SARANABERPIKIRILMIAH
Erni
Kusumawardani
(1262201.225)
Windi Widiasari(1262201.165)
Maulydya Sartika (1262201.200)
Sinta Puspita Sari (1262201.259)
Akuntansi / Y
Sarana Berpikir Ilmiah
SARANA BERPIKIR ILMIAH
Sarana Berpikir Ilmiah
Bahasa
Matematika
Statistika
Sarana Berpikir Ilmiah
Homo Faber
Makhluk yang membuat alat; dan kemampuan membuat alat itu dimungkinkan oleh
adanya pengetuahuan
Kemampuan dalam mengambil jalan melingkar dalam
mencapai tujuannya
Seluruh pikiran dipenuhi oleh kebutuhan yang menyebabkan
mereka secara langsung mencari objek yang diinginkan atau membuang benda yang
menghalanginya
Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir. Tersedianya
sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara
teratur dan cermat.Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuh. Sarana ilmiah memiliki fungsi –fungsi yang khas dalam kaitan kegiatan ilmiah secara menyeluruh.
Sarana berfikir ilmiah merupakan alat bagi cabang-cabang pengetahuan untuk
mengembangkan materi pengetahuannya berdasarkan metode ilmiah.Penguasaan Sarana Berpikir Ilmiah merupakan suatu hal yang bersifat imperatif bagi seorang
ilmuwan. Tanpa menguasai hal ini, maka kegiatan ilmiah yang baik tak dapat di lakukan.
Sarana Berpikir Ilmiah ini, dalam proses pendidikan kita merupakan bidang studi
tersendiri.
Artinya Mempelajari Sarana Berpikir Ilmiah
sama seperti kita Mempelajari Berbagai
Cabang Ilmu
Pertama, Sarana ilmiah bukan merupakan ilmu dalam pengertian, bahwa sarana ilmiah itu merupakan kumpulan pengetahuan yang didapatkan
berdasarkan metode ilmiah
Kedua, Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik sedangkan tujuan mempelajari ilmu
dimaksudkan untuk memdapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk bisa mempecahkan masalah kita sehari-hari
2 hal yang harus diperhatikan
Untuk melakukan kegiatan ilmiah dengan baik, maka diperlukan sarana berupa :
BAHASA
MATEMATIKA
STATISTIKA
LOGIKA
Animal Symbolicum
Makhluk yang mempergunakan simbol, yang secara generik mempunyai cakupan yang lebih luas daripada Homo Sapien yakni makhluk yang berpikir, sebab dalam kegiatan berpikirnya manusia mempergunakan simbol
Merupakan alat komunikasi verbal yang dipakai dalam seluruh proses berfikir ilmiah di mana bahasa merupakan
alat berfikir dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan fikiran kepada orang lain.
BAHASA
Manusia dapat berpikir dengan baik karena mempunyai bahasa. Bahasa memungkinkan manusia berpikir secara abstrak dimana objek - objek yang faktual ditransformasikan menjadi simbol - simbol bahasa yang bersifat abstrak.
Adanya simbol bahasa yang bersifat abstrak ini memungkinkan manusia untuk memikirkan sesuatu secara berlanjut. Demikian juga dengan bahasa memberikan kemampuan untuk berpikir secara teratur dan sistematis.
Fungsi BAHASA
SIMBOLIK(menonjol
dalam komunikasi
ilmiah)EMOTIF
(menonjol dalam
komunikasi estetik)
AFEKTIF
Bahasa mengkomunikasikan 3 hal
yaitu :
Buah Pikiran
Perasaan
Sikap
Apa itu bahasa ??
