Download - fistula uroginekologi

Transcript
Page 1: fistula uroginekologi

BAB I

PENDAHULUAN

Fistula genitourinaria merupakan suatu saluran yang terbentuk antara

traktus genitalis dan traktus urinarius. Bentuk yang tersering adalah fistula

vesikovaginalis dan fistula ureterovaginalis. Fistula vesikovaginalis pertama kali

ditemukan pada mummi seorang ratu di Mesir dan dilakukan pemeriksaan secara

mendalam pada tahun 1923 oleh Derry. Di Eropa dan Amerika Utara, fistula

obstetrik telah ditemukan sejak seratus tahun yang lalu. Fistula genitourinaria

biasanya merupaka komplikasi dari suatu persalinan.. Fistula obstetri yang di

akibatkan oleh persalinan mengenai 50.000-100.000 wanita setiap tahun secara

global. Fistula obstetri merupakan suatu kondisi yag dapat dicegah dan

diobati, jadi seharusnya tidak ada wanita yang menderita akibat masalah ini. Pen

ebab utama fistula obstetri adalah persalinan preterm, akses yang terbatas ke

pelayanan obstetri malnutrisi, kemiskinan,status sosial, pendidikan yang rendah,

sehingga wanita tersebut tidak memeriksakan diri ke pusat pelayanan kesehatan

untuk mencegah hal tersebut. Prevalensi paling tinggi terdapat pada masyarakat

Afrika dan Asia.1

WHO memperkirakan ada sedikitnya 2.000.000 wanita hidup dengan

fistula obstetri dan bertambah 50.000-100.000 setiap tahunnya. Wanita-wanita ini

membiarkan kondisinya tanpa penanganan dikarenakan beberapa alasan: taraf

pendidikan yang rendah bahwa masalah yang mereka hadapi dapat diperbaiki,

jarak yang harus ditempuh untuk mencapai fasilitas yang menyediakan perawatan.

Wanita-wanita pada lingkungan yang sama juga tidak memeriksakan keadaan

mereka ke pusat pelayanan kesehatan meskipun tersedia layanan kesehatan, hal ini

disebabkan oleh ketidak mampuan mereka untuk membayar pelayanan

kesehatan.1,2

1

Page 2: fistula uroginekologi

BAB II

KEPUSTAKAAN

2.1. Definisi

Fistula genitourinaria diartikan sebagai suatu saluran abnormal antara dua

atau bahkan lebih organ internal urogenital atau terbentuknya saluran antara

saluran kemih (uretra, kandung kemih, ureter) dan saluran genital (vagina,

uterus,perineum).1

2.2. Etiologi

Antara penyebab fistula genitourinaria adalah:2

Tabel 1. Penyebab fistula genitourinaria

Trauma Obstetrik

Inflammatory bowel disease: Crohn’s Disease

Operasi daerah pelvis sebelumnya

Infeksi: tuberkulosis, limfogranuloma venerum, skistosomasis, divertikulitis

Kanker: ginekologik, anorektal

Terapi radiasi

2.3. Patofisiologi

Trauma pada kandung kemih saat melakukan tindakan histerektomi yang

sulit atau persalinan operatif section cesarean (SC) dapat menimbulkan fistula

vesikovaginalis. Kebanyakan terbentuk fistula vesikovaginalis saat melakukan

diseksi tumpul yang luas pada daerah kandung kemih saat melakukan pemisahan

lapisan kandung kemih. Hal lain dalam tindakan pembedahan yang menyebabkan

terjadinya fistula adalah jahitan pada puncak vagina yang secara kebetulan

melibatkan kandung kemih, keadaan ini menjadikan jaringan sekitarnya iskemia,

nekrosis dan  selanjutnya menjadi fistula. Fistula akibat proses persalinan terjadi

saat persalinan lama atau dengan kesulitan. Bagian kepala janin akan menekan

bagian trigonal dan leher kandung kemih dengan menekan ke bagian tulang pubis

pada simpisis. Keadaan demikian juga menyebabkan iskemia dan nekrosis. Fistula

2

Page 3: fistula uroginekologi

yang timbul sebagai komplikasi radiasi tidak tampak segera setelah radiasi.

