FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
DENGAN PENDAPATAN MASYARAKAT SEBAGAI VARIABEL MODERATING
(Studi Pada Wajib Pajak di Kota Medan)
TESIS
Oleh :
A N A N D A 137071049/Akt
MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
DENGAN PENDAPATAN MASYARAKAT SEBAGAI VARIABEL MODERATING
(Studi Pada Wajib Pajak di Kota Medan)
TESIS
Oleh :
A N A N D A 137071049/Akt
MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
DENGAN PENDAPATAN MASYARAKAT SEBAGAI VARIABEL MODERATING
(Studi Pada Wajib Pajak di Kota Medan)
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
Oleh :
A N A N D A 137071049/Akt
MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
Telah diuji pada
Tanggal : 28 Juli 2015
PANITIA PENGUJI TESIS:
Ketua : Dr.Ir.Tavi Supriana, M.Si
Anggota : 1. Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak, CA
2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA, CA
3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, CA
4. Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak, CA
Judul Tesis : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DENGAN PENDAPATAN MASYARAKAT SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Studi Pada Wajib Pajak di Kota Medan)
Nama Mahasiswa : ANANDA
Nomor Pokok : 137017049
Program Studi : Akuntansi
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
(Dr. Ir.Tavi Supriana, M.Si) (Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak, CA)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Dekan Fakultas Ekonomi,
(Prof.Dr.Ade Fatma Lubis,MAFIS,MBA,CPA,CA) (Prof.Dr.Azhar Maksum,M.Ec,Ac,Ak,CA)
Tanggal Lulus : 28 Juli 2015
PERNYATAAN
Judul Tesis
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
DENGAN PENDAPATAN MASYARAKAT SEBAGAI VARIABEL MODERATING
(Studi Pada Wajib Pajak di Kota Medan)
Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara adalah
benar merupakan hasil karya penulis sendiri.
Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu
dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya
secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan
hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis
bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-
sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Medan, 28 Juli 2015
Penulis,
ANANDA
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan dengan pendapatan masyarakat sebagai variabel moderating. Penelitian ini merupakan penelitian kausal komparatif yang menunjukkan hubungan sebab akibat pelayanan, sanksi, NJOP, pengetahuan, pendapatan terhadap kepatuhan. Populasi dalam penelitian ini adalah Wajib Pajak di Kota Medan. Teknik pengambilan sampel dengan cara accidental sampling. Jumlah populasi sebanyak 467.090. Besarnya sampel diperoleh menggunakan Rumus Slovin sebanyak 100 responden. Analisis data dengan menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan secara simultan pelayanan, sanksi, NJOP, pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan. Secara parsial sanksi, pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan, sedangkan pelayanan dan NJOP berpengaruh tidak signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan. Pendapatan bukan merupakan variabel moderating yang dapat memoderasi hubungan pelayanan, sanksi, NJOP, dan pengetahuan dengan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan.Secara simultan pelayanan, sanksi, NJOP, pengetahuan, dan pendapatan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan. Secara parsial sanksi, pengetahuan, dan pendapatan berpengaruh terhadap kepatuhan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan.
Kata Kunci : Pelayanan,Sanksi,NJOP,Pengetahuan,Kepatuhan,Pendapatan
ABSTRACT
This research is The objective of the study was to analyze some factors which influence taxpayers’ compliance in paying tax on land and building with people’s income as moderating variable. The study used causal comparative method which indicated the correlation of cause and effect of services, sanction, NJOP (tax objects selling price), knowledge, and income with compliance. The population was 467,090 taxpayers in Medan, and 100 of them were used as the samples, taken by using accidental sampling and Slovin Formula technique. The data were analyzed by using multiple linear regression analysis. The result of the study showed that, simultaneously, services, sanction, NJOP, and knowledge had significant influence on taxpayers’ compliance in paying tax on land and building. Partially, sanction and knowledge had significant influence on compliance, while services and NJOP did not have any significant influence on taxpayers’ compliance in paying tax on land and building. Income was not moderating variable which could moderate the correlation of services, sanction, NJOP, and knowledge with taxpayers’ compliance in paying tax on land and building. Partially, sanction, knowledge, and income had the influence on taxpayers’ compliance in paying tax on land and building. Keywords: Service, Sanction, NJOP, Knowledge, Compliance, Income
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul“ Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan
Dengan Pendapatan Masyarakat Sebagai Variabel Moderating (Studi Pada Wajib Pajak di
Kota Medan) “ dapat selesai sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Selama penulisan tesis ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak baik yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Subhilhar, Ph. D selaku Pj. Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA, CA selaku Ketua Program Studi
Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, sekaligus selaku
Komisi Pembanding.
5. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, M.Si selaku Ketua Pembimbing yang telah membimbing,
mengarahkan dan memberikan masukan kepada penulis dalam penulisan tesis ini.
6. Bapak Drs. Zainul BahriTorong, M.Si, Ak, CA selaku Komisi Pembimbing yang telah
membimbing, mengarahkan dan memberikan masukan kepada penulis dalam penulisan
tesis ini.
7. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, CA selaku Komisi Pembanding yang telah
memberikan saran dan kritik kepada penulis dalam menyusun tesis ini.
8. Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak, CA selaku Komisi Pembanding yang telah
memberikan saran dan kritik kepada penulis dalam menyusun tesis ini.
9. Orang Tua Penulis Ibu Rasidah Hanum yang telah banyak memberikan motivasi,
dukungan baik secara moril maupun materil. Keluarga penulis M. Damhury ST, Asry
Nurul Jannah dan Rivaldy SB, SE.
10. Bapak Husni, SE, M.Si selaku Kepala Dinas Pendapatan Kota Medan.
11. Dinas Pendapatan Kota Medan dan jajarannya, Badan Penelitian dan Pengembangan
Kota Medan.
12. Sahabat-sahabat Lia Agustina, SE, M.Si, Citra Dewi, SE, Ak, M.Si dan Reza Hanafi,
SE, M.Si.
13. Ibu Masnura, SH selaku Sektim Kecamatan Denai bertugas untuk UPT Wilayah I Dinas
Pendapatan Kota Medan
14. Rekan-rekan Mahasiswa Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang tidak
dapat satu per satu yang telah memberikan semangat, dukungan dan motivasi.
Penulis menyadari bahwa dalam penulis tesis ini masih terdapat banyak kekurangan dan
masih jauh dari sempurna, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan tesis ini.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga Allah SWT melimpahkan rizki dan karunia-
Nya sehingga tesis ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan pembaca dan penulis.
Medan, 28 Juli 2015
Penulis
ANANDA
RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
1. Nama : A N A N D A
2. Tempat, tanggal lahir : Medan, 25 Juni 1990
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Orangtua
a. Ibu : Rasidah Hanum
b. Bapak : Ir. Edi Saputra
6. Anak : ke 1 dari 2 bersaudara
7. Alamat : Jl. Sumber Amal Komplek Grand Gading
Mas No.5 MM Marindal Medan
Pendidikan
a. Tahun 1994-1995 : lulus dari TK Swasta Pertiwi Medan
b. Tahun 1995-2001 : lulus dari SD Swasta Pertiwi Medan
c. Tahun 2001-2004 : lulus dari SLTP Negeri 12 Medan
d. Tahun 2004-2007 : lulus dari SMA Negeri 3 Medan
e. Tahun 2007-2011 : lulus dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE)
Harapan Medan
f. Tahun 2011-2012 : lulus dari Pendidikan Profesi Akuntansi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................ i ABSTRACT ............................................................................................... ii KATA PENGANTAR .............................................................................. iii RIWAYAT HIDUP .................................................................................. v DAFTAR ISI ............................................................................................ v DAFTAR TABEL..................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR ................................................................................ vii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 6 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................ 7 1.4 Manfaat Penelitian .............................................................. 7 1.5 Originalitas Penelitian ......................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 10 2.1 Landasan Teori ................................................................... 10 2.1.1 Theory of Planned Behavior .................................... 10 2.1.2 Social Learning Theory ........................................... 12 2.1.3 Ruang Lingkup Pajak .............................................. 13 2.1.3.1 Dasar-dasar Hukum Pajak dan Yurisdiksi Pemajakan ................................................. 15 2.1.3.2 Asas-asas Pemungutan Pajak ..................... 18 2.1.4 Pajak Bumi dan Bangunan ....................................... 23 2.1.4.1 Tata Cara Pembayaran PBB ...................... 26 2.1.5 Penjelasan Variabel-variabel Penelitian ................... 26 2.1.5.1 Pelayan Pajak Bumi dan Bangunan ........... 26 2.1.5.2 Sanksi ....................................................... 32 2.1.5.3 Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) .................. 36 2.1.5.4 Pengetahuan Pajak Bumi dan Bangunan .... 36 2.1.5.5 Kepatuhan Pajak Bumi dan Bangunan ....... 40 2.1.5.6 Pendapatan Masyarakat ............................. 45 2.2 Review PenelitianTerdahulu................................................ 50 BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS .............................. 52 3.1 Kerangka Konsep ................................................................ 52 3.2 Hipotesis Penelitian ............................................................. 55
BAB IV METODE PENELITIAN .......................................................... 57 4.1 Jenis Penelitian ................................................................. 57 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... 57 4.3 Populasi dan Sampel ........................................................... 58
4.4 Metode Pengumpulan Data ................................................. 60 4.5 Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel ....... 61 4.6 Metode Analisis Data .......................................................... 63 4.6.1 Uji Kualitas Data ..................................................... 65 4.6.1.1 Uji Validitas .............................................. 65 4.6.1.2 Uji Reliabilitas .......................................... 66 4.6.2 Uji Asumsi Klasik ................................................... 66 4.6.2.1 Uji Normalitas .......................................... 66 4.6.2.2 Uji Multikolineritas ................................... 67 4.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas .............................. 68 4.6.3 Uji Hipotesis Penelitian ........................................... 69 4.6.3.1 Koefisien Determinasi (R-Square) ............. 69 4.6.3.2 Uji F-statistik (Overall Test)...................... 69 4.6.3.3 Uji T-statistik (Partial Test) ....................... 70 4.6.3.4 Uji Residual .............................................. 70
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 71 5.1 Karakteristik Wajib Pajak Responden ................................. 71 5.2 Deskripsi Variabel Penelitian .............................................. 75 5.3 Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian 76 5.4 Pengujian Asumsi Klasik .................................................... 78 5.4.1 Uji Normalitas ......................................................... 78 5.4.2 Uji Multikolineritas ................................................. 81 5.4.3 Uji Heteroskedastisitas ............................................ 81 5.5 Uji Hipotesis Penelitian ....................................................... 82 5.5.1 Koefisien Determinasi (R-Square) ........................... 83 5.5.2 Uji F-statistik (Overall Test) .................................... 83 5.5.3 Uji T-statistik (Partial Test) ..................................... 84 5.5.3.1 Hasil Hipotesis Pertama ............................ 84 5.5.3.2 Hasil Hipotesis Kedua ............................... 87 5.5.3.3 HasilHipotesis Ketiga ................................ 88 5.6 Pembahasan Hasil Penelitian ............................................... 91 5.6.1 Pengaruh Pelayanan Terhadap Kepatuhan................ 92 5.6.2 Pengaruh Sanksi Terhadap Kepatuhan ..................... 93 5.6.3 Pengaruh Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Terhadap Kepatuhan ............................................................... 93 5.6.4 Pengaruh Penegtahuan Terhadap Kepatuhan ............ 94 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 96 6.1 Kesimpulan ................................................................. 96 6.2 Keterbatasan Penelitian .................................................... 97 6.3 Saran ................................................................. 97 DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 99 KUISIONER PENELITIAN ................................................................. 104
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan faktor pendukung terpenting dalam
upaya percepatan pembangunan. Minimnya, realisasi PAD secara otomatis akan
menghambat laju percepatan pembangunan yang sudah direncanakan sebelumnya. Realisasi
PAD ini masih sangat minim terutama di sektor Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).Pajak
bumi dan bangunan merupakan jenis pajak yang dikenakan oleh Pemerintah Daerah sebagai
sumber pendapatan daerah yang sangat potensial dalam rangka membiayai penyelenggaraan
pemerintah dan pembangunan daerah.
Pajak Bumi dan Bangunan merupakan salah satu jenis pajak yang penerimaannya
dapat dioptimalkan dan cukup potensial untuk ditingkatkan mengingat objek dari Pajak
Bumi dan Bangunan itu sendiri adalah meliputi seluruh Bumi dan Bangunan yang berada di
Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.Pentingnya pajak sebagai sumber
pembiayaan pembangunan telah ditetapkan dalam berbagai peraturan pemerintah dimana
dalam Neraca Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara telah ditentukan penerimaan negara
dalam pembangunan. Salah satu jenis pajak yang pemungutannya menjadi wewenang
pemerintah daerah adalah Pajak Bumi dan Bangunan, dengan wajib pajak adalah Wajib
Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan, dengan kewajiban pembayaran Pajak hanya 1
(satu) kali dalam setahun.
Pajak bumi dan bangunan merupakan satu primadona pajak daerah yang
memberikan kontribusi cukup tinggi di antara seluruh komponen pendapatan asli daerah
Kota Medan, untuk itu ketersediaan sumber daya perpajakan yang memiliki kompetensi
penilaian pajak bumi dan bangunan yang baik merupakan salah satu faktor penting dalam
rangka peningkatan kemampuan daerah didalam menilai pajak daerah. Pajak bumi dan
bangunan Kota Medan dilaksanakan oleh Dinas Pendapatan Kota Medan selaku Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Medan dan diatur dalam Peraturan Daerah Kota
Medan Nomor 3 Tahun 2011 dan mengalami perubahan menjadi Peraturan Daerah Kota
Medan Nomor 6 Tahun 2012. Penagihan pajak bumi dan bangunan dilakukan sejak menjadi
pajak daerah sesuai UU No.28 tahun 2009.
Berdasarkan laporan keuangan Pemko Medan tahun 2012, tunggakan pajak bumi dan
bangunan sangat signifikan yakni Rp 448.152.920.986. Kondisi itu menyebabkan
penerimaan pajak bumi dan bangunan tidak mencapai target yang ditentukan. Untuk Juni
2014 ini saja realisasi PAD sektor Pajak Bumi dan Bangunan baru 8 persen atau sekitar Rp
29,2 Miliar dari target Rp 365 Miliar.
Tabel 1.1
Pencapaian Pajak Bumi Bangunan 5 tahun terakhir
2010 Rp. 164.338.784.961 53 %
2011 Rp. 128.507.763.569 50 %
2012 Rp. 182.070.214.635 66 %
2013 Rp. 183.707.146.240 81 %
2014 Rp. 251.842.120.795 72 %
Sumber : Daftar realisasi penerimaan PBB sampai akhir per Desember
Dalam hal ini Dinas Pendapatan Kota Medan melibatkan struktur pemerintahan
dalam pencapaian tujuannya yang mana melibatkan camat, lurah, kepala lingkungan, serta
seluruh Unit Pelaksana Teknis (UPT) untuk menagih tunggakan pajak bumi dan bangunan.
Diharapkan bisa menghasilkan formulasi maupun solusi yang efektif, terhadap pengutipan
tunggakan pajak bumi dan bangunan masyarakat sebagai wajib pajak (WP).Dapat dilihat
terjadi penurunan dan kenaikan dalam realisasi penerimaan pajak bumi dan bangunan.
Dengan adanya wacana pemerintah di awal tahun 2015 penghapusan pajak bumi dan
bangunan untuk tahun 2016 juga berdampak buruk terhadap penerimaan pajak bumi dan
bangunan tahun 2015.
Penentuan penerimaan pajak bumi dan bangunan sangat penting karena sebagai titik
awal menentukan besarnya jumlah pajak bumi dan bangunan yang harus dicapai didalam
satu tahun pajak dan keberhasilan penerimaan pajak bumi dan bangunan dapat diketahui
dengan adanyakepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan. Maka
dapat dilihat apakah pelayanan pajak bumi dan bangunan yang diberikan oleh Dinas
Pendapatan, sanksi tegas yang diberikan, Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) yang tidak
memberatkan, dan pengetahuan pajak bumi dan bangunan dapat mempengaruhi kepatuhan
wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan. Sebagai pemoderasi pendapatan
masyarakat apakah dapat memperlemah atau memperkuat kepatuhan wajib pajak dalam
membayar pajak bumi dan bangunan.
Handayana (2012), salah satu upaya yang perlu dilakukan oleh pemerintah dalam
rangka meningkatkan penerimaan negara adalah melalui optimalisasi ekstensifikasi dan
intensifikasi pemungutan pajak.Agenda aksi Dinas Pendapatan Kota Pekanbaru berupa
usaha ekstensifikasi dan intensifikasi pajak, dimana usaha ekstensifikasi perpajakan
dilakukan melalui kebijaksanaan Pemerintah untuk memberikan kewenangan perpajakan
yang lebih besar kepada daerah pada masa mendatang. Sedangkan usaha intensifikasi dapat
dilakukan dengan cara: Pertama, memperluas basis penerimaan. Tindakan yang dilakukan
untuk memperluas basis penerimaan yang dianggap potensial, antara lain mengidentifikasi
pembayar pajak baru/potensial dan jumlah pembayar pajak, memperbaiki basis data objek,
memperbaiki penilaian, menghitung kapasitas penerimaan dari setiap jenis pungutan. Kedua,
memperkuat proses pemungutan. Upaya yang dilakukan dalam memperkuat proses
pemungutan, yaitu antara lain mempercepat penyusunan Perda, mengubah tarif, khususnya
tarif retribusi dan peningkatan SDM. Ketiga, meningkatkan pengawasan. Hal ini dapat
ditingkatkan yaitu antara lain dengan melakukan pemeriksaan secara dadakan dan berkala,
memperbaiki proses pengawasan, menerapkan sanksi terhadap penunggak pajak dan sanksi
terhadap pihak fiskus, serta meningkatkan pambayaran pajak dan pelayanan yang diberikan
oleh fiskus. Keempat, meningkatkan efisiensi administrasi dan menekan biaya pemungutan.
Tindakan yang dilakukan oleh pemerintah antara lain memperbaiki prosedur administrasi
pajak melalui penyederhanaan administrasi pajak, meningkatkan efisiensi pemungutan dari
setiap jenis pemungutan. Kelima,meningkatkan kapasitas penerimaan melalui perencanaan
yang lebih baik.Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan koordinasi dengan instansi
terkait di daerah.
Penelitian-penelitian yang menganalisis yang berkaitan dengan pajak bumi dan
bangunan yakni penelitianElisyah(2014) melakukan analisis sejumlah faktor yang
mempengaruhi kepatuhan masyarakat desa dan kota dalam membayar pajak bumi dan
bangunan di kota Padangsidimpuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial
pelayanan perpajakan, sanksi, kesadaran perpajakan memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak bumi dan
bangunan.Pengetahuan perpajakan dan pendapatan wajib pajak berpengaruh positif dan
tidak signifikan.Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak bumi dan bangunan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa secara simultan pelayanan perpajakan, sanksi pajak, Nilai Jual Objek
Pajak (NJOP), kesadaran perpajakan, pengetahuan perpajakan dan pendapatan wajib pajak
terbukti berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak
bumi dan bangunan, baik di daerah desa maupun daerah kota.Hasil uji mann whitney
menunjukkan terdapat perbedaan kepatuhan membayar pajak bumi dan bangunan antara
masyarakat yang tinggal di daerah desa dengan daerah kota.
Jatmiko (2006), Meskipun jumlah wajib pajak dari tahun ke tahun semakin
bertambah namun terdapat kendala yang dapat menghambat upaya peningkatan tax ratio,
kendala tersebut adalah kepatuhan wajib pajak (tax compliance).Namun kebanyakan
penelitian yang telah dilakukan cenderung hanya meneliti kepatuhan wajib pajak untuk
Pajak Bumi dan Bangunan saja. Penelitian ini mengkaji tingkat kepatuhan WP OP di Kota
Semarang dengan menggunakan beberapa variabel bebas yang juga pernah digunakan dalam
penelitian sebelumnya seperti sikap WP terhadap sanksi denda, sikap WP terhadap
pelayanan fiskus dan sikap WP terhadap kesadaran perpajakan. Variabel ini dipilih karena
cenderung lebih sesuai dengan WP OP dibandingkan variabel-variabel yang juga telah
digunakan pada penelitian tentang WP PBB.Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
pengaruh sikap WP terhadap sanksi denda, sikap WP terhadap pelayanan fiskus dan sikap
WP terhadap kesadaran perpajakan pada kepatuhan WP.Berdasarkan hasil analisis yang
dilakukan maka diperoleh kesimpulan bahwa sikap WP terhadap pelaksanaan sanksi denda,
sikap WP terhadap pelayanan fiskus dan sikap wajib pajak terhadap kesadaran perpajakan
memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kepatuhan WP.
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian berjudul “Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam
membayar pajak bumi dan bangunan dengan pendapatan masyarakat sebagai
variabel moderating “.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah penelitian, maka rumusan masalah dalam
penelitian iniadalah :
1. Apakah pelayanan pajak bumi dan bangunan, sanksi, Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)
dan pengetahuan pajak bumi dan bangunan secara simultan dan parsial berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan?
2. Apakah pendapatan masyarakat dapat memoderasi hubungan pelayanan pajak bumi dan
bangunan, sanksi, Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dan pengetahuan pajak bumi dan
bangunan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan?
3. Apakah pelayanan pajak bumi dan bangunan, sanksi, Nilai Jual Objek Pajak (NJOP),
pengetahuan pajak bumi dan bangunan, dan pendapatan masyarakat secara simultan dan
parsial berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan
bangunan?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisispelayanan pajak bumi dan bangunan, sanksi, Nilai Jual Objek Pajak
(NJOP), dan pengetahuan pajak bumi dan bangunan berpengaruh secara simultan dan
parsial terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan.
2. Untuk menganalisis pelayanan pajak bumi dan bangunan, sanksi, Nilai Jual Objek Pajak
(NJOP), dan pengetahuan pajak bumi dan bangunan terhadap kepatuhan wajib pajak
dalam membayar pajak bumi dan bangunan dengan pendapatan masyarakat sebagai
variabel moderating.
3. Untuk menganalisis pelayanan pajak bumi dan bangunan, sanksi, Nilai Jual Objek Pajak
(NJOP), pengetahuan pajak bumi dan bangunan, dan pendapatan masyarakat secara
simultan dan parsial berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar
pajak bumi dan bangunan?
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Pemerintah Kota Medan :
Mewujudkan masyarakat Kota Medan taat pajak dan retribusi, dan meningkatkan
pengelolaan pendapatan Kota Medan.
2. Bagi Pengembangan Ilmu (Akademisi) :
Sebagai pembelajaran mengenai proses penyampaian pajak bumi dan bangunan,
mengetahui perkembangan baik informasi maupun teknologi yang sedang dipakai, dan
sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya yang diharapkan dapat melengkapi
temuan-temuan empiris yang berhubungan dengan penelitin ini.
3. Bagi Peneliti :
Hasil penelitian ini dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang dijadikan
sebagai bahan masukan dan referensi untuk penelitian lebih lanjut oleh calon peneliti
berikutnya.
1.5 Originalitas Penelitian
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Elisyah (2014) yang
berjudul Analisis sejumlah faktor yang mempengaruhi kepatuhan masyarakat desa dan kota
dalam membayar pajak bumi dan bangunan di Kota Padangsidimpuan. Perbedaan penelitian
yang akan dilakukan dengan penelitian Elisyah (2014)adalah :
1. Dalam penelitian Elisyah (2014) menggunakan variabel independen yaitu pelayanan
perpajakan, sanksi pajak, Nilai Jual Objek Pajak (NJOP), kesadaran perpajakan
pengetahuan perpajakan dan pendapatan wajib pajak. Sedangkan dalam penelitian ini
variabel independen yang digunakan yaitu pelayanan pajak bumi dan bangunan,
sanksi, Nilai Jual Objek Pajak (NJOP), pengetahuan pajak bumi dan bangunan.
Pengukuran variabel dependen yang digunakan Elisyah (2014) yaitu kepatuhan wajib
pajak. Pada penelitian ini variabel dependennya yaitu kepatuhan wajib pajak.
2. Objek yang dijadikan sampel. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah Kota Padangsidimpuan yang dijadikan sampel pada penelitian Elisyah (2014)
sedangkan dalam penelitian ini adalah berfokus pada Dinas Pendapatan Kota Medan.
Disamping itu, Padangsidimpuan merupakan salah satu daerah Kabupaten di
Provinsi Sumatera Utara, sedangkan Medan yang merupakan Ibukota dari Provinsi
Sumatera Utara yang menjadi kota terbesar ketiga di Indonesia.
3. Perbedaan lainnya adalah penambahan variabel moderating. Dalam penelitian ini
pendapatan masyarakat digunakan sebagai variabel moderating.
