Download - EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Transcript
Page 1: EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

1J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

EVOLUSI ARSITEKTUR(J.F. Hamah Sagrim)

Dalam analisis ini kami menggunakan metode evolusi sehingga dilakukan analisis dalam evolusiarsitektur Tradisional ke Moderen. Evolusi arsitektur lahir dari sebuah kesadaran berwacanasebagai bagian dari proses berarsitektur. Tujuan mengemukakan evolusi arsitektur ini untuk sebagaisuatu konsep dalam menganalisis, pengamati, peneliti, mencari, menemukan dan mendata,perkembangan arsitektur. Selain itu, Evolusi arsitektur ini tidak lain merangkum tulisan-tulisan yangmengetengahkan beragam isu arsitektur dari berbagai sudut pandang perkembangannya. Semuanyabertujuan untuk memperkaya wacana dalam berarsitektur, baik terkait dengan mengalami arsitektur,membuat arsitektur dan mempertanyakan arsitektur. Eksplorasi teori dan metoda desain menjadi intiwacana dalam usulan analisis kami ini, yang mendukung praktek desain arsitektur berbasis riset danteori melalui eksplorasi tanpa batas untuk mengetahui perkembangan dari awal hingga bentuk yanglain. Evolusi arsitektur berupaya menjembatani perkembangan dan perubahan arsitektur denganberlandaskan teori dan praktek dalam berarsitektur, serta mengungkap secara jelas proses perubahanarsitektur dari batas antara arsitektur dan bukan arsitektur. Selamat berwacana!A. Evolusi Arsitektur Jawa – dari vernakular ke Tradisional

Setiap lokasi di muka bumi pastimemiliki spesifikasi tertentu, penyelesaianmasalah desain arsitektur juga spesifik untuksetiap lokasi. Contoh di pulau madura adalahsalah satu penyelesaian masalah desainarsitektur di daerah pesisir. Tentunyapenyelesaian ini akan berbeda jika terjadi didaerah hutan datar, daerah pegunungankering, daerah pegunungan subur, daerah dikaki gunung, daerah di lereng gunung, dansebagainya. Sketsa berikut memperlihatkanevolusi serupa yang terjadi untuk arsitekturJawa.

Tentunya evolusi arsitektur yang terjadidi pulau Sumatra akan memiliki perbedaan.Begitu pula dengan kota medan, wilayah minang, wilayah sunda, pulau Kalimantan, Sulawesi,Maluku, Nusa Tenggara, Papua, dan lain-lain. Semuanya memiliki ciri tersendiri yang perlu digalioleh putra-putra terbaik dari daerahnya. Arsitek-arsitek nusantara yang adiluhung membawa jiwaleluhur kita.

Sudah barang tentu pada saat ini ilmu teknik bangunan dan arsitektur demikian majunya.Berbagai filosofi, langgam, bahan, struktur dan konstruksi baru sudah demikian memusingkan arsitek

Gambar : 3. Evolusi Arsitektur Jawa.SumberPutu Mahendra. Dikomposisikan oleh

Peneliti 2010

Page 2: EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

2J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

nusantara masa kini. Tatanan dan aturan tradisional dengan berbagai keunikan cara dan penamaanelemen konstruksi merupakan tambahan permasalahan baru bagi arsitek masa kini yang inginbereksplorasi dengan ke-nusantara-an. Justru kerumitan inilah yang membuat arsitektur nusantarasemakin dijauhi karena memang sulit didekati.

Perlu formula baru yang dapat membuang segala kesulitan ilmu arsitektur “import” yangmemusingkan. Perlu pemahaman baru agar order nusantara tetap dapat diterapkan dengan lebihsederhana dalam berarsitektur. Perlu semangat baru agar arsitektur nusantara dapat menjadi produk“eksport” yang membanggakan. Akhirnya memang perlu niat bersih dari arsitek nusantara untukdapat bekerjasama dengan meminggirkan setiap keaslian.1) Arsitektural dalam Perkembangan Evolusinya

Evolusi arsitektur adalah proses perubahan pada seluruh bentuk aliran arsitektur dari bentuksemula menjadi bentuk yang baru, dan evolusi arsitektur mempelajari bagaimana evolusi initerjadi pada perkembangan arsitektur. Dalam setiap bentuk perkembangan arsitektur, mewarisialiran khas arsitektural yang dimiliki oleh suku bangsa tertentu melalui proses membangun danmendesain bentuk. Perubahan bentuk ini dapat kita katakana sebagai suatu proses mutasi atauproses perpindahan bentuk arsitektural. Proses mutasi atau perpindahan bentuk arsitektural inidimaksud bahwa bentuk arsitektural itu tetap dipertahankan atau mengalami perubahan total.Pada bentukkan ini, jika tidak dipertahankan maka akan muncul bentuk-bentuk aliran arsitekturbaru pada pengembangan suatu bentuk gaya arsitektural. Pada populasi suatu arsitekturtradisional, beberapa nilai dan filosofis serta alirannya akan menjadi lebih dikenal secara umum,bila tetap dipertahankan, akan tetapi yang lainnya akan hilang jika tidak dipertahankan. Unsur-unsur arsitektur yang menjadi akibat daripada keberlangsungan perubahan bentuk arsitektur akanlebih berkemungkinan berakumulasi pada bentuk suatu aliran arsitektural yang tidak fasihdikembangkan (hilang). Proses ini disebut sebagai seleksi arsitektural, yang mana didorong olehbentuk dan keindahan “estetika”. Proses assimilasi bentuk arsitektural itu terjadi akibat keinginanmanusia yang bersemangat untuk memiliki suatu bentuk bangunan rumah yang berbeda, indahdan estetis, mengikuti aliran bentuk lain yang baginya sesuai namun sebenarnya tidak bernilaibagi budayanya. Keinginan semacam inilah akhirnya menghasilkan banyak jumlah populasibentukkan gaya arsitektur asing semakin berkembang di suatu kawasan tanpa memperdulikanketerwarisan khasanah khas setempat. ini merupakan fakta tambahan mengenai perkembanganarsitektur yang mendukung dasar-dasar ilmiah seleksi arsitektural itu. Gaya dorong seleksiarsitetktur dapat terlihat dengan jelas pada populasi yang terisolasi, seperti Arsitektur Joglo diJogja dan Solo, Arsitektur Halit-Mblo Chalit di Maybrat, Imian, Sawiat, Papua, Arsitektur Honaidi Wamena Papua, Arsitektur Tongkonan, Arsitektur Meru, dan arsitektur nusantara lainnya diIndonesia yang kini terdesak oleh proses ilmiah seleksi arsitektur. Selain itu, terjadinya prosesilmiah seleksi arsitektural ini juga dipengaruhi oleh alam atau juga disebut sebagai seleksi alam.Bentuk perkembangan arsitektur yang dibentuk oleh seleksi alam dapat dilihat pada skematikaperkembangan bentuk rumah mulai-mula. Para ahli antropologi bersepakat bahwa, perkembanganhidup manusia mula-mula mempunyai tempat hunian pertama pada Bandar pohon, selanjutnyamenggunakan lubang batu atau Goa, kemudian mulai membentuk sebuah shelter, kemudianmembentuk suatu rumah tanpa dinding, dan kemudian melengkapinya dengan dinding,selanjutnya hingga bentuk moderen. Moderen di sini tidak membicarakan bentuk lokalitas, akantetapi berkaitan dengan industrialisasi, yang mana memaksa manusia untuk berkecimpung dalam

Page 3: EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

3J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

paham materialistik. Kaitan materialistik dengan arsitektural ini adalah pengembangan danpembangunan arsitektural dari bentuk sederhana yang berubah menjadi bentuk moderen yangdipengaruhi oleh material bangunan. Yaitu bentuk sederhana yang tadinya menggunakan bahan-bahan sederhana yang mudah diperoleh dari lingkungan sekitar menjadi terputuskan dengan polapengembangan bangunan rumah dengan menggunakan bahan industrial, seperti senk, semen,paku, dan yang lain sebagainya. Inilah yang kami sebut sebagai tahapan evolusi bahan arsitektur.Untuk memperkuat ide tentang evolusi arsitektur, maka kita akan uraikan secara tahap demisetahap perubahan arsitektural ditinjau dari evolusi bentuk bangunannya:

Gambar 4. Siklus Evolusi Hunian dan Evolusi Arsitektur. Sumber Analisis Peneliti-2011

Gambar. 5Skematika pemikiran Evolusi Perubahan pada bangunan arsitektur

Manusia pasrah dan taklukerhadap alam dan Alam

menyediakan hunian bagimanusia. Bandar pohon dan goa

sebagai hunian – Sumber AnalisisPeneliti- 2011

Manusia mencipta. Manusiamulai sadar dan menaklukkan

alam. Manusia mengenal bahanbangunan dan menciptakan

hunian. Sumber Analisis Peneliti2011

Manusia mulai berionvasi. Manusiamulai dewasa dalam berpikir.

Manusia mulai mengembangkanbentuk arsitektur dari tradisional

menjadi moderen – Sumber AnalisisPeneliti-2011

ALAM SEBAGAISEBAB MANUSIAMENCIPTAKAN

TEMPAT TINGGAL(ARSITEKTUR) DANMANUSIA SEBAGAI

SEBAB TERJADINYAEVOLUSI

ARSITEKTUR

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

3J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

paham materialistik. Kaitan materialistik dengan arsitektural ini adalah pengembangan danpembangunan arsitektural dari bentuk sederhana yang berubah menjadi bentuk moderen yangdipengaruhi oleh material bangunan. Yaitu bentuk sederhana yang tadinya menggunakan bahan-bahan sederhana yang mudah diperoleh dari lingkungan sekitar menjadi terputuskan dengan polapengembangan bangunan rumah dengan menggunakan bahan industrial, seperti senk, semen,paku, dan yang lain sebagainya. Inilah yang kami sebut sebagai tahapan evolusi bahan arsitektur.Untuk memperkuat ide tentang evolusi arsitektur, maka kita akan uraikan secara tahap demisetahap perubahan arsitektural ditinjau dari evolusi bentuk bangunannya:

Gambar 4. Siklus Evolusi Hunian dan Evolusi Arsitektur. Sumber Analisis Peneliti-2011

Gambar. 5Skematika pemikiran Evolusi Perubahan pada bangunan arsitektur

Manusia pasrah dan taklukerhadap alam dan Alam

menyediakan hunian bagimanusia. Bandar pohon dan goa

sebagai hunian – Sumber AnalisisPeneliti- 2011

Manusia mencipta. Manusiamulai sadar dan menaklukkan

alam. Manusia mengenal bahanbangunan dan menciptakan

hunian. Sumber Analisis Peneliti2011

Manusia mulai berionvasi. Manusiamulai dewasa dalam berpikir.

Manusia mulai mengembangkanbentuk arsitektur dari tradisional

menjadi moderen – Sumber AnalisisPeneliti-2011

ALAM SEBAGAISEBAB MANUSIAMENCIPTAKAN

TEMPAT TINGGAL(ARSITEKTUR) DANMANUSIA SEBAGAI

SEBAB TERJADINYAEVOLUSI

ARSITEKTUR

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

3J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

paham materialistik. Kaitan materialistik dengan arsitektural ini adalah pengembangan danpembangunan arsitektural dari bentuk sederhana yang berubah menjadi bentuk moderen yangdipengaruhi oleh material bangunan. Yaitu bentuk sederhana yang tadinya menggunakan bahan-bahan sederhana yang mudah diperoleh dari lingkungan sekitar menjadi terputuskan dengan polapengembangan bangunan rumah dengan menggunakan bahan industrial, seperti senk, semen,paku, dan yang lain sebagainya. Inilah yang kami sebut sebagai tahapan evolusi bahan arsitektur.Untuk memperkuat ide tentang evolusi arsitektur, maka kita akan uraikan secara tahap demisetahap perubahan arsitektural ditinjau dari evolusi bentuk bangunannya:

Gambar 4. Siklus Evolusi Hunian dan Evolusi Arsitektur. Sumber Analisis Peneliti-2011

Gambar. 5Skematika pemikiran Evolusi Perubahan pada bangunan arsitektur

Manusia pasrah dan taklukerhadap alam dan Alam

menyediakan hunian bagimanusia. Bandar pohon dan goa

sebagai hunian – Sumber AnalisisPeneliti- 2011

Manusia mencipta. Manusiamulai sadar dan menaklukkan

alam. Manusia mengenal bahanbangunan dan menciptakan

hunian. Sumber Analisis Peneliti2011

Manusia mulai berionvasi. Manusiamulai dewasa dalam berpikir.

Manusia mulai mengembangkanbentuk arsitektur dari tradisional

menjadi moderen – Sumber AnalisisPeneliti-2011

ALAM SEBAGAISEBAB MANUSIAMENCIPTAKAN

TEMPAT TINGGAL(ARSITEKTUR) DANMANUSIA SEBAGAI

SEBAB TERJADINYAEVOLUSI

ARSITEKTUR

Page 4: EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

4J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

a) Tahapan Awal – Manusia dan AlamSecara rinci urutan pada gambar diatas menjelaskan

bahwa manusia pada mulanya bersifat pasrah dan tunduk kepadaalam. Lihat gambar ke satu, bentuknya hampa dan berwarnahitam, artinya tahapan ini manusia belum mampu berpikirtentang siapa dirinya (blind) buta. Tahapan ini dapat kitasimpulkan sebagai tahapan dimana akal dan logika manusiabelum berfungsi. Tahapan ini juga manusia belum mampumengelola alam disekitarnya sebagai sesuatu yang bermanfaatbaginya. Manusia memanfaatkan segala sesuatu yang disediakanoleh alam. Pada tahapan ini, merupakan tahapan dimanamanusia hidupnya berpindah-pindah. Mereka akan beristirahatpada siang hari jikalau mereka merasa lelah, dan juga padamalam hari mereka akan beristirahat, karena gelap. Inilah tahapan dimana perkembangan tanpaakal dan logika, bahkan pe-rasa-an juga belum matang. Manusia yang hidup pada zaman ini,selalu bepergian tanpa arah tetapi tujuan utamanya adalah berburu dan mencari perburuan.Manusia pada zaman ini belum mengetahui apa itu dingin dan panas secara nalar, melainkanmereka harus bersentuhan langsung dengan objek, karena akal dan logika mereka belumberfungsi. Tahapan ini merupakan tahapan un-undagi, atau tahapan kehidupan manusia bukanpencipta.b) Tahapan Kedua Manusia Menaklukkan Alam

Tahapan kedua, merupakan tahapan dimana manusia mulai menyadari dirinya. Tahapan inimerupakan tahapan dimana manusia mulai menaklukkan alam. Pada zaman ini, manusia mulaimenyadari betapa penting dirinya, sehingga ia harus meyelamatkan diri serta mengamankandirinya seperti binatan buas, matahari, hujan dan angin. Manusia mulai menciptakan sesuatu yangbisa melindungi dirinya, yaitu shelter dan seterusnya hingga menjadi suatu bangunan rumah.Selain rumah sebagai tempat tinggal, ia juga menciptakan alat-alat yang dipakai untuk pertahananhidup serta alat-alat berburu, seperti; kapak batu, pisau dan tombak. Pada tahapan ini, dapat kitasebut sebagai tahapan dimana akal mulai berkembang tanpa logika. Manusia pada zaman initergolong manusia undagi, atau manusia pencipta. Zaman ini merupakan zaman dimana manusiamulai hidup menetap dengan mencari makanan dan menyimpan makanan (food and gatering).Tahapan ini, merupakan tahapan dimana manusia mulai meramu dan memanfaatkan alam disekitarnya untuk kebutuhan sehari-hari. Zaman inilah zaman dimana arsitektur mulai dikenal.Bahan-bahannya merupakan bahan alami, seperti ranting pohon, dedaunan, dan tali, yang manamerupakan hasil kreasi daripada akal. Manusia berusaha melepaskan dirinya dari taklukkan alam,yaitu dari pemikiran untuk menjadikan sesuatu yang tiada menjadi ada (ex nihilo) dan ini sangattradisional, atau sederhana. Dalam proses inilah kekentalan pola hidup manusia yang sebenarnyaterlihat. Warna hitam pada gambar kedua menggambarkan manusia mula-mula atau primitif,sedangkan warna kuning dan bentuk simbol panah melengkung menggambarkan kesadaranakalnya yang belum sempurna, artinya masih kaku atau pemikirannya masih membelok danbelum terarah. Warna kuning dan simbol panah artinya manusia zaman itu sudah menyadari diridan mulai mencipta, namun pemikirannya belum terarah sebagaimana sibol pana yang membelok

Gambar. 6. Manusia danalam – dikomposisikan

oleh peneliti, 2010

Page 5: EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

5J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

dan tidak terarah, atau dapat kita katakan bahwa pemikirannya belum matang karena ia hanyamenggunakan akal tanpa logika.c) Tahapan Ketiga Manusia Mulai Berinovasi

Tahapan ini merupakan tahapan dimana manusia sudah matang dalam pola pikirnya. Artinya,pada tahapan ini manusia sudah menggunakan akal dan logika, sehingga ia mulai berinovasi.Sebagaimana pada gambar ketiga, inovasi disimbolkan dengan warna. Berbagai warna disinimenggambarkan bahwa akal dan logika semakin berkembang dan memberikan ide tentang suatunuansa baru yang dapat diterima.

Tahapan inilah merupakan tahapan dimana kreasi manusia semakin pesat dan terjadilahrevolusi. Yang mana revolusi itu sendiri datang dari kreasi akal dan logika manusia. Tahapan inimerupakan tahapan dimana mengakibatkan perubahan signifikan dan pengaruh yang mengglobal,ketika terjadinya revolusi industri yang mengakibatkan perkembangan industri dan melahirkanteknologi mutakhir sehingga mempengaruhi unsur-unsur kebudayaan setiap suku bangsa di duniamenjadi terubahkan.

Tahapan inovasi ini dapat kita sebutkan sebagai tahap pencerahan teknologi industrialisasi,karena segala sesuatu yang tadinya diolah dan diramu dengan teknologi sederhana, kinidikerjakan oleh industri dan teknologi. Disinilah terjadi evolusi bahan bangunan, yaitu dari bahanbangunan arsitektural yang diramu melalui dedaunan, tali, dan ranting, kini tergantikan denganbahan industri seperti senk, paku dan semen, serta besi. Inilah proses evolusi perubahan bahanbangunan. Dengan terjadinya evolusi bahan bangunan, maka dengan sendirinya mempengaruhibentukkan arsitektural dan menyurutkan nilai-nilai daripada arsitektural dan manusia itu sendiri.

Evolusi arsitektur juga terjadi karena alam, dan suatu bentuk arsitektur dipengaruhi olehalam karena bentuk arsitekturalnya terisolir atau tidak dikembangkan. Hal ini diakibatkan olehkarena geografi maupun mekanisme lain yang mengakibatkan perubahan arsitektural itu.Walaupun dalam waktu yang cukup lama, bentuk arsitektur yang terisolasi ini akan menjadialiran baru. Maksud daripada terisolir disini diakibatkan karena perpindahan penduduk suatuetnis dengan budaya yang berbeda dan hidup dan berasimilasi dengan etnis yang lain denganbudayanya yang lain, dank arena ia sendiri dan dipengaruhi oleh budaya luar itu, sehinggapandangan dan wawasan kebudayaannya terisolir. Karena merasa bahwa ia berada pada geografisdan budaya yang berbeda, sehingga ia harus mengembangkan bentukkan arsitektur yang bukankhasnya. Proses semacam ini dapat kita pahami sebagai Arsitektural evolusioner.

2) Evolusi Arsitektur Melalui Seleksi AlamPerkembangan mula-mula arsitektur dipengaruhi oleh alam. Pada mulanya, manusia mulai

dengan segera setelah sadar tentang dirinya dan menciptakan sebuah tempat untuk melindungi dirinyakarena dipengaruhi oleh alam. Hal ini dapat kita simpulkan bahwa, manusia zaman ini terinspirasioleh alam. Segala sesuatu yang dilakukannya sebagai suatu bentuk daripada seleksi alam. Dasarpengamatan yang memperkuat seleksi alam ini adalah:

1. Manusia menggunakan Bandar pohon untuk berlindung dari hujan dan terik matahari.Artinya matahari dan hujan sebagai sesuatu yang fenomenal sehingga menusia mulaimenggunakan akalnya untuk mengamankan diri.

