EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA SENI PENCAK SILAT
KEPULAUAN RIAU SEBAGAI SUMBER PENYUSUNAN
BAHAN AJAR MATEMATIKA
SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat
Sarjana Pendidikan (S. Pd.)
Oleh:
RAHMAT WASTIO WICAKSONO
NIM: 150384202060
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
2019
ii
iii
iv
v
MOTTO
حيم حمن الر بسم الله الر
أمري رل س صدر و رب ا شرح ل فقهو قول واحلل عقدة من لسان
“Ya Tuhan, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah segala urusanku, dan lepaskanlah
kekakuan lidahku, agar mereka mengerti perkataanku”
(Q.S. Thaha: 25-28)
نسان إلا ما سعى س لل رى . وأن ل ه سوف . وأنا سع
جزاه الجزاء الوفى .ثما
“Dan bahkan manusia hanya memperoleh apa yang diusahakannya, dan
sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian akan
diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna”
(Q.S. An-Najm: 38-41)
سرا إنا مع العسر
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
(Q.S. Al-Insyiroh:5)
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji dan syukur kepada Allah سبحانه وتعالى yang telah memberikan keberkahan
serta kesempatan sehingga penyusunan skripsi ini berjalan dengan lancar. Dengan
penuh rasa syukur, skripsi ini dipersembahkan untuk:
Kedua orangtua tercinta, Bapak Harianto dan Ibu Suharni yang telah ikhlas
mendidik, membimbing, berjuang untuk pendidikanku, memberikan kasih
sayang dan rasa cinta yang tak terhingga, memberikan motivasi, dukungan,
serta do‟a yang selalu dicurahkan dalam setiap langkahku dalam
menyelesaikan pendidikan dan saudara-saudaraku, yang selalu mendo‟akan
serta melatih rasa sabar dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Matematika khususnya Bapak dan
Ibu Dosen Pembimbing dan Penguji, serta validator yang berperan penting
dalam kesuksesan penyusunan skripsi ini.
Almamater tercinta, rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Maritim Raja Ali Haji
Tanjungpinang Angkatan ke-3 Tahun 2015.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan kepada Allah سبحانه وتعالى yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya. Shalawat beriring salam penulis
sampaikan kepada Baginda Nabi Muhammad yang telah menuntun manusia
dari alam jahiliyah menuju ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti
yang dirasakan saat ini.
Atas izin Allah سبحانه وتعالى skripsi ini yang berjudul “Eksplorasi
Etnomatematika Pada Seni Pencak Silat Kepulauan Riau Sebagai Sumber
Penyusunan Bahan Ajar Matematika” dapat diselesaikan dengan baik guna untuk
menyelesaikan tugas akhir selaku mahasiswa dalam memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Prodi Pendidikan Matematika pada Program Strata Satu di Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang,
Provinsi Kepulauan Riau.
Proposal ini diselesaikan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai
derajat Sarjana Pendidikan (S.Pd.).
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah
banyak mendapat bimbingan maupun tunjuk ajar dari berbagai pihak sehingga
viii
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Untuk itu, penulis menyadari
perlunya menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Syafsir Akhlus, M.Sc., selaku Rektor Universitas Maritim
Raja Ali Haji Tanjungpinang;
2. Bapak Dr. H. Abdul Malik, M.Pd., selaku Dekan I Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang;
3. Ibu Dr. Nur Izzati, S.Pd., M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar
serta teliti dalam memberikan arahan, bimbingan, serta meluangkan waktu
untuk membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini;
4. Ibu Dra. Linda Rosmery Tambunan, M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang
telah sabar serta teliti dalam memberikan arahan, bimbingan, serta
meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini,
sekaligus sebagai validator instrumen yang digunakan dalam penelitian
skripsi ini;
5. Bapak Febrian, S.Pd., M.Sc., selaku Ketua Jurusan Program Studi Pendidikan
Matematika sekaligus sebagai Dosen Penguji yang telah memberikan arahan
dan bimbingan dalam penyusunan skripsi;
6. Bapak Sukma Adi Perdana, S.Si., M.Sc., selaku Penasehat Akademik yang
telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini;
7. seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika yang
telah memberikan dukungan dan motivasi selama penyusunan skripsi ini;
ix
8. Bapak Harianto dan Ibu Suharni selaku kedua orangtua penulis yang
senantiasa memberikan dukungan serta dengan ikhlas mendo‟akan penulis
demi suksesnya penyusunan skripsi ini;
9. Atok Rahmad dan Bapak Zul Rozali yang bersedia meluangkan waktu untuk
menjadi narasumber dalam penelitian skripsi ini;
10. saudari Marina Afriyanty sebagai dokumenter dalam kegiatan penelitian
skripsi dan rekan grup etnomatematika yang telah memberikan masukan pada
penulisan skripsi ini; dan
11. seluruh rekan seperjuangan mahasiswa Program Studi Pendidikan
Matematika, khususnya Riski Wahyuni, S.Pd., Riski Arta Ananda, Yudi
Purnama Aji, M. Teguh Dwi Kusuma, Anggraeni Syahfitri, Nielda Junika dan
Ismy Kurniati yang telah memberikan semangat kepada penulis hingga akhir
penyusunan skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki
penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran yang
membangun agar dapat dijadikan pedoman bagi penulis maupun pembaca di masa
yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dalam dunia Pendidikan
pada umumnya serta Instansi terkait.
Tanjungpinang, Juli 2019
Penulis,
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iii
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT .................................................. iv
MOTTO ................................................................................................................ v
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
ABSTRAK ........................................................................................................ xvii
ABSTRACT ..................................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Fokus Penelitian .......................................................................... 4
C. Rumusan Masalah ....................................................................... 5
D. Tujuan Penelitian .......................................................................... 5
E. Manfaat Penelitian ....................................................................... 5
1. Manfaat Teoritis .................................................................. 6
2. Manfaat Praktis .................................................................... 6
F. Definisi Operasional ..................................................................... 7
1. Eksplorasi ............................................................................. 7
2. Etnomatematika ................................................................... 7
3. Seni Pencak Silat .................................................................. 7
4. Bahan Ajar ........................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 8
A. Landasan Teori ............................................................................ 8
1. Eksplorasi ............................................................................. 8
2. Etnomatematika .................................................................... 8
xi
3. Seni Pencak Silat ................................................................ 12
4. Bahan Ajar .......................................................................... 17
B. Penelitian Relevan ..................................................................... 19
C. Kerangka Berpikir ..................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 24
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................ 24
B. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................... 24
C. Prosedur Penelitian .................................................................... 24
D. Subjek Penelitian ....................................................................... 28
E. Instrumen Penelitian .................................................................. 29
1. Instrumen yang Digunakan ................................................ 29
2. Pengembangan Instrumen Pendukung ............................... 31
F. Data dan Sumber Data ............................................................... 32
G. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 32
H. Teknik Analisis Data ................................................................. 33
I. Pengecekan Keabsahan Data ..................................................... 35
J. Perancangan Bahan Ajar Hasil Eksplorasi Etnomatematika pada
Seni Pencak Silat ....................................................................... 36
K. Rekapitulasi Data ...................................................................... 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 38
A. Hasil Penelitian ......................................................................... 38
1. Hasil Wawancara ................................................................. 38
2. Hasil Obsevasi dan Dokumentasi ....................................... 41
a. Gerakan Pukulan Tangan ........................................... 44
b. Pola Langkah .............................................................. 51
3. Hasil Triangulasi Teknik Pengumpulan Data .................... 57
4. Analisis Data ...................................................................... 63
a. Analisis Domain ......................................................... 63
b. Analisis Taksonomi .................................................... 64
c. Analisis Komponensial .............................................. 64
d. Analisis Tema Budaya ............................................... 65
1. Analisis Tema Budaya pada Domain
xii
Menentukan Lokasi ........................................... 65
2. Analisis Tema Budaya pada Domain
Bermain .............................................................. 74
5. Rekapitulasi Hasil Analisis Data ........................................ 80
6. Analisis Konsep Matematika .............................................. 81
7. Analisis Kurikulum ............................................................ 82
8. Perancangan Bahan Ajar dari Hasil Eksplorasi
Etnomatematika pada Seni Pencak Silat Kepulauan
Riau .................................................................................... 96
B. Pembahasan ............................................................................... 99
1. Temuan Etnomatematika pada Domain Menentukan
Lokasi ............................................................................... 100
2. Temuan Etnomatematika pada Domain Bermain ............ 101
3. Perancangan Bahan Ajar .................................................. 105
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 105
A. Kesimpulan .............................................................................. 105
B. Implikasi .................................................................................. 106
C. Saran ........................................................................................ 106
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 108
LAMPIRAN ..................................................................................................... 110
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
2.1 Delapan Arah Penjuru Mata Angin ..................................................... 15
2.2 Kerangka Berpikir ............................................................................... 23
3.1 Prosedur Penelitian .............................................................................. 28
3.2 Triangulasi Teknik .............................................................................. 32
4.1 Tahap Awal Gerakan Tujuh Hang Tuah ............................................. 42
4.2 Tahap Awal Gerakan Hang Jebat ........................................................ 43
4.3 Tangkisan ............................................................................................ 44
4.4 Tangkisan Mengelak Pukulan Dalam .................................................. 44
4.5 Tangkisan Memasukkan Pukulan ........................................................ 45
4.6 Menangkis Pukulan ............................................................................. 46
4.7 Tangkisan Adalah Maut Bagi Pukulan ................................................ 46
4.8 Mematikan Pukulan ............................................................................. 47
4.9 Menapiskan Pukulan ........................................................................... 47
4.10 Mematikan Pukulan Tendangan Kaki ................................................. 48
4.11 Membunuh Pukulan ............................................................................ 48
4.12 Bertuntunan Pukulan Tiga Kali ........................................................... 49
4.13 Mencakupkan Pukulan ........................................................................ 50
4.14 Melakukan Pukulan ............................................................................. 50
4.15 Melaksanakan ...................................................................................... 51
4.16 Representasi Pola Langkah I ............................................................... 52
4.17 Representasi Pola Langkah II .............................................................. 53
4.18 Representasi Pola Langkah III ............................................................ 54
4.19 Representasi Pola Langkah IV ............................................................ 55
4.20 Representasi Pola Langkah V .............................................................. 56
4.21 Representasi Pola Langkah VI ............................................................ 56
4.22 Representasi Pola Langkah VII ........................................................... 57
4.23 Temuan Etnomatematika Pada Pola Langkah I .................................. 65
4.24 Temuan Etnomatematika Pada Pola Langkah II ................................. 66
4.25 Temuan Etnomatematika Pada Pola Langkah III ................................ 68
xiv
4.26 Temuan Etnomatematika Pada Pola Langkah IV ................................ 69
4.27 Temuan Etnomatematika Pada Pola Langkah V ................................. 71
4.28 Temuan Etnomatematika Pada Pola Langkah VI ................................ 72
4.29 Temuan Etnomatematika Pada Pola Langkah VII .............................. 73
4.30 Temuan Etnomatematika Pada Gerakan Awal Hang Jebat ................. 74
4.31 Temuan Etnomatematika Pada Gerakan Tangkisan ............................ 75
4.32 Temuan Etnomatematika Pada Gerakan Tangkisan Mengelak
Pukulan Dalam .................................................................................... 75
4.33 Temuan Etnomatematika Pada Gerakan Tangkisan Memasukkan
Pukulan ................................................................................................ 76
4.34 Temuan Etnomatematika Pada Gerakan Menangkis Pukulan ............ 77
4.35 Temuan Etnomatematika Pada Gerakan Membunuh Pukulan ............ 78
4.36 Temuan Etnomatematika Pada Gerakan Mencakupkan Pukulan ........ 78
4.37 Temuan Etnomatematika Pada Gerakan Melakukan Pukulan ............ 79
4.38 Temuan Etnomatematika Pada Gerakan Melaksanakan ..................... 80
4.39 Cover Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ....................................... 98
4.40 Isi Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ............................................. 99
4.41 Konsep Sudut pada Posisi Gerak Tangan dan Kaki .......................... 102
4.42 Konsep Hubungan antar Garis pada Posisi Gerak Tangan ................ 102
4.43 Konsep Transformasi Geometri pada Posisi Gerak Tangan ............. 103
xv
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
3.1 Hasil Validasi Instrumen Penelitian ................................................... 31
3.2 Rekapitulasi Data ............................................................................... 37
4.1 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data .............................................. 58
4.2 Rekapitulasi Hasil Analisis Data ........................................................ 81
4.3 Konsep Bangun Datar dalam Acuan Kompetensi Dasar (KD)
Kurikulum 2013 ................................................................................. 83
4.4 Representasi Temuan Etnomatematika pada KD Bangun Datar ........ 85
4.5 Konsep Sudut dalam Acuan Kompetensi Dasar (KD) Kurikulum
2013 .................................................................................................... 86
4.6 Representasi Temuan Etnomatematika pada KD Sudut ..................... 88
4.7 Konsep Hubungan antar Garis dalam Acuan Kompetensi Dasar (KD)
Kurikulum 2013 ................................................................................. 91
4.8 Representasi Temuan Etnomatematika pada KD Hubungan antar
Garis ................................................................................................... 92
4.9 Konsep Transformasi Geometri dalam Acuan Kompetensi Dasar
(KD) Kurikulum 2013 ........................................................................ 94
4.10 Representasi Temuan Etnomatematika pada KD Transformasi
Geometri ............................................................................................. 95
4.11 Kompetensi Dasar untuk Perancangan LKPD ................................... 97
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Lampiran Halaman
1. Surat Izin Penelitian ......................................................................... 112
2. Waktu Penelitian Eksplorasi Etnomatematika Pada Seni Pencak
Silat Kepulauan Riau Sebagai Sumber Penyusunan Bahan Ajar
Matematika ....................................................................................... 114
3. Pedoman Wawancara ....................................................................... 115
4. Validasi Pedoman Wawancara dari Validator .................................. 117
5. Lembar Observasi ............................................................................. 119
6. Validasi Lembar Observasi dari Validator ....................................... 120
7. Biodata Narasumber ......................................................................... 122
8. Hasil Wawancara .............................................................................. 123
9. Hasil Observasi ................................................................................. 132
10. Dokumen Kurikulum 2013 ............................................................... 148
11. Dokumentasi Kegiatan Penelitian .................................................... 174
12. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Materi Sudut ......................... 175
13. Biodata Penulis ................................................................................. 187
xvii
ABSTRAK
Wicaksono, Rahmat W. 2019. Eksplorasi Etnomatematika Pada Seni Pencak Silat
Kepulauan Riau Sebagai Sumber Penyusunan Bahan Ajar Matematika.
Skripsi. Tanjungpinang: Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Pembimbing I: Dr. Nur Izzati, S.Pd., M.Si., Pembimbing II: Dra. Linda
Rosmery Tambunan., M.Si.
Kata Kunci: Etnomatematika, Seni Pencak Silat Kepulauan Riau, bahan
ajar matematika.
Terbatasnya penggunaan bahan ajar yang diangkat dari budaya daerah
merupakan suatu hal yang harus dikembangkan dalam dunia pendidikan, terutama
pada pembelajaran matematika. Hal tersebut menjadi alasan dilakukannya
penelitian ini yang bertujuan untuk mendeskripsikan etnomatematika yang
ditemukan pada seni pencak silat kemudian menjadikannya sebagai sumber
penyusunan bahan ajar matematika berupa Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).
Penelitian ini berjenis etnografi dengan pendekatan kualitatif. Data
diperoleh dari triangulasi teknik pengumpulan data yaitu dengan observasi, teknik
wawancara, dan dokumentasi kepada informan Atok Rahmad. Instrumen utama
pada penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan instrumen pendukung yaitu
lembar observasi dan pedoman wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
1) Terdapat dua aktivitas matematika pada seni pencak silat Kepulauan Riau,
yaitu aktivitas menentukan langkah dan aktivitas bermain dalam peragaan seni
pencak silat. 2) Diperoleh temuan etnomatematika yaitu konsep bangun datar,
konsep sudut, konsep hubungan antar garis dan konsep transformasi geometri. 3)
Satu buah LKPD berhasil dirancang, yaitu untuk materi Sudut dalam konteks
budaya Seni Pencak Silat Kepulauan Riau.
xviii
ABSTRACT
Wicaksono, Rahmat W. 2019. Ethnomatematic Exploration of the Art of Riau
Archipelago Martial Arts as a Source for Preparation of Mathematics
Teaching Materials. Essay. Tanjungpinang: Department of Mathematics
Education, Teacher Training and Education Faculty, Raja Ali Haji Maritime
University. Advisor: Dr. Nur Izzati, S.Pd., M.Sc., Co-advisor: Dra. Linda
Rosmery Tambunan., M.Sc.
Keywords: Ethnomatematics, The Art of Riau Archipelago Martial Arts,
mathematics teaching material.
The limited use of teaching materials that are raised from regional culture is
something that must be developed in the world of education, especially in
mathematics learning. This is the reason for this study which aims to describe
ethnomatematics found in the art of pencak silat and then making it a source for
the preparation of mathematics teaching materials in the form of Student
Worksheets (LKPD).
This research is ethnographic type with a qualitative approach. Data
obtained from triangulation of data collection techniques, namely by observation,
interview techniques, and documentation to Atok Rahmad informants. The main
instrument in this study was the researchers themselves with supporting
instruments namely observation sheets and interview guidelines. The results
showed that: 1) There were two mathematical activities in the art of Riau
Archipelago Martial Arts, namely the activity of determining steps and playing
activities in the demonstration of martial arts. 2) Obtained ethnomatematics
findings, namely the concept of two dimentional figure, the concept of angles, the
concept of relations between lines and the concept of transformation of geometry.
3) One LKPD was successfully designed, namely for The Angles‟s material of the
cultural context of the Art of Riau Archipelago Martial Arts.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pencak silat adalah salah satu cabang olahraga yang menyumbang medali
emas terbanyak untuk Indonesia pada perhelatan Asian Games 2018 yang
dilaksanakan pada 18 Agustus hingga 2 September 2018 di Indonesia. Pencak
silat merupakan salah satu budaya Indonesia yang tumbuh dan berkembang
pertama kali di dataran Melayu pada zaman kerajaan di Indonesia (dahulunya
Nusantara). Tanjungpinang sebagai salah satu daerah dataran Melayu juga telah
banyak berkembang perguruan pencak silat, beberapa di antaranya adalah
perguruan pencak silat yang tumbuh dan berkembang di Tanjungpinang, seperti
Seni Beladiri Ketrampilan Tangan (SENDIKAP) dan Sendeng Cekak.
Menurut Suhartono (2011:1) menjelaskan bahwa pencak silat dikenal pula
sebagai budaya beladiri khas Indonesia yang di dalamnya terdapat 4 aspek
pembinaan yang bernilai sangat tinggi, yakni aspek mental spiritual, seni, bela diri
dan olahraga. Pencak silat sangat mengedepankan kaidah dan keindahan gerakan
yang merupakan bagian dari aspek seni. Gerakan seni tersebut juga sangat
memperhatikan arah, cara melangkah, posisi, dan bentuk/pola langkah yang
dilakukan, sehingga terciptalah gerakan yang ideal dan memiliki keindahan seni.
Dalam hal ini, pesilat dituntut untuk memahami bagaimana gerakan dalam silat
yang baik, memperkokoh sikap kuda-kuda, menjaga konsistensi dan
keseimbangan dalam bergerak dan lain sebagainya. Di sinilah letak pengetahuan
2
pesilat dipergunakan dimana pengetahuan ini sendiri tentunya didapat dengan
memahami dan mempelajari secara berkala dan terus-menerus.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, jelas bahwa pencak silat merupakan
warisan budaya Indonesia yang memiliki nilai kesenian sekaligus pengetahuan
dan pembelajaran. Pembelajaran di sini bukan sekedar untuk mengukur
kemampuan mental dan fisik pesilat, namun juga menjadikan pesilat lebih dekat
dengan kehidupan dan lingkungan dimana mereka berada. Senada dengan fungsi
pembelajaran secara umum di sekolah, dimana bukan sekedar mengukur
kemampuan peserta didik namun juga untuk menambah wawasan agar dapat
mengimplementasikannya dalam kehidupan.
Beranjak dari hal di atas, kehidupan manusia saat ini sangat erat kaitannya
terhadap pembelajaran terutama pembelajaran matematika. Matematika adalah
sebuah ilmu pasti yang terbentuk berdasarkan akal yang berhubungan dengan
benda-benda serta pikiran yang abstrak, yang dapat dipelajari dalam berbagai
aspek (Afriyanty, 2019:32). Namun justru hal sebaliknya yang terjadi,
pembelajaran matematika dianggap suatu pembelajaran yang mutlak dan tidak ada
kaitannya dengan segala aspek yang ada di lingkungan.
D‟Ambrosio adalah salah satu tokoh pendidikan matematika yang menolak
pembelajaran matematika seperti itu. D‟Ambrossio pertama kali memperkenalkan
istilah etnomatematika pada tahun 1985, dimana D‟Ambrosio dalam Desmawati
(2018:10) menyatakan, “Academic mathematics, that is the mathematics which is
taught and learned in the schools. In contras to this,we call ethnomathemetics the
mathematics which is practiced among identifiable cultural groups, children of
3
certain age bracket, professional classes, and so on,”. (Pembelajaran matematika
ialah matematika yang diajarkan di sekolah. Berlawanan dengan ini, kami
menyebut etnomatematika yakni matematika yang dipraktikkan di antara
kelompok budaya, anak dengan usia tertentu, kelas profesional dan sebagainya)
Melalui pemikiran D‟Ambrosio tersebut, pembelajaran matematika telah
berkembang secara optimal dengan tetap menjaga warisan kebudayaan
masyarakat setempat, khususnya yang terjalin dari ikatan adat-istiadat. Kemudian
muncul studi dalam pendidikan matematika tersebut yang dinamakan dengan
study ethnomathematics dengan harapan bahwa peradaban manusia akan
berkembang dan melahirkan peradaban yang lebih indah, adil dan bermartabat
terhadap budaya, adat dan agama. D‟Ambrosio dalam Desmawati (2018:11-12)
menerangkan salah satu tujuan dari etnomatematika adalah untuk mengetahui
bahwa ada cara-cara yang berbeda dalam matematika dengan pertimbangan
pengetahuan matematika bidang akademik yang kemudian dikembangkan oleh
berbagai sektor masyarakat serta dipertimbangkan terhadap modus yang berbeda,
dimana budaya yang berbeda mendiskusikan praktik matematika yang mereka
gunakan (pengelompokan, menghitung, mengukur, merancang bangun, alat
bermain dan lain sebagainya).
Meninjau pemikiran D‟Ambrosio mengenai etnomatematika, di dalam
pencak silat bisa ditemukan banyak hal yang memiliki keterkaitan dengan
pembelajaran matematika. Misalnya dalam gerakan tangan pesilat, pada saat
tangan pesilat tampak bersilangan maka akan tampak konsep matematika seperti
sudut dan dua garis yang berpotongan/bersilangan. Hal tersebut dapat
4
diimplementasikan pada pembelajaran matematika sebagai sumber penyusunan
bahan ajar guna menarik minat peserta didik dalam belajar matematika.
Menurut pendapat Rohmah (2016:4), bahan ajar merupakan salah satu
media pembelajaran mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran,
yaitu sebagai acuan bagi peserta didik dan guru untuk meningkatkan efektivitas
pembelajaran. Dengan menggunakan bahan ajar sebagai pendamping buku paket,
dapat diasumsikan bahwa peserta didik bisa lebih memahami pembelajaran yang
disampaikan. Dan tujuan lain diantaranya adalah agar peserta didik lebih tertarik
untuk aktif dalam proses pembelajaran matematika, serta peserta didik nantinya
tidak lagi menganggap matematika itu sulit dan membosankan.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengeksplorasi lebih jauh mengenai
praktik matematis yang terdapat dalam seni pencak silat. Penelitian ini belum
pernah dilakukan oleh peneliti lainnya, sehingga penelitian ini dapat dianggap
sebagai penelitian pertama atau pembuka dalam kaitan seni pencak silat dan
pembelajaran matematika. Judul yang akan diangkat oleh peneliti adalah
“Eksplorasi Etnomatematika Pada Seni Pencak Silat Kepulauan Riau Sebagai
Sumber Penyusunan Bahan Ajar Matematika”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di latar belakang,
penelitian ini difokuskan hanya untuk menjawab permasalahan yang berkaitan
dengan:
5
1. Eksplorasi etnomatematika yang terdapat pada gerakan seni pencak silat
yaitu gerakan seni Hang Jebat yang diperagakan oleh pesilat perguruan silat
Sendeng Cekak;
2. Pendeskripsian hasil eksplorasi etnomatematika pada seni pencak silat
Kepulauan Riau terbatas pada pola langkah gerakan, posisi tangan serta
posisi kaki dalam peragaan seni pencak silat; dan
3. Penyusunan bahan ajar matematika berupa Lembar Kerja Peserta Didik
(LKPD) berdasarkan hasil eksplorasi etnomatematika pada gerakan seni
pencak silat.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka rumusan masalah
dari penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana etnomatematika pada gerakan seni pencak silat yang
berkembang di Kepulauan Riau?
2. Bagaimana perancangan bahan ajar matematika berdasarkan hasil eksplorasi
etnomatematika pada gerakan seni pencak silat?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan dari
penelitian ini, yaitu:
1. Mendeskripsikan etnomatematika pada gerakan seni pencak silat yang
berkembang di Kepulauan Riau; dan
2. Mendeskripsikan perancangan bahan ajar matematika berdasarkan hasil
eksplorasi etnomatematika pada gerakan seni pencak silat.
6
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Memberikan informasi/pengetahuan kepada dunia pendidikan bahwa
keterkaitan pembelajaran materi pelajaran umum seperti matematika tidak hanya
terpaku pada pengetahuan saintek atau pengetahuan umum saja, namun dapat juga
dikaitkan dengan pembelajaran dan praktik dalam kehidupan sehari-hari seperti
dalam olahraga pencak silat.
2. Manfaat Praktis
2.1 Manfaat bagi Guru
Apabila setelah penelitian ini dilakukan terbukti bahwa benar adanya
praktik-praktik matematis pada gerakan seni pencak silat, maka guru dapat
mengaitkan temuan tersebut sebagai bahan ajar dalam pembelajaran.
2.2 Manfaat bagi Peserta Didik
Akan merubah pemikiran peserta didik dari yang sebelumnya menyebutkan
matematika itu membosankan menjadi matematika itu menyenangkan. Karena
jika guru dapat menggunakan bahan ajar yang didalamnya terdapat contoh soal
yang lebih inovatif seperti gerakan seni pencak silat, tentu saja peserta didik yang
menjalani proses pembelajaran tersebut akan termotivasi untuk lebih bersemangat
serta giat belajar.
2.3 Manfaat bagi Peneliti
7
Sebagai pengetahuan baru bagi peneliti agar lebih memahami dan
mendalami peran serta manfaat pembelajaran konsep matematika dalam
etnomatematika pada pencak silat khususnya dalam gerakan seni.
2.4 Manfaat bagi Masyarakat
Sebagai pengetahuan tambahan bahwasanya gerakan seni pencak silat yang
sedang berkembang pesat di lingkungan setempat tidak hanya memiliki
keindahan, tetapi juga terselip aspek-aspek matematis didalamnya.
F. Definisi Operasional
1. Eksplorasi
Eksplorasi dalam penelitian ini adalah menjelajahi dan mencari tahu
mengenai Pencak Silat untuk memperoleh pengetahuan baru berupa praktik
matematis dalam gerakan seni pencak silat tersebut.
2. Etnomatematika
Etnomatematika dalam penelitian ini didefinisikan sebagai praktik
matematis yang ditemukan dalam seni pencak silat. Etnomatematika yang akan
lebih dalam dibahas disini adalah mengenai gerakan seni pencak silat.
3. Seni Pencak Silat
Pencak silat pada hakikatnya adalah substansi dan sarana pendidikan untuk
membentuk karakter dan kepribadian seseorang, dimana pembentukan karakter
juga berlaku pada pendidikan umum di sekolah. Dalam seni pencak silat terdapat
sikap, kuda-kuda, pola/langkah dan gerakan yang akan menjadi fokus penelitian
ini.
8
4. Bahan Ajar
Bahan ajar dalam penelitian ini berupa Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
yang berisikan materi pelajaran yang didesain sedemikian rupa untuk mencapai
tujuan dari pembelajaran tersebut. Konten dalam Lembar Kerja Peserta Didik
(LKPD) tersebut merupakan hasil eksplorasi etnomatematika seni pencak silat.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Eksplorasi
Dalam Kamus Bahas Indonesia, eksplorasi diartikan sebagai penjelajahan
lapangan dengan tujuan memperoleh pengetahuan lebih banyak tentang keadaan
terutama sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu. Sedangkan menurut
Purwadi dalam Desmawati (2018:10) menyatakan bahwa eksplorasi adalah suatu
aktivitas yang dilakukan dengan menggali infromasi atau alternatif yang
sebanyak-banyaknya untuk hal yang berkaitan dengan kepentigan masa
mendatang. Meninjau dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
eksplorasi dalam penenlitian ini adalah kegiatan mencari dan menggali informasi
dari sumber-sumber tertentu untuk memperoleh suatu pengetahuan baru dari
budaya yang berkembang dalam masyrakat.
2. Etnomatematika
Menurut Nuh (2016:226-227) etnomatematika secara bahasa terdiri dari tiga
kata yaitu “etno” yang berarti sesuatu yang sangat luas mengacu pada konteks
sosial budaya, termasuk bahasa, jargon, kode perilaku, mitos dan simbol. Kata
selanjutnya adalah “mathema” yang berarti menjelaskan, mengetahui, memahami,
dan melakukan kegiatan seperti pengkodean, mengukur, mengklasifikasi,
menyimpulkan dan pemodelan. Kata yang terakhir adalah “tik” berasal dari techne
yang bermakna teknik. Menurut D‟Ambrosio dalam Nuh (2016:227)
etnomatematika secara istilah diartikan sebagai “The mathematics which is
9
practiced among identifiable cultural groups such as national-tribe societies,
labour groups, children of certain age brackets and professional classes”
(Matematika yang dipraktekkan di antara kelompok budaya diidentifikasi seperti
masyarakat nasional suku, kelompok buruh, anak-anak dari kelompok usia
tertentu dan kelas profesional).
D‟Ambrosio dalam Atmidasari (2017:25) menyatakan bahwa
ethnomathematics atau etnomatematika diistilahkan sebagai matematika yang
dipraktekkan oleh kelompok budaya seperti kelompok perkotaan, pedesaan,
kelompok buruh, anak-anak dari kelompok uisa tertentu, atau adat masyarakat.
D‟Ambrosio juga mengungkapkan bahwa etnomatematika melengkapi guru dan
siswa dalam pembelajaran matematika sekolah formal dalam memberikan makna
kontekstual yang relevan. Program dari etnomatematika ini memiliki tujuan untuk
memahami strategi matematika yang digunakan untuk mengamati,
membandingkan, mengklarifikasikan, mengukur dan menyimpulkan suatu
perkembangan manusia dalam lingkungan alam dan sosial budaya yang berbeda.
Meninjau dari definisi etnomatematika sebelumnya, maka peneliti
simpulkan bahwa istilah etnomatematika digunakan untuk mengekspresikan
hubungan antara budaya dan matematika. Etnomatematika terbentuk atas
kebiasaan yang sering dilakukan kemudian bercampur dengan tradisi lingkungan
setempat dalam bentuk praktik-praktik matematis. Seperti halnya pada seni
pencak silat yang merupakan salah satu budaya Indonesia, dimana hampir setiap
daerah memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri dalam membangun dan
10
mengembangkan seni pencak silat sesuai dengan tradisi daerahnya masing-
masing.
D‟Ambrosio telah mendefinisikan beberapa domain atau aktivitas
matematika dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya aktivitas mengelompokkan,
berhitung, mengukur, merancang bangunan atau alat, membuat pola, membilang,
menentukan lokasi, permainan, menjelaskan, dan sebagainya. Beberapa domain
(aktivitas) tersebut dijelaskan oleh Sirate (2011:125) sebagai berikut:
1. Aktivitas Membilang
Aktivitas membilang berkaitan dengan bentuk pertanyaan “berapa banyak”.
Unsur pembentuk aktivitas membilang dapat menggunakan media batu, daun, atau
bahan alam lainnya secara tradisional. Selain itu aktivitas membilang juga dapat
dibentuk dengan gerakan atau pukulan. Aktivitas membilang umumnya
menunjukkan aktivitas penggunaan dan pemahaman bilangan ganjil dan genap
serta lainnya.
2. Aktivitas Mengukur
Aktivitas mengukur berkaitan dengan bentuk pertanyaan “berapa”. Pada
etnomatematika sering ditemukan alat ukur tradisional berupa potongan bambu
dan ranting pohon. Selain itu masyarakat tradisional juga menggunakan tangannya
sebagai alat ukur paling praktis dan efektif. Selain menggunakan tangan juga
dapat menggunakan penggaris sebagai alat ukur baku.
