Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah merupakan suatu benda yang berbentuk tiga dimensi, yang tersusun dari
masa padat, cair dan gas yang terdapat di permukaan bumi. Tanah juga merupakan hasil
pelapukan batuan. Faktor yang mempengaruhi proses pembentukan dan keberadaannya
yaitu bahan induk, iklim, topografi, organisme, waktu, vegetasi, dan lain-lain. Untuk
mendeskripsikan suatu tanah dapat dilihat dari sifatnya. Sifat tanah sendiri dapat
digolongkan menjadi tiga kategori diantaranya sifat fisik, sifat kimia dan biologi tanah.
dengan pengujian dari ketiga kategori tersebut akan diketahui ciri-ciri suatu tanah dan
tingkat kesuburannnya.
Dasar ilmu tanah adalah suatu ilmu yang mempelajari mengenai dasar-dasar
ilmu tanah yang didalamnya dipelajari mengenai struktur, tekstur, konsistensi, porositas
tanah, faktor pembentuk tanah, berat isi dan berat jenis suatu tanah, proses terjadinya
tanah, serta indikator tanah yang baik untuk lahan pertanian. Suatu tanah dikatakan
sebagai tanah yang baik apabila drainase tanahnya baik dan tidak mengeras seusai
dilakukan panen, segera menyerap air hujan dan tidak terjadi penggenangan air
dipermukaan tanah, mampu menyimpan air selama musim kering, tahan terhadap erosi
dan kemungkinan untuk kehilangan unsur hara kecil, menunjang kehidupan baik yang
berada didalam tanah maupun di permukaan tanah. Upaya untuk mendapatkan tanah yang
sehat dan baik untuk lahan pertanian yang dapat menghasilkan produksi tanaman yang
tinggi, maka dapat dilakukan melalui pengolahan lahan secara praktis dengan cara
mengoptimalkan proses-proses seperti yang dijumpai pada tanah alami. Dengan
demikian, tanaman yang ditanam pada tanah tersebut dapat tumbuh dan berkembang
secara baik sesuai yang diinginkan.
Pada praktikum yang telah dilakukan di dusun Kekep, Kota Batu, telah
dilakukan pengamatan sifat tanah mulai dari sifat fisik tanah, sifat kimia tanah, sifat
biologi tanah dan pedologi tanah. Kemudian dilakukan pengamatan mengenai
penggunaan lahan tersebut, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat tanah yang
ada sehingga dapat diketahui tingkat kesuburan tanah, dan potensial lahan dalam
pengolahan dan pemanfaatannya.
Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 2
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan laporan akhir praktikum lapang ini adalah sebagai
berikut.:
1. Mengetahui hubungan kondisi biofisik dan fisiografi terhadap tingkat biodiversitas
tanah.
2. Mengetahui hubungan pengelolaan dan penggunaan lahan terhadap tingkat kesuburan
tanah.
3. Untuk menganalisis hasil deskripsi dan klasifikasi profil tanah.
4. Mengetahui pengaruh sifat fisik, kimia, dan biologi serta morfologi tanah terhadap
bahaya erosi dan longsor.
Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 3
BAB II
METODOLOGI
2.1 Tempat dan Waktu
Kegiatan praktikum lapang Dasar Ilmu Tanah (DIT) dilaksanakan di dusun Kekep
Kota Batu, pada hari Minggu tanggal 16 Desember 2012.
2.2 Alat, Bahan dan Fungsi
1. Pos Pedologi
A. Alat Penggali
Sekop
Untuk menggali lubang penampang/profil tanah dengan membuat sisi
penampang tegak lurus ke bawah tergantung dari penampang profil yang
digunakan.
B. Deskripsi tanah
1. Pisau lapang
Untuk menarik garis atau menandai batas lapisan, perbedaan warna, mengambil
gumpalan tanah untuk melihat struktur, tekstur; gumpalan bahan kasar
(konkresi), selaput liat; mengiris perakaran, dan mengambil contoh tanah.
2. Buku munsell soil colour chart
Sebagai pedoman untuk menetapkan warna tanah dan semua gejala karatan
yang terdapat di dalam penampang.
3. Botol semprot berisi air
Sebagai pedoman untuk menetapkan warna tanah dan semua gejala karatan
yang terdapat di dalam penampang.
4. Meteran jahit
Untuk mengukur kedalamana horizon tanah.
5. Sabuk profil
Untuk dapat membedakan horizon yang satu dengan yang lainnya.
6. Form pengamatan
Untuk mencatat pengamatan yang diperoleh sebagai bahan untuk membuat
laporan.
7. Alat tulis
Untuk mencatat hasil pengamatan
8. Kamera
Untuk pengambilan dokumentasi/gambar hasil pengamatan penampang profil.
Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 4
2. Pos Biologi
1. Tali rafia, untuk membuat batasan frame yang akan diamati
2. Kayu kecil atau ranting, untuk membuat batasan frame yang akan diamati
3. Alat tulis, untuk mencatat hasil pengamatan
4. Frame, untuk menentukan vegetasi yang berada di lahan tersebut.
3. Pos Kimia
1. Indikator universal, untuk mengukur pH tanah
2. Fial film, untuk tempat tanah yang akan diuji.
3. Aquades, untuk larutan penentu PH.
4. Pos Fisika
1. Alat tulis, untuk mencatat hasil pengamatan dan penjelasan dari asisten
pendamping.
