EVALUASI KUALITAS AIR MINUM ISI ULANGYANG
BERADA DI DAERAH PERKAMPUNGAN KODAM
SUNGGAL KOTAMADYA MEDAN
TAHUN 2019
SKRIPSI
OLEH :
AHMAD AJULAN
1701012106
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
EVALUASI KUALITAS AIR MINUM ISI ULANGYANG
BERADA DI DAERAH PERKAMPUNGAN KODAM
SUNGGAL KOTAMADYA MEDAN
TAHUN 2019
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan
Program Studi S1 Farmasi Dan Memperoleh
Gelar Sarjana Farmasi
(S. Farm)
Oleh :
AHMAD AJULAN
1701012106
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
Telah Di Uji Pada Tanggal : 27 September 2019
PANITIA PENGUJI SKRIPSI
Ketua : Khairani Fitri, S.Si., M.Kes., Apt.
Anggota : 1. Hendri Faisal, S.Si., M.Si.
2. Hanafis Sastra Winata, S.Farm., M.Si., Apt.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BIODATA
Nama : Ahmad Ajulan
Tempat/Tanggal Lahir : Padang Hasior, 29 Maret 1995
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Anak ke : 4 (Empat)
Alamat : Padang Hasior Lombang
Nama Orang Tua
Nama Ayah : Maas
Pekerjaan : PNS
Nama Ibu : Mawarni Siregar
Pekerjaan : Ibu rumah Tangga
Alamat : Padang Hasior Lombang
Riwayat Pendidikan
Tahun 2001-2007 : SDN 102200 Padang Hasior
Tahun 2007-2010 : SMPN 5 Barumun Tengah
Tahun 2010-2013 : MAN 3 Medan
Tahun 2013-2016 : D3 Analis Farmasi dan Makanan USM Indonesia
Tahun 2017-2019 : S1 Farmasi Intitut Kesehatan Helvetia Medan
ABSTRAK
EVALUASI KUALITAS AIR MINUM ISI ULANG YANG BERADA DI
DAERAH PERKAMPUNGAN KODAM SUNGGALKOTAMADYA
MEDANTAHUN 2019
AHMAD AJULAN
1701012106
Program Studi Sarjana Farmasi
Air minum yang baik air yang memenuhi persyaratan Menteri Kesehatan
RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010 yaitu air yang tidak berasa, tidak berbau,
tidak berwarna, tidak melewati syarat kekeruhan, TDS, pH, kadar kesadahan total
dan tidak tercemar bakteri Escherichia coli. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui apakah air minum isi ulang yang beredar di Perkampungan Kodam
Sunggal memenuhi syarat kualitas yang baik.
Metode penelitian yang dilakukan secara eksperimen pemeriksaan fisik,
pH, kesadahan air yang dilakukan secara kompleksometri dan uji bakteri
Escherichia coli dengan metode MPN.
Hasil penelitian dari kelima sampel air minum, tiga sampel A,B dan E
memenuhi syarat uji bau tidak berbau, tidak berasa, uji warna 3-7 TCU, uji TDS
26,5-33,3 mg/L, uji kekeruhan 0,82-0,98 NTU, suhu 26oC, pH 6,5-7,2, kadar
kesadahan 0-42,2 mg/L, uji E.coli 0. Sampel C dan D tidak memenuhi persyaratan
positif mengandung bakteri E.coli 6,9 dan 3,6.
Kesimpulan penelitian bahwa tiga sampel air minum isi ulang di
Perkampungan Kodam Sunggal memenuhi persyaratan kualitas air minum yang
baik dari segi pengujian sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010.
Kata Kunci : Air Minum Isi Ulang, Uji Fisik, Uji Kimia dan Uji Mikrobiologi
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan kepada penulis,
sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi Kualitas Air
Minum Isi Ulang yang Berada di Daerah Perkampungan Kodam Sunggal
Kota Madya Medan Tahun 2019” yang disusun sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan program S1 Farmasi di Institut Kesehatan Helvetia
Medan.
Selama Proses penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.kes., M.sc., selaku Ketua Pembina
Yayasan Helvetia Medan.
2. Iman Muhammad, S.E, S.Kom, M.M, M.Kes,
selakuKetuaYayasanHelvetia Medan.
3. Bapak Drs. Dr. Ismail Efendi, M.si., selaku Rektor Institut Kesehatan
Helvetia Medan.
4. Dr. Dr. Hj. Arifah Devi Fitriani,M.Kes selaku Wakil Rektor Institut
Kesehatan Helvetia Medan.
5. H. Darwin Syamsul, S.Si., M.si.,Apt., Selaku Dekan Falkultas Farmasi dan
Kehatan Institut Kesehatan Helvetia Medan.
6. Adek Chan, S.Si., M.Si., Apt., selaku Ketua Prodi S1 Farmasi Institut
Kesehatan Helvetia Medan.
7. Khairani Fitri, S.Si., M.Kes., Apt. selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan mencurahkan waktu, perhatian, ide dan
motivasi selama penyusunan skripsi penelitian.
8. Hendri Faisal, S.Si., M.Si. selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan mencurahkan waktu, perhatian, ide dan
motivasi selama penyusunan skripsi penelitian.
9. Hanafis Sastra Winata, S.Farm., M.Si., Apt. selaku Dosen Penguji yang
telah meluangkan waktunya untuk memberikan kritik dan saran yang
membangun dalam penyempurnaan skripsi penelitian.
10. Seluruh Staf Dosen Institut Kesehatan Helvetia Medan yang telah
memberikan Ilmu dan pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama
pendidikan.
11. Teristimewa buat orang tua, Ayahanda dan Ibunda Sertasaudara-saudara
tercinta, yang telah memberikan dukungan, semangat, motivasi, nasihat
dan doa kepada penulis.
12. Bagi teman-teman seperjuangan Program Studi S1 Farmasi yang telah
membantu dan mendukung penyelesaian skripsi ini.
ii
Penulis menyadari baik dari segi penggunaan bahasa, cara menyusun
skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak untuk kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga tulisan ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Medan, September 2019
Penulis
Ahmad Ajulan
iii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
LEMBAR PANITIA PENGUJI SKRIPSI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ASBTRAK ...................................................................................................
KATA PENGANTAR ................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vi
DAFTAR TABEL......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1.Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2.Rumusan Masalah ........................................................................ 5
1.3.Hipotesis Penelitian ...................................................................... 6
1.4.Tujuan Penelitian .......................................................................... 6
1.5.Manfaat Penelitian ........................................................................ 6
1.6.Kerangka Pikir Penelitian ............................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 7
2.1. Pengertian Air ............................................................................. 7
2.2.Sumber Air ................................................................................... 8
2.3.Fungsi Air ..................................................................................... 9
2.4.Sifat-Sifat Umum Air ................................................................... 9
2.4.1. Sifat Fisik ...................................................................... 9
2.4.2. Sifat Kimia .................................................................... 10
2.5.Kualitas Air .................................................................................. 10
2.6.Pencemaran Air ............................................................................ 11
2.7.Pengaruh Air Terhadap Kesehatan ............................................... 12
2.8.Pengertian Air Minum .................................................................. 13
2.9.Depot Air Minum ......................................................................... 14
2.9.1. Pengertian Depot Air Mimun ........................................ 14
2.9.2. RegulasiPerdagangan Depot Air Minum ...................... 14
2.10. Syarat-Syarat Air Minum .......................................................... 15
2.10.1. Syarat Fisik ................................................................... 15
2.10.2. Syarat Bakteriologis ...................................................... 15
2.10.3 Syarat kimiawi .............................................................. 16
2.11.Uji Fisik ...................................................................................... 16
2.11.1. Uji Bau .......................................................................... 16
iv
2.11.2. Uji Warna ...................................................................... 17
2.11.3. Uji Total Zat Padat Terlarut .......................................... 17
2.11.4. Uji Kekeruhan ............................................................... 17
2.11.5. Uji Rasa ......................................................................... 17
2.11.6. Uji Suhu ........................................................................ 17
2.12.Uji Kimiawi ................................................................................ 18
2.12. Pengertian Potential of Hydrogen (pH) ..................................... 18
2.12.1 Pengertian Kesadahan ................................................... 19
2.12.2 Kesadahan Air ............................................................... 19
2.12.3 DampakKesadahan ........................................................ 20
2.12.4 Cara Menanggulangi Kesadahan .................................. 21
2.13. Titrasi Kompleksometri ............................................................. 22
2.14.Uji Biologi .................................................................................. 23
2.14.1. Morfologi dan Taksonomi Bakteri Escherichia coli ..... 23
2.14.2. Sifat Pertumbuhan Escherichia coli .............................. 25
2.14.3. Patogenitas Escherichia coli ......................................... 25
2.15.Metode MPN (Most Probable Number) ..................................... 26
2.15.1. Uji Praduga ................................................................... 28
2.15.2. Uji Penegasan ................................................................ 28
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 29
3.1.Jenis Penelitian ............................................................................. 29
3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................ 29
3.2.1. Tempat Penelitian ......................................................... 29
3.2.2. Waktu Penelitian ........................................................... 29
3.3.Alat dan Bahan Penelitian ............................................................ 29
3.3.1. Alat ................................................................................ 29
3.3.2. Bahan ............................................................................ 30
3.4.Sampel ....................................................................................... 30
3.5.Pembuatan Pereaksi ...................................................................... 30
3.5.1 Pembuatan Indikator Eriochrome Black T (EBT) ........ 30
3.5.2 LarutanPenyangga pH 10 ± 0,1 ..................................... 30
3.5.3 Pembuatan Na2EDTA ± 0,01 M ................................... 31
3.6. Uji Fisik ....................................................................................... 31
3.7. Uji Kimia ..................................................................................... 31
3.7.1 Uji pH ............................................................................ 31
3.7.1 ProsedurKerja Uji Kesadahan ....................................... 31
3.7.2 Perhitungan ................................................................... 32
3.8.Prosedur Pengujian Biologi .......................................................... 32
3.8.1. Sterilisasi Alat ............................................................... 32
v
3.8.2. Pembuatan Media .......................................................... 32
3.8.3 Pengujian MPN ............................................................. 34
3.8.4 Test Praduga (Presumtive Test) .................................... 34
3.8.5 Test Penegasan (Confirmative Test) ............................. 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................... 36
4.1. Hasil ....................................................................................... 36
4.1.1. Hasil Uji Fisika ............................................................... 36
4.1.2 Hasil Uji Kimia ............................................................. 36
4.1.3 Hasil Uji Bakteri Eschericia coli .................................. 37
4.1.4 Hasil Uji Warna Dalam Bentuk Diagram ..................... 38
4.1.5 Hasil Uji TDS Dalam Bentuk Diagram ........................ 38
4.1.6 Hasil Uji Kekeruhan Dalam Bentuk Diagram .............. 39
4.1.8 Hasil uji Kesadahan Dalam Bentuk Diagram ............... 40
4.1.9 Hasil Uji Bakteri Escherichia coli ................................ 40
4.2. Pembahasan ................................................................................. 41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 43
5.1. Kesimpulan .................................................................................. 43
5.2. Saran ....................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 44
LAMPIRAN
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Morfologi Escherichia coli .................................................. 23
Gambar 2.2. Escherichia coli .................................................................... 24
Gambar 4.1. Diagram uji Warna ............................................................... 38
Gambar 4.2. Diagram Uji TDS ................................................................. 38
Gambar 4.3. Diagram Uji Kekeruhan ....................................................... 39
Gambar 4.4. Diagram Uji pH ................................................................... 39
Gambar 4.5. Diagram Uji Kesadahan ....................................................... 40
Gambar 4.6. Diagram Uji Bakteri ............................................................. 40
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Parameter Fisik ...................................................................... 15
Tabel 2.2. Parameter Biologi ................................................................... 16
Tabel 2.3. Parameter Kimia .................................................................... 16
Tabel 4.1. Uji Fisika .................................................................................. 36
Tabel 4.2. Uji pH ....................................................................................... 37
Tabel 4.3 Uji Kesadahan Total.................................................................. 37
Tabel 4.4. Uji Eschericia coli ................................................................... 37
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.Tempat Penelitian dan Sampel ............................. 46
Lampiran 2.Sampel dan uji Fisik ............................................. 49
Lampiran 3 Uji Kimia (pH &Kesadahan) ............................... 53
Lampiran 4 Uji Biologi (E.coli) ............................................... 60
Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian PTKLPP Medan .................. 65
Lampiran 6 Surat Hasil Uji Laboratorium .............................. 66
Lampiran 7 Lembar Konsultasi Skripsi Pembmbing I ............ 67
Lampiran 8 Lembar Revisi Skripsi Pembimbing I ................. 68
Lampiran 10 Lembar Konsultasi Skripsi Pembmbing II .......... 69
Lampiran 10 Lembar Revisi Skripsi Pembimbing II ............... 70
Lampiran 11 Hasil Perhitungan Kesadahan ............................ 71
Lampiran 12 Permemkes Air Minum Isi Ulang ...................... 72
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air merupakan senyawa kimia yang paling berlimpah di alam, namun
demikian sejalan dengan meningkatnya taraf hidup manusia, maka kebutuhan air
pun meningkat pula, sehingga akhir-akhir ini air menjadi barang yang "mahal". Di
kota-kota besar, tidak mudah mendapatkan sumber air bersih yang dipakai sebagai
bahan baku air bersih yang bebas dari pencemaran, karena air banyak tersedot
oleh kegiatan industri yang memerlukan sejumlah air dalam menunjang
produksinya. Di sisi lain, tanah yang merupakan celengan air sudah banyak
ditutup untuk berbagai keperluan seperti perumahan, dan industri tanpa
mempedulikanmempedulikan fungsi dari tanah tersebut sebagai wahana simpanan
air untuk masa datang (1).
