1
Selasa, 6 Februari 2007
EVALUASI SUMBERDAYA LAHAN
Lahan = tanah Legalitas aspek hukum UU Pokok Agraria
(UU No 5/1960)
Apabila beda antara lahan dan tanah, maka akan terjadi
banyak perbedaan misalnya Lagu Indonesia Raya
[tanah diganti lahan (jadi aneh)
Lahan (land) K tanah (soil)
Hutan, sawah, struktur tanah, pH,
tambak tubuh tanah itu sendiri
Buku penunjang :
- Evaluasi Sumberdaya Lahan – Satun … Sitorus (Tarsito) Bandung
- Esensi Pembangunan Wilayah & Penggunaan Tanah Berencana – Jurusan
Geografi UI
Analisis Teknis
Analisis Ekonomis Analisis Ekologis
Pembangunan berkelanjutan / sustainable development tercapai.
Evaluasi Sumberdaya Lahan (ESL)
ESL Proses pendugaan potensi lahan untuk berbagai macam alternatif
penggunaan.
ESL merupakan alat yang biasa digunakan dalam proyek
perencanaan.
ESL melibatkan pelaksanaan survai :
2
Bentuk bentang alam identifikasi dan perbandingan
Sifat dan distribusi tanah berbagai penggunaan lahan
Macam vegetasi yang memberikan harapan positif
ESL menunjukkan hal-hal berikut :
Sosial – ekonomi penggunaan lahan saat ini
Kemungkinan perbaikannya
Bagaimana keuntungan setiap penggunaan lahan
Perubahan yang dapat diterima masyarakat
Potensi Lahan diketahui oleh Survai Tanah
Klasifikasi Tanah
Sifat-sifat unit tanah Laporan Survai + Peta Tanah
Kemampuan tanah Tanah (unit-unit tanah)
Faktor Lingkungan + Pengelompokan tanah
(lereng, erosi, iklim, atas dasar sifat-sifat tanah
banjir, dll)
ESL
3
Konsep Evaluasi Sumberdaya Alam
Survai Tanah
Klasifikasi tanah
Faktor Lingkungan + ( Peta tanah + Laporan Survai Tanah)
Studi Kelayakan Teknis
Studi Kelayakan Studi Kelayakan
Ekonomis Ekologis
Kemampuan Tanah Potensi dan hambatan penggunaan
Klasifikasi tanah yang lebih umum
Tanah
Kesesuaian Tanah adaptasi untuk jenis vegetasi tertentu
ESL mengkaji sifat-sifat tanah di lapang kemudian mengklasifikasikan
dalam suatu sistem klasifikasi tanah tertentu dipetakan
dievaluasi
Kemampuan dan kesesuaiannya untuk :
Berbagai penggunaan
Rekomendasi penggunaan
4
Selasa, 13 Februari 2007
Prinsip – Prinsip dan Metode – Metode ESDL
Tujuan ESDL : mengetahui potensi atau nilai dari suatu areal untuk
penggunaan tertentu. Evaluasi tidak terbatas hanya pada
penilaian karakteristik lingkungan, tetapi dapat juga
mencakup analisis ekonomi, konsekuensi sosial dan
dampak lingkungan.
FAO berpendapat bahwa ESDL harus mampu menjawab pertanyaan sebagai
berikut :
1. Bagaimana pengelolaan lahan saat ini dan apa yang akan terjadi bila
tindakan pengelolaan sekarang tidak berubah.
2. Perbaikan-perbaikan apa yang mungkin dilakukan dalam tindakan
pengelolaan, dalam kerangka penggunaan saat ini.
3. Apa jenis penggunaan lainnya yang secara fisik memungkinkan dan
relevan (sesuai) baik secara ekonomis maupun sosial.
4. Penggunaan yang bagaimana yang memungkinkan produksi yang
lestari / keuntungan – keuntungan lainnya.
5. Apa pengaruh buruk yang mungkin timbul dari masing – masing
penggunaan baik secara fisik, ekonomis & sosial.
6. Masukan apa yang diperlukan secara berulang untuk dapat
mempertahankan produksi yang diinginkan dan meminimumkan
pengaruh buruknya.
7. Apa keuntungan – keuntungan dari masing – masing bentuk
penggunaan tanah tersebut.
Kegiatan utama dalam ESDL adalah sebagai berikut :
1. Konsultasi pendahuluan, meliputi :
Penetapan tujuan evaluasi
Jenis data yang akan digunakan
Asumsi yang digunakan dalam evaluasi
Daerah penelitian
5
Intensitas dan skala survai
2. Deskripsi dari jenis penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan
dan persyaratan – persyaratan yang diperlukan.
3. Deskripsi peta unit lahan dan kualitas lahan berdasarkan pengetahuan
tentang persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan lahan
tertentu pembatasan – pembatasannya.
4. Membandingkan jenis penggunaan lahan dengan tipe lahan yang ada.
Ini merupakan proses penting dalam evaluasi lahan, dimana data
lahan, penggunaan lahan dan informasi sosial – ekonomi digabung
dan dianalisis secara bersama.
5. Hasilnya berupa klasifikasi kesesuaian lahan.
6. Penyajian hasil evaluasi.
Prinsip utama dalam proses ESDL :
1. Kesesuaian lahan dinilai berdasarkan jenis penggunaan lahan tertentu.
Penggunaan berbeda memerlukan syarat yang berbeda pula.
Contoh : tanah alluvial dari dataran banjir dengan drainase buruk
mungkin sangat sesuai untuk tanaman padi, tetapi tidak sesuai untuk
tanaman lainnya.
2. ESDL membutuhkan perbandingan antara keuntungan yang diperoleh
dengan masukan yang diperlukan.
3. Diperlukan pendekatan interdisiplin dari bidang – bidang IPTEK, yang
selalu mempertimbangkan aspek ekonomis.
4. Evaluasi yang dilakukan sesuai dengan kondisi fisik lahan, kondisi
sosial dan ekonomi daeera studi dan kondisi nasional.
5. Kesesuaian didasarkan atas penggunaan yang lestari. Aspek
kerusakan atau degradasi lingkungan diperhitungkan pada saat menilai
kesesuaiannya agar jangan sampai menyebabkan kerusakan
lingkungan di kemudian hari meskipun dalam jangka pendek usaha
tersebut sangat menguntungkan.
6. Evaluasi melibatkan pembandingan lebih dari satu jenis penggunaan
lahan. Apabila hanya satu jenis penggunaan yang dipertimbangkan
maka hal ini dapat menyebabkan kerugian dimana beberapa jenis
penggunaan lain yang lebih menguntungkan tidak teramati.
6
Untuk keperluan ESDL, perlu ada pemisahan antara kesesuaian saat ini dan
kesesuaian potensial
Klasifikasi kesesuaian saat ini kesesuaian terhadap penggunaan lahan
yang ditentukan dalam keadaan saat ini, tanpa ada perbaikan yang
berarti.
Klasifikasi kesesuaian potensial kesesuaian terhadap penggunaan
lahan yang ditentukan dari satuan lahan dalam keadaan yang akan
datang setelah diadakan perbaikan utama tertentu yang diperlukan.
Kondisi lahan yang sangat erat hubungannya dengan persyaratan suatu tipe
penggunaan lahan tertentu disebut kualitas lahan utama.
Ada 4 kualitas lahan utama :
1. kualitas lahan ekologis, yang berkaitan dengan kebutuhan tumbuhan dan
hewan, seperti ketersediaan air bagi pertumbuhan tanaman, ketersediaan
oksigen bagi perkembangan perakaran.
2. kualitas lahan normal, yang berkaitan dengan pengelolaan normal, seperti
kemungkinan untuk mekanisme pertanian.
3. kualitas lahan responsif, yang berkaitan dengan respons kemungkinan
perubahan, seperti pemupukan, irigasi, dll.
4. kualitas lahan konservasi, yang berkaitan dengan erosi tanah, seperti
kepekaan tanah terhadap erosi.
Kegunaan lahan dapat dianalisis dalam 3 aspek :
kesesuaian lahan
kemampuan lahan
nilai lahan
Kesesuaian penggunaan khusus / tertentu
Kemampuan sejumlah penggunaan
Nilai keuntungan / kerugian yang akan timbul sesuai dengan usulan
perubahan pola penggunaan tersebut.
Hasil akhir ESL adalah keputusan untuk penggunaan lahan yang optimum,
baik untuk bentuk usaha pribadi (menanam jeruk / tanaman lain di suatu areal
7
tertentu) atau untuk kepentingan umum (lokasi tempat rekreasi baru yang
akan dibangun).
Faktor – faktor lingkungan alami
Karakteristik lahan
Kualitas lahan
Kesesuaian Kemampuan Nilai
lahan lahan lahan
faktor – faktor Penggunaan Lahan optimum
teknis :
teknis
politis
ekonomis
sosial
ekologis
ESL dapat dilakukan menurut 2 strategi :
pendekatan 2 tahapan, tahap pertama bersifat kualitatif diikuti tahap kedua
yang terdiri dari analisis sosial – ekonomis – ekologis.
Pendekatan parallel, hubungan antara lahan dan penggunaan lahan
berjalan bersama-sama dengan analisis sosial – ekonomis – ekologis.
8
Faktor-Faktor Pembentukan Tanah
Kepentingan orang terhadap tanah berbeda-beda.
Ahli pertambangan, menganggap tanah sebagai sesuatu yang tidak
berguna karena menutupi bahan tambang yang dicari.
Ahli jalan, menganggap tanah sebagai bagian muka bumi yang lembek
sehingga perlu diperkeras dengan batu-batuan agar menjadi kuat.
Ahli pertanian, menganggap tanah sebagai media tumbuh tanaman darat.
Ilmu yang mempelajari proses pembentukan tanah dan faktor-faktor
pembentuknya, klasifikasi tanah, survai tanah, cara pengamatan di lapang
disebut pedologi.
Konsultasi awal
Survai dasar
Survai dasar
Klasifikasi lahan secara kualitatif
Analisis sosial – ekonomi & ekologis
Klasifikasi lahan secara kuantitatif
Klasifikasi kualitatif
dan kuantitatif
Analisis sosial dan ekonomi ekologi
Pendekatan 2 tahapan
Pendekatan paralel
Tahap 1 Tahap 2
Keputusan perencanaan
9
Tanah tersusun dari 4 bahan utama, yaitu bahan mineral, organik, air & udara.
Bahan Mineral berasal dari pelapukan batuan.
Batuan beku (vulkanik) banyak mengandung unsur hara.
Batuan endapan & netamorfosa rendah unsur haranya.
Bahan Organik ditemukan di permukaan tanah.
Bahan organik kasar
Bahan organik halus (humus)
Bahan organik halus berasal dari hancuran bahan organik kasar &
senyawa – senyawa baru yang dibentuk oleh aktivitas mikroorganisme
dalam tanah. Humus mempunyai daya menahan air & unsur hara yang
tinggi tanah lapisan atas (top soil)
Pengaruh bahan organik terhadap sifat tanah :
Memperbaiki struktur tanah
Sumber unsur hara (N, P & S)
Menambah kemampuan tanah menahan air
Sumber energi untuk mikroorganisme
Air, di dalam tanah karena ditahan oleh massa tanah, tertahan oleh
lapisan kedap air, atau karena drainase yang buruk.