2. Klinometer alat yang digunakan untuk mengetahui kemiringan lereng.
2.3 Langkah-Langkah Deskripsi Tanah
1. POS PEDOLOGI
A. Horizon Tanah
Siapkan alat-alat yang akan digunakan (survey set)
Buat batas berdasarkan kenampakan perbedaan yang jelas
Lihat perbedaan warna dari singkapan tanah
Lihat dengan jarak dekat untuk membedakan warna
Buatlah garis antar warna yang berbeda dengan pisau
Setelah horizon ditentukan, Letakkan meteran tegak lurus bidang profil tanah
Pasang sabuk profil
Foto bidang profil yang diamati
Catat hasil dan diskripsi pada kartu profil tanah
Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 5
B. Kemantapan Agregat
C. Tekstur Tanah
D. Struktur Tanah
E. Warna Tanah
Ambil sampel tanah pada horizon yang paling bawah
Tetesi dengan air kemudian rasakan teksturnya
menggunakan ibu jari dan telunjuk
Rasakan apakah licin/halus/kasar
Tentukan tekstur
Ambil sampel tanah bagian atas dan bawah
Identifikasi struktur yang ada di atas tanah dan di bawah tanah
Klasifikasikan struktur tanah tersebut
Penentuan warna tanah didasarkan pada penarikan batas horizon
Ambil sampel masing-masing disetiap horizon
Cocokkan sampel pada Munsell Soil Color Chart
Catat hasil warna yang didapatkan
Gunakan pisau lapang untuk menusuk-nusuk bidang profil tanah
Rasakan perbedaan kepadatan antar horizon (keras/lunak,
sulit/mudah ditembus oleh ujung pisau)
Untuk mengetahui kemantapan agregat tanah, maka gunakan pijatan
dengan menggunakan jari. Apabila agregat tanah mudah pecah berarti
sampel tanah kurang mantap, sebaliknya apabila agregat sukar untuk pecah
maka tanah tersebut memiliki struktur yang mantap.
Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 6
F. Konsistensi Tanah
2. POS BIOLOGI
Ambil sampel tanah
Untuk konsistensi lembab langsung rasakan konsistensinya
Buat gulungan cincin (mudah patah/bisa dibuat gulungan)
Kelekatannya pada ibu jari dan telunjuk (licin/lekat)
Klasifikasikan konsistensi tersebut
Untuk Konsistensi basah beri sedikit air
Dan lakukan langkah yang sama seperti diatas
Siapkan alat dan bahan yang digunakan
Buat frame (tali rafia) 50x50 cm
Letakkan pada lokasi yang telah ditentukan
Amati jenis vegetasi yang ada dalam frame (tali rafia)
Hitung jumlah organisme dan vegetasi dan tulis dalam tabel
pengamatan.
Lakukan hal yang sama untuk pengamatan jumlah
seresah, makro organisme dan kascing
Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 7
3. POS KIMIA
A. pH Tanah
B. Defisiensi Unsur
Amati vegetasi yang ada pada lahan pengamatan
Identifikasi tanaman yang kekurangan unsur hara
Catat hasil pengamatan
Siapkan alat dan bahan
Ambil sedikit tanah
Masukkan ke dalam fialfilm
Masukkan larutan penentu pH ke dalam botol plastik yang berisi tanah
Jumlah larutan kira-kira sama dengan jumlah tanah berdasarkan isi
Tutup rapat fial film
Kocok sebanyak 20 kali
Biarkan hingga tanah mengendap dan cairan diatasnya bening
Celupkan ujung lakmus ke dalam cairan
Bandingkan warna kertas pH dengan deretan pada kotak
Baca beberapa pH larutan
Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 8
4. POS FISIKA
2.4 Klasifikasi Tanah
Klasifikasi tanah adalah suatu cara pengelompokan tanah berdasarkan sifat dan
ciri tanah yang sama atau hampir sama, kemudian diberi nama agar mudah dikenal,
diingat, dipahami dan dibedakan dengan tanah-tanah lainnya. Tujuannya untuk
mempermudah mengetahui jenis tanah tersebut. Menurut klasifikasi sistem Soil
Taxonomi (USDA) ada 6 kategori, yaitu:
1. Order
Proses pembentukan tanah seperti yang ditunjukkan oleh ada tidaknya horison penciri
utama
2. Sub Order
Keseragaman genetik. Pembagian Order lebih lanjut berdasarkan atas ada tidaknya
sifat-sifat tanah yang berhubungan dengan pengaruh air, kelembaban tanah, bahan
induk , vegetasi, tingkat dekomposisi bahan organik.
3. Great Group
Pembagian Suborder lebih lanjut berdasarkan kesamaan susunan dan perkembangan
horison, kejenuhan basa, suhu dan kelembaban tanah, ada tidaknya lapisan-lapisan
penciri (plinthite, fragipan, duripan)
4. Sub group
Konsep dasar taksa untuk Great group dan sifat-sifat yang menunjukkan peralihan ke
lain Great group, Suborder dan Order, juga sifat-sifat peralihan ke bukan tanah
5. Family
Kelas ukuran butir rata-rata dari control section atau solum, kelas mineralogi dari
mineral dominan dalam solum, kelas suhu tanah (berdasarkan suhu rata-rata tahunan
tanah pada kedalaman 50 cm).
6. Series
Penyampaian materi erosi
Mahasiswa memahami tujuan kegiatan
Melakukan pengamatan di lapangan dan memahami bentuk-bentuk erosi
Mendiskusikan pencegahan dari fenomena erosi yang terjadi
Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 9
Jenis dan susunan horison, warna, tekstur, struktur, konsistensi, reaksi tanah, sifat-sifat
kimia dan mineralogi
Klasifikasi tanah dimulai dengan menentukan epipedon dan endopedon,
yaitu dengan melihat penciri utama dari profil tanah yang dideskripsikan.
1. Epipedon
Epipedon merupakan horizon permukaan, tetapi tidak sama dengan
horizon A. Mungkin lebih tipis dari horizon A, kemungkinan meliputi horizon B.
Klasifikasi epipedon menurut SOIL TAXONOMY, 1999 :
1. Mollik
Ketebalan : > 10 cm jika menumpang pada batuan keras
1/3 jika solum tidak tebal
25 cm jika jika solum tebal
Tidak keras sekalipun kering (gembur – agak teguh)
Warna gelap ( Value kurang dari 3, kroma kurang dari 3 pada kondisi
lembab. Dan value kurang dari 5 pada kondisi kering)
KB (kejenuhan basa) lebih besar 50%
Bahan Organik (BO) lebih besar 1%, tapi kurang dari 20% jika pasir,
atau kurang dari 30% jika lempung.
