DRUGS FOR GASTROINTESTINAL DISORDERS
Dr. dr. Eti Nurwening S, M. Kes
Ado Pranawalingga
Haloooo . . Sudah minggu kedua nih di blok 3.3. Semangat yaaa . . Gak kerasa uda mau
semester 6, habis itu semester 7, habis itu? Hahahaa . . . Ya kalo kata mbak Avril , keep holding
on aja. Oke, jadi lecture yang akan kita pelajari kali ini adalah tentang obat-obatan yang
digunakan untuk gangguan dalam pencernaan. Oya, banyak gambar yang saya ambil bukan
dari slide, tapi dari referensi lain. Soalnya menurut saya slidenya agak membingungkan. Jadi,
tetap semangat PD 2010!
Sebelum lebih jauh, sebagai gambaran besar, dalam lecture kali ini kita akan mempelajari obat
yang digunakan untuk 4 gangguan gastrointestinal termasuk kelainan hepatobiliary (walaupun
judulnya cuma gastrointestinal disorder, dosennya juga ngasih 1 contoh jenis obat yang
digunakan dalam kasus gangguan hepatobiliary). Sebenarnya selain 4 kelainan ini masih
banyak kelainan lain, silahkan yang lain dicari yaa di buku-buku farmakologi terapi untuk
memperkaya ilmu kita. Jadi, 4 gangguan tersebut adalah :
1. Acid Peptic Disorders
2. Emesis
3. Motility Disorder
4. Cholesterol Cholitiasis
Sekarang, mari kita bahas satu-satu ya . . Siapkan diri ya untuk menghapal nama-nama obat :D
ACID PEPTIC DISORDERS
Acid Peptic Disorder merupakan hasil dari mekanisme patogenik yang ujung-ujungnya
mengarah kepada kejadian : kelebihan sekresi asam atau berkurangnya pertahanan mukosa.
A. FISIOLOGI
Gaster memiliki fungsi yang banyak. Yang akan kita bahas di sini adalah sekresi asam. Peran
asam sebenarnya adalah untuk membantu pencernaan protein (dengan mengaktifkan prekusor
enzim pepsinogen menjadi pepsin), mematikan organisme yang masuk dan membantu absorbsi
zat besi dan vitamin B12.
Bagaimana sih cara asam dihasilkan?
Coba liat gambar sebelah. Gambar
sebelah adalah kantung lambung
(gastric pits) yaitu invaginasi
permukaan luminal gaster yang
terdapat di bagian fundus dan
corpus gaster. Di sini terdapat
banyak sel kelenjar mukosa. Nah,
yang menghasilkan asam (HCl)
adalah sel parietal yang juga
menghasilkan faktor intrinsik. Nah sekarang mari kita tilik lebih dalam sel parietal yuk :3
Semoga gambarnya keliatan jelas yaaa . . Jadi sebenarnya gambar di atas terbagi jadi 2 sisi. Sisi
kiri dan kanan (dilihat dari sisi kita). Di gambar sisi kiri terdapat gambar sel G dan sel D yang
terletak pada permukaan mukosa di bagian antrum lambung (inget kan? Pars antrum adalah
salah satu bagian dari pars pyloric gaster) sedangkan sisi kanan ada sel parietal dan sel ECL
(Enterochromaffin-like cells) yang terletak di gastric pits di bagian mukosa oksintik (melapisi
corpus dan fundus). O ya, gambar di atas merupakan gambar skematik yaa . . Yang aslinya gak
kayak gini, ini cuma membantu pemahaman aja.
Nah, sekarang mari kita bahas gambar sisi kanan terlebih dahulu. Sel parietal distimulasi untuk
menghasilkan ion H+ (asam) ke dalam lumen gaster. Hal ini disebabkan karena sel parietal
distimulus oleh gastrin (reseptor : G(astrin) receptor/CCk-B receptor), asetilkolin (ACh)
(reseptor : M3 receptor/muskarinik) dan histamine (reseptor : H2-R). Acid disekresi melalui
membrane canalicular (saluran-saluran halus) menuju lumen gaster dengan bantuan H+/K+,
ATP-ase proton pump.
Sekarang mari bahas gastrin. Gastrin dihasilkan oleh sel G (lihat gambar sisi kiri) yang terletak
pada mukosa antrum pyloricum gaster dan masuk ke aliran darah sebagai respon dari makanan
di dalam gaster yang mengandung protein (dietary peptides). Gastrin tadi akan dibawa ke
pembuluh darah ke submukosa oksintik (bagian fundus dan corpus gaster) dan akan
menstimulus G receptor/CCk-B receptor pada sel parietal dan sel ECL.
Sekarang mari bahas nervus vagus (lihat gambar sisi kanan). Nervus vagus akan menstimulasi
neuron postganglionic (lihat ada sinaps di atas sel parietal paling kiri) untuk menghasilkan
neurotransmitter asetilkolin (ACh) yang akan menstimulus reseptornya di sel parietal dan sel
ECL. Sel ECL yang distimulus oleh ACh dan gastrin akan mengeluarkan histamine. Histamine ini
akan berikatan dengan reseptornya di sel parietal. Nah sekarang lihat gambar sisi kiri. Nervus
vagus juga akan menstimulasi neuron postganglionic dan akan menstimulus pengeluaran ACh.
ACh ini akan berikatan dengan reseptornya di sel G dan sel D. Pada sel G dia akan berikatan
dengan GRP-R (Gastrin Releasing Peptides Receptor) dan menstimulus pengeluaran gastrin.
