A. PENGERTIAN
Efusi peura adalah penimbunan cairan pada rongga pleura (Price & Wilson 2005). Pleura
merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dn jaringan elastis yang melapisi rongga dada
(pleura parietalis) dan menyelubungi pari (pleura visceralis). Diantara pleura parietalis dn pleura
visceralis terdapat suatu rongga yang berisi cairan pleura yang berfungsiunuk memudahkan kedua
permukaan bergerak selama pernafasan. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan
atmosfer, sehingga mencegah kolaps paru. Bila terserang penyakit pleura mungkin mengalami
peradangan, udara atau cairan dapa masuk ke dalam rongga pleura menyebabkan paru tertekan
atau kolaps.
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam rongga
pleura (Somantri, 2008)
Efusi pleura adalah penumpukan cairan didalam rongga pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal (Smeltzer, Suzanne 2001)
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dari dalam cavum
pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat berupa cairan transudate atau cairan
eksudat (Pedoman Diagnosis dan Terapi/UPF ilmu penyakit paru, 1994, 111)
Cairan dalam keadaan normal dalam rongga pleura bergerak dari kapiler di dalam plera
parietalis ke ruang pleura dan kemudian diserap kembali melalui pleura visceralis. Selisih perbedaan
absorpsi cairan pleura melalui pleura visceralis lebih besar daripada selisih perbedaan pembentukan
cairan oleh pleura parietalis dan permukaan pleuran visceralis lebih besar daripada pleura parietalis
sehingga pada ruang pleura dalam keadaan normal hanya terdapat beberapa mililiter cairan
B. Etiologi
Berbagai penyebab timbulnya efusi pleura adalah:
1. Neoplasma, seperti neoplasma bronkogenik dan metastatic
2. Kardiovaskuler, seperti gagal jantung kongestif, embolus pulmonary dan pericarditis
3. Penyakit pada abdomen, seperti pankreatitis, asites, abses dan sindrom Meigs
4. Infeksi yang disebabkan bakteri, virus, jamur, mikrobakterial dan parasite
5. Trauma
6. Penyebab lain seperti lupus eritematosus sistemik, reumathoid arthritis, sindroma nefrotik
dan uremia
C. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya efusi pleura tergantung pada keseimbangan antara cairan dan
protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan pleura dibentuk secara lambat sebagai
filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi yang terjadi karena perbedaan tekanan osmotik
plasma dan jaringan interstitial submesotelial kemudian melalui sel mesotelial masuk ke dalam
rongga pleura. Selain itu cairan pleura dapat melalui pembuluh limfe sekitar pleura
Pada kondisi tertentu rongga pleura dapat terjdi penimbunan cairan berupa transudate
maupun eksudat. Transudat terjadi pada peningkatan tekanan vena pulmonalis, misalanya pada
gagal jantung kongestif. Pada kasus ini keseimbangan kekuatan menyebabkan pengeluaran cairan
dari pembuluh darah. Transudasi juga dapat terjadi pada hipoproteinemia seperti pada penyakit hati
dan ginjal. Penimbunan transudate dalam rongga pleura disebut hidrothoraks. Ciran pleura
cenderung tertimbun pada dasar paru akibat gaya gravitasi.
Penimbunan eksudat disebabkan oleh peradangan atau keganasan pleura dan akibat
peningkatan permeabilitas kapiler atau gangguan absorbsi getah bening. Jika efusi pleura
mengandung nanah, keadaan ini disebut empyema. Empiema disebabkan oleh perluasan infeksi dari
struktur yang berdekatan dan dapat merupakan komplikasi dari pneumonia, abses paru atau
perforasi karsinoma ke dalam rongga pleura. Bila efusi pleura berupa cairan hemoragis disebut
hemothoraks dan biasanya disebabkan karena trauma maupun keganasan.
Efusi pleura akan menghambat fungsi paru dengan membatasi pengembangannya. Derajat
gangguan fungsi dan kelemahan bergantung pada ukuran dan cepatnya perkembangan penyakit.
Bila cairan tertimbun secara perlahan-lahan maka jumlah cairan yang cukup besar mungkin akan
terkumpul dengan sedikit gangguan fisik yang nyata.
Kondisi efusi pleura yang tidak ditangani, pada akhirnya akan menyebabkan gagal nafas.
