Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik Ke-5 ISSN : 2477-3298 Yogyakarta, 26 Oktober 2016
129
Finishing Kulit dengan Metode Batik pada Kulit Samak Kombinasi Krom-Alum dan Samak Nabati Ditinjau dari Sifat
Fisis dan Jaringan Kulit
FINISHING KULIT DENGAN METODE BATIK PADA KULIT SAMAK KOMBINASI KROM-
ALUM DAN SAMAK NABATI DITINJAU DARI SIFAT FISIS DAN JARINGAN KULIT
Sri Sutyasmi
Balai Besar, Kulit, Karet dan Plastik
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Batik tidak hanya dibuat dari kain, tetapi juga bisa dari kulit untuk melengkapi fasionabel. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh finishing kulit dengan metode pada kulit samak kombinasi krom-
alum dan samak nabati. Kulit pikel disamak kombinasi dengan krom-alum dan yang lain disamak dengan
samak nabati dengan variasi minyak 2%, 4% dan 6%. Dari masing-masing kulit tersamak dilakukan
pembatikan dengan batik tulis dan batik cap sesuai motif yang diinginkan, sesudah dibatik, kulit kemudian
dilorod lilinnya dan selanjutnya kulit diberi cat dasar dan coletan warna sesuai keinginan, kemudian difinish
dengan binder dan lak agar penampilan kulit lebih baik dan warna tidak luntur. Kulit kemudian diplate atau
diseterika agar lilin/malam yang masih menempel pada kulit terangkat. Selanjutnya kulit diuji fisis yaitu
ketahanan gosok cat kering dan basah, kekuatan rekat cat tutup, kekuatan retak cat tutup, kekuatan tarik
dan kemuluran.Selain itu kulit juga diuji morfologi kulit.
Kata kunci: Batik kulit, finishing, samak kombinasi krom-alum, samak nabati
ISSN : 2477-3298 Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016
130
Finishing Kulit dengan Metode Batik pada Kulit Samak Kombinasi Krom-Alum dan Samak Nabati Ditinjau dari Sifat
Fisis dan Jaringan Kulit
LEATHER FINISHING USING BATIK METHOD ON COMBINATION CHROME-ALUM
AND VEGETABLE TANNED LEATHER IN TERMS OF PHYSICAL PROPERTIES AND SKIN
TISSUE
Sri Sutyasmi
Center for Leather, Rubber and Plastics
E-mail: [email protected]
ABSTRACT
Batik is not only of the fabric, but also from the skin to complete the fasionabel. The purpose of this study
was to determine the effect leather finishing with batik method to leather combination of chrome alum and
vegetable tanning. Pickle tanned leather combined with chrome-alum and other tanned with vegetable
tanning with oil variation of 2%, 4% and 6%. From each of tanned leather made of batik with written batik
and stamp batik the desired motif, after do batik than removed the candle and then peel by priming and
color give as you wish, then finish with binders and lacquers make the appearance of the skin better and
color not faded. The skin then diplat or ironed so that the wax attached to the skin lifted. Furthermore,
namely physical tested skin scrub resistance and wet paint is dry, paint adhesion strength of the lid, the lid
cracked paint strength, tensile strength and also skin tested elongation. Besides the skin also tested skin
morfology.
Keywords: Batik leather, finishing, combination tanning of chrome-alum, vegetable tanning
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik Ke-5 ISSN : 2477-3298 Yogyakarta, 26 Oktober 2016
131
Finishing Kulit dengan Metode Batik pada Kulit Samak Kombinasi Krom-Alum dan Samak Nabati Ditinjau dari Sifat
Fisis dan Jaringan Kulit
PENDAHULUAN
Batik sangat populer dan berkembang pesat di Indonesia sejak pengakuan batik oleh UNESCO pada tahun
2009 sebagai warisan budaya dunia dari Indonesia, hal ini berpengaruh secara signifikan untuk industri
batik (Ismail at al, 2012). Sekarang batik tidak hanya kain, tetapi aplikasinya telah dikembangkan untuk kulit
samak krom, kulit samak nabati (Pancapalaga, 2010), kulit domba samak nabati yang dikombinasi
(Khusniyati, 2007) dan kulit sapi samak nabati (Kasmudjiastuti. 2004) Metode proses pencelupan untuk
kulit batik adalah upaya untuk menunjukkan motif batik pada kulit menggunakan lilin namun menggunakan
pencelupan dingin. (Pancapalaga, 2010)
Ada tiga faktor utama yang penting dalam metode pembatikan yaitu pewarnaan batik, melepaskan lilin
batik dan pencelupan lilin batik, Meningkatnya industri batik menyebabkan efek multiplier untuk bidang
ekonomi dan sosial budaya di Indonesia. Jenis pola batik tradisional cukup banyak, tetapi pola dan variasi
sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang sangat beragam. Budaya khas bangsa
Indonesia yang begitu kaya telah mendorong gaya dan jenis batik tradisional dengan kekhasan karakteristik
sendiri (As Azhar et al, 2015; Steelyana, W.E, 2012 ; Haryanto, and Sony Heru Priyanto, 2013).