Gunanya air :
Sebagai unsur hara tanaman, tanaman butuh air dari tanah & CO2 dari
udara untuk proses fotosintesis
Pelarut unsur hara, unsur hara yang larut dalam air diserap oleh akar
tanaman
Bagian dari sel tanaman, bagian dari protoplasma
Persediaan air dalam tanah ternyata dari :
Curah Hujan / irigasi
Kemampuan tanah menahan air
Besarnya evapotranspirasi
Tingginya muka air tanah
Air dapat meresap / ditahan oleh tanah karena adanya gaya adhesi,
kohesi & gravitasi.
10
Udara, bersama air mengisi pori-pori tanah
Tanah yang lembab, mempunyaikelembaban udara mendekati 100%
Kandungan CO2 lebih besar daripada atmosfer
Kandungan O2 lebih besar daripada atmosfer
Profil dan Solum Tanah
Lapisan-lapisan tanah mempunyai sifat yang berbeda-beda. Lapisan-lapisan
ini terbentuk karena :
Pengendapan yang berulang-ulang oleh air
Air mengalir akan mengendapkan butiran kasar, air menggenang
mengendapkan butiran halus.
Proses pembentukan tanah
Pelapukan bahan induk bahan induk tanah, diikuti percampuran bahan
organik dengan bahan mineral di permukaan tanah, pembentukan struktur
tanah, pemindahan bahan tanah dari bagian atas tanah ke bagian bawah
dan proses lain yang dapat menghasilkan horizon tanah.
Horizon tanah adalah lapisan-lapisan tanah yang terbentuk karena hasil
dari proses pembentukan tanah.
Proses pembentukan horizon-horizon tersebut akan menghasilkan benda
alam baru tanah.
Penampang vertikal dari tanah menunjukkan susunan horizon yang
disebut profil tanah.
Horizon penyusun profil tanah (O), A, B & C
Horizon penyusun solum tanah A, B
Tanah merupakan suatu sistem terbuka, dapat menerima tambahan bahan
dari luar / kehilangan bahan yang dimilikinya, jadi ada input dan output.
Input : hasil pelapukan bahan induk, endapan baru, air hujan / irigasi, sisa
tanaman, energi matahari.
Output : erosi tanah, penguapan air, penyerapan unsur hara oleh tanaman,
pencucian (leaching), pancaran panas.
11
Pupuk Penyerapan unsur hara oleh tanaman
Sisa organisme Evapotranspirasi
Air hujan Pancaran panas bumi
Irigasi Erosi
Energi matahari
Endapan baru
Ilmu yang mempelajari proses pembentukan tanah mulai dari bahan induk
disebut genesa tanah.
Faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah : iklim, organisme,
bahan induk, topografi, waktu.
Pemindahan bahan dalam solum
Inter solum translocation
Solum tanah
Hasil pelapukan bahan induk
Pencucian (leaching)
TANAH
Organisme Iklim
Bahan induk
Waktu
Topografi
12
C
A
C
A
B
C
A1 A2 A3 B1 B2 B3 C
A1
A3 B1 B2 B3 C
atau
bahan induk
Tanah muda (entisol)
Tanah dewasa (vertisol, mollisol)
Tanah tua (ultisol, oxisol)
13
Selasa, 20 Februari 2007
Materi ESDL 1. Ruang lingkup ESDL
2. Prinsip & Metode ESDL
3. Faktor-faktor pembentuk tanah
4. Pemanfaatan dalam ESDL
5. Survai tanah
6. Cara pengamamatan lapanng
7. Klasifikasi tanah
8. UTS
9. Kemampuan & kesesuaian tanah
10. Penggunaan tanah
11. ESDL untuk pertanian, kehutanan
12. ESDL untuk transmigrasi
13. ESDL untuk pariwisata, jalan, industri
14. Ekonomi tanah
15. Analisis ekologis
16. UAS
Evaluasi
UTS : 40%
UAS : 40%
Tugas : 20%
14
HORIZON O, A, B, C, R O HORIZON A HORIZON B HORIZON C Batuan
Penutup bahan Organik
Zone eluviasi (pencucian) SOLUM TANAH
Zone iluvasi (pengendapan)
Bahan induk melapuk Batuan induk
Horizon-horizon yang menyusun profil tanah, dari atas ke bawah, horizon (O),
A, B, C.
Horizon yang menyusun solum tanah hanya horizon A dan B.
Horizon O
Ditemukan terutama pada tanah hutan yang belum terganggu. Merupakan
horizon organik yang terbentuk di atas lapisan tanah mineral.
O1 = bentuk asli sisa-sisa tanaman masih terlihat
O2 = bentuk asli sisa-sisa tanaman tidak terlihat
O1
O2
A1
A2
A3
B1
B2
B3
C
15
Horizon A
Horizon di permukaan tanah yang terdiri dari campuran bahan organik &
bahan mineral. Merupakan horizon eluviasi (pencucian).
A1 = bahan mineral campur dengan humus, berwarna gelap
A2 = horizon dimana terdapat pencucian (eluviasi) maksimum terhadap liat,
Fe, Al, bahan organik
A3 = horizon peralihan ke B, lebih menyerupai A
Horizon B
Horizon iluviasi (penimbunan) dari bahan-bahan yang tercuci di atasnya (liat,
Fe, Al, bahan organik)
B1 = peralihan dari A ke B, lebih menyerupai B
B2 = penimbunan (iluviasi) maksimum liat, Fe dan Al oksida, kadang-kadang
bahan organik
B3 = peralihan ke C, lebih menyerupai B
Horizon C
Bahan induk sedikit terlapuk
Horizon D / R
Batuan keras yang belum terlapuk
Tanah tidak selalu mempunyai susunan horizon seperti tersebut. Horizon O
hanya terdapat pada tanah hutan yang belum digunakan untuk usaha
pertanian.
Banyak tanah yang tidak punya horizon A2, karena tidak terjadi proses
pencucian dalam pembentukan tanah tersebut.
Ada tanah yang hanya mempunyai horizon A & C saja karena proses
pembentukan tanahnya baru pada tingkat permulaan.
Iklim
Suhu & curah hujan sangat berpengaruh terhadap intensitas reaksi kimia
dan fisika di dalam tanah.
16
CH & suhu yang tinggi di daerah tropika mengakibatkan reaksi kimia
berjalan cepat. Akibatnya banyak tanah di Indonesia telah mengalami
pelapukan lanjut, rendah unsur hara & bersifat masam. Di daerah yang
beriklim lebih kering, seperti Indonesia bagian Timur, pencucian tidak
berjalan intensif sehingga tanahnya kurang masam & kadar basanya lebih
tinggi.
Organisme
Akumulasi bahan organik, siklus unsur hara, dan pembentukan struktur
tanah yang stabil, sangat dipengaruhi oleh kegiatan organisme di dalam
tanah.
Unsur nitrogen dapat diikat ke dalam tanah dari udara oleh
mikroorganisme vegetasi yang tumbuh di tanah dapat mengakibatkan
terjadinya erosi vegetasi hutan di daerah iklim sedang, seperti di Erora
dan Amerika membentuk tanah hutan bertanah merah, sedang vegetasi
rumputan membentuk tanah berwarna hitam, karena banyaknya sisa-sisa
bahan organik yang tetinggal dari akar-akar dan sisa rumput.
Jenis cemara (pinus) memberi unsure logam Ca, Mg, yang rendah,
akibatnya tanah di bawah pohon pinus biasanya lebih masam daripada
tanah yang berada di bawah pohon jati.
Bahan induk
Sifat dari bahan induk masih tetap terlihat, bahkan yang telah mengalami
pelapukan yang lebih lanjut.
Tanah bertekstur pasir adalah akibat dari kandungan pasir yang tinggi dari
bahan induknya, dan dapat mempengaruhi intensitas tingkat pelapukan
dan jenis vegetasi di atasnya. Tanah sekitar gunung berapi merupakan
tanah yang subur karena bahan vulkanik banyak mengandung mineral
yang mudah lapuk & kaya unsur hara Mg, Ca, K.
Topografi
Di daerah yang di atas atau cekung, dimana air tidak mudah hilang atau
menggenang, akan terbentuk tanah berwarna kelabu atau banyak
mengandung karatan.
Di daerah lereng yang curam, terjadi erosi permukaan, sehingga terbentuk
tanah yang dangkal.
17
Tebal solum, kandungan bahan organik, kandungan air tanah, warna
tanah, pH, kejenuhan basa, kandungan garam, berkaitan erat dengan
relief.
Waktu
Tanah merupakan materi alam yang terus menerus berubah, akibat
pelapukan dan pencucian yang terus menerus, akibatnya tanah yang
semakin tua semakin kurus, mineral yang banyak mengandung unsure
hara telah habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang
sukar lapuk, kuarsa.
Proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka bahan induk tanah
tanah muda tanah dewasa tanah tua.
Tanah muda : pembentukan horizon A dari horizon C
(Entisol) Alluvial, Regosol.
Tanah dewasa : proses pembentukan horizon B
Inceptisol (Latosol coklat, Andosol) Vertisol, Mollisol.
Tanah tua : terbentuk horizon A1A2A3 B1B2B3
Ultisol (podsolik merah kuning)
Oxisol (Laterit)
Faktor pembentuk tanah :
T = f ( b.i, i, o, t, w )
WAKTU BAHAN INDUK IKLIM
TANAH
ORGANISME TOPOGRAFI
18
PENDEKATAN UNTUK ESDL
Pendekatan Fisiografik
Bentuk lahan mempunyai hubungan yang erat dengan sifat tanah, karena
bentuk lahan ditentukan oleh faktor geologi, umur, dan proses
pembentukannya bentuk lahan sangat penting dalam pemetaan tanah
di lapang.
Karakteristik wilayah merupakan hasil dari kombinasi faktor-faktor yang
saling mempengaruhi seperti iklim, bahan induk, relief, drainase alam,
tanah dan vegetasi. Nilai faktor-faktor tersebut secara terpisah-pisah
mempunyai nilai yang sangat terbatas, oleh karena itu faktor-faktor
lingkungan tersebut harus dipelajari dalam interaksinya dari wilayah
secara keseluruhan.
Pendekatan fisiografik mengelompokkan lahan secara keseluruhan dan
tidak berdasarkan sifat-sifat tertentu. Suatu daerah yang mempunyai
fisiografi relatif seragam, misalnya iklim mikro, ciri tanah, kondisi habitat
tanaman, masing-masing satuan lahan yang diidentifikasi dengan cara
demikian kemudian dapat dianggap mempunyai sifat=sifat yang secara
keseluruhan seragam. Pendekatan seperti ini sangat tepat terutama
apabila diperlukan ESL secara keseluruhan.
TANAH
ATMOSFER Udara Tanah
Udara Tanah LITOSFER
BIOSFER
Bahan organik
Air Tanah HIDROSFER
Tanah sebagai hasil perpaduan antara atmosfer, biosfer, hidrosfer, dan litosfer
19
Pendekatan Parametrik
Pemilihan ciri tanah yang dievaluasi, diberi nilai, kemudian nilai rata-rata
dari ciri-ciri tersebut disubstitusikan ke dalam formula matematis untuk
menghasilkan indeks penampilan akhir.
Kombinasi yang ideal dari cirri tanah dan lokasi, akan mencapai nilai
maksimum pada lahan subur dan berangsur menurun untuk lahan yang
lebih miskin.