2. Manusia menggunakan goa atau ceruk-ceruk batu sebagai tempat melindungi diri darimatahari dan hujan serta angin. Matahari, hujan, dan angin sebgai fenomena alam.

Page 6: EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

6J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

3. Manusia mulai menciptakan shelter, atau rumah untuk melindungi diri dari matahari, hujan,angin, dan menjadikannya sebagai tempat yang tetap. Persoalannya bila dianalisis secaraacak balik, Bandar pohon tidak memberikan kenyamanan yang baik, berikutnya goa bolehdikatakan sebagai tempat yang aman untuk melindungi diri, namun goa juga difungsikanoleh binatang untuk melindungi diri, karena manusia merasa terganggu akhirnya ia mulaimenciptakan rumah/shelter untuk melindungi dirinya. Menurut kami, pada zaman inilahakal manusia itu mulai bertumbuh. Mungkin karena setiap kali terbentur oleh ketidakbersahabatnya alam, maka akal mulai bertumbuh. Sebagaimana dalam ilmu falac megatakanbahwa semakin kita berada pada konidisi kritis, akal dan logika kita akan bekerja untukmemberikan solusi yang baik untuk keselamatan kita.

3. Evolusi Arsitektur Melalui Seleksi ModerenKita akan bersepakat Bahwa tiap-tiap aliran arsitektur dibentuk oleh pemikiran manusia dan

nenek moyang yang suku bangsa yang tidak sama, Gagasan evolusi arsitektur melalui seleksimoderen ini disusun melalui pengamatan-pengamatan berikut:

• Jika seluruh bentuk khas aliran arsitektur tradisional berhasil dikembangkan, maka aliranarsitektur tersebut akan meningkat secara tidak terkendali.

Aliran arsitektur tersebut akan tetap dari tahun ke tahun. Sumber daya manusia dan kemampuan mengembangkannya terbatas. Tiada dua gaya arsitektural suatu aliran yang persis mirip satu sama lainnya (proses

penggabungan dua bentuk aliran arsitektural). Banyak variasi bentuk nuansa arsitektural dalam suatu bangunan yang diciptakan dan

diwariskan kepada keturunan selanjutnya sebagai konsep moderen. Terjadinya pergeseran bentuk arsitektur akibat inovasi dan kreasi yang dipengaruhi oleh

teknologi seperti iklan TV, Koran, Majalah, dll.Kita akan simpulkan bahwa, oleh karena aliran arsitektur tertentu mampu dipertahankan dan

dikembangkan, sehingga akan bertambah dan semakin bertambah lebih banyak daripada yang tidakdikembangkan. Ini merupakan suatu faktor utama yang mengakibatkan terjadinya perubahan bentukdan kematian suatu bentuk. Sebenarnya sangat jelas terlihat bahwa terdapat persaingan untuk suatubentuk arsitektur sebagai khasanah budaya yang ingin bertahan hidup, walaupun hanya beberapabentuk aliran arsitektur tradisional di belahan dunia yang dapat bertahan hidup pada tiap generasi.Keeksistensian dan Keberlangsungan hidup suatu budaya (arsitektur) tidaklah didasarkan padakebetulan belaka. Namun, keberlangsungan hidup bergantung pada sifat-sifat tiap individu manusiasebagai pemiliknya, dan sifat-sifat ini dapat membantu ataupun menghalangi keberlangsungan hidupdan perkembangan arsitektur tradisional. Arsitektur tradisional yang beradaptasi dengan baikmemiliki kemungkinan yang lebih besar untuk tetap eksist dan bisa dikembangkan menjadi lebihbanyak. Namun dikhawatirkan bahwa kemampuan beradaptasi yang tidak setara dari suatu budayadapat menyebabkan perubahan perlahan dalam suatu bentuk unsur budaya (arsitektur). Sifat-sifatyang membantu suatu unsur budaya terutama unsur arsitektur bertahan hidup dan berkembang akanberakumulasi dari generasi yang satu ke generasi selanjutnya. Sebaliknya, sifat-sifat yangmenghalangi keberlangsungan hidup suatu unsur budaya arsitektur dan berkembang, akanmenghilang.

Page 7: EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

7J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Pengamatan terhadap variasi pada arsitektur dan kebudayaan merupakan dasar-dasar teori seleksimoderen. Kita akan mencatat bahwa bentuk-bentuk arsitektur tradisional di seluruh dunia inimempunyai variasi bentuk, baik strukturnya yang menarik, hingga pada filosofisnya. Akan tetapi akanterjadi suatu penyeleksian melalui teknologi, yang mana secara tidak sadar bahwa manusiaberhadapan dengan suatu ide dan otak yang ditawarkan melalui teknologi berupa media elektronikdan media cetak, yang mana mempu merasuk dan mensubtitusikan pemikiran khasnya yang berkaitandengan nuansa kebudayaannya, sehingga tergantikan oleh sesuatu yang kelihatannya baru namuntidak bermakna apa-apa pada dirinya.

Kita akan melihat bahwa evolusi arsitektur bergantung sepenuhnya oleh manusia. Artinya,arsitektur tradisional itu menjadi berkembang, atau tidak bergantung pada manusianya. Arsitekturmerupakan salah satu unsure kebudayaan, yang merangkunl symbol-simbol kebudayaan seperti seni,religi, filosofis, dll. Kita akan melihat bahwa, perjalanan social budaya suatu suku bangsa itu sepertisebuah pohon, yang mana manusia sebagai akarnya, dan semua unsure kebudayaan yang terjadi ituseperti batang pohon dan ranting-rantin ini menggambarkan suatu keutuhan bersama. sedangkanujung cabang pohon mewakili kehidupan modern yang berevolusi dari tradisional itu sendiri. Dengandemikian, maka kita dapat bersepakat bahwa semua unsur kebudayaan pada suatu wilayah kehidupantertentu adalah suatu sistem yang utuh dan membentuk serta memberikan nilai tersendiri bagi manusiayang ada dan ini berarti bahwa semua unsur kebudayaan haruslah berasal dari suatu kehidupan yangmengalami beberapa bentuk proses atau sebut saja proses "evolusi dengan modifikasi".1) Sintesis Evolusi Arsitektur Moderen

Sintesis evolusi arsitektur moderen merupakan gabungan dari beberapa aliran arsitektur yangberkutat pada pemahaman arsitektural evolusioner. Dalam perkembangan moderen ini, terdapatusaha untuk menggabungkan aliran arsitektural, misalnya seperti arsitektur asia eropa, arsitekturfengshui dan colonial dll. menjadi satu kesatuan model aliran arsitektur moderen. Penerapanprinsip-prinsip estetika dan filosofis serta aliran arsitektur dari suatu unsur tertentu dengan unsurarsitektur yang lain ke dalam bentuk arsitektur yang baru ini, akan mengubah pemahaman dannilai. Hal ini dipahami sebagai suatu proses-proses evolusi pada arsitektur. Jika hal ini dapatdilakukan, maka Dengan demikian, dapat kita katakan bahwa bentuk-bentuk arsitektur sebagaisekelompok aliran yang saling kawing ataupun yang berpotensi dapat dikawingkan atau dapatdimodifikasi, yang secara reproduktif terisolasi dari bentukkan lainnya. Sintesis evolusiarsitektur modern menekankan pentingnya bentuk arsitektur tradisional sebagai satuanevolusioner, peran pusat seleksi adalah manusia sebagai sang orator dalam mekanisme prosespaling penting dalam evolusi ini. Kita akan bersepakat bahwa, perubahan dan kematian suatualiran arsitektur yang dianggap sebagai identitas bangsa yang besar merupakan akumulasiperubahan kecil dalam periode waktu yang panjang.

2) Koevolusi ArsitekturKoevolusi arsitektur adalah proses dari dua atau lebih bentuk aliran arsitektur yang

mempengaruhi proses evolusi arsitektur yang satu sama lainnya. Menurut hipotesis kami, bahwaSemua bentuk arsitektur dipengaruhi oleh manusia disekitarnya, sebagai pelaku budaya, yangmana terdapat bukti-bukti bahwa, unsur-unsur atau wujud arsitektur yang ditentukan oleh budayapada tiap aliran arsitektur secara langsung disebabkan oleh interaksi langsung antara individutertentu yang berbudaya lain dengan dua atau lebih individu dengan budaya yang berbeda.

Page 8: EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

8J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Contoh kasus koevolusi arsitektur yang terdokumentasikan dengan baik adalah hubunganantara Peneybaran Hindu-Buddha, Islam, dan penjajahan kolonial di Indonesia terutama diYogyakarta. Dimana para penjajah memanfaatkan kekuatannya untuk memperoleh tanahsehingga mampu mendirikan bangunan seperti candi, Masjid dan arsitektur colonial. Keberadaanbentukkan arsitektural Hidnu-Buddha, Islam dan colonial ini memberikan suatu nuansa asingpada tatanan budaya Kejawaan. Akhirnya individual Jawa, kini berada pada dualism nuansaarsitektural. Artinya disisi awal, mereka berada pada nuansa monolit Kejawen, dengan nuansaarsitektural Joglo yang kelihatannya sederhana, hormat, dan sangat ramah ini menjadi sepertitelah mendapat penantang baru, yaitu arsitektural Hindu-Buddha dengan gaya Piramid, colonialdengan gaya monumental serta dilengkapi dengan estetika dan lengkungan bentuk, Islam denganBentuk Kubah. Akibatnya, masyarakat Jawa mulai berasimilasi dan mulai berkeinginan yangtidak sejalan dengan nuansa kejawaannya, kini terjadi dualime pikiran dalam mendirikan rumah.Malahan saat sekarang ini mereka lebih bersemangat mendirikan rumah dengan gaya-gaya asing.

Koevolusi arsitektur seperti ini tidak menandakan bahwa Penguasa Jawa, Hindu-Buddha,Islam dan Kolonial memilih untuk berperilaku secara altruistik, melainkan perilaku inidisebabkan oleh perubahan budaya yang kecil pada kebudayaan jawa, Hindu-Buddha, Islam danKolonial yang menguntungkan satu sama lainnya. Keuntungan yang didapati ini memberikankesempatan yang lebih besar agar peninggalan budaya ini diwariskan kepada generasiselanjutnya. Seiring dengan berjalannya waktu, mutasi arsitektural di Jawa yang berkelanjutan,mulai menciptakan hubungan seperti yang kita saksikan sekarang pada peninggalan budaya asing.

3) Seleksi Arsitektur Secara BuatanSeleksi arsitektur secara buatan adalah koomodifikasi terkontrol yang diterapkan pada suatu

bentuk aliran arsitektur. Manusia sebagai arsiteknya dan menentukan aliran arsitektur manaataupun simbol filosofis mana yang akan diadopsi sebagai unsur dalam kreasi bentuk arsitekturbuatannya, sehingga manusia atau sang arsitek mampu menentukan makna pada bangunantersebut yang telah diramu menjadi bentuk yang estetis untuk diturunkan kepada generasiselanjutnya. Proses seleksi arsitektur secara buatan ini memiliki pengaruh yang besar terhadapevolusi arsitektur secara global. Contohnya, para arsitek moderen telah berhasil mempersatukanunsur arsitektur yang berbeda menjadi suatu nuansa aliran arsitektur baru yang terkontrol.

Kita dapat menemukan bentuk-bentuk arsitektural semacam ini pada daerah-daerah jajahan,dan juga kebanyakan kaum arsitektur moderen mulai melakukan koomodifikasi arsitektur untukmencari suatu bentuk yang baru. Walaupun pada suatu bangunan yang kita temukan ternyatamerupakan suatu bentuk aliran arsitektur yang digabungkan dari unsur arsitektur asia dan eropa,akan tetapi keduanya merupakan akibat evolusi arsitektur secara buatan dari beberapa unsur danfilosofis yang di modifikasikan oleh manusia.

4) Arsitektur AlopatrikArsitektur alopatrik terjadi karena adanya penghalang materi seperti kekuasaan, Materi

{uang, tanah, alam dan sebagainya}. Penghalang ini memisahkan sebuah konsep dari konsepaslinya yang berarti memotong aliran-aliran arsitektur dari suatu unsur budaya. Setelah terisolasi,akhirnya penguasa, atau orang yang berkuasa, mempunyai uang dan tanah akan membentuksuatu nuansa arsitektur baru, termasuk sebagai penjajah budaya yang mampu memberikan suatunuansa yang membedakannya dari aliran arsitektur setempat. Contoh arsitektur kolonial, di

Page 9: EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

9J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Yogyakarta, berdiri megah dan monumental karena didukung oleh materi, uang, bahkan di zamanitu, merupakan zaman kekuasaan kolonial Hindia Belanda sebagai penjajah di Indonesia. Contohlain secara lokal bahwa, di pulau Jawa kebanyakan dibatasi sesuai strata, bahwa yang dapatdengan mampu mendirikan bentuk arsitektur nDalem adalah kasta menengah dll. Karenamemiliki materi yang cukup dan kekuasaan. Dengan terjadinya hambatan semacam ini, makaterjadilah berbagaimacam bentuk aliran arsitektur yang berada di Pulau Jawa, bersama-samadengan arsitektur tradisional jawa sebagaimana yang kita jumpai. Adanya keaneka ragamanarsitektur ini dipengaruhi oleh berbagai macam hal, misalnya seperti; Kasta/kedudukan,Geografi/alam, materi dan kepemilikan tanah.

5) Arsitektur SimpatrikArsitektur simpatrik adalah terbentuknya gaya arsitektur baru dalam suatu wilayah tanpa

adanya penghalang (barrier). Perkembangan arsitektur ini dapat terjadi karena adanya isolasipengembangan arsitektur moderen yang mencegah perkembangan aliran arsitektur tradisional(arsitektur Jawa) di wilayah kebudayaan Jawa, arsitektur Halit, di wilayah Maybrat, Imian,Sawiat, Papua, arsitektur Honai di Wamena Papua, arsitektur tongkonan, arsitektur meru dll.Arsitektur alopatrik adalah terbentuknya bentuk gaya arsitektur baru dalam satu wilayah karenaadanya penghalang sehingga mencegah aliran khas arsitektural didalam wilayah sendiri.Arsitektur Parapatrik adalah terbentuknya gaya arsitektur baru dalam suatu wilayah karenaadanya perkawinan antar dua budaya yang berdekatan.

4. Fenomena Arsitektur Indonesia di Era Globalisasi – kritik dan saranKetika negara-negara menjadi satu dalam kesatuan yang kokoh, maka pada saat ini akan terjadi

pertukaran kebudayaan yang sangat cepat dan luar biasa pengaruhnya kepada perkembanganArsitektur. Misalnya pada saat pertama era globalisasi maka akan terjadi suatu fenomena yang tidakkita duga sebelumnya, dimana segala hal yang menyangkut kehidupan manusia akan begitu dominandidalam pemecahan bentuk dari suatu bentuk dan ruangan.

Pada saat orang sudah mulai kehilangan identitas diri dalam berkarya, maka yang akan terjadiialah semua orang akan mempunyai suatu selera yang hampir sama yaitu suatu bentuk yangsederhana, tetapi mampu memenuhi segala kebutuhan hidup mereka dari mulai tidur, bekerja,bersantai bahkan bersosialisasi dengan lingkungannya.

Ketika suatu negara merasa bahwa ciri kenegaraannya sudah tidak bisa dipertahankan lagi, makayang akan terjadi adalah suatu bentuk arsitektur yang didominasi oleh pemenuhan kebutuhan utamadalam kehidupannya, dan yang pertama akan terlihat adalah bagaimana mereka mulai mengolahpemikiran yang sifatnya tidak individualis lagi tetapi lebih mengarah pada kebersamaan denganlingkungannya karena disanalah mereka akan merasa bahwa ternyata di dunia ini tidak hanya ada satubentuk arsitektur yang selama ini dia yakini, tetapi begitu banyak ragam arsitektur yang pada akhirnyaakan menjadi suatu bentuk yaitu bentuk globalisasi “Globalized style”.

Melihat fenomena diatas, lalu apa yang akan terjadi di Indonesia dimana kita harus mempunyaikebanggan pada bentuk arsitektur tradisional kita dan harus berusaha menjadikannya menjadiarsitektur dunia, karena kalau tidak, bagaimana cara kita memasuki globalisasi. Untuk mengetahui apadan bagaimana arsitektur kita nanti, sebaiknya kita menelusuri dulu Arsitektur tradisional kita.Pertama, bahwa didalam kehidupan masyarakta Indonesi,a sudah terjadi beberapa perbedaan yangmencirikan bahwa di Indonesia terdapat banyak sekali beragam suku bangsa, dimana mereka

Page 10: EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

10J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

mempunyai adatistiadat dan kebiasaan yang hampir sama tetapi berbeda dalam pengungkapannya danselalu menyatu didalam kebhinekaan itu. Kedua, apabila sebuah budaya lahir, itu berarti bangsatersebut adalah suatu bangsa yang memiliki kebudayaan yang mencerminkan pola pikir ataupunkebiasaan hidup masyarakatnya. Ketiga, didalam perjalanan hidup, banyak bangsa Indonesiamengalami degradasi kebudayaan, karena begitu kuatnya pengaruh kehidupan barat, sehingga banyaksekali penduduk Indonesia yang merasa bahwa kehidupan jaman dulu atau yang kita sebut tradisionalsudah banyak yang tidak sesuai lagi dengan tuntutan jaman (kuno), sehingga mereka lebih menyukaisegala sesuatu yang berbau luar negeri. Keempat, didalam perenungan, seorang empu gandringIndonesia akan menjadi suatu negara yang sangat kuat dan hebat karena pada saat itu kerajaanMajapahit begitu kuat sehingga didalam perenungannya, negara itu akan menjadi negara besarsehingga banyak hal yang harus dipertahankan demi menjaga keutuhan kehidupan tradisional kita,dan hal ini membuat perkembangan arsitektur kita menjadi sangat terhambat bahkan cenderungberhenti tidak dapat berkembang lagi. Kelima, apabila kita menelusuri arah kemana kita akan perginanti, maka kita akan melihat suatu arah yang tidak pasti dan tidak jelas, karena kita dihadapkan padaberbagai macam pilihan perjalanan yang membuat kita tidak dapat memutuskan arah yang sesuaidengan keinginan kita sebagai orang Indoneisa, dan ketika suatu perubahan yang sangat drastis terjadimaka kita semua akan merasa kaget dan sedih, karena ternyata kita melangkah kearah masa depanyang tidak mencerminkan tradisi kita lagi.akibatnya kehilangan identitas budaya termasuk didalamnyaArsitektur tradisional ikut hilang.

Inilah fenomena yang akan kita hadapi nanti, lalu apa yang harus kita lakukan, apakah mulaisekarang kita menghapus saja ciri kearsitekturan kita, atau kita membiarkan sesuatu terjadi secaraalami tanpa harus ada yang diperjuangkan ataupun dipertahankan? Memang bagaikan, buahsimalakama yang harus kita telan begitu saja, namun apa yang terjadi nanti karena kita tidakmempunyai kekuatan untuk dapat mempertahankan tradisi kita pada era globalisasi nanti. Lalubagaimana nasib kita sebagai bangsa Indonesia ini? Apakah akan menyerah pada keadaan atauberjuang mempertahankan sesuatu yang sudah mendekati dan pasti akan hilang.

