Download - ea9366819bd84320a6bcbbaa5edebf89LaporanAkhirklasterCa ... · Web viewPelaksanaan SL-GAP budidaya cabai secara resmi dibuka oleh Peneliti Ekonomi Madya Kantor Bank Indonesia Bandar

Transcript
Page 1: ea9366819bd84320a6bcbbaa5edebf89LaporanAkhirklasterCa ... · Web viewPelaksanaan SL-GAP budidaya cabai secara resmi dibuka oleh Peneliti Ekonomi Madya Kantor Bank Indonesia Bandar

LAPORAN AKHIR PELAKSANAAN PILOT PROJECT KLASTER NASIONAL

CABE KBI BANDAR LAMPUNG TAHUN 2011

A. Ringkasan EksekutifSebagaimana diketahui bahwa inflasi dapat timbul karena adanya

tekanan dari sisi penawaran (cost push inflation), dari sisi permintaan (demand pull inflation) dan dari ekspektasi inflasi. Secara nasional inflasi masih didominasi oleh cost push inflation akibat terjadinya negative supply shocks yang disebabkan terjadinya bencana alam atau terganggunya distribusi.

Adanya karakteristik inflasi nasional yang disebabkan oleh supply shock beberapa komoditas pertanian dalam arti holistic misalnya telur, daging, beras dan cabe mengakibatkan Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk melakukan kerjasama sinergis dengan Kementerian Pertanian sebagai stakeholders pemangku kebijakan di sektor pertanian yang dituangkan dalam Nota Kesepahaman Bersama antara Gubernur Bank Indonesia dengan Menteri Pertanian Republik Indonesia pada tanggal 16 Maret 2011 tentang Kerjasama Pengembangan Usaha di Sektor Pertanian.

Menindaklanjuti nota kesepahaman tersebut, Bank Indonesia Bandar Lampung bekerjasama dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung serta Kabupaten Lampung Selatan berupaya untuk mengembangkan klaster nasional cabe di wilayah Lampung Selatan. Upaya tersebut perlu dilakukan karena adanya fenomena kenaikan harga (inflasi) di wilayah Lampung sering disebabkan oleh volatilitas harga cabe di pasar akibat terganggunya distribusi dan kenaikan harga cabe pada musim-musim tertentu misalnya pada hari besar keagamaan (Idul Fitri dan Idul Adha) maupun pada saat musim tanam cabe.

Sebagai langkah awal program pengembangan klaster nasional cabe yaitu dilaksanakannya Sekolah Lapang Good Agricultural Practices (SL-GAP) kepada 6 kelompok tani cabe yang ada di Kecamatan Kalianda dan Kecamatan Palas, Kabupaten Lampung Selatan. Tujuan pelaksanaan SL-GAP adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani cabe dalam melakukan budidaya sesuai dengan prinsip Good Agricultural Practices sehingga dapat mendorong produktivitas hasil panen cabe. Penutupan SL-GAP telah dilaksanakan pada tanggal 21 November 2011 yang diikuti dengan penyerahan mesin tepat guna berupa 13 unit handsprayer mesin kepada 6 kelompok tani cabe sebagai bagian dari upaya sinergi program Bank Indonesia Social Rensponsibility (BSR) dengan kegiatan pengembangan sektor rill dan UMKM.

Selanjutnya untuk meningkatkan kesejahteraan petani cabe, Bank Indonesia bekerjasama dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan

1

secara...

Page 2: ea9366819bd84320a6bcbbaa5edebf89LaporanAkhirklasterCa ... · Web viewPelaksanaan SL-GAP budidaya cabai secara resmi dibuka oleh Peneliti Ekonomi Madya Kantor Bank Indonesia Bandar

Hortikultura Provinsi Lampung serta Kabupaten Lampung Selatan berupaya untuk memfasilitasi pemasaran cabe kepada pasar industri melalui program kerjasama kemitraan pemasaran cabe dengan PT. Mitratani Agro Unggul (PT. MAU) yang merupakan grower atau supplier bahan baku cabe bagi perusahaan makanan skala nasional (PT. ABC Heinz dan Indofood). Tujuan utama dari program kemitraan pemasaran dengan PT. MAU semata-mata untuk meningkatkan kapasitas perekonomian dan kesejahteraan petani cabe karena perlu diinformasikan bahwa marjin keuntungan dari kenaikan harga cabe di pasar secara umum tidak dinikmati oleh petani cabe namun lebih banyak diambil oleh pedagang pengumpul atau tengkulak cabe.

Program kemitraan pemasaran ini perlu dilakukan untuk mengurangi perilaku spekulasi dari pedagang pengumpul cabe yang secara aktif mengambil hasil panen petani untuk didistribusikan pada wilayah di luar Provinsi Lampung sehingga mengakibatkan pasokan cabe di wilayah Lampung mengalami kekurangan. Disamping itu untuk memperkuat indutri cabe pada sisi hulu, Bank Indonesia berupaya untuk memfasilitasi kerjasama penyediaan input usaha tani cabe melalui kerjasama kelompok tani cabe dengan PT. Surya Mentari sehingga kebutuhan sarana produksi pertanian (saprodi) dapat dipenuhi tepat waktu, tepat mutu dan jumlah.

Pada tahap awal sebanyak 12 petani yang tersebar di 7 kecamatan mengikuti program kerjasama kemitraan tersebut melalui penyediaan lahan seluas 18,5 ha. Penandatanganan kerjasama kemitraan pemasaran cabe telah dilaksanakan pada tanggal 6 Desember 2011. Harga yang disepakati pada kerjasama tersebut sebesar Rp6.250,00 per kilogram cabe petik tangkai dengan spesifikasi yang dibutuhkan adalah cabe jenis biola, hot beauty dan fantastic. Kesepakatan harga tersebut bersifat dinamis yaitu ketika harga cabe di pasar mengalami kenaikan maka selisih kenaikan harga tersebut dibagi secara proporsional antara kelompok tani mitra dengan perusahaan pengumpul. Sedangkan pada saat harga cabe turun petani memperoleh lindung nilai cabe dengan harga pembelian sesuai dengan kesepakatan.

Kedepan, Bank Indonesia berupaya untuk mengembangkan kelembagaan berbasis kelompok dengan membangun modal sosial kelompok tani cabe agar melaksanakan kesepakatan kerjasama dengan perusahaan mitra sekaligus mendorong penyadaran petani cabe untuk merintis terbentuknya Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Kelompok tani yang mempunyai visi dan misi bersama bergabung membentuk kelompok tani sebagai rintisan Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Berkembangnya LKM dapat menjadi katalisator terwujudnya financial inclusion melalui fasilitasi pembiayaan perbankan melalui linkage program.

