E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
MENGHARGAI ANAK
(Majalah Anak sholih Vol. Januari 2011)
Berhasil mendidik anak, tentu sangat diharapkan oleh orangtua, pengajar, ataupun
setiap individu yang berkompeten dalam masalah pendidikan anak. Berbagai kiat
ditempuh. Di antaranya dengan memberikan penghargaan dalam keberhasilan.
Keberhasilan kita sebagai seorang pendidik tidaklah bersandar pada hukuman
fisik. Bahkan hal itu dilakukan seminimal mungkin, sesuai dengan kebutuhan.
Pemberian penghargaan justru lebih dikedepankan daripada pemberian hukuman,
karena hal ini akan lebih memotivasi anak untuk belajar serta menyemaikan
keinginan untuk mendapat tambahan pendidikan dan pengajaran.
Beda halnya dengan hukuman. Hukuman akan meninggalkan pengaruh buruk
dalam jiwa si anak, yang akhirnya justru menjadi penghalang baginya untuk
memahami serta mencerna ilmu yang diberikan. Selain itu juga akan mengubur
optimisme dan keberaniannya. Betapa banyak terjadi, seorang anak keluar dari
sekolah karena melihat beragam kekasaran dan kezhaliman yang dilakukan oleh
sebagian gurunya. Lebih dari itu, mereka biasa menyebut gurunya yang keras
dan kasar dengan sebutan ‘orang zhalim’.
Karena itu, hendaknya kita dahulukan segala bentuk pemberian penghargaan
sebelum memberikan hukuman, karena sebenarnya inilah asalnya.
Berbagai Bentuk Penghargaan antara lain:
1. Pujian
Sewajarnya kita memuji anak bila melihatnya berperilaku baik atau
bersungguh-sungguh. Kita bisa sampaikan, misalnya, “Bagus, semoga Allah
Subhanahu wa Ta’ala memberikan berkah kepadamu!” atau “Memang
Fulan ini anak yang paling baik!” ataupun ucapan-ucapan baik yang
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
sejenis. Ucapan ini akan memotivasi anak, menguatkan jiwanya, juga
memberikan pengaruh yang sangat baik dalam dirinya. Hal ini akan
mendorongnya untuk mencintai orang yang mendidiknya. Terbuka pula
pikirannya untuk terus belajar.
Di samping itu, dalam waktu yang sama akan memotivasi anak lain untuk
mencontoh si anak yang dipuji dalam adab, perilaku, atau
kesungguhannya, agar memperoleh pujian pula. Ini lebih baik daripada
memberikan hukuman fisik pada mereka.
2. Penghargaan secara materi
Anak memiliki tabiat menyukai hadiah. Biasanya mereka begitu ingin
mendapatkannya. Karena itu, layak kiranya jika kita berikan apa yang
mereka sukai ini pada kesempatan tertentu.
Anak yang rajin, berakhlak baik, melaksanakan kewajiban shalat atau
perbuatan baik lainnya, kemudian mendapat hadiah, akan merasa gembira
dan puas dengan apa yang didapatkannya.
3. Doa
Semestinya pula kita berikan motivasi kepada anak yang rajin, beradab
atau rajin menegakkan shalat dengan mendoakannya, misalnya kita doakan:
هرا با ل ب ق ت مس لك أرجو الله، قك ف و
“Semoga Allah memberikan taufik kepadamu, mudah-mudahan masa
depanmu cerah.”
Kepada seorang anak yang biasa lalai atau berperilaku jelek, kita bisa
mendoakan:
داك ه و الله لحك أص
“Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memperbaiki dirimu dan memberi
petunjuk kepadamu.”
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
4. Menuliskan namanya di papan
Jika kita seorang pendidik di sebuah sekolah, kita bisa pula memasang
semacam papan pengumuman di tempat yang mudah dilihat. Di situ ditulis
nama-nama anak sesuai kelebihannya, baik dalam perilaku, kesungguhan,
kebersihan, dan yang lainnya. Pengumuman semacam ini akan menjadi
motivasi bagi yang lainnya untuk mencontoh mereka, sehingga nama
mereka juga akan ditulis di papan tersebut.
5. Menunjukkan kebaikannya
Ketika anak mampu dengan baik menerangkan suatu pelajaran di depan
kelas, menyampaikan hafalan, memecahkan suatu soal, atau membacakan
salah satu surat Al-Qur`an, kita bisa menepuk bahunya untuk
memotivasinya sambil mengatakan:
يك ف الله بارك
“Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi berkah kepadamu!”
6. Menganggap diri kita bagian dari mereka
Bila kita ingin memberikan penghargaan pada anak-anak yang memiliki
kelebihan, bisa pula dengan menyatakan bahwa kita merupakan bagian dari
mereka. Ini akan menjadi penghargaan besar bagi mereka. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
ر نصا ل ا من أ امر نت ك ل ة هجر ل ا ل و ل
“Seandainya bukan karena hijrah, tentu aku akan menjadi salah seorang
dari kaum Anshar.” (HR. Al-Bukhari no. 7244)
7. Wejangan
Penghargaan pada seorang anak yang baik bisa pula berupa wejangan
kepada anak-anak dan pendidik yang lain untuk berbuat baik pada si
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
anak. Ini merupakan motivasi bagi anak itu sendiri maupun bagi anak-
anak yang lain, sehingga mereka pun akan mencontoh kesungguhan dan
akhlaknya
8. Wejangan pada keluarga si anak
Kita bisa pula menulis surat untuk keluarga anak yang ingin kita berikan
penghargaan, berisi kebaikan-kebaikan si anak dan pujian untuknya. Ini
akan mendorong keluarganya untuk memperlakukan si anak dengan baik,
serta mendorong si anak untuk terus berperilaku terpuji.
Semestinya pula kita menanyakan, bagaimana akhlak dan perilaku anak-
anak di rumahnya, dan penjagaan mereka terhadap shalat lima waktu.
Bagi anak laki-laki, tentunya bisa dengan membuat lembaran yang diisi
oleh walinya maupun imam masjid, sehingga dapat diketahui penunaian
shalat jamaah mereka.
9. Membantu anak yang kekurangan
Cara lain yang dapat kita tempuh adalah menyeleksi beberapa anak untuk
mengumpulkan sedekah bagi anak lain yang membutuhkan pakaian, bahan
makanan, buku-buku, atau alat sekolah. Kita sendiri turut ambil bagian
dalam kegiatan ini, agar anak-anak mau mengikuti. Lalu kita sampaikan
ucapan terima kasih kepada anak-anak yang telah memberikan bantuan di
depan teman-teman mereka untuk memotivasi mereka semuanya, agar
nantinya mereka tergerak untuk bersedekah dan memperoleh pahala di sisi
Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala akan
mengganti harta yang mereka infakkan. Kita ingatkan pada mereka firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala:
ين ق ز الرا ير خ و ه و فه ل يخ و ه ف ء شي من تم ق ف ن أ وما
“Dan segala sesuatu yang kalian infakkan, maka Allah akan menggantinya,
dan Dia sebaik-baik Pemberi rizki.” (Saba`: 39)
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
Bisa pula kita sisihkan sebagian infak untuk membeli hadiah bagi anak
yang rajin, yang taat pada pengajar maupun orangtuanya, yang bersih
pakaiannya, ataupun anak yang baik perilakunya.
Wallahu ta’ala a’lamu bish-shawab.
(Dinukil dengan beberapa perubahan dari kitab Nida` ilal Murabbiyyin wal
Murabbiyat li Taujihil Banin wal Banat, hal. 83-98)
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
BEBERAPA KESALAHAN PARA PENDIDIK
(Majalah Anak sholih Vol. Februari 2011)
Berikut ini sebagian kesalahan yang sering dilakukan oleh para pendidik.
Semoga Allah memberikan maunah (pertolongan)-Nya kepada kita untuk dapat
menjauhinya dan menunjukkan kita kepada kebenaran.
1. Ucapan pendidik tidak sesuai dengan perbuatan.
Ini merupakan kesalahan terpenting karena anak belajar dari orangtua
beberapa hal. tetapi ternyata bertentangan dengan apa yang telah
diajarkannya. Tindakan ini berpengaruh buruk terhadap mental dan perilaku
anak.
2. Kedua orangtua tidak sepakat atas cara tertentu dalam pendidikan anak.
Anak akhimya menjadi bingung mana yang benar dan mana yang salah di
antara keduanya. Dengan pengertiannya yang masih terbatas, ia belum
mampu membedakan mana yang benar dan yang salah sehingga hal itu
akan mengakibatkan anak menjadi bimbang dan segala urusan tidak jelas
baginya. Sementara, kalau kedua orangtua mempunyai cara yang sama dan
tidak memujukkan perbedaan ini, niscaya tidak terjadi kerancuan tersebut.
3. Membiarkan anak jadi korban televisi.
Padahal ini sangat berpengaruh terhadap akhlak dan fithrah mereka,
sampai apa yang dinamakan dengan acara anak-anak pun penuh dengan
pemikiran-pemikiran keji yang diperoleh anak melalui acara yang
ditayangkan.
4. Menyerahkan tanggung jawab pendidikan anakkepada pembantu atau
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
pengasuh.
jika kita terpaksa mengambil pembantu, usahakanlah mendapat pembantu
muslimah yang baik dan usahakan tidak bersama anak kecuali sebentar
saja dalam keadaan terpaksa.
5. Pendidik menampakkan kelemahannya dalam mendidik anak.
Ini banyak tejadi pada ibu-ibu dan kadangkala terjadi pada bapak-bapak.
Kita dapatkan, misalnya, seorang ibu berkata: "Anak ini mengesalkan. Aku
tidak sanggup. Tak tahu, apa yang kuperbuat dengannya. Padahal anak
mendengarkan ucapan ini maka ia pun merasa bangga dapat mengganggu
ibunya dan membandel karena dapat menunjukkan keberadaannya dengan
cara itu.
6. Berlebihan dalam memberi hukuman dan balasan.
Hukuman adalah sesuatu yang disyariatkan dan termasuk salah satu sarana
pendidikan yang berhasil yang sesekali mungkin diperlukan pendidik.
Namun ada yang sangat berlebihan dalam menggunakan sarana ini,
sehingga membuat sarana itu berbahaya dan berakibat yang sebaliknya.
7. Berusaha mengekang anak secara berlebihan.
permainan penting bagi pertumbuhan anak dengan baik. "Permainan di
tempat yang bebas dan luas termasuk faktor terpenting yang membantu
pertumbuhan jasmani anak dan menjaga kesehatannya."
8. Mendidik anak tidak percaya diri dan merendahkan pribadinya.
seyogianya kita mempersiapkan anakanak kita untuk dapat mekksanakan
tugas-tugas dien dan dunia. Dan hal ini tidak tercapai kecuali dengan
mendidik mereka memiliki rasa percaya dan harga diri namun tidak
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
sombong dan takabur; serta senantiasa mengupayakan agar anak dikenalkan
kepada hal-hal yang bernilai tinggi dan dijauhkan dari hal-hal yang
bernilai rendah.
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
OPTIMALISASI NASIHAT, MELALUI 'RASIONALISASI'
PERINTAH DAN LARANGAN
(Majalah Anak Sholih Vol Maret 2011)
Rasionalisasi di sini mengacu pada nasihat Ali,
"Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar pemahaman mereka (sesuai
dengan apa yang dapat mereka mengerti). Sudikah engkau menyaksikan Allah
dan Rasul-Nya didustakan?[1]"
Saat rasio anak-anak dapat menangkap maksud dan tujuan nasihat kita, dengan
dasar-dasar syariat itu, saat itulah segala nasihat itu berhasil di rasionalisasi
secara sempurna. Berikut ini, beberapa langkah praktis yang bisa membantu ke
arah tujuan tersebut:
1. Berikan perintah yang jelas
Jangan sekadar mengatakan 'tidak boleh!" atau 'jangan !' tanpa memberikan si
anak alasan mengapa Anda menyuruh atau melarangnya demikian.
Misalnya, ketika melarang anak makan di depan pintu, katakan, "Jangan makan
di depan pintu, nanti orang tidak bisa lewat!" atau ketika anak melompat-lompat
di atas tempat tidur, berikan penjelasan jika ia sering melompat di atas tempat
tidur nanti akan ambruk atau tempat tidur akan rusak dan seterusnya. Dengan
begitu, anak akan mengerti mengapa anda melarangnya.
Soal bahwa segala yang berbahaya itu dilarang dalam Islam, tentu kita sudah
mengerti. Maka anak-anak juga harus dibiasakan untuk mengerti
"Yang membahayakan diri sendiri dan membahayakan orang lain adalah
haram[2]."
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
Tapi soal bentuk bahaya itu, kebanyakan anak sulit memahaminya, tanpa ia
merasakannya sendiri, atau tanpa ia melihat sendiri orang yang mengalami
bahaya tersebut. Jadi, artikulasinya tak selalu mudah.
Nah, bila hal yang jelas itupun terkadang masih sulit dipahami, maka segala
perintah dan larangan yang tidak menyertakan alasannya secara gamblang,
seorang anak biasanya akan semakin sulit menerimanya. ‘Kenapa dilarang, adik-
adik tadi juga duduk di sini semua.’ Ungkapan pembelaan itu mungkin kerap
muncul. Dan kita harus menanggapinya secara bijak. ‘Iya. Tapi duduk di sini
khan berbahaya, nanti ada orang lewat terburu-buru, atau ada tamu mau masuk.
Kalau kamu melihat adik-adik di sini, harus kamu larang juga...’
Biasanya, ada sebagian orang tua yang merasa kesal digugat seperti itu. ‘Sudah,
pokoknya gak usah duduk di situ, masalah adik-adikmu masa bodoh..’ ungkapan
seperti itu akan semakin membuyarkan nalar anak-anak, dan akhirnya mereka
akan semakin terbiasa membantah perintah dan larangan orang tuanya.
2. Buat batasan
Seorang anak bisa bersikap keras kepala jika dilarang atau diperintah secara
sembarangan, apalagi dengan suara keras dan membentak-bentak. Bila suatu saat
seorang anak membandel saat diperingati, hadapilah sikapnya dengan sikap tegas
dan lugas, namun bukan berarti keras dan kasar, juga jangan mengomel atau
terlalu merayu-rayunya. Katakan apa yang anda inginkan, tegaskan bahwa si
anak harus melakukan apa yang Anda katakan. Terlalu banyak mengomeli anak
justru membuat anak semakin bingung, dan tak lagi memahami artikulasi
perintah Anda. Terlalu banyak merayu-rayu juga tidak bagus, akan membuat si
anak manja, dan baru akan mau diperintah dan dialrang, bila dirayu-rayu.
Frekuensi kebandelannya juga makin hari makin meningkat.
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
3. Jika memungkinkan, berikan pilihan yang jelas
Memberi pilihan adalah salah satu metoda yang bagus, dalam mengungkapkan
perintah dan larangan kepada anak.
Misalnya, "Kamu harus mandi sekarang. Kalau mandinya nanti, airnya sudah
keburu habis!"
Bentuk nasihat seperti itu, tentu tidak bisa disampaikan dalam setiap kondisi dan
persoalan. Biasanya, itu untuk jenis-jenis pelanggaran ringan yang tidak
berbahaya, tapi cukup mengganggu kemasalahtan, seperti terlambat mandi,
terlambat makan, dan sejenisnya. Orang tua harus mampu menjabarkannya secara
harfiyah, bahwa pilihan pertama adalah mandi sekarang, dan air masih
berlimpah, mandi puas dan tidak terburu-buru. Pilihan kedua, mandi nanti,
dengan resiko air tinggal sedikti atau habis sama sekali, dan tentunya sangat
terburu-buru. Cara pemberian alterantif itu, meski dibahasakan secara harfiah,
tapi tidak terkesan menggurui, dan akan membimbing anak untuk mampu
berpikiran cerdas, taktis dan cermat.
4. Peringatkan lebih awal
Kondisi kejiwaan anak yang masih labil, mengaruskan Anda sebagai orang tua
untuk tidak terlalu ujug-ujug memerintah dan melarang anak, tanpa si anak
memiliki persiapan kejiwaan, untuk beralih dari satu kondisi ke kondisi lain.
Terutama sekali, bila kondisi awal lebih disukai anak.
Ketika seorang anak Anda sudah terlalu lama bermain dan sudah waktunya
untuk tidur, cobalah untuk mengingatkannya lima atau sepuluh menit lebih awal.
Dengan begitu, anak anda tahu bahwa sebentar lagi ia harus berhenti bermain.
Sehingga ketika saatnya benar-benar tiba, ia tak akan membantah Anda karena
ia sudah mempersiapkan dirinya untuk berhenti bermain.
Satu hal yang perlu diingat oleh orangtua adalah, bahwa anak tetaplah anak
dengan pikiran polosnya. Bagi anak, dunianya penuh dengan kegembiraan dan
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
keceriaan. Sehingga kekerasan bukanlah cara yang tepat untuk menghadapi
sikapnya. Cobalah untuk menunjukkan rasa kasih sayang dan dukungan Anda
kepadanya.
Teori ‘memberi kesiapan’ sesungguhnya adalah teori Islam dalam
berbagai hal. Itulah sebabnya, ada larangan, ‘Jangan dekati zina,’ bukan, ‘Jangan
berzina.’ Kedua perintah itu ada dalam Islam. Tapi selain memerintahkan
substansi amalan zina, Islam juga melarang hal-hal yang bisa mendekatkan
seseorang kepada perzinaan. Hal itu penting, karena sesungguhnya setiap
aktivitas itu memiliki tanda-tanpa kapan akan bermulai, dan kapan akan
berakhir. Peringatan yang hanya tervokus pada sebuah aktivitas saat terjadi atau
sangan mendeakti waktu terjadinya, akan sulit diantisipasi oleh mereka yang
cenderung belum terbiasa.
Selain melarang seorang anak untuk bersikap durhaka kepada
orang tua, Islam sudah melarang seorang anak berkata, ‘ah,’ saat menanggapi
perintah orang tua. Tujuannya adalah menutup jalan ke arah kedurhakaan.
Karena bila seorang anak sudah terbiasa berkata-kata kasar kepada orang tuanya,
ia akan begitu mudah pula melakukan hal yang jauh lebih terlarang, seperti
menyakiti hati orang tua, hingga menzhalimi mereka. Wal iyaadzu billah.