Peneliti menilai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak
dalam membayar pajak bumi dan bangunan masih banyak yang belum terungkap, inilah
yang membuat peneliti tertarik melakukan penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Theory of Planned Behavior
Dalam Theory of Planned Behavior (TPB) dijelaskan bahwa perilaku yang
ditimbulkan oleh individu muncul karena adanya niat untuk berperilaku. Sedangkan
munculnya niat untuk berperilaku ditentukan oleh tiga faktor (Mustikasari 2007 dalam
Elisyah dan Arum), yaitu:
a. Behavioral Beliefs
Behavioral beliefs merupakan keyakinan individu akan hasil dari suatu perilaku dan
evaluasi atas hasil tersebut.
b. Normative Beliefs
Normative beliefs yaitu keyakinan tentang harapan normatif orang lain dan motivasi
untuk memenuhi harapan tersebut.
c. Control Beliefs
Control beliefs merupakan keyakinan tentang keberadaan hal-hal yang mendukung
atau menghambat perilaku yang akan ditampilkan dan persepsinya tentang seberapa
kuat hal-hal yang mendukung dan menghambat perilakunya tersebut (perceived
power).
Penelitian tentang kepatuhan pajak telah banyak dilakukan.Penelitian sebelumnya
yang menggunakan teori tersebut adalah penelitian Mustikasari (2007).Dikaitkan dengan
penelitian ini, Theory of Planned of Behavior relevan untuk menjelaskan perilaku wajib
pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebelum individu melakukan sesuatu,
individu tersebut akan memiliki keyakinan mengenai hasil yang akan diperoleh dari
perilakunya tersebut. Kemudian yang bersangkutan akan memutuskan bahwa akan
melakukannya atau tidak melakukannya. Hal tersebut berkaitan dengan kesadaran wajib
pajak. Wajib pajak yang sadar pajak, akan memiliki keyakinan mengenai pentingnya
membayar pajak untuk membantu menyelenggarakan pembangunan negara (behavioral
beliefs). Ketika akan melakukan sesuatu, individu akan memiliki keyakinan tentang harapan
normatif dari orang lain dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut (normative beliefs).
Hal tersebut dapat dikaitkan dengan pelayanan pajak, dimana dengan adanya pelayanan
yang baik dari petugas pajak, sistem perpajakan yang efisien dan efektif, serta penyuluhan-
penyuluhan pajak yang memberikan motivasi kepada wajib pajak agar taat pajak, akan
membuat wajib pajak memiliki keyakinan atau memilih perilaku taat pajak. Sanksi pajak
terkait dengan control beliefs. Sanksi pajak dibuat adalah untuk mendukung agar wajib
pajak mematuhi peraturan perpajakan. Kepatuhan wajib pajak akan ditentukan berdasarkan
persepsi wajib pajak tentang seberapa kuat sanksi pajak mampu mendukung perilaku wajib
pajak untuk taat pajak. Behavioral beliefs, normative beliefs, dan control beliefs sebagai tiga
faktor yang menentukan seseorang untuk berperilaku. Setelah terdapat tiga faktor tersebut,
maka seseorang akan memasuki tahap intention, kemudian tahap terakhir adalah behavior.
Tahap intention merupakan tahap dimana seseorang memiliki maksud atau niat untuk
berperilaku, sedangkan behavior adalah tahap seseorang berperilaku (Mustikasari,
2007).Kesadaran wajib pajak, pelayanan fiskus, dan sanksi pajak dapat menjadi faktor yang
menentukan perilaku patuh pajak. Setelah wajib pajak memiliki kesadaran untuk membayar
pajak, termotivasi oleh fiskus dan sanksi pajak, maka wajib pajak akan memiliki niat untuk
membayar pajak dan kemudian merealisasikan niat tersebut.
2.1.2 Social Learning Theory (Teori Pembelajaran Sosial)
Teori pembelajaran sosial mengatakan bahwa seseorang dapat belajar lewat
pengamatan dan pengalaman langsung (Jatmiko:2006). Menurut Bandura (1977) dalam
Jatmiko (2006), proses dalam pembelajaran sosial meliputi:
1. Proses perhatian (attentional)
Proses perhatian yaitu orang hanya akan belajar dari seseorang atau model, jika
mereka telah mengenal dan menaruh perhatian pada orang atau model tersebut.
2. Proses penahanan (retention)
Proses penahanan adalah proses mengingat tindakan suatu model setelah model tidak
lagi mudah tersedia.
3. Proses reproduksi motorik
Proses reproduksi motorik adalah proses mengubah pengamatan menjadi perbuatan.
4. Proses penguatan (reinforcement)
Sedangkan proses penguatan adalah proses yang mana individu-individu disediakan
rangsangan positif atau ganjaran supaya berperilaku sesuai dengan model (Bandura,
1977 dalam Jatmiko, 2006).
Jatmiko (2006) menjelaskan bahwa teori pembelajaran sosial ini relevan untuk
menjelaskan perilaku wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya membayar pajak.
Seseorang akan taat membayar pajak tepat pada waktunya, jika lewat pengamatan dan
pengalaman langsungnya, hasil pungutan pajak itu telah memberikan kontribusi nyata pada
pembangunan di wilayahnya. Seseorang juga akan taat pajak apabila telah menaruh
perhatian terhadap pelayanan pajak, baik fiskus maupun sistem pelayanan pajaknya. Terkait
dengan proses penguatan, dimana individu-individu disediakan rangsangan positif atau
ganjaran supaya berperilaku sesuai dengan model, tampaknya cukup relevan apabila
dihubungkan dengan pengaruh sanksi pajak terhadap kepatuhan pajak.
2.1.3 Ruang Lingkup Pajak
Menurut Djajadiningrat (1988) dalam Dianasari (2013), pajak adalah suatu
kewajiban untuk menyerahkan sebagian kekayaan Negara karena suatu keadaan, kejadian,
dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu.Pungutan tersebut bukan sebagai
hukuman, tetapi menurut peraturan-peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat
dipaksakan.Untuk itu, tidak ada jasa balik dari Negara secara langsung, misalnya untuk
memelihara kesejahteraan umum.
Menurut Dianasari (2013), pajak dari perspektif ekonomi dipahami sebagai
beralihnya sumber daya dari sektor privat kepada sektor publik. Pemahaman ini memberikan
gambaran bahwa adanya pajak menyebabkan dua situasi menjadi berubah.Pertama,
berkurangnya kemampuan individu dalam menguasai sumber daya untuk kepentingan
penguasaan barang dan jasa.Kedua, bertambahnya kemampuan keuangan negara dalam
penyediaan barang dan jasa publik yang merupakan kebutuhan masyarakat.
Sementara pemahaman pajak dari perspektif hukum menurut Soemitro (1988),
merupakan suatu perikatan yang timbul karena adanya undang-undang yang menyebabkan
timbulnya kewajiban warga negara untuk menyetorkan sejumlah penghasilan tertentu
kepada negara, Negara mempunyai kekuatan untuk memaksa dan uang pajak tersebut
dipergunakan untuk penyelenggaraan pemerintah.Dari pendekatan hukum ini
memperhatikan bahwa pajak yang dipungut harus berdasarkan undang-undang sehingga
menjamin adanya kepastian hukum baik bagi pengumpul pajak maupun wajib pajak sebagai
pembayar pajak.
Pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan
Tatacara Perpajakan adalah “ Kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapat
timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat “. Dari kalimat tersebut dapat disimpulkan dua hal, yakni iuran yang
dapat dipaksakan dan tanpa balas jasa timbal/kontra prestasi/imbalan langsung.
Fungsi pajak terbagi atas 2 (dua) yakni fungsi penerimaan danfungsi
mengatur.Fungsi penerimaan sendiri diartikan sebagai alat untuk memasukkan uang
sebanyak-banyaknya dalam Kas Negara dengan tujuan untuk membiaya pengeluaran Negara
yaitu pengeluaran rutin dan pembangunan.Sedangkan fungsi mengatur diartikan sebagai alat
untuk mencapai tujuan tertentu di bidang keuangan.
Selain kedua fungsi diatas menurut Dianasari (2013), fungsi pajak bertambah yakni
fungsi stabilitas, fungsi retribusi pendapatan, dan fungsi demokrasi. Fungsi stabilitas adalah
dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang
berhubungan dengan stablitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan, hal ini bisa
dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan
pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien. Fungsi retribusi pendapatan adalah pajak
yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan
umum, termasuk juga membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja,
yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Fungsi demokrasi
adalah pajak yang sudah dipungut oleh negara merupakan wujud sistem gotong
royong.Fungsi ini dikaitkan dengan tingkat pelayanan pemerintah kepada masyarakat
pembayar pajak.
Dari pernyataan diatas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa manfaat uang
pajak sangat besar kontibusinya terhadap pembangunan Negara.Pajak merupakan salah satu
sumber penerimaan Negara, pajak merupakan salah satu alat pemerataan, pajak merupakan
salah satu alat untuk mendorong investasi.Maka sebaiknya mengetahui dasar hukum dalam
pajak.
2.1.3.1 Dasar-dasar Hukum Pajak dan Yurisdiksi Pemajakan
Dasar hukum Negara telah menempatkan landasan pemungutan pajaknya dalam
Pasal 23 ayat (2) Undang-undang Dasar 1945, yang berbunyi sebagai berikut : “ Segala
pajak untuk keperluan Negara berdasarkan Undang-undang “. Menurut Mansyury (2002),
hukum pajak merupakan keseluruhan dari peraturan-peraturan yang meliputi kewenangan
pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang dan menyerahkannya kembali kepada
masyarakat dengan melalui kas negara. Karena itu hukum pajak merupakan bagian dari
hukum publik, yang mengatur hubungan-hubungan hukum antara negara dan orang-orang
atau badan-badan yang berkewajiban membayar pajak. Menurut Brotodiharjo (1993),
hukum pajak merupakan bagian dari hukum publik. Yang termasuk dalam hukum publik
adalah hukum tata negara, hukum pidana dan hukum administrasi meskipun ada beberapa
ahli antara lain Adriani (1949)dalam Dianasari (2013), yang menghendaki agar hukum pajak
diberi tempat tersendiri di samping hukum administrasi karena hukum pajak mempunyai
tugas lain yang berbeda dengan hukum administrasi.
Menurut Haula (2011), dalam Buku Pengantar Ilmu Pajak, Hukum pajak adalah
keseluruhan peraturan yang memberikan wewenang kepada pemerintah untuk mengambil
kekayaan seseorang dan badan untuk selanjutnya diserahkan kembali kepada masyarakat
melalui kas Negara. Hukum pajak memuat pula unsur hukum tata negara, hukum pidana,
dan acara pidananya.
Yurisdiksi pemajakan yang dianut suatu Negara akan mempengaruhi perlakuan
perpajakan terhadap subjek dan objek luar negeri. Yurisdiksi pemajakan menurut Owen dan
Ongwamuhana sebagaimana dikutip oleh Gunadi (1997), adalah kewenangan suatu Negara
merumuskan dan melakukan ketentuan perpajakan. Menurut Martha (1989), terdapat empat
teori justifikasi legal hak pemajakan suatu negara, yaitu :
1. Teori Realistis atau Empiris, menyatakan bahwa yurisdiksi setara dengan kewenangan
fisik, (physical power), yaitu kewenangan untuk melaksanakan yurisdiksi terhadap
orang dan harta yang berada dalam wilayah kekuasaan Negara yang bersangkutan.
Namun secara empiris, yurisdiksi pemajakan bukanlah semata karena kewenangan
fisik, tetapi berdasarkan ketentuan perundangan dan meluas sampai kepada orang yang
secara fisik berada diluar kewenangan administrasi pengenaan pajak.
2. Teori Etis atau Retributif, menyatakan bahwa pemajakan merupakan kontraprestasi
(return) atas manfaat dan kemudahan yang diperoleh dari Negara. Teori ini pada
dasarnya lebih menekankan kepada manfaat ekonomis (economic allegiance) sebagai
justifikasi pemajakan, dengan mendasarkan pada asumsi bahwa keberadaan Negara
adalah masalah esensial politis.
3. Teori Kontraktual, menyatakan bahwa pemajakan sepertinya merupakan pembayaran
atas barang dan jasa yang diterima dari Negara pemungut pajak berdasarkan anggapan
adanya kontrak (perjanjian tak tertulis) antara pemegang yurisdiksi pemajakan dengan
subjek pajak. Namun, dalam berbagai hal teori tersebut kurang tepat sehubungan
dengan adanya konsensus atau kesepakatan dari kedua pihak sehingga merupakan
penyimpanan dari kebebasan atau kesukarelaan salah satu dari kedua pihak dalam
perjanjian kontrak tersebut.
4. Teori Soverenitas, menyatakan bahwa pemajakan adalah suatu bentuk pelaksanaan
dari yurisdiksi dan yurisdiksi merupakan atribut (kelengkapan) dari soverenitas.
Sumber dari hak pemajakan (taxing right) suatu Negara berasal dari soverenitas
(kedaulatan) Negara tersebut. Sebagai kebutuhan historis akan adanya suatu Negara,
hak dan kewajiban utama suatu Negara adalah untukmengamankan dan melestarikan
keberadaannya. Untuk keperluan itu, negara mempunyai hak untuk meminta sesuatu
atau kontribusi dari siapa saja yang berada dibawah kewenangan hukumnya. Dengan
kata lain, berbeda dengan teori etis atau retributif, teori soverenitas cenderung
memberikan justifikasi pemajakan berdasarkan keterkaitan politis (political
allegiance).
Sistem pajak di Indonesia juga membangunyurisdiksi pemajakannya berdasarkan
dua kaitan (pertalian) fiskal, yaitu subjektif dan objektif.
2.1.3.2 Asas-asas Pemungutan Pajak
Dalam pemungutan suatu pajak, terdapat asas-asas atau prinsip-prinsip yang harus
diperhatikan dalam sistem pemungutan pajak tersebut.Mansury (2002), menyatakan bahwa
dari pengalaman ternyata, bahwa apabila tidak setiap ketentuan rancangan undang-undang
pada saat penyusunannya selalu diuji apakah sejalan tidaknya dengan tujuan dan asas yang
harus dipegang teguh, ketentuan tersebut mudah sekali mengatur sesuatu yang sebenarnya
tidak sejalan dengan asas yang harus dipegang teguh. Banyak pendapat ahli yang
mengemukakan tentang asas-asas perpajakan apa saja yang harus ditegakkan dalam
membangun suatu sistem perpajakan. Diantara pendapat para ahli tersebut, yang paling
terkenal adalah four maxims dari Adam Smith.Teori Klasik tentang sistem perpajakan yang
baik dimulai sejak Adam Smith dalam bukunya ”The Wealth of Nations” (Waluyo 2006),
yang menyatakan bahwa pemungutan pajak hendaknya didasarkan pada :
A. Equality
Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu dikenakan kepada orang
pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan membayar pajak atau ability to pay
dan sesuai dengan manfaat yang diterima.Adil dimaksudkan bahwa setiap wajib pajak
menyumbangkan uang untuk pengeluaran pemerintah sebanding dengan kepentingan
dan manfaat yang diminta.
B. Certainty
Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang.Oleh karena itu, wajib pajak
harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya pajak yang terutang, kapan harus
dibayar, serta batas waktu pembayaran.
C. Convenience
Kapan wajib pajak itu harus membayar sebaiknya sesuai dengan saat yang tidak
menyulitkan wajib pajak sebagai contoh pada saat wajib pajak memperoleh
penghasilan. Sistem pemungutan ini disebut pay as you earn.
D. Economy
Secara ekonomi biaya pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiban bagi wajib pajak
diharapkan seminimum mungkin, demikian pula beban yang dipikul wajib pajak.Azas
keadilan dalam sistem perpajakan telah banyak didiskusikan secara luas, dan hal ini
merupakan bagian terpenting dalam mengevaluasi setiap pengajuan dalam pembuatan
kebijakan perpajakan.
Musgrave (1989), memberikan pandangan yang adil tentang distribusi beban pajak,
beban administrasi dan pengaruh insentif pajak terhadap penerimaan pajak. Diantara
keempat azas diatas, Musgrave juga menekankan pada tiga azas lainnya, yaitu : azas
netralitas (neutrality), azas perbaikan (reformation), dan azas kestabilan dan pertumbuhan
(growth and stability). Sedangkan Dora Hancock (1997) dalam bukunya taxation : policy
and practice.
Dalam Reformasi perpajakan yang dilakukan pemerintah Indonesia pada tahun 1984,
ditetapkan enam sasaran utama, yaitu :
1. Penerimaan Negara dari sektor perpajakan menjadi bagian dari penerimaan Negara
yang mandiri dalam rangka pembiayaan pembangunan nasional.
2. Pemerataan dalam pengenaan pajak dan keadilan dalam pembebanan pajak.
3. Menjamin adanya kepastian.
4. Sederhana.
5. Menutup peluang penghindaran pajak dan/atau penyelundupan pajak oleh wajib pajak
dan penyalahgunaan wewenang oleh petugas pajak.
6. Memberikan dampak positif dalam bidang ekonomi.
Dasar pijakan penentuan sasaran-sasaran reformasi tersebut tidak lain adalah asas-
asas perpajakan yaitu Revenue productivity, Equity/equality dan Ease of
administrasition.Sebagai dasar berpijak, sudah seharusnya ketiga asas-asas perpajakan itu
dipegang teguh dan dijaga keseimbangannya agar tercapai sistem perpajakan yang baik.
Dengan demikian, bila digambarkan secara sederhana sistem perpajakan yang baik (ideal)
adalah seperti sebuah segitiga sama sisi. Pada perkembangan di tingkat implementasi,
tampaknya keseimbangan tersebut tidak lagi terjaga, sering kali karena alasan kepentingan
(penerimaan) Negara.
Menurut Brotodiharjo (1993), ada beberapa teori yang mendasari adanya
pemungutan pajak, yaitu:
1. Teori Asuransi, menurut teori ini, negara mempunyai tugas untuk melindungi
warganya dari segala kepentingannya baik keselamatan jiwanya maupun keselamatan
harta bendanya. Untuk perlindungan tersebut diperlukan biaya seperti layaknya dalam
perjanjian asuransi diperlukan adanya pembayaranpremi. Pembayaran pajak ini
dianggap sebagai pembayaran premi kepada negara. Teori ini banyak ditentang karena
negara tidak boleh disamakan dengan perusahaan asuransi.
2. Teori Kepentingan, menurut teori ini, dasar pemungutan pajak adalah adanya
kepentingan dari masing-masing warga negara. Termasuk kepentingan dalam
perlindungan jiwa dan harta. Semakin tinggi tingkat kepentingan perlindungan, maka
semakin tinggi pula pajak yang harus dibayarkan. Teori ini banyak ditentang, karena
pada kenyataannya bahwa tingkat kepentingan perlindungan orang miskin lebih tinggi
daripada orang kaya. Ada perlindungan jaminan sosial, kesehatan, dan lain-lain.
Bahkan orang miskin justru dibebaskan dari beban pajak.
Cara Pemungutan Pajak Dalam memungut pajak dikenal ada tiga sistem pemungutan
Mardiasmo (2001), yaitu :
1. Official Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang kepada fiskus untuk menentukan besarnya pajak yang terutang.
2. Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi
wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung,
memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus
dibayar.
3. With Holding System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang
terhadap wajib pajak.
Sedangkan Tjahjono dan Husein (2000), mengutarakan bahwa pemungutan pajak
dilakukan berdasarkan tiga stelsel, yaitu :
1. Stelsel Nyata (riil stelsel) adalah pengenaan pajak didasarkan pada objek
(penghasilan) yang nyata, sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir
tahun pajak, yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya telah dapat diketahui
sehingga cenderung lebih realistis tapi pengenaan pajak tidak bisa pada saat langsung,
jadi pengenaannya baru bisa dilakukan pada akhir periode.
2. Stelsel Anggapan (fictive stelsel) adalah pengenaan pajak didasarkan pada suatu
anggapan yang diatur oleh undang-undang. Pada sistem ini pajak dapat dibayar selama
tahun berjalan tanpa menunggu akhir tahun jadi terkesan agak ringan sehingga lebih
meringankan wajib pajak. Di lain sisi bila pajak dapat dibayarkan pada akhir tahun
adanya kecenderungan bahwa pajak tidak dibayar berdasarkan keadaan yang
sesungguhnya.
3. Stelsel Campuran (accrual stelsel) adalah kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel
anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan,
kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang
sebenarnya. Apabila dalam suatu tahun didapat bahwa pajak lebih besar dari anggapan
maka wajib pajak harus menambah, bila pada kenyataannya yang dibayar terlampau
besar maka wajib pajak bisa meminta pengembalian kelebihan.
Dari penjelasan diatas, di Indonesia pada umumnya menggunakan metode stelsel
campuran dengan sistem self assessment, yaitu wajib pajak memeperhitungkan sendiri
besarnya kewajiban perpajakan, dimana pada akhir tahun apabila terdapat kekurangan, wajib
pajak harus membayar kekurangan tersebut dengan media yang dapat digunakan, sedangkan
apabila pajak yang telah disetor wajib pajak melebihi dari yang seharusnya, maka wajib
pajak dapat mengajukan pengembalian dengan sarana restitusi.
2.1.4 Pajak Bumi Bangunan
Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) didasarkan pada Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3312)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak
Bumi dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 62, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomr 3569). Undang-Undang 12 Tahun 1985 tentang
Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 1994 yang berkaitan dengan peraturan pelaksanaan mengenai Perdesaan dan
Perkotaan masih tetap berlaku sampai tanggal 31 Desember 2013, sepanjang belum ada
Peraturan Daerah tentang Pajak Bumi dan Bangunan yang berkaitan dengan Perdesaan dan
Perkotaan.
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) menurut Dianasari (2013), adalah merupakan
pajak yang bersifat objektif yang artinya bahwa besarnya pajak yang terutang ditentukan
oleh keadaan objeknya yaitu bumi (tanah) dan/atau bangunan.Kondisi dan keadaan dari
subjek pajaknya (siapa yang menjadi penanggung atau pembayar pajak bumi dan bangunan)
tidak ikut dalam menentukan besarnya pajak terutang.
Oleh karena itu pajak ini disebut pajak objektif. Menurut Mardiasmo(2006), dalam
kaitannya dengan pajak bumi dan bangunan ada 4 (empat) asas utama yang harus
diperhatikan, yaitu:
1. Memberikan kemudahan dan kesederhanaan, dengan pengertian mudah dimengerti
dan dapat dilaksanakan.
2. Adil, dalam arti keadilan vertikal maupun horizontal dalam pengenaan pajak bumi dan
bangunan yang disesuaikan dengan kemampuan wajib pajak. Yang dimaksud dengan
keadaan horizontal adalah pembayar pajak dengan keadaan yang sama harus
dikenakan pajak yang sama besarnya. Sedangkan keadaan vertikal adalah pembayar
pajak yang lebih besar kemampuannya harus dibebani pajak yang lebih besar pula.
3. Mempunyai kepastian hukum, dengan pengertian bahwa pengenaan pajak bumi dan
bangunan diatur dengan Undang-undang dan peraturan atau ketentuan pemerintah,
sehingga mempunyai kekuatan dan kepastian hukum.
4. Menghindari pajak berganda, pengenaan pajak bumi dan bangunan tidak terjadi dua
kali atau lebih atas suatu obyek pajak yang sama. pajak bumi dan bangunan dikenakan
atas Objek Pajak berupa Bumi dan / atau bangunan yang dimiliki atau dimanfaatkan
oleh orang pribadi. Yang dimaksud dengan Bumi dalam Undang-undang No. 12 tahun
1994 tentang Pajak Bumi dan Bangunan adalah permukaan bumi dan tubuh yang ada
dibawahnya. Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman (termasuk rawa-
rawa, tambak, pengairan) serta laut wilayah Republik Indonesia. Yang dimaksud
bangunan adalah kontruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada
tanah dan/atau perairan untuk tempat tinggal, tempat usaha dan tempat yang
diusahakan.
Pajak bumi dan bangunan di kota Medan merupakan bagian dari kegiatan unit satuan
kerja Dinas Pendapatan Kota Medan dengan tugas pokoknya yang mengelola bidang
penerimaan/pendapatan daerah. Dasar hukum pajak bumi dan bangunan adalah Perda Kota
Medan No 3 Tahun 2011.
Dalam pemungutan pajak bumi dan bangunan ini menggunakan sistem pemungutan
official assessment.official assessment merupakan suatu sitem pemungutan pajak yang
memberikan wewenang kepada pemerintah untuk menentukan besarnya pajak yang terutang
yang harus dibayarkan oleh pajak. Dalam sistem ini, wajib pajak bersifat pasif dan
menunggu penetapan pajak oleh pemerintah, kemudian membayar pajak yang terutang
sesuai dengan besarnya ketetapan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah.
Asas pajak bumi dan bangunan adalah :
1. Memberikan kemudahan dan kesederhanaan.
2. Adanya kepastian hukum.
3. Mudah dimengerti dan adil.
4. Menghindari pajak berganda.
Pajak bumi dan bangunan (PBB) adalah pajakkebendaan atas bumi dan bangunan
dikenakan terhadap subjek pajak orang pribadi atau badan secara nyata :
1. Mempunyai hak dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau
2. Memiliki, menguasai, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.
2.1.4.1 Tata Cara Pembayaran PBB
Wajib pajak yang telah menerima Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT),
Surat Ketetapan Pajak (SKP) dan Surat Tagihan Pajak (STP) dari Dinas Pendapatan atau
disampaikan lewat Pemerintah Daerah harus melunasinya tepat waktu pada tempat
pembayaran yang telah ditunjuk oleh Dinas Pendapatan. Pajak yang terutang pada saat jatuh
tempo pembayaran tidak dibayar atau kurang dibayar, dikenakan denda administrasi sebesar
2% (dua persen) sebulan, yang terhitung dari saat jatu tempo sampai saat pembayaran untuk
jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, dan bagian dari bulan dihitung penuh
1 (satu) bulan.