3. Aktivitas Menentukan Lokasi
Beberapa konsep dasar geometri diawali dengan menentukan lokasi yang
digunakan untuk menentukan perubahan gerakan, atau menentukan perpindahan
11
dari satu titik ke titik lain. Dimana nantinya antara perpindahan tersebut dapat
membentuk pola berupa bidang geometri. Pada penelitian yang akan dilakukan,
aktivitas menentukan lokasi akan dilihat dari perpindahan gerakan kaki pesilat.
4. Aktivitas Membuat Rancang Bangun
Kegiatan membuat rancang bangun telah diterapkan oleh semua jenis
budaya yang ada. Jika kegiatan menentukan letak berhubungan dengan posisi dan
orientasi, maka kegiatan merancang bangun berhubungan dengan semua alat
perkakas yang digunakan untuk keperluan merancang suatu bangun atau
merancang suatu alat.
5. Aktivitas Bermain
Aktivitas bermain dalam etnomatematika adalah kegiatan yang
menyenangkan dengan alur yang mempunyai pola tertentu dengan ada atau
tidaknya penggunaan alat dan bahan yang menunjukkan keterkaitannya dengan
matematika. Contoh dari aktivitas bermain disini berupa penggunaan alat pencak
silat seperti golok atau toya (bambu) atau bentuk gerakan tangan dari pesilat.
Sehingga keterkaitannya dalam matematika dapat dilihat pada pola dan arah
gerakan.
6. Aktivitas Menjelaskan
Membuat penjelasan merupakan kegiatan yang mengasah pemahaman
manusia yang berkaitan dengan pengalaman yang diperoleh dari lingkungannya
yang berkenaan dengan kepekaan seseorang dalam membaca situasi alam. Dalam
matematika, membuat penjelasan berkaitan dengan bentuk pertanyaan “mengapa”
bentuk geometri itu sama atau simetri, mengapa keberhasilan yang satu
12
merupakan kunci keberhasilan yang lain, dan hal-hal lainnya yang berkaitan
dengan hukum matematika. Dalam menjawab pertanyaan ini digunakan
simbolisasi berupa bukti nyata.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penting bagi peneliti untuk
memahami domain atau aktivitas etnomatematika sebagai penentu fokus dalam
penelitian.
3. Seni Pencak Silat
Pencak silat merupakan sistem beladiri yang telah diwariskan oleh nenek
moyang sebagai salah satu budaya Indonesia yang perlu dilestarikan, dibina dan
dikembangkan. Kriswanto (2015:13) mengungkapkan istilah pencak silat di
beberapa daerah sebagai berikut.
a. Sumatera Barat dengan istilah Silek dan Gayuang.
b. Di pesisir timur Sumatera Barat hingga Malaysia dengan istilah Bersilat.
c. Jawa Barat dengan istilah Maempok dan Penca.
d. Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur dengan istilah Pencak.
e. Madura dan Pulau Bawean dengan istilah Encak.
f. Bali dengan istilah Mancak atau Encak.
g. Kabupaten Dompu dan NTB dengan istilah Mpaa Sila.
Secara bahasa, pencak silat terdiri dari dua kata, yaitu pencak dan silat.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, pencak adalah rangkaian langkah-langkah,
gerakan tangan dan kaki dengan berbagai macam kombinasi, sedangkan silat
adalah olahraga (permainan) yang didasarkan pada ketangkasan menyerang dan
membela diri, baik dengan menggunakan senjata maupun tidak. Pencak silat juga
13
merupakan seni beladiri, sehingga dalam pencak silat terdapat unsur keindahan
dan tindakan atau gerakan.
Menurut guru pencak silat Bawean, Abdus Syukur dalam Mulyana
(2013:85) menyatakan sebagai berikut:
“Pencak adalah gerakan langkah keindahan, keindahan dengan menghindar,
yang disertakan gerakan berunsur komedi. Pencak dapat dipertontonkan
sebagai sarana hiburan, sedangkan silat adalah unsur teknik bela diri
menangkis, menyerang dan mengunci yang tidak dapat diperagakan di
depan umum,”.
PB IPSI beserta BAKIN dalam Mulyana (2013:86) mendefinisikan bahwa
pencak silat adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk membela,
mempertahankan eksistensi (kemandiriannya) dan integritasnya (manunggal)
terhadap lingkungan hidup/alam sekitarnya untuk mencapai kesadaran hidup guna
meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Belajar pencak
silat sama halnya seperti belajar ilmu kehidupan, terus berkembang mengikuti
zaman tanpa menghilangkan identitas kebudayaan aslinya.
Senada dengan definisi pencak silat di atas, penelitian ini mengambil unsur
seni pencak silat yang merupakan salah satu aspek penting dalam pencak silat.
Seni yang dimaksud adalah gerakan yang digunakan dalam pencak silat, mulai
dari sikap, kuda-kuda, teknik serangan tangan dan kaki dan teknik belaan atau
tangkisan. Menurut Mulyana (2013:111) sikap dan gerak dalam pencak silat
merupakan pedoman dalam melakukan keterampilan teknik dan jurus pencak
silat, dimana sikap dan gerak ini sesuai dengan aliran atau perguruan pencak silat
yang ada di zaman sekarang. Pada zaman dahulu, teknik dan jurus pencak silat
diciptakan berdasarkan hasil pengamatan pada lingkungan sekitar, sehingga
14
membentuk pola gerak yang mirip dengan lingkungan sekitarnya. Contohnya dari
haril mengamati gerak-gerik binatang, seperti jurus harimau, jurus burung
merpati, jurus kera dan lain sebagainya.
Menurut Kriswanto (2015:31), Lubis dan Wardoyo (2014:18) dan Mulyana
(2013:111), keterampilan teknik dalam peragaan seni pencak silat diterangkan
dalam beberapa istilah yang digunakan secara standar oleh IPSI dan berlaku
secara nasional. Keterampilan teknik tersebut adalah sebagai berikut:
a. Sikap dalam pencak silat
Sikap dalam pencak silat merupakan gerakan awalan dalam memperagakan
seni pencak silat. Sikap dalam pencak silat meliputi sikap tegak, sikap duduk,
sikap penghormatan dan sikap pasang.
b. Kuda-kuda
Kuda-kuda merupakan posisi kaki tertentu yang dijadikan dasar tumpuan
untuk melakukan sikap, gerak serangan atau belaan. Secara khusus, kuda-kuda
dalam pencak silat terbagi atas beberapa jenis, yakni kuda-kuda depan, kuda-kuda
belakang, kuda-kuda samping, kuda-kuda tengah dan kuda-kuda silang.
c. Gerak langkah
Gerak langkah dalam pencak silat merupakan gerak kaki dalam pemindahan
atau perubahan posisi untuk melakukan serangan atau belaan terhadap lawan.
Dalam pelaksanaannya, gerak langkah selalu disertai dengan sikap tubuh dan
gerak tangan. Pembentukan gerak langkah meliputi unsur-unsur berikut.
15
1) Arah
Gambar 2.1 Delapan Arah Penjuru Mata Angin
Arah sangat diperlukan dalam pembentukan gerakan. Arah yang harus
dipahami dan diperhatikan adalah delapan arah penjuru mata angin. Delapan
penjuru mata angin adalah sikap atau pola langkah silat yang membentuk delapan
penjuru dengan satu titik tumpu di tengah. Dalam penerapannya pada saat
hitungan 1 dan 8 yang menjadi tumpuan atau kaki yang tetap posisinya bisa
menggunakan kaki kiri atau kanan. Kemudian hitungan 2 sampai 4 yang menjadi
tumpuan atau kaki yang tetap posisinya adalah kaki kiri dengan posisi badan
menghadap kaki tumpu, sebaliknya pada hitungan ke 6 sampai 8 kaki tumpu
diganti menjadi kaki kanan dan posisi badan menghadap kaki tumpu, kuda-kuda
yang digunakan bebas dan tetap memperhatikan kaidah.
Menurut Mulyana (2013:116) berdasarkan arahnya, gerak langkah terbagi
menjadi 8 yaitu:
a) gerak langkah ke depan;
b) gerak langkah serong kanan depan;
c) gerak langkah ke kanan;
d) gerak langkah serong kanan belakang;
e) gerak langkah ke belakang;
1
16
f) gerak langkah serong kiri belakang;
g) gerak langkah ke kiri;
h) gerak langkah serong kiri depan;
Dari arah gerak langkah, maka langkah dapat dilakukan dengan posisi
segaris, tegak lurus dan serong. Kemudian jika gerak langkah dilanjutkan dengan
gerak langkah lainnya, akan menghasilkan pola langkah tertentu (Kriswanto,
2015:26 dan Mulyana, 2013:116) yakni pola langkah lurus, pola langkah zig-zag,
segitiga, ladam/tapal kuda dan langkah membentuk huruf S.
2) Geseran
Geseran merupakan cara langkah berpindah posisi dengan menggeser salah
satu kaki namun ujung jari kaki atau tumit masih menyentuh lantai.
3) Lompatan dan loncatan
Lompatan dilakukan dengan tumpuan satu kaki dan kaki lainnya bertolak
melompat, kemudian kaki yang menjadi tumpuan menyusul melompat. Saat
mendarat atau meletakkan kaki di tempat yang dituju, antara kaki satu dan lainnya
mendarat satu persatu. Sebaliknya, loncatan dilakukan dengan tumpuan kedua
kaki, saat bertolak dan mendarat dengan kedua kaki secara bersamaan.
4) Angkatan
Angkatan dilakukan dengan tumpuan satu kaki, kaki lainnya diangkat dan
diletakkan di arah tertentu dalam melangkahkan kaki.
5) Ingsutan (Seseran)
Ingsutan atau seseran merupakan cara berpindah dengan mengingsut atau
menyeser kaki, dimana cara ini dilakukan dengan menggeser kedua kaki tanpa
17
mengangkat telapak kaki dari lantai dengan gerakan tumit/telapak kaki ke luar
atau ke dalam dan dapat pula dilakukan dengan gerakan tumit/telapak kaki sejajar
atau searah.
6) Putaran
Putaran merupakan cara perpindahan posisi kaki dengan memutar kaki ke
arah luar, lalu meletakkannya di depan kaki tumpuan dengan letak telapak kaki
keluar.
d. Serangan
Menurut Mulyana (2013:118) serangan adalah teknik untuk merebut
inisiatif lawan atau membuat lawan tidak dapat melakukan serangan atau belaan
dan semuanya dilakukan secara taktis atau terorganisir. Ditinjau dari komponen
alat penyerang dan lintasannya, serangan dibedakan menjadi beberapa tahap,
yaitu:
1) pukulan;
2) sikutan;
3) tendangan;
4) lututan;
5) tangkapan;
6) kuncian;
7) jatuhan (guntingan dan sapuan); dan
8) belaan.
4. Bahan Ajar
18
Secara bahasa, bahan ajar terdiri dari dua kata yakni bahan dan ajar. Dalam
Kamus Bahasa Indonesia, bahan diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat
dipakai atau diperlukan untuk tujuan tertentu seperti untuk pedoman atau
pegangan untuk mengajar atau memberi ceramah, sedangkan ajar adalah petunjuk
yang diberikan kepada orang supaya diketahui atau diturut. Rohmah (2016:4)
menyatakan bahwasanya bahan ajar sebagai salah satu media pembelajaran
mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai acuan bagi
peserta didik dan guru untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah segala pedoman yang dapat
dipergunakan untuk meningkatkan keefektivan dalam proses pembelajaran.
Menurut Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
(2008), bahan ajar paling tidak mencakup hal-hal sebagai berikut:
1. petunjuk belajar (petunjuk guru/siswa);
2. kompetensi yang akan dicapai;
3. konten atau isi materi pembelajaran;
4. informasi pendukung;
5. latihan-latihan;
6. petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK);
7. evaluasi; dan
8. respon atau balikan terhadap hasil evaluasi.
Bahan ajar yang dimaksud dalam penelitian ini bertujuan untuk menarik
minat peserta didik dalam mengikuti pembelajaran matematika, sehingga
diharapkan peserta didik akan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.
19
Pentingnya mempergunakan bahan ajar secara optimal mempengaruhi keefektifan
proses belajar yang juga ditentukan oleh kemampuan peserta didik dalam
memanfaatkan bahan ajar yang tersedia.
Amri dalam Fikri (2018:47) menjelaskan bahwa jenis bahan ajar harus
disesuaikan dengan kurikulum kemudian dibuat ke dalam bentuk rancangan
pembelajaran. Adapun jenis bahan ajar adalah sebagai berikut:
1. Bahan ajar berbasis visual, yakni bahan ajar cetak seperti hand out,
buku, modul, dan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) serta bahan ajar
non cetak yakni model/maket.
2. Bahan ajar berbasis audio, seperti kaset dan radio.
3. Bahan ajar berbasis audio visual, seperti video/film.
4. Bahan ajar multimedia interaktif, seperti Computer Assisted Instruction
(CIA) dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian relevan diperlukan untuk menjamin orisinalitas penelitian yang
akan dilakukan. Penelitian relevan ini dapat berupa hasil skripsi ataupun artikel
yang hampir serupa. Penelitian relevan pertama yaitu penelitian yang dilakukan
oleh Riana Desmawati dalam laporan skripsinya dengan judul Eksplorasi
Etnomatematika Pada Gerakan Tari Tradisional Sigeh Penguten Lampung, hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat aktivitas etnomatematika pada gerak
tari sigeh penguten Lampung berupa aktivitas menghitung dan konsep geometri
(Desmawati, 2018:124). Perbedaan pada peneliti terdahulu dengan penelitian ini
adalah terletak pada jenis penelitian, bidang yang diteliti dan teknik analisis
20
datanya. Peneliti terdahulu menggunakan jenis penelitian lapangan dan bidang
yang diteliti adalah gerakan tari, sedangkan penelitian ini menggunakan jenis
penelitian etnografi dan bidang yang diteliti adalah gerakan seni pencak silat yang
belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya, oleh karena itu perlu
dilakukannya penelitian yang baru. Kemiripan penelitian terdahulu dengan
penelitian yang akan dilakukan adalah jenis penelitian yang digunakan yakni jenis
penelitian kualitatif.
Penelitian kedua yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh
Bakhrul Ulum, Mega Teguh Budiarto, Rooselyana Ekawati dalam Prosiding SI
MaNIs (Seminar Nasional Integrasi Matematika dan Nilai Islam) Vol.1, No.1,
Juni 2017, Hal. 70-78 deengan judul Etnomatematika Pasuruan: Eksplorasi
Geometri Untuk Sekolah Dasar Pada Motif Batik Pasedahan Suropati. Dapat
disimpulkan bahwa konsep geometri untuk sekolah dasar yang ada pada motif
batik Pasedahan Suropati adalah konsep titik, garis lurus, garis lengkung, garis
zig-zag, garis tinggi, garis sejajar, sudut, segitiga, persegipanjang, oval, dan
simetri lipat. Dengan demikian, motif batik Pasedahan Suropati yang memiliki
konsep geometri untuk sekolah dasar, tentunya dapat digunakan dalam
pembelajaran geometri seperti pada pengenalan garis, pengenalan sudut, dan
pengenalan bangun datar sederhana (Ulum, Budiarto, & Ekawati, 2017:70).
Perbedaan pada peneliti terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan adalah
terletak pada bidang yang diteliti dan jenjang pendidikan. Peneliti terdahulu
meneliti motif batik Pasedahan untuk jenjang sekolah dasar, sedangkan penelitian
ini akan mengeksplor etnomatematika pada seni pencak silat yang kemudian
21
hasilnya akan digunakan sebagai sumber penyusunan bahan ajar matematika tanpa
menetapkan jenjangnya terlebih dahulu. Kesamaan pada peneliti terdahulu dengan
penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama menggunakan teknik analisis
data yang mengacu pada rancangan Spradley.
Penelitian ketiga yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh Siti
Nurhikmah dalam laporan skripsinya dengan judul Eksplorasi Etnomatematika
Pada Ragam Corak Ukiran Khas Melayu Kepulauan Riau Dan Keterkaitannya
Terhadap Konsep Matematika Sekolah Pada Kurikulum 2013, hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa terdapat konsep matematika sekolah dalm kurikulum 2013
pada ragam corak ukiran khas Melayu Kepulauan Riau yang dapat diterapkan
dalam pembelajaran matematika di sekolah yaitu bangun datar dan bangun ruang,
pecahan, perbandingan, kongruenan, simetri dan transformasi geometri
(Nurhikmah, 2019:84). Perbedaan pada peneliti terdahulu dengan penelitian ini
adalah terletak pada bidang yang diteliti. Peneliti terdahulu meneliti pada bidang
corak ukiran khas Melayu sedangkan penelitian ini akan meneliti gerakan seni
pencak silat. Kemiripan peneliti terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan
adalah pendekatan dan jenis penelitian yang digunakan yakni pendekatan
kualitatif dengan jenis penelitian etnografi.
Adanya keberagaman hasil yang diperoleh dalam penelitian etnomatematika
dalam jenis kesenian memperkuat ketertarikan peneliti untuk melakukan
penelitian tentang eksplorasi etnomatematika pada seni pencak silat dan
implementasinya pada pembelajaran matematika sekolah. Dengan demikian
penelitian-penelitian terdahulu di atas akan menjadi acuan pada penelitian ini.
22
C. Kerangka Berpikir
Keanekaragaman budaya di Indonesia, termasuk di setiap daerah khususnya
di Kepulauan Riau tentunya sudah menjadi hal wajar bagi masyarakat setempat.
Keanekaragaman tersebut telah banyak diadaptasi menjadi kesenian, permainan
rakyat hingga dalam bidang olahraga, seperti pencak silat. Dalam hal ini, pencak
silat termasuk salah satu olahraga yang digemari oleh masyarakat, terutama anak-
anak dalam masa pendidikan sekolah dan sudah menjadi salah satu ekstrakulikuler
yang diminati oleh peserta didik. Dengan begitu, seyogyanya dari hal tersebut
pendidik dapat mengambil manfaat yang dapat dipergunakan dalam pembelajaran.
Akan tetapi pada kenyataannya, pembelajaran yang dilakukan masih hanya
sebatas teori dan latihan-latihan yang sering membuat jenuh. Ini disebabkan
terbatasnya bahan ajar dari sumber-sumber lain pada pembelajaran, terutama
dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu diperlukan adaptasi dari sumber
lainnya, seperti dari seni pencak silat untuk menarik minat belajar peserta didik.
Berdasarkan alasan di atas, peneliti tertarik untuk menjadikan seni pencak
silat sebagai subjek penelitian. Peneliti mencari tahu segala hal mengenai pencak
silat melalui sumber terpercaya, sehingga terpilihnya perguruan Sendeng Cekak
sebagai subjek dalam penelitian ini. Kemudian peneliti melakukan eksplorasi
terhadap seni pencak silat untuk menemukan praktik matematis yang terdapat di
dalamnya, sehingga diperoleh hasil eksplorasi etnomatematika seni pencak silat
23
dari perguruan Sendeng Cekak, kemudian peneliti merancang lembar kerja peserta
didik (LKPD).
Berdasarkan paparan di atas, kerangka berpikir disusun sebagai berikut:
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
Seni pencak silat di Kota Tanjungpinang
Terbatasnya bahan ajar yang
diangkat dari budaya daerah,
khususnya dalam pembelajaran
matematika
Pencak silat termasuk salah satu
kebudayaan yang mencakup kesenian
dan olahraga yang terus berkembang
di seluruh Indonesia
Melakukan eksplorasi etnomatematika pada seni
pencak silat
Adanya hasil eksplorasi etnomatematika seni pencak silat dan
implementasinya sebagai bahan ajar berupa Lembar Kerja Siswa (LKPD
Merancang bahan ajar berupa Lembar Kerja Siswa (LKPD) sebagai
implementasi pembelajaran matematika berdasarkan hasil eksplorasi
etnomatematika seni pencak silat di Kota Tanjungpinang.
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif dengan
jenis penelitian etnografi. Pendekatan kualitatif dipilih oleh peneliti karena
peneliti akan mendeskripsikan proses hingga hasil penelitian dalam bentuk kata-
kata dan gambar. Jenis penelitian etnografi dipilih oleh peneliti bertujuan untuk
mengamati dan menguraikan suatu budaya dalam masyarakat secara keseluruhan.
Creswell (2012:462) mendefinisikan etnografi merupakan prosedur
penelitian kualitatif untuk menggambarkan, menganalisa, dan menafsirkan unsur-
unsur dari sebuah kelompok budaya seperti pola perilaku, kepercayaan, dan
bahasa yang berkembang dari waktu ke waktu. Secara keseluruhan pendekatan
dan jenis penelitian ini dipilih karena penelitian mengenai seni Pencak Silat ini
membutuhkan pendeskripsian dalam kata-kata dan gambar serta penyusunan data
yang secara terus-menerus berdasarkan hasil pengamatan terhadap budaya dan
lingkungan masyarakat dalam hal seni Pencak Silat..
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada Juni hingga Juli 2019 di rumah guru
besar perguruan Sendeng Cekak, yaitu di Jalan Sei Jang. Penelitian ini akan
dilakukan menyesuaikan dengan izin dari guru besar perguruan Sendeng Cekak.
C. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah suatu rancangan perencanaan yang terperinci dan
spesifik mengenai cara memperoleh, menganalisa dan menginterpretasikan data
25
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam penelitian. Untuk mencapai tujuan
penelitian, maka peneliti menggunakan langkah-langkah prosedur penelitian
sebagai berikut:
1. Menentukan situasi sosial berupa narasumber/informan dan memilih
aktivitas dan narasumber/informan yang akan diteliti. Informan yang
dipilih adalah pesilat dari perguruan Sendeng Cekak dengan aktivitas yang
akan diteliti yakni gerakan seni pencak silatnya.
2. Mempersiapkan pedoman wawancara dan pedoman observasi yang
digunakan untuk mengetahui apa saja yang harus diamati dan hal-hal yang
ingin diketahui oleh peneliti.
3. Melakukan pengambilan data terhadap informan melalui observasi,
wawancara dan dokumentasi. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah jenis wawancara semiterstruktur, yaitu peneliti melakukan
wawancara dengan pedoman wawancara tetapi akan ada kemungkinan
pertanyaan dalam wawancara tersebut berkembang. Sedangkan pada
teknik observasi dan dokumentasi dilakukan dengan cara mengamati
secara langsung serta mengambil gambar tentang gerakan seni yang
diperagakan. Kemudian, berdasarkan ketiga teknik tersebut peneliti
membuat catatan lapangan yang berupa catatan berisi semua hal-hal
penting yang ditemukan oleh peneliti di lapangan, baik itu diperoleh dari
informan berupa hasil wawancara, observasi, maupun dokumentasi.
4. Melakukan analisis domain berdasarkan data yang diperoleh, baik melalui
wawancara, observasi maupun dokumentasi yang. Dalam analisis domain,
26
dilakukan reduksi data agar mempermudah peneliti untuk memilah data
yang berhubungan dengan penelitian dan menemukan aktivitas/domain
etnomatematika.
5. Melakukan pengambilan data kembali melalui observasi, wawancara dan
dokumentasi. Pengambilan data ini bertujuan untuk memfokuskan
penelitian dan mempersempit aspek yang diteliti sesuai domain yang telah
ditetapkan.
6. Melakukan analisis taksonomi untuk mendapatkan lebih rinci mengenai
data yang sudah ditetapkan domainnya.
7. Melakukan analisis komponesial, di mana hasil dari analisis taksonomi
dibantu dengan hasil dari pengambilan data sebelumnya untuk menggali
ciri-ciri yang lebih spesifik dari apa yang diteliti.
8. Melakukan analisis tema budaya terhadap komponen yang telah ditetapkan
pada analisis komponesial untuk memperoleh temuan etnomatematika.
9. Membuat kesimpulan dari hasil analisis data yang diperoleh yang bersifat
sementara sesuai dengan tujuan dilakukannya penelitian.
10. Uji keabsahan data dilakukan untuk memastikan temuan yang diperoleh
valid yang ditandai dengan tidak adanya perbedaan antara yang dilaporkan
oleh peneliti dengan apa yang sebenarnya terjadi dalam penelitian.
11. Memperoleh temuan etnomatematika pada seni pencak silat yang sesuai
dengan rumusan yang telah ditetapkan peneliti.
27
12. Merancang bahan ajar berupa Lembar Kerja Peserta didik (LKPD)
berdasarkan temuan etnomatematika pada seni pencak silat sebagai
implementasinya pada pembelajaran matematika
Berdasarkan narasi di atas, prosedur penelitian tersebut digambarkan
sebagai berikut:
Menentukan informan dan memilih aktivitas etnomatematika
Mempersiapkan pedoman wawancara dan observasi
Melakukan pengambilan data terhadap informan dengan
teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi, serta
membuat catatan lapangan
Melakukan analisis domain
Melakukan pengambilan data kembali terhadap informan
dengan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi,
serta membuat catatan lapangan
Melakukan analisis taksonomi
Melakukan analisis komponensial
Analisis Tema Budaya
Penarikan kesimpulan sementara
28
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian
D. Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah pesilat di perguruan Sendeng Cekak
Tanjungpinang. Perguruan Sendeng Cekak merupakan salah satu perguruan
dibawah naungan IPSI Provinsi Kepulauan Riau dan salah satu perguruan silat
asli Kepulauan Riau. Subjek penelitian diambil menggunakan teknik Snowball
Sampling. Menurut Lestari (2015:111) bahwasanya Snowball Sampling adalah
teknik penentuan sampel yang mula-mula kecil, kemudian membesar. Dalam
penelitian ini, Snowball Sampling dilakukan dengan cara meminta pertimbangan
informan sebelumnya kepada siapa selanjutnya yang sekiranya akan mendapatkan
informasi yang lebih mendetail.
Sebelum melakukan penelitian, peneliti sudah menghubungi informan yakni
Bapak Alfan Syah Putra, salah seorang pesilat dari perguruan Sendeng Cekak
guna memperlancar komunikasi sebelum dan saat penelitian berlangsung. Namun
karena ada beberapa hal tak terduga, informan menyarankan untuk langsung
melaksanakan penelitian kepada guru besar perguruan Sendeng Cekak, Bapak
Rahmad, yang sebelumnya sudah dikonfirmasi terlebih dahulu oleh informan.
Selanjutnya pada saat penelitian, peneliti menetapkan Bapak Rahmad sebagai
Uji keabsahan data
Merancang bahan ajar berupa Lembar Kerja Siswa (LKPD) berdasarkan
temuan etnomatematika pada seni pencak silat
Memperoleh temuan etnomatematika pada seni pencak silat
29
informan utama. Kemudian informan utama menyarankan dalam mempergakan
seni silat Sendeng Cekak, beliau akan dibantu oleh Bapak Zul Rozali sebagai
informan pembantu.
E. Instrumen Penelitian
A. Instrumen yang Digunakan
Instrumen adalah alat yang dipakai untuk mengumpulkan data mengenai
suatu variabel atau subjek yang diteliti. Arikunto (2013:162) mendefinisikan
bahwa instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik, dalam arti cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.
Pada penelitian ini, instrumen penelitian yang digunakan terbagi atas 2
yaitu:
1. Instrumen Utama
Instrumen utama yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Human
instrument (Peneliti). Menurut Atmidasari (2017:47) human instrument ialah
instrumen yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana peneliti dapat
memahami gejala yang ditelitinya yang tidak ditentukan oleh daftar pertanyaan
atau kuesioner yang telah dirancangnya, namun ditentukan oleh kemampuannya
memahami gejala yang diamatinya. Sebagai instumen utama, peneliti berperan
dalam menetapkan fokus dan batasan dalam penelitian, memilih informan sebagai
sumber data, melakukan pengumpulan data, menafsirkan serta membuat
kesimpulan atas hasil temuan dan pemahaman peneliti sendiri dalam
penelitiannya.
30
2. Instrumen Pendukung
Instrumen pendukung digunakan untuk mempermudah peneliti dalam
pelaksanaan penelitian. Instrumen pendukung yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu:
a. Lembar Observasi
Lembar observasi berisi aktivitas yang akan diamati selama proses
pengumpulan data yakni gerakan seni pencak silat yang diperagakan pesilat.
Dalam proses observasi, peneliti menggunakan alat bantu berupa video recorder.
b. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan
kepada nasumber selaku pemberi informasi. Dalam proses wawancara, peneliti
menggunakan alat bantu berupa:
1. Lembar catatan wawancara yang berisi hasil wawancara antara peneliti
dan informan.
2. Voice dan video recorder digunakan sebagai alat perekam dalam proses
wawancara.
c. Dokumen
Dokumen dalam penelitian ini berupa pedoman kurikulum 2013 yang berisi
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar untuk setiap jenjang pendidikan, mulai
31
dari jenjang Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah
Atas. Dokumen lainnya yang digunakan yaitu buku paket matematika sekolah.
B. Pengembangan Instrumen Pendukung
Untuk menguji kelayakan instrumen yang telah dirancang oleh peneliti,
dilakukan validasi melalui pendapat ahli. Instrumen yang dirancang pada
penelitian ini dianggap layak untuk digunakan apabila telah memenuhi validitas
isi. Untuk itu, validasi dilakukan oleh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika
yaitu Ibu Dra. Linda Rosmery Tambunan, M.Si. Validasi instrumen dilakukan
pada 19 Mei 2019. Hasil dari validasi yang dilakukan direkapitulasi sebagai
berikut:
Tabel 3.1 Hasil Validasi Instrumen Penelitian
Instrumen yang
Divalidasi Elemen yang Divalidasi
Kriteria
LD LDR TLD
Pedoman Wawancara 1. Kecukupan atau kelengkapan aspek-
aspek pedoman wawancara √
2. Istilah yang digunakan tepat dan
mudah dipahami √
3. Kejelasan pertanyaan √
4. Pertanyaan sesuai dengan tujuan
untuk mengidentifikasi adanya praktik
matematis
√
Lembar Observasi 1. Kejelasan Pedoman Pengisian √
2. Kecukupan atau kelengkapan aspek-
aspek lembar observasi √
3. Istilah yang digunakan tepat dan
mudah dipahami √
4. Keseuaian lembar observasi dengan
tujuan penelitian √
5. Kepraktisan Pengisian √
32
Berdasarkan Tabel 3.1, hasil validasi untuk instrumen pendukung berupa
pedoman wawancara oleh validator dinyatakan layak digunakan tanpa revisi.
Untuk instrumen pendukung berupa lembar observasi, validator menyatakan dapat
digunakan layak digunakan dengan revisi dan disarankan untuk memberikan
gambar dan langkah-langkah pada saat mengisi lembar observasi. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa instrumen pendukung berupa pedoman
wawancara dan lembar observasi layak digunakan untuk penelitian.
Disamping instrumen pendukung, peneliti sebagai instrumen utama
berperan penuh atas pengumpulan data di lapangan. Validitas peneliti juga diukur
melalui masukan secara lisan dan pertanyaan yang diberikan oleh validator yang
bersifat mempersiapkan dan meguji pemahaman peneliti atas objek penelitian agar
tercapainya tujuan penelitian.
F. Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini bersifat kualitatif yang berasal dari pendeskripsian
informan-informan dan gambar yang diambil di lapangan. Data diperoleh dari 2
jenis sumber data yaitu; 1) informan, yaitu guru besar dan pesilat Sendeng Cekak,
dan 2) pengamatan, dimana peneliti mengamati setiap peristiwa yang terjadi
berupa gerakan seni yang dilakukan pesilat dibantu oleh informan-informan. Data
dalam penelitian ini bersifat kualitatif karena berasal dari informan-informan yang
mendeskripsikan dan mencontohkannya.
G. Teknik Pengumpulan Data
Triangulasi Teknik
Observasi Wawancara Dokumentasi
33
Berdasarkan gambar di atas, teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah triangulasi teknik, yaitu dengan melakukan observasi, wawancara, dan
dokumentasi pada narasumber yang sama. Pada saat observasi, peneliti melihat
secara langsung bagaimana pesilat memperagakan gerakan seni pencak silat dan
peneliti mengamati bentuk, arah dan pola dari gerakan seni tersebut. Kemudian
peneliti melakukan wawancara berupa tanya jawab terhadap informan dan tidak
menutup kemungkinan adanya informan lain yang dapat dilibatkan dalam proses
wawancara ini. Dokumentasi dilakukan untuk memperkuat data yang sudah
diperoleh, baik dari studi literatur maupun data yang diperoleh pada saat
penelitian.
H. Teknik Analisis Data
Analisis data menurut Bogdan dan Biklen dalam Atmidasari (2017:50)
adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milah data menjadi sesuatu yang dapat diolah,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola dan apa yang penting untuk
dipelajari. Teknik analisis data dalam penelitian ini mengacu pada rancangan
Spradley. Menurut Sugiyono (2014:99) dan Sanapiah dalam Sarwono (2006:240)
teknik analisis data dalam penelitian kualitatif untuk etnografi terdiri dari analisis
domain, analisis taksonomi, analisis komponensial, dan analisis tema budaya.