5. Jangan terlalu banyak melarang
Selain hal-hal yang patut dilarang karena melanggar syariat, atau dianggap
betul-betul berbahaya, sebaiknya sebagai orang tua yang baik, Anda bersikap
minimalis dalam soal larang melarang. Anda tidak boleh punya kekhawatiran
berlebihan, apalagi paranoid, bila melihat anak-anak Anda bermain, berlari-lari,
atau sekadar duduk dan bermain pasir misalnya. Beri saja pesan-pesan singkat,
yang bukan murni larangan, ‘Kalau lari, jangan kencang-kencang ya, hati-hati.’
Atau, ‘Berlarinya sebelah sana saja ya, di sini berbahaya, nanti bisa
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
tersandung..’ dan sejenis itu. Karena larangan yang terlalu berlebihan, justru
akan membuat anak-anak Anda kebingungan, dan menganggap hidup ini begitu
repotnya. Wajar, ketika anak Anda lebih suka berinteraksi dengan guru di
sekolah, di rumah neneknya –yang bisa jadi justru bersikap terlalu longgar
dalam mendidik cucunya—atau bahkan dengan para tetangga. Sikap tegas dalam
syariat itu harus, tapi ketegasan itu jangan membuat Anda berlebih-lebihan,
sehingga mencampurkan antara larangan syariat dengan larangan pribadi Anda
sebagai ibu atau ayah dari anak Anda.
Anak-anak jangan dibiarkan menanam kebencian dalam jiwa mereka,
terhadap peraturan RUMAH. Maka, irit-iritlah menggunakan kata larangan.
Kalaupun harus melarang, gunakan sebisa mungkin ungkapan yang terkesan
bukan sebagai murni larangan. Kalau melihat anak makan dengan tangan kiri,
coba tanya, ‘Ayo, mana tangan kanannya...’ anak tak perlu ditakut-takuti dengan
hal-hal yang belum mampu mereka resapi maknanya, ‘Eh, eh, eh, mau masuk
Neraka kamu ya? Mau ditemenin setan ya?’ Semua ungkapan itu secara
substansial benar, tapi penjelasannya harus di lokasi kejadian, saat jiwa anak
belum siap menalarnya. Ini termasuk bentuk RASIONALISASI perintah dan
larangan. Tujuan jelas, agar anak mudah menangkap maksud dari ajaran syariat
ini, tanpa terlebih dahulu pikiran mereka terjejali oleh rasa muak untuk mencoba
menalarnya.
[1] Diriwayatkan oleh Al-Bukhari I : 59.
[2] Diriwayatkan oleh Ibnu Majah II : 784, oleh Malik dalam Al-Muwaththa II :
745, oleh Al-Hakim dalam Al-Mustadrak II : 66, oleh Al-Haitsami dalam
Majma'uz Zawaa-id IV : 110, Ad-Daaruquthni IV : 227, dan oleh Al-Baihaqi
dalam Sunan-nya I : 218.
Referensi : Makalah Pendidikan Anak Islam “Agar anak Tidak Bandel” oleh
Ustadz Abu Umar Basyir
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
ANAK-ANAK MENGIKUTI PERBUATAN YANG DILAKUKAN
ORANGTUA
(Majalah Anak Sholih Vol April 2011)
Seorang anak yang melihat ayahnya selalu berzikir dan bertahlil, bertahmid, dan
bertasbih, maka dia pun akan mudah untuk mengucapkan: Laa ilaaha illalloh,
Subhanallah, dan Allahu akbar.
Begitu pula seorang anak yang dibiasakan untuk mengirim sedekah pada malam
hari karena diutus oleh orangtuanya kepada fakir miskin secara rahasia, jelas
akan berbeda dengan seorang anak yang disuruh oleh orangtuanya pada malam
hari untuk membeli narkoba atau rokok.
Seorang anak yang selalu melihat ayahnya berpuasa senin dan kamis, ikut serta
dalam shalat berjama’ah di masjid jelas akan berbeda dengan seorang ayah yang
melihat ayahnya berada di tempat perjudian atau bioskop serta tempat-tempat
hiburan yang lainnya.
Anda akan melihat seorang anak yang selalu mendengarkan suara adzan
mengulang-ngulang lantunan adzan, dan Anda akan melihat seorang anak yang
selalu mendengarkan lagu yang dilantunkan orangtuanya, melantunkannya pula.
Sungguh indah andaikata seorang ayah adalah pribadi yang slelu berbuat baik
kepada kedua orangtuanya dengan berdo’a untuk mereka dan memohon ampunan
kepada Allah bagi keduanya, selalu menanyakan keadaannya dan tenang berada
bersama keduanya, selalu memenuhi kebutuhan keduanya dan memperbanyak
berdo’a dengan ungkapan:
Robbigh firli waliwali dayya
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
“Ya Allah ampunilah aku dan kedua orangtuaku”
Dia akan selalu mengucapkan:
Robbbirhamhuma kama robbayani shoghiro
“Ya Allah, kasihanilah mereka berdua sebagaiaman mereka telah mendidikku
diwaktu kecil”
Dia pun berziarah ke makam kedua orangtuanya, bersedekah untuk keduanya,
menghubungkan kekerabatan dengan orang-orang yamg dekat dengan keduanya,
juga memberi kepada orang-orang yang selalu diberi oleh keduanya.
Jika seorang anak melihat perangai orangtuanya yang sedemikain, maka dengan
izin Allah anak itu akan meniru apa yang dilakukan orangtuanya. Dia akan
selalu memohon kepada Allah ampunan bagi kedua orangtuanya, dan sealu
melakukan sesuatu yang biasa dilakukan oleh kedua orangtunya kepada kakek
dan neneknya.
Seorang anak yang dididik shalat oleh orangtuanya jelas akan berbeda dengan
seorang anak yang biasa diajarkan menonton film, musik atau sepak bola.
Sesungguhnya jika seorang anak melihat kedua orangtuanya melakukan shalat
malam dengan menangis karena takut kepada Allah juga dengan membaca
alqur’an, niscaya dia akan berfikir kenapa ayahnya menangis? Kenapa dia
melakuakn shalat? Dan kenapa dia meninggalkan tempat tidur yang empuk lagi
hangat? Kenapa dia memilih air wudhu yang dingin ?!
Kenapa dia meninggalkan tempat tidurnya dengan memilih memohon kepada
Rabbnya dengan rasa takut dan harap?
Semua pertanyaan ini akan selalu tertanam di dalam pikiran seorang anak dan
selalu memikirkannya yang pada akhirnya si anak dengan izin Allah akan
meniru apa saja yang dilakukan oleh kedua orangtuanya.
Demikian pula anak perempuan yang melihat ibunya selalu berhijab dan
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
menutup diri dari laki-laki lain, dia telah dihiasi dengan rasa malu dan sikap
menjaga kehormatan, kesucian dirinya telah menjadikan dirinya mulia. Jika
ibunya demikian niscaya anaknya juga akan belajar menanamkan rasa malu,
menjaga kehormatan dan kesucian dari ibunya. Sedangkan anak perempuan yang
melihat ibunya selalu berhias diri di depan setiap laki-laki, bersalaman, dan
bercampur baur, tertawa dan tersenyum dengan laki-laki lain bahkan berdansa
dengan mereka, maka anaknya pun akan belajar yang demikian itu darinya.
Maka bertakwalah kalian wahai para ibu dan ayah! Jagalah anak-anak kalian,
dan jadilah kalian sebagai suri tauladan bagi mereka dnegna perangai yang baik
dan tabiat yang mulia. Sebelum itu semua, jadilah kalian sebagai suri tauladan
dengan memegang teguh agama Allah juga Nabi-Nya.
Maroji’ :
Ensiklopedi Pendidikan Anak hal 38 (Fiqh Tarbiyatil Abnaa’ wa Thaa-ifatun
min Nashaa-ihil Athibba’), Mushthafa al-’Adawi
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
KETIKA SI KECIL TANTRUM
(Majalah Anak Sholih Vol Mei 2011)
Si kecil pun bisa menciptakan badai, badai tantrum namanya. yaitu perilaku si
kecil yang tiba-tiba menunjukan kerewelannya dengan mengamuk,menangis
keras,memukul,menendang dan menjerit hanya karena keinginannya tidak
dimengerti atau tidak dituruti. meski dirasa sebagai ledakan dahsyat yang tak
terkendali serta susah dipahami tapi hal itu wajar dan merupakan proses
perkembangan yang normal si anak.bahkan para ahli psikologi anak justru
mengkhawatirkan kalau ada anak yang tak pernah mengalaminya.
Yang bisa kita lakukan sebagai orang tua adalah mengendalikan tantrum tersebut
supaya mengarah kepada hal yang lebih sehat misalnya menjadikan anak mampu
menyatakan keinginnannya secara mandiri,menyuarakan pendapat,melepas energi
emosi yang tertahan dibawah pengawasan kita serta dapat menjadi sinyal bagi
kita saat anak mengalami kelelahan,rasa sakit yang tak terungkap dengan kata-
kata.
penyebabnya secara umum karena anak merasa lapar,lelah,cemburu,belum dapat
mengatakan dengan kalimat,belum dapat mengkoordinasikanantara tubuh dan
pikiran atau karena perubahan rutinitas dan suasana dan mungkin juga sebab
tertekan.
1. Intinya saat badai tantrum terjadi lakukan tips dibawah ini :
Pastikan anak dalam keadaan aman saat tantrum terjadi. anak memang
sedang butuh perhatian namun jangan sampai melakukan hal-hal menyakiti
diri sendiri . pindahkan anak jika tantrum terjadi di tempat ibadah atau
umum lainnya biar keributannya tak menjadi perhatian orang.
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
2. Pastikan kita tetap tenang
biarkan anak melancarkan serangan badainya sampai dia dapat
menenangkan dirinya sendiri. jangan terpancing untuk ikut emosi,
kendalikan diri kita dengan menarik nafas dalam-dalam sambil mengucap
ta'awudz untuk meredakannya dan menjauhlah sebentar dari hadapan
anak , jangan lakukan apapun termasuk menasihatinya apalagi malah
menghukum ataupun menyakiti anak.
3. Biarkan saja
selama tantrum berlangsung, sebaiknya tidak membujuk-bujuk, tidak
berargumen, tidak memberikan nasihat-nasihat moral agar anak
menghentikan tantrumnya, karena anak toh tidak akan menanggapi. usaha
menghentikan tantrum seperti itu malah biasanya seperti menyiram bensin
dalam api, anak akan semakin lama tantrum-nya dan meningkat
intensitasnya. yang terbaik adalah membiarkannya. tantrum justru lebih
cepat berakhir jika orangtua tidak berusaha menghentikannnya dengan
bujuk rayu atau paksaan.
4. Kembalikan kontrol diri anak
peluklah anak sambil menyerap serta merasakan apa yang dirasakan anak
hingga emosi mereda. katakan dengan lembut bahwa semua akan baik-baik
saja insya allah anak akan luluhdan lebih tenang. namun jika justru kita
yang tak dapat mengendalikan emosi melihat anak bertingkah seperti itu,
maka hindarilah kontak fisik karena dikhawatirkan justru terpicu menyakiti
anak.dampingilah supaya anak menyadari bahwa kita tak akan
meninggalkannya dalam kesulitan anak
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
5. Maafkanlah serta lupakan
saat sudah sedikit mereda,biarkan dia tenang dan kita perlu bersikap luwes
dan kreatif untuk membantu anak memandang situasi ini dengan
kesabaran.kelembutan dukungan dan cinta.
sumber : secrets to calming the storm
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
KIAT MENGHADAPI ANAK MEMBANGKANG DAN
BERPERILAKU KERAS
(Majalah Anak Sholih Vol Juni 2011)
Setiap keluarga tidak menginginkan anak-anaknya bertingkah laku dan bersikap
yang tidak menyenangkan orangtuanya, begitu juga membuat suasana rumah
seperti pasar, yang membuat anggota keluarga lainnya tidak nyaman.
Rumah dambaan adalah rumah yang bebas dari perilaku kasar, tidak menurut
dan sikap yang menentang, rumah yang bebas dari suasana yang tidak nyaman,
pertentangan, perdebatan dan permusuhan. Oleh karena itu, bagaimana
mengetahui kapan anak akan bertingkah laku dan bertindak kasar dan
membangkang? Apakah hal itu wajar bagi anak yang seusianya dan mengapa ia
melakukan semua itu?
Mengenali Sikap Membangkang dan Bertingkah Laku Kasar
Membangkang tidak sama dengan anak yang melakukan kekasaran atau bersikap
kasar. Membangkang, anak hanya menolak setiap apa yang diperintah atau
disuruh orang tua atau orang yang lebih besar. Dalam hal ini, anak tidak
melawan ataupun berbuat sesuatu yang menentang atau menyerang. Sikapnya
hanya sekedar menolak untuk sesaat yang nantinya ia akan melakukan perintah
itu.
Penolakan terjadi karena anak sedang asyik melakukan sesuatu yang disukai,
seperti sedang asyik bermain, sedang asyik nonton TV, sedang asyik belajar,
atau keasyikan lainnya. Atau bisa jadi karena ada sesuatu yang belum
terselesaikan dengan orangtuanya. Keasyikan atau kesenangannya ini yang
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
menyebabkan ia menolak perintah atau suruhan orang tua atau orang yang lebih
besar.
Sikap ini akan menjadi tingkah laku kasar bila sikap membangkang anak diter-
jemahkan, dipersepsi atau diartikan oleh orang tua sebagai anak yang “tidak
mau menurut”, “tidak sopan” atau “tidak patuh”. Karena dengan itu orang tua
mulai meng-adakan penekanan dengan kalimat “harus” atau memaksakan anak
untuk melakukan perintah itu, agar jangan menjadi kebiasaan atau keterusan.
Dengan paksaan dan penekanan ini, anak mulai mengadakan defensive (perta-
hanan diri) dari segala sesuatu yang datangnya dari luar, atau ia akan
menyerang orang tua lebih dahulu sebelum sikap orang tua yang menekan dan
memaksa tersebut tiba dalam kehidupannya. Sebelum terjadinya defensive ini,
anak berusaha menerima dengan sifat kecurigaan terhadap segala perintah, ajakan
yang tidak menyenangkan dan yang tidak disukainya.
Adanya kesempatan untuk melakukan tindakan kasar dan ketidaksopanan ter-
hadap orang tua maupun pada orang di sekitarnya. Sikap kasar yang membuat
orang lain merasa tidak nyaman atau merasa terganggu akan dijauhi orang lain,
baik kita sebagai orang tua maupun orang di sekitar lingkungan rumah.
Seorang anak yang dibiarkan berperilaku kasar di rumah, tidak disangsikan lagi
akan bersikap yang sama di luar rumah. Akibatnya ia tidak dihargai oleh
teman-temannya dan masyarakat di mana ia berada. Di rumah, si anak tidak
dipedulikan oleh orang tua yang sudah angkat tangan dalam menghadapinya. Di
sekolah, ia sebagai seorang anak yang menyulitkan sehingga dihindari, baik oleh
teman-teman maupun orang dewasa.
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
KIAT MENGENDALIKAN ANAK YANG SEDANG MEMBANGKANG
1. Jika dipanggil diam saja, perhatikan anak sedang apa? Mulailah dengan yang
menyenangkan anak saat muncul pembangkangan. Setelah dia beralih pandang
dengan kita baru sampaikan apa yang kita inginkan.
2. Usahakan untuk tidak memanggil atau melarang perbuatan anak dengan dua
kali panggilan atau larangan, tunggu beberapa saat, jika tidak bisa, alihkan
seperti point 1, kemudian sampaikan apa yang kita inginkan.
3. Ciptakan suasana yang menyenangkan setiap kali bersama dengan anak,
dengan penuh reaksi dan respon positif yang dilakukan anak.
4. Tidak membicarakan kesalahan anak dengan berulang-ulang dalam suasana
apapun.
5. Memberikan respon dengan reaksi yang positif setiap kali bertemu dengan
anak-anak, meskipun masih di dalam rumah, misalnya baru keluar dari kamar
dan bertemu dengan anak, maka sapalah dengan respon yang menyenangkan.
KIAT MENGENDALIKAN ANAK DENGAN TINGKAH LAKU KASAR
1. Perhatikan perilaku kasarnya, apakah merusak dirinya, lingkungan atau kedua-
nya, kemudian arahkan perhatian kita kepada satu tindakan yang akan kita
lakukan.
2. Lakukan tindakan yang telah kita arahkan, dengan nada yang tegas, tidak
perlu menggunakan amarah dan pembahasan, cukup satu kalimat dan sampaikan
dengan bahasa tubuh bahwa kita tidak suka perbuatan itu.
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
3. Berikan konsekwensi atas perbuatannya tanpa ada negosiasi, kemudian kon-
sisten terhadap konsekwensi perbuatannya. Untuk tidak melakukan perdebat-an,
nasehat atau apa saja yang menyebabkan kebimbangan anak.
4. Alihkan perhatikan pada masalah yang lain dan ciptakan suasana nyaman
untuk masalah lain. Jika ia berusaha membahas masalah yang diambil tindakan,
tetaplah dengan point 3.
Karena stimulus (rangsangan) yang ada di lingkungan sekitar kita —baik dari
media masa maupun elektronik, serta teman-teman sebaya, maupun dorongan
keinginan orang tua untuk anak baik dan menjadi orang— sehingga kita lupa
siapa anak kita. Perbedaan yang terjadi antara kita sebagai orang tua dan anak
yang menerima keinginan tersebut, maka akan timbul suatu sikap yang
menyebabkan saling menguasai, baik orang tua menguasai anaknya maupun anak
menguasai orang tuanya.
Agar tidak terjadi fenomena tersebut diatas, maka kita pahami apa yang dinama-
kan pembangkangan dan tingkah laku kasar, serta bagaimana mengendalikannya
dengan kiat-kiat yang sangat sederhana ini. Rasanya tidak akan berhasil jika kita
tidak benar-benar mempraktekkan bentuk pengendalian tingkah laku anak.
Bagi orang tua yang mempunyai anak-anak yang dalam perkembangannya
berjalan dengan baik, usahakan untuk tetap bertahan. Dan bagi anak-anak
mereka yang sudah terlanjur tercipta tindakan penolakan dan penentangan,
berusahalah dengan pengendalian ini, semoga masa depan anak-anak menjadi
harapan orang tua dan semuanya.
