DISERTASI
MODEL PENDAMPINGAN IBU HAMIL DAN KELUARGA UNTUK ANTENATAL CARE
(STUDI INTERVENSI DI DAERAH PESISIR KOTA PALU)
THE SUPPORTING MODEL FOR PREGNANT MOTHERS
AND THEIR FAMILIES IN AN ANTENATAL CARE (A STUDY OF INTERVENTION IN THE COASTAL OF PALU
CITY)
KETUT SUARAYASA
P1000314007
PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS KESEHATAN MASAYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN TAHUN 2017
DISERTASI
MODEL PENDAMPINGAN IBU HAMIL DAN KELUARGA UNTUK ANTENATAL CARE
(STUDI INTERVENSI DI DAERAH PESISIR KOTA PALU)
Disertasi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Doktor
Program Studi Kesehatan Masyarakat
Disusun dan diajukan oleh :
KETUT SUARAYASA P1000314007
Kepada
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN PRA PROMOSI
DISERTASI
MODEL PENDAMPINGAN IBU HAMIL DAN KELUARGA UNTUK ANTENATAL CARE
(STUDI INTERVENSI DI DAERAH PESISIR KOTA PALU)
Disusun dan diajukan oleh
KETUT SUARAYASA
P1000314007
Menyetujui
Komisi Penasihat
Prof. Dr. dr. H. Muh. Syafar, MS
Promotor
Dr. Masni, Apt.,MSPH Dr. Nurhaedar Jafar, Apt.,M.Kes
Ko Promotor Ko Promotor
Ketua Program Studi S3
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Prof. dr. Veni Hadju, M.Sc.,Ph.
LEMBAR PERSETUJUAN
Yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : Ketut Suarayasa
Nomor Mahasiswa : P1000314007
Program Studi : Kesehatan Masyarakat
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa disertasi yang saya tulis ini
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian
hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan
disertasi ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut.
Makassar, Juli 2017 Yang membuat pernyataan,
Ketut Suarayasa P1000314007
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
perkenan-Nya jua maka saya dapat menyelesaikan disertasi ini. Pertama-
tama saya haturkan ucapan terima kasih setulus-tulusnya kepada
keempat orang tua saya : ayahanda Ketut Suradnya dan Benyamin Tetu,
A.Md.Kep serta ibunda Ketut Sukrawi dan Christina Paembonan. Mereka
demikian tulus memberikan dorongan moril sehingga proses pendidikan
sampai pada penyusunan disertasi ini bisa diselesaikan dengan baik.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Prof.Dr.dr. H.Muh.
Syafar, MS selaku Promotor yang telah banyak memberikan ide, arahan,
serta bersedia meluangkan waktu ditengah-tengah kesibukannya untuk
melihat langsung jalannya penelitian pada awal dan akhir pelaksanaan.
Kepada Dr. Masni, Apt.,MSPH dan Dr. Nurhaedar Jafar, Apt.,M.Kes
selaku Co-promotor yang telah memberikan saran, masukan serta
motivasi yang sangat membantu dalam proses penyelesaian disertasi ini.
Ucapan terima kasih kepada Dr. Evi Martha, M.Kes selaku penguji
eksternal atas segala saran dan idenya serta bersedia menyisihkan waktu
untuk berkomunikasi lewat media yang ada. Kepada Dr. Muhammad
Farid, M.Si atas segala saran, ide serta koreksinya sehingga disertasi ini
menjadi lebih baik.
Ucapan terima kasih kepada Dr.dr. Citrakesumasari, M.Kes, Sp.GK
dan Dr. Suriah, SKM, M.Kes selaku penguji yang telah banyak
memberikan saran, ide, dan telaah kritis sehingga disertasi ini menjadi
lebih baik.
Terima kasih saya haturkan kepada Rektor Universitas Hasanuddin,
Prof.Dr.Dwia Aries Tina Pulubuhu, M.A serta Prof.Dr.Syamsul Bachrie,
SH.,M.H selaku Direktur Pascasarjana Universitas Hasanuddin yang telah
memberi kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikan pada
Pascasarjana Universitas Hasanuddin.
Terima kasih saya haturkan kepada Prof.Dr.drg.Andi Zulkifli
Abdullah, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat yang
telah memberi kesempatan untuk mengikuti pendidikan pada program
studi S3 Fakultas Kesehatan Masyarakat UNHAS serta Prof.dr.Veni
Hadju,Ph.D selaku Ketua Program Studi S3 Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin yang senantiasa bersedia
menyisihkan waktu untuk berkomunikasi dengan mahasiswa S3 guna
mencari solusi terbaik dalam menyelesaikan proses pendidikan S3 ini.
Ucapan terima kasih kepada Rektor Universitas Tadulako
Prof.Dr.Muhammad Basir,MS serta Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Tadulako Dr.dr.H.Mansyur Romi,PA(K) yang
memberikan ijin kepada saya untuk melanjutkan studi S3 di Universitas
Hasanuddin serta senantiasa memberikan dukungan moril agar saya bisa
menyelesaikan studi S3 ini dengan baik.
Demikian pula saya haturkan terima kasih kepada Kepala Dinas
Kesehatan Kota Palu, Direktur Wahana Visi Indonesia wilayah Palu, Ketua
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat FKIK Universitas Tadulako,
teman-teman relawan Komunitas Peduli Kesehatan Ibu dan Anak, teman-
teman Kepala Puskesmas, bidan, kader posyandu, ibu hamil, serta anak-
anakku mahasiswa Kesehatan Masyarakat yang telah banyak membantu
penelitian ini sehingga bisa disusun menjadi sebuah disertasi. Terima
kasih juga saya ucapkan buat teman-teman dosen pada Program Studi
Pendidikan Dokter (PSPD) dan Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat (PSIKM) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Tadulako atas segalan dukungan morilnya.
Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada sahabat-
sahabatku mahasiswa program studi S3 Fakultas Kesehatan Masyarakat
angkatan 2014 atas dukungan moril dan motivasinya. Meski terkadang
lelah dan putus asa, tapi selalu diantara kita saling mengingatkan untuk
terus bergerak, menyelesaikan setiap tahap dari proses pendidikan ini.
Terima kasih juga saya sampaikan kepada Irma selaku staf pada program
studi S3 Fakultas Kesehatan Masyarakat yang telah membantu proses
administrasi perkuliahan dengan baik.
Akhirnya, terima kasih tak terhingga kepada istri tercinta Bertin Ayu
Wandira, SKM, M.Kes yang dengan sabar mendampingi, memberi
motivasi, dan membantu dengan do’a nya yang tulus untuk kelancaran
studi ini. Terima kasih untuk anak-anakku tercinta, sumber inspirasi dan
telaga rasa hausku : Luh Ayu Febina Aryanthi Dewi, S.Ked, Ni Made Ayu
Sanjivani Aryanthi Dewi, Nyoman Bagus Saputra Aryanta Dewa serta
Ketut Bagus Laksmana Aryanta Dewa.
Terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan
satu persatu atas segala bantuan dan dukungannya. Semoga Tuhan Yang
Maha Kuasa bisa membalas budi baiknya.
Akhirnya, semoga disertasi ini dapat membawa manfaat untuk kita
semua, khususnya bagi kesehatan ibu dan anak.
Makassar, Juli 2017
Ketut Suarayasa
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ......................................................................... I
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................
HALAMAN PERSETUJUAN ...........................................................
PERNYATAAN KEASLIAN DISERTASI .........................................
Ii
iii
iv
KATA PENGANTAR .......................................................................
ABSTRAK .......................................................................................
ABSTRACT .....................................................................................
V
vi
vii
DAFTAR ISI ....................................................................................
DAFTAR TABEL .............................................................................
Viii
Ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................... X
DAFTAR SINGKATAN .................................................................... Xi
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................... Xii
A. Latar Belakang .............................................................
B. Rumusan Masalah .......................................................
C. Pertanyaan Penelitian ..................................................
D. Tujuan Penelitian .........................................................
1. Tujuan Umum ........................................................
2. Tujuan Khusus .......................................................
E. Manfaat Penelitian .......................................................
1
7
10
11
11
12
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................
A. Kehamilan ................................................................... 14
1. Pengertian ...............................................................
2. Perubahan Tubuh ...................................................
3. Perubahan Psikologis pada Ibu Hamil ....................
4. Pengawasan Wanita Hamil .....................................
B. Antenatal Care ............................................................
1. Pengertian Antenatal Care ......................................
2. Tujuan Pelaksanaan ANC ......................................
3. Antenatal Care Terpadu .........................................
4. Standar Pelayanan .................................................
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Antenatal Care .
C. Pendampingan Ibu Hamil dan Keluarga
1. Latar belakang Pendampingan .............................
2. Tujuan Pendampingan .........................................
3. Perubahan Perilaku ..............................................
4. Determinan Perilaku .............................................
5. Komunikasi Perubahan Perilaku melalui
Pendampingan ......................................................
D. Kolaborasi Lintas Sektor .............................................
1. Latar belakang ........................................................
2. Pengertian Kerjasama Lintas Sektor ......................
3. Pentingnya Kerjasama Lintas Sektor ......................
4. Model-model Kerjasama Lintas Sektor ...................
5. Mother Support Group ............................................
15
16
18
19
20
21
24
27
29
30
33
37
39
41
41
43
44
46
52
47
E. Wilayah Pesisir ............................................................
1. Pengertian ...............................................................
2. Batas Batas Wilayah Pesisir ...................................
3. Karakteristik Masyarakat Pesisir .............................
4. Masyarakat Pesisir di Kota Palu ..............................
F. Model Komunikasi Kesehatan untuk Antenatal Care ..
G. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep Penelitian ......
1. Kerangka Teori ......................................................
2. Kerangka Konsep ..................................................
H. Hipotesis ...................................................................
I. Definisi Operasional ....................................................
52
53
55
57
57
64
64
65
65
BAB III. METODE PENELITIAN ....................................................
A. Desain Penelitian ........................................................
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................
1. Lokasi Penelitian .................................................
2. Waktu Penelitian ...................................................
C. Populasi dan Sampel ..................................................
1. Populasi ..................................................................
2. Sampel ...................................................................
3. Pendamping ..........................................................
D. Kontrol Kualitas ..........................................................
E. Pengumpulan, Pengolahan, dan Analisa Data ..........
69
70
71
72
72
73
76
78
1. Pengumpulan Data ................................................
2. Pengolahan Data ...................................................
3. Analisis Data ...........................................................
4. Alur Penelitian .........................................................
81
82
83
85
BAB IV. HASIL PENELITIAN ..........................................................
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................
1. Keadaan Geografi dan Kependudukan ....................
2. Situasi Derajat Kesehatan ........................................
B. Hasil Penelitian .............................................................
1. Analisis Univariat .....................................................
Karakteristik Responden ......................................
2. Analisis Bivariat .........................................................
1) Pengaruh pendampingan mahasiswa terhadap pelaksanaan standar ANC ibu hamil ...................
2) Pengaruh pendampingan mahasiswa terhadap deteksi dini risiko tinggi kehamilan ......................
3) Pengaruh pendampingan mahasiswa terhadap
perubahan perilaku ibu hamil ..............................
4) Pengaruh pendampingan mahasiswa terhadap dukungan keluarga bagi ibu hamil .......................
3. Analisis Multivariat ....................................................
1) Perbedaan pelaksanaan standar ANC, deteksi dini risiko tinggi, pengetahuan, sikap, tindakan dan dukungan keluarga secara bersamaan pada kedua kelompok sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok perlakuan ............................................
2) Pengaruh intervensi pendampingan mahasiswa
88
88
89
93
93
95 101 103
104
107
terhadap pelaksanaan standar ANC, deteksi dini risiko tinggi, pengetahuan, sikap, tindakan dan dukungan keluarga setelah dikontrol oleh karakteristik ibu (umur, pendidikan, pekerjaan, gravid, umur ANC dan frekwensi ANC) ...............
C. Pembahasan ................................................................
1. Pengaruh pendampingan mahasiswa terhadap pelaksanaan standar ANC ibu hamil .......................
2. Pengaruh pendampingan mahasiswa terhadap deteksi dini risiko tinggi kehamilan secara mandiri ..
3. Pengaruh pendampingan mahasiswa terhadap perubahan perilaku ibu hamil ..................................
4. Pengaruh pendampingan mahasiswa terhadap dukungan keluarga .................................................
5. Pengaruh Karakteristik Ibu hamil terhadap pelaksanaan antenatal care yang berkualitas .......
6. Model Pendampingan Ibu Hamil dan Keluarga sebagai Pendekatan dalam menurunkan Angka Kematian Ibu ..........................................................
6.1. Latar belakang teori .......................................
6.2. Fakta tentang pelayanan antenatal care .........
6.3. Pendampingan mahasiswa terhadap ibu hamil dan keluarga ..................................................
6.4. Rekomendasi model antenatal care ..............
a. Pengembangan Jejaring ................................
b. Tahapan Pelaksanaan Pendampingan ..........
c. Model Pendampingan mahasiswa untuk antenatal care berbasis rumah tangga (ibu hamil dan keluarga) ..............................................
109
111 119 120 124 126 129 129 131 133 136
138
142 145
7. Kelebihan dan Kelemahan Penelitian .......................... 149
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...........................................
1. Kesimpulan .................................................................
2. Saran ..........................................................................
151
153
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................
LAMPIRAN .....................................................................................
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
Nama Tabel Hal
Tabel 1.1 Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 3.1 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9
Angka Kematian Ibu di Kota Palu Tahun 2011 – 2015 .................................................................. Jadwal Pemberian Antigen Imunisasi .............. Definisi Operasional Variabel, Cara ukur, Hasil ukur, dan Skala ukur penelitian ....................... Jumlah dan distribusi sampel .......................... Distribusi Penduduk di Kota Palu Menurut Jenis Kelamin Tahun 2016 ........................... Angka Kematian Ibu Menurut Kelompok Umur Kota Palu Tahun 2016 ..................................... Angka Kematian Ibu di Kota Palu tahun 2012 – 2016 .................................................................... Distribusi responden berdasarkan karakteristik pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol di Kota Palu Tahun 2017 ................................. Distribusi responden berdasarkan yang mengikuti pre-test dan post-test pada masing-masing kelompok di Kota Palu Tahun 2017 .................... Pengaruh pendampingan mahasiswa terhadap pelaksanaan standar ANC di kota Palu tahun 2017 Rata-rata (mean) nilai pelaksanaan standar antenatal care (ANC) pada responden di Kota Palu Tahun 2017 ........................................................ Pengaruh pendampingan mahasiswa terhadap pelaksanaan deteksi dini risiko tinggi kehamilan secara mandiri di kota Palu tahun 2017 .............. Pengaruh pendampingan keluarga terhadap perubahan perilaku ibu hamil di kota Palu tahun 2017 ...................................................................
4
25
65
74
87
88
89
92
94
96
97
102
104
Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13
Pengaruh pendampingan mahasiswa terhadap dukungan keluarga ibu hamil di kota Palu tahun 2017 ................................................................... Perbedaan pelaksanaan standar ANC, deteksi dini risiko tinggi, pengetahuan, sikap, tindakan dan dukungan keluarga secara bersamaan pada kedua kelompok sebelum intervensi pada kelompok perlakuan di Kota Palu Tahun 2017 ....................
Perbedaan pelaksanaan standar ANC, deteksi dini risiko tinggi, pengetahuan, sikap, tindakan dan dukungan keluarga secara bersamaan pada kedua kelompok setelah intervensi pada kelompok perlakuan di Kota Palu Tahun 2017 .....................
Pengaruh intervensi pendampingan mahasiswa terhadap pelaksanaan standar ANC, deteksi dini risiko tinggi, pengetahuan, sikap, tindakan dan dukungan keluarga setelah dikontrol oleh karakteristik ibu (umur, pendidikan, pekerjaan, gravid, dan frekwensi anc) di Kota Palu Tahun 2017 ................................................................
107
110
111
112
DAFTAR GAMBAR
No Nama Gambar Hal
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11. 12.
13.
Gambar 1. Teori Stimulus Organisme ..................................
Gambar 2. Model Teori Reason Action (TRA) ......................
Gambar 3. Teori PRECEDE .................................................
Gambar 4. Tahapan Perubahan Perilaku menurut Prochaska
Gambar 5. Triandi’s Theory of Interpersonal Behavior ..........
Gambar 6. Proses dalam Komunikasi Perubahan Perilaku
Gambar 7. Model Kolaborasi Lintas Sektor di Nevada ........
Gambar 8. Model Kolaborasi Lintas Sektor di North Carolina
Gambar 9. Model Ekologi Sosial dan bentuk Intervensinya .. Gambar 10. Langkah-langkah penelitian ........................... Gambar 11. Model jejaring koordinasi dalam rangka pelaksanaan ANC berbasis rumah tangga ........................ Gambar 12. Tahapan pelaksanaan pendampingan ibu hamil dan keluarga oleh mahasiswa .............................................. Gambar 13. Tupoksi mahasiswa pendamping, ibu hamil dan bidan .................................................................................
33
34
35
36
38
39
49
50
58
69
144
148
151
DAFTAR SINGKATAN
AIDS
AKI
AKB
AMP
ANC
ASD
ASEAN
ASI
BB
BBLR
BKKBN
BPM
BPP-KB
CSR
DINKES
FKIK
FKM
GKIA
Hb
HPK
HIV
IBI
IMD
IMS
K1
K4
KB
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
Acquired Imunodeficiency Syndrome
Angka Kematian Ibu
Angka Kematian Bayi
Audit Maternal Perinatal
Antenatal Care
Actor System Dynamic
Association of South East Asia Nations
Air Susu Ibu
Berat Badan
Berat Badan Lahir Rendah
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
Badan Pemberdayaan Masyarakat
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga
Berencana
Coporate Social Responsibility
Dinas Kesehatan
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Gerakan Kesehatan Ibu dan Anak
Hemoglobin
Hari Pertama Kehidupan
Human Imunodeficiency Virus
Ikatan Bidan Indonesia
Inisiasi Menyusui Dini
Infeksi Menular Seksual
Kunjungan Pertama
Kunjungan Ke empat
Keluarga Berencana
KEK
KEP
KH
KIE
KP-KIA
KSPR
LiLa
MDGs
MSG
Nakes
NGO
PBB
PDUI
PMO
PT
Puskesmas
RS
SDKI
SDGs
SOR
TB
TBC
TFU
TPK
TPL
TPT
TTD
TT
TRA
UHH
UNHAS
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
Kurang Energi Kronik
Kurang Energi Protein
Kelahiran Hidup
Komunikasi, Informasi dan Edukasi
Komunitas Peduli Kesehatan Ibu dan Anak
Kartu Skor Poedji Rochyati
Lingkar Lengn Atas
Millenium Development Goals
Mother Support Group
Tenaga Kesehatan
Non Government Organization
Perserikatan Bangsa Bangsa
Perhimpunan Dokter Umum Indonesia
Pengawan Minum Obat
Perguruan Tinggi
Pusat Kesehatan Masyarakat
Rumah Sakit
Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
Sustainable Development Goal’s
Stimulus Organisme Respons
Tinggi Badan
Tuberculosis
Tinggi Fundus Uteri
Tingkat Pengambil Keputusan
Tingkat Pelaksana Lapangan
Tingkat Pelaksana Tekhnis
Tablet Tambah Darah
Tetanus Toxoid
Teory Reason Action
Umur Harapan Hidup
Universitas Hasanuddin
UNTAD
WHO
WVI
=
=
=
=
Universitas Tadulako
World Health Organization
Wahana Visi Indonesia
ABSTRAK
KETUT SUARAYASA. Model Pendampingan Ibu Hamil dan Keluarga untuk Antenatal Care. Studi Intervensi di Daerah Pesisir Kota Palu (dibimbing oleh Muhammad Syafar, Masni, dan Nurhaedar Jafar) Penelitian ini bertujuan menemukan model pendampingan ibu hamil dan keluarga dalam pelaksanaan Antenatal Care yang berkualitas di wilayah pesisir Kota Palu.
Desain quasi eksperimen dengan rancangan pretest-posttest, nonequivalent control group design dilakukan pada 86 ibu hamil yang tinggal di 12 kelurahan pesisir kota Palu, yakni enam kelurahan (43 ibu hamil) diberikan intervensi dalam bentuk pendampingan mahasiswa dan enam kelurahan (43 ibu hamil) lainnya sebagai kontrol. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam pada 12 orang ibu hamil, 6 orang bidan Puskesmas dan 1 orang Kepala Seksi KIA pada Dinas Kesehatan Kota Palu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh pendampingan mahasiswa terhadap pelaksanaan standar ANC, deteksi dini risiko tinggi kehamilan, perubahan pengetahuan dan tindakan, serta dukungan keluarga. Ada pengaruh karakteristik ibu hamil (umur, pendidikan dan frekwensi ANC) terhadap pelaksanaan standar ANC serta gravid (kehamilan) terhadap deteksi dini risiko tinggi kehamilan. Penelitian juga menemukan model pendampingan ibu hamil dan keluarga dalam pelaksanaan Antenatal Care yang berkualitas.
Kata kunci : model pendampingan ibu hamil dan keluarga, Antenatal
Care, deteksi dini risiko tinggi, perubahan perilaku dan dukungan keluarga.
ABSTRACT
KETUT SUARAYASA. The Supporting Model for Pregnant Mothers and Their Families in an Antenatal Care (a Study of Intervention in the Coastal Area of Palu City) (supervised by Muhammad Syafar, Masni, and Nurhaedar Jafar) The study aims to invent supporting model for pregnant mothers and their families in receiving an qualified antenatal care in the coastal area of Palu City. The study was designed in quasi-experiment with pretest-posttest non equivalent control group to investigate 86 pregnant mothers dwelling in 12 coastal villages of Palu. Six villages (43 pregnant mothers) were given intervention with student supporting/mentoring and other 6 villages (43 pregnant mothers) as control group. Qualitative approach was applied to interview-indepth 12 pregnant women, 6 midwifes of community health centre, and the head of mother and child health section of the Health Office of Palu City. The study indicates that there is an influence of the supporting/ assistance of the students on the ANC standard implementation, high risk pregnancy early detection, knowledge and behavior changes, and family support. There are also influences of the characteristics of pregnant mothers (age, education, ANC frequency) on the implementation of ANC standard, and early detection of high risk of gravid pregnancy. The study also identifies a model of supporting pregnant mothers and their families in implementing the qualified antenatal care. Keywords : The Supporting Model for Pregnant Mothers and Their
Families, Antenatal Care, high risk pregnancy early detection, behavior changes, and family support
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan telah dimulai saat negara-negara anggota
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), termasuk Indonesia, menyepakati
Outcome Document SDGs sebagai pengganti Millenium Development
Goals (MDGs) pada tanggal 2 Agustus 2015. Salah satu agenda bidang
kesehatan yang menjadi sorotan adalah kesehatan ibu.
Upaya untuk memperbaiki kesehatan ibu telah menjadi prioritas
utama dari pemerintah, bahkan sebelum Millenium Development Goal's
2015 ditetapkan. Angka kematian ibu (bersama dengan Angka
Kematian Bayi) merupakan salah satu indikator utama derajat
kesehatan suatu negara. AKI juga mengindikasikan kemampuan dan
kualitas pelayanan kesehatan, kapasitas pelayanan kesehatan, kualitas
pendidikan dan pengetahuan masyarakat, kualitas kesehatan
lingkungan, sosial budaya serta hambatan dalam memperoleh akses
terhadap pelayanan kesehatan(R. INDONESIA, 2010).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2012, rata-rata angka kematian ibu (AKI) tercatat mencapai 359
per 100 ribu kelahiran hidup, atau meningkat sekitar 57 persen bila
dibandingkan dengan kondisi pada 2007, yang hanya sebesar 228 per
2
100 ribu penduduk(K. RI, 2012). Sementara target Millenium
Development Goal (MDG) tahun 2015 adalah menurunkan angka
kematian ibu menjadi 102 per 100.000(Nasional, 2011). Dibandingkan
dengan beberapa negara dikawasan ASEAN, angka kematian ibu (AKI)
di Indonesia lebih tinggi dari negara Thailand, Myanmar, Malaysia, dan
Philipina, walaupun masih lebih rendah dibandingkan negara Laos dan
Kamboja(U. Indonesia, 2012). Tingginya angka kematian ibu ini
menunjukkan masih rendahnya status kesehatan yang disebabkan oleh
akses dan kualitas pelayanan kesehatan serta rendahnya pengetahuan
ibu dan keluarga dalam pengenalan tanda – tanda bahaya dalam
kehamilan(R. Indonesia, 2009, 2010; INISIATIF, 2013)
WHO memperkirakan bahwa 15-20 persen ibu hamil baik di
negara maju maupun berkembang akan mengalami risiko tinggi (risti )
dan/atau komplikasi(Penelitian, 2010). WHO juga melaporkan bahwa
penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan, eklampsia, dan
infeksi(Graham, Bell, & Bullough, 2001; Misra & Grason, 2006; Stalker,
2008), dan berkontribusi terhadap 60% dari total kematian
ibu(Kemenkes, 2012). Penelitian lainnya menemukan bahwa penyebab
lain (penyebab tidak langsung) kematian ibu adalah faktor determinan
sosial kesehatan-seperti kemiskinan-yang berkaitan dengan
pendapatan dan status ekonomi keluarga(Amiruddin; Misra & Grason,
2006). Faktor lain yang berkontribusi adalah rendahnya akses
masyarakat terhadap layanan kesehatan.
3
Menurut Bank Dunia (2006), ada empat alasan yang
menyebabkan rendahnya akses masyarakat (khususnya ibu hamil)
terhadap pelayanan kesehatan di negara-negara berkembang.
Pertama, rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu hamil
sehingga mereka kurang paham cara mengatur dan merawat
kehamilan. Kedua, dominasi laki-laki dalam pengambilan keputusan.
Ibu hamil boleh jadi mengetahui dan memiliki kesadaran tentang
pentingnya mendatangi pusat-pusat pelayanan kesehatan—misalnya
puskesmas—namun urung melakukannya karena tak mendapat izin
dari suami. Ketiga, ketiadaan fasilitas kesehatan. Ini merupakan
persoalan yang sering terjadi di Tanah Air, terutama di wilayah-wilayah
terpencil-termasuk Sulawesi Tengah-yang sulit diakses karena
keterbatasan infrastruktur. Keempat adalah aspek-aspek non-teknis
seperti adat-istiadat atau budaya. Misalnya, ibu hamil merasa lebih
nyaman ditangani oleh dukun, dll
Salah satu cara yang paling efektif untuk menurunkan angka
kematian ibu adalah dengan meningkatkan pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan terlatih. WHO sendiri telah menargetkan bahwa
persentase persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih adalah 90 % pada
tahun 2015(R. INDONESIA, 2010). Data menunjukkan bahwa
persentase persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih
meningkat dari 66,7 % (tahun 2002) menjadi 77,34 % (tahun 2009).
Angka tersebut terus meningkat menjadi 82,3 % di tahun 2010 dan
4
86,89 % di tahun 2014(Penelitian, 2010). Hal yang sama terjadi di Kota
Palu. Data pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan meningkat
dari 89,38% (tahun 2009) menjadi 90% (tahun 2012) dan 97,5% (tahun
2014), melebihi target nasional sebesar 80%(Palu, 2014). Hal ini sangat
relevan dengan keberadaan kota Palu sebagai ibu kota propinsi
Sulawesi Tengah, yang didukung oleh jumlah tenaga kesehatan (bidan)
serta sarana prasarana penunjang yang memadai.
Namun peningkatan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
terlatih tidak diiringi dengan penurunan jumlah angka kematian ibu.
Berikut ini adalah data AKI di Kota Palu dalam 5 tahun terakhir (Palu,
2014) :
Tabel 1.1 Angka Kematian Ibu di Kota Palu
Tahun 2011 - 2015
Tahun Lahir Hidup Jmlh Kematian
Ibu
Angka Kematian
Ibu
2011 6.412 11 171/ 100.000 KH
2012 6.854 7 102/ 100.000 KH
2013 7.283 12 165/ 100.000 KH
2014 7.233 8 111/ 100.000 KH
2015 7.242 22 365/ 100.000 KH
Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kota Palu
Penyebab kematian ibu (data tahun 2015) adalah perdarahan
(27,3%), infeksi (22,7%), eklampsia (18,2%), suddan death (18,2 %),
lain-lain (13,6 %). 17 kasus kematian (77,27 %) terjadi di RS, 3 orang
(13,63 %) di rumah dan 2 orang lagi (9,09 %) terjadi dalam perjalanan
5
menuju RS. Hasil evaluasi tim Audit Maternal Perinatal kota Palu,
kematian ibu di RS disebabkan keterlambatan rujukan dari layanan
primer serta keterlambatan penanganan pihak RS.
Ada 3 (tiga) analisa yang bisa dilakukan terhadap kesenjangan
antara angka cakupan ANC dengan AKI di kota Palu. Pertama, analisa
terhadap kompetensi teknis bidan dalam melakukan pelayanan
antenatal. Kompetensi teknis ini berkaitan dengan kemampuan pemberi
layanan kesehatan (bidan) dalam mengikuti standar pelayanan
antenatal yang telah ditentukan. Kedua, analisa terhadap ketersediaan
sarana-prasarana serta kesiapan fasilitas kesehatan dalam
memberikan layanan kesehatan yang berkualitas. Ketiga, analisa
terhadap tingkat kepatuhan petugas kesehatan dalam melaksanakan
standar pelayanan antenatal yang sudah ditentukan.
Menurut Mc. Carty, evaluasi mutu layanan sebaiknya dilakukan
terhadap penerima layanan (pelanggan), dalam hal ini ibu hamil, untuk
mengetahui apakah kegiatan antenatal care (ANC) sudah terlaksana
sesuai standar yang ditentukan. Evaluasi juga dilakukan kepada
penerima layanan (ibu hamil), apakah mereka sudah mematuhi
instruksi yang disampaikan oleh bidan pada saat antenatal care.
Kegiatan ini membutuhkan kelompok independen, namun memahami
persoalan kesehatan. Persoalan kematian ibu adalah multifaktor – tidak
bisa diselesaikan ―hanya‖ oleh orang kesehatan - tapi membutuhkan
peran lintas sektor.
6
Kerjasama lintas sektor telah disadari benar sebagai strategi
penting dalam pembangunan kesehatan. Konferensi Internasional
Promosi Kesehatan di Jakarta bahkan telah melibatkan pihak swasta
(non goverment organization) sebagai peserta. Pada saat itu dibahas
tentang tanggungjawab sosial ―organisasi/perusahaan‖ dalam
kesehatan (coporate social responsibility).
Pada Konferensi Internasional Promosi Kesehatan yang ke tujuh
di Nairobi-Kenya, kemitraan dan kerjasama lintas sektor menjadi isu
penting yang dibahas. Dan pada konferensi Promosi Kesehatan yang
ke sembilan di Pataya Thiland, dibahas beberapa tantangan promosi
kesehatan pada tahun 2013. Konferensi tersebut mengeksplorasi
tingkat investasi dalam promosi kesehatan, bagaimana promosi
kesehatan lebih efektif dalam mendukung program dan kebijakan
kesehatan, serta peran praktisi promosi kesehatan, peneliti dan
pembuat kebijakan dalam menjaga investasi (kesehatan) tersebut
(Sparks, 2013).
Banyak pakar kesehatan berpendapat bahwa akan mustahil
mencapai tujuan nasional dan internasional di bidang kesehatan-
termasuk menurunkan angka kematian ibu -tanpa investasi yang lebih
besar dan lebih efektif dalam sistem kesehatan dan jasa, serta upaya
untuk mencari cara yang inovatif untuk meningkatkan keterlibatan
berbagai pihak (masyarakat, organisasi sosial serta lintas sektor
lainnya) dalam pembangunan kesehatan(Business, 2007). Tujuan 17
7
dari SDGs juga memberikan solusi kemitraan antar-sektor, antara
pemerintah-swasta-masyarakat sipil. Akan sangat mustahil untuk
membayangkan SDGs dicapai tanpa kerjasama yang terokestrasi
dengan baik di antara pemerintah, swasta dan masyarakat.
Berdasarkan latar belakang diatas serta hasil evaluasi pada uji
coba pendampingan mahasiswa, maka kami tertarik untuk meneliti
lebih jauh implementasi model pendampingan mahasiswa terhadap ibu
hamil dan keluarga, khususnya didaerah pesisir kota Palu.
Pendampingan mahasiswa di fokuskan pada kualitas pelayanan
antenatal care (ANC) yang selama ini sudah berjalan.
B. Rumusan Masalah
Ada 2 (dua) indikator yang bisa dipakai untuk mengukur kualitas
pelayanan kesehatan ibu (ibu hamil) sudah berjalan dengan baik, yakni
cakupan Antenatal Care (K1 dan K4) serta persalinan oleh tenaga
kesehatan terlatih. Cakupan ANC yang baik menunjukkan bahwa
proses kontak bidan-ibu hamil, pemberian edukasi dan informasi serta
pencatatan hasil pemeriksaan ibu hamil dalam buku KIA sudah berjalan
dengan baik. Fungsi Buku KIA adalah sebagai informasi dan alat
pencatatan untuk menganalisis kondisi kesehatan ibu hamil. Dengan
pencatatan yang lengkap dan akurat tentang kesehatan ibu hamil pada
buku KIA maka apabila dianalisa data-datanya dapat sebagai
peringatan dini terhadap ancaman resiko tinggi ibu hamil, sehingga
8
akan menghindari 3 T (terlambat deteksi, terlambat rujukan, terlambat
penanganan). Bidan harus mengenal kehamilan resiko tinggi/kelainan,
dan bila ditemukan kelainan maka bidan mampu mengambil tindakan
yang diperlukan dan merujuk untuk tindakan selanjutnya. Sedangkan
persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih menunjukkan bahwa ibu-ibu
bersalin sudah mendapatkan layanan kesehatan dari tenaga yang
terdidik dan memenuhi standar.
Namun pada tahun 2015, AKI di Kota Palu mencapai angka
365 per 100.000 KH (22 kasus kematian) atau meningkat 3 kali lipat
dibanding tahun 2014. Dari jumlah kasus kematian tersebut, sebagian
besar (17 kasus) terjadi di RS dan disebabkan oleh keterlambatan
pihak Puskesmas merujuk pasien, atau keterlambatan pihak
Puskesmas, bidan Kelurahan serta ibu hamil dan keluarga dalam
mengenali tanda-tanda bahaya kehamilan. Kejadian yang kontradiktif
dengan angka-angka cakupan program yang sudah mencapai target.
Hasil analisa pada saat pertemuan Audit Maternal Perinatal
menunjukkan kurang maksimalnya deteksi dini risiko tinggi saat
pemeriksaan antenatal care, sehingga beberapa ibu hamil berisiko
―lolos‖ dari pantauan tenaga kesehatan. Sementara hasil workhsop
evaluasi pendampingan mahasiswa menunjukkan bahwa beberapa
pelayanan antenatal care tidak diterima oleh ibu hamil. Dari 10 standar
pelayanan, ada 3 (tiga) jenis layanan yang jarang dilakukan oleh bidan
kelurahan, diantaranya : konseling, monitoring pemberian tablet Fe,
9
serta monitoring pemeriksaan laboratorium, khususnya pemeriksaan
Hemoglobin.
Olehnya itu, evaluasi mutu layanan sebaiknya dilakukan
terhadap penerima layanan (pelanggan), dalam hal ini ibu hamil, untuk
mengetahui apakah kegiatan antenatal care (ANC) sudah terlaksana
sesuai standar yang ditentukan. Evaluasi juga dilakukan kepada
penerima layanan (ibu hamil), apakah mereka sudah mematuhi
instruksi yang disampaikan oleh bidan pada saat antenatal care.
Kegiatan ini membutuhkan kelompok independen- namun memahami
persoalan kesehatan- serta dilakukan secara konsisten.
Salah satu sumber daya yang bisa melakukan monitoring secara
konsisten (melalui pendampingan) adalah kelompok mahasiswa,
khususnya mahasiswa kesehatan. Mereka adalah kelompok
independen yang mengetahui persoalan kesehatan dan bisa dibimbing
oleh dosen di kampus. Bila disinergikan dengan kegiatan akademik
serta pengabdian pada masyarakat (tri dharma PT), maka kegiatan
monitoring melalui pendampingan bisa berjalan konsisten.
Salah satu model pendampingan terhadap ibu hamil sudah
dilaksanakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Program yang diberi nama ―Satu Mahasiswa Satu Ibu Hamil Satu Bayi
untuk 1000 hari awal kehidupan‖ tersebut pada dasarnya merupakan
program berkesinambungan Fakultas Kedokteran UNHAS sejak
angkatan mahasiswa baru tahun 2011. Pada kegiatan ini, mahasiswa
10
baru Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin akan mengasuh ibu
hamil, bayi yang dilahirkan beserta keluarganya (yang pra sejahtera)
selama 1000 hari. Bentuk pengasuhan berupa pemantauan kesehatan
dan perkembangan ibu hamil dan bayi yang dilahirkannya, disertai
dengan pendampingan dalam menghadapi masalah kesehatan baik
menyangkut ibu dan bayinya, maupun yang ditemukan di dalam
keluarga tersebut yang berpotensi mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan ibu dan bayinya.
Pada studi ini, program pendampingan oleh mahasiswa
Kesehatan Masyarakat kepada ibu hamil dan keluarga lebih difokuskan
pada pelaksanaan antenatal care yang sesuai standar, deteksi dini
risiko tinggi kehamilan secara mandiri, serta melakukan edukasi dalam
rangka perubahan perilaku ibu hamil dan keluarga.
C. Pertanyaan penelitian
Pertanyaan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh pendampingan mahasiswa terhadap
pelaksanaan standar Antenatal Care ?
2. Bagaimana pengaruh pendampingan mahasiswa terhadap
kemampuan deteksi risiko tinggi kehamilan ?
3. Bagaimana pengaruh pendampingan mahasiswa terhadap
perubahan perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) ibu
hamil?
11
4. Bagaimana pengaruh pendampingan mahasiswa terhadap
dukungan keluarga kepada ibu hamil ?
5. Bagaimana pengaruh karakteristik ibu hamil terhadap terhadap
pelaksanaan antenatal care yang berkualitas ?
6. Bagaimana model pendampingan pada ibu hamil dan keluarga
untuk pelaksanaan antenatal care yang berkualitas ?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum :
Mendapatkan model pendampingan ibu hamil dan keluarga untuk
pelaksanaan antenatal care yang berkualitas di wilayah pesisir kota
Palu.
2. Tujuan khusus :
1. Untuk mengetahui pengaruh pendampingan mahasiswa pada
ibu hamil dan keluarga terhadap pelaksanaan standar Antenatal
Care, sebelum dan setelah pendampingan oleh mahasiswa,
pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol;
2. Untuk mengetahui pengaruh pendampingan mahasiswa pada
ibu hamil dan keluarga terhadap kemampuan deteksi dini risiko
tinggi kehamilan, sebelum dan setelah pendampingan oleh
mahasiswa, pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol;
3. Untuk mengetahui pengaruh pendampingan mahasiswa pada
ibu hamil dan keluarga terhadap perubahan perilaku ibu hamil
12
(pengetahuan, sikap dan tindakan) sebelum dan setelah
pendampingan oleh mahasiswa, pada kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol;
4. Untuk mengetahui pengaruh pendampingan mahasiswa pada
ibu hamil dan keluarga terhadap dukungan keluarga ibu hamil.
5. Untuk mengetahui pengaruh karakteristik ibu hamil terhadap
pelaksanaan antenatal care yang berkualitas
6. Untuk mendapatkan model pendampingan ibu hamil dan
keluarga dalam rangka pelaksanaan antenatal care yang
berkualitas
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
masukan dan pertimbangan bagi Direktorat Bina Kesehatan Ibu dan
Anak dan Dinas Kesehatan, baik tingkat propinsi Sulawesi Tengah
maupun Kota Palu dalam hal :
a. Merencanakan program-program kesehatan ibu melalui kolaborasi
lintas sektor ;
b. Memaksimalkan peran tenaga kesehatan (bidan) dalam
pemeriksaan ibu hamil (Antenatal care);
c. Memberikan data-data tentang pengetahuan, sikap, persepsi serta
perilaku ibu hamil dalam perawatan kehamilan.
2. Bagi Perguruan Tinggi :
13
a. Sebagai bentuk Pengabdian Kepada Masyarakat (salah satu Tri
Dharma Perguruan Tinggi);
b. Memberi kesempatan Perguruan Tinggi, khususnya PT
Kesehatan untuk memberikan kontribusinya bagi kesehatan
masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak.
c. Memberi pembelajaran bagi mahasiswa yang ikut dalam
pendampingan.
3. Bagi Masyarakat :
a. Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam bidang kesehatan
ibu dan anak;
b. Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap keberadaan ibu
hamil;
4. Bagi Keilmuan Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku :
a. Salah satu cara untuk mempelajari dan mengetahui terjadinya
proses perubahan perilaku pada ibu hamil yang diberikan
intervensi pendampingan;
b. Untuk mengetahui proses perubahan perilaku yang terjadi pada
ibu hamil dengan menggunakan pendekatan/teori perubahan
perilaku, khususnya social ecology model;
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kehamilan
1. Pengertian
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra
uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan.