Disinilah letaknya renungan kita sekarang. Bagaimana kita harus bersikap dan bagaimana kitaharus berbuat, karena hati nurani kita tidak dapat dibohongi bahwa kita harus tetap mempertahankanciri budaya kita dalam dunia arsitektur. Kita tidak ingin penjajahan bentuk baru menjajah kita lagi .Kita tidak ingin arsitektur kita dijajah oleh arsitektur bangsa lain. Kita tidak ingin negara kita menjadinegara gado-gado karena tidak lagi terlihat budaya asli kita mendominasi kehidupan bangsaIndonesia. Jadi apa yang harus kita perbuat, karena sepertinya tidak ada pilihan yang dapat kitajadikan patokan kita melangkah? Analisanya begini, Apabila kita membuat suatu keputusan bulatuntuk tetap mempertahankan Ciri arsitektur budaya kita, maka kita akan dihadapkan pada beberapakendala besar yaitu :

a. Arsitektur tradisional. Kita tidak dapat mengadopsi dengan baik segala hal yang berbauteknologi modern, karena arsitektur tradisional kita berangkat dari suatu pandangankehidupan religius yang sama sekali tidak memperhatikan adanya teknologi moderen.Apabila kita memaksakan kehendak terhadap bentuk arsitektur tradisional denganmemaksakan segala unsur yang berbau moderen kedalamnya, maka yang akan terlihat adalahbentuk yang sangat memprihatinkan karena sudah tidak jelas lagi dominasi budayanya.

Page 11: EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

11J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

b. Dalam pembentukan pola hidup. Bangsa Indonesia sangat dipengaruhi oleh pemikiran kuno,yaitu bahwa kehidupan kita sudah ada yang mengatur dan kita tidak usah terlalu meyakinibahwa kita sendiri dapat mengatur kehidupan kita, jadi janganlah membuat suatu hal yangakan merusak citra kehidupan tadi dan jangan pula mencoba merubah sesuatu yang sudahdiciptakan menjadi kehidupan kita, karena hal itu akan membuat kita tidak bahagia dan halini juga merupakan suatu penolakan pada takdir kehidupan kita. Pola ini sangat tradisionaldan Merupakan sesuatu yang tidak pernah sejalan dan akur dengan sosial budaya moderen.

c. Jika didalam pemikiran bangsa Indonesia sekarang tidak lagi dipengaruhi oleh hal-hal yangberbau kepasrahan kepada yang mengatur “yang Diatas”, maka kita akan dihadapkan padahal-hal yang sifatnya lebih kepada sesuatu yang tidak jelas acuannya, karena begitubanyaknya hal yang tidak dapat kita cerna begitu saja, seperti halnya perkembanganteknologi yang kadang-kadang tidak dapat kita pakai apabila kita benturkan pada masalahpola hidup kita, dan hal ini akan membuat pola pikir kita menjadi tidak begitu terarah denganjelas lagi. Kemana kita akan mengarah dan kemana kita akan pergi dan kemana kita akanmenetapkan diri.

Begitu banyak hal-hal diluar jangkauan pikiran kita yang sudah terjadi maupun yang akan terjadidan juga begitu banyak masalah yang muncul pada beberapa faktor yang mempengaruhiperkembangan arsitektur Indonesia.

Seperti kata pepatah kuno yang mengatakan bahwa hidup tidak akan pernah berhenti apabila kitasendiri tidak menghentikannya atau memang kita sudah saatnya berhenti karena sudah takdir. Apakahpepatah ini akan kita kaitkan dengan kehidupan Arsitektur Tradsional kita ataukah kita akan terusberjuang sampai titik darah penghabisan untuk mempertahankan keberadaannya? Tentu sajajawabannya tidak mudah, dan memang tidak akan pernah mudah, karena keputusan apapun yangdiambil kita harus melihat berbagai kasus dan problem yang muncul yang berpengaruh didalamkehidupan bangsa Indonesia ini dan yang paling penting adalah bagaimana kita menyikapi pengaruhyang datang yang diakibatkan oleh perkembangan bilateral dan perkembangan politik yang sangatberpengaruh pada pola kehidupan dan pola pikir masyarakat Indonesia, dan ini sangat berakibat padaperkembangan arsitekturnya.

Jadi apa yang harus kita lakukan selanjutnya dan kira-kira kemana akan kita arahkan arsitekturTradisional Nusantara dimasa depan nanti. Yang bisa kita lakukan mungkin Pertama, kita harusmelakukan suatu penelitian yang mencangkup gambaran awal terjadinya arsitektur tradisional dimasing-masing daerah Nusantara yang tentu saja sangat penting sebagai acuan awal darimana kitaakan mulai berpijak Kedua, kajian berikut adalah bagaimana arsitektur pada jaman itu dijadikansebagai arsitektur tradisional kenapa bukan arsitektur Indonesia saja atau arsitektur jaman Belandaatau jaman Majapahit. Ketiga, apabila kita telah mendapatkan bagaimana kita memulai danbagaimana kita mengetahui arsitektur kita pada jaman dulu maka kita dapat melihat bagaimana hal itubisa menjadi suatu patokan untuk kita, apakah benar bahwa arsitektur yang kita kenal sebagaiarsitektur tradisional itu adalah benar sesuai dengan tuntutan jaman waktu itu, atau apakah arsitekturtradisional hanya menggambarkan suatu pola kehidupan masyarakat pada jamannya. Keempat, kalaumelihat lebih jauh kebelakang lagi, maka kita akan melihat suatu fenomena yang agak menyimpangdari apa yang kita lihat sekarang, dimana sekarang ini arsitektur tradisional se-olah-olah merupakanbarang mati yang tidak bisa kita tawar lagi dan tidak bisa kita kembangkan lagi. Fenomena tersebut

Page 12: EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

12J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

barangkali sebagai sesuatu yang membuat kita dapat melihat dari suatu perubahan yang sangatdrastis, dari pola kerajaan yang serba gemerlap dan serba menjadi suatu pola kehidupan rakyat yangserba sederhana, dan sepertinya dikuasai oleh suatu peradaban yang sangat bertumpu pada kehidupankeagamaan. Kelima, jika kita mencoba menelusuri lebih jauh maka kita akan menemukan bahwaperadaban bangsa Indonesia sudah sangat maju pada zaman kerajaan Majapahit dulu, dan dilanjutkandengan zaman kerajaan Sriwijaya sehingga kalau kita sekarang ini begitu terpukau oleh datangnyaarsitektur luar yang kelihatannya sangat modern atau sangat teknologis, maka hal ini sebenarnya akanmembuat hati kita teriris pilu karena jaman dulu kita begitu hebat keluar, namun sekarang kita begituterjepit oleh pengaruh luar. Keenam, jika dalam pandangan sempit kita seolah-olah tidak berdayamenghadapi pengaruh kemajuan jaman yang dicirikan oleh kemajuan teknologi, maka dalampandangan yang lebih luas kita seharusnya bangga dengan pengaruh kita terhadap perkembanganperadaban pada jaman dulu.

Dari keenam faktor diatas, yang masih selalu menjadi perhatian adalah bahwa kita harus tetapmempertahankan arsitektur tradisional kita walaupun sebenarnya sudah sangat tidak mungkin lagiuntuk bisa bertahan dalam era globalisasi nanti. Pertanyaannya adalah; kita akan apakan arsitekturtradisional kita ini, akan kita ganti dengan sesuatu yang baru atau akan kita bina dan kembangkansehingga mampu bersaing dengan arsitektur luar dan mampu kita jual keluar Indonesia sehinggaarsitektur Indonesia mempunyai nama dan pengaruh didalam perkembangan arsitektur dunia.

Arsitektur Indonesia, apakah ada di Negara kita ini? Kalau ada bagaimana bentuk danfilosofinya dan kalau tidak ada kenapa sampai tidak ada padahal kita sangat bangga dengan berbagaimacam bentuk bangunan yang menggambarkan ciri dari tiap daerah yang katanya sangat dikagumioleh turis mancanegara. Dilihat dari letak dan posisi negara Indonesia, maka kita sangat strategis bagialiran sirkulasi perdagangan maupun dari segi keamanan dunia karena negara kita terletak padabagian yang mempunyai akses paling mudah untuk belahan dunia utara dan selatan yang artinya bagiperkembangan budaya Indonesia sangat rawan terhadap pengaruh yang dibawa oleh mereka yangakan memakai jalur ini yaitu bangsa-bangsa yang akan membina suatu hubungan bilateral dengannegara dibelahan bumi yang lain.

Mereka yang akan melalui jalur ini tanpa disengaja maupun disengaja akan membawa dampakyang cukup kuat terhadap budaya Indonesia yang memang sudah rawan terhadap budaya luar. Tetapikalau kita simak lebih jauh, ternyata apa yang kita khawatirkan bahwa akan terjadi pengaruh yangakan berakibat merosotnya nila budaya kita, tidak pernah akan terjadi karena begitu kuatnya adatsetempat sehingga budaya luar agak sulit berkembang dan hal ini adalah merupakan suatu potensiyang luar biasa bagi ketahanan negara kita terhadap pengaruh budaya asing.

Masuknya budaya asing yang ternyata sulit dibendung, justru karena akibat perkembanganteknologi yang sangat cepat sehingga informasi ataupun gambaran pola kehidupan yang sepertinyasangat menyenangkan tertangkap oleh masyarakat luas dari mulai kota besar sampai ke pedesaanterpencil dan ini tidak bisa dicegah lagi karena kita tidak bisa menghindar dari perkmbangan ini.Akibatnya kita sudah bisa terka bahwa sebagian masyarakat kita tidak bisa lagi bertahan denganbudaya nenek moyangnya yang dinilai sudah ketinggalan jaman atau sudah kuno, dan inilah cikalbakal dari lunturnya budaya bangasa kita.

Arsitektur adalah bagian dari ekspresi budaya masyarakat karena sangat berkaitan dengan polapikir dan pola hidup penggunanya sehingga didalam perkembangannya sangat terlihat perubahan

Page 13: EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

13J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

dalam bentuk, tata letak ruang dan perabotan serta peralatan lain yang dibutuhkan. Jadi, apabila kitaakan mempertahankan arsitektur tradisional kita yang diharapkan menjadi ciri khas budaya kita,budaya yang akan kita pertahankan, karena sangat jelas terlihat akibat dari perkembangan teknologiyang merambah begitu cepat pada setiap aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Lalu bagaimana kitadapat mempertahankan Arsitektur Indonesia, kalau kenyataanya Arsitektur Indonesia itu tidak adakarena yang sekarang selalu didengungkan adalah arsitektur tropis dan kalau bicara arsitektur tropisternyata bukan kita saja yang memakai thema seperti itu, karena selain negara Indonesia masihbanyak negara yang terletak didaerah tropis. Apakah Arsitektur Indonesia itu identik denganArsitektur Tradisional Papua, Maybrat, Imian, Sawiat, Sunda, Jawa, Bali, Sumba dan daerah-daerahlain, atau memang arsitektur Indonesia ini terdiri dari arsitektur arsitektur yang mempunyai cirikedaerahan. Selama ini Arsitektur Indonesia hanya dikaji dan ditulis dengan bahsa ilmiah yangkedengarannya sangat filosofis dan sangat tidak dimengerti oleh orang awam karena belum pernahada yang mencoba membuat bentuk yang jelas mengenai arsitektur Indonesia. Seorang arsitek luarpernah mencoba membuat disain banguna perkantoran yang katanya merupakan jelmaan dari filosofiarsitektur Indonesia dan yang terlihat adalah permainan bentuk atap tropis yang dipasang disetiaplantai, dan setelah kita lihat-lihat akihirnya kita bertanya apakah benar ini arsitektur Indonesia.Dengan melalu keputusan para pejabat setempat, tiap daerah yang merasa mempunyai arsitekturtrsadisional berusaha untuk mempertahankan bentuk arsitekur tradisional dengan membuat bentukatap yang katanya itu merupakan ciri budaya setempat. Alhasul terlihatlah arsitektur daerah denganbentuk atap yang aneka macam sesuai dengan permintaan para pejabat yang sepertinya tidak mengertiapa arti dari arsitektur itu sendiri. Ketidak mengertian ini sangat membingungkan para pembuatdisain, karena dengan posisi jabatannya membuat para perencana harus mengikuti apa yangdiinginkan mereka, karena tidak ingin dianggap tidak berbudaya kedaerahan. Jadilah arsitekturtradisional adalah arsitektur atap, yang penting atapnya menggambarkan ciri kedaerahan yang kuattidak peduli apapun fungsi yang dinaunginya.

Tahun 2003 adalah langkah awal pada era globalisasi dimana kita sudah tidak mungkin lagimenghindar masuknya para ekspert asing ke Indonesia termasuk para arsiteknya, dan sudah bisadipastikan arsitek kita harus bersaing keras dengan mereka untuk mendapatkan pekerjaan dantendensi orang yang beruang memkai tenaga mereka sangat kuat karen Amereka masih sangatdipengaruhi oleh image bahwa segala sesuatu yang berbau asing pasti akan lebih baik. Selain hal itu,berbagai proyek besar yang melibatkan investor asing pun akan bermunculan, dimana mereka sudahbarang tentu akan membawa tenaga expert mereka karena selain pesan dari negaranya sendiri jugamasalah kepercayaan akan keahliannya. Maka sudah dapat kita bayangkan bahwa Indonesia akankedatangan para arsitek yang mungkin keahlian dan kemampuannya masih jauh dibawah para arsitekdalam negeri. Tetapi mengapa merak begitu menakutkan dan mengancam kehidupan para arsitekdalam negeri? Pertama, andaikata masalahnya hanya karena investor asing yang membawa seluruhkrunya dari negaranya, kita tidak bisa apa-apa kecuali pasrahn saja hanya mungkin ada sedikitpengharapan kepada petinggi negara yang akan membuat peraturan mengenai ketenaga kerjaansehingga setiap proyek dengan investasi asing harus menyertakan tenaga ahli dari dalam negeri.Kedua apabila masalahnya terletak pada kwalitas arsitek luar, kita tidak bisa berbuat apa-apa untukinovasi tenaga arsitektur.

Page 14: EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

14J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

5. Membangun Ketahanan Budaya Lokal Melalui Arsitektur Tradisional – Local WisdomCampaignMaju mundur atau pasang surut kebudayaan (culture) sepanjang sejarah kemanusiaan, secara

mendasar ditentukan oleh bagaimana kebudayaan itu dijadikan sebagai kerangka acuan yangdijabarkan melalui suatu tatanan normatif. Sejarah membuktikan bagaimana Kebudayaan Mesir Kuno(Fharounic), Kebudayaan Lembah Sungai Kuning di Cina, Kebudayaan Indian Amerika (Astec danMaya) runtuh karena kebudayaan itu ditinggalkan oleh manusia pendukung peradabannya. Kemudiankebudayaan akan kehilangan dayanya sebagai acuan untuk menjabarkan pola tindak dan pola laku biladidesak oleh adanya suatu sistem nilai baru, misalnya Revolusi kebudayaan di China, Modernisasi diTurki, Islamisasi di Arab dan Revolusi Bolsjewik di Rusia. Jadi dalam sejarah kemanusiaan banyakcontoh menunjukkan bahwa pasang surut dan timbul tenggelamnya kebudayaan ditentukan olehperubahan zaman dan kebudayaan lama didesak oleh suatu sistem nilai baru. Kebudayaan akanmengalami masa tumbuh dan berkembang, masa kejayaan atau masa keemasan dan masa kemunduranatau keruntuhannya bergantung sejauhmana pemilik mampu mempertahankannya sepanjangperubahan zaman.

Di dalam Kebudayaan, sebenarnya terkandung dua daya atau potensi yang menyebabkankebudayaan itu tetap eksis dalam kehidupan, pertama yaitu daya untuk melestarikan kebudayaan(preservatif) dan kedua yaitu daya menarik kebudayaan itu untuk maju (progresif). Di dalam dua dayainilah masyarakat pendukung kebudayaan berada dan menentukan kearah mana kebudayaannya.Untuk dapat menentukan ke arah mana kebudayaannya, maka masyarakat pendukung kebudayaanharus memiliki Kesadaran Budaya dan Ketahanan Budaya (Cultural Resilience). Kesadaran Budayaadalah suatu bentuk perasaan yang tinggi soal rasa hati (gemoed), soal daya cipta dan tanggapan(verbeeldingskracht) dari budi dan daya (budhayah). Sedangkan ketahanan budaya adalah kondisidinamis suatu bangsa untuk menghadapi segala macam bentuk ancaman, tantangan, hambatan dangangguan yang ditujukan terhadap kebudayaannya.

Permasalahan yang dihadapi masyarakat sekarang adalah karena rapuhnya kesadaran budaya danketahanan budaya yang dimiliki, dan ini disebabkan oleh pertama adanya anggapan bahwakebudayaan luar terutama kebudayaan barat (west) adalah superior dan kebudayaan sendiri terutamakebudayaan timur (east) adalan inferior, padahal sesungguhnya barat adalah barat dan timur adalahtimur dan keduanya tidak bisa bersatu, malah Profesor Jan Romein dalam bukunya Aera Eropamengatakan bahwa kebudayaan timur adalah kebudayaan yang menyimpang dari pola umum yangartinya apa yang di timur dipositifkan justru di barat dinegatifkan. Sebagai contoh, bagaimana orangtimur memandang fenomena alam secara subjektif dan orang barat justru memandang fenomena alamsecara objektif. Anggapan bahwa kebudayaan luar adalah superior dan kebudayaan sendiri adalaninferior akan menyebabkan situasi masyarakat yang terasing dari kebudayaannya sendiri (culturalalienation). Faktor kedua penyebab rapuhnya Kesadaran Budaya dan Ketahanan Budaya adalahpengaruh globalisasi dan teknologi informasi yang menyebabkan terjadinya pemadatan dimensiruang dan waktu, jarak semakin diperdekat dan waktu semakin dipersingkat, situasi seperti inimenyebabkan terjadinya banjir deras informasi (information glut) yang menghujani masyarakat dannyaris tidak terkendali. Pada setiap terjadinya banjir pasti membawa limbah, yang dimaksud di siniadalah limbah budaya. Limbah budaya inilah yang sekarang merasuki hampir disetiap sendikehidupan masyarakat. Sedangkan penyebab ketiga adalah terjadinya perubahan orientasi pada nilai-nilai budaya yang dilanjutkan dengan perubahan norma - norma dan tolak ukur perilaku warga

Page 15: EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

15J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

masyarakat. Perubahan orientasi nilai menjelma dalam wujud pergeseran budaya (shift), biasanyacenderung dalam bentuk asimilasi dan akulturasi budaya, contohnya bagaimana saat pasanganpengantin mengenakan beragam macam baju pengantin disaat pesta, mulai dari mengenakan bajupengantin adat, baju pengantin Eropa dan baju baju pengantin lainnya, contoh lain, yaitu terjadinyapergeseran budaya dalam aturan menghidangkan makanan dari sistem yang menggunakan dulang kesistem menghidangkan ala Francis, malah sekarang dalam acara ruwahan di kampung - kampungsudah menggunakan sistem Francis. Kemudian perubahan orientasi nilai juga menyebabkanpersengketaan (conflict) yang melahirkan sikap ambhivalensi masyarakat. Sebagai contoh timbulnyapro dan kontra masyarakat ketika Artika Sari Devi yang diberi gelar oleh Lembaga Adat SerumpunSebalai dengan gelar Yang Puan Jelita Nusantara harus mengenakan pakaian renang dalam pemilihanMiss Dunia. Sikap pro dan kontra terjadi karena masyarakat menilai Artika Sari Devi adalah PuteriIndonesia serta berasal dari Bangka Belitung yang sangat kental dengan budaya melayunya mauberpakaian mempertontonkan aurat yang bertentangan dengan nilai - nilai budaya yang dianutnya.Terakhir perubahan orientasi nilai pada masyarakat akan menimbulkan perbenturan (clash) yangmelahirkan sikap penentangan (rejection), sebagai contoh ketika akan dibangun pendopo di belakangkediaman Gubernur yang direspon oleh masyarakat dengan ketidaksetujuan karena pendopo adalahbangunan dengan arsitektur vernakuler Jawa.

