1
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHIKEBIJAKAN STRUKTUR MODAL
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2011)
Oleh
RISKA FITRIWATIJURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan struktur modal. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah profitabilitas,risiko bisnis,cash holding, non-debt tax shield, dan ukuran perusahaan. Sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah kebijakan struktur modal. Peneliti menggunakan jeda satu tahun antara variabel dependen dan independen, dimana diasumsikan bahwa kebijakan yang terjadi pada tahun t merupakan hasil dari pertimbangan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada tahun sebelumnya (t-1).
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2006-2011. Metode pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan alat analisis regresi linier berganda dengan tingkat keyakinan sebesar 95%.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh bahwa variabel profitabilitas dan cash holding berpengaruh negatif terhadap kebijakan struktur modal. Sedangkan non-debt tax shield dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan struktur modal, dan variabel risiko bisnis tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan struktur modal.
Kata kunci : struktur modal (long term debt to equity ratio), profitabilitas, risiko bisnis, cash holding, non-debt tax shield, dan ukuran perusahaan.
I.PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam kaitannya dengan kelangsungan hidup perusahaan, keputusan penting yang
harus diambil adalah keputusan pendanaan berupa keputusan keuangan yang
berkaitan dengan komposisi hutang, saham preferen, dan saham biasa yang harus
2
digunakan perusahaan. Penentuan proporsi antara hutang dan modal dalam suatu
perusahaan berkaitan erat dengan istilah struktur modal. Struktur modal adalah
perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan
modal sendiri (Husnan, 2004 dalam Fadhli, 2010
Penggunaan hutang dalam pendanaan akan menguntungkan perusahaan dibanding
dengan modal sendiri, tetapi hutang yang tinggi akan memunculkan biaya bunga
yang dapat mengarahkan perusahaan ke posisi default ketika perusahaan
mengalami kesulitan pengembalian atas pokok dan bunga hutang. Keuntungan
lain dari penggunaan hutang adalah pembayaran bunga hutang kepada kreditur
karena beban bunga hutang dalam perpajakan bersifat tax deductible.
Profitabilitas menunjukkan ukuran kemampuan perusahaan memperoleh laba.
Perusahaan yang sangat menguntungkan tidak banyak membutuhkan pembiayaan
dengan hutang karena sebagian besar pendanaan sudah dicukupi dengan laba
ditahan perusahaan yang tinggi. Pada tiap perusahaan risiko bisnis akan
meningkat jika menggunakan hutang yang tinggi dalam struktur modalnya. Hal
ini juga akan meningkatkan kemungkinan kabangrutan. Cash holding dalam
perusahaan menunjukkan pentingnya financial slack dalam perusahaan guna
mendanai investasi dengan pendanaan internal. Perusahaan dapat memperoleh
keuntungan pajak dalam bentuk selain hutang yang disebut non debt tax shield.
Keuntungan pajak yang akan didapat oleh perusahaan selain bunga hutang adalah
berupa biaya depresiasi atas aset tetap yang dapat dikurangkan sebagai biaya
dalam menghitung laba kena pajak. Besar kecilnya ukuran perusahaan akan
berpengaruh terhadap struktur modal. Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar
memiliki akses yang lebih besar untuk mendapatkan pendanaan karena
perusahaan dengan ukuran besar memiliki probabilitas lebih besar untuk
memenangkan persaingan atau bertahan dalam industri. Perusahaan kecil sangat
rentan terhadap perubahan kondisi ekonomi dan cenderung kurang
menguntungkan.
Penelitian-penelitian yang membahas mengenai struktur modal telah banyak
dilakukan, namun masih terdapat perbedaan hasil dari penelitian satu dengan
lainnya. Karena perbedaan hasil penelitian tersebut, maka penulis melakukan
3
penelitian lanjutan dengan judul : “ Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kebijakan Struktur Modal (Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2011)”.
1.2 Perumusan dan Batasan Masalah
1.2.1 Perumusan Masalah
Apakah profitabilitas risiko bisnis, cash holding, non-debt tax shield, dan ukuran
perusahaan memiliki pengaruh terhadap kebijakan struktur modal Perusahaan
Manufaktur di Bursa Efek Indonesia?
1.2.2 Batasan Masalah
Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia berturut-turut dari tahun 2006-2011, memiliki kelengkapan data
yang berkaitan dengan variable penelitian serta struktur modal dalam penelitian
ini merujuk pada preferensi sumber dana eksternal hutang jangka panjang.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Menganalisis pengaruh profitabilitas, risiko bisnis, cash holding, non-debt tax
shield, dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan struktur modal perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya dan pertimbangan informasi
bagi dunia bisnis terutama manajer dan investor dalam penentuan struktur modal
beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
II. LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pecking Order Theory
Teori ini dikemukakan oleh Myers dan Majluf (1984) dalam Sugiarto (2009).
Secara singkat teori ini menyatakan bahwa perusahaan menyukai internal
financing (pendanaan dari hasil operasi perusahaan berwujud laba ditahan)
4
2.1.2 Static Tradeoff Theory
Teori ini dikemukakan oleh Stiglitz (1969) dalam Sulistyowati (2008). Model ini
merupakan keseimbangan antara keuntungan dan kerugian atas penggunaan
hutang. Struktur modal yang optimal akan dapat ditemukan dengan
menyeimbangkan antara keuntungan dari penggunaan hutang, biaya kebangkrutan
dan biaya keagenan. Penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan tapi
hanya sampai pada titik tertentu, setelah titik tersebut penggunaan hutang justru
akan menurunkan nilai perusahaan karena kenaikan keuntungan dari penggunaan
hutang tidak sebanding dengan kenaikan biaya financial distress dan agency
problem
2.1.3 Struktur Modal
Modal yang berasal dari investasi pemegang saham yang disebut modal
kontribusi(contributed capital) atau modal disetor (paid in capital) dan modal
yang berasal dari laba disebut sebagai laba ditahan atau saldo laba (retained
earning). Modal kontribusi dalam neraca disajikan ke dalam dua bagian yaitu (1)
modal saham(capital stock) dan (2) tambahan modal disetor(additional paid-in
capital).
Struktur Modal adalah perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal
sendiri (Riyanto, 2001 dalam Nurrohim, 2010). Jadi dapat disimpulkan bahwa
struktur modal merupakan proporsi atau perimbangan dalam penentuan kebutuhan
belanja perusahaan baik menggunakan hutang jangka panjang ataupun modal
sendiri yang berasal dari pendanaan internal dan eksternal.
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Struktur Modal
2.2.1 Profitabilitas
Profitabilitas suatu perusahaan mencerminkan tingkat efektifitas yang dicapai
dalam opersional perusahaan (Ukago, 2005 dalam Tirsono, 2008). Profitabilitas
dalam penelitian ini diukur dengan rasio Return on asset (ROA), rasio ini
mengambarkan kemampuan perusahaaan dalam menghasilkan keuntungan dari
tiap satu rupiah aset yang digunakannya.
