i
EVALUASI PROGRAM GERAKAN PEMBANGUNAN
MASYARAKAT PANTAI (GERBANG MAPAN)
DI KABUPATEN TANGERANG
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Administrasi Publik Pada Konsentrasi Kebijakan Publik
Program Studi Administrasi Publik
Oleh:
SITI MAEZAHROH
6661142851
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG, 2018
ii
iii
iv
v
JIKA KAMU TIDAK TAHAN AKAN LELAHNYA
BELAJAR, MAKA KAMU HARUS SANGGUP
MENAH LELAHNYA DIBODOHI SEUMUR
HIDUPMU
-IMAM SYAFI’I-
SKRIPSI INI KU PERSEMBAHKAN UNTUK KEDUA ORANGTUAKU,
ADIK, SAHABAT DAN
MEREKA YANG SENATIASA SELALU MENDOAKAN
vi
ABSTRAK
Siti Maezahroh. NIM. 6661142851. Skripsi. Evaluasi Program Gerakan
Pembangunan Masyarakat Pantai (Gerbang Mapan) di Kabupaten
Tangerang. Pembimbing I: Drs. Oman Supriyadi, M.Si dan Pembimbing II:
Riny Handayani, M. Si
Fokus penelitian adalah evaluasi Program Gerakan Pembangunan Masyarakat
Pantai (Gerbang Mapan) di Kabupaten Tangerang. Permasalahan pada penelitian
adalah kurang siapnya agen pelaksana di tingkat SKPD maupun aparatur desa,
rendahnya partisipasi masyarakat, tidak sesuainya anggaran, belum adanya
peningkatan ekonomi dan perbaikan infrastruktur dasar yang signifikan. Tujuan
penelitian adalah untuk mengevaluasi Program Gerbang Mapan di Kabupaten
Tangerang dan mengetahui sejauhmana pengaruh yang ditimbulkan dari Program
Gerbang Mapan. Teori yang digunakan adalah teori Evaluasi Kebijakan Publik
CIPP (Context, Input, procces, Product) oleh Daniel Stufflebeam (1966). Metode
penelitian yang digunakan metode kualitatif deskriptif. Analisis data yang
digunakan dengan prosedur reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan
oleh Matthew B. Milles dan Michael Huberman. Hasil penelitian menunjukkan
pelaksanaan Program Gerbang Mapan belum berjalan dengan optimal secara
pelaksanaan masih banyak desa dan kegiatan yang belum dilaksanakan, Program
Gerbang Mapan belum memberikan dampak signifikan, belum terbangunnya
koordinasi di lingkungan SKPD maupun pemerintahan desa dan belum adanya
pengawasan. Saran yang menjadi rekomendasi adalah merubah leading sector,
melaksanakan program dengan bertahap sesuai potensi dan karakteristik desa,
memberikan pengawasan dan pembinaan yang intensif pada penerima bantuan,
menyelaraskan rencana Program Gerbang Mapan dengan rencana kerja dinas dan
menjalin koordinasi yang lebih baik dengan SKPD maupun pemerintahan desa.
Kata Kunci : Evaluasi, Program Gerbang Mapan, Pesisir.
vii
ABSTRACT
Siti Maezahroh. NIM. 6661142851. Research Paper. The Evaluation of Coastal
Community Development Movement Program in Tangerang Regency. First
Supervisor: Drs. Oman Supriyadi, M.Si and Second Supervisor: Riny
Handayani, M. Si
This research was focused on evaluation of coastal community development
movement program in Tangerang Regency. The problems found in this research
were the lack of agents’ readiness on either government agent level or the village
apparatus, the low participation of the community, the inappropriate budget, the
absence of significant economic improvement, the absence of basic infrastructure
improvements. This research was intended to evaluate evaluation of coastal
community development movement program in Tangerang Regency and to find
out how far the influence of evaluation of coastal community development
movement program was. Theory used was CIPP (Context, Input, Process,
Product) Public Policy Evaluation theory by Daniel Stufflebeam (1966). Method
used was desciptive qualitative method. Data analysis used was procedures of
data reduction, data presentation, and conclusion by Matthew B. Milles and
Michael Huberman. The results showed that evaluation of coastal community
development movement program has not been optimally implemented; several
villages and agendas have not been done, evaluation of coastal community
development movement program has not provide a significant influence, the
coordination in either government agent or village government environment has
not been found and the supervision has not been conducted. Related to the results,
the researcher offered some suggestions such as changing leading sector,
implementing the program gradually according to the village's potential and
characteristics, providing intensive supervision and guidance to beneficiaries,
align the plans of evaluation of coastal community development movement
program with the work plan, being better at coordinating with government agent
or village apparaturs.
Keywords : Coast, Evaluation, Evaluation of Coastal Community Development
Movement Program.
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah Swt atas segala rahmat
hidayah dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi yang berjudul Evaluasi Program Gerakan Pembangunan Masyarakat
Pantai (Gerbang Mapan) di Kabupaten Tangerang. Skripsi ini disusun dalam
rangka memenuhi syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Administrasi Publik pada Konsentrasi Kebijakan Publik Program Studi
Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa.
Terimakasih atas dukungan dari berbagai pihak yang telah membantu
secara moriil maupun materiil dalam melakukan penelitian untuk kelancaran
penyusunan skripsi ini, secara khusus untuk doa yang tiada henti dari Mama dan
Bapak, atas jerih payah yang tulus ikhlas, tidak pernah menyerah dalam mendidik
dan memberi semangat serta untuk Adiya sebagai adik yang selalu menyemangati,
mengingatkan serta menghibur selama proses penulisan skripsi. Sehubungan
dengan hal itu maka peneliti juga menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Soleh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirayasa.
3. Ibu Rahmawati S.Sos., M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
ii
4. Bapak Iman Mukhroman, M.Si., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
5. Bapak Kandung Sapto Nugroho S.Sos., M.Si., Wakil Dekan III Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan juga sebagai
Dosen Pembimbing Metodologi Penelitian Administrasi.
6. Ibu Listyaningsih, S.Sos., M.Si., Ketua Program Studi Administrasi Publik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
7. Ibu Dr. Arenawati, S.Sos., M.Si.,Wakil Ketua Program Studi Administrasi
Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa.
8. Ibu Rina Yulianti, M.Si., Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan banyak arahan dan perhatian dalam perkuliahan dan penyusunan
skripsi ini.
9. Bapak Drs. Oman Supriyadi, M.Si., Dosen Pembimbing I yang selalu
memberikan arahan dan masukan dalam penyusunan skripsi.
10. Ibu Riny Handayani, M.Si., Dosen Pembimbing II yang juga selalu
memberikan arahan, masukan dan kritik yang membangun serta semangat
dalam penyusunan skripsi.
11. Kepada seluruh Dosen Program Studi Administrasi Publik Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah
mendidik dan membekali penulis dengan ilmu-ilmu pengetahuan yang
bermanfaat selama perkuliahan.
iii
12. Para Staff Tata Usaha Program Studi Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa atas segala bantuan
administrasi dan informasi selama perkuliahan.
13. Bapak SM. Agustin Hari Mahardika Selaku Kasubag TU Upt BBI Dinas
Perikanan Kab. Tangerang/Sekretaris Program Gerbang Mapan yang telah
memberikan informasi yang diperlukan, selalu memberikan semangat dan
menjadi teman diskusi dalam penelitian ini.
14. Kepada seluruh informan penelitian yang telah memberikan informasi dan
meluangkan waktu untuk penulis demi kelancaran penelitian.
15. Terima kasih kepada Pasukan Tempur (S)(K)R(I)(P)SI M. Irfan Nawawi,
Rifda Deliana, Rachmi Hidayati, Luthfan Dwi A.P., Ilham Gunawan, Dede
Ayub, Randy Arlan, Dhany Subarkah, Anggita Adeliani, Annisa Rizqiyah,
Megawati, Zetha Bernynda dan Anna Novita Sari yang selalu menyemangati
serta ikhlas mendengarkan keluh kesah selama menjalani penyusunan skripsi.
16. Terima kasih kepada seluruh kawan-kawan Administrasi Publik Angkatan
2014, yang tidak dapat disebutkan satu persatu namun telah memberikan
kesan, tawa, serta dukungan agar kelak sukses bersama.
17. Terima kasih kepada kawan-kawan Himane 2015, Himane 2016 dan Bem
FISIP 2017 yang telah memberikan kebahagiaan dalam berorganisasi dan
hangatnya kekeluargaan
18. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu namun telah membantu
selama perkuliahan dan penyusunan skripsi.
iv
Atas segala bantuan dan bimbingan serta kerjasama yang baik yang telah
diberikan selama penyusunan skripsi, maka peneliti ucapkan terimakasih dan
hanya dapat memanjatkan doa semoga kebaikan tersebut dibalas dengan pahala
yang berlipat ganda dan merupakan suatu amal kebaikan di sisi Allah SWT.
Peneliti juga menyadari bahwa dalam penyususnan skripsi ini masih
terdapat kekurangan-kekurangan, maka dengan segala kerendahan hati penulis
menerima kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Akhir kata penulis berharap agar upaya ini dapat mencapai maksud yang
diinginkan dan dapat menjadi tulisan yang berguna bagi semua pihak.
Serang, Juli 2018
Peneliti
Siti Maezahroh
v
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ORISINALITAS
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
ABSTRAK
ABSTRACT
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL............................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................... 15
1.3 Rumusan Masalah ...................................................................... 15
1.4 Tujuan Penelitian ....................................................................... 15
1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................... 16
1.6 Sistematika Penulisan ................................................................ 17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR DAN
ASUMSI DASAR
2.1 Tinjauan Pustaka ....................................................................... 20
2.1.1 Pengertian Kebijakan Publik ............................................ 20
vi
2.1.2 Pengertian Evaluasi kebijakan ......................................... 24
2.1.3 Pengertian Evaluasi Program ........................................... 25
2.1.4 Model Evaluasi Kebijakan ............................................... 27
2.1.4.1 Model Evaluasi Kebijakan William Dunn ........... 27
2.1.4.2 Model Evaluasi Kebijakan Leo Agustino ............ 31
2.1.4.3 Model Evaluasi Kebijakan CIPP ......................... 33
2.1.5 Pengertian Wilayah dan Masyarakat Pesisir .................... 36
2.1.5.1 Pengertian Wilayah pesisir ................................... 36
2.1.5.2 Pengertian Masyarakat Pesisir ............................. 38
2.1.6 Pengertian Program Gerbang Mapan ............................... 41
2.2 Penelitian Terdahulu .................................................................. 47
2.3 Kerangka Berfikir ...................................................................... 53
2.4 Asumsi Dasar ............................................................................. 54
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ........................................... 55
3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian .............................................. 56
3.3 Lokasi Penelitian ........................................................................ 57
3.4 Variabel Penelitian ..................................................................... 57
3.4.1 Definisi Konsep ................................................................ 57
3.4.2 Definisi Operasional ......................................................... 59
3.5 Instrumen Penelitian .................................................................. 60
3.6 Informan Penelitian .................................................................... 61
3.7 Teknik pengumpulan Data ......................................................... 62
vii
3.8 Teknik Analisis Data ................................................................. 66
3.9 Uji Keabsahan Data ................................................................... 68
3.10 Jadwal Penelitian ..................................................................... 70
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ........................................................ 71
4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Tangerang ......................... 72
4.1.2 Gambaran Kondisi Umum Pesisir Kabupaten
Tangerang......................................................................... 83
4.1.3 Gambaran Umum Dinas Perikanan Kabupaten
Tangerang......................................................................... 86
4.2 Deskripsi Data Penelitian .......................................................... 89
4.2.1 Daftar Informan Penelitian ............................................... 89
4.2.2 Deskripsi Data .................................................................. 90
4.3 Deskripsi Hasil Penelitian ......................................................... 92
4.3.1 Evaluasi Konteks .............................................................. 93
4.3.2 Evaluasi Input ................................................................... 103
4.3.3 Evaluasi Proses ................................................................. 112
4.3.4 Evaluasi Produk ................................................................ 125
4.4 Pembahasan ................................................................................ 132
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................ 160
5.2 Saran .......................................................................................... 161
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Daftar Klasifikasi Rumah Tangga Miskin Kabupaten Tangerang .. 6
Tabel 2.1 Tahapan Kebijakan Publik ............................................................. 23
Tabel 3.1 Informan Penelitian ......................................................................... 62
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara ...................................................................... 63
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ............................................................................ 70
Tabel 4.1 Wilayah Administrasi Kabupaten Tangerang .................................. 75
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Tangerang 2017 ................................. 77
Tabel 4.3 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Tangerang 2014-2016 ..... 78
Tabel 4.4 Jumlah Rumah Tangga di Kabupaten Tangerang 206 ...................... 79
Tabel 4.5 Kepadatan Penduduk Kabupaten Tangerang 2016 ........................... 81
Tabel 4.6 Luas Wilayah Kecamatan Pesisir ...................................................... 84
Tabel 4.7 Luas Wilayah dan Nama Desa Kecamatan Pesisir 2017 .................. 85
Tabel 4.8 Informan Penelitian ........................................................................... 89
Tabel 4.9 Rekapitulasi Pelaksanaan Kegiatan Program Gerbang Mapan ......... 118
Tabel 4.10 Desa-Desa Penerima Program Gerbang Mapan.............................. 150
Tabel 4.11 Ringkasan Hasil Penelitian ............................................................. 153
Tabel 4.12 Anggaran Program Gerbang Mapan Tahun 2014-2017 .................. 158
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Potensi Besar Laut Indonesia ........................................................ 2
Gambar 1.2 Tumpukan Sampah di Desa Pesisir .............................................. 7
Gambar 2.1 Model Evaluasi Leo Agustino ....................................................... 31
Gambar 2.2 Diagram Pembagian Zonasi/Wilayah Kepesisiran ........................ 37
Gambar 2.3 Kerangka Berfikir .......................................................................... 53
Gambar 3.1 Teknik Analisis Data ..................................................................... 66
Gambar 4.1 Peta Administrasi Kabupaten Tangerang ...................................... 74
Gambar 4.2 Peta Topografi Wilayah Pesisir Kabupaten Tangerang ................ 83
Gambar 4.4 Framework Program Gerbang Mapan........................................... 115
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan sebuah negara yang terdiri dari lautan dan daratan,
dimana Indonesia terbentang dari Sabang sampai Merauke. Salah satu keunikan
Indonesia yaitu memiliki wilayah lautan yang lebih luas dibandingkan wilayah
daratan. Luas wilayah laut Indonesia adalah dua per tiga dari seluruh luas Negara
Indonesia, yaitu sekitar 3.273.810 km² sedangkan luas daratan Indonesia
adalah 1.919.440 km². Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil yang
berawal dari Samudera Hindia hingga Samudera Pasifik, menjadikan Indonesia
sebagai negara kepualauan terbesar di dunia, terdiri dari lima pulau besar yaitu
Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi dan Pulau Papua.
Bukan hanya pulau-pulau besar, Indonesia juga memiliki pulau-pulau kecil nan
indah yang tersebar di seluruh Indonesia.
Sebagai negara kepulauan terbesar (1.904 ribu km2) dan negara dengan garis
pantai terpanjang kedua (55 ribu km2) setelah Kanada serta letaknya yang berada
di garis khatulistiwa menjadikan Indonesia dijuluki sebagai negara mega
biodiversity, karena memiliki keragaman dan kekayaan sumberdaya yang
melimpah. Hal tersebut tidak hanya berlaku pada daratan Indonesia tetapi lautan
Indonesia juga memiliki kekayaan yang sangat luar biasa. Di dalam laut Indonesia
tersimpan begitu banyak kekayaan alam yang tidak dimiliki negara lain. Bahkan
Indonesia menjadi habitat dari 37% spesies ikan terumbu karang dan 76% spesies
2
terumbu karang dunia. Kekayaan kelautan Indonesia juga dapat berpotensi
menjadi pusat bisnis perikanan, pelayaran sampai pariwisata, dan diharapkan
mampu menopang kehidupan 7,9 juta penduduk miskin yang bergantung pada
laut Indonesia. Seperti yang terdapat pada gambar yang peneliti lampirkan di
bawah ini.
Gambar 1.1 Potensi Besar Laut Indonesia
(Sumber : www.katadata.co.id, diakses pada 21 Desember 2017)
Besarnya potensi kelautan yang dimiliki Indonesia sampai saat ini belum
bisa dimanfaatkan dengan maksimal. Sebagai negara maritim terbesar,
pembangunan di wilayah pesisir dan laut belum mendominasi, sehingga
kenyataan ini tidak serta merta menjadikan pembangunan sektor kelautan dan
maritim sebagai primadona pembangunan. Hal ini disebabkan oleh dua hal, yaitu
3
pemilihan strategi pembangunan Indonesia yang tidak memihak pada kelautan
sebagai salah satu penggerak utama pembangunan serta ketidakjelasan
perencanaan pembangunan di wilayah pesisir. Kekayaan dan potensi yang sangat
besar dari pengelolaan kelautan Indonesia sampai saat ini dirasa belum berperan
besar bagi kemajuan bangsa Indonesia dalam hal ekonomi maupun pemberdayaan
masyarakat. Berbeda dengan yang pernah dikatakan Presiden Republik Indonesia
saat ini Bapak Jokowi, kita harus bekerja dengan sekeras-kerasnya untuk
mengembalikan Indonesia sebagai negara maritim. Samudera, laut, selat dan teluk
adalah masa depan peradaban kita. Kita telah terlalu lama memunggungi laut,
memunggungi samudera, memunggungi selat dan teluk. Kini saatnya kita
mengembalikan semuannya sehingga Jalesveva Jayamahe, di laut justru kita jaya,
sebagai semboyan nenek moyang kita di masa lalu, bisa kembali membahana”
(Sumber : kompas.com diakses pada 21 Desember 2017).
Sedangkan sekarang ini pemerintah belum memfokuskan pembangunan pada
potensi kelautan Indonesia, hal ini diperkuat dengan Badan Pusat Satistik
Indonesia yang mencatat sekitar 7,87 juta jiwa penduduk miskin nasional
menggantungkan hidupnya dari laut. Mereka tersebar di 10.666 desa pesisir yang
berada di 300 kota/kabupaten di Indonesia, daerah pesisir masih menjadi daerah-
daerah yang tertinggal di Indonesia dengan masih kurangnya infrastruktur dasar,
sarana kesehatan, pendidikan dan sebagainnya. Masyarakat pesisir juga masih
terikat pada pemikiran yang tertinggal dan tidak dapat mengoptimalkan potensi
yang ada. Hal ini berdampak pada penurunan kualitas dan kurang berkembangnya
4
kegiatan ekonomi yang berbasis pemanfaatan sumber daya pesisir dan lautan.
(Sumber: www.neraca.co.id)
Dari tiga puluh tiga provinsi yang dimiliki Indonesia, Banten merupakan
salah satu provinsi yang memiliki potensi laut dan wilayah pesisir yang besar,
tetapi belum dapat mengoptimalkan pembangunan dari daerah pesisir maupun
lautnya. Wilayah pesisir dan laut Provinsi Banten memiliki luas perairan
11.134,22 km2
(belum termasuk perairan nusantara/teritorial dan ZEEI yang dapat
dimanfaatkan) dengan panjang garis pantai 509 km serta 55 pulau-pulau kecil dan
pulau terluar yang menyimpan keragaman dan kekayaan sumberdaya pesisir dan
laut. Banten terkenal dengan potensi lautnya seperti jejeran pantai-pantai (Anyer,
Carita, Sawarna) bahkan Tanjung Lesung sebagai Kawasan Ekonomi Khusus dan
jumlah tangkapan ikan di Provinsi Banten sebanyak 60.000 ton/tahun. Jumlah
tersebut mampu untuk pemenuhan di pasar lokal Banten, dijual ke pasar-pasar
Jakarta bahkan ekspor. Seperti yang disebutkan di atas, wilayah pesisir dapat
menjadi daerah yang memiliki potensi ekonomi namun pada kenyataannya tidak
didukung dengan pemberdayaan masyarakat pesisir. Masyarakat pesisir belum
memiliki pengetahuan yang luas mengenai cara mengelola wilayah pesisirnya.
Sehingga di Provinsi Banten wilayah pesisir merupakan wilayah dengan daerah
yang masih miskin (Sumber : Dokumen RPJM Provinsi Banten 2007-2012).
Pembangunan pesisir yang terabaikan dan kurang mendapat perhatian
menyebabkan desa pesisir dihadapkan dengan empat persoalan pokok, yaitu
tingginya tingkat kemiskinan masyarakat pesisir, kerusakan sumber daya pesisir,
5
rendahnya kemandirian organisasi sosial desa dan minimnya infrastruktur serta
kesehatan lingkungan (Sumber: http://pdpt.gaismedia.com ).
Buruknya pengelolaan dan regulasi pada pemerintahan pusat tentu akan
memberikan dampak pada daerah-daerah pesisir lainnya, karena kondisi yang
sama juga ditemui di wilayah pesisir Kabupaten Tangerang yang tidak jauh
berbeda dengan kondisi nasional, dimana kondisi pesisir Kabupaten Tangerang
juga cukup memperihatinkan. Permasalahan di wilayah pesisir Pantai Utara
Kabupaten Tangerang memang sangat krusial, banyak permasalahan-
permasalahan yang sampai saat ini belum terselesaikan seperti permasalahan
kemiskinan, sampah sampai pada abrasi yang menjadi bencana atau fenomena
alam yang terus terjadi di Kabupaten Tangerang.
Menurut data yang diperoleh peneliti dari jurnaltangerang.com sebanyak 7%
dari 3,1 jiwa masyarakat Kabupaten Tangerang tinggal di wilayah pesisir, yaitu
sekitar 81.603 rumah tangga atau 314.351 penduduk miskin yang perlu
dientaskan.. Dengan adanya sumberdaya laut semestinya masalah ini dapat
diatasi, dengan membuat masyarakat yang lebih berdaya guna. Berikut daftar
klasifikasi rumah tangga miskin berdasarkan kecamatan di pesisir Kabupaten
Tangerang yang disajikan pada tabel 1.1.
6
Tabel 1.1 Data Klasifikasi Rumah Tangga Miskin Kecamatan Pesisir
Kabupaten Tangerang 2017
NAMA KECAMATAN
JUMLAH RUMAH TANGGA JUMLAH
DESIL 1*) DESIL 2*) DESIL 3*) DESIL 4*)
KRONJO 1.958 2.041 3.539 2.409 9.947
MEKAR BARU 2.104 1.963 2.548 1.026 7.641
MAUK 1.875 1.964 3.874 3.556 11.269
KEMIRI 1.956 1.552 2.427 1.530 7.465
SUKADIRI 9.80 1.257 2.469 1763 6.469
PAKUHAJI 3.544 4.158 6.104 2.596 16.402
TELUKNAGA 3.136 3.191 4.927 2.204 13.458
KOSAMBI 1.474 1.923 3.524 2.031 8.952
TOTAL 17.027 18.049 29.412 17..115 81.603
*Catatan
Desil 1 : (kondisi kesejahteraan sampai dengan 10% terendah di Indonesia)
Desil 2 : (kondisi kesejahteraan sampai dengan 11% - 20% terendah di Indonesia)
Desil 3 : (kondisi kesejahteraan sampai dengan 21% - 40% terendah di Indonesia)
Desil 4 : (kondisi kesejahteraan sampai dengan 31% - 40% terendah di Indonesia)
(Sumber: Basis Data Terpadu Untuk Perlindungan Sosial, )
Masalah lain yang sangat penting adalah masalah sampah, sampah menjadi
gambaran utama di wilayah pesisir Kabupaten Tangerang. Hal ini dikarenakan
wilayah pesisir Kabupaten Tangerang merupakan hilir dari perjalanan panjang
Daerah Aliran Sungai Cisadane. Mulai dari Kabupaten Bogor sampai dengan
Kota DKI Jakarta. Selain itu pencemaran juga terjadi di laut Kabupaten
Tangerang, hal tersebut dikarenakan laut Kabupaten Tangerang yang dilintasi oleh
kapal-kapal yang akan bersandar di Pelabuhan Tanjung Priok kemudian
melakukan pertukaran air balas (Water Ballast Change), yang berisi zat-zat kimia
dan membuat pencemaran pada air laut Kabupaten Tangerang. (Pemaparan Bupati
Tangerang pada kegiatan high level meeting integrated coastal management, pada
2 Februari 2018). Dan dibuktikan dengan dokumentasi peneliti sebagai berikut
pada gambar 1.2.
7
Gambar 1.2 Tumpukan Sampah di Wilayah Pesisir Kabupaten Tangerang
(Sumber : Peneliti, 2018)
Selain itu wilayah pesisir Kabupaten Tangerang dihadapkan pula pada
ancaman fenomena alam atau yang lebih dikenal dengan abrasi dengan tingkat
yang cukup tinggi. Fenomena abrasi adalah permasalahan yang krusial dan sangat
berpengaruh di wilayah pesisir. Abrasi yang terjadi di wilayah pesisir utara
Kabupaten Tangerang merupakan dampak negatif dari kegiatan pengembangan
wilayah yang tidak diantisipasi pada pembangunan masa lampau. Abrasi di
sepanjang pesisir pantai menimbulkan kerugian seperti penurunan luasan daratan
dan terancamnya pemukiman dan aktivitas penduduk. Peristiwa abrasi dapat
disebabkan oleh beberapa hal antara lain hilangnya pohon bakau (Rhizopora sp.)
dan api-api (Avicennia sp) yang seharusnya dapat menjadi gerbang utama
penyelamat pantai dari ancaman gelombang, serta ancaman angin muson barat,
8
penggalian pasir baik secara legal maupun illegal dan adanya bangunan tegak
lurus pantai yang mempercepat terjadinya abrasi.
Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari Dinas Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Tangerang, abrasi yang terjadi di wilayah pesisir Kabupaten
Tangerang terhitung sejak tahun 1995-2015 sudah mencapai 579,8 Ha. Fenomena
ini perlu penanganan serius, jika tidak hal ini berpotensi merusak sumberdaya
alam dan mengakibatkan masyarakat kehilangan mata pencaharian karena
masyarakat pesisir sangat bergantung pada sumberdaya alam tersebut.
Potensi sumberdaya pesisir dan laut Kabupaten Tangerang yang cukup tinggi,
mulai dari tersedianya sumber bahan makanan utama seperti ikan dan rumput laut,
potensi pariwisata dan lainnya seharusnya dapat menjadi keunggulan komparatif
yang tinggi pula. Potensi keunggulan komparatif yang tinggi ini dapat
dikembangkan sebagai keunggulan kompetitif yang dapat dikembangkan oleh
desa-desa di wilayah pesisir sehingga mampu meningkatkan kemajuan
wilayahnya, meningkatkan pendapatan daerah, dan kesejahteraan masyarakat.
Menurut Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang, strategi dalam mendorong
pembangunan di wilayah pesisir harus berpegang pada prinsip pembangunan
berkelanjutan (sustainable development). Pembangunan ekonomi wilayah
berbasis sumberdaya dapat bertumpu pada tiga pilar yaitu sebagai sentral
produsen, sentral konsumen, dan sentral sumberdaya itu sendiri. Ketiga pilar ini
dapat dioptimalisasi secara bersamaan maupun parsial tergantung pada kondisi
dan situasi wilayah serta kemampuan wilayah tersebut untuk mengembangkan
potensinya.
9
Kabupaten Tangerang seharusnya mampu menjalankan pembangunan
khususnya di wilayah pesisir dalam kerangka tiga pilar ini. Dalam konteks
tersebut, Kabupaten Tangerang dapat dikatakan memiliki pilar pertama yaitu
resources center. Sementara itu, peran provinsi sebagai pusat produsen
(producers center) bagi produk dan jasa kelautan dan perikanan juga memiliki arti
penting dan cukup potensial. Sebagai pusat konsumen (consumers center),
Kabupaten Tangerang berpotensi menjadi salah satu pintu keluar bagi ekspor hasil
kelautan dan perikanan (pasar ekspor) maupun menjadi salah satu pusat
pertumbuhan pasar daerah (pasar domestik).
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah,
mendorong daerah-daerah untuk dapat mengurusi potensi daerahnya dengan
mandiri sesuai dengan kondisi dan potensi daerah yang ada. Selain adanya
wewenang untuk mengurusi wilayahnya sendiri, pada tahun 2012-2014
Kementerian Kelautan dan Perikanan RI meluncurkan sebuah program untuk
membantu membangun masyarakat dan wilayah pesisir. Program tersebut adalah
Program Pengembangan Desa Pesisir Tangguh, program ini dilaksanakan di 16
kawasan pesisir kabupaten/kota yang ada di Indonesia dan salah satunya adalah
Kabupaten Tangerang. Program ini dilaksanakan di Kecamatan Teluknaga
meliputi Desa Muara, Desa Tanjung Burung dan Desa Tanjung Pasir. Kata
“Tangguh” yang menjadi ciri khas dari program PDPT ini betul-betul menjadi
pegangan kuat bagi masyarakat pesisir yang merasakan program tersebut. Sebagai
catatan kecil, program ini mempunyai aturan main implementasi dalam kegiatan
fisik tidak diberikan insentif khusus karena akan meruntuhkan semangat
10
partisipasi dan rasa kepemilikan (sense of belonging) terhadap apa yang sudah
mereka bangun untuk desa. Semangat rasa kepemilikan ini menjadi penting guna
menjamin keberlanjutan manfaat dari fasilitas tersebut terkait unsur pengelolaan
dan pemeliharaan. Jika masyarakat merasa fasilitas itu dibuat oleh mereka dan
untuk mereka sendiri, maka akan ada perasaan untuk selalu menjaga serta
merawat fasilitas tersebut.
Program di atas menginspirasi Kabupaten Tangerang untuk mendorong
pembangunan di wilayah pesisir yang berkelanjutan selepas dari berakhirnya
program PDPT pada tahun 2014. Selain keberhasilan PDPT melihat banyaknya
permasalahan yang ditemukan di wilayah pesisir Kabupaten Tangerang, kemudian
Bupati Kabupaten Tangerang lewat Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2013 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tangerang
mencanangkan 25 program unggulan. Salah satunya yaitu Program Gerakan
Pembangunan Masyarakat Pantai (Gerbang Mapan). Program Gerbang Mapan
merupakan sebuah program yang dibuat untuk menjalankan salah satu misi Bupati
“Mewujudkan keserasian dan keseimbangan pembangunan yang berwawasan
lingkungan melalui sistem perencanaan dan pengendalian tata ruang yang
terstruktur, khususnya program ini dirancang untuk membantu menyelesaikan
permasalahan-permasalahan wilayah pesisir Kabupaten Tangerang, memperbaiki
perekonomian masyarakat, perbaikan infrastuktur dasar dan membuat masyarakat
menjadi lebih berdaya. Program ini merupakan sebuah program lintas sektor, yang
melibatkan lebih dari satu dinas pemerintahan. Program Gerbang Mapan juga
mengusung pengelolaan pesisir berkelanjutan atau ICM yang dianggap mampu
11
membantu pelaksanaan program. Program ini dibuat dengan sasaran 25 desa
pesisir yang tersebar di delapan kecamatan pesisir di Kabupaten Tangerang yaitu
Kecamatan Kronjo, Kecamatan Mekarbaru, Kecamatam Kemiri, Kecamatan
Mauk, Kecamatan Sukadiri. Kecamatan Pakuhaji, Kecamatan Teluknaga dan
Kecamatan Kosambi.
Program ini mulai dirancang pada tahun 2014, dan bekerja sama dengan
PKSPL IPB sebagai rekan akademisi yang akan membantu dalam pendampingan
dan penyusununan isu-isu strategis yang muncul serta merancang rencana aksi
dari Program Gerbang Mapan, yang selanjutnya hasil kerjasama tersebut tertuang
dalam sebuah dokumen perencanaan atau yang sering disebut Roadmap Gerbang
Mapan. Dari roadmap tersebut tertuang Program Gerbang Mapan memiliki tiga
fokus utama yang hendak dicapai, yaitu peningkatakan perekonomian masyarakat
pesisir, untuk mendukung peningkatan ekonomi masyarakat pesisir, perbaikan
infrastuktur dasar dan membangun masayarakat pesisir yang lebih berdaya.
Dari pelaksanaan Program Gerbang Mapan selama kurang lebih lima
tahun belum semua desa pesisir menerima Program Gerbang Mapan, dari 25 desa
yang menjadi sasaran program, yang menerima Program Gerbang Mapan ada 9
desa yaitu Desa Patramanggala, Desa Marga Mulya, Desa Muara, Desa Ketapang,
Desa Kronjo, Desa Muncung, Desa Tanjung Burung, Desa Surya Bahari dan Desa
Karang Serang. Dari Sembilan desa ini, penerimaan bantuan Program Gerbang
Mapan juga tidak sama dari desa dengan desa yang lainnya hal ini dilakukan
dengan mempertimbangkan potensi desa dan tingkat keaktifan atau partisipasi
masyarakat dalam Program Gerbang Mapan. Selain itu ketidakmerataan Program
12
Gerbang Mapan dikarenakan sudah bergesernya lahan perairan atau tambak
menjadi daratan hal ini terjadi di Kecamatan Kosambi. Dengan demikian juga
belum terjadi perubahan yang signifikan baik dari segi peningkatan
perekonomian, perberdayaan masyarakat maupun perbaikan infrastruktur dalam
hal ini yang berkaitan langsung dengan Program Gerbang Mapan. Karena dari
pelaksanaan program ini masih ditemukan beberapa permasalahan yang kemudian
Program Gerbang Mapan ini menjadi hambatan untuk dapat mencapai sasaran
yang hendak dicapai. Peneliti akan mencoba menjabarkan masalah-masalah yang
terjadi selama pelaksanaan Program Gerbang Mapan berlangsung.
Pertama, kurang siapnya agen pelaksana progam baik tingkat desa maupun
ditingkatan SKPD. Rendahnya partisipasi dari aparatur desa terlihat pada tahun
2014 program ini mulai berjalan dengan sosialisasi dan FGD yang dilakukan oleh
Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang. Pada kegiatan ini hanya dihadiri oleh 15
perwakilan desa untuk mewakili desanya masing-masing, sehingga Porgram
Gerbang Mapan tidak banyaknya diketahui oleh aparatur desa maupun masyarakat
desa pesisir. Hal ini juga berdampak kepada pelaksanaan Program Gerbang
Mapan, karena stakeholders yang dianggap bisa menjembatani antara pemerintah
dengan masyarakat juga kurang kooperatif. Saat observasi dan wawancara yang
dilakukan peneliti di desa-desa pesisir, peneliti menemukan aparatur desa yang
tidak tahu dengan adanya pelaksanan Program Gerbang Mapan dan menunjukan
sikap tidak peduli (apatis).
Program Gerbang Mapan merupakan sebuah program lintas sektor, dimana
pelaksanaan program ini akan melibatkan dinas-dinas lain. Dinas atau SKPD
13
terkait yang ikut serta dalam program ini diantaranya adalah Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan,
Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kabupaten Tangerang dengan leading sector
Dinas Perikanan. Sebagai program lintas sektor tentu ada koordinasi yang
dibangun dalam pelaksanaan program ini dan sudah dibentuk tim koordinasi
Gerbang Mapan yang dilegalkan dengan SK Bupati. Namun pada fakta di
lapangan menurut pemaparan sekretaris maupun pendamping Program Gerbang
Mapan dari Dinas Perikanan, koordinasi yang diharapkan dari setiap sektor
kurang berjalan dengan baik, hal ini terjadi salah satunya karena tidak sejalannya
program unggulan dengan program dinas yang ada. Sehingga terjadi penumpukan
dan tumpang tindih tugas atau program yang harus dijalankan. Sehingga tim
koordinasi yang sudah dibentuk tidak berjalan dan tidak memaksimalkan
pencapaian dari Program Gerbang Mapan. Dan dalam pelaksanaannya Program
Gerbang Mapan hanya mengandalkan Dinas Perikanan saja. Sedangkan untuk
mencapai tiga fokus yang sebelumnya disampaikan harus dibantu oleh dinas-dinas
lain. Sehingga bantuan yang diberikan terkesan tidak tuntas, sebagai contoh
bantuan untuk mendistribusikan produk barang hasil olahan masyarakat yang
dapat dilakukan oleh Dinas Koperasi dan UMKM, namun karena tidak
berjalannya koordinasi hal tersebut tidak dapat dilaksanakan.
Masalah lain yang ditemukan yaitu masih rendahnya partisipasi masyarakat
terhadap pelaksanaan Program Gerbang Mapan. Hal ini dikatakan oleh
pendamping Program Gerbang Mapan saat peneliti melakukan wawancara,
masalah ini juga merupakan dampak dari masalah ketidakpedulian aparatur desa
14
yang sebelumnya disampaikan, namun yang sangat sulit diatasi adalah
karakteristik sosiologi masyarakat pesisir yang cuek dan terus ingin dibantu
menjadi hambatan paling berat. Hal tersebut juga telah dikeluhkan oleh
pemerintah karena sulitnya merubah mindset dari masyarakat pesisir. Dalam
sebuah kebijakan, masyarakat berperan penting dalam keberhasilan atau
kegagalan dari kebijakan atau program tersebut. Lebih buruk lagi, orientasi
masyarakat pesisir Kabupaten Tangerang akan adanya program pemerintah adalah
sebatas karena uang. Masyarakat akan mengikuti kegiatan pemerintah asal ada
insentif yang diberikan seusai kegiatan. Masyarakat belum berpikir manfaat dan
pengetahuan yang didapat dari kegiatan yang diikuti. Masyarakat yang demikian
cenderung ingin cara-cara yang instan untuk mendapat uang, sehingga sebesar
apapun bantuan yang diberikan pemerintah tidak akan dapat dimanfaatkan
menjadi sebuah usaha dan yang terjadi bantuan yang diberikan akan habis untuk
digunakan sehari-hari. Hal ini juga yang menyebabkan masyarakat belum dapat
meningkatkan perekonomian dari hasil pengolahan maupun tangkapan ikan.
Masalah selanjutnya yang menjadi permasalahan dalam pelaksanaan Program
Gerbang Mapan adalah masalah anggaran Program Gerbang Mapan yang
diberikan kerap kali dicairkan tidak sesuai dengan perencanaan, anggaran yang
turun ada di akhir tahun dan hal tersebut mengakibatkan perlu adanya
penyesuaian-penyesuaian dalam pelaksanaan Program Gerbang Mapan. Dengan
anggaran yang terbatas dan untuk menjalankan tiga fokus atau tujuan yang hendak
dicapai dengan beberapa masalah di atas tentu akan sulit ditambah lagi dengan
masalah-masalah yang telah disebutkan di atas.
15
Melihat permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan Program
Gerbang Mapan di Kabupaten Tangerang, maka akan berpengaruh pada
keberhasilan dan pencapaian tujuan dari Program Gerbang Mapan, maka dari itu
perlu diadakan penelitian lebih dalam mengenai evaluasi Program Gerakan
Pembangunan Masyarakat Pantai (Gerbang Mapan) di Kabupaten Tangerang.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Kurangnya siapnya agen pelaksana baik di tingkat SKPD maupun
Aparatur Desa
2. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Gerbang
Mapan.
3. Ketidaksesuaian anggaran dalam pelaksanaan Program Gerbang Mapan.
4. Program Gerbang Mapan belum mencapai 25 desa pesisir yang menjadi
sasarannya.
5. Program Gerbang Mapan belum menunjukan peningkatan pada tiga aspek
utama yaitu ekonomi, infrastruktur dasar dan pemberdayaan masyarakat
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah dijelaskan oleh peneliti
dan sesuai dengan identifikasi masalah maka peneliti menyimpulkan rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah Evaluasi Program Gerakan
Pembangunan Masyarakat Pantai (Gerbang Mapan) di Kabupaten Tangerang?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui
keberhasilan pelaksanaan Program Gerbang Mapan dalam memperbaiki
16
perekonomian, infrastruktur dasar dan pemberdayaan masyarakat pesisir di
Kabupaten Tangerang dan mengetahui dampak yang dirasakan wilayah pesisir
dengan adanya Program Gerbang Mapan serta mengupayakan pemerintah/dinas
menambah dan/atau, mengurangi hal-hal yang terdapat dalam program sehingga
dapat memaksimalkan pelaksanaan program dan dapat dikembangkan diberbagai
wilayah pesisir lainnya.
1.5 Manfaat Penelitian
Tercapainya tujuan penelitian di atas, maka diharapkan peneliatian ini juga
dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Manfaat teoritis
yang diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan masukan
bagi perkembangan program studi Administrasi Publik khusunya mengenai
evaluasi kebijakan publik dan penelitian ini dapat menjadi referensi untuk peneliti
lainnya.
Sedangkan manfaat praktis yang diharapakan peneliti adalah hasil penelitian
ini dapat memberikan informasi-informasi kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dalam upaya pemerintahan daerah Kabupaten Tangerang dalam
peningkatan kesejahteraan wilayah pesisir. Hasil penelitian ini juga diharapkan
dapat menjadi bahan masukan dan pemikiran untuk melakukan evaluasi Program
Gerbang Mapan oleh dinas terkait.
17
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini terdiri dari :
a. Latar belakang masalah, menjelaskan mengenai ruang lingkup dan
kedudukan peramasalahan yang akan menjadi alasan dilakukannya
penelitian tersebut.
b. Identifikasi masalah, menjelaskan mengenai identifikasi masalah yang
ditemukan oleh peneliti dan dikaitkan dengan topik/judul penelitian.
c. Rumusan masalah, menjelaskan mengenai penetapan masalah yang
dianggap paling penting yang berkaitan dengan fokus penelitian.
d. Tujuan penelitian, menjelaskan mengenai sasaran yang diinginkan peneliti
dalam penelitiannya dan harus sejalan dengan rumusan masalah yang ada.
e. Manfaat penelitian, menjelaskan manfaat teoritis dan praktis dari hasil
penelitian.
f. Sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN
ASUMSI DASAR
Terdiri dari :
a. Deskripsi teori, pada bagian ini peneliti mengkaji berbagai teori dan
konsep-konsep yang relevan dengan permasalahan penelitian yang
kemudian akan menjadi pisau analisis untuk mendapatkan jawaban dari
penelitian yang dilakukan.
18
b. Penelitian sebelumnya, berisi ringkasan penelitian yang serupa yang telah
dilakukan sebelumnya sebagai bahan referensi dan masukan hal-hal yang
perlu ditambahkan atau dihilangkan.
c. Kerangka berfikir, pada bagian ini peneliti akan menggambarkan alur
pikiran peneliti sebagai kelanjutan dari kajian teori untuk memberikan
penjelasan kepada pembaca.
d. Asumsi dasar, merupakan penjelasan atau kesimpulan awal dari peneliti.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini mencakup :
a. Desain penelitian, dalam bagian ini peneliti menjelaskan mengenai metode
yang digunakan dalam penelitian, fokus dan lokus dalam penelitian yang
dilakukan, dan menjelaskan definsi konsep dan definisi operasional.
b. Instrumen penelitian, akan menjelaskan mengenai alat yang digunakan
sebagai pencarian data yang diperlukan dalam penelitian.
c. Informan penelitian, bagian ini menjelaskan siapa saja yang menjadi
sumber informasi dalam penelitian.
d. Teknik pengumpulan data, menjelaskan cara-cara yang ditempuh atau
digunakan peneliti dalam mencari informasi mengenai penelitian yang
dilakukan.
e. Teknik analisis data, bagian ini menjelaskan cara yang dipilih peneliti
untuk dapat menerjemahkan data-data yang didapat di Lapangan menjadi
sebuah narasi.
19
f. Uji keabsahan data, berisi teknik yang dipilih peneliti untuk menghasilkan
data yang kredibel.
g. Jadwal Penelitian, berisi keterangan waktu selama proses penelitian ini
berlangsung.
BAB IV HASIL PENELITIAN
a. Deskripsi lokasi penelitian, akan menjelaskan mengenai keadaan lokasi
penelitian yang kemudian dikaitkan dengan permasalahan.
b. Deskripsi informan dan data lapangan, menjelaskan mengenai informan
sebagai sumber informasi dan mendeskripsikan informasi dan data yang
didapat dari informan.
c. Pembahasan, menyusun jawaban yang didapat dari informan dan
diselaraskan dengan teori yang peneliti gunakan.
BAB V PENUTUP
a. Kesimpulan, merupakan jawaban dan simpulan dari rumusan masalah
yang ada.
b. Saran, merupakan rekomendasi yang diberikan peneliti dari kesimpulan
dalam penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
20
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR
DAN ASUMSI DASAR
2.1 Tinjauan Pustaka
Pada subbab ini peneliti akan memaparkan beberapa teori yang dikaitkan
dengan permasalahan dalam penelitian dan dianggap paling relevan untuk
menganalisis objek penelitian. Teori dan konsep-konsep ini yang akan
dipergunakan dalam penelitian dan tidak menutup kemungkinan akan bertambah
sesuai dengan kondisi yang ditemukan di lapangan. Selanjutnya, deskripsi teori
menjadi pedoman dalam penelitian ini untuk menerjemahkan fenomena-fenomena
sosial yang ada di dalam penelitian. Teori yang relevan peneliti kaji sesuai dengan
uraian pada bab sebelumnya.
2.1.1 Kebijakan Publik
Sebelum membahas mengenai apa yang dimaksud dengan kebijakan
publik, akan terlebih dahulu mengka ji apa yang dimaksud dengan kebijakan dan
apa yang dimaksud dengan publik. Dalam sebuah negara harus ada „sesuatu‟ hal
yang dibuat agar kehidupan masyarakat dapat berjalan baik dan selaras dengan
landasan atau ideologi negara. Pada dasarnya „sesuatu‟ tersebut adalah peraturan
yang berasal dari hasil pemikiran atau perundingan yang diputuskan oleh
pemerintah, kemudian hasil dari putusan dapat disebut sebagai kebijakan dan
lebih luasnya adalah kebijakan publik. Sedangkan kebijakan menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia adalah rangkaian konsep dan asas yang
menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan,
21
kepemimpinan dan cara bertindak. Istilah ini dapat diterapkan pada pemerintahan,
organisasi dan kelompok sektor swasta, serta individu.
Sedangkan menurut asal katanya (secara etimologis), istilah publik
merupakan serapan dari bahasa inggris yang juga memiliki dua arti yaitu sebagai
kata benda, the community in general or part of community having a particular
interest in common (Leo Agustino 2016: 7). Dan kedua sebagai kata sifat, yang
pengertiannya erat kaitannya dengan segala sesuatu yang menyangkut masyarakat.
Selanjutnya, kebijakan publik menurut Thomas R. Dye, menjelaskan
bahwa kebijakan publik : “…what governments do, why they do it, and what
difference it makes” (Dye 1992). Merujuk definisi tersebut dapat disimpulkan
bahwa kebijakan adalah pekerjaan yang dilakukan oleh pemerintah (baik itu
bertujuan untuk menyelesaikan masalah, meningkatkan sumberdaya manusia,
menghentikan tindakan terorisme, ataupun lainnya) dan kerja tersebut
menghasilkan sesuatu (what difference it makes). Dalam sudut pandang lain, Dye
(1992: 2) dalam Leo Agustino (2016: 15) kebijakan sebagai “Anything a
government to do or not to do.” Dalam kalimat yang lebih mudah, kebijakan
menurut Dye berarti sesuatu hal baik yang dilakukan maupun tidak dilakukan oleh
pemerintah.
Berbeda dengan definisi yang dituangkan oleh Willian I. Jenkins (1987),
di mana beliau menjelaskan bahwa kebijakan publik merupakan sebuah proses,
dan bukan hanya sekedar pilihan pemerintah. Lebih jelas lagi Jenkins mengatakan
kebijakan publik adalah proses pembuatan serangkaian keputusan yang
komprehensif menyertakan banyak stakeholders. Definisi ini diperkuat dan
22
semakin dilengkapi dengan pendapat dari Anderson, beliau mengatakan bahwa
kebijakan merupakan keputusan yang diambil oleh beberapa aktor pembuat
kebijakan, kebijakan yang terbaik sering kali muncul dari diskusi panjang para
aktor yang melibatkan peran stakeholders.