Narasumber yang sama
Gambar 3.2 Triangulasi Teknik
34
Masing-masing tahapan analisis data dalam penelitian ini dijelaskan sebagai
berikut:
1. Analisis Domain
Analisis domain adalah upaya peneliti dalam mencari gambaran umum dan
menyeluruh tentang data untuk menjawab fokus penelitian (Nurhikmah, 2019:36).
Dalam analisis domain, peneliti akan melakukan analisis kecil yang berhubungan
dengan penelitian dan menemukan beberapa domain/aktivitas etnomatematika
yang akan dijadikan pusat penelitian. Adapun domain ditetapkan oleh peneliti
adalah domain/aktivitas menentukan lokasi dan bermain. Karena dalam seni
pencak silat ini sangat berpotensial memiliki unsur-unsur tersebut.
2. Analisis Taksonomi
Analisis taksonomi merupakan tahapan untuk menjabarkan domain-domain
yang telah dipilih menjadi lebih rinci untuk mendapatkan struktur internalnya.
Dari domain/aktivitas yang telah ditentukan peneliti yaitu domain/aktivitas
mendesain, mengukur, bermain, dan menghitung, peneliti akan menjabarkan lebih
terfokus. Nantinya setelah penelitian dilaksanakan, peneliti dapat mengetahui
secara rinci setiap gerakan seni pencak silat yang diteliti.
3. Analisis Komponensial
Setelah melakukan analisis taksonomi, dilakukan analisis komponensial
yang bertujuan untuk mengorganisasikan data yang memiliki perbedaan.
Berdasarkan pengumpulan data, maka hasil pada analisis taksonomi akan
berkembang menjadi komponen-komponen yang lebih spesifik.
4. Analisis Tema Budaya
35
Analisis tema budaya merupakan tahapan akhir dalam proses analisis data.
Berdasarkan komponen-komponen yang telah ditetapkan pada analisis
komponensial, diperoleh hasil penelitian berupa temuan budaya (temuan
etnomatematika).
Keempat tahapan dalam analisis data di atas juga melalui proses reduksi
data. Karena pada setiap tahapan analisis data, data yang diolah semakin
mengerucut dengan membuang data yang tidak diperlukan. Setelah proses reduksi
data, maka dilakukan penyajian data untuk dilanjutkan ke tahapan analisis data
berikutnya.
I. Pengecekan Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan agar data yang
dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Pengecekan ini meupakan hal yang
sangat penting karena setiap pnelitian memiliki sifat dimana kebenaran itu tidak
selalu benar. Dalam pengecekan keabsahan data terdapat 4 kriteria agar data yang
diperoleh tidak cacat atau invalid yaitu kepercayaan (credibility), kebergantungan
(depenbality), keteralihan (transferability), dan kepastian (confirmability).
Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan pengujian
kredibilitas data. Adapun pengecekan keabsahan data yang akan peneliti lakukan
adalah sebagai berikut:
1. Perpanjangan pengamatan, yang bertujuan agar data yang diperoleh lebih
lengkap, proses mendapatkan data tersebut tidak terburu-buru, dan dapat
menjalin keakraban dengan guru besar Sendeng Cekak serta siapa saja yang
terlibat di dalamnya;
36
2. Peningkatan ketekunan, maksudnya adalah penelitian yang dilakukan oleh
peneliti terlaksana secara rutin, sehingga peneliti benar-benar mengerti seluk-
beluk gerakan seni pencak silat itu sendiri baik dari sikap, kuda-kuda, bentuk
atau pola langkah, hingga cara melakukan gerakan seni pencak silat tersebut;
3. Triangulasi terbagi menjadi 2, yaitu:
a) sumber, peneliti mengecek diantara informan terpilih apakah memiliki
pendapat yang sama atau berbeda terkait pertanyaan yang diajukan; dan
b) teknik pengumpulan, sekiranya teknik yang digunakan untuk mendapatkan
data/informasi yang berbeda dari setiap subjek/informan.
J. Perancangan Bahan Ajar dari Hasil Eksplorasi Etnomatematika pada
Seni Pencak Silat
Penelitian ini akan menghasilkan bahan ajar yang dirancang berdasarkan
hasil eksplorasi etnomatematika pada seni pencak silat. Tahapan penyusunan
rancangan bahan ajar tersebut akan melalui serangkaian tahap sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi konsep-konsep yang ditemukan dari hasil eksplorasi
etnomatematika pada seni pencak silat Kepulauan Riau.
2. Menganalisis kurikulum yakni Kompetensi Dasar (KD) sesuai dengan
konsep-konsep yang ditemukan dari hasil eksplorasi etnomatematika
pada seni pencak silat Kepulauan Riau.
3. Menentukan jenis materi pembelajaran sesuai hasil analisis kurikulum.
4. Memilih bahan ajar dan melakukan perancangan berdasarkan bahan ajar
yang dipilih.
K. Rekapitulasi Data
37
Rekapitulasi data adalah ringkasan dari data yang terdapat pada penelitian
ini. Dimana, data yang akan diperoleh adalah etnomatematika atau praktik
matematis yang terdapat pada seni pencak silat. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian etnografi. Jenis data yang diperoleh
tersebut adalah data kualitatif karena data dideskripsikan dengan uraian serta
gambar. Teknik dalam mengumpulkan data berupa teknik observasi, teknik
wawancara, dan teknik dokumentasi. Instrumen penelitian yaitu peneliti sebagai
instrumen utama, yang berperan dalam seluruh kegiatan pengumpulan data, serta
instrumen pendukung berupa pedoman wawancara dan dokumentasi. Selama
pengumpulan data dan setelah pengumpulan data dilakukan analisis yaitu analisis
domain, analisis taksonomi, analisis komponensial dan analisis tema budaya.
Kemudian dilakukan pengecekan keabsahan data yaitu dengan melakukan
perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, dan triangulasi untuk
memastikan data yang diperoleh sudah valid dan dapat dilakukan penulisan
laporan penelitian. Berikut merupakan rekapitulasi data pada tabel 3.2.
Tabel 3.2 Rekapitulasi Data
Data
Pendekatan
dan Jenis
Penelitian
Jenis
Data
Instrume
n
Teknik
Pengumpu
lan Data
Teknik
Analisis Data
Pengecekan
Keabsahan
Data
Etnomate
matika
Seni
Pencak
Silat
Pendekatan:
kualitatif
Jenis
penelitian:
etnografi
Kualitatif Peneliti
sendiri
Pedoman
wawancara
Lembar
observasi
Dokume
n
Observasi,
Wawancara,
dan
Dokumenta
si
Analisis
domain,
Analisis
taksonomi,
Analisis
komponesial,
dan
Analisis tema
budaya
Perpanjangan
pengamatan
Peningkatan
ketekunan, dan
Triangulasi
38
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Hasil Wawancara
Salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik
wawancara. Dengan teknik ini, wawancara dilakukan pertama kali pada 26 Juni
2019 bertempat di rumah guru besar sekaligus pendiri perguruan silat Sendeng
Cekak. Kemudian dilanjutkan dengan wawancara kedua pada 1 Juli 2019 dan
ketiga pada 4 Juli 2019. Selama wawancara dilakukan, peneliti menggunakan
voice recorder sebagai alat bantu dan pedoman wawancara sebagai panduan
pertanyaan yang akan ditanyakan, serta kamera handphone sebagai alat bantu
dokumentasi. Setelah selesai dilakukan wawancara, peneliti mengetik rapi naskah
wawancara yang dapat dilihat pada Lampiran 8.
Informasi pertama yang diperoleh peneliti adalah tentang sejarah mengenai
perkembangan silat di wilayah Melayu, khususnya Kepulauan Riau. Informan
menjelaskan bahwa silat telah berkembang sejak zaman kerajaan di daerah
Melayu. Permulaan silat di wilayah Melayu merupakan silat yang diajarkan turun
temurun oleh dua Datuk Laksmana di Kerajaan Melayu Malaka, yakni Datuk
Laksmana Hang Tuah dan Datuk Laksmana Hang Jebat. Kemudian diturunkan
hingga daerah Bintan (dahulu Tanjungpinang dan Bintan masih satu daerah)
kepada Datuk Laksamana Andak. Silat ini mulai terkenal pada saat huru-hara
menghadapi lanun di lautan Daek pada abad ke 17.
39
Sendeng adalah silat khas Bintan. Adanya penambahan Cekak setelah
informan belajar silat Cekak kepada orang Bugis. Untuk daerah Kepulauan Riau
lainnya, ada silat Kuntau yang berada di daerah Senayang, Daek. Awal mula silat
Sendeng ini dari seorang perempuan bernama Wak Nun yang belajar silat hingga
ke Malaka. Karena diturunkan dari seorang perempuan, maka menjadi kode etik
atau alternatif Ibu dari silat Sendeng, dimana kode etik atau alternatif yang ada di
Kepulauan Riau adalah Bapak dan Ibu. Kode etik atau alternatif ini berdasarkan
apa yang dijaga, kemaluan atau dada atas dan ini berlaku secara turun temurun.
Seni dalam silat Sendeng ini memiliki kekhasan tersendiri. Silat Sendeng ini
adalah salah satu dari lima saudara persilatan di daerah Kepulauan Riau, Sendeng
adalah pusaka Bintan, Kuntau pusaka Daek, Alian pusaka China, Cekak pusaka
Bugis, dan Temian pusaka Pulau Tujuh. Sejarah silat Temian ini awalnya dari
Sriwijaya dan Kulun, Sriwijaya ini belajar silat hingga ke semenanjung Malaysia,
jadi orangnya agak-agak keangkuhan. Sementara adiknya Kulun belajar di tempat
tinggalnya dan diajar oleh Datuk Gayung. Silat Temian ini bisa mengenai orang
atau lawan dari jauh, tidak perlu dekat, jadi ada ilmu ma‟rifatnya, selendang
empat puluh empat, pancung mayu dan sebagainya. Kalau silat Sendeng ini hanya
berasaskan dua kalimat syahadat, jadi tak luput dari pepatah „Di mana bumi
dipijak, di situ langit dijunjung‟. Itulah mengenai silat di Kepulauan Riau, masing-
masing punya tradisi, wadah, pendirian, kelebihannya tersendiri.
Selanjutnya mengenai perguruan silat Sendeng Cekak sendiri, telah berdiri
sejak 2003 dan berbadan hukum sejak tahun 2013 di bawah naungan IPSI Kota
Tanjungpinang. Secara umum, pesilat Sendeng Cekak diajarkan seni silat yang
40
juga berlaku secara nasional seperti seni silat tunggal baku dan seni wiraloka serta
teknik gerak tangan dan kaki lainnya. Dan secara khusus, pesilat juga diajarkan
seni silat yang diajarkan turun temurun dari nenek moyang yang sekarang masih
diajarkan di perguruan silat Sendeng Cekak. Dalam Sendeng terdapat dua belas
gerakan yang diturunkan sejak datuk zaman dahulu yang berhubungan dengan
dunia dan akhirat karena gerakan tersebut dilandasi dengan dua kalimat syahadat.
Seiring perkembangan zaman, gerakan yang dua belas tersebut berganti
menjadi tiga belas gerakan sama halnya dengan tiga belas rukun shalat (dalam
Islam), karena gerakan silat juga berlandaskan spiritual. Gerakan seni Sendeng
Cekak terbagi menjadi langkah empat yang pertama, langkah lima yang ke dua,
langkah tujuh yang ke tiga, langkah sembilan yang ke empat, yang terakhir
langkah dua belas atau tiga belas gerakan.
Dalam gerakan seni Sendeng terdapat tiga puluh lima gerakan pukulan yang
terbagi menjadi mematikan langkah, memotongkan langkah, membunuh lapiskan,
dan memasuk bunuhkan pukulan. Untuk gerakan tendangan, tidak berbeda jauh
dengan yang diajarkan dalam seni silat nasional, namun dalam seni silat Sendeng
tidak mempergunakan kaki karena dianggap sedikit kurang sopan dan gerakan
tendangan hanya dipergunakan untuk membela diri saja.
Gerakan dalam seni pencak silat Sendeng Cekak jika dilihat secara langsung
maka akan tampak bahwa mayoritas gerakannya ada pada gerakan tangan pesilat,
karena penggunaan gerakan kaki (tendangan) dalam seni silat Sendeng Cekak
dianggap kurang sopan. Gerakan tangan yang telah diperagakan oleh informan
pada gerakan seni Hang Jebat dan Hang Tuah terbagi atas tiga belas gerakan yakni
41
tangkisan bermakna satu, kedua tangkisnya mengelak pukulan dalam, ketiga
tangkisan memasukkan pukulan, keempat menangkis pukulan, kelima tangkisan
adalh maut bagi pukulan, keenam mematikan pukulan, ketujuh menapiskan
pukulan, kedelapan mematika pukulan tendangan kaki, kesembilan membunuh
pukulan, kesepuluh bertuntunan pukulan tiga kali (bawah, tengah perut dan
tenggorokan), kesebelas mencakupkan pukulan apapun, kedua belas melakukan
pukulan, dan ketiga belas yang melaksakan.
Gerakan Hang Jebat dapat dikatakan sebagai gerakan dua belas dan gerakan
Hang Tuah dikatakan sebagai gerakan sembilan. Untuk gerakan pukulan Hang
Tuah sangat sakral untuk disebutkan karena gerakannya merupakan gerakan dari
dua puluh empat malaikat yang merupakan pukulan terakhirnya dan dinamakan
pukulan malaikat sebagai kunci dari seluruh silat. Pukulan dua puluh empat
malaikat dapat diibaratkan seperti apabila terkena dada maka dada akan hancur,
bila terkena bumi maka bumi akan retak dan bila terkena langit maka langit akan
terbelah. Dalam sejarah, pukulan ini hanya digunakan untuk melawan Portugis
pada masa penjajahan dulu. Namun pukulan ini bukan digunakan untuk
membunuh sesuai dengan etika dalam belajar pencak silat, dimana pukulan ini
dipelajari bukan untuk membunuh karena yang menentukan hidup matinya
seseorang adalah Allah.
2. Hasil Observasi dan Dokumentasi
Data yang diperoleh berdasarkan teknik observasi dan dokumentasi sejalan
dengan data yang diperoleh berdasarkan teknik wawancara. Data ini dihasilkan
dari pengamatan peneliti secara langsung serta penjelasan detail dari informan.
42
Selama observasi dan dokumentasi dilakukan, peneliti menggunakan voice
recorder dan video recorder sebagai alat bantu dan lembar obeservasi sebagai
panduan aktivitas yang harus diamati. Setelah selesai melakukan observasi
disertai dokumentasi, peneliti menyusun hasil observasi dan dokumentasi yang
dapat dilihat pada Lampiran 9.
Observasi yang peneliti lakukan adalah mengamati gerakan seni silat khas
Sendeng Cekak. Gerakan seni silat diperagakan oleh dua pesilat, Bapak Rahmad
dan Bapak Zul Rozali. Bapak Zul Rozali memperagakan gerakan sembilan dari
gerakan Hang Tuah dan Bapak Rahmad memperagakan seni silat gerakan Hang
Jebat. Di bawah ini adalah contoh dari gerakan Hang Tuah.
(a)
(b)
Gambar 4.1 Tahap Awal Gerakan Tujuh Hang Tuah (a) Sikap Tegak dan (b)
Kuda-kuda Samping
Gerakan pada Gambar 4.1 adalah bentuk peragaan dari seni gerakan Hang
Tuah yang biasa diperagakan untuk pertunjukan dalam suatu acara. Seni silat
Hang Tuah atau biasa disebut Gerakan Tujuh, merupakan turunan seni silat dari
Datuk Laksamana Hang Tuah. Gerakan awal pada gerak Hang Tuah adalah sikap
tegak dengan posisi badan berdiri tegak, kedua tangan terbuka di samping badan,
43
tumit rapat dan kaki bagian depan terbuka membentuk huruf „V‟ (a). Kemudian
pesilat menggunakan sikap pasang dengan kuda-kuda samping kiri dengan kaki
kiri ditekuk sebagai tumpuan dengan tangan kanan terbuka lebar ke serong kanan
bawah dan tangan kiri berada di daerah atas dada kanan, gerakan ini mengandung
arti kode etik ibu (b).
Selanjutnya contoh dari gerakan Hang Jebat.
(a)
(b)
(c)
Gambar 4.2 Tahap Awal Gerakan Hang Jebat (a) Sikap Duduk, (b) Sikap
Penghormatan, dan (c) Kuda-kuda Depan
Gerakan pada Gambar 4.2 adalah bentuk peragaan dari seni gerakan Hang
Jebat yang biasa diperagakan untuk menyambut tamu penting pada suatu acara.
Seni silat Hang Jebat atau biasa disebut Gerakan Dua Belas, merupakan turunan
seni silat dari Datuk Laksamana Hang Jebat. Gerakan awal pada gerak Hang Jebat
adalah sikap duduk dengan kedua tangan memberi salam penghormatan di depan
wajah (a), kemudian berjalan ke depan dengan sikap penghormatan (b).
Selanjutnya pesilat menggunakan sikap pasang dengan kuda-kuda depan dengan
kaki kiri sebagai tumpuan dengan tangan kanan terbuka lebar ke atas dan tangan
kiri berada di pinggang kiri, gerakan ini mengandung arti kode etik ayah (c).
44
Berdasarkan gerakan awal yang dicontohkan, peneliti melakukan
pengamatan lebih lanjut pada gerakan pukulan tangan dan pola langkah gerakan
Hang Jebat yang dipaparkan sebagai berikut.
a. Gerakan Pukulan Tangan
1. Tangkisan
(a)
(b)
(c)
Gambar 4.3 Tangkisan
Gambar di atas adalah gerakan tangkisan. Pesilat menggunakan kuda-kuda
samping kiri dengan tangan kanan ditekuk di depan dada untuk menghalau
pukulan yang akan diberikan (a). Kemudian tangan kanan pesilat bergerak ke
bawah (b), lalu menangkis pukulan yang masuk menuju ke samping kanan (c).
2. Tangkisan Mengelak Pukulan Dalam
(a)
(b)
(c)
Gambar 4.4 Tangkisan Mengelak Pukulan Dalam
45
Gambar di atas adalah gerakan tangkisan mengelak pukulan. Pesilat
menggunakan kuda-kuda samping kanan dengan tangan kanan seperti menghalau
pukulan yang akan masuk ke tubuh depan (a). Selanjutnya pesilat memindahkan
posisi kaki kanan ke belakang dan menggunakan kuda-kuda depan dengan tangan
kiri menangkis pukulan selanjutnya (b). Kemudian tangan kanan pesilat menahan
pukulan ke arah bawah (c).
3. Tangkisan Memasukkan Pukulan
(a)
(b)
(c)
Gambar 4.5 Tangkisan Memasukkan Pukulan
Ketiga gambar di atas merupakan rangkaian gerakan tangkisan memasukkan
pukulan. Gambar di atas terlihat gerakan tangan kanan yang seakan-akan menahan
pukulan (a), lalu tangan kanan mendorong maju pukulan tersebut dan tangan kiri
naik menangkis ke arah atas pukulan tersebut (b), kemudian memasukkan pukulan
pada lawan yang telah ditangkis pukulannya (c).
4. Menangkis Pukulan
Gambar berikut merupakan gerakan menangkis pukulan, dimana tangkisan
terhadap pukulan dilakukan dengan mengarahkan tangan kanan dari bawah untuk
menangkis (a) dan mementalkan ke atas pukulan yang dilakukan (b).
46
Gambar 4.6 Menangkis Pukulan
5. Tangkisan Adalah Maut Bagi Pukulan
Gambar di bawah adalah gerakan tangkisan maut bagi pukulan, dimana
gerakan ini terdiri dari pukulan yang ditangkis menggunakan tangan kiri,
sedangkan tangan kanan sudah siap untuk melaksanakan gerakan selanjutnya.
Gambar 4.7 Tangkisan Adalah Maut Bagi Pukulan
6. Mematikan Pukulan
Gambar selanjutnya merupakan gerakan mematikan pukulan. Gerakan ini
merupakan kelanjutan dari gerakan tangkisan maut bagi pukulan, pesilat saat
(a)
(b)
47
menahan pukulan dengan tangan kiri kemudian menjepitnya dengan tangan kanan
yang bergerak dari bawah ke atas.
Gambar 4.8 Mematikan Pukulan
7. Menapiskan Pukulan
(a)
(b)
Gambar 4.9 Menapiskan Pukulan
Gambar di atas merupakan gerakan menapiskan atau menepis pukulan yang
masuk ke arah tubuh. Persiapan menapiskan pukulan dengan menyilangkan
tangan di depan dada dengan tangan kanan di arah kiri bawah dan tangan kiri
berada di dekat bahu kanan atas (a). Ketika pukulan hampir mengenai tubuh,
48
tangan kanan segera bergerak membuka ke atas (b) sehingga pukulan dapat
ditepis.
8. Mematikan Pukulan Tendangan Kaki
(a)
(b)
Gambar 4.10 Mematikan Pukulan Tendangan Kaki
Gerakan di atas adalah gerakan mematikan pukulan tendangan kaki.
Gerakan ini didahului dengan menahan tendangan kaki dari bawah menggunakan
tangan kanan dan memperberat tangan kanan dengan tangan kiri yang disilangkan
di atasnya (a). Selanjutnya, tangan kiri mengibas atau menepiskan tendangan kaki
yang sudah ditahan (b).
9. Membunuh Pukulan
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 4.11 Membunuh Pukulan
Gambar di atas merupakan gerakan membunuh pukulan, dimana pesilat
menggunakan kuda-kuda samping kanan dengan gerakan memotong pukulan
49
lawan yang mengarah ke dada. Dimulai dari tangan kanan yang ditekuk di atas
tangan kiri yang mendekati siku kanan (a). Lalu tangan kanan digerakkan ke arah
kiri bawah sedangkan tangan kiri bergerak mendekati bahu kanan dengan gerakan
sedikit berputar menghadap ke kiri (b dan c). Selanjutnya pesilat memotong
pukulan tersebut seakan menggunting pukulan tersebut dengan menggerakkan
tangan kiri ke arah kiri bawah dan tangan kanan ke arah kanan atas (d).
10. Bertuntunan Pukulan Tiga Kali (Bawah, Tengah Perut Dan Tenggorokan)
(a)
(b)
(c)
Gambar 4.12 Bertuntunan Pukulan Tiga Kali (Bawah, Tengah Perut/Dada Dan
Tenggorokan)
Gerakan ini dimulai dengan menahan serangan atas menggunakan tangan
kanan dan memasukkan pukulan bawah dengan tangan kiri menuju arah kemaluan
(a). Selanjutnya, menahan serangan kaki menggunakan tangan kanan dan
memasukkan pukulan menggunakan tangan kiri menuju pertengahan antara perut
dan dada atau ulu hati (b). Kemudian mengarahkan pukulan ke arah tenggorokan
menggunakan kanan (c).
11. Mencakupkan Pukulan
Gambar berikut merupakan gerakan mencakupkan pukulan. Maksud dari
mencakupkan pukulan ialah persiapan untuk melakukan pukulan terakhir.
50
Gerakan ini dimulai dengan menahan gerakan yang mendekat menggunakan
tangan kanan yang lurus terbuka sejajar bahu dengan tangan kiri lurus menghadap
bawah (a). Kemudian dilanjutkan gerakan awalan untuk melakukan pukulan
disertai menepis tendangan kaki menggunakan tangan kanan (b).
(a)
(b)
Gambar 4.13 Mencakupkan Pukulan
12. Melakukan Pukulan
Gambar 4.14 Melakukan Pukulan
Gambar di atas merupakan kelanjutan dari gerakan mencakupkan pukulan.
Gerakan tersebut ialah melakukan pukulan yang sebelumnya telah dipersiapkan.
Gerakan melakukan pukulan menggunakan sikap pasang kuda-kuda depan dengan
51
kaki kanan sebagai tumpuan sedangkan kaki kiri berada selurus dibelakang kaki
kanan dan tangan kiri ditekuk serong depan atas untuk melakukan pukulan.
13. Melaksanakan
Gambar 4.15 Melaksanakan
Melaksanakan pukulan seperti gambar di atas merupakan rangkaian terakhir
dalam seni Hang Jebat. Gerakan ini dilakukan menggunakan tangan kanan dengan
telapak tangan terbuka lebar mengarah ke dada dan menggunakan kuda-kuda
depan dengan kaki kiri menjadi tumpuan di depan dan kaki kanan selurus
dibelakang kaki kiri.
b. Pola Langkah
Selanjutnya diperoleh adanya pola langkah pada gerakan Hang Jebat
berdasarkan pengamatan di lapangan saat peragaan gerakan Hang Jebat dan
dibantu menggunakan video recorder. Berdasarkan hasil amatan, maka peneliti
mendapati dalam pola langkah adanya pola langkah kaki serta arah gerak tubuh.
Untuk mempermudah pembagian pola langkah gerakan Hang Jebat tersebut,
peneliti mencoba membagi dan menginterpretasika pola langkah pada gerakan
Hang Jebat ke dalam gambar menjadi enam bagian yang setiap bagian pola
52
langkahnya merupakan pola langkah yang saling menyambung. Pembagian pola
langkah tersebut adalah sebagai berikut.
1. Pola Langkah I
Gambar 4.16 Representasi Pola Langkah I
Gambar di atas merupakan pola langkah awalan atau pembuka gerakan,
dimana pola langkah ini merupakan gerak salam penghormatan. Gerakan ini
dimulai dengan duduk awalan penghormatan, dimana kaki kanan pesilat
mengarah ke serong kanan depan dan kaki kiri diduduki mengarah ke serong kiri
depan. Kemudian pesilat berdiri dan bergerak lurus ke depan dengan kaki kiri ke
depan dan memiringkannya ke serong kiri (1), diikuti kaki kanan pesilat
melangkah maju lurus ke depan (2), dan melaksanakan sikap duduk penghormatan
kembali. Selanjutnya pesilat berdiri kembali dan melangkah lurus ke depan
dimulai dari kaki kiri diikuti kaki kanan, kedua kaki ini sejajar menghadap depan,
namun kaki kanan sedikit lebih maju dibanding kaki kiri (3 dan 4).
4
3
2 1
53
2. Pola Langkah II
Pola langkah ke dua, dimulai dengan melangkahkan kaki kanan pesilat ke
belakang dengan arah kaki kanan menghadap ke kanan dan tetap mempertahankan
arah tubuh ke depan mengikuti arah kaki kiri sebagai tumpuan (1). Kemudian
dilanjutkan dengan melangkahkan kaki kiri ke belakang dengan arah kaki kiri
tetap menghadap ke depan (2). Kemudian pesilat melangkahkan kaki kanan ke
arah serong kanan belakang (3), selurus dengan kaki kiri yang sudah bergeser 90º
berlawanan jarum jam dari kedudukan sebelumnya dengan arah tubuh ke kiri (3a).
Kemudian arah tubuh berputar 180º ke kanan bersamaan dengan seseran kaki
kanan dan kaki kiri searah jarum jam sebesar 90º (3b).
Gambar 4.17 Representasi Pola Langkah II
2
1
3b
3a
54
3. Pola Langkah III
Gambar 4.18 Representasi Pola Langkah III
Pola langkah ke tiga diawali dari posisi tubuh pesilat menghadap ke kanan,
lalu pesilat melangkahkan kaki kirinya ke kanan mendekati kaki kanan, kemudian
melangkah kembali ke depan bersamaan dengan kaki kanan melangkah ke arah
belakang dan arah tubuh menghadap ke depan (1). Selanjutnya kaki kanan pesilat
maju mendekati kaki kiri, lalu melangkah ke kanan menjauhi kaki kiri dengan
arah tubuh menghadap ke kiri (2). Kemudian pesilat melangkahkan kaki kanan
maju (3), lalu kaki kiri melangkah mundur dan arah tubuh berputar 90º
menghadap ke depan (4).
4. Pola Langkah IV
Pola langkah ke empat ini, pesilat memajukan kaki kirinya ke depan dan
kaki kanan yang telah berputar ke kanan 90º (1). Kemudian kaki kanan melangkah
ke serong kanan depan selurus dengan kaki kiri dengan tetap mempertahankan
arah posisi kaki ke kanan (2) dengan arah gerak tubuh ke kanan (2a), lalu berputar
180º ke kiri (2b) diikuti dengan perputaran kaki kanan dan kaki kiri berlawan
2 4
3
1 1
55
jarum jam sebesar 90º. Selanjutnya kaki kanan pesilat melangkah ke serong kiri
depan (3) selurus dengan kaki kiri yag melangkah ke belakang (4) dengan arah
tubuh ke depan.
Gambar 4.19 Representasi Pola Langkah IV
5. Pola Langkah V
Pola langkah ke lima ini, dimulai dari posisi tubuh pesilat menghadap ke
depan dengan gerakan kaki kiri pesilat melangkah ke serong kiri depan bersamaan
berputarnya arah kaki ke kanan diikuti gerak tubuh pesilat menghadap ke kanan
(1). Lalu kaki kiri kembali melangkah maju (2) dengan arah posisi kaki tetap
3
1 2
4
2a
2b
56
menghadap ke depan. Selanjutnya pesilat melangkahkan kaki kanannya ke serong
kanan selurus dengan posisi kaki kiri yang berada di depan (3).
Gambar 4.20 Representasi Pola Langkah V
6. Pola Langkah VI
Gambar 4.21 Representasi Pola Langkah VI
Pola langkah ke enam dimulai dari posisi tubuh pesilat menghadap ke
depan, lalu kaki kiri pesilat melangkah ke kiri belakang menghadap ke kiri diikuti
perputaran kaki kanan sebesar 90° berlawanan jarum jam, dan juga gerakan tubuh
berputar 90° menghadap ke kiri (1). Kemudian kaki kanan melangkah maju
terbuka bagian dalamnya (2). Selanjutnya pesilat melangkahkan maju kaki kiri
dengan posisi kaki menghadap depan bersamaan dengan kaki kanan yang berputar
90° searah jarum jam (3), diikuti gerakan tubuh berputar 180°.
2
1 3
3
2
1
57
7. Pola Langkah VII
Gambar 4.22 Representasi Pola Langkah VII
Pola langkah ke tujuh ini adalah langkah akhir dari gerakan Hang Jebat.
Langkah ini dimulai dari posisi tubuh pesilat menghadap ke kiri, lalu kaki kiri
pesilat melangkah ke depan selurus dengan kaki kanan dan posisi tubuh berputar
90° ke kiri (1). Kemudian kaki kiri pesilat melangkah ke belakang (2) dengan arah
serong kanan, dan berakhir dengan sikap duduk bersila dengan tangan bertangkup
di depan dada sebagai penghormatan penutup.
3. Hasil Triangulasi Teknik Pengumpulan Data
Triangulasi teknik pengumpulan data dilakukan dalam pengecekan
keabsahan data yang diperoleh dari hasil penelitian. Sebelumnya peneliti telah
melakukan pengambilan data dengan tiga teknik pengumpulan data, yaitu teknik
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Dari ketiga teknik pengumpulan data
tersebut, peneliti mengelompokkan hasil yang diperoleh menjadi 2 bagian, yaitu
gabungan hasil yang diperoleh dengan teknik observasi dan dokumentasi, dan
hasil yang diperoleh dengan teknik hasil wawancara. Berikut ini disajikan tabel
2
1
58
yang berisi triangulasi teknik pengumpulan data untuk mencocokkan data yang
diperoleh dengan ketiga teknik pengumpulan data tersebut.
Tabel 4.1 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data
No. Wawancara Observasi dan Dokumentasi
1. Dalam seni silat Sendeng Cekak, terdapat
dua jenis gerakan yakni gerakan Hang
Tuah dan gerakan Hang Jebat.
1. Gerakan Hang Tuah dimulai dengan
sikap berdiri tegak dengan kedua tangan di
samping kaki, dilanjutkan dengan gerakan
menggunakan sikap pasang dengan kuda-
kuda samping kiri dengan kaki kiri ditekuk
sebagai tumpuan dengan tangan kanan
terbuka lebar ke serong kanan bawah dan
tangan kiri berada di daerah atas dada
kanan, gerakan ini mengandung arti kode
etik ibu.
2. Gerakan Hang Jebat dimulai dengan
sikap duduk dengan kedua telapak tangan
dirapatkan di depan wajah sejauh satu ibu
jari. Kemudian dilanjutkan dengan gerakan
melangkah ke depan untuk menjabat tamu
kehormatan. Gerakan selanjutnya ialah
sikap pasang dengan kuda-kuda depan
dengan kaki kiri sebagai tumpuan dengan
tangan kanan terbuka lebar ke atas dan
tangan kiri berada di pinggang kiri,
gerakan ini mengandung arti kode etik
ayah.
Pada gerakan Hang Jebat terdiri dari
gerakan pukulan dan pola langkah.
Gerakan pukulan terdiri dari 13 macam
gerakan, yaitu tangkisan, tangkisan
mengelak pukulan dalam, tangkisan
memasukkan pukulan, menangkis pukulan,
tangkisan adalah maut bagi pukulan,
tangkisan memasukkan pukulan,
menangkis pukulan, tangkisan adalah maut
Diberikan gambaran
mengenai gerakan awalan
seni silat Sendeng Cekak
yang terbagi atas dua jenis,
yakni:
1. Gerakan Hang Tuah
2. Gerakan Hang Jebat
59
No. Wawancara Observasi dan Dokumentasi
bagi pukulan, mematikan pukulan,
menapiskan pukulan, memasukkan
pukulan tendangan kaki, membunuh
pukulan, bertuntunan pukulan tiga
kali (bawah, tengah perut, dan
tenggorokan), mencakupkan
pukulan, melakukan pukulan,
melaksanakan.