2.1.5 Penjelasan Variabel-variabel Penelitian
2.1.5.1 Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan
Menurut Arum (2012), pelayanan adalah cara melayani (membantu mengurus atau
menyiapkan segala kebutuhan yang diperlukan seseorang). Sementara itu, fiskus merupakan
petugas pajak. Jadi, pelayanan fiskus dapat diartikan sebagai cara petugas pajak dalam
membantu, mengurus, atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan seseorang yang
dalam hal ini adalah wajib pajak Jatmiko (2006).
Beberapa penelitian sebelumnya juga telah menjelaskan mengenai pentingnya
pelayanan fiskus.Karanta et al(2000) dalam Suryadi(2006), menekankan pada pentingnya
kualitas aparat (SDM) perpajakan dalam memberikan pelayanan kepada wajib pajak. Forest
dan Sheffrin (2002) yang dikutip oleh Suryadi (2006), meneliti pentingnya sistem
perpajakan yang simplifying. Hal ini karena kompleksitas dari sistem perpajakan akan
berpengaruh pada ketidakpatuhan wajib pajak, meskipun sistem perpajakan yang sederhana
juga tidak menjamin wajib pajak akan patuh Suryadi (2006).
Menurut Elisyah (2014), pelayanan adalah suatu cara yang dilakukan untuk
membantu atau mengurus segala keperluan yang dibutuhkan seseorang. Menurut Boediono
(2003), pelayanan adalah suatu proses bantuan kepada orang lain dengan cara-cara tertentu
yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal agar tercipta kepuasan dan
keberhasilan. Pelayanan perpajakan dapat diartikan sebagai cara atau tindakan yang
dilakukan untuk membantu atau memenuhi kebutuhan wajib pajak dalam hal perpajakan.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan masyarakat dalam membayar
kewajiban pajaknya adalah kualitas pelayanan yang diterimanya.Pelayanan yang berkualitas
harus dapat memberikan 4K, yaitu keamanan, kenyamanan, kelancaran, dan kepastian
hukum.Kualitas pelayanan dapat diukur dengan kemampuan memberikan pelayanan yang
memuaskan, dapat memberikan pelayanan dengan tanggapan, kemampuan, kesopanan, dan
sikap dapat dipercaya yang dimiliki oleh aparat pajak menurut Supadmi (2009).
Ada lima dimensi pelayanan yang sering digunakan untuk menilai kualitas pelayanan
menurut Parasuraman (1988), yaitu :
a. Tangibles (bukti fisik) yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan
eksistensinya kepada pihak eksternal meliputi fasilitas fisik, perlengkapan dan
peralatan yang dipergunakan (teknologi), serta penampilan pegawainya.
b. Reliability (keandalan) yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan
sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya.
c. Responsiveness (ketanggapan) yaitu kemauan untuk membantu dan memberikan
pelayanan yang cepat dan tepat kepada pelanggan, dengan penyampaian informasi
yang jelas.
d. Assurance (jaminan) yaitu pengetahuan, kesopanan, dan kemampuan para pegawai
perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan.
e. Emphaty (perhatian) yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual
kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginannya.
Petugas pajak (fiskus) memiliki peranan yang sangat penting sebagai penyedia
pelayanan perpajakan.Kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya membayar
pajak tergantung bagaimana petugas pajak memberikan mutu pelayanan yang baik kepada
wajib pajak. Terkait dimensi pelayanan yang dikemukakan oleh Parasuraman (1988),
pelayanan perpajakan dalam hal ini dapat berupa kemudahan dalam akses pembayaran,
penetapan SPPT yang adil, ketanggapan fiskus terhadap keberatan wajib pajak, adanya
penyuluhan yang diberikan kepada wajib pajak, dan pelayanan perpajakan yang baik dan
cepat.
Dengan memberikan pelayanan yang berkualitas maka wajib pajak akan senang dan
patuh dalam membayar pajak. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Suyatmin (2004), Fraternesi (2002), dan Kahono (2003) yang mengungkapkan bahwa sikap
wajib pajak terhadap pelayanan fiskus berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak
dalam membayar pajak. Oleh karena itu, variabel pelayanan perpajakan relevan digunakan
sebagai variabel bebas dalam penelitian ini.
Dalam pelayanan harus adanya sarana dan prasarana yang cukup, agar menjadi
penunjang bagi terlaksananya penerimaan pajak bumi dan bangunan yang baik terutama
adalah :
1. Menyiapkan database dan teknologi agar administrasi penyimpanan data dapat
tersimpan baik.
2. Peralatan kantor untuk administrasi dan arsip yang baik.
3. Kepustakaan yang memadai melaksanakan pelayanan informasi pajak.
4. Ruangan-ruangan yang cukup untuk seluruh kegiatan pelayanan pajak baik gudang,
ruang administrasi, maupun arsip.
5. Penerangan, sarana air.
Sarana dan prasarana merupakan bagian dari kebutuhan wajib pajak.Agar pelayanan
memiliki kualitas dan memberikan kepuasan kepada wajib pajak, maka Dinas Pendapatan
harus memperhatikan berbagai dimensi yang dapat menciptakan dan meningkatkan kualitas
pelayanannya yang menjadi kebutuhan wajib pajak.
Dalam hal pelayanan ini diperlukan juga kepatuhan akan mekanisme pemungutan
yang mana terdiri dari :
1. Penyampaian SPPT.
2. Pembayaran pajak terhutang.
Pada dasarnya pembayaran pajak bumi dan bangunan dapat dilakukan oleh setiap
wajib pajak melalui 3 (tiga) cara sebagi berikut :
1. Pembayaran langsung ke Bank tempat pembayaran.
2. Pembayaran menggunakan mekanisme pengiriman uang/transfer.
3. Pembayaran pajak bumi dan bangunan melalui petugas pemungut atau pemerintah
daerah (dalam hal ini bertindak kelurahan menunjuk kepala lingkungan).
4. Pengajuan surat keputusan pembetulan, surat keputusan keberatan dan putusan
banding.
Pelayanan perpajakan akan tercipta dengan adanya mutu dari pelayanan. Mutu
pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalaminteraksi langsung
antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik,dan menyediakan kepuasan
pelanggan. Dalam kamus besar bahasa Indonesiadijelaskan pelayanan sebagai usaha
melayani kebutuhan orang lain. Sedangkanmelayani adalah membantu menyiapkan
(mengurus) apa yang diperlukanseseorang. Kep.MenPan No. 81/93 menyatakan bahwa
pelayanan umumadalah segala bentuk pelayanan yang diberikan oleh pemerintah
pusat/daerah,BUMN/BUMD, dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat, dan
atauperaturan perundang-undangan yang berlaku.Pelayanan merupakan serangkaian
kegiatan, karena itu pelayanan jugamerupakan suatu proses. Sebagai proses, pelayanan
berlangsung secara rutindan berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan orang
dalammasyarakat. Pada prinsipnya pelayanan yang baik harus memuat beberapaaspek,
antara lain :
1. Keterbukaan, yaitu adanya informasi pelayanan yang berupa loketinformasi yang
dimilikinya dan terpampang dengan jelas.
2. Kesederhanaan, yaitu mencakup prosedur pelayanan dan persyaratanpelayanan.
3. Kepastian, yaitu menyangkut informasi waktu, biaya dan petugaspelayanan yang jelas.
4. Keadilan, yaitu memberi perhatian yang sama terhadap pelanggantanpa adanya
diskriminasi yang dapat dilihat dari materi ataukedekatan seseorang.
5. Keamanan dan kenyamanan hasil produk pelayanan.
6. Perilaku petugas pelayanan menyenangkan pelanggan.Pentingnya kualitas aparat
(SDM) perpajakan dalam memberikanpelayanan kepada wajib pajak. All in all a good
job berarti aparat pajak harusbenar-benar mampu dan ahli pada semua keahlian
dibidangnya masing-masing.
Menurut pendapat Dianasari (2013) pelayanan dan bantuan wajib pajak harus dapat
berkembang dan meningkatkan pelayan terhadap wajib pajak, dan harus merupakan
kebijakan-kebijakan yang saling melengkapi. Para petugas pada instansi pajak, hendaknya
dilatih untuk memahami bahwa wajib pajak bukanlah merupakan lawan akan tetapi lebih
merupakan anggota masyarakat yang perlu ditolong dalam rangka memenuhi kewajiban
perpajakannya atau dengan perkataan lain, rasa hormat-menghormati dan respek hendaknya
muncul dari kedua belah pihak. Dari sudut pandang lain, hal ini mempunyai nilai tambah
untuk tidak membiarkan adanya dalih bagi pembayar pajak untuk tidak membayar pajak dan
hal ini berarti pula bahwa tidak cukup kalau hanya meminta kepada pembayar pajak agar
mematuhi ketentuan perundang-undangan perpajakan, akan tetapi sesungguhnya instansi
pajak pun bertugas bertanggung jawab atas segala pemberian informasi yang diperlukan dan
petugas pajak harus siap setiap saat untuk membantu para pembayar pajak mengisi Surat
pemberitahuan dan lain-lain yang berhubungan dengan pemenuhan kewajiban perpajakan.
2.1.5.2 Sanksi
Sanksi adalah denda yang diberikan terhadap wajib pajak karena telah melanggar
ketetapan jangka waktu yang telah diberikan.
Menurut Arum (2012), sanksi adalah suatu tindakan berupa hukuman yang diberikan
kepada orang yang melanggar peraturan. Peraturan atau Undang-undang merupakan rambu-
rambu bagi seseorang untuk melakukan sesuatu mengenai apa yang harus dilakukan dan apa
yang seharusnya tidak dilakukan. Sanksi diperlukan agar peraturan atau Undang-undang
tidak dilanggar. Sanksi pajak merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi, dengan kata lain
sanksi perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma
perpajakan Mardiasmo (2006) dalam Muliari dan Setiawan (2010).
Pandangan tentang sanksi perpajakan tersebut diukur dengan indikator Yadnyana
(2009) dalam Muliari dan Setiawan (2010) sebagai berikut :
a. Sanksi pidana yang dikenakan bagi pelanggar aturan pajak cukup berat.
b. Sanksi adminstrasi yang dikenakan bagi pelanggar aturan pajak sangat ringan.
c. Pengenaan sanksi yang cukup berat merupakan salah satu sarana mendidik wajib
pajak.
d. Sanksi pajak harus dikenakan kepada pelanggarnya tanpa toleransi.
e. Pengenaan sanksi atas pelanggaran pajak dapat dinegosiasikan.
Selama ini ada anggapan umum dalam masyarakat bahwa akan dikenakan sanksi
perpajakan hanya bila tidak membayar pajak. Padahal, dalam kenyataannya banyak hal yang
membuat masyarakat atau wajib pajak terkena sanksi perpajakan, baik itu berupa sanksi
administrasi (bunga, denda, dan kenaikan) maupun sanksi pidana.Secara konvensional,
terdapat dua macam sanksi yaitu sanksi positif dan sanksi negatif.Sanksi positif merupakan
suatu imbalan, sedangkan sanksi negatif merupakan suatu hukuman Soekanto (1988) dalam
Ilyas dan Burton (2010).Namun pemberian imbalan apabila wajib pajak patuh dan telah
memasukan Surat Pemberitahuan tepat pada waktunya belum diperhatikan.Saat ini Dirjen
Pajak masih berfokus pada pemberian sanksi negatif dalam menuntut wajib pajak agar patuh
terhadap peraturan perpajakan. Apabila dikaitkan dengan UU Perpajakan yang berlaku,
menurut Ilyas dan Burton (2010) terdapat empat hal yang diharapkan atau dituntut dari para
wajib pajak, yaitu :
1. Dituntut kepatuhan (compliance) wajib pajak dalam membayar pajak yang
dilaksanakan dengan kesadaran penuh.
2. Dituntut tanggung jawab (responsibility) wajib pajak dalam menyampaikan atau
memasukan Surat Pemberitahuan tepat waktu sesuai Pasal 3 Undang-undang Nomor
6/1983.
3. Dituntut kejujuran (honesty) wajib pajak dalam mengisi Surat Pemberitahuan sesuai
dengan keadaan sebenarnya.
4. Memberikan sanksi (law enforcement) yang lebih berat kepada wajib pajak yang tidak
taat pada ketentuan yang berlaku.
Dari keempat hal di atas, paling efektif menurut Ilyas dan Burton (2010) adalah
dengan menerapkan sanksi (law enforcement) tanpa pandang bulu dan dilaksanakan secara
konsekuen.
Wajib pajak akan memenuhi pembayaran pajak bila memandang sanksi perpajakan
akan lebih banyak merugikannya Jatmiko (2006). Semakin tinggi atau beratnya sanksi, maka
akan semakin merugikan wajib pajak. Oleh sebab itu, sanksi perpajakan diduga akan
berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak.
Menurut Elisyah (2014), sanksi merupakan hukuman negatif kepada orang yang
melanggar perauran. Sanksi pajak adalah suatu tindakan yang diberikan kepada wajib pajak
ataupun pejabat karena melakukan pelanggaran baik secara sengaja maupun tidak. Sanksi
perpajakan menurut Mardiasmo (2009), merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi atau
dengan kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegahan (preventif) agar wajib pajak
tidak melanggar norma perpajakan.
Pengenaan sanksi perpajakan diberlakukan untuk menciptakan kepatuhan wajib
pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.Ada 2 (dua) jenis sanksi pajak yang
dikenakan kepada wajib pajak, yaitu sanksi administrasi dan sanksi pidana.Sanksi
administrasi meupakan pembayaran kerugan kepada negara, khususnya berupa bunga dan
kenaikan. Sanksi pidana merupakan siksaan atau penderitaan dan merupakan suatu alat
terakhir atau benteng hukum yang digunakan fiskus agar norma perpajakan dipatuhi
menurut Mardiasmo (2009).
Sanksi administrasi yang paling banyak diterapkan adalah dengan denda, yaitu
sebesar 2% (dua persen) dari pokok ketetapan pajak terutangnya pada tahun yang
bersangkutan.Denda pajak bumi dan bangunan ini diberlakukan jika wajib pajak tidak
membayar pajak terutang pada saat jatuh tempo atau kurang dibayar, terhitung dari saat
jatuh tempo sampai dengan hari pembayaran untuk jangka waktu paling lama 24 bulan.
Menurut Undang-undang No. 28 Tahun 2009 pasal 174, sanksi pidana dapat
dikenakan pada wajib pajak dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Wajib pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan
Pajak Daerah (SPTPD) atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau
melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan daerah dapat
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling
banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.
2. Wajib pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan
tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar
sehingga merugikan keuangan Daerah dapat dipidana dengan pidana penjara paling 2
(dua) tahun atau pidana denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang
yang tidak atau kurang dibayar.
Pengenaan sanksi perpajakan oleh wajib pajak dapat menyebabkan terpenuhinya
kewajiban perpajakan oleh wajib pajak sehingga dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak
itu sendiri. Menurut Suyatmin (2004) masyarakat akan mematuhi pembayaran pajak bumi
dan bangunan bila memandang sanksi denda akan lebih banyak merugikannya. Semakin
banyak sisa tunggakan pajak bumi dan bangunan yang harus dibayar oleh wajib pajak, maka
akan semakin berat bagi wajib pajak bumi dan bangunan untuk melunasinya. Oleh sebab itu,
sanksi pajak diduga akan berpengaruh terhadap tingginya tingkat kepatuhan wajib pajak
dalam membayar pajak bumi dan bangunan. Semakin tinggi sanksi pajak yang diberikan
maka semakin tinggi tingkat kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan
bangunan.
2.1.5.3 Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)
Nilai Jual Objek Pajak adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli
yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan
melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau
NJOP pengganti menurut Mardiasmo (2009).
Penentuan luas tanah, luas bangunan, dan jenis bangunan adalah hak wajib pajak
bumi dan bangunan. Namun fiskus dapat mengoreksinya berdasarkan bukti-bukti sah yang
diperoleh fiskus dari sumber lain. Fiskus berhak menetapkan Nilai Jual Objek
Pajaknya.Penetapan NJOP ini berdasarkan informasi yang didapat dari Pejabat Pembuat
Akte Tanah (PPAT), aparat pemerintah daerah setempat, dan dari kegiatan pemerintah untuk
mecari data tersebut ke lapangan.
Penetapan NJOP harus penuh keadilan karena semakin tinggi NJOP maka semakin
tinggi pula jumlah pajak PBB yang harus dibayarkan.Hal ini dapat mempengaruhi
kepatuhan wajib pajak karena ada kecenderungan wajib pajak tidak sanggup membayar
pajaknya. Selain itu, dalam penelitian Fraternesi (2002), apabila tanah dan rumah yang
dianggap wajib pajak sama ukuran dan konstruksinya, tetapi penetapan pajaknya berbeda
maka mereka merasa keberatan. Perbedaan perhitungan NJOP antara fiskus dan wajib pajak
ini dapat menyebabkan penundaan pembayaran pajak oleh wajib pajak.Oleh karena itu,
variabel NJOP dianggap perlu untuk digunakan dalam penelitian ini.
2.1.5.4 Pengetahuan Pajak Bumi dan Bangunan
Menurut Elisyah (2014), pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu
atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu yang berwujud barang-
barang baik lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang dipahami oleh manusia
berbentuk ideal atau yang bersangkutan dengan masalah kejiwaan. Pengetahuan perpajakan
adalah kemampuan seseorang wajib pajak dalam mengetahui peraturan perpajakan baik soal
tarif pajak berdasarkan undang-undang yang akan mereka bayar maupun manfaat pajak yang
akan berguna bagi kehidupan mereka.
Menurut Noormala (2008) dalam Utomo (2011), semua wajib pajak tanpa tergantung
dengan latar belakang pendidikan, mereka setuju bahwa pendidikan pajak membantu
meningkatkan kepatuhan pajak. Sesorang yang berpendidikan pajak akan mempunyai
pengetahuan tentang perpajakan. Adanya pengetahuan perpajakan akan membantu
kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak, tanpa harus dipaksakan dan diancam oleh
sanksi dan hukuman. Wajib pajak yang berpengetahuan tentang pajak, secara sadar akan
patuh karena mengetahui manfaat membayar pajak tersebut yang pada akhirnya akan
mereka nikmati.
Penelitian Utomo (2011), menunjukkan bahwa pengetahuan perpajakan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan
bangunan. Untuk itu, pengetahuan perpajakan relevan untuk digunakan sebagai variabel
bebas dalam penelitian ini.Informasi mempunyai manfaat dan peranan yang sangat dominan
dalam suatu instansi. Tanpa adanya suatu informasi dalam suatu instansi, para Kepala Dinas
tidak dapat bekerja dengan efisien dan efektif. Tanpa tersedianya informasi pun para Kepala
Dinas tidak dapat mengambil keputusan dengan cepat dan mencapai tujuan dengan efisien
dan efektif. Sehingga bisa dibilang bahwa informasi merupakan sebuah keterangan yang
bermanfaat untuk para pengambil keputusan dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang
sudah ditetapkan sebelumnya.
Menurut Dianasari (2013), baik program jangka pendek maupun jangka panjang
memerlukan dukungan program informasi yang tersebar luas yang meliputi :
1. Apa yang diperoleh pembayar pajak dari uang pajaknya.
2. Peranannya sebagai pembayar pajak dalam pembangunan.
3. Pendidikan bagi anak-anak usia muda di sekolah-sekolah tentang perlunyapajak.
4. Semua tindakan penerangan lainnya yang perlu untuk meletakkan dasar-dasar bagi
diterimanya pajak sebagai suatu keharusan dimasa-masa sekarang dan masa-masa
mendatang.
Keberhasilan suatu kegiatan tidak lepas dari partisipasi sumber daya manusia, yang
dalam hal ini aparat pemungut pajak sangat penting guna kelancaran jalannya proses
pemungutan pajak bumi dan bangunan. Kualitas dan kuantitas aparat pemungutan pajak
tentunya menjadi hal yang sangat berpengaruh terhadap jalannya proses dan keluaran yang
akan dihasilkan. Mengenai kualitas dan kuantitas aparat pemungut pajak tentu erat kaitannya
dengan pendidikan yg mereka miliki. Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Supeno,
Kasi Pembangunan Kelurahan Binjai Kecamatan Medan Denai : “Dalam pemungutan PBB,
petugas diambil dari kepala lingkungan kelurahan masing-masing daerah atau wilayah.
Tidak terlalu ditentukan kepala lingkungan yang mana yang harus melakukan, dilihat dari
situasi dan kondisi wilayah kelurahan juga.Kalau bicara soal kualitasnya, biasanya selalu
yang terbayang pertama tingkat pendidikannya.Kualitas biasanya berbanding lurus dengan
tingkat pendidikan.Disini yang pendidikan tinggi saja masih jarang, jadi kualitas juga
seadanya”.Dan menurut peneliti pemanfaatan sumber daya manusia ini termasuk juga di
dalamnya petugas pelayanan teknis.
Menurut Dianasari (2013), reputasi petugas pajak harus baik mencakup kecakapan
teknis, efisien dan efektif dalam hal kecepatan, tepat dan keputusan yang adil. Maksudnya
disini petugas pajak yang berhubungan dengan masyarakat pembayar pajak, haruslah
berkaliber tinggi, terlatih baik, digaji baik, dan bermoral tinggi. Masyarakat pembayar pajak
mengganggap para petugas pajak sebagai golongan elite, kelompok non-politik yang setiap
saat akan membantunya pada saat diperlukan serta tidak akan mengelabuinya. Hal ini berarti
pula bahwa keputusan instansi pajak betul-betul tidak dapat diubah oleh karena ditelepon
atau surat politis. Bagaimana pun juga semua petugas pajak hendaknya menyadari bahwa
semua tindakan yang dilakukan serta sikapnya terhadap pembayar pajak dalam rangka
pelaksanaan tugasnya, mempunyai pengaruh langsung terhadap kepercayaan masyarakat
akan sistem perpajakan secara keseluruhan. Tindakan yang dilakukan para petugas pajak
serta sikapnya dalam menghadapi para pembayar pajak, dalam banyak hal melibatkan
“kontak pribadi” yang memerlukan keahlian tersendiri dengan cara-cara pendekatannya,
karena antara petugas pajak dan pembayar pajak mempunyai kepentingan yang bertentangan
satu sama lain.
Menurut Mardikanto (2005), berbagai pemahaman yang terjadi di masyarakat dalam
mengartikan penyuluhan, hanya sebatas kegiatan penyampaian informasi, perkunjungan,
sosialisasi, tetapi dalam perspektif ilmu penyuluhan memiliki makna yang tidak sesederhana
itu. Sebagai proses, maka kegiatan penyuluhan mencakup kegiatan edukasi,
diseminasi/penyebarluasan informasi, fasilitasi, konsultasi, supervisi, serta monitoring dan
evaluasi. Sedangkan tujuan penyuluhan juga tidak sekedar penyampaian informasi,
melainkan sampai dengan terjadinya perubahan perilaku penerimanya. Perubahan tersebut
tidak dilakukan melalui pemaksaan, melainkan proses belajar mengajar menurut Mardikanto
(2005).
2.1.5.5 Kepatuhan Pajak Bumi dan Bangunan
Kepatuhan pajak bumi dan bangunan adalah sikap yang berpengaruh terhadap
keberhasilan pencapaian pajak bumi dan bangunan.
Menurut Julianti (2014), Teori Atribusi, kepatuhan wajib pajak terkait dengan sikap
wajib pajak dalam membuat penilaian terhadap pajak itu sendiri. Persepsi seseorang untuk
membuat penilaian mengenai orang lain sangat dipengaruhi oleh faktor internal maupun
eksternal orang tersebut. Teori atribusi sangat relevan untuk menerangkan maksud
tersebut.Pada dasarnya teori atribusi menyatakan bahwa bila individu–individu mengamati
perilaku seseorang, mereka mencoba untuk menentukan apakah perilaku itu ditimbulkan
karena pengaruh internal atau eksternal. Menurut Ikhsan Lubis (2010), perilaku yang
disebabkan secara internal adalah perilaku yang diyakini berada di bawah kendali pribadi
individu itu sendiri, sedangkan perilaku yang disebabkan secara eksternal adalah perilaku
yang dipengaruhi dari luar, artinya individu akan terpaksa berperilaku karena tuntutan
situasi atau lingkungan. Penentuan apakah penyebab perilaku secara internal atau eksternal
tergantung pada tiga faktor Ikhsan Lubis (2010) yaitu :
1. Perbedaan (Distinctiveness) perbedaan mengacu pada apakah seorang individu
bertindak sama dalam berbagai keadaan. Apabila perilaku seseorang dianggap suatu
hal yang tidak biasa, maka individu lain yang bertindak sebagai pengamat akan
memberikan atribusi eksternal terhadap perilaku tersebut dan sebaliknya.
2. Konsensus (consensus) konsesnsus mempertimbangkan bagaimana perilaku seorang
individu dibandingkan dengan individu lain pada situasi yang sama. Jika setiap orang
yang dihadapkan pada situasi yang sama menanggapi situasi tersebut dengan cara
yang sama, kita dapat mengatakan perilaku tersebut menunjukkan konsensus. Ketika
konsensus tinggi, satu atribusi eksternal diberikan terhadap perilaku seseorang.
