MAKALAH
PENEGAKAN HUKUM DI INDONESIA
“Ketidakmerataan Hukum Antara Rakyat Kecil Dan Para Petinggi
Di Indonesia”
DISUSUN OLEH :
RIZQA YUNIAR NAQQINI
(B1A014311)
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2014
0
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmat dan karunianya makalah ini dapat diselesaikan tanpa menemui hambatan yang berarti.
Makalah ini membahas tentang “ Ketidakmerataan Hukum Antara Rakyat Kecil dan Para
Petinggi Di Indonesia “. Dalam penyusunan makalah ini, saya mengucapkan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan makalah ini.
Namun penulis sangat menyadari bahwa hasil penyusunan makalah ini jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran serta kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Terimakasih.
Banjarmasin, November 2014
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………..……1
DAFTAR ISI…………………………………………...……………………….2
BAB I:
PENDAHULUAN……………………………………………………….……...3
A.Latar Belakang…………………………………………………..…………… 3
B.Tujuan Penulisan…………………………………………………...…….…… 4
C.Perumusan Masalah…………………………………………………………… 4
BAB II:
PEMBAHASAN…………………………………………………………………5
A. Makna Sila Kelima (Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia)……… 5
B. Kasus-kasus Ketidakmerataan Hukum di Indonesia…………………….…… 6
C. Apa Penyebab Sulitnya Penegakan Hukum di Indonesia…………………….. 9
D. Pentingnya Peran Pemerintah dalam Penegakan Hukum…………...…………11
BAB III:
PENUTUP…………………………………………………………….……,,…..13
A. Kesimpulan…………………………………………………………………....13
B. Kritik dan Saran……………………..………………………………………..14
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………....15
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum merupakan aspek terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan
kelembagaan dan hukum mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam
masyarakat agar tidak terjadi kekacauan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut salah seorang
profesor bidang hukum, R. Soeroso SH mengatakan : pengertian hukum adalah himpunan
peraturan yang dibuat oleh yang berwenang dengan tujuan untuk mengatur tata kehidupan
bermasyarakat yang mempunyai ciri memerintah dan melarang serta mempunyai sifat
memaksa dengan menjatuhkan sanksi hukuman bagi yang melanggarnya.
Undang-Undang Dasar 1945 secara tegas menerangkan dalam pasal 1 ayat (3) UUD1945
perubahan ketiga yang berbunyi “Negara Indonesia adalah Negara hukum”. Artinya,Negara
Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat),tidak
berdasar atas kekuasaan (machstaat), dan pemerintah berdasarkan sistem konsitusi (hukum
dasar), bukan absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas). Dan perwujudan hukum tersebut
terdapat dalam UUD 1945 serta peraturan perundangan di bawahnya. Tetapi kenapa sistem
hukum di negeri ini selalu menjadi topik yang tak bosan-bosannya diperbincangkan dan
selalu membuat masalah. Apakah sistem yang berlaku tidak sesuai dengan karakter bangsa
Indonesia? Apakah para pelaku hukum tidak mengetahui ganjaran setiap tindakan
penyelewengan yang mereka lakukan? Atau apakah ganjaran dari sistem hukum tersebut
yang kurang tegas untuk mengatasi berbagai macam permasalahan tindak pidana? Hukum di
Indonesia yang bisa kita lihat saat ini bisa dikatakan sebagai hukum yang carut marut,
mengapa? Karena dengan adanya pemberitaan mengenai tindak pidana ditelevisi, surat kabar,
dan media elektronik lainnya kita dapat mengambil kesimpulan bahwa hukum di Indonesia
carut marut.
