Download - Emerging Dan Re-emerging Disease-MERS

Transcript
Page 1: Emerging Dan Re-emerging Disease-MERS

EMERGING DAN RE-EMERGING DISEASE

MERS (Middle East Respiratory Syndrom)

DISUSUN OLEH:

Kelompok 9

Aldy Ayatullah (1102009022)

Muthia Fadhilah (1102010191)

Vinna Fazihardani (1102010284)

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

KEDOKTERAN KOMUNITAS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

FEBRUARI 2015

1

Page 2: Emerging Dan Re-emerging Disease-MERS

BAB I

PENDAHULUAN

Emerging diseases adalah wabah penyakit menular yang tidak diketahui

sebelumnyaatau penyakit menular baru yang insidennya meningkat signifikan dalam 

dua dekade terakhir. Contohnya MERS, hepatitis C, hepatitis B, avian influenza virus,

nipah virus, marburgvirus, lyme, lassa fever, hantavirus pulmonary syndrome, SARS,

swine flu.

  Re-emerging diseases adalah wabah penyakit menular yang muncul kembali

setelah penurunan yang signifikan dalam insiden di masa lampau. Contohnya

diphtheria, cholera, ebola virus, human plague, B. Anthracis, C. Botulinum toxin, F.

Tularensis, Y. Pestis, variola virus, viral haemorrhagic fever viruses.

Pada tugas kali ini, kami akan membahas mengenai MERS.

2

Page 3: Emerging Dan Re-emerging Disease-MERS

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kasus Emerging, Re-Emerging dan New Emerging

A. Definisi

Menurut WHO, Emerging infectious diseases (EID) adalah penyakit yang pertama kali muncul dalam suatu populasi, atau penyakit yang telah ada sebelumnya tetapi mengalami peningkatan insidendsi atau area geografis dengan cepat. Emerging infectious diseases merupakan penyakit infeksi yang kejadiannya pada manusia meningkat dalam dua dasawarsa/ dekade terakhir atau cendedrung akan meningkat di masa mendatang. Secara umum EID dapat dibagi dalam tiga kelompok penyakit, yaitu:

a. Penyakit menular baru (New Emerging Infectious Diseases)b. Penyakit menular lama yang cenderung meningkat (Emerging Infectious

Diseases)c. Penyakit menular lama yang menimbulkan masalah baru (Re-Emerging Infectious

Diseases)

Emerging diseases adalah wabah penyakit menular yang tidak diketahui sebelumnya atau penyakit menular baru yang insidennya meningkat signifikan dalam dua dekade terakhir. Contohnya MERS, hepatitis C, hepatitis B, avian influenza virus, nipah virus, marburgvirus, lyme, lassa fever, hantavirus pulmonary syndrome, SARS, swine flu.

Re-emerging diseases adalah wabah penyakit menular yang muncul kembali setelah penurunan yang signifikan dalam insiden di masa lampau. Contohnya diphtheria, cholera, ebola virus, human plague, B. Anthracis, C. Botulinum toxin, F. Tularensis, Y. Pestis, variola virus, viral haemorrhagic fever viruses.

B. Faktor-Faktor

Faktor yang bertanggung jawab pada Re-Emerging dan Emerging disease adalah :

1. Perencanaan Pembangunan Kota yang tidak semestinya,

2. Ledakan penduduk, kondisi kehidupan yang miskin yang terlalu padat,

3. Industrialisasi dan urbanisasi,

4. Kurangnya pelayanan kesehatan,

5. Meningkatnya perjalanan internasional, globlisasi (gaya hidup),

6. Perubahan prilaku manusia seperti penggunaan pestisida, penggunaan obat antimikroba yang bisa menyebabkan resistensi dan penurunan penggunaan vaksin,

3

Page 4: Emerging Dan Re-emerging Disease-MERS

7. Meningkatnya kontak dengan binatang,

8. Perubahan lingkungan karena adanya perubahan pola cuaca,

9. Evolusi dari microbial agent seperti variasi genetik, rekombinasi, mutasi dan adaptasi,

10. Hubungan microbial agent dengan hewan perantara (zoonotic encounter)

11. Perpindahan secara massal yang membawa serta wabah penyakit tertentu (travel disease)

Faktor yang mempengaruhiPenyakit yang berhubungan erat dengan negara berkembang, yang mana negara

berkembang merupakan tempat ideal untuk munculnya dan penularan penyakit infeksi. Kemiskinan, populasi yang padat, deforestation, urbanisasi pemanasan global, struktur kesehatan yang lemah dan terabaikan merupakan karakteristik negara berkembang dan merupakan situasi ideal untuk munculnya penyakit infeksi. Sebagai hasilnya, menjadi beban kesehatan masyarakat.

1. Faktor demografi dan pertumbuhan ekonomi serta perubahan gaya hidup.Sekitar 77 juta jiwa bertambah setiap tahunnya di dunia, tahun 2015

diperkirakan akan ada 23 megacities dengan populasi melebihi 10 juta dimana tujuh diantaranya akan ada di asia tenggara. Kepadatan populasi yang tinggi menigkatkan potensi penyebaran penyakit dari orang keorang, kecenderungan pemanasan global yang lebih hebat, jumlah pelancong yang besar, peningkatan kelaparan dan malnutrisi dan arus urbanisasi yang ekstensif.

Di negara-negara Asia, 105 populasi diperkirakan berusia >65 tahun pada 2030. Proses penuaan ditandai dengan penurunan daya tahan dan peningkatan kerentanan terhadap emerging infectious.

Perkembangan ekonomi di suatu negara selain memacu industrialisasi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tetapi juga dapat berakibat meningkatkan urbanisasi dan kepadatan di daerah perkotaan. Urbanisasi dan kepadatan penduduk di daerah perkotaan dapat menyebabkan masalah akibat keterbatasan berbagai sarana air bersih dan perumahan. Keadaan ini berdampak pada peningkatan terjadinya penyakit menular. Pertumbuhan ekonomi juga dapat berakibat perubahan gaya hidup seperti perilaku seksual dan penggunaan obat narkotika dan psikotropika.

Kemiskinan menyebabkan gangguan kesehatan dan sebaliknya gangguan kesehatan menyebabkan kemiskinan. Sekarang ini, kemiskinan merupakan tantangan diseluruh dunia. Perilaku masyarakat penggunaan obat-obatan terlarang dengan menggunakan jarum suntik yang sama, jarum tato yang tidak steril dan praktik tindik kulit menyebarkan penyakit yang ditularkan melalui darah seperti Hepatits C. Secara

4

Page 5: Emerging Dan Re-emerging Disease-MERS

global, penggunaan injeksi yang berlebihan dan injeksi yang tidak aman diperkirakan menyebabkan 22,5 juta infeksi virus Hepatitis B, 2,7 juta infeksi Hepatitis C dan 98.000 infeksi HIV.

