Download - Draf mentah

Transcript
Page 1: Draf mentah

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keanekaragaman hayati yang meliputi keragaman jenis, ekosistem

dan genetik merupakan permasalahan yang hangat dibicarakan pada akhir-akhir

ini. Permasalahan tersebut muncul akibat hilangnya keanekaragaman genetik,

jenis dan ekosistem dunia pada akhir abad ke-20. Diperkirakan rata-rata sekitar

100000 jenis telah punah setiap tahunnya, bahkan dalam kurun waktu dua

setengah abad yang akan datang diperkirakan sebanyak 25% kehidupan akan

hilang dari permukaan bumi ini. Maka dari itu diperlukan pangkalan data yang

merekam semua data tentang keanekaragaman hayatai yang ada saat ini. Informasi

dasar yang dikumpulkan adalah nama dan nomor kolektor, nama ilmiah, lokasi

serta catatan lapangan. Informasi tersebut dapat diperoleh dengan melakukan

kegiatan eksplorasi dan inventarisasi. Seorang taksonomiwan mempunyai target

membuat daftar jenis (checklist), flora atau revisi takson tertentu di suatu lokasi

(Rugayah, 2004).

Studi taksonomi tumbuhan didasarkan pada bahan nyata yang harus

ada yang lazimnya disebut sebagai spesimen. Suatu spesimen dapat berupa tubuh

tumbuhan yang lengkap. Spesimen yang digunakan untuk studi taksonomi bisa

berupa tumbuhan segar yang masih hidup, tapi biasanya berupa bahan tumbuhan

yang telah dimatikan lalu diawetkan dengan metode tertentu yang lazimnya

berupa bahan yang disebut herbarium (Tjitrosoepomo, 1998).

Herbarium merupakan tempat penyimpanan contoh (spesimen)

tumbuhan yang telah diawetkan, baik secara kering maupun basah, dan disebut

material herbarium. Material herbarium yang paling baik selalu disertai identitas

Page 2: Draf mentah

pengumpul (nama pengumpul atau kolektor dan nomor koleksi) serta dilengkapi

keterangan lokasi aal material dan keterangan tumbuhan tersebut dari lapangan.

Para pakar botani kehutanan dan pertanian yang hampir setiap waktu berurusan

dengan tumbuh-tumbuhan yang suatu saat dianggapnya akan bermanfaat bagi

ilmu pengetahuan. Tumbuhan yang dikumpulkan berbeda menurut tujuan

pengumpulannya. Pakar botani yang menekuni bidang taksonomi, misalnya,

mengumpulkan tumbuhan secara lengkap (daun, bunga, dan buah) sedangkan

yang menekuni bidang ekologi hanya mengumpulkan tumbuhan sebagai spesimen

bukti atau voucher spesimen (Djarwaningsih, 2002).

Herbarium dapat dimanfaatkan sebagai bahan rujukan untuk

mentakrifkan takson tumbuhan. Herbarium juga dapat digunakan sebagai bahan

penelitian untuk para ahli bunga atau ahli taksonomi. Kebermanfaatan herbarium

yang sangat besar ini menuntut perawatan dan pengelolaan spesimen yang harus

dilakukan denghan baik dan benar (Wibowo, 2007).

Herbarium Bogoriense merupakan Lembaga yang dirintis sejak

tahun 1841. Namun, koleksinya sudah ada sejak berdirinya Kebun Raya Bogor

pada tahun 1817. Pada tahun 1987 namanya berubah menjadi Balitbang Botani

yang berada di bawah naungan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia).

Pendirian Herbarium ini berfungsi untuk inventarisasi dan eksplorasi flora

khususnya Flora Malesiana (Dewangga, 2010).

Suku kamfer - kamferan atau Lauraceae adalah salah satu suku

anggota tumbuhan berbunga. Menurut sistem klasifikasi APG II suku ini termasuk

ke dalam bangsa Laurales, klad magnoliids. Ke dalam suku ini termasuk berbagai

tumbuhan rempah-rempah berwujud pohon. Kayu beraroma yang dikenal sebagai

Page 3: Draf mentah

kayu kamfer/kamper (C. camphora) telah dikenal sejak ribuan tahun sebagai

produk ekspor dari Sumatera. Namanya diambil dari nama pelabuhan utama

pengirimnya, Barus atau Pancur (orang Arab menyebutnya Fansur). Jenis kayu

aromatik lainnya yang diperdagangkan sejak dulu adalah mesoyi, yang serutan

kayunya dipakai sebagai campuran ratus. Lauraceae banyak menghasilkan pohon

dengan kualitas kayu yang baik (Wikipedia, 2013).

1.2 Tujuan

Tujuan dilaksanakannya Praktek Kerja Lapangan di Herbarium

Bogoriense – Bidang Botani Puslit Biologi LIPI adalah :

1. Mengetahui teknik-teknik pengolahan herbarium dan penelitian

taksonomi tumbuhan di Herbarium Bogoriense LIPI.

2. Melakukan kegiatan pengelolaan dan pengolahan material herbarium.

3. Melakukan dan mengetahui tata cara reorganisasi.

1.3 Manfaat

Manfaat dilaksanakannya Praktek Kerja Lapangan di Herbarium

Bogoriense – Bidang Botani Puslit Biologi LIPI adalah :

1. Menambah wawasan, pengetahuan serta tahapan pengelolaan koleksi spesimen

2. Memperoleh pengetahuan mengenai jenis, manfaat dan cara mengidentifikasi

tanaman Lauracea.

3. Terciptanya hubungan yang baik antara pihak akademis (Universitas) dan

pihak Instansi

1.4 Waktu dan Lokasi

Page 4: Draf mentah

Kerja praktek dilakukan di Herbarium Bogoriense - Bidang Botani Puslit

Biologi LIPI di wilayah Cibinong Science Center Jalan Raya Bogor-Jakarta km

46 16911 Cibinong. Pelaksanaan kerja praktek dilakukan dari tanggal 28 Januari –

15 Februari 2013.

Page 5: Draf mentah

II. MATERI DAN METODE

2.1 Materi

2.1.1 Koleksi tumbuhan

Dalam pengoleksian tumbuhan terdapat tiga tahapan, diantaranya:

Pengambilan sampel tumbuhan

Alat dan bahan yang digunakan adalah gunting stek, galah, ketapel,

parang, peta lokasi, GPS, teropong, kompas.

Pemrosesan dilapangan

Alat dan bahan yang digunakan adalah jangka sorong, kantong

plastik berbagai ukuran, penggaris, sasag, alumunium bergelombang, tali

pengikat, koran, alkohol 70% atau spirtus.