Untuk membangun Kesadaran Budaya dan Ketahanan Budaya di masyarakat maka perludilakukan upaya - upaya yaitu, pertama dengan meningkatkan daya preservatif meliputi upayaperlindungan, pengembangan dan pemanfaatan kebudayaan serta meningkatkan daya progresif berupaupaya -upaya peningkatan peran pemerintah, swasta, serta pemberdayaan masyarakat adat dankomunitas budaya. Perlindungan adalah upaya menjaga keaslian kebudayaan dari pengaruh unsur -unsur budaya luar atau asing dan penyimpangan dalam pemanfaatannya. Sedangkan pengembanganadalah upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas kebudayaan yang hidup di tengah - tengahmasyarakat tanpa menghilangkan nilai - nilai yang terkandung di dalamnya dan kegiatan pemanfaatanadalah pemberdayaan kebudayaan untuk pemenuhan kebutuhan batin masyarakat baik dalam eventyang bersifat sakral maupun profan. Upaya kedua untuk membangun Kesadaran Budaya danKetahanan Budaya di masyarakat adalah dengan memberdayakan nilai - nilai budaya baik nilaibudaya yang terkandung di dalam kebiasaan budaya (cultural habits) maupun yang terkandung didalam aturan budaya (cultural law). Baik nilai budaya yang tampak (tangible) maupun nilai budayayang tak tampak (intangible). Diketahui bahwa kebudayaan dan peradaban dapat diwariskan dari satugenerasi ke generasi berikutnya melalui tradisi lisan seperti ungkapan tradisional, puisi rakyat(pantun, syair, tarian, dan gurindam), cerita rakyat (mitos, legenda, dongeng), nyanyian rakyat.Kemudian dapat diwarisi melalui tradisi setengah lisan seperti permainan rakyat, kepercayaan rakyat,upacara tradisional (daur hidup/life cycle, kepercayaan dan peristiwa alam), arsitektur tradisional/vernakuler dan rumah adat, pengobatan tradisional, makanan tradisional, pakaian adat, pasartradisional, pengetahuan dan tekhnologi tradisional serta dapat juga diwarisi melalui tradisi bukanlisan seperti bangunan bangunan kuno dan naskah-naskah kuno. Pemberdayaan nilai budaya padaprinsipnya adalah upaya untuk membuat sesuatu peristiwa budaya menjadi lebih bermanfaat,bermakna, lebih berfungsi dan berguna. kegiatan budaya yang menghasilkan nilai budaya adalahkegiatan - kegiatan yang dapat menuntun manusia berperilaku lebih beradab, dan sesuai dengankaedah atau norma - norma yang berlaku di masyarakat. Perilaku beradab tersebut dapat terealisasidalam kehidupan masyarakat bila nilai - nilai budaya tersebut sudah terinternalisasi dengan benar

Page 16: EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

16J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

dalam sanubari masyarakat. Untuk mengupayakan terinternalisasinya nilai - nilai budaya diperlukankerja keras dan upaya yang sungguh - sungguh dari seluruh komponen masyarakat termasuk penggiatbudaya, apresian budaya dalam level apapun, oleh para pemangku adat, tokoh adat, dan pemuka adat.Sekarang ini untuk mempermudah pemberdayaan nilai - nilai budaya sehingga terinternalisasi denganbaik, hal utama yang harus dilakukan adalah mempersiapkan event atau peristiwa budaya yangberhubungan dengan peristiwa kemasyarakatan yang biasanya diikuti oleh banyak orang danmendatangkan anggota masyarakat lainnya, baik peristiwa yang berhubungan dengan agama,peristiwa yang berhubungan dengan adat, maupun peristiwa yang berhubungan dengan sikluskehidupan. Upaya terakhir untuk membangun kesadaran budaya dan ketahanan budaya adalah denganmemperkuat dan mengukuhkan identitas dan jatidiri, karena di dalam jatidiri terkandung kearifan -kearifan lokal (local wisdom) dan local genius.

Setiap masyarakat betapapun sederhananya, memiliki Kebudayaan yang dikembangkannyasebagai respon terhadap lingkungan fisik, lingkungan sosial dan lingkungan buatan di sekitarnya.Perbedaan antara lingkungan fisik, sosial dan buatan itulah yang menyebabkan perbedaan kebudayaandi masyarakat. Oleh sebab itu salah satu kebijakan dalam pengembangan kebudayaan adalah upayauntuk menguatkan identitas dan kekayaan budaya nasional yang bertujuan untuk memperkenalkan,menguatkan dan mendorong kreatifitas budaya masyarakat agar mampu berkembang dan beradaptasidengan perubahan zaman. Kehidupan manusia selalu dikelilingi oleh peristiwa budaya, prosespembentukan peristiwa budaya di atas berlangsung berabad - abad dan betul - betul teruji sehinggamembentuk suatu komponen yang betul - betul handal, terbukti dan diyakini dapat membawakesejahteraan lahir dan batin, komponen inilah yang disebut dengan jatidiri. Di dalam jatidiriterkandung kearifan lokal (local wisdom) yang merupakan hasil dari local genius dari berbagai sukubangsa yang ada. Kearifan lokal inilah seharusnya kita rajut dalam satu kesatuan kebudayaan untukmewujudkan suatu nation (bangsa) yaitu Bangsa Indonesia dan sebagai alat untuk meredam berbagaikonflik horizontal yang terjadi di masyarakat yang marak terjadi di berbagai daerah saat ini.6. Peran Arsitektur Dalam Fenomena Lingkungan

Arsitektur merupakan salah satu seni produk kebudayaan. Sementara Kebudayaan Nusantaraberakar pada Kebudayaan Tradisionalnya, begitupun Arsitektur Tradisional juga merupakan akar dariArsitektur Nusantara. Kita kenal bahwa arsitektur tradisional sangat beranekaragam di Indonesia,seiring dengan keanekaragaman suku bangsanya. Sulit rasanya memilih arsitektur tradisional manayang bisa mewakili, karena riskan sekali rasanya bila memilih salah satu arsitektur tradisional sebagaiwadahnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa suatu wujud arsitektur tradisional dari suku bangsa tertentupasti akan menimbulkan kebanggaan tersendiri bagi masyarakat suku bangsa tersebut. namundemikian, apakah suatu suku bangsa tertentu akan merasa bangga dengan arsitektur tradisional daridaerah lain? Kita ambil hematnya saja bahwa, biarlah suatu suku bangsa memakai arsitekturtradisionalnya, begitupun yang lainnya, asalkan ditempatkan dengan sesuai. Jadi, sebenarnya yangkita perlukan adalah jiwa berarsitektur dari masyarakat tradisional tersebut. Sehingga tidak perlu lagikita menciplak total pada arsitektur tradisional tertentu. Yang perlu kita ejawantahkan adalah pesan-pesannya ataupun konsep dasarnya. Kemudian diinterpretasikan dengan kreatifitas baru pada latarbelakang kehidupan sosio-budaya masyarakat yang terus ‘berkembang’ saat ini. Pada intinyaarsitektur tradisional mempunyai konsep dasar kesemestaan yang universal, sehingga mampumengiringi perjalanan hidup manusianya sepanjang zaman.

Page 17: EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

17J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Pada hakekatnya arsitektur adalah keterpaduan antara ruang sebagai wadah, dengan manusiasebagai isi yang menjiwai wadah itu sendiri. Dengan kata lain dalam arsitektur terdapat perwujudanruang (meliputi fungsi, tata-susunan, dimensi, bahan, dan tampilan bentuk) yang sangat ditentukanoleh keselarasan kehidupan daya dan potensi dari manusia di seluruh aspek hidup dan kehidupannya(meliputi norma/tata-nilai, kegiatan, populasi, jatidiri, dan kebudayaannya).

Manusia sebagai makhluk yang diciptakan dengan sebaik-baik bentuk sekaligus sebagai makhluksosial, dalam setiap kegiatannya senantiasa berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Adalahsesungguhnya bahwa manusia itu dalam bersosialisasi membutuhkan dan memiliki jangkauaninteraksi pada tiga jalur arah. Pertama, berinteraksi dengan Sang Pencipta (sosio-spiritual/religius),meliputi kegiatan ibadah-spiritual maupun aplikasi amaliah dari norma dan tata-nilai yang telahditetapkan-Nya pada dua jalur berikutnya. Kedua, berinteraksi dengan sesama manusia (sosio-kultural), baik antar pribadi dengan pribadi, pribadi dengan kelompok maupun kelompok dengankelompok, berdasarkan norma dan tata-nilai sosio-spiritual/religius di atas. Ketiga dan terakhir,berinteraksi dengan alam semesta sebagai sesama makhluk ciptaan (sosio-natural/universal), yaknimanusia sebagai pembina sekaligus pengguna setiap unsur daya dan potensi alam agar berdaya-manfaat secara tepat-guna dan berkesinambungan sehingga tercipta hidup dan kehidupan yangmakmur bersahaja. Ketiga jalur arah interaksi ini merupakan inti dasar kegiatan manusia untukbermasyarakat, yang seluruhnya harus diwadahi secara terpadu, setimbang, dan dinamis dalam ruangarsitektur.

Dapat disimpulkan dari semua paparan diatas bahwa manusia dalam berarsitektur merupakanwujud terbaik dari aturan yang ditetapkan-Nya dalam menjaga alam sebagai tempat hidupnya, danmenjaga hubungan dengan sesamanya sebagai teman hidupnya. Inilah wujud kesemestaan. Dalamkeadaannya saat ini, kelestarian alam sudah sangat terabaikan. Pemanasan global dan bencana banjiradalah wujud akibat yang ditimbulkan, dan arsitekturlah yang berperanan besar dalammewujudkannya. Sehingga tema Arsitektur Ramah Lingkungan dengan konsep kesemestaan patutlahuntuk diangkat.7. Kepunahan Bentuk Dan Aliran Arsitektur

Kepunahan arsitektur merupakan kejadian hilangnya keseluruhan bentuk aliran arsitekturtertentu. Kepunahan bukanlah peristiwa yang tidak umum, karena bentuk aliran suatu arsitektur secarareguler muncul melalui aliran arsitekturalnya dan menghilang melalui kepunahan. Sebenarnya,hampir seluruh bentuk aliran arsitektur yang pernah ada di bumi telah dan akan punah, seiringperjalanan manusia itu sendiri, dan kepunahan tampaknya merupakan nasib akhir suatu bentuk aliranarsitektur. Sebenarnya Kepunahan arsitektur telah terjadi secara terus menerus sepanjang sejarahperkembangan manusia. Kita akan berkesimpulan bahwa, laju kepunahan arsitektural akan semakinmeningkat tajam pada peristiwa kepunahan missal spesies manusia pada suatu etnik atau suku bangsatertentu.

Peranan kepunahan pada evolusi arsitektur tergantung pada jenis kepunahan tersebut. Penyebabpersitiwa kepunahan "tingkat rendah" secara terus menerus (yang merupakan mayoritas kasuskepunahan) tidaklah jelas dan kemungkinan merupakan akibat kompetisi antar aliran arsitekturtertentu terhadap bentuk aliran arsitektur yang terbatas (prinsip hindar-saing). Jika kompetisi darietnik tertentu lain mengubah probabilitas suatu bentuk arsitektur menjadi punah, hal ini dapatmenghasilkan seleksi aliran arsitektur sebagai salah satu tingkat seleksi manusia. Peristiwa kepunahan

Page 18: EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

18J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

massal secara alami masih dapat diterima, daripada berperan sebagai gaya selektif, karena suatukebudayaan termasuk arsitektural yang beraneka ragam akan secara drastis dan mendorong terjadinyaevolusi arsitektur secara cepat dan secara tiba-tiba serta pensubtitusian pada kebudayaan suku bangsayang lain semakin tajam. Ini merupakan pangkal penjajahan kebudayaan melalui penjajahan danpeperangan.

B. Hubungan Iklim Dengan Teori Evolusi dan Ekologi Arsitektur1) Proses Terjadinya Bentuk

- Form Determinants- Function- Context- Structure- Form Resolution- Material dan cara penggunaan- Metoda dan konstruksi- Pertimbangan ekonomi dan sumber daya- Estetika

2) Teori Bentuk Secara EkologiEkologi adalah ilmu yang mempelajari tempat tinggal makhluk hidup atau organisme. Antara

Ekologi dan Arsitektur dan antara evolusi dan perancangan (desain) terdapat hubungan yangsangat erat. Berdasarkan hubungan yang konseptual ini maka timbullah prinsip perancangansecara pre skriptis dengan dasar-dasar teori bentuk secara deskriptif dalam alam ini.

Arsitektur dapat digambarkan sebagai bentuk dari strategi adaptasi manusia dengan alam,termasuk didalamnya arsitektur tradisional Jawa. Gambaran tersebut bersifat suatu kesatuan yangmenyeluruh, keseimbangan yang dinamis dan penyempurnaan hal-hal yang relatif dan tidak jelas.Dari prinsip-prinsip di atas maka terjadilah tiga prinsip utama dari penurunan bentuk, yaitu:

- Kesatuan yang utuh antara manusia (orang Jawa) dan tempat atau lingkungan- Keseimbangan yang dinamis dari yang teratur dan tak teratur- Penyempurnaan energi dan informasiHubungan antara ekologi dan arsitektur jelas terlihat pada arti asli (secara linguistik) dari

ekologi, yaitu ‘oikos’, kata asli dari ekologi dalam bahasa Greek yang berarti rumah dan rumahtangga (house dan household). Apabila ekologi diartikan sebagai sains dan organisme besertatempat hidupnya (habitatnya), maka arsitektur dapat dipandang sebagai art dan sains dariorganisme manusia dalam merealisir habitasinya pada lingkungan alam natural.

Bentuk dari organisme adalah hasil dari atau proses Interaksi antara bentuk genetik denganlingkungannya. Dalam teori arsitektur secara ekologi, bentuk arsitektur adalah produk dariinteraksi antara perubahan kebutuhan manusia atau fungsi dengan kontek ekologi manusia,(termasuk arsitektur tradisional Jawa dan orang Jawa).

- Forms follow both function and environment- Form, function and environment are interdependent

Dalam hubungan dengan teori ini, arsitektur modern mempunyai kegagalan, yaitu:

Page 19: EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

19J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

- Arsitektur modern menolak tradisi sebagai kemungkinan sumber-sumber kontiunitasuntuk variasi di kemudian hari yang lebih kreatif.

- Arsitektur modern mengenyampingkan batas-batas kontek cultural- Arsitektur modern terlalu memberikan nilai lebih hanya pada strategi adaptasi

arsitektural yang spesifik saja.3) Bentuk dan Lingkungannya

Alam memberikan tekanan secara langsung kepada proses terjadinya bentuk semua yangberada di alam ini. Misalnya: bentuk arsitektur di Wamena Papua berbentuk Honai, atau di Jawatengah berbentuk Joglo. Di daerah lain, bentuk arsitekturnya monumental di Eropa terutamakepulauan krete Italia, ada yang diatas pohon seperti di Maybrat, Imian, Sawiat, Papua, atau sukuDayak, atau berbentuk shelter di daerah Indian, Amerika, dll. karena dengan bentuk ini dapatmenyimpan panas lebih lama. Ini semua terjadi karena factor lingkungan yang mempengaruhibentuk-bentuk arsitekturalnya.

Dengan demikian maka, dapat kita simpulkan bahwa perubahan yang konstan sesuai denganteori evolusi, yaitu apabila “bentuk” atau spesies yang sama dengan lingkungan yang berbedaakan memberikan pengaruh proporsi yang berbeda pula.

Demikian pula proses terjadinya “shape” bangunan, shape yang optimum adalah bentuk yangdapat menerima panas sesedikit mungkin di waktu musim panas, dan mampu menahan panassebanyak mungkin pada waktu musim dingin.

4) Bentuk Tata LingkunganIklim mempengaruhi bentuk tata lingkungan, hal ini dapat dilihat dari karakteristik tata

lingkungan pada beberapa daerah (termasuk didalamnya arsitektur Jawa) sesuai dengan iklim yangberlaku di tempat tersebut:

- Untuk daerah beriklim tropis lembab atau panas lembab, jarak antara bangunan mempunyaipengaruh yang sangat besar. Luasan dinding bangunan dengan pembukaan untuk ventilasisebanyak mungkin berhubungan dengan luar sangat menguntungkan. Hal ini disebabkankarena kenyamanan di daerah tropis lembab hanya dapat dicapai dengan bantuan aliran anginyang cukup pada tubuh manusia. Perancangan landscape harus memperhatikan prinsipkelancaran angin yang mengalir.

- Sebaiknya untuk di daerah panas kering, luasan dinding bangunan dikurangi sebanyakmungkin untuk tidak berhubungan langsung dengan ruang luar. Antara bangunan dihindariadanya ruang luar, satu sama lain kompak, sehingga sinar matahari sangat sedikit yangmenimpa langsung bangunan. Bila harus ada ruang di antara bangunan pun diusahakan agarantara dinding bangunan yang satu dengan yang lain saling membayangi terhadap sinarmatahari. Oleh sebab itu kecenderungannya bangunan lebih efisien kalau rendah dan masif.Oleh sebab itu kepadatan bangunan di daerah tropis lembab kecenderungannya rendah.

Kepadatan bangunan tinggi untuk daerah tropis kering. Untuk di daerah dingin, bentuk susunanbangunannya cenderung kompak, padat dan mempunyai luasan jendela yang luas agar dapatmenerima panas matahari yang lebih banyak.

Page 20: EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

20J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

C. Definisi Evolusi ArsitekturEvolusi arsitektur secara sederhana didefinisikan sebagai perubahan pada bentuk atau aliran suatu

arsitektur dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Walaupun demikian, definisi "evolusi arsitektur"juga sering kali ditambahkan dengan klaim-klaim berikut ini:

1. Perbedaan pada komposisi bentuk antara aliran arsitektur yang terisolasi oleh nuansaarsitektur lain mengakibatkan munculnya aliran arsitektur baru.

2. Semua aliran arsitektur yang sekarang dikembangkan merupakan suatu sistem nilai dankarya dari nenek moyang yang berbeda.

D. Evolusi Arsitektur Dalam Perubahan Sosial Budaya GlobalPerubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam

suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masadalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yangselalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakanbahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebabdari perubahan.

Ada tiga faktor yang dapat memengaruhi perubahan sosialbudaya:

1. tekanan kerja dalam masyarakat2. keefektifan komunikasi3. perubahan lingkungan alam.Perubahan sosial budaya juga dapat timbul akibat

timbulnya perubahan lingkungan masyarakat, penemuan baru,dan kontak dengan kebudayaan lain. Sebagai contoh,berakhirnya zaman es berujung pada ditemukannya sistempertanian, dan kemudian memancing inovasi-inovasi barulainnya dalam kebudayaan.a. Penetrasi Kebudayaan

Yang dimaksud dengan penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh suatu kebudayaanke kebudayaan lainnya, termasuk didalamnya arsitektural. Penetrasi kebudayaan dapat terjadidengan dua cara:1) Penetrasi Damai (Penetration Pasifique)

Masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan damai. Misalnya, masuknya pengaruhkebudayaan Hindu dan Islam ke Indonesia. Penerimaan kedua macam kebudayaan tersebut tidakmengakibatkan konflik, tetapi memperkaya khasanah budaya masyarakat setempat. Pengaruhkedua kebudayaan ini pun tidak mengakibatkan hilangnya unsur-unsur asli budaya masyarakat.