Keindahan batik memiliki artistik tinggi dengan filsafat yang dalam. Setiap daerah memiliki keunikan dan ciri
setiap ornamen dalam bentuk /motive, dan warna. Perbedaan dikarenakan latar belakang budaya,
lingkungan.dan geografi. Tapi ada juga kesamaan karena hubungan perdagangan, pemerintah, adat,
budaya dan agama (Rahab et al, 2013, Azhare et al,2015).
Batik, adalah karya seni rupa pada kain dan lilin sebagai perintang warna. Metode batik yang diterapkan
pada kulit akan menemui banyak kendala antara lain adalah cara pencelupan kulit seperti kain akan
menyebabkan kulit menjadi rusak karena panas, sehingga memerlukan cara tersendiri. Perekatan lilin pada
kulit yang sukar dilepas dengan metode yang biasa digunakan pada kain, itu juga merupakan kendala
tersendiri bagi pembuatan kulit yang di finish dengan batik (Pancapalaga at al, 2013).
Menurut Pancapalaga et al, 2014, pelepasan lilin batik pada kulit yang terbaik adalah menggunakan
natrium silika dengan konsentrasi 2 g/l. Hal ini disebabkan alkali silika natrium yang mampu memutus
rantai ikatan antara krom dengan lilin batik. Kandungan gondorukem di lilin batik tidak tahan terhadap
alkali. Jika terjadi reaksi dengan senyawa alkali akan menjadi reaksi hidrolisis yang terjadi pada jembatan
rantai karbon. Oleh karena itu, akibatnya rantai molekul putus, sehingga kekuatan ikatan lilin batik dengan
kulit juga putus, penyebabnya adalah karena rantai molekul menjadi lebih pendek.
Selain itu, ketebalan kulit dan kain berbeda karena kulit terdiri dari tiga lapisan sehingga penetrasi bahan
yang digunakan untuk finishing kulit sangat menentukan keberhasilan finishing kulit. Pemilihan Jenis
pencelupan untuk metode batik pada kulit mengandalkan struktur kimia antara larutan dan kulit, jenis
penyamakan dan adanya zat aktif kimia di permukaan kulit (Pancapalaga, et al, 2013).
Bensin atau gasoline bisa digunakan untuk melepaskan lilin batik pada kulit (Kamel et al., 2007), namun
penggunaan bensin mahal dan sangat mudah terbakar. Melepaskan lilin batik pada kain sutra adalah
dengan menggunakan air panas dan natrium silika pada 2 g / l (Susilaning dan Suheryanto, 20ll).
Pada dasarnya ada dua teknik membatik pada kain. Teknik pertama adalah cara tradisional menggunakan
canting, alat seperti pena yang memegang reservoir kecil panas lilin. Teknik ini menggunakan tangan untuk
menggambar dengan lilin untuk pewarnaan batik yang dikenal sebagai batik tulis. Teknik lainnya adalah
teknik otomatis; yaitu menggunakan cap atau stempel tembaga untuk mengesankan desain lilin pada kain
untuk memproduksi batik cap (Rante, et al, 2014).