Manifestasinya lambat, efek radiasi mengakibatkan fibrosis pada jaringan

subepiteleal dan hialinisasi jaringan ikat akan tampak dengan pemeriksaan

histologi. Pembuluh darah menjadi atropi dan nekrosis pada epitel kandung

kemih, kemudian terjadi ulserasi sampai terbentuk fistula.1,3

2.4. Klasifikasi

Belum ada kesepakatan yang menjadi standar untuk menentukan

klasifikasi dari fistula urogenital.

Klasifikasi pertama oleh Sims (1852) adalah pembagian fistula berdasarkan

lokasinya pada vagina, klasifikasi tersebut adalah:1

1. Uretro-vaginal, yaitu kerusakan terjadi melibatkan uretra

2. Fistula yang melibatkan leher kandung kemih atau pangkal uretra

3. Fistula yang melibatkan dasar kandung kemih

4. Fistula utero-vesikal, dengan bagian terbuka pada uterus dan kanalis

serviks

Klasifikasi umum dari fistula urogenital dapat dikelompokkan dalam 4 jenis,yaitu:1

1. Vesikouterina

2. Urethrovaginal

3. Vesikovaginal

4. Ureterovaginal

3

Page 4: fistula uroginekologi

Gambar 1. Klasifikasi fistula (dikutip dari kepustakaan 1)

Namun pada umumnya, terdapat dua faktor yang sangat penting untuk

klasifikasi fistula urogenital. Faktor tersebut adalah:4

1. Besarnya kerusakan, yang diukur berdasarkan besarnya fistula, jaringan

parut yang ada pada vagina dan kandung kemih.

2. Hubungan antara fistula dan perubahan mekanisme aliran urin.

2.4.1 Fistula Vesikovaginal

Fistula vesikovaginal kebanyakan terjadi karena komplikasi dari suatu

persalinan. Di negara maju, insidensi fistula vesikovaginalis sangat rendah.

Pakistan merupakan negara sedang berkembang dengan insidensi fistula

vesikovaginalis sangat tinggi sekitar 84 – 97%.2

Dari laporan disebutkan angka kesembuhan setelah dilakukan perbaikan

fistula sebesar 90-92%. Sekitar 80% perbaikan fistula vesikovaginal dilakukan

pervaginam kecuali bila lokasi fistula yang terlalu tinggi atau fistula yang terlalu

besar sehingga dapat dilakukan pendekatan perabdominal, hal ini biasanya

dilakukan oleh bagian bedah uroginekologi. Kesulitan yang timbul biasanya bila

ada jaringan fibrosis pada fistula atau stenosis vagina.

4

Page 5: fistula uroginekologi

Gambar 2: Fistula Vesikovaginalis (Dikutip dari kepustakaan 4)

Faktor resiko terjadinya fistula vesikovaginalis adalah persalinan lama,

operasi pelvis, riwayat pelvic inflammatory disease, penyakit keganasan pelvis,

endometriosis, infeksi, diabetes dan perubahan anatomi pelvis. Terdapat 2 jenis

fistula vesikovaginalis:1, 3

1. Simple vesicovaginal fistulae

a. Ukuran fistula < 2-3 cm dan terletak supratrigonal

b. Tidak ada riwayat radiasi atau keganasan

c. Panjang vagina normal

2. Complicated vesivaginal fistulae

a. Mempunyai riwayat radiasi sebelumnya

b. Terdapat keganasan pelvis

c. Vagina pendek

d. Ukuran fistula > 3cm

e. Mengenai trigonum vesika urinaria

Fistula vesikovaginal dapat juga dibagi berdasarkan lokasi anatomi fistula

tersebut. Klasifikasi tersebut adalah:3

5

Page 6: fistula uroginekologi

1. Juxtaurethral, melibatkan leher kandung kemih dan proksimal uretra

dengan kerusakan mekanisme spingter dan terkadang disertai hilangnya

uretra.