Struktur berkembang nyata
2. Antropik
Seperti molik
Kadar fosfat tinggi Karena pengolahan dan pemupukan (anthropos =
manusia).
3. Histik
horizon organic (histos=jaringan) umumnya di daerah gambut tebal > 1 kaki
(±30 cm)
Sering jenuh air.
4. Okrik
Warna lebih muda (ochros = pucat, warna muda)
Kadar BO lebih rendah
Lebih tipis dari molik, umbrik, anthropik atau histik
Keras dan pejal waktu kering.
5. Plagen
Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 10
Mengandung seresah, pupuk kandang dan sampah usaha tani tebal > 50
cm
pengaruh pengolahan tanah yang lama
(plaggen = sod = tanaman sisa-sisa rumput)
6. Umbrik
Warna tua (warna tua = molik)
Seperti molik, tetapi jenuh hydrogen (H=) sehingga nilai KB rendah
(<50%).
7. Melanik
Memiliki ketebalan 30 cm
Memiliki sifat tanah andik
C-Organik 6%
Warna gelap (value dan kroma 2 atau kurang pada kondisi lembab)
8. Folistik
Selalu jenuh air < 30 hari kumulatif dalam satu tahun normal
Horizon organik Kandungan C-Organik : 16% apabila mengandung 60%
liat, atau 8% apabila tidak mengandung liat, atau ditambah (persentase liat
dibagi 7,5)%, apabila mengandung liat > 60%.
2. Endopedon
Endopedon merupakan horizon bawah permukaan. Klasifikasi
endopedon menurut SOIL TAXONOMY, 1999.
1. Kambik
Struktur granuler, gumpal atau tiang, bercampur dengan yang masih
memperlihatkan struktur buatan indu
Mengandung mineral terlapukkan, termasuk alofan atau kaca volkan
(vitrik) (cambiare = menukar)
KTK (Kapasitas Tukar Kation) diatas 16%
Belum ada iluviasi (penimbunan) liat
Seskuioksida (terdiri dari senyawa-senyawa oksida dan hidroksida dari
Fe dan Al. Mineral seskuioksida termasuk senyawa yang sangat stabil.
Besi oksida berasal dari mineral fero-magnesia dari batuan beku atau
bahan metamorfik. pembentukan seskuioksida hanya terjadi pada
lingkungan yang rendah kandungan Si).
Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 11
Tidak tampak selaput liat pada gumpalan/butir tanah
Memiliki tekstur dari pasir, atau lebih halus lagi.
2. Agrik
Horison Iluvial
Akumulasi debu, liat dan humus secara nyata di bawah lapisan
Olah ≤ 15% vol tanah
3. Albik
Liat & oksida besi telah tercuci sehingga meninggalkan pasir dan debu
Warna muda ; value ≥ 4 (lembab) atau ≥ 5 (kering) → albus = albino
biasanya dibawah horizon spodik atau argilik.
4. Argilik
Horison iluviasi liat (Bt), Berselaput liat pada permukaan agregat tanah.
5. Kalsik
Mengandung CaCO3 15% dan tebal lebih dari 15cm
Horizon iluvial.
6. Natrik : Seperti argilik, tetapi:
Berstruktur prismatic dan tiang
BNa tertukar ≥ 15%
pH > 8,5.
7. Oksik
Penggumpalan besi oksida dan/atau Al oksida terhidrat,
Tebal 30 cm dan mengandung 15% liat,
Liat kaolinit (kisi 1:1) (oksik : oksida),
Tidak memiliki sifat horizon argilik.
8. Spodik
Berhorizon (iluviasi = B) dengan penggumpalan humus /seskuiosida,
Tersusun dari bahan spoik (85%).
9. Kandik : Seperti argilik, tetapi :
KTK (Kapasitas Tukar Kation) efektif < 16me/100gram liat,
Ketebalan minimum 18cm,
Tekstur pasir sangat halus atau yang lebih halus lagi.
10. Gipsik
Horison iluviasi dari senyawa gypsum
Ketebalan minimal 15 cm,
Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 12
Tidak ditemukannya sementasi,
Mengandung caso4 tinggi.
11. Sombrik
Berwarna gelap,
Terbentuk karena iluviasi humus tanpa Al dan Na,
KB (Kejenuhan Basa) dan KTK (Kapasitas Tukar Kation) rendah.
12. Salik
Horison yang banyak mengandung garam mudah larut, tebal 15 cm.
13. Placik :
Horison tipis (2-10mm),
Warna hitam sampai merah gelap,
Keras, tersementasi dengan Fe, MN dan BO.
14. Petrokalsik :
Horison iluviasi karbonat atau kalium karbonat,
Pemadasan senyawa karbonat.
15. Petrogipsik :
Horison iluviasi bahan gypsum
Pemadasan senyawa gypsum.
16. Glosik :
Degradasi horizon argilik, kandik atau natrik, dan memiliki ketebalan 5 cm
dengan karateristik. Sebagian bahan penyusun 15-85% hasil eluviasi bahan
albik. Sebagian bahan penyusun hasil iluviasi horizon argilik, kandik atau
natrik.
3. Ordo
Klasifikasi Ordo menurut SOIL TAXONOMY, 1999 :
Histosol : Kandungan bahan organik lebih dari 30% dan tebalnya lebih dari 40
cm.
Andisol : Tanah lain yang mempunyai lapisan dengan sifat andik setebal 35cm
atau lebih pada kedalaman kurang dari 60 cm.
Spodosol : Tanah lain yang memiliki horizon spodik pada kedalaman kurang
dari 2m.
Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 13
Oxisol : Tanah lain yang memiliki horizon oksik pada kedalaman kurang dari
1,5m dan tidak memilaiki horizon argilik.
Vertisol : Tanah lain yang memiliki kandungan liat lebih dari 30% dari semua
horizon, bila kering pecah-pecah sampai kedalaman 50 cm,
strukturnya mebaji.
Aridisol : Tanah lain yang kering lebih dari 6 bulan setiap tahun dan tidak
mempunyai epipedon molik.
