Download - Draf proposal tesis ahmad budi

Transcript
Page 1: Draf proposal tesis ahmad budi

Draf Proposal Tesis dengan Judul :

KOMPARASI KEAKTIFAN, MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DALAM PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT

DAN TIPE SNOWBALL TRHOWING

Oleh:

AHMAD BUDI SUTRISNO

12B07024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKAPROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR2013

Page 2: Draf proposal tesis ahmad budi

LEMBAR PENGESAHAN

Judul :

Nama : AHMAD BUDI SUTRISNO

Nim : 12B07024

Prodi : Pendidikan Matematika

Program : Pascasarjana UNM Tahun 2013

Menyetujui

Komisi Penasihat,

Dr.Awi Dassa, M.Si Dr.Hisyam Ihsan, M.Si Ketua Anggota

Mengetahui:

Ketua Direktur

Program Studi Program Pascasarjana

Pendidikan Matematika, Universitas Negeri Makassar,

Prof. Dr. Nurdin Arsyad, M.Pd Prof. Dr. Jasruddin, M. Si

NIP 19670424 199203 1 002 NIP 19641222 199103 1 002

Komparasi Keaktifan, Motivasi dan Hasil Belajar

Matematika dalam Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe NHT dan Tipe Snowball Throwing

Page 3: Draf proposal tesis ahmad budi

A. Latar Belakang

Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh sumber daya manusia, sedangkan

kualitas sumber daya manusia tergantung pada kulaitas pendidikannya. Peran pendidikan

sangat penting untuk menciptakan manusia yang cerdas, damai, terbuka dan demokratis.

Oleh karena itu pembaruan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan

kualitas pendidikan suatu bangsa. Kemajuan bangsa Indonesia dapat dilakukan dengan

cara menata pendidikan yang baik, dengan adanya berbagai peningkatan mutu pendidikan

diharapkan dapat menaikkan derajat, harkat dan martabat manusia baik dimata

masyarakat, bangsa dan agama. Untuk mencapainya, pembaharuan pendidikan di

Indonesia tentunya harus dilakukan terus menerus seiring dengan perkembangan zaman.

Berbagai daya dan upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam

meningkatkan kualiatas pendidikan antara lain pembaharuan kurikulum, pengembangan

model pembelajaran, perubahan system evaluasi dan sebagainya. Salah satu aspek yang

selalu dikaji dalam kaitannya dengan keaktifan, motivasi, dan hasil belajar adalah model

pembelajaran yang diterapkan di sekolah. Selama ini dalam kegiatan pembelajaran

dikelas berpusat kepada guru, sehingga siswa cenderung tidak aktif. Pada dasarnya

banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk menjadikan siswa aktif, salah satunya

dengan merubah paradigma pembelajaran. Guru bukan sebagai pusat pembelajaran tapi

sebagai mitivator, dan fasilitator. Selama pembelajaran berlangsung, siswalah yang

dituntut untuk aktif sehingga guru bukan lagi sebagai pemeran utama dalam

pembelajaran. Oleh karena itu, perlu dikembangkan satu model pembelajaran yang

mampu meningkatkan keaktifan dan motivasi siswa dalam pembelajaran matematika,

sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pemilihan model

Page 4: Draf proposal tesis ahmad budi

pembelajaran harus mampu mengembangkan kemampuan siswa dalam berfikir logis,

kritis, dan kreatif.

Pada umumnya proses pelaksanaan belajar mengajar matematika di sekolah

hanya mentransfer apa yang dipunyai guru kepada siswa dalam wujud pelimpahan fakta

matematis dan prosedur penghitungan, Bahkan sering terjadi, dalam menanamkan konsep

hanya menekankan bahwa konsep–konsep itu merupakan aturan yang harus dihafal, tidak

perlu tahu dari mana asal–usul rumus tersebut. Siswa diprogram hanya untuk bisa

menghafal rumus dan mengerjakan soal tanpa harus tahu apa makna dan fungsi soal

tersebut dalam kehidupannya sehari-hari.

Dengan adanya pembelajaran matematika yang tidak bermakna serta hanya

sebatas menghafal rumus dan mengikutinya untuk mengerjakan soal, penalaran siswa

menjadi kurang berkembang yang berakibat pemahaman siswa terhadap konsep materi

matematika sangat lemah. Padahal kemampuan penalaran siswa merupakan aspek

penting, karena dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah lain, baik

masalah matematika maupun masalah kehidupan sehari-hari. Karena dengan adanya

penalaran, siswa akan mampu mengaplikasikan hal yang dipelajarinya kedalam dunia

nyata. Kemampuan penalaran merupakan aspek kunci dalam mengembangkan

kemampuan berpikir kritis dan kreatif dari siswa. Dengan demikian pembelajaran di

sekolah akan lebih bermakna jika guru mengaitkan pengetahuan dengan pemahaman

yang telah dimiliki siswa.

Pembelajaran matematika yang hanya berorientasi pada proses transfer dari

guru ke siswa merupakan pandangan behaviorisme. Matematika dipandang sebagai

Page 5: Draf proposal tesis ahmad budi

barang jadi yang dapat dipindahkan dari seorang keorang lain. Menurut pandangan

behaviorisme siswa bersifat pasif dan pembelajaran lebih berpusat pada guru. Bagi

behavioris pengetahuan itu statis dan sudah jadi dan belajar hanya merupakan suatu

proses mekanik untuk mengumpulkan fakta.

Selanjutnya lahirlah pandangan konstruktivisme yang beranggapan bahwa

pengatahuan tidak dapat ditransfer tetapi harus dibangun sendiri oleh siswa di dalam

pikirannya. Inti dari pembelajaran konstruktivis adalah keaktifan siswa pada proses

pembelajaran. Penekanan belajar siswa aktif ini sangat penting dan perlu dikembangkan

dalam dunia pendidikan kita. Karena dengan keaktifan dan kreatifitas, siswa akan dapat

mandiri dalam kehidupan. Mereka akan terbantu menjadi orang yang kritis menganalisis

suatu hal karena mereka berpikir dan mencipta, bukan meniru saja.

Berdasarkan pengamatan dilapangan, diperoleh informasi bahwa matematika

merupakan salah satu pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa. Anggapan ini

mengakibatkan siswa menjadi malas belajar matematika, sehingga beberapa siswa masih

enggan untuk berperan aktif pada saat pembelajaran berlangsung. Keaktifan siswa dalam

pembelajaran merupakan hal yang penting dalam proses pembelajaran. Selama ini model

pembelajaran yang digunakan oleh guru di sekolah dalam mengajar adalah model

pembelajaran langsung.

Pada pembelajaran model langsung guru merupakan subjek utama kegiatan

pembelajaran. Guru dalam menyampaikan dan menyajikan materi pembelajaran tidak

disertai dengan penggunaan bermacam-macam penggunaan metode pembelajaran lain

seperti diskusi, tanya jawab, pemberian tugas, dll. Guru menjelaskan materi yang

Page 6: Draf proposal tesis ahmad budi

diajarkan dengan contoh, kemudian siswa diminta untuk menyebutkan kembali dan

menerapkan ke soal lain sesuai dengan contoh tersebut, guru merupakan subjek utama

dalam proses pembelajaran. Siswa dalam proses pembelajaran hanya mendengarkan

semua hal yang dijelaskan oleh guru, mencatat materi, dan mengerjakan segala sesuatu

yang dipertintahkan oleh guru. Sehingga selama pembelajaran siswa menerima suatu

materi yang sudah jadi. Siswa tidak ikut berfikir dan menggunakan pengalaman

belajarnya.

Ada beberapa siswa yang kurang antusias mengikuti pelajaran dikarenakan tidak

adanya motivasi belajar dari diri mereka. Siswa tersebut masih pasif, enggan, takut, dan

malu untuk bertanya. Mereka hanya memilih diam jika ada sesuatu hal yang tidak mereka

mengerti atau pahami daripada harus bertanya kepada guru yang mengajar. Menurut

beberapa siswa, hal ini disebabkan mereka tidak berani bertanya karena takut salah dan

lebih senang bertanya kepada temannya. Motivasi siswa untuk mengerjakan pekerjaan

rumah (PR) masih kurang, beberapa siswa mengatakan alasan mereka tidak

menegerjakan pekerjaan rumah karena tidak biasa mengerjakan, lupa, malas, dan lain

sebagainya. Keadaan tersebut apabila didiamkan akan menyebabkan siswa semakin

mengalami kesulitan dalam mempelajari dan memahami konsep-konsep matematika

berikutnya.

Sebagai upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa, perlu

dikembangkan sutu pembelajaran yang tepat, sehingga dapat memberikan kesempatan

bagi siswa untuk bertukar pikiran, pendapat, bekerja sama dengan teman, berinteraksi

dengan guru, menggunakan maupun mengingat kembali konsep yang dipelajari.

Page 7: Draf proposal tesis ahmad budi

Mengingat pentingnya pelajaran matematika untuk pendidikan, guru

diharapkan mampu merencanakan pembelajaran sedemikian rupa sehingga siswa akan

tertarik dengan pelajaran matematika. Terdapat bebrapa model pembelajaran yang

mampu meningkatkan keaktifan, motivasi dan hasil belajar siswa salah satunya adalah

model pembelajaran koopeeratif tipe NHT dan tipe Snowball Throwing.

Model pembelajaran tersebut melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa ada

perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur

permainan. Aktvitas siswa dirancang sedemikian sehingga memungkinkan siswa dapat

belar lebih santai, di samping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan

sehat, dan keterlibatan belajar. Dengan demikian pembelajaran ini mampu meningkatkan

keaktifan, motivasi, dan hasil belajar siswa.

Dalam pembelajaran matematika, seringkali rendahnya motivasi belajar siswa

disebabkan karena siswa memiliki beban belajar yang banyak. Tinggi rendahnya

motivasi belajar sering kali dikaitkan dengan keberhasilan atau kegagalan belajar siswa

dalam belajar. Motovasi yang tinggi dan sedang selalu berusaha menyelesaikan tugas

dengan baik, serta membandingkan hasilnya dengan orang lain. Dalam hal ini dapat

diduga bahwa motivasi belajar siswa terhadap matematika merupakan faktor yang

sangat berpengaruh terhadap hasil belajarnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti hendak meneliti tentang “komparasi

keaktifan, motivasi dan hasil belajar matematika dalam model pembelajaran tipe NHT

dan tipe Snowball Throwing”.