Namun, jika perilaku seseorang berbeda dengan orang lain, kita akan menyimpulkan
penyebab perilaku individu adalah internal.
3. Konsistensi (consistency) seorang pengamat melihat konsistensi pada tindakan yang di
ulangi sepanjang waktu. Semakin konsisten perilaku itu, orang akan menghubungkan
hal tersebut dengan sebab–sebab internal, dan sebaliknya Ikhsan Lubis (2010).
Menurut Pratama (2012), kepatuhan pajak dengan adanya kepatuhan maka secara
tidak langsung penerimaan pajak akan berjalan denganlancar karena kepatuahn wajib pajak
telah menunjukan bahwa wajib pajak telah melaksanakankewajiban perpajakannya dengan
baik.Kepatuhan wajib pajak yaitu kepatuhan perpajakan yang didefinisikan sebagai suatu
keadaandimana wajib pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan
hakperpajakannya.
Menurut Elisyah (2014) kepatuhan berarti tunduk atau taat pada ajaran atau
aturan.Dalam hal pajak, aturan yang berlaku adalah aturan perpajakan.Kepatuhan perpajakan
berarti tunduk atau taat terhadap aturan perpajakan.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada
ajaran atau aturan. Sedangkan menurut Gibson (1991) dalam Agus Budiatmanto (1999)
sebagaimana yang dikutip oleh Jatmiko (2006), kepatuhan adalah motivasi seseorang,
kelompok atau organisasi untuk berbuat atau tidak berbuat sesuai dengan aturan yang
ditetapkan. Dalam pajak, aturan yang berlaku adalah Undang-undang Perpajakan.Jadi,
kepatuhan pajak merupakan kepatuhan seseorang, dalam hal ini adalah wajib pajak, terhadap
peraturan atau Undang-undang Perpajakan.
Menurut Simon James et al yang dikutip oleh Gunadi (2005), pengertian kepatuhan
pajak (tax compliance) adalah wajib pajak mempunyai kesediaan untuk memenuhi
kewajiban pajaknya sesuai dengan aturan yang berlaku tanpa perlu diadakannya
pemeriksaan, investigasi seksama, peringatan ataupun ancaman, dalam penerapan sanksi
baik hukum maupun administrasi. Nurmantu (2003) dalam Santoso (2008), mendefinisikan
kepatuhan perpajakan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi semua
kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.
Kepatuhan yang dikatakan oleh Norman D. Nowak merupakan “suatu iklim”
kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan yang tercermin dalam situasi
Devano (2006) dalam Supadmi (2010) sebagai berikut :
a. Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
b. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas.
c. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar.
d. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.
Muliari dan Setiawan (2010) menjelaskan bahwa kriteria wajib pajak patuh menurut
Keputusan Menteri Keuangan No.544/KMK.04/2000 wajib pajak patuh adalah sebagai
berikut :
a. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak dalam dua tahun
terakhir.
b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah
memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak.
c. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan
dalam jangka waktu 10 tahun terakhir.
d. Dalam dua tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan dan dalam hal terhadap
wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi pada pemeriksaan yang terakhir
untuk tiap-tiap jenis pajak yang terutang paling banyak lima persen.
e. Wajib pajak yang laporan keuangannya untuk dua tahun terakhir diaudit oleh akuntan
publik dengan pendapat wajar tanpa pengecualian atau pendapat dengan pengecualian
sepanjang tidak memengaruhi laba rugi fiskal.
Kepatuhan perpajakan merupakan suatu keadaan dimana masyarakat atau wajib
pajak dapat memenuhi kewajiban perpajakannya dan melaksanakan hak perpajakannya
sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Adapun jenis-jenis kepatuhan wajib pajak :
1. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban
secara formal sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang perpajakan.
2. Kepatuhan material adalah suatu keadaan dimana wajib pajak secara subtantif atau
hakikatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa
undang-undang perpajakan. Kepatuhan material dapat juga meliputi kepatuhan formal.
Pada umumnya tidak seorangpun yang senang membayar pajak.Namun, kepatuhan
membayar pajak harus tetap ditegakkan apabila ingin dipelihara oleh efektifitas pelayanan
pemerintah. Menurut Kusumawati (2006) dalam Utomo (2011), faktor-faktor yang
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak adalah :
1. Faktor pendidikan wajib pajak, yang meliputi pendidikan formal dan pengetahuan
wajib pajak.
2. Faktor pendapatan wajib pajak, yang meliputi besarnya pendapatan bersih wajib pajak
dari pekerjaan pokok dan sampingannya, serta jumlah anggota keluarga yang masih
harus dibiayai.
3. Faktor pelayanan aparatur pajak, pelayanan penyampaian informasi, pelayanan
pembayaran, maupun pelayanan keberatan dan penyaranan.
4. Faktor penegakan hukum pajak, yang terdiri dari sanksi-sanksi, keadilan dalam
penentuan jumlah pajak yang dipungut, pengawasan dan pemeriksaan.
5. Faktor sosialisasi, diantaranya pelaksanaan sosialisasi dan media sosialisasi.
Kepatuhan membayar pajak adalah masalah kesadaran yang mempengaruhi kemauan
membayar pajak. Wajib pajak yang memiliki kepatuhan akan membayar pajaknya dengan
tepat waktu dan tidak menunggak pembayaran, sedangkan dalam diri wajib pajak yang tidak
patuh akan timbul keinginan untuk melakukan tindakan penghindaran, penyelundupan, dan
pelalaian pajak yang pada akhirnya menyebabkan penerimaan pajak negara akan berkurang.
Menurut Siahaan (2010), kepatuhan masyarakat membayar pajak dapat diukur dari beberapa
keadaan berikut :
1. Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami undang-undang pajak.
2. Wajib pajak mengisi formulir pajak dengan benar, lengkap, jelas, dan
mengembalikannya tepat waktu.
3. Wajib pajak menghitung pajak dengan jumlah yang benar.
4. Wajib pajak membayar pajak dengan benar, dan.
5. Wajib pajak menyampaikan laporan tepat waktu dengan disertai dokumen yang
dibutuhkan.
Dalam penelitian ini kepatuhan wajib pajak dapat dilihat dari perilaku wajib pajak
seperti, membayar dengan tepat waktu, wajib pajak tidak mempunyai tunggakan, wajib
pajak membayar PBB sesuai dengan jumlah yang tertera pada SPPT, dan kesediaan wajib
pajak memberikan informasi tentang objek pajaknya.
2.1.5.6 Pendapatan Masyarakat
Dalam pengertian umum pendapatan adalah hasil pencarian usaha. Budiono
(1992:180) mengemukakan bahwa pendapatan adalah hasil dari penjualan faktor-faktor
produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi. Sedangkan menurut Winardi pendapatan
adalah hasil berupa uang atau materi lainnya yang dapat dicapai dari pada penggunaan
faktor-faktor produksi.Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pendapatan merupakan nilai dari seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu badan
usaha dalam suatu periode tertentu. Selanjutnya, pendapatan juga dapat di definisikan
sebagai jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka
waktu tertentu (biasanya satu tahun), pendapatan terdiri dari upah, atau penerimaan tenaga
kerja, pendapatan dari kekayaan seperti sewa, bunga dan deviden, serta pembayaran transfer
atau penerimaan dari pemerintah seperti tujangan sosial atau asuransi pengangguran
(Samuelson dan Nordhaus, 1996).
Adapun menurut Lipsey pendapatan terbagi dua macam, yaitu pendapatan
perorangan dan pendapatan disposable.Pendapatan perorangan adalah pendapatan yang
dihasilkan oleh atau dibayarkan kepada perorangan sebelum dikurangi dengan pajak
penghasilan perorangan. Sebagian dari pendapatan perorangan dibayarkan untuk pajak,
sebagian ditabung oleh rumah tangga ; yaitu pendapatan perorangan dikurangi dengan pajak
penghasilan. Pendapatan disposible merupakan jumlah pendapatan saat ini yang dapat di
belanjakan atau ditabung oleh rumah tangga ; yaitu pendapatan perorangan dikurangi
dengan pajak penghasilan.
Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang kontan maupun
natura.Pendapatan atau juga disebut juga income dari seorang warga masyarakat adalah hasil
“penjualan”nya dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya pada sektor produksi. Dan
sektor produksi ini”membeli” faktor-faktor produksi tersebut untuk digunakan sebagai input
proses produksi dengan harga yang berlaku dipasar faktor produksi. Harga faktor produksi
dipasar faktor produksi (seperti halnya juga untuk barang-barang dipasar barang) ditentukan
oleh tarik menarik, antara penawaran dan permintaan.
Menurut Elisyah (2014), pendapatan merupakan total dari penerimaan (uang dan
bukan uang) seseorang atau suatu rumah tangga selama periode tertentu (Raharja dan
Manurung, 2006:292). Pendapatan berupa uang merupakan penghasilan yang diterima
biasanya sebagai balas jasa, sumber utama gaji atau upah serta lain-lain balas jasa, misalnya
dari majikan, pendapatan bersih dari usaha sendiri dan dari pekerjaan bebas. Pendapatan dari
penjualan barang yang dipelihara dari halaman rumah, hasil investasi seperti modal tanah,
uang pensiun, jaminan sosial serta keuntungan sosial berupa barang merupakan segala
penghasilan yang diterimakan dalam bentuk barag dan jasa.
Pendapatan wajib pajak merupakan jumlah penghasilan Rupiah yang dihasilkan
wajib pajak yang diperoleh dari pekerjaan utama maupun sampingan (Imtikhanah dan
Sulistoyowati, 2010). Pendapatan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi dalam
pembayaran pajak bumi dan bangunan. Namun, pendapatan wajib pajak tidaklah
mempengaruhi pengenaan besar atau kecilnya pajak bumi dan bangunan. Pajak bumi dan
bangunan merupakan pajak objektif yang tidak melihat kondisi wajb pajak. Pendpatan yang
merupakan penghasilan dapat dikelompokkan sebagai berikut (Munawir, 2003:48) :
1. Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja, seperti gaji, honorarium,
penghasilan dari pekerjaan bebas, seperti praktek dokter, notaris, akuntan, aktuaris,
pengacara dan sebagainya.
2. Penghasilan dari usaha dan kegiatan lain.
3. Penghasilan dari modal yang berupa harta gerak maupun tak gerak seperti bunga,
dividen, royalti, sewa, keuntungan penjualan harta atau hak yang tidak dipergunakan
untuk usaha dan lain sebagainya.
4. Penghasilan lain-lain, seperti pembebasan utang, hadiah, hadiah undian atau lotre,
pengembalian pajak yang sudah diperhitungkan sebagai biaya, keuntungan dari
pengalihan harta, dan lain sebagainya yang tidak termasuk dalam kelompok tersebut
diatas.
Pada umumnya seseorang yang bekerja dan kemudian menghasilkan uang, secara
naluriah akan mempergunakan penghasilannya untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri
dan keluarganya. Kepentingan untuk pribadi akan dimenangkan oleh masyarakat jika
dihadapkan dengan kepentingan negara (misalnya, pembayaran pajak). Keadaan seperti ini
menjadi salah satu penyebab terhalangnya kepatuhan masyarakat, sehingga faktor
pendapatan dianggap akan berpengaruh terhadap kepatuhan masyarakat membayar pajak,
baik positif maupun negatif, Menurut Elisyah (2014).
Fraternesi (2002) dalam penelitiannya telah membuktikan bahwa faktor pendapatan
mempengaruhi tingkat ketaatan wajib pajak dalam membayar pajak. Hal itu terjadi karena
apa yang dibayarkan oleh wajib pajak untuk pajak bumi dan bangunan bersumber dari
penghasilan wajib pajak itu sendiri, sehingga besar kecilnya pendapatan wajib pajak akan
mempegaruhi ketaatannya dalam membayar pajak bumi dan bangunan dan juga akan
berpengaruh pada keberhasilan penerimaan pajak bumi dan bangunan itu sendiri. Fraternesi
mengartikan pendapatan wajib pajak sebagai disposable incomerata-rata perbulan, yang
berelemen belanja untuk pangan, papan/rumah, transportasi, pendidikan, listrik, PDAM (air
bersih), telepon dan tabungan.
Masyarakat yang memiliki tingkat pendapatan tinggi seharusnya tidak akan memiliki
masalahdalam membayar pajak bumi dan bangunan setiap tahunnya, namun berbeda untuk
masyarakat yang memiliki pendapatan rendah. Masyarakat yang pendapatannya rendah bisa
mengalami kesulitan dalam membayar pajak karena masih banyaknya kebutuhan ekonomi
lain yang harus didahulukan, dibanding dengan membayar kewajibannya. Oleh karena itu,
faktor pendapatan wajib pajak diduga akan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak
dalam membayar pajak bumi dan bangunan.
2.2 Review Peneliti Terdahulu
Dalam hal ini peneliti menuliskan beberapa peneliti terdahulu antara lain dari nama
peneliti terdahulu, berasal dari tahun, masalah yang diteliti, variabel yang diamati, metode
yang digunakan, hasil penelitian :
Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti/Tahun
Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
1.
Nina Elisyah Siagian, Universitas Sumatera Utara, 2014
Analisis Sejumlah Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Masyarakat Desa dan Kota Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Padangsidimpuan
Variabel Independen : Pelayanan Perpajakan, Sanksi Pajak, NJOP, Kesadaran Perpajakan, Pengetahuan Perpajakan, Pendapatan Wajib Pajak Dependen : Kepatuhan.
Secara Parsial Pelayanan Perpajakan, Sanksi, Kesadaran Perpajakan, Berpengaruh Positif dan Signifikan Terhadap Kepatuhan. Pengetahuan Perpajakan, Pendapatan WP Berpengaruh Positif dan Tidak Signifikan Terhadap Kepatuhan. NJOP Berpengaruh Negatif dan Tidak Signifikan. Secara Simultan Semua Variabel Berpengaruh Signifikan Terhadap Kepatuhan.
2. Harjati Puspa Arum, Universitas Diponegoro Semarang, 2012
Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas (Studi di Wilayah KPP Pratama Cilacap)
Variabel Independen : Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus dan Sanksi Variabel Dependen : Kepatuhan Wajib Pajak.
Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus dan Sanksi Pajak Memiliki Pengaruh yang Positif dan Signifikan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak.
3. Rully Dwi Seftiawan, Universitas Brawijaya 2009
Analisis Faktor yang Berpengaruh Pada Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan (Studi Kasus pada Wajib Pajak PBB di Desa Semboro Kabupaten Jember)
Variabel Independen : Kepatuhan Wajib Pajak. Variabel Dependen : Pajak Bumi dan Bangunan di Desa Semboro Kabupaten Jember.
Faktor SPPT, Sanksi, Pelayanan Pajak dan Jangka Waktu Berpengaruh Positif dan Signifikan. Berdasarkan Analisa Regresi Berganda Menyatakan Bahwa Pelayanan Pajak Berpengaruh Dominan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar PBB.
No. Nama Peneliti/Tahun
Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
4. Sulud Kahono, Universitas Diponegoro, 2003
Pengaruh Sikap Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Pajak Dalam Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (studi empiris di wilayah KP.PBB Semarang)
Varibel Independen : Sikap Wajib Pajak dan Wajib Pajak. Variabel Dependen : Kepatuhan Wajib Pajak.
Secara Umum, Penelitian Menyimpulkan Bahwa Sikap Wajib Pajak Terhadap Pembangunan Daerah, Sikap Wajib Pajak Tentang Sanksi Denda PBB, Sikap Wajib Pajak Terhadap Pelayanan Fiskus, Serta Sikap Wajib Pajak Bahwa Penghindaran PBB Telah Umum, Telah Terbukti Berpengaruh Secara Signifikan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di Semarang.
5. Agus Nugroho Jatmiko, Universitas Diponegoro, 2006
Pengaruh Sikap Wajib Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi di Kota Semarang).
Variabel Independen : Sikap Wajib Pajak pada Sanksi Denda, Sikap Wajib Pajak pada Pelayanan Fiskus dan Sikap Wajib Pajak pada Kesadaran Perpajakan. Variabel Dependen :Kepatuhan Wajib Pajak.
Sikap WP Terhadap Pelaksanaan Sanksi Denda, Sikap WP Terhadap Pelayanan Fiskus dan Sikap Wajib Pajak Terhadap Kesadaran Perpajakan Memiliki Pengaruh Positif dan Signifikan Terhadap Kepatuhan WP.
6. Fitri Daniati, Universitas Negeri Medan, 2014
Pengaruh Jumlah Wajib Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.
Variabel Independen : Penerimaan Pajak. Variabel Dependen : Wajib Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak, Pemeriksaan Pajak.
Tidak Ada Pengaruh yang Signifikan antara Jumlah Kepatuhan Wajib Pajak dan Jumlah Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak, Hanya Jumlah Wajib Pajak yang Memiliki Pengaruh Signifikan.
7. Murni Julianti, Universitas Diponegoro Semarang, 2014
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Untuk Membayar Pajak Dengan Kondisi Keuangan dan Preferensi Risiko Wajib Pajak Sebagai Variabel Moderating (Studi Kasus pada Wajib Pajak yang Terdaftar di KPP Pratama Candisari Semarang).
Variabel Independen : Kuliatas Pelayanan dan Pengetahuan WP Tentang Peraturan Perpajakan. Variabel Dependen : Kepatuhan Wajib Pajak.
Menunjukkan Bahwa Persepsi Wajib Pajak Tentang Kualitas Pelayanan Perpajakan Serta Pengetahuan dan Pemahaman Wajib Pajak Tentang Peraturan Perpajakan Berpengaruh Positif Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Variabel Kondisi Keuangan dan Preferensi Risiko Wajib Pajak juga Berperan Sebagai Pure Moderator yang Memperkuat Maupun Memperlemah Hubungan Antara Variabel Dependen dan Independen.
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 KerangkaKonsep
Berdasarkan perumusan masalah, landasan teori dan berbagai penelitian terdahulu
yang mendukung, maka kerangka konseptual menunjukkan hubungan antara variabel
independen (bebas) dengan variabel dependen (tergantung). Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah kepatuhan wajib pajak (Y), sedangkan variabel independen terdiri dari
pelayanan pajak bumi dan bangunan (X1), sanksi (X2), NJOP (X3), dan pengetahuan pajak
bumi dan bangunan (X4), sedangkan pendapatan masyarakat sebagai pemoderasi (Z).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan
bangunan dengan pendapatan masyarakat sebagai variabel moderating disajikan pada tahun
2014, dapat digambarkan sebagai berikut :
H1
H2
Gambar 3.1 Kerangka Konsep I
Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (X1)
Pendapatan Masyarakat (Z)
Sanksi (X2)
NJOP (X3)
Kepatuhan Wajib Pajak (Y)
Pengetahuan Pajak Bumi dan Bangunan
(X4)
H3
Gambar 3.2 Kerangka Konsep II
Menurut Arum (2012), pelayanan adalah cara melayani (membantu mengurus atau
menyiapkan segala kebutuhan yang diperlukan seseorang). Sementara itu, fiskus merupakan petugas
pajak. Jadi, pelayanan fiskus dapat diartikan sebagai cara petugas pajak dalam membantu,
mengurus, atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan seseorang yang dalam hal ini
adalah wajib pajak Jatmiko (2006).
Menurut Arum (2012), sanksi adalah suatu tindakan berupa hukuman yang diberikan
kepada orang yang melanggar peraturan. Peraturan atau Undang-undang merupakan rambu-
rambu bagi seseorang untuk melakukan sesuatu mengenai apa yang harus dilakukan dan apa
yang seharusnya tidak dilakukan. Sanksi diperlukan agar peraturan atau Undang-undang
tidak dilanggar. Sanksi pajak merupakan jaminan bahwa ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan (norma perpajakan) akan dituruti/ditaati/dipatuhi, dengan kata lain
sanksi perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib pajak tidak melanggar norma
perpajakan Mardiasmo (2006) dalam Muliari dan Setiawan (2010).
Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (X1)
Pendapatan Masyarakat (Z)
Sanksi (X2)
NJOP (X3)
Kepatuhan Wajib Pajak (Y)
Pengetahuan Pajak Bumi dan Bangunan
(X4)
Nilai Jual Objek Pajak adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli
yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP ditentukan
melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau
NJOP pengganti menurut Mardiasmo (2009).
Menurut Elisyah (2014), pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu
atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu yang berwujud barang-
barang baik lewat indera maupun lewat akal, dapat pula objek yang dipahami oleh manusia
berbentuk ideal atau yang bersangkutan dengan masalah kejiwaan. Pengetahuan perpajakan
adalah kemampuan seseorang wajib pajak dalam mengetahui peraturan perpajakan baik soal
tarif pajak berdasarkan undang-undang yang akan mereka bayar maupun manfaat pajak yang
akan berguna bagi kehidupan mereka.
Menurut Elisyah (2014), pendapatan merupakan total dari penerimaan (uang dan
bukan uang) seseorang atau suatu rumah tangga selama periode tertentu (Raharja dan
Manurung, 2006:292). Pendapatan berupa uang merupakan penghasilan yang diterima
biasanya sebagai balas jasa, sumber utama gaji atau upah serta lain-lain balas jasa, misalnya
dari majikan, pendapatan bersih dari usaha sendiri dan dari pekerjaan bebas. Pendapatan dari
penjualan barang yang dipelihara dari halaman rumah, hasil investasi seperti modal tanah,
uang pensiun, jaminan sosial serta keuntungan sosial berupa barang merupakan segala
penghasilan yang diterimakan dalam bentuk barag dan jasa.
Kepatuhan pajak bumi dan bangunan adalah sikap yang berpengaruh terhadap
keberhasilan pencapaian pajak bumi dan bangunan. Menurut Elisyah (2014) kepatuhan
berarti tunduk atau taat pada ajaran atau aturan. Dalam hal pajak, aturan yang berlaku adalah
aturan perpajakan. Kepatuhan perpajakan berarti tunduk atau taat terhadap aturan
perpajakan.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kepatuhan berarti tunduk atau patuh pada
ajaran atau aturan. Sedangkan menurut Gibson (1991) dalam Agus Budiatmanto (1999)
sebagaimana yang dikutip oleh Jatmiko (2006), kepatuhan adalah motivasi seseorang,
kelompok atau organisasi untuk berbuat atau tidak berbuat sesuai dengan aturan yang
ditetapkan. Dalam pajak, aturan yang berlaku adalah Undang-undang Perpajakan. Jadi,
kepatuhan pajak merupakan kepatuhan seseorang, dalam hal ini adalah wajib pajak, terhadap
peraturan atau Undang-undang Perpajakan.
3.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian adalah :
1 = Pelayanan pajak bumi dan bangunan, sanksi, NJOP, pengetahuan pajak bumi dan
bangunan secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan
wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan.
2 = Pendapatan masyarakat dapat memoderasi hubungan pelayanan pajak bumi dan
bangunan, sanksi, NJOP, pengetahuan pajak bumi dan bangunan terhadap kepatuhan
wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan.
3 = Pelayanan pajak bumi dan bangunan, sanksi, NJOP, pengetahuan pajak bumi dan
bangunan, dan pendapatan masyarakat secara simultan dan parsial berpengaruh
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan
bangunan.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kausal komparatif (hubungan sebab akibat).
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kemungkinan hubungan sebab
akibat yang berdasarkan dari pengamatan terhadap akibat yang ada dan mencari kembali
faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu, Suryabratha (2003).
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian di Dinas Pendapatan Kota Medan, Unit Pelayanan Teknis (UPT)
Dinas Pendapatan Kota Medan bagian pajak bumi dan bangunan. Objek penelitiannya
adalah jumlah wajib pajak Kota Medan sesuai ketetapan pajak bumi dan bangunan tahun
2014. Penelitian bertempat di21 wilayah Kecamatan yang berada di wilayah Kota Medan
yang terdiri dari Kecamatan Medan Marelan, Kecamatan Medan Polonia, Kecamatan Medan
Maimun, Kecamatan Medan Baru, Kecamatan Medan Barat, Kecamatan Medan Belawan,
Kecamatan Medan Deli, Kecamatan Medan Labuhan, Kecamatan Medan Sunggal,
Kecamatan Medan Denai, Kecamatan Medan Johor, Kecamatan Medan Selayang,
Kecamatan Medan Tembung, Kecamatan Medan Amplas, Kecamatan Medan Helvetia,
Kecamatan Medan Petisah, Kecamatan Medan Timur, Kecamatan Medan Area, Kecamatan
Medan Kota, Kecamatan Medan Perjuangan dan Kecamatan Medan Tuntungan.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi didefinisikan sebagai seperangkat unit analisis yang lengkap dan yang
sedang diteliti Sarwono (2006). Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek
atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, sedangkan sampel adalah bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut Sugiyono (2007). Populasi
pada penelitian ini adalah seluruh jumlah wajib pajak di Kota Medan yang menerima
ketetapan pajak bumi dan bangunan berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang
(SPPT) pada tahun 2014 dan bertempat pada Kota Medan. Melihat luasnya Kota Medan
maka perlu dilakukan pembatasan wilayah penelitian.Untuk itu, peneliti mengambil
keseluruhan wajib pajak di tiap kecamatan secara purposive yang diharapkan dapat
mewakili populasi.
