.
c) Petugas mencatat data klien
d) Tahap penjelaasan: food recall 24 jam untuk memperoleh
gambaran pola makanan kebiasaan makan, jumlah yang
dimakan dengan daftar konsumsi makanan 24 jam,
frekuensi makan tiap hari dengan menggunakan daftar food
frequency, cek kembali kebenaran masukan makanan 24
jam dengan anamnesa kualitatif.
e) Tahap pemecahan masalah
39
f) Rencana pemberian diet yag sesuai untuk anak
g) Penjelasan diet yang tepat untuk anak
h) Kesimpulan: penjelasan kembali bagian yang penting untuk
diingat klien dalam menjalankan diet yang diberikan,
memberikan motivasi untuk merubah kebiasaan makan
yang dapat dilakukan secara bertahap, tidak menekankan
kepada kegagalan tetapi kepada kesuksesan, memberikan
harapan yang realistis, membuat rencana kunjungan ulang
bersama klien, menentukan waktu kunjungan berikutnya,
lakukan pencatatan pada dokumen medik dan dokumen gizi
klien tentang anjuran diet, hasil anmanesa, kebiasaan
makan, rencana tindak lanjut
4. Evaluasi konseling: evaluasi pemahaman dan pengetahuan
orang tua anak dalam pemberian makan pada anak.
G. Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten
atau kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis
dinas kesehatan kabupaten atau kota (UPTD). Puskesmas berperan
menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas kesehatan
kabupaten atau kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta
ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia (Sulastomo, 2007).
Puskesmas adalah pusat pembangunan kesehatan yang berfungsi
mengembangkan dan membina kesehatan masyarakat serta
40
menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan
masyarakat dalam bentuk kegiatan pokok yang menyeluruh dan terpadu di
wilayah kerjanya (Wiyono D, 1997).
Puskesmas diartikan sebagai suatu kesehatan fungsional yang
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di
wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Budiono, 1997).
Puskesmas merupakan unit organisasi pelayanan kesehatan terdepan
memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di suatu wilayah tertentu yang meliputi aspek-aspek promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitative. Dengan kata lain Puskesmas mempunyai
wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat
dalam wilayah kerjanya (Depkes RI, 1998).
41
H. Kerangka Teori
Bagan 2.1. Kerangka Teori modifikasi Sheeran dan Abraham (1995),
Novelasari (2010).
Variabel demografi:
- Usia
- Jenis
kelamin
Karakteristik
psikologis
- Kepribadian
- Kelas sosial
Kesehatan
motivasi
Persepsi
kerentanan
Manfaat yang
dirasakan
Persepsi
hambatan Isyarat tindakan
- Pengetahuan
- Media
- Saran
keluarga
Persepsi tingkat
keparahan
Aksi / Tindakan
Pelaksanaan
Konseling MP-ASI
Pengetahuan Konseling
Langkah-langkah
Pelaksanaan
konseling MP-ASI
- Persiapan
- Perencanaan
- Implementasi
- Evaluasi
- Ringan
- Sedang
- Berat
42
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori, maka yang akan diteliti adalah langkah-
langkah pelaksanaan konseling seperti: persiapan konseling, perencanaan
konseling, Implemtasi konseling, dan evaluasi konseling.
Bagan 3.1. Kerangka Konsep
Pelaksanaan Konseling Makanan
Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)
Langkah-langkah Konseling MP-ASI
a. Persiapan konseling
b. Perencanaan konseling
c. Implementasi konseling
d. Evaluasi konseling
43
B. DEFINISI OPERASIONAL
Tabel 3.1 Definisi Operasional untuk petugas
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Pelaksanaan
Konseling
Makanan
Pendamping
ASI
(MP-ASI)
Pelaksanaan konseling MP-
ASI adalah Suatu komunikasi
dua arah antara konselor dan
klien dengan pokok
pembahasan tentang MP-ASI
yang benar sesuai usia anak
usia 6-24 bulan.
Yang terdiri dari:
Angket Kuesioner
dan
Observasi
Dinyatakan dalam tingkatan:
1. Kurang :
Apabila skor pelaksanaan responden < 26.
2. Cukup :
Apabila skor pelaksanaan responden antara
27-32.
3. Baik :
Apabila skor pelaksanaan responden 33-40.
(Azwar, 2011).
Ordinal
44
1. Persiapan Konseling
2. Perencanaan Konseling
3. Implementasi
Konseling
4. Evaluasi Konseling
Persiapan
Konseling
Yang dimaksud dengan
persiapan konseling adalah
persiapan sebelum konseling
diberikan yaitu dengan
mengumpulkan data klien
berupa data sosial budaya, data
riwayat hidup, data
antropometri dan data klinis
Angket Kuesioner
dan
Observasi
Dinyatakan dalam tingkatan:
1. Kurang :
Apabila skor pelaksanaan responden < 6.
2. Cukup :
Apabila skor pelaksanaan responden antara 6-7.
3. Baik :
Apabila skor pelaksanaan responden 8-10
(Azwar, 2011).
Ordinal
45
Perencanaan
konseling
Yang dimaksud dengan
perencanaan konseling adalah
merencanakan penyelesaian
masalah klien dengan
menetapkan tujuan dan materi
konseling
Angket Kuesioner
dan
Observasi
Dinyatakan dalam tingkatan:
1. Kurang :
Apabila skor pelaksanaan responden < 5.
2. Cukup :
Apabila skor pelaksanaan responden antara 5-6.
3. Baik :
Apabila skor pelaksanaan responden 7-8 (Azwar,
2011)
Ordinal
Implementasi
Konseling
Implementasi konseling adalah
tindakan nyata dari petugas
kesehatan dalam memberikan
konseling
Angket Kuesioner
dan
Observasi
Dinyatakan dalam tingkatan:
1. Kurang :
Apabila skor pelaksanaan responden < 11.
2. Cukup :
Apabila skor pelaksanaan responden antara
11-13.
Ordinal
46
3. Baik :
Apabila skor pelaksanaan responden 14-16.
(Azwar, 2011).
Evaluasi
Konseling
Yang dimaksud dengan
evaluasi konsaling adalah
menilai pemahaman ibu dalam
pemberian makan pada anak
baduta
Angket Kuesioner
dan
Observasi
Dinyatakan dalam tingkatan:
1. Kurang :
Apabila skor pelaksanaan responden < 4.
Evaluasi (< 3)
2. Cukup :
Apabila skor pelaksanaan responden antara 4.
3. Baik :
Apabila skor pelaksanaan responden 5-6
(Azwar, 2011).
Ordinal
47
B. DEFINISI OPERASIONAL
Tabel 3.1 Definisi Operasional untuk Evaluasi Orang Tua
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Pelaksanaan
Konseling
Makanan
Pendamping
ASI
(MP-ASI)
Pelaksanaan konseling MP-
ASI adalah Suatu komunikasi
dua arah antara konselor dan
klien dengan pokok
pembahasan tentang MP-ASI
yang benar sesuai usia anak
usia 6-24 bulan.
Yang terdiri dari:
Angket Kuesioner
dan
Observasi
Dinyatakan dalam tingkatan:
1. Kurang :
Apabila skor evaluasi responden < 28.
2. Cukup :
Apabila skor evaluasi responden antara 28-34.
3. Baik :
Apabila skor evaluasi responden 35-42.
(Azwar, 2011).
Ordinal
48
5. Persiapan Konseling
6. Perencanaan Konseling
7. Implementasi
Konseling
8. Evaluasi Konseling
Persiapan
Konseling
Yang dimaksud dengan
persiapan konseling adalah
persiapan sebelum konseling
diberikan yaitu dengan
mengumpulkan data klien
berupa data sosial budaya, data
riwayat hidup, data
antropometri dan data klinis
Angket Kuesioner
dan
Observasi
Dinyatakan dalam tingkatan:
1. Kurang :
Apabila skor pelaksanaan responden < 6.
2. Cukup :
Apabila skor pelaksanaan responden antara 6-7.
3. Baik :
Apabila skor pelaksanaan responden 8-10
(Azwar, 2011).
Ordinal
49
Perencanaan
konseling
Yang dimaksud dengan
perencanaan konseling adalah
merencanakan penyelesaian
masalah klien dengan
menetapkan tujuan dan materi
konseling
Angket Kuesioner
dan
Observasi
Dinyatakan dalam tingkatan:
1. Kurang :
Apabila skor pelaksanaan responden < 5.
2. Cukup :
Apabila skor pelaksanaan responden antara 5-6.
3. Baik :
Apabila skor pelaksanaan responden 6,5-8
(Azwar, 2011)
Ordinal
Implementasi
Konseling
Implementasi konseling adalah
tindakan nyata dari petugas
kesehatan dalam memberikan
konseling
Angket Kuesioner
dan
Observasi
Dinyatakan dalam tingkatan:
1. Kurang :
Apabila skor evaluasi responden < 13.
2. Cukup :
Apabila skor evaluasi responden antara 13-16.
3. Baik :
Ordinal
50
Apabila skor evaluasi responden 17-20.
(Azwar, 2011).
Evaluasi
Konseling
Yang dimaksud dengan
evaluasi konsaling adalah
menilai pemahaman ibu dalam
pemberian makan pada anak
baduta
Angket Kuesioner
dan
Observasi
Dinyatakan dalam tingkatan:
1. Kurang :
Apabila skor evaluasi responden < 3.
2. Cukup :
Apabila skor evaluasi responden 3.
3. Baik :
Apabila skor evaluasi responden 4.
(Azwar, 2011).
Ordinal
51
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain
deskriptif eksploratif, dengan tujuan mendeskripsikan gambaran pelaksanaan
konseling Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) di Puskesmas
Wilayah Jakarta. Penelitian ini akan dinilai pada satu waktu (Setiadi, 2007).