ISSN : 2477-3298 Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016
132
Finishing Kulit dengan Metode Batik pada Kulit Samak Kombinasi Krom-Alum dan Samak Nabati Ditinjau dari Sifat
Fisis dan Jaringan Kulit
Haroun et al, (2009) menyatakan bahwa mekanisme utama pada pewarnaan kulit adalah reaksi garam
dengan gugus amino kolagen di kulit. Selain itu, dinyatakan bahwa asam atau pewarna dari bahan anionik
memiliki satu atau lebih kelompok SO3Na atau SO3H yang juga berfungsi sebagai penentu tingkat kelarutan.
Menurut Pancapalaga et al, 2014, lilin batik yang mengandung monomer resin asam akan mengangkat
beberapa epidermis lapisan dan pori-pori kolagen terbuka sehingga monomer asam resin dapat menembus
ke dalam kulit samak nabati. Kedalaman penetrasi selama lilin batik melekat ke dalam kulit nabati
tergantung pada rasio monomer asam untuk campuran bahan lainnya. Temperatur lilin batik sangat
dominan mengganggu jaringan kulit. Kebanyakan lilin batik di absorbsi kedalam korium jaringan kulit
(Sutyasmi et al, 2015). Biasanya sangat sulit untuk melorodnya (melepaskan lilin batik dari kulit).
Dalam rangka meningkatkan devisa negara dari sektor non migas salah satunya adalah komoditas kulit
yaitu kulit batik. Memproduksi batik kulit yang berkualitas tinggi merupakan usaha yang membutuhkan
pengetahuan dan keterampilan khusus. Disisi lain perkembangan akan penyamakan kulit sejalan dengan
perkembangan ilmu dan teknologi (Pancapalaga,et al, 2013). Sebelumnya juga telah dilakukan penelitian
tentang kualitas dan morfologi kulit batik samak krom dan samak kombinasi krom syntan.
Kompetitor dalam usaha batik kulit belum banyak, pada umumnya kulit yang di finish dengan batik yang
ada dipasaran adalah kulit yang disamak dengan bahan penyamak nabati, sehingga kulit kaku dan untuk
fasion kurang baik.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh finishing kulit dengan metode batik pada samak
kombinasi krom-alum dan kulit samak nabati terhadap sifat fisis dan jaringan kulit.
BAHAN DAN METODE
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit pikel dari kulit kambing, bahan-bahan untuk proses
penyamakan kulit samak nabati (mimosa) dan samak kombinasi krom alum, bahan- bahan untuk finishing
kulit seperti binder, lak dan pigmen, serta pewarna batik, lilin batik, dan bahan untuk melorod lilin batik.
Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah drum penyamakan beserta perlengkapanya seperti
ember, slang air, canting, kuas, wajan, kompor, cap dan perlengkapannya.
Metode
Metode penelitian ini sesuai dengan Sutyasmi ed al, 2015 yaitu Kulit pikel sebanyak 12 lembar disamak
dengan bahan penyamak nabati sebanyak 6 lembar dan bahan penyamak kombinasi krom-alum 6 lembar.
Variasi yang digunakan masing-masing penyamakan adalah peminyakan yaitu, 2%, 4% dan 6% . Setiap
penyamakan menggunakan 2 lembar kulit. Dari masing-masing kulit tersamak dilakukan pembatikan
dengan batik tulis dan batik cap.
Untuk kulit yang dibatik dengan cara batik tulis dibuat pola pada kulit terlebih dahulu sesuai dengan yang
diinginkan dan dilanjutkan membatik pada kulit yang sudah dipola dengan menggunakan lilin batik.