Oleh: Drs. Abu Bakar Baraja, Psi
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
AYO NAK, SHOLAT
(Majalah Anak Sholih Vol juli 2011)
menurut syari’at islam yang mulia, anak-anak tidak dikenai beban syari’at selagi
dia belum baligh. namun mereka harus dididik dan dilatih sejak masa anak-anak
agar menjadi terbiasa melakukan syari’at ketika telah dewasa.apabila syari’at
memerintahkan para orang tua dan wali agar memerintah anak-anak mereka
untuk menunaikan sholat, maka wajib bagi orang tua dan para murobbi untuk
mengajarkan kepada mereka perihal thoharoh sesuai dengan thoharohnya
rasulullah shalallahu alaihi wassalam, menjelaskan kepada mereka sifat wudhu
nabi shalallahu alaihi wassalam, syarat sah, rukun-rukunnya dan hal-hal yang
membatalkannya.
demikian pula harus mengajarkan tata cara sholat sesuai degan sholat rasulullah
shalallahu alaihi wassalam karena sabda beliau:
“ tunaikanlah sholat seperti kalian melihat aku sholat “.1
hendaknya anak diajari teori sekaligus praktiknya dengan diajak memperhatikan
tata cara berwudhu dan sholat bapak ibunya atau mengajaknya melakukan sholat
dan berdiri di samping orang tuanya untuk mengambil secara langsung tata cara
sholat yang benar.
ini mengingatkan orang tua, para murobbi dan para guru tk dan sd agar
mengajarkan do’a dan dzikir-dzikir dalam wudhu dan sholat sebelum yang
lainnya. hal ini perlu kita perhatikan sebab sebagian guru ada yang lebih
mendahulukan do’a dan dzikir yang lain, seperti do’a berpakaian atau yang
lainnya, daripada do’a dan dzikir dalam wudhu dan sholat.
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
sistem pengajaran seperti itu tentu salah bila ditinjau dari sisi ini, sebab syari’at
belum memerintahkannya. dan jikalau anak mengamalkannya pun tidak terlalu
berarti bila dibandingkan dengan do’a dalam wudhu dan sholat yang dituntut
untuk dihafal dan diamalkan setelah mencapai usia 7 tahun, sebagaimana anjuran
rasulullah shallahu alaihi wassalam. bila bisa didapat kedua-duanya tentu lebih
baik.
pokok – pokok pengajaran sholat
pokok-pokok pengajaran yang harus diberikan kepada anak berkaitan dengan
masalah sholat adalah sebagai berikut:
- ilmu tentang syarat sahnya sholat, rukun, wajib dan sunnah-sunnahnya.
- tata cara pelaksanaanya dari takbirotul ihrom hingga salam, meliputi gerakan-
gerakannya, bacaan dan dzikir-dzikirnya, jumlah gerakan atau jumlah bacaan dan
dzikir.
- sifat-sifat gerakan, seperti sifat tangan atau jari-jari tangan ketika takbirotul
ihrom atau ketika posisi yang lainnya, apakah dengan menggenggam jari-jari
atau dengan membuka dan rapat, ataukah membuka dengan merenggangkan jari-
jari lurus ke atas atau melengkung ke bawah.
- sifat bacaannya, antara yang sir dan yang jahr, juga panjang pendeknya suatu
gerakan dan bacaan, seperti gerakan tangan ketika takbirotul ihrom apakah
perlahan-lahan hingga beberapa menit baru sampai ke bahu dan daun telinga
ataukah bagaimana. demikian juga dengan bacaan-bacaannya, misalnya apakah
melafazhkan takbir dengan bacaan panjang seperti “ allooooohuuuuu akbaaaaar “
ataukah tidak.
- mengajarkan yang shohih dari rasulullah shalallahu alaihi wassalam dan
meninggalkan yang tidak shohih.
- mengajarkan nama-nama sholat dan waktu-waktunya serta bilangan roka’atnya.
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
- mengajarkan tata cara berpakaian yang wajar di dalam sholat.
- menanamkan akidah ( keyakinan ) bahwa orang yang sholat itu sedang
menghadap allah subhanahu wa ta’ala. maka, apabila kita menghadap kepala
desa atau orang kaya saja tidak boleh bermain-main, tentunya menghadap alloh,
sang penguasa langit dan bumi dan seluruh alam semesta, lebih sangat tidak
layak untuk bermain-main.
- mengajarkan syarat syahnya sholat yang paling utama, yaitu thoharoh dan
berwudhu, hal ini meliputi:
a. tata cara membersihkan najis tinja dan kencing sehingga benar-benar suci dan
tidak membawa najis dalam sholat. mengenalkan kepada mereka benda-benda
yang najis agar mereka jauhi, terutama ketika sholat.
b. mengajarkan tata cara berwudhu, dzikir sebelum dan sesudahnya, tata cara
penggunaan air yang sesuai dengan sunnah rasulullah shalallahu alaihi wassalam,
tidak boleh boros sekalipun banyak air, urut-urutannya dan bilangan-bilangannya.
c. tata cara membasuh, apakah membasuh dengan menyiramkan air ataukah
cukup dengan mengusap tanpa menyiramkan air. juga menjelaskan tentang sifat
membasuh dan mengusap.
d. mengajarkan kepada mereka anggota-anggota wudhu dan hal-hal yang
berkaitan dengannya, apakah yang penting anggota wudhu tersebut terkena air
sehingga cukup dicelupkan ke dalam air ataukah harus diusap da diratakan
dengan tangan.
e. mengajarkan kepada mereka batas-baras anggota wudhu, dari mana hingga ke
mana.
f. mengajarkan kepada mereka tata cara adzan dan iqomat, lafazh-lafazhnya dan
bagaimana menjawab jika mendengar adzan dan do’a sesudah adzan bagi yang
mendengar. juga tentang tata cara melafazhkannya, yaitu tidak boleh berlebihan
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
dengan memanjangkan lafazh yang seharusnya pendek atau sebaliknya, atau
lafazh yang panjang dilebihkan dari kadarnya sehingga terlalu panjang, atau
dengan merusak lafazah, seperti “ allohu akbar “ menjadi “ aulohuu akbaruu “.
g. mengajarkan kepada mereka tentang batas-batas aurat dalam sholat, sebab
aurat itu ada 2: aurat yang berkaitan dengan pandangan mata dan aurat yang
berkaitan dengan hak alloh. atau dengan istilah lain, berbeda antara aurat di luar
sholat dengan aurat di dalam sholat. contoh, anak kecil yang belum baligh tidak
ada auratnya sehubungan dengan pandangan mata, meski begitu ia tidak boleh
menunaikan sholat dalam keadaan telanjang. nabi shalallahu alaihi wassalam
bersabda:
“ janganlah salah seorang diantara kalian melakukan sholat dengan
mengenakan satu pakaian saja, yang ( dengan begitu ) kedua
pundaknya tidak tertutup “.2
sabda rasulullah shalallahu alaihi wassalam lainnya:
“ alloh tidak menerima sholat wanita yang telah baligh kecuali dengan
penutup kepala”.3
pentingnya keteladanan
semua orang sepakat bahwa mengajar dengan praktik dan memberi contoh secara
langsung jauh lebih berpengaruh positif pada pemahaman anak daripada hanya
teori semata. karena itulah hendaknya para murobbi tidak lalai dari manhaj
ta’lim ( metode pengajaran ) ini sebab inilah yang dicontohkan nabi shalallahu
alaihi wassalam dan para sahabatnya.
suatu ketika, ustman bin affan radiyallahu anhu meminta air wudhu dan
mengajak para sahabat untuk memperhatikan cara wudhu beliau dari awal hingga
akhir lalu berkata, “ seperti inilah aku melihat nabi shalallahu alaihi wassalam
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
berwudhu “.
dalam kisah yang lain, salah seorang sahabat pernah mempraktikkan sholat dari
awal hingga akhir dihadapan para sahabat yang lain, seraya mengatakan, “
kemarilah kalian! akan aku perlihatkan kepada kalian sifat sholat nabi shalallahu
alaihi wassalam “.
rosulullah shalallahu alaihi wassalam terkadang juga melakukan sholat ( sebagai
imam ) dengan berdiri dan ruku’ diatas mimbar untuk memperlihatkan sholatnya
kepada para sahabat, beliau mengatakan, “ aku melakukan ini agar kalian
mengikutiku dan mengetahui sholatku”.
contoh metode pengajaran seperti ini sangat sering diterapkan oleh rasulullah
shalallahu alaihi wassalam dan para sahabatnya. demikian itu karena teori semata
sulit untuk dipahami dan membutuhkan waktu yang lama bahkan mudah
terlupakan, berbeda dengan apa yang dialami dan dilihat secara langsung. ini
berarti orang tua dan para pendidik tidak cukup hanya menyediakan buku-buku
bacaan seputar wudhu dan sholat atau hanya memerintahkan anak untuk
melakukan sholat, namun mereka juga dituntut untuk memberikan keteladanan
berupa praktik amali di hadapan anak-anak mereka seperti yang dicontohkan
rosululloh shalallahu alaihi wassalam, sebaik-baik pendidik, dan para sahabat
beliau.
mengajarkan sholat yang benar
para pendidik dan orang tua harus mengajarkan sholat yang benar kepada anak-
anak mereka. sholat yang benar artinya sholat yang sesuai dengan sholat
rosululloh shalallahu alaihi wassalam, sebagaimana sabda beliau diatas. oleh
karena itu, sebelum melakukan pengajaran, para pendidik harus memiliki ilmu
tentang sifat sholat nabi shalallahu alaihi wassalam dan tidak cukup dengan
mengikuti sholat kebanyakan orang zaman sekarang, sebab diantara mereka
masih banyak yang melakukan bid’ah dalam sholat, baik dengan mengurangi
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
atau menambahi sebagaian dari sholat mereka yang tidak ada contohnya dari
rosululloh shalallahu alaihi wassalam. padahal sholat merupakan amal yang
paling utama yang pelakunya sangat berharap agar sholatnya bisa diterima oleh
alloh, sementara alloh tidak akan menerima sebuah amal kecuali yang ikhlas
karena alloh semata dan sesuai dengan sunnah ( petunjuk / contoh ) dari
rosululloh shalallahu alaihi wassalam.
tidak mendiamkan kesalahan
sebagian orang beranggapan bahwa tidak mengapa membiarkan anak sholat
dalam keadaan tidak benar, toh juga masih anak-anak, misalnya membiarkan
anak sholat tanpa berwudhu atau berwudhu hanya dengan membasuh telapak
tangan, wajah dan kaki saja dengan alasan bahwa anak masih kecil dan belum
baligh. anggapan ini jelas salah. perlu diketahui bahwa meskipun hukum-hukum
syari’at belum berlaku bagi anak, namun allah subhanahu wata’ala
memerintahkan dan memberi beban kepada para wali untuk memberlakukan
hukum-hukum syari’at kepada anak-anak mereka. anggapan yang salah ini jelas
bertentangan dengan perintah rosululloh shalallahu alaihi wassalam:
“ perintahkan anak-anak kalian untuk menunaikan sholat ketika mereka
berusia 7 tahun dan pukullah mereka jika meninggalkannya ketika
mereka telah berusia 10 tahun “.4
maksud dari perintah rosululloh tersebut adalah agar para orang tua menyuruh
anak-anaknya untuk thoharoh dan berwudhu dengan sempurna, berpakaian
menutup aurat dan pundak, berdiri menghadap kiblat, di tempat yang tidak
haram untuk sholat di dalamnya, melakukan tata cara sholat dari takbirotul
ihrom hingga salam lengkap dengan rukun-rukunnya, fardhu dan sunnah-
sunnahnya.
rosululloh pernah melakukan sholat malam, lalu abdulloh bin abbas datang
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
mengikuti dan berdiri di sebelah kiri beliau. maka beliau shalallahu alaihi
wassalam memutarnya dari arah kiri lewat belakang kea rah kanan beliau5
pernah salah seorang arab badui datang ke masjid lalu melakukan sholat. setelah
selesai dari sholatnya, rosululloh shalallahu alaihi wassalam mengatakan,
“ ulangi sholatmu, karena sesungguhnya engkau belum sholat “. maka
orang tersebut mengulangi sholatnya seperti sholatnya yang semula
hingga 3 kali, sampai akhirnya orang itu berkata, “ wahai rosululloh,
ajarilah aku sholat, sebab aku tidak bisa sholat kecuali dengan cara
yang seperti ini ( yakni sholat dengan gerakan yang sangat cepat,
tanpa thuma’ninah ). maka rosululloh shalallahu alaihi wassalam
mengajarinya sholat seraya menyampaikan bahwa wajib baginya untuk
thuma’ninah pada setiap gerakan sholat.
rosululloh shalallahu alaihi wassalam menganggap sholat orang ini batal karena
meninggalkan salah satu rukun sholat, yaitu thuma’ninah. sholat yang dianggap
batal oleh nabi shalallahu alaihi wassalam yang dilakukan oleh orang ini banyak
sekali dilakukan oleh anak-anak.6sehingga kewajiban para orang tua dan para
pendidik adalah membenarkan sholat mereka yang masih salah ini.
dari majalah al-mawaddah, edisi ke-12 tahun ke-2,rajab 1430 h/ juli 2009,
rubrik: yaa bunayya, oleh : ustadz abdur rohman al-buthoni, halaman : 34-36*
catatan kaki:
1. hr. bukhari 6008 [↩]
2. hr. bukhari 359 dan muslim 516 [↩]
3. shohih abu dawud 641 dan tirmidzi 377 [↩]
4. shohih abu dawud 495 [↩]
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
5. lihat shohih bukhori 117 dan shohih muslim 1824 [↩]
6. sayangnya sholat seperti ini-yaitu cepat dan tidak thuma’ninah-juga banyak
dilakukan oleh sebagian saudara kita kaum muslimin yang sudah dewasa
sekalipun. semoga alloh menunjuki mereka dan kita semua ke jalan
sunnah [↩]
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
KOMUNIKASI EFEKTIF
(Majalah Anak Sholih Vol Agustus 2011)
Ada dua hal pokok yang harus diperhatikan dalam hal ini.
Pertama: Pelajari cara berkomunikasi yang baik dan benar, serta sesuai
dengan kondisi pemahaman si anak. Tujuannya, agar seorang ibu atau orang tua,
mampu menjabarkan nasihat-nasihat bermakna, seperti yang dianjurkan dalam
Islam. Karena selain kestabilan emosi, kebagusan bahasa dan gaya penuturan
amat diperlukan dalam komunikasi yang baik. Hal itu juga perlu, bila kita
mengacu pada apa yang diungkapkan oleh Ali Bin Ali Thalib:
"Berbicaralah kepada orang sesuai dengan daya nalarnya. Apakah kalian ingin,
Allah dan Rasul-Nya didustakan?1"
Kedua: Pelajari gaya dan model komunikasi yang biasa dilakukan si anak,
agar tidak mudah terjebak pada ‘prasangka’, atau kesalahan komunikasi.
Untuk itu, ada beberapa langkah praktis yang bisa diambil:
a. Berusaha membuka dialog secara praktis.
Artinya, jangan membiarkan suasana dengan anak-anak kita menjadi kaku,
karena jarang berkomunikasi secara langsung –dalam kasus wanita-wanita
karier yang banyak bekerja di luar rumah--, atau karena ada beberapa
persoalan prinsipil yang merenggangkan hubungan antara kita, dengan
anak-anak kita misalnya. Kondisi keluarga yang kurang harmonis, bisa
menjadi pemicu ke arah itu.
b. Menjadi pendengar yang baik.
Sebagai seorang orang tua, kita harus berupaya sebaik mungkin
mendengarkan ucapan anak-anak, jangan menunjukkan mimik muka
mengejek atau merendahkan, atau menyatakan ketidaksetujuan secara kasar.
1 Diriwayatkan oleh Al-Bukhari I : 59.
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
Karena seperti juga orang yang sudah tua sekali, anak-anak cenderung
sensitif dalam menangkap kesan-kesan ejekan dalam gaya bicara kita.
c. Menghargai perasaan.
Saat Islam melarang seorang anak mengucapkan ‘uh’, yang
menunjukkan tekanan agar si anak menjaga perasaan orang tua, terutama
ibu, agar tidak tersinggung oleh ungkapan yang seremeh apapun, maka hal
yang nyaris sama juga harus dilakukan orang tua terhadap anak-anak
mereka, terutama yang masih balita, kanak-kanak atau di masa-masa
menjelang remaja. Ini bukan soal kedurhakaan, tapi soal ketidakpantasan.
Berbicara dengan buah hati, harus dengan panduan hati.
d. Jangan menyela.
Ini kiat penting untuk memberikan motivasi lebih kepada anak-anak.
Menyela, yang juga akibatnya, memutus pembicaraan si anak, selain
merupakan bentuk keburukan akhlak, juga dapat menganggu kelancaran
komunikasi timbal balik, selain juga dapat menurunkan minat anak untuk
dapat berkomunikasi secara positif dan menyampaikan ide-idenya.
e. Jangan ‘ngelantur’.
Dalam sebuah dialog sederhana, seringkali orang tanpa sadar berbicara
ngelantur, keluar dari subjek pembicaraan. Biasanya karena secara
kebetulan bertemu dengan ‘hal-hal’ di luar materi dialog yang menarik
perhatiannya. Itu sama sekali tidak layak terjadi dalam komunikasi dengan
anak yang masih lugu dan masih rendah daya tangkapnya. Jangan
membuatnya kebingungan, atau merasa kesal karena tidak bisa menangkap
maksud ucapan orang tua sendiri, yang dianggap paling mampu
berkomunikasi dengan mereka.
f. Hindari pertengkaran!
Jangan mengubah dialog sejuk, menjadi pertengkaran, karena
kesalahpahaman yang terlalu dibesar-besarkan, atau nada bicara yang tidak
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
terkontrol, atau ucapan-ucapan yang kurang layak. Bila orang tua yang
terlebih dahulu emosi, berhentilah berbicara sejenak, atau langsung
meminta maaf (yang kedua ini mungkin agak sulit) secara langsung, atau
beberapa saat kemudian, baru memulia pembicaraan kembali. Kalau si
anak yang justru tersulit emosinya, orang tua hendaknya mengalah, untuk
mencari waktu yang lebih tepat meneruskan topik pembicaraan.
