LAPORAN KASUSGAGAL INDUKSI
Penyusun:
BENITA PUTRI PERMATA030.05.050
Pembimbing:
dr. Irwan Kreshnamurti, Sp.OGKepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan KandunganRSAU Dr. Esnawan Antariksa
Periode 13 Januari 2014 22 Maret 2014Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Jakarta
2014
BAB IPRESENTASI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. NUmur
: 31 tahun
Pendidikan
: SMAPekerjaan
: Ibu rumah tangga
Suku
: Jawa
Agama
: Islam
Alamat Rumah: Jl. Falcon VIII, Halim pkTgl.Masuk RS: 05 Maret 2014, pukul 12:15No.CM
: 06.13.48II. DATA DASAR
Diperoleh secara autoanamnesis. Tanggal 05 Maret 2014 , pukul 15:20 WIB
a. Keluhan Utama :
Belum ada keluhan kencang-kencang dan mulas-mulas, padahal sudah 41 minggu.b. Keluhan Tambahan :
Agak kesulitan bernafasc. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang kiriman dari poliklinik ke Ruang Nuri RUSPAU dengan keluhan belum ada keluhan kencang-kencang dan mulas-mulas, Hari pertama haid terakhir pasien tanggal 21 mei 2013. Pasien tidak menggunakan kb sejak bulan desember 2009 . Saat sekitar bulan Juli, pasien merasakan mual dan setelah itu pasien memeriksakan ke dokter dan melakukan USG pertama kali pada bulan agustus 2013 dinyatakan sudah hamil 10 minggu. Dilakukan USG kembali tanggal 29 mei 2013 di Rsau dr.Esnawan antariksa dengan BPD 3,0 cm. Kemudian USG kembali pada tanggal 16 oktober 2013 BB ibu 80 kg dan BPD 3,30 cm. Dilakukan USG pada tanggal 5 maret 2013 dan didapatkan janin tunggal hidup persentasi kepala (postero oksipito persistent). TBJ 2800 gr , ketuban normal. Pasien pernah mengalami kehamilan 1 kali sebelumnya dan dilahirkan secara normal, bayi laki-laki, BB 3100 gram, PB ibu mengaku lupa, usia anak pertama sekarang 6 tahun, mendapatkan ASI, tumbuh normal dan sehat sampai sekarang. Adanya keluhan seperti rembesan air ketuban, keluarnya darah-lendir disangkal oleh pasien. Pasien sebelumnya pernah dikuret tanggal 23 februari 2012. Pasien mengaku tidak pernah mengalami keguguran. Pasien juga tidak merokok dan minum akohol. HPHT : 21 mei 2013TP: 28 februari 2014d. Perangai Pasien
Kooperatif
e. Riwayat Haid :
- Menarche: usia 13 tahun.
- Siklus: 28 hari, teratur.
- Lamanya: 5-7 hari- Nyeri haid: tidak ada.
- Banyaknya: 3 kali ganti pembalut per hari.
f. Riwayat KB :
KB suntik dan kb pil secara selang-seling setelah kelahiran anak yang pertama, selama 2 tahun, kemudian berhenti, dilanjutkan KB IUD pada tahun 2009 tetapi pasien mengalami perdarahan terus menerus, setelah itu IUD dilepas.g. Riwayat Pernikahan :
Menikah 1 kali dengan suami yang sekarang selama 7 tahun. h. Riwayat Obstetri :
1. laki-laki 6 tahun yang lalu, lahir secara normal, berat janin 3100 gram, ditolong oleh dokter.2. Sekarang.
i. Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Hipertensi
: Disangkal
- Riwayat Diabetes Melitus: Disangkal
- Riwayat Penyakit Jantung: Disangkal
- Riwayat Asma
: Disangkal
- Riwayat Alergi
: Disangkal
j. Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat Hipertensi
: Disangkal
- Riwayat Diabetes Melitus: Disangkal
- Riwayat Penyakit Jantung: Disangkal
- Riwayat Asma
: Disangkal
- Riwayat Alergi
: Disangkal
k. Catatan Penting Selama Asuhan Antenatal
ANC di dokter, kontrol kehamilan sejak usia kehamilan 10 minggu. Setiap bulan sekali sampai usia kehamilan 41 minggu. Setelah usia kehamilan 32 minggu, pemeriksaan dilakukan tiap 2 minggu sekali. Pasien mengaku tidak vaksin TT karena pasien lupa.