Tujuan adanya hukum adalah untuk mewujudkan ketertiban, ketentraman, kedamaian,
kesejahteraan, dan kebahagiaan dalam tata kehidupan bermasyarakat. Dengan adanya hukum
maka tiap perkara dapat diselesaikan melalui proses pengadilan dengan perantara hakim
berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku, selain itu hukum bertujuan untuk menjaga dan
mencegah agar setiap orang tidak dapat menjadi hakim atas dirinya sendiri maupun orang
lain. Namun bagaimana jika masih banyak masyarakat yang merasa bahwa penegakan hukum
3
di Indonesia belum dijalankan secara adil? Maka dengan ini penulis mengambil judul “
Ketidakmerataan Hukum Antara Rakyat Kecil Dan Para Petinggi Di Indonesia “.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah :
1. Memenuhi tugas pada mata kuliah Pengantar Hukum Indonesia
2. Sebagai bentuk perhatian mahasiswa terhadap masalah penegakan hukum di
Indonesia terhadap rakyat kecil dan para petinggi
3. Suatu usaha untuk meningkatkan kualitas penegakan keadilan hukum di Indonesia
antara rakyat kecil dan para petinggi
4. Membantu dalam membahas dan menanggulangi masalah penegakan hukum
antara rakyat kecil dan para petinggi di Indonesia
5. Dapat mengetahui sistem penegakan hukum yang berlaku di Indonesia.
6. Dapat mengetahui dampak dalam penegakan hukum di Indonesia.
7. Dapat mengetahui kenapa masyarakat tidak puas dengan penegakan hukum
diIndonesia.
C. Perumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini diantaranya :
1. Apa saja masalah yang menyebabkan sulitnya penegakan di Indonesia?
2. Apakah pentingnya peran pemerintah dalam penegakan hukum.
3. Bagaimana keadaan penegakan hukum di Indonesia saat ini?
4. Penegakan hukum dan ketidakpuasan masyarakat terhadap penerapannya.
5. Sistem dan penegakan hukum di Indonesia.
6. Bagaimana terjadinya ketidakadilan hukum yang berkembang dalam masyarakat.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Makna Sila Kelima (Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia)
Inti sila kelima yaitu “keadilan” yang mengandung makna sifat-sifat dan keadaan Negara
Indonesia harus sesuai dengan hakikat adil, yaitu pemenuhan hak dan wajib pada kodrat
manusia. Hakikat keadilan ini berkaitan dengan hidup manusia, yaitu hubungan keadilan
antara manusia satu dengan yang lainnya, dalam hubungan manusia dengan Tuhannya, dan
dalam hubungan hidup manusia dengan dirinya sendiri. Keadilan ini sesuai dengan makna
yang terkandung dalam pengertian sila kedua yaitu “Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab”.
Selanjutnya hakikat adil sebagaimana yang terkandung dalam sila kedua ini terjelma dalam
sila kelima, yaitu memberikan kepada siapapun juga apa yang telah menjadi haknya, oleh
karena itu inti sila keadilan social adalah memenuhi hakikat adil.
Realisasi keadilan dalam praktek kenegaraan secara konkrit, keadilan sosial ini
mengandung cita-cita kefilsafatan yang bersumber pada sifat kodrat manusia monodualis,
yaitu sifat kodrat manusia sebagai individu dan makhluk sosial. Hal ini menyangkut realisasi
keadilan dalam kaitannya dengan Negara Indonesia sendiri (dalam lingkup nasional) maupun
dalam hubungan Negara Indonesia dengan negara lain (lingkup internasional).
Dalam lingkup nasional realisasi keadilan diwujudkan dalam tiga segi (keadilan segitiga),
yaitu :
1. Keadilan distributive, yaitu hubungan keadilan antara negara dengan warganya.
Negara wajib memenuhi keadilan terhadap warganya, yaitu wajib membagi-
bagikan terhadap warganya apa yang telah menjadi haknya.
2. Keadilan bertaat (legal), yaitu hubungan keadilan antara warga negara dengan
negara. Jadi, dalam pengertian keadilan legal ini warga negaralah yang wajib
memenuhi keadilan terhadap negaranya.
3. Keadilan komulatif, yaitu keadilan antara warga negara yang satu dengan yang
lainnya, atau dengan kata lain hubungan keadilan antara warga negara.
Nilai-nilai keadilan tersebut haruslah merupakan suatu dasar yang harus diwujudkan
dalam hidup bersama kenegaraan untuk mewujudkan tujuan negara yaitu mewujudkan
kesejahteraan seluruh warganya serta melindungi seluruh warganya dan seluruh wilayahnya,
5
mencerdaskan seluruh warganya. Demikian pula nilai-nilai keadilan tersebut sebagai dasar
dalam pergaulan antarnegara sesama bangsa di dunia dan prinsip ingin menciptakan
ketertiban hidup bersama dalam suatu pergaulan antarbangsa di dunia dengan berdasarkan
suatu prinsip kemerdekaan bagi setiap bangsa, perdamaian abadi serta keadilan dalam hidup
bersama (keadilan sosial).