Tantangan yang dihadapi dalam pengembangan klaster nasional cabe tersebut adalah penumbuhan kelembagaan sehingga diperlukan pendampingan yang intensif. Kepentingan masing-masing petani yang beragam dapat menjadi tantangan sekaligus peluang dalam penyadaran petani untuk berkelompok. Dominasi pengumpul cabe yang melakukan

2

Page 3: ea9366819bd84320a6bcbbaa5edebf89LaporanAkhirklasterCa ... · Web viewPelaksanaan SL-GAP budidaya cabai secara resmi dibuka oleh Peneliti Ekonomi Madya Kantor Bank Indonesia Bandar

kegiatan spekulatif dengan menjual cabe di suatu wilayah dengan harga yang tinggi mengakibatkan adanya supply shock yang pada akhirnya dapat memicu inflasi pada wilayah sentra cabe.

B. PROFIL KLASTERProfil klaster akan menguraikan tentang lokasi dan profil kelompok

tani peserta program klaster serta kondisi klaster dari hulu sampai dengan hilir melalui pendekatan analisis rantai nilai (value chain).1. Lokasi Klaster

Lokasi pilot project klaster nasional cabe adalah di Lampung Selatan. Pemilihan Kabupaten Lampung Selatan sebagai pilot project pengembangan klaster nasional cabe dikarenakan wilayah tersebut merupakan salah satu sentra cabe yang mempunyai share yang cukup besar dalam produksi cabai di wilayah Lampung. Disamping itu pengembangan klaster nasional cabai di Kabupaten Lampung Selatan dilakukan untuk mendukung program pemerintah daerah dalam mewujudkan Lampung Selatan sebagai sentra budidaya cabai sehingga diharapkan dapat berkontribusi lebih banyak lagi dalam pemenuhan supply cabai di Provinsi Lampung. Secara spesifik lokasi klaster cabe di Provinsi Lampung diilustrasikan pada Gambar 1 dibawah ini.

Gambar 1. Lokasi Pilot Project Klaster nasional Cabe Provinsi Lampung

3

Lokasi pilot project klaster cabe

B. PROFIL...

Page 4: ea9366819bd84320a6bcbbaa5edebf89LaporanAkhirklasterCa ... · Web viewPelaksanaan SL-GAP budidaya cabai secara resmi dibuka oleh Peneliti Ekonomi Madya Kantor Bank Indonesia Bandar

Petani cabe merah di Kecamatan Kalianda menggunakan lahan sawah dan ladang/tegalan/kebun untuk melakukan budidaya cabe merah. Luas lahan budidaya cabe merah di Kecamatan Kalianda mencapai ± 42,70 hektar, yang tersebar di beberapa desa yaitu di desa Suka Jaya, Agom Jaya, Kesugihan dan Margo Catur.

2. Profil Kelompok TaniKelompok tani klaster yang mengikuti kerjasama kemitraan

dengan PT. MAU berjumlah 12 (dua belas) orang dari 12 kelompok tani cabe (Kelompok Tani Harapan II, Sari Mandala, Tani Jaya, Sinar Harapan, Kelompok Wanita Tani Dahlia, Harapan Tani, Karya Bakti II, Hegar Tani, Margomulyo, Timbang Rasa, Baguway Jejama dan Kelompok Tani Sejahtera) yang tersebar di 7 kecamatan di wilayah Lampung Selatan. Kelompok tani tersebut mempunyai usaha utama yaitu budidaya cabe merah disamping melakukan budidaya komoditas pertanian lainnya (padi sawah dan palawija). Secara umum rata-rata luasan lahan untuk yang dimiliki petani dalam melakukan budidaya cabe di Kecamatan Kalianda berkisar antara 0,25 – 2 hektar.

Akses petani cabe merah terhadap informasi harga jual hasil panen cukup baik. Para petani telah mengetahui harga jual cabe sebelum memutuskan untuk menjual hasil panennya. Informasi yang diperoleh berasal dari pedagang pengumpul cabe atau melihat perkembangan harga cabe di pasar. Pada saat panen umumnya petani mencari informasi harga di tingkat pedagang cabe merah setempat dan sesama petani. Pencarian informasi harga tersebut dilakukan oleh petani dalam interval waktu seminggu sekali.1

Akses petani terhadap pembiayaan perbankan belum berkembang dengan baik. Fenomena tersebut dapat terlihat dari banyaknya petani yang menggunakan modal sendiri untuk melakukan usahatani cabe. Disamping itu, terdapat beberapa petani yang meminjam dana dari pedagang pengumpul maupun pedagang Sarana Produksi Pertanian (Saprodi) sebagai modal usahatani cabe. Hanya sebagian kecil petani cabe di wilayah Kalianda yang dapat melakukan akses pembiayaan perbankan. Alasan utama petani tidak dapat melakukan akses pembiayaan perbankan dikarenakan adanya keterbatasan jaminan kredit yang dimiliki petani.

Pada umumnya pembiayaan petani cabe yang diperoleh dari pedagang pengumpul dibayar setiap panen dengan marjin keuntungan sesuai dengan kesepakatan bersama. Petani yang memperoleh pembiayaan dari pedagang pengumpul umumnya mempunyai keterikatan pemasaran sehingga tidak dapat menjual hasil panennya pada pedagang lain. Pembiayaan yang diperoleh dari pedagang Saprodi meliputi benih cabe merah, pupuk, insektisida, fungisida dan herbisida. Petani mengembalikan seluruh pinjaman dari pedagang Saprodi setelah panen.

1 Penelitian Lending Model Usahatani dan Analisis Rantai Nilai Budidaya Cabe, 20114PETANIBANK (5%)

PEDAGANG PENGUMPUL CABE

MERAH (70%)

PEDAGANG SARANA PRODUKSI PERTANIAN (25%)

menjual...

Page 5: ea9366819bd84320a6bcbbaa5edebf89LaporanAkhirklasterCa ... · Web viewPelaksanaan SL-GAP budidaya cabai secara resmi dibuka oleh Peneliti Ekonomi Madya Kantor Bank Indonesia Bandar

Gambar 2. Sumber Pembiayaan Petani Cabe di Kalianda, Lampung Selatan

Secara umum pemanfaatan pembiayaan yang diperoleh petani digunakan untuk modal usahatani cabe khususnya dalam pengadaan sarana produksi. Kondisi sumber pembiayaan petani cabe diilustrasikan selengkapnya pada Gambar 2 di atas.2 Petani yang memperoleh pembiayaan dari perbankan pada umumnya membayar pelunasan kredit secara bulanan dalam jangka waktu tertentu dengan bunga yang telah ditetapkan sesuai plafon pinjaman yang diperoleh.