Dikirim ke herbarium

Alat dan bahan yang digunakan adalah kantong plastik berbagai

ukuran, label gantung, data lapangan.

Kegiatan koleksi spesimen bertujuan untuk mengumpulkan contoh

yang nantinya dipakai spesimen bukti bagi penelitiannya sendiri maupun

penelitian orang lain. Koleksi herbarium dikenal beberapa macam koleksi yaitu

koleksi kering dan basah. Koleksi kering terdiri atas koleksi spesimen yang

berupa ranting berdaun dengan bunga atau buah. Yang termasuk dalam koleksi

kering terdiri atas koleksi spesimen yang berupa ranting berdaun dengan bunga

atau buah. Yang termasuk dalam golongan koleksi kering antara lain koleksi

spesimen herbarium, koleksi karpologi, koleksi kayu dan koleksi biji.

Untuk koleksi basah, spesimen yang dikoleksi umumnya adalah

bunga atau buah yang mudah berubah bentuknya karena lunak atau tipis, ranting

Page 6: Draf mentah

berdaun dengan bunga atau buah, dapat juga jamur yang besar atau jamur yang

berlendir. Adapun cara menyimpan koleksi basah adalah dengan merendam

spesimen tersebut dalam larutan alkohol 70%, sedangkan untuk orchidaceae dan

zingiberaceae ditambah dengan gliserin.

2.1.2 Proses pengepresan

Alat dan bahan yang digunakan adalah Sasag kayu, alumunium

bergelombang, karton (bagian dalam) bergelombang, kertas koran, tali pengikat

atau semacam ikat pinggang yang terbuat dari bahan katun agar tidak mudah

terbakar, label / etiket gantung.

Proses pengeringan dan pengepresan yaitu aktivitas yang dilakukan

untuk menyusun ulang material tumbuhan yang dikoleksi dari lapangan untuk

dipres dan dikeringkan. Adapun penyusunan contoh tumbuhan yang akan dipres

dalam kertas koran adalah sebagai berikut:

1. Siapkan tanaman yang lengkap yang sudah diberi alkohol.

2. Pasang gantungan (Kertas bertali) untuk memberi data pada tanaman yang

terdiri atas; nama (inisial), tanggal pengambilan, dan nomor.

3. Pada permukaan atas dan bawah daun pada suatu ranting harus ditempel

dan ujung daun atau pangkal daun yang terlipat harus diluruskan.

4. Potong bagian batang, dan daun buah yang besar, sehingga semua bagian

tumbuhan tidak melebihi ukuran kertas koran.

5. Letakkan selembar koran diantara daun besar yang dilipat sehingga daun-

daun tersebut tidak saling melekat.

6. Lipatan koran diletakkan disekitar daun agar daunnya rata ketika kering.

Page 7: Draf mentah

7. Tambahkan sisipan lipatan koran dan karton bergelombang sehingga

ketebalannya sama dengan tumbuhan yang tebal

8. Buah dan bunga yang lepas dapat dimasukkan ke dalam kertas tersendiri,

harus diberi label gantung dan kemudian disimpan di dalam koleksi basah

atau karpologi.

9. Setelah tumbuhan ditata rapi, tutup dengan koran, di atasnya diberi karton

bergelombang dan alumunium bergelombang.

10. Demikian seterusnya, sampai tinggi tumpukan 30-40 cm.

11. Pada bagian teratas dan terbawah ditutup dengan sasag kayu, kemudian

bagian dekat ujung sasag diikat dengan tali atau dengan sabuk pengikat.

12. Berilah label gantungan pada sasag yang telah berisi tumbuhan yang siap

dikeringkan dan dilengkapi nama dan tanggal pengepresan.

13. Sasag yang berisi tumbuhan disusun tegak lurus atau vertical di atas rak

dalam oven agar panas yang diterima oleh material dari bawah dapat

merata.

14. Setelah di oven 3-4 hari, tumbuhan biasanya sudah kering kecuali

tumbuhan berair (sekulen) dan buah yang berkulit tebal.

2.1.3 Pengeplakan material herbarium

Alat dan bahan yang digunakan adalah pinset dengan ujung pipih,

jarum layar, jarum preparat, scalpel, gunting, kuas, stempel BO dan alat pembuat

nomor 7 digit, dispenser selotip, kertas plak dari bahan kertas bebas asam

berukuran 43x30 cm, dengan berat kertas 300 g/m2 dan 600 g/m2, sampul jenis dari

bahan bebas asam, kantung material dibuat dari sisa sisa hasil potongan sampul

jenis untuk menempatkan sisa material yang berjatuhan, selotip 3M dalam

Page 8: Draf mentah

gulungan panjang yang mengandung film polyester jernih dan perekat acrylic

untuk merekatkan material. Ada dua ukuran selotip yang sering digunakan yaitu

4,5 mm dan 6 mm, benang goodyear digunakan untuk menjahit material batang

dan buah besar yang gembung pada kertas plak sehingga kencang, perekat yang

digunakan untuk merekatkan label utama dan kantung-kantung material adalah

perekat bebas asam yang diencerkan dengan air, tinta hitam permanen untuk

menulis informasi mengenai suku, marga dan jenis pada label di sampul marga

dan label susulan. Pensil digunakan untuk menulis di kertas plak dan sampul jenis.

Pengeplakan material baru (Mounting)

Proses pengeplakan merupakan lanjutan dari proses pengepresan dan

pengeringan koleksi tumbuhan dari oven. Proses ini berguna agar spesimen

dapat tahan lama dalam penyimpanan dan mudah ditata di ruang koleksi serta

memudahkan dalam penggunaan selanjutnya. Tahapan proses ini yaitu :

1. Pada masing-masing kertas diberi nomor tunggal

2. Stempel nomor BO ditempel pada sisi sudut kanan dari kertas plak,

kemudian label dilekatkan dengan perekat pada sisi kanan bawah dan

letaknya kurang lebih 1 cm dari tepi kiri kertas.

3. Susunlah meterial berada dalam satu halaman kertas plak.

4. Jahitlah bagian batang, buah dan bunga agar tumbuhan tidak lepas.

5. Material yang lepas harus disimpan dalam kantung yang terbuat dari kertas

bebas asam.

6. Berilah nama kolektor dan nomor kolektor ditulis dengan pensil pada tutup

bagian kantung dan nomor koleksi BO pada tutup bagian dalam kantung.

Page 9: Draf mentah

7. Tempelkan kantung tersebut dimana saja disepanjang tepi kertas plak dan

disesuaikan dengan letak material.

