LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK I
PEMERIKSAAN DARAH RUTIN
Oleh :
Wisnu Satria A.KK1A004034
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANPROGRAM PENDIDIKAN DOKTER
PURWOKERTO
2006
I. Tujuan
1. 1 Mengetahui cara pengambilan sampel darah vena
2. Mengetahui macam pemeriksaan darah rutin
3. Mengetahui cara pemeriksaan hemoglobin
4. Mengetahui cara menghitung jumlah lekosit
5. Mengetahui cara menghitung Laju Endap Darah (LED)
6. Mengetahui cara membuat apusan darah
II. Landasan Teori
Proses Pemeriksaan Dipengaruhi oleh berbagai macam sebab :
- Bahan pemeriksaan.
- Alat yang digunakan.
- Reagensia yang dipakai, batas kedaluwarsa dan kualitasnya.
- Suhu ruangan.
- Stabilitas tegangan listrik.
- Metode yang digunakan.
- Faktor pemeriksa :
Penguasaan materi
Ketelitian.
Keterampilan.
Motivasi.
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan bahan untuk
pemeriksaan hematologi :
1. Faktor pemeriksa
- Tidak kasar / sabar.
- Tidak menakutkan terutama bila penderita anak kecil.
- Tidak menunjukkan sikap ragu – ragu.
- Terampil dan tidak ceroboh.
- Bekerja secara sistematis, aseptis dan bersih.
- Hindarkan pencemaran lingkungan.
- Perhatikan keselamatan orang lain dan diri sendiri.
2. Faktor penderita
- Bila tidak ada keperluan tertentu, bahan pemeriksaan diambil dalam keadaan
puasa 12 jam.
- Bila penderita makan sesaat sebelum diambil darahnya, maka akan
meningkatkan volume plasma.
- Aktifitas fisik akan meningkatkan Hb, Eritrosit, LED.
- Posisi pada saat pengambilan tidur akan menurunkan nilai Hb dan Hematokrit.
- Beberapa jenis obat akan mempengaruhi hasil pemeriksaan.
A. Sampling
Macam bahan pemeriksaan yang akan diambil sesuai dengan pemeriksaan
yang akan dilakukan. Misalnya darah vena : untuk darah rutin, darah kapiler untuk
hitung sel.
Macam bahan pemeriksaan :
1. Darah Vena
Darah Vena merupakan sampel darah yang dapat ditampung dengan atau
tanpa antikoagulan. Dengan darah vena dapat diperoleh bermacam – macam sampel
yaitu :
- Whole Blood / darah penuh - Defibrinated Blood
- Clot Blood - Plasma
- Serum
Daerah pengambilan pada :
Bayi baru lahir : Vena Umbilicalis.
Bayi : Vena Jugularis Eksterna.
Dewasa : Semua Vena superficial, terbaik Vena Mediana Cubiti.
Catatan :
- Daerah pengambilan mengalami kongesti akan menyebabkan hemokonsentrasi.
- Khusus untuk pemeriksaan koagulasi penusukan harus satu kali / tidak diulang-
ulang.
- Alat penampung harus bersih dan kering.
- Jika ada penundaan pemeriksaan harus diberi antikoagulan.
- Pada saat menuang darah spuit ke dalam botol, jarum harus dilepas, tidak boleh
disemprotkan (harus dialirkan lewat dinding tabung) dan tidak boleh dikocok
terlalu keras.
2. Darah Kapiler
Sampel darah kapiler dapat digunakan untuk pemeriksaan :
- Hb - Golongan darah
- Hitung sel - Parasit malaria
- Mikrohematokrit
Daerah pengambilan pada :
Anak : Ujung ibu jari kaki.
Dewasa : Ujung jari tangan.
Karena suatu hal kadang – kadang kita tidak dapat segera melakukan
pemeriksaan sehingga kita memerlukan zat yang menyebabkan darah tidak membeku.
Ada macam – macam cara yang dilakukan :
1. Dengan memakai antikoagulansia.
2. Dengan memperoleh darah defebrilasi.
3. Dengan menggunakan alat – alat yang dilapisi silicon (dengan alat ini
pembekuan diperlambat).
Macam Antikoagulansia :
1. EDTA (Ethylen Diamine Tetra Acetic Acid)
- Dipakai dalam bentuk garam Natrium atau Kaliumnya.
- Sedikit toksik.
- Dipakai untuk hematologi rutin.
- Takaran yang diperlukan adalah 1 mg / ml darah.
- Bila dosis > 2 mg / ml darah akan menyebabkan :
Sel merah degenerasi.
Hematokrit menurun.
MCV menurun palsu.
MCHC meningkat palsu.
Trombosit meningkat palsu.
Digunakan untuk pemeriksaan :
- Rutin.
- Hematokrit.
- Osmotic Fragility Test.
- Golongan darah.
- Hitung sel.
- Tidak dapat digunakan dalam studi koagulasi, prothrombin time.
- Dapat digunakan dengan konsentrasi 10 %.
2. Heparin
- Takaran menurut Dacie : 12,5 – 17,5 IU / ml darah.
- Kosasih : 1,0 mg / 10 ml darah.
- Harga mahal
- Guna untuk pemeriksaan :
Osmotic Fragility Test.
Hemoglobin.
Hitung sel.
Hematokrit.
Golongan darah.
- Tidak dapat digunakan untuk darah hapus yang menggunakan cat
Romanowsky.