Kehamilan merupakan proses yang diawali dengan adanya pembuahan
(konsepsi), masa pembentukan bayi dalam rahim, dan diakhiri oleh
lahirnya sang bayi. Definisi lain menyebutkan bahwa masa kehamilan
dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal
adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari
pertama haid terakhir(Depkes, 2010; Manuaba, Manuaba, & Manuaba,
2007). Pelayanan kesehatan masa hamil dilakukan sekurang-
kurangnya 4 (empat) kali selama masa kehamilan yang dilakukan,
yakni : 1 (satu) kali pada trimester pertama; 1 (satu) kali pada trimester
kedua; dan 2 (dua) kali pada trimester ketiga. Pelayanan kesehatan
pada masa hamil ini dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi dan kewenangan, serta sesuai dengan standar pelayanan
ibu hamil(M. K. R. INDONESIA; Manuaba et al., 2007)
Kehamilan merupakan pengalaman yang sangat bermakna bagi
perempuan, keluarga, dan masyarakat. Perilaku ibu selama masa
kehamilannya akan mempengaruhi kehamilannya. Demikina halnya
15
dengan perilaku ibu dalam mencari penolong persalinan, akan
mempengaruhi kesehatan ibu dan janin yang dilahirkan.
2. Perubahan Tubuh
Suatu kehamilan normal biasanya berlangsung 280 hari, selama
ini terjadi perubahan yang menakjubkan baik pada ibu maupun janin.
Tubuh ibu melakukan adaptasi terhadap pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim. Adaptasi ini secara umum berfungsi
untuk meminimalkan gaya yang menekan dan menyediakan lingkungan
yang tepat untuk perkembangan janin. Beberapa sistem organ dalam
tubuh ibu hamil yang melakukan adaptasi, antara lain(Geoffrey
Chamberlain, 2013; Manuaba et al., 2007) :
1) Sistem kardiovaskuler : peningkatan beban jantung dalam
kehamilan disebabkan oleh kebutuhan oksigen yang lebih besar
dalam jaringan;
2) Sistem pernafasan : pada awal kehamilan, progesteron
mempengaruhi ibu untuk bernafas lebih dalam, namun tidak
bertambah sering. Pertumbuhan uterus meningkatkan tekanan
intra-abdomen sehingga diafragma terdorong keatas yang
berdampak pada menurunnya volume cadangan ekspirasi diikuti
oleh peningkatan volume tidal yang menyebabkan sensasi sesak
napas sementara;
3) Sistem perkemihan : selama awal kehamilan, aliran darah ginjal
meningkat 40% yang disertai dengan peningkatan laju filtrasi
16
glomerulus sehingga produksi urine meningkat dan berdampak
pada frekwensi mikturisi yang meningkat;
4) Sistem endokrin : semua organ endokrin maternal berubah
dalam kehamilan, sebagian besar perubahan disebabkan
peningkatan sekresi hormon trofik dari kelenjar hipofisis dan
plasenta;
5) Sistem Reproduksi : uterus berubah dalam kehamilan;
perkembangan massa uterus sebagian besar terjadi karena
hipertrofi sel miometrium. Perubahan lain terjadi pada organ
genitalia externa dan interna dan pada payudara (mammae).
Dalam hal ini hormon somatomammotropin, estrogen, dan
progesteron mempunyai peranan penting.
3. Perubahan Psikologis Pada ibu hamil
Perubahan psikologis yang terjadi pada ibu hamil
adalah(Manuaba, 1998; Manuaba et al., 2007) :
a. Trimester Pertama
Segera setelah, konsepsi kadar hormon progesteron dan
esterogen dalam tubuh akan meningkat dan ini menyebabkan
timbulnya mual muntah pada pagi hari, lemah, lelah dan
besarnya payudara, ibu merasa tidak sehat dan sering kali
membenci kehamilannya, pada trimester pertama seorang ibu
17
akan selalu mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan
bahwa dirinya memang hamil.
b. Trimester Kedua
Pada trimester kedua biasanya adalah saat ibu merasa
sehat, ibu sudah terbiasa dengan kadar hormon yang lebih
tinggi dan rasa tidak nyaman karena hamil sudah berkurang,
perut ibu belum teralu besar sehingga belum dirasakan sebagai
beban, ibu sudah menerima kehamilannya dan mulai dapat
merasakan gerakan bayinya, dan ibu mulai merasakan
kehadiran bayinya, banyak ibu terlepas dari rasa kecemasan
dan rasa tidak nyaman seperti yang dirasakannya pada
trimester pertama.
c. Trimester ketiga
Trimester ketiga sering kali disebut periode menggu atau
waspada sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar
menunggu kelahiran bayinya. Gerakan bayi dan membesarnya
perut merupakan 2 hal yang mengingatkan ibu akan bayinya.
Kadang-kadang ibu merasa khawatir bahwa bayinya akan lahir
sewaktu-waktu, ini menyebabkan ibu meningkatkan
kewaspadaan akan timbulnya tanda dan gejala akan terjadi
persalinan, ibu sering kali merasa khawatir atau kalau bayi
yang akan dilahirkannya tidak normal (Setyorini & Hasanbasri,
2011).
18
4. Pengawasan Wanita Hamil
Ketika diagnosis kehamilan ditegakkan, maka tenaga kesehatan
biasanya menyarankan kepada ibu hamil untuk memeriksakan
kehamilannya secara rutin. Sehingga pemantauan terhadap kondisi ibu
dan janin sejak awal bisa dilakukan. Namun kondisi dilapangan
seringkali tidak ideal. Ibu-ibu seringkali terlambat mengenali gejala
kehamilannya- terutama ibu-ibu muda yang baru pertama kali hamil-
atau pada ibu yang baru habis melahirkan, yang tidak menduga bahwa
dia akan hamil lagi.
Baru dalam setengah abad ini diadakan pengawasan wanita hamil
secara teratur dan tertentu. Dengan usaha itu ternyata angka mortalitas
serta morbiditas ibu dan bayi jelas menurun. Pada pengawasan wanita
hamil hubungan dan pengertian baik antara tenaga kesehatan dan
wanita hamil tersebut harus ada. Sedapat mungkin wanita tersebut di
beri pengertian sedikit tentang kehamilan yang sedang di kandung nya.
Tujuan pengawasan wanita hamil untuk menyiapkan sebaik-baiknya
(baik fisik dan mental), untuk menghadapi kehamilan dan
persalinannya.
Di Inggris, pengawasan kehamilan dilakukan oleh berbagai
profesional kesehatan seperti dokter, bidan, dan dokter rumah sakit.
Dibeberapa negara, hampir 90% pengawasan kehamilan (asuhan
antenatal) ditangani oleh dokter dan bidan komunitas(Geoffrey
Chamberlain, 2013). Sebuah studi kuasi-eksperimental dilakukan pada
19
tahun 2009 di pusat-pusat kesehatan perkotaan (UHCs) di lima kota
Mandalay, Myanmar, untuk meningkatkan kualitas pemeriksaan ibu
hamil melalui pelibatan pengunjung kesehatan wanita (LHVs) sebagai
pengawas bidan. Sehingga bidan melaksanakan tugasnya dalam
antenatal care secara lebih terstandar dan bertanggungjawab(Thein et
al., 2012). Di Pakistan (2011), sebuah penelitian untuk mengevaluasi
program KIA di distrik Mardan propinsi Khyber Pakhtunkhwa dilakukan.
Hasilnya, program KIA yang diluncurkan sejak tahun 2005 tersebut
tidak mendapat respon dari masyarakat dan tidak berhasil menurunkan
AKI. Setelah masyarakat diajak untuk terlibat dalam pengawasan ibu
hamil bersama bidan komunitas, terdapat peningkatan cakupan untuk
program-program KIA(Akhtar, Khan, & Raoof, 2014).
B. Antenatal Care
1. Pengertian Antenatal Care
Masa kehamilan merupakan masa rawan kesehatan, baik
kesehatan ibu yang mengandung maupun janin yang
dikandungnya(Amiruddin; Geoffrey Chamberlain, 2013). Olehnya itu,
pemeriksaan kehamilan secara teratur sejak dini (Antenatal Care) perlu
dilakukan untuk dapat mendeteksi secara dini
kelainan/gangguan/penyakit yang diderita ibu hamil(Amiruddin; Depkes,
2010). Antenatal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama kehamilannya dan
20
dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan dalam
Standar Pelayanan Kebidanan/SPK. Tenaga kesehatan yang dimaksud
di atas adalah dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dokter
umum, bidan dan perawat (Kemenkes, 2012; Kesehatan & RI, 2013).
Antenatal care yang dilakukan secara rutin juga bermanfaat untuk
memfasilitasi hubungan saling percaya antara ibu hamil dengan tenaga
kesehatan, sehingga tumbuh rasa tanggungjawab bersama untuk
menjaga kehamilan tetap sehat sampai pada proses
kelahiran(Manuaba et al., 2007; Marmi, Oktober 2011; Sarwono).
2. Tujuan Kegiatan ANC
Pelayanan perawatan kehamilan (Antenatal Care) merupakan
pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa
kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal care yang
sudah ditetapkan. Sedangkan tujuan pelaksanaan pelayanan antenatal
antara lain(R. INDONESIA, 2010; Penelitian, 2010) :
a. Untuk memantau kemajuan kehamilan dan untuk memastikan
kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan mental
dan sosial ibu. Mengenal secara dini adanya ketidaknormalan,
komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil termasuk riwayat
penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan.
c. Mempersiapkan kehamilan cukup bulan, melahirkan dengans
elamat ibu dan bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
21
d. Mempersiapkan Ibu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian ASI ekslusif.
e. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara optimal.
3. Antenatal Care Terpadu
Namun persoalan kesehatan ibu hamil tidak berdiri sendiri.
Pelayanan kesehatan pada ibu hamil tidak dapat dipisahkan dengan
pelayanan persalinan, pelayanan nifas dan pelayanan kesehatan bayi
baru lahir. Kualitas pelayanan antenatal yang diberikan akan
mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan janinnya, ibu bersalin dan bayi
baru lahir serta ibu nifas. Perlu upaya komprehensif dan terpadu,
mencakup upaya promotif, preventif, sekaligus kuratif dan rehabilitatif,
yang meliputi pelayanan KIA, gizi, pengendalian penyakit menular
(imunisasi, HIV/AIDS, TB, Malaria, penyakit menular seksual),
penanganan penyakit kronis serta beberapa program lokal dan spesifik
lainnya sesuai dengan kebutuhan program melalui pelayanan antenatal
terpadu(Depkes, 2010; M. K. R. INDONESIA).
Pelayanan antenatal terpadu adalah pelayanan antenatal
komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada semua ibu hamil.
Dalam pelayanan antenatal terpadu, tenaga kesehatan harus dapat
memastikan bahwa kehamilan berlangsung normal, mampu mendeteksi
dini masalah dan penyakit yang dialami ibu hamil, melakukan intervensi
22
secara adekuat sehingga ibu hamil siap untuk menjalani persalinan
normal(Depkes, 2010; M. K. R. INDONESIA).
Pelayanan antenatal yang terpadu dan berkualitas secara
keseluruhan meliputi hal-hal sebagai berikut(Depkes, 2010) :
a) Memberikan pelayanan dan konseling kesehatan termasuk gizi
agar kehamilan berlangsung sehat;
b) Melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan
penyulit/komplikasi kehamilan
c) Menyiapkan persalinan yang bersih dan aman;
d) Merencanakan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan
rujukan jika terjadi penyulit/komplikasi.
e) Melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat
waktu bila diperlukan.
f) Melibatkan ibu dan keluarganya terutama suami dalam menjaga
kesehatan dan gizi ibu hamil, menyiapkan persalinan dan
kesiagaan bila terjadi penyulit/komplikasi.
Sebagaimana kerangka konsep Antenatal care komprehensif dan
terpadu dibawah ini :
23
Sumber : buku pedoman antenatal terpadu (2010)
Tujuan umum pelaksanaan antenatal care yang terpadu adalah
untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal
yang berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat,
bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat. Sedangkan
tujuan khususnya adalah :
a) Menyediakan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif dan
berkualitas, termasuk konseling kesehatan dan gizi ibu hamil,
konseling KB dan pemberian ASI.
b) Menghilangkan ―missed opportunity‖ pada ibu hamil dalam
mendapatkan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif,
dan berkualitas.
c) Mendeteksi secara dini kelainan/penyakit/gangguan yang
diderita ibu hamil.
24
d) Melakukan intervensi terhadap kelainan/penyakit/gangguan
pada ibu hamil sedini mungkin.
e) Melakukan rujukan kasus ke fasiltas pelayanan kesehatan
sesuai dengan sistem rujukan yang ada
4. Standar Pelayanan
Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan
harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar terdiri
dari(Depkes, 2010; M. K. R. INDONESIA) :
1) Pengukuran tinggi badan dan penimbangan berat badan :
dilakukan pada setiap kunjungan antenatal (untuk berat badan),
untuk mendeteksi adanya gangguan pertumbuhan janin.
2) Pengukuran Tekanan darah : dilakukan pada setiap kali
kunjungan antenatal untuk mendeteksi adanya hipertensi pada
kehamilan dan preeklampsia (hipertensi disertai edema wajah
dan atau tungkai bawah; dan atau proteinuria)
3) Pengukuran lingkar lengan atas /LiLA : hanya dilakukan pada
kontak pertama oleh tenaga kesehatan di trimester I untuk
skrining ibu hamil berisiko KEK (Kurang Energi Protein). Ibu
hamil dengan KEK akan dapat melahirkan bayi berat lahir rendah
(BBLR).
4) Pengukuran Tinggi Fundus Uteri (TFU) : dilakukan pada setiap
kali kunjungan antenatal guna mendeteksi pertumbuhan janin
sesuai atau tidak dengan umur kehamilan.
25
5) Penentuan letak janin (presentasi janin) dan penghitungan
denyut jantung janin : dilakukan pada akhir trimester II dan
selanjutnya setiap kali kunjungan antenatal. Apabila trimester III
bagian bawah janin bukan kepala atau kepala belum masuk
panggul, kemungkinan ada kelainan letak atau ada masalah lain.
Bila denyut jantung janin < 120 kali/menit atau > 160 kali/menit,
menunjukkan ada gawat janin.
6) Penentuan status imunisasi Tetanus Toksoid (TT) : untuk
mencegah terjadinya tetanus neonatorum, ibu hamil harus
mendapat imunisasi TT dengan jadwal pemberian sebagai
berikut :
Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Antigen Imunisasi
Antigen Interval (selang waktu minimal)
Lama perlindungan
% Perlindungan
TT 1 Pada kunjungan antenatal pertama
- -
TT 2 1 minggu setelah TT 1 3 tahun 80
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun 95
TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 95
TT 5 1 tahun setelah TT 4 >25 thn 99
7) Pemberian tablet penambah darah (tablet besi) : untuk
mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus mendapat
tablet tambah darah (tablet zat besi) dan Asam Folat minimal 90
tablet selama kehamilan yang diberikan sejak kontak pertama.
8) Pemeriksaan laboratorium, meliputi :
26
a. Tes golongan darah, untuk mempersiapkan donor bagi ibu
hamil bila diperlukan;
b. Tes hemoglobin, untuk mengetahui apakah ibu kekurangan
darah (anemia);
c. Tes pemeriksaan urine (air kencing);
d. Tes pemeriksaan darah lainnya sesuai indikasi seperti
malaria, HIV, sifilis, dan lain-lain.
9) Tatalaksana/ penanganan Kasus : berdasarkan hasil
pemeriksaan antenatal dan laboratorium, setiap kelainan yang
ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan standar
dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-kasus yang tidak
dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem rujukan.
10) Temu wicara (konseling) : dilakukan pada setiap kunjungan
antenatal yang meliputi :
a. Kesehatan ibu
b. Perilaku hidup bersih dan sehat
c. Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan
persalinan
d. Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta
kesiapan menghadapi komplikasi
e. Asupan gizi seimbang
f. Gejala penyakit menular dan tidak menular.
27
g. Penawaran untuk melakukan tes HIV dan Konseling di
daerah Epidemi meluas dan terkonsentrasi atau ibu hamil
dengan IMS dan TB di daerah epidemic rendah.
h. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan pemberian ASI ekslusif
i. KB paska persalinan
j. Imunisasi
k. Peningkatan kesehatan intelegensia pada kehamilan (Brain
booster)
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Antenatal Care (ANC)
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi antenatal care, antara
lain(Geoffrey Chamberlain, 2013; Maramis, 2006; Notoatmodjo, 2007) :
a. Pengetahuan : Ketidakmengertian ibu dan keluarga terhadap
pentingnya pemeriksaan kehamilan berdampak pada ibu
hamil tidak memeriksakan kehamilannya pada petugas
kesehatan.
b. Ekonomi : Tingkat ekonomi akan berpengaruh terhadap
kesehatan, tingkat ekonomi rendah keluarga rendah tidak
mampu untuk menyediakan dana bagi pemeriksaan
kehamilan, masalah yang timbul pada keluarga dengan tingkat
ekonomi rendah ibu hamil kekurangan energi dan protein
(KEK) hal ini disebabkan tidak mampunya keluarga untuk
menyediakan kebutuhan energi dan protein yang dibutuhkan
ibu selama kehamilan.
28
c. Sosial Budaya : Keadaan lingkungan keluarga yang tidak
mendukung akan mempengaruhi ibu dalam memeriksakan
kehamilannya. Perilaku keluarga yang tidak mengijinkan
seorang wanita meninggalkan rumah untuk memeriksakan
kehamilannya merupakan budaya yang menghambat
keteraturan kunjungan ibu hamil memeriksakan kehamilannya.
d. Geografis : Letak geografis sangat menentukan terhadap
pelayanan kesehatan, ditempat yang terpencil ibu hamil sulit
memeriksakan kehamilannya, hal ini karena transpontasi yang
sulit menjangkau sampai tempat terpencil4
e. Sikap : Respon ibu hamil tentang pemeriksaan kehamilan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
keteraturatan ANC. Adanya sikap lebih baik tentang ANC ini
mencerminkan kepedulian ibu hamil terhadap kesehatan
dirinya dan janin.
f. Informasi : Informasi adalah keseluruhan makna, dapat
diartikan sebagai pemberitahuan seseorang, biasanya
dilakukan oleh tenaga kesehatan. Pendekatan ini biasanya
digunakan untuk menggugah kesadaran masyarakat terhadap
suatu inovasi yang berpengaruh terhadap perilaku, biasanya
melalui media massa21. Ibu yang pernah mendapatkan
informasi tentang antenatal care dari tenaga kesehatan, media
massa, maupun media elektronik akan meningkatkan
29
pengetahuan ibu hamil tentang pentingnya melakukan
antenatal care, sehingga ibu dapat teratur dalam melakukan
kunjungan antenatal care.
g. Dukungan : Dalam kamus besar bahasa Indonesia yang
berarti sokongan dan bantuan, disini dukungan dalam
penentuan sikap seseorang berarti bantuan atau sokongan
dari orang terdekat untuk melakukan kunjungan ulang.
Dukungan sosial suami yang sangat diharapkan oleh sang istri
antara lain suami mendambakan bayi dalam kandungan istri,
suami menunjukkan kebahagiaan pada kelahiran bayi,
memperhatikan kesehatan istri, mengantar dan memahami
istrinya, tidak menyakiti istri, berdo’a untuk keselamatan istri
dan suami menunggu ketika istri dalam proses persalinan.
.
C. Pendampingan Ibu Hamil dan Keluarga
1. Latar belakang Pendampingan
Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita usia subur
disebabkan oleh masalah yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan
dan nifas(Economic, 2014; U. Indonesia, 2012). WHO memperkirakan
diseluruh dunia setiap tahunnya lebih dari 585.000 meninggal saat
hamil atau bersalin(Business, 2007). Penyebab langsung kematian ibu
adalah pendarahan, eklampsia,infeksi, partus lama, abortus, dan lain-
lain(B. P. S. RI, 2007). Penyebab tidak langsung kematian ibu karena
30
kondisi masyarakat seperti pendidikan, sosial ekonomi dan
budaya(Penelitian, 2010; K. RI, 2012). Kondisi geografi serta keadaan
sarana pelayanan yang kurang siap ikut memperberat permasalahan
ini. Kondisi tersebut mengakibatkan 3 terlambat (terlambat mengambil
keputusan, terlambat sampai di tempat pelayanan dan terlambat
mendapatkan pertolongan yang adekuat) dan 4 terlalu (terlalu tua,
terlalu muda, terlalu banyak, terlalu rapat jarak kelahiran).
Keterlambatan pengambilan keputusan di tingkat keluarga dapat
dihindari apabila ibu dan keluarga mengetahui tanda bahaya kehamilan
dan persalinan serta tindakan yang perlu dilakukan untuk mengatasinya
di tingkat keluarga(Sarwono).
Foster dan Anderson (1986) menjelaskan bahwa proses perubahan
tingkah laku atau pengambilan keputusan yang dilakukan oleh individu
atau kelompok didasarkan pada pertimbangan pragmatis dan empiris.
Tahap penerimaan gagasan baru akan mensyaratkan diperlukannya
sejumlah proses seperti proses pembelajaran, proses penyeleksian,
penyesuaian, dan pengadaptasian. Proses ini menurut Kalangie dapat
berlangsung pada derajat kecepatan yang berbeda antara satu sistem
sosial tertentu dengan sistem sosial lainnya(Maas, 2004)
2. Tujuan Pendampingan
Pendampingan merupakan salah satu strategi yang umum
digunakan oleh pemerintah dan lembaga non profit dalam upaya
31
meningkatkan mutu dan kualitas dari sumber daya manusia, sehingga
mampu mengindentifikasikan dirinya sebagai bagian dari permasalahan
yang dialami dan berupaya untuk mencari alternatif pemecahan
masalah yang dihadapi. Pendampingan merupakan proses
pembimbingan atau pemberian kesempatan kepada masyarakat (dalam
hal ini ibu hamil dan keluarga) yang dilakukan oleh para pendamping
atau fasilitator melalui serangkaian aktivitas yang memungkinkan
komunitas tersebut memiliki kemampuan dan kepercayaan diri dalam
menghadapi permasalahan di seputar kehidupannya. Teori psikososial
mengemukakan bahwa perbedaan status sosio-ekonomi
mempengaruhi kesehatan melalui persepsi tentang posisi seseorang
dalam hirarki sosial. Perbandingan yang dilakukan seseorang dengan
orang lain mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraannya. Makin
rendah hirarki sosial seseorang, makin tidak berdaya dan makin sering
mengalami masalah-masalah kesehatan(Organization, 2010).
Sebagaimana kita ketahui, bahwa kemampuan sumber daya manusia
sangat dipengaruhi oleh keberdayaan dirinya sendiri. Semakin
seseorang merasa tidak berdaya, maka semakin sulit untuk
memecahkan masalah secara mandiri. Oleh karena itu sangat
dibutuhkan kegiatan pemberdayaan disetiap kegiatan pendampingan.
Dalam buku pedoman pemberdayaan masyarakat dikatakan bahwa
pendampingan adalah kegiatan yang dilakukan bersama-sama
masyarakat dalam mencermati persoalan nyata yang dihadapi di
32
lapangan selanjutnya mendiskusikan bersama untuk mencari alternatif
pemecahan kearah peningkatan kapasitas produktivitas masyarakat.
Selanjutnya dikatakan bahwa pendampingan pada hakekatnya
merupakan upaya menyertakan masyarakat dalam mengembangkan
berbagai potensi yang dimiliki sehingga mampu mencapai kualitas
kehidupan yang lebih baik.
Dalam kegiatan pendampingan, dibutuhkan bantuan dari pihak luar -
baik perorangan maupun kelompok- untuk memberdayakan mereka
memecahkan masalahnya secara mandiri. Pendampingan diupayakan
untuk menumbuhkan keberdayaan dan keswadayaan agar masyarakat
yang didampingi dapat hidup secara mandiri. Jika dikaitkan dengan
proses pendampingan bagi ibu hamil, maka pendampingan diartikan
sebagai proses memberikan pengetahuan dan motivasi bagi ibu hamil
untuk mengenal kehamilannya dan resiko yang mungkin terjadi dari
proses kehamilan tersebut.
Tujuan utama dari kegiatan pendampingan ibu hamil dan keluarga
adalah dalam rangka perubahan perilaku ibu hamil dan keluarganya
(suami maupun keluarga dekatnya), memberdayakan mereka sehingga
bisa mengenal tanda dan bahaya kehamilan serta mampu mengambil
keputusan terhadap masalah kehamilan dan persalinan yang akan
dihadapinya. Untuk mencapai hal tersebut, beberapa hal yang
dilakukan pada proses pendampingan adalah :
33
a) Memberikan edukasi kepada ibu hamil dan keluarga, sehingga
mereka memiliki pengetahuan yang memadai tentang kehamilan
dan resiko yang menyertai setiap kehamilan. Dengan
pengetahuan yang cukup, diharapkan ada perubahan sikap dan
praktek dalam perawatan kehamilan, serta kemampuan untuk
mengambil keputusan secara mandiri.
b) Melakukan skreening terhadap ibu hamil yang memiliki resiko
terkait dengan kehamilannya, dengan menggunakan kartu skor
Pudji Rochjati (KSPR).
c) Membantu bidan untuk memastikan bahwa pelayanan antenatal
care sudah berjalan sesuai standar yang diharapkan
3. Perubahan Perilaku
Perilaku manusia khususnya yang berkaitan dengan perilaku
kesehatan bersifat kompleks dan tidak mudah dipahami secara jelas.
Banyak teori yang berkembang untuk menjelaskan perilaku manusia,
beberapa diantaranya relevan dengan bidang kesehatan. Belum ada
teori yang mencakup semua aspek perilaku manusia dibidang
kesehatan, bahkan banyak teori yang saling bertolak belakang.
Beberapa teori perubahan perilaku diantaranya :
a) Teori Stimulus Organisme (SOR), yang didasarkan pada asumsi
bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung
kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan
34
organisme, sebagaimana bagan di bawah ini(Notoatmodjo,
2010) :
Gambar 1. Teori Stimulus Organisasi (SOR)
b) Teori Reason Action (TRA), menunjukkan bahwa perilaku
seseorang ditentukan ―niat‖ yang dipengaruhi oleh sikap
terhadap perilaku, norma subyektiv, dan kontrol terhadap
perilaku, sebagaimana bagan dibawah ini(Morris, Marzano,
Dandy, & O’Brien, 2012; Notoatmodjo, 2010) :
Behavioral Belief
Evaluation of Behavioral Outcome Normative Beliefes
Motivation to Comply Control Belief
Percieved Power
Gambar 2. Model Teori Reason Action (TRA)
STIMULUS ORGANISME (Perhatian, Pengertian,
Penerimaan)
RESPONS
Perubahan
Sikap
Perubahan
Tindakan
Intervensi :
PROMKES
Attitude Toward
Behavior
Subjective Norm
Percieved Behavior Control
Behavior
Intention BEHAVIOR
35
c) Teori PRECED - PROCEED yang di kembangkan oleh Lawrence
Green (1980)(Green & Kreuter, 1999) menganalisis perilaku
manusia dari tingkat kesehatan yang dipengaruhi oleh 2 faktor
pokok, yakni perilaku (behavior causes) dan faktor di luar
perilaku (non-behavior causes). Untuk faktor Perilaku
dipengaruhi oleh : Predisposing, Enabling, dan Reinforcing
Causes in Educational Diagnosis and Evaluation (PRECEDE)
yang merupakan fase dalam diagnosis masalah. Sedangkan
faktor Non-Perilaku dipengaruhi oleh : Policy, Regulatory,
Organizational Construct in Educational and Environmental
Developmental (PROCEED) yang merupakan fase dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi promosi kesehatan.
Menurut teori Green ini, bahwa perilaku terbentuk dari 3 (tiga)
faktor yakni : faktor-faktor predisposisi (predisposing factors),
faktor-faktor pemungkin (enabling factors), dan faktor-faktor
penguat (reinforcing factors). Karenanya, modifikasi perilaku
dapat dilakukan dengan memberikan intervensi terhadap ketiga
faktor diatas, sebagaimana gambar dibawah ini :
B = f (PF, EF, RF)
Gambar 3. Teori PRECEDE
PREDISPOSING FACTORS (PF)
ENABLING FACTORS (EF)
REINFORCING FACTORS (RF)
BEHAVIOR
36
d) Teori Transteoritical Model dari Prochaska, bahwa ada
beberapa tahapan yang harus dilalui seseorang ketika
memutuskan sesuatu yang baru. Setiap orang akan memberikan
respons yang berbeda tergantung pada tahap mana orang
mendengar pesan/informasi/stimulus tersebut. Tahap-tahap ini
dijelaskan dalam Teori Perubahan Perilaku menurut
Prochaska(Prochaska & Velicer, 1997), sebagai berikut :
Sumber : American Jurnal of Health Promotion (1997)
Gambar 4. Tahapan Perubahan Perilaku menurut Prochaska
e) Social Cognitiv Theory atau Social Learning Theory, yang
menekankan bahwa pembelajaran sosial adalah jalan yang kuat
dari perubahan perilaku" (Jackson 2005). Teori pembelajaran
sosial menyoroti peran penting pemerintah dalam membuat
kebijakan lingkungan yang mendukung perubahan perilaku
masyarakat(Sierra & McQuitty, 2007). Teori belajar sosial
37
(Bandura, 1977) ini menekankan bahwa kita belajar dengan trial
and error. Apakah kita menerima penghargaan atau hukuman
akan mempengaruhi bagaimana kita memutuskan untuk
berperilaku. Kita belajar dengan mengamati bagaimana orang
lain berperilaku (orang tua, teman sebaya, dan lain-lain).
Dan masih banyak lagi teori perubahan perilaku yang
dikemukakan oleh berbagai pakar. Dari beberapa teori
perubahan perilaku diatas, sebetulnya ada dua kategori utama
yang mempengaruhi apakah seseorang mau atau tidak
melakukan ―perubahan perilaku‖, yaitu adanya pandangan
terhadap hal-hal yang menghambat (atribut negativ) dan hal-hal
yang menyenangkan atau menguntungkan dari perilaku baru
tersebut (atribut positif ). Perubahan perilaku bisa dilakukan
dengan mengurangi hambatan dan mencari cara untuk
meningkatkan motivasi masyarakat untuk melakukan perilaku
tertentu (Prager, 2012).
4. Determinan Perilaku
Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk di
batasi karena perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor, baik
internal maupun eksternal. Menurut Green faktor perilaku dibentuk oleh
tiga faktor utama(Green & Kreuter, 1999), yaitu :
38
a) Faktor predisposisi (predisposing factors), yaitu faktor yang
mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku
seseorang antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan,
kepercayaan, nilai-nilai dan tradisi.
b) Faktor pemungkin (enabling factors), yaitu faktor yang
memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan
antara lain umur, status sosial ekonomi, pendidikan, prasarana
dan sarana serta sumber daya.
c) Faktor pendorong atau penguat (reinforcing factors), faktor yang
mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku misalnya
dengan adanya contoh dari para tokoh masyarakat yang menjadi
panutan.
Jackson (2005) dalam Triandi’s Theory of Interpersonal
Behavior menekankan pentingnya peranan dari ―niat (intention)‖
sebagai faktor penentu perilaku(Triandis, 1979). Selanjutnya niat
ditentukan oleh : sikap, faktor sosial, dan affect. Teori ini mirip
dengan Teory Reason Action (TRA) nya Fesbein dan Ajzen
(1980) yang juga menekankan pada ―niat‖ sebagai faktor
penentu perilaku(Habermas & Habermas, 1985). Bedanya, pada
Triandi’s Theory of Interpersonal Behavior ada pengaruh Habits
(kebiasaan) serta kondisi fasilitas yang membentuk perilaku,
sebagaimana bagan dibawah ini :
39
Sumber : Paper presented at: Nebraska symposium on motivation (1979) Gambar 5. Triandi’s Theory of Interpersonal Behavior
5. Komunikasi Perubahan Perilaku melalui Pendampingan
Komunikasi Perubahan Perilaku adalah komunikasi yang
menggunakan berbagai saluran untuk memperbaiki perilaku
(kesehatan) masyarakat(Glanz, Rimer, & Viswanath, 2008). Komunikasi
Perubahan Perilaku juga dapat diartikan sebagai Pengembangan
Media Komunikasi yang berbasis pada perubahan perilaku. Komunikasi
Perubahan Perilaku merupakan pengembangan baru dari KIE
(komunikasi, Informasi dan Edukasi), yang lebih mengedepankan
proses 2 arah dalam komunikasi untuk mencapai perubahan perilaku,
dimana kelompok sasarannya bukan hanya masyarakat (kelompok
primer), tetapi juga petugas/tokoh berpengaruh (kelompok sekunder )
dan pembuat kebijakan (kelompok tersier ). Proses dalam komunikasi
perubahan perilaku dapat di gambarkan sebagai berikut :
40
Gambar 6. Proses dalam Komunikasi Perubahan Perilaku
Komunikasi diyakini memegang peranan penting dalam
perubahan pengetahuan, sikap dan norma dari individu. Agar dapat
menjadi perilaku, maka pengetahuan harus masuk dalam diri
seseorang sehingga mempengaruhi sikap dan nilainya terhadap
kesehatan. Dalam hal ini, sikap ibu hamil terhadap kehamilannya.
Misalnya adanya nilai bahwa ibu hamil yang mengkonsumi makanan
bergizi akan melahirkan anak yang cerdas, akan mendorong ibu hamil
untuk bersikap positiv terhadap pemeriksaan kehamilannya melalui
pelayanan antenatal care. Proses ini akan berjalan efektiv bila
komunikasi dilakukan secara terus menerus secara konsisten. Salah
satu strateginya melalui upaya pendampingan kepada ibu hamil
maupun keluarga, sehingga secara terus menerus mereka diingatkan
untuk berprilaku positiv terhadap kehamilannya.
Sebagaimana ditulis diatas, dalam kegiatan pendampingan
dibutuhkan bantuan dari pihak luar - baik perorangan maupun
KOMUNIKASI MENGGUNAKAN
SALURAN
PERUBAHAN
PERILAKU
Pendekatan sistematis & interaktif utk menyampaik
a pesan
Yang menggunakan
berbagai saluran (bisa
langsung, media
massa, dll)
Mulai dari sasaran primer, tokoh masyarakat,
organisasi, pembuat
kebijakan, dll
41
kelompok - untuk memberdayakan mereka memecahkan masalahnya
secara mandiri. Bantuan pihak luar akan lebih efektiv bila dilakukan
melalui upaya kerjasama atau kolaborasi dengan lintas sektor, baik
pemerintah maupun lembaga non pemerintah.
D. Kolaborasi Lintas Sektor
1. Latar Belakang
Sebuah pandangan kritis yang disampaikan dalam rangka
menyambut dua puluh lima (25) tahun Ottawa charter juga menyatakan
bahwa tantangan promosi kesehatan semakin berat. Harus ada
perubahan “mind-set”, gerakan aksi, serta aktivitas lain yang lebih
implementatif dan bisa menjawab kebutuhan masyarakat dunia. Salah
satu jawabannya adalah sebuah kerjasama (collaboration) atau
kemitraan (partnership) antara scientific (melalui penelitian-
penelitiannya) dengan praktisi(Ansell & Gash, 2008; Nikolic & Maikisch,
2006).
Definisi sehat menurut badan kesehatan dunia(Habersack &
Luschin, 2013) adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik,
mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau
kecacatan. Hal ini berarti kesehatan tidak hanya mempunyai dimensi
fisik, mental, dan sosial saja, tetapi juga mencakup dimensi ekonomi(R.
Indonesia, 2009). Artinya, meskipun seseorang secara fisik, mental dan
sosial sehat, tetapi tidak produktif secara ekonomi atau sosial maka
42
orang tersebut tidak sehat. Produktif secara ekonomi dapat diukur dari
pekerjaan, sedangkan produktif secara sosial diukur dari kegiatan-
kegiatan yang terkait peningkatan kualitas hidup pribadinya sendiri atau
orang lain atau masyarakat melalui aktivitas atau kegiatan kegiatan
positif. Kesehatan dibuat oleh orang-orang dalam pengaturan
kehidupan sehari-hari mereka, di mana mereka belajar, bekerja,
bermain, dan memperoleh kasih sayang dari
lingkungannya(Organization, 1986). Olehnya itu, kesehatan bukanlah
statis, bukan melulu persoalan tubuh fisik dengan organ dan sistem
organ didalamnya, tetapi dinamis, progresif dan kontinum(Habersack &
Luschin, 2013).
Orientasi pelayanaan kesehatan telah bergeser dari pelayanaan
kesehatan konvensional (paradigma sakit) ke pelayanan kesehatan
sesuai paradigma baru (paradigma sehat). Orientasi pelayanan
kesehatan telah bergeser dari paradigma ―hitam-putih‖ : sehat-sakit,
pengobatan-penyembuhan, pelayanan Rumah sakit-poliklinik, serta
tenaga medis-paramedis, ke arah yang lebih komprehensif. Kondisi
sehat-sakit bukanlah hitam-putih. Sehat bukan berarti tidak sakit dan
sakit bukan berarti tidak sehat. Pelayanan kesehatan lebih diarahkan
pada preventif dan promotiv, untuk menjaga agar orang-orang tetap
―sehat‖ serta berada dalam lingkungan yang sehat. Yang layak bicara
persoalan kesehatan bukan hanya kalangan medis-paramedis, tapi
43
juga tenaga kesehatan lainnya (kesehatan masyarakat, dan lain-lain),
bahkan non-kesehatan.
2. Pengertian Kerjasama Lintas Sektor
Kolaborasi adalah sebuah kerjasama antara satu atau lebih
lembaga publik yang secara langsung terlibat dalam proses
pengambilan keputusan kolektif yang bersifat formal. Sedangkan
Jonathan (2004) mendefinisikan kolaborasi sebagai proses interaksi
diantara beberapa orang yang berkesinambungan. Kolaborasi
merupakan proses kompleks yang membutuhkan sharing pengetahuan
yang di rencanakan yang disengaja dan menjadi tanggungjawab.
Sering disamakan dengan pengertian Partnership (kemitraan) yang
merupakan kerjasama dua atau lebih organisasi yang memiliki
komitmen bersama untuk mencapai tujuan(Osborne, 2002). Literatur
lainnya menyebutkan bahwa kolaborasi adalah hubungan antara
individu atau kelompok yang berbeda untuk mengambil tindakan
terhadap masalah dengan cara yang lebih efektif atau berkelanjutan,
sedangkan Partnership (Kemitraan) didefiniskan sebagai kolaborasi
antara individu, kelompok, organisasi, pemerintah atau swasta guna
melakukan aksi bersama untuk mencapai tujuan bersama(Nikolic &
Maikisch, 2006). Konsep kemitraan menyiratkan adanya perjanjian
yang lebih formal (mungkin mengikat secara hukum) di antara pihak-
pihak terkait dengan peran dan tanggung jawab, serta sifat tujuan yang
akan di capai.
44
Karena berasal dari latar belakang institusi yang berbeda, karakter
organisasi yang berbeda, serta keragaman lainnya, maka dalam upaya
untuk melakukan kerjasama bukanlah pekerjaan yang mudah. Terdapat
sejumlah tantangan dalam melakukan partnership, antara lain :
tantangan struktural, prosedural, finansial dan program, professional,
status dan legitimasi, serta tantangan pengakuan. Untuk menjaga
kesinambungan kerjasama, para pihak perlu memperhatikan hal-hal
berikut : menjaga visi, misi dan tujuan bersama; adanya kebutuhan
bersama; memahami nilai dan budaya masing-masing organisasi;
adanya kepemimpinan yang efektif, sponsorhip, pengetahuan dan
keahlian; mempertahankan infrastruktur yang tersedia; mendukung
proses secara bersama; serta memahami adanya persamaan dan
perbedaan (Robeson, 2009).
3. Pentingnya Kerjasama Lintas Sektor
Salah satu ciri dunia global adalah kecendrungan para pelaku dari
sektor dan tingkat yang berbeda untuk bekerjasama secara kolektif
sebagai sebuah komunitas. Di sektor kesehatan, banyak muncul
kemitraan publik dan swasta (public-private partnership) yang memiliki
sasaran dan tujuan bersama serta memiliki komitmen untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat(Buse, Mays, & Walt,
2012). Di Indonesia, bentuk-bentuk kerjasama lintas sektor dibidang
kesehatan telah lama dikembangkan. Sebut saja kemitraan antara
45
bidan dan dukun dalam mengelola persalinan yang aman dan sehat,
kemitraan antara petugas kesehatan dan masyarakat yang menjadi
Pengawas Minum Obat (PMO), kerjasama antara pemerintah
desa/kelurahan-petugas kesehatan-kader kesehatan dalam
pengelolaan posyandu, dan lain-lain. Masih seputar kemitraan, pada
tanggal 23 Juni 2010, Menko Kesra Agung Laksono meluncurkan
Gerakan Kesehatan Ibu dan Anak (GKIA) dijakarta. Gerakan ini
diharapkan dapat menjadi konsolidasi dan koordinasi antara lembaga-
lembaga pemerintah dan organisasi non pemerintah yang selama ini
memiliki kepedulian untuk menurunkan angka kematian ibu dan
anak(Koordinator Kesejahteraan Rakyat, 2012). Persoalan kemitraan
dan kerjasama lintas sektor sebenarnya telah dibahas dan dihasilkan
kesepakatan dalam konferensi Promosi Kesehatan di Jakarta tahun
1997, dan telah tertuang dalam Deklarasi Jakarta(Organization, 1997).
Dengan hadirnya para peserta dari berbagai latar belakang, baik dari
sektor kesehatan maupun non-kesehatan, baik dari pemerintah
maupun swasta, merupakan pencerminan adanya kemitraan dan
kerjasama lintas sektor.