Pertama, Bahasa dicirikan sebagai
Serangkaian Bunyi
Manusia mempergunakan bunyi sebagai alat
komunikasi yang paling utama (Komunikasi Verbal)
Kedua, bahasa merupakan lambang
dimana rangkaian bunyi ini membentuk
suatu arti tertentu
Manusia mengumpulkan lambang2 ini dan
menyusun apa yang kita kenal sebagai
pembendaharaan kata kata
Pembedaharaan kata ini
merupakan akumulasi
pengalaman dan pemikiran
manusia. Inilah penyebab bahasa
terus berkembang
Adanya lambang memungkinkan manusia belajar
dan berpikir lebih baik
masyarakat yang
berkomunikasi dengan
menggunakan komunikasi
verbal disebut juga dengan masyarakat
verbal.
Memungkinkan manusia untuk memikirkan sesuatu dalam benak kepala kita, meskipun
objek yang dipikirkan tidak berada didekat kita
Manusia dapat mengkomunikasikan apa yang sedang dia pikirkan kepada orang lain
Manusia hidup dalam dunia, yakni dunia pengalaman nyata dan dunia simbolik yang di
nyatakan dengan bahasa
Dengan BAHASA
Komunikasi Ilmiah
Bertujuan untuk menyampaikan informasi yang
berupa pengetahuan
Bersifat Reproduktif
Bersifat Jelas & Objektif
Bila si pengirim komunikasi menyampaikan suatu informasi misalnya X ,maka si penerima
informasi harus menerima informasi harus berupa X pula
Dimaksudkan untuk mencegah apa yang dinamakan sebagai salah informasi, yaitu
suatu proses komunikasi yang tidak sesuai dengan apa yang dimaksudkan
Bebas dari Unsur Unsur Emotif
Berbahasa dengan jelas artinya, makna yang terkandung dalam kata kata yang
dipergunakan diungkapkan secara tersurat untuk mencegah pemberian
makna yang lain
Berbahasa dengan jelas artinya juga mengemukakan pendapat / pemikiran
secara jelas
KEKURANGAN BAHASA . . .
Ada 3, yaitu …
Terletak pada peranan bahasa itu sendiri yang bersifat multifungsi yakni sebagai sarana komunikasi emotif, afektif, simbolikTerletak pada arti yang
tidak jelas dan eksak yang dikandung oleh kata kata yang membangun bahasa Konotasi yang
bersifat emosional
19
92
1984
19221864
19
92
19841066
2001 19
741864
1912
20
121951
1909
1922
1792
18231274
18041999
1877
19
47 MATE
MATIKA
Matematika Sebagai Bahasa
Matematika Adalah……
Bahasa yang melambangkan
serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan
Bahasa yang berusaha untuk menghilangkan
sifat kubur , majemuk dan emosional dari bahasa verbal
Sifat Kuantitatif Dari Matematika
Sifat Kuantitatif dari matematika ini meningkatan daya prediktif dan kontrol dari ilmu. Matematika memungkinkan ilmu mengalami perkembangan tahap kualitatif ke kuantiatif
MATEMATIKA VS BAHASA VERBAL
Matematika mengembangkan bahasa
numerik yang memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran
secara kuantitatif
Bahasa verbal hanya mampu mengemukakan pernyataan yang bersifat
kualitatif
MATEMATIKA SEBAGAI SARANA BERPIKIR DEDUKTIF
Berpikir DeduktifAdalah proses pengambilan kesimpulan yang didasarkan
kepada premis-premis yang kebenarannya telah ditentukan.secara deduktif,
matematika menemukan
pengetahuan yang baru bedasarkan
premis-premis tertentu. Pengetahuan
yang ditemukan ini sebenarnya hanyalah
merupakan konsekuensi dari
pernyataan-pernyataan ilmiah
yang telah kita temukan sebelumnya.
Tahap
Perkembangan
ILMU
Pada tahap sistematika maka ilmu mulai menggolong-golongkan
obyek empiris ke dalam kategori –kategori tertentu.