2. Midvaginal, tanpa melibatkan leher kandung kemih dan trigonum

3. Juxtacervical, terbuka sampai forniks anterior dengan kemungkinan

melibatkan ureter bagian distal.

4. Vesicoservical atau vesicouterine

5. Massive, kombinasi 1 sampai 3 dengan bekas parut dan melibatkan tulang

simfisis, sering melibatkan ureter pada pinggir fistula dan prolapsus

kandung kemih melalui lubang fistula yang besar.

6. Compound, melibatkan rektovaginal atau ureterovagina.

 

Gambar 3. A. Fistula vesicoservical, B. Juxtacervical, C. Midvaginal

vesicovaginal, D. Suburethral vesicovaginal, E. Fistula urethrovaginal (Dikutip

dari kepustakaan 3)

Gejala yang dirasakan pasien tergantung dari jenis faktor resiko yang

menyebabkannya. Apabila kejadian fistula vesicovaginalis disebabkan trauma

persalinan biasanya penderita akan mengalami kebocoran urin pada 24 – 48 jam

6

Page 7: fistula uroginekologi

setelah persalinan. Bila kejadian fistula vesicovaginalis disebabkan operasi pada

daerah pelvis kebocoran urin akan dirasakan 30 hari pertama setelah operasi, pada

kasus-kasus fistula karena radiasi biasanya memberikan gejala yang lebih lama

sekitar 30 hari sampai dengan 30 tahun.1,5

Prognosis dari fistula vesicovaginalis tergantung dari lokasi dan kerusakan

pada jaringan yang terjadi misalnya seperti vaskularisasi yang tidak baik pada

daerah defek, terpapar radiasi sebelumnya, tetapi terapi pembedahan mempunya

angka prognosis kesembuhan yang tinggi pada kasus fistula vesikovaginalis.3,4

2.4.2 Fistula Rektovaginalis

Fistula rektovaginalis didefinisikan dengan adanya saluran yang dibatasi

jaringan epitel menghubungkan rektum dengan vagina. Fistula ini sangat jarang

terjadi, ± 5% dari kasus fistula anorektalis. Pada pasien dengan keganasan

ginekologik, fistula rektovaginalis lebih banyak terjadi karena infiltrasi tumor itu

sendiri atau radiasi di daerah pelvis.5

Gambar 4: Fistula Rektovaginalis (Dikutip dari kepustakaan 5)

Tidak ada klasifikasi khusus untuk mendeskripsikan fistula rektovaginalis,

biasanya hanya berdasarkan penyebab, lokasi dan ukuran dari fistula itu sendiri.

Fistula rektovaginalis sederhana meliputi ukuran fistula yang kecil, melibatkan

vagina bagian distal, dan disebabkan oleh trauma atau infeksi, sedangkan yang

7

Page 8: fistula uroginekologi

kompleks ukuran fistula lebih besar, melibatkan vagina bagian proksimal dan

disebabkan karena neoplasma, penyakit infeksi usus dan terapi radiasi.5,6

Insidens fistula rektovaginalis post radiasi kurang dari 5%. Rektum adalah

tempat yang sering mengalami perlukaan karena peningkatan dosis terapi radiasi

setelah 2-5 tahun. Toleransi rektum terhadap dosis radiasi adalah 45 – 50 Gy dan

insidens terjadinya perlukaan gastrointestinal terjadi pada dosis lebih dari 50

Gy.1,5

Keluhan flatus dan keluar feses melalui vagina, adalah gejala yang paling

banyak dikeluhkan pasien dengan fistula rektovaginalis. Pada wanita dengan

fistula yang sangat kecil, flatus mungkin satu-satunya keluhan, tetapi pada wanita