B. Kasus-kasus Ketidakmerataan Hukum di Indonesia
Bagaimana hukum di Indonesia? Kebanyakan orang menjawab hukum di Indonesia itu
yang menang yang mempunyai kekuasaan, yang mempunyai uang banyak pasti aman dari
gangguan hukum walau aturan negara dilanggar. Orang biasa yang ketahuan melakukan
tindak pencurian kecil langsung ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Sedangkan seorang
pejabat negara yang melakukan korupsi uang milyaran milik negara dapat berkeliaran dengan
bebasnya.
Kasus ketidakmerataan hukum di Indonesia diantaranya :
Bebasnya Gayus Tambunan, terdakwa kasus penggelapan pajak, melenggang keluar-
masuk Rumah Tahanan Mako Brimob bukanlah peristiwa baru. Ia masih cukup bebas
menghirup udara segar setelah divonis Mahkamah Agung. Ia masih sempat berjudi di
kasino Marina Bay (Singapura), Venetian (Macau), dan Los Angeles. Ia juga pernah
tertangkap kamera wartawan ketika ia menonton pertandingan tenis di Bali. Gayus
juga menyebut mereka yang menjadi tahanan di rutan Mako melakukan hal serupa.
Selepas kejadian mengherankan itu, muncul indikasi kecurigaan terhadap integritas
pemerintah dan hukum di Indonesia. Konon dikatakan sipir penjara disuap sebesar 50
juta rupiah, dalam sekali pelepasan tahanan.
Kasus lain ialah kasus Nazarudin. Tersangka kasus korupsi wisma atlet ASEAN
GAMES ini menghabiskan 6 triliun rupiah kas negara, namun belum diproses secara
formal hingga kini. Masih banyak nama-nama petinggi negara yang disebut, bahkan
akhir-akhir ini ia menyebut nama mantan Presiden RI ikut andil dalam kasus KKN
kelas wahid itu.
Dilanjutkan pada kasus yang tak kalah ironis bagaimana seorang tersangka tipikor
yang merugikan negara Rp 40,75 miliar bernama Syaukani yang merupakan mantan
Bupati Kutai Kartanegara, mendapat grasi dari mantan Presiden SBY dan atas
petimbangan MA masa tahanannya dikurangi tiga tahun karena yang bersangkutan
menderita sakit parah dan berakibat pada bebasnya sang koruptor. Patrialis Akbar
6
yang saat itu menjabat sebagai Menkumham memberikan penjelasan bahwa dasar dari
pemberian grasi tersebut adalah alasan kemanusiaan. Namun Ketika ditanya soal grasi
yang diberikan MA terlalu besar, Patrialis tidak mau berkomentar banyak, beliau
hanya menyatakan itu merupakan keputusan MA dan pemerintah hanya
menjalankannya.
Kesalahan mereka sangat berat dan merugikan banyak orang. Namun, ketika uang
disodorkan pada penegak hukum, segala perkara dapat selesai dengan mudah, semua dapat
diperingan. Apapun namanya mencuri adalah kesalahan dan tidak dapat dibenarkan. Namun
demikian jangan lupa hukum juga mempunyai prinsip kemanusiaan. Bayangkan dengan
kondisi kronis yang dialami rakyat kecil.
Kasus seorang Nenek di Banyumas yang divonis 1,5 bulan kurungan karena
mencuri buah kakao di perkebunan swasta, padahal ia hanya mengambil buah-
buah yang jatuh dari pohon, kemudian hendak dijualnya untuk mencukupi
kebutuhan keluarganya yang mungkin harganya kurang dari 10.000. Namun,
pemilik kebun tidak terima dan melaporkan kejadian itu ke polisi. Sangat miris
ketika melihat seorang nenek tua duduk di depan pengadilan dengan wajah tuanya
dan tatapan kosong. Bahkan untuk datang ke persidangan pun, nenek tersebut
harus meminjam uang sebesar Rp. 30.000,- untuk biaya transportasi karena jarak
pengadilan dari rumah yang memang cukup jauh.
