0
Kumpulan Esai Laskar LiSEnsi Vol. 1 / Maret 2014
DIVISI RISET LISENSI UIN JAKARTA
Kumpulan Esai Laskar LisEnSi
Vol. 1 / Maret 2014
1
Kumpulan Esai Laskar LiSEnsi Vol. 1 / Maret 2014
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahi robbil 'alamin. Segala puji hanya milik Allah SWT atas segala nikmat, rahmat dan
karunia-Nya yang tak terhingga sehingga cetakan perdana Kumpulan Esai Laskar LiSEnSi UIN Jakarta
berhasil rilis untuk pertama kalinya.
Kumpulan esai ini merupakan salah satu program kerja dari Divisi Riset LiSEnSi UIN Jakarta yang
bertujuan untuk mengembangkan budaya menulis dan berfikir ilmiah kritis terutama untuk para pengurus
LiSEnSi itu sendiri. Metode penulisan kumpulan essai ini ialah dengan mewajibkan 5 orang pengurus
LiSEnSi yang dipilih secara random setiap edisinya untuk menulis esai. Kumpulan Essai ini ditujukan untuk
seluruh akademisi yang bergelut dalam bidang ekonomi syariah. Semoga dengan adanya kumpulan esai ini
bisa mendorong kemauan kita semua untuk menulis.
Dalam edisi perdana kali ini, temanya adalah tentang Zakat, dikupas tuntas dengan dibagi kedalam 5
sub tema yang insyaAllah akan memperkaya khasanah keilmuan kita terhadap Zakat, yang dimana zakat ialah
salah satu dari rukun islam. Zakat adalah ukuran atau kadar harta tertentu yang harus dikeluarkan oleh
pemiliknya untuk diserahkan kepada golongan atau orang-orang yang berhak menerimanya dengan syarat-
syarat tertentu. Allah memerintahkan umat Islam untuk membayar zakat adalah agar harta yang dimilikinya
menjadi bersih dan suci. Karena kalau tidak dibayarkan zakatnya, harta yang dimiliki menjadi kotor dan
haram karena tercampur hak orang lain yang dititipkan kepada orang yang berhak mengeluarkan zakat.
Ucapan terimakasih kepada seluruh pengurus Divisi Riset LiSEnSi yang mampu menyukseskan edisi
perdana dari Kumpulan Essai Laskar LiSEnSi. Harapan kami dengan adanya Kumpulan Essai Laskar
LiSEnSi ini dapat memberikan inspirasi, menambah khasanah keilmuan, dan juga mampu mendorong kita
semua untuk lebih bersemangat untuk menulis karya tulis ilmiah, terutama dibidang ekonomi syariah.
Tiada gading yang tak retak andaipun retak jadikanlah sebagai ukiran, begitupun dengan Kumpulan
Esai ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu melalui kata pengantar ini kami
sangat terbuka menerima kritik serta saran yang membangun sehingga secara bertahap penulis dapat
memperbaikinya.
Namun demikian kami sangat berharap kiranya Kumpulan Essai ini dapat memberikan manfaat dan
kontribusi yang besar terhadap perkembangan zakat khususnya pengaruhnya di Indonesia. Semoga eksistensi
zakat di Indonesia selalu mengalami perkembangan dan memberikan dampak positif untuk seluruh umat
islam di Indonesia, khusunya untuk pemberdayaan dan pengembangan Ekonomi untuk mensejahterakan
Umat. Aamiin Yaa Rabbal Alamin.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Dari Kami
Abdul latief
fathi
Ketua LiSEnSi
@solatip
2
Kumpulan Esai Laskar LiSEnsi Vol. 1 / Maret 2014
DAFTAR ISI
Dari Kami ...................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ................................................................................................... 2
IMPLEMENTASI KETEGASAN KHALIFAH ABU BAKAR DALAM
MEMUNGUT ZAKAT TERHADAP BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL
DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Oleh : Nidaul Hasanah ..................................................................................... 3
EKSISTENSI ZAKAT DI ZAMAN MODERN PENGELOLAAN
PROFESIONAL DEMI PEMANFAATAN MAKSIMAL
Oleh : Ramadan ................................................................................................ 8
SINERGISITAS ZAKAT DAN PAJAK UNTUK MENSEJAHTERAKAN
MASYARAKAT
Oleh : Dina Fadhillah ..................................................................................... 19
SINERGISITAS BAZNAS DAN LAZ DALAM OPTIMALISASI
PENGUMPULAN DAN PENDAYAGUNAAN ZAKAT PASCA
DIBERLAKUKANNYA UU NO. 23 TAHUN 2011
Oleh : Ika Yulita ............................................................................................ 27
file:///D:/Riset%20Lisensi/Kumpulan%20Esai%20Laskar%20LiSEnsi/Maret%202014/fix%20.docx%23_Toc384285586
3
Kumpulan Esai Laskar LiSEnsi Vol. 1 / Maret 2014
IMPLEMENTASI KETEGASAN KHALIFAH ABU BAKAR
DALAM MEMUNGUT ZAKAT TERHADAP BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL
DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Oleh : Nidaul Hasanah (Wk. Koordinator Div. Keilmuan) 1
I. Pendahuluan
Setiap muslim diwajibkan memberikan sedekah dari rezeki yang dikaruniakan Allah S.W.T. Kewajiban ini
tertulis di dalam Alquran. Pada awalnya, Alquran hanya memerintahkan untuk memberikan sedekah (pemberian
yang sifatnya bebas, tidak wajib). Namun, pada kemudian hari, umat Islam diperintahkan untuk membayar zakat.