Selanjutnya kulit yang sudah dibatik kemudian dilorod lilinnya dengan menggunakan lilin yang digosok-
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik Ke-5 ISSN : 2477-3298 Yogyakarta, 26 Oktober 2016
133
Finishing Kulit dengan Metode Batik pada Kulit Samak Kombinasi Krom-Alum dan Samak Nabati Ditinjau dari Sifat
Fisis dan Jaringan Kulit
gosokkan pada kulit batik agar lilin yang menempel lepas. Untuk batik cap, dicap sesuai motif yang
diinginkan dan diberi cat dasar dan coletan. Kulit batik kemudian dilorod lilinnya. Pelorodan lilin dalam kulit
batik cap sama dengan pada batik tulis. Setelah itu kulit kemudian difinish dengan di beri binder dan lak
agar penampilan kulit lebih indah dan menarik serta tidak luntur. Kulit kemudian di plat (setrika) agar lilin
yang menempel bisa terambil dan kulit berpenampilan lebih baik dan rata. Kulit jadi kemudian diuji fisis
yaitu : ketahanan gosok cat kering dan basah, kekuatan rekat cat tutup, kekuatan retak cat tutup, kekuatan
tarik dan kemuluran. Selain itu kulit batik juga diuji morfologi kulit untuk mengetahui pengaruh finishing
kulit dengan metode batik. Kulit selanjutnya dibuat barang jadi kulit seperti tas dan dompet kulit.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Uji Fisis Kulit Batik Tulis Samak Kombinasi Krom-Alum Dan Samak Nabati
Hasil uji kulit batik tulis dari kulit kombinasi krom-alum dan samak nabati.dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1. Hasil Uji Kisis Kulit Batik Tulis Dari Kulit Samak Kombinasi Krom-Alum Dan Samak Nabati
No Kode Kekuatan tarik (kg/cm)
Kemuluran (%)
Kekuatan retak cat tutup, (mm)
Ketahanan gosok cat Kekuatan rekat cat tutup Metode
uji Kering Basah Kering Basah
1 Al2 359,70 52,59 8,66 4 4 125 75
Al4 370,44 54,10 8,14 4 4 229,16 100
Al6 314,12 53,49 8,65 3/4 4 129.17 75
2 N2 165,18 32,05 7,13 4 4 279,17 50
N4 280,93 46,18 0,83 4 3/4 350 50
N6 165,18 44,76 0,60 4 4 133,34 25
3 N0 137,59 34,20 4,75 3/4 4 558,34 112,5
Keterangan:
1. Al2, Al4, l : adalah kulit batik samak kombinasi krom-alum dengan variasi minyak 2%, 4% dan 6%.
2. N2, N4, N6 : adalah kulit batik samak nabati dengan variasi minyak 2%, 4% dan 6%.
3. N0 : adalah kulit batik samak nabati yang ada di pasaran.
Dari data diatas dapat dilihat bahwa dengan metode finishing batik, kulit yang disamak kombinasi krom-
alum dan di batik dengan batik tulis mempunyai kekuatan tarik hampir sama yaitu sekitar 300 kg/cm,
namun yang tertinggi adalah pada variasi minyak 4 %. dengan nilai 370,33 kg/cm. Hasil uji kemuluran kulit
untuk kulit kombinasi krom –alum, semua mempunyai kemuluran antara 52% -54%. Kekuatan retak cat
tutup mempunyai nilai hampir sama yaitu sekitar 8 mm. Hasil uji ketahanan gosok kering maupun basah
mempunyai nilai sama yaitu 4 (sedikit luntur) dan hanya penggunaan minyak 6% yang mempunyai nilai 3/4
yang berarti juga sedikit luntur. Ini mungkin disebabkan karena penggunaan lak pada proses finishing tidak
cukup (terlalu sedikit). Hasil uji kekuatan rekat cat tutup baik kering maupun basah yang tertinggi adalah
penggunaan minyak 4%.
Kekuatan tarik kulit samak nabati yang tertinggi adalah pada penggunaan minyak 4% dengan nilai 280,93
kg/cm. Hal ini dikarenakan penggunaan minyak yang cocok pada proses penyamakan kulit ini adalah
pemakaian minyak 4%. Pada penggunaan minyak 2% dan 6% mempunyai nilai sama yaitu 165 kg/cm.