5
2.2.2 Risiko Bisnis
Investor selalu mempertimbangkan risiko dan keuntungan atas investasi yang
dilakukannya, salah satu risiko yang dihadapi oleh investor adalah fluktuasi atau
variasi dari harga saham. Fluktuasi dapat diukur atas dasar harga suatu saham dari
harga rata-ratanya atau fluktuasi harga saham dari harga saham secara umum di
bursa efek. Besarnya fluktuasi atau sensitifitas harga saham tersebut oleh para ahli
manajemen keuangan diberi istilah beta saham, koefisien beta saham
menggambarkan risiko saham tersebut, makin tinggi koefisien beta suatu saham
maka makin tinggi pula risiko saham tersebut. (Elton dan Gruber, 1995 dalam
Kartika, 2009), menyatakan bahwa pengukuran beta suatu saham bisa dilakukan
dengan menggunakan single index model. Model ini berasumsi bahwa return
saham berkorelasi dengan perubahan return pasar, dan untuk mengukur korelasi
tersebut bisa dilakukan dengan return indeks pasar.
2.2.3 Cash Holding
Teori pecking order mementingkan pada pentingnya financial slack yang cukup di
perusahaan guna mendanai proyek-proyek bagus dengan dana internal. Dana
internal diperoleh dari laba ditahan dan depresiasi. Myers dan Majluf (1984)
dalam Sugiarto (2009) menjelaskan bahwa financial slack adalah dana internal
yang dibangkitkan dari suatu perusahaan meliputi kas yang dipegang perusahaan
dan surat berharga jangka pendek serta debt capacity yang tak terpakai. Jika cash
holding yang dimiliki oleh perusahaan tinggi maka perusahaan tersebut cenderung
mempunyai tingkat hutang yang rendah karena cash holding menunjukkan jumlah
uang diperusahaan yang dicadangkan untuk kebutuhan perusahaan.
2.2.4 Non-debt Tax Shield
Non-debt tax shield yaitu bentuk keuntungan yang diperoleh perusahaan selain
dari bunga hutang yang dikurangkan dari jumlah penghasilan kena pajak. Bradley,
Jarrel dan Kim (1984) dalam Tirsono (2008) menemukan non debt tax shield
dalam bentuk biaya depresiasi atas aset tetap. Perusahaan dengan jumlah aset
tetap yang tinggi akan mendapat keuntungan pajak berupa biaya depresiasi aset
tetap yang dapat dijadikan pengurang dalam menghitung besarnya pajak yang
terutang
6
2.2.5 Ukuran Perusahaan
Ukuran Perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang
ditujukan pada total aset, jumlah penjualan, rata-rata penjualan dan rata-rata total
aset (Riyanto, 2001dalam Fadhli, 2010). Total aset diaggap lebih stabil dan
bersifat jangka panjang sebagai proksi ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan
yang didasarkan pada total aset yang dimilki perusahaan diatur dalam ketentuan
BAPEPAM No. 11/PM/1997 bahwa perusahaan kecil atau menengah adalah
perusahaan yang memiliki total aset tidak lebih dari seratus milyar rupiah.
Perusahan dengan ukuran yang lebih besar memiliki akses untuk mendapatkan
sumber pendanaan dari berbagai sumber, dilihat dari total asetnya perusahaan
dengan total aset yang besar lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan laba
dibanding dengan perusahaan yang memiliki total aset yang kecil, sehingga untuk
mendapat pinjaman dari kreditur akan lebih mudah karena perusahaan dengan
ukuran besar memiliki probabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan
dalam industri, sebaliknya perusahaan dengan skala kecil akan lebih menghadapi
ketidakpastian, karena perusahaan kecil lebih cepat bereaksi terhadap perubahan
yang mendadak.
2.3 Penelitian Terdahulu
1. Seftianne dan Ratih Handayani (2011), meneliti tentang Faktor-faktor
yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan publik sektor
manufaktur. Alat analisis yang digunakan berupa regresi linear berganda,
hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel profitabilitas, likuiditas dan
risiko bisnis berpengaruh secara positif tidak signifikan terhadap struktur
modal. Sedangkan variabel ukuran perusahaan, growth opportunity
berpengaruh secara positif signifikan terhadap struktur modal. Variabel
kepemilikan manajerial dan struktur aktiva berpengaruh secara negatif
tidak signifikan terhadap struktur modal.
2. Winahyuningsih, Panca dan Kertati Sumekar (2010), meneliti tentang
analisi faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan
manufaktur. Alat analisis yang digunakan regresi linear berganda dengan
hasil penelitian yaitu variabel pertumbuhan penjualan berpengaruh
signifikan positif terhadap struktur modal, variabel profitabilitas dan
7
operating leverage berpengaruh signifikan negatif terhadap struktur
modal, dan struktur aktiva tidak berpengaruh terhadap struktur modal.
3. Sulistyowati (2008), meneliti tentang Penentuan Kebijakan Struktur Modal
Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Alat analisis yang
digunakan adalah regresi linear berganda, hasil penelitian menunjukkan
variabel tangibility dan non-debt tax shield berpengaruh positif signifikan
terhadap leverage, variabel profitabilitas berpengaruh negatif tidak
signifikan, variabel pertumbuhan perusahaan dan cash holding
berpengaruh negatif signifkan terhadap leverage.
Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan, landasan teoritis, dan
tinjauan penelitian terdahulu maka digambarkan kerangka pemikiran ditunjukkan
sebagai berikut :
Gambar 2.1
Kerangka pemikiran
2.4 Pengembangan Hipotesis
2.4.1 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Struktur Modal
Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi, memungkinkan untuk
membiayai sebagaian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan
secara internal berupa laba ditahan perusahaan. Dengan alasan bahwa biaya dana
internal lebih murah dibanding biaya dana eksternal. Dengan tingginya
profitabilitas suatu perusahaan, tentunya akan mengurangi jenis pendanaan
eksternal berupa hutang dalam struktur modalnya.
Penelitian mengenai pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal perusahaan
yang dilakukan oleh Hasan (2006), Rachmawardani (2007), dan Sulistyowati
Cash Holding (x3) Struktur Modal (HUTANY)
Non-debt tax shield (x4)
Ukuran perusahaan (x5)
Risiko Bisnis (x2)
Profitabilitas (x1)
8
(2008), menemukan bukti empiris bahwa profitabilitas memiliki pengaruh negatif
signifikan terhadap struktur modal, namun bertolak belakang dengan hasil
penelitian Nugroho (2009), dan Seftianne (2011), yang menyatakan bahwa
profitabilitas memiliki pengaruh positif signifikan terhadap struktur modal.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah:
Ha1 : Profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan struktur modal.
