EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL
AOMDV DAN DSDV DENGAN VIDEO STREAMING
PADA WIRELESS MESH NETWORK
Skripsi
Oleh :
Mufid Fajar Alghifari
NIM: 11140910000012
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M / 1440 H
i
EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL
AOMDV DAN DSDV DENGAN VIDEO STREAMING
PADA WIRELESS MESH NETWORK
Skripsi
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komputer
Oleh :
Mufid Fajar Alghifari
NIM: 11140910000012
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M / 1440 H
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 16 Januari 2019
Mufid Fajar Alghifari
iii
EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL
AOMDV DAN DSDV DENGAN VIDEO STREAMING PADA WIRELESS
MESH NETWORK
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Pada
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh:
Mufid Fajar Alghifari
11140910000012
Menyetujui,
Pembimbing I
Siti Ummi Masruroh, M.Sc
NIP. 19820823 201101 2 013
Pembimbing II
Luh Kesuma Wardhani, MT
NIP. 19780424 200801 2 022
Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Informatika
Arini, MT
NIP. 19760131 200901 2 001
iv
HALAMAN PENGESAHAN UJIAN
Skripsi berjudul Evaluasi Kinerja Routing Protocol AOMDV dan DSDV
Dengan Video Streaming Pada Wireless Mesh Network telah diujikan dalam
sidang munaqasyah Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pada 11 Januari 2019. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Komputer (S.Kom) pada Program Studi Teknik
Informatika. Jakarta, 16 Januari 2019
Tim Penguji,
Penguji I
Arini, MT
NIP. 19760131 200901 2 001
Penguji II
Nurul Faizah Rozy, MTI
NIDN. 2009027202
Tim Pembimbing,
Pembimbing I
Siti Ummi Masruroh, M.Sc
NIP. 19820823 201101 2 013
Pembimbing II
Luh Kesuma Wardhani, MT
NIP. 19780424 200801 2 022
Mengetahui,
Dekan
Fakultas Sains dsn Teknologi
Dr. Agus Salim, M.Si
NIP. 19720816 199903 1 003
Ketua
Program Studi Teknik Informatika
Arini, MT
NIP. 19760131 200901 2 001
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
karunia, kekuatan, kemudahan, hidayah, taufik dan inayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang menjadi syarat untuk memperoleh gelar sarjana
strata 1 (S1) dengan lancar.
Penulisan skripsi ini berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan dan
beberapa sumber literatur yang berhubungan dengan penelitian. Ucapan terima
kasih sebanyak mungkin penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang telah
membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini, karena tanpa bantuan serta
dukungan dari pihak tersebut penulis mungkin tidak dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan benar. Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Kedua orang tua penulis, Bapak Muhlasin MZ & Ibu Elliyatul Farida Nurhana
yang telah membantu dalam berbagai hal untuk penulis demi lancarnya
penulisan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Arini, MT selaku Ketua Program Studi Teknik Informatika UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Feri Fahrianto, M. Sc selaku Sekretaris Program Studi Teknik
Informatika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Siti Ummi Masruroh, M. Sc selaku pembimbing pertama yang telah
memberikan banyak bantuan seperti bimbingan, arahan dan juga motivasi
kepada penulis selama proses penulisan skripsi.
6. Ibu Luh Kesuma Whardhani, MT selaku pembimbing kedua yang telah
memberikan banyak bantuan seperti bimbingan, arahan dan juga motivasi
kepada penulis selama proses penulisan skripsi.
7. Rachmat Ramadhiansyah, Rizky Dwi Putra, Angga Zain Sauqy Perdana dan
Fikri Aliardi yang merupakan teman diskusi selama proses penulis skripsi.
vi
8. Kepada seluruh teman-teman mahasiswa Teknik Informatika 2014 yang telah
memberikan bantuan, doa dan juga semangat kepada penulis agar dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan benar.
Saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak
yang telah membantu penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini masih jauh dari
kata sempurna, oleh karena itu penulis memohon maaf apabila ada kesalah dalam
skripsi ini dan meminta saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi yang
penulis buat.
Terakhir, penulis berharap semoga laporan skripsi ini dapat menjadi sesuatu
yang berguna bagi penulis, para pembaca dan membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu jaringan WMN
Ciputat, 16 Januari 2019
Mufid Fajar Alghifari
11140910000012
vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, saya yang bertanda
tangan di bawah ini:
Nama : Mufid Fajar Alghifari
NPM : 11140910000012
Program Studi : Teknik Informatika
Departemen : Teknik Informatika
Fakultas : Sains dan Teknologi
Jenis Karya : Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Hak Bebas Royalti
Nonekslusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah yang berjudul:
EVALUASI KINERJA ROUTING PROTOCOL AOMDV DAN DSDV
DENGAN VIDEO STREAMING PADA WIRELESS MESH NETWORK
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non
eksklusif ini Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta berhak
menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilih Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di: Jakarta
Pada tanggal: 16 Januari 2019
Yang menyatakan
(Mufid Fajar Alghifari)
11140910000012
viii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Nama : Mufid Fajar Alghifari
Program Studi : Teknik Informatika
Judul : Evaluasi Kinerja Routing Protocol AOMDV dan DSDV Dengan
Video Streaming Pada Wireless Mesh Network
ABSTRAK
Video streaming merupakan metode penyampaian konten multimedia yang
memperkenankan file digunakan atau ditonton langsung tanpa perlu mengunduh
dan menyimpan data tersebut. Video streaming juga termasuk pengolahan citra, di
dalam pengolahan citra terdapat komponen untuk membandingkan nilai dari sebuah
gambar yaitu PSNR. Pada penelitian ini akan dibandingkan kinerja routing protocol
reactive dan proactive yaitu AOMDV dan DSDV dengan menggunakan parameter
PSNR, Packetloss, dan Throughput di dalam Wireless Mesh Network (WMN) untuk
video streaming. Dalam pelaksanaan simulasi digunakan node berjumlah 4, 16, 36,
64, dan 100. Hasil dari penelitian ini adalah hasil penggunaan routing protocol
AOMDV dengan semakin besarnya variasi jumlah node dan jarak antar node
berdampak semakin tingginya nilai packetloss, turunnya nilai throughput, dan
menurunnya nilai PSNR. Sedangkan penggunaan routing protocol DSDV dengan
semakin besarnya variasi jumlah node dan jarak antar node berdampak naiknya
nilai packetloss, menurunnya nilai throughput yang sangat drastis jika
dibandingkan dengan routing protocol AOMDV, mengalami penurunan nilai
PSNR dan dalam beberapa skenario tidak menghasilkan nilai PSNR sama sekali.
Perbandingan nilai PSNR antara kedua routing protocol juga dipengaruhi oleh
variasi jumlah node dan jarak antar node beserta parameter packetloss dan
throughput. Semakin besarnya nilai packetloss akan menurunkan nilai PSNR yang
dihasilkan. Untuk penelitian selanjutnya dilakukan menggunakan hybrid dan real
time
Kata Kunci : AOMDV, DSDV, Variasi Jumlah Node, Jarak antar node,
Packetloss, Throughput, PSNR, Wireless Mesh Network
Jumlah Pustaka : 6 Buku + 8 Jurnal
Jumlah Halaman : VI BAB + xv Halaman + 91 Halaman + 49 Gambar +
27 Tabel
ix UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Name : Mufid Fajar Alghifari
Study Program: Informatics Engineering
Title : Evaluating the Performance of AOMDV and DSDV Routing
Protocols with Streaming Video on the Wireless Mesh Network
ABSTRACT
Video Streaming is a method to delivering multimedia content that allow files to be
used or watched directly without need to download and save it. Video streaming is
also includes image processing, in image processing there is a component to
compare the value of an image, that is PSNR. This research will compare the
reactive and proactive routing protocol performance of AOMDV and DSDV using
PSNR, Packetloss, and Throughput parameters in Wireless Mesh Network (WMN)
for video streaming. The simulation uses 4, 16, 36, 64, and 100 nodes. The results
of this research is AOMDV routing protocol with the greater variation in the
number of nodes and the distance between nodes resulting in higher packet loss,
decreasing throughput and decreasing values PSNR. While in DSDV routing
protocol with the greater variation in the number of nodes and distance between
nodes has an impact on increace packetloss value, a very drastic decrease
throughput value compared with the AOMDV routing protocol, a decrease in PSNR
value and in some scenarios does not produce PSNR values. The comparison of
PSNR values between the two routing protocols is also influenced by variations in
the number of nodes and distances between nodes along with packetloss and
throughput parameters. The greater the packetloss will decrease the PSNR value
generated. For the future research cover hybrid protocol and realtime transmission.
Keywords : AOMDV, DSDV, Node distance Packetloss, Throughput,
Variation of nodes number, PSNR, Wireless Mesh Network
Bibliography : 6 Books, 8 Journals
Number of Pages : VI BAB + xv Pages + 91 Pages + 49 Pictures +
27 Tables
x UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN UJIAN............................................................... iv KATA PENGANTAR ........................................................................................ v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ....................... vii ABSTRAK ....................................................................................................... viii
ABSTRACT ...................................................................................................... ix DAFTAR ISI ...................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ................................................................................. 4 1.3 Manfaat Penelitian ............................................................................... 4
1.3.1 Bagi Penulis ................................................................................ 4
1.3.2 Bagi Universitas ......................................................................... 4
1.3.3 Bagi Masyarakat ......................................................................... 4
1.4 Rumusan Masalah ................................................................................ 4
1.5 Batasan Masalah .................................................................................. 5
1.5.1 Proses : ....................................................................................... 5
1.5.2 Metode : ..................................................................................... 5
1.5.3 Tools : ......................................................................................... 5
1.6 Metodologi Penelitian .......................................................................... 6
1.6.1 Metodologi Pengumpulan Data ................................................... 6
1.6.2 Metode Simulasi ......................................................................... 6
1.7 Sistematika Penelitian .......................................................................... 6
BAB 2 LANDASAN TEORI .......................................................................... 8 2.1 Komunikasi Data ................................................................................. 8
2.1.1 Karakteristik Komunikasi Data ................................................... 8
2.1.2 Komponen Komunikasi Data ...................................................... 8
2.2 Jaringan Komputer ............................................................................... 9 2.3 Media Transmisi ................................................................................ 10
2.3.1 Media Yang Diarahkan (Kabel) ................................................ 10
2.3.2 Media yang Tidak Diarahkan (Wireless) ................................... 10
2.4 Protokol ............................................................................................. 10
2.5 Model Open Systems Interconnection (OSI) ....................................... 10 2.6 Model Transmission Control Protocol/Internet Protocol (TCP/IP) .... 14
xi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.7 User Datagram Protocol (UDP) ........................................................ 16
2.8 WMN ................................................................................................ 16
2.8.1 Karakteristik WMN .................................................................. 17
2.9 Routing Protocol ................................................................................ 17
2.9.1 Proactive Protocol .................................................................... 18
2.9.2 Reactive Protocol...................................................................... 18
2.10 Node .................................................................................................. 18
2.11 Ad-hoc routing protocol ..................................................................... 19
2.11.1 Destination Sequenced Distance Vector (DSDV) ..................... 19
2.11.2 Multipath On Demand Distance Vector Protocol (AOMDV) ... 19
2.12 Network Simulator (NS2) ................................................................... 20 2.13 TCL ................................................................................................... 21
2.14 Packetloss .......................................................................................... 21 2.15 Throughput ........................................................................................ 22
2.16 Peak Signal to Noise Ratio (PSNR) .................................................... 23 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 24
3.1 Data ................................................................................................... 24 3.2 Studi penelitian sejenis ....................................................................... 25
3.2.1 Perbandingan Studi Penelitian Sejenis ....................................... 27
3.3 Metode Simulasi ................................................................................ 29
3.3.1 Problem Formulation ................................................................ 29
3.3.2 Conceptual Model ..................................................................... 29
3.3.3 Input Output Data ..................................................................... 29
3.3.4 Modelling ................................................................................. 30
3.3.5 Simulation................................................................................. 30
3.3.6 Verification and validation........................................................ 30
3.3.7 Experimenation ......................................................................... 30
3.3.8 Output Evaluation ..................................................................... 30
3.4 Perangkat Penelitian ........................................................................... 30
3.4.1 Perangkat Keras (Hardware) ..................................................... 30
3.4.2 Perangkat Lunak (Software) ...................................................... 31
3.5 Kerangka Berpikir .............................................................................. 32 BAB 4 IMPLEMENTASI SIMULASI DAN EKSPERIMEN .................... 33
4.1 Problem Formulation ......................................................................... 33 4.2 Conceptual Model .............................................................................. 33
4.3 Input/Output Data .............................................................................. 35
4.3.1 Input ......................................................................................... 35
4.3.2 Output....................................................................................... 36
4.4 Modelling .......................................................................................... 36
4.4.1 Skenario Simulasi A ................................................................. 37
4.4.2 Skenario Simulasi B .................................................................. 47
4.5 Simulation ......................................................................................... 48
4.5.1 Konfigurasi Evalvid .................................................................. 48
xii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.5.2 Konfigurasi NS2 ....................................................................... 50
4.5.3 Konfigurasi Skenario A ............................................................ 50
4.5.4 Konfigurasi Skenario B ............................................................. 56
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 57 5.1 Verification and Validation ................................................................ 57
5.1.1 Verifikasi dan Validasi Konfigurasi Simulasi ........................... 57
5.1.2 Verifikasi dan Validasi Pemilihan Jalur oleh Routing Protocol .. 57
5.1.3 Verifikasi dan validasi Performa Jaringan Dengan Paket UDP
Video Streaming ...................................................................... 57
5.1.4 Pengujian PSNR ....................................................................... 58
5.2 Experimentation ................................................................................. 58
5.2.1 Pengujian Konfigurasi Simulasi ................................................ 58
5.2.2 Pengujian pemilihan jalur routing protocol ............................... 58
5.2.3 Pengujian jaringan dengan paket UDP Video Sreaming ............. 59
5.2.4 Pengujian PSNR ....................................................................... 60
5.3 Output Evaluation .............................................................................. 61
5.3.1 Skenario A ................................................................................ 61
5.3.2 Skenario B ................................................................................ 66
5.3.3 Evaluation................................................................................. 72
5.4 Pembahasan ....................................................................................... 84
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 87 6.1 Kesimpulan ........................................................................................ 87
6.2 Saran.................................................................................................. 87 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 89
LAMPIRAN ..................................................................................................... 91
xiii UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Komponen Sistem Komunikasi Data ................................................. 9 Gambar 2.2 Aliran data dari perangkat A ke perangkat B melalui berbagai macam
layer .................................................................................................................. 14 Gambar 2.3 Layer dari TCP/IP ........................................................................... 16
Gambar 2.4 Kategori ad hoc routing protocol .................................................... 18 Gambar 3.1 Conceptual Model ........................................................................... 29
Gambar 3.2 Kerangka Berpikir .......................................................................... 32 Gambar 4.1 Skenario A node 22 jarak 20m ......................................................... 37
Gambar 4.2 Skenario A node 42 jarak 20m ......................................................... 38 Gambar 4.3 Skenario A node 62 jarak 20m ......................................................... 38
Gambar 4.4 Skenario A node 82 jarak 20m ......................................................... 39 Gambar 4.5 Skenario A node 102 jarak 20m ....................................................... 39
Gambar 4.6 Skenario A node 22 jarak 50m ......................................................... 40 Gambar 4.7 Skenario A node 42 jarak 50m ......................................................... 40
Gambar 4.8 Skenario A node 62 jarak 50m ......................................................... 41 Gambar 4.9 Skenario A node 82 jarak 50m ......................................................... 41
Gambar 4.10 Skenario A node 102 jarak 50m ..................................................... 42 Gambar 4.11 Skenario A node 22 jarak 100m ..................................................... 42
Gambar 4.12 Skenario A node 42 jarak 100m ..................................................... 43 Gambar 4.13 Skenario A node 62 jarak 100m ..................................................... 43
Gambar 4.14 Skenario A node 82 jarak 100m ..................................................... 44 Gambar 4.15 Skenario A node 102 jarak 100m ................................................... 44
Gambar 4.16 Skenario A node 22 jarak 150m ..................................................... 45 Gambar 4.17 Skenario A node 42 jarak 150m ..................................................... 45
Gambar 4.18 Skenario A node 62 jarak 150m ..................................................... 46 Gambar 4.19 Skenario A node 82 jarak 150m ..................................................... 46
Gambar 4.20 Skenario A node 102 jarak 150m ................................................... 47 Gambar 5.1 Command Run File.tcl .................................................................... 58
Gambar 5.2 Hasil File.nam ................................................................................ 59 Gambar 5.3 Pengujian Packetloss....................................................................... 59
Gambar 5.4 Pengujian Throughput ..................................................................... 60 Gambar 5.5 Hasil PSNR .................................................................................... 61
Gambar 5.6 Grafik Packetloss AOMDV ............................................................ 62 Gambar 5.7 Grafik Throughput AOMDV .......................................................... 64
Gambar 5.8 Hasil Video Node 4 Dengan Jarak 20m ........................................... 65 Gambar 5.9 Hasil Video Node 64 Dengan Jarak 150m ....................................... 66
Gambar 5.10 Grafik Packetloss DSDV............................................................... 68 Gambar 5.11 Grafik Throughput DSDV ............................................................. 69
Gambar 5.12 Hasil Video Node 4 Dengan Jarak 20m ......................................... 71 Gambar 5.13 Hasil Video Node 64 Dengan Jarak 20m ....................................... 71
xiv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 5.14 Grafik Pebandingan Packetloss Dengan Jarak 20m ....................... 73
Gambar 5.15 Grafik Pebandingan Packetloss Dengan Jarak 50m ....................... 74 Gambar 5.16 Grafik Pebandingan Packetloss Dengan Jarak 100m ..................... 75
Gambar 5.17 Grafik Pebandingan Packetloss Dengan Jarak 150m ..................... 77 Gambar 5.18 Grafik Pebandingan Throughput Dengan Jarak 20m ..................... 78
Gambar 5.19 Grafik Pebandingan Throughput Dengan Jarak 50m ..................... 79 Gambar 5.20 Grafik Pebandingan Throughput Dengan Jarak 100m ................... 81
Gambar 5.21 Grafik Pebandingan Throughput Dengan Jarak 150m ................... 82 Gambar 5.22 Hasil PSNR node 4 jarak 20m AOMDV ....................................... 84
Gambar 5.23 Hasil PSNR node 4 jarak 20m DSDV ........................................... 84
xv UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Fungsi layer pada model OSI ............................................................. 11 Tabel 2.2 Fungsi Layer dari TCP/IP ................................................................... 14
Tabel 2.3 Standarisasi Packetloss ....................................................................... 22 Tabel 2.4 Standarisasi Throughput ..................................................................... 23
Tabel 2.5 Standarisasi Nilai PSNR ..................................................................... 23 Tabel 3.1 Studi Literatur Sejenis ........................................................................ 25
Tabel 3.2 Perbandingan Studi Penelitian Sejenis ................................................ 27 Tabel 4.1 Skenario A ......................................................................................... 34
Tabel 4.2 Skenario B.......................................................................................... 35 Tabel 4.3 Skenario Simulasi A ........................................................................... 37
Tabel 4.4 Skenario Simulasi B ........................................................................... 47 Tabel 5.1 Packetloss Skenario A Routing Protocol AOMDV ............................. 61
Tabel 5.2 Throughput Skenario A Routing Protocol AOMDV ........................... 63 Tabel 5.3 Average PSNR Skenario A Routing Protocol AOMDV ...................... 65
Tabel 5.4 Packetloss Skenario B Routing Protocol DSDV .................................. 67 Tabel 5.5 Throughput Skenario B Routing Protocol DSDV ................................ 69
Tabel 5.6 Average PSNR Skenario B Routing Protocol DSDV .......................... 70 Tabel 5.7 Perbandingan Packetloss AOMDVdan DSDVdengan jarak 20m ........ 72
Tabel 5.8 Perbandingan Packetloss AOMDVdan DSDVdengan jarak 50m ........ 73 Tabel 5.9 Perbandingan Packetloss AOMDVdan DSDVdengan jarak 100m ...... 75
Tabel 5.10 Perbandingan Packetloss AOMDVdan DSDVdengan jarak 150m..... 76 Tabel 5.11 Perbandingan Throughput AOMDVdan DSDVdengan jarak 20m..... 77
Tabel 5.12 Perbandingan Throughput AOMDVdan DSDVdengan jarak 50m..... 79 Tabel 5.13 Perbandingan Throughput AOMDVdan DSDVdengan jarak 100m ... 80
Tabel 5.14 Perbandingan Throughput AOMDVdan DSDVdengan jarak 150m ... 81 Tabel 5.15 Grafik Pebandingan Average PSNR AOMDV dan DSDV ................ 83
Tabel 5.16 Kesimpulan Pengujian ...................................................................... 85
1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teknologi mobile wireless semakin berkembang baik dari variasi
penggunaan hingga pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari,
Perkembangan perangkat komputasi seluler yang telah tersebar dimana pun
membuat kebutuhan akan konfigurasi jaringan yang dinamis semakin
diperlukan (Loo, Mauri, Ortiz, & Maltz, 2016).