Gagal nafas didefinisikan sebagai kegagalan pernafasan bila tekanan partial oksigen (Pa 02) ≤ 60
mmHg atau tekanan partial karbondioksida arteri (Pa Co2) ≥ 50 mmHg melalui pemeriksaan analisa
gas darah.
D. Tanda dan Gejala
1. Batuk
2. Dispnea bervariasi
3. Adanya keluha nyeri dada (nyeri pleuritik)
4. Pada efusi yang berat terjadi penonjolan ruang intercostal
5. Pergerakan dada berkurang dan terhambat pada bagian yang mengalami efusi
6. Perkusi meredup diatas efusi pleura
7. Egofoni diatas paru yang tertekan dekat efusi
8. Suara nafas berkurang di atas efusi pleura
9. Fremitus fokal dan raba berkurang
10. Jari tabuh merupakan tanda fisik yang nyata dari karsinoma bronkogenik, bronkiektasis,
abses dan TB Paru
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Rontgen Thoraks. Dalam foto thoraks sudut costofrenicus dan akan terlibat permukaan
yang melengkung jika jumlah cairan > 300 cc. Pergeseran mediastinum kadang
ditemukan.
2. CT Scan Thoraks. Berperan penting dalam mendeteksi ketidaknormalan konfigurasi
trakea serta cabang utama bronkus, menentukan lesi pada pleura dan secara umum
mengungkapkan sifat serta derajat kelainan bayangan yang terdapat pada paru dan
jaringan thoraks lainnya.
3. Ultrasound, dapat membantu mendeteksi cairan pleura yang timbul dan sering
digunakan dalam menuntun penusukan jarum untuk mengambil cairan pleura pada
torakosentesis.
4. Torakosentesis
F. Penatalaksanaan
Pada efusi pleura yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan memakai pipa intubasi
melalui selang iga. Bila cairan pusnya kental sehingga sulit keluar atau bila empiemanya multiokuler,
perlu tinakan operatif. Mungkin sebelumnya dapat dibantu dengan irigasi cairan garam fisiologis
atau larutan antiseptic. Pengobatan secara sistemik hendaknya segera dilakukan, tetapi terapi ini
tidak berarti bila tidak diiringi pengeluaran cairan yang adequate.
Untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi dapat dilakukan pleurodesis
yakni mengketkan pleura visceralis dan pleura parietalis. Zat-zat yang dipakai adalah tetrasiklin,
bleomicin, corynecbacterium parvum dll.
1. Pengeluaran efusi yang terinfeksi memakai pipa intubasi melalui sela iga
2. Irigasi cairan garam fisiologis atau larutan antiseptic (betadine)
3. Pleurodesis, untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi
4. Torasentesis, untuk membuang cairan, mendapatkan specimen (analisis), menghilangkan
dispnea
5. Water Seal Drainage (WSD): Drainase cairan jika efusi menimbulkan gejala subyekif seperti
nyeri, dispnea dll. Cairan efusi sebanyak 1-1,2 liter perlu dikeluarkan segera untuk mencegah
meningkatnya edema paru, jika jumlah cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan
berikutnya baru dapat dilakukan 1 jam kemudian
6. Antbiotika jika terdapat empyema
7. Operatif
G. Komplikasi
1. Fibrothoraks, efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang
baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan pleura visceralis. Keadaan ini
disebut dengan fibrothoraks. Jika fibrothoraks meluas dapat menimbulkan hambatan
mekanis yang berat pada jaringan-jaringan yang berada dibawahnya. Pembedahan
pengupasan (dekortikasi) perlu dilakukan untuk memisahkan membran-membran pleura
tersebut.
2. Atalektasis, pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan oleh penekanan
akibat efusi pleura
3. Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru dalam
jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan jaringan sebagai kelanjutan
suatu proses penyakit paru yang menimbulkan peraangan. Pada efusi pleura, atelectasis
yang berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan paru yang terserang dengan
jaringan fibrosis.
4. Kolaps paru. Pada efusi pleura, atelectasis tekanan yang diakibatkan oleh tekanan ektrinsik
pada sebagian/semua bagian paru akan mendorong udara keluar dan mengakibatkan kolaps
paru.