perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
EFEKTIVITAS PELAYANAN PUBLIK DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP PEMENUHAN HAK WARGA
GUNA MEWUJUDKAN TATA PEMERINTAHAN YANG BAIK
(Studi Pelayanan Birokrasi Dalam Mengurus Kartu Keluarga
di Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen)
Skripsi
Oleh:
MECGA VERANTYAS NAVYCHASARI
NIM K6407031
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
EFEKTIVITAS PELAYANAN PUBLIK DAN IMPLIKASINYA
TERHADAP PEMENUHAN HAK WARGA
GUNA MEWUJUDKAN TATA PEMERINTAHAN YANG BAIK
(Studi Pelayanan Birokrasi Dalam Mengurus Kartu Keluarga
di Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen)
Oleh:
MECGA VERANTYAS NAVYCHASARI
K6407031
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Mecga Verantyas Navychasari. EFEKTIVITAS PELAYANAN PUBLIK DAN
IMPLIKASINYA TERHADAP PEMENUHAN HAK WARGA GUNA
MEWUJUDKAN TATA PEMERINTAHAN YANG BAIK (STUDI PELAYANAN
BIROKRASI DALAM MENGURUS KARTU KELUARGA DI KECAMATAN
MASARAN, KABUPATEN SRAGEN), Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Maret. 2012.
Tujuan penelitian adalah (1) Untuk mengetahui efektivitas kinerja pegawai
Kecamatan Masaran dalam memberikan pelayanan publik kepada warga masyarakat di
Kecamatan Masaran. (2) Untuk mengetahui peran serta pegawai Kecamatan Masaran
dalam mewujudkan tata pemerintahan yang baik. (3) Untuk mengetahui kendala apa saja
yang dihadapi oleh pegawai Kecamatan Masaran dalam memberikan pelayanan publik
kepada warga masyarakat.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan strategi
penelitian tunggal terpancang. Sumber data diperoleh dari informan, tempat dan peristiwa,
dan dokumen. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan analisis dokumen.
Validitas data diperoleh dengan teknik trianggulasi data dan trianggulasi metode. Analisis
data menggunakan analisis interaktif yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan
kesimpulan/ verifikasi. Prosedur penelitian menggunakan langkah-langkah yaitu tahap
persiapan, pengumpulan data, analisis data, dan penyusunan laporan penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) Sesuai dengan
indikator efektivitas kinerja pegawai Kecamatan Masaran dalam memberikan pelayanan
publik di Kecamatan Masaran dapat dikatakan belum efektif, sehingga hak warga
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang berkualitas belum terpenuhi. Hal tersebut
dilihat dari indikator efektivitas pelayanan publik, antara lain: Prosedur dalam
pengurusan Kartu Keluarga masih ada warga masyarakat yang belum paham tentang
prosedur atau mekanisme dalam pembuatan Kartu Keluarga di Kecamatan Masaran
karena pegawai Kecamatan Masaran melakukan sosialisasi tentang prosedur dalam
pengurusan Kartu Kelurga hanya 1 minggu sekali atau 1 bulan sekali, Jangka waktu
penyelesaian dalam pembuatan Kartu Keluarga di Kecamatan Masaran tidak didasarkan
pada kebijakan yang telah ditentukan yaitu 3 sampai 5 hari, namun berdasarkan
banyaknya pemohon Kartu Keluarga, Biaya/ tarif dalam pengurusan Kartu Keluarga di
Kecamatan Masaran belum sesuai dengan Perda No 25 Tahun 2003 tentang Penggantian
Biaya Cetak dan pelayanan Kartu Keluarga yaitu sebesar Rp 3.000, Sarana, prasarana
atau fasilitas yang masih kurang seperti ruang tunggu yang kurang luas dan nyaman,
tempat parkir yang kurang luas, dan belum adanya fasilitas bagi kelompok rentan seperti
usia lanjut dan ibu hamil, Kompetensi pelaksana dalam pengurusan Kartu Keluarga yang
masih memiliki sikap kurang ramah dan diskriminatif, Jumlah pelaksana dalam
pengurusan Kartu Keluarga yang hanya dua orang. (2) Peran serta pegawai Kecamatan
Masaran dalam mewujudkan tata pemerintahan yang baik, antara lain: Menjalankan tugas
pokok fungsi dengan sebaik-baiknya, Menjadi abdi masyarakat, Meningkatkan kualitas
diri sebagai pelayan masyarakat. (3) Kendala yang dihadapi pegawai Kecamatan Masaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dalam memberikan pelayanan publik kepada warga masyarakat yaitu kendala dari
masyarakat, antara lain: Masih adanya masyarakat yang belum berpartisipasi dalam
pemerintahan atau kurang antusias dalam pemerintahan, Jarak tempuh dari rumah warga
ke Kecamatan Masaran, Masih ada warga masyarakat yang belum paham tentang
prosedur dan syarat dalam membuat Kartu Keluarga. Kendala dari pegawai Kecamatan
Masaran, antara lain: terbatasnya tenaga operator, adanya gangguan operasional yakni
apabila listrik mati dan jaringan server putus, kurangnya sarana dan prasarana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
Mecga Verantyas Navychasari. EFFECTIVENESS OF PUBLIC SERVICE AND
IMPLICATIONS FOR MEETING THE RIGHTS OF MAKING GOOD GOVERNANCE
(STUDY OF BUREAUCRACY SERVICE IN MANAGEMENT OF FAMILIY CARD IN
MASARAN DISTRICT, SRAGEN REGENCY), Thesis. Surakarta: Teacher Training and
Education Faculty. Sebelas Maret University. Maret. 2012.
Research objectives are (1) To determine the effectiveness of employee
performance Masaran District in providing public services to communities in the District
Masaran. (2) To determine the role of district employee Masaran in realizing good
governance. (3) To find what are the constraints faced by employee Masaran District in
providing public services to community.
This research used a qualitative descriptive method with a single fixed strategy.
Sources of data obtained from informants, places and event, and documents. Sampling
technique used was purposive sampling. Data collection techniques used were interviews,
observation, and document analysis. The validity of the data obtained by the technique of
data triangulation and method triangulation. Analysis of data using an interactive
analysis of the data reduction, data presentation, drawing conclusions / verification. The
steps of research procedures are the preparation phase, data collection, data analysis,
and preparation of research reports.
Based on the results of the research we can conclude that: (1) In accordance with
the indicators of the effectiveness of employee performance Masaran District in
providing public services in the District of Masaran can be said to have not been
effective, therefore civil rights to get the quality of public services has not fulfilled yet. It
is seen from the effectiveness of public services indicators, such as: Procedures in the
management of familiy cards there are still people who do not understand about the
procedure or mechanism in the making in the familiy card because the District employee
Masaran conduct socialization about the procedure in the management of the family card
only 1 week or 1 month, Settlement period in the management of the family card is not
based on determined policy that is from 3 to 5 days, applicants family card, Cost/ rate in
the management of the family card have not been according with PERDA No 25 Tahun
2003 on the replacement and service of the family card printing costs amounting to Rp
3.000, Facilities, infrastructure or facilities which are lacking such as waiting rooms are
less spacious and comfortable, parking lots that are less extensive, and the absence of
facilities for vulnerable groups such as the elderly and pregnant women, Executor
competence in the management of family card that still has a less friendly attitude and
discriminatory, The executor in the management of the family card that only two person.
(2) The role of the District employee Masaran in realizing good governance, among
others: Running the main tasks of the function as well as possible, Being a public servant,
Improving the quality of self as a public servant. (3) Constraints faced Masaran District
employee in providing public services to community, namely the constraints of society,
among others: there are still people who do not participate in government or in
government is less enthusiastic, The distance from home to District residents Masaran,
there are still people people who do not understand about the procedures and
requirements in making the family card. Constraints of Masaran District employee,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
among others: limited operator force, existence of operational problems when the power
fails and the network server drop, lack of facilities and infrastructure.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
“Kepemimpinan lebih banyak dilatih melalui perilaku dan tindakan, bukan dengan kata-
kata”.
(Harold S Geneen)
“Jangan tanyakan apa yang negara atau rakyat berikan kepadamu, tetapi tanyakanlah apa
yang telah kau berikan kepada negara atau rakyatmu”.
(Anonim)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada:
Ibu dan Alm Bapak tercinta
yang telah memberikan doa dan
motivasi
Adik tersayang Pradipta Luky
Wicaksono
Mbak Candra sekeluarga yang
selalu mendukung
Teman-teman PKN
angkatan 2007
Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas
Pelayanan Publik dan Implikasinya Terhadap Pemenuhan Hak Warga Guna Mewujudkan
Tata Pemerintahan yang Baik (Studi Pelayanan Birokrasi Dalam Mengurus Kartu
Keluarga di Kecamatan Masaran)”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mendapatkan
gelar Sarjana Pendidikan. Selama penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan berbagai pihak. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. H. Muhammad Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan ijin penyusunan skripsi ini.
2. Drs. Syaiful Bachri, M. Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah menyetujui ijin atas permohonan penyusunan skripsi ini.
3. Dr. Sri Haryati, M. Pd., Ketua Program Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan yang telah memberikan ijin dalam penyusunan skripsi ini.
4. Drs. Suyatno, M. Pd., Pembimbing I yang telah memberikan pengarahan,
bimbingan dan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini.
5. Rima Vien Permata H, SH, MH., Pembimbing II yang telah memberikan
pengarahan, bimbingan teknis dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
6. Drs. Utomo, M. Pd., Pembimbing Akademik, yang telah memberi arahan dan
bimbingan selama menjadi mahasiswa di Program Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan.
7. Bapak dan Ibu dosen Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
8. Pihak Kecamatan Masaran yang dengan senang hati membantu penulis dalam
pengumpulan data yang penulis perlukan dalam penyusunan skripsi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penulis berharap, semoga Allah SWT selalu memberikan berkah dan anugerah
atas jasa dan kebaikan yang telah mereka berikan.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangan, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dan
kesempurnaan skripsi ini.
Penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan
bagi para pembaca.
Surakarta, Maret 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN..........................................................................
ii
HALAMAN PENGAJUAN............................................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK.................................................................................. vi
ABSTRACT....................................................................................................... vii
MOTTO............................................................................................................. x
HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................... xi
KATA PENGANTAR...................................................................................... xiii
DAFTAR ISI..................................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL.............................................................................................
xvi
ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xix
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................
xx
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
1. Latar Belakang Masalah........................................................................ 1
2. Perumusan Masalah............................................................................... 4
3. Tujuan Penelitian................................................................................... 4
4. Manfaat Penelitian................................................................................. 5
BAB II LANDASAN TEORI............................................................................ 6
A. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 6
1. Tinjauan Tentang Pelayanan Publik................................................. 6
a. Pengertian Pelayanan Publik....................................................... 6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Kualitas Pelayanan Publik.......................................................... 7
c. Prinsip Pelayanan Publik............................................................ 9
d. Standar Pelayanan Publik........................................................... 10
e. Aspek-Aspek Dasar Pengukuran Pelayanan Publik................... 12
f. Pelayanan Publik yang Efektif.................................................... 13
2. Tinjauan Tentang Pemenuhan Hak Warga Negara Dalam
Pelayanan Publik............................................................................... 15
a. Pengertian Warga Negara............................................................ 15
b. Karakteristik Warga Negara........................................................
15
c. Hak dan Kewajiban Warga Negara Dalam Pelayanan Publik..... 17
3. Tinjauan Tentang Tata Pemerintahan yang Baik............................... 19
a. Pengertian Tata Pemerintahan yang Baik.................................... 19
b. Prinsip-Prinsip Tata Pemerintahan yang Baik............................. 21
c. Asas-Asas Tata Pemerintahan yang Baik.................................... 25
d. Kaitan Antara Tata Pemerintahan yang Baik Dengan Pelayanan
Publik........................................................................................... 26
e. Hak dan Kewajiban Penyelenggara Pelayanan Publik................ 29
4. Tinjauan Tentang Birokrasi............................................................... 31
a. Pengertian Birokrasi.................................................................... 31
b. Ciri-Ciri Birokrasi....................................................................... 31
c. Prinsip-Prinsip Dasar Terjadinya Birokrasi................................ 32
d. Fungsi Birokrasi.......................................................................... 33
B. Hasil Penelitian Yang Relevan................................................................ 34
C. Kerangka Berpikir................................................................................... 36
III BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................................... 38
A. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................................... 38
1. Lokasi Penelitian................................................................................ 38
2. Waktu Penelitian................................................................................ 38
B. Bentuk dan Strategi Penelitian................................................................. 39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Bentuk Penelitian............................................................................... 39
2. Strategi Penelitian.............................................................................. 39
C. Sumber Data............................................................................................. 40
1. Informan............................................................................................. 40
2. Tempat dan Peristiwa.........................................................................
40
3. Dokumen............................................................................................ 41
D. Teknik Sampling...................................................................................... 41
E. Teknik Pengumpulan Data....................................................................... 43
1. Wawancara......................................................................................... 43
2. Observasi............................................................................................ 44
3. Analisis Dokumen.............................................................................. 44
F. Validitas Data........................................................................................... 45
G. Analisis Data............................................................................................ 47
1. Reduksi Data...................................................................................... 47
2. Penyajian Data................................................................................... 48
3. Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi..................................................... 48
H. Prosedur Penelitian.................................................................................. 48
1. Persiapan............................................................................................ 48
2. Pengumpulan Data............................................................................. 49
3. Analisis Data...................................................................................... 49
4. Penyusunan Laporan Penelitian......................................................... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN........................................................................... 50
A. Deskripsi Lokasi Penelitian..................................................................... 50
1. Letak Geografis Kecamatan Masaran................................................ 50
2. Visi, Misi serta Tujuan Kecamatan Masaran...................................... 51
a. Visi Kecamatan Masaran.............................................................. 51
b. Misi Kecamatan Masaran............................................................. 51
c. Tujuan Kecamatan Masaran......................................................... 51
3. Struktur Organisasi Kecamatan Masaran........................................... 52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Tugas dan Fungsi Jabatan Pegawai Kecamatan Masaran............ 52
b. Data Pegawai Kecamatan Masaran Berdasarkan Golongan dan
Tingkat Pendidikan...................................................................... 67
4. Keadaan Penduduk Kecamatan Masaran........................................... 68
B. Deskripsi Masalah Penelitian................................................................... 69
1. Efektivitas Kenerja Pegawai Kecamatan Masaran Dalam Memberikan
Pelayanan Publik Kepada Warga Masyarakat Dalam Kepengurusan
Kartu Keluarga................................................................................... 69
2. Peran Serta Pegawai Kecamatna Masaran Dalam Mewujudkan Tata
Pemerintahan yang Baik..................................................................... 95
3. Kendala yang Dihadapi Pegawai Kecamatan Masaran Dalam
Memberikan Pelayanan Publik Kepada Warga Masyarakat.............. 99
C. Temuan Studi 103
BAB V KESIMPULAN, IMPIKASI, dan SARAN 106
A. Kesimpulan............................................................................................... 106
B. Implikasi................................................................................................... 108
C. Saran......................................................................................................... 109
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 110
LAMPIRAN......................................................................................................... 113
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian....................................................................
38
Tabel 2. Daftar Pegawai Berdasarkan Golongan................................................. 67
Tabel 3. Daftar Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan.................................. 67
Tabel 4. Daftar Jumlah KK Tiap Desa................................................................. 68
Tabel 5. Daftar Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin.................................. 69
Tabel 6. Daftar Jumlah Mutasi Penduduk ............................................................ 69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir..................................................................
37
Gambar 2. Analisis Data Model Interaktif........................................................... 48
Gambar 3. Struktur Organisasi Kecamatan Masaran........................................... 52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Informan.............................................................................
113
Lampiran 2. Pedoman Wawancara..................................................................... 116
Lampiran 3. Catatan Lapangan Wawancara Dengan Kasi Pemerintahan.......... 119
Lampiran 4. Catatan Lapangan Wawancara Dengan Staf atau Operator
yang Melayani Pembuatan Kartu Keluarga................................... 128
Lampiran 5. Catatan Lapangan Wawancara Dengan Warga Masyarakat.......... 136
Lampiran 6. Pedoman Observasi........................................................................ 246
Lampiran 7. Hasil Observasi............................................................................... 247
Lampiran 8. Trianggulasi Data............................................................................ 248
Lampiran 9. Trianggulasi Metode....................................................................... 252
Lampiran 10. Daftar Nama Pegawai Kecamatan Masaran.................................. 255
Lampiran 11. Peraturan Daerah Tentang Penggantian Biaya Cetak dan Pelayanan
Kartu Keluarga (KK)...................................................................... 260
Lampiran 12. Foto Penelitian............................................................................... 262
Lampiran 13. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi Kepada Dekan
FKIP UNS...................................................................................... 267
Lampiran 14. Surat Keputusan Dekan FKIP UNS............................................... 268
Lampiran 15. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi Kepada Rektor UNS... 269
Lampiran 16. Permohonan Surat Pengantar Ijin Penelitian Kepada Bupati
Sragen.............................................................................................. 270
Lampiran 17. Permohonan Ijin Survey/ Mecari Data Kepada BAPPEDA
Kabupaten Sragen............................................................................ 271
Lampiran 18. Surat Rekomendasi Penelitian dari BAPPEDA Kabupaten Sragen. 272
Lampiran 19. Surat Rekomendasi Penelitian dari Kecamatan Masaran............... 273
Lampiran 20. Surat Keterangan Penelitian dari Kantor Kecamatan Masaran...... 274
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia adalah negara yang menganut sistem pemerintahan
desentralisasi, di mana pemerintah memberikan wewenang kepada daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berdasarkan Undang-Undang No 32 Tahun
2004, otonomi daerah ini dilakukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta
masyarakat, serta daya saing daerah. Dengan adanya Undang-Undang No 32 Tahun
2004 ini diharapkan pelayanan yang ditujukan kepada warga masyarakat dapat
berjalan sesuai dengan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan, dan
kekhususan suatu daerah.
Salah satu urusan pemerintahan yang wajib menjadi kewenangan daerah
untuk kabupaten/ kota yakni, urusan kependudukan, dan catatan sipil. Contohnya
dalam kepengurusan Kartu Keluarga yang pelayanannya dilakukan di Kecamatan.
Menurut Undang-Undang No 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan
yang dimaksud dengan Kartu Keluarga atau KK adalah kartu identitas keluarga yang
memuat data tentang nama, susunan dan hubungan dalam keluarga, serta identitas
anggota keluarga. Kartu Keluarga ini sangat penting diberikan karena untuk
pengakuan dan status hukum dari negara kepada warga negara, selain itu juga sebagai
dasar pembuatan KTP (Kartu Tanda Penduduk). Dengan adanya kepentingan tersebut
maka pelayanan yang bersifat publik ini juga perlu ditingkatkan kepada warga
masyarakat dan dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Pelayanan publik diatur dalam Undang-Undang No 25 Tahun 2009,
berdasarkan Undang-Undang tersebut penyelenggaraan pelayanan publik harus
berasaskan kepentingan umum, kepastian hukum, kesamaan hak, keseimbangan hak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
dan kewajiban, keprofesionalan, partisipatif, persamaan perlakuan/ tidak diskriminatif,
keterbukaan, akuntabilitas, fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan,
ketepatan waktu, dan kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.
Namun kenyataannya “Pelayanan publik yang tampak sekarang yakni tidak
adanya transparansi, akuntabilitas rendah, rendahnya profesionalisme, masih adanya
perlakuan diskriminatif, serta belum efektif dan efisiennya sisi biaya, waktu, dan
prosedur dalam pengurusan” (Humaini, 2003 diakses tanggal 15 Juni 2011).
Kondisi seperti itu apabila dibiarkan terlalu lama maka hak warga negara
belum terpenuhi dengan maksimal. Dalam UUD 1945 dijelaskan bahwa setiap warga
negara berhak memperoleh pelayanan publik yang sama, hal ini tercantum pada Pasal
28 H ayat 1 yang menyebutkan bahwa “Setiap warga negara berhak hidup sejahtera
lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan
sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Sedangkan pada Pasal 28 H
ayat 2 menyebutkan bahwa “Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan
perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna
mencapai persamaan dan keadilan”.
Tuntutan perubahan terhadap pelayanan publik ini sering ditujukan kepada
aparatur pemerintah, menyangkut pelayanan publik yang diberikan kepada
masyarakat. Selain itu rendahnya mutu pelayanan publik yang diberikan oleh aparatur
menjadi citra buruk pemerintah di tengah masyarakat. Bagi masyarakat yang pernah
berurusan dengan birokrasi selalu mengeluhkan, dan kecewa terhadap tidak layaknya
aparatur dalam memberikan pelayanan.
Dalam kondisi seperti sekarang ini aparatur pemerintah dituntut untuk melakukan perubahan total pada sikap, perilaku, dan tindakan kearah budaya kerja yang efektif dan efisien, hemat, bersahaja, serta anti KKN. Dengan perubahan tersebut diharapkan mampu mewujudkan harapan masyarakat akan adanya pelayanan publik yang lebih adil, profesional, efektif dan efisien, transparan, serta bebas dari unsur KKN. (Lijan Poltak Sinambela, 2006: 118). Pada dasarnya Kecamatan melayani berbagai urusan administratif
kependudukan dan perijinan, selain itu pemerintah kecamatan juga mengemban tugas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
melaksanakan pelayanan dasar sektoral, mulai dari urusan ketertiban dan keamanan,
kesehatan, pendidikan, pengentasan kemiskinan, pemberdayaan masyarakat,
pembangunan, serta upaya-upaya konkrit untuk menyejahterakan masyarakat. Begitu
juga di Kecamatan Masaran yang memiliki tugas untuk melayani masyarakat.
Kecamatan Masaran sendiri berdasarkan data statistik Kabupaten Sragen pada tahun
2008 memiliki penduduk sebanyak 67.227 jiwa angka tersebut lebih tinggi
dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lain yang ada di Kabupaten Sragen
(www.sragenkab.go.id). Sedangkan pada tahun 2011 Kecamatan Masaran memiliki
jumlah penduduk sebanyak 67.918 jiwa meningkat dari sebelumnya. Dengan jumlah
penduduk sebanyak itu maka pelayanan publik yang ada diharapkan dapat berjalan
efektif dan maksimal khususnya pelayanan dibidang kependudukan dalam
pengurusan Kartu Keluarga agar hak warga masyarakat dapat terpenuhi.
Namun realitanya sebagian warga masyarakat masih mengeluhkan pelayanan
yang ada, salah satunya yaitu dari segi biaya masih belum adanya transparansi
tentang biaya yang harus dikenakan kepada warga masyarakat dalam pembuatan
Kartu Keluarga. Berdasarkan data yang peneliti peroleh melalui wawancara kepada
beberapa warga masyarakat mereka tidak tahu rincian biaya yang dikeluarkan dalam
pengurusan KK tersebut untuk apa saja. Mereka hanya membayar sesuai dengan
permintaan pegawai kecamatan yang mengurusi hal tersebut. Dari beberapa warga
yang peneliti wawancarai mereka mengaku ada yang membayar Rp 10.000, ada yang
Rp 13.000 dan ada yang tidak membayar dikarenakan pihak yang mengurus KK
masih memiliki hubungan keluarga. Hal tersebut juga tidak sesuai dengan PERDA
No 25 Tahun 2003 tentang Penggantian Biaya Cetak dan Pelayanan Kartu Keluarga,
bahwa pemohon Kartu Keluarga dibebani biaya cetak sebesar Rp 3.000. Selain itu
pelayanan yang lama juga masih dirasakan oleh warga mayarakat. Hal ini dapat
dilihat berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Hadi pada hari Kamis tanggal 1
Desember 2011 menyatakan bahwa ”Pelayanannya lama”.(CL 29). Sedangkan
berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Suratno pada hari Selasa tanggal 10
Januari 2012 menyatakan ”Cuma pelayanannya lebih dipercepat lagi”.(CL 55). Hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
ini juga dikuatkan berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Abdul Syukur pada
hari Selasa tanggal 10 Januari 2012 mengatakan ”Sistem pelayanannya harus diganti
karena sangat lamban”.(CL 56).
Berdasarkan pada uraian di atas maka penulis mengambil judul “Efektivitas
Pelayanan Publik dan Implikasinya Terhadap Pemenuhan Hak Warga Negara
Guna Mewujudkan Tata Pemerintahan yang Baik (Studi Pelayanan Birokrasi
Dalam Mengurus Kartu Keluarga di Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen)”.
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam suatu penelitian sangat penting karena akan
menjadi pedoman dan akan mempermudah dalam pembahasan masalah yang akan
diteliti sehingga sasaran yang hendak dicapai jelas, tegas, dan sesuai dengan yang
diharapkan. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana efektivitas kinerja pegawai Kecamatan Masaran dalam
memberikan pelayanan publik kepada warga masyarakat khususnya dalam
mengurus Kartu Keluarga di Kecamatan Masaran?
2. Apa peran serta pegawai Kecamatan Masaran dalam mewujudkan tata
pemerintahan yang baik?
3. Apa saja kendala yang dihadapi pegawai Kecamatan Masaran dalam
memberikan pelayanan publik kepada warga masyarakat?
C. Tujuan Penelitian
Suatu penelitian tentu akan mempunyai arah yang akan ditetapkan. Tanpa
tujuan, maka penelitian yang dilakukan tidak akan memberikan manfaat dan
penyelesaian dari penelitian yang dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Adapun tujuan utama dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui efektivitas kinerja pegawai Kecamatan Masaran dalam
memberikan pelayanan publik kepada warga masyarakat di Kecamatan
Masaran.
2. Untuk mengetahui peran serta pegawai Kecamatan Masaran dalam
mewujudkan tata pemerintahan yang baik.
3. Untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi oleh pegawai Kecamatan
Masaran dalam memberikan pelayanan publik kepada warga masyarakat.
D. Manfaat Penelitian
Suatu penelitian tidak akan mempunyai arti jika tidak mempunyai suatu
kemanfaatan, oleh karena itu suatu penelitian akan berharga apabila memiliki
kemanfaatan, baik manfaat praktis maupun teoritis. Adapun manfaat penelitian ini
secara terperinci adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat menambah pemahaman dan pengertian tentang pelayanan publik di
Indonesia.
b. Sebagai dasar dan referensi dalam mengadakan penelitian lain yang
relevan.
2. Manfaat Praktis
a. Untuk memberikan sumbangan pemikiran kepada Pemerintah Kabupaten
Sragen dalam meningkatkan pelayanan publik kepada masyarakat.
b. Dapat digunakan untuk memberikan saran atau masukan kepada
Pemerintah Kabupaten Sragen untuk lebih meningkatkan pelayanan
publik bagi masyarakat agar terwujud tata pemerintahan yang baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Pelayanan Publik
a. Pengertian Pelayanan Publik
Pelayanan pada hakikatnya adalah serangkaian kegiatan, karena itu ia
merupakan proses. “Sebagai proses, pelayanan berlangsung secara rutin dan
berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan orang dalam masyarakat”.
(Moenir, 1998: 27). Lijan Poltak Sinambela (2006: 5) menyatakan, “Pelayanan
adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung
antar seseorang dengan orang lain”. Sedangkan Harbani Pasolong (2008: 128)
menyatakan bahwa “Pelayanan adalah sebagai aktivitas seseorang, sekelompok
dan/ atau organisasi baik langsung maupun tidak langsung untuk memenuhi
kebutuhan”. Sementara itu menurut Hardiyansyah (2011: 11), “Pelayanan dapat
diartikan sebagai aktivitas yang diberikan untuk membantu, menyiapkan dan
mengurus baik itu berupa barang atau jasa dari satu pihak kepada pihak lain”.