III. PEMERIKSAAN FISIKStatus Generalis:KEADAAN UMUM
Kesadaran Compos mentis
Kesan sakitSakit sedang
Status giziBaik
Sikap pasienKooperatif
Komunikasi Baik
Postur tubuhPiknikus
Dispnoe Tidak tampak
TB / BB158 cm / 85 kg
TANDA2 VITAL
Tekanan darah120/80 mmHg.
Nadi 90 x/menit.
Suhu 36C
Respiratory rate18 x/menit
KULIT
Turgor kulitBaik
Warna kulitSawo matang
Kelembaban Baik
Tekstur kulitFlat
SianosisTidak tampak
IkterikTidak tampak
KEPALA
Bentuk kepalaNormo sefali
RAMBUT
WarnaHitam
DistribusiMerata
Kekuatan akar rambutKuat tidak mudah dicabut
Nyeri tarikTidak ada
WAJAH
Bentuk (simetris/asimetris)Simetris
Anemis / An anemisAn anemis
Nyeri tekan sinus frontalisTidak ada
Nyeri tekan sinus maxillaarisTidak ada
Nyeri tekan sinus sphenoidTidak ada
MATA
ALIS
Warna Hitam
DistribusiMerata
KekuatanTidak mudah dicabut
KetebalanTebal
PALPEBRA
OedemTidak ada
PtosisTidak ada
FurunkelTidak ada
ExopthalmusTidak ada
EnopthalmusTidak ada
KonjungtivaTidak anemis
BOLA MATA
SkleraTidak ikterik
Pupil Isokor
Refleks cahaya langsung +/+
Refleks cahaya tidak langsung+/+
TELINGA
Bentuk Normal
Nyeri tekan tragusTidak ada
Nyeri tekan mastoidTidak ada
Serumen Tidak ada
Membran timpaniIntake
HIDUNG
Deviasi septumTidak ada
SekretTidak ada
MukosaTidak hiperemis
Oedem konkaTidak ada
TophiTidak ada
Sadle noseTidak ada
Lubang simetrisSimetris
BIBIR
Bentuk Simetris
LabioschizisTidak ada
SianosisTidak ada
Mukosa (kering/pecah-pecah)Tidak ada
MULUT
Gusi merah mudahTidak ada
Lidah fetorTidak ada
UVULATenang
PosisiSentral
Deviasi Tidak ada
HiperemisTidak ada
Tonsil T1-T1 tenang
KariesTidak ada
InfectedTidak ada
Plak Ada
StentTidak ada
Gigi hilangTidak ada
LEHER
Pembesaran kelenjarTidak ada
Deviasi trakeaTidak ada
Kaku kuduk Tidak ada
Kelenjar tiroidTidak teraba
JVP
THORAK DEPAN
Pergerakan dada saat statis / dinamisSimetris
RetraksiTidak ada
HiperpigmentasiTidak ada
Benjolan Tidak ada
Pelebaran vena superficialTidak ada
SpiderneviTidak ada
GinekomastiaTidak ada
PARU
InspeksiBentuk normal, simetris dalam stasis dan dinamis
PalpasiFremitus taktil sama di kedua lapang paru.
PerkusiSonor di seluruh lapang paru
Batas paru hepar pada IC VI garis mid clavicula kanan
Batas paru lambung pada IC VIII garis axillaris anterior kiri
Auskultasi SN vesikuler, Rh -/-, Wh -/-.
JANTUNG
InspeksiIctus cordis tidak terlihat
PalpasiIctus cordis teraba di ICS IV, tidak kuat angkat
PerkusiBatas kiri jantung di ICS V garis mid clavicularis kiri
Batas kanan jantung di ICS V garis mid sternal kanan
Batas atas jantung di ICS III garis para sternal kiri
AuskultasiS1 S2 Reguler murmur tidak ada, gallop tidak ada
THORAKS BELAKANG
InspeksiTidak ada benjolan
PalpasiFremitus taktil sama di kedua lapang paru
PerkusiBatas bawah paru kanan belakang setinggi Th. IX
Batas bawah paru kiri belakang setinggi Th.X
AuskultasiSn vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
ABDOMEN
InspeksiMembuncit
PalpasiTFU 38 cm
Leopold I : bokongLeopold II : pukiLeopold III : kepalaLeopold IV : belum masuk PAP
PerkusiTimpani
AuskultasiDJJ1 120-158 kali/menit
EKSTREMITAS ATAS
Akral Hangat
Palmar eritemTidak ada
Clubbing fingerTidak ada
SianosisTidak ada
IkterikTidak ada
MotorikBaik
SensorikBaik
EKSTREMITAS BAWAH
Akral Hangat
Palmar eritemTidak ada
Clubbing fingerTidak ada
SianosisTidak ada
IkterikTidak ada
MotorikBaik
SensorikBaik
Status Obstetri:
1. Pemeriksaan luar
INSPEKSI :
perut membuncit.