3. TSS (TRI SODIUM SITRAT)
- Dipergunakan dalam bentuk larutan : 0,106 M = 3,13 %
- Takaran = 9 volume darah : 1 volume antikoagulan.
- Digunakan untuk studi koagulasi.
4. NATRIUM SITRAT 3,8 %
- Tidak toksik.
- Aturan pakai :
Untuk studi koagulasi dipakai perbandingan darah dan antikoagulan
9:1.
LED dipakai darah dan antikoagulan 4 : 1.
Dapat digunakan untuk pemeriksaan :
LED
Studi koagulasi
Transfusi
5. DOUBLE OXALAT
- Bersifat toksik.
- Digunakan dalam bentuk kering.
- Dengan takaran : 2 mg / ml darah.
- Mempengaruhi bentuk sel darah sehingga terjadi hemolisa.
- Dapat digunakan untuk pemeriksaan :
Kadar Hb.
LED.
Perhitungan sel darah
Pemeriksaan OFT
Golongan darah
6. NATRIUM FLUORIDE
- Harga mahal
- Digunakan untuk pemeriksaan glukosa darah.
- Antikoagulan ini dapat mencegah glukolisis.
- Takaran pemakaian 10 mg / ml darah.
- Cukup dengan membasahi dinding spuit sudah cukup untuk 3 cc sampel darah.
7. ACD (Acid Citrate Dextrose)
- Takaran pakai tiap 1 ml untuk 4 ml darah.
- Dextrose untuk makanan darah sehingga darah dapat disimpan dalam waktu
lama.
- Pemeriksaan radioisotope (pemeriksaan hematologi).
Untuk pemeriksaan hematologi dapat mungkin tidak menunda pemeriksaan,
namun jika terpaksa menunda harus diberi antikoagulan. Batas waktu yang
disarankan jika darah disimpan ditemperatur ruang :
- Hb : relative stabil.
- Leukosit : 2 jam.
- Eritrosit / hematokrit : 6 jam.
- Hapusan darah : 1 jam.
- LED : 2 jam.
- Trombosit : 1 jam.
- Retikulosit : 6 jam.
Jika bahan pemeriksaan hematologi harus kita kirim / rujuk ke lain tempat
maka harus diperhatikan hal – hal di bawah ini :
- Jarak tempat rujukan dengan batas kadaluwarsa.
- Penampung harus benar – benar rapat, terfiksir sehingga tidak ada yang
tumpah, tidak hemolisis karena goncangan, tidak ada es yang tercampur.
- Harus diberi es / es kering.
- Perhatikan proses pengangkutan jika kita tidak mengirim sendiri bahan
tersebut.
Pencatatan dan pelaporan sangat penting sebab walaupun semua proses
berjalan dengan baik kalau proses pencatatan dan pelaporan tidak baik, hasil yang
keluar juga tidak baik.
B. Darah Rutin
Macam pemeriksaan darah rutin antara lain:
1. Hemoglobin
2. Jumlah leukosit
3. Laju endap darah
4. Hitung jenis leukosit/ differensial counting
a. Pemeriksaan kadar hemoglobin
Kadar hemoglobin normal bervariasi tergantung:
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Geografi (tinggi rendahnya daerah)
Daerah tinggi : lebih sedikit O2→ jumlah eritrosit meninggi, kadar Hb meninggi
Daerah rendah : lebih banyak O2 → eritrosit menurun, kadar Hb menurun normal
Nilai rujukan menurut Dacie :
- Dewasa laki – laki : 12,5–18,0 gr %
- Dewasa wanita : 11,5–16,5 gr %
- Bayi < 3 bulan : 13,5–19,5 gr %
- Bayi > 3 bulan : 9,5–13,5 gr %
- Umur 1 tahun : 10,5–13,5 gr %
- Umur 3 – 6 tahun : 12,0–14,0 gr %
- Umur 10 – 12 tahun : 11,5–14,5 gr %
Kriteria WHO untuk kadar hemoglobin :
Pria dewasa : 13 g/dl
Wanita tak hamil : 12 g/dl
Wanita hamil : 11 g/dl
Anak 6 bulan-6 tahun : 11 g/dl
6 tahun-14 tahun : 12 g/dl
Menurut WHO, kadar Hb wanita hamil dibagi menjadi 3 katagori :
- Normal : 11 g/dl atau lebih,
- Anemia ringan : 8 - < 11 g/dl dan
- Anemia berat : < 8 g/dl.
Pemeriksaan kadar hemoglobin dapat menggunakan metode:
Kalorimetrik / Fotoelektrik dengan cara cyanmethemoglobin / oxihemoglobin
Kalorimetri visual :
1. Tallquis 3. Haden Housser.
2. Spencer. 4. Sahli
Prinsip Pemeriksaan Hb Sahli :
Mengukur Kadar Hb berdasar warna yang terjadi akibat perubahan Hb
menjadi asam hematin setelah penambahan HCl 0,1 N (tidak semua Hb terukur)
b. Hitung Jumlah Leukosit
Nilai Rujukan menurut Dacie :
Dewasa Pria : 4 – 11 ribu / mm3
Dewasa Wanita : 4 – 11 ribu / mm3
Bayi : 10 – 25 ribu / mm3
1 tahun : 6 – 18 ribu / mm3
12 tahun : 4,5 – 13 ribu / mm3
Prinsip Pemeriksaan :
Menghitung sel leukosit di dalam suatu larutan yang merusak sel – sel lain
dengan bilik hitung.
