EVALUASI PROGRAM YAYASAN KUNTUM INDONESIA DALAM UPAYA
PENGEMBANGAN UMKM DI KAMPUNG WISATA BISNIS TEGALWARU
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh :
AHMAD WIZA WALADY
NIM 1111046100150
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015 M/1437 H
v
ABSTRAK
Ahmad Wiza Walady (1111046100150). “Evaluasi Program Yayasan Kuntum
Indonesia Dalam Upaya Pengembangan UMKM di Kampung Wisata Bisnis
Tegalwaru” Skripsi Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam). Konsentrasi
Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
1436 H/2015 M. Isi xiv + 108 halaman isi + lampiran.
Skripsi ini bertujuan untuk mengevaluasi program Yayasan Kuntum Indonesia
(YKI) berdasarkan aspek-aspek yang ada di dalam GCG (Good Corporate
Governance). Kemudian juga melihat sejauh mana dampak keberadaan yayasan pada
perkembangan UMKM di Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru (KWBT). Penelitian
ini menggunakan metode kualitatif.
Penulis melakukan wawancara dengan Ketua Yayasan Kuntum Indonesia dan
juga tiga pelaku UMKM yang berada di KWBT, dan mencari literatur mengenai latar
belakang yayasan dan Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru di Desa Tegalwaru. Uji
keabsahan data menggunakan triangulasi.
Dari hasil penelitian ini, penulis menemukan kesimpulan bahwa penerapan
aspek-aspek GCG di Yayasan Kuntum Indonesia itu sudah cukup baik, namun pada
aspek akuntabilitas dan transparansi harus dibenahi lagi, yaitu dalam hal kelengkapan
SDM yayasan dan pemaparan visi-misi yang dapat diketahui oleh publik. Kemudian
mengenai dampak keberadaan yayasan pada perkembangan UMKM disini sangat
membantu sekali, terutama dalam hal penambahan jaringan dan marketing, namun
dirasa masih kurang dalam hal penyediaan showroom kerajinan KWBT dan
pemberian informasi mengenai pembiayaan pada UMKM.
Kata Kunci : Yayasan, KWBT, Evaluasi, GCG, UMKM, Pembiayaan.
Pembimbing : Yuke Rahmawati, S.Ag., M.A
vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaanirrohiim
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji serta syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang selalu memberikan
nikmat dan karunia-Nya yang tiada tara kepada kita semua. Tidak lupa juga kita
haturkan sholawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad Saw.
Berkat rahmat dan hidayah Allah Swt. akhirnya penulis berhasil menyelesaikan
skripsi ini. Penulis sendiri menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna
karena keterbatasan kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang dimiliki
penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran konstruktif diharapkan oleh penulis agar
tidak terjadi kesalahan di masa mendatang.
Tidak lupa juga, skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari beberapa
pihak. Oleh karena itu, penulis perlu mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A. selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta para
pembantu dekannya.
2. Bapak AM Hasan Ali, M.A. dan Bapak Abdurrauf, Lc., M.A. selaku Ketua dan
Sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
3. Ibu Yuke Rahmawati, S.Ag, M.A. selaku dosen pembimbing yang dengan tulus
ikhlas memberikan waktu, tenaga, pikiran, dan kesabarannya kepada penulis
vii
sehingga penulis mendapatkan bimbingan, pengarahan, dan motivasi sampai
terselesaikannya skripsi ini.
4. Dosen penguji skripsi, yaitu Dr. Alimin Mesra, M.Ag dan Dr. Syahrul A’dham,
M.Ag yang telah mengoreksi dan menyempurnakan isi skripsi ini.
5. Yayasan Kuntum Indonesia, yaitu Ibu Tatiek Kancaniati yang telah bersedia
memberikan data-data yang dibutuhkan penulis dan Teh Rara yang membantu
penulis untuk memperoleh data yang dibutuhkan ke UMKM, serta pelaku
UMKM di KWBT yang telah bersedia diwawancarai.
6. Dosen Fakultas Syariah dan Hukum, khususnya kepada dosen program studi
muamalat yang telah mentransferkan ilmunya kepada penulis dari mulai awal
perkuliahan hingga skripsi ini terselesaikan.
7. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum dan
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
8. Dosen Pembimbing Akademik yang selama ini mengarahkan perkuliahan, Ibu
Dr. Nurhasanah, M.Ag, kemudian kepada Bapak Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag,
MH. dan Ibu Indah memberikan ilmu pengalaman hidupnya, juga kepada Ka
Indra dan Ka Dayat yang selalu terbuka untuk berbagi ilmu.
9. Keluargaku tercinta, yaitu orang tuaku Hasan Basri, SH. dan Dra. Wardah yang
selalu memberikan support, dan semangat yang tidak terhingga kepada penulis.
Terima kasih juga kepada 2 Kakakku, Elliyati Hasanah dan Fadli Rosyad serta
kepada dua adikku, Andri Firmansyah dan M. Raihan Albairuni. berkat kasih
viii
sayang dan doa yang tiada tara dari keluarga ini akhirnya penulis berhasil
menyelesaikan skripsi ini.
10. Esthy Warafsari yang selalu setia menemani perjuangan penulis, penyejuk
pikiran dan juga mensupport penulis ketika dalam kondisi yang kurang baik
dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Sahabat-sahabat perjuangan penulis di Fakultas Syariah dan Hukum, yaitu Hasbi,
Eko, Bunga, Suci, dan Rina. Semoga kita semua menjadi manusia yang
senantiasa bermanfaat kepada alam. Keluarga COINS, Bang Tohir, Bang Dono,
Bang Fajrul, Bang Zaki, Ucup, Ipul, Desi, Riri, serta adik-adik angkatan dari
2012-2015. Kawan-kawan PSD-2011, sukses untuk kita semua.
12. MAHAD ALI UIN Jakarta, kepada Kiai Mr. Utob Thabrani, LC., MCL. Sahabat
setia penulis, Ali Rahman Nasution, keluarga baru penulis Ajat Sudrajat, Adnan
Chaidar, dan Edi Fajar Prasetyo, juga Nurjamal Shaid. Kepada abang ideologis,
Eddy Najmuddien dan Syamsul Maarif yang tanpa henti mendorong penulis agar
menjadi pribadi berkualitas, dan kakak-kakak BUMN.
13. Kawan-kawan Bidik 2011, pihak Kemahasiswaan UIN Jakarta yang bersedia
menerima penulis mendapatkan beasiswa perkuliahan sampai akhir, khususnya
juga kepada Ka Amellya Hidayat.
14. KAHFI Motivator School, especially Om Bagus dan Mbak Wie, juga wali kelas,
dan dosen-dosen, serta kawan-kawan angkatan 15. Alhamdulillah pemikiran
penulis menjadi lebih terbuka. Semoga terus menebarkan inspirasi.
ix
15. KKN KITA 2014, Gunug Picung, keluarga baru di perkuliahan, makasih Zahid,
Eko, Fika, Nenden, Gini, Wawam, Tama, Aang, Nuna, Cipeh, Siti, Bingah,
Sheren, Ayi, Citra, dan Ghiyats.
16. Teman singgah penulis sewaktu penulis merasa harus beristirahat di Ciputat,
Kepada Nasir, Misbah. Kemudian sahabat sekolah, Abu Rizal, Lia, Dini, Anto,
Zilah, juga sahabat baru penulis Ilham.
Walaupun penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna,
namun penulis senantiasa berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada
berbagai pihak,. Semoga bisa menjadi amal bakti.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, 18 Oktober 2015
Ahmad Wiza Walady
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .............................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ........................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................... iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GRAFIK ..................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ............................ 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... 11
D. Kerangka Teori dan Konsep ................................................................ 12
E. Sistematika Penulisan .......................................................................... 17
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Evaluasi ............................................................................................... 20
a. Pengertian ....................................................................................... 20
b. Model-model evaluasi .................................................................... 22
c. Tujuan evaluasi ............................................................................... 23
B. Pembiayaan Syariah ............................................................................ 24
a. Pengertian Pembiayaan ................................................................. 24
b. Tujuan Pembiayaan ....................................................................... 25
xi
c. Klasifikasi Pembiayaan ................................................................. 27
d. Sumber-Sumber Pembiayaan pada UMKM .................................. 29
C. UMKM ................................................................................................ 34
a. Pengertian UMKM ........................................................................ 34
b. Karakteristik UMKM .................................................................... 36
c. Perkembangan UMKM ................................................................. 38
D. Good Corporate Governance ............................................................... 42
a. Pengertian GCG ............................................................................ 42
b. Prinsip Dasar dan Asas GCG ........................................................ 44
c. Tujuan GCG .................................................................................. 49
d. Manfaat GCG ................................................................................ 50
E. Review Study ...................................................................................... 52
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ......................................................................... 57
B. Jenis dan Sumber Penelitian ................................................................ 59
C. Wilayah Penelitian .............................................................................. 60
D. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 60
E. Teknik Pengolahan Data ..................................................................... 63
F. Uji Keabsahan Data ............................................................................. 64
G. Teknik Penulisan ................................................................................. 65
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil UMKM Tegalwaru ..................................................................... 66
B. Profil Yayasan Kuntum Indonesia ....................................................... 78
C. Analisa Penerapan GCG di Yayasan Kuntum Indonesia .................... 83
1. Aspek Transparansi ........................................................................ 84
2. Aspek Akuntabilitas ....................................................................... 88
xii
3. Aspek Responsibilitas .................................................................... 90
4. Aspek Independensi ...................................................................... 93
5. Aspek Fairness .............................................................................. 95
D. Dampak Eksistensi yayasan pada perkembangan UMKM ................. 97
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 106
B. Saran ................................................................................................... 107
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 109
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dan Kriterianya ......................... 14
Tabel 2.1 Data Jumlah UMKM dan Pertumbuhan UMKM Tahun 2007-2012 .. 38
Tabel 2.2 Data Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja dan dan Pertumbuhan
Jumlah Tenaga Kerja UMKM Tahun 2007-2012 ........................
39
Tabel 2.3 Data Jumlah Sumbangan PDB UMKM dan Pertumbuhan atas PDB
UMKM Tahun 2007-2012 ..................................................................
40
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Desa Tegalwaru menurut struktur umur .............. 67
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Desa Tegalwaru berdasarkan mata pencaharian .. 68
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Desa Tegalwaru berdasarkan pendidikan ............. 69
Tabel 4.4 Penilaian Aspek Transparansi Yayasan Kuntum Indonesia .............. 84
Tabel 4.5 Penilaian Aspek Akuntabilitas Yayasan Kuntum Indonesia ............. 88
Tabel 4.6 Penilaian Aspek Responsibilitas Yayasan Kuntum Indonesia .......... 90
Tabel 4.7 Penilaian Aspek Independensi Yayasan Kuntum Indonesia ............. 93
Tabel 4.8 Penilaian Aspek Fairness Yayasan Kuntum Indonesia ..................... 95
xiv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Pengangguran Terbuka di Indonesia 2009-2014 .............................. 2
Grafik 1.2 Statistik Kemiskinan Indonesia 2005-2013 ...................................... 3
Grafik 4.1 Respon UMKM terhadap Keberadaan Yayasan ............................. 104
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Konsep Penelitian ........................................................... 2
Gambar 2.1 Jenis Pembiayaan ............................................................................. 3
Gambar 4.1 Struktur Kepengurusan Yayasan Kuntum Indonesia ...................... 104
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di
dunia setelah Tiongkok, India, dan Amerika Serikat. Penduduk Indonesia
berjumlah sebanyak 241.452.952 jiwa. Memiliki penduduk yang banyak
merupakan sebuah peluang sekaligus menjadi tantangan bagi negara ini. Menjadi
peluang jika semua sumber daya manusianya bisa dioptimalkan semaksimal
mungkin untuk meningkatkan kesejahteraan negara. Namun, apabila negara ini
tidak mampu mengelola SDM yang begitu banyaknya maka akan timbul
berbagai masalah dari berbagai segi kehidupan.
Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang
Sulisto menyatakan, masalah paling krusial yang dihadapi Indonesia pada saat ini
dan di masa mendatang adalah masalah ketenagakerjaan. Suryo mengungkapkan,
jumlah penduduk Indonesia sejak 10 tahun terakhir terus meningkat tanpa
terhambat program-program keluarga berencana. Namun di sisi lain, jumlah
penyerapan tenaga kerja di dalam negeri tidak berkembang, malah cenderung
menurun.1 Hal ini mengakibatkan meningkatnya angka pengangguran di
Indonesia.
1 Masalah Pengangguran diunduh pada 16 Februari 2015 dari
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/04/30/1049038/Kadin.Indonesia.Hadapi.Bencana.Penga
ngguran.yang.Serius
2
Penduduk Indonesia masih banyak yang menganggur. Hal ini bisa dilihat
dari jumlah pengangguran terbuka di Indonesia.
Grafik 1.1 Pengangguran Terbuka di Indonesia 2009-2014
Sumber : BPS diolah
Terlihat pada grafik bahwa angka pengangguran terbuka di Indonesia dari
2009 sampai 2014 masih berada di angka 7,2 sampai 8,7 juta orang. Walaupun
secara grafik terlihat sedikit penurunan. Namun, secara angka yang muncul,
pengangguran ini masih terbilang tinggi untuk negara sebesar Indonesia yang
mempunyai SDM yang berlimpah.
Meningkatnya angka pengangguran dibarengi dengan munculnya masalah
kemiskinan. Kemiskinan di Indonesia adalah suatu kondisi manusiawi yang
merenggut hak seseorang untuk memenuhi sumber daya yang dibutuhkannya
untuk hidup. Berdasarkan catatan Worldfactbook dan Worldbank, penurunan
0
1,000,000
2,000,000
3,000,000
4,000,000
5,000,000
6,000,000
7,000,000
8,000,000
9,000,000
2009 2010 2011 2012 2013 2014
8,754,736
8,254,426 8,681,392
7,344,866 7,410,931
7,244,905
Tingkat Pengangguran Terbuka
Tingkat PengangguranTerbuka
3
jumlah penduduk miskin di Indonesia termasuk yang tercepat dibandingkan
negara yang lainnya.2
Grafik 1.2. Statistik Kemiskinan Indonesia 2005-2013
Sumber : BPS diolah
Walaupun berdasarkan data statistik, kemiskinan di Indonesia sudah
berkurang tetapi kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial di Indonesia
yang belum tuntas. Di satu sisi, dunia mengatakan ekonomi di Indonesia
meningkat maju tetapi kenyataannya masih banyak masyarakat Indonesia yang
hidup di bawah garis kemiskinan.3
Nampaknya lapangan pekerjaan harus dibuka selebar mungkin untuk
mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan ini. Salah satunya adalah
2 Wawan Dhewanto, dkk. Inovasi dan Kewirausahaan Sosial, (Bandung : Alfabeta, 2013),
h.69 3 Ibid, h.70
15.97
17.75 16.58
15.42 14.15
13.33 12.36
11.66 11.47
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Tingkat Kemiskinan di Indonesia
Tingkat Kemiskinan diIndonesia
4
dengan melahirkan banyak pengusaha khususnya pada Usaha Mikro Kecil
Menengah. Usaha menengah, kecil, dan mikro (UMKM) memiliki peran yang
signifikan dalam menggerakkan sektor riil, khususnya mengatasi masalah
pengangguran. Sejak diluncurkan Gerakan Wirausaha Nasional Februari 2011
lalu oleh Presiden SBY, data Badan Pusat Statistik mengungkapkan kini sudah
ada 55,53 juta UMKM dan 54 juta lebih diantaranya usaha mikro.4
Data Kementrian Negara Koperasi dan UKM menyatakan bahwa UMKM
merupakan andalan ekonomi Indonesia karena merupakan mayoritas (lebih
99.5%) pelaku usaha dan menyerap lebih dari 90% penyerapan tenaga kerja
nasional. Namun demikian UMKM hanya mampu menghasilkan sekitar 54.6 %
Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan laju pertumbuhannya juga tidak
lebih besar daripada non-UMKM (usaha besar).
Berdasarkan kenyataan di lapangan, UKM sering tergambarkan sebagai
usaha yang memiliki “manajemen tradisional”. Hal ini disebabkan umumnya
praktik UKM di Indonesia memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Pertama, UKM
yang tumbuh dan berkembang di Indonesia lebih banyak dikelola oleh
perorangan (one man show) atau dikelola dalam satu keluarga yang memegang
teguh tradisi pengelolaan usaha dengan pola manajemen tertentu. Kedua, UKM
tumbuh dan berkembang dengan manajemen sederhana dengan penggunaan
bahan baku yang terbatas, proses produksi yang sederhana, dan hasil produk
4 Aunur Rofiq, Kemajuan Ekonomi Indonesia Isu Strategis, Tantangan, dan Kebijakan,
(Bogor : IPB Press, 2013) h.97
5
yang cenderung kurang bervariasi. Ketiga, Pola permintaan cenderung sangat
monoton (relatif tidak banyak berubah), dan Keempat, Penggunaan alat produksi
yang sederhana (bukan berbasis teknologi tinggi).5
Salah satu wilayah yang terkenal karena UMKM-nya adalah Desa
Tegalwaru, Ciampea, Bogor, Jawa Barat. Desa ini memiliki beragam jenis
UMKM, mulai dari kerajinan tas, anyaman bambu, peternakan, perikanan,
sampai kepada obat-obatan herbal. Dengan banyaknya jenis UMKM yang
dimiliki oleh wilayah ini, maka ada salah seorang warga yang mendorong
UMKM tersebut agar bisa dikoordinir dan disatukan, kemudian ia ingin
membangun image desa ini, maka tercetuslah sebuah ide pendirian kampung
wisata dengan nama Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru (KWBT).
Berdasarkan wawancara yang dilakukan via telepon kepada penggagas
Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru ini, yaitu Ibu Tatiek Kancaniati bahwa
perkembangan UMKM yang terjadi di Tegalwaru ini lumayan pesat
perkembangannya setelah dicetuskannya ide menjadi Kampung Wisata Bisnis
Tegalwaru. Perkembangan ini bisa dilihat dari jenis produk UMKM yang semula
berjumlah 15 jenis pada 2008 kemudian pada saat sekarang sudah terdapat 35-40
jenis produk UMKM. Lalu, dari segi pemasaran produk, sekarang jenis produk
UMKM di Tegalwaru sudah dikenal luas. Salah satunya adalah sentra herbal
menjadi mitra yang dipercaya terbaik se-Kabupaten Bogor. Hal ini menjadi daya
5 Joko Priyono & Husin Syarbini, UKM NAIK KELAS, (Solo : Tiga Serangkai, 2014), h.31
6
tarik media cetak maupun media elektronik lainnya untuk meliput kegiatan
UMKM di wilayah ini.6
Perkembangan Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru ini tidak lepas dari
peran Yayasan Kuntum Indonesia yang berusaha mengangkat kearifan lokal dan
memberdayakan masyarakat agar ketimpangan kekayaan antara si miskin dan si
kaya menjadi semakin sedikit. Sebagai upaya mengatasi ketimpangan yang
dihadapi oleh sebagian lapisan masyarakat kita dewasa ini dan sebagai antisipasi
munculnya masalah yang sama di masa mendatang, kemitraan usaha merupakan
solusi untuk mengurangi masalah ketimpangan tersebut, kemitraan dijadikan
solusi karena baik keberadaan maupun fungsi dan perannya diperlukan untuk
memberdayakan semua lapisan masyarakat.7
Yayasan Kuntum Indonesia merupakan sebuah yayasan yang terbentuk
dan berdiri atas dasar inisiatif dari masyarakat setempat yang lokasinya berada di
daerah Tegalwaru, Kecamatan Ciampea, Bogor. Yayasan ini merupakan yayasan
yang bergerak di bidang kesejahteraan masyarakat dimana anggotanya banyak
dari kalangan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang
merupakan warga asli Tegalwaru. UMKM yang menjadi anggota Yayasan
Kuntum ini otomatis juga menjadi mitra usaha Yayasan. Program-program
yayasan dirancang dan diimplementasikan untuk mendorong kegiatan usaha dan
pertumbuhan UMKM di Tegalwaru. Yayasan ini membantu para pelaku UMKM
6 Wawancara pribadi kepada Ibu Tatiek Kancaniati, 15 februari 2015
7 Mohammad Jafar Hafsah, Kemitraan Usaha Konsepsi dan Strategi, (Jakarta : PT
Penebar Swadaya, 2000), h.14
7
dalam meningkatkan kegiatan usahanya, mulai dari pelatihan kewirausahaan,
manajemen usaha, dan juga sampai kepada pemasarannya.
Dalam menjalankan sebuah program kerja bagi sebuah perusahaan atau
organisasi diperlukan sebuah etika yang mendorong kegiatan bisnis berjalan
sesuai dengan norma/aturan yang berlaku. Menerapkan tata kelola yang baik bagi
perusahaan atau organisasi merupakan suatu keharusan jika
perusahaan/organisasi tersebut menginginkan kemajuan. Berbagai acuan tata
kelola perusahaan yang baik dipublikasikan, salah satunya mengenai penerapan
Good Corporate Governance (GCG) yang diterbitkan oleh Komite Nasional
Kebijakan Governance (KNKG) pada tahun 2006 dimana isi GCG itu meliputi
aspek Transparansi, Akuntabilitas, Responsibilitas, Independensi, dan Fairness
(kesetaraan dan kewajaran).