PALPASI :
TFU: 38 cm.
Leopold I: Teraba 1 bagian besar, bulat lunak, dan tidak melenting.
Leopold II : Teraba bagian kontinyu dari janin (punggung janin)
pada sisi kiri ibu.
Leopold III: Teraba bagian keras dan bulat tidak dapat digerakan pada sisi kiri ibu.
Leopold IV: Belum masuk PAP
AUSKULTASI :
DJJ1 : 120-158 kali/menit2. Pemeriksaan Dalam Porsio tebal lunak, bibir portio mendatar, belum ada pembukaan.IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium (5/3/2014)
Hemoglobin: 11,6 mg/dl ( Normal: 11,7 15,5 )
Leukosit: 15.800 /mm2 (normal : 3600-11.000)
Trombosit: 294.000 /mm2 ( Normal: 150 440 ribu/mm2)
Hematokrit: 35 % ( Normal : 35 47%)
Bleeding time: 3 menit Clotting time: 4 menit
USG (tanggal 5 Maret 2014)
Janin tunggal hidup, presentasi kepala (postero oksipito persistent), dengan usia kehamilan 40-41 minggu dengan taksiran berat 2800 gr.V. DIAGNOSIS KERJA
Ibu: G2P1A0 Hamil 40-41 minggu, janin tunggal intrauterin presentasi kepala (postero oksipito persistent).
Janin: Janin tunggal hidup intrauterin presentasi kepala (postero oksipito persistent).VI. RENCANA PENATALAKSANAAN Rencana Diagnosis:
Observasi tanda-tanda vital
Observasi kontraksi, DJJ, gerak janinRencana Terapi:
Pasang iv line
Iuvd RL + 5 unit oxytocin 10 tpm 40 tpmRencana Operasi SC: Puasakan pasien (5 Maret 2014 malam hari) Pasang kateter
Rencana Pendidikan:
Menjelaskan pada pasien dan keluarga akan keadaan ibu pada rencana yang akan dilaksanakan.VII. PROGNOSIS
Ibu
: bonam.
Janin: ad bonamPERKEMBANGAN SOAPTanggal 5-03-2014,
pkl. 14.30 WIB
S: kenceng-kenceng (-), rembesan air (-), lendir (-), darah (-)
O: TD : 110/60 mmHg, N : 84 x/menit, S : 360C, RR : 20 x/menitAbdomen : TFU 34 cm
L1 : bokong
L2 : puki
L3 : kepala
L4 : belum masuk PAP
A:G2P1A0 Hamil 41 minggu, janin tunggal intrauterin presentasi kepala (postero oksipito persistent).P: pro SCTanggal 6-03-2014,
pkl. 07.00 WIB
S: kenceng-kenceng (-), rembesan air (-), lendir (-), darah (-)
O: TD : 110/70 mmHg, N : 80 x/menit, S : 360C, RR : 20 x/menitAbdomen : TFU 34 cm
L1 : bokong
L2 : puki
L3 : kepala
L4 : belum masuk PAP
A:G2P1A0 Hamil 41 minggu, janin tunggal intrauterin presentasi kepala (postero oksipito persistent).P: pro SCTanggal : 6-03-2014
Jam
: 09.20 wibTelah dilakukan operasi SC oleh dr. Irwan, Sp.OG, bayi lahir pada pukul 09.50 WIB, jenis kelamin perempuan, BBL : 2600 gr, PBL : 47 cm, A/S : 8/9, anus (+), cacat (-), HR 148 x/menit, RR 40x/menit, Suhu 37,1 0C, pernafasan cuping hidung (-), retraksi dada (-), pergerakan bayi aktif, warna ketuban jernih, plasenta lahir lengkap.Follow up post partum
Tanggal 6-3-2014,
pkl. 14:30 WIB
S : nyeri post op (+), mobilisasi (-), ASI (-), makan (-), minum (-), BAK on DC, BAB (-), flatus (-)
O : abdomen
Inspeksi : buncit (-)Palpasi: TFU 2 jari dibawah pusatPerkusi : Timpani
Auskultasi: Bising usus ( - ) A : P2 A0 post SC atas indikasi gagal induksiP : R. Dx/ : - Observasi TTV
- Mobilisasi bertahap.