B. Tempat dan Waktu penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas wilayah Jakarta Timur dan
Jakarta Selatan yaitu Pulo Gadung, Jatinegara, Pasar Minggu, Kebayoran
Lama, dan Cilandak tahun 2012. Daerah tersebut dipilih karena program
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan konseling pemberian
makan telah berjalan di puskesmas tersebut. selain itu, di Puskesmas
tersebut belum pernah dilakukan penelitian mengenai pelaksanaan
konseling makanan pendamping ASI (MP-ASI).
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada 29 Februari sampai 30 Maret tahun 2012.
52
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah seluruh subjek atau objek dengan karakteristik
tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2008). Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh tenaga kesehatan yang bertugas di poli anak/ poli MTBS
yang tercatat di Puskesmas.
2. Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sampling jenuh yaitu
dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel (Hidayat
2007). Sampel yang diambil adalah seluruh tenaga kesehatan yang
bertugas di poli anak/ poli MTBS yaitu sebanyak 15 dari 5 Puskesmas di
wilayah Jakarta yaitu 3 responden Puskesmas Pasar Minggu, 1 responden
Puskesmas Kebayoran Lama, 2 responden Puskesmas Cilandak, 4
responden Puskesmas Jatinegara dan 5 responden Puskesmas Pulo
Gadung.
Kriterian Inklusi :
a. Petugas yang bertugas di poli MTBS/ poli anak
b. Petugas yang memberikan/ yang melaksanakan konseling
c. Petugas yang bersedia menjadi responden penelitian
53
D. Instrument Penelitian
Instrumen Penelitian ini berupa kuesioner dan lembar observasi.
1. Wawancara
Pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah dengan wawancara
responden yang pertanyaannya disesuaikan dengan tujuan penelitian dan
mengacu pada kerangka konsep dan kerangka teori yang telah dibuat.
Wawancara berisi tentang data demografi dan pertanyaan terbuka tentang
pelaksanaan konseling MP-ASI.
2. Lembar Observasi
Pengumpulan data dengan menggunakan lembar observasi adalah
untuk mengetahui perilaku petugas kesehatan dalam melakukan
pelaksanaan konseling yang harus sesuai dengan “buku MTBS/KIA”.
Pada pengisian lembar observasi observer mengisi nama yang akan
diobservasi, jenis kelamin, usia, pendidikan, telah mendapatkan
pelatihan MTBS, dan lama bekerja. Setelah itu melakukan penilaian
terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan
konseling yang harus dilakukan dengan mengacu pada “buku
MTBS/KIA”. Pada lembar observasi terdiri dari 4 aspek yang
didalamnya terdapat 20 kegiatan. Observer dalam melakukan penilaian
memberikan cek list pada kolom yang tersedia yaitu: (YA) apabila hal
tersebut dilakukan oleh tenaga kesehatan Puskesmas dalam melakukan
pelaksanaan konseling dan (TIDAK) apabila tenaga kesehatan
Puskesmas tidak melakukan kegiatan yang ada di lembar observasi
tersebut, untuk lembar petunjuk observer tersedia didalam lampiran.
54
Data yang telah didapatkan dari hasil observasi kemudian
dikumpulkan, kemudian dijumlahkan sesuai dengan skor yang didapat
lalu digolongkan perilaku tenaga kesehatan Puskesmas dalam
melakukan pelaksanaan konseling menjadi tiga kategori: yaitu baik,
cukup, dan buruk (kurang). Hasil ukur variabel pemberian konseling di
kategorikan menjadi 3 yaitu: (2) Pelaksanaan Baik (skor 33-40), (1)
Pelaksanaan Cukup (skor 27-32), dan (0) Pelaksanaan Kurang/Buruk
(skor < 26) (Azwar, 2011).
3. Evaluasi orang tua Balita
Pungumpulan data dengan menggunakan lembar kuesioner adalah
untuk mengetahui pendapat orang tua balita dalam pelaksanaan
konseling pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang
dilakukan petugas.
Pada lembar kuesioner terdiri dari 4 aspek yang didalamnya
terdapat 21 kegiatan. Dalam melakukan penilaian memberikan cek list
pada kolom yang tersedia yaitu: (YA) apabila hal tersebut dilakukan
oleh tenaga kesehatan Puskesmas dalam melakukan pelaksanaan
konseling dan (TIDAK) apabila tenaga kesehatan Puskesmas tidak
melakukan kegiatan yang ada di lembar kuesioner tersebut. Data yang
telah didapatkan dari hasil kuesioner kemudian dikumpulkan, kemudian
dijumlahkan sesuai dengan skor yang didapat lalu digolongkan perilaku
tenaga kesehatan Puskesmas dalam melakukan pelaksanaan konseling
menjadi tiga kategori: yaitu baik, cukup, dan kurang. Hasil ukur
variabel pemberian konseling di kategorikan menjadi 3 yaitu: (2)
55
Pelaksanaan Baik (skor 35-42), (1) Pelaksanaan Cukup (skor 28-34),
dan (0) Pelaksanaan Buruk/Kurang (skor < 28) (Azwar, 2011).
E. Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.
Diperoleh dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui data
demografi, dan pengetahuan yang terkait dengan pelaksanaan konseling
MP-ASI, dan perilaku dengan menggunakan lembar observasi pada
petugas kesehatan yang penilaiannya dilakukan oleh petugas
Puskesmas/peneliti dengan mengacu pada buku MTBS.
Kuesioner memuat beberapa pertanyaan yang dirancang oleh peneliti
dengan mengacu pada literatur sebanyak 20 pertanyaan dengan
menggunakan tipe soal pilihan ya dan tidak. Waktu yang dibutuhkan untuk
menjawab pertanyaan kurang lebih 20-30 menit. Untuk menghindari
persoalan teknis yang berkaitan saat dilakukan pengumpulan data
responden dan ketelitian dalam memberikan jawaban, peneliti memberikan
petunjuk dalam pengisian kuesioner serta mengadakan pengawasan dan
penjelasan kembali apabila responden mengalami kesulitan dalam
memahami pertanyaan. Pada penilaian perilaku dilakukan setelah
responden mengisi kuesioner berisi pengetahuan yang tekait dengan
pelaksanaan konseling MP-ASI.
56
2. Prosedur Pengumpulan Data
Proses-proses pengumpulan data pada penelitian melalui beberapa tahap
yaitu:
a. Menyelesaikan kelengkapan administrasi seperti surat izin penelitian
dari Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan surat izin dari kepala Dinas Kesehatan Jakarta Timur.
b. Melakukan pendataan kepada calon responden dengan menjelaskan
tujuan dan manfaat penelitian.
c. Memberikan lembar persetujuan (informed consent) untuk ditanda
tangani oleh calon responden apabila setuju menjadi subjek penelitian.
d. Memberikan penjelasan kepada responden tentang cara pengisian
kuesioner.
e. Memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada
peneliti apabila ada yang tidak jelas dengan kuesioner.
f. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner.
g. Responden menyerahkan kembali kuesioner yang telah diisi kepada
peneliti untuk diperiksa.
h. Melakukan observasi pada responden yang sedang melaksanakan
konseling MP-ASI.
i. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada responden atas
partisipasinya.
57
F. Teknik Analisa Data
1. Langkah Analisis Data
Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah dengan
tujuan mengubah data menjadi informasi. Dalam statistik, informasi yang
diperoleh digunakan untuk proses pengambilan keputusan, terutama dalam
pengujian hipotesis (Hidayat, 2007). Dalam proses pengolahan data
terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh, diantaranya:
a. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data
atau formulir kuesioner yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat
dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
b. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini
sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan
komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan
artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan kembali
melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.
c. Entry data
Data entri adalah kegiatan memasukkan data yang telah
dikumpulkan kedalam master tabel atau data base komputer, kemudian
membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa dengan membuat
tabel kontingensi.
58
d. Processing data
Setelah semua isian kuesioner tersisi penuh dan benar, dan juga
data sudah dikoding, maka langkah selanjutnya adalah memproses data
agar dianalisis. Proses pengolahan data dilakukan dengan cara
memindahkan data dari kuesioner ke paket program komputer
pengolahan data statistik.
e. Cleaning data
Cleaning data merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang
sudah di-entry, apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan mungkin
terjadi pada saat meng-entry data ke komputer.
2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi
variabel dependen dan independen. Variabel independen diantaranya
jenis kelamin, umur, pendidikan, dan lama kerja sebagai tenaga
kesehatan. Variabel dependen yaitu perilaku tenaga kesehatan dalam
melaksanakan konseling Makanan Pendamping ASI
G. Etika Penelitian
Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat
penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan
langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan
(Hidayat, 2008).
Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut
:
59
1. Informed consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan
informed consent adalah agar subjek mengerti maksud, tujuan penelitian
dan mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus
menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka
peneliti harus menghormatinya.
2. Anonimity (tanpa nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur
dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
penelitian yang akan disajikan.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya. Informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh
peneliti, hanya kelompok data tersusun yang akan dilaporkan pada hasil
riset.
60
BAB V
HASIL PENELITIAN
Bab ini memaparkan secara lengkap, hasil penelitian gambaran
pelaksanaan konseling makanan pendamping ASI di Puskesmas wilayah Jakarta.
Penelitian ini dilaksanakan selama 4 minggu, mulai dari tanggal 29 Februari 2012
sampai dengan 28 Maret 2012. Wawancara dan observasi yang dilakukan
sebanyak 15 set kepada perawat pelaksana (Ruang Poli anak atau MTBS) di
Puskesmas wilayah Jakarta Timur yaitu: Pulo Gadung, Puskesmas Jatinegara dan
Puskesmas wilayah Jakarta Selatan yaitu: Puskesmas Pasar Minggu, Puskesmas
Kebayoran Lama dan Puskesmas Cilandak.