Selanjutnya pengertian publik menurut Menurut WJS. Poerwadarminta
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menyatakan “Publik adalah orang banyak
(umum)”. Sedangkan menurut Kepmenpan Nomor 63/KEP/M. PAN/7/2003 yang
dikutip oleh Lijan Poltak Sinambela (2006: 5) bahwa “Publik adalah segala
kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik
sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan
ketentuan peraturan perundang-undangan”. Menurut Syafi’ie dalam Harbani
Pasolong (2008: 6) menyatakan, “Publik adalah sejumlah manusia yang memiliki
kebersamaan berpikir, perasaan, harapan, sikap dan tindakan yang benar dan baik
berdasarkan nilai-nilai norma yang mereka miliki”.
Kemudian pengertian pelayanan publik menurut Undang-Undang No 25
Tahun 2009, “Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/ atau
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik”.
Pelayanan publik adalah sebagai pemberian layanan atau melayani keperluan orang atau masyarakat dan/ atau organisasi lain yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu, sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang ditentukan dan ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada penerima pelayanan. (Hardiyansyah, 2011: 12). Lijan Poltak Sinambela (2006: 5) menyatakan, “Pelayanan publik adalah
sebagai setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah
manusia yang memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu
kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak
terikat pada suatu produk secara fisik”. Sedangkan definisi menurut Keputusan
MENPAN Nomor 63 Tahun 2003, “Pelayanan publik adalah segala kegiatan
pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya
pemenuhan kebutuhan penerima layanan, maupun dalam rangka pelaksanaan
ketentuan peraturan perundang-undangan”.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah
segala bentuk kegiatan pelayanan dari pemerintah dalam bentuk barang maupun
jasa yang diberikan kepada masyarakat.
b. Kualitas Pelayanan Publik
Secara teoritis, tujuan pelayanan publik pada dasarnya adalah memuaskan
masyarakat. Menurut Lijan Poltak Sinambela (2006: 6) ”Untuk mencapai
kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan prima yang tercermin dari : Transparansi,
Akuntabilitas, Kondisional, Partisipasif, Kesamaan Hak, Keseimbangan Hak dan
Kewajiban”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Hal tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1) Transparansi
Yakni pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh
semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta
mudah dimengerti.
2) Akuntabilitas,
Yakni pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
3) Kondisional
Yakni pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi
dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi
dan efektivitas.
4) Partisipatif
Yaitu pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi,
kebutuhan, dan harapan masyarakat.
5) Kesamaan hak
Yaitu pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat dari aspek
apapun khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial, dan lain-
lain.
6) Keseimbangan hak dan kewajiban
Yaitu pelayanan yang mempertimbangkan aspek keadilan antara
pemberi dan penerima pelayanan publik.
Menurut Kasmir dalam Harbani Pasolong (2008: 133) mengatakan bahwa
“Pelayanan yang baik adalah kemampuan seseorang dalam memberikan
pelayanan yang dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan standar
yang telah ditentukan”. Dalam Undang-Undang No 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik, penilaian kualitas pelayanan didasarkan pada standar pelayanan
publik oleh organisasi penyelenggara dalam menyelenggarakan pelayanan publik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
yang meliputi pelaksanaan pelayanan, pengelolaan pengaduan masyarakat,
pengelolaan informasi, pengawasan internal, penyuluhan kepada masyarakat, dan
pelayanan konsultasi. Penyelenggaraan pelayanan yang dapat memberikan
kepuasan optimal bagi pelanggan merupakan suatu tantangan dan peluang untuk
mengangkat kinerja birokrasi dan menaikan partisipasi masyarakat. Jadi
pelayanan publik yang baik dan berkualitas adalah pelayanan yang
mengutamakan kepentingan masyarakat sehingga kebutuhan masyarakat
terpenuhi.
c. Prinsip Pelayanan Publik
Menurut Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2003, disebutkan bahwa
penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut:
1) Kesederhanaan
Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan
mudah dilaksanakan oleh penerima pelayanan publik.
2) Kejelasan
Kejelasan ini mencakup kejelasan dalam hal:
a) Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik.
b) Unit kerja/ pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam
memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/ persoalan/
sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik.
c) Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran
pelayanan tersebut.
3) Kepastian waktu
Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu
yang telah ditentukan.
4) Akurasi
Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat, dan sah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
5) Keamanan
Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan
kepastian hukum.
6) Tanggung jawab
Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk
bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian
keluhan/ persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.
7) Kelengkapan sarana dan prasarana
Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan
pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana
teknologi telekomunikasi dan informatika (telematika).
8) Kemudahan akses
Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah
dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi
telekomunikasi dan informatika.
9) Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan
Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan santun, dan ramah,
serta memberikan pelayanan dengan ikhlas.
10) Kenyamanan
Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu
yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta
dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti parkir, toilet,
tempat ibadah dan lain-lain.
d. Standar Pelayanan Publik
Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar
pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima
pelayanan. Standar pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan dalam
penyelengaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
penerima pelayanan. Menurut Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2003,
standar pelayanan publik meliputi:
1) Prosedur pelayanan
Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima
pelayanan termasuk juga dalam hal pengaduan.
2) Waktu penyelesaian
Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan
sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk juga dalam hal
pengaduan.
3) Biaya pelayanan
Biaya/ tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam
proses pemberian pelayanan.
4) Produk pelayanan
Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan.
5) Sarana dan Prasarana
Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh
penyelenggara pelayanan publik.
6) Kompetensi petugas pemberi layanan
Kompetensi petugas pemberi layanan harus ditetapkan dengan tepat
berdasarkan pengetahuan, keahlian, ketrampilan, sikap, dan perilaku
yang dibutuhkan.
Di dalam Undang-Undang No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
yang dimaksud dengan standar pelayanan adalah tolak ukur yang dipergunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas
pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam
rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur.
Komponen standar pelayanan ini meliputi: dasar hukum; persyaratan; sistem,
mekanisme, dan prosedur; jangka waktu penyelesaian; biaya/tarif; produk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
pelayanan; sarana, prasarana, dan/atau fasilitas; kompetensi pelaksana;
pengawasan internal; penanganan pengaduan, saran, masukan; jumlah pelaksana;
jaminan pelayanan yang memberikan kepastian pelayanan dilaksanakan sesuai
dengan standar pelayanan; jaminan keamanan dan keselamatan pelayanan dalam
bentuk komitmen untuk memberikan rasa aman, bebas dari bahaya, dan resiko
keragu-raguan; dan evaluasi kinerja pelaksana.
e. Aspek-Aspek Dasar Pengukuran Pelayanan Publik
Aspek-aspek dasar pengukuran pelayanan publik menurut Ferry Anggoro
Suryokusumo (2008: 27), yaitu: “Tangibility, Reliability, Responsiveness,
Assurance, Empathy”.
Hal tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1) Tangibility, yaitu berupa kualitas pelayanan yang dilihat dari sarana
fisik yang kasat mata, dengan indikator-indikatornya yang meliputi
sarana parkir, ruang tunggu, jumlah pegawai, media informasi
pengurusan, media informasi keluhan, dan jarak ke tempat layanan.
2) Reliability, yaitu kualitas pelayanan yang dilihat dari sisi kemampuan
dan kehandalan dalam menyediakan layanan yang terpercaya, meliputi
proses waktu penyelesaian layanan dan proses waktu pelayanan
keluhan.
3) Responsiveness, yaitu kualitas pelayanan yang dilihat dari sisi
kesanggupan untuk membantu dan menyediakan pelayanan secara
cepat dan tepat, serta tanggap terhadap keinginan konsumen.
4) Assurance, yaitu kualitas pelayanan yang dilihat dari sisi kemampuan
petugas dalam meyakinkan kepercayaan masyarakat. Adapun
indikatornya adalah adanya kejelasan mengenai mekanisme pelayanan
dan kejelasan mengenai tarif layanan.
5) Empathy, yaitu kualitas pelayanan yang diberikan berupa sikap tegas
tetapi penuh perhatian terhadap masyarakat (konsumen). Dalam hal ini,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
indikator yang dilihat adalah adanya sikap petugas yang sopan, penuh
senyum, penuh kesabaran selama pelayanan berlangsung.
f. Pelayanan Publik Yang Efektif
Menurut WJS. Poerwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
menyatakan, “Efektif berarti ada efeknya (pengaruhnya, akibatnya, kesannya)”.
Kemudian menurut Harbani Pasolong (2008: 4) mengatakan bahwa “Efektivitas
berarti tujuan yang telah direncanakan sebelumnya dapat tercapai atau dengan
kata sasaran tercapai karena adanya proses kegiatan”. Sedangkan menurut
Ratminto dan Atik Septi Winarsih (2007: 179) mengatakan, “Efektivitas adalah
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, baik itu dalam bentuk target, sasaran
jangka panjang maupun misi organisasi”.
Konsep mengenai efektivitas tidak bisa dilepaskan dari teori sistem di mana dua kesimpulan pokok dari teori sistem yang pertama adalah bahwa kriteria efektivitas harus menggambarkan seluruh siklus input, proses, output, sedangkan yang kedua adalah bahwa kriteria efektivitas harus menggambarkan hubungan timbal balik antara organisasi dan lingkungan yang lebih besar, sehingga dengan demikian efektivitas organisasi merupakan konsep yang sangat luas mencakup sejumlah komponen konsep. (Ferry Anggoro Suryokusumo, 2008: 14). Menurut Ahmad Nurmandi dalam Ferry Anggoro Suryokusumo (2008: 15)
menyatakan bahwa “Efektivitas memfokuskan pada tingkat pencapaian terhadap
tujuan dari organisasi publik, tingkat pelayanan dan derajat kepuasan masyarakat
merupakan salah satu ukuran efektivitas”.
Pelayanan umum akan dapat terlaksana dengan baik dan memuaskan apabila didukung oleh beberapa faktor antara lain: kesadaran para pejabat pimpinan dan pelaksana, adanya aturan yang memadai, organisasi dengan mekanisme sistem yang dinamis, pendapatan pegawai yang cukup untuk memenuhi kebutuhan minimum, kemampuan dan ketrampilan yang sesuai dengan tugas/ pekerjaan yang dipertanggungjawabkan, dan tersedianya sarana pelayanan sesuai dengan jenis dan bentuk tugas/ pekerjaan pelayanan. (Moenir, 1998: 124). Menurut Moenir (1998: 125) menyatakan bahwa “Faktor organisasi
sebagai suatu sistem merupakan alat yang efektif dalam usaha pencapaian tujuan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
dalam hal ini pelayanan yang baik dan memuaskan”. Dalam rangkaian faktor
organisasi sebagai pendukung penyelenggaraan pelayanan, terdapat di dalamnya
apa yang disebut prosedur atau metode. Prosedur ialah rangkaian tindak/ langkah
yang harus diikuti untuk mencapai tahap tertentu dalam usaha pencapaian tujuan.
Jadi pelayanan publik yang efektif dapat terwujud dari hasil pelaksanaan
sebuah organisasi dalam menyelenggarakan pelayanan publik.
Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik ini,
dapat dilakukan kerjasama antar penyelenggara pelayanan. Kerjasama ini meliputi
kegiatan yang berkaitan dengan teknis operasional pelayanan atau pendukung
pelayanan. Teknik operasional pelayanan merupakan kegiatan yang terkait
langsung dengan pelaksanaan pelayanan, antara lain penyediaan sumber daya
pelayanan, seperti teknologi, peralatan, serta standar operasional prosedur (SOP).
Menurut Tavip Agus Rayanto dalam Ferry Anggoro Suryokusumo
(2008:19) menyatakan bahwa kerjasama yang dibangun dalam peningkatan
pelayanan kepada publik bisa berjalan dengan efektif jika diawali dengan:
1) Dibangun untuk kepentingan publik (umum dan luas) 2) Rasa saling membutuhkan 3) Sikap saling memperkuat pada pihak-pihak yang terlibat 4) Adanya keterikatan untuk tunduk pada perjanjian yang telah disepakati 5) Tertib dalam pelaksanaannya 6) Tidak boleh bersifat politis dan KKN 7) Dilandasi oleh sikap saling percaya, saling menghargai dan saling
memahami. Berdasarkan hal tersebut maka pelayanan publik yang efektif dapat diukur
dari standar operasional prosedur pelayanan yang dibuat oleh penyelenggara
pelayanan yakni pegawai kecamatan, dalam memberikan pelayanan kepada warga
masyarakat khususnya dalam pengurusan Kartu Keluarga (KK) dilihat dari
kepuasan warga masyarakat akan kinerja aparat atau pegawai birokrasi dalam
memberikan pelayanan. Dan untuk mengukur efektivitas pelayanan publik
tersebut peneliti menggunakan Undang-Undang No 25 Tahun 2009 sebagai dasar
untuk menentukan apakah pelayanan publik yang dilaksanakan di Kecamatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Masaran sudah berjalan efektif atau belum. Peneliti menggunakan Undang-
Undang tersebut karena kehidupan di masyarakat yang semakin hari semakin
dinamis dan menginginkan adanya pelayanan publik yang berkualitas dan
maksimal dari penyelenggara pelayanan, khususnya para birokrat maka
diperlukan pula peraturan khusus yang mengatur tentang pelayanan publik. Dan
di sini peraturan yang mengatur tentang pelayanan publik adalah Undang-Undang
No 25 Tahun 2009.
2. Tinjauan Tentang Pemenuhan Hak Warga Negara Dalam Pelayanan
Publik
a. Pengertian Warga Negara
Warga mengandung arti peserta, anggota atau warga dari suatu organisasi
perkumpulan. Warga negara artinya warga atau anggota dari suatu negara.
Menurut As Hikam dalam Ghazalli yang dikutip Winarno (2009: 47) menyatakan
bahwa ”Warga negara sebagai terjemahan dari citizen artinya adalah anggota dari
suatu komunitas yang membentuk negara itu sendiri”. Menurut Undang-Undang
Dasar 1945 Pasal 26 ayat 1 yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa
Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang
sebagai warga negara. Jadi warga negara memiliki pengertian sekumpulan warga
dari suatu negara yang telah disahkan oleh undang-undang.
b. Karakteristik Warga Negara
Karakteristik warga negara yang digambarkan oleh para ahli dan filosof
menyiratkan bahwa karakteristrik warga negara tidak bisa dilepaskan dari
pengaruh sosial politik, latar belakang dan institusi di mana dia hidup. Warga
negara diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
1) Warga negara yang menguasai atau memerintah (the ruling)
2) Warga negara yang dikuasai atau diperintah (the ruled)
Warga negara yang memerintah harus memiliki kebajikan dan kearifan
sedangkan kebajikan dan kearifan tidaklah terlalu penting bagi yang diperintah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Namun karena posisi tersebut dapat bertukar, sederajat dan harus siap untuk
memerintah dan diperintah maka semua warga negara harus memiliki satu
keutamaan dan kebajikan.
Karakteristik warga negara yang baik menurut Aristoteles dalam Winarno
(2009: 10) adalah adanya “civic virtue” (keutamaan sipil) dalam dirinya. Ada 4
komponen civic virtue yaitu:
1) Temperance (kesederhanaan) termasuk self-control dan avoidance of extremes
2) Justice (keadilan) 3) Courage (keberanian dan keteguhan) termasuk patriotism 4) Wisdom or prudence (kebijaksanaan atau kesopanan) termasuk the
capacity for judgment. Civic virtue atau kebajikan kewarganegaraan adalah kemauan dari warga
negara untuk mengesampingkan kepentingan pribadi atau perhatian individualnya
pada kepantingan umum. (Winarno, 2009: 12). Civic virtue terdiri atas civic
dispositions and civic commitment (watak dan kewarganegaraan). Watak
kewarganegaraan merujuk pada sejumlah kebiasaan dan sikap warga dalam
menopang berkembangnya fungsi sosial yang sehat dan jaminan atas kepentingan
umum dalam sistem demokrasi. Komitmen kewarganegaraan merujuk pada
kesediaan secara sadar untuk menerima, memegang teguh nilai dan prinsip
demokrasi.
Thomas Lickona dalam Educating for Character: How Our Scholls Can
Teach Respect and Responsibility yang dikutip oleh Winarno (2009: 13)
menyatakan bahwa:
Karakter mengandung tiga bagian yang saling berhubungan yaitu moral knowing, moral feeling dan moral behavior. Oleh sebab itu karakter yang baik mengandung tiga hal yaitu mengandung hal yang baik (knowing the good), menginginkan hal yang baik (desiring the good), dan melakukan hal yang baik (doing the good). Moral knowing memiliki indikator moral awareness, knowing moral values, perspektive taking, moral reasning, desocion making dan self knowledge. Moral feeling memiliki indikator conscience, self esteem, empathy, loving in the good, self control dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
humility. Moral behavior/ action memiliki indikator competence, will dan habit. Kompetensi ideal seorang warga negara menurut Margaret Stimmann
Branson dalam Role of Civic Education, A Fortcoming Education Policy Task
Force Position Paper from the Communitarian Network adalah dimilikinya 3
kompetensi yang dikutip oleh Winarno (2009: 13) yaitu:
“ 1) Civic knowledge (pengetahuan kewarganegaraan)
2) Civic skills (ketrampilan kewarganegaraan)
3) Civic dispositions (karakter kewarganegaraan)”.
Selanjutnya civic dispositions menurutnya terdiri atas private dan public
character (karakter privat dan karakter publik) sebagai hal yang esensial bagi
pengembangan demokrasi konstitusional. Karakter privat misalnya,
pertanggungjawaban moral, disiplin diri, penghormatan terhadap harkat dan
martabat manusia. Karakter publik misalnya, taat terhadap aturan, sikap kritis,
sopan, kesediaan mendengar, kemauan bernegoisasi dan kompromi. Dalam
tulisannya yang berjudul From Character Development And Demokratic
Citizenship, Character Count (2007) Margaret Stimmann Branson
mengembangkan adanya 6 pilar karakter bagi kewarganegaraan demokratis yaitu:
1) Trustworthiness (rasa percaya) 2) Respect (rasa hormat) 3) Responsibility (tanggungjawab) 4) Fairness (kejujuran) 5) Caring (kepedulian) 6) Citizenship (kewarganegaraan). (Winarno, 2009: 13).
c. Hak dan Kewajiban Warga Negara Dalam Pelayanan Publik
Setiap warga negara memiliki hak dalam kehidupannya. Hak dipandang
sebagai sesuatu yang melekat pada identitas orang sebagai anggota komunitas
politik. Menurut C.H Baroroh (1996: 57) “Hak adalah sesuatu kekuasaan
(wewenang) yang secara sah dimiliki seseorang baik atas diri pribadi, atas orang
lain maupun atas harta benda yang di luar dirinya”. Srijanti, dkk (2006: 113)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
mengemukakan, “Hak merupakan unsur normatif yang berfungsi sebagai
pedoman berperilaku, melindungi kebebasan, kekebalan, serta menjamin adanya
peluang bagi manusia dalam menjaga harkat dan martabatnya”.
Salah satu hak warga negara adalah mendapatkan pelayanan publik.
Seperti halnya yang tercantum dalam UUD 1945 Pasal 28 H ayat 1 yang berbunyi
“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan”. Selain itu hak dan kewajiban warga negara dalam
pelayanan publik tercantum pada Undang-Undang No 25 Tahun 2009 tentang
pelayanan publik yaitu sebagai berikut:
1) Hak Warga Negara Dalam Pelayanan Publik
a) Mengetahui kebenaran isi standar pelayanan;
b) Mengawasi pelaksanaan standar pelayanan;
c) Mendapat tanggapan terhadap pengaduan yang diajukan;
d) Mendapat advokasi, perlindungan, dan/ atau pemenuhan pelayanan;
e) Memberitahukan kepada pimpinan penyelenggara untuk
memperbaiki pelayanan apabila pelayanan yang diberikan tidak
sesuai dengan standar pelayanan;
f) Memberitahukan kepada pelaksana untuk memperbaiki pelayanan
apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan standar
pelayanan;
g) Mengadukan pelaksana yang melakukan penyimpangan standar
pelayanan dan/ atau tidak memperbaiki pelayanan kepada
penyelenggara dan ombudsman;
h) Mengadukan penyelenggara yang melakukan penyimpangan
standar pelayanan dan/ atau tidak memperbaiki pelayanan kepada
pembina penyelenggara dan ombudsman; dan
i) Mendapat pelayanan yang berkualitas sesuai asas dan tujuan
pelayanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Dari penjelasan tersebut terlihat bahwa setiap warga negara berhak untuk
mendapatkan pelayanan publik yang maksimal dan berkualitas dari pemerintah
selaku penyelenggara pelayanan publik. Pelayanan publik dalam mengurus Kartu
Keluarga ini merupakan hak dasar warga negara yang harus dipenuhi oleh
pemerintah. Sehingga pemerintah berkewajiban untuk melindungi dan memenuhi
hak-hak dasar yang dimiliki oleh warga negara dengan cara meningkatkan
kualitas pelayanan publik bagi warga masyarakat. Hak warga negara dalam
pengurusan Kartu Keluarga merupakan hak warga negara di dalam pemerintahan
melalui bidang administrasi kependudukan. Administrasi kependudukan ini
memberikan pemenuhan hak-hak administratif, seperti dokumen kependudukan,
pelayanan yang sama dalam pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil,
perlindungan atas data pribadi, kepastian hukum atas kepemilikan dokumen,
informasi mengenai data hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil atas
dirinya dan/ atau keluarganya, dan ganti rugi dan pemulihan nama baik sebagai
akibat kesalahan dalam pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil serta
penyalahgunaan data pribadi oleh instansi pelaksana.
2) Kewajiban Warga Negara Dalam Pelayanan Publik
a) Mematuhi dan memenuhi ketentuan sebagaimana dipersyaratkan
dalam standar pelayanan;
b) Ikut menjaga terpeliharanya sarana, prasarana, dan/ atau fasilitas
pelayanan publik; dan
c) Berpartisipasi aktif dan mematuhi peraturan yang terkait dengan
penyelenggaraan pelayanan publik.
3. Tinjauan Tentang Tata Pemerintahan Yang Baik
a. Pengertian Tata Pemerintahan Yang Baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Istilah tata pemerintahan yang baik sering diartikan dengan istilah good
governance. Istilah ini tidak asing lagi bagi mereka yang terjun dalam bidang
pemerintahan.
Pada dasarnya konsepsi Good Governance memberikan rekomendasi pada sistem pemerintahan yang menekankan kesetaraan antara lembaga-lembaga negara baik ditingkat pusat maupun daerah, sektor swasta, dan masyarakat madani (civil society). Good governance berdasar pandangan ini berarti suatu kesepakatan menyangkut pengaturan negara yang diciptakan bersama oleh pemerintah, masyarakat madani (civil society) dan sektor swasta. Kesepakatan tersebut mencakup keseluruhan bentuk mekanisme, proses, dan lembaga-lembaga di mana warga dan kelompok masyarakat mengutarakan kepentingannya, menggunakan hak hukum, memenuhi kewajiban dan menjembatani perbedaan diantara mereka. Dede Rosyada, dkk (2005: 181). Governance merupakan paradigma baru dalam tatanan pengelolaan
kepemerintahan. ”Ada tiga pilar governance, yaitu pemerintah, sektor swasta, dan
masyarakat”. (Pandji Santoso, 2008: 130). Menurut Pandji Santoso (2008: 131)
good governance mengandung arti, “Hubungan yang sinergis dan konstruktif
diantara negara, sektor swasta, dan masyarakat (society)”. Dalam hal ini yakni
kepemerintahan yang mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip
profesionalitas, akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima, demokrasi, efisiensi,
efektivitas, supremasi hukum, dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat.
Menurut United Nation Development Program (UNDP) dalam Joko
Widodo (2008: 108) mendefinisikan governance sebagai “The exercise of
political, economic, and administrative authority to manage a nation’s affairs”.
Kepemerintahan diartikan sebagai pelaksanaan kewenangan politik, ekonomi, dan
administratif untuk me-manage urusan-urusan bangsa.
Dede Rosyada, dkk (2005: 180) menyatakan bahwa “Tata pemerintahan
yang baik (good governance) diartikan sebagai tindakan atau tingkah laku yang
didasarkan pada nilai-nilai yang bersifat mengarahkan, mengendalikan, atau
mempengaruhi masalah publik untuk mewujudkan nilai-nilai itu dalam tindakan
dan kehidupan keseharian”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Sedangkan Menurut World Bank dalam Nico Andrianto (2007: 24) good
governance diartikan:
Suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggungjawab serta sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi, dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran, serta penciptaan legal and poltical framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Tata
pemerintahan yang baik (good governance) adalah tindakan yang dilakukan oleh
pemerintah didasarkan pada nilai-nilai yang bersifat mengarahkan dan
bertanggungjawab.
b. Prinsip-Prinsip Tata Pemerintahan Yang Baik (Good Governance)
Menurut Dede Rosyada, dkk (2005: 183-189) untuk mewujudkan tata
pemerintahan yang baik (good governance) diperlukan prinsip-prinsip, antara lain:
“Partisipasi, penegakan hukum (Rule of Law), transparansi, responsif, konsensus,
kesetaraan dan keadilan, efektivitas dan efisiensi, akuntabilitas, visi strategis”.
Hal tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1) Partisipasi
Yaitu mendorong setiap warga untuk menggunakan hak dalam
penyampaian pendapat dalam proses pengambilan keputusan yang
menyangkut kepentingan masyarakat baik secara langsung maupun
tidak langsung.
2) Penegakan hukum (Rule of Law)
Yaitu mewujudkan adanya penegakan hukum yang adil bagi semua
pihak tanpa kecuali, menjunjung tinggi HAM dan memperhatikan
nilai-nilai masyarakat.
3) Transparansi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Yaitu keterbukaan dari pemerintah kepada masyarakat tentang
kemudahan dalam mendapatkan informasi dan penyediaan informasi
yang memadai.
4) Responsif
Yaitu pemerintah harus memiliki ketanggapan dan peka terhadap
persoalan-persoalan yang ada di masyarakat.
5) Konsensus
Yaitu proses pengambilan keputusan melalui musyawarah dan
berdasarkan kesepakatan bersama demi kepentingan masyarakat.
6) Kesetaraan dan keadilan
Yaitu tidak adanya perlakuan diskriminasi dari pemerintah kepada
kepentingan masyarakat.
7) Efektivitas dan efisiensi
Yaitu menjamin terselenggaranya pelayanan kepada masyarakat yang
menggunakan sumber daya yang tersedia secara optimal dan
bertanggungjawab.
8) Akuntabilitas
Yaitu adanya hak dari rakyat untuk mengawasi jalannya pemerintahan
bersama agar pemerintah dapat memiliki tanggung jawab terhadap
pekerjaannya demi terwujudnya kepentingan masyarakat.
9) Visi strategis
Yaitu pandangan-pandangan strategis untuk menghadapi masa yang
akan datang.
Berdasarkan Institute on Governance (1996) dalam Nisjar yang dikutip
oleh Pandji Santosa (2008: 132) bahwa untuk menciptakan good governance
perlu diciptakan hal-hal sebagai berikut:
1) Kerangka kerja tim (team work) antar organisasi, departemen, dan wilayah.