B. Rumusan Masalah

Page 8: Draf proposal tesis ahmad budi

Berdasarkan latar belakang di atas yang telah dikemukakan, maka yang menjadi

rumusan masalah adalah:

1. Bagaimana keaktifan, motivasi, dan hasil belajar siswa kelas VIII SMPN 22

Bantimurung dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

2. Bagaimana keaktifan, motivasi, dan hasil belajar siswa kelas VIII SMPN 10

Bantimurung dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball

Throwing.

3. Apakah ada perbedaan keaktifan, motivasi, dan hasil belajar Siswa kelas VIII SMP

22 Bantimurung dan SMPN 10 Bantimurung dengan menggunakan model

pembelajaran tipe NHT dan tipe Snowball Throwing.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui keaktifan, motivasi, dan hasil belajar siswa kelas VIII SMPN 22

Bantimurung dengan menggunakan Model Pembelajaran kooperatif tipe NHT.

2. Untuk mengetahui keaktifan, motivasi, dan hasil belajar siswa kelas VIII SMP 10

Bantimurung dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball

Throwing.

3. Apakah ada perbedaan keaktifan, motivasi, dan hasil belajar Siswa kelas VIII SMP

22 Bantimurung dan SMPN 10 Bantimurung dengan menggunakan model

pembelajaran koopertif tipe NHT dan tipe Snowball Throwing.

D. Manfaat Penelitian

Page 9: Draf proposal tesis ahmad budi

1. Dapat mengetahui keaktifan, motivasi, dan hasil belajar siswa kelas VIII SMPN 22

Bantimurung dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

2. Dapat mengetahui keaktifan, motivasi, dan hasil belajar siswa kelas VIII SMPN 10

Bantimurung dengan menggunakan model Pembelajaran koopreatif tipe Snowball

Throwing.

3. Dapat mengetahui perbedaan keaktifan, motivasi, dan hasil belajar Siswa kelas VIII

SMP 22 Bantimurung dan SMPN 10 Bantimurung dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT dan tipe Snowball Throwing.

E. Batasan Istilah

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda terhadap istilah yang digunakan

dalam penelitian ini, maka batasan istilah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Model Pembelajaran Koopertif Tipe NHT

Model pembelajaran tipe NTH adalah model pembelajaran yang

mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan

informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipersentasekan di depan kelas.

2. Model Pembelajaran Koopertif Tipe Snowball Throwing

Model pembelajaran koopertif tipe Snowball Throwing melatih siswa untuk

lebih tanggap menerima pesan dari siswa lain dalam bentuk bola salju terbuat dari

kertas, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok.

Pembelajaran model snowball throwing menggunakan tiga penerapan pembelajaran

Page 10: Draf proposal tesis ahmad budi

antara lain pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas

memalui konteks yang terbatas melalui pengalamn nyata (construvisme), hasil dari

temuan sendiri (inquiri), bertanya (questioning).

3. Keaktifan Belajar

Aktif belajar dalam hal ini adalah memposisikan guru sebagai orang yang

menciptakan suasana belajar yang kondusif atau sebagai fasilitator dalam

pembelajaran sementara siswa yang harus aktif. Dalam proses pembelajaran yang

aktif itu terjadi dialog yang interaktif antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru,

atau siswa dengan sumber belajar lainnya. Adapun indikator keaktifan pada

penelitian ini di tinjau dari aspek:

a) Aspek keaktifan visual

b) Aspek keaktifan lisan

c) Aspek keaktifan tulisan

4. Motivasi

Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar

dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh

subyek belajar itu dapat tercapai.

Indikator motivasi dalam penelitian ini adalah:

a. Cita-cita / aspirasi siswa

b. Kemampuan belajar

c. Kondisi siswa

Page 11: Draf proposal tesis ahmad budi

d. Unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran

e. Upaya guru membelajarkan siswa

5. Hasil belajar

Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa setelah

mengikuti proses pembelajaran, sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dalam

hal ini ditunjukkan dari skor perolehan tes hasil belajar.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab kajian pustaka ini peneliti akan menguraikan kajian teori dan

pustaka yang diambil dari bermacam-macam sumber. Tujuannya adalah untuk

Page 12: Draf proposal tesis ahmad budi

menumbuhkan gagasan yang mendasari penelitian yang hendak dilakukan. Adapun

yang peneliti bahas dalam tinjauan pustaka ini meliputi pembelajaran matematika,

keaktifan, pembelajaran aktif, motifasi, model kooperatif tipe NHT, model

pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing, materi pembelajaran, kerangka pikir,

dan hipotesis penelitian.

A. Pembelajaran Matematika

1. Pengertian Matematika Sekolah

Menurut Herman Hudojo (1988) matematika merupakan suatu ilmu yang

berhubungan atau menelaah bentuk-bentuk atau struktur yang abstrak dan

hubungan-hubungan di antara itu, tentu saja diperlukan pemahaman tentang

konsep-konsep yang terdapat di dalam matematika itu.

James dan James ( Erman Suherman, 2003) mengatakan bahwa matematika

itu adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, dan konsep-konsep yang

berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi

kedalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, geometri. Matematika tumbuh dan

berkembang karena proses berfikir, oleh karena itu logika adalah dasar

terbentuknya matematika.

Berikut ini definisi oleh beberapa pakar tentang pengertian matematika yang

diungkapkan oleh Robert E.Reys (2008):

a. Matematika adalah studi atau kajian tentang pola dan hubungan.

b. Matematika adalah suatu cara berfikir.

Page 13: Draf proposal tesis ahmad budi

c. Matematika adalah seni, digolongkan dengan tata urutan dan kejelasan

didalamnya.

d. Matematika adalah suatu bahasa, menggunakan istilah dan symbol tertentu

dengan hati-hati.

e. Matematika adalah suatu alat.

Matematika sekolah menurut Erman Suherman matematika (2003) sekolah

adalah matematika yang diajarkan di sekolah, yaitu matermatika yang diajarkan

pada jenjang SD dan SLTP dan pendidikan menengah (SLTA dan SMK).

Matematika sekolah terdiri atas bagian-bagian matematika yang dipilih

guna,menumbuh kembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi

serta berpadu dengan perkembangan IPTEK. Matematika sekolah tetap memiliki

ciri yang dimiliki matematika yaitu memiliki objek kejadian yang abstrak serta

berpola pikir deduktif konsisten.

Fungsi pelajaran matematika sebagai alat, pola pikir, dan ilmu atau

pengetahuan. Siswa diberi pengalaman menggunakan matematika sebagai alat

untuk memahami atau menyampaikan informasi dalam model-model matematika

yang merupakan penyederhanaan dari soal-soal cerita atau soal uraian matematika

lainnya. Belajar matematika bagi para siswa juga merupakan pembentuk pola pikir

dalam pemahaman suatu pengertian maupiun dalam penalaran suatu hubungan

antara pengertian-pengertian. Dari ketiga fungsi tersebut, guru berperan sebagai

motivator dan pembimbing siswa dalam pembelajaran matematika di sekolah.

Page 14: Draf proposal tesis ahmad budi

Dari beberapa pernyataan di atas, maka yang dimaksud dengan matematika

sekolah dalam penelitian adalah matematika yang diajarkan di tingkat sekolah

dasar maupun menengah. Dimana dalam belajar matematika, siswa dapat

membentuk pola pikir dalam memahami suatu pengertian maupun penalaran

tentang permasalahan matematika yang dihadapinya, sedangkan guru merupakan

motivator dan fasilitator mereka.

2. Proses Pembelajaran Matematika

Dalam konsep sosiologi, belajar merupakan jantungnya dari proses sosialisasi,

sedangkan pembelajaran adalah rekayasa sosiopisikologis untuk memelihara

kegiatan belajar sehingga setiap individu yang belajar akan belajar secara optimal

dalam mencapai tingkat kedewasaan dan dapat hidup sebagai anggota masyarakat

yang baik. Sedangkan arti sempit, proses pembelajaran adalah proses sosialisasi

individu siswa dengan lingkungan sekolah, seperti guru, sumber, dan teman sesame

siswa. Menurut konsep komunikasi, pembelajaran adalah proses komunikasi

fungsional antara siswa dengan siswa, dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir

yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan (Herman Suherman

2003).

Peristiwa belajar yang disertai dengan proses pembelajaran akan lebih terarah

dan sistematik daripada belajar yang hanya pengalaman dari kehidupan sehari-hari.

Dalam proses pembelajaran, selain kegiatan belajar ada kegiatan lain yaitu

mengajar, dikatakan mengajar jika ada subjek yang diberi pelajaran dalam hal ini

siswa dan ada subjek yang mengajar yaitu pengajar dalam hal ini guru.

Page 15: Draf proposal tesis ahmad budi

Siswa:Kemampuan KesiapanSikapMinatIntelegensi

Guru :PengalamanKepribadianKemampuanMotivasi

Sarana & prasaranaRuanganAlat bantu belajarBuku teks,dll

Proses pembelajaran

Hasil Belajar

Penilaian proses pembelajaran

siswa

siswa guru Alat peragaa

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya proses belajar dan mengajar

digambarkan dalam skema berikut:

Sumber: Erman Suherman (1993)

2.1 Grafik Faktor-Faktor Terjadinya Proses Pembelajaran

B. Keaktifan

Kegagalan atau keberhasilan belajar sangat tergantung kepada siswa, seperti

bagaimana kemampuan dan kesiapan siswa untuk mengikuti kegiatan belajar

matematika, bagaimana sikap dan minat siswa terhadap matematika. Di samping itu,

Page 16: Draf proposal tesis ahmad budi

kondisi fisiologis dan psikologis siswa serta intelegensi berpengaruh terhadap

kelancaran belajar. Kondisi fisiologis misalnya orang yang dalam keadaan segar

jasmaninya akan lebih baik belajarnya daripada orang yang dalam keadaan lemah

sedangkan kondisi psikologis seperti perhatian, pengamatan, ingatan dan sebagainya

berpengaruh terhadap kegiatan belajar seseorang.