Salah satu topologi dalam teknologi wireless adalah Wireless Mesh
Network (WMN). WMN adalah sejenis teknologi akses wireless wide band
berdasarkan protokol IP. WMN menggabungkan keuntungan dari kedua
WLAN dan Ad hoc. Mendukung mode komunikasi multipoint to multipoint,
dengan jaringan otomatis, auto repair, hop uplink dan node self-management.
WMN memiliki karakteristik mobilitas, wide broadband dan lokasi nirkabel.
WMN adalah jenis jaringan berkecepatan tinggi, kapasitas besar dan cakupan
luas, dan merupakan solusi ideal untuk memecahkan masalah hambatan akses
broadband nirkabel 1 km terakhir (Weiwei Zhang, 2017). Oleh karena itu
WMN mampu menyediakan jaringan nirkabel yang fleksibel dan andal.
WMN juga memiliki protocol transmission yaitu Transmission
Control Protocol (TCP) dan User Diagram Protocol (UDP). Pada TCP,
aliran paket dari sumber ke tujuan akan disampaikan melalui koneksi reliabel.
Namun, Protokol ini tidak cocok untuk digunakan pada koneksi real time
(Real Time Applications). Berbeda dengan UDP, meskipun transmisi bersifat
tidak reliabel, namun transmisi protokol UDP cocok digunakan pada koneksi
real time. (B. Suvarna, dkk, 2014).
Pertumbuhan pesat protocol jaringan dan komunikasi wireless, seperti
802.11 dan jaringan seluler, membawa akses tambahan ke layanan streaming
multimedia seperti film online, berita televisi, video musik, dll (Anantharaj,
2017). Video streaming merupakan metode penyampaian konten multimedia
2
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang diperkenankan file digunakan atau ditonton langsung tanpa perlu
mengunduh dan menyimpan data tersebut (Raymond, 2015). Menurut Cisco
Visual Networking Index (VNI), dari tahun 2016 – 2021 diperkirakan traffic
internet global akan ditempati oleh traffic video sebanyak 82 persen.
Video streaming juga termasuk pengolahan citra. Di dalam
pengolahan citra terdapat komponen untuk membandingkan nilai dari sebuah
video yaitu PSNR. MSE (Mean Square Error) dan nilai PSNR (Peak Signal
to Noise Ratio) dimana kedua nilai ini berbanding terbalik. Untuk nilai yang
terbaik,kita berpatokan pada nilai PSNR yang tertinggi (Erick Wijaya, 2012).
Untuk mengetahui nilai PSNR sebuah video, maka diperlukan
pemilihan routing protocol, berdasarkan parameter PSNR. PSNR adalah
pengukuran yang biasa digunakan untuk membandingkan kualitas kompresi
citra. Rasio ini sering digunakan sebagai mengukur kualitas antara citra asli
dan citra watermark (Kurniawan. Dkk, 2015). Nilai PSNR yang tinggi akan
menghasilkan kualitas video yang baik, dan nilai PSNR yang rendah akan
menghasilkan kualitas video yang buruk.
Untuk mengukur nilai PSNR dapat menggunakan 2 jenis routing
protocol yaitu proactive routing dan reactive routing. Proactive routing
(Table-driven) protocol menjamin setiap nodenya memiliki informasi routing
yang terbaru pada jaringan. Reactive (On-demand) routing protocol membuat
rute hanya jika dibutuhkan. Ketika sumber ingin mengirim data ke tujuan
(Sengar, Er. Abhishek & Shrivastav, Er. Sandeep. 2012).
Dalam reactive routing terdapat beragam macam routing protocol,
salah satunya adalah AOMDV (routing protocol Adhoc On Demand Multiple
Path Distance Vector). AOMDV adalah salah satu dari protokol multipath
routing & ditemukan multipath pada satu waktu, hal ini terutama digunakan
untuk rute cadangan dan mengirim data atau paket dari sumber ke tujuan
beberapa jalur ditemukan, ketika jalur awal menjadi gagal maka cadangan
digunakan untuk menaikkan eksekusi jaringan, dengan mengirim pesan
sementara jalur alternatif tetap aktif dan kemudian tujuan balasan beberapa
Route Request (RREQ) dari satu hop ke hop berikutnya entry routing untuk
3
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sumber ke tujuan termasuk daftar, dengan diberikan tautan fisik multi-tarif
AOMDV menerapkan multi-hop relay pada lapisan MAC untuk mencapai
output tertinggi (Sachin Lalar, 2017).
Dalam proactive routing juga terdapat bermacam routing protocol,
salah satunya adalah DSDV (routing protocol Destination Sequenced
Distance Vector). Protokol routing DSDV adalah protokol routing proaktif
berdasarkan algoritma routing Bellman-Ford yang menyediakan solusi untuk
jalur terpendek antara dua node, ini memperkenalkan fitur baru yaitu nomor
urut untuk setiap entri tabel routing dari seluruh jaringan untuk menghindari
pembentukan loop routing, tabel routing diperbarui secara berkala di seluruh
jaringan untuk menjaga konsistensi dalam tabel, untuk mempertahankan
tampilan jaringan terkini, tabel dipertukarkan pada interval waktu yang teratur
(Sachin Lalar, 2017).
Kualitas video streaming dipengaruhi oleh pemilihan routing protocol.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sabrina Nefti dan Maamar
Sedrati pada tahun 2016 yang berjudul “PSNR and Jitter Analysis of Routing
Protocols for Video Streaming in Sparse MANET Networks, using NS2 and
the Evalvid Framework” dilakukan pengujian efek gabungan dari sparse dan
kepadatan pada PSNR dan kinerja jitter dari dua protokol routing MANET
yaitu AODV (reaktif) dan DSDV (proaktif) untuk aplikasi streaming video
dengan menggunakan jumlah node sebesar 2x2, 3x3, 4x4, 5x5, 6x6, 7x7, 8x8
pada jarak 20m, 50m, 100m, dan 150m. Penelitian menghasilkan routing
protocol AODV dengan memberikan nilai PSNR yang tinggi dalam jangka
waktu lebih cepat dari pada DSDV karena dipengaruhi oleh sparse dan
kepadatan (Nefti, 2016).
Berdasarkan hasil dari penelitian sebelumnya, maka pada penelitian
ini akan dibandingkan kinerja routing protocol reactive dan proactive yaitu
AOMDV dan DSDV dengan menggunakan parameter PSNR, Packetloss, dan
Throughput di dalam Wireless Mesh Network (WMN) dengan menggunakan
jumlah node sebesar 22, 42, 62, 82, 102 pada jarak 20m, 50m, 100m, dan 150m.
Karena itu, penelitian ini akan disusun sebagai skripsi dengan judul “Evaluasi
4
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kinerja Routing Protocol AOMDV dan DSDV dengan Video Streaming Pada
Wireless Mesh Network.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian skripsi ini adalah mengevaluasi kinerja routing
protocol AOMDV dan DSDV dengan Video Streaming pada Wireless Mesh.
1.3 Manfaat Penelitian
1.3.1 Bagi Penulis
1. Untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan strata satu (S1)
Program Studi Teknik Informatika Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Sebagai portofolio penulis yang akan dapat dipergunakan pada masa
mendatang.
3. Sebagai tolak ukur ilmu penulis selama menuntut pendidikan di
Program Studi Teknik Informatika Fakultas Sains dan Teknologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.3.2 Bagi Universitas
1. Memberikan gambaran terhadap penerapan ilmu pengetahuan yang
telah diterima selama kuliah.
2. Menjadi sumbangan literatur karya ilmiah dalam disiplin ilmu
teknologi khususnya bidang jaringan komputer.
3. Dapat dijadikan bahan referensi bagi penelitian sejenis berikutnya.
1.3.3 Bagi Masyarakat
1. Mengetahui evaluasi kinerja routing protocol AOMDV dan DSDV
pada topologi mesh dan PSNR.
2. Sebagai referensi pada penelitian selanjutnya yang berhubungan
dengan routing protocol AOMDV dan DSDV pada topologi mesh dan
PSNR
1.4 Rumusan Masalah
5
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Berdasarkan pemaparan latar belakang, maka dapat dirumuskan
permasalahannya adalah “bagaimana evaluasi kinerja routing protocol
AOMDV dan DSDV menggunakan Video Streaming pada Wireless Mesh
Network?.”
1.5 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini, yaitu:
1.5.1 Proses :
1. Penelitian berisi tentang evaluasi kinerja dari routing protocol
AOMDV dan DSDV pada topologi mesh dan PSNR.
2. Evaluasi kinerja routing protocol AOMDV dan DSDV ditentukan
berdasarkan parameter PSNR dan Packet loss
3. Transmission protocol menggunakan UDP.
4. Node ditempatkan secara matriks dengan kelipatan n2.
5. Node tidak dapat berpindah tempat
6. Simulasi dilakukan selama empat puluh kali (dua puluh kali simulasi
untuk PSNR menggunakan AOMDV, dua puluh kali simulasi untuk
PSNR menggunakan DSDV).
1.5.2 Metode :
7. Penelitian ini menggunakan metode simulasi dalam
pengembangannya.
8. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
simulasi jaringan dengan tahapan problem formulation, conceptual
model, input output data, modelling, simulation, verification and
validation, experimentation, dan output evaluation.
9. Metode penentuan rute menggunakan routing protocol AOMDV dan
DSDV.
1.5.3 Tools :
10. Penelitian dilakukan dengan menggunakan aplikasi simulasi jaringan
NS2.
6
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1.6 Metodologi Penelitian
1.6.1 Metodologi Pengumpulan Data
1. Data Evaluasi
Pengumpulan data berdasarkan hasil evaluasi Packet loss,
Througput, dan PSNR.
2. Data Simulasi
Pengumpulan data berdasarkan proses sepanjang simulasi
berlangsung.
3. Studi Pustaka / Literatur
Pada tahap ini, penulis mencari referensi yang terkait dengan
penelitian. Referensi didapatkan di perpustakaan dan e-book.
Informasi tersebut akan digunakan dalam penyusunan landasan teori,
metodologi penelitian beserta cara mengevaluasi routing protocol.
1.6.2 Metode Simulasi
1. Problem Formulation
2. Conceptual Model
3. Input Output Data
4. Modelling
5. Simulation
6. Verification dan validation
7. Experimenation
8. Output Evaluation
1.7 Sistematika Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi
penelitian dan sistematika penelitian yang masing-masing akan
dijabarkan di dalamnya.
BAB 2 LANDASAN TEORI
7
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Bab ini menguraikan tentang pengertian dan teori-teori yang
dibutuhkan sebagai landasan atau dasar dalam penelitian yang akan
dilakukan.
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan mengenai metode yang digunakan dalam
penelitian yaitu metode pengumpulan data, metode pengembangan
sistem dan lain-lainnya.
BAB 4 IMPLEMENTASI SIMULASI DAN EKSPERIMENTAL
Bab ini menjelaskan mengenai simulasi dari serangkaian analisa,
perancangan, sampai pada implementasi jaringan yang disusun
berdasarkan proses pengamatan dan pengembangan saat
mengimplementasikan routing protocol AOMDV dan DSDV di
NS2.
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini berisi tentang semua tahapan dari proses
pengembangan aplikasi serta pembahasan mengenai hasil evaluasi
kinerja routing protocol AOMDV dan DSDV pada Wireless Mesh
Network berdasarkan parameter Peak Signal to Noise Ratio (PSNR)
dan Packet Loss.
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
Bagian ini berisi tentang uraian mengenai kesimpulan berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan dan tentang saran-saran bagi
pembaca untuk pengembangan penelitian yang telah dilakukan agar
menjadi lebih baik.