8. Tempelkan selotip di sepanjang batang dan daun dengan solder di dekat

kedua sisi kiri dan kanan material, agar material tidak goyah

9. Berikan label pada setiap lembaran ganda dan ditulis sheet 1 of 3, sheet 2

of 3, sheet 3 of 3, dan seterusnya.

Pengeplakan ulang material lama (remounting)

Remounting merupakan proses pengeplakan ulang spesimen yang

sudah lama dan mulai rusak guna memperbaharui kertas plak agar specimen tidak

rusak dan dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Tahapan remounting

adalah :

1. Selotip dipotong dengan hati – hati dengan menggunakan pisau bedah dan

material dipindahkan ke kertas plak baru yang telah diberi nomor BO.

2. Potonglah semua label dengan hati-hati dan dipindahkan ke kertas plak

baru.

3. Material yang rontok dipindahkan dari kantung lama dan dimasukkan

kedalam kantung baru termasuk material material yang lepas pada saat

pemotongan/pemindahan.

4. Gunting kertas plak lama berdasarkan polanya, kemudian semua label

dipotong dan dipindahkan ke kertas plak baru.

5. Material yang lepas dari kantung lama dipindahkan dan dimasukan

kedalam kantung baru termasuk material-material yang lepas pada saat

pemotongan/pemindahan.

Page 10: Draf mentah

6. Sekeliling gambar yang sudah tertempel pada kertas plak dipotong hati-

hati dengan gunting atau pisau bedah, agar tidak sampai merusaknya.

7. Semua label dipotong dan dipindahkan ke kertas plak baru.

8. Bagian belakang gambar atau disekeliling permukaan belakang gambar

direkatkan dengan lem pada kertas plak baru yang sudah diberi nomor BO.

9. Susunlah material berada dalam satu halaman kertas plak, kemudian jahit

bagian batang, buah dan bunga agar tumbuhan tidak lepas.

10. Jika sebagian besar daun material herbarium rontok, maka daun tersebut

dengan posisi bagian atas dan bawah daun terlihat dan sisanya dimasukkan

kedalam kantung.

11. Jika daun yang lepas berukuran besar, maka dapat diplak pada kertas.

12. Tempelkan kantung tersebut dimana saja di sepanjang tepi kertas plak dan

disesuaikan dengan letak material.

13. Tempel selotip di sepanjang batang dan daun dengan solder di dekat kedua

sisi kiri dan kanan material, agar material tidak goyah.

2.1.4 Proses database

Alat dan bahan yang digunakan yaitu material yang sudah di

dinginkan, komputer, spidol, koneksi internet, buku.

Proses pemasukan data ke dalam database merupakan proses yang

bertujuan untuk mendata spesimen yang ada di herbarium bogoriense ke dalam

bentuk digital , ini berguna sehingga apabila ada material yang hilang atau rusak

kita masih memiliki data yang akurat dan data tersebut tidak akan hilang. Dengan

adanya database peniliti juga dimudahkan melakukan penilitian dengan

menganisa data dari database tersebut. Tahapan yang dilakukan adalah:

Page 11: Draf mentah

1. Ambil spesimen herbarium yang sudah melalui proses pengeplakan.

2. Masukan data (kolektor, nomor kolektor, nomor BO, habit, habitat,

kawasan) yang ada kedalam aplikasi yang telah disediakan.

3. Beri tanda pada stempel BO menggunakan spidol.

2.1.5 Proses pendinginan (Freezer)

Alat dan bahan yang digunakan adalah blower, freezer, box, troli,

spesimen yang sudah lalui proses pengeplakan, spesimen voucher.

Proses pendinginan atau freezer bertujuan untuk mengawetkan

spesimen dan juga menjaga agar spesimen terbebas dari serangga. Adapun

tahapannya adalah:

1. Material yang sudah dari ruangan mounting dan remounting di

freezer selama 5 hari dengan suhu -30 oC, material disimpan dalam

box atau kerdus.

2. Setelah 5 hari material dikeluarkan dari freezer dan disimpan depan

blower supaya kering tidak terlalu basah.

3. Material yang sudah selesai diblower disimpan untuk dibawa ke

ruang koleksi.

2.1.6 Proses penyimpanan material herbarium dalam lemari koleksi

Alat dan bahan yang digunakan adalah pulpen drawing, sampul

jenis, kertas bebas asam, sampul marga, kertas label, box, lemari koleksi.

Penyimpanan material herbarium ke dalam lemari koleksi

merupakan tahapan akhir dalam proses pengoleksian specimen, specimen di

simpan di dalam lemari tertutup dengan suhu 180C. Spesimen disimpan di

dalam box yang telah diberi label berdasarkan nama jenis dan juga wilayah

Page 12: Draf mentah

asalnya dalam lemari penyimpanan. Lemari penyimpanan bertuliskan nomer,

jenis tumbuhan dan wilayah asal dengan susunan alfabetik. Susunan tersebut

bertujuan guna memudahkan dalam mengorganisasikan penyelipan atau

penyimpanan dan juga memudahkan dalam pencarian spesimen apabila

sewaktu-waktu dibutuhkan untuk penelitian lebih lanjut.

Page 13: Draf mentah

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk setiap bidang ilmu tentunya mempunyai spesifikasi pada

tehnik atau metoda pengambilan sampel, demikian pula macam data yang akan

dikumpulkan. Seorang taksonomiwan mempunyai target membuat revisi, flora

atau checklist (daftar jenis).

Revisi merupakan karya taksonomiwan yang paling rumit. Karena

disertakan dengan dekskripsi atau catatan dari publikasi awal pendahulunya.

Sebuah revisi juga berisi pembahasan ulang dari suatu kelompok untuk

membenarkan atau maeningkatkan diagnosa, deskripsi atau filogeninya. Pada

jaman dahulu sebelum tahun 1900an, revisi dibuat sangat singkat dan

deskripsinya tidak jelas, dan sebelum tahun 2012 harus ada deskripsi dalam

bahasa latin. Tujuan revisi sendiri adalah untuk melengkapi diagnosa, deskripsi

atau catatan sebelumnya serta dapat digunakan untuk memperkenalkan susunan

klasifikasi yang baru. Tanpa membacanya kita tidak dapat mengetahui apakah

paper tersebut merupakan revisi atau bukan, meskipun terdapat tulisan ‘revisi’

pada judulnya. Ada kategori lain dibawah revisi yaitu conspectus yang merupakan

skema dari revisi. Conspectus memuat daftar taxa, biasanya dengan sinonim dan

terkadang informasi singkat diagnosa dan distribusinya.

