15 Januari 2015
EKODRAINASE TEKNOLOGI
TERPADU PENGELOLAAN BANJIR
Disusun Oleh
Kelompok VI
1. Anton Hilman
2. Dea Damayanti Sutardi
3. Faris Fadlullah
4. Komarudin M Zaelani
XII IPA 5
Pembimbing
Titian Bayurama, S.Kom
SEKOLAH MENENGAH ATAS
SMA NEGERI 1 JONGGOL
Jalan Sukasirna Nomor 36 Kecamatan Jonggol Kabupaten Bogor (16830)
Telp/Fax (021) 89931158 www.sman1jonggol.sch.id
2015
PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perubahan iklim dewasa ini menjadi isu atau permasalahan serius yang mengglobal
seperti global warming yang terjadi karena akumulasi esmisi gas karbon di atmosfer,
tentu dampaknya pada cuaca dan iklim dunia seperti musim hujan di beberapa daerah
Indonesia yang tidak menentu akan mengakibatkan terganggunya fungsi ekologis suatu
lingkungan seperti banjir, seiring meningkatnya suhu rata-rata bumi karena pemanasan
global maka penguapan akan semakin tinggi sehingga meningkatkan intensitas curah
hujan rata-rata diberbagai daerah seperti Jabodetabek. Jakarta adalah ibu kota Negara
selalu terkena banjir setiap musim hujan lebat turun, Jakarta memang berada pada
downstream sedangkan Bogor Upstream yang mengirimkan debit air ke Katulampa,
namun kali ini hujan dengan intensitas sedangpun banjir mampu menggenangi Jakarta,
selain faktor meningkatnya suhu rata-rata bumi yang mengakibatkan naiknya intensitas
curah hujan rata, peran manusia juga turut andil dalam hal ini karena banjir yang terjadi
adalah implikasi dari perilaku manusia yang tidak menyadari akan pentingnya menjaga
lingkungan seperti tidak membuang sampah kesunggai dan pengelolaan drainase yang
benar, maka manusialah yang harus mampu menciptakan beberapa inovasi atau
teknologi yang mampu mengatasi banjir dalam hal pengelolaannya.
B. TUJUAN
Mengetahui bagaimana sebuah teknologi mampu mengatasi atau meminimalisir
kemungkinan terjadinya banjir.
C. LANDASAN BERPIKIR
Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan.
Pengarahan banjir Uni Eropa mengartikan banjir sebagai perendaman sementara oleh
air pada daratan yang biasanya tidak terendam air. Dalam arti "air mengalir", kata ini
juga dapat berarti masuknya pasang laut. Banjir diakibatkan oleh volume air di suatu
badan air seperti sungai atau danau yang meluap atau menjebol bendungan sehingga
air keluar dari batasan alaminya.
Banjir adalah meluapnya aliran sungai akibat air melebihi kapasitas tampungan sungai,
sehingga meluap dan menggenangi dataran atau daerah yang lebih rendah di sekitarnya.
Upaya mengelola air kelebihan dengan cara meresapkan sebanyakbanyaknya air ke
dalam tanah secara alamiah atau mengalirkan ai ke sungai dengan tanpa melampaui
kapasitas sungai sebelumnya.
II. PEMBAHASAN
Banjir hampir semua banjir yang terjadi di Indonesia adalah banjir karena luapan
daerah aliran sungai (DAS), Daerah aliran sungai (drainage area/riverbasin) yang disingkat
menjadi DAS adalah bagian dari muka bumi yang airnya mengalir ke dalam sungai tertentu.
Dengan perkataan lain, daerah aliran sungai yaitu wilayah tampungan air hujan yang masuk
ke dalam wilayah air sungai. Jadi, sebuah sungai beserta anak-anak sungainya membentuk
satu daerah aliran. Daerah aliran sungai itu merupakan daerah tangkapan air hujan
(catchment area). Pembangunan di daerah pertanian, pemukiman, dan industri, tidak
terlepa dari kebutuhan sumber daya air. Sebagai akibat pemanfaatan air di atas, air akan
menampung buangan limbah dari akibat pembangunan tersebut, sehingga terjadilah
pencemaran (polusi) air. Pentingnya pengolahan DAS jelas barkaitan dengan penyediaan air
bersih, mengamankan sumber air dari pencemaran, mencegah banjir dan kekeringan,
mencegah erosi serta mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah dan banjir.