Air bagi tubuh manusia bermanfaat untuk proses pencernaan,
metabolisme, mengangkut zat-zat makanan dalam tubuh, mengatur keseimbangan
suhu tubuh, dan menjaga tubuh dari kekeringan. Air yang ada di bumi
mengandung berbagai bahan baik yang terlarut maupun yang tersuspensi,
termasuk juga mikroba, sehingga sebelum dikonsumsi harus diolah untuk
menghilangkan atau menurunkan kadar bahan tercemar sampai tingkat yang
aman. Air minum dalam kemasan (AMDK) dijadikan alternatif untuk dikonsumsi.
Tetapi harga AMDK dari berbagai merk yang terus meningkat membuat
konsumen mencari alternatif baru yang lebih murah. Harga yang murah
mengakibatkan masyarakat beralih pada air minum isi ulang untuk dikonsumsi.
2
Meski lebih murah, tidak semua depot air minum isi ulang terjamin keamanan
produknya. Oleh karena itu, masih ada kemungkinan air minum isi ulang yang
dihasilkan tidak sehat dan tidak layak konsumsi (2).
Air minum isi ulang adalah salah satu jenis air minum yang dapat langsung
diminum tanpa dimasak terlebih dahulu, karena telah mengalami proses
pemurnian baik secara penyinaran ultraviolet, ozonisasi, ataupun keduanya. Pada
era sekarang ini kesadaran masyarakat untuk mendapatkan air yang memenuhi
syarat kesehatan semakin meningkat. Seiring dengan hal itu maka dewasa ini
semakin menjamur pula depot air minum isi ulang (DAMIU) yang
menyediakanair siap minum (3).
Definisi pencemaran air di dalam berbagai literatur lebih banyak
mengikuti secara umum pada definisi “Pencemaran Lingkungan”. Karena salah
satu konsekuensi dari definisi pencemaran pada umumnya timbal balik ikut
menentukan terhadap kebutuhan batasan-batasan standar kualitas. Karenanya pada
pengertian pencemaran air justru masih harus ditegaskan pula terhadap fungsi dari
pada air itu sendiri (4).
Peningkatan kualitas air minum dengan jalan mengadakan pengelolaan
terhadap air yang akan diperlukan sebagai air minum dengan mutlak diperlukan
terutama apabila air tersebut berasal dari air permukaan. Pengolahan yang
dimaksud bisa dimulai dari yang sangat sederhana sampai yang pada pengolahan
yang mahir/lengkap, sesuai dengan tingkat kekotoran dari sumber asal air
tersebut. Semakin kotor semakin berat pengolahan yang dibutuhkan, dan semakin
banyak ragam zat pencemar, akan semakin banyak pula teknik-teknik yang
3
diperlukan untuk mengolah air tersebut agar bisa dimanfaatkan sebagai air
minum. Oleh karena itu, dalam praktik sehari-hari maka pengolahan air adalah
menjadi pertimbangan yang utama untuk menentukan apakah sumber air isi ulang
tersebut bisa dipakai sebagai air yang layak konsumsi atau tidak (5).
Permasalahan yang sering dijumpai pada sumber air yang digunakan
pemilik depot air isi ulang kurang memenuhi syarat sebagai air bersih yang sehat
dan tidak layak untuk digunakan. Air yang layak digunakan, mempunyai standar
persyaratan tertentu yakni persyaratan fisis, kimiawi dan bakteriologis, dan syarat
tersebut merupakan satu kesatuan, sehingga apabila ada satu saja parameter yang
tidak memenuhi syarat maka air tersebut tidak layak untuk digunakan. Salah satu
parameter kimia dalam persyaratan kualitas air adalah jumlah kandungan unsur
Ca2+
dan Mg2+
dalam air yang keberadaannya biasa disebut kesadahan air. Pada
umumnya kesadahan menunjukkan jumlah kalsium karbonat dalam
milligramperliter atau bagian perjuta (6).
Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air,
umumnya ion kalsium (Ca2+
) dan magnesium (Mg2+
) dalam bentuk garam
karbonat. Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang
tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah. Selain
ion kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa merupakan ionlogam
lain maupun garam-garam bikarbonat dan sulfat. Metode paling sederhana untuk
menentukan kesadahan air adalah dengan sabun. Dalam air lunak, sabun akan
menghasilkan busa yang banyak. Pada air sadah, sabun tidak akan menghasilkan
busa atau menghasilkan sedikit sekali busa.Kesadahan ini dapat digolongkan pada
4
kesadahan sementara dan kesadahan tetap. Kesadahan sementara akan terendap
pada pemanasan dan kesadahan tetap akan permanen dalam air (7).
Pada umumnya kesadahan menunjukkan jumlah kalsium karbonat dalam
mg/L atau ppm. Kesadahan dalam air tidak dikehendaki untuk penggunaan rumah
tangga atau pun industri. Berdasarkan PERMENKES RI No.
416/MENKES/PER/IX/2010 tentang persyaratan kualitas air bersih, kadar
kesadahan (CaCO3) yang diperbolehkan maksimal adalah 500 mg/L. Kadar
kesadahan yang terkandung dalam air yang dapat di konsumsi dan di gunakan
dalam rumah tangga 0-70 ppm air sadah sangat lunak, 70-140 ppm lunak, 140-210
ppm sedang, 210-320 ppm agak keras, 320-530 ppm keras.
Air yang berada di bumi tidak pernah terdapat dalam bentuk murni,
meskipun demikian bukan berarti bahwa semua air yang ada di bumi telah
mengalami penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normalnya. Daerah
pegunungan atau hutan yang jauh dari kegiata industri dengan udara yang sejuk
dan bersih, air hujan mengandung karbondioksida (8).
Air bersih yang baik adalah yang memenuhi persyaratan yang dikeluarkan
Pemerintah sesuai dengan PPRI No. 82 tahun 2001 dan Menteri Kesehatan RI No.
492/Menkes/Per/IV/2010 tanggal 20 April 2010 yaitu tidak berasa, tidak berbau,
tidak berwarna, tidak melewati syarat kekeruhan dan batas total dissolve solid
(secara fisik). Berdasarkan PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/2010
tentang persyaratan kualitas air bersih, kadar maksimum pH yang di perbolehkan
6,5-8,5,dan kadar kesadahan (CaCO3) yang diperbolehkan maksimal adalah 500
5
mg/L (secara kimia). Untuk bakteriologis yaitu bakteri Escherichiacoli harus 0
pada tiap 100 mL sampel (secara biologi).
Berdasarkan hasil penlitian sebelumnya yang telah dilakukan di
Laboratorium Kimia Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin terhadap 16 sampel air
minum isi ulang yang dijual di wilayah Kayu Tangi Kota Banjarmasin diperoleh
kadar kesadahan total air minum isi ulang yang tertinggi yaitu pada sampel M
sebesar 99,00 mg/L dan yang paling rendah pada sampel J 35,64 mg/L. Hasil
tersebut mennjukkan bahwa kadar kesadahan total sampel air minum isi ulang
yang di jual di wilayah kayu Tinggi Kota Banjarmasin berada di bawah standar
maksimum kesadahan total (500 mg/L). Berdasarakan klasifikasinya, 1
sampeltergolongsebagai air lunak (<50 mg/L) dan sisanya 15 sampel tergolong
dalam kadar kesadahan kelas menengah (50-150 mg/L), berdasarkan hasil
penelitian Nita Rosita, pada 12 sampel air minum isi ulang yang berada di daerah
tangerang selatan menunjukkan hasil 100% memenuhi syarat uji fisik, 50% persen
memenuhi uji bakteriologis, dan uji kimia memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan (9).