Ultisol : Tanah lain yang memiliki horizon argilik dengan KB (pH 8,2)
kurang dari 34% pada kedalaman 1,8 dari permukaan.
Mollisol : Tanah lain yang mempunyai epipedon molik dan KB (pH 7) seluruh
bagian solum tanah lebih dari 50%.
Alfisol : Tanah lain yang mempunyai horizon argilik dengan KB (pH 8,2)
lebih dari 35% pada kedalaman 1,8 dari permukaan.
Inceptisol : Tanah lain yang mempunyai epipedon umbrik, mollik atau plagen
atau mempunyai horizon kambik.
Entisol : Tanah lain (yang mempunyai epipedon ocrikatau histik, atau horizon
albik tetapi tidak punya horizon penciri lain).
Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 14
BAB III
KONDISI UMUM WILAYAH
3.1 Kondisi Biofisik
a. Land Use
Penggunaan lahan di dusun Kekep sebagian besar adalah digunakan sebagai
daerah lahan pertanian yang ditanami tanaman semusim, dengan tanaman yang
mendominasi yaitu tanaman sayur dan buah. Karena daerah tersebut terletak di dataran
tinggi,sehingga suhu di daerah tersebut mendukung pertumbuhan serta perkembangan
tanaman sayur dan buah. Tanaman sayur yang mendominasi pada lahan pertanian
tersebut adalah wortel, sedangkan buah yaitu jeruk. Selain tanaman sayur dan buah,
pada lahan yang diamati diterapkan penggunaan sisten tumpang sari, yaitu penanaman
tanaman jagung dan jahe yang difungsikan sebagai tanaman pagar.
b. Land Cover
Land cover di dusun Kekep secara garis besar di dominasi oleh tanaman
tahunan dan tanaman semusim. Tanaman tahunan adalah bambu dan pohon jeruk
sedangkan tanaman semusim adalah wortel, bunga krisan dan bunga songkok india,
dan rumput-rumputan yang difungsikan sebagai tanaman penutup tanah, serta jagung
dan jahe yang digunakan sebagai tanaman pagar. Keanekaragaman vegetasi yang
tumbuh di lahan menunjukkan bahwa tingkat penggunaan lahan sangat baik. Akan
tetapi tingkat kesuburan tanah masih kurang, hal ini ditunjukkan oleh hasil
pertumbuhan tanaman yang kurang baik, oleh karena itu dibutuhkan bahan organic
dan pupuk yang dapat membuat tanaman tumbuh dengan baik.
c. Tingkat pengolahan
Tingkat pengolahan di dusun Kekep tersebut dapat dikatakan kurang intensif,
karena tata lahan di daerah tersebut tidak dibuat terasering, sehingga potensi untuk
terjadinya erosi lebih besar. Bahaya ini didukung oleh faktor fisik lahan yang
mendukung terjadinya erosi apabila curah hujan meningkat sehingga tata lahan yang
di buat terah-teras sebenarnya baik untuk mengurangi potensi erosi didaerah tersebut.
3.2 Kondisi Fisiografis
Dari hasil pengamatan di dusun Kekep, Kota Batu, dapat diamati bahwa:
Kemiringan lereng : lebih dari 300
Relief/ topografi : landai
Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 15
Dari data kemiringan lereng dan relief di atas dapat diketahui bahwa relief yang landai
(tidak terlalu curam) dapat dijadikan sebagai lahan pertanian, namun tidak semaksimal di
lahan datar, sehingga perlu adanya pengolahan tanah yang intensif. Kondisi tempat yang
berbukit ini juga tidak memungkinkan adanya pemukiman.
Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 16
BAB IV
HASIL DAN PENGAMATAN
4.1 Hasil Deskripsi Lingkungan
Pada pengamatan lahan di pos fisika, sebagian besar lahannya digunakan untuk
pertanian dengan didominasi tanaman wortel dan jagung. Sebenarnya untuk lokasi ini
kurang cocok apabila digunakan sebagai lahan pertanian karena akan menyebabkan
pencucian unsur hara dan tingkat erosi yang tinggi. Hal tersebut diakibatkan oleh tingkat
kemiringan yang sangat curam, apabila turun hujan dengan jumlah yang sangat banyak,
akan mempercepat pencucian unsur hara dan lama kelamaan akan menyebabkan erosi,
sehingga tanaman yang ada diatas akan kekurangan unsur hara. Selain itu erosi juga
disebabkan tidak adanya pohon-pohon besar sebagai penopang.
4.2 Hasil Pengamatan Biodiversitas Tanah
Berdasarkan hasil fieldtrip dari dusun Kekep pada pos kedua yaitu pos biologi
dapat diketahui biodiversitas atau keragaman biologi yang meliputi keberagaman
vegetasi, seresah maupun makroorganisme pada tanah tersebut. Pada pengamatan
vegetasi dilakukan 2 kali pengamatan menggunakan petak contoh. Pada petak contoh
pertama diadakan pengamatan biodiversitas pada vegetasi. Terdapat tanaman wotel
berjumlah 17, tanaman semanggi berjumlah 1, dan rumput badotan berjumlah 2.
Sedangkan pada petak contoh kedua biodiversitas vegetasi ditemukan wortel bejumlah
11, dan rumput badotan berjumlah 2. Dapat diketahui bahwa tanaman wortel
mendominasi karena tanaman wortel tersebut merupakan tanaman budidaya sedangkan
rumput badotan dan semanggi adalah gulma.
Pengamatan biodiversitas yang kedua yaitu pengamatan pada seresah. Pada petak
contoh satu ditemukan daun bambu, ranting bambu, dan seresah dedaunan dengan jumlah
yang sedikit. Pada petak contoh dua tserasah yang ditemukan adalah ranting bambu dan
daun bambu yang berjumlah sedikit lebih banyak dari petak contoh satu. Seresah disini
berperan dalam pembentukan bahan organic tanah.