Sementara itu, pada sel D, ACh akan berikatan dengan ACh-R (Asetilkolin Receptor) dan akan
menginhibisi keluarnya somatostatin. Somatostatin berfungsi untuk menghambat pelepasan
gastrin dari sel G. Jadi, kalau dihambat, somatostatinnya gak keluar dan gastrin tetap dihasilkan.
Nah! Tapi tentu saja hal ini tidak berlangsung terus menerus. Tubuh juga memiliki respon untuk
menghentikan lingkaran penghasil asam ini. Dengan cara apa? Dengan cara pelepasan
somatostatin yang distimulus oleh peningkatan ion H+ dalam lumen (tampak pada gambar) dan
oleh CCK (cholecystokinin) yang dibawa dalam aliran darah, yang berasal dari sel di duodenal
yang terangsang akibat terdapatnya protein dan lemak di dalam lumen duodenum (tidak
tampak dalam gambar). Somatostatin yang berikatan dengan reseptornya di sel G yang
berdekatan akan menginhibisi keluarnya gastrin.
Jadi, cerita di atas adalah mekanisme kontrol dari sekresi asam yaaa :3 Kalo masih bingung
dicoba baca pelan-pelan. O ya! Kenapa di gambar, gastrin menstimulus reseptornya di sel
parietal dengan garis yang putus-putus?
Karena dipercaya pada manusia, efek utama terstimulusnya sel parietal adalah oleh histamine
yang dikeluarkan sel ECL dibandingkan efek langsung dari gastrin yang berikatan ke sel parietal.
Berbeda dengan gastrin, ikatan ACh ke reseptornya di sel parietal sangat poten terhadap
terstimulusnya sel parietal untuk mengeluarkan asam.
B. PATOLOGIS
Nah, tadi setelah mengetahui proses mekanisme pengeluaran asam, gimana sih timbulnya Petic
Ulcer Disease? Jadi Peptic Ulcer Disease timbul karena ketidakseimbangan dari faktor agresif
dan faktor pertahanan di permukaan gaster. Emang faktornya apa aja sih? Jadi faktornya itu
bisa liat di gambar di atas yaaa . . .
Faktor pertahanan itu bertujuan melindungi gaster dan duodenum dari kerusakan yang
disebabkan oleh faktor agresif, seperti :
Mucus layerIonic gradient
Bicarbonate layer
Prostaglandins
Surface epithelialcells
Mucosal bloodsupply
NSAIDsH. pyloriPepsinGastric
acid
Acidicenvironment
Neutral environment
Bile
AGGRESSIVE FACTORS
PROTECTIVE FACTORS Imbalanced between aggressive
factors and protective factors
Mucus : disekresi secara continuous oleh sel epitel superficial, memiliki protective
effect.
Bicarbonate : disekresi dari sel epitel superficial, memiliki efek menetralkan ion
hydrogen (asam).
Aliran darah (bloodflow) : Ingat bahwa aliran darah memberikan nutrisi sehingga aliran
darah yang baik dan lancer menjaga integritas mukosa. Aliran darah yang tidak bagus
juga dapat menimbulkan kelainan patologis.
Prostaglandins : menstimulus sekresi bikarbonat dan mucus dan juga membantu proses
kelancaran aliran darah. Selain itu prostaglandin juga memiliki efek supresi asam
lambung.
Lalu apa aja si faktor agresifnya?
Helicobacter pylori : merupakan bakteri gram negative, dapat hidup di gaster dan
duodenum. Dapat merusak lapisan mucus dan menimbulkan efek respon inflamasi yang
akan mengganggu faktor pertahanan. Bakteri ini juga menghasilkan urease yang dapat
membentuk CO2 dan ammonia yang bersifat toksik terhadap mukosa.
NSAIDs : ingat bahwa ada NSAIDs yang bersifat menghambat prostaglandin. Padahal
fungsi prostaglandin keren bangeet. Uda dijelasin di atas ya.
Penurunan aliran darah, penurunan produksi mucus dan sintesis bikarbonat promote
sekresi asam lambung.
Asam lambung (gastric acid) : dapat mengaktivasi pepsin dan merusak mukosa. Selain
itu terbentuknya ulcer juga membutuhkan kehadiran dari asam lambung.
Pepsin.
Smoking.
C. TERAPETIK
Terapi untuk acid peptic disorder yang akan kita bahas disini sebenanya dapat dibagi menjadi
2 jenis. Yaitu inhibitor gastric acid dan mucosal protective agents.
Inhibitor of Gastric Acid
a. Antasida
Antasida sudah digunakan berabad-abad lamanya (agak lebaai . . Tapi bener kok. Di
sumber yang saya baca, dikatakan antasida sudah digunakan selama 2000 tahun) untuk
mengobati pasien dyspepsia dan acid-peptic disorder. Namun, akhirnya masa kejayaan
antasida berakhir karena sudah ditemukan obat jenis lain yaitu H2-Receptor Antagonist
(H2RA)dan Proton Pump Inhibitors (PPI). Walaupun begitu, antasida tetap digunakan
sebagian besar pasien sebagai nonprescription remedies untuk mengobati intermittent
heartburn dan dyspepsia. Mekanisme primer dari antasida adalah dengan netralisasi pH di
dalam gaster. Antasida bekerja cepat dan efektif untuk menghilangkan nyeri terkait asam.