Tata kelola yang baik (good governance) maupun tata kelola
perusahaan yang baik atau (good corporate governance/GCG), sebenarnya
merupakan konsep dan instrumen umum sebagai langkah pembaharuan
dalam sistem organisasi. Setiap organisasi seperti perusahaan milik Negara
(BUMN), perusahaan milik Daerah (BUMD), perusahaan milik swasta,
koperasi, organisasi seperti kantor pemerintah, lembaga atau yayasan nirlaba,
dan organisasi lain wajib dikelola dengan baik.8
8 Prijambodo, Tata Kelola Yang Baik Pada Koperasi (Good Governance Cooperative)
Satu Kebutuhan Peningkatan Kualitas Sdm Koperasi, (Jurnal Kementrian Koperasi dan UKM),
h.1, 2012
8
Penerapan Good Corporate Governance dapat meningkatkan nilai
perusahaan, dengan meningkatkan kinerja keuangan, mengurangi risiko yang
mungkin dilakukan oleh dewan dengan keputusan yang menguntungkan diri
sendiri, dan umumnya Corporate Governance dapat meningkatkan kepercayaan
investor. Corporate Governance yang buruk menurunkan tingkat kepercayaan
investor, lemahnya praktik Good Corporate Governance merupakan salah satu
faktor yang memperpanjang krisis ekonomi di negara kita.9
Melihat kepada fakta di lapangan yang terjadi pada perkembangan UMKM
yang terdapat di Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru tentunya juga tak lepas dari
peran siapa atau badan apa yang mengelola Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru
ini. Dalam hal ini, kita melihat ke Yayasan Kuntum Indonesia sebagai wadah
yang mengoordinir dan menyatukan UMKM di KWBT. Membuat suatu kegiatan
atau mengkoordinir pelaku UMKM yang berada di Tegalwaru ini tentunya bukan
merupakan sebuah pekerjaan yang mudah jika memang tidak ada aturan baku
atau tata kelola yang baik pada yayasan. Namun sayangnya, belum ada peraturan
baku tertulis tentang tata cara pengelolaan yang baik pada sebuah Yayasan atau
organisasi nirlaba lainnya. Penelitian ini bermaksud melihat dan mengevaluasi
tata kelola dari Yayasan Kuntum Indonesia yang merujuk kepada aspek-aspek
Good Corporate Governance, yaitu TARIF (Transparansi, Akuntabilitas,
Responsibilitas, Independensi, dan Fairness). Kemudian penelitian ini juga
9 Sedarmayanti, Good Governance dan Good Corporate Governance, (Bandung : Mandar
Maju, 2007), h.60
9
melihat bagaimana dampak dari penerapan aspek tersebut dan keberadaan
Yayasan Kuntum Indonesia bagi perkembangan UMKM di KWBT.
Menjadi sebuah hal yang menarik sekaligus menjadi tantangan bagi penulis
meneliti tentang evaluasi penerapan GCG pada Yayasan dimana penelitian
sejenis masih belum atau sangat jarang ditemukan. Maka, penelitian ini ingin
mengevaluasi sejauh mana Yayasan Kuntum Indonesia mengimplementasikan
prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG), bagaimana dampak
keberadaannya terhadap perkembangan UMKM di KWBT, dan hal apa saja
yang perlu ditingkatkan. Sehingga penulis menuliskan penelitian ini dengan judul
“Evaluasi Program Yayasan Kuntum Indonesia dan Pengetahuan Pelaku
UMKM dalam Upaya Pengembangan UMKM di Kampung Wisata Bisnis
Tegalwaru”.
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pemaparan dalam latar belakang, maka identifikasi masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Apakah aspek Transparansi sudah berjalan dengan baik di Yayasan
Kuntum Indonesia ?
b. Apakah aspek Akuntabilitas sudah berjalan dengan baik di Yayasan
Kuntum Indonesia ?
10
c. Apakah aspek Responsibilitas sudah berjalan dengan baik di Yayasan
Kuntum Indonesia ?
d. Apakah aspek Independensi sudah berjalan dengan baik di Yayasan
Kuntum Indonesia ?
e. Apakah aspek Fairnes sudah berjalan dengan baik di Yayasan Kuntum
Indonesia ?
f. Apakah program-program yayasan berguna bagi para pelaku UMKM di
Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru ?
g. Apakah pelaksanaan konsep GCG oleh Yayasan mendorong pelaku
UMKM untuk mengajukan pembiayaan ke Lembaga Keuangan ?
2. Pembatasan Masalah
Penulis membatasi permasalahan dalam penelitian ini yaitu pada penerapan
GCG Yayasan Kuntum Indonesia, asas GCG pada penelitian ini merupakan
asas GCG yang tercantum pada KNKG 2006. Lalu, pelaku UMKM yang
dipilih adalah yang merupakan anggota dari Yayasan Kuntum Indonesia yang
mendapatkan pembiayaan dan dalam kategori usaha yang menjadi pionir di
dalam Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru.
3. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
11
a. Bagaimana implementasi Good Corporate Governance di Yayasan
Kuntum Indonesia dalam upaya peningkatan perkembangan UMKM di
KWBT ?
b. Bagaimana dampak keberadaan Yayasan Kuntum Indonesia terhadap
perkembangan UMKM di KWBT ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengevaluasi pelaksanaan program Yayasan Kuntum Indonesia
dengan indikator Good Corporate Governance agar diketahui mana program
yang sudah efektif dan belum efektif dilaksanakan dalam standard GCG.
2. Untuk mengevaluasi seberapa besar dampak keberadaan yayasan lewat
pengetahuan UMKM di KWBT.
Dengan diadakannya penelitian ini maka akan mendatangkan manfaat sebagai
berikut :
1. Akademisi
Penelitian tentang GCG di yayasan dan UMKM saat ini masih sangat terbatas.
Oleh karena itu penelitian ini diharapkan menjadi tambahan referensi dan
informasi bagi penelitian yang sejenis.
12
2. Lembaga Terkait
Hasil penelitian ini bisa menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi
pengelola Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru (KWBT) dalam usaha
mengembangkan UMKM di wilayahnya.
3. Pelaku UMKM
Sebagai bahan evaluasi pengetahuan dan tindakan yang telah dilaksanakan
oleh UMKM sehingga kedepannya bisa lebih memperhatikan aspek-aspek
yang semestinya dilaksanakan untuk perkembangan usahanya.
4. Pemerintah
Bagi pemerintah setempat, sebagai bahan evaluasi kinerja pemerintah dan
tambahan referensi membuat kebijakan selanjutnya untuk pengembangan
UMKM di Tegalwaru.
5. Bagi Penulis
Dengan melakukan penelitian ini, penulis mendapatkan wawasan dan
pengalaman baru mengenai konsep dan praktik tata kelola yang baik lewat
pendekatan GCG, khususnya penerapan pada Yayasan Kuntum Indonesia dan
dampaknya keberadaannya bagi UMKM yang berada di KWBT.
D. Kerangka Teori dan Konsep
Evaluasi merupakan alat dari berbagai macam pengetahuan untuk
menganalisis dan menilai fenomena ilmu pengetahuan dan aplikasi ilmu
pengetahuan dalam penerapan ilmu pengetahuan dalam praktik profesi. Teori
13
evaluasi mengemukakan bagaimana memahami objek evaluasi, bagaimana
memberikan nilai terhadap program yang dievaluasi dan kinerjanya, bagaimana
mengembangkan ilmu pengetahuan dari hasil evaluasi. Teori program
menjelaskan bagaimana dan mengapa suatu program seharusnya bekerja. Teori
program menjelaskan suatu logika dan deskripsi yang rasionabel apa yang
dilakukan dan aktivitas program yang dilakukan harus menuju hasil yang dituju
dan benefit dari program.10
Menurut Syafi’i Antonio menjelaskan bahwa pembiayaan merupakan salah
satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk
memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.11
Sedangkan menurut UU No.10 Tahun 1998 tentang perbankan menyatakan
bahwa pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan atau bagi hasil.12
Berdasarkan UU No.20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah. Masing-masing golongan usaha tersebut memiliki definisi dan
kriteria tersendiri yaitu :
10
Wirawan, Evaluasi Teori, Model, Standard, Aplikasi, dan Profesi, (Jakarta : Rajawali
Press, 2012), h. 30-31 11
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta : Gema Insani
Press), h.160 12
UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, ayat 1 pasal 12
14
Tabel 1.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dan Kriterianya
S
s
Sumber : Kementrian Koperasi dan UKM
Uraian Definisi
Kriteria
Aset Omset
Usaha Mikro Usaha produktif milik orang
perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi
kriteria Usaha Mikro
sebagaimana diatur dalam
Undang-undang ini.
Maksimal
50 juta
rupiah
Maksimal
300 juta
rupiah
Usaha Kecil Usaha ekonomi produktif yang
berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak
langsung dari usaha menengah
atau usaha besar yang memenuhi
kriteria Usaha Kecil sebagaimana
dimaksud dalam Undang-
Undang ini.
Diatas
50 juta
rupiah
hingga
500 juta
rupiah
Diatas
300 juta
rupiah
hingga
2,5
milyar
rupiah
Usaha
Menengah
Usaha ekonomi produktif yang
berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perseorangan atau
badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau
cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak
langsung dengan Usaha Kecil
atau usaha besar dengan jumlah
kekayaan bersih atau hasil
penjualan tahunan sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang ini
Diatas
500 juta
rupiah
hingga 10
milyar
rupiah
Diatas
2,5
milyar
rupiah
hingga 50
milyar
rupiah
15
Menurut BPS, UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja, yaitu usaha mikro
merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 1 s.d 4 orang, usaha
kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 s.d 19 orang,
sedangkan usaha menengah merupakan entitias usaha yang memiliki tenaga kerja
20 s.d. 99 orang.
Ciri perusahaan kecil dan menengah di Indonesia :13
1. Manajemen berdiri sendiri, dengan kata lain tidak ada pemisahan yang tegas
antara pemilik dengan pengelola perusahaan. Pemilik adalah sekaligus
pengelola.
2. Modal disediakan oleh seorang pemilik atau sekelompok kecil pemilik modal.
3. Daerah operasinya umumnya lokal, walaupun terdapat juga usaha kecil dan
menengah yang memiliki orientasi luar negeri, berupa ekspor ke negara-
negara mitra perdagangan.
4. Ukuran perusahaan, baik dari segi total aset, jumlah karyawan, maupun sarana
prasananya kecil.
Komite Cadbury mendefinisikan corporate governance sebagai berikut :
Corporate governance adalah sistem yang mengarahkan dan mengendalikan
perusahaan dengan tujuan, agar mencapai keseimbangan antara kekuatan
kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan, untuk menjamin kelangsungan
13
Joko Priyono dan Husin Syarbini, UKM Naik Kelas, (Solo : PT Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri, 2014), h.24
16
eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada stakeholders. Hal ini berkaitan
dengan peraturan kewenangan pemilik, direktur, manajer, pemegang saham dan
sebagainya. 14
Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahuun 2000. Merumuskan arti Good
Governance adalah kepemerintahan yang mengembangkan dan menerapkan
prinsip-prinsip profesionalitas, akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima,
demokrasi, efisiensi, efektivitas, supremasi hukum, dan dapat diterima oleh
seluruh masyarakat.15
Pengertian Corporate Governance menurut Price Waterhouse Coopers
sebagai berikut : Corporate governance terkait dengan pengambilan keputusan
yang efektif. Dibangun melalui kultur organisasi, nilai-nilai, sistem, berbagai
proses, kebijakan-kebijakan, dan struktur organisasi, yang bertujuan untuk
mencapai bisnis yang menguntungkan, efisien, dan efektif dalam mengelola
risiko dan bertanggung jawab dengan memerhatikan kepentingan stakeholders.16
Setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas GCG diterapkan pada
setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan. Asas GCG yaitu
transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan
14
Indra Surya, dkk. Penerapan Good Corporate Governance Mengesampingkan Hak-hak
Istimewa demi Kelangsungan Usaha. (Jakarta : Prenada Media Grup, 2006), h.24-25 15
Sedarmayanti, Good Governance dan Good Corporate Governance, (Bandung : Mandar
Maju, 2007), h,37 16
Indra Surya, dkk. Penerapan Good Corporate Governance Mengesampingkan Hak-hak
Istimewa demi Kelangsungan Usaha. (Jakarta : Prenada Media Grup, 2006), h.27
17
kesetaraan diperlukan untuk mencapai kesinambungan usaha (sustainability)
perusahaan dengan memperhatikan pemangku kepentingan (stakeholders).17
Berikut adalah kerangka konsep dalam penelitian ini :
Gambar 1.1 Kerangka Konsep Penelitian
E. Sistematika Penulisan
Penyusunan skripsi ini dibagi menjadi lima bab besar dimana setiap babnya
mengandung subab-subab yang menjelaskan lebih rinci mengenai
pembahasan dari tiap bab tersebut. Adapun rincian bab tersebut adalah
sebagai berikut :
17
Pedoman Umum GCG Indonesia Tahun 2006 oleh KNKG
GCG
Yayasan Kuntum Indonesia :
Transparansi
Akuntabilitas
Responsibilitas
Independensi
Fairnes
Pengetahuan Pelaku UMKM Perkembangan UMKM di KWBT
DAMPAK
18
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang pendahuluan yang mencerminkan isi skripsi secara
global yang berisi landasan awal yang melatarbelakangi permasalahan dalam
skripsi ini, identifikasi, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan
manfaat dari penelitian, kerangka teori dan konsep, serta sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Bab ini memaparkan konsep atau teori yang terkait dengan Evaluasi,
Pembiayaan Syariah, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), dan Good
Coorporate Governance serta review study terdahulu.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi pendekatan penelitian, jenis dan sumber penelitian, wilayah
penelitian, metode pengumpulan data, teknis pengolahan analisis data, dan uji
keabsahan data.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas mengenai hasil dan pembahasan objek yang diteliti.
Penulis akan menyajikan profil UMKM di Wilayah Tegalwaru, profil
Yayasan Kuntum Indonesia, analisa penerapan GCG di Yayasan Kuntum
Indonesia, dan dampak eksistensi Yayasan pada peningkatan pembiayaan di
UMKM.
19
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan dari hasil penelitian
yang dilakukan. Bab ini juga diisi dengan saran bagi objek penelitian maupun
bagi peneliti selanjutnya.
20
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Evaluasi Program
1. Pengertian Evaluasi Program
Propham, Provus, dan Rivlin menjelaskan bahwa evaluasi adalah kegiatan
membandingkan data tentang penampilan orang-orang dengan standar yang telah
diterima umum. Malcolm dan Provus, sebagai pencetus gagasan discerepancy
Evaluation, menjelaskan bahwa evaluasi adalah kegiatan untuk mengetahui
perbedaan antara apa yang ada dengan suatu standar yang telah ditetapkan
serta bagaimana menyatakan perbedaan antara keduanya.1 Kemudian Viji
Srinipasan, mengevaluasi berarti menguji dan menentukan suatu nilai, kualitas,
kadar kepentingan, jumlah, derajat, atau keadaan. Dengan demikian, evaluasi ini
dimaksudkan untuk menyusun nilai-nilai indikator dalam mencapai suatu
sasaran.2
Program dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti rancangan
mengenai asas-asas serta dengan usaha-usaha dalam ketatanegaraan,
perekonomian dan sebagainya yang akan dijalankan.3 Teori program
1 Djuju Sudjana, Evaluasi Pendidikan Luar Sekola, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2006), h.19 2 Anita Zahara, Evaluasi Program Yayasan Lima Belas Juli (Yaliju) Dalam
Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kelurahan Sawangan Lama- Depok, (Skripsi Fakultas
Dakwah dan Komunikasi, UIN Jakarta, 2007), h.14 3 Hoetomo, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, h.151
21
berkenaan dengan esensi program, yaitu tujuan program, perlakuan program,
perubahan yang diharapkan dari pelaksanaan program.4
Wilbur Harris dalam “The Nature and Functions of Educational
Evaluation” menjelaskan bahwa evaluasi program adalah proses penetapan
secara sistematis tentang nilai, tujuan, efektivitas, atau kecocokan sesuatu sesuai
dengan kriteria dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Proses penetapan
keputusan itu didasarkan atas perbandingan secara hati-hati terhadap data yang
diobservasi dengan menggunakan standard tertentu yang telah dibakukan.5
Paulson dalam bukunya “A Strategy for Evaluation Design”, yang dikutip
oleh Grotelueschen, mengemukakan bahwa evaluasi program adalah proses
pengujian berbagai objek atau peristiwa tertentu dengan menggunakan
ukuran-ukuran nilai khusus dengan tujuan untuk menentukan keputusan-
keputusan yang sesuai. Berdasarkan pengertian ini maka evaluasi program
adalah kegiatan pengujian terhadap suatu fakta atau kenyataan sebagai
bahan untuk pengambilan keputusan.6
Sehingga kalau kita simpulkan, evaluasi program adalah suatu proses atau
pun cara untuk mempelajari dan menganalisis suatu program yang dicanangkan,
direncanakan, dan diimplementasikan oleh suatu lembaga atau organisasi agar
dapat diketahui aspek penilaian yang mana program yang sudah berjalan dengan
4 Wirawan, Evaluasi Teori, Model, Standard, Aplikasi, dan Profesi, (Jakarta : Rajawali
Press, 2012), h. 70 5 Djuju Sudjana, Evaluasi Pendidikan Luar Sekola, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2006), h.18-19 6Ibid. h.20
22
baik dan mana yang belum agar organisasi bisa mengambil keputusan secara
tepat.
2. Model-model Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan dengan menggunakan desain atau konstelasi
evaluasi tertentu. Desain evaluasi adalah kerangka proses melaksanakan evaluasi
dan rencana menjaring dan memanfaatkan data sehingga dapat diperoleh
informasi dengan presisi yang mencukupi atau hipotesis dapat diuji secara tepat
dan tujuan evaluasi dapat dicapai. Model evaluasi menentukan jenis evaluasi apa
saja yang harus dilakukan dan bagaimana proses melaksanakan evaluasi
tersebut.7
Beberapa macam model evaluasi yaitu sebagai berikut : a. Evaluasi
Konteks, yaitu menyajikan data tentang alasan-alasan untuk menetapkan tujuan
program dan prioritas tujuan. b. Evaluasi Masukan, yaitu evaluasi yang
menyediakan data untuk menentukan bagaimana penggunaan sumber-sumber
yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan program. c. Evaluasi Proses, yaitu
menyediakan umpan balik yang berkenaan dengan efisiensi pelaksanaan
program, termasuk di dalamnya pengaruh sistem dan keterlaksanaannya, dan d.
Evaluasi Produk yang mengukur dan menginterpretasi pencapaian program
selama pelaksanaan program dan pada akhir program.8
7 Wirawan, Evaluasi Teori, Model, Standard, Aplikasi, dan Profesi, (Jakarta : Rajawali
Press, 2012), h. 147 8 Djuju Sudjana, Evaluasi Pendidikan Luar Sekola, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2006), h.54-56
23
3. Tujuan Evaluasi
Tujuan evaluasi berfungsi sebagai pengarah kegiatan evaluasi program dan
sebagai acuan untuk mengetahui efisiensi dan efektivitas kegiatan evaluasi
program. Tujuan evaluasi secara implisit telah terumuskan dalam definisi
evaluasi yaitu untuk menyajikan data sebagai masukan bagi pengambilan
keputusan. Tujuan khusus mencakup upaya untuk memberi masukan tentang
kebijaksanaan pendidikan, hasil program pendidikan, kurikulum, tanggapan
masyarakat terhadap program, sumber daya program pendidikan, dampak
pembelajaran, manajemen, program pendidikan, dan sebagainya.
Tujuan evalasi program luar sekolah bermacam ragam, di antaranya adalah
memberi masukan untuk perencanaan program, kelanjutan, perluasan, dan
penghentian program, serta untuk modifikasi program. kemudian untuk
memperoleh informasi tentang faktor pendukung dan penghambat program.
Memberi masukan untuk motivasi dan pembinaan pengelola dan pelaksana
program serta untuk memahami landasan keilmuan bagi evaluasi program.
Menurut Feurstein, terdapat sepuluh alasan mengapa evaluasi perlu
dilakukan, antara lain : untuk melihat apa yang sudah dicapai, mengukur
kemajuan, agar tercapai manajemen yang lebih baik, mengidentifikasi
kekurangan dan kelebihan, melihat apakah usaha sudah dilakukan secara
efektif, biaya dan manfaat, mengumpulkan informasi, berbagi pengalaman,
24
meningkatkan keefektifan, dan memungkinkan terciptanya perencanaan yang
lebih baik.9
B. Pembiayaan Syariah
1. Pengertian Pembiayaan
Secara harfiah, pembiayaan (financing atau marhun bih) dapat
diartikan sebagai dana rahn, yaitu dana yang diperoleh rahin (nasabah) setelah
aplikasi rahn-nya diterima oleh pihak murtahin (bank), dengan syarat
setelah ada penyerahan marhun (jaminan) kepada pihak murtahin.10
Secara istilah, pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan
uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan bagi hasil.11
Dalam pengertian lain, pembiayaan adalah pendanaan yang diberikan oleh
suatu pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik
dilakukan sendiri maupun lembaga dengan kesepakatan antara lembaga
keuangan dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
9 Anita Zahara, Evaluasi Program Yaliju dalam Meningkatkan Kesejahteraan
Masyarakat,( Skripsi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007),
h.17-18 10
Bank Indonesia, Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan Syariah, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2007), h.5 11
Ahmad Kamil dan M. Fauzan, Kitab Undang-Undang Hukum Perbankan dan
Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 31-32
25
mengembalikan uang atau tagihan tesebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan atau bagi hasil.12
Menurut UU. No.20 Tahun 2008 Pasal 1 menjelaskan bahwa pembiayaan
adalah penyediaan dana oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan
masyarakat melalui bank, koperasi, dan lembaga keuangan bukan bank, untuk
mengembangkan dan memperkuat permodalan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah.13
2. Tujuan Pembiayaan
Secara umum tujuan pembiayaan dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:
tujuan pembiayaan untuk tingkat makro dan tujuan pembiayaan untuk tingkat
mikro. Secara makro tujuan pembiayaan bertujuan untuk:14
a. Peningkatan ekonomi umat, artinya masyarakat yang tidak mendapatkan
akses secara ekonomi, dengan adanya pembiayaan mereka dapat
melakukan akses ekonomi. Dengan demikian dapat meningkatkan taraf
ekonominya.
b. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha, artinya untuk
pengembangan usaha yang membutuhkan dana tambahan. Dana
tambahan ini dapat diperoleh melalui aktivitas pembiayaan.