Tujuan utama membangun kemitraan adalah untuk memperoleh
dukungan sumber daya (man, money, material) bagi terwujudnya
sarana dan prasarana guna memfasilitasi perilaku hidup sehat
masyarakat. Dalam mengembangkan kemitraan, prinsip umum yang
46
harus dipahami bersama antara sektor kesehatan dengan mitra antara
lain(Notoatmodjo, 2005) :
a) Persamaan (equity) : dimana masing-masing institusi atau
lembaga harus menempatkan diri setara atau sama dengan
yang lain.
b) Keterbukaan (transparancy) : masing-masing pihak harus
terbuka terhadap yang lain, terutama dalam hal sumber daya
untuk pelaksanaan kegiatan bersama.
c) Saling menguntungkan (mutual benefit) : masing-masing pihak
harus diuntungkan dengan adanya kegiatan atau hasil kegiatan
bersama tersebut.
WHO menekankan bahwa membangun kerjasama lintas sektor
yang efektiv merupakan komponen penting dalam menyukseskan
pembangunan di bidang kesehatan. Rinehart menggambarkan
kesuksesan kolaborasi sebagai sebuah roda dimana inti dari lingkaran
tersebut adalah kepercayaan (trust).
4. Model-Model Kerjasama Lintas Sektor
Thomson & Perry (2006) mengatakan bahwa kolaborasi adalah
suatu proses dimana para stakeholder berinteraksi dan bernegosiasi,
serta secara bersama-sama membuat aturan dan struktur yang
mengatur hubungan mereka. Ada 3 (tiga) hal penting yang perlu
diperhatikan dalam proses kolaborasi-apapun modelnya-yakni :
47
negosiasi, komitmen dan aksi (implementasi). Negosiasi dilakukan
untuk membagun hubungan dan komitmen bersama untuk
melaksanakan kerja. Sedangkan Gash & Ansell (2007) menekankan 6
(enam) kriteria penting dalam sebuah kolaborasi :
a) Adanya forum yang diprakarsai oleh lembaga-lembaga publik
atau lembaga non goverment;
b) Peserta dalam forum adalah (termasuk) aktor non goverment;
c) Peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dan
tidak hanya oleh lembaga-lembaga publik;
d) Forum yang terbentuk secara resmi terorganisir dan bertemu
secara kolektif;
e) Forum bertujuan untuk membuat keputusan;
f) Fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau manajemen
publik.
Penelitian-penelitian tentang kolaborasi maupun kemitraan antara
berbagai stakeheolders telah banyak dilakukan. Kolaborasi antara
Perguruan Tinggi (Universitas) dengan masyarakat dilakukan antara
University of South Carolina (USC) College of Nursing dengan tiga
puluh (30) organisasi masyarakat guna mengembangkan sistem
informasi kesehatan berbasis masyarakat(Hendricks et al., 2000),
antara Fakultas Keperawatan dengan Kelompok masyarakat dalam
rangka promosi kesehatan remaja, yang memberi manfaat untuk
masyarakat (khususnya remaja) maupun mahasiswa(Corona,
48
Gonzalez, Cohen, Edwards, & Edmonds, 2009), antara Universitas di
Nevada dengan komunitas keagamaan berhasil membentuk sebuah
Kelompok kerjasama untuk kesehatan yang lebih baik (Woodson et al.,
2009). Sebagian besar kolaborasi dilakukan antara pihak Perguruan
Tinggi (Universitas) dengan Organisasi Kemasyarakatan dan
menghasilkan sebuah lembaga baru (organisasi formal maupun
informal, forum komunikasi, dan lain-lain) yang bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, seperti yang ditunjukkan
oleh kolaborasi antara Universitas Nevada dengan komunitas
keagamaan dibawah ini :
Gambar 7. Model Kolaborasi Lintas Sektor di Nevada
Sebuah kolaborasi antara Duke University dengan lembaga
kemasyarakatan Durham County dan Rumah Sakit (Hospitals and
University of Nevada Cooperative Extension
(UNCE) COLLABORATIO
N :
Faith community (komunitas keagamaan/ gereja)
To address health disparities in Clark
County Nevada The Evolution The Challenges
Bentuk Kolaborasi, antara lain : Pemeriksaan tekanan darah bulanan, distribusi poster kesehatan di gereja-
gereja (khususnya faktor risiko penyakit kronis), penyuluhan oleh tokoh agama (pendeta), kolaborasi dg stasiun radio, pameran kesehatan, dll.
Community Partnership for
Better Health (CPBH)
49
Health Centre) yang membantu masyarakat memantau kesehatan di
rumah tangga(Cook, Michener, Lyn, Lobach, & Johnson, 2010), serupa
dengan kerjasama antara Universitas dan Masyarakat di Richmond
Latino yang focus pada kebutuhan kesehatan anak muda di
Latino(Corona et al., 2009). Model yang dibangun oleh Duke University
dan County Durham mampu menghubungkan sistem rujukan dalam
masyarakat. Perawat maupun mahawasiswa kedokteran bekerja
merawat pasien di rumah (yang terdaftar dalam program dan memiliki
penyakit kronis). Mereka berhasil mengidentifikasi lima langkah kunci
untuk membangun koneksi tersebut, yakni : 1) Sharing dana, sistem
informasi data, dan pengambilan keputusan di antara organisasi
masyarakat; 2) Menyediakan data dan informasi untuk perbaikan
kualitas penyedia perawatan primer; 3) Reimagining perawatan ke
pusat sesuai kebutuhan pasien; 4) Reorientasi agenda penelitian dan
pengumpulan data untuk mengetahui kebutuhan masyarakat; dan (5)
Mendidik dokter di masa depan, peneliti, dan administrator dalam
keterlibatan masyarakat.
Model kolaborasi yang dibentuk antara Duke University, Durham
County dan Hospitals and Health Centre adalah sebagai berikut :
50
Gambar 8. Model Kolaborasi Lintas Sektor di North Carolina
Di Bangladesh, kerjasama lintas sektor non-kesehatan dengan
Universitas sukses mempromosikan pendidikan kesehatan(Sarker &
Joarder, 2012). Kerjasama antara RS dengan praktisi kesehatan lokal,
antara RS dengan stakeholders lain dalam rangka meningkatkan mutu
layanan dan mengendalikan biaya kesehatan yang tinggi(Lewins, 2011;
Olden, 2003), maupun kerjasama yang bertujuan untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak(Abul
Fadl, Bagchi, & Cheikh Ismail, 2010; Akhtar et al., 2014; Ferrer,
Aronstein, & Conley, 2013). Untuk mewujudkan kerjasama yang
optimal, maka setiap stakeholder-mitra harus memiliki : visi dan
komitmen yang kuat, kepemimpinan, serta struktur kolaborasi yang
efisien(Nikolic & Maikisch, 2006).
Dalam penelitian-penelitian yang melibatkan partisipasi
masyarakat hendaknya selalu diingat etika penelitian serta kehati-
Duke University
Durham Community Health Networkers
Hospitals and Health Centre
COLLABORATION :
Community Care of North Caroline
Care managers are assigned to work individually with patients (and their families) enrolled in Medicaid or CHIP who have
chronic diseases
51
hatian dalam mengintepretasikan hasil wawancara dengan
mereka(McGrath, Fullilove, Kaufman, Wallace, & Fullilove, 2009). Dan
selalu saja, kendala dalam pelibatan partisipasi masyarakat adalah
persoalan ―keberlanjutan‖ program. Sementara dalam hal kolaborasi,
isu terbaru saat ini adalah mengenai “miskinnya kolaborasi efektif dan
cerdas dalam kemitraan kesehatan antara institusi pendidikan bersama
institusi pelayanan kesehatan”.
Olehnya itu, bila kerjasama melibatkan Perguruan Tinggi, maka
beberapa strategi perlu dilakukan seperti melakukan perencanaan yang
matang mengenai transfer ilmu, peningkatan ketrampilan, serta proses
pendampingan. Mahasiswapun hendaknya dibekali dengan ketrampilan
melalui pelatihan-pelatihan. Sebuah studi di Washington menulis bahwa
untuk mempersiapkan mahasiswa ke masyarakat mereka di berikan
pelatihan selama 10 minggu(Lindsey & Hawk, 2013).
Dalam rangka membantu pemantauan pertumbuhan dan
perkembangan anak di masyarakat, maka pelatihan diberikan kepada
pekerja/kader kesehatan(Geoffrey Chamberlain, 2013), ataupun
pemantauan, konsultasi dan kunjungan rumah yang dilakukan sejak
kontak pertama dengan ibu-ibu(Bailey & Dal Poz, 2010).
Dari beberapa model kolaborasi yang dilaksanakan dan
dikembangkan dibeberapa negara oleh beberapa pihak, selalu diawali
oleh sebuah proses ―dialog‖ atau negosiasi yang melibatkan partisipasi
para pemangku kepentingan guna menghasilkan suatu keputusan yang
52
disepakati bersama. Proses diawali oleh dialog (negosiasi),
membangun kepercayaan, komitmen terhadap proses, berbagi
pemahaman, serta hasil sementara (Anshell & Gash, 2007).
5. Mother Support Group
Salah satu pendekatan yang efektiv dalam perubahan perilaku
(khususnya ibu) adalah melalui pembentukan kelas/kelompok ibu
(Mother’s group or Women’s group) untuk diajak berpartisipasi dan
diberikan pemahaman dalam proses pembelajaran(Prost et al., 2013),
karena peningkatan pengetahuan ibu, dan persepsinya tentang
kesehatan anak memberikan kontribusi yang significan bagi kesehatan
anak(Dickie, 2005; Saaka, 2014).
E. Wilayah Pesisir
1. Pengertian
Pengertian tentang pesisir sampai saat ini masih menjadi suatu
pembicaraan, terutama penjelasan tentang ruang lingkup wilayah
pesisir yang secara batasan wilayah masih belum jelas. Berdasarkan
Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Pulau-Pulau Kecil Terluar dan Undang-Undang Nomor 27 Tahun
2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau Kecil, wilayah
pesisir dan Pulau-Pulau terluar didefinisikan sebagai berikut :
Wilayah pesisir adalah kawasan peralihan yang menghubungkan
ekosistem darat dan ekosistem laut yang terletak antara batas
53
sempadan ke arah darat sejauh pasang tertinggi dan ke arah laut
sejauh pengaruh aktivitas daratan(Nomor, 2005). Dengan demikian
wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut. Kay dan
Alder (1999) menyatakan bahwa pesisir merupakan wilayah yang
unik, karena dalam konteks bentang alam, wilayah pesisir
merupakan tempat bertemunya daratan dan lautan(Kay & Alder,
1999).
Sementara itu, Soegiarto (1976) mendefinisikan wilayah pesisir
sebagai daerah pertemuan antara darat dan laut, ke arah darat
wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun
terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang
surut, angin laut, dan perembesan air asin; sedangkan ke arah laut
wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh
proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan
aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di
darat seperti penggundulan hutan dan pencemaran(Patlis, Dahuri,
Knight, & Tulungen, 2001; Tuwo, 2011).
2. Batas-Batas Wilayah Pesisir
Apabila ditinjau dari garis pantai (coastline), maka suatu wilayah
pesisir memiliki dua macam batas (boundaries) yaitu batas yang
sejajar garis pantai (longshore) dan batas yang tegak lurus terhadap
garis pantai (crossshore)(Kay & Alder, 1999). Belum ada ukuran
baku mengenai batas ke arah darat dan ke arah laut dari wilayah
54
pesisir. Untuk kepentingan pengelolan, batas ke arah darat dari
suatu wilayah pesisir dapat ditetapkan sebanyak dua macam, yaitu
batas untuk wilayah perencanaan (planning zone) dan batas untuk
wilayah pengaturan (regulation zone) atau pengelolaan keseharian
(day-to-day management)(Patlis et al., 2001).
Wilayah perencanaan sebaiknya meliputi seluruh daerah daratan
(hulu) apabila terdapat kegiatan manusia (pembangunan) yang dapat
menimbulkan dampak secara nyata (significant) terhadap lingkungan
dan sumberdaya pesisir. Oleh karena itu, batas wilayah pesisir ke
arah darat utuk kepentingan perencanaan (planning zone) dapat
sangat jauh ke arah hulu. Jika suatu program pegelolaan wilayah
pesisir menetapkan dua batasan wilayah pengelolaannya (wilayah
perencanaan dan wilayah pengaturan), maka wilayah perencanaan
selalu lebih luas daripada wilayah pengaturan(Kay & Alder, 1999).
Bentang ruang wilayah Kota Palu sendiri merupakan kawasan
lembah yang di lingkupi oleh perbukitan di sebelah Timur,
pegunungan pada sisi Barat sementara sisi Utara terdapat Teluk.
Secara topografi kawasan dipisahkan oleh aliran sungai dari arah
Selatan yang berhulu di danau Lindu hingga bermuara di teluk pada
sebelah Utara. Kawasan teluk atau wilayah pesisir ini merupakan
kawasan yang baru dihuni akibat adanya pergerakan masyarakat
dari pegunungan dan perbukitan ke arah dataran rendah. Kelompok
tersebut merupakan masyarakat etnis to kaili (suku asli setempat)
55
yang sejak lama telah mendiami kawasan perbukitan dan
pegunungan sekitar lembah. Sebaran masyarakat terus merambah
hingga sampai kawasan tepian teluk dengan berbagai profesi seperti
berdagang, bertani, beternak, buruh hingga nelayan(Ansar, 2012).
3. Karakteristik Masyarakat Pesisir
Secara teoritis, masyarakat pesisir merupakan masyarakat yang
tinggal dan melakukan aktifitas sosial ekonomi yang terkait dengan
sumberdaya wilayah pesisir dan lautan. Dengan demikian, secara
sempit masyarakat pesisir memiliki ketergantungan yang cukup
tinggi dengan potensi dan kondisi sumberdaya pesisir dan lautan.
Namun demikian, secara luas masyarakat pesisir dapat pula
didefinisikan sebagai masyarakat yang tinggal secara spasial di
wilayah pesisir tanpa mempertimbangkan apakah mereka memiliki
aktifitas sosial ekonomi yang terkait dengan potensi dan kondisi
sumberdaya pesisir dan lautan(Ansar,2012).
Menurut Fahmi, Masyarakat pesisir itu sendiri dapat didefinisikan
sebagai kelompok orang atau suatu komunitas yang tinggal di
daerah pesisir dan sumber kehidupan perekonomiannya bergantung
secara langsung pada pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir.
Mereka terdiri dari nelayan pemilik, buruh nelayan, pembudidaya
ikan dan organisme laut lainnya, pedagang ikan, pengolah ikan,
supplier faktor sarana produksi perikanan. Dalam bidang non-
perikanan, masyarakat pesisir bisa terdiri dari penjual jasa
56
transportasi dan lain-lain. Yang harus diketahui bahwa setiap
komunitas memiliki karakteristik kebudayaan yang berbeda-beda.
Masyarakat pesisir pada umumnya sebagian besar penduduknya
bermatapencaharian di sektor pemanfaatan sumberdaya kelautan
(marine resource based), seperti nelayan, pembudidaya ikan,
penambangan pasir dan transportasi laut(Golden SD, 2012).
Karakteristik masyarakat pesisir berbeda dengan karakterisik
masyarakat agraris atau petani. Dari segi penghasilan, petani
mempunyai pendapatan yang dapat dikontrol karena pola panen
yang terkontrol sehingga hasil pangan atau ternak yang mereka
miliki dapat ditentukan untuk mencapai hasil pendapatan yang
mereka inginkan. Berbeda halnya dengan masyarakat pesisir yang
mata pencahariannya didominasi dengan pelayan. Pelayan bergelut
dengan laut untuk mendapatkan penghasilan, maka pendapatan
yang mereka inginkan tidak bisa dikontrol. Masyarakat pesisir
seringkali dikonotasikan sebagai masyarakat yang masih
terbelakang dan berada dalam posisi marginal. Masyarakat pesisir
mempunyai cara berbeda dalam aspek pengetahuan, kepercayaan,
peranan sosial, dan struktur sosialnya. Sementara itu, dibalik
kemarginalannya, masyarakat pesisir tidak mempunyai banyak cara
dalam mengatasi masalah yang hadir(Patlis JM et al, 2001).
57
4. Masyarakat Pesisir di kota Palu
Secara ekonomi Kota Palu mengalami kemajuan berkat
pembangungan yang relatif pesat. Dalam pengembangan Kota Palu
yang mengedepankan wilayah Teluk Palu sebagai tujuan utama
untuk penataan, hal ini mengingat Teluk Palu sebagai bagian depan
yang harus ditata terlebih dahulu dengan menggunakan Konsep
Budaya Kaili, yaitu Gandaria (ruang depan), ruang tengah dan ruang
belakang, ini semacam rumah yang harus di tata dengan baik. maka
bagian depan harus bagus, bagian tengah harus nyaman dan bagian
belakang yang menyuplai(Anhar, 2012).
F. Model Komunikasi Kesehatan untuk Antenatal Care
Model Ekologi Sosial (Social Ecology Model) dikembangkan
oleh Bronfenbrenner sejak tahun 1970 – 1980 an. Kerangka basis teori
model ini adalah untuk lebih memahami keterkaitan dinamis antara
berbagai faktor personal dan lingkungan yang menentukan
perilaku(Golden & Earp, 2012; Sallis, Owen, & Fisher, 2008). Sebuah
studi di Amerika didesain untuk menghubungkan keluarga, teman,
sekolah, dan orang tua murid SMP dan SMA. Sasaran program ini
(yang dilakukan oleh sebuah unversitas) adalah murid dari kalangan
Latino dan Afrika-Amerika di keluarga kelas menengah kebawah, yang
memiliki perilaku nakal dan banyak yang mengalami hamil diluar nikah.
Para murid mengatakan bahwa program tersebut membantu mereka
menjembatani kesenjangan antardunia sosial yang berbeda. Program
58
yang memberikan intervensi komprehensif ini (anak, keluarga,
lingkungan sosial dan sekolah) ini memberi murid harapan dan tujuan
moral untuk melakukan ―sesuatu yang baik bagi masyarakat anda‖.
Pada model ekologi sosial, ada 5 (lima) level yang diberikan
intervensi komunikasi, yakni( Morris J et al, 2012 & Green LW, Kreuter
MW, 1999) : a) pada level individu dilakukan komunikasi perubahan
perilaku; b) pada level keluarga dilakukan komunikasi perubahan
perilaku dan komunikasi perubahan sosial; c) pada level masyarakat
dilakukan komunikasi perubahan sosial; d) pada level organisasi
dilakukan mobilisasi sosial; dan e) pada level pemegang kebijakan
dilakukan advokasi :
Sumber : the Centers for Disease Control and Prevention (1999)
Gambar 9. Model Ekologi Sosial dan bentuk Interveninya
59
Khusus untuk level individu dan keluarga akan dilakukan
komunikasi perubahan perilaku dengan menggunakan teori Triandi’s.
Komunikasi diyakini memegang peranan penting dalam perubahan
pengetahuan, sikap dan norma dari individu. Komunikasi dalam rangka
perubahan perilaku akan efektiv bila menggunakan saluran atau media
(Glanz et al., 2008). Salah satu media yang bisa dimanfaatkan bisa
dalam bentuk modul atau buku panduan yang praktis dan bisa
menginspirasi pembacanya agar mau melakukan perubahan perilaku
sebagaimana ditulis dalam modul atau buku panduan. Jackson (2005)
dalam Triandi’s Theory of Interpersonal Behavior menekankan
pentingnya peranan ―niat (intention)‖ dan ―kebiasaan (habits)‖ sebagai
faktor penentu perilaku.
Mengacu teori tersebut, maka modul yang disusun sebaiknya bisa
merangsang ―niat‖ dan ―konsistensi‖ seseorang untuk melakukannya.
Maka bab pertama dari modul maupun buku pegangan untuk ibu hamil
dalam penelitian ini memuat tentang harapan atau impian. Seseorang
bisa diajak untuk menulis impian dan harapan untuk diri (kehamilan)
maupun masa depan anaknya. Konseling akan berjalan efektiv bila
seseorang memiliki keyakinan bahwa informasi yang diberikan oleh
pendamping merupakan salah satu cara untuk meraih harapan atau
impiannya. Sedangkan pendampingan dilakukan untuk menjaga
konsistensi tindakan sehingga menjadi kebiasaan (habits) dari
perilakunya.
60
Menurut Mc Carthy dan Maine (1994) bahwa determinan proksi
kematian ibu adalah kehamilan itu sendiri dan adanya komplikasi
kehamilan. Artinya, setiap ibu, keluarga, masyarakat, dan juga petugas
kesehatan harus menyadari bahwa kehamilan itu sendiri adalah sebuah
risiko. Sehingga pemeriksaan kehamilan menjadi bagian yang sangat
penting dalam rangka melakukan deteksi dini terhadap risiko-risiko
yang mungkin terjadi, dengan menilai determinan antara dan
determinan kontekstualnya, sebagaimana framework dibawah ini :
Conceptual Framework determinan Kematian Ibu Mc Carthy dan Maine
(1994)
Kehamilan
Komplikasi
Perdarahan Infeksi Eklamsia Partus Macet Ruptura Uterus
Kematian /
Kecacatan
Faktor Tak Diketahui /
Tak Terduga
Determinan Kontekstual
(Contextual Determinant)
Determinan Antara
(Intermediate Determinant)
Determinan proksi
(Proximate Determinant)
Status Wanita dalam Keluarga dan Masyarakat Pendidikan, Pekerjaan,
Penghasilan,
Keberdayaan Wanita
Status Keluarga dalam Masyarakat
Penghasilan, Kepemilikan,
Pendidikan dan Pekerjaan Anggota
Rumah Tangga
Status Masyarakat Kesejahteraan,
Sumber daya (dokter, klinik)
Status Kesehatan
Gizi, Infeksi, Penyakit Kronik, Riwayat Komplikasi
Status Reproduksi Umur, Paritas, Status
Perkawinan
Akses ke Pelayanan Kesehatan
Lokasi Pelayanan Kesehata (KB, Pelayanan Antenatal,
Puskesmas, POED), Jangkauan Pelayanan,
Kualitas Pelayanan, Akses Informasi tentang Pelayanan
Kesehatan
Perilaku Sehat
Penggunaan KB, Pemeriksaan Antenatal,
Penolong Persalinan
61
Berdasarkan conceptual framework determinan kematian ibu
diatas, maka determinan langsung (proksi) yang berhubungan dengan
kematian ibu adalah kehamilan itu sendiri dan komplikasi kehamilan.
Kehamilan ibu terkait dengan ibu hamil sendiri, menyangkut tentang
pengetahuan dan persepsinya terhadap kehamilan yang akan
membentuk sikap dan tindakannya dalam merawat kehamilannya. Bila
ibu memiliki pengetahuan yang baik tentang kehamilan dan komplikasi
yang mungkin terjadi, maka ibu hamil akan melakukan pemeriksaan
kehamilan dengan teratur ke petugas kesehatan sampai kelahiran
anaknya.
Salah satu pendekatan yang selama ini dipakai untuk
meningkatkan pengetahuan ibu hamil adalah melalui kelas/kelompok
ibu (Mother’s group or Women’s group) yang bertujuan untuk mengajak
ibu hamil (sebagai sasaran primer perubahan) berpartisipasi dan
diberikan pemahaman dalam proses pembelajaran(Prost et al., 2013).
Model kelas ibu ini telah dipakai oleh Kementerian Kesehatan dalam
upaya meningkatkan cakupan kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil
melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan ibu(K. K. R.
Indonesia).
Data dinas kesehatan kota Palu menunjukkan, dari 7.397
sasaran ibu hamil di tahun 2015, sebanyak 6.075 (82,12%) terlibat aktiv
dalam kelas ibu. Namun dampaknya kurang maksimal karena
keterbatasan waktu, tempat tidak memadai, suasana tidak kondusiv,
62
partisipasi ibu hamil (datang rutin) rendah, dan lain-lain. Hasil studi
pendahuluan menunjukkan, ada jarak psikologis dalam proses kelas ibu
ini - antara bidan selaku fasilitator kelas ibu dengan ibu hamil sendiri.
Komunikasi terjadi 1 arah, dari bidan ke ibu hamil. Tanggungjawab
kehamilan ―seolah-olah‖ hanya menjadi tanggungjawab bidan. Studi
awal kami menunjukkan bahwa masih banyak ibu hamil yang
mempersepsikan upaya bidan untuk mengumpulkan ibu-ibu dalam
kelas ibu hamil dan memberikan penjelasan tentang buku KIA hanya
merupakan ―kewajiban‖ petugas kesehatan semata, bukan menjadi
kebutuhan ibu hamil. Sedangkan tingkat partisipasi pendamping
(suami) sebagai sasaran sekunder hanya 5,8 %.
Determinan proksi lainnya adalah komplikasi pada kehamilan.
Ini benar-benar merupakan tugas dari petugas kesehatan (bidan) untuk
mengetahuinya melalui pemeriksaan antenatal care (ANC) yang
terstandar. Dengan pemeriksaan ANC yang adekuat, maka determinan
antara seperti : status kesehatan (gizi, infeksi, penyakit kronik, riwayat
komplikasi), status reproduksi (umur, paritas, status perkawinan), akses
ke pelayanan kesehatan (lokasi dan jangkauan pelayanan kesehatan,
informasi tentang pelayanan kesehatan), serta perilaku sehat ibu
(penggunaan KB, pemeriksaan ANC dan penolong persalinan) bisa di
deteksi dari awal.
Hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa bidan ―seringkali‖
tidak melakukan pemeriksaan antenatal care terstandar dan lemah
63
dalam sistem pencatatan dan pelaporan. Waktu yang terbatas dalam
kegiatan ANC (biasanya dilaksanakan saat kelas ibu atau posyandu
dengan waktu terbatas), model pencatatan yang masih manual,
peralatan pendukung yang terbatas, menyulitkan bidan untuk
mendeteksi sejak awal kemungkinan komplikasi kehamilan. Hasil
diskusi dengan bidan kelurahan, bidan koordinator dan
penanggungjawab KIA Dinas Kesehatan Palu pada saat workshop
evaluasi pendampingan mahasiswa menunjukkan bahwa dari 10
(sepuluh) standar pelayanan antenatal care, ada 3 (tiga) layanan ANC
yang jarang dilakukan bidan, yakni : konseling, monitoring asupan
tablet Fe, serta monitoring pemeriksaan laboratorium (khususnya
Haemoglobin).
Olehnya itu, perlu support dari pihak lain untuk memastikan
pelayanan ANC terstandar bisa dilaksanakan. Salah satunya melalui
kegiatan pendampingan ibu hamil dan keluarga oleh mahasiswa
kesehatan yang ada di kota Palu. Untuk mewujudkan hal ini, perlu
kerjasama antara pemerintah (dinas kesehatan) dengan Perguruan
Tinggi serta pihak lain yang memiliki kepedulian terhadap kesehatan
ibu
64
G. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep Penelitian
1. Kerangka Teori
Policy Organizational Community Interpersonl Individu
Kerangka pikir penelitian (dimodifikasi dari Model Kolaborasi Lintas Sektor, Social Ecology Model, Triandis’s Theory of Interpersonal
Behavior dan Conceptual Framework determinan Kematian Ibu Mc Carthy dan Maine (1994)
Determinan Kontekstual
Determinan Antara Determinan Proksi
ANC terstandar & Persalinan
Nakes
Pendampingan Ibu hamil dan
Keluarga
Pembentukan Komunitas Peduli Kesehatan Ibu & Anak (KP-KIA)
Kolaborasi Lintas Sektor
(Pelibatan Masyarakat dan pemerintah)
Pemantauan status kesehatan
Bumil (Deteksi Dini Risiko Tinggi Kehamilan)
Kehamilan
Komplikasi
Kehamilan
I B U S E H A
T
Niat
Modul Pendampingan (kunjungan rutin oleh mhs)
Memfasiltasi Kondisi Kebiasaan
65
H. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Terdapat pengaruh pendampingan mahasiswa terhadap
pelaksanaan standar pelayanan antenatal care;
2. Terdapat pengaruh pendampingan mahasiswa terhadap
pelaksanaan deteksi dini risiko tinggi kehamilan secara mandiri oleh
ibu hamil;
3. Terdapat pengaruh pendampingan mahasiswa terhadap perubahan
perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) ibu hamil;
4. Terdapat pengaruh pendampingan mahasiswa terhadap dukungan
keluarga untuk ibu hamil;
5. Adanya pengaruh karakteristik ibu terhadap pelaksanaan antenatal
care yang berkualitas;
6. Adanya model pendampingan ibu hamil dan keluarga untuk
antenatal care yang lebih berkualitas.
I. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif
Adapun definisi operasional dan kriteria obyektif dari komponen
penelitian yang ada di kerangka konsep adalah sebagai berikut :
66
Tabel 2.2 Definisi Operasional Variabel, Cara ukur, Hasil ukur, dan Skala ukur penelitian
Variabel Definisi Operasional
Variabel Cara Ukur Hasil Ukur
Skala Ukur
Pelaksanaan Standar ANC
Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan/bidan kepada ibu selama kehamilannya dan dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan ANC, meliputi 10 pelayanan : pengukuran tinggi badan dan berat badan, pengukuran tekanan darah, pengukuran LILA, pengukuran tinggi rahim, penentuan letak janin dan denyut jantung janin, penentuan status imunisasi TT, pemberian tablet Fe, pemeriksaan laboratorium, konseling, dan tata laksana kasus.
Lembar Check List
Total Skor standar ANC Sumber : Buku KIA Kemenkes 2015
Rasio
Deteksi Dini Risiko Tinggi Kehamilan
Suatu cara untuk mendeteksi dini kehamilan yang memiliki risiko lebih besar dari biasanya (baik bagi ibu maupun bayinya), akan terjadinya penyakit atau kematian sebelum maupun sesudah persalinan dengan menggunakan kartu skor Poedji Rochjati.
Lembar check list kartu skor Poedji Rochjati
Total kartu skor yang diisi dan dilaporkan
Rasio
Pengetahuan ibu hamil tentang kehamilan dan risikonya
Hal-hal yang diketahui ibu hamil tentang ANC meliputi : pengertian, manfaat, waktu, frekwensi, standar pemeriksaan, manfaat setiap pemeriksaan, yang dihindari selama hamil, tanda dan bahaya kehamilan, persiapan melahirkan, tanda awal
Angket Total skor pengetahuan
Rasio
67
persalinan, rencana tempat persalinan, serta sumber informasi
Sikap ibu hamil terhadap kehamilan, risiko dan pemeriksaan ANC
Respon, kecenderungan ibu memberi penilaian terhadap: kehamilan, ANC, hal-hal yang harus dilakukan dan dihindari selama hamil, informasi (KIE), dan perencanaan persalinan
Angket Total skor sikap
Rasio
Tindakan/ praktek ibu hamil dalam ANC
Praktek/niat ibu untuk melakukan kunjungan ANC, tempat yang dikunjungi untuk ANC, perawatan kehamilan, serta hal-hal yang dilakukan selama pemeriksaan kehamilan.
Angket Total skor tindakan
Dukungan keluarga
Sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya (ibu hamil), siap memberikan dukungan dan bantuan jika diperlukan.
Angket Total skor dukungan keluarga
Rasio
Umur Usia ibu saat pengumpulan data, dihitung dari ulang tahun terakhir
Angket Umur dalam tahun
Rasio
Pekerjaan Matapencaharian ibu hamil yang membuatnya mendapatkan penghasilan
Angket Pekerjaan meliputi : 1 = IRT 2 = PNS 3 = Swasta
Ordinal
Pendidikan Jenjang pendidikan formal akhir yang telah dilalui oleh ibu
Angket 1= SD 2= SMP 3=SMA 4=D3 5= S1
Ordinal
Gravid Kehamilan ibu pada saat ini (kehamilan yang keberapa)
Angket 1= Gravid 1 2= Gravid 2 3= Gravid 3 4= Gravid 4
Ordinal
68
5= Gravid 5 6= Gravid 6
Umur ANC Usia kehamilan ibu pada saat memeriksakan kehamilannya pertama kali
Angket 1= Triwulan 1 2= Triwulan 2 3= Triwulan 3
Ordinal
Frekwensi ANC
Banyaknya kunjungan ibu hamil ke petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan
Angket Sesuai jumlah kunjungan : 1= 1x 2= 2x
Ordinal
69
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
eksperimen semu (quasi eksperiment) mengingat tidak semua variabel
(gejala yang muncul) dan kondisi ekperimen dapat diatur dan dikontrol
secara ketat, dengan rancangan pretest-posttest, nonequivalent control
group design. Untuk mengetahui lebih jauh maknaanya, juga dilakukan
studi kualitatif melalui wawancara mendalam (indepth interview) ke
beberapa informan.
Adapun gambaran mengenai rancangan pretest-posttest,
nonequivalent control group design sebagai berikut(Campbell M et al,
2000) :
Gambar. Rancangan pretest-posttest, nonequivalent control group design
Keterangan Gambar :
01 : Pengukuran kemampuan awal kelompok eksperimen
02 : Pengukuran kemampuan akhir kelompok eksperimen
X : Pemberian perlakuan (Intervensi)
03 : Pengukuran kemampuan awal kelompok kontrol
04 : Pengukuran kemampuan akhir kelompok control
01 X 02 (Kelompok Intervensi)
03 04 (Kelompok Kontrol)
70
Untuk itu, perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : (1)
Pre eksperiment measurenment (pengukuran sebelum perlakuan), (2)
Treatment (tindakan pelaksanaan eksperimen), dan (3) Post
eksperiment measurenment (pengukuran sesudah eksperimen
berlangsung), seperti gambar berikut :
Gambar . Langkah-langkah penelitian
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di wilayah pesisir Kota Palu yang terdiri
dari 12 kelurahan dan berada pada 6 wilayah Puskesmas (Puskesmas
Tipo, Kamonji, Talise, Mamboro, Tawaeli, dan Pantoloan). Kelurahan
akan dibagi menjadi wilayah intervensi dan kontrol. Kelurahan yang
menjadi kelompok intervensi (perlakuan) meliputi : kelurahan tipo,
buluri, ujuna, lere, baiya dan pantoloan. Sedangkan kelurahan yang
menjadi kelompok kontrol meliputi : kelurahan watusampu, barru, taipa,
Ibu Hamil (Kelompok Intervensi), dilakukan
pendampingan oleh mahasiswa
Ibu Hamil (Kelompok Kontrol), tidak dilakukan pendampingan
oleh mahasiswa
Pre-Test Post-Test
71
mamboro, kayumalue pajeko, dan panau sebagaimana peta dibawah
ini :
Alasan pemilihan lokasi penelitian tersebut didasarkan pada :
a. Kelurahan yang memiliki wilayah pesisir dan terrdapat ibu hamil
di wilayah pesisir tersebut;
b. Kelurahan yang memiliki angka kematian ibu tinggi (intervensi
dan kontrol), serta kelurahan yang memiliki angka kematian ibu
rendah (intervensi dan kontrol);
Taipa
Panau
Ky.Pajeko
Buluri
Watusampu
Tipo
mamboro
Baiya
Pantoloan
Lere
Barru
Ujuna
72
c. Kelurahan yang terletak di 3 wilayah dengan karakteristik
berbeda (perkotaan, industri, dan pinggiran).
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama kurang lebih 7 (Tujuh) bulan, mulai
bulan Agustus 2016 – Februari 2017 dengan tahapan sebagai berikut :
a) Tahap 1 : rekruitmen pendamping (mahasiswa) serta pelatihan
mahasiswa, bulan Agustus 2016;
b) Tahap 2 : pre-test (penilaian awal) dan intervensi pendampingan
ibu hamil dan keluarga oleh mahasiswa, bulan September 2016 –
Januari 2017
c) Tahap 3 : post-test dan penilaian pasca intervensi, bulan Februari
2017
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi penelitian adalah semua ibu hamil bertempat tinggal di
wilayah pesisir (meliputi 12 kelurahan). Jumlah ibu hamil di 12
kelurahan tersebut berdasarkan data sasaran ibu hamil pada bulan
Juli tahun 2016 yang dikeluarkan oleh dinas kesehatan kota Palu
sebanyak : 515 ibu hamil
73
2. Sampel
Penelitian ini menggunakan teknik penentuan besar sampel
dengan rumus sampel untuk dua mean satu populasi sebagai
berikut:
210
2
11
2
ZZn
Keterangan:
n = besar sampel
= standar deviasi
Z1- = level of signifikan
Z1- = power / kekuatan uji
μ1 = rata-rata keadaan sebelum intervensi
μ 2 = rata-rata keadaan setelah intervensi
Berdasarkan perhitungan rumus di atas didapatkan jumlah
sampel sebesar 43 untuk kelompok perlakuan dan 43 kelompok
kontrol. Angka 43 yang diperoleh pada hasil perhitungan besar
sampel di atas didapatkan dengan memasukan data jumlah
populasi, tingkat kesalahan yang diharapkan, range dari tingkat
ketelitian/ketepatan serta tingkat kepercayaan yang diinginkan
kedalam Sample Size Determination in Health Studies :
74
Total sampel untuk kedua kelompok sebanyak 86 ibu hamil
dari 515 populasi ibu hamil di Kota Palu. Karena tiap kelurahan
memiliki jumlah ibu hamil yang berbeda, maka dilakukan penarikan
sampel secara Proportionate sampling dengan menggunakan
rumus :
ni = nN
Ni
Keterangan :
Ni : Jumlah sampel yang diinginkan pada setiap strata
Ni : Jumlah populasi pada setiap puskesmas
N : Jumlah seluruh populasi Ibu hamil trimester II - III di kota Palu
n : Besarnya sampel
Hasilnya adalah sebagai berikut :
75
Tabel 3.1 Jumlah dan distribusi sampel
No Kelurahan Jumlah Bumil Jmlh Sampel
Daerah Intervensi 307 43
1. Pantoloan 27 4
2. Baiya 35 5
3. Lere 99 13
4. Ujuna 78 11
5. Tipo 25 4
6. Buluri 43 6
Daerah Kontrol 208
43
1. Panau 53 11
2. Kayumaule Pajeko 25 5
3. Taipa 23 5
4. Watusampu 10 2
5. Mamboro 29 6
6. Barru 68 14
Total Populasi 515 86
Pemilihan sampel yang dilakukan pendampingan (intervensi) dan
kontrol harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
Kriteria Inklusi :
1. Ibu hamil tinggal menetap di lokasi penelitian;
2. Usia kehamilan 4-6 bulan pada bulan september 2016 (TW 2);.
3. Adanya riwayat kontak sebelumnya dengan bidan;
4. Bersedia menjadi responden penelitian dari awal hingga akhir
pengumpulan data.
76
Kriteria Eksklusi :
1. Ibu melahirkan pada usia 7 bulan kehamilan (pre-mature);
Pemilihan sampel yang memenuhi kriteria inklusi dilakukan dengan
melihat data ibu hamil di puskesmas. Untuk kriteria inklusi usia
kehamilan (triwulan 2), diprioritaskan ibu hamil dengan usia
kehamilan lebih tua (masih pada triwulan 2) untuk menjadi sampel.
Apabila terdapat ibu hamil yang memenuhi kriteria inklusi melebihi
jumlah sasaran sampel, maka pemilihan sampel ditentukan
berdasarkan metode acak sederhana (simple random sampling).
3. Pendamping
Yang menjadi pendamping ibu hamil dan keluarga adalah
mahasiswa FKM Universitas Tadulako dengan ketentuan sebagai
berikut :
a. Mahasiswa semester 5 yang sudah menyelesaikan mata kuliah :
dasar-dasar komunikasi, ilmu gizi dasar, dan PBL 1
b. Sementara memprogramkan mata kuliah KIA dan KB
c. Bersedia menjadi pendamping ibu hamil dan keluarga
d. Sudah memperoleh pelatihan sebagai pendamping
Mahasiswa melakukan pendampingan selama 4 bulan. Frekwensi
kunjungan rumah sekurangnya 1x dalam sebulan. Tugas mahasiswa
adalah melakukan monitoring dan edukasi sesuai dengan buku
pegangan ibu hamil.
77
Untuk penelitian kualitatif, dipilih 12 responden dari ibu hamil dan 7
orang informan kunci dari bidan kelurahan, bidan koordinator dan
kepala seksi KIA Dinas Kesehatan kota Palu, sebagai berikut :
Tabel 3.2. Responden Kualitatif
No Kriteria Jumlah
1 Ibu hamil daerah perlakuan 6
2 Ibu hamil daerah kontrol 6
3 Bidan kelurahan 4
4 Bidan koordinator 2
5 Kepala seksi Dinkes Palu 1
Pemilihan sample kualitatif didasarkan pada kriteria sebagai berikut :
1. Ibu hamil yang berasal dari daerah perlakuan (6 orang) dan
kontrol (6 orang) : usia termuda, usia tertua, pendidikan tertinggi,
pendidikan terendah, primigravida, dan multigravida;
2. Bidan kelurahan yang berasal dari daerah perlakuan (2 orang)
dan kontrol (2 orang) : kelurahan tertinggi kasus kematian ibu
dan kelurahan terendah kasus kematian ibu;
3. Bidan koordinator yang berasal dari daerah perlakuan (1 orang)
dan daerah kontrol (1 orang) : bidan yang bertugas di
Puskesmas ujung utara (perlakuan) dan ujung barat (kontrol);
78
D. Kontrol Kualitas
Kontrol kualitas yang dilakukan dalam penelitian ini :
1. Uji Validitas
Untuk menguji bahwa kuesioner yang disusun benar-benar dapat
mengukur obyek dengan tepat (apa yang searusnya diukur), maka
dilakukan uji validitas. Kuesioner yang dilakukan uji validitas adalah
kuesioner tentang : pengetahuan, sikap, tindakan dan dukungan
keluarga. Sedangkan kuesioner untuk pelaksanaan standar ANC dan
deteksi dini risiko tinggi tidak dilakukan uji validitas karena sudah
merupakan standar prosedur dari Kementerian Kesehatan.
Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai R-Hitung (nilai
Pearson Correlation) dan R-Tabel pada tabel R Product Moment. Uji
validitas dilakukan terhadap 30 responden ibu hamil di kelurahan
Talise (n-2 = 28) dengan tingkat signifikansi 5% (0,05) untuk uji 2
arah didapatkan angka r tabel = 0,3610 . Bila dibandingkan dengan
hasil r hitung :
a. Uji Validitas untuk kuesioner pengetahuan
Tabel 3.3. Hasil uji validitas variabel pengetahuan
Pertanyaan r hitung Kesimpulan Pertanyaan r hitung Kesimpulan
P1 0,494 Valid P11 0,546 Valid
P2 0,458 Valid P12 0,578 Valid
P3 0,195 Valid P13 0,639 Valid P4 0,493 Valid P14 0,383 Valid
P5 0,229 Tidak Valid P15 0,281 Tidak Valid P6 0,714 Valid P16 0,584 Valid
P7 0,369 Valid P17 0,561 Valid
P8 0,530 Valid P18 0,548 Valid P9 0,569 Valid P19 0,383 Valid
P10 0,386 Valid P20 0,634 Valid
79
b. Uji Validitas untuk kuesioner sikap
Tabel 3.4. Hasil uji validitas variabel sikap
Pertanyaan r hitung Kesimpulan Pertanyaan r hitung Kesimpulan
S1 0,367 Valid S9 0,467 Valid
S2 0,721 Valid S10 0,655 Valid
S3 0,459 Valid S11 0,560 Valid
S4 0,499 Valid S12 0,583 Valid
S5 0,523 Valid S13 0,589 Valid
S6 0,542 Valid S14 0,498 Valid
S7 0,632 Valid S15 0,519 Valid
S8 0,531 Valid
c. Uji Validitas untuk kuesioner tindakan/praktik
Tabel 3.5. Hasil uji validitas variabel tindakan
Pertanyaan r hitung Kesimpulan Pertanyaan r hitung Kesimpulan
Prac1 0,625 Valid Prac6 0,654 Valid
Prac2 0,743 Valid Prac7 0,778 Valid
Prac3 0,598 Valid Prac8 0,686 Valid
Prac4 0,600 Valid Prac9 0,746 Valid
Prac5 0,594 Valid Prac10 0,970 Valid
d. Uji Validitas untuk kuesioner dukungan keluarga
Tabel 3.6. Hasil uji validitas variabel dukungan keluarga
Pertanyaan r hitung Kesimpulan Pertanyaan r hitung Kesimpulan
DK1 0,671 Valid DK9 0,637 Valid
DK2 0,718 Valid DK10 0,262 Tidak Valid
DK3 0,153 Tidak Valid DK11 0,581 Valid
DK4 0,369 Valid DK12 0,441 Valid
DK5 0,485 Valid DK13 0,576 Valid
DK6 0,624 Valid DK14 0,738 Valid
DK7 0,766 Valid DK15 0,476 Valid
DK8 0,671 Valid
80
Daftar pertanyaan yang digunakan dalam penelitian adalah yang
memenuhi standar validitas (r hitung > r tabel). Kuesioner yang tidak
memenuhi syarat (invalid) tidak dipergunakan dalam penelitian.
2. Uji Reliabilitas
Untuk mengetahui konsistensi sebuah alat ukur, maka dilakukan uji
reliabilitas dengan uji Alpha Cronbach. Kuesioner yang diuji
reliabilitasnya hanya kuesioner yang memenuhi syarat validitas.
Hasilnya sebagai berikut :
Tabel 3.7. Hasil uji Reliabilitas
Variabel Jumlah (item) Cronbach’s Alpha
Pengetahuan 18 0,799
Sikap 15 0,641
Tindakan 10 0,672
Dukungan Keluarga 13 0,745
Nilai cronbach alpha masing-masing instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah > 0,6 artinya bahwa data dikumpulkan
dengan menggunakan instrumen tersebut adalah reliable.
3. Pelatihan Pendamping
Pelatihan bagi pendamping dilaksanakan selama 3 (tiga) hari mulai
tanggal 6 – 8 September 2017. Narasumber pada pelatihan tersebut
terdiri dari akademisi (FKIK Universitas Tadulako), praktisi (Dinas
Kesehatan kota Palu) serta organisasi (Wahana Visi Indonesia).
81
Juga dihadirkan guru besar promosi kesehatan FKM Unhas,
Prof.DR.dr.H.Muh.Syafar,MS selaku narasumber.
4. Etik Clearance
Etik clearance dilakukan oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin untuk menguji
kelayakan keseluruhan usulan penelitian sehingga dinyatakan layak
untuk dilakukan penelitian dengan judul yang diusulkan,
sebagaimana rekomendasi persetujuan etik nomor : 1399
/H4.8.4.5.31/ PP36-KOMETIK/2016 tanggal 7 Nopember 2016.
E. Pengumpulan, Pengolahan dan Analisa Data
1. Pengumpulan Data
Untuk penelitian experimen, pengumpulan data awal/pre-test
dilakukan sesaat sebelum pendampingan. Pengumpulan data
kuantitatif (pre-test) dilakukan selama 1 bulan (bulan agustus). Waktu
pengumpulan data pada setiap wilayah (intervensi dan kontrol) adalah
2 minggu. Kemudian dilakukan intervensi dalam bentuk pendampingan
ibu hamil dan keluarga selama 4 bulan (september – desember).
Pengumpulan data akhir (post-test) dilakukan setelah ibu melahirkan.
Pengumpulan data akhir (post-test) dilakukan selama 2 bulan (januari –
februari), mengingat waktu melahirkan pada ibu hamil tidak bersamaan.
Pengumpulan data awal dan akhir dilakukan baik pada kelompok
intervensi maupun kontrol.
82
Sedangkan pada penelitian kualitatif, wawancara mendalam
dilaksanakan setelah pendampingan. Instrumen yang digunakan adalah
pedoman wawancara dan dibantu dengan alat perekam untuk merekam
jalannya diskusi serta untuk memastikan informasi dapat diperoleh
dengan lengkap.
2. Pengolahan Data
2.1. Data Kuantitatif
Pengolahan data menggunakan perangkat lunak statistik.
Tahap pengolahan data yang dilakukan yaitu :
a) Editing, untuk memastikan data terisi lengkat;
b) Coding, memberi kode pada data;
c) Entry, memasukkan data yang sudah lengkap dan diberi kode;
d) Cleaning, memeriksa kebenaran serta konsistensi data;
e) Scoring, memberi nilai pada data
2.2. Data Kualitatif
Hasil rekaman wawancara mendalam ditranskrip kemudian
dimasukkan kedalam matriks sesuai tema-tema yang telah
ditentukan sebelumnya dan disajikan dalam bentuk matrix kualitatif
untuk dilakukan analisa.
83
3. Analisa Data
3.1. Analisa Univariat
Digunakan untuk melihat sebaran dari karakteristik ibu hamil
yang terdiri dari : umur, pekerjaan, dan pendidikan. Juga untuk
melihat faktor predisposisi ibu hamil yang meliputi : pengetahuan,
sikap, dan tindakan. Uji normalitas terhadap beberapa variabel
menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Hasilnya menunjukkan
bahwa data sebagian besar tidak terdistribusi normal, sehingga
untuk analisis bivariat digunakan uji non parametrik.
3.2. Analisa Bivariat
a) Kesetaraan variabel antar kelompok menggunakan uji :
i. Uji Mann Whitney untuk variabel pengetahuan, sikap,
umur, pekerjaan dan impian ;
ii. Uji Chi-square untuk variabel tingkat pendidikan dan
gravid;
b) Untuk menilai perbedaan skor rata-rata pelayanan antenatal
care terstandar, deteksi dini risiko tinggi, pengetahuan, sikap,
dan tindakan ibu hamil, serta dukungan keluarga sebelum
dan setelah intervensi pada masing-masing kelompok
digunakan uji Wilcoxon Signed Rank Test.
c) Untuk menilai perbandingan selisih rata-rata skor pelayanan
ANC terstandar, deteksi dini risiko tinggi, pengetahuan,
sikap, dan tindakan, serta dukungan keluarga untuk ibu
84
hamil antar kelompok (intervensi dan kontrol) digunakan uji
Mann Whitney.
3.3. Analisa Multivariat
Untuk melihat pengaruh pelaksanaan antenatal care terstandar,
deteksi dini risiko tinggi kehamilan, perilaku (pengetahuan, sikap
dan praktik ibu hamil), serta dukungan keluarga secara bersamaan
serta pengaruh intervensi terhadap pelaksanaan antenatal care
terstandar, deteksi dini risiko tinggi kehamilan secara mandiri,
perilaku (pengetahuan, sikap dan praktik ibu hamil), serta dukungan
keluarga setelah dikontrol oleh karakteristik ibu hamil (umur,
pekerjaan, pendidikan, gravid, umur ANC serta frekwensi ANC)
digunakan Uji Hotelling’s T2.
Berdasarkan konsep Dillon, W. R., & Goldstein, M. (1984)
menyatakan bahwa untuk melihat perbedaan antar dua kelompok
percobaan, yang masing-masing kelompok terdiri dari dua variate
atau lebih, dan akan dilakukan analisis statistik pada variate
tersebut secara serentak.
Uji ini dipilih karena memiliki keunggulan yaitu mampu
digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel independen
secara bersamaan terhadap variabel dependen.
85
J. Alur Penelitian :
Pelatihan untuk Mahasiswa Pendamping
Pendampingan Ibu Hamil dan Keluarga o Melakukan edukasi kepada ibu hamil agar bisa melakukan pengisian
check list dan melakukan monitoring pelayanan ANC sesuai standar serta deteksi dini risiko tinggi kehamilan;
o Melakukan KIE dalam rangka perubahan perilaku ibu hamil
o Melakukan komunikasi dg keluarga utk mendapatkan dukungan keluarga
Penyusunan Modul
dan Pelatihan
IBU HAMIL
Kolaborasi Lintas Sektor Fase 1
Fase 2
PRE-TEST BUMIL & KELUARGA
Fase 3
Fase 4
KELUARGA
(Dukungan Keluraga)
POST TEST BUMIL & KELUARGA
Pelayanan ANC terstandar (10 T)
Deteksi dini Risiko tinggi
kehamilan secara mandiri
Perubahan Perilaku
(Pengetahuan, sikap &
Tindakan)
Dukungan keluarga
86
1. Fase 1 (Persiapan, Advokasi dan Membangun Kesadaran) :
a. Melaksanakan pertemuan lintas sektor, dilaksanakan sebanyak
5 kali pertemuan bertempat di kantor wahana visi indonesia,
dinas kesehatan kota Palu serta di ruang program studi
kesehatan masyarakat Untad.
b. Membangun komitmen, dilaksanakan pada saat workshop
pendampingan mahasiswa yang pertama.
c. Pembentukan Komunitas Peduli Kesehatan Ibu, dilaksanakan
pada tanggal 20 Mei 2016.
d. Mempersiapkan modul pelatihan untuk mahasiswa (tersusun 2
buku pegangan, untuk mahasiswa dan ibu hamil)
2. Fase 2 (Penguatan Kapasitas) :
a. Melaksanakan pelatihan kepada mahasiswa pendamping
dengan modul yg disiapkan. Dilaksanakan pada bulan
September bertempat di gedung IT centre Universitas Tadulako.
b. Merencanakan pendampingan ibu hamil dan keluarga. Pada
saat pelatihan mahasiswa dilakukan pertemuan lintas sektor
untuk membahas tehnis pendampingan dan pembagian wilayah
untuk mahasiswa pendamping.
3. Fase 3 (Pendampingan Ibu hamil dan Keluarga) :
Mengedukasi dan mendampingi ibu hamil agar mampu secara
mandiri melakukan :
87
i. Check list pelayanan antenatal care terstandar (10 T) pada
buku pegangan ibu, melakukan monitoring dan pengisian
tabel asupan tablet tambah darah, pemeriksaan
laboratorium, serta konseling;
ii. Check list dan pengisian skor pudji rohyati pada buku
pegangan ibu hamil dalam rangka deteksi dini risiko tinggi
kehamilan;
iii. Edukasi kepada ibu hamil dalam rangka perubahan perilaku
terhadap kehamilannya;
iv. Edukasi kepada keluarga untuk mendapatkan dukungan
keluarga.
4. Fase 4 (Evaluasi Output) :
Melakukan evaluasi terhadap hasil pendampingan pada :
a. Ibu hamil :
i. Pelayanan ANC (sesuai standar), monitoring terhadap
asupan tablet Fe, pemeriksaan Hemoglobin dan kegiatan
konseling yang diperoleh;
ii. Kemampuan ibu hamil melakukan deteksi dini risiko tinggi
kehamilan;
iii. Perubahan perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan)
iv. Pengisian buku pegangan ibu hamil.
b. Keluarga (suami atau keluarga lain dalam 1 rumah) :
i. Dukungan keluarga terhadap ibu hamil
88
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
1. Keadaan Geografi dan Kependudukan
Kota Palu merupakan ibukota Provinsi Sulawesi Tengah
yang memiliki luas wilayah sekitar 395,06 km² dan secara
administratif pemerintahan terdiri atas 8 kecamatan, 46 kelurahan
serta 160.296 rumah tangga. Dari 46 kelurahan yang ada di Kota
Palu, seluruhnya telah berstatus definitif. Berdasarkan hasil sensus
penduduk Tahun 2000 menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk
dari Tahun 1990-2000 mencapai 3,15%, sedangkan pertumbuhan
penduduk dari Tahun 2000-2010 mencapai 3,35%. Dibanding
kabupaten lainnya yang ada di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah,
penduduk Kota Palu memiliki laju pertumbuhan tertinggi dengan luas
wilayah terkecil, oleh karena itu penduduk Kota Palu lebih padat
dibanding kabupaten lainnya. Jumlah penduduk kota Palu menurut
data dinas kependudukan dan catatan sipil tahun 2016 sebanyak
360.171 jiwa.
Distribusi penduduk Kota Palu menurut kecamatan dan
kelurahan pada Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut ini :
89
Tabel 4.1 Distribusi Penduduk di Kota Palu Menurut Jenis Kelamin Tahun 2016
NO. KECAMATAN L P L + P Rasio
1 Palu Barat
29.353
28.867
58.220
101,68
2 Palu Selatan
34.914
34.045
68.959
102,55
3 Palu Timur
27.041
27.149
54.190
99,60
4 Palu Utara
10.928
10.838
21.766
100,83
5 Ulujadi
14.504
13.977
28.481
103,77
6 Tatanga
22.906
22.519
45.425
101,72
7 mantikulore
31.649
30.851
62.500
102,59
8 Tawaeli
10.569
10.061
20.630
105,05
KOTA PALU
181.864
178.307
360.171
101,99
Sumber : Data profil dinas kesehatan kota palu
2. Situasi Derajat Kesehatan
Umur Harapan Hidup (UHH) merupakan indikator indeks
pembangunan manusia (IPM) yang sangat ditentukan oleh
peningkatan taraf hidup dan status kesehatan masyarakat. Umur
Harapan Hidup penduduk kota Palu pada Tahun 2015 adalah 70,26
tahun, meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya yang mencapai
angka 7,5 (2013) dan 69,5 (2014).
Angka kematian kasar di Kota Palu selama Tahun 2016
berdasarkan laporan Puskesmas sebanyak 928 orang atau sebesar
2,41 per 1.000 penduduk mengalami penurunan dibandingkan Tahun
90
2015 (985 orang atau sebesar 2,71 per1.000 penduduk), Sedangkan
angka kematian kasar berdasarkan golongan umur sebagaimana
tabel dibawah ini :
Tabel 4.2 Angka Kematian Kasar Menurut Kelompok Umur
Kota Palu Tahun 2016
No Kelompok Umur Jumlah Kematian
Persentase Laki-laki Perempuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
<1 tahun
1-4 tahun
5-24 tahun
25-44 tahun
45-64 tahun
>65 tahun
39
6
21
55
199
177
30
5
15
48
160
173
7,44
1,19
3,88
11,10
38,69
37,72
Total 497 431 100
Sumber : profil Dinas Kesehatan kota Palu
Cakupan ibu hamil yang pertama kali diperiksa kehamilannya
(K1) adalah 103,96% dari jumlah sasaran ibu hamil yang ada di Kota
Palu pada Tahun 2016 yaitu 7.935 ibu hamil. Jika dilihat dari
pencapaian Tahun 2015 sebesar 105,2% dengan sasaran 7.485 ibu
hamil terjadi penurunan sekitar 2% namun melebihi target nasional
K1 yaitu 100%, hal ini disebabkan karena adanya perpindahan
penduduk dari satu tempat ke tempat lain sehingga mempengaruhi
cakupan.
Angka kematian ibu yang selanjutnya disebut sebagai AKI
adalah indikator kesehatan yang menggambarkan risiko yang
dihadapi ibu-ibu selama kehamilan dan melahirkan. Ada 3 (tiga)
91
golongan yang termasuk dalam kematian maternal yaitu kematian
ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu nifas (menyusui).
Faktor-faktor yang mempengaruhi angka ini diantaranya
keadaan sosial ekonomi, status kesehatan ibu selama masa
kehamilan serta ketersediaan dan penggunaan fasilitas pelayanan
kesehatan termasuk pelayanan perinatal dan obstetrik.
AKI yaitu kematian ibu hamil, ibu melahirkan dan ibu nifas di
Kota Palu berdasarkan laporan dari Puskesmas cenderung
berfluktuasi selama lima tahun terakhir, sebagaimana tabel dibawah
ini :
Tabel 4.3 Angka Kematian Ibu di Kota Palu
Tahun 2012 - 2016
Tahun Lahir Hidup Jmlh
Kematian Ibu
Angka Kematian
Ibu
2012 6.854 7 102/ 100.000 KH
2013 7.283 12 165/ 100.000 KH
2014 7.233 8 111/ 100.000 KH
2015 7.242 22 365/ 100.000 KH
2016 6.959 11 158/ 100.000 KH
Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kota Palu
Adapun penyebab kematian ibu disebabkan akibat
perdarahan,eklampsia, dan penyebab lain. Penyebab kematian
terbesar pada ibu (maternal) dapat dilihat pada gambar berikut ini:
92
Sumber : Profil Dinas Kesehatan Kota Palu (2016)
Jika dilihat dari data yang ada, faktor penyebab langsung
kematian ibu masih didominasi oleh eklampsia dan penyebab lain-
lain. Sedangkan faktor tidak langsung penyebab kematian ibu karena
faktor 3 (tiga) terlambat yaitu terlambat dalam mencapai fasilitas
pelayanan, terlambat dalam mendapatkan pertolongan yang cepat
dan tepat di fasilitas pelayanan dan terlambat dalam mengenali
tanda bahaya kehamilan dan persalinan, dan 4 (empat) terlalu yaitu
terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering dan terlalu banyak. Ini semua
terkait dengan faktor akses, sosial budaya, pendidikan dan ekonomi.
Eklampsia 42,86%
Penyebab lain-lain 57,14%
Perdarahan 36,36%
Gb.III.5. Penyebab Kematian Terbesar pada Ibu di Kota Palu Tahun 2013
Penyebab kematian terbesar pada ibu di kota palu tahun 2016
93
B. HASIL PENELITIAN
Penelitian ini telah dilaksanakan di 12 kelurahan yang terletak di
wilayah pesisir kota Palu, meliputi : kelurahan tipo, buluri, ujuna, lere,
baiya dan pantoloan (intervensi), kelurahan watusampu, barru, taipa,
mamboro, kayumalue pajeko, dan panau (kontrol). Jumlah sampel
terdiri dari 43 orang ibu hamil di wilayah kontrol dan 43 orang ibu hamil
di wilayah intervensi.
Untuk menjawab tujuan dari penelitian ini maka dilakukan
pengolahan dan analisis data. Berdasarkan hal tersebut diperoleh hasil
penelitian sebagai berikut :
i. Analisis Univariat
Analisis univariat yang dilakukan untuk mendapatkan
gambaran secara deskriptif dari tiap-tiap variabel peneltian.
Karakteristik responden
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh distribusi
karakteristik responden antara lain: umur, pendidikan, pekerjaan,
kehamilan (gravid), serta umur ANC pertama. Terkait hal tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut:
94
Tabel 4.4 Distribusi responden berdasarkan karakteristik pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol di Kota Palu
Tahun 2017
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa distribusi responden
berdasarkan kelompok umur baik pada kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol lebih banyak pada kelompok umur 20-35 tahun
atau kelompok risiko rendah. Demikian halnya dengan pendidikan
responden, baik pada kelompok perlakuan maupun kelompok
kontrol lebih banyak tingkat pendidikan SMA, namun proporsinya
lebih banyak pada kelompok kontrol (49,0 %) dibandingkan
kelompok perlakuan (37,0 %). Sedangkan untuk pekerjaan
Karakteristik
Kelompok Jumlah
Perlakuan Kontrol
N % N % n %
Umur
< 20 tahun 7 16,3 5 11,6 12 14,0
20 – 35 tahun 33 76,7 34 79,1 67 78,0
> 35 tahun 3 7,0 4 9,0 7 8,0
Pendidikan
SDN 10 23,0 6 14,0 16 19,0
SMP 14 33,0 11 25,0 25 29,0
SMA / SMK 16 37,0 21 49,0 37 43,0
D3 (Diploma) 1 2,0 3 7,0 4 4,5
S1 (Sarjana) 2 5,0 2 5,0 4 4,5
Pekerjaan
IRT 35 81,0 33 77,0 68 79,0
Swasta 6 14,0 7 16,0 13 15,0
PNS 2 5,0 3 7,0 5 6,0
Gravid (Kehamilan)
Kehamilan ke-1 13 30,0 16 37,0 29 34,0
Kehamilan ke-2 13 30,0 10 24,0 23 27,0
Kehamilan ke-3 7 17,0 9 21,0 16 19,0
Kehamilan ke-4 9 21,0 4 9,0 13 15,0
Kehamilan ke-5 0 0,0 3 7,0 3 3,0
Kehamilan ke-6 1 2,0 0 0 1 1,0
Kehamilan ke-7 0 0,0 1 2,0 1 1,0
Umur ANC pertama
0–12 minggu (TW 1) 30 70,0 28 65,0 58 67,0
13-24 minggu (TW 2) 13 30,0 15 35,0 28 33,0
Jumlah 43 43 86
95
responden, sebagian besar adalah ibu rumah tangga (81,0% pada
kelompok perlakuan dan 77,0% pada kelompok kontrol).
Untuk kehamilan (gravid), sebagian besar responden pada
kelompok kontrol merupakan ibu yang baru hamil pertama kali (G I
= 37,0%) dan kehamilan yang kedua (G II = 24,0%). Pada
kelompok perlakuan, responden yang baru pertama kali hamil (G I)
dan kehamilan yang kedua (G II) jumlahnya sama yakni 30,0%.
Sebagian besar responden pada kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol telah melakukan pemeriksaan kehamilan
(antenatal care) pada usia kehamilan 0 – 12 minggu (triwulan 1).
ii. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran
perbedaan tiap-tiap variabel penelitian pada kedua kelompok
sebelum dan setelah intervensi pada kelompok perlakuan.
1) Pengaruh pendampingan mahasiswa terhadap pelaksanaan standar ANC ibu hamil
Untuk menilai pengaruh pendampingan mahasiswa terhadap
pelaksanaan standar ANC pada ibu hamil, maka ada beberapa
kondisi yang diukur, yakni : a) Perbedaan pelaksanaan standar
ANC sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok perlakuan
dan kontrol; b) Perbedaan pelaksanaan standar ANC antara
kelompok perlakuan dan kontrol, sebelum dan sesudah
intervensi pada kelompok perlakuan.
96
Hasilnya bisa dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.6 Pengaruh pendampingan mahasiswa terhadap pelaksanaan standar ANC di kota Palu tahun 2017
Kelompok
Sebelum
(Mean±SD)
Sesudah
(Mean±SD)
Nilai
Perlakuan (n=43) 7,7±1,9 9,8±0,3 p*= 0,000
Kontrol (n=43) 7.9±1,6 9.0±1,0 p* =0,000
Nilai p** = 0,584 p** = 0,000
*uji wilcoxon, **uji mann whitney
Tabel 4.6 memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan pelaksanaan
standar ANC pada kelompok perlakuan, bila dibandingkan antara
kondisi sebelum pendampingan mahasiswa dengan sesudah
pendampingan mahasiswa (p< 0,05). Peningkatan juga terjadi pada
kelompok kontrol (p< 0,05), namun peningkatan standar ANC pada
kelompok perlakuan (beda mean = 2.1) lebih tinggi dibandingkan pada
kelompok kontrol (beda mean = 1.1).
Tabel 4.6 juga menunjukkan bahwa kondisi awal responden (ibu
hamil) pada kelompok perlakuan dan pada kelompok kontrol tidak ada
perbedaan (p=0,584). Namun setelah diberikan perlakuan berupa
pendampingan mahasiswa pada kelompok intervensi, terlihat ada
perbedaan yang signifikan dalam pelaksanaan standar ANC antara
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (p < 0,05).
Hasil penelitian juga menunjukkan pada saat sebelum dilakukan
pendampingan oleh mahasiswa, dari 10 (sepuluh) standar antenatal
care yang harus diterima ibu hamil setiap kali kontrol ke pelayanan
97
kesehatan, terdapat 4 (empat) standar antenatal care yang belum
secara konsisten dilaksanakan sebagaimana tabel dibawah ini :
Tabel 4.7 Rata-rata (mean) nilai pelaksanaan standar antenatal care (ANC) pada responden
di Kota Palu Tahun 2017
Perlakuan Kontrol
Standar ANC
(skor 0-1)
Pre-test Post-test Pre-test Post-test
Mean± Mean± Mean± Mean± Standar 1 0,98 1,00 1,00 1,00
Standar 2 0,98 1,00 1,00 1,00
Standar 3 0,98 1,00 1,00 1,00
Standar 4 0,90 1,00 0,98 1,00
Standar 5 0,86 1,00 0,81 1,00
Standar 6 0,67 1,00 0,74 0,91
Standar 7 0,90 1,00 0,91 0,98
Standar 8 0,42 1,00 0,56 0,74
Standar 9 0,58 0,95 0,49 0,77
Standar 10 0,42 0,93 0,44 0,67
Sumber : data primer
Dari tabel 4.7 terlihat bahwa sebelum intervensi, baik pada
kelompok perlakuan dan kontrol pelaksanaan standar ANC yang
belum berjalan dengan baik (dibawah 80%) adalah standar 6
(pemberian tablet tambah darah), standar 8 (pemeriksaan
laboratorium), standar 9 (konseling), dan standar 10 (tata laksana
kasus). Untuk pemberian tablet tambah darah (TTD) setelah
intervensi, baik pada kelompok perlakuan dan kontrol mengalami
peningkatan. Namun mean tingkat keteraturan responden minum
tablet tambah darah (TTD) hanya mencapai angka 0,58 pada
kelompok kontrol dan 0,97 pada kelompok intervensi.
98
Hal tersebut diperkuat oleh hasil wawancara dengan
responden pada di daerah kontrol :
“iya, dikasi tablet tambah darah oleh bu bidan. Tapi tidak rutin saya minum.....biasanya lupa...” (R1)
“tiap datang kontrol pasti dikasi tablet tambah darah. Biasa dikasi 1 papan....kadang 2 papan. Kuminum juga, tapi tidak tiap hari.....lupa....” (R4)
Beberapa ibu hamil yang minum tablet tambah darah (TTD)
terkendala karena jumlah TTD yang diberikan oleh ibu hamil
terbatas :
“Dikasi bu bidan pada saat periksa hamil. Saya minum terus, tapi karena dikasi hanya 1 papan, jadi cepat habis...” (R9) Meskipun ada beberapa ibu hamil yang mencari solusi sendiri
dengan membeli TTD merk lainnya di toko obat :
“Pada saat kontrol dikasi. Minum terus tiap hari. Kalau habis, biasa beli di toko obat...” (R8) Beberapa responden yang rutin minum TTD tiap hari karena
diingatkan oleh suami :
“Iya...dikasi pada saat kontrol. Minum teratur, setiap hari. Suami kadang ingatkan..” (R7)
Sedangkan responden pada daerah intervensi merasa
berterima kasih kepada mahasiswa karena telah mengingatkan
mereka minum tablet tambah darahnya :
“...rajin diingatkan sama rika (nama mahasiswa). Biasa dia sms...” (R2)
“dulu sering lupa...tapi sejak ada mahasiswa itu jadi lebih
teratur minumnya. Malu juga.....(sambil tertawa)‖ (R3).
99
Beberapa responden mengatakan bahwa minum TTD teratur
karena merasa bertanggungjawab terhadap diri sendiri :
“Masih minum dong. Malu sama mahasiswanya, hehehe. Ndak...ndak... hanya lebih bertanggungjawab saja. Kan ini untuk saya juga...” (R6)
Untuk pemeriksaan laboratorium (khususnya hemoglobin),
rendahnya angka pemeriksaan hemoglobin disebabkan karena ibu
hamil yang diperiksa di posyandu atau polindes enggan datang
memeriksakan darahnya ke puskesmas ataupun karena tidak
mengerti manfaat pengambilan darah (Hb) tersebut, sebagaimana
dikatakan oleh responden :
“sudah dikasi tau sama ibu bidan, tapi belum ada waktuku ke puskesmas. Bapaknya belum ada waktu antar...” (R3) “tensiku bagus....ini ada catatannya (sambil menunjukkan buku KIA). Ibu bidan juga sudah kasi obat penambah darah. Jadi kurasa sehat sudah. Suamiku bilang...ndak usah ke puskesmas untuk ambil darahnya...” (R11) Hal ini dibenarkan oleh informan kunci (koordinator bidan), sebagai
berikut :
“memang untuk cakupan pemeriksaan hemoglobin masih rendah. Terutama ibu hamil yang datang memeriksakan kehamilannya di polindes, poskesdes, posyandu atau pustu. Disana kan tidak ada alat pemeriksaan darah. Jadi kami arahkan ke puskesmas. Nah, mereka seringkali tidak datang ke puskesmas. Tapi biasanya pada triwulan ketiga, pada saat mereka datang ke puskesmas, langsung kami periksa Hb nya...” (I 5) “kalau ibu hamil yang datang ke puskesmas, pasti kami langsung ambil darahnya. Malah sekarang bukan hanya periksa hemoglobin saja. Sekarang sudah harus diperiksa darah untuk HIV/AIDS, danlain-lain. Hanya saja untuk ibu hamil yang periksa di posyandu, poskesdes, maupun polindes, agak sulit kita paksa” (I 6)
100
Untuk standar 9 (konseling), hampir semua bidan mengakui bahwa
hal tersebut sulit mereka lakukan karena keterbatasan waktu :
“kalau di posyandu agak sulit kami lakukan konseling. Belum layani anak-anak, belum atur kader, belum anak-anak yang menangis. Waktunya juga sempit. Jadi agak sulit....” (I 1) “untuk pemberian edukasi biasanya kami lakukan di kelas ibu hamil. Kalau di tempat pemeriksaan seperti posyandu ataupun poskesdes agak sulit. Waktunya terbatas...” (I 3) Namun menurut informas kunci dari puskesmas dan dinas
kesehatan, hal tersebut sebetulnya bukan menjadi alasan. Kendala
paling utama (disamping waktu yang sempit dan suasana yang
tidak kondusiv) adalah masalah ketaatan pada standar pelayanan
antenatal care. Sebagian besar bidan belum terbiasa memberikan
konseling (masalah komunikasi) kepada ibu hamil setiap kali habis
memeriksa. Padahal itu merupakan bagian dari tupoksi bidan,
dimanapun mereka melakukan pemeriksaan kehamilan.
“....hanya belum terbiasa saja. Tidak semua bidan mampu melakukan komunikasi dengan baik kepada pasien. Itu harus kami akui...” (I 5) “menurut saya, ini hanya masalah ketaatan bidan terhadap standar pelayanan antenatal. Harusnya mereka melakukan konseling secara konsisten...karena itu bagian terpenting dari pemeriksaan ANC. Saya melihat....tidak semua bidan ya....mereka pikir dengan memeriksa kehamilan tugas mereka sudah selesai. Mungkin menjadi tanggungjawab kami nanti untuk mengingatkan kembali ke bidan-bidan...” (I K)
Sedangkan untuk standar 10 (tata laksana kasus), sebagian besar
informas mengatakan bahwa hal tersebut tidak rutin dilakukan
karena tergantung kasus dan kondisi ibu hamil.
101
2) Pengaruh pendampingan mahasiswa terhadap pelaksanaan Deteksi dini risiko tinggi kehamilan secara mandiri oleh ibu hamil
Untuk mengetahui pengaruh pendampingan mahasiswa
terhadap kemampuan deteksi dini risiko tinggi kehamilan secara
mandiri oleh ibu hamil, maka ada beberapa kondisi yang diukur,
yakni : a) Perbedaan pelaksanaan deteksi dini risiko tinggi
kehamilan secara mandiri oleh ibu hamil sebelum dan sesudah
intervensi pada kelompok perlakuan dan kontrol; b) Perbedaan
pelaksanaan deteksi dini risiko tinggi kehamilan secara mandiri oleh
ibu hamil antara kelompok perlakuan dan kontrol, sebelum dan
sesudah intervensi pada kelompok perlakuan.
Hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.8 Pengaruh pendampingan mahasiswa terhadap pelaksanaan deteksi dini risiko tinggi kehamilan secara
mandiri di kota Palu tahun 2017
Kelompok
Sebelum
(Mean±SD)
Sesudah
(Mean±SD)
Nilai
Perlakuan (n=43) 0.5 ±0,5 0.9 ±0,2 p*= 0,000
Kontrol (n=43) 0.3 ±0,5 0.4 ±0,5 p* =0,044
Nilai p** = 0,079 p** = 0,000
*uji wilcoxon, **uji mann whitney
Tabel 4.8 memperlihatkan bahwa terdapat peningkatan
kemampuan yang signifikan dalam deteksi dini risiko tinggi
kehamilan secara mandiri pada kelompok perlakuan (p < 0,05),
sebelum dan setelah pemberian intervensi. Sedangkan pada
kelompok kontrol tidak terdapat peningkatan kemampuan deteksi
102
dini secara mandiri (p > 0,05) sebelum dan setelah pemberian
intervensi.
Tabel 4.8 juga menunjukkan bahwa kondisi awal responden
(ibu hamil) pada kelompok perlakuan dan pada kelompok kontrol
tidak ada perbedaan (p> 0,05). Setelah intervensi, terlihat ada
perbedaan yang signifikan dalam kemampuan deteksi dini risiko
tinggi kehamilan secara mandiri antara kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol (p < 0,05).
Kemampuan ibu hamil untuk melakukan deteksi dini risiko
tinggi kehamilan secara mandiri disampaikan oleh responden
sebagai berikut :
“.....senang bisa melakukan check list sendiri faktor risiko yang ada pada kita. Seperti saya.....rupanya menikah pada usia muda juga faktor risiko ya... (sambil tertawa). Saya bisa nasihati teman-teman jangan kawin muda seperti saya...(ketawa lagi)... (R 1)
“merasa lebih bertanggungjawab saja....karena mengetahui faktor risiko kita...” (R 2)
Sebetulnya puskesmas telah melakukan deteksi dini risiko
tinggi dengan menggunakan kartu skor pudji rochyati. Kartu hasil
check list tersebut disimpan di puskesmas atau poskesdes.
Hasilnya apakah ibu hamil tersebut berisiko atau tidak, dibuatkan
stiker P4K yang ditempel disetiap rumah. Ada perbedaan
tanggungjawab apabila bidan yang mengisi kartu tersebut
dibanding ibu hamil sendiri yang mengisinya :
“kita juga punya stiker P4K yang ditempel di setiap rumah. Memang ada perbedaan tanggungjawab yang saya rasakan. Apa yang selama ini kami lakukan seolah-olah bukan untuk mereka (ibu hamil). Kalau sekarang mereka yang mengisinya, mereka jadi mengetahui faktor risikonya. Mereka sudah mulai bertanya-tanya....kalau saya risiko begini bagaimana selanjutnya...” (I 6)
103
3) Pengaruh pendampingan mahasiswa terhadap perubahan perilaku ibu hamil
Untuk mengetahui pengaruh pendampingan oleh mahasiswa
terhadap perubahan perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan)
ibu hamil, maka ada beberapa kondisi yang diukur, yakni : a)
Perbedaan perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) ibu hamil
sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok perlakuan dan
kontrol; b) Perbedaan perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan)
ibu hamil antara kelompok perlakuan dan kontrol, sebelum dan
sesudah intervensi pada kelompok perlakuan;
Hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.9 Pengaruh pendampingan mahasiswa terhadap perubahan perilaku ibu hamil di kota Palu tahun 2017
Variabel Kelompok
Sebelum
(Mean±SD)
Sesudah
(Mean±SD)
Nilai
Pengetahuan Perlakuan (n=43) 25.3±7,6 35.5±3,0 p*= 0,000
Kontrol (n=43) 24,3±7,0 28.8±4,3 p* =0,000
Nilai p** = 0,528 p** = 0,000
Sikap Perlakuan (n=43) 48.4±4,5 49.9±3,9 p*= 0,000
Kontrol (n=43) 48.7±4,9 50.6±4,8 p* =0,000
Nilai p** = 0,751 p** = 0,490
Tindakan Perlakuan (n=43) 13.7±3,1 17.2±1,1 p*= 0,000
Kontrol (n=43) 12.0±4,6 14.4±2,3 p* =0,000
Nilai p** = 0,059 p** = 0,490
*uji wilcoxon, **uji mann whitney
Tabel 4.9 memperlihatkan bahwa perubahan perilaku ibu hamil
yang meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan terjadi baik pada
kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol. Tabel 4.9 juga
104
menunjukkan bahwa kondisi awal responden (ibu hamil), baik pada
variabel pengetahuan, sikap dan tindakan pada kelompok
perlakuan dan pada kelompok kontrol tidak ada perbedaan (p>
0,05). Setelah intervensi, terlihat ada perbedaan yang signifikan
pada variabel pengetahuan dan tindakan antara kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol (p < 0,05). Sedangkan pada
variabel sikap, tidak ada perbedaan antara kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol sesudah diberikan intervensi (p>0,05).
Menurut bidan yang melakukan pemeriksaan antenatal care,
perubahan perilaku ibu hamil terlihat pada saat mereka melakukan
kunjungan ke puskesmas. Mereka jadi lebih aktiv bertanya. Seperti
mempertanyakan hal-hal yang harus dperiksa (sesuai buku KIA),
meminta agar diperiksa darah, menanyakan tablet tambah
darahnya, faktor risiko yang ada pada mereka, dan lain-lain.
“mereka jadi lebih aktiv bertanya pada saat kunjungan atau pada saat ketemu dengan kami di posyandu. Mungkin mereka merasa ndak enak juga kalau ketemu dengan mahasiswa baru tidak tahu harus jawab apa....(I 3.) “mereka jadi lebih rajin kontrol.....mungkin itu yang berubah ya..?.” (I 4.)
4) Pengaruh pendampingan mahasiswa terhadap dukungan keluarga ibu hamil
Untuk mengetahui pengaruh pendampingan oleh mahasiswa
terhadap dukungan keluarga ibu hamil, maka ada beberapa kondisi
yang diukur, yakni : a) Perbedaan dukungan keluarga ibu hamil
sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok perlakuan dan
105
kontrol; b) Perbedaan dukungan keluarga ibu hamil antara
kelompok perlakuan dan kontrol, sebelum dan sesudah intervensi
pada kelompok perlakuan.
Hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.10 Pengaruh pendampingan mahasiswa terhadap dukungan keluarga ibu hamil di kota Palu tahun 2017
Kelompok
Sebelum
(Mean±SD)
Sesudah
(Mean±SD)
Nilai
Perlakuan (n=43) 10.8±2,8 11.8±1,4 p*= 0,000
Kontrol (n=43) 9.9±3,8 10.6±2,3 p* =0,003
Nilai p** = 0,186 p** = 0,004
Tabel 4.10 memperlihatkan bahwa peningkatan dukungan
keluarga terhadap ibu hamil terjadi baik pada kelompok perlakuan
maupun kelompok kontrol (p<0,05). Tabel 4.10 juga menunjukkan
bahwa kondisi awal dukungan keluarga terhadap responden (ibu
hamil) pada kelompok perlakuan dan pada kelompok kontrol tidak
ada perbedaan (p>0,05). Setelah intervensi, terlihat ada perbedaan
dukungan keluarga terhadap ibu hamil antara kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol (p < 0,05).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua responden (100%),
baik pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol menjawab
bahwa mereka membutuhkan dukungan keluarga. Sebagian besar
responden (ibu hamil), baik pada kelompok perlakuan maupun
kelompok kontrol menjawab bahwa dukungan keluarga yang paling
106
mereka harapkan adalah suami (76 % pada kelompok perlakuan
dan 69% pada kelompok kontrol), disusul dengan dukungan orang
tua (18 % pada kelompok perlakuan dan 27 % pada kelompok
kontrol), dan dukungan saudara (2 % pada kelompok perlakuan
dan kontrol). Dukungan lainnya yang diharapkan oleh ibu hamil
berasal dari tetangga dan petugas kesehatan (bidan), seperti
diagram dibawah ini :
Yang menarik, ada responden (ibu hamil) yang ditanya pada saat
sebelum pendampingan mahasiswa mengatakan bahwa dukungan
suaminya tidak ada. Bahkan suaminya lebih peduli untuk membeli
rokok daripada membeli perlengkapan bayi :
“mana bapaknya peduli....lebih baik dia belikan rokok uangnya daripada belikan perlengkapannya ini nanti...” (R 4) Wawancara serupa kami lakukan kembali setelah pendampingan
mahasiswa. Hasilnya cukup menggembirakan :
0
5
10
15
20
25
30
35
Suami Ortu Saudara Lain2
Perlakuan
Kontrol
107
“Alhamdullilah...bapaknya sudah lebih perhatian (sambil tersenyum). Dia sudah mulai membelikan perlengkapan bayi.....” (R 5)
Beberapa suami responden yang kami wawancarai menyatakan
sebagai berikut :
“saya ndak tau harus siapkan apa.....ada ibu mertua saya yang lebih tahu.....” (S 1) “bentuk dukungannya seperti mengantar dia kalau ke puskesmas... kalau beli perlengkapan bayi saya ndak tau. Dia ndak pernah bilang...” (S 2)
3.Analisis Multivariat
Analisis multivariat digunakan untuk menilai pelaksanaan
standar ANC, deteksi dini risiko tinggi, pengetahuan, sikap,
tindakan dan dukungan keluarga secara bersamaan pada kedua
kelompok sebelum dan setelah pemberian intervensi pada
kelompok perlakuan. Selain itu untuk menilai pengaruh intervensi
yang dilakukan terhadap pelaksanaan standar ANC, deteksi dini
risiko tinggi, pengetahuan, sikap, tindakan dan dukungan keluarga
setelah dikontrol oleh karakteristik ibu yakni: umur, pendidikan,
pekerjaan, paritas, umur ANC, dan frekwensi ANC.