Hal ini sangat ironis karena seorang nenek tua saja bisa menghadiri
persidangannya walaupun harus meminjam uang untuk biaya trasportasi
sedangkan seorang pejabat yang terkena kasus hukum mungkin banyak yang
mangkir dari panggilan pengadilan dengan alasan sakit yang dibuat-buat atau
alasan lainnya, seperti kasus korupsi kelas kakap.
Kasus suami istri asal Bojonegoro yang mencuri pisang divonis 3,5 bulan dan
tidak ada kebijakan yang lebih rendah lagi. Sedangkan para koruptor yang
mencuri uang negara milyaran terkadang banyak memanfaatkan uangnya untuk
memperoleh kurungan yang tidak setimpal dengan apa yang mereka lakukan,
disitu pula banyak mafia hukum yang memanfaatkan para koruptor yang memiliki
uang untuk dijadikan alasan supaya mereka dapat memperoleh kurungan yang
lebih sedikit dibandingkan dengan Undang-undang yang telah di tetapkan. Semua
7
harus berdasarkan pancasila dan Undang-Undang karena negara Indonesia
memiliki hukum yang berlaku dan harus dilaksanakan.
Kasus kecelakaan maut anak Menko Perekonomian Hatta Rajasa , Rasyid Rajasa
dengan kasus loncatnya mahasiswi Universitas Indonesia Annisa Azward (20)
dari angkot Jamalbin Samsuri(37).Yang mengherankan adalah soal penahanan.
Sejak kejadian, Jamal langsung ditahan di Unit Lantas Daan Mogot, Jakarta Barat.
Hasil pemeriksaan belum ditemukan adanya unsur kriminalitas, seperti percobaan
perampokan,pemerkosaan dan penculikan. Dugaan sementara mahasiswi semester
empat itu nekat loncat karena ketakutan.Jika memang dalam perjalanan ditemukan
unsur pidana, tentu Jamal harus dihukum dengan ketentuan yang berlaku. Kini
polisi sudah menetapkan Jamal sebagai tersangka, dengan dijerat pasal 283 Jo
Pasal 310 ayat (3) UU Lalu Lintas, yang mengakibatkan hilangnya nyawa orang
dan diancam hukuman 5 tahun penjara. Selain itu, Jamal juga bisa dijerat dengan
UU Lalu Lintas karena membawa angkot diluart rayek.Jika menengok kasus
Jamal tentu tak seberat dengan Rasyid. Putra bungsu Hatta Rajasa itu pada 1
Januari silam, mengemudikan mobil BMW dengan kecepatan tinggi lalu
menabrak mobil Luxio di Tol Jagorawi. Dalam kecelakaan tersebut dua orang
meninggal. Memang Rasyid sudah menjadi tersangka, tapi diistimewakan. Rasyid
dijerat pasal 283, 287 dan 310 UU Lalu Lintas No 22 Tahun 2009, dengan
ancaman hukuman 6 tahunpenjara.Setelah kejadian, polisi tidak menahan pria
yang menimba ilmu di London, Inggris itu dengan alasan trauma, dan pihak
keluarga memberi jaminan Rasyid akan kooperatif.Ternyata Rasyid kembali
mendapat perlakuan khusus. Saat pelimpahan berkas tahap kedua dari Polda
Metro Jaya ke Kejaksaan Negeri Jakarta Timur, Rasyid tidak ditahan.
C. Apa Penyebab Sulitnya Penegakan Hukum di Indonesia?
Sebenarnya apakah masalah yang menyebabkan sulitnya penegakan hukum di Indonesia?
Jika dikaji secara mendalam terdpat beberapa factor sulitanya penegakan hukum di Indonesia
yaitu:
1. Lemahnya “politic will” dan “politic action” para pemimpin Negara.
Dimana supermasi hukum masih sebatas retrorika dan jargon-jargon politik belaka
yang bergaung ketika kampanye tanpa bukti yang pasti.
8
2. Campur tangan politik
Seharusnya hukum tidak bisa dicampur adukan dengan politik. Hukum tidak bisa
pandang bulu siapapun itu yang terlibat di dalamnya harus benar-benar diganjar
hukuman sesuai perbuatannya tanpa melihat siapa dan apa kedudukannya di Negara
ini.