2.4.2 Pengaruh Risiko Bisnis Terhadap Kebijakan Struktur Modal
Setiap perusahaan akan menghadapi risiko sebagai akibat dari dilakukannya
kegiatan operasi perusahaan. Pada tiap industri, semakin tinggi perkiraan biaya
kebangkrutan atau financial distress maka perusahaan akan meminjam dalam
jumlah yang lebih sedikit, perusahaan dengan risiko bisnis yang tinggi, cenderung
menghindari pendanaan dengan menggunakan hutang dibanding perusahaan
dengan risiko bisnis yang rendah.
Penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Susetyo (2006) dan Nugroho
(2009) dengan hasil risiko bisnis berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur
modal. Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh penelitian Rachmawardani (2007)
menemukan bukti empiris bahwa risiko bisnis berpengaruh positif signifikan
terhadap struktur modal, sedangkan Saidi (2004) dan Seftianne (2011)
menemukan bahwa risiko bisnis tidak berpengaruh terhadap struktu modal.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang diajukan adalah :
Ha2 : Risiko bisnis berpengaruh terhadap kebijakan struktur modal.
2.4.3 Pengaruh Cash Holding Terhadap Kebijakan Struktur Modal
Ginglinger dan Saddour (2007) dalam Wijaya (2011) menyatakan bahwa
penentuan tingkat cash holding perusahaan merupakan salah satu keputusan
keuangan penting yang harus diambil oleh seorang manajer keuangan.
Kepemilikan kas (cash holding) merupakan ukuran dari pendanaan internal yang
tersedia untuk mendanai investasi (Chiarella et al. 1991, dalam Sulistyowati
2008). Cash holding dapat digunakan untuk beberapa hal, antara lain dibagikan
kepada pemegang saham berupa dividen, melakukan pembelian kembali saham,
9
melakukan investasi atau menyimpannya untuk kepentingan perusahaan di masa
depan. Bila semakin banyak uang kas di suatu perusahaan maka perusahaan
tersebut akan cenderung tidak menggunakan hutang. Penelitian yang telah
dilakukan oleh Sulistyowati (2008) yang mendapati bahwa cash holding
berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal dan Wijaya (2011)
mendapati bahwa perusahaan dengan leverage rendah menahan kas dalam jumlah
yang lebih banyak dan sebaliknya.
Berdasarkan penjelasan di atas, hipotesis yang diajukan adalah:
Ha3 : Cash holding berpengaruh terhadap kebijakan struktur modal.
2.4.4 Pengaruh Non-debt Tax Shield Terhadap Kebijakan Struktur Modal
Dalam melakukan efesiensi penghitungan pajak selain dengan membebankan
biaya bunga hutang, perusahaan dapat memanfaatkan keuntungan pajak melalui
fasilitas perpajakan yang diberikan oleh pemerintah atau disebut dengan non-debt
tax shield. Bradley, Jarrel dan Kim (1984) dalam Tirsono (2008) menemukan
non-debt tax shield dalam bentuk biaya depresiasi atas aset tetap. Perusahaan yang
memiliki biaya depresiasi tinggi mencerminkan bahwa perusahaan tersebut
mempunyai aset tetap yang besar. Hasil penelitian terdahulu yang membahas
antara non-debt tax shield dengan struktur modal dilakukan oleh Sulistyowati
(2008) yang mendapati non-debt tax shield berpengaruh positif signifikan
terhadap struktur modal, sedangkan penelitian Tirsono(2008) menemukan hasil
bahwa non-debt tax shield tidak berpengaruh terhadap leverage.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang diajukan adalah :
Ha4 : Non-debt tax shield berpengaruh terhadap kebijakan struktur modal.
2.4.5 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Struktur Modal
Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan. Ukuran
perusahaan dapat ditentukan berdasarkan total penjualan, total aset, rata-rata
tingkat penjualan, dan rata-rata total aset (Seftianne, 2011). Dalam penelitian ini
ukuran perusahaan dinilai dengan total aset karena dianggap lebih stabil dibanding
penjualan. Perusahaan kecil sangat rentan terhadap perubahan kondisi ekonomi
10
dan cenderung kurang menguntungkan. Perusahaan kecil juga lebih berisiko
dibanding perusahaan besar. Perusahaan-perusahaan besar cenderung lebih mudah
untuk memperoleh pinjaman dari pihak ketiga, karena kemampuannya mengakses
pihak lain atau jaminan yang dimiliki berupa aset bernilai lebih besar dibanding
perusahaan kecil.
Penelitian mengenai pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal telah
dilakukan oleh Saidi(2004) dan Hasan(2006) menemukan bukti empiris bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh signifikan positif terhadap struktur modal.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2009) menemukan hasil
negatif antara pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat diajukan hipotesis sebagai berikut :
Ha5 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan struktur modal
III. METODE PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian
3.1.1 Variabel Dependen
Variabel dependen dikenal juga dengan istilah variabel terikat merupakan variabel
yang dipengaruhi oleh variabel independen atau variabel bebas. Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah :
3.1.1.1 Struktur Modal
LTDER=hutang jangka panjangmodal sendiri
×100 %
Modal sendiri : laba ditahan, saham preferen, dan saham biasa.
3.1.2 Variabel Independen
3.1.2.1 Profitabilitas Perusahaan
ROA = laba bersihtotal aset
×100%
11
3.1.2.2 Risiko Bisnis
Risiko bisnis diukur dengan beta (β) saham perusahaan. Beta merupakan ukuran
risiko yang berasal dari hubungan antara tingkat return saham terhadap return
pasar. Dengan menggunakan data time series, beta saham dapat dihitung melalui
hubungan fungsional (regresi linier) antara rate of return saham sebagai variabel
terikat dan rate of return portofolio pasar (indeks pasar) sebagai variabel bebas.
Hubungan fungsional tersebut dikenal sebagai model indeks tunggal atau market
model( Elton dan Gruber,1995 dalam Kartika, 2009), sebagai berikut :
Rit=α i+β i Rmt+ε¿
Keterangan :Rit : return saham perusahaan ke-i pada tahun ke tαi : intersep dari regresi untuk masing-masing perusahaan ke iβi : beta untuk masing-masing perusahaan ke – iRmt: return indeks pasar pada tahun ke-iε it : kesalahan residu untuk persamaan regresi ke-i pada tahun ke-t
Return saham dihitung dengan :
Rt=Pt−P t−1
Pt−1Keterangan :
Rt : Return saham pada bulan ke-tPt : harga saham pada bulan ke-tPt-1 : harga saham pada bulan ke t-1
Return pasar dihitung dengan :
Rmt=IHSGt−IHSGt−1
IHSGt−1
Keterangan :Rmt : return pasar pada bulan ke-t IHSGt : indeks harga saham gabungan pada bulan ke-tIHSGt-1 : indeks harga saham gabungan pada bulan ke t-1
3.1.2.3 Cash Holding
Dalam penelitian ini penghitungan cash holding mengacu pada penelitian Isshaq
(2009) dalam Putri (2011) cash holding dinotasikan dengan rumus :
Kepemilikan kas(cashholding)❑=log saldokas neracaakhir tahun
12
3.1.2.4 Non-debt Tax Shield
Perhitungan non-debt tax shields dalam penelitian ini mengacu pada penelitian
Sulistyowati (2008) dengan menggunakan rasio depresiasi terhadap total aset.