c. Laju Endap Darah
Nilai Rujukan menurut :
JENIS KELAMIN DACIE WESTERGRREN
PRIA 0-5 mm/jam 0-15 mm/jam
WANITA 0-7 mm/jam 0-20 mm/jam
Macam Pemeriksaan Laju Endap Darah :
1. Westergreen.
2. Wintrobe (juga dapat mengukur hematokrit sekaligus)
3. Cutler.
4. Hellige Vollmer (menggunakan darah kapiler)
Prinsip Pemeriksaan :
Apabila sejmlah darah diberi antikoagulan, diletakkan dalam tabung gelas
dalam posisi tegak lurus maka sel – sel akan mengendap, sebaliknya plasma akan
bergerak ke atas. Hal ini karena perbedaan berat jenis.
Pemeliharaan alat :
- Tidak boleh dicuci dengan detergen.
- Dicuci dengan aquadest, dibilas dengan aceton.
d. Apus Darah
Prinsip Pemeriksaan Romanowsky
Yang digunakan pulasan menurut :
1. Wright.
2. Giemsa.
3. Pulasan paduan May Grunwald & Giemsa.
III. Alat dan Bahan
A. Sampling
Alat :
1. Disposible Spuit
2. Torniquet
3. Kapas
4. Botol Penampung
Bahan :
1. Alkohol 70 % 2. Antikoagulan (EDTA)
B. Hb Sahli
Alat :
1. Hemomiter Sahli
- Tabung Pengencer panjang 12 cm, dinding bergaris mulai angka 2 (bawah)
s/d 22 (atas)
- Tabung standar Hb
- Pipet Hb dengan kare panjang 12,5 terdapat angka 20 μl
- Pipet HCl
- Botol tempat aquadest dan HCl 0,1 N
- Batang Pengaduk (dari kaca)
Bahan :
1. Sampel : Sampel Darah (EDTA) Vena / Darah Kapiler
2. Reagensia : HCl 0,1 N
C. Hitung Jumlah Leukosit
Alat :
1. Hemositometer : Bilik hitung (Improve Neubauer), pipet leukosit, pipet
eritrosit (tidak dipergunakan)
2. Cover glass dan mikroskop.
Bahan :
1. Sampel : Sampel Darah (EDTA) Vena / Darah Kapiler
2. Reagensia : Larutan Turk
- Gentian Violet 1 % : 1 ml
- Asam Asetat Glacial : 1 ml
- Aquadest ad : 100 ml
D. Laju Endap Darah
Alat :
1. Tabung Westergreen 2. Rak Westergreen
Bahan :
1. Sampel : Sampel Darah Vena
2. Reagensia : Larutan Natrium Sitrat 3,8 %
E. Apus Darah
Alat :
1. Obyek Glass yang bersih
2. Spreader / Penggeser
3. Pipet Darah dan Pengaduk
4. Bak Pengecatan
5. Bak Pengeringan
6. Timer
7. Gelas Ukur
Bahan :
1. Sampel : Sampel Darah (EDTA) Vena atau Darah Kapiler
2. Reagensia :
a. Giemsa
b. Larutan Penyangga pH 6,4 atau dengan Aquadest pH 6,4
c. Methanol (90%) untuk fiksasi
IV. Cara Kerja
A. Sampling
1. Daerah proximal vena mediana cubiti dibendung agar tampak lebih jelas,
penderita diminta mengepal – ngepalkan tangannya.
2. Dilakukan desinfeksi pada daerah tersebut dengan kapas alkohol 70%.
3. Spuit diperiksa, adakah udara, jarum kencang, bisa dihisap dengan mudah.
4. Kulit ditegangkan setelah alkohol kering (tidak ditiup – tiup), ditusuk
dengan jarum dengan sudut 45 derajat, arah jarum sejajar dengan arah
vena, jarum menghadap ke atas.
5. Jarum diputar menghadap ke bawah setelah vena terasa tertusuk. Tusukan
dilanjutkan menghadap ke vena. Darah mengalir dengan sendirinya bila
tusukan tepat. Kepalan tangan dibuka, darah dihisap pelan-pelan. Darah
diambil pelan – pelan sesuai kebutuhan.
6. Torniquet dilepas, jarum ditarik kemudian ditekan dengan kapas alkohol.
Penderita diminta untuk tetap menekan dengan kapas alkohol.
7. Jarum dilepas dari spuit, darah dituang ke dalam botol penampung, dengan
cara mengalirkan darah lewat dindning botol penampung. Dicampur
perlahan – lahan dengan cara menggeser atau membolak – balikkan botol.
B. Darah Rutin
a. Hb Sahli
1. Tabung Pengencer diisi dengan HCl 0,1 N sebanyak 5 tetes
2. Darah (EDTA) dihisap dengan pipet Hb sampai angka 20 μl, jangan sampai
ada gelembung udara yang ikut terhisap.
3. Darah yang ada di ujung pipet dihapus.
4. Darah dituang ke dalam tabung pengencer, bila masih ada darah dalam pipet
dibilas dengan HCl.
5. Dicatat waktunya.
6. Ditambahkan aquadest tetes demi tetes, diaduk dengan batang kaca
pengaduk.