- Motivasi
- Diet TKTP
- Infus RL 20 tpm + 2 ampul oksitosin /24 jam
- inj cefotaxim 2 x 1 gr iv
- inj vit c 2 x 1 amp iv
- inj neurobion 1 x 1 amp
- Ciprofloxacin tablet 3 x 500 mg
- Sangobion tab 1 x 1
- Asam mefenamat tab 3 x 1
- Profenid supp 3 x 1 mg
- Sangobion tablet 1 x 1
VIII. Resume Pasien datang kerumah sakit G2P1A0 G2P1A0 Hamil 41 minggu, janin tunggal intrauterin presentasi kepala (postero oksipito persistent). Dengan keluhan Belum ada keluhan kencang-kencang dan mulas-mulas, padahal sudah 41 minggu. Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit darah tinggi, DM, asma, maupun alergi. Riwayat ANC baik. Pasien direncanakan tindakan operasi sc dengan indikasi gagal induksiPasien melahirkan bayi bayi lahir pada pukul 09.50 WIB, jenis kelamin perempuan, BBL : 2600 gr, PBL : 47 cm, A/S : 8/9, anus (+), cacat (-), HR 148 x/menit, RR 40x/menit, Suhu 37,1 0C, pernafasan cuping hidung (-), retraksi dada (-), pergerakan bayi aktif, warna ketuban jernih, plasenta lahir lengkap. Kondisi ibu setelah persalinan baik dengan hemodinamik stabil.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KEHAMILAN POST TERM
A. Definisi
Kehamilan serotinus atau kehamilan post term adalah kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid terahir menurut rumus neagle dan siklus haid rata 28 hari (Prof. Dr. dr. Sarwono Prawirohardjo). Kehamilan post term memiliki pengaruh terhadap janinnya, walau masih dalam perdebatan tetapi kehamilan post term memiliki hubungan terhadap perkembangan hingga kematian janin. Ada janin yang lebih dari 42 minggu berat badannya terus bertambah, dan ada yang tidak bertambah dan lahir dengan berat badan kurang dari semestinya, atau meninggal di dalam rahim karena kekuangan oksigen dan makanan.B. Konsep Kehamilan
Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin. Lama kehamilan normal adalah 280 hari atau 40 minggu atau 9 bulan 7 hari, dihitung dari hari pertama haid terakhir .Kehamilan matur (cukup bulan) berlangsung kira-kira 40 minggu (280 hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300hari). Kehamilan berlangsung antara 28 dan 36 minggu disebut kehamilan premature, sedangkan lebih dari 43 minggu disebut kehamilan post matur atau serotinus.
2. Berikut mengenai tanda-tanda kehamilan
a. Tanda kehamilan tidak pasti
Nausea (enek) dan emesis (muntah).
Enek terjadi umumnya pada bulan-bulan pertama kehamilan, disertai kadang-kadang oleh emesis. Sering terjadi pada pagi hari, tetapi tidak selalu. Keadaan ini lazim disebut morning sickness Amenorea (tidak dapat haid).
Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak dapat haid lagi. Penting diketahui tanggal hari pertama haid terakhir, supaya dapat ditentukan tuanya kehamilan dan bila persalinan diperkirakan akan terjadi.
Mengidam (ingin makanan khusus/tertentu).
Mengidam sering terjadi pada bulan bulan pertama akan tetapi menghilang dengan makin tuanya kehamilan.
Pingsan.
Sering dijumpai bila berada pada tempat-tempat ramai. Dianjurkan untuk tidak pergi ke tempat-tempat ramai pada bulanbulan pertama kehamilan. Hilang sesudah kehamilan 16 minggu.
Anoreksia (Tidak ada selera makan).
Pada bulan-bulan pertama terjadi anoreksia, tetapi setelah itu nafsu makan timbul lagi.
Sering kencing.
Terjadi karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang membesar. Gejala ini akan hilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan, gejala ini kembali, karena kandung kemih ditekan oleh kepala janin.
Obstipasi
Terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh pengaruh hormon steroid.
