Download - ekologi pangan

Transcript

NAMA: dr. HAFSHA RIZKI Y

NIM: 13131011031RESUME MINGGU : 4 ( KE EMPAT )EKONOMI DAN KEMAKMURAN

Pangan merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Dunia internasional dalam World Food Summittahun 1996 menegaskan kembali hak setiap orang untuk memperoleh pangan yang aman dan bergizi, sama prinsipnya dengan hak untuk memperoleh pangan yang cukup dan hak azasi setiap manusia untuk bebas dari kelaparan.

Pengertian Ketahanan Pangan :

Menurut Undang-Undang No.7 tahun 1996 tentang Pangan, yang dimaksud dengan ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau. Menurut FAO (1996) ketahanan pangan diartikan bahwa semua rumah tangga mempunyai akses terhadap pangan baik secara fisik maupun ekonomi sehingga setiap keluarga tidak beresiko kekurangan gizi.

Salah satu tanda atau indikator kesejahteraan rakyat adalah apabila setiap orang baik laki-laki maupun perempuan, anak, dewasa dan lanjut usia, kaya dan miskin, semuanya berstatus gizi baik. Artinya mereka semuanya tercukupi kebutuhan pangannya, serta dalam keadaan sehat jasmani dan rohani. Mereka yang keadaan gizinya baik, adalah mereka yang terbebas dari masalah gizi yaitu masalah yang timbul akibat kekurangan dan kelebihan gizi.

Status gizi masyarakat dapat digambarkan terutama pada status gizi anak balita dan wanita hamil. Secara umum dapat dikatakan bahwa suatu bangsa yang kelompok penduduk balita dan wanita hamilnya banyak menderita gizi-kurang, maka bangsa itu akan menghadapi berbagai masalah sumber daya manusia. Masalah tersebut antara lain:

1. Tingginya angka bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) akibat ibunya menderita kurang energi dan protein waktu hamil.

a. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita.

b. BBLR juga dapat berpengaruh pada gangguan pertumbuah fisik dan mental anak.

c. Gizi-buruk pada anak balita juga dapat berdampak pada penurunan tingkat kecerdasan atau IQ.

d. Setiap anak bergizi buruk mempunyai resiko kehilangan IQ 10-13 poin.

e. Potensi kehilangan IQ sebesar 50 poin IQ per orang juga terdapat pada penduduk yang tinggal di daerah rawan gangguan akibat kurang yodium (GAKY).

2. Kurang vitamin A banyak diderita anak balita selain berdampak pada resiko kebutaan juga resiko kematian balita karena infeksi. Kurang vitamin A ikut berperan pada tingginya angka kematian balita di Indonesia.

3. Secara umum gizi-kurang pada anak balita dan wanita hamil dapat menciptakan generasi yang secara fisik dan mental lemah. Generasi yang secara fisik dan mental lemah akan menjadi beban masyarakat dan pemerintah. Biaya kesehatan meningkat karena banyak warga yang mudah jatuh sakit karena kurang gizi.Faktor faktor menyebabkan timbulnya kurang gizi :

Bagan berikut akan menyajikan berbagai faktor penyebab kurang gizi yang diperkenalkan UNICEF dan telah digunakan secara internasional. Dari bagan ini terlihat tahapan penyebab timbulnya kurang gizi pada anak balita, yaitu penyebab langsung, tidak langsung, akar masalah dan pokok masalah. Penyebab Kurang Gizi (sumber : Soekirman (2000))

Investasi Gizi dan Pembangunan Ekonomi

Perbaikan gizi masyarakat merupakan salah satu investasi pembangunan ekonomi. Investasi pembangunan ekonomi artinya penanaman modal untuk membangun industri barang dan jasa untuk menciptakan lapangan kerja. Titik berat investasi adalah untuk membangun prasarana ekonomi seperti jalan, jembatan dan transportasi. Para perencana regional dan daerah harus memasukkan perbaikan gizi, kesehatan dan pendidikan sebagai bagian suatu investasi ekonomi. Bank Dunia misalnya, dalam tahun 1992 menyatakan bahwa perbaikan gizi merupakan salah satu prioritas dalam memberikan pinjaman kepada negara berkembang sebagai suatu investasi pembangunanAdanya keterkaitan upaya perbaikan gizi dengan pembangunan ekonomi juga dikemukakan oleh Sekretaris Jendral PBB Kofi Annan. Dalam salah satu pidatonya dikatakan bahwa "Gizi yang baik dapat merubah kehidupan anak, meningkatkan pertumbuhan fisik dan perkembangan mental, melindungi kesehatannya, dan meletakkan fondasi untuk masa depan produktivitas anak". Kebijakan baru Bank Dunia dan pernyataan Sekjen PBB pada hakekatnya memperkuat hasil riset para pakar gizi dan kesehatan mengenai adanya hubungan antara pangan, gizi, kesehatan dan pembangunan ekonomi. Mekanisme hubungan tersebut digambarkan secara sederhana oleh Martorell (1996), seorang pakar gizi dari Amerika Serikat, dalam bagan sebagai berikut:

Pengaruh Pertambahan Penduduk

Penduduk serta berbagai akibatnya terhadap kemakmuran umat manusia, tidak terlepas dari peristilahan demografi dan kependudukan.

Demografi digunakan dalan pembicaraan aspek penduduk yang dikaitkan dengan variabel jumlah, sebaran umur, sex, status perkawinan, distribusi danvariabel karakteristik penduduk lainnya; Kependudukan digunakan dalam kajian hubungan penduduk dengan kebutuhan hidupnya. Misalnya hubungan penduduk dengan kebutuhan pangan, penduduk dengan pendidikan atau pekerjaan, penduduk dengan kesehatan dan sebagainya.

Hubungannya penduduk dan kemakmuran, merupakan hubungan timbal balik saling mempengaruhi (interdependency relationship).

1.1. Demografi dan Kependudukan

Demografi dalam pengertian yang paling sempit dinyatakan sebagai "demografi formal" yang memperhatikan ukuran atau jumlah/besar penduduk, distribusi geografis atau persebaran penduduk, struktur penduduk atau komposisi, dan dinamika atau perubahan penduduk. Ukuran penduduk menyatakan jumlah orang dalam suatu wilayah pada waktu tertentu. Distribusi penduduk menyatakan persebaran penduduk di dalam suatu wilayah pada suatu waktu tertentu, baik berdasarkan wilayah geografi maupun konsentrasi daerah pemukiman. Stuktur penduduk menyatakan komposisi penduduk menurut jenis kelamin dan/atau golongan umur. Perubahan penduduk secara implisit menyatakan pertambahan atau penurunan jumlah penduduk secara parsial ataupun keseluruhan sebagai akibat berubahnya 3 komponen utama perubahan jumlah penduduk yaitu kelahiran, kematian dan migrasi/mobilitas, yang secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut : D = f (fertilitas, mortalitas, mobilitas)

Dalam pengertian yang lebih luas, demografi juga memperhatikan berbagai karakteristik individu maupun kelompok yang meliputi tingkat sosial, budaya dan ekonomi.

Karakteristik sosial dapat mencakup status keluarga, tempat lahir, pendidikan dan lain sebagainya. Karakteristik ekonom imeliputi antara lain aktivitas ekonomi, status pekerjaan dan pendapatan. Aspek budaya berkaitan dengan persepsi, aspirasi dan harapan-harapan.

Dalam pengertian yang lebih luas lagi demografi mempelajari pemakaian data dan penerapan hasil analisisnya dalam berbagai lapangan termasuk berbagai permasalahan yang berkaitan dengan proses demografi. Diantaranya, dampak pertambahan penduduk terhadap, pangan, lingkungan hidup dan pemanfaatan sumberdaya alam.Hauser dan Duncan menyatakan bahwa demografi terdiri dari :

1. Analisis demografi mempelajari komponen-komponen perubahan penduduk dan variasinya, atau variabel kependudukan. Analisis perubahan demografi umumnya akan memperhatikan bentuk suatu persamaan keseimbangan/persamaan penduduk berimbang (Balancing Equation) sebagai berikut : Pt = Po + B - D + I EDimana : Pt menyatakan jumlah penduduk pada waktu t

Po menyatakan penduduk pada pemulaan periode waktu yang diperhatikan, B menyatakan jumlah kelahiran, D menyatakan jumlah kematian, I menyatakan imigrasi (masuk) dan E menyatakan emigrasi (keluar).