yang fesesnya berbentuk cair, timbul bau dan cairan yang berbau busuk dari

vagina dan dapat terjadi vaginitis kronik sampai berulang dan ekskoriasi pada

kulit perianal. Timbulnya dispareuni disebabkan oleh infeksi dan fibrosis. Fistula

yang besar dapat menyebabkan keluarnya feses dalam bentuk padat melalui

vagina.1,8

2.5. Diagnosa

2.5.1. Anamnesis

Adanya kebocoran urin melalui vagina tanpa rasa nyeri dan terjadi setelah

persalinan atau operasi dan radiasi. Pada fistula yang kecil urin dapat merembes

tergantung pada vesika yang terisi penuh atau posisi tubuh. Gejala yang paling

sering pada fistula vagina adalah inkontinensia total involunter. Dijumpai iritasi

pada daerah vulva, paha dan infeksi saluran kemih. Dalam anamnesis harus

diupayakan mengetahui penyebab fistula dengan pertanyaan yang spesifik tentang

etiologi. Juga diperoleh catatan medis sebelumnya tentang penyakit, kondisi atau

terapi yang bisa saja menyebabkan berkembangnya fistula dan juga setiap

prosedur yang mungkin pernah dilakukan untuk penyembuhan fistula. Gejala

yang paling umum dari fistula rektovaginal adalah keluarnya gas, feces, atau

lendir melalui vagina. Gejala ini bisa disalah artikan sebagai inkontinensia alvi.1,5,8

Gejala tambahan termasuk dispareunia dan keputihan kronis. Kadang-kadang,

fistula rektovaginal mungkin tanpa gejala. Secara umum fistula vagina disebabkan

8

Page 9: fistula uroginekologi

oleh proses persalinan yang lama karena kepala janin menekan vagina dan

jaringan kandung kemih yang menyebabkan nekrosis dan terbentuk fistula.1,6

2.5.2. Pemeriksaan Vagina

Vulva dan perineum biasanya basah dan disertai urin. Dengan menggunakan

spekulum biasanya mudah mencari lokasi fistula urogenital yang melibatkan

kandung kemih atau uretra bila pasien diperiksa dengan posisi litotomi. Dapat

dipakai spekulum sims untuk melihat dinding vagina dan bisa digunakan probe

kecil untuk melihat fistula diantara uretra dan kandung kemih dengan vagina.

Adanya urin pada forniks posterior vagina merupakan keadaan yang abnormal.2,7,8

2.5.3. Uji Diagnostik 

Uji bahan warna (misalnya indigo carmine atau methylene blue dalam air

steril atau normal saline) atau susu (misalnya formula bayi steril) bisa digunakan

untuk mengisi kandung kemih melalui kateter transurethral. Bila ada fistula

vagina maka cairan pewarna atau cairan susu akan tampak pada vagina. Bila

fistula kecil, mungkin perlu menempatkan sedikit bola kapas secara longgar

melalui liang vagina dan pasien diinstruksikan bergerak-gerak berganti posisi agar

terjadi kebocoran dari kandung kemih ke dalam vagina. Bila terjadi bola kapas

akan basah dan berwarna biru. Namun bila metode ini gagal atau tampon terlihat

basah tetapi tidak terdapat pewarnaan dapat dilakukan cara pyridium oral atau

indigocarmine intravena kemudian dapat ditentukan adanya fistula ureterovaginal,

ureterouterin dan ureteroservikal.1,2,4

Double day tes digunakan untuk mendeteksi fistula uterovaginal. Pasien

diberikan phenazopyridine oral dan indigo carmine atau methylene blue

dimasukkan ke dalam kandung kemih melalui kateter urethra. Phenazopyridine

membuat urin berwarna merah dan methylene blue atau indigo carmine membuat

urin berwarna biru. Adanya warna biru pada tampon menunjukkan fistula

vesikovagina atau urethrovagina dan jika merah menunjukkan fistula

ureterovagina. Uji air dan udara bisa digunakan untuk mendeteksi fistula

vesikovagina. Pasien dengan knee-chest position, vagina diisi dengan air steril

atau saline normal dan udara atau karbon dioksida dimasukkan ke kandung kemih

9

Page 10: fistula uroginekologi

melalui kateter transurethral kecil. Gas yang keluar melalui fistula dibuktikan oleh