1. Pada gerakan tangkisan, tangan
kanan ditekuk di depan dada,
kemudia mengayunkan tangan
kanan ke bawah selanjutnya ke arah
atas untuk menangkis pukulan yang
mengarah ke dada ke samping
kanan.
2. Pada gerakan tangkisan mengelak
pukulan, pesilat menggunakan kuda-
kuda samping kanan dan kuda-kuda
depan.
3. Pada gerakan tangkisan
memasukkan pukulan, pesilat
menggunakan kuda-kuda depan.
4. Pada gerakan menangkis pukulan,
terhadap pukulan yang dilakukan
dengan mengarahkan tangan kanan
dari bawah untuk menangkis dan
mementalkan pukulan.
1. Tangkisan
2. Tangkisan mengelak pukulan
dalam
3. Tangkisan memasukkan
pukulan
4. Menangkis pukulan
60
No. Wawancara Observasi dan Dokumentasi
5. Pada gerakan tangkisan maut
bagi pukulan, terdiri dari
pukulan menangkis pukulan atas
dan pukulan bawah.
6. Pada gerakan mematikan
pukulan, dilakukan dengan
menahan pukulan menggunakan
tangan kiri kemudian
menjepitnya dengan tangan
kanan yang bergerak dari bawah
ke atas
7. Pada gerakan menapiskan
pukulan, dilakukan dengan
menyilangkan tangan di depan
dada dengan tangan kanan di
arah kiri bawah dan tangan kiri
berada di dekat bahu kanan atas.
8. Pada gerakan mematikan
pukulan tendangan kaki,
didahului dengan menahan
tendangan kaki dari bawah
menggunakan tangan kanan dan
memperberat tangan kanan
dengan tangan kiri yang
disilangkan di atasnya
9. Pada gerakan membunuh
pukulan, pesilat menggunakan
kuda-kuda samping kanan
dengan gerakan memotong
pukulan lawan yang mengarah
ke dada
5. Tangkisan adalah maut bagi
pukulan
6. Mematikan pukulan
7. Menapiskan pukulan
8. Mematikan pukulan tendangan kaki
9. Membunuh pukulan
61
No. Wawancara Observasi dan Dokumentasi
10. Pada gerakan bertuntunan
pukulan tiga kali, dimulai
dengan menahan serangan atas
menggunakan tangan kanan dan
memasukkan pukulan bawah
dengan tangan kiri menuju arah
kemaluan
11. Gerakan mencakupkan
pukulan ialah persiapan untuk
melakukan pukulan terakhir
12. Gerakan melakukan pukulan
merupakan kelanjutan dari
gerakan mencakupkan pukulan
13. Melaksanakan pukulan
merupakan rangkaian terakhir
dalam seni Hang Jebat
10. Bertuntunan pukulan tiga kali
11. Mencakupkan pukulan
12. Melakukan pukulan
13. Melaksanakan
2. Pola langkah pada gerakan Hang
Jebat terdiri dari pola langkah
kaki serta arah gerak tubuh.
1. Pola langkah I merupakan
sikap penghormatan.
1. Pola langkah I
4
3
2
1
62
No. Wawancara Observasi dan Dokumentasi
2. 2. Pola langkah II, dimulai
dengan melangkahkan kaki
kanan pesilat ke belakang
dengan tetap mempertahakan
arah tubuh ke depan. Lalu
melangkahkan kaki kiri ke
belakang. Kemudian pesilat
melangkahkan kaki kanan ke
arah belakang kanan
3. Pola langkah III, diawali dari
posisi tubuh pesilat menghadap
ke kanan, lalu pesilat
melangkahkan kaki kirinya ke
kanan mendekati kaki kanan,
kemudian melangkah kembali
ke depan bersamaan dengan kaki
kanan melangkah ke arah
belakang dan arah tubuh
menghadap ke depan.
4. Pola langkah IV, pesilat
memajukan kaki kirinya sedikit
melebar, kemudian kaki kanan
maju dan melebar sedikit dan
diikuti kaki kiri bergerak
mundur, lalu kaki kanan pesilat
melangkah ke depan.
5. Pola langkah V, dimulai dari
posisi tubuh pesilat menghadap
ke depan dengan gerakan kaki
kiri pesilat melangkah ke kiri
diikuti gerak tubuh pesilat
menghadap ke kanan, lalu
pesilat melangkahkan kaki
kanannya ke belakang sehingga
posisi kaki kiri berada di depan
2. Pola langkah II
3. Pola langkah III
4. Pola langkah IV
5. Pola langkah V
2
1
3
3b 3a
2 4
3
1 1
3
1 2
4
2a
2b
2
1 3
63
No. Wawancara Observasi dan Dokumentasi
6. Pola langkah VI, dimulai dari
posisi tubuh pesilat menghadap
ke depan, lalu kaki kiri pesilat
melangkah ke kiri belakang
diikuti perputaran kaki kanan
dan tubuh juga berputar.
7. Pola langkah VII adalah
langkah akhir dari gerakan Hang
Jebat, dimulai dari posisi tubuh
pesilat menghadap ke kiri, lalu
kaki kiri pesilat melangkah ke
depan selurus dengan kaki kanan
dan posisi tubuh berputar.
6. Pola langkah VI
7. Pola langkah VII
4. Analisis Data
Hasil penelitian berupa hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi yang
dipaparkan diperoleh dengan tiga teknik pengumpulan data yaitu teknik
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Dari data yang dikelompokkan pada
tabel triangulasi teknik pengumpulan data, peneliti melakukan analisis data
sebagai tahapan berikutnya. Tahapan analisis data dipaparkan sebagai berikut.
a. Analisis Domain
Tahap pertama dalam analisis data yakni analisis domain. Berdasarkan hasil
penelitian serta berlandaskan teori tentang domain pada Etnomatematika, peneliti
menemukan dua domain Etnomatematika pada Seni Pencak Silat, yaitu:
1) Domain Menentukan Lokasi. Domain atau aktivitas menentukan lokasi
yang ditemukan pada penelitian ini berupa pola langkah gerakan pesilat dari satu
titik ke titik lain.
2
1
3
2
1
64
2) Domain Bermain. Domain atau aktivitas bermain yang ditemukan pada
penelitian ini berupa gerakan pukulan pada peragaan seni silat.
b. Analisis Taksonomi
Tahapan selanjutnya dalam analisis data adalah analisis taksonomi.
Berdasarkan domain yang telah ditentukan, peneliti dapat menentukan taksonomi
atau tingkatan yang sesuai dengan domain menentukan lokasi dan bermain, yaitu:
1) Pada aktivitas menentukan lokasi, diperoleh hasil analisis taksonomi
yaitu pada gerakan seni silat, terdapat pola langkah yang dapat diamati sesuai
dengan aktivitas menentukan lokasi. Pola langkah yang dimaksud adalah
pergerakan langkah kaki pesilat.
2) Pada aktivitas bermain, diperoleh hasil analisis taksonomi pada gerakan
pukulan yaitu gerakan pukulan tangan dan gerakan kaki pada peragaan seni
pencak silat.
c. Analisis Komponensial
Tahapan berikutnya dalam analisis data adalah analisis komponensial.
Berdasarkan hasil analisis taksonomi, peneliti menentukan komponen yang sesuai
dengan taksonomi pada domain menentukan lokasi dan bermain. Hasil analisis
komponensial diperinci sebagai berikut:
1) Pada aktivitas menentukan lokasi, diperoleh hasil analisis
komponensial yaitu adanya perpindahan gerakan membentuk pola langkah
tertentu pada gerakan seni silat
2) Pada aktivitas bermain, diperoleh hasil analisis komponensial berupa
posisi gerak pukulan tangan dan posisi gerak kaki pada peragaan seni silat yaitu:
65
d. Analisis Tema Budaya
Tahapan terakhir dalam analisis data adalah analisis tema budaya. Analisis
tema budaya dilakukan dengan menetapkan konsep matematika yang ditemukan
pada domain menentukan lokasi dan bermain. Pada tahapan ini, diberikan
gambaran mengenai temuat Etnomatematika terhadap konsep matematika yang
ditemukan.
1. Analisis Tema Budaya pada Domain Menentukan Lokasi
Menentukan lokasi merupakan aktivitas awal yang diperhatikan dalam
penelitian seni pencak silat Sendeng Cekak. Komponen yang ditetapkan pada
domain menentukan lokasi adalah perpindahan gerakan. Perpindahan gerakan ini
membentuk pola langkah tertentu yang diambil berdasarkan peragaan gerakan
Hang Jebat. Temuan etnomatematika yang diperoleh dipaparkan sebagai berikut.
Gambar 4.23 Temuan Etnomatematika Pada Pola Langkah I
Berdasarkan hasil interpretasi pola langkah I dari gerakan Hang Jebat,
peneliti mendapatkan beberapa temuan etnomatematika. Pada pola langkah I ini,
Temuan Etnomatematika
a c b
4
3
2
1
66
Temuan Etnomatematika
terdapat unsur pembentukan gerak langkah yakni arah gerak dan angkatan atau
mengangkat lalu meletakkan satu kaki ke arah tertentu dengan tumpuan pada kaki
lainnya dalam melangkah.
Pertama pada saat posisi pesilat berdiri dari sikap duduk penghormatan,
kedua kaki pesilat dalam keadaan serong ke arah kiri dan kanan depan dengan
kaki kanan lebih sedikit di depan dari kaki kiri, apabila ditarik sebuah garis dari
tumit kaki kanan menuju ke tumit kaki kiri maka akan menghasilkan dua buah
garis yang saling bersilangan dan tegak lurus dikarenakan kedua kaki yang saling
serong berlawanan arah sehingga menghasilkan sudut 90° atau tegak lurus (a).
Kedua, saat kaki kiri diangkat untuk melangkah ke depan dengan tetap mengarah
ke serong kiri depan dan kaki kanan melangkah ke depan dengan arah kaki ke
depan, apabila ditarik masing-masing garis dari ke dua tumit kaki maka pada
pertemuan ke dua garis tersebut ditemukan menghasilkan dua buah garis yang
saling bersilangan (b). Ketiga, pada saat kedua kaki melangkah ke depan, diawali
kaki kiri dan diikuti kaki kanan dengan arah kedua kaki menghadap ke depan,
maka akan tampak seperti dua buah garis yang saling sejajar.
Gambar 4.24 Temuan Etnomatematika Pada Pola Langkah II
2
1
3
3b 3a b d
a
c
67
Berdasarkan hasil interpretasi pola langkah II dari gerakan Hang Jebat,
peneliti mendapatkan beberapa temuan etnomatematika. Pada pola langkah II ini,
terdapat unsur pembentukan gerak langkah yakni arah gerak, angkatan atau
mengangkat lalu meletakkan satu kaki ke arah tertentu dengan tumpuan pada kaki
lainnya dalam melangkah, geseran atau perpindahan posisi kaki dengan
menggeser salah satu kaki namun ujung jari atau tumit kaki masih menyentuh
lantai, dan ingsutan/seseran atau menggeser kedua kaki tanpa mengangkat dari
lantai.
Pertama tampak kaki kiri melangkah ke belakang selurus dengan kaki kanan
dan kaki kanan tetap menghadap ke arah kanan, jika ditarik garis dari kaki kanan
ke arah jalur perpindahan kaki kiri maka akan tampak temuan etnomatematika
seperti dua buah garis yang saling bersilangan dan tegak lurus (a). Kedua, kaki
kanan berpindah posisi serong kanan belakang selurus kaki kiri dan menghadap ke
depan bersamaan disertai pergeseran kaki kiri yang sebelumnya menghadap ke
depan berubah menghadap ke kiri sebesar 90° dengan tubuh menghadap ke kiri
dan apabila ditarik sebuah garis dari kaki kiri ke arah kaki kanan akan tampak
berupa dua buah garis yang saling bersilangan dan tegak lurus (b). Ketiga,
sebelumnya dilihat pada perpindahan kaki kanan ke serong kanan belakang dan
menghadap ke depan serta posisi kaki kiri menghadap ke depan, jika diberikan
garis yang menghubungkan perpindahan kaki kanan dan posisi kaki kiri akan
tampak membentuk pola langkah segitiga (c). Keempat, selanjutnya dari
interpretasi posisi 3a dimana arah tubuh pesilat menghadap ke kiri pada gambar
pola langkah II, kemudian arah tubuh pesilat berotasi 180° searah perputaran
68
Temuan Etnomatematika
a
b
jarum jam dan posisi kedua kaki menyeser 90° sesuai arah jarum jam pada
interpretasi posisi 3b. Apabila ditarik sebuah garis dari kaki kanan ke arah kaki
kiri akan tampak temuan etnomatematika berupa konsep matematika dua buah
garis yang tegak lurus (d).
Gambar 4.25 Temuan Etnomatematika Pada Pola Langkah III
Berdasarkan hasil interpretasi pola langkah III dari gerakan Hang Jebat,
peneliti mendapatkan beberapa temuan etnomatematika. Pada pola langkah III ini,
terdapat unsur pembentukan gerak langkah yakni arah gerak, angkatan atau
mengangkat lalu meletakkan satu kaki ke arah tertentu dengan tumpuan pada kaki
lainnya dalam melangkah, dan geseran atau perpindahan posisi kaki dengan
menggeser salah satu kaki namun ujung jari atau tumit kaki masih menyentuh
lantai.
Pertama, kaki kiri melangkah ke depan selurus dengan kaki kanan
dibelakang, apabila ditarik garis lurus ke belakang menuju kaki kanan yang
menghadap ke kanan maka akan tampak temuan etnomatematika berupa konsep
matematika dua buah garis yang bersilangan dan saling tegak lurus (a). Kedua,
kaki kanan pesilat melangkah mendekati kaki kiri lalu bergerak ke kanan dan
2 4
3
1 1
c
69
Temuan Etnomatematika
b
a
c
menghadap arah depan dan kaki kiri pesilat yang bergeser sebesar 90° ke arah kiri
disertai rotasi arah tubuh ke kiri. Apabila ditarik sebuah garis dari kaki kiri
menuju kaki kanan maka akan tampak temuan etnomatematika berupa konsep
matematika dua buah garis yang bersilangan dan saling tegak lurus (b). Ketiga,
kaki kanan pesilat melangkah maju dengan tetap mempertahankan arah kaki ke
depan diikuti kaki kiri yang melangkah maju menuju kaki kanan lalu bergerak ke
belakang selurus dengan kaki kanan disertai perputaran tubuh pesilat ke arah
depan. Apabila ditarik sebuah garis dari kaki kanan menuju kaki kiri maka akan
tampak temuan etnomatematika berupa konsep matematika dua buah garis yang
bersilangan dan saling tegak lurus (c).
Gambar 4.26 Temuan Etnomatematika Pada Pola Langkah IV
Berdasarkan hasil interpretasi pola langkah IV dari gerakan Hang Jebat,
peneliti mendapatkan beberapa temuan etnomatematika. Pada pola langkah IV ini,
terdapat unsur pembentukan gerak langkah yakni arah gerak, angkatan atau
mengangkat lalu meletakkan satu kaki ke arah tertentu dengan tumpuan pada kaki
lainnya dalam melangkah, geseran atau perpindahan posisi kaki dengan
menggeser salah satu kaki namun ujung jari atau tumit kaki masih menyentuh
3
1 2
4
2a
2b
d f
e
70
lantai, dan ingsutan/seseran atau menggeser kedua kaki tanpa mengangkat dari
lantai.
Pertama, kaki kiri melangkah ke depan dan kaki kanan tetap pada posisi
sebelumnya yang menghadap ke kanan, apabila ditarik garis lurus ke belakang
dari kaki kiri menuju kaki kanan maka akan tampak temuan etnomatematika
berupa konsep matematika dua buah garis yang tegak lurus (a). Kemudian kaki
kanan melangkah serong kanan depan dengan tetap mempertahankan arah kaki
menghadap ke kanan, apabila ditarik garis lurus ke belakang dari kaki kanan
menuju kaki kiri maka akan tampak temuan etnomatematika berupa konsep
matematika dua buah garis saling bersilangan dan tegak lurus (b). Sebelumnya,
dilihat pada perpindahan kaki kanan ke serong depan kanan dan menghadap ke
kanan serta posisi kaki kiri menghadap ke depan, jika diberikan garis yang
menghubungkan perpindahan kaki kanan dan posisi kaki kiri akan tampak temuan
etnomatematika berupa konsep matematika bangun datar segitiga (c).
Selanjutnya dari interpretasi posisi 2a dimana arah tubuh pesilat menghadap
ke kanan, kemudian arah tubuh pesilat berotasi 180° berlawanan arah perputaran
jarum jam dan posisi kedua kaki yang berseseran 90° menghadap ke kiri sesuai
interpretasi posisi 2b. Apabila ditarik sebuah garis dari kaki kanan ke arah kaki
kiri akan tampak temuan etnomatematika berupa konsep matematika dua buah
garis yang tegak lurus (d). Kemudian kaki kanan pesilat melangkah serong kiri
depan dengan tetap mempertahankan arah kaki menghadap ke depan dan kaki kiri
melangkah sedikit mundur. Apabila ditarik garis lurus ke belakang dari kaki
kanan menuju kaki kiri maka akan tampak temuan etnomatematika berupa konsep
71
Temuan Etnomatematika a
b
matematika dua buah garis yang tegak lurus (e). Sebelumnya, dilihat pada
perpindahan kaki kanan ke serong kiri depan dan menghadap ke depan serta posisi
kaki kiri menghadap ke kiri sebelum berpindah posisi, jika diberikan garis yang
menghubungkan perpindahan kaki kanan dan posisi kaki kiri akan tampak temuan
etnomatematika berupa konsep matematika bangun datar segitiga (f).
Gambar 4.27 Temuan Etnomatematika Pada Pola Langkah V
Berdasarkan hasil interpretasi pola langkah V dari gerakan Hang Jebat,
peneliti mendapatkan beberapa temuan etnomatematika. Pada pola langkah V ini,
terdapat unsur pembentukan gerak langkah yakni arah gerak dan angkatan atau
mengangkat lalu meletakkan satu kaki ke arah tertentu dengan tumpuan pada kaki
lainnya dalam melangkah.
Pertama, kaki kiri pesilat melangkah serong ke kanan dan menghadap ke
arah depan diikuti perputaran kaki kanan menghadap ke kanan dengan arah tubuh
juga menghadap ke kanan. Selanjutnya pesilat melangkahkan kaki kiri maju
dengan tetap mempertahankan arah kaki menghadap ke depan. Apabila melihat
posisi kaki kiri sebelum dan setelah berpindah serta garis lurus yang ditarik ke
belakang dan ke depan dari arah kaki kanan, akan tampak seperti pola gerak
ladam atau tapal kuda dan bila dihubungkan dengan garis arah gerak kaki kiri
2
1 3
72
Temuan Etnomatematika
c b
a
maka akan ditemukan temuan etnomatematika berupa konsep matematika bangun
datar persegi panjang (a). Kemudian pesilat melangkahkan kaki kanan serong ke
kanan, yang apabila ditarik sebuah garis dari kaki kiri menuju kaki kanan tersebut
akan tampak temuan etnomatematika berupa konsep matematika dua buah garis
yang saling tegak lurus (b).
Gambar 4.28 Temuan Etnomatematika Pada Pola Langkah VI
Berdasarkan hasil interpretasi pola langkah VI dari gerakan Hang Jebat,
peneliti mendapatkan beberapa temuan etnomatematika. Pada pola langkah VI ini,
terdapat unsur pembentukan gerak langkah yakni arah gerak, angkatan atau
mengangkat lalu meletakkan satu kaki ke arah tertentu dengan tumpuan pada kaki
lainnya dalam melangkah, dan geseran atau perpindahan posisi kaki dengan
menggeser salah satu kaki namun ujung jari atau tumit kaki masih menyentuh
lantai.
Pertama, kaki kiri pesilat melangkah ke belakang selurus dengan kaki kanan
dan menghadap ke arah kiri diikuti perputaran kaki kanan menghadap ke depan
dengan arah tubuh menghadap ke kiri. Jika ditarik garis dari masing-masing kaki,
akan tampak temuan etnomatematika berupa konsep matematika dua garis yang
saling bersilangan dan tegak lurus (a). Kemudian, pesilat melangkahkan kaki
3
2
1
73
Temuan Etnomatematika
b
a
kanan maju dengan tetap mempertahankan arah kaki menghadap ke depan.
Apabila melihat posisi kaki kanan sebelum dan setelah berpindah serta garis lurus
yang ditarik ke belakang dan ke depan dari arah kaki kaki kiri, akan tampak pola
gerak menyerupai bentuk ladam atau tapal kuda dan bila dihubungkan dengan
garis arah gerak kaki kanan maka akan ditemukan temuan etnomatematika berupa
konsep matematika bangun datar persegi panjang (b). Selanjutnya pesilat
melangkahkan kaki kirinya maju dengan arah kaki menghadap ke depan dan kaki
kanan berputar 90° dari arah depan menghadap ke kanan. Apabila ditarik garis
lurus dari masing-masing kaki, akan tampak temuan etnomatematika berupa
konsep matematika dua garis yang saling bersilangan dan tegak lurus (c).
Gambar 4.29 Temuan Etnomatematika Pada Pola Langkah VII
Berdasarkan hasil interpretasi pola langkah VII dari gerakan Hang Jebat,
peneliti mendapatkan beberapa temuan etnomatematika. Pada pola langkah VII
ini, terdapat unsur pembentukan gerak langkah yakni arah gerak dan angkatan
atau mengangkat lalu meletakkan satu kaki ke arah tertentu dengan tumpuan pada
kaki lainnya dalam melangkah.
Pertama, pesilat terlihat melangkahkan kaki kiri ke serong kanan depan
dengan tetap menghadap ke arah depan. Apabila diberi garis dari tumit kaki kiri
2
1
74
lurus kebelakang melewati kaki kanan, maka akan muncul temuan
etnomatematika berupa konsep dua buah garis yang saling bersilangan dan tegak
lurus (a). Kemudian kaki kiri kembali melangkah lurus ke belakang dengan arah
kaki serong ke kanan. Apabila diberi sebuah garis mengikuti arah kaki kiri hingga
ke kaki kanan akan tampak temuan etnomatematika berupa konsep matematika
dua buah garis yang saling bersilangan (b).
2. Analisis Tema Budaya pada Domain Bermain
Dalam silat Sendeng, dalam memperagakan seni selain menggunakan alat
berupa keris, juga menggunakan tangan kosong. Pada domain bermain, komponen
yang ditentukan berdasarkan gerakan pukulan adalah posisi tangan dan posisi
kaki. Pada komponen ini, diperoleh temuan etnomatematika yang dipaparkan
sebagai berikut.
Gambar di bawah merupakan gerakan awal Hang Jebat. Pertama adalah
sikap duduk penghormatan, dimana posisi kedua jari-jari tangan saling menempel
dengan posisi kedua siku tangan berjarak sejauh satu lengan tangan bagian bawah.
Dari sikap duduk penghormatan tersebut terdapat temuan etnomatematika pada
posisi kedua tangan yang membentuk sudut dan apabila diberi garis bantu di
antara kedua siku maka akan menghasilkan sebuah bangun datar segiitiga.
Selanjutnya, ketika berjabat tangan pada saat posisi tangan kanan terjulur ke
depan dan tangan kiri menyentuk siku tangan kanan, terdapat konsep matematika
hubungan antar garis yang saling tegak lurus.
75
Gambar 4.30 Temuan Etnomatematika Pada Gerakan Awal Hang Jebat
Gambar 4.31 Temuan Etnomatematika Pada Gerakan Tangkisan
Gambar di atas merupakan salah satu gerakan pukulan tangan yakni gerakan
tangkisan dengan posisi tangan kanan ditekuk di depan dada dengan siku luar
menghadap ke bawah dan menggunakan sikap pasang dengan tumpuan pada kaki
kiri. Berdasarkan gambar di atas, diperoleh temuan etnomatematika dari hasil
analisis tema budaya pada posisi tangan yang membentuk seperti huruf „V‟
sehingga terdapat konsep sudut.
Gambar 4.32 Temuan Etnomatematika Pada Gerakan Tangkisan Mengelak
Pukulan Dalam
76
diperbesar
Gambar di atas merupakan gerakan tangkisan mengelak pukulan dalam
dengan menggunakan sikap kuda-kuda depan tumpuan pada kaki kiri.
Berdasarkan gambar di atas, diperoleh temuan etnomatematika dari hasil analisis
tema budaya pada rangkaian gerak tangkisan mengelak pukulan yaitu pertama
posisi tangan tangan yang diangkat sejajar bahu dan ditekuk ke arah atas yang
membentuk siku-siku sehingga didapat temuan etnomatematika berupa konsep
matematika sudut. Kedua, pada saat tangkisan dengan posisi tangan kanan
mengarah ke bawah dan tangan kiri ditekuk mengarah ke siku kanan, apabila
diberikan garis dari dari tangan kiri ke arah siku kanan, akan muncul konsep dua
bauh garis yang saling bersilangan dan tegak lurus.
Gambar 4.33 Temuan Etnomatematika Pada Gerakan Tangkisan
Memasukkan Pukulan
Gambar di atas merupakan gerakan tangkisan memasukkan pukulan.
Berdasarkan gambar di atas, diperoleh temuan etnomatematika dari hasil analisis
diperbesar
77
tema budaya yakni yang pertama pada posisi tangan dan kaki berupa konsep
matematika sudut pada saat tangan kanan ditekuk ke arah atas dengan siku
mengarah ke bawah dan konsep bangun datar segiempat yang terlihat pada posisi
sikap kuda-kuda yang digunakan dimana kaki kiri di depan sedikit ditekuk dan
kaki kanan selurus dibelakang kaki kiri, apabila posisi kaki tersebut diberikan
garis dan antara telapak kaki kiri dan kanan diberika garis tambahan maka akan
terbentuk sebuah bangun datar segiempat tak beraturan.
Kedua, pada gerak menangkis menggunakan kedua tangan yang saling
bersilangan dan membentuk sebuah sudut. Lalu jika diperhatikan, kedua posisi
tangan ini letaknya sama sehingga tampak seperti pencerminan. Ketiga setelah
gerakan menangkis dilanjutkan dengan memasukkan pukulan dengan posisi
tangan kanan lurus memukul arah perut dan tangan kiri ditekuk ke atas untuk
menangkis jika ada pukulan selanjutnya. Posisi kedua tangan ini membentuk dua
buah garis yang saling tegak lurus.
Gambar 4.34 Temuan Etnomatematika Pada Gerakan Menangkis Pukulan
Gambar di atas merupakan gerakan menangkis pukulan. Berdasarkan
gambar di atas, diperoleh temuan etnomatematika dari hasil analisis tema budaya
78
yakni pertama pada posisi kaki dimana kaki kanan berada di depan dan selurus
dengan kaki kiri yang apabila dilihat dari semping tampak seperti membentuk
buah sudut dan kedua pada posisi tangan kanan yang menangkis pukulan ke arah
atas, posisi tangan setelah menangkis pukulan tersebut tampak membentuk sebuah
sudut.
Gambar 4.35 Temuan Etnomatematika Pada Gerakan Membunuh Pukulan
Gambar di atas merupakan gerakan membunuh pukulan. Berdasarkan
gambar di atas, diperoleh temuan etnomatematika dari hasil analisis tema budaya
yakni pertama pada sikap kuda-kuda samping di mana posisi tangan kanan terulur
ke depan namun ditekuk sedikit, ditemukan konsep matematika sudut.
Selanjutnya, masih kelanjutan dari gerak sebelumnya di mana tangan kanan
mengarah ke serong kiri bawah dan bersilangan dengan tangan kiri yang
mengarah ke kanan atas, dapat ditemukan konsep dua buah garis yang saling
bersilangan.
79
Gambar 4.36 Temuan Etnomatematika Pada Gerakan Mencakupkan Pukulan
Gambar 4.36 merupakan gerakan mencakupkan pukulan. Berdasarkan
gambar tersebut, diperoleh temuan etnomatematika dari hasil analisis tema budaya
pada gerak menahan pukulan sebelum mencakupkan pukulan di mana posisi
tangan kanan yang terentang lurus ke depan dan posisi tangan kanan dengan
bagian tubuh kanan membentuk konsep matematika sudut. Kemudian pada gerak
mencakupkan pukulan, di mana posisi kaki menggunakan kuda-kuda depan
dengan posisi tangan kiri yang akan mencakupkan pukulan. Posisi kuda-kuda
dengan tumpuan kaki kanan yang ditekuk sehingga membentuk konsep
matematika sudut.
Gambar 4.37 Temuan Etnomatematika Pada Gerakan Melakukan Pukulan
Gambar di atas merupakan gerakan melakukan pukulan. Berdasarkan
gambar di atas, diperoleh temuan etnomatematika dari hasil analisis tema budaya
80
pada posisi tangan yang ditekuk sedikit ke arah depan untuk melakukan pukulan
ke bagian dada. Posisi tangan kanan untuk melakukan pukulan membentuk sudut,
sehingga ditemukan konsep matematika sudut pada posisi tangan kanan tersebut.
Kemudian pada kuda-kuda depan yang masih belum berpindah posisi dari gerakan
sebelumnya, terdapat temuan etnomatematika berupa konsep matematika sudut.
Gambar 4.38 Temuan Etnomatematika Pada Gerakan Melaksanakan
Gambar di atas merupakan gerakan melaksanakan. Berdasarkan gambar di
atas, diperoleh temuan etnomatematika dari hasil analisis tema budaya pada posisi
sikap kuda-kuda yang digunakan dimana kaki kiri di depan sedikit ditekuk dan
kaki kanan selurus dibelakang kaki kiri, apabila posisi kaki tersebut diberikan
garis dan antara telapak kaki kiri dan kanan diberika garis tambahan maka akan
terbentuk sebuah bangun datar segiempat tak beraturan. Kemudian posisi tangan
kanan yang ditekuk mengarah ke depan membentuk sudut sehingga tampat
temuan etnomatematik berupa konsep sudut.
5. Rekapitulasi Hasil Analisis Data
81
Rekapitulasi hasil analisis data merupakan ringkasan dari data yang telah
melalui proses analisis data dengan empat tahapan, yaitu analisis domain, analisis
taksonomi, analisis komponensial, dan analisis tema budaya. Hasil tersebut berupa
temuan Etnomatematika atau praktik matematis yang terdapat pada seni pencak
silat yang disajikan pada tabel berikut.
Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Analisis Data
Analisis
Domain
Analisis
Taksonomi
Analisis
Komponensial
Analisis Tema
Budaya
Menentukan
lokasi
Pada gerakan seni
silat, terdapat pola
langkah berupa
perpindahan posisi
kaki dan arah
tubuh pesilat
Adanya
perpindahan
gerakan
membentuk pola
langkah tertentu
pada gerakan seni
silat
Konsep hubungan
antar garis yaitu
garis berpotongan,
garis bersilangan,
garis sejajar, dan
garis tegak lurus
Konsep bangun datar
yaitu segitiga dan
segiempat
Konsep transformasi
geometri yaitu rotasi
dan translasi
Bermain Pada gerakan seni
silat, terdapat
gerakan pukulan
berupa gerakan
pukulan tangan dan
gerakan pukulan
kaki pada peragaan
seni silat
Adanya posisi
gerak kaki pada
peragaan seni
silat.
Adanya posisi
gerak tangan
pada peragaan
seni silat.
Konsep hubungan
antar garis yaitu
garis berpotongan
dan garis bersilangan
Konsep sudut
Konsep bangun datar
yaitu segitiga dan
segiempat,
Konsep transformasi
geometri yaitu
refleksi
6. Analisis Konsep Matematika
82
Berdasarkan pemaparan hasil penelitian yang diperoleh dengan tiga teknik
pengumpulan data yaitu teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi, diperoleh
beberapa konsep matematika yang terdapat pada seni pencak silat Kepulauan Riau
melalui perguruan Sendeng Cekak. Adapun konsep-konsep matematika yang
diperoleh dari hasil analisis data adalah sebagai berikut:
a. Konsep bangun datar berbentuk segitiga, persegi panjang dan segiempat yang
dapat diamati pada posisi gerak tangan dan kaki dan pada perpindahan pola
langkah melalui penggambaran pola.
b. Konsep sudut berupa sudut lancip, siku-siku dan tumpul yang dapat diamati
pada posisi gerak tangan dan kaki pesilat.
c. Konsep hubungan antar garis berupa dua garis yang sejajar, saling
berpotongan dan bersilangan yang dapat diamati pada pola langkah dan posisi
gerak ke dua tangan atau ke dua kaki pesilat.
d. Konsep transformasi geometri berupa translasi, refleksi dan rotasi pada pola
langkah, posisi tubuh dan gerak tangan pesilat.
