1
EVALUASI KEBIJAKAN PENGOPERASIAN TERMINAL SUNGAI CARANG
OLEH BIDANG PERHUBUNGAN DARAT DINAS PERHUBUNGAN,
KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA TANJUNGPINANG
Naskah Publikasi
Skripsi Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Ilmu
Pemerintahan Universitas Maritim Raja Ali Haji
SKRIPSI
Oleh
SAID RIZAL
NIM: 080565201043
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
2013
2
ABSTRAK
Pengoperasian Terminal Sungai Carang merupakan suatu rencana
pemerintah dalam mengatur arus pergerakan transportasi di wilayah Kota
Tanjungpinang. Dengan terminal tipe B yang berfungsi mengatur pergerakan
angkutan umum antar daerah dalam kota dan antar wilayah Kabupaten/Kota
dalam Provinsi Kepulauan Riau setidaknya diharapkan bisa mewujudkan Visi dan
Misi pengelolaan terminal yaitu mewujudkan terminal yang moderen dan
melaksanakan pelayanan yang baik bagi pengguna jasa terminal, oleh karena itu
dibutuhkan suatu kegiatan pengelolaan yang baik. Selain itu dari sisi ekonomis
keberadaan terminal membawa pengaruh bagi masyarakat, pelaku usaha jasa
transportasi, dan pemerintah sebagai pihak pengelola
Penelitian ini dilakukan di DISHUB-KOMINFO Kota Tanjungpinang
dengan pertimbangan penulis ingin melakukan Evaluasi Kebijakan Pengoperasian
Terminal Sungai Carang yang telah berjalan saat ini, khususnya peran Bidang
Perhubungan Darat dalam mengoptimalkan keberadaan terminal.Adapun metode
yang dipergunakan adalah deskriftif dan kualitatif.Teknik pengumpulan data
dilakukan melalui wawancara dengan sejumlah informan yang dianggap relevan
dengan penelitian.
Dalam penelitian ini penulis mengambil teori William N Dunn, dimana
untuk mengevaluasi suatu kebijakan, ada lima kriteria yang dijadikan unsur
penilaian yaitu efektifitas,kecakupan,pemerataan,responsivitas,dan ketepatan.
Secara keseluruhan penelitian ini dapat menggambarkan kesimpulan bahwa
pengoperasian Terminal Sungai Carang yang telah berjalan belum terlaksana
secara dengan baik kesimpulan ini didasari atas hasil observasi dan keterangan
sejumlah informan yang menjadi objek penelitian.
Kata Kunci: Evaluasi Kebijakan
3
ABSTRACT
Operation Branch River Terminal is a government plan to regulate the flow
of movement in the area of transportation Tanjungpinang. With type B terminal
which controls the movement of inter-regional public transit within the city and
between the district / city in Riau Islands Province least expected to achieve the
Vision and Mission of the management terminal to realize a modern terminal and
perform good services for terminal services users, therefore that requires a good
management practices. Also from the terminal where the economic impact to the
community, transportation businesses, and government as the manager.
This research was conducted at the Transportation Agency-KOMINFO
Tanjungpinang with consideration of evaluation writers want menlakukan Branch
River Terminal operating policies that have been running at this time, particularly
the Army's role in optimizing the transportation field where the terminal. The
method used is descriptive qualitative. Data was collected through interviews with
informants who are considered relevant to the study.
In this study the authors take the theory of William N Dunn, in which to
evaluate a policy, there are five criteria are used as elements of the effectiveness
assessment, kecakupan, equalization, responsivity, and accuracy. Overall portrait
of this study can be concluded that the operation of the Branch River Terminal
that has been running has not been done properly this conclusion based on the
observation and description of a number of informants who becomes the object of
research.
Keywords: Policy Evaluation
4
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kota Tanjungpinang merupakan ibu kota Provinsi Kepulauan Riau.
Sebagai pusat sentral pemerintahan, aktifitas kehidupan masyarakat khusnya
ekonomi terus meningkat. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik pada
tahun 2013, pertumbuhan ekonomi di Kota Tanjungpinang kurun waktu 2008
sampai dengan 2012 berada di atas rata-rata 7,06 persen, tentunya
pertumbuhan ekonominya di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi Nasional
yang hanya 5,92 persen tahun 2012.
Sejalan dengan perkembangan ekonomi di Kota Tanjungpinang,
percepatan pertumbuhan kendaraan darat baik kendaraan pribadi maupun
kendaraan umum juga terus meningkat. Sampai hari ini Pemerintah khususnya
Kota Tanjungpinang terus berusaha memberikan pelayanan dan kenyamanan
dalam berlalulintas bagi masyarakat.Berhubungan dengan kelancaran arus
transportasi ini,Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2009 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Dinas Daerah Kota Tanjungpinang pada pasal 33 ayat 2
menyebutkan tugas dan fungsi DISHUB-KOMINFO sebagai berikut:
1) Perumusan kebijakan teknis penyelenggaraan urusan pemerintah daerah di
bidang perhubungan, komunikasi dan informasi
2) Pelayanan di bidang perhubungan, komunikasi dan informatika
3) Pembinaan di bidang perhubungan, komunikasi dan informatika
4) Pelaksanaan urusan kesekretariatan dinas,dan
5) Pelaksana tugas lain yang diberikan Walikota
Bentuk kegiatan yang dilakukan DISHUB-KOMINFO Kota
Tanjungpinang salah satunya melakukan pengelolaan dan pemeliharaan
5
terhadap Terminal Sungai Carang sebagai pengaturan perputaran arus
kendaraan umum dan jasa di Kota Tanjungpinang.