7. Persamaan campuran dengan batang standar harus dicapai dalam waktu 3-5
menit setelah darah tercampur dengan HCl.
8. Diperiksa apakah warnanya sudah sama, bila sudah sama maka penambahan
aquadest dihentikan. Kadar Hb dibaca pada skala yang ada di tabung
pengencer / gr/ 100 ml darah.
b. Hitung Jumlah Leukosit
1. Bilik Hitung dicari dengan mikroskop, dicari kotak sedang di pojok ujung
bilik hitung.
2. Darah (EDTA) dihisap dengan pipet leukosit sampai angka 0,5 untuk
pengenceran 20 x atau sampai angka 1 untuk pengenceran 10 x (pada
praktium darah dihisap sampai angka 0,5 atau pengenceran 20x)
3. Darah yang ada di ujung pipet dihapus.
4. Dalam keadaan darah masih di dalam pipet, Larutan Turk dihisap sampai
garis tanda 11.
5. Pengambilan darah maupun Larutan Turk dilakukan dengan hati – hati jangan
sampai ada gelembung udara, jika ada gelembung udara maka harus
diulang.
6. Pipet diangkat dari cairan, lalu ujung pipet ditutup dengan ujung jari dan
karet penghisap dilepaskan.
7. Dikocok dengan arah horizontal selama 15 – 30 detik.
8. Tiga tetes pertama dibuang.
9. Dituang pada bilik hitung yang telah ditutup dengan kaca penutup dan
diletakkan di mikroskop.
c. Laju Endap Darah
1. Larutan Natrium Sitrat 3,8% yang steril dihisap dalam semprit yang steril.
2. Dilakukan pungsi vena dengan semprit tersebut dan dihisap 1,6 ml darah
sehingga mendapatkan 2,0 ml campuran.
3. Campuran dimasukkan ke dalam tabung dan dicampur dengan baik.
4. Campuran darah dihisap ke dalam Pipet Westergreen sampai garis bertanda 0
mm, lalu pipet dibiarkan dalam keadaan tegak lurus dalam Rak Westergreen
selama 60 menit.
5. Dibaca tingginya lapisan plasma dengan milimeter dan dilaporkan angka
tersebut sebagai laju endap darah.
d. Apus Darah
1. Diambil Obyek Glass yang bersih, diletakkan 1 tetes darah (tidak melebihi 2
mm).
2. Tetesan darah (EDTA) disentuh dengan spreader, darah akan melebar
sepanjang spreader.
3. Spreader didorong ke arah kiri dengan sudut 450 kemudian dikeringkan.
4. Preparat diamati dan baik jika :
a. Tipis
b. Rata
c. Tidak terputus – putus
d. Ekor tidak robek
e. Bentuk seperti peluru
Sediaan dibiarkan kering di udara, dan diberi identitas di kepala dengan
label, pensil atau lidi.
5. Difiksasi dengan methanol 90% selama 10 menit (beberapa buku
menyebutkan cukup 2 – 3 menit).
6. Dibuat larutan Giemsa Kerja dari Giemsa Stock dan Buffer Sorensen
dengan perbandingan 1 : 9 untuk buffernya.
7. Preparat yang telah dicat, digenangi larutan Giemsa selama 20 menit.
8. Dibilas dengan air mengalir.
9. Dikeringkan di udara.
10. Diolesi dengan lacquer
V. Hasil Praktikum Darah Rutin
Kelompok 4
Nama probandus : Tulus Satriasih
Umur : 20 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
1. Hb Sahli
- Waktu pertama kali meneteskan HCl pada darah pukul 13.02 WIB
- Waktu ketika warna sama dengan standar adalah pukul 13.05 WIB
- Lamanya perubahan warna adalah 3 menit 8 detik (sesuai dengan petunjuk
pelaksanaan)
- Kadar Hb pada skala di tabung pengencer 13,2 gr %
Hasil normal karena nilai normal Hb wanita menurut Dacie yaitu 11,5-16,5
gr%
2. Jumlah Leukosit
Rumus :
Leukosit tiap kotak sedang x 16 x tinggi bilik hitung x pengenceran.
Kotak yang dihitung
- Jumlah Leukosit pada lapang pandang I = 20
- Jumlah Leukosit pada lapang pandang II = 66
- Jumlah Leukosit pada lapang pandang III = 24
- Jumlah Leukosit pada lapang pandang IV = 30
- Jumlah leukosit = 140 x 16 x 10 x 20 = 7000 mm3
96
Hasil normal karena Nilai normal jumlah leukosit wanita dewasa
menurut Dacie yaitu 4–11ribu/mm3.
3. Laju Endap Darah
- Waktu pertama kali meletakkan pipet westergreen pada rak westergreen
pukul 13.08
- Setelah didiamkan selama 60 menit (pukul 14.08) skala LED menunjukkan
angka 17 mm/jam
Hasil ini normal karena nilai normal LED pada wanita dewasa
menurut Westergreen adalah 0 – 20 mm/jam
4. Apus Darah
- Ekor tidak robek - Tipis
- Tidak terputus - putus - Rata
- Bentuk seperti peluru
VI. Pembahasan
Pemeriksaan darah digunakan untuk berbagai kepentingan medis, salah
satunya untuk keperluan diagnosis. Adanya penyakit atau kelainan biasanya
ditandai dengan abnormalitas hasil pemeriksaan darah. Pemeriksaan darah dibagi
menjadi pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan lanjutan.