Flora mendeskripsikan semua spesies yang ada di daerah tersebut

tetapi berbeda dengan revisi, flora tidak disertakan dengan catatan dari

pendahulunya. Sedangkan checklist hanya berupa daftar jenis spesies yang

ditemukan, dan terkadang dapat disertakan sinonim, distribusi atau informasi

deskripsi singkat.

Page 14: Draf mentah

Untuk membuat suatu revisi, seorang taksonomiwan perlu

melakukan beberapa tahapan agar diperolah data dan deskripsi yang valid.

Pertama-tama adalah mengidentifikasi tiap tiap spesimen untuk membuktikan

bahwa genus spesimen tersebut adalah benar dengan mengecek karakternya serta

mengumpulkan semua keterangan tentang spesimen tersebut dan nama ilmiah

yang digunakan. Setelah itu spesimen dikelompokan berdasarkan karakter

vegetatifnya untuk reidentifikasi spesies dengan membandingkan dengan

spesimen tipe. Lalu dilakukan pengamatan dibawah mikroskop, baru dicek

dengan spesies sebelumnya, jika cocok berarti sudah benar tetapi jika belum maka

dicek lagi. Setelah tau karakter tiap spesimen dan dikelompokan, dibandingkan

dengan banyak literatur dari publikasi awal sampai publikasi selanjutnya.

Publikasi awal dapat dilihat di database pada indeks kewensis, IPNI, dan tropicos.

Lalu dibuat deskripsi dari tiap spesies. Setelah itu dibuat kunci identifikasi dan

peta distribusinya.

Herbarium Bogoriense adalah Lembaga Penelitian yang bekerja di

bidang taksonomi tumbuhan. Lembaga Penelitian ini terletak di kota Bogor.

Herbarium Bogoriense memiliki kegiatan antara lain Penelitian, taksonomi,

etnobotani, fenologi, dan fitogeografi, Pendidikan dan Pengembangan Biologi di

Indonesia, Pelayanan masyarakat yang berupa jasa pengidentifikasian, khususnya

identifikasi tumbuhan, jasa Amdal (konsultan) bagi para pelajar dan sebagainya,

menjadi sarana atau tempat penelitian bagi para mahasiswa, bimbingan penelitian

dengan syarat menunjukkan surat dari instansinya (Dewangga, 2010).

Koleksi yang dimiliki oleh Herbarium Bogoriense ini berupa

herbarium kering maupun basah, koleksi karpologi dan koleksi voucher spesimen.

Page 15: Draf mentah

Herbarium Bogoriense memiliki beberapa ruangan dalam kegiatan pengawetan

specimen, antara lain ruangan tersebut yaitu ruang pemrosesan, ruang pelabelan,

ruang pengeplakan, dan ruang penyimpanan. Herbarium Bogoriense menyimpan

koleksi spesimen herbarium sebagai bahan penelitian taksonomi tumbuhan di

Bidang Botani di Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Kelompok-kelompok penelitian

di Puslit Biologi-LIPI antara lain adalah Taksonomi Tumbuhan yang berkaitan

dengan pengungkapan keanekaragaman, kekerabatan, persebaran, dan status

kelangkaan tumbuhan. Salah satu bentuk publikasi taksonomi tumbuhan berupa

serial buku Flora Malesiana yang diterbitkan di Leiden, Belanda sejak tahun 1950.

Kemudian yang kedua adalah Ekologi, mempelajari hubungan timbal balik antara

tumbuhan dan lingkungan, khususnya dalam ekosistem hutan alam. Kajian

penelitian ekologi meliputi struktur, komposisi, dan persebaran vegetasi pada tiap

ekosistem. Kemudian Etnobotani yang merupakan penelitian berbasis pada

persepsi dan konsepsi masyarakat lokal tentang pengelolaan lingkungan dan

tumbuhan terutama dalam kaitannya dengan pemanfaatan flora sebagai bahan

sandang, pangan, obat, kosmetik, dan pelengkap ritual. Kelompok penelitian

Fisiologi merupakan penelitian pokok yang dikembangkan dalam kegiatan

penelitian fisiologi, yaitu fisiologi perbanyakan dan pasca panen, lalu Fitokimia

yang meliputi kegiatan proses ekstraksi, isolasi, dan identifikasi komposisi

bioaktif. Kemudian Morfogenetika yang menitik beratkan pada aspek-aspek

morfologi anatomi, sitologi, dan genetika untuk mencari alternatif jenis-jenis

potensial baru untuk bahan sandang, pangan, dan papan. Jasa dan informasi

merupakan sarana untuk mengidentifikasi berbagai jenis tumbuhan dan informasi

data keanekaragaman. Koleksi yang dimiliki oleh Herbarium Bogoriense berupa

Page 16: Draf mentah

herbarium kering dan basah. Untuk mendukung kegiatan tersebut, maka

Herbarium Bogoriense menyediakan perpustakaan, Museum Etnobotani, serta

menerbitkan jurnal Reinwardtia sebagai sarana informasi ilmiah di tingkat

internasional (Dewangga, 2010)

Herbarium dalam ilmu taksonomi tumbuhan digunakan untuk dua

pengertian yaitu untuk objek studi yang berupa tumbuhan yang diawetkan

(spesimen herbarium) dan lembaga atau labolatorium tempat ahli-ahli melakukan

studi/penelitian taksonomi tumbuhan yang juga merupakan tempat untuk

menyimpan koleksi bahan atau objek studi yang telah diawetkan (spesimen

herbarium). Kegiatan mengoleksi tumbuhan dalam bidang taksonomi bertujuan

mengumpulkan tumbuhan secara lengkap (daun, bunga, dan buah) sebagai koleksi

dan mengumpulkan contoh tumbuhan sebagai spesimen bukti (voucher spesimen)

bagi penelitian.

Terdapat dua macam koleksi herbarium yaitu koleksi basah dan

koleksi kering. Untuk koleksi herbarium basah, spesimen yang dikoleksi adalah

bagian tumbuhan yang mudah berubah bentuk atau rusak karena lunak, tipis,

berdaging atau berlendir, misalnya bunga, buah dan jamur, sedangkan yang

termasuk koleksi kering, antara lain: koleksi spesimen herbarium kering yaitu

spesimen yang berupa ranting berdaun dengan bunga atau buah, koleksi karpologi

(buah kering).

Fungsi Herbarium adalah sebagai berikut:

1. Sebagai pusat referensi; merupakan sumber utama untuk identifikasi

tumbuhan bagi para ahli taksonomi, ekologi dan peneliti lain.

Page 17: Draf mentah

2. Sebagai lembaga dokumentasi merupakan koleksi yang mempunyai nilai

sejarah.

