Download - Draf Pedoman Ekonomi Produktif_hasil Diskusi PSBR_5-6 Maret 2015 Handayani

Transcript

PEDOMAN PELAKSANAAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Undang-undang Dasar 1945 menjamin kesetaraan setiap warga negara Indonesia di muka hukum dan kesamaan atas hak untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak (Pasal 27) untuk mencapai kehidupan sejahtera lahir dan batin (Pasal 28A). Namun pada kenyataannya masih banyak kelompok warga negara yang karena faktor bawaan lahir, kecelakaan, dan atau pilihan gaya hidup sendiri terhambat untuk mengembangkan fungsi sosialnya secara wajar. Merujuk istilah dalam Undang-undang No. 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, mereka adalah kelompok masyarakat yang mengalami disfungsi sosialatau Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Mereka bukan hanya memiliki taraf kehidupan yang tidak layak secara kemanusiaan, tetapi juga terperangkap dalam salah satu atau kombinasi dari 7 (tujuh) kriteria masalah sosial berikut: (a) kemiskinan, (b) ketelantaran, (c) kecacatan, (d) keterpencilan, (e) ketunaan sosial dan penyimpangan perilaku, (f) korban bencana, dan/atau (g) korban tindak kekerasandan eksploitasi serta diskriminasi.

Undang-undang Nomor 11 tahun 2009 memberi mandat kepada Kementerian Sosial RI untuk menjadi leading sector penanganan PMKS dalam kerangka pembangunan Kesejahteraan sosial. Dalam melaksanakan mandat tersebut, salah satu program yang dijalankan adalah Program Rehabilitasi Sosial (Pasal 7). Rehabilitasi Sosial merupakan proses refungsionalisasi dan pengembangan fungsi sosial seseorang dalam kehidupan masyarakat dengan maksud memulihkan dan mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.

Dari aspek sasaran program, Rehabilitasi Sosial diarahkan kepada 5 (lima) kluster PMKS, yakni Korban Penyalahgunaan Napza, Orang dengan Kecacatan, Tuna Sosial, Anak dan Lanjut Usia. Secara organisasional, program ini berada dibawah kendali dan wewenang Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial. Dalam praktik penanganannya, 5 (lima) kelompok PMKS tersebut dilayani di Unit-unit Pelayanan Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial-Kementerian Sosial RI, di Unit Pelaksana Teknsi Daerah (UPTD) Dinas/Instansi Sosial Daerah, baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota, dan di Lembaga-lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) milik masyarakat. Sebagian besar dari lembaga tersebut berbentuk Panti Rehabilitasi Sosial, sebagian yang lain berupa Balai Rehabilitasi Sosial, dan selebihnya berbentuk Rumah Perlindungan Sosial, Trauma Centre, Rumah Singgah, dan pusat-pusat rehabilitasi sosial lainnya.

Dari sisi karakteristik, PMKS umumnya memiliki keterbatasan pengalaman, pendidikan, kepemilikan modal/aset, mental, dan keterampilan dibandingkan dengan warga negara pada umumnya. Kondisi ini makin diperparah dengan adanya hambatan yang mereka temui dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam bentuk hambatan struktur sosial, ekonomi, politik, maupun budaya. Hambatan ini membuat para PMKS terjebak dalam status disfungsi secara sosial. Tanpa intervensi dari Negara, akan sangat sulit bagi mereka untuk dapat keluar dari vicious cycle trap atau jebakan lingkaran setan kemiskinan. Dalam konteks inilah, UPT, UPTD dan LKS sebagai pelaksana langsung pelayanan dan rehabilitasi sosial kepada para PMKS memiliki peran dan fungsi strategis untuk membantu percepatan pemulihan dan pengembangan keberfungsian sosial mereka.

UPT, UPTD, dan LKS dituntut untuk terus menerus meningkatkan kualitas kemanfaatan pelayanannya agar ke depan dapat menjadi resources-based. Pada posisi ideal ini, UPT, UPTD, dan LKS menjadi bagian dari pemecahan masalah yang dialami PMKS, menjadi lembaga yang dibutuhkan untuk meng-upgrade kapasitas pengetahuan dan keterampilanmereka. Pada posisi peran seperti ini, UPT, UPTD, dan LKS mampu menyediakan banyak sumber, baik pengetahuan, keterampilan, maupun sumber lain yang relevan dengan kebutuhan masyarakat.