Hal ini amat penting. Karena ada tipe orang tua yang begitu senang
melihat kemarahan anak yang dianggapnya sebagai hal lucu yang
menghibur. Tidak jarang seorang bapak bertengkar dengan anaknya yang
masih berusia enam atau tujuh tahun, begitu juga ibu dengan anak
kecilnya. Hal itu bahkan bisa berkembang terus menjadi kebiasaan,
sehingga menjadi semacam candu yang sulit dihilangkan. Padahal effect
psikologisnya bagi anak sangat besar. Anak yang sering menjadi objek
canda berlebihan, atau bahkan cenderung sering dikompori oleh orang
tuanya agar marah dan mencak, akan tumbuh menjadi anak yang kurang
menghormati orang yang lebih besar, termasuk orang tuanya, bisa juga
menjadi anak yang cenderung minder. Semua memang amat bergantung
pula pada tipikal si anak. Tapi yang jelas, dampak buruknya akan terlihat
begitu nyata bila si anak mulai beranjak dewasa.
g. Jangan memaksakan pendapat.
Bila dialog tersebut tidak mencapai kesepakatan, jangan terburu-buru
memaksakan pendapat. Ulangi saja dialog itu di kesempatan lain, dengan
cara yang diusahakan berbeda. Bila komunikasi lisan dirasa kurang
optimal, gunakan cara komunikasi melalui tulisan dan sejenisnya. Di sini
justru ada hal menarik yang bisa dicoba. Misalnya, kalau si anak
kebetulan baru bisa membaca, berikan kepada anak sepucuk surat berisi
nasihat dengan tulisan besar yang diopinikan di hadapan si anak sebagai
latihan membaca, atau semacam ujian. Kalau ia dapat membacanya dengan
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
lancar, ia bisa diberi hadiah tertentu misalnya. Lalu, setelah si anak
membacanya, cobalah ajak memahami isinya. Katakan, bahwa tujuan
membaca adalah memahami isi bacaan. Dengan itu, proses penyodoran ide
kepada anak menjadi lebih nyaman, tak terkesan menggurui, dan bahkan
cukup menghibur.'
by: abu umar basyir
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
JIKA SI KECIL MOGOK SEKOLAH
(Majalah Anak Sholih Vol september 2011)
Si 5 tahun tiba-tiba rewel tidak karuan, dia ngambek tidak mau berangkat
sekolah. Kita sampai bingung bagaimana lagi harus membujuknya agar mau
sekolah.
Situasi di atas tidak jarang kita jumpai di sekeliling kita, atau bahkan pada anak
kita sendiri. Memang akhir-akhir ini, sering dijumpai anak prasekolah (belum
SD) sudah mengalami peristiwa mogok sekolah. Kebanyakan mogok sekolah ini
terjadi pada hari Senin, setelah libur Sabtu dan Minggu atau setelah liburan
panjang. Ada apa ya ?
Mogok sekolah atau dalam bahasa kerennya, School Refusal, adalah kejadian
dimana seorang siswa mengalami keengganan untuk datang ke sekolah karena
suatu sebab. Mogok sekolah ini kasus yang masih ringan dibandingkan dengan
fobia sekolah. Fobia sekolah / School Phobia biasanya lebih sering disertai
dengan gejala fisik misalnya tiba-tiba sakit kepala, muntah, sakit perut dan
perasaan tegang, takut yang berlebihan ketika akan masuk sekolah. Mogok
sekolah yang kurang ditangani dengan baik biasanya akan berkembang menjadi
fobia sekolah.
Ada beragam penyebab terjadinya mogok sekolah. Berikut ini adalah beberapa
penyebab dari mogok sekolah :
Ada kejadian yang tidak mengenakkan di rumah atau ada yang
ingin dilindungi di rumah
Apabila terjadi ketidak nyamanan suasana dirumah entah karena ada pertengkaran
keluarga, masalah yang sedang berkecamuk atau lainnya secara naluriah, seorang
anak ingin melindungi keluarganya, Naluri ingin melindungi ini yang
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
menyebabkan ia tidak ingin meninggalkan rumah karena takut akan terjadi
sesuatu dengan keluarga yang dicintainya.
Jika hal ini yang menjadi penyebab maka tentunya kondisi kenyamanan dalam
rumah diperbaiki lebih dulu. Bicarakan masalah apapun dengan kepala dingin
dan hati dewasa sehingga tidak akan membuat anak-anak kita menjadi terancam.
Ingat anak-anak memiliki perasaan yang peka terhadap sekelilingnya.
Di rumah lebih enak, karena aku bisa lebih bebas, banyak mainan
yang kusuka
Ada orangtua yang mengijinkan anaknya untuk bermain dengan bebas apabila
anaknya tidak sekolah. Ketika ditanya mengapa anak diijinkan untuk bermain hal
yang ia sukai semaunya maka kebanyakan orangtua menjawab bahwa mereka
tidak ingin direpotkan oleh anak yang tidak sekolah. Makanya banyak orangtua
meminta anak untuk menyibukkan diri dengan segala aktivitas menyenangkan di
rumah. Faktor inilah yang bisa menyebabkan anak lebih memilih untuk dirumah
daripada sekolah.
Hal lain yang bisa menyebabkan keadaan di rumah lebih menyenangkan adalah
proses pembelajaran di sekolah membosankan. Apabila hal ini yang terjadi maka
kita harus berdiskusi dengan guru untuk membuat suatu proyek atau aktivitas
yang dapat menarik minat anak. Namun untuk tingkat prasekolah, penyebab
yang satu ini jarang terjadi.
Ada kejadian yang tidak mengenakkan di sekolah sehingga anak
menjadi takut sekolah
Pengalaman disakiti oleh teman (dipukul, didorong hingga jatuh, dimusuhi—
bullying) dapat menyebabkan seorang anak prasekolah menjadi takut untuk
sekolah. Apabila hal ini terjadi, kita bisa meminta bantuan pada guru dengan
menceritakan penyebab anak takut dan meminta guru untuk memberi perhatian
ekstra terhadap proses interaksi di kelas.
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
Adanya hal baru di sekolah juga dapat menyebabkan anak enggan untuk sekolah
misal adanya guru baru, kepala sekolah baru, atau barang baru yang tidak
disukai oleh anak. Kerjasama dengan guru perlu dilakukan apabila penyebab ini
yang menyebabkan anak kita tidak mau sekolah. Pendekatan perlahan-lahan dan
mengajak anak bermain bersama dengan benda/orang yang ia takuti akan
membantunya menimbulkan perasaan berani.
Perasaan kurang disayang dalam diri anak
Perasaan diabaikan dalam diri anak akan menyebabkan ia memunculkan perilaku
yang mengakibatkan ia diperhatikan oleh orangtua. Jika ia tidak masuk sekolah
maka ayah/ibu akan bingung dan (minimal) ia akan diajak berbicara bukan?
Proses pembicaraan atau ditemani inilah yang dinantikan oleh anak walau proses
ini tidak enak. Bagaimana jika penyebab ini yang terjadi ? Yaa jawabannya…
adalah di pengisian tangki cinta di hatinya.
Ada kalanya, kehadiran adik baru juga dapat menyebabkan anak menjadi enggan
untuk sekolah. Perasaan takut kehilangan ibu menyebabkan ia bertingkah seperti
bayi lagi dengan harapan ibu akan memperhatikan dirinya seperti ibu
memperhatikan adik baru.
Meluangkan waktu dan melibatkan anak si sulung akan banyak membantu anak
dalam beradaptasi dengan adik barunya.
Apa yang harus kita lakukan saat anak kita tidak mau sekolah ?
Kunci utama dan paling utama adalah : tenang. Berpikirlah dengan jernih, tiap
permasalahan pasti ada penyebab. Hadapi anak kita dengan netral dan bersikap
tenang akan sangat membantu anak kita dalam menghadapi permasalahan.
1. Langkah pertama adalah dekati anak kita dan berbicaralah dari hati ke hati
mengenai penyebab ia tidak mau sekolah. Gunakan pertanyaan,”Apa yang
terjadi di sekolah yang menyebabkan kamu tidak mau sekolah ?”. Jika
anak tidak mau menjawab, kita dapat gunakan pertanyaan “yes no
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
question” untuk memancingnya. “Apakah ada teman baru ?” atau “Ada
sesuatu di sekolah yang tidak kamu sukai ?”. Atau “Apakah kamu
dimarahi oleh seseorang di sekolah ?”. Gunakan intonasi yang rendah dan
bersahabat. Tundukkan mata kita hingga sejajar dengan mata anak kita.
Gunakan bahasa tubuh yang bersahabat bukan bahasa tubuh
menginterograsi.
2. Amati perilaku anak sebelum kejadian mogok sekolah. Apakah ia murung,
tampak ketakutan, atau menyendiri. Jika iya, maka dapat diartikan ia
baru saja mengalami hal yang tidak mengenakkan dan menakutkan.
3. Berkomunikasilah dengan guru di sekolah, mungkin beliau mengetahui
informasi yang belum diceritakan oleh anak kita.
4. Doronglah anak untuk menghadapi ketakutannya dan bekali anak dengan
cara untuk menghadapinya. Misalnya : dengan berani mengatakan “tidak
suka” saat diperlakukan kurang baik oleh temannya. Atau menemani dia
ke sekolah untuk menemani anak mendekati benda atau orang yang tidak
disukainya. Langkah ini tergantung pada penyebab ia tidak mau sekolah.
5. Jika anak terpaksa diliburkan pada hari itu karena kita tidak memiliki
waktu cukup untuk menggali permasalahan anak atau menemani anak ke
sekolah maka yang harus kita lakukan adalah memberikan pekerjaan di
rumah (bukan permainan) dan hindarilah aktivitas yang disukai anak untuk
mengisi waktunya selama di rumah. Mintalah anak untuk mengerjakan
tugas-tugas sekolahnya di rumah atau mengerjakan latihan soal di rumah
sebagai pengganti pelajaran di sekolah. Sewaktu pulang sekolah, mintalah
anak untuk bertanya dan berkunjung ke rumah teman, guna menyalin
materi pelajaran yang tidak ia ikuti.
6. Bekerjasamalah dengan guru di sekolah dengan meminta pekerjaan sekolah
yang harusnya diselesaikan di hari anak tidak masuk sekolah. Atau
mintalah guru anak kita berkunjung ke rumah. Cara ini manjur saya
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
terapkan pada salah seorang murid saya yang memang kurang memiliki
rasa aman dalam dirinya (ada masalah ketika di dalam kandungan
ibunya). Kunjungan saya ke rumahnya membuat ia merasa bahwa saya
adalah salah satu dari teman ibu yang baik hati. Jadinya ia mau sekolah
keesokan harinya.
Ditulis oleh Bapak Ariesandi S., CHt
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
MENDIDIK ANAK DI RUMAH
(Majalah Anak Sholih Vol November 2011)
Pembelajaran anak di rumah berbeda dengan di sekolah. Pembelajaran di sekolah
terikat dengan tempat, waktu, jadwal, kurikulum, dan seterusnya. Adapun
mendidik anak di rumah berlaku setiap hari, bahkan setiap saat. Mengandaikan
pendidikan anak sebagai prosedur khusus yang memerlukan waktu-waktu khusus,
akan banyak menyita kesempatan orang tua. Mendidik anak menjadi tak alamiah
dan tak menggembirakan. Sebaliknya terkesan sebagai beban, baik bagi anak
maupun orangtua. Mendidik anak jadi seperti kursus dengan paket-paket yang
dikemas dalam sebuah kurikulum dengan anak sebagi peserta wajib dan orangtua
guru resminya. Kita sadar bahwa tidak semua orangtua mempunyai kapasitas dan
kesempatan untuk itu. Ditambah lagi banyaknya faktor pendukung yang
diperlukan.
Sebenarnya ada banyak peristiwa-peristiwa keseharian yang merupakan pintu
masuk seluruh unsur pendidikan yang ingin diberikan. Karenanya kita harus
berusaha agar semua tidak terlewatkan begitu saja. Kita perlu mengetahui dan
menerapkan berbagai macam metode sehingga setiap detik kebersamaan kita
dengan anak bisa menjadi sebuah pembelajaran berharga baginya. Dengan
terkumpulnya metode-metode pembelajaran tersebut diharapkan proses pendidikan
akan berlangsung setiap waktu, tanpa anak merasa terus digurui dan orangtua
tidak merasa terbebani. Dengan mengharap pertolongan Allah subhanahu wa
ta’ala, mudah-mudahan kita akan meraih keberhasilan. Diantara metode tersebut
antara lain:
1. Metode Keteladanan
Keteladanan yang baik lagi shalih adalah sarana terpenting dalam pendidikan. Ia
memiliki pengaruh yang sangat besar. Orang tua adalah contoh paling tinggi
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
bagi anak. Anak tetap akan mengikuti perilaku dan akhlaknya, baik sengaja atau
pun tidak. Bila ia selalu jujur dalam ucapan dan dibuktikan dengan perbuatan
niscaya anak akan tumbuh dengan semua prinsip-prinsip pendidikan yang
tertancap dalam pikirannya. Dengan adanya teladan, seorang anak akan belajar
dengan sesuatu yang nyata. Ini akan lebih mudah diserap oleh jiwa.
Dengan adanya teladan, seorang anak akan belajar shalat dan menekuninya
ketika melihat kedua orangtuanya tekun menunaikannya disetiap waktu, demikian
juga ibadah-ibadah lainnya. Dengan adanya teladan, seorang anak akan tumbuh
dengan sifat-sifat terpuji dan baik yang didapatnya dari orangtua atau gurunya.
Sebaliknya ketidaksesuaian antara ucapan dan perbuatan akan menjadi racun
dalam pendidikan. Sebagai contoh, seorang anak yang melihat ayahnya suka
berdusta tidak akan dapat mempelajari kejujuran darinya. Sebagaimana seorang
anak perempuan yang melihat ibunya tak mempan dengan nasehat, maka jangan
harap ia tumbuh menjadi anak yang mudah diberi nasehat oleh ibunya.
Allah telah mencela para pendidik yang perbuatannya menyelisihi ucapannya.
لون ع ف ت ل ما لون قو ت لم نوا آم ذين ل ا ها ي أ لون )٢(يا ع ف ت ل ما لوا قو ت أن ه ل ال د ن ع تا ق م بر ك
)٣ )
“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang
tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian disisi Allah bahwa kamu
mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.” (QS.Ash-Shaf:2-3)
2. Bimbingan dan Nasehat
Nasehat yang baik termasuk sarana yang menghubungkan jiwa seseorang dengan
cepat. Apalagi nasehat yang kita ucapkan tulus dari dasar hati kita yang paling
dalam. Niscaya akan memberikan pengaruh yang yang langsung menghujam di
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
hati anak. Agar nasehat membawa perbaikan maka perhatikanlah hal-hal
berikut :
- Ulang-ulangilah nasehat, karena tabiat manusia adalah lupa, namun jangan
berlebih-lebihan sehingga membuat jiwa menjadi bosan.
- Pilihlah waktu yang tepat, yaitu waktu ketika kondisi kejiwaannya dalam
keadaan kondusif.
- Gunakanlah kata-kata yang mudah dan dapat dipahami sesuai dengan usia
anak serta daya tangkap dan nalarnya.
3. Kisah dan Cerita
Kisah termasuk sarana pendidikan yang efektif. Sebab ia dapat mempengaruhi
perasaan dengan kuat. Apalagi kisah nyata, sangat besar pengaruhnya pada jiwa
anak, dapat memperkokoh ingatan anak dan kesadaran berfikirnya. Sebuah
pelajaran akan lebih mudah dicerna dan difahami oleh akalnya bila diberi
ilustrasi cerita. Yaitu cerita yang disertai penjiwaan. Dengan catatan cerita yang
bawakan tidak menyimpang dari kaidah-kaidah syariat, jauh dari khayalan, dusta,
dan kerusakan.
Allah juga menggunakan metode ini dalam mendidik, mengajar, dan
mengarahkan. Dalam Al-Qur’an, Allah ta’ala menyebutkan tentang kisah para
nabi dan rasul.
ظة وع وم ق لح ا ه ذ ه في ءك وجا دك ؤا ف ه ب بت ث ن ما الرسل ء با ن أ من يك ل ع قص ن كل و
نين ؤم لم ل كرى ذ ١٢٠(و )
“Dan semua kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah
yang dengannya Kami teguhkan hatimu, dan dalam surat ini telah datang
kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang
beriman.” (QS. Huud :120)
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
Kisah dan cerita juga dapat mempererat hubungan antara orangtua dan anak.
Akan menciptakan kehangatan dan keakraban tersendiri, sehingga akan membantu
kelancaran komunikasi.
4. Mengambil Pelajaran Dari Berbagai Peristiwa dan Kejadian
Mendidik anak berlangsung setiap hari. Dan peristiwa sehari-hari sebenarnya
adalah peristiwa besar, sekalipun tampak sepele. Peristiwa keseharian ini akan
memberi pengaruh sikap terhadap peristiwa-peristiwa yang dialami anak di lain
waktu. Pendidik yang cerdas lagi sangat menginginkan pendidikan terbaik bagi
anak-anaknya tidak akan membiarkan suatu kejadian melintas begitu saja tanpa
mengambil pelajaran darinya untuk ia sampaikan kepada anak-anaknya. Karena
hidup memang penuh dengan peristiwa dan kejadian. Manusia senantiasa akan
menemui peristiwa-peristiwa ini selama masih hidup di dunia. Dan peristiwa-
peristiwa kehidupan termasuk sarana terpenting dalam mendidik, karena memiliki
pengaruh yang besar bagi anak. Ambilah setiap kejadian sebagai pengarahan,
bimbingan, pengajaran, dan sarana untuk meluruskan kesalahan. Manfaatkan saat-
saat yang tepat hingga bisa mengetuk jiwanya dan mempengaruhi hatinya.
Sewaktu perasaannya dapat merekam dengan jelas sehingga pelajaran berharga
masuk dalam jiwanya.
Demikianlah manhaj Al-Qur’an, bahkan Al-Qur’an diturunkan berangsur-angsur
menurut peristiwa yang terjadi agar lebih mengakar dalam hati manusia. Sebagai
contoh peristiwa yang menimpa kaum muslimin dalam perang Hunain,
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :
ئا ي ش كم ن ع غن ت لم ف كم ت ثر ك كم ت ب عج أ ذ إ ين ن ح وم ي و ة ثير ك طن وا م في له ال كم نصر د ق ل
رين ب د م تم ي ل و ثم بت رح بما الرض كم ي ل ع قت ٢٥(وضا )
” Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai Para mukminin) di medan
peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, Yaitu diwaktu kamu
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
menjadi congkak karena banyaknya jumlah (mu), Maka jumlah yang banyak itu
tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang Luas itu telah
terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.”