12
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta : UUP AMP YKPN,
2005), h.17 13
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008, Tentang Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah, pasal 1 14
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta : UUP AMP YKPN,
2005), h.17-18
26
c. Meningkatkan produktivitas, artinya adanya pembiayaan memberikan
peluang bagi masyarakat untuk mampu meningkatkan daya produksinya
dan mengembangkan usahanya sebab upaya peningkatan produksi
tidak dapat terlaksana tanpa adanya dana.
d. Terjadinya distribusi pendapatan, artinya masyarakat usaha produktif
mampu melakukan aktifitas kerja, berarti mereka memperoleh pendapatan
dari hasil usahanya.penghasilan merupakan pendapatan bagi masyarakat.
Jika ini berhasil, maka akan terjadi distribusi pendapatan.
e. Membuka lapangan kerja baru, artinya dengan dibukanya sektor-sektor
usaha melalui penambahan dana pembiayaan, maka sektor usaha akan
menyerap tenaga kerja.
Kemudian secara mikro, pembiayaan bertujuan untuk:
a. Upaya memaksimalkan laba, artinya setiap usaha yang dibuka memiliki
tujuan yang tinggi, yaitu memaksimalkan laba usaha. Untuk menghasilkan
laba maksimal, maka perlu pendukung dana yang cukup.
b. Upaya meminimalkan resiko, artinya usaha yang dilakukan mampu
menghasilkan laba maksimal, maka para pengusaha harus mampu
meminimalkan resiko. Resiko kekurangan modal dapat diatasi dengan
tindakan pembiayaan.
c. Pendayagunaan ekonomi, artinya sumber daya ekonomi dapat
dikembangkan dengan melakukan mixing antara sumber daya alam
dengan sumber daya manusia serta sumber daya modal (pembiayaan).
27
3. Klasifikasi Pembiayaan
Pembiayaan pada dasarnya dapat diklasifikasikan menurut beberapa
aspek, di antaranya:
a. Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi dua hal sebagai
berikut :15
1) Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditunjukan untuk
memenuhi produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik
usaha produksi, perdagangan, maupun investasi.
2) Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk
memenuhi kebutuhan.
b. Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua hal
berikut :16
1) Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan:
(a) peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil
produksi, maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau mutu
hasil produksi, dan (b) untuk keperluan perdagangan atau peningkatan
utility of place dari suatu barang.
2) Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang
modal (capital goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan
15
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta : Gema
Insani Press, 2006), h.160. 16
Ibid. h.160-161
28
itu. Secara umum, jenis-jenis pembiayaan dapat digambarkan sebagai
berikut :17
Gambar 2.1 Jenis Pembiayaan
c. Pembiayaan menurut jangka waktunya dibedakan menjadi :18
1) Pembiayaan jangka waktu pendek ( 1 bulan - 1 tahun)
2) Pembiayaan jangka waktu menengah ( 1-5 tahun)
3) Pembiayaan jangka waktu panjang ( kurang lebih 5 tahun)
Di dalam perbankan syariah, pembiayaan adalah salah satu jenis kegiatan
usaha bank syariah. Yang dimaksud dengan pembiayaan adalah penyediaan dana
atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa :19
a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarokah;
b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk
ijarah muntahiya bittamlik;
c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang qard; dan
17
Ibid. h.161 18
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta : UUP AMP YKPN,
2005), h.22. 19
A. Wangsawidjaja Z., Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta, Kompas Gramedia, 2012),
h.78
PEMBIAYAAN
Produktif
Investasi
Konsumtif
Modal Kerja
29
d. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa.
Dengan demikian, nasabah bisa memilih jenis pembiayaan yang paling
tepat atau cocok dari klasifikasi pembiayaan yang telah disebutkan di atas.
Mereka bisa memilih pembiayaan dari segi sifat penggunaan, keperluan, maupun
jangka waktu.
4. Sumber-Sumber Pembiayaan pada UMKM
Sumber-sumber pembiayaan pada usaha mikro, kecil, dan menengah bisa
didapatkan dari lembaga keuangan perbankan dan non bank. Adapun rinciannya
sebagai berikut :
a. Lembaga Bank
Lembaga keuangan bank yaitu lembaga keuangan yang berbentuk
bank. Sedangkan definisi bank itu sendiri telah dijelaskan dalam Undang-
undang Nomor 10 Tahun 1998, pasal 1 ayat (2) yaitu sebagai berikut:
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak”.20
Dalam mengembankan usahanya, ada dua jenis bank pilihan bagi para
calon debitur untuk mengajukan pembiayaan, yaitu :
20
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi ke-6 (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2005), h.396
30
1) Bank konvensional. Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah mendefinisikan bank konvensional sebagai bank yang
menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan berdasarkan
jenisnya terdiri dari Bank Umum Konvensional dan Bank Perkreditan
Rakyat.21
2) Bank Syariah. Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah yang mendefinisikan bank syariah sebagai Bank yang menjalankan
kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri
atas Bank Umum Syariah dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah”.22
Baik bank konvensional maupun bank syariah telah berusaha untuk
memberikan fasilitas pembiayaan kepada para calon peminjam dana. Namun,
banyak dari pelaku UMKM yang enggan mengajukan pembiayaan ke bank
karena merasa terhambat oleh persyaratan administratif yang diberikan oleh
bank. Persyaratan-persyaratan tersebut yang cenderung tidak dapat dipenuhi oleh
pelaku UMKM, seperti adanya agunan untuk pembiayaan. Berbelitnya birokrasi
juga menjadi alasan pengusaha kecil untuk tidak mengajukan pembiayaannya.
b. Lembaga Non Bank
Lembaga Keuangan Bukan Bank merupakan Badan usaha bukan bank
ataupun bukan perusahaan asuransi, yang kegiatan usahanya langsung ataupun
tidak langsung menghimpun dana dari masyarakat dengan jalan mengeluarkan
21
Ahmad Ifham S., Buku Pintar Ekonomi Syariah, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama, 2010), h.147 22
Ibid., h.150
31
surat berharga dan menyalurkannya untuk pembiayaan investasi perusahaan, baik
berupa pinjaman maupun berupa penyertaan modal.23
1) Koperasi Simpan Pinjam
Koperasi merupakan badan usaha yang anggotanya terdiri atas orang-
orang yang mempunyai tujuan yang sama. Koperasi simpan pinjam merupakan
lembaga sejenis koperasi yang didirikan kooperatif oleh kelompok tertentu,
misalnya kelompok petani, kelompok supir taksi, yang kegiatannya menghimpun
dan menyalurkan dana kepada anggotanya; tujuan lembaga ini bukan semata-
mata mencari keuntungan, tetapi terutama ditujukan untuk kesejahteraan
anggotanya.24
2) Baitul Mal wat Tamwil (BMT)
Baitul Mal wat Tamwil adalah lembaga keuangan mikro yang
dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuhkembangkan bisnis usaha
mikro dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela
kepentingan kaum fakir miskin, ditumbuhkan atas prakarsa dan modal awal dari
tokoh-tokoh masyarakat setempat dengan berlandaskan pada sistem ekonomi
yang salaam: keselamatan (berintikan keadilan), kedamaian, dan kesejahteraan.25
Sejak awal berdirinya, BMT-BMT dirancang sebagai lembaga
ekonomi. Dapat dikatakan bahwa BMT merupakan suatu lembaga ekonomi
rakyat, yang secara konsepsi dan secara nyata memang lebih fokus kepada
23
Ibid, h.472 24
Ibid., h.423 25
Ibid ., h.174
32
masyarakat bawah yang miskin dan nyaris miskin (poor and near poor).
BMT-BMT berupaya membantu pengembangan usaha mikro dan usaha kecil,
terutama bantuan permodalan. Untuk melancarkan usaha mambantu
permodalan tersebut, yang biasa dikenal dengan istilah pembiayaan
(financing) dalam khazanah keuangan modern, maka BMT juga berupaya
menghimpun dana, terutama sekali berasal dari masyarakat lokal di
sekitarnya.26
Sesuai dengan pengertian istilahnya, BMT melaksanakan dua jenis
kegiatan, yaitu Bait al-Mal dan Bait at-Tamwil. Sebagai Bait al-Mal, BMT
menerima titipan zakat, infak, sedekah serta menyalurkan (tasaruf) sesuai
dengan peraturan dan amanahnya. Sedangkan sebagai Bait at-Tamwil, BMT
bergiat mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam
meningkatkan kualitas kegiatan pengusaha kecil dengan mendorong kegiatan
menabung dan menunjang pembiayaan ekonomi.27
3) Bank Keliling/Rentenir
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, rentenir berarti orang yang
mencari nafkah dengan membungakan uang; tukang riba; pelepas uang; lintah
darat.28
Dalamtransaksi simpan-pinjam dana, secara konvensional, si pemberi
pinjaman mengambil tambahan dalam bentuk bunga tanpa adanya suatu
26
Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan
UKM di Indonesia, (Jakarta : Rajawali Press, 2009), h.83 27
Ibid., h.85 28
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2007), cet. Ke-3, h.949
33
penyeimbang yang diterima si peminjam kecuali kesempatan dan faktor waktu
yang berjalan selama proses peminjaman tersebut. Yang tidak adil disini adalah
si peminjam diwajibkan untuk selalu, tidak boleh tidak, harus, mutlak, dan pasti
untung dalam setiap penggunaan kesempatam tersebut.29
Riba adalah hukumnya
haram. Di dalam al-quran ada ayat yang menjelaskan tentang keharaman riba,
yakni bisa kita temui dalam surat Arruum, Annisaa, Ali Imran, dan Albaqarah.
Dengan demikian, rentenir/lintah darat dapat diartikan sebagai orang atau
badan yang usahanya memberikan pinjaman dana kepada orang atau badan lain
dengan mengenakan bunga yang sangat tinggi. Pemberian pinjaman ini biasanya
dilakukan dengan cara memanfaatkan kelemahan atau kesulitan hidup dari
peminjamnya; seorang lintah darat tidak jarang mengancam bahkan tak segan-
segan mengambil barang-barang milik peminjam apabila terjadi keterlambatan
pembayaran.30
4) Pegadaian
Secara umum pengertian usaha gadai adalah kegiatan menjaminkan
barang-barang berharga kepada pihak tertentu, guna memperoleh sejumlah uang
dan barang yang dijaminkan akan ditebus kembali sesuai dengan perjanjian
antara nasabah dengan lembaga gadai.31
Pegadaian adalah lembaga keuangan
nonbank yang termasuk dalam klasifikasi perantara investasi (investment
29
Muhammad Syafi’i Antonio, BankSyariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta : Gema
Insani Press, 2006), h.38 30
Ahmad Ifham S., Buku Pintar Ekonomi Syariah, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama, 2010), h.477 31
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi ke-6 (Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2005), h.246
34
intermediary). Pegadaian banyak dimanfaatkan oleh masyarakat dan pengusaha
golongan kecil dan menengah sebagai alternatif sumber pendanaan selain bank.32
C. UMKM
1. Pengertian UMKM
Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah. Masing-masing golongan usaha tersebut memiliki definisi dan
kriteria berbeda. Berikut ini adalah definisi dan kriteria UMKM yang tercantum
dalam Undang-undang tersebut :33
1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang ini.
2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,
atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha
menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
32
Ktut Silvangita, Bank & Lembaga Keuangan Lain, (Jakarta : PT. Gelora Aksara
Pratama, 2009), h.64 33
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008, Tentang Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah, pasal 1
35
3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan
Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil
penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
Menurut BPS, UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja, yaitu usaha
mikro merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 1 s.d 4 orang,
usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 s.d 19
orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitias usaha yang memiliki
tenaga kerja 20 s.d. 99 orang.
Menurut Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah (Menegkop dan UKM): Usaha Kecil (UK) termasuk Usaha Mikro
(UMI), adalah entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih paling
banyak Rp 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan
memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000. Sementara itu,
Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha milik warga negara
Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000 s.d.
Rp 10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan.
Menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.016/1994
tanggal 27 Juni 1994, usaha kecil didefinisikan sebagai perorangan atau badan
usaha yang telah melakukan kegiatan/usaha yang mempunyai penjualan/omset
36
per tahun setinggi-tingginya Rp 600.000.000 atau aset/aktiva setinggi-tingginya
Rp 600.000.000 (di luar tanah dan bangunan yang ditempati) terdiri dari : (1)
badang usaha (Fa, CV, PT, dan koperasi) dan (2) perorangan (pengrajin/industri
rumah tangga, petani, peternak, nelayan, perambah hutan, penambang, pedagang
barang dan jasa).
Menurut Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah (Menegkop dan UKM), bahwa yang dimaksud dengan Usaha Kecil
(UK), termasuk Usaha Mikro (UMI), adalah entitas usaha yang mempunyai
memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000, tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp
1.000.000.000. Sementara itu, Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha
milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp
200.000.000 s.d. Rp 10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan.
2. Karakteristik UMKM
Adapun kriteria untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah telah termuat
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 pasal 6, yaitu
sebagai berikut :34
1) Kriteria usaha mikro adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau
34
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008, Tentang Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah, pasal 6
37
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah).
2) Kriteria usaha kecil adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.0000.000,00
(dua milyar lima ratus juta rupiah).
3) Kriteria usaha menengah adalah sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00
(sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha, atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
Penentuan kriteria ini nominalnya dapat dirubah dan disesuaikan dengan
perkembangan perekonomian Indonesia. Perubahan ini bisa terjadi bila ada
Peraturan Presiden yang dikeluarkan oleh Presiden Republik Indonesia
sebagaimana yang dijelaskan dalam UU. No. 20 Tahun 2008 di pasal 6 ayat 4
menerangkan bahwa : “Kriteria sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf
38
a, huruf b, dan ayat (2) huruf a, huruf b, serta ayat (3) huruf a, huruf b nilai
nominalnya dapat diubah sesuai dengan perkembangan perekonomian yang
telah diatur dengan Peraturan Presiden.35
3. Perkembangan UMKM
Dalam melihat perekonomian Indonesia, UMKM (Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah) selalu menjadi bahasan yang menarik untuk dikaji. Sektor
UMKM mempunyai peran yang sangat penting dalam perekonomian nasional.
Pertama, dapat dilihat bahwa jumlah unit Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) pada setiap tahunnya selalu bertambah, Melihat
perkembangan jumlah UMKM ini (Tabel 2.1), bisa dikatakan bahwa UMKM
merupakan penopang utama perekonomian Indonesia. Data dari Kementrian
Koperasi dan UKM menyebutkan bahwa UMKM merupakan andalan atau
harapan kemajuan ekonomi Indonesia karena merupakan mayoritas (99,5%) dan
menyerap lebih dari 90% penyerapan tenaga kerja nasional.
Tabel 2.1. Data Jumlah UMKM dan Pertumbuhan UMKM Tahun 2007-2012
TAHUN 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Jumlah UMKM 50.145.800 51.409.612 52.764.603 53.823.732 55.206.444 56.534.592
Pertumbuhan (%) 2,29 2,52 2,64 2,01 2,57 2,41
Sumber : Data BPS
35
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008, Tentang Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah, pasal 6 ayat 4
39
Kedua, dari sisi penyerapan tenaga kerja, potensi UMKM sangatlah bagus
untuk menyerap daya tenaga kerja nasional yang jumlahnya berlimpah. Data
perkembangan penyerapan tenaga kerja UMKM selalu mengalami peningkatan
(lihat Tabel 2.2). Maka dari itu UMKM sangat diharapkan untuk dapat terus
berperan secara optimal dalam upaya menanggulangi pengangguran yang
jumlahnya cenderung meningkat setiap tahunnya. Penyerapan tenaga kerja dari
sektor UMKM ini berarti UMKM juga memiliki peranan yang strategis dalam
upaya pemerintah selama ini untuk memerangi kemiskinan di dalam negeri.
Tabel 2.2. Data Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja dan dan Pertumbuhan
Jumlah Tenaga Kerja UMKM Tahun 2007-2012
TAHUN 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Penyerapan
Tenaga Kerja
90.491.930 94.024.278 96.211.332 99.401.775 101.722.458 107.657.509
Pertumbuhan(%) 2,94 3,90 2,33 3,32 2,33 5,83
Sumber : Data BPS
Ketiga, dalam sumbangan UMKM terhadap PDB (harga konstan) tiap
tahunnya trennya pun juga positif. Hal ini berarti selalu mengalami peningkatan
(lihat tabel 2.3). UMKM memegang posisi yang terbesar yaitu sekitar 57.94%
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
40
Tabel 2.3. Data Jumlah Sumbangan PDB UMKM dan Pertumbuhan atas
PDB UMKM Tahun 2007-2012
TAHUN 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Sumbangan PDB
UMKM
(harga konstan)
1.099.301,1 1.165.753,2 1.212.599,3 1.282.571,8 1.369.326,0 1.504.928,2
Pertumbuhan(%) 6,46 6,04 4,02 5,77 6,76 9,90
Sumber : Data BPS
Melihat Perkembangan sektor UMKM di Indonesia menyiratkan
bahwa terdapat potensi yang besar atas kekuatan domestik, jika hal ini
dapat dikelola dan dikembangkan dengan baik tentu akan dapat
mewujudkan usaha menengah yang tangguh. Perkembangan UMKM yang
meningkat dari segi kuantitas tersebut belum diimbangi oleh meratanya
peningkatan kualitas UMKM. Permasalahan klasik yang dihadapi yaitu
rendahnya produktivitas. Keadaan ini disebabkan oleh masalah internal yang
dihadapi UMKM yaitu : rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia UMKM
dalam manajeman, organisasi, penguasaan teknologi, dan pemasaran, lemahnya
kewirausahaan dari para pelaku UMKM, dan terbatasnya akses UMKM terhadap
permodalan, informasi, teknologi, dan pasar, serta faktor produksi lainnya.
Sedangkan masalah eksternal yang dihadapi oleh UMKM diantaranya adalah
besarnya biaya transaksi akibat iklim usaha yang kurang mendukung dan
kelangkaan bahan baku. Juga yang menyangkut perolehan legalitas formal yang
41
hingga saat ini masih merupakan persoalan mendasar bagi UMKM di Indonesia,
menyusul tingginya biaya yang harus dikeluarkan dalam pengurusan perizinan. 36
Dalam rangka memperkuat permodalan UMKM , Kementrian Negara
Koperasi telah melaksanakan berbagai program perkuatan, antara lain di
bidang Agribisnis, P2KER, P3KUM, Perkasa, Pembiayaan untuk Koperasi
Pondok Pesantren, permodalan untuk Koperasi Siviat Akademika, dan lain-lain
melalui dana bergulir, baik konvensional maupun syariah. Program tersebut
dikerjasamakan dengan berbagai koperasi dan BMT melalui bank yang ditunjuk
sebagai pelaksana.37
Tanpa akses yang tetap pada lembaga keuangan Mikro (LKM) hampir
seluruh rumah tangga miskin akan menggantungkan pembiayaan pada
kemampuan sendiri yang sangat terbatas pada kelembagaan keuangan
informal (renternir/tengkulak/pelepas uang) yang membatasi kelompok miskin
untuk berpartisipasi dan mendapat manfaat dari kegiatan pembangunan.38
36
Siti Nurjanah, dkk., Analisis Kualitas Layanan Berdasarkan Karakteristik Gender
Pada Pelaku Umkm Bidang Usaha Makanan, Jurnal Fakultas Ekonomi Institut Teknologi dan
Bisnis Kalbis. 37
Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan
UKM di Indonesia, (Jakarta : Rajawali Press, 2009), h.18 38
Ibid., h.14
42
D. Good Corporate Governance
1. Pengertian GCG
Istilah corporate governance (CG) pertama kali diperkenalkan olek
Komite Cadbury (Cadbury Committee) dalam The Report of Cadbury
Committee on Financial Aspects of Corporate Governance: The Code of Best
Practiceatau yang lazim disebut dengan Cadbury Report pada tahun 1992.
Komite ini dibentuk oleh London Stock Exchange pada bulan Mei 1991 sebagai
wujud keprihatinan atas skandal yang terjadi pada Maxwell Communication pada
tahun yang sama.39
Komite Cadbury mendefinisikan corporate governance
sebagaimana sebagai berikut : Corporate governance adalah sistem yang
mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan agar mencapai
keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan
dengan tujuan agar mencapai keseimbangan antara kewenangan yang diperlukan
oleh perusahaan untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan
pertanggungjawaban kepada stakeholders. Hal ini berkaitan dengan peraturan
kewenangan pemilik, direktur, manajer, pemegang saham, dan sebagainya.40
Pengertian Corporate Governance menurut Price Waterhouse Coopers
sebagai berikut : Corporate governance terkait dengan pengambilan keputusan
yang efektif. Dibangun melalui kultur organisasi, nilai-nilai, sistem, berbagai
39
Any Maskur, Analisis Pelaksanaan Good Corporate Governance Di Usaha Mikro
Kecil Dan Menengah Studi Kasus Pada Mitra Binaan Unit PKBL PT Taspen (Persero), Tesis FE
Universitas Indonesia, 2012, h.7 40
Indra Surya, dkk. Penerapan Good Corporate Governance Mengesampingkan Hak-hak
Istimewa demi Kelangsungan Usaha. (Jakarta : Prenada Media Grup, 2006), h.24-25
43
proses, kebijakan-kebijakan, dan struktur organisasi, yang bertujuan untuk
mencapai bisnis yang menguntungkan, efisien, dan efektif dalam mengelola
risiko dan bertanggung jawab dengan memerhatikan kepentingan stakeholders..41
OECD mendefinisikan corporate governance sebagai : Sekumpulan
hubungan antara pihak manajemen perusahaan, board, pemegang saham, dan
pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan. Corporate
governance juga mensyaratkan adanya struktur perangkat untuk mencapai tujuan
dan pengawasan atas kinerja. Corporate governance yang baik dapat
memberikan rangsanagan bagi board dan manajemen untuk mencapai tujuan
yang merupakan kepentingan perusahaan dan pemegang saham harus
memfasilitasi pengawasan yang efektif sehingga mendorong perusahaan
menggunakan sumber daya dengan lebih efisien.42
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), Good
Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar.