Kekuatan tarik kulit samak nabati yang ada di pasaran mempnyai nilai 137 kg/cm atau lebih rendah dari
ISSN : 2477-3298 Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016
134
Finishing Kulit dengan Metode Batik pada Kulit Samak Kombinasi Krom-Alum dan Samak Nabati Ditinjau dari Sifat
Fisis dan Jaringan Kulit
kulit samak nabati hasil penelitian. Hal ini kemungkinan disebabkan karena kulit samak nabati yang ada di
pasaran adalah kaku (kurang minyak). Kemuluran kulit samak nabati hasil penelitian semuanya dibawah
50% atau memenuhi SNI. Hal ini disebabkan karena kulit samak nabati hasil penelitian pemakaian
minyaknya cukup (tidak kurang) dan proses penyamakannya juga baik. Kekuatan retak cat tutup yang paling
kecil adalah N6 dengan nilai 0,6 mm, sedangkan N4 (pemakaian minyak 4%) dengan nilai 0,83 mm hanya
terpaut sedikit. Ketahanan gosok cat baik basah maupun kering adalah sekirtar 4 dimana angka tersebut
menunjukkan bahwa ketahanan cat sedikit luntur, mungkin disebabkan karena pemberian lak saat finishing
kulit kurang bayak sehingga warna sedikit luntur. Kekuatan rekat cat tutup kering kulit samak nabati hasil
penelitian adalah N4 kulit samak nabatidengan minyak 4% mempunyai nilai 350, sedangkan hasil uji
kekuatan rekat cat tutup basah pada N4 atau kulit samak nabati dengan kadar minyak 2% adalah 50,
dengan demikian dapat dikatakan bahwa kualitas kulit batik tulis dari penyamakan kombinasi krom-alum
dan samak nabati yang terbaik adalah variasi penggunaan minyak 4% karena hasil uji pada variasi tersebut
adalah paling tinggi. Hasil uji kulit batik samak nabati yang ada di pasaran menunjukkan bahwa kekuatan
tarik lebih rendah dari pada kulit hasil penelitian. Hasil uji kemuluran kulit juga lebih rendah dari kulit hasil
penelitian, namun untuk kekuatan retak cat tutup lebih tinggi dari kulit hasil penelitian yang terbaik (N4
dan N6) yaitu 4,75 mm. Hasil uji ketahanan gosok cat baik kering maupun basah keduanya sama-sama
luntur dengan nilai ¾ dan 4. Hal ini mungkin disebabkan karena pemberian lak yang kurang atau
penggunaan pewarna yang kurang baik (bukan pewarna kulit). Hasil uji kekuatan rekat cat tutup pada kulit
samak nabati yang ada di pasaran baik basah maupun kering adalah tinggi apabila dibandingkan dengan
kulit hasil penelitian. Hal ini kemungkinan karena kulit samak nabati yang ada di pasaran pemberian catnya
hanya dengan dioles sehingga kekuatan rekat cat tutup tinggi.
Berikut adalah gambar kulit batik tulis kulit samak kombinasi krom-alum dan samak nabati
Gambar 1. Kulit samak krom-alum dan nabati Gambar2. Kulit batik tulis samak kombinasi krom-alum dan nabati
Gambar 3. Dompet kulit dari batik tulis.
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik Ke-5 ISSN : 2477-3298 Yogyakarta, 26 Oktober 2016
135
Finishing Kulit dengan Metode Batik pada Kulit Samak Kombinasi Krom-Alum dan Samak Nabati Ditinjau dari Sifat
Fisis dan Jaringan Kulit
Haroen et al, 2009, menyatakan bahwa mekanisme utama pewarnaan kulit adalah reaksi antara garam
dengan gugus amino kolagen didalam kulit. Selain itu, dinyatakan bahwa asam atau pewarna bahan anionik
memiliki satu atau lebih kelompok SO3Na atau SO3H yang juga difungsikan sebagai penentu tingkat
kelarutan, dimana kelompok sulfon jumlahnya lebih sedikit tetapi tingkat kelarutannya lebih tinggi dari
keasaman bahan pewarna. Faktor utama yang mengendalikan pencelupan kulit adalah sifat fisik dan kimia
zat warna sesuai dengan struktur kulit, karena ini dapat mempengaruhi penetrasi dan ikatan antara
pewarna dan kulit.
Hal ini menunjukkan bahwa jenis warna bahan naftol dalam metode pewarnaan batik untuk kulit krom
nabati memiliki ketahanan cat yang lebih tinggi dari pada kebanyakan jenis lain.