3. Kedewasaan Berpolitik
Berbagai sikap yang diperlihatkan oleh partai politik saat kadernya terkena kasus
politik sesungguhnya memperlihatkan ketidak dewasaan para elit politik di Negara
hukum ini. Sikap kooperatif dan transparansi dalam penegakan hukum dianak
tirikan, sedangkan politik pencitraan diutamakan agar tetap eksis di hadapan
masyarakat.
4. Peraturan perundangan yang lebih berpihak kepada kepentingan penguasa
dibandingkan kepentingan rakyat.
Hal ini dapat terliahat jelas terhadap hukuman yang diberikan kepada para penguasa
yang terjerat kasus korupsi hanya diberikan hukuman yang ringan padahal mereka
sangat merugikan Negara, sedangkan rakyat kecil yang melakukan kesalahan
dikarenakan kemiskinan yang menjerat mereka dihukum dengan berat tanpa adanya
perikemanusiaan.
5. Rendahnya integritas moral, kredibilitas, profesionalitas dan kesadaran hukum
aparat penegak hukum dalam menegakan hukum.
Moral yang ada di beberapa aparat penegak hukum di Indonesia saat ini bisa
dikatakan sangat rendah. Mereka dapat dengan mudahnya disuap oleh para
tersangka agar mereka bisa terbebas atau paling tidak mendapat hukuman yang
rendah dari kasus hukum yang mereka hadapi. Padahal para aparat ini telah
disumpah saat ia memangkuh jabatannya sebagai penegak hukum. Terjadi
pelanggaran moral ini kerena kebutuhan ekonomi yang terlalu berlebihan dibanding
kebutuhan psikis yang seharusnya sama. Hakikat manusia adalah makhluk budaya
yang menyadari bahwa yang benar , yang indah dan yang baik adalah keseimbangan
antara kebutuhan ekonomi dan kebutuhan psikhis dan inilah yang menjadi tujuan
hidup manusia. Kebahagiaan jasmani dan kebahagiaan rohani tercapai dalam
keadaan seimbang artinya perolehan dan pemanfaatan harta kekayaan terjadi dalam
suasana tertib, damai dan serasi (nilai etis, moral).
9
6. Faktor Sosial Masyrakat
Penegakan hukum berasal dari masyarakat, dan bertujuan untuk masyarakat. Oleh
karena itu, masyarakat mempunyai pengaruh dalam proses penegakan hukum.
Tetapi masyarakat Indonesia cenderung menyerahkan semuanya terhadap para
aparat tanpa adanya pengawasan. Akibatnya, baik buruknya hukum selalu dikaitkan
dengan pola perilaku para penegak hukum. Padahal proses peradilan bukan hanya
tentang pasal-pasal melainkan proses perilaku masyarakat dan berlangsung dalam
struktur social tertentu.
7. Ekonomi
Faktor ekonomi juga sangat mempengaruhi penegakan hukum di Indonesia, antara
lain:
1. Penghasilan kurang mencukupi kebutuhan hidup,
2. Kebutuhan hidup yang mendesak,
3. Gaya hidup konsumtif dan materialistis,
5. Rendahnya gaji PNS,
6. Sikap mental pegawai yang ingin cepat kaya dengan cara yang tidak halal.
D. Pentingnya Peran Pemerintah dalam Penegakan Hukum
Pemerintah bertanggung jawab penuh untuk mengelola wilayah dan rakyatnya untuk
mencapai tujuan dalam bernegara. Bagi Indonesia sendiri, pernyataan tujuan bernegara
sudah dinyatakan dengan tegas oleh para pendirinegara dalam Pembukaan UUD1945,Di
antaranya:melindungi bangsa dan memajukank esejahteraan umum.
Bukan hanya pernyataan tujuan bernegara Indonesia, namun secara mendasar pun
gagasan awal lahirnya konsep negara, pemerintah wajib menjamin hak asasi warga
negaranya. Memang, dalam teoripemisahan kekuasaan cabang kekuasaan negara mengenai
penegakan hukum dipisahkan dalam lembaga yudikatif.Namun lembaga eksekutif tetap
mempunyai tanggung jawab karena adanya irisan kewenangan dengan yudikatif serta
legislatif dalam konteks checks and balances dan kebutuhan pelaksanaan aturan hukum
dalam pelaksanaan wewenang pemerintahan sehari-hari.
