Download - EKSISTENSIALISM

Transcript

EKSISTENSIALISME (KIERKEGAARD-SARTRE)Tidak banyak aliran filsafat yang mengguncangkan dunia, filsafat eksistensialisme adalah salah satu diantaranya. Nanti ada akan melihat bahwa filsafat ini tidak luar biasa, akar-akarnya ternyata tidak dapat bertahan dari berbagai kritik. Akan tetapi, isme ini termasuk isme yang membuat guncangan yang hebat.Tatkala seseorang filosof ekstensialisme. Jean Paul Sartre (lahir 1905), mengedakan perjalanan keliling Amerika, dia disebut oleh surat-surat kabar Amerika sebagaithe King of Existentialism.Bila cerita-cerita sandiwaranya dipentaskan, orang telah menyiapkan ambulans untuk mengangkut penonton yang jatuh pingsan. Demikianlah sekedar penggambaran kehebatan filsafat eksistensialisme. Sayanglah filsafat ini sulit dipahami oleh pemula. Marilah kita mulai dengan memperhatikan lebih dulu defenisi eksistensialisme.Kata dasar eksistensi (existency) adalahexistyang berasal dari kata Latinexyang berarti keluar dansistereyang berarti berdiri. Jadi, eksistensi adalah berdiri dengan keluar dari diri sendiri. Pikiran semacam ini dalam bahasa jerman disebutdasein. Daberarti disana,seinberarti berada. Berada bagi manusia selalu berarti disana, ditempat. Tidak mungkin ada manusia tidak bertempat. Bertempat berarti terlibat dalam alam jasmani, bersatu dengan alam jasmani. Akan tetapi, bertempat bagi manusia tidaklah sama dengan bertempat bagi batu atau pohon. Manusia selalu sadar akan tempatnya. Dia sadar bahwa ia menempati. Ini berarti suatu kesibukan, kegiatan, melibatkan diri. Dengan demikian, manusia sadar akan dirinya sendiri. Jadi, dengankeluardari dirinya sendiri manusia sadar tentang dirinya sendiri; ia berdiri sebagaiakuatau pribadi.Filsafat selalu lahir dari suatu krisis. Krisis berarti penentuan. Bila terjadi krisis, orang biasanya meninjau kembali pokok pangkal yang lama dan mencoba apakah ia dapat tahan uji. Dengan demikian, filsafat adalah perjalanan dari satu krisis ke krisis yang lain. Ini berarti bahwa manusia yang berfilsafat senantiasa meninjau kembali dirinya. Mungkin tidak secara tegas manusia itu meninjau dirinya, misalnya ia mempersoalkan Tuhan atau dunia sekelilingnya, tetapi dalam hal seperti itu manusia sesungguhnya masih mempersoalkan dirinya juga. Bahwa dalam filsafat eksistensi manusia tegas-tegas dijadikan tema senteral, menunjukkan bahwa di tempat itu (Barat) sedang berjangkit suatu krisis yang luar biasa hebatnya (Beerling, 1966: 211-12). Sifat materialisme ternyata merupakan pendorong lahirnya eksistensialisme. Yang dimaksud dengan eksistensi ialah cara orang berada di dunia. Kataberadapada manusia tidak sama dengan beradanya pohon atau batu. Untuk menjelaskan arti kataberadabagi manusia, aliran eksistensialisme mula-mula menghantam materialisme.Eksistensialisme menyatakan bahwa cara berada manusia dan benda lain tidaklah sama. Eksistenslialisme juga lahir sebagai reaksi terhadap idealisme. Materialisme dan idealisme adalah dua pandangan filsafat tentang hakikat yang eksterm. Kedua-duanya berisi benih-benih kebenaran, tetapi kedua-duanya juga salah. Eksistensialisme ingin mencari jalan keluar dari kedua ekstremitas itu.Eksistensialisme adalah suatu aliran yang menolak pemutlakan akal budi menolak pemikiran-pemikiran abstrak murni eksistensialisme berupaya untuk memahami manusia yang berada di dalam dunia, yakni manusia yang berada pada situasi yang khusus dan unik. Blackham mengatakan bahwa eksistensialisme adalah filsafat keberadaan. Suatu filsafat pembenaran dan penerimaan dan suatu penolakan terhadap usaha rasionalisasi pemikiran yang abstrak tentang kebenaran.Metode yang digunakan oleh para pemikir eksistensialis disebut metode eksestensial. Metode ini sebenarnya ada bermacam-macam. Namun pada dasarnya metode ini dipengaruhi oleh Kickegaard Bapak eksistensialisme. Pemikiran beliau merupakan reaksi yang terutama tertuju kepada rasioanlisme idealistis Hegel yang dianggap telah mati dan tidak berguna lagi.Pada umumnya pemikir-pemikir Eksistensialis mengakui bahwa ada kebenaran ilmiah yang objektf, tetapi tidak begitu penting. Mereka berpendapat bahwa yang paling penting adalah kebenaran subjektif kickegaard menyatakan bahwa Kebenaran adalah subjektivitas (truth is subjectivity). Tentu saja itu tidak berarti setiap keyakinan subjektif adalah kebenaran. Akan tetapi, para filsuf eksistensi menegakkan bahwa kebenaran haruslah senantiasa bersifat personal dan tidak semata-mata propossional.Para pemikir Eksistensialis pada umumnya berpendapat bahwa tidak seorangpun dapat meraih kebenaran hanya dengan menjadi penonton atau hanya dengan melakukan observasi. Selain harus berperan serta dalam kehidupan itu sendiri. Hal itu yang menjadi titik berangkat eksistensial. Kebenaran hanya dapat ditemukan di dalam hal yang konkrit dan bahkan di dalam yang abstrak. Kebenaran hanya dapat dijumpai di dalam yang eksistensial dan bukan secara rasional.Secara umum dapat dikatakan bahwa metode eksistensial merupakan kebalika dari metode ilmiah tradisional dalam hal sebagai berikut. Mereka yang menggunakan metode ilmiah tradisional mengkonsentrasikan pandangan pada apa yagn sedang berada di dalam suatu tabung percobaan. Adapun para pemikir eksistensialis dengan metode eksistensial mereka mengkonstrasikan pandangan mereka pada manusia yang berada di luar tabung percobaan. Dengan dmeikian Suwectivitas lebih berguna dari pada objektivitas, dan nilai lebih perlu dari pada fakta, memang harus diakui bahwa justru itulah yang terlupakan dalam berbagai metode lain yang telah dikenal selam itu, yang terlalu memutlakkan objektivitas.Umat manusia masa kini patut berterima kasih kepada filsof-filsof eksistensialis yang dengan berani telah menyampaikan koreksi yang amat dibutuhkan terhadap metode-metode yang memutlakkan objektivitas. Kebenaran tidak selamanya bersifat objektif ilmiah. Kebenaran termasuk juga kebenaran religius, haruslah bersifat personal. Dengan demikian, filsuf-filsuf eksistensialis telah memperluas horizon kita dengan satu dimensi kebenaran yang telah terabaikan selama ini.