Pengamatan ketiga adalah pengamatan makroorganisme. Pada petak contoh satu
makroorganisme yang ditemukan antara lain semut yang bejumlah 5 ekor, kelabang 1
ekor, orong-orong 1 ekor, dan cacing 1 ekor. Pada petak contoh dua ditemukan
makroorganisme yaitu semut 3 ekor, cocopet 1 ekor dan laba-laba 1 ekor. Serangga yang
di temukan berperan sebagai hama maupun musuh alami. Hampir keseluruhan serangga
Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 17
yang ditemukan adalah berperan sebagai musuh alami, dan cacing berguna sebagai
decomposer.
4.3 Hasil Pengamatan Tingkat Kesuburan Tanah
Di pos kimia, kami menguji tingkat pH tanahnya. pH tanahnya netral dengan
tingkat pH 6,5 – 7. Meskipun pH nya netral, namun hasil pengamatan yang kami dapat
menunjukkan bahwa vegetasi yang terdapat di lahan tanaman semusim pada pos kimia
mengalami defisiensi unsur hara.
Vegetasi yang terdefisiensi adalah tanaman jagung dan tanaman jahe. Berdasarkan
pengamatan, tanaman jagung terlihat kerdil dan daunnya berwarna ungu-kemerahan.
Gejala-gejala tersebut menandakan bahwa tanaman jagung di pos kimia defisiensi
terhadap unsur fosfor (P). Sementara pada tanaman jahe, terjadinya defisiensi terhadap
unsur hara kalium (K) dimana berdasarkan pengamatan gejala-gejala yang dapat dilihat
pada tanaman jahe tersebut seperti daun yang mengerut namun tidak merata, adanya
bercak kuning kecoklatan pada tepi dan ujung daun.
Pertumbuhan tanaman yang baik, disebabkan tercukupinya unsur hara didalam
tanah yang mendukung pertumbuhan tanaman tersebut. Dengan kata lain, dapat dikatakan
kecukupan akan unsure hara di dalam tanah pada lahan pos kimia adalah tidak cukup atau
sedikit, sehingga vegetasi yang tumbuh diatasnya pun tidak dapat tumbuh dengan
optimal.
4.4 Hasil Deskripsi dan Klasifikasi Profil Tanah atau Pedologi
Pada fieldtrip praktikum dasar ilmu tanah yang bertempat di Dusun Kekep,
diketahui jika tekstur tanah pada pos pedologi di titik dua adalah Liat sedangkan
strukturnya berupa Remahan. Dengan warna tanahnya 7,5 YR 2,5/2. Warna tanah gelap
karena mengandung cukup banyak bahan organik yang berasal dari daun-daun yang
rontok dari pohon bambu dan pohon lain yang ada di daerah itu. Pada konsistensi lembab
tanah tersebut lekat dan pada konsistensi basah tanah tersebut sangat gembur. Hal ini
menyebabkan tanah tersebut mempunyai porositas yang tinggi karena luas permukaannya
besar.
Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 18
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Pengaruh Penggunaan Lahan Terhadap Sifat Fisik Tanah
Penggunaan lahan di dusun Kekep untuk lahan pertanian berpengaruh terhadap sifat fisik
tanah, seperti:
1. Struktur tanah
Kegiatan pengolahan tanah untuk lahan pertanian dengan tujuan
menghancurkan agregat tanah atau mengubah struktur tanah. Semua kerja pembajakan
mengubah struktur tanah. Penggunaan lahan di Dusun Kekep untuk lahan pertanian
bisa mempercepat terjadinya erosi, karena tanaman yang dibudidayakan disana adalah
tanaman semusim yang tajuknya tidak bisa melindungi tanah dari percikan air hujan
dan akar tanaman semusim tidak bisa menahan hanyutnya tanah oleh air hujan,
tanaman semusim tersebut contohnya wortel, bunga krisan, jagung, dan jahe. Selain
itu, erosi disana juga semakin cepat karena kemiringan lereng. Erosi ini bisa
menyebabkan terjadinya perubahan struktur tanah dan bisa menghanyutkan bahan
organik yang ada di permukaan tanah karena pencucian oleh air hujan .
Kegiatan pengolahan tanah untuk lahan pertanian dengan menggunakan
cangkul dapat menghancurkan agregat tanah atau mengubah struktur tanah. Semua
kerja pembajakan mengubah struktur tanah. Kegiatan pengangkatan, pemutaran, dan
pembalikan oleh bajak pembalik menyebabkan tanah berada dalam kondisi agregasi
dan lepas .Akan tetapi, stabilitas agregat tetap tidak berubah. Cangkul, cakram, dan
pemotongan menghancurkan beberapa diantara agregat tanah. Efek penggarapan
jangka panjang (beberapa minggu atau bulan) yang ditimbulkan oleh penghancuran
agregat tanah adalah tanah yang kurang teragregasi dan lebih padat. Lahan garapan
yang terbuka juga menderita gangguan agregat karena dampak curah hujan tanpa
adanya vegetasi penutup. (Foth , 1994)
Tanaman penutup tanah (vegetasi) berperan untuk menjaga agar tanah lebih
aman dari percikan-percikan yang terjadi akibat jatuhnya air hujan ke permukaan
tanah. Selain melindungi dari timpaan titik-titik hujan, vegetasi juga berfungsi untuk
memperbaiki susunan tanah dengan bantuan akar-akar yang menyebar.Pengaruh erosi
pada kesuburan fisik tanah diantaranya adalah terjadinya penghanyutan partikel-
partikel tanah, perubahan struktur tanah, penurunan kapasitas infiltrasi dan
penampungan, serta perubahan profil tanah. (Rudiono, 2008)
Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 19
2. Porositas tanah
Penggarapan lahan mempunyai efek langsung dalam menggemburkan tanah,
meningkatkan aerasi tanah, namun jika dalam penggarapan jangka panjang bisa
menyebabkan terjadinya penurunan agregasi tanah dan tanah menjadi padat,
pemadatan ini membuat ruang pori total menjadi berkurang. Laju infiltrasi air akan
berkurang karena berkurangnya ruang pori total akibat penggunaan lahan menjadi
lahan pertanian tanaman semusim.