1). Hasil Multivariat perbedaan pelaksanaan standar ANC, deteksi dini risiko tinggi, pengetahuan, sikap, tindakan dan dukungan keluarga secara bersamaan pada kedua kelompok sebelum intervensi dan sesudah intervensi
Uraian perbedaan pelaksanaan standar ANC, deteksi dini
risiko tinggi, pengetahuan, sikap, tindakan dan dukungan
108
keluarga pada kedua kelompok secara bersamaan sebelum
dan sesudah intervensi pada kelompok perlakuan dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 4.11 Hasil multivariat perbedaan variabel penelitian secara bersamaan pada kedua kelompok sebelum dan sesudah
intervensi di Kota Palu Tahun 2017
Sebelum Intervensi
Variabel Mean
p* p***
Pelaksanaan standar ANC 0,942
0,584
Kelompok Deteksi Risti 0,744
0,079
(Perlakuan Pengetahuan 21,50 0,528 0,068 dan Kontrol) Sikap 2,279 0,751
Tindakan 61,965 0,059
Dukungan keluarga 19,547 0,186
Sesudah Intervensi
Variabel Mean
p** p***
Pelaksanaan standar ANC 14,244
0,000
Kelompok Deteksi Risti 6,698 0,000
(Perlakuan Pengetahuan 951,116 0,000 0,000 dan Kontrol) Sikap 9,116 0,490
Tindakan 164,663 0,000
Dukungan keluarga 30,244 0,004
*uji wilcoxon, **uji mann whitney, **uji Hotelling
Berdasarkan tabel 4.11 memperlihatkan tidak terdapat
perbedaan pelaksanaan standar ANC, deteksi dini risiko tinggi,
pengetahuan, sikap, tindakan dan dukungan keluarga secara
bersamaan pada kedua kelompok sebelum intervensi pada
kelompok perlakuan dengan nilai p>0,05.
Sesudah diberikan intervensi terlihat adanya perbedaan secara
bermakna pelaksanaan standar ANC, deteksi dini risiko tinggi,
pengetahuan, tindakan dan dukungan keluarga secara bersamaan
109
pada kedua kelompok (p<0,05), kecuali pada variabel sikap
menunjukkan tidak terdapat perbedaan setelah mendapatkan
intervensi pada kelompok perlakuan dengan nilai p>0,05.
2) Pengaruh intervensi pendampingan mahasiswa terhadap pelaksanaan standar ANC, deteksi dini risiko tinggi, pengetahuan, sikap, tindakan dan dukungan keluarga setelah dikontrol oleh karakteristik ibu (umur, pendidikan, pekerjaan, gravid, umur ANC dan frekwensi ANC)
Untuk menentukan pelaksanaan antenatal care yang
berkualitas, yang dinilai adalah : pelaksanaan standar antenatal care
dan deteksi dini risiko tinggi kehamilan. Setelah dikontrol dengan
karakteristik ibu hamil, maka yang berpengaruh adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.12 Pengaruh intervensi pendampingan mahasiswa terhadap semua variabel penelitian setelah dikontrol oleh
karakteristik ibu di Kota Palu Tahun 2017
Variabel Mean F p*
Umur Ibu Standar ANC 0.996 1.047 0.001
Deteksi Risti 0.007 0.144 0.866
Pekerjaan Standar ANC 0.021 0.194 0.825
Deteksi Risti 0.051 1.133 0.332
Pendidikan Standar ANC 0.780 0.720 0.005
Deteksi Risti 0.010 0.208 0.932
Gravid Standar ANC 0.075 0.689 0.604
Deteksi Risti 0.015 0.013 0.000
Umur ANC I Standar ANC 0.252 2.479 0.123
Deteksi Risti 0.040 0.885 0.352
Frek. ANC Standar ANC 0.352 1.478 0.003
Deteksi Risti 0.040 0.085 0.052
*uji Hotelling
110
Pada tabel 4.12 menunjukkan bahwa intervensi pada
kelompok perlakuan berupa pendampingan mahasiswa terhadap
ibu hamil dan keluarga, pada pelaksanaan standar antenatal care
dipengaruhi oleh umur, pendidikan dan frekwensi antenatal care
(p< 0,05). Deteksi dini risiko tinggi kehamilan secara mandiri oleh
ibu hamil dipengaruhi gravid/kehamilan (p< 0,05).
Disamping karakteristik ibu hamil, salah satu faktor yang
memegang peranan penting dalam keberhasilan pendampingan
adalah Impian ibu hamil. Pada halaman depan dari buku
pegangan ibu hamil, setiap ibu hamil diajak untuk menulis
impian/harapan untuk : kehamilannya, anak yang dikandungnya,
orang-orang terdekat (suami dan keluarga), persalinan, serta
masa depan setelah melahirkan (rencana kontrasepsi, dan lain-
lain). Menurut Rooselevet, masa depan dimiliki oleh mereka yang
percaya akan keindahan impian/harapan.
Penelitian menunjukkan, dari 43 ibu hamil yang didampingi,
terdapat 9 orang ibu hamil (21%) yang menulis impian/harapan
nya dengan lengkap, 15 orang ibu hamil (35%) menulis impian/
harapannya tidak lengkap, dan 19 orang ibu hamil (44%) yang
sama sekali tidak menulis impian/harapannya di buku pegangan.
Impian/harapan yang ditulis ibu hamil sebagian besar besar
bersifat normatif, seperti : ingin kehamilannya lancar, ingin
anaknya lahir sehat, ingin suami memperhatikan, dan lain-lain.
111
Menurut mahasiswa pendamping, ibu hamil yang menulis
impian/ harapannya dengan lengkap ternyata memiliki antusiasme
yang lebih tinggi untuk belajar serta dapat menerima kehadiran
mahasiswa pendamping dengan baik.
PEMBAHASAN
1) Pengaruh pendampingan mahasiswa terhadap pelaksanaan
standar ANC ibu hamil
Antenatal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama kehamilannya dan
dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan
dalam Standar Pelayanan Kebidanan/SPK. Tenaga kesehatan yang
dimaksud di atas adalah dokter spesialis kebidanan dan kandungan,
dokter umum, bidan dan perawat terlatih.
Dalam melakukan pemeriksaan antenatal, tenaga kesehatan
harus memberikan pelayanan yang berkualitas sesuai standar terdiri
dari : 1) Pengukuran tinggi badan dan penimbangan berat badan, 2)
Pengukuran Tekanan darah, 3) Pengukuran lingkar lengan atas
/LiLA, 4) Pengukuran Tinggi Fundus Uteri (TFU), 5) Penentuan letak
janin (presentasi janin) dan penghitungan denyut jantung janin (DJJ),
6) Penentuan status imunisasi Tetanus Toksoid (TT), 7) Pemberian
tablet penambah darah (TTD), 8) Pemeriksaan laboratorium, dan
10) Tatalaksana/ penanganan Kasus.
112
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan
pelaksanaan standar ANC dari mean 7,7 menjadi mean 9,8.
Sebelum dilaksanakan pendampingan mahasiswa, hanya 7 sampai 8
standar antenatal care yang bisa dilaksanakan bidan dengan baik.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat 4 (empat) standar
antenatal care yang belum bisa dilaksanakan secara konsisten oleh
bidan yakni : standar 6 (pemberian tablet tambah darah), standar 8
(pemeriksaan laboratorium), standar 9 (konseling) dan standar 10
(tata laksana kasus). Namun setelah pendampingan, ke-10 standar
antenatal care dapat terlaksana dengan baik.
a) Pemberian tablet tambah darah (TTD)
Tablet besi atau tablet Tambah Darah (TTD) diberikan pada ibu
hamil sebanyak satu tablet setiap hari berturut-turut selama 90 hari
selama masa kehamilan. TTD mengandung 200 mg ferro sulfat
setara dengan 60 miligram besi elemental dan 0,25 mg asam folat.
Cakupan pemberian tablet tambah darah (TTD) di kota Palu (tahun
2015) cukup tinggi (Fe 1 = 100,8 % dan Fe = 94,3%). Namun selama
ini dinas kesehatan belum pernah melakukan evaluasi tentang
tingkat kepatuhan konsumsi tablet tambah darah (TTD) pada ibu
hamil.
Penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan ibu hamil
dalam mengkonsumsi tablet tambah darah (TTD) masih rendah pada
kelompok kontrol (mean=0,58) dibandingkan dengan kelompok
113
perlakuan (mean=0,97). Artinya, masih terdapat sekitar 42% ibu
hamil pada kelompok kontrol serta 3% ibu hamil pada kelompok
perlakuan yang tidak mengkonsumsi tablet tambah darahnya (TTD)
secara teratur.
Sejumlah literatur dari berbagai negara menyatakan bahwa
ketidakpatuhan ibu hamil merupakan faktor yang signifikan dari
kegagalan program suplementasi tablet tambah darah (TTD).
Penelitian yang dilakukan oleh Kamidah (2015) di puskesmas Simo
Boyolali menemukan faktor-faktor yang berhubungan dengan
kepatuhan konsumsi tablet tambah darah pada ibu hamil adalah
pengetahuan, pendidikan, dan dukungan keluarga.
Studi yang dilakukan oleh helida Hatta (2013) di Puskesmas
Maradekaya kota Makassar menemukan bahwa monitoring yang
dilakukan oleh petugas kesehatan masih belum sesuai standar yang
ada dan untuk pencatatan dan pelaporan yang dimiliki tidak lengkap
(Hatta H, Dachlan DM, Salam A, 2013). Menurut BKKBN (2012) ada
beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam
konsumsi tablet tambah darah (TTD) antara lain : pengetahuan ibu
hamil, motivasi ibu hamil, peranan keluarga dan perilaku petugas
kesehatan.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Robiatul Adawiyani
(2013) pada penderita rawat jalan di RS Ramelan Surabaya
menemukan adanya pengaruh pemberian booklet anemia terhadap
114
kepatuhan konsumsi tablet tambah darah penderita anemia.
Meskipun bukan pada ibu hamil, tapi studi ini memberikan informasi
kepada kita bahwa pemberian media komunikasi (dalam bentuk
booklet, dll) dapat membantu meningkatkan kepatuhan pasien dalam
konsumsi tablet tambah darah.
Kepatuhan merupakan suatu hal yang penting agar dapat
mengembangkan kebiasaan yang dapat membantu dalam
mengikuti jadwal sehari-hari. Taylor (1991), mendefinisikan
kepatuhan terhadap pengobatan adalah perilaku yang
menunjukkan sejauh mana individu mengikuti anjuran yang
berhubungan dengan kesehatan atau penyakit.
Delameter (2006) mendefinisikan kepatuhan sebagai upaya
keterlibatan aktif, sadar dan kolaboratif dari pasien terhadap
perilaku yang mendukung kesembuhan.agar menjadi biasa dalam
perubahan. Kepatuhan terjadi bila aturan dalam mengkonsumsi
obat yang diresepkan serta pemberianya diikuti dengan benar.
Sedangkan menurut Kozier (2010) kepatuhan adalah perilaku
individu (misalnya: minum obat, mematuhi diet, atau melakukan
perubahan gaya hidup) sesuai anjuran terapi dan kesehatan.
Hasil penelitian menemukan bahwa pengetahuan memegang
peranan penting (predisposing factors) dalam menentukan
kepatuhan dalam mengkonsumsi TTD, terutama pengetahuan yang
berkaitan dengan manfaat dan dampak yang mungkin terjadi bila
115
ibu hamil mengalami anemia zat besi. Kepatuhan konsumsi TTD
meningkat ketika mahasiswa memberikan penjelasan tentang
manfaat TTD kepada ibu hamil. Karakteristik responden yang
masih berada pada usia produktiv (91 % usia 17-35 tahun) dan
berpendidikan menengah (74% tamat SMP dan SMA) merupakan
faktor yang memungkinkan (enabling factors) perubahan perilaku
tersebut (kepatuhan konsumsi TTD).
Faktor lainnya adalah peran serta keluarga, baik suami maupun
orang tua serta pihak lainnya (petugas kesehatan ataupun
pendamping) untuk memberikan dukungan dan selalu
mengingatkan ibu hamil untuk mengkonsumsi TTD sebagai faktor
penguat (reinforcing factors). Kepedulian dalam memperhatikan
dan memonitor konsumsi tablet besi setiap hari meningkatkan
kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi.
b) Pemeriksaan Laboratoium (Hemoglobin)
Pemeriksaan hemoglobin dilakukan minimal sekali pada
trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini
ditujukan untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia
atau tidak selama kehamilannya karena kondisi anemia dapat
mempengaruhi proses tumbuh kembang janin dalam kandungan.
Hasil wawancara mendalam dengan beberapa ibu hamil
menemukan bahwa keengganan mereka untuk memeriksakan
darah (hemoglobin) karena harus menyediakan waktu khusus ke
116
puskesmas. Ada jarak fisik yang membuat ibu hamil tidak datang ke
puskesmas. Namun jarak fisik ini tidak ada artinya ketika ibu hamil
memiliki pemahaman tentang pentingnya pemeriksaan darah
(hemoglobin) bagi dirinya.
Beberapa responden bahkan menyatakan bahwa dirinya sehat,
sehingga tidak perlu periksa darah (Hb) lagi. Pandangan orang
tentang kriteria tubuh sehat atau sakit, sifatnya tidaklah selalu
obyektif. Bahkan lebih banyak unsur subyektivitas dalam
menentukan kondisi tubuh seseorang. Persepsi masyarakat
tentang sehat/sakit ini sangatlah dipengaruhi oleh unsur
pengalaman masa lalu, di samping unsur sosial budaya. Olehnya
itu, peran petugas kesehatan dalam memberikan edukasi sangatlah
penting. Sebagaimana dikatakan oleh informas kunci, bahwa
ketidakpatuhan mereka untuk memeriksakan darah (Hb) dan
mengkonsumsi TTD dikarenakan kurangnya edukasi (konseling)
dari tenaga kesehatan (bidan).
Peneltian indah oktaviani dkk di kota Manado (2013)
menyimpulkan bahwa kadar Hb ibu hamil dipengaruhi oleh
kepatuhan mengkonsumsi Fe, usia, dan paritas sehingga
disarankan ibu hamil untuk lebih patuh dalam mengkonsumsi tablet
Fe, mengetahui usia yang baik untuk hamil, dan jumlah kelahiran
ideal untuk mencegah terjadinya anemia.
117
c) Konseling
Menurut Parsons (1908), konseling adalah proses pemberian
bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli
(disebut konselor/pembimbing, dalam hal ini bidan) kepada individu
yang mengalami sesuatu masalah (disebut konseli, dalam hal ini
ibu hamil) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi
klien (ibu hamil). Untuk melakukan konseling dibutuhkan
kemampuan komunikasi dari pihak konselor (bidan), maupun
adanya kebutuhan dari pihak konseli (ibu hamil).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendahnya angka
konseling disebabkan oleh ketidaktersediaan waktu petugas
kesehatan (bidan). Namun hasil wawancara dengan informan kunci
(bidan koordinator), hal itu bukan menjadi alasan. Karena konseling
merupakan bagian dari standar pelayanan antenatal care. Problem
sesungguhnya ada pada kemampuan komunikasi petugas
kesehatan (bidan) yang tidak sama, khususnya bidan yang masih
muda.
Komunikasi merupakan proses timbal balik yang
berkesinambungan yang menyangkut dua pihak, antara pihak
pemberi informasi (bidan) dan penerima informasi (ibu hamil).
Beberapa studi menunjukkan bahwa kebanyakan petugas
kesehatan ternyata bukanlah pendengar yang baik. Mereka aktif
118
mengarahkan jalannya komunikasi dengan memberikan berbagai
arahan yang mendukung asumsi tentang penyakit si pasien, tanpa
mempedulikan apakah arahan tersebut merupakan kebutuhan si
pasien. Petugas kesehatan jarang mau mendengarkan atau
memberi kesempatan pasien untuk menyampaian keluhan dan
argumennya. Disisi lain, pasien sendiri jarang berani/mau
mengutarakan pendapat/perasaannya meski telah ditanya oleh
petugas kesehatan (jarak psikologis).
d) Tata Laksana Kasus
Berdasarkan hasil pemeriksaan antenatal dan laboratorium,
setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani
sesuai dengan standar dan kewenangan tenaga kesehatan. Kasus-
kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan sistem
rujukan.
e) Pelaksanaan antenatal care terstandar (10T)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan
pelaksanaan antenatal terstandar (10T) pada kelompok perlakuan
dan kontrol setelah pemberian intervensi berupa pendampingan
oleh mahasiswa terhadap ibu hamil (p < 0,005). Hasil wawancara
mendalam pada informan kunci (bidan koordinator) mengatakan
bahwa secara tidak langsung mahasiswa pendamping menjadi
―pengawas‖ terhadap pelaksanaan pemeriksaan antenatal oleh
bidan, sehingga bidan lebih disiplin melaksanakan standar yang
119
ada. Disisi lain, mahasiswa juga membantu memonitoring
kepatuhan ibu hamil mengikuti petunjuk-petunjuk dari petugas
kesehatan.
Dengan adanya pendampingan mahasiswa, maka tingkat
kepatuhan bidan dalam melaksanakan standar pemeriksaan
antenatal meningkat (mean 7,7 menjadi 9,8) atau dari tingkat
kepatuhan 77% menjadi 98%. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Guspianto (2012) yang menunjukkan
bahwa tingkat kepatuhan bidan desa dalam menerapkan standar
ANC masih rendah yaitu 74,28 % masih dibawah standar minimal
yang ditetapkan yaitu 80%.
2) Pengaruh pendampingan mahasiswa terhadap deteksi dini
risiko tinggi kehamilan secara mandiri
Dalam obstetric modern terdapat pengertian potensi resiko,
dimana suatu kehamilan dan persalinan selalu dapat menyebabkan
kemungkinan adanya resiko rendah maupun resiko tinggi akan
terjadinya kematian. Pendekatan risiko dimulai dengan gagasan
bahwa ukuran risiko adalah gambaran adanya kebutuhan pelayanan
yang lebih intensif, dimana kebutuhan ini sebetulnya sudah ada
sebelum kejadian yang diramalkan itu terjadi. Pendekatan risiko
pada ibu hamil merupakan strategi operasional dalam upaya
pencegahan terhadap kemungkinan kesakitan atau kematian melalui
peningkatan efektifitas dan efisiensi dengan memberikan pelayanan
120
yang lebih intensif kepada Risiko Ibu Hamil denga cepat serta tepat,
agar keadaan gawat ibu maupun bayi dapat dicegah.
Pengenalan adanya risiko tinggi ibu hamil dilakukan melalui
skrining/deteksi dini adanya faktor risiko secara pro-aktif pada semua
ibu hamil, sedini mungkin pada awal kehamilan oleh petugas
kesehatan atau nonkesehatan yang terlatih di masyarakat, misalnya
ibu-ibu PKK, kader karang taruna, ibu hamil sendiri, suami atau
keluarga. Kegiatan skrining antenatal, melalui kunjungan rumah
merupakan langkah awal dari pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan
termasuk salah satu upaya antisipasi untuk mencegah terjadinya
kematian ibu.
Pada penelitian ini, ibu hamil sendiri yang dilatih (melalui
pendampingan oleh mahasiswa) untuk mengenali faktor-faktor risiko
yang dimilikinya melalui pengisian check list. Hasilnya, ibu hamil
pada kelompok perlakuan memiliki kemampuan untuk melakukan
deteksi dini risiko tinggi kehamilan secara mandiri melalui pengisian
check list (p < 0,005) dibandingkan dengan ibu hamil pada kelompok
kontrol (p > 0,005).
3) Pengaruh pendampingan mahasiswa terhadap perubahan
perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) ibu hamil
Psikologi memandang perilaku manusia (human behavior)
sebagai reaksi yang dapat bersifat sederhana maupun bersifat
121
komplex. Kurt lewin (1951) merumuskan suatu model hubungan
perilaku yang mengatakan bahwa perilaku adalah fungsi karakteristik
individu dan lingkungan. Dimana karakteristik individu meliputi
berbagai variabel seperti : motif, nila-nilai, sifat kepribadian, dan
sikap yang saling berinteraksi satu sama lain dan kemudian
berinteraksi pula dengan faktor lingkungan dalam menentukan
perilaku. Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam
menentukan perilaku, bahkan kadang kekuatannya lebih besar dari
karakteristik individu.
Komunikasi diyakini memegang peranan penting dalam
perubahan pengetahuan, sikap dan norma dari individu. Agar dapat
menjadi perilaku, maka pengetahuan harus masuk dalam diri
seseorang sehingga mempengaruhi sikap dan nilainya terhadap
kesehatan. Dalam hal ini, sikap ibu hamil terhadap kehamilannya.
Tujuan pendampingan oleh mahasiswa agar mereka
(mahasiswa) dapat melakukan komunikasi dengan ibu hamil dalam
rangka perubahan perilaku. Komunikasi Perubahan Perilaku adalah
komunikasi yang menggunakan berbagai saluran untuk memperbaiki
perilaku (kesehatan) masyarakat, meliputi aspek pengetahuan, sikap
dan tindakan. Proses perubahan perilaku bisa diawali dari aspek
kognitif (pengetahuan), melalui pemberian edukasi secara konsisten.
Pada penelitian ini, pengetahuan ibu hamil meningkat baik pada
kelompok perlakuan maupun kontrol. Peningkatan pengetahuan ini
122
bisa didapatkan dari informasi yang diperoleh, baik media maupun
orang sekitar, sebagaimana dikatakan oleh Notoatmodjo (2003)
bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan,
diantaranya tingkat pendidikan (semakin tinggi tentu semakin baik),
adanya informasi (semakin banyak informasi akan menambah
pengetahuan), pengalaman (sesuatu yang pernah dilakukan atau
dialami, misalnya ibu hamil yang kedua atau ketiga), serta umur
(semakin berumur, mestinya semakin matang).
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan pengetahuan pada kelompok perlakuan dengan
kelompok kontrol setelah diberikan intervensi berupa pendampingan
oleh mahasiswa (p < 0,005). Demikian halnya dengan aspek
tindakan, bila dibandingkan antara kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol setelah diberikan intervensi (p < 0,005). Disamping
karena informasi yang diperoleh (edukasi), perubahan tindakan ini
terjadi karena adanya kontrol (monitoring) dari pihak lain
(mahasiswa). Sebagaimana ditulis oleh Kelman (1961) bahwa ada
tiga macam proses pengaruh sosial terhadap pembentukan perilaku :
kepenurutan (compliance), identifikasi, dan internalisasi.
Kepenurutan terjadi bila seseorang menyesuaikan diri dengan
pendapat orang, tetapi akan tetap pada sikap sebelumnya bila
sendirian. Identifikasi terjadi bila seseorang menerima sikap dan
kepercayaan orang lain agar terjadi suatu ―relasi yang baik
123
dengannya‖. Internalisasi terjadi bila sikap dan pendapat yang
dimasukkan betul-betul menjadi kepunyaan kita. Pada penelitian ini,
proses perubahan perilaku (tindakan/action) pada tahap kepenurutan
sampai identifikasi. Kepenurutan terjadi karena ibu hamil
menyesuaikan diri dengan pendapat pendamping yang notabene
pendidikannya lebih tinggi dan mengetahui kesehatan. Identifikasi
terjadi semata-mata agar terjadi relasi yang baik dengan mahasiswa
pendamping, belum pada tahap menerima dengan baik nilai-nilai dari
orang lain. Untuk mempertahankan proses perubahan perilaku ini
dibutuhkan peran lingkungan sebagai faktor penguat (reinforcing
factor).
Pada penelitian ini, sikap ibu hamil pada kelompok perlakuan
dan kelompok kontrol sebelum dan sesudah diberikan perlakuan
berupa pendampingan ternyata tidak terdapat perbedaan (p>0,005).
Menurut Campbell (1955) dalam Notoatmodjo (2005)
mengemukakan bahwa sikap merupakan sebuah syndrome atau
gejala dari konsistensi reseptor dengan nilai objek sosialnya.
Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap belum
merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan
suatu predisposisi tindakan suatu perilaku. Olehnya itu, suatu sikap
belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over behavior).
Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan
124
faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan seperti
fasilitas serta faktor pendukung (support) dari pihak lain.
4) Pengaruh pendampingan mahasiswa terhadap dukungan
keluarga
Para ahli sosiologi membedakan keluarga inti dari keluarga
besar. Unit keluarga inti (nuclear family) terdiri dari satu suami dan
anak-anak mereka. Keluarga besar (extended family) terdiri dari
beberapa unit keluarga inti yang berhubungan dan sering
menjangkau lebih dari dua generasi (Maramis, 2009). Dalam
masyarakat kota sekarang ini sering para tetangga tidak saling
mengenal dan relasi pekerjaan menjadi sangat impersonal.
Akibatnya bahwa indivdu lebih cenderung tergantung pada relasi
primer dalam keluarga untuk terpenuhinya kebutuhan sosial, tetapi
pada saat bersamaan justru lebih sedikit relasi dalam keluarga inti
dan keluarga besar yang dapat memberikannya. Pada titik ini masuk
individu atau kelompok baru dalam interaksi dan relasi sosial
mereka.
Pada masyarakat di wilayah pesisir kota palu-dibeberapa
lokasi penelitian kami-pola hubungan keluarga tidak banyak berubah.
Disamping keluarga inti menjadi unit utama relasi, peran keluarga
besar juga masih signifikan (banyak mereka tinggal berdekatan
dengan keluarga besarnya).
125
Sebagian besar responden dalam penelitian ini adalah suku
kaili (60,5%) yang merupakan penduduk asli kota Palu. Ada juga
suku pendatang tapi sudah lama menetap di Palu bersama keluarga
besarnya. Hanya sebagian kecil yang merupakan pendatang dan
harus tinggal terpisah dengan keluarga besarnya. Hal ini
mempengaruhi pola relasi dan harapan dukungan dari ibu hamil.
Sebagian besar responden (76 % pada kelompok perlakuan
dan 69% pada kelompok kontrol) mengharapkan dukungan suami
sebagai pilihan pertama, disusul oleh orang tua (18 % pada
kelompok perlakuan dan 27 % pada kelompok kontrol) dan saudara
dekat (2 % pada kelompok perlakuan dan kontrol). Hal ini
menunjukkan bahwa peran suami terhadap kesuksesan pelaksanaan
antenatal care masih cukup besar. Persoalannya, banyak suami
yang belum memainkan perannya sebagai motivator ataupun
pendamping yang memberi dukungan positiv bagi proses kehamilan
ibu karena ketidak pahaman mereka. Suami-suami menganggap
bahwa kewajibannya hanyalah memberi nafkah secara finansial.
Penelitian Surniati, dkk (2013) di wilayah kerja puskesmas
Mamasa Sulawesi barat menemukan bahwa 86,5% responden
mendapatkan dukungan yang positif dari keluarga untuk melakukan
antenatal care, meskipun hasil penelitian tersebut tidak menemukan
adanya hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan
frekwensi antenatal care. Sedangkan penelitian Effi M Hafidz (2007)
126
di wilayah Puskesmas Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara dukungan
suami dan keluarga dengan perilaku antenatal care ibu hamil.
5). Pengaruh Karakteristik Ibu hamil terhadap pelayanan antenatal
care yang berkualitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan antenatal care
terstandar (10T) dipengaruhi oleh faktor umur, pendidikan dan
frekwensi ANC. Deteksi dini risiko tinggi kehamilan secara mandiri
oleh ibu hamil dipengaruhi oleh karakteristik gravid/kehamilan.
Serta tindakan ibu hamil terhadap kehamilannya dipengaruhi oleh
pendidikan.
Pelayanan antenatal adalah suatu program yang terdiri dari :
pemeriksaan kesehatan, pengamatan, dan pendidikan kepada ibu
hamil secara terstruktur dan terencana untuk mendapatkan suatu
proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan.
Pelayanan antenatal yang dilakukan secara teratur dan
komprehensif dapat mendeteksi secara dini kelainan dan risiko
yang mungkin timbul selama kehamilan, sehingga kelainan dan
risiko tersebut dapat diatasi dengan cepat dan tepat. Indikator yang
digunakan untuk menggambarkan akses ibu hamil terhadap
pelayanan antenatal yaitu cakupan K1 (Kunjungan pertama) adalah
kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan dan K4 adalah
127
kontak 4 kali atau lebih dengan tenaga kesehatan yang mempunyai
kompetensi, sesuai standar.
Pelayanan antenatal dinilai berkualitas apabila pelayanan
antenatal tersebut telah memenuhi standar yang telah ditetapkan
pemerintah, yaitu 10 T. Untuk kota Palu, data cakupan K1 dan K4
cukup tinggi, namun belum ada data mengenai pelaksanaan
standar Anc (10T) oleh bidan. Ada beberapa hal yang menjadi
perhatian dalam pelaksanaan antenatal yang sesuai dengan
standar (10T), antara lain :
a. Kompetensi tehnis bidan dalam melaksanakan antenatal care,
menyangkut pengetahuan dan ketrampilan pemberi layanan
kesehatan. Kompetensi teknis juga berkaitan dengan cara
pemberi layanan kesehatan dalam mengikuti standar pelayanan
kesehatan yang telah ditentukan, yang meliputi kepatuhan,
kebenaran dan konsistensi. Kompetensi teknis yang tidak
dipenuhi dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan terhadap
standar pelayanan kesehatan, menurunnya mutu layanan
kesehatan. Hasil wawancara mendalam dengan bidan
koordinator menunjukkan bahwa persoalan di tenaga kesehatan
ada pada kepatuhan dan konsistensi dalam mengikuti standar
pelayanan antenatal (10T) yang sudah ada. Kepatuhan dan
konsistensi ini bisa ditingkatkan melalui monitoring dan evaluasi
rutin terhadap pelaksanaan antenatal care terstandar.
128
Mahasiswa pendamping secara tidak langsung membantu dalam
proses monitoring tersebut.
b. Sarana dan prasarana yang mendukung antenatal care, meliputi
ruangan pemeriksaan, bed pemeriksaan, alat kesehatan
(stetoskop, tensimeter, alat doppler/ monoscope, pita Lila,
termometer), pita meteran, timbangan, vaksin TT, tablet zat besi,
pemeriksaan Hb, buku KIA, kohort antenatal, buku pedoman
antenatal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
keterbatasan sarana-prasarana bila pemeriksaan antenatal
dilakukan di posyandu atau poskesdes.
c. Peran ibu hamil untuk pro-aktiv memeriksakan kehamilan,
mencari informasi melalui buku KIA serta melakukan komunikasi
dengan petugas kesehatan (bidan). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa karakteristik ibu meliputi : umur ibu hamil,
pendidikan dan frekwensi antenatal memberikan pengaruh yang
signifikan (p<0,005) terhadap pelaksanaan ANC terstandar. Usia
dan pendidikan menunjukkan kematangan diri seseorang.
Sebagaimana dikatakan oleh Notoatmodjo (2003) bahwa ada
beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan, diantaranya
tingkat pendidikan (semakin tinggi tentu semakin baik), adanya
informasi (semakin banyak informasi akan menambah
pengetahuan), pengalaman (sesuatu yang pernah dilakukan atau
dialami, misalnya ibu hamil yang kedua atau ketiga ataupun
129
setelah beberapa kali memeriksakan kehamilannya), serta umur
(semakin berumur, mestinya semakin matang).
Disamping karakteristik ibu hamil, salah satu faktor yang
memegang peranan penting dalam keberhasilan pendampingan
adalah Impian/harapan ibu hamil. Ibu hamil yang menulis impian/
harapannya dengan lengkap di buku pegangan ternyata memiliki
semangat yang lebih besar untuk berubah. Karena sejak awal
sudah memiliki keinginan positiv, maka penerimaan mereka
terhadap mahasiswa pendamping juga lebih baik.
Menurut Jack Canfield, orang-orang yang memiliki
kemampuan menciptakan gambaran yang jelas dimasa
depannya akan lebih siap untuk menerima perubahan. Karena
mereka selalu antusias untuk belajar meraih kesuksesan.
6). Model Pendampingan Ibu Hamil dan Keluarga sebagai
Pendekatan dalam menurunkan Angka Kematian Ibu
6.1. Latar belakang teori
Menurut Mc Carthy dan Maine (1994) bahwa determinan
proksi kematian ibu adalah kehamilan itu sendiri dan adanya
komplikasi kehamilan. Artinya, setiap ibu, keluarga, masyarakat,
dan juga petugas kesehatan harus menyadari bahwa kehamilan itu
sendiri adalah sebuah risiko. Hal ini penting karena diperkirakan
sekitar 15-20% dari seluruh ibu hamil akan mengalami keadaan
130
risiko tinggi dan komplikasi obstetri, yang dapat membahayakan
kehidupan ibu dan janin(Manuaba IBG, 2007).
Kondisi ini bisa dicegah bila komplikasi kehamilannya dapat
dideteksi secara dini dan mendapat pertolongan pelayanan
kesehatan yang tepat dan cepat. Pencegahan komplikasi
kehamilan dan deteksi dini risiko tinggi dapat dilakukan melalui
pelayanan antenatal dengan pencatatan yang benar sesuai standar
antenatal care. Dengan pemberian pelayanan antenatal care yang
berkualitas diperkirakan akan dapat menurunkan AKI sampai
20%(Depkes RI, 2010).
Cakupan ANC yang baik menunjukkan bahwa proses kontak
bidan-ibu hamil, pemberian edukasi dan informasi serta pencatatan
hasil pemeriksaan ibu hamil dalam buku KIA sudah berjalan
dengan baik. Fungsi Buku KIA adalah sebagai informasi dan alat
pencatatan untuk menganalisis kondisi kesehatan ibu hamil. Data-
data pada buku KIA bisa dimanfaatkan sebagai peringatan dini
terhadap ancaman risiko tinggi kehamilan, sehingga akan
menghindari 3 T (terlambat deteksi, terlambat rujukan, terlambat
penanganan). Buku KIA juga bisa dimanfaatkan ibu hamil sebagai
sarana edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman ibu hamil tentang kehamilan.
131
6.2. Fakta tentang pelayanan antenatal care
Cakupan pelaksanaan antenal care di kota Palu sudah
berjalan baik. Data profil dinas kesehatan kota palu tahun 2015
menunjukkan bahwa cakupan K1 mencapai angka 101,88% dan
K4 mencapai angka 95,76 %. Namun faktanya, tingginya cakupan
ANC di kota Palu tidak diikuti oleh penurunan angka kematian ibu.
Hasil analisa pada saat pertemuan Audit Maternal Perinatal
menunjukkan kurang maksimalnya deteksi dini risiko tinggi saat
pemeriksaan antenatal care, sehingga beberapa ibu hamil berisiko
―lolos‖ dari pantauan tenaga kesehatan.
Hasil penelitian awal (pre-test) menunjukkan bahwa
pemeriksaan antenatal care yang sesuai standar (10T) belum dapat
terlaksana dengan baik. Terdapat 3 (tiga) standar antenatal care
yang belum maksimal dilaksanakan yakni : pemeriksaan darah
(hemoglobin), konseling dan tata laksana kasus, ditambah dengan
monitoring asupan tablet tambah darah (TTD). Bidan tidak punya
waktu yang cukup untuk melakukan monitoring asupan TTD ibu
hamil. Mereka (bidan) ―merasa‖ telah menyelesaikan kewajibannya
ketika menyerahkan tablet tambah darah (TTD) kepada ibu hamil.
Padahal asupan TTD sangat penting bagi ibu hamil dalam rangka
mencegah terjadinya anemia kehamilan yang berdampak pada ibu
hamil sendiri serta janin yang dikandungnya.
132
Untuk pemeriksaan hemoglobin, kepatuhan ibu hamil untuk
berkunjung ke puskesmas juga masih rendah. Ibu hamil belum
menganggap penting pemeriksaan Hb tersebut. Hal ini sejalan
dengan pelaksanaan konseling oleh bidan yang cakupannya juga
masih rendah. Sehingga proses edukasi pada saat pemeriksaan
antenatal tidak terjadi sesuai harapan.
Pelaksanaan deteksi dini risiko tinggi kehamilan dengan
menggunakan kartu skor pudji rochjati selama ini sudah dilakukan
oleh bidan. Namun ibu hamil selaku aktor dalam studi ini tidak
menganggap kegiatan tersebut ditujukan bagi kebaikannya.
Pendekatan struktural yang selama ini dilakukan menempatkan ibu
hamil secara formal sebagai penerima program, dimana cakupan-
cakupan program tersebut diperuntukkan bagi kepentingan tenaga
dan institusi kesehatan.
Menurut teori Actor-System Dynamics (ASD), determinant
perilaku manusia bukan semata ditentukan oleh keadaan material
(sarana-prasarana di puskesmas), struktur sosial (aturan-aturan
sosial formal yang selama ini diterapkan secara top-down), dan
kultural (nilai yang selama ini dianut ibu hamil), tapi secara
bersama-sama memperhitungkan faktor individu sebagai pelaku
(agent) yang memiliki kebebasan dan kemampuan untuk
menentukan tindakannya.
133
6.3. Pendampingan mahasiswa terhadap ibu hamil dan keluarga Untuk membuat tindakan aktor (ibu hamil) ini memiliki
orientasi atau tujuan, maka dibutuhkan fasilitator (membantu
memandirikan aktor) dan pengawasan (monitoring). Pengawasan
yang dilakukan dengan mengandalkan kekuatan sistem birokrasi
melalui evaluasi atas cakupan-cakupan program ternyata kurang
efektiv dalam mengubah prilaku sasaran (ibu hamil). Olehnya itu,
pendekatan dalam model pendampingan ini adalah dengan
memanfaatkan mahasiswa Kesehatan Masyarakat sebagai
fasilitator dan monitoring.
Salah satu model pendampingan terhadap ibu hamil sudah
dilaksanakan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,
dengan nama program : ―Satu Mahasiswa Satu Ibu Hamil Satu Bayi
untuk 1000 hari awal kehidupan‖. Program tersebut merupakan
program berkesinambungan Fakultas Kedokteran UNHAS sejak
angkatan mahasiswa baru tahun 2011. Pada kegiatan ini,
mahasiswa baru Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin akan
mengasuh ibu hamil, bayi yang dilahirkan beserta keluarganya
(yang pra sejahtera) selama 1000 hari. Bentuk pengasuhan berupa
pemantauan kesehatan dan perkembangan ibu hamil dan bayi
yang dilahirkannya, disertai dengan pendampingan dalam
menghadapi masalah kesehatan baik menyangkut ibu dan bayinya,
maupun yang ditemukan di dalam keluarga tersebut yang
134
berpotensi mengganggu pertumbuhan dan perkembangan ibu dan
bayinya.
Perbedaan model pendampingan dalam studi ini dengan
program pendampingan mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin adalah :
1. Mahasiswa yang dimanfaatkan sebagai pendamping pada
program ini adalah mahasiswa Kesehatan Masyarakat dan
mahasiswa Pendidikan Dokter untuk Universitas Hasanuddin;
2. Fokus kegiatan pendampingan adalah pada pelaksanaan
antenatal care, deteksi dini risiko tinggi kehamilan secara mandir,
perubahan perilaku ibu hamil serta dukungan keluarga yang
dipantau selama 4 bulan (trimester 2 akhir sampai melahirkan).
Sedangkan di FK Unhas fokus kegiatan pada 1000 hari pertama
kehidupan yang meliputi kehamilan, masa nifas, serta status gizi
bayi sampai usia 2 tahun;
3. Mahasiswa Kesehatan Masyarakat hanya melakukan monitoring
pelaksanaan antenatal care yang sesuai standar, mengajarkan
ibu hamil untuk melakukan deteksi dini risiko tinggi kehamilan
secara mandiri, serta mengedukasi ibu hamil dan keluarga dalam
rangka perubahan perilaku. Pada pendampingan FK Unhas
berupa pemantauan kesehatan dan perkembangan ibu hamil
dan bayi yang dilahirkannya, disertai dengan pendampingan
dalam menghadapi masalah kesehatan baik menyangkut ibu dan
135
bayinya, maupun yang ditemukan di dalam keluarga tersebut
yang berpotensi mengganggu pertumbuhan dan perkembangan
ibu dan bayinya.