Meskipun kebijakan publik belum dapat didefinisikan secara baku, dari
pendapat beberapa ahli di atas, peneliti dapat menarik simpulan bahwa kebijakan
publik adalah sebuah keputusan yang diambil melalui sebuah proses diskusi yang
melibatkan aktor-aktor pembuat kebijakan dan dipergunakan sebagai sebuah
pilihan untuk dapat menyelesaikan permasalahan publik dan dituangkan dalam
bentuk dokumen (legal) atau sebuah produk hukum berupa Undang-Undang,
Perturan Pemerintah, Peraturan Menteri dan seterusnya.
Dari pendapat-pendapat di atas kemudian dapat pula disimpulkan bahwa
kebijakan publik memiliki karakteristik utama. Dalam (Agustino 2016: 19),
menyebutkan beberapa karakteristik utama dari kebijakan publik, antara lain:
1. Kebijakan publik merupakan sebuah tindakan yang memiliki maksud
atau tujuan tertentu;
2. Kebijakan publik dibuat oleh pihak yang berwenang;
3. Kebijakan publik pada dasarnya merupakan keputusan yang simultan
dan bukan keputusan yang terpisah-pisah;
4. Kebijakan merupakan „apa yang sesungguhnya dikerjakan oleh
pemerintah‟ dan bukan „apa yang hendak dikerjakan oleh pemerintah.‟
5. Kebijakan publik bisa bersifat popular (pencabutan subsidi, penerapan
suku bunga tinggi dan sebagainya)
6. Kebijakan dapat berbentuk positif maupun negatif. Untuk yang positif,
kebijakan melibatkan tindakan untuk menangani masalah, sedangkan
yang negatif kebijakan dapat melibatkan suatu keputusan untuk tidak
melakukan suatu tindakann atau tidak mengerjakan apapun.
Sebuah kebijakan tentu tidak tercipta dengan cara yang instan, proses
pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang kompleks karena melibatkan
23
banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Beberapa ahli politik yang
menaruh minat untuk mengkaji kebijakan proses kemudian membagi proses
penyusunan kebijakan publik kedalam beberapa tahap. Berikut adalah tahapan
pembuatan kebijakan publik menurut Willian Dunn :
Tabel 2.1
Tahapan Kebijakan Publik
(Sumber : William Dunn, 2003)
FASE KARAKTERISTIK ILUSTRASI
Penyusunan
Agenda
Para Pejabat yang dipilih dan
diangkat menempatkan masalah
pada agenda publik. Banyak
masalah tidak disentuh sama
sekali, sementara lainnya ditunda
untuk waktu yang lama.
Legislator negara dan kosponsornya
menyiapkan rancangan undang-
undang mengirimkan ke Komisi
Kesehatan dan Kesejahteraan untuk
dipelajari dan disetujui. Rancangan
berhenti dikomite dan tidak dipilih
Formulasi
Kebijakan
Para pejabat merumuskan
alternatif kebijakan untuk
mengatasi masalah. Alternatif
kebijakan melihat perlunya
membuat perintah eksekutif,
keputusan peradilan, dan tindakan
legislatif.
Peradilan negara bagian
mempertimbangkan pelarangan
penggunaan tes kemampuan standar
seperti SAT dengan alasan bahwa
tes tersebut cenderung bias terhadap
perempuan dan minoritas.
Adopsi
Kebijakan
Alternatif kebijakan yang diadopsi
dengan dukungan dari mayoritas
legislative, konsesus di antara
direktur lembaga, atau keputusan
peradilan.
Dalam keputusan mahkamah agung
pada kasus Roe .v. Wade tercapai
keputusam mayoritas bahwa wanita
mempunyai hak untuk mengakhiri
kehamilan melalui aborsi
Implementasi
Kebijakan
Kebijakan yang telah diambil
dilaksanakan oleh unit-unit
administrasi yang memobilisasi
sumberdaya finansial dan
manusia.
Bagian Keuangan Kota mengangkat
pegawai untuk mendukung
peraturan baru tentang penarikan
pajak kepada rumah sakit yang
tidak lagi memiliki status
pengecualian pajak.
Penilaian
Kebijakan
Unit-unit pemeriksaan dan
akutansi dalam pemerintahan
menentukan apakah badan-badan
eksekutif, legislatif dan yudikatif
memenuhi persyaratan undang-
undang dalam pembuatan
kebijakan dan pencapaian tujuan.
Kantor akutansi publik memantau
program-program kesejahteraan
sosial seperti bantuan untuk
keluarga dengan anak tanggungan
(AFDC) untuk menentukan luasnya
penyimpangan/korupsi.
24
2.1.2 Pengertian Evaluasi Kebijakan Publik
Evaluasi biasanya ditujukan untuk menilai sejauh mana keefektivan
kebijakan publik guna dipertanggungjawabkan kepada konstituennya. Sejauh
mana tujuan dicapai serta untuk melihat sejauhmana kesenjangan antara harapan
dengan kenyataan. Menurut Anderson dalam Winarno ( 2013:229), secara umum
evaluasi kebijakan dapat dikatakan sebagai kegiatan yang menyangkut estimasi
atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak
pelaksanaan kebijakan tersebut.
Menurut Lester dan Stewart (Winarno, 2013:229) evaluasi kebijakan dapat
dibedakan kedalam dua tugas yang berbeda, tugas pertama adalah untuk
menentukan konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan oleh suatu kebijakan
dengan cara menggambarkan dampaknya. Sedangkan tugas kedua adalah untuk
menilai keberhasilan atau kegagalan dari suatu kebijakan berdasarkan standar atau
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Evaluasi kebijakan merupakan
persoalan fakta yang berupa pengukuran serta penilaian baik terhadap tahap
implementasi kebijakannya maupun terhadap hasil (outcome) atau dampak
(impact) dari bekerjanya suatu kebijakan atau program tertentu, sehingga
menentukan langkah yang dapat diambil dimasa yang akan datang.
Dari pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa evaluasi kebijakan
publik adalah salah satu tahapan dari proses kebijakan publik. Evaluasi berarti
memberikan penilaian atas berhasil atau tidaknya suatu kebijakan pemerintah atas
pedoman-pedoman yang telah ditentukan sebelumnya. Evaluasi kebijakan tidak
selalu menjadi proses akhir tapi juga sudah mulai dilakukan selama sebuah
25
kebijakan mulai diimplementasikan. Evaluasi kebijakan publik juga akan
memberikan rekomendasi-rekomendasi mengenai kebijakan yang sedang atau
sudah diterapkan untuk selanjutnya menentukan kebijakan tersebut masih layak,
perlu ditambahkan atau dikurangi agar sesuai dengan tujuan.
Tujuan dari evaluasi kebijakan menurut Subarsono (2005: 120-121),
menjabarkan beberapa tujuan dari evaluasi kebijakan, antara lain :
1. Menentukan tingkat kinerja suatu kebijakan. Melalui evaluasi maka dapat
diketahui derajat pencapaian tujuan dan sasaran kebijakan.
2. Mengukur tingkat efisiensi suatu kebijakan. Dengan evaluasi juga dapat
diketahui berapa biaya dan manfaat dari suatu kebijakan.
3. Mengukur tingkat keluaran (outcame) suatu kebijakan. Salah satu tujuan
evaluasi adalah mengukur berapa besar dan kualitas pengeluaran atau
output dari suatu kebijakan.
4. Mengukur dampak suatu kebijakan. Pada tahap lebih lanjut evaluasi
tujannya untuk melihat dampak dari suatu kebijakan, baik dampak positif
maupun negatif.
5. Untuk mengetahui apabila terdapat penyimpangan. Evaluasi juga
bertujuan untuk mengetahui adanya penyimpangan-penyimpangan yang
mungkin terjadi, dengan cara membandingkan antara tujuan dan sasaran
dengan pencapaian target.
6. Sebagai bahan masukan (input) untuk kebijakan yang akan datang. Tujuan
akhir dari evaluasi adalah untuk memberikan masukan bagi proses
kebijakan kedepan, agar dihasilkan yang lebih baik.
2.1.3 Pengertian Evaluasi Program
Program adalah suatu rencana yang melibatkan berbagai unit yang berisi
kebijakan dan rangkaian kegiatan yang harus dilakukan dalam kurun waktu
tertentu. Program merupakan sebuah implementasi dari kebijakan yang dibuat
oleh pemerintah pusat kemudian dilakukan turunan dari kebijakan tersebut sampai
pada terbentuknya program. Hal ini sebagai bentuk kemudahan dan bentuk nyata
dalam implementasi sebuah kebijakan dan dapat diterapkan pada masyarakat serta
membantu mengatasi permasalahan yang ada pada masyarakat.
26
Beberapa definisi tentang evaluasi program yang dikemukakan oleh para
ahli sebagai berikut: Menurut Stufflebeam dan Shinkfield (2007) “a program
evaluation theory is a coherent set of conceptual , hypothetical, pragmatic, and
ethical principles forming a general framework to guide the study and practice of
program evaluation.” Evaluasi program adalah suatu kegiatan untuk memperoleh
gambaran tentang keadaan suatu obyek yang dilakukan secara terencana,
sistematik dengan arah dan tujuan yang jelas. Hal ini berarti bahwa evaluasi
program dilakukan sebagai upaya untuk mengumpulkan, menyusun, mengolah
dan menganalisis fakta, data dan informasi untuk mengumpulkan harga nilai
evaluasi yang merupakan bagian terpenting dalam setiap kegiatan ataupun
program, sehingga tidak ada satu kegiatan pun yang dapat terlaksana dengan baik
tanpa evaluasi.
Menurut Nanang, evaluasi program adalah pembuatan pertimbangan
menurut perangkat kriteria yang disepakati dan dapat dipertanggungjawabkan.
Menurut Rutman, evaluasi program adalah penerapan metode-metode ilmiah
untuk mengukur implementasi dari hasil program untuk mengambil keputusan.
Sedangkan Brinkerhoff menyatakan bahwa evaluasi program adalah :
1. Proses menentukan sejauh mana tujuan dan sasaran program telah
terealisasi.
2. Memberikan informasi untuk pengambilan keputusan.
3. Perbandingan kinerja dengan patokan-patokan tertentu untuk menentukan
apakah terdapat kesenjangan.
4. Penilaian tentang harga dan kualitas.
5. Ukuran, pilih yang dikembangkan, dengan itu masing-masing tujuan
ditentukan.
6. Investigasi sistematis mengenai nilai atau kualitas suatu objek.
27
2.1.4 Model Evaluasi Kebijakan Publik
2.1.4.1 Model Evaluasi William Dunn
Mengevaluasi dampak suatu program atau kebijakan publik diperlukan
adanya suatu kriteria untuk mengukur keberhasilan program atau kebijakan publik
tersebut. Mengenai kinerja kebijakan dalam menghasilkan informasi terdapat
kriteria evaluasi dampak kebijakan publik yaitu sebagai berikut :
1. Efektivitas
Efektivitas (effectiveness) yang mengukur apakah suatu alternatif sasaran
yang dicapai dengan suatu alternatif kebijakan dapat menghasilkan tujuan
akhir (outcomes=effect) yang diinginkan. Jadi, suatu strategi kebijakan
dipilih karena dilihat dari kapasitasnya memenuhi tujuan dalam rangka
memecahkan suatu permasalahan masyarakat.
Berdasarkan paparan diatas, bahwa efektifitas berarti menunjukan bahwa
semakin realisitis sebuah kebijakan atau program maka semakin besar pula
efektivitasnya. Seperti yang dikatakan di atas, apabila setelah adanya program
atau kebijakan publik ini ternyata tidak dapat menyelesaikan permasalahan
yang ada di tengah masyarakat, maka dapat dikatakan bahwa program atau
kebijakan tersebut gagal. Ada kebijakan publik yang dapat mencapai tujuan
namun belum dapat membantu menyelesaikan permasalahan yang ada, karena
ada kalanya sebuah kebijakan publik hasilnya tidak langsung efektif dalam
jangka pendek akan tetapi setelah melalui beberapa proses lainnya.
Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan, semakin
besar kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka
semakin efektif organisasi, program atau kebijakan. Ditinjau dari pengertian
efektivitas usaha, maka data diartikan bahwa efektivitas adalah sejauhmana
28
dapat mencapai tujuan pada waktu yang tepat dalam pelaksanaan tugas pokok,
kualitas produk yang dihasilkan dan perkembangan. Dapat disimpulkan
efektifitas berarti suatu standar terpenuhinya sasaran dan tujuan yang akan
dicapai serta kemampuan organisai, program atau kebijakan dalam
melaksanakan fungsi-fungsinya secara optimal.
2. Efisiensi
Pengertian ini bersamaan dengan berpikir ekonomi (economic rasionality)
yang mengukur besarnya pengorbanan atau ongkos yang harus dikeluarkan
untuk pencapaian tujuan atau efektivitas tertentu. Efisiensi sering dipakai
dalam ukuran-ukuran keuangan. Misalnya dalam mengukur biaya per unit,
seperti besarnya biaya per meter persegi sebuah bangunan dan besarnya biaya
per kubik air dari suatu irigasi. Oleh karena itu, kriteria efisiensi dianggap
sebagai kriteria keuangan.
Diantara kedua kriteria ini, yaitu efektivitas dan efisiensi selain terdapat
perbedaan dalam ukuran tujuan dan biaya, terdapat pula perbedaan orientasi.
Efisiensi lebih berorientasi kuantitatif, sedangkan efektivitas berorentasi pada
kualitatif.
Kriteria efisien berarti bagaimana suatu organisasi dapat mencapai tujuan
yang diharapkan dengan biaya dan waktu yang minim. Dan apabila
pelaksanaan dari sebuah program memakan biaya terlampau besar, maka
kebijakan telah melakukan pemborosan dan perlu dikaji ulang untuk
kelayakan kebijakan tersebut.
29
3. Kecukupan
Kecukupan berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektivitas
memuaskan kebutuhan, nilai atau kesempatan yang menumbuhkan adanya
masalah. Hal ini diukur di sini apakah suatu kebijakan dapat mecapai hasil
yang diharapkan dengan sumber daya yang ada. Kriteria cukup ini berkaitan
dengan variasi antara sumber daya dan tujuan yang ingin dicapai sebagai
berikut :
1. Pencapaian sasaran tertentu dengan biaya tertentu.
2. Pencapaian salah satu diantara banyak sasaran dengan biaya tetap.
3. Pencapaian tujuan tertentu dengan biaya yang dapat berubah.
4. Pencapaian salah satu diantara banyak sasaran dengan biaya yang
dapat berubah.
4. Kemerataan
Kriteria ini mengukur suatu strategi kebijakan dalam hubungannya dengan
penyebaran atau pembagian hasil dan ongkos atau pengorbanan diantara pihak
dalam masyarakat. Kriteria ini juga erat berhubungan dengan rasionalitas legal
dan sosial serta menunjuk pada distribusi akibat dan usaha antara kelompok-
kelompok yang berbeda dalam masyarakat. Kebijakan yang berorientasi pada
perataan adalah kebijakan yang akibatnya atau usaha secara adil
didistribusikan. Suatu program tertentu mungkin dapat efektif, efisien dan
mencukupi apabila biaya dan manfaat merata.
Berdasarkan pendapat di atas, kemerataan berarti kebijakan yang
dikeluarkan pemerintah haruslah dapat dirasakan bagi seluruh warga negara
30
tanpa membedakan antara golongan atau ras. Sehingga dengan adanya
kebijakan publik akan terciptanya keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia dan
tidak ada diskriminasi serta terbentuknya kaum elit dan proletar. Dengan
pemerataan kebijakan pula akan terbentuk masyarakat yang lebih maju.
5. Responsivitas
Ini dimakasudkan bahwa strategi kebijakan tersebut dapat memenuhi
kebutuhan suatu golongan atau suatu masalah tertentu pada masyarakat.
Responsivitas dalam kebijakan publik dapat diartikan sebagai respon dari
suatu aktivitas. Yang berarti tanggapan sasaran kebijakan publik atas
penerapan suatu kebijakan. Responsivitas berkenaan dengan seberapa jauh
kebijakan dapat memuaskan kebutuhan, prefensi, atau nilai kelompok-
kelompok masyarakat tertentu. Keberhasilan kebijakan dapat dilihat melalui
tanggapan masyarakat yang menanggapi pelaksanan setelah terlebih dahulu
memprediksi pengaruh yang akan terjadi jika kebijakan akan dilaksanakan,
juga tanggapan masyarakat setelah dampak kebijakan sudah mulai dapat
dirasakan dalam bentuk dukungan/berupa penolakan.
Responsivitas menjadi kriteria yang sangat penting, dalam sebuah
kebijakan publik, di mana yang menjadi sasaran adalah publik dalam hal ini
masyarakat, maka suatu kebijakan akan berhasil apabila mendapat tanggapan
dari masyarakat. Masyarakat sebagai subjek dari kebijakan diharapkan dapat
ikut serta menjalankan.
31
Regulasi
Sumber Daya Aparatur
Kelembagaan Sarana,
Prasarana dan Teknologi
Finansial
6. Ketepatgunaan
Pengertian tepat di sini sangat luas, karena ukuran ini merupakan ukuran
kombinasi dari kriteria-kriteria terdahulu. Dari pendapat di atas maka kriteria
ini dimaksud adalah sebuah penilaian terhadap pelaksanaan program atau
kebijakan oleh organisasi atau pemerintah, dengan cara mengevaluasi aspek-
aspek dampak kebijakan yang meliputi efektivitas, efisien, kecukupan,
perataan, responsivitas dan ketepatan pelaksanaan kebijakan tersebut ditinjau
dari aspek masyarakat sebagai sasaran kebijakan.
2.1.4.2 Model Evaluasi Leo Agustino
Sebuah evaluasi kebijakan menurut Leo Agustino harus meliputi lima
kriteria di atas, berikut penjelasannya :
Gambar 2.1 Model Evaluasi Kebijakan Leo Agustino (2016 :180)
Evaluasi
Kebijakan
Publik
32
1. Sumber Daya Aparatur (SDA)
Sebuah pelaksanaan kebijakan yang akan dievaluasi hasilnya akan amat
bergantung oleh Sumber Daya Aparatur yang terlibat dalam pelaksanaan
kebijakan tersebut. Dalam kata lain, ketika melakukan evaluasi kebijakan,
maka evaluator haruslah mengevaluasi pelaksana atau aparatur pertama kali.
Keberhasilan sebuah kebijakan akan berbanding lurus dengan sejauhmana
para pelaksana atau aparatur mengerti dan memahami apa yang harus mereka
kerjakan, apa yang harus mereka buat dan sebagainya. Jika pelaksana atau
aparatur tidak memahai dan mengerti tugas dan fungsinya dalam melakukan
tugas, maka dapat dipastikan sebuah kebijakan atau program tidak berjalan
dengan baik dan hasil evaluasi tidak akan berbuah positif.
2. Sarana, Prasarana dan Teknologi
Sarana, prasarana dan teknologi merupakan kriteria lain yang dapat
digunakan untuk menilai suatu evaluasi publik. Pelaksanaan kebijakan
haruslah didukung dengan sarana, prasarana dan teknologi yang baik agar
pelaksanaan kebijakan dapat tercapai dengan maksimal, dan hasil evaluasi
kebijakan akan menunjukan hasil yang positif.
3. Finansial
Finansial dekat kaitannya dengan anggaran atau biaya, dukungan dana
yang baik dapat membantu melaksanakan kebijakan. Kriteria ini dapat
menunjang pemenuhan dari kriteria lainnya yang terlebih dulu disebutkan
yaitu sumber daya aparatur, sarana, prasarana dan teknologi, serta
kelembagaan dapat terpenuhi dengan baik pula.
33
4. Regulasi (Pendukung)
Suatu kebijakan terkadang memerlukan regulasi pendukung agar dapat
dioperasionalkan lebih aplikatif, contohnya adanya Juklak (Petunjuk
Pelaksanaan) dan Juknis (Petunjuk Teknis) yang bertujuan untuk
memudahkan banyak pihak yang menjadi subjek dari suatu kebijakan untuk
mengoperasionalkan kebijakan tersebut.
2.1.4.3 Model Evaluasi CIPP
Pada penelitian ini, akan digunakan model evaluasi kebijakan CIPP yang
dikenalkan oleh Daniel Stufflebeam. Peneliti memilih untuk menggunakan model
evaluasi kebijakan CIPP karena dianggap sesuai dengan permasalahan yang
terjadi di lapangan dan diharapkan dapat menjadi pisau analisis untuk membantu
peneliti menemukan jawaban yang diharapkan.
Model evaluasi CIPP mulai berkembang pada tahun 1966 oleh Daniel
Stufflebeam. Menurut Daniel, evaluasi merupakan proses melukiskan
(delineating), memperoleh dan menyediakan informasi yang berguna untuk
menilai aternatif-alternatif pengambilan keputusan. Melukiskan berarti
menspesifikasikan, mendefinisikan dan menjelaskan serta memfokuskan
informasi yang diperlukan oleh para pengambil keputusan. Memperoleh berarti
memakai pengukuran dan statistik untuk mengumpulkan, mengorganissasi dan
menganalisis informasi. Menyediakan artinya mensistesiskan informasi sehingga
akan melayani dengan baik kebutuhan evaluasi para pemangku kepentingan.
34
Daniel menyatakan model evaluasi CIPP merupakan kerangka
komprehensif untuk mengarahkan pelaksana evaluasi formatif dan evaluasi
sumatif terhadap objek program, proyek, personalia, produk, institusi dan sistem.
Model evaluasi ini dikonfigurasi untuk dipakai oleh evaluator internal yang
dilakukan oleh organisasi evaluator, evaluasi diri yang dilakukan oleh penyedia
layanan individual yang dikontrak atau evaluator eksternal. Model evaluasi ini
dipakai secara meluas di seluruh dunia dan dipakai untuk mengevaluasi berbagai
disiplin dan layanan misalnya pendidikan, perumahan, pengembangan
masyarakat, transportasi dan sistem evaluasi personalia militer (Stufflebeam,
2003).
Model evaluasi CIPP ini terdiri dari empat jenis evaluasi yaitu evalusi
konteks (context evaluation), evaluasi masukan (Input Evaluation), evaluasi
proses (process evaluation) dan evaluasi produk (product Evaluation). Model
Evaluasi ini bersifat linear. Artinya evaluasi ini harus dilaksanakan secara
bertahap dimulai dari evaluasi konteks-evaluasi input-evaluasi proses-evaluasi
produk, dalam model evaluasi ini juga dikenal evaluasi formatif dan evaluasi
sumatif.
Dalam evaluasi formatif CIPP berusaha mencari jawaban atas pertanyaan:
Apa yang harus dilakukan? Bagaimana melakukannya? Apakah hal tersebut
sedang dilakukan? Apakah berhasil? Evaluator sub unit memberikan informasi
mengenai temuan kepada para pemangku kepentingan, membantu mengarahkan
pengambilan keputusan dan memperkuat kerja staff. Saat evaluasi formatif
35
dilaksanakan dapat dilakukan penyesuaian dan pengembangan jika yang
direncanakan tidak dapat dilaksanakan dengan baik.
Menurut Daniel, evaluasi dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu ;
1. Evaluasi Konteks
Menurut Daniel, evaluasi konteks untuk menjawab pertanyaan “apa yang
perlu dilakukan?” (what needs to be done). Evaluasi ini mengidentifikasi
dan menilai kebutuhan-kebutuhan yang mendasari disusunnya program.
2. Evaluasi Masukan
Evaluasi masukan untuk mencari jawaban atas pertanyaan “apa yang harus
dilakukan?” (what should be done). Evaluasi ini mengidentifikasi dan
menilai problem, aset dan peluang untuk membantu para pengambil
keputusan mendefinisikan tujuan, prioritas-prioritas dan membantu
kelompok-kelompok lebih luas pemakai untuk menilai tujuan, prioritas dan
manfaat-manfaat dari program, menilai pendekatan alternatif, rencana
tindakan, rencana staf dan anggaran untuk feasibilitas dan potensi cost
effectiveness untuk memenuhi kebutuhan dan tujuan yang ditargetkan. Para
pengambil keputusan memakai evaluasi masukan dalam memilih diantara
rencana-rencana yang ada, menyusun proposal pendanaan, alokasi sumber-
sumber, menempatkan staf, menjadwalkan pekerjaan, menilai rencana-
rencana aktivitas dan penganggaran.
3. Evaluasi proses
Evaluasi proses berupaya mencari jawaban atas pertanyaan, apakah
program sedang dilaksanakan? Evaluasi ini berupaya mengakses
36
pelaksanaan dari rencana untuk membantu staf program melaksanakan
aktivitas dan kemudian membantu kelompok pemakai yang lebih luas
menilai program dan menginterpretasikan manfaat.
4. Evaluasi Produk
Evaluasi produk diarahkan untuk mencari jawaban atas pertanyan, Did it
succed? Evaluasi ini berupaya mengidentifikasi dan mengakses keluaran
dan manfaat, baik yang direncanakan atau tidak direncanakan, baik jangka
pendek maupun panjang. Keduanya untuk membantu staf menjaga upaya
memfokuskan pada pencapaian manfaat yang penting dan akhirnya untuk
membantu kelompok-kelompok pemakai lebih luas mengukur kesuksesan
upaya dalam mencapai kebutuhan-kebutuhan yang ditargetkan.
2.1.5 Pengertian Wilayah dan Masyarakat Pesisir
Dalam penelitian yang dilakukan merupakan penilain sebuah program
mengenai pembangunan masyarakat pantai, dimana lebih akrab dengan sebutan
daerah atau wilayah dan masyarakat pesisir. Untuk itu baiknya, peneliti
menginginkan keseragaman pemikiran serta pemahaman mengenai wilayah dan
masyarakat pesisir. Dan dalam subbab ini, peneliti akan menajikan data mengenai
hal-hal yang berkaitan dengan wilayah dan masyarakat pesisir.
2.1.5.1 Wilayah Pesisir
Dalam konsep wilayah kepesisiran dikenal beberapa istilah yang terkait
dengan zonasi kepesisiran. Zonasi kepesisiran menurut Ketchum (1973) dalam
37
Sunarto (2004) adalah suatu wilayah daratan yang kering serta wilayah daratan
yang berair dan tenggelam di sekitarnya, yang pada wilayah tersebut terdapat
proses-proses daratan dan penggunaan lahan yang memengaruhi proses-proses
lautan dan penggunaan lahan juga dan sebaliknya. Zona kepesisiran adalah zona
peralihan antara daratan dan laut atau lautan, kearah darat masih terpengaruh oleh
aktivitas laut atau lautan dan ke arah laut atau lautan masih terpengaruh oleh
aktivitas darat. Pembagian zona kepesisiran dapat dilihat pada gambar:
Gambar 2.2 Diagram Pembagian Zona/Wilayah Kepesisiran
Menurut Soegiarto (1976) dalam Dahuri (2001: 8) definisi wilayah pesisir
yang digunakan Indonesia adalah daerah pertemuan antara darat dan laut; kearah
darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air,
yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan
perembesan air asin; sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut
yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti
sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia
Wilayah Kepesisiran (coastal region)
Zona Pecah Gelombang
(breaker zone)
Pantai (shore) atau gisik
(beach)
Pesisir (coast)
Dataran alluvial kepesisirann
(coastal alluvial plain)
38
di darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran. Sedangkan menurut
kesepakatan internasional terakhir, wilayah pesisir mencakup daerah ke arah darat
yang masih terkena pengaruh percikan air laut atau pasang surut, dan ke arah laut
meliputi daerah paparan benua (continental shelf) (Beatley 1994) dalam Dahuri
(2001). Dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 10 Tahun 2002
tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu
mendefinisikan wilayah pesisir merupakan daerah peralihan antara ekosistem
darat dan laut yang saling berinteraksi dimana ke arah laut 12 mil dari garis pantai
untuk provinsi dan sepertiga dari wilayah laut itu (kewenangan provinsi) untuk
kabupaten/kota dan ke arah darat batas administrasi kabupaten/kota.
Jadi, wilayah pesisir merupakan wilayah pertemuan antara daratan dan
lautan yang dapat memanjang ke arah darat dan ke arah laut dengan luas yang
beragam, tergantung pada keadaan topografi, tujuan dan kebutuhan serta program
khusus dimana terdapat ekosistem yang saling berhubungan dan saling
berinteraksi antara daratan, air dan udara. Dari pengertian di atas, dapat dikatakan
pula wilayah pesisir merupakan suatu wilayah yang memiliki ekosistem yang
dinamis dan mempunyai kekayaan habitat yang beragam, di darat maupun di laut.
Selain potensi yang besar, wilayah pesisir juga merupakan ekosistem yang paling
mudah terkena dampak kegiatan manusia.
2.1.5.2 Masyarakat Pesisir
Masyarakat pesisir merupakan komunitas yang mendiami wilayah pesisir,
yang pada umumnya masyarakat pesisir adalah nelayan dengan aktivitasnya yang
erat dengan aspek kelautan. Sifat dan karakteristik masyarakat pesisir ditentukan
39
oleh interaksi faktor-faktor sosial, ekonomi, dan lingkungan (Nugraha dan
Rochmin, 2004: 251).
Aminah (2007: 15) memberikan tipikal ekologi atau geografis, ekonomi,
dan sosial masyarakat pesisir sebagai berikut:
a. Secara ekologi masyarakat pesisir dihadapkan pada zona yang luas dengan
luasan area yang dikelola relatif sempit; aspek laut yang menyebabkan
produktivitas yang tinggi dalam suatu hari kegiatan pelayaran.
b. Secara sosial masyarakat pesisir memiliki akses yang amat terbatas akan
pelayaran sosial seperti layanan kesehatan dan pendidikan, adanya
intervensi orang luar untuk membentuk organisasi (self-help) yang
memberdayakan masyarakat, keeratan hubungan dalam masyarakat yang
cukup tinggi, dan ketidakbergantungan kepada hukum posistif.
c. Secara ekonomi, pendapatan masyarakat pesisir umumnya di bawah
standar nasional, kesenjangan pendapatan karena perbedaan sumber daya,
tipe armada dan alat tangkap.
Menurut Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, wilayah pesisir memiliki masyarakat
dengan karakteristik tersendiri, ada tiga karakteristik yang membedakan dari
wilayah lain yakni sebagai berikut:
1. Masyarakat Adat adalah kelompok masyarakat yang turun-menurun
bermukim di wilayah geografis tertentu karena adanya ikatan pada asal-usul
leluhur, adanya hubungan yang kuat dengan sumber daya pesisir dan pulau-
40
pulau kecil, serta adanya sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi,
politik, sosial, dan hukum.
2. Masyarakat Lokal adalah kelompok masyarakat yang menjelaskan tata
kehidupan sehari-hari berdasarkan kebiasaan yang sudah diterima sebagai
nilai-nilai yang berlaku umum tetapi tidak sepenuhnya bergantung pada
sumber daya pesisir dan pualu-pulau kecil tertentu.
3. Masyarakat Tradisional adalah masyarakat perikanan tradisional yang masih
diakui hak tradisionalnya dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan atau
kegiatan lainnya yang sah di daerah tertentu yng berada dalam perairan
kepulauan sesuai dengan kaidah hukum laut tradisional.
Sedangkan menurut Purba (2005: 35), menyatakan bahwa masyarakat
yang berdiam diri di pesisir setidaknya dapat dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan
hubungan, adaptasi dan pemahaman terhadap daerah pesisir dengan segala kondisi
geografisnya, tiga kategori masyarakat tersebut, yaitu:
1. Masyarakat Perairan, yaitu masyarakat yang hidup dari sumber daya perairan
(laut, sungai atau pantai), cenderung terasing dari kontak-kontak dengan
masyarakat-masyarakat lain, lebih banyak berada di lingkungan perairan dari
pada di daratan dan selalu berpindah-pindah tempat di suatu wilayah perairan
tertentu. Kehidupan sosialnya cenderung egaliter dan hidup dalam kelompok
kelompok kekerabatan setingkat klien kecil. Hanya sedikit masyarakat asli
setempat yang benar-benar menggantungkan kehidupan ekonominya dari
sumber daya perairan.
41
2. Masyarakat Nelayan, yaitu masyarakat yang paling banyak memanfaatkan
hasil laut dan potensi lingkungan perairan dan pesisir untuk kelangsungan
hidupnya. Masyarakat nelayan umumnya telah bermukim secara tetap di
daerah-daerah yang mudah mengalami kontak-kontak dengan masyarakat-
masyarakat lain. Sistem ekonominya telah masuk ke dalam sistem
perdagangan, karena hasil laut yang mereka peroleh tidak dikonsumsi sendiri,
tetapi didistribusikan dengan imbal ekonomis kepada pihak-pihak lain.
Masyarakat nelayan lebih banyak menghabiskan kehidupan sosial budayanya
di daratan walaupun hidup mereka bergantung pada sumber daya perairan.
3. Masyarakat Pesisir Tradisional, yaitu masyarakat-masyarakat pesisir yang
berdiam di dekat periran laut, akan tetapi sedikit sekali menggantungkan
kelangsungan hidup dari sumber daya laut. Mereka lebih banyak bergantung
dari pemanfaatan sumber daya daratan, baik sebagai pemburu dan peramu
ataupun sebagai petani tanaman pangan ataupun jasa. Dalam kehidupan
sehari-hari mereka lebih menguasai pengetahuan mengenai lingkungan darat
daripada perairan, lebih mengembangkan kearifan lingkungan darat dari pada
laut. Sehingga masyarakat pesisir tradisional tidak dapat disamakan dengan
masyarakat nelayan ataupun masyarakat perairan yang memiliki
ketergantungan hidup sangat besar kepada sumber daya perairan.
2.1.6 Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai (Gerbang
Mapan) Kabupaten Tangerang
Gerbang Mapan merupakan program unggulan daerah Kabupaten
Tangerang yang didesain agar dapat memberikan percepatan bagi pembangunan
42
masyarakat pantai berbasis pada 3 (tiga) pilar pembangunan, yaitu percepatan
pembangunan ekonomi, yang didukung dengan percepatan pembangunan
infrastruktur, dan penguatan pemberdayaan masyarakat. Tiga pilar ini adalah
penjabaran dari visi dan misi Kabupaten Tangerang sebagai rujukan utama
program ini.
Adapun visi Kabupaten Tangerang adalah :
“Menuju Masyarakat Kabupaten Tangerang yang Beriman, Sejahtera, Berorientasi
Industri dan Berwawasan Lingkungan.”
Berdasarkan hasil iteratif hasil FGD di masing-masing kecamatan, site
visit, dan dokumen-dokumen yang tersedia, maka passion gerakan pembangunan
masyarakat pantai (Gerbang Mapan) disusun berdasarkan beberapa bangunan
dasar, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Berkelanjutan
b. Mandiri
c. Bersih
d. Tertata
e. Sejahtera
f. Wisata
g. Ekonomi kerakyatan
h. Pemerataan
i. Integral/terintegrasi
j. Aman
k. Sumberdaya manusia yang berkualitas
Kesebelas bangunan visi tersebut kemudian diagregasi kembali menjadi 3 (tiga)
komponen utama visi, yaitu sejahtera, mandiri dan berwawasan lingkungan.
Masyarakat desa pantai di Kabupaten Tangerang sangat berharap mendapatkan
kesejahteraan dan kemandirian secara berkelanjutan dari adanya program Gerbang
Mapan ini. Kesejahteraan dan kemandirian yang berkelanjutan ini diantaranya:
43
a. Sejahtera, mandiri dan berkelanjutan secara ekologis, dimana sumberdaya
alam dan lingkungan dapat memberikan manfaat barang dan jasa secara
terus menerus.
b. Sejahtera, mandiri dan berkelanjutan secara sosial, dimana masyarakat dapat
hidup secara layak dan berkecukupan, dan
c. Sejahtera, mandiri dan berkelanjutan secara ekonomi, dimana masyarakat
mendapatkan jaminan akan sumber pendapatan bagi kelangsungan
hidupnya.
Dengan visi tersebut diharapkan masyarakat pantai dapat merasa sejahtera
secara ekologis, ekonomis dan sosial serta memiliki kemandirian dalam
menentukan arah dan keberhasilan pembangunan daerah dan kemakmurannya, di
samping tetap mengedepankan prinsip penyeimbangan pembangunan ekonomi
dan pelestarian sumberdaya pesisir dan laut Kabupaten Tangerang.
Misi merupakan sebuah upaya yang hendak dicapai sebagai tangga
perwujudan harapan visi yang telah ditetapkan. Secara umum, dengan melihat
bangunan dasar yang telah dirumuskan di atas, maka misi gerakan pembangunan
masyarakat pantai juga mengikuti misi Kabupaten Tangerang yaitu :
1. Meningkatkan kualitas kehidupan beragama dan pengamalannya dalam
kehidupan bermasyarakat.
2. Membangun sumberdaya manusia melalui peningkatan mutu pendidikan
diseluruh jenjang secara bertahap serta peningkatan derajat kesehatan yang
menjangkau seluruh lapisan masyarakat serta peningkatan kesejahteraan
sosial.
3. Meningkatkan pemerataan dan pertumbuhan ekonomi melalui fasilitas
pengembangan usaha di bidang industri, agribisnis, agro industri, dan jasa,
serta memberikan akses lebih besar pengembangan koperasi, usaha kecil
dan menengah, dan sektorr informal.
4. Mewujudkan keserasian dan keseimbangan pembangunan yang
berwawasan lingkungan melalui sistem perencanaan dan pengendalian tata
ruang yang terstruktur.
5. Menciptakan tata kepemerintahan yang bersih, transparan, dan
bertanggungjawab (Good Governance).
6. Meningkatkan pembangunan infrastruktur bagi percepatan aspek-aspek
pembangunan.
44
7. Memenuhi hak-hak politik dan sosial warga untuk melakukan partisipasi
kritis dalam proses pembangunan.
8. Memberdayakan perempuan dan kesetaraan gender dalam pembangunan.
2.1.6.1 Tujuan
Tujuan merupakan gambaran harapan dan kebutuhan yang ingin dicapai
agar dapat mewujudkan visi dan misi gerakan pembangunan masyarakat pantai:
1. Memberikan keleluasaan gerak pembangunan serta meningkatkan
keterbukaan aksesibilitas dan konektivitas antar kawasan
2. Menambah ketersediaan infrastruktur dasar yang layak, memadai dan
proporsional sesuai dengan standar pelayanan minimum dan proporsi
kependudukannya.
3. Menyediakan produk-produk unggulan prioritas masing-masing kawasan
yang didesain menjadi motor penggerak perekonomiannya.
4. Memberikan alternatif inovasi dan ekonomi kreatif yang potensial untuk
menjadi lokomotif ekonomi baru bagi upaya pembangunan masyarakat
pantai.
5. Melaksanakan program-program pemberdayaan masyarakat pantai dalam
upaya mengelola keberlanjutan sumberdaya alam dan lingkungan pesisir
dan laut.
6. Melaksanakan program-program pemberdayaan masyarakat pantai melalui
berbagai upaya pengembangan kapasitas dan kapabilitas SDM.
7. Melakukan harmonisasi kebutuhan ruang pembangunan dan penyediaan
ruang wilayah berbasis pada kemampuan daya dukung dan daya tampung
serta dinamika wilayah pesisir dan laut.
8. Meningkatkan tata kelola desa dalam implementasi pengelolaan pesisir
terpadu.
2.1.6.2 Target dan Sasaran
Target dan sasaran adalah tolok ukur yang ingin dicapai dari
dicanangkannya gerakan pembangunan masyarakat pantai. Target dan sasaran
gerakan pembangunan masyarakat pantai diantaranya adalah:
a. Mudahnya aksesibilitas dan meningkatnya konektivitas antar kawasan dan
antar desa di wilayah kecamatan pesisir Kabupaten Tangerang.
45
b. Tersedia sarana dan prasarana penunjang kegiatan ekonomi masyarakat,
seperti pasar tradisional higienis setiap desa, BUMDes, dan lembaga
keuangan mikro pada setiap kecamatan pesisir.
c. Tersedianya fasilitas kesehatan di masing-masing kecamatan pesisir.
d. Tersedianya fasilitas pendidikan menengah pertama dan menengah atas
pada setiap kecamatan pesisir.
e. Meningkatnya kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana peribadatan .
f. Terbangunnya fasilitas sanitasi dan kesehatan lingkungan.
g. Tersedia fasilitas dan distribusi air bersih layak minum ke setiap desa
pesisir yang ada di wilayah Kabupaten Tangerang.
h. Tersedianya fasilitas pemakaman umum yang layak dan memadai di
masing-masing desa pesisir di Kabupaten Tangerang.
i. Layak huninya pemukiman seluruh komponen masyarakat pantai di
Kabupaten Tangerang.
j. Berkembangnya produk-produk unggulan prioritas masing-masing
kawasan .
k. Adanya bentuk-bentuk alternatif inovasi dan ekonomi kreatif yang
berkembang di setiap kawasan.
l. Terselenggaranya program pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan
pesisir dan laut dan menjadi program unggulan desanya.
m. Terselenggaranya program pengembangan kapasitas dan kapabilitas SDM
dan menjadi program unggulan desanya.
46
n. Tersedianya cadangan ruang yang memadai untuk mengakomodasi
dinamika pembangunan infrastruktur dan ekonomi masyarakat pantai.
o. Tertata dan terkelonya wilayah pesisir dan laut secara terpadu.
2.1.6.3 Indikator
Indikator adalah tolok ukur keberhasilan proses perencanaan dan
implementasi gerakan pembangunan masyarakat pantai. Indikator gerakan
pembangunan masyarakat pantai diantaranya adalah:
1. Dalam lima tahun aksesibilitas dan konektivitas antar kawasan dan antar
desa di wilayah kecamatan pesisir Kabupaten Tangerang dapat
diakselerasi minimal 50 persen.
2. Dalam lima tahun ke depan tersedia sarana dan prasarana penunjang
kegiatan ekonomi masyarakat, yaitu pasar tradisional higienis setiap desa,
BUMDes, dan 1 lembaga keuangan mikro per kecamatan pesisir.
3. Fasilitas kesehatan dalam lima tahun ke depan diharapkan dapat tersedia
sebanyak 1 rumah sakit daerah yang merupakan representasi pelayanan
untuk 4 kecamatan pesisir (wilayah barat dan wilayah timur) dan setiap
desa memiliki 1 puskesmas/puskesmas pembantu sesuai dengan proporsi
penduduknya.
4. Fasiitas pendidikan tersedia dalam lima tahun ke depan 1 SLTP untuk
setiap 2 desa yang terkoneksi dan 1 SLTA untuk setiap kecamatan pesisir
Kabupaten Tangerang.
5. Kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana peribadatan dapat
ditingkatkan, sehingga layak dan nyaman serta dapat menjadi sarana bagi
pendidikan non formal keagamaan.
6. Fasilitas sanitasi dan kesehatan lingkungan, seperti SPAL dan drainase
kawasan dalam lima tahun ke depan diharapkan dapat terbangun untuk
mengatasi persoalan sanitasi lingkungan dan minimal mengurangi dampak
bencana banjir. Setiap 10 rumah (dasa wisma) harus dapat mengakses
MCK dan saluran antar desa dapat mengalir dengan baik dan lancer.
7. Fasilitas air bersih berupa distribusi air layak minum dalam lima tahun ke
depan harus dapat dinikmati oleh setiap desa pesisir yang ada di wilayah
Kabupaten Tangerang.
8. Fasilitas pemakaman umum yang layak dan memadai tersedia minimal 1
hektar pada masing-masing desa pesisir di Kabupaten Tangerang.
9. Minimal 75 persen masyarakat pesisir Kabupaten Tangerang dalam lima
tahun ke depan memiliki pemukiman layak huni.
47
10. Produk-produk unggulan prioritas masing-masing kawasan dapat
berkembang dengan baik, masing-masing desa minimal mempunyai 1
produk unggulan yang menjadi penciri wilayah desanya.
11. Masing-masing desa minimal memiliki 5 bentuk alternatif inovasi dan
ekonomi kreatif yang berfungsi sebagai salah satu motor penggerak
ekonomi wilayah pesisir Kabupaten Tangerang.
12. Setiap desa mempunyai minimal 1 profil program pengelolaan
sumberdaya alam dan lingkungan pesisir dan laut yang terukur dan terpadu
serta menjadi salah satu program unggulan desanya.
13. Setiap desa mempunyai program pengembangan kapasitas dan kapabilitas
SDM yang dilakukan secara rutin, terpadu dan berkelanjutan dan menjadi
program unggulan desanya.
2.2 Penelitian Terdahulu
Pada penelitian ini, peneliti memaparkan beberapa penelitian sebelumnya
yang dianggap relevan dengan fokus dan permasalahan yang akan diteliti
mengenai Evaluasi Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai (Gerbang
Mapan) di Kabupaten Tangerang. Penelitian sebelumnya juga dapat membantu
peneliti untuk dijadikan sebagai sumbangsih pemikiran, agar penelitian yang
dilakukan tepat sasaran dan sesuai dengan kaidah penelitian.
Penelitian terdahulu yang pertama adalah penelitian dari Sutiawan dalam
skripsinya pada tahun 2017 dengan judul Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai di Kecamatan Kemiri
Kabupaten Tangerang pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pemberdayaan masyarakat
pantai dalam Program Gerbang Mapan di Kecamatan Kemiri Kabupaten
Tangerang. Penelitian ini menggunakan teori tahapan pemberdayaan menurut
Wrihartnolo dan Nugroho (2007) yaitu penyadaran, pengkapitasan dan pendayaan
48
dengan metode penelitian kualitatif deskriptif. Hasil penelitiannya adalah dalam
pemberdayaan masyarakat melalui program ini masih menemukan hambatan-
hambatan. Hambatan yang pertama adalah sulitnya untuk mengubah pola pikir
dan kebiasaan yang telah mengakar dan telah diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari oleh masyarakat. Masyarakat adalah elemen yang berpengaruh dalam
program ini. Hambatan yang kedua ditemukan dalam pelaksanaan pelatihan dan
sosialisasi program, masyarakat masih sulit untuk menangkap maksud dan tujuan
dari program sehingga butuh waktu yang lebih lama untuk memberikan
pemahaman kepada masyarakat. Yang lebih buruk adalah hal itu dapat
menyebabkan hilangnya semangat dan motivasi dari masyarakat untuk tetap
mengikuti program tersebut. Sehingga tetap dibutuhkan pendampingan pada
program ini. Masalah selanjutnya adalah kesulitan dalam permodalan dan
pemasaran produk karena masyarakat masih terus bergantung pada Dinas terkait.
Persamaan dari penelitan terdahulu ini dengan yang sedang dilakukan adalah
mengunakan metode yang sama yaitu metode kualitatif dan meneliti program
yang sama, yang membedakan adalah fokus yang diteliti. Pada penelitian
sebelumnya meneliti mengenai pemberdayaan masyarakat dalam program ini,
sedangkan penelitian yang sedang dilakukan berfokus pada evaluasi kebijakan
dimana menilai keberhasilan dari kebijakan tersebut.
Penelitian yang kedua yaitu oleh Asti Apriliyanti Putri dalam skripsinya pada
tahun 2018 dengan judul Pengelolaan Wilayah Pesisir di Desa Muara Kecamatan
Teluknaga Kabupaten Tangerang (Studi Kasus Program Gerakan Pembangunan
masyarakat Pantai Kabupaten Tangerang Tahun 2015-2016) pada Program Studi
49
Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa. Tujuan dari dilakukan penelitian ini adalah mengetahui
pengelolaan wilayah pesisir di Desa Muara dalam Program Gerbang Mapan tahun
2015-2016. Menggunakan teori pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu dari
Dahuri (2008) dan dengan metode penelitian deskriptif pendekatan kualitatif.
Dalam penelitian ini menemukan hasil bahwa kurang terjakinnya koordinasi antar
organisasi perangkat daerah yaitu dengan Dinas Lingkungan Hidup dan
Kebersihan Kabupaten Tangerang yang menyebabkan mundurnya kegiatan.