Tidak hanya tanggung jawab, pemerintah pun punya kepentingan langsung untuk
menciptakan kondisi yang kondusif dalam menjalankan pemerintahannya. Birokrasi dan
pelayanan masyarakat yang berjalan dengan baik, serta keamanan masyarakat. Dengan
10
adanya penegakan hukum yang baik, akan muncul pula stabilitas yang akan berdampak
pada sektor politik dan ekonomi. Menjadi sebuah penyederhanaan yang berlebihan bila
dikatakan penegakan hukum hanyalah tanggung jawab dan kepentingan lembaga yudikatif.
Sama sekali tidak bisa dilupakan adanya dua institusi penegakan hukum lainnya yang
berada di bawah lembaga eksekutif, yaitu Kepolisian dan Kejaksaan. Penegakan hukum
bukanlah wewenang Mahkamah Agung semata. Dalam konteks keamanan masyarakat dan
ketertiban umum, Kejaksaan dan Kepolisian justru menjadi ujung tombak penegakan
hukum yang penting karena ia langsung berhubungan dengan masyarakat. Sementara itu,
dalam konteks legal formal,sehingga saat ini pemerintah masih mempunyai suara yang
sigifikan dalam penegakan hukum.
Evolusi masyarakat hingga menjadi organisasi negara melahirkan konsep tentang adanya
hukum untuk mengatur institusi masyarakat. Karenanya, ada asumsi dasar bahwa adanya
kepastian dalam penegakan hukum akan mengarah kepada stabilitas masyarakat. Dan
memang, selama hukum masih punya nafas keadilan, walau terdengar utopis, kepastian
hukum jadi hal yang didambakan. Sebab melalui kepastian inilah akan tercipta rasa aman
bagi rakyat. Kepastian bahwa kehidupan dijaga oleh negara, kepentingannya dihormati, dan
kepemilikan yang diraihnya dilindungi.
Bagi Indonesia sendiri, penegakan hukum bukan cuma soal mendorong perbaikan
politik dan pemulihan ekonomi. Harus disadari bahwa penegakkan hukum justru
merupakan ujung tombak proses demokratisasi. Sebabnya, melalui penegakan hukum ini
Indonesia dapat secara konsisten memberantas korupsi yang sudah mengakar dengan kuat
di berbagai sektor, menjalankan aturan-aturan main dalam bidang politik dan ekonomi secara
konsisten. Dengan penegakan hukum yang konsisten dan tegas, pemulihan ekonomi dan
tatanan politik juga bisa didorong percepatannya.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari kasus yang terjadi di Indonesia dapat disimpulkan bahwa di Indonesia terjadi
ketidakadilan hukum antara pihak yang lemah dengan pihak yang kuat. Hal ini terjadi karena
kurang tegasnya penegak hukum dalam menjalankan tugasnya, sehingga menyebabkan
semakin lama kejahatan semakin meningkat di indonesia dan pihak yang lemah selalu di
rugikan.Ketidakadilan hukum Indonesia niscaya telah memperburuk citra diri bangsa yang
memang sudah rusak, sekaligus menjajah bangsa sendiri.