Daerah aliran sungai dibagi menjadi dua macam:
Daerah Aliran Sungai Gemuk
Daerah aliran sungai yang luas sehingga memiliki
daya tamping yang besar, daerah aliran sungai seperti
ini cenderung memiliki luapan air yang sangat besar
pada saat hujan besar yang terjadi di hulu.
Daerah Aliran Sungai Kurus
Daerah aliran sungai ysng relative kecil, sehingga daya
tamping air hujan juga sedikit, DAS semcam ini tidak
memiliki luapan air yang cukup besar pada saat hujan
turun dibagian hulu.
Kondisi DAS dipengaruhi oleh daerah sungainya, debit air sungai akan berkurang jika
keadaan disekitarnya mengalami kerusakan seperti hutan disekitar DAS menjadi gundul,
tandus dan kritis. Banyak air hujan yang dahulu tersimpan lebih lama dalam lingkungan,
tetapi dengan tidak adanya daerah resapan mengakibatkan DAS cepat meloloskan dan
mengalirkan air menjadi air lepasa (run off) akibatnya debit air sungai akan melebihi daya
tamping saluran sehingga mengakibatkan banjir.
Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam
daratan. Pengarahan banjir Uni Eropa mengartikan banjir sebagai perendaman sementara
oleh air pada daratan yang biasanya tidak terendam air. Bajir memang sering terjadi di
wilayah Indonesia karena memang beriklmim hutan hujan tropis sehingga curah hujan rata-
rata pertahun cukup tinggi, Banjir sendiri disebabkan karena beberapa hal seperti berikut.
Hujan dalam jangka waktu yang panjang atau besarnya curah hujan selama
berhari-hari
Erosi Tanah Menyisakan batuan yang menyebabkan air hujan mengalir deras di
atas permukaan tanah tanpa terjasi resapan
Buruknya penanganan sampah yang menyumbat saluran-saluran air sehingga
tubuh air meluap dan membanjiri daerah sekitarnya.
Keadaan Tanah dan Tanaman, tanah yang ditumbuhi banyak tanaman mempunyai
daya serap air yang besar. Tanah yang tertutup semen, paving, atau aspal sama
sekali tidak menyerap air. Pembabatan hutan juga dapat merupakan penyebab
banjir.
Pemanasan global yang memicu naiknya suhu rata-rata bumi hingga menyebabkan
tingginya penguapan dengan kata lain meningkatkan intensitas hujan.
Pembangunan tempat pemukiman dimana tanah kososng diubah menjadi jalan
atau tempat parkir yang menyebabkan hilangnya daya resap air hujan.
Pembangunan tempat pemukiman bisa menyebabkan meningkatnya resiko banjir
sampai 6 kali lipat dibandingkan tanah terbuka yang biasanya mempunyai daya
serap air tinggi. Masalah ini sering terjadi di kota-kota besar yang
pembangunannya tidak terencana dengan baik. Peraturan pembauatan sumur
resapan di daerah perkotaan kurang diawasi pelaksanaannya.
Bendungan dan saluran air yang rusak walaupun tidak sering terjadi namun bisa
menyebabkan banjir terutama pada saat musim hujanderas yang panjang.
Banjir menjadi sebuah bencana yang sangat merugikan bagi makhluk hidup
khususnya manusia, tentu terjadinya banjir tersebut tidak semata-mata karena faktor
alam melainkan faktor manusia akibat implikasinya yang akan berdampak pada
ekologi, dampak banjir dapat di kelompokan menjadi tiga yaitu dampak primer,
sekunder dan tersier.