Hasil pemeriksaan darah dapat berbeda karena pengaruh dari keadaan-
keadaan berikut ini:
1. Berpuasa
2. Pengaruh obat-obatan
3. Pengaruh emosi
4. Pengaruh aktivitas otot
5. Posisi penderita
6. Variasi diurnal
7. Transfusi
Pembahasan pada laporan praktikum adalah seputar kegiatan apa saja
yang telah dilakukan saat praktikum PK I, membandingkan cara kerja yang telah
dilakukan dengan bahan ajar yang didapat, membandingkan hasil praktikum yang
diperoleh dengan teori yang ada dan kemungkinan – kemungkinan yang
menyebabkan hal tersebut terjadi dll. Kegiatan yang dilakukan dalam praktikum
antara lain sampling darah vena, pengukuran kadar hemoglobin, penghitungan
jumlah leukosit, LED, dan membuat preparat darah hapus. Darah yang digunakan
adalah darah dari vena mediana cubiti. Apabila pemeriksaan tidak dapat segera
dilakukan setelah pengambilan darah maka diperlukan zat yang dapat
menghambat proses pembekuan darah. Antikoagulansia yang digunakan dalam
praktikum ini yaitu EDTA untuk pengukuran kadar hemoglobin, penghitungan
jumlah leukosit, dan preparat darah hapus sedangkan untuk LED antikoagulansia
yang digunakan adalah natrium sitrat. Antikoagulan lainnya antara lain adalah
trisodium citrate, heparin, natrium flourida, double oxalat, dan ACD (Acid Citrate
Dextrose). Pemakaian EDTA yang melebihi takaran 2 mg / ml darah dapat
menyebabkan eritrosit degenerasi, hematokrit menurun, MCV menurun palsu,
MCHC meningkat palsu, Trombosit meningkat palsu.
Sampel darah yang diperoleh tersusun atas sel-sel, pecahan-pecahan sel
dan larutan yang bersifat cair disebut plasma. Plasma terdiri dari 91 – 92 % air
sebagai medium transpor dan 8-9 % zat padat. Zat padat tersebut antara lain
protein-protein seperti albumin, globulin, faktor-faktor pembekuan ,enzim, unsur
organik seperti zat nitrogen nonprotein (urea, asam urat, xantin, kreatinin, asam
amino), lemak netral, fosfolipid, kolesterol ,glukosa dan unsur anorganik lain.
Peran utama albumin adalah mempertahankan volume darah dengan menjaga
tekanan osmotik koloid, keseimbangan pH dan elektrolit. Globulin sangat
berperan dalam pembentukan antibodi (imunoglobulin). Fibrinogen yang
jumlahnya hanya 4% merupakan salah satu faktor pembekuan darah.
Ada 3 macam sel utama yang terdapat dalam darah, yaitu sel darah
merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan fragmen sel yang disebut
trombosit. Eritrosit merupakan sel bertekstur halus, berbentuk bikonkaf tanpa inti,
diameter 6-8,5 μm, dan merupakan sel yang paling banyak ditemukan diantara
keseluruhan sel darah. Gambaran eritrosit pada mikroskop cahaya terlihat sebagai
benda bulat dengan bagian tengah yang pucat. Bagian tengah eritrosit yang pucat
ini disebut “central pallor” yaitu bekas tempat inti sel.
A. SAMPLING
Cara memperoleh sampel darah menggunakan sampel darah vena dan
sampel darah kapiler. Sampel darah kapiler biasanya diambil pada ujung jari kaki
(pada anak-anak); ujung jari tangan 2,3,4 (pada dewasa); dan daun telinga.
Pengambilan sampel darah vena dapat dilakukan pada berbagai tempat misalnya
vena umbilicalis untuk bayi baru lahir, vena jugularis eksterna untuk bayi, dan
vena mediana cubiti untuk dewasa. Vena mediana cubiti merupakan tempat
pengambilan darah vena tersering karena paling sedikit menimbulkan
ketidaknyamanan pada pasien dibanding vena-vena yang lain. Sampel darah vena
biasanya digunakan untuk pemeriksaan darah rutin dan darah kapiler untuk hitung
sel.
Dari pengambilan sampel yang salah akan menyebabkan hasil
pemeriksaan yang tidak valid. Sehingga proses sampling sendiri termasuk penting
dalam pemeriksaan darah. Selain itu cara penyimpanan, pengiriman dll. Biasanya
kegagalan sampling disebabkan oleh :
1. Susah didapatkannya vena yang mudah untuk diambil darahnya.
2. Teknik pemeriksa dalam mengambil maupun .
3. cara menumpangkannya ke dalam botol penampung.
B. DARAH RUTIN
1. Hb
Sel induk dari eritrosit berasal dari hemositoblast yang berada di
sumsum tulang. Proses pembentukan eritrosit bermula dari sumsum tulang
kemudian menembus lapisan endothel pembuluh darah secara diapedesis, dan
mengikuti aliran darah. Proses yang sama juga berlaku di lien. Proses mitotif
aktif eritrosit terjadi sampai dengan stadium polikromatik eritroblast (early
erythroblast). Pada stadium orthokromatik tidak ditemukan proses mitosis
lagi. Seluruh proses eritropoeisis dalam sumsum tulang memerlukan waktu ±
7 hari. Selanjutnya eritrosit akan beredar di dalam aliran darah kurang lebih
120 hari.