Non-debt tax shield dalam penelitian ini dihitung dengan rumus :
Non- debt tax shield = depresiasitotal aset
×100%
3.1.2.5 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan besarnya aset yang dimiliki perusahaan. Dalam
penelitian ini pengukuran perusahaan mengacu pada penelitian Saidi (2004)
Ukuran perusahaan = Log total aset
3.2 Populasi dan Penentuan Sampel
Penelitian ini menggunakan populasi perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode tahun 2006 sampai dengan tahun 2011. Pemilihan
sampel penelitian dilakukan secara purposive sampling. Kriteria-kriteria
penarikan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang
mempublikasikan laporan keuangan secara lengkap 5 tahun berturut-turut yaitu
2006 sampai dengan tahun 2011, memiliki nilai laba bersih dan ekuitas bernilai
positif, menyajikan laporan keuangan dalam satuan mata uang rupiah dan
memiliki harga penutupan saham bulanan.
Sampel yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini sebanyak 25 perusahaan.
Penggunaan perusahaan manufaktur disebabkan jenis industry ini menyerap
investor paling banyak dibanding jenis industri lainnya dan kebutuhan akan modal
yang besar.
Perusahaan yang mengalami rugi dan mengalami penurunan nilai ekuitas
dikeluarkan dari sampel karena fokus penelitian pada hutang jangka panjang, rugi
dan penurunan nilai ekuitas disebabkan kinerja yang buruk dan penurunan nilai
ekuitas tidak dapat mencerminkan besarnya nilai ekuitas perusahaan. Perusahaan
yang rugi dan mengalami penurunan nilai ekuitas akan sulit untuk mendapatkan
hutang, kinerja yang buruk dan kesulitan masalah keuangan membuat debtholders
13
tidak akan meminjamkan dananya. Penelitian ini mengamati kebijakan struktur
modal yang dipengaruhi oleh variabel independen pada (t-1) dengan alasan
penetapan suatu kebijakan tidak akan terjadi pada tahun yang bersamaan dengan
faktor-faktor yang mempengaruhinya.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif yang
berupa data sekunder. Perusahaan Manufaktur yang dipublikasikan di Indonesian
Capital Market Directory (ICMD), website BEI selama lima tahun, yaitu tahun
2006 hingga tahun 2011, dan website www.finance.yahoo.com untuk mendapatkan
harga penutupan saham bulanan.
3.4 Metode Pengumpulan Data
a. Dokumentasi
b. Mengumpulkan data kuantitatif yang berupa nnual report perusahaan
manufaktur go publik yang dipublikasikan di ICMD, data laporan
keuangan auditan di website BEI, dan daftar harga penutupan saham
bulanan perusahaan sejak Januari 2006 hingga Desember 2010 di
http://finance.yahoo.com/
3.5 Metode Analisis Data
3.5.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memperoleh gambaran umum sampel data.
Hasil statistik dari sampel data penelitian yang dapat dilihat yaitu minimum,
maksimum, rata-rata dan standar deviasi.
3.5.2 Uji Asumsi Klasik
Untuk mengetahui apakah model regresi yang akan digunakan benar-benar bebas
dari adanya gejala multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi maka
dilakukan pengujian asumsi klasik.
14
3.5.3 Pengujian Hipotesis
3.5.3.1 Analisis Regresi Linear Berganda
Persamaan regresi dapat dituliskan sebagai berikut :
LTDER t = α + β1.X1(t-1) + β2.X2(t-1) + β3.X3(t-1)+ β4.X4(t-1) + β5.X5(t-1) + e
Keterangan :
LTDER t = Struktur Modal (hutang jangka panjang) pada tahun tα = Konstantae = Errorβ1 ;β2; β3; β4; β5 = koefisien regresi variabel x1, x2, x3, x4, x5
x1(t-1) = Profitabilitas pada t-1x2(t-1) = Risiko bisnis (business risk) pada t-1x3(t-1) = Kepemilikan kas (Cash holding) pada t-1x4(t-1) = Depresiasi aset tetap (non-debt tax shield) pada t-1x5(t-1) = Ukuran perusahaan (firm size) pada t-1
3.5.3.2 Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi ( R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah dari
nol dan satu. Nila R2 yang kecil menunjukkan kemampuan yang terbatas dari
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Nilai
yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
3.5.3.3 Uji Signifikansi Parameter Individual
Uji signifikansi parameter individual ini dilakukan untuk melihat pengaruh dari
masing-masing variabel independen dan tingkat signifikansinya terhadap variabel
dependen. Keputusan diterima atau ditolaknya Ho dapat dilihat dari apabila p-
value > 0.05, maka Ho diterima, artinya tidak terdapat pengaruh secara parsial
dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Apabila p-
value < 0.05, maka Ha diterima, artinya masing-masing variabel independen
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
15
1.5.3.4 Uji F
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana variabel independen yang
digunakan mampu menjelaskan variabel dependen secara bersama-sama. Jika
diperoleh p-value < 0.05 maka variabel independen secara simultan berpengaruh
terhadap variabel dependen. Tapi jika p-value > 0.05 maka variabel independen
tidak berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen.
IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Penelitian
Perusahaan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2011.
Berdasarkan metode purposive sampling dan kriteria-kriteria pengambilan sampel
yang telah ditetapkan terdapat 25 sampel perusahaan Manufaktur yang dapat
mewakili masa pengamatan lima tahun berturut-turut sehingga terdapat 125 data
pengamatan.
Tabel 4.1 Sampel Penelitian
Kriteria
Jumlah Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar berturut-turut di
BEI selama tahun 2006-2011
90
Perusahaan yang mengalami rugi dan perusahaan yang
mengalami penurunan nilai ekuitas
(42)
Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan bukan dalam
satuan mata uang rupiah
(16)
Perusahaan yang tidak memiliki harga penutupan saham
bulanan
(7)
Jumlah sampel 25
16
4.2 Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif bertujuan untuk menjelaskan mean dan standar deviasi
perbandingan antara variabel independen profitabilitas, risiko bisnis, cash
holding, non-debt tax shield, dan ukuran perusahaan terhadap variabel
dependennya yaitu struktur modal. Statistik deskriptif dari variabel-variabel di
atas dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
125 .0106 1.3395 .237270 .2807505125 .0012 .3895 .077490 .0681112125 -1.4070 4.8100 .603704 .9377503125 7.6414 11.5937 10.210050 .8850170125 .0002 .1169 .042292 .0242244125 10.5273 13.7407 11.918684 .6088165125
LTDERPROFITABILITASB_RiskCash_holdingNDTSFirm_sizeValid N (listwise)
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Variabel LTDER memiliki nilai minimum sebesar 0.0106 dan nilai maksimumnya
sebesar 1.3395. nilai LTDER minimum berarti nilai kewajiban jangka panjang
terendah sebesar 0.0106 dari total ekuitas. Semakin rendah rasio hutang jangka
panjang terhadap total ekuitasnya akan semakin baik bagi perusahaan karena
dapat menjamin pelunasan kewajiban jangka panjangnya. Nilai terendah LTDER
ini dimiliki oleh PT. Akbar Indo Makmur Stimec Tbk pada tahun 2006.