4. Pada pendampingan mahasiswa Kesehatan Masyarakat, hasil
monitoring di input dengan menggunakan sistem informasi KIA.
Hasilnya bisa diakses oleh semua stakeholder dalam rangka
pengambilan keputusan, khususnya terhadap pelaksanaan ANC
yang sesuai standar dan deteksi dini risiko tinggi kehamilan.
Pada pendampingan mahasiswa FK Unhas, hasilnya dilaporkan
langsung kepada mentor (kakak asuh) ataupun kepada dosen
pembimbing (bila ada masalah).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendampingan ibu hamil
oleh mahasiswa memberikan dampak terhadap pelaksanaan
pemeriksaan antenatal yang sesuai standar (10T) oleh bidan,
kemampuan deteksi dini risiko tinggi kehamilan secara mandiri oleh
ibu hamil, perubahan perilaku ibu hamil (pada aspek pengetahuan
dan tindakan), serta meningkatnya dukungan keluarga.
Pendampingan mahasiswa meningkatkan pemahaman dan
tanggungjawab ibu hamil terhadap kehamilannya, meningkatkan
pemahaman keluarga (suami dan orang tua) tentang pentingnya
peran mereka bagi ibu hamil, serta meningkatkan kepatuhan tenaga
kesehatan (bidan) dalam pelaksanaan standar antenatal care. Bila
136
dilaksanakan secara konsisten bisa berdampak terhadap penurunan
angka kematian ibu (AKI) di kota Palu.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa peningkatan
pelaksanaan standar antenatal care, deteksi dini risiko tinggi
kehamilan secara mandiri, perubahan pengetahuan dan tindakan ibu
hamil serta dukungan keluarga terjadi pada daerah kontrol (tidak
diberikan pendampingan). Hal ini menunjukkan adanya pengaruh
beberapa faktor yang tidak bisa dihindari untuk karakteristik wilayah
perkotaan seperti : media informasi (baik cetak, elektronik maupun
jejaring sosial yang saat ini berkembang pesat), komunikasi antar ibu
hamil diwilayah perlakuan dan kontrol (baik ketemu secara langsung
maupun menggunakan media komunikasi), komunikasi antar bidan
kelurahan tentang adanya program pendampingan mahasiswa
kepada ibu hamil, serta faktor lainnya.
Namun peningkatan pelaksanaan standar antenatal care,
deteksi dini risiko tinggi kehamilan, perubahan perilaku ibu hamil,
serta dukungan keluarga lebih signifikan pada kelompok perlakuan
dibandingkan dengan kelompok kontrol.
6.4. Rekomendasi model antenatal care
Pelayanan antenatal care adalah upaya preventif program
pelayanan kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal
dan neonatal melalui serangkaian program kegiatan pemantauan
137
rutin selama kehamilan. Secara umum tujuan antenatal care adalah
menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan
dan nifas dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang
sehat. Pemeriksaan antenatal care di tingkat puskesmas dilakukan
oleh bidan puskesmas ataupun bidan kelurahan untuk tingkat
kelurahan, poskesdes dan posyandu.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39
tahun 2016 tentang pedoman penyelenggaraan program Indonesia
sehat dengan pendekatan keluarga, dimana salah satu area prioritas
dari program ini adalah penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Salah satu kegiatan intervensi dalam menurunkan angka kematian
ibu dan bayi adalah mengupayakan jaminan mutu antenatal care
(ANC) terpadu.
Masalah kesehatan termasuk persoalan kematian ibu dan bayi
adalah masalah yang multi dimensi, yakni banyak sekali faktor
penentu (determinan) nya. Demikian halnya dengan keberhasilan
program kesehatan, juga sangat ditentukan oleh peran dan
tanggungjawab dari lintas sektor terkait. Kerjasama lintas sektor
telah disadari benar sebagai strategi penting dalam pembangunan
kesehatan.
Dengan melihat hasil pendampingan ibu hamil dan keluarga
oleh mahasiswa Kesehatan Masyarakat, maka kami
merekomendasikan model antenatal care dengan pendekatan
138
keluarga (melalui pendampingan ibu hamil oleh mahasiswa) sebagai
salah satu strategi dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
Adapun tahapan dalam program pendampingan ibu hamil dan
keluarga adalah sebagai berikut :
a. Pengembangan jejaring Pada model ekologi sosial, ada 5 (lima) level yang diberikan
intervensi (komunikasi) bila ingin melakukan perubahan perilaku
pada sasaran yakni : pada level individu sendiri (ibu hamil),
keluarga (suami dan orang tua), masyarakat sekitar (tokoh
masyarakat dan institusi pemerintah di kelurahan), pada level
organisasi (puskesmas dan dinas kesehatan) serta pada level
pemegang kebijakan (pemerintah kota Palu).
Tahapan pengembangan jejaring yang dilakukan pada studi ini
sebagai berikut :
No Level Kegiatan
1. Pemegang Kebijakan
a. Melakukan advokasi dan negosiasi kepada lintas sektor terkait (Dinas Kesehatan, BKKBN, Badan Pemberdayaan Perempuan & KB, Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perguruan Tinggi Kesehatan, organisasi profesi, NGO yang peduli kesehatan ibu dan anak;
b. Membangun komitmen melalui penandatangan kerjasama (MoU)
2. Organisasi a. Mengajak komponen/lintas sektor terkait berpartisipasi dalam kesehatan ibu dan anak;
b. Membentuk lembaga independen sebagai wadah komunikasi antar lintas sektor terkait. Disepakati dengan nama
139
Komunitas Peduli Kesehatan Ibu dan Anak (KP-KIA) yang akan menjadi “leader” dalam proses kolaborasi lintas sektor. Anggota komunitas berasal dari lintas sektor yang memiliki kepedulian terhadap kesehatan ibu dan anak
No Level Kegiatan
3. Komunitas a. Melibatkan pimpinan wilayah (Lurah), petugas kesehatan, tokoh masyarakat, serta kader kesehatan. Pada saat pelatihan, mereka diundang untuk merencanakan tekhnis pendampingan
4. Interpersonal Melakukan pendekatan dengan keluarga melalui pendampingan oleh mahasiswa. Tujuannya agar keluarga (suami atau orangtua ibu hamil) mendapatkan edukasi kehamilan dan ANC sehingga mereka bisa memotivasi ibu hamil untuk menjaga kehamilan dengan baik
5. Individu Melakukan pendampingan kepada ibu hamil dalam rangka perubahan perilaku dengan menggunakan buku pegangan ibu hamil. Tujuan pendampingan dan penggunaan buku pegangan ibu hamil : a. Merangsang ―Niat‖ ibu hamil berubah
menjadi lebih baik. Lembar pertama buku pegangan ibu berisi tentang Impian dan harapan. Orang-orang yang memilki impian atau harapan akan memiliki antusiasme/niat yang tinggi untuk berhasil;
b. Menjadikan pola perilaku yang di contohkan mahasiswa menjadi ―kebiasaan‖ (habits)
c. Menciptakan iklim yang kondusiv (memfasilitasi kondisi) bagi perubahan perilaku ibu hamil.
Pendampingan mahasiswa terhadap ibu hamil dan keluarga
akan berjalan efektiv bila terjadi sinergi antara lintas sektor terkait,
sebagai berikut :
140
A. Sinergi pada Tingkat Pengambil Keputusan (TPK), antara pihak
Perguruan Tinggi (selaku penyedia SDM), Dinas Kesehatan
(selaku penanggungjawab program kesehatan ibu dan anak),
serta dengan lembaga independen (KP-KIA) yang berperan
sebagai “katalisator” yang mengkoordinasikan kegiatan serta
memastikan keterlibatan lintas sektor lainnya. Keterlibatan
lembaga independen seperti KP-KIA sangat penting karena
model-model kerjasama selama ini yang dikembangkan antar 2
pihak ataupun lebih institusi seringkali terperangkap dalam
lingkaran birokrasi yang tidak efektiv. Tugas TPK ini adalah
melakukan advokasi ke pemerintah daerah, membuat dan
menyediakan modul, melakukan pelatihan, manajemen data
(sistem informasi KIA) dan mengawasi proses pendampingan;
B. Sinergi pada Tingkat Pelaksana Tehnis (TPT), antara pihak
kelurahan selaku penanggungjawab masyarakat (ibu hamil),
puskesmas (selaku penanggungjawab tehnis program) serta
program studi (selaku penyedia SDM mahasiswa). Pada
tingkatan ini komunikasi dilakukan untuk menentukan sasaran
pendampingan (ibu hamil), wilayah dampingan, serta mahasiswa
yang akan mendampingi. Tugas TPT adalah menentukan
wilayah dampingan, sasaran pendampingan (ibu hamil dan
keluarga), mahasiswa yang akan mendampingi, waktu
pendampingan, dan evaluasi bulanan;
141
C. Sinergi pada Tingkat Pelaksana Lapangan (TPL), antara bidan
kelurahan, mahasiswa pendamping, serta ibu hamil dan
keluarga. Tugas TPL adalah melakukan komunikasi dalam
proses pendampingan. Bidan kelurahan melaksanakan
tupoksinya dalam pelayanan antenatal care, mahasiswa
melakukan KIE serta membantu ibu hamil mengisi buku
pegangan ibu hamil, serta ibu hamil sendiri membantu
menciptakan iklim yang kondusiv bagi proses pendampingan.
Adapun model jejaring koordinasi bdalam rangka pendampingan
ibu hamil dan keluarga adalah sebagai berikut :
Keterangan : A (Tingkat Pengambil Keputusan/TPK), B (Tingkat Pelaksana Tehnis /TPT), C (Tingkat Pelaksana Lapangan /TPL)
Gambar 11. Model jejaring koordinasi dalam rangka pelaksanaan pendampingan mahasiswa kepada ibu hamil
KP-KIA
Dinas
Kesehatan
FKIK
Untad
Puskesmas
Kelurahan Prodi Kesmas
Ibu Hamil &
Keluarga Mahasiswa
Bidan kelurahan
B C
A
142
b. Tahapan pelaksanaan pendampingan
Pada pendampingan ibu hamil dan keluarga oleh mahasiswa
kesehatan, ada beberapa komponen yang terlibat (lihat gambar 11).
Koordinasi antar komponen sangat penting, sehingga pelaksanaan
pendampingan dapat berjalan dengan baik. Adapun tahapan
pelaksanaan pendampingan ibu hamil dan keluarga oleh mahasiswa
kesehatan sebagai berikut :
1. Mahasiswa yang akan menjadi pendamping adalah yang sudah
mendapatkan pelatihan pendampingan oleh Pihak Pengambil
Keputusan (PPK);
2. Bidan kelurahan bertugas mengantarkan mahasiswa kepada ibu
hamil dan keluarga sasaran untuk pertama kalinya;
3. Ibu hamil akan mendapatkan 2 buku, 1 buku KIA (dari bidan
puskesmas) dan 1 buku pegangan ibu hamil (dari mahasiswa
pendamping). Buku KIA merupakan buku komunikasi antara
tenaga kesehatan dengan tenaga kesehatan lainnya (dokter,
bidan, dan tenaga kesehatan lainnya) serta antara tenaga
kesehatan dengan ibu hamil. Buku KIA diisi oleh tenaga
kesehatan setiap kali ibu hamil datang memeriksakan dirinya ke
layanan kesehatan. Bahasa atau catatan-catatan petugas
kesehatan dalam buku KIA seringkali tidak dipahami oleh ibu
hamil. Sedangkan buku pegangan ibu hamil (merupakan buku
suplemen dari buku KIA) merupakan buku komunikasi antara
143
mahasiswa pendamping dengan ibu hamil dan keluarga. Buku
pegangan ibu hamil diisi oleh ibu hamil sendiri, dibantu oleh
mahasiswa pendamping. Buku pegangan ibu hamil berisi tentang
harapan (impian) ibu hamil, pelayanan antenatal care, sampai
pada perencanaan persalinan yang harus diisi oleh ibu hamil dan
keluarga;
4. Mahasiswa mendampingi dan membantu ibu hamil dan keluarga
mengisi buku pegangan ibu hamil. Ada beberapa data yang harus
ibu hamil isi, yang berasal dari buku KIA. Tugas ibu hamil adalah
memindahkan datanya secara mandiri.
5. Selama pendampingan, hal-hal yang dilakukan oleh mahasiswa
pendamping :
a. Melakukan KIE kepada ibu hamil;
b. Membantu ibu hamil memahami buku KIA;
c. Mendorong ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan antenatal
care secara rutin;
d. Mengajarkan ibu hamil untuk mengisi buku pegangan ibu hamil
yang berisi tentang : harapan ibu hamil, check list pemeriksaan
antenatal, hasil pemeriksaan Hb, konsumsi tablet Fe, check list
deteksi dini risiko tinggi kehamilan, serta rencana persalinan;
e. Melakukan monitoring hasil pendampingan (monitoring
pengisian buku pendampingan ibu hamil);
144
f. Melakukan entry data hasil pendampingan ke sistem informasi
KIA.
6. Evaluasi pendampingan akan dilakukan setiap bulan di
puskesmas, yang dihadiri oleh : kepala puskesmas, bidan
koordinator, bidan kelurahan, pihak kelurahan, dosen PSIKM, dan
mahasiswa pendamping.
7. Pada akhir pendampingan, dinas kesehatan akan mengeluarkan
sertifikat pendampingan kepada dosen PSIKM (bukti pengabdian
masyarakat) dan bagi mahasiswa yang akan dimanfaatkan saat
mencari kerja di wilayah kota Palu.
Adapun tahapan pelaksanaan pendampingan yang meliputi : tugas
masing-masing komponen, tempat pelaksanaan, penanggungjawab,
serta output yang diharapkan dari masing-masing komponen seperti
gambar dibawah ini :
145
Gambar 12. Tahapan pelaksanaan pendampingan ibu hamil dan keluarga oleh mahasiswa
c. Model pendampingan mahasiswa untuk Antenatal Care
berbasis Rumah Tangga (ibu hamil dan keluarga)
Sasaran primer dari model pendampingan ini adalah ibu hamil.
Tugas mahasiswa pendamping adalah memastikan ibu hamil
Mahasiswa
1. KIE kehamilan & ANC 2. Edukasi pengisian buku
pegangan ibu hamil 3. Monitoring 4. Entry data ke sistem
informasi KIA
Bidan Kelurahan
1. Pelayanan ANC sesuai standar;
2. Pengisian buku KIA; 3. Pencatatan dan pelaporan;
4. Mengantar mhs ke bumil
di Rumah
Tangga
di Layanan
Kesehatan
Output : 1. Perubahan perilaku; 2. Buku pegangan
terisi 3. Cakupan ANC
terstandar naik;
4. Terinputnya data
Output :
1. Layanan ANC sesuai standar;
2. Terisinya buku KIA sbg sarana komunikasi bidan-bumil;
3. Cakupan ANC (K1 dan K4);
KP-KIA + Dosen Prodi
1. Pelatihan mahasiswa pendamping;
2. Menyerahkan 2 buku pegangan/modul;
3. Mengantar mahasiswa ke puskesmas
Output : Mahasiswa terlatih
Puskesmas
di Perguruan
Tinggi
IBU HAMIL Output :
Ibu Hamil
SEHAT
146
mengetahui dan memahami manfaat antenatal care, memastikan ibu
hamil memeriksakan kehamilannya, serta memastikan ibu hamil
mendapatkan pelayanan antenatal care yang berkualitas (sesuai
standar). Tugas mahasiswa pendamping adalah memberi
pemahaman kepada ibu hamil dan keluarga bahwa mereka (ibu
hamil) adalah subyek dalam proses antenatal care. Mereka lah yang
paling bertanggungjawab terhadap kehamilan, kelahiran serta masa
depan bayi yang dikandungnya. Kesadaran inilah yang ingin
dibangun pada model pendampingan ibu hamil dan keluarga oleh
mahasiswa kesehatan. Keterlibatan ibu hamil dan keluarga dalam
proses antenatal care adalah kata kuncinya.
Tahapan dalam pembentukan model ini adalah :
No Tahapan Sasaran Kegiatan Hasil
1. Advokasi/ Negosiasi
Pemegang kebijakan
Melakukan kunjungan ke kantor-kantor untuk melakukan komunikasi
Jumlah lintas sektor yang terlibat
2. Membangun Komitmen
Pemegang Kebijakan
Melakukan perjanjian kerjasama
Dokumen kerjasama (MoU)
3. Partisipasi Lintas sektor dan masyarakat
Membentuk lembaga independen sebagai wadah partisipasi mereka (lintas sektor)
Terbentuk Komunitas Peduli- Kesehatan Ibu dan Anak (KP-KIA)
4. Implementasi Individu dan keluarga
Pendampingan ibu hamil, ibu hamil mengisi buku pegangan, membaca buku KIA, memeriksakan kehamilannya ke bidan
Jumlah ibu hamil yang didampingi, jumlah ibu hamil yang aktiv mengisi buku pegangan, jumlah ibu hamil yang memperoleh pemeriksaan ANC sesuai standar
147
Pada model ini, ibu hamil dibuat berdaya untuk memanajemen
kehamilannya (mengelola, merawat dan merencanakan persalinan).
Keluarga juga dibuat berdaya untuk membantu ibu hamil
memanajemen kehamilannya. Dibutuhkan SDM yang berperan
sebagai fasilitator sekaligus memonitoring proses pemberdayaan
tersebut.
Pada model ini, mahasiswa kesehatan selaku pendamping ibu
hamil dan keluarga memiliki tugas sebagai :
1) Fasilitator, bertugas untuk mengedukasi, mendorong,
menggerakkan, dan memotivasi ibu hamil dan keluarga untuk
melakukan perubahan perilaku dalam ―memanajemen‖
kehamilannya. Ibu hamil diharapkan memiliki pemahaman tentang
kehamilan dan risiko dari setiap kehamilan. Ibu hamil bisa
memahami hak dan kewajibannya. Akhirnya, ibu hamil bisa secara
mendiri melakukan check list terhadap 10 standar layanan
antenatal care yang harus diperolehnya, memonitor sendiri
pemeriksaan Hb, memonitor sendiri konsumsi TTD,
mendiskusikan dengan pendamping atau bidan tentang kehamilan
dan risikonya (konseling), serta bisa melalukan deteksi dini risiko
tinggi kehamilan secara mandiri;
2) Monitoring, bertugas memantau perkembangan ibu hamil melalui
buku pegangan ibu hamil (hasil antenatal care dan deteksi dini
risiko tinggi) untuk di entry dalam sistem informasi KIA. Secara
148
tidak langsung juga memantau kepatuhan tenaga kesehatan
(bidan) dalam memberikan layanan antenatal care yang sesuai
standar. Bidan kelurahan tetap melakukan tupoksinya. Hasil
pemeriksaan ANC bidan pada buku KIA akan dimanfaatkan oleh
ibu hamil untuk mengisi buku pegangan ibu hamil secara mandiri,
seperti gambar dibawah ini :
Tugas Ibu hamil & Keluarga : 1. Mengisi buku pegangangan bumil 2. Membaca buku KIA 3. Rutin periksa ke Nakes
Tgs Mhs : 1. Fasilitator 2. Monitoring
Tgs bidan : 1. Pemeriksa 2. Konseling
Koordinasi : 1. Tehnis Medis 2. Kegiatan Edukasi
Buku Pegangan
Output : Ibu Hamil Sehat : 1. Hb = 11,0-14,0 gr/dL
2. Asupan Fe > 90 tablet
3. Melakukan konseling
4. Faktor risiko rendah
5. Mendapatkan layanan
ANC tersatndar (10T)
149
7) Kelebihan dan Kelemahan Penelitian
A. Kelebihan Penelitian
Aspek Metode :
a. Metode Kuasi Experimen memungkinkan peneliti untuk
membuat kriteria responden (bukan random), sehingga benar-
benar sesuai tujuan penelitian. Kriteria responden (ibu hamil
trwiwulan 2 dan sudah pernah kontak dengan bidan) membuat
responden akan menyatakan apa yang dialaminya (bukan
asumsi atau persepsi);
b. Metode Kualitatif membantu peneliti memperoleh informasi
yang lebih lengkap;
Aspek Dukungan Lintas Sektor :
a. Adanya kerjasama lintas sektor mulai dari penentuan dan
pemetaan sasaran, pembuatan modul, pelatihan pendamping,
evaluasi bulanan, serta pelaksanaan pendampingan di
lapangan;
Aspek Praktik :
a. Adanya buku pegangan ibu hamil yang praktis dan diisi sendiri
oleh ibu hamil, membuat ibu hamil mengetahui kondisi
kehamilannya secara mandiri.
b. Kontak langsung antara ibu hamil dan mahasiswa dalam
kurun waktu 4 bulanan mempengaruhi ―norma subjektiv‖ ibu
150
hamil sehingga tahap perubahan perilaku tidak berlangsung
instan;
B. Kelemahan Penelitian
Aspek Metode :
a. Pemilihan sampel dilakukan dengan kriteria (bukan random),
sehingga tidak semua ibu hamil di wilayah penelitian memiliki
kesempatan untuk jadi responden;
b. Peneliti tidak bisa melakukan kontrol terhadap setiap variabel
penelitian. Ada banyak faktor yang mempengaruhi perubahan
variabel selain bentuk intervensi (pendampingan mahasiswa)
yang diberikan, seperti : komunikasi antar tenaga kesehatan
(langsung atau dengan media), komunikasi antar ibu hamil
(langsung atau dengan media), media sosial, dll;
Aspek Praktik :
a. Kontak langsung dalam kurun waktu 4 bulanan dengan
kunjungan 1x/perbulan (waktu yang pendek) membuat
munculnya “self defens mechanism” dalam bentuk :
penyangkalan (menyangkal tidak minum obat teratur,dll), dan
proyeksi (menyalahkan pihak lain/nakes atas kekeliruannya).
Sehingga informasi yang diperoleh masih dangkal;
b. Perbedaan skill antar mahasiswa dalam komunikasi membuat
perbedaan hasil/dampak pendampingan terhadap ibu hamil;
151
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan hasil penelitian ini antara lain :
1. Terdapat pengaruh pendampingan mahasiswa terhadap
pelaksanaan standar antenatal care. Secara tidak langsung
mahasiswa pendamping menjadi ―pengawas‖ terhadap
pelaksanaan pemeriksaan antenatal oleh bidan, sehingga bidan
lebih disiplin melaksanakan standar yang ada. Disisi lain,
mahasiswa juga membantu memonitoring kepatuhan ibu hamil
mengikuti petunjuk-petunjuk dari petugas kesehatan;
2. Terdapat pengaruh pendampingan mahasiswa terhadap
pelaksanaan deteksi dini risiko tinggi kehamilan secara mandiri oleh
ibu hamil. Melalui pendampingan mahasiswa, ibu hamil dapat
mengenali faktor-faktor risiko yang dimilikinya melalui pengisian
check list secara mandiri dan lebih bertanggungjawab terhadap
kehamilannya;
3. Terdapat pengaruh pendampingan mahasiswa terhadap perubahan
perilaku (pengetahuan dan tindakan) ibu hamil, namun
pendampingan mahasiswa tidak berpengaruh terhadap sikap ibu
hamil terhadap kehamilannya. Proses komunikasi, pemberian
informasi dan edukasi lebih efektiv ketika didampingi ;
152
4. Terdapat pengaruh pendampingan mahasiswa terhadap dukungan
keluarga untuk ibu hamil. Kehadiran mahasiswa ―menyadarkan‖
peran suami dalam pelaksanaan antenatal care;
5. Adanya pengaruh karakteristik ibu terhadap pelaksanaan antenatal
care yang berkualitas, yaitu :
a. Umur berpengaruh terhadap pelaksanaan standar pelayanan
antenatal care (ANC);
b. Pendidikan berpengaruh terhadap pelaksanaan standar
pelayanan antenatal care (ANC) dan tindakan;
c. Frekwensi ANC berpengaruh terhadap pelaksanaan standar
pelayanan antenatal care (ANC);
d. Gravid (kehamilan) berpengaruh terhadap deteksi dini risiko
tinggi kehamilan secara mandiri oleh ibu hamil.
6. Adanya model pendekatan antenatal care berbasis rumah tangga
(ibu hamil dan keluarga). Pengembangan model ini melalui
beberapa tahapan intervensi berdasarkan levelnya : a) level
pemegang kebijakan melalui advokasi dan membangun kerjasama
serta komitmen; b) level organisasi dengan menginisiasi lahirnya
wadah bersama yang bersifat independen; c) level komunitas
dengan melibatkan tokoh masyarakat dan tenaga kesehatan
terdekat; d) level interpersonal dengan melibatkan peran keluarga;
dan e) level individu dengan menjadikan ibu hamil sebagai subyek
dalam ANC. Perubahan perilaku ibu hamil sebagai sasaran primer
153
dimulai dengan menstimulasi ―Niat‖ (intention) melalui isi pesan
dalam buku pegangan ibu hamil, menjadikan perilaku itu sebagai
―kebiasaan‖ (habits) melalui monitoring rutin mahasiswa, dan
membuat suasana kondusiv (facilitating condition).
6.1. Saran
Saran dalam penelitian ini :
1. Program :
a. Kegiatan pendampingan mahasiswa terhadap ibu hamil dan
keluarga perlu dilanjutkan dengan wilayah dan sasaran yang lebih
luas serta keterlibatan Perguruan Tinggi Kesehatan yang ada di
kota Palu (replikasi program);
b. Penentuan daerah sasaran berdasarkan usulan kelurahan (untuk
meningkatkan partisipasi dan tanggungjawab pihak kelurahan).
c. Dibangun MoU antara pihak Perguruan Tinggi, Pemerintah kota
Palu, serta Komunitas Independen dalam program pendampingan
tersebut. Untuk Perguruan Tinggi yang terlibat, agar
dipertimbangkan dalam agenda akademik. Untuk pemerintah kota
Palu (khususnya Dinas Kesehatan) agar dipertimbangkan reward
bagi mahasiswa pendamping serta dukungan data (sasaran).
Bagi pihak independen agar menyiapkan sistem informasi
berbasis IT yang bisa dimanfaatkan dalam pengambilan
keputusan oleh semua pihak;
154
2. Riset :
a. Perlu kajian lebih mendalam tentang model kerjasama lintas
sektor yang efektiv;
b. Perlu studi yang mengevaluasi perubahan perilaku sasaran
(ibu hamil dan keluarga) secara bertahap (setiap bulan);
c. Studi ini menggunakan pendekatan sosial ekologi model,
namun lebih fokus pada perubahan perilaku individu dan
keluarga. Pada riset selanjutnya perlu dikembangkan variabel
yang mengukur tingkat keterlibatan tiap level pada social
ecology model.
155
DAFTAR PUSTAKA Abul Fadl, A., Bagchi, K., & Cheikh Ismail, L. (2010). Practices in child
growth monitoring in the countries of the Eastern Mediterranean Region.
Adawiyani R. (2013). Pengaruh pemberian booklet anemia terhadap
pengetahuan, kepatuhan minum tablet tambah darah dan kadar hemoglobin ibu (studi kasus di unit rawat jalan Rumkital Dr. Ramelan Surabaya. Jurnal ilmiah mahasiswa Universitas Surabaya. Vol.2 No. 2
Akhtar, T., Khan, Z., & Raoof, S. (2014). Community participation
eludes Pakistan's maternal, newborn and child health programme.
Amiruddin, R., Hasni (2014). Determinan Kesehatan Ibu dan Anak. CV
Trans Info Media, 13-17. Ansar, A. (2012). Menuju Kebijakan Pengelolaan Teluk Palu yang
Harmonis. Media Litbang Sulteng, 4(2). Ansell, C., & Gash, A. (2008). Collaborative governance in theory and
practice. Journal of public administration research and theory, 18(4), 543-571.
Bailey, R. J., & Dal Poz, M. (2010). Building the public health workforce
to achieve health-related development goals: moving forward in collaboration. J Public Health Policy, 31(4), 494-497. doi: 10.1057/jphp.2010.34
Buse, K., Mays, N., & Walt, G. (2012). Making health policy: McGraw-
Hill Education (UK). Business, W. E. s. (2007). Strengthening Health Systems to Improve
Health Outcomes. WHO’s Framework for Action. Campbell M, Grinshaw J, Eccles M, Steen N. Experimental and
quasiexperimental designs for evaluating guideline implementation strategies. Family practice 2000; 17(Suppl 1): S11-S18.
Cook, J., Michener, J. L., Lyn, M., Lobach, D., & Johnson, F. (2010).
Community collaboration to improve care and reduce health disparities. Health Affairs, 29(5), 956-958.
156
Corona, R., Gonzalez, T., Cohen, R., Edwards, C., & Edmonds, T. (2009). Richmond Latino needs assessment: A community-university partnership to identify health concerns and service needs for Latino youth. Journal of community health, 34(3), 195-201.
Depkes, R. (2010). Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu:
Kementrian Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Kesehatan Ibu. Jakarta.
Dickie, M. (2005). Parental behavior and the value of children's health:
a health production approach. Southern Economic Journal, 855-872.
Economic, U. N. D. o. (2014). The Millennium Development Goals
Report 2014 United Nations Publications. Ferrer, B., Aronstein, D., & Conley, L. (2013). Collaboration Between
Local Health Authorities, Hospitals, Residents, and Community-Based Organizations in Boston. American journal of public health, 103(3), e1-e2.
Geoffrey Chamberlain, M. M. (2013). ABC Of Antenatal Care. BMJ
Books, 4. doi: 10.1155/2010/272896 Glanz, K., Rimer, B. K., & Viswanath, K. (2008). Health behavior and
health education: theory, research, and practice: John Wiley & Sons.
Golden, S. D., & Earp, J. A. L. (2012). Social ecological approaches to
individuals and their contexts twenty years of health education & behavior health promotion interventions. Health Education & Behavior, 39(3), 364-372.
Graham, W. J., Bell, J. S., & Bullough, C. H. (2001). Can skilled
attendance at delivery reduce maternal mortality in developing countries. Safe motherhood strategies: a review of the evidence, 17, 97-130.
Green, L. W., & Kreuter, M. W. (1999). Health promotion planning: An
educational and ecological approach. Habermas, J., & Habermas, J. (1985). The theory of communicative
action: Lifeworld and system: A critique of functionalist reason (Vol. 2): Beacon press.
157
Habersack, M., & Luschin, G. (2013). WHO-definition of health must be enforced by national law: a debate. BMC medical ethics, 14(1), 24.
Hatta H, Dachlan DM, Salam A. (2013). Studi pelaksanaan program
suplementasi tablet besi (Fe) untuk ibu hamil di Puskesmas Maradekaya kota Makassar
Hendricks, C. S., Hendricks, D. L., Black, S. H., Hopkins, J. S.,
Washington, B., & McKenzie, T. (2000). A community health promotion partnership model: the South Carolina health connection. Journal of cultural diversity, 8(3), 69-78.
Indonesia, K. K. R. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan.
2013 http://www. depkes. go. id/downloads. Buletin% 20Lansia. pdf.
Indonesia, M.K.R. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual.
Indonesia, R. (2009). Undang-undang Republik Indonesia nomor 36
tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Republik Indonesia. INDONESIA, R. (2010). Laporan pencapaian tujuan pembangunan
milenium Indonesia 2010. Jakarta: Kementerian PPN/Bappenas . Indonesia, U. (2012). Ringkasan Kajian Kesehatan Ibu dan Anak.
Jakarta: UNICEF Indonesia. INISIATIF. (2013). Monitoring Kebijakan dan Anggaran (Komitmen
Pemerintah Indonesia untuk Kesehatan Ibu). Laporan Akhir, I. Kay, R., & Alder, J. (1999). Coastal management and planning. E & FN
SPON. New York. Kemenkes, R. (2012). Profil Data Kesehatan Indonesia 2011:
Kementrian Kesehatan RI, Jakarta. Kesehatan, D., & RI, K. K. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
158
Koordinator Kesejahteraan Rakyat, M. (2012). Pedoman Nasional Gerakan Sadar Gizi dalam seribu Pertama Kehidupan (1000 HPK). Jakarta: Kementerian Koordinator Kesehateraan Rakyat.
Lewins, G. (2011). Physician integration: the community health center collaboration option. Healthcare financial management: journal of the Healthcare Financial Management Association, 65(1), 72-76.
Lindsey, B. J., & Hawk, C. W. (2013). Training community health
students to develop community-requested social marketing campaigns: an innovative partnership. Progress in community health partnerships: research, education, and action, 7(2), 219-229.
Maas, L. T. (2004). Kesehatan Ibu dan Anak: Persepsi budaya dan
dampak kesehatannya. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Manuaba, I. B. G. (1998). Ilmu kebidanan, penyakit kandungan &
keluarga berencana untuk pendidikan bidan. Manuaba, I. B. G., Manuaba, I. C., & Manuaba, I. (2007). Pengantar
kuliah obstetri. Jakarta: EGC, 810-821. Maramis, W. F. (2006). Ilmu perilaku dalam pelayanan kesehatan.
Cetakan Pertama, Air Langga University Press Surabaya. Marmi, S. S. (Oktober 2011). Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal.
1. McGrath, M. M., Fullilove, R. E., Kaufman, M. R., Wallace, R., &
Fullilove, M. T. (2009). The limits of collaboration: a qualitative study of community ethical review of environmental health research. American journal of public health, 99(8), 1510.
Misra, D. P., & Grason, H. (2006). Achieving safe motherhood: Applying
a life course and multiple determinants perinatal health framework in public health. Women's Health Issues, 16(4), 159-175.
Morris, J., Marzano, M., Dandy, N., & O’Brien, L. (2012). Theories and
models of behaviour and behaviour change. Forest Research, Tech. Rep.
Nasional, B. P. P. (2011). laporan Pencapaian MDGs 2010. Kementrian
Perencanaan Pembangunan Nasional.
159
Nikolic, I. A., & Maikisch, H. (2006). Public-private partnerships and collaboration in the health sector: an overview with case studies from recent European experience.
Nomor, P. P. R. I. (2005). Tahun 2005 tentang Pengelolaan Pulau-pulau Kecil Terluar: Jakarta.
Notoatmodjo, S. (2005). Promosi kesehatan teori dan aplikasi. Jakarta:
Rineka Cipta, 52-54. Notoatmodjo, S. (2007). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku: Jakarta:
Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta,
20-40. Olden, P. C. (2003). Hospital and community health: Going from
stakeholder management to stakeholder collaboration. Journal of health and human services administration, 35-57.
Organization, W. H. (1986). Ottawa charter for health promotion. Organization, W. H. (1997). The Jakarta Declaration : on leading health
promotion into the 21st century = Declaration de Jakarta sur la promotion de la sante au XXIe siecle .
Organization, W. H. (2010). A conceptual framework for action on the
social determinants of health. Osborne, S. (2002). Public-private partnerships: Theory and practice in
international perspective: Routledge. Palu, D. K. K. (2014). Profil kesehatan: Dinas Kesehatan Kota Palu. Patlis, J. M., Dahuri, R., Knight, M., & Tulungen, J. (2001). Integrated
coastal management in a decentralized Indonesia: How it can work. Indonesian Journal of Coastal and Marine Resources, 4(1), 24-39.
Penelitian, B. (2010). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2010.
Kemenkes RI, Jakarta. Prager, K. (2012). Understanding behaviour change: how to apply
theories of behaviour change to SEWeb and related public engagement activities. James Hutton Institute.
160
Prochaska, J. O., & Velicer, W. F. (1997). The transtheoretical model of health behavior change. American journal of health promotion, 12(1), 38-48.
Prost, A., Colbourn, T., Seward, N., Azad, K., Coomarasamy, A., Copas, A., . . . Lewycka, S. (2013). Women's groups practising participatory learning and action to improve maternal and newborn health in low-resource settings: a systematic review and meta-analysis. The Lancet, 381(9879), 1736-1746.
RI, B. P. S. (2007). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007.
Jakarta: Badan Pusat Statistik. RI, K. (2012). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian RI.
Robeson, P. (2009). Networking in public health: Exploring the value of
networks to the National Collaborating Centres for Public Health: National Collaborating Centre for Methods and Tools.
Saaka, M. (2014). Relationship between Mothers’ Nutritional
Knowledge in Childcare Practices and the Growth of Children Living in Impoverished Rural Communities. Journal of health, population, and nutrition, 32(2), 237.
Sallis, J. F., Owen, N., & Fisher, E. B. (2008). Ecological models of
health behavior. Health behavior and health education: Theory, research, and practice, 4, 465-486.
Sarker, M., & Joarder, T. (2012). Intersectoral collaboration: a novel
path to promote community health promotion editorial. Global Health Promotion, 194, 7-8.
Sarwono. Buku Kebidanan. Setyorini, R. H., & Hasanbasri, M. (2011). Konseling Ibu Hamil pada
Bidang Praktik Swasta (BPS) dan Puskesmas di Kabupaten Bantul.K. Text.
Sierra, J. J., & McQuitty, S. (2007). Attitudes and emotions as
determinants of nostalgia purchases: An application of social identity theory. The Journal of Marketing Theory and Practice, 15(2), 99-112.
Sparks, M. (2013). The changing contexts of health promotion. Health
promotion international, 28(2), 153-156.
161
Stalker, P. (2008). Laporan MDGs 2008: Kita Suarakan MDGs Demi
Pencapaiannya di Indonesia. Jakarta: Bappenas. Thein, T. T., Myint, T., Lwin, S., Oo, W. M., Kyaw, A. K., Myint, M. K., &
Thant, K. Z. (2012). Promoting antenatal care services for early detection of pre-eclampsia.
Triandis, H. C. (1979). Values, attitudes, and interpersonal behavior.
Paper presented at the Nebraska symposium on motivation. Tuwo, A. (2011). Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut-Pendekatan
Ekologi, Sosial-Ekonomi, Kelembagaan dan Sarana Wilayah: Brilian Internasional.
Woodson, J. M., Braxton-Calhoun, M., Black, J., Marinelli, R. D., O'Hair,
A., & Constantino, N. L. (2009). Challenges of collaboration to address health disparities in the rapidly growing community of Las Vegas, Nevada. Journal of health care for the poor and underserved, 20(3), 824-830.
Prodi Kesmas Puskesmas
KP-KIA (Dinkes, PT, NGO, linsek)
PANDUAN MENJADI
IBU HAMIL SEHAT
Buku Pegangan
bagi Ibu Hamil
HARAPAN/ IMPIAN
“Masa depan dimiliki oleh mereka yang percaya akan keindahan impiannya”
(Eleanor Roosevelt)
Mari kita mulai proses pendampingan ini dengan menggambarkan dan menulis impian anda
mengenai diri sendiri (kehamilan, persalinan, dan lain-lain), anak dalam kandungan, dan
keluarga.
1. Harapan untuk anak yang dikandung :
a) Karakter :
i. .....................................................................................................................................
ii. .....................................................................................................................................
iii. .....................................................................................................................................
iv. .....................................................................................................................................
v. .....................................................................................................................................
b) Pendidikan :
i. ....................................................................................................................................
ii. .....................................................................................................................................
iii. .....................................................................................................................................
iv. .....................................................................................................................................
v. .....................................................................................................................................
c) Pekerjaan :
i. .....................................................................................................................................
ii. .....................................................................................................................................
iii. .....................................................................................................................................
iv. ..................................................................................................................................
v. .....................................................................................................................................
2. Harapan untuk kehamilan ini :
a. ............................................................................................................................................
b. ............................................................................................................................................
c. ............................................................................................................................................
d. ............................................................................................................................................
e. ............................................................................................................................................
3. Apa yang ibu harapkan dari orang-orang terdekat (suami dan keluarga) ?
a. ............................................................................................................................................
b. ............................................................................................................................................
c. ............................................................................................................................................
d. ............................................................................................................................................
e. ............................................................................................................................................
4. Siapa yang ibu harapkan bisa membantu memberikan solusi atas masalah kehamilannya ?
a. ...........................................................................................................................................
b. ...........................................................................................................................................
c. ...........................................................................................................................................
d. ...........................................................................................................................................
e. ...........................................................................................................................................
5. Siapa yang ibu harapkan untuk membantu persalinannya ibu nanti ?
a. ...........................................................................................................................................
b. ...........................................................................................................................................
c. ...........................................................................................................................................
6. Dimana tempat yang ibu inginkan untuk bersalin nanti ?
a. ...........................................................................................................................................
b. ...........................................................................................................................................
c. ...........................................................................................................................................
7. Alat kontrasepsi apa yang ingin ibu pakai setelah bersalin nanti ?
a. ...........................................................................................................................................
b. ...........................................................................................................................................
c. ...........................................................................................................................................
“Jika anda bisa memimpikannya, anda bisa
mencapainya”
(Walt Disney)
MEWUJUDKAN MIMPI/ HARAPAN
“Keberhasilan anda dimulai dari hal-hal sederhana yang anda lakukan”
(Jim Dornan)
Untuk mewujudkan impian anda, hal-hal apa yang harus anda lakukan ?
a. ...........................................................................................................................................
b. ...........................................................................................................................................
c. ...........................................................................................................................................
d. ...........................................................................................................................................
e. ...........................................................................................................................................
Mari kita ulangi bahasan diatas.
1. Apa yang terjadi bila seorang ibu hamil mengalami kurang darah (Anemia) ?
a. Dampak bagi ibu hamil :
i. .....................................................................................................................................
ii. .....................................................................................................................................
iii. .....................................................................................................................................
iv. .....................................................................................................................................
v. .....................................................................................................................................
b. Dampak bagi janin yang dikandung :
i. .....................................................................................................................................
ii. .....................................................................................................................................
iii. .....................................................................................................................................
iv. .....................................................................................................................................
v. .....................................................................................................................................