Mass (1972) mengusulkan system penjumlahan untuk lahan tidak
beririgasi :
Nilai Akhir = Nilai Tanah – Faktor bentang lahan = ( C + T + P ) – L
C = Faktor iklim, dengan nilai maks 40
T = Tekstur tanah dan bahan organik, dengan nilai maks 40
P = Genesis dari profil tanah, dengan nilai maks 20
Storie (1978) Storie Index Rating (SIR)
SIR = A x B x C x X
A = sifat-sifat profil tanah
B = tekstur permukaan tanah
C = lereng
X = macam-macam faktor (drainase, alkalinitas, dll)
Faktor A – Nilai pada karakteristik fisik profil %
I. Tanah pada kipas alluvial yang baru,dataran banjir atau endapan
sekunder lainnya dengan profil yang belum berkembang 100
x fase dangkal kedalaman 60 cm 50 – 60
x fase dangkal kedalaman 90 cm 80
g subsoil sangat berbatu 80 – 90
s subsoil liat berlapis-lapis 80 – 95
II. Tanah pada kipas alluvial muda,
dataran banjir, atau endapan sekunder
lainnya dengan sedikit perkembangan profil 95 – 100
x fase dangkal kedalaman 60 cm 50 – 60
20
x fase dangkal kedalaman 90 cm 70
g subsoil sangat berbatu 80 – 95
s subsoil liat berlapis-lapis 80 – 95
III. Tanah pada kipas alluvial yang lebih tua,
dataran alluvial atau teras dengan
perkembangan profil sedang 80 – 95
x fase dangkal kedalaman 60 cm 40 – 65
x fase dangkal kedalaman 90 cm 60 - 70
g subsoil sangat berbatu 60 – 90
IV. tanah pada dataran yang lebih tua atau
teras yang mempunyai profil yang sangat berkembang 40 – 80
V. Tanah pada dataran yang lebih tua atau teras yang mempunyai
subsoil hardpan pada kedalaman < 30 cm 5 – 20
30 – 60 cm 20 -30
60 – 90 cm 30 -40
90 – 120 cm 40 -50
120 – 180 cm 50 -80
VI. Tanah pada teras yang tua dan daerah upland
yang mempunyai subsoilliat padat diatas
bahan yang agak terkonsolidasi atau terkonsolidasi 40 – 80
VII. Tanah pada daerah upland diatas
batuan induk beku keras yang terdapat
pada kedalaman < 30 cm 10 – 30
30 – 60 cm 30 -50
60 – 90 cm 50 -70
90 – 120 cm 70 -80
120 – 180 cm 80-100
> 180 cm 100
21
VIII. Tanah pada daerah upland diatas
batuan endapan terkonsolidasi pada
kedalaman < 30cm 10 – 30
30 – 60 cm 30 -50
60 – 90 cm 50 -70
90 – 120 cm 70 -80
120 – 180 cm 80-100
> 180 cm 100
IX. Tanah pada daerah upland diatas
bahan lembut terkonsolidasi pada
kedalaman < 30 cm 20 – 40
30 – 60 cm 40 -60
60 – 90 cm 60 -80
90 – 120 cm 80 -90
120 – 180 cm 90-100
> 180 cm 100
Faktor B – Nilai atas dasar tekstur lapisan atas (%)
Bertekstur Sedang
· Lempung berpasir halus 100
· Lempung berpasir sangat halus 100
· Lempung 100
· Lempung berdebu 100
· Lempung berpasir 95
· Pasir halus berlempung 90
· Lempung liat berdebu 90
· Lempung berliat 85
Bertekstur Berat
· Liat berdebu 60 – 70
· Liat 50 – 60
22
Bertekstur Ringan dan Kasar
· Lempung berpasir kasar 70 – 90
· Pasir berlempung 80
· Pasir sangat halus 80
· Pasir halus 65
· Pasir 60
· Pasir kasar 30 -60
Berkerikil
· Lempung berpasir halus berkerikil 70 – 80
· Lempung berkerikil 60 – 80
· Lempung berdebu berkerikil 60 – 80
· Lempung berpasir berkerikil 50 – 70
· Lempung berliat berkerikil 60 – 80
· Liat berkerikil 40 – 70
· Pasir berkerikil 20 – 30
Berbatu
· Lempung berpasir halus berbatu 70 – 80
· Lempung berbatu 60 – 80
· Lempung berdebu berbatu 60 – 80
· Lempung berpasir berbatu 50 – 70
· Lempung berliat berbatu 50 – 80
· Liat berbatu 40 – 70
· Pasir berbatu 10 - 40
Faktor C – Nilai atas dasar lereng (%)
A Hampir datar (0 – 2%) 100
AA Agak berombak (0 – 2%) 95 – 100
B agak berlereng (3-8%) 95 – 100
BB berlereng (3 – 8%) 85 – 100
C berlereng sedang (9 – 15%) 85 – 95
CC bergelombang (9 – 15%) 85 – 95
D berlereng kuat (16 – 30%) 70 – 80
23
DD berbukit (16 -30%) 70 – 80
E curam (30 – 45%) 30 – 50
F Sangat curam (≥45%) 5 – 30
Faktor X – Nilai atas dasar kondisi-kondisi selain dari faktor A, B, dan C
Drainase
· Berdrainase baik 100
· Berdrainase agak baik 80 – 90
· Air terhambat sedang 40 – 80
· Air terhambat sangat buruk 10 – 40
· Kena pengaruh aliran permukaan bervariasi
Alkali
· Bebas alkali 100
· Agak dipengaruhi alkali 60 – 95
· Dipengaruhi sedang 30 – 60
· Dipengaruhi sedang sampai kuat 15 – 30
· Dipengaruhi kuat 5 – 15
Tingkat kesuburan
· Tinggi 100
· Sedang 95 – 100
· Buruk 80 – 95
· Sangat buruk 60 - 80
Kemasan
· Menurut tingkatannya 80 - 95
Erosi
· Tanpa sampai sedikit 100
· Endapan merugikan 75 – 95
· Erosi lembar sedang 80 – 95
· Kadang-kadang parit dangkal 70 – 90
· Erosi lembar sedang dgn parit dangkal 60 – 80
24
· Parit dalam 10 – 70
· Erosi lembar sedang dgn parit dalam 10 – 60
· Erosi lembar hebat 50 – 80
· Erosi lembar hebat dgn parit dangkal 40 – 50
· Erosi lembar hebat dgn parit dalam 10 – 40
· Erosi sangat hebat 10 – 40
· Erosi angin sedang 80 – 95
· Erosi angin hebat 30 – 80
Relief mikro
· Rata 100
· Saluran 60 – 95
· Gundukan 60 – 95
· Bukit kecil rendah 80 – 95
· Bukit kecil tinggi 20 – 60
· Bukit pasir 10 – 40
Faktor A Tanah upland coklat seri Altamont (California), bahan
induk nopol, batuan indukpada kedalaman 90 cm, profil
grup VIII...............70%
Faktor B Tekstur lempung berliat..............85%
Faktor C Topografi bergelombang...............90%
Faktor X Erosi lembar sedang dengan parit dangkal...............70%
Indeks Rating = 0.70 x 0.85 x 0.90 x 0.70
= 0.37 37%
Kelas Tanah atas dasar ‘Storie Index Rating’ (SIR)
Kelas 1 (baik sekali) Tanah dengan nilai 80 – 100%.
Cocok untuk berbagai berbagai macam
penggunaan.
Kelas 2 (baik) Tanah dengan nilai 60 – 79%.
Cocok untuk sebagian besar tanaman,
umumnya hasilnya baik-baik sekali.
25
Kelas 3 (sedang) Tanah dengan nilai 40 – 59%.
Umumnya kualitas sedang dengan kisaran
penggunaan tanah atau kesesuaian lebih
sempit dari kelas 1 dan 2. hasil yang baik
untukjenis tanaman tertentu.
Kelas 4 (miskin) Tanah dengan nilai 20 – 39%.
Mempunyai kisaran / kemungkinan
penggunaan untuk pertanian yang terbatas.
Misalnya tanah yang baik untuk padi tetapi
kurang baik untuk penggunaan lainnya
Kelas 5 (sangat miskin) Tanah yang mempunyai nilai 10 – 19%.
Kemungkinan penggunaan yang sangat
terbatas kecuali untukpadang rumput,
karena kondisi-kondisi yang membatasi
(kedangkalan tanah, dsb)
o Indeks Produktifitas Tanah (IPT)
Riquier, Bramao & Cornet (1970)
P Kedalaman efektif tanah
T Tekstur dan struktur horizon A
N Status basa
S Kandungan garam terlarut
O Bahan organik horizon A
A Kapasitas pertukaran mineral dan keadaan liat di horizon B
M Cadangan mineral yang dapat di ubah di horizon B D Drainase
H Kadar air tanah
IPT = P x T x (N atau S) x O x Ax M x D x H
26
o Persamaan Parametrik Kompleks (Clarke – 1957)
D Ketebalan masing-masing horizon
T Nilai untuk tekstur, berkisar 3 (kerikil)
sampai 20 (lempung sedang)
Perkalian D dengan T dijumlahkan untuk seluruh
horizon dalamprofil sampai kedalaman 75 cm (30
inch) untuk memberikan nilai tekstur profil (V)
G Faktor drainase, berkisar dari 1.0
(drainase sangat baik) – 12.5 (tanah dengan glei)
pada kedalaman 22.5 – 30.0 cm (9 – 12 inch)
o Square Root System (Strzemski – 1972)
A Koefisien Empiris
Pc Iklim
Ps Tanah
Pr Relief
Pa Kondisi air
P = V x G = {Σ(D x T)} x G
Indeks = A x √(pc x ps x pr x pa )
27
Selasa, 27 Februari 2007
SURVAI TANAH
Tanah : Sumberdaya Alam yang unik, karena tanah dipandang sebagai :
1. Hasil penambangan tanah urugan
Diukur dalam satuan berat (ton, kg) dan satuan volume (m3).
2. Menghasilkan penghasil padi, dll
Diukur dalam satuan subur, tidak subur, sulit diolah, lerengnya
terjal, berat / luas.
3. Tempat tempat hidup dan melaksanakan kehidupan
Diukur dalam satuan luas (ha, are, m2)
tempat tersimpannya sumberdaya air & sumberdaya
tambang
udara atau air yang dangkal tanah di daerah rawa-rawa termasuk tanah di
dasar. danau tidak termasuk
Peta tanah : peta yang menggambarkan persebaran jenis tanah di suatu
daerah, dilengkapi legenda yang secara singkat menerangkan
sifat-sifat tanah dari masing-masing unit tanah. Peta tanah
disertai laporan pemetaan tanah, yang menjelaskan lebih lanjut.
Sifat-sifat tanah dan kemampuan tanah yang digambarkan pada
peta tanah.
Tujuan pemetaan tanah : mengelompokkan tanah bagian dalam atas dasar
sifat-sifat tanah pada unit-unit tanah.
Tingkatan ketelitiannya tergantung sekala petanya.