Dalam tahap ini kita mulai melakukan perbandingan antara obyek yang satu dengan obyek
yang lain, dan seterusnya
Tahap selanjutnya adalah tahap kuantitatif di mana kita mencari
hubungan sebab akibat tidak lagi berdasarkan perbandingan
melainkan berdasarkan pengukuran yang eksak dari
obyek yang kita selidiki
Tahap Sistematika
Tahap Komparatif
Tahap Kuantitatif
PERKEMBANGAN MATEMATIKA
Di samping sebagai bahasa maka matematika juga berfungsi sebagai alat berfikir. Ilmu merupakan pengetahuan yang mendasar kepada analisis dalam menarik kesimpulan menurut suatu pola berfikir tertentu.
PERKEMBANGAN MATEMATIKA (LANJUTAN)
Menurut Wittgenstein, matematika tak lain adalah metode berpikir logis. Berdasarkan perkembangannya maka masalah yang dihadapi logika makin lama makin rumit dan membutuhkan analisis yang lebih sempurna. Dalam perspektif inilah maka logika berkembang menjadi matematika.
Matematika pada garis besarnya merupakan pengetahuan yang di susun secara konsisten
berdasarkan logika deduktif.
Matematika merupakan sintetik a priori di mana eksistensi matematika kepada dunia pengalaman kita.
Di samping sarana deduktif yang merupakan aspek estetik, matematika juga merupakan kegunaan praktis dalam kehidupan sehari-hari.
Taha
p Se
jara
h Pe
rkem
bang
an M
atem
atika
Tahap Pertama, dimulai dengan matematika yang berkembang pada peradaban Mesir Kuno dan daerah sekitarnya seperti Babylonia dan
Mesopotamia.Waktu itu matematika telah dipergunakan dalam perdagangan,
pertanian, bangunan, dan usaha mengontrol alam seperti banjir.
Tahap Kedua, pada peradaban Yunani yang meletakkan dasar matematika sebagai cara berpikir rasional dengan menetapkan berbagai
langkah dan definisi tertentu.
Tahap Ketiga, terjadi di Timur sekitar tahun 1000 bangsa Arab, India dan Cina mengembangkan ilmu hitung pada aljabar.
waktu perdagangan antara timur dan barat berkembang pada abad pertengahan maka ilmu hitung dan aljabar ini telah dipergunakan dalam
transaksi pertukaran
Tahap Keempat, penemuan ilmu hitung dan aljabar itu dikaji kembali dalam zaman Renaissance yang meletakkan dasar bagi kemajuan
matematika modern selanjutnya. Ditemukanlah diantaranya Kalkulus Diferensial yang memungkinkan kemajuan ilmu yang cepat di abad ke-
17 dan revolusi industry di abad ke 18
ALIRAN DALAM FILSAFAT MATEMATIKAKaum Logistik, berpendapat bahwa matematika merupakan cara berpikir logis yang salah atau benarnya dapat ditentukan tanpa mempelajari dunia empiris. Tesis utama kaum logistic
adalah matematika murni merupakan cabang dr logika. Kaum logistic mempergunakan system symbol yang
diperkembangkan olah kaum formalis dalam kegiatan analisisnya
Kaum Intuisionis, menyatakan lewat Brouwer bahwa intuisi murni dari berhitung merupakan titik tolak tentang matematika bilangan. Hakikat sebuah bilangan harus dapat dibentuk melalui
kegiatan intuitif dalam berhitung (counting) dan menghitung (calculating). Kaum intuisionis memberikan titik tolak dalam
mempelajari matematika dalam perspektif kebudayaan suatu masyarakat tertentu yang memungkinkan diperkembangkannya
filsafat pendidikan matematika yang sesuai
Kaum Formalis, menekankan kepada aspek formal dari matematika sebagai bahasa perlambang dan
mengusahakan konsistensui dalam penggunaan matematika sebagai bahasa lambang.
Matematika dapat dikatakan hampir sama tuanya dengan peradaban itu sendiri. Sekitar 3500 tahun SM, bangsa mesir kuno telah mempunyai symbol
yang melambangkan angka angka.