Hasil Uji Kulit Batik Cap Samak Kombinasi Krom-Alum Dan Samak Nabati
Hasil uji kulit batik cap samak nabati krom-alum dan samak nabati dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini:
Tabel 2. Hasil uji kulit barik cap samak kombinasi krom-alum dan samak nabati
No Kode
Kekuatan tarik
(kg/cm)
Kemuluran (%)
Kekuatan retak cat
tutup, (mm)
Ketahanan gosok cat
Kekuatan rekat cat tutup Metode
uji Kering Basah Kering Basah
1 Al2 364,39 56,64 8,37 4/5 4 108,34 75
Al4 446.16 55,67 7,82 4/5 4/5 175 104,17
Al6 509,00 62,10 7,81 4 4 158,33 100
2 N2 348,18 64,89 7,44 4 4/5 420,84 50
N4 347,41 34,26 0,66 4/5 4/5 237,67 25
N6 348,18 64,89 0,90 4/5 3/4 133,34 25
3 N0 - - - - - - -
Keterangan:
1. Al2, Al4, Al6 : adalah kulit batik samak kombinasi krom-alum dengan variasi minyak 2%, 4% dan 6%.
2. N2, N4, N6 : adalah kulit batik samak nabati dengan variasi minyak 2%, 4% dan 6%.
3. N0 : adalah kulit batik samak nabati yang ada di pasaran.
Dari data diatas dapat diketahui bahwa kekuatan tarik tertinggi kulit batik samak kombinasi krom-alum
adalah Al6 dengan nilai 509 kg/cm, sedangkan Al2 dan Al 4 adalah 364,39 kg/cm dan 446,16 kg/cm. Hal ini
kemungkinan karena variasi minyak yang digunakan untuk menyamak kulit yang paling pas adalah dengan
minyak 6%. Kemuluran terendah pada kulit samak kombinasi krom alum pada batik cap ini adalah Al4 atau
kulit batik cap samak krom alum dengan minyak 4% dengan nilai 55,67%, sedangkan yang lain adalah (Al2
dan Al6) mempunyai nilai lebih tinggi yaitu 56,64 % dan 62,10 %, namun semuanya sudah diatas standard
SNI kulit atasan yang nilainya maksimal 50%. Kemuluran yang terbaik adalah yang rendah atau dibawah
50%. Hasil uji kekuatan retak cat tutup pada kulit samak kombinasi krom-alum hampir sama yaitu 8,34 mm;
7,82 mm; dan 7,81mm. Sedangkan hasil uji kulit batik cap samak kombinasi krom-alum yang terbaik adalah
Al4 atau kulit kombinasi krom alum dengan variasi minyak 4% dengan nilai 4/5 baik kering maupun basah.
Kekuatan rekat cat tutup baik kering maupun basah adalah Al4 atau kulit batik samak kombinasi dengan
variasi minyak 4%, dengan nilai kering 175 dan basah 104,17.
ISSN : 2477-3298 Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016
136
Finishing Kulit dengan Metode Batik pada Kulit Samak Kombinasi Krom-Alum dan Samak Nabati Ditinjau dari Sifat
Fisis dan Jaringan Kulit
Kekuatan tarik kulit batik cap samak nabati berkisar antara 347 kg/cm – 348 kg/cm pada penggunaan
minyak 2%, 4% dan 6%. Hal ini berarti pada senua variasi minyak pada penyamakan kulit nabati mempunyai
kekuatan tarik yang sama. Kemuluran kulit samak nabati pada penggunaan minyak 4% mempunyai
kemuluran yang baik yaitu 34,26% dan pada penggunaan minyak 2% dan 6% (N2 dan N6) mempunyai nilai
sama yaitu 64,89%. Hal ini berarti penggunaan minyak 4% adalah yang paling tepat untuk penyamakan
nabati. Kekuatan retak cat tutup pada kulit batik cap samak nabati mempunyai nilai N2 7,44 mm, 0,66 mm
dan 0,90 mm, dan yang terkecil adalah penggunaan minyak 4 % (N4), dan inilah yang terbaik. Ketahanan
gosok cat baik kering maupun basah terbaik adalah N4 atau penggunaan minyak 4 % dengan nilai 4/5 atau
tidak luntur. Hal ini mungkin disebabkan karena lak untuk finishing kulit cukup sehingga tidak luntur.
Kekuatan rekat cat tutup baik kering maupun basah, tertinggi adalah kulit samak nabati dengan variasi
minyak 2% (N2) dengan nilai untuk kering 420,84 dan basah 50. Berikut adalah gambar kulit batik cap hasil
penelitian.