Eritrosit mengangkut hemoglobin, sedangkan hemoglobin
mengangkut oksigen. Banyaknya oksigen yang diterima oleh jaringan
bergantung kepada kadar dan fungsi hemoglobin yang tersedia, pola aliran
darah yang efektif, dan keadaan jaringan serta cairan yang menerima oksigen.
Kadar hemoglobin dapat diperkirakan dengan perubahan warna yang terjadi
akibat perubahan Hb menjadi menjadi asam hematin yang berwarna coklat tua
oleh HCl.
Hemoglobin
Anak-anak sebelum masa puber, nilai normal hemoglobin dan
jumlah eritrositnya pada wanita sama dengan pria. Namun kemudian pada
pria hemoglobin dan hematokrit meningkat dengan pubertas, lalu menetap
sampai usia 40-50 tahun, selanjutnya menurun perlahan-lahan hingga usia 70
tahun dan menurun lebih cepat setelah itu. Pada wanita, penurunan kadar
hemoglobin dan hematokrit dimulai saat pubertas, berbalik meningkat pada
usia 50 tahun, tetapi peningkatan ini tidak pernah mencapai nilai sebelum
masa puber atau menyamai nilai pada pria berusia sama. Perbedaan pada
wanita dan pria dewasa sebagian disebabkan oleh perdarahan menstruasi pada
wanita dan dampak androgen pada pria. Hal tersebut yang mengakibatkan
nilai normal pada wanita dewasa yang belum menopause lebih rendah
dibanding pria dewasa. Kastrasi pria dewasa biasanya mengakibatkan nilai
hemoglobin dan hematokrit turun mendekati nilai pada wanita dewasa.
Pada praktikum sampel yang digunakan yaitu darah EDTA. Hal ini
dilakukan agar darah tidak membeku saat praktikum dilakukan.
Hasil praktikum probandus wanita dewasa tidak hamil sebesar 13,2
gr % yang menunjukkan kadar Hb normal karena rentang nilai normal Hb
untuk wanita dewasa menurut Dacie adalah 11,5-16,5% sedangkan menurut
WHO adalah 12-16 g/dl.
Kriteria WHO untuk kadar hemoglobin
Pria dewasa : 13 g/dl
Wanita tak hamil : 12 g/dl
Wanita hamil : 11 g/dl
Anak 6 bulan-6 tahun : 11 g/dl
Anak 6 tahun-14 tahun : 12 g/dl
Pada pemeriksaan tidak selalu didapatkan hasil yang normal, namun
juga dapat ditemukan kelainan, antara lain :
Kadar Hb meningkat pada :
Fisiologis : - Pada penduduk dataran tinggi
- Dehidrasi
Patologis : - Polisitemia vera
Kadar Hb menurun pada :
Fisiologis : Kehamilan
Patologis : - Anemia sickle-cell.
- Thallasemia
- Anemia defisiensi zat besi
- Anemia sideroblastik
- Kehilangan darah (perdarahan akut maupun kronik)
- Leukemia
- Demam Tifoid
- Anemia maupun hemoglobinopathi
Kesalahan teknik dengan menggunakan metode ini ± 10% dan cara
ini sudah ditinggalkan. Cara cyanmethemoglobin dianggap lebih baik dari Hb
sahli.
1. Cara Sahli kurang teliti jika dibandingkan dengan cara
cyanmethemoglobin namun masih jauh lebih baik daripada Tallquis
yang menggunakan kertas dan dicocokkan dengan kertas standar.
2. Kesalahan sebesar 10 %.
3. Kemungkinan dapat terjadi kesalahan yang dapat dikarenakan oleh :
- Keadaan alat: Kotor, volume pipet tidak tepat, warna tabung standar
pucat.
- Reagensia : Kedaluwarsa, volume tidak tepat.
- Sampel : Tidak fresh, rusak.
- Praktikan : Teknik kurang, kurang teliti, ketajaman mata yang
berbeda-beda, intensitas sinar kurang, terdapat
gelembung udara, darah pada ujung pipet tidak dihapus,
waktu tidak tepat 1 menit, sehingga asam hematin
belum sempurna terbentuk..
2. Jumlah Leukosit
Gambar: perangkat hemositometer Gambar: penghitungan
leukosit
Penghitungan jumlah leukosit dilakukan dengan neubauer atau
buerker yang terdiri dari 9 kotak, luas 3x3. Untuk penghitungan leukosit
dengan menggunakan kotak sedang di sudut yang berukuran ¼ x ¼. mm2.
pengenceran yang diberikan dengan reagensia bertujuan untuk mematikan
eritrosit dan trombosit sehingga tersisa leukosit yang akan diteliti.
Pada praktikum sampel yang digunakan yaitu darah EDTA. Hal ini
dilakukan agar darah tidak membeku saat praktikum dilakukan.
Hasil praktikum probandus wanita dewasa sebesar 7 ribu / mm3 yang
menunjukkan kadar leukosit normal karena rentang nilai normal leukosit
untuk wanita dewasa menurut Dacie adalah 4 - 11 ribu / mm3 .