Jika faktor migrasi (imigrasi dan emigrasi) tidak diperhatikan, maka pertumbuhan penduduk itu disebut pertumbuhan penduduk alami (Natural Population Growth).2. Studi kependudukan, di samping variabel kependudukan, juga memperhatikan hubungan atau asosiasi antara perubahan penduduk dengan berbagai variabel sosial, ekonomi, politik, biologis, genetik, geografis dan sebagainya. Bidang studi kependudukan sakurang-kurangnya memperhatikan determinan dan akibat pertumbuhan penduduk.1.2. Pertambahan PendudukBahwa dunia ini sudah terlalu penuh dihuni oleh manusia sebenarnya masih merupakan bahan perbincangan yang sengit. Secara garis basar terdapat dua pandapat yang berbeda yaitu : 1. Pihak optimis berpendapat bahwa di muka bumi sama sekali tidak terdapat krisis atau pernasalahan kepadatan penduduk. Keadaan yang mendukung pendapat pihak ini adalah: Banyak bagian di muka bumi ini yang masih belum dihuni oleh manusia secara padat. Manusia hidup berdesak-desakan hanya terbatas di kota-kota besar sedangkan di luar wilayah itu keadaan penduduknya masih jarang. Banyak bagian di dunia ini yang pada masa lalu memiliki jumiah penduduk yang lebih padat dibandingkan dengan masa kini. Bagian bumi serupa itu dan bagian bumi lainnya yang masih kosong tentu dapat menampung lebih banyak penduduk di masa yang akan datang.Mungkin kita berpendapat, bahwa perhitungan cacah jiwa di masa lalu banyak kesalahannya dan sukar untuk dipercaya. Meskipun demikian bukti bekas kebudayaan dan reruntuhan bangunan kuno yang tersebar di mana-mana memberi gambaran, bahwa tidak mungkin daerah tersebut tidak dihuni oleh penduduk yang besar jumlahnya. Reruntuhan bangunan-bangunan kuno ini sekarang hampir tidak berpenduduk. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya dunia ini memang masih cukup mampu menampung lebih banyak penduduk daripada sekarang.Clark (1967) mengemukakan 4 macam alasan yang mendukung pendapat adanya hubungan yang erat antara peningkatan populasi dan perkembangan serta kemajuan bangsa.

Pertama, alasan yang menyangkut ekonomi skala.

Dalam sektor non pertanian dari suatu sistem ekonomi, peningkatan input buruh ke dalam suatu usaha akan neningkatkan pula hasil per unit buruh itu. Ekonomi skala menunjukkan bahwa pada skala populasi yang besar akan nampak dibutuhkan modal yang lebih kecil per satuan unit produksi dlbandingkan dengan populasi yang kecil. Demikian pula biaya hidup per kapita yang akan menurun apabila populasi itu makin naik. Meskipun tentu saja harus diakui bahwa kecermatan sosial akan menurun kalau jumlah populasi naik.Kedua, yaitu alasan daya peningkatan.

Di dalam populasi yang sedang meningkat dengan cepat, suatu kekeliruan dalam penanaman modal mempunyai kesempatan untuk ditukarkan ke usaha lain yang lebih tepat. Dalam populasi yang tidak tumbuh, kekeliruan semacam itu bahkan sukar dicari kesalahannya. Dalam hal ini memang alasan kedua ini mengandung kelemahan yang cukup berat resikonya. Dalam ekonomi yang cepat tumbuhnya, suatu hambatan pertumbuhan usaha akan menimbulkan kerugian yang berat sekali. Kecepatan tinggi dari suatu peningkatan juga dapat merangsang keuntungan yang tidak disangka-sangka. Di daerah yang sedang mengalami pertumbuhan ekonomi yang cepat orang mudah mencari keuntungan dengan beban resiko yang kecil,bahkan menambah kemungkinan memperoleh untung yang tiba-tiba. Karena

adanya pertumbuhan ekonomi, inovasi atau penemuan baru dalan teknologi modern dapat dirangsang. Ketiga menyangkut pengamatan berbagai kemudahan.

Pengeluaran biaya bagi upah buruh dalam negara yang padat penduduknya memang tinggi. Akan tetapi dalam sebuah kota yang besar dengan berbagai jenis perusahaan, pengeluaran biaya untuk upah buruh mendapat kompensasi dari mudahnya penduduk memperoleh segala macam barang. Dibandingkan dengan kota kecil tentu saja penduduk harus membeli kebutuhan hidup dari luar, sebingga biaya transportasinya pun bertambah tinggi.

keempat menyangkut hubungan antara pertumbuhan populasi dengan kebebasan pribadi.

Pada populasi yang menurun seperti yang terjadi di Eropa pada abad ke-14 dan 15 ternyata menimbulkan kekakuan dalam kehidupan ekonomi. Sebaliknya kemungkinan seseorang dapat menperoleh posisi yang tinggi dalam sebuah organisasi memang lebih besar dalam organisasi yang meningkat maju daripada organisasi yang sedang mengalami kemunduran.

Pihak optimis di Amerika Serikat juga tidak percaya bahwa bahan makanan akan semakin berkurang di dunia. Kenyataan menunjukkan, bahwa Amerika serikat setiap tahun berhasil meningkatkan produksi biji-bijian, seperti gandum, jagung dan beras. Lebih daripada itu nampak di beberapa bagian bumi, produksi pertanian masih dapat ditingkatkan dengan bantuan teknologi pertanian modern. Produksi pertanian dapat ditingkatkan dengan penggunaan pupuk, irigasi, pestisida, bibit unggul dan sebagainya. Produksi laut juga diharapkan dapat ditingkatkan di masa yang akan datang dengan bantuan mesin pembangkit tenaga matahari, sehingga peredaran bahan mineral di dasar laut dapat diangkat ke bagian permukaan. Dengan cara demikian laut dapat menjadi tempat yang subur untuk menghasilkan produksi pangan.

Masalah pencemaran alam oleh pihak optimis dianggap sebagai masalah sementara saja. Di masa yang akan datang pasti dapat diusahakan suatu cara atau penemuan baru dalam teknologi untuk mengatasi pencemaran alam. Pihak optimis merasa yakin bahwa manusia akan dapat mengatasi hampir semua masalah selama

ia masih bisa memperoleh energi dan teknologi. Kecerdikan manusia akan selalu dapat menemukan cara untuk memperoleh energi yang murah serta inovasi teknologi yang dikehendaki.

Penyelesaian berbagai masalah tidak berdasarkan kepada keadaan teknologi sekarang tetapi berorientasi kepada teknologi yang masih harus dikembangkan. Di

samping itu seringkali waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan teknologi dan menemukan berbagai inovasi tidak diperhatikan orang. Padahal waktu juga merupakan sumber alam yang tertentu batasnya. Demikian pula data mengenai persediaan sumberdaya alam untuk mengembangkan teknologi seringkali jarang dikemukakan.

Selain itu pihak optimis juga melalaikan kemungkinan timbulnya masalah baru sebagai akibat interaksi berbagai proses yang ada yang berlangsung dalam kehidupan manusia. Mungkin suatu masalah yang nampaknya tidak penting dewasa ini menjadi sangat berbahaya di masa yang akan datang. Pihak optimis nampaknya menyangkal hukum Enthropi yang mengisyaratkan bahwa keadaan bumi ini yang semakln lama semakin menjadi tidak seimbang. Dengan kata lain suatu keadaan keteraturan dan keseimbangan yang diinginkan semakin lama semakin membutuhkan pengorbanan waktu dan energi yang semakin besar.