2) Hubungan kemitraan antara pemerintah dengan setiap unsur dalam masyarakat negara yang bersangkutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
3) Pemahaman dan komitmen terhadap manfaat dan arti pentingnya tanggung jawab bersama dan kerjasama dalam suatu keterpaduan serta sinergisme dalam pencapaian tujuan.
4) Adanya dukungan dan sistem imbalan yang memadai untuk mendorong terciptanya kemampuan dan keberanian dalam menanggung risiko (risk taking) dan berinisiatif, sepanjang hal ini secara realistik dapat dikembangkan.
5) Adanya pelayanan administrasi publik yang berorientasi pada masyarakat, mudah dijangkau masyarakat dan bersahabat, berdasarkan kepada asas pemerataan dan keadilan dalam setiap tindakan dan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, berfokus pada kepentingan masyarakat, bersikap profesional, dan tidak memihak (non-partisipan).
Pada sektor publik, negara dan sistem pemerintahan menjadi tumpuan
pelayanan, maka warga negara yang harus memperoleh jaminan atas hak-haknya.
Dengan demikian dalam sistem politik berbagai regulasi yang menjadi bagian
sistem birokrasi suatu negara, budaya organisasi birokrasi yang menempatkan
kewenangan berlebih (over authority) kepada sektor pemerintahan terhadap
swasta atau negara terhadap rakyatnya, dapat menjadi penghambat terciptanya
pelayanan prima dalam sektor publik. Menurut Bernard Enjolras (2009: 7)
mengemukakan bahwa “Public governance involves only public actors, relies on
direct government and public ownership, and supposes a technocratic policy
making process. This type of governance is best exemplified by the way public
services have been traditionally run”. Berdasarkan pendapat tersebut dapat
diartikan bahwa pemerintahan umum hanya melibatkan aktor-aktor publik,
mempercayakan langsung pemerintahan dan kepemilikan publik, dan
mengandaikan proses pembuatan kebijakan teknokratis. Tipe pemerintahan
terbaik dicontohkan dengan cara menjalankan pelayanan publik secara tradisional.
Dengan begitu maka dalam tata pemerintahan yang baik (good
governance) harus menerapkan prinsip-prinsip dari tata pemerintahan yang baik.
Bila hal itu sudah dapat dilaksanakan dengan baik maka juga akan berdampak
pada pelayanan publik yang ada karena pelayanan publik dilaksanakan oleh para
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
birokrat yang bekerja di sistem pemerintahan. Bila para birokrat sudah
menerapkan prinsip tata pemerintahan yang baik maka tidak akan ada pelayanan
yang merugikan warga masyarakat dan hak warga masyarakat dapat terpenuhi
dengan baik. Pada dasarnya good governance akan terwujud jika pemerintah
mampu menjadikan dirinya sebagai pemerintah yang bersih dari praktik KKN.
Dalam mewujudkan good local governance di daerah di masa yang akan
datang diperlukan langkah-langkah pelaksanaan secara terencana dengan
sistematis dan terpadu. Berdasarkan UNDP yang dikutip oleh Pandji Santosa
(2008: 134) ada 10 langkah pelaksanaan perwujudan good governance, 10
langkah itu adalah sebagai berikut:
1) Understanding and appreciating the potential of good governance for equitable development
2) Overcoming distrust among partners and gaining mutual respect 3) Consensus building on core principles of patnership, formalizing
partnership, formalizing partnerships and assigning specific responsibilities
4) Planning municipal development revenue and mobilizing new resources
5) Reviewing municipal revenue and mobilizing new resources 6) Reviewing and upgrading management tools for governance and
partnerships 7) Setting un system to obtain skills, informations and knowledge on
regular basis 8) Revision of procedures and legislation and mid-course corrections 9) Regular review of performance 10) Scalling up good governance practice
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Dapat memahami dan menghargai potensi tata pemerintahan yang baik
bagi pemerataan pembangunan.
2) Dapat mengatasi ketidakpercayaan dan saling menghormati di antara
mitra.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
3) Membangun musyawarah berdasarkan pada prinsip-prinsip dari
kemitraan, meresmikan, memformalkan kemitraan dan tugas tanggung
jawab khusus.
4) Dapat merencanakan pembangunan kota dan memobilisasi sumber
daya baru.
5) Meninjau pendapatan kota dan memobilisasi sumber daya baru.
6) Meninjau dan meningkatkan alat manajemen pemerintahan dan
kemitraan
7) Mengatur sistem untuk memperoleh keterampilan, informasi dan
pengetahuan secara teratur.
8) Melakukan koreksi dan revisi terhadap prosedur dan legislasi setiap
waktu.
9) Melakukan peninjauan kinerja.
10) Membuka pelatihan untuk meningkatkan tata pemerintahan yang baik.
c. Asas-Asas Tata Pemerintahan Yang Baik (Good Governance)
Menurut Pandji Santosa (2008: 56) ada sembilan asas umum
pemerintahan yang baik (good governance principles) antara lain:
1) Asas kecermatan formal 2) Fairplay 3) Perimbangan 4) Kepastian hukum formal 5) Kepastian hukum material 6) Kepercayaan 7) Persamaan 8) Kecermatan 9) Asas keseimbangan Menurut Masturi dalam Pandji Santosa (2008: 56) bahwa secara umum,
kesembilan asas tersebut dalam konteks good governance dapat disarikan menjadi
tiga hal, yaitu: “Akuntabilitas publik, kepastian hukum (rule of law), dan
transparansi publik”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Hal tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1) Akuntabilitas publik yaitu mensyaratkan bahwa setiap perilaku dan
tindakan pejabat publik, baik dalam membuat kebijakan (public
policy), mengatur, dan membelanjakan keuangan negara maupun
melaksanakan penegakan hukum haruslah terukur dan dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
2) Kepastian hukum (rule of law) yaitu setiap pejabat publik
berkewajiban memberikan jaminan bahwa dalam berurusan dengan
penyelenggara negara, setiap masyarakat pasti akan memperoleh
kejelasan tentang waktu, hak, kewajiban, dan lain-lain, sehingga
adanya jaminan bagi masyarakat dalam memperoleh rasa keadilan,
khususnya ketika berhadapan dengan penyelenggara negara sebagai
pembuat dan pelaksana kebijakan publik.
3) Transparansi publik yaitu mensyaratkan bahwa setiap pejabat publik
berkewajiban membuka ruang partisipasi kepada masyarakat dalam
proses pembuatan kebijakan publik (khususnya menyangkut dengan
pengelolaan sumber daya publik) dengan membuka akses dan
memberikan informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif, baik
diminta maupun tidak diminta oleh masyarakat.
Dengan demikian, dalam kerangka good governance, setiap pejabat publik
berkewajiban memberikan perlakuan yang sama bagi setiap warga masyarakat
dalam menjalankan fungsi-fungsi sebagai pelayanan publik.
d. Kaitan Antara Tata Pemerintahan Yang Baik Dengan Pelayanan Publik
Berdasarkan Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah,
otonomi daerah dilakukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta
masyarakat, serta daya saing daerah. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
perundang-undangan. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan
daerah untuk kabupaten/ kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/ kota
yang di dalamnya meliputi pemberian pelayanan yang ditujukan kepada
masyarakat. Menurut Mubyarto dalam Ratminto dan Atik Septi Winarsih (2007:
189) bahwa ”Pada hakikatnya otonomi daerah adalah penyerahan wewenang
segala urusan pemerintah ke kabupaten/ kota, sehingga diharapkan pemerintah
kabupaten/ kota dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat (lebih lancar,
lebih mudah, lebih cepat dan lebih murah)”.
Menurut Agus Dwiyanto (2008: 48) mengatakan bahwa ”Dari segi
manajemen pemerintahan, desentralisasi dapat meningkatkan efektivitas, efisiensi
dan akuntabilitas publik, terutama dalam penyelenggaraan publik”. Pemerintah
kabupaten/ kota merupakan figur kunci perwujudan good governance, yakni
sebagai katalisator sekaligus koordinator bagi institusi semi pemerintah dan non
pemerintah untuk bersama-sama membentuk kolaborasi yang efektif dalam
menghadapi masalah di masyarakat dan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Jadi dengan adanya otonomi daerah yang diberikan kepada pemerintah daerah
diharapkan mampu meningkatkan pelayanan kepada warga masyarakat sehingga
mampu menciptakan tata pemerintahan yang baik.
Pemerintah selaku pembuat kebijakan harus membuat kebijakan sesuai
dengan kepentingan publik. Menurut Anderson Subarsono yang dikutip oleh
Harbani Pasolong (2008: 40) jenis-jenis kebijakan tersebut antara lain:
1) Kebijakan substantif VS Kebijakan prosedural Kebijakan substantif adalah kebijakan yang menyangkut apa yang dilakukan pemerintah, sedangkan kebijakan prosedural adalah bagaimana kebijakan substantif tersebut dapat dilaksanakan.
2) Kebijakan distributif VS Kebijakan regulatori VS Kebijakan re-distributif Kebijakan distributif menyangkut distribusi pelayanan atau kemanfaatan pada masyarakat atau individu. Kebijakan regulatori adalah kebijakan yang berupa pembatasan atau pelarangan terhadap perilaku individu atau sekelompok orang. Sedangkan kebijakan re-distributif adalah kebijakan yang mengatur alokasi kekayaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
pendapatan, pemilikan atau hak-hak diantara berbagai kelompok dalam masyarakat.
3) Kebijakan material VS Kebijakan simbolis Kebijakan material adalah kebijakan yang memberikan keuntungan sumber daya konkrit pada kelompok sasaran. Sedangkan kebijakan simbolis adalah kebijakan yang memberikan manfaat simbolis pada kelompok sasaran.
4) Kebijakan yang berhubungan dengan barang umum (public goods) dan barang privat (privat goods) Kebijakan public goods adalah kebijakan yang bertujuan untuk mengatur pemberian barang atau pelayanan publik. Sedangkan kebijakan privat goods adalah kebijakan yang mengatur penyediaan barang atau pelayanan untuk pasar bebas.
Berdasarkan uraian di atas maka pemerintah selaku pembuatan kebijakan
memiliki wewenang untuk menyediakan pelayanan publik kepada warga
masyarakat.
Menurut Syamsuddin Haris (2005: 56) menyatakan bahwa “Ada tiga
komponen yang terlibat dalam good governance yaitu sektor publik, sektor
swasta, dan masyarakat”. Dalam pelayanan publik melibatkan kepentingan semua
unsur governance. Pemerintah sebagai representasi negara, masyarakat sipil, dan
mekanisme pasar memiliki kepentingan dan keterlibatan yang tinggi dalam ranah
pelayanan publik. Baik dan buruknya praktik pelayanan publik sangat
berpengaruh terhadap ketiganya. Nasib sebuah pemerintahan, baik di pusat
ataupun di daerah, akan sangat dipengaruhi oleh keberhasilan mereka dalam
mewujudkan pelayanan publik yang baik.
Sedangkan menurut R. D. Pathak, Gurmeet Singh, Rakesh Belwal, R. F. I.
Smith (2007: 1) mengemukakan bahwa “The prime purpose of governance is to
manage, steer, direct or guide a civic body or organization to achieve its goals”.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat diartikan bahwa tujuan utama dari
pemerintahan adalah untuk mengelola, mengarahkan, mengatur atau membimbing
badan sipil atau organisasi untuk mencapai tujuannya. Jadi dapat dikatakan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
dalam penyelenggaraan pelayanan publik di pemerintah daerah atau kabupaten
perlu adanya pengawasan dari pemerintah pusat.
Paradigma kepemerintahan yang baik menuntut setiap pejabat publik (politisi dan birokrasi publik) harus dapat bertanggungjawab dan mempertanggungjawabkan segala sikap, perilaku, dan kebijakannya kepada publik dalam bingkai melaksanakan apa yang menjadi tugas pokok, fungsi, wewenang, dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. (Joko Widodo, 2008: 118). Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan untuk mewujudkan tata
pemerintahan yang baik, pemerintah selaku pembuat kebijakan menetapkan
otonomi daerah melalui penyelenggaraan pelayanan publik ditingkat kabupaten/
kota.
e. Hak dan Kewajiban Penyelenggara Pelayanan Publik
Dalam penelitian ini penyelenggara pelayanan publik adalah pemerintah
Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen. Good governance atau tata
pemerintahan yang baik akan terwujud apabila penyelenggara pelayanan publik
mengetahui hak dan kewajiban mereka sebagai penyelenggara pelayanan publik.
Menurut UUD 1945 Pasal 34 ayat 3 berbunyi ”Negara bertanggungjawab atas
penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang
layak”. Sedangkan menurut Undang-Undang No 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik hak dan kewajiban pemerintah sebagai penyelenggara
pelayanan publik adalah sebagai berikut:
1) Hak Penyelenggara Pelayanan Publik
1. Memberikan pelayanan tanpa dihambat pihak lain yang bukan
tugasnya;
2. Melakukan kerjasama;
3. Mempunyai anggaran pembiayaan penyelenggaraan pelayanan
publik;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
4. Melakukan pembelaan terhadap pengaduan dan tuntutan yang
tidak sesuai dengan kenyataan dalam penyelenggaraan pelayanan
publik; dan
5. Menolak permintaan pelayanan yang bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan
2) Kewajiban Penyelenggara Pelayanan Publik
1. Menyusun dan menetapkan standar pelayanan;
2. Menyusun, menetapkan, dan mempublikasikan maklumat
pelayanan;
3. Menempatkan pelaksana yang kompeten;
4. Menyediakan sarana, prasarana, dan/ atau fasilitas pelayanan
publik yang mendukung terciptanya iklim pelayanan yang
memadai;
5. Memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas
penyelenggaraan pelayanan publik;
6. Melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan;
7. Berpartisipasi aktif dan mematuhi peraturan perundang-undangan
yang terkait dengan penyelenggaraan pelayanan publik;
8. Memberikan pertanggungjawaban terhadap pelayanan yang
diselenggarakan;
9. Membantu masyarakat dalam memahami hak dan tanggung
jawabnya;
10. Bertanggungjawab dalam pengelolaan organisasi penyelenggara
pelayanan publik;
11. Memberikan pertanggungjawaban sesuai dengan hukum yang
berlaku apabila mengundurkan diri atau melepaskan tanggung
jawab atas posisi atau jabatan;
12. Memenuhi panggilan atau mewakili organisasi untuk hadir atau
melaksanakan perintah suatu tindakan hukum atas permintaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
pejabat yang berwenang dari lembaga negara atau instansi
pemerintah yang berhak, berwenang, dan sah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
4. Tinjauan Tentang Birokrasi
a. Pengertian Birokrasi
Menurut Harbani Pasolong (2007: 68) “Birokrasi adalah merupakan
lembaga pemerintah yang menjalankan tugas pelayanan pemerintahan baik
ditingkat pusat maupun daerah”. Sedangkan menurut Lijan Poltak Sinambela
(2006: 53) “Birokrasi merupakan lembaga yang memiliki kemampuan besar
dalam menggerakan organisasi, karena birokrasi ditata secara formal untuk
melahirkan tindakan rasional dalam sebuah organisasi”.
Selain itu menurut Pryudi Atmosudirdjo yang dikutip oleh Harbani
Pasolong (2008: 67) dikemukakan bahwa birokrasi mempunyai tiga arti yaitu:
1) Birokrasi sebagai suatu tipe organisasi. Sebagai suatu tipe organisasi tertentu, birokrasi cocok untuk melaksanakan dan menyelenggarakan suatu macam pekerjaan yang terikat pada peraturan-peraturan yang bersifat rutin, artinya volume pekerjaan besar akan tetapi sejenis dan bersifat berulang-ulang, dan pekerjaan yang memerlukan keadilan merata dan stabil.
2) Birokrasi sebagai sistem Yang artinya adalah suatu sistem kerja yang berdasar atas tata hubungan kerjasama antara jabatan-jabatan (pejabat-pejabat) secara langsung kepada persoalannya dan secara formal serta jiwa tanpa pilih kasih atau tanpa pandang bulu.
3) Birokrasi sebagai jiwa kerja Dalam hal ini merupakan jiwa kerja yang kaku, sebab cara bekerjanya seolah-olah seperti mesin, ditambah lagi dengan disiplin kerja yang ketat dan sedikitpun tidak mau menyimpang dari apa yang diperintahkan atasan atau yang telah ditetapkan peraturan-peraturan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan birokrasi adalah suatu organisasi pemerintah yang bersifat formal dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
memerlukan sumber daya manusia untuk menjalankan tugas-tugas negara
ditingkat pusat maupun daerah.
b. Ciri-Ciri Birokrasi
Ciri-ciri birokrasi menurut Weber dalam Pandji Santosa (2008: 121)
adalah sebagai berikut:
1) Berbagai aktivitas regular yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi yang didistribusikan dengan suatu cara yang baku sebagai kewajiban-kewajiban resmi.
2) Organisasi kantor-kantor mengikuti prinsip hierarki, yaitu setiap kantor yang lebih rendah berada di bawah kontrol dan pengawasan kantor yang lebih tinggi.
3) Operasi-operasi birokratis diselenggarakan melalui sistem kaidah-kaidah abstrak yang konsisten dan terdiri atas penerapan kaidah-kaidah ini terhadap kasus-kasus spesifik.
4) Pejabat yang ideal menjalankan kantornya berdasarkan impersonalitas formalistik tanpa kebencian atau kegairahan, dan karenanya tanpa antusiasme atau afeksi.
c. Prinsip-Prinsip Dasar Terjadinya Birokrasi
Menurut Max Weber yang dikutip oleh B. Boediono (2003: 21) prinsip-
prinsip terjadinya birokrasi adalah sebagai berikut:
1) Didesentralisasikan dan menurut hierarkhi 2) Diatur dengan peraturan: hukum dan peraturan administrasi 3) Didesentralisasikan dan berlaku umum 4) Menggunakan proses administrasi, yaitu dalam mencapai tujuannya
mempekerjakan pegawai sendiri dan tidak dikontrakan 5) Memilih staf/ pegawai berdasarkan ujian, tidak menurut kriteria
subyektif.
Apabila dilihat dari prinsip terjadinya birokrasi di atas, Indonesia belum
dapat memenuhi semua prinsip tersebut. Birokrasi di Indonesia belum dapat
tertata dengan baik dan belum dapat memberikan pelayanan publik yang
maksimal bagi warganya. Hal ini bukanlah fenomena yang asing di Negara
Indonesia aparatur birokrasi yang seharusnya dipilih berdasarkan kemampuan
intelektual maupun attitude, menjadi tidak penting lagi dalam menjalankan roda
pemerintahan. HAW. Widjaja (2007: 67) menyatakan, “Aparatur negara harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
menanamkan jiwa pengabdian kepada bangsa, negara, dan pemerintah sebagai
abdi masyarakat dan abdi negara”. Maka dari itu diperlukan kompetensi yang
utuh dari keseluruhan unsur aparatur negara, baik berupa integritas, pengabdian,
etika pelayanan, maupun kemampuan profesional yang teruji sesuai dengan
tuntutan perkembangan zaman yang diisyaratkan dalam mengemban visi, misi,
dan strategi kepemerintahan yang baik, bersih, dan berwibawa.
d. Fungsi Birokrasi
Menurut Akhmad Setiawan (1998: 12) “Birokrasi pemerintah pada
hakikatnya secara pokok berfungsi mengatur dan melayani masyarakat”.
Sedangkan menurut B. Boediono (2003: 24) birokrasi dalam suatu pemerintahan
mengemban suatu fungsi yaitu: “Fungsi Instrumental, Fungsi Politik, Fungsi
Katalisator Interes Publik, Fungsi Enterpreneural”.
Fungsi-fungsi tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1) Fungsi Instumental
Yaitu menjabarkan perundang-undangan dan kebijakan publik ke
dalam kegiatan rutin untuk memproduksi jasa, pelayanan, komoditas,
atau mewujudkan situasi tertentu.
2) Fungsi Politik
Yaitu memberikan input berupa saran, informasi, visi, dan
profesionalisme untuk mempengaruhi sosok kebijakan.
3) Fungsi Katalisator Interes Publik
Yaitu mengartikulasikan aspirasi dan kepentingan publik, dan
mengkorporasikannya di dalam kebijakan dan perumusan pemerintah.
4) Fungsi Enterpreneural
Yaitu memberikan aspirasi bagi kegiatan-kegiatan inovatif dan non-
rutin, mengaktifkan sumber-sumber potensial yang idle, dan
menciptakan resource mix yang optimal untuk mencapai tujuan.
Dari fungsi di atas tersebut dapat dikatakan bahwa birokrasi berkaitan
dengan kebijakan publik. Menurut Lijan Poltak Sinambela (2006: 35) menyatakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
bahwa “Birokrasi harus dihindarkan dari rancangan pihak-pihak yang tidak
menghiraukan kepentingan publik untuk menjadikannya sebagai power center”.
Oleh karena itu keinginan politik untuk menciptakan otonomi daerah perlu
didukung. Karena dikhawatirkan dengan tidak adanya kewenangan pemerintahan
di daerah dalam menentukan kebijakan untuk pelayanan publik di daerahnya
adalah salah satu penyebab kurang efisien dan efektifnya fungsi dari birokrasi
pemerintahan. Sampai sekarang pelayanan birokrasi pemerintahan di Indonesia
masih kurang produktif dan masih jauh dari harapan publik. Tugas pemerintahan
yang dijalankan oleh para birokrat lebih banyak dilakukan sesuai dengan jalan
pikiran dan keinginan sendiri.
Birokrasi pemerintahan yang dilaksanakan oleh para birokrat harus selalu
mengarah kepada kepentingan masyarakat. Kekuasaan yang selama ini berada
pada tangan birokrat haruslah beralih pada masyarakat, karena segala sesuatu
yang menjadi dan dibuat kebijakan oleh para birokrat bersumber dari aspirasi,
kebutuhan, dan kepentingan masyarakat. Dengan begitu tuntutan pelayanan
kepada aparatur birokrasi pemerintah semakin meningkat. Peningkatan tuntutan
pelayanan tersebut tidak hanya karena kebutuhan masyarakat yang semakin rumit,
tetapi juga karena meningkatnya kesadaran masyarakat akan memperoleh haknya.
Perihal yang harus diperbaiki adalah kemampuan dan keseriusan pemerintah
untuk mengubah mentalitas birokrat dari orientasi penguasa menjadi melayani
kepentingan masyarakat secara jujur, adil, dan profesional. Maka dari itu tugas
birokrasi pemerintah tidak hanya mengatur saja, akan tetapi juga memberikan
pelayanan kepada masyarakat.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan kajian ini yaitu penelitian yang dilakukan
oleh Mira Kiswati pada tahun 2005 dengan judul penelitian ”Pelayanan Publik Di
Bidang Kependudukan Menuju Good Governance (Studi Dinas Kependudukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Catatan Sipil Kabupaten Sragen)”. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mira
Kiswati menyatakan bahwa:
”Asas-asas penyelenggaraan kepentingan umum dibidang kependudukan
dan catatan sipil yang merupakan salah satu perwujudan dari asas good
governance oleh Dinas Kependudukan Catatan Sipil meliputi:
1. Asas manfaat, yang ditujukan untuk menghasilkan manfaat sebesar-
besarnya
2. Asas perencanaan terpadu, harus diawali dengan perencanaan pada
berbagai tingkat dan bidang yang secara menyeluruh dipadukan
3. Asas perencanaan dengan sasaran, harus secara jelas sasaran yang
akan dicapai
4. Asas perencanaan jauh ke depan
5. Asas modernisasi, harus responsif terhadap perkembangan IPTEK
6. Asas realistis dan pragmatis, harus disesuaikan dengan kemampuan
yang ada
7. Asas responsif, harus tanggap terhadap perkembangan yang ada
8. Asas prioritas, memilih secara tepat mana yang harus didahulukan
Asas tersebut merupakan perwujudan dari penyelenggaraan pemerintahan
yang baik.
Kebijakan administrasi kependudukan di Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Sragen, meliputi:
1. Tertib administrasi kependudukan
Bahwa setiap WNI yang melakukan perpindahan penduduk harus
melalui prosedur yang diterapkan. Selain itu semua penduduk harus
memiliki Akta Catatan Sipil
2. Merintis program SAK (Sistem Administrasi Kependudukan)
Selama ini manajemen administrasi kependudukan dijalankan dengan
sistem SIMDUK (Sistem Informasi Manajemen Kependudukan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
dimana dalam sistem ini semua data dicatat, diolah, direncanakan serta
diterbitkan secara lokal, hanya mencakup wilayah Kabupaten Sragen.
Peningkatan pelayanan publik kepada masyarakat meliputi:
1. Pengelolaan database kependudukan dengan sistem komputerisasi dan
wafelan
2. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya memiliki KTP,
KK, dan Akta Catatan Sipil lainnya dengan mengadakan sosialisasi
dan penyuluhan kepada masyarakat
3. Memberikan pelayanan pembuatan KTP dan KK secara langsung
dimasing-masing kecamatan demi terciptanya efektivitas dan
efisiensi”.
Penelitian yang dilakukan oleh Mira Kiswati tersebut lebih memfokuskan
kepada kebijakan yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Sragen sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan publik.
Sedangkan penelitian yang peneliti lakukan lebih memfokuskan kepada
efektivitas pelayanan publik yang telah dilaksanakan oleh pegawai Kecamatan
Masaran, Kabupaten Sragen dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya
untuk memenuhi hak warga negara dibidang kependudukan.
C. Kerangka Berpikir
Dalam suatu pemerintahan pasti memiliki kebijakan-kebijakan yang telah
ditetapkan untuk kepentingan rakyatnya, salah satunya adalah kebijakan
pemerintah dalam memberikan pelayanan publik kepada masyarakat.
Penyelenggaraan pelayanan publik harus didasarkan pada peraturan yang telah
ditetapkan. Namun terkadang peraturan tersebut belum dijalankan secara
maksimal. Pelayanan yang terjadi sekarang belumlah menggambarkan pelayanan
yang efektif dan tepat sasaran. Hak-hak warga dibidang kependudukan atau hak
administratif dari warga negara belum dapat terpenuhi dengan baik karena tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
adanya tanggung jawab pemerintah untuk memenuhi hak tersebut dan kurangnya
akuntabilitas dari masyarakat maupun pemerintah pusat.
Warga masyarakat di Kecamatan Masaran juga memiliki hak untuk
mendapatkan pelayanan yang maksimal dibidang kependudukan khususnya
dalam mengurus Kartu Keluarga. Pelayanan ini dapat berjalan maksimal apabila
Pemerintah Kecamatan memberikan pelayanan publik yang berkualitas melalui
peningkatan kinerja dari para pegawai di Kecamatan Masaran. Bila hak warga
masyarakat sudah terpenuhi maka tata pemerintahan yang baik juga dapat
terwujud.