(Qs. At Taubah: 25)
5. Metode Pembiasaan
Biasakan anak melakukan kebaikan. Sebab bila anak terbiasa mengerjakannya
secara teratur, maka ia akan menjadi sebuah kebiasaan. Dengan pembiasaan
maka urusan yang banyak akan menjadi mudah. Tanamkan kepada mereka
kebiasaan melakukan sesuatu yang baik dan membawa keberuntungan baginya
dalam urusan dunia maupun agama. Baik itu ibadah, adab, tutur kata, sopan
santun, rutinitas keseharian, dan lain sebagainya.
6. Memanfaatkan Waktu Luang
Dorong anak untuk mengisi waktu luang dengan kebaikan dan sesuatu yang
bermanfaat, sehingga tidak dimasuki oleh keburukan, kerusakan, dan kesesatan.
Berikan pengarahan yang benar dalam jalur kebaikan. Luangkan waktu Anda
bersama anak, untuk menemani, membimbing, dan beraktivitas bersama mereka.
Sehingga anak akan terlepas dari sebab-sebab penyimpangan dan kerusakan,
karena terlalu banyaknya waktu kosong tanpa tahu harus diisi dengan apa.
Karena Rasulullahshalallahu’alaihi wassalam bersabda, “Dua nikmat yang
kebanyakan manusia tertipu dengannya: kesehatan dan waktu luang” (HR.
Bukhari)
7. Pemberian Motivasi
Berikanlah motivasi positif pada anak! Baik motivasi yang sifatnya konkrit
maupun maknawi. Berikan dorongan dan semangat kepada anak untuk
melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat. Seiring
dengan itu teruslah menggali apa yang menjadi bakat dan potensi mereka.
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
Biasakan mereka untuk berusaha dengan keras dan bersaing secara sehat. Ikut
sertakan anak dalam perlombaan yang positif.
Motivasi yang terus menerus akan meningkatkan kreativitas anak dalam
melakukan kebaikan dan hal yang bermanfaat. Dampingi terus mereka dan
berikan dukungan sebaik-baiknya. Motivasi ini bisa berbentuk bahasa kata-kata
ataupun bahasa tubuh. Dengan memberikan dukungan moril maupun materiil.
Dengan memfasilitasi anak atau dengan memberikan hadiah ketika anak
melakukan kebaikan.
8. Pemberian hukuman
Pendidikan anak dalam Islam dimulai dengan metode pengarahan yang baik serta
mengajak anak pada nilai-nilai mulia penuh dengan kesabaran. Namun kadang,
kita sudah menmpuh segala langkah nasehat maupun pengarahan untuk
meluruskan kesalahan anak dan kenyataannya hal itu tidak mempan. Bahkan
mereka semakin parah penyimpangannya sekalipun telah diajak kembali ke jalan
yang lurus dengan cara yang baik dan halus. Dalam keadaan seperti ini kita
harus mengambil cara yang tegas demi kebaikan anak. Yaitu dengan
memberikan hukuman. Namun pemberian hukuman itu harus diimbangi dengan
pemberian pujian dan balasan yang baik.
Pendidikan dengan pemberian hukuman ini hendaknya bermula dari ancaman
hingga berakhir pada penjatuhan sanksi. Jika ternyata anak tidak menghiraukan,
maka sanksi harus benar-benar kita jatuhkan. Dengan demikian akan tertanam
pada jiwa anak bahwa ancaman kita itu sungguh-sungguh dan bukan main-main.
Demikianlah metode yang Allah ta’ala sebutkan dalam firman-Nya:
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
كم ن ع ط أ إن ف هن بو ر واض لمضاجع ا في هن هجرو وا هن ظو ع ف هن نشوز فون تخا تي والل له ال
بيرا ك يا ل ع كان له ال إن بيل س هن ي ل ع غوا ب ت ٣٤(فل )
” Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka
dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian
jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk
menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.” (An
Nisa:34)
Kesimpulannya, metode pemberian sanksi baru kita gunakan apabila seluruh
metode mengalami kegagalan. Dan saat menjatuhkan sanksi, perhatikan waktu
yang tepat dan bentuk sanksi yang sesuai dengan kadar kesalahan. Bentuk
sanksi ini bisa bervariasi dari yang teringan, misalnya mengurangi jatah harian
anak, mengurangi jam bermain atau yang semisalnya. Bisa berbentuk sanksi
sosial berupa pengacuhan sampai yang terberat, yaitu hukuman fisik.
Kita dapat membuat kesepakatan dengan anak tentang bentuk sanksi dan kapan
sanksi dijatuhkan. Sehingga anak lebih memiliki kesadaran dan kesiapan untuk
menerimanya.
Demikianlah delapan metode pembelajaran yang kita harapkan dapat membantu
kesuksesan kita dalam mendidik anak. Mendidik anak dengan memberi contoh
akan menghasilkan karakter yang mulia. Pengajaran dengan tutur kata dan
bimbingan yang baik mampu meluruskan berbagai kekurangan dan kesalahan,
memberikan wacana yang baik dalam kehidupannya serta membiasakan mereka
dengan kebaikan pula. Dengan memanfaatkan waktu senggang, anak mampu
menyalurkan potensi tubuh, akal dan perasaan untuk sesuatu yang bermanfaat.
Motivasi akan membangkitkan semangat dan persaingan hidup yang sehat serta
mengasah kemampuan dan keterampilan. Sementara sanksi hanya berfungsi
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
sebagai sarana kontrol akhir bila semua sarana dan metode di atas tidak
bermanfaat.
***
artikel muslimah.or.id
Diringkas dari: Mencetak Generasi Rabbani, Ummu Ihsan Chairriyah & Abu
Ihsan Al-Atsari, Darul Ilmi
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
ANAK TIDAK PERCAYA DIRI
(Majalah Anak Sholih Vol Desember 2011)
Banyak diantara anak-anak kita atau bahkan diri kita sendiri tertimpa rasa tidak
percaya diri. Rasa tidak percaya diri yang berlebihan dapat menghambat
perkembangan seseorang. Jadi perasaan ini harus kita antisipasi sedini mungkin
pada diri anak kita agar mereka bisa berkembang menjadi pribadi yang mandiri.
Rasa tidak percaya diri pada anak biasa ditandai dengan gejala-gejala sebagai
berikut :
1. Susah berbicara, gagap, dan gagu.
2. Menutup diri, adanya rasa malu, dan tidak berani.
3. Ketidakmampuan berfikir secara mandiri.
4. Merasakan ada kejahatan dan bahaya serta bertambahnya rasa ketakutan dan
kekhawatiran.
Adapun yang menjadi sebab tidak percaya diri pada anak biasanya adalah
sebagai berikut :
1. Cara mendidik yang salah dan berdasar pada ancaman, kekerasan, dan
pemukulan setiap kali anak berbuat kesalahan atau main-main sesuatu.
2. Sering disalahkan, dipukul, diancam, dicela, dan direndahkan.
3. Orang tua terlalu membatasi setiap perilaku anak dan cara berfikirnya.
4. Selalu dibandingkan dengan anak yang lain untuk memberinya motivasi,
terkadang justru memberikan pengaruh yang sebaliknya.
5. Meremehkan kemampuan dan harga dirinya serta melemahkan minatnya.
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
6. Bentuk badan yang kecil, tubuhnya yang cacat, seperti pincang, buntung, dan
sebagainya.
7. Rendah IQ dan keterlambatan dalam belajar.
8. Selalu mencelanya ketika ia mengalami kegagalan.
9. Banyaknya pertengkaran antara kedua orangtuanya.
10.Dibebani pekerjaan yang diluar kemampuannya. Dan bakatnya sehingga ia
tidak mampu dan gagal.
Sedangkan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk menyembuhkan atau
mengurangi rasa tidak percaya diri adalah sebagai berikut :
1. Menunjukkan rasa kasih sayang, khususnya dari kedua orang tua.
2. Membiarkan anak memilih sendiri makannya, minumnya, dan permainannya.
Sebaiknya orang tua tidak terlalu mengatur dalam hal-hal yang memang
terdapat kelapangan dalam syari’at. Adapun dalam hal yang disyari’atkan
(misal: makan dengan tangan kanan) maka sebaiknya orang tua mengarahkan
sejak dini.
3. Memotivasi anak dan meningkatkan kemampuannya serta memujinya dengan
kebaikannya.
4. Ketika dibandingkan dengan anak lain, hendaknya disebutkan pula
kebaikannya disamping anak yang dibandingkan dengannya serta menyebutkan
kemampuan keduanya, kemudian menyuruh untuk berbuat sebagaimana yang
telah dilakukan yang lain agar menjadi lebih baik darinya.
5. Orang tua hendaknya tidak saling mengoreksi di hadapan anak-anak, tidak
saling mencela, atau berselisih di hadapan mereka.
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
6. Menyebutkan namanya pada pertemuan-pertemuan, memujinya secara
proporsional didepan orang-orang dewasa dan tidak menyebutkan
kekurangannya di hadapan mereka maupun anak-anak kecil.
7. Menggunakan kisah/cerita dan permainan untuk menyembuhkan penyakit tidak
percaya dirinya.
8. Teladan dari kedua orang tua dalam hal percaya diri dan tidak bimbang.
9. Membawanya dalam kumpulan orang-orang dewasa, dan membuatnya mau
berbicara tentang kemampuannya dalam membaca al-Qur’an, hadits, cerita-
cerita, dan lain-lain. Jangan lupa untuk mengingatkan bahwa semua itu adalah
nikmat dari Allah semata.
10.Menyuruhnya membeli beberapa keperluan dari toko dan memberinya
tanggung jawab yang ringan sesuai kemampuannya.
11.Mendengarkan dengan baik ketika anak berbicara dan tidak meremehkannya.
12.Menemaninya dalam menyelesaikan permasalahannya yang kecil dan dalam
memilih kebutuhan pribadinya, seperti memilih mainan, pakaian, dan lain
sebagainya.
13.Membiasakannya berpuasa meski hanya beberapa jam saja, dan memujinya
apabila ia melakukannya.
14.Mencontoh masa kecil Rasulullah shalallahu’alaihi wasslam dan
mengajarkannya tentang masa kecil Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam.
15.Memperdalam kepercayaan tentang takdir dalam hatinya dan menghubungkan
segala sesuatu dengan Allah ‘azza wa jalla.
***
Diambil dari: Metode Pendidikan Anak Muslim Usia Prasekolah, Abu Amr
Ahmad Sulaiman, Darul Haq
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
BILA KASIH SAYANG KURANG
(Majalah Anak Sholih Vol Januari 2012)
Jangan sering-sering memeluk anak, nanti dia bisa menjajah orangtuanya. Jangan
sering-sering mencium anak, nanti dia jadi manja. Bayi jangan sering-sering
dipeluk atau digendong, taruh saja di tempat tidur biar tidak ‘bau tangan'.
Itulah keyakinan sebagian masyarakat kita. Mereka menyakini kalau perhatian
yang lebih atau kasih sayang yang berlebihan pada anak akan berdampak negatif
dikemudian hari, sehingga tak jarang ibu-ibu merasa harus sedikit ‘menjauh' dari
kemanjaan anak.
Kekhawatiran ini wajar saja karena kalau anak dimanja dan disayangi secara
berlebihan bisa berefek negatif. Misalnya anak jadi penakut, kuper dan lain
sebagainya atau bahasa umumnya ‘anak mama'. Akan tetapi kalau kemudian
orang tua menjauh dari anak sebagai langkah hati-hati dan antisipasi, akan
berdampak buruk juga pada jiwa sang anak.
Kedekatan orang tua sangat penting bagi perkembangan anak. Secara khusus
Rasulullah telah memberikan arahan akan pentingnya kasih sayang yang cukup
dari orang tua ke anak. Rasulullah bersabda, "Muliakan anak-anakmu, dan
didiklah mereka dengan ahlak yang baik." (HR. Ibnu Majah/Minhajus Shalihin)
Manfaat Kedekatan Orang Tua
Manfaat kedekatan ini sangat besar bagi anak, diantaranya:
- Menumbuhkan rasa percaya diri
Perhatian dan kasih sayang orang tua yang stabil, menumbuhkan keyakinan
bahwa dirinya berharga bagi orang lain. Jaminan adanya perhatian orang tua
yang stabil, membuat anak belajar percaya pada orang lain.
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
- Menumbuhkan kemampuan membina hubungan yang hangat
Hubungan yang diperoleh anak dari orang tua, menjadi pelajaran baginya untuk
kelak diterapkan dalam kehidupannya setelah dewasa. Kasih sayang yang hangat,
menjadi tolak ukur dalam membentuk hubungan dengan teman hidup dan
sesamanya. Namun hubungan yang buruk menjadi pengalaman yang traumatis
baginya, sehingga menghalangi kemampuan membina hubungan yang stabil dan
harmonis dengan orang lain.
- Menumbuhkan semangat mengasihi sesama dan peduli pada orang lain
Anak yang tumbuh dalam hubungan kasih sayang yang hangat, akan memiliki
sensitivitas atau kepekaan yang tinggi terhadap kebutuhan sekitarnya. Dia
mempunyai kepedulian sosial yang tinggi, membantu kesusahan orang lain
menjadi kebutuhannya.
- Melatih disiplin
Kasih sayang orang tua terhadap anak, membuat orang tua dapat lebih
memahami anak. Sehingga orang tua lebih mudah memberikan arahansecara
proposional, empati, penuh kesabaran dan pengertian yang dalam. Anak juga
akan belajar mengembangkan kesadaran diri, dari sikap orang tua yang
menghargai anak. Sikap menghukum hanya akan menyakiti harga diri anak dan
tidak mendorong kesadaran diri. Anak patuh karena takut.
- Berpengaruh pada pertumbuhan intelektual dan psikologis
Bentuk kasih sayang yang terjalin, kelak mempengaruhi pertumbuhan fisik,
intelektual dan kongnitif serta perkembangan psikologis anak.
Dampak Kurang Kasih Sayang
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
Dampak yang dirasakan seorang anak yang kurang kasih sayang menurut ahli
psikologi sangat rentan terjadi pada anak yang berumur sekitar 2 tahun. Pada
masa ini traumatis anak karena merasa diabaikan oleh orang tuanya mampu
membekas dalam dirinya sampai dewasa kelak. Anak-anak yang kebutuhan
emosionalnya tidak terpenuhi akibat problem kasih sayang, berpotensi mengalami
masalah intelektual, masalah emosional dan masalah moral sosial di kemudian
hari.
Berikut di antara dampak negatif anak kurang kasih sayang dari orang tuanya:
1. Dalam masalah intelektual
- Mempengaruhi kemampuan pikir seperti halnya memahami proses ‘sebab-
akibat'.
Ketidakstabilan atau ketidakkonsistenan sikap orang tua, mempersulit anak
melihat hubungan sebab akibat dari perilakunya dengan sikap orang tua yang
diterimanya. Dampaknya akan meluas pada kemampuannya dalam memahami
kejadian atau peristiwa-peristiwa lain yang dialami sehari-hari. Akibatnya, anak
jadi sulit belajar dari kesalahan yang pernah dibuatnya.
- Kesulitan belajar
Kurangnya kasih sayang dengan orang tua, membuat anak lamban dalam
memahami, baik itu instruksi maupun pola-pola yang seharusnya bisa dipelajari
dari perlakuan orang tua terhadapnya, atau kebiasaan yang dilihat/dirasakannya.
- Sulit mengendalikan dorongan
Kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi, membuat anak sulit menemukan
kepuasan atas situasi/perlakuan yang diterimanya, meski bersifat positif. Ia akan
terdorong untuk selalu mencari dan mendapatkan perhatian orang lain. Untuk itu,
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
ia berusaha sekuat tenaga, dengan caranya sendiri untuk mendapatkan jaminan
bahwa dirinya bisa mendapatkan apa yang diinginkan.
2. Dalam masalah emosional
- Gangguan bicara
Menurut sebuah hasil penelitian, problem kasih sayang yang dialami anak sejak
usia dini, dapat mempengaruhi kemampuan bicaranya. Dalam dunia, psikologi,
hingga usia 2 tahun dikatakan sebagai masa oral. Pada masa ini anak
mendapatkan kepuasan melalui mulut (menghisap-mengunyah makanan dan
minuman). Oleh sebab itulah, proses menyusui merupakan proses yang amat
penting untuk membangun rasa aman yang didapat dari pelukan dan kehangatan
tubuh sang ibu.
Memang, secara psikologis anak yang merasakan ketidaknyamanan akan kurang
percaya diri dalam mengungkapkan keinginannya. Atau kurangnya kasih saying
tersebut membuat anak berpikir bahwa orang tua tidak mau memperhatikannya
sehingga ia lebih banyak menahan diri. Akibatnya, anak jadi tidak terbiasa
mengungkapkan diri, berbicara atau mengekspresikan diri lewat kata-katanya.
Perlu diketahui, melalui komunikasi yang hangat seorang ibu terhadap bayinya,
lebih memacu perkembangan kemampuan bicara anak karena si anak terpacu
untuk merespon kata-kata ibunya.
- Gangguan pola makan
Ada banyak orang tua yang kurang reponsif/ kurang tanggap terhadap tangisan
bayinya. Mereka takut jika terlalu menuruti tangisan bayinya, kelak ia akan jadi
anak manja dan menjajah orang tua. Padahal, tangisan seorang bayi adalah suatu
cara untuk mengkomunikasikan adanya kebutuhan seperti halnya rasa lapar atau
haus.
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
- Perkembangan konsep diri yang negatif
Ketiadaan perhatian orang tua, sering mendorong anak membangun image bahwa
dirinya mandiri dan mampu hidup tanpa bantuan siapa pun, image itu berusaha
keras ditampilkan untuk menutupi kenyataan yang sebenarnya. Padahal, dalam
dirinya tersimpan ketakutan, rasa kecewa, marah, sakit hat terhadap orang tua,
sementara ia juga menyimpan presepsi yang buruk terhadap diri sendiri. Ia
merasa tidak diperhatikan, merasa disingkirkan, merasa tidak berharga sehingga
orang tua tidak mau mendekat padanya- dan, memang ia juga merasa tidak
ingin didekati. Tanpa sadar semua perasaan itu diekspresikan melalui tingkah
laku yang aneh-aneh, yang orang menyebutnya ‘nakal', ‘liar', ‘menyimpang'.