Pada pemeriksaan tidak selalu didapatkan hasil yang normal, namun
juga dapat ditemukan kelainan, antara lain :
Setiap keadaan yang menyebabkan kenaikan jenis masing-masing
leukosit akan meningkatkan jumlah leukosit
1. Leukositosis neutrofil, pada:
Infeksi bakteri (terutama bakteri pyogenik), peradangan dan nekrosis
jaringan (miositis, vaskulitis, infark miokard, dan trauma), penyakit metabolik
(uremia, eklampsia, asidosis, gout), neoplasma semua jenis (karsinoma,
limfoma, melanoma), perdarahan/ hemolisis akut, penyakit mieloproliferatif
(leukemia granulositik kronis, polisitemia vera, mielosklerosis)
2. Leukositosis eosinofil (eosinofilia)
Alergi (misalnya asma), parasit (misal adanya cacing), neoplasma
ganas (misalnya penyakit Hodgkin), penyakit kulit tertentu, sensitivitas
terhadap obat, tuberkulosis, poliartritis nodosa, kehamilan
3. Leukositosis basofil (jarang) terjadi pada
Kelainan mieloproliferatif, leukimia granulositik kronis, polisitemia vera
4. Leukositosis monosit terjadi pada:
a. Infeksi bakteri kronis (TBC, bruselosis,
endokardilis, typhus abdominalis)
b. Penyakit-penyakit protozoa
c. Penyakit Hodgkin
d. Leukemia mielomonositik dan monositik
Sedangkan penurunan jumlah leukosit (leukopenia) meliputi :
1. Neutropenia
a. Drug-Induced : obat anti radang, anti konvulasi, obat anti bakteri, anti tiroid
dll
b. Infeksi virus atau bakteri ganas, kegagalan sumsum tulang, splenomegali
dll
2. Limfopenia
- Kegagalan sumsum tulang berat
- Terapi kortikosteroid dan imunosupresi lain
- Penyakit hodgkin
- Penyinaran luas
Kesalahan lebih kecil dibanding penghitungan eritrosit
Kemungkinan dapat terjadi kesalahan yang dapat dikarenakan oleh :
- Alat : Kotor, volume pipet tidak tepat
- Reagensia : Kedaluwarsa, volume tidak tepat
- Sampel : Tidak fresh (lebih dari 2 jam), rusak
- Pemeriksa : Teknik kurang, kurang teliti, terdapat gelembung udara,
darah pada ujung pipet tidak dihapus.
- Perawatan alat :
a) Pipet leukosit: begitu selesai digunakan harus segera dicuci, dengan
aquadest dan disemprot aceton. Bila tersumbat jendalan darah diambil
dengan kawat lembut. Bila gagal rendam dalam larutan (salah satu)
ethanol 95 %, asam acetat 0,5 %, dikromat cleaning solution,larutan
sodium bikarbonat 1 %.
b) Bilik hitung: dibersihkan secepat mungkin, rendam dalam larutan deterjen
2–3 jam, bilas air, bilas alkohol, keringkan dengan kain halus.
3. LED
Laju endap darah menggambarkan komposisi plasma dan perbandingan
antara eritrosit dengan plasma. Darah dengan antikoagulan yang dimasukkan ke
dalam tabung berlumen kecil dan diletakkan tegak lurus , akan menunjukkan
pengendapan eritrosit dengan kecepatan yang ditentukan oleh rasio permukaan :
volume eritrosit. Pengendapan sel ini yang disebut laju endap darah bertambah
cepat apabila berat sel meningkat, tetapi kecepatan berkurang jika permukaan sel
lebih luas. Sel – sel kecil mengendap lebih lambat dari pada sel – sel yang
menggumpal, karena jika sel – sel menggumpal peningkatan berat gumpalan lebih
besar dari pada peningkatan luas permukaan. Dalam darah normal nilai LED
relatif kecil karena pengendapan eritrosit akibat tarikan gravitasi diimbangi oleh
tekanan ke atas akibat perpindahan plasma.
Jika viskositas plasma tinggi atau kadar kolesterol meningkat tekanan ke
atas mungkin dapat menetralisasi tarikan ke bawah terhadap setiap sel atau
gumpalan sel. Sebaliknya setiap keadaan yang meningkatkan penggumpalan atau
perlekatan sel satu dengan sel yang lain akan meningkatkan LED. Adanya
makromolekul dengan konsentrasi tinggi di dalam plasma, dapat mengurangi sifat
saling menolak di antara sel eritrosit, dan mengakibatkan eritrosit lebih mudah
melekat satu dengan yang lain, dan memudahkan terbentuknya rouleaux.
Rouleaux adalah gumpalan eritrosit yang terjadi bukan karena antibodi atau ikatan
kovalen, namun karena saling tarik menarik di antara permukaan sel. Jika
perbandingan globulin terhadap albumin meningkat atau kadar fibrinogen sangat
tinggi, pembentukan rouleaux dipermudah hingga LED meningkat.
LED bermanfaat untuk mengetahui ada tidaknya kelainan organik
ataupun dalam memantau perjalanan penyakit dan memantau keberhasilan terapi
penyakit kronik, contohnya : Artritis Reumatoid dan Tuberkulosis.
Pada praktikum LED darah yang digunakan bukanlah darah EDTA
seperti yang tercantum dalam buku petunjuk praktikum, namun yang digunakan
adalah darah vena yang masih segar. Hal ini dilakukan karena sifat EDTA sendiri
yang sedikit toksik serta dapat mempengaruhi laju endap darah sehingga hasil
yang didapat bukanlah hasil yang sesungguhnya.