2. Kemajuan transportasi dan perjalanan internasional.Kemajuan di bidang transportasi mengakibatkan arus perjalanan antar daerah

dan antar negara. Hal ini disebabkan oleh makin meningkatnya kecepatan, kemampuan jelajah dan kapasitas angkut pesawat terbang. Kemudian transportasi ini berdampak pada meningkatnya interaksi antar penduduk antar daerah maupun antar negara sehingga meningkatkan risiko penularan berbagai penyakit menular.

Perjalanan dan perdagangan internasional juga memfasilitasi perpindahan infeksi. Telah dilaporkan SARS merupakan salah satu penyakit yang perpindahan mikroorganismenya paling cepat. Avian influenza tersebar diseluruh dunia dalam waktu kurang dari 12 bulan. SARS dibawa melalui perjalanan udara internasional oleh orang terinfeksi ke 31 negara yang dilaporkan kemungkinan kasus SARS.

3. Faktor lingkungan.Air dan higiene yang baik adalah prasyarat kesehatan individual dan

masyarakat. Secara global, diperkirakan 1 miliar penduduk tidak memiliki akses terhadap suplai air dan 2,5 miliar kurang memiliki sanitasi yang baik. Di asia tenggara, walaupun 86% populasi dinyatakan mendapat akses suplai air bersih, tetapi kualitas dan keamanan air dipertanyakan. Penyakit yang ditularkan melalui air terus menjadi masalah utama. Fasilitas sanitasi dasar yang lemah menyebabkan lebih dari 88 juta populasi di Asia Tenggara kurang mendapat fasilitas yang baik untuk pembuangan limbah.

Perubahan lingkungan yang terjadi secara mendadak pada lingkungan yang luas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya emerging infections. Utamanya yang berkaitan dengan pembabatan hutan (deforestation) maupun penghutanan kembali (forestation). Keduanya dapat mengakibatkan perubahan ekologi. Deforestation mengubah flora dan fauna, ekosistem diseluruh dunia telah rusak. Perubahan ini menyebabkan meningkatnya pemaparan serangga atau binatang lainnnya pada manusia. Jika binatang-binatang ini merupakan reservoir, vektor atau hospes perantara dari mikroorganisme atau parasit maka akan meningkatkan penularan vector borne diseases, zoonoses atau penyakit menular lainnya.

Manusia hidup sangat dekat dengan binatang sejak waktu yang lama. Kedekatan ini, kontak yang terus menerus menyebabkan pertukaran mikroorganisme antara hewan dan manusia dan memberikan kesempatan untuk terjadi perubahan genetik organisme untuk menyesuaikan terhadap tubuh manusia dan memulai siklus baru untuk transmisi orang ke orang, misalnya SARS sesuai dengan fenomena ini.

Infeksi zoonotik meningkat sesuai proporsi jumlah dan intensitas hewan yang kontak dengan manusia. Sebagai tambahan, peningkatan produksi daging juga

5

Page 6: Emerging Dan Re-emerging Disease-MERS

meningkatkan infeksi zoonotik secara eksponensial. Emerging infectious dapat meningkat dari heawan dan burung dan merupakan bibit pandemi melalui perpindahan ke negara lain melalui migrasi atau perdagangan. Pemanasan global selama tiga tahun terakhir, terlihat bumi akan lebih panas 1-4°C dari abad 21. Hal ini akan mengubah distribusi vektor. Pada suhu yang lebih panas, parasit berkembang lebih cepat. Konsekuensinya akan ada peningkatan insidensi malaria dan dengue fever.

4. Sarana dan pelayanan kesehatan.Memiliki infrastruktur pelayanan kesehatan masyarakat yang baik dapat

mencegah banyak infeksi. Keterbatasan atau kelemahan dalam sarana dan pelayanan kesehatan termasuk pengamatan penyakit (surveilans) dan keterbatasan kemampuan diagnostik laboratorium dalam mengidentifikasi kejadian penyakit memberikan kontribusi meningkatnya masalah emerging infectious diseases. Pelayanan kesehatan yang efisien tidak hanya cepat mendeteksi dan tanggap terhadap epidemik selama fase awal tetapi juga sensitif untuk menentukan titik infeksi baru atau infeksi patogen yang tidak dikenal.

5. Pengolahan makanan dan bahan makanan.Pengolahan, pengemasan dan pengiriman/distribusi makanan dan bahan

makanan juga merupakan faktor berkembangnya emerging infectious diseases. Peningkatan produksi bahan makanan yang berasal dari tumbuh tumbuhan dan hewan melalui rekayasa genetik, penggunaan bahan pengawet, penggunaan antibiotik dan pemakaian insektisida merupakan faktor yang dapat memberikan kontribusi.

6. Mutasi dan evolusi organisme.Organisme dapat mengalami mutasi atau evolusi. Mutasi ini akan

menimbulkan strain baru mikroba. Strain baru organisme tersebut dapat menjadi resisten terhadap pengobatan. Mutasi juga dapat menyebabkan perubahan mikroba non-patogen menjadi patogen.

6

Page 7: Emerging Dan Re-emerging Disease-MERS

Gambar 1. Skema Faktor yang mempengaruhi emerging dan re-emerging disease (Sumber: Silitonga, 2012).

C. Epidemiologi Emerging dan Re - Emerging Infectious Diseases

Penyakit-penyait infeksi terus menjadi tantangan utama di daerah Asia Tenggara. Diperkirakan bahawa penyakit bertanggung jawab atas sekitar 40% dari 14 juta kematian setiap tahun di region Asia Tenggara dan sekitar 28% merupakan penyakit infeksi yang menjadi permasalahan global.

Perkembangan berbagai penyakit re-emerging diseases dan new emerging diseases kembali mengancam derajat kesehatan masyarakat. Penyakit menular tergolong re-emerging diseases yang menjadi perhatian saat ini adalah Poliomyelitis, Tuberkulosis, Dengue Demam Berdarah, HIV-AIDS, Demam Typhoid & Salmonellosis, Leptospirosis, Anthrax, Rabies, Pes, Filariasis, Kolera & penyakit diare lainnya, Pneumococcal pneumonia & penyakit ISPA lainnya, Diptheria, Lepra, Infeksi Helicobacter, Ricketsiosis, Pertussis, Gonorrhea & penyakit infeksi menular seksual lainnya, Viral hepatitis, Campak, Varicella/Cacar Air, Chikungunya, Herpes, Japanese encephalitis, Infectious Mononucleosis, infeksi HPV, Influenza, Malaria dan lain-lain.