Sedangkan nilai maksimum LTDER sebesar 1.3395 dimiliki oleh PT. Indosat Tbk
tahun 2008. Nilai LTDER di atas 1 berarti hutang jangka panjang yang dimiliki
perusahaan melebihi dari total ekuitas yang dimilikinya. Nilai rata-rata LTDER
menunjukkan selama periode penelitian rata-rata hutang jangka panjang
perusahaan sebesar 0.2372 kali dari total ekuitas yang dimiliki. Hal ini
menunjukkan rata-rata perusahaan lebih mengutamakan menggunakan dana yang
bersumber dari modal sendiri lalu hutang jangka panjangnya. Nilai standar deviasi
sebesar 0.2807.
Nilai minimum variabel Profitabilitas (ROA) sebesar 0.0012 dimiliki oleh PT.
Akbar Indo Makmur Stimec Tbk pada tahun 2006, hal ini menunjukkan
kemampuan menghasilkan laba yang dimliki perusahaan paling kecil hanya
0.0012 kali dari total asetnya, sedangkan nilai maksimum dari profitabilitas
17
dimiliki oleh PT. Multi Bintang Indonesia Tbk, hal ini menunjukkan kemampuan
memperoleh laba terbesar dibanding keseluruhan penelitian yaitu sebesar 0.3895
kali dari total asetnya. Sedangkan nilai rata-rata Profitabilitas sebesar 0.0774
menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan memiliki kemampuan menghasilkan
laba atau profotabilitas sebesar 0.0774 atau 7.74%. standar deviasi memiliki nilai
0.0681.
Risiko bisnis memiliki nilai minimum -1.4070 yang dimiliki oleh PT. Akbar Indo
Makmur Stimec Tbk pada tahun 2008, nilai maksimum risiko bisnis dimiliki oleh
perusahaan PT Modern Internasional Tbk pada tahun 2010 yaitu sebesar 4.8100.
Nilai rata-rata risiko bisnis yang dimiliki oleh keseluruhan perusahaan sampel
adalah sebesar 0.6037 yang berarti rata-rata tingkat risiko bisnis yang dihadapi
oleh perusahaan sebesar 60.37% dan penyebaran data pada variabel risiko bisnis
perusahaan ini adalah sebesar 0.9377.Variabel cash holding pada penelitian ini
memiliki nilai minimum sebesar 7.6414 tahun 2007 terdapat pada perusahaan PT.
Akbar Indo Makmur Stimec Tbk dan nilai tertinggi ada pada perusahaan PT.
Modern Internasional Tbk sebesar 11.5937 pada tahun 2009. Nilai rata-rata cash
holding sebesar 10.2100 dan standar deviasi sebesar 0.8850. Untuk variabel non-
debt tax shield (NDTS) nilai minimum dimiliki oleh PT Akbar Indo Makmur
Stimec Tbk pada tahun 2010 sebesar 0.0002 sedangakan nilai maksimumnya
terdapat pada PT Indosat Tbk yaitu sebesar 0.1169 pada tahun 2010, nilai rata-rata
non-debt tax shield (NDTS) sebesar 0.0422 dan standar deviasi 0.0242. Ukuran
perusahaan memiliki nilai minimum 10.5273 dimiliki oleh PT. Beton Jaya
Manunggal Tbk pada tahun 2006, sedangkan nilai maksimum sebesar 13.7407
dimiliki oleh PT. Indosat Tbk pada tahun 2009. Sedangkan rata-rata nilai ukuran
perusahaan adalah 11.9186 dan standar deviasi sebesar 0.6088.
4.3 Uji Asumsi Klasik
4.3.1 Uji Normalitas
Model regresi yang baik jika memenuhi asumsi normalitas. Terdapat dua cara
yang bisa dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi secara normal
atau tidak yaitu dengan analisis grafik normal probability plot dan pengujian
statistik non-parametrik one sample kolmogorov smirnov (K-S).
18
a.Analisis Grafik Normal Probability Plot
Gambar 1 Hasil Uji Normalitas Dengan Grafik
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa data menyebar di sekitar garis diagonal dan
mengikuti arah garis diagonal walaupun ada titik yang sedikit menjauh dari garis
diagonal tersebut. Hal ini dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal,
dapat dilakukan analisis normalitas dengan uji non-parametrik one sampe
Kolmogorov-Smirnov.
b.Analisis dengan Uji Non-parametrik Kolmogorov Smirnov (K-S)
Tabel 4.4 Hasil Uji Non-parametrik Kolmogorov Smirnov (K-S)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
125.0000000
.19234147.086.086
-.059.966.308
NMeanStd. Deviation
Normal Parameters a,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized Residual
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Hasil pengujian statistik tabel di atas menunjukkan bahwa data residual
berdistribusi secara normal yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi pengujian
normalitas di atas sebesar 0.308. dengan demikian H0 diterima karena nilai K-S
sebesar 0.308 lebih besar dari 0.05.
19
4.3.2 Uji Multikolinearitas
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
-3.033 .379 -8.007 .000-1.131 .278 -.274 -4.073 .000 .869 1.151
.022 .019 .073 1.149 .253 .973 1.028-.070 .034 -.221 -2.037 .044 .336 2.9732.987 .794 .258 3.762 .000 .840 1.190.330 .051 .716 6.487 .000 .324 3.085
(Constant)ProfitabilityB_RiskCash_holdingNDTSFirm_size
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. Tolerance VIFCollinearity Statistics
Dependent Variable: LTDERa.
Sumber : Lampiran 4b
Berdasarkan tabel penjelas hasil pengujian multikolinearitas di atas, dapat dilihat
bahwa tidak terjadi multikolinearitas karena nilai tolerance yang didapat di atas
0.1 dan nilai VIF pada tiap-tiap variabel kurang dari 10.
4.3.3 Uji Autokorelasi
Cara untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi pada penelitian dapat
menggunakan Durbin Watson statistik.
Tabel 4.7 Hasil Uji Durbin Watson
Model Summaryb
.728a .531 .511 .1963407 1.924Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Durbin-Watson
Predictors: (Constant), Firm_size, Profitability, B_Risk, NDTS, Cash_holding
a.