2. Pihak pesimis sebaliknya menentang hampir semua pendapat pihak optimis.Menurut pandangan pihak pesimis, optimisme yang dianut pihak optimis bergantung kepada kebingungan yang didasarkan atas empat perkiraan mutlak yang tegas tetapi rapuh. Keempat perkiraan itu ialah :

a. manusia sebagai suatu species tidak akan mampu menghancurkan peradaban,b. Sumber alam tidak akan pernah habis, karena itu tidak usah dilindungi dan diawetkan pemakaiannya,c. Penambahan ilmu pengetahuan manusia beserta penemuan teknologinya tidak akan pernah berhenti, karena itu kehadirannya di muka bumi dapat dijamin,d. Oleh sebab itulah populasi manusia boleh terus meningkat setinggi-tingginya menurut kemauan manusia itu sendiri.Suatu fakta yang diabaikan oleh empat perkiraan di atas adalah bahwa di tempat manusia yang telah lama sekali tinggal, nampak terjadi perusakan alam. Hutan menjadi gundul, tanah menjadi gersang dan kering. Keadaan ini berlawanan dengan tanah yang baru saja dihuni oleh manusia. Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia mempunyai cukup kemampuan untuk menghancurkan peradaban dan kehidupan di atas planet bumi yang sempit ini.Catatan sejarah menunjukkan bahwa daerah serta tapak kebudayaan manusia yang hancur sekarang bukan hancur karena perubahan iklim. Kehancuran peradaban dan kebudayaan manusia di zaman dahulu umumnya disebabkan oleh kerusakan lingkungan, karena manusia menggunduli hutan, mengeksploitasi sumber alam tanpa menggunakan kebijaksanaan. Akibatnya terjadilah degradesi tanah termasuk wilayah pertanian. Yang lebih parah lagi, daerah yang peka ini kebanyakan tersebar di daerah tropik dan sub tropik. Di daerah ini peningkatan populasi manusia berlangsung sangat cepat, sehingga kebutuhan akan tanah untuk pemukiman dan pertanian makin meningkat pula.

Hutan segera dibuka tanpa memperhatikan kelangsungan ekosistem yang ada. Mereka menganggap bahwa hutan belantara didukung oleh kesuburan tanah yang tinggi. Padahal biomasa tumbuhan yang tinggi di kawasan hutan itu adalah-hasil interaksi organisme hidup dengan lingkungan melalui perjalanan pada masa yang cukup lama. Bahan organik yang tertimbun yang merupakan salah satu alasan mengapa hutan lebat itu terwujud berasal dari hutan itu sendiri. Apabila hutan itu ditebang maka bahan organiknya pun ikut hilang. Yang tertinggal hanyalah induk tanah yang miskin dan gersang. Lingkungan baru, setelah hutan itu dieksploitasi tanpa rencana yang mendalam mengarah kepada yang semakin memburuk, jika tidak disertai dengan usa pengelolaan dan rehabilitasi yang seksama.Ditinjau dari segi ilmu lingkungan sejarah kemanusiaan memang didasari ciri yang nomadik. Manusia mampu mengembangkan peradaban hingga ke suatu tingkat yang tinggi di suatu bagian muka bumi selama di sana terdapat cukup sumber alam. Dalam usaha mengembangkan dan peradaban dan kebudayaannya itu, sumber alam dalam lingkungannya akan semakin habis dan rusak. Pada saat itulah kekayaan peradaban dan kebudayaan itu akan semakin nenurun, Kemudian apabila hutan sudah gundul, bahan mineral sudah habis, tanah menjadi miskin, tanahpertanian bertukar menjadi padang pasir, maka berpidahlah manusia itu ke suatu tempat yang baru. Mereka berkelana mencari kawasan baru yang dapat dieksploitasi dan meninggalkan daerah lama yang hanya tinggal puing dan reruntuhan peradaban serta kebudayaannya. Saat ini proses nomadik seperti diuraikan diatas tentu saja sudah berakhir karena planet bumi yang sempit ini tidak mempunyai tempat lagi untuk dieksploitasi. Energi yang kini tersedia tidak cukup besar untuk menggiring kaum kelana mencari tempat di planet lain. Kalaupun kita mempunyai cukup energi untuk mengeksploitasi planet lain, belum tentu lingkungan yang baru itu sesuai untuk tempat hidup manusia.

1.3. Pengaruh Pertambahan Penduduk Terhadap Kehidupan Sosial

Banyak orang mengira bahwa peningkatan populasi manusia merupakan strategi sosial yang terbaik bagi kehidupan manusia. Alasannya adalah bahwa pengkatan populasi dapat menaikkan pendapatan kotor per kapita, karena ekonom akan lebih aktif, pemasaran akan lebih besar dan biaya hidup pun akan lebih murah. Alasan tersebut di atas dapat kita analisis kebenarannya melalui suatu pertanyaan; adakah mekanisme yang dapat menurunkan pendapatan per kapita apabila kepadatan populasi itu meningkat ? Ternyata mekanisme serupa itu memang banyak ditemukan, misalnya yang berhubungan dengan pengadaan bahan mentah. Ketersediaan bahan mentah ini banyak yang semakin berkurang, karena peningkatan kebutuhan. Makin berkurangnya dan makin sukarnya memperoleh bahan mentah menyebabkan makin susahnya menggali, memproses maupun mengolah. Keadaan ini mengakibatkan makin banyaknya alat dan mesin mahal yang harus digunakan serta makin mahalnya tenaga buruh yang dikerjakan dan makin naik harga produknya.

Biaya makan per kapita juga meningkat karena makin kurangnya tanah yang dapat digunakan sebagai lahan pertanian. Keadaan ini akan mendorong usaha peningkatan hasil pertanian per hektar. Usaha serupa ini menyangkut penggunaan pupuk, pestisida dun teknologi pertanian yang memerlukan tambahan biaya dan energi. Akibatnya harga hasil pertanian pun meningkat. Di samping itu, peningkatan jumlah penduduk akan menimbulkan persaingan dalam memperoleh tanah sehingga harga tanah meningkat.1.4. Pengaruh Pertambahan Penduduk Terhadap Sifat Kimia dan Fisika Bumi

Aktivitas manusia ternyata mulai mempengaruhi keseimbangan berbagai gas di udara dan siklus nitrogen serta komponen lain yang bersifat dinamis. Mekanisme tentang bagaimana cara manusia mempengaruhi sifat kimia dan fisika bumi pada dasarnya serupa untuk berbagai gejala. Sebagai contoh disajikan bagaimana manusia mempengaruhi suhu udara bumi. Gejala ini telah diselidiki lama sekali sehingga data yang boleh dipercaya sudah cukup banyak terkumpul dan teori yang mendasarinya pun cukup jelas dipahami. Ada tiga faktor yang sangat menentukan suhu bumi, yaitu :

a. Variasi berbagai intensitas cahaya matahari seperti halnya ditunjukkan oleh noktah matahari,

b. Konsentrasi karbon dioksida di udara,c. Partikel halus yang beterbangan di udara.

Bryson danWendland (1970) mengemukakanbahwa perubahan suhu bumi untuk 80 tahun terakhir dapat dlhitung berdasarkan rumus sederhana seperti di bawah ini yang berasal dari analisis statistika :

T (C) = -3,546 + 0,012 CO2 - 0,002 debu + 0,006 n.m.

Keterangan : n.m. = noktah matahari

Persamaan tersebut mengandung arti bahwa suhu bumi bertambah oleh peningkatan konsentrasi karbon dioksida dan berkurang oleh peningkatan konsentrasi debu serta bertambah lagi oleh peningkatan noktah matahari. Mekanisme karbon dioksida dalam meningkatkan suhu udara bumi serupa dengan peningkatan suhu dalam sebuah rumah kaca. Cahaya dan panas matahari yang masuk ke bumi tidak dapat dipantulkan kembali ke udara karena terperangkap oleh gas karbon dioksida yang berada di udara. Karena ternyata peningkatan konsentrasi gas karbon dioksida di udara terus berlangsung, maka daya perangkap cahaya dan panas matahari di bumi semakin meningkat pula. Akibatnya suhu bumi semakin lama semakin terasa meningkat.

Mekanisme lain dapat terjadi melalui peranan konsentrasi debu di udara. Partikel debu yang melayang-layang di udara akan mengurangi kejernihan udara dan dapat memantulkan cahaya dan panas matahari sebelum sampai kepermukaan bumi. Konsentrasi partikel debu di udara dapat meningkat sejalan dengan bertambahnya aktivitas kegiatan manusia di bumi.

Kesimpulan yang rasional dari pernyataan tersebut di atas adalah bahwa kita tidak boleh sekali-kali melaksanakan suatu kegiatan yang dapat meningkatkan konsentrasi karbon dioksida maupun partikel debu di udara, tanpa suatu pertimbangan yang bijaksana. Pengontrolan pembuangan gas dan debu ke udara dari kegiatan industri misalnya, harus dilipatgandakan. Konsekuensi serupa ini merupakan akibat dari upaya pemenuhan kebutuhan penduduk yang meningkat.3. Pengaruh Kenaikan Kemakmuran

Dari tingkat pendapatan yang tinggi itu sudah dapat mencerminkan tingkat kemakmuran suatu masyarakat yang tinggi.