Sedangkan kemunculan penyakit new emerging disease diantaranya ditandai dengan merebaknya Avian Flu mulai bulan Juni 2005 yang lalu, hingga tanggal 18 Maret 2007 telah mendekati ribuan Kasus dan sebanyak 86 orang diantaranya Positif Avian flu serta meninggal 65 orang. Case Fatality Rate (CFR) atau angka kematian kasus Avian flu pada manusia di Indonesia kini adalah 75,6 persen. Penyakit infeksi yang baru muncul (New Emerging Diseases) dan mengancam saat ini sebagian besar

7

Page 8: Emerging Dan Re-emerging Disease-MERS

adalah penyakit bersumber binatang, misalnya SARS, Avian flu, Hanta-virus Pulmonary Syndrome, Hanta-virus infection with renal involvement, Japanese Encephalitis, Nipah diseases, West Nile Fever, dan E. Coli.

Berikut adalah penjelasan dari beberapa Emerging dan Re - emerging Infectious Diseases yang pernah terjadi didunia:

a. Infeksi virus hanta adalah penyakit infeksi paru yang jarang tapi serius, sering fatal, disebabkan oleh virus hanta tipe Sin Nombre, sedangkan tipe lain menyerang ginjal. Virus hanta ditemukan pada rodent, terutama di amerika utara. Tertular bila menghisap debu terkontaminasi liur, kencing, cairan tubuh virus yang terinfeksi. Dilaporkan beberapa jenis tikus tertentu di beberapa pelabuhan laut menunjukkan tes serologi positif terhadap virus hanta.

b. Infeksi virus ebolam pertama kali ditemukan di sudan dan aire 1976. Kejadian Luar Biasa (KLB) berikutnya 1995, 2000-2001. Sampai deseber 2003 masih terjadi KLB di beberapa negara Afrika. Angka kematian 50-90%. Cara terinfeksi kontak langsung dengan darah, sekret, organ, dan cairan tubuh penderita/binatang terinfeksi. Reservoir alami adalah primata dan kalelawaar. Dilaporkan bahwa tes serologi pada kera di Jawa Barat dan lampung menunjukkan positif terhadap virus Ebola.

c. Avian influenza disebabkan oleh virus influenza H5N1, terjadi KLB pada tahun 1997 dan 2003. Penyakit disebabkan oleh virus influenza yang menyerang unggas, burung, ayam. Menular dari unggas ke unggas, ke hewan lain dan ke manusia. Penularan dari manusia ke manusia kemungkinannya kecil tetapi potensial terjadi terutama bila terjadi mutasi. Secara kumulatif kasus avian influenza pada tahun 2007 mencapai 118 orang dan 95 diantaranya meninggal. Februari 2008 jumlah kasus 126 orang dan 103 meninggal dunia. Angka kematian mencapai 80,5%.

d. SARS merupakan penyakit infeksi pada jaringan paru manusia, pertama kali ditemukan di Cina pada tahun 2003 yang disebabkan oleh Corona Virus Pnemunia yang bermutasi hingga terjadi pandemi. SARS memiliki angka penularan yang tinggi dan pada tahun 2003 WHO menetapkan SARS merupakan ancaman kesehatan global. Penularan infeksi melalui inhalasi pernapasan dari pasien yang menderita pada saat batuk atau bersin, atau kontaminasi tangan penderita.

e. Influenza A baru disebabkan oleh virusinflueza tipe H1N1. WHO mengumumkan pandemi global pada tahun 2009. Meskipun influenza yang ditimbulkan termasuk ringan, tetapi penyebarannya sangat mudah dari manusia ke manusia menyebabkan tingginya tingkat kesakitan karena virus influenza ini. Hingga sekarang karakteristik virus H1N1 masih tetap sama dengan karakteristik virus pertama yang terjadi di Meksiko, tetapi ada kekhawatiran perubahan atau mutasi genetik dari virus influenza A baru (H1N1) menjadi lebih berat daripada saat ini.

f. HIV/AIDS merupakan penyakit yang mengancam penduduk dunia saat ini. Ditemukan pertama kali di amerika 20 tahun yang lalu. Penyakit ini adalah sekumpulan gejala yang terjadi akibat menurunyya daya tahan tubuh seseorang. Disebabkan oleh virus HIV yang ditularkan melalui hubungan seksual yang tidak aman, penggunaan jarum suntik yang berulang kali dan bergantian, dll. Epidemi HIV/AIDS di Indonesia telah bergerak dari satu tingkat epidemi rendah yaitu prevalensi <1% tingkat epidemi terkonsentrasi dimana pada kelompok resiko tinggi tertentu telah melebihi 5% seperti di

8

Page 9: Emerging Dan Re-emerging Disease-MERS

Sorong, Merauke, Riau untuk kelompok wanita pekerja seksual (WPS) dan Jakarta, Bali untuk kelompok Intravena Drugs Users (IDUs). Laporan HIV/AIDS di indonesia secara kumulatif tahun 2001 tercatat 671, HIV 1904 namun diperkirakan di indonesia teradapat 80.000-120.000 ODHA artinya dalam 10 taun mendatang kemungkinan akan ditemukan 100.000 orang yang sakit dan meninggal karena AIDS.

g. Tuberkulosis (TB), membunuh manusia secara global daripada agen infeksi tunggal lainnya. Diperkirakan sepertiga populasi dunia (1,86 miliar jiwa) terinfeksi mikrobakterium tuberkulosis dan 16,2 miliar telah mengalami penyakit TB. Walaupun TB penyakit yang dapat diobati, karena kurangnya obat di beberapa negara, dan durasi pengobatan yang lama sehingga menimbulkan resistensi, akibatnya TB menjadi sulit untuk diterapi.

h. Dengue Hemorragic Fever, merupakan infeksi Arbovirus yang membutuhkan perhatian di Asia Tenggara dengan 1,3 miliar jiwa manusia berisiko. Penyakit ini ditularkan oelh vektor nyamuk Aedes Aegepty. Peningkatan demam Dengue di area tropis dan subtropis disebabkan oleh faktor pertumbuhan populasi penduduk yang cepat, peningkatan urbanisasi, suplai air yang tidak adekuat dan pembuangan limbah yang tidak adekuat.

i. Malaria, merupaka penyakit yang disebabkan oleh parasit plasmodium. Menurut WHO hingga tahun 2005 malaria menjadi masalah kesehatan utama di 107 negara. Penyakit ini menyerang 350-500 juta orang setiap tahunnya. Resistensi plasmodium terhadap obat malaria, resistensi vektor terhadap insektisida serta perpindahan penduduk dari dan ke daerah endemis merupakan faktor yang memperngaruhi meningkatnya masalah malaria.

j. Pes adalah penyakit zoonotik yang disebabkan Yersinia Pestis, ditularkan melalui pinjal tikus (gigitan atau kontak dengan jaringan binatang terinfeksi). Tingkat kematian 50-60% bila tidak diobati. Daerah endemis adalah Asia, Afrika dan Amerika. Walaupun kasus pes terakhir ditemukan pada tahun 1970 tetapi Yersinia Pestis masih berhasil diisolasi sampai tahun 1972 di jawa tengah.