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu berdiri pada tahun 1972. Wilayah
Kecamatan pasar minggu terletak dibagian selatan Ibu Kota DKI Jakarta
dan terbagi atas 7 Kelurahan dengan 65 RW, 725 RT, 58.228 KK, dan
246.930 jiwa.
Batas-batas wilayah Kecamatan Pasar Minggu :
a) Sebelah Utara : Jalan empang tiga, jalan H. Samali dan Jalan Pulo
Kecamatan Pancoran
b) Sebelah Barat : Kali Krukut Kecamatan Cilandak
c) Sebelah Timur : Kali Ciliung kecamatan Kramat jati Jakarta Timur.
d) Sebelah Selatan : Kecamatan Jagakarsa
61
2. Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama
Puskesmas Kecamatan Kebayoran Lama didirikan pada tahun 1974, di di
rehabilitasi berat pada tahun 1992. Luas tanah: 942 m², bangunan: 418 m².
Secara administrasi wilayah Kecamatan Kebayoran Lama terbagi menjadi
6 kelurahan, 77 RW, 857 RT, 7135 KK.
Batas-batas wilayah :
a) Sebelah Utara : Kecamatan kebun Jeruk Jakarta Barat.
b) Sebelah Timur : Kecamatan Kebayoran Baru Jakarta Selatan,
Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan, Kali Grogol.
c) Sebelah Selatan : Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan, Kecamatan
Ciputat II Tangerang.
d) Sebelah Barat : Kecamatan Pesangrahan Jak-Sel, Kecamatan Kebon
Jeruk Jakarta Barat .
3. Puskesmas Jatinegara
Puskesmas Kecamatan Jatinegara mempunyai luas wilayah 1130,76 Km²
yang terdiri dari 8 kelurahan 90 RW, 1141 RT dan 70.434 KK.
Batas-batas wilayah :
a) Utara : sepanjang rel kereta api berbatasan dengan Kecamatan
Matraman dan Pulo Gadung
b) Selatan : sepanjang jembatan Cawang, Kalimalang berbatasan dengan
Kecamatan Makasar dan Kramat Jati.
c) Barat : sepanjang Kali Ciliwung, berbatasan dengan Kecamatan Tebet.
62
4. Puskesmas Pulo Gadung
Puskesmas Kecamatan Pulo gadung didirikan pada tahun 1977.
Batas-batas wilayah:
a) Utara : Jalan perintis kemerdekaan berbatasan dengan Kecamatan
kelapa gading wilayah kota admistrasi Jakarta Utara
b) Timur : Jalan raya bekasi berbatasan dengan kecamatan Cakung
wilayah administrasi Jakarta Timur.
c) Selatan : rel kereta api berbatasan dengan kecamatan Jatinegara wilayah
administrasi Jakarta Timur.
d) Barat : jalan jendral Ahmad Yani (By Pass) berbatasan dengan wilayah
kecamatan matraman wilayah kota administrasi Jakarta Timur dan
kecamatan cempaka putih wilayah administrasi Jakarta Pusat.
B. Karakteristik Responden
1. Berdasarkan Usia
Tabel 5.1. menunjukkan rata-rata responden berusia 44 tahun dan usia
terbanyak 29 tahun. Batas usia termuda 29 tahun dan batas usia tertua
56 tahun.
Tabel 5.1.
Distribusi Frekuensi Usia Responden di Puskesmas
Wilayah Jakarta Tahun 2012
N Mean Median Modus Std. Deviasi Minimum Maksimum
15 43,87 47,00 29 9,970 29 56
63
2. Berdasarkan Jenis Kelamin
Data 5.2. menujukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis
kelamin. Hampir sebagian besar respondennya prempuan 14 responden
dan hanya 1 responden yang jenis kelamin laki-laki.
3. Berdasarkan Pendidikan
Tabel 5.3. menunjukkan tingkat pendidikan responden bervariasi
sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan sarjana (S1
Dokter Umum, S1 Keperawatan, dan S1 Kesehatan Masyarakat) dan 5
responden berpendidikan diploma dan masih terdapat 4 responden yang
memiliki latar belakang pendidikan SPK yaitu 1 responden di
Puskesmas Pasar Minggu, 1 responden di Puskesmas Pulo Gadung, 2
responden di Puskesmas Jatinegara.
Tabel 5.2.
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden di Puskesmas
Wilayah Jakarta Tahun 2012
Tabel 5.3.
Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden di Puskesmas
Wilayah Jakarta Tahun 2012
Jenis kelamin Frekuensi
Laki-laki 1
Perempuan 14
Total 15
Pendidikan Frekuensi
SPK 4
DIII 5
S1 6
Total 15
64
4. Berdasarkan Pelatihan MTBS
Tabel 5.4. menunjukkan responden yang belum (8 orang) yaitu 1
responden Puskesmas Cilandak, 2 responden Puskesmas Pasar Minggu, 3
responden Puskesmas Pulo Gadung, 2 responden Puskesmas Jatinegara
mendapatkan pelatihan MTBS (1 responden Puskesmas Cilandak, 2
responden Puskesmas Pasar Minggu, 3 responden Puskesmas Pulo
Gadung, 2 responden Puskesmas Jatinegara), lebih banyak dibanding
dengan responden yang sudah mendapatkan pelatihan MTBS (7 orang).
5. Berdasarkan lama bekerja
Tabel 5.5 Menunjukkan, rata-rata responden sudah bekerja selama 60
bulan (5 tahun) di ruang poli MTBS. Terlama responden bekerja adalah
132 bulan (11 tahun) dan paling singkat adalah 1 bulan.
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Pelatihan MTBS Responden di Puskesmas
Wilayah Jakarta Tahun 2012
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Lama Bekerja Responden di Puskesmas
Wilayah Jakarta Tahun 2012
Mendapatkan Pelatihan MTBS Frekuensi
Belum 8
Sudah 7
Total 15
N Mean Median Modus Std. Deviasi Minimum Maksimum
15 47,33 60,00 60 Bulan 35,972 1 Bulan 132 Bulan
65
C. Karakteristik Evaluasi Pelaksanaan Konseling MP-ASI menurut Orang
Tua Balita
6. Pendidikan Orang Tua
Tabel 5.6 menunjukkan, rata-rata tingkat pendidikan orang tua balita yaitu
SMA. Tingkat pendidikan orang tua balita paling tinggi perguruan tinggi
sebanyak 1 responden dan tingkat pendidikan orag tua balita paling rendah
SMP sebanyak 2 responden.
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Pendidikan Orang Tua Balita
di Puskesmas Wilayah Jakarta Tahun 2012
Pendidikan Frekuensi
SMP 2
SMA 12
Perguruan Tinggi 1
Total 15
66
D. Gambaran Pelaksanaan Konseling Berdasarkan Wawancara pada
Petugas
Tabel 5.7 Distribusi Hasil Wawancara pada Petugas.
Aspek Uraian
Persiapan Keseluruh responden (15 petugas) mengatakan dalam tahap
persiapan yang dipersiapakan adalah materi yang sesuai kasus anak,
dan kartu nasehat ibu (KNI) atau bagan MTBS. Responden di
Puskesmas Pasar Minggu menambahkan dalam tahap persiapan
konseling yaitu pasien dan orang tua agar tenang dan bisa
menyimak konseling.
Bagan KNI atau bagan MTBS terlampir
Perencanaan Keseluruh responden (15 petugas) mengatakan melakukan
perencanaan agar anak mendapat makanan sesuai usia anak, agar
orang tua paham dalam memberikan makan sesuai usia anak, agar
orang tua paham dalam memberikan MP-ASI yang sesuai dengan
bagan MTBS
Implementasi Dalam implementasi tidak dilakukan wawancara, dilakukan dengan
observasi. Hasil yang didapat yaitu sebanyak 10 petugas melakukan
implementasi dengan baik dan 5 petugas melakukan implementasi
dengan cukup.
Evaluasi Sebagian besar responden (13 petugas) mengatakan melakukan
evaluasi pelaksanaan konseling pemberian MP-ASI dengan
mengecek pemahaman ibu atau bertanya lagi kepada ibu mengenai
konseling yang diberikan, mengecek buku pasien. Di Puskesmas
Cilandak dalam tahap evaluasi yaitu dengan meminta orang tua agar
kembali lagi dalam waktu 2 minggu agar terlihat perubahan anak
Kekuatan
dalam
pelaksanaan
konseling
Kekuatan dalam pelaksanaan konseling yaitu:
a. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman ibu tentang
pemberian makan anak, tentang MP-ASI yang sesuai usia anak,
meningkatkan BB anak dan anak sehat.
b. Puskesmas Pasar Minggu, Cilandak dan Pulogadung
67
menambahkan kekuatan dalam pelaksanaan konseling yaitu ada
media, ada petugas dan ada materi.
Kelemahan
dalam
pelaksanaan
konseling
a. Setiap Puskesmas tidak memiliki ruang khusus untuk
pelaksanaan konseling MTBS sehingga kurang efektif dalam
pemberian konseling.
b. Setiap puskesmas memiliki kelemahan yang sama diantaranya
adalah kurangnya SDM terutama di Puskesmas Kebayoran
Lama, Cilandak. Dan ditunjang dari faktor Pendidikan orang tua
balita yang rendah, anak sakit dan rewel, ekonomi yang rendah,
orang tua yang kurang kooperatif sehingga konseling yang
diberikan kurang efektif.