Bila hutan atau padang rumput digunakan untuk pertanian, terdapat penurunan
dalam agregasi tanah dan tanah menjadi padat . Pemadatan ini mendesak agregat dan
partikel tanah menjadi lebih mengumpul. Jelaslah bahwa volume total ruangan pori
berkurang dan kerapatan lindak meningkat. Pendesakan partikel-partikel menjadi lebih
berdekatan mengakibatkan penurunan dalam rata-rata ukuran pori. Beberapa ruangan
makropori menyusut ukurannya menjadi mikropori. Hasilnya adalah peningkatan
dalam volume ruangan mikropori. Untuk pasir, hal ini mungkin lebih baik karena
tanah dapat menahan lebih banyak air. Sebaliknya, peningkatan dalam ruangan
mikropori atau ruangan yang terisi air pada tanah yang bertekstur halus pada
umumnya merusak karena berkurangnya aerasi dan pergerakan air. Pengurangan pada
ruang pori total dengan pemadatan diakibatkan oleh pengurangan ruangan mikropori
yang lebih besar dari peningkatan ruangan mikropori. (Foth, 1994)
Laju infiltrasi (masuknya) air hujan dan perkolasinya dalam tanah dipengaruhi
oleh jenis tanaman yang tumbuh diatasnya sebagaimana dikemukakan Pereira cit. Lal
(1979), menunjukkan bahwa rapatnya perakaran tanaman ternyata mendorong laju
infiltrasi air hujan dan laju perkolasinya di dalam tanah. (Hanafiah, 2005)
5.2 Hubungan Kondisi Biofisik dan Fisiografi Terhadap Tingkat Biodiversitas Tanah
Fisiografis adalah deskripsi tentang genesis dan wilayah yang dipandang dari
faktor dan proses pembentukannya. Pengaruh penggunaan lahan pada lahan yang kami
amati berpengaruh terhadap kondisi biofisik dan fisiografi serta tingkat biodiversitas pada
tanah.
Pada sistem pertanian agroforestri seperti tanaman wortel, biodiversitas tanahnya
beragam, karena letak penanaman wortel ini di bawah pohon – pohon musiman, dimana
daun ataupun ranting pohon – pohon tersebut jatuh pada lahan penanaman wortel.
Sehingga lahan tersebut sebagian besar terdapat seresah – seresah yang jumlahnya
sedikit hingga sedang. Semakin banyak seresah, biodiversitas tanahnya akan semakin
Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 20
beragam. Hal ini terjadi karena pada lahan tersebut terdapat seresah – seresah yang
memungkinkan sebagai makanan dari biodiversitas tanah.
Berbeda dengan pertanian agroforestri tanaman musiman seperti jagung dan jahe
tidak terdapat seresah sama sekali, karena letak lahannya yang jauh dari pepohonan yang
menaungi, jadi kemungkinan terdapat seresah sangatlah kecil, biodiversitasnya pun tidak
seragam. Hal ini bisa terjadi karna 2 faktor, yaitu :
1. Kurangnya pemupukan
Pemupukan yang kurang dapat berpengaruh terhadap tingkat biodiversitas lahan, lahan
yang sering di pupuk biodiversitas lahannya semakin beragam karena pemupukan ini
bertujuan untuk menambah unsur hara dalam tanah, dimana unsur hara tersebut
sebagian merupakan makanan bagi biodiversitas tanah.
2. Kekurangan pupuk organik
Kekurangan pupuk organik sangatlah berbahaya bagi tanaman, karena pemberian
pupuk anorganik saja dapat membuat tanaman sulit menyerap unsur hara. Kebanyakan
pupuk anorganik dapat membuat tanah menjadi tidak subur dan unsur haranya kurang.
Sehingga biodiversitas tanahnya pun juga berkurang atau bahkan tidak ada.
Pada lahan yang kami amati, sebagain besar tanamannya disemprot menggunakan
pestisida, hal ini sangat berpengaruh terhadap biodiversitas tanahnya, semakin sering
penggunaan pestisida maka semakin berkurang biodiversitas tanahnya. Hanya lahan –
lahan bagian atas yang dinaungi pohon – pohon yang biodiversitasnya beragam.
Karena selain menggunakan pestisida pada lahan tersebut masih bisa mendapat unsur
hara dari seresah-seresah pohon yang menaunginya, jadi biodiversitas tanahnya pun
masih beragam.
5.3 Hubungan Pengelolaan dan Penggunaan Lahan Terhadap Tingkat Kesuburan
Tanah
Pada praktikum lapang di Dusun Kekep pada post kimia di dapatkan dari hasil
pengamatan yang di lakukan pada lahan budidaya tanaman jagung kekurangan unsur
Phosporus (P) dan tanaman jahe kekurangan unsur hara Kalium (K).
Pada pengamatan kekurangan unsur P pada tanaman jagung dapat dilihat dari tepi
dan tulang daun terdapat warna merah ungu. Unsur P bagi tanaman berfungsi untuk
mempercepat pertumbuhan akar semai, memacu dan memperkuat pertumbuhan tanaman
dewasa pada umumnya dan meningkatkan produksi biji-bijian. Unsur hara P tersebut
merupakan bahan pembentuk inti sel, selain itu mempunyai peranan penting dalam
Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 21
pembelahan sel serta bagi perkembangan jaringan maristematik (Sutedjo dan
Kartasapoetra, 2010).
Pada pengamatan kekurangan unsur K pada tanaman jahe dapat dilihat dari daun-
daun berubah jadi keriting dan mengkilap terutama pada daun tua, tetapi tidak merata.
Selanjutnya sejak ujung dan tepi daun tampak menguning. Unsur K bagi tanaman
berfungsi mempercepat pembentukan zat Karbohidrat dalam tanaman, memperkokoh
tubuh tanaman, mempertinggi resistensi terhadap serangan hama/penyakit dan kekeringan
serta meningkatkan kualitas biji (Sutedjo dan Kartasapoetra, 2010).