9

Page 10: Emerging Dan Re-emerging Disease-MERS

D. Klasifikasi Emerging Infectious Disease

10

Page 11: Emerging Dan Re-emerging Disease-MERS

E. Program Pemberantasan Emerging Infectious Diseases

Program pemberantasan EID tergantung pada penyakit infeksinya. EID yang telah ada program pemberantasannya adalah antara lain: penyakit arbovirus termasuk DHF, Penyakit malaria, dan penyakit zoonosis (pes, Taeniasis, Japanese Enchepalitis), penyakit TB paru, Penyakit infeksi saluran nafas atas, dan HIV/AIDS.

1. HIV/AIDS

Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia terdiri atas upaya pencegahan, termasuk peningkatan kualitas dan akses pelayanan kesehatan reproduksi; pengobatan, dukungan dan perawatan bagi orang yang hidup dengan HIV/AIDS; dan surveilans. Upaya pencegahan juga ditujukan kepada populasi beresiko tinggi seperti pekerja seks komersial dan pelanggannya, orang yang telah terinfeksi dan pasangannya, para pengguna napza suntik serta pekerja kesehatan yang mudah terinfeksi oleh HIV/AIDS.

Aksesibilitas penderita terhadap pelayangan kesehatan ditingkatkan dengan memperluas rumah sakit rujukan pada tahun 2005 menjadi 50 rumah sakit dan 10 rumah sakit ditunjuk sebagai pusat rehabiltasi pecandu napza. Pada wilayah kabupaten /kota dengan prevalensi HIV/AIDS 5% atau lebih, secara konsisten dilakukan upaya kolaborasi dengan pemberantasan penyakit tuberkulosis. Pemerintah juga memberikan subsidi penuh obat anti retroviral (ARV), obat tuberkulosis, reagen tes HIV, serta diagnosa/pengobatan melalui rumah sakit rujukan.

2. Malaria

Pencegahan malaria diintensifkan melalui pendekatan Roll back Malaria (RBM) yang dioperasionalkan dalam Gerakan Berantas Kembali (Gebrak) Malaria sejak tahun 2000, dengan strategi deteksi dini dan pengobatan yang tepat; peran serta aktif masyarakat dalam pencegahan malaria; dan perbaikan kapasitas personil kesehatan yang terlibat.

Yang juga penting adalah kegiatan terintegrasi dari pembasmian malaria dengan kegiatan lain, seperti Manajemen Terpadu Balta Sakit dan promosi kesehatan. Upaya pemberantasan malaria di Indonesia saat ini terdiri dari delapan kegiatan yaitu:

1. Diagnosis awal dan pengobatan yang tepat2. Pemakaian kelambu dengan insektisida3. Penyemprotan dengan racun serangga4. Surveilans deteksi aktif dan pasif5. Survei demam dan surveilans migran6. Deteksi dan kontrol epidemik7. Pemberantasan larva dengan larvasida 8. Capacity building

11

Page 12: Emerging Dan Re-emerging Disease-MERS

Untuk menanggulangi strain yang resisten terhadap klorokuin, pemerintah pusat dan daerah menggunakan kombinasi baru obat–obatan malaria untuk memperbaiki kesuksesan pengobatan.

3. Tuberkulosis (TB)

Pemerintah Indonesia menetapkan pengendalian tuberkulosis sebagai prioritas kesehatan nasional. Pada tahun 1999, telah dicanangkan Gerakan Nasional Terpadu Pemberantsan Tuberkulosis atau Gerdunas untuk mempromosikan percepatan pemberantasan tuberkulosis dengan pendekatan integratif, mencakup rumah sakit dan sektor swastadan semua pengambil kebijakan lain, termasuk penderita dan masyakata. Padatahun 2001, semua propinsi dan kabupaten telah mencanangkan Gerdunas, meskipun tidak semua operasional secara penuh.

Untuk membangun pondasi pemberantasan tuberkulosis yang berkelanjutan, telah ditetapkan Rencana Strategis Program Penangulangan Tubekulosis 2002-2006. Pemerintah Indonesia juga menyediakan sejumlah besar dana untuk pengendalian tuberkulosis. Mulai tahun 2005, upaya ini didukung oleh pemberian pelayanan kesehatan termasuk pemeriksaan, obat-obatan dan tindakan medis secra gratis bagi seluruh penduduk miskin.

4. Avian Influenza

Outbreak highly pathogenic avian influenza pada Desember 2003 dilaporkan di peternakan di Asia Tenggara. Pada bulan Juli 2004 dilaporkan merebak lagi dan telah mengenai peternakan di Vietnam, Thailand, China, Kamboja, Indonesia, Malaysia, Turki, Rusia, Romania, dan Kazakhstan. Selanjutnya dilaporkan dari Kroasia dan Mongolia ditemukan AI pada burung liar yang bermigrasi antar negara. Kasus ini sangat penting karena diperkirakan bertanggung jawab atas penyebaran AI (Avian Influenza) antar negara. Sampai dengan 12 Januari 2006, total kasus AI yang telah teridentifikasi pada manusia mencapai 160 kasus, kira-kira separuhnya adalah kasus fatal.

Dalam penanggulangan kejadian Avian Influenza yang telah meresahkan dunia, WHO telah memprakarsai dokumen Global Stategy for The Progressive Control of Highly Pathogenic Avian Influenza sebagai visi global bagi rnecana aksi terkoordinasi menghadapi penyakit yang mewabah. Pada tahun 2002 disepakati Global Agenda on Influenza Surveilance and Control, 2003 resolusi WHA di Genawa, serta Mei 2004 diadakan trainingdan Workshop Influenza Surveilance di tokyo dengan kesepakatan workshop bahwa surveilans influenza dilaksanakan terintegarasi dengan sistem surveilans nasional. Surveilans influenza yang dimaksud meliputi virologi, kesiagaan wabah, kebijakan tentang vaksinasi.

F. Respon Ilmu Kesehatan Masyarakat

12

Page 13: Emerging Dan Re-emerging Disease-MERS

Peningkatan dan penguatan di bidang pemantauan kesehatan masyarakat (public health surveillance) sangat penting dalam deteksi dini dan penatalaksaan emerging dan re-emerging disease ini. Pemantauan secara berkelanjutan dengan memanfaatkan fungsi laboratorium klinis dan pathologis, pendekatan secara epidemiologi dan kesehatan masyarakat juga diperlukan dalam deteksi cepat terhadapat emerging dan re-emerging disease ini.