Gambar 4. Kulit batik cap
Kecerahan warna batik kulit samak krom dan kombinasi krom-alum dipengaruhi oleh garam krom, dimana
prinsip garam krom akan bereaksi dengan gugus karboksilat dari protein kulit, sehingga kulit samak krom
cenderung bertambah jumlah kationiknya. Selanjutnya garam krom akan dihidrolisis untuk melepaskan
asam, di mana garam krom tersebut juga meningkatkan keasaman kulit nabati. Sebagai hasil dari keadaan
ini, cat asam penyamakan krom memiliki kekuatan ikatan yang tinggi dan penetrasi yang lebih baik dan juga
distribusi cat pada penampang kulit samak krom merata, sehingga meningkatkan kecerahan warna.
Hasil Uji Morfologi Kulit
Hasil uji morfologi kulit batik sebelum pembatikan, sesudah pembatikan adalah seperti gambar dibawah ini.
Gambar 5. Morfologi kulit sebelum dibatik Gambar 6. Morfologi batik kulit samak krom-alum
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik Ke-5 ISSN : 2477-3298 Yogyakarta, 26 Oktober 2016
137
Finishing Kulit dengan Metode Batik pada Kulit Samak Kombinasi Krom-Alum dan Samak Nabati Ditinjau dari Sifat
Fisis dan Jaringan Kulit
Gambar 7. Morfologi kulit batik samak nabati
Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa kulit sebelum dibatik terlihat warna lebih terang dan pada
lapisan paling luar dari kulit terlihat padat, sedangkan kulit samak kombinasi krom-alum sesudah
dibatik terlihat bahwa walaupun kena panas dari lilin batik tetapi jaringan kulit masih terlihat sama dan
kompak atau tidak berubah dan kulit pada lapisan paling luar juga masih terlihat kompak dan warna
bisa masuk kedalam kulit, jadi apabila dikaitkan dengan kekuatan tarik dari kulit hasil penelitian yang
tetap baik dan memenuhii SNI, maka pengaruh pembatikan dengan lilin panas tidak berpengaruh pada
jaringan kulit.
Demikian juga dengan kulit samak nabati, morfologi kulit juga tidak berubah, warna sedikit terang dan kulit
bagian pinggir juga terlihat masih kompak. Ini membuktikan bahwa adanya pemanasan dengan lilin batik
tidak berpengaruh terhadap jaringan kulit. Apabila dikaitkan dengan kekuatan tarik yang tetap tinggi ini
juga berarti jaringan kulit tetap kuat dan tidak berubah.
Pewarnaan lilin batik pada kulit bertujuan untuk menciptakan motif batik, namun itu membuat masalah
karena penggunaan lilin batik secara terus menerus dengan menggunakan cairan panas akan
menyebabkan suhu meningkat dan mencapai l40 ° C yang berasal dari suhu lilin batik, sehingga akan
merusak kulit, karena suhu penyusutan dari kulit dengan bahan penyamak krom (Laboratorium) adalah
96-120 ° C dan untuk bahan penyamak krom komersial adalah 84-100 ° C (O'Flalrerty, 1978). Suhu yang
lebih tinggi dari lilin batik, meresap jauh kedalam kulit, yang akhirnya akan merusak kulit dan membuat
kulit mengkerut.
KESIMPULAN
Kulit yang difinish dengan metode batik tidak mempengaruhi struktur jaringan kulit yang disamak dengan
bahan penyamak kombinasi krom-alum maupun samak nabati. Panggunaan minyak pada proses
penyamakan kulit samak kombinasi krom-alum dan samak nabati adalah sebesar 4 %.
ISSN : 2477-3298 Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik Ke-5 Yogyakarta, 26 Oktober 2016
138
Finishing Kulit dengan Metode Batik pada Kulit Samak Kombinasi Krom-Alum dan Samak Nabati Ditinjau dari Sifat
Fisis dan Jaringan Kulit
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, N.,Supadi, Rahab, Lasmedi Afuan, 2013, Strategy To Increase Competitiveness Of Batik Banyumasan, International Journal Of Business And Social Science, International Journal Of Business And Social Science, 4(4), pp 305-311
Azhar, R., Tuwohingide, D., Kamudi, D., & Suciati, N. (2015). Batik Image Classification Using SIFT Feature Extraction, Bag of Features and Support Vector Machine. Procedia Computer Science, 72, 24-30.