3. Sebagai pusat penyimpanan data.

Adapun tahap-tahap dalam pembuatan koleksi spesimen kering

herbarium adalah sebagai berikut:

Pengepresan spesimen

Penyusunan contoh tumbuhan untuk dipres. Seluruh spesimen dari

lapangan dikeluarkan dari plastik dan kertas koran diganti dengan kertas koran

yang baru. Permukaan atas dan permukaan bawah daun pada satu ranting harus

ditampilkan, ujung daun atau pangkal yang terlipat harus diluruskan. Bagian

batang, daun dan bunga dapat dilipat lebih dari satu kali atau beberapa daun yang

besar dapat dipotong, sehingga semua bagian contoh tumbuhan tidak melebihi

ukuran kertas koran, dan pada waktu bagian contoh tumbuhan diplak ukurannya

akan sesuai ukuran kertas plak. Selembar kertas koran diletakkan di antara daun

besar yang dilipat sehingga daun-daun tersebut tidak saling melekat. Lipatan

koran diletakkan di sekitar daun agar daunnya rata ketika kering. Jika batang atau

buahnya tebal, maka tambahkan sisipan lipatan kertas koran dan juga karton

bergelombang, sehingga ketebalannya sama dengan bagian tumbuhan yang tebal.

Hal ini akan membantu dedaunan menjadi kering secara merata tanpa merusak

atau menekan buah. Buah-buah kecil yang terlepas dimasukkan ke dalam kantung

kertas dan diberi label gantung berisi nama lengkap dan nomor kolektor. Buah

besar yang sulit dipres diberi label nama lengkap dengan nomor kolektor,

kemudian disimpan di dalam kotak yang terbuat dari kaleng dan dimasukkan ke

dalam oven. Buah-buah dan bunga-bunga yang dibungkus dengan kertas

Page 18: Draf mentah

tersendiri harus diberi label gantung dan kemudian disimpan dalam koleksi basah

atau koleksi karpologi.

Setelah contoh tumbuhan ditata rapi, kemudian ditutup dengan koran,

di atasnya diberi karton bergelombang dan aluminium bergelombang, demikian

seterusnya. Setelah tinggi tumpukan 30-40 cm, bagian teratas dan terbawah

ditutup dengan sasag kayu, bagian kayu yang pendek diletakkan dengan arah ke

atas dan ke bawah, kemudian bagian dekat ujung sasag diikat dengan tali atau

dengan sabuk pengikat. Sasag yang berisi contoh tumbuhan yang siap dikeringkan

diberi label gantung yang dilengkapi nama kolektor dan tanggal pengepresan.

1. Gambar Penyusunan Spesimen

Pengeringan

Sasag yang berisi contoh tumbuhan disusun tegak lurus atau vertikal

di atas rak dalam oven agar panas yang diterima oleh material dari bawah akan

merata, oven dengan suhu 60oC. Seleksi dilakukan setiap hari, dan contoh

tumbuhan yang tipis/kecil yang biasanya cepat kering sebaiknya dipisahkan.

Proses pengovenan selama 3-4 hari, contoh tumbuhan biasanya sudah kering

kecuali tumbuhan berair dan buah yang berkulit tebal dan berair. Tali pengikat

sasag harus diketatkan setiap hari, karena terjadi pengerutan contoh tumbuhan

pada waktu proses pengeringan.

Pengeplakan Spesimen (Mounting)

Penyusunan material dilakukan dengan cara yang pertama yaitu

memastikan permukaan atas kertas plak terletak di atas, usahakan semua bagian

Page 19: Draf mentah

material berada dalam satu halaman kertas plak, dimana material, label, posisinya

diatur agar seimbang di atas kertas plak, menarik dan tidak melebihi tepi kertas.

Material diusahakan tidak menutupi “nomor BO” atau label. Jika kertas plak tidak

cukup memuat semua material, maka material dapat dibagi dua dan diletakkan

pada kertas plak yang berbeda. Jika label agak menutupi material, material

diletakkan di bawah label tanpa melekatkan sisa kertas label pada material

herbarium tersebut. Jika posisi label di sebelah kanan bawah tidak

memungkinkan, label dapat diletakkan di kiri bawah atau di sudut kiri atas kertas

plak.

Kemudian hal yang kedua, tumbuhan yang akan diplak diusahakan

supaya selalu memperlihatkan bentuk alami, misalnya akar selalu diletakkan di

bagian bawah. Material yang berukuran kecil sebaiknya tidak ditempatkan di

tengah kertas, tetapi dibuat pengeplakan dari berbagai posisi, sehingga

memudahkan dalam mengamati ciri-ciri material tersebut. Jika beberapa material

diikat menjadi satu dengan label gantung, lepaskan label gantung terlebih dahulu,

baru kemudian materialnya dipisahkan. Label gantung diikatkan pada salah satu

material dan material disusun agar tidak saling tumpang tindih dan sebaiknya

dimanfaatkan semaksimal mungkin seluruh permukaan kertas.

Material sangat kecil tidak perlu diplak tetapi langsung dimasukkan di

dalam amplop yang selanjutnya amplop tersebut direkatkan pada bagian tengah

kertas plak. Ujung tumbuhan yang runcing (misalnya, bekas potongan batang,

duri-duri atau cabang-cabang yang menonjol) harus dirapikan atau dipotong agar

tidak merusak material herbarium lainnya pada waktu disimpan. Material yang

Page 20: Draf mentah

besar, menonjol dan berat, digunakan kertas plak khusus dengan berat kertas yang

biasa digunakan.

Material lepas harus disimpan dalam kantung yang terbuat dari kertas

bebas asam. Nama kolektor dan nomor koleksi ditulis dengan pensil pada tutup

bagian luar kantung dan nomor BO pada tutup bagian dalam kantung. Kantung

dapat diletakkan dimana saja di sepanjang tepi kertas plak dan disesuaikan dengan

letak material, namun tidak sampai menutupi label atau nomor BO. Perekat

diratakan dibagian yang tidak ada tutupnya (bagian belakang kantung) dan

kemudian ditempelkan pada kertas plak. Jika buah yang lepas cukup banyak atau

berukuran sangat besar, sebaiknya buah tersebut disimpan dalam koleksi

karpologi dan penyimpanannya disertai label.

Pengeplakan ulang spesimen (remounting)

Banyak material herbarium lama yang kertas plaknya rusak atau rapuh,

sehingga sulit menyimpan material tersebut tanpa menimbulkan kerusakan.

Material-material yang lama perlu diplak kembali dengan bahan-bahan yang

bebas asam.