Temuan yang kedua rendahnya kualitas sumber daya manusia di Desa Muara
dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki, sehingga tidak dapat mengelola
potensi yang ada dengan optimal dan tidak berkembang serta mengganggunya
distribus bantuan untuk pengelolaan pesisir yang baik. Ketiga miniminya
pembinaan yang berdampak pada rendahnya pengetahuan mengenai pengelolaan
wilayah pesisir dan kegiatan program, keempat tidak adanya pengawasan
berkelanjutan dan yang terakhir adalah tidak adanya sanksi dari pemerintah terkait
penambangan pasir liar yang semakin memperparah abrasi di Desa Muara.
Persamaan penelitian yang telah dilakukan dengan yang akan dilakukan terletak
pada penggunaan metode dan pendekatan penelitian yaitu kualitatif deskriptif dan
sama meneliti pada program yang sama, sedangkan perbedaannya adalah fokus
penelitian sebelumnya membahas menenai pegelolaan wilayah pesisir sedangkan
penelitian yang sedang dilakukan akan membahas mengenai evaluasi dari
pelaksanaan Program Gerbang Mapan.
50
Penelitian ketiga, yaitu oleh Andi Muhammad Ferdiansyah dalam skripsinya
di tahun 2008 yang berjudul Evaluasi Kinerja Program Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat Pesisir Di Kecamatan Tugu Semarang pada Program Studi
Administrasi Publik Universitas Diponegoro. Tujuan dilakukannya penelitian ini
adalah untuk mengetahui perkembangan Program PEMP apakah sesuai dengan
pelaksanaan program. Penelitian ini mengunakan teori analisis indicator masukan,
keluaran, hasil, manfaat dan dampak serta menggunakan metode kualitatif. Dalam
penelitian ini, ditemukan beberapa hal yang belum berjalan, dari segi input salah
satunya adalah sosialisasi dan dana yang mendukung kegiatan tersebut. Kegiatan
sosialisasi yang dilakukan belum mampu memberikan pemahaman kepada
masyarakat dan dana yang berasal dari pemerintah pun masih jauh dari harapan.
Dari segi output yaitu ketertarikan masyarakat akan program ini adalah untuk
meningkatkan hasil tankapan, dan untuk mendukung hal tersebut sudah dibentuk
lembaga keuangan mikro swamitra untuk memberikan akses kredit bagi
masyarakat, namun adanya system kredit kembali menyulitkan masyarakat karena
harus memberikan jaminan. Dari segi outcomes, penilaian masyarakat tehadap
koperasi dan unit usaha masih dianggap kurang bermanfaat dan mereka takut kan
keberlangsungan koperasi, ketakutan tersebut karena akan berurusan dengan
perbankan. Dari segi benefit berdasarkan pengamatan kurang memberi hasil
kepada masyarakat. Kelompok-kelompok yang dibentuk hanya merupakan
instrumen untuk mendapatkan modal. Kegiatan pendampingan yang seharusnya
dilakukan oleh kelembagaan yang telah dibentuk tidak optimal. Sedangkan
kebutuhan alat yang merupakan kebutuhan utama masyarakat nelayan belum bisa
51
dipenuhi oleh kedai pesisir. Sedangkan dari segi impact atau dampak adalah
penguatan kelembagaan masih dirasakan kurang berkembang. Ketidakberhasilan
ini juga disebabkan kurang aktifnya partisipasi masyarakat akibat syarat
keanggotaan yang memberatkan. Hal ini juga berdampak langsung terhadap
peningkatan pendapatan masyarakat. Persamaan dari penelitian ini adalah sama-
sama membahas mengenai evaluasi program berbasis wilayah pesisir dan
menggunakan metode yang sama. Sedangkan perbedaannya terletak pada teori
yang digunakan dan lokasi penelitiannya.
Penelitian yang terakhir dari Neliyanti dan Meyzi Heriyanto dalam jurnal
kebijakan publik yang berjudul Evaluasi Program Pemberdayaan Ekonomi
Masyarakat Pesisir, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan Program
Pemberdayaan EKonomi Masyarakat Pesisir pada Lembaga Keuangan Mikro di
Kota Dumai. Dengan menggunakan teori dari William Dunn yaitu efektivitas,
efisiensi, kecukupan, pemerataan, responsivitas dan ketepatan dengan metode
kualitatif deskriptif. Hasil penelitian adalah Pelaksanaan kegiatan Program PEMP
pada Lembaga Keuangan Mikro di Kota Dumai didapatkan hasil efektivitas,
efisiensi, kecukupan, pemerataan, responsivitas dan ketepatan, dalam pelaksanaan
kegiatan tidak terpenuhi. Efektifitas tidak terpenuhi dikarenakan tidak tercapainya
tujuan program PEMP. Masyarakat pesisir belum dapat meningkatkan pendapatan
mereka, penguatan LKM/USP melalui pengembalian pinjaman tunai DEP yang
disalurkan kepada masyarakat tidak tercapai karena rendahnya tingkat
pengembalian pinjaman tunai DEP oleh masyarakat, kurangnya penyaluran DEP
52
melalui pemberdayaan sumber daya perikanan dan kurangnya penyaluran DEP
untuk kegiatan usaha ekonomi produktif lainnya, hanya terfokus kepada pinjaman
tunai kepada nelayan. Efisiensi tidak terpenuhi dikarenakan pengelolaan DEP
belum tepat jumlah dan tepat tenaga. Masih banyaknya DEP yang tersisa tidak
tersalurkan menunjukkan kurang maksimalnya pengelolaan DEP untuk disalurkan
kepada masyarakat pesisir. Kurangnya tenaga/SDM yang mengelola DEP,
sehingga menyebabkan banyaknya tungakan pinjaman karena tidak adanya
pembinaan terhadap masyarakat. Kecukupan tidak terpenuhi karena tidak
berjalannya pembinaan dalam pengelolaan DEP. Tidak adanya pembinaan
menyebabkan banyak masyarakat yang menggunakan bantuan modal melalui
pinjaman tunai DEP untuk keperluan lain dan juga tidak adanya pembinaan
terhadap pengembangan usaha bagi masyarakat yang mendapatkan bantuan ini.
Persamaan pada penelitian ini adalah membahas fokus yang sama mengenai
evaluasi program berbasir wilayah pesisir, perbedaannya adalah teori yang
digunakan serta lokus penelitian.
53
2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian
Gambar 2.3 Kerangka Berfikir
(Sumber: Peneliti, 2018)
(Input) Identifikasi Masalah :
1. Kurangnya siapnya agen pelaksana baik di tingkat SKPD maupun
Aparatur Desa
2. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Gerbang
Mapan.
3. Ketidaksesuaian anggaran dalam pelaksanaan Program Gerbang Mapan.
4. Program Gerbang Mapan belum mencapai 25 desa pesisir yang menjadi
sasarannya.
5. Program Gerbang Mapan belum menunjukan peningkatan pada tiga
aspek utama yaitu ekonomi, infrastruktur dasar dan pemberdayaan masyarakat
Bagaimanakah Evaluasi Program Gerakan Pembangunan
Masyarakat Pantai (Gerbang Mapan) di Kabupaten Tangerang?
(Proses) Evaluasi Kebijakan Menurut Teori Daniel Stufflebeam (1966)
1. Context Evaluation
2. Input Evaluation
3. Process Evaluation
4. Product Evaluation
(Output):
Mengevaluasi dan Memberikan
Gambaran Pelaksanaan Program
Gerakan Pembangunan
Masyarakat Pantai di Kabupaten
Tangerang.
EVALUASI PROGRAM GERAKAN PEMBANGUNAN
MASYARAKAT PANTAI (GERBANG MAPAN)
DI KABUPATEN TANGERANG
(Outcome) Dapat
membantu memberikan
rekomendasi
keberlanjutan Program
Gerbang Mapan dan
menerapkan di wilayah
pesisir lainnya.
54
2.4 Asumsi Dasar Penelitian
Asumsi Dasar merupakan suatu anggapan atau dugaan yang diterima sebagai
dasar untuk dijadikan landasan berfikir karena dianggap benar. Asumsi yang
disimpulkan berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan yang menunjukan
adanya pelbagai permasalahan. Selain itu peneliti juga menarik asumsi
berdasarkan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber dengan cara studi
dokumentasi, wawancara dan observasi yang didapatkan.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya dan kerangka berfikir yang disajikan peneliti, maka peneliti
berasumsi bahwa pelaksanaan Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai
di Kabupaten Tangerang belum menunjukan kemajuan baik dari segi peningkatan
ekonomi, masyarakat yang berdaya dan infrastruktur dasar yang memadai di
wilayah pesisir serta program ini masih mengalami pelbagai kendala dalam
pelaksanaannya.
55
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian
Suatu penelitian dilakukan sebagai suatu usaha untuk menemukan,
mengembangkan, menguji kebenaran dan mencari kembali suatu pengetahuan
dengan menggunakan metode-metode ilmiah. Kegiatan penelitian
menggambarkan suatu proses sirkuler yang memiliki mekanisme bersinambung
(helix). Menggunakan metode penelitian berarti penelitian dilakukan secara
sistematis guna mencari jawaban atas suatu permasalahan melalui pengumpulan
data empiris dan diolah berdasarkan teknik tertentu guna memperoleh kesimpulan
yang benar (Djaman dan Aan 2010: 18).
Pendekatan kualitatif digunakan karena menekankan pada quality atau hal
yang terpenting dari sifat suatu barang/jasa. Hal terpenting tersebut berupa
kejadian/fenomena/gejala sosial adalah makna dibalik kejadian tersebut yang
dapat dijadikan pelajaran berharga bagi suatu pengembangan konsep teori
(Djaman dan Aan 2010: 22). Dalam penelitian kualitatif ini, peneliti mendalami
dengan memilih metode deskriptif, Menurut Nazir (1988), metode deskriptif
merupakan metode penelitian membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian,
sehingga ini berkehendak melakukan akumulasi data dasar belaka, penelitian
deskriptif mencakup metode penelitian yang lebih luas dari metode sejarah dan
eksperimental. Pendekatan ini lebih bersifat holistik, detil, dan sangat kualitatif
guna memahami kehidupan manusia yang terus berubah sejalan dengan
56
perubahan waktu. Dengan pemilihan pendekatan kualitatif deskriptif pada
penelitian Evaluasi Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai di
Kabupaten Tangerang, peneliti mengaharapkan dapat menggambarkan secara
menyeluruh dan jelas pelaksanaan Program Gerbang Mapan dan untuk
mengetahui penyebab dari permasalahan yang diteliti dengan lebih fleksibel dan
dinamis, mencoba melepaskan kekakuan, serta mengetahui apakah ada keterkaitan
antara masalah yang sedang diteliti dengan masalah kehidupan lainnya seperti
sosial, budaya, dan ekonomi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-
fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
3.2 Ruang Lingkup atau Fokus Penelitian
Fokus penelitian tentunya menjadi suatu aspek penting guna memfokuskan
serta mengadakan batasan yang jelas dalam penelitian. Batasan bukan berarti
mengkotak-kotakan obyek penelitian namun berfungsi untuk menjaga sasaran
penelitian sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian, penentuan
informan, pengumpulan data hingga analisis data dan hasil penelitian nantinya
akan tepat sasaran. Dalam penelitian ini peneliti berfokus pada Evaluasi Program
Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai (Gerbang Mapan) di Kabupaten
Tangerang. Dimana peneliti akan menilai keberhasilan atau mengevaluasi dan
memberikan gambaran dalam pelaksanaan Program Gerbang Mapan melalui
tujuan, anggaran, sumberdaya manusia dan sebagainya.
57
3.3 Lokasi Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti juga harus menentukan lokus atau
lokasi, agar dalam pengumpulan data serta penentuan informan dan pemberian
rekomendasi nantinya tepat sasaran. Dalam penelitian mengenai Evaluasi
Program Gerbang Mapan, dimana program ini diberikan untuk wilayah pesisir di
Kabupaten Tangerang. Kabupaten Tangerang sendiri memiliki wilayah pesisir
yang tersebar di delapan kecamatan dan terdiri dari dua puluh lima desa pesisir,
mulai dari Kecamatan Kosambi sampai dengan Kecamatan Mekarbaru. Selain itu
program tidak terlepas dari campur tangan pemerintah, maka peneliti juga akan
mencari informasi di Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang dan beberapa
stakeholder lainnya.
3.4 Variabel Penelitian
3.4.1 Definisi Konsep
Definisi konseptual merupakan penggambaran secara umum dan
menyeluruh yang menjelaskan maksud dari konsep/teori tersebut, bersifat
konstitutif (disepakati oleh banyak pihak dan telah baku di kamus bahasa), formal
dan mempunyai pengertian yang abstrak. Secara sederhana definisi konseptual
adalah definisi yang disimpulkan oleh peneliti dari teori-teori yang sebelumnya
dituliskan agar tidak terjadi perbedaan penafsiran antara peneliti dan pembaca.
Konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Evaluasi Kebijakan
Evaluasi Kebijakan Publik adalah salah satu tahapan dari proses
kebijakan publik. Evaluasi berarti memberikan penilaian atas berhasil atau
58
tidaknya suatu kebijakan pemerintah atas pedoman-pedoman yang telah
ditentukan sebelumnya. Evaluasi kebijakan tidak selalu menjadi proses akhir
tapi juga sudah mulai dilakukan selama sebuah kebijakan mulai
diimplementasikan. Evaluasi kebijakan publik juga akan memberikan
rekomendasi-rekomendasi mengenai kebijakan yang sedang atau sudah
diterapkan untuk selanjutnya menentukan kebijakan tersebut masih layak,
perlu ditambahkan atau dikurangi agar sesuai dengan tujuan.
2. Evaluasi Program
Evaluasi program adalah sebuah pemberian penilaian pada sebuah
program yang sedang dan atau telah dilaksanakan. evaluasi program dilakukan
sebagai upaya untuk mengumpulkan, menyusun, mengolah dan menganalisis
fakta, data dan informasi untuk mengumpulkan harga nilai evaluasi yang
merupakan bagian terpenting dalam setiap kegiatan ataupun program,
sehingga tidak ada satu kegiatan pun yang dapat terlaksana dengan baik tanpa
evaluasi.
3. Program Gerbang Mapan
Gerbang Mapan merupakan program unggulan daerah Kabupaten
Tangerang yang didesain agar dapat memberikan percepatan bagi
pembangunan masyarakat pantai berbasis pada 3 (tiga) pilar pembangunan,
yaitu percepatan pembangunan ekonomi, yang didukung dengan percepatan
pembangunan infrastruktur, dan penguatan pemberdayaan masyarakat.
59
3.4.2 Definisi Operasional
Definisi opersional merupakan definisi turunan atau penjabaran dari
definisi konsep yang telah dibangun diatas, yang berfungsi untuk memudahakan
peneliti dalam melakukan observasi dan wawancara. Definisi operasional dalam
penelitian ini merujuk pada Evaluasi Program Gerakan Pembangunan Masyarakat
Pantai di Kabupaten Tangerang dan dikaitkan dengan penjelasan pemikiran teori
yang telah peneliti pilih sebagai dasar untuk membahas permasalahan dalam
penelitian ini.
1. Evaluasi Konteks
Dalam hal ini Evaluasi Program Gerakan Pembangunan Pantai, pertanyaan
yang dapat diajukan seperti, dari tiga tujuan program apakah yang belum
tercapai, kebutuhan apa saja yang belum tercapai, tujuan manakah yang mudah
dicapai, apakah tujuan realistis untuk dicapai.
2. Evaluasi Masukan
Evaluasi masukan membantu mengatur keputusan, menentukan sumber-
sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk
mencapai tujuan, dan bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya.
Komponen evaluasi masukan meliputi sumber daya manusia, sarana dan
peralatan pendukung, dana atau anggaran, dan berbagai prosedur dan aturan
yang diperlukan.
3. Evaluasi proses
Pada dasarnya evaluasi proses untuk mengetahui sampai sejauh mana rencana
telah diterapkan dan komponen apa yang perlu diperbaiki. Dalam model CIPP,
60
evaluasi proses diarahkan pada seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakandalam
program, sudah terlaksana sesuai dengan rencana yang dibuat, serta hambatan-
hambatan yang ditemukan dalam pelaksanaan kegiatan atau program
4. Evaluasi Produk
Pada tahap evaluasi inilah seorang evaluator dapat menentukan atau
memberikan rekomendasi kepada evaluan apakah suatu program dapat
dilanjutkan, dikembangkan/modifikasi, atau bahkan dihentikan. Pertanyaan
yang diajukan bias berupa, sejauhmana program memberikan dampak pada
masyarkat pesisir, adakah dampak ekonomi, sosial dan budaya yang terjadi ?
3.5 Instrumen Penelitian
Penelitian kualitatif dilakukan dalam situasi yang wajar (natural setting)
dan data yang dikumpulkan umumnya bersifat kualitatif. Sebagai metode yang
berlandaskan filsafat fenomenalogis, penelitian jenis ini mengutamakan
penghayatan (verstehen) karena itu, selalu berusaha memahami dan menafsirkan
makna suatu peristiwa interaksi manusia dalam situasi tertentu menurut
persepektif peneliti sendiri.
Instrumen merupakan satu hal yang sangat dibutuhkan dalam sebuah
penelitian. Hal ini dikarenakan, perolehan suatu informasi dan relevan tidaknya
suatu data tergantung pada alat pengumpul data yang digunakan. Dalam penelitian
mengenenai evaluasi Program Gerbang Mapan di Kabupaten Tangerang.
instrument utama adalah peneliti itu sendiri dalam pengumpulan data. Oleh karena
itu peneliti sebagai human instrument harus memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang cukup sebelum terjun ke lapangan mengenai penelitian
61
kualitatif, bidang yang diteliti, serta kesiapan peneliti memasuki objek penelitian,
baik secara akademik maupun logistiknya.
3.6 Informan Penelitian
Menurut Moleong (2006: 132) informan adalah orang yang dimanfaatkan
untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Jadi,
seorang informan harus memiliki banyak pengalaman tentang latar penelitian dan
dia berkewajiban secara sukarela menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya
bersifat informal.
Pada penelitian ini, penentuan informan dibagi menjadi dua yaitu key
informan dan secondary informan. Key informan sebagai informan utama yang
lebih mengetahui situasi fokus penelitian sehingga perannya tidak dapat
digantikan oleh orang lain, sedangkan secondary informan sebagai informan
penunjang dalam memberikan penambahan informasi. Dalam penelitian kualitatif
penentuan informan dapat dilakukan dengan menggunakan teknik purposive dan
snowball. Teknik ini digunakan karena peneliti sudah mengetahui informan yang
akan dimintai informasi dan akan terus mengumpulkan informasi melalui teknik
snowball kepada orang-orang yang dianggap relevan dan memiliki informasi
mengenai pelaksanaan Program Gerbang Mapan sampai sudah tidak didapatkan
lagi informasi baru atau terjadi pengulangan informasi. Maka yang menjadi
informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
62
Tabel 3.1 Informan Penelitian
No Jenis Informan Informan (I)
1. Key Informan Kepala Bidang Pengembangan dan Kelembagaan
Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang
Pelaksana Bidang Pengembangan dan Kelembagaan
Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang
Pengurus Program Gerbang Mapan Di desa pesisir
Pendamping Program dari IPB
2 Secondary
Informan
Kepala Seksi Tata Ruang Dinas Tata Ruang dan
Bangunan Kabupaten Tangerang.
Kepala Seksi Konservasi Rehabilitasi Lahan Kritis dan
Keanekaragaman Hayati Dinas Lingkungan Hidup dan
Kebersihan Kabupaten Tangerang.
Kepala Bidang Ekonomi BAPPEDA Kabupaten
Tangerang
Ketua Kelompok Budidaya Ikan Tambak
Ketua Kelompok Budidaya Mangrove
Ketua Kelompok Nelayan Tangkap
Ketua Kelompok Pengolahan
(Sumber: Peneliti, 2018)
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Melihat sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, peneliti
mengklasifikasi kedalam dua kategori yaitu sumber data primer dan sumber data
sekunder. Sumber data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung
dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini
subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu
benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Data primer ini dapat
diperoleh dengan cara wawancara ataupun observasi yang dilakukan langsung
63
oleh peneliti. Data lain yang juga digunakan adalah data-data sekunder, data
sekunder sifatnya lebih mudah diperoleh karena sudah tersedia. Data-data
sekunder biasanya sudah disediakan pada instansi-instansi maupun dapat diakses
melalui internet, yang merupakan data sekunder diantaranya data statistik yang
dapat diakses melalui web BPS.
Hal selanjutnya yang perlu dilakukan dalam penelitian adalah mnegumpulkan
data-data terkait dengan fokus dan permasalahan yang ada dalam penelitian
tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengumpulan data dengan
beberapa cara diantaranya :
a. Wawancara/Interview
Wawancara/interview adalah sebuah proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap mula antara
pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau
tanpa pedoman (guide) wawancara (Bungin, 2013:136). Wawancara dilakukan
agar peneliti mendapatkan data langsung dari pihak-pihak yang terlibat
langsung dalam Program yang sedang diteliti. Dalam penelitian kualitatif,
wawancara ini dilakukan secara mendalam agar data yang diperoleh bias
secara menyeluruh dan jelas.
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara
NO DIMENSI SUBDIMENSI INFORMAN
1. Evaluasi
Konteks
- Latar belakang Program
Gerbang Mapan.
- Tujuan realistis Program
Gerbang Mapan.
- Sasaran Program Gerbang
Mapan
- Kebutuhan dan Strategi
- Kepala Bidang
Pengembangan dan
Kelembagaan Dinas
Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Tangerang
- Pelaksana Bidang
Pengembangan dan
64
NO DIMENSI SUBDIMENSI INFORMAN
yang dilakukan.
Kelembagaan Dinas
Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Tangerang
- Kepala Bidang Ekonomi
BAPPEDA Kabupaten
Tangerang
- Pendamping Program dari
IPB
2. Evaluasi
Input
- Sarana dan Prasarana
Program Gerbang Mapan.
- Ketersediaan dan kesiapan
sumber daya manusia
dalam pelaksanaan
Program Gerbang Mapan.
- Ketersediaan dan
ketepatan anggaran untuk
pelaksanaan Program
Gerbang Mapan
- Karakteristik agen
pelaksana Program
Gerbang Mapan
- Kepala Bidang
Pengembangan dan
Kelembagaan Dinas
Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Tangerang
- Pelaksana Bidang
Pengembangan dan
Kelembagaan Dinas
Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Tangerang
- Kepala Bidang Ekonomi
BAPPEDA Kabupaten
Tangerang
- Pendamping Program dari
IPB
- Kelompok Masyarakat
Pesisir
3. Evaluasi
Proses
- Kesesuaian waktu
pelaksanaan Program
Gerbang Mapan .
- Hambatan-hambatan yang
ditemukan selama
pelaksanaan Program
Gerbang Mapan.
- Pemanfaatan sumberdaya
dalam pelaksanaan
Program Gerbang Mapan
- Kepala Bidang
Pengembangan dan
Kelembagaan Dinas
Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Tangerang
- Pelaksana Bidang
Pengembangan dan
Kelembagaan Dinas
Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Tangerang
- Pendamping Program dari
IPB
- Kelompok Masyarakat
Pesisir
Evaluasi
Produk
- Dampak sosial, ekonomi
yang dirasakan
masyarakat atau sasaran
program.
- Dampak lingkungan yang
- Kepala Bidang
Pengembangan dan
Kelembagaan Dinas
Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Tangerang
65
NO DIMENSI SUBDIMENSI INFORMAN
dihasilkan dari program.
- Dampak regulasi
- Pelaksana Bidang
Pengembangan dan
Kelembagaan Dinas
Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Tangerang
- Kepala Bidang Ekonomi
BAPPEDA Kabupaten
Tangerang.
- Kelompok Masyarakat
Pesisir
(Sumber: Peneliti, 2018)
b. Observasi/Pengamatan
Salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah
observasi atau dengan melakukan pengamatan, yang dapat diklasifikasikan
atas pengamatan melalui cara berperanserta dan yang tidak berperanserta.
Pada pengamatan tanpa peranserta peneliti hanya melakukan satu fungsi, yaitu
mengadakan pengamatan. Sedangkan pengamat berperanserta melalukan dua
peranan sekaligus, yaitu sebagai pengamat sekaligus menjadi anggota resmi
dari kelompok yang diamatinya (Moleong, 2006:176). Dalam penelitian ini,
peneliti melakukan observasi berperanserta, karena dari beberapa kegiatan
pendukung program dapat diikuti secara lansung.
c. Studi Dokumentasi
Teknik dokumentasi ini dimaksudkan untuk menunjang hasil
penelitian dan membantu proses pengumpulan data dengan cara memfoto,
merekam pokok permasalahan melalui suara informan dan alat-alat lainnya.
Selain itu teknik dokumentasi juga daoat diartikan sebagai teknik
pengumpulan data melalui bahan-bahan tertulis yang diterbitkan oleh
lembaga-lembaga yang menjadi bahan objek penelitian, baik berupa prosedur,
66
peraturan, gambar, hasil laporan pekerjaan berupa foto ataupun dokumen
elektronik.
3.8 Teknik Pengolahan Data dan Analisi Data
Dalam penelitian kualitatif kegiatan analisis data dimulai sejak peneliti
melakukan kegiata pra-lapangan sampai dengan penelitian selesai. Dalam
prosesnya, analisis data dalam penelitian dalam penelitian ini menggunakan
model interaktif yang telah dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1984)
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya
sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu reduksi data, penyajian data dan
verifikasi. Ketiga hal itu dapat diuraikan sebagai berikut:
Gambar 3.1 Teknik Analisis Data
(Sumber: Miles and Huberman (1984) )
Pengumpulan
Data Penyajian
Data
Reduksi
Data
Kesimpulan/
Verifikasi
67
a. Reduksi Data
Selama proses pengumpulan data dari berbagai sumber, tentunya akan
sangat banyak data yang didapatkan oleh peneliti. Semakin lama peneliti
berada di lapangan, maka data yang didapatkan akan semakin kompleks dan
rumit, sehingga apabila tidak segera diolah akan dapat menyulitkan peneliti.
Oleh karena itu, proses analisis data pada tahap ini juga harus dilakukan.
Untuk memperjelas data yang didapatkan dan mempermudah peneliti dalam
pengumpulan data selanjutnya, maka dilakukan reduksi data. Reduksi data
dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pegabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul
dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung selama
proses pengumpulan data masih berlangsung. Pada tahap ini juga akan
berlangsung kegiatan pengkodean, meringkas, dan membuat partisi. Proses
informasi ini berlanjut terus sampai laporan penelitian tersusun lengkap.
b. Penyajian Data
Langkah penting selanjutnya adalah penyajian data. Secara sederhana
penyajian data dapat diartikan sebagai sekumpulan informasi yang tersusun
yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Dalam sebuah penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan
dalam bentuk uraian singkat. Bagan, flowchart dan sejenisnya. Penyajian data
bertujuan agar peneliti dapat memahami apa yang terjadi dan merencanakan
tindakan selanjutnya yang akan dilakukan.
68
c. Verifikasi
Tahap akhir dalam analisis interaktif adalah verifikasi data. Dari awal
pengumpulan data, peneliti mulai mencari arti hubungan-hubungan, mencatat
keteraturan, pola-pola, dan menarik kesimpulan. Kesimpulan yang
dikemukakan diawal masih bersifat sementara, dan akan terus berubah selama
proses pengumpulan data masih terus berlangsung. Akan tetapi, apabila
kesimpulan tersebut didukung oleh data yang valid dan konsisten yang peneliti
temukan di lapangan, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel.
3.9 Uji Keabsahan Data
Data yang diperoleh dari lapangan tidak bisa langsung diterima secara
mentah-mentah oleh peneliti. Peneliti harus bisa menguji kebenaran dari data atau
informasi yang diperoleh dari informan. Maka peneliti perlu melakukan uji
kebasahan data. Uji keabsahan data dalam penelitian Evaluasi Program Gerakan
Pembangunan Masyarakat Pantai di Kabupaten Tangerang dapat dilakukan
dengan uji tirangulasi dan member check.
1. Triangulasi
Triangulasi merupakan sebuah cara dengan mengunakan multimetode
yang dilakukan oleh seorang peneliti pada saat mengumpulkan maupun
menganalisis data. Pada dasarnya bahwa dalam menjelaskan mengenai
fenomena dan gejala sosial yang terjadi dalam penelitian perlu dipahami
secara benar sehingga diperoleh tingkat kebenaran data yang tinggi jika dikaji
dari berbagai sudut pandang.
69
Dalam penelitian mengenai Evaluasi Program Gerakan Pembangunan
Masyarakat Pantai Di Kabupaten Tangerang, peneliti menggunakan
triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi sumber dilakukan
dengan menanyakan hal terkait dengan pelaksanaan Program Gerbang Mapan
dengan pihak lain yang masih memiliki kaitannya dengan masalah penelitian.
Triangulasi teknik, peneliti mengumpulkan data dengan wawancara, serta
observasi berperan serta, selain itu peneliti juga mengumpulkan data dari
dokumen-dokumen yang berkaitan, tulisan dan seterusnya. Dengan
mengumpulkan data dengan sumber dan cara yang berbeda tentu sudut
pandang yang diterima peneliti semakin kompleks dan luas. Hal ini akan
membantu peneliti untuk mendapatkan data yang akurat dan terpercaya.
2. Member Check
Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti
kepada pemberi data. Tujuan member check adalah untuk mengetahui
seberapa jauh data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti
data tersebut sudah valid, semakin kredibel dan terpercaya. Tetapi apabila data
yang ditemukan peneliti dengan pelbagai penafsirannya tidak disepakati oleh
pemberi data, maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data.
Dan apabila perbedaa diantara keduanya tajam, maka peneliti harus mengubah
temuannya dan disesuaikan dengan yang diberikan oleh pemberi data.
70
3.10 Jadwal Penelitian
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian
No Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
2017 2018
Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Juli
1. Pengajuan
judul
2.
Perijinan dan
observasi
awal
3. Pengumpulan
data
4. Pembuatan
proposal
5. Seminar
proposal
6. Revisi
Sempro
6. Observasi
lapangan
7. Pengambilan
data
8. Pengolahan
data
9. Penyusunan
laporan
10. Sidang akhir
11. Revisi skripsi
(Sumber: Peneliti, 2018)
71
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
Wilayah pesisir merupakan sebuah daerah dengan keunikan khas yang
dimiliki, uniknya masyarakat pesisir serta sumberdaya alam dimana antara laut
dan daratan yang kemudian saling mempengaruhi. Wilayah pesisir yang ada di
Indonesia cukup luas dibandingkan dengan daratan yang ada, namun
pembangunan yang cenderung lambat membuat wilayah pesisir seakan semakin
tertinggal dengan wilayah perkotaan. Pesisir yang memiliki sumberdaya alam
melimpah dapat dikatakan berbanding terbalik dengan pembangunan yang ada.
Masyarakat pesisir terus terpuruk dengan keadaan ekonomi yang tetap bahkan
menurun. Kemerataan pembangunan harus segera dilaksanakan agar masyarakat
pesisir juga merasakan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan. Hal ini
kemudian membangkitkan para pemegang kebijakan untuk menentukan program
bantuan yang akan diberikan pada wilayah pesisir, salah satu yang kita ketahui
adalah PDPT (Pemberdayaan Desa Pesisir Terpadu) yang diusung oleh
Kementerian Kelautan dan Perikanan RI. Selain pemerintah pusat yang
memberikan perhatian kepada wilayah pesisir. Pemerintah daerah juga harus
memiliki program yang sejalan dengan program pusat dan pemerintahan daerah
memiliki wewenang untuk mengurusi wilayah pesisir juga harus ambil andil
dalam penentuan kebijakan yang ada.
Selanjutnya pemerintah Kabupaten Tangerang, dalam hal ini merupakan
sebuah daerah di Provinsi Banten memiliki wilayah pesisir yang potensial, tidak
72
ingin terus membiarkan wilayah pesisirnya terus berada pada kesejahteraan yang
memperihatinkan kemudian Bupati terpilih di tahun 2013 mengusungkan sebuah
program unggulan yang kemudian dikenal dengan nama Program Gerakan
Pembangunan Masyarakat Pantai (Gerbang Mapan) yang terinspirasi dari
Program PDPT, Program Gerbang Mapan ini kemudian fokus pada tiga aspek
pembangunan yaitu perekonomian, infrastruktur dasar dan pemberdayaan
masyarakat. Dalam penelitian yang berjudul Evalusai Program Gerakan
Pembangunan Masyarakat Pantai Di Kabupaten Tangerang, maka hal yang akan
dipaparkan adalah sebagai berikut :
4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Tangerang
Kabupaten Tangerang terbentuk pada tanggal 27 Desember 1943 yang
selanjutnya dikukuhkan dengan Peraturan Daerah Tingkat II Kabupaten
Tangerang Nomor 18 Tahun 1984 tertanggal 25 Oktober 1984. Pertumbuhan
perekonomian Kabupaten Tangerang melesat pesat sebagai daerah lintasan dan
sebagai daerah penyangga Ibukota karena lokasinya yang berdekatan dengan
Ibukota Negara Jakarta, apalagi setelah diterbitkannya Inpres Nomor 13 Tahun
1976 tentang Pengembangan Jabotabek dan Perpres Nomor 54 Tahun 2008
tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi,
Puncak, Cianjur.
Semenjak tanggal 28 Februari 1993 berdasarkan Undang Undang Nomor 2
Tahun 1993 tentang Pembentukan Kota Tangerang, wilayah Kota Administratif
Tangerang dibentuk menjadi daerah otonomi Kota Tangerang, yang lepas dari
Kabupaten Tangerang. Berkaitan itu terbit pula Peraturan Pemerintah Nomor 14
73
Tahun 1995 tentang pemindahan Ibukota Kabupaten Dati II Tangerang dari
Wilayah Kotamadya Dati II Tangerang ke Kecamatan Tigaraksa.
Kabupaten Tangerang memiliki motto seperti yang tercantum dalam
lambang daerahnya yaitu “Satya Karya Kerta Raharja” yang memiliki arti dengan
dasar kesetiaan, dan ketaatan kepada Pemerintah Dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia disertai doa dan kerja keras, mewujudkan masyarakat yang sejahtera,
adil makmur fisik material dan mental spiritual berdasarkan Pancasila dan
Undang- Undang Dasar 1945.
1. Kondisi Geografis Kabupaten Tangerang
Kabupaten Tangerang adalah salah satu kabupaten di Provinsi Banten
yang posisinya berada di bagian Timur Provinsi Banten. Secara geografis
terletak pada koordinat 106°20‟-106°43‟ Bujur Timur dan 6°00‟-6°00‟20‟
Lintang Selatan. Kabupaten ini terletak pada posisi geografis cukup strategis
dengan batas-batas administrasi wilayah lain sebagai berikut:
Sebelah Utara : Laut Jawa (garis pantai ± 50 Km²)
Sebelah Timur : Kota Tangerang dan DKI Jakarta
Sebelah Selatan : Kabupaten Bogor dan Kota Depok
Sebelah Barat : Kabupaten Serang dan Lebak.
74
Gambar 4.1 Peta Administrasi Kabupaten Tangerang
(Sumber: Dokumen RZWP3K Kabupaten Tangerang)
Wilayah Kabupaten Tangerang terdiri dari daratan dan perairan dengan
luas wilayah total sebesar 95,961 Ha atau 959,61 Km2, ditambah kawasan
reklamasi pantai dengan luas ± 9.000 hektar. Wilayah ini di bagian utara dibatasi
oleh Teluk Jakarta dan Laut Jawa dengan garis pantai sepanjang ± 51 kilometer.
Jarak antara Kabupaten Tangerang dengan pusat pemerintahan Republik
Indonesia (DKI Jakarta) sekitar 30 km, yang bisa ditempuh selama 1 jam.
Keduanya dihubungkan dengan lajur lalu lintas darat bebas hambatan (tol)
Jakarta-Merak yang menjadi jalur utama lalu lintas perekonomian antara Pulau
Jawa dengan Pulau Sumatera.
75
Kedudukan geografis yang berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta
menjadi salah satu potensi Kabupaten Tangerang untuk berkembang menjadi
daerah penyangga Ibukota Jakarta. Secara geografis menjadi pintu gerbang untuk
hubungan Provinsi Banten dengan Provinsi DKI Jakarta. Kedekatan dengan
Ibukota dan sebagai pintu gerbang antara Banten dan DKI Jakarta maka akan
menimbulkan interaksi yang menumbuhkan fenomena interdepedensi yang
kemudian berdampak pada timbulnya pertumbuhan pada suatu wilayah. Sebagai
bentuk efek pertumbuhan wilayah, trickling down dan backwash effect, sehingga
terjadi bentuk hubungan yang sinergis.
Jumlah kecamatan yang dimiliki Kabupaten Tangerang, sebanyak 29
Kecamatan, terdiri 8 kecamatan pesisir dan 21 non pesisir (daratan). Luas terbesar
berada di Kecamatan Rajeg yaitu sebesar 5.370 Ha atau 5,60% dari luas wilayah
Kabupaten Tangerang, sedangkan kecamatan yang memiliki luas terkecil yaitu
Kecamatan Sepatan yaitu 1.732 Ha atau 1,80 %. Kabupaten Tangerang terbagi ke
dalam 29 kecamatan, 28 Kelurahan dan 246 desa dengan pusat pemerintahan
berada di Kecamatan Tigaraksa. Secara rinci, luas dan jumlah administrasi
pemerintahan Kabupaten Tangerang.
Tabel 4.1 . Wilayah Administrasi Kabupaten Tangerang
No. Kecamatan Luas Wilayah
( Km2 )
Keterangan
1 Cisoka 26.98 Non pesisir
2 Solear 29.01 Non pesisir
3 Tigaraksa 48.74 Non pesisir
4 J a m b e 26.02 Non pesisir
5 Cikupa 42.68 Non pesisir
6 Panongan 34.93 Non pesisir
7 C u r u g 27.41 Non pesisir
76
No. Kecamatan Luas Wilayah
( Km2 )
Keterangan
8 Kelapa Dua 24.38 Non pesisir
9 L e g o k 35.13 Non pesisir
10 Pagedangan 45.69 Non pesisir
11 Cisauk 27.77 Non pesisir
12 Pasar Kemis 25.92 Non pesisir
13 Sindang Jaya 37.15 Non pesisir
14 Balaraja 33.56 Non pesisir
15 Jayanti 23.89 Non pesisir
16 Sukamulya 26.94 Non pesisir
17 K r e s e k 25.97 Non pesisir
18 Gunung Kaler 29.63 Non pesisir
19 K r o n j o 44.23 Kecamatan Pesisir
20 Mekar Baru 23.82 Kecamatan Pesisir
21 M a u k 51.42 Kecamatan Pesisir
22 K e m i r i 32.7 Kecamatan Pesisir
23 Sukadiri 24.14 Kecamatan Pesisir
24 R a j e g 53.7 Non pesisir
25 Sepatan 17.32 Non pesisir
26 Sepatan Timur 18.27 Non pesisir
27 Pakuhaji 51.87 Kecamatan Pesisir
28 Teluknaga 40.58 Kecamatan Pesisir
29 Kosambi 29.76 Kecamatan Pesisir
Jumlah 959.61
(Sumber : Kabupaten Tangerang Dalam Angka, BPS Tahun 2017)
2. Kondisi Demografis Kabupaten Tangerang
Gambaran umum demografis Kabupaten Tangerang meliputi berbagai
data/informasi terkait dengan kependudukan antara lain: jumlah penduduk,
laju pertumbuhan penduduk, jumlah rumah tangga, dan kepadatan penduduk.
Kondisi demografis ini tidak dapat dilepaskan dengan kondisi geografisnya,
seperti halnya Kabupaten Tangerang sebagai hinterland DKI Jakarta, sehingga
pertumbuhan penduduknya tidak hanya dipengaruhi oleh kelahiran (fertilitas),
tetapi juga oleh perpindahan (migrasi).
77
Jumlah penduduk yang besar merupakan potensi pembangunan jika
memiliki kualitas yang memadai, namun sebaliknya akan menjadi beban
pembangunan. Oleh karena itu, penanganan kependudukan tidak hanya pada
upaya pengendalian jumlah penduduk tetapi juga menitikberatkan pada
peningkatan kualitas sumberdaya manusia.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Tangerang,
seperti yang terlihat pada Tabel 4.2, jumlah penduduk pada Tahun 2016
sebanyak 3.477.495 jiwa, yang tersebar di 29 wilayah kecamatan. Juga dari
Tabel 4.2 tersebut, terlihat bahwa wilayah Kecamatan Pasar Kemis merupakan
wilayah berpenduduk paling besar, yaitu sebanyak 328.455 jiwa atau 8,82%
dari total penduduk Kabupaten Tangerang, sementara itu Kecamatan Mekar
baru merupakan wilayah berpenduduk paling sedikit, yaitu sebanyak 38.174
jiwa atau 1,37% dari total penduduk Kabupaten Tangerang.
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Tangerang Tahun 2016
No Kecamatan Jumlah (jiwa) Persen (%)
1 Balaraja 131.566 3,87
2 Jayanti 72.724 2,15
3 Tigaraksa 154.897 4,60
4 Jambe 44.973 1,58
5 Cisoka 94.116 2,69
6 Kresek 65.659 2,39
7 Kronjo 61.489 2,59
8 Mauk 82.768 2,91
9 Kemiri 43.977 1,57
10 Sukadiri 56.199 2,26
11 Rajeg 171.579 4,74
12 Pasar Kemis 328.455 8,82
13 Teluknaga 163.176 4,78
14 Kosambi 162.241 3,90
15 Pakuhaji 114.517 3,71
16 Sepatan 118.532 3,64
78
No Kecamatan Jumlah (jiwa) Persen (%)
17 Curug 207.906 5,40
18 Cikupa 279.785 6,59
19 Panongan 136.925 3,45
20 Legok 121.577 3,58
21 Pagedangan 117.317 3,11
22 Cisauk 82.941 2,47
23 Sukamulya 65.911 2,12
24 Kelapa Dua 227.782 5,52
25 Sindang Jaya 93.973 2,70
26 Sepatan Timur 94.929 2,87
27 Solear 90.946 2,75
28 Gunung Kaler 52.443 1,89
29 Mekar Baru 38.174 1,37
Jumlah 3.477.495 100,00
(Sumber: BPS Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2017)
Sementara itu besarnya Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) rata-rata
selama kurun waktu tahun 2014 sampai dengan Tahun 2016 sebesar 3,17%.
Kecamatan Pasar kemis merupakan kecamatan yang mempunyai LPP paling
tinggi yaitu 5,16%, sedangkan Kecamatan Sukadiri merupakan kecamatan
yang mempunyai (LPP) paling rendah yaitu 0,59%. Seperti terlihat pada tabel
di bawah ini.
Tabel 4.3 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Tangerang
Tahun 2013-2015
No Kecamatan Jumlah (jiwa)
LPP 2014-
2016
2014 2015 2016 (%)
1 Balaraja 118.007 117.471 131.566 2,48
2 Jayanti 62.739 65.314 72.724 1,94
3 Tigaraksa 131.982 139.381 154.897 4,12
4 Jambe 46.772 47.994 44.973 1,51
5 Cisoka 77.301 81.474 94.116 2,66
6 Kresek 68.567 72.490 65.659 0,96
7 Kronjo 71.674 78.504 61.489 1,47
8 Mauk 85.183 88.105 82.768 0,75
9 Kemiri 45.052 47.666 43.977 0,95
10 Sukadiri 67.339 68.477 56.199 0,59
11 Rajeg 137.693 143.573 171.579 3,97
79
No Kecamatan Jumlah (jiwa)
LPP 2014-
2016
2014 2015 2016 (%)
12 Pasar Kemis 261.497 267.400 328.455 5,15
13 Teluknaga 138.922 144.806 163.176 2,48
14 Kosambi 114.118 118.131 162.241 3,30
15 Pakuhaji 107.331 112.564 114.517 1,38
16 Sepatan 107.041 110.436 118.532 3,91
17 Curug 155.542 163.697 207.906 3,52
18 Cikupa 191.169 199.715 279.785 3,41
19 Panongan 95.447 104.511 136.925 5,67
20 Legok 104.426 108.674 121.577 3,30
21 Pagedangan 94.251 94.160 117.317 3,21
22 Cisauk 71.714 74.750 82.941 4,04
23 Sukamulya 62.034 64.330 65.911 1,50
24 Kelapa Dua 164.034 167.464 227.782 3,87
25 Sindang Jaya 77.868 81.750 93.973 3,03
26 Sepatan Timur 82.099 86.859 94.929 2,21
27 Solear 80.206 83.325 90.946 3,18
28 Gunung Kaler 54.730 57.200 52.443 1,22
29 Mekar Baru 37.272 41.503 38.174 0,85
Kabupaten
Tangerang 2.912.010 3.031.724 3.477.495 3,17
(Sumber: Kabupaten Tangerang Dalam Angka, 2017)
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk maka jumlah rumah
tangga juga semakin bertambah. Penambahan jumlah rumah tangga sangat erat
kaitannya dengan penyediaan pemukiman dan lapangan pekerjaan dalam
rangka memenuhi kebutuhan ekonomi dan sosial. Penduduk Kabupaten
Tangerang Tahun 2016 jika diklasifikasi menjadi rumah tangga yang
didasarkan pada kepemilikan Kartu Keluarga (KK) dapat dilihat pada berikut
ini.
Tabel 4.4 Jumlah Rumah Tangga di Kabupaten Tangerang (Menurut
Kepemilikan Kartu Keluarga) Tahun 2016
No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga
1 Balaraja 37.200
2 Jayanti 16.695
80
No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga
3 Tigaraksa 34.401
4 Jambe 10.852
5 Cisoka 21.918
6 Kresek 16.991
7 Kronjo 15.278
8 Mauk 20.486
9 Kemiri 10.330
10 Sukadiri 14.534
11 Rajeg 37.992
12 Pasar Kemis 79.393
13 Teluknaga 39.505
14 Kosambi 40.162
15 Pakuhaji 28.945
16 Sepatan 26.547
17 Curug 56.516
18 Cikupa 83.571
19 Panongan 28.692
20 Legok 28.271
21 Pagedangan 26.958
22 Cisauk 18.259
23 Sukamulya 16.812
24 Kelapa Dua 55.345
25 Sindang Jaya 21.167
26 Sepatan Timur 22.795
27 Solear 20.248
28 Gunung Kaler 13.316
29 Mekar Baru 10.067
Jumlah 853.246
(Sumber: Kabupaten Tangerang Dalam Angka, 2017)
Dari data di atas terlihat jumlah kepala keluarga terbanyak terdapat di
Kecamatan Cikupa sebesar 83.571 kepala keluarga, sedangkan jumlah kepala
keluarga paling sedikit di Kecamatan Mekar Baru sebesar 10.067 kepala
keluarga. Lebih lanjut, hal yang bisa dilihat dari kondisi dan data demografi
adalah pola persebaran atau distribusi penduduk yang dapat dilihat melalui
keterkaitan antara jumlah penduduk dengan luas wilayah. Distribusi penduduk
ini pada dasarnya merupakan komposisi penduduk berdasarkan geografis,
81
sehingga akan lebih bermakna apabila dikaitkan dengan kepadatan penduduk
sebagaimana dapat dilihat pada berikut ini:
Tabel 4.5 Kepadatan Penduduk Kabupaten Tangerang
Tahun 2016 (jiwa/km2)
No Kecamatan Jumlah (Jiwa) Luas (km2)*
Kepadatan
(Jiwa/km2)
1 Balaraja 131.566 33,56 3.920
2 Jayanti 72.724 23,89 3.044
3 Tigaraksa 154.897 48,74 3.178
4 Jambe 44.973 26,02 1.728
5 Cisoka 94.116 26,98 3.488
6 Kresek 65.659 25,97 2.528
7 Kronjo 61.489 44,23 1.390
8 Mauk 82.768 51,42 1.610
9 Kemiri 43.977 32,7 1.345
10 Sukadiri 56.199 24,14 2.328
11 Rajeg 171.579 53,7 3.195
12 Pasar Kemis 328.455 25,92 12.672
13 Teluknaga 163.176 40,58 4.021
14 Kosambi 162.241 29,76 5.452
15 Pakuhaji 114.517 51,87 2.208
16 Sepatan 118.532 17,32 6.844
17 Curug 207.906 27,41 7.585
18 Cikupa 279.785 42,68 6.555
19 Panongan 136.925 34,93 3.920
20 Legok 121.577 35,13 3.461
21 Pagedangan 117.317 45,69 2.568
22 Cisauk 82.941 27,77 2.987
23 Sukamulya 65.911 26,94 2.447
24 Kelapa Dua 227.782 24,38 9.343
25 Sindang Jaya 93.973 37,15 2.530
26 Sepatan Timur 94.929 18,27 5.196
27 Solear 90.946 29,01 3.135
28 Gunung Kaler 52.443 29,63 1.770
29 Mekar Baru 38.174 23,82 1.603
Kabupaten
Tangerang 3.477.495
959,61 112.051
(Sumber: Kabupaten Tangerang Dalam Angka,2017)
Berdasarkan Tabel 4.5 terlihat bahwa Kabupaten Tangerang merupakan
daerah yang cukup padat, dengan kepadatan sebesar 112.051 jiwa/km2. Pada
82
Tahun 2015, Kecamatan Pasar Kemis merupakan kecamatan dengan kepadatan
tertinggi (12.672 jiwa/km2) dan Kecamatan Kemiri merupakan kecamatan
dengan kepadatan penduduknya terendah hanya mencapai 1.345 jiwa/km2.