gelembung-gelembung cairan di dalam vagina.1,9

2.5.4. Endoskopi

Cystourethroscopy adalah bagian penting dari penilaian prabedah pasien

dengan fistula urogenital. Ini membantu memastikan lokasi anatomis yang pasti

dari fistula dan hubungan fistula vesikovagina dengan muara uretra. Yang

penting, cystourethroscopy juga memungkinkan penilaian jaringan di sekitar

fistula. Kondisi jaringan ini menentukan ketepatan waktu perbaikan secara bedah.

Ada kemungkinan bahwa cystourethroscopy harus diulang beberapa kali selama

penanganan prabedah distula urogenital.5

2.5.5.Laboratorium

Dilakukan pemeriksaan kadar urea dari cairan yang keluar dari vagina. Jika

dicurigai suatu fistula hasil kadar urea yang tinggi menandakan cairan yang keluar

mengandung urin. Cairan urin sebaiknya dilakukan kultur dan uji sensitivitas, apa

ada infeksi maka diberikan terapi antibiotik yang sesuai.1

2.6. Penatalaksaan

2.6.1. Penatalaksaan konservatif 

Jika fistula didiagnosis beberapa hari setelah pembedahan ginekologi, kateter

suprapubis atau transurethral dipasang dan dipertahankan sampai 30 hari. Fistula

vesiko-vagina yang kecil < 1 cm akan hilang atau berkurang selama periode

waktu tersebut. Fistula vagina yang kecil dapat sembuh dengan pemasanngan

kateter foley. Fistula yang terjadi dapat menutup kembali secara spontan setelah 3