8 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Komunikasi Data
Komunikasi data adalah proses pertukaran data atau informasi. Dalam
kasus jaringan komputer yaitu pertukaran yang terjadi antara dua perangkat
melalui media transmisi. Proses ini melibatkan sistem komunikasi yang
terdiri dari perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software).
Bagian perangkat keras melibatkan perangkat pengirim (sender) dan
penerima (receiver) dan perangkat perantara untuk jalurnya data. Bagian
perangkat lunak melibatkan aturan-aturan tertentu yang menentukan apa saja
yang dikomunikasi, bagaimana dan kapan itu berkomunikasi. Hal ini juga
biasa disebut Protocol (Booksmart, 2014).
Bagian di bawah ini akan menjelaskan tentang karakteristik dasar yang
penting untuk proses komunikasi data agar bekerja lebih efektif dan diikuti
oleh komponen yang membentuk sistem komunikasi data.
2.1.1 Karakteristik Komunikasi Data
Efektivitas sistem komunikasi data bergantung pada empat
karakteristik dasar di bawah ini (Booksmart, 2014):
1. Pengiriman (Delivery): Data harus dikirim ke tujuan dan pengguna
yang tepat.
2. Ketepatan (Accuracy): Sistem komunikasi harus mengirim data secara
akurat, tanpa terjadinya error. Data dimungkinkan rusak ketika
transmisi dapat mempengaruhi ketepatan dari pengiriman data
3. Ketepatan waktu (Timeliness): Data Suara dan Video harus dikirim
tepat waktu tanpa adanya penundaan (delay); pengiriman data
semacam itu disebut transmisi data real time.
4. Jitter: Variasi dari waktu kedatangan paket. Jitter dapat
mempengaruhi ketepatan waktu data yang sedang dikirim
2.1.2 Komponen Komunikasi Data
Sistem komunikasi data memiliki lima komponen seperti
diagram di bawah ini (Booksmart, 2014):
9
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 2.1 Komponen Sistem Komunikasi Data
(Sumber: Booksmart, 2014)
1. Message: Informasi yang harus dikomunikasikan dari pengirim ke
penerima.
2. Sender: Perangkat yang mampu mengirim data (message).
3. Receiver: Perangkat yang sender ingin mengkomunikasikan data
(message).
4. Transmission Medium: Jalur yang dilewati oleh message dari sender
ke receiver. Pengirimannya dapat melalui kabel (wired) atau tanpa
kabel (wireless)
5. Protocol: Ini adalah seperangkat aturan yang disepakati yang
digunakan oleh sender dan receiver untuk mengkomunikasikan data.
Protocol adalah seperangkat aturan yang mengatur komunikasi data.
Protocol dibutuhkan dalam komunikasi data tanpanya seperti dua
orang yang berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa yang
berbeda tanpa mengerti Bahasa lainnya.
2.2 Jaringan Komputer
Jaringan komputer adalah sekumpulan node. Sebuah node dapat berupa
device apa saja asalkan mampu untuk memancarkan atau menerima data
(Booksmart, 2014).
Hal-hal yang harus diperhatikan pada jaringan komputer:
1. Keandalan (reliability) dalam proses komunikasi data.
2. Keamanan (security) dari data.
3. Kinerja (performance) yang mampu memiliki nilai tinggi throughput dan
nilai delay yang rendah.
10
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.3 Media Transmisi
Media transmisi dapat dibagi menjadi guided atau unguided. Keduanya
berkomunikasi dengan bentuk gelombang elektromagnetik.
2.3.1 Media Yang Diarahkan (Kabel)
Dengan menggunakan kabel, gelombang diarahkan melalui
media, sepeti kabel fiber-optic, kabel twisted-pair copper, atau kabel
coaxial (Kurose & Rose, 2012).
2.3.2 Media yang Tidak Diarahkan (Wireless)
Dengan menggunakan wireless gelombang disebarkan ke
atmosfer dan di luar angkasa, seperti wireless LAN atau satelit digital
(Kurose & Rose, 2012).
2.4 Protokol
Protokol merupakan salah satu komponen dari sistem komunikasi data.
Tanpa protokol komunikasi tidak akan terjadi. Perangkat pengirim tidak bisa
sekedar mengirim data dan mengharapkan perangkat penerima
mendapatkannya dan menerjemahkannya dengan benar (Booksmart, 2014).
Ketika pengirim mengirim pesan, dapat berupa teks, angka, gambar dan
lain-lainnya. Di mana pesan tersebut diubah menjadi bits dan
mengelompokkannya menjadi block yang nantinya akan ditransmisikan dan
seringnya beberapa informasi yang disebut control information ditambahkan
untuk membantu receiver menerjemahkan data.
Agar berhasilnya komunikasi, pengirim dan penerima harus menyetujui
peraturan yang disebut protokol. Protokol mendefinisikan apa yang
dikomunikasikan, bagaimana komunikasi terjadi dan kapan komunikasi
terjadi. Di bawah merupakan tiga elemen pada protokol, yaitu:
1. Syntax
2. Semantics
3. Timing
2.5 Model Open Systems Interconnection (OSI)
Model OSI dikembangkan oleh Internasional Organization for
Standardization (ISO). Model ini dibuat untuk mengizinkan sistem dengan
11
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
platform yang berbeda berkomunikasi satu sama lain. Platform dapat berupa
perangkat lunak, perangkat keras atau sistem operasi (Booksmart, 2014).
Model OSI merupakan model hierarki yang mengelompokkan
prosesnya ke beberapa layer. Layer tersebut terdiri dari tujuh layer seperti di
bawah ini: (dari atas ke bawah)
1. Application Layer
2. Presentation Layer
3. Session Layer
4. Transport Layer
5. Network Layer
6. Data Link Layer
7. Physical Layer
Setiap layernya mempunyai tugas tertentu dan harus bekerja sama
dengan layer di atas dan di bawahnya. Di bawah ini merupakan tabel fungsi
masing-masing layer:
Tabel 2.1 Fungsi layer pada model OSI
(Sumber: Booksmart. 2014)
Layer Fungsi
1. Application
Mengizinkan pengguna untuk
mengomunikasikan datanya ke penerima
dengan menyediakan layanan tertentu.
Contohnya: email dikirim dengan
menggunakan pelayanan X.400. Tanggung
jawab utama dari application layer yaitu
menyediakan akses ke network resource.
2. Presentation
Pada sisi pengirim, pengirim menerima
data dari application layer menambahkan
header yang berisi informasi yang
berhubungan dengan enkripsi dan kompresi
lalu mengirimkannya ke session layer. Pada
sisi penerima, presetation layer menerima
12
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
data dari session layer lalu mendekompresi
dan mendekripsi data yang diperlukan dan
menerjemahkannya kembali sesuai skema
pengodean yang digunakan penerima.
Tanggung jawab utama dari presetation layer
adalah menerjemahkan, mengompresi dan
mengenkripsi.
3. Session
Pada sisi pengirim, pengirim menerima
data dari presetation layer lalu menambahkan
checkpoint yang disebut syn bits dan
memberikan data ke transport layer. Pada sisi
penerima, session layer menerima data dari
transport layer lalu menghapus checkpoint
sebelumnya dan memberikan datanya ke
presetation layer. Tanggung jawab utama dari
session layer adalah mengontrol dialog dan
sinkronisasi.
4. Transport
Pada sisi pengirim, pengirim menerima
data dari session layer, membaginya ke
beberapa bagian yang disebut segment dan
mengirimnya ke network layer. Pada sisi
penerima, transport layer menerima paket dari
network layer, mengubah dan mengaturnya ke
urutan segment yang lebih benar dan
mengirimkannya ke session layer. Tanggung
jawab utama dari transport layer yaitu
pengiriman process-to-process seluruh pesan.
5. Network
Pada sisi pengirim, pengirim menerima
data dari transport layer lalu membaginya ke
beberapa paket, menambahkan informasi
13
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pengalamatan pada header dan mengirimnya
ke data link layer. Pada sisi penerima, network
layer menerima frame-frame yang dikirim dari
data link layer selanjutnya mengubah kembali
ke packet lalu memverifikasi physical address
(membuktikan apakah alamat dari pengirim
sama dengan alamat penerima) dan mengirim
paket ke transport layer. Tanggung jawab
utama dari network layer adalah transmisi
paket dari sumber ke tujuan.
6. Data Link
Pada sisi pengirim, pengirim menerima
data dari network layer lalu membaginya ke
frame (satuan dengan ukuran yang tetap dan
dapat diatur) dan mengirimnya ke physical
layer. Pada sisi penerima, data link layer
menerima aliran bits dari physical layer lalu
menyatukan mereka menjadi frame lalu
mengirimnya ke network layer. Tanggung
jawab utama dari data link layer adalah
pengiriman frame hop-to-hop
7. Physical
Pada sisi pengirim, pengirim menerima
data dari data link layer lalu meng-encode-nya
menjadi sinyal untuk ditransmisikan ke
perantara. Pada sisi penerima, physical layer
menerima sinyal dari perantara transmisi
kemudian men-decode-nya kembali ke data
dan mengirimnya kembali ke data link layer.
Tanggung jawab utama dari physical layer
yaitu transmisi bits dari satu hop ke
selanjutnya.
14
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Setiap pesan yang dikirim dari perangkat A ke perangkat B harus
melewati seluruh layer perangkat A dari atas ke bawah dilanjutkan dengan
melewati perangkat B dari bawah ke atas seperti gambar di bawah ini:
Gambar 2.2 Aliran data dari perangkat A ke perangkat B melalui berbagai macam layer
(Sumber: Booksmart, 2014)
2.6 Model Transmission Control Protocol/Internet Protocol (TCP/IP)
Model TCP/IP atau yang biasa disebut dengan TCP/IP protocol suite
adalah kumpulan dari protokol. Model TCP/IP merupakan model hierarki di
mana beberapa layer dan protokol layer yang lebih tinggi dibantu oleh
protokol layer yang rendah. Normalnya, model TCP/IP memiliki empat layer
(bawah ke atas):
Tabel 2.2 Fungsi Layer dari TCP/IP
(Sumber: Booksmart, 2014)
Layer Fungsi
1. Host to Network
Layer ini merupakan kombinasi dari
protokol pada physical dan data link layer
pada OSI layer. Layer ini juga mendukung
seluruh protokol standar yang digunakan pada
layer ini.
15
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Network or
Internetworking
Protocol (IP)
Layer ini bertanggung jawab untuk
transmisi data dari sumber ke tujuan. IP
merupakan connection-less & unreliable
protocol. Pada pengirimannya, tidak ada
error checking di dalam IP, layer ini dengan
simpelnya mengirim data dan
mempercayakan hal ini kepada layer
bawahnya untuk mendapatkan data yang
ditransmisikan ke tujuan. IP merupakan
kombinasi dari empat protocol ini, yaitu:
Address Resolution Protocol (ARP), Reverse
Address Resolution Protocol (RARP),
Internet Control Message Protocol (ICMP)
dan Internet Group Message Protocol
(IGMP).
3. Transport
Layer ini bertanggung jawab untuk
transmisi data yang sedang berjalan di proses
pada salah satu mesin untuk mengoreksi
proses yang sedang berjalan di dalam mesin
lainnya. Transport layer memiliki tiga
protokol, yaitu: Transmission Control
Protocol (TCP), User Datagram Protocol
(UDP) dan Stream Control Transmission
Protocol (SCTP).
4. Application
Application layer merupakan kombinasi
dari layer session, presetation & application
dari OSI layer dan menetapkan high level
protocol seperti File Transfer (FTP),
Electronic Mail (SMTP), Virtual Terminal
16
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(TELNET), Domain Name Service (DNS) dan
lain-lainnya
Gambar 2.3 Layer dari TCP/IP
(Sumber: Booksmart, 2014)
2.7 User Datagram Protocol (UDP)
UDP merupakan protokol simpel yang digunakan untuk transmisi
process-to-process. Protokol ini unreliable, connectionless protokol untuk
application yang tidak membutuhkan flow control atau error control. UDP
dengan simpelnya menambahkan port address, checksum dan length
information ke data yang diterimanya dari layer di atas. (Booksmart, 2014)
2.8 WMN
Wireless mesh network adalah salah satu jenis jaringan di mana setiap
node di jaringan tidak hanya menerima atau mengirim data miliknya, tapi juga
berfungsi sebagai relay untuk node yang lain. Dengan kata lain, setiap node
bekerjasama untuk membangun dan mengirimkan data di jaringan. Sebuah
jaringan mesh dapat di rancang menggunakan teknik flooding atau
menggunakan teknik routing. Jika menggunakan teknik routing, maka
message akan dikirim melalui sebuah jalur, dengan cara “loncat” dari satu
node ke node yang lain sampai tujuan tercapai. (Ridwan Syahrani, Drs.
Mahmud Imrona, & Izzatul Ummah, ST, 2013)
Wireless Mesh Network (WMN) terdiri dari mesh router dan mesh
client, biasanya WMN dipadukan dengan teknologi jaringan yang lain
17
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
contohnya internet, teknologi seluler dan jaringan sensor, WMN dapat
beroperasi menggunakan standar IEEE 802.11, IEEE 802.15 dan IEEE
802.16.
Sebuah mesh router pada WMN mempunyai fungsi routing untuk
mendukung port mesh networking serta meningkatkan fleksibilitas mesh
network. Mesh client dapat berfungsi sebagai router dalam jaringan mesh
tetapi tidak memiliki fungsi sebagai gateway, dan hanya memiliki satu
wireless interface. Contoh dari mesh client antara lain laptop, desktop
komputer, tablet dan smart phone. Berdasarkan fungsi dari sebuah node,
WMN dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian yaitu Interface WMN, client
WMN dan hybrid WMN. (Rantelinggi & Djanali, 2015)
2.8.1 Karakteristik WMN
Wireless mesh network memiliki beberapa karakteristik umum
yang sangat mempengaruhi kinerjanya:
1. Multi-hop wireless network
2. Kemampuan self-forming, self-healing, self-organizing
serta mendukung Ad-Hoc networking.
3. Tingkat mobilitas tergantung dari jenis node.
4. Dapat mengakses ke berbagai jenis teknologi jaringan
lainnya.
Kebutuhan terhadap pemakaian daya tergantung dari jenis node.
2.9 Routing Protocol
Routing protocol mencari jalur yang tersedia ke tujuan dengan
melakukan penghitungan algoritma yang digunakan, menggunakan data yang
telah dikumpulkan di topologi jaringan dan berkomunikasi di antara router
(Tadimety, Phani Raj. 2015).
Routing protocol mengumpulkan aktivitas yang dilakukan untuk
menemukan dan mendistribusi data topologi jaringan yang tersedia, termasuk
perubahan pada topologi jaringan kapan pun itu terjadi. Routing protocol
menggunakan algoritmanya berdasarkan data yang didapatkan untuk
18
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
menentukan rute yang dapat dijangkau. Data tersebut digunakan router untuk
mem-forward paketnya.
Fungsi krusial yang dilakukan oleh routing protocol adalah melakukan
perutean ulang jika terjadi kegagalan atau tidak tersedianya jalur pada
jaringan.
Gambar 2.4 Kategori ad hoc routing protocol
(Sumber: Loo, Jonathan. Dkk. 2015)
Routing protocol pada MANET dapat dikategorikan berdasarkan
metodologinya, yaitu (Muruganand, Krishna, & Kunasekaran, 2016):
2.9.1 Proactive Protocol
Pada tipe ini, seluruh node mempunyai seluruh informasi
routing di jaringan sebelum terjadi pengiriman paket data. Hal ini
dilakukan dengan mengirim status infromasi jaringan secara periodik
untuk mengetahui kemungkinan perubahan pada topologi.
2.9.2 Reactive Protocol
Pada reactive protocol, node hanya mengetahui jalur yang aktif
untuk sampai ketujuan. Pencarian rute terjadi setiap pencarian tujuan
yang baru.
2.10 Node
Node pada manet menggunakan media nirkabel untuk berkomunikasi
kepada node lainnya. Jika mereka di dalam jangkauan radio. Pada MANET,
setiap node dapat berperan sebagai data terminal dan atau sebagai perangkat
19
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
computing. Setiap node adalah independent dan mengatur terminalnya
sendiri. Node dapat berperan sebagi host, router, atau keduanya (Benhaddou
& Ala, 2015).