Salah satu upaya Kementerian Sosial untuk mewujudkan harapan UPT, UPTD dan LKS sebagai resources-based adalah melalui penyelenggaraan kegiatan Peningkatan Latihan Kerja Ekonomi Produktif bagi PMKS di UPT, UPTD, dan LKS dalam rangka revitalisasi peran dan fungsi lembaga-lembaga tersebut, Ruang lingkup kegiatan ini merentang dalam satu rantai produksi, mulai dari penyediaan bahan, peralatan dan tenaga kerja, pengolahan, hingga pemasaran, yang diorientasikan pada penyediaan produk-produk kompetitif yang sesuai kebutuhan pasar. Harapannya, melalui kegiatan ini para penerima manfaat lebih siap melanjutkan kehidupan secara mandiri (self-reliance), baik sebagai pekerja maupun wirausaha. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, maka dalam pelaksanaannya diperlukan keterlibatan berbagai pihak terkait (stakeholders) yang tidak hanya ahli dan berpengalaman dalam bidang ekonomi produktif, tetapi juga memiliki kepedulian dan komitmen yang tinggi terhadap peningkatan kualitas hidup PMKS. B. TUJUAN

1. Sebagai acuan/pedoman dalam pendayagunaan, pemanfaatan, dan pengalokasian sumber daya untuk efektifitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan Revitalisasi Panti melalui Peningkatan Latihan Kerja Ekonomi Produktif.2. Memberikan koridor atau batasan dalam proses sinkronisasi dan penjabaran kebijakan kegiatan Revitalisasi Panti melalui Peningkatan Latihan Kerja Ekonomi Produktif di UPT, UPTD, dan LKS.D. SASARAN1. Penanggung Jawab Kegiatan (Kepala/PimpinanUPT, UPTD, dan LKS)

2. Manajer dan Pelaksana Kegiatan,

3. PMKS (Penerima Manfaat)

4. Mitra Bisnis

5. Tenaga Ahli/Konsultan

6. Lembaga/Instansi Terkait

E. DASAR HUKUM

1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak

2. Undang-undang Nomor17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor: 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4286);

3. Undang-undang Nomor1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4355);

4. Undang-undang Nomor15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4400);

5. Undang-undang Nomor25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor: 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4421);6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916);7. Peraturan Pemerintah PP Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak;

8. Peraturan Pemerintah PP Nomor 73 Tahun 1999 tentang Tatacara Penggunaan Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Bersumber dari Kegiatan Tertentu;

9. Peraturan Pemerintah PP Nomor 1 Tahun 2004 tentang Tata Cara Penyampaian Rencana dan Laporan Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak;

10. Peraturan Pemerintah PP Nomor 29 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penentuan Jumlah, Pembayaran, dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Terutang;11. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;

12. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial;13. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 86/HUK/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial;14. Peraturan menteri Sosial ttg Balai Besar15. Peraturan Menteri Sosial tentang UPT16. Peraturan Menteri Keuangan Republik RI Nomor 81/PMK.05/2012 tentang Belanja Bantuan Sosial Pada Kementerian Negara/ Lembaga;

17. Instruksi Menteri Sosial Nomor ...........18. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial Nomor ..........F. RUANG LINGKUP

Pedoman ini mencakup Syarat Pengusulan, Mekanisme Penetapan, Pelaksanaan, Monitoring, Evaluasi, dan Laporan pelaksanaan kegiatan Revitalisasi Panti melalui Peningkatan Latihan Kerja Ekonomi Produktif bagi PMKS di UPT, UPTDdan LKS.

F. OUTPUT/KELUARAN YANG DIHARAPKAN

1. Adanya satu atau lebih jenis kegiatan latihan kerja ekonomi produktif.2. Meningkatnya kemampuan Penerima Manfaat dalam membuat produk sesuai kebutuhan pasar.3. Tersedianya produk (barang dan / jasa) yang sesuai selera pasar/konsumen.

4. Tersedianya akses terhadappasar, lapangan pekerjaan, dan peluang untuk wirausaha bagi Penerima Manfaat.5. Meningkatnyakualitas dan jangkauan pelayanan UPT, UPTD, dan LKS.