Mereka juga terlihat suka menuntut secara berlebihan, suka mencari perhatian
dengan cara-cara yang negatif.
- Sulit membedakan sesuatu
Anak akan sulit melihat mana yang baik dan tidak, yang boleh dan tidak boleh,
yang penting dan kurang penting, dari keberadaan orang tua yang juga tidak
bisa menjamin ada tiadanya, yang tidak dapat memberikan patokan moral dan
norma karena mereka mengalami kesulitan dengan dirinya sendiri.
Tidak jarang anak-anak tersebut memunculkan sikap dan tindakan seperti: suka
berbohong(yang sudah tidak wajar), mencuri(karena ingin mendapatkan
keinginannya), suka merusak dan menyakiti(baik diri sendiri maupun orang lain),
dan menurut sebuah penelitian, mereka cenderung tertarik pada darah, api dan
benda tajam.
Bagaimana Mendekati Anak
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
Agar anak tidak merasa jauh dari orang tua maka kedekatan anatar orang tua
dan anak harus senantiasa dibangun. Untuk membangun hal itu, sebagai orang
tua anda harus melakukan sesuatu. Faktor orang tua menjadi penentu dalam hal
ini. Berikut beberapa perkara yang bisa dijadikan arahan untuk membangun
kedekatan anda dengan anak:
1. Kesiapan mental untuk menjadi orang tua
Memiliki anak membawa implikasi yang luas, tidak hanya merubah peran dari
suami/istri,menjadi seorang ayah/ibu. Ada komitmen dan tanggung jawab yang
harus disadari dan dijalankan. Oleh sebab itu, perlu hati dan pikiran yang
tenang untuk menjalani proses menjadi orang tua. Selain itu, kesiapan mental
juga diperlukan, terutama untuk menghindari konflik dan ketegangan yang bisa
muncul di antara suami-istri akibat perubahan yang terjadi.
2. Ciptakan komunikasi yang hangat sejak dini
Berkomunikasi dengan anak tidak dimulai sejak anak lahir, melainkan sejak ia
dalam kandungan. Sejak itu proses kasih sayang pun dimulai. Berbicaralah
kepadanya meski ia masih belum tampak secara lahiriah. Sapalah dia, senyumlah
untuknya dan pertahankan kestabilan emosi.
Banyak penelitian yang menyatakan bahwa seorang anak bisa memahami apa
yang terjadi dalam diri sang ibu meski ia belum lahir. Hal itu bisa dibuktikan
dari munculnya kecenderungan tertentu yang ada pada anak, misalnya pencemas,
super sensitif atau pemarah- dihubungkan dengan persoalan yang sedang dihadapi
sang ibu pada masa dan pasca kehamilannya.
3. Upayakan program menyusui
Proses menyusui, bukan hanya sekedar memberikan ASI yang berkualitas.
Namun menyusui merupakan proses yang melibatkan dua belah pihak, bahkan
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
tiga belah pihak: suami, istri dan anak. Kegiatan menyusui merupakan momen
yang ideal untuk membangun kontak batin yang erat, melalui kelekatan fisik dan
kontak mata yang insentif. Proses ini membutuhkan hati yang tenang dan penuh
kasih, karena produksi ASI akan terpengaruh oleh factor fisik dan emosional.
4. Tanggapailah tangisan bayi/anak secara positif
Melalui tangisan seorang bayi dapat mengkomunikasikan ketakutannya, kelaparan,
kehausan, keinginannya akan kehangatan, keinginannya untuk dibelai, rasa tidak
enak, kedinginan, kepanasan, dan rasa tidak enak yang lain. Bayi adalah mahluk
paling tidak berdaya dan tidak berdosa, serta tidak punya maksud buruk. Jadi,
tangisannya adalah murni muncul dari kebutuhannya. Bayangkan, jika orang tua
menunda respon terhadap ketakutannya, maka bayi akan merasa frustasi.
5. Upayakan kebersamaan dalam keluarga inti
Banyak keluarga yang menggunakan jasa baby sitter untuk mengasuh anak.
Ironisnya, ada ibu rumah tangga yang tidak bekerja, tidak mempunyai kegiatan
apapun kecuali arisan, ke salon atau shopping, mempunyai banyak asisten dan
pembantu. Anaknya pun sepenuhnya diurus oleh baby sitter. Tidaklah
mengherankan jika kelak antara dia dengan anaknya tidak terlihat suatu
kedekatan yang positif, karena anaknya lebih dekat dengan pengasuhnya. Situasi
ini tidak mendorong proses perkembangan psikologis dan identitas yang sehat.
Anak melihat dirinya diabaikan oleh ibunya, sementara dang ibu memperhatikan
anak melalui berbagai barang dan mainan yang dibeli atau uang jajan yang
berlebihan.
Kedekatan yang positif, membutuhkan kerja sama setiap anggota keluarga. Perlu
disediakan waktu kebersamaan yang konsisten, dipenuhi perasaan tenang, senang
dan santai, agar anak bisa merasakan senagnya kebersamaan dengan ‘abi dan
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
ummi'. Tetapi, orang tua juga harus belajar dari anaknya, dan melihat hasil
didikannya selama ini melalui sikap dan perilaku anak. Semoga bermanfaat.
Sumber : - Majalah Nikah Vol. 2, No. 6, September 2003, hal. 52-54
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
JURUS JITU MENDIDIK ANAK
(Majalah Anak Sholih Vol Februari 2012)
Penulis: Ustadz Abdullah Zaen, Lc., M.A
JURUS PERTAMA: MENDIDIK ANAK PERLU ILMU
Ilmu merupakan kebutuhan primer setiap insan dalam setiap lini kehidupannya,
termasuk dalam mendidik anak. Bahkan kebutuhan dia terhadap ilmu dalam
mendidik anak, melebihi kebutuhannya terhadap ilmu dalam menjalankan
pekerjaannya.
Namun, realita berkata lain. Rupanya tidak sedikit di antara kita mempersiapkan
ilmu untuk kerja lebih banyak daripada ilmu untuk menjadi orangtua. Padahal
tugas kita menjadi orangtua dua puluh empat jam sehari semalam, termasuk saat
tidur, terjaga serta antara sadar dan tidak. Sementara tugas kita dalam pekerjaan,
hanya sebatas jam kerja.
Betapa banyak suami yang menyandang gelar bapak hanya karena istrinya
melahirkan. Sebagaimana banyak wanita disebut ibu semata-mata karena dialah
yang melahirkan. Bukan karena mereka menyiapkan diri menjadi orangtua.
Bukan pula karena mereka memiliki kepatutan sebagai orangtua.
Padahal, menjadi orangtua harus berbekal ilmu yang memadai. Sekadar memberi
mereka uang dan memasukkan di sekolah unggulan, tak cukup untuk membuat
anak kita menjadi manusia unggul. Sebab, sangat banyak hal yang tidak bisa
dibeli dengan uang.
Uang memang bisa membeli tempat tidur yang mewah, tetapi bukan
tidur yang lelap.
Uang bisa membeli rumah yang lapang, tetapi bukan kelapangan hati
untuk tinggal di dalamnya.
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
Uang juga bisa membeli pesawat televisi yang sangat besar untuk
menghibur anak, tetapi bukan kebesaran jiwa untuk memberi dukungan
saat mereka terempas.
Betapa banyak anak-anak yang rapuh jiwanya, padahal mereka tinggal
di rumah-rumah yang kokoh bangunannya. Mereka mendapatkan apa
saja dari orangtuanya, kecuali perhatian, ketulusan dan kasih sayang!
Ilmu apa saja yang dibutuhkan?
Banyak jenis ilmu yang dibutuhkan orangtua dalam mendidik anaknya. Mulai
dari ilmu agama dengan berbagai varianya, hingga ilmu cara berkomunikasi
dengan anak.
Jenis ilmu agama pertama dan utama yang harus dipelajari orangtua adalah
akidah. Sehingga ia bisa menanamkan akidah yang lurus dan keimanan yang
kuat dalam jiwa anaknya. Nabishallallahu’alaihiwasallam mencontohkan
bagaimana membangun pondasi tersebut dalam jiwa anak, dalam salah satu
sabdanya untuk Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma,
“ له بال عن ت فاس نت ع ت اس ذا إ و له، ال أل فاس لت أ س ذا إ ”.
“Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah. Dan jika engkau meminta
pertolongan, mintalah kepada Allah”. HR. Tirmidzi dan beliau
berkomentar, “Hasan sahih”.
Selanjutnya ilmu tentang cara ibadah, terutama shalat dan cara bersuci. Demi
merealisasikan wasiat Nabi shallallahu’alaihiwasallam untuk para orangtua,
“ عشر ء نا ب أ هم و ها ي ل ع هم بو ر واض نين، س بع س ء نا ب أ هم و ة بالصل كم د ول أ .”مروا
“Perintahkanlah anak-anak kalian untuk shalat saat berumur tujuh tahun, dan
pukullah jika enggan saat mereka berumur sepuluh tahun”. HR. Abu Dawud dan
dinilai sahih oleh Syaikh al-Albany.
Bagaimana mungkin orangtua akan memerintahkan shalat pada anaknya, jikalau
ia tidak mengerti tatacara shalat yang benar. Mampukah orang yang tidak
mempunyai sesuatu, untuk memberikan sesuatu kepada orang lain?
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
Berikutnya ilmu tentang akhlak, mulai adab terhadap orangtua, tetangga, teman,
tidak lupa adab keseharian si anak. Bagaimana cara makan, minum, tidur,
masuk rumah, kamar mandi, bertamu dan lain-lain.
Dalam hal ini Nabi shallallahu’alaihiwasallam mempraktekkannya sendiri, antara
lain ketika beliau bersabda menasehati seorang anak kecil,
“ نك يمي ب كل و له ال سم غلم يا ”.
“Nak, ucapkanlah bismillah (sebelum engkau makan) dan gunakanlah tangan
kananmu”. HR. Bukhari dan Muslim dari Umar bin Abi Salamah.
Yang tidak kalah pentingnya adalah: ilmu seni berinteraksi dan berkomunikasi
dengan anak. Bagaimana kita menghadapi anak yang hiperaktif atau sebaliknya
pendiam. Bagaimana membangun rasa percaya diri dalam diri anak. Bagaimana
memotivasi mereka untuk gemar belajar. Bagaimana menumbuhkan bakat yang
ada dalam diri anak kita. Dan berbagai konsep-konsep dasar pendidikan anak
lainnya.
Ayo belajar!
Semoga pemaparan singkat di atas bisa menggambarkan pada kita urgensi ilmu
dalam mendidik anak. Sehingga diharapkan bisa mendorong kita untuk terus
mengembangkan diri, meningkatkan pengetahuan kita, menghadiri majlis taklim,
membaca buku-buku panduan pendidikan. Agar kita betul-betul menjadi orangtua
yang sebenarnya, bukan sekedar orang yang lebih tua dari anaknya!
JURUS KEDUA: MENDIDIK ANAK PERLU KESALIHAN
ORANGTUA
Tentu Anda masih ingat kisah ‘petualangan’ Nabi Khidir dengan Nabi
Musa ‘alaihimassalam. Ya, di antara penggalan kisahnya adalah apa yang Allah
sebutkan dalam surat al-Kahfi. Manakala mereka berdua memasuki suatu
kampung dan penduduknya enggan untuk sekedar menjamu mereka berdua.
Sebelum meninggalkan kampung tersebut, mereka menemukan rumah yang
hampir ambruk. Dengan ringan tangan Nabi Khidir memperbaiki tembok rumah
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
tersebut, tanpa meminta upah dari penduduk kampung. Nabi Musa terheran-heran
melihat tindakannya. Nabi Khidir pun beralasan, bahwa rumah tersebut milik
dua anak yatim dan di bawahnya terpendam harta peninggalan orangtua mereka
yang salih. Allah berkehendak menjaga harta tersebut hingga kedua anak
tersebut dewasa dan mengambil manfaat dari harta itu.
Para ahli tafsir menyebutkan, bahwa di antara pelajaran yang bisa dipetik dari
kisah di atas adalah: Allah akan menjaga keturunan seseorang manakala ia salih,
walaupun ia telah meninggal dunia sekalipun.
Subh nall h,â â begitulah dampak positif kesalihan orang tua! Sekalipun telah
meninggal dunia masih tetap dirasakan oleh keturunannya. Bagaimana halnya
ketika ia masih hidup?? Tentu lebih besar dan lebih besar lagi dampak
positifnya.
Urgensi kesalihan orangtua dalam mendidik anak
Kita semua mempunyai keinginan dan cita-cita yang sama. Ingin agar keturunan
kita menjadi anak yang salih dan salihah. Namun, terkadang kita lupa bahwa
modal utama untuk mencapai cita-cita mulia tersebut ternyata adalah: kesalihan
dan ketakwaan kita selaku orangtua. Alangkah lucunya, manakala kita berharap
anak menjadi salih dan bertakwa, sedangkan kita sendiri berkubang dalam
maksiat dan dosa!
Kesalihan jiwa dan perilaku orangtua mempunyai andil yang sangat besar dalam
membentuk kesalihan anak. Sebab ketika si anak membuka matanya di muka
bumi ini, yang pertama kali ia lihat adalah ayah dan bundanya. Manakala ia
melihat orangtuanya berhias akhlak mulia serta tekun beribadah, niscaya itulah
yang akan terekam dengan kuat di benaknya. Dan insyaAllahitupun juga yang
akan ia praktekkan dalam kesehariannya. Pepatah mengatakan: “buah tidak akan
jatuh jauh dari pohonnya”. Betapa banyak ketakwaan pada diri anak disebabkan
ia mengikuti ketakwaan kedua orangtuanya atau salah seorang dari mereka. Ingat
karakter dasar manusia, terutama anak kecil, yang suka meniru!
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
Beberapa contoh aplikasi nyatanya
Manakala kita menginginkan anak kita rajin untuk mendirikan shalat lima waktu,
gamitlah tangannya dan berangkatlah ke masjid bersama. Bukan hanya dengan
berteriak memerintahkan anak pergi ke masjid, sedangkan Anda asyik menonton
televisi.
Jika Anda berharap anak rajin membaca al-Qur’an, ramaikanlah rumah dengan
lantunan ayat-ayat suci al-Qur’an yang keluar dari lisan ayah, ibu ataupun kaset
dan radio. Jangan malah Anda menghabiskan hari-hari dengan membaca koran,
diiringi lantunan langgam gendingan atau suara biduanita yang mendayu-dayu!
Kalau Anda menginginkan anak jujur dalam bertutur kata, hindarilah berbohong
sekecil apapun. Tanpa disadari, ternyata sebagai orang tua kita sering
membohongi anak untuk menghindari keinginannya. Salah satu contoh pada saat
kita terburu-buru pergi ke kantor di pagi hari, anak kita meminta ikut atau
mengajak jalan-jalan mengelilingi perumahan. Apa yang kita lakukan? Apakah
kita menjelaskannya dengan kalimat yang jujur? Atau kita lebih memilih
berbohong dengan mengatakan, “Bapak hanya sebentar kok, hanya ke depan saja
ya. Sebentaaar saja ya sayang ”. Tapi ternyata, kita malah pulang malam!…
Dalam contoh di atas, sejatinya kita telah berbohong kepada anak, dan itu akan
ditiru olehnya.
Terus apa yang sebaiknya kita lakukan? Berkatalah dengan jujur kepada anak.
Ungkapkan dengan lembut dan penuh kasih serta pengertian, “Sayang, bapak
mau pergi ke kantor. Kamu tidak bisa ikut. Tapi kalo bapak ke kebun
binatang, insyaAllah kamu bisa ikut”.
Kita tak perlu merasa khawatir dan menjadi terburu-buru dengan keadaan ini.
Pastinya akan membutuhkan waktu lebih untuk memberi pengertian kepada anak
karena biasanya mereka menangis. Anak menangis karena ia belum memahami
keadaan mengapa orang tuanya harus selalu pergi di pagi hari. Kita perlu
bersabar dan melakukan pengertian kepada mereka secara terus menerus.
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
Perlahan anak akan memahami mengapa orangtuanya selalu pergi di pagi hari
dan bila pergi bekerja, anak tidak bisa ikut.
Anda ingin anak jujur? Mulailah dari diri Anda sendiri!
Sebuah renungan penutup
Tidak ada salahnya kita putar ingatan kepada beberapa puluh tahun ke belakang,
saat sarana informasi dan telekomunikasi masih amat terbatas, lalu kita
bandingkan dengan zaman ini dan dampaknya yang luar biasa untuk para
orangtua dan anak.
Dulu, masih banyak ibu-ibu yang rajin mengajari anaknya mengaji, namun
sekarang mereka telah sibuk dengan acara televisi. Dahulu ibu-ibu dengan sabar
bercerita tentang kisah para nabi, para sahabat hingga teladan dari para ulama,
sekarang mereka lebih nyaman untuk menghabiskan waktu berfacebookan dan
akrab dengan artis di televisi. Dulu bapak-bapak mengajari anaknya sejak dini
tatacara wudhu, shalat dan ibadah primer lainnya, sekarang mereka sibuk
mengikuti berita transfer pemain bola!
Bagaimana kondisi anak-anak saat ini, dan apa yang akan terjadi di negeri kita
lima puluh tahun ke depan, jika kondisi kita terus seperti ini??
Jika kita tidak ingin menjumpai mimpi buruk kehancuran negeri ini, persiapkan
generasi muda sejak sekarang. Dan untuk merealisasikan itu, mulailah dengan
memperbaiki diri kita sendiri selaku orangtua! Sebab mendidik anak memerlukan
kesalihan orangtua.
Semoga Allah senantiasa meridhai setiap langkah baik kita, amien…
JURUS KETIGA: MENDIDIK ANAK PERLU KEIKHLASAN
Ikhlas merupakan ruh bagi setiap amalan. Amalan tanpa disuntik keikhlasan
bagaikan jasad yang tak bernyawa.
Termasuk jenis amalan yang harus dilandasi keikhlasan adalah mendidik anak.