Berdasarkan urain di atas, peneliti ingin melakukan penelitian ini dengan
tujuan untuk mengetahui kualitas pada air minum isi ulang yang berada di
Perkampungan Kodam Sunggal memenuhi persyaratan sebagai air minum isi
ulang yang layak di konsumsi masyarakat.
1.2. RumusanMasalah
Apakah air minum isi ulang yang beredar di Perkampungan Kodam
Sunggal memenuhi syarat kualitas air minum yang baik?
6
1.3. HipotesisPenelitian
Air minum isi ulang yang beredar di Perkampungan Kodam Sunggal tidak
memenuhi syarat kualitas air minum yang baik
1.4. TujuanPenelitian
Untuk mengetahui apakah air minum isi ulang yang beredar di
Perkampungan Kodam Sunggal memenuhi syarat kualitas air minum yang baik
1.5. ManfaatPenelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai sumber informasi bagi
masyarakat untuk mengetahui apakah air minum isi ulang yang beredar di
Perkampungan Kodam Sunggal memenuhi syarat kualitas air minum yang baik
1.6. KerangkaPikirPenelitian
VariabelBebas VariabelTerikat Parameter
Gambar 1.1. Kerangka Pikir Penelitian
Air minumisiulang
-Uji Fisik :
Bau
Warna
TDS
Kekeruhan
Rasa
Suhu
-Uji Kimia
pH
Kesadahan
-Uji Biologi
Bakteri
Escherichia
coli
-Permenkes
-Uji Kompleksometri
- Most Probable Number
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Air
Air merupakan senyawa kimia yang paling berlimpah di alam, namun
demikian sejalan dengan meningkatnya taraf hidup manusia, maka kebutuhan air
pun meningkat pula, sehingga akhir-akhir ini air menjadi barang yang "mahal". Di
kota-kota besar, tidak mudah mendapatkan sumber air bersih yang dipakai sebagai
bahan baku air bersih yang bebas dari pencemaran, karena air banyak tersedot
oleh kegiatan industri yang memerlukan sejumlah air dalam menunjang
produksinya. Di sisi lain, tanah yang merupakan celengan air sudah banyak
ditutup untuk berbagai keperluan seperti perumahan, dan industri tanpa
mempedulikan fungsi dari tanah tersebut sebagai wahana simpanan air untuk
masa datang (10).
Air merupakan salah satu dari ketiga komponen yang membentuk bumi
(zat padat, air dan atmosfer). Bumi dilingkupi air sebanyak 70% sedangkan
sisanya (30%) berupa daratan (dilihat dari permukaan bumi). Udara mengandung
zar cair (uap air) sebanyak 15% dari tekanan atmosfer (11).
Planet bumi ini sebagian besar terdiri atas air karena luas daratan memang
lebih kecil dibandingkan dengan luas lautan. Makhluk hidup yang ada di bumi ini
tidak dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Air merupakan kebutuhan utama
(primer) bagi proses kehidupan di bumi ini. Tidak akan ada kehidupan seandainya
di bumi ini tidak ada air. Air yang relatif bersih sangat didambakan oleh manusia,
baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk
8
kebersihan sanitasi kota maupun untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya.
Selain penggunaan air secara konvensional, air juga diperlukan untuk
meningkatkan kualitas hidup manusia yaitu untuk menunjang suatu kegiatan
industri dan teknologi. Kegiatan industri dan teknologi tidak dapat terlepas dari
kebutuhan akan air (12).
Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang
seksama dan cermat. Untuk mendapatkan air yang baik, sesuai dengan standard
tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal karena air sudah banyak tercemar
oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari
kegiatan rumah tangga, limbah dari kegiatan industri dan kegiatan-kegiatan
lainnya (12).
2.2. Sumber Air
Dengan adanya penyinaran matahari, maka semua air yang ada di
permukaan bumi akan menguap dan membentuk uap air. Karena adanya angin,
maka uap air ini akan bersatu dan berada di tempat yang tinggi yang sering
dikenal dengan nama awan. Oleh angin, awan ini akan terbawa makin lama makin
tinggi dimana temperaturnya sangat rendah dan menyebabkan titik-titik air yang
kemudian akan jatuh ke bumi sebagai hujan. Air hujan ini sebagian mengalir ke
dalam tanah, jika menjumpai lapisan yang sangat rapat maka peresapan air akan
semakin berkurang dan sebagian air akan mengalir di atas lapisan rapat ini. Jika
air ini keluar pada permukaan bumi, maka air ini akan disebut sebagai mata air.
Air permukaan yang mengalir di permukaan bumi, umumnya berbentuk sungai-
sungai dan jika melalui suatu tempat rendah (cekung) maka air akan berkumpul,
9
membentuk suatu danau atau telaga. Tetapi banyak diantaranya yang mengalir ke
laut kembali dan kemudian akan mengikuti siklus hidrologi (13).
2.3. Fungsi Air
Air sangat penting dalam kehidupan kita. Tanpa air kelangsungan hidup
hanya beberapa hari saja. Air merupakan bahan bangunan dari setiap sel.
Kumpulan beberapa sel yang membentuk satu kesatuan dan fungsi yang sama
disebut jaringan. Kandungan air yang diperlukan bagi setiap jaringan tubuh sangat
bervariasi, misalnya jaringan otot membutuhkan sekitar 7,5% air, jaringan lemak
membutuhkan sekitar 2% air dan darah membutuhkan sekitar 90% air. Selain itu
air merupakan bahan pelarut yang sangat diperlukan di dalam tubuh dan
membantu dalam proses pelembutan makanan agar dapat dicerna dengan baik
oleh lambung. Suhu tubuh secara tidak langsung diatur oleh air dengan cara
penyerapan melalui paru-paru dan keringat melalui kulit. Kebutuhan air untuk di
minum setiap hari sekitar 2 liter (bagi orang dewasa). Setiap individu memerlukan
air sekitar 60 liter/hari untuk keperluan minum, mandi, cuci dan sebagainya (14).
2.4. Sifat-Sifat Umum Air
Adapun sifat-sifat umum pada air adalah sebagai berikut :
2.4.1. Sifat Fisik
a. Titik beku (0oC)
b. Titik didih (100oC)
c. Temperatur kritis 347oC
d. Tekanan kritis 217 atm
10
e. Massa jenis es (0oC) 0,92 gr/cm
3
f. Massa jenis air (0oC) 1,00 gr/cm
3
2.4.2. Sifat Kimia
a. Air dapat terurai oleh pengaruh arus listrik dengan reaksi :
H2O H+ + OH
-
b. Air merupakan pelarut yang baik
c. Air dapat bereaksi dengan asam kuat dan basa kuat
d. Air dapat bereaksi dari berbagai jenis substansi membentuk senyawa padat
yang disebut dengan senyawa hidrate (senyawa yang mengandung molekul
air).
Baik air laut, air hujan, maupun air tanah/air tawar mengandung mineral.
Macam-macam mineral yang terkandung dalam air tawar bervariasi tergantung
struktur tanah dimanaair itu diambil (15).
2.5. Kualitas Air
Menurut Peraturan Pemerintah R.I. No. 20 tahun 1990 mengelompokkan
kualitas air menjadi beberapa golongan menurut peruntukkannya. Adapun
penggolongan air menurut peruntukkannya adalah sebagai berikut :
a. Golongan A : Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.
b. Golongan B : Air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum
c. Golongan C : Air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan
11
d. Golongan D : Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha
di perkotaan, industri dan pembangkit listrik tenaga air.
Menurut defenisi di atas, bila suatu sumber air yang termasuk dalam
golongan B (air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum) mengalami
pencemaran yang berasal dari air limbah suatu industri sehingga tidak dapat lagi
dimanfaatkan untuk air baku air minum, maka dikatakan sumber air tersebut telah
tercemar (13).
2.6. Pencemaran Air
Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi dan atau komponen lain kedalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh
kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan air tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukkannya. Sejalan
dengan perkembangan ilmu dan teknologi, terjadi juga peningkatan aktivitas
manusia. Namun tidak jarang, aktivitas manusia sendiri juga dapat menyebabkan
penurunan kualitas (mutu) air (13).
Apabila semua kegiatan industri dan teknologi memperhatikan dan
melaksanakan pengolahan air limbah industri dan masyarakat umum juga tidak
membuang limbah secara sembarangan, baik itu limbah domestik maupun limbah
industri rumah tangga, maka masalah pencemaran air sebenarnya tidak perlu
dikhawatirkan secara serius. Namun dalam kenyataannya, masih banyak industri
atau suatu pusat kegiatan kerja yang membuang limbahnya secara langsung ke
lingkungan melalui sungai, danau atau langsung ke laut. Pembuangan air limbah
secara langsung ke lingkungan inilah yang menjadi penyebab utama terjadinya
12
pencemaran air dan menimbulkan bahaya yang serius seperti gangguan kesehatan.
Limbah (baik berupa padatan maupun cairan) yang masuk ke air lingkungan
menyebabkan terjadinya penyimpangan air dari keadaan normalnya dan ini berarti
suatu pencernaan telah terjadi (16).
2.7. Pengaruh Air Terhadap Kesehatan
Penyakit menular disebarkan oleh air secara langsung diantara masyarakat
disebut penyakit bawaan air (water bornediseases). Hal ini dapat terjadi karena air
merupakan media yang baik tempat bersarangnya bibit penyakit/agent. Berikut
beberapa penyakit bawaan air yang sering ditemukan di Indonesia diantaranya :
a. Cholera, merupakan penyakit usus halus yang akut dan berat. Penyakit ini
disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae. Gejala utamanya adalah
muntaber, dehidrasi dan kolaps. Gejala khasnya adalah tinja yang
menyerupai air cucian beras.
b. Typhusabdominalis, merupakan penyakit yang menyerang usus halus dan
penyebabnya adalah Salmonellathypi. Gejala utamanya adalah panas yang
terus menerus dengan taraf kesadaran yang menurun, terjadi 1-3 minggu
(rata-rata 2 minggu) setelah infeksi.
c. Hepatitis A, merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis A.
Gejala utamanya adalah demam akut, dengan perasaan mual dan muntah,
hati meradang, dan sklera mata menjadi kuning. Hepatitis ini disebut juga
sebagai penyakit kuning.
13
d. Dysentriaeamoeba, merupakan penyakit yang disebabkan oleh Protozoa
bernama Entamoebahystolytica. Gejala utamanya adalah tinja yang
tercampur darah dan lendir.
Penggunaan air yang tidak memenuhi persyaratan dapat menimbulkan
terjadinya gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan tersebut dapat berupa
penyakit menular maupun penyakit tidak menular. Penyakit menular umumnya
disebabkan oleh makhluk hidup, sedangkan penyakit tidak menular umumnya
bukan disebabkan oleh makhluk hidup (17).