G. DEFINISI OPERASIONAL / PENGERTIAN

1. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial yang selanjutnya disebut dengan PMKS adalah seseorang, keluarga atau kelompok masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan atau gangguan, tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya, sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya (jasmani, rohani dan sosial) secara memadai dan wajar.2. Penerima Manfaat adalah PMKS yang menerima layanan dari lembaga yang menyelenggarakan pelayanan dan rehabilitasi sosial.3. UPTD, UPT, LKS adalah lembaga yang menyelenggarakan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi PMKS.4. Bussiness Planadalah dokumen tertulis yang mengambarkan perencanaan terpadu menyangkut permodalan, proses produksi, sumber daya manusia dan pemasaran serta aspek-aspek lain yang relevan mengenai satu jenis usaha yang akan dilakukan. 5. Peningkatan Latihan Kerja Ekonomi Produktif adalah upaya untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas proses serta hasil pelatihan keterampilan (vocational training) yang selama ini dilakukan di UPT, UPTD, dan LKS dan upaya menggeser orientasi dari sekadar pengisi waktu luang ke orientasi pasar. 6. Revitalisasi Panti adalah upaya untuk mengembalikan peran dan fungsi penting Panti sebagai alternatif sumber pertolongan bagi PMKS untuk meningkatkan kualitas hidupnya melalu kegiatan pemberian latihan kerja dan penyediaan akses pasar dalam suatu rantai produksi.

7. Panti sebagai resources-basedadalah kondisi ideal dimana Panti telah benar-benar menjadi alternatif sumber pertolongan bagi PMKS untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan guna meningkatkan kualitas kehidupan. 8. Assessment Penerima Manfaat adalah upaya penggalian potensi fisik dan psikis serta minat dan bakat PMKS untuk disesuaikan dengan latihan kerja yang akan dilaksanakan di UPT, UPTD atau LKS.9. Produktivitas adalah perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan (input). Produktivitas memliliki dua dimensi: (1) Dimensi efektivitas, yang mengarah kepada pencapaian target berkaitan dengan kuaitas, kuantitas dan waktu; (2) Dimensi efisiensi, yang berkaitan dengan upaya membandingkan input dengan realisasi penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan.BAB II

SYARAT PENGUSULAN BANTUAN DARI LEMBAGA PENERIMA BANTUAN DAN MEKANISME PENETAPAN UPT, UPTD, DAN LKS PENERIMA BANTUAN KEGIATAN REVITALISASI PANTI MELALUI PENINGKATAN LATIHAN KERJA EKONOMI PRODUKTIF BAGI PMKS DI UPT, UPTD DAN LKS A. SYARAT PENGUSULAN CALON PENERIMA BANTUAN :

Persyaratan UPT, UPTD, LKS calon penerima bantuan kegiatan Revitalisasi Panti melalui Peningkatan Latihan Kerja Ekonomi Produktif bagi Penerima Manfaat1. UPT Kementerian Sosial:a. Memiliki data PMKS/Penerima manfaatBy Name By Address.b. Memiliki rintisan kegiatan ekonomi produktif/pelatihan vokasional.c. Memiliki petugas khusus/pendamping kegiatan Latihan Ekonomi Produktif.d. Bersedia melaksanakan kegiatan sesuai ketentuan yang berlaku.e. Bertanggungjawab mutlak atas dana bantuan yang diterima.2. UPTD Dinas Sosial Provinsi dan Kabupaten/Kota: a. Menyelenggarakan kegiatan rehabilitasi sosial bagi PMKS.b. Memiliki data PMKS/Penerima manfaatBy Name By Address.c. Memiliki rintisan kegiatan ekonomi produktif.d. Surat Pengantar dari Dinas Sosial Kabupaten/Kota dan atau Provinsi.e. Memiliki petugas khusus/pendamping kegiatan Latihan Ekonomi Produktif.f. Bersedia melaksanakan kegiatan sesuai ketentuan yang berlaku.g. Bertanggungjawab mutlak atas dana bantuan yang diterima.3. LKS Milik Masyarakat: a. Menyelenggarakan kegiatan rehabilitasi sosial bagi PMKS, minimal 2 tahun.b. Memiliki data PMKS/Penerima manfaatBy Name By Address.c. Memiliki rintisan kegiatan ekonomi produktif.d. Memiliki kantor sekretariat dan berdomisili tetap.e. Memiliki struktur kepengurusan lembaga.f. Memiliki Akta Notaris, Izin Operasional dan NPWP (yang masih berlaku).g. Khusus bagi LPKS ABH dan IPWL, memiliki surat penetapan Menteri Sosial h. Mendapatkan rekomendasi dari Dinas Sosial Kabupaten/Kota dan Provinsi.i. Memiliki petugas khusus/pendamping kegiatan Latihan Ekonomi Produktif.j. Bersedia melaksanakan kegiatan sesuai ketentuan yang berlaku.k. Memiliki rekening aktif di Bank Pemerintah dan atas nama lembaga.l. Bertanggungjawab mutlak atas dana bantuan yang diterima.B. MEKANISME PENETAPAN PENERIMA BANTUAN 1. UPT Kementerian Sosial:

a. UPT mengajukan usulan proposal kepada Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial Cq. Direktorat terkait.

b. Direktorat terkait melakukan verifikasi, validasi dan seleksi usulan UPT.

c. Direktorat terkait merekap usulan UPT dan meneruskan kepada Sekretariat Ditjen Rehabsos untuk diproses sesuai mekanisme dan kaidah penganggaran.

d. Setelah DIPA petikan turun kepada setiap satker UPT, masing-masing UPT dapat mulai melaksanakan kegiatan.