Dependent Variable: LTDERb.
20
Tabel 4.8 Interpretasi Hasil Autokorelasi Durbin Watson
Jika Keputusan
0< 1.924< 1.6258
1.6258 ≤ 1.924 ≤ 1.7919
2.3742 < 1.924 < 4
2.2081 ≤ 1.924 ≤ 2.3742
1.7919 ≤ 1.924 ≤ 2.2081
Ada autokorelasi
Tidak ada keputusan
Ada autokorelasi
Tidak ada keputusan
Tidak ada autokorelasi
Berdasarkan interpretasi tabel dw di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai dw
penelitian ini sebesar 1.924 berada pada keputusan tidak ditolak. Nilai dw sebesar
1.924 berada di antara nilai dU sebesar 1.7919 dan lebih kecil dari nilai 4-dU
sebesar 2.2081.
4.3.4 Uji Heterokedastisitas
a.Grafik Scatterplot
Grafik scatterplot dilihat antara nilai prediksi variabel dependen ZPRED dan
residualnya SRESID, apabila diagram pencar tidak membentuk suatu pola atau
menyebar acak maka regresi tidak mengalami heterokedastisitas.
Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas
21
Berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi
heterokedastisitas terlihat bahwa titik-titik menyebar tanpa membentuk pola
tertentu serta berada acak di atas dan di bawah pada angka 0 sumbu Y, namun
sedikit terdapat titik-titik yang terlihat menumpuk. Untuk meyakinkan bahwa
tidak terjadi heterokedastisitas maka dilakukan pengujian statistik lainnya yaitu uji
glejser.
b.Uji Glejser
Tabel 4.9 Hasil Uji Glejser
Coefficientsa
-.423 .217 -1.950 .053-.008 .159 -.005 -.048 .962 .869 1.151-.006 .011 -.051 -.574 .567 .973 1.028.010 .020 .076 .500 .618 .336 2.973
-.006 .455 -.001 -.014 .989 .840 1.190.040 .029 .215 1.386 .168 .324 3.085
(Constant)ProfitabilityB_RiskCash_holdingNDTSFirm_size
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. Tolerance VIFCollinearity Statistics
Dependent Variable: hasil_absoluta.
Berdasarkan hasil pengujian di atas diketahui bahwa dari kelima variabel
independen yaitu profitabilitas, risiko bisnis, cash holding, non-debt tax shield,
dan ukuran perusahaan tidak ada satupun variabel independen yang secara
statistik signifikan mempengaruhi variabel dependen yaitu struktur modal (long
term debt to equity ratio), maka dapat disimpulkan bahwa model regresi terbebas
dari masalah heteroskedastisitas.
4.4 Pengujian Hipotesis
4.4.1 Analisis Regresi Linear Berganda
Pengujian ini dilakukan dengan melihat besarnya nilai probabilitas (p-value)
masing-masing koefisien regresi variabel independen dibandingkan tingkat
signifikansi ( α ) sebesar 5%. Dasar keputusan berdasarkan probabilitas sebagai
berikut :
a. Jika ( p – value) > 0.05 maka Ha ditolak
b. Jika ( p – value) < 0.05 maka Ha diterima
22
Tabel 4.11 Hasil Uji Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
-3.033 .379 -8.007 .000-1.131 .278 -.274 -4.073 .000 .869 1.151
.022 .019 .073 1.149 .253 .973 1.028-.070 .034 -.221 -2.037 .044 .336 2.9732.987 .794 .258 3.762 .000 .840 1.190.330 .051 .716 6.487 .000 .324 3.085
(Constant)ProfitabilityB_RiskCash_holdingNDTSFirm_size
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. Tolerance VIFCollinearity Statistics
Dependent Variable: LTDERa.
Berdasarkan hasil regresi dengan menggunakan tingkat kesalahan sebesar 5%
pada tabel di atas maka diperoleh persamaan :
LTDER = - 3.033 - 1.131 Profit + 0.022 B_Risk - 0.070 Cash_hold + 2.987
NDTS + 0.330 Size + e
Analisis regresi yang dilakukan tersebut untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian statistik
yang dilakukan :
4.4.2 Uji Koefisien Determinasi
Tabel 4.10 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
.728a .531 .511 .1963407 1.924Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Durbin-Watson
Predictors: (Constant), Firm_size, Profitability, B_Risk, NDTS, Cash_holding
a.
Dependent Variable: LTDERb.
Dari hasil output tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai adjusted R2 adalah
0.511. Hal ini berarti bahwa 51.1% variabel dependen struktur modal (long term
debt to equity ratio) dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen yaitu
profitabilitas, risiko bisnis, cash holding, non-debt tax shield (NDTS), dan ukuran
23
perusahaan sedangkan sisanya yaitu sebesar 48.9% dijelaskan oleh variabel lain di
luar model yang diteliti.
4.4.3 Uji Signifikansi Parameter Individual
Tabel 4.11 Hasil Uji Hipotesis
Coefficientsa
-3.033 .379 -8.007 .000-1.131 .278 -.274 -4.073 .000 .869 1.151
.022 .019 .073 1.149 .253 .973 1.028-.070 .034 -.221 -2.037 .044 .336 2.9732.987 .794 .258 3.762 .000 .840 1.190.330 .051 .716 6.487 .000 .324 3.085
(Constant)ProfitabilityB_RiskCash_holdingNDTSFirm_size
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. Tolerance VIFCollinearity Statistics
Dependent Variable: LTDERa.
1. Pengujian Hipotesis Pertama
Ha1 : Profitabilitas Berpengaruh Terhadap Kebijakan Struktur Modal
Berdasarkan hasil perhitungan tabel koefisien di atas, dapat diketahui bahwa
profitabilitas memiliki nilai signifikansi sebesar 0.000, ini berarti hasil penelitian
mendukung hipotesis pertama (Ha1), profitabilitas memiliki koefisien regresi
negatif terhadap struktur modal yaitu unstandarized coefficient beta -1.131, nilai
tersebut menunjukkan jika profitabilitas meningkat sebesar 1% maka struktur
modal akan menurun sebesar 0,0113% dengan asumsi variabel lainnya konstan.
Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Hasan (2006),
Rachmawardani (2007) dan Sulistyowati (2008) yang mengungkapkan bahwa
profitabilitas mempengaruhi struktur modal dengan arah yang negatif.
Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi akan cukup untuk memenuhi
kebutuhan pendanaannya dengan dana internal berupa laba ditahan perusahaan.
Dengan tingginya profitabilitas suatu perusahaan, tentunya akan mengurangi jenis
pendanaan eksternal berupa hutang dalam struktur modalnya. Sesuai dengan
pecking order theory bahwa perusahaan akan menggunakan sumber dana internal
terlebih dahulu.