1.Cara pelepasan material spesimen

a. Material yang diplak dengan selotip

Selotip dipotong dengan hati-hati dengan menggunakan pisau

bedah (scalpel) dan material dipindahkan ke kertas plak baru yang telah

diberi nomor BO. Semua label dilepas dengan hati-hati dan dipindahkan ke

kertas plak baru. Label yang berisi keterangan koleksi basah atau karpologi

dilepas dan dipindahkann ke kertas plak baru. Material yang rontok

Page 21: Draf mentah

dipindahkan dari kantung lama dimasukkan ke kantung baru termasuk

material-material yang lepas saat pemotongan/pemindahan.

b. Material yang dilem pada kertas plak

Biasanya kertas plak lama sangat sukar dilepaskan dari material,

maka bentuk material tersebut digunting berdasarkan polanya. Kemudian

sisa kertas di bawah material sebanyak mungkin disisir hati-hati dengan

scalpel, sehingga sisa kertas yang menempel pada material hanya sedikit.

Material seutuhnya dipindahkan tanpa merusaknya. Semua label dipotong

dan dipindahkan ke kertas plak baru. Label yang berisi keterangan koleksi

basah atau karpologi dipotong dan dipindahkan ke kertas plak baru.

Material yang lepas dari kantung lama dipindahkan dan dimasukkan ke

dalam kantung baru termasuk material-material yang lepas pada saat

pemotongan/pemindahan.

2. Penyusunan ulang material

a. Material tunggal

Material ditempelkan pada kertas plak baru dengan nomor BO

(misalnya BO 0079364) atau stempel kosong BO (untuk herbarium yang

telah ada nomor BO-nya). Jika sebagian besar daun material herbarium

terlepas, maka beberapa daun diplak dengan posisi bagian atas dan bawah

daun terlihat dan sisanya dimasukkan ke dalam kantung. Jika daun yang

berukuran besar, maka dapat diplak pada kertas. Jika cabang-cabang

terpotong menjadi beberapa bagian, maka sedapat mungkin disusun sesuai

dengan posisi sebelum dipindahkan, kemudian diplak kembali pada kertas

Page 22: Draf mentah

plak baru. Selotip dilekatkan pada posisi masing-masing cabang yang

terpotong. Kemudian ditulis “Remounted” dan tahunnya.

Penyimpanan Spesimen ke dalam Lemari Koleksi (Penyelipan)

Penyimpanan material disusun berdasarkan takson kemudian berdasarkan

kawasan secara alfabetis, dari mulai jenis, suku, selanjutnya pulau (kawasan).

Secara garis besar kawasan terbagi menjadi empat, yaitu:

I. Kawasan Malesia (meliputi Indonesia, Malaysia, Singapura,

Brunei, Papua

New Guinea, Filipina)

II. Kawasan Daratan Asian (tidak termasuk Semenanjung Malaya)

III. Kawasan Australia dan Pasifik

IV. Kawasan Lain

Material yang sudah dipilih dimasukkan dalam sampul jenis (spesies

folder). Masing-masing sampul jenis dikelompokkan sebagai berikut :

1. Lembar tunggal, masing-masing lembaran dengan kolektor yang

berbeda atau kolektor yang sama tetapi nomornya berbeda atau asal

koleksi sama.

2. Lembar ganda dengan satu kolektor

3. Lembar duplikat dengan satu kolektor

Keterangan sampul jenis untuk lembar tunggal

- Nama marga, jenis, dan asal koleksi ditulis dengan menggunakan pensil

- Nama marga dan jenis ditulis pada sudut kiri sampul bagian bawah.

- Asal koleksi ditulis pada sudut kanan sampul bagian bawah.

Keterangan sampul jenis untuk lembar ganda dan duplikat

Page 23: Draf mentah

- Nama marga, jenis, nama kolektor, nomor koleksi, dan jumlah lembar

material, serta asal koleksi ditulis dengan menggunakan pensil

- Nama marga dan jenis ditulis pada sudut kiri bawah sampul

- Nama kolektor, nomor koleksi, dan jumlah lembar material ditulis di

tengah sampul bagian bawah.

- Asal koleksi ditulis pada sudut kanan bawah sampul.

Material yang berasal dari Kebun Raya atau kebun koleksi yang dulunya

di bawah Kebun Raya (“Culta”) dimasukkan ke dalam satu sampul jenis.

- Nama marga, jenis, dan asal tanaman ditulis dengan menggunakan

pensil.

- Nama marga dan jenis ditulis pada sudut kiri bawah sampul

- Asal tanaman “Culta” ditulis pada sudut kanan bawah sampul.

Material yang sudah tersusun dalam sampul jenis dimasukkan dalam

sampul marga.

Pilih label yang disediakan untuk jenis-jenis yang akan diselipkan. Ada

empat label sampul marga yang berbeda, tergantung asal materialnya yaitu:

I. Kawasan Malesia

II. Kawasan Daratan Asia, kecuali Semenanjung Malaya

III. Kawasan Australia dan Pasifik

IV. Kawasan lain

- Nama suku ditulis pada bagian tengah kertas tabel, menggunakan

drawing pen atau diketik dengan komputer

Page 24: Draf mentah

- Nama marga dan jenis serta takson yang di bawah jenis, seperti sub

spesies, varietas, dan forma ditulis di bawah nama suku, menggunakan

“permanent black pen” atau diketik dengan komputer.

- Jika material mempunyai tanda aff (mempunyai kekerabatan) atau cf

(dibandingkan dengan) sebelum nama jenis, maka material tetap

diselipkan di bawah nama jenis. Sampul marga tidak perlu ditulis

dengan kata-kata aff atau cf.

- Label ditempel dengan lem di sudut kiri bawah sampul marga.

Satu sampul marga berisi satu jenis material yang terdiri dari satu atau

lebih sampul jenis. Jenis-jenis dari kawasan Malesiana, beberapa sampul jenis dari

satu lokasi, contohnya Java, dapat ditempatkan dalam satu sampul marga dan

dilengkapi label pulau, ditempel dengan perekat di atas label kawasan di bagian

kiri. Material yang berasal dari pulau-pulau kecil lainnya yang berada di bawah

lokasi utama, misalnya Java, Bawean, dapat ditempatkan juga dalam satu sampul.

Suatu marga dari material yang dikoleksi dari Kebun Raya atau kebun

koleksi yang dulunya di bawah Kebun Raya maka:

- Menggunakan label sampul marga “Malesia”

- Nama suku, marga dan jenis ditulis dengan menggunakan tinta hitam

permanen atau diketik dengan komputer

- Label ditempel pada sudut kiri bawah sampul

- Di atas label kawasan, pada bagian kiri ditempel label “Culta”

Material tipe tidak digunakan sampul marga tetapi dengan sampul tipe,

Satu sampul tipe berisi satu jenis material yang terdiri dari 1 atau 2 sampul jenis.

