Download - Estate Activity

Transcript
Page 1: Estate Activity

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Pelaksanaan Teknis

Kegiatan teknis selama magang dilakukan di kebun dengan tiga tingkatan

pekerjaan diantaranya sebagai karyawan harian lepas (KHL), pendamping

mandor, dan pendamping asisten. Pekerjaan di lapangan diawali dengan

mengikuti apel pagi setiap hari kerja pukul 05.15 WIB. Pada apel pagi inilah

dilakukan absensi kehadiran dan pembagian kerja masing-masing kelompok kerja

dari kemandoran pemupukan, chemist, perawatan, pemanenan, dan kerani buah.

Pekerjaan usai hingga pukul 13.00 WIB di sela pekerjaan diberikan waktu

istirahat ‘wolon’ pada pukul 10.00-10.30 WIB.

Pemupukan

Pemupukan adalah kegiatan memberi nutrisi atau hara tambahan pada

tanaman agar produksi tanaman menjadi optimal. Pemupukan bertujuan

memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dan

berkembang dengan normal (pertumbuhan vegetatif), dapat berproduksi secara

maksimal (pertumbuhan generatif), serta kesuburan tanah dapat dipertahankan

(Petunjuk Teknis Program Pemupukan Tahun 2011 BGA). Pemupukan juga

bertujuan untuk menyediakan kebutuhan hara bagi tanaman sehingga tanaman

dapat tumbuh baik dan mampu berproduksi maksimal dan menghasilkan minyak

berkualitas baik (Adiwiganda dan Siahaan, 1994). Pemupukan dilakukan pada

tanah kering atau lembab, tidak pada tanah tergenang air agar pupuk dapat terurai

pada tanah dan mampu diserap akar tanaman. Pemberian pupuk pada tanaman

harus memperhatikan beberapa hal yang menjadi kunci keefektifan pemberian

pupuk, diantaranya daya serap akar tanaman, cara pemberian dan penempatan

pupuk, waktu pemberian, serta jenis dan dosis pupuk (Fauzi et al., 2008).

Biaya pemeliharaan tidak kurang dari 50% adalah biaya pemupukan mulai

dari biaya pengadaan, transportasi, dan pengawasan (Adiwiganda, 2002). Menurut

Sugiono et al. (2005) pemupukan pada tanaman kelapa sawit membutuhkan biaya

yang sangat besar sekitar 30% terhadap biaya produksi atau sekitar 60% terhadap

Page 2: Estate Activity

21

biaya pemeliharaan. Kebutuhan pupuk untuk tanaman menghasilkan (TM) dan

tanaman belum menghasilkan (TBM) juga berbeda.

Jenis Pupuk

Pupuk yang umum digunakan dalam perkebunan kelapa sawit adalah

pupuk anorganik dan pupuk organik. Pupuk anorganik yang digunakan adalah

pupuk buatan yang mengandung garam mineral, kecuali beberapa pupuk seperti

urea. Pupuk yang digunakan tergantung pada umur tanaman kelapa sawit

(tanaman menghasilkan dan tanaman belum menghasilkan). Pupuk yang

digunakan terdiri dari pupuk mikro dan makro untuk memenuhi kebutuhan hara

tanaman. Pupuk mikro merupakan pupuk yang dibutuhkan tanaman dalam dosis

sedikit, sedangkan pupuk makro dibutuhkan dalam dosis banyak.

Pada TBM digunakan jenis pupuk mikro HGFB (high grade fertilizer

borate) yang mengandung boron , NPK 16-10-18-1-6-2-1, NPK 14-8-21-2-4-2-1,

dan Cu (pada areal pasir dan gambut). Jenis pupuk makro yang digunakan pada

TBM diantaranya Urea, MOP (muriate of potash), NPK 15-15-15-6-4, dan NPK

12-12-17-2, serta RP (rock phospate) / Giano. Pada TM digunakan jenis pupuk

mikro Zn, Borate, CuSO4, FeSo4, dan menggunakan pupuk makro diantaranya,

NPK 16 dan 14 (Palmo), Urea dan MOP, serta RP / Guano.

Adapun pupuk organik yang digunakan dalam perkebunan kelapa sawit

pada umumnya berasal dari produk limbah perkebunan, limbah dari proses

pengolahan kelapa sawit, dan inokulan tanah (Pahan, 2010). Produk limbah

perkebunan yaitu, sisa-sisa tanaman seperti pelepah dan daun kacangan yang

ditumpuk di gawangan mati. Pelepah juga diletakkan di sekitar pokok tanaman

membentuk U-shape yang berfungsi untuk menjaga iklim mikro di sekitar pokok

tanaman, mencegah erosi, dan mengurangi penguapan sehingga kebutuhan air

tanaman tetap terjaga. Limbah dari proses pengolahan kelapa sawit yang

digunakan adalah janjang kosong kelapa sawit. Janjang kosong tersebut dari PKS

dikembalikan lagi ke kebun untuk dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Janjang

kosong diaplikasikan di antara pokok tanaman di sela-sela pelepah mati berbentuk

U-shape antar pokok tanaman. Janjang kosong tersebut diberikan sebanyak 200

kg/pokok pada TM, sedangkan untuk TBM 150 kg/pokok.

Page 3: Estate Activity

22

Inokulan tanah yaitu, bakteri legume pengikat N yang berasal dari tanaman

penutup tanah (LCC/ Legume Cover Crops). Tanaman penutup tanah yang

digunakan Sungai Bahaur Estate (SBHE) adalah Mucuna bracteata. LCC ini

digunakan karena memiliki keunggulan pada pertumbuhan rambatnya yang cepat

(14 cm/minggu), memberi nutrisi tambahan tanaman sebagai tempat hidup bakteri

legume pengikat N, mampu melapukan kayu, sekaligus menjadi tanaman penutup

tanah yang dapat menjaga iklim mikro di sekitar tanaman. Namun pemeliharaan

tanaman ini membutuhkan biaya cukup tinggi untuk pengendalian

pertumbuhannya yang cepat.

Hasil yang efektif dan efisien dalam pemupukan dapat dicapai dengan

menerapkan disiplin aplikasi pupuk (4T) yang diberlakukan SBHE yaitu 1. Tepat

dosis (takaran yang standard dan telah dikalibrasikan), 2. Tepat cara (tabur sebar

atau tabur larik- u shape), 3. Tepat tempat (permukaan piringan atau sisi luar

piringan), 4. Tepat waktu (tidak musim hujan besar dan tidak musim kemarau

keras).

Dosis Pupuk

Menurut Siahaan et al. (1990), pendekatan untuk mengetahui dosis pupuk

yang harus ditambahkan guna mengimbangi kekurangan hara dalam tanah yaitu

dengan mempertimbangkan :

a. Jumlah hara yang diserap tanaman

b. Hara yang kembali ke tanah melalui dekomposisi bagian-bagian

tanaman yang telah mati/lapuk

c. Hara yang hilang dari zona perakaran (rhizosfir) karena proses

pencucian dan penguapan

d. Hara yang terangkut bersama hasil panen

e. Kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara

f. Status hara dalam daun

g. Data agronomi yang mencakup pertumbuhan, produksi, dan gangguan

hama/ penyakit

h. Data hasil percobaan pemupukan (kalau ada), serta

Page 4: Estate Activity

23

i. Pelaksanaan pemupukan sebelumnya, terutama jika program

pemupukan tahun sebelumnya tidak terlaksana seluruhnya.

Berikut merupakan dosis pupuk yang diterapkan SBHE berdasarkan umur

tanaman agar sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa

sawit. Pada TBM 1 dibutuhkan pupuk urea sebanyak 250 gr/pokok, HGFB 25

gr/pokok, NPK 16-10-18-2-6 1200 gr/pokok, kieserite 300 gr/pokok, dan Chelated

Zincopper 100 gr/pokok. TBM 2 membutuhkan pupuk urea sebanyak 500

gr/pokok, HGFB 50 gr/pokok, NPK 16-10-18-2-6 700 gr/pokok, NPK 14-8-21-2-

4-2 1 400 gr/pokok, RP 1 000 gr/pokok, MOP 1 000 gr/pokok, kieserite 800

gr/pokok, dan Chelated Zincopper 90 gr/pokok. TBM 3 dibutuhkan pupuk urea

sebanyak 500 gr/pokok, HGFB 50 gr/pokok, NPK 14-8-21-2-4-2 2 250 gr/pokok,

RP 1 500 gr/pokok, MOP 1 200 gr/pokok, kieserite 1 000 gr/pokok, dan Chelated

Zincopper 50 gr/pokok. Pupuk tersebut diberikan secara bertahap sesuai rotasi dan

ketentuan waktu pemupukan. Dosis yang berbeda juga diaplikasikan pada TM

sesuai dengan tahun tanam. Data rekomendasi pemupukan TM kelapa sawit tahun

2011 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rekomendasi Pemupukan TM Kelapa Sawit Tahun 2011

Tahun Tanam

Tahap

Urea (kg/ pokok)

RPEgypt (kg/ pokok)

MOPKanada (kg/ pokok)

Kieserit Jerman (kg/ pokok)

Chelated Zincopper (kg/ pokok)

HGFB (kg/ pokok)

1998 I 1.27 2.27 1.53 1.48 0.01 0.1II 1.12 - 1.46 - 0.01 0.1

2002 I 1.14 2.06 1.55 1.44 0.06 0.1II 1.04 - 1.45 - 0.06 0.1

2003 I 1.06 2.12 1.81 1.44 0.05 0.1II 1.00 - 1.62 - 0.05 0.1

2005 I 1.25 2.25 1.50 1.50 - 0.1II 1.25 - 1.25 - - 0.1

2007 I 0.72 1.89 1.39 1.50 - 0.1II 0.61 - 1.25 - - 0.1

2008 I 1.00 2.00 1.50 1.50 - 0.1II 0.75 - 1.25 - - 0.1

Waktu Pemupukan

Waktu dan frekuensi pemupukan ditentukan oleh iklim (terutama curah

hujan), sifat fisik tanah, logistik (pengadaan) pupuk, serta adanya sifat sinergis

Page 5: Estate Activity

24

dan antagonis antar unsur hara (Pahan, 2010). Waktu pemupukan sangat

menentukan efektivitas dari penyerapan hara pada tanaman. Pemupukan yang

optimum dilakukan pada saat curah hujan 100-200 mm/bulan dan minimum pada

curah hujan 60 mm/bulan dan maksimum 300 mm/bulan. Jika terjadi kemarau

dengan curah hujan kurang dari 60 mm/bulan maka pemupukan dihentikan dan

dapat dilaksanakan pemupukan kembali jika sudah turun hujan 50 mm/10hari

(IOM Urutan Aplikasi Pupuk Tahun 2011, BGA). Hal-hal yang mempengaruhi

ketidaksesuaian waktu pemupukan diantaranya waktu musim panen puncak (peak

crop) menghasilkan buah yang tinggi hingga membrondol menyebabkan

pemupukan ditunda sampai pemanenan selesai dilakukan, gulma yang mencapai

titik kritis, dan keadaan iklim yang tidak memungkinkan seperti hujan.

Cara Pemupukan

Cara pemupukan menentukan jumlah pupuk yang dapat diserap secara

efektif oleh tanaman. Peningkatan efisiensi pemupukan ini mencakup aspek upaya

bagaimana pupuk itu lebih cepat sampai zona perakaran dan seminimum mungkin

hilang karena adanya aliran permukaan air dan penguapan (Pahan, 2010).

Pada TBM digunakan jenis pupuk mikro HGFB, NPK 16-10-18-1-6-2-1,

dan NPK 14-8-21-2-4-2-1 (diaplikasikan dekat dengan pangkal batang ± 20 cm

dari pangkal batang dengan sistem tabur), serta Cu (pada areal pasir dan gambut

diaplikasikan sistem tugal dekat dengan pangkal batang) , sedangkan jenis pupuk

makro yang digunakan Urea, MOP, dan NPK 15-15-15-6-4 dan NPK 12-12-17-2

(diaplikasikan di piringan di bawah tajuk terluar mengarah ke dalam dengan

sistem tabur), serta RP/Giano (di bawah tajuk mengarah keluar dengan sistem

tabur).

Pada TM digunakan jenis pupuk mikro Zn, Borate, CuSO4, dan FeSo4

(diaplikasikan di sekeliling pokok dengan radius 0.5-1 meter dari pangkal pokok

dengan sistem tabur), jenis pupuk makro NPK 16 dan 14 (Palmo diaplikasikan

pada areal pasir dilakukan dengan sistem pocket dekat dengan pangkal batang),

Urea dan MOP (berbentuk u-shape dengan radius 1.5-2 meter dari pangkal pokok

(arah dalam piringan) dengan sistem tabur), serta Rock Phosphate/Guano

Page 6: Estate Activity

25

(berbentuk u-shape dengan radius >2 meter dari pangkal pokok (arah luar

piringan) dengan sistem tabur).

Lokasi Penempatan

Cara aplikasi pupuk yang diterapkan oleh Sungai Bahaur Estate (SBHE)

berdasarkan Departemen Riset Bumitama Gunajaya Agro Group diantaranya

sebagai berikut :

1. Pupuk RP-Guano diaplikasikan disusunan pelepah untuk memacu

pertumbuhan akar tersier dan kuarter.

2. Pupuk Urea dan MOP diaplikasikan di pinggir rumpukan pelepah pada

piringan terluar dengan jarak 1.5 - 2 m dari pokok.

3. Pasar pikul tidak boleh diaplikasikan pupuk.

4. Pupuk mikro diaplikasikan dekat pangkal batang dengan jarak 0.5-1 m

dari pokok (Aplikasi Cu ditugal).

5. Pupuk Kieserit diaplikasikan di pinggir rumpukan pelepah pada piringan

terluar dengan jarak 1.5 - 2 m dari pokok.