3. Analisis Rantai Nilai KlasterPetani mempunyai peranan penting pada sistem rantai nilai cabe

merah di Kecamatan Kalianda. Pada sebuah klaster terdapat rantai nilai (value chain) yang secara tidak langsung menjadi bagian dari aktivitas bisnis petani cabe di sebuah klaster. Value chain didefinisikan sebagai sebuah rangkaian proses produktif mulai dari penyedia input, budidaya, pemasaran hasil panen dan distribusi hingga ke konsumen akhir. Penerapan metode value chain dalam pengembangan klaster cabe merah akan menciptakan keterkaitan dan integrasi yang lebih kuat di antara para pelaku usaha dan meningkatkan daya saing dari sub sektor yang bersangkutan. Melalui pendekatan value chain, sektor atau sub sektor potensial dapat dilihat sebagai sebuah rangkaian utuh dari aspek hulu sampai hilir.

Berdasarkan hasil survei yang telah dilaksanakan Bank Indonesia Bandar Lampung bekerjasama dengan Fakultas Pertanian Universitas Lampung di lokasi pilot project klaster, dapat dirumuskan tiga profil rantai nilai berdasarkan jenis varietas cabe yang dibudidayakan. Ketiga jenis rantai nilai tersebut meliputi : (1) rantai nilai cabe merah dengan varietas TM-09; (2) rantai nilai dengan varietas lado/taro; dan (3) rantai nilai dengan varietas biola. Masing-masing jenis rantai nilai tersebut mempunyai pasar dan konsumen yang berbeda, sehingga mempunyai karakteristik yang khas dalam menciptakan keterkaitan

2 Ibid5

3. Analisis...

Page 6: ea9366819bd84320a6bcbbaa5edebf89LaporanAkhirklasterCa ... · Web viewPelaksanaan SL-GAP budidaya cabai secara resmi dibuka oleh Peneliti Ekonomi Madya Kantor Bank Indonesia Bandar

institusional dan koordinasi di antara pemasok, produsen, pedagang dan distributor.3.1. Analisis Rantai Nilai Cabe Merah Jenis TM-09

Berdasarkan hasil analisis rantai nilai (value chain) pada komoditas cabe varietas TM-09 melibatkan 4 pelaku dalam rantai nilai yaitu pedagang saprodi, petani cabe merah, pedagang pengumpul lokal yaitu pedagang besar.3 Kondisi rantai nilai usaha tani cabe merah varietas TM-09 selengkapnya diilustrasikan pada Gambar 3 dibawah.

Gambar 3. Rantai Nilai Usahatani Cabe Merah dengan varietas TM-09

Pelaku rantai nilai mempunyai peran masing-masing dalam meningkatkan nilai tambah produksi cabe jenis TM-09. Pada sub sistem hulu terdapat aktivitas yang dilakukan oleh pedagang Saprodi yang mencakup penyediaan benih cabe, pupuk, pestisida, fungisida, herbisida dan sarana produksi lainnya. Keberadaan pedagang Saprodi sangat penting sekali mengingat usaha tani cabe merah membutuhkan input produksi yang tepat waktu, mutu dan jumlah. Penggunaan input yang tidak tepat akan meningkatkan biaya usahatani cabe sehingga tidak effisien.

Pada sub sistem produksi terdapat aktivitas petani cabe yang berperan dalam proses budidaya dan menentukan hasil produksi cabe. Kualitas cabe ditentukan oleh teknik budidaya yang diterapkan oleh petani serta penggunaan input yang tepat. Petani cabe yang telah memahami prinsip Good Agricultural Practices (GAP) akan menggunakan saprodi berimbang antara organik dan kimia sehingga menghasilkan produktivitas yang optimal dengan biaya budidaya yang efisien.

Sub sistem hilir terdiri dari pedagang pengumpul dan pedagang besar di luar wilayah Lampung (misalnya : Jambi, Bengkulu dan Padang). Kegiatan yang dilakukan pedagang pengumpul adalah membeli produk cabe hasil panen petani untuk kemudian diklasifikasikan berdasarkan varietas dan tingkat kematangannya. Cabe yang tingkat kematangannnya rendah dan bervarietas TM-09 dipisahkan untuk dikirim dan dijual ke Padang (Sumatera Barat). Selanjutnya aktivitas yang dilakukan pedagang besar di Padang adalah melakukan sortasi dan aktivitas perdagangan (distribusi dan penjualan). Pedagang besar cabe di

3 Penelitian Lending Model Usahatani dan Analisis Rantai Nilai Budidaya Cabe, 20116

PedagangSaprodi

PetaniCabe Merah

Pedagang Pengumpul

PedagangBesar Padang

KonsumenAkhir

penggunaan...

Page 7: ea9366819bd84320a6bcbbaa5edebf89LaporanAkhirklasterCa ... · Web viewPelaksanaan SL-GAP budidaya cabai secara resmi dibuka oleh Peneliti Ekonomi Madya Kantor Bank Indonesia Bandar

Padang akan mendistribusikan cabe ke pasar Jambi, Sumatera Utara, DKI Jakarta dan pasar lokal.4

3.2. Analisis Rantai Nilai Cabe Merah Jenis Lado/TaroPelaku rantai nilai usahatani cabe dengan varietas lado/taro

secara umum sama dengan rantai nilai cabe varietas TM-09. Adapun perbedaan rantai nilai cabe dengan varietas lado/taro adalah terdapat pada distribusi dan penjualan yang dilakukan oleh pedagang besar Bandar Lampung untuk pemenuhan kebutuhan konsumen cabe merah di pasar wilayah Lampung. Pemenuhan cabe merah varietas lado/taro berbanding terbalik dengan harga cabe varietas TM-09. Pasokan cabe merah jenis lado/taro di pasar Bandar Lampung akan turun, ketika harga cabe merah varietas TM-09 mengalami kenaikan dan demikian juga sebaliknya. Kondisi rantai nilai usahatani cabe merah varietas Lado/Taro selengkapnya diilustrasikan pada Gambar 4 dibawah.

Gambar 4. Rantai Nilai Usahatani Cabe Merah dengan varietas Lado/Taro

Rantai nilai cabe varietas TM-09 dan lado/taro yang telah dijelaskan tersebut di atas pada dasarnya dapat mendorong produktivitas dan pendapatan para petani. Namun kelemahan rantai nilai tersebut adalah tidak dapat mengurangi risiko kerugian petani ketika terjadi penurunan harga cabe yang sangat signifikan. Hal tersebut dikarenakan kedua jenis rantai nilai cabe sangat dipengaruhi oleh permintaan konsumen dan jumlah pasokan cabe merah di pasar. Terlebih lagi adanya pedagang pengumpul yang bersifat spekulatif dapat turut memicu terjadinya supply shock pasokan cabe merah di pasar wilayah Lampung.