Natrium sitrat terutama digunakan untuk LED metode westergreen
namun tidak dapat digunakan untuk menghitung leukosit dan trombosit. Hasil
praktikum probandus wanita dewasa sebesar 17 mm/jam yang menunjukkan laju
endap darah normal karena rentang nilai normal laju endap darah untuk wanita
dewasa menurut Westergreen adalah 0 – 20 mm/jam.
APLIKASI KLINIS
Faktor yang mempercepat LED antara lain:
1. Pembentukan rouleaux, Rouleaux adalah gumpalan eritrosit yang terjadi
bukan karena antibodi atau ikatan kovalen tetapi karena saling tarik menarik
di antara permukaan sel. Biasanya disebabkan karena adanya makromolekul
dengan konsentrasi tinggi dalam plasma.
2. Kadar globulin dan fibrinogen naik
3. Eritrosit yang lebih berat
Faktor yang menghambat LED:
1. Poliglobuli
2. Kadar albumin naik
3. Viskositas darah naik
4. Eritrosit lebih kecil
Pada pemeriksaan tidak selalu didapatkan hasil yang normal, namun
juga dapat ditemukan kelainan, antara lain :
LED meningkat pada :
- Kadar globulin dan fibrinogen naik (pada keadaan) :
1. Respon terhadap trauma
2. Inflamasi (inflamasi akut lokal maupun akut sistemik, ataupun infeksi kronik)
3. Kehamilan
- Mieloma multiple dan disproteinemia
- Anemia berat
- LED moderat pada tumor yang mengalami nekrosis atau reaksi jaringan yang
meluas.
LED menurun pada :
- Hiperkolesterolemia
- Sickle sel
- Spherosid
Kemungkinan dapat terjadi kesalahan yang dapat dikarenakan oleh :
- Alat : Kotor, volume pipet tidak tepat, kolom pipet sempit.
- Reagensia : Kedaluwarsa, volume tidak tepat
- Sampel : Tidak fresh (lebih dari 2 jam), rusak
- Pemeriksa : Teknik kurang, kurang teliti, terdapat gelembung udara, darah pada
ujung pipet tidak dihapus, posisi tabung dalam rak miring,
diletakkan di tempat yang panas dan sebagainya, terdapat vibrasi.
Rak Westergreen yang miring 3o akan menyebabkan kesalahan sampai 30 %.
4. APUS DARAH
Pembuatan apus darah dilakukan dengan prinsip romanowsky
menggunakan pulasan giemsa. Preparat apus darah dapat digunakan untuk
keperluan pemeriksaan hitung jenis leukosit dan menilai morfologi eritrosit. Pada
praktikum apus darah sampel yang digunakan adalah darah EDTA, seharusnya
sampel yang digunakan adalah darah tanpa EDTA.
Apus darah yang telah dibuat tipis, rata, ekor tidak robek dan tidak
berlubang, tidak terputus-putus dan berbentuk seperti peluru. Hasil ini bagus
karena telah memenuhi kriteria apus darah yang baik.
Gambar : preparat apusan darah yang baik
Kemungkinan dapat terjadi kesalahan yang dapat dikarenakan oleh :
- Alat : Kotor, spreader tidak rata
- Reagensia : Kedaluwarsa, volume tidak tepat
- Sampel : Tidak fresh (lebih dari 1 jam), rusak
- Pemeriksa : Teknik kurang, kurang teliti, terdapat gelembung udara, darah pada
ujung pipet tidak dihapus, posisi tabung dalam rak miring,
diletakkan di tempat yang panas dan sebagainya, terdapat vibrasi.
VII. Kesimpulan
1. Pemeriksaan darah rutin meliputi hemoglobin, jumlah leukosit,
hitung jenis leukosit, dan LED.
2. Kadar Hb sahli : 13,2 gr % →normal (nilai rujukan dacie 11,5 gr %–16,5 gr %)
3. Jumlah leukosit melalui penghitungan dengan bilik hitung neubauer improved,
hasil sebesar 7000/mm3 → normal (nilai rujukan dacie 4-11 ribu / mm 3)
4. Laju Endap Darah dengan metode westergreen, hasil: 17 mm / jam→ normal
(nilai rujukannya dacie 0- 20 mm/jam)
5. Pembuatan apus darah menggunakan prinsip romanowsky dengan metode giemsa
yang dapat digunakan untuk hitung jenis leukosit dan morfologi eritrosit)
DAFTAR PUSTAKA
1. A.V Hoffbrand, J.E. Petit. Sel darah putih. Dalam: Kapita Selekta Haematologi. 2nd
ed. Jakarta: EGC. 1996: 109-13
2. J.C.E Underwood. Darah dan sumsum tulang. Dalam: Patologi Umum dan
Sistematik. 2nd ed. Jakarta: EGC. 2000:708-09
3. E.N Kosasih. Hematologi dalam Praktek. Bandung: Alumni. 1984: 24-30.
4. Frances K Widmann. Tinjauan Klinis atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Edisi 9.
Jakarta: EGC. 1995: 19.
5. Tim Patologi Klinik FK UNSOED. Petunjuk & Laporan Praktikum. Purwokerto : FK
UNSOED. 2006: 1-18.
6. http//: www.kalbefarma.com. Diakses tanggal 23 April 2006.
7. http//: www.wildco.com. Diakses tanggal 23 April 2006.
8. http//: www.cf.ac.uk. Diakses tanggal 23 April 2006.
Top Related