2.11 Ad-hoc routing protocol
2.11.1 Destination Sequenced Distance Vector (DSDV)
DSDV merupakan skema routing table-driven untuk jaringan
mobile ad hoc. DSDV menggunakan algoritma routing shortest-path
untuk mencari jalur tunggal untuk sampai ketujuan. Untuk
menghindari routing loop, destination sequence number telah
diperkenalkan. Pada DSDV, full dump dan incremental update
dikirim melalui node untuk memastikan informasi routing
terdistribusi (Loo et al., 2016).
Setiap routing table memiliki daftar seluruh tujuan dengan hop
count dan juga sequence number. Informasi routing di broadcast atau
multicast. Setiap node mengirim routing table-nya ke node
tetangganya. Rute yang memiliki sequence number terbaru mengubah
sequence number yang lama. Mekanisme ini digunakan agar
terbebasnya dari loop dan mencegah menggunakan rute yang sudah
mati. Informasi routing dikirimkan ketika perubahan topologi
terdeteksi.
2.11.2 Multipath On Demand Distance Vector Protocol (AOMDV)
AOMDV adalah Multipath On Demand Distance Vector
Protocol yang merupakan ekstensi multi-jalur dari routing protokol
AODV. Inti dari AOMDV terletak pada cara kerja AOMDV dalam
menemukan banyak route sekaligus ditemukan dengan cara flood-
based routing, namun bebas dari loop. Bebas looping dapat
dipastikan dengan cara mengambil rute dengan sequence number
tertinggi. Ketika pencatatan rute menangkap sequence number yang
lebih tinggi, ia akan membersihkan semua node dengan sequence
number yang lebih lama. (Bhardwaj, 2014)
20
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 2.6 Cara Kerja AOMDV (Neetika Bhardwaj, dkk, 2014)
Pada AOMDV, Banyak jalur yang berbeda cabang dicari. Setiap
entri routing memiliki informasi tentang hop-hop berikutnya serta
jumlah hop count yang dilakukan, dimana setiap hop berikutnya
memiliki sequence number yang sama untuk membantu menemukan
rute dengan cepat. Pada setiap destinasi, node memiliki informasi
tentang advertised hop count yang merupakan hop count maksimum
untuk semua jalur. Digunakan untuk mengirim Advertisement Rute ke
destinasi. Duplikat dari Advertisement Rute ini mendefinisikan jalur
alternatif. (Rekha, 2014)
Untuk menemukan rute dengan node yang berbeda cabang, tiap
node tidak langsung mengirim duplikat RREQ. Tiap RREQ yang
sampai melewati node berbeda yang berdekatan dengan node sumber
mendefinisikan node yang berbeda cabang. Ini dikarenakan node tidak
dapat melakukan broadcast RREQ duplikat. Jadi tiap dua RREQ yang
sampai ke node penghubung melewati node berdekatan yang berbeda
tidak dapat melewati node yang sama. Dalam kerjanya untuk
menemukan banyak rute yang berbeda cabang, destinasi hanya
membalas RREQ yang sampai melewati node berdekatan yang
berbeda. (Rekha, 2014)
2.12 Network Simulator (NS2)
NS-2 mungkin merupakan simulator yang memiliki dampak terbesar
terhadap perkembangan Internet. NS-2 telah berfungsi sebagai alat untuk
menjelajahi Internet, untuk menemukan properti protokol yang diusulkan,
21
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk mengidentifikasi masalah dan untuk menguji solusi yang diusulkan.
NS-2 juga telah digunakan sebagai alat verifikasi untuk model analitis yang
diusulkan. NS-2 telah menyertai internet dan pekerjaan IETF (Internet
Engineering Task Force) (Eitan & Tania, 2012).
NS simulator telah didistribusikan sebagai perangkat lunak yang gratis
dan open source. Hal ini sejalan dengan semangat perkembangan Internet dan
protokolnya. Sifat open source dari NS simulator telah memungkinkan ribuan
siswa, insinyur dan peneliti untuk mengontribusi script dan patch-nya.
NS-2 simulator didasarkan dua bahasa: simulator objek orientasi, yang
ditulis dengan bahasa C++ dan sebuah penerjemah OTcl (ekstensi objek
orientasi dari Tcl), yang digunakan untuk mengeksekusi command script
pengguna.
2.13 TCL
TCL (Tool command language) adalah bahasa dengan syntax yang
sangat simpel dan dapat dengan mudah diintregasikan dengan bahasa lain.
Menurut (Eitan & Tania, 2012), Karakteristik TCL adalah:
1. Pengembangan yang cepat
2. Menyediakan antarmuka grafis
3. Kompatibel dengan banyak platform
4. Intergrasi yang fleksibel
5. Mudah digunakan
6. Tersedia secara gratis
2.14 Packetloss
Merupakan kehilangan data pada saat transmisi. Terjadi ketika terdapat
penumpukan data pada jalur yang dilewatai pada saat beban puncak yang
menyebabkan kemacetan transmisi paket dalam batas waktu tertentu .
(Durgashankar , 2015)
Rumus packetloss:
22
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(Rumus 2.1)
Untuk mengetahui baik atau buruknya nilai packetloss dapat di lihat
dalam tabel 2.3
Tabel 2.3 Standarisasi Packetloss
Kategori Packetloss Packetloss (%) Indeks
Sangat Bagus 0 4
Bagus 3 3
Sedang 15 2
Buruk 25 1
2.15 Throughput
Biasa dikenal dengan sebutan data rate, bit rate, atau capacity dan
biasanya ditunjukkan dengan bentuk bits per detik (bits/s atau bps),
throughput mewakili sejumlah data yang dapat ditransmisikan pada periode
waktu yang telah ditentukan. Throughput juga berhubungan dengan delay,
karena semakin kecil throughput, semakin besar delay pada proses
pengiriman paket. Istilah bandwidth (Hz) dapat digunakan karena throughput
memiliki sistem yang setara dengannya. Sebagai parameter QoS, throughput
mengidentifikasi data per detik aplikasi yang akan mengirim dan juga data
per detik aplikasi yang akan menerima pada node tujuan. Parameter QoS ini
merupakan salah satu requirement yang penting untuk aplikasi real-time
(Mellouk, 2013).
23
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(Rumus 2.2)
Untuk mengetahui baik atau buruknya nilai throughput dapat di lihat
dalam tabel 2.4
Tabel 2.4 Standarisasi Throughput
Kategori Throughput Throughput (%) Indeks
Sangat Bagus 100 4
Bagus 75 3
Sedang 50 2
Buruk <25 1
2.16 Peak Signal to Noise Ratio (PSNR)
PSNR menghitung rasio signal-to-noise puncak, dalam desibel, antara
dua gambar. Rasio ini sering digunakan sebagai pengukuran kualitas antara
yang asli dan gambar yang dikompresi. Semakin tinggi PSNR, semakin baik
kualitas citra terkompresi atau direkonstruksi dan semakin kecil PSNR,
semakin buruk juga. (https://www.mathworks.com/help/vision/ref/psnr.html)
Untuk mengetahui baik atau buruknya nilai PSNR dapat di lihat dalam
tabel 2.5
Tabel 2.5 Standarisasi Nilai PSNR
Scale Quality Impairment PSNR (dB)
5 Excellent Imperceptible >37
4 Good Perceptible, not annoying 31-37
3 Fair Slighty annoying 25-31
2 Poor Annoying 20-25
1 Bad Very Annoying <20
24 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Data
Data yang diperoleh berupa video dengan format .yuv yang didapat
melalui website http://trace.eas.asu.edu/yuv/index/html , video dipilih
berdasarkan jumlah frame yang diinginkan untuk melakukan proses simulasi.
Video kemudian diproses menggunakan aplikasi evalvid untuk mendapatkan
trace video tersebut. Berikutnya trace video akan disimulasikan
menggunakan aplikasi NS2 (Network Simulator) mengunakan routing
protocol AOMDV dan DSDV. Penelitian ini akan membandingkan antara
kedua routing protocol berdasarkan parameter packetloss, troughput, dan
PSNR.
25
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.2 Studi penelitian sejenis
Pada bagian ini, dilakukan pencarian jurnal-jurnal penelitian sejenis untuk dibandingkan dengan penelitian yang akan
dilakukan. Perbandingan tersebut dilakukan untuk menghindari kesamaan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penulis
juga dapat mengembangkan berdasarkan poin-poin yang didapat dari penelitian-penelitian sebelumnya. Di bawah ini beberapa
jurnal dan penelitian sejenis yang penulis dapatkan, yaitu:
Tabel 3.1 Studi Literatur Sejenis
Judul Penulis Kelebihan Kekurangan Penelitian yang
diajukan
PSNR and Jitter
Analysis of Routing
Protocols for Video
Streaming in Sparse
MANET Networks,
using NS2 and the
Evalvid Framework
(2016)
Sabrina Nefti,
dan Maamar
Sedrati
Menggunakan jitter
sebagai parameter,
menggunakan
AODV,
menngunakan
MANET sebagai
topologi
Hanya
menggunakan dua
parameter
Menggunakan dua
parameter yang berbeda
packetloss dan
throughput, dan
menambahkan satu
variasi node
26
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
A Simulation of a
Networked Video
Monitoring System
Using NS2 (2017)
Muntasir Jaber
Jawad Al-Asfoor
Menggunakan
parameter average
delay
Hanya
menggunakan
satu buah skenario
Menggunakan dua buah
skenario dengan variasi
jumlah node dan jarak
antar node,
menambahkan
parameter packetloss
An Efficient Multipath
Routing Protocol with
Replication for On-
demand Video
Streaming in
MANETs (2016)
R. Raja Sekhar,
dan Dr. P.
Chennareddy
Menggunakan
parameter pause
time, menggunakan
MANET,
menggunakan
routing protocol
AODV
Hanya
menggunakan
satu buah
skenario.
Menggunakan dua buah
skenario dengan variasi
jumlah node dan jarak
antar node
Video Quality
Evaluation of MPEG-
4 Using (MOS) Mean
Opinion Score in NS-
2 (2017)
Younis Rasool
Wani, Dr.Swati
Sharma, Sanjeev
Chopra
Menggunakan tiga
variasi packet size
Hanya
menggunakan
satu buah
parameter
Menggunakan dua buah
skenario dengan variasi
jumlah node dan jarak
antar node,
menambahkan
parameter packetloss
27
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Routing Analysis of
Protocol AODV in
Wireless Mesh
Network (2017)
Weiwei Zhang,
Jiafeng He,
Guowang Gao,
Lili Ren,
Xuanjing Shen
Menggunakan
parameter packet
transmission delay
Hanya
menggunakan
satu skenario
dengan satu
variasi node dan
area
Menggunakan dua buah
skenario dengan variasi
jumlah node dan jarak
antar node,
menambahkan
parameter packetloss,
throughput dan PSNR.
3.2.1 Perbandingan Studi Penelitian Sejenis
Pada bagian ini, dilakukan perbandingan penelitian sebelumnya dan penelitian yang akan dilakukan. Perbandingan ini
bertujuan untuk mengetahui kelebihan dari penelitian yang akan dilakukan. Dibawah ini adalah tabel yang menunjukan
perbandingan penelitian sebelumnya dan penelitian yang akan dilakukan, yaitu:
Tabel 3.2 Perbandingan Studi Penelitian Sejenis
Hal yang
dibandingkan Peneliti 1 Peneliti 2 Peneliti 3 Peneliti 4 Peneliti 5 Penelitian
Routing Protocol AODV &
DSDV X AODV X AODV
AOMDV &
DSDV
28
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jumlah Node 22 - 82 5 50 X 10 22, 42, 62, 82,
102
Jarak Antar
Node
20m, 50m,
100m, 150m 20m, 22.36m
1200x1200
sq.meter(Area) X
50 km x50 km
square(Area)
20m, 50m,
100m, 150m
Packetloss X √ X X X √
Throughput X √ X X X √
PSNR √ √ √ √ X √
Topologi MANET MANET MANET X WMN WMN
Pergerakan Node Mobility Mobility Mobility X Tetap Tetap
Berdasarkan tabel 3.2 dapat dilihat perbandingan yang dilakukan dalam penelitian ini dan penelitian sebelumnya
terdapat pada jumlah node yang digunakan, jarak antar node, parameter, topologi dan pergerakan node. Pada penelitian ini
menggunakan:
1. Node berjumlah 22, 42, 62, 82, 102
2. Jarak antar node sebesar 20m, 50m, 100m, 150m.
3. Parameter yang digunakan pada penelitian ini adalah packetloss, throughput, dan PSNR.
4. Topologi yang digunakan adalah Wireless Mesh Network
5. Node tidak mengalami perpindahan.
29 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3 Metode Simulasi
Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode simulasi sebagai
metode untuk menganalisis kinerja routing protocol AOMDV dan DSDV
pada variasi jumlah node dan jarak antar node berdasarkan parameter
packetloss, throughput dan PSNR dengan cara melakukan uji coba simulasi
menggunakan perangkat lunak NS2 di sistem operasi ubuntu. Metode
simulasi ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:
3.3.1 Problem Formulation
Setelah mendapatkan data dari studi pustaka dan studi
penelitian sejenis. Maka, tahap selanjutnya yaitu menganalisis
kinerja routing protocol AOMDV dan DSDV pada variasi jumlah
node dan jarak antar node berdasarkan parameter packetloss,
throughput dan PSNR
3.3.2 Conceptual Model
Setelah memformulasikan permasalahan, penulis melakukan
perancangan dan penggambaran konsep model untuk simulasi yang
akan dilakukan. Pada tahap ini penulis menggunakan perangkat
lunak NS2. Berikut ini adalah gambar conceptual model yang
digunakan:
Gambar 3.1 Conceptual Model
3.3.3 Input Output Data
Pada tahap ini kita harus membuat input dan output apa yang
akan diproses pada simulasi nantinya. Input berupa atribut yang
30
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
diperlukan dalam simulasi yaitu node, jarak antar node dan
sebagainya. Dan output berdasarkan permasalahan yang
diformulasikan yaitu packetloss, throughput dan PSNR.
3.3.4 Modelling
Selanjutnya yaitu menentukan parameter yang akan digunakan
selama simulasi, pada tahap ini penulis membuat skenario-skenario
yang akan digunakan untuk simulasi.
3.3.5 Simulation
Pada tahap ini dilakukan implementasi model yang dihasilkan
dalam tahapan sebelumnya, yaitu memasukkan parameter-parameter
yang telah ditentukan dan mengimplementasikan skenario sesuai
dengan perencanaan yang telah dibuat.
3.3.6 Verification and validation
Pada tahap ini peneliti memverifikasi dan validasi dari tahap-
tahap sebelumnya, sehingga simulasi siap untuk dilaksanakan.
3.3.7 Experimenation
Pada tahap ini, perangkat lunak NS2 melakukan proses
simulasi sesuai dengan apa yang telah dibuat pada tahap
sebelumnya.
3.3.8 Output Evaluation
Dalam tahap ini dilakukan evaluasi output dari simulasi yang
telah dilakukan. Output tersebut akan dijadikan sebagai kriteria
kinerja dari routing protocol AOMDV dan DSDV pada variasi
jumlah node dan jarak antar node yang terdiri dari packetloss,
throughput dan PSNR.
3.4 Perangkat Penelitian
Untuk melakukan penelitian ini, penulis menggunakan perangkat
keras (hardware) dan perangkat lunak (software), yang akan dijabarkan
sebagai berikut:
3.4.1 Perangkat Keras (Hardware)
Perangkat keras yang digunakan pada penelitian ini adalah:
31
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1. Laptop Asus X450C RAM 6 GB processor intel core i3-
3217U CPU @ 1.80GHz (4CPUs), ~1.80GHz dengan
graphic Intel(R) HD Graphics 4000.
2. Laptop dengan spesifikasi processor intel core i3, RAM 6
GB dan sistem operasi Ubuntu 14.04 (64 bit ).
3.4.2 Perangkat Lunak (Software)
Perangkat lunak yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Windows 10, sistem operasi yang digunakan untuk
penulisan skripsi.
2. Ubuntu, sistem operasi yang digunakan untuk
menjalankan perangkat lunak NS2.
3. NS2, yang berfungsi sebagai compiler syntax untuk file
dengan ekstensi .tcl yang berisi skenario simulasi. Hasil
compile dari NS2 yaitu .nam dan .tr. .nam berisi animasi
dari proses simulasi dan .tr berisi proses komunikasi yang
terjadi selama simulasi.