3.3. Analisis Rantai Nilai Cabe Merah Jenis BiolaSebagai upaya mitigasi risiko kerugian petani akibat

volatilitas harga cabe tersebut, Bank Indonesia Bandar Lampung bekerjasama dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung serta Kabupaten Lampung Selatan melakukan strategi peguatan distribusi cabe jenis Biola hasil panen petani melalui fasilitasi kemitraan yang setara dengan perusahaan supplier bahan baku cabe industri yaitu PT. Mitratani Agro Unggul. Kesepakatan kerjasama kemitraan pemasaran yang setara

4 Penelitian Lending Model Usahatani dan Analisis Rantai Nilai Budidaya Cabe, 20117

PedagangSaprodi

PetaniCabe Merah

Pedagang Pengumpul

Pedagang Besar B. lampung

KonsumenAkhir

3.3. Analisis...

Page 8: ea9366819bd84320a6bcbbaa5edebf89LaporanAkhirklasterCa ... · Web viewPelaksanaan SL-GAP budidaya cabai secara resmi dibuka oleh Peneliti Ekonomi Madya Kantor Bank Indonesia Bandar

diharapkan dapat meningkatkan kapasitas perekonomian dan kesejahteraan petani sekaligus melindungi petani dari risiko kerugian petani akibat terjadinya volatilitas harga cabe yang signifikan. Kondisi rantai nilai usahatani cabe merah varietas Biola selengkapnya diilustrasikan pada Gambar 5 dibawah.

Gambar 5. Rantai Nilai Usahatani Cabe Merah dengan varietas Biola

Dalam rantai nilai cabe varietas biola terdapat perbedaan dengan rantai nilai cabe varietas TM-09 dan Lado/Taro yaitu adanya peran gabungan kelompok tani anggota klaster (gapoktan klaster), perusahaan supplier bahan baku cabe industri (grower) dan industri pengolahan cabe. Kegiatan yang dilakukan gapoktan klaster adalah menampung seluruh hasil panen cabe merah untuk kemudian dilakukan sortasi dan pengepakan. Pada proses sortasi, gapoktan melakukan pengelompokan cabe merah yang sesuai dengan spesifikasi akan diteruskan kepada perusahaan, sedangkan cabe yang tidak memenuhi kriteria perusahaan (misal : busuk, warna belang, cacat dan berjamur) akan dipasarkan di wilayah Lampung ataupun dibuat menjadi produk turunan cabe.

C. PROSES PENGEMBANGAN KLASTERBank Indonesia mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan

memelihara kestabilan nilai rupiah yang salah satunya dicerminkan oleh laju inflasi. Sebagaimana diketahui bahwa inflasi dapat timbul karena adanya tekanan dari sisi penawaran (cost push inflation), dari sisi permintaan (demand pull inflation) dan dari ekspektasi inflasi. Salah satu faktor penyebab terjadinya cost push inflation adalah terjadinya negative supply shocks akibat bencana alam atau terganggunya distribusi.

Karakteristik inflasi nasional salah satunya disebabkan oleh supply shock beberapa komoditas pertanian dalam arti holistik misalnya telur, daging, beras dan cabe mengakibatkan Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk melakukan kerjasama sinergis dengan Kementerian Pertanian sebagai stakeholders pemangku kebijakan di sektor pertanian yang dituangkan dalam Nota Kesepahaman Bersama antara Gubernur Bank Indonesia dengan Menteri Pertanian Republik Indonesia pada tanggal 16 Maret 2011 tentang Kerjasama Pengembangan Usaha di Sektor Pertanian.

Menindaklanjuti nota kesepahaman tersebut, Bank Indonesia Bandar Lampung Bekerjasama dengan Dinas Pertanian Tanamana Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung serta Kabupaten Lampung Selatan berupaya untuk mengembangkan klaster nasiobal cabe di wilayah Lampung Selatan. Upaya tersebut perlu dilakukan karena adanya fenomena kenaikan harga

8

PedagangSaprodi

PetaniCabe Merah

Gapoktan Klaster

Perusahaan Pengumpul

IndustriPengolahan Cabe

Lampung...

Page 9: ea9366819bd84320a6bcbbaa5edebf89LaporanAkhirklasterCa ... · Web viewPelaksanaan SL-GAP budidaya cabai secara resmi dibuka oleh Peneliti Ekonomi Madya Kantor Bank Indonesia Bandar

(inflasi) di wilayah Lampung yang disebabkan oleh volatilitas harga cabe di pasar akibat terganggunya distribusi dan kenaikan harga cabe pada musim-musim tertentu misalnya pada hari besar keagamaan (Idul Fitri dan Idul Adha) maupun pada saat musim tanam cabe.

Cabe merah (capsicum annum) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang bernilai ekonomis dan strategis dalam pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat. Cabe sebagian besar digunakan untuk konsumsi rumah tangga dan sebagian untuk bahan baku industri obat-obatan, kosmetik, zat warna, pencampur minuman dan lainnya. Dengan adanya kondisi tersebut maka dapat diproyeksikan bahwa kebutuhan cabe diperkirakan akan terus meningkat. Tingkat kebutuhan cabe yang tergolong tinggi membutuhkan dukungan ketersediaan lahan dan peningkatan produktivitas petani sehingga tidak mengakibatkan supply shock akibat kurangnya pasokan cabe yang pada akhirnya menganggu stabilitas harga.

Trend produksi cabe merah di Provinsi Lampung cenderung meningkat setiap tahun. Berdasarkan data BPS tahun 2010 diperoleh informasi terdapat 3 wilayah sentra cabe dengan produksi yang tinggi meliputi : Kabupaten Lampung Barat dengan produktivitas 72,93 kw/ha, Kabupaten Lampung Selatan dengan produktivitas 67,36 kw/ha dan Kabupaten Tanggamus dengan produktivitas 45,24 kw/ha. Pada tahun 2009 total produksi cabe di Provinsi Lampung mencapai 20,37 ton/th sedangkan kebutuhan konsumsi cabe masyarakat Lampung mencapai 20,24 ton/th sehingga masih terdapat surplus ± 130 ton/th.5

Informasi berdasarkan data tersebut di atas cukup menggembirakan karena idealnya kebutuhan pasokan cabe masyarakat Lampung dapat terpenuhi dengan harga yang stabil. Namun ironisnya harga cabe pada 2 tahun terakhir mengalami fluktuasi akibat kurangnya pasokan (supply shock) cabe. Harga cabe di wilayah Lampung melonjak naik pada kisaran harga Rp55.000,00/kg pada akhir tahun 2010 sampai dengan awal 2011.6