2. UPTD Dinas Sosial Kabupaten/Kota a. UPTD mengajukan usulan berbentuk proposal, mencakup syarat administrasi dan bussiness plan, kepada Dinas Sosial Kabupaten/Kota.b. Dinas Sosial Kabupaten/Kota melakukan verifikasi dan validasi usulan UPTD.c. Dinas Sosial Kabupaten/Kota mengusulkan UPTD yang memenuhi syarat kepada Kementerian Sosial Cq. Direktorat terkait, ditembuskan kepada Dinas Sosial Provinsi. d. Direktorat terkait melakukan verifikasi dan validasi usulan UPTD. e. Usulan yang kurang memenuhi persyaratan dikembalikan kepada Dinas Sosial Kabupaten/Kota untuk dilengkapi.f. Usulan UPTD Dinas Sosial Kabupaten/Kota yang memenuhi persyaratan ditetapkan sebagai penerima bantuan melalui Surat Keputusan Direktur terkaitberdasarkan alokasi di dalam DIPA petikan Direktorat.3. UPTD yang dikelola Dinas Sosial Provinsi a. UPTD mengajukan usulan berbentuk proposal, mencakup syarat administrasi dan bussiness plan, kepada Dinas Sosial Provinsi.b. Dinas Sosial Provinsi melakukan verifikasi dan validasi proposal UPTD.c. Dinas Sosial Provinsi mengusulkan UPTD yang memenuhi syarat kepada Kementerian Sosial Cq. Direktorat terkait.d. Direktorat terkait melakukan verifikasi dan validasi usulan UPTD.e. Usulan yang kurang memenuhi persyaratan dikembalikan kepada Dinas Sosial Provinsi untuk dilengkapi.f. Usulan UPTD Dinas Sosial Provinsi yang memenuhi persyaratan ditetapkan sebagai penerima bantuan melalui Surat Keputusan Direktur terkait berdasarkan alokasi di dalam DIPA petikan Direktorat. 4. LKS Milik Masyarakata. LKS milik masyarakat mengajukan usulan berbentuk proposal, mencakup syarat administrasi dan bussiness plan, kepada Dinas Sosial Kabupaten/Kota sesuai domisili LKS, ditembuskan kepada Direktorat terkait.b. Dinas Sosial Kabupaten/Kota melakukan verifikasi dan validasi proposal.c. Dinas Sosial Kabupaten/Kota mengusulkan LKS yang memenuhi syarat kepada Dinas Sosial Provinsi.d. Dinas Sosial Provinsi merekap dan meneruskan usulan dari Dinas Sosial Kabupaten/Kota kepada Kementerian Sosial Cq. Direktorat terkait. e. Direktorat terkait melakukan verifikasi dan validasi usulan.f. Usulan yang kurang memenuhi persyaratan dikembalikan kepada Dinas Kabupaten/Kota untuk dilengkapi, ditembuskan kepada LKS bersangkutan.g. Usulan yang memenuhi persyaratan ditetapkansebagai penerima bantuan melalui Surat Keputusan Direktur terkait berdasarkan alokasi di dalam DIPA petikan Direktorat. BAB III

TAHAPAN PELAKSANAAN KEGIATAN REVITALISASI PANTI MELALUI PENINGKATAN LATIHAN KERJA EKONOMI PRODUKTIF BAGI PMKS DI UPT, UPTD, DAN LKSTahapan yang dilaksanakan oleh UPT, UPTD dan LKS dalam pelaksanaan kegiatan Revitalisasi Panti melalui Peningkatan Latihan Kerja Ekonomi Produktif bagi PMKS adalah sebagai berikut:

1. Penetapan Manajemen Kegiatan2. Penetapan Konsultan Bisnis 3. Penyusunan Bussiness Plan4. Assesment Calon Penerima Manfaat untuk ditetapkan sebagai peserta kegiatan.5. Training of Trainers (TOT) bagi Instruktur