3. Visi dan Misi Pemerintah Kabupaten Tangerang
Arah kebijakan umum Pemerintah Kabupaten Tangerang tertuang
dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2018, yang diarahkan untuk pencapaian visi
dan misi daerah, yaitu:
a. Visi :
Mewujudkan masyarakat Kabupaten Tangerang yang cerdas, makmur,
religius, dan berwawasan lingkungan.
b. Misi :
1) Peningkatan pemerataan akses dan fasilitas pelayanan pendidikan dan
kesehatan bagi masyarakat.
2) Peningkatan pengembangan perekonomian daerah dan perekonomian
masyarakat.
3) Peningkatan dan pengembangan nilai-nilai agama dalam
penyelenggaraan pemerintahan serta kehidupan bermasyarakat.
4) Penciptaan iklim investasi dan usaha yang kondusif yang didukung oleh
peningkatan pembangunan infrastruktur dasar yang merujuk pada
keseimbangan ruang dan lingkungan.
5) Peningkatan pelayanan publik yang didukung oleh birokrasi yang
bersih, professional, berwibawa, transparan dan bertanggung jawab.
83
4.1.2 Gambaran Kondisi Umum Wilayah Pantai Utara (Pesisir) Kabupaten
Tangerang
Gambar 4.2 Peta Topografi Wilayah Pesisir Kab. Tangerang
(Sumber: Dokumen RZWP3K Kabupaten Tangerang)
Wilayah pesisir kabupaten Tangerang memiliki garis pantai sepanjang ±
51 kilometer yang membentang dari Kecamatan Kosambi hingga ke Kecamatan
Mekarbaru. Di sebelah Timur berbatasan dengan perairan DKI Jakarta dan di
sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Serang. Pada perairan sebelah Utara
berbatasan dengan Kabupaten Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta.
Sebagaimana, telah diuraikan di atas bahwa terdapat 8 (delapan) kecamatan
pesisir yang merupakan bagian dalam perencanaan zonasi ini.
84
Delapan kecamatan pesisir tersebut adalah Kecamatan Kosambi,
Kecamatan Teluk Naga, Kecamatan Pakuhaji, Kecamatan Sukadiri, Kecamatan
Mauk, Kecamatan Kemiri, Kecamatan Kronjo dan Kecamatan Mekar Baru.
Kecamatan Mekarbaru merupakan pemekaran dari Kecamatan Kronjo yang
ditetapkan juga sebagai kawasan pesisir pada RSWP3K dan RTRW Kabupaten
Tangerang.
Definisi kecamatan pesisir yang digunakan dalam kajian ini adalah
kecamatan yang berbatasan langsung secara ekologis dengan garis pantai dan
secara sosial ekonomi memiliki karakteristik mata pencaharian yang terkait
dengan pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut. Berdasarkan data Kabupaten
Tangerang Dalam Angka 2017, luas total kecamatan pesisir adalah 298.52 Km2
atau 31,11% dari total luas Kabupaten Tangerang. Namun luasan ini sedikit
berbeda bila dilihat dari analisis perhitungan pada peta RTRW Kabupaten
Tangerang dimana luas daratan kecamatan pesisir sebesar 316,58 km2, dan luas
perairan lautnya 195,881 km2. Dengan demikian maka luas keseluruhan wilayah
pesisir sebesar 512.459 Km2. Hal ini tentunya perlu dilakukan koreksi geometrik
terhadap luasan wilayah pesisir Kabupaten Tengerang.
Tabel 4.6 Luas Wilayah Kecamatan Pesisir
No. Kecamatan Pesisir Luas (Km2) Persentase Jumlah
Desa/Kel
1. Kosambi 29.76 3.10% 11
2. Teluknaga 40.58 4.23% 13
3. Pakuhaji 51.87 5.41% 14
4. Sukadiri 24.14 2.52% 10
5. Mauk 51.42 5.36% 12
6. Kemiri 32.70 3.41% 7
7. Kronjo 44.23 4.61% 9
8. Mekar Baru 23.82 2.48% 9
85
No. Kecamatan Pesisir Luas (Km2) Persentase Jumlah
Desa/Kel
JUMLAH 298.52 31.11% 85
Kecamatan Non Pesisir 661.09 68.89% 161
Luas Kab. Tangerang 959.61 100.00% 246
(Sumber: Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2017)
Secara administratif, terdapat 85 (delapan puluh lima) desa pesisir yang tersebar
di kecamatan-kecamatan pesisir. Nama-nama desa pesisir diuraikan pada Tabel
berikut ini.
Tabel 4.7 Luas Wilayah dan Nama Desa Kecamatan Pesisir (2017)
No. Kecamatan
Pesisir
Luas
(Km2) Nama Desa Pesisir
1. Kosambi 29.76
Jatimulya, Belimbing, Cengklong, Rawa
Burung, Rawa Renges, Salembaran Jati,
Salembaran Jaya, Salembaran, Dadap,
Kosambi Barat, Kosambi Timur
2. Teluknaga 40.58
Bojong Renged, Teluknaga, Kebon Cau,
Babakan Asem, Kp. Melayu Barat, Kp. Melayu
Timur, Kp. Besar, Lemo, Muara, Tegal Angus,
Tanjung Pasir, Tanjung Burung, Pangkalan
Kampung Kali Mati
3. Pakuhaji 51.87
Pakualam, Buaran Mangga, Buaran Bambu,
Bonisari, Rawa Boni, Laksana, Kohod,
Sukawali, Kramat, Surya Bahari, Kiara
Payung, Gaga, Kali Baru, Pakuhaji
4. Sukadiri 24.14
Kondang, Gintung, Kampung Masjid, Mekar
Kidung, Buaran Jati, Kampung Seberang,
Rawa Kidung, Sukadiri, Karang Serang, Tuis
5. Mauk 32.70
Mauk Barat, Tegal Kunir Kidul, Tegal Kunir
Lor, Sasak, Gunung Sari, Kedung Dalem,
Marga Mulya, Tanjung Anom, Jatiwaringin,
Banyu Asih, Ketapang, Mauk Timur
6. Kemiri 51.42 Kemiri, Patra Manggala, Karang Anyar, Desa
Klebet, Lontar, Ranca Labu, Buniayu
7. Kronjo 44.23
Muncung, Kronjo, Pagedangan Ilir,
Pagedangan Udik, Pasilihan, Blukbuk, Bakung,
Pasir, Cirumpak
8. Mekar Baru 23.82
Jenggot, Kedaung, Cijenuk, Waliwis, Klutuk,
Kosambi Dalam, Mekar Baru, Gandaria,
Pangenjahan
(Sumber: Kabupaten Tangerang Dalam Angka 2017)
86
4.1.3 Gambaran Umum Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang
1. Visi
Visi adalah gambaran kondisi ideal yang diinginkan pada masa mendatang
oleh pimpinan dan seluruh staf Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang. Visi
tersebut mengandung makna bahwa Kabupaten Tangerang dengan potensi,
keragaman dan kompleksitas masalah yang tinggi, harus mampu dibangun menuju
Kabupaten Tangerang Gemilang.
Visi Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang Tahun 2013 - 2018 adalah
“Mewujudkan Masyarakat Perikanan Kabupaten Tangerang
Yang Cerdas, Produktif, Sejahtera, Berwawasan Lingkungan Dan
Berkelanjutan “
2. MISI
Sedangkan untuk mewujudkan Visi Dinas Perikanan Kabupaten
Tangerang Tahun 2013 - 2018 tersebut diatas dilaksanakan Misi sebagai berikut:
a. Peningkatan Produksi Perikanan yang berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan melalui pembangunan infrastruktur dan pelayanan pada
Sektor Perikanan
b. Pengembangan ekonomi Perikanan berbasis industri, UMKM agar daya
beli dan kemakmuran masyarakat meningkat
3. Tujuan Dan sasaran
Tujuan adalah sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu
1 (satu) sampai 5 (lima) tahunan. Tujuan ditetapkan dengan mengacu kepada
pernyataan visi dan misi serta didasarkan pada isu-isu dan analisa strategis.
87
Sasaran adalah hasil yang akan dicapai secara nyata oleh Istansi Pemerintah
dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur, dalam kurun waktu yang lebih
pendek dari tujuan. Sasaran diupayakan untuk dapat dicapai dalam kurun
waktu tertentu / tahunan secara berkesinambungan sejalan dengan tujuan yang
telah ditetapkan. Sasaran yang ditetapkan untuk mencapai Visi dan Misi Dinas
Perikanan Tahun 2013 - 2018 sebanyak 2 (dua) sasaran strategis.
4. Tugas dan Funsgi
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 11 Tahun
2016 tentang Pembentukan Dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten
Tangerang dan Peraturan Bupati Tangerang Nomor 106 Tahun 2016 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi,Tugas, dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas
Perikanan Kabupaten Tangerang mempunyai tugas dan kewajiban.
Dalam menyelenggarakan tugas dan kewajiban tersebut Dinas
Perikanan mempunyai fungsi :
a. Perumusan kebijakan teknis bidang perikanan
b. elaksanaan kebijakan urusan pemerintahan dan pelayanan umum
bidang perikanan
c. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan bidang perikanan
d. Pelaksanaan administrasi dinas perikanan
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Bupati terkait dengan
tugas dan fungsinya.
Dalam melaksanakan tugas dan kewajiban Dinas dipimpin oleh Ir. H.
Herry Wibowo, MM yang dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh pejabat
struktural sebagaimana terdapat dalam struktur organisasi dibawah ini:
88
STRUKTUR ORGANISASI DINAS PERIKANAN
Gambar. 4.3 Struktur Organisasi Dinas Perikanan
KEPALA DINAS DINAS
Ka Bid Pengelolaan dan
Pemberdayaan Nelayan
Ka Sub Bag Umum
dan Kepegawaian
Ka Sub Bag
Perencanaan dan
Keuangan
Sekretaris
Ka Bid Pengembangan
dan Kelembagaan
Perikanan
Jabatan Fungsional
Ka Bid Pengelolaan dan
Pemberdayaan
Pembudidaya
Kasi Teknologi Hasil
Perikanan
Kasi Pemberdayaan Pembudidaya dan
Pengelolaan Kawasan Budidaya
Kasi Teknologi Produksi dan Usaha Budidaya
Kasi Pengelolaan ,
Pemberdayaan dan
Perlindungan Nelayan
Kasi Pengembangan
Sarana Nelayan
Kasi Akses Pasar,
Permodalan dan
Kelembagaan Perikanan
Ka UPT BBI Ka UPT TPI
Ka Sub Bag UPT
TPI
Ka Sub Bag UPT
BBI
89
4.2 Deskripsi Data Penelitian
4.2.1 Daftar Informan Penelitian
Pada BAB sebelumnya yang membahas mengenai metodelogi penelitian
telah dijelaskan mengenai pemilihan informan dari kunjungan lapangan yang
dipilih secara purposive dan snowball. Informan tersebut ditentukan bukan
berdasarkan pada jumlah yang dibutuhkan, melainkan atas dasar pertimbangan
fungsi dan peran informan sesuai dengan fokus masalah penelitian. Adapaun
dalam penelitian mengenai Evaluasi Program Gerakan Pembangunan Masyarakat
Pantai (Gerbang Mapan) di Kabupaten Tangerang, peneliti memilih informan
yaitu Pemerintahan Kabupaten Tangerang yaitu SKPD yang terlibat dalam
Program Gerbang Mapan, masyarakat baik penerima langsung atau tidak langsung
manfaat program, serta stakeholder yang mengetahui informasi terkait Program
Gerbang Mapan. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.8 Informan Penelitian
No. Nama Informan Status Informan Kode
Informan
Key Informan
1. Sm. Agustin Hari
Mahardika, S.Pi.,
MM.
Kasubag Tu Upt BBI Dinas Perikanan
Kab. Tangerang/Sekretaris Program
Gerbang Mapan
I1-1
2. Ruslan Farid, SP.
Mm
Kasubid Ketahanan Pangan Dan
Pemberdayaan Masyarakat Bappeda
Kab. Tangerang
I1-2
3. M. Arsyad Al-
Amin
Peneliti PKSPL IPB I1-3
4. Mulyana Ketua Kelompok Mangrove Tunas
Harapan Desa Patramanggala
I1-4
90
No. Nama Informan Status Informan Kode
Informan
Secondary Informan
5. Erni Nurlaeni Kasi Perencanaan Tata Ruang– Dinas
Tata Ruang &Bangunan Kab. Tangerang
I2-1
6. Endang Setiawan,
Sp
Kepala Seksi Konservasi
Dinas Lingkungan Hidup Dan
Kebersihan Kab. Tangerang
I2-2
7. Ahmad Yani Ketua Kelompok Budidaya Tunas
Tambak Mandiri Desa Patramanggala
I2-3
8. Yuliah Ketua Kelompok Pengolahan Ikan
Manggala Putri Desa Patramanggala
I2-4
9. Joko, S.Pd Kasi Pemerintahan Desa Marga Mulya I2-5
10. Sumaryanto Penyuluh Swadaya/Pengurus Tpi Kronjo I2-6
11. Tati Haryati Ketua Kelompok Pengolahan Ikan
Bunga Mawar Desa Kronjo
I2-7
12. Muhammad
Mush‟ab
Ketua Kelompok Budidaya Tambak
Desa Kronjo
I2-8
13. Abdul Kholiq Ketua Kelompok Pengolahan Ikan
Barokah Desa Muara
I2-9
14. Tata Pengelola Prpm Desa Ketapang I2-10
15. Alfian Ketua Kelompok Nelayan Wijaya
Kusuma Desa Ketapang
I2-11
16. Awing Ketua Kelompok Nelayan Desa Tanjung
Burung
I2-12
17. Usman Ketua Kelompok Nelayan Mina Relasi
Desa Surya Bahari
I2-13
18. Diah Relawan Pesisir Mengajar I2-14
Sumber: Peneliti, 2018
4.2.2 Deskripsi Data
Deskripsi data penelitian merupakan penjelasan mengenai data yang telah
didapatkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, selama proses
penelitian berlangsung. Data ini didapat dari hasil penelitian dengan
menggunakan teknik data kualitatif. Dalam penelitian mengenai Evaluasi Program
Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai di Kabupaten Tangerang peneliti
91
menggunakan Teori Evaluasi Kebijakan menurut Daniel Stufflebeam (1966),
yang dikenal dengan teori CIPP, yang meliputi Context, Input, Process, Product
Dalam penelitian Evaluasi Program Gerakan Pembangunan Masyarakat
Pantai (Gerbang Mapan) di Kabupaten Tangerang, peneliti memilih metode
kualitatif deskriptif. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan model interaktif yang telah dikembangkan oleh Miles dan
Huberman, yaitu selama proses pengumpulan data dilakukan tiga kegiatan penting
diantaranya: reduksi data, penyajian data dan verifikasi data.
Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, merangkum dan
memfokuskan pada hal yang penting, dicari tema dan polanya. Untuk
mempermudah peneliti dalam melakukan reduksi data, peneliti memberikan
kode pada aspek tertentu yaitu:
a. Kode Q menunjukkan daftar pertanyaan
b. Kode A untuk menunjukan item
c. Kode Q1, Q2, Q3, Q4 dan seterusnya menunjukkan daftar urutan
pertanyaan
d. Kode I menunjukkan informan
e. Kode I1-1, I1-2, I1-3, I1-4, menunjukkan daftar urutan informan dari
kategori pihak utama atau key informan
f. Kode I2-1, I2-2, I2-3, I2-4, I2-5, I2-6, I2-7, I2-8 ……, I2-13 menunjukkan daftar
urutan informan dari kategori secondary informan.
Setelah tahap reduksi data, langkah selanjutnya adalah penyajian data yang
merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya
92
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dapat dilakukan
dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan lainnya,
Penyajian data yang sering dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah dengan
teks yang bersifat naratif. Dengan menyajikannya, maka akan memudahkan
peneliti maupun pembaca untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. Setelah data yang didapatkan
bersifat jenuh artinya tidak didapat informasi baru atau telah ada pengulangan
informasi, maka kesimpulan tersebut dapat dijadikan jawaban atas masalah
penelitian. Selanjutnya untuk memperoleh data yang kredibel kemudian
dilakukan pengujian. dengan teknik triangulasi dan member check yaitu proses
check and recheck antara sumber data yang satu dengan sumber data lainnya.
Setelah semua proses analisis data telah selesai dilakukan oleh peneliti maka
langkah selanjutnya dapat dilakukan penyimpulan akhir. Kesimpulan akhir dapat
diambil ketika peneliti telah merasa bahwa data yang diperoleh peneliti telah
bersifat kredibel dan sudah jenuh.
4.3 Deskripsi Hasil Penelitian
Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai pada dasarnya
adalah sebuah program yang dibuat dalam upaya peningkatan kualitas hidup
masyarakat pesisir dan perbaikan wilayah pesisir dengan menekankan pada
tiga aspek yaitu peningkatan ekonomi, perbaikan infrastruktur dasar, dan
pemberdayan masyarakat. Dalam Program Gerbang Mapan, strategi,
kebijakan maupun kegiatan yang dilakukan disesuaikan dengan kebutuhan
93
masyarakat pesisir Kabupaten Tangerang. Untuk mengetahui bagaimana
mengenai Evaluasi Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai di
Kabupaten Tangerang dengan menggunakan model Teori Evaluasi Kebijakan
CIPP menurut Daniel Stufflebeam (1966), model evaluasi kebijakan ini harus
dilakukan secara linear dan berurutan meliputi 4 tahapan, yaitu:
4.3.1 Evaluasi Konteks
Evaluasi terhadap konteks adalah evaluasi tahap pertama yang
dilakukan dalam evaluasi Program Gerbang Mapan, tahapan ini dilakukan
untuk mengetahui latar belakang dan tujuan program serta mengetahui
strategi dan kebutuhan apa yang dibutuhkan dalam pelaksanaan Program
Gerbang Mapan. Sebuah kebijakan lahir bukan tidak ada sebabnya, bukan
merupakan pemikiran asal dan proses yang singkat. Pembuatan kebijakan
adalah sebuah proses panjang yang melibatkan stakeholders terkait, demi
membentuk kebijakan atau program yang dapat digunakan sebagai alat
penyelesaian masalah publik yang sedang dan atau akan terjadi.
Latar belakang adanya Program Gerbang Mapan adalah berawal dari
adanya program bantuan pusat yaitu PDPT (Pengembangan Desa Pesisir
Tangguh) oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
di beberapa wilayah pesisir Indonesia dan salah satu desa pesisir yang
menerima Program PDPT adalah Desa Muara Kecamatan Teluknaga yang
berada di wilayah administrasi Kabupaten Tangerang. Program ini dimulai
tahun 2011-2014, dalam program tersebut ada beberapa kegiatan yang
94
sangat membantu pembangunan wilayah dan masyarakat pesisir. Seperti
yang dikatakan oleh I1-1:
Program Gerbang Mapan merupakan sebuah program yang
terinspirasi dari program pusat yang kita kenal dengan nama PDPT
(Pengembangan Desa Pesisir Tangguh) yang didalamnya ada beberapa
kegiatan-kegiatan yang menjadi andalan seperti bina sumberdaya
manusia, bina lingkungan termasuk didalamnya adalah pembangunan
infrastruktur desa, bina ekonomi dan yang lainnya. Karena pada tahun
2014 program tersebut akan berakhir dan Kabupaten Tangerang
memiliki Bupati baru yang berjanji untuk memperbaiki wilayah pesisir
(Selasa, 15 Mei 2016, pukul 10.02 di Kantor Dinas Perikanan Kab.
Tangerang)
Berdasarkan hasil wawancara di atas program yang berakhir pada
tahun 2014 ini bersamaan dengan habisnya masa kepemimpinan Bupati
dan akan digantikan Bupati yang baru. Melihat kegiatan yang bagus dan
menjadi andalan Program PDPT, calon Bupati pada masa itu mencoba
menyelaraskan kebijakan pusat dengan kebijakan daerah dengan membuat
atau meneruskan program yang telah ada dan membentuknya pada skala
kabupaten. Hal ini juga disampaikan oleh I1-2:
“Latar belakang dibentuknya Program Gerbang Mapan
memang salah satunya adalah terinspirasi dari program pusat dari
Kementerian Kelautan dan Perikanan yaitu PDPT (Pengembangan
Desa Pesisir Tangguh) yang sebelumnya pernah sukses diterapkan
disalah satu desa di Kabupaten Tangerang yaitu Desa Muara
Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang, karena banyak juga
progam-program unggulan Kabupaten Tangerang yang meniru
program pusat seperti Gebrak Pak Kumis, PNPM Kabupaten
Tangerang dan juga Gerbang Mapan itu sendiri. Selain itu Program
Gerbang Mapan dibuat karena kondisi wilayah dan masyarakat
pesisir Kabupaten Tangerang yang masih memperihatinkan dan
butuh pendampingan.” (Kamis, 17 Mei 2018, Pukul 14.25 di
Kantor Bappeda Kab. Tangerang)
Berdasarkan wawancara tersebut, melihat kondisi pesisir
Kabupaten Tangerang yang memprihatinkan dan butuh pendampingan
95
maka dalam kampanyenya calon Bupati mencoba menawarkan sebuah
program dengan tujuan untuk menata kembali wilayah pesisir Kabupaten
Tangerang. Kondisi pesisir Kabupaten Tangerang memiliki masalah utama
yaitu permasalahan ekonomi, pendidikan, kesehatan dan kerusakan
lingkungan yang semakin meluas. Dengan permasalahan yang terjadi,
Bupati terpilih mencoba merealisasikan janji kampanyenya dalam sebuah
program yang kemudian diberi nama Program Gerakan Pembangunan
Masyarakat Pantai yang kemudian lebih sering disebut sebagai Program
Gerbang Mapan. Program Gerbang Mapan ini berlandasakan Peraturan
Daerah No. 5 Tahun 2013 tentang Dokumen Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2013-2018. Dalam
dokumen RPJMD Kabupaten Tangerang tahun 2013-2018 Program
Gerbang Mapan dicantumkan sebagai salah satu dari 25 program unggulan
yang memiliki tiga fokus utama yaitu peningkatan ekonomi, perbaikan
infrastruktur dan pemberdayaan masyarakat dengan tujuan akan
terciptanya percepatan perekonomian melalui masyarakat yang lebih
berdaya dengan didukung oleh infrastruktur dasar pendukung ekonomi,
pendidikan dan kesehatan yang lebih baik.
Sebagai Badan yang bertugas menterjemahkan visi dan misi kepala
daerah kedalam sebuah kebijakan maupun program, Bappeda kemudian
membuat sebuah rapat koordinasi dengan menghadirkan SKPD terkait
untuk membahas mengenai Program Gerbang Mapan yang merupakan
program lintas sektor dan memilih Dinas Perikanan sebagai leading sector
96
dan akan dibantu oleh SKPD-SKPD terkait dalam pelaksanaannya seperti
yang disampaikan oleh I1-1 :
kemudian kami dipanggil oleh Bappeda diberitahukan
sebuah top down program, dimana program tersebut sudah
memiliki nama yaitu Program Gerakan Pembangunan Masyarakat
Pantai (Gerbang Mapan). Yang secara terminologi kurang sesuai
karena tidak menggunakan istilah pesisir, namun diakhir kita
malah bersyukur karena setelah ada UU No.23 Tahun 2014 tidak
boleh lagi digunakan istilah pesisir. (Selasa, 15 Mei 2016, pukul
10.02 di Kantor Dinas Perikanan Kab. Tangerang)
Berdasarkan hasil wawancara di atas, Dinas Perikanan adalah
SKPD yang kemudian dipercaya dalam memegang Program Gerbang
Mapan, karena pada awalnya Dinas Perikanan masih mengurusi mengenai
kela utan dimana identik dengan perikanan, nelayan dan kehidupan pesisir
meskipun diawal tidak ada istilah pesisir yang digunakan dalam program
tersebut. Namun setelah adanya UU No. 23 Tahun 2014, kewenangan laut
tidak lagi berada pada tataran pemerintah kabupaten dan tidak lagi
menggunakan istilah-istilah pesisir. Program Gerbang Mapan yang
merupakan bentuk realisasi dari janjinya sebagai bupati terpilih, seperti
yang disampaikan oleh I1-3 :
“Program Gerbang Mapan ini sebenarnya merupakan janji
bupati atau top down program yang dipadukan dengan bottom up
program, karena selain inisiasi dari bupati terpilih kita juga
meminta setiap desa untuk melakukan musyawarah desa dengan
melibatkan masyarakat untuk menarik isu-isu permasalahan yang
ada di setiap desa di wilayah pesisir Kabupaten Tangerang.”
(Rabu, 16 Mei 2018, Pukul 10.00 di Kantor PKSPL IPB Bogor)
Berdasarkan hasil kutipan wawancara diatas bahwa Program
Gerbang Mapan dilakukan dengan menggabungkan bottom up program
dengan top down program dimana kebijakan tersebut disesuaikan
97
kebutuhan masyarakat. Untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan
masyarakat, terlepas dari janji Bupati kondisi wilayah pesisir Kabupaten
Tangerang yang masih memprihatinkan juga mendorong latar belakang
Program Gerbang Mapan ini adalah seperti yang disampaikan I2-2:
“Program ini dibentuk sebagai alat untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat pantai, untuk melestarikan lingkungan
pesisir serta diharapkan dengan adanya Program Gerbang Mapan
akan membantu masyarakat pesisir untuk meningkatkan
pendapatan perkapita. (Selasa, 15 Mei 2018, Pukul 11.35 di Kantor
DLHK Kab. Tangerang)
Sama halnya dengan yang disampaikan oleh I2-1 :
“Sebenarnya saya juga kurang mengikuti Program Gerbang
Mapan ini, tapi saya rasa program ini dibuat pasti beralasan, salah
satunya ya mba yang mungkin mba tau juga kalau wilayah pesisir
Kabupaten Tangerang merupakan wilayah yang memang masih
rendah kesejahteraannya dan butuh pendampingan. Selain itu dari
sisi lingkungan juga masih sering terjadi abrasi, pencemaran
sungai, mangrove juga yang masih kurang dan juga ekonomi
nelayan yang masih jauh dari garis kesejahteraan. Dari sisi
kesehatan juga masih banyak masyarakat yang dolbon atau BAB di
sawah, yang tentu masyarakat dan wilayah seperti ini butuh
penataan ruang baik jalan, sanitasi dan infrastruktur lainnya.
(Kamis, 17 Mei 2018, Pukul 08.24 di Kantor Dinas Tata Ruang
dan Bangunan Kab. Tangerang)
Berdasarkan wasil wawancara diatas, latar belakang yang melihat
masih buruknya kondisi di wilayah pesisir maka tujuan dari Program
Gerbang Mapan haruslah sesuai dengan kebutuhan masyarakat pesisir.
Melihat sudah dilakukan juga perpaduan antara kebijakan dari eksekutor
dengan melibatkan masyarakat didalamnya, dimana dalam gaungnya
tujuan Program Gerbang Mapan merupakan program yang dapat
membantu percepatan perekonomian, peningkatan infrastruktur dan
98
meningkatkan masyarakat yang lebih berdaya. Sama halnya dengan yang
disampaikan oleh I1-1 :
“Dalam Program Gerbang Mapan itu ada tiga yang menjadi
tujuan utama yaitu peningkatan ekonomi, perbaikan infrastuktur
dan pemberdayaan masyarakat. Setelah kita melakukan kajian dan
mengidentifikasi permasalahan yang ada di pesisir, saya rasa
sangat relevan. Karena Roadmap Program yang sudah kami buat
pun sejalan dengan rumusan Bappeda dimana merupakan janji-
janji yang diutarakan Bupati terpilih.” (Selasa, 15 Mei 2016, pukul
10.02 di Kantor Dinas Perikanan Kab. Tangerang)
Berdasarkan hasil kutipan wawancara di atas bahwa untuk
membuat tujuan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat sudah
dilakukan observasi langsung dan mengkaji kebutuhan masyarakat dan
wilayah pesisir. Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan dari I1-2 :
“Tentu tujuannya untuk menata wilayah pesisir, membangun
masyarakatnya, lingkungannya dan saya rasa tujuan ini memang
sudah relevan dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat pesisir
di Kabupaten Tangerang.” (Kamis, 17 Mei 2018, Pukul 14.25 di
Kantor Bappeda Kab. Tangerang)
Hal serupa juga disampaikan oleh I2-1 “Saya rasa sih relevan ya
mba dengan kondisi pesisir yang sudah saya sebutkan tadi.” Begitupun
dengan pernyataan dari I2-2 bahwa :
“Sangat relevan tujuan dari program dengan kebutuhan
masyarakat pesisir seperti yang bidang saya lakukan yaitu
penanaman atau konservasi mangrove dengan memberdayakan
masyarkat serta bermanfaat untuk mengurangi abrasi yang terjadi
di wilayah pesisir.” (Selasa, 15 Mei 2018, Pukul 11.35 di Kantor
DLHK Kab. Tangerang)
Hal yang sama juga disampaikan oleh I1-3, namun ada yang berbeda
dengan pernyataannya yaitu:
“Menurut saya sudah relevan, program ini juga melibatkan
masyarakat untuk menentukan isu permasalahan yang ada di desa
99
masing-masing sehingga bisa sejalan antara kebutuhan dengan
program yang ada. Namun Program Gerbang Mapan ini
merupakan program pembangunan yang menyasar hampir semua
aspek atau pembangunan secara menyeluruh namun fokus pada
wilayah pesisir. Dengan wilayah pesisir Tangerang yang sangat
luas dan kondisi SDM yang kurang maka program ini tentu tidak
berjalan dengan mudah.” (Rabu, 16 Mei 2018, Pukul 10.00 di
Kantor PKSPL IPB Bogor)
Berdasarkan hasil kutipan-kutipan wawancara di atas bahwa tujuan
dari Program Gerbang Mapan sudah sesuai dengan kondisi atau kebutuhan
masyarakat di wilayah pesisisr, namun tujuan yang telah relevan sedikit
tidak realistis bila melihat sasaran Program Gerbang Mapan karena
luasnya cakupan wilayah yang menjadi sasaran program, yaitu terdiri dari
8 kecamatan atau 25 desa pesisir yang tersebar di Pantai Utara Kabupaten
Tangerang.
Dinas Perikanan sebagai leading sector Program Gerbang Mapan
kemudian meminta untuk menghadirkan pihak ketiga untuk membantu
merencanakan perjalanan program, mulai dari menggali isu-isu dan
permasalahan strategi yang perlu diselesaikan melalui Program Gerbang
Mapan. Hal ini merupakan hal yang dibutuhkan dalam perencanaan
program dan strategi untuk memaksimalkan Program. Strategi sangat
dibutuhkan untuk melaksanakan sebuah kebijakan agar tujuan dapat
tercapai dengan efektif dan efisien. Dalam Program Gerbang Mapan
sebagi strategi awal yang dilakukan Dinas Perikanan adalah dengan
100
memilih calon pihak ketiga diantaranya UGM, UNBRAW, UNDIP dan
IPB.. Seperti yang disampaikan oleh I1-1 :
“Pertama pemilihan pihak akademisi yang kita ambil dari
universitas negeri dan tidak mengambil dari universitas swasta
karena hasilnya yang kurang memuaskan. Dengan menggandeng
IPB ini memberikan kualitas-kualitas dan masukan masukan baru
untuk Kabupaten Tangerang.” (Selasa, 15 Mei 2016, pukul 10.02
di Kantor Dinas Perikanan Kab. Tangerang)
Berdasarkan kutipan diatas bahwa Dinas Perikanan memilih
PKSPL IPB dengan menilai efektifitas dan efisiensi menimbang IPB
merupakan Universitas negeri terdekat dengan Kabupaten Tangerang dan
PKSPL IPB merupakan organisasi yang sudah berpengalaman dalam
membantu pembangunan pesisir dibeberapa wilayah di Indonesia.
Sehingga tentu akan lebih mudah untuk mempelajari keadaan Kabupaten
Tangerang.
Strategi lain yang perlu dilakukan adalah mengenalkan Program
Gerbang Mapan kepada pihak-pihak yang terlibat. Sosialisasi merupakan
hal yang penting dalam sebuah pelaksanaan kebijakan. Sosialisasi
merupakan sebuah pemberian pelajaran maupun pemahaman kepada agen-
agen pelaksana yang terlibat dalam Program Gerbang Mapan baik dengan
SKPD di Kabupaten Tangerang maupun masyarakat sebagai penerima
kebijakan. Dengan dilakukan sosialisasi yang baik akan dihasilkan
kesamaan pikiran dan pandangan mengenai Program Gerbang Mapan
sehingga pelaksanaan program akan semakin mudah dan efektif.
101
Sosialisasi yang dilakukan dalam Program Gerbang Mapan dilakukan
secara bertahap. Seperti yang dikatakan oleh I1-1 :
“Sosialisasi yang kita lakukan bertahap, yang pertama
dilakukan saat penyusunan roadmap, yang diberikan saat
pelatihan-pelatihan dilakukan dan ketiga saat pelaksanaan masing-
masing kegiatan.” (Selasa, 15 Mei 2016, pukul 10.02 di Kantor
Dinas Perikanan Kab. Tangerang)
Berdasarkan kutipan wawancara di atas sosialisasi yang dilakukan
tidak secara khusus diberikan pengenalan kepada masyarakat tapi
dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan program. Namun dalam
pelaksanaan Program Gerbang Mapan sosialisasi pada tahap pertama
dirasa tidak terlaksana dengan baik, sosialisasi yang dilakukan adalah
melalui forum yang berisi SKPD-SKPD terkait beserta aparatur desa dan
masyarakat. Namun berdasarkan data yang didapatkan dari dokumen
evaluasi Program Gerbang Mapan, kegiatan itu diikuti hanya oleh
beberapa SKPD dan 15 desa dari 25 desa pesisir yang ada. selanjutnya
hanya 3 kepala daerah yang berhasil merampungkan RPDP (Rencana
Pengembangan Desa Pesisir). Dengan buruknya sosialisasi yang ada maka,
akan terputusnya informasi mengenai Program Gerbang Mapan kepada
desa dan masyarakat. Hal ini kemudian menyebabkan masyarakat banyak
yang tidak mengetahui terkait dengan Program Gerbang Mapan. Hal ini
terjadi di Desa Ketapang, Desa Tanjung Anom, Desa Kronjo, Desa
Tanjung Pasir, Kecamatan Kosambi, Desa Surya Bahasri, Desa Karang
Serang dan lainnya. Baik aparatur desa maupun masyarakat cenderung
tidak mengetahui dengan baik dan bersifat cuek terhadap adanya Program
102
Gerbang Mapan meskipun diantaranya telah menerima bantuan dari
Program Gerbang Mapan. Seperti yang disampaikan oleh (I2-12) “Kalau
programnya saya sebenarnya kurang tau sih” begitu juga dengan I2-13
“Programnya kurang tau mba tapi pernah sih dapat bantuan dari
perikanan.” Hal serupa juga disampaikan oleh I2-9 :
“Kalau Program Gerbang Mapan sendiri awalnya saya
memang tidak tahu, awalnya itu saya tiba-tiba dipanggil oleh
kades, ada ibu-ibu PKK dan ibu Hj Tamimah selaku sekretaris
Dinas Perikanan dan bicara mengenai olahan bandeng presto dan
saya ini dianggap bisa untuk hal tersebut. Nah dari kegiatan itu
baru lah dibuat kelompok pengolahan ini. Saya ditunjuk untuk
menjadi ketua kelompok, dan dikelompok memang dibagi-bagi
tugasnya ada yang produksi, ada yang pemasaran tapi selanjutnya
warga sini atau ibu-ibu PKK yang sebelumnya ikut kegiatan
tersebut malah tidak mau meneruskan. Jadinya sekarang saya dan
keluarga menjalankan usaha olahan ikan ini, sampai Alhamdulillah
saya sudah bisa buka cabang rumah makan.” (Minggu, 20 Mei
2018, Pukul 10.11, di Rumah Makan Barokah Desa Muara)
Hal serupa disampaikan oleh I2-7 :
“kalau tau atau paham Program Gerbang Mapannya sendiri
sih ibu sebenernya kurang tau ya, paling sering ikutnya itu
pelatihan-pelatian pengolahannya aja. Dan bantuan kayak gini ya
dari Dinas Perikanan.”
Berdasarkan hasil kutipan wawancara di atas menunjukkan
pengetahuan masyarakat mengenai Program Gerbang Mapan sangat minim,
bahkan setelah mendapat bantuan mereka masih belum mengetahui asal
bantuan tersebut. Padahal selain melalui FGD, sosialisasi juga telah
menggunakan beberapa pihak untuk dapat menyampaikan baik dari
kecamatan, desa dan tokoh masyarakat serta spanduk saat kegiatan
berlangsung.
103
1.3.2 Evaluasi Input
Evaluasi terhadap masukan dilakukan untuk menilai masukan yang
ada dalam Program Gerbang Mapan diantaranya sumberdaya manusia
sebagi agen pelaksana Program dan Sumberdaya finansial yang digunakan
dalam Program Gerbang Mapan selain itu sebenarnya masukan dalam
suatu program juga termasuk didalamnya sarana dan prasarana
pendukung. Dalam Program Gerbang Mapan sarana dan prasarana
pendukung tersebut tidak menjadi fokus khusus dalam pelaksanaan
program. Berbicara sebuah keberhasilan kebijakan atau program akan
ditentukan maksimal atau tidaknya dari bagaimana memanfaatkan
sumberdaya yang tersedia. Sumberdaya manusia dengan sumberdaya
finansial adalah masukan yang saling terkait, sumberdaya manusia yang
cukup dan berkompeten tapi tidak diimbangi dengan sumberdaya finansial
yang memadai tentu program akan sulit dilaksanakan karena untuk
menjalankan suatu program memerlukan biaya, begitu sebaliknya
anggaran yang cukup tapi tidak ada sumberdaya manusia yang
menjalankan maka program juga tidak akan berjalan dengan optimal.
Proses pelaksanaan kebijakan menuntut adanya sumberdaya
manusia yang berkualitas sesuai dengan pekerjaannya yang diisyaratkan
oleh kebijakan yang telah ditetapkan secara politik. Tetapi saat kompetensi
dan kapabilitas dari sumber daya itu nihil maka kinerja kebijakan publik
sangat sulit diharapkan. Dalam pelaksanaan Program Gerbang Mapan
sebagai program lintas sektor, sumberdaya manusia yang terlibat hampir
104
dari semua sektor, diantaranya pemerintah daerah, pemerintahan desa,
organisasi masyarakat, akademisi dan lembaga lain yang relevan dengan
Progam Gerbang Mapan. Lembaga pemerintah yang dimaksud adalah
dinas-dinas teknis yang relevan terhadap Program Gerbang Mapan
diantaranya Bappeda, Dinas Tata Ruang dan Bangunan, Dinas Lingkungan
Hidup dan Kebersihan, Dinas UMKM dan Koperasi, Dinas Bina Marga,
Dinas Pariwisata, Dinas Pertanian dan Ketahaan Pangan dan lainnya.
Dengan melihat SKPD yang terlibat, menurut peneliti secara
kuantitas sumberdaya manusia yang ada sudah mencukupi, Seperti yang
disampaikan oleh I2-2:
“Dilihat dari tim koordinasi yang dibentuk, saya rasa sudah
cukup karena didalamnya sudah ada Dinas Perikanan, Bappeda,
Dinas Koperasi dan UMKM, Dinas Cipta Karya dan lainnya.
Apabila bicara sikap mereka terkait Gerbang Mapan saya juga
kurang tahu pasti, tapi satu dua kali bertemu cukup baik semisal
ada rapat atau kunjungan lapangan mereka turut serta.” (Selasa, 15
Mei 2018, Pukul 11.35 di Kantor DLHK Kab. Tangerang)
Dan secara kualitas melihat sumberdaya manusia ini berasal dari hasil
seleksi yang cukup ketat maka profesionalitasnya sudah tidak diragukan
lagi. Hal serupa juga disampaikan oleh I1-2:
“Sumber Daya Manusia yang ada sih cukup karena dinas-
dinas teknis juga sudah professional, hanya saja kendalanya masih
lemahnya koordinasi antara SKPD terkait dan Bappeda hanya
diawal selanjutnya dinas perikanan yang mengadakan koordinasi
hanya saja memang apabila yang melakukan koordinasi adalah
perikanan sebagai dinas teknis akan sulit beda dengan Bappeda
yang menjangkau semua SKPD.” (Kamis, 17 Mei 2018, Pukul
14.25 di Kantor Bappeda Kab. Tangerang)
Berdasarkan hasil wawancara diatas kecukupan sumberdaya
dengan adanya tim yang ada bisa dikatakan cukup namun kecukupan tanpa
105
didorong dengan sikap mau ikut andil dan berkontribusi belum dapat
dipastikan. Hal berbeda disampaikan oleh I1-1:
“Sebenernya sumberdaya manusia yang ada untuk
melaksanakan program cukup, namun karena di Kabupaten ini
terlalu banyak program unggulan sehingga SDM tersebut pun
sibuk untuk melaksanakan program unggulan lain. Untuk rapat-
rapat koordinasi yang diadakan juga sulit sekali mengumpulkan.
Jadi yang seharusnya dapat dikerjakan bersama malah tidak
dikerjakan, dan harapan saya kedepan hal tersebut dapat
terlaksana.” (Selasa, 15 Mei 2016, pukul 10.02 di Kantor Dinas
Perikanan Kab. Tangerang)
Berdasarkan wawancara diatas bahwa rasa ingin terlibat dan
kemauan dalam program menjadi salah satu pemicu dari keberhasilan
Program Gerbang Mapan. Karena yang sangat diperlukan dalam Program
lintas SKPD/dinas adalah koordinasi yang terus terjaga dengan baik.
Dengan koordinasi yang terbangun maka akan mudah untuk melaksanakan
tugas dan fungsi tanpa adanya tekanan maupun perintah dari pimpinan.
Hal ini diperkuat dengan penyataan I1-3 :
“Dengan sistem ICM, dimana pembangunan pesisir itu
adalah pembangunan yang terintegrasi dan terpadu dengan
melibatkan berbagai SKPD terkait rasanya untuk kecukupan SDM
sangat cukup namun kedala yang ditemukan adalah kurangnya
koordinasi yang dibangun dalam tim Gerbang Mapan sehingga
kerjasama yang diharapkan kemudian tidak tercapai.” (Rabu, 16
Mei 2018, Pukul 10.00 di Kantor PKSPL IPB Bogor)
Dari hasil wawancara di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
sumberdaya manusia yang cukup secara kuantitas dan baik secara kualitas
adalah sumberdaya yang mampu melaksanakan sebuah program atau
kebijakan dengan baik, namun yang tidak kalah menjadi sorotan adalah
koordinasi dan komunikasi yang dibangun dengan sesama agen pelaksana.
106
Karena yang kemudian menjadi permasalahan dalam Program Gerbang
Mapan adalah koordinasi dan komunikasi yang terjalin antar sumberdaya
manusia tidak berjalan dengan baik, meskipun sudah dibentuk tim
koordinasi untuk memudahkan pola koordinasi dan komunikasi yang
dibangun dalam pelaksanaan Program Gerbang Mapan.
Berdasarkan data yang ditemukan peneliti dilapangan koordinasi
yang tidak baik ini didasarkan karena kurangnya rasa memiliki dan
kesadaran dari SKPD yang terlibat dalam Program Gerbang Mapan. Hal
ini disebabkan karena terlalu banyaknya program unggulan yang dimiliki
daerah, dan dibebankan kepada SKPD yang ada. Sehingga SKPD yang ada
disibukkan dengan program masing-masing, karena program tersebu juga
harus dijalankan dan dipertanggung jawabkan. Menurut peneliti, selain itu
koordinasi yang kurang baik juga terjadi karena adanya tumpang tindih
dan kerja ganda, karena perencanaan Program Gerbang Mapan yang tidak
disesuaikan dengan program unggulan lain dan program dinas yang ada.
apabila perencanaan dibuat selara maka pekerjaan setiap dinas akan lebih
terstruktur dan lebih ringkas lagi sehingga tujuan dari setiap program akan
dapat tercapai dengan efektif dan efisien.
Selain koordinasi antar SKPD yang belum berjalan dengan baik,
koordinasi yang dibangun dengan pemerintahan desa juga tidak berjalan
dengan mulus. Banyak desa-desa pesisir yang tidak mengindahkan
Program Gerbang Mapan khusunya dalam bekerja sama dalam
menyukseskan Program Gerbang Mapan. Hal ini juga bermula dari
107
sosialisasi yang kurang berjalan dengan baik dan tidak diindahkan oleh
pemerintah desa. Seperti yang telah disampaikan sebelumnya masih
banyak desa atau aparatur desa yang tidak mengetahui Program Gerbang
Mapan. Selain itu koordinasi dengan desa yang buruk disebabkan pula ada
pergantian pemerintahan desa sehingga, informasi yang diturunkan tidak
secara jelas tersampaikan sehingga koordinasi dan komunikasi menjadi
tidak berlanjut.
Selanjutnya masukan yang dievaluasi oleh peneliti adalah
sumberdaya finansial yang digunakan untuk membiayai Program Gerbang
Mapan. Program Gerbang Mapan yang merupakan salah satu program
unggulan mendapat pembiayaan program yang berasal dari APBD
Kabupaten Tangerang. Hal ini dinyatakan oleh I1-1 bahwa “Anggaran yang
digunakan merupakan anggaran yang berasal murni dari APBD Kabupaten
Tangerang”, hal senada juga disampaikan oleh I1-3 “Asal anggaran yang
digunakan adalah APBD Kabupaten Tangerang.” Hanya saja Program
Gerbang Mapan yang merupakan program unggulan Kabupaten
Tangerang memiliki pagu anggarannya sendiri, hal ini disampaikan oleh
I1-2 :
“Anggaran yang digunakan merupakan anggaran yang
berasal murni dari APBD Kabupaten Tangerang. Anggaran
program unggulan maupun program dinas itu sama yaitu dari
APBD. Di APBD ada pagu wajib dan strategis, Program Gerbang
Mapan masuk pada pagu strategis dan unggulan berbeda dengan
anggaran dinas.” (Kamis, 17 Mei 2018, Pukul 14.25 di Kantor
Bappeda Kab. Tangerang)
108
Berdasarkan hal di atas dapat disimpulkan bahwa setiap program
memiliki pagu anggarannya yang berbeda-beda, hal ini membuktikan
kesiapan daerah untuk membantu setiap programnya agar mendapat
pendanaan yang cukup. Anggaran atau dana adalah hal yang sangat
dibutuhkan dalam menjalankan sebuah program, sumberdaya manusia
yang berkompeten sekalipun apabila anggaran untuk melaksanakan
program tidak tercukupi maka program atau kebijakan tersebut akan sulit
terlaksana. Secara jumlah anggaran yang diberikan dalam Program
Gerbang Mapan memang tidak disebutkan besaran anggaran dari APBD.