WHO telah merekomendasikan kepada setiap negara dengan sebuah sistem peringatan dini (early warning system) untuk wabah penyakit menular dan sistem surveillance untuk emerging dan re-pemerging disease khususnya untuk wabah penyakit pandemik. Sistem surveillance merujuk kepada pengumpulan, analisis dan intrepretasi dari hasil data secara sistemik yang akan digunakan sebagai rencana penatalaksaan (pandemic preparedness) dan evaluasi dalam praktek kesehatan masyakarat dalam rangka menurunkan angka morbiditas dan meningkatkan kualitas kesehatan (Center for Disease Control and Prevention/CDC), contoh sistem surveillance ini seperti dalam kasus severe acute respiratory syndrome (SARS), di mana salah satu aktivitas di bawah ini direkomendasikan untuk harus dilaksanakan yaitu:

Komprehensif atau surveillance berbasis hospital (sentinel) untuk setiap individual dengan gejala acute respiratory ilness ketika masuk dalam rumah sakit.

Surveillance terhadap kematian yang tidak dapat dijelaskan karena acute respiratory ilness di dalam komunitas.

Surveillance terhadap kematian yang tidak dapat dijelaskan karena acute respiratory ilness di lingkup rumah sakit.

Memonitor distribusi penggunaan obat antiviral untuk influenza A , obat antrimicrobialdan obat lain yang biasa digunakan untuk menangani kasus acute respiratory illness.

G. Fungsi utama dari sistem surveillance ini adalah :

1. Memonitor kecenderungan (trends) penyakit. 2. Mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit, untuk mendeteksi

penyakit secara dini.3. Memantau kesehatan populasi, menaksir besarnya beban penyakit (disease

burden) pada populasi.4. Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan,

implementasi, monitoring, dan evaluasi program kesehatan.5. Mengevaluasi cakupan dan efektivitas program kesehatan.6. Mengidentifikasi kebutuhan risetSehingga diharapkan munculnya kejadian luar biasa yang bersifat endemik,

epidemik dan pandemik dapat dihindari dan mengurangi dampak merugikan akibat wabah penyakit tersebut. Tindak lanjut dari hasil surveillance ini adalah pembuatan perencanaan atau yang lebih dikenal dengan pandemic preparedness. WHO merekomendasikan prinsip-prinsip penatalaksaan pandemic preparedness seperti yang tertera di bawah ini:

Perencanaan dan koordinasi antara sektor kesehatan, sektor nonkesehatan, dan komunitas

13

Page 14: Emerging Dan Re-emerging Disease-MERS

Pemantauan dan penilaian terhadap situasi dan kondisi secara berkelanjutan Mengurangi penyebaran wabah penyakit baik dalam lingkup individu,

komunitas dan internasional Kesinambungan penyediaan upaya kesehatan melalui sistem kesehatan yang

dirancang khusus untuk kejadian pandemic. Komunikasi dengan adanya pertukaran informasi-informasi yang dinilai

relevan.

H. Kebijakan Pencegahan dan Penanggulangan Re – Emerging dan Emerging Infectious Diseases

Pencegahan dan Penangggulangan Penyakit Menular

Yang dimaksud dengan penanggulangan penyakit menular (kontrol) adalah upaya untuk menekan peristiwa penyakit menular dalam masyarakat serendah mungkin sehingga tidak merupakan gangguan kesehatan bagi masyarakat tersebut. EID adalah penyakit menular. Oleh karena itu, kebijakan pencegahan dan penanggulangannya mengikuit prinsip dan pola pemberantasan penyakit menular umumnya, yaitu pemutusan rantai penularan antara host, agent, environment dengan upaya-upaya sebagai berikut:

1. Penemuan dan pengobatan/ tatalaksana penderitaUpaya ini mencakup penemuan penderita melalui pemeriksaan dan penentuan diagnosis yang ditindak lanjuti dengan pengobatan yang tepat dan segera. Dalam proses diagnosis dapat mencakup pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Upaya ini dilaksanakan pada penanggulangan semua penyakit menular.

2. Pencegahan dan penanggulangan risikoUpaya ini dilaksanakan pada penanggulangan penyakit menular yang teknologi pencegahan dan penanggulangan faktor risikonya telah dietahui, misalnya dengan imunisasi, peningkatan status gizi, dan peningkatan hyegine perorangan, peningkatan pelaksanaan surveilans epidemiologi faktor resiko.

3. Penanggulangan vektorUpaya ini dilaksanakan pada penanggulangan penyakit menular yang ditularkan vektor seperti vektor malaria (nyamuk anopheles) dengan penyemprotan; vektor DBD, dan yellow fever (nyamuk Ades aegypti) dengan fogging, abatisasi,dan pembasmian sarang nyamuk (PSN). Demikian juga halnya denga pemberantasan tikus di kapal sebagai vektor penyakit pes dengan cara fumigasi.

4. Pengamatan penyakit/surveilansSurveilans epidemiologi adalah pengamatan secara teratur dan terus menerus terhadap semua aspek penyakit terntentu, baik keadaan maupun penyebarannya

14

Page 15: Emerging Dan Re-emerging Disease-MERS

dalam satu kelompok penduduk untuk kepentingan pencegahan dan penanggulangan. Surveilans penyakit menular adalah suatu kegiatan pengumpulan data teratu, peringkasan dan analisis data kasus baru dari semua jenis penyakit infeksi dengan tujuan untuk identifikasi kelompok resiko tinggi dalam masyarakat, memahami cara penularan penyakit, serta berusaha memutuskan rantaiu penularan. Dalam hal ini setiap kasus harus dilaporkan secara lengkap dan tepat. Keterangan mengenai tiap kasus meliputi diagnosis penyakit, tanggal mulainya timbul gejala, keterangan tentang orang yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, dan nomor telepon(bila ada), serta sumber rujukan bila penderita hasil rujukan (dokter, klinik, Puskesmas, dll).

Seperti diketahui bahwa peran surveilans dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit menular adalah sebagai berikut:

a. Memantau perkembangan penyakit menular dari waktu ke waktu sehingga dapat diketahui peningkatan atau penurunan kejadian penyakit tertentu.

b. Mengantisipasi kemungkinan terjadinya peningkatan kasus kejadian luar biasa (KLB)/wabah sehingga langkah pencegahan dan penanggulangannya dapat segera dilaksanakan.

c. Menyelidiki/menginvestigasi penyakit untuk mengetahui sumber penyakit, penyebab penyakit, faktor yang mempengaruhinya, pola penularan dan penyebarannya, serta penanggulangannya.

d. Menangkal masuknya penyakit menular dari luar negeri.e. Surveilans merupakan kegiatan yang terpenting dalam kaitannya dengan

pencegahan dan penanggulangan Emerging infection karena adanya kecenderungan peningkatan penyakit tertentu dapat diidentifikasi melalui kegiatan ini.

5. Perbaikan lingkungan pemukiman dan penyediaan sarana air bersihUpaya ini dilaksanakan untuk menanggulangi penyakit menular yang peyebarannya berkaitan erat dengan lingkungan dan air seperti kolera.