Suasana yang mestinya tercipta dalam proses pembelajaran adalah bagaimana

siswa yang belajar benar-benar berperan aktif dalam pembelajaran. Tidak jarang

ditemukan bahwa pembelajaran disekolah terkesan ibarat seseorang yang

menuangkan air dari cerek ke gelas. Air ditempatkan begitu saja hingga digelas,

bakna ada yang sudah tumpah tetap diisi, lalu air itu diminum. Dikasus yang lain ada

cerek yang tumpah ternyata saluran air dicerek ada sumbatan sehingga air sulit

keluar, kalau tetap keluar akibat sumbatan itu, maka airnya mengalir kearah lain

bukan gelas karena ada tekanan yang mendorong lewat saluran yang tersumbat tadi

yang mengakibatkan air malah keluar dari mulut gelas. Ilustrasi diatas

menggambarkan bagaimana proses pembelajaran kita.

Paul B.Diedrich (Hamzah Uno, 2013) membuat sebuah daftar yang berisi 177

macam kegiatan siswa yang anatar lain digolongkan kedalam:

a. Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya membaca,

memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

b. Oral Activities seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, member saran,

mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi dan interupsi.

c. Listening activities sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan,

diskusi, music, pidato.

Page 17: Draf proposal tesis ahmad budi

d. Writing activities, misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket,

menyalin.

e. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta,

diagram.

f. Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain melakukan

percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun,

beternak.

g. Mental activities, sebagai contoh misalnya menaggapi, mengingat,

memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan, mengambil

keputusan.

h. Emotional activities, misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira,

bersemangat, bergairah, berani, tenag, gugup.

C. Pembelajaran yang Aktif

Keberhasilan pencapaian kompetensi suatu mata pelajaran bergantung pada

beberapa aspek. Salah satu aspek yang sangat berpengaruh adalah bagaimana cara

seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran. Kecenderungan guru sebagai pusat

pembelajaran menjadikan siswa kurang aktif terlibat dalam proses pembelajaran

yang akhirnya berakibat pembelajaran kurang bermakna

Beberapa ciri dari pembelajaran aktif yang dikukakan dalam panduan

pembelajaran model ALIS (active learning in school) adalah:

1. Pembelajaran berpusat pada siswa

2. Pembelajaran terkait dengan kehidupan nyata

Page 18: Draf proposal tesis ahmad budi

3. Pembelajaran mendorong siswa untu brpikir tingkat tinggi.

4. Pembelajaran melayani gaya belajar anak-anak yang berbeda-beda

5. Pembelajan mendorong siswa berinteraksi mendorong siswa

multi arah

6. Pembelajaran menggunakan lingkungan sebagai sebagai media atau sumber

belajar

7. Pembelajaran berpusat pada anak

8. Gutu memantau proses belajar siswa

9. Memberikan umpang balik terhadap pekerjaan atau tugas siswa

Untuk menciptakan pembelajaran aktif, beberapa penelitian (Hamzah Uno

2013) menemukan salah satunya adalah anak belajar dari pengalamannya, selain

anak harus belajar memecahkan masalah yang mereka peroleh. Anak-anak dapat

belajar dengan baik dari pengalaman mereka. Mereka belajar dengan cara

melakukan, menggunakan indera mereka, menjelajahi lingkungan, baik lingkungan

berupa benda, tempat, atau peristiwa-peristiwa disekitar mereka. Mereka belajar dari

pengalaman langsung dan kejadian nyata. keterlibatan yang aktif dengan objek-objek

ataupun gagasan-gagasan tersebut dapat mendorong aktivitas mental mereka untuk

berfikir, menganalisa, menyimpulkan, dan menemukan pemahaman konsep baru dan

mengintegrasikannya dengan konsep yang mereka ketahui sebelumnya.

Anak-anak juga belajar dengan baik dan memahami bila apa yang mereka

pelajari terkait dengan apa yang sudah diketahui dan metode pembelajaran yang

digunakan sesuai dengan gaya belajar mereka (gaya belajar mendengarkan, melihat,

Page 19: Draf proposal tesis ahmad budi

dan bergerak atau melakukan) dan bagi kecerdasan yang mereka miliki (Hamzah Uno

2013) seperti bahasa, musik, gerak, logika, dll.

Strategi pembelajaran yang aktif dalam proses pebelajaran adalah siswa

diharapkan aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran untuk berfikir, berinteraksi,

berbuat untuk mencoba, menemukan konsep baru atau menghasilkan suatu karya.

Sebaliknya, anak tidak diharapkan pasif menerima layaknya gelas kosong yang

menunggu diisi, siswa bukanlah gelas kosong yang pasif yang hanya menerima

kucuran ceramah sang guru tentang pengetahuan atau informasi sebagaimana

digambarkan di atas.

D. Motivasi

1. Pengertian

Banyak sekali, bahkan sudah umum orang menyebut dengan “ motif “ untuk

menunjukkan mengapa seseorang itu berbuat sesuatu. Kata motif diartikan sebagai

daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat

dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan didalam subjek untuk melakukan

aktivitas- aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan

sebagai suatu kondidsi intern (kesiap siagaan). Berawal dari kata “motif” itu, makna

motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif

menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan

sangat dirasakan mendesak.

Page 20: Draf proposal tesis ahmad budi

Menurut Mc.Donald (Sardiman,2012) motivasi adalah perubahan energy

dalam diri seseorang yang ditandai dngan munculnya “feeling” dan didahului dengan

tanggapan adanya tujuan. Dari pengertian Mc.Donald ini mengandung makna bahwa:

a) Motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu

manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di

dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada organisme manusia.

b) Motivasi ditandai dengan munculnya , rasa “feeling”, efeksi seseorang. Di

dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan kejiwaan, efeksi dan emosi

yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

c) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan, jadi motivasi dalam hal ini

sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang

muncul dari dalam diri manusia, tapi kemunculannya karena adanya

rangsangan/terdorong karena ada unsur lain dalam hal ini tujuan.

Pendapat lain dikemukakan oleh Echols (Dimyati,2006) bahwa motivasi kata

kerja “to motivate” yang berarti mendorong, menyebabkan dan merangsang , berarti

alasan, sebab dan daya penggerak. Menurut Suryabrata (Djaali,2007) adalah

keadaan dalam diri seseorang yang mendorong individu tersebut untuk melakukan

aktifitas-aktifitas tertentu guna mencapai tujuan yang didinginkan. Secara serupa

Winkels, (Dimyati 2006) mengatakan bahwa motif adalah adanya penggerak dari

dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai

suatu tujuan tertentu.

Page 21: Draf proposal tesis ahmad budi

Dalam pembelajaran, dikenal motivasi belajar, menurut Winskel (Mudjiono

2008) motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis dalam diri siswa

yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar itu demi

mencapai satu tujuan. Menurut Slavin (Hamzah Uno, 2011;193) motivasi merupakan

prasyarat yang paling penting dalam belajar. Bila tidak ada motivasi, maka proses

pembelajaran tidak akan terjadi dan motivasi dapat mempengaruhi proses dan hasil

belajar. Wlodkowsky,1985 (Hamzah Uno, 2011;194), mengatakan bahwa motivasi

yang dimiliki dan dibawa oleh siswa berpengaruh kuat terhadap apa dan bagaimana

mereka belajar. Winne dan Marx 1989 (Hamzah Uno, 2011;194) mengatakan bahwa

motivasi adalah suatu kondisi dari suatu pembelajaran, bila siswa memiliki motivasi

selama pembelajaran berlangsung, maka segala usahanya akan berjalan dengan lancar

dan kecemasan akan menurun. Sedangkan menurut Palardi,1975 (Dimyati 2006)

motivasi belajar memegang peran penting dalam memberikan gairah, semangat, dan

rasa senang dalam belajar sehingga yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai

energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar. Siswa yang mempunyai

motivasi tinggi sangat sedikit yang tertinggal belajarnya dan sangat sedikit pula

kesalahan dalam belajarnya.

Dari beberapa pandangan pakar di atas maka yang dimaksud dengan motivasi

dalam penelitian ini adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar

dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh

subyek belajar itu dapat tercapai.

2. Jenis-jenis motivasi

Page 22: Draf proposal tesis ahmad budi

Jenis-jenis motivasi belajar, menurut Sardiman motivasi dibagi menjadi

dua tipe atau kelompok yaitu intrinsik dan ekstrinsik :

a) Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik merupakan motif-motif yang menjadi aktif atau

berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu

sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu, contohnya seseorang yang

senang membaca tidak usah disuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin

membaca buku-buku untuk dibacanya.

b) Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik merupakan motif-motif yang aktif dan

berfungsinya karena adanya perangsang dari luar, contohnya seseorang itu

belajar karena tahu besok pagi ada ujian dengan harapan akan mendapatkan

nilai baik, atau agar mendapatkan hadiah.

3. Fungsi motivasi dalam belajar

Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing pihak

sebenarnya telah dilatar belakangi oleh motivasi, dan motivasi telah bertalian

dengan tujuan. Sehubungan dengan itu ada empat fungsi motivasi menurut

Sardiman antara lain:

a) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang

melepaskan energi.

b) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.

Page 23: Draf proposal tesis ahmad budi

c) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus

dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-

perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

d) Sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan

suatu usaha karena adanya motivasi.

Selain itu ada pula fungsi lain dari motivasi belajar menurut Purwanto bahwa

fungsi motivasi adalah menggerakan, mengarahkan, dan meneropong tingkah laku

manusia.

Fungsi motivasi menurut Hamalik (2007) meliputi berikut ini.

1) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan tanpa motivasi maka tidak

akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar.

2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan

kepencapaian tujuan yang diinginkan.