Terminal Sungai Carang merupakan terminal tipe Byang melayani rute
angkutan umum dan jasa dalam dan antar Kota.Terminal ini dibangun Provinsi
Kepulauan Riau tahun 2008 dan dikelola serta menjadi aset pemerintah Kota
Tanjungpinang. Di bangun dengan diatas tanah seluas 1 hektar di tengah-
tengah kompek pertokoan Bintan Center KM.9, terminal ini mempunyai nilai
strategis sebagai akses terpenting bagi pengaturan kendaraan dalam kota dan
antara kota seperti antara Kota Tanjungpinang dan Kabupaten Bintan, Kota
Tanjungpinang dan Kota Batam.
Sesuai dengan fungsinya, terminal Sungai Carang diharapkan menjadi
jantung pengoperasian transportasi umum di Kota Tanjungpinang,mengingat
angkutanumum dan jasa yang ada di Kota Tanjungpinang jumlahnya cukup
banyak dan beragam, ini dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut:
Tabel 1.1
Jumlah Angkutan Umum dan Jasa
Kota Tanjungpinang Tahun 2012
No Jenis Kendaraan Umum Jumlah (unit)
1 Mobil penumpang:
- Sedan/Taxsi
52
2 Mini Bus:
- Oplet/angkot
- Bus sedang
- Bus Besar
656
6
24
Total 1642
Sumber data: Dishub Komininfo Tanjungpinang tahun 2011
Dari tabel data diatas, dampak yang timbul jika kendaraan umum dan
jasa ini tidak ditata dan diatur dengan baik, akan menimbulkan kemacetan pada
6
jalan-jalan umum mengingat Kota Tanjungpinang hanya memiliki panjang
jalan sekitar 29.724 (KM)yang menjadi jalan Provinsi dan sekitar 59.4 (KM)
jalan Kota.
Mengenai pengelolaan dan pengoperasian terminal Sungai Carang
(Bintan Center) oleh DISHUB-KOMINFO Kota Tanjungpinang mungkin tidak
berjalan sebagaimana fungsinya, ini terlihat dari sepinya angkutan umum dan
jasa yang berada di lokasi terminal dan adanya kendaraan umum dan jasa yang
parkir di jalan-jalan umum padahal Terminal Sungai Carang merupakan tempat
yang ditetapkan pemerintah kota Tanjungpinang yang berfungsi sebagai tempat
perputaran kendaraan umum dan jasa serta lokasi pemberhentian awal dan
akhir baik itu angkutan umum antar kota maupun daerah.
Lain halnya dengan terminal pada umumnya, terminal Sungai Carang
sepi dari aktifitas masyarakat,tidak tersedianya loket penjualan tiket, minimnya
sarana dan fasilitas umum, bahkan tidak adanyapetugas pengaturan parkir
kendaraan.Dilokasi terminal juga tidak terlihat aktifitas-aktifitas pegawai
DISHUB-KOMINFO Kota Tanjungpinangyang bekerja dan memantau
aktifitas terminal, hanya pada waktu-waktu tertentu saja pegawai terlihat
dilokasi terminal.Kondisi ini menjadikan terminal ini seperti dan seolah-olah
tidak beroperasi.
Sebagaimana Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah,maka memberdayakan fungsi terminal dapat dijadikan
salah satu sumber pendapatan daerah, seperti penerapan retribusi parkir
7
angkutan umum dan jasa, pedagang makanan maupun souvenir dan lain
sebagainya.
Secara teknis belum ada PeraturanDaerah (PERDA) yang
mengaturkhusus mengenai pemanfaatan terminal Sungai Carang. Namun
demikian, peran dan fungsi DISHUB-KOMINFO Kota Tanjungpinang sebagai
pengelola sekaligus pengawas jalannya terminal Sungai Carang patut dilihat
kembali,khususnya para pegawai yang terlibat langsung.
Jika dilihat dari Susunan Organisasi DISHUB-KOMINFO Kota
Tanjungpinang, di bawah Kepala Dinas, kewajiban pengelolaan terminal
Sungai Carang berada pada Bidang Perhubungan Darat. Bidang perhubungan
Darat melaksanakan tugas urusan salah satunya adalah
menyelenggarakanpengendalian, pemeliharaan, pembangunan sarana,
perasaranadan fasilitas terminal.
Dalam penulisan Skripsi ini hanya memfokuskan pada evaluasi kebijakan
Bidang Perhubungan Darat yang mendapat tugas mengoperasikan terminal
Sungai Carang Kota Tanjungpinang, mengingat keberadaan terminal Sungai
Carang saat ini belum beroperasi secara maksimal.Dari kenyataan diatas,
mengingat Terminal Sungai Carang merupakan salah satu usaha pemerintah
untuk meningkatkan pelayanan pada masyarakat khususnya di bidang
perhubungan darat masihbelum berjalan dengan baik, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul: “Evaluasi Kebijakan
Pengoperasian Terminal Sungai Carang Oleh Bidang Perhubungan
DaratDinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Tanjungpinang”
8
2. Perumusan Masalah
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada latar belakang, terlihat belum
maksimalnya peranan Bidang Perhubungan Darat DISHUB-KOMINFO Kota
Tanjungpinang dalam mengfungsikan keberadaan terminal, masalah pokok
yaitupenulis kemukakan adalah sejauhmana kebijakan yang telah di lakukan
mengenai pengoperasian Terminal Sungai Carang oleh Bidang Perhubungan
Darat DISHUB-KOMINFO Kota Tanjungpinang?
3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yaitu:
a. Untuk mengevaluasi kebijakan pengoperasian Terminal Sungai Carang
oleh Bidang Perhubungan DaratDISHUB-KOMINFO Kota
Tanjungpinang.
b. Untuk mengetahui hambatan dan kendala Bidang Perhubungan
DaratDISHUB-KOMINFO Kota Tanjungpinangdalam menjalankan
tugas dan fungsinya.
4. Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif, dengan
pertimbangan bahwa metode ini sesuai dengan perumusan masalah, tujuan, dan
manfaat penelitian ini.Selain itu, dengan metode ini data yang didapat lebih
lengkap, lebih mendalam, dan kredibel.Deskripsi yang luas dan mendalam
akandapat diketahui, sehingga tujuan penelitian dapat dicapai sesuai dengan
kondisi objektif terhadap kebijakanmengenai pengoperasian Terminal Sungai
9
Carang oleh Bidang Perhubungan Darat DISHUB-KOMINFO Kota
Tanjungpinang. dalam bentuk data dan fakta lapangan.
Untuk memperoleh data yang relevan atau yang sesuai dengan tujuan
penelitian ini, maka peneliti mengambil dari dua sumber data yaitu data primer
dan data sekunder, sedangkan teknikpengumpulkan data melalui wawancara
dan observasi.Analisis dalam pengolahan data dilakukan dalam bentuk analisis
deskriptif yang diambil dari sumber informasi dan fakta yang ada dan di
temukan pada saat di lakukannya penelitian.
10
B. KERANGKA TEORI
1. Kebijakan Publik
Dari berbagai sumber yang diperoleh dapat diungkapkan bahwa
kebijakan publik dalam kepustakaan Internasional disebut sebagai public
policy, yaitu suatu aturan yang mengatur kehidupan bersama yang harus ditaati
dan berlaku mengikat seluruh warganya. Setiap pelanggaran akan diberi sanksi
sesuai dengan bobot pelanggarannya yang dilakukan dan sanksi dijatuhkan
didepan masyarakat oleh lembaga yang mempunyai tugas menjatuhkan sanksi
(NugrohoR, 2004;1-7).
Kebijakan menurut E.Hugh Heclo (Inu,2002;85) adalah cara bertindak
yang sengaja untuk menyelesaikan beberapa permasalahan.Hampir sama
dengan kedua pendapat diatas, Anderson (Islamy, 2003;17) mengungkapkan
bahwa kebijaksanaan (policy) ialah serangkaian tindakan yang mempunyai
tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau
sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah tertentu.
Untuk memahami kedudukan dan peran yang strategis dari pemerintah
sebagai public actor, terkait dengan kebijakan publik maka diperlukan
pemahaman bahwa untuk mengaktualisasinya oleh karena itu diperlukan suatu
kebijakan yang berorientasi kepada kepentingan rakyat.
Kebijakan secara umum menurut Abidin(2004;31-33) dapat dibedakan
dalam tiga tingkatan:
11
1) Kebijakan umum, yaitu kebijakan yang menjadi pedoman atau petunjuk
pelaksanaan baik yang bersifat positif ataupun yang bersifat negatif yang
meliputi keseluruhan wilayah atau instansi yang bersangkutan;
2) Kebijakan pelaksanaan adalah kebijakan yang menjabarkan kebijakan
umum. Untuk tingkat pusat, peraturan pemerintah tentang pelaksanaan suatu
undang-undang;
3) Kebijakan teknis, kebijakan operasional yang berada di bawah kebijakan
pelaksanaan.
Namun demikian berdasarkan perspektif sejarah, maka aktivitas
kebijakan dalam tataran ilmiah yang disebut analisis kebijakan, memang
berupaya mensinkronkan antara pengetahuan dan tindakan.(Dunn, 2003: 89).
Berkaitan dengan beberapa pengertian kebijakan diatas, maka menurut
Friedrick (Nugroho R., 2004; 4)kebijakan publik ialah:
“Serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah
dalam suatu lingkungan tertentu, dengan ancaman dan peluang yang ada,
dimana kebijakan yang diusulkan tersebut ditujukan untuk memanfaatkan
potensi sekaligus mengatasi hambatan yang ada dalam rangka mencapai
tujuan tertentu”.
Selanjutnya, rumusan definisi kebijakan publik menurut Jenkins (Wahab,
1991;14) ialah sebagai keputusan yang saling berkaitan yang diambil oleh
seorang aktor politik atau sekelompok aktor politik berkenaan dengan tujuan
yang telah dipilih beserta cara-cara untuk mencapainya dalam suatu situasi di
mana keputusan-keputusan itu pada prinsipnya masih berada dalam batas-batas
kewenangan kekuasaan dari para aktor tersebut.
Pendapat para ahlilainnya terkait kebijakan publik, seperti Islamy
(2003;20) menyimpulkan bahwa kebijaksanaan negara (public policy) adalah
serangkaian tindakan yang ditetapkan dan dilaksanakan atau tidak dilaksanakan
12
oleh pemerintah yang mempunyai tujuan atau berorientasi pada tujuan tertentu
demi kepentingan seluruh masyarakat.
Sedangkan dilihat dari pembuat kebijakan publik tersebut, maka
NugrohoR.(2004; 59-61) menyatakan bahwa pertama, kebijakan publik dapat
buat oleh lembaga Legislatif saja sesuai dengan konsep pembagian kekuasaan
atau sering dikenal dengan sebutan Tree As Politika. Kedua, dapat dibuat
melalui kerjasama antara Legislatif dan Eksekutif, dan ketiga kebijakan publik
yang dibuat oleh Eksekutif saja.
Berikutnya menurut Subasono (2005;5-6)dalam menentukan kerangka
kerja dari kebijakan publik akan ditentukan oleh beberapa variabel sebagai
berikut:
1) Tujuan yang akan dicapai. Ini mencakup kompleksitas tujuan yang akan
dicapai. Apabila tujun kebijakan akan semakin kompleks, maka semakin
sulit mencapai kinerja kebijakan. Sebaliknya, maka semakin mudah untuk
mencapainya;
2) Preferensi nilai seperti apa yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan
kebijakan. Suatu kebijakan yang mengandung berbagai variasi nilai akan
jauh lebih sulit untuk dicapai dibanding dengan suatu kebijakan yang hanya
mengejar suatu nilai;
3) Sumberdaya yang mendukung kebijakan. Kinerja suatu kebijakan akan
ditentukan oleh sumberdaya fiansial, material dan infrastruktur lainnya.