6. Bimbingan Teknis (Bimtek) bagi Pendamping

7. Pelaksanaan Produksi

8. Kontrol Kualitas

9. Pemasaran Produk &Temu Kreatif/Temu Bisnis

10. Monitoring

11. Evaluasi

12. Laporan dan Penyampaian Rencana Tindak Lanjut

A. Penetapan Manajemen Pelaksanaan KegiatanManajemen kegiatan dibentuk oleh Kepala UPT, UPTD dan LKS dengan Surat Keputusan Kepala UPT, UPTD dan LKS dengan tugas membantu Kepala untuk melaksanakan kegiatan dari tahap perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, evaluasi, hingga laporan. Manajer kegiatan bertanggung jawab kepada Kepala UPT. Struktur pengelolaan kegiatan Latihan Ekonomi Produktif adalah sebagai berikut:

Penempatan dan jumlah SDM pada setiap posisi di dalam struktur organisasi di atas disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan di UPT, UPTD, dan LKS masing-masing.

B. Penetapan Konsultan

Untuk mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan, dalam pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Latihan Kerja Ekonomi Produktif ini diperlukan keterlibatan berbagai pihak terkait (stakeholders) yang tidak hanya ahli dan berpengalaman dalam bidang ekonomi produktif, tetapi juga memiliki kepedulian dan komitmen yang tinggi terhadap peningkatan kualitas hidup PMKS. Begitu pun halnya dengan keberadaan Konsultan. Sebagai pendamping, pengarah, dan perantara antara pasar dan produksi yang terjadi di UPT, UPTD, dan LKS, Konsultan menempati posisi amat penting, terutama bagi mereka para pemula dalam hal usaha ekonomi produktif. Oleh karena itu, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan dan penetapan konsultan adalah sebagai berikut:1. Pemilihan calon konsultan.

a. Konsultan dipilih berdasarkan keahliannya dalam usaha ekonomi produktif yang dilaksanakannya sesuai dengan jenis usaha yang akan dilaksanakan oleh UPT, UPTD, / LKS. b. Bekerja sebagai konsultan bisnis atau bekerja dibidang jenis usaha yang akan dilaksanakan oleh UPT, UPTD, dan LKS.a. Memiliki akses kepada jaringan pemasaran dari jenis usaha yang akan dilaksanakan oleh UPT, UPTD, dan LKS.b. Memiliki kepedulian terhadap PMKS, berintegritas dan berkomitmen membantu UPT, UPTD, dan LKS.2. Penetapan konsultan

Konsultan ditetapkan melalui Kontrak Kerja untuk konsultan individu atau dalam bentuk MoU untuk konsultan secara lembaga, disertai Pakta Integritas. Dengan adanya ikatan ini pihak konsultan berkewajiban mendampingi UPT, UPTD dan LKS selama pelaksanaan kegiatan Latihan kerja Ekonomi Produktif bagi PMKS dari tahap perencanaan hingga pemasaran produk. Di dalam Kontrak Kerja atau MoU dimaksud, selain diatur hak, kewajiban dan sanksi, diatur juga tugas-tugas yang di dalamnya tercakup 4 (empat) aspek utama, yaitu:

a. Perencanaan (penyusunan Bussiness Plan)b. Pelaksanaan Produksi dan Kendali Mutuc. Pelaksanaan Promosi dan Pemasarand. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan C. Penyusunan Bussiness Plan

Pimpinan UPT, UPTD, dan LKS, konsultan beserta tim managemen pelaksana kegiatan dan ManajerKegiatan didampingi oleh Konsultan melakukan menyusun Bussiness Planyang yang akan menjadi acuan dan arah pelaksanaan teknis operasional kegiatan Latihan Kerja Ekonomi Produkif bagi PMKS di UPT, UPTD dan LKS. Hal-hal yang perlu dicantumkan dalam bussiness plan antara lain:1. Profil UPT, UPTD, dan LKS

2. Analisis Pasar dan Pemasaran3. Analisis Produk dan Produksi4. Analisis Sumber Daya Manusia (SDM)

5. Analisis Keuangan6. Analisis Dampak dan Resiko Usaha7. Rencana Pengembangan Usaha8. Lampiran (sampel dokumentasi/foto Produk/Jasa yang akan dibuat)

D. Assesment Penerima Manfaat

Penerima manfaat yang akan dilibatkan sebagai peserta latihan kerja ekonomi produktif terlebih dahulu diassessment untuk mengetahui potensi yang dimiliki dan dapat dikembangkan sesuai jenis latihan kerja yang akan dilaksanakan. Hal ini untuk memudahkan PMKS dalam menjalani dan mencapai output Latihan Kerja.Assesment ini dilaksanakan oleh petugas asesor yang terlatih dan berpengalaman, sehingga assesment yang dilaksanakan menghasilkan data dan kesimpulan yang akurat. Adapun hal-hal yang perlu di ketahui dalam assesment antara lain:

1. Potensi yang dimiliki oleh penerima manfaat yang masih dapat dikembangkan.

2. Kesesuaian antara potensi yang dimiliki penerima manfaat dengan jenis latihan kerja ekonomi produktif yang akan dilaksanakan sesuai bussisness plan.