3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil.

Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

Berdasarkan dari beberapa pendapat pendidikan tersebut dapat disimpulkan

bahwa motivasi berfungsi sebagai perbuatan, pengarah serta penggerak bagi

seseorang atau peserta didik yang menimbulkan upaya keras untuk melakukan

aktivitas mereka sehingga dapat mencapai tujuan belajar.

Pada penelitian ini yang menjadi indikator dari motivasi belajar siswa adalah

cita-cita atau aspirasi siswa, kemampuan belajar, kondisi siswa, unsur-unsur dinamis

dalam belajar dan pembelajaran, upaya guru dalam membelajarkan siswa.

(a) Cita-cita atau aspirasi siswa

Page 24: Draf proposal tesis ahmad budi

Memberikan motivasi kepada siswa berarti menggerakkan siswa untuk

melakukan sesuatu yang penting dalam kegiatan belajar. Motivasi belajar tampak

pada keinginan belajar berjalan, makan makanan yang lezat, dapat bernyanyi, dapat

membaca, keinginan tersebut dapat menumbuhkan kemauan bergiat, bahkan

dikemudian hari menimbulkan cita-cita dibarengi oleh perkembangan akal, moral,

kemauan, bahasa dan nilai-nilai kehidupan ( Dimyati 2002).

Dari segi emansipasi kemandirian, keinginan yang terpuaskan dapat

memperbesar kemauan dan semangat belajar. Contoh: siswa ingin mendapatkan nilai

yang terbaik, selalu mengerjakan soal dengan gigih dalam meraih cita-cita dan

mengungkapkan perasaan senang terhadap pelajaran misalnya matematika. Cita-cita

akan memepengaruhi motivasi belajar intrinsic maupun ekstrinsik.

(b) Kemampuan belajar

Setiap siswa memiliki kemampuan belajar yang berbeda. Hal ini diukur

melalui taraf perkembangan berpikir siswa, dimana siswa yang taraf perkembangan

berpikirnya konkrit tidak sama dengan siswa yang sudah sampai pada taraf

perkembangan berpikir rasional. Siswa yang merasa dirinya memiliki kemampuan

untuk melakukan sesuatu, maka akan mendorong dirinya berbuat sesuatu untuk dapat

mewujudkan tujuan yang ingin diperolehnya dan sebaliknya yang merasa tidak

mampu akan merasa malas untuk berbuat sesuatu, (Dimayati, 2002). Setiap siswa

memiliki kemampuan belajar yang berbeda. Hal ini diukur melalui taraf

perkembangan berpikir siswa, dimana siswa yang taraf perkembangan berpikirnya

konkrit tidak sama dengan siswa yang sudah sampai pada taraf perkembangan

berpikir rasional. Siswa yang merasa dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan

Page 25: Draf proposal tesis ahmad budi

sesuatu, maka akan mendorong dirinya berbuat sesuatu untuk dapat mewujudkan

tujuan yang ingin diperolehnya dan sebaliknya yang merasa tidak mampu akan

merasa malas untuk berbuat sesuatu.

Kemampuan belajar adalah bagaimana seorang anak bisa memahami, mengikuti dan

melaksanakan apa yang ia peroleh dalam pendidikan. Hal ini menyangkut bisa atau

tidaknya anak tersebut mempelajari sesuatu.

(c) Kondisi siswa

Setiap mempunyai kondisi jasmani dan rohani yang sangat mempengaruhi

motivasi belajar. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar, atau marah-marah akan

mengganggu perhatian belajar. Sebaliknya seseorang siswa yang sehat, kenyang, dan

gembira akan mudah memusatkan perhatian. Anak yang sakit akan enggan belajar,

bahkan ada yang tidak masuk sekolah. Sebaliknya setelah siswa itu sehat, ia akan

mengejar ketinggalan pelajaran dengan bertanya tugas maupun catatan yang diberikan

oleh guru. Dengan kata lain kondisi jasmani dan rohani siswa berpengaruh pada

motivasi belajar siswa ( Dimyati, 2002).

(d) Unsur Dinamis Dalam Pembelajaran

Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan dan pikiran yang

mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman sebaya

berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar. Contoh, siswa akan bersemangat

menerima penjelasan dari guru dan akan bertanya jika ada materi yang kurang

dipahami, adapun unsur dinamis dalam belajar dapat menganggu kegiatan belajar

adalah pikiran, tidak mau berusaha untuk memahami pelajaran dan selalu

Page 26: Draf proposal tesis ahmad budi

menganggapnya pelajaran sulit dan masalah baik dari keluarga maupun dari

lingkungan sekitar, (Damayati 2002).

Unsur-unsur dinamis adalah unsur-unsur yang keberadaannya didalam proses

belajar tidak stabil, kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah dan bahkan hilang

sama sekali misalnya gairah belajar, emosi siswa dan lain-lain. Siswa memiliki

perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang mengalami perubahan

selama proses belajar, kadang-kadang kuat atau lemah.

(e) Upaya guru dalam membelajarkan siswa

Guru adalah seorang pendidik professional. Ia bergaul setiap hari dengan

puluhan atau ratusan siswa. Interaksi pergaulannya sekitar lima jam sehari. Tatap

muka guru dengan siswa SD misalnya, berkisar antara 10 samapai 20 menit per siswa.

Intensitas pergaulan tersebut mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jiwa

siswa. Upaya guru dalam membelajarkan siswa yaitu memberikan pujian kepada

siswa jika dapat mengerjakan soal latihan yang diberikan, memberikan kesempatan

kepada siswa untuk bertanya jika ada materi yang belum dipahami, jika memberikan

hukuman bukan berupa pukuan tetapi berupa soal yang harus dikerjakan di papan

tulis. Guru adalah pendidik yang berkembang. Tugas profesionalnya mengharuskan

dia belajar sepanjang hayat. Belajar sepanjang hayat tersebut sejalan dengan

masyarakat dan lingkungan sekitar sekolah yang juga dibangun. Guru tidak sendirian

dalam belajar sepanjang hayat. Lingkungan sosial guru, lingkungan budaya guru, dan

kehidupan guru perlu diperhatikan oleh guru. Sebagai pendidik, guru dapat memilih

yang baik. Partisipasi dan teladan memilih perilaku yang baik tersebut sudah

merupakan upaya membelajarkan siswa.

Page 27: Draf proposal tesis ahmad budi

E. Pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar dalam kelompok-

kelompok kecil, siswa belajar dan bekerjasama untuk sampai pada pengalaman

belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun kelompok (Arends,). Dalam

pembelajaran kooperatif para peserta didik dikelompokkan secara arif dan

proporsional. Pengelompokan peserta didik dalam suatu kelompok dapat didasarkan

pada: fasilitas yang tersedia, perbedaan individu dalam minat belajar dan kemampuan

belajar, jenis pekerjaan yang diberikan, wilayah tempat tinggal peserta didik, jenis

kelamin, dan berdasarkan lotre atau random. Dalam pembagian kelompok ini,

kelompok dibagi secara heterogen baik dari segi kemampuan belajar maupun jenis

kelamin agar terjadi dinamika kegiatan belajar yang lebih baik dari kelompok,

sehingga tidak terkesan ada kelompok yang kuat dan ada kelompok yang lemah

(Mulyani Sumantri, 2001).

Bekerja sama berarti melakukan sesuatu bersama saling membantu dan

bekerja sebagai tim (kelompok). Jadi, pembelajaran kooperatif berarti belajar

bersama, saling membantu pembelajaran agar setiap anggota baik. Dalam

pembelajaran kooperatif, siswa dikelompokkan secara variatif (beraneka ragam)

berdasarkan prestasi siswa mereka sebelumnya, kesukaan/kebiasaan, dan jenis

kelamin. Selanjutnya Slavin (azizahwati, 2010) menjelaskan belajar kooperatif

mempunyai kelebihan yang tidak ditemukan dalam kegiatan individual seperti

interaksi sosial, pertanggungjawaban individu dan kerja sama dengan kelompok.

Dalam kegiatan belajar individual cenderung mementingkan pribadi dan tidak

Page 28: Draf proposal tesis ahmad budi

memperhatikan lingkungan sekitarnya. Menurut Devies kegiatan belajar individual

maupun belajar bersama dalam kelompok harus didukung oleh inisiatif dari masing-

masing pribadi karena kegiatan belajar menyangkut apa yang harus dikerjakan oleh

mereka.

Metode kooperatif disamping memiliki keunggulan juga memiliki kelemahan

sebagai berikut:

1. Perlu persiapan yang rumit dalam pelaksanaannya.

2. Siswa yang tidak cocok dengan anggota kelompoknya kurang bisa bekerja sama

dalam memahami materi maupun dalam menyelesaikan tugas.

3. Bila terjadi persaingan negatif maka hasilnya akan buruk.

4. Ada siswa yang kurang memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam kelompok

belajar.

5. Bila dalam anggota kelompok dalam memahami materi maupun untuk

memperoleh penghargaan tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Keberhasilan dari proses belajar kooperatif adalah karena ada 5 prinsip, yaitu:

a). Adanya sumbangan dari ketua kelompok

Tugas dari seorang ketua kelompok adalah memberikan sumbangan

pengetahuannya untuk anggota kelompoknya, karena ketua kelompoknya adalah

seseorang yang dinilai berkemampuan lebih dibandingkan dengan anggota yang

lainnya. Dalam hal ini anggota kelompok diharapkan dapat memperhatikan,

mempelajari informasi/penjelasan yang diberikan oleh ketua kelompok jika ada

Page 29: Draf proposal tesis ahmad budi

anggota kelompok yang merasa belum jelas, walaupun tugas ini bisa dilakukan

oleh anggota yang lain.

b). Keheterogenan kelompok

Kelompok belajar yang efektif adalah yang mempunyai anggota

kelompok yang heterogen, baik dalam hal jenis kelamin, latar belakang sosial,

ataupun tingkat kecerdasan.

c). Ketergantungan pribadi yang positif

Setiap anggota kelompok belajar untuk berkembang dan bekerja satu

sama lain. Ketergantungan pribadi ini dapat memberikan motivasi bagi setiap

individu karena pada awalnya mereka harus bisa membangun pengetahuannya

sendiri terlebih dahulu sebelum bekerja sama dengan temannya.

d). Keterampilan bekerja sama

Dalam proses bekerja sama perlu adanya ketrampilan khusus sehingga

kelompok tersebut dapat berhasil membawa nama kelompoknya. Proses yang

dibutuhkan adalah adanya komunikasi yang baik antar anggota kelompok.

e). Otonomi kelompok

Setiap kelompok mempunyai tujuan agar bisa membawa nama

kelompoknya untuk menjadi yang terbaik. Jika mereka mengalami kesulitan

dalam pemecahan masalah setelah melampaui tahap kegiatan kelompok maka

mereka akan bertanya kepada gurunya bukan kepada kelompok lain.