Apa maksudnya?
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
Maksudnya adalah: Rawat dan didik anak dengan penuh ketulusan dan niat
ikhlas semata-mata mengharapkan keridhaan Allah ta’ala.
Canangkan niat semata-mata untuk Allah dalam seluruh aktivitas edukatif, baik
berupa perintah, larangan, nasehat, pengawasan maupun hukuman. Iringilah
setiap kata yang kita ucapkan dengan keikhlasan..
Bahkan dalam setiap perbuatan yang kita lakukan untuk merawat anak, entah itu
bekerja membanting tulang guna mencari nafkah untuknya, menyuapinya,
memandikannya hingga mengganti popoknya, niatkanlah semata karena
mengharap ridha Allah.
Apa sih kekuatan keikhlasan?
Ikhlas memiliki dampak kekuatan yang begitu dahsyat. Di antaranya:
1. Dengan ketulusan, suatu aktivitas akan terasa ringan . Proses membuat
dan mendidik anak, mulai dari mengandung, melahirkan, menyusui, merawat,
membimbing hingga mendidik, jelas membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
Puluhan tahun! Tentu di rentang waktu yang cukup panjang tersebut, terkadang
muncul dalam hati rasa jenuh dan kesal karena ulah anak yang kerap
menjengkelkan. Seringkali tubuh terasa super capek karena banyaknya pekerjaan;
cucian yang menumpuk, berbagai sudut rumah yang sebentar-sebentar perlu dipel
karena anak ngompol di sana sini dan tidak ketinggalan mainan yang selalu
berserakan dan berantakan di mana-mana.Anda ingin seabreg pekerjaan itu terasa
ringan? Jalanilah dengan penuh ketulusan dan keikhlasan! Sebab seberat apapun
pekerjaan, jika dilakukan dengan ikhlas insyaAllah akan terasa ringan, bahkan
menyenangkan. Sebaliknya, seringan apapun pekerjaan, kalau dilakukan dengan
keluh kesah pasti akan terasa seberat gunung dan menyebalkan.
1. Dengan keikhlasan, ucapan kita akan berbobot . Sering kita mencermati
dan merasakan bahwa di antara kata-kata kita, ada yang sangat membekas di
dada anak-anak yang masih belia hingga mereka dewasa kelak. Sebaliknya, tak
sedikit ucapan yang bahkan kita teriakkan keras-keras di telinganya, ternyata
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
berlalu begitu saja bagai angin malam yang segera hilang kesejukannya begitu
mentari pagi bersinar.Apa yang membedakan? Salah satunya adalah kekuatan
yang menggerakkan kata-kata kita. Jika Engkau ucapkan kata-kata itu untuk
sekedar meluapkan amarah, maka anak-anak itu akan mendengarnya sesaat dan
sesudah itu hilang tanpa bekas. Namun jika Engkau ucapkan dengan sepenuh
hati sambil mengharapkan turunnya hidayah untuk anak-anak yang Engkau
lahirkan dengan susah payah itu, insya Allah akan menjadi perkataan yang
berbobot.Sebab bobot kata-kata kita kerap bersumber bukan dari manisnya tutur
kata, melainkan karena kuatnya penggerak dari dalam dada; iman kita dan
keikhlasan kita…
1. Dengan keikhlasan anak kita akan mudah diatur . Jangan pernah
meremehkan perhatian dan pengamatan anak kita. Anak yang masih putih dan
bersih dari noda dosa akan begitu mudah merasakan suasana hati kita.Dia bisa
membedakan antara tatapan kasih sayang dengan tatapan kemarahan, antara
dekapan ketulusan dengan pelukan kejengkelan, antara belaian cinta dengan
cubitan kesal. Bahkan ia pun bisa menangkap suasana hati orangtuanya, sedang
tenang dan damaikah, atau sedang gundah gulana?Manakala si anak merasakan
ketulusan hati orangtuanya dalam setiap yang dikerjakan, ia akan menerima
arahan dan nasehat yang disampaikan ayah dan bundanya, karena ia menangkap
bahwa segala yang disampaikan padanya adalah semata demi kebaikan dirinya.
1. Dengan keikhlasan kita akan memetik buah manis pahala. Keikhlasan
bukan hanya memberikan dampak positif di dunia, namun juga akan
membuahkan pahala yang amat manis di alam sana. Yang itu berujung kepada
berkumpulnya orangtua dengan anak-anaknya di negeri keabadian; surga Allah
yang penuh dengan keindahan dan kenikmatan. إيمان ب هم ت ي ذر هم ت ع ب ت وا نوا آم ذين ل وا
هم ت ي ذر هم ب نا ق لح أ Artinya: “Orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka
yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami akan pertemukan mereka dengan
anak cucu mereka”. QS. Ath-Thur: 21.
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
Dipertemukan di mana? Di surga Allah jalla wa ‘ala!
Mulailah dari sekarang!
Latih dan biasakan diri untuk ikhlas dari sekarang, sekecil apapun perbuatan
yang kita lakukan.
Kalau Engkau bangun di tengah malam untuk membuatkan susu buat anakmu,
aduklah ia dengan penuh keikhlasan sambil mengharap agar setiap tetes yang
masuk kerongkongannya akan menyuburkan setiap benih kebaikan dan
menyingkirkan setiap bisikan yang buruk.
Kalau Engkau menyuapkan makanan untuknya, suapkanlah dengan penuh
keikhlasan sembari memohon kepada Allah agar setiap makanan yang
mengalirkan darah di tubuh mereka akan mengokohkan tulang-tulang mereka,
membentuk daging mereka dan membangkitkan jiwa mereka sebagai penolong-
penolong agama Allah.
Sehingga dengan itu, semoga setiap suapan yang masuk ke mulut mereka akan
membangkitkan semangat dan meninggikan martabat. Mereka akan bersemangat
untuk senantiasa menuntut ilmu, beribadah dengan tekun kepada Allah dan
meninggikan agama-Nya. Am n y muj bas s ’il nî â î â î …
JURUS KEEMPAT: MENDIDIK ANAK PERLU KESABARAN
Sabar merupakan salah satu syarat mutlak bagi mereka yang ingin berhasil
mengarungi kehidupan di dunia. Kehidupan yang tidak lepas dari susah dan
senang, sedih dan bahagia, musibah dan nikmat, menangis dan tertawa, sakit
dan sehat, lapar dan kenyang, rugi dan untung, miskin dan kaya, serta mati dan
hidup.
Di antara episode perjalanan hidup yang membutuhkan kesabaran ekstra adalah
masa-masa mendidik anak. Sebab rentang waktunya tidak sebentar dan seringkali
anak berperilaku yang tidak sesuai dengan harapan kita.
Contoh aplikasi kesabaran
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
1. Sabar dalam membiasakan perilaku baik terhadap anak . Anak bagaikan
kertas yang masih putih, tergantung siapa yang menggoreskan lukisan di atasnya.
Rasulullahshallallahu’alaihiwasallam menggambarkan hal itu dalam sabdanya,”ما
نه يمجسا و أ ه ن نصرا ي و أ ه ن دا و ه ي ه وا ب أ ف ة طر ف ل ا لى ع د ل يو إل د لو و م Setiap bayi“”من
lahir dalam keadaan fitrah. Orang tuanya lah yang akan menjadikan ia Yahudi,
Nasrani atau Majusi”. HR. Bukhari dan Muslim dari Abu
Hurairahradhiyallahu’anhu.
Andaikan sejak kecil anak dibiasakan berperilaku baik, mulai dari taat beribadah
hingga adab mulia dalam keseharian, insyaAllah hal itu akan sangat membekas
dalam dirinya. Sebab mendidik di waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu.
Mengukir di atas batu membutuhkan kesabaran dan keuletan, namun jika ukiran
tersebut telah jadi niscaya ia akan awet dan tahan lama.
1. Sabar dalam menghadapi pertanyaan anak . Menghadapi pertanyaan anak,
apalagi yang baru saja mulai tumbuh dan menginginkan untuk mengetahui segala
sesuatu yang ia lihat, memerlukan kesabaran yang tidak sedikit. Terkadang
timbul rasa jengkel dengan pertanyaan anak yang tidak ada habis-habisnya,
hingga kerap kita kehabisan kata-kata untuk menjawab
pertanyaannya.Sesungguhnya kesediaan anak untuk bertanya kepada kita,
‘seburuk’ apa pun pertanyaan yang ia lontarkan, merupakan pertanda bahwa
mereka memberikan kepercayaannya kepada kita untuk menjawab. Maka jalan
terbaik adalah menghargai kepercayaannya dengan tidak mematikan kesediaannya
untuk bertanya, serta memberikan jawaban yang mengena dan menghidupkan
jiwa.Jika kita ogah-ogahan untuk menjawab pertanyaan anak atau menjawab
sekenanya atau bahkan justru menghardiknya, hal itu bisa berakibat fatal. Anak
tidak lagi percaya dengan kita, sehingga ia akan mencari orang di luar rumah
yang dianggapnya bisa memuaskan pertanyaan-pertanyaan dia. Dan tidak ada
yang bisa menjamin bahwa orang yang ditemuinya di luar adalah orang baik-
baik! Ingat betapa rusaknya pergaulan di luar saat ini!
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
1. Sabar menjadi pendengar yang baik . Banyak orang tua adalah pendengar
yang buruk bagi anak-anaknya. Bila ada suatu masalah yang terjadi pada anak,
orangtua lebih suka menyela, langsung menasihati tanpa mau bertanya
permasalahannya serta asal-usul kejadiannya.Salah satu contoh, anak kita baru
saja pulang sekolah yang mestinya siang ternyata baru pulang sore hari. Kita
tidak mendapat pemberitahuan apa pun darinya atas keterlambatan tersebut.
Tentu saja kita merasa kesal menunggu, sekaligus juga khawatir. Lalu pada saat
anak kita sampai dan masih lelah, kita langsung menyambutnya dengan
serentetan pertanyaan dan omelan. Bahkan setiap kali anak hendak berbicara,
kita selalu memotongnya, dengan ungkapan, “Sudah-sudah tidak perlu banyak
alasan”, atau “Ah, papa/mama tahu kamu pasti main ke tempat itu lagi kan?!”.
Akibatnya, ia malah tidak mau bicara dan marah pada kita.Pada saat seperti itu,
yang sangat dibutuhkan oleh seorang anak adalah ingin didengarkan terlebih
dahulu dan ingin diperhatikan. Mungkin keterlambatannya ternyata disebabkan
adanya tugas mendadak dari sekolah. Ketika anak tidak diberi kesempatan untuk
berbicara, ia merasa tidak dihargai dan akhirnya dia juga berbalik untuk tidak
mau mendengarkan kata-kata kita.Yang sebaiknya dilakukan adalah, kita memulai
untuk menjadi pendengar yang baik. Berikan kepada anak waktu yang seluas-
luasnya untuk mengungkapkan segalanya. Bersabarlah untuk tidak berkomentar
sampai saatnya tiba. Ketika anak sudah selesai menjelaskan duduk permasalahan,
barulah Anda berbicara dan menyampaikan apa yang ingin Anda sampaikan.
1. Sabar manakala emosi memuncak . Hendaknya kita tidak memberikan
sanksi atau hukuman pada anak ketika emosi kita sedang memuncak. Pada saat
emosi kita sedang tinggi, apa pun yang keluar dari mulut kita, cenderung untuk
menyakiti dan menghakimi, tidak untuk menjadikan anak lebih baik.Yang
seyogyanya dilakukan adalah: bila kita dalam keadaan sangat marah, segeralah
menjauh dari anak. Pilihlah cara yang tepat untuk menurunkan amarah kita
dengan segera. Bisa dengan mengamalkan tuntunan
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
Nabi shallallahu’alaihiwasallam; yakni berwudhu.Jika kita bertekad untuk tetap
memberikan sanksi, tundalah sampai emosi kita mereda. Setelah itu pilih dan
susunlah bentuk hukuman yang mendidik dan tepat dengan konteks kesalahan
yang diperbuatnya. Ingat, prinsip hukuman adalah untuk mendidik bukan untuk
menyakiti.Berakit-rakit ke huluPepatah Arab mengatakan, “Sabar bagaikan
buah brotowali, pahit rasanya, namun kesudahannya lebih manis daripada
madu”.Sabar dalam mendidik anak memang terasa berat, namun tunggulah buah
manisnya kelak di dunia maupun akhirat. Di dunia mereka akan menjadi anak-
anak yang menurut kepada orangtuanya insyaAllah. Dan manakala kita telah
masuk di alam akhirat mereka akan terus mendoakan kita, sehingga curahan
pahala terus mengalir deras. Semoga…
JURUS KELIMA: MENDIDIK ANAK PERLU IRINGAN DOA
Beberapa saat lalu saya mampir shalat Jum’at di masjid salah satu perumahan di
bilangan Sokaraja Banyumas. Di sela-sela khutbahnya, khatib bercerita tentang
kejadian yang menimpa sepasang suami istri. Keduanya terkena stroke, namun
sudah sekian bulan tidak ada satupun di antara anaknya yang datang menjenguk.
Manakala dibesuk oleh si khatib, sang bapak bercerita sambil menangis terisak,
“Mungkin Allah telah mengabulkan doa saya. Sekarang inilah saya merasakan
akibat dari doa saya! Dahulu saya selalu berdoa agar anak-anak saya jadi
‘orang’. Berhasil, kaya, sukses dst. Benar, ternyata Allah mengabulkan seluruh
permintaan saya. Semua anak saya sekarang menjadi orang kaya dan berhasil.
Mereka tinggal di berbagai pulau di tanah air, jauh dari saya. Memang mereka
semua mengirimkan uang dalam jumlah yang tidak sedikit dan semua menelpon
saya untuk segera berobat. Namun bukan itu yang saya butuhkan saat ini. Saya
ingin belaian kasih sayang tangan mereka. Saya ingin dirawat dan ditunggu
mereka, sebagaimana dulu saya merawat mereka”.
Ya, berhati-hatilah Anda dalam memilih redaksi doa, apalagi jika itu ditujukan
untuk anak Anda. Tidak ada redaksi yang lebih baik dibandingkan redaksi doa
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
yang diajarkan dalam al-Qur’an dan Hadits. “Robban hablan min azw jinâ â â â
wa dzurriyy tin qurrota a’yun, waj’aln lil muttaq na im m ”â â â î â â (Wahai Rabb
kami, karuniakanlah pada kami pasangan dan keturunan yang menyejukkan
pandangan mata. Serta jadikanlah kami imam bagi kaum muttaqin). QS. Al-
Furqan: 74.
Seberapa besar sih kekuatan doa?
Sebesar apapun usaha orangtua dalam merawat, mendidik, menyekolahkan dan
mengarahkan anaknya, andaikan Allah ta’ala tidak berkenan untuk menjadikannya
anak salih, niscaya ia tidak akan pernah menjadi anak salih. Hal ini
menunjukkan betapa besar kekuasaan Allah dan betapa kecilnya kekuatan kita.
Ini jelas memotivasi kita untuk lebih membangun ketergantungan dan rasa
tawakkal kita kepada Allah jalla wa ‘ala. Dengan cara, antara lain,
memperbanyak menghiba, merintih, memohon bantuan dan pertolongan dari
Allah dalam segala sesuatu, terutama dalam hal mendidik anak.
Secara khusus, doa orangtua untuk anaknya begitu spesial.
Rasulullahshallallahu’alaihiwasallam menjelaskan hal itu dalam sabdanya,
م لو ظ لم ا ة و ع د و ر ف لمسا ا ة و ع د و د ل وا ل ا ة و ع د هن في شك ل بات تجا مس وات ع د ثلث
“Tiga doa yang akan dikabulkan tanpa ada keraguan sedikitpun. Doa orangtua,
doa musafir dan doa orang yang dizalimi”. HR. Abu Dawud dari Abu
Hurairah radhiyallahu’anhu dan dinyatakanhasan oleh Syaikh al-Albany.
Sejak kapan kita mendoakan anak kita?
Sejak Anda melakukan proses hubungan suami istri telah disyariatkan untuk
berdoa demi kesalihan anak Anda.
Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam mengingatkan,
“ قال و له ه أ تى أ ذا إ كم د أح ما : “إن طان ي الش نب وج طان ي الش نا ب ن ج هم ل ال ه ل ال م بس
طان” ي الش ه يضر لم دا ل و قا ز فر نا ت ق ”رز
“Jika salah seorang dari kalian sebelum bersetubuh dengan istrinya ia membaca
“Bismillah, all humma jannibnasy syaith n wa jannibisy syaith na mô ô ô â
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
rozaqtan ” (Dengan nama Allah. Ya Allah jauhkanlah kami dari setan danâ
jauhkanlah setan dari apa yang Engkau karuniakan pada kami), lalu mereka
berdua dikaruniai anak; niscaya setan tidak akan bisa mencelakakannya”. HR.
Bukhari (hal. 668 no. 3271) dan Muslim (X/246 no. 3519) dari Ibnu Abbas.
Ketika anak telah berada di kandungan pun jangan pernah lekang untuk
menengadahkan tangan dan menghadapkan diri kepada Allah, memohon agar
kelak keturunan yang lahir ini menjadi generasi yang baik. Nabi
Ibrahim ‘alaihissalam mencontohkan,
لحين الصا من لي هب رب
“Wahai Rabbi, anugerahkanlah kepadaku (anak) yang termasuk orang-orang
salih”. QS. Ash-Sh ff t: 100.â â
Nabi Zakariya ‘alaihissalam juga demikian,
ء عا د ال ع سمي نك إ بة ي ط ية ذر نك د ل من لي هب رب
“Ya Rabbi, berilah aku dari sisiMu keturunan yang baik. Sesungguhnya Engkau
Maha Pendengar doa”. QS. Ali Imran: 38.
Setelah lahir hingga anak dewasa sekalipun, kawal dan iringilah terus dengan
doa. Pilihlah waktu-waktu yang mustajab. Antara adzan dengan iqamah, dalam
sujud dan di sepertiga malam terakhir misalnya.Bahkan tidak ada salahnya ketika
berdoa, Anda perdengarkan doa tersebut di hadapan anak Anda. Selain untuk
mengajarkan doa-doa nabawi tersebut, juga agar dia melihat dan memahami
betapa besar harapan Anda agar dia menjadi anak salih.
Awas, hati-hati!