Tanah sebagai ruang
(space)
Tanah
- tanah yang di dalam
- batuan yang gundul
- es / salju tidak ada lagi kegiatan biologi (batas kedalaman perakaran tumbuhan tahunan alami)
28
Macam-macam Peta Tanah
Peta Tanah Bagan (sekala 1 : 2.500.000 atau lebih kecil)
Maksud : memberi petunjuk kasar penyebaran jenis tanah
Pembuatan : atas dasar foto udara, peta topografi, peta geologi, iklim,
bentuk wilayah
Satuan unit : jenis tanah (Great Soil Group) segolonngan tanah
yang terbentuk pada proses pembentukan tanah yang sama (misalnya
jenis tanah Latosol, jenis tanah Grumosol) – (Ultisol, Vertisol)
Peta Tanah Eksplorasi (sekala 1 : 1.500.000 – 1 : 2.5000.000)
Maksud : memberikan gambaran kemungkinan penelitian mengarah
kepada potensi sumberdaya tanah
Pembuatan : atas dasar identifikasi di lapang dari penampang tanah
(profil tanah) dari unit-unit tanah.
10.000 Ha * 2 profil pada jenis tanah utama
* 20 – 40 pemboran di tempat lain
menggunakan bantuan foto udara, peta geologi, iklim, dll
Satuan unit : Jenis tanah
Jenis tanah – bentuk wilayah
bahan induk
misalnya : Re – H Regosol dari endapan lumpur dan berbukit
Sl
Jenis tanah : Re Regosol
Bentuk wilayah : H Hilly (berbukit)
Bahan induk : Sl lime sediment (endapan berkapur)
Bentuk wilayah bentuk permukaan bumi dalam kaitannya dengan
lereng dan beda tinggi.
Bahan induk massa lunak yang menjadi pangkal dimana solum
tanah diperkembangkan.
29
Peta Tanah Tinjau (sekala 1 : 100.000 – 1 : 250.000)
Maksud : - memberikan keterangan lebih lanjut tentang jenis tanah
agar menimbulkan keinginan meninjau lebih jauh untuk
keperluan tertentu.
- menunjukkan daerah-daerah yang memungkinkan untuk
menaikkan produksi, menyusun kebutuhan pupuk,
perencanaan penggunaan wilayah.
Pembuatan : - menjelajah seluruh wilayah
- pemeriksaan tanah pada 20 – 40 pemboran dan 2 profil
untuk tiap 10.000 ha
- batas unit tanah ditentukan di lapang di samping hasil
dari foto udara, peta topografi, peta geologi, dsb.
Satuan unit : Macam tanah
Macam tanah – fisiografi (bahan induk)
Bentuk wilayah
Macam tanah jenis tanah yang dibedakan menurut lapisan,
sedalam 30 – 50 cm (horison B)
Fisiografi bentuk muka bumi suatu daerah
Bahan induk mana yang dianggap penting
Misal P.yr – Fr Podsolik merah kekuningan di daerah bukit
H lipatan, berbukit
Macam tanah : P.yr red yellow podsolic (Podsolik merah kuning)
Fisiografi : Fr Folded rock (bukit lipatan)
Bentuk wilayah : H Hilly (bukit)
Peta Tanah Semi Detil (sekala 1 : 25.000 – 1 : 100.000)
Maksud : menjelaskan hal-hal yang belum dapat dijelaskan pada peta
tanah eksplorasi atau peta tanah tinjau
Pembuatan : rupa (famili) dan batas penyebaran tanah serta bentuk
wilayah ditetapkan berdasarkan penjelajahan dan
pengamatan lapang, dibantu analisis foto udara
2 profil + 20 – 40 pemboran tiap 1.000 ha
30
Satuan unit : Rupa tanah
Bentuk tanah
Rupa tanah ditentukan oleh 3 unsur, yaitu :
macam tanah
tekstur
drainase
Tekstur perbandingan relatif dari butir-butir pasir – debu – liat.
Drainase kecepatan air menghilang dari tanah terutama oleh aliran
permukaan dan gravitasi
Misalnya : Re.db – s – l
L – u
Rupa tanah Dark Brown Regosol (Regosol coklat tua) (Re.db)
Tekstur kasar (s)
Drainase cepat (l)
Bentuk wilayah datar sampai berombak (L – u)
Peta Detil (sekala 1 : 5.000 – 1 : 25.000)
Maksud : untuk perencanaan proyek (transmigrasi, irigasi, perkebunan,
dll)
Pembuatan : - seri tanah dan batas penyebarannya ditentukan
berdasarkan penjelajahan dan pengamatan di lapang
- 2 pemboran tiap ha
- 1 profil tiap seri tanah
- peta dasar : peta topografi + foto udara
Satuan unit : seri tanah
Seri tanah segolongan tanah berasal dari bahan induk yang sama
dan mempunyai susunan dan sifat serupa, kecuali lapisan yang paling
atas
Seri tanah didasarkan atas 3 unsur yang menyusunnya, yaitu :
macam tanah
tekstur
drainase
31
Misalnya : Lc – L.li – 2
Macam tanah : Latosol coklat (Lc)
Tekstur : Lempung liat (L.li)
Drainase : baik (2)
Mengingat tidak semua keterangan yang diperlukan dapat dicantumkan
dalam peta, maka dibuat laporan pemetaan tanah memuat & membahas
data yang dikumpulkan di lapangan dan di laboratorium, berikut interpretasi
dari data-data tersebut.
Data tersebut selain menyajikan susunan kimia tanah (pH, kandungan unsure
hara – N, P, K, Ca, dll) juga menyajikan sifat fisik tanah (tekstur, permeabilitas,
drainase, kedalaman tanah, erosi, kedalaman air tanah, kandungan mineral,
bahaya banjir, dll)
Peta Tanah Bagan jenis tanah
Peta Tanah Eksplorasi jenis tanah – bentuk wilayah
bahan induk
Peta Tanah Tinjau macam tanah – fisiografi (bahan induk)
Bentuk wilayah
Peta Semi Detil rupa tanah
Bentuk wilayah
Peta Detil seri tanah
VARIABILITAS TANAH ALAMI
Variasi ruang menyangkut sifat-sifat tanah menjadi suatu masalah.
Variabilitas dalam sebidang tanah sangat penting untuk :
perencanaan penggunaan tanah
tindakan pengelolaan (pemupukan, irigasi)
Sebidang tanah tampaknya seragam, tetapi sebenarnya mempunyai
variabilitas yang banyak sekali. Faktor-faktor yang menyebabkan variabilitas
tanah antara lain :
32
perbedaan iklim
lereng
ketinggian
vegetasi
pemudaan tanah kembali
letak lereng
tipe bahan induk
Penggunaan pupuk
Pengapuran tanah akan bervariasi
Ketidakrataan lapangan
Dalam pekerjaan survai
Pengambilan contoh secara acak sederhana, terutama yang berkaitan
dengan :
sifat kimia tanah
sifat fisika tanah
biologi tanah
1. Cara-cara Survai Tanah
Peta tanah yang baik dihasilkan dari :
survai tanah yang cermat dan teliti dari segi kartografisnya maupun
klasifikasi tanahnya
pengamatan di lapang dilakukan dengan teliti dan penggambaran titik-
titik pengamatan dilakukan dengan tepat pada peta.
Persiapan
studi pustaka gambaran kasar daerah yang akan diteliti
peta topografi peta dasar untuk melakukan pengamatan di lapang
menunjukkan lokasi geografis secara tepat
menunjukkan kemungkinan penyebaran bebagai
jenis tanah di daerah tersebut
foto udara interpretasi fisiografi bentuk wilayah, penggunaan tanah/
vegetasi daerah studi
dibuat mosaik untuk menentukan rencana rintisan,
tempat pengamatan, base camp, dll
Peta topografi dan foto udara diusahakan mempunyai skala yang lebih
besar dari peta tanah yang akan dibuat.
33
2. Survai Pendahuluan
Tujuan :
Penyiapan administrasi izin, perbekalan
Orientasi daerah studi gambaran umum daerah studi
identifikasi problem yang didapat
Pengamatan pendahuluan
Jenis tanah yang ada, dibandingkan dengan
penggunaan tanah, kondisi lingkungan hasil interpretasi foto udara
Modifikasi rencana kerja
3. Survai Utama
Identifikasi jenis-jenis tanah dan faktor-faktor yang mempengaruhi
kemampuan tanah (lereng, batuan, banjir, dll)
Jenis tanah ditentukan berdasarkan pengamatan profil tanah di lapang
dibantu hasil analisis tanah di laboratorium terhadap sample tanah.
Batas penyebaran jenis tanah tanah ditentukan dengan pemboran baik
secara sistematis / secara taktis.
Secara sistematis cara grid sistem (100 x 250 m, 500 x 500 m, 250
x 100 m)
makin rapat jarak pemboran makin teliti petanya
Secara taktis atas dasar perbedaan faktor lingkungan (perbedaan
lereng, perbedaan vegetasi, dan bentuk wilayah)
34
Cara Sistematis
surveyor yang belum
banyak pengalaman
lebih sesuai untuk
daerah yang bentuk
wilayahnya datar
Cara Taktis
surveyor berpengalaman
setiap terjadi perubahan
faktor pembentuk tanah
Pemboran tanah dilakukan
sampai kedalaman 120 cm
atau sampai bahan induk
(bila tebal tanah < 120 cm)
Warna, tekstur, karatan
Profil tanah dilakukan
dengan menggali lubang
sampai kedalaman 150 –
200 cm atau sampai lapisan
bahan induk (bila tebal
tanah kurang dari 150 – 200
cm)
Bagian terpenting dalam
survai tanah
4. Pengolahan dan penyusunan laporan
Pembuatan batas unit tanah dilakukan di lapangan, namun perbaikan
perlu dilakukan berdasarkan hasil analisis tanah dari laboratorium
Peta tanah selesai maka dibuat peta interpretasi kemampuan tanah
untuk kegunaan tertentu
padi, tanaman pangan, tanah kering
Atas dasar peta kemampuan tanah dibuat peta rekomendasi
penggunaan tanah (sesuai dengan peta kemampuan tanahnya)
interpretasi kemampuan tanah evaluasi tanah
35
LAPORAN SURVAI TANAH
I. Pendahuluan
II. Keadaan Fisik & Lingkungan
(lokasi, perhubungan, iklim, hidrologi, bentuk wilayah, geologi,
penggunaan tanah, vegetasi)
III. Keadaan tanah
(proses pembentukan tanah, klasifikasi tanah, unit-unit tanah & uraian
tiap unit tanah, sifat-sifat morfologi, kesuburan, sifat tanah, penyebaran)
IV. Klasifikasi Kemampuan Tanah
(untuk palawija, padi sawah, tanaman perkebunan, dll)
V. Pembahasan
VI. Kesimpulan
VII. Saran (bila diperlukan)
Lampiran Peta :
Peta lokasi survai
Peta geologi
Peta vegetasi / penggunaan tanah
Peta fisiografi
Peta tanah
Peta kemamapuan tanah
Peta rekomendasi penggunaan tanah
36
Selasa, 6 Maret 2007
CARA PENGAMATAN DI LAPANG
Pengamatan di lapang pengamatan penampang tanah
lingkungan
Penampang :
tidak boleh dibuat di tempat bekas timbunan.
tidak terlalu dekat dengan jalan, saluran air, perumahan, pergudangan,
pabrik (< 50 m).