Sebenernya hilangnya nyeri ini ga harus pHnya berubah jadi netral atau basa, peningkatan
pH dari 1,3 menjadi 3,5 saja sudah dapat redakan symptom. Nah jenis-jenis antasida
adalah sebagai berikut :
1. Al(OH)3 (Aluminum hydroxide)
Meningkatkan pH gastric juice menjadi sekitar 4 dan mampu menyerap pepsin. Al(OH)3
akan bereaksi dengan HCl menghasilkan aluminium chloride dengan air. Karena tidak
ada gas yang terbentuk, tidak ada belching (sendawa).
Efek samping : konstipasi, hipophospatemia. Alkalosis metabolik jarang terjadi karena
reaksi penetralannya berjalan efisien. Garam aluminium yang tidak diabsorbsi dapat
menyebabkan konstipasi.
2. Mg(OH)2 (Magnesium hydroxide)
Efek samping : diare, hipermagnesaemia (pada insufisiensi renal). Alkalosis metabolik
jarang terjadi. Garam magnesium dapat menyebabkan diare osmotic.
3. NaHCO3 (Sodium bicarbonate)
Meningkatkan pH gastric juice menjadi 7.4
Efek samping: alkalosis metabolik, retensi cairan. Kenapa bisa? Karena NaHCO3 akan
langsung bereaksi dengan HCl menghasilkan CO2 dan NaCl. Pembentukan CO2
mengakibatkan distensi gaster (gastric distention) dan belching (sendawa). Alkali yang
tidak bereaksi (sisa NaHCO3 + HCl CO2 + NaCl) yang berupa basa, akan diabsorbsi
kembali. Hal ini dapat mengakibatkan alkalosis metabolik apabila diberikan dalam dosis
yang tinggi dan pada pasien dengan renal insufficiency. Selain itu, NaCl yang terbentuk
akan direabsorbsi kembali, mengakibatkan retensi cairan dan akan memperburuk
keadaan pasien yang memiliki heart failure, hipertensi dan renal insufficiency. Maka
dari itu, NaHCO3 tidak diresepkan untuk treatment jangka panjang maupun diberikan
pada pasien yang sedang diet sodium-restricted.
Nah, setelah membaca sedikit tentang antasida, ada info tambahan ini. Masi inget kan
Al(OH)3 mengakibatkan konstipasi sedangkan Mg(OH)2 mengakibatkan diare? Maka dari
itu, untuk mengurangi efek yang tidak baik ini, maka kedua jenis obat ini sering
diberikan bersama-sama. Formulasi gabungannya contohnya Gelusil, Maalox, Mylanta.
O ya, sebenarnya selain ketiga jenis dari antasida di atas, masih ada juga jenis lain yaitu
calcium carbonate. Calcium carbonate mirip dengan sodium bikarbonat. Karena tidak
ada di slide, jadi tidak usah dibahas yaa :3
b. H2-Receptor Antagonist (H2RA)
Ketika pertama kali diperkenalkan pada tahun 1970an hingga awal 1990an, H2RA adalah
obat yang paling banyak diresepkan di seluruh dunia. Akan tetapi, dengan dibuktikannya
bahwa ada keterlibatan H. pylori pada ulcer disease (yang dapat disembuhkan dengan
antibiotik) dan ditemukannya antasida jenis proton pump inhibitors (PPI), terjadi
penurunan pemakaian H2RA.
Jenis dan Dosis H2RA
Clinical Comparisons of H2-Receptor Blockers.
Drug Relative
Potency
Dose to
Achieve > 50%
Acid Inhibition
for 10 Hours
Usual Dose
for Acute
Duodenal or
Gastric Ulcer
Usual Dose for
Gastroesophageal
Reflux Disease
Usual Dose for
Prevention of
Stress-Related
Bleeding
Cimetidine 1 400–800 mg 800 mg HS or
400 mg bid
800 mg bid 50 mg/h
continuous
infusion
Ranitidine 4–10 150 mg 300 mg HS or
150 mg bid
150 mg bid 6.25 mg/h
continuous
infusion or 50
mg IV every 6–8
h
Nizatidine 4–10 150 mg 300 mg HS or
150 mg bid
150 mg bid Not available
Famotidine 20–50 20 mg 40 mg HS or
20 mg bid
20 mg bid 20 mg IV every
12 h
Keterangan : BID = twice daily , HS = bedtime
Gimana sih mekanisme aksi H2RA?
Jadi H2RA memiliki 2 aksi, yaitu mengurangi sekresi asam lambung dengan jalan mencegah
pengikatan histamine yang keluar dari sel ECL dengan reseptornya di sel parietal dan
dengan aksi langsung, yaitu menstimulus sel parietal agar ketika gastrin dan ACh berikatan
dengan sel parietal mengalami penurunan efek.
H2RA digunakan untuk apa?
GERD : pasien dengan heartburn dan dyspepsia yang jarang (<3x dalam seminggu)
biasanya diberikan antasida atau H2RA. Antasida memang bekerja mengurangi symptom
lebih cepat dibanding H2RA, akan tetapi efek antasida lebih cepat hilang (1-2 jam)
dibanding H2RA (6-10 jam). Selain itu H2RA dapat digunakan sebagai profilaksis yang
diminum sebelum makan. Walaupun begitu PPI lebih banyak digunakan.
Peptic Ulcer Disease : Sebenarnya Peptic Ulcer Disease akut banyak diobati dengan PPI.