Adapun skema dari pemikiran di atas adalah sebagai berikut:
Undang-Undang No 25 Tahun 2009
Tentang Pelayanan Publik
Pelayanan Birokrasi Dalam Mengurus Kartu Keluarga di Kecamatan Masaran
Terpenuhinya Hak Warga Masyarakat Belum Terpenuhinya Hak Warga Masyarakat
Tata Pemerintahan Yang Baik
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi atau tempat penelitian merupakan tempat di mana dilakukannya
penelitian, sehingga peneliti memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini
dilakukan di Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen dengan pertimbangan
bahwa dari lokasi penelitian tersebut peneliti dapat memperoleh gambaran yang
jelas sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti yaitu tentang efektivitas
pelayanan publik yang ditujukan kepada warga masyarakat dalam bidang
kependudukan, khususnya dalam kepengurusan Kartu Keluarga. Sehingga di
Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen peneliti akan memperoleh data yang
dibutuhkan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan dalam waktu sepuluh bulan, yang dimulai pada
bulan Juni 2011 sampai dengan Maret 2012. Berikut ini gambar alokasi waktu
kegiatan penelitian yang penulis lakukan:
Tabel 1. Jadwal kegiatan penelitian
2011 2012 No Kegiatan
Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar
1 Pengajuan Judul
2 Penyusunan Proposal
3 Ijin Penelitian
4 Pengumpulan Data
5 Analisis Data 6 Laporan
Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
B. Bentuk Dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Dalam penelitian ini bentuk yang digunakan adalah bentuk deskriptif
kualitatif karena data yang dikumpulkan berupa kata-kata, kalimat, pencatatan,
dokumen maupun arsip yang gemlike arti yang sangat lebih dari sekedar angka
atau frekuensi.
Data yang diungkap bersifat kualitatif, sebab tidak menggambarkan angka
atau jumlah yang memiliki perbandingan. Data tersebut berupa keterangan,
pendapat, konsep, atau tanggapan maupun respon yang berhubungan dengan
obyek.
Pelaksanaan dari penelitian deskriptif dalam penyusunan skripsi tidak
terbatas hanya pada pengumpulan data, tetapi juga dilaksanakan proses
penganalisisan data tersebut dan diakhiri dengan penarikan kesimpulan.
2. Strategi Penelitian
Menurut H.B. Sutopo (2002: 112) mengatakan, “Suatu penelitian disebut
sebagai studi kasus tunggal, bilamana penelitian tersebut terarah pada satu
karakteristik. Artinya, penelitian tersebut hanya dilakukan pada satu sasaran (satu
lokasi atau satu subjek)”.
Menurut Yin yang dikutip H.B. Sutopo (2002: 41-42) mengatakan bahwa
“Dalam penelitian kualitatif ditemui adanya bentuk penelitian terpancang
(embedded research) yaitu penelitian kualitatif yang sudah menentukan fokus
penelitian berupa variabel utamanya yang akan dikaji berdasarkan pada tujuan
dan minat penelitinya sebelum peneliti ke lapangan studinya”. Untuk itu maksud
dari strategi tunggal terpancang dalam penelitian ini, mengandung pengertian
sebagai berikut: tunggal artinya hanya ada satu lokasi yaitu di Kecamatan
Masaran, Kabupaten Sragen. Sedang terpancang artinya hanya pada tujuan untuk
mengetahui efektivitas pelayanan publik dan implikasinya terhadap pemenuhan
hak warga dalam kepengurusan Kartu Keluarga di Kecamatan Masaran,
Kabupaten Sragen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
C. Sumber Data
Menurut Lofland dan Lofland dalam Lexy J. Moleong (2008: 157)
menyatakan bahwa “Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata,
dan tindakan. Selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain”.
Sedangkan HB. Sutopo (2002: 50-54) menyatakan bahwa “Sumber data dalam
penelitian kualitatif dapat berupa narasumber (informan), peristiwa atau aktivitas,
tempat atau lokasi, benda, beragam gambar dan rekaman, dokumen dan arsip”.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti menggunakan sumber data berupa informan,
tempat, dan peristiwa, serta dokumen. Lebih lanjut penjelasannya sebagai berikut:
1. Informan
Menurut H.B Sutopo (2002: 50) menyatakan bahwa informan adalah
“Sumber data yang berupa manusia di dalam penelitian kualitatif lebih tepat
disebut dengan informan”. Dalam penelitian kualitatif posisi sumber data manusia
(narasumber) sangat penting peranannya sebagai individu yang memiliki
informasinya. Informan merupakan orang yang dianggap mengetahui
permasalahan yang akan dikaji peneliti dan bersedia memberikan informasi,
keterangan dan data yang diperlukan. Adapun informan dalam penelitian ini
adalah:
a. Kasi (Kepala Seksi) Bidang Pemerintahan di Kecamatan Masaran
yang mengurusi pelayanan Kartu Keluarga yaitu Edi Widodo, S.STP,
M.Si.
b. Staf atau operator yang melayani kepengurusan Kartu Keluarga di
Kecamatan Masaran yaitu Yandi Setiawan.
c. Warga masyarakat yang pernah mengurus dan merasakan pelayanan
Kartu Keluarga di Kecamatan Masaran. Adapun daftar nama informan
dapat dilihat pada lampiran 1.
2. Tempat dan Peristiwa
Tempat dan peristiwa yang berkaitan dengan sasaran atau permasalahan
penelitian merupakan salah satu sumber data yang dimanfaatkan dalam penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
ini. Dalam penelitian ini penulis mengambil tempat di Kecamatan Masaran,
Kabupaten Sragen. Sedangkan peristiwa yang dimaksud adalah pemberian
pelayanan publik dari pegawai kecamatan kepada warga masyarakat di
Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen.
3. Dokumen
Menurut Sugiyono (2010: 329) menyatakan bahwa “Dokumen merupakan
catatan peristiwa yang sudah berlalu”. Sedangkan menurut Lexy J. Moleong
(2008: 216) menyatakan bahwa “Dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun
film”. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental
dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah
kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang
berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa. Dokumen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Undang-Undang No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
b. Undang-Undang No 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan
c. Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2003 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Publik
d. Perda No 25 Tahun 2003 tentang Penggantian Biaya Cetak dan Kartu
Keluarga
e. Keputusan Bupati No 36 Tahun 2002 tentang Penjabaran Uraian Tugas
Jabatan Struktural dan Fungsional pada Pemerintah Kecamatan.
f. Peraturan Bupati Sragen No 50 Tahun 2009 tentang Penjabaran Tugas dan
Fungsi serta Tata Kerja Pemerintah Kecamatan Kabupaten Sragen.
D. Teknik Sampling (cuplikan)
Menurut HB. Sutopo (2002: 55) “Teknik cuplikan merupakan suatu
bentuk khusus atau proses bagi pemusatan atau pemilihan dalam penelitian yang
mengarah pada seleksi”. Sementara itu, menurut Bogdan dan Biklen dalam HB.
Sutopo (2002: 55) menyatakan bahwa “Cuplikan dalam penelitian kualitatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
sering juga dinyatakan sebagai internal sampling yang berlawanan dengan sifat
cuplikan dalam penelitian kuantitatif, yang dinyatakan sebagai external sampling”.
Dalam cuplikan yang bersifat internal, cuplikan diambil untuk mewakili informasinya, dengan kelengkapan dan kedalamannya yang tidak sangat perlu ditentukan oleh jumlah sumber datanya, karena jumlah informan yang kecil bisa saja menjelaskan informasi tertentu secara lebih lengkap dan benar dari pada informasi yang diperoleh dari jumlah narasumber yang lebih banyak, yang mungkin kurang mengetahui dan memahami informasi yang sebenarnya. (HB. Sutopo, 2002: 55). Di dalam penelitian kualitatif, sampel yang diambil lebih bersifat selektif.
Karena pengambilan sampel didasarkan atas berbagai pertimbangan tertentu,
yakni mengenai masalah yang diteliti, jujur, dapat dipercaya, dan datanya bersifat
obyektif. Menurut Lincoln dan Guba dalam Sugiyono (2010: 301) bahwa:
Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif (naturalistik) sangat berbeda dengan penentuan sampel dalam penelitian konvensional (kuantitatif). Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif tidak didasarkan perhitungan statistik. Sampel yang dipilih berfungsi untuk mendapatkan informasi yang maksimum, bukan untuk digeneralisasikan. Sehingga dalam penelitian kualitatif, teknik sampling yang biasa
digunakan adalah purposive sampling. Menurut Sugiyono (2010: 124)
menyatakan bahwa “Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu”.
Jadi dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik sampel bertujuan
(purposive sampling) dengan wawancara kepada Kasi Pemerintahan dan staf atau
operator yang melayani kepengurusan Kartu Keluarga beserta beberapa warga
masyarakat. Untuk warga masyarakat peneliti memiliki karakteristik yaitu warga
yang pernah merasakan pelayanan di Kecamatan Masaran pada waktu mereka
mengurus Kartu Keluarga. Karena dalam penelitian kualitatif jumlah sumber data
tidak ditentukan maka peneliti mengambil sampel sejumlah 65 warga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
E. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Goetz & Le Comte dalam HB. Sutopo (2002: 58) “Adapun
strategi pengumpulan data dalam penelitian kualitatif secara umum dapat
dikelompokkan ke dalam dua cara yaitu metode atau teknik pengumpulan data
yang berupa interaktif dan non interaktif”. Metode interaktif meliputi wawancara
mendalam, observer yang berperan dalam beberapa tingkatan. Sedangkan yang
non interaktif meliputi mencatat atau mengumpulkan dokumen atau arsip dan
juga observasi tak berperan.
Untuk memperoleh dan menyusun data penelitian, penulis menggunakan
teknik sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik untuk mendekati sumber informasi
dengan cara tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan
berdasarkan kepada tujuan penelitian. HB. Sutopo mengemukakan:
Wawancara di dalam penelitian kualitatif pada umumnya dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat open-ended, dan mengarah pada kedalaman informasi, serta dilakukan dengan cara yang tidak formal terstruktur, guna menggali pandangan subyek yang diteliti tentang banyak hal yang sangat bermanfaat untuk menjadi dasar bagi penggalian informasinya secara lebih jauh dan mendalam. (HB. Sutopo, 2002: 59). Maka dari itu penelitian ini menggunakan teknik wawancara mendalam
(indepth interviewing), karena dengan wawancara mendalam peneliti akan
memperoleh data dari para informan, dengan maksud agar dapat mengungkap
permasalahan yang akan diteliti melalui pertanyaaan atau sikap, baik melalui nada
bicara, mimik, ataupun sorot matanya.
Pada penelitian ini penulis melaksanakan teknik wawancara dengan
mengajukan pertanyaan untuk memperoleh informasi berkaitan dengan masalah
yang ingin dikaji kepada Kasi Pemerintahan dan staf atau operator yang melayani
kepengurusan Kartu Keluarga beserta beberapa warga masyarakat yang pernah
mengurus Kartu Keluarga dan merasakan pelayanan di Kecamatan Masaran,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Kabupaten Sragen. Dalam teknik wawancara menggunakan pedoman wawancara.
Adapun pedoman wawancara terlampir pada lampiran 2.
Untuk petikan hasil wawancara dengan Kasi Pemerintahan dapat dilihat
pada lampiran 3. Kemudian petikan hasil wawancara dengan Staf atau Operator
dalam pembuatan Kartu Keluarga dapat dilihat pada lampiran 4. Sedangkan
petikan hasil wawancara dengan warga masyarakat dapat dilihat pada lampiran 5.
2. Observasi
Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi langsung
nonpartisipatif atau tidak berperan, di mana teknik observasi yang digunakan
adalah pengamatan langsung terhadap pelayanan dalam mengurus Kartu Keluarga
di Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen. Dalam hal ini peneliti bermain di luar
sistem atau tidak terlibat dalam kegiatan tersebut. Peneliti menggunakan pedoman
observasi yang dapat dilihat pada lampiran 6. Sedangkan hasil observasi dapat
dilihat pada lampiran 7.
3. Analisis Dokumen
“Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu”. (Sugiyono,
2010: 329). Sedangkan Suharsimi Arikunto (2006: 158) menyatakan bahwa
“Dokumen artinya barang-barang tertulis”. Di dalam melaksanakan metode
dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku,
majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan
sebagainya. Kemudian menurut HB Sutopo (2002: 54) menyatakan bahwa
“Dokumen dan arsip merupakan bahan tertulis yang bergayutan dengan suatu
peristiwa atau aktivitas tertentu”. Oleh karena itu dokumen dan arsip bukan hanya
menjadi sumber data yang penting bagi penelitian kesejarahan, tetapi juga dalam
penelitian kualitatif pada umumnya. Jadi analisis dokumen ini dapat dikaji
melalui arsip-arsip yang relevan serta benda-benda fisik lainnya.
Dokumen dan record digunakan untuk keperluan penelitian, menurut
Guba dan Lincoln alasan menggunakan dokumen dan record adalah sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Merupakan sumber yang stabil, kaya, dan mendorong; Berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian; Keduanya berguna dan sesuai dengan penelitian kualitatif karena sifatnya yang alamiah, sesuai dengan konteks, lahir dan berada dalam konteks; Record relatif murah dan tidak sukar diperoleh, tetapi dokumen harus dicari dan ditemukan; Keduanya tidak reaktif sehingga sukar ditemukan dengan teknik kajian isi; Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.(Lexy J. Moleong, 2008:217) Sementara itu Krippendorff (1991: 15) menyatakan, “Analisis isi adalah
suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru
(replicable) dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya”. Di mana
rangkaian tersebut meliputi: “Pembentukan data, reduksi data, penarikan inferensi,
dan penganalisisan yang membantu analisis isi melakukan validasi langsung,
pengujian kesesuaian hasilnya dengan metode-metode lain”. (Krippendorff,
1991:63)
Dokumen tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Undang-Undang No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
b. Undang-Undang No 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan
c. Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2003 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Publik
d. Perda No 25 Tahun 2003 tentang Penggantian Biaya Cetak dan Kartu
Keluarga
e. Keputusan Bupati No 36 Tahun 2002 tentang Penjabaran Uraian Tugas
Jabatan Struktural dan Fungsional pada Pemerintah Kecamatan.
f. Peraturan Bupati Sragen No 50 Tahun 2009 tentang Penjabaran Tugas dan
Fungsi serta Tata Kerja Pemerintah Kecamatan Kabupaten Sragen.
F. Validitas Data
Suatu penelitian untuk menjamin keabsahan data yang diperoleh, maka
validitas datanya dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Trianggulasi
Pengertian trianggulasi menurut Lexy J. Moleong (2008: 330)
berpendapat bahwa “Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan datanya
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk pengecekan atau sebagai
bahan pembanding terhadap data itu”.
Menurut HB. Sutopo (2002: 78-82) menyebutkan bahwa ada 4 macam
trianggulasi yaitu:
a. Trianggulasi Data, artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari beberapa sumber data yang berbeda.
b. Trianggulasi Metode, jenis trianggulasi ini bisa dilakukan oleh seseorang peneliti dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda.
c. Trianggulasi Peneliti, hasil penelitian baik data atau simpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa peneliti.
d. Trianggulasi Teori, trianggulasi ini dilakukan peneliti dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji.
Tahap ini dimaksudkan untuk membuktikan bahwa data yang diperoleh
sesuai dengan realitas di lokasi penelitian, untuk menjamin validitas data ini
digunakan teknik trianggulasi data dan trianggulasi metode. Trianggulasi data
dengan maksud menguji keabsahan data yang dilakukan peneliti dengan
mengambil data yang sama dari sumber yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara mencari data dari informan yaitu orang yang dianggap mengetahui
permasalahan yang akan dikaji peneliti dan bersedia memberikan informasi,
keterangan dan data yang diperlukan, tempat dan peristiwa, serta dokumen.
Sedangkan trianggulasi metode peneliti mengumpulkan data sejenis dengan
menggunakan metode atau teknik yang berbeda. Dalam penelitian ini metode
yang digunakan yaitu wawancara, pengamatan atau observasi, serta analisis
dokumen yang berhubungan dengan permasalahan dalam penelitian. Untuk
trianggulasi data dapat dilihat pada lampiran 8. Sedangkan untuk trianggulasi
metode dapat dilihat pada lampiran 9.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
G. Analisis Data
Menurut Lexy J. Moelong (2008: 280) “Analisis data adalah proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan
uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja
seperti yang disarankan oleh data”. Sedangkan Sugiyono (2010: 335) menyatakan
bahwa:
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga dapat mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Menurut Mattew B. Miles & A. Michael Huberman (1992: 16)
menyatakan bahwa “Analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut,
berulang dan terus-menerus”. Adapun alur kegiatan dalam proses analisa ini
adalah sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara
sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan
diverifikasi. Data kualitatif dapat disederhanakan dan ditransformasikan dalam
aneka macam cara melalui seleksi, ringkasan atau uraian singkat,
menggolongkannya dalam suatu pola yang lebih luas.
2. Penyajian Data
Merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dalam
penelitian kualitatif berupa teks yang bersifat naratif.
3. Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi
Kesimpulan akhir akan diperoleh dengan menguji kebenaran, kekokohan, dan
kecocockan data yakni yang merupakan validitasnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Untuk lebih jelasnya proses analisis tersebut dapat dilihat dalam gambar
berikut ini:
Gambar 2. Analisis Data Model Interaktif Miles & Huberman (1992: 20)
H. Prosedur Penelitian
Kegiatan penelitian ini direncanakan melalaui beberapa tahapan, yaitu “(1)
persiapan, (2) pengumpulan data, (3) analisis data, dan (4) penyusunan laporan
penelitian” (H. B. Sutopo, 2002: 187-190). Untuk lebih jelasnya, masing-masing
akan diuraikan sebagai berikut:
1. Persiapan
a. Menyusun rencana penelitian
b. Mengurus perijinan penelitian.
c. Menyusun pengembangan pedoman pengumpulan data
2. Pengumpulan Data
a. Mengumpulakan data di lokasi studi dengan melakukan wawancara
mendalam, dan mencatat serta mengumpulkan dokumen yang ada.
b. Melakukan review dan pembahasan beragam data yang telah terkumpul.
c. Memilah dan mengatur data sesuai kebutuhan.
1 Pengumpulan Data 3
Penyajian Data
2 Reduksi Data 4
Kesimpulan-Kesimpulan/ Vertifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
3. Analisis Data
a. Menentukan teknik analisis data yang tepat sesuai proposal penelitian.
b. Mengembangkan sajian data dengan analisis lanjut kemudian dicross
checkkan dengan temuan di lapangan.
c. Setelah dapat data yang sesuai intensitas kebutuhan maka dilakukan proses
verifikasi dan pengayaan dengan mengkonsultasikan dengan orang yang
dianggap lebih ahli.
d. Setelah selesai, baru dibuat simpulan akhir sebagai temuan penelitian.
4. Penyusunan Laporan Penelitian
Penyusunan adalah tahap paling akhir dari seorang peneliti untuk
membuat laporan hasil penelitian yang dilaksanakan secara benar dan rapi sesuai
dengan laporan diskusi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
BAB 1V
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Deskripsi lokasi penelitian merupakan tahapan di mana data diperoleh
peneliti di lapangan penelitian yaitu di Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen
dikumpulkan kemudian data yang diperoleh diolah dan dianalisis sehingga dapat
disajikan secara sistematis. Adapun aspek-aspek yang diteliti dapat dijabarkan
sebagai berikut: 1. Letak Geografis Kecamatan Masaran, 2. Visi, Misi, serta
Tujuan Kecamatan Masaran, 3. Struktur Organisasi Kecamatan Masaran, 4.
Keadaan Penduduk Kecamatan Masaran.
1. Letak Geografis Kecamatan Masaran
Kecamatan Masaran terletak di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.
Tepatnya berada disebelah barat daya wilayah Kabupeten Sragen. Kecamatan
Masaran memiliki luas wilayah 4.404 Ha, luas sawah 2.979 Ha, dan tanah kering
1.424 Ha. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Masaran adalah sebagai
berikut:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sidoharjo.
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar.
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kedawung.
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Plupuh.
Kecamatan Masaran terdiri dari 13 desa yang meliputi:
a. Desa Sidodadi
b. Desa Karangmalang
c. Desa Krebet
d. Desa Sepat
e. Desa Jirapan
f. Desa Gebang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
g. Desa Dawungan
h. Desa Masaran
i. Desa Jati
j. Desa Kliwonan
k. Desa Pilang
l. Desa Pringanom
m. Desa Krikilan
2. Visi, Misi serta Tujuan Kecamatan Masaran
a. Visi Kecamatan Masaran
Visi Pemerintah Kecamatan Masaran yaitu “Kualitas SDM yang
profesional, berbudaya dan berakhlak mulia”.
b. Misi Kecamatan Masaran
1) Mengoptimalkan fungsi kelembagaan dan aparatur pemerintah untuk
memberikan pelayanan prima,
2) Meningkatkan upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan sehingga
wilayah Kecamatan Masaran menjadi maju merata dan berkembang,
3) Meningkatkan sumber daya manusa yang berkualitas yang didukung oleh
program pendidikan formal dan nonformal,
4) Mengadakan penataan tata kehidupan masyarakat dibidang kependudukan dan
keluarga sejahtera, pendidikan, kesehatan dan keagamaan,
5) Menjadikan Kecamatan Masaran berbudi pekerti luhur, tangguh, ulet, kreatif,
produktif, sehat jasmani dan rohani, cerdas, disiplin, beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta demokratis.
c. Tujuan Kecamatan Masaran
1) Peningkatan kualitas SDM
2) Terselenggaranya pelayanan prima
3) Penyusunan profil kecamatan
4) Terwujudnya kesejahteraan masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
3. Struktur Organisasi Kecamatan Masaran
Kecamatan Masaran memiliki struktur organisasi yang dapat mendukung
kemajuan sebuah organisasi. Adapun struktur organisasi Kecamatan Masaran
adalah sebagai berikut:
Gambar.3 Struktur Organisasi Kecamatan Masaran
Sumber: Data Kecamatan Masaran
a. Tugas dan Fungsi Jabatan Pegawai Kecamatan Masaran
Dalam struktur organisasi di atas masing-masing jabatan memiliki tugas
dan fungsi masing-masing sesuai dengan Peraturan Bupati Sragen Nomor 50
Tahun 2009 tentang Penjabaran Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Pemerintah
Kecamatan Kabupaten Sragen.
CAMAT
SUB BAG UMUM DAN
KEPEGAWAIAN
SEKRETARIAT
SEKSI PEMERINTAHAN
SUB BAG KEUANGAN
SUB BAG PERENCANAAN EVALUASI DAN PELAPORAN
SEKSI KETENTRAMAN,
KETERTIBAN, PERLINDUNGAN MASYARAKAT
SEKSI EKONOMI PEMBANGUNAN
SEKSI PELAYANAN UMUM
KELURAHAN
SEKSI KESEJAHTERAAN
RAKYAT
DESA
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Adapun tugas dan fungsi jabatan tersebut adalah sebagai berikut:
Pasal 3 dalam Peraturan Bupati Sragen Nomor 50 Tahun 2009 berbunyi
“Pemerintah Kecamatan menyelenggarakan fungsi membantu Bupati dalam
menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kehidupan,
kesejahteraan kemasyarakatan dalam wilayah kecamatan”. Sedangkan pada Pasal
4 dalam Peraturan Bupati Sragen Nomor 50 Tahun 2009 untuk menyelenggarakan
fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pemerintah Kecamatan mempunyai
tugas sebagai berikut:
1) Melaksanakan Pelimpahan Sebagian Kewenangan Pemerintahan dari Bupati
Sragen, terdiri dari:
a) Menerbitkan ijin perhelatan;
b) Menerbitkan ijin penggunaan/ penutupan jalan kabupaten;
c) Menerbitkkan ijin pertunjukan/ hiburan umum/ olahraga insidentil
(skala kecil);
d) Memberikan rekomendasi ijin mendirikan bangunan (permanen kelas
B, permanen ½ bata pilar dan semi permanen);
e) Menerbitkan ijin tebang (skala kecil);
f) Melaksanakan pengawasan proyek-proyek pembangunan yang ada di
wilayah kecamatan;
g) Membuat rekomendasi DP3 (Daftar Pertimbangan Penilaian Pegawai)
para kepala unit kerja dan satuan unit kerja yang ada di kecamatan;
h) Melantik dan mengambil sumpah kepala desa dan anggota BPD
(Badan Permusyawaratan Desa);
i) Mengevaluasi peraturan desa tentang APBDES (Anggaran Pendapatan
Belanja Desa), dan pungutan desa;
j) Merekomendasi dan mengevaluasi LPPD Kepala Desa.
2) Melaksanakan Penyelenggaraaan Pemerintahan Kecamatan, yang terdiri dari:
a) Memimpin penyelenggaraan pemerintahan baik instansi vertikal, dinas
dan badan tingkat kecamatan;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
b) Melaksanakan pembinaan pengawasan dan pengendalian
penyelenggaraan pemerintahan desa;
c) Melaksanakan pembinaan administrasi kependudukan dan catatan sipil;
d) Melaksanakan pembinaan dibidang pertanahan;
e) Melaksanakan pembinaan pengawasan dan pengendalian pemilihan
Kepala Desa, BPD (Badan Permusyawaratan Desa) serta lembaga desa
lainnya, melaksanakan ujian tertulis pengisian perangkat desa lainnya;
f) Melaksanakan program pengembangan dan penataan tata ruang Ibu
Kota Kecamatan;
g) Menampung dan mengusulkan serta memberikan pertimbangan
penggabungan dan pemecahan desa;
h) Meningkatkan dan melaksanakan pengawasan secara terus-menerus
terhadap penarikan atau pungutan PBB dan PAD serta pungutan
lainnya yang sah;
i) Melaksanakan evaluasi dan pelaksanaan APBDES (Anggaran
Pendapatan Belanja Desa), dan memberikan ijin lelangan tanah kas
desa.
3) Melaksanakan Penyelenggaraan Kegiatan Pembangunan Kecamatan, terdiri
dari:
a) Menyusun dan mengusulkan rencana program pembangunan tahunan
kecamatan;
b) Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pembangunan di kecamatan dan
desa/ kelurahan;
c) Melaksanakan program pembinaan untuk menumbuhkan kesadaran
masyarakat tentang kebersihan, keindahan, pertamanan, kenyamanan
dan sanitasi lingkungan;
d) Melaksanakan program pembinaan untuk menumbuhkembangkan
kesadaran masyarakat dibidang perekonomian rakyat, koperasi dan
industri kecil serta pertanian;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
e) Menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam pembangunan/ swadaya
masyarakat;
f) Melaksanakan program pembinaan untuk menumbuhkan kesadaran
masyarakat dibidang sosial, pemuda dan olahraga serta pemberdayaan
perempuan;
g) Memantau dan mengawasi ketersediaan kebutuhan bahan pokok,
pestisida bersubsidi dan barang/ program bersubsidi lainnya.
4) Melaksanakan Pembinaan Ketrampilan, Ketertiban, dan Kehidupan
Masyarakat, terdiri dari:
a) Mensosialisasikan program penyelenggaraan pembinaan ketentraman
dan ketertiban umum;
b) Melaksanakan pembinanan untuk mendorong kesadaran berbangsa
dan perlindungan masyarakat;
c) Melaksanakan, mengawasi, serta mengendalikan pelaksanaan Perda;
d) Melaksanakan pemantapan usaha-usaha pembinaan Idiologi Negara;
e) Melaksanakan pembinaan kerukunan hidup beragama dan
memberikan penyuluhan kepada tokoh masyarakat dan tokoh agama;
f) Membantu kelancaran pelaksanaan Pemilu;
g) Melaksanakan dan mengkoordinasikan kegiatan penanggulangan
bencana alam dan pemberantasan penyakit masyarakat;
h) Melaksanakan pengawasan organisasi lainnya yang berpotensi
menurunkan wibawa pemerintah.