Dampak Primer
Kerusakan fisik - Mampu merusak berbagai jenis struktur, termasuk jembatan,
mobil, bangunan, sistem selokan bawah tanah, jalan raya, dan kanal.
Dampak Sekunder
1) Persediaan air : Kontaminasi air. Air minum bersih mulai langka.
2) Penyakit: Kondisi tidak higienis. Penyebaran penyakit bawaan air.
3) Pertanian dan persediaan makanan - Kelangkaan hasil tani disebabkan oleh
kegagalan panen. Namun, dataran rendah dekat sungai bergantung kepada
endapan sungai akibat banjir demi menambah mineral tanah setempat.
4) Pepohonan: Spesies yang tidak sanggup akan mati karena tidak bisa
bernapas.
5) Transportasi: Jalur transportasi hancur, sulit mengirimkan bantuan darurat
kepada orang-orang yang membutuhkan.
Dampak Tersier
Ekonomi: Kesulitan ekonomi karena penurunan jumlah wisatawan, biaya
pembangunan kembali, kelangkaan makanan yang mendorong kenaikan harga,
dan lain-lain.
Banjir dengan segala dampaknya yang merugikan mendorong manusia untuk dapat
menciptakan sebuah pemikiran yang mampu mencegah atau meminimalisir terjadinya
banjir, gagasan yang telah kita ketahui seperti reboisasi, normalisasi waduk/sungai
dan lain sebagainya. Namun itu tidak cukup kuat karena masih banyak orang yang
belum memiliki kesadaran untuk menjaga lingkungan terutama tidak membuang
sampah kesungai secara langsung sehingga membuat sungai menjadi disfungsi tidak
sesuai dengan peruntukannya berimplikasi terjadinya banjir, namun akhir-akhir ini
telah berkembang sebuah ide atau gagasan tentang pengelolaan banjir yang
melibatkan masyarakat secara langsung dalam implementasinya yang kita kenal
dengan Ekodrainase atau Drainase Ramah Lingkungan yaitu Upaya mengelola air
kelebihan dengan cara meresapkan sebanyakbanyaknya air ke dalam tanah secara
alamiah atau mengalirkan air ke sungai dengan tanpa melampaui kapasitas sungai
sebelumnya, biasa disebut dengan konservasi air. Pemikiran ini hadir karena adanya
isu perubahan iklim dan paradigm baru secara ekologis, Ekodrainase memiliki
beberapa manfaat diantaranya :
1) Dengan drainase ramah lingkungan maka kemungkinan banjir/genangan di
lokasi yang bersangkutan, banjir di hilir serta kekeringan di hulu dapat
dikurangi;
2) Mengurangi longsor di hulu;
3) Meningkatkan kualitas ekosistem dan lingkungan;
4) Mengisi/konservasi air tanah
Dengan segala manfaatnya sudah seharusnya kita melakukan hal tersebut demi terjalinnya
fungsi ekologis sebagaimana mestinya secara proporsional, dalam penaganannya,
ekodrainase memilki konsep bagaimana implementasinya yang terbagi menjadi tiga sektor
secara garis besar.
1) Sektor Penanganan di Wilayah Hulu.
Limpasan air hujan :
ditahan dengan cara melakuan konservasi hutan/ tanaman keras,
dialirkan terlebih dahulu ke waduk/kolam tampungan untuk diresapkan (pola
retensi sebagai upaya pengawetan/konservasi air).
Kemudian kelebihan limpasan airnya dialirkan ke badan air terdekat.
2) Sektor Penanganan di Wilayah Tengah
Limpasan air hujan melalui saluran drainase dialirkan terlebih dahulu ke waduk/kolam
tampungan untuk ditampung sementara atau diresapkan apabila memungkinkan (pola
retensi dan pola detensi). Kemudian kelebihan limpasan airnya dialirkan ke badan air
terdekat.
3) Sektor Pengangana di Wilayah Hilir
Air limpasan saluran dialirkan melalui saluran drainase ke waduk/kolam untuk
penampungan sementara (pola detensi) sebelum dialirkan atau dipompa ke badan air
(sungai atau laut).