Penyebaran kebudayaan secara damai akan menghasilkan Akulturasi, Asimilasi, atau Sintesis.Akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru tanpamenghilangkan unsur kebudayaan asli. Contohnya, bentuk bangunan Candi Borobudur yangmerupakan perpaduan antara kebudayaan asli Indonesia dan kebudayaan India. Asimilasi adalahbercampurnya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru. Sedangkan Sintesis

Gambar. 7. Perubahan sosialbudaya akibat kontak budaya satudengan kebudayaan asing. Sumber

Google Terjemahan Bebas,dikomposisikan oleh Peneliti 2011

Page 21: EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

21J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

adalah bercampurnya dua kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya sebuah kebudayaan baruyang sangat berbeda dengan kebudayaan asli.2) Penetrasi Kekerasan (Penetration Violante)

Masuknya sebuah kebudayaan dengan cara memaksa dan merusak. Contohnya, masuknyakebudayaan Barat ke Indonesia pada zaman penjajahan disertai dengan kekerasan sehinggamenimbulkan goncangan-goncangan yang merusak keseimbangan dalam masyarakat. Wujudbudaya dunia barat antara lain adalah budaya dari Belanda yang menjajah selama 350 tahunlamanya. Budaya warisan Belanda masih melekat di Indonesia antara lain pada sistempemerintahan Indonesia.

b. Cara Pandang Terhadap Sosial Budaya Global1) Kebudayaan Sebagai Peradaban Moderen

Saat ini, kebanyakan orang memahami gagasan sosial"budaya" yang dikembangkan di Eropa pada abad ke-18 danawal abad ke-19. Gagasan tentang sosial "budaya" inimerefleksikan adanya ketidakseimbangan antara kekuatan Eropadan kekuatan daerah-daerah yang dijajahnya. Merekamenganggap 'kebudayaan' sebagai "peradaban" sebagai lawankata dari "alam". Menurut cara pikir ini, kebudayaan satudengan kebudayaan lain dapat diperbandingkan; salah satukebudayaan pasti lebih tinggi dari kebudayaan lainnya.

Artefak tentang "kebudayaan tingkat tinggi" (High Culture)oleh Edgar Degas. Pada prakteknya, kata kebudayaan merujukpada benda-benda dan aktivitas yang "elit" seperti misalnyamemakai baju yang berkelas, fine art, atau mendengarkan musikklasik, sementara kata berkebudayaan digunakan untukmenggambarkan orang yang mengetahui, dan mengambilbagian, dari aktivitas-aktivitas di atas. Sebagai contoh, jikaseseorang berpendapat bahwa musik klasik adalah musik yang "berkelas", elit, dan bercita rasaseni, sementara musik tradisional dianggap sebagai musik yang kampungan dan ketinggalanzaman, maka timbul anggapan bahwa ia adalah orang yang sudah "berkebudayaan".

Orang yang menggunakan kata "kebudayaan" dengan cara ini tidak percaya ada kebudayaanlain yang eksis; mereka percaya bahwa kebudayaan hanya ada satu dan menjadi tolak ukur normadan nilai di seluruh dunia. Menurut cara pandang ini, seseorang yang memiliki kebiasaan yangberbeda dengan mereka yang "berkebudayaan" disebut sebagai orang yang "tidakberkebudayaan"; bukan sebagai orang "dari kebudayaan yang lain." Orang yang "tidakberkebudayaan" dikatakan lebih "alam," dan para pengamat seringkali mempertahankan elemendari kebudayaan tingkat tinggi (high culture) untuk menekan pemikiran "manusia alami" (humannature).

Sejak abad ke-18, beberapa kritik sosial telah menerima adanya perbedaan antaraberkebudayaan dan tidak berkebudayaan, tetapi perbandingan itu -berkebudayaan dan tidakberkebudayaan- dapat menekan interpretasi perbaikan dan interpretasi pengalaman sebagaiperkembangan yang merusak dan "tidak alami" yang mengaburkan dan menyimpangkan sifat

Foto. 68. Bentuk sosialbudaya EropaSumber- www.

Moderenstyle.com

Page 22: EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

22J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

dasar manusia. Dalam hal ini, musik tradisional (yang diciptakan oleh masyarakat kelas pekerja)dianggap mengekspresikan "jalan hidup yang alami" (natural way of life), dan musik klasiksebagai suatu kemunduran dan kemerosotan.Saat ini kebanyak ilmuwan sosial menolak untuk memperbandingkan antara kebudayaan denganalam dan konsep monadik yang pernah berlaku. Mereka menganggap bahwa kebudayaan yangsebelumnya dianggap "tidak elit" dan "kebudayaan elit" adalah sama - masing-masingmasyarakat memiliki kebudayaan yang tidak dapat diperbandingkan. Pengamat sosialmembedakan beberapa kebudayaan sebagai kultur populer (popular culture) atau pop kultur,yang berarti barang atau aktivitas yang diproduksi dan dikonsumsi oleh banyak orang.2) Kebudayaan Sebagai "Sudut Pandang Umum"

Selama Era Romantis, para cendekiawan di Jerman, khususnya mereka yang peduli terhadapgerakan nasionalisme - seperti misalnya perjuangan nasionalis untuk menyatukan Jerman, danperjuangan nasionalis dari etnis minoritas melawan Kekaisaran Austria-Hongaria -mengembangkan sebuah gagasan kebudayaan dalam "sudut pandang umum". Pemikiran inimenganggap suatu budaya dengan budaya lainnya memiliki perbedaan dan kekhasan masing-masing. Karenanya, budaya tidak dapat diperbandingkan. Meskipun begitu, gagasan ini masihmengakui adanya pemisahan antara "berkebudayaan" dengan "tidak berkebudayaan" ataukebudayaan "primitif."

Pada akhir abad ke-19, para ahli antropologi telah memakai kata kebudayaan dengan definisiyang lebih luas. Bertolak dari teori evolusi, mereka mengasumsikan bahwa setiap manusiatumbuh dan berevolusi bersama, dan dari evolusi itulah tercipta kebudayaan.

Pada tahun 50-an, subkebudayaan - kelompok dengan perilaku yang sedikit berbeda darikebudayaan induknya - mulai dijadikan subyek penelitian oleh para ahli sosiologi. Pada abad inipula, terjadi popularisasi ide kebudayaan perusahaan - perbedaan dan bakat dalam kontekspekerja organisasi atau tempat bekerja.3) Kebudayaan Sebagai Mekanisme Stabilisasi

Teori-teori yang ada saat ini menganggap bahwa (suatu) kebudayaan adalah sebuah produkdari stabilisasi yang melekat dalam tekanan evolusi menuju kebersamaan dan kesadaran bersamadalam suatu masyarakat, atau biasa disebut dengan tribalisme.4) Kebudayaan Diantara Masyarakat

Sebuah kebudayaan besar biasanya memiliki sub-kebudayaan (atau biasa disebut sub-kultur),yaitu sebuah kebudayaan yang memiliki sedikit perbedaan dalam hal perilaku dan kepercayaandari kebudayaan induknya. Munculnya sub-kultur disebabkan oleh beberapa hal, diantaranyakarena perbedaan umur, ras, etnisitas, kelas, aesthetik, agama, pekerjaan, pandangan politik dangender,

Ada beberapa cara yang dilakukan masyarakat ketika berhadapan dengan imigran dankebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan asli. Cara yang dipilih masyarakat tergantung padaseberapa besar perbedaan kebudayaan induk dengan kebudayaan minoritas, seberapa banyakimigran yang datang, watak dari penduduk asli, keefektifan dan keintensifan komunikasi antarbudaya, dan tipe pemerintahan yang berkuasa.

Page 23: EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

23J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Monokulturalisme: Pemerintah mengusahakan terjadinya asimilasi kebudayaan sehinggamasyarakat yang berbeda kebudayaan menjadi satu dan saling bekerja sama.

Leitkultur (kebudayaan inti): Sebuah model yang dikembangkan oleh Bassam Tibi diJerman. Dalam Leitkultur, kelompok minoritas dapat menjaga dan mengembangkankebudayaannya sendiri, tanpa bertentangan dengan kebudayaan induk yang ada dalammasyarakat asli.

Melting Pot: Kebudayaan imigran/asing berbaur dan bergabung dengan kebudayaan aslitanpa campur tangan pemerintah.

Multikulturalisme: Sebuah kebijakan yang mengharuskan imigran dan kelompok minoritasuntuk menjaga kebudayaan mereka masing-masing dan berinteraksi secara damai dengankebudayaan induk.

c. Sosial Budaya Menurut Wilayah Geografis1. Tinjauan Global

Seiring dengan kemajuan teknologi dan informasi, hubungan dan saling keterkaitan kebudayaan-kebudayaan di dunia saat ini sangat tinggi. Selain kemajuan teknologi dan informasi, hal tersebut jugadipengaruhi oleh faktor ekonomi, migrasi, dan agama. Inilah tiga unsur utama yang mempengaruhidunia secara global.

a. Sosial Budaya AfrikaBeberapa kebudayaan di benua Afrika terbentuk melalui p

enjajahan Eropa, seperti kebudayaan Sub-Sahara. Sementara itu,wilayah Afrika Utara lebih banyak terpengaruh oleh kebudayaanArab dan Islam.

Kebanyakan pengaruh eropa masuk ke Afrika melaluiMisionarys gereja-gereja. Disamping itu, teknologi sebagaipenunjang penyebaran injil. Dan pengaruh utama eropa terhadapafrika terlihat pada teknologi baru yang diperlihatkan olehmisionaris eropa kepada orang afrika.

b. Sosial Budaya AmerikaKebudayaan di benua Amerika dipengaruhi oleh suku-suku Asli

benua Amerika; orang-orang dari Afrika (terutama di AmerikaSerikat), dan para imigran Eropa terutama Spanyol, Inggris,Perancis, Portugis, Jerman, dan Belanda.

Kebudayaan tertua di benua Amerika adalah kebudayaa daribangsa Indian, mereka sebagai penduduk asili yang mendiami benuaitu, sebelum pada akhirnya colombus menemukan benua Amerikadan kemudian para penjelajah dari Spanyol, Inggris, Prancis,Portugis, Jerman dan Belanda berdatangan.c. Sosial Budaya Asia

Asia memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda satu samalain, meskipun begitu, beberapa dari kebudayaan tersebut memiliki

Foto.69. PengaruhEropa di Afrika

Foto.70. Orang Hopiyang sedang

menenun dengan alattradisional di

Amerika

Page 24: EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

24J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

pengaruh yang menonjol terhadap kebudayaan lain, seperti misalnya pengaruh kebudayaanTiongkok kepada kebudayaan Jepang, Korea, dan Vietnam. Dalam bidang agama, agama Budhadan Taoisme banyak memengaruhi kebudayaan di Asia Timur. Selain kedua Agama tersebut,norma dan nilai Agama Islam juga turut memengaruhi kebudayaan terutama di wilayah AsiaSelatan dan tenggara.a. Perubahan Kebudayaan Jepang

Kebudayaan Jepang Kebudayaan Jepang telah banyakberubah dari tahun ke tahun, dari kebudayaan asli negaraini, Jomon, sampai kebudayaan kini, yangmengkombinasikan pengaruh Asia, Eropa dan AmerikaUtara. Setelah beberapa gelombang imigrasi dari benualainnya dan sekitar kepulauan Pasifik, diikuti denganmasuknya kebudayaan Tiongkok, penduduk Jepangmengalami periode panjang isolasi dari dunia luardibawah shogunat Tokugawa sampai datangnya “TheBlack Ships” dan era Meiji. Sebagai hasil, kebudayaanJepang berbeda dari kebudayaan Asia lainnya.

d. Sosial Budaya AustraliaKebanyakan budaya di Australia

masa kini berakar dari kebudayaan Eropadan Amerika. Kebudayaan Eropa dan Amerika tersebut kemudian dikembangkandan disesuaikan dengan lingkunganbenua Australia, serta diintegrasikandengan kebudayaan penduduk asli benuaAustralia, Aborigin.e. Sosial Budaya Eropa

Kebudayaan Eropa banyak terpengaruh oleh kebudayaannegara-negara yang pernah dijajahnya. Kebudayaan ini dikenaljug a dengan sebutan "kebudayaan barat". Kebudayaan ini telahdiserap oleh banyak kebudayaan, hal ini terbukti denganbanyaknya pengguna bahasa Inggris dan bahasa Eropa lainnyadi seluruh dunia. Selain dipengaruhi oleh kebudayaan negarayang pernah dijajah, kebudayaan ini juga dipengaruhi olehkebudayaan Yunani kuno, Romawi kuno, dan agama Kristen,meskipun kepercayaan akan agama banyak mengalamikemunduran beberapa tahun ini.

Foto. 71. Lukisan Jepangdipengaruhi oleh budaya

Asia dan EropaSumber – peneliti, 2003

Foto. 72. Kebudayaan Aborigin Australia

Foto. 73. Puing arsitekturklasik Eropa.

Page 25: EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

25J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

f. Sosial Budaya Timur Tengah dan Afrika UtaraKebudayaan didaerah Timur Tengah dan Afrika Utara saat

ini kebanyakan sangat dipengaruhi oleh nilai dan norma agamaIslam, meskipun tidak hanya agama Islam yang berkembang didaerah ini.

Mulai dari cara berpakaian hingga pada music tradisionaldipengaruhi oleh kebudayaan timur tengah. Selain daripada itu,di daerah Afrika Utara merupakan daerah dengan populasi Islamterbanyak, yang mana dipengaruhi oleh kebudayaan dan religidari Timur Tengah.

2. Sosial Budaya NusantaraSosial budaya Nusantara juga mengalami pengaruh luar sebagaimana budaya lain di dunia.

a. Sosial Budaya BaliKehidupan sosial budaya masyarakat Bali dilandasi

filsafah Tri Hita karana, artinya Tiga Penyebab Kesejahteraanyang perlu diseimbangkan dan diharmosniskan yaituhubungan manusia dengan Tuhan (Parhyangan ), hubunganmanusia dengan manusia (Pawongan) dan manusia denganlingkungan (Palemahan). Perilaku kehidupan masyarakatnyadilandasi oleh falsafah “Karmaphala”, yaitu keyakinan akanadanya hukum sebab sebab-akibat antara perbuatan denganhasil perbuatan. Sebagian besar kehidupan masyarakatnyadiwarnai dengan berbagai upacara agama/adat, sehinggakehidupan spiritual mereka tidak dapat dilepaskan dariberbagai upacara ritual. Karena itu setiap saat di beberapatempat di Bali terlihat sajian-sajian upacara. Upacara tersebut ada yang berkala, insidentil dan setiaphari, dan dikelompokan menjadi lima jenis yang disebut Panca Yadnya, meliputi Dewa Yadnya yaituupacara yang berhubungan dengan pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang WidiWasa, Rsi Yadnya yaitu upacara yang berkaitan dengan para pemuka agama (Pendeta, Pemangku danlain-lainnya), Pitra Yadnya yaitu upacara yang berkaitan dengan roh leluhur (Upacara Ngaben,Memukur), Manusa Yadnya yaitu upacara yang berkaitan dengan manusia (Upacara PenyambutanKelahiran, Tiga Bulanan, Otonan, Potong Gigi dan Perkawinan) dan Buta Yadnya yaitu upacara yangberkaitan dengan upaya menjaga keseimbangan alam (Upacara Mecaru, Mulang Pekelem).

Penghuni pertama pulau Bali diperkirakan datang pada 3000-2500 SM yang bermigrasi dari Asia.Peninggalan peralatan batu dari masa tersebut ditemukan di desa Cekik yang terletak di bagian baratpulau. Zaman prasejarah kemudian berakhir dengan datangnya orang-orang Hindu dari India pada 100SM. Kebudayaan Bali kemudian mendapat pengaruh kuat kebudayaan India, yang prosesnya semakincepat setelah abad ke-1 Masehi. Nama Balidwipa (pulau Bali) mulai ditemukan di berbagai prasasti,diantaranya Prasasti Blanjong yang dikeluarkan oleh Sri Kesari Warmadewa pada 913 M danmenyebutkan kata Walidwipa. Diperkirakan sekitar masa inilah sistem irigasi subak untuk penanamanpadi mulai dikembangkan. Beberapa tradisi keagamaan dan budaya juga mulai berkembang padamasa itu. Kerajaan Majapahit (1293–1500 AD) yang beragama Hindu dan berpusat di pulau Jawa,

Foto.74. Kebudayaan diAfrika Utara

Foto 75: Masyarakat Adat Bali

Page 26: EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

26J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

pernah mendirikan kerajaan bawahan di Bali sekitar tahun 1343 M. Saat itu hampir seluruh nusantaraberagama Hindu, namun seiring datangnya Islam berdirilah kerajaan-kerajaan Islam di nusantara yangantara lain menyebabkan keruntuhan Majapahit. Banyak bangsawan, pendeta, artis, dan masyarakatHindu lainnya yang ketika itu menyingkir dari Pulau Jawa ke Bali.b. Sosial Budaya Maluku

Dengan kondisi daerah kepulauan yang menyebar,masyarakat Maluku Utara tumbuh dan berkembang dengansegala keragaman budayanya. Berdasarkan catatan di daerahMaluku Utara terdapat 28 sub etnis dengan 29 bahasa lokal.

Corak kehidupan sosial budaya masyarakat di provinsiMaluku Utara secara umum sangat tipikal yaitu perkawinanantara ciri budaya lokal Maluku Utara dan budaya Islam yangdianut empat kesultanan Islam di Maluku Utara pad masa lalu.Asimilasi dari dua kebudayaan ini melahirkan budaya MolokuKie Raha. Sedangkan corak kehidupan masyarakatnyadipengaruhi oleh kondisi wilayah Maluku Utara yang terdiri darilaut dan kepulauan, perbukitan dan hutan-hutan tropis. Desa-desa di Maluku Utara umumnya (kurang lebih 85 %) terletak dipesisir pantai dan sebagian besar lainnya berada di pulau-pulaukecil. Oleh sebab itu, pola kehidupan seperti menangkap ikan,berburu, bercocok tanaman dan berdagang masih sangatmewarnai dinamika kehidupan sosial-ekonomi masyarakatMaluku Utara (sekitar 79 %).

Sementara itu, ikatan kekerabatan dan integrasi sosialmasyarakat secara umum sangat kuat sebelum terjadi konflik horizontal bernuansa SARA. Ikatanpertalian darah dan keturunan sesama anggota keluarga didalam satu komunitas di daerah tertentusangat erat dan familiar, walaupun keyakinan keagamaan berbeda seperti masyarakat di kawasanHalmahera bagian utara dan timur. Hubungan ini telah menumbuhkan harmonisasi dan integrasi sosialyang sangat kuat. Dalam konteks hubungan Islam dan Kristen, nuansa interaksi sosial tersebut lebihdidasarkan bukan pada pertimbangan kultural dan hubungan kekeluargaan.c. Sosial Budaya Jakarta – Betawi

Provinsi DKI Jakarta memiliki penduduk lebih dari 300 sukubangsa dengan 200 bahasa. Sebagai Ibukota Negara RepublikIndonesia, Jakarta merupakan titik pertemuan budaya nasionaldan internasional. Jakarta menjadi barometer perkembanganbudaya bangsa Indonesia. Berbagai atraksi budaya, kuliner, danseni ditampilkan secara rutin dalam berbagai event kebudayaan diPusat Kota Jakarta.

Provinsi DKI Jakarta secara rutin mengadakan pemilihanabang dan none Jakarta. Dalam berbagai kegiatan tersebut, selaluditampilkan “Ondel-ondel Boneka Khas Betawi (Penduduk AsliJakarta).