Corporate governance berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap
perusahaan yang melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha di suatu negara.
Penerapan Good Corporate Governance (GCG) mendorong terciptanya
persaingan yang sehat dan iklim usaha yang kondusif. Oleh karena itu
diterapkannya Good Corporate Governance (GCG) bagi perusahaan-perusahaan
41
Ibid., h.27 42
Ibid. h.25
44
di Indonesia sangat penting untuk menunjang pertumbuhan dan stabilitas
ekonomi yang berkesinambungan.43
2. Prinsip Dasar dan Asas GCG
Di dalam pedoman umum yang dikeluarkan oleh KNKG Tahun 2006,
GCG diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar yang efisien,
transparan dan konsisten dengan peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu
penerapan GCG perlu didukung oleh tiga pilar yang saling berhubungan, yaitu
negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar,
dan masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha. Prinsip-prinsip
dasar yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pilar adalah:
1. Negara dan perangkatnya menciptakan peraturan perundang-undangan
yang menunjang iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan, melaksanakan
peraturan perundang-undangan dan penegakan hukum secara konsisten
(consistent law enforcement).
2. Dunia usaha sebagai pelaku pasar menerapkan GCG sebagai pedoman
dasar pelaksanaan usaha.
3. Masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang
terkena dampak dari keberadaan perusahaan, menunjukkan kepedulian dan
43
Komite Nasional Kebijakan Governance, Pedoman Umum Good Corporate Governance
Indonesia Tahun 2006, h.i
45
melakukan kontrol sosial (social control) secara obyektif dan bertanggung
jawab.44
Penerapan good corporate governance (GCG) dapat didorong dari dua
sisi, yaitu etika dan peraturan. Dorongan dari etika (ethical driven) datang dari
kesadaran individu-individu pelaku bisnis untuk menjalankan praktik bisnis yang
mengutamakan kelangsungan hidup perusahaan, kepentingan stakeholders,dan
menghindari cara-cara menciptakan keuntungan sesaat. Di sisi lain, dorongan
dari peraturan (regulatory driven) “memaksa” perusahaan untuk patuh terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kedua pendekatan ini memiliki
kekuatan dan kelemahannya masing-masing dan seyogyanya saling melengkapi
untuk menciptakan lingkungan bisnis yang sehat.45
Pedoman umum good corporate governance Indonesia yang disusun oleh
KNKG menyebutkan ada 5 asas GCG yaitu : Transparansi, Akuntabilitas,
Responsibilitas, Independensi, dan Fairness (Kesetaraan dan Kewajaran).
Adapun penjelasannya sebagai berikut :
a. Transparansi
Prinsip dasar transparansi terkait dengan penyediaan informasi yang
material dan relevan kepada pemangku kepentingan. Perusahaan diharuskan
untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan
44
Ibid., h.3 45
Ibid., h.ii
46
perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan
keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.
Jenis informasi yang diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas pada visi, misi,
sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan
kompensasi pengurus, pemegang saham pengendali, kepemilikan saham oleh
anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris beserta anggota keluarganya
dalam perusahaan dan perusahaan lainnya, sistem manajemen risiko, sistem
pengawasan dan pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta
tingkat kepatuhannya, dan kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi
perusahaan.
b. Akuntabilitas
Akuntabilitas terkait dengan pengelolaan perusahaan secara benar,
terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap
memperhitungan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan
lain. Untuk mencapai hal tersebut, perusahaan harus:
1. Menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab masing-masing organ
perusahaan dan karyawannya secara jelas dan selaras dengan visi,
misi, nilai-nilai perusahaan (Corporate values), dan strategi perusahaan.
2. Meyakini bahwa semua organ perusahaan dan karyawannya
mempunyai kemampuan yang sesuai dengan tugas, tanggung jawab,
dan perannya dalam pelaksanaan GCG.
47
3. Memastikan adanya sistem pengendalian internal yang efektif dalam
pengelolaan perusahaan.
4. Memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran perusahaan yang konsisten
dengan sasaran usaha perusahaan, serta memiliki sistem reward and
punishment.
5. Memiliki etika bisnis dan pedoman perilaku (code of conduct) yang
disepakati.
c. Responsibilitas
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta
melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga
dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat
pengakuan sebagai good corporate citizen.
d. Independensi
Perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing
organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh
pihak lain. Yaitu dengan menghindari terjadinya dominasi oleh pihak manapun,
tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu, sehingga pengambilan keputusan
dapat dilakukan secara obyektif. Kemudian masing-masing organ perusahaan
harus melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai dengan anggaran dasar dan
peraturan perundang-undangan, tidak saling mendominasi dan atau melempar
tanggung jawab antara satu dengan yang lain.
48
e. Fairness
Prinsip dasar dari fairness adalah dalam melaksanakan kegiatannya,
perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham
dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan,
melalui:
1.Memberikan kesempatan kepada pemangku kepentingan untuk
memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan
perusahaan serta membuka akses terhadap informasi sesuai dengan
prinsip transparansi dalam lingkup kedudukan masing-masing.
2. Memberikan perlakuan yang setara dan wajar kepada pemangku
kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang diberikan kepada
perusahaan.
3. Memberikan kesempatan yang sama dalam penerimaan karyawan, berkarir
dan melaksanakan tugasnya secara profesional tanpa memberdakan
suku, agama, ras, golongan, gender, dan kondisi fisik.
Berikut penjelasan prinsip-prinsip Good Corporate Governance menurut
Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor : Kep-117/M-
MBU/2002 :46
46
Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor : Kep-117/M-Mbu/2002 Tentang
Penerapan Praktek Good Corporate Governance Pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Bab
2 Pasal 3
49
a. Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan
keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan
relevan mengenai perusahaan;
b. Kemandirian, yaitu suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara
profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak
manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat;
c. Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban
Organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif;
d. Pertanggungjawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan
terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip
korporasi yang sehat;
e. Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-
hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
3. Tujuan GCG
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance Tahun 2006, GCG
mempunyai enam macam tujuan utama. Keenam macam tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui pengelolaan yang
didasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi
serta kewajaran dan kesetaraan.
50
b. Mendorong pemberdayaan fungsi dan kemandirian masing-masing organ
perusahaan, yaitu Dewan Komisaris, Direksi dan Rapat Umum Pemegang
Saham.
c. Mendorong pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan anggota Direksi
agar dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakannya dilandasi oleh
nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan.
d. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab sosial perusahaan
terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar
perusahaan.
e. Mengoptimalkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dengan tetap
memperhatikan pemangku kepentingan lainnya.
f. Meningkatkan daya saing perusahaan secara nasional maupun
internasional, sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat
mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional yang
berkesinambungan.
4. Manfaat GCG
Banyak manfaat yang didapatkan dengan diterapkannya GCG bagi suatu
perusahaan/organisasi.bukan hanya mendatangkan manfaat bagi organisasi
tersebut, tetapi juga bermanfaat dan memberikan keuntungan bagi para pihak
yang terkait baik secara langsung maupun tidak langsung.
51
Berbagai macam manfaat yang diperoleh dalam penerapan asas-asas
Coprporate Governance antara lain sebagai berikut :47
a. Dengan GCG proses pengambilan keputusan akan berlangsung secara lebih
baik sehingga akan menghasilkan keputusan yang optimal, dapat
meningkatkan efisiensi serta terciptanya budaya kerja yang lebih sehat.
b. GCG akan memungkinkan dihindarinya atau sekurang-kurangnya dapat
diminimalkan tindakan penyalahgunaan wewenang oleh pihak direksi
dalam pengelolaan perusahaan.
c. Nilai perusahaan di mata investor akan meningkat sebagai akibat dari
meningkatnya kepercayaan mereka kepada pengelola perusahaan tempat
mereka berinvestasi.
d. Bagi para pemegang saham, dengan peningkatan kinerja sebagaimana disebut
pada poin a, dengan sendirinya juga akan menaikan nilai saham mereka dan
juga nilai dividen yang akan mereka terima. Bagi Negara ini juga akan
menaikan jumlah pajak yang akan dibayarkan oleh perusahaan yang berarti
akan terjadi peningkatan penerimaan negara dari sektor pajak.
e. Karena dalam praktik GCG karyawan ditempatkan sebagai salah satu
stakeholder yang seharusnya dikelola dengan baik oleh perusahaan, maka
motivasi dan kepuasan kerja karyawan juga diperkirakan akan meningkat.
47
Any Maskur, Analisis Pelaksanaan Good Corporate Governance di Usaha Mikro
Kecil Dan Menengah Studi asus Pada Mitra Binaan Unit PKBL PT Taspen (Persero), (Jakarta :
Tesis Universitas Indonesia, 2013), h.26-27
52
f. Dengan baiknya pelaksanaan CG, maka tingkat kepercayaan para
stakeholders kepada perusahaan akan meningkat sehingga citra positif
perusahaan akan naik. Hal ini tentu saja dapat menekan biaya (cost) yang
timbul akibat tuntutan stakeholders kepada perusahaan.
g. Penerapan CG yang konsisten juga akan meningkatkan kualitas laporan
keuangan perusahaan. Manajemen cendrung untuk tidak melakukan rekayasa
terhadap laporan keuangan, karena adanya kewajiban untuk mematuhi
berbagai aturan dan prinsip akuntansi yang berlaku dan penyajian informasi
secara transparan.
E. Review Study
Berdasarkan telaah yang telah dilakukan, penulis mendapat beberapa
bahan penelitian yang berkaitan dengan penelitan penulis sebagai acuan dalam
penulisan skripsi ini. Penulis melihat bahwa apa yang merupakan masalah
pokok penelitian ini menarik dan penting untuk diteliti. Adapun hasil review
studi terdahulu, yang berkaitan dengan judul yang akan dibahas, yaitu :
No
Aspek
Perbandingan
Study Terdahulu Rencana Skripsi
1. a. Judul “Evaluasi Program yayasan
Lima Belas Juli (Yaliju) dalam
meningkatkan kesejahteraan
Evaluasi Program Yayasan Kuntum
Indonesia dan Pengetahuan Pelaku
UMKM dalam Upaya
53
Masyrakat Kelurahan Sawangan
Lama-Depok”
Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah jakarta, 2007.
Pengembangan UMKM di Kampung
Wisata Bisnis Tegalwaru
b. Fokus
Penelitian
Meneliti/menjelaskan sesuatu
tentang evaluasi keberhasilan
program yayasan Lima Belas
Juli dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dalam
bidang pendidikan, ekonomi,
sosial, kesehatan.
Meneliti tentang evaluasi program
tata kelola dari Yayasan Kuntum
Indonesia dengan standard GCG
(Good Corporate Governance),
kemudian efek keberadaan yayasan
bagi para pelaku UMKM di
Tegalwaru.
c. Metode
Penelitian
Menggunakan pendekatan
kualitatif dangan desain evaluasi
Menggunakan pendekatan kualitatif
dan merupakan jenis penelitian
lapangan (Field Research)
d.Objek
Penelitian
Pelaku Program Yayasan Lima
Belas Juli dan Masyarakat
Kelurahan Sawangan Lama
Pengurus Yayasan Kuntum
Indonesia dan Pelaku UMKM di
Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru.
2. a. Judul “Studi Deskriptif Penerapan
Prinsip-Prinsip Good Corporate
Governance Pada Perusahaan
Evaluasi Program Yayasan Kuntum
Indonesia dan Pengetahuan Pelaku
UMKM dalam Upaya
54
Keluarga Di Bidang
Manufaktur Kayu”
Jurnal Agora Vol. 1, No. 1,
(2013), Universitas Kristen Petra
Pengembangan UMKM di Kampung
Wisata Bisnis Tegalwaru
b. Fokus
Penelitian
Meneliti tentang penerapan
aspek GCG pada perusahaan
keluarga, yaitu pada Perusahaan
Manufaktur Kayu
Meneliti tentang evaluasi program
tata kelola dari Yayasan Kuntum
Indonesia dengan standard GCG
(Good Corporate Governance),
kemudian efek keberadaan yayasan
bagi para pelaku UMKM di
Tegalwaru.
c. Metode
Penelitian
menggunakan pendekatan
kualitatif deskriptif dengan uji
triangulasi sumber
Menggunakan pendekatan kualitatif
dan merupakan jenis penelitian
lapangan (Field Research)
d.Objek
Penelitian
perusahaan keluarga
manufaktur kayu
Pengurus Yayasan Kuntum
Indonesia dan Pelaku UMKM di
Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru.
3. a. Judul “Analisis Pelaksanaan Good
Corporate Governance Di Usaha
Mikro Kecil Dan Menengah
Studi Kasus Pada Mitra Binaan
Evaluasi Program Yayasan Kuntum
Indonesia dan Pengetahuan Pelaku
UMKM dalam Upaya
Pengembangan UMKM di Kampung
55
Unit PKBL PT TASPEN
(Persero)”
Tesis FE Universitas Indonesia,
2012
Wisata Bisnis Tegalwaru
b. Fokus
Penelitian
Meneliti tentang membahas
kondisi internal Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM)
yang menjadi mitra binaan
Unit PKBL PT Taspen
(Persero), dan bagaimana
pelaksanaan usaha jika
dikaitkan dengan penerapan
Good Corporate Governance
(GCG)
Meneliti tentang evaluasi program
tata kelola dari Yayasan Kuntum
Indonesia dengan standard GCG
(Good Corporate Governance),
kemudian efek keberadaan yayasan
bagi para pelaku UMKM di
Tegalwaru.
c. Metode
Penelitian
Metode penelitian yang
digunakan adalah deskriptif
dan kuantitatif.
Menggunakan pendekatan kualitatif
dan merupakan jenis penelitian
lapangan (Field Research)
d.Objek
Penelitian
UMKM yang menjadi mitra
binaan unit PKBL PT Taspen
(Persero)
Pengurus Yayasan Kuntum
Indonesia dan Pelaku UMKM di
Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru.
56
4. a. Judul ”Analisis program social
entrepreneur terhadap
pengembangkan Usaha Mikro
Kecil Menengah (UMKM)”
Skripsi STEI Tazkia, 2013
Evaluasi Program Yayasan Kuntum
Indonesia dan Pengetahuan Pelaku
UMKM dalam Upaya
Pengembangan UMKM di Kampung
Wisata Bisnis Tegalwaru
b. Fokus
Penelitian
Meneliti tentang program apa
yang seharusnya dilakukan
social entrepreneur dalam
mengembangkan UMKM di
KWBT, lalu perspektif Islam
terhadap social entrepreneur.
Meneliti tentang evaluasi program
tata kelola dari Yayasan Kuntum
Indonesia dengan standard GCG
(Good Corporate Governance),
kemudian efek keberadaan yayasan
bagi para pelaku UMKM di
Tegalwaru.
c. Metode
Penelitian
Menggunakan metode penelitian
kualitatif dengan jenis penelitian
korelasional.
Menggunakan pendekatan kualitatif
dan merupakan jenis penelitian
lapangan (Field Research)
d.Objek
Penelitian
Pelaku UMKM di Kampung
Wisata Bisnis Tegalwaru
Pengurus Yayasan Kuntum
Indonesia dan Pelaku UMKM di
Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru.
57
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif,yaitu pendekatan yang digunakan karena beberapa pertimbangan yaitu
bersifat luwes, tidak terlalu rinci, tidak lazim mengidentifikasikan suatu
konsep, serta memberikan kemungkinan bagi perubahan-perubahanmanakala
ditemukan fakta yang lebih mendasar, menarik, dan unik bermakna di
lapangan.1
Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller dalam Burhan
Bungin pada mulanya bersumber pada pengamatan kualitatif yang
dipertentangkan dengan pengamatan kuantitatif. Pengamatan kuantitatif
melibatkan pengukuran tingkatan suatu ciri tertentu. Untuk menemukansesuatu
dalampengamatan, pengamatan harus mengetahui apa yang menjadi ciri sesuatu
itu.2
Dipihak lain kualitas menunjukan segi alamiah yang dipertentangkan
dengan kuantum atau jumlah tersebut. Atas dasar pertimbangan itulah maka
1 Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2003), h.39 2 Lexy J.Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2001), h.2
58
kemudian penelitian kualitatif tampaknya diartikan sebagai penelitian yang
tidak mengadakan perhitungan.3
Penulis buku penelitian kualitatif Denzim dan Lincoln dalam Lexy
J.Moleong menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang
menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi
dan dilakukan dengan jalan yang melibatkan berbagai metode yang ada.4
Dari kajian tentang definisi-definisi tersebut dapatlah disintesiskan
bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksud untuk
memahami fenomena tentang yang dialami oleh subjek penelitian misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik, dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus
yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Dalam penelitian ini, peneliti berusaha untuk meneliti secara mendalam,
menyajikan data secara akurat, kemudian melihat dan menilai bagaimana
penerapan konsep GCG pada Yayasan yang mengkoordinir UMKM di Kampung
Wisata Bisnis Tegalwaru. Lalu dilihat, aspek mana yang sudah berjalan baik dan
mana yang belum untuk kemudian dievaluasi.
Penelitian ini juga melihat dampak dari keberadaan Yayasan Kuntum
Indonesia ini dalam mendorong pelaku UMKM mempunyai jiwa kewirausahaan
lewat tanggapan pelaku UMKM dan juga pula melihat keberadaan yayasan ini
3Ibid, h.3
4Ibid, h.5
59
dalam upaya perkembangan UMKM di KWBT. Sehingga nantinya bisa
merumuskan hal apa saja yang perlu ditingkatkan.
B. Jenis dan Sumber Penelitian
Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang
didapat dari penelitian lapangan, penelitian lapangan ide pentingnya adalah
bahwa peneliti berangkat ke „lapangan‟ untuk mengadakan pengamatan tentang
sesuatu fenomenon dalam suatu keadaan alamiah atau „in situ‟.
Dalam melakukan penelitian ini, ada beberapa sumber data yang didapat
oleh penulis dalam menunjang data yang didapat sebelumnya, sehingga
peneliti mendapatkan data yang valid, diantaranya:
1. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh langsung oleh pengumpul data dari objek
risetnya.5 Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dari wawancara dengan
pengurus Yayasan Kuntum Indonesia dan pelaku UMKM di KWBT. Data yang
terkumpul merupakan gambaran umum tentang Yayasan Kuntum Indonesia,
penerapan GCG, dan dampak keberadaan Yayasan bagi pelaku UMKM di
KWBT.
5 HM. Sonny Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta : Graha Ilmu,
2004). h.69
60
2. Data Sekunder
Yaitu semua data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek yang
diteliti.6 Data sekunder ini meliputi data yang bersumber dari buku-buku atau
laporan yang terkait dengan penelitian. Data ini diperoleh dari buku-buku yang
mendukung teori penelitian, jurnal-jurnal, dan internet.
C. Wilayah Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru (KWBT)
yang berada di Desa Tegalwaru, Kecamatan Ciampea, Bogor, Jawa Barat.
Penelitian dilakukan pada Yayasan Kuntum Indonesia dan pelaku UMKM di
KWBT.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan suatu cara atau proses yang
sistematis dalam pengumpulan, pencatatan, dan penyajian fakta untuk tujuan
tertentu.7 Dalam penelitian ini menggunakan instrumen sebagai berikut :
1. Wawancara
Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi. Dalam
proses ini, hasil wawancara ditentukan oleh beberapa faktor yang berinteraksi
dan mempengaruhi arus informasi. Faktor-faktor tersebut ialah :
6Ibid.
7 HM. Sonny Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta : Graha Ilmu,
2004). h.66
61
pewawancara, responden, topik penelitian yang tertuang dalam daftar
pertanyaan, dan situasi wawancara.8
Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:9
a. Terstruktur
Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya
menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan
diajukan. Dalam jenis ini, peneliti akan membuat draft pertanyaan yang
disusun secara rapi dan ketat sesuai dengan kriteria penelitian.
b. Tidak terstruktur
Wawancara tak terstruktur merupakan wawancara yang berbeda
dengan yang tak terstruktur. Cirinya kurang diinterupsi dan arbiter.
Wawancara semacam ini digunakan untuk menemukan informasi yang
bukan baku atau informasi tunggal. Peneliti menggunakan jenis ini juga
karena peneliti ingin menanyakan sesuatu secara lebih mendalam lagi pada
seorang subjek tertentu dan juga peneliti ingin mengungkapkan motivasi,
maksud, atau penjelasan dari responden.
2. Observasi
Observasi adalah usaha untuk memperoleh dan mengumpulkan data
dengan melakukan pengamatan terhadap suatu kegiatan secara akurat, serta
8 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta : LP3S, ),
h.192 9 Lexy J.Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2001), h.189-190
62
mencatat fenomena yang muncul serta mempertimbangkan hubungan antar
aspek dalam fenomena tersebut.
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan
menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra
lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Metode observasi adalah
metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian
melalui pengamatan dan pengindraan.10
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah data pendukung yang memperkuat data primer
yang di dapat dari sumber data yang berupa dokumentasi dan laporan.