6. Penyuluhan Kesehatan masyarakat dan peningkatan peran serta masyarakatUpaya penanggulangan semua penyakit menular memerlukan dukungan penyuluhan kesehatan masyarakat. Upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit menular juga memerlukan dukungan peran serta masyarakat dan dukungan lintas program dan lintas sektor terkait.

15

Page 16: Emerging Dan Re-emerging Disease-MERS

I. Alur Pelaporan Kasus

Standar baku surveilence bagi instansi pemerintah dalam bidang kesehatan yaitu:

1. Laporan Kewaspadaan (Dilaporkan dalam waktu 24 jam)

Laporan kewaspadaan adalah laporan adanya penderita, atau tersangka penderita

penyakit yang dapat menimbulkan wabah. Yang diharuskan menyampaikan

laporan kewaspadaan adalah :

a. Orang tua penderita atau tersangka penderita/orang dewasa yang tinggal

serumah dengan penderita tau tersangka penderita/ kepala keluarga/ ketua RT/

RW/ Kepala dukuh

b. Dokter, petugas kesehatan yang mnemerikasa penderita/dokter hewan yang

memeriksa hewan tersangka penderita

c. Kepala Stasiun kereta api, kepala Terminal kendaraan bermotor, kepala asrama,

kepala sekolah,/ pimpinan perusahaan, kepala unit kesehatan pemerintah atau

swasta

d. Nahkoda kendaraan air dan udara

Laporan kewaspadaan disampaikan kepada Kepala Lurah atau Kepala Desa

dan atau Unit Kesehatn terdekat selambat-lambatnya 24 jam sejak mengetahui

adanya penderita atau tersangka penderita/ baik dengan cara lisan, maupun

tertulis. Kemudian laporan kewaspadaan tersebut harus diteruskan kepada

laporan kepala Puskesmas setempat.

Isi laporan kewaspadaan tersebut adalah :

Nama penderita hidup atau telah meninggal

Golongan umur

Tempat dan alamat kejadian

Waktu kejadian

Jumlah yang sakit dan meninggal

ALUR LAPORAN KEWASPADAAN

16

Page 17: Emerging Dan Re-emerging Disease-MERS

2. Laporan Dilaporkan Dalam Waktu 1 x 24 jam

Merupakan salah satu laporan kewaspadaan yang dibuat oleh unit kesehatan,

segera setelah mengetahui adanya penyakit tertentu/keracunan makanan. Laporan

ini digunakan untuk melaporkan wabah, sebagai laporan peringatan dini kepada

pihak-pihak yang menerijma laporan akan adanya penyakit tertentu di suatu

wilayah tertentu. Laporan ini harus memperhatikan asas dini, cepat, dapat

dipercaya dan bertanggung jawab yang dapat dilakukan dengan lisan atau tertulis

Laporan wabah ini harus diikuti dengan laporan Hasil Penyidikan dan Rencana

Penanggulangannya.

Unit kesehatan yang membuat laporan adalah Puskesmas, Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dan Propoinsi, dengan berpedoman pada format Laporan.

Formulir Laporan adalah sama untuk Puskesmas, Kab/Kota dan Propinsi, dengan

Kode berbeda. Berisi nama daerah (desa, kecamatan, kabupaten/kota dan nama

puskesmas), jumlah penderita dan menibnggal pada saat laporan, nama penyakit,

dan langkah-langkah yang sedang dilakukan. Satu formulir berlaku untuk 1 jenis

penyakit saja.

Bantuan Penyelidikan dan penanggulangan

Penyelidikan dan penanggulangan

Alur laporan

Penyelidikan epidemiologi dan

penanggulanangan

Masyarakat

Dusun/RT/RW

Desa/kelurahan PUSKESMAS

Puskesmas pembantu/bidan desa

Camat Dinas KesehatanRumah Sakit, Instansi lain (Stasiun, Perush)

17

Page 18: Emerging Dan Re-emerging Disease-MERS

ALUR LAPORAN

Laporan di Puskesmas:

Laporan Puskesmas dibuat oleh Puskesmas kepada camat dan Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota

Laporan di Rumah Sakit :

Laporan adanya penyakit di RS dibuat oleh Rumah sakit dikirim ke Puskesmas

dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Laporan di Kabupaten/Kota:

Laporan Kabupaten/Kota dibuat oleh dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Kepada

Bupati/Walikota dan Dinas Kesehatan Propinsi.

Laporan di Propinsi :

Laporan Propinsi dibuat oleh Dinas Kesehatan Propinsi kepada Gubernur dan

Departemen Kesehatan, ub. Direktorat Jenderal yang menangani Penyakit (Dirjen

PPM&PL)

Camat

Puskesmas

Rumah sakit

Dinas Kesehatan kab/kota

Dinas Kesehatan

Propinsi

Bupati/walikotaGubernurMenteri Kesehatan (Dirjen PPM&PL)

18

Page 19: Emerging Dan Re-emerging Disease-MERS

2.2 MERS (Middle East Respiratory Syndrome)

A. DEFINISI

MERS adalah penyakit sindrom pernapasan yang disebabkan oleh virus Corona

yang menyerang saluran pernapasan dan menimbulkan gejala mulai dari ringan hingga

berat. Middle East Respiratory Syndrome (MERS) adalah penyakit respiratori akibat virus

(viral respiratory illness) yang pertama kali dilaporkan pada tahun 2012 di egat egati.

Penyakit tersebut disebabkan oleh coronavirus yang disebut MERS-CoV. Kebanyakan

orang yang terinfeksi MERS-CoV berlanjut menjadi penyakit respiratori akut yang

parah(severe acute respiratory illness). Gejalanya berupa demam, batuk, sesak napas.

Lebih dari 30% yang terinfeksi virus tersebut meninggal.

B. EPIDEMIOLOGI

Sejak bulan April 2012, telah dicatat oleh WHO terdapat 206 kasus yang terinfeksi

MERS-CoV, termasuk 86 orang yang meninggal.

Distribusi penyakit MERS terdapat kasus primer dan sekunder. Kasus primer merupakan

orang yang terinfeksi langsung oleh virus tersebut bukan dari orang lain, lebih banyak

menginfeksi orang yang lebih tua dan ber jenis kelamin laki-laki dibanding kasus

sekunder. Kasus sekunder merupakan orang yang terinfeksi MERS-CoV dari orang lain

yang terinfeksi virus tersebut.

19

Page 20: Emerging Dan Re-emerging Disease-MERS

Sejauh ini, kasus primer hanya ditemukan di negara timur tengah yaitu Jordan, Kuwait,

Oman, Qatar, Saudia Arabia, dan United Arab Emirates (UAE). Selain itu, negara lain

yang terinfeksi MERS-CoV adalah Perancis, Jerman, Itali, United Kingdom, Tunisia,

Afrika Utara yang kebanyakan merupakan kasus sekunder dari transmisi negara timur

tengah.