Anggaran program unggulan khususnya Program Gerbang Mapan
sepenuhnya dipegang Bappeda, dinas teknis bisa menganggarkan belanja
kegiatan yang akan dilakukan sesuai dengan roadmap Gerbang Mapan dan
melaporkan kepada Bappeda. Secara kecukupan, Program Gerbang Mapan
mendapat anggaran yang cukup untuk melaksanakan kegiatan seperti yang
disampaikan oleh I1-2:
“Untuk kecukupan anggaran di Program Gerbang Mapan
sangat cukup. Dan pembagian anggaran ditiap dinas disesuaikan
dengan pembagian tugas yang ada di roadmap. Tapi karena
penganggaran Gerbang Mapan yang belum selaras dengan program
kerja dinas maka sulit juga dan biasanya akan disesuaikan
diperubahan anggaran.” (Kamis, 17 Mei 2018, Pukul 14.25 di
Kantor Bappeda Kab. Tangerang)
Berdasarkan hasil wawancara di atas bahwa anggaran yang
diberikan memang sudah cukup untuk melaksanakan Program Gerbang
Mapan, tiap dinas harus memberikan rencana anggaran yang sesuai
109
dengan yang telah disetujui dalam roadmap Gerbang Mapan. Berbeda
dengan yang disampaikan oleh I2-2:
“Anggaran yang digunakan tentu adalah anggaran dinas
lingkungan hidup dan tidak ada anggaran khusus yang kami dapat
dari Progam Gerbang Mapan.” (Selasa, 15 Mei 2018, Pukul 11.35
di Kantor DLHK Kab. Tangerang)
Berdasarkan wawancara di atas bahwa Dinas Lingkungan Hidup
dan Kebersihan Kabupaten Tangerang tidak mendapatkan anggaran yang
berasal dari Program Gerbang Mapan, karena seperti yang sudah dikatakan
pembagian anggaran yang dilakukan oleh Bappeda dibagi sesuai dengan
pekerjaan yang tertera pada roadmap dan harus memberikan rencana
anggarannya. Hal ini terjadi juga karena kurang terintegrasinya Program
Gerbang Mapan dengan kegiatan dinas menimbulkan double job, yang
dimaksud adalah yang sudah ada dalam Program Gerbang Mapan kembali
direncanakan di kegiatan dinas sehingga akan sulit menentukan anggaran
yang digunakan, dengan kurangnya koordinasi tentu akan lebih mudah
menggunakan anggaran dinas sendiri. Karena bukan tidak ada anggaran,
anggaran yang disediakan cukup besar untuk Program Gerbang Mapan,
seperti yang disampaikan oleh I1-1 :
“Dari segi anggaran dapat dikatakan cukup bahkan lebih,
saya pernah ditawari untuk nilai anggaran mencapai 2-5 milyar
namun dengan keadaan yang seperti ini, hanya bergerak sendiri
dan banyak hal administratif yang perlu dilakukan dan harus
seimbang dengan yang dilakukan di lapangan saya merasa sulit
110
untuk mempertanggung jawabkan uang tersebut.” (Selasa, 15 Mei
2016, pukul 10.02 di Kantor Dinas Perikanan Kab. Tangerang)
Berdasarkan wawancara di atas, anggaran Program Gerbang
Mapan yang ditawarkan cukup besar, namun dalam birokrasi
pemerintahan setiap anggaran yang diberikan harus
dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya dan secara transparan.
Dengan kondisi seperti ini, menjalankan program dengan koordinasi yang
kurang baik dan bergerak sendiri sehingga akan kesulitan dalam
menyesuaikan antara kegiatan adminsitratif yang harus dibuat sebaik-
baiknya dan harus fokus memantau penyerapan anggaran di lapangan.
Selain kecukupan anggaran, ketepatan anggaran yang turun juga
merupakan hal yang perlu diperhatikan. Anggaran yang tidak sesuai waktu
tentu akan membuat eksekutor kebingungan menjalankan program, yang
mana setiap program perlu dana untuk pelaksanannya. Seperti yang terjadi
pada Program Gerbang Mapan, anggaran yang diberikan memang cukup
namun dari segi pencairan anggaran tidak tepat waktu seperti yang
disampaikan oleh I1-2:
“Namun bila dari sisi ketepatan anggaran, memang anggaran
yang turun suka terlambat kadang turun di akhir tahun jadi
pelaksanaan program juga mundur dan di lakukan di tahun
berikutnya.” (Kamis, 17 Mei 2018, Pukul 14.25 di Kantor Bappeda
Kab. Tangerang)
Hal serupa juga disampaikan oleh I1-1 :
“Dari segi ketepatan anggaran, mungkin hal ini yang
kemudian menjadi hambatan dalam pelaksanaan program Gerbang
Mapan. Distrubusi Anggaran yang turun untuk Program Gerbang
Mapan (Program Top Down) dipisahkan dari pagu anggaran dinas
111
tapi pencairan selalu dilakukan diakhir tahun. Dimana hal ini
membuat pelaksanaan Program menjadi terganggu dan mesti
banyak dilakukan penyesuaian di sana sini.” (Selasa, 15 Mei 2016,
pukul 10.02 di Kantor Dinas Perikanan Kab. Tangerang)
Berdasarkan hasil wawancara diatas adalah yang menjadi
hambatan dalam pelaksanaan Program Gerbang Mapan adalah dana yang
tidak sesuai penurunnanya, sampai dengan tahun 2017 kegiatan-kegiatan
yang dilakukan dalam Program Gerbang Mapan terus mengalami
penyesuaian agar tetap berjalan meskipun dana yang turun terlambat.
Dapat disimpulkan bahwa dalam Program Gerbang Mapan yang kemudian
menjadi permasalahan adalah anggaran yang turun sangat tidak pas
dengan waktu yang telah direncanakan sebelumnya. Sehingga terus
dilakukan perubahan-perubahan agar Program Gerbang Mapan tetap
berjalan. Seharusnya kecukupan dan ketepatan anggaran dapat berjalan
beriringan agar kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan dapat
diimplementasikan tepat pada waktunya sehingga maksimal tujuan yang
hendak dicapai.
Dalam evaluasi masukan mengenai Program Gerbang Mapan juga
membahas mengenai sarana dan prasarana pendukung program, namun
dalam Program ini sarana dan prasarana pendukung tidak difokuskan
karena seperti halnya kendaraan operasional setiap dinas sudah memiliki
dan hal lain seperti ruangan atau tempat untuk mengadakan pelatihan
maupun rapat berdasarkan observasi peneliti sudah cukup bagus dengan
mengadakan pelatiha atau rapat di Hotel, Rumah Makan maupun tempat-
tempat yang mendukung lainnya, selain itu juga dalam Program Gerbang
112
Mapan ini banyak juga dilakukan fasilitasi studi banding bagi masyarakat,
yang merupakan sarana yang cukup baik untuk melaksanakan Program
Gerban Mapan.
1.3.3 Evaluasi Proses
Tahapan yang ketiga dalam model evaluasi CIPP adalah evaluasi
terhadap proses, dalam evaluasi ini yang dilakukan adalah mengevaluasi
pelaksanaan program mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai pada
pengawasan yang dilakukan selama Program Gerbang Mapan. Selain itu
perlu juga mengidentifikasi hal yang menjadi hambatan atau masalah dalam
program sehingga peneliti dapat menganalisi lebih dalam pelaksanaan
Program Gerbang Mapan.
Pertama adalah perencanaan, perencanaan merupakan tahap awal
yang dilakukan dalam penyusunan sebuah kebijakan atau sebuah program.
Perencanaan menjadi ujung tombak dari sebuah pelakasanaan kebijakan.
Perencanaan sekaligus sosialisasi diawali dengan mengadakan FGD dan
juga musrembangdes di 25 desa dan 8 kecamatan pesisir, guna untuk
penggalian isu-isu, permasalahan dan potensi dimasing-masing desa.
Perencanaan ini dilakukan bersama dengan PKSPL IPB kemudian
menghasilkan dokumen perencanaan yang dikenal dengan roadmap
Gerbang Mapan dan disosialisasikan kepada SKPD terkait. Di dalam
roadmap tersebut terdapat profil Kabupaten Tangerang sampai dengan
profil desa-desa pesisir lengkap dengan isu strtegis dan permasalahan serta
113
sudah dirancang rencana aksi yang jelas siapa melakukan apa dan lokasinya
pun sudah jelas. Hal ini disampaikan oleh I1-3 :
“Dalam perencanaan Program Gerbang Mapan kita diawali
dengan membuat roadmap Gerbang Mapan, didalamnya sudah
sangat lengkap dan bagus karena sudah berisikan mengenai profil
wilayah pesisir, pemaparan mengenai isu-isu strategis yang ada di
wilayah pesisir sampai dengan rencana aksi Program Gerbang
Mapan lima tahun kedepan. Dalam pembuatan roadmap kami
berperan sebagai penggali isu-isu stratregis desa dan juga ikut serta
merumuskan kegiatan-kegiatan apa yang kemudian bisa menjadi
solusi untuk permasalahan-permasalahan yang ada. Selain itu kami
juga melakukan capacity building salah satunya dengan bimbingan
mengenai ICM (Integrated Coastal Management) kepada aparatur
desa dan SKPD terkait, hal ini dilakukan untuk menyamakan
pandangan bahwa pembangunan pesisir merupakan sebuah
pembangunan yang bersifat berkelanjutan dan perlu melibatkan
banyak aspek/SKPD.” (Rabu, 16 Mei 2018, Pukul 10.00 di Kantor
PKSPL IPB Bogor)
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan dalam tahap
perencanaan yang dilakukan oleh Dinas Perikanan dan PKSPL IPB tidak
hanya sebagai penggali isu strategis dan membantu menyusun roadmap
Gerbang Mapan tetapi PKSPL IPB membantu mengusulkan kegiatan-
kegiatan yang baik dilakukan dalam Program Gerbang Mapan sebagai
bentuk solusi dari permasalahan yang ada, selain itu PKSPL juga bersama
Dinas Perikanan membangun masyarakat melalui capacity building
sebagai bekal masyarakat untuk turut serta dalam pembangunan pesisir
dan membentuk pola pikir masyarakat dalam pembangunan pesisir yang
harus dilakukan secara berkelanjutan. Salah satu capacity building yang
dilakukan adalah pelatihan ICM (Integrated Coastal Management). Selain
bersama PKSPL IPB perencanaan juga melibatkan SKPD-SKPD yang
114
masuk dalam tim koordinasi Gerbang Mapan, Seperti yang yang
disampaikan oleh I1-3 adalah:
“Dalam perencanaan Bappeda berperan dalam koordinasi
terkait perencanaan program dan penganggaran program, selebihnya
yang melakukan adalah dinas teknis. Satu lagi yang dilakukan
Bappeda adalah membentuk tim koordinasi yang terdiri dari
beberapa SKPD Kabupaten Tangerang antara lain Dinas Perikanan,
Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Tata Ruang dan Bangunan, Dinas
Koperasi dan UMKM dan lainnya. Penganggaran yang dilakukan
juga kita lakukan sesuai dengan roadmap yang ada, apa yang
dikerjakan, siapa yang mengerjakan, mengerjakan apa, siapa
mengerjakanan apa akan kita usulkan ke Tim Anggaran Pemerintah
Daerah.” (Rabu, 16 Mei 2018, Pukul 10.00 di Kantor PKSPL IPB
Bogor)
Berdasarkan hasil wawancara di atas Bappeda sebagai badan yang
memiliki kewenangan dalam menjangkau setiap SKPD, berperan sebagai
koordinator dalam Program Gerbang Mapan selain itu juga berperan
sebagai badan penganggaran. Selain Bappeda dalam perencanaan ini
dinas-dinas terkait juga dilibatkan sebagai tim koordinasi yang telah
ditetapkan. Menurut peneliti sudah cukup baik karena mencakup hal-hal
yang dibutuhkan dalam pelaksanaan Program Gerbang Mapan sampai lima
tahun kedepan, dan telah memadukan antara keinginan pemerintah daerah
dengan kebutuhan masyarakat menggunakan metode FGD dan observasi,
sehingga yang direncanakan akan selaras dengan tujuan yang relevan
seperti sudah dikatakan sebelumnya. Namun yang menjadi permasalahan
dalam perencanaan Program Gerbang Mapan adalah tidak selaras dan
terintergrasinya perencanaan program unggulan dengan program
umggulan lainnya maupun kegiatan dinas. Program unggulan khususnya
Program Gerbang Mapan dikerjakan setelah setiap dinas selesai membuat
115
rencana kerja dinas, sehingga sulit untuk memadukan rencana yang sudah
rampung, dan sulit untuk menyesuaikannya ditahun pertama. Namun hal
tersebut terjadi pada tahun-tahun selanjutnya sehingga tetap sulit
mengkoordinasikan Program Gerbang Mapan dengan kegiatan dinas atau
SKPD teknis.
Dalam roadmap yang telah dibuat juga dituliskan kerangka kerja
dari Program Gerbang Mapan, sebagai berikut:
Gambar 4.4 Framework Gerbang Mapan
(Sumber: Roadmap Gerbang Mapan)
Dalam gambar diatas terlihat bahwa tahun 2014 merupakan tahapan
perencanaan, yang kemudian dilanjutkan pada tahun 2015 dengan
melaksanakan Program Gerbang Mapan pada tiga desa yang dipilih
berdasarkan pada potensi dan karakteristik msayarakat desa yang
menunjukkan keinginan untuk turut serta dalam Program Gerbang Mapan.
Tida desa yang terpilih adalah Desa Patramanggala Kecamatan Kemiri,
Desa Marga Mulya Kecamatan Mauk dan Desa Muara Kecamatan
Teluknaga. Dalam pelaksanaannya setiap desa memberikan respon dan
116
hasil yang berbeda terhadap Program Gerbang Mapan. Kegiatan yang
dilakukan selama tahun 2015 diantaranya ada pelatihan mangrove,
pelatihan budidaya, pelatihan pengolahan ikan, pembangunan sarana air
bersih, perbaikan turap atau saluran air tambak dan bantuan bibit bandeng.
Desa Patramanggala yang kemudian menjadi desa yang menunjukkan
kemajuan dari adanya Program Gerbang Mapan, ditunjukkan dengan
berjalannya kelompok-kelompok masyarakat yang didirikan mulai dari
kelompok mangrove, budidaya tambak sampai pengolahan. Dari ketiga
kegiatan tersebut perekonomian masyarakat mulai terbantu dan
menunjukkan adanya peningkatan. Berbeda dengan Desa Muara, di Desa
Muara kelompok masyarakat yang ada tidak berjalan dengan baik,
kelompok pengolahan yang telah mendapat bantuan tidak berjalan karena
masyarakat tidak ada yang ingin bergabung. Sehingga anggota kelompok
diisi oleh keluarga dari ketua kelompok, namun bantuan sarana air bersih
di Desa Muara memberikan dampak bagi masyarakat sekitar khususnya
untuk air minum walaupun dari dua sarana air bersih yang ada hanya 1
yang dapat berfungsi dengan baik. Sedangkan masyarakat nelayan dan
pembudidaya tambak belum merasakan adanya bantuan Program Gerbang
Mapan, untuk mangrove Desa Muara telah memiliki hutan mangrove yang
lebih baik dari desa-desa lainnya. Namun kepemilikannya diakui oleh
perorangan. Hal ini terjadi karena kurangnya perhatian dari aparatur Desa
Muara terhadap Program Gerbang Mapan. Hal yang sama terjadi di Desa
Marga Mulya, Program Gerbang Mapan sangat tidak terasa menyentuh
117
desa ini, hanya bantuan sarana air bersih yang dirasakan dan bantuan bak
sampah. Wilayah yang terkena abrasi semakin luas, hal ini terjadi karena
adanya peralihan kekuasaan pada tahun 2015, sehingga koordinasi
Program Gerbang Mapan yang dibangun pada masa kepemimpinana
sebelumnya tidak diwariskan dengan baik sehingga Program Gerbang
Mapan tidak berjalan optimal. Namun melihat keberhasilan yang terjadi di
Desa Patramanggala, bertepatan pada tahun 2016 dilakukan panen ikan
bandeng pertama dari Program Gerbang Mapan di Desa Patramanggala,
maka pemerintah menambah 6 desa untuk penerapan Program Gerbang
Mapan selanjutnya. Desa tersebut adalah Desa Kronjo, Tanjung Burung,
Ketapang, Karang Serang, Muncung, Kramat, dan Surya Bahari.
Pada tahun 2016, pemberdayaan yang dilakukan tidak jauh berbeda
namun ada tambahan yaitu pesisir mengajar, dan dibidang ekonomi ada
bantuan budidaya udang busmetik, bantuan alat tangkap ramah lingkungan
serta untuk infrastuktur dasar ada bantuan sarana reverse osmosi agar air
yang dihasilkan bisa langsung layak minum dan perbaikan TPI (Tempat
Pelelangan Ikan) di Kronjo, Surya Bahari dan Tanjung Pasir. Pada tahun
2017 tidak ada penambahan desa dan bentuk kegiatan lain yang dilakukan,
namun lebih mengarah pada kelanjutan kegiatan yang telah dilaksanakan
sebelumnya, pada pemberdayaan masyarakat yang dilakukan adalah
kegiatan Pesisir Mengajar dan infrastruktur dasar penataan PRPM di
Ketapang. Berikut rekapitulasi kegiatan sampai dengan tahun 2017:
118
TAHUN PENYUSUNAN ROADMAP PELATIHAN ICM
2014 - 1 MOU dengan IPB dan PKSPL
- 8 FGD dengan 8 Kecamatan
- 25 FGD dengan 25 desa pesisir
- 1 tim kerja lintas SKPD dengan SK Bupati
- 25 Aparat desa
- 20 SKPD terkait
- 1 PKSPL IPB (fasilitator)
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PENGUATAN EKONOMI INFRASTRUKTUR DASAR
2015 - 20 pelatihan ICM di tiga desa, 3 kecamatan
dan SKPD
- 25 pelatihan HE dan praktek di Desa
Patramanggala
- 45 pelatihan mangrove di Desa
Patramanggala, Desa Muara dan Desa
Margamulya
- 25 pelatihan pengolahan bandeng di Desa
Patramanggala, Desa Muara dan Desa
Margamulya
- Membuat 3 kelompok mangrove
- 150 pelatihan dan bantuan alat
composer sampah organik
- 50 hektar stimulant tambak bandeng
- 1 perencanaan jalan dan
jembatan
- 2 FS Embung air
- 4 paket air bersih komunal
- 10 paket pintu air tambak di
desa patramanggala
2016 - 30 Pelatihan ICM dan SOC
- 20 pelatihann Relawan Pesisir Mangajar
- 10 Pelatihan Mangrove di Desa
Patramanggala, Desa Muara dan Desa
Margamulya
- Teknologi udang Bumestik
- 1 Masterplan PRPM Desa Ketapang
- Paket alat pengolahan untuk 3 desa
- 5 hektar stimulant tambak bandeng
- 390 alat tangkap ramah lingkungan
- 38 GPS
- 5 paket air bersih komunal di
Desa Muara, Tanjung Burung,
Karang Serang, Ketapang dan
Margamulya
- 2 reverse osmosis di Desa
Patramanggala dan Muara
2017 - 20 pelatihan ICM dan SOC
- 60 Pelatihan Pesisir Mengajar
- 4050 Gerakan Makan Ikan Bersama Anak
SD di pesisir
- DED PRPM Ketapang 14,5
Ha
- 1 Pembangunan kantor dan
penataan PRPM 14,5 Ha
11
8
119
Berdasarkan tabel di atas bahwa kegiatan yang dilaksanakan dalam
Program Gerbang Mapan belum semua dilaksanakan, ada sekitar 100
kegiatan yang direncanakan dalam roadmap Gerbang Mapan. Dalam
pelaksanaannya Program Gerbang Mapan memang belum sesuai dengan
perencanaan diawal seperti yang disebutkan oleh I1-3 :
“Masih banyak sekali kegiatan-kegiatan dalam program
yang kemudian belum terlaksana, baik dari segi peningkatan
ekonomi maupun peningkatan infrastuktur dasar. Memang yang
paling terlihat dari program ini adalah kegiatan Pesisir Mengajar
dari segi pemberdayaan masyarakat, hanya kegiatan ini yang telah
menyisir seluruh desa pesisir atau sekitar 31 sekolah dasar di
wilayah pantai utara yang merasakan kegiatan ini.” (Rabu, 16 Mei
2018, Pukul 10.00, Di PKSPL IPB Bogor)
Berdasarkan hasil kutipan wawancara di atas, kegiatan yang
dilaksanakan dalam Program Gerbang Mapan belum tuntas karena dari
segi tiga fokus utama juga belum berjalan, seperti yang dikatakan oleh I1-1:
“Ada, apalagi dengan koordinasi yang kurang baik.
Terkadang bantuan yang diberikan menjadi tidak tuntas seperti
halnya bantuan pelatihan pengolahan dan bantuan alat pengolahan
ikan yang kemudian tidak dilanjutkan dengan bantuan pemasaran
dari dinas bersangkutan itu contoh saja. Dinas Perikanan sendiri
menilai dari keseluruhan kegiatan yang berjalan mungkin baru
mencapai 20%, kegiatan yang saya paling konsisten dan mencapai
di seluruh wilayah pesisir adalah kegiatan pesisir mengajar karena
dilihat dari segi sumberdaya manusia dan anggaran kegiatan ini lah
yang sangat mungkin untuk dilakukan.” (Selasa, 15 Mei 2018,
Pukul 10.02 di Kantor Dinas Perikanan)
Dari hasil kutipan wawancara di atas bahwa kegiatan yang
dilaksanakan pada Program Gerbang Mapan bahkan belum mencapai
setengah dari perencanaan yang dilakukan. Namun dapat kita lihat dari
kedua hasil wawancara tersebut bahwa ada kegiatan yang memang dapat
dilakukan secara baik yaitu pesisir mengajar. Pesisir mengajar ini
120
merupakan salah satu kegiatan yang dianggap paling mungkin dilakukan
dengan segala hambatan yang ada pada Program Gerbang Mapan.
Karena pada dasarnya, setiap program tentu tidak selalu berjalan
mulus, pasti ada hambatan dan kendala yang ditemukan selama
pelaksanaan program. Sama halnya dengan Program Gerbang Mapan ini,
dalam perencanaan yang telah dibuat dan disosialisasikan masih banyak
sekali kegiatan-kegiatan yang tidak dijalankan. Karena untuk mewujudkan
hal itu di tengah kondisi Kabupaten Tangerang dengan 25 program
unggulannya menjadi sebuah hambatan dalam pelaksanaan Program
Gerbang Mapan. Seperti yang disampaikan oleh I1-2:
“Namun Program Gerbang Mapan ini merupakan program
pembangunan yang menyasar hampir semua aspek atau
pembangunan secara menyeluruh namun fokus pada wilayah
pesisir. Dengan wilayah pesisir Tangerang yang sangat luas dan
kondisi SDM yang kurang maka program ini tentu tidak berjalan
dengan mudah.” (Kamis, 17 Mei 2018, Pukul 14.25 di Kantor
Bappeda Kab. Tangerang)
Hal serupa juga disampaikan oleh I1-3 bahwa:
“Salah satunya adalah wilayah pesisir kita yang luas dan
Gerbang Mapan ini mengarah pada semua aspek dan harus
melibatkan semua stakeholder. Selain itu juga kordinasi yang tidak
berjalan. Hambatan utamanya ya koordinasi itulah yang sulit.”
(Rabu, 16 Mei 2018, Pukul 10.00 di Kantor PKSPL IPB Bogor)
Berdasarkan hasil kutipan wawancara di atas luasnya sasaran
wilayah Program Gerbang Mapan menjadi salah satu faktor Program
Gerbang Mapan belum berjalan dengan optimal, ditambah lagi dengan
kondisi sumberdaya manusia, juga disampaikan bahwa kurangnya
121
koordinasi yang terjalin baik antar agen pelaksana. Hal ini juga
disampaikan oleh I2-1 :
“Hambatannya mungkin karena saya sendiri tidak
mengikuti secara continue jadi susah ya, di Kabupaten Tangerang
sendiri juga terlalu banyak program unggulan menyebabkan setiap
SKPD pasti sibuk dengan program unggulannya masing-masing.”
(Kamis, 17 Mei 2018, Pukul 08.24 di Kantor Dinas Tata Ruang
dan Bangunan Kab. Tangerang)118118
Hal yang sama disampaikan oleh I2-2 :
“Mungkin hambatannya adalah koordinasi yang dibangun
dari setiap SKPD terlibat, kalau rapat-rapat koordinasi saya hanya
ditanya dari DLHK apa yang bias dikerjakan? Karena kita fokus
pada mangrove maka kita ambil untuk konservasi mangrove
tersebut. Pengadaan air bersih juga sekarang bukan lagi di dinas
kami.” (Selasa, 15 Mei 2018, Pukul 11.35 di Kantor DLHK Kab.
Tangerang)
Begitupun yang disampaikan oleh I1-1 :
“Hambatan yang berarti adalah koordinasi dan komunikasi
dengan para stakeholder dan SKPD yang masih buruk, anggaran
yang turun tidak pada waktu yang tepat, serta mindset masyarakat
pesisir yang masih belum berubah.” (Selasa, 15 Mei 2016, pukul
10.02 di Kantor Dinas Perikanan Kab. Tangerang)
Pernyataan yang sedikit berbeda disampaikan oleh I1-2
“Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, hambatan yang
sangat berat adalah koordinasi antar SKPD di pemerintahan
Kabupaten Tangerang. Dengan terputusnya koordinasi yang
terbangun maka perencanaan yang telah dirancang akan sulit sekali
untuk diimplementasikan, terbukti dari progam atau kegiatan yang
dilakukan baru hanya kegiatan yang dilakukan oleh Dinas
Perikanan, hal ini juga adalah karena kesalahan yang menjadikan
Dinas Perikanan sebagai leading sector, karena Dinas Perikanan
juga merupakan dinas teknis maka akan sulit untuk melakukan
koordinasi dan evaluasi mengingat tidak adanya kewenangan akan
hal itu. Selanjutnya adalah lokasi yang luas dengan SDM yang
tidak mendukung juga semakin membuat sulit mencapai
keberhasilan Program Gerbang Mapan, mungkin kita harus
melakukan secara bertahap dengan memilih desa-desa prioritas
agar kegiatan juga terfokus dan memberikan hasil yang maksimal.”
122
(Kamis, 17 Mei 2018, Pukul 14.25 di Kantor Bappeda Kab.
Tangerang)
Berdasarkan pada kutipan wawancara di atas yang menjadi
hambatan utama dari Program Gerbang Mapan adalah koordinasi yang
dibangun dengan tim koordinasi SKPD. Dengan lemahnya atau tidak
terciptanya hubungan dan komuniksai yang baik sehingga pembagian
tugas yang telah dibagikan tidak berjalan sesusai dengan rencana yang
ada. Jauh di belakang tidak berjalannya koordinasi yang baik adalah
kesalahan pemilihan Dinas Perikanan sebagi leading sector dari Program
Gerbang Mapan karena dengan pemilihan dinas teknis sebagai leading
sector maka yang akan terjadi adalah kesulitan untuk melakukan
pengawasan, evaluasi atau memberikan sanksi kepada dinas teknis lain
apabila tidak melakukan tugas sebagaimana mestinya.
Selain koordinasi antar SKPD yang tidak berjalan dengan baik,
koordinasi dengan pemerintahan desa juga masih dianggap kurang
berjalan dengan baik. Setelah peneliti datang ke desa-desa pesisir, yang
ditemui adalah banyak aparatur desa yang kurang mengetahui tentang
Program Gerbang Mapan. Seperti yang ditemui di Desa Ketapang, Desa
Tanjung Anom, Desa Tanjung Pasir, Desa Muara, dan beberapa desa
lainnya.
Selain wilayah yang luas dan sumberdaya manusia yang berperan
aktif tidak mencukupi untuk melakukan program di seluruh desa pesisir di
Kabupaten Tangerang. Hambatan yang ketiga terletak pada masyarakat
pesisir itu sendiri. Seperti yang disampaikan I1-4:
123
“Hambatannya masih sulitnya memberikan pemahaman ke
kelompok maupun masyarakat mengenai manfaat dari mangrove,
masih banyak masyarakat yang menolak tambaknya ditanam
mangrove. Bahkan dikelompok harusnya bisa bekerja swadaya tapi
saya harus bisa memberikan bayaran biar anak-anak juga pada
semangat, istilahnya mah jangan sampe mereka kecewa jadi besok
mau lagi kalo disuruh nanem. Sebagai ketua saya harus bisa muter
uang modal dan pendapatan, kadang dari hasil tambak yang
penting anak-anak dikasih. insyaAllah saya ikhlas karena selain
memang mendapat penghasilan tambahan setidaknya saya
mungkin dapat pahal karena sudah mau menjaga lingkungan.”
(Jumat, 11 Mei 2018, Pukul 15.00 di Sekretariat Tunas Mandiri)
Berdasarkan wawancara diatas bahwa masyarakat yang tergerak belum
atas dasar kesadaran diri mereka sendiri, tidak munafik memang duit
adalah hal yang sangat dibutuhkan. Maka ada uang pasti jalan. Hal yang
hampir sama disampaikan oleh I2-9:
“Hambatannya ini sih karakter orang-orang disini, ya bisa
dibilang sih males ya dek, tidak mau untuk diajak berusaha. Kalau
saya jujur memang bukan orang asli sini, istri saya walaupun buta
huruf tapi dia mau berusaha ada kemauan jadi Alhamdulillah bisa
maju seperti sekarang. Bahkan saat pergantian kepala Desa Pak
Yasin, pengurus PKK yang baru juga sudah sempet diberikan
modal oleh dinas tapi ya begitu tidak berjalan. Saya juga setelah
dapat pelatihan ingin ngumpulin warga tapi ya ada saja alasannya.
Padahal kalau berjalan kelompok ini oleh masyarakat pasti akan
membantu walaupun sedikit. Sekarang paling yang bisa saya
lakukan untuk membantu masyarakat adalah dengan menarik
sebagai karyawan saja itu juga saya pilih yang benar-benar jujur
dan rajin. hambatan selanjutnya dari pihak desa memang kurang
perhatian dan kurang aktif kepada pemerintah daerah jadi kita juga
sulit berkembang dan sekarang alat-alat pengolahan juga sudah
ditarik oleh desa dan disimpan, saya juga kurang tau dipakai atau
tidaknya. Jadi bisa dibilang kelompok juga sekarang sudah ga aktif
lagi.” (Minggu, 20 Mei 2018, Pukul 10.11, di Rumah Makan
Barokah Desa Muara)
Berdasarkan wawancara di atas bahwa karakteristik masyarakat
sulit sekali dibentuk bahkan untuk kebaikan diri sendiri saja susah.
124
Menurut peneliti, masyarakat pesisir memiliki karakteristik yang berbeda.
Masyarakat pesisir cenderung sulit untuk menerima perubahan dan
memiliki sifat boros. Sehingga disaat masyarakat diberikan kegiatan
mereka enggan untuk menjalankan, disaat menerima bantuan tidak
digunakan sebaik-baiknya sebagai modal usaha dan diperuntukan
keberlanjutan agar berdampak pada peningkatan ekonomi. Sehingga
bantuan yang diberikan oleh pemerintah menjadi tidak efektif. seperti yang
disampaikan oleh I2-9 :
“Bantuan yang diberikan dari pemerintah itu saya lihat
kurang efektif, karena selanjutnya pendampingan dan
pengawasannya tidak dilakukan. Jadi bantuan tersebut malah
kearah konsumtif, maksudnya penerima bantuan ini terus
mengandalkan bantuan yang diberikan tapi tidak mampu
mengembangkan. Jadi mau mulai berusaha itu menunggu bantuan
dulu, dan hasil panen tersebut tidak digunakan dengan baik sebagai
modal berikutnya. Jadi usaha tidak berkembang, memang kalau
yang saya lihat itu karena faktor dari masyarakatnya sendiri sih.
Kalau seperti H. Kamisan, beliau bisa berkembang tapi anggota-
anggota kelompoknya tidak mengikuti hasil tambaknya juga masih
stagnan beda dengan H.Kamisan yang sudah sangat maju terbaik
lah udangnya di Kronjo. Dan saya rasa memang perlu
pendampingan yang intensif dari pemerintah setiap kali
memberikan bantuan, jadi bantuan yang diberikan tidak bersifat
konsumtif tapi continue dan dapat merubah taraf perekonomian
masyarakat.”
Berdasarkan kutipan wawancara di atas masyarakat belum bisa
memanfaatkan bantuan yang diberikan dan kelompok yang dibentuk
sebagaimana mestinya. Sehingga yang terjadi adalah kesenjangan ekonomi
yang tetap terjadi dan peningkatan ekonomi tidak terjadi secara merata. Dan
terus mengandalkan bantuan yang diberikan, hal serupa juga disampaikan
oleh I2-12 bahwa “Ya kalau bisa sih dibantu terus tapi kan ada gilirannya
125
harus bagi-bagi juga sama daerah yang lain.” Pernyataan ini memunculkan
persepsi masyarakat senang terus dibantu dan cenderung tidak ada
keinginan untuk bisa mandiri.
1.3.4 Evaluasi Hasil
Evaluasi terakhir yang dilakukan adalah evaluasi terhadap hasil.
Pada dasarnya sebuah kebijakan atau program dibuat untuk dapat
memberikan pengaruh atau membantu menyelesaikan permasalahan yang
terjadi pada masyarakat. Evaluasi terhadap hasil yang dilakukan pada
evaluasi Program Gerbang Mapan hanya dilakukan kepada daerah atau
desa-desa yang telah menerima Program Gerbang Mapan. Karena dalam
pelaksanaannya Program Gerbang Mapan belum dilaksanakan pada 25 desa
pesisir di Kabupaten Tangerang, tapi diyakini Program Gerbang Mapan
telah memberikan dampak, seperti yang disampaikan oleh I1-2 :
“Secara menyeluruh kami belum melakukan evaluasi terkait
hal tersebut. Tapi melihat target yang dicapai memang mencapai
target, namun indikator yang digunakan hanya desa atau sudah
dilakukan di desa tersebut meskipun belum merubah sesuatu tapi
sudah dianggap telah tercapai. Namun dampak pasti ada yang terjadi
di masyarakat yang mendapatkan program, pasti ada peningkatan
ekonomi, masyarakat yang lebih berdaya guna dan infrastuktur dasar
yang terbangun dari Program Gerbang Mapan.” (Kamis, 17 Mei
2018, Pukul 14.25 di Kantor Bappeda Kab. Tangerang)
Hal serupa juga disampaikan oleh I2-2 :
“Dampak secara makro untuk Dinas Tata Ruang sendiri sih
saya rasa tidak ya, tapi kalau untuk penerima bantuan/program
langsung pasti ada dampak yang diterima. Dan kalau untuk yang
telah kita lakukan pemetaan tersebut akan memberikan kekuatan
hukum karena sudah tertuang dalam RTRW Kabupaten Tangerang
sehingga apabila ada program terkait bisa lebih mudah dan lebih
kuat.”
126
Dari hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa meskipun
Program Gerbang Mapan belum secara tuntas terlaksana tapi sudah
memberikan dampak bagi masyarakat, dan telah dilakukan pemetaan di
wilayah pesisir sehingga wilayah yang sudah ditentukan sebagai wilayah
mangrove, budidaya tambak dan lainnya sudah menjadi legal. Berdasarkan
pada penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, Program Gerbang
Mapan telah memberikan dampak kepada masyarakat yang menerima
Program Gerbang Mapan secara langsung diantaranya dampak ekonomi,
sosial, lingkungan dan dampak lainnya. Namun evaluasi hasil yang
dilakukan oleh peneliti hanya dlakukan pada desa-desa yang menerima
Program Gerbang Mapan diantaranya Desa Patramanggala, Desa Muara,
Desa Marga Mulya, Desa Ketapang, Desa Karang Serang, Desa Tanjung
Anom, Desa Kronjo, Desa Tanjung Burung dan Desa Muncung. Karena
evaluasi dampak ini tidak dapat ditarik secara umum, seperti yang
disampaikan oleh I1-2 :
“Dalam tujuan gerbang mapan ada mengenai peningkatan
ekonomi, peningkatan ekonomi mungkin dirasakan oleh beberapa
penerima bantuan langsung, namun untuk secara luas Gerbang
Mapan belum mampu untuk merubah perekonomian masyarakat
pesisir. Hal ini dikarenakan juga beberapa faktor salah satunya
adalah karakteristik masyarakat pesisir yang tidak biasa untuk
menabung, boros dan ingin hal yang instan. Ini juga mengapa
pembangunann di wilayah pesisir menjadi sangat lambat.” (Rabu,
16 Mei 2018, Pukul 10.00 di Kantor PKSPL IPB Bogor)
Evaluasi terhadap hasil yang pertama adalah terhadap
perekonomian masyarakat di desa-desa yang mendapat Program. Seperti
yang disampaikan oleh I1-4 :
127
“Dampak yang kita rasakan sangat signifikan yah, untuk
kelompok secara kehidupan ekonomi perlahan meningkat, ada
yang bisa membiayai anaknya sekolah tanpa harus pinjam sana
sini, dari yang punya satu perahu jadi punya tiga, selain itu juga
bisa menjadi modal untuk budidaya di tambak.” (Jumat, 11 Mei
2018 di Sekretariat Tunas Harapan)
Berdasarkan wawancara di atas Program Gerbang Mapan sudah
memberikan perubahan taraf hidup dan sampai menambah kepemilikan
asset untuk usaha. Sama halnya dengan yang disampaikan oleh I2-3:
“Dampak positif tentu ada yaa, terutama untuk anggota
kelompok seperti dampak ekonomi. Produksi budidaya tambak
juga setelah mendapat bantuan semakin meningkat dan timbul
kemandirian di anggota kelompok.” (Sabtu, 19 Mei 2018, Pukul
10.18, di Sekretariat Tunas Tambak Mandiri)
Berdasarkan wawancara di atas selain pendapatan atau nilai
ekonomi yang meningkat pada anggota kelompok, dari sisi pemberdayaan
juga mulai tumbuh. Dalam hal ini kemandirian kelompok sudah mulai
tumbuh. Dampak peningkatan ekonomi juga dirasakan di tempat lain
seperti yang disampaikan oleh I2-4:
“Dampak dari Program Gerbang Mapan yang pertama sih
ini terbentuknya kelompok pengolah ini, jadi ibu-ibu bisa ada
kerjaan. Nantikan penghasilan dari produknya kita bagi rata,
lumayan untuk bantu ibu-ibu disini. Setelah ada Program juga kan
produksinya meningkat memang belum banyak tapi sudah sering,
karena kan kadang kita ada pesanan dari dinas atau ikut di bazaar-
bazaar.” (Sabtu, 19 Mei 2018, Pukul 11.15 di Tempat Produksi
Pengolahan Ikan)
Hal serupa juga dinyatakan oleh I2-9:
“Dampak yang diberikan pasti ada, dari segi ilmu saja saya
juga sudah dapat banyak ilmu yang banyak, apalagi dari segi
ekonomi saya pribadi bisa terus mengembangkan menu-menu yang
disajikan di rumah makan saya.” (Minggu, 20 Mei 2018, Pukul
10.11 di Rumah Makan Barokah)
128
Pernyataaan yang sama juga dilontarkan oleh I2-7:
“Sangat membantu, apalagi saya suami hanya pegawai
negeri anak dua kuliah semua. Jadi kalau ngandelin suami ga bisa.
Jadi dengan adanya kelompok pengolahan ini sangat membantu
perekonomian saya dan anggota kelompok sendiri. Hasilnya
memang lumayan sebulan itu bisa sekitar 30an, dibagi untuk modal
dan sisanya dibagi rata ke anggota kelompok.” ( Senin, 21 Mei
2018, Pukul 10.58 di Sekretariat Poklahsar Bunga Mawar)
Berdasarkan kutipan-kutipan hasil wawancara diatas dapat
disimpulkan bahwa Program Gerbang Mapan telah memberikan
perubahan pada perekonomian masyarakat yang menerima bantuan secara
langsung. Namun hal lain disampaikan oleh I2-8 :
“Berbicara dampak sebenarnya kalau bantuan yang
diberikan dari pemerintah itu saya lihat kurang efektif, karena
selanjutnya pendampingan dan pengawasannya tidak dilakukan.
Jadi bantuan tersebut malah kearah konsumtif, maksudnya
penerima bantuan ini terus mengandalkan bantuan yang diberikan
tapi tidak mampu mengembangkan. Jadi mau mulai berusaha itu
menunggu bantuan dulu, dan hasil panen tersebut tidak digunakan
dengan baik sebagai modal berikutnya. Jadi usaha tidak
berkembang, memang kalau yang saya lihat itu karena faktor dari
masyarakatnya sendiri sih. Kalau seperti H. Kamisan, beliau bisa
berkembang tapi anggota-anggota kelompoknya tidak mengikuti
hasil tambaknya juga masih stagnan beda dengan H.Kamisan yang
sudah sangat maju terbaik lah udangnya di Kronjo. Dan saya rasa
memang perlu pendampingan yang intensif dari pemerintah setiap
kali memberikan bantuan, jadi bantuan yang diberikan tidak
bersifat konsumtif tapi continue dan dapat merubah taraf
perekonomian masyarakat.” (Senin, 21 Mei 2018, Pukul 10.20 di
Tambak Udang Vaname)
Berdasarkan kutipan di atas, pembudidaya di Kronjo belum secara
merata merasakan adanya peningkatan perekonomian dari bantuan yang
didapat, karena memang bantuan yang dirasakan masih belum merata
diperoleh anggota kelompok. Dan baru dirasakan oleh pihak-pihakyang
memiliki kekuatan. Berdasarkan hasil kutipan wawancara bahwa
129
sebenarnya bantuan yang diberikan akan berdampak baik atau buruk
tergantung kepada penerima bantuan tersebut, namun memang dibeberapa
desa pesisir masih menunjukkan tingkat perekonomian yang masih sulit
dan selalu bergantung pada bantuan pemerintah dan selalu ingin
mendapatkan bantuan tanpa berfikir bagaimana caranya untuk mandiri.
Selain dampak ekonomi yang dirasakan sebagian masyarakat, ada
dampak sosial yang juga muncul setelah adanya Program Gerbang Mapan.
Seperti yang disampaikan oleh I1-1:
“Dampak sosial yang kita hasilkan salah satunya berasal
dari kegiatan pesisir mengajar, sudah mulai timbul kesadaran-
kesadaran baru bagaimana hidup secara baik di lingkungan pesisir,
mengetahui hal-hal untuk melestasrikan dan menjaga lingkungan
pesisir, serta mengetahui kehidupan yang sehat di lingkungan
pesisir.” (Selasa, 15 Mei 2016, pukul 10.02 di Kantor Dinas
Perikanan Kab. Tangerang)
Tidak jauh berbeda dengan yang disampaikanoleh I1-3:
“Dampak sosial yang masyarakat kini semakin tahu bahwa
pentingnya menanam mangrove untuk kestabilan lingkungan
pesisir, dalam kegiatan pesisir mengajar menciptakan mindset
anak-anak agar biasa hidup sehat dan gemar makan ikan sebagai
penghasilan utama mereka.” (Kamis, 17 Mei 2018, Pukul 14.25 di
Kantor Bappeda Kab. Tangerang)
Hal yang sama juga disampaikan oleh I1-4 :
“Dulu sebelum Gerbang Mapan saya sendiri belum
memahami pentingnya mangrove untuk pantai ataupun tambak,
malah saya suka nebangin kalo tumbuh disekitar tambak tapi
setelah ada Program Gerbang Mapan dan ikut beberapa pelatihan
sekarang jadi paham. Dengan banyak pohon mangrove juga
sekarang ikut meningkatkan pendapatan nelayan kepiting bakau
dan kakap, dan mangrove yang ada di Desa Patramanggala juga
diharapkan bisa jadi tempat wisata.” (Jumat, 11 Mei 2018, Pukul
15.00 di Sekretariat Tunas Harapan)
130
Berdasarkan kutipan-kutipan wawancara diatas dapat dikatakan
bahwa melalui Program Gerbang Mapan telah mampu menciptakan
pemahaman baru baik anak-anak SD dari kegiatan Pesisir Mengajar
maupun masyarakat melalui pentingnya menanam mangrove. Hal yang
berbeda disampaikan oleh I2-3 bahwa ada dampak sosial lain dari Program
gebrnag mapan yaitu “Dampak negatifnya timbul kecemburuan social
karena anggaran yang terbatas jadi tidak semua anggota bisa dapat
bantuan” hal serupa juga disampaikan oleh I2-8:
“Segi sosial, begini biasanya 1 kelompok itu kan ada
sekitar 10 orang ketika mendapat bantuan ketuanya tidak membagi
rata bantuan, seperti yang hanya tercantum nama dalam kelompok
tapi tidak dapat apa-apa. Kalau pakan atau bibit kan mungkin bisa
dibagi rata tapi kalau seperti plastik atau mesin biasanya ketua
mengambil alih jadi bisa dibilang digunakan secara perorangan.
Harusnya kan kalau namanya kelompok itu diundingin dan dimiliki
bersama inginnya seperti apa. kalau begitu kan jadinya malah
mengecewakan dan jadi ga kompak lagi dan kelompok paling
aggotanya cuman 1, bisa dibilang ya ada kecemburuan dari
ketidakmerataan bantuan tersebut.” (Senin, 21 Mei 2018, Pukul
10.20 di Tambak Udang Vaname)
Berdasarkan kutipan diatas dampak sosial yang mengarah kepada
kecemburuan sosial adalah berasal dari ketidakmampuan kelompok untuk
mengelola bantuan yang didapat dari pemerintah secara adil dan merata.
Hal ini juga bisa timbul dari keegoisan ketua kelompok atau orang yang
memiliki pengaruh besar dalam kelompok tersebut.
Program Gerbang Mapan selain memberikan dampak sosial dan
ekonomi, juga memberikan dampak perbaikan lingkungan yang signifikan
di Desa Patramanggala budidaya mangrove sudah semakin berkembang
131
dan menuju ke arah lebih maju, di Desa Marga Mulya sekarang juga sudah
terlihat pohon-pohon mangrove di bibir pantai yang langsung berbatasan
dengan jalan. Dan terus dilakukan rehabilitasi mangrove di berbagai desa
pesisir di Kabupaten Tangerang. Hal ini sempat disampaikan oleh I2-2 :
“Dampak dari Program Gerbang Mapan tentunya ada
walaupun saya tidak tahu secara jelas ya. Namun untuk kegiatan
yang kita lakukan, setidaknya kita telah membantu untuk
memperkuat wilayah pesisir agar abrasi dapat dikurangi.”(Selasa,
15 Mei 2018, Pukul 11.35 di Kantor DLHK Kab. Tangerang)
Berdasarakan kutipan di atas adalah kegiatan rehabilitasi mangrove
telah membantu lingkungan pesisir menjadi lebih kuat dan mengurangi
abrasi meskipun secara jelas berapa pengurangan abrasi yang terjadi belum
juga dilakukan pengukuran oleh dinas terkait. Selain itu dampak bagi
lingkungan disampaikan juga oleh I1-1
“Dampak lingkungan yang dihasilkan kini sudah semakin
banyak desa-desa yang mulai lagi menanam mangrove dan
greenbelt di sepanjang pantai utara juga sudah kembali lagi
sehingga abrasi akan bisa diminimalisasi.” (Selasa, 15 Mei 2016,
pukul 10.02 di Kantor Dinas Perikanan Kab. Tangerang)
Berdasarkan hasil wawancara diatas bahwa kini sudah semakin
tumbuh kesadaran masyarakat akan pentingnya mangrove bagi kestabilan
wilayah pesisir. Baik untuk menahan abrasi maupun untuk kepentingan
budidaya tambak. Hal ini terjadi juga karena kepedulian masyarakat yang
sudah tersadarkan untuk terus memberikan pemahaman dan tidak lelah
bila diminta untuk membantu proses budidaya mangrove.