2.8. Pengertian Air Minum
Air minum adalah air memenuhi syarat kualitas kesehatan dan dapat
langsung diminum, syarat kesehatan yang dimaksud adalah Mikrobiologi, Kimia
Fisika. Air di dalam tubuh manusia berkisar antar 50-70% dari seluruh berat
badan. Pentingnya air bagi kesehatan dapat dilihat dari jumlah air yang ada dalam
organ, seperti 80% dari darah adalah air, kehilangan 15% dari berat badan dapat
mengakibatkan kematian (18).
Dampak positif adanya depot air minum adalah menyediakan air yang
memenuhi kualitasnya aman dan sehat bagi pemakainya, indivudu maupun
masyarakat, mudah dan murah untuk menunjang higenis perorangan maupun
rumah tangga. Disisi lain perkembangan depot air minum isi ulang berpotensi
menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan konsumen, bila tidak adanya
regulasi yang efektif. Isu yang mengemuka saat ini adalah rendahnya jaminan
kualitas terhadap air minum yang dihasilkan. Jika tidak dikendalikan dengan
maksimal depot air minum berpotensi menimbulkan kerugian bagi kesehatan
14
misalnya keracunan zat kimia persisten maupun penyebaran penyakit melalui air
atau water borne disase (19).
2.9. Depot Air Minum
2.9.1. Pengertian Depot Air Mimun
Air minum isi ulang adalah air yang telah melalui proses pengolahan yang
berasal dari mata air dan telah melewati tahapan dalam pembersihan kandungan
airnya dari segala mikroorganisme patogen tanpa harus dimasak sehingga air
tersebut bias langsung diminum. Hal ini dapat dilakukan terus menerus
menggunakan botol air minum yang tetap. DAM adalah industri yang melakukan
proses pengolahan pada sumber air baku kemudian diolah menjadi air minum dan
dijual secara langsung kepada konsumen (20).
2.9.2. Regulasi Perdagangan Depot Air Minum
Regulasi perdagangan menurut keputusan Mentri Perindustrian dan
Perdagangan RI No. 651/MPP/Kep/10/2004, DAM dilarang mengambil air baku
yang berasal dari PDAM dan harus berasal dari mata air pegunungan yang bebas
dari kontaminasi. DAM wajib melakukan pemeriksaan kualitas air minum pada
produknya enam bulan sekali dan sesuai dengan Permenkes RI No.
736/Menkes/Per/IV/2010, proses disenfektan DAM dilakukan menggunakan ozon
atau penyinaran UV.
15
2.10 Syarat-Syarat Air Minum
Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum, menyatakan
bahwa air minum yang aman bagikesehatan harus memenuhi persyaratan fisik,
biologi, dan kimia.
2.10.1. Syarat Fisik
Air yang memenuhi fisik adalah air yang tidak berbau, tidak berasa, tidak
berwarna, tidak keruh atau jernih, dan dengan suhu sebaiknya dibawah suhu udara
sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa nyaman dan jumlah zat padat
terlarut (TDS) yang rendah.
Tabel 2.1. Parameter Fisik
Jenis Parameter Satuan Kadar Maksimum
Bau mg/l Tidak Berbau
Warna TCU 15
Total zat padat terlarut mg/l 500
Kekeruhan NTU 5
Rasa Tidak Berasa
Suhu oC Suhu udara ± 3
2.10.2. Syarat Bakteriologis
Sumber-sumber air di alam pada umumnya mengandung bakteri, baik air
angkas, air permukaan, maupun air tanah. Jumlah dan jenis bakteri berbeda sesuai
dengan tempat dan kondisi yang mempengaruhinya. Oleh karena itu air yang
dikonsumsi untuk keperluan sehari-hari harus bebas dari bakteri patogen. Bakteri
golongan Coli (Coliform Bakteri) tidak merupakan bakteri patogen, tetapi bakteri
ini merupakan indikator dari pencemaran air oleh bakteri patogen.
16
Tabel 2.2. Parameter Biologi
Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum
Escherichia coli Jumlah per 100 ml sampel 0
Total Bakteri Coliform Jumlah per 100 ml sampel 0
2.10.3 Syaratkimiawi
Air minum yang baik air yang tidak tercemar berlebihan oleh zat-zat
kimia yang bahaya bagi kesehatan antara lain kesadahan, Aluminium (Al), Besi
(Fe), Mangan (Mn), Drajat Keasaman (Ph), Klorida dan zat-zat kimia lainnya.
Kandungan zat kimia dalam kandungan air minum yang di konsumsi sehari-hari
hendaknya tidak melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan seperti yang
tercantum dalam peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
492/Menkes/PER/IV/2010 tantang persyaratan kualitas air minum dan Standard
Nasional Indonesia. Penggunaan air yang mengandung bahan kimia beracun dan
zat-zat kimia yang melebihi kadar maksimum yang di perbolehkan berakibat tidak
baik bagi kesehatan dan material yang digunakan manusia.
Tabel 2.3. Parameter Kimia
Jenis Parameter Satuan Kadar Maksimum
Aluminium mg/l 0,2
Besi mg/l 0,3
Kesadahan mg/l 500
Khlorida mg/l 250
Mangan mg/l 0,4
Ph - 6,5-8,5
2.11. Uji Fisik
2.11.1. Uji Bau
Kualitas air bersih yang baik adalah tidak berbau, karena bau ini dapat
ditimbulkan oleh pembusukan zat organik seperti bakteri serta kemungkinan
akibat tidak langsung dari pencemaran lingkungan, terutama sistem sanitasi (21).
17
2.11.2. Uji Warna
Air minum yang layak di konsumsi air yang tidak melebihi batas yang
telah ditatapkan Permenkes tentang kualitas air minum yang mana ditetapkan
batas warna tidak lebi dari 15 TCU (21).
2.11.3. Uji Total Dissolve Solid
Total dissolve Solid (TDS) atau jumlah zat padat terlarut merupakan suatu
indikator dari jumlah partikel atau zat padat baik berupa senyawa organik maupun
non organik. Zat atau partikel padat didalam air yang memiliki ukuran dibawah 1
nano meter, satuan yang digunakan biasanya ppm (part per million) atau sama
dengan milligram per liter (mg/L). Zat atau partikel padat terlarut yang ditemukan
dalam air biasanya berupa natrium (garam), kalsium, magnesiu, kalium, karbonat,
nitrat, bikarbonat, klorida dan sulfat (10).
2.11.4. Uji Kekeruhan
Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan – bahan organik dan
anorganik, kekeruhan juga dapat mewakili warna. Sedang dari segi estetika
kekeruhan air dihubungkan dengan kemungkinan hadirnya pencemaran melalui
buangan dan warna air tergantung pada warna buangan yang memasuki badan air
(10).
2.11.5. Uji Rasa
Kualitas air bersih yang baik adalah tidak berasa. Rasa dapat ditimbulkan
karena adanya zat organik atau bakteri / unsur lain yang masuk ke badan air (10).
2.11.6. Uji Suhu
18
Secara umum, kenaikan suhu perairan akan mengakibatkan kenaikan
aktivitas biologi sehingga akan membentuk O2 lebih banyak lagi. Kenaikan suhu
perairan secara alamiah biasanya disebabkan oleh aktivitas penebangan vegetasi
di sekitar sumber air tersebut, sehingga menyebabkan banyaknya cahaya matahari
yang masuk tersebut mempengaruhi akuifer yang ada secara langsung atau tidak
langsung (10).
2.12. Uji Kimiawi
2.12.1 Pengertian Potential of Hydrogen (pH)
Potential of hydrogen (pH) adalah derajat keasaman yang digunakan untuk
menyatakan tingkat keasaman atau kebasahan yang dimiliki oleh suatu larutan.
Menurut Permenkes Nomor 492 tahun 2010 tentang syarat ph pada air minum
adalah antara 6,5-8,5. Nilai pH yang lebih rendah dari 6,5 berarti bersifat
lebih asam untuk dikonsumsi manusia dan bersifat korosif. Air yang
bersifat asam dapat menyebabkan masalah estetika seperti air yang berasa
logam atau asam dan dapat menyebabkan masalah kesehatan (21).
Nilai pH yang lebih tinggi dari 8,5 berarti air tersebut bersifat basa
untuk dikonsumsi manusia. Air minum bersifat basa tidak langsung menyebabkan
masalah kesehatan tapi menyebabkan masalah estetika seperti rasa alkali,
membuat kopi terasa pahit, dan menurunkan efesiensi pada pemanas air
(21).
19
2.12.1 Pengertian Kesadahan
Kesadahan atau hardness adalah salah satu sifat kimia yang dimiliki oleh
air. Penyebab air menjadi sadah adalah karena adanya ion-ion Ca2+
, Mg2+
, atau
dapat juga disebabkan karena adanya ion-ion lain dari polyvalent metal (logam
bervalensi banyak) dalam bentuk garam sulfat, klorida dan bikarbonat dalam
jumlah kecil (22).
2.12.2 Kesadahan Air
Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air,
umumnya ion kalsium (Ca2+
) dan magnesium (Mg2+
) dalam bentuk garam
karbonat. Air sadah atau air keras adalah air yang memiliki kadar mineral yang
tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral yang rendah. Selain
ion kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa merupakan ionlogam
lain maupun garam-garam bikarbonat dan sulfat. Metode paling sederhana untuk
menentukan kesadahan air adalah dengan sabun. Dalam air lunak, sabun akan
menghasilkan busa yang banyak. Pada air sadah, sabun tidak akan menghasilkan
busa atau menghasilkan sedikit sekali busa. Kesadahan air total dinyatakan dalam
satuan ppm berat per volume (w/v) dari CaCO3 (23).
Berdasarkan golongan jenis anion yanga diikat oleh katiannya, air sadah
dibedakan menjadi 2 jenis yaitu air sadah sementara dan air sadah tetap. Air sadah
sementara yaitu air sadah yang mengandung ion bikarbonat. Air sadah tersebut
bisa jadi mengandung senyawa kalsium bikarbonat atau magnesium bikarbonat
yang kesadahan airnya bisa dihilangkan lewat proses pemanasan. Sedangkan air
sadah tetap yaitu air sadah yang mengandung anion selain ion bikarbonat.
20
Kesadahan air ini hanya bisa dihilangkan lewat proses kimia dan tak bisa
dilakukan dengan proses pemanasan (24).
2.12.3 Dampak Kesadahan
Kesadahan air tidak begitu berbahaya untuk diminum, namun dapat
menyebabkan beberapa masalah, tetapi mengkonsumsi air yang mengandung
kesadahan melebihi batas maksimum menyebabkan Cardiovaskuler disease
(penyumbatan pembuluh darah jantung) dan Urithialis (batu ginjal). Air sadah
dapat menyebabkan pengendapan mineral, yang menyumbat saluran pipa dan
keran. Air sadah juga menyebabkan pemborosan sabun di rumah tangga, dan air
sadah yang bercampur sabun tidak dapat membentuk busa, tetapi malah
membentuk gumpalan soapscum (sampah sabun) yang sukar dihilangkan. Efek ini
timbul karena ion 2+ menghancurkan sifat surfaktan dari sabun dengan
membentuk endapan padat (sampah sabun tersebut) (25).