Berdasarkan hasil studi cabe diperoleh informasi bahwa fenomena kenaikan harga cabe tersebut salah satunya disebabkan oleh adanya bencana di wilayah sentra cabe di Pulau Jawa (misal : meletusnya Gunung Merapi dan Gunung Bromo) sehingga mengakibatkan penurunan pasokan cabe di Provinsi Lampung. Selain itu, adanya musim hujan yang berkepanjangan pada tahun 2010 mengakibatkan penurunan hasil panen cabe hampir di seluruh wilayah di Indonesia.7

Supply shock cabe di wilayah Lampung disebabkan oleh adanya ketergantungan pemenuhan pasokan cabe dari provinsi lain (misalnya : Jawa Tengah dan Jawa Barat) sehingga ketika wilayah pemasok cabe di Provinsi Lampung mengalami bencana mengakibatkan terganggunya pasokan cabe yang memicu volatilitas harga. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Bank Indonesia Bandar Lampung bahwa pasokan cabe di wilayah Lampung didominasi oleh produk cabe dari Jawa Barat dengan proporsi

5 Asumsi konsumsi cabe masyarakat Lampung 3 kg/orang/tahun dengan jumlah penduduk non-balita sebanyak 6,74 juta jiwa6 Survei Tim Evaluasi Harga Provinsi Lampung, 20117 Laporan Ringkas Studi Cabe-BPS, 2011

9

Mekanisme...

Page 10: ea9366819bd84320a6bcbbaa5edebf89LaporanAkhirklasterCa ... · Web viewPelaksanaan SL-GAP budidaya cabai secara resmi dibuka oleh Peneliti Ekonomi Madya Kantor Bank Indonesia Bandar

mencapai ± 60%, sedangkan hasil panen di sentra cabe wilayah Lampung banyak didistribusikan ke daerah Jambi, Bengkulu dan Padang.

Mekanisme pembentukan harga secara umum di tingkat petani ditentukan oleh pedagang pengumpul yang secara aktif mengambil hasil panen petani di lahan khususnya pada saat terjadi kenaikan harga. Berdasarkan hasil survei kepada petani di sentra budidaya cabe diperoleh informasi bahwa 80% dari 100 responden petani cabe melibatkan pedagang pengumpul dalam proses pemasaran cabe. Hal ini dikarenakan pedagang pengumpul lebih loyal dibandingkan dengan pedagang dari luar. Selain itu resiko penipuan pembayaran hasil penjualan oleh pedagang sangat kecil karena sistem pembayaran hasil panen petani dilakukan secara tunai. Pada beberapa kabupaten, pedagang pengumpul memberikan pembiayaan kepada petani cabe sebagai modal usahatani cabe. Hal tersebut yang mengakibatkan terbentuknya saluran pemasaran tunggal sehingga petani cabe harus memasarkan hasil panen kepada pedagang pengumpul yang memberikan modal.8

Pedagang pengumpul mempunyai perilaku spekulatif dengan mendistribusikan hasil panen cabe dari Lampung ke wilayah yang mempunyai penawaran harga tinggi (misalnya : Padang, Jambi dan Palembang). Perilaku spekulatif tersebut mengakibatkan kurangnya pasokan cabe di wilayah Lampung sehingga adanya supply shock mengakibatkan volatilitas harga cabe. Dalam rangka mitigasi resiko kenaikan harga secara umum yang disebabkan oleh volatilitas harga cabe, Bank Indonesia bekerjasama dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung serta Kabupaten Lampung Selatan melakukan strategi peguatan distribusi cabe hasil panen petani melalui program pengembangan klaster nasional cabe.

Sebagai langkah awal program pengembangan klaster nasional cabe yaitu dilaksanakannya Sekolah Lapang Good Agricultural Practices (SL-GAP) kepada 6 kelompok tani cabe yang ada di Kecamatan Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan. Tujuan pelaksanaan SL-GAP adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani cabe dalam melakukan budidaya sesuai dengan prinsip Good Agricultural Practices sehingga dapat mendorong produktivitas hasil panen cabe. Penutupan SL-GAP telah dilaksanakan pada tanggal 21 November 2011 yang diikuti dengan penyerahan mesin tepat guna berupa 13 unit handsprayer mesin kepada 6 kelompok tani cabe sebagai bagian dari upaya sinergi program Bank Indonesia Social Rensponsibility (BSR) dengan kegiatan pengembangan sektor rill dan UMKM.

Mendongkrak Produktivitas Cabai Melalui Sekolah Lapang Good

Agricultural Practices

Jum’at tanggal 29 Juli 2011, Bank Indonesia Bandar Lampung membuka

8 Penelitian Lending Model Usahatani dan Analisis Rantai Nilai Budidaya Cabe, 201110

Page 11: ea9366819bd84320a6bcbbaa5edebf89LaporanAkhirklasterCa ... · Web viewPelaksanaan SL-GAP budidaya cabai secara resmi dibuka oleh Peneliti Ekonomi Madya Kantor Bank Indonesia Bandar

pelaksanaan Sekolah Lapang Good Agricultural Practices (SL-GAP) bagi kelompok tani cabai di wilayah Lampung Selatan. SL-GAP akan diikuti perwakilan dari 6 (enam) kelompok tani cabai di Kecamatan Kalianda dan Kecamatan Palas, Kabupaten Lampung Selatan. Kegiatan SL-GAP akan difasilitasi oleh demplot seluas 0,25 Ha milik Kelompok Wanita Tani Dahlia (KWT) yang akan dibangun sesuai Standard Operational Prosedur (SOP) budidaya cabai yang ramah lingkungan namun mempunyai produktivitas yang tinggi.

Pelaksanaan SL-GAP budidaya cabai secara resmi dibuka oleh Peneliti Ekonomi Madya Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung, Nunu Hendrawanto dengan dihadiri Pejabat Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi dan Kabupaten Lampung Selatan. Pada kesempatan tersebut dihadiri oleh 30 petani dari 6 kelompok petani cabai yang ada di Kecamatan Kalianda dan Kecamatan Palas, Kabupaten Lampung Selatan.

Dalam arahannya, Peneliti Ekonomi Madya menyampaikan bahwa SL-GAP merupakan langkah awal pengembangan klaster cabai yang telah menjadi program nasional Bank Indonesia. Pembangunan demplot diharapkan dapat menjadi media pembelajaran petani mulai dari pra tanam, budidaya dan penanganan pasca panen dan sebagai pembanding adalah lahan budidaya petani konvensional. Program pengembangan klaster cabai merupakan tindak lanjut penandatanganan nota kesepahaman antara Gubernur Bank Indonesia dengan Menteri Pertanian Republik Indonesia dalam rangka pengembangan komoditas strategis daerah.