Rotasi/Frekuensi

Penentuan frekuensi pemupukan sangat penting karena berkaitan dengan

sifat sinergis dan antagonis dari hara yang terkandung dalam pupuk. Secara

umum, sifat sinergis unsur hara antara N dan K, sedangkan sifat antagonis antar

unsur hara yaitu, N-P, N-Mg, dan K-Mg (Pahan, 2010). Interval rotasi pada jenis

pupuk yang sama, tidak boleh kurang dari dua bulan. Interval pemupukan

ditentukan oleh jenis pupuk yang akan diaplikasikan. Pupuk Guano diaplikasikan

satu kali pada bulan Januari dan Februari, HGFB, Chelated zincopper, dan NPK

diaplikasikan rotasi pertama pada bulan Februari selanjutnya rotasi kedua pada

bulan Juli, MOP diaplikasikan rotasi pertama pada bulan April dan rotasi kedua

bulan September, Urea diaplikasikan rotasi pertama pada bulan Mei dan rotasi

kedua bulan Oktober, dan pupuk kieserit diaplikasikan satu kali pada bulan Maret.

Page 7: Estate Activity

26

Pelaksanaan Pemupukan

Pada divisi I Sungai Bahaur Estate, seorang mandor pupuk membawahi 20

KHL pemupuk dengan pembagian tugas 3 orang sebagai penguntil, 2 orang

sebagai BMP (bongkar muat pupuk), dan 15 orang sebagai penabur pupuk di

lahan. Kegiatan pemupukan dimulai dengan penguntilan yang dilakukan oleh 3

orang KHL wanita. Penguntilan dilakukan seseuai kebutuhan pupuk tiap pokok.

Contoh perhitungan kebutuhan pupuk :

Pemupukan pada blok A1 (tahun tanam 1998, seluas 34,38 ha, dan jumlah pokok

3 946). Pupuk diuntil menjadi 18 kg/karung. Tiap until untuk 8 pokok TM dengan

dosis 2.25 kg/pokok. Pupuk yang diapliksikan RP (Rock phospate) dengan

kebutuhan 2.25 kg/pokok, maka membutuhkan pupuk sebanyak = 3 946 x 2.25 kg

= 8 878.5 kg.

Jumlah pupuk yang dibutukan 8 878.5 kg : 50 kg = 178 karung.

Jumlah until pupuk yang dibutuhkan 8 878.5 kg : 18 kg = 494 untilan.

Penguntilan disesuaikan dengan dosis jenis pupuk yang akan

diaplikasikan. Norma kerja basis penguntil 2 ton/HK. Jika penguntil mencapai

lebih basis maka berhak mendapatkan premi lebih basis. Premi basis yang berlaku

Rp 2 500 dan premi lebih basis Rp 24 000/ton. Ada pun teknik penguntilan yang

berlaku di SBHE. Teknik Penguntilan efektif dan efisien pasti terjamin 4 orang

per grup :

1. Karung pupuk disusun dengan jumlah sesuai yang dikehendaki, posisi cat

benang jahitan yang tebal berada di atas. Cara membukanya dari sebelah

kanan kita dengan dipotong mepet dengan bantuan pisau atau gunting.

2. Setelah benang ditarik tuang karung pupuk dari arah belakang.

3. Satu orang menakar dengan di cetak menggunakan sebatang kayu atau

sejenisnya.

4. Orang kedua memasukkan pupuk ke dalam karung until.

5. Orang ketiga mengikat untilan.

6. Orang keempat menyusun untilan pada tempat yang telah ditentukan.

Penguntilan sebaiknya dilakukan oleh 4 orang namun dalam kenyataan di

lapangan 3 orang sudah cukup untuk melakukan penguntilan.

Page 8: Estate Activity

27

Bongkar muat pupuk (BMP) dilakukan oleh dua orang dengan

menggunakan truk. Pemupukan yang dilakukan di divisi I bergabung dengan tim

pupuk dari divisi III, maka ada 4 orang tenaga bongkar muat (BM) masing-masing

dua orang dari tiap divisi. Pupuk yang telah dimuat dalam truk akan dilangsir oleh

tenaga BM 8 until tiap pasar pikul sesuai dengan kebutuhan pupuk/pokok

tanaman. Norma kerja yang berlaku bagi tenaga BM 4 ton/HK. Premi basis yang

didapat Rp 2 500 dan premi lebih basis Rp 12/kg.

Pemupukan dilakukan dengan membagi KHL menjadi beberapa KKP

(kelompok Kerja Pupuk), 1 KKP terdiri dari 3 orang yaitu, 1 orang pelangsir dan

2 orang penabur. Pelangsir meletakkan 1 untilan untuk 8 delapan pokok hingga

pasar tengah atau sesuai kemauan penabur. Tiap until biasanya diletakkan tiap 8

pokok di baris terdepan dalam pasar pikul untuk memupuk 4 pokok di baris kiri

dan 4 pokok di baris kanan. Kelebihan KKP ini yaitu pokok dapat terpupuk

semua, pemupukan dapat selesai dengan cepat dan terorganisasi, namun kesalahan

yang terkadang terjadi pupuk yang disebar tidak merata.

SBHE memiliki 5 disiplin pemupukan yang harus dilakukan oleh pemupuk yaitu :

1. Pemupukan dimulai dari pasar tengah

2. Pemupukan sesuai dengan takaran

3. Pupuk harus di tabur merata

4. Setiap pokok wajib terpupuk

5. Karung dikumpulkan disusun rapi dibawa pulang

Setiap KKP memiliki hanca tugas 5 pasar pikul atau setara 2.5 ha dengan

norma kerja 500 kg/HK. Alat yang digunakan diantaranya angkong untuk

melangsir atau membawa pupuk ke dalam gawangan, gendongan, ember,

timbangan cantelan, karung, sarung tangan, masker, dan seragam pemupukan.

Pada kegiatan pemupukan juga digunakan bendera penanda yaitu, bendera merah

sebagai pertanda hanca luar dan bendera kuning sebagai pertanda hanca tengah.

SBHE menerapkan BMS dalam pelaksanaan pemupukannya. Adapun yang

dimaksud dengan Block Manuring System adalah sistem pemupukan yang diatur

sedemikian rupa sehingga :

Blok-blok pemupukan terkonsentrasi dalam 1 hancak pemupukan bagi

seluruh divisi per kebun.

Page 9: Estate Activity

28

Dikerjakan block by block dengan orientasi mutu pemupukan yang lebih

baik, supervisi lebih fokus dan untuk mendapatkan output yang tinggi.

Hanca mandoran/ tukang pupuk di Divisi tetap tiap blok dan seksi (setiap

pokok diketahui tenaga pupuknya dan setiap baris diketahui

mandorannya).

Pergeseran ancak diatur sedemikian rupa sehingga berlangsung cepat dan

efisien.

Tim pemupukan diorganisasi yang meliputi tenaga until, tukang angkut

pupuk, tukang langsir/ecer pupuk, dan tenaga tabur pupuk dengan tujuan

untuk meningkatkan produktivitas pemupukan.

BMS memiliki keuntungan dalam menghemat penggunaan unit sehingga satu unit

sudah cukup untuk melangsir pupuk. Adapun permasalahan terkait dengan

aplikasi pemupukan yang sering ditemukan dilapangan adalah :

Dosis tidak sama per pokok.

Ukuran takaran pupuk yang tidak seragam.

Waktu yang tidak tepat.

Supervisi yang kurang menghayati dan memahami pentingnya

pemupukan.

Cara penaburan yang tidak sesuai / tidak benar.

Organisasi kerja yang tidak baik.

Administrasi yang tidak up to date.

Premi Pemupukan

Premi yang ditetapkan Sungai Bahaur Estate yaitu Rp 20 000,-/HK untuk

mandor pupuk. Premi basis bagi KHL/KHT Rp 2 500,-/hari dan mendapat extra

fooding berupa susu satu kaleng untuk 6 hari. Jika melebihi basis KHL mendapat

premi lebih basis Rp 100,-/kg.

Contoh perhitungan premi pemupukan :

Seorang pekerja memupuk sebanyak 30 until, tiap until berbobot 18 kg, maka

pupuk yang telah ditabur sebanyak 30 until x 18 kg = 540 kg dengan basis pupuk

500 kg/HK. Jadi basis lebih borong yang didapat = 540 kg – 500 kg = 40 kg.

Premi yang didapat sebesar Rp 2 500 + (Rp 100,-/kg x 40 kg) = Rp 6 500,-

Page 10: Estate Activity

29

Pengendalian Hama dan Gulma

Pengendalian Hama

Pengendalian hama dilakukan dengan menggunakan pestisida nabati

khususnya untuk mengendalikan keberadaan ulat api. SBHE menggunakan

tanaman Turnera ulmifolia dan Nephrolepis bisserata untuk mengendalikan ulat

api. Tanaman ini merupakan tanaman inang bagi predator hama ulat api. Tanaman

Turnera ulmifolia ditanam di sepanjang jalan utama, jalan antar blok, dan

sebagian di pinggiran pasar pikul. Nephrolepis bisserata ditanam di antara

pelepah pokok tanaman dan pada pokok tanaman. Nephrolepis bisserata ditanam

pada pokok tanaman kelapa sawit karena memiliki kelebihan, selain sebagai inang

predator hama ulat api juga untuk menjaga iklim mikro pada batang pokok kelapa

sawit.

Pengendalian Gulma Manual

Pembabatan manual merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

membersihkan gulma secara manual yang menghalangi piringan, gawangan, pasar

pikul, dan pokok tanaman kelapa sawit itu sendiri. Pembabatan dilakukan pada

lahan kering dan lahan tergenang air atau banjir.

Pada lahan tergenang air atau banjir begitu juga lahan kering

menggunakan alat parang dan arit. Pembabatan manual di lahan ini lebih

diutamakan pada tanaman berkayu selain dari tanaman semak yang ada, setelah

tanaman berkayu ditebas dilakukan pengolesan herbisida. Pembabatan manual

dilakukan dengan cara menebas batang pohon dengan ketinggian ± 20 cm dari

permukaan tanah atau pada lahan tergenang air atau banjir dengan ketinggian ±

20 cm dari permukaan air. Tanaman perdu yang telah tinggi, penebasan

dilaksanakan cukup dengan mematahkan batang pohon dan kemudian tajuk

dirubuhkan ke tanah atau ke genangan air. Setelah ditebas dilakukan pengolesan

herbisida pada batang kayu tersebut.

Pembabatan dilakukan oleh 2 orang dalam satu gawangan dengan sistem

hanca giring yaitu, pembabat akan berpindah ke gawangan lainnya yang belum

dikerjakan pembabat lain apabila telah menyelesaikan satu gawangan.

Pembabatan manual memiliki standar 0.5 ha/HK dengan jumlah KHL 16 orang

Page 11: Estate Activity

30

maka saat kegiatan ini dilakukan pada blok C1 dengan luas lahan 30.64 ha

pembabatan gulma masih belum dilakukan maksimal pada seluruh lahan selain

kurangnya karyawan, lahan yang sebagian besar tergenang air pun menjadi

kendala dalam pembabatan karena sulitnya mobilisasi dari satu gawangan ke

gawangan lain. Lahan yang tergenang air ini disebabkan meluapnya air sungai

yang berada di dalam kebun kelapa sawit.

Pada areal yang sering tergenang air dan banjir tiap kali hujan

menyebabkan kondisi tanaman kelapa sawit meskipun tahun tanam sudah lama,

tidak dapat tumbuh optimal dan tidak menghasilkan buah dengan baik serta buah

sering membusuk.

Pengolesan Anak Kayu

Pengolesan anak kayu dilakukan saat pengendalian gulma secara manual

di lahan kelapa sawit. Pengolesan herbisida pada anak kayu dilakukan agar anak

kayu yang telah ditebas tidak tumbuh kembali. Cara aplikasi herbisida

dilaksanakan dengan mengoleskan pada permukaan batang atau anak kayu yang

telah ditebas tersebut, pengolesan dilakukan sebanyak dua kali. Pengolesan

pertama untuk melapisi permukaan kayu sedangkan pengolesan kedua sebagai

koreksi pengolesan pertama agar herbisida yang diberikan merata. Herbisida yang

digunakan adalah starlone dicampur dengan solar dengan perbandingan 1 : 20.

Komposisi ini dianggap paling tepat untuk mematikan anak kayu yang telah

ditebas. Sebelumnya pernah digunakan campuran starlone dengan glifosat namun

hasil yang didapat tidak optimal anak kayu masih tetap hidup. Starlone

merupakan herbisida purna tumbuh yang bersifat sitemik, berbentuk pekatan yang

dapat diemulsikan untuk mengendalikan gulma semak belukar dan berdaun lebar

pada tanaman kelapa sawit. Starlone memiliki kandungan bahan aktif : Triklopir

Butoksi etil ester 665 g/l (setara Triklopir 480 g/l). Gulma yang dapat diatasi oleh

starlone antara lain Cromolaena odorata, Clidemia hirta, Melastoma

malabathricum, dan Mikania micrantha.

Page 12: Estate Activity

31

Pengendalian Gulma Kimiawi

Pengendalian gulma kimiawi merupakan pengendalian gulma dengan

menggunakan herbisida yang umumnya diaplikasikan dengan cara penyemprotan

langsung pada gulma. Penyemprotan merupakan kegiatan pengendalian gulma

yang dilakukan di lahan tanaman menghasilkan (TM) dan tanaman belum

menghasilkan (TBM) yang dapat mengganggu produktivitas tanaman kelapa

sawit.

Metode Pengendalian. Pengendalian gulma pada lahan kelapa sawit

dilakukan di daerah gawangan dan piringan. Bahan herbisida yang digunakan

untuk menyemprot daerah gawangan berbeda dengan piringan. Pada gawangan

herbisida yang biasa digunakan primaxon/paraquat dan metaprima, sedangkan

pada piringan digunakan kleen up (Glifosat). Penyemprotan diaplikasikan pada

rumpun gulma secara merata hingga keseluruhan. Penyemprotan yang

menggunakan bahan pestisida kontak harus lebih teliti dibanding sistemik agar

gulma benar-benar mati dan tidak tumbuh kembali.