mengenal bentuk wilayah, sambil melakukan pemboran sedalam 1 m,
di 2 – 3 tempat berjarak 1 m. bila 2 – 3 pemboran memperlihatkan
keadaan yang sama, maka tempat tersebut sudah baik.
panjang x lebar x dalam penampang = 150 cm x 100 cm x 200 cm (pada
tanah dangkal, dapat diperkecil)
bila ada gumpalan arang, bata, pecahan gelas, bekas pembakaran
tanah tidak alami)
150 100
200
Cara pengamatan penampang :
Dengan pisau dibuat tusukan-tusukan / cukilan-cukilan sambil meremas
gumpalan tanah (dengan tangan kiri) konsistensi dan tekstur
Perbedaan warna dan tekstur batas lapisan
37
Bila warna dan tekstur sama, maka perbedaaan struktur, konsistensi dan
kandungan bahan kasar sebagai pembatas lapisan (horison)
Tiap lapisan ditentukan dalam dan tebalnya diberi nomor
tentukan warna, tekstur, struktur, konsistensi dan karatannya
keadaan perakaran, padas, kandungan CaCO3, bahan organik dan
kandungan lainnya
Daftar Isian Pengamatan Penampang :
Keterangan umum dan keterangan utama (pada halaman depan)
Catatan penampang (pada halaman belakang)
Keterangan umum keterangan segi administrasi pencatatan
penampang
Nama surveyor (cukup tanda sandi, Hari Kartono = HKA)
Tanggal pengambilan sample tanah
Lokasi : - desa, kecamatan, kabupaten
- nomor sheet peta topografi
- koordinat
- jarak dan azimuth dari 2 tempatyang mudah dikenal
Cuaca, saat pengamatan penampang / pengambilan sample tanah
(S = sekarang, K = kemarin)
Nomor pendaftaran contoh / sample tanah di laboratorium
Nomor penampang dan lapisan serta surveyor
HKA 2 / II surveyor : Hari Kartono
No. penampang : 2
No. lapisan : II
Keterangan utama keterangan fakta fisik tanah dan wilayah dan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
pembentukan dan kemampuan serta
penggunaan tanah
Klasifikasi tanah, dilakukan penetapan sementara nama “macam
tanah” (sub group) berdasarkan corak dan ciri penampang.
Klasifikasi tetap dilakukan setelah diteliti lebih mendalam (hasil
analisis dari laboratorium atas sample tanah, dll)
38
Seri tanah yaitu segolongan tanah yang terbentuk dari
- bahan induk
- sifat-sifat sama, kecuali tekstur dan lapisan tanah
- susunan horison
- drainase
Satuan unit peta atas dasar : - satuan tanah
- satuan fisiografi
- satuan bahan induk
- satuan bentuk wilayah
Peta Tanah Eksplorasi, disusun oleh unsur-unsur :
Satuan tanah (jenis tanah)
Satuan fisiografi
Satuan bahan induk
Peta Tanah Tinjau, disusun oleh unsur-unsur :
Satuan tanah (macam tanah)
Satuan fisiografi
Satuan bentuk wilayah
Peta Tanah Semi Detil, disusun oleh unsur-unsur :
Satuan tanah (rupa tanah)
Satuan fisiografi
Satuan bentuk wilayah
Peta Detil, disusun oleh unsur-unsur :
Seri tanah, atau
Asosiasi lebih dari satu seri tanah
Contoh :
L – V Latosol (L) di daerah vulkan (V) dari batuan beku (I)
I L = Latosol : jenis tanah
Peta tanah eksplorasi V = Vulkan : fisiografi
1 : 1.000.000 I = Batuan beku : bahan induk (igneous rock)
39
Pc.y – F Podsolik kuning (Pc.y) di daerah berbukit lipatan (F) dari
s.c batuan liat (s.c)
Peta tanah tinjau Pc.y = Podsolik kuning : macam tanah
1 : 250.000 F = Bukit lipatan : fisiografi
s.c = batu liat : bahan induk
Pc.y – M – II Podsolik kuning, tekstur agak kasar, drainase
H. Fa sedang (Pc.y – M – II) di daerah berbukit (H) dari bukit
lipatan (Fa)
Peta tanah semi detil Pc.y – M – II = rupa tanah
1 : 50.000 H = fisiografi
Fa = bentuk wilayah
L. yr. I – C – 2 Latosol merah kekuningan, tanpa lapisan mangaan,
tekstur liat, drainase agak cepat.
Peta tanah detil L. yr. I – C – 2 = seri tanah
1 : 10.000
Fase tanah ialah semua sifat tanah atau faktor alam yang mempengaruhi
penggunaan tanah dan pertumbuhan tanaman.
Fase tanah merupakan sifat / corak tumbuhan suatu seri tanah atau satuan
tanah lainnya.
Fase Faktor penghambat
Faktor bahaya
Factor panghambat bentuk wilayah (relief), lereng (slope), keadaan
batu / batuan.
Faktor bahaya banjir, tinggi muka air tanah, kekeringan, keracunan,
salinitas, pengkerutan, erosi.
Dalam fase dapat digolongkan :
- sifat kegemburan
- kandungan humus
- dalam dan tebal lapisan tertentu
40
Fisiografi menunjukkan bentuk permukaan daerah dipandang dari factor
dan proses pembentukan (penciri satuan fisiografi) peta tanah
eksplorasi dan tinjau.
Bentuk wilayah menunjukkan bentuk permukaan daerah dilihat dari lereng
dan perbedaan tinggi satuan bentuk wilayah peta tanah semi detil
Drainase menunjukkan kecepatan meresapnya air dari tanah atau
keadaan tanah yang menunjukkan lamanya dan seringnya jenuh air.
Drainase drainase permukaaan
drainase penampang
permeabilitas
Drainase permukaan : menunjukkan kecepatan hilangnya air dari
permukaan tanah
Drainase penampang ( di dalam ) : menunjukkan kemungkinan
perembesan kelebihan air dalam penampang, yang ditentukan oleh
tekstur, struktur, sifat-sifat lapisan yang terdapat di bagian bawah serta
tinggi muka air tanah
Permeabilitas ditentukan dengan menghitung dalamnya perembesan air
(dalam cm) pada jumlah berat tanah tertentu dalam keadaan kenyang air
dalam satu jam (sangat lambat, < 0,1 cm/jam – sangat cepat, > 25
cm/jam)
Air tanah pada musim hujan
pada musim kering dari permukaan tanah (cm)
pada saat pengamatan
Kelembaban tanah basah
lembab kedalaman tertentu pada penampang
kering
Tumbuhan tumbuhan alam arti ekonomis
penciri ekologis
tumbuhan yang diusahakan
Iklim, rata-rata cuaca dalam jangka waktu panjang (> 15 tahun)
Curah hujan
41
Suhu
Kelembaban tanah
Angin
Bahan induk ialah massa lunak bersusunan anorganis atau organis yang
menjadi pangkal perkembangan tanah.
Bahan induk anorganis – pelapukan batuan induk
organis – bahan induk organis
Ketinggian, diukur dari muka air laut (m)
Keadaan batu / batuan jenis
jumlah
letak
jenis kerikil – 0,5 cm – 2,0 cm
batu kecil – 2,0 cm – 30,0 cm
batu besar – > 30,0 cm
jumlah
sedikit – < 1% menutup permukaan
batu kecil sedang – 1% - 3% menutup permukaan
banyak – > 3% menutup permukaan
sedikit – < 10% menutup permukaan
batu besar sedang – 10% - 25% menutup permukaan
banyak – > 25% menutup permukaan
Erosi jenis
dahsyatnya penghanyutan
Pengaruh manusia – penyekedan
– penggalian / penimbunan
– pengaruh alat mekanis
Pemanfaatan tanah – pergiliran tanaman
– tumpang sari
– dll
42
Keterangan lain – banjir tanpa
jarang
sering
selalu
– tumpang sari tanpa
jarang
sering
selalu
– pengerutan hasil bagi persentase air terhadap
tanah kering di lapang dan liat
ditambah bahan organic
Catatan penampang
Lapisan / horizon adalah lapisan tanah yang hampir sejajar dengan
permukaan, terbentuk karena proses pembentukan tanah.
Horizon – O – bahan organik
– A – solum
– B – solum
– C – bahan induk
– R – bahan induk
Sifat Lapisan
Warna – “ Munsell Soil Color Chart”
– mudah ditentukan di lapang
– merupkan ciri tanah yang paling jelas
Bila :
– kandungan bahan organic tinggi – warna gelap
– tanah dengan drainase buruk – warna kelabu
– tanah banyak kandungan besi – warna merah
Warna – warna dasar tanah
– warna karatan dan kongkresi
– warna humus
43
Menentukan warna – tanah harus lembab
- tanah terlindung dari sinar matahari
- bekerja jam 09.00 – 16.00
- dibandingkan dengan kertas Munsell
Warna 7.5 yR 5/4 Hue 7.5 yR
Satuan warna Value 5
Chroma 4
Munsell Soil Color Chart
Alat ini memiliki 3 notasi warna, yaitu :
1. hue
2. value
3. kroma
Hue : menunjukkan warna campuran hitam – putih. Tanah memiliki kisaran
hue dari merah (R) – merah kuning (YR) – kuning (Y) dengan
beberapa bercak kuning hijau (GY) atau hijau (G). biasanya buku
Munsell memiliki hue 10 R, 2.5 yR, 5 yR, 7.5 yR, 10 yR, 2.5 Y, 5 Y.
Value : disimbolkan dengan angka 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8.
Angka terendah = warna absolut hitam.
Angka tertinggi = warna absolut putih
Kroma : Suatu indikasi jumlah pigmen yang harus dicampur dengan value
abu-abu yang sesuai menghasilkan warna khusus. Kroma
disimbolkan dengan angka 0, 2, 4, 6, 8. Kelabu murni = kroma = 0,
makin meningkat angkanya makin cerah.
Iklim yang lebih panas mengarah ke warna lebih merah
Tanah basah memiliki warna kuning
Tahap pertama dalam cara mencocokkan warna dengan Munsell Soil Color
Chart adalah mencocokkan dulu dengan hue yang paling tepat, dengan dasar
pemikiran warna tersebut mengarah ke warna kuning / warna merah. Digeser
ke kiri atau ke kanan untuk mencocokkan kroma dan digeser ke atas dan ke
bawah untuk mencocokkan value, sampai ditemukan warna yang paling yang
paling cocok (tidak berarti tepat atau sama benar warnanya).
44
Warna paling baik ditetapkan dengan menggunakan sinar asli (cahaya
matahari). Tanah dalam keadaan kering bervalue dua lebih tinggi
dibandingkan tanah yang sama dalam keadaan lembab.
Tekstur ialah perbandingan fraksi pasir – debu – liat dalam masa tanah.
Struktur ialah susunan butir tanah secara alami menjadi agregat dengan
bentuk tertentu dan dibatasi.
– bentuk
Struktur – ukuran
– kemantapan
Konsistensi ialah kohesi / adhesi massa tanah.
Konsistensi diukur dalam 3 kelembaban – basah
– lembab
– kering
Karatan adalah warna dalam tanah, akibat proses oksidasi dan reduksi
Karatan – jumlah
– ukuran
– bandingan
– batas
– bentuk
Kandungan bahan kasar ialah massa dalam tanah, berukuran 0,2 – 2,0
cm, terdiri dari kongkresi-kongkresi, kerikil, gumpalan garam, yang
berpengaruh terhadap penggunaan tanah dan pertumbuhan tanaman.