Studi dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data
kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat
oleh subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Studi dokumentasi
merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan peneliti kualitatif untuk
mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek melalui suatu media
tertulis dan dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek
yang bersangkutan.11
10
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta : Kencana, 2009), h.115 11
Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. (Jakarta:
Salemba Humanika, 2012), h.143
63
E. Teknik Pengolahan Data
Pada dasarnya dan pada prinsipnya, semua teknik analisis data kualitatif
adalah sama, yaitu melewati prosedur pengumpulan data, input data, analisis
data, penarikan kesimpulan dan verifikasi, dan diakhiri dengan penulisan hasil
temuan dalam bentuk narasi.12
Teknik analisis data yang lebih dipahami dan lebih sesuai adalah teknik
analisis data model interaktif menurut Miles & Huberman yang terdiri atas empat
tahapan yang harus dilakukan. Pertama adalah tahap pengumpulan data, tahapan
kedua adalah tahap reduksi data, tahapan ketiga adalah tahap display data, dan
tahapan keempat adalah tahap penarikan kesimpulan dan/atau tahap verifikasi.
Proses pengumpulan data dilakukan sebelum penelitian, pada saat
penelitian, dan bahkan di akhir penelitian. Inti dari reduksi data adalah proses
penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data yang diperoleh menjadi
satu bentuk tulisan yang akan dianalisis. display data adalah mengolah data
setengah jadi yang sudah seragam dalam bentuk tulisan dan sudah memiliki alur
tema yang jelas ke dalam suatu matriks kategorisasi sesuai tema-tema yang sudah
dikelompokkan dan dikategorikan, serta akan memecah tema-tema tersebut ke
dalam bentuk yang lebih konkrit dan sederhana yang disebut dengan subtema
yang diakhiri dengan memberikan coding dari subtema tersebut sesuai dengan
verbatim wawancara yang sebelumnya telah dilakukan. Kesimpulan merupakan
tahap akhir dalam rangkaian analisis data kualitatif menurut model interaktif
12
Ibid. H.163
64
yang dikemukakan oleh Miles & Huberman, secara esensial berisi tentang uraian
dari seluruh subkategorisasi tema yang tercantum pada tabel kategorisasi dan
pengodean yang telah terselesaikan disertai dengan quote verbatim wawancara.13
F. Uji Keabsahan Data
Lexy J.Moleong dalam bukunya Metodelogi Kualitatif, dalam
menentukan keabsahan data salah satunya adalah dengan melakukan triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu.
Triangulasi yang dipilih adalah triangulasi dengan sumber. Triangulasi
dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan
suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
penelitian kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan jalan : (1) membandingkan
data hasil pengamatan dengan hasil wawancara; (2) membandingkan apa yang
dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi;
(3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (4) membandingkan keadaan
dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti
rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada,
13
Ibid. H.164-179
65
orang pemerintahan ; (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu
dokumen yang berkaitan.14
G. Teknik Penulisan
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengacu pada “Pedoman Penulisan
Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2012”. Buku ini merupakan rujukan ilmiah bagi para
peneliti mahasiswa UIN Jakarta, khususnya mahasiswa Fakultas Syariah dan
Hukum yang sedang menyusun tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana.
14
Lexy J.Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2001), h.330-331
66
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil UMKM Tegalwaru
1. Kondisi Umum Desa Tegalwaru
a. Letak Geografis
Desa Tegalwaru merupakan salah satu Desa di Kecamatan Ciampea, Kabupaten
Bogor, dengan luas wilayah 338.843 Ha, di atas permukaan laut 200 m, dan tinggi
curah hujan 21°-23° C s.d. 21-23 M³, yang terbagi dalam 2 dusun, 6 Rukun Warga
(RW) dan 38 Rukun Tetangga (RT). Adapun batas-batas wilayah Desa Tegalwaru
yaitu, sebelah Utara dan Timur berbatasan dengan Desa Bojong Jengkol, Sebelah
Selatan berbatasan dengan Desa Cinangka, dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa
Cidadas/Bojong Rangkas. Sementara jarak Kantor Desa Tegalwaru ke Ibukota
Kecamatan yaitu 2,5 km, jarak Kantor Desa ke Kabupaten Bogor 25 Km, jarak
Kantor Desa ke Provinsi Jawa Barat yaitu 132 Km dan jarak Kantor Desa ke Ibukota
Negara ialah 73 Km.
Penggunaan lahan di Desa Tegalwaru sebagian besarnya dimanfaatkan untuk
perumahan dan pertanian. Adapun luas wilayah Desa Tegalwaru menurut
pemanfaatannya yaitu ; luas perumahan/pemukiman dan pekarangan sebanyak
123,743 Ha, penggunaan untuk sawah sebanyak 150 Ha, luas lahan/Huma adalah 50
Ha, luas jalan 6 Ha, lahan untuk pemakaman sebanyak 4,5 Ha, lahan perkantoran 0,2
Ha, lapangan olahraga sebanyak 0,8 Ha, lahan untuk pendidikan sebanyak 0,2 Ha,
dan lahan untuk bangunann peribadatan sebanyak 3,4 Ha. Sementara tanah kas Desa
67
Tegalwaru seluas 1.700 M², penggunaannya meliputi bangunan Kantor Desa
sebanyak 0,002 Ha.
b. Kondisi Demografis
Berdasarkan data hingga akhir Bulan Desember Tahun 2011, penduduk Desa
Tegalwaru tercatat sebanyak 12.409 jiwa. Jumlah tersebut meliputi 6.198 jiwa
penduduk laki-laki dan 6.211 jiwa penduduk perempuan, dan jumlah KK sebanyak
3.293 jiwa. Adapun kepadatan penduduk Desa Tegalwaru per KM² yaitu sebesar 3,6
juta jiwa. Komposisi umur dengan usia terbanyak adalah pada usia remaja khusunya
yang berusia 15-19 tahun. Sedangkan usia dengan komposisi terendah terdapat pada
usia lansia yaitu antara 65-69 tahun. Berikut adalah jumlah penduduk Desa
Tegalwaru menurut struktur umur sebagai berikut :
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk Desa Tegalwaru menurut struktur umur
Kelompok
Umur
Jumlah Jiwa Jumlah
Laki-laki Perempuan
0-4 422 417 839
5-9 490 453 943
10-14 264 554 818
15-19 587 598 1185
20-24 427 467 894
25-29 515 535 1050
30-34 430 466 896
35-39 424 419 843
40-49 534 446 980
50-54 385 416 801
55-59 449 418 867
60-64 576 425 1001
65-69 315 300 675
70-ke atas 380 297 677
Jumlah 6198 6211 12409 Sumber : Profil Desa Tegalwaru Tahun 2012
68
c. Kondisi Ekonomi dan Pendidikan
Desa Tegalwaru memiliki penduduk desa yang beragam jenis mata
pencahariannya dan dimonasi oleh petani dan pengrajin. Hal inilah yang membuat
perekonomian Desa Tegalwaru terus tertopang. Lahan pertanian yang begitu banyak
mendorong sebagian besar penduduk desa untuk bekerja sebagai petani. Selain
memanfaatkan hasil pertanian sebagai pendapatannya, para petani juga sering
memanfaatkan rumput-rumput yang tumbuh di lahan pertanian untuk kemudian
dipotong dan dikumpulkan lalu dijual kepada pengusaha peternakan sehingga
menjadi sumber pendapatan tambahan baginya. Berikut ini merupakan data penduduk
Desa Tegalwaru berdasarkan mata pencahariannya.
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk Desa Tegalwaru berdasarkan mata pencaharian
No. Mata Pencaharian Jumlah
1 Pegawai Negeri Sipil 120 orang
2 TNI/POLRI 10 orang
3 Karyawan Swasta 227 orang
4 Wiraswasta/Pedagang 230 orang
5 Petani 971 orang
6 Pertukangan 275 orang
7 Buruh Pabrik 275 orang
8 Pensiunan 15 orang
9 Pemulung 6 orang
10 Jasa/Penjahit 35 orang
11 Tukang bangunan 60 orang
12 Tukang Ojek 350 orang
13 Bengkel 20 orang
14 Sopir Angkutan 30 orang
15 Tukang Las 9 orang
16 Pengrajin 810 orang Sumber : Profil Desa Tegalwaru Tahun 2012
69
Dalam bidang pendidikan, boleh dikatakan bahwa tingkat pendidikan di Desa
Tegalwaru masih terbilang rendah karena mayoritas penduduknya adalah lulusan
Pendidikan Sekolah Dasar yaitu sebanyak 1.235 orang, diikuti oleh SMP/SLTP
berjumlah 219 orang. Adapun selain pendidikan formal, Desa Tegalwaru juga
memerhatikan pendidikan penduduknya lewat pendidikan khusus yang meliputi
pondok pesantren, madrasah, sekolah luar biasa, dan kursus keterampilan. Berikut
adalah data mengenai jumlah penduduk Desa Tegalwaru dalam bidang pendidikan :
Tabel 4.3
Jumlah Penduduk Desa Tegalwaru berdasarkan pendidikan
No. Jenis Pendidikan Pendidikan Jumlah
1 Lulusan Pendidikan Umum Taman Kanak-kanak 55 orang
2 Sekolah Dasar 1.235 orang
3 SMP/SLTP 219 orang
4 SMA/SLTA 93 orang
5 Akademi (D1-D3) 27 orang
6 Sarjana (S1-S3) 51 orang
7 Lulusan Pendidikan Khusus Pondok Pesantren 45 orang
8 Madrasah 35 orang
9 Pendidikan Keagamaan 10 orang
10 Sekolah Luar Biasa - Orang
11 Kursus Keterampilan 50 orang Sumber : Profil Desa Tegalwaru Tahun 2012
Dari tabel di atas tergambar bahwa pendidikan yang didapatkan oleh warga
Desa Tegalwaru sangat mempengaruhi jenis pekerjaan sehari-hari di Desa Tegalwaru,
dimana mayoritas penduduk desa bekerja sebagai petani dan pengrajin tas. Penduduk
Desa Tegalwaru juga banyak yang mengikuti kursus keterampilan, sehingga dengan
bekal tersebut banyak warga yang berinisiatif membuka usaha sendiri. Efeknya juga
adalah warga lainnya juga ikut termotivasi untuk membuka usaha.
70
d. Sarana dan prasarana di Desa Tegalwaru
Ada berbagai macam sarana prasarana yang terdapat di Desa Tegalwaru, sarana
prasarana ini berguna untuk mendukung kegiatan-kegiatan masyarakat Desa
Tegalwaru maupun tamu pendatang. Prasarana ini meliputi lapangan sepakbola
sebanyak 3 buah, lapangan volly 3 buah, lapangan bulu tangkis 6 buah, lapangan
tenis meja 4 buah, dan kolam renang sebanyak 1 buah. Sarana prasarana di bidang
kesehatan, pendidikan, dan keagamaan di Desa Tegalwaru dapat dikatakan sudah
terpenuhi bagi kebutuhan warganya. Sedangkan untuk bidang kesenian kebudayaan
maupun sosial belum terpenuhi kebutuhannya.
Mengenai sarana prasarana Desa Tegalwaru di bidang kesehatan, terdapat
Poliklinik atau balai pelayanan masyarakat sebanyak 2 buah dan puskesmas
pembantu sebanyak 1 buah. Lokasi balai pelayanan masyarakat salah satunya berada
dalam wilayah Kantor Kepala Desa sehingga memudahkan akses warga ke lokasi itu.
Sementara untuk kegiatan keagamaan di Desa Tegalwaru terbilang aktif. Hal ini
dilihat dari kegaitan-kegiatan keagamaan masyakarakat seperti majlis taklim yang
berjumlah 39 kelompok dengan anggota sebanyak 780 orang. Jumlah masjid sendiri
yang ada di Desa Tegalwaru berjumlah 15 buah dan musholla nya sebanyak 20 buah.
Masjid dan mushollah ini juga sering dijadikan tempat kegiatan belajar agama dan
pengajian.
2. Potensi UMKM di Desa Tegalwaru
Desa Tegalwaru terkenal sebagai lumbung berbagai produksi pertanian serta
wirausaha. Desa ini memiliki jumlah penduduk 12.409 jiwa dan sebagian besar
71
berprofesi sebagai petani dan wirausaha (pengrajin). Lingkungan yang asri di daratan
Gunung Salak Endah memberikan keuntungan bagi para petani dalam menggarap
lahan pertaniannya.
Berbagai jenis UMKM dapat ditemukan di Desa Tegalwaru, hal ini menjadi
kebanggaan tersendiri bagi warganya dan menjadi daya tarik bagi masyarakat luar
untuk berkunjung ke Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru untuk melihat dan
mempelajari usaha yang berbasis homeindustry sehingga juga mendapatkan motivasi
berwirausaha.
Melalui pendirian Yayasan Kuntum Indonesia, Ibu Tatiek mengajak para
pelaku usaha yang ada di Desa Tegalwaru untuk bergabung dan memajukan potensi
UMKM sebagai Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru. Tujuan mendirikan KWBT ini
sendiri juga untuk mengatasi kendala pemasaran yang dihadapi banyak pelaku usaha
di Desa Tegalwaru.
Selain dengan banyaknya UMKM yang terdapat disini, Kampung Wisata Bisnis
Tegalwaru juga menawarkan potensi lain di wilayahnya meliputi; udara yang sejuk,
panorama alam yang indah, tempat berkumpul dan bermain keluarga, tempat ibadah,
kebun sayur, kebun buah, peternakan kelinci, budidaya jamur tiram, budidaya
tanaman obat dan lidah buaya dan sebagainya.
3. Profil UMKM di KWBT
Jumlah Pelaku UMKM di Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru ini sangat
beragam dan banyak jumlahnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Tatiek,
dari berbagai macam jenis usaha yang ada di KWBT ini, mayoritas pelaku UMKM
72
disini adalah pada bidang industri kreatif karena banyaknya sumber daya manusia
yang berpengalaman juga kreatif dan potensi desa yang begitu besar, sehingga
dengan hal itu diolahlah menjadi suatu produk bisnis.
Pelaku UMKM disini mayoritasnya adalah laki-laki dikarenakan kaum laki-laki
di Desa Tegalwaru lebih tertarik untuk membuka bisnis rumahan didampingi oleh
istrinya dibandingkan harus bekerja dengan orang lain. Walaupun berdasarkan data
kependudukan Tegalwaru 2012, lulusan SD menjadi yang paling tinggi, namun tidak
terjadi pada pelaku UMKM di Tegalwaru, sebab disini kebanyakan dari mereka
adalah lulusan SLTA karena kesadaran pendidikannya juga semakin meningkat.
Pada awal pendirian Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru ini memang
sebelumnya sudah ada beberapa UMKM yang eksis disini, namun setelah
pendiriannya banyak UMKM-UMKM baru yang lahir dan bertumbuh. Adapun dari
segi pendapatan perbulan, UMKM disini sangat beragam dari mulai ratusan ribu
sampai puluhan juta.
Secara geografis, Desa Tegalwaru terdiri dari 6 RW dan 38 RT, dan masing-
masing RW memiliki spesifikasi usaha mayarakat. Berdasarkan hasil survei
penelitian, di RW 01 beberapa warga memilih alternatif pencaharian keluarganya
sebagai pengrajin anyaman bambu dan bilik. RW 02 terdapat pengrajin pandai besi
dan pesanan golok ukir. RW 03 karena wilayahnya yang masih luas oleh lahan
pertanian, menjadikan warga RW 03 ini menggarap lahan mereka dengan tanaman
obat, buah, dan tanaman hias.
73
Usaha selanjutnya di RW 04 berbagai industri pembuatan selai kelapa dan
pembiakan ikan patin. Dari limbah industri selai kelapa, berpotensi melahirkan aneka
usaha seperti briket arang, nata de coco, dan hiasan/aksesoris. Di RW 05 pun terdapat
industei rumahan berupa pengolahan kecap, cuka, saus, dan minuman orson.
Walaupun menggunakan media produksi yang sangat sederhana telah memberikan
income keluarga yang cukup menjanjikan. Kemudian terakhir di RW 06 masyarakat
dominan sebagai pedagang dan tukang bangunan tapi di beberapa area terdapat
budidaya tanaman DAS yang telah cukup banyak diakui banyak pihak.
Berikut adalah beberapa profil UMKM yang dipilih berdasarkan purposive
sampling oleh penulis, yang juga direkomendasikan oleh Ketua Yayasan Kuntum
Indonesia :
a. Kerajinan Tas (Pak Ibad)
Kerajinan tas merupakan mayoritas usaha yang ada di Desa Tegalwaru. Salah
satu pelaku UMKM ini yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat adalah Pak Ibad.
Dia banyak mempekerjakan warga desa untuk ikut membuat tas sehingga ia juga
dikenal bos besar para pekerja tas. Sejarah usaha ini berdiri adalah awalnya ia bekerja
sebagai karyawan pada salah satu pabrik tas di Jakarta, ia menekuninya selama 17
tahun disana. Hingga suatu hari terjadi kerusuhan Mei 1998 dan ini titik awal ia
hengkang dari Jakarta dan bertekad untuk membuka usaha membuat tas di desanya
sendiri.
Pengalaman Pak Ibad di Jakarta menjadi modal awal untuk membuka usaha, ia
bekerjasama dengan anak perusahaan dari salah satu perusahaan besar. Semua
74
pasokan bahan didapat darinya. Usahanya yaitu mengolah bahan dan membentuk
pola hingga jadi. Sehingga awal bisnisnya hanya bermodal kejujuran dari mitra
tersebut, bahkan perusahaan itu memberikan pinjaman untuk permodalan seperti
pendirian pabrik, alat-alat kerja, dsb. tanpa meminta bunga sepeser pun. Dari situ,
tingkat produksi pun juga makin meningkat. Hal ini sama-sama menguntungkan bagi
kedua belah pihak. Akhirnya setelah 10 tahun berjalan, pihak perusahaan
memberhentikan kontrak karena kondisi pasar yang sudah tidak stabil, barang-barang
asal Cina masuk pasaran dengan harga yang jauh lebih murah.
Pak Ibad tak mau menyerah, dengan memanfaatkan hasil-hasil yang
diperolehnya saat kerjasama, ia mulai menyusun strategi untuk pengembangan
bisnisnya. Ia mulai berdikari dan mengajak tetangganya membuat pola, dimulai dari
pengguntingannya hingga penjahitan. Apabila ada warga yang belum bisa menjahit,
maka hanya dipersilahkan hanya sampai pola. Ada banyak pilihan kerjasama yang
ditawarkan Pak Ibad. Hingga saat ini usaha tas oleh Pak Ibad semakin digemari Desa
Tegalwaru sebagai usaha rumahan karena tidak perlu ke Jakarta dan bisa
mengerjakannya di rumah sambil berkumpul dengan keluarga. Sekarang usahanya ini
lebih banyak dipimpin oleh anaknya, yaitu Fadli.
Pemilihan kerja yang dilakukan warga Desa Tegalwaru sesuai permintaan
warga sendiri dan kemauan menjadi pengrajin tas. Pak Ibad dan Fadli membantu
memfasilitasinya. Hasil produksi tas Tegalwaru ini banyak dipasarkan di Jakarta
maupun luar Jawa, bahkan pernah juga sampai ke luar negeri. Para pengunjung Desa
Tegalwaru juga bisa memesan desain sesuai kebutuhan.
75
b. Pembibitan Ikan (Pak Bidin)
Pak Bidin merupakan salah satu pelaku usaha yang juga sudah cukup lama
menjalankan usahanya, ia memulai usaha pembibitan ikan patin sekitar tahun 2000,
awalnya ia beternak ikan mas dan lele, namun karena potensi patin lebih tinggi dan
menguntungkan, akhirnya dia fokus kepada pembibitan patin.
Pada awalnya, Pak Bidin hanya mempunyai 10 akuarium untuk pembibitan ini.
Karyawannya hanya satu. Lalu, ketika melihat peluang yang lebih besar pada saat
panennya, kemudian ia menambahkan lagi akuariumnya sampai dengan berjumlah 50
buah dengan anak buah 2 orang. Sekarang kurang lebih ia mempunyai 100 akuarium
dengan 4 orang karyawan. Namun, karyawan-karyawannya ini tidak setiap waktu ia
pakai, ia memakainya ketika sedang panen dan untuk memberi makan bibit ikan.
Masa-masa sulit dari pembibitan patin ini adalah pada bulan 7-10 sebab
telornya ini sangat jarang, dan pada masa bulan ini ia tidak memakai karyawan, ia
dan istrinya yang langsung mengurusinya. Sedangkan pada bulan selain itu, telur-
telur banyak dihasilkan, sehingga ketika panen pun juga sangat banyak sekali.
Adapun mengenai pemasarannya, sekarang sudah sangat luas, permintaan terus
meningkat namun produksi ikannya kurang. Pak Bidin mempunyai pelanggan tetap
yang berasal dari Jawa, Lampung, Palembang, bahkan sampai ke Kalimantan.
Dalam menjalankan usahanya, hampir seluruh modalnya diperoleh sendiri dari
kantong pribadi Pak Bidin dan hanya 2 kali melakukan peminjaman dari bank, yaitu
sebesar 15 juta yang ia gunakan juga untuk membantu karyawannya, dan ia juga
menjadi kafalah atas temannya yang meminjam uang 100 juta atas nama Pak Bidin.
76
c. Wayang Golek (Pak Aris)
Pak Aris merupakan satu-satunya pelaku UMKM di Tegalwaru yang
mempunyai usaha di bidang pembuatan dan jasa servis Wayang Golek. Ia memulai
usahanya sejak berumur 12 tahun. Pada awalnya ia sangat hobbi menonton wayang
Golek, kemudian ia iseng-iseng membuat wayang Golek, banyak juga temannya yang
meminta dibuatkan. Ia mempelajarinya secara otodidak. Kemudian lama-kelamaan
banyak orang yang memesannya untuk dbuatkan. Dari sinilah ia mulai mendalami
pembuatan Golek ini, dari hobbi bisa menghasilkan uang, dari situ ia tambah
semangat membuat Golek.