Zakat menjadi wajib hukumnya sejak tahun 662 M. Nabi Muhammad SAW melembagakan perintah zakat ini
dengan menetapkan pajak bertingkat bagi mereka yang kaya untuk meringankan beban kehidupan mereka yang
miskin. Sejak saat ini, zakat diterapkan dalam negara-negara Islam. Hal ini menunjukan bahwa pada kemudian hari
ada pengaturan pemberian zakat, khususnya mengenai jumlah zakat tersebut.2
Zakat sebagai rukun Islam merupakan kewajiban setiap muslim yang mampu membayarnya dan
diperuntukkan bagi mereka yang berhak menerimanya. Zakat merupakan sumber dana potensial yang dapat
dimanfaatkan untuk memajukan kesejahteraan umum bagi seluruh masyarakat. Untuk memberikan perbaikan
pengelolaan zakat yang baik, pemerintah Indonesia mengamandemen Undang-Undang No. 38 Tahun 1999
Tentang Pengelolaan Zakat menjadi Undang-Undang No. 23 Tahun 2011.3 Adanya perubahan Undang-
undang ini tidak menimbulkan efek yang besar bagi perekonomian Indonesia. Menurut data Badan Amil
Zakat Nasional (Baznas), jumlah mustahik atau penerima zakat saat ini mencapai 1,8 juta orang. Jumlah itu
masih terlalu sedikit dibanding jumlah masyarakat miskin di Indonesia. Sedangkan, dari data IMZ, persentase
kemanfaatan zakat untuk mengentaskan kemiskinan hanya 2,7 persen di Indonesia. Jumlah ini sangat kecil
sekali dibanding unsur pengentasan kemiskinan lain.4 Bahkan dalam KOMPAS.com di Muarabungo, Jambi.
Sebagian dari 30 anggota DPRD Kabupaten Bungo, Jambi, masih malas membayar zakat melalui badan amil
zakat daerah, kata Sekretaris Bazda Muarabungo Ismail. Ketika ditanya tentang partisipasi anggota DPRD
1 Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2 http://id.wikipedia.org/wiki/Zakat
3 Miftahul Ulum, Skripsi pengelolaan zakat dalam pasal 18 ayat (2) uu no. 23 tahun 2011 (studi respon lembaga
pengelola zakat di kota yogyakarta), Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 4 Baznas
http://id.wikipedia.org/wiki/Alquranhttp://id.wikipedia.org/wiki/Nabi_Muhammad_SAW
4
Kumpulan Esai Laskar LiSEnsi Vol. 1 / Maret 2014
dalam membayar zakat, Sabtu (4/9/2010), ia menjelaskan, dari data yang ada, anggota DPRD yang
menyalurkan zakat melalui Bazda tidak mencapai separuh dari jumlah yang ada.
Data diatas menunjukkan bahwa kurangnya tingkat kesadaran masyarakat dalam berzakat. Selain itu Kurangnya
keseriusan Pemerintah dalam hal zakat hal ini dibuktikan dengan Kementerian Agama yang lebih mengedepankan
pengelolaan Urusan Haji ketimbang zakat yang lebih berpotensi untuk kemaslahatan umat secara luas. 5 Jika kita
melihat potensi zakat di Indonesia yang hasilnya bisa mencapai 217 triliun, tentunya sangatlah mencengangkan.
Potensi zakat ini merupakan angka tertinggi diantara negara-negara Islam, bahkan dunia. Padahal diketahui bahwa
Negara Indonesia merupakan negara yang mayoritas pendudukannya muslim dengan jumlah 220 juta muslim (87%
Penduduk)6. Harusnya ini menjadi potensi yang besar bagi Perekonomian Indonesia.
II. Pembahasan
i. Zakat Pada Masa Abu Bakar
Belajar dari kisah khulafaurasyidin salah satunya yaitu Khalifah Abu Bakar Ar-Shidiq yang dalam usahanya
meningkatkan kesejahteraan umat Islam, Khalifah Abu Bakar Shiddiq melaksanakan kebijakan ekonomi seperti
yang telah dipraktekkan Rasulullah SAW. Beliau sangat memperhatikan keakuratan penghitungan zakat, sehingga
tidak terjadi kelebihan atau kekurangan pembayarannya. Dalam hal ini, Abu Bakar pernah berkata kepada Anas :
Jika seseorang mempunyai kewajiban untuk membayar zakat berupa seekor unta betina berumur 1 tahun tetapi
dia tidak mempunyainya lalu menawarkan seekor unta betina berumur 2 tahun, maka hal demikian dapat diterima
dan petugas zakat akan mengembalikan kepada orang tersebut sebanyak 20 dirham atau 2 ekor domba sebagai
kelebihan dari pembayaran zakatnya. 7
Kemudian hasil pengumpulan zakat tersebut dijadikan sebagai pendapatan negara dan disimpan dalam
Baitul Mal yang langsung didistribusikan seluruhnya kepada kaum Muslimin sampai habis. Dalam
mendistribusikan harta Baitul Mal tersebut, Abu Bakar menerapkan prinsip kesamarataan dengan memberikan
jumlah yang sama kepada semua sahabat Rasulullah SAW dan tidak membeda-bedakan antara sahabat yang
terlebih dahulu memeluk Islam dengan sahabat yang belakangan, antara hamba dengan orang merdeka, dan antara
pria dan wanita. Menurutnya, dalam hal keuta
Top Related