H2RA biasanya diberikan pada uncomplicated Peptic Ulcer Disease. Penyembuhan ulcer
dapat berlangsung selama 12 minggu. Untuk pasien dengan ulcer yang disebabkan oleh
NSAID atupun aspirin, pemakaian NSAID ataupun aspirinnya harus dihentikan terlebih
dahulu. Kalau memang pasien harus benar-benar mengonsumsi NSAID, maka pengobatan
ulcer lebih baik menggunakan PPI dibanding dengan H2RA. Sedangkan untuk pasien
dengan acute peptic ulcer yang disebabkan oleh H. pylori, maka pengobatan
menggunakan PPI dan 2 antibiotik (akan dijelaskan di bawah) dan tidak menggunakan
H2RA.
Selain GERD dan Peptic Ulcer Disease, H2RA juga digunakan pada pasien Zollinger-Ellison
Syndrome, aspiration pneumonitis dan indigestion (dyspepsia).
Apa sih efek sampingnya?
H2RA adalah obat yang tidak berbahaya. Efek samping muncul kurang dari 3% pasien
seperti diare, headache, myalgia (nyei otot) dan konstipasi. Ada studi juga yang bilang
H2RA (dan juga PPI) meningkatkan resiko terkena nosokomial pneumonia pada pasien
yang sakit kritis.
Buat pasien eldery atau pasien dengan renal atau hepatic dysfunction, kadang-kadang bisa
muncul perubahan status mental (confusion, hallucination, agitation/gelisah) karena
administrasi H2RA secara IV di Intensive Care Unit (ICU).
Cimetidine menginhibisi ikatan dihidrotestoteron dengan reseptor androgen, menginhibisi
metabolisme estradiol dan mampu meningkatkan prolaktin dalam serum. Apabila
dikonsumsi terlalu lama ataupun dengan dosis yang tinggi, dapat menyebabkan
ginekomastia dan impotensi pada pria, sedangkan pada wanita bisa galaktorea. Tapi ini
cuma cimetidine aja looo. H2RA yang lain enggak punya efek samping ini.
c. Proton Pump Inhibitors (PPI)
Jenis dan Dosis PPI
Pharmacokinetics of Proton Pump Inhibitors.
Drug pKa Bioavailability (%)
t1/2 (h) Tmax (h) Usual Dosage for Peptic Ulcer or GERD
Omeprazole 4 40–65 0.5–1.5 1–3.5 20–40 mg qd
Esomeprazole 4 > 80 1.2–1.5 1.6 20–40 mg qd
Lansoprazole 4 > 80 1.5 1.7 30 mg qd
Pantoprazole 3.9 77 1.0–1.9 2.5–4.0 40 mg qd
Rabeprazole 5 52 1.0–2.0 2.0–5.0 20 mg qd
Gimana si mekanisme aksi PPI?
PPI bekerja sebagai prodrug. Apakah prodrug itu? Prodrug itu, pengertian intinya adalah
metabolitnyalah yang merupakan bahan aktif. Jadi, obat harus dimetabolisme terlebih
dahulu untuk menghasilkan metabolit. Nah, metabolitnya ini yang aktif bekerja. PPI adalah
lipophilic weak bases (basa lemah lipofilik) yang akan diserap pada usus dan akan
menembus dinding sel parietal dan akan bekerja menginaktifkan secara ireversibel pompa
H+ K+ ATP-ase.
Rabeprazole dan immediate-release omeprazole lebih cepat bekerja dibanding formula
PPI yang lain. O ya! Bioavaibilitas PPI berkurang 50% apabila terdapat makanan, makanya
PPI dikonsumsi ketika perutnya kosong :3 Selain itu PPI dikonsumsi 1 jam sebelum makan.
Kenapa? Soalnya, dalam 1 jam PPI akan mencapai kadar tertinggi dalam serum dan akan
bertepatan dengan aktivitas maksimal dari pompa proton saat sedang makan. Waktu
paruh PPI sebenernya cepet, sekitar 1,5 jam, namun dia dapat menginhibisi keluarnya
asam dengan menginaktifkan ireversibel pompa proton selama 24 jam (tubuh
memerlukan waktu 18 jam untuk menghasilkan pompa proton lagi)!
PPI digunakan untuk apa?
GERD : PPI sangat efektif di dalam mengobati GERD, baik yang menimbulkan erosi ataupun
tidak pada esophagus ataupun pada komplikasi dari GERD (Barretts Oesophagus, peptic
stricture). Pokoknya PPI oye banget lah ya! Dosis once daily sudah dapat meredakan
symptom pada 85-95% pasien sedangkan sisanya butuh dosis twice daily. Selain itu,
sebagai perbandingan, symptom pasien hilang dengan konsumsi PPI pada 70-80% pasien,
sedangkan symptom hilang pada 50-60% pasien yang mengonsumsi H2RA.
Peptic Ulce Disease : Dibanding H2RA, PPI dapat menghilangkan symptom lebih cepat dan
ulcernya lebih cepat sembuh :3 . . 90% Duodenal ulcer sembuh dalam waktu 4 minggu,
sedangkan gastric ulcer selama 6-8 minggu. O ya, udah dijelaskan di atas ya kalo PPI
menjadi pilihan yang tepat pada pasien dengan ulcer yang terkait NSAID. Selain itu PPI
juga dapat diberikan pada pasien Zollinger Ellison Syndrome.
Nah, selain itu semua, ternyata PPI juga sangat penting terhadap pengobatan ulcer yang
terkait dengan infeksi H. pylori. Tujuan dari pengobatan ulcer dengan infeksi H. pylori ada
2 : menyembuhkan ulcer dan mengeradikasi H. pylori. Kalo antibiotic sudah jelas ya,
berfungsi untuk membunuh H. pylori. Apa saja antibiotiknya?