4. NAM, berfungsi untuk menampilkan file animasi simulasi
jaringan yang berekstensi .nam.
5. Evalvid, berfungsi untuk membuat source trace video
32
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.5 Kerangka Berpikir
Gambar 3.2 Kerangka Berpikir
Error
Tidak Error
33 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 4
IMPLEMENTASI SIMULASI DAN EKSPERIMEN
4.1 Problem Formulation
Untuk mengetahui kualitas citra sebuah video, maka diperlukan
pemilihan routing protocol dan berbagai macam skenario seperti banyaknya
jumlah node dan jarak antara sebuah node dengan node yang lainnya. Dengan
melakukan pengujian berdasarkan node dan jarak yang telah dijelaskan, akan
terlihat hasil yang berbeda terhadap kinerja routing protocol yang digunakan.
Parameter Peak Signal to Noise Ratio (PSNR) merupakan sebagian
parameter yang dapat menentukan baik atau buruknya kualitas citra pada
sebuah video. Untuk mendapatkan hasil PSNR, paket data yang dikirim
melalui sender harus sampai di reciever. Oleh karena itu, digunakanlah
parameter Packet Loss dan Throughput untuk mengetahui apakah paket data
yang dikirimkan sampai atau tidak ketujuan.
Topik dari penelitian adalah mengevaluasi kinerja routing protocol
AOMDV dan DSDV menggunakan video streaming pada wireless mesh
network berdasarkan parameter PSNR, packet loss dan throughput.
4.2 Conceptual Model
Pada tahap ini dilakukan konfigurasi seperti konfigurasi yang
dilakukan pada mesh network sesungguhnya. Pada simulasi ini menggunakan
routing protocol AOMDV dan DSDV dengan node akan mendapatkan peran
sebagai sender dan reciever. Simulasi dirancang kemudian di compile
menggunakan NS2, lalu simulasi dijalankan menggunakan NAM dan
mengevaluasi menggunakan file.tr. Proses simulasi berdasarkan dua routing
protocol yaitu AOMDV dan DSDV. Perngiriman paket menggunakan UDP
sebagai transmisi dengan video traffic selama 66 detik. Berikut tabel skenario
yang digunakan berdasarkan routing protocol AOMDV dan DSDV.
34
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 4.1 Skenario A
Skenario Node Jarak antar node Routing Protocol
A-1 22 20m AOMDV
A-2 42 50m AOMDV
A-3 62 100m AOMDV
A-4 82 150m AOMDV
A-5 102 20m AOMDV
A-6 22 50m AOMDV
A-7 42 100m AOMDV
A-8 62 150m AOMDV
A-9 82 20m AOMDV
A-10 102 50m AOMDV
A-11 22 100m AOMDV
A-12 42 150m AOMDV
A-13 62 20m AOMDV
A-14 82 50m AOMDV
A-15 102 100m AOMDV
A-16 22 150m AOMDV
A-17 42 20m AOMDV
A-18 62 50m AOMDV
A-19 82 100m AOMDV
A-20 102 150m AOMDV
35
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 4.2 Skenario B
Skenario Node Jarak antar node Routing Protocol
B-1 22 20m DSDV
B-2 42 50m DSDV
B-3 62 100m DSDV
B-4 82 150m DSDV
B-5 102 20m DSDV
B-6 22 50m DSDV
B-7 42 100m DSDV
B-8 62 150m DSDV
B-9 82 20m DSDV
B-10 102 50m DSDV
B-11 22 100m DSDV
B-12 42 150m DSDV
B-13 62 20m DSDV
B-14 82 50m DSDV
B-15 102 100m DSDV
B-16 22 150m DSDV
B-17 42 20m DSDV
B-18 62 50m DSDV
B-19 82 100m DSDV
B-20 102 150m DSDV
-
4.3 Input/Output Data
4.3.1 Input
Terdapat beberapa atribut input yang diperlukan pada simulasi
penilitian kali ini yaitu :
1. Node
36
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Node merupakan sebuah titik yang menjadi lokasi sebuah
perangkat berada dalam jaringan. Pada WMN, setiap node harus
memiliki koordinat berdasarkan sumbu X dan Y. Selain itu, node
pada WMN dibuat membentuk matriks berdasarkan nilai n2 yang
telah dijabarkan pada tabel 4.1 dan 4.2
2. Role
Role ataupun peran merupakan tugas tertentu yang dimiliki oleh
node. Pada simulasi disini, terdapat 2 role yaitu sender dan
reciever. Sender berperan untuk melakukan routing request dan
mengirimkan paket data menuju receiver setelah jalur ditemukan.
Receiver bertugas mengirimkan sinyal balik yang berisikan
informasi jalur pengiriman dan bertugas menerima paket data yang
dikirimkan oleh sender.
3. Video Trace
Video trace adalah file yang berisikan traffic video yang telah
diubah dari format mp4 dengan menggunakan mp4trace.
4.3.2 Output
1. PSNR
PSNR digunakan untuk mengukur kualitas citra pada sebuah video,
dan kemiripan dua buah citra.
2. Packet Loss
Packet loss digunakan untuk mengukur seberapa persen banyaknya
paket yang hilang selama pengiriman paket data dari sender ke
receiver.
3. Throughput
Throughput digunakan untuk mengukur kecepatan pengiriman
sebuah paket.
4.4 Modelling
Pada conceptual model telah dibahas pembagian simulasi menjadi dua
bagian simulsi, yaitu:
37
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.4.1 Skenario Simulasi A
Tabel 4.3 Skenario Simulasi A
Parameter Values
MAC 802.11
Jarak Antara Node (m) 20, 50, 100, dan 150
Jumlah Node 22, 42, 62, 82 dan 102
Simulation Time 66 s
Routing Protocol AOMDV
Tipe Traffic CBR
Transmission Protocol UDP
Aplication Video Streaming
Gambar 4.1 Skenario A node 22 jarak 20m
Pada gambar 4.1 adalah simulasi dengan jarak antara node
20m. Setiap node dikonfigurasi menggunakan routing protocol
AOMDV dengan jumlah node sebanyak 4. Node 0 akan memiliki
peran sebagai sender dan node 3 akan memiliki peran sebagai
receiver.
38
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.2 Skenario A node 42 jarak 20m
Pada gambar 4.2 adalah simulasi dengan jarak antara node
20m. Setiap node dikonfigurasi menggunakan routing protocol
AOMDV dengan jumlah node sebanyak 16. Node 0 akan memiliki
peran sebagai sender dan node 15 akan memiliki peran sebagai
receiver.
Gambar 4.3 Skenario A node 62 jarak 20m
Pada gambar 4.3 adalah simulasi dengan jarak antara node
20m. Setiap node dikonfigurasi menggunakan routing protocol
AOMDV dengan jumlah node sebanyak 36. Node 0 akan memiliki
peran sebagai sender dan node 35 akan memiliki peran sebagai
receiver.
39
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.4 Skenario A node 82 jarak 20m
Pada gambar 4.4 adalah simulasi dengan jarak antara node
20m. Setiap node dikonfigurasi menggunakan routing protocol
AOMDV dengan jumlah node sebanyak 64. Node 0 akan memiliki
peran sebagai sender dan node 63 akan memiliki peran sebagai
receiver.
Gambar 4.5 Skenario A node 102 jarak 20m
Pada gambar 4.5 adalah simulasi dengan jarak antara node
20m. Setiap node dikonfigurasi menggunakan routing protocol
AOMDV dengan jumlah node sebanyak 100. Node 0 akan memiliki
peran sebagai sender dan node 99 akan memiliki peran sebagai
receiver.
40
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.6 Skenario A node 22 jarak 50m
Pada gambar 4.6 adalah simulasi dengan jarak antara node
50m. Setiap node dikonfigurasi menggunakan routing protocol
AOMDV dengan jumlah node sebanyak 4. Node 0 akan memiliki
peran sebagai sender dan node 3 akan memiliki peran sebagai
receiver.
Gambar 4.7 Skenario A node 42 jarak 50m
Pada gambar 4.7 adalah simulasi dengan jarak antara node
50m. Setiap node dikonfigurasi menggunakan routing protocol
AOMDV dengan jumlah node sebanyak 16. Node 0 akan memiliki
peran sebagai sender dan node 15 akan memiliki peran sebagai
receiver.
41
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.8 Skenario A node 62 jarak 50m
Pada gambar 4.8 adalah simulasi dengan jarak antara node
50m. Setiap node dikonfigurasi menggunakan routing protocol
AOMDV dengan jumlah node sebanyak 36. Node 0 akan memiliki
peran sebagai sender dan node 35 akan memiliki peran sebagai
receiver.
Gambar 4.9 Skenario A node 82 jarak 50m
Pada gambar 4.9 adalah simulasi dengan jarak antara node
50m. Setiap node dikonfigurasi menggunakan routing protocol
AOMDV dengan jumlah node sebanyak 64. Node 0 akan memiliki
peran sebagai sender dan node 63 akan memiliki peran sebagai
receiver.
42
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.10 Skenario A node 102 jarak 50m
Pada gambar 4.10 adalah simulasi dengan jarak antara node
50m. Setiap node dikonfigurasi menggunakan routing protocol
AOMDV dengan jumlah node sebanyak 100. Node 0 akan memiliki
peran sebagai sender dan node 99 akan memiliki peran sebagai
receiver.
Gambar 4.11 Skenario A node 22 jarak 100m
Pada gambar 4.11 simulasi dengan jarak antara node 100m.
Setiap node dikonfigurasi menggunakan routing protocol AOMDV
dengan jumlah node sebanyak 4. Node 0 akan memiliki peran sebagai
sender dan node 3 akan memiliki peran sebagai receiver.
43
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.12 Skenario A node 42 jarak 100m
Pada gambar 4.12 simulasi dengan jarak antara node 100m.
Setiap node dikonfigurasi menggunakan routing protocol AOMDV
dengan jumlah node sebanyak 16. Node 0 akan memiliki peran
sebagai sender dan node 15 akan memiliki peran sebagai receiver.
Gambar 4.13 Skenario A node 62 jarak 100m
Pada gambar 4.13 simulasi dengan jarak antara node 100m.
Setiap node dikonfigurasi menggunakan routing protocol AOMDV
dengan jumlah node sebanyak 36. Node 0 akan memiliki peran
sebagai sender dan node 35 akan memiliki peran sebagai receiver.
44
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.14 Skenario A node 82 jarak 100m
Pada gambar 4.14 simulasi dengan jarak antara node 100m.
Setiap node dikonfigurasi menggunakan routing protocol AOMDV
dengan jumlah node sebanyak 64. Node 0 akan memiliki peran
sebagai sender dan node 63 akan memiliki peran sebagai receiver.
Gambar 4.15 Skenario A node 102 jarak 100m
Pada gambar 4.15 simulasi dengan jarak antara node 100m.
Setiap node dikonfigurasi menggunakan routing protocol AOMDV
dengan jumlah node sebanyak 100. Node 0 akan memiliki peran
sebagai sender dan node 99 akan memiliki peran sebagai receiver.
45
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.16 Skenario A node 22 jarak 150m
Pada gambar 4.16 simulasi dengan jarak antara node 150m.
Setiap node dikonfigurasi menggunakan routing protocol AOMDV
dengan jumlah node sebanyak 4. Node 0 akan memiliki peran sebagai
sender dan node 3 akan memiliki peran sebagai receiver.
Gambar 4.17 Skenario A node 42 jarak 150m
Pada gambar 4.17 simulasi dengan jarak antara node 150m.
Setiap node dikonfigurasi menggunakan routing protocol AOMDV
dengan jumlah node sebanyak 15. Node 0 akan memiliki peran
sebagai sender dan node 14 akan memiliki peran sebagai receiver.
46
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.18 Skenario A node 62 jarak 150m
Pada gambar 4.18 simulasi dengan jarak antara node 150m.
Setiap node dikonfigurasi menggunakan routing protocol AOMDV
dengan jumlah node sebanyak 36. Node 0 akan memiliki peran
sebagai sender dan node 35 akan memiliki peran sebagai receiver.
Gambar 4.19 Skenario A node 82 jarak 150m
Pada gambar 4.19 simulasi dengan jarak antara node 150m.
Setiap node dikonfigurasi menggunakan routing protocol AOMDV
dengan jumlah node sebanyak 64. Node 0 akan memiliki peran
sebagai sender dan node 63 akan memiliki peran sebagai receiver.
47
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 4.20 Skenario A node 102 jarak 150m
Pada gambar 4.20 simulasi dengan jarak antara node 150m.
Setiap node dikonfigurasi menggunakan routing protocol AOMDV
dengan jumlah node sebanyak 100. Node 0 akan memiliki peran
sebagai sender dan node 99 akan memiliki peran sebagai receiver.
4.4.2 Skenario Simulasi B
Tabel 4.4 Skenario Simulasi B
Parameter Values
MAC 802.11
Jarak Antara Node (m) 20, 50, 100, dan 150
Jumlah Node 22, 42, 62, 82 dan 102
Simulation Time 66 s
Routing Protocol DSDV
Tipe Traffic CBR
Transmission Protocol UDP
Aplication Video Streaming
Pada skenario B, simulasi terdiri dari 20 skenario yang
memiliki jarak antara node dan jumlah node yang sama dengan
skenario A. Perbedaan pada skenario B hanya terletak pada
konfigurasi routing protocol yang digunakan menjadi routing
48
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
protocol DSDV yang pada skenario sebelumnya menggunakan
routing protocol AOMDV.
4.5 Simulation
Pada tahapan ini, penulis menggunakan sistem operasi Linux Ubuntu
14.04. Penelitian dilakukan menggunakan aplikasi NS2 versi 2.35 all-in-one
sebagai compiler syntax yang sudah dibuat berupa file dengan ekstensi .tcl
berisikan inputan yang dibutuhkan berupa posisi node dan jarak antara node
selama simulasi berlangsung dengan hasil dua buah file yang berekstensi
.nam dan .tr. File.nam akan dijalankan menggunakan aplikasi NAM untuk
menampilkan hasil dari simulasi yang terlah dikompilasi sebelumnya.
Framework evalvid pada NS2 juga digunakan untuk membuat traffic dari
video MPEG-4. Dalam framework evalvid penulis juga menggunakan
aplikasi PSNR untuk menampilkan hasil parameter PSNR sebagai pengukur
kualias citra video File.tr akan menjadi file untuk menampilkan hasil
parameter packetloss dan throughput menggunakan script awk.
4.5.1 Konfigurasi Evalvid
Selebelum simulasi dilakukan, dilakukan penambahan pada
script packet.h, agent.h, agent.cc dan ns-default.cc di NS2 untuk
membuat konfigurasi agent UDP dengan traffic video dan konfigurasi
evalvid untuk membuat traffic dari video MPEG-4
4.5.1.1 Konfigurasi packet.h , agent.h dan agent.cc
Konfigurasi disini berfungsi sebagai integrasi antara
NS2 dan evalvid agar dapat digunakan dalam simulasi.