Foto 76. Tari Cakalele-Ambon

Foto 77. Tari Orlapei –Maluku

Foto 78. BudayaPerkawinan Betawi

Page 27: EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

27J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

d. Sosial Budaya BantenKondisi sosial budaya masyarakat Banten diwarnai oleh

potensi dan kekhasan budaya masyarakatnya yang sangat variatif,mulai dari seni bela diri pencak silat, debus, rudat, umbruk, tarisaman, tari topeng, tari cokek, dog-dog, palingtung, dan lojor.Hampir semua seni tradisionalnya sangat kental diwarnai denganetika Islam. Ada juga seni tradisional yang datang dari luar kotaBanten, tapi semua itu telah mengalami proses akulturasi budayasehingga terkesan sebagai seni tradisional Banten, misalnya senikuda lumping, tayuban, gambang kromong dan tari cokek. Bahasayang digunakan masyarakat Banten khususnya yang berada diwilayah utara menggunakan bahasa Jawa Serang, sedangkan diwilayah selatan menggunakan Bahasa Sunda. Namun demikian, masyarakat setempat umumnya lebihsering menggunakan Bahasa Indonesia.e. Sosial Budaya Jawa Barat

Budaya Jawa Barat didominasi Sunda. Adat tradisionalnya yang penuh khasanah Bumi Pasundanmenjadi cermin kebudayaan di sana. Perda Kebudayaan Jawa Barat bahkan mencantumkanpemeliharaan bahasa, sastra, dan aksara daerah, kesenian, kepurbakalaan dan sejarahnya, nilai-nilaitradisional dan juga museum sebagai bagian dari pengelolaan kebudayaan. Pariwisata berbasiskebudayaan yang menampilkan seni budaya Jawa Barat, siap ditampilkan dan bernilai ekonomi.Untuk melestarikan budaya Jawa Barat, pemerintah daerah menetapkan 12 desa budaya, yakni desakhas yang di tata untuk kepentingan melestarikan budaya dalam bentuk adat atau rumah adat. Desabudaya tersebut adalah sebagai beikut:

1. Kampung Cikondang, Desa Lamajang, KecamatanPangalengan, Kabupaten Bandung;

2. Kampung Mahmud, Desa Mekar Rahayu, KecamatanMargaasih, Kabupaten Bandung;

3. Kampung Kuta, Desa Karangpaninggal, KecamatanTambaksari, Kabupaten Ciamis;

4. Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar, DesaSirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi;

5. Kampung Dukuh, Desa Cijambe, Kecamatan Cikelet,Kabupaten Garut;

6. Kampung Pulo, Desa Cangkuang, Kecamatan Leles,Kabupaten Garut;

7. Kampung Adat Ciburuy, Desa Palamayan, Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut;8. Kampung Naga, Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya;9. Kampung Urug, Desa Kiarapandak, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor;10. Rumah Adat Citalang, Desa Citalang, Kecamatan Purwakarta, Kabupaten Purwakarta;11. Rumah Adat Lengkong, Desa Lengkong, Kecamatan Garangwangi, Kabupaten Kuningan;

Rumah Adat Panjalin, Desa Panjalin, Kecamatan Sumberjaya, Kabupaten Majalengka

Foto 79. Budaya BeladiriBanten. Sumber Peneliti 2010

Foto 80. Tari TradosionalSunda. Sumber peneliti 2010

Page 28: EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

28J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

f. Sosial Budaya Daerah Istimewa YogyakartaBahasa pengantar umumnya menggunakan bahasa Jawa yang

sekaligus juga menunjukkan etnis yang ada di provinsi DIY adalahsaku/etnis Jawa.)

Kehidupan social budaya Yogyakarta dipengaruhi oleh budayaKejawen, Hindu, dan Islam. Kebudayaan asli Yogyakarta dibentukoleh budaya kejawen. Setelah itu budaya kejawen dipengaruhi olehbudaya Hindu, yang datang dari India. Setelah itu, pengaruh islammulai masuk sehingga terbentukklah kesultanan YogyakartaHadiningrat dan Kesultanan Surakarta Solo. Dimana keduanyadipengaruhi oleh budaya Islam dari Arab.7. Sosial Budaya Jawa Timur

Kebudayaan dan adat istiadat Suku Jawa di Jawa Timur bagian barat menerima banyak pengaruhdari Jawa Tengahan, sehingga kawasan ini dikenal sebagaiMataraman; menunjukkan bahwa kawasan tersebut dulunyamerupakan daerah kekuasaan Kesultanan Mataram. Daerah tersebutmeliputi eks-Karesidenan Madiun (Madiun, Ngawi, Magetan,Ponorogo, Pacitan), eks-Karesidenan Kediri (Kediri, Tulungagung,Blitar, Trenggalek) dan sebagian Bojonegoro. Seperti halnya diJawa Tengah, wayang kulit dan ketoprak cukup populer di kawasanini.

Kawasan pesisir barat Jawa Timur banyak dipengaruhi olehkebudayaan Islam. Kawasan ini mencakup wilayah Tuban,Lamongan, dan Gresik. Dahulu pesisir utara Jawa Timur merupakandaerah masuknya dan pusat perkembangan agama Islam. Lima darisembilan anggota walisongo dimakamkan di kawasan ini.

Di kawasan eks-Karesidenan Surabaya (termasuk Sidoarjo, Mojokerto, dan Jombang) danMalang, memiliki sedikit pengaruh budaya Mataraman, mengingat kawasan ini cukup jauh dari pusatkebudayaan Jawa: Surakarta dan Yogyakarta.

Adat istiadat di kawasan Tapal Kuda banyak dipengaruhi oleh budaya Madura, mengingatbesarnya populasi Suku Madura di kawasan ini. Adat istiadat masyarakat Osing merupakan perpaduanbudaya Jawa, Madura, dan Bali. Sementara adat istiadat Suku Tengger banyak dipengaruhi olehbudaya Hindu.

Masyarakat desa di Jawa Timur, seperti halnya di Jawa Tengah, memiliki ikatan yangberdasarkan persahabatan dan teritorial. Berbagai upacara adat yang diselenggarakan antara lain:tingkepan (upacara usia kehamilan tujuh bulan bagi anak pertama), babaran (upacara menjelanglahirnya bayi), sepasaran (upacara setelah bayi berusia lima hari), pitonan (upacara setelah bayiberusia tujuh bulan), sunatan, pacangan.

Penduduk Jawa Timur umumnya menganut perkawinan monogami. Sebelum dilakukan lamaran,pihak laki-laki melakukan acara nako'ake (menanyakan apakah si gadis sudah memiliki calon suami),setelah itu dilakukan peningsetan (lamaran). Upacara perkawinan didahului dengan acara temu ataukepanggih. Masyarakat di pesisir barat: Tuban, Lamongan, Gresik, bahkan Bojonegoro memiliki

Foto 81. Tarian Rhamadan Shinta

Foto 82. Tarian Reog

Page 29: EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

29J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

kebiasaan lumrah keluarga wanita melamar pria, berbeda dengan lazimnya kebiasaan daerah lain diIndonesia, dimana pihak pria melamar wanita. Dan umumnya pria selanjutnya akan masuk ke dalamkeluarga wanita.8. Sosial Budaya Nangroe Aceh Darusalam

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam terdiri atas sembilan suku, yaitu Aceh (mayoritas), Tamiang(Kabupaten Aceh Timur Bagian Timur), Alas (Kabupaten Aceh Tenggara), Aneuk Jamee (AcehSelatan), Naeuk Laot, Semeulu dan Sinabang (Kabupaten Semeulue). Masing-masing sukumempunyai budaya, bahasa dan pola pikir masing-masing. Bahasa yang umum digunakan adalahBahasa Aceh. Di dalamnya terdapat beberapa dialeklokal, seperti Aceh Rayeuk, dialek Pidie dan dialek AcehUtara. Sedangkan untuk Bahasa Gayo dikenal dialekGayo Lut, Gayo Deret dan Gayo Lues.

Di sana hidup adat istiadat Melayu, yang mengatursegala kegiatan dan tingkah laku warga masyarakatbersendikan hukum syariat Islam. Penerapan syariatIslam di provinsi ini bukanlah hal yang baru. Jauhsebelum Republik Indonesia berdiri, tepatnya sejak masakesultanan, syariat Islam sudah meresap ke dalam dirimasyarakat Aceh.

Keanekaragaman seni dan budaya menjadikan provinsi ini mempunyai daya tarik tersendiri.Dalam seni sastra, provinsi ini memiliki 80 cerita rakyat yang terdapat dalam Bahasa Aceh, BahasaGayo, Aneuk Jame, Tamiang dan Semelue. Bentuk sastra lainnya adalah puisi yang dikenal denganhikayat, dengan salah satu hikayat yang terkenal adalah Perang Sabi (Perang Sabil).9. Sosial Budaya Sumatera Utara

Sumatera Utara juga dikenal sebagai provinsimultikultural, di dalamnya terdapat etnis dan agama. SelainBatak dan Melayu yang menjadi penduduk asli provinsiini, ada banyak kelompok etnis lainnya juga yang jugahidup berdampingan. Setidaknya ada 13 suku berkembangdi provinsi ini 13 bahasa daerah. Dari semua suku yangada, sembilan diantaranya adalah suku asli dan empat sukupendatang. Keragaman suku-suku ini belum termasukJawa, Cina, dan India yang juga hidup berdampinganbersama mereka. Keberagaman suku tentu diikuti pula olehmosaik adat istiadat dan nilai-nilai budaya. Keragaman adatistiadat di Sumatera Utara diwarnai oleh adat Batak, Mandailing, Melayu, Karo, Nias, Pesisir,Angkola, Pakpak, dan Simalungun. Perkembangan sosial budaya relatif baik mengingat tingkatkesadaran dan kedewasaan masyarakatnya dalam memahami pluralisme, keragaman budaya, mosaikadat istiadat serta kerukunan antar umat beragama cukup tinggi.

Sumatera Utara merupakan provinsi multietnis dengan Batak, Nias, dan Melayu sebagaipenduduk asli wilayah ini. Daerah pesisir timur Sumatera Utara, pada umumnya dihuni oleh orang-orang Melayu. Pantai barat dari Barus hingga Natal, banyak bermukim orang Minangkabau. Wilayah

Foto 75. Atraksi Tamiang

Foto 83. Rumah Atap Ijuk Tamiang

Foto 84. Rumah Adat Batak Karo

Page 30: EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

30J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

tengah sekitar Danau Toba, banyak dihuni oleh Suku Batak yang sebagian besarnya beragamaKristen. Suku Nias berada di kepulauan sebelah barat. Sejak dibukanya perkebunan tembakau diSumatera Timur, pemerintah kolonial Hindia Belanda banyak mendatangkan kuli kontrak yangdipekerjakan di perkebunan. Pendatang tersebut kebanyakan berasal dari etnis Jawa dan Tionghoa.Pusat penyebaran suku-suku di Sumatra Utara, sebagai berikut :

1. Suku Melayu Deli : Pesisir Timur, terutama di kabupaten Deli Serdang, Serdang Bedagai,dan Langkat

2. Suku Batak Karo : Kabupaten Karo3. Suku Batak Toba : Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Toba Samosir4. Suku Batak Pesisir : Tapanuli Tengah, Kota Sibolga5. Suku Batak Mandailing/Angkola : Kabupaten Tapanuli Selatan, Padang Lawas, dan

Mandailing Natal6. Suku Batak Simalungun : Kabupaten Simalungun7. Suku Batak Pakpak : Kabupaten Dairi dan Pakpak Barat8. Suku Nias : Pulau Nias9. Suku Minangkabau : Kota Medan, Pesisir barat10. Suku Aceh : Kota Medan11. Suku Jawa : Pesisir Timur & Barat12. Suku Tionghoa : Perkotaan pesisir Timur & Barat.

10. Sosial Budaya Sumatera BaratMayoritas penduduk Sumatera Barat

merupakan suku Minangkabau. Suku iniawalnya berasal dari dua klan utama: KotoPiliang didirikan Datuak Katumanggungan danBodi Chaniago yang didirikan Datuak Parpatiahnan Sabatang, Suka Kato Piliang memakaisistem aristokrasi yang dikenal dengan istilahTitiak Dari Ateh (titik dari atas) ala istanaPagaruyung, sedangkan Bodi Chaniago lebihbersifat demokratis, yang dikenal dengan istilahMambasuik Dari Bumi (muncul dari bumi).Sehari-hari, masyarakat berkomunikasi denganBahasa Minangkabau yang memiliki beberapadialek, seperti dialek Bukittinggi, dialek Pariaman, dialek Pasisir Selatan, dan dialek Payakumbuh.Sementara itu, di daerah kepulauan Mentawai yang terletak beberapa puluh kilometer di lepas pantaiSumatera Barat, masyarakatnya menggunakan Bahasa Mentawai. Di Daerah Pasaman bahkan BahasaBatak berdialek Mandailing digunakan, biasanya oleh suku Batak Mandailing.

Masyarakat Sumatera Barat, sangat manghargai nilai-nilai adat dan budaya tradisional sertaterbuka terhadap nilai-nilai positif yang datang dari luar. Kondisi ini membawa kepada komunitasyang sangat kondusif bagi pembangunan nasional dan cita-cita reformasi. Meskipun suku

Foto: 85. Suku Mentawai

Page 31: EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

31J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Minangkabau mendominasi masyarakat Sumatera Barat secara keseluruhan, kehidupan mereka relatifrukun dan damai dengan warga pendatang lainnya yang terdiri atas berbagai etnis minoritas, sepertisuku Mentawai di Kepulauan Mentawai, suku Mandailing di Pasaman, transmigran asal Jawa diPasaman dan Sijunjung, kelompok etnis Cina, dan berbagai suku pendatang lainnya yang berdiam dikota-kota di Sumatera Barat. Di antara sesama mereka terdapat hubungan dan interaksi sosial yangpositif dan jarang terdapat jurang dan kecemburuan sosial yang besar antara berbagai kelompok dangolongan. Hal ini merupakan landasan yang solid bagi persatuan bangsa yang perlu dipelihara dandikembangkan serta ditingkatkan.

11. Sosial Budaya BengkuluTerdapat empat bahasa daerah yang digunakan oleh

masyarakat Bengkulu, yakni : Bahasa Melayu, Bahasa Rejang,Bahasa Pekal, Bahasa Lembak. Penduduk Provinsi Bengkuluberasal dari tiga rumpun suku besar terdiri dari Suku Rejang,Suku Serawai, Suku Melayu. Sedangkan lagu daerah yaituLalan Balek.

Di bidang kehidupan beragama, kesadaran melaksanakanritual keagamaan mayoritas penduduk yang beragama Islamsecara kuantitatif cukup baik. Kesadaran dikalangan pemukaagama untuk membangun harmoni sosial dan hubungan interndan antar umat beragama yang aman, damai dan salingmenghargai cukup baik. Disamping itu, terdapat adat danistiadat yang cukup akrab dengan masyarakat Bengkulu,diantaranya: Kain Bersurek, merupakan kain bertuliskan hurufArab gundul. Kepercayaan masyarakat di Provinsi Bengkuluumumnya atau sebesar 95% lebih menganut agama Islam.Upacara adat juga banyak dilakukan masyarakat di ProvinsiBengkulu seperti, sunatan rasul, upacara adat perkawinan,upacara mencukur rambut anak yang baru lahir. Salah satuupacara tradisional adalah upacara “TABOT” yaitu suatuperayaan tradisional yang dilaksanakan dari tanggal 1 sampaidengan tanggal 10 Muharram setiap tahunnya, untukmemperingati gugurnya Hasan dan Husen cucu NabiMuhammad SAW oleh keluarga Yalid dari kaum Syiah, dalampeperangan di Karbala pada tahun 61 Hijriah. Pada perayaan TABOT tersebut dilaksanakan berbagaipameran serta lomba ikan – ikan, telong – telong, serta kesenian lainnya yang diikuti oleh kelompok –kelompok kesenian yang ada di Provinsi Bengkulu, sehingga menjadikan ajang hiburan rakyat danmenjadi salah satu kalender wisatawan tahunan.

Falsafah hidup masyarakat setempat, “Sekundang setungguan Seio Sekato”. Bagi masyarakatBengkulu pembuatan kebijakan yang menyangkut kepentingan bersama yang sering kita dengardengan bahasa pantun yaitu: ”Kebukit Samo Mendaki, Kelurah Samo Menurun, Yang Berat SamoDipikul, Yang Ringan Samo Dijinjing”, artinya dalam membangun, pekerjaan seberat apapun jikasama-sama dikerjakan bersama akan terasa ringan juga. Selain itu, ada pula ”Bulek Air Kek

Foto 86. Suku Enggano

Foto 87. Upacara Adat SukuRejang Lebong

Page 32: EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

32J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Pembukuh, Bulek Kata Rek Sepakat”, artinya bersatu air dengan bambu, bersatunya pendapat denganmusyawarah.

12. Sosial Budaya RiauRiau berada di garda terdepan dalam menjaga tradisi dan

kebudayaan Melayu di Indonesia. Bahasa pengantar di provinsi iniumumnya Melayu. Adat istiadat yang berkembang dan hidup diprovinsi ini adalah adat istiadat Melayu, yang mengatur segalakegiatan dan tingkah laku warga masyarakatnya bersendikan SyariahIslam. Penduduknya pun terdiri dari Suku Melayu Riau dan berbagaisuku lainnya, mulai dari Bugis, Banjar, Mandahiling, Batak, Jawa,Minangkabau, dan China. Uniknya, di provinsi ini masih terdapatkelompok masyarakat yang di kenal dengan masyarakat terasing,antara lain:

1. Suku Sakai: kelompok etnis yang berdiam di beberapakabupaten antara lain Kampar, Bengkalis, Dumai:

2. Suku Talang Mamak: berdiam di daerah KabupatenIndragiri Hulu dengan daerah persebaran meliputi tigakecamatan: Pasir Penyu, Siberida, dan Rengat:

3. Suku Akit: kelompok sosial yang berdiam di daerah HutanPanjang Kecamatan Rupat, Kabupaten Bengkalis:

4. Suku Hutan: suku asli yang mendiami daerah Selat Barudan Jangkang di Bengkalis, dan juga membuat desa Sokapdi Pulau Rangsang Kecamatan Tebing Tinggi sertamendiami Merbau, sungai Apit dan Kuala Kampar.

13. Sosial Budaya Sumatera BaratMayoritas penduduk Sumatera Barat merupakan suku

Minangkabau. Suku ini awalnya berasal dari dua klan utama: KotoPiliang didirikan Datuak Katumanggungan dan Bodi Chaniago yangdidirikan Datuak Parpatiah nan Sabatang, Suka Kato Piliangmemakai sistem aristokrasi yang dikenal dengan istilah Titiak DariAteh (titik dari atas) ala istana Pagaruyung, sedangkan BodiChaniago lebih bersifat demokratis, yang dikenal dengan istilahMambasuik Dari Bumi (muncul dari bumi).

Sehari-hari, masyarakat berkomunikasi dengan BahasaMinangkabau yang memiliki beberapa dialek, seperti dialekBukittinggi, dialek Pariaman, dialek Pasisir Selatan, dan dialekPayakumbuh. Sementara itu, di daerah kepulauan Mentawai yang terletak beberapa puluh kilometer dilepas pantai Sumatera Barat, masyarakatnya menggunakan Bahasa Mentawai. Di Daerah Pasamanbahkan Bahasa Batak berdialek Mandailing digunakan, biasanya oleh suku Batak Mandailing.Masyarakat Sumatera Barat, sangat manghargai nilai-nilai adat dan budaya tradisional serta terbukaterhadap nilai-nilai positif yang datang dari luar. Kondisi ini membawa kepada komunitas yang sangat

Foto 89. Suku Sakai

Foto 88. Kancet PunanLettu, Kancet Nyelama-

Suku Sakai

Foto 90. RumahTradisional Minang

Page 33: EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

33J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

kondusif bagi pembangunan nasional dan cita-cita reformasi. Meskipun suku Minangkabaumendominasi masyarakat Sumatera Barat secara keseluruhan, kehidupan mereka relatif rukun dandamai dengan warga pendatang lainnya yang terdiri atas berbagai etnis minoritas, seperti sukuMentawai di Kepulauan Mentawai, suku Mandailing di Pasaman, transmigran asal Jawa di Pasamandan Sijunjung, kelompok etnis Cina, dan berbagai suku pendatang lainnya yang berdiam di kota-kotadi Sumatera Barat. Di antara sesama mereka terdapat hubungan dan interaksi sosial yang positif danjarang terdapat jurang dan kecemburuan sosial yang besar antara berbagai kelompok dan golongan.Hal ini merupakan landasan yang solid bagi persatuan bangsa yang perlu dipelihara dandikembangkan serta ditingkatkan.