Dalam industri, kesadahan air yang digunakan di awasi dengan ketat untuk
mencegah kerugian. Pada industri yang menggunakan ketel uap, air yang
digunakan harus terbebas dari kesadahan. Hal ini dikarenakan kalsium dan
magnesium karbonat cenderung mengendap pada permukaan pipa dan
permukaan penukarpanas. Presipitasi (pembentukan padatan tak larut) ini
terutama disebabkan oleh dekomposisi termal ion bikarbonat, tetapi bisa juga
terjadi sampai batas tertentu walaupun tanpa adanya ion tersebut. Penumpukan
endapan ini dapat mengakibatkan terhambatnya aliran air di dalam pipa. Dalam
ketel uap, endapan mengganggu aliran panas kedalam air, mengurangi efisiensi
pemanasan dan memungkin kankomponen logam ketel uap terlalu panas. Dalam
21
system bertekanan, panas berlebih ini dapat menyebabkan kegagalan ketel uap.
Kerusakan yang disebabkan oleh endapan kalsium karbonat bervariasi tergantung
pada bentuk kristal, misalnya, kalsit atau aragonite (26).
2.12.4 Cara Menanggulangi Kesadahan
a. Pemanasan
Kesadahan Sementara dapat dihilangkan dengan jalan pemanasan. Dengan
jalan pemanasan senyawa-senyawa yang mengandung ion bikarbonat (HCO3)
akan mengendap pada dasar ketel. Reaksi yang terjadi adalah :
Ca(HCO3)2 (aq) –> CaCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g)
Mg(HCO3)2 (aq) –> MgCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g)
b. Dengan Cara Kimia
Untuk membebaskan air dari kesadahan tetap, tidak dapat dengan jalan
pemanasan melainkan harus dilakukan dengan cara kimia, yaitu dengan
mereaksikan air tersebut dengan zat-zat kimia tertentu. Pereaksi yang digunakan
adalah larutan karbonat, yaitu Na2CO3 (aq) atau K2CO3 (aq). Penambahan larutan
karbonat dimaksudkan untuk mengendapkan ionCa2+
dan atau Mg2+
.
CaCl2 (aq) + Na2CO3 (aq) –> CaCO3 (s) + 2NaCl (aq)
Mg(NO3)2 (aq) + K2CO3 (aq) –> MgCO3 (s) + 2KNO3 (aq)
Dengan terbentuknya endapan CaCO3 atau MgCO3 berarti air tersebut
telah terbebas dariCa2+
atau Mg2+
atau dengan kata lain air tersebut telah terbebas
dari kesadahan (27).
22
c. Penggunaan asam-asam organik
Penurunan secara alamiah dapat pula dilakukan dengan menggunakan jasa
asam-asam organik (humik/fulvik), asam ini berfungsi persis seperti halnya yang
terjadi pada proses deionisasi yaitu dengan menangkap ion-ion dari air pada
gugus-gusus karbonil yang terdapat pada asam organik (tanian). Beberapa media
yang banyak mengandung asam-asam organic ini diantaranya adalah gambut yang
berasal dari Spagnum (peat moss), daun ketapang, kulit pohon Oak, dll (28).
Proses dengan gambut dan bahan organik lain biasanya akan
menghasilkan warna air kecoklatan seperti air teh. Sebelum gambut digunakan
dianjurkan untuk direbuster lebih dahulu, agar organisme-organisme yang tidak
dikehendaki hilang (28).
2.13 Titrasi Kompleksometri
Tirasi kompleksometri adalah titrasi berdasarkan pembentukan senyawa
kompleks antara kation dengan zat pembentuk kompleks. Salah satu zat
pembentuk senyawa kompleks yang banyak digunakan dalam titrasi
kompleksometri adalah garam dinatrium etil endiaminatetra asetat (EDTA) (29).
Titrasi Kompleksometri merupakan salah satu bagian utama kimia analisis
dimana perhitungan-perhitungan yang digunakan didasarkan pada hubungan
stokiometri sederhana dari suatu reaksi kimia. Istilah titrasi merujuk ke proses
pengukuran volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekuivalensi.
Selama bertahun-tahun digunakan istilah analisis volumetri bukannya titrimetri.
Tetapi dari titik pandangan yang teliti, lebih disukai istilah “titrimetri” karena
pengukuran volume tidak selalu terbatas pada titrasi, misalnya dalam analisis
23
tertentu beberapa orang sering menggunakannya untuk mengukur suatu volume
gas (30).
2.14. Uji Biologi
2.14.1. Morfologi dan Taksonomi Bakteri Escherichia coli
Escherichia coli merupakan bakteri yang hidup di saluran pencernaan
manusia maupun hewan. Escherichia coli merupakan bakteri anaerobik fakultatif
yang dapat tumbuh pada keadaan aerob maupun anaerob, bakteri yang tergolong
dalam anaerob fakultatif merupakan bakteri patogen yang sering dijumpai,
Escherichia coli memiliki bentuk batang pendek (coccobasil) dengan ukuran 0,4-
0,7 µm x 1,4 µm, bersifat motil (dapat bergerak), tidak memiliki nukleus, organel
eksternal maupun sitoskeleton tetapi memiliki organel eksternal yakni vili yang
merupakan filamen tipis dan lebih panjang(31). Dapat dilihat pada Gambar 2.1
dibawah ini :
Gambar2.1. Morfologi Escherichia coli
24
Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif bersifat anaerob
fakultatif dan tidak dapat membentuk spora. Bakteri ini dapat hidup pada berbagai
substrat dengan melakukan fermentasi anaerobik menghasilkan asam laknat,
suksinat, asetat, etanol, dan karbondioksida. Escherichia coli termasuk famili
Enterobacteriaceae, bentuknya batang atau koma, terdapat tunggal atau
berpasangan dalam rantai pendek. Memiliki panjang sekitar 2 µm, diameter 0,7
um, lebar 0,4-0,7 µm (32).
Dapat dilihat pada Gambar 2.2 dibawah ini :
Gambar 2.2. Escherichia coli
Klasifikasi Escherichia coli sebagai berikut :
Kingdom : Bacteria
Filum : Proterobacteria
Kelas : Gamma Proterobacteria
Ordo : Eubacteriales
Famili : Euteroatericea
Genus : Escherichia
Spesies : Escherichia coli
25
Escherichia coli merupakan golongan bakteri mesofilik yaitu bakteri yang
suhu pertumbuhan optimumnya 15-45oC dan dapat hidup pada pH 5,5-8.
Escherichia coli akan tumbuh secara optimal pada suhu 37oC. Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Hawa, et al., (2011), Escherichia coli memiliki suhu
maksimum pertumbuhan 40-45oC, di atas suhu tersebut bakteri akan mengalami
inaktivasi. Penentuan serotif bakteri Escherichia coli berdasarkan antigen dinding
sel (O), kapsular (K), dan flagela (H). Diperkirakan terdapat 173 antigen 0,80
antigen kapsular, 56 antigen H yang telah diisolasi (32).
2.14.2. Sifat Pertumbuhan Escherichia coli
Bakteri Escherichiacoli dapat tumbuh berlebihan jika mengkonsumsi
makanan yang terkontaminasi oleh bakteri seperti, daging mentah, lalapan
sayuran yang tidak bersih pencuciannya, daging yang tidak sempurna
pengolahananya, susu, ataupun feses yang tercemar dalam pangan atau air, bakteri
Escherichia coli dapat menjadi patogen jika kandungan dalam jumlah yang
banyak. Bakteri Escherichia coli yang patogen dapat tumbuh pada suhu rendah
yaitu sekitar 7oC dan juga suhu tinggi yaitu sekitar 44
oC tetapi pertumbuhan
Escherichia coli lebih optimal pada suhu antara 35oC-37
oC pH optimum 7-7,5,.
Selain itu, bakteri Escherichia coli dapat hidup ditempat lembab, relatif sensitif
terhadap panas, dan akan mati dengan pasteurisasi atau proses pemasakan dengan
suhu yang relatif tinggi (33).
2.14.3. Patogenitas Escherichia coli
Escherichia coli adalah anggota flora normal usus. Escherichia coli
berperan penting dalam sintesis vitamin K, konversi pigmen-pigmen empedu,
26
asam-asam empedu dan penyerapan zat-zat makanan. Escherichia coli termasuk
ke dalam bakteri heterotrof yang memperoleh makanan berupa zat organik yang
dibutuhkannya (32).
Escherichia coli menjadi patogen, jika jumlah bakteri ini dalam saluran
pencernaan meningkat atau berada diluar usus. Escherichia coli menghasilkan
enterotoksin yang menyebabkan beberapa kasus diare. Escherichiacoli berasosiasi
dengan enteropatogenik menghasilkan enterotoksin pada sel epitel (31).
2.15. Metode MPN (Most Probable Number)
Metode MPN adalah singkatan dari Most Probale Number yaitu jumlah
perkiraan terdekat. Pemeriksaan bakteri Coliform dapat menggunakan metode
MPN (Most Probable Number). Pada metode ini menggunakan medium cair di
dalam tabung reaksi, dimana perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah tabung
yang positif yaitu yang ditumbuhi oleh jasad renik setelah inkubasi pada suhu dan
waktu tertentu. Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan mengamati
timbulnya kekeruhan, dan terbentuknya gas di dalam tabung kecil (tabung
durham) yang di letakkan pada posisi terbalik, yaitu untuk jasad renik pembentuk
gas. Untuk setiap pengenceran padan umumnya digunakan menunjukkan
ketelitian yang lebih tinggi, tetapi alat gelas yang digunakan juga lebih banyak
(34).
Metode MPN biasanya digunakan untuk menghitung jumlah mikroba di
dalam sampel yang bebentuk cair, meskipun dapat juga digunakan untuk sampel
yang berbentuk padat dengan terlebih dahulu membuat suspensi 1:10 dari sampel
27
tersebut. Kelompok jasad renik yang dapat dihitung dengan metode MPN juga
bervariasi tergantung dari medium yang digunakan untuk pertumbuhan (34).
Prinsip utama metode MPN adalah mengencerkan sampel sampai tingkat
tertentu sehingga didapatkan konsentrasi mikroorganisme yang pas atau sesuai.