Lahan budidaya di Dusun Kekep masih dapat dikatakan subur, karena kekurangan
unsur P dan K tersebut hanya didapat pada sedikit tanaman saja, selain itu pH tanah yang
didapat baik untuk tumbuh kembang tanaman jagung dan jahe yaitu 6,0-7,0, pH tersebut
merupakan pH optimum untuk tumbuh kembang tanaman jagung dan jahe yang baik.
Akan tetapi kekurangan unsur P dan K tersebut harus di perhatikan karena kekurangan
unsur hara tersebut dapat mengakibatkan hambatan bagi pertumbuhan tanaman,
pengembangbiakan dan produktivitasnya. Selain itu tanaman memerlukan unsur P dalam
jumlah banyak yang terutama untuk membangun jaringan. Kekurang unsur hara P dan K
tersebut jika dilihat dari kondisi lahan ini dapat disimpulkan karena kemiringan tanah,
sehingga unsur-unsur hara tersebut terangkut oleh air permukaan. Selain itu (Sutedjo dan
Kartasapoetra, 2010) menyatakan bahwa unsur K mudah larut dan terbawa hanyut dan
mudah difiksasi dalam tanah.
Kapasitas tanah untuk menyediakan unsur-unsur hara tersebut
merupakan masalah edapologi, yang apabila dalam hal ini tidak mampu menyediakannya
maka dapat dilakukan pengelolahan tanah dengan menerapkan dengan pemberian pupuk,
baik pupuk organik, anorganik, kompos dan lainnya. Pemberian pupuk tersebut juga
harus diperhatikan, karena zat fosfat dan kalium sulit diserap akar tanaman. Untuk
pengelolaan tanah yang mempunyai kemiringan dapat dilakukan dengan pembuatan
bermacam-macam teras/sengkedan, penutup tanah dengan tanaman jenis ruput-rumputan
pada pematang tanah, penutupan dengan mulsa merupakan pencegahan terjadinya erosi
dan terkikisnya top soil yang mengandung unsur hara penting tersebut. Selain itu
mengatasi kekurangan unsur tersebut dapat ditambahkan dengan menyediakan sisa-sisa
tanaman dan jasad renik, abu tanaman sebagai sumber unsur hara P dan K.
Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 22
5.4 Analisis Data Hasil Deskripsi dan Klasifikasi Profil Tanah
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa pada lahan
pengamatan adalah daerah yang rawan akan erosi. Hal ini ditunjukkan dengan
kemiringan lahan yang curam pada daerah pengamatan, selain itu tanah yang ada pada
daerah tersebut merupakan tanah dengan struktur yang sangat gembur. Kemudian jenis
vegetasi juga mempengaruhi terjadinya erosi, jenis vegetasi yang dibudidayakan pada
daerah pengamatan adalah tanaman semusim sehingga akar pada tanaman tidak mampu
mengikat tanah dengan maksimal sehingga kemungkinan terjadi erosi besar.
Kemudian dengan menggunakan pola lahan yang tidak dibuat dengan cara
terasering maka apabila terjadi hujan yang sangat deras maka pencucian unsur hara akan
lebih cepat dan tanah juga lebih cepat untuk ikut terbawa oleh aliran air hujan.
Kemudian untuk klasifikasi profil tanah berdasarkan kekerasan
tanahnya ada 6 lapisan, dan berdasarkan warnanya ada empat. Berdasarkan kekerasan
tanahnya mulai dari lapisan paling atas yang sukar untuk ditusuk dengan pisau lapang,
kemudian lapisan selanjutnya lebih mudah untuk ditusuk dengan pisau lapang sampai
bagian tanah paling bawah yang diamati teksturnya semakin remah dan mudah untuk
dihancurkan. Kemudian berdasarkan pada warna tanahnya, tanah pada bagian paling atas
berwarna gelap, hal ini dikarenakan pada lapisan tanah bagian paling atas banyak
mengandung bahan organik. Dan pada lapisan tanah selanjutnya sampai paling bawah
warna tanah semakin terang, hal ini disebabkan karena adanya pencucian bahan organik.
5.5 Pengaruh Sifat Fisika, Kimia dan Biologi Serta Morfologi Tanah Terhadap Bahaya
Erosi dan Longsor
Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada Dusun Kekep, dengan melakukan
pengamatan pada sifat fisik, kimia dan biologi tanah maka dapat disimpulkan, potensi
bahaya erosi dan longsor ada pada lokasi tersebut. Pada prinsipnya tanah longsor terjadi
bila gaya pendorong pada lereng lebih besar daripada gaya penahan. Gaya penahan
umumnya dipengaruhi oleh kekuatan batuan dan kepadatan tanah. Sedangkan gaya
pendorong dipengaruhi oleh besarnya sudut lereng, air, beban serta berat jenis tanah
batuan. Faktor-faktor penyebab tanah longsor antara lain : hujan, lereng terjal, tanah yang
kurang padat dan tebal, jenis tata lahan, susut muka air danau atau bendungan,
pengikisan/erosi, adanya bidang diskontinuitas (bidang tidak sinambung), penggundulan
hutan . Sedangkan erosi adalah proses berpindahnya massa batuan dari satu tempat ke
tempat lain yang dibawa oleh tenaga pengangkut yang bergerak di muka muka bumi.
Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 23
Tenaga pengangkut tersebut bisa berupa angin, air maupun gletser atau es yang mencair.
Erosi bisa terjadi di darat maupun di Pantai. (Anonymous, 2012)
Pada pengamatan yang dilakukan beberapa faktor di atas sebagian besar
mendukung adanya potensi longsor dan erosi pada lokasi tersebut, misalnya:
1. Sifat fisik tanah pada lokasi tersebut yaitu strukturnya remah menyumbang potensi
longsor dan erosi karena gumpalan-gumpalan kecil ini mempunyai bentuk, ukuran,
dan ketahanan yang rendah sehingga apabila terjadi hujan struktur tanah tersebut
mudah terbawa oleh aliran air selain itu pada lokasi mempunyai tekstur tanah liat yang
sulit menyerap air sehingga ketika hujan deras air tidak segera menyerap. Hal tersebut
juga di pengaruhi oleh kecuraman lereng yang lebih dari 300
serta pengolahan tanah
yang tidak dibuat terasiring sehingga air mudah mengalir karena tidak adanya
penahan.