Untuk mewujudkan impian anda, maka anda harus memberikan makanan
(nutrisi) yang baik untuk ANDA dan JANIN yang anda kandung. Makanan
ini akan diolah di perut (usus), diserap (absorpsi) dan di edarkan keseluruh
tubuh (sel-sel) oleh DARAH. Jadi DARAH lah yang membawa makanan ini ke
seluruh tubuh ibu dan ke janin. Bila DARAH kurang dalam tubuh (Anemia),
maka makanan tidak bisa sampai ke seluruh tubuh ibu dan janin. Ibu akan
menjadi kurang gizi, dan berbahaya pada saat bersalin nanti. Anak yang lahir
juga akan mengalami gangguan pertumbuhan fisik (Berat badan lahir rendah)
dan mental (kecerdasan).
2. Apa yang harus ibu lakukan untuk mengetahui JUMLAH DARAH dalam tubuh ibu ?
a. ...........................................................................................................................................
b. ...........................................................................................................................................
c. ...........................................................................................................................................
3. Apa yang harus ibu lakukan untuk MENCEGAH agar jumlah darah dalam tubuh ibu tidak
kurang ?
a. ...........................................................................................................................................
b. ...........................................................................................................................................
c. ...........................................................................................................................................
4. Apa yang harus ibu lakukan untuk memperoleh pengetahuan yang cukup mengenai
dampak kurang darah (Anemia) maupun masalah kehamilan lainnya ?
a. ...........................................................................................................................................
b. ...........................................................................................................................................
c. ...........................................................................................................................................
ADA 3 (TIGA) AKTIVITAS SEDERHANA YANG IBU BISA
LAKUKAN UNTUK MENCEGAH KURANG DARAH (ANEMIA) :
1. Periksa Jumlah Darah (Hemoglobin) ke Bidan/ Petugas Kesehatan
MINIMAL 2 (dua) kali selama kehamilan;
2. Minum Tablet Tambah Darah (Tablet Fe) setiap hari secara teratur
MINIMAL 90 Tablet setiap hari berturut-turut selama kehamilan;
3. Konsultasi dengan Bidan/ Petugas Kesehatan/ Pendamping anda
SETIAP KALI anda memeriksakan kehamilan;
Pastikan bahwa anda memeriksakan
kehamilannya secara rutin ke Bidan/
Petugas Kesehatan MINIMAL 4 (empat)
kali selama Kehamilan
MELAKUKAN 3 (TIGA) AKTIVITAS SEDERHANA
“Satu-satunya cara untuk meraih keberhasilan adalah
dengan melakukannya secara terus menerus (konsisten)”
(Anonymous)
Ingat kembali 3 (tiga) aktivitas sederhana yang harus anda lakukan secara konsisten, dan
tuliskan kembali dibawah ini :
1. ..........................................................................................................................................
2. ..........................................................................................................................................
3. ..........................................................................................................................................
Apakah anda setuju untuk melakukannya secara terus menerus (konsisten), dibawah
bimbingan dan monitoring dari Bidan/ Pendamping ? Bila setuju, mohon tanda tangani
dibawah pernyataan ini untuk menunjukkan KOMITMEN dan KEYAKINAN anda :
Anda juga butuh dukungan dari suami/ keluarga, Bidan/Petugas Kesehatan, dan Pendamping
(Mahasiswa). Untuk itu, ke 3 (tiga) pihak tersebut harus menyatakan kesediaannya untuk
mendukung anda dengan membubuhkan tandatangannya dibawah pernyataan berikut :
Saya setuju untuk melakukan 3 (tiga) hal sederhana tersebut (Periksa Hb,
Minum tablet penambah darah, dan Konsultasi) secara teratur dan konsisten
untuk kebaikan diri saya dan janin yang saya kandung.
........................................, ............................................................ 2016
Ibu Hamil,
........................................................................................
Kami setuju untuk mendukung dan mendampingi ibu .........................................
melakukan 3 (tiga) aktivitas sederhana tersebut (Periksa Hb, Minum tablet
penambah darah, dan Konsultasi) secara teratur dan konsisten untuk kebaikan ibu
dan janin yang dikandungnya.
........................................, ............................................................ 2016
Bidan, Suami/Keluarga, Pendamping,
.............................. .................................................. .....................................
MENGONTROL AKTIVITAS UNTUK KEBAIKAN DIRI DAN JANIN
“Serahkan masa depan anda kedalam tangan yang baik, tangan anda sendiri”
(Benyamin Disraeli)
1. Monitoring Pemeriksaan darah (Hemoglobin) :
Tabel Monitoring Kepatuhan Pemeriksaan Hemoglobin
No Hari/Tanggal Usia Kehamilan Tempat
Periksa
Pemeriksa
(Nama & Paraf)
Hasil Ket
2. Monitoring Kepatuhan Konsumsi tablet Fe
Tabel Monitoring Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe
Bulan : ..................................................
No Tgl Paraf Ket
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Bulan : ..................................................
No Tgl Paraf Ket
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Bulan : ..................................................
No Tgl Paraf Ket
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Bulan : ..................................................
No Tgl Paraf Ket
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Bulan : ..................................................
No Tgl Paraf Ket
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Bulan : ..................................................
No Tgl Paraf Ket
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
3. Konseling
Tabel Monitoring Hasil Konseling
No Waktu Materi Hasil Paraf Ibu/
Keluarga
1 Perkenalan, informasi
pendampingan, informasi kelas
ibu
2 Pemeriksaan Antenatal Care
(Hal-hal yang diperoleh ibu
hamil saat pemeriksaan ANC dan
manfaatnya)
3 Perawatan sehari-hari
(nutrisi ibu hamil, istrihat,
menjaga kebersihan diri,
hubungan suami istri, aktiitas
fisik)
4 Tanda dan bahaya pada
kehamilan (perdarahan, demam,
muntah-muntah, dll)
5 Masalah lain pada kehamilan
(sulit tidur, sakit kencing,
jantung berdebar, dll) dan hal2
yang harus dihindari selama
hamil (aktivitas berat, makanan,
minuman dan obat berbahaya,
dll)
6 Persiapan melahirkan (waktu
dan tempat, hal2 yang harus
disiapkan selama bersalin, dll)
7 Ibu bersalin (tanda awal
bersalin, proses melahirkan) dan
perawatan ibu nifas (pelayanan
kesehatan masa nifas, hal2 yang
dihindari selama nifas)
8 Keluarga Berencana
Tidak ada yang gagal untuk di raih,
yang ada adalah orang yang berhenti
melakukannya secara konsisten
EVALUASI DIRI
“Belajar dari kesalahan merupakan hal paling penting
untuk bisa memperbaikinya lagi, dan lagi”
(Perelman)
Mari kita ulang kembali 3 (tiga) aktivitas sederhana yang harus anda lakukan :
1. Periksa darah (Hb)
2. Minum tablet penambah darah (tablet Fe)
3. Konsultasi
Semua itu akan memberikan hasil maksimal bila ditambah dengan 2 (dua) aktivitas yang bisa
anda KONTROL atau EVALUASI sendiri, dengan bantuan mahasiswa/ Pendamping, yaitu :
1. Pemeriksaan kehamilan secara rutin (Antenatal Care) yang SESUAI STANDAR
2. Melakukan DETEKSI DINI terhadap faktor risiko tinggi kehamilan
Mari kita lakukan check list bersama, sudahkan pelayanan Antenatal care ini anda peroleh
ketika anda mengunjungi bidan/ petugas kesehatan anda ?
Tabel Check List Standar Pelayanan Antenatal Care
No Jenis Pemeriksaan Iya Tidak Ket
1 Ukur TB dan timbang BB
2 Ukur Tekanan Darah (TD)
3 Ukur Lingkar Lengan Atas (LILA)
4 Ukur Tinggu Fundus Uteri (TFU)
5 Tentukan Letak Janin dan DJJ
6 Penentuan status Imunisasi TT
7 Pemberian Tablet Fe
8 Pemeriksaan Laboratorium (Hb)
9 Konseling
10 Tata Laksana Kasus
Mari kita check list lagi hal-hal yang anda alami (dengan bantuan mahasiswa/pendamping),
untuk mengetahui risiko kehamilan yang anda alami :
No Masalah/ Faktor Risiko Iya Tidak Skor (lingkari)
Skor Awal ibu hamil 2
1. Terlalu muda, hamil <= 16 th 4
2. a. Terlalu lambat hamil I, kawin >= 4 th 4
b. Terlalu tua, hamil I >= 35 th 4
3. Terlalu cepat hamil lagi (<= 2 th) 4
4. Terlalu lama hamil lagi (>= 10 th) 4
5. Terlalu banyak anak, 4 atau lebih 4
6. Terlalu tua, umur >= 35 th 4
7. Terlalu pendek, < 145 cm 4
8. Pernah gagal kehamilan 4
9. Pernah melahirkan dengan :
a. Tarikan tang/ vakum
4
b. Uri dirogoh 4
c. Diberi infus/transfusi 4
10. Pernah Operasi Sesar 8
Total Skor I
Dan setiap kali memeriksakan kehamilan, kita bisa bersama-sama melakukan check list
terhadapa beberapa hal yang anda alami. Konsultasikan dengan bidan dan pendamping anda :
No Masalah/ Faktor Risiko TW 1 TW 2 TW 3.1 TW 3.2
1. Penyakit pada ibu hamil :
a. Kurang darah b. Malaria
4 4 4 4
c. TBC Paru d. Payah Jantung 4 4 4 4
e. Kencing Manis (Diabetes) 4 4 4 4
f. Penyakit Menular Seksual 4 4 4 4
2. Bengkak pada muka/ tungkai dan tekanan darah
tinggi (TD = ............)
4 4 4 4
3. Hamil kembar 2 atau lebih 4 4 4 4
4. Hamil kembar air (hydraminon) 4 4 4 4
5. Bayi mati dalam kandungan 4 4 4 4
6. Kehamilan lebih bulan 4 4 4 4
7. Letak sungsang 8 8 8 8
8. Letak lintang 8 8 8 8
9. Pendarahan dalam kehamilan ini 8 8 8 8
10. Pre-eklampsia berat/ kejang-kejang 8 8 8 8
Total Skor II
Total Skor I + Total Skor II = ................................................... (Skor Akhir)
Cocokkan nilai Skor Akhir dengan indikator dibawah ini :
1. Jumlah Skor Akhir ( 2) = Kehamilan Risiko Rendah (KRR)
2. Jumlah Skor Akhir (6 – 10) = Kehamilan Risiko Tinggi (KRT)
3. Jumlah Skor Akhir (10) = Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST)
Diskusikan dengan bidan atau mahasiswa pendamping anda arti dari setiao indikator tersebut
PENUTUP
Mari kita ingat kembali aktivitas rutin kita, mulai dari awal sampai akhir :
1. Menulis Impian/ Harapan anda;
2. Menulis hal-hal yang anda lakukan untuk mewujudkan impian/harapan tersebut;
3. Menandatangani komitmen yang sudah anda tulis;
4. Melakukan kegiatan yang sudah anda tulis. Fokus pada 3 (tiga) hal sederhana :
Periksa darah (Hb), minum tablet penambah darah (Fe), dan Konsultasi;
5. Monitoring seluruh kegiatan anda dengan melakukan check list sendiri;
6. Evaluasi seluruh kegiatan, ditambah dengan 2 (dua) aktivitas monitoring yang anda
lakukan sendiri (dibantu oleh bidan/pendamping) yaitu : melakukan evaluasli
terhadap pelayanan antenatal care dan melakukan deteksi dini faktor risiko tinggi
kehamilan;
Atau bisa dibuat dalam bentuk bagan siklus seperti ini :
Lakukan dg
Konsisten
Tulis Impian/
harapan anda
Tulis
Solusinya
Membangun
Komitmen
Melakukan
Aktivitas
Melakukan
Monitoring &
Evaluasi
PENELITIAN
KOLABORASI LINTAS SEKTOR UNTUK KESEHATAN IBU DI KOTA PALU TAHUN
2016
(Model Pendampingan Ibu Hamil dan Keluarga)
KUESIONER UNTUK IBU HAMIL
Saya menyatakan, bahwa saya telah membacakan pernyataan di atas pada informan
setuju untuk berpartisipasi dalam studi ini.
Tanggal :_________________
Tanda tangan Informan :_________________
Tanda tangan pewawancara :_________________
Nama Pewawancara :_________________
KROSCEK KORLAP DATA ENTRI
NAMA/PARAF
TANGGAL
[ ] [ ]/ [ ] [ ]/ 2016 [ ] [ ]/ [ ] [ ]/ 2016 [ ] [ ]/ [ ] [ ]/ 2016
(Salam). Saya ___________ (nama) dari mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
(FKIK) Untad. Kami sedang melakukan penelitian tentang kegiatan pendampingan ibu hamil dan
keluarga. Kami akan bertanya tentang pemeriksaan kehamilan (antenatal care) yang selama ini
dilakukan, baik oleh bidan maupun mahasiswa pendamping. Wawancara ini akan berlangsung tidak
lebih dari 1 jam. Jawaban ibu akan kami rahasiakan sehingga tidak seorangpun akan mengetahuinya.
Partisipasi ibu dalam survei ini bersifat sukarela dan ibu dapat menolak untuk menjawab pertanyaan
atau tidak melanjutkan wawancara. Kami berharap ibu dapat berpartisipasi karena pendapat ibu
sangat penting.
Saat ini apakah ibu bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini? Apakah saya dapat memulai
wawancara ini?
BILA RESPONDEN SETUJU UNTUK DIWAWANCARAI, WAWANCARA DIMULAI
BILA RESPONDEN TIDAK SETUJU DIWAWANCARAI, MAKA AKHIRI DAN
LANJUTKAN UNTUK MEWANCARAI RESPONDEN LAINNYA
KELENGKAPAN PENGISIAN KUESIONER : [ ] 1. LENGKAP [ ] 2. TIDAK LENGKAP
IDENTITAS
RESPONDEN
IDENTITAS
SUAMI
1 NAMA IBU NAMA SUAMI
2 UMUR UMUR
3 PENDIDIKAN PENDIDIKAN
4 PEKERJAAN PEKERJAAN
5 AGAMA AGAMA
6 SUKU SUKU
7 ALAMAT ALAMAT
8 KELURAHAN
\
KELURAHAN
9 KECAMATAN KECAMATAN
10 NAMA BIDAN
PEMERIKSA
11 NAMA MHS
PENDAMPING
A. DATA KEHAMILAN SAAT INI
a. Riwayat ANC
ANC Sejak umur Kehamilan ……… minggu.
ANC di ………………………….
Frekuensi : Trisemester I …………………...Kali
Trisemster II ………………….. Kali
Trisemester III ………………….. Kali
1. Riwayat kehamilan, Persalinan dan nifas yang lalu
G........ P......... Ab..........
Hamil
Ke
Persalinan
Tgl
lahir
Umur
kehamilan
Jenis
Persalinan
Tempat
bersalin/
Penolong
BB
Lahir
B. Pengetahuan Ibu Hamil tentang ANC dan Kehamilan
No Pertanyaan
Skor
1. Apa yang ibu ketahui tentang ANC ?
01. Merupakan pemeriksaan kesehatan untuk anak remaja
02. Merupakan pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh dokter
atau bidan selama masa kehamilan
03. Merupakan pemeriksaan kesehatan ibu melahirkan untuk
mengetahui kesehatan bayi
04. Tidak tahu
2. Menurut ibu, manfaat ANC bagi ibu adalah :
(Jawaban boleh lebih dari satu)
01. Untuk mengetahui sejak dini adanya gangguan atau komplikasi
kehamilan
02. Untuk menyiapkan mental ibu menghadapi persalinan
03. Mempersiapkan ibu untuk melakukan Inisasi Menyusu Dini
(IMD)
04. Memberikan konseling kepada ibu untuk persiapan pemakaian
kontrasepsi
05. Tidak tahu
3. Menurut ibu, kapan pemeriksaan pertama kali sebaiknya dilakukan ?
01. Kehamilan 0 – 3 bulan
02. Kehamilan 4 - 6 bulan
03. Kehamilan 7 – 9 bulan
04. Tidak tahu
4. Menurut ibu, berapa kali paling sedikit ibu memeriksakan kehamilan
(ANC) ?
01. 1 kali
02. 2 kali
03. 3 kali
04. 4 kali atau lebih
5. Menurut ibu, pemeriksaan kehamilan bermanfaat bagi siapa ? 01. Ibu
02. Janin
03. Keduanya
04. Tidak tahu
6. Menurut ibu, pelayanan apa saja yang bisa ibu dapatkan saat
memeriksakan kehamilan (ANC) ?
(jawaban boleh lebih dari satu)
01. Pengukuran tekanan darah
02. Pengukuran tinggi badan dan berat badan
03. Pengukuruan lingkar lengan atas
04. Pemeriksaan perut (TFU)
05. Penentuan letak janin
06. Penyuntikan (pemberian imunisasi TT)
07. Pemberian tablet penambah darah (tablet Fe)
08. Pemeriksaan darah atau kencing (Hb dan proteinuri)
09. Pengarahan dari bidan (Konseling)
10. Pengobatan bila diperlukan (Tata laksana kasus)
7. Untuk mengetahui apakah ibu menderita tekanan darah tinggi atau
tidak, sebaiknya diperiksa :
01. Tinggi badan
02. Periksa perut
03. Ukur tekanan darah
04. Periksa kencing
05. Tidak tahu
8. Untuk mengetahui apakah ibu memiliki risiko melahirkan bayi yang
memiliki berat badan rendah (BBLR), sebaiknya diperiksa :
01. Periksa perut
02. Ukur tekanan darah
03. Ukur lingkar lengan atas
04. Suntik anti tetanus
05. Tidak tahu
9. Untuk mencegah terjadinya kurang darah (anemia) pada ibu hamil,
sebaiknya ibu :
01. Mengukur tekanan darah
02. Minum tablet penambah darah (tablet Fe)
03. Memeriksa kencing
04. Suntik anti tetanus
05. Tidak tahu
10. Berapa paling sedikit tablet penambah darah yang harus ibu minum
selama kehamilan ?
01. 10 tablet
02. 30 tablet
03. 90 tablet
04. Tidak tahu
11. Menurut ibu, hal-hal apa saja yang harus dihindari selama ibu hamil ?
(Jawaban bisa lebih dari satu)
01. Kerja berat
02. Minum alkohol
03. Merokok
04. Stress berlebihan
05. Aktivitas sehari-hari yang ringan
06. Tidak tahu
12. Menurut ibu, hal-hal yang harus dipersiapkan menjelang persalinan
adalah (jawaban bisa lebih dari satu) :
01. Tabungan atau dana cadangan untuk biaya persalinan
02. Rencana tempat melahirkan
03. Kartu-kartu yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan
(BPJS, dll)
04. Pendonor darah yang siap
05. Tidak tahu
13. Yang merupakan tanda bahaya pada kehamilan :
(jawaban bisa lebih dari satu)
01. Demam tinggi
02. Pendarahan pada hamil muda
03. Berat badan naik setiap bulan
04. Nafsu makan meningkat
05. Tidak tahu
14. Yang merupakan tanda awal persalinan :
01. Muntah terus
02. Kaki bengkak
03. Sulit tidur
04. Perut mulas-mulas yang teratur dan makin sering
05. Tidak tahu
15. Faktor risiko apa yang ibu bisa ketahui dengan melakukan
pemeriksaan kehamilan secara teratur ?
01. Status ekonomi ibu
02. Letak janin
03. Jenis kelamin anak
04. Pekerjaan ibu
05. Tidak tahu
16. Darimana ibu mengetahui tentang pemeriksaan kehamilan
(jawaban boleh lebih dari satu)
01. Tenaga kesehatan (dokter/ bidan/ perawat/ ...........)
02. Kader posyandu
03. Tetangga/ teman/ tokoh masyarakat
04. Media massa (TV/ koran/ radio/ dll)
98. Lain-lain
17. Darimana ibu mendapatkan pengetahuan tentang kehamilan, persalinan, dan informasi lainnya yang berhubungan dengan
kesehatan ibu ?
(jawaban bisa lebih dari satu)
01. Buku KIA
02. Kader
03. Bidan/ petugas kesehatan
04. Media elektronik
05. Teman/tetangga
06. Lain-lain .....................................................
18. Kemanakah sebaiknya ibu memeriksakan kehamilannya ?
01. Dokter/ bidan swasta
02. Dukun beranak
03. Kader posyandu
98. Tidak tahu
C. Sikap Ibu Hamil terhadap ANC
No Pernyataan SS S TS STS
1. Setiap kehamilan beresiko
2. Pemeriksaan kehamilan secara rutin banyak manfaatnya
3. Pemeriksaan kehamilan bisa dilakukan oleh dukun
terlatih
4. Pemeriksaan kehamilan bisa dilaksanakan di posyandu
5. Pemeriksaan kehamilan hanya dilakukan bila ibu
merasakan ada keluhan atau gangguan selama
kehamilan
6. Pemeriksaan darah (Hemoglobin) hanya dilakukan bila
ibu menderita Anemia (kurang darah)
7. Tablet penambah darah (tablet Fe) sebaiknya diminum
setiap hari
8. Saya harus tetap menjaga kebersihan saya
9. Saya tidak boleh berhubungan suami-istri selama saya
hamil
10. Saya harus menghindari stress yang berlebihan selama
hamil
11. Dukungan suami atau keluarga sangat dibutuhkan
selama kehamilan
12. Saya harus waspada dan segera ke petugas kesehatan/
bidan bila tiba-tiba janin dirasakan kurang bergerak
13. Pemberian informasi pada saat pemeriksaan kehamilan
sangat penting
14. Informasi (penyuluhan maupun konseling) bisa di
laksanakan oleh kader
15. Perencanaan tempat persalinan sebaiknya dilakukan
jauh hari sebelum bersalin
D. Tindakan/Praktik ANC
No Pertanyaan
Skor
1. Pada saat saya hamil, saya langsung memeriksakan kehamilan saya pada
petugas kesehatan/bidan :
01. Iya
02. Tidak
2. Saya pertama kali memeriksaan kehamilan pada usia kehamilan < 4 bulan :
01. Iya
02. Tidak
2. Tenaga kesehatan yang pertama kali memeriksa kehamilan saya :
01. Bidan
02. Perawat
03. Dokter
04. Dukun terlatih
(Jawaban 01, 02 dan 03 Iya)
3. Tempat pertama kali dilakukan pemeriksaan kehamilan :
01. Posyandu
02. Poskesdes
03. Puskesmas
04. Rumah Sakit
05. Rumah dukun terlatih
(Jawaban 01 – 05 Iya)
4. Usia kehamilan saya saat ini ................... bulan. Sampai saat ini saya sudah
memeriksakan kehamilan sebanyak :
01. 1 x
02. 2 x
03. >= 3 x
(Nilai Iya, bila sesuai standar waktu ANC)
5. Untuk menambah pengetahuan saya tentang kehamilan, saya ikut di kelas
ibu hamil :
01. Iya
02. Tidak
6. Saya menghindari beberapa aktivitas dibawah ini :
01. Kerja berat
02. Merokok
03. Minum alkohol
04. Istirahat yang cukup
(nilai iya, bila jawaban 01, 02 dan 03)
7. Saya sudah minum minum tablet penambah darah (tablet Fe) setiap hari :
01. Iya
02. Tidak
8. Saya sudah pernah memeriksakan darah (Hb) saya ke bidan/petugas kesehatan/puskesmas :
01. Iya
02. Tidak
9. Saya sudah pernah mendapatkan pengarahan (konseling) tentang kehamilan
dari bidan/ petugas kesehatan :
01. Iya
02. Tidak
10. Pemeriksaan (ANC) yang dilakukan petugas kesehatan saat ibu
memeriksakan kehamilannya :
(Jawaban bisa lebih dari 1)
01. Pengukuran tekanan darah
02. Pengukuran tinggi badan dan berat badan
03. Pengukuruan lingkar lengan atas
04. Pemeriksaan perut (TFU dan letak janin)
05. Penyuntikan (pemberian imunisasi TT)
06. Pemberian tablet penambah darah (tablet Fe)
07. Pemeriksaan darah atau kencing (Hb dan proteinuri)
08. Pengarahan dari bidan (Konseling)
09. Pengobatan bila diperlukan
(Tiap nomor bernilai 1 bila ibu menerima layanan tersebut)
E. Dukungan Keluarga
No Pertanyaan Skor
1. Saya membutuhkan dukungan keluarga untuk menghadapi kehamilan :
01. Iya
02. Tidak
2. Bila iya, siapa orang yang paling ibu harapkan dukungannya ?
01. Suami
02. Saudara
03. Orang tua
04. Lain-lain ............................................
3. Dukungan dalam bentuk apa yang ibu harapkan ?
01. Ijin
02. Motivasi
03. Mengantar ke tempat pemeriksaan
04. Lain-lain .....................
4. Saya sendirian memeriksakan kehamilan saya di Posyandu :
01. Iya
02. Tidak
5. Bila ke Puskesmas, saya diantar oleh :
01. Suami 02. Keluarga
03. Sendirian
(jawaban 01 atau 02 Iya)
6. Suami/ keluarga saya membantu mengerjakan pekerjaan yang biasa saya
lakukan :
01. Iya
02. Tidak
7. Suami/keluarga memberikan nasihat bila saya sedang bingung/ stress :
01. Iya
02. Tidak
8. Biaya untuk persalinan sudah dipikirkan oleh suami/keluarga saya :
01. Iya
02. Tidak
9. Suami/keluarga saya sudah menyiapkan semua perlengkapan untuk
menghadapi persalinan saya nanti :
01. Iya
02. Tidak
10. Bila saya mengalami keluhan demam atau sakit, saya segera ke petugas
kesehatan/puskesmas, di dampingi oleh suami/keluarga :
01. Iya
02. Tidak
(penekanan pada DIDAMPINGI oleh suami/keluarga)
11. Suami saya sudah merencanakan alat kontrasepsi yang akan di pakai
setelah melahirkan nanti :
01. Iya
02. Tidak
12. Suami/keluarga saya mengijinkan saya ikut Kelas Ibu hamil :
01. Iya
02. Tidak
13. Suami/ keluarga saya menyerahkan sepenuhnya kepada keputusan saya
untuk memilih tempat melahirkan nanti :
01. Iya
02. Tidak
PENELITIAN
KOLABORASI LINTAS SEKTOR UNTUK KESEHATAN IBU DI KOTA PALU TAHUN 2016
(Model Pendampingan Ibu Hamil dan Keluarga)
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK IBU HAMIL
Saya menyatakan, bahwa saya telah membacakan pernyataan di atas pada informan
setuju untuk berpartisipasi dalam studi ini.
Tanggal :_________________
Tanda tangan Informan :_________________
Tanda tangan pewawancara :_________________
Nama Pewawancara :_________________
KROSCEK KORLAP DATA ENTRI
NAMA/PARAF
TANGGAL
[ ] [ ]/ [ ] [ ]/ 2016 [ ] [ ]/ [ ] [ ]/ 2016 [ ] [ ]/ [ ] [ ]/ 2016
KELENGKAPAN PENGISIAN KUESIONER : [ ] 1. LENGKAP [ ] 2. TIDAK LENGKAP
(Salam). Saya ___________ (nama) dari mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
(FKIK) Untad. Kami sedang melakukan penelitian tentang kegiatan pendampingan ibu hamil dan
keluarga. Kami akan bertanya tentang pemeriksaan kehamilan (antenatal care) yang selama ini
dilakukan, baik oleh bidan maupun mahasiswa pendamping. Wawancara ini akan berlangsung tidak
lebih dari 1 jam. Jawaban ibu akan kami rahasiakan sehingga tidak seorangpun akan mengetahuinya.
Partisipasi ibu dalam survei ini bersifat sukarela dan ibu dapat menolak untuk menjawab pertanyaan
atau tidak melanjutkan wawancara. Kami berharap ibu dapat berpartisipasi karena pendapat ibu
sangat penting.
Saat ini apakah ibu bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini? Apakah saya dapat memulai
wawancara ini?
BILA RESPONDEN SETUJU UNTUK DIWAWANCARAI, WAWANCARA DIMULAI
BILA RESPONDEN TIDAK SETUJU DIWAWANCARAI, MAKA AKHIRI DAN
LANJUTKAN UNTUK MEWANCARAI RESPONDEN LAINNYA
IDENTITAS
RESPONDEN
IDENTITAS
SUAMI
1 NAMA IBU NAMA SUAMI
2 UMUR UMUR
3 PENDIDIKAN PENDIDIKAN
4 PEKERJAAN PEKERJAAN
5 AGAMA AGAMA
6 SUKU SUKU
7 ALAMAT ALAMAT
8 KELURAHAN
\
KELURAHAN
9 KECAMATAN KECAMATAN
10 NAMA BIDAN
PEMERIKSA
11 NAMA MHS
PENDAMPING
A. Pelaksanaan Standar ANC (10T) :
1. Apakah ibu sudah tahu 10 standar pemeriksaan kehamilan ?
2. Menurut ibu, apakah bidan sudah melakukan ke 10 standar tersebut ? (ajak responden
mengingat pemeriksaan yang diterima oleh bidan)
B. Monitoring konsumsi TTD :
1. Apakah ibu dikasi tablet tambah darah oleh bidan setiap kali berkunjung ke posyandu
atau puskesmas ? Apakah TTD nya ibu minum tiap hari ?
(sambil minta ibu memperlihatkan tablet tambah darah yang dikasi bidan. Cek kapan
diberikan dan berapa sisanya).
Pada saat post test, cocokkan dengan catatan konsumsi TTD di buku pegangan ibu
hamil.
C. Monitoring pemeriksaan darah (Hemoglobin) :
1. Apakah ibu bidan menyarankan ibu melakukan pemeriksaan darah (Hb) pada saat ibu
ke posyandu atau puskesmas ?
2. Apakah ibu sudah memeriksakan darah (Hb) sesuai saran ibu bidan ? Alasan bila
sudah atau belum ?
(Cocokkan dengan hasil pemeriksaan Hb di buku KIA dan tanyakan apa arti dari hasil
tersebut)
D. Konseling :
1. Apakah ibu bidan selalu mengajak ibu diskusi mengenai kehamilannya pada saat ibu
memeriksakan kehamilan ke posyandu atau puskesmas ?
2. Hal-hal apa saja yang ibu diskusikan dengan bidan ?
3. Apakah ibu merasa nyaman diskusi dengan bidan ? Alasan ?
E. Deteksi dini risiko tinggi kehamilan ?
1. Apakah ibu tahu tentang faktor-faktor risiko kehamilannya ibu ? apakah bidan pernah
memberitahu ?
2. Apakah mahasiswa sudah mengajar ibu melakukan deteksi dini risiko tinggi
kehamilan dengan mengisi check list ? apakah ibu sudah mengisi check list nya ?
alasannya ?
3. Apa manfaat yang ibu dapatkan dengan mengisi check list risiko kehamilan sendiri ?
F. Dukungan keluarga ?
1. Menurut ibu, apakah selama ini keluarga (suami atau orang tua) sudah membantu ibu
dalam kondisi seperti saat ini ? Kenapa ? (bila sudah atau belum)
2. Dukungan siapa (suami, orang tua, keluarga dekat, petugas kesehatan, dll) yang
paling ibu harapkan ? Bentuk dukungan yang bagaimana yang paling diharapkan ?
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK BIDAN KELURAHAN
1. Pelaksanaan standar ANC :
Menurut ibu, apakah pelaksanaan standar ANC (10T) sudah seperti yang diharapkan ?
apakah bisa melaksanakan pemeriksaan ANC tsb sesuai standar ? Alasan ?
2. Monitoring konsumsi tablet tambah darah (TTD) :
a. Menurut ibu, apakah selama ini ibu hamil sudah rutin mengkonsumsi TTD ?
(Bila belum rutin, lanjut yang dibawah)
b. Menurut ibu, apa yang menyebabkan kepatuhan asupan TTD pada ibu hamil rendah ?
c. Menurut ibu, apakah pendampingan mahasiswa bisa meningkatkan kepatuhan
konsumsi TTD ibu hamil ?
3. Monitoring pemeriksaan darah (Hb) :
Apakah ibu hamil datang memeriksakan darah (Hb) seperti yang ibu sarankan ?
Bagaimana tingkat kepatuhannya menurut ibu ? apa yang mempengaruhi tingkat
kepatuhan tersebut ?
4. Konseling :
Menurut ibu apakah sulit melakukan konseling ? Kendala dalam konseling apa saja ?
5. Deteksi dini risiko tinggi kehamilan :
a. Apakah selama ini sudah dilakukan deteksi dini risiko tinggi kehamilan ? dengan
menggunakan apa ? Apakah ibu hamil paham dg hasil tsb ?
b. Bagaimana pendapat ibu ttg pengisian check list deteksi dini risiko tinggi kehamilan
secara mandiri oleh ibu hamil ? Apakah membantu bidan ?
6. Dukungan keluarga :
Menurut ibu, bagaimana dukungan keluarga (suami, ortu, keluarga dekat, dll) ibu hamil
disini ? apakah mereka mensuport ibu hamil ? Apa yang keluarga lakukan untuk
mendukung ibu hamil ?
PEDOMAN WAWANCARA UNTUK INFORMAN KUNCI
1. Menurut ibu, bagaimana peran bidan selama ini. Apakah mereka sudah melakukan
pemriksaan ANC sesuai standar ? Bila belum, apa kendalanya ?
2. Selama ini yang belum pernah di evaluasi adalah monitoring asupan TTD dan pemriksaan
darah (Hb). Menurut ibu, apakah bidan bisa melakukan hal tsb ? Apakah perlu
pendampingan mahasiswa ?
3. Selama ini yang jarang dilakukan adalah konseling. Menurut ibu, apa kendalanya ?
4. Bagaimana pendapat ibu dengan deteksi dini risiko tinggi yang selama ini dilakukan
bidan ? Bagaimana dengan deteksi dini secara mandiri oleh ibu hamil. Bagaimana
pendapat ibu ?
Abstrak
Ada 2 (dua) indikator yang bisa dipakai untuk mengukur kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil sudah berjalan dengan baik, yakni cakupan Antenatal Care (K1 dan K4) serta persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih. Untuk kota Palu, tingkat pencapaian kedua indikator ini diatas angka nasional. Namun tidak diikuti oleh keberhasilan menurunkan kematian ibu. Beberapa studi menunjukkan bahwa kegiatan KIA selama ini lebih berfokus pada evaluasi kuantitas (seperti angka cakupan ANC dan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan) dibanding kualitas (pelaksanaan standar ANC dan pelaksanaan standar APN). Tujuan umum penelitian adalah untuk mendapatkan model ANC yang berkualitas melalui pendampingan ibu hamil dan keluarga di daerah pesisir kota Palu. Sedangkan tujuan khususnya untuk mengetahui pengaruh pendampingan terhadap pelaksanaan standar ANC, deteksi dini risiko tinggi kehamilan, perubahan perilaku, serta dukungan keluarga. Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi eksperiment) dengan rancangan nonequivalent control group design. Untuk mengetahui lebih jauh maknanya, juga dilakukan studi kualitatif melalui wawancara mendalam (indepth interview). Penelitian dilakukan pada 12 kelurahan yang berada diwilayah pesisir kota Palu, dimana 6 kelurahan (dengan 43 sampel ibu hamil) sebagai kelurahan intervensi dan 6 kelurahan (dengan 43 sampel ibu hamil) sebagai kelurahan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh pendampingan oleh mahasiswa terhadap pelaksanaan standar ANC, deteksi dini risiko tinggi kehamilan, perubahan pengetahuan dan tindakan, serta dukungan keluarga. Pendampingan tidak berpengaruh terhadap perubahan sikap ibu hamil. Penelitian juga menghasilkan model pelaksanaan ANC berbasis rumah tangga (ibu hamil dan keluarga) melalui pendekatan pendampingan oleh mahasiswa. Kesimpulan : 1) Pendampingan mahasiswa memberikan pengaruh terhadap pelaksanaan standar ANC, deteksi dini risiko tinggi kehamilan secara mandiri oleh ibu hamil, perubahan pengetahuan dan tindakan, serta dukungan keluarga; 2) Adanya pengaruh karakteristik ibu hamil (umur, pendidikan dan frekwensi ANC) berpengaruh terhadap pelaksanaan standar ANC serta gravid (kehamilan) berpengaruh terhadap deteksi dini risiko tinggi kehamilan secara mandiri oleh ibu hamil; 3) Adanya model pelaksanaan ANC berbasis rumah tangga (ibu hamil dan keluarga) melalui pendekatan pendampingan oleh mahasiswa. Kata kunci : model pendampingan ibu hamil & keluarga, antenatal care, deteksi dini risiko tinggi, perubahan perilaku dan dukungan keluarga.