Page 30: Draf proposal tesis ahmad budi

F. Model Pembelajaran Number Head Together ( NHT)

1. Pengertian

Model kooperatif tipe NTH adalah model pembelajaran yang mengedepankan

kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari

berbagai sumber yang akhirnya dipersentasekan didepan kelas.

NHT dikembangkan oleh Spencer Kagan tahun 1992 (Ibrahim, 2000), teknik

ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling mengembangkan ide-ide dan

mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Teknik ini juga mendorong siswa

untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka dan melibatkan lebih banyak siswa

dalam menelaah materi dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran

tersebut.

NHT bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural yang

menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok kelompok

kecil secara kooperatif. Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai

dalam pemebelajaran kooperatif tipe NHT yaitu:

a) Hasil akademik struktural : bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam

tugas-tugas akademik.

b) Pengakuan adanya keragaman bertujuan agar siswa dapat menerima teman-

temannya yang mempunyai beragam latar belakang.

c) Pengembangan keterampilan sosial: bertujuan untuk mengembangkan

keterampilan social siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi

tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan idea tau

pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. Penerapan pembelajaran

Page 31: Draf proposal tesis ahmad budi

kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen (Ibrahim, 2000) dengan tiga

langkah yaitu:

1) Pembentukan kelompok

2) Dikusi masalah

3) Tukar jawaban antar kelompok

2. Langkah- Langkah Model Pembelajaran NHT

Langkah- langkah NHT dikembangkan oleh Ibrahim menjadi enam langkah

sebagai berikut:

Langkah 1. Persiapan

Dalam tahap ini guru mempersiapkan rencana pelajaran dengan membuat

scenario pembelajaran (SP), lembar kerja siswa ( LKS) yang sesuai dengan model

pembelajaran NHT.

Langkah2. Pembentukan kelompok

Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model kooperatif tipe

NHT. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5

orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok yang

berbeda. Penomoran adalah adalah hal yang paling utama dalam NHT. Kelompok

yang dibentuk merupakan kelompok homogen, selain itu pembentukan kelompok

berdasarkan nilai tes awal ( pre test) sebagai dasar dalam pembentukan kelompok.

Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan

Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket

atau buku panduan agar mempermudah siswa dalam menjawab LKS atau masalah

yang diberikan oleh guru

Page 32: Draf proposal tesis ahmad budi

Langkah 4. Diskusi masalah

Dalam kerja kelompok, guru memberikan LKS kepada setiap siswa sebagai

bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berfikir bersama

untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari

pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh

guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat

umum.

Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban

Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap

kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban

dan di persentasikan hasilnya di depan kelas.

Langkah 6. Member kesimpilan

Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan

yang berhubungan dengan materiyang disajikan.

3. Manfaat dan Kelebihan Model Pembelajaran NHT

a. Manfaat Model NHT

Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap

siswa yang hasil belajarnya rendah yang dikemukakan ole Lundren dalam Ibrahim,

antara lain adalah:

1) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi.

2) Memperbaiki kehadiran.

3) Penerimaan individu menjadi lebih besar.

4) Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil.

Page 33: Draf proposal tesis ahmad budi

5) Konflik antar pribadi berkurang.

6) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan tolerangsi.

7) Hasil belajar lebih tinggi.

b. Kelebihan Model Pembelajaran NHT

Sebagaimana dijelaskan oleh Hill, 1993 (Tirana, 2008) bahwa model

NHT memiliki kelebihan diantaranya dapat meninhkatkan prestasi belajar

siswa, mampu memperdalam pemehaman siswa, menyenangkan siswa dalam

belajar, mengembangkan sikap positif siswa, mengembangkan sikap

kepemimpinan siswa, mengembangkan rasa ingin tahu siswa, mengembangkan

rasa percaya diri siswa, mengembangkan rasa saling memiliki, serta

mengembangkan keterampilan untuk masa depan.

G. Model pembelajaran Snowball

1. Pengertian

Snowball secara etimologi berarti bola salju, sedangkan throwing adalah

melempar. Snowball throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola

salj. Dalam pembelajaran snowball throwing, bola salju merupakan kertas yang

berisi pertanyaan yang dibuat oleh siswa kemudian dilempar kepada teman sendiri

untuk dijawab. Menurut Mohib Asrori,2010 (Entin T. Agustina, 2013), snowball

Throwing merupakan salah satu model pembelajaran aktif (active Learning) yang

dalam pelaksanaanya banyak melibatkan siswa. Peran guru di sini hanya sebagai

pemberi arahan awal mengenai topik pembelajaran dan selanjutnya penertiban

terhadap jalannya proses pembelajaran.

Page 34: Draf proposal tesis ahmad budi

Menurut Rachmad Widodo, 2009 (Entin T. Agustina, 2013), model

pembelajaran snowball throwing disebut juga model pembelajaran gulungan bola

salju. Model pembelajaran ini melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan

dari siswa lain dalam bentuk bola salju terbuat dari kertas, dan menyampaikan

pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok.

Pembelajaran model snowball throwing menggunakan tiga penerapan

pembelajaran antara lain pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit yang

hasilnya diperluas memalui konteks yang terbatas melalui pengalamn nyata

( construvism ), pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan

bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tapi hasil dari temuan sendiri

( inquiri), pengetahuan yang dimiliki seseorang , selalu bermula dari bertanya

(questioning) dari bertanya siswa menggali informasi, mengkomfirmasi apa yang

sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. Di

dalam model pembelajaran snowball throwing strategi memeperoleh dan

pendalaman pengetahuan lebih diutamakan dibanding seberapa banyak siswa

memperoleh dan mengingat pengetahuan tersebut.

Pembelajaran dengan model snowball throwing merupakan modifikasi

dari teknik bertanya yang menitikberatkan pada kemampuan merumuskan

pertanyaan yang dikemas dalam sebuah permainan yang menarik yaitu salimg

melempar bola salju ( snowball throwing) yang berisi pernyaaan kepada sesama

teman. Model yang dikemas dalam sebuah permainan yang sangat sederhana yang

biasa dilakukan oleh hampir semua siswa dalam mengemukakan pertanyaan

sesuai dengan materi yang dipelajari.

Page 35: Draf proposal tesis ahmad budi

2. Sintaks Snowball Throwing

Adapun sintaks model pembelajaran snowball throwing menurut Herdian

adalah:

a. Guru menyampaikan materi.

b. Siswa dibagi dlam beberapa kelompok,dan memanggil ketua kelompok untuk

diberikan penjelasan tentang materi yang akan dipelajari.

c. Masing-masing ketua kelompok kembali kekelompoknya untuk

mendiskusikan materi tersebut.

d. Tiap siswa diberi selembar kertas dan manulis pertanyaan apa saja tentang

materi tersebut, lalu kertas itu di gulung hingga menyerupai bola.

e. Kertas yang berbentuk bola tersebut dilempar dari satu siswa ke siswa yang

lain lalu menjawab pertanyaan yang tertera dalam kertas itu.

f. Evaluasi.

3. Kelebihan Model Pembelajaran Snowball Throwing

Adapun kelebihan model pembelajaran snowball throwing menurut Herdian

adalah:

a. Melatih kesiapan siswa dalam merumuskan pertanyaan dengan bersumber

pada materi yang diajarkan serta saling memberikan pengetahuan.

b. Siswa lebih memahami dan mengerti secara mendalam tentang materi

pembelajaran yang dipelajari. Hal ini disebabkan karena siswa mendapat

penjelasan dari teman sebaya secara khusus disiapkan oleh guru serta

mengarahkan penglihatan, pendengaran, menulis dan berbicara mengenai

materi yang didiskusikan dalam kelompok.

Page 36: Draf proposal tesis ahmad budi

c. Dapat membangkikan keberanian siswa dalam memgemukakan pertanyaan

kepada teman atau kepadfa guru.

d. Melatih siswa dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya

dengan baik.

e. Merangsang siswa siswa mengemukakan pertanyaan sesuai dengan topic

yang dibicarakan

f. Siswa akan lebih mengerti makna kerjasama dan menemukakan pemecahan

suatu masalah.

g. Siswa akan memahami makna tanggung jawab.

h. Siswa akan lebih bisa menerima keragaman atau heterogenitas suku, social,

budaya, bakan, dan intelegensia

i. Siswa akan terus termotivasi untuk meningkatkan kemampuannya.

4. Kekurangan Model Pembelajaran Snowball Throwing

Adapun kekurangan model pembelajaran snowball throwing adalah

sebagai berikut:

a. Terciptanya suasana kurang kondusif.

b. Adanya siswa yang

c. bergantung pada siswa lain.

5. Pentingnya Pembelajaran Snowball Throwing

Melalui penggunaan model pembelajaran snowball throwing pada

pembelajaran matematika dapat meningkatkan hasil belajar siswa mampu

mengembangkan potensi intelektual, social, dan emosional yang ada dalam

Page 37: Draf proposal tesis ahmad budi

dirinya, sehingga kelak mereka mampu berkomunikasi dan berinteraksi social

lebuh matang, arif, dan dewasa. Selain itu, mereka juga akan terlatih

mengemukakan gagasan dan perasaan secara cerdas dan kreatif, serta mampu

menemukan dan menggunakan kemapuan analitis dan imajenatif yang ada dalam

dirinya untuk menhadapi berbagai persoalan yang muncul dalam kehidupan

sehari-hari yang tidak kala penting. Siswa juga akan mampu berkominikasi secara

efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik dengan lisan maupun

tulisan, dan mampu mengahargai orang lain. Oleh karena itu model pembelajaran

snowball throwing ini penting bagi siswa.