Sedangkan tugas dan fungsi dari masing-masing jabatan dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1) Camat
Camat merupakan perangkat daerah yang mempunyai tugas dan fungsi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4 dalam Peraturan Bupati Sragen
No 50 Tahun 2009 tentang Penjabaran Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja
Pemerintah Kecamatan Kabupaten Sragen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
2) Sekretaris Camat
Sekretariat Kecamatan menyelenggarakan fungsi pelaksanaan sebagian
fungsi pemerintah kecamatan dibidang pembinaan administrasi dan
memberikan pelayanan teknis administratif kepada seluruh satuan organisasi
pemerintah kecamatan yang meliputi urusan umum dan keuangan,
mempunyai tugas sebagai berikut:
a) Melaksanakan Penyusunan Rencana, Pengendalian, Evaluasi dan
Pelaksanaan Kegiatan Pemerintah Kecamatan, terdiri dari:
(1) Melaksanakan koordininasi dan menyusun rencana kerja tahunan dan
rencana kegiatan pemerintah kecamatan yang meliputi bidang
penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan serta
pembinaan kemasyarakatan;
(2) Melaksanakan koordininasi kegiatan pelayanan masyarakat;
(3) Menyiapkan bahan untuk rapat koordinasi dengan unit dan satuan
kerja di wilayahnya;
(4) Mengkoordinasikan pelaksanaan pembinaan teknis adminitrasi
penyelenggaraan pemerintah, pelaksanaan pembangunan dan
pembinaan kemasyarakatan di desa/ kelurahan;
(5) Melaksanakan pengelolaan buku register adminitrasi kecamatan.
b) Menyelenggarakan Kegiatan Tata Usaha, Administrasi Kepegawaian, dan
Perlengkapan Rumah Tangga, terdiri dari:
(1) Membantu Camat dalam mewujudkan kelancaran rapat koordinasi
dengan unit dan satuan kerja serta desa/ kelurahan;
(2) Membuat rincian kegiatan, mengkoordinir dan menyusun program
kerja tahunan serta rencana kegiatan pemerintah kecamatan;
(3) Mengelola adminitrasi kepegawaian;
(4) Mengelola kegiatan perlengkapan dan rumah tangga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
c) Menyelenggarakan Urusan Administrasi Keuangan, terdiri dari:
(1) Melakukan pembinaan pengawasan dan pengendalian administrasi
keuangan kecamatan;
(2) Mengevaluasi dan pembinaan pembukuan buku administrasi keuangan
desa.
d) Menyelenggarakan Kegiatan Perencanaan Evaluasi dan Pelaporan, terdiri
dari:
(1) Membantu Camat dalam melakukan kegiatan perencanaan evaluasi
dan pelaporan;
(2) Menyusun naskah laporan Camat;
(3) Melakukan pembinaan, pengawasan dan pengendalian serta evaluasi
terhadap pelaksana tugas Kasubag dan Kasi;
(4) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Camat.
3) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, mempunyai tugas sebagai berikut:
a) Menerima, meneliti, mengagenda dan memberikan lembar disposisi surat
yang diterima, memberikan kartu kendali dan mengalokasikan kepada
masing-masing seksi sesuai dengan disposisi dan bidang tugasnya;
b) Mencatat secara khusus surat-surat penting segera dan rahasia;
c) Mencatat surat-surat yang menjadi bahan rakor/ raker staf;
d) Mencatat dan mengagenda surat undangan pada papan kegiatan Camat/
Sekcam dan mencatat dalam buku kegiatan Camat dan Sekcam;
e) Menindaklanjuti surat yang dianggap perlu dan segera mengagenda,
memberikan kartu kendali dan mengirimkan kepada alamat baik secara
kurir maupun per pos;
f) Mengklasifikasikan jenis nomor surat untuk disimpan dalam map arsip,
folder difilling kabinet;
g) Mengklasifikasikan dan menyimpan kartu kendali dalam almari katalog;
h) Menerima arsip dinamis in aktif dari masing-masing seksi untuk disimpan
ke dalam bok arsip (akuisisi arsip/ orde pembangunan dan orde reformasi);
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
i) Membuat file kepegawaian perorangan;
j) Membuat Daftar Urut Kepangkatan (DUK);
k) Membuat buku penjagaan kenaikan pangkat reguler, kenaikan gaji berkala;
l) Menyiapkan berkas DP3 (Daftar Pertimbangan Penilaian Pegawai);
m) Membuat pengaturan cuti pegawai;
n) Mengusulkan dan mengajukan KARPEG (Kartu Pegawai), KARSU
(Kartu Suami), KARIS (Kartu Istri), TASPEN bagi pegawai;
o) Menerbitkan pelaksanaan absensi;
p) Membuat laporan dan mutasi pegawai tiap akhir bulan;
q) Mengusulkan/ mengurus pegawai yang akan BT (Bebas Tugas) dan
Pensiun;
r) Mencatat buku yang ada mengklasifikasikan masing-masing buku dan
jenisnya;
s) Merawat dan menyimpan buku-buku perpustakaan;
t) Melayani peminjaman dan membuat bok buku pustaka;
u) Meyimpan bahan rakor bersama Muspika, dinas/ instansi membuat daftar
hadir dan notulen;
v) Menyiapkan bahan rakor bersama Kades/ Carik/ Sekdes, perangkat desa,
raker staf, membuat daftar hadir notulen;
w) Membuat bahan evaluasi tahunan tugas Camat;
x) Membuat laporan harian Camat;
y) Menerima tamu dan mempersiapkan buku tamu;
z) Menyiapkan bahan penyusunan program dan pembinaan pelayanan
dibidang kekayaan dan inventaris kecamatan;
å) Mencatat dan memelihara barang-barang yang diterima baik yang
bergerak maupun yang tidak bergerak yang berasal dari pemerintah daerah,
pemerintah propinsi, pemerintah dan swadaya;
ä) Membuat buku dan inventaris barang (KIB), kartu inventaris (KIR)
A,B,C,D ;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
ö) Melakukan pengecekan dan perawatan serta penyimpangan barang-barang
bergerak maupun tidak bergerak;
aa) Melaksanakan bimbingan teknis kepada desa/ kelurahan sesuai dengan
bidang tugasnya;
bb) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh sekretaris kecamatan sesuai
dengan bidang tugasnya.
4) Sub Bagian Keuangan, mempunyai tugas sebagai berikut:
a) Merencanakan anggaran kebutuhan sarana dan prasarana kantor;
b) Mengalokasikan dana untuk kegiatan kebutuhan kantor sesuai dengan
juklak yang ada;
c) Merencanakan, membuat daftar gaji sesuai dengan jumlah gaji yang telah
ditetapkan;
d) Memerintahkan petugas pembayar gaji pegawai dan memotong sesuai
aturan yang telah ditentukan dengan tepat waktu;
e) Merencanakan SPP sesuai dengan petunjuk yang telah ditentukan;
f) Mengkoordinir dan pembukuan keuangan dari hasil pengelolaan
pemerintah kecamatan;
g) Mengkoordinir dan mengendalikan serta mengawasi bendaharawan yang
ada di kecamatan;
h) Mengerjakan buku register sesuai bidang tugasnya;
i) Melaksanakan bimbingan teknis kepada desa sesuai bidang tugasnya;
j) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Camat atau Sekcam sesuai
dengan bidang tugasnya.
5) Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan, mempunyai tugas sebagai
berikut :
a) Membuat rincian kegiatan perencanaan, evaluasi dan pelaporan;
b) Menyusun naskah laporan Camat;
c) Membuat evaluasi tahunan tugas Camat;
d) Mengawasi dan mengevaluasi perangkat komunikasi;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
e) Melaksanakan tugas pembinaan terhadap operator IT desa/ kelurahan;
f) Mengawasi dan mengevaluasi petugas operator IT;
g) Mengkoordinasikan dan mendata laporan-laporan kecamatan;
h) Mempersiapkan absensi dan pelaksanaan kegiatan apel pagi/ siang;
i) Membuat program kerja Camat;
j) Membuat database dan best practice kecamatan;
k) Membuat profile dan mapping kecamatan;
l) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Camat dan atau Sekcam
sesuai dengan bidang tugasnya;
m) Melaksanakan bimbingan teknis kepada desa/ kelurahan sesuai dengan
bidang tugasnya.
6) Seksi Pemerintahan, memiliki tugas sebagai berikut:
Seksi Pemerintahan menyelenggarakan fungsi pelaksanaan sebagian
fungsi pemerintah kecamatan dibidang pemerintahan yang meliputi urusan
pemerintahan, pemerintahan desa/ kelurahan yang mempunyai tugas sebagai
berikut:
a) Membuat perencanaan program pembinaan penyelenggaraan pemerintah
umum desa/ kelurahan;
b) Melaksanakan pembinaan administrasi pemerintah desa/ kelurahan;
c) Membantu dan menyiapkan pelaksanaan pemilihan kepala desa dan
pengisian BPD (Badan Permusyawaratan Desa) serta pelaksanaan ujian
tertulis perangkat desa lainnya;
d) Membantu kelancaran pelaksanaan Pemilu;
e) Membuat laporan monografi;
f) Membuat laporan kependudukan;
g) Memelihara data kependudukan;
h) Melaksanakan pencatatan mutasi kependudukan;
i) Menginventarisir tanah bondo desa/ kelurahan;
j) Menginventarisir kekayaan desa/ kelurahan;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
k) Mengelola buku register kecamatan sesuai dengan bidang tugasnya;
l) Melaksanakan bimbingan teknis kepada desa/ kelurahan sesuai dengan
bidang tugasnya;
m) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Camat dan atau Sekcam
sesuai dengan bidang tugasnya.
7) Seksi Ketentraman, Ketertiban,dan Perlindungan Masyarakat
Seksi Ketentraman, Ketertiban dan Perlindungan Masyarakat
menyelenggarakan fungsi pelaksanaan sebagian fungsi pemerintah kecamatan
dibidang ketentraman, ketertiban dan perlindungan masyarakat yang meliputi
pembinaan dan pelayanan ketentraman, ketertiban dan perlindungan
masyarakat serta pengkoordinasian tugas satuan polisi pamong praja yang
mempunyai tugas sebagai berikut:
a) Mengupayakan terciptanya stabilitas ketentraman dan ketertiban wilayah
kecamatan;
b) Menyiapkan bahan-bahan/ data-data dalam rangka penyelesaian masalah
yang berkaitan dengan ketentraman dan ketertiban;
c) Menangani rupa-rupa kejadian misalnya kebakaran, bunuh diri dan
tindakan kriminal lainnya;
d) Merencanakan dan mengkoordinir pelaksanaan pengamanan kantor
kecamatan;
e) Menginventarisasi permasalahan yang berhubungan dengan ketentraman,
ketertiban dan linmas di wilayah kecamatan;
f) Melaksanakan patroli wilayah dalam rangka mencegah timbulnya
gangguan ketentraman, ketertiban dan linmas;
g) Melaksanakan pembinaan anggota hansip desa/ kelurahan;
h) Mensosialisasikan, pengawasan terhadap peraturan daerah dan peraturan
perundang-undangan yang lain;
i) Menertibkan dan mengawasi semua jenis perijinan yang dilimpahkan oleh
Bupati Sragen kepada Camat;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
j) Melaksanakan pembinaan generasi muda dan masyarakat guna mencegah
timbulnya penyakit masyarakat seperti miras, perjudian, prostitusi,
narkoba dan lain-lain;
k) Mengkoordinasikan pelaksanaan pengamanan pemilihan antara lain
Pemilu, pemilihan kepala desa, BPD (Badan Permusyawaratan Desa) dan
sebagainya;
l) Melaksanakan pembinaan Ormas dan lembaga masyarakat lainnya;
m) Melaksanakan kegiatan upacara-upacara hari besar nasional dan upacara
lainnya;
n) Pembinaan dan pengadministrasian mantan Tapol G 30 S PKI;
o) Melaksanakan bimbingan teknis kepada desa/ kelurahan sesuai dengan
bidang tugasnya;
p) Mengelola buku register kecamatan sesuai dengan bidang tugasnya;
q) Melaksanakan dan pengawasan terhadap organisasi lainnya yang
berpotensi menurunkan kewibawaan pemerintah;
r) Melaksanakan tugas bertanggungjawab kepada Sekcam dan atau Camat;
s) Melaksanakan bimbingan teknis kepada desa/ kelurahan sesuai dengan
bidang tugasnya;
t) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Camat dan atau Sekcam
sesuai dengan bidang tugasnya.
8) Seksi Ekonomi Pembangunan
Seksi Ekonomi Pembangunan menyelenggarakan fungsi pelaksanaan
sebagian fungsi Pemerintah Kecamatan dibidang perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa/ kelurahan
yang meliputi pelaksanaan pembinaan pembangunan sarana dan prasarana
perekonomian desa/ kelurahan, produksi dan distribusi serta pembinaan
lingkungan hidup, yang mempunyai tugas sebagai berikut:
a) Membina, memberikan sosialisasi dan bimbingan teknis pelaksanaan
proyek-proyek pembangunan di wilayah kecamatan;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
b) Membantu kelancaran pelaksanaan pencairan dana/ BOP desa/ kecamatan
dari proyek-proyek tersebut;
c) Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan proyek baik fisik maupun
administratif;
d) Menginventarisasi pembangunan baik yang dibiayai dari pemerintah,
pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten maupun swadaya
masyarakat;
e) Melaksanakan program kerja dan pengembangan PKK;
f) Menginventarisasi berbagai kegiatan PKK dan mengevaluasi pelaksanaan
program PKK ;
g) Melaksanakan koordinasi dengan dinas terkait dalam pembinaan PKK ;
h) Merencanakan, melaksanakan, menyusun dan melaporkan RPJPK dan
RPJMK ;
i) Menyusun program, pedoman dan petunjuk pembinaan untuk usaha
pembangunan perekonomian;
j) Mensosialisasi dan pembinaan untuk pengembangan dan peningkatan dari
hasil-hasil produksi pertaniaan, kerajinan industri kecil dan koperasi;
k) Menyiapkan bahan-bahan pertimbangan mengenai BP (Badan Pemeriksa)
KUD, koperasi tani dan koperasi-koperasi yang ada;
l) Membantu memantau harga sembilan bahan pokok, pupuk pestisida serta
bahan bersubsidi lainnya dan pelaporan pupuk;
m) Menginventarisasi keberadaan lumbung desa dan LKD;
n) Menginventarisasi bantuan-bantuan yang ada di kecamatan;
o) Koordinasi dalam menyukseskan program pertanian dan ketahanan
pangan ;
p) Melaksanakan pembuatan profil desa dan profil kecamatan;
q) Melakukan kegiatan-kegiatan dalam rangka pembinaan kelistrikan desa;
r) Merencanakan, melaksanakan, menyusun dan melaporkan kegiatan lomba
desa;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
s) Melaksanakan pembinaan pengawasan dan pelaporan penanganan limbah
dengan dinas terkait;
t) Membuat laporan secara rutin maupun insidentil yang berkaitan dengan
bidang tugasnya saksi PMD (Pembangunan Masyarakat Desa);
u) Melaksanakan bimbingan teknis kepada desa/ kelurahan sesuai bidang
tugasnya;
v) Melaporkan buku register kecamatan sesuai dengan bidang tugasnya;
w) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Camat dan Sekcam sesuai
dengan bidang tugasnya;
x) Memantau kegiatan penataan lingkungan desa;
y) Memantau dan evaluasi ADD (Alokasi Daerah Desa);
z) Mengkoordinir pemberian rekomendasi permohonan bantuan pemerintah
maupun desa;
å) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Camat dan atau Sekcam
sesuai dengan tugas dan fungsinya.
9) Seksi Kesejahteraan Rakyat
Seksi Kesejahteraan Rakyat menyelenggarakan fungsi pelaksanakan
sebagian fungsi pemerintah kecamatan di bidang kesejahteraan rakyat yang
meliputi pengkoordinasian penyusunan program dan pelaksanaan pembinaan
kesejahteraan rakyat, yang mempunyai tugas sebagai berikut:
a) Melaksanakan pembinaan dan pelayanan bantuan dari pemerintah kepada
masyarakat;
b) Merencanakan, mengatur, dan memonitor penyaluran pemberian santunan
kepada masyarakat, badan sosial serta korban bencana alam;
c) Menginventarisasi dan mengusulkan pendidikan nonformal ketrampilan,
dan bantuan modal kepada fakir miskin, anak terlantar, penyandang cacat
dan mantan penyandang penyakit masyarakat;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
d) Memonitor pelaksanaan pemberian PMT (Pemberian Makanan
Tambahan)/ PMT-AS (Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah)
dan melaporkan program jamkesmas;
e) Melaksanakan pembinaan dan pengembangan olahraga, pramuka, generasi
muda, organisasi wanita dan keluarga berencana;
f) Melaksanakan kegiatan administrasi NTCR (Nikah, Talak, Cerai, Rujuk);
g) Melaksanakan pembinaan keagamaan dan kepercayaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa serta kerukunan hidup umat beragama;
h) Mengkoordinasikan pelaksanaan pembinaan pendidikan masyarakat serta
memperdayakan kesenian, kebudayaan dan pariwisata;
i) Menginventarisasi tempat ibadah, yayasan sosial, calon haji, serta
melaksanakan kegiatan BAZ (Badan Amil Zakat);
j) Mengkoordinir pelaksanaan olahraga di masyarakat;
k) Memantau kegiatan pemugaran rumah;
l) Melaksanakan pembimbing teknis kepada desa/ kelurahan sesuai bidang
tugasnya;
m) Mengelola buku register kecamatan sesuai dengan bidang tugasnya;
n) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Camat dan atau Sekcam
sesuai dengan bidang tugasnya;
o) Mengkoordinasikan pekerja sosial kecamatan;
p) Mengkoordinasikan organisasi tanggap bencana;
q) Membuat laporan secara rutin maupun insidentil yang berkaitan dengan
bidang tugasnya;
r) Melaksanakan tugas bertanggungjawab kepada Sekcam dan atau Camat;
s) Melaksanakan bimbingan teknis kepada desa/ kelurahan sesuai dengan
bidang tugasnya;
t) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Camat dan atau Sekcam
sesuai dengan bidang tugasnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
10) Seksi Pelayanan Umum
Seksi pelayanan umum memiliki tugas sebagai berikut:
a) Menyiapkan bahan dan penyusunan program serta pembinaan kebersihan,
keindahan dan pertamanan;
b) Menyelenggarakan kebersihan lingkungan, keindahan dan mengusahakan
pertamanan lingkungan di luar kecamatan;
c) Menyiapkan bahan penyusun program dan pembinan sarana dan prasarana
fisik pelayanan umum kecamatan;
d) Mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai PHBS (Perilaku Hidup
Bersih Sehat)/ LBS (Lingkungan Bersih Sehat) tata cara prosedur untuk
meningkatkan kebersihan lingkungan dengan membersihkan selokan,
pembuatan tempat sampah, kerapian pagar dan lain-lain;
e) Menyebarluaskan informasi program pemerintah dan pelayanan
masyarakat serta tugas-tugas kehumasan;
f) Membuat mekanisme petunjuk/ prosedur pelayanan masyarakat
berdasarkan peraturan yang ada;
g) Membuat laporan secara rutin maupun insidentil yang berkaitan dengan
bidang tugasnya;
h) Melaksanakan arsip dinamis aktif dan diserahkan keumum dan
kepegawaian;
i) Melaksanakan bimbingan teknis kepada desa/ kelurahan sesuai dengan
bidangnya;
j) Mengerjakan buku-buku register sesuai dengan bidang tugasnya;
k) Membina forum komunikasi desa dan forum peduli lingkungan;
l) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Camat dan Sekcam sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
11) Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional menyelenggarakan fungsi pelaksanaan
sebagian fungsi pemerintah kecamatan sesuai dengan keahlian dan
ketrampilan.
b. Data Pegawai Kecamatan Masaran Berdasarkan Golongan dan Tingkat
Pendidikan
1) Berdasarkan Golongan
Tabel 2. Daftar pegawai berdasarkan golongan.
No Golongan Jumlah
1 Pegawai Golongan I -
2 Pegawai Golongan II 16 Pegawai
3 Pegawai Golongan III 15 Pegawai
4 Pegawai Golongan IV 2 Pegawai
Sumber: Data Kepegawaian Kecamatan Masaran
Berdasarkan data di atas pegawai Kecamatan Masaran banyak yang
golongan II dan golongan III.
2) Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 3. Daftar pegawai berdasarkan tingkat pendidikan
No Jenis
Kepegawaian
Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan
SD SMP SMA D1 D2 D3 D4 S1 S2
1 PNS 1 - 17 - - 5 - 7 3
2 JOB (Belum PNS) - - 4 1 - - - 2 -
Sumber: Data Kepegawaian Kecamatan Masaran
Dari data di atas jumlah pegawai Kecamatan Masaran yang sudah menjadi
PNS adalah 33 orang dan yang belum menjadi PNS sebanyak 7 orang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
4. Keadaan Penduduk Kecamatan Masaran
Data kependudukan di Kecamatan Masaran dapat dirinci sebagai berikut:
a. Jumlah Penduduk di Kecamatan Masaran adalah 67.918 jiwa
b. Jumlah Kartu Keluarga sebanyak 25.495 KK. Adapun rincian KK tiap desa
adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Daftar jumlah KK tiap desa
No Desa Jumlah KK
1 Sidodadi 2.016
2 Karangmalang 1.763
3 Krebet 1.804
4 Sepat 2.438
5 Jirapan 2.185
6 Gebang 2.117
7 Dawungan 1.507
8 Masaran 3.012
9 Jati 1.675
10 Kliwonan 1.866
11 Pilang 1.577
12 Pringanom 1.646
13 Krikilan 1.889
Jumlah 25.495
Sumber: Data Kependudukan Kecamatan Masaran tahun 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
c. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Tabel 5. Daftar jumlah penduduk menurut jenis kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah
1 Laki-Laki 33.144 jiwa
2 Perempuan 34.774 jiwa
Jumlah 67.918 jiwa
Sumber: Data Kependudukan Kecamatan Masaran tahun 2011
d. Mutasi Penduduk
Tabel 6. Daftar jumlah mutasi penduduk
No Jenis Mutasi Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 Lahir 46 23 69
2 Mati 19 21 40
3 Datang 21 25 46
4 Pindah 21 26 47
Sumber: Data Kependudukan Kecamatan Masaran per-November 2011
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa jenis mutasi dari kelahiran
lebih besar dibandingkan dengan jumlah jenis mutasi yang lainnya. Maka
kepadatan penduduk dapat dikatakan meningkat.
B. Deskripsi Masalah Penelitian
1. Efektivitas Kinerja Pegawai Kecamatan Masaran Dalam Memberikan
Pelayanan Publik Kepada Warga Masyarakat Dalam Kepengurusan Kartu
Keluarga
Menurut Harbani Pasolong (2008: 4) “Efektivitas berarti tujuan yang telah
direncanakan sebelumnya dapat tercapai atau dengan kata sasaran tercapai karena
adanya proses kegiatan”.
Sementara itu menurut Ratminto dan Atik Septi Winarsih
(2007:179) ”Efektivitas adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, baik itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
dalam bentuk target, sasaran jangka panjang maupun misi organisasi”. Untuk
mengukur kinerja pegawai Kecamatan Masaran dalam memberikan pelayanan
publik kepada warga masyarakat dilihat dari efektivitas pelayanannya, seperti
yang dikemukakan oleh Agus Dwiyanto yang dikutip oleh Harbani Pasolong
(2008: 178) bahwa ”Indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja birokrasi
publik, yaitu: Produktivitas, yaitu tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi
juga mengukur efektivitas pelayanan; Kualitas Layanan, dilihat dari kepuasan
masyarakat terhadap layanan; Responsivitas, yaitu kemampuan birokrasi untuk
mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan
mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan aspirasi masyarakat; Responsibilitas, yaitu menjelaskan apakah
pelaksanaan kegiatan birokrasi publik itu dilakukan sesuai prinsip-prinsip
administrasi yang benar dengan kebijakan birokrasi, baik yang eksplisit maupun
implisit; Akuntabilitas, yaitu digunakan untuk melihat seberapa besar kegiatan
birokrasi publik itu konsisten dengan kehendak publik ”.
Jadi untuk mengukur kinerja pegawai Kecamatan Masaran dalam
memberikan pelayanan publik kepada warga masyarakat peneliti melihat dari
efektivitas pelayanannya. Efektivitas pelayanan publik dapat diukur melalui
indikator atau komponen dari standar pelayanan dalam menyelenggarakan
pelayanan publik. Berdasarkan Undang-Undang No 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik yang dimaksud dengan standar pelayanan adalah tolak ukur
yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan
penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada
masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau,
dan terukur.
Standar pelayanan tersebut meliputi komponen sebagai berikut: Dasar
hukum; persyaratan; sistem, mekanisme, dan prosedur; jangka waktu
penyelesaian; biaya/ tarif; produk pelayanan; sarana, prasarana, dan/ atau fasilitas;
kompetensi pelaksana; pengawasan internal; penanganan pengaduan, saran,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
masukan; jumlah pelaksana; jaminan pelayanan yang memberikan kepastian
pelayanan dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan; jaminan keamanan dan
keselamatan pelayanan dalam bentuk komitmen untuk memberikan rasa aman,
bebas dari bahaya, dan risiko keragu-raguan; dan evaluasi kinerja pelaksana.
Mengenai efektivitas pelayanan publik dalam kepengurusan Kartu
Keluarga oleh pegawai Kecamatan Masaran akan dikaji berdasarkan Undang-
Undang Pelayanan Publik No 25 Tahun 2009, komponen atau indikator standar
pelayanan dalam menyelenggarakan pelayanan publik adalah sebagai berikut:
1) Dasar hukum
Dasar hukum terselenggaranya pelayanan publik dalam kepengurusan
Kartu Keluarga di Kecamatan Masaran didasarkan pada Keputusan Bupati
Sragen No 36 Tahun 2002 tentang Penjabaran Uraian Tugas Jabatan
Struktural dan Fungsional pada Pemerintah Kecamatan yaitu pada Pasal 4
yang menyebutkan tugas dari Camat adalah melaksanakan pelimpahan
sebagian wewenang pemerintahan dari Bupati Sragen yang salah satu
tugasnya adalah menerbitkan Kartu Keluarga.
2) Persyaratan
Persyaratan merupakan suatu hal yang penting dan harus dipenuhi oleh
warga masyarakat dalam kepengurusan Kartu Keluarga. Persyaratan dalam
pembuatan Kartu Keluarga berdasarkan Peraturan Presiden No 25 Tahun 2008
tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil
untuk penerbitan Kartu Keluarga baru bagi penduduk dilakukan setelah
memenuhi syarat, antara lain: Izin tinggal tetap bagi orang asing; Fotocopy
atau menunjukkan kutipan akta nikah/ akta perkawinan; Surat keterangan
pindah/ surat keterangan pindah datang bagi penduduk yang pindah dalam
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; Surat keterangan datang dari
luar negeri yang diterbitkan oleh instansi pelaksana bagi warga negara yang
datang dari luar negeri karena pindah. Sedangkan perubahan Kartu Keluarga
karena penambahan anggota keluarga dalam Kartu Keluarga bagi penduduk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
yang mengalami kelahiran dilakukan setelah memenuhi syarat, antara lain:
Kartu Keluarga lama dan kutipan akta kelahiran.