Didalam masyarakat yang kurang mampu, implikasi dari peningkatan pendapatan adalah peningkatan jumlah pembelian pangan yang lebih besar dari pada pembelian non-pangan. Hal ini terjadi khususnya pada pangan yang bersifat elastis. Sebaliknya dengan masyarakat yang lebih mampu, peningkatan pendapatan akan neningkatkan jumlah pembelian non-pangan yang lebih besar dari pada pembelian terhadap pangan.Dari kesimpulan di atas bahwa apapun bentuk pilihannya, dampak dari adanya peningkatan pendapatan dari suatu masyarakat adalah akan meningkatkan jumlah konsumsi masyarakat itu sendiri. Hal ini berarti bahwa peningkatan kemakmuran akan meningkatkan penggunaan (eksploltasi) sumber daya alam baik dalam bentuk bahan pangan maupun nonpangan.Hubungan antara perubahan dalam pendapatan dengan perubahan dalam konsumsi pangan per kapita pada umumnya dilukiskan oleh para ahli ekonomi dari segi "koefisien elastisitas pendapatan dari permintaan" (income elasticity coefficient of demand). Secara sederhana dapat dikatakan bahwa angka koefisien

ini mencerminkan kenaikan persentase pendapatan yang dibelanjakan untuk pangan

Kuliah Pertemuan ke 5RESUME

MAKANAN DALAM PERSPEKTIF KONSUMEN.Setiap konsumen mendambakan memperoleh hak-haknya dengan layak, memiliki bargaining power yang sama tatkala melakukan transaksi dengan produsen. Setiap konsumen menginginkan suatu pasar yang diatur dengan prinsip-prinsip, peraturan dan serta suatu itikad baik dari semua unsur yang terlibat didalammnya baik produsen, pemerintah maupun konsumen itu sendiri. Konsumen memerlukan suatu pasar dimana dia bisa membedakan yang baik dari yang buruk. Seringkali terjadi ketegangan antara konsumen dengan produsen karena mereka memiliki kepentingan yang berbeda. Konsumen menginginkan dapat memperoleh barang dan jasa dengan sebaik-baiknya, sementara produsen menginginkan memperoleh untung yang sebanyak-banyaknya agar bisa tetap bertahan dalam usahanya. Salah satu sumber ketegangan ini adalah makanan dan minuman yang merupakan kebutuhan pokok konsumen. bagi sebagian besar konsumen di Indonesia, mereka mencurahkan uang dan waktunya yang cukup besar untuk melakukan transaksi dan konsumsi makanan dan minuman. Karena itu tidaklah mengherankan bahwa makanan dan minuman mempunyai arti yang sangat penting dalam perspektif konsumen.makanan sebagai Indikator Kesejahteraan Konsumen

Selama berpuluh-puluh tahun para ahli psikologi berusaha untuk mengklasifikasikan berbagai macam kebutuhan manusia. salah satu persamaan yang menonjol diantara daftar kebutuhan tersebut adalah ditempatkannya kebutuhan fisiologis sebagai peringkat pertama dari kebutuhan manusia.

Salah satu konsep kebutuhan yang sangat terkenal diajukan oleh Abraham H. Maslow,Menurutnya manusia mengorganisasikan kebutuhan sedemikian rupa sehingga terdapat prioritas dan hirarki kepentingan. Menurut teori Maslow ini, terdapat lima peringkat kebutuhan manusia:

1) Fisiologis, dasar-dasar kelangsungan hidup,kebutuhan makanan, minuman dan lainnya;

2) Keamanan, berkenaan dengan kelangsungan hidup fisik

3) Interaksi manusia: cinta, kebutuhan untuk dicintai dan mencintai

4) Afiliasi: kebutuhan untuk diterima oleh orang lain dan menjadi orang yang penting bagi orang lain.

5) Aktualisai diri: Kebutuhan untuk mengembangkan kebebasan dalam ekspresi diri. Menurut teori Maslow, setiap kebutuhan dari peringkat yang lebih tinggi akan tidak nampak sebelum tingkat yang lebih rendah terpenuhi, tidaklah mengherankan bahwa terpenuhinya kebutuhan fisiologis konsumen yaitu makanan dan minuman merupakan merupakan salah satu indikator yang sangat penting bagi kesejahteraan konsumen.

Para ekonom juga menggunakan unsur makanan dan minuman namun dengan instrumen yang berbeda dalam menganalisis kesejahteraan konsumen menggunakan pengeluaran untuk makanan dan minuman sebagai indikator untuk melihat kesejahteraan konsumen.

Engel's Law adalah teori klasik dalam ilmu ekonomi yang menyatakan hubungan antara pengeluaran untuk makanan/minuman dengan kesejahteraan konsumen.Teori ini secara sederhana menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan konsumen maka semakin kecil proporsi pendapatan yang dikeluarkan untuk membeli makanan dan minuman. teori ini menekankan bahwa kesejahteraan konsumen dapat dilihat dari seberapa besar pendapatan mereka yang dikeluarkan untuk konsumsi makanan dan minuman. Contoh: Sumarwan (1993) menggunakan data SUSENAS 1984 dan 1990 untuk menganalisis pola konsumsi dari konsumen rumah tangga di Indonesia menyimpulkan bahwa selama kurun waktu 1984 dan 1990, lebih dari 50% pengeluaran konsumen rumah tangga adalah untuk makanan,berlaku baik untuk di perkotaan maupun di pedesaan. Berarti sebagian besar dari konsumen rumah tangga masih bergelut untuk memenuhi kebutuhan pokoknya.

Praktek-Praktek Penjualan Makanan Yang Merugikan Konsumen. Bagi konsumen Indonesia, makanan mempunyai arti sosial, ekonomi, dan religius yang sangat penting.namun demikian sebagian konsumen Indonesia masih ada yang mengalami kurang makan dan kurang gizi. Masalah lain yang dihadapi adalah Pasar Makanan (food marketplace). Konsumen seringkali menjadi pihak yang dirugikan manakala berhadapan dengan produsen karena begitu kuatnya posisi produsen dan begitu lemahnya posisi konsumen.

Garman (1991) menyebutkan beberapa praktek penjualan yang merugikan konsumen :

1. Manipulasi Harga

Konsumen di Indonesia seringkali mendapatkan kenaikan harga pangan yang tiba-tiba manakala terjadi kenaikan gaji pegawai negri atau manakala menghadapi hari-hari besar. Seringkali permainan harga ini juga karena spekulasi dari para pedagang.

2. Promosi Pengurangan Harga yang tidak benar.

Seringkali pedagang memberikan potongan harga seolah-olah harga telah dikurangi, padahal kenyataannya harga masih tetap

seperti semula.

3. Biaya kemasan.

Biaya kemasan meningkatkan harga makanan, biaya ini bisa mencapai 11 percent dari harga makanan. Seringkah produsen membuat berbagai rupa kemasan menarik agar konsumen tertarik untuk membeli produk, yang bagi konsumen merupakan hal yang berlebih-lebihan.

4. Shortweighting and slackfilling.

Shortwightinga dalah berat makanan yang sebenarnya adalah lebih kecil dari berat yang tertera pada label kemasan. Slackfilling adalah suatu impresi yang diberikan oleh kemasan yang seolah-olah produk yang terisi penuh, padahal kenyataannya tidak penuh, yaitu terdapatnya ruang kosong yang tidak berguna dalam kemasan.

5. Penempatan Produk yang Mentah atau Rusak.

Konsumen seringkali begitu cepat tergiur untuk membeli buah-buahan yang tampak matang pada bagian atas kemasan. Tetapi begitu tiba di rumah kita kecewa, karena sebagian besar buah-buahan yang kita beli belum matang atau bahkan rusak. Ini tidak terlihat karena para pedagang menempatkannya pada bagian bawah kontainer.

6. Manipulasi Timbangan.

Para pedagang seringkali melakukan berbagai macam modifikasi pada alas timbang, sehingga makanan yang dibeli beratnya tampak lebih lebih besar dari yang sebenarnya.