Latar belakang terpilihnya Kabupaten Lampung Selatan sebagai pilot project klaster cabai yaitu share yang cukup besar dalam produksi cabai di wilayah Lampung. Disamping itu klaster cabai selaras dengan program pemerintah daerah dalam mewujudkan Lampung Selatan sebagai sentra budidaya cabai sehingga diharapkan dapat berkontribusi dalam pemenuhan supply cabai di Provinsi Lampung dan pada akhirnya volatilitas harga cabai yang terjadi secara musiman dapat diminimalisasi.

Pelaksanaan SL-GAP diperkirakan akan membutuhkan waktu selama ± 4 bulan dengan lingkup kegiatan meliputi sosialisasi, pelatihan dan pendampingan budidaya cabai yang akan dipandu dari Dinas Petanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi dan Kabupaten Lampung Selatan bekerjasama dengan Unit Pelaksana Teknis (UPT) budidaya cabai. Untuk pengembangan klaster cabai di daerah, Bank Indonesia Bandar Lampung telah menyusun road map dan kedepan akan melibatkan berbagai elemen stakeholders sehingga dapat terwujud kerjasama yang sinergis dalam pembangunan kapasitas perekonomian daerah sekaligus memitigasi volatilitas harga komoditas penyumbang inflasi di daerah.

Selanjutnya untuk meningkatkan kesejahteraan petani cabe, Bank Indonesia bekerjasama dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung serta Kabupaten Lampung Selatan berupaya untuk memfasilitasi pemasaran cabe kepada pasar industri melalui program kerjasama kemitraan pemasaran cabe dengan PT. Mitratani Agro

11

Kantor...

Page 12: ea9366819bd84320a6bcbbaa5edebf89LaporanAkhirklasterCa ... · Web viewPelaksanaan SL-GAP budidaya cabai secara resmi dibuka oleh Peneliti Ekonomi Madya Kantor Bank Indonesia Bandar

Unggul (PT. MAU) yang merupakan grower atau supplier bahan baku cabe bagi perusahaan makanan skala nasional (PT. ABC Heinz dan Indofood). Tujuan utama dari program kemitraan pemasaran dengan PT. MAU semata-mata untuk meningkatkan kapasitas perekonomian dan kesejahteraan petani cabe karena perlu diinformasikan bahwa marjin keuntungan dari kenaikan harga cabe di pasar secara umum tidak dinikmati sepenuhnya oleh petani cabe namun lebih banyak diambil oleh pedagang pengumpul atau tengkulak cabe. Program kemitraan pemasaran dengan perusahaan pengumpul tersebut diikuti oleh 12 orang yang merupakan perwakilan dari 12 kelompok tani yang tersebar di 7 kecamatan di Lampung Selatan.

Penandatanganan kerjasama kemitraan pemasaran cabe telah dilaksanakan pada tanggal 6 Desember 2011. Harga yang disepakati pada kerjasama tersebut sebesar Rp6.250,00 per kilogram cabe petik tangkai dengan spesifikasi yang dibutuhkan adalah cabe jenis biola. Kesepakatan harga tersebut bersifat dinamis yaitu ketika harga cabe di pasar mengalami kenaikan maka selisih kenaikan harga tersebut dibagi secara proporsional antara kelompok tani mitra dengan perusahaan pengumpul. Sedangkan pada saat harga cabe turun petani memperoleh lindung nilai cabe dengan harga pembelian sesuai dengan kesepakatan. Pola kemitraan dalam pengembangan klaster cabe selengkapnya diilustrasikan pada Gambar 6 dibawah.

Gambar 6. Pola Kemitraan Dalam Rangka Pengembangan Klaster CabeKet : garis bisnis

garis modal sosial

12

MoULKM/

Kelompok Tani

PT. MAUAturan Kelomp

ok

Pasar industri

pengolah makanan

Petani 1

Petani 2

Petani 3

Pasar tradisional

Bank

Fasilitator/ Pendamping

Dinas dan Bank Indonesia

PT. Surya

MentariKelayakan Usaha Pembayaran

Angsuran

AvalistPemberian

pinjaman

proporsional...

Page 13: ea9366819bd84320a6bcbbaa5edebf89LaporanAkhirklasterCa ... · Web viewPelaksanaan SL-GAP budidaya cabai secara resmi dibuka oleh Peneliti Ekonomi Madya Kantor Bank Indonesia Bandar

Disamping itu untuk memperkuat industri cabe pada sisi hulu, Bank Indonesia juga berupaya untuk memfasilitasi kerjasama penyediaan faktor input usahatani cabe melalui kerjasama kelompok tani cabe dengan PT. Surya Mentari sehingga kebutuhan sarana produksi pertanian (saprodi) dapat dipenuhi tepat waktu, mutu dan jumlah. Pada awal musim tanam program kemitraan diharapkan petani dapat memperoleh faktor produksi usahatani cabe dari perusahaan penyedia saprodi. Kualitas dan kuantitas saprodi yang digunakan sangat menentukan keberhasilan budidaya cabe merah.

Berkembangnya pola kemitraan usahatani cabe dari rantai hulu sampai dengan hilir diharapkan dapat membentuk klaster cabe yang solid. Implementasi pola kemitraan klaster tersebut mengacu pada konsep value chain market based solution yaitu pengembangan rantai nilai dari hulu sampai hilir dengan pendekatan solusi untuk mengatasi hambatan usaha oleh pelaku usaha (swasta) dan bersifat komersial sehingga dapat berkelanjutan.9 Kelompok tani tersebut melakukan kerjasama kemitraan dengan PT. Mitratani Agro Unggul dalam pemasaran hasil panen cabe secara win-win solution. Perusahaan mitra mendistribusikan kepada pasar industri untuk cabe yang memenuhi syarat kualitas sesuai kesepakatan sedangkan cabe yang dibawah standar dapat dipasarkan pada pasar tradisional (pasar lokal).

Kerjasama Kemitraan Sebagai Kunci Sukses Kesetaraan Pemasaran Hasil Panen Petani Cabe

“Buah Manis Hasil Kegiatan Sekolah Lapang Good Agricultural Practices (SL-GAP)”

Selasa tanggal 6 Desember 2011 Bank Indonesia Bandar Lampung memfasilitasi penandatanganan Nota Kesepahaman Bersama kerjasama kemitraan pemasaran hasil panen cabe antara kelompok tani yang tergabung dalam klaster cabe dengan PT. Mitratani Agro Unggul (PT.MAU). Pertemuan lintas stakeholders yang dilaksanakan di Hotel Grand Elty Krakatoa Nirvana Resort tersebut dihadiri oleh kelompok tani cabe dan stakeholders mitra kerja Bank Indonesia Bandar Lampung yang meliputi Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung serta Kabupaten Lampung Selatan, PT. MAU, Akademisi Fakultas Pertanian-Universitas Lampung, Perusahaan penyedia benih PT. Surya Mentari, Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan sebagai pemangku kebijakan di Kabupaten Lampung Selatan dan perbankan di wilayah Kabupaten Lampung Selatan.