Dalam membuat wayang ini, mula-mulanya Pak Aris sendiri yang membuat.
Kemudian ketika usahanya ini mulai berkembang, ia mengajarkan istri dan anaknya
untuk membuat wayang Golek ini dan akhirnya merekalah yang membantu Pak Aris
menyelesaikan pesanannya, selain itu, ia juga dibantu oleh beberapa karyawannya
yang dipanggil ketika pesanan sedang banyak.
Walaupun dari segi pengalamannya usaha Pak Aris ini sudah sangat lama,
namun usaha ini bisa dikatakan masih belum cukup kuat untuk berdiri sendiri karena
hanya masih mengandalkan pesanan dan orang yang menyukai wayang Golek pun
terbilang sedikit dan hanya orang-orang tertentu saja. Syukurnya orderan itu terus
berdatangan ketika ia sudah bergabung dengan YKI dan KWBT mulai dikenal. Jadi
sekarang dengan ia tinggal di rumah saja sudah menerima pesanan, beda halnya
dengan dahulu sebelum bergabung, ia menjual wayang Golek buatannya harus ke
77
Jakarta, dan itu juga harganya lebih murah dibandingkan orang yang memesan
langsung.
Dia pernah mempunyai jaringan orang luar negeri, yang menjadi supplier
besarnya, namun karena peristiwa bom bali waktu itu, akhirnya orang tersebut
bangkrut dan efeknya juga dirasakan oleh Pak Aris. Begitu juga ketika ia mempunyai
supplier asal Jogja yang membantu memasarkannya, pada waktu itu barangnya
dibawa ke JW Marriot dan naasnya itu bertepatan dengan peristiwa bom JW Marriot
juga, akhirnya ia pun juga hanya memasrahkan saja barangnya yang ikut hancur.
Dalam memproduksi wayangnya, Pak Aris punya ketentuan kepada
pelanggannya untuk membayar DP terlebih dahulu, itu akan dibelikannya bahan-
bahan baku wayang, kemudian jika masih kurang maka Pak Aris akan ke Yayasan
dan meminjam uang dari situ sesuai kebutuhan yang diperlukan.
78
B. Profil Yayasan Kuntum Indonesia
1. Informasi Yayasan
Nama : Yayasan Kuntum Indonesia.
Alamat Sekretariat : Kampung Pulekan No 31 Desa Tegalwaru kecamatan
Ciampea Kabupaten Bogor – Jawa Barat
Kantor Pemasaran : Jl. H. Mad Nur No. 43 Desa Jampang Kecamatan Kemang,
Kabupaten Bogor – Jawa Barat
Telphone : (0251) 8621751
Handphone : 081382433432
Tanggal Berdiri : 18 Juni 2008
Situs Web : www.facebook. Kampoeng Wisatabisnis Tegalwaru
www.kampoengwisatabisnistegalwaru.blogspot.com
www.tegalwarukreatif.com
Anggota UMKM :
- Peternakan Kelinci - Budi Daya Ikan Lele
- Peternakan kambing - Home Industri Tas
- Sari Sehat dan tanaman
Herbal
- Home Industri Aksesoris
- Budi Daya Jamur - Home Industri Kerupuk
- Budi Daya Ikan Mas - Home Industri Nata de
Coco, Selai Kelapa, Arang
- Budi Daya Ikan Patin - Home Industri Wayang
Golek
- Home Industri Pandai Besi
79
2. Sejarah Yayasan Kuntum Indonesia
Yayasan Kuntum Indonesia adalah sebuah lembaga yang dibuat dan digunakan
sebagai dasar dalam proses pelaksanaan Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru.
Berdirinya yayasan ini dimotori oleh dua orang, salah satunya adalah seorang wanita
penduduk asli yang tinggal di Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru yang bernama
Tatiek Kancaniati. Beliaulah yang sampai saat ini berkonsentrasi penuh dalam
memajukan wisata kampung ini. Ide awal pada tahun 2008 didirikan bisnis ini adalah
dimulai dari keinginan membantu masyarakat di sekitar tempat tinggalnya
mendapatkan penghasilan tambahan, ada harapan lain yang ingin dicapai, paling tidak
daerahnya dapat menjadi alternatif destinasi ecotourism yang dapat dikenal sampai
mancanegara.
Obrolan dan nasehat dari beberapa teman dekatnya ditambah dengan dukungan
dari Rumah Kreatifitas Ekonomi – Mekar Mitra Mandiri sebagai LSM yang fokus
pada pemberdayaan ekonomi masyarakat, akhirnya tercetus ide untuk mewujudkan
salah satu perkampungan yang ada di Desa Tegalwaru Kecamatan Ciampea
Kabupaten Bogor ini, menjadi Kampung Wisata Bisnis sekaligus sebagai proyek
percontohan yang mungkin akan dikembangkan juga untuk daerah lainnya di
Kabupaten Bogor atau Kabupaten di daerah lainnya.
Yayasan Kuntum Indonesia merupakan yayasan yang berada di pedesaan, awal
berdirinya Yayasan ini pada tanggal 18 Juni 2008 sejak itu dituntut untuk bisa
berkiprah lebih banyak dalam melayani masyarakat terutama dalam membantu
meningkatkan kapasitas pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui programnya
80
yaitu ”Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru” (KWBT). Potensi masyarakat yang ada
di sekitar Tegalwaru sebagian besar adalah pengrajin UMKM yang memiliki omset
dan produksi yang sangat variatif dan baik merupakan nilai jual KWBT untuk
mengembangkan kualitas dan pemasaran UMKM dan pencitraan Desa Tegalwaru
sebagai Desa Mandiri.
Dilatarbelakangi oleh potret kemiskinan masyarakat yaitu pengetahuan mereka
yang rendah, pembinaan yang kurang merata, produktivitas rendah, akses informasi
dan kualitas SDM serta daya saing yang rendah. Hal itu menjadi sebuah ironi bagi
negara yang sudah merdeka dan melihat kenyataan di luar sana masih banyak pula
orang-orang yang membutuhkan lahan pekerjaan, sesunguhnya banyak potensi yang
dimiliki oleh seseorang nemun terkadang belum tergali, baik dari kaum muda atau tua
karena tak diketahui atau keterbatasan sehingga mengendap dalam diri. Anak-anak
dan remaja adalah rentang usia yang sangat menentukan di kehidupan masa depan,
terkadang proses pencarian jati diri itulah yang menjerumuskan seseorang ke dalam
pergaulan yang tidak menguntungkan.
Berawal dari hal tersebut didirikannya Yayasan Kuntum Indonesia untuk
memberikan ruang kepada anak-anak dan remaja bahkan para orang dewasa untuk
mengekspresikan diri terutama untuk perkembangan jiwa entrepreneur, dan turut
serta berperan aktif dalam rangkaian kegiatan yang mengusung kepedulian terhadap
pendidikan dan perekonomian anak bangsa dengan mengadakan program
pembelajaran wirausaha di Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru dan pemahaman
tentang sebuah produk yang berbasis home industry.
81
3. Visi dan Misi Yayasan Kuntum Indonesia
a. Visi
1. Mengembankan Potensi Sumber Daya Masyarakat dan Alam
2. Meningkatkan Kemandirian Masyarakat Berbasis Modal Sosial yang Ada
b. Misi
1. Meningkatkan Pengetahuan Masyarakat Melalui Pendampingan
kewirausahaan dan Leadership
2. Memberikan Pembiayaan Usaha dan Menghilangkan Ketergantungan
Terhadap Ekonomi Ribawi
3. Memberikan Pelayanan Sosial Masyarakat
4. Tujuan Yayasan Kuntum Indonesia
a. Mengembangkan Potensi Sumber Daya Masyarakat dan Alam
b. Meningkatkan Kemandirian Masyarakat Berbasis Modal Sosial yang Ada
c. Meningkatkan Pengetahuan Masyarakat Melalui Pendampingan
Kewirausahaan dan Leadership
d. Memberikan Pembiayaan Usaha dan Menghilangkan Ketergantungan
Terhadap Ekonomi Ribawi
e. Memberikan Pelayanan Sosial Masyarakat
82
5. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
a. Meningkatkan pengetahuan seputar teknologi tepat guna dan applicable
dalam keseharian masyarakat.
b. Memberdayakan masyarakat Desa Tegalwaru dengan pengenalan teknologi
pembuatan briket biomassa dan teknologi pemanfaatan limbah industri
seperti pemanfaatan air kelapa menjadi Coctail nata de Coco, pemanfaatan
batok dan serabut menjadi aksesoris serta pemanfaatan bambu menjadi
aneka anyaman dengan berbagai jenis dan manfaatnya.
c. Turut serta dalam mensukseskan program pemerintah yaitu “Program Desa
Mandiri Energi”.
d. Menciptakan lapangan pekerjaan, khususnya ibu-ibu pedesaan dalam
menambah income keluarga serta memberdayakan home industri guna
menciptakan kemadirian.
83
6. Struktur Organisasi
Gambar 4.1 Struktur Kepengurusan Yayasan Kuntum Indonesia
Sumber : Yayasan Kuntum Indonesia Tahun 2008
C. Analisa Penerapan GCG di Yayasan Kuntum Indonesia
Pada poin ini penulis menganalisis tentang tata kelola penerapan good
corporate governance untuk kemudian dievaluasi mana yang sudah terlaksanakan
dengan baik, masih kurang terlaksana, dan yang belum terlaksanakan. Penulis
mengambil data melalui wawancara dengan Ibu Tatiek Kancaniati, selaku Ketua
Yayasan Kuntum Indonesia sekaligus pelopor Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru ini.
Adapun mengenai praktik GCG pada yayasan tersebut akan dijelaskan pada poin
berikut :1
1 Wawancara Pribadi dengan Tatiek Kancaniati. Bogor, 25 Agustus 2015
Dewan Pengawas
Ketua
Bendahara Sekretaris
Divisi Sosial Divisi Ekonomi Divisi Leadership
84
1. Aspek Transparansi
Transparansi meliputi informasi yang mudah diakses dan dipahami oleh
pihak-pihak yang berhubungan dengan Yayasan. Dalam melihat prinsip transparansi
yang dilaksanakan oleh Yayasan Kuntum Indonesia, penulis menggunakan indikator
informasi dan kebijakan yang ada pada yayasan tersebut. Berikut adalah data
penilaian aspek transparansi tersebut :
Tabel 4.4 Penilaian Aspek Transparansi Yayasan Kuntum Indonesia
No Aspek GCG Terpenuhi Kurang
Terpenuhi
Tidak
Terpenuhi
1. TRANSPARANSI
a. Yayasan memiliki visi-misi yang dapat
dibaca oleh publik dengan mudah
b. Masyarakat dapat memeroleh informasi
mengenai kegiatan-kegiatan yang
dijalankan oleh yayasan
c. Yayasan memiliki website yang dapat
diakses oleh kalangan publik
d. Yayasan mengizinkan media memperoleh
informasi
e. Yayasan selalu memberikan laporan
keuangan dan kegiatan kepada donatur
f. Yayasan menerangkan/menginformasikan
peraturan-peraturan yang wajib dipatuhi
oleh anggota (UMKM)
g. Yayasan menerangkan/menginformasikan
sasaran-sasaran kegiatan kepada anggota
(UMKM)
h. Yayasan memberikan informasi mengenai
perkembangan KWBT secara teratur
kepada anggota (UMKM)
i. Yayasan menyeleksi informasi mana saja
yang mesti dipublikasikan dan mana-mana
saja yang menjadi rahasia yayasan
85
j. Ketika mempunyai kebijakan-kebijakan
tertentu, yayasan selalu
mengkomunikasikannya kepada anggota
(UMKM)
k. Yayasan mengadakan pertemuan-
pertemuan rutin dengan para anggota
(UMKM)
l. Yayasan memberikan open house fasilitas
kepada pengunjung KWBT
m. Adanya penasihat yayasan untuk
memberi masukan tentang isu-isu yang
berkaitan dengan kebijakan dan strategi
Sumber : Wawancara mendalam dengan Ibu Tatiek, Bogor, 25 Agustus 2015
Dari tabel tersebut tergambarkan bahwa praktik transparansi yang dijalankan
oleh Yayasan Kuntum Indonesia sudah baik dilaksanakan dalam hal informasi yang
diberikan kepada masyarakat dan UMKM, izin media, kerahasiaan organisasi, sikap
terbuka kepada pengunjung, dan terbuka dalam menerima saran dari penasihat.
Kemudian masih kurang dalam hal laporan keuangan dan kegiatan, informasi sasaran
kegiatan dan perkembangan KWBT, serta pertemuan yang diadakan secara rutin
dengan UMKM. Adapun, yang masih belum terlaksanakan adalah publikasi visi-misi
yayasan dan pembuatan website.
Informasi kegiatan yang dilaksanakan oleh Yayasan Kuntum Indonesia
biasanya masyarakat pasti sudah mengetahuinya, karena yayasan mempunyai agenda
rutinan bulanan dan tahunan. Informasi yang selalu rutin diberikan oleh yayasan yaitu
ketika musyrembang desa, disitu yayasan memaparkan pertanggungjawaban program
yang sudah berjalan dan akan berjalan di Tegalwaru ini.
86
Magnet Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru ini begitu besar, maka wartawan
pun juga banyak yang memburu berita disana, adapun sikap yayasan juga
menerimanya. Yayasan dan UMKM mempunyai keterikatan peraturan yang dibuat
oleh mereka berdasarkan persetujuan kedua belah pihak, terutama peraturan ketika
pengunjung wisata datang.
Mengenai informasi yang diberikan, yayasan pun juga menyeleksi yang mana
informasi yang bersifat internal dan juga eksternal. Kemudian, ketika ada kebijakan
program yang baru, misalnya ketika ada kontrak kegiatan dengan YARSI, maka Ibu
Tatiek mengomunikasikannya kepada pelaku UMKM, terutama UMKM yang
berkaitan. Kemudian juga ketika ada pengunjung, Yayasan memberikan kesempatan
openhouse kegiatan UMKM disini. Yayasan pun juga terbuka mengenai masukan-
masukan, terutama mengenai kebijakan dan strategi, yayasan memiliki tiga orang
penasihat yang berperan memberikan masukan-masukan dalam hal tersebut.
Dari segi laporan keuangan yang dijalankan, yayasan nampaknya masih harus
berbenah karena belum memiliki catatan-catatan laporan keuangan setiap bulannya,
hal ini dikarenakan donatur yang ada hanya sedikit sehingga tak tercatat kemudian
juga ada donatur hamba Allah yang juga tidak bisa diberi laporan. Namun, ketika
melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam acara yang skalanya besar dan dengan
biaya yang tinggi juga, maka yayasan memberikan laporannya. Ketika memberikan
informasi kegiatan, terutama kegiatan sosialnya, yayasan menargetkannya,
sasarannya untuk siapa. Namun pada program pelatihan UMKM sendiri, yayasan
belum begitu jelas membuat sasaran-sasaran kegiatan.
87
Perkembangan KWBT diinformasikan yayasan dalam suatu agenda khusus,
yaitu ketika musyrembang desa, namun dirasa hal ini masih belum cukup untuk
UMKM, karena menurut UMKM sendiri belum ada pertemuan khusus rutinan
seminggu atau sebulan sekali yang memang diagendakan membicarakan khusus
perkembangan UMKM dan KWBT. Berbeda halnya dengan pendapat UMKM,
menurut Ibu Tatiek, secara kegiatan yang melibatkan UMKM memang ada setiap
bulan, bahkan pernah juga sampai seminggu sekali, namun itu bentuknya
kegiatan/pelatihan yang diberikan.
Sayangnya, dengan pelatihan dan kegiatan yang telah diberikan oleh yayasan
kepada para pelaku UMKM, mereka pun juga belum mengetahui visi-misi yayasan,
dan bahkan belum ada yang bertanya juga selama ini. Hal ini juga dikarenakan visi-
misi yayasan itu masih hitam di atas putih, artinya belum ada pempublikasian secara
nyata dalam bentuk plang atau spanduk, dan sebagainya. Yayasan Kuntum Indonesia
sendiri juga tidak memiliki website, yang memilikinya justru buah programnya yaitu
Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru.
2. Aspek Akuntabilitas
Prinsip akuntabilitas dalam penelitian ini melihat kepada indikator basis kerja
yang dilakukan oleh yayasan. Bisa dilihat dari stuktur organisasi, tugas dan tanggung
jawab organ, dan SOP, dan pemberian reward dan punishment.
88
Tabel 4.5 Penilaian Aspek Akuntabilitas Yayasan Kuntum Indonesia
No Aspek GCG Terpenuhi Kurang
Terpenuhi
Tidak
Terpenuhi
2. AKUNTABILITAS
a. Yayasan memiliki struktur organisasi
kepengurusan yang lengkap
b. Pengurus yayasan bekerja sesuai dengan
fungsinya masing-masing
c. Tugas dan tanggung jawab dari pengurus
diarahkan untuk sejalan dengan visi-misi
yayasan
d. Yayasan mengontrol kegiatan-kegiatan
UMKM di KWBT secara berkala
e. Pengurus berperilaku sesuai dengan
peraturan yayasan
f. Anggota UMKM berperilaku sesuai
dengan peraturan yayasan
g. Adanya SOP yang berlaku dan diketahui
oleh pengurus yayasan dan UMKM dalam
menjalankan tugasnya
h. Yayasan memberi reward kepada UMKM
nya atas pencapaian prestasi yang diraih
i. Yayasan memberi punishment kepada
UMKM nya atas kesalahan yang
dilakukan
Sumber : Wawancara mendalam dengan Ibu Tatiek, Bogor, 25 Agustus 2015
Dari tabel tersebut tergambarkan bahwa praktik akuntabilitas yang dijalankan
oleh Yayasan Kuntum Indonesia sudah baik dilaksanakan dari segi pemberian tugas
dan tanggung jawab, kontroling, SOP yang berlaku, dan dari pemberian reward,
kemudian masih kurang dalam hal pelaksanaan peraturan dari pengurus maupun
UMKM, dan juga pemberian punishment. Yang terakhir, yayasan belum bisa
melengkapi keanggotaan pengurus, dan karena itu juga pengurus yayasan belum bisa
melaksanakan fungsinya masing-masing.
89
Tugas dan tanggung jawab dari pengurus yayasan selalu diarahkan untuk
mencapai visi-misi yayasan, hal ini ditunjukan dengan pelaksanaan program-program
pelatihan dan pembimbingan kepada UMKM yang cukup efektif dilaksanakan.
Dalam setiap kunjungan ke tempat homeindustry UMKM, pengurus yayasan pun juga
terus memantau kegiatan-kegiatan UMKM mitranya dan menanyakan perkembangan
usahanya. Bagi UMKM yang memang terlihat bagus, rapi, dan disiplin dengan
peraturan yayasan, maka yayasan pun juga memberikan reward nya dengan
membantu mempromosikan UMKM tersebut di televisi lewat koneksi yang dimiliki
oleh yayasan. Dalam menerima kunjungan dari luar, pengurus dan pelaku UMKM
pun juga memiliki SOP guna terlaksananya acara tersebut dengan sukses. Adapun
dari segi punishment, yayasan belum bisa menerapkannya ke seluruh anggota/mitra
UMKM nya, sebab punishment yang diberikan hanya pada UMKM yang melakukan
pembiayaan ke yayasan, jika mereka menyalahi aturan yayasan, atau tidak amanah
dalam menuntaskan pelunasan pembiayaannya, akan di blacklist oleh pihak yayasan
dan ke depannya tidak masuk dalam daftar yang bisa diberikan pembiayaan.
Struktur yayasan sendiri memang ada dari mulai Dewan pengawas sampai
kepada divisi-divisi. Namun struktur ini tidak lengkap diisi oleh SDM. Artinya, organ
yayasan tidak full ditempati oleh SDM. Posisi BPH memang sudah ada SDM yang
menempatinya, namun pada posisi divisi-divisi, itu tidak ditempati oleh satu orang
pun SDM. Hal ini lah yang membuat pengurus yayasan sendiri tidak bekerja dengan
optimal sesuai fungsinya masing-masing. Jadi, tugasnya dari BPH itu multifungsi,
semuanya dikerjakan bersama-sama.
90
3. Aspek Responsibilitas
Dalam melihat aspek responsibilitas pada Yayasan, penulis melihat dari beberapa
indkator yaitu kepatuhan terhadap perundang-undangan dan sikap tanggung jawabnya
kepada masyarakat dan lingkungan.
Tabel 4.6 Penilaian Aspek Responsibilitas Yayasan Kuntum Indonesia
No Aspek GCG Terpenuhi Kurang
Terpenuhi
Tidak
Terpenuhi
3. RESPONSIBILITAS
a. Yayasan memiliki peraturan tersendiri
yang menjadi pedoman dalam setiap
kegiatan
b. Kegiatan yayasan merujuk kepada
Undang-undang tertentu
c. Yayasan mengadakan program sosial
kepada masyarakat
d. Yayasan memastikan bahwa kegiatan yang
dilakukan kepada masyarakat itu ramah
lingkungan
e. Yayasan memastikan bahwa kegiatan yang
dilakukan kepada masyarakat itu tidak
mengganggu masyarakat
f. Yayasan memberikan fasilitas peminjaman
pembiayaan bagi UMKM yang
memerlukan
g. Yayasan memberikan pelatihan kepada
UMKM di KWBT
Sumber : Wawancara mendalam dengan Ibu Tatiek, Bogor, 25 Agustus 2015
Dari tabel tersebut tergambarkan bahwa praktik responsibilitas yang dijalankan
oleh Yayasan Kuntum Indonesia sudah sangat baik dilaksanakan yaitu dalam hal
peraturan yayasan, program sosial yang diberikan, kegiatan ramah lingkungan dan
tidak mengganggu masyarakat, penyediaan pembiayaan bagi UMKM yang
91
membutuhkan, dan memberikan pelatihan kepada para UMKM. Namun masih kurang
dalam hal ketaatan pada perundang-undangan.