4) Kemampuan aktor yang terlibat di dalam pembuatan kebijakan. Kualitas
dari suatu kebijakan akan dipengaruhi oleh kualitas para aktor yang terlibat
dalam proses penetapan kebijakan.Kualitas tersebut akan ditentukan dari
tingkat pendidikan, kompertisi dalam bidangnya, pengalaman kerja dan
integritas moralnya;
5) Lingkungan yang mencakup lingkungan sosial, ekonomi, politik dan
sebagainya. Kinerja suatu kebijakan akan dipengaruhi oleh konteks sosial,
ekonomi, politik tempat kebijakan tersebut diimplementasikan;
6) Strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan. Strategi yang digunakan
untuk mengimplementasikan suatu kebijakan akan mempengaruhi suatu
kinerja dari suatu kebijakan. Strategi yang digunakan dapat bersifat top-
down approach atau buttom-up approach, otoriter atau demokratis.
13
Selanjutnya, aspek yang penting dari keseluruhan proses kebijakan
publik adalah mengimplementasikannyasebagaimana amanat yang telah
ditetapkan dalam kebijakan publik tersebut. Kebijakan yang telah
direkomendasikan untuk di pilih oleh police makers bukanlah jaminan bahwa
kebijakan tersebut pasti berhasil dalam implementasinya. Ada banyak variabel
yang mempengaruhi impelementasi kebijakan publik baik yang bersifat
individual maupun kelompok atau institusi.
2. Terminal
Terminal menurut Morlock(Suwajoko, 1990:109), didefinisikan sebagai
tepat pergantian moda angkutan dalampelayanan pengangkutan barang dan
manusia, sedangkan fungsi utama terminaladalah untuk menyediakan fasilitas
keluar masuk dari objek-objek yang akandiangkut, baik penumpang maupun
barang. Perjalanan yangdibangkitkan oleh suatu zone tidaklah selalu menjadi
tujuan akhir dari pergerakan,perjalanan ini mungkinkan harus melalui tujuan
antara yang dapat diartikansebagai kebutuhan semua perjalanan.
Pengertian terminal berdasarkan Undang-Undang nomor 14 tahun
1992tentang lalu lintas dan angkutan jalan adalah merupakan simpul dalam
sistemjaringan transportasi jalan yang befungsi pokok sebagai pelayanan
umum antaralain berupa tempat untuk naik turun penumpang dan atau bongkar
muat barang,untukpengendalian lalu lintas dan angkutan umum serta tempat
perpindahan intradan moda transportasi.
Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 tahun 1995,
terminal dibedakan berdasarkan:
14
a) jenis angkutan menjadi:
1) Terminal penumpang yaitu merupakan prasarana transportasi jalan untuk
keperluan menurunkan dan menaikan penumpang, perpindahan intra dan
atau antar moda transportasi serta mengatur kedatangan dan
pemberangkatan kendaraan umum.
2) Terminal barang yaitu terminal yang diperuntukkan bagi keperluan
bongkar muat barang serta perpindahan intra dan atau antar moda
transportasi.
b) fungsi pelayanan dibagi menjadi:
1) Terminal penumpang tipe A, berfungsi melayani kendaraan umum untuk
angkutan antar kota antar propinsi dan atau angkutan lintas batas negara,
angkutan kota dalam propinsi, angkutan kota dan angkutan pedesaan.
2) Terminal penumpang tipe B, berfungsi melayani kendaraan umum untuk
angkutan antar kota dalam propinsi, angkutan kota dan atau angkutan
pedesaan.
3) Terminal penumpang tipe C, berfungsi melayani kendaraan umum untuk
angkutan kota atau angkutan pedesaan.
15
C. PEMBAHASAN
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pelayanan publik terutama dalam
memberikan pelayanan dalam bidang angkutan kota maka dari itu guna
menganalisa satu persatu dari indikator yang ada, di uraikan secara terperinci dan
melihat hasil penelitian sebagai berikut:
1. Efektifitas Pengoperasian Terminal Sungai Carang
Efektifitas, berkenaan dengan apakah suatu kebijakan mencapai hasil
yang diharapkan atau mencapai tujuan dari diadakannya tindakan. Diketahui
bahwa visi dan misi yang ingin dicapai dengan keberadaan Terminal Sungai
Carang ini adalah dengan adanya terminal yang bersifat modern dan baik maka
akan meningkatkan mutu pelayanan terhadap masyarakat sedangkan misinya
untuk meningkatkan pelayanan terminal yang ada di Kota Tanjunpinang
dengan maksimal dan bersifat lebih maju yang mana seluruh angkutan umum
harus masuk dan keluar dari terminal. namun rialitas misi ini belum berjalan
secara maksimal karena masih ditemui bus jurusan Bintan dan Tanjungpinang
yang menaikan penumpang dan menurunkan penumpang di luar terminal hal
ini tentu saja merugikan pihak terminal itu sendiri.
Sementara itu, berdirinya terminal tersebut adalah aset Pemerintah Kota
Tanjungpinang diperuntukan untuk angkutan umum antar Kota dalam
Provinsi.Terminal ini diresmikan Gubernur Kepulauan Riau waktu itu Ismeth
Abdullah pada tanggal 17 Juli 2008 menelan anggaran Rp4.895.106.000 dari
dana ABPD Kepri. Awalnya, keberadaan terminal angkutan darat yang
pertama di Kota Tanjungpinang ini, diharapkan Pemko Tanjungpinang dapat
16
menyusun sistem transportasi darat yang efisien dan dapat menjangkau seluruh
wilayah Kota Tanjungpinang.