Jenis Pestisida. Pestisida yang digunakan merupakan jenis pestisida

kontak dan sistemik. Adapun bahan herbisida dalam pengendalian gulma kimiawi

untuk daerah gawangan dan piringan dilakukan dengan menggunakan primaxon/

paraquat, metaprima, dan glifosat.

Primaxon merupakan herbisida purna tumbuh bersifat kontak berbentuk

larutan dalam air berwarna hijau tua dan mengandung bahan aktif paraquat

diklorida 276 g/l dalam kemasaan isi 20 liter. Gulma yang dapat di atasi

diantaranya pada lahan tanpa tanaman yaitu gulma berdaun lebar seperti

Ageratum conyzoides, Calopogonium mucunoides (penyemprotan volume tinggi

1.5-3 l/ha), dan Comelina spp (2-3 l/ha). Gulma berdaun sempit, Paspalum

conjugatum dan Digitaria ciliaris (penyemprotan volume tinggi 2-3 l/ha). Jika

penggunaan pada pertanaman padi sawah pasang surut (TOT), gulma berdaun

lebar Ludwigia octovalvia (penyemprotan volume tinggi 2-3 l/ha dengan waktu

aplikasi 2 minggu sebelum tanam), gulma berdaun sempit Leersia hexandra

(penyemprotan volume tinggi 2-3 l/ha) dan Echinochloa crus-galli (1.5-3 l/ha).

Gulma golongan teki Eleocharis dulcis dan Cyperus spp (penyemprotan volume

Page 13: Estate Activity

32

tinggi 1-2 l/ha dengan waktu aplikasi 2 minggu sebelum tanam). Penggunaan

herbisida ini menyebabkan gulma dapat cepat rusak dan mati. Namun gulma yang

diaplikasikan dapat tumbuh kembali dengan cepat dan subur jika penyemprotan

tidak dilakukan dengan merata mengenai seluruh bagian gulma.

Metaprima adalah herbisida pra dan purna tumbuh yang bersifat selektif,

berbentuk butiran berwarna putih keabuan yang dapat bercampur dalam air dan

mengandung metil metsulfuron 20%. Herbisida ini digunakan untuk

mengendalikan gulma berdaun lebar seperti Melastoma malabatricum, lantana

camara, Chromolaena odorata (penyemprotan volume tinggi 112.5-225 g/ha),

Tetracera indica, Mikania micrantha (penyemprotan volume tinggi 150-225

g/ha), dan Clidemia hirta (75-150 g/ha) pada lahan tanpa tanaman.

Kleen UP (Glifosat) adalah herbisida purna tumbuh yang bersifat sistemik

berbentuk larutan dalam air, berwarna coklat muda, digunakan untuk

mengendalikan alang-alang (Imperata cylindrica) pada tanaman karet, kelapa

sawit, dan lahan tanpa tanaman (dosis 3-6 l/ha dan volume air 200-400 l/ha) serta

gulma berdaun sempit Paspalum conjugatum dan Rhichardia braziliensis pada

pertanaman teh (dosis 1.5-3 l/ha dan volume air 200-400 l/ha), dan mengandung

bahan aktif isopropil amina glifosat 480 g/l (setara glifosat 356 g/l). Penggunaan

glifosat baru akan tampak hasilnya setelah 14 hari aplikasi, minimal dalam jangka

waktu seminggu baru mulai terlihat efeknya berupa daun yang menguning. Hal ini

dikarenakan glifosat bekerja secara sistemik sehingga gulma yang telah

diaplikasikan berangsur-angsur akan mati hingga ke akar.

Dosis Semprot. Penyemprotan gawangan dilakukan dengan menggunakan

primaxon /paraquat dan metaprima dengan dosis yang digunakan untuk primaxon

60 cc/kap dan metaprima 3 g/kap kemudian diencerkan dengan perbandingan

primaxon/paraquat : air yaitu 1:1 sedangkan metaprima : air adalah 1:10,

penyemprotan biasanya dilakukan dengan mencampur dua bahan tersebut menjadi

150 cc/kap. Bahan terkomposisi dari 120 cc paraquat ditambah 30 cc metaprima

lalu diencerkan kembali sesuai volume knapsack yang digunakan 13 l.

Herbisida yang digunakan untuk penyemprotan piringan adalah

glifosat/kleen up dengan dosis 0.35 cc/ha untuk 6 knapsack volume 13 l atau

setara 0.06 cc/kap lalu diencerkan dengan perbandingan 1:1 setelah itu diencerkan

Page 14: Estate Activity

33

kembali dengan air langsung di dalam knapsack hingga volume 13 l. Seharusnya

pencampuran dilakukan dalam larutan induk terlebih dahulu di dalam tangki

penyemprotan, namun karena air dalam jumlah banyak sulit didapat maka

alterrnatif lain pencampuran dilakukan dalam knapsack sprayer.

Kalibrasi Alat Semprot. Ada beberapa jenis nozel yang digunakan dalam

penyemprotan tergantung jenis gulma dan lokasi (gawangan atau piringan)

semprot. Nozel yang digunakan diantaranya VLV 200, VLV 100, dan VLV 50

dengan jarak lebar semprot 1.2 meter. VLV 200 memiliki flow rate 900-915

ml/menit untuk spot gawangan dan kebasahan semprot merata, VLV 100 dengan

flow rate 400-430 ml/menit untuk spot piringan dan diperuntukan juga untuk

penyemprotan semak, pengendalian semak juga dapat menggunakan micron

herbi, dan VLV 50 memiliki flow rate 200 ml/menit. Nozel polijet berwarna

merah, kuning, hijau dan biru juga digunakan dalam penyemprotan. Nozel

memiliki lebar yang berbeda-beda sesuai dengan warna nozelnya. Nozel berwarna

merah memiliki lebar semprot 2 meter dengan flow rate 2 475 ml/menit, nozel

biru memiliki lebar semprot 1.5 meter dengan flow rate 1 630 ml/menit, nozel

hijau memiliki lebar semprot 1 meter dengan flow rate 900 ml/menit, dan nozel

kuning memiliki lebar semprot 0.5 meter dengan flow rate 680 ml/menit. Nozel

merah, biru, dan hijau digunakan untuk mengendalikan gulma di piringan, pasar

pikul, dan gawangan, sedangkan nozel berwarna kuning untuk pengendalian

ilalang. Nozel cone digunakan untuk pengendalian gulma ilalang namun jarang

digunakan.

Volume semprot dari masing-masing nozel yang digunakan dapat

diketahui dengan cara : volume semprot = / ( / ) ( )

Contoh penyemprotan menggunakan nozel merah :

Diketahui : flow rate nozel merah = 2 475 ml/menit, kecepatan jalan normal

semprot = 48 m/menit, lebar semprot = 2 m

Maka, volume semprot = / / = 257 812.5 ml/ha

= 258 l/ha

Page 15: Estate Activity

34

Pelaksanaan Semprot. Tenaga penyemprot yang digunakan terdiri dari

16 KHT yang terdiri dari 15 orang wanita sebagai penyemprot dan 1 orang laki-

laki sebagai pembawa bahan herbisida dan alat-alat yang dibutuhkan dalam

penyemprotan. Penyemprotan menggunakan standar 7 jam kerja atau 7 jam/HK

tidak menggunakan standard 15 kap/HK namun target ha/HK harus bisa dicapai,

pada kondisi standard karyawan dapat menggunakan 11-12 kap/HK. Target

ha/HK dapat dicapai dengan menghitung berapa lama seorang karyawan yang

paling lambat dalam menyemprot untuk menyelesaikan 1 kap dimulai dari waktu

pengisian herbisida semprot sampai seluruh herbisida semprot habis terpakai

dalam 1 kap. Waktu yang dibutuhkan karyawan terlambat adalah 25 menit

dimulai dari pengisian hingga herbisida semprot habis dalam 1 kap. Sehingga jika

disesuaikan dengan 7 jam/HK target ha/HK dapat dicapai.

Perlengkapan yang dibutuhkan dalam penyemprotan diantaranya bendera

sebagai tanda pengancakan, bendera merah untuk menandakan daerah awal

penyemprotan yang ditancapkan di pasar pinggir sedangkan bendera kuning untuk

menandakan sejauh mana daerah yang telah disemprot, topi, sarung tangan,

masker, baju semprot, rompi, kacamata, sepatu bot, dan parang. Pada keadaan

nyata kelengkapan tersebut masih belum tersedia sepenuhnya bagi karyawan

sehingga cukup menghambat pekerjaan dan menimbulkan keluhan kesehatan

seperti sesak nafas, batuk, dan gangguan pernafasan lain. Hal lain yang dapat

menghambat penyemprotan diantaranya lahan semak yang terlalu tinggi,

ketersediaan air terbatas pada musim kemarau, pasar pikul yang belum standard,

dan anak kayu.

Sungai Bahaur Estate (SBHE) memiliki tim semprot yang menggunakan

TUS (truk untuk semprot), dimana mobil tersebut dilengkapi tangki berkapasitas

2000 liter sebagai tempat pencampuran herbisida dan air. Herbisida yang

digunakan merupakan herbisida sistemik seperti glifosat dan metaprima. Dosis

yang digunakan glifosat 100 cc dan metaprima 30 cc yang diencerkan sesuai

dengan volume kap 15 l. Tangki diisi hingga 1 900 l sehingga dalam satu tangki

semprot dapat mengisi ulang hingga 126 kali kap bervolume 15 l. Tim ini terdiri

dari 25 pekerja semprot dan satu orang pelangsir, yang bertugas untuk

menyemprot gulma di piringan dan pasar pikul. Tim semprot ini beroperasi untuk

Page 16: Estate Activity

35

seluruh Divisi namun dalam kenyataan di lapangan banyak beroperasi di Divisi II.

Norma kerja untuk semprot piringan 3 ha/HK dan 2 ha/HK untuk semprot pasar

pikul.

Premi Semprot. Premi basis yang diterapkan bagi mandor semprot Rp 20

000,- dengan batas minimal 15 HK dan maksimal 20 HK. Cara perhitungan premi

dalam penyemprotan :

a. < 15 HK; jumlah hari x Rp 20 000,-

b. 15-20 HK; mendapat premi Rp 400 000,-

c. > 20 HK; Rp 400 000 + (jumlah lebih hari x Rp 10 000,-)

Premi basis bagi KHL/KHT Rp 2 500,-/hari dan mendapat extra fooding berupa

susu satu kaleng untuk 6 hari.

Perawatan Lahan dan Tanaman

Pasar Pikul

Pasar pikul merupakan jalan yang dibuat untuk mempermudah

pengangkutan tandan buah kelapa sawit (TBS) yang telah dipanen ke TPH. Cara

pembuatan pasar pikul ada 2 yaitu, pada lahan yang sering tergenang air atau

gambut dibuat tapak timbun atau bentuk seperti guludan yang dipadatkan dan

pada lahan kering cukup dengan membuka areal dari rumpun gulma sehingga

jalan untuk angkut panen terlihat. Tidak ada premi yang diterapkan, pekerja hanya

mendapat upah HK. Tiap orang bekerja dengan target 7 jam/HK yang dikerjakan

sebanyak 8 orang pekerja. Alat yang digunakan cangkul dan parang.

Rawat Jalan

Rawat jalan merupakan kegiatan perawatan jalan dalam upaya untuk

memperbaiki dan menjaga infrastrukstur yang ada. Lahan yang terdapat di Divisi I

SBHE merupakan lahan S3 dengan jenis tanah inceptisol tekstur berpasir dan

kaolin. Pekerjaan yang dilakukan diantaranya pembuatan parit kecil di sisi kiri

dan kanan jalan dan perbaikan badan jalan. Perbaikan badan jalan yang tergenang

air dilakukan dengan membuang air yang tergenang tersebut lalu tanah

dikeringkan setelah kering tanah ditimbun dengan pasir, kayu atau pelepah, dan

Page 17: Estate Activity

36

tanah laterit agar jalan menjadi padat. Pekerjaan rawat jalan dilakukan dengan

standar 7 jam/ HK, apabila pekerjaan telah selesai dilakukan pada satu titik maka

pekerja pindah ke titik rusak lainnya. Ada 6 orang pekerja rawat jalan yang dibagi

menjadi 2 kelompok, masing-masing memperbaiki titik berbeda yang telah

diinstruksikan oleh mandor.

Rawat jalan dilakukan secara manual dan mekanis dengan alat berat,

namun lebih sering dilakukan secara manual menggunakan alat cangkul, dodos,

ember, dan gergaji. Ada pun perbedaan nyata melakukan rawat jalan manual

dengan menggunakan alat berat. Rawat manual berdampak pada biaya tenaga

kerja yang lebih murah, jalan rusak dapat langsung diperbaiki, tenaga kerja lebih

mandiri, namun melakukan perataan jalan dibutuhkan tenaga lebih besar. Rawat

mekanis dengan alat berat membutuhkan biaya lebih mahal, jalan baru diperbaiki

jika telah mengalami rusak berat, tenaga kerja mengandalkan alat berat tersebut,

namun jalan dapat diratakan lebih cepat dengan menggunakan alat berat.

Perawatan jalan dilakukan berbeda tahapan saat musim hujan dan panas.

Saat musim hujan jalan yang rusak diperbaiki dengan menambahkan bahan

organik seperti kayu untuk memadatkan jalan sedangkan pada musim panas kayu

yang digunakan sebagai bahan tambahan dalam memadatkan jalan, diangkat

kembali dan disingkirkan. Bahan organik atau kayu harus dikeluarkan karena

bahan tersebut berangsur-angsur akan rapuh sehingga akan membuat jalan rusak

kembali. Masalah utama dalam perawatan jalan adalah genangan air, jika badan

jalan tergenang air maka air tersebut harus segera dikeringkan agar tidak terserap

jauh ke dalam tanah.