H. Materi pembelajaran

I. Kerangka Pikir

1. Keaktifan Belajar Siswa Pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

dan tipe Snowball Throwing.

Model pembelajaran kooperatif tipe tipe NHT dan tipe Snowball

Throwing dipandang efektif karena akan memberikan peluang kepada siswa untuk

lebih termotivasi yang akan berdampak pada keaktifan mereka dalam

pembelajaran.

Page 38: Draf proposal tesis ahmad budi

Pada pembahasan sebelumnya telah dipaparkan bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan model pembelajaran yang

mengedepankan aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan

informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipersentasikan di depan kelas.

Selain itu pada model NHT peluang setiap siswa untuk mempersentasikan hasil

diskusi, atau temuannya di depan kelas itu sama. Ini terlihat dari sintaksnya dengan

adanya penomoran setiap siswa sehingga mengurangi bahkan hampir tidak ada

penunjukan secara subjektif oleh guru. Berbeda dengan tipe lain yang tingkat

penunjukan atau pemilihannya dalam mempersentasikan hasil temuannya secara

subjektif, mungkin hanya siswa yang kemampuannya menegah ke atas saja.

Fakta ini diperkuat dari hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh

Astri Kumarawati dengan judul “ Peningkatan Keaktifan, Hasil Belajar Siswa pada

Pembelajaran Kewirausahaan Dengan Model Number Head Together SMK 8

Purwerejo”, 2012. Yang mengalami peningkatan keaktifan belajar yang signifikan

yaitu sebesar 70,8%.

Hal ini senada dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Snowbal throwing yang memicu keaktifan belajar siswa, juga terlihat dari sintaks

model kooperatif tipe Snowball Throwing yang suguhi dalam bentuk permainan

bola salju. Model kooperatif tipe Snowball Throwing merupakan modifikasi dari

tekhnik bertanya yang menitik beratkan pada kemampuan merumuskan pertanyaan

yang dikemas dalam sebuah permainan yang menarik yaitu saling melempar bola

salju ( snowball throwing) yang berisi pernyaaan kepada sesama teman. Model

yang dikemas dalam sebuah permainan yang sangat sederhana yang biasa

Page 39: Draf proposal tesis ahmad budi

dilakukan oleh hampir semua siswa dalam mengemukakan pertanyaan sesuai

dengan materi yang dipelajari. Ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Isti Dwi Iriani dengan Judul “ Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing

dalam Meningkatkan Keaktifan Belajar IPS Siswa Kelas VIII A SMPN 1

KALIKAJAR KAbupaten Wonosobo”, 2012. Yang mengalami peningkatan

keaktifan belajar yang signifikan yaitu sebesar 27%.

2. Motivasi Belajar Siswa dalam Model Pembelajaran NHT dan Snowball Throwing.

Melihat dari keaktifan masing-masing dari kedua tipe model

pembelajaran di atas maka dengan sendirinya akan membangkitkan motivasi

belajar siswa. Ini disebabkan karena kedua model ini menyuguhkan pembelajaran

yang menyenangkan, tidak monotong mendorong siswa untuk meningkatkan

semangat kerja sama dan tentunya dikemas dalam bentuk permainan.

Ini terbukti dari bebrapa penelitian terdahulu oleh Vivi Ria Lancarwati

dengan judul ” Peningkatan Motovasi Belajar IPS Siswa Kelas VIII dengan

Menggunakan Metode Snowball Throwing Di SMP Satuatap Bawamg

Banjarnegara.yang mengatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode

Snowball Throng mampu meningkatkan Motivasi Belajar Siswa yaitu pada pra

tindakan atau sebelum di terapkan Model Kooperatif tipe ini yaitu 68,80% . Pada

siklus 1 naik menjadi 74,76%, pada siklus II meningkat menjadi 80,36%. Hal ini

berarti bahwa motivasi belajar siswa telah mampu melampauhi kriteria

keberhasilan yang ditetapkan yaitu 75%.

Page 40: Draf proposal tesis ahmad budi

Penelitian lain di ungkapkan oleh Siti Istiyati, A. Dakir, Jenny ISP

dengan judul ” Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Untuk

Meningkatkan Motivasi Belajar”, 2009/2010 mengatakan bahwa ada peningkatan

rata-rata 23,32% per siklusnya

3. Hasil Belajar Siswa dalam Model Pembelajaran NHT dan Snowball Throwing.

Bertolak dari karakteristik kedua model pembelajaran di atas dan beberapa

hasil penelitian maka jika keaktifan dan motivasi anak maksimal dalam belajar

maka hasil belajarnya pun akan maksimal. Berikut beberapa hasil penelitian yang

relevan:

a) Setya Sipranata dengan Judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran

Perbaikan Motor Otomotif Kelas XI Tekhnologi Kendaraan Ringan Di SMK

Muhammadiayah 1 Salam”,

b) Implementasi Model Pembelajaran Snowball Throwing Untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Siswa Dalam Membuat Produk Kria Kayu Dengan Peralatan

Manual. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat peningkatan

hasil belajar pembelajaran standar kompetensi (SK) membuat produk kria kayu

dengan peralatan manual materi membuat produk kriya kayu dengan konstruksi

sambungan melalui model pembelajaran Snowball Thorwing. Hal tersebut

diindikasikan dari perolehan rata-rata pada siklus I yaitu sebesar 56,70 dan

siklus II yaitu sebesar 81,09. Sedangkan pencapaian ketuntasan belajar individu

Page 41: Draf proposal tesis ahmad budi

pada siklus I sebesar 35,48% dan pada siklus II sebesar 90,32%, sehingga

indikator kinerja penelitian tindakan kelas ini sudah tercapai pada siklus II.

Setiap tipe dari model pembelajaran kooperatif, seperti yang dibahas pada

kajian pustaka dan kerangka fikir, yang memiliki fase atau sintaks yang berbeda-

beda. Perbedaan fase juga menunjukkan perbedaan perlakuan yang berimplikasi

pada perbedaan keaktifan, motivasi dan hasil belajar. Meskipun begitu, belum

ada dasar teoretik untuk menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe

tertentu lebih efektif. Bertolak dari itu maka peneliti bermaksud melakukan

penelitian “Komparasi Keaktifan, Motivasi dan Hasil Belajar Matematika

dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dan Tipe Snowball

Throwing”.

J. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka fikir di atas , maka dapat dirumuskan

hipotesis yaitu

a. Ada perbedaan keaktifan siswa pada penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe NHTdengan tipe Snowball Throwing.

H0 : μ1= μ.2 dan H1 : μ1 ≠ μ.2

Keterangan:

μ1= keaktifan belajar siswa pada kelompok esperimen I (NHT)

μ2= keaktifan belajar siswa pada kelompok esperimen II ( snowball Throwing)

b. Ada perbedaan Motivasi siswa pada penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe NHT dengan tipe Snowball Throwing.

Secara statistik dapat dituliiskan sebagai berikut:

Page 42: Draf proposal tesis ahmad budi

H0 : μ3= μ4dan H1 : μ3≠ μ4

μ3= Motivasi belajar siswa pada kelompok esperimen I (NHT)

μ4= Motivasi belajar siswa pada kelompok esperimen II ( snowball Throwing)

c. Ada perbedaan hasil belajar siswa pada penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT dengan tipe Snowball Throwing.

Secara statistik dapat dituliskan sebagai berikut:

H0 : μ5= μ6dan H1 : μ5≠ μ6

μ5= Hasil belajar siswa pada kelompok esperimen I (NHT)

μ6= Hasil belajar siswa pada kelompok esperimen II ( snowball Throwing)

d. Ada perbedaan keaktifan, motivasi dan hasil belajar siswa pada penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan tipe Snowball Throwing.

Secara statistic dapat dituliiskan sebagai berikut:

H0 : μ7= μ8dan H1 : μ7≠ μ8

μ7= Keaktifan, motivasi dan hasil belajar siswa pada kelompok esperimen I

(NHT)

μ8= Keaktifan, motivasi dan hasil belajar siswa pada kelompok esperimen II

(snowball Throwing)

Page 43: Draf proposal tesis ahmad budi

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Jenis Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dikategorikan ke dalam penelitian kuantitatif setting eksperimen

dengan memberikan perlakuan pada dua sekolah di SMPN 22 Bantimurung dan

SMPN 10 Bantimurung. Perlakuan untuk kelas kelompok I adalah pembelajaran

matematika melalui model pembelajaran kooperatif yakni tipe Number Head

Together, kelas kelompok II adalah pembelajaran matematika melalui model

pembelajaran kooperatif yakni tipe Snowball Throwing. Mengingat taraf tercapainya

syarat penelitian eksperimen sebagian tidak terpenuhi karena adanya asumsi yang

tidak bisa dikontrol, maka penelitian ini dikategorikan penelitian eksperimen semu

(quasi eksperimen).

2. Lokasi penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMPN 22 Bantimurung dan SMP 10 Bantimurung

Kab.Maros. penelitian dengan mempertimbangkan antara lain:

1. Di sekolah ini belum pernah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan

NHT, dan Sowball Throwing

2. Merupakan tempat mengajar penulis sehingga memudahkan dalam pengurusan

perizinan meneliti.

Page 44: Draf proposal tesis ahmad budi

3. Adanya dukungan dari kepala sekolah dan dewan guru terhadap pelaksanaan

penelitian ini .

B. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Menurut Babbie ( 1983 ) populasi tidak lain adalah elemen penelitian yang

hidup dan tinggal bersama – sama dan secara teoritis menjadi target hasil penelitian.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia populasi adalah sejumlah orang atau

hewan yang berdiam di suatu tempat.