14. Sosial Budaya Sumatera SelatanSumatera Selatan di kenal juga dengan sebutan Bumi

Sriwijaya karena wilayah ini di abad VII – XII Masehimerupakan pusat kerajaan maritim terbesar dan terkuat diIndonesia yakni Kerajaan Sriwijaya. Pengaruhnya bahkansampai ke Formosoa dan Cina di Asia serta Madagaskar diAfrika. Di provinsi yang amat sangat terkenal dengan kainsongket dan kain pelanginya ini terdapat 12 jenis bahasa daerahdan delapan suku, di antaranya dominan adalah Suku

Palembang, Suku Komering, Suku Ranau, dan Suku Semendo.Untuk menjaga keragaman ini tetap berada dalam harmoni,pemerintah lokal membuat peraturan daerah yang bertujuanuntuk mengelola kebudayaan yang ada. Peraturan ini mencakup pemeliharaan bahasa, sastra sertaaksara daerah, pemeliharann kesenian, pengelolaan kepurbakalaan kesejarahan serta nilai tradisionaldan museum. Pariwisata Sumatera Selatan bahkan dalam koridor peraturan daerah in, agar pariwisatadi sana tetap berbasis kebudayaan Sumatera Selatan di satu sisi dan bernilai ekonomi tinggi di sisiyang lain.

Masyarakat Sumatera Selatan umumnya hidup rukun dan agamis. Selama periode 2004 – 2006,misalnya, tidak terdapat catatan buruk tentang konflik antar kelompok atau antarsuku tertentu.Kendati demikian, sebagai langkah preventif pemerintah harus berupaya menggalang kerukunandiantara masyarakatnya dengan menghadirkan tokoh agama terkenal, dan lain sebagainya. Di berbagaiforum semacam itulah pemerintah menekankan pentingnyaharmoni dan stabilitas demi kelanjutan pembangunan.

15. Sosial Budaya Bangka BelitungMeski banyak suku yang menetap di Kepulauan Bangka

Belitung. Melayu, Bugis, Jawa, Batak, Buton, Sunda, Madura,Flores, Bali, dan Keturunan Tionghoa (Cina) bahasa palingdominan yang mereka gunakan adalah Melayu yang jugamerupakan bahasa daerah setempat, Bahasa Mandarin danBahasa Jawa menempati urutan berikutnya.

Foto 91. Budaya PerkawinanPalembang

Foto 92. Tari tradisionalBamgka Belitung

Page 34: EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

34J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Di bidang kebudayaan, adat – istiadat masyarakat setempat tentu saja menjadi dominandiselenggarakan, bahkan untuk ukuran tertentu bisa di eksploitasi menjadi daya tarik pariwisatatersendiri. Beberapa adat – istiadat yang kerap dilakukan masyarakat misalnya:

1. Sepintu Sedulang; ritual yang lebih dikenal dengan sebutan Nganggung, di mana masyarakatdulang berisi makanan untuk dimakan siapa saja yang hadir di masjid;

2. Rebo Kasan; upacara yang dilaksanakan sebagai rasa syukur kepada Allah, Tuhan YangMaha Esa, agar mereka terhindar dari bencana sebelum ke laut mencari ikan;

3. Buang Joang; upacara tolak bala untuk keamanan desa, mirip upacara Rebo Kesan;4. Ceriak Nerang; upacara yang dilakukan setelah panen padi sebagai puji syukur pada Allah,

Tuhan Yang Maha Esa;5. Perang Ketupat; upacara yang diadakan setiap bulan Sya’ban menyambut Ramadhan;6. Mandi Belimau; dilaksanakan seminggu sebelum awal Ramadhan di pinggir Sungai

Limbung;7. Lesong Panjang; upacara yang dilaksanakan sebagai rasa syukur kepada Allah SWT atas

hasil panen; Adat Sijuk; upacara khusus pada hari besar agama;Tari Sambut; tarian khas di Bangka Belitung, dilakukan saat masyarakat menyambut tamu – tamuistimewa, dan Nirak Nanggok; upacara adat untuk menunjukan rasa syukur atas kebaikan,dilakukan di Desa Membalong, Belitung.

16. Sosial Budaya JambiHanya ada satu bahasa daerah di Provinsi Jambi, yaitu Bahasa

Melayu, dengan beberapa dialek lokal seperti dialek Kerinci,Bungo/Tebo, Sarolangun, Bangko, Melayu Timur (TanjungJabung Barat dan Tanjung Jabung Timur), Batanghari, JambiSeberang, Anak Dalam dan Campuran. Khusus untuk masyarakatKerinci, mereka mempunyai aksara tersendiri yang dikenaldengan Aksara Encong yang dapat ditemui dan digunakan olehsekelompok masyarakat di sana.

Provinsi ini dapat dikatakan multietnis. Sebagian besar adalahMelayu Jambi dan selebihnya adalah berbagai suku dan etnis dariseluruh Indonesia. Etnis dominan adalah Minang, Bugis, Jawa,Sunda, Batak, Cina, Arab, dan India. Di provinsi ini adat istiadatMelayu sangat dominan. Adat inilah yang mengatur segalakegiatan dan tingkah laku warga masyarakat yang bersendikankepada hukum islam. Adagium ”Adat bersendikan sara’, sara’bersendikan kitabullah” atau ”Sara’ mengato adat memakai”sangat memsyarakat di sana. Penegak syariat Islam banyakmewarnai masyarakat Jambi. Dalam keseharian mereka, banyakajaran dan pengaruh Islam diterapkan, diantaranya tradisi tahlilankematian, Yasinan, serta berbagai upacara yang dilakukan mengikuti daur hidup manusia. Sebagaimasyarakat agraris, warga Jambi juga kerap melaksanakan adat–istiadat yang berkaitan juga dalambidang pertanian, misalnya adat “serentak turun ke umo”. Dalam mengolah sawah sesuai denganmusimnya dengan berpedoman pada rotasi iklim, hal ini di sebut “piamo”. Dalam hal keamanan

Foto 93. Cara BerburuTradisional Jambi – SumberDinas Kebudayaan Jambi.

Dikomposisikan olehPeneliti 2011

Page 35: EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

35J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

tanaman agar tidak dirusak ternak, berlaku pepatah adat ”umo bekandang siang, kerbo bekandangmalam”, yang berarti jika binatang ternak mengganggu tanaman siang hari, maka tanggung jawabtetap pada si pemilik sawah atau kebun. Sebaliknya jika ternak memasuki sawah atau kebun padamalam hari, tanggung jawab tetap ada di pundak pemilik ternak.

Untuk memperkuat dan memelihara adat istiadat tersebut, berbagai kegiatan kesenian dan sosialbudaya kerap di lakukan, antara lain :

1. Tari Asik, dilakukan oleh sekelompok orang untuk mengusir bala penyakit;2. Tradisi Berdah, dilaksanakan saat terjadi bencana dengan tujuan menolak bencana;3. Kenduri Seko, bertujuan untuk membersihkan pusaka dalam bentuk keris, tombak, Al Kitab

dalam bentuk Ranji–ranji Kuno;4. Mandi Safar, dilaksanakan pada hari Rabu di akhir bulan Safar bertujuan untuk menolak

bala;5. Mandi Belimau Gedang, dilaksanakan menjelang Ramadhan dengan tujuan menyucikan dan

mengharumkan diri; dan6. Ziarah Kubur, dilaksanakan menjelang Ramadhan dengan tujuan mendoakan arwah leluhur.Provinsi Jambi sangat kaya akan kerajinan daerah, salah satu bentuk kerajinan daerah adalah

anyaman yang berkembang dalam bentuk aneka ragam. Kerajinan anyaman di buat dari daun pandan,daun rasau, rumput laut, batang rumput resam, rotan, daun kelapa, daun nipah, dan daun rumbia. Hasilanyaman ini bermacam–macam pula, mulai dari bakul, sumpit, ambung, katang–katang, tikar, kajang,atap, ketupat, tudung saji, tudung kepala dan alat penangkap ikan yang disebut Sempirai, Pangilo,lukah dan sebagainya. Kerajinan lainnya adalah hasil tenun yang sangat terkenal, yaitu tenunan danbatik motif flora.

17. Sosial Budaya LampungProvinsi Lampung dikenal juga dengan julukan “Sang

Bumi Ruwa Jurai” yang berarti satu bumi yang didiami olehdua macam masyarakat (suku/etnis), yaitu masyarakatPepadun dan Saibatin. Masyarakat pertama mendiami daratandan pedalaman Lampung, seperti daerah Tulang Bawang,Abung, Sungkai, Way Kanan, dan Pubian, sedangkanmasyarakat kedua mendiami daerah pesisir pantai, sepertiLabuhan Maringgai, Pesisir Krui, Pesisir Semangka(Wonosobo dan Kota Agung), Balalau, dan Pesisir Rajabasa.Di samping penduduk asli Suku Lampung, Suku Banten, SukuBugis, Jawa, dan Bali juga menetap di provinsi itu. Suku-sukuini masuk secara massif ke sana sejak Pemerintah HindiaBelanda pada tahun 1905 memindahkan orang-orang dariJawa dan ditempatkan di hampir semua daerah di Lampung.Kebijakan ini terus berlanjut hingga 1979, batas akhirLampung secara resmi dinyatakan tidak lagi menjadi daerahtujuan transmigrasi. Namun, mengingat posisi Lampung yang strategis sebagai pintu gerbang pulauSumatera dan dekat dengan Ibu Kota Negara, pertumbuhan penduduk yang berasal dari pendatangpun tetap saja tak bisa di bendung setiap tahunnya.

Foto 94. Upacara NaikPepaduan Lampung

Page 36: EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

36J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Masyarakat Lampung memiliki bahasa dan aksara sendiri, namun penggunaan bahasa Lampungpada daerah perkotaan masih sangat minim akibat heterogenitas masyarakat perkotaan dan karena itupenggunaan Bahasa Indonesia lebih menonjol. Untuk daerah pedesaan, terutama pada perkampunganmasyarakat asli Lampung (riyuh ataupun pekon), penggunaan Bahasa Lampung sangat dominan.Bahasa Lamapung terdiri dari dua dialek, pertama dialek “O” yang biasanya di gunakan olehmasyarakat Pepaduan, meliputi Abung dan Menggala: serta dialek “A” dan umumnya digunakanmasyarakat Saibatin, seperti Labuhan meringis, Pesisir Krui, Pesisie Semangka, Belalau, Ranau,Pesisir Rajabasa, Komering, dan Kayu Agung. Namun demikian ada pula masyarakat Pepaduan yangmenggunakan dialek “A” ini, yaitu Way Kanan, Sungkai, dan Pubian. Di samping memiliki bahasadaerah yang khas, masyarakat Lampung juga memiliki aksara sendiri yang disebut dengan huruf khagha nga. Aksara dan Bahasa Lampung itu menjadi kurikulum muatan lokal yang wajib dipelajari olehmurid-murid SD dan SMP di seluruh Provinsi Lampung. Nilai-nilai budaya masyarakat Lampungbersumber pada falsafah Piil Pasenggiri, yang terdiri atas: Piil Pasanggiri (harga diri, perilaku, sikaphidup):

1. Nengah nyappur (hidup bermasyarakat, membuka diri dalam pergaulan):2. Nemui nyimah (terbuka tangan, murah hati dan ramah pada semua orang)3. Berjuluk Beadek (bernama, bergelar, saling menghormati)4. Sakai Sambayan (gotong royong, tolong menolong)

Nilai-nilai masyarakat Lampung tercermin pula dalam bentuk kesenian tradisional, mulai dari taritradisional, gitar klasik Lampung, sastra lisan, sastra tulis, serta dalam bentuk upacara kelahiran,kematian dan kematian. Pembinaan terhadap seni budaya daerah ini dilakukan oleh pemerintah daerahdan lembaga adat secara sinergis. Pada tahun 2006 terdapat sejumlah organisasi kesenian, baik yangbersifat seni tradisional maupun kreasi baru, yang tersebar di berbagai daerah di Lampung. Cabangorganisasi tersebut meliputi 127 organisasi seni tari, 87 organisasi seni musik, 15 organisasi seniteater, dan 30 organisasi seni rupa.

Pada kunjungan kerja ke Provinsi Lampung pada tanggal 14 Juli 2005, dalam acara PeresmianPembukaan Utsawa Dharma Gita Tingkat Nasional IX tahun 2005, Presiden Susilo BambangYudhoyono berpesan bahwa: Bangsa kita memang bangsa yang majemuk, yang mempunyai latarbelakang kesukuan, kebudayaan, dan keagamaan yang berbeda-beda. Namun hakekat kemanusiaansesungguhnya adalah satu, yaitu semua manusia adalah ciptaan Tuhan. Sebab itu, perbedaan-perbedaan tidaklah menjadi halangan bagi kita untuk hidup rukun, hidup damai, dan hidup bersatumenjadi sebuah bangsa di bawah naungan NegaraKesatuan Republik Indonesia.

18. Sosial Budaya PapuaMengacu pada perbedaan tofografi dan adat

istiadat, penduduk Papua dapat dibedakanmenjadi tiga kelompok besar, masing-masing:

1. Penduduk daerah pantai dan kepulauandengan ciri-ciri umum rumah di atastiang (rumah panggung) dengan matapencaharian menokok sagu danmenangkap ikan);

Foto 95. Ekspresi 2 Unsur Tari Huembelo.Sumber Data Peneliti - 2011

Page 37: EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

37J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

2. Penduduk daerah pedalaman yang hidup di daerah sungai, rawa danau dan lembah serta kakigunung. Umumnya mereka bermata pencaharian menangkap ikan, berburu danmengumpulkan hasil hutan;

Penduduk daerah dataran tinggi dengan mata pencaharian berkebun dan berternak secarasederhana. Kelompok asli di Papua terdiri atas 193 suku dengan 193 bahasa yang masing-masingberbeda. Tribal arts yang indah dan telah terkenal di dunia dibuat oleh suku Asmat, Ka moro, Dani,dan Sentani. Sumber berbagai kearifan lokal untuk kemanusiaan dan pengelolaan lingkungan yanglebih baik diantaranya dapat ditemukan di suku Aitinyo, Arfak, Asmat, Agast, Aya maru, Mandacan,Biak, Arni, Sentani, dan lain-lain.

Umumnya masyarakat Papua hidup dalam sistem kekerabatandengan menganut garis keturunan ayah (patrilinea). Budayasetempat berasal dari Melanesia. Masyarakat berpenduduk asliPapua cenderung menggunakan bahasa daerah yang sangatdipengaruhi oleh alam laut, hutan dan pegunungan.

Dalam perilaku sosial terdapat suatu falsafah masyarakat yangsangat unik, misalnya seperti yang ditunjukan oleh budaya sukuKomoro di Kabupaten Mimika, yang membuat genderang denganmenggunakan darah. Suku Dani di Kabupaten Jayawijaya yanggemar melakukan perang-perangan, yang dalam bahasa Dani disebutWin. Budaya ini merupakan warisan turun-temurun dan di jadikanfestival budaya lembah Baliem. Ada juga rumah tradisional Honai,yang didalamnya terdapat mummy yang di awetkan dengan ramuantradisional. Terdapat tiga mummy di Wamena; Mummy Aikimaberusia 350 tahun, mummy Jiwika 300 tahun, dan mummy Pumoberusia 250 tahun. Di suku Marin, Kabupaten Merauke, terdapatupacara Tanam Sasi, sejenis kayu yang dilaksanakan sebagai bagiandari rangkaian upacara kematian. Sasi ditanam 40 hari setelah hari kematian seseorang dan akandicabut kembali setelah 1.000 hari. Budaya suku Asmat dengan ukiran dan souvenir dari Asmatterkenal hingga ke mancanegara. Ukiran asmat mempunyai empat makna dan fungsi, masing-masing:

1. Melambangkan kehadiran roh nenek moyang;2. Untuk menyatakan rasa sedih dan bahagia;3. Sebagai suatu lambang kepercayaan dengan motif manusia, hewan, tetumbuhan dan benda-

benda lain;4. Sebagai lambang keindahan dan gambaran ingatan kepada nenek moyang.Budaya suku Imeko di kabupaten Sorong Selatan menampilkan tarian adat Imeko dengan budaya

suku Maybrat dengan tarian adat memperingati hari tertentu seperti panen tebu, memasuki rumah barudan lainnya.

Keagamaan merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat diPapua dan dalam hal kerukunan antar umat beragama di sana dapat dijadikan contoh bagi daerah lain,mayoritas penduduknya beragama Kristen, namun demikian sejalan dengan semakin lancarnyatransportasi dari dan ke Papua, jumlah orang dengan agama lain termasuk Islam juga semakinberkembang. Banyak misionaris yang melakukan misi keagamaan di pedalaman-pedalaman Papua.Mereka memainkan peran penting dalam membantu masyarakat, baik melalui sekolah misionaris,

Foto 96. Gaya berperang,suku Kiwai & Komba

daerah sungai fly. SumberData Peneliti - 2007

Page 38: EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

38J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

balai pengobatan maupun pendidikan langsung dalam bidang pertanian, pengajaran bahasa Indonesiamaupun pengetahuan praktis lainnya. Misionaris juga merupakanpelopor dalam membuka jalur penerbangan ke daerah-daerahpedalaman yang belum terjangkau oleh penerbangan reguler.19. Sosial Budaya Papua Barat

Papua Barat memiliki 24 suku dengan bahasa yang berbeda-beda antara suku yang satu dengan yang lainnya. Bahkan satu sukumemiliki beberapa bahasa. Wilayah Papua Barat tidak identikdengan wilayah budaya masing-masing karena suku tersebutmenyebar pada beberapa kabupaten. Suku Arfak mendiamipegunungan Arfak di kabupaten Manokwari hingga ke Bintuni.Suku Doteri merupakan suku migran dari pulau Numfor di wilayahpesisir kabupaten Wondama, bersama suku Kuri, Simuri, Irarutu,Sebyar, Moscona, Mairasi, Kambouw, Onim, Sekar, Maibrat, Tehit,Imeko, Moi, Tipin, Maya, dan Biak yang sedak dahulu merupakansuku mayoritas dan telah mendiami wilayah kepulauan RajaAmpat.

Penduduk asli Papua Barat bermata pencaharian sebagainelayan dan petani tradisional. Makanan asli penduduk Papua Baratadalah sagu, ubu-ubian dan nasi. Selain masyarakat asli papuabarat, hidup berbaur suku-suku lain dari seluruh nusantara sepertiJawa, Bugis, Batak, Dayak, Manado, key, Tionghoa dan lainnya.

Kehidupan tradisional masyarakat asli Papua Barat masih dapat dijumpai di kampung-kampungtiap daerah dengan adanya kepala suku sebagai pimpinan. Masyarakat asli Papua Barat menganutmayoritas beragama Kristen protestan, Khatolik dan Islam. Wilayah Papua Barat merupakan tempatpekabaran Injil dan juga syiar Islam. Kehidupan primitif di tanah Papua Barat sudah hampir tidakdijumpai lagi. Rumah-rumah tradisional yang terbuat dari kulit kayu, batang dan cabang-cabangpohon serta tali-tali rotan dan liana hutan sudah mulai digantidengan konstruksi rumah semi permanen. Sisa-sisa peradabanpurbakala dapat dijumpai di daerah Fakfak dan Kaimana yangberupa lukisan purbakala bermotif telapak tangan manusia,motif tumbuhan, dan motif hewan yang dilukis di dinding-dinding pulau kerang dengan menggunakan pewarna alamiyang hingga kini masih merupakan mistik.20. Sosial Budaya Gorongtalo

Sebelum masa penjajahan keadaan daerah Gorontaloberbentuk kerajaan-kerajaan yang diatur menurut hukum adatketatanegaraan Gorontalo. Antara agama dengan adat diGorontalo menyatu dengan istilah “Adat bersendikan Syara’dan Syara’ bersendikan Kitabbullah”. Pohalaa Gorontalomerupakan pohalaa yang paling menonjol diantara kelimapohalaa tersebut. Itulah sebabnya Gorontalo lebih banyak dikenal.