Piringan Manual

Kegiatan dilaksanakan pada TBM dan TM. Pada TBM dilakukan dengan

membersihkan gulma dan pelepah pada piringan kemudian membuangnya ke

gawangan mati. Pada TM pembersihan piringan dilakukan dengan membuang

cangkang dan brondolan hitam. Ada 8 orang pekerja dalam perawatan piringan

manual yang terdiri dari 7 pekerja wanita dan 1 laki-laki. Tiap orang berkewajiban

membersihkan 3-4 pasar pikul atau 0.5 ha/HK dan memenuhi 7 jam/HK. Pada

Page 18: Estate Activity

37

perawatan piringan tidak ada premi yang diterapkan, pekerja hanya mendapatkan

upah harian.

Dongkel Kentosan

Dongkel kentosan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan tanaman

kelapa sawit dengan cara membuang tanaman sawit liar yang tumbuh di sekitar

tanaman kelapa sawit utama seperti piringan, gawangan, dan pasar pikul.

Pembuangan sawit liar ini dilakukan agar tidak mengganggu penyerapan hara dan

produktivitas tanaman kelapa sawit. Kegiatan ini dikerjakan oleh 2 orang pekerja

dengan norma kerja 1-2 ha/HK untuk satu blok dan 17 ha/HK untuk satu

Collection Road (CR).

Pruning

Pruning merupakan kegiatan membuang pelepah yang telah tua, mati, dan

sengkleh pada tanaman belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan kelapa

sawit. Penunasan dilakukan untuk membuang pelepah yang telah tua dan

menyentuh tanah agar memudahkan dalam mengutip brondolan, membersihkan

piringan, dan merangsang pertumbuhan. Penunasan dimulai Pk 06.00, tiap pekerja

berkewajiban menunas 2 pasar pikul sekitar 4 baris tanaman antara 30-40 pokok

atau semampu penunas hingga Pk 13.00 WIB. Alat yang digunakan dodos dan

parang.

Ada 2 jenis pruning yang dilakukan yaitu, pruning yang dihitung per HK

(pruning harian) dan pruning borongan. Pruning harian bertugas membuang

pelepah sekaligus membersihkan piringan, 1 pekerja menunas 30 pokok, upah

yang dibayarkan hanya berupa upah HK tidak ada premi, dan jumlah pekerja

pruning harian ada 2 orang. Pruning borongan dilakukan setelah pruning harian

di hari kerja atau pada hari libur, upah dibayarkan per pokok yang dikerjakan

untuk TM diberi premi Rp 700,- dan TBM Rp 1 500,-. Pruning borongan bertugas

hanya membuang pelepah, tidak membersihkan piringan.

Page 19: Estate Activity

38

Penanaman Mucuna bracteata (MB)

Perbanyakan mucuna dapat dilakukann dengan vegetatif (stek) dan

generatif (biji). Namun, kebanyakan kebun memperbanyak tanaman ini dengan

cara stek. Mucuna merupakan tanaman menjalar diatas tanah. Dari ruas-ruas

inilah tanaman mucuna diperbanyak. Penanaman mucuna ini dilakukan disela-sela

tanaman kelapa sawit tepatnya di gawangan mati dengan menghadap timur-barat.

Penanaman terbaik dilakukan pada saat musim hujan karena pada kondisi ini

tanaman akan mendapatkan cukup air untuk membantu pertumbuhannya.

Tngkat pertumbuhan mucuna sangat cepat. Dalam satu minggu mucuna

akan bertambah panjang mencapai 14 cm sehingga membutuhkan pemeliharaan

khusus agar pertumbuhannya tidak merambat ke jalan dan menutupi tanaman

kelapa sawit yang dibudidayakan. Penanaman mucuna ini dilakukan oleh 4 orang

tenaga kerja dengan norma 2 HK/ha.

Teknik perbanyakan mucuna dapat dilakukan dengan beberapa cara,

meliputi: 1) teknik penanaman 5 ruas batang, 2) teknik penanaman 3 ruas batang,

dan 3) teknik penanam 1 ruas batang.

Teknik perbanyakkan mucuna dengan penanaman 5 ruas batang adalah

yang umum dipakai pada kebun SBHE. Teknik penanaman ini memiliki

persentase hidup yang tinggi dibandingkan dengan teknik lain. Adapun tahapan

penyetekannya meliputi: 1) Tanah dibuat guludan sepanjang ruas batang yang

akan ditanam. 2) Bagian tengah guludan dibuat larikan, 3) Persiapkan stek yang

siap ditanam. Adapun kriteria stek siap tanam adalak kondisi stek yang tidak

terlalu muda dan tidak terlalu tua. Penampakan fisik stek siap tanam dapat dilihat

dari batang stek dengan ukuran sedang dan berwarna hijau. Stek yang akan

ditanam adalah stek yang memiliki lima ruas. Pada ruas pertama dan ruas kelima

sebelum dipotong harus dilebihkan sedikit. Stek mucuna diperoleh dari mucuna

yang telah tumbuh sebelumnya. 4) Setiap satu guludan ditanam 5 batang mucuna.

Ruas kedua sampai ruas keempat ditimbun ke dalam tanah, sedangkan ruas

pertama dan kelima dibengkokkan kedalam tanah dengan mata tunas menghadap

keluar dan usahakan berhati-hati saat membengkokkan agar batang MB tidak

patah. Daun pada batang yang diambil dipotong setengah yakni untuk mengurangi

evaporasi. 5) Mucuna yang telah ditanam ditutup dengan dedaunan untuk

Page 20: Estate Activity

39

mengurangi penguapan. Dari teknik penanaman ini diharapkan ruas yang

ditimbun didalam tanah akan menjadi calon-calon akar baru dan ruas yang

dibengkokkan menghadap keluar akan menghasilkan calon-calon tunas baru.

Teknik perbanyakan mucuna dengan penanaman 3 ruas batang dilakukan

dengan cara dibengkokkan. Ruas pertama dan ketiga ditimbun kedalam tanah dan

ruas kedua menghadap keluar tanah. Dari teknik ini diharapkan pada ruas kedua

akan mundul calon daun baru dan ruas pertama dan ketiga diharapkan akan

menjadi calon akar baru. Teknik ini juga memiliki tingkat persentase hidup yang

tinggi.

Perbanyakan mucuna dengan menggunakan teknik satu ruas umumnya

dilakukan untuk tujuan pembibitan. Penanaman mucuna ini umumnya ditanam

didalam polibag yang berisi tanah yang gembur. Adapun cara penanaman dengan

teknik ini adalah ujung ruas ditancapkan ke dalam tanah dan ujung satunya lagi

mengarah keluar. Teknik penanaman ini memiliki beberapa kekurangan,

diantaranya memiliki tingkat persentase hidup yang rendah dan kurang efisien

dalam hal waktu dan biaya.

Pertumbuhan mucuna akan terlihat setelah 1 BST (Bulan Setelah Tanam).

Selanjutnya dilakukan pemupukan RP atau Guano dengan dosis 100 gram per

tanaman atau setara dengan 100 kg/ha yang diaplikasikan dengan cara disebar

diatas kacangan. Pada 3 BST dilakukan pemupukan kedua dengan dosis 200 kg/ha

yang disebar diatas kacangan.

Penanaman Nephrolepis biserrata

Tanaman Nephrolepis merupakan jenis paku-pakuan yang tumbuh secara

liar, memiliki daya adaptasi yang tinggi. Pada pertanaman kelapa sawit jenis

tanaman ini sangat berguna karena dapat menjaga kelembaban di sekitar tanaman

kelapa sawit dan sebagai tanaman inang untuk predator ulat api. Penanaman

Nephrolepis dikhususkan untuk tanaman TM yang telah ternaung.

Umumnya Nephrolepis ditanam di sekitar gawangan mati tepatnya di

rumpukan pelepah yang berbentuk U-Shape. Bibit yang ditanam berasal dari

tanaman yang tumbuh disekitar tanaman kelapa sawit sebelumnya, baik yang

tumbuh di batang kelapa sawit maupun yang berada di sekitarnya. Teknik

Page 21: Estate Activity

40

penanamannya tergolong mudah, yaitu membuat lubang tanam di dekat rumpukan

pelepah tersebut dan menananam Nephrolepis tersebut. Pada satu pokok kelapa

sawit, rata-rata Nephrolepis yang ditanam sebanyak lima lubang tanam.

Nephrolepis ini tidak memerlukan pemeliharaan khusus karena sifatnya yang

mudah tumbuh. Kebutuhan tenaga kerja yang diperlukan dalam sehari untuk

menyelesaikan penanaman nepro adalah 1 HK untuk 1.5 ha.

Kegiatan Simulasi Kebun

Field Visit

Field visit merupakan kegiatan pemeriksaan hancak dan mutu buah di

TPH yang dilakukan secara bersama oleh estate manager (EM), asisten kepala,

asisten divisi, mandor transportasi, mandor I, mandor panen, dan kerani buah.

Kegiatan ini dilakukan pada setiap divisi yang ada dengan bergiliran, pemeriksaan

dilakukan pada blok yang dipanen pada saat dilakukan field visit. SBHE memiliki

5 divisi sehingga field visit dilakukan 5 kali dalam sebulan.

Pelaksanaan dimulai dengan berkumpulnya estate manager, asisten

kepala, mandor transportasi, seluruh asisten aivisi, mandor I, mandor panen, dan

kerani buah pada blok yang akan dilakukan pemeriksaan, kemudian EM

memberikan pengarahan pada asisten divisi, mandor I, mandor panen, dan kerani

buah mengenai pentingnya mutu buah dimana yang bertanggung jawab

memeriksa mutu buah adalah kerani buah, mandor panen, mandor I, asisten divisi,

dan asisten kepala. Pemeriksaan mutu buah dilakukan dengan menggunakan

gancu untuk mempermudah membolak-balik buah yang dilakukan oleh kerani

buah. Kerani buah harus jeli dan teliti dalam melakukan grading mutu buah jika

masih ada buah mentah ikut terangkut berarti kerani buah belum bekerja dengan

baik. Setelah pemeriksaan oleh kerani buah, mandor panen bertugas untuk

melakukan pengecekan silang (cross check) terhadap mutu buah. EM

menerangkan bahwa yang dituju SBHE bukan lagi kapasitas dalam ton/ha namun

minyak/ha (CPO/ha) dengan begitu diperlukan kerja keras untuk mencapai tujuan

tersebut.

EM juga menyampaikan deklarasi transportasi buah yaitu harus adanya

pengecekan yang dilakukan oleh mandor transportasi dan pengecekan ulang di

Page 22: Estate Activity

41

lapangan yang dilakukan oleh mandor I dan asisten divisi. Jalan yang dilalui alat

angkut buah harus dapat ditembus atau dilalui, tidak boleh putus, setidaknya

kendaraan EM dan asisten kepala dapat masuk melalui jalan tersebut. Asisten

kepala menyampaikan mengenai pelaksanaan panen dimana semua seksi panen

harus selesai dalam satu hari, jika masih ada brondolan tertinggal pada siang hari

keesokan harinya harus sudah selesai terangkut.

Kemudian seluruh asisten divisi, mandor I, mandor panen, dan kerani

buah dibagi dalam 3 kelompok masing-masing kelompok memeriksa buah dalam

dua hanca, satu hanca terdiri dari 4 pasar pikul setara dengan 2 ha. EM dan asisten

kepala mengikuti salah satu kelompok. Hanca diperiksa berdasarkan janjang

panen, pokok panen, berondolan (segar dan busuk), buah tinggal, over pruning,

pelepah sengkleh, dan pelepah “U” shape. Sedangkan mutu buah ditinjau dari

janjang diperiksa, mentah, kurang matang, matang, lewat matang, janjang kosong,

abnormal, gagang panjang, brondolan segar dan busuk, kontaminasi (bagus dan

kotor), alas brondolan (layak dan tidak layak). Setelah dilakukan pemeriksaan

akan diketahui total janjang dipanen, total pokok dipanen, jumlah pokok sampel,

total buah tinggal, buah tinggal per ha, brondolan buah tinggal per ha, brondolan

busuk (piringan), pokok over pruning, pelepah sengkleh, susunan pelepah tidak

standar, persentase over pruning, persentase pelepah sengkleh, persentase susunan

pelepah, dan persentase brondolan busuk sehingga dapat ditarik kesimpulan

mengenai kualitas dan mutu buah di TPH pada divisi tersebut.

Field visit dilakukan untuk meninjau langsung mutu buah di lapangan dari

setiap divisi karena terkadang masih muncul buah kurang matang (under ripe)

yang ikut terangkut ke pabrik kelapa sawit (PKS). Keuntungan dilakukan field

visit diantaranya membangun kompetisi yang sehat bagi setiap divisi,

menumbuhkan budaya malu jika kesalahan diketahui banyak pihak maka

diharapkan ada tindakan perubahan untuk perbaikan, menerapkan denda dan

sanksi secara konsisten, meminimalkan losses buah, kualitas buah maksimal, dan

kuantitas di PKS baik.

Page 23: Estate Activity

42

Metode Pengutipan Brondolan

Pengutipan brondolan hingga bersih sangat penting untuk menghindari

terjadinya losses. Brondolan yang sering tertinggal di pasar rintis, TPH, pelepah,

bahkan piringan menjadi penyebab utama losses di lapangan. Ada 2 metode

pengutipan brondolan yang berlaku di Sungai Bahaur Estate (SBHE) pada setiap

divisi :

1. Metode hand picking

2. Metode pengutipan dengan garu

Metode Hand Picking. Metode hand picking merupakan metode

pengutipan brondolan dengan cara mengutip brondolan satu per satu, manual

menggunakan tangan tanpa alat bantu garu. Brondolan yang terkutip menjadi

bersih karena kotoran tidak terbawa saat dikutip. Metode ini bisa digunakan untuk

menangani lahan yang memiliki piringan sempit karena terhalang gulma dan

piringan tidak rata. Hand picking dapat diterapkan dengan ketentuan pusingan

normal 7 hari atau pusingan pokok dengan pusingan blok (rotasi) sama dan

kondisi prasarana piringan dan pasar pikul baik.