7. Analisis Kurikulum
Peneliti telah melakukan penelitian terkait eksplorasi Etnomatematika pada
Seni Pencak Silat Kepulauan Riau, yaitu pada Pencak Silat Sendeng Cekak.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil dengan menggunakan tiga
teknik pengumpulan data, yaitu teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Kemudian telah dilakukan analisis dengan teknik analisis data berupa analisis
domain, analisis taksonomi, analisis komponensial, dan analisis tema budaya serta
analisis konsep matematika yang telah dijelaskan pada hasil penelitian.
83
Selanjutnya, peneliti melakukan analisis kurikulum dengan menelaah konsep
matematika yang ditemukan dan memetakann Kompetensi Dasar (KD) yag terkait
dengan konsep yang ditemukan. Dalam hal ini, peneliti menggunakan acuan
berupa dokumen Kurikulum 2013 yang berisi Kompetensi Inti (KI) dan
Kompetensi Dasar (KD) pada jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah
Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Berikut ini dipaparkan
konsep matematika yang terdapat pada seni pencak silat sebagai berikut:
a. Konsep Bangun Datar
Konsep bangun datar pada seni pencak silat gerakan Hang Jebat terdapat
pada bentuk pola langkah, posisi gerak tangan dan kaki. Konsep bangun datar
pada pola langkah ini bersifat abstraktif, yang hanya bisa dilihat bisa dilakukan
representasi terhadap pola langkah tersebut. Sedangkan pada posisi gerak tangan
dan kaki, akan terlihat melalui ciri-ciri dari bangun datar yang terbentuk.
Dalam mempelajari konsep ini, peserta didik dituntut untuk dapat
menemukan aplikasi dari konsep bangun datar. Hal ini menuntut siswa untuk
lebih aktif dan terampil dalam proses pembelajaran dengan cara kontekstual.
Berdasarkan panduan Dokumen Kurikulum 2013, konsep bangun datar dipelajari
sesuai dengan acuan Kompetensi Dasar (KD) sebagai berikut:
Tabel 4.3 Konsep Bangun Datar dalam Acuan Kompetensi Dasar (KD)
Kurikulum 2013
Kelas I
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
84
3.6 Mengenal bangun ruang dan
bangun datar dengan
menggunakan berbagai benda
konkret
4.6 Mengelompokkan bangun ruang
dan bangun datar berdasarkan sifat
tertentu dengan menggunakan
berbagai benda konkret
Kelas II
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.9 Menjelaskan bangun datar dan
bangun ruang berdasarkan
ciri-cirinya
4.9 Mengklasifikasi bangun datar dan
bangun ruang berdasarkan ciri-
cirinya
Kelas III
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.10 Menjelaskan dan
menentukan keliling bangun
datar
4.10 Menyajikan dan menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan
keliling bangun datar
3.12 Menganalisis berbagai
bangun datar berdasarkan
sifat-sifat yang dimiliki
4.12 Mengelompokkan berbagai
bangun datar berdasarkan sifat-
sifat yang dimiliki
Kelas IV
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.9 Menjelaskan dan menentukan
keliling dan luas persegi,
persegi panjang, dan segitiga
serta hubungan pangkat dua
dengan akar pangkat dua
4.9 Menyelesaikan masalah berkaitan
dengan keliling dan luas persegi,
persegi panjang, dan segitiga
termasuk melibatkan pangkat dua
dengan akar pangkat dua
Kelas VII
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.11 Mengaitkan rumus keliling
dan luas untuk berbagai
jenis segiempat (persegi,
persegi panjang, belah
ketupat, jajargenjang,
trapesium, dan layang-
layang) dan segitiga
4.11 Menyelesaikan masalah
kontekstual yang berkaitan
dengan luas dan keliling
segiempat (persegi, persegi
panjang, belah ketupat,
jajargenjang, trapesium, dan
layang-layang) dan segitiga
Kelas IX
85
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.6 Menjelaskan dan menentukan
kesebangunan dan
kekongruenan antar bangun
datar
4.6 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan kesebangunan
dan kekongruenan antar bangun
datar
Berdasarkan acuan pemataan Kompentensi Dasar (KD) pada konsep materi
bangun datar di atas, maka dapat diterapkan dengan memanfaatkan hasil
eksplorasi seni pencak silat pada pembelajaran matematika. Tabel 4.4 di bawah ini
merepresentasikan hasil eksplorasi pada seni pencak silat terhadap Kompetensi
Dasar (KD) sesuai dengan hasil eksplorasi tersebut.
Tabel 4.10 Representasi Temuan Etnomatematika pada KD Bangun Datar
Gerakan Seni
Pencak Silat
Temuan
Etnomatematika Kompetensi Dasa Kelas
Pola Langkah II
Pola gerakan di
samping menunjukkan
adanya sebuah konsep
bangun datar segitiga
(c) yang muncul dengan
menghubungkan arah
perpindahan kaki dan
posisi kaki.
3.11
Mengaitkan
rumus keliling
dan luas untuk
berbagai jenis
segiempat
(persegi, persegi
panjang, belah
ketupat,
jajargenjang,
trapesium, dan
layang-layang)
VII
c
86
Pola Langkah V
Pola Langkah VI
Pola gerakan di
samping menunjukkan
adanya konsep bangun
datar persegi panjang (a
dan b) yang muncul
dengan
menghubungkan arah
penpindahan kaki,
posisi kaki dibantu
denga adanya garis
bantu.
4.11
dan segitiga
Menyelesaikan
masalah
kontekstual
yang berkaitan
dengan luas dan
keliling
segiempat
(persegi, persegi
panjang, belah
ketupat,
jajargenjang,
trapesium, dan
layang-layang)
dan segitiga Gerakan awal Hang
Jebat
Kedua jari tangan
saling menyentuh di
depan wajah dengan
lengan tangan yang
terangkat, kemudian
diberi garis bantu yang
menghubungkan kedua
siku, maka terbentuklah
bangun datar segitiga.
Gerakan Seni
Pencak Silat
Temuan
Etnomatematika Kompetensi Dasar Kelas
a
b
87
Tangkisan Gerakan di samping
banyak ditemukan
dalam bentuk sikap
kuda-kuda. Kaki yang
yang berada di depan di
tekuk sehingga tampak
membentuk sudut
tumpul, kaki yang
berada selurus di
belakang kaki kiri, jika
diberikan garis-haris
penghubung maka
membentuk sebuah
bangun datar segi
empat tak beraturan.
VII
b. Konsep Sudut
Konsep sudut pada seni pencak silat gerakan Hang terdapat pada posisi
gerak tangan dan kaki. Dalam mempelajari konsep ini, peserta didik dituntut
untuk dapat menyelesaikan konsep sudut dengan menggunakan contoh
kontekstual. Berdasarkan panduan Dokumen Kurikulum 2013, konsep sudut
dipelajari sesuai dengan acuan Kompetensi Dasar (KD) sebagai berikut:
Tabel 4.5 Konsep Sudut dalam Acuan Kompetensi Dasar (KD)
Kurikulum 2013
Kelas III
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.11 Menjelaskan sudut, jenis
sudut (sudut siku-siku, sudut
lancip, dan sudut tumpul),
dan satuan pengukuran tidak
baku
4.11 Mengidentifikasi jenis sudut
(sudut siku-siku, sudut lancip, dan
sudut tumpul), dan satuan
pengukuran tidak baku
Kelas IV
88
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.12 Menjelaskan dan
menentukan ukuran sudut
pada bangun datar dalam
satuan baku dengan
menggunakan busur derajat
4.12 Mengukur sudut pada bangun
datar dalam satuan baku dengan
menggunakan busur derajat
Kelas VII
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.10 Menganalisis hubungan
antar sudut sebagai akibat
dari dua garis sejajar yang
dipotong oleh garis
transversal
4.10 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan hubungan antar
sudut sebagai akibat dari dua
garis sejajar yang dipotong oleh
garis transversal
Kelas VII
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.10 Menganalisis hubungan
antar sudut sebagai akibat
dari dua garis sejajar yang
dipotong oleh garis
transversal
4.10 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan hubungan antar
sudut sebagai akibat dari dua
garis sejajar yang dipotong oleh
garis transversal
Kelas VIII
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.7 Menjelaskan sudut pusat,
sudut keliling, panjang
busur, dan luas juring
lingkaran, serta
hubungannya
4.7 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan sudut pusat,
sudut keliling, panjang busur, dan
luas juring lingkaran, serta
hubungannya
Kelas X
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.8 Menggeneralisasi rasio
trigonometri untuk sudut-
sudut di berbagai kuadran
dan sudut-sudut berelasi
4.8 Menyelesaikan masalah
kontekstual yang berkaitan
dengan rasio trigonometri sudut-
sudut di berbagai kuadran dan
sudut-sudut berelasi
Berdasarkan acuan pemataan Kompentensi Dasar (KD) pada konsep materi
sudut di atas, maka dapat diterapkan dengan memanfaatkan hasil eksplorasi seni
89
pencak silat pada pembelajaran matematika. Tabel 4.6 di bawah ini
merepresentasikan hasil eksplorasi pada seni pencak silat terhadap Kompetensi
Dasar (KD) sesuai dengan hasil eksplorasi tersebut.
Tebl 4.6 Representasi Temuan Etnomatematika pada KD Bangun Datar
Gerakan Seni
Pencak Silat
Temuan
Etnomatematika Kompetensi Dasar Kelas
Gerakan awal Hang
Jebat
Kedua jari tangan
saling menyentuh di
depan wajah dengan
lengan tangan yang
terangkat membentuk
sudut tumpul.
3.11
4.11
Menjelaskan
sudut, jenis
sudut (sudut
siku-siku, sudut
lancip, dan sudut
tumpul), dan
satuan
pengukuran
tidak baku
Mengidentifikasi
jenis sudut
(sudut siku-siku,
sudut lancip, dan
sudut tumpul),
dan satuan
pengukuran
tidak baku
III
Gerakan awal Hang
Tuah
Tangan kiri ditekuk ke
arah bahu kanan, bagian
siku dalam tangan kiri
yang ditekuk tersebut
membentuk sudut
lancip dan tangan kanan
terentang lurus
membentuk sudut lurus.
Gerakan Seni Pencak
Silat Temuan Etnomatematika Kompetensi Dasar Kelas
90
Gerakan awal Hang
Jebat
Gerakan ini
menggambarkan
pemberian salam, dimana
tangan kanan terentang
lurus ke depan dan
tangan kiri menyentuh
siku dalam tangan kanan
sehingga membentuk
sudut siku-siku.
3.11
4.11
Menjelaskan
sudut, jenis
sudut (sudut
siku-siku,
sudut lancip,
dan sudut
tumpul), dan
satuan
pengukuran
tidak baku
Mengidentifi
kasi jenis
sudut (sudut
siku-siku,
sudut lancip,
dan sudut
tumpul), dan
satuan
pengukuran
tidak baku
III
Tangkisan Mengelak
Pukulan Dalam
Tangan kanan ditekuk ke
atas dengan lengan atas
diangkat setinggi bahu
dan lengan bawah
ditekuk sehingga
membentuk sudut siku-
siku.
Tangan kiri ditekuk
mengarah ke serong
kanan depan dan
membentuk sudut lancip.
Tangkisan
Memasukkan Pukulan
Tangan kanan ditekuk
dengan siku berada di
samping dada dan
membentuk sudut lancip.
91
Gerakan Seni Pencak
Silat
Temuan
Etnomatematika
Kompetensi Dasar Kelas
Menangkis Pukulan
Tangan kanan ditekuk
di depan dada
mengarah ke atas dan
membentuk sudut
tumpul.
3.11
4.11
Menjelaskan
sudut, jenis
sudut (sudut
siku-siku,
sudut lancip,
dan sudut
tumpul), dan
satuan
pengukuran
tidak baku
Mengidentifika
si jenis sudut
(sudut siku-
siku, sudut
lancip, dan
sudut tumpul),
dan satuan
pengukuran
tidak baku
III
Mencakupkan
Pukulan
Tangan kanan
merentang ke samping
kanan, antara
rentangan tangan dan
tubuh bagian kanan
membentuk sudut
tumpul.
Posisi kaki
menggambarkan posisi
kuda-kuda samping
dengan posisi kaki
kanan ditekuk dan
membentuk sudut
tumpul.
c. Hubungan antar Garis
Konsep geometri hubungan antar garis pada seni pencak silat gerakan Hang
terdapat pada pola langkah, posisi gerak tangan dan kaki. Dalam mempelajari
konsep ini, peserta didik dituntut untuk dapat menyelesaikan konsep hubungan
antar garis dengan menggunakan contoh kontekstual. Berdasarkan panduan
92
Dokumen Kurikulum 2013, konsep sudut dipelajari sesuai dengan acuan
Kompetensi Dasar (KD) sebagai berikut:
Tabel 4.7 Konsep Hubungan antar Garis dalam Acuan
Kompetensi Dasar (KD) Kurikulum 2013
Kelas IV
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.10 Menjelaskan hubungan
antar garis (sejajar,
berpotongan, berhimpit)
menggunakan model
konkret
4.10 Mengidentifikasi hubungan antar
garis (sejajar, berpotongan,
berhimpit) menggunakan model
konkret
Kelas VII
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.10 Menganalisis hubungan
antar sudut sebagai akibat
dari dua garis sejajar yang
dipotong oleh garis
transversal
4.10 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan hubungan antar
sudut sebagai akibat dari dua
garis sejajar yang dipotong oleh
garis transversal
Berdasarkan acuan pemataan Kompentensi Dasar (KD) pada konsep
hubungan antar garis di atas, maka dapat diterapkan dengan memanfaatkan hasil
eksplorasi seni pencak silat pada pembelajaran matematika. Tabel 4.8 di bawah ini
merepresentasikan hasil eksplorasi pada seni pencak silat terhadap Kompetensi
Dasar (KD) sesuai dengan hasil eksplorasi tersebut.
93
Tabel 4.8 Representasi Temuan Etnomatematika pada KD Hubungan antar Garis
Gerakan Seni
Pencak Silat Temuan Etnomatematika Kompetensi Dasar Kelas
Pola Langkah
Pada pola langkah di
samping terdapat beberapa
konsep hubungan antar garis.
a. Kaki kanan diberikan
garis bantu ke kaki kiri
dan membentuk dua garis
yang berpotongan dan
tegak lurus.
b. Kaki kanan dan kaki kiri
masing-masing diberikan
garis bantu hingga
keduanya memotong dan
membentuk dua garis
yang berpotongan.
c. Kaki kanan dan kaki kiri
menghadap arah yang
sama maka membentuk
dua garis yang sejajar.
3.10
4.10
Menjelaskan
hubungan
antar garis
(sejajar,
berpotongan,
berhimpit)
menggunakan
model konkret
Menyelesaikan
masalah yang
berkaitan
dengan
hubungan
antar sudut
sebagai akibat
dari dua garis
sejajar yang
dipotong oleh
garis
transversal
IV
Gerakan Hang Tuah
Tangan kanan terentang
purus ke kanan bawah dan
tangan kiri ditekuk ke arah
bahu kanan, sehingga
membentuk dua buah garis
yang saling berpotongan dan
tegak lurus.
Gerakan Hang Jebat
Gerakan ini menggambarkan
pemberian salam, dimana
tangan kanan terentang lurus
ke depan dan tangan kiri
menyentuh siku tangan kanan
sehingga membentuk dua
garis yang saling
berpotongan.
a
c
b
94
Gerakan Seni Pencak
Silat Temuan Etnomatematika Kompetensi Dasar Kelas
Tangkisan Mengelak
Pukulan Dalam
Apabila ditarik sebuah
garis dari tangan kiri lurus
menuju tangan tangan,
maka akan membentuk
dua buah garis yang
saling berpotongan.
3.10
4.10
Menjelaskan
hubungan
antar garis
(sejajar,
berpotongan,
berhimpit)
menggunakan
model konkret
Menyelesaikan
masalah yang
berkaitan
dengan
hubungan
antar sudut
sebagai akibat
dari dua garis
sejajar yang
dipotong oleh
garis
transversal
IV
Tangkisan
Memasukkan Pukulan
Tangan kanan lurus ke
depan dan tangan ditekuk
di depan dada ke arah
atas, apabila dari masing-
masing tangan diberikan
garis bantu, maka akan
membentuk dua buah
garis yang saling
bersilangan.
Membunuh Pukulan
Tangan kiri ditekuk
serong kanan ke atas dan
tangan kanan lurus ke
arah serong kiri bawah,
letak kedua posisi tangan
ini membentuk dua buah
garis yang saling
bersilangan.
d. Konsep Transformasi Geometri
Konsep transformasi geometri pada seni pencak silat gerakan Hang terdapat
pada pola langkah dan posisi gerak tangan. Dalam mempelajari konsep ini, peserta
95
didik dituntut untuk dapat menyelesaikan konsep sudut dengan menggunakan
contoh kontekstual. Berdasarkan panduan Dokumen Kurikulum 2013, konsep
sudut dipelajari sesuai dengan acuan Kompetensi Dasar (KD) sebagai berikut:
Tabel 4.9 Konsep Transformasi Geometri dalam Acuan Kompetensi Dasar
(KD) Kurikulum 2013
Kelas IX
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.5 Menjelaskan transformasi
geometri (refleksi, translasi,
rotasi, dan dilatasi) yang
dihubungkan dengan masalah
kontekstual
4.5 Menyelesaikan masalah
kontekstual yang berkaitan dengan
transformasi geometri (refleksi,
translasi, rotasi, dan dilatasi)
Kelas XI
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.5 Menganalisis dan
membandingkan transformasi
dan komposisi transformasi
dengan menggunakan matriks
4.5 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan matriks
transformasi geometri (translasi,
refleksi, dilatasi, dan rotasi)
Berdasarkan acuan pemataan Kompentensi Dasar (KD) pada konsep materi
bangun datar di atas, maka dapat diterapkan dengan memanfaatkan hasil
eksplorasi seni pencak silat pada pembelajaran matematika. Tabel 4.10 di bawah
ini merepresentasikan hasil eksplorasi pada seni pencak silat terhadap Kompetensi
Dasar (KD) sesuai dengan hasil eksplorasi tersebut.
96
Tabel 4.10 Representasi Temuan Etnomatematika pada KD Transformasi Geometri
Gerakan Seni Pencak
Silat
Temuan
Etnomatematika Kompetensi Dasar Kelas
Pola Langkah II
Potongan pola langkah
II pada gambar di
samping menunjukkan
perputaran arah dan
posisi kedua kaki
sebesar 90° searah jarum
jam, dimana muncul
konsep rotasi.
Kembali pada potongan
pola langkah II seperti
gambar di samping,
dimana terjadi
pergeseran (translasi)
dimana kaki kiri yang
awalnya di depan
bergeser ke belakang
dengan tetap
mempertahankan arah
kaki ke depan.
Kemudian mengikuti
pergerakan kaki kanan
yang berpindah posisi,
kaki kiri melakukan
rotasi dengan sebesar
90° menghadap ke kiri.
4.5 Menyelesaikan
masalah yang
berkaitan
dengan
matriks
transformasi
geometri
(translasi,
refleksi,
dilatasi, dan
rotasi)
XI
Gerakan awal Hang Tuah
Sikap berdiri pada awal
gerakan Hang Tuah
menujukkan posisi
badan yang tegap, kedua
tangan masing-masing
berada di kanan-kiri
paha dan kaki tebuka
selebar segenggaman
tangan. Bila
diperhatikan posisi
tubuh yang seimbang
antara kanan dan kiri, ini
menunjukkan adanya
konsep refleksi.
c
a d
97
Gerakan Seni
Pencak Silat Temuan Etnomatematika Kompetensi Dasar Kelas
Tangkisan
Memasukkan
Pukulan
Posisi gerak kedua tangan
jika dilihat dari samping
menunjukkan adanya
konsep refleksi.
4.5 Menyelesaikan
masalah yang
berkaitan dengan
matriks
transformasi
geometri
(translasi,
refleksi, dilatasi,
dan rotasi)
XI
8. Perancangan Bahan Ajar dari Hasil Eksplorasi Etnomatematika
pada Seni Pencak Silat Kepulauan Riau
Sebelumnya telah dibahas analisis kurikulum berdasarkan hasil temuan
konsep matematika pada seni pencak silat Kepulauan Riau. Selanjutnya,
dilakukan perancangan bahan ajar yang dirancang berdasarkan hasil eksplorasi
etnomatematika dan temuan konsep matematika pada seni pencak silat serta
beracuan Kompetensi Dasar yang sesuai pada paparan analisis kurikulum
sebelumnya. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam perancangan Lembar Kerja
Peserta Didik (LKPD) adalah sebagai berikut:
a. Pemilihan Bahan Ajar
Bahan ajar yang akan digunakan dalam penelitian ini berbasis visual yakni
Lembar Kerja Peserta Sidik (LKPD) untuk mendukung pembelajaran guna
memperdalam pengetahuan peserta didik mengenai suatu pokok pembahasan.
Selanjutnya penyusunan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) mengikuti acuan
yang tercantum dalam Depdiknas.
98
b. Pemilihan Kompetensi Dasar (KD) untuk Perancangan LKPD
Pada pembahasan tentang keterkaitan hasil eksplorasi etnomatematika pada
seni pencak silat Kepulauan Riau terhadap konsep matematika, bersamaan itu
telah dilakukan analisis kurikulum sebagai tahapan dalam perancangan Lembar
Kerja Peserta Didik (LKPD). Adapun Kompetensi Dasar (KD) yang dijadikan
dasar dalam pembuatan LKPD dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut.
Tabel 4.11 Kompetensi Dasar untuk Perancangan LKPD
Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kelas
3.11 Menjelaskan sudut,
jenis sudut (sudut siku-
siku, sudut lancip, dan
sudut tumpul), dan satuan
pengukuran tidak baku
4.11 Mengidentifikasi jenis
sudut (sudut siku-siku,
sudut lancip, dan sudut
tumpul), dan satuan
pengukuran tidak baku
1. Menentukan jenis-jenis
sudut
2. Membuat jenis sudut
lancip, siku-siku dan tumpul
III
c. Penyusunan Peta Kebutuhan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Pada tahapan ini, setiap Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang
dihasilkan untuk beberapa kompetensi dasar tiap-tiap konsep yang ditemukan.
Sehingga, prioritas perancangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ditentukan
berdasarkan jenjang pendidikannya. Karena keterbatasan penelitian, peneliti akan
merancang 1 buah Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) untuk materi Sudut.
d. Penentuan Judul Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Judul yang ditentukan pada Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang
dirancang adalah Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Materi Sudut Kelas III
Semester 2.
99
e. Hasil Rancangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Berdasarkan tahapan perancangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) di
atas, berikut ini dipaparkan secara ringkas mengenai komponen-komponen yang
termuat dalam rancangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD):
1. Cover Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Cover LKPD berisi judul dari LKPD itu sendiri yakni “Lembar Kerja
Peserta Didik (LKPD) Dalam Konteks Budaya Seni Pencak Silat Kepulauan Riau
Materi Sudut Kelas III Semester 2”. Kemudian di bawahnya terletak kolom isian
untuk nama siswa dan kelas.
Gambar 4.39 Cover Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
2. Isi Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
100
Gambar 4.40 Isi Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Pada bagian isi dari Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) memuat kata
pengantar, daftar isi, KD, indikator, peta konsep, materi, contoh, latihan dan daftar
pustaka. Selain itu, dalam materi juga terdapat aktivitas mengamati,
mengumpulkan informasi dan menalar.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dari triangulasi teknik pengumpulan data,
peneliti melakukan analisis data berupa analisis domain, analisis taksonomi,
analisis komponensial dan analisis tema budaya. Dari hasil penelitian, peneliti
mendapatkan bahwa pada seni pencak silat Kepulauan Riau dalam gerakan Hang
Jebat terdapat dua domain atau aktivitas matematika yaitu aktivitas menentukan
101
lokasi dan aktivitas bermain. Berikut ini akan dibahas mengenai masing-masing
temuan etnomatematika pada seni pencak silat Kepulauan Riau berdasarkan
domainnya.
1. Temuan Etnomatematika pada Domain Menentukan Lokasi
Pada peragaan gerakan Hang Jebat ditemukan pola langkah gerak pesilat
yang berpindah dari satu titik ke titik lainnya. Pola langkah ini diikuti dengan
posisi gerak tangan pesilat yang memeragakan jenis-jenis pukulan yang telah
dipaparkan pada bagian hasil penelitian. Untuk memudahkan dalam melihat pola
langkah pesilat, langkah pesilat direpresentasikan ke dalam bentuk tapak kaki
disertai dengan arah geraknya pada gambar 4.16 hingga gambar 4.22 di halaman
50 hingga halaman 55.
Kemudian pada tahapan analisis domain, didapat bahwa pola langkah
gerakan Hang Jebat ini terdapat perpindahan gerak dari satu titik ke titik lainnya
yang membentuk dasar konsep geometri sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh
Sirate (2011:125) mengenai aktivitas menentukan lokasi. Selanjutnya pada
analisis taksonomi, didapat bahwa pada domain menentukan lokasi adanya
pergerakan langkah kaki pesilat di mana adanya pola langkah yang dapat diamati
sesuai dengan aktivitas menentukan lokasi. Selanjutnya pada analisis
komponensial dari domain menentukan lokasi ini diperoleh adanya perpindahan
gerakan yang membentuk pola langkah tertentu. Dan pada analisisi tema budaya,
ditemukan pada pola langkah adanya unsur-unsur arah gerak dan gerak langkah
seperti geseran, angkatan dan ingsutan atau seseran yang membentuk konsep
matematika hubungan antar garis, bangun datar dan transformasi geometri.
102
2. Temuan Etnomatematika pada Domain Bermain
Pada peragaan gerakan Hang Jebat ditemukan posisi gerak tangan dan kaki
pesilat yang tampak membentuk pola atau lintasan tertentu. Posisi tangan dan kaki
ini dapat dilihat ketika pesilat memeragakan jenis-jenis pukulan yang telah
dipaparkan pada bagian hasil penelitian. Untuk memudahkan dalam pembahasan
ini, gerak tangan dan kaki pada peragaan seni pencak silat dapat dilihat pada
gambar 4.3 hingga gambar 4.15 di halaman 42 hingga halaman 49.
Pada tahapan analisis domain, didapat bahwa posisi gerak tangan dan kaki
pada gerakan Hang Jebat ini terdapat pola atau lintasan tertentu yang dibentuk
oleh satu tangan/kaki aupun kedua tangan/kaki. Hal ini sesuai dengan kriteria dari
aktivitas bermain yakni kegiatan dengan alur yang mempunyai pola tertentu
dengan penggunaan alat atau tanpa alat (tangan dan kaki) yang menunjukkan
keterkaitannya dengan matematika sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh Sirate
(2011:125) mengenai aktivitas bermain. Selanjutnya pada analisis taksonomi,
didapat bahwa pada domain bermain adanya gerakan tangan dan gerakan kaki
yang dapat diamati sesuai dengan aktivitas bermain. Selanjutnya pada analisis
komponensial dari domain bermain ini diperoleh adanya posisi gerak pukulan
tangan dan posisi gerak kaki ada peragaan seni silat. Dan pada analisisi tema
budaya, ditemukan pada posisi gerak tangan dan posisi kaki yang membentuk
konsep matematika berupa sudut, bangun datar, hubungan antar garis dan
transformasi geometri.
103
Gambar 4.41 Konsep Sudut pada Posisi Gerak Tangan dan Kaki
Gambar 4.41 di atas merupakan temuan konsep sudut, dapat ditemukan
pada pola gerak tangan dan kaki dilihat dari posisi satu tangan atau kaki. Untuk
temuan konsep hubungan antar garis, dapat ditemukan pada pola gerak tangan dan
kaki dilihat dari posisi satu tangan atau kaki. Seperti gambar dibawah ini.
Gambar 4.42 Konsep Hubungan antar Garis pada Posisi Gerak Tangan
Untuk temuan konsep transformasi, dapat ditemukan pada pola gerak tangan
dan tubuh pesilat seperti pada gambar 4.43.
104
(a)
(b)
Gambar 4.43 Konsep Transformasi Geometri pada Posisi Gerak Tangan
3. Perancangan Bahan Ajar
Dalam pemilihan bahan ajar yang akan dirancang, ada dua hal yang menjadi
pertimbangan peneliti untuk memilih bahan ajar jenis apa yang tepat untuk
dirancang. Pertama, konsep yang ditemukan tidak mencakup seluruh konteks
dalam satu materi melainkan hanya pada topik tertentu dan untuk menyesuaikan
temuan konsep matematika dengan pilihan bahan ajar yang dapat dirancang
dengan minimal satu Kompetensi Dasar (KD), mengingat minimnya topik yang
dapat dibahas. Kedua, untuk mempermudah peserta didik memahami suatu
materri yang diberikan dan melatih keaktifan serta kemandirian peserta didik
dalam pembelajaran. Dengan demikian, peneliti menetapkan bahan ajar yang akan
dirancang berupa Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).
Selanjutnya penyusunan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) mengikuti
acuan yang tercantum dalam Depdiknas. Adapun tahap-tahap penyusunan Lembar
Kerja Peserta Didik (LKPD) yang menjadi acuan peneliti menurut Wanto
(2017:15) adalah sebagai berikut:
105
1) Analisis Kurikulum
2) Penyusunan Peta Kebutuhan LKPD
3) Penentuan Judul LKPD
4) Tahap-tahap Penulisan LKPD
a) Perumusan kompetensi dasar dan indikator pencapaian
b) Penyusunan Peta Kebutuhan LKPD
c) Perancangan struktur LKPD
d) Penyusunan materi
Setelah dilakukan analisis kurikulum terhadap tiap konsep matametika yang
ditemukan dari hasil eksplorasi pada seni pencak silat Kepulauan Riau, peneliti
memilih satu konsep yang dijadikan sumber acuan dala penyusunan LKPD.
Konsep yang diambil ialah materi sudut untuk kelas III Sekolah Dasar dengan
menggunakan KD 3.11 dan KD 4.11 sesuai acuan Kurikulum 2013.
Perancangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ini tidak melalui proses
validasi dan uji coba. Mengingat proses eksplorasi etnomatematika yang cukup
panjang, sehingga kendala yang ditemukan adalah keterbatasan waktu yang
dimiliki oleh peneliti. Dengan demikian, peneliti hanya berupaya untuk
merumuskan dan merancang Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) berdasarkan
hasil eksplorasi etnomatematika yang dilakukan. sesuai dengan tahapan dasar
penyusunan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD).
106
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan pada hasil dan pembahasan dari eksplorasi
etnomatematika pada seni pencak silat Kepulauan Riau yang diperoleh dengan
teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi, dapat disimpulkan bahwa pada
gerakan seni pencak silat terdapat dua aktivitas atau domain matematika yaitu
aktivitas menentukan lokasi dan aktivitas bermain. Aktivitas menentukan lokasi
muncul pada saat pergerakan atau perpindahan langkah kaki pesilat dalam
memperagakan seni pencak silat dan aktivitas bermain muncul pada posisi gerak
tangan dan kaki pesilat. Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan, diperoleh
bahwa konsep matematika pada seni pecak silat untuk aktivitas menentukan lokasi
yaitu konsep bangun bangun datar, konsep sudut, konsep hubungan antar garis
dan konsep transformasi geometri (translasi dan rotasi), dan untuk aktivitas
bermain ditemukan konsep matematika yaitu konsep sudut, konsep hubungan
antar garis dan konsep transformasi geometri (refleksi).
Berdasarkan konsep matematika yang ditemukan pada kedua domain
tersebut, peneliti memilih satu konsep yang dijadikan sebagai sumber penyusunan
bahan ajar berupa Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Setelah melakukan
analisis kurikulum berdasarkan konsep matematika yang ditemukan, LKPD yang
dihasilkan yaitu satu buah LKPD dalam konteks budaya seni pencak silat
Kepulauan Riau dengan memuat dua Kompetensi Dasar (KD), yaitu konsep
materi sudut untuk kelas 3 Sekolah Dasar dengan menggunakan KD 3.11
107
menjelaskan sudut, jenis sudut (sudut siku-siku, sudut lancip, dan sudut tumpul),
dan satuan pengukuran tidak baku dan KD 4.11 mengidentifikasi jenis sudut
(sudut siku-siku, sudut lancip, dan sudut tumpul), dan satuan pengukuran tidak
baku. Tahap akhir perancangan LKPD terdiri dari perancangan cover dan isi
LKPD, dimana cover LKPD memuat judul LKPD, jenjang pendidikan, identitas
peserta didik dan menggunakan background dengan konsep seni pencak silat.
Untuk isi LKPD memuat komponen-komponen seperti KD dan indikator, contoh
materi dan latihan yang mengacu pada konteks budaya seni pencak silat
Kepulauan Riau, serta aktivitas mengamati, mengumpulkan informasi dan
menalar.
B. Implikasi
Implikasi dari eksplorasi etnomatematika pada seni pencak silat Kepulauan
Riau adalah dapat menjadi salah satu alternatif dalam pembelajaran matematika
yang bervariasi dan inovatif sehingga dapat meningkatkan minat belajar siswa
sekaligus untuk mengenal budaya sekitar dalam ruang lingkup matematika.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang dirincikan, maka peneliti memberikan saran
kepada pendidik, masyarakat luas, serta peneliti selanjutnya. Adapun saran yang
diberikan yaitu:
1. Para guru dapat memanfaatkan hasil eksplorasi etnomatematika seni
pencak silat Kepulauan Riau ke dalam pembelajaran matematika berbasis
kontekstual.