Pemimpin Bank Indonesia (PBI) Bandar Lampung, Gandjar Mustika memberikan pengarahan terkait dengan fenomena kenaikan harga (inflasi) di Provinsi Lampung yang disebabkan oleh volatilitas harga cabe di pasar yang disebabkan oleh adanya supply shock akibat terganggunya distribusi pada waktu tertentu misalnya pada hari besar keagamaan (Idul Fitri dan Idul Adha). Adanya latar belakang tersebut dipandang perlu untuk melaksanakan kerjasama kemitraan yang setara atau win-win solution sebagai salah satu strategi untuk mengurangi perilaku spekulasi dari pedagang pengumpul cabe yang secara aktif mengambil hasil panen petani untuk didistribusikan pada wilayah di luar Provinsi Lampung sehingga mengakibatkan pasokan cabe di wilayah Lampung mengalami kekurangan. Perlu disampaikan bahwa secara umum marjin keuntungan dari kenaikan harga cabe di pasar tidak dinikmati oleh petani cabe namun lebih banyak diambil oleh pedagang pengumpul atau

9 Action For Enterprise (AFE), 201113

syarat...

Page 14: ea9366819bd84320a6bcbbaa5edebf89LaporanAkhirklasterCa ... · Web viewPelaksanaan SL-GAP budidaya cabai secara resmi dibuka oleh Peneliti Ekonomi Madya Kantor Bank Indonesia Bandar

tengkulak cabe, tegas Gandjar Mustika mengakhiri arahannya.

Selaras dengan arahan PBI Bandar Lampung, Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan, Tony OL. Tobing, mewakili Bupati Lampung Selatan menyampaikan bahwa tujuan utama dari program kemitraan pemasaran dengan PT. MAU semata-mata untuk meningkatkan kapasitas perekonomian dan kesejahteraan petani cabe sehingga

nilai tambah produktivitas budidaya cabe sepenuhnya dapat dinikmati petani. Asisten II mengucapkan terima kasih atas partisipasi aktif Bank Indonesia Bandar Lampung dalam mendorong ekonomi kerakyatan berbasis komoditas unggulan di Kabupaten Lampung Selatan. Adanya kerjasama yang baik dan sinergis ini dapat mewujudkan masyarakat Kabupaten Lampung Selatan yang sejahtera dan mandiri dalam berusaha.

Kegiatan dilanjutkan dengan penandatanganan bersama Surat Perjanjian Kemitraan Pemasaran Cabe Besar yang dilakukan para pihak yang melaksanakan kerjasama yaitu Koordinator Petani Cabe Program Klaster yang diwakili oleh local champion petani cabe yaitu Sarwo Edi dan perusahaan pengumpul cabe yang diwakili oleh Direktur PT. MAU, Dadi Sudiana yang didampingi Presiden Direktur PT. MAU, Beni Kusbini. Penandatanganan juga dilakukan oleh Kadis Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung serta Kabupaten Lampung Selatan sekaligus PBI Bandar Lampung sebagai para pihak yang membina klaster kelompok tani cabe tersebut.

Harga yang disepakati pada kerjasama tersebut sebesar Rp6.250 per kilogram cabe petik tangkai dengan spesifikasi yang dibutuhkan adalah cabe jenis biola, hot beauty dan fantastic dengan lahan yang disediakan petani pada tahap awal seluas 18,5 Ha. Kedepan, Bank Indonesia Bandar Lampung bekerjasama dengan stakeholders berupaya untuk mengembangkan kelembagaan berbasis kelompok melalui kegiatan pendampingan sehingga diharapkan dapat merintis dan mewujudkan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) berbadan hukum koperasi dalam rangka memperkuat permodalan petani cabe sekaligus menjadi katalisator terwujudnya financial inclusion pada masyarakat agribisnis cabe di wilayah pedesaan.

Kegiatan penandatanganan kerjasama kemitraan pemasaran hasil panen cabe tersebut ditutup dengan kegiatan diseminasi hasil penelitian lending model usahatani cabe yang disampaikan oleh Hanung Ismono wakil dari Tim Peneliti Fakultas Pertanian Unila yang dirangkaikan dengan workshop budidaya cabe yang

14

Presiden...

Page 15: ea9366819bd84320a6bcbbaa5edebf89LaporanAkhirklasterCa ... · Web viewPelaksanaan SL-GAP budidaya cabai secara resmi dibuka oleh Peneliti Ekonomi Madya Kantor Bank Indonesia Bandar

disampaikan oleh petani sukses dari Jawa Timur yaitu Slamet Karen yang telah berhasil menerapkan teknik pertanian berbasis prinsip Good Agricultural Practices (GAP)

Akhirnya...kerjasama antara Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung dengan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung dan Kabupaten Lampung Selatan telah memetik “buah manis” hasil kegiatan SL-GAP di Kabupaten Lampung Selatan.

Disamping meningkatkan kesejahteraan petani, kerjasama kemitraan tersebut merupakan media belajar petani untuk menerapkan sistem pertanian dengan prinsip GAP dan berorientasi kepada market. Petani cabe yang telah terampil dan mempunyai kompetensi dalam budidaya cabe dapat menghasilkan produk yang berdaya saing global sehingga dapat bersaing dengan produk pertanian impor. Untuk mengawal program kemitraan pemasaran tersebut, ke depan Bank Indonesia bekerjasama dengan stakeholders berupaya untuk mengembangkan kelembagaan berbasis kelompok melalui kegiatan pendampingan sehingga diharapkan dapat merintis dan mewujudkan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) berbadan hukum koperasi petani cabe dalam rangka memperkuat permodalan petani.

Eksistensi koperasi sangat bermanfaat bagi kelompok tani cabe untuk dapat bermitra secara setara dengan end user cabe. Selain itu, dengan adanya koperasi diharapkan dapat memfasilitasi pembiayaan perbankan yang disalurkan melalui program linkage kepada koperasi. Petani yang mempunyai kemandirian pada aspek permodalan dapat mengurangi ketergantungan pemenuhan modal dari pedagang pengumpul. Aspek pemodalan petani harus diperkuat karena usahatani cabe tergolong padat modal, adapun kebutuhan modal budidaya cabe per hektar mencapai ± Rp39.000.000,00. Disamping itu, berkembangnya LKM dapat menjadi katalisator terwujudnya financial inclusion masyarakat petani di pedesaan melalui fasilitasi pembiayaan perbankan melalui koperasi maupun secara langsung. Disamping itu, adanya kelembagaan yang solid diharapkan dapat mendorong skim pembiayaan kredit program pemerintah (misal : KUR, KKPE dan KPEN-RP) kepada kelompok tani cabe.