Metode Pengutipan dengan Garu. Metode ini menggunakan alat garu

untuk mengutip brondolan. Pemanen dapat mengumpulkan brondolan yang jatuh

di piringan lebih cepat dengan sekali raup menggunakan garu. Hasil brondolan

yang terkutip masih kotor karena tanah, daun kering, ranting, dan batu kerikil ikut

terbawa saat dikutip. Metode ini lebih mudah diterapkan dengan lahan piringan

datar dan bersih.

Simulasi Pengutipan Brondolan. Simulasi dilakukan dengan mengambil

sampel pada satu pasar pikul dengan luasan 0.5 ha dan jumlah pokok panen 27.

Pelaksanaan dilakukan dengan menerapkan masing-masing metode pengutipan

hanya sampai pasar tengah sesuai dengan pelaksanaan pemanenan yang dilakukan

di lapangan. Metode handpicking dilakukan pekerja dengan memanen TBS

hingga pasar tengah kemudian membawa hasilnya ke TPH yang berada di depan

pasar pikul, lalu dilanjutkan dengan metode pengutipan menggunakan garu.

Metode ini dilakukan pekerja dengan memanen kembali TBS dimulai dari pasar

Page 24: Estate Activity

43

tengah hingga akhir pasar pikul dan mengumpulkan hasilnya di TPH bagian akhir

pasar pikul. Simulasi metode ini dilakukan oleh pemanen yang memiliki

kemampuan kerja sedang, tidak cepat dan tidak lambat. Lama waktu pengutipan

brondolan dengan metode hand picking dan pengutipan menggunakan garu dapat

dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5.

Tabel 4. Simulasi Metode Hand picking

No. Pokok

Waktu Jumlah Janjangyang DipanenMulai Akhir Lama (menit)

1 08.22 08.25 3 12 08.26 08.28 2 23 08.28 08.33 5 24 08.32 08.36 4 25 08.36 08.38 2 26 08.47 08.50 3 27 08.50 08.54 4 18 08.56 08.58 2 19 09.01 09.03 2 110 09.03 09.06 3 111 09.06 09.08 2 1

Total 32 15

Tabel 5. Simulasi Metode Pengutipan dengan Garu

No. Pokok

Waktu Jumlah Janjangyang DipanenMulai Akhir Lama (menit)

1 09.14 09.15 1 12 09.15 09.19 4 23 09.19 09.23 4 14 09.23 09.23 - 15 09.23 09.28 5 26 09.28 09.34 6 17 09.34 09.38 4 28 09.38 09.39 1 19 09.39 09.43 4 110 09.43 09.46 3 111 09.46 09.46 - 2

Total pokok 1-11 32 1512 09.46 09.51 5 113 09.51 09.52 1 114 09.52 09.57 5 115 09.57 10.00 3 116 10.00 10.08 8 3

Total pokok 1-16 54 22

Page 25: Estate Activity

44

Simulasi metode ini dilakukan di blok G 16 Divisi IV dengan luas 30 ha,

diambil sampel 1 pasar pikul berjumlah 27 pokok panen yang dibagi menurut

pasar tengah. Metode handpicking dilakukan pada 11 pokok panen dan metode

pengutipan dengan garu dilakukan terhadap 16 pokok panen. Berdasarkan data

pada Tabel 4 dan Tabel 5 simulasi metode handpicking dan pengutipan dengan

garu, waktu yang dibutuhkan untuk mengutip brondolan dengan masing-masing

metode tersebut ternyata tidak menunjukkan perbedaan nyata jika dilakukan pada

jumlah pokok yang sama.

Namun perbedaan nyata tampak pada kualitas brondolan yang

dikumpulkan di TPH. Brondolan dengan metode handpicking hasilnya lebih

bersih dan lebih sedikit tercampur dengan kotoran, pemanen pun tidak perlu

membersihkan ulang brondolan saat di TPH. Hasil brondolan dengan metode

pengutipan menggunakan garu menunjukkan brondolan kotor yang tercampur

dengan tanah, daun kering, ranting, dan kerikil, sehingga pemanen harus

membersihkan ulang brondolan saat di TPH.

LSU (Leaf Sampling Unit)

Kegiatan LSU adalah kegiatan pengambilan sampel daun dari 1 unit

sampel daun yang dilakukan setiap tahun sebagai bahan pembuatan rekomendasi

pemupukan di tahun yang akan datang. Kegiatan LSU dilakukan setiap setahun

sekali oleh kebun yang dikordinasikan oleh Dept. Riset. Saat kondisi normal

waktu pelaksanaan LSU sekitar 2-3 bulan setelah pemupukan semester I

dilakukan.

Kegiatan simulasi LSU dilakukan pada Blok B 11 dan B12 yang

beranggotakan 4 orang dari utusan departemen Riset, asisten kepala, dan

perwakilan dari masing-masing divisi (asisten divisi, mandor I, dan 3 karyawan

sebagai pelaksana kegiatan LSU).

Pengambilan sampel daun harus dilakukan secara berhati-hati sesuai

dengan prosedur untuk menghindari adanya kontaminasi. Adapun standar dalam

pengambilan LSU meliputi: 1) Pengambilan sample daun dilakukan antara pukul

06.00-12.00 WIB. 2) Kelompok pengambilan sample terdiri dari 3 orang; ketua

kelompok bertugas dalam mencatat hasil dan gejala defisiensi tanaman, anggota I

Page 26: Estate Activity

45

bertugas mengukur dan mengambil sample daun, dan anggota II bertugas mencari

pohon sample, menentukan pelepah ke 17 dan memotongnya. 3) Pohon yang tidak

boleh dijadikan pohon sample antara lain: pohon yang terletak di tepi rawa, di tepi

jalan, di dalam rawa, di lereng yang curam dan pohon yang sakit atau abnormal.

4) Pohon sample yang berada di pinggir jalan posisinya minimal harus selang tiga

pokok kearah dalam blok. 5) Sampel daun tidak boleh diambil apabila terjadi

hujan atau pada malam harinya terjadi hujan dengan curah hujan lebih dari 25

mm. 6) Sample daun yang telah diambil jangan sampai terjatuh ke tanah. 7)

Tenaga kerja dilarang merokok saat mengambil sample daun.

Peralatan yang dibutuhkan selama kegiatan LSU diantaranya: parang atau

gergaji, egrek, pisau yang tajam dan bersih, kantong plasik untuk tempat sample

daun, cat dan kuas cat, Form pengukuran pohon sample, pulpen dan pensil.

Kegiatan simulasi LSU diikuti penulis dilakukan pada Blok yang telah memasuki

masa TM. Jumlah tanaman yang diambil sebagai sample dalam satu blok/LSU

adalah 1 % dari total pokok blok. Adapun prosedur pelaksanaan kegiatan LSU

yang meliputi kegiatan :

1. Menentukan blok yang akan diambil sample daun.

2. Menentukan sistem penyebaran pokok sample. Saat dilakukan simulasi

LSU, sistem penyebaran pokok sample dihitung di baris ke 3 pokok dari

paling pinggir blok dan dari baris pokok ke 3 tersebut, pokok yang

dijadikan sample adalah baris ke 3 mengarah ke dalam blok (untuk pokok

sample pertama). Pokok sampel kedua terhitung dari selang 10 pokok dari

pokok sample pertama pada baris pokok yang sama (baris ke 13).

3. Memberikan tanda panah (arah ke atas) setiap memasuki jalur pokok

sample pada pokok pertama jalur masuk dan tanda panah ke arah samping

(sesuai arah perpindahan).

4. Memberikan tanda (berupa nomor) pada setiap pokok sample pada bekas

tunasan pelepah dengan terlebih dahulu dibersihkan menggunakan pisau.

5. Menentukan pelepah ke 17 dengan cara menghitungnya berdasarkan daun

pertama (pucuk tajuk) yang telah membuka sempurna (100%). Kemudian

potong pelepah ke 17 tersebut pada pangkal pelepah dengan egrek.

Page 27: Estate Activity

46

6. Sample daun yang diambil adalah 1/3 bagian pelepah sebelah atas dari

ujung petiol (bagian yang “menonjol” pada permukaan pelepah).

7. Menentukan 6 lembar anak daun pada bagian kiri dan kanan (mengambil 3

lembar untuk bagian atas dan 3 lembar untuk bagian bawah.

8. Sampel daun pada point 6 kemudian dipotong dengan jarak 20 cm dari

pangkal. Anak daun yang akan di bawa ke laboratorium adalah anak daun

yang dipotong selebar 1 jengkal dari bekas yang dipotong tadi.

9. Anak daun yang telah dipotong dengan panjang satu jengkal tersebut

kemudian dipisahkan dari lidinya, kemudian dimasukkan kedalam plastik

yang telah disiapkan dan diberi tanda yang selanjutnya dibawa ke

laboratorium untuk dianalisis (Pedoman Teknis Agronomi Kelapa Sawit,

BGA Group).

Pemanenan

Persiapan Panen

Hal-hal yang perlu dilakukan di dalam mempersiapkan pelaksanaan

pekerjaan potong buah yaitu : 1. Persiapan kondisi areal, 2. Penyediaan tenaga

potong buah, 3. Pembagian seksi potong buah, 4. Penyediaan alat-alat kerja

(Pahan, 2010). Persiapan panen yang dilakukan oleh SBHE dimulai dengan

pengerasan jalan dan perbaikan infrastruktur lainnya, pembukaan pasar panen

ulang dengan penyemprotan pada blok yang tertutupi tanaman penutup tanah

(Mucuna bracteata) yang telah melewati ambang batas, perbaikan TPH yang ada

sesuai standar ketentuan 4 m x 7 m, pemasangan panen, perencanaan pengadaan

pemanen, pengangkutan dan kesiapan pabrik menerima tandan. Persiapan panen

tidak dimulai dari persiapan kondisi areal seperti pembukaan lahan, pembibitan,

dan penanaman karena lahan SBHE merupakan lahan take over dari perusahaan

lain yang telah ditanami tanaman kelapa sawit dengan tahun tanam bervariasi dari

tahun 1998, 2002, dan 2003. Kemudian setelah take over tahun 2005, dilakukan

penanaman tanaman kelapa sawit di beberapa lahan pada tahun 2005, 2007, 2008

sebagai tanaman sisipan. Peta areal tanaman kelapa sawit berdasarkan tahun

tanam di SBHE dapat dilihat pada Lampiran 9.

Page 28: Estate Activity

47

Kriteria Panen

Kriteria matang panen yang diterapkan SBHE dilihat dari berapa banyak

jumlah brondolan yang jatuh di piringan, umumnya digunakan ketentuan 5

brondolan yang jatuh di piringan sudah dipanen. Sebelum pemanenan dilakukan,

dilihat juga kondisi buah apabila sudah ada beberapa brondolan tersangkut di atas

pokok maka buah sudah layak panen. Brondolan yang lepas akan bertambah saat

buah yang dipanen jatuh ke tanah. Ketentuan untuk kriteria matang di TPH adalah

6 brondolan.

Kenyataan di lapangan saat pemanenan tandan buah segar kelapa sawit

terkadang ditemukan buah batu. Buah batu merupakan buah abnormal yang terjadi

karena kelainan genetis. Ciri buah batu diantaranya buah sulit untuk membrondol

jika buah membrondol biasanya kondisi buah telah lewat matang. Buah batu yang

telah masak ditandai dengan merekahnya ujung buah atau pecah. Maka

dibutuhkan pengalaman bagi pemanen agar dapat mengindentifikasi buah normal

atau batu sehingga dapat menentukan kematangan buah tersebut.

Kehilangan Hasil

Kehilangan hasil dapat menurunkan produksi tandan buah kelapa sawit.

Losses fruit banyak ditemukan tersangkut di pokok tanaman, brondolan tidak

dikutip bersih di piringan, brondolan terjatuh di pasar pikul, brondolan di TPH

tidak diangkut bersih oleh tenaga BM (Bongkar Muat), brondolan terjatuh di jalan

utama. Selain brondolan yang menyebabkan kehilangan hasil, buah mentah, TBS

yang dengan sengaja tidak dipanen oleh pemanen atau buah tinggal, buah yang

sudah dipanen tidak diangktu ke TPH, buah di TPH tidak diangkut/terlambat ke

PKS, dan seluruh buah, brondolan, janjang masak yang tidak sampai di loading

ramp menjadi persoalan dalam menurunkan jumlah produksi. Pencegahan agar

hal tersebut tidak berulang terjadi, mandor panen harus teliti dalam melakukan

pengecekan mutu hancak dan mutu buah keseluruhan pemanen. Mandor panen

dan kerani buah tidak ragu-ragu dalam menerapkan disiplin pemberian denda jika

terjadi pelanggaran.

Page 29: Estate Activity

48

Kerapatan Panen

Angka kerapatan panen didapat dengan menghitung jumlah janjang

matang pada pokok yang dijadikan sampel kemudian dibagi jumlah total pokok

yang diamati dan dikalikan persentase 100, maka akan didapat angka kerapatan

panen pada blok tersebut. Kegiatan ini dilakukan sehari sebelum dilakukan

pemanenan pada blok tersebut. Angka kerapatan panen ini berfungsi untuk

menentukan sensus buah keesokan harinya di blok tersebut. Pengamatan

kerapatan panen umumnya dilakukan dengan mengambil sampel 1 ha/blok.

Berikut cara perhitungan untuk mengetahui angka kerapatan panen.