Nama suku, jenis dan kawasan ditulis dengan menggunakan pensil :

Page 25: Draf mentah

- Nama suku ditulis di atas sudut kiri bawah

- Nama jenis ditulis di bawah nama suku

- Kawasan ditulis di sebelah kanan bawah, ± sebaris dengan nama

jenis

Material siap dimasukkan ke dalam lemari koleksi. Satu atau lebih sampul

marga atau sampul tipe dapat dimasukkan dalam satu kantong plastik.

Dalam koleksi herbarium ada beberapa spesimen yang termasuk dalam

spesimen holotipe, isotipe, lectotipe, sintipe, dan neotipe. Holotipe ialah suatu

spesimen atau unsur lain yang dipakai oleh seorang pengarang atau ditunjuk

olehnya sebagai tipe tatanama. Selama holotipe masih ada, penerapan nama yang

bersangkutan dengannya secara otomatis dapat dipastikan (Rifai, 1973).

Lectotype adalah suatu spesimen atau unsur lain dari spesimen

spesimen asli (isotipe atay sintipe) yang dipilih untuk menjadi tipe tatanama kalau

pada penerbitan semula holotipe itu tidak ditentukan atau kalau holotipe itu hilang

atau hancur. Sedangkan isotipe merupakan duplikat (bagian dari suatu nomor

koleksi yang dikumpulkan dalam waktu yang sama) daripada holotipe (Rifai,

1973).

Sintipe ialah salah satu daripada beberapa spesimen atau contoh yang

disebutkan pengarang kalau holotipe tidak ditentukan atau salah satu dari

beberapa spesimen yang bersama-sama ditunjuk sebagai tipe. Neotipe ialah

spesimen yang dipilih untuk menjadi tipe tatanama, kalau holotipe hilang atau

rusak dan tidak mungkin untuk menunjuk tipe pengganti karena tidak adanya

isotipe atau sintipe. Nama-nama atau penunjuk baru (nomen novum) yang sengaja

diusulkan untuk mengganti nama-nama lain, ataupun nama-nama kombinasi baru

Page 26: Draf mentah

(combinatio nova, status novus) yang berasal dari nama-nama dan penunjuk-

penunjuk sebelumnya, haruslah memakai tipe-tipe tatanama daripada nama-nama

yang lebih tua atau yang digantinya (Rifai, 1973).

Lauraceae merupakan suku tanaman yang besar dan dapat tumbuh

tidak hanya di daerah tropis, tetapi  dapat juga di daerah subtropis, terpusat di

daerah Asia tenggara, Brasil dan banyak ditemukan di Indonesia. Suku ini

meliputi 30 marga dan 2000-2500 jenis (beda setiap bukunya) yang terbesar di

daerah tropis dan subtropis. Kepentingan ekonomi, sebagai penghasil minyak

aromatis, kandungan protein yang tinggi pada Persea americana, dan  sebagian

anggotanya adalah penghasil kayu.

Lauraceae merupakan komoponen yang penting dari hutan hujan

tropis dan hutan di kawasan flora malesiana tanpa terkecuali. Banyak spesies lokal

yang digunakan kayunya atau untuk dieksploitasi secara komersial. Untuk

berbagai alasan, identifikasi dari Lauraceae ke dalam bentuk suatu genus atau

spesies masih sangat sulit. Kunci (determinasi) yang ada membutuhkan buanga

dan buah tetapi karena buah dari lauracea membutuhkan beberapa bulan untuk

mencapai kematangan, jadi keduanya jarang ada dalam spesimen herbarium. Oleh

karena itu, kunci determinasi membutuhkan bunga dan buah untuk tujuan

identifikasi. Bunga pada lauraceae bisa saja bisexual atau unisexual. Kebanyakan

genera memiliki bunga trimerous, dengan ulir pada bagian bunga ketiganya.

Ciri-ciri suku Lauraceae adalah sebagai berikut pohon, semak, berbau

aromatik, daun tunggal, tersebar, jarang berhadapan, tulang daun pinnatus, tanpa

stipula. Bunga axillar, dalam tipe perbungaan panicula, spica, racemosa atau

umbella; bunga biasanya bisexual, kadang-kadang unisexual, aktinomorf;

Page 27: Draf mentah

perianthium kecil, sepal 6 dalam lingkaran, bersatu membentuk tabung pada

dasar; corolla tidak ada; stamen dalam lingkaran masing-masing 3 helai melekat

pada tabung kalix, 1 atau lebih lingkaran berupa staminodium; pistilium tunggal

dengan carpel, 1 ruang, 1 ovul, placenta margina, ovari superior, stylus 1, stigma

1. Buah drupa atau bacca, sering ada kupula pada basal sebagai derivat dari

tabung calyx yang persisten. Biji dengan embrio yang besar, tanpa endosperm.

Tepal tersusun dari dua ulir yang biasanya bentuk dan ukurannya

sama, meskipun terkadang juga bisa tidak sama.Ulir yang didalam lebih besar

daripada yang diluar kecuali pada Triadodaphne. Stamen pada lauracea tersusun

atas 4 ulir. Ulir I dan III bersebrangan dengan tepal bagian luar sedangkan ulir II

dan IV bersebrangan dengan tepal bagian dalam. Pada sebagian besar genera,

stamen pada ulir ke 3 mengandung 2 kelenjar globose pada dasarnya. Dalam

beberapa kasus kelenjar tersebut bisa memebesar dan mengililing stamen dari ulir

ke 3, diantaranya beberapa spesies endiandra. Hampir semua stamen mempunyai

kelenjar pada dasarnya tetapi kelenjar ini ukurannya kecil dan sulit untuk terlihat,

jadi pemberian nomor pada stamen dan kelenjar sangat cocok untuk bunga

lauraceous.

Perbungaan pada lauraceae dibagi menjadi tiga tipe utama, kecuali

Cassytha. Tetapi tidak semua perbungaan dapat dapat dimasukan kedalam tiga

tipe tersebut, karena dalam beberapa kasus perbungaan telah menjadi sangat

berkurang, sementara beberapa species atau genera memiliki perbungaan yang

tidak cocok dengan ketiga tipe tersebut.