Penetapan besarnya sampel menggunakan rumus menurut Slovin, Sugiono (2007),
yaitu :
n =N______
1 + N (e)²
Keterangan :
n = Ukuran Sampel
N = Ukuran populasi
e = Persen kelonggaran ketidak telitian yang masih dapat di tolerir
(ditetapkan 10%)
Populasi untuk keseluruhan wajib pajak di 21 Kecamatan Kota Medan pada tahun
2014 sebanyak 467.090 WP. Dengan menggunakan rumus Slovin jumlah sampelnya
diperoleh :
n = 4 6 7 . 0 9 0
1 + 467.090 (10%)²
= 467.090
4671,90
n = 99,7 dibulatkan menjadi 100 WP
Berdasarkan perhitungan, total sampel yang diperoleh adalah sebanyak 100 WP.
Pembagian sampel kemudian dilakukan secara proporsional per Kecamatan sesuai dengan
jumlah wajib pajaknya. Menurut data pemerintah Kota Medan semua Kecamatan terdapat
wajib pajak, sehingga pembagian sampelnya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1 Sampel Wajib Pajak Per Kecamatan
No Kecamatan Populasi Proporsional Sampel
1 Medan Marelan 31.072 (31.072: 467.090) x 100 7
2 Medan Polonia 11.949 (11.949: 467.090) x 100 3
3 Medan Maimun 10.681 (10.681: 467.090) x 100 2
4 Medan Baru 9.745 (9.745: 467.090) x 100 2
5 Medan Barat 17.901 (17.901: 467.090) x 100 4
6 Medan Belawan 16.072 (16.072: 467.090) x 100 3
7 Medan Deli 26.449 (26.449: 467.090) x 100 6
8 Medan Labuhan 21.695 (21.695: 467.090) x 100 5
9 Medan Sunggal 28.632 (28.632: 467.090) x 100 6
10 Medan Denai 25.514 (25.514: 467.090) x 100 5
11 Medan Johor 33.530 (33.530: 467.090) x 100 7
12 Medan Selayang 27.161 (27.161: 467.090) x 100 6
13 Medan Tembung 23.311 (23.311: 467.090) x 100 5
14 Medan Amplas 20.722 (20.722: 467.090) x 100 4
15 Medan Helvetia 32.069 (32.069: 467.090) x 100 7
16 Medan Petisah 19.071 (19.071: 467.090) x 100 4
17 Medan Timur 25.071 (25.071: 467.090) x 100 5
18 Medan Area 20.123 (20.123: 467.090) x 100 4
19 Medan Kota 21.035 (21.035: 467.090) x 100 5
20 Medan Perjuangan 17.532 (17.532: 467.090) x 100 4
21 Medan Tuntungan 27.755 (27.755: 467.090) x 100 6
Total 467.090 100
Sumber : Hasil Penelitian, 2014
Dalam menentukan calon responden sebagai sampel, digunakan teknik Accidental
sampling, yaitu penentuan sampel berdasarkan kebetulan. Siapa saja yang kebetulan
bertemu dengan peneliti didaerah peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang
orang yang ditemui itu cocok dengan sumber data Sugiyono (2006). Responden yang
dimaksudkan dalam penelititian ini adalah wajib pajak PBB yang menerima SPPT.
4.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data menjelaskan bagaimana peneliti memperoleh data
penelitiannya. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui penelitian lapangan (Field
Research). Data diperoleh menggunakan kuisioner, dan kuisioner dirancang oleh peneliti.
Variabel pelayanan pajak bumi dan bangunan, sanksi, NJOP, pengetahuan pajak bumi dan
bangunan, kepatuhan wajib pajak dan pendapatan masyarakat sebagai variabel pemoderasi
yang merupakan pengembangan dari kuisioner peneliti Elisyah (2014). Untuk mengukur
setiap jawaban responden digunakan skala likert 5 poin, yaitu mulai angka 5 untuk Sangat
Setuju (SS), angka 4 untuk Setuju (S), angka 3 untuk Ragu-ragu (R), angka 2 untuk Tidak
Setuju (TS) dan angka I untuk Sangat Tidak Setuju (STS).
Data penelitian ini juga diperoleh dengan studi kepustakaan dan studi dokumentasi.
Studi kepustakaan yaitu mengumpulkan data dan informasi melalui telaah berbagai literatus
yang relevan yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti, dapat diperoleh dari
buku, jurnal, tesis, internet, dan lain-lain. Sedangkan studi dokumentasi yatu mengadakan
pencatatan langsung terhadap dokumentasi atau arsip yang berhubungan dengan masalah
yang diteliti.
4.5 Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel
Definisi operasional merupakan suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik
yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau mengubah konsep-konsep
yang berupa konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang
dapat diamati dan yang dapat diujidan ditentukan kebenarannya oleh orang lain (Sarwono,
2006).
Definisi operasional diperlukan untuk menjelaskan variabel penelitian, sehingga
terdapat kesamaan persepsi terhadap konsep penelitian. Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah kepatuhan wajib pajak, sedangkan variabel bebasnya adalah pelayanan pajak bumi
dan bangunan, sanksi, NJOP, pengetahuan pajak bumi dan bangunan, dan sebagai variabel
pemoderasi pendapatan masyarakat. Definisi operasionalnya dijelaskan sebagai berikut :
a. Pelayanan pajak bumi dan bangunan adalah cara atau kegiatan yang dilakukan petugas
pajak dalam melaksanakan tugasnya untuk meningkatkan kepatuhan masyarakat
membayar pajak. Pelayanan perpajakan diukur dengan skala likert 5 poin yang terdiri
dari 5 item pertanyaan.
b. Sanksi adalah tindakan atau hukuman yang dikenakan kepada wajib pajak karena
melakukan pelanggaran, baik yang disengaja ataupun tidak. Variabel sanksi pajak
diukur dengan menggunakan skala likert 4 poin yang terdiri dari 4 item pertanyaan.
c. Nilai Jual Objek Pajak adalah harga rata-rata dari objek pajak yang ditetapkan sebagai
dasar perhitungan pajak. Variabel NJOP diukur dengan skala likert 5 poin yang terdiri
dari 4 pertanyaan.
d. Pengetahuan pajak bumi dan bangunan adalah kemampuan wajib pajak untuk
mengetahui dan memahami aturan-aturan dibidang perpajakan (khusus pajak bumi dan
bangunan). Variabel pengetahuan perpajakan diukur dengan skala likert 5 poin yang
terdiri dari 6 pertanyaan.
e. Kepatuhan pajak bumi dan bangunan adalah sikap taat masyarakat dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya, terutama dalam hal pembayaran pajak bumi dan bangunan.
Variabel kepatuhan diukur dengan skala likert 5 poin yang terdiri atas 5 item
pertanyaan.
f. Pendapatan masyarakat adalah besarnya jumlah penghasilan uang wajib pajak baik
dari pekerjaan pokok maupun pekerjaan sampingannya selama satu bulan. Variabel
pendapatan dapat diukur dalam Rupiah perbulan yang dikategorikan dengan skala
likert 5 kelas interval.
Tabel berikut menjelaskan operasional variabel penelitian, pengukuran dan indikator
pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini secara ringkas.
Tabel 4.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
No. Variabel Definisi Indikator Pertanyaan Pengukuran 1. Pelayanan pajak
bumi dan bangunan (X1)
Cara petugas pajak untuk meningkatkan kepatuhan masyarakat membayar pajak bumi dan bangunan
1. Tempat pembayaran 2. Pelayanan 3. Besarnya pajak bumi
dan banguan terutang 4. Penyelesaian
permohonan 5. Penyuluhan
Skala likert
2. Sanksi pajak (X2) Tindakan atau hukuman yang dikenakan kepada wajib pajak karena melakukan pelanggaran
1. Sanksi dan denda 2. Denda 2% tiap bulan 3. Sanksi memberatkan 4. Keterlambatan
Skala likert
3. NJOP (X3) Harga rata-rata dari objek pajak yang ditetapkan sebagai dasar perhitungan pajak bumi dan bangunan
1. Petugas adil 2. Penetapan NJOP 3. Perhitungan NJOP
tidak sesuai dan menunda pembayaran
4. NJOPTKP Kota Medan Rp.15.000.000
Skala likert
4. Pengetahuan pajak bumi dan bangunan (X4)
Kemampuan wajib pajak untuk mengetahui dan memahami aturan-aturan dibidang perpajakan
1. Iuran 2. Tata cara
mendaftarkan diri 3. Tata cara pembayaran 4. Tarif 5. Dasar pengenaan
pajak bumi dan
Skala likert
Tabel 4.2 Lanjutan
bangunan 6. Surat Pemberitahuan
Pajak Terutang (SPPT)
5. Kepatuhan pajak bumi dan bangunan (Y)
Ketaatan masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakan
1. Tunggakan pajak bumi dan bangunan
2. Tepat waktu 3. Membayar pajak
bumi dan bangunan 4. Tidak membayar
dikenakan sanksi 5. Infomasi
Skala likert
6. Pendapatan masyarakat (Z)
Jumlah pengahsilan uang wajib pajak dari pekerjaan pokok maupun pekerjaan sampingan
1. Upah, gaji dan keuntungan tiap bulan
Skala likert
Sumber: Elisyah (2014)
4.6 Metode Analisis Data
Analisis data diperlukan untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis
yang telah diajukan. Penelitian ini adalah penelitian statistik induktif berusaha membuat
berbagai inferensi terhadap sekumpulan data yang berasal dari suatu sampel. Tindakan
inferensi tersebut seperti melakukan perkiraan besaran populasi, uji hipotesis, peramalan,
dan dilaksanakan dengan pendekatan menurut sifat data kualitatif. Data yang tidak
berbentuk angka. Untuk itu, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi
berganda yang pengolahannya menggunakan alat bantu program SPSS versi 16. Hair et al.
(1988) dalam Jatmiko (2006) menyatakan bahwa regresi berganda merupakan teknik
statistik untuk menjelaskan keterkaitan antara variabel terikat dengan beberapa variabel
bebas.
Model analisis data yag digunakan untuk menguji hipotesis pertama adalah regresi
linier berganda, dan hipotesis kedua dengan menggunakan uji residual. Berdasarkan
hipotesis yang diajukan, maka model penelitian ini adalah :
1. Untuk melihat pengaruh pelayanan pajak bumi dan bangunan, sanksi, NJOP, dan
pengetahuan pajak bumi dan bangunan terhadap kepatuhan wajib pajak digunakan
model sebagai berikut :
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + ei
Keterangan : Y = Kepatuhan Wajib Pajak X1 = Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan X2 = Sanksi
X3 = NJOP X4 = Pengetahuan Pajak Bumi dan Bangunan α = Konstanta β1–β4 = Koefisien Regresi ei = Error Estimasi
2. Untuk melihat pengaruh pelayanan pajak bumi dan bangunan, sanksi, NJOP, dan
pengetahuan pajak bumi dan bangunan terhadap kepatuhan wajib pajak dengan
pendapatan sebagai variabel moderating digunakan model sebagai berikut :
Z = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + ei
Keterangan :
Z = Pendapatan Masyarakat X1 = Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan X2 = Sanksi
X3 = NJOP X4 = Pengetahuan Pajak Bumi dan Bangunan α = Konstanta β1–β4 = Koefisien Regresi e i = Error Estimasi | e | = α + b1 Y Keterangan : | e | = Absolut Residual Α = Konstanta Y = Kepatuhan Wajib Pajak
3. Untuk melihat pengaruh pelayanan pajak bumi dan bangunan, sanksi, NJOP,
pengetahuan pajak bumi dan bangunan, dan pendapatan masyarakat terhadap
kepatuhan wajib pajak digunakan model sebagai berikut :
Y = α + β1X1 +β2X2 +β3X3 +β4X4 +βZ+ ei
Keterangan : Y = Kepatuhan Wajib Pajak X1 = Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan X2 = Sanksi
X3 = NJOP X4 = Pengetahuan Pajak Bumi dan Bangunan Z = Pendapatan Masyarakat
α = Konstanta β1–β4 = Koefisien Regresi ei = Error Estimasi
4.6.1 Uji Kualitas Data
4.6.1.1 Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuisioner. Suatu
kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu untuk mengungkapkan
sesuatu yang akan diukur oleh kuisioner tersebut (Ghozali, 2013). Untuk mengetahui apakah
suatu sistem item valid atau gugur dapat dilakukan dengan mengkorelasikan skor masing-
masing butir pertanyaan terhadap skor variabel. Pengujian validitas dalam penelitian ini
dengan cara melihat nilai Corrected Item-Total Correlation (r hitung) dari butir pertanyaan
pada setiap variabel. Jika nilainya > 0,30 dan positif, maka dikatakan valid. Kriteria
penilaiannya juga berdasarkan perbandingan dengan menggunakan nilai Sig 2-Tailed. Jika
sig. (2-tailed) < 0,05 maka item dinyatakan valid dan sebaliknya.
4.6.1.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah uji yang digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur. Suatu
kuisioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali, 2013). Pengukuran reliabilitas dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara one shot (pengukuran sekali saja). Suatu konstruk atau
variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach‘s Alpha > 0,70.
4.6.2 Uji Asumsi Klasik
Pengujian gejala asumsi klasik dilakukan agar hasil analisis regresi berganda
memenuhi kriteria Blue (Best, Liniear, Unbiased, Estimator). Uji asumsi klasik ini terdiri
dari uji normalitas data, uji multikolinieritas dan uji heteroskedastisitas.
4.6.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data penelitian yang dilakukan
memiliki distribusi yang normal atau tidak. Uji normalitas merupakan salah satu bagian dari
uji persyaratan analisis data atau uji asumsi klasik artinya sebelum melakukan analisis
sesungguhnya, data penelitian harus diuji kenormalan distribusinya. Cara melakukan uji
normalitas melalui Kolmogorov Smirnov (K-S) yang tersedia pada SPSS versi 16.
Kolmogorov Smirnov adalah dengan membandingkan distribusi data (yang akan diuji
normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah data yang
telah ditransformasikan ke dalam bentuk Z-Score dan diasumsikan normal. Jadi sebenarnya
uji Kolmogorov Smirnov adalah uji beda antara data yang diuji normalitasnya dengan data
normal baku. Jika kesimpulan memberikan hasil yang tidak normal, maka tidak bisa
menentukan transformasi seperti yang digunakan untuk normalisasi. Jadi gunakan plot
grafik atau Skewness dan Kurtosis sehingga transformasi tepat untuk digunakan.
Menurut Singgih (2002:393), dasar pengambilan keputusan pada uji Kolmogorov
Smirnov dapat dilakukan berdasarkan nilai probabilitas (significane), yaitu :
Jika nilai probabilitas > 0,05 maka distribusi dari data adalah normal
Jika nilai probabilias ≤ 0,05 maka distribusi dari data adalah tidak normal
4.6.2.2 Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas betujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas. Sebuah model regresi dikatakan terkena
multikolinieritas apabila terjadi hubungan linier yang sempurna diantara beberapa atau
semua variabel independen dari model regresi tersebut. Uji multikolinieritas dapat dilihat
dari nilai tolerancedan Variance Inflating Factor (VIF). Batas dari VIF adalah 10 dan nilai
tolerance value adalah 0,1. Suatu model regresi yang bebas dari multikolinieritas adalah jika
mempunyai nilai VIF kurang dari 10 dan nilai tolenrance value diatas 0,1 (Ghozali:2006).
Bila ada variabel independen yang terkena multikolinieritas, maka penanggulangannya salah
satu variabel tersebut dikeluarkan dari model.
4.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variancedari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance
dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas
dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas (Ghozali, 2006:105).
Dalam penelitian ini, uji yang digunakan untuk mendeteksi gejala
Heteroskedastisitas dengan dua cara, yaitu menggunakan Uji Glejser dan Uji Grafik Plot.
Dalam Uji Glejser, model regresi linier yang digunakan diregresikan untuk mendapatkan
nilai residualnya. Kemudian nilai residual tersebut diabsolutkan dan dilakukan regresi
dengan semua variabel independen. Apabila variabel independen yang mempengaruhi
variabel dependen nilai absolute secara signifikan pada tingkat kepercayaan di atas 5% (sig
> 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung heteroskedastisitas.
Sedangkan Uji Grafik Plot dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu antara nilai
prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan nilai residualnya (SRESID). Jika tidak ada pola
yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu y, maka tidak
terjadi heteroskedastisitas (Ghozali:2006).
4.6.3 Uji Hipotesis Penelitian
Uji hipotesis berupa uji perbedaan antara nilai sampel dengan populasi atau nilai data
yang diteliti dengan nilai ekspektasi (hipotesis) peneliti (Erlina, 2008). Pengujian hipotesis
dalam penelitian ini menggunakan koefesien Determinasi (R2), uji F, uji t dan uji residual
(moderating).
4.6.3.1 Koefesien Determinasi (R2)
Mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai koefesien determinasi adalah antara nol dan satu.Nilai R2 yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen
amat terbatas.Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen
(Ghazali, 2012).
4.6.3.2 Uji F
Uji Statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel independen yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terdahap variabel dependen.
Adapun langkah-langkah dalam pengambilan keputusan untuk uji F adalah :
Ha: β ≠ 0, maka mekanisme pelayanan, sanksi, NJOP dan pengetahuan berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan
secara simultan.
Kriteria pengujian :
P Value (Sig) < 0,05 = Ha dapat diterima
P Value (Sig) > 0,05 = Ha tidak dapat diterima
4.6.3.3 Uji t
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh satu variabel independen
secara individual atau parsial dapat menerangkan variasi variabel terikat. Adapun langkah-
langkah dalam pengambilan keputusan untuk uji t adalah:
Ha : β ≠ 0, maka mekanisme pelayanan, sanksi, NJOP dan pengetahuan berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan
secara parsial.
Kriteria pengujian :
P Value (Sig) < 0,05 = Ha dapat diterima.
P Value (Sig) > 0,05 = Ha tidak dapat diterima.
4.6.3.4 Uji Residual
Pengujian variabel moderating dengan uji residual digunakan untuk mengatasi
kecenderungan akan terjadi multikolinieritas yang tinggi antar variabel independen
(Ghozali, 2012). Uji residual menguji pengaruh deviasi dari suatu model regresi dengan
melihat Lack of Fit (ketidakcocokan) yang ditunjukkan oleh nilai residual. Adapun langkah-
langkah dalam pengambilan keputusan untuk uji residual adalah :
Ha : β ≠ 0, maka pendapatan mampu memoderasi hubungan mekanisme pelayanan, sanksi,
NJOP dan pengetahuan dengan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak
bumi dan bangunan.
Kriteria uji residual adalah P Value (Sig) < 0,05 dan nilai Koefisien parameternya
negatif , maka dapat memoderasi. Tetapi, apabila P Value (Sig) > 0,05 dan nilai koefisien
parameternya positif, maka tidak dapat memoderasi.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menganalisis pengaruh pelayanan pajak bumi dan bangunan, sanksi,
NJOP, pengetahuan pajak bumi dan bangunan, dan pendapatan masyarakat mampu
memoderasi hubungan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah wajib pajak di Kota Medan yang
menerima ketepatan pajak bumi dan bangunan berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak
Terutang (SPPT) di 21 Kecamatan Kota Medan pada tahun 2014 sebanyak 467.090. Jumlah
sampel yang diperoleh berdasarkan Rumus Slovin adalah 100 sampel wajib pajak pada
tahun 2014.
Tabel 5.1 Pengumpulan Data Keterangan Kuesioner (eks)
Jumlah Kuesioner yang dikirim 100
Kuesioner yang tidak kembali 0
Kuesioner yang kembali 0
Kuesioner yang dapat digunakan dalam penelitian 100
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Berkaitan dengan Tabel, penulis menampilkan Daftar Populasi dan Sampel yang
berkaitan dengan pengumpulan data kuesioner yang dapat dilihat pada Lampiran 2.
5.1 Karakteristik Wajib PajakResponden
Suatu jawaban responden dapat dijadikan sebagai data penelitian apabila
jawaban tersebut memiliki karakteristik subjektif atau tanpa mendiskusikannya dengan
orang lain, dikembalikan tepat waktu dan dijawab secara lengkap. Pengumpulan data
kuesioner dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menyebarkan secara langsung kepada
Wajib Pajak di 21 Kecamatan di Kota Medan. Distribusi ke 100 kuesioner tersebut ditujukan
pada responden yang memiliki karakteristik dan latar belakang yang berbeda-beda, seperti
ditunjukkan pada tabel berikut ini:
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 49 49%
Perempuan 51 51%
Jumlah 100 100,0
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan Tabel terlihat bahwa dilihat dari karakteristiknya, responden dalam
penelitian ini didominasi oleh responden yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak
51 responden (51%), dan sisanya laki-laki sebanyak 49 responden (49%).
Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Umur Responden Frekuensi Persentase (%)
≤ 20 Tahun 0 0
21 – 30 Tahun 31 – 40 Tahun
13 20
13% 20%
41 – 50 Tahun 28 28%
> 50 Tahun 30 39%
Jumlah 100 100,0
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Dilihat dari karakteristik umur, responden dalam penelitian ini didominasi oleh
responden yang berusia diatas 50 tahun, yaitu sebanyak 39 responden (39%), kemudian
diikuti oleh responden yang berusia diantara 41-50 tahun sebanyak 28 responden (28%),
responden yang berusia diantara 31-40 tahun sebanyak 20 responden (20%), responden yang
berusia diantara 21-30 tahun sebanyak 13 responden (13%), responden yang berusia lebih
kecil dibawah 20 tahun menjadi responden yang tidak ditemui dalam penelitian.
Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Responden
Frekuensi Persentase (%)
Tidak Tamat SD 0 0
SD SMP
7 2
7% 2%
SMA 51 51%
D3/ S1/ S2 40 40%
Jumlah 100 100,0
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Dilihat dari karakteristik tingkat pendidikan, responden terbanyak dalam penelitian
ini adalah responden yang berpendidikan SMA sebanyak 51 responden (51%), kemudian
diikuti responden yang berpendidikan D3/ S1/ S2 sebanyak 40 responden (40%), responden
yang berpendidikan SD sebanyak 7 responden (7%), responden yang berpendidikan SMP 2
responden (2%), dan responden yang tidak memiliki pendidikan tidak ditemui dalam
penelitian.
Tabel 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Tinggal Lama Tinggal Responden Frekuensi Persentase (%)
≤ 5 Tahun 34 34%
6 – 10 Tahun 11 – 15 Tahun
13 16
13% 16%
16 – 20 Tahun 11 11% > 20 Tahun 26 26% Jumlah 100 100,0
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Lama tinggal responden menjadi salah satu karakteristik penelitian ini. Responden
yang terbanyak dari karakteristik tersebut adalah responden yang memiliki lama tinggal
dibawah 5 tahun yaitu sebanyak 34 responden (34%), kemudian diikuti oleh responden
dengan lama tinggal diatas 20 tahun sebanyak 26 responden (26%), lama tinggal 11-15
tahun sebanyak 16 responden (16%), lama tinggal 6-10 tahun sebanyak 13 responden (13%)
dan responden yang paling sedikit adalah yang memiliki lama tinggal 16-20 tahun sebanyak
11 responden (11%).
Tabel 5.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan Tingkat Pendapatan Responden Frekuensi Persentase (%)
0 – Rp. 1.000.000,- 1 1%
Rp. 1.100.000,- - Rp. 3.000.000,- Rp. 3.100.000,- - Rp. 4.000.000,-
43 17
43% 17%
Rp. 4.100.000,- - Rp. 5.000.000,- 16 16%
Lebih dari Rp. 5.100.000,- 23 23%
Jumlah 100 100,0
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Selanjutnya, tingkat pendapatan wajib pajak juga menjadi karakteristik penelitian.
Responden yang terbanyak dari karakteristik ini adalah responden yang berpendapatan Rp.
1.100.000,- - Rp. 3.000.000,- sebanyak 43 responden (43%), diikuti responden yang
berpendapatan diatas Rp. 5.100.000,- sebanyak 23 responden (23%), responden yang
berpendapatan Rp. 3.100.000,- - Rp. 4.000.000,- sebanyak 17 responden (17%), responden
yang berpendapatan Rp. 4.100.000,- - Rp. 5.000.000,- sebanyak 16 responden (16%), dan
responden yang berpendapatan dibawah Rp. 1.000.000,- sebanyak 1 responden (1%).
5.2 Deskripsi Variabel Penelitian
Data deskriptif memberikan gambaran tentang data seperti nilai tertinggi
(maksimum), nilai terendah (minimum), rata-rata (mean), dan standar deviasi dari varians
data yang diteliti baik itu variabel independen, variabel dependen maupun variabel
moderating. Pada Tabel menunjukkan statistik deskriptif dari variabel penelitian.
Tabel 5.7 Deskripsi Variabel Penelitian
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic
x1 (pelayanan) 100 7 25 17.89 3.360
x2 (sanksi) 100 8 20 14.79 3.251
x3 (NJOP) 100 8 20 13.09 2.854
x4 (pengetahuan) 100 9 30 22.26 3.583
Y (kepatuhan) 100 10 31 19.29 3.611
Z (pendapatan) 100 1.000.000 20.000.000 4.080.000 2401313.424
Valid N (listwise) 100 Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan Tabel menunjukkan bahwa jumlah data penelitian (N) adalah 100 unit
analisis. Masing-masing variabel memiliki nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata
(mean) dan nilai standar deviasi yang bervariasi.