Doa orangtua itu mustajab, baik doa tersebut bermuatan baik maupun buruk.
Maka berhati-hatilah wahai para orangtua. Terkadang ketika Anda marah, tanpa
terasa terlepas kata-kata yang kurang baik terhadap anak Anda, lalu Allah
mengabulkan ucapan tersebut, akibatnya Anda menyesal seumur hidup.
Dikisahkan ada seorang yang mengadu kepada Imam Ibn al-Mubarak
mengeluhkan tentang anaknya yang durhaka. Beliau bertanya, “Apakah engkau
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
pernah mendoakan tidak baik untuknya?”. “Ya” sahutnya. “Engkau sendiri yang
merusak anakmu” pungkas sang Imam.
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
AGAR ANAK MANDIRI MENYELESAIAKAN MASALAH
Kemampuan menyelesaikan masalah dengan rapi dan bijak adalah salah satu
modal besar dalam pergaulan anak agar ia tidak mengalami kesulitan dalam
berteman .pengasahan kemampuan ini di dasari dan di mulai dari bagaimana
kita mengajari anak menyelesaikan masalah dirumah.
Berikut beberapa tips agar anak kita menjadi pribadi yang bijak dalam
menyelesaikan masalah
1. Latih anak menyelesaikan masalahnya sendiri.
Jangan terburu mencampuri pertengkaran kecil yang terjadi
Bila sudah mengarah pada kekerasan atau membahayakan ,tenangkan anak
kemudian tanyakan permasalahannya kepada kedua pihak kemudian baru
tanyakan solusi menurut mereka
Lebih banyaklah menjadi pendengar dari pada ingin di dengar, ini membuat
anak merasa dihargai dan mengasah kepercayaan diri mereka.
Terakhir baru kita menunjukkan atau menambahkan bagai mana solusi
penyelesaiannya
2. Mengajari anak untuk berempati
Kita bisa memulai dengan memberi perhatian pada adik atau teman yang
jatuh misalnya , atau binatang peliharaan yang sedang lapar bahkan tanaman
yang butuh di siram.
Libatkan anak dalam event2 sosial, missal menyantuni anak yatim, memberi
bantuan bencana, atau memberi pertolongan pada peristiwa2 kecil di sekitar
kita.
Biasakan anak turut merasakan penderitaan orang lain missal : “dik, coba
lihat, kasihan teman kita itu, bajunya compang camping dan tidur di pinggir
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
jalan. Tampaknya dia lapar. Dst”
3. Mau bertoleransi dan memaafkan
Mulailah dengan mengajari anak untuk berbagi makanan atau mainan kepada
adik atau teman.
Latih anak untuk mudah memaafkan, tanamkan bahwa siakp suka memaafkan
dicintai alloh dan akan memperoleh banyak teman.
4. Sikap adil dari orang tua
Ketidak adilan sangat membekas di hati anak. Oleh karena itu orang tua tidak
boleh berpihak bila terjadi konflik,harus adil bila memberi hukuman misalnya
terjadi pertengkaran pada anak-anak hindari kebiasaan menepatkan kakak pada
posisi kalah karena ia lebih tua ,melainkan nasehati bila la mempunyai
kebiasaan memukul adiknya untuk tidak mengulani dengan sebuah konsekwensi
bila ia melakukan.
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
BEKAL MENJADI PENDIDIK GENERASI ROBBANI
(Majalah Anak Sholih Vol Juli 2012)
Orangtua sebagai pendidik utama bagi anak-anaknya harus memiliki sifat-sifat
yang utama pula, agar kita meraih keberhasilan dalam pendidikan anak-anak
kita, sebab kita akan menjadi fokus teladan pendidikan bagi generasi baru,
paling tidak sebagi fokus teladan bagi anak-anak kita. Mereka akan senantiasa
menyorot kita selaku seorang pendidik dan pembimbing, karena kitalah contoh
nyata yang mereka saksikan dalam kehidupan mereka.
Berikut beberapa karakter yang harus dimiliki orang tua…
1. Ikhlas
Rawat dan didiklah anak dengan penuh ketulusan dan niat ikhlas semata-mata
mengharap keridhaan Allah. Canangkan niat semata-mata untuk Allah dalam
seluruh aktivitas edukatif, baik berupa perintah, larangan, nasehat, pengawasan,
maupun hukuman.
Niat yang ikhlas selain mendatangkan keridhaan dan pahala Allah, juga akan
meneguhkan hati kita di saat ujian datang. Dan hati kita akan tetap lapang,
bagaimanapun hasil yang kita raih setelah usaha dan doa.
1. Bertakwa
Inilah sifat terpenting yang harus dimiliki seorang pendidik. Yaitu takwa yang
didefinisaikan oleh para ulama : “Menjaga agar Allah tidak mendapatimu pada
perkara yang Dia larang, dan jangan sampai Allah tidak mendapatimu pada
perkara yang Dia perintahkan.” Yakni mengerjakan segala yang dia perintahkan
dan menjauhi segala yang Dia larang.
Atau sebagimana yang dikatakan ulama lain : “Menjaga diri dari azab Allah
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
dengan mengerjakan amal shalih dan merasa takut kepadanya, baik secara
sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan.” Yakni menjaga diri dari azab
Allah dengan senantiasa merasa di bawah pengawasannya. Dan senantiasa
menapaki jalan yang telah Dia gariskan baik saat sendiri maupun dihadapan
manusia.
Hiasi diri dengan takwa, sebab pendidik adalah contoh dan panutan sekaligus
penanggung jawab pertama dalam pendidikan anak berdasarkan iman dan islam.
Dan ingatlah janji Allah bahwa Dia akan memudahkan urusan orang yang
bertakwa, akan memberi jalan keluar baginya, dan memberi rizki dari arah yang
tidak ia sangka. Karena anak yang shalih adalah rizki. Mudah-mudahan karena
ketakwaan kita, Allah berkenan memberikan jalan keluar bagi setiap urusan kita
dan memberikan rizki yang baik kepada kita.
“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan
baginya jalan keluar dan akan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-
sangkanya.” (QS. Ath-Thalaq:4)
1. Berilmu
Pendidik harus berbekal ilmu yang memadai. Ia harus memiliki pengetahuan
tentang konsep-konsep dasar pendidikan dalam Islam. Mengetahui halal haram,
prinsip-prinsip etika islam serta memahami secara global peraturan-peraturan dan
kaidah-kaidah syariat Islam. Karena dengan mengetahui semua itu pendidik akan
menjadi seorang alim yang bijak, meletakkan segala sesuatu pada tempatnya,
mampu bersikap proporsional dalam memberi materi pendidikan, mendidik anak
dengan pokok-pokok persyaratannya. Mendidik dan memperbaiki dengan berpijak
pada dasar-dasar yang kokoh. Medidik dan mengarahkan anak didik dengan
ajaran-ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah. Memberikan contoh yang baik kepada
mereka dengan keteladanan yang agung dari nabi dan para sahabat beliau.
Sebaliknya, jika pendidik tidak mengetahui semua itu, lebih-lebih tentang konsep
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
dasar pendidikan anak, maka akan dilanda kemelut spiritual, moral, mental dan
sosial. Anak akan menjadi manusia yang tidak berharga dan diragukan
eksistensinya dalam semua aspek kehidupan.
Orang yang tidak mempunyai sesuatu bagaimana ia akan memberikan sesuatu
kepada orang lain??
1. Bertanggung jawab
Milikilah rasa tanggung jawab yang besar dalam pendidikan anak, baik aspek
keimanan maupun tingkah laku kesehariannya, jasmani maupun ruhaninya, mental
maupun sosialnya. Rasa tanggung jawab ini akan senantiasa mendorong upaya
menyeluruh dalam mengawasi anak dan memperhatikannya, mengarahkan dan
mengikutinya, membiasakan dan melatihnya.
Bertanggungjawablah, karena setiap dari kita adalah pemimpin dan anak adalah
amanat serta ujian dari Allah
1. Sabar dan tabah
Dua sifat ini mutlak dibutuhkan oleh setiap pendidik. Sebab dalam proses
pendidikan tentu sangat banyak tantangan dan ujian. Baik tantangan dari diri
kita sendiri, anak didik, maupun tantangan dari luar lingkungan. Kita harus bisa
melaksanakan sebaik-baiknya kewajiban mendidik anak diantara tugas dan
tanggung jawab kita yang lainnya. Kita akan dihadapkan kepada berbagai
macam karakter anak. Ulah dan tingkah mereka yang sangat menuntut kesabaran
dalam menghadapinya. Ditambah lagi dengan faktor luar, baik lingkungan
sekitar, kawan bergaul, berbagai macam media, dan lain sebagainya. Menghadapi
semua tantangan dan ujian ini, kita tidak boleh menanggalkan sifat tabah dan
sabar meski hanya sekejap. Jika tidak niscaya ancaman kegagalan terpampang di
depan mata. Jadi hendaklah kita senantiasa bersabar dengan mengharap rahmat
Allah dan mewasapadai sikap putus asa, karena sesungguhnya orang yang
berputus asa dari rahmat Allah adalah orang kafir.
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
فرون كا ل ا وم ق ل ا إل ه ل ال وح ر من ئس ي ي ل نه إ
“ Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang
kafir.” (QS Yusuf:86)
1. Lemah lembut dan tidak kasar
Inilah salah satu sifat yang dicintai Allah dan disukai oleh manusia. Pada
hakekatnya setiap jiwa menyukai kelembutan. Terlebih jiwa anak yang masih
polos dan lugu. Setiap anak sangat merindukan sosok pendidik yang ramah dan
lemah lembut. Sebaliknya jiwa si anak akan takut dengan karakter pendidik
yang kasar dan kejam. Rasulullah adalah sosok pendidik yang penuh
kelembutan. Sifat lemah lembut dalam mendidik anak akan mendatangkan
banyak kebaikan. Sebaliknya sikap kasar akan membawa keburukan. Disamping
itu, sikap kasar dapat meninggalkan trauma dan memori buruk dalam jiwa dan
ingatan si anak.
نه شا إل ء شي من ع نز ي ول نه زا إل ء شي في كون ي ل ق ف الر إن
“Sesungguhnya sifat lemah lembut itu tidaklah ada pada sesuatu kecuali ia akan
menghiasinya. Dan tidaklah sifat lemah lembut itu tercabut dari sesuatu kecuali
akan menjadikannya buruk.” (HR Muslim)
Dari ‘Aisyah radhiyallahu’anhu, bahwa Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam
bersabda kepadanya, “Wahai ‘Aisyah bersikap lemahlembutlah, karena
sesungguhnya Allah itu jika menghendaki kebaikan pada sebuah keluarga, maka
Allah menunjukkan mereka kepada sifat lemah lembut ini.” (HR Imam Ahmad)
Sifat lemah lembut ini akan membuat anak nyaman dan lebih mudah dalam
menerima pengajaran. Dan secara tidak langsung sifat lemah lembut ini alan
mewarnai karakter anak dan insya Allah sifat ini dengan sendirinya akan
menurun kepadanya. Dan orang yang pertama kali akan merasakan kebaikannya
adalah orang tuanya itu sendiri.
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
1. Penyayang
Perasaan sayang akan menjadi penghangat suasana dan menjadikan proses
pengajaran menjadi nyaman dan menyenangkan. Kasih sayang merupakan salah
satu pondasi perkembangan seorang anak serta merupakan pilar pertumbuhan
kejiwaan dan sosialnya secara kuat dan normal. Apabila anak kehilangan cinta
kasih, ia akan tumbuh secara menyimpang di tengah masyarakat, tidak mampu
bekerjasama dengan individu-individu di masyarakat dan membaur di tengahnya.
Anas radhiyallahu’anhu meriwayatkan, “Seorang wanita mendatangi ‘Aisyah lalu
‘Aisyah memberinya tiga butir kurma. Wanita itu memberi tiap-tiap anaknya
satu butir kurma dan menyisakan satu butir untuk dirinya. Lalu kedua anak
memakan kurma tersebut kemudian melihat kurma yang ada pada ibunya.
Kemudian wanita itu membelah dua kurma itu lalu memberi masing-masing
setengah kepada dua anaknya tersebut. Taklama kemudian Rasulullah
shalallahu’alaihi wa sallam datang, lalu ‘Aisyah menceritakan hal itu kepada
beliau. Maka Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda : “Apakah kamu
takjub melihatnya? Sungguh Allah telah merahmatinya karena kasih sayangnya
kepada dua anaknya” (HR. Bukhari)
1. Lunak dan fleksibel
Lunak dan fleksibel bukan maksudnya lemah dan tidak tegas. Namun harus
difahami secara luas dan menyeluruh. Maksudnya disini lebih mengarah pada
sikap mempermudah urusan dan tidak mempersulitnya. Seorang pendidik
hendaknya memilih kemudahan yang dibolehkan oleh syariat. Ketika dihadapkan
pada dua pilihan, maka pendidik yang bijak akan memilih yang paling ringan
dan mudah selama hal itu bukan perkara haram. Termasuk dalam hal ini sikap
tidak berlebih-lebihan. Sikap berlebih-lebihan merupakan sifat tercela dalam
segala hal, demikian juga sikap terlalu menggampangkan. Termasuk juga dalam
dunia pendidikan, seorang pendidik harus bisa bersikap seimbang, proporsional,
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
dan pertengahan.
Abu Mas’ud ‘Uqbah bin Umar Al Badri rhadhiyallahu’anhu berkata,
“Sesungguhnya aku biasa melambatkan hadir dalam shalat Subuh berjamaah
karena si Fulan yang suka memanjangkan shalatnya ketika mengimami kami.”
Akhirnya Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam marah, dan aku belum pernah
melihat beliau marah ketika memberikan nasehat melebihi kemarahan beliau saat
itu. Beliau bersabda, “Wahai manusia sesungguhnya diantara kalian ada yang
membuat orang lain lari (meninggalkan shalat jama’ah). Maka siapa saja
diantara kalian yang menjadi imam shalat hendaklah ia meringankannya, karena
diantara makmum ada orang yang sudah tua, orang lemah, dan orang yang
sedang punya keperluan.” (Mutaffaqun’alaih)
Jika Rasulullah shalallahu’alaihi wasalam melarang sikap berlebihan seperti itu
dalam masalah pokok agama, lalu bagaimana pula dalam masalah pendidikan?
Rasulullah bersabda, “Permudahlah, jangan membuat sulit dan berikanlah berita
gembira, janganlah kalian membuat orang lain lari.” (Mutaffaqun’alaih)
1. Tidak mudah marah
Sifat mudah marah merupakan bagian dari sifat negatif dalam pendidikan. Jika
seorang pendidik mampu mengendalikan diri dan menahan amarahnya, maka hal
itu akan membawa keberuntungan bagi dirinya dan juga anak-anaknya. Karena
sebagian besar kemarahan itu datangnya dari syaithan. Perasaan anak sangatlah
peka, mereka dapat membedakan manakah nasehat yang didorong oleh
kemarahan dan manakah nasehat yang didorong oleh rasa kasih sayang. Dan
tentu pengaruhnya bagi hati juga akan berbeda. Dampak buruk lain dari sikap
suka marah ini adalah anak akan merasa aman ketika bersalah, menunggu
orangtuanya sampai benar-benar marah. Dan anak yang terbiasa dididik dengan
kekerasan dan kemarahan akan kebal dengan nasehat dan gamang dengan
kelemahlembutan. Karena itu, ketika ada seseorang meminta nasehat kepada
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam, beliau bersabda : “Jangan marah!” orang
itu mengulanginya beberapa kali, namun beliau tetap mengatakan, “Jangan
marah!”
Disamping itu Nabi shalallahu’alaihi wassalam juga mengatakan bahwa
keberanian (syaja’ah) adalah kemampuan seseorang untuk menahan amarah.
Diriwayatkan dari Abu Harairah bahwa Rasulullah bersabda, “Orang yang
pemberani bukanlah orang yang selalu menang dalam berkelahi, akan tetapi
pemberani adalah orang yang menguasai (menahan) diri ketika marah.”
(Muttafaqun’alaih)
1. Dekat namun berwibawa
Pendidik yang sukses adalah pendidik yang benar-benar dekat di hati anak.
Anak selalu merindukannya. Mereka merasa gembira dan bahagia bersmanya.
Pendidik yang mengasihi dan dikasihi. Anak bukan takut kepadanya, namun
merasa sayang, hormat dan segan melanggar perintah dan kata-katanya. Kita
bisa melihat bahwa rasulullah selalu dekat dan akrab dengan anak-anak. Bukan
hanya terhadap Al-Hasan dan al-Husein (cucu beliau) tetapi juga anak-anak yang
lainnya. Namun kedekatan beliau itu tidak membuat anak-anak berani berbuat
semaunya, tanpa bisa diatur. Sebaliknya, setiap nasehat dan petuah beliau
menghujam begitu dalam di hati mereka. Beliau adalah pendidik yang akrab lagi
penuh wibawa.
1. Membatasi diri dalam memberikan nasehat
Terlalu banyak berbicara seringkali tidak memberikan hasil yang diharapkan.
Sementara itu, membatasi diri dalam memberikan nasehat yang baik acapkali
justru memberikan hasil yang diinginkan dengan ijin Allah. Diriwayatkan dari
Abi Wa’il Syaqiq bin Salamah bahwa dia berkata: Adalah Ibnu Mas’ud
memberikan pelajaran seminggu sekali setiap hari kamis. Lalu ada seseorang
yang mengusulkan, “Wahai Abu ‘Abdirrahman (kunyah Ibnu Mas’ud)! Kami
E-Book Parenting IslamyBy: Ummu Raihan, Amd.Keb
sebenarnya ingin jika engkau memberikan pelajaran kepada kami setiap hari.”
Dia menjawab, “Sesungguhnya yang menghalangiku untuk melakukannya adalah
karena aku tidak suka bila melihat kalian bosan. Aku membatasi diri dalam
memberikan petuah kepada kalian sebagaimana Rasulullah memberikan batasan
dalam memberikan nasehat kepada kami karena khawatir bila hal itu membuat
kami bosan.” (Muttafaqun’alaih)
***
Diringkas dari :
Mencetak Generasi Rabbani, Ummu Ihsan Chairriyah & Abu Ihsan Al-Atsari,
Darul Ilmi
Mendidik Anak Bersama Nabi shalallahu’alaihi wassalam, Muhammad Suwaid,
Pustaka Arafah
Top Related