Peluang
untuk
kedepannya
a. Terus-menerus dilakukan konseling agar menambah
pengetahuan ibu tentang pemberian makan anak yang benar. di
perbanyak konseling, diperbanyak media, melakukan pelatihan
MTBS.
b. Puskesmas Pulogadung menambahkan terus dilakukan konseling
karena inti dari MTBS adalah konseling, diadakan pelatihan
MTBS, seminar dan praktek untuk menambah pengetahuan
petugas.
c. Puskesmas Kebayoran lama mengatakan bekerjasama dengan
pihak gizi
Yang
menimbulkan
ketidak
berhasilan
konseling
a. Keterbatasan waktu, pasien banyak, pendidikan ibu, ketelatenan
orang tua dan kesadaran orang tua yang kurag.
b. Sarana dan prasarana yang kurang seperti media yang kurang
(bagan KNI) ini terjadi di Puskesmas Kebayoran Lama,
Jatinegara, Pulogadung.
c. Tidak ada ruangan khusus untuk konseling MTBS sehingga
petugas kurang nyaman dalam memberikan konseling.
d. Faktor dari petugas yaitu kurangnya pengetahuan petugas,
karena masih banyak responden yang belum mendapatkan
pelatihan MTBS, kurangnya motivasi petugas dalam
melaksanakan konseling
68
E. Gambaran Pelaksanaan Konseling Pemberian MP-ASI di Tiap
Puskesmas
Tahapan
Konseling
Kategori Pasar
Minggu
Kebayoran
Lama
Cilandak Jatinegara Pulo
Gadung
Jumlah
Persiapan Baik 3 1 2 4 5 15
Perencanaan
Baik 2 0 0 1 1 15
Cukup 1 1 2 3 4
Implementasi
Baik 2 1 2 2 3 15
Cukup 1 0 0 2 2
Evaluasi
Baik 1 0 0 1 1 15
Cukup 2 1 2 3 4
F. Gambaran Tahapan Pelaksanaan Konseling Pemberian MP-ASI di
Puskesmas wilayah Jakarta
Dari tabel 5.9 menunjukkan dalam tahap Persiapan seluruh petugas
melakukan persiapan dengan baik, dalam tahap Perencanaan 13 petugas
melakukan perencanaan dengan baik dan 2 petugas melakukan perencanaan
dengan cukup baik. Dalam tahap Implementasi 10 petugas melakukan dengan
baik, 5 petugas melakukan Implementasi dengan cukup baik. Dan dalam tahap
Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Hasil Pelaksanaan Konseling Pemberian MP-ASI
di Setiap Puskesmas Wilayah Jakarta
Tabel 5.9
Distribusi Frekuensi Tahapan Pelaksanaan Konseling Pemberian MP-ASI
Kategori Persiapan Perencanaan Implementasi Evaluasi
Baik 15 13 10 3
Cukup 0 2 5 12
Kurang 0 0 0 0
Jumlah 15 15 15 15
69
evaluasi 3 petugas melakukan evaluasi dengan baik dan 12 petugas melakukan
dengan cukup baik.
G. Gambaran Pelaksanaan Konseling Pemberian MP-ASI di Puskesmas
Wilayah Jakarta
Tabel 5.10 menunjukkan kategori cukup dalam pelaksanaan
konseling pemberian MP-ASI sebanyak 13 petugas dan kategori baik
dalam pelaksanaan konseling pemberian MP-ASI sebanyak 2 petugas.
Tabel 5.10
Distribusi Frekuensi Hasil Pelaksanaan Konseling Pemberian MP-ASI
di Puskesmas Wilayah Jakarta
Kategori Pelaksanaan
KonselingMP-ASI
Frekuensi
(N=15)
Baik 2
Cukup 13
Kurang 0
Jumlah 15
70
H. Gambaran Evaluasi Pelaksanaan Konseling Pemberian MP-ASI di Tiap
Puskesmas
I. Gambaran Tahapan Evaluasi Pelaksanaan Konseling Pemberian MP-ASI
di Puskesmas wilayah Jakarta
Dari tabel 5.12 menunjukkan orang tua balita berpendapat dalam tahap
Persiapan seluruh petugas melakukan persiapan dengan baik, dalam tahap
Perencanaan 13 petugas melakukan perencanaan dengan baik dan 2 petugas
melakukan perencanaan dengan cukup. Dalam tahap Implementasi 11 petugas
Tahapan
konseling
Kategori Pasar
Minggu
Kebayoran
Lama
Cilandak Jatinegara Pulo
Gadung
Jumlah
Persiapan Baik 3 1 2 4 5 15
Perencanaan
Baik 2 0 0 1 3 15
Cukup 1 1 2 3 2
Implementasi
Baik 2 1 2 2 4
15 Cukup 1 0 0 0 1
Kurang 0 0 0 2 0
Evaluasi
Baik 1 0 0 0 0
15 Cukup 2 1 1 2 5
Kurang 0 0 1 2 0
Tabel 5.11
Distribusi Frekuensi Hasil Evaluasi Pelaksanaan Konseling Pemberian MP-ASI
di Setiap Puskesmas Wilayah Jakarta
Tabel 5.12
Distribusi Frekuensi Tahapan Evaluasi Pelaksanaan Konseling pemberian MP-ASI
Kategori Persiapan Perencanaan Implementasi Evaluasi
Baik 15 13 11 1
Cukup 0 2 2 11
Kurang 0 0 2 3
Jumlah 15 15 15 15
71
melakukan dengan baik, 2 petugas melakukan Implementasi dengan cukup
dan 2 petugas kurang dalam melakukan Impelementasi konseling pemberian
MP-ASI. Dan dalam tahap evaluasi 1 petugas melakukan evaluasi dengan
baik, 11 petugas melakukan evaluasi dengan cukup dan 3 petugas melakukan
evaluasi kurang.
J. Gambaran Evaluasi Pelaksanaan Konseling Pemberian MP-ASI di
Puskesmas Wilayah Jakarta
K. Puskesmas Wilayah Jakarta
Tabel 5.13 menunjukkan kategori baik dalam evaluasi pelaksanaan
konseling pemberian MP-ASI sebanyak 6 petugas, kategori cukup dalam
evaluasi pelaksanaan konseling pemberian MP-ASI sebanyak 7 petugas
dan kategori kurang dalam evaluasi pelaksanaan konseling pemberian MP-
ASI sebanyak 2 petugas.
Tabel 5.13
Distribusi Frekuensi Hasil Evaluasi Pelaksanaan Konseling Pemberian MP-ASI
di Puskesmas Wilayah Jakarta
Kategori Pelaksanaan
KonselingMP-ASI
Frekuensi
(N=15)
Baik 6
Cukup 7
Kurang 2
Jumlah 15
72
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada bab pembahasan diuraikan makna hasil penelitian yang dilakukan
tentang gambaran pelaksanaan konseling pemberian makanan pendamping air
susu ibu (MP-ASI) di Puskesmas wilayah Jakarta tahun 2012. Pembahasan ini
mencakup perbandingan antara hasil penelitian dengan konsep teoritis dan
penelitian sebelumnya (terkait). Bab ini juga akan menjelaskan tentang
keterbatasan penelitian yang telah dilaksanakan dan implikasinya.
A. Distribusi Demografi Responden
1. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa sebagian besar
responden adalah perempuan 14 orang dibandingkan laki-laki 1 orang
yang terpilih sebagai sampel karena responden perempuan lebih
banyak ditemukan di lapangan. Ivancevich et al (2007) menyebutkan
terdapat perbedaan terkait kinerja yang diberikan oleh manajer wanita
dan manajer pria, tetapi perbedaan tersebut masih diperdebatkan
keberadaannya. Swchartz (dalam Ivancevich et al, 2007)
menambahkan, kemungkinan perbedaan tersebut muncul karena
adanya tuntutan yang lebih dari wanita, yaitu adanya keluarga dan
kehamilan, yang memungkinkan karier yang dijalani wanita akan
tertunda sementara waktu.
Dari penelitian Farida (2009) mengatakan motivasi kerja petugas
pelaksana MTBS di Puskesmas kota Surabaya kurang baik (54,8%)
73
lebih besar dari yang baik (45,2%). ini menunjukkan motivasi dari
petugas MTBS masih kurang dalam pelaksanaannya.
2. Usia
Hasil penelitian rata-rata responden berusia 44 tahun dan usia
terbanyak usia 29 tahun. Batas usia termuda 29 tahun dan batas usia
tertua usia 56 tahun. Pada usia tersebut umumnya responden telah
menikah dan mempunyai anak bahkan cucu, sehingga pengalaman
dalam merawat dan memberikan makan yang sesuai dengan usia anak.
Robbins & Judge (2008) mengatakan bahwa produktivitas menurun
seiring dengan bertambahnya usia, ini dikaitkan dengan keterampilan
seorang individu, khususnya kecepatan, kelincahan, kekuatan,
koordinasi berkurang seiring waktu, kebosanan secara berkepanjangan
dan kurangnya stimulasi intelektual terhadap pekerjaan. Mc Donals
(dalam Robbins & Judge, 2008) berpendapat berbeda bahwa pekerja
tua berkeinginan untuk lebih bertangggung jawab, disiplin dan menjadi
model peran yang baik bagi karyawan yang lebih muda, yang
semuanya merupakan bagian dari kinerja.
3. Tingkat Pendidikan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden
mempunyai tingkat pendidikan S1 sebanyak 6 orang, DIII sebesar 5
responden dan masih terdapat reponden yang memiliki pendidikan
SPK sebesar 4 responden. Notoatmodjo (2003) menyatakan
pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk
mengembengkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga
74
sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Tingkat pendidikan turut
pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami
pengetahuan yang meraka peroleh, pada umumnya semakin tinggi
pendidikan seseorang makan semakin baik pula pengetahuannya.
Suhendro (1991) yang mengemukakan bahwa pendidikan tidak
berhubungan dengan kualitas layanan antenatal, penelitian lain yang
dilakukan oleh Herawati (1994) juga tidak menemukan adanya
hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan kualitas laporan
penyakit demam berdarah dengue, selain itu kesimpulan yang sama
diperoleh oleh Santoso (1993) bahwa tidak ada hubungan antara
pendidikan dengan kualitas layanan laboratorium.
Hersey dan Blanchard (dalam Pudjiastuti, 2002) yang
mengungkapkan bahwa pendidikan formal maupun non formal dapat
mempengaruhi seseorang dalam membuat keputusan dan bekerja.