Berdasarkan hasil wawancara tentang persyaratan yang diperlukan dalam
pembuatan Kartu Keluarga di Kecamatan Masaran dengan Bapak Edi Widodo
S. STP, M. Si pada tanggal 17 Oktober 2011 pukul 09.15 WIB mengatakan
bahwa ”Untuk KK baru pindah itu surat pindah dari daerah asal kemudian
minta pengantar dari desa, kalau untuk pembaharuan KK itu dari desa dengan
minta surat pengantar desa ditambah KK lama dan biodata perubahan seperti
akte lahir atau ijazah”.(CL 1). Hal ini juga disampaikan oleh Bapak Yandi
Setiawan selaku operator pelaksana dalam pembuatan Kartu Keluarga pada
tanggal 7 November 2011 pukul 13.00 WIB mengatakan bahwa ”Untuk KK
baru itu KK yang lama atau KK yang salah dilampiri ijazah atau akte
kelahiran dari pemerintahan yang resmi, kalau untuk KK yang menambah
anak itu KK lama dan surat formulir biodata anak dari kelurahan”.(CL 6).
Sedangkan berdasarkan hasil wawancara dengan warga masyarakat
tentang syarat dalam pembuatan Kartu Keluarga mereka sudah memenuhi
syarat tersebut. Seperti hasil wawancara dengan Bapak Wakiman Abdul
Salam pada tanggal 30 Oktober 2011 Pukul 10.15 WIB mengatakan
bahwa ”KK lama sama pengantar dari kelurahan”.(CL 9). Hal ini juga
disampaikan oleh Bapak Sahid pada tanggal 30 Oktober 2011 pukul 10.45
WIB ”KK lama sama pengantar dari kelurahan mbak”.(CL 10). Hal tersebut
juga dikuatkan oleh Bapak Narman pada tanggal 18 November 2011 pukul
09.45 WIB bahwa ”Cuma KK lama sama pengantar dari kelurahan”.(CL 13).
Hal demikian juga diungkapkan oleh Bapak Mujiyanto pada tanggal 23
November 2011 pukul 11.30 WIB bahwa ”Pengantar dari kelurahan sama KK
lama mbak”.(CL 17). Hal yang sama juga diungkapkan oleh Bapak Sugino
pada tanggal 23 November 2011 pukul 12.30 WIB bahwa ”Pengantar dari
kelurahan sama KK lama”.(CL 20).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Jadi untuk persyaratan dalam pembuatan Kartu Keluarga di Kecamatan
Masaran sudah sesuai dengan ketentuan yang ada.
3) Prosedur
Prosedur adalah tata cara yang telah dibakukan bagi pemberi dan
penerima layanan. Untuk prosedur atau tata cara dalam pembuatan Kartu
Keluarga menurut Peraturan Presiden No 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan
dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil meliputi:
a) Penduduk warga negara Indonesia wajib melaporkan kepada kepala desa/
lurah dengan menyerahkan persyaratan yang telah ditentukan;
b) Proses penerbitan atau perubahan Kartu Keluarga di desa/ kelurahan
dilakukan dengan tata cara sebagai berikut:
(1) Penduduk mengisi dan menandatangani formulir permohonan Kartu
Keluarga.
(2) Petugas registrasi mencatat dalam buku harian peristiwa
kependudukan dan peritiwa penting.
(3) Petugas registrasi melakukan verifikasi dan validitasi data penduduk
(4) Kepala desa/ lurah menandatangani formulir formulir permohonan
Kartu Keluarga.
(5) Kepala desa/ lurah/ petugas registrasi meneruskan berkas formulir
permohonan Kartu Keluarga kepada Camat sebagai dasar proses
penerbitan atau perubahan Kartu Keluarga di Kecamatan.
c) Proses penerbitan atau perubahan Kartu Keluarga di Kecamatan,
dilakukan dengan tata cara:
(1) Petugas melakukan verifikasi dan validitasi data penduduk.
(2) Camat menandatangani formulir permohonan Kartu Keluarga.
(3) Petugas menyampaikan formulir permohonan Kartu Keluarga yang
dilampiri dengan kelengkapan berkas persyaratan kepada instansi
pelaksana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
d) Penerbitan atau perubahan Kartu Keluarga di instansi pelaksana,
dilakukan dengan tata cara:
(1) Petugas melakukan perekaman data ke dalam data base
kependudukan.
(2) Kepala instansi pelaksana menerbitkan dan menandatangani Kartu
Keluarga.
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan di Kecamatan Masaran
pada tanggal 6 Januari 2012 warga masyarakat yang mengurus Kartu
Keluarga di Kecamatan Masaran telah melakukan prosedur atau mekanisme
sesuai peraturan yang telah ditetapkan. Sedangkan dari hasil wawancara
dengan beberapa warga masyarakat tentang prosedur dalam pengurusan Kartu
Keluarga mereka tidak mengalami kesulitan seperti hasil wawancara pada
Bapak Supriyanto pada tanggal 16 November 2011 pukul 14.10 WIB
mengatakan bahwa ”Ya mudah tidak terlalu sulit”.(CL 12). Hal yang sama
juga diungkapkan oleh Bapak Widiarto pada tanggal 23 November 2011
pukul 12.15 WIB mengatakan bahwa ”Ya mudah”.(CL 19). Hal tersebut juga
diungkapkan oleh Bapak Setumaryanto pada tanggal 24 November 2011
pukul 10.15 WIB mengatakan ”Ya mudah”.(CL 21). Hal serupa juga
diungkapkan oleh Bapak Sumardi SE pada tanggal 1 Desember 2011 pukul
12.35 WIB mengatakan ”Mudah mbak”.(CL 28). Hal senada juga
diungkapkan oleh Bapak Jiman pada tanggal 1 Desember 2011 pukul 13.00
WIB bahwa ”Mudah”.(CL 29). Hal tersebut juga diperkuat oleh Bapak Wayan
Suletra pada tanggal 2 Desember 2011 pukul 15.30 WIB mengatakan ”Ya
mudah”.(CL 32). Hal ini juga diungkapkan oleh Ibu Mugi Lestari pada
tanggal 6 Januari 2012 pukul 10.35 WIB ”Mudah”.(CL 42). Hal yang sama
juga dikemukakan oleh Bapak Alex pada tanggal 9 Januari 2012 pukul 11.50
WIB ”Mudah”.(CL 55). Hal tersebut juga dikuatkan berdasarkan wawancara
dengan Bapak Loso Siswanto pada tanggal 10 Januari 2012 pukul 11.00
WIB ”Mudah”.(CL 60). Hal yang sama juga didapat berdasarkan wawancara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
dengan Bapak Sunardi pada tanggal 11 Januari 2012 pukul 10.45
WIB ”Mudah”. (CL 71). Warga masyarakat juga sudah melakukan prosedur
yang telah ditentukan yakni meminta pengantar dari kelurahan atau desa
dengan dilampiri syarat-syarat yang telah ditentukan, kemudian dilanjutkan ke
Kecamatan.
Hal ini juga didapat berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Edi
Widodo S.STP. M.Si pada tanggal 17 Oktober 2011 pukul 09.15 WIB
mengatakan bahwa ”Prosedur untuk KK baru pindah itu surat pindah dari
daerah asal kemudian minta pengantar dari desa, kalau untuk pembaharuan
KK itu dari desa dengan minta surat pengantar desa ditambah KK lama dan
biodata perubahan seperti akte lahir dan ijazah”.(CL 1). Jadi dari hasil
wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa prosedur dalam pembuatan Kartu
Keluarga di Kecamatan Masaran dimulai dari desa yang kemudian mengurus
ke kecamatan. Pegawai Kecamatan Masaran mensosialisasikan prosedur
pembuatan Kartu Keluarga melalui pertemuan di Kelurahan yang nantinya
akan disampaikan melalui pertemuan RT yang kemudian disampaikan kepada
warga. Hal ini berdasarkan wawancara dengan Bapak Yandi Setiawan pada
tanggal 7 November 2011 pukul 13.00 WIB mengatakan bahwa ”Biasanya
kami memberikan melalui kelurahan yang kemudian disampaikan melalui RT
agar masyarakat mengetahui tentang prosedur tersebut”.(CL 6).
Pegawai Kecamatan Masaran mensosialisasikan prosedur dalam
pengurusan Kartu Keluarga hanya 1 minggu sekali atau 1 bulan sekali. Hal
tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Yandi Setiawan pada
tanggal 7 November 2011 pukul 13.00 WIB mengatakan bahwa ”Biasanya 1
minggu sekali tapi sebisa mungkin warga itu sudah tahu tentang hal itu”.
(CL6). Hal tersebut dikuatkan berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak
Edi Widodo S. STP, M. Si pada tanggal 7 Februari 2012 pukul 08.00 WIB
mengatakan bahwa ”Ya, kadang 1 minggu sekali kadang juga 1 bulan sekali”.
(CL 4).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Akan tetapi bagi masyarakat yang kurang antusias dalam pembuatan Kartu
Keluarga dan belum paham tentang prosedur dalam pembuatan Kartu
Keluarga mereka menggunakan jasa Bayan atau petugas kelurahan. Dengan
melalui petugas kelurahan atau Bayan mereka beranggapan tidak akan repot
untuk pergi ke kecamatan mengurus Kartu Keluarga sendiri. Selain itu mereka
juga beranggapan akan menghemat energi dan waktunya bisa untuk bekerja.
Padahal apabila mereka menggunakan jasa Bayan atau petugas kelurahan juga
memberikan uang jasa atau uang bensin.
Jadi dilihat dari prosedur dalam pengurusan Kartu Keluarga sudah sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan namun masih ada warga masyarakat
yang belum paham dan kurang antusias dalam pembuatan Kartu Keluarga di
Kecamatan Masaran. Maka sosialisasi yang dilakukan oleh petugas
Kecamatan Masaran belum dapat dikatakan efektif karena hanya 1 minggu
sekali atau 1 bulan sekali.
4) Jangka Waktu Penyelesaian.
Setiap pelayanan dalam mengurus surat-surat seperti Kartu Keluarga (KK)
terdapat jangka waktu yang telah ditentukan. Berdasarkan hasil penelitian
yang peneliti peroleh jangka waktu dalam penyelesaian Kartu Keluarga di
Kecamatan Masaran adalah 3 sampai 5 hari. Jangka waktu tersebut didasarkan
pada kebijakan di Kecamatan Masaran. Seperti pada wawancara yang
dikemukakan oleh Bapak Edi Widodo S.STP, M.Si pada tanggal 29 Oktober
2011 pukul 08.20 WIB bahwa ”Waktu normalnya 3 sampai 5 hari sesuai
dengan kebijakan di kecamatan”.(CL 2). Namun apabila pemohon Kartu
Keluarga banyak maka petugas kecamatan memberikan jangka waktu 1
minggu, seperti yang dikemukakan oleh Bapak Yandi Setiawan pada tanggal
7 November 2011 pukul 13.00 WIB bahwa ”Tergantung dari pemohon KK.
Misalnya apabila pemohon KK pada hari ini banyak atau padat maka
membutuhkan waktu yang lama. Tapi biasanya kami memberikan jangka
waktu selama 1 minggu”.(CL 6).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Namun setelah peneliti melakukan wawancara dengan beberapa warga
masyarakat, mereka mengaku ada yang mengurus Kartu Keluarga
membutuhkan waktu 2 minggu bahkan ada yang sampai 1 bulan. Hal ini
berdasarkan wawancara dengan masyarakat seperti yang diungkapkan oleh
Ibu Karyati pada tanggal 27 November 2011 pukul 09.45 WIB menyatakan
bahwa ”2 minggu”.(CL 22). Hal ini juga diungkapkan oleh Ibu Ariyani pada
tanggal 27 November 2011 pukul 12.00 WIB mengatakan ”2 minggu”.(CL27).
Hal itu juga diungkapkan oleh Ibu Tri Hartati pada tanggal 27 November
2011 pukul 11.30 WIB menyatakan bahwa waktu yang diperlukan dalam
mengurus Kartu Keluarga adalah ”1 bulan mbak”.(CL 25). Hal ini juga
diungkapkan oleh Ibu Arini pada tanggal 27 November 2011 pukul 11.45
WIB mengatakan ”Saya sampai 1 bulan mbak”.(CL 26). Hal ini diperkuat
oleh jawaban Ibu Pariyah pada tanggal 10 Januari 2012 pukul 13.15 WIB
mengatakan ”1 bulan”.(CL 64). Sedangkan berdasarkan wawancara dengan
Bapak Suratno pada tanggal 10 Januari 2012 pukul 09.45 WIB
mengatakan ”24 hari”.(CL 56). Begitu juga yang diungkapkan oleh Bapak
Abdul Syukur pada tanggal 10 Januari 2012 pukul 10.05 WIB
mengatakan ”24 hari”.(CL 57). Hal ini juga diungkapkan oleh Bapak
Sadiyono pada tanggal 10 Januari 2012 pukul 10.20 WIB mengatakan ”24
hari”.(CL 58). Perbedaan waktu ini disebabkan karena pemohon Kartu
Keluarga yang padat atau banyak, selain itu apabila listrik mati maka
pelayanan untuk Kartu Keluarga dihentikan seperti yang diungkapkan oleh
Bapak Yandi Setiawan pada tanggal 6 Februari 2012 pukul 13.00 WIB
mengemukakan bahwa ”Itu tergantung antrian bila pemohon KK membludak
maka waktu yang diperlukan juga lama karena kita harus menginput data satu
persatu, selain itu apabila listrik mati kami juga tidak bisa melayani karena
sistem online”.(CL 8). Dengan adanya perbedaan waktu dalam pengurusan
Kartu Keluarga di Kecamatan Masaran itulah yang menyebabkan masyarakat
tidak mau repot dalam mengurus Kartu Keluarga dan lebih cepat apabila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
menggunakan jasa pegawai kelurahan khususnya bagi mereka yang tinggal
jauh dari Kecamatan Masaran.
Jadi dilihat dari komponen atau indikator jangka waktu penyelesaian
dalam pembuatan Kartu Keluarga ini pelayanan yang ada belum dapat
dikatakan efektif karena waktu yang diperlukan untuk mengurus Kartu
Keluarga bukan didasarkan pada kebijakan yang telah ditentukan, namun
berdasarkan banyaknya pemohon Kartu Keluarga.
5) Biaya/ Tarif
Biaya merupakan ongkos yang dikenakan kepada penerima layanan dalam
mengurus dan memperoleh pelayanan. Berdasarkan Undang-Undang No 25
Tahun 2009 Pasal 31 tentang biaya/ tarif pelayanan publik, ayat 2
menyebutkan ”Biaya/ tarif pelayanan publik yang merupakan tanggung jawab
negara dibebankan kepada negara, apabila diwajibkan dalam peraturan
perundang-undangan”. Biaya yang dibebankan kepada negara, antara lain
pembuatan KTP dan Akta Kelahiran. Kemudian dalam Pasal 31 ayat 3
menyebutkan bahwa ”Biaya/ tarif pelayanan publik selain yang diwajibkan
oleh peraturan perundang-undangan dibebankan kepada penerima pelayanan
publik”. Sedangkan dalam Peraturan Presiden No 25 Tahun 2008 tentang
Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil, dalam
Pasal 108 ayat 1 menyebutkan ”Biaya pelayanan pendaftaran penduduk dan
pencatatan sipil di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia ditetapkan
dengan peraturan daerah masing-masing”.
Dari uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa biaya/ tarif
dalam kepengurusan Kartu Keluarga di Kecamatan Masaran dibebankan
kepada warga masyarakat yang jumlahnya ditentukan oleh peraturan daerah
yang telah dibuat. Untuk peraturan daerah yang menetapkan biaya/ tarif
pembuatan Kartu Keluarga dicantumkan dalam Perda No 25 Tahun 2003
tentang Penggantian Biaya Cetak dan Kartu Keluarga yaitu sebesar Rp 3.000.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Namun data yang peneliti peroleh berdasarkan hasil wawancara peneliti
dengan Kasi Pemerintahan Bapak Edi Widodo S.STP,M.Si tanggal 29
Oktober 2011 pukul 08.20 WIB menyatakan bahwa ”Kalau pada peraturannya
Rp 3.000 namun masyarakat ditarik Rp 7.000”.(CL 2). Hal ini juga dikuatkan
dengan jawaban dari Bapak Yandi Setiawan pada tanggal 10 November 2011
pukul 12.45 WIB bahwa ”Pada aturannya Rp 3.000 tapi warga masyarakat
dibebani Rp 7.000”.(CL 7). Masyarakat dikenai biaya Rp 7.000 dengan
rincian Rp 3.000 untuk disetorkan ke kabupaten sedangkan sisanya untuk kas
kecamatan, di mana uang tersebut nantinya juga digunakan untuk
pembangunan di masyarakat seperti yang diungkapkan oleh Bapak Edi
Widodo S. STP, M. Si pada tanggal 7 Februari 2012 pukul 08.00 WIB
mengemukakan bahwa ”Rinciannya Rp 3.000 untuk kas daerah, dan sisanya
untuk kas kecamatan di mana uang tersebut nantinya akan digunakan untuk
pembangunan masyarakat”.(CL 4).
Sedangkan data yang peneliti peroleh berdasarkan hasil wawancara
dengan beberapa warga masyarakat antara warga masyarakat yang satu
dengan yang lain mereka dikenai biaya yang berbeda-beda. Bahkan soal biaya
ini berdasarkan wawancara dengan masyarakat ada yang mengaku diberi
tawaran mau yang cepat atau biasa. Kalau cepat maka biayanya juga mahal.
Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Yulianto pada tanggal 11 Januari 2012
pukul 11.15 WIB mengatakan bahwa ”Tergantung mbak, kalau mau kilat ya
biayanya nambah”.(CL 72). Selain itu berdasarkan wawancara peneliti dengan
Ibu Sumiyati pada tanggal 16 November 2011 pukul 13.35 WIB mengatakan
bahwa ”Saya membayar Rp 10.000 mbak”.(CL 11). Hal ini juga diungkapkan
oleh Bapak Supriyanto pada tanggal 16 November 2011 pukul 14.10 WIB
mengatakan bahwa ”Waktu itu saya minta cepat bayarnya Rp 10.000,
kebetulan juga saya kenal sama petugasnya”.(CL 12). Hal tersebut sama
seperti yang diungkapkan oleh Ibu Choirudin pada tanggal 27 November 2011
pukul 10.10 WIB mengemukakan ”Rp 10.000”.(CL 23). Sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
berdasarkan wawancara dengan Bapak Karno pada tanggal 23 November
2011 pukul 11.45 WIB mengatakan ”Rp 15.000.(CL 18). Hal tersebut juga
dikuatkan berdasarkan wawancara dengan Bapak Judi tanggal 2 Desember
2011 pukul 15.00 WIB mengatakan ”Rp 15.000”.(CL 31). Hal tersebut juga
diungkapkan oleh Bapak Toha pada tanggal 2 Desember 2011 pukul 15.45
WIB mengatakan ”Rp 15.000”.(CL 33). Hal yang sama juga diungkapkan
oleh Bapak Purwito pada tanggal 3 Desember 2011 pukul 10.35 WIB
mengatakan ”Rp 15.000”.(CL 34). Hal serupa juga diungkapkan oleh Ibu
Surip pada tanggal 10 Januari 2012 pukul 12.00 WIB ”15.000”.(CL 62).
Warga masyarakat juga tidak mengetahui rincian dari biaya itu untuk apa saja
seperti yang dikemukakan oleh Bapak Gito pada tanggal 19 November 2011
pukul 11.35 WIB mengatakan ”Tidak mbak”.(CL 15). Hal tersebut juga
diungkapkan oleh Bapak Widiarto pada tanggal 23 November 2011 pukul
12.15 WIB mengatakan ”Tidak tahu”.(CL 19). Hal yang sama juga
diungkapkan oleh Bapak Subowo pada tanggal 27 November 2011 pukul
10.25 WIB mengatakan ”Tidak, ya yang diminta petugasnya berapa saya
kasih”.(CL 24). Hal senada juga dikatakan oleh Bapak Muhammad tanggal 23
November 2011 pukul 11.15 WIB ”Tidak tahu”.(CL16). Hal serupa juga
diungkapkan oleh Bapak Eko Sugiono pada tanggal 6 januari 2012 pukul
09.30 WIB bahwa ”Tidak tahu”.(CL 41).
Dilihat dari indikator atau komponen tentang biaya atau tarif dalam
pengurusan Kartu Keluarga ini, pelayanan yang diberikan belum dapat
dikatakan efektif karena biaya yang dibebankan kepada warga masyarakat
tidak sesuai peraturan yang telah ditentukan yaitu sebesar Rp 3.000. Hal
tersebut sesuai dengan Perda No 25 Tahun 2003 tentang Penggantian Biaya
Cetak dan Kartu Keluarga, di mana dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa
setiap pemohon Kartu Keluarga dibebani biaya cetak sebesar Rp 3.000. Selain
itu warga masyarakat juga tidak mengetahui rincian dari biaya yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
dibebankan kepada mereka. Dan masih ada warga yang menginginkan
pelayanan cepat dengan membayar lebih ke petugas.
6) Produk Pelayanan
Produk Pelayanan menurut Undang-Undang No 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik yaitu hasil pelayanan yang diberikan dan diterima sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan komponen atau
indikator dari produk pelayanan hasil pelayanannya berupa pelayanan jasa
dalam pembuatan Kartu Keluarga. Hasil pelayanan yang diberikan petugas
Kecamatan Masaran masih ada yang belum sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan, antara lain tentang biaya pembuatan Kartu Keluarga dimana
peraturan yang menyatakan tentang besarnya biaya tersebut tidak dikenakan
kepada warga masyarakat. Pelayanan yang lama juga masih dirasakan oleh
beberapa warga masyarakat di Kecamatan Masaran. Produk pelayanan yang
diberikan kepada warga masyarakat adalah berupa Kartu Keluarga. Hal
tersebut didapat berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Setu pada
tanggal 3 Desember 2011 pukul 11.15 WIB bahwa ”Blangko KK”.(CL 35).
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Bapak Giyanto pada tanggal 5 Januari
2012 pukul 12.00 WIB mengatakan ”Seperti KK mbak”.(CL 37). Hal yang
sama juga diungkapkan oleh Bapak Triyadi pada tanggal 6 Januari 2012 pukul
08.45 WIB mengatakan bahwa ”Kertas besar seperti KK”.(CL 39). Hal senada
juga diungkapkan oleh Ibu Sulasmi pada tanggal 8 Januari 2012 pukul 15.00
WIB mengatakan ”Seperti blangko kertas mbak”.(CL 46). Hal tersebut juga
diperkuat berdasarkan hasil wawancara dengan Kasi Pemerintahan Bapak Edi
Widodo S.STP, M.Si tanggal 17 Maret 2012 pukul 08.00 WIB
mengatakan ”Produk pelayanannya berupa penerbitan KK”. (CL 5).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa produk pelayanan Kartu
Keluarga di Kecamatan Masaran berupa Kartu Keluarga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
7) Sarana, Prasarana, atau Fasilitas
Dalam pelayanan publik sarana atau fasilitas merupakan komponen atau
indikator yang harus ada karena untuk menunjang suatu pelayanan agar
pelayanan tersebut dapat berjalan efektif dan efisien. Berdasarkan Undang-
Undang Pelayanan Publik No 25 Tahun 2009 Pasal 25 ayat 1 menyebutkan
bahwa ”Penyelenggara dan pelaksana berkewajiban mengelola sarana,
prasarana, dan/ atau fasilitas pelayanan publik secara efektif, efisien,
transparan, akuntabel, dan berkesinambungan serta bertanggungjawab
terhadap pemeliharaan dan/ atau penggantian sarana, prasarana, dan/ atau
fasilitas pelayanan publik”. Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan
pada tanggal 8 November 2011 di kantor pelayanan Kecamatan Masaran
sarana dan prasarana yang ada masih terbatas hanya terdapat tiga komputer
saja di kantor pelayanan tersebut di mana satu komputer untuk pelayanan
KTP, sedangkan yang dua untuk pelayanan Kartu Keluarga. Selanjutnya
ruang tunggu yang masih terbatas, pengumuman yang ditempel di papan
pengumuman tidak tertata dengan rapi, terdapat juga pengumuman yang di
tempel diloket pelayanan, selain itu lokasi parkir yang letaknya sangat
berdekatan di depan kantor pelayanan dan bila warga masyarakat yang
membutuhkan pelayanan padat maka kendaraan yang di parkir juga tidak
tertata rapi. Selain itu dalam Undang-Undang No 25 tentang Pelayanan Publik
Pasal 29 ayat 1 menyebutkan ”Penyelenggara berkewajiban memberikan
pelayanan dengan perlakuan khusus kepada anggota masyarakat tertentu
sesuai dengan peraturan perundang-undangan”. Maksud dari ayat tersebut
adalah perlakuan khusus terhadap kelompok rentan, antara lain penyandang
cacat, lanjut usia, wanita hamil, anak-anak, korban bencana alam, dan korban
bencana sosial. Namun di Kecamatan Masaran belum terdapat pelayanan yang
khusus kepada anggota masyarakat tersebut.
Hal tersebut juga diungkapkan oleh Bapak Edi Widodo, S. STP, M. Si
selaku Kasi Pemerintahan pada tanggal 29 Oktober 2011 pukul 08.20 WIB
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
mengatakan bahwa ”Untuk sarana dan prasarana belum maju atau masih
kurang karena masih menggunakan windows 2003 dan hanya memiliki 3
komputer jadi komputer yang ada tidak dapat menampung database
kependudukan yang jumlahnya banyak”.(CL 2). Hal ini juga diperkuat dari
hasil wawancara dengan Bapak Yandi Setiawan pada tanggal 7 November
2011 pukul 13.00 WIB yang mengatakan bahwa ”Kalau soal sarana dan
prasarana kami rasa sudah cukup karena sekarang akses database
kependudukan melalui area lokal network tapi kalau dikatakan sudah maju,
hal ini masih sangat jauh karena sarana yang ada masih terlalu minim dan
sedikit untuk mengolah data kependudukan yang ada”.(CL 6).
Sedangkan berdasarkan wawancara dengan beberapa masyarakat tentang
sarana atau fasilitas di Kecamatan Masaran dari mereka ada yang
mengungkapkan tentang ruang tunggu perlu ditambah lagi dan tempat
pelayanan harus diperluas dan masing-masing pelayanan perlu dipisahkan,
serta tempat parkir yang kurang luas. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Tri
Hartati pada tanggal 27 November 2011 pukul 11.30 WIB mengatakan
bahwa ”Ada mbak, soal ruang tunggu perlu ditambah lagi”.(CL 25). Hal ini
juga diungkapkan oleh Ibu Arini pada tanggal 27 November 2011 pukul 11.45
WIB ”Soal ruang tunggu itu mbak mesti ditambah lagi”.(CL 26). Hal ini juga
diperkuat berdasarkan wawancara dengan Bapak Bambang pada tanggal 8
Januari 2012 pada pukul 13.40 WIB menyatakan bahwa ”Kalau bisa ruang
tunggunya diletakkan di dalam ruang pelayanan jadi kita bisa melihat
langsung pelayanan yang dilakukan oleh petugas”.(CL 44). Hal ini juga
diungkapkan oleh Ibu Parni pada tanggal 9 Januari 2012 pukul 10.35 WIB
bahwa ”Kurang nyaman, kayak ruang tunggunya kurang, harusnya di dalam
dan dikasih AC”.(CL 52).