Berikut adalah konfigurasi yang dilakukan:
1. Packet.h
49
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Agent.h
3. Agent.cc
4.5.1.2 Konfigurasi ns-default.tcl
Konfigurasi ini bertujuan untuk dapat menjalankan
simulasi video traffic dengan membuat agent myUDP pada
ns-default.tcl
4.5.1.3 Konfigurasi traffic video
Konfigurasi ini bertujuan untuk merubah file video
dalam ekstensi .yuv agar dapat dijalankan di ns2 dengan
langkah-langkah berikut ini :
1. Membuat raw dari file .yuv menjadi .m4v dengan
command ffmpeg – i file_cif.yuv
file_cif.m4v
2. Mengubah file .m4v menjadi file .mp4 dengan
command MP4Box -hint -mtu 1024 -fps 30
-add file_cif.m4v file_cif.mp4
3. Membuat referensi file yuv yang akan di evaluasi
dengan file yuv yang diterima dengan command
ffmpeg -i file_cif.mp4 file_cif_ref.yuv
4. Membuat file trace yang berisi informasi setiap
frame video untuk digunakan sebagai paket dalam
simulasi ns2 dengan command ./mp4trace -f -
50
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
s 224.1.2.3 12346 file_cif.mp4 >
Source_Video_Trace
4.5.2 Konfigurasi NS2
Konfigurasi disini untuk menerapkan konfigurasi yang telah
dilakukan pada packet.h, agent.h, agent.cc, ns-default.tcl dan
konfigurasi dalam video traffic. Konfigurasi NS2 dijalankan dengan
cara membuka terminal dan masuk pada lokasi folder ns-2.35, lalu
menjalankan syntax:
$ make clean
$ make
$ make install
4.5.3 Konfigurasi Skenario A
Konfigurasi skenario A dilakukan dengan menggunakan
syntax yang disimpan didalam file.tcl. syntax untuk konfigurasi
skenario A berisi seperti dibawah ini:
1. Node2D20AOMDV.tcl
#===================================
# Simulation parameters setup
#===================================
set val(chan) Channel/WirelessChannel
set val(prop) Propagation/TwoRayGround
set val(netif) Phy/WirelessPhy
set val(mac) Mac/802_11
set val(ifq) Queue/DropTail/PriQueue
set val(ll) LL
set val(ant) Antenna/OmniAntenna
set val(ifqlen) 50
set val(nn) 4
set val(rp) AOMDV
set val(x) 316
set val(y) 6058
set val(stop) 100.0
set val(cc) "n2aomdv"
#===================================
51
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
# Initialization
#===================================
#Create a ns simulator
set ns [new Simulator]
$ns use-newtrace
#Setup topography object
set topo [new Topography]
$topo load_flatgrid $val(x) $val(y)
create-god $val(nn)
set max_fragmented_size 1024
#Open the NS trace file
set tracefile [open out.tr w]
$ns trace-all $tracefile
#Open the NAM trace file
set namfile [open out.nam w]
$ns namtrace-all $namfile
$ns namtrace-all-wireless $namfile $val(x) $val(y)
set chan [new $val(chan)];#Create wireless channel
#===================================
# Mobile node parameter setup
#===================================
$ns node-config -adhocRouting $val(rp) \
-llType $val(ll) \
-macType $val(mac) \
-ifqType $val(ifq) \
-ifqLen $val(ifqlen) \
-antType $val(ant) \
-propType $val(prop) \
-phyType $val(netif) \
-channel $chan \
-topoInstance $topo \
-agentTrace ON \
-routerTrace ON \
-macTrace ON \
-movementTrace ON
52
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
#===================================
# Nodes Definition
#===================================
#Create 4 nodes
set n0 [$ns node]
$n0 set X_ 500
$n0 set Y_ 301
$n0 set Z_ 0.0
$ns initial_node_pos $n0 20
set n1 [$ns node]
$n1 set X_ 520
$n1 set Y_ 301
$n1 set Z_ 0.0
$ns initial_node_pos $n1 20
set n2 [$ns node]
$n2 set X_ 500
$n2 set Y_ 281
$n2 set Z_ 0.0
$ns initial_node_pos $n2 20
set n3 [$ns node]
$n3 set X_ 520
$n3 set Y_ 281
$n3 set Z_ 0.0
$ns initial_node_pos $n3 20
$ns at 0.01 "$n0 label \"sender\""
$ns at 0.01 "$n3 label \"destination\""
puts "Loading random connection pattern..."
#set god_ [God instance]
#source $val(cp)
###################################################
#########################
# CBR Connections generated by cbrgen
source $val(cc)
# Define initial node position
#for {set i 0} {$i < $val(nn) } {incr i} {
53
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
#$ns initial_node_pos $node_($i) 20
#}
set pre_time 0
while {[eof $original_file_id] == 0} {
gets $original_file_id current_line
scan $current_line "%d%s%d%d%f" no_ frametype_
length_ tmp1_ tmp2_
set time [expr int(($tmp2_ -
$pre_time)*1000000.0)]
if { $frametype_ == "I" } {
set type_v 1
set prio_p 0
}
if { $frametype_ == "P" } {
set type_v 2
set prio_p 0
}
if { $frametype_ == "B" } {
set type_v 3
set prio_p 0
}
if { $frametype_ == "H" } {
set type_v 1
set prio_p 0
}
puts $trace_file_id "$time $length_ $type_v
$prio_p $max_fragmented_size"
set pre_time $tmp2_
}
54
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
close $original_file_id
close $trace_file_id
set end_sim_time $tmp2_
puts "$end_sim_time"
set trace_file [new Tracefile]
$trace_file filename $trace_file_name
set video1 [new Application/Traffic/myEvalvid]
$video1 attach-agent $udp_(0)
$video1 attach-tracefile $trace_file
proc finish {} {
global ns tracefile namfile
$ns flush-trace
close $tracefile
close $namfile
exit 0
}
$ns at 0.0 "$video1 start"
$ns at $end_sim_time "$video1 stop"
$ns at [expr $end_sim_time + 1.0] "$null_(0)
closefile"
$ns at [expr $end_sim_time + 1.0] "finish"
proc finish {} {
global ns tracefile namfile
$ns flush-trace
close $tracefile
close $namfile
exec nam out.nam &
exit 0
}
puts "Starting Simulation..."
$ns run
2. N2aomdv
55
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
set udp_(0) [new Agent/myUDP]
$ns attach-agent $n0 $udp_(0)
set null_(0) [new Agent/myEvalvid_Sink]
$ns attach-agent $n15 $null_(0)
$udp_(0) set packetSize_ 1052
$udp_(0) set_filename sd_aomdv
$ns connect $udp_(0) $null_(0)
$null_(0) set_filename rd_aomdv
set original_file_name sourceBRIDGE
set trace_file_name aomdv.dat
set original_file_id [open $original_file_name r]
set trace_file_id [open $trace_file_name w]
3. File.awk
Untuk menjalankan skenario A yang lainnya yang memiliki
jumlah node dan jarak antara node yang berbeda, hanya perlu
mengganti syntax didalam file.tcl dibagian:
#===================================
# Nodes Definition
#===================================
#Create 4 nodes
set n0 [$ns node]
$n0 set X_ 500
$n0 set Y_ 301
$n0 set Z_ 0.0
$ns initial_node_pos $n0 20
set n1 [$ns node]
$n1 set X_ 520
$n1 set Y_ 301
$n1 set Z_ 0.0
$ns initial_node_pos $n1 20
set n2 [$ns node]
$n2 set X_ 500
$n2 set Y_ 281
$n2 set Z_ 0.0
56
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
$ns initial_node_pos $n2 20
set n3 [$ns node]
$n3 set X_ 520
$n3 set Y_ 281
$n3 set Z_ 0.0
$ns initial_node_pos $n3 20
$ns at 0.01 "$n0 label \"sender\""
$ns at 0.01 "$n3 label \"destination\""
Setelah node dan jarak antara node telah diganti, simulasi lalu
dijalankan menggunakan command ns file.tcl yang telah disimpan.
4.5.4 Konfigurasi Skenario B
Secara keseluruhan skenario B memiliki persamaan pada
bagian jumlah node dan jarak antara node yang telah dibuat.
Untuk menjalankan skenario B yang menggunakan routing
protocol DSDV, hanya perlu melakukan pergantian syntax didalam
file.tcl aomdv yaitu mengganti
set val(rp) AOMDV
menjadi
set val(rp) DSDV
57 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Verification and Validation
Tahapan ini berisikan tahapan untuk melakukan verifikasi dan validasi
kepada setiap skenario yang sudah dibuat sebelumnya. Verifikasi dan validasi
bertujuan untuk mengetahui apakah simulasi telah berjalan dengan bain
sesuai ketentuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Jika terjadi kesalahan
pada tahapan ini, maka akan dilakukan pengoreksan dan perbaikan pada
masing-masing tahapan metode simulasi. Berikut ini beberapa percobaan
yang akan dilakukan pada tahapan verifikasi dan validasi, diantaranya:
5.1.1 Verifikasi dan Validasi Konfigurasi Simulasi
Pada tahapan ini pengecekan akan dilakukan dengan
memeriksa seluruh konfigurasi simulasi apakah sudah sesuai dengan
yang ditentukan pada tahap sebelumnya. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan NS2 pada sistem operasi Linux Ubuntu, NS2
digunakan sebagai compiler file .tcl yang telah dibuat. NS2 dijalankan
dengan command pada terminal “$ns <nama file>.tcl”. Jika compile
berhasil dan tidak ada masalah, NS2 akan menghasilkan 2 file baru
dengan ekstensi .nam dan .tr. File dengan ekstensi .nam berfungsi
untuk menampilkan animasi simulasi sedangkan file dengan ekstensi
.tr berungsi untuk informasi seluruh kegiatan (trace) selama simulasi
berjalan. Pengujian ini dilakukan ke seluruh skenario yang
disimulasikan.
5.1.2 Verifikasi dan Validasi Pemilihan Jalur oleh Routing Protocol
Pengujian ini dilakukan untuk memeriksa apakah routing
protocol berjalan dnegan baik. Pengujian dilakukan dengan
menjalankan file .nam dan melihat komunikasi antar sender dan
receiver.
5.1.3 Verifikasi dan validasi Performa Jaringan Dengan Paket UDP Video
Streaming
58
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengujian ini dilakukan untuk memeriksa apakah paket TDP
yang dikirimkan berjalan dengan baik. Pengujian dilakukan dengan
menghitung nilai packetloss, dan throughput dari file .tr menggunakan
file . awk.
5.1.4 Pengujian PSNR
Pengujian ini dilakukan untuk memeriksa kualitas citra video
yang telah diintegrasi dengan simulasi dari NS2. Pegujian dilakukan
dengan menggunakan send delivery dan receive delivery dari simulasi
NS2 dan digabungkan dengan source video trace yang telah dibuat
untuk menampilkan hasil video setelah diintegrasi dengan simulasi
dari NS2.
5.2 Experimentation
Pada tahapan eksperimen, akan dilakukan pengujian pada skenario
yang telah dirancang sebelumnya yaitu:
5.2.1 Pengujian Konfigurasi Simulasi
Setelah skenario telah divalidasi, tahap berikutnya adalah
mengkompilasi seluruh simulasi menggunakan NS2 dengan
command $ns <file.tcl> seperti gambar di bawah ini:
Gambar 5.1 Command Run File.tcl
Setelah berhasil, akan muncul dua file dengan ekstensi .nam
dan .tr untuk melihat hasil simulasi dan untuk melihat kegiatan selama
pengiriman paket.
5.2.2 Pengujian pemilihan jalur routing protocol
Pada tahap ini, akan berlangsung pengujian terhadap
pemilihan jalur yang dilakukan oleh routing protocol. Pengujian
dilakukan dengan aplikasi NAM menggunakan file.nam yang telah
59
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dihasilkan pada tahap sebelumnya. Dengan menggunakan perintah
$nam <file.nam> akan muncul hasil seperti gambar di bawah ini:
Gambar 5.2 Hasil File.nam
Gambar 5.2 merupakan pengujian jalur yang dipilih oleh
routing protocol dan dijalankan dengan file.nam
5.2.3 Pengujian jaringan dengan paket UDP Video Sreaming
Terdapat empat puluh skenario yang akan disimulasikan, dua
puluh diantaranya menggunakan routing protocol AOMDV dan dua
puluh lainnya menggunakan routing protocol DSDV. Percobaan
dilakukan dengan mengirimkan paket UDP video streaming dari
sender menuju ke receiver. Hasil yang akan dimunculkan adalah
packetloss dan throughput. Contoh hasil pengujian performa jarinagn
dengan paket UDP dapat dilihat seperti gambar di bawah ini:
Gambar 5.3 Pengujian Packetloss
0
5
10
15
20
25
4 16 36 64 100
Pac
ketl
oss
(%)
Node
Packetloss - Jarak 20m
AOMDV DSDV
60
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 5.3 merupakan hasil dari pengujian total paketloss
dengan routing protocol AOMDV dan DSDV.
Gambar 5.4 Pengujian Throughput
Gambar 5.4 merupakan hasil dari pengujian total rata-rata
throughput dengan routing protocol AOMDV dan DSDV.
5.2.4 Pengujian PSNR
Pengujian PSNR dilakukan pembuatan video setelah
kompilasi dengan menggunakan Send_time_file dan Recv_time_file
yang terbentuk setelah melakukan kompilasi dengan NS2 yang
ditambahkan source_video_trace yang telah dibuat menggunakan
aplikasi evalvid. Setelah melakukan pembuatan video, untuk mencari
nilai PSNR video tersebut harus menggunakan aplikasi PSNR
didalam evalvid dengan cara menggunakan perintah “./psnr 352
288 420 file.yuv file_recv.yuv > ref_psnr.txt”. Contoh
hasil PSNR dapat berupa nilai per frame ataupun berbentuk gambar
video seperti gambar dibawah ini:
0
20
40
60
80
100
4 16 36 64 100Thro
ugh
pu
t (k
bp
s)
Node
Throughput - Jarak 20m
AOMDV DSDV
61
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 5.5 Hasil PSNR
5.3 Output Evaluation
5.3.1 Skenario A
Pada skenario A jaringan terdiri dari 4, 16, 36, 64, dan 100
node berbentuk matriks dengan jarak antara node 20m, 50m, 100m,
150m menggunakan routing protocol AOMDV. Simulasi dilakukan
dengan mengirimkan paket UDP video streaming sebesar 1052 bytes
setiap paketnya. Berikut ini adalah hasil simulasi dari skenario A
berdasarkan packetloss, throughput, dan PSNR dalam bentuk tabel
dan gambar grafik.
5.3.1.1 Packetloss
Hasil simulasi menggunakan routing protocol
AOMDV dengan perubahan jumlah node dan jarak antara
node berdasarkan parameter packetloss sebagai berikut:
Tabel 5.1 Packetloss Skenario A Routing Protocol AOMDV
Packetloss (%)
node jarak antar node
20m 50m 100m 150m
4 0 0 0 0
16 0 0 0 0
36 0 0 0,9 1,9
64 0 0 1,3 9,4
62
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
100 0 0 2,4 10,19
Berdasarkan tabel 5.1 maka dibuatlah grafik
packetloss routing protocol AOMDV dengan berubahan
jarak antara node sebagai berikut :
Gambar 5.6 Grafik Packetloss AOMDV
Pada gambar 5.6 menunjukan perbandingan nilai
packetloss pada routing protocol AOMDV dengan variasi
node dan variasi jarak antara node. Pada node 100 dan jarak
150m packetloss mencapai nilai paling besar.
Nilai packetloss yang mengalami kenaikan dimulai
dari node 36 hingga node 100 dengan jarak 100m. Packetloss
mengalami kenaikan sebesar 0,9% , 1,3% , dan terakhir
2,4%. Nilai packetloss juga mengalami kenaikan pada jarak
150m pada node 36 hingga 100. Kenaikan packetloss terjadi
sebesar 1,9 % , 9,4% dan 10,19%.
Menurut (Singh & Gupta, 2015) pada jurnalnya yang
berjudul Performance evaluation of AOMDV routing
algorithm with local repair for wireless mesh networks
membuktikan bahwa semakin banyaknya node yang
0
5
10
15
4 16 36 64 100
Pac
ketl
loss
(%)
Node
Packet Loss AOMDV
20m 50m 100m 150m
63
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
digunakan, packetloss akan bertambah karena jumlah node
bertambah.
Untuk jarak antar node juga berpengaruh dalam hasil
packetloss. Berdasarkan jurnal (Setijadi, 2018), dikatakan
bahwa packetloss dengan jumlah node yang padat cenderung
bertambah.
5.3.1.2 Throughput
Hasil simulasi menggunakan routing protocol
AOMDV dengan perubahan jumlah node dan jarak antara
node berdasarkan parameter throughput sebagai berikut:
Tabel 5.2 Throughput Skenario A Routing Protocol AOMDV
Throughput (kbps)
node Jarak Antar Node
20m 50m 100m 150m
4 80,46 80,46 80,46 80,46
16 80,46 80,46 80,46 80,44
36 80,46 80,46 79 78,98
64 80,46 80,45 79,1 71,12
100 80,46 80,45 77,7 71,44
Berdasarkan tabel 5.2 maka dibuatlah grafik throughput
routing protocol AOMDV dengan berubahan jarak antara
node sebagai berikut :
64
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 5.7 Grafik Throughput AOMDV
Pada gambar 5.7 menunjukan perbandingan nilai
throughput pada routing protocol AOMDV dengan variasi
node dan variasi jarak antara node. Pada jarak 20m dan 50m
memiliki nilai throughput terbesar.
Nilai throughput berjalan stabil pada jarak 20m dan
50m dengan nilai 80,46 kbps. Throughput mulai mengalami
perubahan dan penurunan pada node 36 hingga 100 pada
jarak 100m dan 150m.