minggu pemasangan kateter untuk drainase urin. Jika dalam kurun waktu 30 hari

setelah pemasangan kateter tidak terdapat perubahan,menandakan fistula tidak

akan menutup secara spontan. Pemberian kortikosteroid diharapkan dapat

mempercepat penyembuhan dengan mengurangi edema dan fibrosis pada fistula.1,9

10

Page 11: fistula uroginekologi

2.6.2. Perawatan Prabedah

Perlu dilakukan perbaikan keadaan umum. Penderita yang sudah menopause

dan sudah menjalani oophorectomy diberikan terapi estrogen secara topical atau

sistemik yang berguna untuk memperbaiki jaringan vagina,diberikan suntikan IM

1mg estradiobenzoat setiap hari selama 1-2 minggu dan dilanjutkan 2 minggu

pasca bedah. Infeksi saluran kemih dan infeksi pada vagina harus segera dicegah

sebelum tindakan pembedahan. Penilaian keadaan umum dan kondisi jaringan di

sekitar fistula menentukan waktu pembedahan fistulaurogenital.1

2.7. Pembedahan

Prinsip dasar pembedahan untuk menutup fistula adalah mobilisasi jaringan,

vaskularisasi yang baik dan penyatuan jaringan yang baik. Keutamaan dalam

pelaksanaan tindakan bedah fistula adalah hemostasis yang baik, mobilisasi yang

luas dari vagina dan kandung kemih dan menghilangkan jaringan yang mengalami

devaskularisasi dan benda asing, jaringan bebas regangan, permukaan jaringan

sesuai jalur dan memastikan apakah fistula masih terbuka atau sudah tertutup dan

drainase kandung kemih selama 10-14 hari. Pendekatan operasi untuk fistula

urogenital pada prinsipnya ada 3 pilihan yaitu: 9,10

1. Transvaginal

2. Transabdominal

3. Kombinasi transvaginal dan transabdominal

2.7.1. Teknik Transvaginal

1. Latzko partial Colpocleisis

Pertama kali dilaporkan pada tahun 1942 dengan angka keberhasilan 90

– 100%. Keuntungannya adalah waktu operasi singkat, morbiditas

intraoperasi dan post operasi kecil, resiko cedera ureter kecil. Dilakukan

irisan melingkar sekitar 2 cm dari lubang fistula. Vagina dipisahkan

11

Page 12: fistula uroginekologi

kemudian ditutupkan pada lubang fistula tanpa mengenai mukosa vesika

urinaria, kemudian dilakukan penjahitan 2 lapis. Langkah terakhir menutup

mukosa vagina.3,10

Posisi Lawson

Posisi ini ideal untuk fistula pada uretra proksimal dan leher kandung kemih.

Pasien di tempatkan dalam posisi prone dengan lutut diangkat melebar disangga

dengan penyangga kaki, dikombinasi dengan anti trendelenburg sehingga

lapangan operasi lebih jelas. 8

Posisi Jackknife.

Posisi ini ideal untuk fistula pada uretra proksimal dan leher kandung kemih.

Pasien ditempatkan pada posisi prone dengan abduksi dan fleksi panggul.8

Posisi dorsal litotomi

Posisi dorsal litotomi dengan trendelenburg merupakan posisi yang baik untuk

reparasi fistula vesikovagina yang letak tinggi.8

Gambar 5: Posisi Lawson dan Posisi Jackknife (Dikutip dari kepustakaan 8)

12

Page 13: fistula uroginekologi

2. Teknik Fistuletokmi

Dilakukan dengan teknik flap-splitting. Pertama dilakukan reseksi pada

lubang fistula untuk mendapatkan jaringan pada pinggir fistula, kemudian

dilakukan penutupan lapis demi lapis mulai dari mukosa dan serosa vesika

urinaria, fasia pubocervical, dan mukosa vagina. Perhatikan ketegangan jahitan,

dapat juga dilakukan fasia flap untuk mencegah kekambuhan.7,8

3. Teknik Graft

Pada kasus-kasus yang mempunyai resiko kekambuhan tinggi atau lubang

fistula yang besar dapat dilakukan Martius fat-Pad graft untuk mendapatkan

vaskularisasi yang baik.8

Pendekatan dapat dilakukan perabdominal bila letak fistulanya tinggi dan

sukar ditampilkan, besar dan kompleks, multiple fistula, serta bila didapatkan

gangguan pada uterus atau usus yang disebabkan fistula atau memerlukan

reimplantasi ureter. Operasi dilakukan ekstraperitoneal dengan memisahkan

dinding vesika dengan vagina, identifikasi fistula kemudian dilakukan penjahitan

satu-satu pada vesika dan pada vagina masing-masing 2 lapis, bila diperlukan

dapat dilakukan omental flap agar mendapatkan vaskularisasi lebih baik.8

2.7.2 Teknik Transabdominal.

 

1. Fistula vesikovaginal

Pendekatan abdominal diindikasikan untuk fistula urogenital yang

kompleks melibatkan ureter atau organ pelvis lainnya atau yang mungkin terkait

dengan penyakit keganansan atau akibat dari radioterapi. Operasi transabdominal

juga dikerjakan apabila fistula tinggi sehingga sulit di capat dari vagina.

Komponen vesiko-vagina dari fistula bisa dicapai dengan cystostomy sagital

untuk memberikan akses ke tempat fistula. Saluran fistula dieksisi, dan ruang

vesikovaginal disayat lebar. Lubang ke dalam vagina di tutup dengan kedua lapisan

menggunakan benang absorbs lambat dan lubang pada kandung kemih ditutup dengan tiga

13

Page 14: fistula uroginekologi

lapisan menggunakan jahitan benang yang dapat diabsorbsi untuk aproksimasi

submukosa dan dua lapis jahitan dengan benang absorbs lambat. Diajurkan agar

omentum atau peritoneum diatur tempatnya sedemikian rupa sehingga

memisahkan vagina dan kandung kemih.5,8

Gambar 6. Penanganan fistula vesikovagina transabdominal (Dikutip dari

kepustakaan 8)