Selain itu Siagian (1992) juga mengungkapkan bahwa pendidikan
memainkan peran yang sangat penting dalam pembentukan perilaku
petugas.
Penelitian yang dilakukan oleh Faizin & Winarsih (2008), terdapat
hubungan antara tingkat pendidikan dengan kinerja yang diberikan
oleh perawat. Pendapat lain dari penelitian yang dilakukan Tarigan
(2011) dan Nugroho (2004) bahwa tingkat pendidikan tidak
berhubungan dengan kinerja yang diberikan. Tetapi, peningkatan
jenjang pendidikan tetap menjadi penting karena dapat meningkatkan
produktivitas. Beberapa petugas tetap melakukan peningkatan jenjang
75
pendidikannya dengan melanjutkan pendidikan ketingkat yang lebih
tinggi.
4. Lama bekerja
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata petugas sudah bekerja
selama 60 bulan (5 tahun) di ruang poli MTBS. Terlama responden
bekerja adalah 132 bulan (11 tahun) dan paling singkat adalah 1 bulan.
Lama kerja petugas kesehatan ternyata berpengaruh juga terhadap
kinerja yang diberikan, pernyataan ini sejalan dengan penelitian yang
telah dilakukan oleh Tarigan (2011) dan Faizin & Winarsih (2008).
Menurut Andersen 1974 (dalam Alamsyah, 2000), bahwa
pekerjaan akan perpengaruh terhadap perilaku petugas. Seorang
petugas yang sudah lama bekerja mempunyai wawasan yang lebih luas
dan pengalaman yang lebih banyak yang memegang peranan dalam
pembentukan perilaku petugas. Walaupun pengalaman yang telah
dimiliki oleh para petugas sudah banyak, akan tetapi belum tentu
selalu dapat untuk melaksanakan tugas yang memang selalu
dipengaruhi oleh perubahan-perubahan dan perkembangan yang selalu
terjadi (Siagian, 1994). Sedangkan menurut Suprihanto (1988) bahwa
seorang karyawan yang terlalu lama akan mengakibatkan rasa bosan,
pasif dan kurang inisiatif dalam bekerja. Sehingga akan menimbulkan
kesalahan petugas dalam tatalaksana kasus penyakit pada anak.
Menurut hasil penilitian (Kusmiati, 1987 dalam Alamsyah, 2000)
bahwa pengetahuan dan praktek tidak ditentukan oleh lama bekerja.
76
Penelitian Farida (2009) mengatakan motivasi kerja petugas
pelaksana MTBS di Puskesmas kota Surabaya kurang baik (54,8%)
lebih besar dari yang baik (45,2%). Ini menunjukkan motivasi dari
petugas masih kurang dalam pelaksanaan MTBS.
Temuan tersebut kemungkinan disebabkan karena kebiasaan cara
pemberian konseling dengan pendekatan yang lama yang telah
dilakukannya selama ini, dimana responden yang telah bekerja.
5. Pelatihan MTBS
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden belum
mendapatkan pelatihan MTBS yaitu sebesar 8 responden dan yang
telah mendapatkan pelatihan MTBS yaitu sebesar 7 responden.
Notoatmojo (1990) mengatakan bahwa pelatihan adalah salah satu
bentuk proses pendidikan, dengan melalui pelatihan sasaran belajar
akan memperoleh pengalaman yang akhirnya akan menimbulkan
perubahan perilaku petugas. Siagian (1994) mengatakan bahwa
pelatihan dipakai sebagai salah satu cara atau metode pendidikan.
Khususnya untuk meningkatkan atau menambah pengetahuan atau
keterampilan petugas, Moekijat (1991) mengatakan suatu pelatihan
tidak diberikan hanya satu kali saja kemudian berhenti, tetapi harus
merupaka fungsi yang terus menerus yang menunjukkan kepada
petugas bagaimana mengerjakan suatu pekerjaan.
Pendapat lain dari Irawati (1998) mengatakan bahwa tidak ada
hubungan bermakna antara pelatihan dengan kepatuhan bidan di desa
terhadap standar pelayanan antenatal minimal 5T. Emawati (1998)
77
tentang faktor yang berhubungan dengan kepatuhan bidan terhadap
SOP layanan di unit KIA puskesmas Jakarta Pusat, mengatakan bahwa
tidak ada hubungan bermakna antara pelatihan dengan kepatuhan
terhadap SOP layanan antenatal di unit KIA Puskesmas Jakarta Pussat.
Yuliana (2000) tentang factor yang berhubungan dengan kepatuhan
petugas terhadap standar ANC di 6 Puskesmas pelaksana QA di
Kbupaten bekasi Jawa Barat, mengatakan bahwa tidak ada hubungan
bermakna antara pelatihan dengan kepatuhan terhadap standar ANC di
6 Puskesmas pelaksana QA di Kabupaten Bekasi Jawa Barat.
Pelatihan MTBS diakui petugas kesehatan membawa perubahan
terhadap pelayanan balita sakit. Dalam menangani balita sakit sebelum
diberikan pelatiha petugas hanya fokus pada keluhan yang
disampaikan oleh pengantar saja. Namun setelah mendapat bekal ilmu
MTBS ternyata mereka bisa mendeteksi kelainan-kelainan pada balita
sakit seperti diare, demam berdarah, malaria, gizi dan anemia, dan juga
mempermudah pekerjaan petugas dalam menangani kasus balita sakit.
Dan ini sejalan dengan penelitian Pratono (2009) yang mengatakan
pada penemuan kasus pneumonia di ketiga puskesmas yang meningkat
setelah diterapkan MTBS.
78
B. Gambaran langkah-langkah Pelaksanaan Konseling Pemberian
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)
Berdasarkan hasil penelitian Pelaksanaan Konseling Pemberian MP-
ASI di Puskesmas Wilayah Jakarta yang telah diuraikan, maka akan dibahas
pelaksanaan konseling yang meliputi: persiapan, perencanaan, implementasi
dan evaluasi.
1. Persiapan
Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan evaluasi kepada orang
tua, ternyata persiapan dengan menanyakan data demografi anak,
menimbang berat badan anak dan membandingkannya berat badan dan
tinggi badan dengan standart baku WHO dilakukan seluruh petugas atau
15 petugas dengan baik.
Dapat disimpulkan dalam tahap persiapan pelaksanaan konseling
pemberian MP-ASI di Puskesmas Wilayah Jakarta dilakukan dengan baik.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Pudjiastuti (2002) yang mengatakan
dalam tahap tatalaksana identitas anak dilakukan dengan cukup baik oleh
petugas.
2. Perencanaan
Dari hasil penelitian menunjukkan dalam tahap perencanaan
pelaksanaan konseling pemberian MP-ASI sebanyak 13 petugas melakukan
perencanaan dengan baik dan 2 petugas melakukan perencanaan dengan
cukup baik. Novelestari (2010) mangatakan dalam tahap perencanaan
79
konseling yaitu mengkaji kebutuhan zat gizi klien, menetapkan tujuan
konseling, metode dan media.
3. Implementasi
Dari hasil penelitian menunjukkan dalam tahap Implementasi
pelaksanaan konseling pemberian MP-ASI sebanyak 10 petugas melakukan
implementasi dengan baik dan 5 petugas melakukan implementasi dengan
cukup baik.
Novelesari 2010, mengatakan dalam tahap implementasi konseling
yaitu melakukan pengukuran antropometri, mencatat data klien, dalam tahap
penjelasan: food recall 24 jam untuk memperoleh gambaran kebiasaan
makan, menanyakan frekuensi makan. Dan dalam tahap pemecahan masalah
memberikan konseling diet sesuai usia anak, memberikan memotivasi untuk
orang tua agar memberikan makan sesuai usia dan tahapannya.
4. Evaluasi
Dari hasil penelitian menunjukkan dalam tahap evaluasi
pelaksanaan konseling pemberian MP-ASI 3 petugas melakukan evaluasi
dengan baik dan 12 petugas melakukan evaluasi dengan cukup baik.
Novelesari 2010, mengatakan dalam tahap evaluasi konseling yaitu
menanyakan pemahaman dan pengetahuan orang tua anak dalam
pemberian makan pada anak. Aziz, 2009 mangatakan dalam tahap evaluasi
yaitu dengan menanyakan cara menyusui, menyusui berapa kali, apalah di
malam hari juga menyusu, dan bagaimana cara memberikan makan,
menanyakan apakah saat anak sakit ada perubahan pemberian makan.
80
C. Gambaran Pelaksanaan Konseling Pemberian MP-ASI di Puskesmas
Wilayah Jakarta
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 2 petugas melakukan
pelaksanaan konseling dengan baik dan 13 petugas melakukan
pelaksanaan konseling cukup baik. Ini menunjukkan sebagian besar
Puskesmas dalam pelaksanaan konseling pemberian MP-ASI cukup baik
dalam pelaksanaannya.
Penelitian Pudjiastuti (2002) tentang analisis kepatuhan petugas
Puskesmas terhadap tatalaksana manajemen terpadu balita sakit di
Puskesmas DKI Jakarta mengatakan kepatuhan tatalaksana konseling, 17
orang kepatuhannya cukup baik dan 6 orang kepatuhannya kurang.
Penelitian (Graf R, 2009) mengatakan status gizi lebih baik pada
kelompok anak yang ibunya mendapat perlakuan konseling dan anak
diberikan MP-ASI dibanding dengan anak yang hanya diberikan MP-ASI.
Penelitian Laksono (2009), tentang pengaruh pemberian makanan
tambahan dan konseling gizi terhadap status gizi anak balita gizi buruk
kota Kendari dan Kabupaten Konewe, mengatakan pemberian makanan
tambahan dan pemberian konseling gizi pada keluarga dapat
meningkatkan status gizi anak.