Oleh karena itu untuk mengetahui sejauh mana fungsi Terminal Sungai
Carang dimanfaatkan oleh masyarakat pengguna jasa transportasi secara garis
besar dapat dilihat dari jumlah penumpang yang "naik dan turun" dibandingkan
dengan jumlah penumpang yang seharusnya "naik dan turun" di Terminal
tersebut. Sedang untuk mengetahui jumlah penumpang yang seharusnya "naik
danturun" dapat dilihat dari jumlah kendaraan yang mempunyai ijin trayek,
jumlah kendaraan yang dioperasionalkan dan jumlah kendaraan yang "keluar-
masuk" terminal (dihitung dari jumlah riit) per bulannya sorta kapasitas
kendaraan.
Data DISHUB-KOMINFO Kota Tanjungpinang laporan bulan Mei
2013jumlah kendaraan yang memanfaatkan jasa terminal (keluar-masuk)
dihitung dari jumlah izin operasional tahun 2013 untuk Bus AKDP sebanyak
30 unit, angkot sebanyak 656 unit, Sedan/Taxi antar sebnayak52 unit.
Kemudian berdasarkan pengamatan langsung di lapangan diperoleh data bahwa
jumlah kendaraan Bus yang tidak masuk terminal pada bulan Mei 2013
"menaikkan dan menurunkan" penumpang di sekitar terminal sebanyak 21 unit
dan dari pengamatan juga terlihat tidak ada angkot, dan taxi yang masuk ke
terminal sungai carang.Masih minim nya angkutan umum yang masuk ke
dalam terminal, berbanding dengan jumlah yang ada menjadi tugas bagi
DISHUB-KOMINFO Kota Tanjungpinang untuk melakukan evaluasi dan
pembenahan pengelolaan Terminal Sungai Carang.
17
Sejalan dengan visi dan misi tersebut diatashasil analisa data yang telah
dibuat maka dapat ditarik kesimpulan bahwa efektifitas keberadaan Terminal
Sungai Carang dapat di kategorikan belum berjalan dengan baik. Sarana yang
ada masih terlihat tidak dijaga dan dirawat dengan maksimal sehingga terlihat
semberaut, sedangkan mengenai penggalian terhadap potensi yang ada,
maksudnya Terminal Sungai Carang ini dapat menarik seluruh angkutan umum
untuk masuk terminal agar mempermudah pengawasan namun kenyataannya
hal ini belum berjalan secara maksimal karena masih banyak yang tidak masuk
terminal.
Sehari-hari aktivitas di terminal ini hanya diramaikan oleh mahasiswa
Umrah menunggu bus.Sedangkan bus perintis tujuan Batam-Bintan-
Tanjungpinang hanya parkir.Beberapa sopir yang menunggu penumpang atau
sengaja masuk ke terminal karena sepi penumpang, lebih memilih main gaplek.
Terlihat motor mahasiswa berjejer di parkiran.Kondisi ini tentuu saja bertolak
belakang dengan harapan dari pembangunan terminal sungai carang sebagai
pusat kendali arus angkutan umum di Kota Tanjungpinang.
2. Kecakupan Pegawai dalam Pengoperasian Terminal Sungai Carang
Kecakupan (adequacy), berkenaan dengan seberapa jauh tingkat
efektifitas kinerja pegawai dalam mengoperasikan Terminal Sungai
Carang.Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor: 13 Tahun 2012 Tentang SOTK
Daerah Kota Tanjungpinang, menyebutkan salah satu fungsi DISHUB-
KOMINFO Kota Tanjungpinang adalah melakukan pengendalian dan
pengawasan terhadap sarana angkutan umum dan jasa baik laut, darat dan
18
udara. Pengendalian dan pengawasan yang dimaksud salah satunya adalah
beroperasinya Terminal Sungai Carang di wilayah Kota Tanjungpinang. Di
lingkungan internal DISHUB-KOMINFO sendiri, sesuai dengan susunan tugas
dan fungsinya maka pelaksanaan kegiatan optasional terminal berada di bawah
kendali Kepala Bidang Perhubungan Darat.
Adapun tugas utama pegawai di terminal sesuai dengan surat perintah
Nomor: 049 / SPT/DISHUBKOMINFO/DD/2013 yang dikeluarkan oleh
DISHUB-KOMINFO adalah melaksanakan pengamanan dan pengaturan arus
lalu lintas di terminal yang meliputi:
1. Mengatur arus kendaraan umum yang masuk dan keluar terminal
2. Mengatur arus penumpang naik dan turun di terminal.
Dalam mengatur arus kendaraan yang masuk dan keluar terminal, terlihat
pegawai belum maksimal bekerja hal ini terlihat aktifitas pegawai yang
mengatur arus kendaraan umum, selain itu tidak adanya cacatan harian dari
pegawai di terminal mengenai kendaraan yang masuk dan keluar tiap harinya.
Pengaturan kendaraan umum di terminal juga masih memperihatinkan, terlihat
sejumlah angkutan umum parkir dan menurunkan diarea terminal tanpa ada
pengawasan dari petugas, hal ini memperlihatkan kesemerautan pengaturan di
area terminal.
Selain itu kegiatan penertiban dan penindakan yang dilaksanakan
pegawai dalam melaksanakan kegiatan rutin di terminal seperti melakukan
pengecekan identitas kecakapan supir, pengecekan kelayakan angkutan umum
dan izin tryek bagi setiap angkutan umum yang masuk ke terminal juga belum
19
berjalan dengan baik.Sesuai tugas yang diberikan maka pegawai mempunyai
kewenangan memeriksa setiap angkutan umum yang masuk ke terminal. Tidak
adanya pegawai yang melakukan pengecekan kondisi fisik, diakui oleh
sejumlah supir angkutan umum.Tidak adanya data yang memperlihatkan
aktifitas penertiban dan penindakan yang dilakukan oleh pegawai dilapangan
memperlihatkan pegawai tidak pernah melakukan penertiban dan penindakan
angkutan umum khusnya di terminal.