2. Sifat kimia tanah pada lokasi tersebut yang menyumbang potensi erosi maupun
longsor dapat dilihat dari adanya tanda pada daun jagung dan jahe yang kekurangan
unsur hara, tetapi tanda ini hanya di ketemukan pada sedikit tanaman saja sehingga
tidak dapat disimpulkan secara langsung dengan melihat tanda tersebut. Selain itu pH
tanah 6,0-7,0 pada lokasi menunjukkan mudah atau tidaknya unsur hara diserap oleh
tanaman. Pada pH tanah yang >5,5 dikatakan baik untuk perkembangan
mikroorganisme.
3. Pada sifat biologi tanah, dilihat dari vegetasi yang tumbuh pada lokasi memiliki
kemampuaan yang rendah untuk menahan laju erosi dan longsor yang berpotensi
tersebut karena tanaman yang di budidayakan adalah tanaman semusim sehingga
mempunya perakaran yang pendek untuk menahan jumlah air yang ada serta hutan
yang ada di sekitar lahan tersebut kurang membantu karena vegetasi tanaman kayu
yang tumbuh kurang yang banyak diketemukan pada hutan tersebut adalah vegetasi
bambu yang mempunyai perakaran yang sedikit. Selain itu serahan yang didapatkan
pada pengamatan dikatakan berjumlah sedang, sehingga mempunyai kandungan bahan
organik yang banyak. Bahan organik ini bermanfaat sebagai perekat antar struktur
tanah.
Dari beberapa faktor di atas dapat disimpulkan, pada lokasi pengamatan di Dusun
Kekep tersebut mempunyai potensi yang tinggi terhadap terjadinya erosi, dari awalnya
ketika hujan akan terjadi erosi percik yang kemudian terjadi potensi erosi alur karena
jenis tata lahan yang dibuat terasiring lalu akan terjadi erosi selokan yang
mengakibatkan terjadinya longsor.
Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 24
BAB VI
KESIMPULAN
Tanah merupakan faktor edafik yang merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kehidupan dan pertumbuhan makhluk hidup yang ada diatasnya. Pada
oraktikum lapang yang telah dilaksanakan di dusun Kekep, kota Batu telah dilakukan
pengamatan terhadap sifat-sifat tanah, antara lain sifat biologi tanah, sifat kimia tanah, dan
sifat fissika tanah, serta melihat profil tanag dari singkapan tanah yang telah dibuat. Selain itu
juga dilakukan pengamatan terhadap pemanfaatan dan penggunaaan lahan yang ada pada
daerah tersebut.
Pengelolahan lahan dengan cara pembajakan dan pencangkulan akan menghancurkan
agregat, hal ini dapat meningkatkan aerasi tanah namun jika hal ini dilakukan dalam jangka
panjang akan menurunkan agregasi tanah dan tanah akan menjadi padat. Dan penanaman
tanaman semusim di dataran yang memiliki kemiringan cukup curam akan memperbesar
tingkat erosi pada lahan tersebut.
Lahan yang sering dipupuk akan menyebabkan biodiversitas lahannya semakin
beragam karena didalam pupuk yang diberikan mengandung berbagai jenis unsur hara. Lahan
yang baik untuk tanaman adalah lahan yang memiliki kandungan unsur hara yang cukup
untuk tanaman yang akan dibudidayakan. Hal ini bisa dilakukan dengan pemberian pupuk
organik maupun anorganik. Tanah di daerah yang diamati merupakan tanah yang gembur
karena banyak sumber bahan organik yang berasal dari tanaman tahunan yang tumbuh
disekitar tanaman musiman, daun yang rontok dari tanama tahunan menjadi sumber bahan
organik tanah yang nantinya dimanfaatkan oleh tanaman semusim maupun tanaman yang lain
yang tumbuh pada lahan tersebut.
Daerah dengan kemiringan yang cukup curam yang ada ditempat yang kami amati
memiliki potensi erosi yang cukup besar dan juga karena lahan tersebut ditanami dengan
tanaman musiman yang tidak mampu menahan tanah tersebut, juga akar yang dimiliki oleh
tanaman semusim kurang mampu untuk mengikat tanah sehingga tanah akan lebih mudah
mengalami erosi. Selain itu struktur tanah yang berupa remahan juga membuat tanah lebih
mudah untuk terbawa air hujan ataupun angin, hal ini dikarenakan tanah remah tidak memiliki
gumpalan tanah atau agregat tanah yang mampu menahan tanah agar tidak mudah untuk
terbawa oleh air maupun angin.
Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 25
LAMPIRAN
POS BIOLOGI
Pengamatan biodiversitas dan seresah gambar orong-orong
Saat meletakkan meteran jahit lurus pada
bidang profil tanah untuk pengukuran horizon
Saat meletakkan sabuk profil pada singkapan
Saat pengukuran pH menggunakan indikator
universal
Gejala defisiensi pada tanaman jagung dan jahe
POS PEDOLOGI
POS KIMIA
Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 26
Gambar kelabang gambar cacing tanah
Gambar laba-laba
Laporan Fieldtrip Dasar Ilmu Tanah di Dusun Kekep 27
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2012. http://soerya.surabaya.go.id/AuP/eDU.KONTEN/edukasi.net/Fenomena.
Alam/all.htm
Foth, D.H. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Erlangga: Jakarta
Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Rajawali Pers: Jakarta
Karsapoetra & Sutejo. 2010. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta : Jakarta.
Rudiono, 2008. Erosi, Dampaknya, dan Upaya Mengurangi Erosi. http://rudiono.multiply.co
m/journal/item/11?&item_id=11&view:replies=reverse&show_interstitial=1&u=%2Fjo
urnal%2Fitem. Diakses tanggal 23 Desember 2012.
Top Related