Pigmentasi kulit
Terjadi pada kehamilan 12 minggu ke atas. Pada pipi, hidung dan dahi kadang-kadang tampak deposit pigmen yang berlebihan, dikenal sebagai chloasma gravidarum. Areola mammae juga menjadi lebih hitam karena didapatkan deposit pigmen yang berlebih. Daerah leher menjadi lebih hitam. Demikian pula linea alba di garis tengah abdomen menjadi lebih hitam (linea griea).pigmentasi ini terjadi karena pengaruh dari hormon kortiko-steroid plasenta yang merangsang melanofor dan kulit.
Epulis
Epulis adalah suatu hipertrofi papilla ginggivae, sering terjadi pada triwulan pertama.
Varises.
Sering dijumpai padaa triwulan terakhir pada triwulan terakhir. Didapat pada daerah genitalia eksterna, fosa poplitea, kaki dan betis. Pada multigravida kadang-kadang varises ditemukan pada kehamilan terdahulu, timbul kembali pada triwulan pertama. Terkadang timbulnya varises merupakan gejala pertama kehamilan muda
b. Tanda pasti kehamilan
Pada palpasi dirasakan bagian janin dan balotemen serta gerak janin.
Pada auskultasi terdengar detak jantung janin (DJJ). Dengan stetoskop laennec DJJ terdengar pada kehamilan pada kehamilan 18-20 minggu. Dengan alat doppler DJJ terdengar pada kehamilan 12 minggu.
Dengan ultrasonografi (USG) atau scaning dapat dilihat gambaran janin.
Pada pemeriksaan sinar X tampak kerangka janin. Tidak dilakukan lagi sekarang karena dampak radiasi terhadap janin
C. EtiologiPenyebab kehamilan post term sampai saat ini belum diketahui secara jelas, namun beberapa teori kehamilan dapat menjelaskan tentang kehamilan post term seperti pengaruh progesteron, teori oksitosin, teori kortisol, teori syaraf uterus, dan herediter akan tetapi tidak ada yang dianggap mutlak benar dari teori-tersebut.
D. Patofisiologi
Pada kehamilan lewat waktu terjadi penurunan oksitosin sehingga tidak menyebabkan adanya his, dan terjadi penundaan persalinan. Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga janin mempunyai resiko asfiksia sampai kematian dalam rahim ( Manuaba, 1998), dimana terjadi perubahan-perubahan pada faktor fisiologi yaitu disfungsi placenta. Yang terjadi pada placenta diantara lain adalah kalsifikasi yang ditimbulkan karena penimbunan kalsium, selaput vakulosinsial menjadi tambah tebal dan jumlah nya berkurang, terjadi proses degenerasi placenta, dan perubahan biokimia pada placenta.
Fungsi placenta mencapai puncak pada umur 38 minggu, dan mulai menurun sejak umur kehamilan 42 minggu. Rendahnya fungsi placenta berkaitan dengan peningkatan kejadian gawat janin sebesar 3 kali lipat. Akibat penuaan placenta membuat pasokan makanan dan oksigen menjadi berkurang disamping adanya spasme arteri spiralis. Sirkulasi uretoplasenter berkurang 50%, dan mempengaruhi beberapa hal, diantaranya :
Berat janin : kehamilan lebih dari 42 minggu dapat menyebabkan pasokan dari placenta berkurang karena insufisiensi placenta sehingga berat janin berkurang tetapi juga dapat menyebabkan bayi terus tumbuh jika placenta masih baik, sehingga dapat menghasilkan bayi besar.