ANTIBIOTIK MEKANISME
Bismuth chelate (Colloidal Bismuth subcitrate, tripotassium dicitratobismuthate)
Coating & protecting it from acid &pepsin• inhibition of pepsin activity• stimulation of mucus production• increase prostaglandin synthesis• have some antimicrobial activity againstH. Pylori (mainly when combined withmetronidazole & tetracycline)
Clarithromycin inhibits protein synthesis
Amoxicillin disrupts cell wall, good when given with omeprazole
Tetracyclin inhibits protein synthesis
Metronidazole
Nah, lalu kenapa antibiotik ini harus diberikan dengan PPI? Kenapa enggak antibiotiknya
aja? Karena PPI, selain tenyata memiliki antimicrobial properties (minor) dia juga berperan
meningkatkan pH dalam gaster, sehingga efek jelek asam terhadap antibiotic berkurang.
Dan jangan lupa PPI juga berperan dalam menyembuhkan ulcer. Lalu, berapa dosisnya ?
Keliatan kan gambarnya?
Kombinasi lain :
Omeprazole-amoxicillin-metronidazole
Tetraccyclin-metronidazole-bismuth chelates
Dari gambar sudah jelas ya, eradikasi H. pylori dapat dilakukan dengan pemberian
kombinasi antibiotic dan PPI selama 7 hari. Namun, dari referensi yang saya baca,
pemberian konsumsi selama 14 hari lebih efektif 7-9% dibanding pemberian selama 7 hari,
maka dari itu American College of Gastroenterology merekomendasikan pemberian
kombinasi ini selama 14 hari :
Triple therapy × 14 days
Proton pump inhibitor
twice a day
Clarithromycin 500mg
Metronidazole 500mg ATAU amoxicillin 1g
(Tetracycline 500 mg dapat menggantikan
amoxicillin atau metronidazole)
Quadruple therapy × 14 days
Proton pump inhibitor twice a day
Metronidazole 500 mg three times daily
Bismuth subsalicylate 525 mgfour times daily
Tetracycline 500 mg
ATAU
H2 receptor antagonist twice a day
Bismuth subsalicylate 525 mg
four times dailyMetronidazole 250 mg
Tetracycline 500 mg
Uda jelas kan ya table di atas? Naah, dari table tadi kan belum dijelasin PPI sama H 2RA. Ini
nih dosisnyaa . .
Proton pump inhibitors H2 receptor antagonists
Omeprazole: 20 mgLansoprazole: 30 mg Rabeprazole: 20 mg Pantoprazole: 40 mg
Cimetidine: 400 mgFamotidine: 20 mgNizatidine: 150 mgRanitidine: 150 mg
Mucosal Protective Agents
a. Sucralfate
Sucralfate adalah kompleks gabungan dari aluminium hydroxide dan sulfated sucrose.
Gimana sih mekanisme aksinya?
Jadi, di dalam suasana asam gaster, aluminium hydroxide berdisosiasi dan menimbulkan
efek seperti antasida (walaupun dampaknya kecil) dan sebagian aluminium diabsorbsi
nanti di intestinal. Sedangkan ion sulfat akan berikatan dengan protein pada jaringan
gaster yang terluka (ulcer) dan diperkirakan menstimulasi angiogenesis, merangsang
keluarnya growth factor, merangsang prostaglandin endogen dan pembentukan jaringan
granul.
Nah . . Dari gambar
keliatan kan kalo efek
sucralfate adalah
membentuk lapisan
sticky gel pelindung
pada ulcer dan
melindunginya dari pengaruh efek asam lambung, pepsin ataupun empedu.
Sucralfate digunakan untuk apa?
Sucralfate efektif untuk menyembuhkan duodenal ulcer.
Dosisnya berapa?
Untuk duodenal ulcer diberikan dengan dosis 1g 4x sehari pada perut kosong (setidaknya
1 jam sebelum makan). Sucralfate tidak boleh dibarengi pemberian antasida, H2RA dan
PPI.
Apa sih efek sampingnya?
Efek sampingnya dikatakan sangat sedikit karena minimal systemic absorption.
b. Prostaglandin Analogues
Prostaglandin yang dibahas disini adalah Misprostol (analog dengan PGE 1).
Gimana sih mekanisme aksinya?
Misoprostol memiliki efek inhibitorik asam dan memiliki mucosal protective properties.
Dipercaya misoprostol dapat menstimulasi keluarnya mucus dan bikarbonat dan juga
meningkatkan aliran darah lapisan mukosa. Yang penting adalah prostaglandin akan
berikatan langsung dengan sel parietal dan akan menginhibisi keluarnya asam (baik itu
dalam keadaan biasa / basal ataupun keadaan yang distimulasi oleh makanan, histamine,
pentagastrine (hormone yang merangsang keluarnya faktor intrinsic), caffeine dll).
Mekanismenya dia mengurangi sekresi asam yaitu dengan mengurangi cAMP (molekul
tranduksi 2nd messenger) yang diinduksi oleh histamin. Jadi, walaupun sel parietal
dirangsang oleh histamine, kalo ga ada cAMPnya sama aja kan yaaa . . Hahahahaaa. Ada
gambarnyaaa nih (tapi gak diperlihatkan efek prostaglandin terhadap cAMP),
Selain itu misoprostol juga memiliki efek sekresi cairan dan elektrolit pada intestinal,
merangsang motilitas intestinal dan juga merangsang kontraksi uterus.