Menurut (Setijadi, 2018) pada jurnalnya, dikatakan
bahwa throughput pada AOMDV akan mengalami
penurunan bedasarkan kepadatan node. Jadi, penurunan yang
terjadi pada node 36 hingga 100 dengan jarak 100m dan
150m dikarenakan banyaknya jumlah node yang terdapat
pada simulasi yang dilakukan.
Jika membandingkan tabel 5.1 dan 5.2 akan terlihat
perubahan nilai throughput juga berpengaruh terhadap besar
kecilnya nilai packetloss yang terjadi pada setiap simulasi.
Semakin besar packetloss, nilai throughput akan semakin
menurun.
65
70
75
80
85
4 16 36 64 100Thro
ugh
pu
t (k
bp
s)Axis Title
Throughput AOMDV
20m 50m 100m 150m
65
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5.3.1.3 PSNR
Hasil simulasi menggunakan routing protocol
AOMDV dengan perubahan jumlah node dan jarak antara
node berdasarkan parameter PSNR sebagai berikut:
Tabel 5.3 Average PSNR Skenario A Routing Protocol AOMDV
Average PSNR (dB)
node Jarak Antar Node
20m 50m 100m 150m
4 28.767 28.767 28.767 28.767
16 28.767 28.767 28.767 28.767
36 28.767 28.767 28.757 28.738
64 28.767 28.767 28.746 28.569
100 28.767 28.767 28.731 28.603
Pada tabel 5.3 menunjukan nilai rata-rata PSNR yang
dihasilkan dari setiap simulasi. Dengan nilai rata-rata PSNR
yang tidak terlalu jauh dan nilai rata-rata paling besar adalah
28,767 dB dan nilai rata-rata terkecil dimiliki oleh node 64
dengan jarak 150m sebesar 28,569. Berikut adalah gambar
video yang dihasilkan:
Gambar 5.8 Hasil Video Node 4 Dengan Jarak 20m
66
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 5.9 Hasil Video Node 64 Dengan Jarak 150m
Pada gambar 5.9 dan gambar 5.8 menunjukan
perbandingan hasil video dari node 4 dengan jarak 20m dan
node 64 dengan jarak 150m pada frame ke 960. Terlihat
gambar 5.9 lebih terlihat jelas pada frame 960 dibandingkan
dengan gambar 5.10 yang terlihat lebih buram.
Hasil PSNR yang ditunjukan pada tabel 5.3
memperlihatkan nilai yang stabil pada jarak 20m dan 50m.
Nilai PSNR mulai terlihat berubah menurun saat memasuki
simulasi node 36 hingga 100 dengan jarak 100m dan 150m.
Menurut (Bondal, Castellano, Esteban, Teodoro, &
Dela Cruz, 2016) penurunan nilai PSNR terjadi dikarenakan
naiknya nilai packetloss. Dapat dilihat melalui tabel 5.1 dan
5.3, saat nilai packetloss naik maka bersamaan dengan itu
nilai PSNR mengalami penurunan.
5.3.2 Skenario B
67
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada skenario B jaringan terdiri dari 4, 16, 36, 64, dan 100
node berbentuk matriks dengan jarak antara node 20m, 50m, 100m,
150m menggunakan routing protocol DSDV. Simulasi dilakukan
dengan mengirimkan paket UDP video streaming sebesar 1052 bytes
setiap paketnya. Berikut ini adalah hasil simulasi dari skenario A
berdasarkan packetloss, throughput, dan PSNR dalam bentuk tabel
dan gambar grafik.
5.3.2.1 Packetloss
Hasil simulasi menggunakan routing protocol
AOMDV dengan perubahan jumlah node dan jarak antara
node berdasarkan parameter packetloss sebagai berikut:
Tabel 5.4 Packetloss Skenario B Routing Protocol DSDV
Packetloss (%)
node Jarak Antar Node
20m 50m 100m 150m
4 1,2 1,2 1,2 1,2
16 1,3 1,3 21,4 55,1
36 2 20,8 72,5 100
64 3 20,7 100 100
100 19,9 39,9 100 100
Berdasarkan tabel 5.4 maka dibuatlah grafik
packetloss routing protocol DSDV dengan berubahan jarak
antara node sebagai berikut :
68
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 5.10 Grafik Packetloss DSDV
Pada gambar 5.10 menunjukan perbandingan nilai
packetloss pada routing protocol DSDV dengan variasi node
dan variasi jarak antara node. Terdapat 5 hasil yang memiliki
nilai packetloss terbesar yaitu node 64 dan 100 di jarak 100m
dan node 36, 64, dan 100 pada jarak 150m dengan nilai
packetloss sebesar 100%.
Nilai packetloss yang mengalami kenaikan pada
setiap node di setiap jarak yang berbeda. Terdapat nilai
packetloss terkecil dengan 1,2% dan nilai packetloss terbesar
dengan 100% pada 5 simulasi, dua diantaranya terdapat pada
node 64 dan 100 dengan jarak 100m. Tiga lainnya terdapat
pada node 36 hingga 100 dengan jarak 150m.
Menurut (Setijadi, 2018), dalam routing protocol
DSDV dibuktikan bahwa semakin padatnya node yang
digunakan, packetloss akan bertambah karena jumlah node
bertambah.
Untuk jarak antar node juga berpengaruh dalam hasil
packetloss. Berdasarkan jurnal (Setijadi, 2018), dikatakan
bahwa packetloss dengan jumlah node yang padat cenderung
bertambah.
0
20
40
60
80
100
4 16 36 64 100P
acke
tlo
ss (%
)Node
Packet loss DSDV
20m 50m 100m 150m
69
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5.3.2.2 Throughput
Hasil simulasi menggunakan routing protocol DSDV
dengan perubahan jumlah node dan jarak antara node
berdasarkan parameter throughput sebagai berikut:
Tabel 5.5 Throughput Skenario B Routing Protocol DSDV
Throughput (kbps)
node Jarak Antar Node
20m 50m 100m 150m
4 77,42 77,42 77,42 77,42
16 77,35 77,35 62,68 35,48
36 76,97 63,24 21,82 0
64 76,16 63,26 0 0
100 64,03 49,5 0 0
Berdasarkan tabel 5.5 maka dibuatlah grafik
throughput routing protocol DSDV dengan berubahan jarak
antara node sebagai berikut :
Gambar 5.11 Grafik Throughput DSDV
Pada gambar 5.11 menunjukan perbandingan nilai
throughput pada routing protocol DSDV dengan variasi node
dan variasi jarak antara node. Hasil simulasi menunjukan
0
20
40
60
80
100
4 16 36 64 100Thro
ugh
pu
t (k
bp
s)
Node
Throughput DSDV
20m 50m 100m 150m
70
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
nilai throughput terbesar terjadi pada node 4 di setiap jarak
antar node.
Nilai throughput yang terdapat pada tabel 5.5 akan
terlihat penurunan yang cukup drastis pada node 64 dan 100
di jarak 100m dan node 36 hingga 100 di jarak 150m yang
memperlihatkan nilai throughput 0 kbps.
Menurut (Setijadi, 2018) pada jurnalnya, dikatakan
bahwa throughput pada DSDV akan mengalami penurunan
bedasarkan kepadatan node. Jadi, penurunan yang terjadi
pada node 64 hingga 100 dengan jarak 100m dan pada node
34 hingga 100 dengan jarak 150m dikarenakan banyaknya
jumlah node yang terdapat pada simulasi yang dilakukan.
Jika membandingkan tabel 5.4 dan 5.5 akan terlihat
perubahan nilai throughput juga berpengaruh terhadap besar
kecilnya nilai packetloss yang terjadi pada setiap simulasi.
Dapat dilihat pada tabel 5.4 terdapat nilai packetloss sebesar
100% menandakan nilai nilai throughput pada simulasi
tersebut tidak memiliki laju data atau dengan nilai 0 kbps.
5.3.2.3 PSNR
Hasil simulasi menggunakan routing protocol DSDV
dengan perubahan jumlah node dan jarak antara node
berdasarkan parameter PSNR sebagai berikut:
Tabel 5.6 Average PSNR Skenario B Routing Protocol DSDV
Average PSNR (dB)
node Jarak Antar Node
20m 50m 100m 150m
4 29.864 28.240 28.240 28.240
16 28.140 28.140 N N
36 27.858 N N N
64 27.575 N N N
100 N N N N
71
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada tabel 5.6 menunjukan nilai rata-rata PSNR yang
dihasilkan dari setiap simulasi. Terlihat nilai tertinggi rata-
rata PSNR terdapat pada node 4 di jarak 20m dengan nilai
29,864 dB dan nilai terkecil pada node 64 di jarak 20m
dengan nilai 27,575. Berikut ini adalah perbedaan hasil video
yang dihasilkan:
Gambar 5.12 Hasil Video Node 4 Dengan Jarak 20m
Gambar 5.13 Hasil Video Node 64 Dengan Jarak 20m
72
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada gambar 5.12 dan gambar 5.13 menunjukan
perbandingan hasil video dari node 4 dengan jarak 20m dan
node 64 dengan jarak 20m pada frame ke 1240. Terlihat
gambar 5.12 lebih terlihat jelas pada frame 1240
dibandingkan dengan gambar 5.13 yang terlihat lebih buram.
Hasil PSNR yang ditunjukan pada tabel 5.6
memperlihatkan nilai yang stabil pada node 4 dengan jarak
yang berbeda-beda dan mengalami penurunan pada node
yang 16, 36 dan 64. Terdapat nilai N yang dimaksudkan
PSNR tidak dapat dihasilkan.
Menurut (Bondal et al., 2016) penurunan nilai PSNR
terjadi dikarenakan naiknya nilai packetloss. Dapat dilihat
melalui tabel 5.4 dan 5.6, saat nilai packetloss naik maka
bersamaan dengan itu nilai PSNR mengalami penurunan.
5.3.3 Evaluation
5.3.3.1 Perbandingan Skenario A dan Skenario B
A. Packetloss
Berikut adalah tabel dan gambar perbandingan hasil
pengujian packetloss menggunakan routing protocol AOMDV
dan AOMDV dengan variasi jarak antara node.
Tabel 5.7 Perbandingan Packetloss AOMDVdan DSDVdengan jarak 20m
Packetloss (%)
Node Jarak 20m
AOMDV DSDV
4 0 1,2
16 0 1,3
36 0 2
64 0 3
100 0 19,9
73
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada tabel 5.7 menunjukkan perbandingan nilai
packetloss routing protocol AOMDV dan DSDV pada jarak 20m.
Packetloss tertinggi diperoleh dari routing protocol DSDV
sebesar 19,9% pada node 100.
Gambar 5.14 Grafik Pebandingan Packetloss Dengan Jarak 20m
Pada gambar 5.14 menunjukan perbandingan packetloss
routing protocol AOMDV dan DSDV pada jarak 20m. Routing
protocol DSDV memiliki nilai packetloss yang lebih besar dari
routing protocol AOMDV pada setiap node yang berbeda.
Pada jurnal (Setijadi, 2018), dijelaskan bahwa AOMDV
lebih unggul terhadap DSDV dalam hal packetloss dikarenakan
pada DSDV nilai packetloss cenderung lebih meningkat
berdasarkan jumlah kepadatan node yang ada. Sedangkan pada
AOMDV semakin padat node, packetloss tidak terdapat
perubahan drastis seperti pada DSDV.
Pada jurnal (Nefti, 2016) juga menjelaskan jika
banyaknya jumlah node dan jarak antar node akan mempengaruhi
kinerja dari sebuah routing protocol.
Tabel 5.8 Perbandingan Packetloss AOMDVdan DSDVdengan jarak 50m
Packetloss (%)
Node Jarak 50m
0
5
10
15
20
25
4 16 36 64 100
Pac
ketl
oss
(%)
Node
Packetloss - Jarak 20m
AOMDV DSDV
74
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
AOMDV DSDV
4 0 1,2
16 0 1,3
36 0 20,8
64 0 20,7
100 0 39,9
Pada tabel 5.8 menunjukkan perbandingan nilai
packetloss routing protocol AOMDV dan DSDV pada jarak 50m.
Packetloss tertinggi diperoleh dari routing protocol DSDV
sebesar 39,9% pada node 100.
Gambar 5.15 Grafik Pebandingan Packetloss Dengan Jarak 50m
Pada gambar 5.15 menunjukan perbandingan packetloss
routing protocol AOMDV dan DSDV pada jarak 50m. Routing
protocol DSDV memiliki nilai packetloss yang lebih besar dari
routing protocol AOMDV pada setiap node yang berbeda.
Pada jurnal (Setijadi, 2018), dijelaskan bahwa AOMDV
lebih unggul terhadap DSDV dalam hal packetloss dikarenakan
pada DSDV nilai packetloss cenderung lebih meningkat
berdasarkan jumlah kepadatan node yang ada. Sedangkan pada
AOMDV semakin padat node, packetloss tidak terdapat
perubahan drastis seperti pada DSDV.
0
10
20
30
40
50
4 16 36 64 100
Pac
ketl
oss
(%)
Node
Packetloss - Jarak 50m
AOMDV DSDV
75
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada jurnal (Nefti, 2016) juga menjelaskan jika
banyaknya jumlah node dan jarak antar node akan mempengaruhi
kinerja dari sebuah routing protocol.
Tabel 5.9 Perbandingan Packetloss AOMDVdan DSDVdengan jarak
100m
Packetloss (%)
Node Jarak 100m
AOMDV DSDV
4 0 1,2
16 0 21,4
36 0,9 72,5
64 1,3 100
100 2,4 100
Pada tabel 5.9 menunjukkan perbandingan nilai
packetloss routing protocol AOMDV dan DSDV pada jarak
100m. Packetloss tertinggi diperoleh dari routing protocol DSDV
sebesar 100% pada node 64 dan 100.
Gambar 5.16 Grafik Pebandingan Packetloss Dengan Jarak 100m
Pada gambar 5.16 menunjukan perbandingan packetloss
routing protocol AOMDV dan DSDV pada jarak 100m. Routing
protocol DSDV memiliki nilai packetloss yang lebih besar dari
routing protocol AOMDV pada setiap node yang berbeda.
0
50
100
150
4 16 36 64 100
Pac
ketl
oss
(%)
Node
Packetloss - Jarak 100m
AOMDV DSDV
76
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada jurnal (Setijadi, 2018), dijelaskan bahwa AOMDV
lebih unggul terhadap DSDV dalam hal packetloss dikarenakan
pada DSDV nilai packetloss cenderung lebih meningkat
berdasarkan jumlah kepadatan node yang ada. Sedangkan pada
AOMDV semakin padat node, packetloss tidak terdapat
perubahan drastis seperti pada DSDV.
Pada jurnal (Nefti, 2016) juga menjelaskan jika
banyaknya jumlah node dan jarak antar node akan mempengaruhi
kinerja dari sebuah routing protocol.
Tabel 5.10 Perbandingan Packetloss AOMDVdan DSDVdengan jarak
150m
Packetloss (%)
Node Jarak 150m
AOMDV DSDV
4 0 1,2
16 0 55,1
36 1,9 100
64 9,4 100
100 10,19 100
Pada tabel 5.10 menunjukkan perbandingan nilai
packetloss routing protocol AOMDV dan DSDV pada jarak
150m. Packetloss tertinggi diperoleh dari routing protocol DSDV
sebesar 100% pada node 36, 64 dan 100.
77
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 5.17 Grafik Pebandingan Packetloss Dengan Jarak 150m
Pada gambar 5.17 menunjukan perbandingan packetloss
routing protocol AOMDV dan DSDV pada jarak 150m. Routing
protocol DSDV memiliki nilai packetloss yang lebih besar dari
routing protocol AOMDV pada setiap node yang berbeda.
Pada jurnal (Setijadi, 2018), dijelaskan bahwa AOMDV
lebih unggul terhadap DSDV dalam hal packetloss dikarenakan
pada DSDV nilai packetloss cenderung lebih meningkat
berdasarkan jumlah kepadatan node yang ada. Sedangkan pada
AOMDV semakin padat node, packetloss tidak terdapat
perubahan drastis seperti pada DSDV.
Pada jurnal (Nefti, 2016) juga menjelaskan jika
banyaknya jumlah node dan jarak antar node akan mempengaruhi
kinerja dari sebuah routing protocol.