Pengurus yayasan membuat AD/ART yang dijadikan pedoman peraturan yang
wajib ditaati oleh seluruh pihak yang terlibat di dalam yayasan. UMKM pun yang
menjadi mitra yayasan harus juga mematuhi peraturan yang berlaku pada yayasan.
Yayasan memberikan bentuk kepedulian yang amat besar kepada masyarakat
Desa Tegalwaru, beberapa bentuk kegiatan sosial yang diberikan yaitu adanya
pembagian sembako pada bulan ramadhan, kemudian ada santunan dan bantuan
kepada anak yatim, kemudian ada juga program penyuluhan gizi kepada masyarakat.
Yayasan juga memastikan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh UMKM di KWBT
sendiri itu ramah lingkungan, salah satu bentuknya adalah ketika ada pabrik nata de
coco, memang polusi udara yang ditimbulkan membuat indra penciuman kurang
nyaman. Atas itu, dibuatkanlah septiktank kering agar polusinya tidak kemana-mana.
Kemudian juga, ada pabrik yang waktu itu melakukan pencemaran udara dan
mendapat komplain dari masyarakat, akhirnya pabrik itu pun ditutup. Sekarang
pelaku UMKM pun sudah cerdas, tidak perlu diberitahu lagi, mereka tahu apa yang
perlu dilakukan agar masyarakat tidak merasa dirugikan.
Kemudian bentuk tanggung jawab dari yayasan juga untuk melakukan
pengembangan UMKM di Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru ini dengan
memberikan pelatihan-pelatihan kepada para UMKM di KWBT ini. Dari mulai
pelatihan pembiayaan, administrasi, sampai kepada perpajakan. Hal ini dilakukan
demi berkembangnya UMKM-UMKM di KWBT.
92
Bentuk tanggung jawab lainnya yaitu yayasan bersedia memberikan pinjaman
pembiayaan kepada para pelaku UMKM di KWBT yang kehabisan modal atau pun
tidak ada modal sama sekali tetapi mempunyai niat berwirausaha. Tentunya,
pinjamannya juga dalam jumlah yang terbatas karena disesuaikan juga dengan
keadaan kas yayasan. Walaupun hal itu bersifat pinjaman, tetapi banyak juga dana
yang tidak kembali lagi ke yayasan dari warga yang meminjamnya.
Sikap dan tanggung jawab kepada masyarakat sudah sangat baik dilaksanakan.
Peraturan yayasan pun juga ada dalam bentuk AD/ART maupun peraturan lainnya
yang menjadi pedoman pelaksanaan kegiatan. Namun, dari segi ketaatan pada
undang-undang yang berlaku, yayasan belum bisa mengantongi izin sampai kepada
kemenhukam, Yayasan Kuntum Indonesia ini baru mendapatkan izin dari akta
notaris, hal ini disebabkan karena waktu perizinan pendirian di 2007 menjelang di
2008 itu belum diberlakukan sampai kepada kemenhukam. Lalu, untuk saat ini belum
dilaksanakan juga karena ada beberapa kendala, salah satunya adalah dana.
4. Aspek Independensi
Independensi memiliki arti yayasan harus dikelola secara independen
sehingga masing-masing organ dalam yayasan tidak saling mendominasi dan tidak
dapat diintervensi oleh pihak lain. Indikator yang digunakan dalam aspek ini yaitu
pengaruh internal (fungsi dan tugas) dan juga pengaruh dari eksternal.
93
Tabel 4.7 Penilaian Aspek Independensi Yayasan Kuntum Indonesia
No Aspek GCG Terpenuhi Kurang
Terpenuhi
Tidak
Terpenuhi
4. INDEPENDENSI
a. Dalam melakukan pekerjaan, masing-
masing organ yayasan tidak didominasi
oleh salah satu bagian organ di dalam
yayasan
b. Setiap organ melaksanakan tugas dan
kewajibannya sesuai dengan anggaran
dasar/peraturan yayasan
c. Yayasan tidak dipengaruhi oleh
kepentingan kelompok tertentu dalam
menentukan sebuah program atau
keputusan
d. Yayasan tidak menerima sumbangan dari
kelompok tertentu yang dibaliknya itu
terdapat kepentingan terselubung
Sumber : Wawancara mendalam dengan Ibu Tatiek, Bogor, 25 Agustus 2015
Dari tabel tersebut tergambarkan bahwa praktik independensi yang dijalankan
oleh Yayasan Kuntum Indonesia sudah baik dilaksanakan dalam hal menjaga yayasan
dari pihak yang ingin membantu yayasan namun mempunyai kepentingan
terselubung. Kemudian masih kurang dalam hal penerapan porsi kerja dari masing-
masing organ yayasan, dan juga masih ada pengaruh dari pihak tertentu yang
menghambat kerja dari yayasan. Selanjutnya, masih belum baik dalam hal
operasional kerja, karena masih ada dominasi salah satu pihak di dalam yayasan.
Fakta bahwa SDM yang ada di Yayasan Kuntum Indonesia ini adalah
berjumlah sangat sedikit dan jumlahnya tidak memenuhi organ yang dibutuhkan
dalam yayasan sehingga yayasan kekurangan SDM. Maka dari itu, BPH juga yang
melakukan multifungsi kerja. Dalam menjalankan kegiatannya, dengan SDM yang
94
kurang ini membuat tugas dan kewajiban dari organ-organ yayasan kurang efektif
dilaksanakan.
Adapun mengenai pihak luar yang bersinergi dengan yayasan, pihak yayasan
pun juga tidak pernah mendapatkan dana titipan tertentu agar melakukan suatu hal
yang diperintah oleh si pemberi. Pihak yayasan sebetulnya menerima semua kegiatan
yang berasal dari luar jika itu memang ada kepentingan untuk membantu masyarakat,
bukan kepentingan individu. Ada berbagai partai yang masuk membujuk Ibu Tatiek
untuk masuk ke bursa politik partainya, namun karena ini sudah terlihat ke arah
penarikan masa agar suara banyak didapat, maka Bu Tatiek menolaknya. Namun, jika
niatnya mau membantu masyarakat, bisa bermitra, tapi tidak dengan membawa
bendera partai.
Mengenai pihak luar yang memengaruhi jalannya kegiatan Yayasan Kuntum
Indonesia, sebenarnya ada juga seorang oknum yang tidak senang jika pihak yayasan
bekerja sama dengan salah satu tokoh di desa tersebut. Karena hal itu, oknum tersebut
mengancam untuk membekukan kegiatan yayasan di Tegalwaru apabila masih
bekerjasama dengan tokoh itu. Karena merasa oknum ini juga berpengaruh dan cukup
kuat dalam memberikan kebijakan, maka pihak yayasan pun membatasi kegiatannya
dengan tokoh yang dimaksud tersebut agar kegiatan aman terkendali. Hal ini
menjadikan yayasan kurang independen.
95
5. Aspek Fairness
Dalam menerapkan aspek fairness, pihak yayasan senantiasa memerhatikan
kepentingan dari donatur, dewan pengawas, juga dari UMKM sendiri berdasarkan
aspek kewajaran dan kesetaraan.
Tabel 4.8 Penilaian Aspek Fairness Yayasan Kuntum Indonesia
No Aspek GCG Terpenuhi Kurang
Terpenuhi
Tidak
Terpenuhi
5. FAIRNESS
(KESETARAAN DAN KEWAJARAN)
a. Yayasan memberikan kesempatan kepada
donatur atau pun penasihat yayasan untuk
memberikan masukan guna kemajuan
program yayasan
b. Yayasan membuka akses informasi pada
setiap organ yayasan sesuai dengan prinsip
transparansi
c. Yayasan memberikan kesempatan yang
sama untuk pelatihan kepada para setiap
UMKM di KWBT
d. Yayasan memberikan kesempatan yang
sama kepada setiap UMKM untuk
mempromosikan produknya apabila ada
pengunjung yang datang
e. Yayasan memberi kesempatan pada
UMKM mana saja untuk megajukan
pembiayaan selama terpenuhinya kriteria
f. Yayasan memberikan kesempatan pada
siapa saja yang ingin bergabung dengan
yayasan yang memenuhi kriteria yayasan.
Sumber : Wawancara mendalam dengan Ibu Tatiek, Bogor, 25 Agustus 2015
Dari tabel tersebut tergambarkan bahwa praktik fairness yang dijalankan oleh
Yayasan Kuntum Indonesia sudah baik dari segi pemberian kesempatan pelatihan
yang sama untuk UMKM, menerima masukan dari pihak lain, dan yayasan memberi
kesempatan pembiayaan pada para UMKM dan juga membuka kesempatan kepada
96
masyarakat untuk menjadi pengurus selama memenuhinya kriteria. Kemudian masih
kurang dalam hal pemberian akses informasi dan juga kesempatan yang diberikan
pada setiap UMKM untuk mengadakan promosinya.
Dalam menjalankan programnya, yayasan tidak bisa bertindak dan berdiri
sendiri. Yayasan memerlukan beberapa pihak yang bisa membantu melihat
kekurangan-kekurangan dari kegiatan yang ia jalani. Ibu Tatiek sendiri intens
berkomunikasi dengan dewan pembina, yaitu dengan suaminya sendiri, Pak Ocin,
dan Pak Ukay. Kemudian juga, dalam urusan-urusan tertentu, beliau sharing dengan
Pak Lurah. Masukan dari pemberi dana juga menjadi hal yang ia pertimbangkan.
Yayasan juga membuka kesempatan seluas-luasnya bagi UMKM di Tegalwaru,
khususnya yang menjadi mitra/anggota dari yayasan untuk turut serta mengikuti
pelatihan-pelatihan yang diberikan atau difasilitasi oleh yayasan. Namun, jika ada
pengunjung yang datang, yayasan tidak bisa menyertakan semua UMKM mitranya
untuk dikunjungi homeindustry nya, hal ini dikarenakan penunjukan tempat
kunjungan itu sendiri yayasan berikan kuasa kepada para pengunjung untuk memilih
tempat yang mau dikunjungi. Jadi sifatnya random. Ketika ada kegiatan pameran
UMKM di luar desa pun, yayasan mengajak UMKM yang memang berhubungan
dengan kegiatan tersebut.
Dalam hal pemberian pembiayaan, yayasan selalu terbuka untuk membantu
UMKM di Tegalwaru apabila kesulitan pendanaan. Selama ada kas di yayasan, maka
yayasan bisa memenuhinya. Tentunya juga sebelum memberikan pembiayaan itu,
yayasan meninjau terlebih dahulu, apakah UMKM ini terlibat bank keliling atau
97
tidak, jika terlibat maka yayasan tidak akan memberinya sebab dikhawatirkan
uangnya bukan dijadikan modal, tapi untuk membayar hutang ke bank keliling
tersebut.
Kemudian dalam mencari SDM tambahan ataupun perekrutan pengurus,
yayasan membuka luas kesempatan ini kepada siapa saja, tentunya juga yang
memenuhi kriterianya yaitu amanah dan mau sama-sama berjuang. Sebab, dari
pengalaman yayasan, pernah mempunyai pengurus inti namun ia malah tidak
amanah, makanya untuk hal ini yayasan lebih berhati-hati kembali untuk memilih
orang yang akan dijadikan timnya. Dalam hal alur informasi pada yayasan ini,
masing-masing organ masih lancar melakukan komunikasi. Namun, dikarenakan
organ divisi-divisi belum ada, maka alur informasi disini masih belum optimal.
D. Dampak Eksistensi Yayasan pada Perkembangan UMKM
Pada poin ini penulis lebih menitikberatkan pada respon UMKM pada kegiatan
dan keberadaan Yayasan Kuntum Indonesia dan pengetahuan UMKM terhadap
pembiayaan. Dari hasil wawancara, diketahui bahwa yayasan telah memberikan
beberapa program ke UMKM-UMKM di Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru. Seperti
program kunjungan ke home industry UMKM, kemudian program pelatihan yang
diberikan oleh yayasan mengenai pelatihan peningkatan kualitas SDM, quality
control pruduct, kemudian ada pengurusan izin sertifikasi halal, pelatihan standar
mutu produk, pelatihan ekspor-impor, keuangan, administrasi, marketing, perpajakan
dan juga pembiayaan.
98
Ada 3 responden yang penulis libatkan dalam penelitian ini. Mereka adalah Pak
Fadli, yang merupakan pengusaha tas. Kemudian Pak Bidin yang merupakan
pengusaha pembibitan ikan. Selanjutnya yang terakhir adalah Pak Aris selaku
pengusaha wayang golek. Mereka merupakan pelaku UMKM yang menjadi mitra
Yayasan Kuntum Indonesia. Ada beberapa hal yang secara spesifik peneliti tanyakan
kepada responden, yaitu :2
1. Terkait dengan program-program yang diberikan oleh yayasan, mereka
menjawab bahwa program yang diberikan oleh yayasan itu lebih banyaknya
kepada kunjungan-kunjungan bisnis dari pengunjung kampung wisata ke
homeindustry mereka. Adapun bentuk pelatihan kepada mereka sendiri yaitu
meliputi administrasi usaha dan pembiayaan. Kerjasama dengan pihak lain.
Mereka merespon positif dan menerima program ini sebagai peningkatan
kemampuan usaha mereka. Namun, pada beberapa UMKM, program pelatihan
ini dirasa masih belum menjangkau khusus pada UMKM, pelatihannya masih
terlalu bersifat umum.
2. Terkait dengan ketepatan program yang diberikan kepada UMKM, mereka
merasa bahwa materi pelatihan yang diberikan kepada UMKM-UMKM di
Tegalwaru ini masih belum tepat. Ada beberapa segi ketidaktepatannya, yaitu
bahwa pelatihan terkadang diisi oleh kalangan berpendidikan tinggi, sedangkan
disini mayoritas pelaku usaha kebanyakan masih awam tentang istilah-istilah
akademis. Jadi penangkapan materi masih belum diserap secara dalam.
2 Wawancara pribadi dengan pelaku UMKM di KWBT, Bogor, 3 September 2015
99
Kemudian dalam hal pilihan materi, mereka merasakan bahwa terkadang materi
pelatihan itu lebih tepatnya diberikan ketika usaha mereka sudah maju. Namun
mereka juga senang karena pelatihan tersebut menambah pengetahuan mereka
dalam berbisnis. Sedangkan Pada satu UMKM merasa bahwa program
kunjungan itu lah yang sudah sangat tepat diberikan.
3. Terkait kebermanfaatan program yang diberikan oleh yayasan, mereka sangat
terbantu dari kunjungan-kunjungan bisnis yang dibawa oleh yayasan, kemudian
juga terbantu dalam beberapa aspek pengetahuan bisnis pada suatu pelatihan
tertentu. Namun sayangnya, UMKM masih belum merasakan pelatihan
manajemen pengelolaan usaha yang baik dan cara pemasaran produk-produknya,
karena mungkin selama ini hanya dari kunjungan yang menjadi dominan.
4. Terkait dengan kelebihan dan kelemahan yayasan bagi UMKM, mereka lebih
melihat aspek positifnya dibandingkan negatif. Pada satu UMKM memandang
bahwa yayasan ini unik daripada yayasan-yayasan lainnya, karena yayasan ini
lebih terjun kepada urusan pemberdayaan usaha kecil, dimana para pelaku
UMKM diberikan terus pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan bisnis
mereka dan bagi para pengunjung pun difasilitasi dengan kunjungan
homeindustry ke tempat UMKM yang mereka ingin kunjungi sehingga bisa
membantu mereka dalam hal pengetahuan dan pendirian bisnis. Karena hal
tersebut terus dilakukan dengan konsisten, komitmen, dan keikhlasan yang tinggi
untuk berbagi sehingga yayasan ini berhasil merangkul UMKM di Tegalwaru
menjadi satu dalam bentuk Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru dan berhasil
100
mengharumkan nama Tegalwaru itu sendiri yang menjadi desa teladan.
Kemudian dalam hal kelemahan yayasan, mereka merasa bahwa yayasan belum
memiliki suatu tempat yang strategis bagi yayasan sendiri maupun pelaku
UMKM disini sebagai showroom bisnis masyarakat Tegalwaru. Kemudian juga,
SDM yayasan masih dirasa sangat kurang sehingga ketika ada suatu program
atau kunjungan kinerjanya dirasa kurang optimal.
5. Terkait dengan peran yayasan dalam membantu pemahaman tentang
pembiayaan, mereka menerima program pelatihan pembiayaan bagi UMKM dari
yayasan yang bekerja sama dengan pihak luar memberikan materi terkait hal itu.
Mereka merespon positif program tersebut. Namun, mereka menyayangkan
bahwa program tersebut hanya sebatas pemberian dan pengenalan materi tentang
pembiayaan, tidak serta juga dengan pemberian kemudahan persyaratan
pembiayaan untuk UMKM. Mereka juga tidak mengerti tentang pembiayaan itu
sendiri.
6. Terkait manfaat pembiayaan bagi perkembangan UMKM, mereka merespon
positif pembiayaan yang telah mereka terima. Pembiayaan tersebut sangat
bermanfaat bagi perkembangan usaha mereka. Dari pembiayaan tersebut, pelaku
UMKM bisa menutup biaya tambahan produksi, kemudian diperuntukkan juga
bagi kesejahteraan karyawannya, sampai kepada memiliki sebuah pabrik
produksi kerajinannya beserta alat-alat produksinya. Hal ini menggambarkan
bahwa sebenarnya mereka membutuhkan pembiayaan tersebut bagi
perkembangan usahanya.
101
7. Terkait manfaat yang diberikan Yayasan Kuntum Indonesia kepada pelaku
UMKM, mereka mendapatkan banyak manfaat seperti usaha mereka disorot
media sehingga usahanya semakin dikenal luas oleh masyarakat, hal ini juga
sangat membantu dalam hal penambahan jaringan dan pemasaran produk
mereka. Kemudian, dari program kunjungan-kunjungan yang dibawa oleh
yayasan, mereka juga berhasil menambah jaringan, dari kunjungan tersebut
biasanya ada yang menawarkan kerjasama bisnis dan juga ada yang menjadi
pelanggan setianya. Selain itu, mereka juga merasa menjadi pelaku usaha yang
bermanfaat karena secara langsung, mereka bisa membagi ilmu wirausahanya
kepada masyarakat yang ingin belajar pada mereka. Program tersebut merupakan
buah hasil kerja Yayasan Kuntum Indonesia. Efeknya adalah daya marketing
mereka juga semakin besar, kemudian produk mereka pun juga semakin laku,
dari hal tersebut, mereka merasakan omset penjualan produknya juga semakin
meningkat. Mereka sangat merespon positif manfaat yang diberikan yayasan.
8. Terkait cara mendapatkan modal usaha bagi UMKM, mereka merespon dengan
cara yang berbeda-beda. Ada UMKM yang dalam awal pendirian usahanya itu
tidak ada modal sama sekali dan kemudian mendapatkan pembiayaan dari salah
satu pihak dan ini dilakukan pengembaliannya tanpa tambahan atau bunga
sepeser pun sehingga dalam ekonomi Islam ia mempraktikkan akad qardh.
Kemudian pada beberapa UMKM melaksanakan praktik ba’i alistishna’ dalam
usahanya karena produk usahanya merupakan barang pesanan. Adapun ketika
ada kekurangan dana dalam pembuatan produksi, ia mengajukan pembiayaan
102
sesuai kebutuhan kepada yayasan dengan praktik qardh, ia melaksanakan qardh
karena ia belum mampu berbagi hasil dengan yayasan. Kemudian pada satu
usaha selanjutnya, sejak memulai bisnisnya sampai sekarang ia menggunakan
modal sendiri dan pernah menjadi kafil pembiayaan untuk pihak lain karena
usahanya yang begitu lancar membuat lembaga keuangan merasa pantas untuk
diberikan pembiayaan kepadanya. Pada praktik ini, yayasan baru bisa membantu
meminjamkan pembiayaan bagi pengusaha kecil saja dengan cara praktik qardh,
yaitu meminjami pihak lain dengan pengembalian yang diberikan tanpa ada
tambahannya. Sedangkan untuk menjembatani pelaku UMKM disini yang
membutuhkan modal besar ke lembaga keuangan tertentu masih belum
dilaksanakan.
9. Terkait dengan jenis-jenis pembiayaan yang diketahui responden, pada umumnya
mereka merespon dengan kurang baik pada poin ini. Mereka tidak mengetahui
jenis-jenis pembiayaan yang bisa diajukan oleh UMKM. Beberapa dari mereka
hanya mengetahui pinjaman bank saja dan bank keliling. Hal ini bisa diakibatkan
oleh tidak adanya lembaga keuangan di Desa Tegalwaru yang menaungi
pembiayaan-pembiayaan pelaku usaha. Lembaga keuangan yang ada hanya
terdapat di kecamatan. Kemudian juga, kurangnya sosialisasi dari lembaga
keuangan di kecamatan tersebut jadinya pengetahuan pelaku UMKM tentang
jenis-jenis pembiayaan yang ada itu sangatlah minim.
10. Terkait dengan minat responden terhadap pembiayaan, mayoritas dari mereka
tidak berminat untuk mengajukan pembiayaan ke bank atau lembaga keuangan
103
lainnya, mereka lebih memilih mengembangkan usahanya dengan modal mereka
saja karena mereka takut dengan meminjam hanya akan jadi beban pikiran saja,
kemudian juga ada ketakutan tidak bisa memulangkan uang pinjamannya karena
melihat usahanya yang masih belum kuat, hanya mengandalkan pembelian dan
jasa dari para pemesan atau tergantung orderan saja. Para pelaku UMKM disini
lebih memilih bermain aman dengan modal yang ada dibandingkan mengambil
risiko pembiayaan.