Sedangkan menurut penulis populasi adalah suatu subjek pembicaraan yang

memiliki sifat yang sama atau mirip dan berada pada wilayah penelitian yang

kemudian dapat me nghasilkan suatu kesimpulan.

Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua siswa kelas VIII SMP

Negeri 22 Bantimurung dan SMPN 10 Bantimurung yang menempati 4 kelas yang

berjumlah 125 orang tahun pelajaran 2013 – 2014.

b. Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah tekhnik cluster random

sampling. Teknik penentuan sampel dilakukan dengan menempuh langkah-langkah

sebagai berikut :

1. Memilih secara random dua sekolah negeri dari seluruh sekolah negeri yang ada

di Kabupatem Maros. Dalam penelitian ini terpilih sekolah SMP 22 Bantimurung

Page 45: Draf proposal tesis ahmad budi

dan SMPN 10 Bantimurung dengan melihat kondisi siwa yang relative sama dan

akreditasi sekolah yang sama.

2. Menentukan secara cluster masing-masing satu kelas. SMPN 22 Bantimurung

terdiri dari 4 kelas yang homogen dan SMPN 10 Bantimurung terdiri dari 4 kelas

yang homogen. Dari dua sekolah yang terpilih tersebut, diacak lagi untuk

menentukan kelas yang terpilih sebagai kelas eksperimen I dan kelas eksperimen

II. Masing-masing kelas diberi perlakuan yang berbeda yakni, kelas sebagai kelas

eksperimen I diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Number Head

Together sedangkan kelas yang lain sebagai kelas eksperimen II diterapkan

model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing

C. Definisi oprasional Variabel Penelitian

Variabel merupakan objek penelitian atau apa yang menjadi perhatian suatu

penelitian (suharsimi Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini variabel meliputi empat

variabel yang terdidiri dari pembelajaran kooperatif, keaktifan,motovasi,hasil belajar

siswa kelas VIII.

a) Penerapan model pembelajaran kooperatif adalah prosedur kerja secara kelompok

dengan menerapkan prinsip-prinsip belajar kelompok tipe NHT dan Snowball

Throwing.

b) Keaktifan belajar siswa adalah data yang diperoleh dari lembar observasi dan

menggunakan angket setelah dilaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

dan Snowball throwing.

c) Motivasi belajar adalah data yang diperoleh dengan menggunakan angket setelah

dilaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan Snowball throwing.

Page 46: Draf proposal tesis ahmad budi

d) Hasil belajar adalah skor yang diperoleh melalui tes akhir atau post tes setelah

dilaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan Snowball throwing.

D. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan postest Only design dengan menggunakan pola rancangan:

Table 3.1 Desain penelitian post tes only design

KelasPerlakuan Postes

Kelas NHTX O1

Kelas Snowball throwingY O2

Keterangan:

X : pembelajaran kooperatif tipe NHT

Y : pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing

O1 : postest pada kelas NHT

O2 : postest pada kelas Snowball Throwing

Rancangan penelitian sebagai berikut:

1. Memili 2 kelas sebagai sampel terdiri dari 1 kelas NHT dan satu kelas Snowball

throwing.

2. Membuat perangkat tes

3. Kedua kelompok diberi pre tes

4. Pembagian kelompok yang heterogen

5. Pelaksanaan pembelajaran

a. Pembelajaran pada kelas NHT

Page 47: Draf proposal tesis ahmad budi

Pembelajaran untuk kelas NHT adalah prosedur pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang akan dilakukan empat

kali pertemuan dengan langkah-langkah pembelajaran seperti yang telah dijelaskan di

atas.

b. Pembelajaran pada kelas snowball throwing

Pembelajaran untuk kelas Snowball throwing adalah prosedur pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing yang

akan dilakukan empat kali pertemuan dengan langkah langkah pembelajaran seperti

yang telah dijelaskan diatas

6. Kedua kelompok diberi post tes yang sama berupa tes tentang materi yang diberikan

pada pembelajaran kooperatif

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah, lembar observasi

keaktifan siswa, angket Motivasi siswa dan tes hasil belajar. Berikut uraian tentang

instrumen tersebut.

1. Lembar Observasi Keaktifan Siswa

Instrumen ini digunakan untuk mengumpulkan data keaktifan siswa terhadap

kegiatan pembelajaran dengan perlakuan eksperimen yang diberikan. Pengisian lembar

onservasi ini dengan cara menuliskan tanda () pada tempat yang sesuai. Komponen-

komponen yang diobservasi berkaitan dengan aktivitas siswa yang diajar melalui model

pembelajaran kooperatif tipe NHT dan Snowball Throwing yaitu sebagai berikut:

Page 48: Draf proposal tesis ahmad budi

a) Siswa aktif mencari atau memberikan informasi atau member informasi,bertanya

bahkan dalam membuat kesimpulan.

b) Adanya interaksi aktif secara terstruktur dangan siswa

c) Adanya kesempatan bagi siswa untuk menilai hasil karyanya sendiri

d) Adanya pemanfaatan sumber belajar secara optimal

2. Angket Motivasi Siswa

Lembar angket motivasi siswa digunakan untuk memperoleh informasi dari

siswa tentang pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT dan Snowball Throwing. Lembar angket Motivasi

siswa diberikan kepada setiap siswa setelah pembelajaran matematika. Setiap

pernyataan mempunyai alternatif-alternatif yang diberi skor sebagai berikut:

Table 3.2 Pernyataan dan skor angket

NoPilihan

Skor pernyataan

positif

Skor pernyataan

negative

A Sangat Setuju ( SS) 5 1

B Setuju ( S ) 4 2

C Ragu-Ragu (R) 3 3

D Tidak Setuju (TS) 2 4

E Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5

(sumber: Sugiono, 2008)

3. Tes Hasil Belajar

Page 49: Draf proposal tesis ahmad budi

Tes hasil belajar pada penelitian ini dikembangkan dalam bentuk tes uraian

sesuai dengan materi. Mengacu pada desain penelitian. Tes ini digunakan untuk

mengukur tingkat penguasaan materi pembelajaran matematika dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan Snowball Throwing. Tes hasil belajar pada

penelitian ini berbentuk pilihan ganda sebanyak 30 butir sesuai dengan materi. Tes ini

akan diberikan di akhir pertemuan setelah diterapkannya perlakuan untuk kelas

eksperimen I dan eksperimen II.

Sebelum digunakan, instrument tes hasil belajar matematika terlebih dahulu

divalidasi oleh para validator kemudian di uji cobakan untuk melihat validitas item dan

reliabilitas instrument tersebut sehingga dapat dikatakan bahwa tes hasil belajar layak

untuk digunakan sebagai alat pengumpul data.

F. Teknik Analisis Data

Data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan dua jenis analisis statistik

yaitu analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial yang dalam hal ini adalah

analisis uji-t (independan sample t- test). Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis

deskripsi keaktifan belajar, Motifasi Dan hasil belajar siswa.. Teknik analisis statistik

dilakukan dengan menggunakan pengolah data SPSS.

1. Analisis data hasil validasi instrument dan perangkat pembelajaran

Data hasil validasi para ahli untuk masing-masing instrument penelitian dianalisis

dengan mempertimbangkan masukan, komentar, dan saran-saran dari validator. Hasil

analisis tersebut dijadikan sebagai pedoman untuk merevisi instrument penelitian.

Analisis dilakukan terhadap semua butir penilaian yang telah dilakukan oleh masing-

Page 50: Draf proposal tesis ahmad budi

masing validator, dengan membuat rekapitulasi skor dan kemudian menentukan rata-rata

tiap aspek penilaian berdasarkan rata-rata setiap butir penilaian semua validator.

Selanjutnya menentukan rata-rata total berdasarkan rata-rata setiap aspek penilaian.

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam proses analisis data kevalidan

sebagaimana digunakan Nurdin (2007: 143) adalah sebagai berikut;

a) Melakukan rekapitulasi hasil penilaian ahli dan praktisi ke dalam tabel yang meliputi:

aspek (Ai), kriteria (Ki), hasil penilaian validator (Vji).

b) Mencari rerata hasil penilaian ahli dan praktisi untuk setiap kriteria dengan rumus:

K i=∑j=1

n

v ij

n

, dengan

Keterangan:

K i = rerata kriteria ke i

v ij= skor hasil penilaian terhadap kriteria ke-i oleh penilai ke-j

n=¿banyaknya penilai

c) Mencari rerata tiap aspek dengan rumus:

Ai=∑j=1

n

K ij

n

, dengan

Keterangan:

Ai = rerata aspek ke i

K ij= rerata untuk aspek ke-i kriteria ke-j

n=¿banyaknya kriteria dalam aspek ke-i

d) Mencari rerata total (x) dengan rumus:

Page 51: Draf proposal tesis ahmad budi

x=∑j=1

n

Ai

n

, dengan

Keterangan:

x = rerata total

Ai= rerata aspek ke-i

n=¿banyaknya aspek

e) Menentukan kategori validitas setiap kriteria atau aspek atau keseluruhan aspek

dengan mencocokkan rerata kriteria (K i) atau rerata aspek ( Ai ¿ atau rerata total x

dengan kategori validitas yang ditetapkan.

f) Kategori validitas setiap kriteria, setiap aspek, atau keseluruhan aspek ditetapkan

sebagai berikut:

3,5 ≤ M ≤ 4 sangat valid

2,5 ≤ M < 3,5 valid

1,5 ≤ M < 2,5 cukup valid

M < 1,5 Tidak valid

Keterangan :

GM = K i, untuk mencari validitas setiap kriteria,

M = Ai, untuk mencari validitas setiap aspek,

M = X untuk mencari validitas keseluruhan aspek.

Kriteria yang digunakan untuk memutuskan bahwa perangkat dan instrumen

memiliki derajat validitas yang memadai adalah (1) nilai X untuk keseluruhan aspek

minimal berada dalam kategori cukup valid, dan (2) nilai Ai untuk setiap aspek minimal

berada dalam kategori valid. Apabila tidak demikian, maka perlu dilakukan revisi

Page 52: Draf proposal tesis ahmad budi

berdasarkan saran para validator atau dengan melihat kembali aspek-aspek yang nilainya

kurang. Selanjutnya dilakukan validasi ulang lalu dianalisis kembali. Demikian

seterusnya sampai memenuhi nilai M minimal berada di dalam kategori valid.