108
2. Masyarakat perlu mengenal seni pencak silat sebagai produk budaya
dengan nilai seni yang tinggi dan juga juga terdapat nilai matematis di dalamnya.
3. Bagi para peneliti selanjutnya yang akan melanjutkan penelitian ini, dapat
memanfaatkan hasil penelitian ini serta dapat menggali lebih dalam lagi konsep
matematika yang terdapat pada budaya-budaya lain baik di dalam maupun di luar
Kepulauan Riau serta dapat melanjutkan penelitian ini guna meningkatkan
kualitas dari Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang sudah dan akan dirancang
selanjutnya.
109
DAFTAR PUSTAKA
Afriyanty, M., & Izzati, N. (2019). Eksplorasi etnomatematika pada corak alat
musik kesenian marawis sebagai sumber belajar matematika. Jurnal
Gantang, 4 No.1.
Atmidasari, S. (2017). Kajian Etnomatematika Pembagian Harta Waris pada
Masyarakat Lampunf Ditinjau dari Perspektif Adat. Skripsi. Pendidikan
Matematika Universitas Islam Negeri Raden Intan, Lampung.
Creswell, J. W. (2012). Educational research: planning, conducting, and
evaluating quantitative and quailtative research. New Jersey: Person
Education, Inc.
Desmawati, R. (2018). Eksplorasi Etnomatematika pada Gerak Tari Tradisional
Sigeh Pengunten Lampung. Skripsi. Pendidikan Matematika Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Intan, Lampung.
Fikri, Z. (2018). Pengembangan LKS Berbasis Etnomatematika Dengan
Pendekatan Scientific Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa
Sekolah Menengah Pertama. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Hamzanwadi, Lombok Timur, Nusa Tenggara
Barat.
Kriswanto, E. S. (2015). Pencak silat. Yogyakarta: Pustaka Baru.
Lubis, Johansyah, & Wardoyo, Hendro. (2014). Pencak silat edisi kedua. Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada.
Lestari, K. E., & Yudhanegara, M. R. (2015). Penelitian pendidikan matematika.
Bandung: Refika Aditama.
Mulyana. (2013). Pendidikan pencak silat. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nuh, Z. M., & Dardiri. (2016). Etnomatematika dalam sistem pembilangan pada
masyarakat melayu riau. Kutubkhanah Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan
UIN Sultan Syarif Kasim Riau, Vol.19 No.2, 220–238.
Nurhikmah, S. (2019). Eksplorasi Etnomatematika pada Ragam Corak Ukiran
Khas Melayu Kepulauan Riau dan Keterkaitannya terhadap Konsep
Matematika Sekolah pada Kurikulum 2013. Skripsi. Pendidikan Matematika
FKIP Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang.
Rohmah, N. (2016). Pengembangan Bahan Ajar Matematika Berbasis Buku Fabel
Berkarakter Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Tematik Materi Bangun
Datar Kelas IV A SD Islam As-Salam Malang. Skripsi. Program Studi
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Malang, Malang.
Sarwono, J. (2006). Metode penelitian kuantitatif & kualittatif. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Sirate, S. F. S. (2011). Studi kualitatif tentang aktivitas etnomatematika dalam
kehidupan masyarakat tolaki. Lentera Pendidikan, 14 No. 2, 123–136.
Sugiyono. (2012). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif,
dan rnd. Bandung: Alfabetha.
Suhartono. (2011). Buku pelajaran pencak silat nusantara: program beladiri
praktis. Jakarta: Keluarga Pencak Silat Nusantara.
Suwarsono. (2015). Etnomatematika (Ethnomathematics). Program S2 Pendidikan
Matematika, Universitas Sanata Dharma. Diambil dari
https://docplayer.info/storage/60/44943780/1553145982/ZbChwTAAHaim
HMcm29D6RQ/44943780.pdf
TIM. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional,
Jakarta.
Ulum, B., Budiarto, M. T., & Ekawati, R. (2017). Etnomatematika pasuruan:
eksplorasi geometri untuk sekolah dasar pada motif batik pasedahan
suropati. Prosiding SI MaNIs (Seminar Nasional Integrasi Matematika dan
Nilai Islami), 1, No.1, 70–78. Diambil dari http://conference.uin-
malang.ac.id/index.php/SIMANIS
Wanto, S. (2017). Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Pada Materi
Segiempat dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia
(PMRI) di SMP Negeri 2 Muara Sugihan. Skripsi. Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Raden Fatah.
LAMPIRAN
111
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Izin Penelitian
2. Waktu Penelitian Eksplorasi Etnomatematika Pada Seni Pencak Silat
Kepulauan Riau Sebagai Sumber Penyusunan Bahan Ajar Matematika
3. Pedoman Wawancara
4. Validasi Pedoman Wawancara dari Validator
5. Lembar Observasi
6. Validasi Lembar Observasi dari Validator
7. Biodata Narasumber
8. Hasil Wawancara
9. Hasil Observasi
10. Dokumen Kurikulum 2013
a. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Matematika SD/MI
b. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Matematika SMP/MTs
c. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Matematika SMA/MA
11. Dokumentasi Kegiatan Penelitian
12. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
13. Biodata Penulis
112
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian
113
114
Lampiran 2. Waktu Penelitian Eksplorasi Etnomatematika Pada Seni Pencak Silat Kepulauan Riau Sebagai Sumber Penyusunan Bahan Ajar
Matematika
No Kegiatan
2018 2019
Agst Sep Okt Februari Maret April Mei Juni Juli
3 3 4 1 2 3 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 1-4 2 3 4 5 3 4
1 Pengajuan Judul
2 Penulisan dan Bimbingan Proposal
3 Pengesahan Proposal Pembimbing
4 Penyelesaian Berkas Seminar Proposal
5 Seminar Proposal
6 Revisi Proposal Penelitian
7 Penyusunan instrumen pendukung
8 Pelaksanaan Penelitian
9 Penulisan hasil penelitian + analisis data
10 Bimbingan Skripsi
11 Daftar Sidang
12 Sidang Skripsi
115
Lampiran 3. Pedoman Wawancara
PEDOMAN WAWANCARA
EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA SENI PENCAK SILAT
KEPULAUAN RIAU SEBAGAI SUMBER PENYUSUNAN
BAHAN AJAR MATEMATIKA
Sasaran : 1. Pesilat Perguruan Silat Sendeng Cekak
2. Pelatih Perguruan Silat Sendeng Cekak
Jenis Wawancara : Wawancara semiterstruktur (pertanyaan dalam
penelitian dapat berkembang sesuai situasi dan
kondisi)
Alat-alat Wawancara : Buku catatan, perekam, dan kamera
Tujuan Wawancara :
1. Untuk memperoleh informasi tentang praktik matematis yang terdapat pada
Seni Pencak Silat
2. Pertanyaan mengacu kepada 2 domain yang mungkin muncul dari setiap
pertanyan berbeda-beda, yaitu:
a. Menentukan lokasi, dan
b. Bermain
Tahapan Pertanyaan :
Pertanyaan dalam wawancara terdiri dari 4 tahapan, yaitu:
a. Pertanyaan umum seputar sejarah berdirinya Perguruan Silat Sendeng Cekak
b. Jenis dan cara melakukan gerakan seni Pencak Silat
Pertanyaan Wawancara
a. Pertanyaan umum seputar sejarah berdirinya Perguruan Silat Sendeng
Cekak
1. Bagaimana sejarah perkembangan pencak silat di Indonesia?
2. Kapan Perguruan Silat Sendeng Cekak dibentuk? (tempat, tanggal)
116
3. Siapa pelopor dalam pembentukan Perguruan Silat Sendeng Cekak?
4. Apakah terdapat perbedaan atau ciri khas Perguruan Silat Sendeng Cekak
yang membedakannya dengan perguruan silat lainnya?
b. Jenis dan Cara Melakukan Gerakan Seni Pencak Silat
1. Apa saja teknik dasar dalam pencak silat? (tendangan/tangkisan/pukulan)
2. Apakah setiap teknik tersebut memiliki jenis berbeda? Jika ya, apa saja
jenis-jenis gerakan dalam teknik dasar tersebut?
3. Bagaimana cara melakukan tendangan/tangkisan/pukulan dalam pencak
silat?
4. Apakah ada aturan tertentu dalam melakukan gerakan tersebut?
117
Lampiran 4. Validasi Pedoman Wawancara dari Validator
118
119
Lampiran 5. Lembar Observasi
LEMBAR OBSERVASI
EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA SENI PENCAK SILAT KEPULAUAN RIAU SEBAGAI SUMBER
PENYUSUNAN BAHAN AJAR MATEMATIKA
Petunjuk :
1. Isilah kolom hasil pengamatan sesuai dengan proses yang akan diamati pada tahapan aktivitas Kesenian Marawis
2. Isilah kolom domain yang sesuai dengan kriteria hasil pengamatan dan jelaskan aspek-aspeknya
Tahapan Aktivitas Seni
Pencak Silat Hasil Pengamatan
Domain/Aktivitas Matematika yang Muncul
Menentukan Lokasi Bermain
Gerakan Seni Pencak
Silat
a) Sikap awal
b) Kuda-kuda
c) Tendangan
d) Tangkisan
e) Pukulan
f) Bentuk/pola langkah
g) Penggunaan alat/senjata
120
Lampiran 6. Validasi Lembar Observasi dari Validator
121
122
Lampiran 7. Biodata Narasumber
BIODATA NARASUMBER
Nama : Rahmad bin Ahmad
Tempat & Tgl Lahir : Selat Bintan, 1941
Alamat : Perumahan Taman Sari
Riwayat Pendidikan : SR (Sekolah Rakyat)
Pengalaman Organisasi : 1. Pendiri Perguruan Silat Sendeng Cekak
Tanjungpinang
2. Ketua dan Guru Besar Perguruan Silat
Sendeng Cekak
3. Dewan Pendekar IPSI
4. Dewan Terhormat IPSI
5. Dewan Pakar IPSI
6. Dewan Seni Budaya Silat IPSI
123
Lampiran 8.
HASIL WAWANCARA NARASUMBER (N1)
Narasumber : Tok Rahmad
Kode Subjek : N1
Profesi : Guru Besar Silat
Hari/Tanggal
Pelaksanaan
: Rabu, 26 Juni 2019, Senin, 2 Juli 2019, Kamis,
4 Juli 2019
Pertanyaan Wawancara
a. Pertanyaan umum seputar sejarah berdirinya Perguruan Silat
Sendeng Cekak
P : “Kapan dan dimana latihan silat Sendeng Cekak dilakukan, tok?”
N1 : “Untuk latihannya di lapangan volley di depan gereja. Sekarang kite di
dalam rapat umum kemarin organisasi perguruan Sendeng Cekak itu
sudah berbadan hukum, pada tahun ini sudah berdiri selama 4 tahun atau 5
tahun, dan bapak yang melatih anak-anak sebanyak 47 orang. Jadi setiap
berlatih itu hari Sabtu, habis Ashar jam 4 lah sudah hadir cuman anak-
anak itu kadang-kadang menunggulahkan. Jadi hari Sabtu sama hari
Minggu. Kalau Minggu ni, sore petang, kan anak-anak jalan silahkan jadi
tidak mengganggukan hari liburnya. Nah keduanye hari Selasa malam
Rabu. Jadi 1 minggu 3 kali aja. Belajarnya silat tradisional pertama, kedua
silat nasional. Jadi ini kami punya (menunjuk piala disebelahnya) tahun
2013 mendapat juara II umum.”
P : “Berarti latihannya 3 hari ya tok? Sabtu, Minggu sama Selasa?”
N1 : “Iya, Selasa sore.”
P : “Atok kira-kira tau nggak sejarah lahirnya pencak silat di Indonesia?”
124
N1 : “Kalau seluruhnya saye tidak tau, cuma kalau di sekitar Riau, itu silat tu
ade 5 jenis. Betul-betul nama silat. Tapi di IPSI Kota Tanjungpinang ada
32 perguruan, namanya saya pun heran. Saya bilang daerah
Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau ini silat itu hanya 5 titik, itupun
hanya sebagian sebagian. Sejarahnya di sini Sendeng, berarti yang
dikatakan Sendeng Cekak ini, saya belajar sama orang kota Bugis, dulu.
Terus yang adenye silat Kuntau, itu daerah Senayang, Daek. Daek tu apa
kata kami orang Bintan. Nah silat Kuntau dari Daek, ada juga satu itu dari
kite orang Bintan juga, silat Sendeng inilah dari Bintan asli. Dari datuk-
datuk saye yaitu datuk saye tapi yang paling tua sekali Datuk Jamhur,
yang kedue Datuk Penaung, yang ketige datuk saye, guru besar Wak Nun
waktu zaman dulu belajar, orang perempuan. Jadi lepas itu, orang laki-laki
lime bersaudaraan, Hang Tuah, Hang Jebat, Hang Lekir, Hang Kasturi.
Nah lime ini adalah keturunan daripade panglime-panglime, hulubalang-
hulubalang dan orang-orang pendekar. Ini sejarah ya yang saye cerite.
Pergilah ke Gunung Ledang mengambil keputusan yang terakhir. Jadi di
Gunung Ledang tu, habis tamat turun ke bawah adelah huru-hare di
Melake. Sampailah jadi Hang Tuah, Hang Jebat ini diangkat menjadi
Datuk Laksmane. Kalau di Bintan ini hanya satu nak, Datuk Laksmane
yaitu Datuk Laksmane Andak, tidak ade due tige, tapi kalau di Malaysia
atau di Malake ada Datuk Hang Tuah dengan Datuk Hang Jebat diangkat
oleh Sultan Melake. Ke due di Kota Tinggi orang kami juge Datuk Hang
Lekir itu kan. Ke empat, di dekat Miri, namanya Datuk apa itu ya. Jadi di
situ diangkat empat di Malaysia. Jadi murid yang pertame itu kami orang
perempuan. Sendeng ini ada due alternatif, kode-kodenya bapak dan ibu.
Jadi kalau Sendeng kami ini di Bintan jagenya susu yang dijage. Tapi
kalau di Daek itu jagenya kemaluan. Itu ada kodenye. Jadi kalau kami
pergi ke Daek tu walaupun cucu cicit ntah-ntah bukan-bukan ntah ape-ape
lagi sampai sekarang ini hah itulah tadi. Jadi tau ini sejarahnye orang dari
Bintan dengan Daek, karena gunung itu ibu nah Daek itu gunungnya
125
gunung Daek itu bapak. Itu ade kisah-kisahnye. Jadi yang banyak
sejarahnya ini Hang Tuah, kalau Datuk Laksmane Andak ini hanya
sejarah di Bangke saje sampai mengamankan lanun-lanun di huru-hare
lanun di lautan dari Daek sane sampai ke sini, itu zaman tahun 17. Nah
bukan tahun 1917, tapi abad ke 17, akhir zaman Nabi Muhammad
timbullah abad ke 17 sampai abad ke 19. Kadang orang pikir eh baru abad
ke 17 ini, tue Penyengat, Penyengat tu abad yang ke 6. Abad ke 6 abad
yang sekarang dari 19 sampai ke 6 kan. Jadi waktu Penyengat ini kerajaan
dia waktu Portugis, Belande, Jepang sampailah habis mase. Maka itu di
Bintan ini tidak ada museumnya, hanya ade makam-makam saje. Dekat
Bukit Batu, Penau itu sebelah kanan bukit itu makam orang-orang zaman
dulu nak, itu yang tempat bersejarah. Tapi di Bintan ini banyak nak,
tempat yang bersejarah, Datuk Laksmane itu Datuk Laksmane dah banyak
tapi orang dari luar, tapi kami itu betul-betul anak pribumi orang Bintan
karena ade silsilahnya, silsilah tu turun temurun. Asal-usul, tempat
tinggal, lahir, nenek moyang, noyang ke noyang nak atok ke atok
sampailah kite sekarang ini.”
P : “Terus tok saya mau nanya, perguruan Sendeng Cekak ini dibentuknya
kapan, awal mulai berdirinya tahun berapa?”
N1 : “Tahun 2003 di Kota Tanjungpinang. Tapi kalau atok belajar Sendeng, ini
umur atok 14 tahun sampai 18 tahun. Jadi, sampai gunung tiga sampai ke
sumur kering ada lembing 7 batang di situ, atok belawan sama guru di
situ. Terus saya jatuh di tepi tapi saye tak ape-ape, ingat aje kate guru
jangan lupe, asal lupe pasti luke. Itulah kisah-kisahnya, jadi 2 alternatif, di
gunung kita sekali, bikin lobang bermain dengan guru saye, pas saye jatuh
saye menyerah tidak ada luke tidak apa-apa, sehat. Yang terakhir saya
tidak mampu, kalau ngambil yang terakhir, Sendeng ini papandake nak.
Papandake tu wafat, kita diwafatkan ini hidup-hidup, terus nanti Jumat ini
ditanam, Jumat depan kita bangkit, bangkit sendiri, tapi melawan Munkar
126
Nakir die. Kan melawan malaikat namanya, masya allah, atok tak mampu.
Biarlah, biar aje kena sepak guru. Guru kami itu, guru arwah Raje Ahmad,
raje tapi udah wafat dia. Mekarnya Sendeng ini dari Wak Nun, dari datuk
saye, Wak Nun Belajar, sampailah pada cicit dan ntah-ntahnye. Itu lama
nak.”
P : “Berarti tok, pelopor berdirinya Sendeng Cekak itu atok sendiri kan?”
N1 : “Iya, saye sendiri sampai sekarang.”
P : “Lalu tok, ada yang yang membedakan perguruan Sendeng Cekak ini
dengan perguruan yang lainnya?”
N1 : “Beda, masalah Sendeng Cekak ini kalau adat die tidak boleh musing
belakang. Contoh saya lagi silat ini (dipraktikkan oleh informan, gaya
Hang Jebat dan gaya Hang Tuah). Itu gerakannya sampai selesai, jadi
tidak boleh sembarangan. Dulu, zaman kerajaan dulu, itu dibunuh oleh
hulubalang nak. Kate panglima “bunuh, bunuh tu hulubalang, kurang ajar,
silat apa itu.”
P : “Berarti tok, seninya itu ada tersendiri ya?”
N1 : “Iya, ada tersendiri. Tak sama dengan orang, orang salah dah buka
syuhsyuhsyuh (gerakan mengusir), kayak belok ape belok ape pun tak ada
yang tau. Bapak selaku guru besar, awak bawa saye tau itu cemmane die
ya kan, tau saya soalnya sudah mahir kan. Jadi daerah kite ini hanya lime
saudara, Sendeng pusake Bintan, Kuntau pusake Daek, Alian pusake
Chine, terus ini Cekak pusake Bugis, Kemian itu dari orang Pulau Tujuh,
Tujuh Kepulauan Kemian ini. Silat Kemian ini name yang pertame itu
Sriwijaya dengan Kulun. Jadi Sriwijaya ini dia belajar sampai ke
Semenanjung Malaysia, dia belajar. Nah itu sejarah ya, sejarah silat
Kemian ini, orangnya agak keangkuhan gitu. Silat Kemian ini, die punye
127
sepasang alternatif. Adik die ini belajar hanye di tempat nenek, yang
mengajarnye guru itu Datuk Gayung. Balik abang die, singkat aja ini
ceritenye, kalau bapak nak cerite panjang ceritenye, singkat aja ceritenye.
Baliklah Sriwijaya ini ke tempat dia lahir ke Kulun, namanya Kulun
adeknya namanya Kulun. Jadi kate die, “Bang, ape hasilnya abang pergi
mencari ilmu sampai Semenanjung Malaysia? Sampai jumpa dengan
Datuk Gayung,”. Itu sejarah ya. Terus, abang die jawab “Oh, aku dek,
tangan ini tak boleh jejak ke orang, pasti mati,”, hah itu kate Sriwijaya.
“Bang, cakap tuh tak usah angkuh sangat. Kite ini manusie, tak ada hak
kita, membunuh, same-same manusie, sama-sama ummat-Ku anda
ummat-Ku kata Allah, tak ada hak kita membunuh ummat Allah itu, yang
ada boleh membunuh hanya Allah, kite tidak boleh”. “Eh engkau nih
dapat belajar darimana?”, “Saya hanya mengetahui,”. Nah keduenye
terakhir cerite, ditanye ke abangnya, “Bang, ini ada due alternatif, abnag
pilih hak Allah kukembalikan kepada Allah atau abng pilih aku berlindung
disebalikmu Ya Allah, yang mane bang pilih?” “Aku pilih hak aku lah
kukembalikan kepada Allah,”. Adik die jawab Kulun ni, “Bang, abng tu
tak ade hak mengembalikan hak Allah, Allah yang ngambil kite, aku pilih
ini bang,”. “Hah kau tuh, kalau tak percaye yuk (mengajak bertanding),”.
“Tak usah bang, abang kalah dengan aku,” kata adiknya ini kan, “abang
tak bise, tak bise bergerak dengan aku,”. Nah tanding die nak, baru nak
bergerak aja syut dah kene kat sini (menunjuk perut bagian kanan), tujuan
die tadi ke sinilah, sekitar sini dari sini ke kiri dari kiri ke ulu hati,
sampailah tak bernafas abangnye, tak gerak kena tak gerak kene. Nah jadi
silat ini memang luar biase, yang satu abangnye tangan tak boleh kene ade
semua pade die, ma‟rifat ade, selendang empat puluh empat ade, pancung
mayu ade, pancung ma‟rifat ade, giri jantung ade, bersejari ade, semue ade
pade pesilat Kemian ini. Kalau kita hanye berlindung disebalik darri dua
kalimat syahadat. Nah itu kalau kami, sejarah kami dari dua kalimat
syahadat sampailah kite terakhir saye ntah adalagi. Jadi tal luput dari bumi
dipijak langit dijunjung itulah ibu kite selalu, jalan terus membangkitkan.
128
Hah itulah tadi tradisi-tradisi kite, masing-masing punya wadah, masing-
masing punya pendirian, masing-masing punye kebolehan-kebolehan. Itu
sejarah, jadi kalau kite hidup tidak boleh menanggalkan sejarah. Betul
kate Jokowi tu, sejarah jangan ditinggali. Silat adalah yang
membangkitkan sejarah, membangkitkan bendera merah putih, abad yang
ke berape sekarang ini, jadi kalau kite ikut itu abad yang ke 18 lalu 19 20,
baru bangkit kite orang silat bersejarah tu. Mendirikan silat itu dari sejarah
Bung Karno sampai ke zaman kite sekarang ni, jadi silat itu menang silat
tu menang silat karena silat bukan karena kepandaian, kepandaian sudah
ade kite tuntut ilmu masing-masing. Kalau sudah tebiat masing-masing,
kite belajar silat itu, baik jahat itu urusan pribadi masing-masing, baik ade
jahatpun ade, dua alternatif sepasang-sepasang, ade laki ade perempuan,
ada yang jahat ade yang baik. Zaman dulu hingga zaman sekarang inilah
petueh yang diberikan oleh ibu bapak kite nenek noyang noyang kite
zaman dulu tuh nah sepasang-sepasang, Allah pun memberi kite sepasang-
sepasang, jadi sampai pade kite sekarang nih. Telinge sepsang, mata
sepasang, hidung sepasang, mulut sepasang atas bawah langit dan bumi
(sambil menunjuk bibir atas dan bawah), tang sepasang kanan dan kiri,
bahu sepasang kanan dan kiri, ini tak pernah berkecamuk nih tak pernah
kelahi. Pernah tak awak tengok die berkelahi, ini tang kanan dan kiri tak
pernah kelahi nak, itu sejarah, sejarah Allah itu, yang suke kelahi ini
mulut. Mulut berbeda dengan hati, hati ini kadang-kadang ada nggak turut
ya kan, mengataken tabiat manusie ini kan ada gerak dari hati ade gerakan
dari bibir, yang nam jahannam ini dari bibir bukan dari hati. Jadi kate silat
kami, yang diajarkan keturunan kami ini orang Bintan, tige alternatif. Satu
yang sabar, kedue menjaga marwah, ketige amanah. Siapapun kite amanah
kepade bapak kite, siapapun guru kite, amanah sama guru. Lari ke marwah
tabiatnye tabiat kite, karena seluruh umat Islam seluruh umat Allah,
seluruh umat Adam ade 1000 tabiatnye. Nah atok ini bukan berbesar bual,
tapi bercerite pada anak, jagalah baik-baik ini marwah kite sampai
membawa ke akhirat ini, bukan dunie aja nak, langkah ade artinye,
129
mengayun tangan ade artinye, bersilat ade artinye. Tetap kite di belakang
Allah ini bersilat, tidak ade kite di depan. Bukan silat sembarang silat,
silat ade kebatinan. Bukan tempat sembarang tempat, tempat ade di
belakangan.”
P : “Mengenai gerakan dalam seninya tok, gerakan dalam seninya itu punya
nama-namanya nggak tok?”
N1 : “Punye, itu kalau Sendeng 12 gerakan. 12 gerakan itu kite ambil dari
awal, gerakan itu ada diberikan oleh datuk-datuk zaman dulu, bersambit
dengan di dunie dan akhirat. Itu karena die menjalankan gerakan itu
daripade dua kalimat syahadat. Jadi jatuhnye dengan kite yang membawa
tu ade 13 gerakan, sama dengan shalat, kite shalat membawa rukun 13,
gerakan 13. Jadi gerakan silat same dengan shalat. Jadi 12 gerakan,
dengan kite yang membawa jadi 13. Nama gerakannya, langkah 4
pertama, langkah 5 yang kedua, langkah 7 yang ketige, langkah 9 yang
keempat, akhir yang terakhir langkah 12 langkah 13. Tidak sembarang-
sembarangan. Jadi kalau masalah pukul, 35 gerakan. Mematikan langkah,
mamsukkan langkah, membunuh lapiskan, memasuk bunuh pukulan, itu
Sendeng. Mana pun gerak, kalau orang karate, saya tak elak pukulan itu.”
P : “Kan kalau tadi gerakan tangannya tok, kalau gerakan kakinya ada tidak
ya tok?”
N1 : “Gerakan kaki, itu pukulan kaki pukulan orang kurang ajar namanye. Jadi
kalau pukulan kai itu nak (dicontohkan oleh informan).”
P : “Berarti tidak jauh beda dengan silat nasioanl ya tok?”
N1 : “Iya, kalau silat nasional biase tak ada seninya, hanya gerakan. (Informan
masuk ke ruang kamarnya lalu membawa sebuah keris yang biasa
130
digunakan dalam memperagakan seni Sendeng). Ini keris zaman dulu.”
P : “Ada namanya tok keris itu?”
N1 : “Keris ini hanya untuk membela diri saja, membunuh tidak boleh.
Kemanapun lari bisa dielak, kemanapun tikam bisa dibuang. (Ketika
membuka keris tersebut, suara informan terdengar pelan karena sedikit
menangis dan sesenggukan).”
b. Jenis gerakan dalam seni pencak silat Sendeng Cekak
P : “Mau nanya lagi tok, itu gerakan silatnya punya makna tidak tok
masing-masingnya?
N1 : “Ada.”
P : “Seperti ini tok, kami sudah membagi-bagi gerakannya sesuai yang
kemarin diperagakan.”
N1 : “Jadi gini, (informan melihat foto yang sudah disusun peneliti) ini
gerakannya yang ke dua belas. Tangkisan bermakna satu, kedua
tangkisnya mengelak pukulan dalam, ketiga tangkisan memasukkan
pukulan, keempat menangkis pukulan, kelima tangkisan adalah maut
bagi pukulan, keenam mematikan pukulan, ketujuh menapiskan pukulan,
kedelapan mematikan pukulan tendangan kaki, kesembilan membunuh
pukulan, kesepuluh bertuntunan pukulan tiga kali bawah, satu pukulan
itu tiga kali kan, jadi bawah, tengah perut, tenggorok, kesebelas
mencakupkan pukulan apapun, kedua belas melalukan pukulan, ketiga
belas yang melaksanakan. Apa yang nak buat, maut ke tidak ke, itu
urusan kita dengan Allah. Ya nak ya, itu sajalah keputusannya.”
P : “Ini berarti yang Hang Jebat ya tok? Kalau yang Hang Tuah tok?”
131
N1 : “Sama.”
P : “Berarti tok, ini untuk yang dipentaskan menyambung ya tok? Hang
Tuah, Hang Jebat.”
N1 : “Ini kan yang silat ke dua belas, ini silat yang terakhir. Iya menyambung.
Hang Tuah bukan gerakan tujuh ya nak, tapi sembilan.”
P : “Jadi gerakannya namanya seperti tadi ya tok, untuk Hang Tuah tok?”
N1 : “Jadi kalau untuk mencakupkan semue daripade Hang Tuah tu tak bise
nak. Hang Tuah tak bisa disebut. Hang Tuah tu adalah gerakan daripade
24 malaikat. Itu pukulan terakhir die. Setelah bikin gerakan dua belas,
yang dikatakan malaikat itu ialah kunci seluruh silat, kunci gerakan
seluruh silat. (Informan mengepalkan telapak tangan kanannya) Inilah
pukulan terakhir namanye, dibuang kene tak dibuangpun kene. Yang
menentukan tu bukan saye, hanya Allah. Saye tidak berani itu
membunuh umat, tidak ade hak saye membunuh itu hak Allah. Jadi saye
tidak boleh memutuskan, tidak boleh mengatakan kalau kene tangan aku
ini mati kau, bukan begitu bukan. Saye tak berani, karena bukan hak kita
membunuh, umpamanye awak lah, dan atok ni tak tau ape yang nak
terjadi ni. Itulah gune dua kalimat syahadat, bukan kite yang menentukan
melainkan Allah. Kami orang Bintan nak, kalau die betul nak mati ya die
tidak akan mundur setapakpun dari lawan yang telah menyerangnye.
Sampai Portugis sana, Hang Tuah tu, tak pernah die terlengges satupun
manusie yang bise melukai die. Untuk pukulan 24 malaikat itu, kene
dade dade hancur, kene bumi bumi retak, kene langit langit belah.”
P : “Jadi untuk gerakan itu sama ya tok?”
N1 : “Sama, cuma lebih afdol lagi itu Hang Tuah karena Hang Tuah waktu
salam yang terakhir dengan guru die beda sama Hang Jebat. Kalau Hang
132
Jebat ni die hanya bise mengelakkan, tidak bisa membunuh. Tapi kalau
dah kesah, die bise membunuh satu kampung. Itulah silat ni, silat ni tidak
sembarangan, kalau silat-silat aje itu tak apa-apa.”
133
Lampiran 9. Hasil Observasi
LEMBAR OBSERVASI
EKSPLORASI ETNOMATEMATIKA PADA SENI PENCAK SILAT KEPULAUAN RIAU
SEBAGAI SUMBER PENYUSUNAN BAHAN AJAR MATEMATIKA
Petunjuk :
1. Isilah kolom hasil pengamatan sesuai dengan proses yang akan diamati pada tahapan aktivitas Seni Pencak Silat
2. Isilah kolom domain yang sesuai dengan kriteria hasil pengamatan dan jelaskan aspek-aspeknya
Tahapan
Aktivitas Seni
Pencak Silat
Hasil Pengamatan
Domain/Aktivitas Matematika yang Muncul
Menentukan Lokasi Bermain
Tahapan Awal
Gerakan Hang
Tuah
1. Sikap Tegak
Pada tahap awal gerakan Hang Tuah, dimulai dengan
sikap tegak pesilat di mana ke dua kaki pesilat berada
pada posisi yang berdekatan dan terbuka membentuk
sudut 45º. Ke dua tangan pesilat berada di samping sejajar
lurus ke bawah.
134
Tahapan
Aktivitas Seni
Pencak Silat
Hasil Pengamatan
Domain/Aktivitas Matematika yang Muncul
Menentukan Lokasi Bermain
Tahapan Awal
Gerakan Hang
Tuah
2. Kuda-kuda Samping
Dinamakan kuda-kuda samping, karena bagian kaki yang ditekuk
adalah bagian kaki berada di samping kiri atau pun kanan. Pada
gerakan kuda-kuda depan ini, apabila diperhatikan pada gerakan
kaki pesilat akan menunjukkan kedua kaki yang bila ditarik garis
lurus ke kanan dari kaki kiri akan menyentuh ujung tumit kaki
kanan dan membentuk sudut 90º. Lalu pola kedua kaki pesilat
pesilat terbentuk sebuah kesatuan bangun datar dari trapesium dan
segitiga. Pada pola gerak tangan pesilat, tangan kanan terentang
lurus ke bawah dan tangan kiri ditekuk melewati sedikit bahu
kanan. Gerak kedua tangan tersebut menyerupai dua garis yang
saling berpotongan dan tegak lurus dan akan membentuk bangun
datar segitiga jika diberikan garis bantu dari ujung jari tangan
kanan ke siku luar tangan kiri.