Tidak didukungnya peraturan khusus mengenai terminal ini juga
mempersulit bagi DISHUB-KOMINFO Kota Tanjungpinang khusnya dalam
menjalankan tugas, mmengingat penertiban dan penindakan angkutan umum
dan jasa juga harus didukung dan melibatkan berbagai unsur seperti pihak
kepolisian.Secara keseluruhan dalam Pengoperasian Terminal Sungai Carang
pegawai belum memiliki kredibilitas dan pola kerja yang baik sesuai dengan
standarisasi tugas dan fungsi.
3. Kesamaan atau Pemerataan Terhadap Pengoperasian Terminal Sungai
Carang
Kesamaan atau Pemerataan (equity) yang di maksudkan apakah akses
informasi yang tersedia dan dimanfaatkan bagi masyarakat. Sarana dan
infrastruktur yang terlihat di Terminal Sungai Carang, sebagai sebagai berikut:
1) Fasilitas Utama:
a. Jalur keberangkatan dan kedatangan kendaraan umum
b. Tempat parkir kendaraan umum selama menunggu keberangkatan
termasuk di dalamnya tempat tunggu dan tempat istirahat kendaraan
umum
c. bangunan (kantor) terminal
d. Tempat tunggu (penumpang) dan/atau pengantar
e. Loket penjualan (karcis)
20
f. Pelataran (parkir) kendaraan pengantar dan/atau (taksi)
2) Fasilitas Pendukung:
a. Musholla
b. Kamar kecil/toilet
c. Kios/kantin
Secara umum semua sarana fasilitas umum sudah mulai terpenuhi,
namun yang menjadi permasalahan adalah pengaturan dan pengelolaan dalam
memfungsikan pasilitas utama.Bila melihat alur sirkulasi lalu lintas kendaraan
angkutan umum yang ada tidak memiliki batasan antara jalur keberangkatan
dan jalur kedatangan di dalam terminal membuat alur sirkulasi kendaraan
kurang teratur dan semeraut. Kondisi ini juga membuat penumpang bingung
dan sulit untuk mencari kendaraan yang mereka tuju karena letak parkir yang
kurang jelas dan sering berpindah-pindah. Walaupun ada dua lajur pintu di
Terminal Sungai Carang namun tidak adanya pemisahan jalan pintu masuk
kendaraan kedalam dan keluar terminal membuat sirkulasi arus kendaraan
terlihat tidak tertata dengan baik.
Selanjutnya sedikitya rambu-rambu pengaturan di lokasi terminl serta
belum adanya papan informasi, yang memuat petunjuk jurusan, tarif dan
jadwal perjalanan angkutan umum dan tidak terlihat juga adanya loket
penjualan tiket di lokasi terminal menjadikan terminal kelihatan tidak
beraktifitas layaknya terminal pada umumnya
Untuk fasilitas pendukung lainnya masih banyak kekurangannya seperti
ruang tunggu masih tidak didukung dengan fasilitas tempat duduk, tidak
adanya fasilitas ruang pengobatan dan ruang informasi, tempat penitipan
barang taman dan lain-lain. Sedangkan fasilitas yang sudah ada kondisinya
21
tidak terawat dan sangat kotor seperti toilet dan kantin. Lemahnya pengelolaan
yang dilakukan pegawai memperlihatkan Terminal Sungai Carang kurang
diminati masyarakat dan bisa berfungsi secara baik.
Sebagai salah satu elemen dalam sistem transportasi, keberadaan terminal
sungai carang tidak lepas dari pola jaringan jalan dan sistem pergerakan yang
di Kota Tanjungpinang. Lokasi terminal sangat ditentukan oleh konsep
pelayanan angkutan umum dalam suatu kota. Karena kegiatan yang
berlangsung dalam terminal cukup kompleks dan menyangkut pergerakan
kendaraan dan penumpang di dalam maupun di luar terminal, maka lokasi
terminal harus diusahakan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan
gangguan lalu lintas. Selain itu, perlu disediakan ruang yang cukup untuk
sirkulasi kendaraan dan penumpang tersebut.
Terlihat sepinya aktifitas masyarakat penguna jasa angkutan umum
lebih dikarenakan tidak adanya akses trasportasi lanjutan menuju kota
tanjungpinang, Tanjungpinang sendiri jenis angkutan umum adalah Angkot
atau Taxi. Terlihat aktifitas angkutan umum saat ini lebih pada satu arah yaitu
hanya melayanai penumpang menuju Kabupaten Bintan dengan lokasi
pemberhentian bus terakhir adalah wilayah kecamatan Tanjung Uban.Tanjung
Uban sendiri bisa dicapai dengan perjalanan darat dari kota Tanjung Pinang
dengan waktu tempuh sekitar 4 jam, sedangkan untuk wilayak Kota
Tanjungpinang sendiri tidak semua wilayah dilewati mengingat pemberhentian
terakhir harus di terminal Sungai Carang, bagi penumpang yang tujuannya ke
22
Tanjungpinang terpaksa hatus mencari kendaraan berikutnya untuk sampai ke
lokasi tertentu.
Ditinjau dari posisi terhadap elemen transportasi jalan, lokasi terminal
sungai carangberada di pertengahan Kota Tanjungpinang dan dapat dikatakan
terminal off street (di luar jaringan jalan). Hal ini dilihat dari lokasi terminal
yang berjarak 600 meter dari jalan umum. Kondisi ini tentu saja menjadi faktor
kenapa Terminal Sungai Carang Kurang diminati penumpang.