132
4.4 Pembahasan
Langkah berikutnya adalah pembahasan, yaitu melakukan kegiatan
interpretasi hasil penelitian. Pembahasan hasil penelitian ini merupakan
penapsiran terhadap hasil akhir dalam melakukan pengujian data dengan teori dan
konsep para ahli sehingga bisa mengembangkan teori atau bahkan menemukan
teori baru serta mendeskripsiskan hasil data dan fakta di lapangan. Peneliti dalam
hal ini menghubungkan temuan hasil penelitian di lapangan dengan dasar
operasional yang telah ditentukan sejak awal, dalam hal in adalah model teori
evaluasi CIPP. Teori ini menjelaskan tahapan evaluasi yang digunakan untuk
mengevaluasi dan menganalisa Program Gerakan Pembangunan Masyarakat
Pantai (Gerbang Mapan) yang dilaksanakan oleh Dinas Perikanan Kabupaten
Tangerang. Setelah melakukan penelitian di lapangan dapat dilihat bahwa hasil
evaluasi Program Gerbang mapan adalah sebagai berikut:
4.4.1 Evaluasi Program
Setelah melakukan penelusuran langsung ke lapangan dan
mengumpulkan data dapat dilihat evaluasi Program Gerakan Pembangunan
Masyarakat Pantai (Gerbang Mapan) dari tahap-tahap evaluasi yang telah
ditelaah sebagai berikut:
4.4.1.1 Evaluasi Konteks
Evaluasi konteks untuk mengetahui latar belakang Program
Gerbang Mapan, tujuan Program Gerbang Mapan dan kebutuhan yang
diperlukan untuk implementasi serta strategi yang dipilih dalam
133
pelaksanaan Program Gerbang Mapan dan telah disebutkan secara rinci
adalah sebagai berikut:
A. Latar Belakang Program Gerbang Mapan
Hal terpenting yang dilakukan seorang pemimpin yang telah dipilih
rakyatnya adalah melaksanakan apa yang sebelumnya telah digaung-
gaungkan atau dijanjikan kepada masyarakat sehingga akhirnya
memutuskan memilih sang calon. Dalam visi yang dimaksud adalah
mewujudkan masyarakat Kabupaten Tangerang yang cerdas, makmur,
religius, dan berwawasan lingkungan dan dalam salah satu misinya yaitu
mewujudkan keserasian dan keseimbangan pembangunan yang
berwawasan lingkungan melalui sistem perencanaan dan pengendalian tata
ruang yang terstruktur, yang kemudian dilakukan Bupati Kabupaten
Tangerang terpilih di tahun 2013, dengan dibantu BAPPEDA menyusun
Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah kabupaten
Tangerang tahun 2013-2018 yang sesuai dengan apa yang menjadi visi dan
misi bupati terpilih, yang selanjutnya diterjemahkan dalam satu Program
yaitu Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai.
Di belakang itu Program Gerbang Mapan ini merupakan program yang
diadopsi dari Program PDPT (Pembangunan Daerah Pesisir Tangguh)
yang merupakan program pusat Kementerian Kelautan dan Perikanan
Pusat RI dan akan segera berakhir diawal kepemimpinan Bupati, melihat
keberhasilan pelaksanaan Program PDPT di salah satu desa pesisir yaitu
134
Desa Muara, maka Bupati tergerak untuk melanjutkan program tersebut.
Sebagai bentuk keselarasan kebijakan pusat dan kebijakan daerah.
Namun dari hasil wawancara yang telah dianalisis oleh peniliti, selain
dua hal di atas yang menjadi latar belakang terkuat dibentuknya Program
Gerbang Mapan adalah masih perlunya wilayah dan masyarakat pesisir
mendapat pendampingan guna untuk menata kembali lingkungan dan
kehidupan yang selama ini berada pada taraf yang kurang sejahtera,
dimana masih terjadi permasalahan-permasalahan perekonomian seperti
kurangnya modal, keterbatasan alat sampai pada ketergantungan kepada
tengkulak, selain daripada itu pembangunan di wilayah pesisir juga masih
sangat minim infrastruktur dasar masih sangat minim bahkan sampai hal
yang paling dibutuhkan seperti sarana air bersih dan pembuangan sampah.
Ditambah dengan masih sangat minimnya sarana kesehatan dan
pendidikan yang menunjang di wilayah Pantai Utara Kabupaten
Tangerang. Selain itu, masyarakat-masyarakat pesisir juga masih belum
berdaya guna, masih terus bergantung dan kurang memiliki keterampilan.
Dan masalah yang penting lainnya adalah fenomena abrasi yang setiap
tahun semakin bertambah. Sehingga pemerintah Kabupaten Tangerang
terutama Bupati menginginkan untuk adanya sebuah program untuk dapat
menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi pada masyarakat dan
lingkungan pesisir, agar pertumbuhan ekonomi lebih terbangun,
infrastruktur lebih memadai dan masyarakat bisa lebih berdaya guna.
135
Pemerintah Kabupaten Tangerang memulai Program Gerbang Mapan
ini dengan menjadikan Dinas Perikanan sebagain leading sector dengan
dibantu oleh SKPD-SKPD lain yang terkait dengan Program Gerbang
Mapan.
B. Tujuan Program Gerbang Mapan
Dalam membuat sebuah kebijakan tentunya ada alasan dan tujuan yang
hendak dicapai oleh eksekutor. Dalam hal ini Program Gerbang Mapan
memiliki tiga fokus utama yang menjadi tujuan, yang pertama ada
meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir pantai dimana yang
secaraa umum bergerak pada mata pencaharian sebagai nelayan, tambak
dan petani. Ada beberapa hal yang dilakukan dalam meningkatkan
perekonomian masyarakat pesisir seperti memberikan pengetahuan
budidaya ikan maupun udang untuk mendapatkan hasil yang lebih banyak
dengan cara budidaya yang berebeda, memberikan bantuan alat tangkap,
perahu maupun mesin. Dan juga mengerakan ibu-ibu masyarakat pesisir
dengan memproduksi olahan ikan agar mampu menciptakan lapangan
kerja untuk dirinya sendiri dan sekitar.
Tujuan yang kedua adalah memberdayakan masyarakat pesisir,
masyarakat pesisir yang cuek mulai diajak untuk berkumpul dan
berorganisasi. Karena lewat organisasi akan lebih mudah untuk
mengumpulkan masyarakat dan memberikan pelatihan-pelatihan. Di desa-
desa pesisir juga mulai dibentuk kelompok-kelompok sesuai dengan
profesinya masing-masing. Ada kelompok budidaya mangrove, kelompok
136
budidaya tambak, kelompok nelayan tangkap dan kelompok pengolahan
ikan.
Tujuan yang ketiga adalah memperbaiki infrastuktur dasar yang ada di
wilayah pesisir, pesisir Kabupaten Tangerang yang berada cukup jauh dari
pusat kota seperti kurang mendapat perhatian pembangunan selama ini.
Salah satu yang sangat dibutuhkan adalah penyediaan air bersih, tempat
atau bank sampah, pemakaman umu, sarana pendidikan dan kesehatan
yang masih sangat minim. Sampai pada tahun 2018 Program Gerbang
Mapan baru memberikan paket air bersih di beberapa desa saja dan juga
ada yangsudah mendapat reverse osmosis yang berguna untuk memfilter
air untuk langsung siap minum.
Dari ketiga tujuan utama Program Gerbang Mapan dan dikaitkan
dengan permasalahan wilayah pesisir Kabupaten Tangerang yang sudah
peneliti paparkan tadi, dapat dikatakan tujuan program dengan kebutuhan
masyarakat sudah relevan dan diharapkan Program Gerbang Mapan dapat
membantu menyelesaikan permasalahanyang terjadi di wilayah pesisir
Kabupaten Tangerang. Selain tujuan ada pula sasaran dari Program
Gerbang Mapan, melihat wilayah pesisir Kabupaten Tangerang yang
terdiri dari 8 kecamatan dan 25 desa pesisir maka sebagai program yang
diberikan untuk wilayah pesisir maka sasaran yang dituju ada meliputi 8
kecamatan dan 25 desa yang dimulai dari Kecamatan Kosambi sampai
dengan Kecamatan Kronjo.
137
Dari hasil penelitian dan wawancara yang telah dilakukan, bahwa
dengan tujuan Program Gerbang Mapan meliputi pembangunan disemua
aspek yaitu ekonomi, masyarakat dan sarana-prasarana maka sasaran yang
luas dirasa kurang realistis melihat waktu dan sumberdaya yang terbatas.
Dalam evaluasi yang telah dilakukan mengenai tiga tujuan dari Program
Gerbang Mapan, memang belum menunjukkan hasil yang signifikan dan
peneliti tidak bisa menarik secara umum. Namun yang terjadi di lapangan
ketiga fokus tersebut memang belum tercapai secara maksimal namun
sudah mulai ada peningkatan di desa-desa yang sudah merasakan Program
Gerbang Mapan.
C. Kebutuhan dan Strategi Program Gerbang Mapan
Apa yang menjadi kebutuhan dalam pelaksanaan Program Gerbang
Mapan perlu diketahui secara jelas bagi agen pelaksana program agar
tujuan yang hendak dicapai akan efektif dan efisien. Sedangkan untuk
mencapai tujuan yang efektif dan efisien perlu strategi untuk
melaksanakan Program. Dalam evaluasi Program Gerbang Mapan yang
telah dilakukan peneliti dilihat dari observasi dan hasil wawancara yang
telah dilakukan kebutuhan Dinas Perikanan dalam pelaksanaan awal atau
perencanaan program adalah mengetahui secara jelas permasalahan-
permasalahan setiap desa pesisir dan apa yang menjadi prioritas dalam
solusi yang dibutuhkan. Dan untuk melakukan hal itu dibutuhkan pihak
ketiga yang lebih memahami dan berpengalaman untuk dapat mengetahui
kebutuhan masyarakat pesisir, kemudian Dinas Perikanan mengadakan
138
MOU kerja sama dengan salah satu lembaga pendidikan negeri yaitu
PKSPL IPB untuk membantu dalam perencanaan Program Gerbang
Mapan. Yang dilakukan adalah membuat perencanaan yang sesuai dan
relevan dengan kebutuhan masyarakat serta mencarikan solusi yang tepat
untuk masalah yang ada di Lapangan. Pemilihan PKSPL IPB adalah
sebagai strategi Dinas Perikanan, dimana PKSPL telah jauh
berpengalaman dalam menangani wilayah-wilayah pesisir di Indonesia.
Hal ini diharapkan merupakan langkah awal yang tepat untuk
merencanakan program dalam lima tahun kedepan. Perencanaan yang
telah dilakukan kemudian menghasilkan sebuah dokumen yang berisi
rencana aksi Program Gerbang Mapan selama lima tahun, dan selanjutnya
hal yang harus dilakukan oleh Dinas Perikanan adalah menyampaikan atau
melakukan sosialisasi kepada pihak-pihak terkait baik agen pelaksana
program maupun masyarakat sebagi penerima program.
Sosialisasi merupakan tahapan awal yang penting untuk pengenalan
Program Gerbang Mapan, sosialisasi ini bisa membentuk kesamaan
pikiran dan pandangan dalam melihat permasalahan yang sama sehingga
dalam pelaksanaan Program Gerbang Mapan nantinya akan lebih mudah
karena sudah pada frekuensi yang sama pada Program Gerbang Mapan.
Dalam pelaksanaannya Program Gerbang Mapan menggunakan system
Integrated Coastal Management (ICM), sistem ini adalah sistem
manajemen atau mengatur wilayah pesisir secara terpadu dan terintegrasi.
Sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Perikanan selain memberikan
139
pendidikan mengenai ICM juga mengadakan FGD dengan mengundang
setiap SKPD terkait dan aparatur desa.
Namun faktanya, sosialisasi Program Gerbang Mapan tidak berjalan
dengan baik. Harapan dapat dihadiri setiap pelaku progam tidak tercapai,
dari pihak masyarakat saja hanya dihadiri oleh lima kepala desa dan hanya
tiga desa yang mengikuti kegiatan sosialisasi dan FGD sampai akhir. Hal
ini kemudian menimbulkan kurangnya informasi mengenai Program
Gerbang Mapan seperti yang disampaikan informan yang telah peneliti
temui. Selain itu sikap tidak kooperatif dari masyarakat pada saat
sosialisasi dilakukan adalah aparatur desa dan masyarakat cenderung cuek
dengan adanya Program Gerbang Mapan. Masyarakat adalah objek vital
dalam pelaksanaan Program Gerbang Mapan sehingga apabila masyarakat
sudah apatis maka Program Gerbang Mapan akan sulit mencapai
tujuannya.
4.4.1.2 Evaluasi Masukan
Evaluasi tahap kedua adalah evaluasi masukan, dalam pelaksanaan
Program Gerbang Mapan yang peneliti evaluasi mengenai masukan adalah
sumberdaya manusia, sumberdaya finansial dan sarana prasarana
pendukung Program Gerbang Mapan.
A. Sumberdaya Manusia
Program Gerbang Mapan yang merupakan program lintas dinas tentu
melibatkan SKPD-SKPD lain. SKPD yang terlibat diantaranya Dinas Bina
Marga, Dinas UMKM dan Koperasi, Dinas Tata Ruang dan Bangunan,
140
Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan. Dengan
banyaknya SKPD yang terlibat secara kuantitas atau jumlah tentu sudah
mencukupi dan secara kualitas sudah baik karena setiap SKPD yang
dilibatkan diberikan tugas sesuai dengan tugas dan fungsi dinas terkait.
Selain itu untuk lebih mudah menjalankan Program Gerbang Mapan ini
telah dibentuk sebuah tim koordinasi Gerbang Mapan.
Dilihat karakteristik ataupun sikap dari agen pelaksana Program
Gerbang Mapan cenderung baik dalam mengikuti Program Gerbang
Mapan hal tersebut dibuktikan dengan masih hadrnya disetiap rapat-rapat
koordinasi, namun rasa kepemilikan dari agen pelaksana terhadap Program
Gerbang Mapan masih cenderung kurang kegiatan-kegiatan yang
dilakukan hanya sebatas dilaksanakan tanpa memperhatikant dampak
setelah diberi program. Sumberdaya manusia yang terlibat belum
sepenuhnya tersadarkan akan pembangunan pesisir yang sangat
membutuhkan kerjasama dan perlu keberlanjutan pembangunan.
Masalah selanjutnya yang sangat krusial dalam masukan sumberdaya
manusia adalah, kurang terbangunnya koordinasi antar dinas terkait dalam
implementasi Program Gerbang Mapan. Pelimpahan leading sector
Program Gerbang Mapan ditangan Dinas Perikanan membuat sulitnya
rentang kendali yang dilakukan untuk mengontrol jalannya program
Gerbang Mapan. Dinas Perikanan yang berlaku sebagai dinas teknis tentu
tidak memiliki wewenang untuk menegur dinas lain yang tidak
menjalankan tugas dengan baik. Permasalahan yang terjadi dalam
141
sumberdaya manusia adalah walaupun sudah cukup dan professional
namun karena setiap dinas juga disibukkan dengan kegiatan-kegiatan dinas
lain serta memiliki program unggulannya sendiri, sehingga mereka
cenderung menyampingkan Program Gerbang Mapan dan mendahulukan
kegiatan dinas masing-masing
B. Sumberdaya Finansial
Program Gerbang Mapan yang merupakan program unggulan
Kabupaten Tangerang yang mendapat dana murni dari Anggaran Belanja
Pedapatan Daerah Kabupaten Tangerang. Di APBD Kabupaten Tangerang
program unggulan mendapat pagu anggaran strategis hal itu berarti pagu
anggaran berbeda dengan anggaran kerja dinas biasa. Anggaran yang
diberikan pada Program Gerbang Mapan mencapai 9 milyar rupiah namun
yang terserap hanya sekitar 7 milyar rupiah. Namun apabila bicara
mengenai ketepatan anggaran, dalam hal ini bicara mengenai waktu
pencairan anggaran sangat jauh dari harapan. Anggaran yang turun biasa
cair di akhir-akhir tahun sekitar bulan September, dimana rencana kegiatan
sudah dirancang dari awal tahun, sehingga Dinas Perikanan perlu berfikir
ulang dan melakukan penyesuaian-penyesuaian terhadap rencana yang
sudah dibuat. Hal ini tentu menghambat pelaksanaan Program Gerbang
Mapan dan menyebabkan kegiatan Program tidak sesuai dengan waktu
yang telah dijadwalkan.
Selain terlambatnya anggaran yang turun, permasalahan lain adalah
dinas-dinas lain lebih menggunakan anggaran dinasnya karena tidak
142
mengajukan ke Bappeda sebagai badan yang memiliki keweanangan
anggaran. Untuk hal ini dinas perikanan telah meminta ke Bappeda untuk
melakukan koordinasi namun urung dilakukan.
C. Sarana dan Prasarana Program
Selain dua aspek diatas, sarana dan prasarana penunjang Program
memang tidak banyak dibahas namun sarana dan prasarana yang ada
selama ini sudah tersedia secar baik dan dapat mendukung pelaksanaan
Program Gerbang Mapan dari segi kendaraan operasional setiap dinas
sudah tersedia, untuk pelaksanaan pelatihan-pelatihan biasanya
menggunakan ruangan-ruangan yang tersedia di Gedung Pemerintahan
Kabupaten Tangerang atau bahkan dilaksanakan di hotel-hotel meskipun
tidak mendapat perhatian khusus sarana dan prasarana pendukung program
sudah cukup baik.
4.4.1.3 Evaluasi Proses
Pada tahapan ini evaluasi yang dilakukan mengenai proses
berlangsungnya program dimulai dari perencanaan sampai pengawasan
yang dilakukan selama Program Gerbang Mapan berlangsung. Sub
indikator dalam evaluasi proses diantarnya perencanaan Program Gerbang
Mapan, waktu pelaksanan program Gerbang Mapan. Kesesuaian antara
pelaksanaan dengan perencanaan yang dibuat, hambatan Program Gerbang
Mapan secara rinci dijelaskan sebagai berikut :
143
A. Perencanaan Program Gerbang Mapam
Perencanaan merupakan tahapan penting dalam menentukan arah
pelaksanaan Program Gerbang Mapan kedepan. Untuk menghasilkan hasil
yang maksimal dan tepat sasaran Dinas Perikanan selaku leading sector
dari Program Gerbang Mapan kemudian menggandeng PKSPL IPB yang
dianggap sesuai dan dapat membantu untuk membuat perencanaan awal
Program Gerbang Mapan. Dinas Perikanan dan rektor IPB kemudian
membuat MOU kerjasama untuk membuat roadmap Gerbang Mapan.
Pembautan Roadmap Gerbang Mapan merupakan dilakukan di 8
kecamatan pesisir untuk menangkap masukan-masukan masyarakt pesisir
serta melakukan observasi untuk dapat menarik isu-isu strategis dan
permasalahan yang menjadi prioritas pada desa pesisir. Peran serta PKSPL
IPB juga sebagai pencari solusi dari permasalahan yang ada pada
masyarakat sehingga kegiatan-kegiatan yang akan direncanakan
merupakan jawaban dari kegusaran masayarakat pesisir. Perencanaan yang
dilakukan dengan metode FGD dan observasi ini merupakan langkah baik
dalam Program Gerbang Mapan karena dengan hal ini tentu kebutuhan-
kebutuhan dalam Program Gerbang Mapan menjadi realistis dan relevan
dengan keadaan atau kondisi pada pesisir Kabupaten Tangerang. meskipun
sudah realistis dan relevan dalam merencanakan kebutuhan Program
Gerbang Mapan, namun kendala tetap masih ditemukan seperti
perencanaan yang dilakukan tidak disesuaikan dengan rencana kegiatan
SKPD yang sebelumnya telah dibuat. Sehingga hasilnya ada beberapa
144
kegiatan yang sama antara Program Gerbang Mapan dengan kegiatan
SKPD yang seharusnya dapat disinergikan.
B. Pelaksanaan Program Gerbang Mapan
Sesuai dengan masa kepemimpinan Bupati terpilih serta RPJMD yang
telah dibuat, pelaksanaan program Gerbang Mapan berjalan mulai tahun
2014 sampai dengan tahun 2018. Kegiatan awal yang dilakukan pada
program Gerbang Mapan adalah pada tahun 2014 yaitu membuat dokumen
perencanaan Program Gerbang Mapan. Kegiatan ini didukung dengan
kegiatan FGD di setiap kecamatan dan desa pesisir guna menentukan
perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan masayarakat. Selanjutnya
ditahun 2015 Program Gerbang Mapan memilih tiga desa yang dianggap
siap untuk implementasi Program Gerbang Mapan, diantaranya adalah
Desa Patramanggala, Desa marga Mulya dan Desa Muara. Program
Gerbang Mapan dilanjutkan ditahun 2016 melihat keberhasilan di desa
Patramanggala, kemudian menambah enam desa lagi hingga ada Sembilan
desa yang telah diberikan Program Gerbang Mapan. Dan selanjutnya
ditahun 2017 dan 2018 Program Gerbang Mapan belum lagi menambah
jangkauan desa tapi fokus pada implementasinya.
Dalam pelaksanaan Program Gerbang Mapan, sebelumnya telah dibuat
dokumen perencanaan atau roadmap Gerbang Mapan yang berfungsi
sebagi panduan atau pedoman untuk pelaksanaan program karena di dalam
dokumen tersebut telah dirincikan siapa berbuat apa dan dilengkapi
dengan lokasinya. Namun selama Program Gerbang Mapan berjalan
145
pelaksanaannya tidak sesuai dengan apa yang telah direncanakan dalam
roadmap Gerbang Mapan. Kegiatan-kegiatan yang melibatkan beberapa
SKPD lebih banyak hanya dilakukan oleh Dinas Perikanan saja. Kegiatan-
kegiatan yang telah dirancang juga tidak semua terlaksana, kurang lebih
ada 100 kegiatan yang ada pada roadmap Gerbang Mapan hanya saja baru
sekitar 10-20% yang baru dijalankan. Pelaksanaan Program Gerbang
Mapan yang memiliki tiga fokus utama juga belum dapat berjalan dengan
optimal, aspek yang banyak dilakukan adalah pemberdayaan masyarakat
dan dua aspek lainnya masih belum dapat berjalan optimal. Selain dua hal
di atas, pelaksanaan Program Gerbang Mapan yang sasarannya adalah 25
desa pesisir juga belum dapat berjalan sampai pada tahun 2018 baru ada 9
desa yang menerima Program Gerbang Mapan yaitu Desa Patramanggala,
Desa Margamulya, Desa Muara, Desa Kronjo, Desa Karang Serang, Desa
Ketapang, Desa Surya Bahari, Desa Muncung, dan Desa Tanjung Burung
C. Pengawasan program
Selain evaluasi yang dilakukan dalam sebuah kebijakan, pengawasan
merupakan hal yang terlebih dahulu dilakukan selama Program Gerbang
Mapan ini berlangsung. Secara pengawasan dalam Program Gerbang
Mapan memang peneliti menganggap masih sangatlah rendah pengawasan
yang dilakukan. Pengawasan yang rendah dikarenakan Dinas Perikanan
yang dipilih sebagai leading sector merupakan dinas teknis yang sama
kedudukannya dengan dinas atau SKPD lainnya sehingga tidak memiliki
146
kewenangan untuk menjangkau seluruh SKPD terkait dan memberikan
sanksi kepada SKPD yang tidak menjalankan tugasnya. Sedangkan Bupati
yang merupakan pencetus dari program unggulan tentu tidak secara
langsung mengawasi pelaksanaan Program Gerbang Mapan, karena masih
banyak lagi program-program lain yang perlu dipantau dan juga masalah-
masalah yang perlu dihadai oleh bupati.
D. Hambatan program
Hambatan tentu akan terjadi disetiap kebijakan atau progam yang
dikeluarkan oleh pemerintah, begitu juga dalam pelaksanaan Program
Gerbang Mapan tentu akan ditemukan hambatan-hambatan. Hambatan
yang pertama adalah lemahnya koordinasi yang dibangun oleh pelaksana
program. Program Gerbang Mapan merupakan program pembangunan
pesisir pantai dengan metode ICM dimana membutuhkan banyak pihak
untuk dapat bergabung dan membangun secara terus-menerus serta saling
berintegrasi. Koordinasi yang harus terbangun mulai dari koordinasi antar
dinas, pemerintah kabupaten dengan desa dan desa dengan desa.
Koordinasi ini harusnya dibangun agar pembangunan dan rencana aksi
yang sudah ada dapat dijalankan sesuai dengan tupoksi masing-masing.
Selain bicara mengenai koordinasi SKPD, koordinasi yang terbangun
dalam aparatur desa juga tidak terjalin dengan baik. Masih banyak
aparatur desa yang tidak mengetahui Program Gerbang Mapan, hal itu
juga disebabkan karena pemberian bantuan Program Gerbang mapan yang
langsung diberikan kepada kelompok-kelompok masyarakat berupa
147
barang, hal tersebut membangun pemikiran tidak perlu lagi desa untuk
mengurus hal tersebut. Padahal yang diharapkan antara desa dengan
kelompok tetap terbentuk kerjasama yang baik.
Hambatan lain yang ditemukan dalam pelaksanaan Program Gerbang
Mapan adalah jangkauan wilayah yang luas dengan waktu hanya lima
tahun tentu bukan hal yang udah untuk menciptakan hutan mangrove
dalam waktu singkat terntu butuh cukup waktu dan proses yang lama, dan
juga mengarahkan bahkan mengubah pola piker masyarakat tidak hanya
bisa dilakukan satu dua kali namun harus terus dilakukan sepanjang waktu
sampai pada timbulnya kesadaraan dari masyarakat.
Hambatan lain adalah masyarakat itu sendiri, seperti yang sebelumnya
dikatakan bahwa mngubah pola piker sebuah masyarakat bukanlah yang
mudah. Karena karakteristik masyarakat pesisir sendiri memang berbeda
dengan petani atau profesi lainnya. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan banyak masyarakat yang engga untuk membangun kehidupan
yang lebih baik, masyarakat cenderung malas dan hanyay mengandalkan
bantuan-bantuan dari pemerintah. Seperti halnya yang terjadi di Program
Gerbang Mapan, sebagian masyarakat belum mau untuk berkontribusi di
kelompok-kelompok pengolah dan lainnya. Dan juga masyarakat
bergantung pada bantuan yang diberikan, bukan malah menjadikan
bantuan sebagai batu loncatan untuk membangun perekonomian yang
lebih maju.
148
4.4.1.4 Evaluasi Produk
Dalam sebuah kebijakan atau program yang dikeluarkan pemerintah tentu
yang diharapkan adalah adanya perubahan kearah yang lebih baik dari
aspek-aspek kehidupan dikemudian hari. Evaluasi produk ini akan coba
memaparkan dampak apa saja yang kemudianterlihat setelah adanya
Program Gerbang Mapan yang diterima
A. Dampak Ekonomi
Salah satu tujuan dari Program Gerbang Mapan adalah untuk
membantu meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir. Setelah
adanya Program Gerbang Mapan berdasar pada data di lapangan bahwa
Program Gerbang Mapan belum memberikan dampak ekonomi yang
signifikan, namun perlahan menujukan kemajuan ekonomi yang lebih
mandiri khususnya untuk budidaya tambak dan pengolahan. Sedangkan
untuk masyarakat nelayan perubahan ekonomi belum dapat dirasakan,
terutama tetap adanya sistem tengkulak yang terus mencekik para nelayan
di Kabupaten Tangerang.
B. Dampak Sosial
Program Gerbang Mapan perlahan dengan membentuk organisasi-
organisasi masyarakat sedikitnya memberikan pemahaman yang lebihluas
kepada masyarakat. Meskipun belum banyak, tapi sudah ada masyarakat-
masyarakat yang kemudian timbul rasa kepedulian terhadap lingkungan
pesisir dan sedikit merubah pola pikir masyarakat pesisir.
149
C. Dampak Lingkungan
Salah satu yang menjadi andalan dalam Program Gerbang Mapan
adalah budidaya dan rehabilitasi mangrove yang sekarang semakin banyak
dilakukan mulai dari kecamatan Kronjo sampai Kecamatan Teluknaga.
Greenbelt yang sebelumnya tidak ada sekarang sudah mulai menunjukan
hasil yang lebih baik, abrasi pantai juga tentu akan menurun dengan
kuatnya pertahanan mangrove. Selain di bibir pantai mangrove juga mulai
kembali ditanam di tambak-tambak miliki warga untuk membantu
produktifitas tambak tersebut.
D. Dampak lain
Meskipun tiga fokus Program Gerbang Mapan belum tercapai
maksimal namun melalui Program Gerbang Mapan ada dampak-dampak
lain yang timbul seperti pesisir Kabupaten Tangerang kini mulai aktif
dalam organisasi pesisir asia atau yang lebih dikenal dengan PEMSEA,
selain itu Program Gerbang Mapan juga mampu menarik perusahaan-
perisahaan yang tumbuh di wilayah pesisir untuk mau memberikan CSR
dan bekerjasama dengan pesisir Kabupaten Tangerang
150
Tabel 4.10 Desa-desa Penerima Bantuan Program Gerbang Mapan 2015-2017
Nama Desa Tahun Infrastruktur
Dasar
Peningkatan
Ekonomi
Pemberdayaan
Masyarakat
2014 Penyusunan Road Map Gerbang Mapan
MOU dengan PKSPL IPB
Pelatihan ICM
PatraManggala 2015 Perencanaan Saluran air bersih
Paket Saluran Air
Bersih Komunal
Perencanaan Jalan dan Jembatan
FS embung air
Paket Pintu Air
Tambak
Membuat kelompok
Mangrove
Pelatihan
dan alat
composer
Sampah
Organik
Stimulan Bandeng
Pelatihan ICM
Pelatihan
Hybird
Engineering
dan praktek
Pelatihan Mangrove
Pelatihan Pengolahan
Bandeng
2016 Pengadaan Reverse Osmosis
dan Filter Air
Teknologi Udang
Busmetik
Bantuan paket Alat
Pengolahan
Stimulan
tambak
Bandeng
Bantuan Kapal 2 GT,
jarring
Rampus dan
GPS
Pelatihan ICM dan
SOC
Pelatihan Mangrove
2017 Pelatihan
ICM dan
SOC
Marga Mulya 2015 Paket Air Bersih Komunal
Pelatihan
mangrove dan
titik geolistrik
Membuat kelompok
Mangrove
Pelatihan
dan alat
composer
Sampah
Organik
Pelatihan ICM
Pelatihan
Mangrove
Pelatihan Pengolahan
Bandeng
151
Nama Desa Tahun Infrastruktur
Dasar
Peningkatan
Ekonomi
Pemberdayaan
Masyarakat
2016 Kapal 2 GT,
Jaring
Rampus dan
GPS
Konservasi Mangrove
Pelatihan
ICM dan
SOC
Pelatihan Mangrove
2017 Pelatihan ICM dan
SOC
Muara 2015 Paket Air Bersih
Komunal
Pelatihan mangrove dan
titik geolistrik
Membuat
kelompok
Mangrove
Pelatihan dan alat
composer
Sampah
Organik
Pelatihan
ICM
Pelatihan Mangrove
Pelatihan Pengolahan
Bandeng
2016 Pengadaan
Reverse Osmosis
Dan Filter Air
Kapal 2 GT,
Jaring
Rampus dan
GPS
Konservasi Mangrove
Pelatihan
ICM dan
SOC
Pelatihan Mangrove
2017 Pelatihan
ICM dan
SOC
Pelatihan Mangrove
Ketapang 2016 Paket Air Bersih
Masterplan PRPM
Bantuan Alat Tangkap
Ramah
Lingkungan
Pelatihan ICM dan
SOC
Pelatihan Mangrove
2017 DED PRPM 14,5 Ha
Penataan Bangunan PRPM
14,5 Ha
Surya Bahari 2016 Pengadaan Paket Air Bersih
Bantuan Kapal 2 GT,
Pelatihan ICM dan
152
Nama Desa Tahun Infrastruktur
Dasar
Peningkatan
Ekonomi
Pemberdayaan
Masyarakat
Jaring
rampus dan
GPS
SOC
Pelatihan Mangrove
Karang Serang 2016 Pengadaan Paket Air Bersih
Bantuan Alat Tangkap
Nelayan
Ramah
Lingkungan
Pelatihan ICM dan
SOC
Tanjung
Burung
2016 Pengadaan Paket Air Bersih
Pelatihan ICM dan
SOC
Muncung 2016 Bantuan bibit
bandeng
Pelatihan
ICM dan
SOC
Pelatihan budidaya
tambak ikan
bandeng
Kronjo 2016 Pelatihan
Pengolahan
Ikan
Pemberian Bantuan Alat
Pengolahan
Bantuan Budidaya
Udang
Vaname
Pelatihan
ICM dan
SOC
*Program Pesisir Mengajar tahun 2016-2017 (30 Sekolah Dasar ) di Desa Pesisir
Kabupaten Tangerang.
153
Tabel 4.11 Ringkasan Hasil Penelitian
No Dimensi Indikator Hasil Penelitian
1. Evaluasi
Konteks
a. Latar
Belakang Merupakan penyelarasan dari Program
Pengembangan Desa Pesisir Tangguh
(PDPT) yang kemudian diadopsi dalam
tingkat Kabupaten.
Merupakan realisasi Bupati untuk penataan wilayah pesisir yang masih
membutuhkan pendampingan dan
perhatian. Mengingat masyarakat
pesisir yang masih memiliki
karakteristik oportunis dan memiliki
mindset yang kurang berkembang dan
didukung dengan kerusakan wilayah
pesisir yang semakin meluas.
b. Tujuan Untuk meningkatkan perkonomian
masyarakat, perbaikan infrastruktur dan
pemerdayaan masyarakat.
Tujuan ini relevan dengan kebutuhan masyarakat, dimana masyarakat pesisir
yang masih kurang berkembang dari
segi ekonomi baik cara maupun
kegiatan ekonomi yang dilakukan,
pesisir Kabupaten Tangerang juga
membutuhkan pembangunan
infrastruktur pendukung seperti sarana
ekonomi, kesehatan, pendidikan dan
lainnya.
c. Kebutuhan
dan Strategi Dinas Perikanan telah membentuk tim
koordinasi untuk pelaksanaan Program
Gerbang Mapan, karena pembangunan
wilayah pesisir merupakan
pembangunan yang melibatkan banyak
sektor dan pembangunan yang harus
dilakukan secara berkelanjutan.
Dinas Perikanan telah mengandeng PKSPL IPB, selaku akademisi yang
dapat membantu penyusunan hal-hal
yang harus dilakukan dan dibutuhkan.
Dinas Perikanan telah melakukan sosialisasi kepada SKPD yang terlibat
154
No Dimensi Indikator Hasil Penelitian
dalam tim koordinasi dan masyarakat
pesisir, guna untuk menyamakan
pandangan dan pola pikir dalam
pelaksanaan Program Gerbang Mapan.
2. Evaluasi
Input
a. Sumberdaya
Manusia Program Gerbang Mapan melibatkan
beberapa SKPD diantaranya Bappeda,
Dinas Tata Ruang dan Bangunan, Dinas
Lingkungan Hidup, Dinas Koperasi dan
UMKM, Dinas Bina Marga dan
lainnya.
Sumberdaya manusia yang ada secara kuantitas dan kualitas sudah baik
mengingat banyaknya SKPD yang
terlibat dan merupakan pihak-pihak
yang sudah professional.
Dalam Pelaksanaanya sumberdaya
manusia yang ada tidak berkoordinasi
dan memiliki komunikasi yang baik
dikarenakan tumpang tindih kegiatan
yang dilakukan dan fokus pada
program-program SKPD masing-
masing.
b.Sumberdaya
Finansial Anggaran yang digunakan berasal dari
APBD.
Anggaran Program Gerbang Mapan
Tahun 2014-2017 sebesar Rp
9.230.774.000, sedangkan realisasi
anggaran sebesar Rp 7.053.213.650
Anggaran yang disiapkan untuk pelaksanaan Program Gerbang Mapan
cair pada akhir tahun sekitar pada bulan
September.
c. Sarana
Prasarana Dalam pelaksanaan kegiatan Program
Gerbang Mapan, sarana dan prasaran
sudah memadai, banyak kegiatan-
kegiatan pelatihan yang dilakukan di
gedung serbaguna Pemerintahan
Kabupaten Tangerang sampai
pelaksanaan kegiatan yang dilakukan di
beberapa hotel dan rumah makan di
Kabupaten Tangerang.
Terkait dengan kendaraan operasional yang digunakan adalah kepemilikan
dari SKPD masing-masing.
155
No Dimensi Indikator Hasil Penelitian
3. Evaluasi
Proses
a. Perencanaan Perencanaan melibatkan PKSPL IPB,
sebagai rekan akademisi yang mampu
membantu menggali mengenai isu dan
permasalahan yang terjadi di pesisir
Kabupaten Tangerang.
Perencanaan dilakukan dengan metode FGD dan observasi langsung guna
mendapatkan hasil yang maksimal
sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Perencanaan menghasilkan sebuah dokumen perencanan yang disebut
roadmap Gerbang Mapan berfungsi
sebagai pedoman dalam pelaksanaan
Program Gerbang Mapan.
b. Pelaksanaan Program Gerbang Mapan dilaksanakan mulai dari tahun 2014-2018
Pelaksanaan Program Gerbang Mapan belum sesuai dengan dokumen
perencanaan yang dibuat. Dalam
pelaksanaannya masih banyak kegiatan-
kegiatan yang belum terlaksana. Hal ini
disebabkan karena beberapa SKPD
terkait belum melaksanakan kegiatan
yang terdapat dalam roadmap,
pelaksanaan Program Gerbang lebih
banyak dilaksanakan oleh Dinas
Perikanan.
Program Gerbang Mapan baru dilaksanakan pada 9 desa pesisir dari 25
desa yang menjadi sasaran Program
Gerbang Mapan. Tiga desa pada tahun
2015 dan menambah 6 desa di tahun
2016. Desa tersebut adalah Desa
Patramanggala, Desa Margamulya,
Desa Muara, Desa Ketapang, Desa
Surya Bahari, Desa Kronjo, Desa
Muncung, Desa Tanjung Burung dan
Desa Karang Serang.
c. Pengawasan Dalam pelaksanaannya, pengawasan
masih sangat minim dilakukan. Dimana
yang menjadi leading sector adalah dinas teknis yaitu Dinas Perikanan
maka tidak memiliki kewenangan untuk
156
No Dimensi Indikator Hasil Penelitian
memberikan sanksi dan evaluasi
terhadap SKPD lain yang tidak
menjalankan tugasnya.
d. Hambatan Buruknya koordinasi dan komunikasi yang dibangun dalam tim yang telah
dibuat untuk pelaksanaan Program
Gerbang Mapan.
SKPD-SKPD terkait sibuk dengan program unggulan masing-masing.
Anggaran Program yang kerap
terlambat dalam pencairannya.
Masyarakat yang masih apatis dan oportunis terhadap Program Gerbang
Mapan.
Luasnya sasaran Program Gerbang Mapan yaitu 25 desa pesisir dengan
sumberdaya yang kurang.
4. Evaluasi
Hasil
a. Dampak
Ekonomi Manfaat yang dirasakan adanya
peningkatan pendapatan bagi kelompok
pengolah, pembudidaya tambak
bandeng maupun udang vaname, dan
peningkatan kepemilikan asset seperti
alat tangkap, mesin maupun kapal.
Namun peningkatan ekonomi ini baru dirasakan beberapa kelompok saja. Hal
ini dikarenakan pemberian bantuan baik
dari pemerintah maupun dalam
kelompok. Selain itu, bantuan yang
diberikan belum dimanfaatkan secara
optimal sehingga menimbulkan
ketergantungan masyarakat akan
bantuan dan belum terciptanya
peningkatan ekonomi.
Dampak ekonomi yang signifikan dirasakan di Desa Patramanggala dan
Desa Kronjo
b. Dampak
Sosial Masyarakat mulai menyadari
pentingnya mejaga lingkungan pesisir
salah satunya dengan budidaya
mangrove baik di sepanjang bibir pantai
maupun di tambak sebagai penahan
abrasi dan memperbaiki habitat ikan.
Namun dampak sosial lainnya adalah
157
No Dimensi Indikator Hasil Penelitian
timbulnya kecemburuan sosial antar
anggota kelompok karena bantuan yang
diberikan kurang didistribusikan dengan
baik.
c. Dampak
Lingkungan Greenbelt di sepanjang bibir pantai
utara Kabupaten Tangerang yang
tadinya gundul sekarang sudah
ditumbuhi oleh mangrove.
Tanaman mangrove juga sudah banyak di tanam pada tambak-tambak
masyarakat sebagai penghalang abrasi
dan memperbaiki habitat ikan dan
kepiting tambak.
Pantai Utara Kabupaten Tangerang
memiliki beberapa hutan mangrove
diantaranya hutan mangrove di Desa
Muara, Tangerang Mangrove Centre di
Tanjung Pasir dan Pusat Restorasi dan
pembibitan Mangrove di Desa
Ketapang.
d. Dampak
Lainnya Tersedianya paket air bersih di Desa
Patramanggala, Desa Margamulya,
Desa Muara, Desa Ketapang, Desa
Tanjung Burung dan Karang Serang.
Bergabungnya Kabupaten Tangerang
dalam organisai PEMSEA
Dari Program Gerbang Mapan, Pesisir Tangerang menerima bantuan dari
beberapa perusahaan yang ada di sekitar
wilayah pesisir seperti PLTU Lontar,
YKK AP, PT Doulton, Indonesia
Power, Alfamart. Bantuan yang
diberikan berupa bibit mangrove, dan
sikat gigi gratis
158
Tabel 4.12 Anggaran Program Gerbang Mapan 2014-2017
PROGRAM/KEGIATAN ANGGARAN
(Rp)
REALISASI
(Rp)
2014
Pemberdayaan Sosial Budaya
Masyarakat Pesisir 500.000.000,- 500.000.000,-
1. Penyusunan Road Map
Gerbang Mapan 400.000.000,- 400.000.000,-
2. Pelatihan ICM (Pengelolaan
Pesisir Terpadu) 100.000.000,- 100.000.000,-
2015
Pemberdayaan Sosial Budaya
Masyarakat Pesisir 545.800.000.- 307.800.000,-
1.Pelatihan ICM (Pengelolaan Pesisir
Terpadu) 100.000.000,- 100.000.000,-
Pengelolaan Lingkungan Pesisir
Berbasis Pem. Masyarakat 720.000.000,- 302.900.000,-
1.FS Embung Air Di Kecamatan
Kemiri
135.790.000,-
2. FS Embung di Desa Muara Kec.
Teluknaga
3. Dokumen Perencanaan Sarana Air
Bersih + Geolistrik
3.Sarana Air Bersih Komunal 400.000.000.- 300.000.000,-
4. Rehab Sarana Irigasi Tambak 160.000.000,- 0
Pemberdayaan Masyarakat pesisir
Gerbang Mapan 325.000.000,- 31.160.000,-
1. Pelatihan Pembenihan Mangrove
2. Pelatihan Hybrid Engenering
3. Pelatihan Pengolahan bandeng
4. Belanja Sarana Praktek Pelatihan
Pembenihan Mangrove
226.710.000,- 1.550.000,- 5. Belanja Sarana Praktek Pelatihan
HE
6. Belanja Sarana Praktek Pelatihan
Pengolahan Bandeng
Penguatan Ekonomi Masyarakat
Pesisir 703.525.000,- 4.100.000,-
1. Pembibitan mangrove 61.040.000,- 0
2. Stimulan Bandeng 415.000.000,- 0
3. Sarana Pengolahan Sampah 200.000.000,- 0
159
/Komposter
2016
Program pemberdayaan ekonomi
masyarakat pesisir 1,600,000,000 1,110,200,000
Pembinaan kelompok ekonomi
masyarakat pesisir 237,670,000 224,890,000
Pendampingan pada Kelompok
Pengolah dan Pemasar Hasil
Perikanan (Poklahsar) 162,330,000 60,764,000
Peningkatan Ekonomi Nelayan
Tangkap Gerbang Mapan 700,000,000 344,185,000
Penguatan Ekonomi Pembudidaya
Ikan/ Udang Gerbang Mapan 200,000,000 182,435,000
Penguatan Ekonomi Pengolah dan
Pemasar Gerbang Mapan 300,000,000 297,926,000
Program pengembangan sumber
daya perikanan dan kelautan 750,000,000 743,872,750
Pengelolaan sumber daya hayati
pesisir dan laut 350,000,000 344,142,750
Pemberdayaan sosial budaya
masyarakat pesisir 400,000,000 399,730,000
Program perlindungan dan
konservasi sumber daya alam
pesisir 1,456,500,000 1,423,231,900
Pengelolaan lingkungan pesisir
berbasis pemberdayaan masyarakat 700,000,000 694,936,000
Pemberdayaan Masyarakat Pesisir
Gerbang Mapan 156,500,000 155,550,000
Konservasi Berbasis Pemberdayaan
Masyarakat Pesisir Gerbang Mapan 300,000,000 290,405,900
Budidaya Perikanan Berbasis
Lingkungan Gerbang Mapan 300,000,000 282,340,000
2017
Pembangunan Kawasan Budidaya 377.900.000 377.900.000
Peningkatan Sarana Kawasan
Budidaya
1.100.000.000 1.100.000.000
Peningkatan Sumberdaya Perikanan
Budidaya
700.000.000 700.000.000
Dana dari PEMSEA 452.049.000 452.049.000
TOTAL 9.230.774.000 7.053.213.650
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengumpulan data dan hasil yang telah dipaparkan oleh peneliti di atas,
peneliti dapat menarik kesimpulan mengenai evaluasi Program Gerakan Pembangunan
Masyarakat Pantai di Kabupaten Tangerang yang dilaksanakan pada tahun 2014-2018 belum
berjalan dengan optimal. Hal ini disampaikan karena selama pencarian dan analisis data
masih banyak kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam pelaksanaan Program Gerbang
Mapan. Hasil evaluasi pelaksanaan Program Gerbang Mapan diantaranya:
Program Gerbang Mapan selama lima tahun baru dilaksanakan pada 9 desa yaitu Desa
Patramanggala, Desa Muara, Desa Marga Muya, Desa Kronjo, Desa Ketapang, Desa Tanjung
Burung, Desa Karang Serang, Desa Surya Bahari dan Desa Muncung, hal ini tidak sesuai
pada target awal diimplementasikan pada 25 desa pesisir di Kabupaten Tangerang. Karena
terlalu luasnya wilayah Program tanpa dukungan sumberdaya manusia dan finansial yang
cukup. Dari Sembilan desa yang telah dilaksanakan Program Gerbang Mapan, yang
menunjukan adanya dampak atau pengaruh yang cukup signifikan baru terjadi di Desa
Patramanggala Kecamatan Kemiri. Masih banyaknya kegiatan yang tidak dilaksanakan pada
Program Gerbang Mapan, karena beberapa SKPD belum melaksanakan rencana aksi yang
sudah ditetapkan sebelumnya. Masih buruknya koordinasi dan komunikasi antar SKPD teknis
karena adanya tumpang tindih pekerjaan dan juga belum ada rasa kepemilikan dan kesadaran
akan pembangunan pesisir yang harus dilaksanakan secara terpadu dan terintegrasi. Belum
adanya pengawasan yang dilakukan pada Program Gerbang Mapan, karena Dinas Perikanan
sebagi leading sector yang merupakan dinas teknis tidak memiliki kemampuan untuk
melakukan pengawasan dan evaluasi kepada sesama dinas teknsi lainnya. Dan masih
rendahnya partisipasi dari masyarakat pesisir di Kabupaten Tangerang.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang sudah dijelaskan diata, maka peneliti akan mencoba
memberikan masukan diantaranya
1. Merubah leading sector Program Gerbang Mapan kepada Bappeda sebagai badan
yang dapat menjangkau seluruh SKPD dan memiliki kewenangan malakukan
pengawasan apabila program tidak berjalan.