81
D. Gambaran Evaluasi Langkah-langkah Pelaksanaan Konseling
Pemberian MP-ASI Menurut Orang Tua Balita
Hasil penelitian menunjukkan dalam tahap persiapan pelaksanaan
konseling pemberian MP-ASI seluruhnya 15 petugas melakukan persiapan
dengan baik. Dalam tahap perencanaan sebanyak 13 petugas melakukan
perencanaan baik dan 2 petugas melakukan perencanaan cukup baik. Dalam
tahap implementasi sebanyak 11 petugas melakukan dengan baik, sebanyak 2
petugas melakukan implementasi pelaksanaan konseling dengan cukup baik
dan sebanyak 2 petugas melakukan implementasi pelaksanaan konseling
kurang baik. Dan dalam tahap evaluasi sebanyak 1 petugas melakukan dengan
baik, sebanyak 11 petugas melakukan evaluasi dengan cukup baik dan 3
petugas melakukan kurang baik.
Alasan dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan konseling pemberian
MP-ASI adalah untuk menilai apa yang sudah dicapai dan mengidentifikasi
keterbatasan yang ada dalam pelaksanaan program. Evaluasi juga bermanfaat
untuk pengembangan staf dengan meningkatkan pemahaman staf atas program
yang akan menghasilkan pembaharuan (Dignan dan Carr dalam Musnitarini,
2005).
Dignan dan Carr dalam Musnitarini (2005), mengatakan suatu program
promosi kesehatan harus melalui tahapan analisis komunitas untuk mengkaji
kebutuhan sasaran dilanjutkan dengan proses pengembangan program
kemudian diimplementasikan, setelah pelaksanaan program diperlukan
evaluasi.
82
E. Gambaran Evaluasi Pelaksanaan Konseling Pemberian MP-ASI di
Puskesmas Wilayah Jakarta
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar orang tua
berpendapat bahwa pelaksanaan konseling MP-ASI cukup baik yaitu
sebesar 7 responden yang mengatakan baik sebanyak 6 responden dan
yang mengatakan pelaksanaan kurang baik yaitu 2 responden. Ini
menunjukkan sebagian besar orang tua berpendapat bahwa pelaksanaan
konseling pemberian MP-ASI cukup baik.
Menurut Prawirohartono (1997) petugas kesehatan belum
memberikan informasi secara baik dan jelas tentang MP-ASI kepada ibu,
sehingga ibu tidak mengerti dengan baik manfaat MP-ASI. Meskipun
tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap penerimaan suatu
program, akan tetapi kurangnya informasi tentang program tersebut sangat
berpengaruh terhadap tingkat penerimaannya.
F. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian ini,
keterbatasan penelitian ini antara lain:
1. Belum ada instrument penelitian yang baku dalam penelitian ini,
sehingga instrument penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti
berdasarkan literatur yang diseuaikan dengan Pelaksanaan Konseling
Pemberian MP-ASI
2. Responden mengetahui bahwa dirinya sedang diteliti sehingga akan
mempengaruhi perilaku dan jawaban responden.
83
3. Jumlah respon dalam penelitian ini baik petugas di Poli MTBS dan
orang tua balita yang terbatas. Jumlah petugas di Poli MTBS dan orang
tua balita dengan jumlah yang sama yaitu 15 responden.
4. Keterbatasan waktu dan tenaga dari peneliti.
G. Implikasi Hasil Penelitian
1. Implikasi Terhadap Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan keperawatan, khususnya pada pelaksanaan konseling
pemberian makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) dan dijadikan
sebagai rujukan tambahan untuk melakukan pengabdian kepada
masyarakat.
2. Implikasi Terhadap Pemerintah dan Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pemerintah dan
Puskesmas khususnya petugas di poli MTBS untuk melakukan
konseling MP-ASI melalui pendidikan kesehatan karena masih banyak
orang tua balita yang belum mengetahui makanan pendamping yang
sesuai dengan usia anaknya
3. Terhadap Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi dasar penelitian selanjutnya
bagi peneliti dan peneliti lainnya.
84
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat di
simpulkan sebagai berikut :
1. Karakteristik petugas pelaksana konseling MP-ASI di Poli MTBS
Puskesmas Wilayah Jakarta.
a. Rata-rata petugas pelaksana berusia 44 tahun dan usia terbanyak yaitu
29 tahun. Usia termuda 29 tahun dan usia tertua 56 tahun.
b. Jenis kelamin petugas pelaksana didominasi oleh perempuan, perawat
pelaksana yang berjenis kelamin laki-laki hanya 1 petugas.
c. Sebagian besar petugas memiliki latar belakang pendidikan DIII dan
hanya sebagian kecil petugas yang mempunyai latar belakang
pendidikan S1 (S1 dokter umum, S1 keperawatan) dan masih terdapat 4
petugas yang memiliki dengan latar belakang pendidikan SPK.
d. Rata-rata petugas bekerja di ruang poli MTBS selama 5 tahun dan
kebanyakan petugas baru bekerja selama 5 tahun di poli MTBS. Nilai
tertinggi lama bekerja petugas yaitu selama 11 tahun dan paling rendah
selama 1 bulan.
2. Hasil penelitian Pelaksanaan Konseling Pemberian MP-ASI yaitu 13
petugas melakukan Pelaksanaan Konseling Pemberian MP-ASI dengan
baik dan 2 petugas melakukan Pelaksanaan Konseling cukup.
85
3. Hasil penelitian Evaluasi Pelaksanaan Konseling Pemberian MP-ASI
kepada orang tua yaitu 7 responden mengatakan pelaksanaan konseling
MP-ASI cukup, 6 responden mengatakan pelaksanaan konseling MP-ASI
baik dan yang perpendapat pelaksanaan konseling MP-ASI kurang 2
responden.
B. Saran
1. Untuk Dinas Kesehatan dan Puskesmas
a. Koordinator Poli MTBS dan Kepala Puskesmas
1) Membantu memelihara kinerja yang sudah baik dan
meningkatkannya melalui pemberdayaan secara jelas tentang
pengaplikasian pelaksanaan MTBS pada petugas.
2) Membantu meningkatkan kinerja yang masih kurang dengan
diadakannya pelatihan dan seminar atau workshop ataupun
refreshing terkait pelaksanaan MTBS.
3) Mengupayakan kerjasama tim petugas dalam melaksanakan
MTBS dan Konseling.
4) Mengingatkan secara terus-menerus tentang pelaksanaan MTBS
dan Konseling.
5) Menyediakan media dan fasilitas untuk konsing
b. Dinas Kesehatan dan Kepala Puskesmas sebaiknya melakukan
pelatihan MTBS dan supervisi pelaksanaan MTBS kepada petugas.
86
2. Untuk Peneliti Selanjutnya
a. Melakukan penelitian lebih lanjut tentang pelaksanaan konseling
pemberian MP-ASI berupa penelitian kualitatif.
b. Memperbanyak responden dan puskesmas.
DAFTAR PUSTAKA
Albar Husein. Makanan Pendamping ASI. Jurnal. Semarang: Cermin Dunia
Kedokteran, 2004.
Alamsyah, Cecep. Analisis dan Rancangan Sistem Pemantauan Kualitas
Tatalaksana Balita Sakit Melalui Pendekatan Manajemen Terpadu Balita
Sakit (MTBS) di Puskesmas Kabupaten Cianjur Jawa barat. Tesis. Jakarta:
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000.
Aminah, dkk. Pengaruh Intervensi (Konseling dan Stimulasi) Terhadap
Perkembangan dan Status Gizi Balita Di Wilayah Ciami. Jurnal:
Politeknik Kesehatan Bandung, 2008.
Andersen. Equity in Health Services, Empirical Analysis in Social Polycy.
Cambridge Mass Ballinger Publishing Co. 1974.
Budiasih, Kun. Pentingnya ASI Ekslusif untuk Bayi Usia 0-6 Bulan. Jakarta :
Harapan, 2008.
Departemen Kesehatan Republik Indonesi. Manajemen Terpadu Balita Sakit.
Jakarta, 2008.
Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan Konseling
Menyusui dan Pelatihan Fasilitator Konseling Menyusui. Jakarta:
Departemen Kesehatan, 2007.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pemberian Makanan Bayi
dan Anak Dalam Situasi Darura. Jakarta: Direktorat Bina Gizi
Masyarakat, 2007.
Depkes RI, Keputusan Mentri Kesehatan No. 128/SK/II/2004 tentang Kebijakan
Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta, 2004.
Departemen Kesehatan. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS).
Provinsi Banten Tahun 2007. Jakarta : Depkes RI, 2009.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu
Ibu (MP-ASI) Lokal. Jakarta: Depkes RI, 2006.
Depkes RI. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), Modul 1-7, Edisi 2 Dirjen
Kesehatan RI Jakarta, 2005.
Ermawati, Dien. Factor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Bidan Terhadap
SOP Layanan Antenatal di Unit KIA Puskesmas Jakarta Pusat. Tesis.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 1998.
Faridah. Analisis Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Motivasi Kerja
Petugas Pelaksana Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di
Puskesmas Kota Surabaya. Tesis. Program Magister Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia, 2009.
Gibney, Michael dkk. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC, 2004.
Graf R. F, Beba. Pengaruh konseling gizi pada ibu terhadap perbaikan status gizi
kurang bayi usia 6-11 bulan dan anak usia 12-24 bulan yang mendapat
MP-ASI. Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Gajah
Mada, 2009.
Gustafron. Konseling Gizi. http://www.eaitright.org. di akses pada tanggal 17 Mei
2011.
Herawati, R.T.Y. Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap, dan Praktek Petugas
Kesehatan dengan Kualitas Laporan Penyakit Demam Berdarah Dengue
Di Wilayah Kotip Depok tahun 1993. Tesis, Program Studi IKM Program
Pascasarjana Universitas Indonesia, Jakarta. 1994.