Sindroma postmatur : ditemui pada bayi dengan post matur adalah gejala-gejala gangguan pertumbuahan, dehidrasi, kulit kering, keriput seperti kertas, kuku panjang, tulang tengkorak lebih keras, hilangnya verniks kaseosa dan lugano, maserasi kulit terutama di lipat paha dan genital, warna coklat kehijauan pada kulit , muka tampak menderita dan rambut yang sudah tebal. Tidak semua bayi menunjukan gejala tersebut, tergantung dari fungsi plasenta. Menurut derajatnya ada 3 stadium :
Stadium 1 : kulit kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas
Stadium 2 : gejala diatas disertai pewarnaan kehijauan muconium pada kulit
Stadium 3 : disertai pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat.E. Gejala dan TandaTanda dan gejala tidak terlalu dirasakan, hanya dilihat dari tuanya kehamilan. Biasanya terjadi pada masyarakat di pedesaan yang lupa akan hari pertama haid terakhir. Bila tanggal hari pertama haid terakhir di catat dan diketahui wanita hamil, diagnosis tidak sukar, namun bila wanita hamil lupa atau tidak tahu, hal ini akan sukar memastikan diagnosis. Pada pemeriksaan USG dilakukan untuk memeriksa ukuran diameter biparietal, gerakan janin dan jumlah air ketuban (Muchtar, 1998). Menurut Achdiat (2004), umur kehamilan melewati 294 hari/ genap 42 minggu palpasi bagian bagian janin lebih jelas karena berkurangnya air ketuban. Kemungkinan dijumpai abnormalitas detak jantung janin, dengan pemeriksaan auskultasi maupun kardiotokografi (KTG). Air ketuban berkurang dengan atau tanpa pengapuran (klasifikasi) plasenta diketahui dengan pemeriksaan USG.F. Diagnosis
Dalam menegakan diagnosis pada kehamilan post term sebenarnya cukup sulit, karena pada diagnosis kasus ini harus ditegakan berdasarkan umur kehamilan, bukan terhadap kondisi kehamilan, maka menentukan umur kehamilan harus dapat dipastikan karena dalam beberapa kasus, kesalahan dalam mendiagnosis kehamilan post term adalah karena kesalahan dalam perhitungan kehamilan. Untuk mendiagnosis kehamilan post term dapat dilakukan dengan beberapa cara :
a. Riwayat haid
Harus ditentukan dengan pasti riwayat HPHT nya, lalu siklus haid yang teratur, dan tidak minum pil KB dalam 3 bulan terakhir ini.
b. Riwayat pemeriksaan antenatal
Dilihat dari tes kehamilannya,
Gerak janin biasanya dirasakan dalam 18-20 minggu. Pada primigravida biasanya dirasakan pada 18 minggu, sedangkan pada multigravida dirasakan pada umur kehamilan 16 minggu. Petunjuk umum untuk menentukan umur kehamilan adalah pada primigavida mulai gerak janin ditambah 22 minggu, sedangkan pada multigravida ditambahan 24 minggu dari awal garak janin.
Pemeriksaan DJJ : DJJ dapat di dengar dengan stetoskop leanec pada kehanmilan 18-20 minggu, sedangkan dengan dopler dapat didengarkan 10-12 minggu.
c. Pemeriksaan TFU
Jika umur kehamilan lebih dari 20 minggu umur kehamilan dapat diperkirakan secara kasar.
d. Pemeriksaan USG
Dengan USG dapat diperkirakan umur kehamilan dengan menukur diameter biparietal dan panjang femur.
Yang paling penting dalam menangani kehamilan lewat waktu ialah menentukan keadaan janin, karena setiap keterlambatan akan menimbulkan resiko kegawatan. Penentuan keadaan janin dapat dilakukan:1. Tes tanpa tekanan (non stress test).
Bila memperoleh hasil non reaktif maka dilanjutkan dengan tes tekanan oksitosin. Bila diperoleh hasil reaktif maka nilai spesifisitas 98,8% menunjukkan kemungkinan besar janin baik. Bila ditemukan hasil tes tekanan yang positif, meskipun sensitifitas relatif rendah tetapi telah dibuktikan berhubungan dengan keadaan postmatur.
2. Gerakan janin.
Gerakan janin dapat ditentukan secara subjektif (normal rata-rata 7 kali/ 20 menit) atau secara objektif dengan tokografi (normal rata-rata 10 kali/ 20 menit), dapat juga ditentukan dengan USG. Penilaian banyaknya air ketuban secara kualitatif dengan USG (normal >1 cm/ bidang) memberikan gambaran banyaknya air ketuban, bila ternyata oligohidramnion maka kemungkinan telah terjadi kehamilan lewat waktu.
3. Amnioskopi.
Bila ditemukan air ketuban yang banyak dan jernih mungkin keadaan janin masih baik. Sebaliknya air ketuban sedikit dan mengandung mekonium akan mengalami resiko 33% asfiksia.
4. Kematian janin
disebabkan oleh makrosomnia yang dapat menyebabkan distosia, insufisiensi placenta yang berakibat pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion, hiposia dan kelarnya muconium dan terjadi aspirasi.
Pengaruh pada ibu
Morbiditas ibu karena makrosomnia bayi yang dilahirkan sehingga terjadi distosia persalian, partus lama, meningkatkan tindakan obstetric yang traumatis.
G. KomplikasiKematian janin terhadap kehamilan post teram adalah 30%sebelum persalinan, 55% dalam persalinan, dan 15% setelah persalinan. Menurut Mochtar (1998), komplikasi yang terjadi pada kehamilan serotinus yaitu:
(1) Komplikasi pada Ibu
Komplikasi yang terjadi pada ibu dapat menyebabkan partus lama, inersia uteri, atonia uteri dan perdarahan postpartum.