B. Throughput
Berikut adalah tabel dan gambar perbandingan hasil
pengujian packetloss menggunakan routing protocol AOMDV
dan AOMDV dengan variasi jarak antara node.
Tabel 5.11 Perbandingan Throughput AOMDVdan DSDVdengan jarak
20m
Throughput (kbps)
Node Jarak 20m
0
50
100
150
4 16 36 64 100P
acke
tlo
ss (%
)Node
Packetloss - Jarak 150m
AOMDV DSDV
78
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
AOMDV DSDV
4 80,46 77,42
16 80,46 77,35
36 80,46 76,97
64 80,46 76,16
100 80,46 64,03
Pada tabel 5.11 menunjukkan perbandingan nilai
throughput routing protocol AOMDV dan DSDV pada jarak
20m. Throughput tertinggi diperoleh dari routing protocol
AOMDV di setiap node
Gambar 5.18 Grafik Pebandingan Throughput Dengan Jarak 20m
Pada gambar 5.18 menunjukan perbandingan throughput
routing protocol AOMDV dan DSDV pada jarak 20m. Routing
protocol AOMDV memiliki nilai throughput yang lebih besar
dari routing protocol DSDV pada setiap node yang berbeda.
Menurut (Setijadi, 2018), pergerakan nilai throughput
pada DSDV cenderung lebih menurun dibandingkan dengan
AOMDV. Dapat kita lihat dalam gambar 5.18 bahwa kinerja
throughput rata-rata AOMDV lebih baik daripada DSDV dengan
nilai 80,46 kbps dan 70 kbps.
0
20
40
60
80
100
4 16 36 64 100Thro
ugh
pu
t (k
bp
s)
Node
Throughput - Jarak 20m
AOMDV DSDV
79
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada jurnal (Nefti, 2016) juga menjelaskan jika
banyaknya jumlah node dan jarak antar node akan mempengaruhi
kinerja dari sebuah routing protocol. Semakin banyaknya node
yang digunakan, semakin menurun pula nilai throughput dari
DSDV seperti gambar 5.18.
Tabel 5.12 Perbandingan Throughput AOMDVdan DSDVdengan jarak
50m
Throughput (kbps)
Node Jarak 50m
AOMDV DSDV
4 80,46 77,42
16 80,46 77,35
36 80,46 63,24
64 80,45 63,26
100 80,45 49,5
Pada tabel 5.12 menunjukkan perbandingan nilai
throughput routing protocol AOMDV dan DSDV pada jarak
50m. Throughput tertinggi diperoleh dari routing protocol
AOMDV sebesar 80,46 kbps di node 4, 16, dan 36.
Gambar 5.19 Grafik Pebandingan Throughput Dengan Jarak 50m
Pada gambar 5.19 menunjukan perbandingan throughput
routing protocol AOMDV dan DSDV pada jarak 50m. Routing
0
20
40
60
80
100
4 16 36 64 100Thro
ugh
pu
t (k
bp
s)
Node
Throughput - Jarak 50m
AOMDV DSDV
80
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
protocol AOMDV memiliki nilai throughput yang lebih besar
dari routing protocol DSDV pada setiap node yang berbeda.
Menurut (Setijadi, 2018), pergerakan nilai throughput
pada DSDV cenderung lebih menurun dibandingkan dengan
AOMDV. Dapat kita lihat dalam gambar 5.19 bahwa kinerja
throughput rata-rata AOMDV lebih baik daripada DSDV dengan
nilai rata-rata 80,46 kbps dan 66,15 kbps.
Pada jurnal (Nefti, 2016) juga menjelaskan jika
banyaknya jumlah node dan jarak antar node akan mempengaruhi
kinerja dari sebuah routing protocol. Semakin banyaknya node
yang digunakan, semakin menurun pula nilai throughput dari
DSDV seperti gambar 5.19.
Tabel 5.13 Perbandingan Throughput AOMDVdan DSDVdengan jarak
100m
Throughput (kbps)
Node Jarak 100m
AOMDV DSDV
4 80,46 77,42
16 80,46 62,68
36 79 21,82
64 79,1 0
100 77,7 0
Pada tabel 5.13 menunjukkan perbandingan nilai
throughput routing protocol AOMDV dan DSDV pada jarak
100m. Throughput tertinggi diperoleh dari routing protocol
AOMDV sebesar 80,46 kbps di node 4 dan 16.
81
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 5.20 Grafik Pebandingan Throughput Dengan Jarak 100m
Pada gambar 5.20 menunjukan perbandingan throughput
routing protocol AOMDV dan DSDV pada jarak 100m. Routing
protocol AOMDV memiliki nilai throughput yang lebih besar
dari routing protocol DSDV pada setiap node yang berbeda.
Menurut (Setijadi, 2018), pergerakan nilai throughput
pada DSDV cenderung lebih menurun dibandingkan dengan
AOMDV. Dapat kita lihat dalam gambar 5.20 bahwa kinerja
throughput rata-rata AOMDV lebih baik daripada DSDV dengan
nilai rata-rata 80,46 kbps dan 32,38 kbps.
Pada jurnal (Nefti, 2016) juga menjelaskan jika
banyaknya jumlah node dan jarak antar node akan mempengaruhi
kinerja dari sebuah routing protocol. Semakin banyaknya node
yang digunakan, semakin menurun pula nilai throughput dari
DSDV seperti gambar 5.20.
Tabel 5.14 Perbandingan Throughput AOMDVdan DSDVdengan jarak
150m
Throughput (kbps)
Node Jarak 150m
AOMDV DSDV
4 80,46 77,42
16 80,44 35,48
0
20
40
60
80
100
4 16 36 64 100Thro
ugh
pu
t (k
bp
s)Node
Throughput - Jarak 100m
AOMDV DSDV
82
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
36 78,98 0
64 71,12 0
100 71,44 0
Pada tabel 5.14 menunjukkan perbandingan nilai
throughput routing protocol AOMDV dan DSDV pada jarak
150m. Throughput tertinggi diperoleh dari routing protocol
AOMDV sebesar 80,46 kbps di node 4.
Gambar 5.21 Grafik Pebandingan Throughput Dengan Jarak 150m
Pada gambar 5.21 menunjukan perbandingan throughput
routing protocol AOMDV dan DSDV pada jarak 150m. Routing
protocol AOMDV memiliki nilai throughput yang lebih besar
dari routing protocol DSDV pada setiap node yang berbeda.
Menurut (Setijadi, 2018), pergerakan nilai throughput
pada DSDV cenderung lebih menurun dibandingkan dengan
AOMDV. Dapat kita lihat dalam gambar 5.21 bahwa kinerja
throughput rata-rata AOMDV lebih baik daripada DSDV dengan
nilai rata-rata 76,48 kbps dan 22,58 kbps.
Pada jurnal (Nefti, 2016) juga menjelaskan jika
banyaknya jumlah node dan jarak antar node akan mempengaruhi
kinerja dari sebuah routing protocol. Semakin banyaknya node
0
20
40
60
80
100
4 16 36 64 100Thro
ugh
pu
t (k
bp
s)
Node
Throughput - Jarak 150m
AOMDV DSDV
83
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang digunakan, semakin menurun pula nilai throughput dari
DSDV seperti gambar 5.21.
C. PSNR
Berikut adalah tabel dan gambar perbandingan hasil
pengujian packetloss menggunakan routing protocol AOMDV
dan AOMDV dengan variasi jarak antara node dan jumlah node.
Tabel 5.15 Grafik Pebandingan Average PSNR AOMDV dan DSDV
Average PSNR (dB)
Node 20m 50m 100m 150m
A D A D A D A D
4 28.767 29.864 28.767 28.240 28.767 28.240 28.767 28.240
16 28.767 28.140 28.767 28.140 28.767 N 28.767 N
36 28.767 27.858 28.767 N 28.757 N 28.738 N
64 28.767 27.575 28.767 N 28.746 N 28.569 N
100 28.767 N 28.767 N 28.731 N 28.603 N
Pada tabel 5.15 menunjukkan perbandingan nilai PSNR
routing protocol AOMDV dan DSDV. Dapat dilihat nilai PSNR
tertinggi yang didapat oleh routing protocol AOMDV sebesar
28.767 dB dan nilai PSNR terbesar yang didapat oleh routing
protocol DSDV sebesar 29.864 dB. Perbandingan hasil video
dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
84
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 5.22 Hasil PSNR node 4 jarak 20m AOMDV
Gambar 5.23 Hasil PSNR node 4 jarak 20m DSDV
5.4 Pembahasan
Untuk memudahkan dalam membuat kesimpulan, maka dibuatlah
kesimpulan pengujian hasil perbandingan dari skenario A dan skenario B.
Pada kesimpulan pengujian ini digunakan tiga kategori yaitu high, low, dan
medium yang ditentukan berdasarkan tabel 2.3, tabel 2.4, dan tabel 2.5:
85
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 5.16 Kesimpulan Pengujian
Kesimpulan Pengujian:
1. Berdasarkan nilai packetloss, routing protocol AOMDV mendapatkan nilai
dengan kategori high disetiap node dan jarak dibandingkan dengan routing
protocol DSDV yang memiliki nilai dengan kategori medium dan low pada
beberapa jarak dan node. Banyaknya node dan perbedaan jarak antar node
juga mempengaruhi besarnya packetloss yang terjadi di setiap routing
protocol. Packetloss terbaik dimiliki oleh routing protocol AOMDV.
2. Berdasarkan nilai throughput, routing protocol AOMDV mendapatkan nilai
dengan kategori high di 18 simulasi dan 2 nilai dengan kategori medium.
Sedangkan pada routing protocol DSDV terdapat 6 nilai dengan kategori
medium dan 6 simulasi dengan kategori low. Banyaknya jumlah node dan
perbedaan jarak antar node mempengaruhi nilai throughput yang semakin
86
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
banyaknya node dan jauhnya jarak akan memperkecil nilai throughput.
Throughput terbaik dimiliki oleh routing protocol AOMDV.
3. Berdasarkan nilai PSNR, terdapat persamaan dari kedua routing protocol
AOMDV dan DSDV yaitu tidak memiliki nilai dengan kategori High
maupun Low. Perbedaan hanya terdapat di 12 simulasi dengan routing
protocol DSDV yang tidak menghasilkan nilai PSNR. Jumlah node dan
jarak antar node mempengaruhi hasil dari nilai PSNR yang terhubung
dengan besar kecilnya packetloss yang dihasilkan. PSNR terbaik dimiliki
oleh routing protocol DSDV di node 4 dan jarak 20m dengan nilai 29,864
dB.
4. Berdasarkan tabel 5.16 dapat dilihat terdapat 12 huruf N yang ada pada tabel
PSNR. Hal tersebut dikarenakan jika melihat hasil packetloss dan
throughput yang ada, nilai PSNR tidak akan dihasilkan jika packetloss
simulasi menyentuh angka 19,9% dan selebihnya, sehingga pada skenario
yang memiliki nilai packetloss menyentuh angka 19,9% dan selebihnya,
tidak akan meminculkan nilai PSNR.
5. Berdasarkan tabel kesimpulan pengujian dapat terlihat hubungan antara
ketiga parameter yang digunakan. Jika nilai packetloss besar, maka nilai
throughput dan PSNR akan menurun. Dan sebaliknya, jika nilai packetloss
kecil, maka nilai throughput dan PSNR akan naik. PSNR yang baik
dihasilkan dengan nilai packetloss yang kecil. Jika packetloss menyentuh
angka 20% maka nilai PSNR tidak dapat dihasilkan. Jumlah node dan jarak
juga mempengaruhi kinerja routing protocol yang digunakan. Untuk
AOMDV banyaknya jumlah node dan besarnya jarak yang ditempuh tidak
terlalu mempengaruhi hasil dikarenakan masih menyentuh nilai high dan
medium. Untuk DSDV, routing bekerja sangat baik pada jumlah node dan
jarak yang terkecil. Oleh karena itu, AOMDV baik digunakan dalam area
yang luas, dan DSDV baik digunakan di area yang kecil.
87 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Pada penelitian ini didapatkan hasil penggunaan routing protocol
AOMDV yaitu: semakin besarnya variasi jumlah node dan jarak antar node
berdampak semakin tingginya nilai packetloss, turunnya nilai throughput,
dan nilai PSNR.
Untuk penggunaan routing protocol DSDV dihasilkan bahwa semakin
besarnya variasi jumlah node dan jarak antar node berdampak naiknya nilai
packetloss, menurunnya nilai throughput yang sangat drastis jika
dibandingkan dengan routing protocol AOMDV, serta turunnya nilai PSNR
dan beberapa skenario tidak menghasilkan nilai PSNR sama sekali.
Adapun perbandingan nilai PSNR antara kedua routing protocol
AOMDV dan DSDV juga dipengaruhi oleh variasi jumlah node dan jarak
antar node beserta parameter packetloss dan throughput. Semakin besarnya
nilai packetloss akan menurunkan nilai PSNR yang dihasilkan. Jumlah variasi
node dan jarak antar node juga mempengaruhi baik buruknya nilai PSNR.
Nilai PSNR terbaik dimiliki oleh routing protocol DSDV dengan variasi
jumlah node dan jarak antar node terkecil. Hal itu dikarenakan routing
protocol DSDV lebih baik digunakan dalam keadaan jumlah node dan jarak
terkecil dibandingkan dengan AOMDV dalam keadaan yang sama. Dapat
dilihat pada tabel 5.16.
6.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, penulis dapat
memberikan saran sebagai berikut:
1. Pada penelitian selanjutnya dapat menggunakan routing
protocol hybrid
2. Pada penelitian selanjutnya protocol transmisi dapat diganti
dengan RTCP
88
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Pada penelitian selanjutnya dapat menambahkan parameter
lainnya seperti transit delay, frame loss rate
89 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
Benhaddou, D., & Ala, A. F. (2015). Wireless sensor and mobile ad-hoc networks
vehicular and space applications. Wireless Sensor and Mobile Ad-Hoc
Networks Vehicular and Space Applications. https://doi.org/10.1007/978-1-
4939-2468-4
Bondal, K. V. D., Castellano, J. F. S., Esteban, L. A. F., Teodoro, C. K. V., & Dela
Cruz, A. R. (2016). Video packet loss rate prediction over delay-prone packet-
based networks. 8th International Conference on Humanoid, Nanotechnology,
Information Technology, Communication and Control, Environment and
Management, HNICEM 2015, (December), 9–12.
https://doi.org/10.1109/HNICEM.2015.7393257
Eitan, A., & Tania, J. (2012). NS Simulator for Beginners Synthesis Lectures on.
Kurose, J. F., & Rose, K. W. (2012). Computer Network A Top-Down Apprach.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Loo, J., Mauri, J. L., Ortiz, J. H., & Maltz, D. A. (2016). Mobile Ad Hoc Networks:
Current Status and Future Trends. Computer.
https://doi.org/10.1038/nature11505
Mellouk, A. (2013). End-to-End Quality of Service Engineering in Next Generation
Heterogenous Networks. End-to-End Quality of Service Engineering in Next
Generation Heterogenous Networks. https://doi.org/10.1002/9780470611470
Muruganand, S., Krishna, K., & Kunasekaran, H. (2016). Proceeding of the
International Conference on Interdisciplinary Research in Electronics and
Instrumentation Engineering 2015.
Nefti, S. and M. S. (2016). PSNR and Jitter Analysis of Routing Protocols for Video
Streaming in Sparse MANET Networks , using NS2 and the Evalvid
Framework. International Journal of Computer Science and Information
Security (IJCSIS), 14(3), 1–9.
Rantelinggi, P. H., & Djanali, S. (2015). Lingkungan Wireless Mesh Network, 13,
87–94.
90
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ridwan Syahrani, Drs. Mahmud Imrona, M., & Izzatul Ummah, ST, M. (2013).
ANALISIS PERFORMANSI WIRELESS MESH NETWORK DENGAN
PROTOKOL OLSR (OPTIMIZED LINK STATE ROUTING), 211–220.
Setijadi, E. (2018). Performance Comparative of AODV , AOMDV and DSDV
Routing Protocols in MANET Using NS2, 286–289.
Singh, U., & Gupta, K. P. K. (2015). Performance evaluation of AOMDV routing
algorithm with local repair for wireless mesh networks. CSI Transactions on
ICT, 2(4), 253–260. https://doi.org/10.1007/s40012-015-0065-9
91 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
LAMPIRAN
Top Related