Virus mers menyebar ke Indonesia melalui Jemaah haji atau umroh yang pulang dari arab

Saudi, namun pemerintah telah melakukan pemeriksaan kepada para Jemaah haji atau

umroh yang pulang dengan gejala demam dan batuk, dan sampai saat ini didapatkan hasil

negatif, sepanjang Januari hingga April, pasien dengan suspek MERS dinyatakan negatif

setelah dilakukan pemeriksaan polymerase charin reaction (PCR).

C. ETIOLOGI

Middle East Respiratory Syndrome (MERS) disebabkan oleh beta coronavirus yang

disebut MERS-CoV atau novel coronavirus.

20

Page 21: Emerging Dan Re-emerging Disease-MERS

D. PATOFISIOLOGI

Coronavirus sebagai penyebab MERS, yang dinamakan MERS Coronavirus,

menginfeksi dari reservoir nya yaitu hewan ternak, seperti unta, domba, kambing serta

dapat berkembang biak di tubuh anjing dan kucing.Hal ini dikarenakan hewan-hewan

tersebut memiliki RNA yang dapat memfasilitasi pembentukan virion-virion baru dari

virus ini. Analisis peneliti di dunia sampai dengan saat ini menyimpulkan bahwa virus

corona yang menjadi penyebab MERS memiliki hubungan spesies dengan coronavirus

penyebab SARS. Perbedaannya adalah virus SARS berkembang biak di dalam kelelawar

tanpa menimbulkan antibody di dalam kelelawar, sedangkan MERS coronavirus

mengaktifkan antibody pada hewan reservoirnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa

MERS Coronavirus memiliki jalur transmisi dari animals to animals, man to man, dan

animals to man.

Virus ini kabarnya menular melalui binatang kelelawar dan onta. Dan dapat menular

antar manusia secara terbatas tidak terdapat transmisi penularan antar manusia yang

berkelanjutan. Jadi dideteksi kemungkinan penularannya dapat melalui :

Langsung : melalui percikan dahak (droplet) pada saat pasien batu atau bersin.

Tidak Langsung : melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi virus.

E. KLASIFIKASI

1. Kasus Penyelidikan ( Suspek )

Pasien dengan ISPA, yaitu demam atau riwayat demam, batuk dan pneumonia atau

dengan ARDS atau pada pasien Immunocompromised mempunyai gejala dan tanda

yang tidak jelas, disertai SALAH SATU tanda berikut :

Kasus MERS

Kasus dalam Penyelidikan

(Suspek)Kasus Probable Kasus Konfirmasi

21

Page 22: Emerging Dan Re-emerging Disease-MERS

a. Riwayat perjalanan ke Timur Tengah atau egati terjangkit dalam waktu 14 hari

sebelum mulainya gejala. DAN pneumonia yang bukan disebabkan oleh

infeksi lainnya.

Penyakit muncul dalam satu cluster yang terjadi dalam waktu 14 hari, tanpa

memperhatikan tempat tinggal atau riwayat bepergian, kecuali ditemukan

etiologi lain.

Penyakit terjadi pada petugas kesehatan yang bekerja di RS/layanan

kesehatan yang merawat pasien dengan ISPA berat (SARI), terutama pasien

yang memerlukan perawatan intensif, tanpa memperhatikan tempat tinggal

atau riwayat bepergian, kecuali ditemukan etiologi lain.

b. Seseorang yang memiliki riwayat perjalanan ke Timur Tengah atau egati

terjangkit dalam waktu 14 hari sebelum mulai sakit selain ISPA ( pada pasien

dengan gangguan kekebalan tubuh kemungkinan tanda dan gejala tidak jelas )

c. Seseorang dengan penyakit pernapasan akut dengan berbagai tingkat keparahan

( ringan-berat ) yang dalam waktu 14 hari sebelum mulai sakit, memiliki

riwayat kontak erat dengan kasus konfirmasi atau kasus probable infeksi

MERS-CoV yang sedang sakit.

2. Kasus Probable

Yaitu pasien investigasi, dengan bukti klinis, radiologis, atau histopatologis

parenkim paru (Pneumonia atau ARDS) tetapi tidak ada kemungkinan untuk

mendapatkan konfirmasi secara laboratorik disebabkan pasien atau sampel yang

tidak ada atau tes yang tidak tersedia untuk memeriksa infeksi saluran pernafasan

lainnya. Disertai riwayat berikut :

a. Kontak erat dengan pasien terkonfirmasi secara laboratorik

b. 2.Belum dapat ditentukan jenis infeksi atau etiologi lainnya, termasuk setelah

dilakukannya semua tes dengan indikasi klinis untuk CAP (Community

Acquired Pneumonia)

c. Tidak terdapat pemeriksaan untuk MERS-CoV atau pada satu kali pemeriksaa

specimen yang tidak adekuat hasilnya negative atau hasil pemeriksaan MERS-

CoV tidak meyakinkan.

22

Page 23: Emerging Dan Re-emerging Disease-MERS

3. Kasus Konfirmasi

Jika seseorang menderita infeksi MERS-CoV dengan konfirmasi laboratorium.

F. TANDA DAN GEJALA

Gejala : Demam > 380C, batuk. Sesak, riwayat bepergian ke negara timur tengah 14

hari sebelum gejala. Pemeriksaan Fisik : Sesuai dengan gambaran pneumonia. Hasil

Radiologi: Foto thorax dapat ditemukan infiltrate, konsolidasi, sampai gambaran

ARDS

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang untuk mendukung diagnosis MERS adalah pemeriksaan

laboratorium dengan sediaan :

1. Spesimen dari saluran napas atas ( hidung, nasofaring, dan/atau swab

tenggorokan )

2. Spesimen saluran napas bagian bawah ( sputum, cairan endotracheal tube, bilasan

bronchoalveolar)

Jenis pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan diagnosis adalah :

- Kultur mikroorganisme

- Pemeriksaan virus Influenza A subtype H1, H3, dan H5, RSV, Parainfluenza,

Rhinoviruses, Adenoviruses, Metapneumoviruses, dan Coronavirus. Untuk

pemeriksaan coronavirus, perlu dilakukan dengan menggunakan Reverse

transcriptase polymerase chain reaction ( RT-PCR )

H. PENATALAKSANAAN

Terapi oksigen pada pasien ISPA berat /SARI

Berikan terapi oksigen pada pasien dengan tanda depresi napas berat, hipoksemia

( SpO2 <90%) atau syok.

Mulai terapi oksigen dengan 5 L / menit lalu titrasi sampai SpO2 ≥ 90% pada

orang dewasa yang tidak hamil dan SpO2 ≥ 92-95% pada pasien hamil.

Pulse oximetri, oksigen, selang oksigen dan masker harus tersedia di semua tempat

yang merawat pasien ISPA berat/SARI .