Jika ditanam dalam tabung menghasilkan frekuensi pertumbuhan tabung positif
jika ada bakteri yang ditunjukkan dengan tanda adanya gas di dalam tabung
durham. Semakin besar jumlah sampel yang di masukkann (semakin rendah
jumlah pengenceran yang dilakukan), maka semakin sering tabung positif yang
muncul. Semakin kecil jumlah sampel yang dimasukkan (semakin tinggi
pengenceran yang dilakukan) maka semakin jarang tabung positif yang muncul.
Jumlah sampel atau pengenceran yang baik adalah yang menghasilkan tabung
positif. Semua tabung positif yang dihasilkan sangat tegantung dengan
probabilitas sel yang terambil oleh pipet saat memasukkannya ke dalam media.
Oleh karena itu, homogenisasi mempengaruhi metode ini. Frekuensi positif (ya)
atau negatif (tidak) ini menggambarkan konsentrasi mikroorganisme pada sampel
sebelum diencerkan (34).
Nilai MPN adalah perkiraan jumlah unit tumbuh atau unit pembentuk
koloni dalam sampel. Satuan umumnya digunakan, umumnya per 100 mL atau
per gram. Jadi misalnya terdapat nilai MPN 10/g dalam sebuah sampel air, artinya
dalam sampel air tersebut diperkirakan setidaknya mengandung 10 Coliform pada
setiapn gramnya. Metode MPN memiliki limit kepercayaan 95% sehingga pada
setiap nilai MPN, terdapat jangkauan nilai MPN tertinggi dan terendah.
Pada metode MPN terdapat dua kali pengujian, yaitu:
28
2.15.1. Uji Praduga
Uji praduga merupakan uji kuantitatif Coliform menggunakan metode
MPN. Tes praduga dapat menunjukkan adanya bakteri Coliform berdasarkan dari
terbentuknya asam dan gas yang disebabkan karena fermentasi laktosa oleh
bakteri golongan coli. Tingkat kekeruhan pada media laktosa menandakan adanya
gas yang dihasilkan bakteri. Tabung dinyatakan positif jika terbentuknya gas
sebanyak 10% atau lebih dari volume di dalam tabung durham. Kandungan
bakteri Escherichia coli dapat dilihat dengan menghitung tabung yang
menunjukkan reaksi positif tebentuknya asam dan gas dibandingkan dengan tabel
MPN (35).
2.15.2. Uji Penegasan
Tabung positif yang didapatkan dari uji praduga dilanjutkan dengan uji
penegas. Sampel positif yang menunjukkan gas dipindahkan dengan kawat
ose/lop kedalam media tryptone water, kemudian inkubasi pada suhu 44,5 oC
selama 24 jam. Setelah di inkubasi, tambahkan 0,2-0,3ml reagenkovacs kedalam
masing-masing tabung reaksi. Bila terbentuk cincin merah pada permukaan
media, maka tes penegasan dinyatakan positif.Bila tidak terbentuk cincin merah
pada permukaan media, mka tes penegasan dinyatakan negatif. Kemudian hitung
MPN Escherichia colidengan menggunakan table MPN dari jumlah tabung
tryptone water yang positif Escherichia coli (35).
29
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang di lakukan secara eksperimen yaitu pemeriksaan
fisik, pH, kesadahan air yang dilakukan secara kompleksometri dan uji bakteri
Escherichia coli dengan metode MPN pada air minum isi ulang yang beredar di
Perkampungan Kodam Sunggal.
3.2. Lokasidan Waktu Penelitian
3.2.1. Tempat Penelitian
Pengujian kualitas air minum isi ulang yang dimanapenelitianinidilakukan
di Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Medan.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Juli - Agustus2019.
3.3. Alat dan Bahan Penelitian
3.3.1. Alat
Alat yang digunakan adalah buret 50 mL, erlenmeyer 250 mL, klem, labu
tentukur 50 mL, pH meter, pipet volum 100 mL, spatula dan statif, autoklaf, oven,
inkubator, kulkas, bunsen, spatula, sarung tangan steril, korek api, timbangan,
tisu, kapas, aluminium foil, tabung reaksi, beaker glass, rak tabung, pipet ukur,
pipet tetes, bola aspirator, tabung durham, pH meter, kawat ose, turbidi meter,
HQ40D portable multi meter.
30
3.3.2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah air minum isi ulang, akuades, EBT
(Eriochrome Black T), magnesium sulfat MgSO4, Natrium klorida(NaCl),
Amonium klorida (NH4Cl), Amonium hidroksida (NH4OH), Media LTB (Lauryl
Triptose Broth) dan Tryptone Water.
3.4. Sampel
Sampel yang digunakan adalah 5 sampel air minum isi ulang yang berada
di daerah perkampungan kodam sunggal kotamadya Medan.
3.5. PembuatanPereaksi
3.5.1 Pembuatan Indikator Eriochrome Black T (EBT)
a) Ditimbang 200 mg EBT dan 100 gr Kristal NaCl, kemudian dicampur
b) Digerus campuran hingga mempunyai ukuran 40/50 mesh
c) Disimpan dalam botol yang tertutup rapat.
3.5.2 LarutanPenyangga pH 10 ± 0,1
a) Dilarutkan 1,179 gr Na2EDTA dihidrat dan 780 mg magnesium sulfat
pentahidrat (MgSO4.7H2O) dalam 50 mL air suling
b) Ditambahkan larutan tersebut kedalam 16,9 gr NH4Cl dan 143 mL
NH4OH pekat sambil dilakukan pengadukan
c) Diencerkan dengan air suling sehingga volumenya menjadi 250 mL
.Simpan di dalam botol tertutup.
31
3.5.3 Pembuatan Na2EDTA ± 0,01 M
a) Timbang 1.8612 gram EDTA kristal dalam kaca
b) Masukkan secara kuantitatif ke dalam labu ukuran 500 ml melalui corong
c) Tambahkan aquadest kedalam labu ukuran hingga volume dari labu ukur
tersebut
d) Aduk hingga larutan sempurna
e) Tambahkan lagi aquadest hingga tanda batas.
3.6 Uji Fisik
Uji fisik dilakukan dengan mengamati secara visual kondisi air minum isi
ulang seperti bau, rasa, warna sementara suhu dilakukan dengan menggunakan
alat termometer, uji TDS (Total Dissolved Solid) menggunakan alat HQ40D
poetable multi meter, uji kekeruhan dengan alat turbidi meter.
3.7 Uji Kimia
3.7.1 Uji pH
Pengujian pH dilakukan dengan menggunakan pH meter digital dengan
cara mencelupkan kedalam air sampel sampai garis tanda, diamkan selama 2-3
menit, ph meter dengan otomatis akan mengukur derajat keasaman sampel dan
akan di peroleh hasil dengan angka yang stabil.
3.7.1 ProsedurKerja Uji Kesadahan
a) Ambil sampel sebanyak 25 ml masukkan kedalam labuerlemeyer 250 ml
b) Tambahkan aquadest sampai 50 ml
32
c) Kemudian tambahkan 1 ml larutan penyangga sampi pH 10, tambahkan
indikator Eriochrome Black T,
d) Lalu di titrasi dengan pentiter EDTA 0,01 secara perlahan sampai terjadi
perubahan warna merah keunguan menjadi biru,
e) Tulis volume pentiter yang terpakai.
3.7.2 Perhitungan
Rumus perhitungan kesadahan total air :
Kesadahan total =
x V EDTA x M EDTA x 100
Keterangan :
Vs = volume larutan sampel (ml)
V EDTA = volume larutan baku Na2EDTA sebagai pentiter (ml)
M EDTA = molaritas larutan baku Na2EDTA (mmol/ml)
3.8. Prosedur Pengujian Biologi
3.8.1. Sterilisasi Alat
Sterilisasi alat yang akan digunakan dengan autoklaf. Contoh ukur cairan
yang digunakan secara aseptik kemudian masukkandalam wadah steril. Siapkan 9
tabung reaksi yanga diisi dengan masing-masing 10 mL lactose broth serta tabung
durham di dalamnya yang telah di autoklaf sebelumnya pada suhu 121oC.
3.8.2. Pembuatan Media
1. Pembuatan Media LTB
Untuk mendapatkan larutan Lauryl Tryotone Broth sebanyak 500 mL
diperlukan 17,8 gram Lauryl Tryptone Broth.Dalam penelitian dibutuhkan
33
500 mL larutan LTB untuk 50 tabung (10 mL per tabung) sebanyak 5
sampel.
a. Menimbang LTB sebanyak 17,8 gram menggunakan neraca analitik
b. Melarutkan dengan aquadest 500 mL dalam beaker glass 500 mL dan
mengaduknya hingga homogen.
c. Menyiapkan tabung reaksi yang telah berisi tabung durham, dengan
posisi mulut terbalik atau menghadap ke dasar tabung reaksi.
d. Masukkan larutan LTB ke dalam tabung reaksi dengan menggunakan
pipet volume, 10 mL tiap tabung.
e. Menutup mulut tabung reaksi dengan kapas yang telah di wraping dan
mengikatnya menjadi satu. Kemudian disterilkan dalam autoklaf pada
suhu 121oC, 1 atm selama 15 menit.
2. Pembuatan Media Tryptone water
a. Dibersihkan meja kerja, kemudian disterilkan dengan alkohol
b. Timbangan neraca dibuat seimbang terlebih dahulu pada posisi nol
c. Kemudian disiapkan tabung reaksi yang di dalamnya sudah diisi
dengan tabung durham
d. Ditimbang media Tryptone sebanyak 15 gram, dimasukkan ke dalam
beaker glass, kemudian dilarutkan dengan aquadest 500 mL, aduk
sampai homogen
e. Kemudian dituang ke dalam tabung reaksi sebanyak 10 mL, tutup
dengan kapas steril dan wraping.
34
f. Sterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit, setelah
selesai kemudian dinginkan.
3.8.3 Pengujian MPN
Metode ini terdiri dari tiga tahap pengujian yaitu uji praduga (presumtive
test), dan uji penegasan (confirmed test).
3.8.4 Test Praduga (Presumtive Test)
Test praduga dengan menggunakan metode MPN (Most Probable
Number) menggunakan media Lauryl Trytone water.
a. Disiapkan 10 tabung dengan media LTB 10 ml yang di dalamnya sudah
diisi dengan tabung durham dalam posisi terbalik
b. Masukkan Sampel yang sudah homogan secara aseptic kedalam masing-
masing tabung media LTB
c. Tabung-tabung dalam rak digoyang, supaya sampel air dengan media
bercampur
d. Inkubasi pada suhu 35oC selama 24 jam
Reaksi di nyataan positif bila terbentuk asam dan gas dalam tabung, bila
tidak ada reaksi asam dan gas, inkubasikan kembali sampai 48 jam ± 3 jam
e. Bila pada tabung reaksi tidak terbentuk asam dan gas dalam waktu 48 jam
± 3 jam, maka tes perkiraan dinyatakan negative. Bila pada tabung reaksi
terbentuk asam dangas dalam waktu 48 jam ± 3 jam, maka tes perkiraan
dinyatakan positif
f. Kemudian tabung yang positif dilanjutkan ke tes penegasan.