Apa sih efek sampinya?
Diare dan cramping abdominal pain muncul pada 10-20% pasien. Selain itu jangan dikasi
ke ibu hamil ya, soalnya misoprostol dapat merangsang uterus. Jadi kalo mau konsumsi
obat ini, sebelumnya harus memiliki tes – (negative) untuk kehamilan dan berjanji akan
menggunakan kontrasepsi rutin.
Naaah, istirahat dulu yaaaa . . . kita ini masih bahas tentang Peptic Acid Disorder loo . .
Masih ada 3 kasus lagi. Tapi kasus-kasus ini ga banyak dibahas kok. Sambil istirahat,
ngobrol yug. Daritadi kita banyak mendengar tentang Zollinger Ellison Syndrome.
Sebenernya apa sih itu? Naah, sambil istirahat ini dibaca aja yaa gambaran tentang
Zollinger Ellison Syndrome.
Namanya emang cantik sih, tapi ternyata Zollinger Ellison ini juga cukup bahaya
(dangerous beauty). Tapi apabila anda (yang baca HSC ini) lelaki. . . anda tertipu! Ternyata
Zollinger Ellison itu nama cowoook :( . . . Diabadikan dari dua orang ahli bedah Amerika,
Robert M. Zollinger (1903-1992) dan Edwin H. Ellison (1918-1970). Zollinger Ellison
Syndrome ini adalah penyakit langka yang disebabkan oleh tumor yang muncul paling
sering pada caput pancreas (walaupun bisa saja muncul di intestinal bagian proksimal
ataupun gaster). Tumor ini dapat mensekresi gastrin, makanya disebut dengan
gastrinoma. Nah, tau kan efeknya apa? Terjadi peningkatan sekresi asam yang hebat yang
dapat menimbulkan ulcer. Pilhan obatnya adalah PPI dengan dosis rutin untuk peptic ulcer
yang diberikan 2 x (twice). Therapeutic goalnya adalah mengurangi sekresi asam hingga 1-
10 mmol/h.
Yeaaah . . Udaah ya istirahatnya . . . Mari kita lanjuuutkan . . . ..
EMESIS
A. FISIOLOGI
Nausea dan vomiting dapat merupakan manifestasi dari berbagai macam kondisi seperti efek
samping medikasi, systemic disorder atau infection, pregnancy, disfungsi vestibular, infeksi
ataupun peningkatan tekanan Sistem Saraf Pusat, peritonitis, kelainan hepatobilier, radiasti
atau kemoterapi dan infeksi atau obstruksi atau dismotilitas dari gastrointestinal.
Pusat muntah terletak pada brain stem. Tepatnya terletak pada formation reticular medullary
lateral yang mengoordinasikan kompleks mekanisme muntah melalui interaksi dengan saraf
cranial VIII dan X dan jaringan neural pada nucleus traktus solitarius yang mengontrol respirasi,
saliva dan pusat vasomotor. Pada pusat muntah ini ditemukan banyak reseptor seperti
muscarinic M1, neurokinin 1 (NK1) dan serotonin5-HT3(lihat gambar).
Ada 4 sumber penting afferent input yang menuju pusat muntah :
1. "Chemoreceptor trigger zone" (CTZ) atau area postrema, yang terletak di kaudal dari 4th
ventriculus. Zona ini terletak di luar Blood Brain Barrier (BBB) tetapi dapat menerima
stimuli emetogenic (stimulus yang merangsang emesis/muntah) di darah ataupun cairan
serebrospinal. Area postrema ini sangat kaya akan reseptor dopamine D2 dan reseptor
opioid. Selain itu juga reseptor serotonin5-HT3 dan reseptor NK1.
2. Sistem Vestibular penting dalam mekanisme motion sickness (di Indonesia dikenal
sebagai mabuk perjalanan) melalui saraf cranial VIII. Sistem vestibular ini kaya akan
reseptor muscarinic M1 dan reseptro histamine H1.
3. Vagal dan spinal afferent nerves yang berasal dari GI Tract kaya akan reseptor 5-HT3.
Iritasi mukosa gastrointestinal (GI) akibat kemoterapi, terapi radiasi, distensi atau infeksi
akut gastroenteritis dapat dapat menyebabkan pelepasan mucosal serotonin dan
mengaktivasi reseptor serotonin yang akan menstimulus vagal afferent input ke pusat
muntah dan chemoreceptor trigger zone (CTZ). (ingat! Zona ini dapat menerima
stimulus emetogenic yang dibawa darah).
4. Sistem saraf pusat memainkan peran dalam kejadian muntah yang berhubungan dengan
psychiatric disorder, stress dll.
B. TERAPETIK
Terapinya saya menulisnya berdasarkan orientasi pada slide yaa . . Buat lebih lengkap
mengenai efek sampingnya, pengaruh obat lain dapat dilihat pada referensi yang saya
tuliskan di akhir HSC ini.
JENIS ANTI EMETIC KETERANGAN
Antagonist at H1(meclizine, cinnarizine,
cyclizine, dimenhydrinate, promethazine,
diphenhydramine)
Mengatasi Motion sickness dan Vomiting yang disebabkan iritasi pada gaster
Efeknya kecil terhadap substansi yang merangsang chemoreceptor trigger zone (CTZ).
Muscarinic receptor antagonists (hyoscine) Motion sickness
Selective 5-HT3-receptor antagonists
(ondansetron, granisetron, tropisetron,
dolasetron)
Mencegah dan menyembuhkan vomiting yang disebabkan radiasi dan obat cytotoxic.