Masalah penegakan hukum di Indonesia merupakan masalah yang sangat serius dana kan
terus berkembang jika unsur di dalam sistem itu sendiri tidak ada perubahan, tidak ada
reformasi di bidang itu sendiri. Karakter bangsa Indonesia yang kurang baik merupakan
factor utama dari segala ketidaksesuaian pelaksanaan hukum di negari ini. Perlu ditekankan
sekali lagi, walaupun tidak semua penegakan hukum di Indonesia tidak semuanya buruk,
namun keburukan penegakan ini seakan menutupi segala keselarasan hukum yang berjalan di
mata masyarakat. Begitu banyak kasus-kasus hukum yang silih berganti dalam kurun waktu
relative singkat, bahkan bersamaan kejadiaannya. Perlu ada reformasi yang sebenarnya,
karena permasalahan hukum ini merupakan permasalahan dasar suatu Negara, bagaimana
masyarakat bisa terjamin keamanannya atau bagaimana masyarakat bisa merasakan keadilan
yang sebenarnya, hukum lah yang mengatur semua itu, dan perlu digaris-bawahi bahwa
hukum sebenarnya telah sesuai dengan kehidupan masyarakat, tetapi pihak-pihak yang ingin
mengambil keuntungan baik pribadi maupun kelompok merupakan penggagas segala
kebobrokan hukum di negeri ini. Perlu banyak evaluasi-evaluasi yang harus dilakukan, harus
ada penindaklanjutan yang jelas mengenai penyelewengan hukum yang kian hari kian
menjadi. Perlu ada ketegasan tersendiri dan kesadaran yang hierarki dari individu atau
kelompok yang terlibat di dalamnya. Merupakan karekteristik yang harus tertanam dalam diri
pribadi ataupun kelompok kepentingan. Kita harus malu dengan Undang-Undang, dengan
pendiri bangsa yang rela menumpahkan darah demi memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia, kita harus menghargai semua perjuangan itu dengan hal yang tidak dapat membuat
negeri ini malu di mata masyarakat ini sendiri bahkan dunia luar. Bangsa yang besar tidak
hanya berdasarkan luasan wilayahnya ataupun betapa banyaknya jumlah penduduk, tetapi
12
dengan menghargai perjuangan para pahlawan terdahulu dengan menjalankan ketentuan
hukum yang berlaku demi terciptanya keamanan, ketentraman dan kesejahteraan masyarakat.
Itulah sekelumit masalah penegakan hukum di Indonesia yang belum dijalankan secara
adil. Perkembangan penegakan hukum di Indonesia masih jauh dari harapan dan masih
terdapat kekurangan-kekurangan dalam mewujudkan negara hukum di Indonesia. Karena
tidak dijalankan sesuai prinsip Rule Of Law yang menuntut peraturan hukum dijalankan
secara adil dan melindungi hak-hak sosial dan politik dari pelanggaran yang dilakukan baik
warga maupun penguasa.
B. Kritik dan Saran
Perlu banyak evaluasi-evaluasi yang harus dilakukan, harus ada penindaklanjutan yang
jelas mengenai penyelewengan hukum yang kian hari kian menjadi. Perlu ada ketegasan
tersendiri dan kesadaran yang hierarki dari individu atau kelompok yang terlibat di
dalamnya.Perlu ditanamkan mental yang kuat, sikap malu dan pendirian iman dan takwa
yang sejak kecil harus diberikan kepada kader-kader pemimpin dan pelaksana aparatur
Negara ataupihak-pihak berkepentingan lainnya. Karena baik untuk hukum Indonesia, baik
pula untuk bangsanya dan buruk untuk hukum di negeri ini, buruk pula konsekuensi yang
akan diterimaoleh masayarakat dan Negara.Jadi, penerapan dalam pasal 1 ayat (3) UUD 1945
perubahan ketiga yang berbunyi“Negara Indonesia adalah Negara hukum”, harus
dilaksanakan, karena sudah demikian ketetapan itu berlaku.
13
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Kaelan, M.S. “Pendidikan Pancasila”. 2014. Penerbit : Paradigma Yogyakarta
Prof. Sudarto, S.H. “Hukum Pidana”. 2006. Penerbit : Alumni Bandung
Nita Arbiyanti. “UUD 1945 dan Amandemen”. Penerbit : Buku Pintar
Rodlial Ramdhan T.A. “Penegakan Hukum di Indonesia”. Diakses dalam
(http://rodlial.blogspot.com/2014/02/penegakan-hukum-di-indonesia.html)
Anonim. 2012 “Bagaimana Hukum di Indonesia”. Diakses dalam (http://hukum-
on.blogspot.com/2012/06/bagaimana-hukum-di-indonesia.html)
Syahranuddin ,S.H “Penegakan Hukum di Indonesia”. Diakses dalam
(http://referensimahasiswafh.wordpress.com/2013/06/01/penegakan-hukum-di-indonesia/)
Ali Septiansyah.“Ketidakadilan Hukum di Indonesia”. Diakses dalam
(https://aliseptiansyah.wordpress.com/2013/05/07/ketidakadilan-hukum-di-indonesia/)
Atikoh.“KetidakadilanHukumdiIndonesia”.Diakses dalam
(http://research.amikom.ac.id/index.php/STI/article/viewFile/6613/4931)
14
Top Related