– jenis
– ukuran
Bahan kasar – jumlah dalam penampang
– kekerasan
– penyebaran
Perakaran ialah ditemukannya akar pada penampang.
– ukuran
Perakaran – jumlah
– dalamnya akar ditemukan
45
Selasa, 13 Maret 2007
KLASIFIKASI TANAH
Klasifikasi Tanah = mengelompokkan tanah berdasarkan pada sifat-
sifat yang dimilikioleh tanah tersebut.
Tujuan Klasifikasi Tanah
· Menata pengetahuan tentang tanah
· Untuk mengetahui hibungan antar jenis tanah dengan lingkungan
· Untuk mengingat sifat-sifat tanah
· Untuk mengetahui sifat-sifat dan kemampuan suatu jenis tanah
Klasifikasi tanah klasifikasi teknis
Klasifikasi alami
Klasifikasi Teknis, didasarkan sifat-sifat tanah yang mempengaruhi
kemampuan tanah untuk kemampuan tertentu.
(perkebunan, padang rumput)
Tekstur tanah, kelerengan, drainase, dll.
Klasifikasi Alami, didasarkan sifat-sifat tanah yang dimilikinya
dengan tidak mengkaitkan dengan penggunaan
tanah
Sifat fisika, kimia, mineral yang dimiliki
tanah tersebut
Sistem Klasifikasi Pusat Penelitian Tanah
Sistem ini dikenal dengan ”Sistem Dudal-Supraptohardjo”
Sistem ini menggunakan 6 kategori, yaitu :
· Golongan ( ordo )
· Kumpulan ( Subordo )
· Jenis ( Greatgroup )
· Macam ( Subgroup)
· Rupa ( Famili)
· Seri (seri )
46
Pada tingkat ordo dan subroto yang tidak dikenal, tanah diberi
nama dengan nama mulai jenis tanah ( Great group). Pada tingkat
rupa dan sepi penciri utamnya tekstur dan drainase tanah.
Jenis Tanah : Latosol
Macam Tanah : Latosol Argilik
Rupa : Latosol Argilik, tekstur halus, drainase baik
Seri : Bengkulu (Latosol Argilik, tekstur halus, drainase baik)
Jenis Tanah dibedakan atas :
Organosol Litosol Redzina
Grumusol Gleisol Aluvial
Regosol Andosol Latosol
Lateritik Kambisol Podsolik
Mediteran Planosol Podsol
Sistem Klasifikasi FAO / UNESCO
Sistem ini dibuat dalam rangka penyusunan peta tanah dunia untuk
FAO / UNESCO
Dikembangkan suatu sistem dengan dua kategori, yaitu :
· Great Group : Regosol
Sub Group : Entric Regosol
· Great Group : Gleysol
Sub Group : Mollic Gleysol
Great Group yang ada antara lain :
Fluvisol Gleysol Regosol
Lithosol Arenosol Redzina
Andosol Vertisol Solonetz
Xerosol Cambisol Nitosol
Acrisol Podsol Plasotol
Luvisol
47
Sistem USDA
Sistem ini mempunyai 6 kategori, yaitu :
· Ordo
· SubOrdo
· Great Group
· Sub Group
· Family
· Seri
Tanah diberi nama secara sistematik, dari ordo sampai family,
sehingga apabila membaca nama family suatu tanah, maka dengan
mudah dapat ditelususri nama kategori yang lebih tinggi dan sekaligus
dapat menggambarkan sifat-sifat tanah tersebut.
Pada tingkat ordo, tanah dibedakanmenjadi 11 dengan akhiran ’SOL’
(Solum= tanah), suku tanah sebelumnya menunjukkan sifat utama
tanah tersebut.
ORDO Akhiran untuk Artinya kategori lain
Entisol ent recENT - baru
Inceptisol ept incEPTium - permulaan
Vertisol ert vERTo - berubah
Arditisol id arIDus - sangat kering
Mollisol oll mOLLis - lunak
Spodosol od spODus - abu
Alfisol alf AL+ Fe
Ultisol ult ULTimus - akhir
Oxisol ox OXide - oksida
Histosol ist hISTos - jaringan
Andisol and ANDo – tanah hitam
48
· Ordo : Ultisol (pengembangan tanah pada tingkat akhir)
· Sub Ordo : Udult (udus – humid, artinya lembab ,tidak pernah kering)
· Great Group : Tropudult (tersebar di bawah tropic)
· Sub Tropik : Aquic Tropudult (aqua – air,kadang berair)
· Famili : Aquic Tropudult, lempung halus, kaolinitik,
Isohyperthermic (kaolinitik, mineral lempung di
dominasi kaolinitik, isohyperthermic – suhu tanah lebih
tinggi dari 22ºC dan perbedaan suhu musim panas
danmusimdingi kurang dari 5ºC)
· Seri : Granada (karena pertama kali ditemukan didaerah itu)
Padanan nama tanah menurut berbagai system klasifikasi
PUSLITTAN FAO / UNESCO USDA
1. Tanah Aluvial Fluvisol Entisol
Inceptisol
2. Andosol Andosol Andisol
3. Kambisol Cambisol Inceptisol
4. Grumosol Vertisol Vertisol
5. Latosol Nitosol Ultisol
Lateritik Ferralsol Oxisol
6. Litosol Litosol Entisol
7. Mediteran Luvisol Alfisol
Inceptisol
8. Organozol Histosol Histosol
9. Podsol Podsol Spodosol
10. Podsolik Acrisol Ultisol
11. Regosol Regosol
12. Renzina Renzina
13. Gleisol Gleysol
14. Planosol Planosol
49
Tata nama dalam taksonomi TANAH
1. Nama Ordo
Dalam kategori ordo, selalu diberi akhiran ‘SOL’ (Solum – tanah).
Sedang suku kata sebelumnya menunjukkan sifat utama dari tanah
tersebut.
Untuk kategori yang lebih rendah dari ordo, maka akhiran ’SOL’ tidak
digunakan lagi. Untuk menunjukkan hubungan sifat-sifat tanah dari
kategori tinggi dengan kategori yang lebih rendah, digunakan akhiran
yang merupakan singkatan dari nama-nama masing-masing tersebut.
Nama Ordo : Ultisol
(ultus – akhir, perkembangan tanah tingkat akhir)
2. Nama Sub Ordo
Nama Sun Ordo terdiri dari dua susun kata. Suku kata pertama
menunjukkan sifat Sub Ordo tersebut, sednagkan susku kata kedua
menunjukkan nama dari ordo tersebut.
Nama Sub Ordo : Udult
(udus – humid, lembab & tidak pernah
kering)
3. Nama Great Group
Nama Great Group terdiri dari 3 suku kata atau lebih, tanpa akhiran
‘Sol’. Dua suku kata terakhir merupakan nama sub ordo, sedang suku
kata yang didepannya menunjukkan faktor penciri dsri Great Group
sendiri
Nama Great Group : Fragiudult
(Fragipan – mempunyai padas yang rapuh)
4. Nama Sub Group
Sub group terdiri dari dua suku kata, berasal dari nama great group di
tambah dengan kata sifat didepannya, yang menerangkan sifat utama
dari Great Groupnya. Bila sub group hanya memiliki sifat utama dari
great groupnya maka ditambahkan dengan kata ‘Typic’
50
Nama Sub Group : Typic Psammaquent
Sub Group dari Psammaquent yang
sifatnya serupa dengan Great Groupnya.
Psammas – pasir, bertekstur halus
Aqu (aqua) – air, selalu basah
Ent (entosol) – recent, akhir
* Aquic Fragiudult (aqua – air, kadang berair)
5. Nama Famili
Famili diberi nama berdasarkan sifat-sifat tanah. Sifat-sifat yang dapat
digunakan untuk penamaan famili adalah tekstur, kandungan mineral,
suhu tanah.
Nama Famili : Aquic fragiudult, berliat halus, kaolinitik,
isohyperthermic.
( tekstur – berliat halus, mineral – liat dan di
dominasi kaolinit, suhu tanah - >22ºC, perbedaan
suhu musim panas dandingan adalah < 5ºC)
6. Nama Seri
Diambil dari nama tempat atau sifat alami dari tempat-tempat yang
berdekatan denan tempat pertama kali ditemukan seri tersebut.
Nama Seri : Siliung ( pertama kali ditemukan di Siliung)
Masalah dalam klasifikasi tanah :
· Kekompleksan sifat tanah, variasi ruang dan kesulitan dalam
menyederhanakan hubungan antar sifat-sifat tersebut.
· Menentukan batas-batas tanah yang mempunyai berbagai sifat
yang bervaraisi dalam ekspresi ruang yang berbeda.
· Asosiasi berbagai hasil interaksi dari daerah-daerah yang
berdekatan, yang berarti bahwa masing-masing area lebih
merupakan sistem trebuka darpada sistem tertutup
51
Klasifikasi tanah disajikan dalam bentuk peta. Pada peta skala kecil (peta
tanah tinjau), tanah yang berbeda kadang-kadang harus dikelompokkan
kedalam ’Asosiasi geografik’ atau ’kompleks’
Asosiasi Tanah Beberapa satuan unit tanah yang menyusun satu satuan
peta yang dilapangan arealnya jelas, tetapi batas
penyebarannya masing-masing tidak dapat ditetapkan
karena terlalu rumit dan sempit untuk digambarkan dalam
satuan peta.
Kompleks Tanah Satuan peta yang tersusun atas beberapa satuan unit
tanah yang areal masing-masing satuan unit tanah di
lapangan tidak teratur
52
Selasa, 20 Maret 2007
KEMAMPUAN DAN KESESUAIAN TANAH
Kemampuan tanah Pengelompokkan tanah berdasarkan atas sifat-
sifat yang merupakan potensi dan hambatan
dalam penggunaannya
Kesesuaian tanah Pengelompokkan tanah yang sesuai untuk
penggunaan tanah tertentu
Kemampuan dipandang sebagai kapasitas tanah itu sendiri untuk
penggunaan umum, sedangkan Kesesuaian dipandang sebagai adaptasi
tanah untuk penggunaaan tertentu
Kemampuan tanah untuk memelihara kelestarian tanah, sedangkan
kesesuaian tanah untuk pengendalian kerusakan tanah (erosi, dll) kepada
tindakanpengelolaan masing-masing tipe penggunaan tanah
SISTEM KEMAMPUAN TANAH Sistem USDA
Mengenal 3 kategori, yaitu : Klas, Subklas, dan unit
Kemampuan tanah dalam tingkat kelas
Tanah dikelompokkan dalam kelas I – VIII, dimana semakin
tinggi kelas resiko kerusakan dan besarnya faktor penghambat
makin bertambah.
Kelas I – IV mampu untuk usaha pertanian
Kelas V – VIII kurang mampu untuk usaha
pertanian atau diperlukan biaya yang
tinggi untuk pengelolaannya.