Hidayat, A. Aziz Alimul. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa
Data. Jakarta: Salemba Medika, 2008.
Hidayat, A. Aziz Alimul. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Salemba
Medika, 2008.
Hidayat, A. Aziz Alimun. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah.
Jakarta: Salemba Medika, 2007.
Irawati, Titin. Analisis Kepatuhan Bidan di Desa Terhadap Standar Minimal
Pelayanan Antenatal 5T di Kabupaten Dt II Cianjur, Tesis, FKM UI.
1998.
Leksono, Purnomo. Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan dan Konseling
Gizi Terhadap Status Anak Balita Gizi Buruk Di Kota Kendari dan
Kabupaten Konawe Propinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal, 2009.
Moekijat. Latihan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia, Cetakan keempat.
Jakarta. 1991.
Murniningsih dan Sulastri. Hubungan Antara Pemberian Makanan Tambahan
pada Usia Dini dengan Tingkat Kunjungan ke Pelayanan Kesehatan di
Kelurahan Sine Sragen. [serial online]. Berita Ilmu Keperawatan ISSN
1979-2697, Vol. 1 No. 3. 2008. 113-118. Diakses tanggal 29 Mei 2011
Notoatmodjo soekijo. Pengantar Perilaku Kesehatan Masyarakat. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 1990.
Novelasari. Penyuluhan dan Konsultasi Gizi Lanjutan. 2010.
http://www.scribd.com/doc/25131022/10-PERENC-KONSELING-GIZI
diperoleh pada tanggal 26 Juli 2011.
Nugroho, MK. Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kinerja
Perawat Pegawai Daerah di Puskesmas Kabupaten Kudus. Tesis, program
pascasarjana universitas diponegoro. 2004.
Nurbaeti dan Budi Utomo. Metodologi Penelitian dalam Bidang Keperawatan.
Jakarta : lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010.
Nurhayati, Ai. Pengaruh Konseling Gizi Pada Ibu Keluarga Miskin Terhadap
Pemberian ASI Eksklusif. Pasca Sarjana. Institut Pertania Bogor, 2007.
Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika, 2008.
Pudjiastuti, Wiwiek. Analisis Kepatuhan petugas Puskesmas Terhadap
Tatalaksana Manajemen Terpadu Balita Sakitdi Puskesmas DKI Jakarta.
Tesis. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia,
2002.
Puspitasari RC. Efektivitas Metode Konseling Dengan Media Kartu Menuju Sehat
(KMS) Balita Dalam Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap Ibu Mengenai
Pertumbuhan Balita Di akecamatan Parakan Kabupaten Temanggung.
Skripsi. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponogoro, 2009.
Roesli, Utami. Buku Saku Gizi Bayi. Jakarta: EGC. 2004.
Siagian. Pengembangan Sumber Daya Insani. Gunung Asung: Jakarta, 1994.
Soetjiningsih. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC. 1997.
Suprihanto, J. Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan dan Pengembangan Karyawan,
BPFE. Yogyakarta, 1988.
Suraya, Rani. Pengaruh Penyuluhan Dengan Metode Ceramah dan Leaflet
Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Pola Pemberian Makanan
Pendamping Asi (Mp Asi) Pada Anak 6-24 Bulan Di Desa Pantai Gemi
Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Skripsi. Medan: Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara, 2011.
Tarigan, Irawandi. Pengaruh Tingkat Pendidikan, Motivasi, Usia dan
Pengalaman Kerja Terhadap Kinerja Perawat pada RSU.Dr.Pirngadi
Medan. Tesis. Program Magister Keperawatan Universitas Sumatra Utara.
2011.
World Health Organization dan UNICEF. Pelatihan Konseling Laktasi. Setral
Laktasi Indonesia, 1993.
Yuliana Nurbaety. Faktor yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Petugas
Terhadap Standar Antenatal Care (ANC) di 6 Puskesmas Pelaksana QA di
Kabupaten Bekasi Jawa Barat. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia. 2000.
_______. Proses dan Praktik KIP/K dalam Pelayanan Kebidanan. 2009.
http://www.lusa.web.id/ di proleh pada tanggal 24 Desember 2011
Lampiran 1
PERSETUJUAN MENJADI INFORMAN PENELITIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama (Inisial) :
Umur :
Lama bekerja :
Pendidikan :
Menyatakan sesungguhnya bahwa setelah mendapatkan penjelasan penelitian dan
memahami informasi yang diberikan oleh peneliti serta mengetahui tujuan dan
manfaat penelitian, maka dengan ini saya secara sukarela bersesia menjadi
partisipan dalam penelitian ini.
Demikian pernyataan ini saya buat sebenar-benarnya dan penuh kesadaran serta
tanpa paksaan dari siapapun.
Jakarta, Maret 2012
Yang Menyatakan,
(................................)
Lampiran 2
PEDOMAN WAWANCARA
1. Apakah di puskesmas ini MTBS telah berjalan? Sejak kapan?
2. Dalam MTBS terdapat banyak materi yang diberikan salah satu di
dalamnya konseling pemberian makan yaitu konseling pemberian ASI dan
MP-ASI, Bagaimana konseling pemberian MP-ASI yang diberikan kepada
orangtua? Jelaskan? Berapa lama dalam pemberian konseling MP-ASI?
3. Dalam pelaksanaan konseling, terdapat 4 langkah pelaksanaan konseling
yaitu: a. Persiapan konseling: pengumpulan data, pengkajian dan
identifikasi masalah klien, kesimpulan hasil identifikasi masalah klien. b.
Perencanaan: pengkajian kebutuhan klien, menetapkan tujuan, sasaran,
materi, metode, media. c. Implementasi: pelaksanaan konseling. d.
Evaluasi : evaluasi pemahaman dan pengetahuan orangtua dalam
pemberian makan anak. Dalam tahap persiapan apa saja yang anda
lakukan? Jelaskan?
4. Dalam tahap perencanaan apa saja yang anda lakukan? Jelaskan?
5. Media apa yang digunakan? Alasannya?
6. Materi apa saja yang disiapkan dalam konseling? Jelaskan?
7. Bagaimana proses evaluasi konseling pemberian MP-ASI pada orangtua?
8. Apa kekuatan dalam pelaksanaan konseling ini? Jelaskan?
9. Apa kelemahan dalam pelaksanaan konseling ini? Jelaskan?
10. Kira-kira bagaimana peluang program konseling ini untuk kedepannya?
11. Hal-hal apa saja yang menimbulkan ketidakberhasilan dalam pelaksanaan
konseling pemberian MP-ASI?
Lampiran 3
INFORMED CONSENT
(LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI
RESPONDEN)
Identitas Peneliti :
Nama : Nurul Husna
NIM : 107104000492
Saya bermaksud melakukan penelitian untuk mengetahui Gambaran Pelaksanaan
Konseling Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) di Puskesmas Wilayah
Jakarta. Penelitian ini akan dilaksanankan kepada tenaga kesehatan Puskesmas
Jakarta Timur: Puskesmas Pulo Gadung, Jati Negara. Puskesmas Jakarta Selatan :
Puskesmas Pasar Minggu, Kebayoran Lama dan Cilandak.
Untuk kepentingan pengumpulan data dalam penelitian ini, kami mengharapkan
kesediaan anda untuk berpartisipasi dalam mengisi kuesioner mengenai pelaksanaan
konseling Makanan Pendamping ASI. Semua yang tercantum atau dituliskan dalam
penelitian ini dijamin kerahasiaannya dan tidak akan berdampak negatif pada
siapapun. Bila selama berpartisipasi dalam penelitian ini respondem merasakan
ketidak nyamanan maka responden mempunyai hak untuk berhenti.
Peneliti akan menghargai dan menjungjung tinggi hak responden dan menjamin
kerahasiaan identitas dan data yang diberikan. Responden dapat mengundurkan diri
sewaktu-waktu apabila menghendakinya.
Saya menyatakan bersedia/tidak bersedia
Setelah mendapatkan keterangan secukupnya dari penjelasan yang telah dilakukan
oleh peneliti dan jawaban seluruh pertanyaan saya tentang penelitian ini, maka saya
dapat memahami tujuan dan manfaat penelitian. Saya juga mengerti bahwa peneliti
akan menghargai dan menjungjung tingggi hak-hak saya sebagai responden.
Saya mengerti bahwa data-data yang diperoleh akan dilindungi dan identitas saya
akan dirahasiakan. Saya juga mempunyai hak untuk menolak atau mengundurkan
diri dari penelitian setiap saat tanpa ada sangsi apapun.
Saya menyatakan, bahwa saya telah membaca pernyataan di atas dan setuju untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini dengan sukarela.
Jakarta, Maret 2012
Peneliti Responden
Nurul Husna (............................................)
Lampiran 4
LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN
GAMBARAN PELAKSANAN KONSELING PEMBERIAN MAKANAN
PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DI PUSKESMAS
WILAYAH JAKARTA 2012
Tujuan :
Kuisioner ini dirancang untuk mengidentifikasi: “Gambaran Pelaksanaan Konseling
Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Di Puskesmas Wilayah Jakarta”
Petunjuk Pengisian :
Isilah titik-titik pada tempat yang tersedia dan memilih salah satu pertanyaan dengan
memberi tanda ceklist (√)
A. Data Demografi/Identitas Tenaga Kesehatan
1. Nama/Inisial Responden :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Pendidikan :
5. Telah Mendapatkan Pelatihan MTBS :
6. Lama Bekerja sebagai Tenaga Kesehatan :
B. Observasi Pelaksanaan Konseling Pemberian MP-ASI
No.