Sedangkan berdasarkan wawancara dengan Bapak Hadi pada tanggal 1
Desember 2011 pukul 15.10 WIB mengatakan ”Tempat parkirnya kurang jadi
pada waktu banyak yang mengurus surat-surat tempatnya penuh dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
semrawut”.(CL 30). Hal tersebut juga diungkapkan oleh Bapak Kiswanto
pada tanggal 11 Januari 2012 pukul 13.00 WIB mengatakan ”Disediakan
tempat parkir dan kalau bisa ada tukang parkir biar motornya bisa tertata
rapi”.(CL 73). Hal yang sama juga diungkapkan oleh Bapak Darujan pada
tanggal 9 Januari 2012 pukul 09.00 WIB mengatakan bahwa ”Ya kayak ruang
tunggu, terus tempat parkirnya juga, intinya semua fasilitasnya harus
diperbaharui lagi”.(CL 48). Hal tersebut juga diungkapkan oleh Bapak
Suparno pada tanggal 9 Januari 2012 pukul 09.45 WIB mengatakan
bahwa ”Semua sarana perlu diperbaharui”.(CL 50).
Selain itu berdasarkan wawancara dengan Bapak Purwito pada tanggal 3
Desember 2011 pukul 10.35 WIB mengatakan bahwa ”Tempat pelayanannya
dipisah-pisah sama dikasih nomer antrian”.(CL 34). Hal tersebut sama seperti
yang diungkapkan oleh Bapak Eko Sugiono pada tanggal 6 Januari 2012
pukul 09.30 WIB beliau mengatakan bahwa ”Penataan ruangnya ini kurang
mbak, harusnya tempat pelayanannya itu sendiri-sendiri, jadi KTP sendiri, KK
sendiri”.(CL 41). Hal tersebut juga diungkapkan oleh Ibu Windarti pada
tanggal 11 Januari 2012 pukul 10.00 WIB mengatakan bahwa ”Tempatnya
kurang strategis, selain itu harusnya tempat pelayanan itu dipisahkan mana
yang untuk KK, mana yang untuk KTP, dan untuk ijin-ijin lainnya itu
disendirikan”.(CL 69).
Jadi dilihat dari indikator atau komponen sarana atau fasilitas pelayanan di
Kecamatan Masaran belum dapat dikatakan efektif karena masih ada warga
masyarakat yang belum merasa nyaman dengan fasilitas yang ada. Selain itu
belum adanya sarana atau fasilitas bagi kelompok rentan, seperti ibu hamil
dan usia lanjut.
8) Kompetensi Pelaksana
Kompetensi pelaksana adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh
pelaksana, meliputi pengetahuan, keahlian, ketrampilan, dan pengalaman.
Berdasarkan Pasal 34 dalam Undang-Undang No 25 Tahun 2009 tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Pelayanan Publik disebutkan bahwa ”Pelaksana dalam menyelenggarakan
pelayanan publik harus berperilaku sebagai berikut:
(1) Adil dan tidak diskriminatif; (2) Cermat; (3) Santun dan ramah; (4) Tegas, andal, dan tidak memberikan putusan yang berlarut-larut; (5) Profesional; (6) Tidak mempersulit; (7) Patuh pada perintah atasan yang sah dan wajar; (8) Menjunjung tinggi nilai-nilai akuntabilitas dan integritas institusi
penyelenggara; (9) Tidak membocorkan informasi atau dokumen yang wajib dirahasiakan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan; (10) Terbuka dan mengambil langkah yang tepat untuk menghindari benturan
kepentingan; (11) Tidak menyalahgunakan sarana dan prasarana serta fasilitas pelayanan
publik; (12) Tidak memberikan informasi yang salah atau menyesatkan dalam
menanggapi permintaan informasi serta proaktif dalam memenuhi kepentingan masyarakat;
(13) Tidak menyalahgunakan informasi, jabatan, dan/ atau kewenangan yang dimiliki;
(14) Sesuai dengan kepantasan; dan (15) Tidak menyimpang dari prosedur”.
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Edi Widodo S.STP, M.Si pada
tanggal 8 November 2011 pukul 08.25 WIB pelaksana atau petugas yang
melayani dalam pembuatan Kartu Keluarga sudah dapat dikatakan
berkompeten, seperti yang dikemukakan berikut ”Saya rasa sudah, karena
mereka kan lulusan SMA dan sudah mengikuti DIKLAT tentang
kependudukan”.(CL 3). Bila pelaksana atau petugas yang melayani sudah
berkompeten dibidangnya maka pelayanan yang ada akan berjalan dengan
baik. Sedangkan berdasarkan pengamatan peneliti pada tanggal 6 Januari
2012 masih ada petugas yang kurang ramah dalam memberikan pelayanan
kepada warga masyarakat. Untuk pelayanan Kartu Keluarga, petugas
Kecamatan Masaran masih memiliki sikap diskriminatif kepada warga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
masyarakat dengan mendahulukan pelayanan kepada petugas kelurahan tanpa
harus menunggu antrian.
Sementara itu berdasarkan wawancara dengan warga masyarakat tentang
petugas Kecamatan Masaran yang memberikan pelayanan kepada warga
masyarakat masih ada yang bersikap kurang ramah, emosional dan
menjengkelkan seperti hasil wawancara dengan Bapak Supardilan pada
tanggal 19 November 2011 pukul 11.15 WIB menyatakan bahwa ” Ya masih
ada yang emosional mbak mungkin karena mereka punya masalah jadi dibawa
ke kantor”.(CL 14). Hal tersebut juga diungkapkan oleh Ibu Tri Hartati pada
tanggal 27 November 2011 pukul 11.30 WIB menyatakan bahwa ”Ada yang
kurang ramah”.(CL 25). Hal ini juga diperkuat berdasarkan wawancara
kepada Ibu Arini pada tanggal 27 November 2011 pukul 11.45 WIB
bahwa ”Petugasnya judes mbak”.(CL 26). Hal tersebut sama seperti yang
diungkapkan oleh Bapak Eko Sugiono pada tanggal 6 Januari 2012 pukul
09.30 WIB mengatakan bahwa ”Ramah tapi ada juga yang
menjengkelkan”.(CL 41). Hal serupa juga diungkapkan oleh Bapak Suyoto
pada tanggal 8 Januari 2012 pukul 13.00 WIB mengatakan bahwa ”Ramah,
kadang juga menjengkelkan”.(CL 43). Hal yang sama juga diungkapkan oleh
Ibu Lusi pada tanggal 8 Januari 2012 pukul 14.30 WIB bahwa ”Ada yang
ramah ada yang tidak mbak”.(CL 45). Selain itu petugas yang memberikan
pelayanan masih ada yang pilih kasih. Hal tersebut berdasarkan wawancara
dengan Bapak Suwito pada tanggal 9 Januari 2012 pukul 11.15 WIB
mengatakan bahwa ”Pelayanannya mbak, masih pilih kasih mbak”.(CL 54).
Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan warga masyarakat masih
ada yang mengeluhkan adanya pelayanan yang lama, seperti yang
dikemukakan oleh Bapak Hadi pada tanggal 1 Desember 2011 pukul 15.10
WIB menyatakan bahwa ”Pelayanannya lama”.(CL 30). Hal yang sama juga
diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Suratno pada tanggal
10 Januari 2012 pukul 09.45 WIB menyatakan ”Cuma pelayanannya lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
dipercepat lagi”.(CL 56). Hal ini juga dikuatkan oleh Bapak Abdul Syukur
pada tanggal 10 Januari 2012 pukul 10.05 WIB mengatakan ”Sistem
pelayanannya harus diganti karena sangat lamban”.(CL 57). Hal senada juga
diungkapkan oleh Bapak Yulianto pada tanggal 11 Januari 2012 pukul 11.15
WIB mengatakan ”Pelayanannya dipercepat lagi”.(CL 72).
Jadi dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa petugas yang melayani
warga masyarakat saat ini sudah memiliki pengetahuan dan keahlian dalam
kepengurusan Kartu Keluarga yang diperoleh melalui DIKLAT, namun
berdasarkan Pasal 34 Undang-Undang No 25 Tahun 2009 tentang perilaku
pelaksana dalam menyelenggarakan pelayanan publik, petugas yang
memberikan pelayanan Kartu Keluarga di Kecamatan Masaran belum sesuai
dengan indikator atau komponen tersebut karena masih ada petugas yang
kurang ramah dan bersikap diskriminatif kepada warga masyarakat. Selain itu
petugas yang memberikan pelayanan Kartu Keluarga di Kecamatan Masaran
belum mampu memberikan pelayanan yang cepat kepada warga masyarakat
karena masih ada warga yang mengeluhkan tentang pelayanan yang lambat
atau lama.
9) Penanganan Pengaduan, Saran dan Masukan
Berdasarkan Undang-Undang No 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan
Publik pada Pasal 36 ayat 1 menyebutkan ”Penyelenggara berkewajiban
menyediakan sarana pengaduan dan menugaskan pelaksana yang kompeten
dalam pengelolaan pengaduan”. Yang dimaksud dengan sarana pengaduan,
antara lain nomor telepon, pesan layanan singkat atau sms, alamat website,
pos email, dan kotak pengaduan. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada
tanggal 8 November 2011 di kantor pelayanan Kecamatan Masaran belum
terdapat kotak pengaduan namun sudah terdapat kotak saran, tetapi kotak
tersebut tidak diletakkan di kantor pelayanan melainkan di kantor pegawai
dan staf Kecamatan Masaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Sedangkan berdasarkan wawancara peneliti dengan Bapak Edi Widodo
S.STP, M.Si pada tanggal 8 November 2011 pukul 08.25 WIB mengatakan
bahwa ”Langsung kepetugas yang melayani”.(CL 3). Keluhan masyarakat
tersebut biasanya masalah waktu, seperti yang diungkapkan oleh Bapak Yandi
Setiawan pada tanggal 7 November 2011 pukul 13.00 WIB mengemukakan
bahwa ”Biasanya masalah waktu, bila pemohon KK membludak maka waktu
yang diperlukan juga lama dan biasanya berkas permohonan KK itu kami
kumpulkan lebih dulu kemudian kami lihat persyaratannya. Jika
persyaratannya kurang kami meminta untuk melengkapi kembali dan biasanya
masyarakat merespon kenapa nggak kemarin-kemarin to pak ngomongnya”.
(CL 6). Hal tersebut juga diperkuat berdasarkan wawancara dengan Bapak Edi
Widodo S.STP, M. Si pada tanggal 29 Oktober 2011 pukul 08.20 WIB
mengatakan ”Mengeluhkan soal waktu”.(CL 2).
10) Jumlah Pelaksana
Jumlah pelaksana merupakan faktor pendukung cepat atau tidaknya suatu
pelayanan, selain itu tersedianya pelaksana harus disesuaikan dengan beban
kerja. Bila petugas pelayanannya cukup banyak maka pelayanannya juga
cepat karena pembuatan Kartu Keluarga ini menggunakan sistem online di
mana data kependudukan langsung dimasukan atau ditransfer ke kantor
Catatan Sipil Kabupaten Sragen maka diperlukan petugas pelaksana yang
cukup untuk melayani warga masyarakat yang mengurus Kartu Keluarga.
Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan pada tanggal 8 November
2011 di Kecamatan Masaran hanya memiliki dua petugas operator pembuatan
Kartu Keluarga yang bertugas untuk menginput data kependudukan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Edi Widodo S.STP, M.Si pada
tanggal 29 Oktober 2011 pukul 08.20 WIB tentang kendala yang dihadapi
dalam memberikan pelayanan Kartu Keluarga beliau mengemukakan ”Tenaga
operator yang terbatas”.(CL 2).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
11) Pengawasan Internal
Pengawasan internal dilakukan oleh pimpinan satuan kerja atau atasan
langsung pelaksana. Di dalam Undang-Undang No 25 Tahun 2009 Pasal 35
ayat 2 menyebutkan bahwa ”Pengawasan internal penyelenggaraan pelayanan
publik dilakukan melalui:
(1) Pengawasan oleh atasan langsung sesuai dengan peraturan perundang-
undangan; dan
(2) Pengawasan oleh pengawas fungsional sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Untuk pelayanan di Kecamatan Masaran ada pengawasan dari Kasi
Pemerintahan seperti yang diungkapkan Bapak Edi Widodo S.STP, M.Si pada
tanggal 8 November 2011 pukul 08.25 WIB mengemukakan bahwa ”Ada,
apabila terdapat kendala maka diberikan pengarahan atau penjelasan”.(CL 3).
Pengawasan internal tersebut dilakukan oleh Kasi Pemerintahan kepada
petugas yang melayani warga masyarakat. Pengawasan tersebut dilakukan di
kantor pelayanan Kecamatan Masaran yang biasanya dilakukan satu sampai
dua kali dalam seminggu. Pengawasan tersebut dilakukan untuk mengatasi
kendala yang ada pada saat pelayanan. Misalnya pada waktu membuat Kartu
Keluarga komputer dan printer yang digunakan eror atau terjadi kesalahan
teknis, kemudian prosedurnya sudah sesuai dengan peraturan yang ada atau
belum.
12) Evaluasi Kinerja Pelaksana
Evaluasi merupakan penilaian untuk mengetahui seberapa jauh
pelaksanaan kegiatan pelayanan tersebut. Berdasarkan komponen atau
indikator evaluasi kinerja pelaksana dalam memberikan pelayanan di
Kecamatan Masaran juga diadakan evaluasi untuk menilai kinerja pelaksana.
Dari hasil wawancara peneliti dengan Kasi Pemerintahan Bapak Edi Widodo
S. STP, M. Si pada tanggal 8 November 2011 pukul 08.25 WIB bahwa ”Ada,
untuk setiap kasi dilakukan RAKOR 1 minggu sekali”.(CL 3).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Rakor tersebut biasanya dilakukan pada hari sabtu yang diadakan di
kantor pelayanan atau gedung PKK kantor Kecamatan Masaran dimana dalam
RAKOR tersebut hanya terdiri dari Kasi beserta staf atau pelaksana yang
melayani warga masyarakat. Hal yang dievaluasi yaitu tugas pokok fungsi
dari masing-masing pelaksana atau petugas serta kesulitan atau kendala yang
dialami pada waktu pelayanan. Sedangkan RAKOR yang dihadiri oleh semua
Kasi beserta Camat dilakukan 1 bulan sekali dan hal yang dievaluasi adalah
tugas pokok fungsi masing-masing Kasi serta kinerja dalam pelayanan.
Perbaikan yang telah dilakukan dengan adanya RAKOR tersebut antara lain
adanya kebijakan tentang pelayanan bagi mereka yang membutuhkan Kartu
Keluarga mendadak atau untuk keperluan yang mendesak bisa dipercepat,
bagi petugas yang kinerjanya buruk atau kurang tidak diperbolehkan untuk
menjadi pelaksana atau petugas di dalam kantor pelayanan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik di
Kecamatan Masaran belum dapat dikatakan efektif. Hal ini dapat dilihat dari
syarat dan prosedur dalam pengurusan Kartu Keluarga di Kecamatan Masaran
sudah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan namun masih ada warga
masyarakat yang belum paham dan kurang antusias dalam pembuatan Kartu
Keluarga di Kecamatan Masaran maka sosialisasi yang dilakukan oleh petugas
Kecamatan Masaran belum dapat dikatakan efektif. Kemudian dilihat dari
indikator atau komponen jangka waktu penyelesaian dalam pembuatan Kartu
Keluarga berdasarkan kebijakan dari Kecamatan Masaran adalah 3 sampai 5 hari,
namun berdasarkan hasil wawancara kepada warga masyarakat jangka waktu
penyelesaian Kartu Keluarga sampai satu bulan. Sementara itu dilihat dari
indikator tentang biaya/ tarif yang dibebankan kepada warga masyarakat tidak
sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Lalu dilihat dari sarana dan
prasarana yang ada masih terlalu minim dan ada yang perlu dibenahi lagi.
Kemudian dilihat dari kompetensi pelaksana petugas Kecamatan Masaran yang
memberikan pelayanan Kartu Keluarga sudah memiliki pengetahuan dan keahlian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
dalam kepengurusan Kartu Keluarga, namun belum memiliki perilaku sesuai
Pasal 34 dalam Undang-Undang No 25 Tahun 2009 tentang perilaku pelaksana
dalam menyelenggarakan pelayanan publik karena petugas yang memberikan
pelayanan Kartu Keluarga di Kecamatan Masaran belum mampu memberikan
pelayanan yang cepat kepada warga masyarakat. Selain itu dilihat dari jumlah
pelaksana dalam pembuatan Kartu Keluarga di Kecamatan Masaran hanya
memiliki dua operator.
Dengan adanya pelayanan publik yang belum efektif maka akan
berdampak pada pemenuhan hak warga masyarakat untuk memperoleh pelayanan
yang berkualitas dari penyelenggara pelayanan publik dalam hal ini adalah
pemerintah Kecamatan Masaran. Di dalam Pasal 18 Undang-Undang No 25
Tahun 2009 tentang pelayanan publik disebutkan bahwa hak masyarakat dalam
pelayanan publik adalah ”Mendapat pelayanan publik yang berkualitas sesuai
dengan asas dan tujuan pelayanan publik”.
Sementara itu berdasarkan pada Pasal 4 Undang-Undang No 25 Tahun
2009 tentang Pelayanan Publik, asas pelayanan publik meliputi: Kepentingan
Umum, Kepastian Hukum, Kesamaan Hak, Keseimbangan Hak dan Kewajiban,
Keprofesionalan, Partisipatif, Persamaan Perlakuan/ Tidak Diskriminatif,
Keterbukaan, Akuntabilitas, Fasilitas dan Perlakuan Khusus Bagi Kelompok
Rentan, Ketepatan Waktu, serta Kecepatan, Kemudahan, dan Keterjangkauan.
Apabila dalam penyelenggaraan pelayanan publik belum sesuai dengan
asas dan tujuan dari pelayanan publik maka dapat dikatakan pelayanan yang ada
belum berkualitas maka hak warga masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
yang berkualitas belum dapat terpenuhi. Berdasarkan asas tersebut maka warga
masyarakat berhak mendapat pelayanan yang mendasarkan kepada kepentingan
umum maksudnya bahwa pemberian pelayanan tidak boleh mengutamakan
kepentingan pribadi atau golongan. Pelayanan di Kecamatan Masaran khususnya
dalam pelayanan Kartu Keluarga ditujukan kepada semua warga tanpa ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
pengecualian. Artinya bahwa semua warga Kecamatan Masaran berhak mendapat
pelayanan Kartu Keluarga di Kecamatan Masaran.
Dilihat dari asas kepastian hukum yang artinya bahwa terdapat jaminan
terwujudnya hak dan kewajiban dalam penyelenggaraan pelayanan. Dalam
penyelenggaraan pelayanan harus ada peraturan yang berisi tentang hak dan
kewajiban dari pemberi maupun penerima layanan agar masing-masing pihak
mengetahui hak dan kewajiban yang mereka laksanakan. Bagi warga yang hendak
mengurus Kartu Keluarga di Kecamatan Masaran berhak mendapat pelayanan
yang maksimal dari pegawai Kecamatan Masaran. Sebaliknya pegawai
Kecamatan Masaran memiliki kewajiban untuk menyediakan sarana, prasarana,
dan atau fasilitas pelayanan publik yang mendukung terciptanya iklim pelayanan
yang memadai. Kemudian menempatkan pelaksana yang kompeten, memberikan
pelayanan yang berkualitas, menyusun dan menetapkan standar pelayanan, serta
berpartisipasi aktif dan mematuhi peraturan perundang-undangan yang terkait
dengan penyelenggaraan pelayanan publik seperti yang tercantum pada Pasal 15
Undang-Undang No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
Sementara itu warga masyarakat berkewajiban untuk berpartisipasi aktif
dan mematuhi ketentuan atau peraturan yang terkait dengan penyelenggaraan
pelayanan publik, seperti mengikuti prosedur dan syarat yang telah ditentukan
dalam pengurusan Kartu Keluarga, kemudian membayar biaya yang telah
ditetapkan. Namun hak warga masyarakat yang seharusnya dipenuhi oleh petugas
Kecamatan Masaran belum dapat dirasakan oleh sebagian warga masyarakat. Hal
tersebut diperoleh berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan beberapa warga
masyarakat di mana diantara mereka masih ada yang mengeluhkan pelayanan
yang lama, petugas yang masih pilih kasih dan belum profesional, kemudian
sarana dan prasarana yang perlu diperbaharui serta belum adanya keterbukaan
tentang rincian biaya yang harus dikeluarkan.
Dari hal tersebut dapat juga dikatakan bahwa pelayanan di Kecamatan
Masaran belum sesuai dengan asas keseimbangan hak dan kewajiban yakni
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban
masing-masing pihak. Warga masyarakat yang pernah mengurus Kartu Keluarga
di Kecamatan Masaran sudah melaksanakan kewajiban mereka sebagai penerima
layanan namun pegawai Kecamatan Masaran belum sepenuhnya melaksanakan
kewajibannya sebagai penyelenggara pelayanan publik. Maka dari itu pelayanan
yang berasaskan keseimbangan hak dan kewajiban belum dilaksanakan
sepenuhnya oleh pegawai Kecamatan Masaran sehingga hak warga masyarakat
untuk mendapatkan pelayanan publik yang berkualitas belum terpenuhi.
Sementara itu berdasarkan asas keprofesionalan dimana pelaksana atau
petugas yang memberikan pelayanan harus memiliki kompetensi yang sesuai
dengan bidang tugas. Dalam hal ini petugas yang memberikan pelayanan kepada
warga masyarakat sudah memiliki pengetahuan dan keahlian dalam kepengurusan
Kartu Keluarga namun belum memiliki perilaku sesuai dengan Pasal 34 Undang-
Undang No 25 Tahun 2009 yaitu tentang perilaku pelaksana dalam pelayanan
yang meliputi adil dan tidak diskriminatif; cermat; santun dan ramah; tegas, andal,
dan tidak memberikan putusan yang berlarut-larut; profesional; tidak mempersulit;
patuh pada perintah atasan yang sah dan wajar; serta menjunjung tinggi nilai-nilai
akuntabilitas dan integritas institusi penyelenggara. Maka dapat dikatakan bahwa
pelayanan di Kecamatan Masaran belum menerapkan asas persamaan perlakuan
atau tidak diskriminatif karena masih ada warga yang mengeluhkan pelayanan
yang pilih kasih, sehingga pelayanan yang berkualitas belum dapat dirasakan oleh
warga masyarakat.
Selain itu petugas yang melayani warga masyarakat belum bisa
memberikan pelayanan yang cepat dan tepat waktu. Berdasarkan data yang
peneliti peroleh berdasarkan hasil wawancara dengan Kasi Pemerintahan Bapak
Edi Widodo S.STP, M.Si dan operator dalam pengurusan Kartu Keluarga Bapak
Yandi Setiawan waktu yang diperlukan dalam pembuatan Kartu Keluarga adalah
3 sampai 5 hari namun apabila pemohon Kartu Keluarga banyak atau padat maka
sampai 1 minggu. Namun berdasarkan data yang peneliti peroleh dari hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
wawancara dengan beberapa warga masyarakat masih ada yang mengurus Kartu
Keluarga 2 minggu bahkan sampai 1 bulan. Maka dari itu asas ketepatan waktu
serta kecepatan, kemudahan dan keterjangkauan belum dilaksanakan pada
pelayanan dalam pengurusan Kartu Keluarga di Kecamatan Masaran.
Kemudian mengenai asas tentang fasilitas dan perlakuan khusus bagi
kelompok rentan seperti penyandang cacat, lanjut usia, wanita hamil, korban
bencana alam dan korban bencana sosial belum disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik yakni pegawai Kecamatan Masaran. Maka dari itu hak bagi
kelompok rentan dapat dikatakan belum terpenuhi. Selain itu warga masyarakat
juga berhak untuk mengetahui rincian biaya yang dibebankan kepada mereka
namun pegawai Kecamatan Masaran tidak menjelaskan rincian biaya pengurusan
Kartu Keluarga kepada warga masyarakat. Lalu berdasarkan hasil wawancara
dengan Bapak Edi Widodo S.STP, M.Si tidak ada peran serta warga dalam
penyelenggaraan pelayanan publik. Padahal warga masyarakat berhak untuk
berpartisipasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Dari penjelasan tersebut
maka pelayanan yang diberikan oleh petugas Kecamatan Masaran belum
melaksanakan asas partisipatif dan keterbukaan.
Kemudian berdasarkan asas akuntabilitas yakni proses penyelenggaraan
pelayanan harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan maka penyelenggaraan pelayanan Kartu Keluarga di
Kecamatan Masaran juga harus dapat dipertanggungjawabkan baik kepada warga
masyarakat maupun pemerintah daerah atau kabupaten karena berdasarkan
Keputusan Bupati Sragen No 36 Tahun 2002 tentang Penjabaran Uraian Tugas
Jabatan Struktural dan Fungsional pada Pemerintah Kecamatan yaitu pada Pasal 4
yang menyebutkan tugas dari Camat adalah melaksanakan pelimpahan sebagian
wewenang pemerintahan dari Bupati Sragen yang salah satu tugasnya adalah
menerbitkan Kartu Keluarga.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan yang
diberikan oleh pegawai Kecamatan Masaran selaku penyelenggara pelayanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
publik belum sepenuhnya didasarkan pada asas-asas pelayanan publik. Maka dari
itu pelayanan yang ada dapat dikatakan belum berkualitas sehingga hak warga
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang berkualitas dari pemerintah yakni
pegawai Kecamatan Masaran belum dapat terpenuhi dengan maksimal.
2. Peran Serta Pegawai Kecamatan Masaran Dalam Mewujudkan Tata
Pemerintahan Yang Baik
”Birokrasi adalah merupakan lembaga pemerintah yang menjalankan
tugas pelayanan pemerintahan baik tingkat pusat maupun daerah”. (Harbani
Pasolong, 2007: 68). Untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik perlu pula
adanya peran serta dari para birokrat dalam mewujudkan tata pemerintahan yang
baik salah satunya melalui pelayanan publik. Menurut World Bank dalam Nico
Andrianto (2007: 24) good governance diartikan:
Suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggungjawab serta sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi, dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin anggaran, serta penciptaan legal and political framework bagi tumbuhnya aktivitas usaha. Sementara itu menurut Menurut Akhmad Setiawan (1998: 12) “Birokrasi
pemerintah pada hakikatnya secara pokok berfungsi mengatur dan melayani
masyarakat”.
Dan peran serta pegawai Kecamatan Masaran dalam mewujudkan tata
pemerintahan yang baik antara lain sebagai berikut:
a. Menjalankan Tugas Pokok Fungsi, sesuai peraturan yang berlaku.
Dalam suatu organisasi memiliki struktur organisasi di mana masing-
masing jabatan dalam struktur tersebut memiliki tugas dan fungsi masing-masing.
Tugas tersebut diatur dalam Peraturan Bupati Sragen Nomor 50 Tahun 2009
tentang Penjabaran Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja Pemerintah Kecamatan
Kabupaten Sragen. Dalam penyelenggaraan pelayanan publik di Kecamatan
Masaran setiap pegawai mendasarkan pada tugas dan tanggung jawab yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
dimiliki. Untuk tugas yang berkaitan dengan laporan dan data kependudukan
merupakan tugas dari Kasi Pemerintahan. Kasi Pemerintahan berperan dalam
mensosialisasikan syarat dan prosedur tentang pembuatan Kartu Keluarga melalui
desa atau kelurahan. Hal ini berarti pegawai Kecamatan Masaran telah memiliki
peran dalam mewujudkan tata pemerintahan yang baik melalui sosialisasi tentang
syarat dan prosedur dalam pembuatan Kartu Keluarga.
b. Menjadi Abdi Masyarakat.