D. PENCAPAIAN KLASTERPelaksanaan program pengembangan klaster nasional cabe di

wilayah Lampung Selatan telah memperoleh beberapa pencapaian antara lain sebagai berikut :1. Tersusunnya program kerja lintas satker dalam rangka pengembangan

klaster nasional cabe di wilayah Lampung Selatan yang melibatkan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten dan Pemda Kabupaten Lampung Selatan;

15

D. PENCAPAIAN...

Page 16: ea9366819bd84320a6bcbbaa5edebf89LaporanAkhirklasterCa ... · Web viewPelaksanaan SL-GAP budidaya cabai secara resmi dibuka oleh Peneliti Ekonomi Madya Kantor Bank Indonesia Bandar

2. Terlaksananya program Sekolah Lapang Good Agricultural Practices (SL-GAP) kepada 6 kelompok tani cabe dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani cabe dalam melakukan budidaya sesuai dengan prinsip Good Agricultural Practices sehingga dapat mendorong produktivitas hasil panen cabe;

3. Terwujudnya kerjasama kemitraan kelompok tani cabe anggota klaster dengan PT. Mitratani Agro Unggul (PT. MAU) yang diikuti oleh 12 petani cabe perwakilan dari 12 kelompok tani sebagai tindak lanjut dari program sekolah lapang. Adapun manfaat langsung yang diperoleh dengan adanya program kerjasama kemitraan pemasaran adalah sebagai berikut :a. Meningkatkan kesejahteraan petani dengan adanya kepastian pasar

dan mengurangi risiko kerugian petani cabe karena adanya lindung nilai (hedging) hasil panen petani;

b. Mengurangi perilaku spekulatif pedagang pengumpul yang dapat memicu supply shock yang pada akhirnya mengakibatkan volatilitas harga cabe;

c. Mendorong intermediasi perbankan kepada petani cabe melalui program inti plasma dengan PT. Mitratani Agro Unggul sebagai avalis bagi kelompok tani mitra.

4. Adanya kesadaran dan keinginan kelompok tani untuk memperkuat modal sosial melalui perintisan pembentukan Lembaga Keuangan Mikro (LKM).

E. KESIMPULAN DAN LESSONS LEARNED Informasi program pengembangan klaster nasional cabe yang telah

diuraikan tersebut di atas dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :1. Fenomena kenaikan harga (inflasi) di Lampung salah satunya

disebabkan oleh volatilitas harga cabe di pasar akibat terganggunya pasokan, distribusi maupun kenaikan harga pada musim tertentu misalnya pada hari besar keagamaan (Idul Fitri dan Idul Adha) dan pada saat musim tanam cabe;

2. Usahatani cabe tergolong padat modal, namun kenyataannya akses petani terhadap pembiayaan perbankan belum berkembang dengan baik karena masih dominannya peran pedagang pengumpul (tengkulak) dalam penyediaan modal bagi petani;

3. Terdapat tiga profil rantai nilai di wilayah Lampung Selatan yang dikelompokkan berdasarkan varietas cabe meliputi : (1) rantai nilai cabe merah dengan varietas TM-09; (2) rantai nilai dengan varietas lado/taro; dan (3) rantai nilai dengan varietas biola. Masing-masing jenis rantai nilai tersebut memiliki karakteristik yang khas dalam menciptakan keterkaitan institusional dan koordinasi di antara pemasok, produsen, pedagang dan distributor;

4. Bank Indonesia memberikan bantuan teknis kepada kelompok tani cabe dalam rangka penguatan kelompok tani cabe dari sub sistem hulu

16 4. Bank...

Page 17: ea9366819bd84320a6bcbbaa5edebf89LaporanAkhirklasterCa ... · Web viewPelaksanaan SL-GAP budidaya cabai secara resmi dibuka oleh Peneliti Ekonomi Madya Kantor Bank Indonesia Bandar

(budidaya) sampai dengan sub sistem hilir (pemasaran) sesuai dengan konsep value chain market based solution.10

Pada proses kegiatan pengembangan klaster yang telah dilaksanakan oleh KBI Bandar Lampung terdapat Lessons Learned yang dapat diperoleh sebagai referensi dalam pengembangan klaster selanjutnya antara lain sebagai berikut :1. Rencana dan atau proses pengembangan klaster diharapkan dapat

dibantu melalui adanya kesepakatan bersama/komitmen masing-masing pemangku kebijakan di tingkat pusat, sehingga dapat membantu kelancaran dalam koordinasi dan pelaksanaan program kerja di daerah (terutama untuk pengembangan klaster nasional bagi komoditas yang memberikan kontribusi pada peningkatan laju inflasi);

2. Program pengembangan klaster perlu mendapatkan dukungan atau selaras dengan arah kebijakan Pemda setempat sehingga peran pemda dapat menjadi katalisator dalam implementasi program klaster;

3. Pemberian program pelatihan kepada kelompok tani diharapkan dapat diikuti dengan pelaksanaan pendampingan secara intensif sehingga dapat memonitor implementasi hasil kegiatan pelatihan;

4. Peran pedagang pengumpul sebagai penampung dan pemberi modal perlu dibatasi melalui program kerjasama kemitraan pemasaran dengan perusahaan yang bersifat setara (win-win solution). Hal tersebut dipandang penting karena agar karakteristik spekulasi pedagang pengumpul dapat dikurangi sehingga pola distribusi cabe dapat terkontrol dan petani tidak terjerat dalam saluran pemasaran tunggal;

5. Lembaga berbasis kelompok (misal : LKM) perlu dibentuk untuk membangun modal sosial diantara petani cabe sehingga pada akhirnya petani menjadi suatu kelembagaan yang solid;

6. Program klaster cabe perlu dikembangkan di wilayah dengan demand cabe yang tinggi (misal : Padang) sehingga demand cabe dapat dipenuhi secara mandiri dan tidak bergantung pada daerah lain (misalnya Lampung) sehingga tidak menimbulkan gap cabe di wilayah Lampung yang akhirnya dapat memicu stabilitas harga;

7. Fenomena volatilitas harga cabe merupakan permasalahan nasional karena melibatkan wilayah/Provinsi lain dalam pembentukan interaksi permintaan dan penawaran cabe.

10 Action For Enterprise (AFE), 201117