11. Terkait dengan alasan responden memilih sebuah pembiayaan, karena mereka
adalah orang-orang yang tidak suka melakukan pembiayaan, maka jika mereka
terpaksa melakukan suatu pembiayaan, mereka akan melihat aspek kemudahan
dalam peminjaman, maka itulah yang dijadikan jalan untuk melakukan
pembiayaan tanpa memperdulikan aspek lainnya.
12. Terkait dengan pengetahuan responden mengenai perbankan syariah, respon
mereka cukup buruk dalam hal ini, karena mereka tidak begitu memahami
tentang pembiayaan syariah. Beberapa responden hanya mengetahui pembiayaan
syariah sebagai bantuan modal berdasarkan sistem Islam. Sementara data lainnya
menunjukkan bahwa ia tidak memiliki pengetahuan yang mendasar sekali
tentang hal ini karena ada yang menganggap bahwa hampir sama dengan
konvensional, sama-sama mencari untung saja. Begitu juga pada responden
lainnya yang tidak paham dengan pengertian ini, ia malah menyarankan bisa
bertanya kepada tokoh agama. penulis merasa bahwa pengetahuan responden
terhadap pembiayaan syariah masih sangat rendah. Hal ini bisa dikarenakan
104
pembiayaan berbasis syariah belum ada di kampung tersebut dan masih sedikit
yang menggalakkan tentang hal itu.
13. Terkait minat responden untuk mengajukan pembiayaan yang berbasiskan
syariah, mereka kurang berminat terhadap pengajuan pembiayaan syariah untuk
pengembangan usahanya. Jika pun nanti mereka melakukan pembiayaan, mereka
lebih melihat kepada aspek kemudahan persyaratan dan lebih menguntungkannya
dibanding melihat aspek kesyariahannya. Ada juga dari mereka yang akan
memilih pembiayaan syariah jika memang di Tegalwaru sendiri sudah berdiri
lembaga keuangan islami tersebut.
Grafik 4.1 Respon UMKM terhadap Keberadaan Yayasan
Kurang baik Baik Sangat Baik
0 20 40 60 80 100 120
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Respon UMKM Terhadap Yayasan
Respon UMKM TerhadapYayasan
105
Grafik di atas diambil berdasarkan respon UMKM terhadap keberadaan
yayasan, yaitu penilaian pada deskripsi poin 1 sampai dengan 13 di atas. Berdasarkan
grafik tersebut, keberadaan yayasan untuk perkembangan UMKM di Kampung
Wisata Bisnis Tegalwaru direspon dengan sangat baik oleh pelaku UMKM di
Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru ini. Namun, dari segi permodalan dan
pengetahuan pembiayaan UMKM, yayasan masih belum berperan baik melakukan
program ini kepada UMKM. Dengan ini bisa dilihat bahwa Yayasan Kuntum
Indonesia telah berperan aktif dalam pengembangan UMKM di Tegalwaru ini,
106
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis
menyampaikan kesimpulan sebagai berikut :
1. Evaluasi program yang dijalankan oleh Yayasan Kuntum Indonesia berdasarkan
aspek GCG (good corporate governance) adalah bahwa secara umum yayasan
telah menerapkan aspek GCG dengan cukup baik. Hal yang kurang pada
transparansi adalah belum adanya website dan paparan visi misi yayasan yang
bisa dibaca publik. Kemudian, akuntabilitas, belum melengkapi keanggotaan
pengurus sesuai struktur organisasinya, sehingga pengurus juga belum bisa
melaksanakan fungsinya masing-masing. Dari segi responsibilitas, sudah sangat
baik, kekurangannya pada peraturan perundang-undangan, yaitu belum memiliki
perizinan usaha sampai kepada kemenhukam. Selanjutnya independensi,
kekurangannya masih ada pihak luar yang mempengaruhi kegiatan/program
yayasan. Dan yang terakhir fairness, yayasan masih kurang dalam hal pemberian
akses informasi dan juga kesempatan yang sama diberikan pada setiap UMKM
untuk mengadakan promosinya.
2. Dampak keberadaan Yayasan Kuntum Indonesia pada upaya perkembangan
UMKM di Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru adalah UMKM terbantu
pengetahuan bisnisnya melalui program pelatihan yang diberikan oleh Yayasan
Kuntum Indonesia. Namun, tidak sampai kepada aspek pemahaman yang
107
107
mendalam bagi UMKM. Kemudian, pada sebagian UMKM bermodal kecil
terbantu oleh pembiayaan yang diberikan oleh yayasan. Selanjutnya, UMKM pun
mendapatkan jaringan usaha sehingga muncul kerjasama baru. Dampak lainnya
yaitu, membantu pemasaran produk UMKM di Tegalwaru sehingga UMKM pun
merasa mendapatkan omset yang lebih besar ketika menjadi mitra Yayasan
Kuntum Indonesia ini.
B. Saran
Dari hasil studi dan observasi pada skripsi ini, penulis ingin mengemukakan
saran sebagai berikut :
1. Untuk penerapan GCG pada Yayasan Kuntum Indonesia, yayasan perlu dengan
segera menambah sumber daya manusianya agar tugas dan fungsi organ bisa
berjalan dengan optimal. Kemudian website dan plang visi-misi juga harus
yayasan miliki agar informasi lebih diketahui publik. Mengupayakan agar ada
agenda pertemuan khusus yang rutin antara pihak yayasan dengan UMKM.
Selanjutnya Yayasan berusaha semaksimal mungkin agar tidak terpengaruh
tekanan dari pihak luar dan berusaha membuat agenda agar UMKM mendapat
giliran yang sama untuk promosi/pelatihan dalam program kunjungan.
2. Dalam hal keberadaan yayasan terhadap perkembangan UMKM di KWBT ini,
pelaku UMKM dirasa perlu untuk terus mengikuti pelatihan-pelatihan yang
diberikan oleh yayasan dan aktif mencari tahu informasinya kepada yayasan,
bukan hanya menunggu informasi saja. Kemudian bersama-sama dengan yayasan
dan juga aparat setempat membangun suatu outlet atau showroom yang berfungsi
108
108
sebagai pameran kerajinan hasil produksi pelaku UMKM di Kampung Wisata
Bisnis Tegalwaru. Selanjutnya, UMKM pun sebaiknya juga mengikuti pelatihan
di luar yang tidak hanya diselenggarakan oleh yayasan saja.
3. Dalam penelitian ini masih dirasakan kekurangan, baik terkait dari aspek GCG
pada yayasan, maupun pada respon UMKM mengenai keberadaan yayasan.
Peneliti mengharapkan pada penelitian selanjutnya membahas tentang aspek
GCG pada UMKM di Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Euis. Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan
UKM di Indonesia. Jakarta : Rajawali Press, 2009
Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta : Gema
Insani Press, 2011
Badan Pusat Statistik
Bank Indonesia. Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan Syariah. Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada
Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2003
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cetakan ke-3.
Jakarta: Balai Pustaka, 2007
Dhewanto, Wawan, dkk. Inovasi dan Kewirausahaan Sosial. Bandung : Alfabeta,
2013
Fakultas Syariah dan Hukum. Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta: Pusat Peningkatan
dan Jaminan Mutu ( PPJM ) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah, 2012
Hafsah, Mohammad Jafar. Kemitraan Usaha Konsepsi dan Strategi. Jakarta : PT
Penebar Swadaya, 2000
Herdiansyah, Haris. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta:
Salemba Humanika, 2012
Hoetomo. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.
Kamil, Ahmad dan M. Fauzan. Kitab Undang-Undang Hukum Perbankan dan
Ekonomi Syariah, Jakarta: Kencana, 2007
Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi ke-6. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2005
Kementrian Koperasi dan UMKM
Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor : Kep-117/M-Mbu/2002
Tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance Pada Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) Bab 2 Pasal 3
Moleong, Lexy J. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2001
Muhammad. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta : UUP AMP YKPN,
2005
Pedoman Umum GCG Indonesia Tahun 2006, Komite Nasional Kebijakan
Governance
Priyono, Joko & Husin Syarbini. UKM NAIK KELAS. Solo : PT Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri, 2014
Rofiq, Aunur. Kemajuan Ekonomi Indonesia Isu Strategis, Tantangan, dan
Kebijakan. Bogor : IPB Press, 2013
S., Ahmad Ifham. Buku Pintar Ekonomi Syariah. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama, 2010
Sedarmayanti. Good Governance dan Good Corporate Governance. Bandung :
Mandar Maju, 2007
Silvangita, Ktut. Bank & Lembaga Keuangan Lain. Jakarta : PT. Gelora Aksara
Pratama, 2009
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3S
Sudjana, Djuju. Evaluasi Pendidikan Luar Sekola. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2006
Sumarsono, HM. Sonny. Metode Riset Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : Graha
Ilmu, 2004
Surya, Indra, dkk. Penerapan Good Corporate Governance Mengesampingkan Hak-
hak Istimewa demi Kelangsungan Usaha. Jakarta : Prenada Media Grup,
2006
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2008, Tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah
UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan
UU. No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
UU. No 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
Wirawan. Evaluasi Teori, Model, Standard, Aplikasi, dan Profesi. Jakarta : Rajawali
Press, 2012
Z, A. Wangsawidjaja. Pembiayaan Bank Syariah. Jakarta, Kompas Gramedia, 2012
Wawancara
Wawancara via telepon kepada Ibu Tatiek Kancaniati. Jakarta-Bogor. 15 februari
2015
Wawancara Pribadi dengan Ibu Tatiek Kancaniati. Bogor. 25 Agustus 2015
Wawancara Pribadi dengan Pak Fadli. Bogor. 25 Agustus 2015
Wawancara Pribadi dengan Pak Bidin. Bogor. 25 Agustus 2015
Wawancara Pribadi dengan Pak Aris. Bogor. 25 Agustus 2015
Internet
Masalah Pengangguran diunduh pada 16 Februari 2015 dari
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/04/30/1049038/Kadin.Indonesia.Hada
pi.Bencana.Pengangguran.yang.Serius
Jurnal
Nurjanah, Siti, dkk., “Analisis Kualitas Layanan Berdasarkan Karakteristik Gender
Pada Pelaku Umkm Bidang Usaha Makanan”, Jurnal Fakultas Ekonomi
Institut Teknologi dan Bisnis Kalbis.
Prijambodo. Tata Kelola Yang Baik Pada Koperasi (Good Governance Cooperative)
Satu Kebutuhan Peningkatan Kualitas Sdm Koperasi, Jurnal Kementrian
Koperasi dan UKM, 2012
Purwanto, Gabriela Kartika dan Ronny H. Mustamu. “Studi Deskriptif Penerapan
Prinsip-prinsip Good Corporate Governance Pada Perusahaan Keluarga di
Bidang Manufaktur Kayu”. Jurnal Agora Vol.1 No. 1, Universitas Kristen
Petra, 2013
Skripsi
Maskur, Any. “Analisis Pelaksanaan Good Corporate Governance Di Usaha Mikro
Kecil Dan Menengah Studi Kasus Pada Mitra Binaan Unit PKBL PT
Taspen (Persero)”, Tesis FE Universitas Indonesia, 2012
Nurbayinah, “Analisis Program Social Entreprenur terhdap Pengembangan Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)”, Skripsi STEI Tazkita, 2013
Zahara, Anita. Evaluasi Program Yayasan Lima Belas Juli (Yaliju) Dalam
Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Kelurahan Sawangan Lama-
Depok, Skripsi Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Jakarta, 2007
LAMPIRAN
KEMENTER"IAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTAFAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
Jln. lr. H. Juanda No. 95 Ciputat Jakarta 15412 lndonesiaTelp. (62-2 1 ) 7 47 1 1 537, 7 401 925 F ax. (62-21 ) 7 49 1 821Website : www.uinjK.ac.id E-mail : [email protected]
Nomor
Lampiran
Hal
uN.01 /F4 /KM,01 .O3t1 407 t201 5
Permohonan Data/Wawancara
Kepada
Yth. PengurusYayasan Kuntum lndonesia
di
TempatAssa la mmu'a la ikum, Wr, Wb.
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menerangkanbahwa :
Jakarta, 09 Juli 2015
NamaTempat/TanggalNIMSemesterProgram StudiAlamat
Telp/Hp
AHMAD WIZA WALADYJakarta / 29 Maret 19931111046100150B
Muamalat (Hukum Ekonomi Syari'ah)KAMPUNG BARU RT OO2 RW OO7 SUKABUMI SELATANKEBON JERUK JAKARTA BARAT 1 1560085775845949
Adalah benar yang bersangkutan mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UINsyarif Hidayatullah Jakarta yang sedang menyusun skripsi dengan judul:
EVALUASI PROGRAM YAYASAN KUNTUM INDONESIA DAN PENGETAHUAN PELAKU UMKMDALAM UPAYA PENGEMBANGAN UMKM DI KAMPUNG WISATA B'S/V'S TEGALWARU
Untuk melengkapi bahan penulisan skripsi, dimohon kiranya Bapak/lbu dapat menerimayang bersangkutan untuk wawancara serta memperoleh data guna penulisan skripsidimaksud.Atas kefasama dan bantuannya, kami ucapkan terima kasih.Wassalam,
Akademik
M. AG
32002
a.n.
Tembusan :
'l . Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta2. Ka/Sekprodi Muamalat (Hukum Ekonomi Syari'ah) / Perbankan Syariah
KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTAFAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
Jln. lr. H. Juanda No. 95 Ciputat Jakarta 15412 lndonesiaTelp. (62-2 1 ) 7 47 11 537, 7 40 1 525 F ax. (62-21 ) 7 49 1 821Website : www.uinjkt.ac.id E-mail : [email protected]
Nomor : UN.01/F4 /KM.01 .031140812015
Lampiran :
Hal : Permohonan Data/Wawancara
NamaTempaUTanggalNIMSemesterProgram StudiAlamat
Telp/Hp
Jakarta,09 Juli 2015
Kepada
Yth, Pelaku UMKM Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru (KWBT)Yayasan Kuntum Indonesia
di
TempatAssalammu' ala i kum, Wr. Wb.
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menerangkanbahwa :
Tembusan :
1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta2. Ka/Sekprodi Muamalat (Hukum Ekonomi Syari'ah) / perbankan Syariah
AHMAD WIZA WALADYJakarta / 29 Maret 199311110461001508
Muamalat (Hukum Ekonomi Syari'ah)KAMPUNG BARU RT OO2 RW OO7 SUKABUMI SELATANKEBON JERUK JAKARTA BARAT 1 1560085775845949
i EIiHEI I
r lEEffi ]
lrJ+tJ ;
i_l
_ Adalah benar yang bersangkutan mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UINsyarif Hidayatullah Jakarta yang sedang menyusun skripsi d-engan judul:
EVALUASI PROGRAM YAYASAN KUNTIIM INDONESIA DAN PENGETAHUAN PELAKU T]MKMDALAM UPAYA PENGEMBANGAN UMKM D' KAMPUNG WISATA B'Sru/S TEGALWARU
Untuk melengkapi bahan penulisan skripsi, dimohon kiranya Bapak/lbu dapat menerimayang bersangkutan untuk wawancara serta memperoleh data guna penulisan skripsidimaksud,Atas kerjasama dan bantuannya, kami ucapkan terima kasih.Wassalam,
PERTANYAAN WAWANCARA
Pengurus Yayasan
1. Tentang Yayasan
1. Bagaimana sejarah berdirinya Yayasan Kuntum Indonesia ?
2. Bagaimana struktur organisasi/kepengurusan Yayasan Kuntum Indonesia ?
3. Apakah Yayasan Kuntum memiliki AD/ART yayasan ?
4. Apa visi-misi Yayasan Kuntum Indonesia ?
5. Berapa jumlah UMKM yang tergabung sebagai anggota yayasan ?
6. Program-program apa saja yang dijalankan oleh Yayasan Kuntum Indonesia ?
7. Bagaimana kondisi ekonomi bisnis di KWBT ?
8. Apakah ada lembaga keuangan khusus yang menaungi para UMKM di KWBT ? seperti
koperasi, BMT, dll ?
A. Transparansi
1. Apakah masyarakat/publik dapat dengan mudah melihat visi-misi yayasan ?
2. Apakah yayasan selalu menginformasikan kegiatan-kegiatan yayasan kepada masyarakat ?
3. Apakah yayasan memiliki website ?
4. Bagaimana sikap yayasan jika ada yang mau meliput kegiatan yayasan di KWBT ini ?
5. Apakah yayasan selalu memberikan laporan keuangan dan kegiatannya kepada donatur atau
pihak terkait ?
6. Dalam setiap melakukan kerjasama dengan UMKM, apakah yayasan menerangkan peraturan
yayasan yang harus dipatuhi ?
7. Dalam setiap program kegiatannya, apakah yayasan selalu menginformasikan sasaran-sasaran
kegiatannya ?
8. Bagaimana cara yayasan memberikan informasi mengenai perkembangan KWBT kepada
UMKM ?
9. Bagaimana cara yayasan memberikan informasi yayasan dengan tetap memperhatikan
kerahasiaan informasi pada yayasan ?
10. Bagaimana cara yayasan menginformasikan suatu kebijakan yayasan kepada UMKM ?
11. Apakah yayasan memiliki agenda rutin dengan para UMKM di Tegalwaru ?
12. Apakah yayasan memberikan open house kepada para pengunjung untuk belajar tentang
homeindustry UMKM ?
13. Apakah yayasan memiliki dewan penasihat untuk memberikan masukan kebijakan dan
strategi ?
B. Akuntabilitas
1. Apakah yayasan memiliki organ yang lengkap sesuai dengan struktur organisasi yayasan ?
2. Apakah setiap organ yayasan sudah menjalankan kerjanya sesuai fungsinya masing-masing ?
3. Bagaimana cara yayasan menentukan tugas dan tanggung jawab pada setiap organ ?
4. Bagaimana cara yayasan mengontrol kegiatan-kegiatan UMKM di KWBT ?
5. Apakah yayasan sudah berperilaku sesuai dengan peraturan (AD/ART) yayasan ?
6. Apakah anggota UMKM sudah berperilaku sesuai dengan peraturan (AD/ART) yayasan ?
7. Apakah yayasan memiliki SOP dalam melakukan kegiatan serta diketahui pihak-pihak terkait ?
8. Apakah yayasan memberikan reward pada UMKM yang berprestasi ?
9. Apakah yayasan memberikan punishment pada UMKM yang melanggar peraturan dari
yayasan ?
C. Responsibiltas
1. Apakah yayasan mempunyai peraturan-peraturan tersendiri yang menjadi pedoman dalam
setiap kegiatan ?
2. Bagaimana sistem peraturan tersebut dibuat ?
3. Apakah peraturan tersebut merujuk kepada peraturan perundang-undangan tertentu ?
4. Apakah yayasan mengadakan program pemberdayaan kepada masyarakat ? seperti apa
bentuknya ?
5. Bagaimana yayasan memastikan kegiatan yang dilakukan oleh yayasan maupun anggota
UMKM ramah lingkungan dan tidak mengganggu masyarkat ?
6. Bagaimana bentuk tanggung jawab yayasan kepada para UMKM ?
D. Independensi
1. Apakah yayasan terlalu didominasi oleh beberapa orang atau kelompok tertentu ?
2. Apakah terdapat ketimpangan tanggung jawab antar masing-masing organ di yayasan ?
3. Apakah ada suuatu pihak yang mempengaruhi jalannya kegiatan yayasan selain pada dewan
penasihat ?
4. Bagaimana cara yayasan menyikapi golongan/kelompok dari luar yayasan yang memberikan
sumbangan kepada yayasan namun harus mendapatkan timbal baliknya ?
E. Fairness (Kejujuran dan kesetaraan)
1. Apakah penasihat dan pihak luar (misal donatur tetap) diberikan kesempatan untuk
memberikan masukan-masukan program kepada yayasan ?
2. Apakah sistem komunikasi di pada setiap organ yayasan sudah efektif dilakukan ?
3. Bagaimana cara yayasan memberikan program pelatihan kepada para UMKM sehingga
tercipta kesamaan hak pada setiap UMKM ?
4. Bagaimana cara yayasan memberikan kesempatan kepada para UMKM sehingga tercipta
persamaan kesempatan pada setiap UMKM untuk mempromosikannya kepada pengunjung ?
5. Apakah yayasan membuka kesempatan pada setiap UMKM untuk mengajukan pembiayaan
kepadanya ?
6. Bagaimana cara yayasan memberikan kesempatan kepada masyarakat apabila ada seseorang
yang ingin masuk menjadi pengurus yayasan ?
PERTANYAAN WAWANCARA
Pelaku UMKM
A. Info UMKM
1. Bagaimana sejarah usaha ini didirikan ?
2. Bagaimana cara pengelolaan usaha ini ?
3. Apa yang menjadi kendala dalam pengelolaan usaha ini ?
B. Dampak Keberadaan Yayasan bagi Pengembangan UMKM
1. Apa sajakah program-program yang diberikan oleh yayasan kepada UMKM di
KWBT?
2. Apakah tepat program-program yang diberikan oleh yayasan kepada usaha Bapak ?
3. Apa hasil yang Bapak peroleh setelah menerima program pelatihan dari yayasan ?
4. Bagaimana kelebihan dan kekurangan dari program yayasan kepada UMKM ?
5. Apakah yayasan membantu memberikan pemahaman tentang pembiayaan ?
6. Apakah Bapak merasa dari pembiayaan yang bapak terima itu membantu usaha
Bapak?
7. Apakah yang Bapak rasakan setelah usaha Bapak bergabung dengan Yayasan
Kuntum Indonesia ?
8. Bagaimana cara Anda memperoleh modal usaha ?
9. Pembiayaan jenis apa saja yang Anda ketahui untuk pengembangan UMKM ?
10. Apa Anda berniat untuk melakukan pembiayaan ?
11. Apa alasan Anda memilih sebuah pembiayaan ?
12. Apa yang Anda ketahui dari pembiayaan syariah ?
13. Apakah Anda berminat untuk mengajukan pembiayaan syariah untuk
pengembangan usaha Bapak ?
Top Related