3. Potesi Pasar produk latihan kerja ditempat penyaluran penerima manfaat.D. TOT Istruktur

Instruktur Istruktur merupakan unsur penting dalam Latihan Kerja Ekonomi Produktif guna mendapatkan output penerima manfaat yang mampu membuat produk yang sesuai kebutuhan pasar. Untuk mencapai output tersebut, diperlukan pelatihan bagi instruktur atau training of trainers (TOT). Adapun bidang-bidang yang diperlukan dalam pelatihan instruktur, antara lain:

1. Skill menggunakan peralatan produksi.

2. Skill mengajar dan melatih penerima manfaat dalam menggunakan peralatan produksi.

3. Skill dalam bidang quality control produk.

E. Bimtek Pendamping

Peran pendamping diperlukan dalam pelaksanaan Latihan Kerja Ekonomi Produktif bagi penerima manfaat, khususnya sebagai mediator antara instruktur dengan penerima manfaat. Untuk kelancaran pelaksanaan tugas Pendamping, perlu dilakukan peningkatan kemampuan dan penyegaran wawasan untuk membuka cakrawala pikir melalui bimbingan teknis. Kemampuan pendamping yang perlu ditingkatkan dalam Bimtek ini meliputi kemampuan dan keterampilan Pendamping sebagai motivator bagi Penerima Manfaat dan sebagai mediator antara Instruktur dengan Penerima Manfaat.

F. Pelaksanaan Produksi

Proses pelaksanaan produksi dilaksanakan untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan permintaan pasar. Proses pelaksanaan produksi ini meliputi:

1. Penentuan bahan yang berkualitas untuk digunakan latihan kerja ekonomi produktif

2. Pembuatan produk ekonomi produktif Untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan sesuai permintaan pasar maka salah satu cara yang harus ditempuh oleh untuk mempermudah produk dalam menembus pasar, dapat ditempuh oleh UPT, UPTD, dan LKS dalam memasarkan pruduknya adalah den dengan cara memilih satu atau lebih perusahaan sebagai mitra bisnis atau Bapak Angkat. Dimana UPT, UPTD dan LKS sebagai pelaksana dari salah satu bagian proses produksi perusahaan tersebut (Sub Order). Dengan demikian harapan perusahaan dapat membantu UPT, UPTD dan LKS bukan hanya dalam memproduksi barang/jasa tetapi juga dalam memasarkan Produk hasil dari Latihan Kerja Ekonomi Produktif. Dengan cara ini model kemitraan seperti itu, diharapkan Penerima Manfaat dapat termotivasi untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang pada gilirannya akan berdampak pada peningkatan taraf kesejahteraan mereka.

G. Kontrol Kualitas

Agar produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang sesuai kebutuhan pasar, mampu bersaing dan layak untuk dipasarkan perlu dilakukan kontrol kualitas yang cermat. Pelaksanaan kontrol kualitas paling tidak meliputi hal-hal seperti kerapihan atau kehalusan hasil pekerjaan dan mutu produk sesuai standar pasar.

H. Pemasaran Produk

Seperti telah singgung dalam Pelaksanaan Produksi, untuk mempermudah pemasaran produk hasil Latihan Kerja Ekonomi Produktif dapat ditempuh kemitraan bisnis dengan model Bapak Angkat.Model ini dapat membantu UPT, UPTD, dan LKS milik masyarakat dalam memasarkan dan mengembangkan produk. Catatan Khusus bagi UPT Kementerian Sosial, karena sumber dana untuk Latihan Kerja Ekonomi Produktif ini seluruhnya berasal dari APBN, maka penggunaan hasil dari penjualan produk harus disesuaikan dengan ketentuan mengenai Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan ketentuan lain yang mengatur tentang penjualan produk yang dihasilkan oleh LKS.I. Evaluasi Implementasi Bussiness Plan

Evaluasi implementasi bussiness plan dilaksanakan oleh setiap Penanggung Jawab dengan didampingi oleh Konsultan untuk mereview beberapa hal sebagai berikut:1. Melihat apakah pelaksanaan kegiatan telah sesuai dengan perencanaan dalam bussiness plan.