53
Kelas Kemampuan
Tanah
Intensitas Macam Penggunaan Meningkat
Cag
ar A
lam
Hut
an
Peng
gem
bala
an
Terb
atas
Peng
gem
bala
an
Sed
ang
Peng
gem
bala
an
Inte
nsif
Gar
apan
Te
rbat
as
Gar
apan
S
edan
g
Gar
apan
In
tens
if
Gar
apan
San
gat
Inte
nsif
Ham
bata
n / A
ncam
an
men
ingk
at P
ilihan
pe
nggu
naan
ber
kura
ng I
II III IV V VI VII
VIII
· Kelas I
Tanah pada kelas ini mempunyai sedikit
penghambat yang membatasi penggunaannya,
mampu untuk semua usaha pertanian. Dicirikan
dengan tanah yang datar, bahaya erosi sangat kecil,
solum yang dalam, drainase baik,mudah diolah,
dapat menahanair dengan baik dan rensponsif
terhadap pemupukan.
Tanah pada kelas ini tidak punya penghambat atau
ancaman kerusakan yang berarti dan sesuai untuk
usaha tani yang intensif. Tindakan pemupukan dan
pemeliharaan struktur tanah diperlukan untuk
mampertahankan kesuburan dan produktivitasnya
· Kelas II
Tanah pada kelas ini mempunyaisedikit penghambat
yang dapat mengurangi pilihan penggunaannya atau
membutuhka tindakan pengawetan yang sedang.
Tanah pada kelas ini membutuhkan pengelolaan
secara hati-hati, meliputi tindakan pengawetan,
menghindari kerusakan dan memperbaiki hubungan
54
air – udara dalam tanah, bila ditanami. Penghambat
dalam kelas ini dapat merupakan satu atau
kombinasi dari faktor-faktor berlereng landai,
kepekaan sedang terhadap erosi, struktur tanah
sedikit kurang baik.
Dalam penggunaannya diperlukan tindakan
pengawetan yang ringan, seperti pengolahan tanah
menurut kontur, penanaman dalam jalur, pergiliran
tanaman dengan tanaman penutup tanah atau
pupuk hijau, guludan, pemupukan dan pengapuran.
Kombinasi tindakan-tindakan yang diperlukan
bervariasi dari satu tempat ke tempat lain,
tergantung dari sifat-sifat tanah, iklim dan sistem
usaha tani yang dilakukan.
· Kelas III
Tanah pada kelas ini mempunyai lebih banyak
penghambat dari tanah kelas II, dan bila digunakan
untuk tanaman pertanian memerlukan tindakan
pengawetan khusus, yang umumnya lebih sulit baik
pelaksanaan maupun pemeliharaannya.
Penghambat pada tanah kelas III dapat merupakan
salah atau lebih faktor-faktor berikut : lereng agak
miring, atau sangat peka terhadap bahaya erosi,
drainase buruk, permeabilitas tanah sangat lambat.
Solum dangkal yang membatasi daerah perakaran,
kapasitas menahan air rendah, kesuburan yang
rendah dan tidak mudah diperbaiki.
Apabila tanah ini diusahakan membutuhkan tindakan
pengawetan khusus seperti perbaikan drainase,
sistem penanaman dalam jalur atau pergiliran
dengan tanaman penutup tanah, pembuatan teras,
disamping tindakan-tindakan untuk memelihara atau
meningkatkan kesuburan tanah seperti penambahan
bahan organik, pupuk, dll.
55
· Kelas IV
Tanah pada kelas ini mempunyai penghambat yang
lebih besar dari pada kelas III, sehingga pemilihan
jenis penggunaan atau jenis tanaman juga lebih
terbatas. Tanah pada kelas ini dapat digunakan
untuk berbagai jenis penggunaan pertanian dengan
ancaman dan bahaya kerusakan yang lebih besar
dari tanah kelas III
Tanah pada kelas ini mempunyai salah satu atau
lebih faktor penghambat berikut : lereng curam,
sangat peka terhadap bahaya erosi , solum dangkal,
kapasitas menahan air yang rendah dan drainase
buruk.
Apabila diusahakan dibutuhkan tindakan
pengelolaan khusus, yang relatif lebih sulit, baik
dalam pelaksanaan maupun pemeliharaannya
dibandingkan dengan kelas-kelas sebelumnya. Jika
digunakan untuk tanaman semusim diperlukan
pembuatan teras atau saluran drainase atau
pergiliran dengan tanaman penutup tanah
makanana ternak / pupuk hijau selama beberapa
tahun, misalnya 3 – 5 tahun.
· Kelas V
Tanah pada kelas ini tidak sesuai untuk ditanami
dengan tanaman semusim, tetapi lebih sesuaiuntuk
ditanami dengan vegetasi permanen (makanan
ternak atau dihutankan).
Tanah pada kelas ini terletak pada tempat yang
hampir datar, basah atau tergenang air atau terlalu
banyak batu diatas permukaan.
-. Tanah di daerah cekungan yang sering
tergenang air, sehingga menghambat
pertumbuhan tanaman.
56
-. Tanah berbatu
-. Tanah di daerah berawa-rawa yang sulit di
drainase
· Kelas VI
Tanah pada keas ini tidak sesuai untuk digarap bagi
tanaman semusim, tetap sesuai untukvegetasi
permanen yang dapat digunakan sebagai makanan
ternak (padang rumput) atau dihutankan, dengan
penghambat yang sedang.
Tanah pada kelas ini mempunyai lereng yang curam,
sehingga mudah tererosi atau telah mengalami erosi
yang sangat berat, atau mempunyai solum tanah
yang sangat dangkal. Bila digunakan untuk tanaman
semusim diperlukan tindakan pengawetan yang
khusus, seperti pembuatan teras bangku,
pengolahan menurut kontur. Penggunaan untuk
padang rumput pun harus diusahakan sedemikian
rupa sehingga rumputnya selalu menutupi tanah
dengan baik
· Kelas VII
Tanah pada kelas ini sebaiknya digunakan untuk
vegatasi permanen (padang rumput atau hutan)
yang disertai dengan pengelolaan yang tepat dan
lebih intensif dari kelas V.
Tanah kelas ini terletak pada lereng yang sangat
curam atau mengalami erosi berat, atau tanah
sangat dangkal, atau berbatu
· Kelas VIII
Tanah pada kelas ini harus dibiarkan dalam keadaan
yang alami dibawah vegetasi alami, dapat untuk
cagar alam, hutan lindung, atau rekreasi.
Tanah pada kelas ini berlereng sangat curam atau
sangat berbatu, dapat batuan lepas atau batuan
tersingkap atau batuan pasir ( di pantai)
57
Kemampuan tanah dalam tingkat subkelas
Subkelas adalah pembagian lebih lanjut dari kelas berdasarkan
pada faktor penghambat yang sama, yaitu :
Bahaya erosi (e)
Genangan air (w)
Penghambat pada perakaran tanaman (s)
Iklim (c)
Subkelas (e) erosi, terdapat pada tanah dimana erosi
merupakan masalah utama. Kepekaan erosi dan erosi yang
telah terjadi merupakan petunjuk untuk penempatan dalam
subkelas ini.
Misalnya : tanah kelas III disebabkan oleh faktor erosi
IIIe
Subkelas (w) kelebihan air, terdapat pada tanah dimana
kelebihan air merupakan faktor penghambat utama. Drainase
yang buruk, air tanah yang tinggi, bahaya banjir merupakan
faktor yang digunakan untuk menentukan subklas ini.
Misalnya : tanah kelas II yang disebabkan oleh faktor air
Iiw
Subkelas (s) penghambat pada perakaran tanaman, meliputi
tanah yang dangkal, banyak batu-batuan, daya memegang yang
rendah, kesuburan rendah yang sulit diperbaiki, garam dan
unsur Natrium (Na) yang tinggi.
Misalnya : tanah kelas IV yang disebabkan oleh
terhambatnya perakaran tanaman
Ivs
Subkelas (c) iklim, terdiri tanah dimana iklim ( suhu dan curah
hujan) merupakan penghambat utama.
Kemampuan tanah dalam tingkat unit
Kemampuan tanah pada tingkat seri memberi keterangan yang
spesifik dan detail dari subkelas
58
Tanah yang termasuk satu unit kemampuan tanah, mempunyai
dan memerlukan cara pengelolaan yang sama untuk
pertumbuhan tanaman.
Tanah ini mempunyai sifat yang sama dalam :
-. Kemampuan memproduksi tanaman pertanian dan makanan
ternak (rumput)
-. Memerlukan tindakan konsevasi dan pengelolaan tanaman
-.Tanaman yang ditanam di bawah tersebut dengan
pengelompokkan sana akan memberi hasil yang kurang
lebih sama
Pemberian simbol dengan cara menambahkan angka arab
dibelakang simbol subkelas. Angka tersebut menunjukkan
besarnya tingkat dari faktor penghambat yang ditunjukkan
dalam subkelas.
Misalnya : III e-3
IV s – 3
II w-1
Sistem FAO
Sistem ini mengenal 4 kategori, yaitu :
1. Ordo Suatu tanah sesuai atau tidak sesuai untuk
penggunaan tanah
2. Kelas Tingkat kesesuaian suatu tanah
3. Sub-klas Jenis pembatas atau macam perbaikan
yang harus dijalankan dalam masing-
masing kelas.
4. Unit Perbedaan-perbedaan kecil yang
berpengaruh dalam pengelolaan suatu
subkelas
59
Tingkat Ordo
Dikenal 2 kategori, yaitu :
· Sesuai (S)
Tanah yang dapat digunakan dalam jangka waktu yang tidak
terbatas
· Tidak sesuai (N)
Tanah yang bila dikelola mempunyai kesulitan sedemikian rupa
hingga mencegah kegunaannya untuk satu tujuan yang telah
direncanakan
Tingkat Kelas
· Sangat sesuai (S1)
Tanah yang tidak mempunyai pembatas yang besar untuk
pengelolaan produksi.
· Cukup sesuai (S2)
Tanah yang mempunyai pembatas yang agak besar untuk
mempertahankan pengelolaan produksi.
· Hampir sesuai (S3)
Tanah yang mempunyai pembatas yang besar untuk
mempertahankan pengelolaan produksi
*pembatas : mengurangi produksi pertanian atau
keuntungan dan meningkatkan masukan
yang diperlukan.
· Tidak sesuai saat ini (N1) = Tanah mempunyai pembatas yang
lebih besar, tetapi masih memungkinkan diatasi dengan modal
besar.
· Tidak sesuai selamanya (N2) = Tanah yang mempunyai
pembatas permanen, sehingga mensegah segala kemungkinan
penggunaan jangka panjang
S
N
60
Tingkat Sub-kelas
Pada tingkat ini dituliskan simbol jenis pembatasnya (hanya punya satu
pembatas), simbol jenis pembatas yang dominan (punya beberapa
pembatas) jadi ditulis paling depan.
Contoh : -. Kelas S2 mempunyai pembatas kedalaman efektif (s)
S2s
-. Kelas S2 mempunyai pembatas topografi (t) yang paling
dominant dan pembatas kedalaman efektif (s)
merupakan pembatas tambahan
S2ts
Tingkat Unit
Pembeda pada tingkat unit adalah kemampuan berprodksi, dituliskan
dengan symbol angka arab.