Angka Kerapatan Panen (AKP) = 100 %

Penulis melakukan pengamatan terhadap jumlah janjang pada dua pasar

pikul di blok B6, B5, B4, dan B3 sehari sebelum blok tersebut dipanen. Pada blok

B6 diketahui terdapat 121 pokok yang diperiksa dengan 42 janjang yang siap

dipanen, maka dapat diketahui AKP blok tersebut sebagai berikut :

Angka Kerapatan Panen (AKP) = x 100 % = 34.7 %

Hasil perhitungan angka kerapatan panen pada blok B5, B4, dan B3 dapat dilihat

pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil Taksasi Harian dan Angka Kerapatan Panen

BlokJumlah Janjang Matang

Jumlah Pokok

Diperiksa

Jumlah Pokok

Produktif

Angka Kerapatan

Panen

Estimasi Janjang Dipanen

Hasil AktualJanjang Dipanen

B6 42 121 3 628 34.7 % 1 270 -B5 37 119 2 969 31.1 % 920 -B4 35 122 2 594 25.8 % 669 -B3 31 120 2 357 28.7 % 684 -

Total Estimasi Janjang 3 543 3 578

Sensus Buah Harian

Sensus buah atau taksasi panen merupakan perencanaan panen mengenai

jumlah janjang yang akan dipanen dengan melakukan pengecekan sehari sebelum

dilakukan panen. Pohon yang dijadikan sampel perhitungan yaitu pohon yang

terdapat minimal 3 brondolan jatuh di piringan karena dalam semalam brondolan

Page 30: Estate Activity

49

tersebut akan bertambah menjadi 5 brondolan sesuai kriteria panen keesokan

harinya.

Taksasi panen dapat diketahui dengan mencari terlebih dahulu AKP

(angkatan kerapatan panen), kemudian dikalikan jumlah pokok dan luas lahan

dalam blok tersebut. Selanjutnya hasil taksasi produksi untuk wilayah satu blok

tersebut akan diketahui. Pelaksanaan taksasi dilakukan sesuai instruksi kerja, yaitu

1. Menentukan areal yang akan dipanen esok hari. Areal ini adalah areal seksi

potong buah yang jatuh pada esok hari dan areal sisa panen hari ini (jika

belum selesai).

2. Melakukan sensus/taksasi sebesar 15% dari pokok produktif pada areal yang

akan dipanen esok hari. Namun biasanya di lapangan sensus dilakukan 1 ha

dalam tiap blok karena dianggap telah mewakili.

3. Menetukan nomor baris sampel setiap blok yang akan disensus.

4. Mulai pokok terluar searah pasar rintis menuju pokok terakhir bertemu

dengan jalan koleksi.

5. Amati, hitung, dan mencatat janjang masak yang akan dipanen besok pada

baris kanan dan kiri dari pasar rintis. Pengamatan dilakukan sampai seluruh

sampel baris telah disensus.

6. Taksasi jumlah janjang yang dipanen diperoleh dari presentase kematangan

buah dikalikan dengan pokok produktif pada areal yang akan dipanen besok.

Taksasi panen yaitu

: 100% x(jumlah pokok/ ha x luas lahan blok)

Contoh perhitungan dalam melakukan taksasi panen, diketahui jumlah

janjang matang 60 janjang, jumlah pokok yang diperiksa 191 pokok, jumlah

pokok dalam satu hektar 136 pokok, luas lahan dalam blok 30 ha maka estimasi

janjang panen pada blok tersebut adalah :

Taksasi panen = x 100% x (136 pokok x 30 ha)

= 1 281.7 janjang

Jika BJR (berat janjang rata-rata dalam blok) 8 kg maka taksasi panen pada blok

tersebut senilai = 1 281.7 janjang x 8 kg = 10 253.4 kg = 10. 3 ton.

Page 31: Estate Activity

50

Penulis melakukan taksasi panen pada satu seksi panen sebanyak 4 blok.

Taksasi dilakukan pada blok B6 (27.9 ha), B5 (26.5 ha), B4 (20 ha), B3 (16.5 ha)

dengan mengambil sampel 1 ha untuk tiap blok seperti yang biasa dilakukan oleh

mandor panen dalam melakukan taksasi harian. Hasil taksasi janjang sehari

sebelum panen dengan hasil aktual pemanenan TBS yang dapat dilihat pada Tabel

6, tidak berbeda jauh hanya terpaut selisih 0.01 %. Toleransi selisih antara aktual

dengan taksasi harian yang berlaku di SBHE adalah ± 5 % dengan begitu taksasi

yang dilakukan penulis dapat dikatakan sangat baik dengan akurasi 99 %. Manfaat

dilakukan taksasi buah diantaranya mengetahui jumlah ride (unit angkutan) yang

dibutuhkan esok hari, mengetahui estimasi jumlah janjang yang akan dipanen,

jumlah pemanen yang dibutuhkan agar pemanen mendapatkan basis.

Sensus Produksi Semester

Pengendalian dan pengolahan kebun secara keseluruhan terkait erat

dengan hasil sensus produksi. Hasil sensus produksi akan sangat menentukan

kebijakan-kebijakan yang akan diambil oleh manajemen kebun dalam

pengendalian biaya dan penekanan losses produksi.

Sensus produksi dilakukan dua kali dalam setahun. Waktu pelaksanaan

sensus produksi yaitu setiap semester dengan ketentuan semester I dilaksanakan

pada tanggal 20-31 Desember dan semester II dilaksanakan pada tanggal 20-30

Juni. Janjang yang dihitung adalah semua janjang yang ada, mulai dari bunga

betina yang sudah dibuahi (bunga cengkeh yang diperkirakan siap dipanen 5-6

bulan berikutnya) hingga buah masak panen pada blok tersebut. Semua janjang

yang dipanen pada waktu pelaksanaan sensus bulan Desember (semester I) dan

Juni (semester II) menjadi pengurangan hasil sensus pada blok tersebut.

Kebutuhan tenaga dalam pelaksanaan sensus ditentukan oleh luas areal

dan target waktu yang telah ditentukan (prestasi 10-15 ha/HK). Satu tim

beranggotakan 3 petugas sebagai anggota tetap, yang terdiri dari petugas

penghitung, petugas pengecet di pokok, dan petugas pencatat administrasi.

Penentuan baris sensus (BS) berdasarkan urutan penomoran blok terkecil hingga

blok terbesar dan nomor barisan terkecil. BS ditentukan pada 10 baris tanaman

Page 32: Estate Activity

51

pertama dan selanjutnya setiap selang 10 baris dari satu barisan ke barisan

selanjutnya.

Pengamatan terhadap cara-cara melakukan peramalan produksi untuk

jangka waktu tertentu dan membandingkan hasil ramalan dengan produksi aktual

yang diperoleh. Produksi per hektar untuk semester pertama atau jangka waktu

enam bulan dapat diperkirakan dengan perhitungan taksasi buah menggunakan

rumus P= Keterangan :

P = Produksi

a = Jumlah tandan bunga betina yang diamati

b = Rata-rata berat tandan

d = Jumlah pokok yang diamati

e = Jumlah pokok seluruhnya dalam blok

Penulis melakukan simulasi sensus semesteran terhadap 4 blok yang

berada di Divisi I. Pengamatan dilakukan terhadap banyak jumlah bunga betina

dan janjang yang tidak terselubung seludang dalam dua pasar pikul atau 1 ha.

Data simulasi sensus semesteran di Divisi I dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Pengamatan Sensus Produksi Semesteran di Divisi I

BlokTahun Tanam

Jumlah Pokok

Berat Janjang Rata-

rata (kg)

Jumlah Pokok

Diperiksa

Jumlah Bunga Betina

Jumlah Janjang

seludang terbuka

Produksi (kg/ha)

B6 2005 3 628 15.2 121 29 889 465.1B5 2002 2 969 13.5 119 24 641 359.3B4 1998 2 594 17.0 120 2 436 344.5B3 1998 2 357 17.0 122 10 483 439.1

Berdasarkan pengamatan, tahun tanam mempengaruhi jumlah janjang dan

berat janjang. Semakin lama tahun tanam, berat janjang akan semakin berat dan

jumlah janjang akan semakin sedikit hingga batas umur produktif yang optimal.

Produksi tiap blok berbeda sesuai dengan jumlah pokok produktif yang ada.

Produksi akan meningkat sesuai dengan umur tanaman. Menurut Risza (2009)

produktivitas tanaman kelapa sawit juga bergantung pada komposisi umur

tanaman. Tanaman yang berusia produktif akan menghasilkan buah dengan

Page 33: Estate Activity

52

produktivitas tinggi dengan meningkatnya berat janjang. Berikut adalah manfaat

dilakukannya sensus produksi, yaitu :

1. Mengestimasikan produksi TBS, CPO dan PKO enam bulan ke depan.

2. Mengestimasikan jumlah uang yang dihasilkan dan dikeluarkan

perusahaan.

3. Mengestimasikan penjualan (marketing).

4. Perencanaan potong buah, transport dan pengolahan di PKS

5. Mengetahui losses di lapangan

Sistem Panen

Hanca panen yang digunakan SBHE adalah sistem hanca giring tetap per

mandoran artinya, dalam satu mandoran hanca karyawan dapat digiring/dipindah

oleh mandor dalam satu wilayah kemandoran. Keuntungan sistem hanca ini, jika

ada pemanen yang tidak hadir dalam satu kemandoran mandor panen dapat

menghancakan pemanen lain dalam mandorannya untuk menyelesaikan hanca

karyawan yang tidak hadir, karyawan panen pun memiliki rasa tanggungjawab

terhadap hanca di mandorannya sendiri. Menurut Pahan (2010) keuntungan hanca

giring tetap per mandoran, yaitu 1. Manajemen pelaksanaan panen berdasarkan

AKP dapat sempurna dilaksanakan. 2. Tenaga kerja dapat diatur sesuai kondisi

AKP. 3. Persaingan sehat antar mandor. 4. Mandor aktif dalam melakukan

pengawasan. 5. Sistem ini cocok untuk dilakukan pada areal yang baru panen dan

sudah lama. 6. Output mandoran dan karyawan dapat dipacu penghancaan sesuai

kekuatan masing-masing karyawan. 7. Menghindari kecemburuan di antara

karyawan karena hanca dapat ditukar dari pusingan satu ke selanjutnya.

Kekurangannya : 1. Tanggung jawab karyawan terhadap hanca masih relatif kecil.

2. Kegiatan pengawasan harus dilakukan lebih ketat.

Rotasi Panen

Rotasi panen merupakan selang waktu yang ditetapkan untuk menentukan

waktu panen dalam seminggu antara panen terakhir sampai panen berikutnya di

tempat yang sama. Rotasi panen yang diterapkan di SBHE pada masing-masing

divisinya terdiri dari 6 seksi panen artinya, dalam satu minggu terdapat 6 hari

panen dan masing-masing hanca panen diulangi (dipanen) 7 hari berikutnya.

Page 34: Estate Activity

53

Ada 6 seksi pembagian wilayah yang telah ditetapkan di Divisi I terhadap

24 blok lahan kelapa sawit wilayahnya. Seksi tersebut disesuaikan dengan rotasi

panen yang ada. Rotasi pokok seharusnya sesuai dengan rotasi blok, namun

karena dalam satu blok ada pokok yang tidak dipanen pada hari panennya maka

pokok tersebut dipanen pada minggu berikutnya. Hal ini menyebabkan buah lewat

matang sehingga produktivitas dapat menurun. Seksi potong buah disusun

sedemikian rupa sehingga 1. Satu seksi harus selesai dipanen satu hari; 2.

Mempermudah pindah hanca dari satu blok ke blok lain; 3. Mempermudah

kontrol asisten, mandor I, dan mandor panen; 4. Transpor TBS lebih efisien; serta

5. Output pemanen lebih tinggi (Pahan, 2010). Pembagian seksi panen Divisi I

dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Pembagian Seksi Panen Divisi I

Seksi Blok Luas (ha) Tahun TanamA B2 26.5 1998

B1 27.9 1998A1 31.5 2005A2 15.9 1998

Total Luas 101.8B A3 16.8 1998

A4 9.3 2007A5 26.6 1998A6 23.9 1998

Total Luas 76.6C D6 25.8 2003

D5 31.5 2003D4 19.0 2002D3 11.5 2008

Total Luas 87.8D D2 10.4 2007

D1 18.5 2003C1 16.7 2002C2 10.5 2002

Total Luas 56.1E C3 24.5 1998

C4 24.7 1998C5 10.5 2002C6 19.3 2003

Total Luas 79.0F B6 31.1 2005

B5 21.8 2002B4 16.5 1998B3 20.0 1998

Total Luas 89.4

Page 35: Estate Activity

54

Basis dan Premi Panen

Basis adalah syarat dasar yang harus dipenuhi karyawan dalam

pemanenan. Basis yang diterapkan pada pemanen ada 3 jenis yaitu, basis janjang,

basis hanca, dan basis waktu. Basis janjang inilah yang akan menentukan premi

panen yang didapat oleh seorang pemanen. Basis janjang ditetapkan berdasarkan

produktivitas tiap blok dilihat dari tahun tanamnya. Divisi I untuk tahun tanam

1998 ditetapkan basis janjang 110 janjang sedangkan tahun 2000, 2002, 2003,

2005, 2007 sebanyak 120 janjang. Premi panen ketentuannya telah diatur dalam

Intern Office Memo (IOM) General Manager Plantation (GMP) BGA yang

disampaikan pada setiap wilayah dan estate.

Penetapan premi panen disesuaikan dengan basis panen yang ditentukan

berdasarkan produktivitas TBS estate ton/ha dalam setahun, kelas BJR, kelas

lereng, dan tinggi pokok. Tarif premi potong buah regional 2 dapat dilihat pada

Lampiran 10. Ketentuan penetapan premi terkait dengan jenis pemanen Non-

DOL, BHS-DOL 2, dan BHS-DOL 3. Penetapan basis premi bagi BHS-DOL 2

dan BHS-DOL 3 terkait dengan basis premi Non-DOL. Ketentuan premi basis

borong dan lebih borong dapat dilihat pada Tabel 9.

Page 36: Estate Activity

55

Tabel 9. Ketentuan Premi Basis Borong dan Premi Lebih Borong berdasarkan jenis pemanen.