2. Apakah bussiness plan yang sudah dibuat ada dapat mencapai tujuan yang diharapkan atau tidak.3. Apakah bussiness plan yang ada perlu dilakukan perubahan.J. Temu Bisnis &Temu Kreatif

Temu Bisnis dan Temu Kreatif dilaksanakan bukan hanya sebagai ajang untuk bertukar pengalaman dalam pelaksanaan Latihan Kerja Ekonomi Produktif tetapi sekaligus juga sebagai forum komunikasi bagi UPT, UPTD, dan LKS untuk menemukan solusi atas permasalahan-permasalahan yang dihadapi selama pelaksanaan kegiatan latihan kerja ini. Temu Bisnis dan Temu Kreatif ini dilaksanakan minimal 1 kali dalam 1 tahun. Temu Bisnis dan Temu Kreatif yang pertama akan bertempat di Jakarta dan dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial. Untuk lokasi dan pelaksana Temu Bisnis dan Temu Kreatif selanjutnya ditentukan berdasarkan hasil musyawarah pada saat temu bisnis sebelumnya.

Bentuk-bentuk kegiatan yangd apat dilakukan dalam Temu Bisnis dan Temu Kreatif meliputi pertemuan para pengelola usaha ekonomi produktif, pameran produk usaha ekonomi produktif yang telah dilaksanakan, sebagai ajang promosi dan sosialisasi, serta ajang tukar pengalaman dalam pelaksanaan usaha ekonomi produktif. Hal-hal yang sebaiknya dibahas dalam pertemuan tersebut antara lain permasalahan yang dihadapi dan upaya mengatasi hambatan yang telah dilaksanakan selama melaksanakan usaha ekonomi produktif, perumusan rencana pemecahan masalah pelaksanaan, dan penentuan tempat dan pelaksana temu bisnis selanjutnya.

BAB IV

PEMBIAYAAN, MONITORING-EVALUASI, DAN PELAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN REVITALISASI PANTI MELALUI PENINGKATAN LATIHAN KERJA EKONOMI PRODUKTIF BAGI PMKS DI UPT, UPTD, DAN LKSA. PEMBIAYAAN

Pelaksanaan Kegiatan Revitalisasi Panti melalui Peningkatan Latihan Kerja Ekonomi Produktif bagi PMKS di UPT, UPTD, dan LKS dibiayai oleh APBNdan sumber lain yang tidak mengikat dan dapat dipertanggungjawabkan.

B. MONITORING - EVALUASI

1. Tujuan Monitoring-Evaluasi

a. Mengetahui ketepatan dan kesesuaian antara rencana pelaksanaan kegiatan dengan implementasi sesuai dengan ketentuan dan aturan yang berlaku.b. Mengidentifikasi masalah yang timbul pada setiap tahap Pelaksanaan kegiatan agar langsung dapat diatasi.2. Sasaran Monitoring-Evaluasi

UPT Kementerian Sosial, UPTD Dinas Sosial Provinsi dan Kab/Kota, dan LKS milik masyarakat yang ditetapkan sebagai pelaksana kegiatan Revitalisasi Panti melalui Latihan Kerja Ekonomi Produktif bagi PMKS. 3. Ruang Lingkup Monitoring-Evaluasi

a. Kesesuaian kegiatan yang diusulkan berdasarkan tugas dan fungsi satuan kerja;

b. Pelaksanaan dan pertanggungjawaban kegiatan Revitalisasi Panti melalui Latihan Kerja Ekonomi Produktif bagi PMKSdi UPT, UPTD, dan LKS berdasarkan ketentuan yang berlaku.c. Hambatan atau permasalahan dan faktor pendukung pada setiap tahapan pelaksanaan kegiatan Revitalisasi Panti melalui Latihan Kerja Ekonomi Produktif bagi PMKS di UPT, UPTD, dan LKS.d. Transparansi dan akuntabilitas dalam pelaksanaan kegiatan Revitalisasi Panti melalui Latihan Kerja Ekonomi Produktif bagi PMKSdi UPT, UPTD,d an LKS.4. Pelaksana Monitoring-Evaluasi

a. Sekretariat Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial.b. Inspektorat Jenderal Kementerian Sosial c. Direktorat di Lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial.d. Satuan Kerja Pelaksana Kegiatan e. Dinas SosialKab./Kota dan Provinsi5. Pelaksanaan Monitoring-Evaluasi

Monitoring-evaluasi dilakukan melalui pengisian instrumen monitoring yang selanjutnya digunakan sebagai bahan analisa dalam evaluasi. Bersama Konsultan, Kepala UPT, UPTD, dan LKS membuat analisa dan rekomendasi terkait permasalahan yang dihadapi dan menyusun tindak lanjut. Monitoring-evaluasi dilakasanakan minimal 2 kali dalam 1 tahun.