Pembagian ketiga sektor ini dimaksudkan untuk mempermudah organizing dan monitoring
ketika terjadi kesalahan dalam melakukan prosedur atau kendali, karena ini merupakan
sebuah sistem yang terpadu antara lingkungan, teknologi dan ekonomi, untuk melaksanakan
ekodrainase ada beberapa metoda yang dapat dilakukan seperti :
1) Metoda Kolam Konservasi
Dilakukan dengan membuat kolam-kolam baik di perkotaan, permukiman,
pertanian atau perkebunan;
Untuk menampung air hujan terlebih dahulu, diresapkan dan sisanya dapat
dialirkan ke sungai secara perlahan-lahan;
Dapat dilakukan dengan memanfaatkan cekungan- cekungan, daerah bekas
galian, atau sengaja dibuat dengan menggali.
2) Metode Sumur Resapan
Metode praktis cara membuat sumur-sumur untuk mengalirkan air hujan yang
jatuh pada atap perumahan atau kawasan tertentu. Sumur resapan dapat
dikembangkan pada areal olah raga atar areal wisata;
Konstruksi dan kedalaman sumur resapan disesuaikan dengan kondisi lapisan
tanah setempat;
Sumur resapan ini hanya dikhususkan untuk air hujan, sehingga masyarakat
tidak memasukkan air limbah rumah tangga ke sumur resapan
3) Metoda River Slide Polder
Metode menahan aliran air dengan mengelola/menahan air kelebihan (hujan)
di sepanjang bantaran sungai;
Pembuatan polder pinggir sungai ini dengan memperbesar bantaran sungai di
berbagai tempat secara selektif di sepanjang sungai;
Lokasi polder perlu dicari, sejauh mungkin polder yang dikembangkan
mendekati
kondisi alamiah, dalam arti bukan polder dengan pintu-pintu hidraulik teknis
dan tanggul-tanggul lingkar hidraulis yang mahal;
Pada saat muka air sungai naik akan masuk ke polder dan keluar jika banjir
reda;
Banjir di hilir dapat dikurangi dan konservasi terjaga
4) Metode Areal Perlindungan Air Tanah
Dilakukan dengan cara menetapkan kawasan lindung untuk air tanah, dimana
di kawasan tersebut tidak boleh dibangun bangunan apapun. Areal tersebut
dikhususkan untuk meresapkan air hujan ke dalam tanah;
Di berbagai kawasan perlu sesegera mungkin dicari tempat yang cocok secara
geologi dan ekologi sebagai areal untuk recharge dan perlindungan air tanah
sekaligus sebagai bagian penting dari komponen drainase kawasan.
Ekodrainase memerlukan banyak faktor penunjang seperti pepohonan untuk daerah resepan
seperti ruang terbuka hijau dan yang paling penting adalah kesadaran manusia untuk
melakukan atau mengimplementasikannya demi ekologi yang tetap terjaga walau dalam isu
pemanasan global. Teknologi ini cocok diterapkan di Indonesia karena sebagian wilayah
Indonesia rawan banjir dan secara tofografi merupakan daerah daratan yang di lalui arus
sungai seperi sungai Ciliwung yang merupakan daerah downstream dari hulu (Bogor), yang
seharusnya ada kerja sama antara Pemerintah Daerah Jakarta dan Bogor untuk mengatasi
masalah banjir, seperti ekodrainase.
III. PENUTUP
A. SIMPULAN
Ekodarinase merupakan teknologi pengendali banjir yang terpadi dan efisien karena
mampu menjaring fungsi ekologis, ekonomi dan teknologi itu sendiri.
B. SARAN
Jika ada kesalahan dalam penulisan atau materi yang tidak sesuai dengan konteks
permasalahan, kami selaku penyusun memohon dengan sangat bahwasanya masih
dalam proses pembelajaran, sehingga membutuhkan pembelajaran lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Banjir http://slideshare.net Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Cipta Karya Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman I Putekom Waluya, Bagja. 2009. Geografi Kelas X. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta
Top Related