35
3.8.5 Test Penegasan (Confirmative Test)
Test ini menggunkan media tryptone water. Test ini dilakukan untuk
menegaskan hasil positif bakteri Escherichia coli dari test perkiraan.
a. Setiap sampel yang psoitif pada tes perkiraan di kocok, kemudian
dipindahkan dengan ose/lop kedalam media tryptone water
b. Inkubasi pada incubator pada suhu 44,5oC selama 24 jam ± 2 jam.
c. Setelah inkubasi, tambahkan 0,2-0,3 ml reagen kovacs ke dalam masing-
masing tabung tryptone water
Bila terbentuk cincin merah pada permukaan media, maka tes penegasan
dinyatakan positif.
Bila tidak terbentuk cincin pada permukaan media, dinyatakan tes
penegasaan negatif
Hitung MPN Escherichia coli dengan menggunakan table MPN dari
jumlah tabung Tryptone water yang positif Escherichia coli, dari jumlah
tabung tryptone water yang positif dibaca hasil pada table MPN.
36
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel air minum isi
ulang yang diperoleh dari depot air minum isi ulang di daerah perkampungan
kodam Sunggal kotamadya Medan. Pengujian penelitian ini meliputi pengujian
fisik, pengujian kimia dan pengujian biologi dimana pengujian dilakukan di
Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit
(BTKLPP) Kelas 1 Medan
4.1.1. Hasil Uji Fisika
Hasil Uji Fisika dapat dilihat pada Tabel 4.1.1 berikut ini :
Tabel 4.1.Uji Fisika
No Sampel Uji
Rasa
Uji
Bua
Uji
Warna
Uji
TDS
Uji
Kekeruhan
Uji
Suhu
1 Sampel A Tidak
berasa
Tidak
berbau
4 TCU 33,3
mg/l
0,94 NTu 26 OC
2 Sampel B Tidak
berasa
Tidak
berbau
3 TCU 30,2
mg/l
0,82 NTU 26 OC
3 Sampel C Tidak
berasa
Tidak
berbau
4 TCU 27,5
mg/l
0,89 NTU 26 OC
4 Sampel D Tidak
berasa
Tidak
berbau
5 TCU 30,4
mg/l
0,81 NTU 26 OC
5 Sampel E Tidak
berasa
Tidak
berbau
7 TCU 26,5
mg/l
0,98 NT 26 OC
4.1.2 Hasil Uji Kimia
a. Hasil Uji pH
Hasil Uji pH dapat dilihat pada Tabel 4.1.2 berikut ini :
37
Tabel 4.2. Uji pH
No Sampel Hasil Uji pH
1 Sampel A 6,5
2 Sampel B 6,5
3 Sampel C 7,2
4 Sampel D 7,1
5 Sampel E 6,8
b. Hasil Uji Kesadahan Total
Hasil Uji Kesadahan Total dapat dilihat pada Tabel 4.1.2 berikut ini :
Tabel 4.3Uji Kesadahan Total
No Sampel Volume Titrasi (mL) V rata rata
(mL)
Kadar
(mg/L) V1 V2 V3
1 Sampel A 0,6 mL 0,9 mL 0,8 mL 0,76 mL 30,4 mg/L
2 Sampel B 0,8 mL 0,7 mL 0,5 mL 0,66 mL 26,4 mg/L
3 Sampel C 0,6 mL 0,4 mL 0,6 mL 0,53 mL 21,2 mg/L
4 Sampel D 1,1 mL 1,0 mL 1,0 mL 1,03 mL 42,2 mg/L
5 Sampel E 0 mL 0 mL 0Ml 0 mL 0 mg/L
Keterangan : Depot abadi (A), Depot (B), Depot mega (C), Depot (D),
Depot (E)
4.1.3 Hasil Uji BakteriEschericia coli
Hasil Uji Bakteri Eschericia coli dapat dilihat pada Tabel 4.1.3 berikut ini
Tabel 4.4. Uji Eschericia coli
No Sampel Hasil Jumlah
1 Sampel A Negatif 0
2 Sampel B Negatif 0
3 Sampel C Positif 6,9
4 Sampel D Positif 3,6
5 Sampel E Negatif 0
Keterangan : Depot abadi (A), Depot (B), Depot (C), Depot (D), Depot (E)
38
4.1.4 Hasil Uji Warna Dalam Bentuk Diagram
Gambar diagram hasil Pengujian Warna dapat dilihat pada Gambar 4.1.4
Gambar 4.1. Diagram uji Warna
4.1.5 Hasil Uji TDS Dalam Bentuk Diagram
Gambar diagram hasil Pengujian TDS dapat dilihat pada Gambar 4.1.5
Gambar 4.2.Diagram Uji TDS
4
3
4
5
7
0
1
2
3
4
5
6
7
8
Sampel A Sampel B Sampel C Sampel D Sampel E
Uji Warna
33,3
30,2
27,5
30,4
26,5
0
5
10
15
20
25
30
35
Sampel A Sampel B Sampel C Sampel D Sampel E
Uji TDS
39
4.1.6 Hasil Uji Kekeruhan Dalam Bentuk Diagram
Gambar diagram hasil Pengujian Kekeruhan dapat dilihat pada Gambar
4.1.5
Gambar 4.3. Diagram Uji Kekeruhan
4.1.7 Hasil uji pH Dalam Bentuk Diagram
Diagram hasil pengujian pH dapat dilihat pada Gambar 4.17
Gambar 4.4. Diagram Uji pH
0,94
0,82 0,89
0,81
0,98
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
Sampel A Sampel B Sampel C Sampel D Sampel E
Uji Kekeruhan
6,5 6,5
7,2
7,1
6,8
6
6,2
6,4
6,6
6,8
7
7,2
7,4
Sampel A Sampel B Sampel C Sampel D Sampel E
Hasil Uji Ph
40
4.1.8 Hasil uji Kesadahan Dalam Bentuk Diagram
Gambar diagram hasil Pengujian Kesadahan dapat dilihat pada Gambar
4.1.8
Gambar 4.5.Diagram Uji Kesadahan
4.1.9 Hasil Uji Bakteri Escherichia coli
Gambar diagram hasil PengujianEscherichia colidapat dilihat pada
Gambar 4.1.9
Gambar 4.6. Diagram Uji Bakteri
30,4
26,4
21,2
42,3
0 0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Sampel A Sampel B Sampel C Sampel D Sampel E
Uji Kesadahan Total
0 0
6,9
3,6
0 0
1
2
3
4
5
6
7
8
Sampel A Sampel B Sampel C Sampel D Sampel E
Uji Bakteri
41
4.2 Pembahasan
Menurut WHO air yang bersifat sadah akan menimbulkan dampak,
terhadap kesehatan dan dapat menyebabkan gangguan kardiovaskuler
(penyumbatan darah jantung) dan urolithiasis (batu ginjal), menyebabkan
pengerakan pada peralatan logam untuk memasak sehingga penggunaan energi
menjadi boros, penyumbatan pada pipa logam karena endapan CaCO3, sementara
jumlah bakteri Eschericia coli yang terdapat pada air minum dapat
membahayakan bagi kesehatan tubuh manusia terutama pada sistem pencernaan
yang dapat menghasilkan racun yang mampu merusak dinding dari usus kecil dan
mengakibatkan kram perut, diare yang bercampur darah hingga muntah-muntah.
Dari hasil pengujian yang dilakukan di Laboratorium Balai Teknik
Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelas 1 Medan
terhadap air minum isi ulang yang beredar didaerah perkampungan kodam
sunggal diperoleh hasil uji fisika yaitu uji rasa dari sampel A, sampel B, sampel
C, sampel D, dan sampel E diperoleh hasil tidak berasa. Sampel tersebut tidak
berasa disebabkan oleh tidak adanya cemaran senyawa asam ataupun senyawa
basa. Hasil uji bau sampel A, sampel B, sampel C, sampel D, sampel E, diperoleh
hasil dari semua sampel tidak berbau.Sampel tersebut tidak berbau disebabkan
oleh tidak adanya kontak dengan bakteri pembusuk. Hasil uji warna pada sampel
A, sampel B, sampel C, sampel D, sampel E secara berurutan adalah 4 TCU, 3
TCU, 4 TCU, 5 TCU, 7 TCU. Sampel E memiliki hasil warna yang cukup tinggi
dibandingkan sampel lainnya. Hal ini disebabkan oleh adanya cemaran dari zat
warna pada wadah. Hasil uji suhu pada sampel yang di uji yaitu 26 oC.Hasil uji
42
TDS pada sampel A, sampel B, sampel C, sampel D, sampel E secara berurutan
adalah 33,3 mg/L, 30,2 mg/L, 27,5 mg/L, 30,4 mg/L, 26,5 mg/L.Sampel A
memiliki nilai TDS lebih besar. Hal ini disebabkan oleh adanya senyawa organik
maupun senyawa non organik yang mencemari air minum tersebut. Hasil uji
kekeruhan pada sampel A, sampel B, sampel C, sampel d, sampel E secara
berurutan 0,94 NTU, 0,82 NTU, 0,89 NTu, 081 NTU, 0,98 NTU. Sampel E
memiliki nilai kekeruhan yang cukup besar. Hal ini disebabkan oleh adanya
cemaran lumpur dari tanah.
Hasil uji pH pada sampel A 6,5, sampel B 6,5, sampel C 7,2, sampel D
7,1, sampel E 6,8. Kadar kesadahan pada sampel A, sampel B, sampel C, sampel
D, dan sampel E secara berurutan adalah 30,4 mg/L, 26,4 mg/L, 21,2 mg/L, 42,2
mg/L, 0 mg/L.Sampel D memiliki kesadahan yang cukup tinggi. Hal ini
disebabkan oleh adanya kontak fisik antara batuan kapur dengan air hujan
didalam lapisan tanah. Sementara hasil uji bakteri Eschericia coli pada 5 sampel
yang di uji diperoleh hasil uji 3 sampel negatif mengadung bakteri Eschericia coli
dan 2 sampel positif terdapat bakteri Eschericia coli. Sampel yang positif
mengandung bakteri Eschericia coli kemungkinan disebabkan oleh adanya
cemaran dari air pencucian yang digunakan saat membersihkan wadah kemasan
atau kondisi sanitasi dan kebersihan depot air minum isi ulang tersebut.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492/MENKES/PER/IV/2010 bahwa hasil pengujian yang dilakukan pada uji fisik,
pH dan uji kesadahan memenuhi persyaratan sebagai air minum isi ulang yang
layak konsumsi dimana kesadahan total tidak lebih dari 500 mg/L.