Tahap awal
gerakan Hang
Jebat
1. Sikap Duduk Awal
Pada gambar sikap duduk awal tersebut, dapat terlihat gerakan
memberi salam dengan ujung jari ke dua tanga di depan wajah.
Kedua lengan terbuka dengan ketinggian yang sama, jika dilhat
dari jari tangan hingga ke siku maka akan tampak kedua tangan
seperti membentuk bangun datar segitiga dengan menambahkan
garis bantu yang menhubungkan kedua siku tangan.
135
Tahapan
Aktivitas Seni
Pencak Silat
Hasil Pengamatan
Domain/Aktivitas Matematika yang Muncul
Menentukan
Lokasi Bermain
Tahapan Awal
Gerakan Hang
Jebat
2. Sikap Penghormatan
.
Arah kedua kaki pada gambar tersebut menunjukkan bahwa
kaki kiri dan kanan sejajar dan menghadap arah yang sama.
Selanjutnya melihat pada kedua tangan pesilat, dimana tangan
kiri menyentuh siku dalam tangan kanan yang terentang lurus
ke depan. Gerak kedua tangan tersebut menyerupai dua garis
yang saling tegak lurus dan akan membentuk bangun datar
segitiga jika diberikan garis bantu dari ujung jari tangan
kanan ke siku luar tangan kiri.
3. Kuda-kuda Depan
Dinamakan kuda-kuda depan, karena bagian kaki yang
ditekuk adalah bagian kaki yang berada di depan. Pada
gerakan kuda-kuda depan ini, apabila diperhatikan pada
gerakan kaki pesilat akan menunjukkan kedua kaki yang bila
ditarik garis lurus ke belakang dari kaki kiri akan menyentuh
ujung tumit kaki kanan dan membentuk sudut 90º. Lalu pola
kedua kaki pesilat pesilat terbentuk sebuah kesatuan bangun
datar dari trapesium dan segitiga.
136
Tahapan
Aktivitas Seni
Pencak Silat
Hasil Pengamatan
Domain/Aktivitas Matematika yang Muncul
Menentukan
Lokasi Bermain
Gerakan Pukulan
Tangan Hang
Jebat
1. Tangkisan
Gerakan di samping adalah tangkisan. Tangan kanan pesilat
terbuka lebar dan tangan kiri ditekuk sebesar membentuk
sudut siku-siku. Selanjutnya gerak kaki pesilat dengan kaki
kiri di depan yang sedikit ditekuk dan kaki kanan lurus
berada di belakang, jika diberikan garis yang mengitari ruas
kaki dan antara kedua telapak kaki diberikan garis bantu,
maka akan tampak seperti sebuah bangun datar segiempat
tak beraturan.
2. Tangkisan Mengelak Pukulan Dalam
Gambar di samping adalah dua gerakan tangkisan mengelak
pukulan dalam. Gerakan pertama menunjukkan gerak lengan
bawah tangan kiri yang ditekuk ke atas dan lengan bawah
tangan kanan yang lurus ke bawah sedikit masuk ke kiri,
maka posisi ke dua lengan bawah tangan ini sejajar.
Selanjutnya tangan kiri pesilat ditekuk mengarah ke siku
kanan dengan tangan kanan lurus mengarah ke serong kiri
bawah. Jika diberikan garis dari tangan kiri melewati siku
kanan, maka akan tampak seperti dua buah garis yang saling
berpotongan.
137
Tahapan
Aktivitas Seni
Pencak Silat
Hasil Pengamatan
Domain/Aktivitas Matematika yang Muncul
Menentukan
Lokasi Bermain
3. Tangkisan Memasukkan Pukulan
Ketiga gambar di samping merupakan rangkaian gerakan
tangkisan memasukkan pukulan. Pesilat menggunakan kuda-kuda
depan. Gambar di samping terlihat gerakan tangan kanan yang
seakan-akan menahan pukulan. Bentuk tangan kanan yang ditekuk
di depan dada ke arah atas tampak membentuk sudut. Lalu tangan
kanan mendorong maju pukulan tersebut dan tangan kiri naik
menangkis ke arah atas pukulan tersebut, sehingga tampak
membentuk sudut. Kemudian memasukkan pukulan pada lawan
yang telah ditangkis pukulannya dengan tangan kanan lurus
memasukkan pukulan dan tangan kiri ditekuk ke atas, apabila
tangan tersebut dianggap sebagai garis tampak membentuk dua
garis yang saling tegak lurus.
138
Tahapan
Aktivitas Seni
Pencak Silat
Hasil Pengamatan
Domain/Aktivitas Matematika yang Muncul
Menentukan
Lokasi Bermain
4. Menangkis Pukulan
Gambar di samping merupakan gerakan menangkis pukulan,
dimana tangkisan terhadap pukulan dilakukan dengan
mengarahkan tangan kanan dari bawah untuk menangkis dan
mementalkan ke atas pukulan yang dilakukan. Gerak kaki pesilat
yang bersilangan tampak membentuk sebuah sudut. Kemudian
gerak tangan pesilat ditekuk di depan ke arah atas sehingga
tampak membentuk sebuh sudut.
5. Tangkisan Adalah Maut Bagi Pukulan
Gambar di samping adalah gerakan tangkisan maut bagi pukulan,
dimana gerakan ini terdiri dari pukulan yang ditangkis
menggunakan tangan kiri, sedangkan tangan kanan sudah siap
untuk melaksanakan gerakan selanjutnya. Gerak tangan kanan
yang ditekuk sedikit dan tangan kiri yanng juga ditekuk pesilat
tampak membentuk sebuah sudut.
139
Tahapan
Aktivitas Seni
Pencak Silat
Hasil Pengamatan
Domain/Aktivitas Matematika yang Muncul
Menentukan
Lokasi Bermain
6. Mematikan Pukulan
Gambar di samping merupakan gerakan mematikan pukulan.
Gerakan ini merupakan kelanjutan dari gerakan tangkisan maut
bagi pukulan, pesilat saat menahan pukulan dengan tangan kiri
kemudian menjepitnya dengan tangan kanan yang bergerak dari
bawah ke atas tampak bersilangan sehingga membentuk sebuah
sudut.
7. Menapiskan Pukulan
Gambar di samping merupakan gerakan menapiskan atau menepis
pukulan yang masuk ke arah tubuh. Persiapan menapiskan pukulan
dengan menyilangkan tangan di depan dada dengan tangan kanan
di arah kiri bawah dan tangan kiri berada di dekat bahu kanan atas.
Ketika pukulan hampir mengenai tubuh, tangan kanan segera
bergerak membuka ke atas untuk menepis pukulan.
140
Tahapan
Aktivitas Seni
Pencak Silat
Hasil Pengamatan
Domain/Aktivitas Matematika yang Muncul
Menentukan
Lokasi Bermain
8. Mematikan Pukulan Tendangan Kaki
Gambar di samping adalah gerakan mematikan pukulan tendangan
kaki. Gerakan ini didahului dengan menahan tendangan kaki dari
bawah menggunakan tangan kanan dan memperberat tangan kanan
dengan tangan kiri yang disilangkan di atasnya. Selanjutnya,
tangan kiri bergerak lurus ke serong kiri bawah untukmengibas
atau menepiskan tendangan kaki yang sudah ditahan dan tangan
kanan ditekuk ke bahu kiri sehingga tampak seperti dua garis yang
saling berpotongan.
9. Membunuh Pukulan
Gambar di samping merupakan gerakan membunuh pukulan,
dimana pesilat menggunakan kuda-kuda samping kanan dengan
gerakan memotong pukulan lawan yang mengarah ke dada.
Dimulai dari tangan kanan yang ditekuk membentuk sudut dengan
tangan kiri mendekati siku kanan. Lalu tangan kanan digerakkan
ke arah kiri bawah sedangkan tangan kiri bergerak bersilangan
mendekati bahu kanan.
141
Tahapan
Aktivitas Seni
Pencak Silat
Hasil Pengamatan
Domain/Aktivitas Matematika yang Muncul
Menentukan
Lokasi Bermain
9. Membunuh Pukulan (sambungan)
Selanjutnya saat pukulan mendekati dada, pesilat memotong
pukulan tersebut seakan menggunting pukulan tersebut dengan
menggerakkan tangan kiri ke arah kiri bawah dan tangan kanan
melebar ke kanan.
10. Bertuntunan Pukulan Tiga Kali (Bawah,
Tengah Perut, Tenggorokan)
Gerakan ini dimulai dengan menahan serangan atas menggunakan
tangan kanan dan memasukkan pukulan bawah dengan tangan kiri
menuju arah kemaluan. Selanjutnya, menahan serangan kaki
menggunakan tangan kanan dan memasukkan pukulan
menggunakan tangan kiri yang sebelumnya ditekuk sebagai
awalan pukulan menuju pertengahan antara perut dan dada atau
ulu hati. Kemudian mengarahkan pukulan ke arah tenggorokan
menggunakan kanan.
142
Tahapan
Aktivitas Seni
Pencak Silat
Hasil Pengamatan
Domain/Aktivitas Matematika yang Muncul
Menentukan
Lokasi Bermain
11. Mencakupkan Pukulan
Gambar berikut merupakan gerakan mencakupkan pukulan.
Maksud dari mencakupkan pukulan ialah persiapan untuk
melakukan pukulan terakhir. Gerakan ini dimulai dengan menahan
gerakan yang mendekat menggunakan tangan kanan yang lurus
terbuka sejajar bahu dengan tangan kiri lurus menghadap bawah.
Kemudian dilanjutkan gerakan awalan untuk melakukan pukulan
disertai tangan kanan yang diletakkan di samping lutut kanan
setelah menepis tendangan kaki lawan.
12. Melakukan Pukulan
Gambar di samping merupakan kelanjutan dari gerakan
mencakupkan pukulan. Gerakan tersebut ialah melakukan pukulan
yang sebelumnya telah dipersiapkan. Gerakan melakukan pukulan
menggunakan tangan kiri yang ditekuk membentuk sudut. Posisi
kaki kiri berada lurus di depan kaki kanan dengan posisi kaki kiri
yang ditekuk ke depan.
143
Tahapan
Aktivitas Seni
Pencak Silat Hasil Pengamatan
Domain/Aktivitas Matematika yang Muncul
Menentukan
Lokasi Bermain
13. Melaksanakan
Melaksanakan pukulan seperti gambar di samping merupakan
rangkaian terakhir dalam seni Hang Jebat. Gerakan ini dilakukan
menggunakan tangan kanan dengan telapak tangan terbuka lebar
mengarah ke dada dan menggunakan kuda-kuda depan seperti
pada gambar di samping.
144
Tahapan
Aktivitas Seni
Pencak Silat
Hasil Pengamatan
Domain/Aktivitas Matematika yang Muncul
Menentukan Lokasi Bermain
Pola langkah
gerakan Hang
Jebat
Pola Langkah I Gambar di samping merupakan pola langkah awalan atau pembuka
gerakan, dimana pola langkah ini merupakan sikap penghormatan.
Gerakan ini dimulai dengan duduk awalan penghormatan.
Kemudian pesilat berdiri dan melangkahkan kaki kiri ke depan dan
memiringkannya ke kiri sehingga tampak antara kaki kiri dan
kanan apabila ditarik sebuah garis akan membentuk sudut 90º (1).
Lalu kaki kanan pesilat melangkah maju lurus ke depan dengan
kemiringan sudut ±45º dari kaki kiri (2), dan melaksanakan sikap
duduk penghormatan kembali. Selanjutnya pesilat berdiri kembali
dan melangkahkan kaki kiri ke depan diikuti dengan kaki kanan,
kedua kaki ini sejajar menghadap depan, namun kaki kanan sedikit
lebih maju dibanding kaki kiri (3 dan 4).
4
3
2
1
145
Tahapan
Aktivitas Seni
Pencak Silat
Hasil Pengamatan
Domain/Aktivitas Matematika yang Muncul
Menentukan Lokasi Bermain
Pola Langkah II
Pola langkah ke dua, dimulai dengan melangkahkan kaki kanan
pesilat ke belakang dengan tetap mempertahakan arah tubuh ke
depan, sudut yang terbentuk antara kaki kanan dan kaki kiri
sebesar 90º (1), dilanjutkan dengan melangkahkan kaki kiri ke
belakang dan juga membentuk sudut 90º (2). Kemudian pesilat
melangkahkan kaki kanan ke arah belakang kanan (3), segaris
dengan kaki kiri yang sudah berputar 90º berlawanan jarum jam
dari kedudukan sebelumnya dan membentuk sudut 90º antara kaki
kanan dan kaki kiri dengan arah tubuh ke kiri (3‟1). Kemudian
arah tubuh berputar 180º bersamaan dengan berputarnya kaki
kanan dan kaki kiri searah jarum jam sebesar 90º (3‟2).
2
1
3
3’2 3’1
146
Tahapan
Aktivitas Seni
Pencak Silat
Hasil Pengamatan
Domain/Aktivitas Matematika yang Muncul
Menentukan Lokasi Bermain
Pola Langkah III Pola langkah ke tiga diawali dari posisi tubuh pesilat menghadap ke kanan,
lalu pesilat melangkahkan kaki kirinya ke kanan mendekati kaki kanan,
kemudian melangkah kembali ke depan bersamaan dengan kaki kanan
melangkah ke arah belakang dan arah tubuh menghadap ke depan (1).
Selanjutnya kaki kanan pesilat maju mendekati kaki kiri, lalu melangkah ke
kanan menjauhi kaki kiri dengan arah tubuh menghadap ke kiri (2).
Kemudian pesilat melangkahkan kaki kanan maju (3), lalu kaki kiri
melangkah mundur dan arah tubuh berputar 90º menghadap ke depan (4).
Pola Langkah IV Pola langkah ke empat ini, pesilat memajukan kaki kirinya sedikit melebar
namun tetap membentuk sudut 90º bila ditarik garis dari kaki kiri dan kaki
kanan yang telah berputar ke kanan 90º (1). Kemudian kaki kanan maju dan
melebar sedikit dan diikuti kaki kiri bergerak mundur (2), kedua arah kaki
ini membentuk sudut 90º (2‟1) dengan arah gerak tubuh ke kanan, lalu
berputar 180 º ke kiri (2‟2) diikuti dengan perputaran kaki kanan dan kaki
kiri berlawan jarum jam sebesar 90º. Selanjutnya kaki kanan pesilat
melangkah ke depan (3) diikuti kaki kiri melangkah ke belakang (4) yang
jika dihubungkan dengan garis bantu akan membentuk sudut 90º dengan
arah tubuh ke depan.
2 4
3
1 1
3
1 2
4
2’1
2’2
147
Tahapan
Aktivitas Seni
Pencak Silat
Hasil Pengamatan
Domain/Aktivitas Matematika yang Muncul
Menentukan Lokasi Bermain
Pola Langkah V Pola langkah ke lima ini, dimulai dari posisi tubuh pesilat menghadap ke
depan dengan gerakan kaki kiri pesilat melangkah ke serong kiri depan
bersamaan berputarnya arah kaki ke kanan diikuti gerak tubuh pesilat
menghadap ke kanan (1). Lalu kaki kiri kembali melangkah maju (2)
dengan posisi terbuka sebesar 90º. Selanjutnya pesilat melangkahkan kaki
kanannya ke belakang sehingga posisi kaki kiri berada di depan (3) dan
kembali membentuk sudut 90º.
Pola Langkah VI Pola langkah ke enam dimulai dari posisi tubuh pesilat menghadap ke
depan, lalu kaki kiri pesilat melangkah ke kiri belakang diikuti perputaran
kaki kanan sebesar 90° berlawanan jarum jam, dan juga gerakan tubuh
berputar 90° menghadap ke kiri (1). Kemudian kaki kanan melangkah
maju terbuka bagian dalamnya (2) dengan posisi kaki kanan dan kaki kiri
membentuk sudut 90°. Selanjutnya pesilat melangkahkan maju kaki kiri
dengan posisi kaki menghadap depan bersamaan dengan kaki kanan yang
berputar 90° searah jarum jam (3), diikuti gerakan tubuh berputar 180°.
2
1 3
3
2
1
148
Tahapan
Aktivitas Seni
Pencak Silat
Hasil Pengamatan
Domain/Aktivitas Matematika yang Muncul
Menentukan Lokasi Bermain
Pola Langkah VII Pola langkah ke tujuh ini adalah langkah akhir dari gerakan
Hang Jebat. Langkah ini dimulai dari posisi tubuh pesilat
menghadap ke kiri, lalu kaki kiri pesilat melangkah ke
depan selurus dengan kaki kanan dan posisi tubuh berputar
90° ke kiri (1). Posisi kaki kanan dan kaki kiri membentuk
sudut 90°. Kemudian kaki kiri pesilat melangkah ke
belakang (2) dengan kemiringan 45° dari kaki kanan, dan
berakhir dengan sikap duduk bersila dengan tangan
bertangkup di depan dada sebagai penghormatan penutup.
2
1
149
Lampiran 10.
DOKUMEN KURIKULUM 2013
KOMPETENSI INTI
&
KOMPETENSI DASAR
Sekolah Dasar (SD)/
Madrasah Ibtidaiyah (MI)
Sekolah Menengah Pertama (SMP)/
Madrasah Tsanawiyah (MTs)
Sekolah Menengah Atas (SMA)/
Madrasah Aliyah (MA)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2013
150
a. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Matematika SD/MI
Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap
spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi
tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler,
dan/atau ekstrakurikuler.
Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual yaitu, “Menerima, menjalankan, dan
menghargai ajaran agama yang dianutnya”. Adapun rumusan Kompetensi Sikap
Sosial yaitu, “Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun,
peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman guru, dan
tetangganya serta cinta tanah air”. Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui
pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan,
dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran, serta
kebutuhan dan kondisi peserta didik.
Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang
proses pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai pertimbangan
guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.
KELAS: I
Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai
berikut ini:
Kompetensi Inti 3 (Pengetahuan) Kompetensi Inti 4 (Keterampilan)
3. Memahami pengetahuan faktual
dengan cara mengamati
(mendengar, melihat, membaca)
dan menanya berdasarkan rasa
ingin tahu tentang dirinya,
makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda
yang dijumpainya di rumah dan
di sekolah
4.
Menyajikan pengetahuan faktual
dalam bahasa yang jelas dan logis,
dalam karya yang estetis, dalam
gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak
beriman dan berakhlak mulia
151
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.1 Menjelaskan makna bilangan
cacah sampai dengan 99
sebagai banyak anggota suatu
kumpulan objek
4.1
Menyajikan bilangan cacah
sampai dengan 99 yang
bersesuaian dengan banyak
anggota suatu kumpulan objek
yang disajikan
3.2 Menjelaskan bilangan sampai
dua angka dan nilai tempat
penyusun lambang bilangan
menggunakan kumpulan benda
konkret serta cara membacanya
4.2 Menuliskan lambang bilangan
sampai dua angka yang
menyatakan banyak anggota suatu
kumpulan objek dengan ide nilai
tempat
3.3 Membandingkan dua bilangan
sampai dua angka dengan
menggunakan kumpulan
benda-benda konkret
4.3 Mengurutkan bilangan- bilangan
sampai dua angka dari bilangan
terkecil ke bilangan terbesar atau
sebaliknya dengan menggunakan
kumpulan benda-benda konkret
3.4 Menjelaskan dan melakukan
penjumlahan dan pengurangan
bilangan yang melibatkan
bilangan cacah sampai dengan
99 dalam kehidupan sehari-hari
serta mengaitkan penjumlahan
dan pengurangan
4.4 Menyelesaikan masalah
kehidupan sehari-hari yang
berkaitan dengan penjumlahan
dan pengurangan bilangan yang
melibatkan bilangan cacah sampai
dengan 99
3.5 Mengenal pola bilangan yang
berkaitan dengan kumpulan
benda/gambar/gerakan atau
lainnya
4.5 Memprediksi dan membuat pola
bilangan yang berkaitan dengan
kumpulan benda/gambar/gerakan
atau lainnya
3.6 Mengenal bangun ruang dan
bangun datar dengan
menggunakan berbagai benda
konkret
4.6 Mengelompokkan bangun ruang
dan bangun datar berdasarkan
sifat tertentu dengan
menggunakan berbagai benda
konkret
3.7 Mengidentifikasi bangun datar
yang dapat disusun membentuk
pola pengubinan
4.7 Menyusun bangun-bangun datar
untuk membentuk pola
pengubinan
3.8 Mengenal dan menentukan
panjang dan berat dengan
satuan tidak baku
menggunakan benda/situasi
konkret
4.8 Melakukan pengukuran panjang
dan berat dalam satuan tidak baku
dengan menggunakan
benda/situasi konkret
3.9 Membandingkan panjang,
berat, lamanya waktu, dan suhu
menggunakan benda/situasi
konkret
4.9 Mengurutkan benda/kejadian/
keadaan berdasarkan panjang,
berat, lamanya waktu, dan suhu
152
KELAS: II
Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai
berikut ini:
Kompetensi Inti 3 (Pengetahuan) Kompetensi Inti 4 (Keterampilan)
3. Memahami pengetahuan faktual
dengan cara mengamati
(mendengar, melihat, membaca)
dan menanya berdasarkan rasa
ingin tahu tentang dirinya,
makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda
yang dijumpainya di rumah dan
di sekolah
4.
Menyajikan pengetahuan faktual
dalam bahasa yang jelas dan logis,
dalam karya yang estetis, dalam
gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak
beriman dan berakhlak mulia
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.1 Menjelaskan makna bilangan
cacah dan menentukan
lambangnya berdasarkan nilai
tempat dengan menggunakan
model konkret serta cara
membacanya
4.1
Membaca dan menyajikan
bilangan cacah dan lambangnya
berdasarkan nilai tempat dengan
menggunakan model konkret
3.2 Membandingkan dua bilangan
cacah
4.2 Mengurutkan bilangan- bilangan
dari bilangan terkecil ke bilangan
terbesar atau sebaliknya
3.3 Menjelaskan dan melakukan
penjumlahan dan pengurangan
bilangan yang melibatkan
bilangan cacah sampai dengan
999 dalam kehidupan sehari-
hari serta mengaitkan
penjumlahan dan pengurangan
4.3 Menyelesaikan masalah
penjumlahan dan pengurangan
bilangan yang melibatkan
bilangan cacah sampai dengan
999 dalam kehidupan sehari-hari
serta mengaitkan penjumlahan
dan pengurangan
3.4 Menjelaskan perkalian dan
pembagian yang melibatkan
bilangan cacah dengan hasil
kali sampai dengan 100 dalam
kehidupan sehari-hari serta
mengaitkan perkalian dan
pembagian
4.4 Menyelesaikan masalah perkalian
dan pembagian yang melibatkan
bilangan cacah dengan hasil kali
sampai dengan 100 dalam
kehidupan sehari-hari serta
mengaitkan perkalian dan
pembagian
153
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.5 Menjelaskan nilai dan
kesetaraan pecahan mata
uang
4.5 Mengurutkan nilai mata uang
serta mendemonstrasikan
berbagai kesetaraan pecahan
mata uang
3.6 Menjelaskan dan menentukan
panjang (termasuk jarak),
berat, dan waktu dalam
satuan baku, yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari
4.6 Melakukan pengukuran panjang
(termasuk jarak), berat, dan
waktu dalam satuan baku, yang
berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari
3.7 Menjelaskan pecahan ⁄ , ⁄
, dan ⁄ menggunakan benda-
benda konkret dalam
kehidupan sehari-hari
4.7 Menyajikan pecahan ⁄ ,
⁄ ,
dan ⁄ yang bersesuaian dengan
bagian dari keseluruhan suatu
benda konkret dalam kehidupan
sehari-hari
3.8 Menjelaskan ruas garis
dengan menggunakan model
konkret bangun datar dan
bangun ruang
4.8 Mengidentifikasi ruas garis
dengan menggunakan model
konkret bangun datar dan
bangun ruang
3.9 Menjelaskan bangun datar
dan bangun ruang
berdasarkan ciri-cirinya
4.9 Mengklasifikasi bangun datar
dan bangun ruang berdasarkan
ciri-cirinya
3.10 Menjelaskan pola barisan
bangun datar dan bangun
ruang
3.10 Memprediksi pola barisan
bangun datar dan bangun ruang
154
KELAS: III
Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai
berikut ini:
Kompetensi Inti 3 (Pengetahuan) Kompetensi Inti 4 (Keterampilan)
3. Memahami pengetahuan faktual
dengan cara mengamati
(mendengar, melihat, membaca)
dan menanya berdasarkan rasa
ingin tahu tentang dirinya,
makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda
yang dijumpainya di rumah dan
di sekolah
4.
Menyajikan pengetahuan faktual
dalam bahasa yang jelas dan logis,
dalam karya yang estetis, dalam
gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak
beriman dan berakhlak mulia
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.1 Menjelaskan sifat-sifat operasi
hitung pada bilangan cacah
4.1
Menyelesaikan masalah yang
melibatkan penggunaan sifat-sifat
operasi hitung pada bilangan
cacah
3.2 Menjelaskan bilangan cacah
dan pecahan sederhana (seperti
⁄ , ⁄ , dan ⁄ ) yang disajikan
pada garis bilangan
4.2 Menggunakan bilangan cacah dan
pecahan sederhana (seperti ⁄ ,
⁄ , dan ⁄ ) yang disajikan pada
garis bilangan
3.3 Menyatakan suatu bilangan
sebagai jumlah, selisih, hasil
kali, atau hasil bagi dua
bilangan cacah
4.3 Menilai apakah suatu bilangan
dapat dinyatakan sebagai jumlah,
selisih, hasil kali, atau hasil bagi
dua bilangan cacah
3.4 Menggeneralisasi ide pecahan
sebagai bagian dari
keseluruhan menggunakan
benda-benda konkret
4.4 Menyajikan pecahan sebagai
bagian dari keseluruhan
menggunakan benda-benda
konkret
3.5 Menjelaskan dan melakukan
penjumlahan dan pengurangan
pecahan berpenyebut sama
4.5 Menyelesaikan masalah
penjumlahan dan pengurangan
pecahan berpenyebut sama
3.6 Menjelaskan dan menentukan
lama waktu suatu kejadian
berlangsung
4.6 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan lama waktu suatu
kejadian berlangsung
155
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.7 Mendeskripsikan dan
menentukan hubungan antar
satuan baku untuk panjang,
berat, dan waktu yang
umumnya digunakan dalam
kehidupan sehari-hari
4.7 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan hubungan
antar satuan baku untuk panjang,
berat, dan waktu yang umumnya
digunakan dalam kehidupan
sehari-hari
3.8 Menjelaskan dan menentukan
luas dan volume dalam satuan
tidak baku dengan
menggunakan benda konkret
4.8 Menyelesaikan masalah luas dan
volume dalam satuan tidak baku
dengan menggunakan benda
konkret
3.9 Menjelaskan simetri lipat dan
simetri putar pada bangun
datar menggunakan benda
konkret
4.9 Mengidentifikasi simetri lipat
dan simetri putar pada bangun
datar menggunakan benda
konkret
3.10 Menjelaskan dan menentukan
keliling bangun datar
4.10 Menyajikan dan menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan
keliling bangun datar
3.11 Menjelaskan sudut, jenis
sudut (sudut siku-siku, sudut
lancip, dan sudut tumpul),
dan satuan pengukuran tidak
baku
4.11 Mengidentifikasi jenis sudut
(sudut siku-siku, sudut lancip,
dan sudut tumpul), dan satuan
pengukuran tidak baku
3.12 Menganalisis berbagai
bangun datar berdasarkan
sifat-sifat yang dimiliki
4.12 Mengelompokkan berbagai
bangun datar berdasarkan sifat-
sifat yang dimiliki
3.13 Menjelaskan data berkaitan
dengan diri peserta didik
yang disajikan dalam diagram
gambar
4.13 Menyajikan data berkaitan
dengan diri peserta didik yang
disajikan dalam diagram gambar
156
KELAS: IV
Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai
berikut ini:
Kompetensi Inti 3 (Pengetahuan) Kompetensi Inti 4 (Keterampilan)
3. Memahami pengetahuan faktual
dengan cara mengamati dan
menanya berdasarkan rasa ingin
tahu tentang dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan dan kegiatannya,
dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, di
sekolah, dan tempat bermain
4.
Menyajikan pengetahuan faktual
dalam bahasa yang jelas dan logis,
dalam karya yang estetis, dalam
gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak
beriman dan berakhlak mulia
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.1 Menjelaskan pecahan-pecahan
senilai dengan gambar dan
model konkret
4.1
Mengidentifikasi pecahan-
pecahan senilai dengan gambar
dan model konkret
3.2 Menjelaskan berbagai bentuk
pecahan (biasa, campuran,
desimal, dan persen) dan
hubungan di antaranya
4.2 Mengidentifikasi berbagai bentuk
pecahan (biasa, campuran,
desimal, dan persen) dan
hubungan di antaranya
3.3 Menjelaskan dan melakukan
penaksiran dari jumlah, selisih,
hasil kali, dan hasil bagi dua
bilangan cacah maupun
pecahan dan desimal
4.3 Menyelesaikan masalah
penaksiran dari jumlah, selisih,
hasil kali, dan hasil bagi dua
bilangan cacah maupun pecahan
dan desimal
3.4 Menjelaskan faktor dan
kelipatan suatu bilangan
4.4 Mengidentifikasi faktor dan
kelipatan suatu bilangan
3.5 Menjelaskan bilangan prima 4.5 Mengidentifikasi bilangan prima
3.6 Menjelaskan dan menentukan
faktor persekutuan, faktor
persekutuan terbesar (FPB),
kelipatan persekutuan, dan
kelipatan persekutuan terkecil
(KPK) dari dua bilangan
berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari
4.6 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan faktor
persekutuan, faktor persekutuan
terbesar (FPB), kelipatan
persekutuan, dan kelipatan
persekutuan terkecil (KPK) dari
dua bilangan berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari
3.7 Menjelaskan dan melakukan
pembulatan hasil pengukuran
panjang dan berat ke satuan
terdekat
4.7 Menyelesaikan masalah
pembulatan hasil pengukuran
panjang dan berat ke satuan
terdekat
157
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.8 Menganalisis sifat-sifat
segibanyak beraturan dan
segibanyak tidak beraturan
4.8 Mengidentifikasi sifat-sifat
segibanyak beraturan dan
segibanyak tidak beraturan
3.9 Menjelaskan dan menentukan
keliling dan luas persegi,
persegi panjang, dan segitiga
serta hubungan pangkat dua
dengan akar pangkat dua
4.9 Menyelesaikan masalah
berkaitan dengan keliling dan
luas persegi, persegi panjang,
dan segitiga termasuk
melibatkan pangkat dua dengan
akar pangkat dua
3.10 Menjelaskan hubungan antar
garis (sejajar, berpotongan,
berhimpit) menggunakan
model konkret
4.10 Mengidentifikasi hubungan
antar garis (sejajar, berpotongan,
berhimpit) menggunakan model
konkret
3.11 Menjelaskan data diri peserta
didik dan lingkungannya
yang disajikan dalam bentuk
diagram batang
4.11 Mengumpulkan data diri peserta
didik dan lingkungannya yang
menyajikan dalam bentuk
diagram batang
3.12 Menjelaskan dan menentukan
ukuran sudut pada bangun
datar dalam satuan baku
dengan menggunakan busur
derajat
4.12 Mengukur sudut pada bangun
datar dalam satuan baku dengan
menggunakan busur derajat
3.13 Menjelaskan data berkaitan
dengan diri peserta didik
yang disajikan dalam diagram
gambar
4.13 Menyajikan data berkaitan
dengan diri peserta didik yang
disajikan dalam diagram gambar
158
KELAS: V
Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai
berikut ini:
Kompetensi Inti 3 (Pengetahuan) Kompetensi Inti 4 (Keterampilan)
3. Memahami pengetahuan faktual
dengan cara mengamati dan
menanya berdasarkan rasa ingin
tahu tentang dirinya, makhluk
ciptaan Tuhan dan kegiatannya,
dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, di
sekolah, dan tempat bermain
4.