Menurut HAW. Widjaja (2007: 67) bahwa “Aparatur negara harus
menanamkan jiwa pengabdian kepada bangsa, negara, dan pemerintah sebagai
abdi masyarakat dan abdi negara. Dan untuk mewujudkan tata pemerintahan yang
baik pegawai Kecamatan Masaran harus memberikan pelayanan sesuai dengan
prinsip tata pemerintahan yang baik. Untuk menjadi abdi masyarakat pegawai
Kecamatan Masaran harus melaksanakan prinsip-prinsip good governance dalam
melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya.
Pegawai Kecamatan Masaran sudah terbuka tentang syarat dan prosedur
dalam pembuatan Kartu Keluarga. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh
Bapak Yandi Setiawan pada tanggal 6 Februari 2012 pukul 13.00 WIB
mengemukakan bahwa ”Misalnya prosedur tentang pembuatan Kartu Keluarga itu
melalui desa”.(CL 8). Namun belum terbuka tentang biaya, jangka waktu
penyelesaian, hak pemberi dan penerima pelayanan karena beberapa warga
masyarakat tidak mengetahui secara pasti akan hal itu.
Selain itu sebagai abdi masyarakat pegawai Kecamatan Masaran sudah
dapat merespon kebutuhan dan masalah yang dihadapi warga masyarakat. Seperti
yang diungkapkan oleh Bapak Yandi Setiawan pada tanggal 7 November 2011
pukul 13.00 WIB bahwa ”Kami melihat kepentingan dari pemohon KK misalnya
apabila ada masyarakat yang sakit dan ingin memperoleh jamkesmas, kan juga
perlu KK, kami bisa membantu”.(CL 6). Selain itu berdasarkan wawancara
dengan Bapak Edi Widodo S.STP, M. Si pada tanggal 7 Februari 2012 pukul
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
08.00 WIB mengatakan bahwa ”Kalau ada pengaduan ditanggapi dengan
baik”.(CL 4).
Namun pegawai Kecamatan Masaran belum menjadi abdi masyarakat
yang melaksanakan prinsip kesetaraan dan keadilan dalam melayani warga
masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan wawancara dengan Bapak
Hadi pada tanggal 1 Desember 2011 pukul 15.10 WIB mengatakan ”Belum”.(CL
30). Hal yang sama juga diungkapkan oleh Bapak Suwito pada tanggal 9 Januari
2012 pukul 11.15 WIB mengatakan bahwa ”Pelayanannya mbak, masih pilih
kasih mbak”.(CL 54). Sementara itu dalam pengambilan setiap keputusan di
Kecamatan Masaran tidak mengikutsertakan aspirasi dari warga masyarakat,
namun diambil berdasarkan kebijakan dari pimpinan. Hal tersebut dapat dilihat
berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Edi Widodo S.STP, M. Si pada
tanggal 7 Februari 2012 pukul 08.00 WIB ”Tidak ada peran serta
masyarakat”.(CL 4).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peran serta pegawai
Kecamatan Masaran dalam mewujudkan tata pemerintahan yang baik melalui
pelayanan publik masih kurang dan belum maksimal karena pegawai Kecamatan
Masaran hanya terbuka tentang syarat dan prosedur sedangkan biaya, waktu, hak
dan kewajiban penyelenggara maupun penerima pelayanan publik belum
dipublikasikan kepada warga masyarakat. Selain itu dalam setiap pengambilan
keputusan dalam penyelenggaraan pelayanan publik tidak mengikutsertakan
warga masyarakat dan hanya didasarkan pada kebijakan yang telah ditentukan
pimpinan atau Camat. Sedangkan dalam memberikan pelayanan kepada warga
masyarakat masih adanya perlakuan yang pilih kasih atau diskriminatif. Namun
pegawai Kecamatan Masaran sudah dapat merespon kebutuhan warga masyarakat
yang memerlukan pelayanan yang mendesak.
c. Meningkatkan kualitas diri
Dalam melaksanakan tugas untuk melayani warga masyarakat pegawai
Kecamatan Masaran juga harus dapat menggunakan teknologi yang ada dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
melalui kependidikan dan pelatihan yang telah disediakan guna meningkatkan
kinerja mereka sebagai aparatur birokrasi yang melayani warga masyarakat. Hal
tersebut diungkapkan berdasarkan wawancara dengan Bapak Yandi Setiawan
pada tanggal 7 November 2011 pukul 13.00 WIB mengatakan ”Berkomunikasi
dengan baik dan dapat menggunakan teknologi”.(CL 6).
Kependidikan dan pelatihan yang selama ini didapat oleh pegawai
kecamatan khususnya yang melayani dalam kepengurusan Kartu Keluarga hanya
mencakup bagaimana cara menginput data secara online atau dapat dikatakan
hanya pada proses pembuatannya saja, namun untuk sikap atau bagaimana
perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada warga masyarakat belum
ada dalam kependidikan dan pelatihan tersebut. Kependidikan dan pelatihan
tersebut diberikan kurang lebih selama 1 bulan dan memberikan kemanfaatan
bagi petugas yang melayani warga masyarakat, seperti yang awalnya belum tahu
bagaimana cara menginput data secara online dengan adanya kepelatihan tersebut
maka pegawai kecamatan khususnya petugas yang melayani pengurusan Kartu
Keluarga bisa melayani warga masyarakat yang membutuhkan pelayanan Kartu
Keluarga. Hal tersebut diperoleh berdasarkan wawancara dengan Bapak Yandi
Setiawan pada tanggal 7 November 2011 pukul 13.00 WIB ”Ya jelas, kalau
seandainya saya tidak dapat pelatihan pasti saya juga tidak bisa mengoperasikan
komputer atau menginput data”. (CL 6).
Sementara itu berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan di
Kecamatan Masaran peran serta pegawai Kecamatan Masaran dalam mewujudkan
tata pemerintahan yang baik belum maksimal. Hal ini dilihat dari kurangnya
kerjasama diantara pegawai dalam memberikan pelayanan kepada warga
masyarakat. Mereka yang tidak bertugas sebagai pelaksana dalam melayani warga
masyarakat di kantor pelayanan, apabila mereka tidak ada pekerjaan maka
diantara pegawai hanya duduk dan mengobrol padahal di kantor pelayanan masih
banyak warga yang mengantri membutuhkan pelayanan. Selain itu pada waktu
apel pagi masih ada pegawai yang tidak tertib yaitu tidak menggunakan atribut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
yang lengkap seperti topi. Lalu masih ada pegawai yang kurang disiplin dengan
datang tidak tepat waktu dan tidak mengikuti apel pagi. Kemudian tidak semua
pegawai Kecamatan Masaran dapat menggunakan teknologi yang ada seperti
komputer.
Dari uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa peran serta pegawai
Kecamatan Masaran dalam mewujudkan tata pemerintahan yang baik masih
kurang karena belum menjadi abdi masyarakat yang melaksanakan prinsip good
governance dengan tidak mengikutsertakan warga masyarakat dalam mengambil
setiap keputusan. Selain itu kerjasama diantara pegawai Kecamatan Masaran juga
masih kurang dan masih ada pegawai yang tidak disiplin serta belum dapat
memanfaatkan teknologi yang ada.
3. Kendala Yang Dihadapi Pegawai Kecamatan Masaran Dalam Memberikan
Pelayanan Publik Kepada Warga Masyarakat
Dalam hal memberikan pelayanan publik kepada warga masyarakat
khususnya dalam kepengurusan Kartu Keluarga di Kecamatan Masaran
mengalami beberapa kendala. Kendala atau hambatan tersebut dapat berasal dari
pemohon Kartu Keluarga atau pihak Kecamatan Masaran sendiri.
Mengenai kendala yang dihadapi pegawai Kecamatan Masaran dalam
memberikan pelayanan publik kepada warga masyarakat, antara lain sebagai
berikut:
a. Kendala dari masyarakat.
Masyarakat merupakan pihak yang merasakan atau menerima pelayanan
dari pemerintah. Kendala yang berasal dari pemohon Kartu Keluarga atau warga
masyarakat dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Masih adanya masyarakat yang belum berpartisipasi dalam pemerintahan atau
kurang antusias dalam pemerintahan.
Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan partisipasi warga
masyarakat dalam pengurusan Kartu Keluarga di Kecamatan Masaran masih
kurang karena warga masyarakat masih beranggapan kalau mengurus Kartu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Keluarga repot dan memerlukan waktu lama. Warga lebih menggunakan
waktunya untuk bekerja, dan lebih senang menggunakan jasa Bayan atau
petugas kelurahan, meskipun mereka harus mengeluarkan uang lebih atau
memberi uang transport kepada Bayan atau petugas kelurahan tersebut. Hal
ini juga di dapat berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Edi Widodo
S.STP, M.Si pada tanggal 7 Februari 2012 pukul 08.00 WIB bahwa ”Itu ya
karena mereka kurang berpartisipasi dan antusias dalam membuat Kartu
Keluarga dan menganggap KK itu tidak penting”.(CL 4). Hal ini juga
diungkapkan oleh Bapak Yandi Setiawan pada tanggal 6 Februari 2012 pukul
13.00 WIB bahwa ”Mungkin karena mereka sibuk kerja”.(CL 8).
2) Jarak tempuh dari rumah warga ke Kecamatan Masaran
Kendala yang kedua yakni jarak tempuh yang harus dilalui warga. Bagi
warga yang tinggal di sekitar Kecamatan Masaran seperti warga yang tinggal
di Kelurahan Masaran, Jati, Krikilan, Gebang, dan Kelurahan Pringanom,
kebanyakan dari warga masyarakat mengurus Kartu Keluarga sendiri tanpa
perantara atau jasa petugas kelurahan atau Bayan. Namun bagi warga yang
tinggal jauh dari Kecamatan Masaran seperti mereka yang tinggal di
Kelurahan Krebet, Sepat, Jirapan, Dawungan, Sidodadi, Pilang, Kliwonan,
dan Kelurahan Karangmalang lebih praktis apabila menggunakan jasa petugas
kelurahan meskipun mereka harus memberikan uang lebih atau uang transport.
Hal ini berdasarkan pengamatan peneliti pada waktu pengambilan sampel,
warga yang tinggal jauh dari Kecamatan Masaran masih banyak yang
menggunakan jasa petugas Kelurahan atau Bayan.
3) Masih ada warga masyarakat yang belum paham tentang prosedur dan syarat
dalam membuat Kartu Keluarga.
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Yandi Setiawan pada tanggal 7
November 2011 pukul 13.00 WIB mengemukakan bahwa ”Secara garis besar
70-80% masyarakat sudah tahu tentang prosedur pencarian KK, namun untuk
secara rinci hanya 50% yang mengetahuinya”.(CL 6). Dari hasil wawancara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sosialisasi yang dilakukan
pegawai Kecamatan Masaran belum maksimal sehingga masih banyak warga
masyarakat yang belum memahami syarat dan prosedur dalam pembuatan
Kartu Keluarga.
b. Kendala dari Kecamatan Masaran.
Kendala dalam memberikan pelayanan kepengurusan Kartu Keluarga
tidak hanya berasal dari warga masyarakat saja, namun juga dari petugas
Kecamatan Masaran itu sendiri. Kendala tersebut dapat dikaji sebagai berikut:
1) Tenaga operator yang terbatas.
Dalam pembuatan Kartu Keluarga tenaga operator bertugas untuk
menginput data kependudukan ke Catatan Sipil Kabupaten Sragen. Untuk
operator pembuatan Kartu Keluarga di Kecamatan Masaran masih terbatas
karena hanya ada dua orang operator yang mengurusi pelayanan Kartu
Keluarga. Hal ini berdasarkan wawancara dengan Bapak Edi Widodo S. STP,
M. Si pada tanggal 29 Oktober 2011 pukul 08.20 WIB bahwa ”Tenaga
operator yang terbatas, sehingga memasukan database kekomputer
membutuhkan waktu yang lama”.(CL 2).
2) Adanya gangguan operasional, seperti listrik mati dan jaringan server putus.
Sistem pelayanan Kartu Keluarga di Kecamatan Masaran menggunakan
sisitem online dimana petugas atau operator pembuatan Kartu Keluarga hanya
menginput database kependudukan ke Catatan Sipil Kabupaten Sragen.
Kendala yang kedua dalam pelayanan Kartu Keluarga yaitu apabila listrik
mati dan jaringan server putus, maka pelayanan dalam pembuatan Kartu
Keluarga diberhentikan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak Yandi
Setiawan pada tanggal 7 November 2011 pukul 13.00 WIB menyatakan
bahwa ”Apabila jaringan server putus sehingga tidak dapat diakses, bila listrik
mati”.(CL 6). Hal ini juga diungkapkan oleh Bapak Edi Widodo S.STP, M.Si
pada tanggal 29 Oktober 2011 pukul 08.20 WIB bahwa ”Pada waktu
memberikan pelayanan kadang mati lampu”.(CL 2).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
3) Kurangnya sarana dan prasarana.
Sarana dan prasarana merupakan faktor penunjang dalam suatu pelayanan,
begitu juga halnya dengan pelayanan Kartu Keluarga di Kecamatan Masaran
sarana dan prasarana juga ikut mempengaruhi jalannya pelayanan dalam
kepengurusan Kartu Keluarga, bila pemohon Kartu Keluarga meningkat maka
waktu yang diperlukan lama. Hal ini karena minimnya alat atau sarana untuk
membuat Kartu Keluarga. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Edi Widodo
pada tanggal 29 Oktober 2011 pukul 08.20 WIB bahwa ”Sarana dan prasarana
belum maju atau masih kurang karena hanya memiliki tiga komputer jadi
komputer yang ada tidak dapat menampung database kependudukan”. (CL 2).
Hal ini diperkuat berdasarkan wawancara dengan Bapak Yandi Setiawan pada
tanggal 7 Novemebr 2011 pukul 13.00 WIB bahwa ”Tapi kalau dikatakan
sudah maju, hal ini masih sangat jauh karena sarana yang ada masih terlalu
minim atau sedikit untuk mengolah data kependudukan yang ada”.(CL 6).
Kinerja yang baik tidak hanya dilihat pada waktu mereka memberikan
pelayanan kepada warga masyarakat tetapi dapat juga dilihat dari upaya-upaya
yang dilakukan oleh pemerintah Kecamatan Masaran agar tidak terjadi kendala
dalam memberikan pelayanan publik kepada warga masyarakat. Apabila kendala
tersebut terjadi maka pihak Kecamatan Masaran melakukan upaya-upaya yaitu
segera diperbaiki apabila terjadi kesalahan teknis dan lebih meningkatkan
pelayanan yang lebih baik lagi seperti yang diungkapkan oleh Bapak Edi Widodo
S.STP, M.Si pada tanggal 29 Oktober 2011 pukul 09.15 WIB bahwa ”Ya
meningkatkan pelayanan yang ada dan diperbaiki apabila terjadi kesalahan
teknis”.(CL 2). Hal ini juga diungkapkan oleh Bapak Yandi Setiawan pada
tanggal 7 November 2011 pukul 13.00 WIB mengatakan bahwa ”Kami hadapi
dengan kepala dingin dan meningkatkan pelayanan yang lebih baik lagi, serta
memberikan solusi yang terbaik atas keluhan masyarakat”.(CL 6).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
C. Temuan Studi
Berdasarkan data penelitian di atas peneliti menemukan beberapa temuan
studi yaitu:
1. Efektivitas Kinerja Pegawai Kecamatan Masaran Dalam Memberikan
Pelayanan Publik Kepada Warga Masyarakat Khususnya Dalam Kepengurusan
Kartu Keluarga
Kinerja pegawai Kecamatan Masaran dalam memberikan pelayanan
publik kepada warga masyarakat dalam kepengurusan Kartu Keluarga di
Kecamatan Masaran belum dapat dikatakan efektif sepenuhnya karena
berdasarkan misi dari Kecamatan Masaran yakni mengoptimalkan fungsi
kelembagaan dan aparatur pemerintah untuk memberikan pelayanan prima belum
terwujud, dan belum memuaskan warga masyarakat melalui pelayanan yang
diberikan. Kepuasan masyarakat merupakan faktor penting untuk mengukur
apakah pelayanan yang diberikan sudah efektif atau belum. Hal ini sejalan dengan
yang diungkapkan oleh Fery Anggoro Suryokusumo (2008: 15)
bahwa ”Efektivitas memfokuskan pada tingkat pencapaian terhadap tujuan
organisasi publik, tingkat pelayanan dan derajat kepuasan masyarakat merupakan
salah satu ukuran efektivitas”.
Pelayanan publik yang berkualitas pada dasarnya merupakan hak bagi
setiap warga masyarakat. Maka dari itu tugas pemerintah pada umumnya dan
khususnya pegawai Kecamatan Masaran agar dapat meningkatkan sumber daya
manusia maupun sarana atau fasilitas yang dapat menunjang dan mewujudkan
pelayanan yang memuaskan warganya. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh
Kasmir dalam Harbani Pasolong (2008: 133) menyatakan bahwa ”Pelayanan yang
baik adalah kemampuan seseorang dalam memberikan pelayanan yang dapat
memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan standar yang ditentukan”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
2. Peran Serta Pegawai Kecamatan Dalam Mewujudkan Tata Pemerintahan
Yang Baik
Pelayanan publik dan tata pemerintahan yang baik memiliki hubungan
yang saling berkaitan. Untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik (good
governance) salah satu caranya melalui penyelenggaraan pelayanan publik
dimana pemerintah daerah diberi kewenangan oleh pemerintah pusat untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan melalui sistem desentralisasi.
Dalam satuan kerja di lingkungan pemerintahan, terdapat pembagian tugas yang
umumnya didasarkan pada fungsi serta tanggungjawabnya masing-masing
sebagai abdi masyarakat dimana tugas dan fungsi tersebut didasarkan pada aturan
yang ada. Untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik perlu adanya
kerjasama antara pegawai yang satu dengan yang lainnya di dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat. Hal ini sejalan dengan pendapat Pryudi
Atmosudirdjo yang dikutip oleh Harbani Pasolong (2008: 67) bahwa:
a. Birokrasi sebagai suatu tipe organisasi. Sebagai suatu tipe organisasi tertentu, birokrasi cocok untuk melaksanakan dan menyelenggarakan suatu macam pekerjaan yang terikat pada peraturan-peraturan yang bersifat rutin, artinya volume pekerjaan besar akan tetapi sejenis dan bersifat berulang-ulang, dan pekerjaan yang memerlukan keadilan merata dan stabil.
b. Birokrasi sebagai sistem Yang artinya adalah suatu sistem kerja yang berdasar atas tata hubungan kerjasama antara jabatan-jabatan (pejabat-pejabat) secara langsung kepada persoalannya dan secara formal serta jiwa tanpa pilih kasih atau tanpa pandang bulu.
c. Birokrasi sebagai jiwa kerja Dalam hal ini merupakan jiwa kerja yang kaku, sebab cara bekerjanya seolah-olah seperti mesin, ditambah lagi dengan disiplin kerja yang ketat dan sedikitpun tidak mau menyimpang dari apa yang diperintahkan atasan atau yang telah ditetapkan peraturan-peraturan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
3. Kendala Yang Dihadapi Pegawai Kecamatan Masaran Dalam Memberikan
Pelayanan Publik Kepada Warga Masyarakat
Dalam memberikan pelayanan publik kepada warga masyarakat petugas
Kecamatan Masaran mengalami beberapa kendala. Kendala tersebut tidak hanya
berasal dari petugas Kecamatan Masaran yang memberikan pelayanan publik
tetapi juga dari masyarakat selaku penerima pelayanan publik. Adapun kendala
yang ditimbulkan dari warga masyarakat antara lain, masih ada masyarakat yang
belum berpartisipasi dan kurang antusias dalam pemerintahan, jarak yang harus
ditempuh warga masyarakat untuk sampai ke Kecamatan Masaran, serta masih
ada warga masyarakat yang kurang paham tentang prosedur dalam kepengurusan
Kartu Keluarga. Sedangkan kendala dari pihak Kecamatan Masaran antara lain,
terbatasnya tenaga operator sehingga untuk memasukan database kependudukan
ke komputer membutuhkan waktu yang lama, apabila listrik mati dan jaringan
server putus karena dalam membuat Kartu Keluarga menggunakan sistem online.
Serta kurangnya sarana dan prasarana dalam pembuatan Kartu Keluarga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan peneliti di lapangan dan analisis
yang telah dilakukan peneliti maka dapat ditarik kesimpulan untuk menjawab
perumusan masalah yang ada. Adapun kesimpulan penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Efektivitas kinerja pegawai Kecamatan Masaran dalam memberikan
pelayanan publik kepada warga masyarakat khususnya dalam kepengurusan
Kartu Keluarga belum efektif, sehingga hak warga masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan publik yang berkualitas belum terpenuhi. Hal ini
dapat dilihat dari efektivitas pelayanannya dengan menggunakan indikator
atau komponen standar pelayanan publik menurut Undang-Undang No 25
Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik antara lain sebagai berikut:
a. Prosedur
Masih ada warga masyarakat yang belum paham tentang mekanisme atau
prosedur dalam pembuatan Kartu Keluarga di Kecamatan Masaran dan
kurang antusias dalam pembuatan Kartu Keluarga karena pegawai
Kecamatan Masaran melakukan sosialisasi tentang prosedur dalam
pengurusan Kartu Kelurga hanya 1 minggu sekali atau 1 bulan sekali.
Maka sosialisasi yang dilakukan petugas Kecamatan Masaran belum
dapat dikatakan efektif.
b. Jangka Waktu Penyelesaian
Jangka waktu penyelesaian dalam pembuatan Kartu Keluarga di
Kecamatan Masaran tidak didasarkan pada kebijakan yang telah
ditentukan, namun berdasarkan banyaknya pemohon Kartu Keluarga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
c. Biaya/ Tarif
Indikator atau komponen tentang biaya atau tarif dalam pengurusan Kartu
Keluarga di Kecamatan Masaran belum sesuai dengan Perda No 25
Tahun 2003 tentang Penggantian Biaya Cetak dan Pelayanan Kartu
Keluarga yaitu sebesar Rp 3.000.
d. Sarana, Prasarana, atau Fasilitas
Sarana atau fasilitas pelayanan di Kecamatan Masaran masih kurang dan
perlu dibenahi lagi karena masih ada warga masyarakat yang belum
merasa nyaman dengan fasilitas yang ada. Selain itu belum adanya sarana
atau fasilitas bagi kelompok rentan, seperti ibu hamil dan usia lanjut.
e. Kompetensi Pelaksana
Petugas yang melayani warga masyarakat sudah memiliki pengetahuan,
dan keahlian dalam kepengurusan Kartu Keluarga, namun perilaku
pelaksana dalam menyelenggarakan pelayanan publik di Kecamatan
Masaran belum sesuai dengan Undang-Undang No 25 Tahun 2009 karena
masih ada petugas yang kurang ramah dan bersikap diskriminatif kepada
warga masyarakat. Selain itu petugas yang melayani pembuatan Kartu
Keluarga belum mampu memberikan pelayanan yang cepat kepada warga
masyarakat.
f. Jumlah Pelaksana
Jumlah pelaksana dalam pembuatan Kartu Keluarga di Kecamatan
Masaran hanya memiliki dua petugas operator kepengurusan Kartu
Keluarga yang bertugas menginput data kependudukan.
2. Peran serta pegawai Kecamatan Masaran dalam mewujudkan tata
pemerintahan yang baik adalah sebagai berikut:
a. Menjalankan tugas pokok fungsi (tupoksi) dengan sebaik-baiknya.
b. Menjadi abdi masyarakat.
c. Meningkatkan kualitas diri sebagai pelayan masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
3. Kendala yang dihadapi pegawai Kecamatan Masaran dalam memberikan
pelayanan publik kepada warga masyarakat adalah sebagai berikut:
a. Dari masyarakat, meliputi:
1) Masih adanya masyarakat yang belum berpartisipasi dalam
pemerintahan atau kurang antusias dalam pemerintahan
2) Jarak tempuh dari rumah warga ke Kecamatan Masaran
3) Masih ada warga masyarakat yang belum paham tentang prosedur dan
syarat dalam membuat Kartu Keluarga.
b. Dari pegawai Kecamatan Masaran, meliputi:
1) Terbatasnya tenaga operator
2) Adanya gangguan operasional, seperti listrik mati dan jaringan server
putus
3) Kurangnya sarana dan prasarana.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan atas jawaban yang telah dirumuskan di atas yang
berkaitan dengan efektivitas pelayanan publik dan implikasinya terhadap
pemenuhan hak warga guna mewujudkan tata pemerintahan yang baik, dapat
menimbulkan implikasi sebagai berikut:
1. Pelayanan publik yang diberikan petugas Kecamatan Masaran kepada warga
masyarakat dapat dikatakan belum efektif sepenuhnya karena masih ada
warga yang belum puas akan kinerja petugas dalam memberikan pelayanan.
Dengan begitu maka petugas Kecamatan Masaran berusaha untuk
meningkatkan pelayanan yang ada agar warga masyarakat puas dengan
pelayanan yang diberikan.
2. Setelah mengetahui peran serta pegawai Kecamatan Masaran dalam
mewujudkan tata pemerintahan yang baik maka petugas Kecamatan Masaran
juga harus meningkatkan pelayanan publik kepada warga masyarakat dengan
menjalankan prinsip-prinsip untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
agar pelayanan publik dapat berjalan efektif, sehingga hak warga negara untuk
mendapatkan pelayanan publik yang berkualitas dari pemerintah dapat
terpenuhi dan dirasakan oleh warga masyarakat.
3. Dalam memberikan pelayanan publik kepada warga masyarakat juga terdapat
kendal-kendala yang dialami oleh petugas Kecamatan Masaran maka dengan
demikian petugas Kecamatan Masaran harus dapat mengatasi kendala tersebut.
C. Saran
1. Bagi Kecamatan Masaran:
a. Meningkatkan sosialisasi tentang syarat dan prosedur dalam pembuatan
Kartu Keluarga kepada warga masyarakat.
b. Memberikan pelayanan yang cepat kepada warga masyarakat.
c. Memberikan pelayanan yang terbuka kepada warga masyarakat tentang
biaya dalam pembuatan Kartu Keluarga.
d. Perlu tambahan sarana, prasarana atau fasilitas seperti ruang tunggu yang
luas dan nyaman, tempat parkir yang luas dan adanya tukang parkir agar
tertata dengan rapi, serta fasilitas bagi kelompok rentan, seperti ibu hamil
dan usia lanjut.
e. Memberikan pelayanan dengan ramah dan tidak diskriminatif kepada
warga masyarakat.
f. Perlu tambahan petugas pelaksana dalam pembuatan Kartu Keluarga.
2. Bagi warga masyarakat, hendaknya ikut berpartisipasi aktif dalam
penyelenggaraan pelayanan publik dan mematuhi peraturan atau prosedur
yang berlaku agar tercipta pelayanan publik yang berkualitas, serta
mengawasi kinerja pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada warga
masyarakat.
3. Bagi pemerintah daerah, hendaknya pemerintah daerah ikut mengawasi
jalannya pelayanan publik yang diberikan kepada warga masyarakat.
Top Related