1. Kepatuhan (Y), untuk tahun 2014 memiliki nilai minimum sebesar 10 dan nilai
maksimum sebesar 31. Nilai mean kepatuhan untuk tahun 2014 sebesar 19,29 dengan
nilai standar deviasi sebesar 3,611.
2. Pelayanan (X1), untuk tahun 2014 memiliki nilai minimum sebesar 7 dan nilai
maksimum sebesar 25. Nilai mean pelayanan untuk tahun 2014 sebesar 17,89 dengan
nilai standar deviasi sebesar 3,360.
3. Sanksi (X2), untuk tahun 2014 memiliki nilai minimum sebesar 8 dan nilai maksimum
sebesar 20. Nilai mean sanksi untuk tahun 2014 sebesar 14,79 dengan nilai standar
deviasi sebesar 3,251.
4. NJOP (X3), untuk tahun 2014 memiliki nilai minimum sebesar 8 dan nilai maksimum
sebesar 20. Nilai mean NJOP untuk tahun 2014 sebesar 13,09 dengan nilai standar
deviasi sebesar 2,854.
5. Pengetahuan (X4), untuk tahun 2014 memiliki nilai minimum sebesar 9 dan nilai
maksimum sebesar 30. Nilai mean pengetahuan untuk tahun 2014 sebesar 22,26
dengan nilai standar deviasi sebesar 3,583.
6. Pendapatan (Z), untuk tahun 2014 memiliki nilai minimum sebesar 1.000.000 dan nilai
maksimum sebesar 20.000.000. Nilai mean pendapatan untuk tahun 2014 sebesar
4.080.000 dengan nilai standar deviasi sebesar 2401313,424.
5.3 Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabelitas Instrumen Penelitian
Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai rhitung dengan rtabel untuk
degree of freedom (df)= n-2, dalam hal ini n adalah jumlah sampel. Pada kasus uji
reliabilitas dan validitas dalam penelitian ini, jumlah sampel (n) = 100. Maka, besarnya df
dapat dihitung 100-2 = 98 dan signifikan 5% (lihat rtabel pada df = 98 dengan uji dua sisi).
Bandingkan nilai rhitungdengan hasil perhitungan rtabel= 0,195. Jika rhitung lebih besar dari rtabel
dan nilai positif maka butir atau pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan valid. Hasil
uji validitas instrumen penelitian dalam penelitian ini ditunjukkan pada Tabel.
Tabel 5.8 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian
No. Variabel Penelitian Instrumen Penelitian rhitung rtabel
(n100,α5%) Kriteria
1 Pelayanan (X1) 1 0,621 0,195 valid 2 0,790 0,195 valid 3 0,557 0,195 valid 4 0,708 0,195 valid 5 0,698 0,195 valid 2 Sanksi (X2) 1 0,794 0,195 valid 2 0,577 0,195 valid
3 0,720 0,195 valid
4 0,741 0,195 valid
3 NJOP (X3) 1 0,840 0,195 valid
2 0,816 0,195 valid
3 0,541 0,195 valid
4 0,712 0,195 valid 4 Pengetahuan (x4) 1 0,536 0,195 valid
2 0,767 0,195 valid
3 0,659 0,195 valid
4 0,769 0,195 valid
5 0,697 0,195 valid
6 0,659 0,195 valid
5 Kepatuhan (Y) 1 0,863 0,195 valid
2 0,813 0,195 valid
3 0,695 0,195 valid
4 0,736 0,195 valid
5 0,598 0,195 valid Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan hasil uji validitas dapat dijustifikasi bahwa keseluruhan instrumen
pernyataan yang digunakan untuk mengukur variabel-variabel yang dianalisis dalam
penelitian ini dinyatakan valid, hal ini terlihat dari nilai rhitung seluruh indikator variabel lebih
besar dari rtabel n100, α5% = 0,195. Dari tampilan hasil terlihat bahwa korelasi masing-
masing indikator terhadap total pada setiap variabel menunjukkan hasil yang signifikan. Jadi
dapat disimpulkan bahwa masing-masing indikator pertanyaan adalah valid.
Uji reliabilitas adalah salah satu alat ukur yang berhubungan dengan sejumlah hasil
dari suatu pengukuran yang dapat dipercaya. Suatu angket dikatakan reliabel (andal) juka
jawaban dari pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran
realibel pada dasarnya bisa dilakukan dengan : (1) Repeated Measure, (2) One Shot. Dalam
penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan satu kali pengukuran saja (one shot), karena
pengukuran yang dilakukan berulang membutuhkan waktu dan biaya yang cukup besar.
Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach’s Alpha >
0,70. (Ghozali 2013). Hasil uji reliabilitas instrumen penelitian dalam penelitian ini
ditunjukkan pada Tabel.
Tabel 5.9 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
No. Instrumen Variabel Penelitian
Nilai Cronbach's Alpha
N of Items
Keterangan
1 Pelayanan (X1) 0,706 5 Reliabel 2 Sanksi (X2) 0,783 4 Reliabel 3 NJOP (X3) 0,728 4 Reliabel 4 Pengetahuan (X4) 0,767 6 Reliabel
5 Kepatuhan (Y) 0,831 5 Reliabel
Sumber : Hasil Penelitian, 2015 Terlihat bahwa data yang telah dilakukan uji reliabilitas dinyatakan bahwa data
tersebut reliabel (dapat dipercaya) untuk masing-masing kuisioner pelayanan, sanksi, NJOP,
pengetahuan dan kepatuhan. Hal ini terlihat dari nilai Cronbach’s Alpha yang berada di atas
0,70.
5.4 Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas,
uji multikolinearitas dan uji heteroskedastisitas.
5.4.1 Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk melihat apakah model regresi, variabel pengganggu
atau residual berdistribusi normal. Suatu data dikatakan berdistribusi secara normal, apabila
nilai Assymp Sig Kolmogrov – Smirnov > 5%. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian
menggunakan uji one sample Kolmogorov Smirnov Test. Pada penelitian ini uji normalitas
residual dapat dilakukan dengan dengan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov
(K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis :
H0 : Data residual terdistribusi normal
H1 : Data residual tidak terdistribusi normal
Untuk menentukannya maka kriterianya adalah :
H0 diterima apabila nilai signifikansi (Asymp. Sig) > 0,05
H1 diterima apabila nilai signifikansi (Asymp. Sig) < 0,05
Dengan hasil pengujian terdapat pada Tabel.
Tabel 5.10 Hasil Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized
Residual
N 100
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 2.42768853
Most Extreme Differences Absolute .063
Positive .042
Negative -.063
Kolmogorov-Smirnov Z .630
Asymp. Sig. (2-tailed) .823
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan Tabelnilai Kolmogorov-Smirnov Z sebesar 0,630 dan signifikansinya
pada 0,823 nilainya diatas α = 0,05 (Asymp.Sig = 0,823 > 0,05) sehingga hipotesis H0
diterima, yang berarti data residual terdistribusi normal.
Gambar 1 Histogaram
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Gambar 2 Normal P-P Plot
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan Gambar 1 dan Gambar 2 dapat disimpulkan bahwa grafik histogram
berbentuk lonceng sempurna dan grafik normal P-P Plot tersebar sepanjang garis diagonal.
Kedua grafik ini menunjukkan bahwa data terdistribusi normal.
5.4.2 Uji Multikolinearitas
Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan variance inflation factor
(VIF). Data dikatakan tidak mengalami multikolinearitas apabila nilai Tolerance ≥ 0,10 dan
nilai VIF ≤ 10. Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat pada Tabel.
Tabel 5.11 Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance. VIF
1 x1 (pelayanan) .550 1.820
x2 (sanksi) .465 2.149
x3 (NJOP) .605 1.653
x4 (pengetahuan) .563 1.777
a. Dependent Variable: y Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan Tabel menunjukkan bahwa seluruh variabel independen memiliki
Tolerance ≥ 0,10 dannilai VIF ≤ 10 sehingga data penelitian ini tidak mengalami
multikolinearitas.
5.4.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan cara melihat grafik Scatterplot yang
disajikan yang terdapat pada Gambar 3 di bawah, terlihat titik-titik menyebar secara acak,
tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di
bawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model
regresi (Homoskedastisitas). Bentuk grafik Scatterplot terdapat pada Gambar.
Gambar 3 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan Gambar menunjukkan bahwa tidak ada gangguan heteroskedastisitas
yang terjadi dalam parameter model penduga, dimana nilai signifikansi seluruh variabel
lebih dari 0,05 (p > 0,05). Dapat disimpulkan tidak ada masalah heteroskedastisitas.
5.5 Uji Hipotesis Penelitian
Uji hipotesis berupa uji perbedaan antara nilai sampel dengan populasi atau nilai data
yang diteliti dengan nilai ekspektasi (hipotesis) peneliti (Erlina, 2008). Pengujian hipotesis
dalam penelitian ini menggunakan uji F, uji t, uji residual (moderating).Uji hasil kelayakan
menggunakan model koefesien Determinasi (R2).
5.5.1 Koefesien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa besar variabel
independen dapat menjelaskan variabel dependen. Hasil uji koefisien determinasi (R2) dapat
dilihat pada Tabel.
Tabel 5.12 Hasil Uji Koefesien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R R
Square
Adjuste
d R
Square
Std. Error
of the
Estimate
R
Square
Change
F
Change
Sig. F
Change
Durbin-
Watson
1 .740
a .548 .529 2.478 .548 28.783 .000 1.895
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan Tabel nilai Koefisien (R) sebesar 0,740 yang menunjukkan besarnya
hubungan antara variabel, dengan koefisien determinasi (Adjusted R square) sebesar 0,548
atau 54,8%. Hal ini berarti variabel pelayanan, sanksi, NJOP, dan pengetahuan dapat
menjelaskan variabel kepatuhan sebesar 54,8%. Sedangkan sisanya 45,2% dijelaskan oleh
variabel lain diluar model estimasi ini.
5.5.2 Uji F
Uji Statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel independen yang
dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terdahap variabel dependen.
Hasil uji F dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Tabel 5.13 Hasil Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 707.117 4 176.779 28.783 .000a
Residual 583.473 95 6.142
Total 1290.590 99
a. Predictors: (Constant), x4, x1, x3, x2
b. Dependent Variable: y Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan Tabel diketahui bahwa nilai signifikan 0,000 lebih kecil dari 0,05
sehingga dapat dikatakan bahwa secara simultan variabel independen (pelayanan, sanksi,
NJOP, dan pengetahuan) berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu kepatuhan pada
taraf signifikansi α = 5%.
5.5.3 Uji t
5.5.3.1 Hasil Hipotesis Pertama
Hasil pengujian statistik t (uji parsial) untuk variabel pelayanan, sanksi, NJOP, dan
pengetahuan diperoleh hasil berikut. Hasil uji t dapat dilihat pada Tabel.
Tabel 5.14Hasil Uji t
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.879 1.706 1.688 .095
x1 (pelayanan) -.077 .100 -.071 -.767 .445
x2 (sanksi) .290 .112 .261 2.586 .011
x3 (NJOP) .081 .112 .064 .723 .471
x4 (pengetahuan) .558 .093 .554 6.026 .000 Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan Tabel menunjukkan bahwa variabel independen sanksi dan pengetahuan
yang mempunyai p Value (sig) lebih kecil dari pada 0,05 dalam nilai absolute pada taraf
signifikansi α = 5%, dengan rincian variabel sanksi sebesar 0,011 < 0,05, artinya variabel
sanksi berpengaruh signifikan terhadap variabel kepatuhan secara parsial (H0 diterima).
Selanjutnya rincian variabel pengetahuan sebesar 0,000 < 0,05, artinya variabel pengetahuan
berpengaruh signifikan terhadap variabel kepatuhan secara parsial (H0 diterima). Sedangkan
variabel independen pelayanan dan NJOP yang mempunyai p Value (sig) lebih besar dari
pada 0,05 dalam nilai absolute pada taraf signifikansi α = 5%, dengan rincian variabel
pelayanan sebesar 0,445 > 0,05, artinya variabel pelayanan berpengaruh tidak signifikan
terhadap variabel kepatuhan secara parsial (H0 ditolak). Selanjutnya rincian variabel NJOP
sebesar 0,471 > 0,05, artinya variabel NJOP berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel
kepatuhan secara parsial (H0 ditolak). Dari nilai-nilai koefisien tersebut, maka dapat disusun
persamaan regresi sebagai berikut :
Y = 2,879 – 0,077 X1 + 0,290 X2 + 0,081 X3 + 0,558 X4
Berdasarkan persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pelayanan (X1)
Berdasarkan nilai signifikan dengan alpha 0,05 variabel pelayanan memiliki nilai 0,445
lebih besar dari alpha 0,05 sehingga secara parsial variabel pelayanan berpengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap kepatuhan. Berpengaruh negatif menunjukkan
bahwa semakin meningkat pelayanan sebesar 1% maka menurunnya kepatuhan sebesar
0,077. Demikian juga sebaliknya semakin menurunnya pelayanan sebesar 1% maka
semakin meningkat kepatuhan sebesar 0,077.
b. Sanksi (X2)
Berdasarkan nilai siginifikan dengan alpha 0,05 variabel sanksi memiliki nilai
signifikan 0,011 lebih kecil dari alpha 0,05 sehingga secara parsial variabel sanksi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan. Berpengaruh positif
menunjukkan bahwa semakin meningkat sanksi sbesar 1% maka akan semakin
meningkat kepatuhan sebesar 0,290. Demikian juga sebaliknya semakin menurunnya
sanksi sebesar 1% maka semakin menurun kepatuhan sebesar 0,290.
c. NJOP (X3)
Berdasarkan nilai signifikan dengan alpha 0,05 variabel pelayanan memiliki nilai 0,471
lebih besar dari alpha 0,05 sehingga secara parsial variabel NJOP berpengaruh positif
dan tidak signifikan terhadap kepatuhan. Berpengaruh positif menunjukkan bahwa
semakin meningkat NJOP sebesar 1% maka meningkat kepatuhan sebesar 0,081.
Demikian juga sebaliknya semakin menurunnya NJOP sebesar 1% maka semakin
menurun kepatuhan sebesar 0,077.
d. Pengetahuan (X4)
Berdasarkan nilai siginifikan dengan alpha 0,05 variabel pengetahuan memiliki nilai
signifikan 0,000 lebih kecil dari alpha 0,05 sehingga secara parsial variabel pengetahuan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan. Berpengaruh positif
menunjukkan bahwa semakin meningkat pengetahuan sbesar 1% maka akan semakin
meningkat pengetahuan sebesar 0,558. Demikian juga sebaliknya semakin menurunnya
pengetahuan sebesar 1% maka semakin menurun kepatuhan sebesar 0,558.
5.5.3.2 Hasil Hipotesis Kedua
Pengujian hipotesis kedua yaitu menganalisi apakah pendapatan dapat menjadi
variabel pemoderasi yang memperkuat atau memperlemah pengaruh pelayanan, sanksi,
NJOP, dan pengetahuan terhadap kepatuhan dengan menggunakan uji residual.Hasil analisis
dapat dilihat pada Tabel Uji Residual.
Tabel 5.15 Uji Residual (Pemoderasi)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.754.000 1.647.000 1.673 .098
x1 (pelayanan) -10681.304 96538.614 -.015 -.111 .912
x2 (sanksi) 153239.754 108415.137 .207 1.413 .161
x3 (NJOP) 100647.757 108359.425 .120 .929 .355
x4 (pelayanan) -92732.719 89450.694 -.138 -1.037 .303
a. Dependent Variable: z
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Tabel 5.16 Uji Residual (Pemoderasi)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.515.000 841579.319 2.988 .004
Y -39210.027 42890.297 -.092 -.914 .363
a. Dependent Variable: Moderating
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan tabel di atas, persamaan pada model uji residual adalah sebagai berikut :
Z = 2.754.000 -10681,304 x1 + 153239,754 x2 + 100647,757 x3 -92732,719 x4
| e | = 2.515.000-39210,027 y
Tabel menggambarkan nilai koefisien parameternya bernilai negatif yaitu -
39210,027 dengan nilai signifikan 0,363 lebih besar dari alpha 0,05. Kesimpulan dari
pengujian residual ini menunjukkan bahwa variabel pendapatan tidak dapat menjadi variabel
pemoderasi bagi hubungan pelayanan, sanksi, NJOP, pengetahuan dengan kepatuhan.
5.5.3.3 Hasil Hipotesis Ketiga
Hasil pengujian statistik t (uji parsial) untuk variabel pelayanan, sanksi, NJOP,
pengetahuan, dan pendapatan diperoleh hasil berikut. Hasil uji t dapat dilihat pada Tabel.
Tabel 5.17Hasil Uji t
Coefficientsa
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 3.440 1.706 2.017 .047
x1 (pelayanan) -.079 .099 -.073 -.800 .425
x2 (sanksi) .322 .112 .290 2.876 .005
x3 (NJOP) .102 .111 .080 .915 .363
x4 (pengetahuan) .539 .092 .535 5.873 .000
Z (pendapatan) -20.039.000 .000 -.136 -1.947 .055
a. Dependent Variable: y
Sumber : Hasil Penelitian, 2015
Berdasarkan Tabel menunjukkan bahwa variabel independen sanksi dan pengetahuan
yang mempunyai p Value (sig) lebih kecil dari pada 0,05 dalam nilai absolute pada taraf
signifikansi α = 5%, dengan rincian variabel sanksi sebesar 0,005 < 0,05, artinya variabel
sanksi berpengaruh signifikan terhadap variabel kepatuhan secara parsial (H0 diterima).
Rincian variabel pengetahuan sebesar 0,000 < 0,05, artinya variabel pengetahuan
berpengaruh signifikan terhadap variabel kepatuhan secara parsial (H0 diterima).
Selanjutnya rincian variabel sebesar 0,000 < 0,05, artinya variabel pendapatan berpengaruh
signifikan terhadap variabel kepatuhan secara parsial (H0 diterima). Sedangkan variabel
independen pelayanan dan NJOP yang mempunyai nilai (sig) lebih besar dari pada 0,05
dalam nilai absolute pada taraf signifikansi α = 5%, dengan rincian variabel pelayanan
sebesar 0,425 > 0,05, artinya variabel pelayanan berpengaruh tidak signifikan terhadap
variabel kepatuhan secara parsial (H0 ditolak). Selanjutnya rincian variabel NJOP sebesar
0,363 > 0,05, artinya variabel NJOP berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel
kepatuhan secara parsial (H0 ditolak). Dari nilai-nilai koefisien tersebut, maka dapat disusun
persamaan regresi sebagai berikut :
Y = 3,440 – 0,079 x1 + 0,322 x2 + 0,102 x3 + 0,539 x4 -20.039.000 z
Berdasarkan persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pelayanan (X1)
Berdasarkan nilai signifikan dengan alpha 0,05 variabel pelayanan memiliki nilai
0,425 lebih besar dari alpha 0,05 sehingga secara parsial variabel pelayanan
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kepatuhan. Berpengaruh negatif
menunjukkan bahwa semakin meningkat pelayanan sebesar 1% maka menurunnya
kepatuhan sebesar 0,079. Demikian juga sebaliknya semakin menurunnya pelayanan
sebesar 1% maka semakin meningkat kepatuhan sebesar 0,079.
b. Sanksi (X2)
Berdasarkan nilai siginifikan dengan alpha 0,05 variabel sanksi memiliki nilai
signifikan 0,005 lebih kecil dari alpha 0,05 sehingga secara parsial variabel sanksi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan. Berpengaruh positif
menunjukkan bahwa semakin meningkat sanksi sbesar 1% maka akan semakin
meningkat kepatuhan sebesar 0,322. Demikian juga sebaliknya semakin menurunnya
sanksi sebesar 1% maka semakin menurun kepatuhan sebesar 0,322.
c. NJOP (X3)
Berdasarkan nilai signifikan dengan alpha 0,05 variabel pelayanan memiliki nilai
0,363 lebih besar dari alpha 0,05 sehingga secara parsial variabel NJOP berpengaruh
positif dan tidak signifikan terhadap kepatuhan. Berpengaruh positif menunjukkan
bahwa semakin meningkat NJOP sebesar 1% maka meningkat kepatuhan sebesar
0,102. Demikian juga sebaliknya semakin menurunnya NJOP sebesar 1% maka
semakin menurun kepatuhan sebesar 0,102.
d. Pengetahuan (X4)
Berdasarkan nilai siginifikan dengan alpha 0,05 variabel pengetahuan memiliki nilai
signifikan 0,000 lebih kecil dari alpha 0,05 sehingga secara parsial variabel
pengetahuan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan. Berpengaruh
positif menunjukkan bahwa semakin meningkat pengetahuan sbesar 1% maka akan
semakin meningkat pengetahuan sebesar 0,539. Demikian juga sebaliknya semakin
menurunnya pengetahuan sebesar 1% maka semakin menurun kepatuhan sebesar
0,539.
e. Pendapatan (Z)
Berdasarkan nilai signifikan dengan alpha 0,05 variabel pendapatan memiliki nilai
0,055 lebih kecil dari alpha 0,05 sehingga secara parsial variabel pendapatan
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kepatuhan. Berpengaruh negatif
menunjukkan bahwa semakin meningkat pendapatan sebesar 1% maka menurunnya
kepatuhan sebesar 20.039.000.Demikian juga sebaliknya semakin menurunnya
pendapatan sebesar 1% maka semakin meningkat kepatuhan sebesar 20.039.000.
5.6 Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pertama dengan menggunakan analisis regresi
berganda menyimpulkan bahwa variabel independen pelayanan, sanksi, NJOP dan
pengetahuan secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen
kepatuhan. Secara parsial, variabel independen sanksi dan pengetahuan berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen kepatuhan, sedangkan variabel independen pelayanan
dan NJOP secara parsial tidak berpengaruh siginifikan terhadap variabel dependen
kepatuhan.
Hasil pengujian hipotesis kedua dengan menggunakan analisis residual
menyimpulkan bahwa variabel moderating pendapatan menunjukkan hasil bahwa
pendapatan bukan pemoderasi kepatuhan, yaitu dapat memperlemah hubungan variabel
independen pelayanan, sanksi, NJOP, pengetahuan dengan variabel dependen kepatuhan.
Hasil pengujian hipotesis ketiga dengan menggunakan analisis regresi berganda
menyimpulkan bahwa variabel independen pelayanan, sanksi, NJOP, pengetahuan dan
pendapatan secara simultan mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen
kepatuhan. Secara parsial, variabel independen sanksi, NJOP, pendapatan berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen kepatuhan, sedangkan variabel independen pelayanan
dan NJOP secara parsial tidak berpengaruh siginifikan terhadap variabel dependen
kepatuhan.
5.6.1 Pengaruh Pelayanan Terhadap Kepatuhan
Hasil pengujian variabel pelayanan terhadap kepatuhan pada penelitian ini
menunjukkan, variabel pelayanan berpengaruh negatif dan tidak signifikan. Negatif dilihat
dari nilai koefisien regresi -0,077 dan tidak signifikan 0,445 lebih besar dari alpha 0,05.
Pengaruh negatif menunjukkan bahwa pelayanan tidak searah dengan kepatuhan, dimana
semakin meningkat pelayanan maka menurunnya kepatuhan. Demikian juga sebaliknya
semakin menurun pelayanan maka semakin meningkat kepatuhan.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Elisyah (2014) yang menyatakan
bahwa pelayanan perpajakan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan
masyarakat dalam membayar pajak bumi dan bangunan di Kota Padangsidimpuan dan tidak
sejalan dengan penelitian Jatmiko (2006) yang menyatakan bahwa pelayanan fiskus
memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Dari hasil
yang diperoleh dalam penelitian ini pelayanan berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap kepatuhan. Hal ini dikarenakan meningkatnya pelayanan pajak yang diberikan
Dinas Pendapatan Kota Medan belum dapat memberikan kesadaran manfaat dan kepuasan
langsung bagi wajib pajak yang mana dalam hal ini Dinas Pendapatan mengelola pajak bumi
dan bangunan untuk percepatan pembangunan Kota Medan.
5.6.2 Pengaruh Sanksi Terhadap Kepatuhan
Hasil pengujian variabel sanksi terhadap kepatuhan dalam penelitian ini
menunjukkan, sanksi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan. Positif dilihat
dari nilai koefisien regresi 0,290 dan nilai signifikan 0,011 lebih kecil dari alpha 0,05.
Pengaruh positif menunjukkan bahwa sanksi searah dengan kepatuhan, dimana semakin
meningkat sanksi maka akan semakin meningkat kepatuhan. Demikian juga sebaliknya
semakin menurunnya sanksi maka semakin menurun kepatuhan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Elisyah (2014) yang menyatakan
bahwa sanksi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan masyarakat
dalam membayar pajak bumi dan bangunan di Kota Padangsidimpuan dan sejalan dengan
penelitian Arum (2012) yang menyatakan sanksi memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap kepatuhan wajib pajak. Dari hasil yang diperoleh dalam penelitian ini sanksi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan. Hal ini dikarenakan meningkatnya
sanksi pajak yang diberikan Dinas Pendapatan Kota Medan dapat memberikan tingkat
kesadaran yang lebih bagi wajib pajak yang mana dalam hal ini Dinas Pendapatan
mengelola pajak bumi dan bangunan untuk percepatan pembangunan Kota Medan.