(2) Komplikasi pada Janin
Komplikasi yang terjadi pada bayi seperti berat badan janin bertambah besar, tetap atau berkurang, serta dapat terjadi kematian janin dalam kandungan.
H. PencegahanPencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan yang teratur, minimal 4 kali selama kehamilan, 1 kali pada trimester pertama (sebelum 12 minggu), 1 kali pada trimester ke dua (antara 13 minggu sampai 28 minggu) dan 2 kali trimester ketiga (di atas 28 minggu). Bila keadaan memungkinkan, pemeriksaan kehamilan dilakukan 1 bulan sekali sampai usia 7 bulan, 2 minggu sekali pada kehamilan 7 8 bulan dan seminggu sekali pada bulan terakhir. Hal ini akan menjamin ibu dan dokter mengetahui dengan benar usia kehamilan, dan mencegah terjadinya kehamilan serotinus yang berbahaya. Perhitungan dengan satuan minggu seperti yang digunakan para dokter kandungan merupakan perhitungan yang lebih tepat. Untuk itu perlu diketahui dengan tepat tanggal hari pertama haid terakhir seorang (calon) ibu itu. Perhitungannya, jumlah hari sejak hari pertama haid terakhir hingga saat itu dibagi 7 (jumlah hari dalam seminggu). Misalnya, hari pertama haid terakhir Ny.X jatuh pada 2 Januari 1999. Saat ini tanggal 4 Maret 1999. Jumlah hari sejak hari pertama haid terakhir adalah 61. Setelah angka itu dibagi 7 diperoleh angka 8,7. Jadi, usia kehamilannya saat ini 9 minggu.
I. Penatalaksanaan
1. Pengelolaan aktif dengan persalinan anjuran atau induksi persalinan dapat dilakukan dengan metode :a). Persalinan anjuran dengan infus pituitrin (sintosinon)
Persalinan anjuran dengan infus oksitosin, pituitrin, sintosinon 5 unit dalam 500 cc glukosa 5%, banyak digunakan. Teknik induksi dengan infus glukosa lebih sederhana dan mulai dengan 8 tetes dengan maksimal 40 tetes/menit. Kenaikan tetesan 4 setiap 30 menit sampai kontraksi optimal. Bila dengan 30 tetes kontraksi maksimal telah tercapai, maka tetesan tersebut dipertahankan sampai terjadi persalinan.
b). Memecahkan ketuban
Memecahkan ketuban merupakan salah satu metode untuk mempercepat persalinan. setelah ketuban pecah, ditunggu sekitar 4 sampai 6 jam dengan harapan kontraksi otot rahim akan berlangsung. Apabila belum berlangsung kontraksi otot rahim dapa diikuti induksi persalinan dengan infus glukosa yang mengandung 5 unit oksitosin.
c). Persalinan anjuran yang menggunakan protaglandin
Prostaglandin berfungsi untuk merangsang kontraksi otot rahim. pemakaian prostaglandin sebagai induksi persalinan dapat dalam bentuk infus intravena dan pervaginam (prostaglandin vagina suppositoria). 2. Pengelolaan pasif untuk menghindari persalianan tindakan yang berlebihan sehingga persalinan ditunggu dan diobservasi hingga persalinan berlangsung dengan sendiri atau adanya indikasi untuk mengakiri persalinan.
Melakukan persalinan anjuran pada umur kehamilan 41 atau 42 minggu untuk memperkecil resiko persalinan. Setelah usia kehamilan lebih dari 40 42 minggu adalah monitoring janin sebaik baiknya. Apabila tidak ada tanda tanda insufisiensi plasenta, persalinan spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat. Apabila ada insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang, pembukaan belum lengkap, persalinan lama, ada tanda-tanda gawat janin, kematian janin dalam kandungan, pre-eklamsi, hipertensi menahun dan pada primi tua maka dapat dilakukan operasi seksio sesarea. Keadaan yang mendukung bahwa janin masih dalam keadaan baik, memungkinkan untuk menunda 1 minggu dengan menilai gerakan janin (Mochtar,1998).INDUKSI PERSALINAN
DefinisiInduksi persalinan adalah suatu tindakan yang dilakukan terhadap ibu hamil yang belum inpartu, baik secara operatif maupun medisinal untuk merangsang timbulnya kontraksi rahim sehingga terjadi persalinan.