Foto 96. Tari PersembahanSuku Maybrat, Imian,

Sawiat- suber peneliti-2010

Foto 97. Budaya PerkawinanGorongtalo. SumberPeneliti

2011

Page 39: EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

39J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Menurut masyarakat Gorontalo, nenek moyang mereka bernama Hulontalangi, artinya ‘seorangpengembara yang turun dari langit’. Tokoh ini berdiam di Gunung Tilongkabila, akhirnya ia menikahdengan seorang wanita pendatang bernama Tilopudelo yang singgah dengan perahu ke tempat itu.Perahu tersebut berpenumpang 8 orang. Mereka inilah yang kemudian menurunkan komunitas etnisatau suku Gorontalo. Sebutan Hulontalangi kemudian berubah menjadi Hulontalo dan akhirnyaGorontalo. Orang Gorontalo menggunakan bahasa Gorontalo, yang terbagi atas tiga dialek, dialekGorontalo, dialek Bolango, dan dialek Suwawa. Saat ini yang paling dominan adalah dialekGorontalo. Orang Gorontalo hampir dapat dikatakan semuanya beragama Islam. Islam masuk kedaerah ini sekitar abad ke-16. Karena adanya kerajaan-kerajaan di masa lalu sempat muncul kelas-kelas dalam masyarakat Gorontalo: kelas raja dan keturunannya (wali-wali), lapisan rakyatkebanyakan (tuangolipu).21. Sosial Budaya Kalimantan Barat

Melihat sosial budaya Kalimantan Barat, kita bagaikan melihatmosaik yang berdenyut dinamis. Bayangkan saja, jika terdapat 164bahasa daerah, 152 diantaranya bahasa adalah bahasa SubsukuDayak dan 12 sisanya bahasa Subsuku Melayu. Aneka ragambahasa ini dituturkan oleh sedikitnya 20 suku atau etnis, tiga diantaranya suku asli dan 17 sisanya suku pendatang. Sejumlah adatistiadat masih lestari di sana, terutama ketika berlangsung acaramelahirkan, peringatan tujuh bulan jabang bayi di kandungan,kematian, menanam padi, panen, pengobatan, anisiasi, mangkokmerah. Dalam kaitan itu, nilai-nilai budaya seperti: Semangatgotong royong, religiuslitas, kejujuran, toleransi, keadilan sosial,perdamaian, kompetisi, kritis, dan ksatria masih tetap di pelihara ditengah-tengah masyarakat.

Dalam mengembangkan sektor ekonominya, Kalimantan Barat cukup gigih berjuang. Bedahalnya di sektor kepariwisataan. Salah satu kelemahan turisme di provinsi ini adalah kurangnya sarandan prasarana pariwisata. Tentu saja ini amat sangat disayangkan. Potensi ke arah lain, sesungguhnyasangat besar, mengingat Kalimantan Barat bersebelahan persis dengan luar negeri. Karena turismekurang populer, maka penduduk setempat kurang aware dengan industri satu ini. Inilah kelemahankedua industri turisme di Kalimantan Barat. Kondisi ini, jauh berbeda dengan keadaan Yogyakartaatau Bali, dimana penduduknya sadar betul bahwa mereka bisa mengais devisa yang sangat besar daridunia pariwisata. Ke depan, menjadi tugas pemerintah lokal mengeksplorasi potensi-potensi wisata diprovinsi ini, misalnya dengan mengembangkan sarana jalan dan tempat-tempat penginapan di sekitarDanau Sentarum hingga danau ini bisa menjadi sekaliber Danau Toba di Sumatera Utara.3. Unsur-Unsur Kebudayaan

Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan,antara lain sebagai berikut:1. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:

a) alat-alat teknologib) sistem ekonomic) keluargad) kekuasaan politik

Foto 98. Karnafal BudayaSuku Dayak

Page 40: EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

40J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

2. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:a) sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota

masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnyab) organisasi ekonomic) alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga

adalah lembaga pendidikan utama)d) organisasi kekuatan (politik)

d. Wujud Dan Komponen Budaya1. Wujud Budaya

Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas,dan artefak.

Gagasan (Wujud Ideal)Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan,nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapatdiraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alampemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itudalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan danbuku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.

Aktivitas (Tindakan)Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalammasyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial initerdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak,serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adattata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamatidan didokumentasikan.

Artefak (Karya)Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dankarya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapatdiraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujudkebudayaan.Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak

bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan idealmengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.

2. Komponen BudayaBerdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama: Kebudayaan Material

Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret.Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan darisuatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya.Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang,stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.

Kebudayaan Nonmaterial

Page 41: EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

41J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasike generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.

3. Hubungan Antara Unsur-Unsur KebudayaanKomponen-komponen atau unsur-unsur utama dari kebudayaan antara lain:a. Peralatan dan Perlengkapan Hidup (Teknologi)

Teknologi menyangkut cara-cara atau teknikmemproduksi, memakai, serta memelihara segalaperalatan dan perlengkapan. Teknologi muncul dalamcara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat,dalam cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, ataudalam memproduksi hasil-hasil kesenian.

Masyarakat kecil yang berpindah-pindah ataumasyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian palingsedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional(disebut juga sistem peralatan dan unsur kebudayaanfisik), yaitu:1. Alat-alat produktif 2. Senjata3. wadah 4. Alat-Alat menyalakan Api4. makanan 5. Pakaian6. pakaian 7. Tempat Berlindung8. alat-alat transportasib. Sistem Mata Pencaharian

Perhatian para ilmuwan pada sistem mata pencaharian ini terfokus pada masalah-masalah mata pencaharian tradisional saja, di antaranya:

A. Berburu dan meramuB. BeternakC. Bercocok tanam di ladangD. Menangkap ikan

c. Perburuan atau Berburu adalah praktikmengejar, menangkap, atau membunuh hewanliar untuk dimakan, rekreasi, perdagangan, ataumemanfaatkan hasil produknya (seperti kulit,susu, gading dan lain-lain). Dalampenggunaannya, kata ini merujuk padapemburuan yang sah dan sesuai dengan hukum,sedangkan yang bertentangan dengan hukumdisebut dengan perburuan liar. Hewan yangdisebut sebagai hewan buruan biasanya berupamamalia berukuran sedang atau besar, atauburung.

Foto 99. Bekerja menggunakanbahan tradisional hasil

teknologi sederhana

Gambar 4. Sistem berburu.Dikomposisikan oleh Peneliti-2011

Page 42: EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

42J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

DAFTAR PUSTAKA

Atmadi, P. 1979. Beberapa patokan perencanaan bangunan candi. Yogyakarta: Universitas gajah Mada,Disertasi, Fakultas Teknik, 1984. Apa yang Terjadi Pada Arsitektur Jawa. Yogyakarta: LembagaJavanologi. Dakung, S. 1981. Arsitektur tradisional daerah Istimewa Yogyakarta. ProyekInventarisasidan Dokumentasi Kebudayaan Daerah. Jakarta: Departemen Pendidikan danKebudayaan.

Eliade, M. 1959. The Sacred and the Profane.The nature of the religion. Diterjemahkan olehWillard R.Trask.A. New York: Harvest Book, Harcourt, Brace& World,Inc.

Hamzuri, ......., Rumah tradisional Jawa. Proyek Pengembangan Permusiuman DKI. Jakarta: DepartemenPendidikan dan kebudayaan.

Ismunandar, K.R. 1986. Joglo,Arsitektur rumah tradisional Jawa. Semarang: Dahara Prize. Lombard, D.1999. Nusa Jawa: Silang budaya, warisan kerajaan-kerajaan konsentris.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.Munitz, M.K. 1981. Space, Time and Creation: Philosophical aspects of scientific cosmology.

New York: Dover.Priyotomo, J. 1984. Ideas and forms of Javanese Architecture. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press.Santosa, R.B. 2000. Omah, membaca makna rumah Jawa. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.Selosumarjan. 1962. Social changes in Yogyakarta. Ithaca: Cornell University Press.Suseno, M.F. 1984. Etika Jawa Sebuah Analisa Falsafi tentang Kebijaksanaan Hidup Orang Jawa.Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.Setiawan, A.J. 1991. Rumah tinggal orang Jawa;Suatu kajian tentang dampak perubahan wujud arsitektur

terhadap tata nilai sosial budaya dalam rumah tinggal orang Jawa di Ponorogo. Jakarta:Universitas Indonesia, Tesis.

Berke, D. (1997). Thoughts on The Everyday. Dalam Steven Harris dan Deborah Berke (Ed.),Architecture of The Everyday. New York: Princeton Architectural Press.Harris, S. (1997). Everyday Architecture. Dalam Steven Harris dan Deborah Berke (Ed.), Architectureof The Everyday. New York: Princeton Architectural Press.Wigglesworth, S. & Till, J. (1998). The Everyday and Architecture. Architectural Design.Fausch, D. (1997). Ugly and Ordinary: The Representation of the Everyday . Dalam Harris, S. danBerke, D. (Ed.), Architecture of the Everyday. New York: Princeton Architectural Press.Harris, S. (1997). Everyday Architecture. Dalam Harris, S. dan Berke, D. (Ed.), Architecture of theEveryday. New York: Princeton Architectural Press.Lefebvre, H. (1997). The Everyday and Everydayness. Dalam Harris, S. dan Berke, D. (Ed.),Architecture of the Everyday. New York: Princeton Architectural Press.Catanese, A. J. & Snyder, J. C. (1991). Pengantar Arsitektur. Jakarta: Penerbit ErlanggaO’Gorman, J. F. (1997). ABC of Architecture. Philadelphia: University of Pennsylvania Press.

Page 43: EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

43J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

Rasmussen, S. E. (1964). Experiencing Architecture. Cambridge: The MIT Press.Shepheard, P. (1999). What is Architecture? Cambridge: The MIT Press.Wigglesworth, S. & Till, J. (1998). The Everyday and Architecture. Architectural Design.Berke, D. (1997). Thoughts on The Everyday. Dalam Steven Harris dan Deborah Berke (Ed.),Architecture of The Everyday. New York: Princeton Architectural Press.Harris, S. (1997). Everyday Architecture. Dalam Steven Harris dan Deborah Berke (Ed.), Architectureof The Everyday. New York: Princeton Architectural Press.Wigglesworth, S. & Till, J. (1998). The Everyday and Architecture. Architectural Design.http://juanfranklinsagrim.blogspot.comhttp://www. Hamah.socialgo.comGoogle terjemahan bebas, tentang kebudayaa, arsitektur, kota.

Page 44: EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

44J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

TENTANG PENULIS

Juan Frank Hamah Sagrim, Lahir di lembah perbukitan Hamah Yasib,Kampung Sauf, Distrik Ayamaru, Kabupaten Maybrat, Papua Barat, pada06 April 1982. Ayah Nixon Sagrim (alm) dan Ibu Marlina Sagrim/Sesa.Orang tua bekerja sebagai Penginjil di lingkungan Klasis GKI Maybrat,dan tenaga Medic Klasis GKI Maybrat. Hamah adalah anak Kedua dariempat Bersaudara, (Jeremias, Daud Itas, dan Desi Sah Bolara).Pendidikan: SD Bethel Sauf, SLTP N1 Ayamaru, SMA YPK 1Ebenhaezer Sorong. Melanjutkan Kuliah di Institut Teknologi Adhi TamaSurabaya “ITATS” Jurusan Teknik Arsitektur, pindah danMelanjutkannya di Universitas Widya Mataram Yogyakarta, 2006, padaJurusan yang sama. Aktivitas Ekstra: Menjadi Tutor Pelatihan Mengetik10 jari bersama Missionaris Jerman Tn. Hesse dkk. Di wilayah Maybrat,Imian, Sawiat, Tehit, thn.2000. Sekretaris Ikatan Mahasiswa Papua se-Jawa timur Surabaya, 2004, Menjabat Ketua Ikatan Mahasiswa Papua se-Jawa Timur 2005. Anggota Ikatan Arsitektur Asia Pacific 2003. Anggota Gerakan MahasiswaNasional Indonesia (GMNI) 2004. Team Perumusan Metode Belajar Mengajar Nusantara bersamaDirjen Pendidikan Tinggi RI 2006. Menjabat Koordinator Mahasiwa Arsitektur Asia Pacific Rayon IIIndonesia Bagian Tengah DIY 2006-2008. Anggota Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI)2008. Menjabat Ketua Asrama Mahasiswa Papua 2008. Menjabat Direktur Program Lembaga StudyPapua (LSP) 2007-2008. Anggota Luar Biasa University Harytake program UNESCO 2007-2008.Menjabat Sekretaris Umum Lembaga Intelektual Tanah Papua 2009-sekarang. Peneliti Tamu bidanglintas Budaya (researcher of cross culture) pada Yayasan Pondok Rakyat (YPR) DIY 2008-2009.Civitas Yayasan STUBE-hemat Yogyakarta 2007-sekarang. Tenaga Pengarah kerja padaperkumpulan seniman rantau di Yogyakarta 2009-sekarang. Agen Informan GRIC dan Pax Roman2008-2010. Anggota International Working Group (IWG) for Asia Africa to Globalization 2009-sekarang. Staf Ahli pada Team Peneliti dan Pemerhati Arsitektur Tradisional Nusantara UWMY,2010. Peneliti Lepas dan Penulis. Ketika Menulis Buku ini, masih aktif Sebagai MahasiswaUniversitas Widya Mataram Yogyakarta. Berkeinginan besar sebagai Peneliti dan Ilmuwan Muda.Beberapa Karya Tulis adalah:

• Makalah Ilmiah “ Kajian Tentang Keterkaitan Seni BudayaEtnic Negro Melanesoid Papua Dan Negroid Afrika”, 2009.

“Karya ini merupaka karya yang luarbiasa baginya daripada karya yang lain”Karya yang sudah diterbitkan adalah:

Page 45: EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

45J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

HISTORY OF GOD IN TRIBALS RELIGIONKISAH TUHAN DALAM AGAMA SUKU

RAHASIA THEOLOGIA TRADISIONAL SUKU MAYBRAT IMIAN SAWIAT PAPUAWiyon-wofle

DIPARALELKAN DENGAN ALKITABBeberapa karya Tulis yang belum diterbitkan adalah:1. Arsitektur Tradisional suku Maybrat Imian Sawiat Papua “Halit-Mbol Chalit” dalam

Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Dengan Usulan Konsep Desain dari Bentuk Tradisionalke Bentuk Moderen. “sebagai suatu kajian ethno arsitektur”.

2. Sistem Kepemimpinan dan sistem Politik tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat “Ra Bobot-NaBobot-Big Man” dan Pengaruh Wanita Maybrat, Imian, Sawiat, Terhadap Lingkungannya .

3. Menyelamatkan Hutan Adat Papua Sebagai Suplai Oksigen Terbesar Dunia, dengan usulankonsep dan rekomendasi agar dalam pernyataan Protokol Kyoto mencanangkan pola penanganantata laksana lingkungan hidup untuk mengatasi Global warming dengan sistem communal.

4. Mengapa Orang Papua Diprediksikan akan Punah Pada tahun 2030?5. Tata Bahasa Maybrat. Disusun Dalam Bahasa Indonesia – Inggris –Maybrat.6. Penuntun Untuk Berpikir Bijaksana “The Bigest Thingking”.7. Bamboo in the socio cultural living society of Java - Kegunaan Bambu dalam kehidupan sosial

budaya masyarakat Jawa8. Teori Arsitektur Maybrat, Imian, Sawiat9. Pengaruh Arsitektur Terhadap Fenomena Lingkungan Alam10. Pendidikan Tradisional Wanita Maybrat, Imian, Sawiat - “Finya mgiar”.

Kini sedang mempersiapkan penyusunan buku barunya, yaitu:1. ENCYCLOPEDIA ADAT ISTIADAT BUDAYA MAYBRAT

2. KAMUS BAHASA MAYBRAT

Makalah-makalah kajian lain adalah:1. Menguak Imunity Rasial Diskriminasi Terhadap Orang Papua (Makalah Konferensi Asia-

Afrika) disampaikan pada “International Conference of 55th. Asia – Africa Sustainabelity”,Thaksin University-Mindanao, Moro, Philipines; March, 2009; UI Depok Jakarta, Oktober, 2009.

2. Benturan budaya lokal negara non kapitalisme dengan budaya global negara kapitalisme(Makalah Simposium) – disampaikan pada “Simposium nasional”. Kebudayaan dankeeksistensian local wosdom sebagai tatanan bangsa, UGM, Yogyakarta, Juni, 2008.

3. Pandangan Kontemporer Papua tentang keindonesiaan (Makalah Dialog) - disampaikan pada“Dialog Nasional, Ketahanan Negara”, UC UGM, Yogyakarta, July, 2010.

4. Usaha Melepaskan Papua Dari Cengkeraman Asing (Makalah Seminar Nasional)- disampaikanpada “ National Seminary”, UPI Bandung, September, 2009.

5. Penyusunan Metode Belajar Mengajar Nusantara Bersama DIKTI, (Makalah Pembelajaran,Student Equity), Quality Hotel Yogyakarta April, 2006.

Page 46: EVOLUSI ARSITEKTUR - HAMAH SAGRIM- ANALISIS PERKEMBANGAN ARSITEKTUR JAWA

Arsitektur Tradisional Jawa Dalam Perkembangan Sosial Budaya Moderen n

46J.F.Hamah Sagrim & Mei Edi Mujito

6. Peran Pemuda Dalam Memajukan Bangsa (Makalah Dialog), disampaikan dalam “DialogPemuda Nasional Regional II Indonesia Bagian Tengah”, Gedung Negara Gubernur Yogyakarta,Oktober, 2006.

7. Apa Peran Gereja di Tengah Pergolakan Umat Manusia di Tanah Papua (Makalah Diskusi),disampaikan dalam “Saresehan LITP”, Pogung Rejo Yogyakart, September, 2010.

8. SAVING EARTH’S HAS INTEGRAL LIFE SYSTEM: Can Asian-African Visions RescueBiodiversity from the West-born Globalization? (Makalah Konferensi) disampaikan dalam“Comemoration 55th. Asia-Afrika Conference”, Yogyakarta Indonesia, October, 25-27, 2010 -Rabat Moroco 23-25 Nopember, 2010.

9. Indegenous People In Papua and Asia Religion: DIVERSITY IN GLOBALIZED SOCIETY.(Makalah Konferensi) disampaikan dalam “The Role of Asia and Africa for a SustainableWorld 55 Years after Bandung Asian-African Conference 1955. Asia – Africa Summit,Yogyakarta-Molucas Nopember, 2010.

10. Kajian Kritis Tentang Pasar Bebas dan Pengaruhnya terhaap Ketahanan Negara nonKapitalisme. Kliping Pribadi, 2009

11. Pendidikan Zaman Pendudukan Bangsa Asing di Papua. Kliping Pribadi, 2010.12. Pranata Kehidupan Negara Berkembang. Kliping Pribadi, 2009.13. Struktur Fungsional Dominasi Budaya Kapitalisme. Kliping Pribadi, 2008.14. Memaknai Arsitektur Nusantara Sebagai Kearifan Lokal Di Era Globalisasi. Kliping Pribadi,

2010.15. Difusi Ajaran dan Pemikiran Kristen Dalam Konstelasi Kristen di Tehit, Maybrat, Imian,

Sawiat, Papua. Kajian sejarah. Kliping Pribadi, 2007.16. Evolusi Pemikiran Pembangunan. Kliping Pribadi, 2007.17. Kajian Kritis Tafsiran Yesus Kristus – Isa Almaseh dari Alkitab dan Al-Quran. Kliping

Pribadi, 2009.18. Refleksi Kehidupan Masyarakat Plural Moderen dan Majemuk Papua. Kliping Pribadi, 2010.19. Sejarah-Sejarah Alkitab dan yang berkaitan dengan Kejadian dalam Alkitab. Kliping Pribadi,

2008.20. Transisi Masyarakat Tradisional Indonesia. Kliping Pribadi, 2009.21. Teori konvergensi dan Pertumbuhan Ekonomi. Kliping pribadi, 2007.22. Arsitektur Tradisional dalam RENSTRA Pengembangan tata ruang kota berbasis kebudayaan

lokal. Kliping pribadi, 2008.23. Usulan teori dalam berarsitektur; Rasionansi Arsitektur, dan Empirisme arsitektur.

Kliping Pribadi, 2011.