7. Pemberian Harga yang Ganjil.

Restaurant Fast Food dan Supermarket wring mencantumkan harga yang ganjil misalnya harga sepotong ayam goreng Rp 2999 atau Rp 4508 atau sebungkus snack Rp 975. Manakala kita membayar dan memperoleh kembalian, yang kita dapatkan bukan kembalian sebesar Rp 1 atau 92 atau Rp 25, tetapi adalah sepotong permen. Bayangkan berapa keuntungan pedagang apabila 2000 orang konsumen dirugikan setiap harinya.

8. Tanggal Kadaluarsa.

Konsumen menghadapi resiko yang sangat besar dalam mengkonsumsi makanan atau minuman, karena masih banyaknya produk-produk makanan yang tidak mencantumkan tanggal kadaluarsa. Produsen seharusnya mencantumkan salah satu alternatif tanggal berikut: Pull date (tanggal produk harus sudah terjual), expiration date (tanggal produk harus sudah dikonsumsi).

Informasi yang mengelabui

Salah satu kegiatan produsen yang sangat merugikan konsumen adalah pemberian informasi yang Nmengelabui (deceptive information).Iklan pada media masa serta label pada produk adalah sarana yang sering digunakan untuk menyampaikan informasi mengenai atribut makanan dan minuman pada konsumen.

Pada prinsipnya ada empat jenis informasi yang mengelabui, yaitu:objective klaim, subjective claim, the claim with two meanings, danUnsubstantiated claim.

Klaim atau Pernyataan yang objective adalah suatu informasi yang diberikan kepada konsumen tentang karakteristik suatu produk.Kebenaran dari informasi ini dapat dibuktikan kebenarannya melalui pengujian atau dibandingkan dengan standar yang telah ada. Misalnya, produk-produk air kemasan sering mempunyai label yang menyatakan bahwa sumber air yang digunakan berasal dari mata air pegunungan. Pada kenyataannya banyak dari produk tersebut menggunakan air PAM sebagai bahan bakunya. Ada juga air kemasan yang menamakan diri sebagai air mineral. Secara sepintas konsumen akan beranggapan bahwa air ini tentu mengandung zat-zat mineral yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Ternyata berdasarkan hasil pengujian, kandungan air mineral tersebut sama saja dengan air biasa. Produk makanan atau minyak goreng seringkali diberi label "Bebas Kolesterol", apakah benar produk tersebut bebas dari kolesterol. Label yang terbukti tidak benar tentu akan merugikan konsumen. YLKI pernah mengadakan pengujian terhadap kemurnian dan zat-zat yang terkandung dalam saus tomat berbagai merek, salah satu produk tersebut hanya mengandung tomat antara 2,35 sampai 2,66 persen. Bentuk kedua dari informasi yang mengelabui adalah subjective claim atau pernyataan yang subjektif. Informasi seperti ini sukar dibuktikan kebenarannya bukan karena ketidak cukupan pengetahuan tetapi kriteria yang akan digunakan bersifat sangat subjektif sehingga sukar diukur secara objektif.

Misalnya, iklan susu atau minuman pembangkit gairah belajar yang dapat meningkatkan prestasi atau meningkatkan kegairahan bekerja. Bentuk ketiga dari informasi yang mengelabui adalah the claim with two meanings atau pernyataan yang mengandung dua arti, sebagian benar dan sebagian salah. Misalnya iklan mengenai telur yang menyatakan bahwa "telur tidak berbahaya dan sumber gizi yang dibutuhkan oleh tubuh". Adalah benar bahwa telur merupakan sumber gizi yang baik, namun pernyataan telur berbahaya adalah mengelabui. Karena bagi beberapa golongan konsumen dengan penyakit tertetentu, telur belum tentu sumber makanan yang baik. Bentuk keempat dari informasi yang mengelabui adalah pernyataan yang tidak mempunyai dasar, tidak di dukung oleh logika. Misalnya produk kecantikan yang menyatakan bisa menghilangkan kerut-kerut wajah. Contoh lain adalah iklan kendaraan yang menggambarkan mobil tanpa roda yang dapat berjalan, Bahkan iklan susu dengan kulitsapi yang bergambar coklat atau strawberry. Iklan-iklan seperti ini bukan saja menyampaikan informasi yang tidak benar tetapi juga mengelabui konsumen dengan pernyataan pernyataan yang tidak masuk akal dan tidak mendasar.Mr. Albert Z Carr, seorang mantan pengusaha di Amerika, mengatakan bahwa pemberian informasi yang mengelabui telah menjadi kebiasaan pengusaha. Sebagian besar para eksekutif perusahaan melakukan beberapa bentuk pemberian informasi yang mengelabui ketika melakukan negosiasi dengan dengan konsumen, dealer, serikat buruh,pejabat pemerintah, bahkan dengan rekan usahanya. Praktek-praktek seperti ini dilakukan dengan sadar dengan memberikan pernyataan-pernyataan yang tidak benar, menyembunyikan fakta, atau melebih-lebihkan sesuatu. Bersama Aileen Cowan dalam salah satu studinya, mereka mendapatkan 68 buah iklan yang mengandung unsur informasi yang mengelabui konsumen. Untuk membuktikan kebenaran temuannya tersebut, mereka berkirim Surat kepada 58 perusahaan yang bertanggung jawab atau yang memproduksi barang-barang yang dipromosikan tersebut. Dalam suratnya tersebut, Ralph Nader meminta perusahaan untuk memberikan bukti-bukti ilmiah yang mendukung kebenaran informasi yang disampaikan iklan barang-barang tersebut. Hanya 3 dari 58 perusahaan yang memberikan bukti-bukti ilmiah tentang kebenaran informasi iklan tersebut. Sebagian besar perusahaan tidak memberikan jawaban, menolak memberikan bukti ilmiah, atau hanya memberikanjanji-janji saja.15 perusahaan mengakul bahwa informasi yang disampaikan melalui iklan adalah misleading. Semakin banyaknya produk-produk makanan yang memberikan informasi mengelabui melalaui labelnya telah mendorong DPR AS untuk mengeluarkan undang-undang barn mengenai Label Makanan pada tahun 1990. Undang-undang ini berlaku secara efektif pada tanggal 5 Desember 1993. Misalnya, selama ini produk-produk makanan dalam labelnya sering mencantumkan "FAT FREE" (Bebas lemak), karena produsen tabu bahwa konsumen sangat tabu untuk mengkonsumsi lemak yang berlebihan. Informasi ini dianggap informasi yang mengelabui dan menyesatkan konsumen, karena pada kenyataannya makanan tersebut masih mengandung lemak walaupun dengan kadar yang lebih kecil. Berdasarkan Undang-undang Label yang barn, maka produsen harus mencantumkan dengan angka berapa persen kandungan lemak, serta kandungan zat-zat gizi lainnya. Dan juga tidak diperbolehkan lagi menggunakan kata-kata lebih kecil, lebih benar, tidak mengandung, bebas lemak serta kata-kata subjektif lainnya. Iklan telah menjadi media yang efektif bagi produsen untuk memperkenalkan produk dan membujuk konsumen untukmembelinya. Tidaklah mengherankan jika biaya iklan menempati prioritas yang sangat penting dari sebuah perusahaan. Adalah hak produsen untuk memasang iklan, namun mbukan berarti produsen berhak untuk memberikan informasi yang mengelabui kepada konsumen. Produsenpun harus menyadari bahwa konsumenpun berhak memperoleh informasi yang benar. Hal ini berarti bahwa produsen harus megikuti etika yang baik dalam menyampaikan informasi. Iklan seharusnya menjadi alat bagi perusahaan untuk melakukan kompetisi. Iklan adalah media yang sangat vital pada sistem ekonomi pasar yang berdasarkan persaingan yang sehat. Sebaliknya, banyak iklan yang mengarahkan konsumen untuk membeli barang yang buruk atau produk yang sama dengan harga yang lebih mahal.

Persaingan bebas di pasar telah berganti menjadi persaingan di dalam iklan. Produsen lebih suka menghabiskan biaya puluhan bahkan ratusan miliar rupiah untuk iklan yang mengelabui daripada untuk memperbaiki mutu produk atau menurunkan harga produk. Hasilnya adalah eksploitasi terhadap konsumen dan penyimpangan dari persaingan yang sehat.