C. PELAPORAN1. Tujuan

a. Memberikan gambaran tentang pelaksanaan kegiatan Revitalisasi Panti melalui Latihan Kerja Ekonomi Produktif bagi PMKSdi UPT, UPTD, dan LKS. b. Tersedianya fakta, data, dan informasi yang memadai mengenai pelaksanaan kegiatan Revitalisasi Panti melalui Latihan Kerja Ekonomi Produktif bagi PMKS di UPT, UPTD, dan LKS.2. PelaksanaPelaporanSetiap UPT, UPTD, dan LKS yang telah ditetapkan sebagai pelaksana kegiatanwajib membuat laporan pertanggung jawaban.

3. Isi Laporan

a. Berita Acara serah terima dan dokumen terkait lainnya yang ditandatangani oleh Pimpinan UPT, UPTD, dan LKS.

b. Copy Faktur, kuitansi pembelian, pengadaan barang sesuai peruntukan dalam proposal yang diajukan.

c. Perkembangandan hasil capaian target pelaksanaan kegiatan.

4. Waktu Pelaporan

Pelaporan pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan dibuat rangkap 2 (dua) dan 1 (satu) rangkap disampaikankepada Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial Cq. Direktur terkait.Saturangkap lainnya disampaikan kepada Dinas/Instansi Sosial Provinsidanditembuskan kepada Dinas/Instansi Sosial Kabupaten/Kota.Laporan disampaikan paling lambat tanggal 10 bulan Desember.BAB V

PENUTUP

Demikian Petunjuk Pelaksanaan ini disusun sebagai acuan untuk para penyelenggara/pelaksana dalam melaksanakan kegiatan revitalisasi panti peningkatan latihan kerja ekonomi bagi PMKS di UPT/UPTD/LKS di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial.

Kiranya Petunjuk Pelaksanaan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dalam melaksanakan kegiatan pelayanan bidang rehabilitasi sosial di Indonesia.

Ditetapkan di: Jakarta

Tanggal

: Maret 2015

Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial,

SAMSUDI

LAMPIRAN

Outline Bussiness Plan(ideal)I. PENDAHULUANa. Nama dan alamat Perusahaan

b. Nama dan alamat Pemilik

c. Nama dan alamat penanggungb jawab

d. Informasi tentang bisnis yang dilaksanakan

II. RANGKUMAN EKSEKUTIF

Lebih kurang 3 halaman yang menjelaskan secara komplit isi business plan.III. ANALISIS PRODUK a. Prespektif Masa Depan Produk

b. Analisis Persaingan

c. Segmen Pasar yang dimasuki

IV. DESKRIPSI TENTANG USAHA a. Produk yang dihasilkan

b. Jasa pelayanan

c. Ruang lingkup usaha

d. Personalia dan perlengkapan kantorV. RENCANA PRODUKSI

VI. RENCANA PEMASARANa. Penetapan harga

b. Pelaksanaan distribusi

c. Promosi yang akan dilakukan

d. Pengembangan produk

VII. PERENCANAAN ORGANISASIa. Bentuk kepemilikan dan struktur organisasi

b. informasi tentang partner

c. Uraian tentang kekuasaan

d. Latar belakang anggota tim manajemen

e. Peranan dan tanggung jawab personalia dalam organisasi

VIII. RESIKOa. Evaluasi tentang kelemahan bisnis

b. Gambaran teknologi

IX. PERENCANAAN PERMODALANa. Neraca permulaan perusahaanb. Proyeksi aliran kasc. Analisa titik impasd. Sumber-sumber permodalan

X. APPENDIXa. Surat-surat

b. Data penelitian pasar

c. Surat-surat kontrak dan dokumen perjanjian lainnya

d. Daftar harga dari pemasok barangDirektorat Jenderal Rehabilitasi Sosial

2015

PEDOMAN PELAKSANAAN

Kegiatan Revitalisasi Panti melalui Peningkatan Latihan Kerja Ekonomi Produktif bagi PMKS di UPT, UPTD, dan LKS

KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA Jl. Salemba Raya No. 28 Jakarta Pusat

Kepala UPT, UPTD, LKS

Konsultan

Manajer

Divisi Pengelola Pemasaran

Divisi Pengelola Produksi

Divisi Pengelola Administrasi

Adm. SDM

Promosi

Produksi

Adm. Barang dan b BaraManajer

Jaringan Pasar

QualityControl

Adm Keuangan

Penjualan

Pengemasan

23