Jenis Pemanen

Jenis Pekerjaan

Premi Basis BorongPremi Lebih

BorongNon-DOL Rp 8 500 Rp 470,-/janjang

BHS-DOL 2

Cutter dan Carrier

Rp 1 500 (jika berhasil memanen 150 % dari basis borong Non-DOL)

Rp 235,-/janjangRp 3 000 (jika berhasil memanen 165 % dari basis borong Non-DOL)Rp 6 000 (jika berhasil memanen 180 % dari basis borong Non-DOL)

Loose Fruit Picker (LF

Picker)Rp 90,-/kg

BHS-DOL 3

Cutter + Frond

stacking danCarrier

Rp 1 000 (jika berhasil memanen 220 % dari basis borong Non-DOL)

Rp 165,-/janjangRp 1 500 (jika berhasil memanen 240 % dari basis borong Non-DOL)Rp 5 000 (jika berhasil memanen 260 % dari basis borong Non-DOL)

Loose Fruit Picker

Rp 90,-/kg

Contoh Cara Perhitungan Premi Pemanen :A. Non-DOLBasis borong = 85 janjangRealisasi panen pemanen A = 95 janjangPremi yang diterima :

1. Premi siap borong = Rp 8 500,-2. Premi lebih borong (95-85 janjang) x Rp 470/janjang = Rp 4 700,-

Total premi yang diterima pemanen A pada hari itu = Rp 13 200,-

B. BHS-DOL 2Cutter + CarrierBasis borong = 128 janjang

a. Bila realisasi panen cutter + carrier A = 130 janjangPremi yang diterima :1. Premi siap borong = Rp 1 500,-2. Premi lebih borong (130 – 128) x Rp 235/janjang = Rp 470,-3. Total premi (Rp 1 500,- + Rp 470,-) = Rp 1 970

b. Bila realisasi panen cutter + carrier A = 145 janjang

Page 37: Estate Activity

56

Premi yangditerima :1. Premi siap borong (Rp 1 500,- + Rp 3 000,-) = Rp 4 500,-2. Premi lebih borong (145 – 128) x Rp 235/janjang = Rp 3 995,-3. Total premi (Rp 4 500,- + Rp 3 995) = Rp 8 495,-

c. Bila realisasi panen cutter + carrier A = 168 janjangPremi yang diterima :1. Premi siap borong (Rp 1 500+Rp 3 000+Rp 6 000,-) = Rp 10 500,-2. Premi lebih borong (168-128) x Rp 235/janjang = Rp 9 400,-3. Total premi (Rp 10 500,- + Rp 9 400,-) = Rp 19 900,-

LF PickerBila realisasi LF picker = 285 kgPremi yang diterima (285 kg – 275 kg) x Rp 90,- = Rp 900,-

C. BHS-DOL 3Cutter + Frond StackingBasis borong = 187 janjang

a. Bila realisasi panen cutter + frond stacking = 197 janjangPremi yang diterima :1. Premi siap borong = Rp 1 000,-2. Premi lebih borong (197 – 187) x Rp 165,- = Rp 1 650,-3. Total premi (Rp 1 000,- + Rp 1 650,-) = Rp 2 650

b. Bila realisasi panen cutter + frond stacking = 206 janjangPremi yangditerima :1. Premi siap borong (Rp 1 000,- + Rp 1 500,-) = Rp 2 500,-2. Premi lebih borong (206 – 187) x Rp 165,- = Rp 3 135,-3. Total premi (Rp 4 500,- + Rp 3 995) = Rp 5 635,-

c. Bila realisasi panen cutter + frond stacking = 223 janjangPremi yang diterima :1. Premi siap borong (Rp 1 000+Rp 1 500+Rp 5 000,-) = Rp 7 500,-2. Premi lebih borong (223 – 187) x Rp 165,- = Rp 5 940,-3. Total premi (Rp 4 500,- + Rp 3 995,-) = Rp 13 440,-

CarrierBasis borong = 187 janjang

a. Bila realisasi panen cutter + frond stacking = 197 janjangPremi yang diterima :1. Premi siap borong = Rp 1 000,-2. Premi lebih borong (197 – 187) x Rp 165,- = Rp 1 650,-3. Total premi (Rp 1 000,- + Rp 1 650,-) = Rp 2 650

b. Bila realisasi panen cutter + frond stacking = 206 janjangPremi yangditerima :1. Premi siap borong (Rp 1 000,- + Rp 1 500,-) = Rp 2 500,-2. Premi lebih borong (206 – 187) x Rp 165,- = Rp 3 135,-3. Total premi (Rp 4 500,- + Rp 3 995) = Rp 5 635,-

c. Bila realisasi panen cutter + frond stacking = 223 janjangPremi yang diterima :1. Premi siap borong (Rp 1 000+Rp 1 500+Rp 5 000,-) = Rp 7 500,-2. Premi lebih borong (223 – 187) x Rp 165,- = Rp 5 940,-3. Total premi (Rp 4 500,- + Rp 3 995,-) = Rp 13 440,-

Page 38: Estate Activity

57

LF PickerBila realisasi LF picker = 285 kgPremi yang diterima (285 kg – 275 kg) x Rp 90,- = Rp 900,-

Tenaga Panen

Tenaga panen adalah karyawan harian lepas (KHL) atau karyawan harian

tetap (KHT) yang bertugas memanen sesuai hanca yang telah ditetapkan per

mandoran.

Kebutuhan tenaga panen harian diperoleh dari penetapan taksasi produksi

atau sensus buah harian. Sensus buah harian diketahui dengan adanya perhitungan

angka kerapatan panen dari setiap blok yang akan dipanen sehari sebelum

dilakukannya pemanenan. Kebutuhan tenaga kerja harian dapat diketahui dengan

rumus :

Kebutuhan tenaga panen = Keterangan :

A = Luas ancak (kadvel) yang akan dipanen dalam satu seksi (ha)

B = Kerapatan panen

C = Rata-rata berat buah (camidal) (kg)

D = Populasi tanaman/ha

E = Kapasitas panen/HK

Kebutuhan tenaga panen setahun dapat diperoleh dengan menghitung

berdasarkan keterangan luas lahan, kemampuan kerja harian pemanen, dan rotasi

panen yang ditetapkan perusahaan. Kebutuhan tenaga panen dapat menggunakan

rumus :

Kebutuhan tenaga panen = Keterangan :

A = Luas ancak (kappel) yang dipanen pada semua seksi (ha)

E = Kapasitas panen/HK

F = Jumlah seksi panen

Penggunaan pemanen ditentukan dari jumlah produktivitas TBS yang akan

dipanen sehingga akan diketahui kebutuhan pemanen harian yang menentukan

jenis pemanen yang digunakan. Ada tiga jenis pemanen yang biasa diterapkan di

Sungai Bahaur Estate (SBHE) sesuai ketentuan perusahaan.

Page 39: Estate Activity

58

Jenis Pemanen yang berlaku di SBHE :

1. Non-DOL (Division of Labour)

Pemanen terdiri dari satu orang yang bertugas untuk memotong buah

sekaligus mengutip brondoolan. Non-DOL efisien digunakan dalam

kondisi normal

2. DOL 2

Pemanen terdiri dari 2 orang, satu orang bertugas memotong buah

kemudian membawanya ke TPH dan satu orang bertugas mengutip

brondolan dan mengumpulkannya ke TPH. Jenis pemanen ini digunakan

saat peak crop tahun tanam > 8 th.

3. DOL 3

Pemanen terdiri dari 3 orang, satu orang bertugas memotong buah dan

rumpuk pelepah, satu orang mengangkut TBS ke TPH, dan satu orang

bertugas mengutip brondolan. Jenis pemanen ini digunakan jika pusingan

di blok setelah menggunakan DOL 2 masih tinggi.

Kriteria Pemanen

Kriteria tenaga panen yang dapat diterapkan di SBHE terbagi menjadi 3

kriteria, yaitu pemanen sangat baik, pemanen baik, dan pemanen buruk. Berikut

adalah ketentuan dari kriteria tenaga panen tersebut :

1. Pemanen Sangat Baik

a. Memenuhi kriteria pemanen baik

b. Mampu melebihi output standar 1200 kg/HK dan output rata-rata

pemanen lain.

2. Pemanen Baik

a. Tidak memanen buah mentah

b. Brondol dikutip bersih (< 30 brondol/ha)

c. Tidak ada buah tinggal

d. Tidak ada pelepah sengkleh

e. Memenuhi output standar min. 1 200 kg/HK

f. Presentasi HK efektif tinggi (jarang mangkir, izin, dan sakit atau

kehadiran min 78 % /th)

Page 40: Estate Activity

59

3. Pemanen Buruk

a. Memanen buah mentah

b. Brondol tidak dikutip bersih

c. Ada buah tinggal

d. Ada pelepah sengkleh

e. Tidak memenuhi output satndar (< 1 200 kg/HK)

f. Presentasi HK efektif rendah

Transportasi Buah

Kelancaran transportasi buah sangat penting agar buah yang telah dipanen

dapat segera tiba di PKS untuk diolah. Keterlambatan transportasi buah dapat

menyebabkan buah tertinggal di TPH atau buah restan sehingga pada akhirnya

buah tertunda tiba di PKS. Semakin lama buah tiba di PKS maka semakin lama

juga buah diproses menjadi minyak kelapa sawit. Buah yang lama diproses akan

mengalami peningkatan ALB (Asam Lemak Bebas) sehingga kualitas minyak

dapat menurun. ALB meningkat dimulai dari pemanenan yang diawali pelukaan

buah hingga buah tiba di PKS. Pelukaan akan mempercepat peningkatan ALB

dimana sebelum dipotong sebesar 0.2-0.7 % dan ketika jatuh di tanah akan dapat

meningkat sebesar 0.9-1.0 % setiap 2 jam sehingga makin cepat diangkut ke

pabrik makin baik (Lubis, 2008).

Buah yang sudah diberi tanda (cap) oleh pemanen harus segera dihitung

oleh kerani buah dan dimasukkan ke dalam bak transport untuk diangkut ke PKS

pada hari yang sama, guna mendapatkan mutu minyak yang baik. Kerani transport

dan kenek/ tenaga bongkar muat harus memastikan semua buah dan brondolan

terangkut ke dalam bak transport. Karcis timbang dari PKS dan surat pengantar

buah untuk pengangkutan pada hari tersebut, dikumpulkan semuanya oleh kerani

transport kemudian diserahkan kepada kerani divisi untuk dihitung jumlah janjang

yang dikirim ke pabrik dan total tonase produksinya. Adapun faktor teknis yang

menyebabkan keterlambatan transportasi buah :

1. Rusaknya infrastruktur

2. Antrian di PKS (pabrik kelapa sawit)

3. Kerusakan lahan

Page 41: Estate Activity

60

4. Unit/kendaraan angkut (truk) rusak

Aspek Manajerial

Selama mengikuti aspek manajerial, penulis berstatus sebagai pendamping

mandor dan pendamping asisten divisi. Penulis berkesempatan menjadi

pendamping mandor selama 1 bulan dan menjadi pendamping asisten divisi

selama 2 bulan. Selama menjadi pendamping mandor dan asisten divisi, penulis

mengikuti kegiatan yang meliputi pengawasan di lapangan maupun administrasi

di kantor.

Pendamping Mandor

Selama menjadi pendamping mandor, penulis mengikuti kegiatan

pengawasan di lapangan diantaranya kegiatan mandor panen, kerani buah, mandor

pupuk, mandor chemist, dan mandor perawatan. Penulis juga mengikuti kegiatan

manajerial terkait administrasi divisi dengan mendampingi kerani divisi.

Mandor I

Setiap Divisi memiliki seorang Mandor I. Mandor I bertugas membantu

Asisten Divisi dalam menangani masalah di lapangan. Mandor I bertanggung

jawab untuk mengkoordinasikan antar mandor, bersama asisten menyusun

program kerja, membuat RKH (rencana kerja harian), membuat rekapitulasi

taksasi potong buah yang dibuat Mandor Panen, memeriksa pusingan potong buah

yang dibuat Mandor Panen, memeriksa dan merekapitulasi buku saku mandor,

memeriksa hasil potong buah para pemanen, memeriksa buah hasil laporan Kerani

Panen, memeriksa absensi karyawan lapangan dan kantor divisi, mengatur

angkutan buah untuk pengangkutan buah ke PKS, koordinasi dengan bagian

transportasi untuk pengangkutan buah di TPH dan buah restan, memonitor taksasi

produksi dan realisasi dari PKS, mengecek brondolan di TPH dan mutu hanca,

membantu Asisten Divisi dalam membuat LHA, mengevaluasi hasil produksi

sensus semester I dan II, membuat laporan sensus produksi (BJR), membuat seksi

panen jika terjadi perubahan permandoran, memeriksa goni bekas pelaksanaan

pemupukan, melayani karyawan yang berobat, cuti, dan sebagainya pada pagi

Page 42: Estate Activity

61

hari, membuat bon permintaan barang (BPB), menerima tugas-tugas lain yang

diberikan atasan, memonitor pekerjaan di Divisi, mengawasi ketepatan program

dan prestasi kerja, melakukan absensi aktual dan umum, menjaga mutu pekerjaan,

menjaga keamanan, dan kenyamanan pondok.

Adapun administrasi dan laporan yang menjadi kewajiban Mandor I.

Laporan tersebut diantaranya harus mengisi buku laporan harian mandor,

melakukan rekapitulasi taksasi potong buah, mengisi format pemeriksaan hanca

dan mutu buah, format quality check mutu transportasi, format pemeriksaan mutu

semprot, dan format pemeriksaan aplikasi pupuk.