Matematika merupakan bahasa artifisial yang dikembangkan untuk menjawab kekurangan bahasa
verbal yang bersifat alamiah. Untuk itu maka diperlukan usaha tertentu untuk menguasai matematika dalam bentuk kegiatan belajar.
Matematika & Peradaban
Matematika tidak dapat dilepaskan dari perkembangan peradaban manusia.
Bagi bidang keilmuan modern, matematika adalah sesuatu yang imperative : sebuah sarana untuk meningkatkan kemampuan penalaran deduktif.
w
w
Your Page Name – Internet Web Browser
http://www.maricari.com
Tab 1
Giggle Search
Next
Statistika
MARI CARI.com
Peluang yang merupakan dasar dari teori statistika, merupakan konsep baru yang tidak dikenal dalam pemikiran Yunani Kuno, Romawi, dan bahkan Eropa dalam abad pertengahan. Teori mengenai kombinasi bilangan sudah terdapat dalam aljabar yang dikembangkan sarjana Muslim namun bukan dalam lingkup teori peluang.
Konsep statistika sering dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu. Pada tahun 1757 Thomas Simpson menyimpulkan bahwa terdapat suatu distribusi yang berlanjut (continuous distribution)dari suatu variabel dalam suatu frekuensi yang cukup banyak.
Statistika yang relatif sangat muda jika dibandingkan dengan matematika, berkembang dengan cepat terutama dasawarsa 50tahun belakangan ini. Penelitian ilmiah, baik yang berupa survei maupun eksperimen dilakukan dengan lebih cermat dan teliti mempergunakan teknik teknik statistika yang diperkembangkan sesuai dengan kebutuhan.
STA
TIS
TI
KA
STATISTIKA DAN CARA BERPIKIR
INDUKTIF
Ilmu secara sederhana dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yang telah teruji kebenarannya. Semua pernyataan ilmiah adalah bersifat faktual, di mana konsekuensinya dapat diuji baik dengan jalan mempegunakan pancaindera, maupun dengan mempergunakan alat-alat yang membantu pancaindera tersebut.
Cara Berpiki
r indukt
if
Pengujian Empiris
Pengujian Hipotesis
Pengujian secara empiris, merupakan salah satu mata rantai dalam metode ilmiah yang membedakan ilmu dari pengetahuan-pengetahuan lainnya
merupakan penarikan kesimpulan yang bersifat khas dari pernyataan
yang bersifat umum dengan mempergunakan deduksi.
Statistika dan Cara Berpikir Induktif (Lanjutan)
Deduktif Induktif
Logika deduktif berpaling kepada matematika sebagai sarana penalaran penarikan
kesimpulan
Dalam penalaran deduktif maka kesimpulan yang ditarik
adalah benar sekiranya premis-premis yang
dipergunakannya adalah benar dan prosedur penarikan
kesimpulannya adalah sah.
Logika induktif berpaling kepada statistika. Statistika
merupakan pengetahuan untuk melakukan penarikan
kesimpulan induktif secara lebih seksama.
Dalam penalaran induktif meskipun premis-premisnya adalah benar dan prosedur penarikan kesimpulannya
adalah sah maka kesimpulan itu belum tentu benar.
Penarikan kesimpulan secara induktif menghadapkan kita kepada sebuah permasalahan mengenai banyaknya kasus yang harus kita amati sampai kepada suatu kesimpulan yang bersifat umum.
Penarikan kesimpulan secara deduktif merupakan suatu hal yang
pasti, di mana jika kita mempercayai premis-premis yang dipakai sebagai
landasan penalarannya, maka kesimpulan penalaran tersebut juga dapat kita percayai kebenarannya sebagaimana kita mempercayai
premis-premis terdahulu.
Statistika memberikan cara untuk dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan mengamati hanya sebagian dari populasi yang
bersangkutan.