5.6.3 Pengaruh Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Terhadap Kepatuhan
Hasil pengujian variabel NJOP terhadap kepatuhan pada penelitian ini menunjukkan,
NJOP berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kepatuhan. Positif dilihat dari nilai
koefisien regresi 0,081 dan nilai tidak signifikan 0,471 lebih besar dari alpha 0,05. Pengaruh
positifmenunjukkan bahwa NJOP searah dengan kepatuhan, dimana semakin meningkat
NJOP maka meningkat kepatuhan. Demikian juga sebaliknya semakin menurunnya NJOP
maka semakin menurun kepatuhan.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Elisyah (2014) yang menyatakan
bahwa NJOP memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kepatuhan masyarakat
dalam membayar pajak bumi dan bangunan di Kota Padangsidimpuan. Dari hasil yang
diperoleh dalam penelitian ini NJOP berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
kepatuhan. Hal ini dikarenakan meningkatnya NJOP pajak yang diberikan Dinas Pendapatan
Kota Medan belum dapat memberikan tingkat kesadaran yang lebih bagi wajib pajak yang
mana dalam hal ini Dinas Pendapatan mengelola pajak bumi dan bangunan untuk percepatan
pembangunan Kota Medan.
5.6.4 Pengaruh Pengetahuan Terhadap Kepatuhan
Hasil pengujian variabel pengetahuan terhadap kepatuhan dalam penelitian ini
menunjukkan, pengetahuan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan. Positif
dilihat dari nilai koefisien regresi 0,558 dan nilai signifikan 0,000 lebih kecil dari alpha 0,05.
Pengaruh positif menunjukkan bahwa pengetahuan searah dengan kepatuhan, dimana
semakin meningkat pengetahuan maka akan semakin meningkat kepatuhan. Demikian juga
sebaliknya semakin menurunnya pengetahuan maka semakin menurun kepatuhan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Julianti (2014) yang menyatakan bahwa
persepsi wajib pajak tentang pengetahuan dan pemahaman memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak bumi dan bangunan dan
tidak sejalan dengan penelitian Elisyah (2014) yang menyatakan pengetahuan memiliki
pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Dari hasil yang
diperoleh dalam penelitian ini pengetahuan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kepatuhan. Hal ini dikarenakan meningkatnya pengetahuan wajib pajak maka dapat
memahami dan mengerti Dinas Pendapatan Kota Medan mengelola pajak bumi dan
bangunan untuk percepatan pembangunan Kota Medan.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Secara simultan pelayanan, sanksi, NJOP dan pengetahuan berpengaruh terhadap
kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan. Secara parsial
sanksi dan pengetahuan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam
membayar pajak bumi dan bangunan, sedangkan pelayanan, NJOP berpengaruh tidak
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan
bangunan.
2. Pendapatan bukan merupakan variabel moderating yang dapat memoderasi hubungan
pelayanan, sanksi, NJOP, dan pengetahuan dengan kepatuhan.
3. Secara simultan pelayanan, sanksi, NJOP, pengetahuan, dan pendapatan berpengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan. Secara
parsial sanksi, pengetahuan, dan pendapatan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib
pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan, dan pelayanan, NJOP
berpengaruh tidak signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak
bumi dan bangunan.
6.2 Keterbatasan Penelitian`
Hasil penelitian ini mempunyai keterbatasan dalam penelitian yaitu :
1. Penelitian ini dihasilkan dari penggunaan instrument kuisioner yang mendasarkan
pada persepsi jawaban responden. Hal ini akan menimbulkan masalah jika persepsi
responden berbeda dengan realita yang ada dan mengandung unsure subjektif dan
jawaban yang dibuat tidak jujur.
2. Penelitian ini tidak mempertimbangkan variabel-variabel lain yang mungkin dapat
mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan di
Kota Medan.
3. Penelitian ini tidak mempertimbangkan jumlah populasi dan sampel.
6.3 Saran
Berdasarkan hasil penelitian diatas dan keterbatasan penelitian disarankan agar :
1. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambahkan metode wawancara, agar
penulis dapat mengkomunikasikan item-item penting dari penelitian tersebut secara
langsung kepada responden sehingga tidak salah persepsi dalam memberikan
jawaban.
2. Penelitian berikutnya diharapkan menambah jumlah variabel independen yang
sedang menjadi fenomena yang mampu mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dalam
membayar pajak bumi dan bangunan di Kota Medan, sebagai masukan menggunakan
variabel pajak terutang, ada faktor pengurang lain atau Nilai Jual Objek Tidak Kena
Pajak (NJOPTKP), wacana pemerintah menghapus pajak bumi dan bangunan.
3. Penelitian berikutnya diharapkan membatasi populasinya dan tidak lagi
menggunakan Rumus Slovin.
DAFTAR PUSTAKA
_____, Peraturan Pemerintah Nomor 03 Tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Perdesaan dan Perkotaan.
_____, Peraturan Pemerintah Nomor 06 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 03 Tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.
_____, Peraturan Walikota Medan Nomor 32 Tahun 2012 Tata Cara Kompensasi Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan Tahun 2012.
_____,Peraturan Walikota Medan Nomor 10 Tahun 2011 Klasifikasi dan Penetapan Nilai Jual Objek Pajak Sebagai Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan.
______, Peraturan Walikota Medan Nomor 27 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan.
Adriani, P.J.A. 1949. Het belastingrecht: zijngrondslagen en ontwikkeling (dalambahasaBelanda). Amsterdam: Veen.
Arum, Harjati Puspa. 2012. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan Pekerjaan Bebas (Studi di Wilayah KPP Pratama Cilacap). Semarang: Universitas Diponegoro.
Bird, Richard m. dan Oliver Oldman (Editor). 1967. Readings on Taxation in Development Countries. Baltimore: The John Hopkins Press.
Boediono, B. 2003. Pelayanan Prima Perpajakan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Darwin, MBP. 2013. Pajak Bumi dan Bangunan Dalam Tataran Praktis. Penerbit Mitra Wacana Media. Jakarta.
Daniati, Fitri. 2014. Pengaruh Jumlah Wajib Pajak, Kepatuhan Wajib Pajak dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia. Medan: Universitas Negeri Medan.
Elisyah, Nina Siagian. 2014. Analisis Sejumlah Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Masyarakat Desa dan Kota Dalam Membayar Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Padangsidimpuan. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Fraternesi. 2002. Studi Empiris Tentang Pengaruh Faktor-faktor yang Melekat pada Wajib Pajak Terhadap Tingkat Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kota Bengkulu. Semarang: Universitas Diponegoro, Program Pascasarjana.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 21 Update PLS Regresi. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Giri Agung W. 2011. Teori kesadaran Carl Gustav Jung for mengenal Tipe kepribadian dan kesadaran manusia.
Gunadi. 2007. Pajak Internasional. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI. Haula Rodiana, Edi Slamet Irianto. 2012. Pengantar Ilmu Pajak: Kebijakan dan
Implementasi di Indonesia. Penerbit Rajawali Pers. Jakarta.
Hancock, Dora. 1997. Taxation: Policy & Practice. 1997/1998 Edition. UK: Thomson Business Press.
Handayana, Sarita. 2012. Efektifitas Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Pada Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) Kota Pekanbaru. Riau: Universitas Riau.
Ilyas, Wirawan & Waluyo (2003). Perpajakan Indonesia.Jakarta: Salemba Empat.
Irianto, Edi Slamet. 2009. Pajak, Negara dan Demokrasi: Konsep dan Implementasinya di Indonesia. Yogyakarta: Laksbang Mediatama.
Ismail, Tjip. 2005. Pengaturan Pajak Daerah di Indonesia. Jakarta: Departemen Keuangan-Badan Pengkajian Ekonomi Keuangan dan Kerja Sama Internasional-Pusat Evaluasi Pajak dan Retribusi Daerah.
Jatmiko, Agus Nugroho. 2006. Pengaruh Sikap Wajib Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda, Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Empiris Terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi Di Kota Semarang). Semarang: Universitas Diponegoro, Program Pascasarjana.
Julianti, Murni. 2014. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi untuk Membayar Pajak Dengan Kondisi Keuangan dan Preferensi Risiko Wajib Pajak Sebagai Variabel Moderating (Studi Kasus pada Wajib Pajak yang Terdaftar di KPP Pratama Candisari Semarang). Semarang: Universitas Diponegoro.
Kahono, Sulud. 2003. Pengaruh Sikap Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (Studi Empiris di Wilayah KP.PBB Semarang). Semarang: UniversitasDiponegoro, Program Pascasarjana.
Lubis, Ade Fatma. 2012. Metode Penelitian Akuntansi dan Format Penulisan Tesis. USU Press. Medan.
Lubis Hari dan Husein Martani. 1998. Teori Organisasi. Pusat-pusat antar Universitas Ilmu-ilmu Sosial.Universitas Indonesia.
Mahmudi. 2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Edisi 2. UPPST IM YKPN :
Yogyakarta.
Mansyury, R., Ph. D. 2005. Memahami Ketentuan Perpajakan Dalam Tax Treaties Indonesia, Edisi Revisi. Yayasan Pengembangan dan Penyembaran Pengetahuan Perpajakan: Jakarta.
_____, 2002. Panduan Lengkap Tax Treaties Indonesia Jilid X Royalti. Yayasan Pengembangan dan Penyebaran Pengetahuan Perpajakan (YP4): Jakarta.
Mardiasmo. 2011. Perpajakan Edisi Revisi 2011. Penerbit ANDI. Jakarta.
Mardiasmo. 2009. Perpajakan Edisi Revisi 2009. Penerbit ANDI. Jakarta.
Mardiasmo. 1992. Perpajakan Edisi 2. Penerbit ANDI. Yogyakarta.
Martha, Rutsel Silvestre J. 1989.The Juridiction to Tax in Internasional Law: Theory and Practice of Legislative Fiscal Juridiction, Series on Internasional Taxation, No.9. Deventer: Kluwer Law and Taxation Publishers.
Muliari, Ni Ketut dan Putu Ery Setiawan. 2011. Pengaruh Persepsi Tentang Sanksi Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak pada Kepatuhan Pelaporan Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Denpasar Timur.Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol.6 No.1.
Musgrave, Richard A. dan Peggy B. Musgrave. 1989. Public Finance in Theory an Practice. New York: McGraw Hill Company.
Mustikasari, Elia. 2007. Kajian Empiris Tentang Kepatuhan Wajib Pajak di Perusahaan Industri Pengolahan di Surabaya. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X. Makassar: UNHAS.
Parasuraman.A., V. A. Zeithaml, dan L.L. Berry. 1998. SERVQUAL: A Multiple-Item Scale for Measuring Consumer Perceptions of Service Quality. Journal of Retailing, Vol.64, No.1.
Pratama, Margaret Ros. 2012. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesadaran Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Kepatuhan Kewajiban Perpajakan di Kota Tangerang Selatan. Jakarta: Universitas Bina Nusantara.
R. Santoso Brotodiharjo. 2008. Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Edisi 21 Refika Aditama R. Santoso Brotodiharjo. 1995. Pengantar Ilmu Hukum Pajak. Edisi 21 Refika Aditama Robbins, Stephen P. dan Timothy A. Judge. 2008. Perilaku Organisasi. Edisi 12. Jakarta:
Pearson Education dan Salemba Empat.
Rochmat Soemitro. 1088. Pajak dan Bangunan. Bandung. Eresco.
_____, 1988. Pajak Ditinjau dari Segi Hukum. Bandung. Eresco.
_____, 1990. Asas dan Dasar Perpajakan 1. Bandung. Eresco.
_____, 1991. Asas dan Dasar Perpajakan 2. Bandung. Eresco.
_____, 1991. Asas dan Dasar Perpajakan 3. Bandung. Eresco.
_____, 1992. Pengantar Singkat Hukum Pajak. Bandung. Eresco.
Siahaan, Marihot Pahala. 2010. Hukum Pajak Elementer: Konsep Dasar Perpajakan Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Smith, Adam (1776). An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations (dalambahasaInggris). London.
Supadmi, Ni Luh. 2009. Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Melalui Peningkatan Kualitas Pelayanan. Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol.4 No.2.
Suyatmin.2004. Pengaruh Sikap Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (Studi Empiris di Wilayah KP.PBB Surakarta). Semarang: Universitas Diponegoro, Program Pascasarjana.
Sari, Diana. 2013. Konsep Dasar Perpajakan. Penerbit Refika Aditama. Bandung.
Sugiyono.2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Penerbit Alfabeta. Bandung.
Utomo, Banyu Ageng Wahyu. 2011. Pengaruh Sikap, Kesadaran Wajib Pajak, dan Pengetahuan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar PBB di Kec. Pamulang Kota Tangerang Selatan. UIN Syarif Hidayatullah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
Waluyo.2007. Perpajakan Indonesia Edisi 7. Jakarta: SalembaEmpat.
Winardi.2003. Teori Organisasi dan Pengorganisasian. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta 14240
Jurnal Akuntansi dan Bisnis Indonesia 2014. Rida Dwi Astuti (2011). KESADARAN DAN
TINGKATANNYA .http://reedhadhori.blogspot.com/2011/11/kesadaran-dan-tingkatannya.html. DiaksesAgustus 2012.
https://dearmandoo.wordpress.com/2012/10/10/sumber-sumber-penerimaan-negara-
indonesia/
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/136053-T%2028058-Dampak%20penyaluran-Tinjauan%20literatur.pdf (Dampakpenyaluran..., Sri EssaRamadhani, FE UI, 2010.)
http://www.bambanghariyanto.com/2012/06/pengertian-kepatuhan-wajib-pajak.html
http://majour.maranatha.edu/index.php/jurnal-akuntansi/article/viewFile/319/pdf
http://eprints.undip.ac.id/35890/1/SKRIPSI_ARUM.pdf
http://journal.ui.ac.id/index.php/jbb/article/viewFile/610/595
http://eprints.uny.ac.id/7889/3/BAB%202-09409134015.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39496/3/Chapter%20II.pdf
http://digilib.unpas.ac.id/files/disk1/93/jbptunpaspp-gdl-banuwicaks-4613-2-babii.pdf
http://asp.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2014/02/Pentingnya-Kepatuhan-Pajak-dalam-Meningkatkan.pdf
https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&ved=0CDgQFjAD&url=http%3A%2F%2Frepository.unhas.ac.id%2Fbitstream%2Fhandle%2F123
456789%2F1744%2FBAB%2520II.docx%3Fsequence%3D3&ei=KhwxVd_wDOLTmgXZmYDoDQ&usg=AFQjCNFzqlE0UR5HYN6DW1R5_Id1bRVqkw&sig2=UiWovxdtxw5Hd0SGCWgvMQ&bvm=bv.91071109,d.dGY&cad=rja
http://lib.uin-malang.ac.id/files/thesis/chapter_iii/06610042.pdf
http://www.scribd.com/doc/53163069/22/Teori-kesadaran-Carl-Gustav-Jung. DiaksesAgustus 2012.
KUESIONER PENELITIAN
Petunjuk Umum Pengisian :
Agar tidak ada kesulitan dalam analisis dan penafsiran data, maka kami mohon dengan
hormat kepada Bapak/Ibu untuk :
a. Menjawab semua pertanyaan di bawah ini dengan cara melengkapi isinya dan/atau
memberikan tanda centang (√) pada tempat yang tersedia.
b. Satu jawaban untuk satu pernyataan.
c. Jika menurut Bapak/Ibu tidak ada jawaban yang tepat, harap memilih jawaban yang
paling sesuai atau mendekati dengan keadaan Bapak/Ibu.
I. IDENTITAS RESPONDEN
Sebelum menjawab pertanyaan dalam kuisioner ini, mohon Bapak/Ibu mengisi identitas diri
terlebih dahulu (Jawaban yang Bapak/Ibu berikan akan diperlakukan secara rahasia).
1. Nama / Inisial : ________________________________________
2. AlamatResponden :
_________________________________________________________ Kel/Desa : _-
_________________ Kec : Medan____________________________________
3. Usia dan Jenis Kelamin : ____________ Tahun, (L/P)
4. Status : Menikah / Lajang
5. Pendidikan Terakhir :
Tidak tamat SD SD SMP SMA D3/ S1 / S2
6. Pekerjaan : _______________________________
7. Lamanya Tinggal di Alamat Responden :
_______________________________________
8. Pendapatan per bulan :Rp.__________________________________
1 2.
3 4 5
II. DAFTAR PERTANYAAN
Petunjuk pengisian :
Semua pernyataan dibawah ini merupakan tanggapan Bapak/Ibu terhadap hal-hal
mengenai Pajak Bumi dan Bangunan. Setiap butir pernyataan terdiri atas 5 plilihan
jawaban, yaitu :
1. STS = Sangat Tidak Setuju
2. TS = Tidak Setuju
3. R = Ragu-ragu
4. S = Setuju
5. SS = Sangat Setuju
A. PELAYANAN PAJAK
NO PERTANYAAN 1 2 3 4 5
1. Saya merasa tempat-tempat pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan di
kota Medan sudah sangat mudah dijangkau
2. Menurut saya pelayanan yang diberikan oleh Petugas Penerima
Pembayaran di tempat-tempat Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan
sudah sangat baik
3. Saya merasa besarnya Pajak Bumi dan Bangunan terutang yang
ditetapkan dalam Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) sudah adil
4. Penyelesaian permohonan Wajib Pajak berkaitan dengan balik nama
Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT), pembetulan luas dan kelas
tanah/bangunan, keberatan dan pengurangan atas pajak terutang sudah
tepat waktu, mudah dan sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan
5. Petugas pajak telah memberikan penyuluhan perpajakan yang menambah
pemahaman saya
B. SANKSI PAJAK
NO PERTANYAAN 1 2 3 4 5
1. Sanksi dan denda Pajak Bumi dan Bangunan memacu saya untuk
membayar pajak tepat waktu
2. Menurut saya pengenaan sanksi pajak harus dilakukan secara tegas kepada
semua pihak yang melakukan pelanggaran
3. Menurut saya pengenaan denda 2% per bulan apabila terlambat membayar
pajak adalah wajar
4. Sanksi pajak mampu membuat saya tidak mengulangi kesalahan atas
keterlambatan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan
C. NILAI JUAL OBJEK PAJAK
NO PERTANYAAN 1 2 3 4 5
1. Menurut saya petugas pajak telah adil dalam menetapkan
besarnya NJOP
2. Menurut saya penetapan NJOP yang tertera dalam Surat
Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) sesuai dengan
kondisi objek pajak sesungguhnya
3. Perhitungan NJOP yang tidak sesuai mempengaruhi saya
untuk menunda pembayaran pajak
4. Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP) Kota
Medan yang ditetapkan sebesar Rp.15.000.000,- telah
mencerminkan keadilan
D. PENGETAHUAN PERPAJAKAN
NO PERTANYAAN 1 2 3 4 5
1. Saya menyadari bahwa pajak adalah iuran rakyat yang digunakan untuk
dana pembangunan dan perbaikan fasilitas umum
2. Saya mengerti tentang cara mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak Pajak
Bumi dan Bangunan
3. Saya mengerti tata cara pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan
4. Saya mengetahui tarif Pajak Bumi dan Bangunan yang akan saya bayar
5. Saya mengetahui dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan adalah
Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)
6. Saya mengetahui dalam Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT)
Pajak Bumi dan Bangunan tertera tanggal jatuh tempo pembayaran pajak
dan pembayarannya tidak boleh melewati tanggal tersebut
E. KEPATUHAN WAJIB PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
N
O
PERTANYAAN 1 2 3 4 5
1. Saya tidak mempunyai tunggakan Pajak Bumi dan Bangunan
2. Saya membayar Pajak Bumi dan Bangunan tepat waktu sebelum tanggal
jatuh tempo
3. Saya membayar Pajak Bumi dan Bangunan sesuai dengan jumlah yang
tertera di Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) Pajak Bumi dan
Bangunan
4. Saya setuju apabila terlambat atau tidak membayar Pajak Bumi dan
Bangunan akan dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan dan perundang-
undangan
5. Saya bersedia memberi informasi tentang objek pajak yang saya miliki
kepada petugas pajak
Terima kasih saya ucapkan atas bantuan Bapak/Ibu karena bersedia mengisi
kuisioner ini. Jika ada pesan dan saran yang ingin disampaikan oleh Bapak/Ibu, silahkan
dituliskan dibawah ini.