2.Pengujian Hipotesis kedua
Ha2 : Risiko Bisnis Berpengaruh Terhadap Kebijakan Struktur Modal
24
Risiko bisnis memiliki nilai signifikansi sebesar 0.253 di atas tingkat kesalahan
yang ditetapkan sebesar 5%, memiliki koefisien regresi positif terhadap struktur
modal yaitu unstandarized coefficient beta 0.022. Hal ini berarti hipotesis kedua
(Ha2 tidak didukung dengan hasil penelitian empiris. Arah koefisien regresi yang
positif sebesar 0.022 menunjukkan investor khususnya yang memiliki sifat risk
cenderung lebih tertarik dengan risiko yang tinggi karena risiko yang tinggi akan
menghasilkan return yang tinggi pula. Makin tingginya kebutuhan akan dana
eksternal membuat perusahaan tetap mengajukan hutang dalam struktur modalnya
walaupun memiliki risiko yang tinggi. Hal ini juga dapat disebabkan karena
prosedur pemberian dana oleh lembaga keuangan di Indonesia tidak terlalu ketat
sehingga perusahaan lebih mudah mendapatkan dana.
Hasil pengujian yang tidak signifikan mengindikasikan risiko bisnis tidak
diperhitungkan oleh perusahaan dalam menetapkan kebijakan struktur modalnya,
karena baik perusahaan yang memiliki risiko bisnis tinggi ataupun rendah sama-
sama membutuhkan dana bagi operasi bisnisnya. Perusahaan dengan risiko bisnis
yang rendah akan lebih mudah untuk mendapatkan kredit atas pengajuan
pinjamannya. Akan tetapi perusahaan dengan risiko bisnis yang tinggi juga tetap
membutuhkan pendanaan dari pihak eksternal karena kemungkinan dana internal
saja tidak cukup untuk kebutuhan perusahaan, maka dari itu perusahaan dengan
risiko bisnis yang tinggi juga tetap mengajukan pinjaman dalam rangka memenuhi
pendanaan dalam struktur modalnya. Hal ini diperkuat dengan penemuan empiris
yang dilakukan oleh Taridi dan Husnan (2001) dalam Sugiarto (2009), yang
menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan terbuka di Indonesia memiliki
konsentrasi kepemilikan yang tinggi dan tingkat hutang yang tinggi. Dalam
praktiknya persentase saham perusahaan-perusahaan terbuka di Indonesia yang
dilepas ke publik berkisar antara 30%-35%, sehingga kontrol terbesar masih
dikuasai pemilik atau pendiri perusahaan, bukti empiris menunjukkan bahwa
struktur kepemilikan di Indonesia dicirikan oleh konsentrasi kepemilikan yang
tinggi, konsentrasi kepemilikan yang tinggi cenderung mengarah pada perilaku
meminjam yang berlebih ( La- Porta 1998, dalam Sugiarto 2009).
25
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini didukung dengan hasil penelitian yang
telah dilakukan oleh Saidi (2004) dan Seftianne (2011) yang mengemukakan
bahwa risiko bisnis tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan struktur modal
perusahaan. Tingkat risiko bisnis yang harus dihadapi tiap perusahaan dalam jenis
industri apapun merupakan suatu keadaan yang sulit untuk diukur atau ditentukan
secara pasti (Titman dan Wessels, 1998 dalam Nurmadi, 2012).
2. Pengujian Hipotesis Ketiga
Ha3 : Cash Holding Berpengaruh Terhadap Kebijakan Struktur Modal
Variabel cash holding berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Variabel
cash holding memiliki tingkat signifikansi sebesar 0.044 berarti hasil penelitian
mendukung hipotesis ke tiga (Ha3), cash holding memiliki koefisien bertanda
negatif sebesar -0.070 yang berarti bahwa setiap kenaikan 1% cash holding maka
sturktur modal akan menurun sebesar 0.070% dengan asumsi variabel lain
konstan. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang telah dilakukan oleh
Sulistyowati (2008) yang menyatakan bahwa cash holding memiliki pengaruh
yang negatif signifikan terhadap struktur modal. Cash holding menunjukkan dana
internal yang dimiliki perusahaan tersebut. Perusahaan dengan kepemilikan cash
holding yang tinggi akan cukup untuk mendanai kebutuhan perusahaan. Sejalan
dengan pecking order theory bahwa perusahaan akan mengutamakan penggunaan
sumber dana internal.
4. Pengujian Hipotesis Keempat
Ha4 : Non Debt Tax Shield Berpengaruh Terhadap Kebijakan Struktur
Modal
Variabel non-debt tax shield memiliki nilai signifikansi sebesar 0.000 Hal ini
berarti Ha4 yang menyatakan bahwa non-debt tax shield berpengaruh terhadap
kebijakan struktur modal didukung oleh hasil penelitian empiris. Koefisien beta
bertanda positif sebesar 2.987 menunjukkan bahwa tiap kenaikan 1% dari non-
debt tax shield perusahaan akan meningkatka struktur modal sebesar 2.987%
dengan asumsi variabel lain konstan. Hasil penelitian ini didukung hasil penelitian
26
yang telah dilakukan oleh Sulistyowati (2008) yang mendapati bahwa non-debt
tax shield memiliki pengaruh secara posotif signifikan terhadap struktur modal.
Pengaruh yang positif dari non-debt tax shield terhadap struktur modal
mengindikasikan bahwa perusahaan dapat megambil manfaat dari biaya depresiasi
aset tetap sebagai pengurang pajak penghasilan badan yang harus dibayarkan
perusahaan (tax deductible), sehingga peningkatan non-debt tax shield akan
meningkatkan struktur modal perusahaan dimana terdapat kecenderungan
perusahaan akan memaksimalkan hutang karena aset tetap yang tinggi dapat
dijaminkan untuk hutang dan non-debt tax shield berupa biaya depresiasi aset
tetap akan meningkatkan keuntungan perusahaan sebagai pengurang laba kena
pajak.
3. Pengujian Hipotesis Kelima
Ha5 : Ukuran Perusahaan Berpengaruh Terhadap Kebijakan Struktur
Modal
Nilai signifikansi variabel ukuran perusahaan yaitu 0.000 .Hal ini berarti Ha5
didukung oleh hasil penelitian empiris. Unstandarized coefficient beta sebesar
0.330 bertanda positif menunjukkan pengaruh positif ukuran perusahaan terhadap
struktur modal, jika ukuran perusahaan naik sebesar 1% maka kenaikan dari
ukuran perusahaan tersebut akan diikuti dengan peningkatan struktur modal
sebesar 0.330% dengan asumsi variabel lain dalam penelitian konstan. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saidi (2004) dan Hasan (2006)
yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap
struktur modal.