Metode Induksi Persalinan
1. Medisinal;
Infus oksitosin
Prostaglandin
Cairan hipertonik intrauterin
Yang banyak digunakan saat ini adalah pemberian infus oksitosin.
2. Manipulatif/ operatif;
Amniotomi
Melepaskan selaput ketuban dari bagian bawah rahim
Pemakaian rangsangan listrik
Rangsangan pada puting susu
Indikasi
Indikasi Janin: -Kehamilan lewat waktu
Ketuban Pecah Dini
Janin mati
Indikasi Ibu: -Kehamilan dengan hipertensi
-Kehamilan 37 minggu dengan Diabetes Melitus
-Penyakit ginjal berat
- Hidramnion yang besar
- Primigravida tua
Kontra Indikasi
1. Malposisi dan malpresentasi janin
2. Insufisiensi plasenta
3. Disproporsi sefalopelvik
4. Cacat rahim
5. Grande multipara
6. Gemelli
7. Distensi rahim yang berlebihan
8. Plasenta previa
Syarat-syarat pemberian infus oksitosin
1. Kehamilan aterm
2. Ukuran panggul normal
3. Tidak ada CPD
4. Janin dalam presentasi kepala
5. Serviks sudah matang yaitu, porsio teraba lunak, mulai mendatar dan sudah mulai membuka
6. Bishop score > 8 (kemungkinan besar induksi berhasil)
Skor0123
Pembukaan serviks (cm)01-23-45-6
Pendataran serviks0-30 %40-50 %60-70 %80 %
Penurunan kepala diukur dari bidang Hodge III-3-2-1+1 +2
Konsistensi serviksKeras Sedang Lunak
Posisi serviksKe belakangSearah sumbu jalan lahirKe arah depan
Komplikasi Infus Oksitosin
Tetania uteri, ruptur uteri
Gawat janin
Cara pemberian oksitosin drip:
Kandung kemih dikosongkan
Oksitosin 5 IU dimasukkan ke dalam dextrose 5 % 500 cc dimulai dengan 8 tetes per menit
Kecepatan dapat dinaikkan 4 tetes tiap 30 menit sampai tetes maksimal 60 tetes/ menit
Pasien harus diobservasi ketat
Bila kontraksi rahim timbul secara teratur dan adekuat, maka kadar tetesan dipertahankan sampai persalinan selesai. Bila kontraksi rahim sangat kuat, jumlah tetesan dapat dikurangi atau sementara dihentikan.
Bila dalam pemberian oksitosin ditemukan penyulit pada ibu atau janin, infus oksitosin harus dihentikan dan kehamilan diselesaikan dengan seksio sesarea.
SEKSIO SESAREA
Definisi
Adalah suatu cara melahirkan janin dengan membut sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina; atau suatu histerotomia intuk melahirkan janin dari dalam rahim.
Istilah
Istilah section caesarea berasal dari perkataan Latin caedere yang artinya memotong.
Seksio sesarea primer (efektif)
Dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara seksio sesarea.
Seksio sesarea sekunder
Mencoba menunggu kelahiran biasa, bila tidak ada kemajuan persalinan atau partus percobaan gagal, baru dilakukan seksio sesarea.
Seksio sesarea histerektomi (caesarean section hysterectomy)
Adalah suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan seksio sesarea, langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu indikasi.
Indikasi
Indikasi ibu
1. Panggul sempit
2. Tumor-tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi
3. Stenosis serviks/vagina
4. Plasenta previa
5. Disproporsi sefalo-pelvik
6. Ruptur uteri mengancam
7. Partus lama (prolonged labor) atau partus tak maju (obstructed labor)8. Pre-eklamsia dan hipertensi
Indikasi janin
Malpresentasi janin misalnya letak lintang, presentasi dahi dan muka, presentasi rangkap dan gemelli.
Jenis-jenis operasi 1. Seksio sesarea klasik
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri.
Kelebihan
mengeluarkan janin lebih cepat
tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik
sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan
infeksi mudah menyebar secara intra abdominal
persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan
2. Seksio sesarea ismika (profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang-konkaf pada segmen bawah uterus.
Kelebihan
penjahitan luka lebih mudah
penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik
perdarahan kurang
kemungkinan rupture uteri spontan lebih kecil
Kekurangan
dapat terjadi perdarahan yang banyak
keluhan pada kandung kemih post operatif tinggi
Top Related