Kerani Divisi

Kerani divisi adalah bagian dari areal kebun yang bertugas untuk

mengurus bagian administrasi tingkat divisi. Kerani divisi berkewajiban mengisi

papan rencana kerja harian/mingguan/bulanan untuk monitoring pengiriman TBS

ke PKS, realisasi pemupukan, monitoring stock gudang, memeriksa BKM dan

mencatat ke buku prestasi kerja, mengisi buku prestasi kerja, membuat absensi

tahap I, II, dan III, merekapitulasi daftar absensi pertahapan, merekap

pengangkutan janjang kosong, melalui komunikasi HT menyampaikan laporan

pagi, meliputi : laporan produksi, pemupukan, penyisipan dan lainnya, setiap

tengah bulan membantu memberikan catu beras, membantu pembayaran gajian

kecil dan besar, membuat permintaan dana operasional per tanggal 11 bulan

berjalan, membuat BPB (bon permintaan barang), melayani pengeluaran bahan

yang diperlukan para mandor, mengisi pengeluaran bahan ke dalam kartu gudang,

mengisi data curah hujan, mengisi dan merekap formulir per manajemen blok,

mengerjakan buku evaluasi karyawan, mengisi buku penduduk, mengarsipkan

surat-surat, mencatat karyawan berobat, dan menerima tugas-tugas lain yang

diberikan atasan.

Selama penulis mengikuti kegiatan Kerani Divisi penulis berperan dalam

mengisi papan rencana kerja harian/mingguan/bulanan untuk monitoring

pengiriman TBS ke PKS, realisasi pemupukan, monitoring stock gudang,

melakukan input data ke website perusahaan yaitu Bumitama Plantation System

Page 43: Estate Activity

62

(BPS), membuat Laporan Harian Asisten (LHA), dan membantu pembayaran gaji

karyawan.

Mandor Perawatan

Mandor perawatan memiliki tanggung jawab pekerjaan yaitu mengikuti

lingkaran pagi dan sore, membagi hanca karyawan sesuai lokasi yang akan

dikerjakan, mengisi BKM (buku kerja mandor), mengontrol dan mengawasi

pekerjaan karyawan, melaporkan hasil kerja dan HK yang digunakan ke dalam

BKM, mengikuti pertemuan supervisi secara berkala, dan menerima tugas-tugas

lain yang diberikan atasan, administrasi diisi dengan data terkini, memastikan

semua alat yang akan digunakan dalam kondisi baik/siap pakai, mengarahkan

penghancaan kerja kepada karyawan, dan mengawasi karyawan secara optimal.

Administrasi dan laporan yang menjadi kewajiban Mandor Perawatan yaitu,

mengisi LHM (laporan harian mandor) yang dilaporkan setiap hari/sore hari,

Melakukan absensi, dan mengisi realisasi kerja setiap hari.

Penulis ikut mendampingi kegiatan Mandor Perawatan saat melaksanakan

kegiatan aspek manajerial. Saat menjadi pendamping Mandor Perawatan, penulis

berperan dalam ikut mengawasi karyawan yang bekerja dalam melakukan rawat

jalan sebanyak 3 orang selama 2 hari kerja, pembuatan pasar pikul sebanyak 8

orang selama 1 hari kerja, pembersihan piringan manual sebanyak 8 orang selama

1 hari kerja dengan luasan 4 ha, dan pruning sebanyak 2 orang selama 1 hari

dengan luasan 4 ha.

Mandor Chemist

Mandor Chemist memiliki tanggung jawab pekerjaan yaitu, mengikuti

lingkaran pagi dan sore dan memimpin apel pagi sekaligus mengabsensi karyawan

yang bekerja pada hari tersebut, membagi hanca karyawan sesuai lokasi yang

akan digunakan pada hari tersebut, bertanggung jawab terhadap alat-alat yang

digunakan karyawan bila terjadi kerusakan, membersihkan/merawat peralatan

semprot setelah digunakan pada hari tersebut, mengisi BKM, mengatur menu

makanan untuk karyawan semprot, koordinasi dengan bagian poliklinik untuk

pemeriksaan seluruh karyawan semprot secara periodik, melapor kepada atasan

tentang penggantian pakaian semprot, membantu pengawasan pada pekerjaan

Page 44: Estate Activity

63

sensus, melakukan pengawasan langsir air untuk semprot, menerima tugas-tugas

lain yang diberikan atasan, administrasi diisi dengan data terkini, melaksanakan

program BSS, menjaga kualitas kerja, memberikan pengarahan dan penghancaan

karyawan, melakukan cek mutu kerja, menjaga keselamatan diri, bawahan dan

lingkungan, dan melakukan pemeriksaan quality check mutu semprot.

Administrasi dan laporan yang menjadi kewajiban Mandor Chemist yaitu, mengisi

LHM (laporan harian mandor) yang dilaporkan setiap hari/sore hari, melakukan

absensi, mengisi rencana kerja harian (RKH) semprot dan realisasi kerja setiap

hari, dan mengisi format pemeriksaan mutu semprot.

Penulis selama mendampingi kegiatan Mandor Chemist berperan dalam

mengawasi dan menyiapkan kebutuhan bahan sebelum dibawa ke lapangan.

Penulis juga ikut mengawasi karyawan dalam melakukan penyemprotan.

Karyawan yang diawasi ada sebanyak 16 karyawan secara bergantian dengan

luasan 3 ha/HK.

Mandor Panen

Mandor Panen bertanggung jawab membagi hanca pemanen, mengontrol

(mengecek) hanca pemanen, mengumpulkan dan mengecek notes potong buah,

mengisi BKM (buku kegiatan mandor), memonitor taksasi potong buah, mengisi

pusingan potong buah, koordinasi dengan kerani panen untuk pengecekan buah,

melaporkan hasil pemeriksaan mutu buah dan mutu hanca kepada Asisten Divisi,

mengecek peralatan panen, menerima tugas-tugas lain yang diberikan atasan,

memberikan pengarahan dan pembinaan karyawan, merencanakan panen tepat

waktu, mengontrol pekerjaan, mengorganisasikan karyawan, dan zero accident.

Administrasi dan laporan yang menjadi kewajiban Mandor Panen yaitu, mengisi

LHM (laporan harian mandor) yang dilaporkan setiap hari/sore hari, melakukan

taksasi potong buah, mengawasi pusingan panen, dan mengisi format pemeriksaan

hanca dan mutu buah.

Saat mengikuti kegiatan pendamping Mandor Panen, penulis ikut berperan

dalam mengontrol hanca pemanen, melakukan taksasi panen harian, melakukan

penilaian terhadap mutu hanca dan mutu buah pemanen, melakukan koordinasi

dengan kerani panen untuk pengecekan mutu buah, dan mengawasi pekerjaan

Page 45: Estate Activity

64

pemanen. Ada 12 orang yang diawasi penulis secara bergantian dengan masing-

masing luasan hanca pemanen 2 pasar pikul pada tiap blok. Penulis mengawasi

pekerjaan pemanen di dua blok/hari selama seminggu.

Mandor Pupuk

Mandor Pupuk berkewajiban mengikuti lingkaran pagi dan sore, menjaga

absensi laporan, membagi hanca karyawan sesuai lokasi yang akan dikerjakan,

membuat bon permintaan barang (pupuk), menyiapkan alat/bahan untuk

pemupukan (takaran, pikulan, pupuk, dan lain-lainl), mengawasi penguntilan

pupuk, mengawasi ecer pupuk di lokasi (blok) yang telah ditentukan, mengawasi

pelaksanaan pemupukan sesuai rencana yang telah ditentukan, koordinasi dengan

traksi untuk pengangkutan pupuk, mengecek pekerjaan yang telah dilaksanakan,

membuat rencana esok hari (HK, bahan, dan lokasi), menerima tugas-tugas lain

yang diberikan atasan, melaksanakan program BMS yang telah dibuat,

menyediakan jumlah tenaga, mengarahkan dan penghancaan karyawan, menjaga

kualitas kerja, melakukan control dan cek mutu kerja, serta keamanan dan

keselamatan diri, bawahan, dan lingkungan. Rencana kerja pemupukan dibuat

setiap hari oleh mandor pupuk yang berisikan jumlah blok yang akan dipupuk,

kebutuhan pupuk/blok, dan kebutuhan HK. Kemudian rencana ini akan

disampaikan mandor secara langsung pada karyawan saat apel sore. Rencana kerja

pemupukan akan diperiksa ulang oleh Mandor I dan Asisten Divisi agar tidak

terjadi kesalahan dalam pemupukan. Administrasi dan laporan yang menjadi

kewajiban Mandor Pupuk yaitu, mengisi BKM (buku kerja mandor) yang

dilaporkan setiap hari, mengontrol absensi, mengontrol dan isi alat kerja, mengisi

laporan pemeriksaan alat pupuk, dan format pemeriksaan aplikasi pemupukan.

Penyediaan pupuk akan ditangani langsung mandor pupuk, mandor akan

menghitung kebutuhan pupuk untuk persediaan di gudang kemudian disampaikan

pada kerani divisi dan Asisten Divisi. Bila terjadi kekurangan pupuk, mandor

akan langsung menyampaikan pada Asisten divisi.

Pengawasan pemupukan dilakukan oleh mandor pupuk berkoordinasi

dengan Mandor I dan Asisten Divisi. Mekanisme pengawasan di lapangan oleh

mandor di awali dengan memasuki pasar pikul pertama dalam blok hingga pasar

Page 46: Estate Activity

65

tengah kemudian mandor akan mengawasi lewat jalan utama blok, lalu mandor

akan mengawasi lagi masuk di pasar pikul di bagian tengah blok, setelah itu

bagian akhir blok. Pengawasan diutamakan pada pekerja yang sering melakukan

kesalahan dalam bekerja. Saat melakukan pengawasan pada pekerja pupuk,

penulis mengawasi mulai dari penguntilan, bongkar muat, pelangsiran, hingga

proses penaburan pupuk. Jumlah karyawan yang diawasi penulis saat menjadi

pendamping mandor pupuk sebanyak 20 orang selama satu minggu. Realisasi

pemupukan setiap hari akan dilaporkan oleh Mandor Pupuk yang dimasukan

dalam BKM (buku kerja mandor).

Kerani Buah

Kerani buah berkewajiban untuk melakukan grading buah di setiap TPH

setiap hari dan memeriksa stempel pemanen sebelum diangkut ke PKS. Kerani

juga mencatat hasil pemeriksaan buah di TPH ke dalam BPBh (buku penerimaan

buah), mengisi buku notes potong buah, mengisi laporan potong buah SKU,

mengisi daftar premi potong buah, mengisi daftar buah mentah, mengecek buah

sisa (restan), koordinasi dnegan traksi untuk transport buah, mengisi buku

pemeriksaan hanca dan mutu buah di TPH, merekapitulasi laporan potong buah

dan output janjang, mencatat kesalahan dan denda pemanen, koordinasi dengan

mandor panen jika dalam pemeriksaan ditemukan buah mentah, dan membuat

laporan produksi.

Adapun beberapa kegiatan yang dilakukan penulis selama mendampingi

kerani buah. Penulis melakukan grading buah di setiap TPH selama 2 hari dan

memeriksa stempel pemanen sebelum diangkut ke PKS, serta mencatat hasil

pemeriksaan buah di TPH

Kerani Transportasi

Kerani transport berkewajiban melakukan dan mengisi format check

quality mutu transport, mengisi BPB (bon penerimaan barang), memeriksa

realisasi permintaan barang dengan BPB, membuat PP-lokal, membuat PDO,

melayani administrasi kebutuhan spare part, pelumas, BBM, dan lainnya,

mengarsipkan surat-surat masuk, membuat absensi karyawan tahap I, II, III,

Page 47: Estate Activity

66

membuat rekapitulasi lembur karyawan, merekapitulasi absensi SKU, membuat

laporan premi SKU dan PHL, membuat laporan premi transport, membuat laporan

status peralatan, merekapitulasi laporan produksi TBS, mencatat produksi TBS

yang diangkut ke PKS, mengisi buku registrasi permintaan kendaraan, membantu

menyiapkan data penggunaan kendaraan/mesin/alat berat untuk pembuatan budget

traksi, membuat laporan peralatan, BBM/pelumas, jam kerja alat berat (BU) dan

kendaraan (km), membantu merekapitulasi pembagian kerja unit, merekapitulasi

karttu kerja kendaraan/alat berat, mengisi formulir surat tugas/surat jalan, mengisi

formulir surat pengantar berobat, mengurus perobatan karyawan, menerima tugas-

tugas lain yang diberikan atasan.

Pendamping Asisten Divisi

Manajemen tingkat staf terdiri dari manajer, kasie, asisten kepala, dan

asisten divisi yang dibantu unsur pendukungnya. Asisten divisi bertanggung

jawab langsung asisten kepala atau estate manager dan dalam menjalankan

tugasnya dibantu oleh mandor I, mandor, dan kerani.

Selama menjadi pendamping asisten divisi penulis mengikuti beberapa

kegiatan dan tugas dari asisten. Penulis berperan dalam beberapa hal diantaranya,

belajar membuat RKB (rencana kerja bulanan) untuk bulan Mei di bawah

bimbingan Asisten, mengawasi pembuatan parit oleh pekerja alat berat (exavator)

bersama asisten, mengawasi mutu hanca dan mutu buah dalam tiap kemandoran

panen, mengawasi kegiatan pemupukan, mengikuti simulasi pemupukan BMS

(block manuring system), mengikuti simulasi kebun Field Visit bersama estate

manajer (EM), para asisten divisi, mandor I, dan mandor panen, membenahi

administrasi kantor divisi I, dan membantu program kegiatan asisten divisi dalam

pembenahan emplasmen diantaranya membuat denah emplasmen dan membuat

mural (lukisan dinding) di TPA (tempat penitipan anak).

Penulis juga ikut membantu kegiatan di Divisi lain. Kegiatan yang

dilakukan penulis diantaranya membantu mengabsen karyawan pada apel pagi,

melalui komunikasi HT (handy talk) menyampaikan laporan pagi, meliputi :

laporan harian kerja, laporan produksi, taksasi produksi, SAP (standar

administrasi prosedur), dan absen karyawan.