2. Pelaksanaan program dapat dibuat bertahap dengan memfokuskan kepada desa-desa
yang berpotensi dan dalam cakupan yang lebih kecil.
3. Memberikan pengawasan dan pembinaan yang lebih intensif agar bantuan yang
diberikan jelas menghasilkan output kepada masyarakat
4. Menyelaraskan dokumen perencanaan Program Gerbang Mapan dengan dokumen
perencanaan kerja dinas agar tidak terjadi tumpang tidih dan pekerjaan ganda.
5. Menjalin koordinasi yang lebih baik antar SKPD maupun dengan aparatur desa untuk
mendapat dukungan dalam pelaksanaan Program Gerbang Mapan yang lebih mudah
di setiap desa dan Membuat forum diskusi dalam rangka penyamaan pandangan
terkait dengan pembangunan pesisir antara SKPD terkait, aparatur Desa dan
masyarakat terkait.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abidin, Zaid Zainal. 2012. Kebijakan Publik Edisi 2. Jakarta: Salemba Humanika.
Agustino, Leo. 2016. Dasar-dasar Kebijakan Publik (Edisi Revisi). Bandung: ALFABETA,
Cv.
Aminah, Siti. 2007. Kearifan Lokal dalam Pengembangan KomunitasPesisir. Bandung: CV.
Citra Praya.
161
Bungin, Burhan. 2013. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi; Format-format Kuantitaif
dan Kualitatif Untuk Studi Sosiologi, Kebijakan Publik, Komunikasi, Manajemen
dan Pemasaran. Jakarta: Kecana.
Creswell, Jhon W. 2013. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dahuri, Jacub Rais, Sapta Putra Ginting dan M.J Sitepui. 2008. Pengelolaan Sumber Daya
Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Matthew B. Miles & A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia (UI Press)
Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nugraha, Iwan dan Rochmin Dahuri. 2004. Pembangunan Wilayah: Prespektif Ekonomi,
Sosial dan Lingkungan. Jakarta: LP3ES.
Satori, Djam‟an, Aan Komariah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
ALFABETA,Cv.
Subarsono. 2005. Analisis Kebijakan Publik Konsep Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Sunarto, Muh. Aris Marfai dan Muhammad Anggri Setiawan. 2014. Geomorfologi dan
Dinamika Pesisir Jepara. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Winarno, Budi. 2014. Kebijakan Publik Teori, Proses dan Studi Kasus. Jakarta: PT. Buku
Seru.
Wirawan. 2011. Evaluasi teori, model, standar, aplikasi dan profesi. Depok: PT.
Rajagrafindo Persada.
Dokumen
Dokumen Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Tangerang 2013-2018.
Dokumen Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pualu-Pulau Kecil Kabupaten Tangerang.
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 10 Tahun 2002 tentang Pedoman Umum
Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan, Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang
Tahun 2016-2017
Roadmap Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai Dinas Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Tangerang.
Sumber Lain
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tangerang. 2017. Publikasi Kabupaten Tangerang Dalam
Angka 2017. https://tangerangkab.bps.go.id. Diakses pada 26 Desember 2017.
KATADATA. 2017. Potensi Besar Laut Indonesia.
https://katadata.co.id/infografik/2017/02/13/potensi-besar-laut-indonesia. Diakses
pada 20 Desember 2017.
Pengembangan Kawasan Pesisir Tangguh. 2017. Permasalahan Yang dihadapi Wilayah
Pesisir. http://pdpt.gaismamedia.com/tentang-kami/. Diakses pada 20 Desember 2017.
Koran sindo, 2017. Perikanan Jadi Komoditi Andalan Provinsi Banten.
https://daerah.sindonews.com/read/1267082/174/perikanan-jadi-komoditi-andalan-
provinsi-banten-1513680111. Diakses pada 20 Februari 2018.
LAMPIRAN
Pedoman Wawancara
Dimensi Subdimensi Pernyataan
Evaluasi 1. Latar Belakang dibuatnya Program Gerbang
Dimensi Subdimensi Pernyataan
Konteks Mapan di Kabupaten Tangerang.
2. Tujuan dibuatnya Program Gerbang Mapan.
3. Perencanaan yang dilakukan sebelum
Program Gerbang Mapan dilaksanakan.
4. Hal-hal yang dilakukan sebelum pelaksanaan
Program Gerbang Mapan.
5. Hal-hal yang perlu disiapkan sebelum
pelaksanaan Program Gerbang Mapan.
6. Strategi yang digunakan agar tercapai tujuan
dari Program Gerbang Mapan.
7. Sasaran Program Gerbang Mapan.
8. Hal-hal yang diharapkan dari perencanaan
Program Gerbang Mapan
Evaluasi Input 9. Asal anggaran yang digunakan untuk
pelaksanaan Program Gerbang Mapan.
10. Perbedaan anggaran program unggulan
dengan pogram dinas lainnya.(Mis jumlah)
11. Kecukupan anggaran
12. Ketepatan waktu pemberian anggaran
13. Ketepatgunaan anggaran yang diberikan.
14. Sumberdaya manusia yang dibentuk untuk
melaksanakan program.
15. Penanggung jawab tim yang dibentuk.
16. Karakteristik/sikap agen pelaksana (SDM).
17. Kejelasaan pembagian tugas di setiap SKPD
18. Kualitas dan kuantitas SDM pelaksana
program.
19. Hambatan yang ditemukan pada SDM.
20. Dukungan sarana dan prasarana dalam
pelaksanaan program Gerbang Mapan
21. Kecukupan sarana dan prasarana pendukung
program
22. Kondisi sarana dan prasarana
Evaluasi Proses 23. Waktu pelaksanaan Program Gerbang Mapan
24. Kesesuaian perencanaan dengan pelaksanaan.
25. Pemanfaatan anggaran yang telah diberikan.
26. Pelaksanaan tugas yang telah diberikan
kepada agen pelaksana program.
27. Hambatan yang ditemukan selama
pelaksanaan program.
28. Ketercapaian program (per tahun)
29. Hal-hal yang tidak terlaksana selama program
dilaksanakan.
30. Perubahan atau penyesuaian yang dilakukan
selama program berlangsung.
Evaluasi
Dampak
31. Bantuan yang diberikan kepada masyarakat
pesisir.
32. Dampak sosial yang terjadi dengan adanya
Dimensi Subdimensi Pernyataan
program
33. Dampak ekonomi yang dialami dengan
adanya program.
34. Hal-hal yang dihasilkan dari Program
Gerbang Mapan.
35. Dampak Regulasi dengan adanya Program
Gerbang Mapan.
Pedoman Wawancara (Masyarakat)
Dimensi Subdimensi Pernyataan
Evaluasi Input 1. Kecukupan anggaran
2. Ketepatan waktu pemberian anggaran
3. Ketepatgunaan anggaran yang diberikan.
4. Sumberdaya manusia yang dibentuk untuk
melaksanakan program.
5. Kualitas dan kuantitas SDM pelaksana
program. 6. Pendampingan yang dilakukan pemerintah
7. Dukungan sarana dan prasarana dalam
pelaksanaan program Gerbang Mapan
8. Kecukupan sarana dan prasarana pendukung
program
9. Kondisi sarana dan prasarana
Evaluasi Proses 1. Waktu pelaksanaan Program Gerbang Mapan
2. Pelaksanaan tugas yang telah diberikan
kepada agen pelaksana program.
3. Hambatan yang ditemukan selama
pelaksanaan program.
4. Kegiatan yang dilakukan selama Program
diberikan
Evaluasi
Dampak
1. Bantuan yang diberikan kepada masyarakat
pesisir.
2. Dampak sosial yang terjadi dengan adanya
program
3. Dampak ekonomi yang dialami dengan
adanya program.
4. Hal-hal yang dihasilkan dari Program
Gerbang Mapan.
Member Check
Nama Informan : SM. Agustin Hari Mahardika, SPi, MM (I1)
Jabatan : Kasubag TU UPT BBI Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang
Waktu wawancara : Selasa, 15 Mei 2018, Pukul 10.22 WIB
Tempat wawancara : Ruangan Sekretaris Dinas Perikanan Kabupaten Tangerang
1. Apa yang melatarbelakangi Program Gerbang Mapan
Program Gerbang Mapan merupakan sebuah program yang terinspirasi dari program
pusat yang kita kenal dengan nama PDPT (Pengembangan Desa Pesisir Tangguh)
yang didalamnya ada beberapa kegiatan-kegiatan yang menjadi andalan seperti bina
sumberdaya manusia, bina lingkungan termasuk didalamnya adalah pembangunan
infrastruktur desa, bina ekonomi dan yang lainnya. Karena pada tahun 2014 program
tersebut akan berakhir dan Kabupaten Tangerang memiliki Bupati baru yang berjanji
untuk memperbaiki wilayah pesisir, kemudian kami dipanggil oleh Bappeda
diberitahukan sebuah program top down, dimana program tersebut sudah memiliki
nama yaitu Program Gerakan Pembangunan Masyarakat Pantai (Gerbang Mapan).
Yang secara terminologi kurang sesuai karena tidak menggunakan istilah pesisir,
namun diakhir kita malah bersyukur karena setelah ada UU No.23 Tahun 2014 tidak
boleh lagi digunakan istilah pesisir.
2. Apakah tujuan Gerbang Mapan sudah relevan dengan kebutuhan masyarakat
pesisir Kabupaten Tangerang?
Dalam Program Gerbang Mapan itu ada tiga yang menjadi tujuan utam yaitu
peningkatan ekonomi, perbaikan infrastuktur dan pemberdayaan masyarakat. Setelah
kita melakukan kajian dan mengidentifikasi permasalahan yang ada di pesisir, saya
rasa sangat relevan. Karena Roadmap Program yang sudah kami buat pun sejalan
dengan rumusan Bappeda dimana merupakan janji-janji yang diutarakan Bupati
terpilih.
3. Bagaimana sosialisasi yang dilakukan untuk Program Gerbang Mapan?
Sosialisasi yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu pertama saat dilaksanakan FGD di
tiap kecamatan, yang kedua saat dilaksanakan pelatihan-pelatihan dan yan terakhir
saat pelaksanaan kegiatan Program Gerbang Mapan. Kita juga telah mengerahkan
beberapa pihak mulai dari kecamatan, desa sampai tokoh masyarakat.
4. Apa yang dilakukan pada tahap perencanaan Program Gerbang Mapan?
Hal yang pertama dilakukan adalah menjalin kerjasama dengan dengan pihak
akademisi, dengan opsi UGM, UB dan IPB. Selanjutnya IPB lah yang terpilih
menjadi rekan akademisi karena dianggap relevan, efektif dan efisien. Setelah
menjalin kerja sama kemudian yang dilakukan adalah mengidentifikasi isu-isu
permasalahan yang menjadi prioritas di wilayah pesisir Kabupaten Tangerang dengan
cara FGD di tiap kecamatan pesisir dan juga observasi di lapangan, kemudian
dituangkan kedalam sebuah dokumen yang kemudian dikenal sebagai roadmap
Gerbang Mapan untuk menjadi landasan pelaksanaan program.
5. Strategi yang kemudian dijalankan oleh dinas perikanan ?
Pertama pemilihan pihak akademisi yang kita ambil dari universitas negeri dan tidak
mengambil dari universitas swasta karena hasilnya yang kurang memuaskan. Dengan
menggandeng IPB ini memberikan kualitas-kualitas dan masukan masukan baru
untuk Kabupaten Tangerang.
6. Darimanakah anggaran yang digunakan untuk menjalankan Program Gerbang
Mapan?
Anggaran yang digunakan merupakan anggaran yang berasal murni dari APBD
Kabupaten Tangerang
7. Bagaimanakan kecukupan dan ketepatan anggaran yang ada ?
Dari segi anggaran dapat dikatakan cukup bahkan lebih, saya pernah ditawari untuk
nilai anggaran mencapai 2-5 milyar namun dengan keadaan yang seperti ini, hanya
bergerak sendiri dan banyak hal administratif yang perlu dilakukan dan harus
seimbang dengan yang dilakukan di lapangan saya merasa sulit untuk
mempertanggung jawabkan uang tersebut.
Dari segi ketepatan anggaran, mungkin hal ini yang kemudian menjadi hambatan
dalam pelaksanaan program Gerbang Mapan. Distrubusi Anggaran yang turun untuk
Program Gerbang Mapan (Program Top Down) dipisahkan dari pagu anggaran dinas
tapi pencairan selalu dilakukan diakhir tahun. Dimana hal ini membuat pelaksanaan
Program menjadi terganggu dan mesti banyak dilakukan penyesuaian di sana sini.
8. Apakah anggaran didistribusikan dengan baik kepada stakeholder terkait?
Pengadaan anggaran adanya di Bappeda, namun belum dimaksimalkan. Pernah saya
meminta untuk dikumpulkan dan diadakan rapat kordinasi tapi tidak juga
dilaksanakan dan baru terlaksana 2 tahun belakangan.
9. Apakah sumberdaya manusia untuk menjalankan Program Gerbang Mapan
cukup secara kuantitas?
Sebenernya sumberdaya manusia yang ada untuk melaksanakan program cukup,
namun karena di Kabupaten ini terlalu banyak program unggulan sehingga SDM
tersebut pun sibuk untuk melaksanakan program unggulan lain. Untuk rapat-rapat
koordinasi yang diadakan juga sulit sekali mengumpulkan. Jadi yang seharusnya
dapat dikerjakan bersama malah tidak dikerjakan, dan harapan saya kedepan hal
tersebut dapat terlaksana.
10. Bagaimanakah waktu pelaksanaan dari Program Gerbang Mapan?
Program Gerbang Mapan mulai naik dari tahun 2013 setelah bupati terpilih naik,
selanjutnya di tahun 2014 diawali dengan menyusun roadmap Gerbang Mapan dan
mengadakan sosialisasi dan Pelatihan ICM yang diberikan kepada 25 Kepala desa,
aparatur desa serta stakeholder terkait. Di tahun 2015 kita memulai dengan tiga desa
yang difokuskan dan 6 desa di 2016. Di tahun 2017 dan 2018 tinggal melanjutkan
saja.
11. Bagaimanakan kesesuaian perencanaan dengan pelaksanaan Program Gerbang
Mapan?
Perencanaan pada program unggulan sebenarnya disusun saat SKPD tengah
menyusun renstra sehingga sulit untuk menyusupkan kegiatan program unggulan di
kegiatan dinas, sehingga perencanaan yang telah tercantum dalam roadmap, belum
berjalan secara maksimal ditahun pertama, namun tahun berikutnya diharapkan sudah
bisa langsung menyesuaikan tapi ternyata tidak juga.
12. Adakah kegiatan-kegiatan yang belum dilaksanakan?
Ada, apalagi dengan koordinasi yang kurang baik. Terkadang bantuan yang diberikan
menjadi tidak tuntas seperti halnya bantuan pelatihan pengolahan dan bantuan alat
pengolahan ikan yang kemudian tidak dilanjutkan dengan bantuan pemasaran dari
dinas bersangkutan itu contoh saja. Dinas Perikanan sendiri menilai dari keseluruhan
kegiatan yang berjalan mungkin baru mencapai 20%, kegiatan yang saya paling
konsisten dan mencapai di seluruh wilayah pesisir adalah kegiatan pesisir mengajar
karena dilihat dari segi sumberdaya manusia dan anggaran kegiatan ini lah yang
sangat mungkin untuk dilakukan.
13. Apa yang menjadi keunggulan Program Gerbang Mapan?
Dengan segala keterbatasan baik SDM dan anggaran, kami coba mencari jalan keluar,
dan ada diantara kegiatan-kegiatan dalam roadmap yaitu pesisir mengajar. Saya rasa
kegiatan inilah yang paling mungkin untuk dilaksanakan. Karena sumberdaya
manusia yang terlibat juga kami adakan rekrutmen sehingga bisa fokus dalam
kegiatan tersebut. dan menurut saya ini lah yang menonjol dari Program Gerbang
Mapan di samping Mangrove.
14. Adakah pengawasan yang dilakukan dalam program ini?
Untuk pengawasan kami selaku leading sector sulit untuk melakukan teguran kepada
dinas lain, karena secara kewenangan pun kami tidak bisa, berbeda dengan Bappeda
yang memiliki kemampuan untuk menjangkau seluruh SKPD. Selain itu setiap dinas
juga memiliki program unggulan yang kemudian harus dilaksanakan juga dan kami
tidak bisa egois memaksa melaksanakan program unggulan kami.
15. Hambatan apa yang kemudian ditemukan dalam program?
Hambatan yang berarti adalah koordinasi dan komunikasi dengan para stakeholder
dan SKPD yang masih buruk, anggaran yang turun tidak pada waktu yang tepat, serta
mindset masyarakat pesisir yang masih belum berubah.
16. Dampak ekonomi yang dihasilkan dari program Gerbang Mapan?
Dalam tujuan gerbang mapan ada mengenai peningkatan ekonomi, peningkatan
ekonomi mungkin dirasakan oleh beberapa peneriman bantuan langsung, namun
untuk secara luas. Gerbang Mapan belum mampu untuk merubah perekonomian
masyarakat pesisir. Hal ini dikarenakan juga beberapa faktor salah satunya adalah
karakteristik masyarakat pesisir yang tidak biasa untuk menabung, boros dan ingin hal
yang instan. Ini juga penyebab mengapa pembangunann di wilayah pesisir menjadi
sangat lambat.
17. Dampak sosial dan lingkungan yang dihasilkan dari Program Gerbang Mapan ?
Dampak sosial yang kita hasilkan salah satunya berasal dari kegiatan pesisir
mengajar, sudah mulai timbul kesadaran-kesadaran baru bagaimana hidup secara baik
di lingkungan pesisir, mengetahui hal-hal untuk melestasrikan dan menjaga
lingkungan pesisir, serta mengetahui kehidupan yang sehat di lingkungan pesisir.
Dampak lingkungan yang dihasilkan kini sudah semakin banyak desa-desa yang
mulai lagi menanam mangrove dan greenbelt di sepanjang pantai utara juga sudah
kembali lagi sehingga abrasi akan bisa diminimalisasi.
Dampak lain yang kemudian timbul adalah sudah bayak masyarakat yang semakin
mengetahui pentingnya tanaman mangrove untuk menjaga keseimbangan lingkungan
mereka dan tidak menganggap mangrove sebagai hama (untuk tambak). Namun ada
juga dampak negative yang kemudian timbul ada masyarakat yang kecewa dengan
program Gerbang Mapan yang menganggap bantuan tidak sebesar dengan apa yang
dibayangkan. Pada Program Gerbang Mapan bantuan lebih bersifat pengadaan barang
atau tidak berbentuk uang. Selain dari dampak diatas pencapaian Gerbang Mapan
juga adalah kini Kabupaten Tangerang tergabung dalam organisasi internasional
untuk mengurusi wilayah pesisir yaitu PEMSEA, Gerbang Mapan juga mampu
mengajak berbagai perusahaan swasta yang ada di wilayah pesisir untuk membuat
MOU kerjasama dalam penanganan wilayah pesisir seperti PT Indonesia Power,
PLTU Lontar, dll.
Member Check
Nama Informan : M. Arsyad Al-Amin (I1-3)
Jabatan : Peneliti PKSPL LPPM IPB
Waktu wawancara : Rabu, 16 Mei 2018, Pukul 10.00 WIB
Tempat wawancara : Ruangan PKSPL IPB
1. Apa yang melatarbelakangi Program Gerbang Mapan
Program Gerbang Mapan ini sebenarnya merupakan janji bupati atau top down
program yang dipadukan dengan bottom up program, karena selain inisiasi dari
bupati terpilih kita juga meminta setiap desa untuk melakukan musyawarah desa
dengan melibatkan masyarakat untuk menarik isu-isu permasalahan yang ada di setiap
desa di wilayah pesisir Kabupaten Tangerang.
2. Bagaimana bisa kemudian IPB dipilih sebagai rekan akademisi untuk
melaksanakan Program?
Untuk hal ini sebenarnya mba ada dua sumber yang harus ditanya, yaitu menanyakan
kepada pihak pemerintahan Kabupaten Tangerang, karena itu merupakan keputusan
dari pemerintah khususnya Dinas Perikanan. Namun menurut saya pemilihan tersebut
karena PKSPL (Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Laut) IPB memang fokus pada
program-program berbasis pembangunan pesisir dan sudah banyak melakukan
kerjasama dengan wilayah pesisir lainnya.
3. Apakah tujuan Program Gerbang Mapan sudah relevan dengan kebutuhan
masyarakat pesisir Kabupaten Tangerang?
Menurut saya sudah relevan, program ini juga melibatkan masyarakat untuk
menentukan isu permasalahan yang ada di desa masing-masing sehingga bisa sejalan
antara kebutuhan dengan program yang ada. Namun Program Gerbang Mapan ini
merupakan program pembangunan yang menyasar hampir semua aspek atau
pembangunan secara menyeluruh namun fokus pada wilayah pesisir. Dengan wilayah
pesisir Tangerang yang sangat luas dan kondisi SDM yang kurang maka program ini
tentu tidak berjalan dengan mudah.
4. Bagaimana peran PKSPL IPB dalam perencanaan Program Gerbang Mapan?
Dalam perencanaan Program Gerbang mapan kita diawali dengan membuat roadmap
Gerbang Mapan, didalamnya sudah sangat lengkap dan bagus karena sudah berisikan
mengenai profil wilayah pesisir, pemaparan mengenai isu-isu strategis yang ada di
wilayah pesisir sampai dengan rencana aksi Program Gerbang Mapan lima tahun
kedepan. Dalam pembuatan roadmap kami berperan sebagai penggali isu-isu
stratregis desa dan juga ikut serta merumuskan kegiatan-kegiatan apa yang kemudian
bisa menjadi solusi untuk permasalahan-permasalahan yang ada. Selain itu kami juga
melakukan capacity building salah satunya dengan bimbingan mengenai ICM
(Integrated Coastal Management) kepada aparatur desa dan SKPD terkait, hal ini
dilakukan untuk menyamakan pandangan bahwa pembangunan pesisir merupakan
sebuah pembangunan yang bersifat berkelanjutan dan perlu melibatkan banyak
aspek/SKPD.
5. Darimanakah anggaran yang digunakan untuk menjalankan Program Gerbang
Mapan?
Asal anggaran yang digunakan adalah APBD Kabupaten Tangerang
6. Bagaimanakan kecukupan dan ketepatan anggaran yang ada ?
Saya rasa untuk anggaran yang diberikan di Progam Gerbang Mapan kurang
mencukupi terutama untuk melaksanakan program di lokasi yang luas yaitu 25 desa
pesisir yang ada. Selain itu dana yang digulirkan kerap terlambat sehingga perencanan
kegiatan yang telah dilakukan menjadi molor dan tertunda.
7. Apakah sumberdaya manusia untuk menjalankan Program Gerbang Mapan
cukup secara kuantitas?
Dengan sistem ICM, dimana pembangunan pesisir itu adalah pembangunan yang
terintegrasi dan terpadu dengan melibatkan berbagai SKPD terkait rasanya untuk
kecukupan SDM sangat cukup namun kendala yang ditemukan adalah kurangnya
koordinasi yang dibangun dalam tim Gerbang Mapan sehingga kerjasama yang
diharapkan kemudian tidak tercapai
8. Bagaimanakah waktu pelaksanaan dari Program Gerbang Mapan?
Program Gerbang Mapan dimulai pada tahun 2014 dengan membuat roadmap dan
FGD dengan aparatur desa dan SKPD terkait. Di tahun 2015 kita mulai mencoba
dengan tiga desa terlebih dahulu dan ditahun selanjutnya menambah desa dan
meneruskan progam.
9. Bagaimanakah kesesuaian perencanaan dengan pelaksanaan Program Gerbang
Mapan?
Perencanaan memang sudah tertuang jelas dalam roadmap, apa saja yang harus
dikerjakan, siapa berbuat apa, dilakukan dimana. Namun kembali lagi ke masalah
koordinasi yang masih buruk, sehingga terkesan dalam Program Gerbang Mapan
bukan lagi lintas sektor tapi hanya Dinas Perikanan yang melaksanakan program.
Apabila mba mau mengevaluasi silahkan dengan menilai kegiatan-kegiatan mana saja
yang sudah dilaksanakan, sejauh ini baru kegiatan-kegiatan Dinas Perikanan yang
berjalan dan kami pun dalam monitoring hanya melakukan evaluasi yang dilakukan
oleh Dinas Perikanan, mengingat tidak adanya laporan terkait sudah atau belum
terlaksananya kegiatan di luar Dinas Perikanan
10. Kegiatan-kegiatan apa saja yang tidak terlaksana dalam Program ?
Masih banyak sekali kegiatan-kegiatan dalam program yang kemudian belum
terlaksana, baik dari segi peningkatan ekonomi maupun peningkatan infrastuktur
dasar. Memang yang paling terlihat dari program ini adalah kegiatan Pesisir Mengajar
dari segi pemberdayaan masyarakat, hanya kegiatan ini yang telah menyisir seluruh
desa pesisir atau sekitar 31 sekolah dasar di wilayah pantai utara yang merasakan
kegiatan ini.
11. Hambatan apa yang kemudian ditemukan dalam program?
Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, hambatan yang sangat berat adalah
koordinasi antar SKPD di pemerintahan Kabupaten Tangerang. Dengan terputusnya
koordinasi yang terbangun maka perencanaan yang telah dirancang akan sulit sekali
untuk diimplementasikan, terbukti dari progam atau kegiatan yang dilakukan baru
hanya kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Perikanan, hal ini juga adalah karena
kesalahan yang menjadikan Dinas Perikanan sebagai leading sector, karena Dinas
Perikanan juga merupakan dinas teknis maka akan sulit untuk melakukan koordinasi
dan evaluasi mengingat tidak adanya kewenangan akan hal itu. Selanjutnya adalah
lokasi yang luas dengan SDM yang tidak mendukung juga semakin membuat sulit
mencapai keberhasilan Program Gerbang Mapan, mungkin kita harus melakukan
secara bertahap dengan memilih desa-desa prioritas agar kegiatan juga terfokus dan
memberikan hasil yang maksimal.
12. Adakah Pengawasan yang dilakukan ?
Bicara mengenai pengawasan karena ini program dibawah instruksi langsung bupati,
maka bupati bisa menjadi pengawas dalam program ini. Kalau untuk Dinas Perikanan
yang melakukan tidak bias karena secara hierarki pun kewenangannya sama dengan
dinas teknis lainnya. Kami juga sebenarnya ikut memonitoring program ini, namun
kami hanya sebatas mengevaluasi bahwa kegiatan ini belum berjalan tidak sampai
pada memberikan peringatan kepada SKPD terkait.
13. Dampak sosial, ekonomi dan lingkungan yang dihasilkan dari Program Gerbang
Mapan?
Meskipun belum banyak yang dilakukan dalam Program Gerbang Mapan, namun
setidaknya sudah ada beberapa dampak yang dihasilkan. Seperti dampak sosial yang
masyarakat kini semakin tahu bahwa pentingnya menanam mangrove untuk
kestabilan lingkungan pesisir, dalam kegiatan pesisir mengajar menciptakan mindset
anak-anak agar biasa hidup sehat dan gemar makan ikan sebagai penghasilan utama
mereka. Secara ekonomi meskipun tidak signifikan ada masukan dari pegolahan ikan
yang dilakukan ibu-ibu di wilayah pesisir.
Namun diluar dampak yang sudah dijelaskan ada juga hal-hal yang dihasilkan dari
Program Gerbang Mapan ini, salah satunya Program Gerbang Mapan bisa menarik
CSR perusahaan yang berdiri di wilayah Pantai Utara Tangerang untuk diberikan
untuk kepentingan wilayah pesisir Kabupaten Tangerang.
Member Check
Nama Informan : Ruslan Farid, SP. MM. (I1-2)
Jabatan : Kasubid Ketahanan Pangan dan Pemberdayaan Masyarakat Bappeda
Kabupaten Tangerang
Waktu wawancara : Kamis, 17 Mei 2018, Pukul 14.25 WIB
Tempat wawancara : Ruangan Bidang Ekonomi Bappeda Kabupaten Tangerang
1. Apa yang melatarbelakangi Program Gerbang Mapan
Latar belakang dibentuknya program Gerbang Mapan memang salah satunya adalah
terinspirasi dari program pusat dari Kementerian Kelautan dan Perikanan yaitu PDPT
(Pengembangan Desa Pesisir Tangguh) yang sebelumnya pernah sukses diterapkan
disalah satu desa yaitu Desa Muara Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang,
karena banyak juga progam-program unggulan Kabupaten Tangerang yang meniru
program pusat seperti Gebrak Pak Kumis, PNPM Kabupaten Tangerang dan juga
Gerbang Mapan itu sendiri. Selain itu Program Gerbang Mapan dibuat karena kondisi
wilayah dan masyarakat pesisir Kabupaten Tangerang yang masih memperihatinkan
dan butuh pendampingan.
2. Apakah tujuan Gerbang Mapan sudah relevan dengan kebutuhan masyarakat
pesisir Kabupaten Tangerang?
Tentu tujuannya untuk menata wilayah pesisir, membangun masyarakatnya,
lingkungannya dan saya rasa tujuan ini memang sudah relevan dengan apa yang
dibutuhkan oleh masyarakat pesisir di Kabupaten Tangerang.
3. Apa yang Bappeda lakukan pada tahap perencanaan Program Gerbang Mapan?
Dalam perencanaan Bappeda berperan dalam koordinasi terkait perencanaan program
dan penganggaran program, selebihnya yang melakukan adalah dinas teknis. Satu lagi
yang dilakukan Bappeda adalah membentuk tim koordinasi yang terdiri dari beberapa
SKPD Kabupaten Tangerang antara lain Dinas Perikanan, Dinas Lingkungan Hidup,
Dinas Tata Ruang dan Bangunan, Dinas Koperasi dan UMKM dan lainnya.
Penganggaran yang dilakukan juga kita lakukan sesuai dengan roadmap yang ada, apa
yang dikerjakan, siapa yang mengerjakan, mengerjakan apa, siapa mengerjakanan apa
akan kita usulkan ke Tim Anggaran Pemerintah Daerah.
4. Strategi yang kemudian dijalankan dalam pelaksanaan Program Gerbang
Mapan?
Karena yang menjalankan adalah dinas teknis maka strategi diserahkan kepada dinas
teknis, namun untuk pelaksanaan Program Gerbang Mapan tentu mengikuti alur kerja
dari roadmap yang telah dibuat dan disetujui tersebut.
5. Darimanakah anggaran yang digunakan untuk menjalankan Program Gerbang
Mapan?
Anggaran yang digunakan merupakan anggaran yang berasal murni dari APBD
Kabupaten Tangerang. Anggaran program unggulan maupun program dinas itu sama
yaitu dari APBD. Di APBD ada pagu wajib dan strategis, Program Gerbang Mapan
masuk pada pagu strategis dan unggulan berbeda dengan anggaran dinas.
6. Bagaimanakan kecukupan dan ketepatan anggaran yang ada ?
Untuk kecukupan anggaran di Program Gerbang Mapan sangat cukup. Dan
pembagian anggaran ditiap dinas disesuaikan dengan pembagian tugas yang ada di
roadmap. Tapi karena penganggaran Gerbang Mapan yang belum selaras dengan
program kerja dinas maka sulit juga dan biasanya akan disesuaikan diperubahan
anggaran. Namun bila dari sisi ketepatan anggaran, memang anggaran yang turun
suka terlambat kadang turun di akhir tahun jadi pelaksanaan program juga mundur
dan di lakukan di tahun berikutnya.
7. Apakah anggaran didistribusikan dengan baik kepada stakeholder terkait?
Seperti yang saya katakan sebelumnya, kalau yang ada di roadmap belum selaras
dengan program kerja dinas. Kadang ada yang tidak tahu kalau kegiatan dinas sama
dengan kegiatan yang ada di roadmap sehingga anggaran yang digunakan untuk
kegiatan menggunakan anggaran dinas bukan Program Gerbang Mapan.
8. Apakah sumberdaya manusia untuk menjalankan Program Gerbang Mapan
cukup secara kuantitas?
Sumber Daya Manusia yang ada sih cukup karena dinas-dinas teknis juga sudah
professional, hanya saja kendalanya masih lemahnya koordinasi antara SKPD terkait
dan Bappeda hanya diawal selanjutnya dinas perikanan yang mengadakan koordinasi
hanya saja memang apabila yang melakukan koordinasi adalah perikanan sebagai
dinas teknis akan sulit beda dengan Bappeda yang menjangkau semua SKPD
9. Bagaimanakah waktu pelaksanaan dari Program Gerbang Mapan?
Secara mendetail saya kurang tahu bagaimana pelaksanaannya, namun apabila hanya
melihat target hal tersebut tercapai dengan baik.
10. Bagaimanakan kesesuaian perencanaan dengan pelaksanaan Program Gerbang
Mapan?
kalau untuk sesuai atau tidaknya perencanaan dengan yang dijalankan mungkin
memang belum semua sesuai, karena kan masih banyak juga kegiatan-kegiatan yang
belum dilaksanakan dan wilayah pesisir juga mendapat bantuan. Seperti di sektor
peningkatan ekonomi dan infrastruktur dasar belum berjalan karena selama ini yang
aktif memang Dinas Perikanan di sektor pemberdayaan masyarakat. Dan yang saya
tahu itu ada namanya pesisir mengajar, itu menjadi kegiatan yang sering dilakukan
untuk menutupi kekurangan yang ada.
11. Hambatan apa yang kemudian ditemukan dalam program?
Salah satunya adalah wilayah pesisir kita yang luas dan Gerbang Mapan ini mengarah
pada semua aspek dan harus melibatkan semua stakeholder. Selain itu juga kordinasi
yang tidak berjalan. Hambatan utamanya ya koordinasi itulah yang sulit
12. Dampak yang dirasakan setalah adanya program gerbang mapan ?
Secara menyeluruh kami belum melakukan evaluasi terkait hal tersebut. Tapi melihat
target yang dicapai memang mencapai target, namun indikator yang digunakan hanya
desa atau sudah dilakukan di desa tersebut meskipun belum merubah sesuatu tapi
sudah dianggap telah tercapai. Namun dampak pasti ada yang terjadi di masyarakat
yang mendapatkan program, pasti ada peningkatan ekonomi, masyarakat yang lebih
berdaya guna dan infrastuktur dasar yang terbangun dari Program Gerbang Mapan.
Member Check
Nama Informan : Endang Setiawan, SP (I2-2)
Jabatan : Kepala Seksi Konservasi DLHK Kabupaten Tangerang
Waktu wawancara : Selasa, 15 Mei 2018, Pukul 11.35 WIB
Tempat wawancara : Ruangan bidang Konservasi DLHK Kabupaten Tangerang
1. Apa yang melatarbelakangi Program Gerbang Mapan ?
Program ini dibentuk sebagai alat untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat pantai,
untuk melestarikan lingkungan pesisir serta diharapkan dengan adanya Program
Gerbang Mapan akan membantu masyarakat pesisir untuk meningkatkan pendapatan
perkapita.
2. Apakah tujuan Gerbang Mapan sudah relevan dengan kebutuhan masyarakat
pesisir Kabupaten Tangerang?
Sangat relevan tujuan dari program dengan kebutuhan masyarakat pesisir seperti yang
bidang saya lakukan yaitu penanaman atau konservasi mangrove dengan
memberdayakan masyarkat serta bermanfaat untuk mengurangi abrasi yang terjadi di
wilayah pesisir.
3. Bagaimana peran DLHK dalam Program Gerbang Mapan?
Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan dalam program ini hanya berperan untuk
menangani konservasi mangrove. Konservasi ini melibatkan masyarakat seperti
pengadaan bibit yang mengadakan adalah masyarakat itu sendiri. Peran kita hanya
sebatas itu sampai saat ini.
Darimanakah anggaran yang digunakan untuk menjalankan konservasi
mangrove?
Anggaran yang digunakan tentu adalah anggaran dinas lingkungan hidup dan tidak
ada anggaran khusus yang kami dapat dari Progam Gerbang Mapan.
4. Apakah sumberdaya manusia untuk menjalankan Program Gerbang Mapan
cukup secara kuantitas?
Mengenai sumberdaya manusia yang melaksanakan konservasi mangrove tentu dari
orang-orang DLHK, namun untuk secara besar Program Gerbang Mapan seharusnya
cukup karena merupakan program yang lintas sektor
5. Bagaimanakah waktu pelaksanaan dari Program Gerbang Mapan?
Waktu pelaksanaan kami mengikuti tahun anggaran yang sudah kita buat saja, tidak
atas nama Gerbang Mapan soalnya. Hanya saja kegiatan yang ada di kami kebetulan
sama sehingga kita melaksanakan kegiatan tersebut. Desa desa yang telah kita
lakukan kegiatan adalah Marga Mulya, Ketapang dan lontar.
6. Hambatan apa yang kemudian ditemukan dalam program?
Mungkin hambatannya adalah koordinasi yang dibangun dari setiap SKPD terlibat,
kalau rapat-rapat koordinasi saya hanya ditanya dari DLHK apa yang bias dikerjakan?
Karena kita fokus pada mangrove maka kita ambil untuk konservasi mangrove
tersebut. Pengadaan air bersih juga sekarang bukan lagi di dinas kami.
7. Dampak yang dirasakan dari adanya Program Gerbang Mapan ?
Dampak dari Program Gerbang Mapan tentunya ada walaupun saya tidak tahu secara
jelas ya. Namun untuk kegiatan yang kita lakukan, setidaknya kita telah membantu
untuk memperkuat wilayah pesisir agar abrasi dapat dikurangi.
Member Check
Nama Informan : Erni Nurlaeni (I2-1)
Jabatan : Kepala Seksi Perencanaan Tata Ruang Dinas Tata Ruang dan
Bangunan Kabupaten Tangerang
Waktu wawancara : Kamis, 17 Mei 2018, Pukul 08.24 WIB
Tempat wawancara : Ruangan seksi Perencanaan Dinas Tata Ruang dan Bangunan
Kabupaten Tangerang
1. Apa yang melatarbelakangi Program Gerbang Mapan
Sebenarnya saya juga kurang mengikuti Program Gerbang Mapan ini, tapi saya rasa
Program ini dibuat pasti beralasan, salah satunya ya mba yang mungkin mba tau juga
kalau wilayah pesisir Kabupaten Tangerang merupakan wilayah yang memang masih
rendah kesejahteraannya dan butuh pendampingan. Selain itu dari sisi lingkungan
juga masih sering terjadi abrasi, pencemaran sungai, mangrove juga yang masih
kurang dan juga ekonomi nelayan yang masih jauh dari garis kesejahteraan. Dari sisi
kesehatan juga masih banyak masyarakat yang dolbon atau BAB di sawah, yang tentu
masyarakat dan wilayah seperti ini butuh penataan ruang baik jalan, sanitasi dan
infrastruktur lainnya.
2. Apakah tujuan Gerbang Mapan sudah relevan dengan kebutuhan masyarakat
pesisir Kabupaten Tangerang?
Saya rasa sih relevan ya mba dengan kondisi pesisir yang sudah saya sebutkan tadi.
3. Bagaimana peran Dinas Tata Ruang dalam Program Gerbang Mapan?
Dalam perencanaan kami juga dilibatkan oleh Bappeda dan Dinas Perikanan
walaupun bukan saya yang hadir. Diawal sudah diberitahu ada kerjasama dengan
PEMSEA dan akan dibentuk tim koordinasi juga.
Untuk peran Dinas Tata Ruang sendiri adalah kami memetakan ruang-ruang yang ada
di wilayah pesisir dengan membuat peta yang menandakan dimana saja wilayah
mangrove, wilayah pemukiman dan lainnya termasuk juga pemetaan Tangerang
mangrove Center dan selain itu juga kami sudah memasukan perubahan itu kedalam
revisi RTRW Kabupaten Tangerang.
4. Darimanakah anggaran yang digunakan untuk menjalankan Program Gerbang
Mapan?
Anggaran Gerbang Mapan itu dibebankan pada APBD dan diserahkan kepada dinas-
dinas terkait, tapi untuk dinas Tata Ruang dan Bangunan sendiri memang tidak
mendapat angg aran tersebut. Karena halyang dikerjakan tersebut tidaklah berbentuk
secara fisik, seperti penyusunan DED yang khusus Gerbang mapan itu tidak ada.
Namun sifatnya ini berlaku untuk semua SKPD kami menyokong kegiatan pemetaan
(updating SIG) SKPD termasuk juga Program Gerbang Mapan, seperti pemetaan
Tangerang mangrove Center di Tanjung pasir. Siapapun dinas yang meminta hal itu
tentu akan kami bantu.
5. Apakah sumberdaya manusia untuk menjalankan Program Gerbang Mapan
cukup secara kuantitas?
Dilihat dari tim koordinasi yang dibentuk, saya rasa sudah cukup karena didalamnya
sudah ada Dinas Perikanan, Bappeda, Dinas Koperasi dan UMKM, Dinas Cipta Karya
dan lainnya. Apabila bicara sikap mereka terkait Gerbang Mapan saya juga kurang
tahu pasti, tapi satu dua kali bertemu cukup baik semisal ada rapat atau kunjungan
lapangan mereka turut serta.
6. Bagaimanakah waktu pelaksanaan dari Program Gerbang Mapan?
Untuk pelaksanaannya saya tidak mengetahui secara jelas ya mba, karena kan kalau
tata ruang sendiri hanya memetakan ruang dan tidak perlu waktu khusus.
7. Hambatan apa yang kemudian ditemukan dalam program?
Hambatannya mungkin karena saya sendiri tidak mengikuti secara continue jadi susah
ya, di Kabupaten Tangerang sendiri juga terlalu banyak program unggulan
menyebabkan setiap SKPD pasti sibuk dengan program unggulannya masing-masing.
8. Dampak yang dirasakan dari adanya Program Gerbang Mapan ?
Dampak secara makro untuk Dinas Tata Ruang sendiri sih saya rasa tidak ya, tapi
kalau untuk penerima bantuan/program langsung pasti ada dampak yang diterima.
Dan kalau untuk yang telah kita lakukan pemetaan tersebut akan memberikan
kekuatan hokum karena sudah tertuang dalam RTRW Kabupaten Tangerang sehingga
apabila ada program terkait bisa lebih mudah dan lebih kuat.
Member Check
Nama Informan : Mulyana (I1-4)
Jabatan : Ketua Kelompok Mangrove Tunas Harapan Desa Patramanggala
Waktu wawancara : Jumat, 11 Mei 2018, Pukul 15.00 WIB
Tempat wawancara : Sekretariat Kelompok Mangrove Tunas Harapan
1. Apa yang diketahui mengenai Program Gerbang Mapan
Program Gerbang Mapan itu kan dari janji pak bupati, lalu diteruskan oleh Dinas
Perikanan Kabupaten Tangerang. Tujuannya itu untuk peningkatan ekonomi
masyarakat, pemberdayaan masyarakat dan perbaikan infrastruktur. Banyak
kegiatannya tapi saya fokus di budidaya mangrove.
2. Apakah masyarakat mengetahui Program Gerbang Mapan ?
Banyak yang tahu mengenai Program Gerbang Mapan tapi tahu bukan berarti mereka
ikut serta. Di Desa Patramanggala sendiri masih banyak masyarakat yang mikirnya
males kalau tidak dapat uang.
3. Bantuan/kegiatan apa saja yang telah diberikan dari Program Gerbang Mapan?
Pertama itu tahun 2015 dikasih stimulan bibit bandeng tapi kalau di kita kelompok
budidaya mangrove itu kita diberi pelatihan tentang cara budidaya mangrove, karena
kan ga mudah ini saja sudah beberapa kali gagal, selain itu kita juga diberikan
bantuan berupa bibit mangrove (propagul), polybag dll. Sekarang mangrove saya
sudah berhasil, saya juga sering diajak studi banding kedaerah-daerah lain seperti ke
Lombok, Ke Brebes. Selain budidaya di Desa Patramanggala kelompok kami juga
sering menanam untuk perusahaan-perusahaan swasta yang ada di sekitar.
4. Bagaimana peran desa untuk Program Gerbang Mapan
Sebenarnya Program Gerbang Mapan ini diawali memang dari desa. Bapak juga
sebenarnya dulu aparatur desa makanya ikut sosialisasi ICM yang di Tigaraksa itu.
Tapi sekarang keadaan sulit bapak seperti dijauhi oleh aparatur desa lainnya. Karena
mereka ini menganggap kalau dana dikasih dari dinas itu di saya dan juga dikiranya
saya ini banyak dapat untung. Padahal bantuan yang dikasih selalu bentuk barang,
memang ga ngilangin kalau ada tambahan dari mangrove dan tambak tapi kan ga
melulu, kalau lagi sepi saya juga yang harus putar otak.
5. Apakah dilakukan pendampingan oleh Dinas Perikanan ?
Iya, pak Hari dan yang lain selalu memantau perkembangan dan saya juga masih
sering diajak pelatihan-pelatihan mangrove bahkan saya juga sering diminta untuk
menjadi pemateri di beberapa desa.
6. Bagaimanakah waktu pelaksanaan dari Program Gerbang Mapan?
Pelaksanaannya pertama itu tahun 2015 dikasih pelatihan dan sosialisasi, tahun 2015
juga diberi stimulan. Tapi kalau budidaya mangrove kita terus jalankan.
7. Hambatan apa yang kemudian ditemukan dalam program?
Hambatan yang masih berasa adalah akses jalan dari tambak yang rusak dan sulitnya
menuju ke tambak, ini memang permasalahan yang belum dapat diselesaikan karena
katanya jalan ini bukan wewenang dari kabupaten, tapi baiknya dicarikan solusi akan
itu. Hambatan yang kedua masih sulitnya memberikan pemahaman ke kelompok
maupun masyarakat mengenai manfaat dari mangrove, masih banyak masyarakat
yang menolak tambaknya ditanam mangrove. Bahkan dikelompok harusnya bisa
bekerja swadaya tapi saya harus bisa memberikan bayaran biar anak-anak juga pada
semangat, istilahnya mah jangan sampe mereka kecewa jadi besok mau lagi kalo
disuruh nanem. Sebagai ketua saya harus bisa muter uang modal dan pendapatan,
kadang dari hasil tambak yang penting anak-anak dikasih. insyaAllah saya ikhlas
karena selain memang mendapat penghasilan tambahan setidaknya saya mungkin
dapat pahal karena sudah mau menjaga lingkungan.
8. Dampak yang dirasakan dari adanya Program Gerbang Mapan ?
Dampak yang kita rasakan sangat signifikan yah, untuk kelompok secara kehidupan
ekonomi perlahan meningkat, ada yang bisa membiayai anaknya sekolah tanpa harus
pinjam sana sini, dari yang punya satu perahu jadi punya tiga, selain itu juga bisa
menjadi modal untuk budidaya di tambak. Dulu sebelum Gerbang Mapan saya sendiri
belum memahami pentingnya mangrove untuk pantai ataupun tambak, malah saya
suka nebangin kalo tumbuh disekitar tambak tapi setelah ada Program Gerbang
Mapan dan ikut beberapa pelatihan sekarang jadi paham. Dengan banyak pohon
mangrove juga sekarang ikut meningkatkan pendapatan nelayan kepiting bakau dan
kakap, dan mangrove yang ada di Desa Patramanggala juga diharapkan bisa jadi
tempat wisata.