Menyajikan pengetahuan faktual
dalam bahasa yang jelas dan logis,
dalam karya yang estetis, dalam
gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak
beriman dan berakhlak mulia
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.1 Menjelaskan dan melakukan
penjumlahan dan pengurangan
dua pecahan dengan penyebut
berbeda
4.1
Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan penjumlahan
dan pengurangan dua pecahan
dengan penyebut berbeda
3.2 Menjelaskan dan melakukan
perkalian dan pembagian
pecahan dan desimal
4.2 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan perkalian dan
pembagian pecahan dan desimal
3.3 Menjelaskan perbandingan dua
besaran yang berbeda
(kecepatan sebagai
perbandingan jarak dengan
waktu, debit sebagai
perbandingan volume dan
waktu)
4.3 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan perbandingan
dua besaran yang berbeda
(kecepatan, debit)
3.4 Menjelaskan skala melalui
denah
4.4 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan skala pada
denah
3.5 Menjelaskan dan menentukan
volume bangun ruang dengan
menggunakan satuan volume
(seperti kubus satuan) serta
hubungan pangkat tiga dengan
akar pangkat tiga
4.5 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan volume bangun
ruang dengan menggunakan
satuan volume (seperti kubus
satuan) melibatkan pangkat tiga
dengan akar pangkat tiga
3.6 Menjelaskan dan menemukan
jaring-jaring bangun ruang
sederhana (kubus dan balok)
4.6 Membuat jaring-jaring bangun
ruang sederhana (kubus dan
balok)
159
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.7 Menjelaskan data yang
berkaitan dengan diri peserta
didik atau lingkungan sekitar
serta cara pengumpulannya
4.7 Menganalisis data yang berkaitan
dengan diri peserta didik atau
lingkungan sekitar serta cara
pengumpulannya
3.8 Menjelaskan penyajian data
yang berkaitan dengan diri
peserta didik dan
membandingkan dengan data
dari lingkungan sekitar dalam
bentuk daftar, tabel, diagram
gambar (piktogram), diagram
batang, atau diagram garis
4.8 Mengorganisasikan dan
menyajikan data yang berkaitan
dengan diri peserta didik dan
membandingkan dengan data dari
lingkungan sekitar dalam bentuk
daftar, tabel, diagram gambar
(piktogram), diagram batang, atau
diagram garis
160
KELAS: VI
Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai
berikut ini:
Kompetensi Inti 3 (Pengetahuan) Kompetensi Inti 4 (Keterampilan)
3. Memahami pengetahuan faktual
dengan cara mengamati,
menanya, dan mencoba
berdasarkan rasa ingin tahu
tentang dirinya, makhluk ciptaan
Tuhan dan kegiatannya, dan
benda-benda yang dijumpainya
di rumah, di sekolah, dan tempat
bermain
4.
Menyajikan pengetahuan faktual
dalam bahasa yang jelas dan logis,
dalam karya yang estetis, dalam
gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak
beriman dan berakhlak mulia
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.1 Menjelaskan bilangan bulat
negatif (termasuk
menggunakan garis bilangan)
4.1
Menggunakan konsep bilangan
bulat negatif (termasuk
menggunakan garis bilangan)
untuk menyatakan situasi sehari-
hari
3.2 Menjelaskan dan melakukan
operasi penjumlahan,
pengurangan, perkalian dan
pembagian yang melibatkan
bilangan bulat negatif
4.2 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan operasi
penjumlahan, pengurangan,
perkalian dan pembagian yang
melibatkan bilangan bulat negatif
dalam kehidupan sehari-hari
3.3 Menjelaskan dan melakukan
operasi hitung campuran yang
melibatkan bilangan cacah,
pecahan, dan/atau desimal
dalam berbagai bentuk sesuai
urutan operasi
4.3 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan operasi hitung
campuran yang melibatkan
bilangan cacah, pecahan, dan/atau
desimal dalam berbagai bentuk
sesuai urutan operasi
3.4 Menjelaskan titik pusat, jari-
jari, diameter, busur, tali busur,
tembereng, dan juring
4.4 Mengidentifikasi titik pusat, jari-
jari, diameter, busur, tali busur,
tembereng, dan juring
3.5 Menjelaskan taksiran keliling
dan luas lingkaran
4.5 Menaksir keliling dan luas
lingkaran serta menggunakannnya
untuk menyelesaikan masalah
161
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.6 Membandingkan prisma,
tabung, limas, kerucut, dan
bola
4.6 Mengidentifikasi prisma, tabung,
limas, kerucut, dan bola
3.7 Menjelaskan bangun ruang
yang merupakan gabungan dari
beberapa bangun ruang, serta
luas permukaan dan
volumenya
4.7 Mengidentifikasi bangun ruang
yang merupakan gabungan dari
beberapa bangun ruang, serta luas
permukaan dan volumenya
3.8 Menjelaskan dan
membandingkan modus,
median, dan mean dari data
tunggal untuk menentukan
nilai mana yang paling tepat
mewakili data
4.8 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan modus, median,
dan mean dari data tunggal untuk
menentukan nilai mana yang
paling tepat mewakili data
162
b. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Matematika SMP/MTs
Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap
spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi
tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler,
dan/atau ekstrakurikuler.
Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual yaitu, “Menghargai dan menghayati
ajaran agama yang dianutnya”. Adapun rumusan Kompetensi Sikap Sosial
yaitu, “Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleran,
gotong royong), santun, dan percaya diri dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya”. Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran
tidak langsung (indirect teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya
sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran, serta kebutuhan
dan kondisi peserta didik.
Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang
proses pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai pertimbangan
guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.
KELAS: VII
Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai
berikut ini:
Kompetensi Inti 3 (Pengetahuan) Kompetensi Inti 4 (Keterampilan)
3. Memahami pengetahuan
(faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni,
budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata
4.
Mencoba, mengolah, dan menyaji
dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan
membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung,
menggambar, dan mengarang)
sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang sama
dalam sudut pandang/teori
163
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.1 Menjelaskan dan menentukan
urutan pada bilangan bulat
(positif dan negatif) dan
pecahan (biasa, campuran,
desimal, persen)
4.1
Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan urutan beberapa
bilangan bulat dan pecahan
(biasa, campuran, desimal,
persen)
3.2 Menjelaskan dan melakukan
operasi hitung bilangan bulat
dan pecahan dengan
memanfaatkan berbagai sifat
operasi
4.2 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan operasi hitung
bilangan bulat dan pecahan
3.3 Menjelaskan dan menentukan
representasi bilangan dalam
bentuk bilangan berpangkat
bulat positif dan negatif
4.3 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan bilangan dalam
bentuk bilangan berpangkat bulat
positif dan negatif
3.4 Menjelaskan himpunan,
himpunan bagian, himpunan
semesta, himpunan kosong,
komplemen himpunan, dan
melakukan operasi biner pada
himpunan menggunakan
masalah kontekstual
4.4 Menyelesaikan masalah
kontekstual yang berkaitan
dengan himpunan, himpunan
bagian, himpunan semesta,
himpunan kosong, komplemen
himpunan, dan operasi biner pada
himpunan
3.5 Menjelaskan bentuk aljabar
dan melakukan operasi pada
bentuk aljabar (penjumlahan,
pengurahan, perkalian, dan
pembagian)
4.5 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan bentuk aljabar
dan operasi pada bentuk aljabar
3.6 Menjelaskan persamaan dan
pertidaksamaan linear satu
variabel dan penyelesaiannya
4.6 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan persamaan dan
pertidaksamaan linear satu
variabel
3.7 Menjelaskan rasio dua besaran
(satuannya sama dan berbeda)
4.7 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan rasio dua
besaran (satuannya sama dan
berbeda)
3.8 Membedakan perbandingan
senilai dan berbalik nilai
dengan menggunakan tabel
data, grafik, dan persamaan
4.8 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan perbandingan
senilai dan berbalik nilai
164
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.9 Mengenal dan menganalisis
berbagai situasi terkait
aritmetika sosial (penjualan,
pembelian, potongan,
keuntungan, kerugian, bunga
tunggal, persentase, bruto,
neto, tara)
4.9 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan aritmetika
sosial (penjualan, pembelian,
potongan, keuntungan, kerugian,
bunga tunggal, persentase,
bruto, neto, tara)
3.10 Menganalisis hubungan antar
sudut sebagai akibat dari dua
garis sejajar yang dipotong
oleh garis transversal
4.10 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan hubungan
antar sudut sebagai akibat dari
dua garis sejajar yang dipotong
oleh garis transversal
3.11 Mengaitkan rumus keliling
dan luas untuk berbagai jenis
segiempat (persegi, persegi
panjang, belah ketupat,
jajargenjang, trapesium, dan
layang-layang) dan segitiga
4.11 Menyelesaikan masalah
kontekstual yang berkaitan
dengan luas kan keliling
segiempat (persegi, persegi
panjang, belah ketupat,
jajargenjang, trapesium, dan
layang-layang) dan segitiga
3.12 Menganalisis hubungan
antara data dengan cara
penyajiannya (tabel, diagram
garis, diagram batang, dan
diagram lingkaran)
4.12 Menyajikan dan menafsirkan
data dalam bentuk tabel,
diagram garis, diagram batang,
dan diagram lingkaran
165
KELAS: VIII
Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai
berikut ini:
Kompetensi Inti 3 (Pengetahuan) Kompetensi Inti 4 (Keterampilan)
3. Memahami pengetahuan
(faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni,
budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata
4.
Mencoba, mengolah, dan menyaji
dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan
membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung,
menggambar, dan mengarang)
sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang sama
dalam sudut pandang/teori
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.1 Membuat generalisasi dari pola
pada barisan bilangan dan
barisan konfigurasi objek
4.1
Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan pola pada
barisan bilangan dan barisan
konfigurasi objek
3.2 Menjelaskan kedudukan titik
dalam bidang koordinat
Kartesius yang dihubungkan
dengan masalah kontekstual
4.2 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan kedudukan titik
dalam bidang koordinat Kartesius
3.3 Mendeskripsikan dan
menyatakan relasi dan fungsi
dengan menggunakan berbagai
representasi (kata-kata, tabel,
grafik, diagram, dan
persamaan)
4.3 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan relasi dan fungsi
dengan menggunakan berbagai
representasi
3.4 Menganalisis fungsi linear
(sebagai persamaan garis lurus)
dan menginterpretasikan
grafiknya yang dihubungkan
dengan masalah kontekstual
4.4 Menyelesaikan masalah
kontekstual yang berkaitan
dengan fungsi linear sebagai
persamaan garis lurus
3.5 Menjelaskan sistem persamaan
linear dua variabel dan
penyelesaiannya yang
dihubungkan dengan masalah
kontekstual
4.5 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan sistem
persamaan linear dua variabel
166
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.6 Menjelaskan dan
membuktikan teorema
Pythagoras dan tripel
Pythagoras
4.6 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan teorema
Pythagoras dan tripel Pythagoras
3.7 Menjelaskan sudut pusat,
sudut keliling, panjang busur,
dan luas juring lingkaran,
serta hubungannya
4.7 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan sudut pusat,
sudut keliling, panjang busur,
dan luas juring lingkaran, serta
hubungannya
3.8 Menjelaskan garis singgung
persekutuan luar dan
persekutuan dalam dua
lingkaran dan cara
melukisnya
4.8 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan garis singgung
persekutuan luar dan
persekutuan dalam dua
lingkaran
3.9 Membedakan dan
menentukan luas permukaan
dan volume bangun ruang sisi
datar (kubus, balok, prisma,
dan limas)
4.9 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan luas
permukaan dan volume bangun
ruang sisi datar (kubus, balok,
prisma, dan limas), serta
gabungannya
3.10 Menganalisis data
berdasarkan distribusi data,
nilai rata-rata, median,
modus, dan sebaran data
untuk mengambil keputusan,
dan membuat prediksi
4.10 Menyajikan dan menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan
distribusi data, nilai rata-rata,
median, modus, dan sebaran
data untuk mengambil
keputusan, dan membuat
prediksi
3.11 Menjelaskan peluang empirik
dan teoritik suatu kejadian
dari suatu percobaan
4.11 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan peluang
empirik dan teoritik suatu
kejadian dari suatu percobaan
167
KELAS: IX
Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai
berikut ini:
Kompetensi Inti 3 (Pengetahuan) Kompetensi Inti 4 (Keterampilan)
3. Memahami pengetahuan
(faktual, konseptual, dan
prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni,
budaya terkait fenomena dan
kejadian tampak mata
4.
Mencoba, mengolah, dan menyaji
dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai,
merangkai, memodifikasi, dan
membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung,
menggambar, dan mengarang)
sesuai dengan yang dipelajari di
sekolah dan sumber lain yang sama
dalam sudut pandang/teori
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.1 Menjelaskan dan melakukan
operasi bilangan berpangkat
bilangan rasional dan bentuk
akar, serta sifat-sifatnya
4.1
Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan sifat-sifat
operasi bilangan berpangkat bulat
dan bentuk akar
3.2 Menjelaskan persamaan
kuadrat dan karakteristiknya
berdasarkan akar-akarnya serta
cara penyelesaiannya
4.2 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan persamaan
kuadrat
3.3 Menjelaskan fungsi kuadrat
dengan menggunakan tabel,
persamaan, dan grafik
4.3 Menyajikan fungsi kuadrat
dengan menggunakan tabel,
persamaan, dan grafik
3.4 Menjelaskan hubungan anrara
koefisien dan diskriminan
fungsi kuadrat dengan
grafiknya
4.4 Menyajikan dan menyelesaikan
masalah kontekstual dengan
menggunakan sifat-sifat fungsi
kuadrat
3.5 Menjelaskan transformasi
geometri (refleksi, translasi,
rotasi, dan dilatasi) yang
dihubungkan dengan masalah
kontekstual
4.5 Menyelesaikan masalah
kontekstual yang berkaitan
dengan transformasi geometri
(refleksi, translasi, rotasi, dan
dilatasi)
3.6 Menjelaskan dan menentukan
kesebangunan dan
kekongruenan antar bangun
datar
4.6 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan kesebangunan
dan kekongruenan antar bangun
datar
168
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.7 Membuat generalisasi luas
permukaan dan volume
berbagai bangun ruang sisi
lengkung (tabung, kerucut,
dan bola)
4.7 Menyelesaikan masalah
kontekstual yang berkaitan
dengan luas permukaan dan
volume berbagai bangun ruang
sisi lengkung (tabung, kerucut,
dan bola), serta gabungan
beberapa bangun ruang sisi
lengkung
169
c. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Matematika
SMA/MA/SMK/MAK
Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap
spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi
tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler,
dan/atau ekstrakurikuler.
Rumusan Kompetensi Sikap Spiritual yaitu, “Menghargai dan mengamalkan
ajaran agama yang dianutnya”. Adapun rumusan Kompetensi Sikap Sosial
yaitu, “Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif sebagai
bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam dalam pergaulan dunia”. Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui
pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu keteladanan, pembiasaan,
dan budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran, serta
kebutuhan dan kondisi peserta didik.
Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang
proses pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai pertimbangan
guru dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.
170
KELAS: X
Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai
berikut ini:
Kompetensi Inti 3 (Pengetahuan) Kompetensi Inti 4 (Keterampilan)
3. Memahami, menerapkan, dan
menganalisis pengetahuan
faktual, konseptual, dan
prosedural berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah
4.
Mengolah, menalar, dan menyaji
dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan
pengembangan yang dipelajari di
sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.1 Mengintepretasi persamaan
dan pertidaksamaan nilai
mutlak dari bentuk linear satu
variabel dengan persamaan dan
pertidaksamaan linear Aljabar
lainnya
4.1
Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan persamaan dan
pertidaksamaan nilai mutlak dari
bentuk linear satu variabel
3.2 Menjelaskan dan menentukan
penyelesaian pertidaksamaan
rasional dan irasional satu
variabel
4.2 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan pertidaksamaan
rasional dan irasional satu
variabel
3.3 Menyusun sistem persamaan
linear tiga variabel dari
masalah kontekstual
4.3 Menyelesaikan masalah
kontekstual yang berkaitan
dengan persamaan linear tiga
variabel
3.4 Menjelaskan dan menentukan
penyelesaian sistem
pertidaksamaan dua variabel
(linear-kuadrat dan kuadrat-
kuadrat)
4.4 Menyajikan dan menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan
sistem pertidaksamaan dua
variabel (linear-kuadrat dan
kuadrat-kuadrat)
171
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.5 Menjelaskan dan menentukan
fungsi (terutama fungsi
linear, fungsi kuadrat, dan
fungsi irasional) secara
formal yang meliputi notasi,
daerah asal, daerah hasil, dan
ekspresi simbolik, serta
sketsa grafiknya
4.5 Menganalisa karakteristik
masing-masing grafik (titik
potong dengan sumbu, titik
puncak, asimtot) dan perubahan
grafik fungsinya akibat
transformasi , ,
dsb
3.6 Menjelaskan operasi
komposisi pada fungsi dan
operasi invers pada fungsi
invers serta sifat-sifatnya
serta menentukan
eksistensinya
4.6 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan operasi
komposisi dan operasi invers
suatu fungsi
3.7 Menjelaskan rasio
trigonometri (sinus, cosinus,
tangen, cosecan, secan, dan
cotangen) pada segitiga siku-
siku
4.7 Menyelesaikan masalah
kontekstual yang berkaitan
dengan rasio trigonometri
(sinus, cosinus, tangen, cosecan,
secan, dan cotangen) pada
segitiga siku-siku
3.8 Menggeneralisasi rasio
trigonometri untuk sudut-
sudut di berbagai kuadran dan
sudut-sudut berelasi
4.8 Menyelesaikan masalah
kontekstual yang berkaitan
dengan rasio trigonometri sudut-
sudut di berbagai kuadran dan
sudut-sudut berelasi
3.9 Menjelaskan aturan sinus dan
cosinus
4.9 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan aturan sinus
dan cosinus
3.10 Menjelaskan fungsi
trigonometri dengan
menggunakan lingkaran
satuan
4.10 Menganalisa perubahan grafik
fungsi trigonometri akibat
perubahan pada konstanta pada
fungsi
172
KELAS: XI
Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai
berikut ini:
Kompetensi Inti 3 (Pengetahuan) Kompetensi Inti 4 (Keterampilan)
3. Memahami, menerapkan, dan
menganalisis pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural,
dan metakognitif berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni,
budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah
4.
Mengolah, menalar, dan menyaji
dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan
pengembangan yang dipelajari di
sekolah secara mandiri, dan mampu
menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.1 Menjelaskan metode
pembuktian pernyataan
matematika berupa barisan,
ketidaksamaan, keterbagian,
dengan induksi matematika
4.1
Menggunakan metode
pembuktian induksi matematika
untuk menguji pernyataan
matematis berupa barisan,
ketidaksamaan, keterbagian
3.2 Menjelaskan program linear
dua variabel dan metode
penyelesaiannya dengan
menggunakan masalah
kontekstual
4.2 Menyelesaikan masalah
kontekstual yang berkaitan
dengan program linear dua
variabel
3.3 Menjelaskan matriks dan
kesamaan matriks dengan
menggunakan masalah
kontekstual dan melakukan
operasi pada matriks yang
meliputi penjumlahan,
pengurangan, perkalian skalar,
dan perkalian, serta transpose
4.3 Menyelesaikan masalah
kontekstual yang berkaitan
dengan matriks dan operasinya
173
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.4 Menganalisis sifat-sifat
determinan dan invers
matriks berordo 2x2 dan 3x3
4.4 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan determinan
dan invers matriks berordo 2x2
dan 3x3
3.5 Menganalisis dan
membandingkan transformasi
dan komposisi transformasi
dengan menggunakan matriks
4.5 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan matriks
transformasi geometri (translasi,
refleksi, dilatasi, dan rotasi)
3.6 Menggeneralisasi pola
bilangan dan jumlah pada
barisan Aritmetika dan
Geometri
4.6 Menggunakan pola barisan
aritmetika atau geometri untuk
menyajikan dan menyelesaikan
masalah kontekstual (termasuk
pertumbuhan, peluruhan, bunga
majemuk, dan anuitas)
3.7 Menjelaskan limit fungsi
aljabar (fungsi polinom dan
fungsi rasional) secara intuitif
dan sifat-sifatnya, serta
menentukan eksistensinya
4.7 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan limit fungsi
aljabar
3.8 Menjelaskan sifat-sifat
turunan fungsi aljabar dan
menentukan turunan fungsi
aljabar menggunakan definisi
atau sifat-sifat turunan fungsi
4.8 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan turunan fungsi
aljabar
3.9 Menganalisis keterkaitannya
turunan pertama fungsi
dengan nilai maksimum, nilai
minimum, dan selang
kemonotonan fungsi, serta
kemiringan garis singgung
kurva
4.9 Menggunakan turunan pertama
fungsi untuk menentukan titik
maksimum, titik minimum, dan
selang kemonotonan fungsi,
serta kemiringan garis singgung
kurva, persamaan garis
singgung, dan garis normal
kurva berkaitan dengan masalah
kontekstual
3.10 Mendeskripsikan integral tak
tentu (anti turunan) fungsi
aljabar dan menganalisis
sifat-sifatnya berdasarkan
sifat-sifat turunan fungsi
4.10 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan integral tak
tentu (anti turunan) fungsi
aljabar
174
KELAS: XII
Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan sebagai
berikut ini:
Kompetensi Inti 3 (Pengetahuan) Kompetensi Inti 4 (Keterampilan)
3. Memahami, menerapkan, dan
menganalisis dan mengevaluasi
pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif
berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian,
serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat
dan minatnya untuk memecahkan
masalah
4.
Mengolah, menalar, dan menyaji
dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan
pengembangan yang dipelajari di
sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metoda
sesuai kaidah keilmuan
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.1 Mendeskripsikan jarak dalam
ruang (antar titik, titik ke garis,
dan titik ke bidang)
4.1
Menentukan jarak dalam ruang
(antar titik, titik ke garis, dan titik
ke bidang)
3.2 Menentukan dan menganalisis
ukuran pemusatan dan
penyebaran data yang
disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi dan
histogram
4.2 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan penyajian data
hasil pengukuran dan pencacahan
dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi dan histogram
3.3 Menganalisis aturan
pencacahan (aturan
penjumlahan, aturan perkalian,
permutasi, dan kombinasi)
melalui masalah kontekstual
4.3 Menyelesaikan masalah
kontekstual yang berkaitan
dengan kaidah pencacahan (aturan
penjumlahan, aturan perkalian,
permutasi, dan kombinasi)
3.4 Mendeskripsikan dan
menentukan peluang kejadian
majemuk (peluang kejadian-
kejadian saling bebas, saling
lepas, dan kejadian bersyarat)
dari suatu percobaan acak
4.4 Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan peluang
kejadian majemuk (peluang
kejadian-kejadian saling bebas,
saling lepas, dan kejadian
bersyarat)
175
Lampiran 11.
DOKUMENTASI KEGIATAN PENELITIAN
Proses wawancara ke-1
Proses wawancara ke-1
Informan memegang keris yang
biasa dipakai dalam peragaan silat
Proses wawancara ke-2
Foto kedua informan
Berfoto bersama informan
176
NAMA KELAS
.......................
...
...............
2
Peneliti mengucapkan puji syukur kepada Allah جل جلاله. yang telah memberikan
rahmat, dan karunia-Nya sehingga Lembar Kerja Peserta Didik dalam Konteks
Budaya Seni Pencak Silat Kepulauan Riau ini dapat diselesaikan dengan baik.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada suri tauladan terbaik, Nabi
Muhammad صلى الله عليه وسلم. sebagai motivator dalam menuntut ilmu di jalan Allah جل جلاله.
Lembar Kerja Peserta Didik merupakan lembaran berisi petunjuk, langkah-
langkah dan tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik yang mengacu pada
kompetensi dasar yang harus dicapai. Lembar Kerja Peserta Didik dalam Konteks
Budaya Seni Pencak Silat Kepulauan Riau materi Sudut merupakan lembar kerja
yang berisi tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik dengan cara
menemukan jawahan dari permasalahan yang diberikan. Lembar Kerja Peserta Didik
ini dirancang dengan melibatkan masalah dalam kehidupan sehari-hari (kontekstual)
agar peserta didik dapat memahami dengan mudah. Adapun penyajian Lembar Kerja
Peserta Didik ini dimulai dengan pemaparan materi secara singkat dilengkapi
dengan aktivitas dan soal-soal dalam Konteks Budaya Seni Pencak Silat Kepulauan
Riau.
Penulis menyadari bahwa perancangan Lembar Kerja Peserta Didik ini masih
belum sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima berbagai kritik dan saran yang
sifatnya membangun dari para pembaca demi penyempurnaan Lembar Kerja Peserta
Didik ini. Atas perhatian dan kerja samanya, penulis ucapkan terima kasih.
Penyusun,
SUDUT
3
Bagian II. Mengenal dan Mengidentifikasi Jenis Sudut
Mengamati
Mengumpulkan Informasi
Menalar
Ayo Berlatih
DAFTAR PUSTAKA
SUDUT
Bagian I. Sudut
Narasi Tokoh Matematika
Kompetensi Dasar
Indikator Pencapaian Kompetensi
Petunjuk Belajar
Pengertian
Peta Konsep
3.11 Menjelaskan sudut, jenis sudut (sudut siku-siku, sudut lancip, dan sudut tumpul), dan satuan pengukuran tidak baku
4.11 Mengidentifikasi jenis sudut (sudut siku-siku, sudut lancip, dan sudut
tumpul), dan satuan pengukuran tidak baku
1. Menentukan jenis-jenis sudut
2. Membuat jenis sudut lancip, siku-siku dan tumpul
1. Bacalah tujuan pembelajaran yang terdapat pada LKPD
2. Amati setiap bagian yang dipaparkan pada LKPD
3. Tuliskan jawaban pada titik-titik yang disediakan dengan baik dan
benar
4. Bertanyalah pada guru jika menemui kesulitan
BAGIAN I. SUDUT
Ecluides (325-265 SM) adalah seorang
matematikawan muslim. Namanya mungkin kurang
terkenal, namun beliau mendapatkan julukan
“Bapak Geometri”, karena menemukan konsep teori
bilangan dan geometri. Alat-alat temua Ecluides
antara lain mistar dan jangka untuk pengukuran
sudut yang dipakai hingga sekarang.
Tokoh Matematika
Kompetensi Dasar
Indikator Pencapaian Kompetensi
Petunjuk Belajar
SUDUT
5
PETA KONSEP
SUDUT
Sudut Siku-siku
Sudut Lancip
Sudut Lurus
Sudut Tumpul
SUDUT
6
BAGIAN II. MENGENAL DAN
MENGIDENTIFIKASI JENIS SUDUT
Gambar 1. Gerakan Menekuk Tangan
SUDUT
DEFINISI
Tahukah
kamu apa
itu sudut? Sudut terbentuk dari dua buah garis
yang bertemu di titik pangkal yang
saling berimpit. Selain itu sudut juga
diartikan sebagai ruang antara dua
garis lurus yang saling berpotongan.
AYO MENGAMATI
Ayo gerakkan tubuhmu. Berdiri dengan sikap tegak, kedua kaki dilebarkan.
Tekuk kedua tanganmu di depan dadamu, lalu luruskan tanganmu ke
samping secara perlahan. Kemudian tekuk tanganmu kembali dan lakukan
secara berulang-ulang seperti pada Gambar 1 di bawah ini.
Perhatikan kedua tanganmu, bagaimana bentuk kedua tanganmu saat ditekuk
hingga saat meluruskan tanganmu? Apakah ada ruang di antara tangan dan
dadamu?
7
MENGUMPULKAN INFORMASI
Gambar 2. Jenis-jenis Sudut
Sudut Tumpul
Sudut Lancip
Pada gerakan menekuk tangan, saat tangan ______________ di depan
dada terlihat membentuk sudut _________ . Lalu ketika tangan terbuka
dengan tekukan menyerupai huruf ___ terlihat membentuk sudut
_________ . Kemudian tangan terbuka sedikit melebar maka akan
membentuk sudut _________ . Dan terakhir, saat tangan terbuka lurus
di samping tubuh, akan terlihat membentuk sudut _________.
SUDUT
BAGIAN II. MENGENAL DAN MENGIDENTIFIKASI
JENIS SUDUT
Selanjutnya, mari kita mengenali jenis-jenis sudut. Perhatikan gambar
berikut!
Nah, setelah mengetahui jenis-jenis sudut, coba kembali gerakan menekuk
tangan pada gambar 1. Apakah kamu sudah mendapatkan gambaran
mengenai jenis sudut? Coba jelaskan dimana letak setiap sudut di atas pada
gerakan menekuk tangan sebelumnya pada kotak di bawah ini.
Sudut Lurus
Sudut Siku-siku
8
1. Tentukan jenis dari sudut di bawah ini!
a.
b.
c.
d.
e.
f.
2. Hubungkanlah titik-titik acak pada kotak di bawah ini, sehingga membentuk sudut. Titik yang sudah terhubung, tidak dapat dihubungkan kembali. Lalu hitunglah berapa banyak sudut yang dapat terbentuk! (1 jenis sudut terdiri dari 3 titik)
Sudut Siku-siku : ...... buah Sudut Tumpul : ...... buah
Sudut Lancip : ...... buah Sudut Lurus : ...... buah
.................... .................... ....................
SUDUT
BAGIAN II. MENGENAL DAN MENGIDENTIFIKASI
JENIS SUDUT
AYO BERLATIH
.................... .................... ....................
9
Tahukah Kamu?
(a)
(b)
(c)
Gambar 3. Gerakan Seni Pencak Silat
SUDUT
BAGIAN II. MENGENAL DAN MENGIDENTIFIKASI
JENIS SUDUT
Ketiga gambar di atas merupakan potongan gerakan dari seni pencak silat
Sendeng Cekak yang berasal dari Kepulauan Riau. Gerakan di atas terbagi
atas dua jenis yakni gerakan Hang Jebat (a dan b) dan gerakan Hang Tuah
(c). Apakah ada seni pencak silat dari daerah asalmu?
Pencak Silat adalah olahraga seni dan beladiri asli Indonesia. Pencak Silat
telah ada sejak zaman kerajaan. Hampir setiap daerah di Indonesia
mempunyai seni silatnya masing-masing. Apakah kamu pernah melihat
gerakan seni pencak silat?
AYO MENGAMATI
Sering kita jumpai benda di sekitar kita dengan mempunyai sudut yang
bermacam-macam. Misalnya pada bangunan, permainan, peralatan rumah,
hingga gerak tubuh kita seperti pada contoh sebelumnya. Selanjutnya
perhatikan gambar di bawah ini.
10
MENGUMPULKAN INFORMASI
A C
P
Q
R
Dari gambar gerakan seni pencak silat pada halaman sebelumnya, kita dapat
menemukan beberapa konsep sudut. Perhatikan lebih jelas pada gambar di
bawah ini.
Pada gambar di atas, kita bisa menggambarkan garis pada bagian tubuh yang
memuat bentuk sudut. Pada posisi tangan kanan, kita dapat menggambarkan
sebuah sudut dan memberinya nama sudut ABC dengan letak sudut pada titik
B, sudut ini berjenis sudut tumpul.
Kemudian jika kita melihat posisi kaki kiri dan kanan, bila kita
menggambarkan garis untuk setiap bagian kaki dan memberikan garis bantu
yang menghubungkan kedua telapak kaki kemudian memberikan nama titik-
titik pertemuan dua garis. Maka kita akan mendapatkan beberapa buah sudut,
yakni sudut POQ dengan letak sudut di titik O dan berjenis sudut tumpul.
Lalu sudut OQR dengan letak sudut di titik Q dan berjenis sudut tumpul.
Untuk penambahan garis bantu dari titik P ke titik R, maka kita akan
menemukan jenis sudut lancip pada sudut OPR dengan letak sudut di titik P
dan sudut siku-siku pada sudut PRQ dengan letak sudut di titik P.
SUDUT
BAGIAN II. MENGENAL DAN MENGIDENTIFIKASI
JENIS SUDUT
C
B
A
B
O
P
Q
R
O
11
MENALAR
Tuliskan jawabanmu dan gambarkan letak sudutnya seperti contoh
sebelumnya pada kotak isian di bawah ini.
SUDUT
BAGIAN II. MENGENAL DAN MENGIDENTIFIKASI
JENIS SUDUT
Dari contoh penggambaran sudut pada gambar sebelumnya, sudahkah kamu
mengetahui dimanakah letak sudut pada ke dua gerakan seni pencak silat
lainnya?
12
Hari, Agus Budhi Juli, dkk. 2010. Penjasorkes Untuk SD/MI Kelas III. Jakarta:
Pusat Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 2010
Suharjana, Agus. 2018. Pengenalan Bangun Datar dan Sifat-sifatnya di SD.
Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga
Kependidikan Matematika
SUDUT
187
BIODATA PENULIS
Pendidikan dimulai dari SD Negeri 005 Tanjungpinang Timur pada tahun
2002-2008, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 4 Tanjungpinang pada tahun
2008-2011, dan selanjutnya ke Madrasah Aliyah Darunnajah 2 Cipining pada
tahun 2012-2015.
Pada tahun 2015, penulis melanjutkan pendidikannya di Universitas
Maritim Raja Ali Haji dengan mengambil Program Studi Pendidikan Matematika,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Sebagai tugas akhir untuk mencapai
derajat Sarjana Pendidikan (S.Pd.), penulis berhasil mempertahankan skripsi
berjudul “Eksplorasi Etnomatematika pada Seni Pencak Silat Kepulauan Riau
sebagai Sumber Penyusunan Bahan Ajar Matematika”.
Nama Lengkap : Rahmat Wastio Wicaksono
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat, Tgl Lahir : Tanjungpinang, 16 Januari 1997
Agama : Islam
Nama Ayah : Harianto
Nama Ibu : Suharni
Anak ke : 2 dari 4 bersaudara
No. HP : 085693665436
Email : [email protected]
Alamat Domisili : Jalan Kijang Lama Gg. Putri Bangun Sari I No. 7 RT
003/RW 005, Kelurahan Melayu Kota Piring,
Kecamatan Tanjungpinang Timur, Kota Tanjungpinang
Top Related