Berikan antibiotik empirik untuk mengobati Pneumonia

Pada pasien pneumonia komuniti (CAP) dan diduga terinfeksi MERS CoV, dapat

23

Page 24: Emerging Dan Re-emerging Disease-MERS

diberikan antibiotik secara empirik secepat mungkin sampai tegak diagnosis,

kemudian disesuaikan berdasarkan hasil uji kepekaan.

I. PENCEGAHAN

Belum ada vaksin yang tersedia. Pengobatan anti viral yang bersifat spesifik belum

ada, dan pengobatan yang dilakukan sangat tergantung dari kondisi pasien. Pasien hanya

ditempatkan di ventilator dan diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi bakteri

sekunder, dengan harapan sistem kekebalan tubuh pasien perlahan lahan akan

mengalahkan virus tersebut. Pencegahan dengan cara “pola hidup bersih dan sehat”,

menghindari kontak erat dengan penderita, menggunakan masker, menjaga kebersihan

tangan dengan sering mencuci tangan menggunakan sabun dan menerapkan etika batuk

(menutup mulut) ketika sakit.

Himbauan Bagi Yang Hendak Berpergian ke Negara Negara Arab

Kita tetap bisa melakukan perjalanan atau berkunjung ke negara negara Arabia Peninsula

dan sekitarnya, karena World Health Organization (WHO) dan Center for Disease Control

and Prevention (CDC) Amerika Serikat tidak akan mengeluarkan surat travel warning

tentang kesehatan kepada negara negara yang terkait dengan MERS-Cov. Namun, hal

yang perlu diantisipasi oleh masyarakat yang akan berpergian ke negara negara tersebut,

yaitu jika terdapat demam dan gejala sakit pada saluran pernapasan bagian bawah, seperti

halnya: batuk atau sesak napas dalam kurun waktu 14 hari sesudah perjalanan, maka

sangat disarankan untuk segera periksa ke dokter.

Untuk melindungi diri dari kejadian penyakit saluran pernapasan, hendaknya lakukan

beberapa langkah pencegahan sebagai berikut:

Tutuplah hidung dan mulut dengan tisu ketika batuk ataupun bersin dan segera buang

tisu tersebut ke tempat sampah

Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang belum dicuci

Hindari kontak secara dekat dengan orang yang sedang menderita sakit, misalnya

ciuman atau penggunaan alat makan dan minum bersama

Bersihkan menggunakan desinfektan untuk membersihkan barang-barang yang sering

disentuh.

UPAYA INSTALASI KESEHATAN TERKAIT DENGAN PENANGGULANGAN

PENYAKIT MERS

Pemerintah dalam hal ini Kementrian Kesehatan bekerja sama dengan Direktorat Jenderal

24

Page 25: Emerging Dan Re-emerging Disease-MERS

Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (DJ PP dan PL) telah berupaya untuk

mencegah dan mengendalikan penyakit MERS dengan secepat dan sebaik mungkin.

Usaha-usaha yang telah dilakukan kemenkes untuk kesiapsiagaan MERS-CoV adalah,

1. Peningkatan kegiatan pemantauan di pintu masuk Negara (point of entry).

2. Penguatan Surveilans epidemiologi termasuk surveilans pneumonia.

3. Pemberitahuan ke seluruh Dinkes Provinsi mengenai kesiapsiagaan menghadapi

MERS-CoV, sudah dilakukan sebanyak tiga kali.

4. Pemberitahuan ke 100 RS Rujukan Flu Burung, RSUD dan RS Vertikal tentang

kesiapsiagaan dan tatalaksana MERS-CoV.

5. Menyiapkan dan membagikan 5 (lima) dokumen terkait persiapan penganggulangan

MERS-CoV, yang terdiri dari :

a. Pedoman umum MERS-CoV

b. Tatalaksana klinis

c. Pencegahan Infeksi

d. Surveilans di masyarakat umum dan di pintu masuk Negara

e. Diagnostic dan laboratorium

6. Semua petugas TKHI sudah dilatih dan diberi pembekalan dalam penganggulangan

MERS-CoV.

7. Menyiapkan Pelayanan kesehatan hari di 15 embarkasi/debarkasi (KKP).

8. Meningkatkan kesiapan laboratorium termasuk penyediaan reagen dan alat diagnostic.

9. Diseminasi informasi kepada masyarakat terutama calon jemaah haji dan umrah serta

petugas haji Indonesia.

10. Meningkatkan koordinasi lintas program dan lintas sektor seperti BNP2TKI,

Kemenhub, Kemenag, Kemenlu dan lain-lain tentang kesiapsiagaan menghadapi

MERS-CoV.

11. Melakukan koordinasi dengan pihak kesehatan Arab Saudi.

12. Meningkatkan hubungan international melalui WHO dll.

25

Page 26: Emerging Dan Re-emerging Disease-MERS

BAB III

KESIMPULAN

Emerging diseases adalah wabah penyakit menular yang tidak diketahui

sebelumnya atau penyakit menular baru yang insidennya meningkat signifikan dalam dua

dekade terakhir, contohnya MERS. MERS adalah penyakit sindrom pernapasan yang

disebabkan oleh virus Corona yang menyerang saluran pernapasan dan menimbulkan

gejala mulai dari ringan hingga berat. MERS pertama kali dilaporkan pada tahun 2012 di

Saudi Arabia.

Re-emerging diseases adalah wabah penyakit menular yang muncul kembali

setelah penurunan yang signifikan dalam insiden di masa lampau, contohnya Ebola.

Penting dilakukannya deteksi dini dan penatalaksaan emerging dan re-emerging

disease ini dengan pemantauan secara berkelanjutan dengan memanfaatkan fungsi

laboratorium klinis dan pathologis, pendekatan secara epidemiologi dan kesehatan

masyarakat.

26

Page 27: Emerging Dan Re-emerging Disease-MERS

DAFTAR PUSTAKA

1. Silitonga, Marlinggom. 2012. Pengendalian Penyakit-Penyakit Infeksius Emerging dan

Re-Emerging . Diunduh dari http://biofarmaka.ipb.ac.id pada 20 Februari 2014E.

Jewetz. Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan edisi 16 Jakarta: EGC, 2004

2. Kemenkes RI., 2013. Pedoman Umum Kesiapsiagaan Menghadapai Middle East

Respiratory Syndrome-Corona Virus (MERS-CoV). Jakarta.

3. Wilson LM. Patofisiologi (Proses-Proses Penyakit) Edisi enam. Editor Hartanto

Huriawati, dkk. EGC. Jakarta 2006

4. http://www.who.int/csr/disease/coronavirus_infections/

MERS_CoV_Update_27_March_2014.pdf?ua=1 diakses pada 20 Februari 2015

5. WHO emerging disease. Available from: dari http://www.who.int/topics/emerging-diseases/en/) diunduh pada 20 Februari 2015.

6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Simposium Nasional Emerging Infectious Disease. Jakarta. Diunduh dari http://www.pppl.depkes.go.id pada 20 Februari 2015

27