Uji reliabilias perlu dilakukan juga untuk mengetahui tingkat reliabilitas format

perangkat pembelajaran dan semua instrumen penelitian, khususnya instrumen non tes.

Untuk memenuhi uji ini, Grinnel (1988) dalam Nurdin (2007: 140) memberikan rumus

untuk mengihutng persentase agreements dari beberapa penilai atau pengamat. Rumus

itu adalah sebagai berikut:

Percentage of Aggrements ( R )= Agreements ( A )Disagreements ( D )+ Agreements ( A )

x 100 %

Dengan A adalah frekuensi kecocokan antara dua atau lebih penilai, D adalah besarnya

frekuensi yang tidak cocok antara dua atau lebih penilai, dan R adalah koefisien (derajat)

reliabilitas instrumen. Dalam bentuk lain Nurdin (2007:141) meringkas rumus tersebut

menjadi:

R=d ( A)

d ( A)+d (D)

Keterangan:

R = koefesien reliabilitas

d ( A) = rerata Derajat Agreement dari penilai

d (B) = rerata Derajat Disagreement dari penilai

Page 53: Draf proposal tesis ahmad budi

Instrumen dinyatakan reliabel jika nilai reliabilitasnya (R) ≥ 0,75 (Borich, 1994:

385 dalam Nurdin, 2007: 141).

2. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistika yang membahas cara-cara penyajian data,

sehingga data tersebut mudah dimengerti. Data tersebut diajukan dalam bentuk grafik,

diagram, kurva, tabel dan lain sebagainya. Dalam Pramudjono (2006). Statistik

deskriptif bertujuan untuk menggambarkan keadaan variabel-variabel dalam

penelitian. Statistik deskriptif yaitu data mengenai frekuensi, persentase, rata-rata,

standar deviasi, skor terendah dan tertinggi. Hal ini dilakukan untuk mengungkapkan

distribusi skor dari masing-masing variabel, baik variabel bebas maupun variabel

terikat.

Adapun distribusi skor dan pengkategorian dari masing-masing variabel dalam

penelitian ini, seperti tampak pada tabel berikut:

Tabel 3.3 Kategori interval motivasi belajar

Skor Kategori

17 – 34

35 – 45

46 – 57

58 – 68

69 – 85

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

Page 54: Draf proposal tesis ahmad budi

(Sumber: Modifikasi Azwar: 2004)

Terlihat pada tabel kategori interval motivasi belajar diatas bahwa apabila skor

berada pada interval 17 – 34 maka dapat dikategorikan motivasi belajar sangat

rendah, skor berada pada interval 35 – 45 dikategorikan motivasi belajar rendah, skor

berada pada inerval 46 – 57 dikategorikan motivasi belajar sedang, skor berada pada

interval 58 – 68 dikategorikan motivasi belajar tinggi, skor berada pada interval 69 –

85 dikategorikan motivasi belajar sangat tinggi.

Adapun criteria dari keaktifan siswa sebaga berikut:

Table 3.3 Tabel criteria keaktifan siswa

PERSENTASE CRITERIA

80%-100% Sangat tinggi

60%-79,99% Tinggi

40%-59,99% Sedang

20%-39,99% Rendah

0%-19,99% Sangat rendah

Sumber: Setya Sipranata (2009)

Terlihat pada tabel kategori interval keaktifan belajar diatas bahwa apabila

skor berada pada interval 80%-100% maka dapat dikategorikan keaktifan belajar

siswa yang tinggi, skor berada pada interval 60%-79,99% dikategorikan keaktifan

belajar siswa tinggi, skor berada pada inerval 40%-59,99% dikategorikan keaktifan

belajar yang sedang, skor berada pada interval 20%-39,99% dikategorikan keaktifan

belajar siswa yang rendah, skor berada pada interval 0%-19,99% dikategorikan

keaktifab belajar siswa sangat rendah.

Page 55: Draf proposal tesis ahmad budi

Sedangkan untuk kategori interval hasil belajar adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5 Kategori interval hasil belajar

Skor Kategori

0 – 39

40 – 59

60 – 69

70 – 79

79 – 100

Sangat Rendah

Rendah

Sedang

Tinggi

Sangat Tinggi

(Sumber: Modifikasi Azwar: 2004)

Terlihat pada tabel kategori interval hasil belajar diatas bahwa apabila skor

berada pada interval 0 – 39 maka dapat dikategorikan hasil belajar sangat rendah, skor

berada pada interval 40 – 59 dikategorikan hasil belajar rendah, skor berada pada

inerval 60 – 69 dikategorikan hasil belajar cukup sedang, skor berada pada interval 70

– 79 dikategorikan hasil belajar tinggi, skor berada pada interval 79 – 100

dikategorikan hasil belajar sangat tinggi.

3. Analisis Inferensial

Analisis tahap akhir ini dilakukan setelah semua data yang diperlukan terkumpul. Data

yang sudah lengkap kemudian disusun dan dikelompokkan kemudian diseleksi sehingga

diperoleh data yang berhubungan dengan penelitian. Setelah itu data hasil tes dianalisis

dengan melakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas varians

kemudian dilanjutkan dengan uji hipotesis untuk mengetahui keefektifan kedua metode

pembelajaran dengan menggunakan uji-t (one sample t-test). Adapun rumus untuk

keperluanuji-t adalah sebagai berikut

t=X−µ0

S

√n

Page 56: Draf proposal tesis ahmad budi

keterangan:

X= nilai rata-rata

µ0= nilai yang dihipotesiskan

S= Standar deviasi sampel yang dihitung

n= jumlah anggota sampel

Kriteria keputusannya adalah hipotesis nol ditolak jika thitung > ttabel dengan db = n -1

(Walpole, R. E, 1982: 215).

Untuk menguji perbedaan hasil belajar siswa yang diberikan metode NHT dan

metode Snowball throwing digunakan uji-t (independent sample test) dengan rumus

sebagai berikut

t=

x1−x2

√ S12

n1

+S2

2

n2

keterangan :

x1 = rata-rata kelompok I

x2 = rata-rata kelompok II

n1 = besar sampel dari kelompok I

n2 = besar sampel dari kelompok II

S1= Variansi dari kelompok I

S2= Variansi dari kelompok II

Kriteria keputusannya adalah hipotesis nol ditolak jika thitung > ttabel (db,∝2

) dengan db = n1 +

n2 - 2 (Walpole & Myers). Untuk keperluan ini disusun hipotesisnya sebagai berikut

H0 :µ1= µ2

Page 57: Draf proposal tesis ahmad budi

H1 : µ1≠ µ2taraf signifikansi α = 0,05

DAFTAR PUSTAKA

Anas Sudijono, 2011, Pengantar Evalaluasi Pembelajaran, Raja Grafindo, Jakarta.

Agustina,Entin.2013. Implementasi Model Pembelajaran Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Membuat Produk Kria Kayu dan Peralatan Manual,Bandung.

Azizahwati. 2010. Keterampilan Pasikomotor Fisika Siswa Melalui Model Pembelajaran Number Head Together. Pekanbaru

Dewi Nurhani, 2008, Matematika dan Konsep Aplikasinya, Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.

Djaali. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Dimyati dan Mudjono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rienka Cipta

Gene E Hall, 2008, Mengajar Dengan Senang, Indeks, Jakarta.

Herdian.2009, Number Head Together (Http: Herdy Wordpress.com / 2009/04/22/Model-Model Pembelajaran NHT-Number Head Together/.

Hujodo,Herman.1988. Mengajar Belajar Matematika. Depdikbud, Jakarta.

Ibrahim, M., Rachmadiarti, F., M. Nur, dan Ismono, 2000. Pembelajaran Kooperati.University Press UNESA, Surabaya

Ima Ernawaty Sardin, 2010, Peningkatan Kreatifitas Siswa Melalui Teknik Diagram "Pohon" Matematika pada Materi Luas Bangun Datar Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Swasta Matajang Kec.Camba Kab. Maros, Yapim Maros.

Made Wena, 2011, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontenporer, Bumi Aksara, Malang.

Page 58: Draf proposal tesis ahmad budi

M.Arif Tiro, 2007, Statistik Terapan, Andira Publisher, Makassar.

Mulyana, 2010, Rahasia Menjadi Guru Hebat, Kompas Gramedia, Jakarta.

M.Rauf, 2003, UURI No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Dharma Bakti, Jakarta.

Punaji Setyosari, 2010, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan, Kencana, Jakarta

Purwanto, 2008, Evaluasi Hasil Belajar, Pustaka Pelajar, Surakarta.

Purwanto, M. N. 1992. Teori-teori Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Robert E. Reys,2008, Jobs in Mathematics Education

Sardiman, 2012, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Rajawali Pers, Jakarta.

Suherman, E. dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA.

Suherman, Erman & Winataputr, Udin, S. 1993. Strategi Belajar Mengajar Matematika Depdikbud Dirjend..Jakarta

Sumantri,Sumarni.2001.Strategi Belajar Mengajar, CV.Mulyana. Bandung

Sunaryati, 2005, efektifitas Penerapan Kooperatif Tipe Jigsaw Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas 2 SMUN 11 Manassar, UNM.

Syamsul Ardi, 2010, Metodologi Penelitian Matematika, Pangkep.

Sukardi, 2003, Metode Penelitian Pendidikan, Bumi Aksara, Yogyakarta.

Tauhid, Jauhar, Meningkatkan Keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas IV SDN I Ujumbou Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. PGSD FKIP,Univ. Tadulako.2010

Uno,Hamzah dan Mohamad, Nurdin,2013, Belajar dengan Pendekatan PAILKEM,Bumi Aksara Jakarta.

Wahidmurni, 2010, Evaluasi Hasil Pembelajaran, Nuha Litera, Malang

....................2004.Kamus Basar Bahasa Indonesia, Bintang Usaha Jaya, Jakarta.