Member Check
Nama Informan : Ahmad Yani (I2-3)
Jabatan : Ketua Kelompok Tunas Tambak Mandiri Desa Patramanggala
Waktu wawancara : Sabtu, 19 Mei 2018, Pukul 10.18 WIB
Tempat wawancara : Sekretariat Kelompok Tunas Tambak Mandiri
1. Apa yang diketahui mengenai Program Gerbang Mapan
Kalo Program Gerbang Mapan yang bapak ketahui sih, ini memang program
unggulannya pak bupati di tahun 2015 yang kerjasama dengan IPB, dan kita juga ikut
serta dalam pembuatan roadmap. Program Gerbang Mapan sendiri memang banyak
sih peruntukannya, namun kita ga pegang semua. Hanya dibudidaya dan mangrove
saja. Dan di 2015 yang dikasih itu baru tiga desa yaitu Patramanggala, Marga Mulya,
dan Tanjung Burung dan untuk tahun selanjutnya ada beberapa desa lagi dan
seharusnya tahun ini (2018) rampung di 25 desa. Tapi untuk bantuan di budidaya stop
sampai pada tahun 2016 dan dialihkan ke mangrove dan pesisir mengajar
2. Apakah masyarakat mengetahui Program Gerbang Mapan ?
Masyarakat sendiri juga sudah banyak yang tahu, Program Gerbang Mapan ini juga
bisa dikatakan sudah booming. Masyarakat juga sudah banyak yang merasakan
manfaatnya. Salah satunya masyarakat yang menerima manfaat adalah ibu-ibu yang
karena Program Gerbang Mapan terbentuk kelompok pengolah dan mendapat
anggaran juga.
3. Bantuan/kegiatan apa saja yang telah diberikan dari Program Gerbang Mapan?
Untuk bantuan sendiri yang diberikan itu ada banyak ya budidaya, konservasi, air
bersih dan pesisir mengajar. Kalau budidaya sendiri di tahun 2015 itu kelompok kami
mendapat bantuan benih bandeng dan 2017 mendapat bantuan benih kakap dan 2018
ada 1000 benih dari Balai Benih Lampung, kemarin juga sempat dapat bantuan
perbaikan turap atau saluaran air tambak. . Selain itu ada juga bantuan air bersih yang
ada di dekat rumah Pak Lurah, tapi memang belum maksimal sih karena air yang
dihasilkan masih asin juga.Program Gerbang Mapan juga tidak pernah memberikan
bantuan berupa uang tapi langsung berupa produk dengan pengadaan oleh pihak
ketiga, seperti bentuknya mesin atau bantuan pakan
4. Apakah pihak desa mengetahui Program Gerbang Mapan ini?
Tentu tahu, karena pada awal mulanya Program ini kan dari desa dulu, karena progam
ini sebenarnya bukan Program Dinas tapi dari pemerintahan Daerah (Bupati)
5. Dampak yang dirasakan dari adanya Program Gerbang Mapan ?
Dampak positif tentu ada yaa, terutama untuk anggota kelompok seperti dampak
ekonomi. Produksi budidaya tambak juga setelah mendapat bantuan semakin
meningkat dan timbul kemandirian di anggota kelompok. Sedangkan dari segi
pengetahuan budidaya belum ada ya dari Program Gerbang Mapan. Selain itu dampak
tanaman mangrove yang ada di sekitar tambak juga sekarang meningkat sekitar 30%.
Tapi kalo dampak negatifnya timbul kecemburuan social karena anggaran yang
terbatas jadi tidak semua anggota bisa dapat bantuan.
6. Hambatan apa yang kemudian ditemukan dalam program?
Kalau hambatan sih menurut bapak mah ga ada ya. Cuman itu saja sih ada aja
kecemburuan social yang timbul Karena kan bantuannya terbatas ya.
Member Check
Nama Informan : Yuliah (I2-4)
Jabatan : Ketua Kelompok Pengolahan Manggala Putri Desa Patramanggala
Waktu wawancara : Sabtu, 19 Mei 2018, Pukul 11.15
Tempat wawancara : Rumah Ibu Yuliah
1. Apa yang diketahui mengenai Program Gerbang Mapan
Banyak sih ya neng, kayak budidaya bandeng, pengolahan ikan sama mangrove.
Cuman kalau ibu kan di pengolahan aja.
2. Apakah masyarakat mengetahui Program Gerbang Mapan ?
Kalau di Desa Patra mungkin sudah banyak yang tau ya, karena disini kan juga
tambaknya jalan dan mangrove juga jalan.
3. Bantuan/kegiatan apa saja yang telah diberikan dari Program Gerbang Mapan?
Barang-barang, seperti presto, freezer, steamer, pemotong. Pokoknya alat-alat begitu
deh. Selain itu juga sering ada pelatihan-pelatihan, saya suka diajak sama dinas ke
Jawa Tengah waktu itu juga saya ke Lombok buat belajar pengolahan ikan.
4. Produk olahan apa saja yang dihasilkan ?
Kalau di kelompok kami buatnya bandeng presto, bandeng cabut duri sama surimi.
Surimi itu bentuknya seperti kornet tapi bahannya dari ikan.
5. Dampak yang dirasakan dari adanya Program Gerbang Mapan ?
Dampak dari Program Gerbang Mapan yang pertama sih ini terbentuknya kelompok
pengolah ini, jadi ibu-ibu bisa ada kerjaan. Nantikan penghasilan dari produknya kita
bagi rata, lumayan untuk bantu ibu-ibu disini. Setelah ada Program juga kan
produksinya meningkat memang belum banyak tapi sudah sering, karena kan kadang
kita ada pesanan dari dinas atau ikut di bazaar-bazaar
6. Hambatan apa yang kemudian ditemukan dalam program?
Kalau hambatan yang kita alamin sih pertama tempat yah, kita sekarang masih
numpang di rumah Pak Kades, karena itu kita terhambat juga untuk punya nomor izin
produk jadi produk kita belum bisa untuk dipasarkan lebih luas. Hambatan lain juga
bantuan pemasaran belum ada paling kita jual pertama kalau ada pesanan, untuk
rapat-rapat dinas perikanan atau ada bazaar aja. Jadi kalau bisa kita lebih dibantu lagi
dalam masalah pemasaran dan bantuan untuk pengadaan rumah produksi sendiri.
Member Check
Nama Informan : Joko, S.Pd (I2-5)
Jabatan : Kasi Pemerintahan Desa Marga Mulya
Waktu wawancara : Jumat, 18 Mei 2018, Pukul 11.27 WIB
Tempat wawancara : Kantor Desa Marga Mulya
1. Apa yang diketahui mengenai Program Gerbang Mapan
Jadi yang tergambar dari Program Gerbang Mapan itu adalah Gerakan Masyarakat
Pesisir Pantai yah, yang memang ekspektasi dari program tersebut ada pengadaan air
bersih, pembangunan masyarakat pesisir secara ekonomi atau finansial. Dan memang
yang mendapatkan program tersebut adalah desa-desa yang memang langsung
berbatasan dengan pesisir pantai.
2. Apakah masyarakat mengetahui Program Gerbang Mapan ?
Bicara masalah sosialisasi karena banyak sekali program yang masuk di desa kita,
masyarakat sendiri kurang mengetahui dan masyarakat responnya biasa saja. Kalau ko
ordinasi dengan pemerintah mereka setiap ada kegiatan, karena program ini kan
memang dari bupati di tahun 2014 dan kami sebagai aparatur desa yang baru di tahun
2015 kami hanya tinggal menjalankan saja ya. Kalau koordinasi biasanya dengan mas
hari dan tetap dilakukan dengan kepala desa. Tapi setahun ini yang saya tahu ya
belum ada silaturahmi atau kunjungan dari dinas.
3. Bantuan/kegiatan apa saja yang telah diberikan dari Program Gerbang Mapan?
Kalau bantuan yang diberikan dari program Gerbang Mapan sendiri di Desa Marga
Mulya baru bantuan air bersih, itu juga hanya ada satu di RT 01 RW 02. Untuk ke
nelayan sendiri bantuan ga ada karena nelayan kita juga sekarang sudah hampir ga
ada, mungkin hanya sebagai buruh harian lepas begitu juga dengan tambak-tambak
secara kepemilikan juga sudah bukan milik sendiri. Kalau urusan mangrove itu
sekarang lebih concern memang di Desa Ketapan, kalau di sini yang mengurus
mangrove ada dari POKMASWAS
4. apa yang menjadi kekurangan dari Program Gerbang Mapan?
Kekurangan yang kami rasakan dari Program Gerbang Mapan adalah ketidaksesuaian
antara yang digaung-gaungkan begitu besar namun pelaksanaannya berbeda. Selain
itu adalah sosialisasi dan pemberian pemahaman yang kurang kepada masyarakat dan
biasanya program pemerintah ini banyak berbelit-belit dari birokrasi dan terlambat.
Pesan untuk gerbang mapan kalau memang menjadi andalan ya tolong di realisasikan
dengan tepat sasaran dan dijalin hubungan dengan desa yang lebih baik, karena yang
paling tahu kondisi masyarakat dibawah kan kita dan harus kombinasikan dengan
kearifan lokal yang ada
5. Dampak yang dirasakan dari adanya Program Gerbang Mapan ?
Damapak secara signfikan sih belum ada yaa. Tapi untuk bantuan air bersih pasti
memberikan dampak terutama di Rt 01 dan w 02 tersebut karena untuk air minum dan
kebutuhan sehari-hari
Member Check
Nama Informan : Abdul Kholik (I2-9)
Jabatan : Ketua Kelompok Pengolahan Barokah Desa Muara
Waktu wawancara : Minggu, 20 Mei 2018, Pukul 10.11 WIB
Tempat wawancara : Warung Makan Barokah
1. Apa yang diketahui mengenai Program Gerbang Mapan
Kalau Program Gerbang Mapan sendiri awalnya saya memang tidak tahu, awalnya itu
saya tiba-tiba dipanggil oleh kades, ada ibu-ibu PKK dan ibu Hj Tamimah selaku
sekretaris Dinas Perikanan dan bicara mengenai olahan bandeng presto dan saya ini
dianggap bisa untuk hal tersebut. Nah dari kegiatan itu baru lah dibuat kelompok
pengolahan ini. Saya ditunjuk untuk menjadi ketua kelompok, dan dikelompok
memang dibagi-bagi tugasnya ada yang produksi, ada yang pemasaran tapi
selanjutnya warga sini atau ibu-ibu PKK yang sebelumnya ikut kegiatan tersebut
malah tidak mau meneruskan. Jadinya sekarang saya dan keluarga menjalankan usaha
olahan ikan ini, sampai Alhamdulillah saya sudah bisa buka cabang rumah makan.
2. Bantuan/kegiatan apa saja yang telah diberikan dari Program Gerbang Mapan?
Bantuan yang diberikan berupa alat-alat pengolahan kira-kira total sekitar 40 juta,
seperti ciller, presto, steamer, freezes, juicer dan juga saya bersama istri suka diajak
untuk studi banding ke Padang, Bangka Belitung dan terakhir Lombok. Dan kita juga
sering mengajak warga-warga sini tapi merekanya tidak mau, jadi yang berangkat ibu
saja dengan saya. Padahal disana itu banyak sekali ilmu yang didapatkan seperti cara
mengolah ikan seripit bagaimana, cara mengolah rumput laut, karena kalau disana
pengolahan benar-benar fokus.
3. Olahan apa saja yang dihasilkan ?
Pengolahan disini yang kita kerjakan seperti bandeng presto, bandeng cabut duri,
bandeng yang diolah jadi kroket.
4. Apakah dilakukan pendampingan oleh Dinas Perikanan ?
Kalau pendampingan ada, buktinya daya juga terus diajak untuk studi banding ke
daerah-daerah lain.
5. Hambatan apa yang kemudian ditemukan dalam program?
Hambatannya ini sih karakter orang-orang disini, ya bisa dibilang sih males ya dek,
tidak mau untuk diajak berusaha. Kalau saya jujur memang bukan orang asli sini, istri
saya walaupun buta huruf tapi dia mau berusaha ada kemauan jadi Alhamdulillah bisa
maju seperti sekarang. Bahkan saat pergantian kepala Desa Pak Yasin, pengurus PKK
yang baru juga sudah sempet diberikan modal oleh dinas tapi ya begitu tidak berjalan.
Saya juga setelah dapat pelatihan ingin ngumpulin warga tapi ya ada saja alasannya.
Padahal kalau berjalan kelompok ini oleh masyarakat pasti akan membantu walaupun
sedikit. Sekarang paling yang bisa saya lakukan untuk membantu masyarakat adalah
dengan menarik sebagai karyawan saja itu juga saya pilih yang benar-benar jujur dan
rajin. hambatan selanjutnya dari pihak desa memang kurang perhatian dan kurang
aktif kepada pemerintah daerah jadi kita juga sulit berkembang dan sekarang alat-alat
pengolahan juga sudah ditarik oleh desa dan disimpan, saya juga kurang tau dipakai
atau tidaknya. Jadi bisa dibilang kelompok juga sekarang sudah ga aktif lagi.
6. Dampak yang dirasakan dari adanya Program Gerbang Mapan ?
Dampak yang diberikan pasti ada, dari segi ilmu saja saya juga sudah dapat banyak
ilmu yang banyak, apalagi dari segi ekonomi saya pribadi bisa terus mengembangkan
menu-menu yang disajikan di rumah makan saya.
Member Check
Nama Informan : Mush‟ab (I2-8)
Jabatan : Ketua Kelompok Tambak Desa Kronjo
Waktu wawancara : Senin, 21 Mei 2018, Pukul 10.20 WIB
Tempat wawancara : Tambak Udang Vaname Desa Kronjo
1. Apa yang diketahui mengenai Program Gerbang Mapan
Kalau yang saya tahu memang Program Gerbang Mapan ini adalah Program bantuan
dari Bupati, untuk budidaya tambak sendiri memang kita diberikan bantuan berupa
bibit bandeng pernah juga bibit kakap dan yang terakhir adalah pelatihan budidaya
udang vaname dan juga bantuan berupa keperluan untuk budidaya Busmetik. Bantuan
ini memang diberikan untuk penambak yang sudah terbentuk kedalam kelompok-
kelompok secara resmi.
2. Apakah masyarakat mengetahui Program Gerbang Mapan ?
Kalau yang saya tahu bantuan yang diterima itu ada syaratnya yaitu harus masuk
dalam kelompok perikanan yang legal, baru kelompok tersebut bisa ikut dalam
Program Gerbang Mapan. Di Kronjo sendiri memang sudah ada beberapa kelompok,
seperti Kelompok Mina Glarisaria dengan ketua H. Kamisan.
3. Bantuan/kegiatan apa saja yang telah diberikan dari Program Gerbang Mapan?
Bantuan yang pernah diberikan disini pertama dikasih pada Kelompok Mina
Glarisaria ketuanya H. Kamisan, dapat budidaya HDPE dan bibit pakan, untuk
kelompok H. Ubed dapat plastik HDPE ini dan kalau kelompok yang lain pernah
dapat bantuan bibit bandeng atau bibit kakap. Dan sampai saat ini yang memang
sudah berkembang itu H. Kamisan, memang setelah dapat HDPE dan ditambah
dengan pembinaan menjadi semakin maju.
4. Kalau perbedaan produksi ikan windu (sebelumnya) dengan vaname
Sebenarnya yang menjadi masalah dalam budidaya udang adalah rentannya udang
apabila sudah terkena penyakit makan akan sulit diatasi. Sehingga yang sering terjadi
adalah gagal panen. Beda dengan menggunakan metode HDPE dalam budidaya udang
vaname ini yang lebih, memang lebih kuat. Selebihnya dari biaya produksi dan harga
jual tetap sama dengan menggunakan sistem yang sama. Karena produktivitas yang
semakin tinggi pasti butuh cost yang tinggi pula.
5. Apakah dilakukan pendampingan oleh Dinas Perikanan ?
Kita sering sih diberikan pelatihan pernah juga ke Ciamis, beberapa bulan lalu juga ke
Lampung.
6. Dampak yang dirasakan dari adanya Program Gerbang Mapan ?
Berbiara dampak sebenarnya kalau bantuan yang diberikan dari pemerintah itu saya
lihat kurang efektif, karena selanjutnya pendampingan dan pengawasannya tidak
dilakukan. Jadi bantuan tersebut malah kearah konsumtif, maksudnya penerima
bantuan ini terus mengandalkan bantuan yang diberikan tapi tidak mampu
mengembangkan. Jadi mau mulai berusaha itu menunggu bantuan dulu, dan hasil
panen tersebut tidak digunakan dengan baik sebagai modal berikutnya. Jadi usaha
tidak berkembang, memang kalau yang saya lihat itu karena faktor dari
masyarakatnya sendiri sih. Kalau seperti H. Kamisan, beliau bisa berkembang tapi
anggota-anggota kelompoknya tidak mengikuti hasil tambaknya juga masih stagnan
beda dengan H.Kamisan yang sudah sangat maju terbaik lah udangnya di Kronjo. Dan
saya rasa memang perlu pendampingan yang intensif dari pemerintah setiap kali
memberikan bantuan, jadi bantuan yang diberikan tidak bersifat konsumtif tapi
continue dan dapat merubah taraf perekonomian masyarakat.
Segi sosial, begini biasanya 1 kelompok itu kan ada sekitar 10 orang ketika mendapat
bantuan ketuanya tidak membagi rata bantuan, seperti yang hanya tercantum nama
dalam kelompok tapi tidak dapat apa-apa. Kalau pakan atau bibit kan mungkin bisa
dibagi rata tapi kalau seperti plastik atau mesin biasanya ketua mengambil alih jadi
bisa dibilang digunakan secara perorangan. Harusnya kan kalau namanya kelompok
itu diundingin dan dimiliki bersama inginnya seperti apa. kalau begitu kan jadinya
malah mengecewakan dan jadi ga kompak lagi dan kelompok paling aggotanya
cuman 1, bisa dibilang ya ada kecemburuan dari ketidakmerataan bantuan tersebut.
7. Masukan untuk gerbang mapan lebih baik
Masukan nya sih bukan untuk perikanan tapi lebih mendasar lagi. Jadi untuk
pemerintah harus lebih intensif melalui penyuluh-penyuluh yang diturunkan ke
lapangan, dan perlu gerbrakan baru dari program yang diberikan. Biasanya bimtek-
bimtek yang dilakukan keluar daerah sekarang lakukan saja disatu daerah di
Tangerang yang memiliki potensi perikanan yang maju.
Yang kedua dari masyarakat, dengan kultur masyarakat yang oprtunitis atau tidak
mau berkembang akan sulit ketemu ditambah lagi pemerintahnya yang kurang
strength dalam membina masayaraktnya. Jadi program sebatas program selesai dan
tidak ada keberlanjutnannya.
.
Member Check
Nama Informan : Tati
Jabatan : Ketua Kelompok Pengolahan Ikan Bunga Mawar Desa Kronjo
Waktu wawancara : Senin, 21 Mei 2018, Pukul 10.58 WIB
Tempat wawancara : Sekretariat Kelompok Pengolahan Ikan Bunga Mawar Desa Kronjo
1. Apa yang diketahui mengenai Program Gerbang Mapan
kalau tau atau paham Program Gerbang Mapannya sendiri sih ibu sebenernya kurang
tau ya, paling sering ikutnya itu pelatihan-pelatian pengolahannya aja. Dan bantuan
kayak gini ya dari Dinas Perikanan
2. Kelompok bunga mawar ini kapan bu dibentuknya?
Sudah dari tahun 1987, tapi dulu itu kita hanya pengolahan ikan asin saja tidak seperti
sekarang. Nah mulai ada bantuan dari perikanan kita mulai pengolahan yang lebih
variasi. Dikelompok kita itu anggotanya ada sekitar 10 orang de, dan semua aktif dan
sudah bisa produksi sendiri
3. Bantuan/kegiatan apa saja yang telah diberikan dari Program Gerbang Mapan?
Kalau bantuan yang dikasih sama dinas perikanan banyak neng. Ini salah satunya
freezer, gilingan ikan, pemotong pengaduk adonan, adanya juga pencetak bakso. Tapi
ada juga yang saya beli sendiri tapi uang hasil dari ibu menang lomba pengolahan jadi
tempat juga udah dirapihin suapay lebh luas dan nyaman kalau ada mahasiswa atau
pemerintah dating kesini.
4. Produk yang dihasilakan apa saja
Kita buat paling otak-otak, nugget ikan terus ada juga bakso ikan
5. Kekurangan atau Hambatan apa yang kemudian ditemukan dalam program?
Sebenernya ini sih kalo kekurangan atau hambatan itu dari segi pemasarannya. Jadi
pemasaran kita masih kurang dibantu, kan harusnya ada tempat untuk kita seperti
supermarket gitu kita dikasih tempat. Memang sih produk kita juga belum standar
SNI karena memang secara alur, tempat pengolahan juga memang masih seadanya.
Susahnya penjualan kita juga kita ditolak dipasar-pasar karena mereka gamau, kan
produk kita ga pake pengawet makanya mereka gamau. Jangkauan jualan kita paling
ke warung-warung itu juga kita harus nyediain kulkas atau freezer buat naro
barangnya, ke acara-acara dinas perikanan, bazaar-bazaar yang suka ada tuh di
kabupaten, ke citra. Kalau label udah ada cuman kita ya biasa ajah
6. Dampak yang dirasakan dari adanya Program Gerbang Mapan ?
Sangat membantu, apalagi saya suami hanya pegawai negeri anak dua kuliah semua.
Jadi kalau ngandelin suami ga bisa. Jadi dengan adanya kelompok pengolahan ini
sangat membantu perekonomian saya dan anggota kelompok sendiri. Hasilnya
memang lumayan sebulan itu bisa sekitar 30an, dibagi untuk modal dan sisanya
dibagi rata ke anggota kelompok. Karena kita juga kan produksinya rutin cuman ini
aja bulan puasa jadi sedikit doang produksinya dan kalau ada pesanan ajah.
Member Check
Nama Informan : Sumaryanto (I2-6)
Jabatan : Penyuluh Swadaya/pengelola TPI Kronjo
Waktu wawancara : Senin, 21 Mei 2018, Pukul 09.37 WIB
Tempat wawancara : TPI Kronjo
1. Apa yang diketahui mengenai Program Gerbang Mapan
Gerbang Mapan mah di Kemeri kalau di Kronjo kurang fokus karena prioritas di
Patramanggala. Disini juga ga popular sih Program Gerbang Mapan sendiri, tapi
disini lebih terkenal Program Minapolitan walaupun memang Program gerbang
mapan ini mulai dari Kronjo sampai tanjung kait. Kita sih kalau Program Gerbang
Mapan ibaratnya hanya pelengkap atau penyangga saja, tapi masuk sih Programnya
juga.
2. Bantuan/kegiatan apa saja yang telah diberikan dari Program Gerbang Mapan?
kalau untuk di TPI, kemarin sempet ada renovasi juga, TPI yang sekarang sedikit
lebih besar. Bangunan ini sama yang didepan juga baru, sama parkiran sekarang ada
kanopinya. Sempat juga ada pengurukan pendaratan kapal karena kan pesisir
Tangerang keluhannya ada di pendangkalan.
3. Dampak yang dirasakan dari adanya Program Gerbang Mapan ?
Alhamdulilah kalau dapat bantuan pasti bermanfaat yah, pelelangan kan jadi lebih
banyak dilaksanakan, pengerukan juga membantu nelayan jadi gampang buat
mendarat.
Member Check
Nama Informan : Awing (I2-12)
Jabatan : Ketua Nelayan Desa Tanjung Anom
Waktu wawancara : Jumat, 18 Mei 2018, Pukul 13.37
Tempat wawancara : Rumah Bapak Awing
1. Apa yang diketahui terkait Latar belakang Program Gerbang Mapan
Kalau programnya saya sebenarnya kurang tau sih. Tapi udah ada dari tahun 2015.
2. Bantuan yang didapat dari program Gerbang Mapan
Bantuan yang dikasih itu mesin sama bubu, karena sekarang kan udah tidak boleh lagi
pakai cantrang makanya dikasih tuh alat tangkap ramah lingkungan
3. Kalau nelayan disini alat tangkapnya pakai apa pak?
Kalo orang-orang sini mah ga ada pakai cantrang apalagi kalo udah dilarang udah
gamau orang sini ngejalaninnya. Walaupun dapetnya banyak ikannya tapi bisa
ngerusak lingkungan.
4. Biasanya jual ikan kemana pak?
Di TPI Cituis, tapi ga saya yang jual langsung ke bos dulu nyerahin.
5. Kenapa ga jual sendirin?
Gabisa neng, sistemnya udah kayak gitu. Kalaupun kita jual sendiri nih bawa ke TPI
bos udah nungguin disana. Lagian kalo ga ke bos jual ikannya nanti kita juga yang
susah. Kan bos suka nalangin kalo kita mau jalan nih
6. Bagaimana Keaktifan masyarakat terhadap kegiatan pemerintah?
Masyarakat disini mau sih ikut-ikutan kalau ada pelatihan gitu karena lumayan ilmu
yang didapet juga. Kadang kan susah tuh kalo ga ada uangnya, tapi orang sini sih
mikirnya ilmunya
7. Kalau kerang hijau disini ada juga pak?
ada, itu di depan rumah lagi pada ngupasin kerang. Tapi kalo buat pengolahan kerang
hijau itu kita ga pernah dapet bantuan karena udah uji lab kandungannya emng ga
lolos buat kerang hijau.
8. Budidaya mangrove di Desa Tanjung Anom ada ga pak?
ada, keliatan tuh kalo dari pantai, tapi ya gitu banyak nanemin pada mati jadi cuman
tinggal dikit. Biasanya dari kelurahan itu yang suka nanem, pake kuli ntar dibayar.
9. Manfaat dari bantuan yang diberikan pemerintah?
Bagus sih ada bantuan gitu jadi kalau alat kita rusak ada gantinya, mesin juga sama
jadi tetep bisa melaut. Ya kalau bisa sih dibantu terus tapi kan ada gilirannya harus
bagi-bagi juga sama daerah yang lain.
10. Adakah masukan untuk pemerintah
Saya mewakili seluruh nelayan disini kita sangat butuh namanya pemecah ombak atau
tanggul biar kalau ada air pasang ga sampe naik kedarat. Tanggul yang ada sekarang
kan udah pendek tuh jadi kelewat kalau ada air pasang.
Member Check
Nama Informan : Afian (I2-11)
Jabatan : Ketua Nelayan Wijaya Kusuma Desa Ketapang
Waktu wawancara : Jumat, 18 Mei 2018, Pukul 10.13 WIB
Tempat wawancara : Rumah Bapak Alfian
1. Apa yang diketahui terkait Latarbelakang Program Gerbang Mapan
Kalau Gerbang Mapan banyaknya memang di Patramanggala sama di Muara kalau di
Ketapang sendiri memang belum ada sih saya juga tahu sedikit ajah
2. Bantuan yang didapat dari program Gerbang Mapan
Kalau bantuan memang kita pernah dapat alat tangkap ramah lingkungan lebih
kenalnya mah bubu sama mesin kalau di Ketapang
3. Kalau nelayan disini alat tangkapnya pakai apa pak?
Di kita amah dari jaman dulu juga ga pernah yang namanya pakai cantrang, karena
dari dulu juga kita udah ditanamin, diajarin sama orangtua kalo cantrang itu bisa
merusak lingkungan. Karena kan bukan cuman ikan yang ketarik tapi semua habitat
ikan juga bisa ikut. Jadi kita ga mikirin buat makan kita sekarang ajah tapi nyisain
buat nanti anak cucu kita.
4. Biasanya jual ikan kemana pak?
Kita mah cuman nelayan kecil jadi jualan paling langsung lelang TPI, disini kana da
TPI tuh.
5. Bagaimana perhatian pemerintahan desa ke nelayan?
Selama ini sih yang saya rasain yah jauh sekali. Pembangunan tuh yang prioritas jalan
terus, ga ada perhatiannya ke nelayan. Sedangkan kita mayoritas nelayan seharusnya
ekonomi masyarakat lah yang jadi prioritas. Kalau ada bantuan juga turun ke desa
nanti banyak tuh sunatannya jadi sama ajah masyarakat kecil begini ga dapet apa-apa
6. Jadi di Ketapang ini mayoritas nelayan ya pak?
Iyah, tapi ga cuman ikan biasanya kita juga nangkepin kerang hijau, walaupun
dilarang tapi kerang hijau kan bisa jadi peralihan karena ikan juga ga selalu banyak.
7. Manfaat dari bantuan yang diberikan pemerintah?
Kalau bantuan yang dikasih pasti bermanfaat cuman ya itu kita jadi terhambat
pembangunannya karena pemerintah desa nya juga masih begitu, jadi dampak
ekonomi juga belum ada
8. Adakah masukan untuk pemerintah
Pengennya mah pemerintahan desa lebih perhatian ke kami para nelayan, karena
posisi kami kan adanya di akar rumput kami yang paling merasakan gimana susahnya.
Kalau bisa bantuan-bantuan pemerintah juga langsung ke kelompok saja biar ga lama
turunnya.
Member Check
Nama Informan : Usman (I2-13)
Jabatan : Ketua Nelayan Mina Relasi Desa Surya Bahari
Waktu wawancara : Minggu, 20 Mei 2018, Pukul 08.39 WIB
Tempat wawancara : Rumah Bapak Usman
1. Apa yang diketahui terkait Latarbelakang Program Gerbang Mapan
Kalau programnya saya gatau mba tapi pernah dapet bantuan dari perikanan
2. Bantuan yang didapat dari program Gerbang Mapan
Mesin 30 peka sam 20 peka, jarring rapus. Saya juga sering sih dapet pealtihan-
pelatihan gitu kadang di Tigaraksa pernah juga di bamboo ojo. Pelatihannya seperti
pembuatan fiber untuk diperahu teru ada pelatihan perbaikan mesin perbaikan alat
tangkap
3. Kapan berdirinya kelompok
Tahun 2013
4. Berapa jumlah anggota
20 orang
5. Bagaimana kalau bagi bantuan yang ga bisa dibagi rata ?
Kan mesin ini bantuan cuman ada dua nih jadi kita lempar ke anggota dilelang siapa
yang mampu nayarin, nanti bayarannya itu kita bagi ke yang ga dapet bantuan jadi
kan seengganya kebantu semua meskippun bukan bentuk barang
6. Kalau nelayan disini alat tangkapnya pakai apa pak?
Jarring rapus, aga pernah pake ramah lingkungan. Ga pernah paek cantrang tapi disini
memang ada aja yng apake cantrang biasanya itu nelayan-nelayan yang dari luar
daerah sini. Tapi peraturannya kaya ga tuntas mba, sebelumnya dibilang ga boleh
sekarang boleh lagi, kalaubegitu kan sebenarnya merugikan.
7. Biasanya jual ikan kemana pak?
Kita jualan di TPI, tapi nanti setelah jualan kita laporan sama langgan, nanti sama bos
pendapatan kita masih dipotong sama bos itu.
8. Kenapa harus dipotong ke bos?
karena kan bos yang pinjemin kita modal awal buat melaut itu, jadi ibaratnya uang
terima kasih. Semua nelayan sdi daerah sini begitu sih semuanya
9. Manfaat dari bantuan yang diberikan pemerintah?
Bagus sih ada bantuan gitu jadi kalau alat kita rusak ada gantinya, mesin juga sama
jadi tetep bisa melaut. Ya kalau bisa sih dibantu terus tapi kana da gilirannya harus
bagi-bagi juga sama daerah yang lain.
10. Adakah masukan untuk pemerintah
Jujur nelayan disini sangat kesulitan untuk pendaratan kapal jadi berangkat sama
pulang melaut susah, kalau bisa dilakukan pengerukan sedimentasi jangan hanya
omongannya saja tapi tidak pernah ada dikerjaan dan dibenahi tempat pendaratan
kapal ini, saking sulitnya sampe kadang berantem sesama nelayan karena rebutan
untuk masuk dan parker kapal. Satu lagi yang paling penting sih kalau bisa KUD itu
diaktifkan lagi biar nelayan-nelayan bisa lagi pinjam uang ke KUD ga lagi pinjam
sama bos. Karena kalo sama bos itu kita bener-bener diperas, hasil melaut kita ngasih
juga tapi belum dihitung kita bayar utang, jadi beda lagi kalu bayar. Kalau pinjem di
KUD kan pendapaan kita dipotong langsung buat bayar hutang. Kalo terus-terusan
begitu kita ga ada buat nyelenginnya.
Member Check
Nama Informan : Tata (I2-10)
Jabatan : Pengurus PRPM Ketapang
Waktu wawancara : Jumat, 18 Mei 2018, Pukul 09.37 WIB
Tempat wawancara : PRPM Desa Ketapang
1. Program gerbang Mapan masuk ke Ketapang mulai tahun kapan ?
Saya juga kurang tahu ya kalo itu, tapi kalau untuk mangrove ini memang baru dari
tahun kemarin aja (2017) kerja sama dengan IPB. Saya juga karena pensiunan dari
dinas perikanan maka diberi tugas untuk ngurusin lahan dinas ini
2. Dampak dari adanya PRPM ?
Kalau sekarang memang belum tersa kan ini juga baru nanem, tapi kalo 1-2 tahun
kedepan mungkin aka nada pengaruhnya untuk kesuburan tanah. Mungkin
keligkungkan juga akan lebih adem
3. Tujuan dibuat PRPM ini utntuk apa ?
Kalo katanya mah ini akan dijadikan hutan mangrove, nantinya bisa jadi wisata
mangrove
4. Yang ditanamin jenis apa pak?
Ada jenis api-api, rizhopora
5. Siapa saja yang terlibat dalam PRPM ini?
Utamanya sih dinas, karena ini miliki dinas. Kalau untuk masyarakat belum begitu
besar paling baru lima orangan yang bantu urus ini.
Member Check
Nama Informan : Diah (I2-14)
Jabatan : Relawan Pesisir Mengajar
Waktu wawancara : Selasa, 22 Mei 2018, Pukul 09.25
Tempat wawancara : Kantor Dinas Perikanan
1. Apa yang diketahui tentangg Gerbang Mapan?
Program Gerbang Mapan setauku Program Unggulan dan outputnya adalah untuk
memperbaiki tata kelola wilayah pesisir, baik infrastuktur maupun masyarakatnya.
Dijalankan selama lima tahun dimulai dari tahun 2014.
2. Apa yang melatar belakangi kegiatan Pesisir Mengajar?
Kegiatan ini sebenarnya memang sudah tertuang dalam rencana kegiatan, tapi pesisir
mengajar ini ada karena permasalahan di wilayah pesisir itu ada tiga yaitu pendidikan,
kesehatan dan ekonomi. Nah pesisir mengajar ini menjangkau masyarakat melalui
pola pendidikan.
3. Untuk sasaran kegiata ini siapa ka?
Sekolah-sekolah dasar yang ada di pesisir dan kita memilih anak-anak kelas 5
4. Kegiatan yang dilakukan di Pesisir Mengajar ?
Selama 2 tahun ini kegiatan yang dilakukan lebih banyak di sekolah. Lebih banyak
pengenalan tentang ekosistem pesisir. Kegiatannya Gemarikan (Gerakan Gemar
Makan Ikan), sikat gigi sehat dan cuci tangan bersih, sama akhir bulan itu ada lomba
menggambar tentang pesisir.
5. Anggaran yang digunakan darimana ?
Kalau tahu 2016-2017 kita dapat dari APBD, tahun ini sepertinya kita fight sendiri
6. Dampak negative/positif dari kegiatan Pesisir Mengajar ?
Selama ini yang aku rasain sih gak ada dampak negatifnya ya. Kalau dampak
positifnya, bagi masyarakat mereka khususnya guru-guru sangat mengapresiasi
adanya kegiatan pesisir mengajar ini. Karena turun langsung ke anak-anak SD di
pesisir dampaknya pun langsung dirasakan oleh mereka. Apalagi tahun 2017 kita ada
dua kloter untuk beasiswa itu sangat membantu ssekali bagi siswa yang
mendapatkannya.
Kalau dampak bagi relawan khususnya saya yang bukan orang pesisir, jadi lebih tahu
kondisi di pesisir Kabupaten Tangerang. Khusus dibidang pendidikan tingkat SD sih
belum banyak berbeda dengan daerah non pesisir. Namun yang buat saya sedih itu, di
SD yang saya ajar pelajaran Bahasa Inggris ditiadakan dan diganti Bahasa Arab.
Untuk anak-anak Sd di sekolah ku pun 100% sudah bisa memaca namun hitungan
mereka masiih harus berfikir lama.
7. Masukan untuk pemerintahan Kabupaten Tangerang terkait dengan kondisi
pesisir ?
Harapannya, karena pesisir Kabupaten Tangerang punya potensi SDA yang sangat
baik diharapkan pemerintah bisa memperbaiki infrastruktur perikanan untuk nelayan,
menghilangkan tengkulak dan bisa meningkatkan pariwisata pesisir. Itu semua dirasa
penting untuk bisa membangkitkan perekonomian wilayah pesisir.
BUPATI TANGERANG
PROVINSI BANTEN
KEPUTUSAN BUPATI TANGERANG
NOMOR: 902/Kep.226-Huk/2017
TENTANG
PEMBENTUKAN TIM KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL
PADA KEGIATAN FASILITASI PEMBANGUNAN KAWASAN BUDIDAYA
TAHUN ANGGARAN 2017
BUPATI TANGERANG,
Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan Daerah Kabupaten
Tangerang Nomor 10 Tahun 2015 tentang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016, pada Dinas Perikanan
dan Kelautan Kabupaten Tangerang mendapatkan alokasi anggaran
untuk kegiatan Pemberdayaan Sosial Budaya Masyarakat Pesisir;
b. bahwa agar dalam pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud
pada huruf a datas dapat berjalan dengan baik dan lancer, maka perlu
dibentuk Tim Kerja yang ditetapkan dengan keputusan Bupati;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Bupati tentang
Pembentukan Tim Kerja Pegawai Negeri Sipil Pada Kegiatan
Pemberdayaan Sosial Budaya Masyarakat Pesisir Tahun Anggaran
2016;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah-Daerah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968
tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang
dengan mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang
Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi
Djawa Barat (Lembaran Negara Republik Kabupaten Dalam
Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Berita Negara Tahun 1950)
sebagaimana telah Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851);
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan
Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000
Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4010);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Negara Republik Indonesia Nomor
4286);
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4578);
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah
beberapa kali diubah, terakhir dengan Peratutan Menteri Dalam
Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
9. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 1 Tahun 2008
tentang Urusan Pemerintahan Kabupaten Tangerang (Lembaran
Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2008 Nomor 01, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 0108);
10. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 15 Tahun 2009
tentang pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran
Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2009 Nomor 02, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 0209);
11. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 15 Tahun 2014
tenteng Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Tangerang
(Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2014 Nomor 15,
Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 1415);
12. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 10 Tahun 2016
tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Tahun Anggaran
2017 (Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2015 Nomor
10, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Nomor
1510);
13. Peraturan Bupati Tangerang Nomor 133 Tahun 2015 tentang
Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun
Anggaran 2016 (Berita Daerah Kabupaten Tangerang Tahun 2016
Nomor 135);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
KESATU : Membentuk Tim Kerja Pegawai Negeri Sipil Pada Kegiatan Pemberdayaan
Sosial Budaya Masyarakat Pesisir Tahun Anggaran 2016, dengan susunan
keanggotaan
sebagaimana berikut:
I . Pengarah : Sekretaris Daerah Kabupaten Tangerang;
II. Penanggungjawab : Kepala Dinas Perikanan
III. Ketua : Kepala Bidang Pengembangan Kelembagaan
Perikanan Dinas Perikanan Kabupaten
Tangerang;
IV. Sekretaris : SM. A. Hari Mahardika, S.Pi
VI. Anggota :
1. Sekretaris Dinas Perikanan Kabuaten
Tangerang
2. Kepala Bidang Perencanaan Ekonomi
Pada Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten
Tangerang;
3. Kepala Bidang Konservasi Pada Dinas
Lingkungan Hidup dan Kebersihan
Kabupaten Tangerang;
4. Kepala Bidang Pengelolaan Dan
Pemberdayaan Budidaya Pada Dinas
Perikanan Dan Kelautan Kabupaten
Tangerang;
5. Kepala Bidang Pengelolaan Dan
Pemberdayaan Nelayan Pada Dinas
Perikanan Dan Kelautan Kabupaten
Tangerang;
6. Kepala Seksi Perencanaan Tata Ruang
Pada Dinas Tata Ruang dan Bangunan
Kabupaten Tangerang;
7. Kepala Seksi Kawasan Budidaya Pada
Dinas Perikanan Kabupaten
Tangerang;
8. Kepala Seksi Akses Pasar, Permodalan
dan Kelembagaan Perikanan Pada
Dinas Perikanan Kabupaten
Tangerang;
KEDUA : Tim sebaigaimana dimaksud Diktum KESATU, mempunyai tugas
sebagai berikut:
1. Pengarah
a. Merekomendasikan kebijakan untuk keberlanjutan pelaksanaan
kegiatan Pemberdayaan Sosial Budaya Masyarakat Pesisir;
b. Memberikan pembinaan, pembimbingan, pengarahan, saran,
bahan pertimbangan dalam pelaksanaan kegiatan di
desa/kelurahan;
2. Penanggungjawab.
a. Merekomendasikan keberlanjutan pelaksanaan kegiatan
Pemberdayaan Sosial Budaya Masyarakat Pesisir;
b. Memberikan pembinaan, pembimbingan, pengarahan, saran, dan
bahan pertimbangan dalam pelaksanaan kegiatan di
desa/kelurahan;
3. Ketua
a. Melakukan identifikasi permasalahan prioritas berkaitan dengan
aspek manusia, usaha, sumberdaya, infrastruktur /lingkungan,
bencana dan perubahan iklim, serta kelembagaan desa sasaran;
b. Memberikan pembinaan, pembimbingan, pengarahan, saran dan
bahan
pertimbangan dalam pelaksanaan kegiatan di desa/kelurahan;
c. Melakukan tugas-tugas lain sebagaimana diperlukan dalam
pelaksanaan dan
keberlanjutan Pemberdayaan Sosial Budaya Masyarakat Pesisir di
daerah.
4. Sekretaris
a. Membantu Ketua Tim Kerja melakukan identifikasi permasalahan
prioritas
berkaitan dengan aspek manusia, usaha, sumberdaya,
infrastruktur/
lingkungan bencana dan perubahan iklim, serta kelembagaan
desa sasaran;
b. Membantu Ketua Tim Kerja memberikan pembinaan,
pembimbingan, pengarahan, saran, dan bahan pertimbangan
dalam pelaksanaan kegiatan di desa/kelurahan;
c. Melakukan tugas-tugas lain sebagaimana di perlukan dalam
membantu Ketua Tim Kerja melaksanakan dan keberlanjutan
kegiatan Pemberdayaan Sosial Budaya Masyarakat Pesisir di
daerah.
d. Pengarsipan semua dokumen yang berkaitan dengan tim kerja.
5. Anggota
a. Membantu Ketua Tim Kerja memberikan pembinaan,
pembimbingan, pengarahan, saran dan bahan pertimbangan
dalam pelaksanaan kegiatan di desa/kelurahan;
b. Melaksanakan kegiatan Pemberdayaan Sosial Budaya
Masyarakat Pesisir di daerah;
KETIGA : Segala biaya yang dikeluarkan sebagai akibat ditetapkannya Keputusan ini
dibebankan pada Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Kabupaten
Tangerang Tahun Anggaran 2017, pada kegiatan Fasilitasi Pembangunan
Kawasan Budidaya
KEEMPAT : Keputusan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Tigaraksa
Pada tanggal Maret
2017
BUPATI
TANGERANG,
A.ZAKI ISKANDAR :
TEMBUSAN :
1. Yth. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tangerang;
2. Inspektur Kabupaten Tangerang;
LAMPIRAN
Wawancara dengan Bpk. Hari Mahardika
selaku Sekretaris Program Gerbang Mapan
dan Pendamping Program
wawancara dengan Bpk. Pohan selaku
seksi permodalan Dinas Perikanan
Wawancara dengan Bpk Alfian selaku
ketua kelompok nelayan Desa Ketapang
dan Bpk. Tata selaku pengurus PRPM
Ketapang
Wawancara dengan Bpk. Ruslan Farid
selaku Kabid Pemberdayaan Masyarakat
Bappeda Kab. Tangerang
Wawancara dengan Bpk. Mulyana selaku
Ketua Kelompok Mangrove Desa
Patramanggala
Wawancara dengan Bpk Joko selaku Kasi
pemerintahan Desa Marga Mulya
Wawancara dengan Bpk Ahmad Yani selaku ketua kelompok Tunas Tambak
Mandiri Desa Patramanggala
Wawancara dengan ketua kelompok
pengolah ikan Desa Patramanggala
Wawancara dengan ketua kelompok
nelayan “Mina relasi” Desa Surya Bahari
Wawancara dengan pembudidaya udang
vaname Desa Kronjo
Waancara dengan Ibu ketua kelompok
Bunga Mawar Desa Kronjo
Wawancara dengan ketua kelompok
nelayan Desa Tanjung Anom
Kondisi pengolahan kerang hijau di Desa
Tanjung Anom
Sarana air bersih dan reverse osmosis
TPI Desa Ketapang
Hutan Mangrove Desa Muara
Papan Nama Kelompok Pengolah Barokah
Hasil Olahan Dari Kelompok Barokah
Desa Muara
Kondisi PRPM Ketapang Hasil Panen Udang Vaname
Wawancara dengan Peneliti PKSPL IPB
Perbaikan Saluran Tambak/turap di Desa
Patramanggala
Kondisi lelang ikan TPI Surya Bahari
Kondisi TPI Kronjo
259
CURRICULUM VITAE (CV)
Motto Hidup
“You Reap What You Sow”
Data Pribadi
Nama Lengkap : Siti maezahroh
Tempat, Tanggal Lahir : Kuningan, 7 Mei 1996
Agama : Islam
Tinggi Badan : 155 cm
Berat Badan : 60 kg
Alamat : Jalan H. Sugito Blok M6 No.32 RT 04/RW08,
Kelurahan Alam Jaya, Kecamatan Jatiuwung,
Tangerang – Banten
Kode Pos : 15133
Nomor Telepon : 081774833888
Email : [email protected]
Pendidikan Formal
1. SD Negeri Doyong 4 Kota Tangerang : 2002 - 2008
2. SMP Negeri 9 Kota Tangerang : 2008 - 2011
3. SMA Negeri 1 Kota Tangerang : 2011 - 2014
4. S-1 Administrasi Publik FISIP UNTIRTA : 2014 – 2018
Pengalaman Organisasi
1. Anggota Ekstrakurikuler Bola Voli SMPN 9 Kota Tangerang : 2008-2011
2. Anggota MPK SMPN 9 Tangerang : 2008 - 2009
3. Anggota Ekstrakulikuler Samanitra SMAN 1 Kota Tangerang : 2011 - 2012
4. Anggota Divisi Pengabdian Masyarakat HIMANE UNTIRTA : 2015 - 2016
5. Sekretaris Kabinet HIMANE FISIP UNTIRTA : 2016 – 2017
6. Sekretaris Kabinet BEM FISIP UNTIRTA : 2017-2018
Keahlian Tambahan
1. Mampu mengoperasikan komputer dengan baik (ms. word. ms. excel, ms.
power point)
2. Mampu bekerja secara team work atau sendiri, dan dapat menjalankan
tanggungjawab yang diemban dalam bekerja.
Seminar
1. Sekolah Parlemen Kampus Tingkat Mahasiswa se-Provinsi Banten Tahun 2016
2. Seminar Nasional “Kebijakan Publik Untuk Solusi Melawan Asap” Tahun
2015
3. Diskusi Publik “Mewujudkan Generasi Muda yang Sehat dan Bebas dari
Penyalahgunaan Narkoba” Tahun 2016
4. Seminar Nasional “Bangkitkan Potensi Banten Menjadi Poros Pariwisata
Indonesia” Tahun 2016
5. Seminar Nasional “Kepemimpinan dan Perubahan dalam Nawacita
Pemerintahan Jokowi dan JK” Tahun 2016
6. Seminar Nasional “Peran Kebijakan Pemerintah dalam Melindungi Produk
UMKM” Tahun 2016
7. Seminar Internasional “Poros Maritim Dunia” Tahun 2016
8. Seminar Nasional “Empat Pilar Kebangsaan” Tahun 2017
Top Related