Semakin besar suatu perusahaan, maka kebutuhan akan dana eksternal juga akan
semakin besar, perusahaan-perusahaan besar lebih mudah memperoleh pinjaman
dari pihak ketiga karena kemampuannya mengakses pihak lain atau jaminan yang
dimiliki berupa aset bernilai lebih besar dibanding perusahaan kecil. Perusahaan
besar juga memiliki probabilitas yang lebih tinggi untuk memenangkan
persaingan dalam industri sedangkan perusahaan kecil cenderung akan
27
menghadapi ketidakpastian karena perusahaan kecil akan lebih cepat bereaksi
terhadap perubahan yang mendadak.
28
4.4.4 Hasil Uji F
Tabel 4.12 Hasil Uji F
ANOVAb
5.186 5 1.037 26.907 .000a
4.587 119 .0399.774 124
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Firm_size, Profitability, B_Risk, NDTS, Cash_holdinga.
Dependent Variable: LTDERb.
Sumber : Lampiran 5
Berdasarkan uji Anova pada tabel di atas, diperoleh nilai F hitung sebesar 26.907
dengan probabilitas signifikansi sebesar 0.000 lebih kecil dari tingkat signifikansi
yang ditetapkan sebesar 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama
kebijakan struktur modal (long term debt to equity ratio) dipengaruhi oleh
profitabilitas, risiko bisnis , cash holding, non-debt tax shield, dan ukuran
perusahaan atau dapat diartikan model dalam penelitian ini layak untuk diteliti.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Nilai adjusted R2 sebesar 0.511 yaitu bahwa 51.1% variabel dependen
kebijakan struktur modal dapat dijelaskan oleh variabel independen
sisanya sebesar 48.9% dijelaskan oleh faktor lain diluar model yang
diteliti.
2. Hasil pengujian menunjukan bahwa profitabilitas, cash holding
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal.
3. Hasil pengujian menunjukkan bahwa risiko bisnis tidak berpengaruh
terhadap struktur modal
4. Hasil pengujian empiris terhadap variabel non-debt tax shield DAN
ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan positif terhadap struktur
modal.
29
5.2 Keterbatasan
Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu :
1. Jumlah sampel perusahaan manufaktur yang digunakan dalam penelitian
ini masih terbatas, hanya berjumlah 25 perusahaan sampel. Hal ini
disebabkan ketersediaan data yang diperoleh masih belum lengkap.
2. Penelitian ini belum memasukkan faktor-faktor lain yang diduga
berpengaruh terhadap kebijakan struktur modal seperti jenis industri dan
effective tax rate yang masih jarang diteliti.
3. Hasil penelitian hanya mewakili jenis industri manufaktur dan belum
dapat mewakili jenis industri lain yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
5.3 Saran
Bagi penelitian selanjutnya mengenai kebijakan struktur modal agar
mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Memperluas sampel penelitian
2. Mencoba menguji variabel lain seperti jenis industri dan effective tax rate.
3. Proksi yang digunakan dalam pengukuran risiko bisnis yang menggunakan
beta saham hendaknya mencoba dengan harga saham penutupan mingguan
atau harian.
30
DAFTAR PUSTAKA
Christianti, Ari. 2006. Penentuan Perilaku Kebijakan Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta: Hipotesis Static Trade Off Atau Pecking Order Theory, Simposium Nasional Akuntansi IX
Fadhli, Arli Warzuqni. 2010. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Go Public di BEI Tahun 2005-2007”, Skripsi Universitas Diponegoro
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Hasan, Mudrika Alamsyah. 2006. Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal, Jurnal Tepak Manajerial Magister Manajemen UNRI, Vol.6, No.6
Kartika, Andi. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Public Di BEI , Dinamika Keuangan Dan Perbankan, Hal.105-122 Fakultas Ekonomi Universitas Stikubank Semarang
Laili Hidayati; Imam Ghozali; dan Dwisetio Poerwono, 2001. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Keuangan Perusahaan Manufaktur Yang Go Publik Di Indonesia, Jurnal Bisnis Strategi, Vol.7, Tahun V
Langgeng Wijaya, Anggita. 2011. Perbedaan Cash Holding Pada PerusahaanDengan Leverage Tinggi Dan Rendah, Jurnal Review Akuntansi dan Keuangan, Vol.1 No.1, Hal 57-62
Nugroho, M. Taufan, 2009. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi StrukturModal Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di bursa Efek Indonesia Periode2005-2007, Jurnal Ekonomi dan Manajemen Universitas Muhammadiyah Semarang
Nurmadi, Ruswan. 2009. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2007-2010, Thesis Universitas Sumatra Utara
Nurrohim KP, Hasa. 2008. Pengaruh Profitabilitas, Fixed Asset Ratio, Kontrol Kepemilikan dan Struktur Aktiva Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia, Sinergi, Vol.10, No.1,Hal.11-18
Putri, Kharisma Rizka. 2011. Analisis Pengaruh Corporate Governance, Struktur Kepemilikan, dan Cash Holdings Terhadap Nilai Perusahaan, Skripsi Universitas Diponegoro Semarang
R. Agus Sartono dan Ragil Sriharto, 1999. Faktor-faktor Penentu Struktur ModalPerusahaan Manufaktur di Indonesia, Sinergi, Vol 2, No. 2, Hal.175-188
31
Rachmawardani, Yulinda, 2007. Analisis Pengaruh Aspek Likuiditas, Risiko Bisnis,Profitabilitas, dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Struktur Modal (Studi Empiris Pada Sektor Keuangan dan Perbankan di BEJ Tahun 2000-2005), Thesis Magister Manajemen Universitas Diponegoro
Saidi, 2004. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada PerusahaanManufaktur Go Public di BEJ 1997-2002. Jurnal Bisnis dan Ekonomi Vol.11, No.1, Hal. 44-58.
Seftianne dan Ratih Handayani. 2011. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.13, No.1, Hal. 39-56
Sugiarto, 2009. Struktur Modal, Struktur Kepemilikan Perusahaan, Permasalahan Keagenan Dan Informasi Akuntansi, Graha Ilmu, Yogyakarta
Susetyo, Arif, 2006. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Public di BEJ Periode 2000-2003, Skripsi Universitas Islam Indonesia
Sulistyowati, Wiwit Apit. 2008. Penentuan Kebijakan Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta, Thesis Universitas Diponegoro
Tirsono. 2008. Analisis Faktor Pajak Dan Faktor-Faktor Lain Yang Berpengaruh Terhadap Tingkat Utang Pada Perusahaan- Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta, Thesis Universitas Diponegoro
Titik Indrawati dan Suhendro, 2006. Determinasi Capital Structure padaPerusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta Periode 2000-2004, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol.3, No.1, Hal. 77-105
Wahidahwati, 2002. Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan KepemilikanInstitusional Pada Kebijakan Hutang Perusahaan: Sebuah Perspektif Theory Agency, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.5, No.1, Hal.181-197
Winahyuningsih, Panca dan Kertati Sumekar. 2010. Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Publik Di Bursa Efek Indonesia, Thesis Fakultas Ekonomi Universitas Muria Kudus
Top Related