Pesan dan Saran :
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
Lampiran 2
Daftar Populasi dan Sampel Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) Pajak Bumi dan Bangunan Periode 2014 Kota Medan
No Kecamatan Populasi Proporsional Sampel
1 Medan Marelan 31.072 (31.072 : 467.090) x 100 7
2 Medan Polonia 11.949 (11.949 : 467.090) x 100 3
3 Medan Maimun 10.681 (10.681 : 467.090) x 100 2
4 Medan Baru 9.745 (9.745 : 467.090) x 100 2
5 Medan Barat 17.901 (17.901 : 467.090) x 100 4
6 Medan Belawan 16.072 (16.072 : 467.090) x 100 3
7 Medan Deli 26.449 (26.449 : 467.090) x 100 6
8 Medan Labuhan 21.695 (21.695 : 467.090) x 100 5
9 Medan Sunggal 28.632 (28.632 : 467.090) x 100 6
10 Medan Denai 25.514 (25.514 : 467.090) x 100 5
11 Medan Johor 33.530 (33.530 : 467.090) x 100 7
12 Medan Selayang 27.161 (27.161 : 467.090) x 100 6
13 Medan Tembung 23.311 (23.311 : 467.090) x 100 5
14 Medan Amplas 20.722 (20.722 : 467.090) x 100 4
15 Medan Helvetia 32.069 (32.069 : 467.090) x 100 7
16 Medan Petisah 19.071 (19.071 : 467.090) x 100 4
17 Medan Timur 25.071 (25.071 : 467.090) x 100 5
18 Medan Area 20.123 (20.123 : 467.090) x 100 4
19 Medan Kota 21.035 (21.035 : 467.090) x 100 5
20 Medan Perjuangan 17.532 (17.532 : 467.090) x 100 4
21 Medan Tuntungan 27.755 (27.755 : 467.090) x 100 6
Total 467.090 100
Lampiran 3 Data Penelitian dan Data Pendapatan (Z)
Kecamatan Usia Pendidikan Terakhir Lamanya
Tinggal Z = Pendapatan 1 2 3 4 5 Medan Marelan 29 5 6500000 Medan Marelan 45 3 5400000 Medan Marelan 51 15 2000000 Medan Marelan 32 2 3000000 Medan Marelan 36 15 6000000 Medan Marelan 65 20 5000000 Medan Polonia 56 44 1851000 Medan Polonia 27 2 3500000 Medan Polonia 57 25 5600000 Medan Maimun 72 40 2500000 Medan Maimun 35 5 4500000
Medan Baru 52 26 6000000 Medan Baru 48 12 4800000 Medan Barat 62 35 6000000 Medan Barat 29 29 5000000 Medan Barat 50 15 5250000 Medan Barat 55 30 6500000
Medan Belawan 27 2 2000000 Medan Belawan 45 3 1500000 Medan Belawan 60 30 5000000 Medan Belawan 70 5 7500000
Medan Deli 63 20 2000000 Medan Deli 47 6 2500000 Medan Deli 43 35 1851000 Medan Deli 48 6 2000000 Medan Deli 50 20 4000000 Medan Deli 38 15 3000000
Medan Labuhan 46 4 7000000 Medan Labuhan 37 20 7500000 Medan Labuhan 56 20 7500000 Medan Labuhan 42 26 6000000 Medan Labuhan 50 10 3500000 Medan Sunggal 60 20 5500000 Medan Sunggal 53 20 2000000 Medan Sunggal 30 15 4500000 Medan Sunggal 46 3 5000000 Medan Sunggal 60 15 4500000 Medan Sunggal 64 5 10000000 Medan Denai 51 2 1800000
Medan Denai 57 20 1750000 Medan Denai 52 15 3500000 Medan Denai 33 33 1500000 Medan Denai 24 6 1500000 Medan Johor 50 4 3500000 Medan Johor 25 2 2500000 Medan Johor 40 3 8000000 Medan Johor 33 4 15000000 Medan Johor 35 8 4500000 Medan Johor 37 2 8000000 Medan Johor 32 3 7000000
Medan Selayang 33 5 3500000 Medan Selayang 45 4 4000000 Medan Selayang 54 10 5000000 Medan Selayang 32 2 4600000 Medan Selayang 60 20 3000000 Medan Selayang 48 8 3000000 Medan Tembung 53 2 4000000 Medan Tembung 46 12 3000000 Medan Tembung 30 5 3000000 Medan Tembung 48 15 5000000 Medan Tembung 52 8 4800000 Medan Amplas 60 10 2000000 Medan Amplas 40 8 2800000 Medan Amplas 48 5 2000000 Medan Amplas 28 7 2500000 Medan Helvetia 66 15 10000000 Medan Helvetia 48 9 4000000 Medan Helvetia 50 15 4000000 Medan Helvetia 47 3 3800000 Medan Helvetia 60 35 5000000 Medan Helvetia 58 15 3600000 Medan Helvetia 49 3 1500000 Medan Petisah 26 19 2000000 Medan Petisah 48 3 1000000 Medan Petisah 55 20 5800000 Medan Petisah 52 5 3500000 Medan Timur 30 15 3500000 Medan Timur 53 8 5000000 Medan Timur 32 2 2500000 Medan Timur 51 2 2500000 Medan Timur 48 2 4000000 Medan Area 50 10 12500000
Lampiran 3 Lanjutan
Medan Area 56 25 5000000 Medan Area 25 65 2500000 Medan Area 56 23 5000000 Medan Kota 44 44 3500000 Medan Kota 39 39 1500000 Medan Kota 29 29 1851000 Medan Kota 55 55 1851000 Medan Kota 24 24 2000000
Medan Perjuangan 37 37 2700000 Medan Perjuangan 36 36 1851000 Medan Perjuangan 32 32 1800000 Medan Perjuangan 46 46 1851000 Medan Tuntungan 46 5 6500000 Medan Tuntungan 89 50 2800000 Medan Tuntungan 72 15 1800000 Medan Tuntungan 40 5 2500000 Medan Tuntungan 89 50 2800000 Medan Tuntungan 51 4 1800000
Lampiran 3 Lanjutan
Lampiran 4 Data Pelayanan (X1), Data Sanksi (X2) dan Data NJOP (X3)
X1 = pelayanan pajak total
X2 = sanksi pajak total
X3 = NJOP total 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4
5 5 5 5 5 25 5 4 5 4 18 5 5 4 5 19 3 4 4 3 4 18 4 4 4 4 16 4 4 4 4 18 4 4 4 4 3 19 4 4 4 4 16 4 4 4 3 15 4 5 5 4 3 21 4 5 5 4 18 5 4 5 4 19 4 4 4 4 5 21 4 4 4 4 16 3 3 4 3 13 4 4 5 4 5 22 5 5 5 5 20 4 4 4 4 16 5 2 5 2 2 16 1 5 4 1 11 2 2 2 2 8 3 3 3 3 2 14 4 4 4 4 16 3 3 3 3 12 4 4 4 3 4 19 5 5 5 5 20 4 4 4 4 16 4 4 3 4 3 18 2 5 4 3 14 3 3 4 3 13 3 3 3 3 3 15 2 4 3 3 12 3 3 3 3 12 4 4 3 3 4 18 5 5 5 4 19 4 4 4 4 16 3 4 4 4 3 18 4 4 4 4 16 3 3 3 3 12 4 3 4 4 3 18 4 4 2 4 14 4 4 4 2 14 4 3 4 4 3 18 4 4 2 4 14 4 4 4 2 14 4 5 1 4 4 18 3 4 5 5 17 2 3 4 1 10 4 4 5 4 4 21 5 5 5 5 20 4 4 4 3 15 2 2 3 3 3 13 3 3 2 3 11 2 2 2 2 8 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 16 4 4 2 4 14 5 4 4 4 5 22 4 5 5 5 19 5 5 1 5 16 1 1 2 3 3 10 3 3 2 3 11 3 3 3 3 12 2 3 3 3 3 14 4 4 4 4 16 3 3 3 3 12 1 2 3 3 2 11 1 2 1 4 8 4 2 4 4 14 5 2 5 2 2 16 1 5 4 1 11 2 2 2 2 8 4 4 4 4 4 20 5 5 5 5 20 5 5 5 5 20 4 4 4 4 4 20 3 3 2 2 10 3 3 3 3 12 4 4 4 3 4 19 5 5 5 5 20 4 4 4 3 15 4 4 3 3 4 18 4 4 3 4 15 3 3 3 3 12 3 4 4 4 5 20 5 5 3 4 17 3 4 1 3 11 4 3 3 3 3 16 4 4 3 4 15 3 4 4 3 14 5 5 4 3 4 21 5 4 3 4 16 4 3 4 5 16 4 4 3 3 4 18 4 3 2 4 13 4 3 2 3 12 3 3 4 4 3 17 5 5 5 4 19 3 3 3 3 12 2 3 3 2 4 14 3 1 4 4 12 4 4 4 4 16 3 3 3 2 3 14 3 4 4 4 15 3 3 3 3 12 2 3 3 2 2 12 3 4 3 4 14 3 3 3 3 12 3 1 3 1 3 11 1 1 4 4 10 3 4 4 5 16 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 20 5 4 5 4 18 4 4 3 3 4 18 5 5 5 5 20 3 3 3 4 13
4 4 3 3 4 18 5 5 5 5 20 3 3 3 4 13 4 5 5 3 4 21 5 5 5 5 20 4 4 4 4 16 4 4 3 3 4 18 4 4 4 4 16 3 4 2 4 13 4 3 2 3 4 16 4 5 4 3 16 3 3 2 3 16 2 3 2 3 3 13 2 3 3 4 12 3 2 5 2 12 2 3 4 3 3 15 4 4 5 4 17 3 4 4 4 15 4 4 3 4 4 19 5 4 4 4 17 4 4 2 4 14 4 4 4 3 4 19 4 3 2 4 13 4 3 3 3 13 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 16 4 4 4 4 16 4 2 2 3 3 14 4 5 4 5 18 3 4 2 1 10 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 16 4 4 1 4 13 4 4 3 3 3 17 3 3 3 3 12 2 3 3 2 10 5 4 4 4 4 21 4 4 4 4 16 4 4 2 4 14 1 1 1 1 3 7 3 1 2 3 9 2 2 2 2 8 4 4 3 3 3 17 3 3 2 3 11 3 3 3 3 12 4 4 4 4 4 20 4 4 3 3 14 4 4 2 3 18 5 4 4 4 4 21 4 4 4 3 15 4 4 2 4 14 4 4 3 4 4 19 2 3 3 4 12 3 3 4 3 13 5 2 5 2 2 16 1 5 4 1 11 2 2 2 2 8 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 20 4 4 4 4 16 4 4 4 3 4 19 4 4 4 4 16 3 3 3 3 12 5 5 5 5 5 25 5 5 5 5 20 4 4 4 3 15 4 5 4 4 3 20 5 4 3 4 16 4 4 4 4 16 4 2 2 2 2 12 4 4 4 3 15 2 2 4 2 10 4 5 4 4 4 21 5 4 2 4 15 4 4 4 4 16 4 4 4 2 4 18 4 2 2 2 10 2 4 4 4 14 4 4 4 4 4 20 4 5 4 3 16 4 4 2 4 14 2 2 3 3 3 13 3 2 2 3 10 3 3 3 3 12 4 4 4 4 4 20 3 4 4 3 14 4 4 2 4 14 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 16 4 4 4 4 16 4 3 3 3 3 16 2 4 2 3 11 3 4 3 3 13 4 4 4 4 4 20 4 4 4 3 15 4 4 2 4 14 3 3 4 3 3 16 3 2 2 3 10 3 3 3 3 12 5 4 4 4 4 21 4 5 5 4 18 4 4 4 4 16 5 4 4 4 5 22 4 4 4 4 16 4 4 4 4 16 4 4 4 3 3 18 3 4 4 4 15 4 3 4 3 14 5 5 2 2 3 17 4 4 2 4 14 2 2 4 2 10 4 4 4 3 4 19 4 4 4 4 16 3 4 3 3 13 4 4 4 3 4 19 5 5 5 4 19 4 4 4 4 16 5 5 5 3 4 22 4 4 4 4 16 3 3 3 3 12 5 5 5 4 5 24 5 5 5 5 20 4 4 4 3 15 2 3 4 3 4 16 3 3 3 3 12 3 3 4 3 13 5 3 4 2 4 18 4 3 4 4 15 4 4 5 1 14
Lampiran 4 Lanjutan
4 4 3 3 4 18 2 4 2 4 12 3 4 4 4 15 2 3 3 2 3 13 3 1 4 4 12 3 3 3 3 12 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 16 2 2 3 2 9 5 2 5 2 2 16 1 5 4 1 11 2 2 2 2 8 5 2 5 2 2 16 1 5 4 1 11 2 2 2 2 8 5 2 5 2 2 16 1 5 4 1 11 2 2 2 2 8 5 2 5 2 2 16 1 5 4 1 11 2 2 2 2 8 4 4 4 3 4 19 4 4 4 4 16 4 4 5 3 16 5 4 4 4 5 22 5 5 5 5 20 3 3 1 3 10 5 2 5 2 2 16 1 5 4 1 11 2 2 2 2 8 5 2 5 2 2 16 1 5 4 1 11 2 2 2 2 8 5 2 5 2 2 16 1 5 4 1 11 2 2 2 2 8 4 4 3 2 4 17 4 4 2 2 12 2 2 4 3 11 2 4 3 5 4 18 2 3 5 3 13 1 3 2 5 11 4 3 2 4 5 18 4 2 1 3 10 1 3 5 2 11 4 5 2 1 4 15 4 5 1 3 13 3 4 3 2 12 1 4 5 3 4 17 3 4 1 3 11 5 4 3 2 14 1 2 4 5 4 16 4 5 3 2 14 4 5 3 2 14
Lampiran 4 Lanjutan
Lampiran 5 Data Pengetahuan (X4) dan Data Kepatuhan (Y)
X4 = pengetahuan pajak total
Y = kepatuhan wajib pajak total 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5
5 5 5 5 4 5 29 5 5 5 5 5 25 5 3 3 4 3 4 22 4 4 4 4 4 20 5 5 5 5 4 5 29 5 4 4 4 4 21 5 3 3 3 4 4 22 4 4 4 4 4 20 5 3 3 4 3 4 22 4 4 4 4 3 19 5 4 4 4 4 4 25 5 5 5 5 5 25 5 3 4 2 2 3 19 4 4 4 2 3 17 4 3 3 3 3 3 19 3 3 3 3 3 15 5 4 4 4 4 4 25 5 5 5 5 4 24 4 3 4 4 4 4 23 2 3 4 2 4 15 4 2 3 4 4 4 21 3 3 4 2 4 16 5 4 4 4 4 4 25 4 5 5 5 4 23 4 4 4 4 4 4 24 3 4 4 4 3 18 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 20 3 4 5 4 2 1 19 4 5 4 4 5 22 5 4 5 5 4 5 28 5 5 5 5 5 25 2 2 3 4 4 4 19 2 3 4 2 3 14 4 4 4 5 5 4 26 4 4 4 4 5 21 5 5 5 5 5 5 30 5 5 5 5 5 25 2 3 3 4 4 4 20 3 3 4 3 3 16 4 3 3 4 3 4 21 4 4 4 4 5 21 4 3 4 3 3 4 21 4 4 5 3 2 18 5 3 4 2 2 3 19 4 4 4 2 4 18 5 4 4 4 4 5 26 5 5 5 5 5 25 5 3 3 3 3 3 20 3 3 3 3 3 15 5 4 5 5 4 5 28 5 5 5 5 5 25 4 4 4 4 3 4 23 4 4 4 4 4 20 5 4 4 5 3 3 24 5 5 5 4 4 23 4 4 5 5 3 4 25 5 5 5 5 4 24 5 5 5 5 3 4 27 5 5 5 3 5 23 1 2 1 1 2 2 9 2 2 2 3 2 11 4 4 4 4 4 5 25 5 4 4 4 4 21 4 3 2 3 3 4 19 4 4 4 4 4 20 4 3 3 3 3 3 19 3 3 4 4 5 19 4 3 3 4 4 4 22 4 4 4 4 5 21 5 5 3 3 3 3 22 4 4 5 5 5 23 5 4 4 4 4 5 26 5 5 5 5 5 25 5 5 5 4 4 4 27 4 4 4 5 5 22
5 5 5 4 4 4 27 4 4 4 5 5 22 5 4 4 4 4 4 25 5 5 4 4 4 22 4 4 4 3 3 4 22 4 3 4 4 4 19 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 3 4 19 2 3 3 2 2 4 16 2 4 3 3 3 15 4 3 3 3 3 4 20 4 4 4 5 4 21 5 4 4 4 4 5 26 4 4 4 4 4 20 1 2 1 1 2 2 9 2 2 2 2 2 10 4 4 4 4 4 4 24 5 5 4 4 4 22 5 4 4 4 3 4 24 4 4 4 3 4 19 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 20 3 3 4 4 4 4 22 2 3 4 3 3 15 4 4 4 4 4 4 24 5 5 5 4 5 24 2 3 4 4 4 4 21 3 3 4 2 3 15 3 4 4 4 4 4 23 3 3 4 2 3 15 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 3 4 19 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 3 4 19 4 4 4 4 3 4 23 4 4 4 4 4 20 5 3 4 3 2 3 20 4 4 4 2 4 18 5 4 4 4 4 4 25 4 4 4 4 3 19 5 4 4 4 4 4 25 4 4 4 4 4 20 5 5 5 5 3 5 28 5 5 5 5 5 25 5 4 4 4 4 4 25 5 5 5 4 3 22 3 2 4 2 4 4 19 4 4 4 2 4 18 5 4 4 4 4 4 25 5 5 5 3 2 20 4 4 4 3 3 4 22 4 4 4 4 2 18 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 3 4 19 2 3 4 4 4 4 21 2 3 4 2 4 15 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 20 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 20 2 2 4 4 4 4 20 2 3 4 2 4 15 4 2 4 4 4 4 22 2 2 4 2 4 14 3 2 4 4 4 4 21 2 2 4 2 4 14 4 4 4 5 4 5 26 5 5 5 5 5 25 4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 5 4 21 3 2 2 4 2 5 18 3 3 2 2 3 13 3 2 3 3 3 4 18 2 3 4 3 4 16 5 3 3 4 3 3 21 3 3 3 3 4 16 5 3 3 4 3 4 22 4 3 3 3 4 17 4 3 3 3 3 4 20 3 3 3 4 4 17 5 4 4 5 4 5 27 4 4 3 3 4 18 4 3 3 4 3 4 21 5 4 4 4 4 21 4 4 5 4 4 4 25 2 4 2 1 4 13
Lampiran 5 Lanjutan
4 3 4 4 2 3 20 4 4 4 4 5 21 4 3 2 3 3 4 19 3 4 4 4 4 19 4 4 4 4 1 1 18 4 4 4 4 4 20 5 2 4 2 2 3 18 4 4 4 2 4 18 5 2 4 2 2 3 18 4 4 4 2 4 18 5 3 4 2 2 3 19 4 4 4 2 4 18 5 2 4 1 2 3 17 4 4 4 2 4 18 4 4 4 4 3 4 23 5 5 5 4 4 23 3 4 4 4 4 4 23 5 5 4 5 4 23 5 3 4 2 2 3 19 4 4 4 2 4 18 5 2 4 2 3 4 20 4 4 4 2 4 18 5 3 4 2 2 3 19 4 4 4 2 4 18 4 4 4 4 4 4 24 4 3 4 2 4 17 4 4 5 3 1 2 19 3 2 1 4 3 13 4 1 5 4 3 2 19 3 4 5 2 3 17 5 2 4 5 2 1 19 4 5 5 2 3 19 5 4 4 4 4 3 24 4 5 5 2 4 20 4 2 5 5 3 2 21 5 4 5 4 2 20
Lampiran 5 Lanjutan
Lampiran 6 Hasil Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
Pelayanan
Correlations
x1 x11 x12 x13 x14 x15
x1 Pearson Correlation 1 .621** .790** .557** .708** .698**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
x11 Pearson Correlation .621** 1 .351** .448** .093 .147
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .359 .144
N 100 100 100 100 100 100
x12 Pearson Correlation .790** .351** 1 .157 .546** .679**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .119 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
x13 Pearson Correlation .557** .448** .157 1 .219* .048
Sig. (2-tailed) .000 .000 .119 .029 .638
N 100 100 100 100 100 100
x14 Pearson Correlation .708** .093 .546** .219* 1 .600**
Sig. (2-tailed) .000 .359 .000 .029 .000
N 100 100 100 100 100 100
x15 Pearson Correlation .698** .147 .679** .048 .600** 1
Sig. (2-tailed) .000 .144 .000 .638 .000
N 100 100 100 100 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.706 .710 5
Sanksi
Correlations
x2 x21 x22 x23 x25
x2 Pearson Correlation 1 .794** .577** .720** .741**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100
x21 Pearson Correlation .794** 1 .204* .255* .736**
Sig. (2-tailed) .000 .042 .010 .000
N 100 100 100 100 100
x22 Pearson Correlation .577** .204* 1 .520** .008
Sig. (2-tailed) .000 .042 .000 .939
N 100 100 100 100 100
x23 Pearson Correlation .720** .255* .520** 1 .311**
Sig. (2-tailed) .000 .010 .000 .002
N 100 100 100 100 100
x25 Pearson Correlation .741** .736** .008 .311** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .939 .002
N 100 100 100 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.783 .826 5
Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)
Correlations
x3 x31 x32 x33 x34
x3 Pearson Correlation 1 .840** .816** .541** .712**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100
x31 Pearson Correlation .840** 1 .760** .292** .533**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .003 .000
N 100 100 100 100 100
x32 Pearson Correlation .816** .760** 1 .254* .546**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .011 .000
N 100 100 100 100 100
x33 Pearson Correlation .541** .292** .254* 1 .140
Sig. (2-tailed) .000 .003 .011 .165
N 100 100 100 100 100
x34 Pearson Correlation .712** .533** .546** .140 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .165
N 100 100 100 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.728 .744 4
Pengetahuan
Correlations
x4 x41 x42 x43 x44 x45 x46
x4 Pearson Correlation 1 .536** .767** .659** .769** .697** .659**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100 100
x41 Pearson Correlation .536** 1 .381** .412** .190 .018 .133
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .058 .862 .186
N 100 100 100 100 100 100 100
x42 Pearson Correlation .767** .381** 1 .475** .498** .383** .388**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100 100
x43 Pearson Correlation .659** .412** .475** 1 .481** .237* .125
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .018 .214
N 100 100 100 100 100 100 100
x44 Pearson Correlation .769** .190 .498** .481** 1 .567** .394**
Sig. (2-tailed) .000 .058 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100 100
x45 Pearson Correlation .697** .018 .383** .237* .567** 1 .675**
Sig. (2-tailed) .000 .862 .000 .018 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100 100
x46 Pearson Correlation .659** .133 .388** .125 .394** .675** 1
Sig. (2-tailed) .000 .186 .000 .214 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.767 .769 6
Kepatuhan
Correlations
Y y11 y12 y13 y14 y15
Y Pearson Correlation 1 .863** .813** .695** .736** .598**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
y11 Pearson Correlation .863** 1 .817** .597** .584** .376**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
y12 Pearson Correlation .813** .817** 1 .699** .501** .399**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
y13 Pearson Correlation .695** .597** .699** 1 .360** .338**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .001
N 100 100 100 100 100 100
y14 Pearson Correlation .736** .584** .501** .360** 1 .415**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
N 100 100 100 100 100 100
y15 Pearson Correlation .598** .376** .399** .338** .415** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .001 .000
N 100 100 100 100 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.831 .838 5
Lampiran 7Hasil Uji Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Skewness Kurtosis
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Std. Error
x1 100 7 25 17.89 3.360 -.314 .241 .631 .478
x2 100 8 20 14.79 3.251 .053 .241 -1.019 .478
x3 100 8 20 13.09 2.854 -.127 .241 -.367 .478
x4 100 9 30 22.26 3.583 -.766 .241 2.274 .478
Y 100 10 31 19.29 3.611 .105 .241 .357 .478
Z 100 1000000 2.E7 4.08E6 2401313.424 1.728 .241 4.565 .478
Valid N (listwise) 100
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 x4, x1, x3, x2a . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: y
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .740a .548 .529 2.478 1.895
a. Predictors: (Constant), x4, x1, x3, x2
b. Dependent Variable: y
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 707.117 4 176.779 28.783 .000a
Residual 583.473 95 6.142
Total 1290.590 99
a. Predictors: (Constant), x4, x1, x3, x2
b. Dependent Variable: y
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.879 1.706 1.688 .095
x1 -.077 .100 -.071 -.767 .445
x2 .290 .112 .261 2.586 .011
x3 .081 .112 .064 .723 .471
x4 .558 .093 .554 6.026 .000
a. Dependent Variable: y
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 11.27 24.75 19.29 2.673 100
Std. Predicted Value -3.001 2.045 .000 1.000 100
Standard Error of Predicted
Value .281 1.224 .529 .164 100
Adjusted Predicted Value 11.35 24.74 19.28 2.664 100
Residual -7.946 7.526 .000 2.428 100
Std. Residual -3.206 3.037 .000 .980 100
Stud. Residual -3.237 3.125 .002 1.003 100
Deleted Residual -8.098 7.968 .008 2.545 100
Stud. Deleted Residual -3.413 3.281 .000 1.018 100
Mahal. Distance .286 23.148 3.960 3.535 100
Cook's Distance .000 .115 .010 .017 100
Centered Leverage Value .003 .234 .040 .036 100
a. Dependent Variable: y
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 100
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 2.42768853
Most Extreme Differences Absolute .063
Positive .042
Negative -.063
Kolmogorov-Smirnov Z .630
Asymp. Sig. (2-tailed) .823
a. Test distribution is Normal.
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 x4, x1, x3, x2a . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: y
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 x1 .550 1.820
x2 .465 2.149
x3 .605 1.653
x4 .563 1.777
a. Dependent Variable: y
Collinearity Diagnosticsa
Model
Dimensio
n Eigenvalue Condition Index
Variance Proportions
(Constant) x1 x2 x3 x4
1 1 4.929 1.000 .00 .00 .00 .00 .00
2 .024 14.259 .49 .00 .20 .19 .02
3 .022 14.881 .00 .11 .25 .73 .00
4 .015 18.378 .00 .75 .24 .03 .22
5 .010 22.342 .51 .14 .31 .05 .75
a. Dependent Variable: y
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 x4, x1, x3, x2a . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: z
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .217a .047 .007 2392719.278
a. Predictors: (Constant), x4, x1, x3, x2
b. Dependent Variable: z
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2.698E13 4 6.745E12 1.178 .325a
Residual 5.439E14 95 5.725E12
Total 5.709E14 99
a. Predictors: (Constant), x4, x1, x3, x2
b. Dependent Variable: z
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.754E6 1.647E6 1.673 .098
x1 -10681.304 96538.614 -.015 -.111 .912
x2 153239.754 108415.137 .207 1.413 .161
x3 100647.757 108359.425 .120 .929 .355
x4 -92732.719 89450.694 -.138 -1.037 .303
a. Dependent Variable: z
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 2.92E6 5.21E6 4.08E6 522032.574 100
Residual -3.356E6 9.983E6 .000 2343883.135 100
Std. Predicted Value -2.234 2.154 .000 1.000 100
Std. Residual -1.403 4.172 .000 .980 100
a. Dependent Variable: z
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 ya . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Moderating
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .092a .008 -.002 1.54082E6
a. Predictors: (Constant), y
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1.984E12 1 1.984E12 .836 .363a
Residual 2.327E14 98 2.374E12
Total 2.346E14 99
a. Predictors: (Constant), y
b. Dependent Variable: Moderating
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.515E6 841579.319 2.988 .004
y -39210.027 42890.297 -.092 -.914 .363
a. Dependent Variable: Moderating
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 z, x4, x1, x3, x2a . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: y
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .752a .565 .542 2.443
a. Predictors: (Constant), z, x4, x1, x3, x2
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 729.727 5 145.945 24.460 .000a
Residual 560.863 94 5.967
Total 1290.590 99
a. Predictors: (Constant), z, x4, x1, x3, x2
b. Dependent Variable: y
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 3.440 1.706 2.017 .047
x1 -.079 .099 -.073 -.800 .425
x2 .322 .112 .290 2.876 .005
x3 .102 .111 .080 .915 .363
x4 .539 .092 .535 5.873 .000
z -2.039E-7 .000 -.136 -1.947 .055
a. Dependent Variable: y
Lampiran 8 Nilai r tabel
N Taraf Signif
N Taraf Signif
N Taraf Signif
5% 1% 5% 1% 5% 1%
3 0.997 0.999 27 0.381 0.487 55 0.266 0.345
4 0.950 0.990 28 0.374 0.478 60 0.254 0.330
5 0.878 0.959 29 0.367 0.470 65 0.244 0.317
6 0.811 0.917 30 0.361 0.463 70 0.235 0.306
7 0.754 0.874 31 0.355 0.456 75 0.227 0.296
8 0.707 0.834 32 0.349 0.449 80 0.220 0.286
9 0.666 0.798 33 0.344 0.442 85 0.213 0.278
10 0.632 0.765 34 0.339 0.436 90 0.207 0.270
11 0.602 0.735 35 0.334 0.430 95 0.202 0.263
12 0.576 0.708 36 0.329 0.424 100 0.195 0.256
13 0.553 0.684 37 0.325 0.418 125 0.176 0.230
14 0.532 0.661 38 0.320 0.413 150 0.159 0.210
15 0.514 0.641 39 0.316 0.408 175 0.148 0.194
16 0.497 0.623 40 0.312 0.403 200 0.138 0.181
17 0.482 0.606 41 0.308 0.398 300 0.113 0.148
18 0.468 0.590 42 0.304 0.393 400 0.098 0.128
19 0.456 0.575 43 0.301 0.389 500 0.088 0.115
20 0.444 0.561 44 0.297 0.384 600 0.080 0.105
21 0.433 0.549 45 0.294 0.380 700 0.074 0.097
22 0.423 0.537 46 0.291 0.376 800 0.070 0.091
23 0.413 0.526 47 0.288 0.372 900 0.065 0.086
24 0.404 0.515 48 0.284 0.368 1000 0.062 0.081
25 0.396 0.505 49 0.281 0.364
26 0.388 0.496 50 0.279 0.361
Sumber: https://teorionline.files.wordpress.com/2010/01/tabel-r.doc
Top Related