Konsumen membutuhkan informasi. Informasi membantu konsumen untuk mengambil keputusan dengan rasional dan efisien sehingga konsumen dapat menggunakan sumberdayanya dengan baik. Informasi juga bisa mengurangi resiko dan ketidak pastian.

Dengan informasi sarat yang dimilikinya, konsumen akan memiliki posisi yang seimbang dengan produsen dalam melakukan transaksi. Informasi yang salah bukan saja akan berakibat fatal bagi konsumen dalam mengambil keputusan tetapi juga akan menghilangkan kepercayaan konsumen kepada produsen. Seperti halnya hak-hak azasi manusia yang harus diperjuangkan untuk mendapatkannya. Demikian juga dengan hak-hak konsumen. Konsumen dituntut untuk bersikap kritis dalam menerima informasi, jangan mudah mempercayai setiap informasi yang diterimanya. Jika sikap kritis seperti ini terns dilatih oleh konsumen, maka konsumen akan memiliki kemampuan untuk menilai apakah suatu informasi tersebut bersifat mengelabui atau dapat dipercaya. MAKANAN YANG AMAN BAGI KONSUMEN :Kasus-kasus berikut menggambarkan betapa besarnya resiko yang senantiasa dihadapi konsumen dalam mengkonsumsi makanan.

1. Bulan November 1988, 54 orang murid SD di Bekasi harus masuk rumah sakit karena keracunan makanan jajanan yang mereka beli disekolahnya. Pada bulan yang sama, 30 orang di Tanggerang di rumah sakit karena usai menyantap makanan yang disajikan dalam suatu kenduri.

2. Tahun 1984, seorang gadis cilik Dewi Mulyani meninggal dunia akibat makan pisang sale. Hasil pengecekan YLKI menunjukkan bahwa kemasan pisang sale tersebut terbuat dari karton bekas kemasan insektisida. ini sesuai dengan visum dokter bahwa Dewi meninggal karena keracunan insektisida yang tertelan bersama pisang sale.

3. Konsumen di Jawa Tengah sudah berulang kah dirugikan oleh produsen tempe bongkrek karena banyaknya konsumen yang keracunan akibat mengkonsumsi tempe tersebut.

4. April 1994, beberapa orang keracunan mie instant di Sumatra Selatan, bahkan beberapa diantaranya meninggal dunia.

5. Daftar kasus akan semakin panjang apabilakasus yang menimpa konsumen dilaporkan kepada yang berwenang atau tercatat oleh media masa. Kasus-kasus diatas menggambarkan betapa rentan konsumen terhadap keselamatan jiwanya. Dalam posisi seperti ini, pihak yang paling banyak dirugikan adalah konsumen.

Pada masa yang akan datang, penyediaan pangan dan gizi bagi penduduk bukan lagi monopoli sektor pertanian. la merupakan proses yang kompleks dan melibatkan banyak fihak termasuk didalamnya beragamnya industri makanan. Tumbuhnya industri makanan dengan berbagai macam produknya menjadikan industri makanan mempunyai peranan yang sangat penting dalam penyediaan makanan bagi masyarakat.

Standard yang bagaimana harus ditetapkan oleh pemerintah, baik dilihat dari sudut gizi maupun aman bagi kesehatan konsumen. Bagaimanakah penggunaan radiasi dan bentuk-bentuk pengolahan pangan yang senantiasa terus ditemukan akan mempengaruhi kualitas makanan merupakan pertanyaan yang sangat penting. Dengan demikian kualitas makanan merupakan pusat perhatian yang sangat penting bagi konsumen pada masa yang akan datang. Konsumen memiliki kemampuan yang terbatas dalam mengumpulkan dan mengolah informasi tentang makanan yang dikonsumsinya, sehingga mereka mempunyai keterbatasan dalam menilai makanan dan menghindari resiko dari produk-produk makanan yang tidak bermutu dan tidak aman bagi kesehatannya. Karena itu konsumen memerlukan bimbingan dan perlindungan dari semua fihak yang terlibat dalam proses penyediaan makanan, terutama dari pemerintah dan fihak legislatif.Persaingan antar industri makanan dengan menggunakan iklan-iklannya yang lebih menekankan merek dagang berupaya untuk membujuk bahkan cenderung untuk menipu konsumen akan memperparah keadaan. Tanpa adanya peraturan yang ketat dan pelaksanaan peraturan tersebut dengan baik di bidang makanan dan periklanan, akan menyebabkan kerugian yang serius bagi konsumen.

Karena keterbatasan pengetahuannya atau kemampuan yang terbatas dalam memperoleh informasi, konsumen seringkali beranggapan bahwa harga yang tinggi adalah identik dengan mutu yang lebih tinggi.Masalah Kualitas Makanan di Indonesia James E. Post (1982) menguraikan dua masalah konsumen yang terdapat di negara-negara berkembang. Pertama, beredarnya produk-produk makanan impor secara bebas padahal di negara pengimpornya (negara industri), produk-produk tersebut sudah dilarang diperjual belikan. Kedua berkaitan dengan konsep pemasaran yang keliru, yaitu konsumen di negara-negara berkembang dibujuk bahkan dipaksa melalui berbagai macam iklan dan kemudahan peraturan pemasaran untuk mengkonsumsi produk-produk makanan negara-negara industri. Produk-produk makanan ini belum tentu cocok bagi kondisi sosial ekonomi negara-negara berkembang.

Masalah pertama yang disebutkan Post (1982) mengingatkan kita pada beberapa kejadian di tanah air beberapa tahun yang lalu. Pada saat itu konsumen banyak sekali dirugikan oleh produkproduk impor, seperti : Susu kaleng yang sudah kadaluarsa masih saja diperjual belikan. Produk-produk tersebut sudah terkontaminasi oleh zat-zat yang membahayakan kesehatan. Tampaknya kemudahan peraturan pemasaran dimanfaatkan oleh sebagian pengusaha untuk menjadikan tanah air sebagai tempat pembuangan produk-produk yang sudah menjadi sampah di negara asalnya. Banyaknya beredar produk-produk makanan

impor di Indonesia merupakan gambaran dari dari masalah kedua di negara-negara berkembang sebagaimana diungkapkan oleh Post (1982). Konsumen Indonesia dihadapkan kepada berbagai pilihan produk makanan impor yang belum tentu cocok bagi kondisi sosial ekonomi mereka atau produk itu sendiri belum tentu cocok bagi kondisi fisik konsumen Indonesia.

Sudah bukan rahasia lagi bagi kalangan produsen maupun para ahli teknologi makanan bahwa masih banyak beredar produk-produk makanan yang menggunakan zat pewarna yang berbahaya seperti zat pewarna tekstil. Banyak produsen makanan yang senang menggunakan zat pewarna ini karena pertimbangan ekonomis. Produk tahu juga tidak terlepasdari zat-zat yang berbahaya, janganlah heran apabila menjumpai tahu dengan bau yang khas yaitu bau formalin. HAK-HAK KONSUMEN :Heboh makanan bercampur lemak babi pada bulan Oktober 1988 yang lalu, yang menyebabkan keresahan sosial dan menyibukkan aparat pemerintah serta menyebabkan kerugian bagi beberapa produsen makanan adalah salah satu contoh bagaimana informasi telah menggerakkan konsumen untuk melakukan reaksi terhadap produk-produk makanan yang dicurigainya tidak aman bagi konsumen.

Heboh ini bermula darl tersebar luasnya sebuah laporan survey DR Tri Susanto, seorang staf pengajar Jurusan Teknologi Pangan Universitas Brawijaya. Laporan ini menyebutkan beberapa produk makanan yang diduga mengandung lemak babi. Akibatnya, sebagian besar masyarakat yang merupakan konsumen terbesar dari produk-produk tersebut merasa resah karena merasa ditipu dan dirugikan oleh produsen makanan tersebut, mereka menganggap telah mengkonsumsi produk yang seharusnya dihindari. Reaksi dari masyarakat semakin bermunculan, apalagi ini menyangkut terkontaminasinya keyakinan/keimanan dari sebagian konsumen.