43
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap kelima sampel air
minum isi ulang yang berada didaerah perkampungan kodam sunggal, dapat
disimpulkan bahwa tiga sampel air minum isi ulang yang beredar di
Perkampungan Kodam Sunggal yaitu sampel A,B dan E memenuhi persyaratan
dan dua sampel air minum isi ulang yaitu sampel C dan sampel D tidak memenuhi
persyaratan kualitas air minum yang baik dari segi pengujian sesuai Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010.
5.2 Saran
Pada kesempatan ini peneliti menyarankan supaya dinas kesehatan
melakukan pengawasan rutin setiap bulan kualitas air minum isi ulang yang
beredar di kalangan masyarakat dan kepada peneliti selanjutnya untuk
mengidentifikasi cemaran limbah Pb, Co maupun Hg pada air minum isi ulang
yang beredar di daerah kota medan. Peneliti juga berharap untuk kedepannya
dilakukan pengujian dengan metode lain selain titrasi seperti pengujian dengan
alat spektrofotometri.
44
DAFTAR PUSTAKA
1. Perwitasari U. Analisis Air dan Mineral. Yogyakarta; 2017. 37 p.
2. Eni ST dan S. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta; 2010. 10 p.
3. Rosita N. Analisis Kualitas Air Minum Isi Ulang Beberapa Depot Air
Minum Isi Ulang (DAMIU) di Tangerang Selatan. J Kim Val.
2018;4(2):134–41.
4. Fajarini S. Analisis Kualitas Air Tanah Masyarakat di Sekitar Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Kelurahan Sumur Batu Bantar Gebang
Bekasi Tahun 2013. Kesehatan Masyarakat. Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta; 2014.
5. Kartasapoetra. Teknologi Konservasi Air Tanah. 6th ed. Jakarta: Rineka
Cipta; 2010. 111-112 p.
6. Noviandi. Panduan Pemeriksaan Kualitas Air di Laboratorium Kimia.
Medan: BTKLPP; 2009. 4-14 p.
7. Keenan. Ilmu Kimia Untuk Universitas. VI. Jakarta: Erlangga; 2009. 89 p.
8. Hanafiah KA. Dasar - Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT. Raja Grafindo; 2012.
70 p.
9. Musiam S, Dkk. Analisis Kuantitatif Kesadahan Total Air Minum Isi Ulang
yang Dijual di Wilayah Kayu Tangi Kota Banjarmasin. 2015;1(2):4.
10. Said NI. Teknologi Pengolahan Air Minum. Jakarta: Pusat Teknologi
Lingkungan; 2008. 245 p.
11. Kuswanto AFWSY. Polusi Air Tanah Akibat Limbah Industri dan Limbah
Rumah Tangga. Kesehat Masy. 2015;10(2):246–54.
12. Kusuma TTP dan KI. Permasalahan Air Tanah pada daerah Urban. Teknik.
2009;30(1):48–58.
13. Mulia R. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2005. 41-46 p.
14. Rukaesih A. Kimia Lingkungan. III. Jakarta: UNJ Press; 2009. 92-93 p.
15. Said NI. Teknologi Pengolahan Air Limbah. 1st ed. Jakarta: Erlangga;
2016. 1-516 p.
16. Sasongko EB, Widyastuti E, Priyono RE. Kajian Kualitas Air Dan
Penggunaan Sumur Gali Oleh Masyarakat Di Sekitar Sungai Kaliyasa
Kabupaten Cilacap. J Ilmu Lingkung. 2017;12(2):72.
17. Soemiratslamet J. Kesehatan Lingkungan. VI. Yogyakarta: UGM Press;
2009. 4 p.
18. Riset K, Dan T, Tinggi P, Katalisator J, Katalisator J. C-26,8. 2017;2(3):9–
19.
19. Albina dkk. Kualitas Air Minum Isi Ulang Pada Depot Air Minum
(DAMIU) di Wilayah Kerja Puskesmas Oepoi Kota Kupang. J Poltekkes
Kupang. 2014;
20. Anny N, Taufieq S. Analisis Tingkat Kekeruhan Air Das Jeneberang
Sebagai Sumber Air Baku Pam Somba Opu Analysis of the Turbidity Level
of The Das Jeneberang River as Permanent Water Source of Pam Somba
Opu . PENDAHULUAN Air adalah unsur penting yang sangat berperan
dalam ke. Chem Vol 10 Nomor 1 Juni 2009, 44-49. 2009;10:44–9.
21. Adelina R, Winarsih, Setyorini HA. Penilaian Air Minum Isi Ulang
45
Berdasarkan Parameter Fisika dan Kimia di dan luar Jabodetabek Tahun
2011. J Kefarmasian Indones. 2012;2(2):48–53.
22. Pursitasari ID. Kimia Analitik Dasar. II. Bandung: ALFABETA; 2017.
116-124 p.
23. Suharto I. Limbah Kimia Dalam Pencemaran Udara dan Air. Yogyakarta;
2011. p. 518.
24. Situmorang M. Kimia Lingkungan. Jakarta: Rajawali press; 2017. 55 p.
25. Astuti DW, Rahayu M, Rahayu DS. Penetapan Kesadahan Total (CaCO3)
Air Sumur Di Dusun Cekelan Kemusu Boyolali. Kesmas. 2015;9(2):119–
24.
26. Wulandari DD. Analisa Kesadahan Total dan Kadar Klorida Air di
Kecamatan Tanggulangin Sidoarjo. MPTH. 2013;84:487.
27. Marsidi R. Zeolit Untuk Mengurangi Kesadahan Air. J Teknol Lingkung.
2001;2(1):1–10.
28. Donald C. Intisari Kimia Farmasi. 2nd ed. Simanjuntak J, editor. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC; 2009. 141-142 p.
29. Drs. Mulyono HAM MP. Membuat Reagen Kimia. VI. Jakarta: PT. Bumi
Aksara; 2008. 157 p.
30. Underwood D dan. Analisis Kimia Kuantitatif. VI. Jakarta: Erlangga; 2009.
49-50 p.
31. Bambang AG, Novel D, Kojong S. Analisis Cemaran Bakteri Coliform
Dan Identifikasi Escherichia Coli Pada Air Isi Ulang Dari Depot Di Kota
Manado. Vol. 3, PHARMACON Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT
Agustus. 2014. 2302-2493 p.
32. Daerah DI, Agung L, Mikrobiologi L, Farmasi D, Ui F. Pemeriksaan
Bakteriologis Air Minum Isi Ulang Di Beberapa Depo Air Minum Isi
Ulang Srengseng Sawah Jakarta Selatan. 2008;V(2):101–9.
33. Sunarti RN, Prodi D, Sains B. Uji kualitas air minum isi ulang disekitar
kampus uin Raden Fatah Palembang. Bioilmi J Pendidik. 2017;2(1).
34. Natalia LA, Harninabintari S, Mustikaningtyas D. Kajian Kualitas
Bakteriologis Air Minum Isi Ulang Di Kabupaten Blora. Life Sci.
2014;3(1):31–8.
35. Association APH. foto. 22nd ed. USA; 2012. 9-76 p.
46
Lampiran 1.Tempat Penelitian dan Sampel
Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan Medan
Sampel Air Minum Isi Ulang
Sampel 1 Air Minum Isi Ulang
47
Sampel 2 Air Minum Isi Ulang
Sampel 3 Air Minum Isi Ulang
Sampel 4 Air Minum Isi Ulang
48
Sampel 5 Air Minum Isi Ulang
49
Lampiran 2. Sampel dan uji Fisik
Sampel 1 uji TDS
Sampel 2 Uji TDS
Sampel 3 Uji TDS
50
Sampel 4 Uji TDS
Sampel 5 Uji TDS
Sampel 1 Uji Kekeruhan
51
Sampel 2 Uji Kekeruhan
Sampel 3 Uji Kekeruhan
52
Sampel 4 Uji Kekeruhan
Sampel 5 Uji Kekeruhan
53
Lampiran 3 Uji Kimia (pH &Kesadahan)
Tabung berisi aquadest
Buffer Amoniak dan Indikator EBT
Pentiter Na-EDTA 0,01 M
54
Statif dan Buret
pH meter
55
Sampel 1
Sampel Air Minum Isi Ulang
Sampel (Air minum) + Indikator EBT
Sampel Setelah di Titrasi
56
Sampel 2
Sampel Air Minum Isi Ulang
Sampel (air Minum) + Indokator EBT
Sampel Setelah di Titrasi
57
Sampel 3
Sampel Air Minum Isi Ulang
Sampel (Air Minum) + Indikator EBT
Sampel Setelah di Titrasi
58
Sampel 4
Sampel Air Minum Isi Ulang
Sampel (Air Minum) + Indokator EBT
Sampel Setelah di Titrasi
59
Sampel 5
Sampel Air Minum Isi Ulang
Sampel (Air Minum) + indicator EBT
Sampel Setelah di Titrasi
60
Lampiran 4 Uji Biologi (E.coli)
Oven
Autoklaf
61
Baku LTB
Baku Tryptone Water
Kovacs
62
Uji Praduga
Media (LTB) + Sampel (Air Minum)
Sampel Negatif Setelah di Uji ditandai Tidak Adanya Gas di Dalam
Tabung Durham
Sampel Positif Setelah di Uji ditandai Adanya Gas Di Dalam Tabung
Durham
63
Uji Penegas
Proses Pemindahan Sampel Positif Pada Sampel C dan D
Media (Tryptone Water) + Sampel (Air minum)
Sampe Setelah di Inkubasi
64
Sampel Positif setelah ditambah Kovac Terbentuk Warna Merah
65
Lampiran 5 Surat Ijin Penelitian BTKLPP Medan
66
Lampiran 6 Surat Hasil Uji Laboratorium BTKLPP
67
Lampiran 7 Lembar Konsultasi Skripsi Pembmbing I
68
Lampiran 8 Lembar Revisi Skripsi Pembmbing I
69
Lampiran 9 Lembar Konsul Skripsi Pembimbing II
70
Lampiran 10 Lembar Revisi Skripsi Pembimbing II
71
Lampiran 11 Hasil Perhitungan Kesadahan
Rumus
Kesadahan Total =
× V EDTA × M EDTA × 100
Sampel 1 =
× 0,76 × 0,01 × 100 = 30,4 mg/L
Sampel 2 =
× 0,66 × 0,01 × 100 = 26,4 mg/L
Sampel 3 =
× 0,53 × 0,01 × 100 = 21,2 mg/L
Sampel 4 =
× 1,03 × 0,01 × 100 = 42,2 mg/L
Sampel 5 =
× 0 × 0,01 × 100 = 0 mg/L
72
Lampiran 12 Permenkes Air Minum
Top Related