Tipe yang pertama adalah umbellate, dimana saat bunga masih

muda tertutup pada seludang yang berselang. Semua bunga dengan tipe

Page 28: Draf mentah

perbungaan ini adalah unisexual. Bunganya bisa saja berupa bunga tunggal di

ketiak daun atau seludang. Umbel bisa bertangkai atau tidak bertangkai. Saat

umbel tersusun sepanjang ranting pendek yang tidak berdaun, seluruh strukturnya

terlihat seperti setangkai bunga tetapi berbeda dengan tangkai, setelah bunga

mekar dapat tumbuh menjadi ranting berdaun yang normal. Bunga muda tertutup

oleh seludang yang berselang sehinnga seringkali dikira tunas bunga.

Perbungaan pada tipe yang kedua adalah paniculate-cymose.

Perbungaan tersebut berulang kali bercabang dengan bunga bunga akhirnya

tersusun di dalam dichasia. Perbungaan lateral seperti dichasium selalu sangat

bersebrangan. Tipe perbungaan yang ketiga adalah paniculate juga tetapi tidak

bersebrangan, malah terkadang berselingan. perbungaan ini tidak selalu mudah

terlihat khususnya pada spesies yang anak tangkainya pendek dan pada bunga

yang subsessile.

Genera yang memiliki tipe perbungaan umbellate diantaranya litsea

dan actinodaphne. Ciri ciri dari litsea adalah memiliki umbel dengan beberapa

bunga diketiak daun. Bunganya trimerus, tepalnya sama. Buahnya kecil tetapi

terkadang bisa juga besar. Daunnya menyebar dan bersebrangan, sedangkan daun

mudanya berbarik-barik, kadang buah dari litsea berwarna hijau laut. Ujung

kuncupnya berbarik atau tidak. Litsea terdiri dari lebih 300 spesies yang

kebanyakan berada di asia tropis, tetapi juga ada di oceania, australia dan amerika.

Selain litsea juga ada neolitsea yang memiliki ciri-ciri ujung kuncup berbarik,

jenis bunga dimerus dan unisexual. tumbuhan berkayu dengan bunga biasa.

stamennya 6, 4 locular. Buahnya kecil seperti piring dan daunnya bergerumpul.

Page 29: Draf mentah

Neolitsea terdiri dari 100 species. Kebanyakan berada di asia tropis dan tersebar

sampai ke australia.

Actinodaphne tipe perbungannya termasuk umbellate dengan

kumpulang dari bekas goresan pada dasarnya. Bunganya trimerus, unisexual.

Stamennya 9 dengan 4 locule, tepalnya sama. Buahnya kecil. Daunnya berulir dan

biasanya agak berbarik, terkadang buahnya berwarna hijau laut. Ujung kuncupnya

biasanya perulate; sekumpulan goresannya ada di ranting yang lebih tua, langsung

dibawah uliran daun. Actinodaphne memiliki ukuran yang lebih besar, ulir pada

daun dan barik pada ujung kuncup sehingga mudah untuk dikenali.

Persea dan phoebe memiliki perbungaan paniculate-cymose,

bunganya trimerus dan bisexual; stamennya 9, 4 locular; tepalnya sama atau

mirip, pada phoebe tepal di anthesis lebih tegak. Tepal bertahan pada dari buah,

tidak ada cupule. Daunnya berseling atau agak berkumpul, terkadang berwarna

hijau laut pada bawahnya. Pada persea ujung kuncupnya perulate sedangkan pada

phoebe tidak perulate.

Genera yang termasuk pada tipe perbungaan ketiga adalah

Cryptocarya dan endiandra. Bunga pada cryptocarya trimerus dan bisexual,

stamennya 9, 2 locular; tepalnya sama, dan agak tegak lurus pada anthesis.

Buahnya dekat dengan perbesaran pada tabung floral. Tepalnya yang terjatuh

menimbulkan goresan yang kecil pada ujungnya, seringnya dengan rusuk yang

membujur. Daunnya berselang. Ujung kuncupnya perulate. Beberapa species

memiliki daun yang agak membujur, bentuk yang tidak lazim pada lauraceae.

Terdiri dari 300 species dan kebanyakan berapa di asia tropis.

Page 30: Draf mentah

Sama seperti cryptocarya, bunga pada endiandra juga trimerus dan

bisexual. Stamennya 3 dan 2-locular. Kedua tepalnya sama, dan jarang yang tepal

luarnya lebih kecil dari yang didalam. Buah tidak terlindungi pada anak tangkai,.

Daunnya menyebar , ujung kuncupnya tidak berbarik. Pada beberapa species,

kelenjar dasar pada stamen lebih besar dan menyatu, membentuk cakram disekitar

stamen dan putik.

Tanaman suku lauraceae di indonesia memiliki banyak manfaat dan

kegunaan. Persea gratissima merupakan pohon buah kecil yang telah banyak

dikenal, asli di Amerika tengah, sekarang didapat di semua negara beriklim panas.

Di jawa hanya diimpor salah satu bentuk. Buah yang berwarna hijau pada

umumnya beratnya tidak lebih dari 200 gram, tetapi wigman pernah melihat

eksemplar yang buahnya mencapai berat 700 gram karena pemeliharaan yang

baik. Buah ini harus dipungut, jika buah ini digerakan terdengar suara biji,

kemudian setah dipungut buah dibiarkan beberapa hari agar menjadi lunak. Buah

ini hampir tidak ada rasanya karena hampir tidak ada gulanya, tetapi daging buah

yang praktis tidak berserat dan berwarna hijaudapat menghasilkan bubur yang

halus sekali dengan meremas-remas dan memberikan gula. Pada species phoebe

excelsa, alkaloid pat dapat dipisahkan dari kulit, alkaloida ini beracun untuk katak

dan menyebabkan kejang di bagian anggauta geraak, dan jika diberi dosis tinggi

akan menyebabkan kematian (Heyne, 1987).

Page 31: Draf mentah

KESIMPULAN

1. Herbarium merupakan tempat penyimpanan contoh tumbuhan yang telah

diawetkan, baik secara kering maupun basah yang disebut dengan spesimen

herbarium.

2. Pengelolaan herbarium yang dilakukan terbagi menjadi beberapa tahap yaitu

proses pengumpulan koleksi spesimen dari lapangan, pengepresan spesimen,

database, pendinginan (freezer), pengeplakan (mounting) dan pengeplakan

ulang (remounting) serta penyimpanan spesimen kedalam lemari koleksi.

3. Suku kamfer-kamferan atau Lauraceae adalah salah satu suku anggota

tumbuhan berbunga. Lauracea terdiri dari banyak genus, diantaranya

endiandra, neolitsea, litsea, cassytha, cryptocarya, dan lain lain. Suku ini juga

memiliki manfaar bagi kehidupan manusia.