Majalaj Tempo (19 Nov. 1988) melaporkan bahwa beberapa hari setelah tersiarnya produk-produk yang terkontaminasi zat-zat yang diharamkan oleh ummat Islam itu, penjualan beberapa produk yang dicurigai tersebut turun beberapa persen. Penjualan Indomie turun sebesar 20-30 persen, Kecap ABC turun sebesar 40-50 persen, Kecap Bango turun 20 persen. Nestle dengan berbagai produknya hanya mampu menjual 24 persen dari penjualan yang normal. Kejadian di atas seharusnya memberikan arti yang sangat penting bagi produsen makanan dan pemerintah yaitu tentang harus diperhatikan dan dihormatinya hak-hak konsumen.

Sebagai produsen, mereka harus mempertimbangkan hak hak konsumen dalam melakukan kebijaksanaan produksinya. Juga pemerintah harus lebih memahami lagi hak-hak konsumen dalam menyusun kebijaksanaan dan peraturan peraturan bagi industri makanan. Bagi Konsumen, kejadian di atas juga mempunyai arti yang sangat berharga. Konsumen seharusnya senantiasa harus waspada terhadap produk-produk yang dikonsumsinya, mereka harus sudah membiasakan melakukan penilaian terhadap produk-produk makanan tersebut. Walaupun heboh lemak babi dalam produk makanan menimpa segolongan konsumen (yang beragama Islam), namun ia memberikan arti yang universal terhadap pergerakkan konsumen. Yaitu konsumen menginginkan informasi yang terbuka dan jelas, dengan kata lain konsumen mempunyai hak untuk memperoleh informasi yang sejelas-jelasnya (theright to be informed).

Seorang konsumen yang rasional akan melakukan pengumpulan dan pengolahan informasi tentang produk-produk makanan yang akan dipilihnya, apakah sesuai atau tidak dengan standard atau nilai yang dimilikinya. Kenyataan yang ada, produk-produk yang tersebar tidak mempunyai label yang cukup memuaskan yang memberikan informasi yang lengkap tentang kandungan zat-zat pembentuknya. Tanpa adanya informasi ini, adalah suatu hal yang wajar apabila konsumen menjadi ragu terhadap produk-produk tersebut dan lalu meninggalkannya. Laporan survey tersebut pada akhirnya memperkuat keraguan konsumen terhadap produk-produk tersebut. Produk tanpa label yang baik sebenarnya sudah merupakan gambaran produk yang meragukan bagi konsumen. Karena konsumen tidak bisa menilai produk-produk tersebut.

Hak untuk memperoleh penghargaan terhadap keyakinan merupakan hak yang mendasar dari semua manusia, tidak perduli dia beragama apa atau bangsa apa. Ini berarti bahwa dalam duniaa usaha, semua konsumen memiliki hak untuk dihargai keyakinannya sebagai salah satu dimensi kualitas hidupnya yang sangat berharga. Apalagi dalam konteks negara Indonesia dengan multi agama dan multi etnis, bahkan undang-undangnya pun menyebutkan saling menghargai, seharusnya produsen memperhatikan dan menghargai hak-hak konsumen yang mendasar ini. Penghargaan itu bisa dilakukan dengan pemberian informasi yang benar, jujur dan sejelas-jelasnya kepada konsumen tentang produk-produk makanan yang dijualnya. Sehingga, Seorang vegetarian yakin bahwa dia tidak mengkonsumsi makanan yang berasal dari hewan. Seorang hindu menjadi puas karena makanannya tidak mengandung sapi. Dan seorang muslim merasa aman karena menunya tidak terkontaminasi oleh zat-zat yang berasal dari babi.

Hak berikutnya dari konsumen adalah Hak untuk memperoleh rasa aman (the right to be safety). Konsumen bukan saja membutuhkan makanan dalam jumlah yang cukup, tetapi dia juga membutuhkan makanan dengan kualitas-kualitas tertentu yang memenuhi standard dan nilai yang ia miliki. The right to be safety adalah hak yang universal yang dimiliki oleh

semua konsumen. Ini berarti bahwa produk-produk makanan tersebut haruslah aman bagi jiwa dan jasmani konsumen. HAK UNTUK DIDENGARKAN :Kita pun tidak menginginkan jatuhnya kembali korban korban akibat produk makanan impor yang sudah kadaluarsa. Ataupun korban akibat terkontaminasinya produk oleh bakteri, penggunaan zat pewarna. Karena itu yang lalu agar tidak terulang dan yang barupun tidak akan muncul, maka The right to be heard dari konsumen harus mulai diperhatikan dan dijadikan masukan yang penting bagi kebijaksanaan pembangu-nan di masa yang akan datang. The right to be heard dari konsumen adalah konsumen memerlukan perlindungan yang lebih kongkrit dari pemerintah dan lembaga legislatif terhadap produk-produk makanan yang tidak bermutu dan membahayakan. Perlindungan konsumen ini haruslah mempunyai kepastian hukum dan dasar hukum, sehingga apabila terjadi pelanggaran oleh produsen, konsumen dapat menuntut pelanggar hukum tersebut ke depan meja hijau. Konsumen mempunyai peranan yang dominan dalam memutuskan makanan yang akan dikonsumsinya, namun karena berbagai faktor, tidak semua konsumen mampu menilai mutu makanan yang akan dipilihnya. Karena itu peranan pemerintah sangat penting untuk melindungi konsumen dari berbagai produk makanan yang berbahaya, serta melindungi konsumen dari praktek-praktek industri yang tidak bertanggung jawab.UNDANG-UNDANG TENTANG BAHAN MAKANAN : Bagaimanakah pengaruh zat-zat kimia in bagi kualitas makanan dan kesehatan konsumen merupakan pertanyaan yang sangat penting. Karena itu pemerintah harus mengevaluasi kembali peraturan-peraturannya di bidang makanan saat ini, agar diketahui mana yangtidak berlaku kembali, mana yang kurang dan mana yang tidak berjalan. Pemerintah perlu menyusun kembali peraturanperaturannya untuk kebutuhan mendatang sebagai salah satu cara yang baik untuk melindungi konsumen dan memajukan industri makanan. Perlindungan terhadap konsumen bukan datang hanya dari pemerintah, tetapi juga harus datang dari pihak legislatif sebagai lembaga tertinggi yang mempunyai wewenang membuat undangundang.

Untuk kepentingan masa yang akandatang sudah saatnya lembaga legislatif memikirkan untuk membuat undang-undang bahan makanan, yang mengatur pemakaian, produksi, penjualan bahan dan penyalahgunaannya. Dengan adanya undang-undang ini, aturan permainan ini akan semakin jelas dan mempunyaidasar hukum yang kuat. Dengan adanya undang-undang ini, industri makanan mempunyai tanggung jawab moral untuk mentaatinya.

Demikian pula pihak yang berwenang mempunyai dasar hukum yang jelas untuk memberikan sangsi bagi yang melanggarnya. Sampai saat ini apabila terjadi pelanggaran oleh produsen makanan, tidak diketahui dengan pasti lembaga apa yang bertanggung jawab untuk menanga-ninya. Bahkan Pengawasan Obat dan Makanan (POM) Depkes tidak punya wewenang untuk memberikan sangsi bagi yang melanggar peraturan-peraturannya. Ketika kasus babi muncul, Depkes dan Depag saling melempar tanggung jawab tentang siapa yang harus memeriksa kehalalan dari produk makanan. Andaikan kasus babi tidak muncul, sampai saat ini mungkin kita tidak mengetahui alangkah lemahnya lembaga yang ada dalam melindungi konsumen. Kuliah Pertemuan ke 6KETAHANAN PANGAN DAN PERUBAHAN IKLIM

DALAM PERKEMBANGAN EKONOMI

Faktor utama yang mempengaruhi tingginya angka permintaan hasil pertanian adalah pendapatan masyarakat. Berkurangnya pertumbuhan angka produksi hasil pertanian, maka suatu Negara mengandalkan impor dari Negara lain untuk memenuhi kebutuhan negaranya. Kekakuan persediaan dan permintaan menyebabkan fluktuasi besar dalam harga.

Perubahan iklim di Asia tenggara :

Rata-rata temperature suhu telah meningkat 0.1-0.3 C per decade.

Permukaan laut meningkat 1-3 mm setiap tahun dan telah berlangsung sejak 50 tahun yang lalu.

Meningkatnya frekuensi dan intensitas peristiwa cuaca ekstrem seperti gelombang panas, kekeringan, banjir, dan badai tropis dalam beberapa decade terakhir.