Haroun, M., K. Palmina, A. Gurshi. and D.Covington. 2009, Potential of vegetable tanning materials and basic aluminium sulphate in Sudanese leather industry. J. Engineering Science and Teechnology. 4(1): 20-31
Haryanto, J.O., Sony Heru Priyanto, 2013, Recent Future Research in Consumer Behavior:
A better understanding of batik As indonesian heritage Journal of Arts, Science & Commerce, International Refereed Research Journal,, 4(4), pp.32-40
Ismail, T, Lili Sugeng Wiyantoro, Meutia, and Munawar Muchlish, 2012, Strategy, Interactive Control System and National Culture: A Case Study of Batik Industry in Indonesia, International Congress on Interdisciplinary Business and Social Sciences, Procedia - Social and Behavioral Sciences 65 : pp: 33 – 38
Kamel, M.M., N.F., Ali., E.M. Khalil and A.Saadia. 2007. Synthesis of reactive auxiliaries for dye resist treatment of wool. J. Applied Sciences Research. 3(11):1299-1305
Kasmudjiastuti, E. 2004. Penerapan Sablon pada Finishing Kulit Suede. Majalah Kulit Karet dan Plastik. 20(1):15-18 .
Khusniyati, I. 2007. Pengaruh pengenceran cat basis dengan methanol terhadap ketahanan bengkuk dan gosok cat kulit batik dari kulit domba kombinasi. Buletin Kulit Karet dan Plastik. 15(1): 24-30
O’Flaherty . 1978. The Chemistry and Technology of Leather Litton. Volume II, Edes
Certional Publishing Co, Inc Parthasarathi,K. Manual on Tanning and Finishing, Consultant UNIDO.
Pancapalaga W. 2010, The Ratio of Pigmen and Binder in the Coloring of Batik Leather Acid. J. Protein. 12 : 271-282
Pancapalaga W, Endang Sri Hartati dan Khusnul Khotimah, 2013. Batik kulit dan produk barang-barang Batik Kulit sebagai Produk Berciri Indonesia, jurnal DEDIKASI Volume 10; 73-77 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/dedikasi/article/view/1761
Pancapalaga, V. P. Bintoro, Y. B. Pramono and S. Triatmojo, 2014, The Chrome-Tanned Goat Leather For High Quality Of Batik, J.Indonesian Trop.Anim.Agric. 39(3):188-193
Rahab; Nurul Anwar; Supadi, Lasmedi Affuan, 2013. Promotion Mix Strategy For Improving Competitiveness of Batik Banyumasan, Proceeding on”3rd International Conference
Rante, H,. Michael Lund, Heidi Schelhowe, 2014, Supporting Children In Understanding And Constructing Traditional Batik Patterns Within A Museum Context, International Journal of Multidisciplinary Education and Research, 1(2), pp: 50-54
Setyorini, C.T., Margani Pinasti, Hijroh Rokhayati, 2013, Strengthening the Internal Factors of Batik Cluster SMEs in Indonesia: A Case of Six Districts in South - Central Java, International Journal of Business, Humanities and Technology, 3(1) : 21 – 28
Steelyana,W.E, 2012, “Batik, A Beautiful Cultural Heritage That Preserve Culture And Support Economic Development In Indonesia”, (Binus Business Review (3) 1: 116-130
Susilaning and Suheryanto. 2011. Pengaruh Kosentrasi Natrium Silika pada Proses Pelorodan Kain Batik Sutera, Prosiding Seminar Nasional : Pengembangan Teknologi kimia untuk Pengolahan Sumber Daya Alam Indonesia. Yogyakarta, 22 Februari 2011. P.368-372.
Sutyasmi, S, Emilia Kasmujiastuti, Rihastiwi Setya Murti, 2015, Kualitas dan Morfologi Kulit Batik Samak Krom dan Samak Kombinasi Krom-Syntan, Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015 ISSN:2477-3298