 

2. Fistula ureterovaginal

Fistula uretrovaginal biasanya berlokasi 4-5 cm bagian distal ureter. Hal

ini dapat ditanggulangi dengan ureteroneocystostomy perabdominal. Segmen

distal ureter disamping kandung kemih diligasi atau dijahit atas dengan bahan

jahitan permanen. Kandung kemih dibuka dibagian apex dam fundus kandung

kemih digeser kearah ujung proksimal ureter kemudian diimplantasi ke kandung

kemih. Anastomosis antara ujung ureter dan kandung kemih harus bebas

tegangan.11

14

Page 15: fistula uroginekologi

Gambar 7. Ureteroneocystostomy (Dikutip dari kepustakaan 8)

 

2.8 Perawatan pasca operasi

Penanganan pasca operasi juga sangat menentukan keberhasilan

pembedahan fistula vagina. Yang harus dipantau segera setelah operasi adalah:1

Vital sign

Darah yang keluar dari vagina maupun kateter

Cairan intravena harus tetap diberikan sampai pasien dapat minum sendiri

Keseimbangan cairan harus dipantau secara teratur

Pasien harus tetap nyaman dengan obat analgesia yang adekuat

Pasien harus mobilisasi sesegera mungkin

Pasien harus minum banyak air dan memproduksi urin sebanyak 2-3 liter

per 24 jam

Jika menggunakan pembalut harus dilepaskan dalam 24-72 jam

Kateter harus dipertahankan selama 10-14 hari

15

Page 16: fistula uroginekologi

Memastikan bahwa selang kateter tidak terlilit dan kantong urin berada

lebih rendah dari vesika urinaria.

Jahitan non absorbable harus dibuka setelah jaringan sembuh

Pasien harus diperiksa apakah ada tanda-tanda anemia.

2.9 Komplikasi yang mungkin terjadi pasca operasi:

Perdarahan pervaginam sekunder

Keadaan ini memerlukan perhatian yang khusus termasuk indikasi untuk

resusitasi. Pada kasus-kasus perdarahan yang bukan disebabkan oleh

perdarahan arteri, bisa diatasi dengan menggunakan pembalut. Pada kasus-

kasus yang disebabkan oleh perdarahan arteri, pasien harus dibawa ke kamar

operasi dan sumber perdarahan harus dicari dan diligasi. Jika perdarahan

masih berlanjut, penyebab yang lain harus dicari. Kadar Hb pasien harus di

periksa dan jika didapatkan anemia, harus diatasi dengan suplemen besi.1,8,10

Sumbatan kateter

Sumbatan kateter harus segera diatasi untuk mengurangi tekanan pada

lokasi pembedahan.

Anuria

Jika terjadi anuria, penting untuk memastikan kateter tidak tersumbat dan

tidak terjadi ligasi ureter.

Infeksi

Infeksi pada tempat operasi, atau pada traktus urinaria, harus diatasi

dengan pemberian antibiotik berdasarkan protokol.

16

Page 17: fistula uroginekologi

BAB III

KESIMPULAN

Fistula obstetri yang di akibatkan oleh persalinan mengenai 50.000-

100.000 wanita setiap tahun secara global. Fistula obstetri merupakan suatu

kondisi yag dapat dicegah dan diobati, jadi seharusnya tidak ada wanita yang menderita akibat

masalah ini. Fistula ialah saluran tidak normal yang menghubungkan organ-organ

bagian dalam tubuh yang secara normal tidak berhubungan, atau menghubungkan

organ-organ bagian dalam dengan permukaan tubuh bagian luar,   dapat pula

diartikan sebagai abnormal connection atau passageway antara 2 organ

17

Page 18: fistula uroginekologi

epithelium-lined atau pembuluh darah yang secara normal tidak berhubungan.

Penyebab fistula sebagian besar karena infeksi, trauma atau tindakan bedah medis

oleh dokter.

18