Bila ditinjau dari aspek tata ruang kota, lokasi terminal angkutan umum
Sungai Carang yang ada di Kota Tanjungpinang sebenarnya sudah memenuhi
persyaratan pembangunan terminal. Penempatan terminal di pinggir kota
sangat menguntungkan dalam rangka memecah arus pergerakan yang akan
masuk ke dalam kota, sehingga beban transportasi di dalam kota tidak terlalu
berat. Dan jika dikaitkan dengan sistem kota, lokasi terminal yang ada di
pinggir kota sebenarnya sangat menguntungkan bagi pemerintah Kota
Tanjungpinang dalam rangka pengembangan wilayah terutama daerah pinggir
kota atau perbatasan kota, jika ditinjau dari kemudahan mencapai lokasi,
terminal angkutan umum regional tersebut cukup strategis dan mudah untuk
dicapai oleh pengguna angkutan umum lainnya, walaupun keberadaan terminal
ini tidak langsung akses ke jalan utama, akan tetapi lokasinya yang strategis
karena dekat dengan pusat kegiatan seperti pertokoan dan pasar serta terletak
pada daerah permukiman yang cukup padat, namun sangat disayangan kondisi
saat ini Terminal Sungai Carang sanagt sepi dari aktifitas warga.
23
4. Responsivilitas Terhadap Pengoperasian Terminal Sungai Carang
Responsivilitas, berkenaan dengan seberapa jauh kebijakan dapat
memuaskan kebutuhan, preferensi atau nilai kelompok-kelompok masyarakat
tertentu.
DISHUBKOMINFO Kota Tanjungpinang mempunyai tiga kewenangan
khusnya dalam hal perizinan yaitu, izin Operasi angkutan Umum, Izin Trayek,
dan Izin Usaha Agkutan. Sesuai kewenangan tersebut di atas, maka
DISHUBKOMINFO Kota Tanjungpinang juga melakukan kegiatan pegawasan
dan pengendalian izin yang dikeluarkan tersebut. Salah satu bentuk
kegiatannya adalah melakukan pengujian kelayakan kendaran bermotor dan
kegiatan penertiban dalam bentuk razia.
Sebelum Terminal Sungai Carang beroperasi tahun 2009, memang
khusus angkutan umum jurusan Tanjungpinang-Bintan mangkal terakhir di
wilayah KM. 9 tepatnya di seputaran jalan umum KM.9 komplek Bintan
Center, sehingga para penguna angutan umum sudah mengetahui di mana
lokasi mereka harus menggu angkutan umum.
Semestinya pengoperasian terminal sungai carang hendaknya harus di
ikuti dengan pengawasan dan tindakan aktif. Hal ini perlu dilakukan mengingat
ini menyangkut keselamatan penguna jalan umum. Dengan pernyataan diatas
tentu saja menguatkan anggapan bahwa terminal Sungai Carang memang
belum maksimal berfungsi. Ketidak mahuan para supir untuk masuk ke
Terminal lebih dikarenakan lemahnya pungsi pengelolaan terminal. Hal ini
24
menjadi cacatan penting bagi DISHUB-KOMINFO Kota Tanjungpinang agar
kedepan memperhatikan hal tersebut.
Berdasarkan data dan informasi yang telah dilakukan kepada beberapa
pengguna jasa terminal, secara umum mereka berpendapat bahwa kondisi
terminal yang seperti ini mengurangi keoptimalan fungsi terminal dalam
melayani pengguna sebagai salah satu fasilitas publik.Perlu adanya
penambahan, peningkatan atau perbaikan untuk fasilitas yang telah rusak agar
lebih meningkat kinerja terminal.
Belum optimalnya pengelolaan Terminal Sungai Carang juga dapat
dilihat dari sudah banyak fasilitas yang mulai rusak.Rasa nyaman bagi penguna
angkutan umum di Terminal Sungai Carang secara keseluruhan belum berjalan
dengan baik, belum terciptanya kenyamanan ketika berada di lokasi terminal,
penataan ruang dan pengaturan pergerakan angkutan umum yang ada belum
mendukung pelayanan yang diharapkan masyarakat.
5. Ketepatan Terhadap Pengoperasian Terminal Sungai Carang
Ketepatan (appropriateness), berhubungan dengan rasionalitas
subtantif.Ketepatan merujuk pada nilai atau harga dari tujuan kebijakan dan
kepada kuatnya asumsi yang melandasi tujuan-tujuan tersebut.Terminal sungai
carang merupakan titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang ada di
Kota Tanjungpinang selain itu terminal sungai carang difungsikan sebagai satu
pusat pelayanan umum, juga merupakan tempat pengendalian, pengawasan,
pengaturan serta pengoperasian lalu lintas yang akhirnya merupakan prasarana
untuk kelancaran berlalu lintas.
25
Keberadaan Terminal Sungai Carang bagi pemerintah Kota
Tanjungpinang, bisa menjadi sumber pendapatan asli daerah. Pendapatan
daerah ini bisa bersumber dari retribusi baik Parkir angkutan umum dan
angkutan jasa , penyewaan stan/loket penjualan tiket dan kantin/kios-kios
jualan.
Berdasarkan pantauan di lokasi terminal tidak banyak aktifitas
masyarakat di sana, tidak adanya petugas yang mengurusi parkir kendaraan,
tidak dijumpai loket penjualan tiket.Dipandang dari segi ekonomi, terutama
berkaitan dengan pendapatan retribusi, income retribusi yang dihasilkan oleh
Terminal Sungai Carang ternyata tidak ada sama sekali. Kondisi itulah sebagai
salah satu faktor penyebab tidak berkembangnya Terminal Sungai Carang,
akibat pemanfaatan terminal yang kurang optimal oleh pelaku aktivitas
terminal, baik penumpang, pengusaha angkutan serta pelaku aktivitas ekonomi
di terminal. Mekanisme operasional terminal tidak memiliki keunggulan.
26
D. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Kesimpulan penelitian:
1. Efektifitas pengoperasian Terminal Sungai Carang secara keseluruhan
belum berjalan dengan baik, hal ini dapat dilihat dari belum tercapinya visi
dan misi dari pengoperasian terminal itu sendiri. Keberadaan Terminal
Sungai Carang yang harusnya memberikan pelayanan tidak diikuti dengan
pengelolaan yang baik.