Statistika dan Cara Berpikir Induktif (Lanjutan)
Statistika secara kuantitatif pada pokoknya didasarkan pada asas yang sangat sederhana yakni makin besar contoh yang diambil, maka makin tinggi pula tingkat ketelitian kesimpulan tersebut dan makin sedikit contoh yang diambil maka makin rendah pula
tingkat ketelitiannya.
Statistika juga memberikan kemampuan kepada kita untuk mengetahui apakah suatu hubungan kausalita antara 2 factor atau lebih bersifat kebetulan atau memang benar
benar terkait dalam suatu hubungan yang bersifat empiris. Jadi dalam hal ini statistika berfungsi meningkatkan
ketelitian pengamatan kita dalam menarik kesimpulan dengan jalan menghindarkan hubungan semu yang
bersifat kebetulan.
Statistika memberikan sifat yang pragmatis kepada penelaahan keilmuan, di mana dalam kesadaran bahwa suatu kebenaran absolut
tidak mungkin dapat dicapai, kita berpendirian bahwa suatu kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan dapat diperoleh.
Penarikan kesimpulan secara statistika memungkinkan kita untuk melakukan kegiatan ilmiah secara ekonomis, di mana tanpa statistika hal ini tak mungkin dapat dilakukan.
Karakteristik yang dipunyai statistika ini sering kurang dikenali dengan baik yang menyebabkan orang sering melupakan pentingnya pentingnya statistika dalam penelaahan keilmuan.
Secara hakiki statistika mempunyai kedudukan yang sama dalam penarikan kesimpulan induktif seperti matematika dalam penarikan kesimpulan secara deduktif.
Statistika dan Cara Berpikir Induktif (Lanjutan)
Karakteristik Berpikir Induktif Logika induktif tidak memberikan kepastian
namun sekedar tingkat peluang bahwa untuk premis-premis tertentu dapat ditarik.
Statistika merupakan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk menarik kesimpulan secara induktif berdasarkan peluang induktif
berdasarkan peluang tersebut.
Teori peluang merupakan cabang dari matematika sedangkan statistika sendiri merupakan disiplin
tersendiri.
Sta
tistik
a m
enur
ut b
idan
g pe
ngka
jiann
ya
Statistika TEORITIS
Statistika TERAPAN
Merupakan pengetahuan yang mengkaji dasar-dasar teori statistika, dimulai dari
teori penarikan contoh, distribusi, penaksiran, dan
peluang
Merupakan penggunaan statistika teoritis yang
disesuaikan dengan bidang tempat penerapannya.
Karakteristik Berpikir Induktif (Lanjutan)
Kegiatan ilmiah memerlukan penelitian untuk menguji hipotesis yang diajukan.
Penelitian pada dasarnya merupakan pengamatan dalam alam empiris apakah hipotesis tsb memang didukung oleh fakta-fakta
Demikian Statistika memberikan jalan bagaimana kita menarik kesimpulan yang bersifat umum melalui tingkat peluang dan
kekeliruannya.
Penguasaan Statistika mutlak diperlukan untuk dapat berpikir ilmiah dengan sah sering dilupakan orang.
Prosedur penarikan kesimpulan yang bersifat objektif ini, merupakan salah satu penghalang kemajuan ilmu. Sebab kesimpulan yang ditarik tidak sah. Kesimpulan seperti ini
sukar untuk diterima sebagai premis untuk berpikir selanjutnya
Karakteristik Berpikir Induktif (Lanjutan)
Statistika harus mendapat tempat yang sejajar dengan matematika agar keseimbangan berpikir deduktif dan induktif yang merupakan ciri dari berpikir ilmiah dapat dilakukan dengan baik.
Statistika merupakan sarana berpikir yang diperlukan untuk memproses pengetahuan secara ilmiah. Sebagai bagian dari perangkat metode ilmiah maka statistika membantu kita untuk melakukan generalisasi dan menyimpulkan karakteristik suatu kejadian secara lebih pasti bukan terjadi secara kebetulan
TERIMAKASIH
Top Related