Phenotiazin (prochlorperazine, prometazine) Blokade dopamine pada CTZ.
Metochlopramide & Domperidone Antagonis dopamine pada CTZ.
MOTILITY DISORDER
Kelainan motilitas tidak dijelaskan dalam slide maupun lecture ibunya. Dari referensi, contoh
kelainan motilitas adalah Gastroparesis dan Chronic Intestinal Pseudo-Obstruction. Selain itu
kelainan motilitas yang lain adalah Dumpuing Syndrome dan Accelerated Gastric Emptying.
Nah, lalu apa aja managemennya?
A. PURGATIVE
Laxative
Kebanyakan orang sebenarnya tidak perlu pencahar. Sebagian besar orang mengatasi
konstipasi dengan diet serat, asupan air yang cukup dan olahraga teratur. Pasien yang tidak
berespon terhadap upaya ini harus dievaluasi medis dulu sebelum ditreatment
menggunakan pencahar. Mekanisme laxatives dapat diklasifikasikan berdasarkan
mekanisme aksinya, walaupun banyak yang mekanisme aksinya overlapping.
a. Bulk-Forming Laxatives
Bulk-Forming Laxatives tidak dapat dicerna, hydrofilik koloid yang dapat mengabsorbsi
air membentuk bulky, gel emollient yang dapat mendistensi kolon dan memicu gerak
peristaltic. Contoh dari bulk-forming laxatives adalah produk alami tanaman (psyllium),
selulosa semisintetik (methylcellulose) dan sintetik fiber (polycarbophil). Psyllium
karena terbuat dari produk alami tanaman dapat didegradasi oleh bakteri dan dapat
menimbulkan bloating (kembung) dan flatus.
b. Osmotic Laxatives
Osmotic laxatives bisa larut tetapi tidak dapat diabsorbsi di usus, dan akhirnya masuklah
dia ke kolon. Di kolon, hal ini mengakibatkan feses di colon lebih pekat dan terjadilah
osmosis (perpindahan cairan dari bagian encer ke bagian yang lebih pekat melalui
membrane semipermeabel). Kenapa sebelum diberi osmotic laxtasive tidak ada osmosis
yang terjadi? Karena saat itu keadaan feses di dalam colon isoosmotik. Cairan yang
masuk ke lumen colon ini akan mempermudah jalannya feses.
Contoh osmotic laxatives adalah laktulosa, polyethylene glycol, sugar alcohols dll.
c. Stimulant Laxatives
Stimulant laxatives menginduksi bowel movement melalui sejumlah mekanisme yang
sebenarnya masih belum jelas. Stimulant laxatives akan menstimulasi enteric nervous
system (maaf. Enteric nervous system tidak akan saya jelaskan di sini, karena di lecture,
slide juga tidak dijelaskan. Apabila ingin mengetahuinya dapat membuka Katzung) dan
sekresi cairan dan elekrolit di kolon. Di referensi yang saya baca, pernah ada penelitian
yang mengatakan efek penggunaan jangka panjang stimulant laxatives adalah rusaknya
sel-sel saraf myenterikus. Penelitian lain ada juga yang mengatakan stimulant laxatives
aman di sebagian orang. Walaupun begitu stimulant laxatives jangka panjang
dibutuhkan pada pasien yang mengalami kerusakan saraf dan pasien yang tidak bisa
bergerak (bed-bound) di rumah sakit dalam jangka waktu yang lama. (Maaf. Saya juga
tidak tahu kenapa :(). Contoh dari stimulant laxatives adalah bisacodyl, senna (nama
lengkapnya adalah cascara sagrada senna) dan castor oil.
d. Faecal Softener
Agen ini akan melembutkan feses, membiarkan air dan lipid untuk berpenetrasi. Faecal
softener dapat diberikan melalui oral ataupun rectal. Yang paling sering diberikan
adalah docusate sodium (dapat diberikan secara oral ataupun enema/prosedur
pemasukan cairan ke dalam kolon melalui anus) dan gliserin suppository (dari namanya
uda jelas ya, supositorium, jadi ya lewat dubur).
B. INCREASE MOTILITY WITHOUT PURGATION
Metoclopromide memiliki aksi prokinetik pada usus proksimal dan pusat aktivitas
antiemetic. Efek antiemetic dihasilkan dari pengaruh antagonist dopamine (reseptor : D2)
dan serotonin (reseptor : 5-HT3) pada pusat muntah. Sedangkan efek prokinetiknya
disebabkan karena obat ini membantu pelepasan asetilkolin (ACh) dari neuron enteric
cholinergic (reseptor : 5-HT4) atau antagomist dopamine (reseptor : D2) pada pleksus
myenterikus dan aksi secara langsung pada kontraksi otot polos via sensitisasi reseptor
muscarinik. Contoh lain adalah domperidone yang memiliki mekanisme aksi yang sama
dengan metoclopromide. Jadi, jelas ya kedua obat ini dapat meningkatkan motilitas pada
usus, memiliki efek antiemetic dan tidak berhubungan dengan purgation, kayaknya sih
karena dia tidak berhubungan langsung dengan feses :3
C. ANTIDIARRHEAL AGENTS
Antidiarrheal Agents diberikan pada pasien dengan diare akut ringan – moderate.