Memburuknya kekurangan air, menghambat produksi pertanian dan mengancam ketahanan pangan dan menyebabkan kebakaran hutan, degradasi pantai, dan resiko kesehatan yang lebih besar.

Fakta yang terjadi pada situasi makanan dan perubahan iklim adalah :

Konsumsi pangan telah berkembang pada tingkat yang lebih cepat daripada produksi.

Situasi keamanan pangan, terutama di Negara berkembang, rentan ( krisis pangan, ) terhadap perubahan faktor-faktor penawaran dan permintaan.

Pasokan makanan rentan terhadap perubahan iklim.

Situasi keamanan pangan di Negara berkembang, terutama Asia

3 pilar keamanan makanan : ketersediaan, aksesibilitas, pemanfaatan untuk bekerja di lingkungan yang stabil dan terhubung dengan sistem makanan.

Aktivitas sistem makanan adalah :

Produksi makanan : sumber daya alam, input dan pemasaran

Pemprosesan dan pengemasan makanan : bahan-bahan baru, standar penyimpanan makanan.

Pendistribusian dan penjualan makanan : pengiriman, pemasaran, dan iklan.

Konsumsi makanan : akuisisi, persiapan dan adat istiadat.

Hasil sistem pangan berkontribusi kepada :

Kesejahteraan sosial: pendapatan, pekerjaan, kekayaan.

Stabilitas makanan dari waktu ke waktu untuk : pemanfaatan makanan, akses makanan, dan ketersediaan makanan.

Kesejahteraan lingkungan.

Ketahanan pangan : ketersediaan tingkat swasembada rendah, ketergantungan pada impor pangan yang tinggi. Deficit perdagangan pangan untuk sebagian besar Asia dilihat dari angka swasembada beras dan tepung, karenanya dengan daya beli yang rentan terhadap fundamental global.

Ketahanan pangan di Malaysia :

1. Ketersediaan Tahun 1990-2010, Malaysia mampu menyediakan kebutuhan daging ayam, daging babi dan ikan . Tetapi Malaysia tidak mampu memenuhi kebutuhan daging sapi, daging kambing dan produk susu. Malaysia selalu menjadi Negara pengimpor makanan yang angkanya setiap tahun semakin meningkat.

2. Aksesibiltas kemiskinan dan tingkat buta huruf tetap tinggi, kemampuan untuk memeproleh pendapatan yang lebih tinggi sangat rendah.

Angka kemiskinan Negara-negara di Asia Tenggara lebih tinggi daripada di Asia Timur.

Angka buta huruf di Negara-negara Asia Tenggara mencapai 5-30 % pada tahun 2007.

Angka kekurangan gizi di Negara=Negara Asia Tenggara mencapai 10-25 %.

Sebagian masyarakat Negara-negara Asia Tenggara mengeluarkan anggaran belanja mereka sekitar 15-70 % untuk membeli makanan.

Bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah, 1/3 dari penghasilan mereka untuk membeli bahan pangan. Bagi masyarakat yang berpenghasilan tinggi hanya menghabiskan 9 % penghasilan mereka untuk membeli bahan pangan. Bahan pangan yang paling banyak dibeli adalah beras. Bila harga bahan pangan semakin mahal / naik, maka mayarakat yang berpenghasilan rendah yang paling merasakan dampaknya,

3. Pemanfaatan : akses ke pemanfaatan pangan untuk beberapa Negara perlu ditingkatkan.

Negara-negara seperti Kamboja, Laos dan Afghanistan membutuhkan adanya peningkatan air yang aman untuk dikonsumsi. Mengingat air adalah salah satu sumber kehidupan bagi manusia. Sehingga akses untuk mendapatkan air bersih dirasa sangat diperlukan dan lebih diperhatikan.

Negara-negara seperti Kamboja, India, dan Bangladesh membutuhkan sistem sanitasi yang lebih baik.

Konsumsi makanan di Negara-negara berkembang lebih rendah daripada Negara maju.

4. Situasi pasokan : belanja public pada produk pertanian dalam perekonomian pertanian berbasis kurang bila dibandingkan dengan Negara urban.

R&D pengeluaran di Negara berkembang relatiflebih rendah dibandingkan dengan Negara maju. Sehingga telah merusak peran kunci untuk pertumbuhan ekonomi. Sebagai hasilnya, pertumbuhan produktivitas pertanian adalah marginal dan terlalu rendah untuk memenuhi tantangan.

Dampak prospektif perubahan iklim terhadap ekonomi pertanian

Kemungkinan dampak perubahan iklim terhadap produksi pertanian: didaerah dingin , rendahnya tingkat pemanasan dapat meningkatkan kondisi untuk pertumbuhan tanaman ( diperpanjang musim tanam dan daerah baru dibuka untuk produksi ), tetapi pemanasan lebih lanjut dapat berdampak semakin negative bila temperature kritis dipertemukan lebih sering. Daerah tropis mungkin sudah melewati puncak.

Kemungkinan dampak perubahan iklim terhadap produksi pangan.

Kenaikan suhu ( C )Produksi pangan

1 CPeningkatan pada hasil sereal di daerah beriklim

2 CPenurunan tajam hasil panen di daerah tropis ( 5-10% di Afrika )

3 C150-550 juta beresiko kelaparan

4 CHasil pertanian menurun sebesar 15-35% di Afrika dan seluruh daerah produksi.

5 CTerus bertambahnya keasaman air laut sehingga menggangu ekosistem laut

Bukti dampak perubahan iklim pada pertanian dan ketahanan pangan

Dengan peningkatan suhu 0,8 C sudah berdampak pada penurunan potensi produksi pertanian di banyak bagian wilayah.

Perubahan cuaca sebagai pemicu krisis tingginya harga beras.Cuaca mempengaruhi pasokan dalam menghadapi meningkatnya permintaan.

Perubahan iklim dan kaitannya dengan perekonomian

Sektor pertanian merupakan salah satu contributor yang signifikan dari emisi gas rumah kaca. Efek pembangunan pertanian mengakibatkan perubahan iklim yang disebabkan oleh adanya efek rumah kaca. Meskipun pertanian merupakan contributor yang signifikan terhadap emisi gas rumah kaca, hal ini sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim.

Dari semua faktor ekonomi, perubahan iklim memiliki dampak yang paling signifikan pada pertanian. Oleh sebab itu, penyebaran geografis yang luas dan ketergantungan yang erat pada iklim dan faktor lingkungan.

Implikasi untuk mengembangkan ekonomi : respon kebijakan

Respon kebijakan utama perubahan iklim

a. Penyesuaian / adaptasi

Determinan kapasitas adaptasi

DeterminanPenjelasan

Sumber ekonomiSumber daya ekonomi yang lebih besar meningkatkan kurangnya kapasitas adaptasi sumber daya keuangan sehingga membatasi pilihan adaptasi.

TeknologiKurangnya batas teknologi berkisar dari pilihan-pilihanadaptasi potensial. Daerah yang kurang berteknologi maju cenderung untuk mengembangkan dan / atau menerapkan adaptasi teknologi.

Informasi dan kemampuanKurangnya informasi, kemampuan dan pelatihan anggota mengurangi kapasitas adaptasi. Akses lebih besar ke informasi meningkat lebih kepada sampel datanya adaptasi yang lebih tepat dan akurat.

InfrastrukturBermacam-macam infrastruktur dapat meningkatkan peluang kapasitas adaptasi, karena memberikan lebih banyak pilihan. Karakteristik dan lokasi infrastruktur juga mempengaruhi kapasitas adaptif.

InstitusiInstitusi sosial berkembang dengan baik membantu mengurangi dampak resiko-resiko terkait iklim , dan karenanya meningkatkan kapasitas adaptasi. Kebijakan dan peraturan telah membatasi atau meningkatkan kapasitas adaptasi.

KeadilanPemerataan sumber daya meningkatkan kapasitas adaptasi. Kedua ketersediaan hak atas sumber daya sangat penting.

b. Respon kebijakan

c. Peringanan

Perubahan iklim merupakan hasil eksternalitas yang berhubungan dengan emisi gas rumah kaca. Hal itu memerlukan biaya yang tidak pernah dibayar oleh mereka yang menciptakan emisi.

d. Kolaborasi internasional