2. Kecakupan Pegawai dalam mengoperasikan Terminal Sungai Carang secara
keseluruhan belum berjalan dengan baik, pegawai tidak bekerja secara
maksimal dan kurang memiliki pola kerja yang baik sesuai dengan
standarisasi tugas dan fungsi, hal ini dapat dilihat lemahnya kemampuan
pegawai dalam mengaktualisasikan program yang telah di berikan dan
masih lemahnya penindakan dan penertiban yang dilakukan seingga
berdampak pada kesemberautan penataan angkutan di Terminal Sungai
Carang.
3. Kesamaan atau Pemetaan secara keseluruhan tidak mencerminkan kualitas
pelayanan sesuai dengan fungsi terminal, hal ini di perlihatkan dari
minimnya sarana dan infrastruktur, tidak adanya pengelolaan aset yang ada
sehingga tidak terawat dan rusak. Ditinjau dari lokasi Terminal Sungai
Carang berada di pertengahan Kota Tanjungpinang dan dapat dikatakan
27
terminal off street (di luar jaringan jalan). Kodisi ini juga menjadikan
terminal sungai carang sepi dan kurang diminati penumpang.
4. Responsivilitas, yang berhubungan dengan penilaian kepatuhan penguna
jasa terminal secara keseluruhan belum terlaksana dengan baik, pengaruh
rendahnya kesadaran dan tidak adanya sanksi yang tegas bagi angkutan
umum yang melakukan pelanggaran mengakibatkan tidak terdata jumlah
angkutan umum yang masuk dan keluar di Kota Tanjungpinang. Selain itu
mengenai rasanyaman secara keseluruhan belum dapat dikatakan baik. Hal
ini terlihat dari belum terwujudnya kenyamanan di lokasi terminal khusnya
bagi penguna jasa angkutan umum. Penataan ruang dan pengaturan
pergerakan yang teroordinir dengan baik sesuai dengan peruntukannya.
5. Ketepatan (appropriateness), berhubungan dengan menilai apakah
kebijakan pengoperasian Terminal Sungai Carang sudah bermanfaat, secara
keseluruhan keberadaan terminal ini belum mampu menyentuh aspek
aspek kemudahaan akses trasportasi, mengingat kurangnya sarana
pendukung dan akses ke lokasi terminal. Secara ekonomis keberadaan
terminal sungai carang ini secara keseluruhan belum belum terlihat
kontribusi berupa pemasukan kuangan bagi daerah.
2. Saran
Saran-saran yang dapat di kemukakan:
1. Bidang Perhubungan darat DISHUB-KOMINFO Kota Tanungpinang harus
meningkatkan perhatiannyan tentang pentingnya pengoperasian terminal
dalam rangka pengaturan arus kendaraan umum di Kota Tanjungpinang.
28
Kegiatan tersebut bisa dilakukan melalui pelatihan kecakapan bagi pegawai
tentang teknis pengoperasian terminal yang baik, selain itu dapat juga
dilakukan studi banding mengenai lalu lintas dan angkutan umum atau di
bidang pemakaian terminal penumpang di beberapa daerah.
2. Lebih menekankan sanksi dan pengawasan terhadap pemilik angkutan yang
tidak memanfaatkan terminal sebagai jantung pengoperasian anguktan
umum di Kota Tanjungpinang.
3. Melaksanakan pembenahan terminal, khusnya sarana dan prasarana serta
fasilitas yang ada dan memperbaiki yang telah rusak agar kondisi terminal
menarik.
29
Daftar Pustaka
Abidin, Zainal Said,2002, Kebijakan Publik, Jakarta, Tim Penerbit Yayasan
Pancur Siwah.
Agustino, Leo,2006, Dasar-dasar KebijakanPublik, Bandung , CV. Alfabetas.
Arikunto, Suharsimi, 2002, “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek”,
Edisi Revisi V, Jakarta, Rineka Cipta.
Bungin, Burhan, 2010. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
Dunn, N.William, 2003, Analisis KebijakanPublik, Yogyakarta , Gadjah Mada
University Press.
Gomes, Faustino Cardoso, 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta,
Penerbit Andi Offset.
Iskandar, 2009, Metodologi Penelitian Kualitatif.Gaung Persada Press. Jakarta.
Islamy, M Irfan, 2003.Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara. Bumi
Aksara. Jakarta.
Ismani, HP, 2006, Dasar-Dasar Ilmu Pemerintahan,Malang, IKIP Malang.
Kusnadi, Zainul Arifin, Moh. Syadeli, 2000,Akuntansi Manajemen:Komprehensif,
Tradisional dan Kontemporer, PT.Unibraw, Malang, PT.Unibraw.
Ndraha, T.,2003, Kybernology (Ilmu Pemerintahan Baru), Jilid 1, Yogyakarta, PT
Rineka Cipta.
Nugroho Riant D., 2004, Kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi, dan
Evaluasi, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.
--------,2008, Kebijakan Publik,Jakarta Penerbit, PT.Bex Media Kufindao
Kelompok Gramedia.
Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta, Bandung.
Syafiie, Inu Kencana, 1992, Pengantar Ilmu Pemerintahan, PT. Eresco, Bandung.
--------,2011,ManajemenPemerintahan, Bandung, pustaka Reka Cipta.
30
--------, 2002, Sistem Pemerintahan Indonesia (Edisi Revisi), PT. Rineka Cipta,
Jakarta.
Thoha, Miftah, 1995, Kepemimpinan dalam Manajemen Suatu Pendekatan
Perilaku, Jakarta, PT. Grafindo Persada.
Wahab, Solichin Abdul, 1991, Analisis Kebijaksanaan dari Formulasi ke
Implementasi Kebijaksanaan Negara, PT Bumi Aksara, Jakarta.
Winarno, Budi,2007, Kebijakan Publik: Teori Dan Proses, Yogyakarta , media
Perssindo.
Dokumentasi:
Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Organisasi Dan Tata
Kerja Dinas Daerah Kota Tanjungpinang
Top Related