Antidiarrheal Agents ini jangan diberikan pada pasien dengan diare berdarah, demam tinggi
atau systemic toxicity karena dapat memperparah underlying conditionnya. Antidiare ini
juga diberikan untuk mengontrol diare kronik yang disebabkan kondisi IBS ataupun IBD.
a. Opioid Agonist
Opioid memiliki efek konstipasi. Dia meningkatkan aktivitas colonic phasic segmenting
melalui inhibisi presynaptic cholinergic nerves di submukosa dan pleksus myenterikus
yang berujung pada peningkatan colonic transit time dan absorbs fecal water. Opioid
agonist juga mengurangi gerakan massa di kolon dan mengurangi reflek gastrokolik.
Contoh obatnya adalah loperamide dan diphenoxylate. Loperamide adalah opioid
agonist obat nonprescription yang tidak melewati Blood Brain Barrier dan tidak memiliki
kandungan analgesic ataupun potensi untuk adiksi. Dosisnya 2 mg 1-4x dalam sehari.
Sedangkan diphenoxylate adalah opioid agonist prescription yang tidak memiliki
kandungan analgesic pada dosis standar, tetapi, dosis yang lebih tinggi memiliki efek
pada sistem saraf pusat dan konsumsi yang lama dapat menimbulkan ketergantungan.
b. Kaolin dan Pectin
Kaolin dan pectin bekerja sebagai antidaiare dengan mengabsorbsi bacterial toxins dan
cairan mengurangi jumlah dan cairan feses. Sangat berguna pada diare akut, tapi
jarang digunakan pada diare kronis.
D. ANTISPASMODICS (Anticholinergics)
Antispasmodics memiliki cara kerja melalui aktivitas antikolinergik. Obat-obat jenis ini akan
menghambat reseptor kolinergik muskarinik di enteric plexus dan otot polos. Selain
mengurangi aktivitas gerakan bowel, dia juga mengurangi nyeri yang berhubungan dengan
bowel movement. Antispasmodik yang baru dikembangkan untuk khusus memiliki target
reseptor muskarinik tipe 3 (M3) pada otot polos untuk mengurangi efek samping
antikolinergik yang nonspesifik, seperti mulut kering atau peningkatan denyut jantung.
Contoh obat ini adalah atropine, scopolamine, propantheline dan pirenzepine.
O ya, ada tambahan obat ni. Yaitu antiflatulence. Tau kan flatulen itu apa? Haaa . . Haha. Jadi
memang pembentukan gas itu seing terjadi pada kasus GI yang tidak saja ditunjukan dengan
flatulensi dan sendawa, tetapi juga kembung (bloating) dan rasa penuh di perut (fullness). Nah,
obat buat mengatasi ini, yang popular dan merupakan obat over-the-counter (obat yang dijual
bebas) adalah simethicone, yang merupakan campuran dari siloxane.
CHOLESTEROL CHOLITHIASIS
Obat-obat yang mengatasi masalah ini bekerja dengan membantu pelarutan cholesterol
gallstone yang tidak terkalsifikasi. Tapi ingat! Management yang paling oke adalah dengan
pembedahan. Obat ini digunakan pada pasien yang memiliki kontraindikasi pembedahan
ataupun yang tidak mau dibedah. Kenapa? Karena penggunaan obat ini sangaaaaaat lamaaa
(bisa bertahun-tahun gallstonenya baru laruut) dan diindikasikan untuk kasus tertentu. Tidak
semua kasus cholithiasis bisa menggunakan obat ini.
Obat ini adalah suatu asam empedu yang disebut ursodeoxycholic acid atau ursodiol.
Sebenarnya asam empedu adalah salah satu dari pembersih yang dikeluarkan oleh hati kedalam
empedu untuk melarutkan kolesterol. Pasti kita ngiranya obat ini akan meningkatkan sekresi
asam empedu dan melarutkan kolesterol gallstonenya kan? Salah saudara-saudara! mekanisme
dari aksi ursodiol sebenarnya adalah berbeda. Ursodiol mengurangi jumlah kolesterol yang
dikeluarkan dalam empedu, sehingga kolesterolnya sedikit kan, jadinya lebih mudah untuk
dilarutkan oleh asam empedu yang dihasilkan oleh hepar.
Ada keterbatasan-keterbatasan yang penting pada penggunaan ursodiol:
Iahanya efektif untuk batu-batu empedu kolesterol dan tidak untuk batu-batu empedu
yang lain.
bekerja hanya untuk batu-batu empedu yang kecil, diameter kurang dari 1-1.5 cm.
memakan waktu bertahun-tahun (satu sampai dua tahun), dan banyak batu-batu
empedu terbentuk kembali setelah peghentian perawatan.
Nah, selain ursodiol juga ada jenis lain seperti chenodeoxycholic.
Akhirnya selesaaai jugaa :) Referensi yang saya pakai adalah : slide ibunya, Katzung, Waldman-
Terzic, Color-Atlas dan Medscape. Tulisan ini saya persembahkan buat temen2 tutorial saya,
kelompok 12-sahabat-GELONGGONG yang mengharapkan HSC tidak telat dan minta ditulis
namanya di sini. Keked ugeduged jaman kadal garuk aspal, Rhama yg selalu lomba terus bikin
telat tutorial, Galih idola cilig yang selalu ngecharge terus sama kelompok 11 (baca : Arsyi),
Guntur si gembel ngapak (Jomblo congenital 1), Rini si GELONGGONG (jomblo congenital 2),
Ana si bulu mata lentik ketua hijaberz yang seharusnya sudah mencari kelompok tutorial lain,
Rani si pembohong-ibu-hamil dan mbak Dilla, si peneliti yang suka merokok dan berpacar
preman.