Kegiatan
Jawaban (√)
Ya Tidak
1. Tenaga kesehatan telah menerima data demografi anak
2. Tenaga kesehatan menyapa ibu dan anak dengan ramah
3. Tenaga kesehatan mengukur berat badan dan tinggi badan anak
4. Tenaga kesehatan membandingkan berat badan dan tinggi badan anak
dengan usia berdasarkan standart baku buku WHO-NCHS
5. Tenaga kesehatan menanyakan apakah anak masih minum ASI
6. Tenaga kesehatan memberikan pertanyaan terbuka kepada ibu, seperti :
bagaimana ibu memberikan makan pada anak
7. Tenaga kesehatan memberikan pujian pada ibu bila jawabannya benar
8. Tenaga kesehatan memberikan penerangan tentang keuntungan
memberikan ASI dan menyusui, tatalaksana menyusui yang benar
9. Tenaga kesehatan memberi informasi tentang MP-ASI pada ibu balita
denga media seperti: bagan MTBS, buku KIA, leaflet, poster, alat peraga
10. Tenaga kesehatan memberi informasi tentang MP-ASI pada keluarga ibu
balita
11. Tenaga kesehatan memberikan informasi mengenai syarat-syarat
makanan pendamping ASI
12. Tenaga kesehatan memberi infomasi mengenai prinsip pemberian
MP-ASI
13. Tenaga kesehatan memberikan informasi mengenai tahapan pemberian
makanan pendamping ASI sesuai umur anak
14. Tenaga kesehatan memberikan informasi dan menjelaskan tentang pola
pemberian makanan pendamping ASI sesuai umur
15. Tenaga kesehatan memberikan penerangan tentang manfaat pemberian
makanan pendamping ASI sesuai usia
16. Tenaga kesehatan memberikan penerangan tentang keuntungan
memberikan MP-ASI sesuai usia
17. Tenaga kesehatan memberikan penerangan tentang kerugian memberikan
makanan pendamping ASI terlalu dini
18. Tenaga kesehatan mengevaluasi pemahaman ibu terhadap pemberian MP-
ASI setalah diberikan konseling MP-ASI
19. Tenaga kesehatan meminta ibu untuk menyebutkan kembali makanan
pendamping yang sesuai dengan anaknya
20. Dalam melakukan evaluasi tenaga kesehatan memberikan pertanyaan
terbuka untuk ibu, seperti: berapa banyak makanan yang diberikan kepada
anak dan apa jenis makanannya
Lampiran 5
KUESIONER PENELITIAN
GAMBARAN PELAKSANAN KONSELINGPEMBERIAN MAKANAN
PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DI PUSKESMAS
WILAYAH JAKARTA 2012
Tujuan :
Kuisioner ini dirancang untuk mengidentifikasi: “Gambaran Pelaksanaan Konseling
Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) Di Puskesmas Wilayah Jakarta”
Petunjuk Pengisian :
Isilah titik-titik pada tempat yang tersedia dan memilih salah satu pertanyaan dengan
memberi tanda ceklist (√)
C. Data Demografi/Identitas Tenaga Kesehatan
1. Nama/Inisial Responden :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Pendidikan :
5. Nama Balita :
6. Usia Balita :
A. Evaluasi Pelaksanaan Konseling MP-ASI
No.
Pertayaan
Jawaban (√)
Ya Tidak
1 Apakah tenaga kesehatan menanyakan data demografi anak pada ibu,
seperti: nama, usia anak
2 Apakah tenaga kesehatan melakukan penimbangan Berat Badan dan
mengukur tinggi badan anak
3 Apakah setelah melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan
anak, tenaga kesehatan membandingkan dengan standard baku WHO-
NCHS
4 Apakah tenaga kesehatan memberikan pertanyaan “apakah ibu masih
memberikan ASI”
5 Apakah tenaga kesehatan memberikan kesimpulan dari data yang telah
dikaji kepada orang tua anak
6 Apakah tenaga kesehatan melakukan pengkajian kebutuhan MP-ASI anak
7 Apakah tenaga kesehatan telah membuat tujuan untuk pelaksanaan
konseling
8 Apakah tenaga kesehatan telah mempersiapkan materi-materi konseling
yang telah disesuaikan dengan klien
9 Apakah tenaga kesehatan telah Mempersiapkan metode dan media
konseling yang akan digunakan seperti leaflet, poster, alat peraga
10 Apakah tenaga kesehatan memberikan konseling pada ibu dan keluarga
anak
11 Apakah tenaga kesehatan menanyakan kepada orang tua anak tentang cara
pemberian makan anak sesuai umur
12 Apakah tenaga kesehatan memberi pujian kepada ibu yang telah dengan
benar memberikan makan pada anak
13 Apakah tenaga kesehatan memberi nasehat kepada ibu tentang pemberian
makanan pendamping ASI
14 Apakah tenaga kesehatan memberikan informasi mengenai syarat-syarat
makanan pendamping ASI
15 Apakah tenaga kesehatan memberikan informasi mengenai prinsip
pemberian makanan pendamping ASI
16 Apakah tenaga kesehatan memberikan informasi mengenai tahapan
pemberian makanan pendamping ASI
17 Apakah tenaga kesehatan memberikan informasi mengenai jenis-jenis
makanan pendamping ASI
18 Apakah tenaga kesehatan memberikan informasi mengenai manfaat
makanan pendamping ASI sesuai umur
19 Apakah tenaga kesehatan memberikan informasi mengenai kerugian
memberikan makanan pendamping ASI terlalu dini
20 Apakah tenaga kesehatan menanyakan “apakah ibu telah memahami
materi konseling yang telah diberikan”
21 Apakah tenaga kesehatan meminta ibu menyebutkan kembali tentang
materi konseling yang telah diberikan
ANALISA UNIVARIAT
1. Usia
Statistics
Usia
N Valid 15
Missing 0
Mean 43.87
Median 47.00
Mode 29a
Std. Deviation 9.970
Minimum 29
Maximum 56
a. Multiple modes exist. The
smallest value is shown
2. Jenis Kelamin
Statistics
Jenis kelamin
N Valid 15
Missing 0
Jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Laki-laki 1 6.7 6.7 6.7
Prempuan 14 93.3 93.3 100.0
Total 15 100.0 100.0
3. Pendidikan
Statistics
Pendidikan
N Valid 15
Missing 0
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid SPK 4 26.7 26.7 26.7
DIII 5 33.3 33.3 60.0
S1 6 40.0 40.0 100.0
Total 15 100.0 100.0
4. Pelatihan MTBS
Statistics
Pelatihan MTBS
N Valid 15
Missing 0
Pelatihan MTBS
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid belum 7 46.7 46.7 46.7
sudah 8 53.3 53.3 100.0
Total 15 100.0 100.0
5. Lama Bekerja
Statistics
Lama Bekerja
N Valid 15
Missing 0
Mean 47.33
Median 60.00
Mode 60
Std. Deviation 35.972
Minimum 1
Maximum 132
6. Gambaran Tahapan Pelaksanaan Konseling Pemberian MP-ASI di
Puskesmas Wilayah Jakarta
a. Persiapan
Statistics
Hasil persiapan
N Valid 15
Missing 0
Hasil persiapan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 8-10 (Baik) 15 100.0 100.0 100.0
b. Perencanaan
Statistics
Hasil perencanaan
N Valid 15
Missing 0
Hasil perencanaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 5,5-6 (Cukup) 11 73.3 73.3 73.3
6,5-8 (Baik) 4 26.7 26.7 100.0
Total 15 100.0 100.0
c. Implementasi
Statistics
Hasil implementasi
N Valid 15
Missing 0
Hasil implementasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 11-13 (Cukup) 5 33.3 33.3 33.3
14-16 (Baik) 10 66.7 66.7 100.0
Total 15 100.0 100.0
d. Evaluasi
Statistics
Hasil evaluasi
N Valid 15
Missing 0
Hasil evaluasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 4 (Cukup) 12 80.0 80.0 80.0
5-6 (Baik) 3 20.0 20.0 100.0
Total 15 100.0 100.0
7. Gambaran Pelaksanaan Konseling Pemberian MP-ASI di Puskesmas
Wilayah Jakarta
Statistics
Hasil pelaksanaan
konsling
N Valid 15
Missing 0
Hasil pelaksanaan konsling
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Cukup (26-32) 13 86.7 86.7 86.7
Baik (33-40) 2 13.3 13.3 100.0
Total 15 100.0 100.0
8. Gambaran Tahapan Evaluasi Pelaksanaan Konseling Pemberian MP-ASI
di Puskesmas Wilayah Jakarta
a. Persiapan
Statistics
Hasil evaluasi persiapan
N Valid 15
Missing 0
Hasil evaluasi persiapan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 8-10 (Baik) 15 100.0 100.0 100.0
b. Perencanaan
Statistics
Hasil evaluasi perencanaan
N Valid 12
Missing 0
Hasil evaluasi perencanaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 5-6 (Cukup) 2 16.7 16.7 16.7
6,5-8 (Baik) 10 83.3 83.3 100.0
Total 12 100.0 100.0
c. Implementasi
Statistics
Hasil evaluasi
implementasi
N Valid 15
Missing 0
Hasil evaluasi implementasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 2 13.3 13.3 13.3
2 2 13.3 13.3 26.7
3 11 73.3 73.3 100.0
Total 15 100.0 100.0
d. Evaluasi
Statistics
Hasil evaluasi
N Valid 15
Missing 0
Hasil evaluasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1-2 (Kurang) 3 20.0 20.0 20.0
2,5-3 (Cukup) 11 73.3 73.3 93.3
3,5-4 (Baik) 1 6.7 6.7 100.0
Total 15 100.0 100.0
9. Gambaran Evaluasi Pelaksanaan Konseling Pemberian MP-ASI di
Puskesmas Wilayah Jakarta
Statistics
Evaluasi Orang Tua
N Valid 15
Missing 0
Evaluasi Orag Tua
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid kurang (< 33) 2 13.3 13.3 13.3
cukup (33-39) 7 46.7 46.7 60.0
baik (40-44) 6 40.0 40.0 100.0
Total 15 100.0 100.0
Top Related