S2t – 1
S2s – 2
Sistem IPB (Sitanala Arsyad)
Arsyad (1979) mengemukakan kriteria kemampuan tanah pada
kategori kelas atas dasar faktor-faktor penghambat yang bersifat
permanen / sulit diubah, antara lain :
1. Tekstur Tanah (t)
· Halus (t1) Liat, liat berdebu (A & B)
· Agak halus (t2) Liat berpasir,lempung liat berdebu,
lempung berliat, lempung liat
berpasir (C, E, F, D)
· Sedang (t3) Debu, lempung berdebu, lempung
(I, H, G)
· Agak kasar (t4) Lempung berpasir (J)
· Kasar (t5) Pasir berlempung, pasir (K, L)
2. Permeabilitas (p)
Lambat (p1) < 0.5 – 2.0 cm/jam
Agak lambat (p2) 0.5 – 2.0 cm/jam
61
Sedang (p3) 2.0 - 6.25 cm/jam
Agak cepat (p4) 6.25 – 12.5 cm/jam
Cepat (p5) > 12.5 cm/jam
3. Kedalaman efektif (k)
Dalam (k0) > 90 cm
Sedang (k1) 90 – 50 cm
Dangkal (k2) 50 – 25 cm
Sangat dangkal (k3) < 25 cm
4. Lereng permukaan (l)
Datar (l0) 0 – 3%
Landai / berombak (l1) 3 – 8%
Agak miring / bergelombang (l2) 8 – 15%
Miring / berbukit (l3) 15 – 30%
Agak curam (l4) 30 – 45%
Curam (l5) 45 – 65%
Sangat curam (l6) > 65%
5. Drainase tanah (d)
Baik (d0) Tanah mempunyai peredaran udara
baik. Seluruh profil tanah dari atas
sampai lapisan bawah berwarna
cerah yang seragam dan tidak ada
bercak-bercak
Agak baik (d1) Tanah mempunyai peredaran udara
baik.tidak ada bercak-bercak
berwarna kuning, coklat atau kelabu
pada lapisan atas dan bagian atas
lapisan bawah
Buruk (d2) Bagian bawah lapisan atas (dekat
permukaan) terdapat warna atau
bercak-bercak berwarna kelabu,
coklat, dan kekuningan.
62
Sangat buruk (d3) Seluruh lapisan permukaan tanah
berwarnakelabu dan tanah bawah
berwarna kelabu atau terdapat
bercak-bercak kelabu, coklat dan
kekuningan
6. Erosi (e)
Tidak ada erosi (e0)
Ringan (e1) < 25% lapisan atas hilang
Sedang (e2) 25 – 75% lapisan atas hilang
Berat (e3) > 75% lapisan atas hilang dan
< 25% lapisan bawah hilang
Sangat berat (e4) > 25% lapisan bawah hilang
7. Faktor-faktor khusus
a. Batu-batuan
Bahan kasar yang terdapat dalam lapisan 20 cm atau di
bagian atas tanah.
a1 Kerikil Bahan kasar dengan diameter
2 mm – 7.5 cm (berbentuk
bulat) atau sampai 15 cm
(berbentuk gepeng)
bo (tidak ada atau sedikit) 15% dr vol tanah
b1 (sedang) 15 – 50%
b2 (banyak) 50 – 90%
b3 (sangat banyak) > 90%
a2 Batuan kecil Bahan kasar dengan diameter
7.5 cm – 25 cm (berbentuk
bulat), atau 15 cm – 40 cm
(berbentuk gepeng)
bo (tidak ada atau sedikit) 15% dr vol tanah
b1 (sedang) 15 – 50%
b2 (banyak) 50 – 90%
b3 (sangat banyak) > 90%
63
b. Batu-batuan di atas permukaan tanah
b1 Batuan bebas Batuan lepas yang
(stone) tersebar diatas permukaan
tanah, berdiameter > 25 cm
(bulat) atau bersumbu > 40
cm (gepeng)
b0 (tidak ada) < 0.01% luas area
b1 (sedikit) 0.01 – 3%
b2 (sedang) 3 – 15%
b3 (banyak) 15 – 90%
b4 (sangat banyak) > 90%
b2 Batuan terungkap Merupakan bagian dari batuan
(rock) besar yang terbenam didalam
tanah
b0 (tidak ada) < 2% perm tanah tertutup
b1 (sedikit) 2 – 10%
b2 (sedang) 10 – 50%
b3 (banyak) 50 – 90%
b4 (sangat banyak) > 90%
c. Ancaman banjir / genangan
o0 (tidak pernah) Dalam periode satu tahun
tanah tidak pernah tertutup
banjir > 24 jam
o1 (kadang-kadang) Banjir yang menutupi tanah
> 24 jam, terjadinya tidak
teratur dalam periode kurang
dari satu bulan
o2 Selama waktu satu bulan
dalam satu tahun, tanah
secara teratur tertutup banjir >
24 jam
o3 Selama waktu 2 – 5 bulan
dalam setahun, secara teratur
selalu dilanda banjir > 24 jam
64
o4 Selama waktu ≥ 6 bulan,
tanah tergenang banjir secara
teratur yang lamanya > 24 jam
Sistem Penatagunaan tanah (PGT) – I Made Sandy
1. Lereng
2. Kedalaman
3. Drainase tanah
4. Ketinggian
Perlu dicatat oleh surveyor :
· Tutupan batu pada permukaan tanah
· Adanya air tanah asin
· Adanya air tanah asam
· Adanya gambut
· Adanya rayapan tanah
Lereng
Merupakan sudut yang dibentuk oleh permukaan tanah dengan
bidang horizontal, dinyatakan dalam persen. Dibuat dengan
mengukur jarak transis pada peta kontur (topografi), untuk transis
yang rapat, dihitung selisih antara 5 kontur, sedang untuk transis
yang jarang dihitung antara 2 kontur.
Jarak transis (d) kelas lereng
> 25 mm 0 – 2%
3.3 – 25 mm 2 – 15%
1.25 – 3.3 mm 15 – 40%
< 1.25 mm > 40%
Rumus : d = c.i x 1000
L . S
d. : jarak antara 2 garis kontur
c.i : kontur interval (m)
L : lereng (%)
S : skala
65
Kedalaman Efektif
Adalah tebalnya lapisan tanah dari permukaan tanah sampai bahan
induk atau sampai suatu lapisan dimana perakaran tanaman dapat
atau mungkin menembusnya
Batas kedalaman efektif berupa :
· Bahan induk
· Lapisan pasir yang tebal
· ’Cat Clay’ – pasir yang tebal
Kedalaman :
< 10 cm terlalu dangkal untuk pertumbuhan tanaman
10 – 30 cm masih memungkinkah untuk tanaman
semusim (berakar dangkal)
30 – 60 cm cukup baik untuk tanaman semusim,
tapikurang baik untuk tanaman tahunan
60 – 90 cm baik untuk tanaman semusim, cukup baik
untuk tanaman tahunan
> 90 cm tidak menjadi hambatan bagi pertumbuhan
perakaran tanaman
Tekstur tanah
Adalah kasar dan halusnya tanah yang ditentukan berdasarkan
perbandingan fraksi-fraksi pasir – debu – liat
Pengamatan dilapangan diharuskan dalamkeadaan kelembaban
tanah pada kondisi kapasitas lapang (tidak terlalu kering/terlalu
basah)
Terlalu kering menonjolkan rasa kasar
Terlalu basah menonjolkan rasa licin
Drainase
Menunjukkan lama dan seringnya tanah jenuh air atau menunjukkan
kecepatan meresapnya air dari permukaan tanah.
66
Drainase : -. Permukaan
-. Permukaan + penampang
· Porous
Air cepat sekali meresap kedalam tanah, tidak pernah
tergenang, pada tanah pasir / bertekstur kasar
· Tidak pernah tergenang (tetapi tidak porous)
Sebagian air hujan yang jatuh mengalir di permukaan, sebagian
kecil meresap ke dalam penampang, kandungan air optimal
bagi banyak tanaman; daerah berombah - bergelombangan
· Tergenang periodik
Air hujan lebat terlepas dari massa tanah,penampang periodik
dalam keadaan basah atau tergenang. Sering ditemui karatan
pada suatu lapisan; daerah landai atau berombak
-. Tergenang periodik setelah hujan :
Air hujan ditambah oleh massa tanah dan penampang
terlihat jenuh ntuk sementara waktu. Terdapat karatan
dilapisan bawah (80 cm) dari permukaan; daerah
landai atau daerah lereng bagian bawah.
-. Tergenang periodik :
Sebagian air hujan ditahan oleh massa tanah
sehingga paling lama sebulan dalam setahun secara
periodik tergenang; daerah datar atau daerah
cekungan.
-. Tergenang periodik 1 – 3 bulan
Kriteria di atas hanya waktunya 1 – 3 bulan
setahunnya. Karatan sampai lapisan atas.
-. Tergenang periodik 3 – 6 bulan
Kriteria di atas hanya waktunya 3 – 6 bulan
setahunnya. Karatan sampai lapisan atas.
-. Tergenang terus-menerus
Kriteria di atas hanya waktunya lebih dari 6 bulan
setahunnya. Karatan sampai lapisan atas.
67
Erosi
Pengikisan permukaan tanah oleh sesuatu kekuatan, sehingga buturan
tanah terangkat ke tempat lain.
Penyebabnya air atau angin
Hanya terjadi pada lereng lebih dari 30%
· Tidak ada erosi lapisan tanah atas masih utuh
· Erosi ringan lapisan tanah atas mulai terkikis < 10%
· Erosi sedang lapisan tanah atas terkikis 10 – 50%
· Erosi berat lapisan tanah atas terkikis 50 – 75%
· Erosi sangat berat lapisan tanah atas terkikis > 75% dan
lapisan tanah bawahnya juga ikut terkikis
Gambut
Gambut adalah tanah yang terbentuk dari bahan organik.
Diamati tingkat kematangannya.
· Fibrik
Gambut masih mentah, bila diperas tidak ada atau sedikit sekali
yang keluar dari sela-sela jari, yang keluar sebagian hanya air
dan yang tersisa pada tangan adalah gambut yang masih
terlihat bahan asalnya
· Humik
Gambut setengah matang, bila dipers hampir setengahnya
keluar seperti lumpur dan sebagian lagi tertinggal di genggaman
tangan berupa bahan yang belum begitu melapuk
· Saprik
Gambut telah matang, bila diperas sebagian besar atau
seluruhnya, gambut keluar di sela-sela jari berupa lumpur,
warnanya kecoklatan
Tingkat kematangan gambut diamati pada kedalaman ± 30 cm.
Tutupan batuan
Kerikil atau batu-batuan yang muncul dipermukaan tanah atau
penampang tanah.
68
· Sedikit bila < 25% luas permukaan atau penampang
tanah didominasi oleh batu-batuan.
· Sedang bila 25 – 50% luas permukaan tanah didominasi
batu-batuan
· Banyak bila > 50% luas permukaan tanah didominasi oleh
batu-batuan
Kegaraman
Adanya kandungan garam dalam tanah
Cirinya : adanya rasa asin pada tanah atau ada kerak putih yang
rasanya asin, atau tumbuhan indikator air asin (misalnya
Sonneratia, Avicenia, Acanthes)
· Sedikit
Tanah terasa asin tetapi belum timbul kerak garam pada waktu
tanah kering dan belum tampak seleksi tumbuhan alam.
Beberapa tumbuhan indikator air asin sudah ditemukan.
· Banyak
Tanah terasa asin, timbul kerak garam bila tanah kering an
sudah ada seleksi alam terhadap tumbuhan, jadi hanya
tumbuhan yang tahan air asin saja yang tumbuh di situ.
Top Related