AGAMA UMUR ANC I (MG) FREK. ANC G P Ab
1 1 Ny F 1 2 1 1 1 Baiya 2 2 3 2 0
2 1 Ny W 1 2 1 2 1 Baiya 2 1 2 1 0
3 1 Ny S 1 3 1 1 1 Baiya 2 2 2 1 0
4 1 Ny I 1 1 1 2 1 Baiya 1 4 2 1 0
5 1 Ny Y 1 3 1 6 1 Baiya 1 2 2 0 1
6 1 Ny W 3 2 1 1 1 PANTOLOAN 2 1 4 3 0
7 1 Ny H 1 5 1 1 1 PANTOLOAN 1 3 2 1 0
8 1 Ny L 2 3 1 1 1 PANTOLOAN 1 4 3 2 0
9 1 Ny N 2 2 1 1 1 PANTOLOAN 1 2 3 2 0
10 1 Ny F 2 3 1 2 1 Lere 1 3 3 2 0
11 1 Ny L 1 2 1 6 1 Lere 2 2 2 1 0
12 1 Ny A 1 3 2 5 2 Lere 2 1 1 0 0
13 1 Ny R 1 2 1 2 1 Lere 2 2 4 2 1
14 1 Ny D 1 2 1 2 1 Lere 1 2 2 1 0
15 1 Ny F 1 2 1 1 1 Lere 1 3 1 0 0
16 1 Ny W 3 3 1 1 1 Lere 1 4 2 1 0
17 1 Ny N 1 3 1 2 1 Lere 1 3 1 0 0
18 1 Ny R 3 3 1 1 1 Lere 1 2 4 3 0
19 1 Ny I 2 3 1 1 1 Lere 1 3 3 2 0
20 1 Ny W 2 2 1 5 1 Lere 2 2 4 2 1
21 1 Ny M 2 3 2 1 1 Lere 1 3 1 0 0
22 1 Ny H 2 3 1 3 1 Lere 1 2 1 0 0
23 1 Ny M 2 2 1 4 1 Ujuna 1 3 2 1 0
24 1 Ny R 1 1 1 6 1 Ujuna 1 2 1 0 0
25 1 Ny N 2 4 3 1 1 Ujuna 2 1 1 0 0
26 1 Ny N 2 3 1 6 1 Ujuna 1 3 2 1 0
27 1 Ny M 1 3 2 2 1 Ujuna 1 2 1 0 0
28 1 Ny U 2 1 1 1 1 Ujuna 2 2 4 3 0
29 1 Ny Z 1 5 3 1 1 Ujuna 1 2 1 0 0
30 1 Ny A 2 1 1 1 1 Ujuna 1 3 4 3 0
ALAMATRIWAYAT ANC RIWAYAT KEHAMILANNO KELOMPOK
IDENTITAS RESPONDEN DATA KEHAMILAN
INISIAL IBU UMURPENDIDI
KAN
PEKERJ
AANSUKU
31 1 Ny N 1 1 1 1 1 Ujuna 1 3 3 1 1
32 1 Ny I 1 1 1 1 1 Ujuna 2 3 2 1 0
33 1 Ny E 1 2 1 1 1 Ujuna 1 3 2 1 0
34 1 Ny N 1 2 1 1 1 Tipo 1 3 2 1 0
35 1 Ny M 1 2 1 1 2 Tipo 1 2 1 0 0
36 1 Ny A 1 3 1 1 1 Tipo 1 3 4 3 0
37 1 Ny T 1 2 1 1 2 Tipo 1 2 1 0 0
38 1 Ny Y 1 3 2 1 1 Buluri 2 3 1 0 0
39 1 Ny N 1 3 1 1 1 Buluri 1 2 1 0 0
40 1 Ny U 2 1 1 1 1 Buluri 2 2 4 2 1
41 1 Ny A 2 1 2 1 1 Buluri 1 2 6 3 2
42 1 Ny R 2 1 2 1 1 Buluri 1 3 4 3 0
43 1 Ny D 1 1 1 1 1 Buluri 1 4 3 2 0
1 2 Ny S 1 3 1 1 1 Panau 2 2 1 0 0
2 2 Ny M 1 2 1 1 1 Panau 1 3 1 0 0
3 2 Ny S 2 3 2 6 1 Panau 1 3 3 2 0
4 2 Ny E 3 3 1 1 1 Panau 2 2 5 4 0
5 2 Ny A 2 1 1 1 1 Panau 1 3 3 2 0
6 2 Ny I 3 2 1 1 1 Panau 2 1 7 6 0
7 2 Ny A 1 3 1 1 1 Panau 1 3 1 0 0
8 2 Ny S 1 3 1 1 1 Panau 1 2 2 1 0
9 2 Ny A 2 3 1 4 1 Panau 1 3 3 2 0
10 2 Ny N 1 3 1 1 1 Panau 1 3 1 0 0
11 2 Ny T 1 4 2 1 2 Panau 1 2 1 0 0
12 2 Ny N 2 3 1 1 1 Ky Pajeko 1 3 2 1 0
13 2 Ny W 3 2 1 4 1 Ky Pajeko 2 1 4 3 0
14 2 Ny A 3 3 1 1 1 Ky Pajeko 2 2 5 4 0
15 2 Ny R 2 1 1 1 1 Ky Pajeko 2 3 4 3 0
16 2 Ny A 1 3 1 1 1 Ky Pajeko 1 3 1 0 0
17 2 Ny M 1 4 2 4 1 Taipa 1 2 2 1 0
18 2 Ny A 1 1 1 2 1 Taipa 1 2 1 0 0
19 2 Ny F 1 2 1 1 1 Taipa 2 3 3 2 0
20 2 Ny W 1 2 1 2 1 Taipa 2 1 2 1 0
21 2 Ny A 2 3 2 3 1 Taipa 1 3 1 0 0
22 2 Ny M 2 2 1 4 1 Mamboro 1 3 2 1 0
23 2 Ny S 2 3 2 6 1 Mamboro 1 3 3 2 0
24 2 Ny E 2 3 1 1 1 Mamboro 2 4 5 4 0
25 2 Ny L 1 1 1 1 1 Mamboro 1 2 2 1 0
26 2 Ny E 1 2 1 1 1 Mamboro 1 3 2 1 0
27 2 Ny I 2 3 2 1 1 Mamboro 1 2 1 0 0
28 2 Ny U 2 3 1 4 1 Barru 1 4 3 2 0
29 2 Ny I 2 2 1 5 1 Barru 2 2 4 2 1
30 2 Ny M 2 3 1 1 1 Barru 1 1 1 0 0
31 2 Ny H 2 3 3 3 1 Barru 1 4 1 0 0
32 2 Ny V 2 2 1 4 1 Barru 1 2 2 1 0
33 2 Ny R 1 1 1 2 1 Barru 1 3 1 0 0
34 2 Ny N 1 4 3 1 1 Barru 2 2 1 0 0
35 2 Ny B 2 3 1 5 2 Barru 1 3 3 2 0
36 2 Ny N 2 5 2 1 1 Barru 1 2 3 2 0
37 2 Ny H 1 3 1 2 1 Barru 1 2 3 2 0
38 2 Ny L 1 2 1 6 1 Barru 2 3 2 1 0
39 2 Ny F 1 5 3 5 2 Barru 2 2 1 0 0
40 2 Ny R 2 1 1 1 1 Barru 2 3 4 3 0
41 2 Ny I 1 3 1 1 1 Barru 2 1 1 0 0
41 2 Ny M 1 2 1 4 1 Watusampu 1 3 2 1 0
43 2 Ny I 2 3 1 1 1 Watusampu 1 3 1 0 0
1 1 Ny F 1 2 1 1 1 Baiya 2 2 3 2 0
2 1 Ny W 1 2 1 2 1 Baiya 2 1 2 1 0
3 1 Ny S 1 3 1 1 1 Baiya 2 2 2 1 0
4 1 Ny I 1 1 1 2 1 Baiya 1 4 2 1 0
5 1 Ny Y 1 3 1 6 1 Baiya 1 2 2 0 1
6 1 Ny W 3 2 1 1 1 PANTOLOAN 2 1 4 3 0
7 1 Ny H 1 5 1 1 1 PANTOLOAN 1 3 2 1 0
8 1 Ny L 2 3 1 1 1 PANTOLOAN 1 4 3 2 0
9 1 Ny N 2 2 1 1 1 PANTOLOAN 1 2 3 2 0
10 1 Ny F 2 3 1 2 1 Lere 1 3 3 2 0
11 1 Ny L 1 2 1 6 1 Lere 2 2 2 1 0
12 1 Ny A 1 3 2 5 2 Lere 2 1 1 0 0
13 1 Ny R 1 2 1 2 1 Lere 2 2 4 2 1
14 1 Ny D 1 2 1 2 1 Lere 1 2 2 1 0
15 1 Ny F 1 2 1 1 1 Lere 1 3 1 0 0
16 1 Ny W 3 3 1 1 1 Lere 1 4 2 1 0
17 1 Ny N 1 3 1 2 1 Lere 1 3 1 0 0
18 1 Ny R 3 3 1 1 1 Lere 1 2 4 3 0
19 1 Ny I 2 3 1 1 1 Lere 1 3 3 2 0
20 1 Ny W 2 2 1 5 1 Lere 2 2 4 2 1
21 1 Ny M 2 3 2 1 1 Lere 1 3 1 0 0
22 1 Ny H 2 3 1 3 1 Lere 1 2 1 0 0
23 1 Ny M 2 2 1 4 1 Ujuna 1 3 2 1 0
24 1 Ny R 1 1 1 6 1 Ujuna 1 2 1 0 0
25 1 Ny N 2 4 3 1 1 Ujuna 2 1 1 0 0
26 1 Ny N 2 3 1 6 1 Ujuna 1 3 2 1 0
27 1 Ny M 1 3 2 2 1 Ujuna 1 2 1 0 0
28 1 Ny U 2 1 1 1 1 Ujuna 2 2 4 3 0
29 1 Ny Z 1 5 3 1 1 Ujuna 1 2 1 0 0
30 1 Ny A 2 1 1 1 1 Ujuna 1 3 4 3 0
31 1 Ny N 1 1 1 1 1 Ujuna 1 3 3 1 1
32 1 Ny I 1 1 1 1 1 Ujuna 2 3 2 1 0
33 1 Ny E 1 2 1 1 1 Ujuna 1 3 2 1 0
34 1 Ny N 1 2 1 1 1 Tipo 1 3 2 1 0
35 1 Ny M 1 2 1 1 2 Tipo 1 2 1 0 0
36 1 Ny A 1 3 1 1 1 Tipo 1 3 4 3 0
37 1 Ny T 1 2 1 1 2 Tipo 1 2 1 0 0
38 1 Ny Y 1 3 2 1 1 Buluri 2 3 1 0 0
39 1 Ny N 1 3 1 1 1 Buluri 1 2 1 0 0
40 1 Ny U 2 1 1 1 1 Buluri 2 2 4 2 1
41 1 Ny A 2 1 2 1 1 Buluri 1 2 6 3 2
42 1 Ny R 2 1 2 1 1 Buluri 1 3 4 3 0
43 1 Ny D 1 1 1 1 1 Buluri 1 4 3 2 0
1 2 Ny S 1 3 1 1 1 Panau 2 2 1 0 0
2 2 Ny M 1 2 1 1 1 Panau 1 3 1 0 0
3 2 Ny S 2 3 2 6 1 Panau 1 3 3 2 0
4 2 Ny E 3 3 1 1 1 Panau 2 2 5 4 0
5 2 Ny A 2 1 1 1 1 Panau 1 3 3 2 0
6 2 Ny I 3 2 1 1 1 Panau 2 1 7 6 0
7 2 Ny A 1 3 1 1 1 Panau 1 3 1 0 0
8 2 Ny S 1 3 1 1 1 Panau 1 2 2 1 0
9 2 Ny A 2 3 1 4 1 Panau 1 3 3 2 0
10 2 Ny N 1 3 1 1 1 Panau 1 3 1 0 0
11 2 Ny T 1 4 2 1 2 Panau 1 2 1 0 0
12 2 Ny N 2 3 1 1 1 Ky Pajeko 1 3 2 1 0
13 2 Ny W 3 2 1 4 1 Ky Pajeko 2 1 4 3 0
14 2 Ny A 3 3 1 1 1 Ky Pajeko 2 2 5 4 0
15 2 Ny R 2 1 1 1 1 Ky Pajeko 2 3 4 3 0
16 2 Ny A 1 3 1 1 1 Ky Pajeko 1 3 1 0 0
17 2 Ny M 1 4 2 4 1 Taipa 1 2 2 1 0
18 2 Ny A 1 1 1 2 1 Taipa 1 2 1 0 0
19 2 Ny F 1 2 1 1 1 Taipa 2 3 3 2 0
20 2 Ny W 1 2 1 2 1 Taipa 2 1 2 1 0
21 2 Ny A 2 3 2 3 1 Taipa 1 3 1 0 0
22 2 Ny M 2 2 1 4 1 Mamboro 1 3 2 1 0
23 2 Ny S 2 3 2 6 1 Mamboro 1 3 3 2 0
24 2 Ny E 2 3 1 1 1 Mamboro 2 4 5 4 0
25 2 Ny L 1 1 1 1 1 Mamboro 1 2 2 1 0
26 2 Ny E 1 2 1 1 1 Mamboro 1 3 2 1 0
27 2 Ny I 2 3 2 1 1 Mamboro 1 2 1 0 0
28 2 Ny U 2 3 1 4 1 Barru 1 4 3 2 0
29 2 Ny I 2 2 1 5 1 Barru 2 2 4 2 1
30 2 Ny M 2 3 1 1 1 Barru 1 1 1 0 0
31 2 Ny H 2 3 3 3 1 Barru 1 4 1 0 0
32 2 Ny V 2 2 1 4 1 Barru 1 2 2 1 0
33 2 Ny R 1 1 1 2 1 Barru 1 3 1 0 0
34 2 Ny N 1 4 3 1 1 Barru 2 2 1 0 0
35 2 Ny B 2 3 1 5 2 Barru 1 3 3 2 0
36 2 Ny N 2 5 2 1 1 Barru 1 2 3 2 0
37 2 Ny H 1 3 1 2 1 Barru 1 2 3 2 0
38 2 Ny L 1 2 1 6 1 Barru 2 3 2 1 0
39 2 Ny F 1 5 3 5 2 Barru 2 2 1 0 0
40 2 Ny R 2 1 1 1 1 Barru 2 3 4 3 0
41 2 Ny I 1 3 1 1 1 Barru 2 1 1 0 0
41 2 Ny M 1 2 1 4 1 Watusampu 1 3 2 1 0
43 2 Ny I 2 3 1 1 1 Watusampu 1 3 1 0 0
1 = 17-251 = SD 1 = IRT 1 = kaili1 = islam 1 = 0 - 12 mg (TW1) 1 = 1x 1 = Hamil ke - 1
2 = 26-352 = SMP 2 = PNS 2 = bugis2 = kristen 2 = 13 - 24 mg (TW2)2 = 21 2 = hamil ke - 2
3 = 35-453 = SMA 3 = Wiraswasta3 = mksr 3 = 25 - 38 mg (TW3)3 = 3x 3 = hamil ke- 3
4 = D3 4 = jawa 4 = 4x 4 = hamil ke- 4
5 = S1 5 = pamona 5 = hamil ke- 5
6 = lain2 (sunda, luwuk, gorontalo, muna) 6 = hamil ke- 6
7 = hamil ke- 7
LAMPIRAN
Uji Normality
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pre_Pengetahuan Perlakuan .109 43 .200* .980 43 .656
Kontrol .147 43 .021 .939 43 .023
Pre_Sikap Perlakuan .120 43 .127 .956 43 .103
Kontrol .129 43 .069 .940 43 .027
Pre_Praktik Perlakuan .171 43 .003 .936 43 .018
Kontrol .157 43 .009 .907 43 .002
Pre_DukunganKeluarga Perlakuan .294 43 .000 .681 43 .000
Kontrol .352 43 .000 .618 43 .000
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Post_Pengetahuan Perlakuan .094 43 .200* .974 43 .417
Kontrol .100 43 .200* .946 43 .042
Post_Sikap Perlakuan .180 43 .001 .952 43 .071
Kontrol .137 43 .042 .941 43 .028
Post_Praktik Perlakuan .203 43 .000 .917 43 .004
Kontrol .181 43 .001 .917 43 .004
Post_DukunganKeluarga Perlakuan .221 43 .000 .768 43 .000
Kontrol .352 43 .000 .700 43 .000
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
UJI VALIDITAS
PENGETAHUAN
Correlations (r tabel = 0,3061)
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 PTOT
P1 Pearson
Correlation 1 .584
** .074 .242 -.035 .236 .086 .420
* -.028 .062 .300 .387
* .342 .080 .136 .295 .158 .129 .080 .342 .494
**
Sig. (2-tailed)
.001 .697 .198 .853 .210 .652 .021 .881 .745 .113 .035 .064 .675 .472 .113 .403 .496 .675 .064 .006
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 29 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P2 Pearson
Correlation .584
** 1 .025 .076 .074 .224 .042 .210 -.057 .279 .198 .115 .287 .168 .350 .174 .313 .000 .168 .287 .458
*
Sig. (2-tailed) .001
.897 .689 .699 .235 .826 .264 .764 .135 .304 .547 .124 .374 .058 .358 .092 1.000 .374 .124 .011
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 29 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P3 Pearson
Correlation .074 .025 1 .030 -.172 .050 -.057 .123 .059 -.129 .220 .252 .188 .060 .071 .166 .198 .269 .060 .188 .195
Sig. (2-tailed) .697 .897
.877 .365 .795 .766 .519 .756 .498 .251 .179 .319 .752 .710 .380 .294 .151 .752 .319 .301
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 29 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P4 Pearson
Correlation .242 .076 .030 1 .226 .374
* .250 .330 .432
* .284 .032 .319 .053 .139
-
.163 .016 -.079 .330 .139 .053 .493
**
Sig. (2-tailed) .198 .689 .877
.230 .042 .184 .075 .017 .128 .870 .086 .782 .464 .388 .933 .680 .075 .464 .782 .006
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 29 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P5 Pearson
Correlation -.035 .074 -.172 .226 1 .332 .434
* .039 .396
* .061 -.150 -.132 .033 -.013
-
.241 -.212 -.212 .000 -.013 .033 .229
Sig. (2-tailed) .853 .699 .365 .230
.073 .016 .838 .030 .747 .437 .486 .864 .946 .200 .261 .261 1.000 .946 .864 .223
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 29 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P6 Pearson
Correlation .236 .224 .050
.374
*
.332 1 .058 .346 .382* .352 .109 .356 .271 -.107 .023 .288 .283 .243 -.107 .271 .714
**
Sig. (2-tailed) .210 .235 .795 .042 .073
.762 .061 .037 .056 .574 .053 .148 .574 .905 .122 .130 .196 .574 .148 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 29 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P7 Pearson
Correlation .086 .042 -.057 .250 .434
* .058 1 .336 .443
* -.251 .134 .222
.409
*
.229 -
.030 .061 -.165 .340 .229 .409
* .369
Sig. (2-tailed) .652 .826 .766 .184 .016 .762
.069 .014 .181 .488 .239 .025 .224 .875 .747 .385 .066 .224 .025 .058
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 29 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P8 Pearson
Correlation .420
* .210 .123 .330 .039 .346 .336 1 .424
* -.154 .028 .360
.396
*
.072 .132 .364* .148 .428
* .072 .396
* .530
**
Sig. (2-tailed) .021 .264 .519 .075 .838 .061 .069
.020 .418 .885 .051 .030 .705 .488 .048 .436 .018 .705 .030 .003
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 29 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P9 Pearson
Correlation -.028 -.057 .059
.432
*
.396* .382
* .443
* .424
* 1 .235 .122 .159
.421
*
.324 -
.027 .176 .256 .413
* .324 .421
* .569
**
Sig. (2-tailed) .881 .764 .756 .017 .030 .037 .014 .020
.212 .528 .400 .020 .080 .886 .353 .173 .023 .080 .020 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 29 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P10 Pearson
Correlation .062 .279 -.129 .284 .061 .352 -.251 -.154 .235 1 .055 -.022
-
.057 .050
-
.163 .009 .166 -.112 .050 -.057 .386
Sig. (2-tailed) .745 .135 .498 .128 .747 .056 .181 .418 .212
.775 .910 .764 .792 .390 .964 .382 .555 .792 .764 .125
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 29 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P11 Pearson
Correlation .300 .198 .220 .032 -.150 .109 .134 .028 .122 .055 1 .388
*
.440
*
.405* .222 .478
** .516
** .429
* .405
* .440
* .546
**
Sig. (2-tailed) .113 .304 .251 .870 .437 .574 .488 .885 .528 .775
.037 .017 .029 .247 .009 .004 .020 .029 .017 .002
N 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29
P12 Pearson
Correlation .387
* .115 .252 .319 -.132 .356 .222 .360 .159 -.022 .388
* 1 .261 .017
.396
*
.388* .257 .414
* .017 .261 .578
**
Sig. (2-tailed) .035 .547 .179 .086 .486 .053 .239 .051 .400 .910 .037
.164 .927 .030 .034 .170 .023 .927 .164 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 29 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P13 Pearson
Correlation .342 .287 .188 .053 .033 .271 .409
* .396
* .421
* -.057 .440
* .261 1 .564
** .347 .352 .387
* .239 .564
** 1 .634
**
Sig. (2-tailed) .064 .124 .319 .782 .864 .148 .025 .030 .020 .764 .017 .164
.001 .060 .056 .034 .203 .001
.000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 29 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P14 Pearson
Correlation .080 .168 .060 .139 -.013 -.107 .229 .072 .324 .050 .405
* .017
.564
**
1 .111 .424* .386
* .281 1 .564
** .383
*
Sig. (2-tailed) .675 .374 .752 .464 .946 .574 .224 .705 .080 .792 .029 .927 .001
.559 .020 .035 .133
.001 .037
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 29 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P15 Pearson
Correlation .136 .350 .071
-
.163 -.241 .023 -.030 .132 -.027 -.163 .222 .396
* .347 .111 1 .211 .424
* .000 .111 .347 .281
Sig. (2-tailed) .472 .058 .710 .388 .200 .905 .875 .488 .886 .390 .247 .030 .060 .559
.264 .020 1.000 .559 .060 .132
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 29 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P16 Pearson
Correlation .295 .174 .166 .016 -.212 .288 .061 .364
* .176 .009 .478
** .388
* .352 .424
* .211 1 .719
** .581
** .424
* .352 .584
**
Sig. (2-tailed) .113 .358 .380 .933 .261 .122 .747 .048 .353 .964 .009 .034 .056 .020 .264
.000 .001 .020 .056 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 29 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P17 Pearson
Correlation .158 .313 .198
-
.079 -.212 .283 -.165 .148 .256 .166 .516
** .257
.387
*
.386*
.424
*
.719** 1 .357 .386
* .387
* .561
**
Sig. (2-tailed) .403 .092 .294 .680 .261 .130 .385 .436 .173 .382 .004 .170 .034 .035 .020 .000
.053 .035 .034 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 29 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P18 Pearson
Correlation .129 .000 .269 .330 .000 .243 .340 .428
* .413
* -.112 .429
* .414
* .239 .281 .000 .581
** .357 1 .281 .239 .548
**
Sig. (2-tailed) .496 1.000 .151 .075 1.000 .196 .066 .018 .023 .555 .020 .023 .203 .133
1.00
0 .001 .053
.133 .203 .002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 29 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P19 Pearson
Correlation .080 .168 .060 .139 -.013 -.107 .229 .072 .324 .050 .405
* .017
.564
**
1 .111 .424* .386
* .281 1 .564
** .383
*
Sig. (2-tailed) .675 .374 .752 .464 .946 .574 .224 .705 .080 .792 .029 .927 .001
.559 .020 .035 .133
.001 .037
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 29 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P20 Pearson
Correlation .342 .287 .188 .053 .033 .271 .409
* .396
* .421
* -.057 .440
* .261 1 .564
** .347 .352 .387
* .239 .564
** 1 .634
**
Sig. (2-tailed) .064 .124 .319 .782 .864 .148 .025 .030 .020 .764 .017 .164
.001 .060 .056 .034 .203 .001
.000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 29 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PT
OT
Pearson
Correlation .494
** .458
* .195
.493
**
.229 .714** .369 .530
** .569
** .286 .546
** .578
**
.634
**
.383* .281 .584
** .561
** .548
** .383
* .634
** 1
Sig. (2-tailed) .006 .011 .301 .006 .223 .000 .058 .003 .001 .125 .002 .001 .000 .037 .132 .001 .001 .002 .037 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 29 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
SIKAP
Correlations
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 STOT
S1 Pearson Correlation 1 -.008 -.082 .057 .078 .116 -.038 .056 -.071 -.095 .056 .140 .036 .202 .525** .367
Sig. (2-tailed) .965 .667 .763 .680 .543 .844 .767 .711 .619 .767 .459 .849 .285 .003 .154
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
S2 Pearson Correlation -.008 1 .218 .219 .336 .215 .567** .274 .351 .543
** .372
* .251 .428
* .315 .387
* .721
**
Sig. (2-tailed) .965 .248 .245 .070 .254 .001 .143 .057 .002 .043 .181 .018 .090 .035 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
S3 Pearson Correlation -.082 .218 1 -.064 -.117 -.329 .126 -.032 -.389* .200 .047 .193 -.020 -.085 .073 .459
Sig. (2-tailed) .667 .248 .736 .538 .076 .506 .869 .034 .290 .804 .306 .915 .657 .700 .401
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
S4 Pearson Correlation .057 .219 -.064 1 .308 .420* .266 .398
* .222 .272 .531
** .178 .085 .000 .154 .499
**
Sig. (2-tailed) .763 .245 .736 .098 .021 .156 .029 .239 .146 .003 .347 .653 1.000 .415 .005
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
S5 Pearson Correlation .078 .336 -.117 .308 1 .146 .383* .181 .278 .372
* .181 .336 .117 .324 .164 .523
**
Sig. (2-tailed) .680 .070 .538 .098 .440 .037 .337 .137 .043 .337 .070 .539 .080 .386 .003
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
S6 Pearson Correlation .116 .215 -.329 .420* .146 1 .389
* .510
** .375
* .186 .267 .200 .368
* .391
* .226 .542
**
Sig. (2-tailed) .543 .254 .076 .021 .440 .034 .004 .041 .326 .153 .289 .046 .033 .230 .002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
S7 Pearson Correlation -.038 .567** .126 .266 .383
* .389
* 1 .348 .109 .389
* .239 .325 .189 .350 .202 .632
**
Sig. (2-tailed) .844 .001 .506 .156 .037 .034 .060 .567 .034 .203 .080 .317 .058 .284 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
S8 Pearson Correlation .056 .274 -.032 .398* .181 .510
** .348 1 .245 .389
* .348 .075 .294 .117 -.051 .531
**
Sig. (2-tailed) .767 .143 .869 .029 .337 .004 .060 .192 .034 .060 .694 .115 .540 .791 .003
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
S9 Pearson Correlation -.071 .351 -.389* .222 .278 .375
* .109 .245 1 .375
* .245 .271 .333 .292 .380
* .467
**
Sig. (2-tailed) .711 .057 .034 .239 .137 .041 .567 .192 .041 .192 .147 .072 .117 .038 .009
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
S10 Pearson Correlation -.095 .543** .200 .272 .372
* .186 .389
* .389
* .375
* 1 .510
** .619
** .368
* .000 -.057 .655
**
Sig. (2-tailed) .619 .002 .290 .146 .043 .326 .034 .034 .041 .004 .000 .046 1.000 .767 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
S11 Pearson Correlation .056 .372* .047 .531
** .181 .267 .239 .348 .245 .510
** 1 .200 .294 -.117 .202 .560
**
Sig. (2-tailed) .767 .043 .804 .003 .337 .153 .203 .060 .192 .004 .290 .115 .540 .284 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
S12 Pearson Correlation .140 .251 .193 .178 .336 .200 .325 .075 .271 .619** .200 1 .491
** .134 .116 .583
**
Sig. (2-tailed) .459 .181 .306 .347 .070 .289 .080 .694 .147 .000 .290 .006 .480 .541 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
S13 Pearson Correlation .036 .428* -.020 .085 .117 .368
* .189 .294 .333 .368
* .294 .491
** 1 .450
* .171 .589
**
Sig. (2-tailed) .849 .018 .915 .653 .539 .046 .317 .115 .072 .046 .115 .006 .013 .366 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
S14 Pearson Correlation .202 .315 -.085 .000 .324 .391* .350 .117 .292 .000 -.117 .134 .450
* 1 .542
** .498
**
Sig. (2-tailed) .285 .090 .657 1.000 .080 .033 .058 .540 .117 1.000 .540 .480 .013 .002 .005
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
S15 Pearson Correlation .525** .387
* .073 .154 .164 .226 .202 -.051 .380
* -.057 .202 .116 .171 .542
** 1 .519
**
Sig. (2-tailed) .003 .035 .700 .415 .386 .230 .284 .791 .038 .767 .284 .541 .366 .002 .003
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
STOT Pearson Correlation .367 .721** .459 .499
** .523
** .542
** .632
** .531
** .467
** .655
** .560
** .583
** .589
** .498
** .519
** 1
Sig. (2-tailed) .154 .000 .401 .005 .003 .002 .000 .003 .009 .000 .001 .001 .001 .005 .003
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
PRAKTIK ANC
Correlations
PRAC1 PRAC2 PRAC3 PRAC4 PRAC5 PRAC6 PRAC7 PRAC8 PRAC9 PRAC10 PRACTOT
PRAC1 Pearson Correlation 1 .356 -.050 -.050 .074 -.071 .169 -.134 -.105 .256 .625
Sig. (2-tailed) .053 .795 .795 .698 .708 .373 .481 .581 .172 .080
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PRAC2 Pearson Correlation .356 1 -.062 -.062 -.023 -.089 -.184 .111 -.131 .068 .743
Sig. (2-tailed) .053 .745 .745 .904 .640 .331 .559 .491 .720 .452
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PRAC3 Pearson Correlation -.050 -.062 1 -.034 -.141 -.050 -.102 .371* -.073 .063 .598
Sig. (2-tailed) .795 .745 .856 .456 .795 .590 .043 .702 .739 .100
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PRAC4 Pearson Correlation -.050 -.062 -.034 1 -.141 -.050 -.102 -.093 -.073 .140 .600
Sig. (2-tailed) .795 .745 .856 .456 .795 .590 .626 .702 .462 .598
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PRAC5 Pearson Correlation .074 -.023 -.141 -.141 1 -.203 .071 -.035 -.095 .203 .594
Sig. (2-tailed) .698 .904 .456 .456 .281 .710 .856 .618 .281 .114
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PRAC6 Pearson Correlation -.071 -.089 -.050 -.050 -.203 1 -.147 -.134 -.105 .091 .654
Sig. (2-tailed) .708 .640 .795 .795 .281 .437 .481 .581 .631 .776
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PRAC7 Pearson Correlation .169 -.184 -.102 -.102 .071 -.147 1 .118 .015 .286 .778*
Sig. (2-tailed) .373 .331 .590 .590 .710 .437 .534 .935 .126 .040
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PRAC8 Pearson Correlation -.134 .111 .371* -.093 -.035 -.134 .118 1 -.196 .068 .686
Sig. (2-tailed) .481 .559 .043 .626 .856 .481 .534 .299 .720 .326
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PRAC9 Pearson Correlation -.105 -.131 -.073 -.073 -.095 -.105 .015 -.196 1 .134 .746
Sig. (2-tailed) .581 .491 .702 .702 .618 .581 .935 .299 .480 .442
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PRAC10 Pearson Correlation .256 .068 .063 .140 .203 .091 .286 .068 .134 1 .970**
Sig. (2-tailed) .172 .720 .739 .462 .281 .631 .126 .720 .480 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
PRACTOT Pearson Correlation .625 .743 .598 .600 .594 .654 .778* .686 .746 .970
** 1
Sig. (2-tailed) .080 .452 .198 .598 .114 .776 .040 .326 .442 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
DUKUNGAN KELUARGA
Correlations
DK1 DK2 DK3 DK4 DK5 DK6 DK7 DK8 DK9 DK10 DK11 DK12 DK13 DK14 DK15 DKTOT
DK1 Pearson
Correlation 1 .630
** .062 .267 .342 .259 .259 .259 .196 .111 .438
* .156 .630
** .528
** .680
** .671
**
Sig. (2-
tailed) .000 .745 .154 .065 .167 .167 .167 .299 .559 .015 .410 .000 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
DK2 Pearson
Correlation .630
** 1 .062 .267 .342 .259 .630
** .259 .196 .111 .438
* .156 .630
** 1 .630
** .718
**
Sig. (2-
tailed) .000 .745 .154 .065 .167 .000 .167 .299 .559 .015 .410 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
DK3 Pearson
Correlation .062 .062 1 .122 -.337 .062 .062 .062 .073 .093 .141 .058 .062 .062 .062 .153
Sig. (2-
tailed) .745 .745 .522 .069 .745 .745 .745 .702 .626 .456 .761 .745 .745 .745 .421
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
DK4 Pearson
Correlation .267 .267 .122 1 -.189 .024 .267 .024 .171 -.145 .408
* -.034 .024 .267 .024 .369
Sig. (2-
tailed) .154 .154 .522 .317 .899 .154 .899 .366 .443 .025 .858 .899 .154 .899 .051
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
DK5 Pearson
Correlation .342 .342
-
.337
-
.189 1 .342 .342 .342 .479
** -.079 .071 .197 .342 .342 .342 .485
**
Sig. (2-
tailed) .065 .065 .069 .317 .065 .065 .065 .007 .679 .710 .297 .065 .065 .065 .007
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
DK6 Pearson
Correlation .259 .259 .062 .024 .342 1 .630
** .630
** .523
** .111 .208 .156 .259 .259 .259 .624
**
Sig. (2-
tailed) .167 .167 .745 .899 .065 .000 .000 .003 .559 .271 .410 .167 .167 .167 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
DK7 Pearson
Correlation .259 .630
** .062 .267 .342 .630
** 1 .630
** .523
** .111 .438
* .156 .259 .630
** .259 .766
**
Sig. (2-
tailed) .167 .000 .745 .154 .065 .000 .000 .003 .559 .015 .410 .167 .000 .167 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
DK8 Pearson
Correlation .259 .259 .062 .024 .342 .630
** .630
** 1 .523
** .389
* .208 .156 .259 .259 .259 .671
**
Sig. (2-
tailed) .167 .167 .745 .899 .065 .000 .000 .003 .034 .271 .410 .167 .167 .167 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
DK9 Pearson
Correlation .196 .196 .073 .171 .479
** .523
** .523
** .523
** 1 .049 .109 .337 .196 .196 .196 .637
**
Sig. (2-
tailed) .299 .299 .702 .366 .007 .003 .003 .003 .797 .568 .069 .299 .299 .299 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
DK10 Pearson
Correlation .111 .111 .093
-
.145 -.079 .111 .111 .389
* .049 1 .138 -.156 .111 .111 .111 .262
Sig. (2-
tailed) .559 .559 .626 .443 .679 .559 .559 .034 .797 .466 .410 .559 .559 .559 .161
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
DK11 Pearson
Correlation .438
* .438
* .141 .408
* .071 .208 .438
* .208 .109 .138 1 -.076 .208 .438
* .208 .581
**
Sig. (2-
tailed) .015 .015 .456 .025 .710 .271 .015 .271 .568 .466 .691 .271 .015 .271 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
DK12 Pearson
Correlation .156 .156 .058
-
.034 .197 .156 .156 .156 .337 -.156 -.076 1 .156 .156 .156 .441
Sig. (2-
tailed) .410 .410 .761 .858 .297 .410 .410 .410 .069 .410 .691 .410 .410 .410 .065
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
DK13 Pearson
Correlation .630
** .630
** .062 .024 .342 .259 .259 .259 .196 .111 .208 .156 1 .630
** 1 .576
**
Sig. (2-
tailed) .000 .000 .745 .899 .065 .167 .167 .167 .299 .559 .271 .410 .000 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
DK14 Pearson
Correlation .630
** 1 .062 .267 .342 .259 .630
** .259 .196 .111 .438
* .156 .630
** 1 .630
** .738
**
Sig. (2-
tailed) .000 .745 .154 .065 .167 .000 .167 .299 .559 .015 .410 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
DK15 Pearson
Correlation .630
** .630
** .062 .024 .342 .259 .259 .259 .196 .111 .208 .156 1 .630
** 1 .476
**
Sig. (2-
tailed) .000 .000 .745 .899 .065 .167 .167 .167 .299 .559 .271 .410 .000 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
DKTOT Pearson
Correlation .671
** .718
** .153 .369 .485
** .624
** .766
** .671
** .637
** .262 .581
** .441 .576
** .738
** .476
** 1
Sig. (2-
tailed) .000 .000 .421 .051 .007 .000 .000 .000 .000 .161 .001 .065 .001 .000 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
TRANSKRIP WAWANCARA MENDALAM
RESPONDEN IBU HAMIL KEL.MAMBORO (R1)
Hari/tanggal : Kamis, 15 September 2016
Waktu : 10.15 menit
P R1 P R1 P R1 P R1 P R1 P R1 P R1 P R1 P R1 P R1 P R1 P R1 P R1 P R1 P R1
Assalamu alaikum. Selamat siang bu Fat. Betul namanya bu fatma ya... Iya dok Saya mengganggu waktunya bu fatma sebentar. Mau tanya2 sekitar kehamilannya ibu. Yah... Sekitar 10-15 menit. Ibu bersedia ya.... Iya dok Begini bu...ibu selama periksa kehamilannya dimana ya ? Di posyandu dok.... Wah...bagus dong. Tiap bulan periksa ya bu.. Iya dok...tiap posyandu Ibu ingat ndak...pertama kali ibu periksa kehamilannya waktu umur berapa ? Kalau ndak salah waktu usia 3 atau 4 bulan. Saya kan ndak tau kalau lagi hamil, hehehe... Lho...ndak KB ya bu... Dulu pernah dok, tapi ndak cocok. Muncul plak2 kehitaman diwajah saya. Katanya karena KB ya. Jadi saya hentikan. Ibu ndak ganti dengan Kb lain? Tidak dok....takut ndak cocok lagi. Berarti ini kehamilan yang keberapa bu? Yang ketiga dok Ibu bisa bercerita ke saya ndak....ibu ingat2....kalau datang ke posyandu dan diperiksa bidannya....eh, bidan yang periksa ya bu? Iya dok...bidan Retno Nah...ibu ingat ndak apa2 yg dilakukan oleh bidan retno sama ibu... Diperiksa semua dok.... Iya...coba ibu ingat...apanya saja yang diperiksa.. Perutnya dok... Ndak di suruh timbang dulu berat badannya.. O,iya...ditimbang dulu. Ini ada catatan berat badan dan tinggi badan (sambil menunjukkan buku KIA). Wah bagus bu....apa lagi yang diperiksa bu... Tekanan darahnya...terus perutnya... Ndak pernah diukur pakae pita di lengannya? O,iya...pernah dok. Terus diperut diapakan bu... Diraba-raba....didengar detak jantung janin katanya...pakai alat apa itu namanya.
P R1 P R1 P R1 P R1 P R1 P R1 P R1 P R1 P R1 P R1 P R1 P R1 P R1 P R1 P R1 P
Setelah selesai diperiksa...ibu diajak cerita2 sama bidannya ya... Ndak ada dok...cuma dikasi buku ini. Disuruh baca-baca.. Ibu sudah baca2 ya..? Belum dok.....ndak sempat (sambil tersenyum) Sebelum pulang ndak disarankan periksa darah....atau dikasi obat.. O,iya...disarankan ke puskesmas untuk periksa darah Hb katanya. Tapi saya belum sempat kesana. Suami belum sempat antar. Dikasi obat ya bu? Iya, dikasi tablet tambah darah oleh bu bidan 1 papan Ibu minum tiap hari ya.... Hehehe....tidak dok. Tidak rutin. Biasanya lupa... Baik bu.... nanti jangan lupa lagi ya... O,iya bu....menurut ibu nih...pastinya selama kehamilan ini ibu ingin di dukung... disayang sama keluarga. Ngomong2...ibu masih tinggal sama orang tua ya...? Iya dok, masih tinggal sama orangtua saya. Nah, menurut ibu....harus milih ya....diantara keluarga ibu...orang tua... suami... saudara....atau siapa saja....menurut ibu nih...siapa orang yang paling ibu harapkan dukungannya? Semuanya lah dok.... Iya, semuanya bu. Tapi seandainya diurut....yang nomor 1 siapa ya.... (agak berikir).....sepertinya mamak saya....baru suami.... Boleh saya tau bu...kenapa ibu pilih mamak...bukannya suami..? Selama 2 kali saya hamil kan mamak saya yang urus... Berarti suami ndak pernah urus ya... Bukan begitu dok...diurus juga. Tapi bedalah...suami kan sibuk cari uang. Jadi mamak yang lebih banyak urus.. Bu...sebetulnya bentuk dukungan apa sih yang ibu paling harapkan dari suami? Ya..ingin didampingi lah. Ingin ditemani.... Selama ini suaminya ibu yang dampingi ibu periksa kehamilannya di puskesmas ya? Iya..kalau ke puskesmas kadang diantar. Tapi kalau pas sibuk...saya pergi sendiri. Kalau ke pasar pernah diantar ndak? Ndak pernah. Pergi sendiri. Ibu mau ndak kalau bapak antar ke pasar...atau teman jalan2... Ya mau lah dok.... Ibu ndak pernah sampaikan keinginannya itu ke suami? Tidak dok...dia ndak suka antar2 begitu. Paling dia bilang pergi sendiri saja, hehehe.... Baik bu...yang terakhir nih... apa yang ibu harapkan dari kehamilan ini..? baik kehamilannya...maupun anak yang ibu kandung ini?
R1 P R1 P R1
Supaya sehat dan lahir selamat saja.... Anaknya yang dikandungnya bu? Misalnya....ibu ingin dia jadi apa nanti? Jadi anak yang baik saja dok... Baik bu...terima kasih banyak ya...sampai jumpa lagi nanti. Sehat ya... Baik dok..
TRANSKRIP WAWANCARA MENDALAM
RESPONDEN IBU HAMIL KEL.PANTOLOAN (R2)
Hari/tanggal : Jumat, 16 September 2016
Waktu : 10.15 menit
P R1 P R1 P R1 P R1 P R1 P R1 P R1 P R1 P R1 P R1 P R1 P R1 P R1 P R1 P R1
Assalamu alaikum. Selamat pagi bu Arni. Betul namanya bu Arni ya... Iya, betul dok... Saya mengganggu waktunya bu arni sebentar. Mau tanya2 sekitar kehamilannya ibu. Yah... Sekitar 10-15 menit. Boleh ya bu.... Iya dok Begini bu...ibu selama periksa kehamilannya dimana ya ? Di posyandu dok....pernah juga ke puskesmas Wah...bagus bu. Berarti ibu sudah beberapa kali periksa kehamilan ya...? Iya dok...sudah 3 kali (sambil memperliatkan catatan di buku KIA) Ibu ingat ndak...pertama kali ibu periksa kehamilannya waktu umur berapa ? Ini dok...ada catatannya. Waktu umur kehamilan 3 bulan... Ini kehamilan yang ke 2 ya bu... Iya dok.. Ndak KB bu... KB dok...saya lepas. Kan mau punya anak lagi... Wah..keren bu... begini bu...Ibu bisa bercerita ke saya ndak....ibu ingat2....kalau datang ke posyandu atau ke puskesmas dan diperiksa bidannya....eh, bidan yang periksa ya bu? Iya dok...bidan Putu Nah...ibu ingat ndak apa2 yg dilakukan oleh bidan Putu sama ibu... Diperiksa tekanan darah dan perut... Ndak di suruh timbang dulu berat badannya.. O,iya...ditimbang dulu. Diukur tinggi badan....lengannya juga...diukur pakai pita yang berwarna itu....terus tekanan darah...baru disuruh baring.. Wah bagus bu....waktu perutnya diperiksa...ibu bidan periksa apa saja...? Diraba-raba, hehehe.... didengarkan detak jantung bayi...Cuma begitu.. Setelah selesai diperiksa...ibu diajak cerita2 sama bidannya ya... Iya...disuruh periksa rutin saja dok... terus bukunya dikembalikan. Disuruh baca-baca buku ini.. Ibu sudah baca2 ya..? Ada...sedikit...(sambil tersenyum) Sebelum pulang ndak disarankan periksa darah....atau dikasi obat.. Iya...diperiksa darah Hb. Ini ada hasilnya (sambil dikasi liat). Ibu dikasi tau ndak apa artinya Hb = 11,6 ini ? Kata bu bidan...agak kurang darahnya.Harus minum obat tambah darah
P R1 P R1 P R1 P R1 P R1 P R1 P R1 P R1
Bagus bu. Berarti dikasi obat ya bu? Iya, dikasi tablet tambah darah oleh bu bidan 2 papan Rutin dikasi tablet tambah darah ya bu ? Iya...setiap kali kontrol pasti dikasi tablet tambah darah. Kadang dikasi 1 atau 2 papan Ibu minum tiap hari ya.... Hehehe....iya..diminum dok. Tapi tidak tiap hari. Kadang lupa... Baik bu.... nanti jangan lupa lagi ya... O,iya bu....menurut ibu nih...pastinya selama kehamilan ini ibu ingin di dukung... disayang sama keluarga. Ngomong2...ibu masih tinggal sama orang tua ya...? Tidak dok. Tinggal sama suami saja dan anak2. Tapi orang tua saya tingga dekat sini. Nah, menurut ibu....harus milih ya....diantara keluarga ibu...orang tua... suami... saudara....atau siapa saja....menurut ibu nih...siapa orang yang paling ibu harapkan dukungannya? Suami lah dok.. Wah...mantap bu. Berarti suaminya ibu selama ini yang urus kehamilannya ibu ya....misal antar ke puskesmas... Iya dok....suami saya kan pekerjaannya ojek. Jadi dia antar saya ke puskesmas. Masak Cuma orang lain dia antar, hehehe... (ketawa) Baik bu...yang terakhir nih... apa yang ibu harapkan dari kehamilan ini..? baik kehamilannya...maupun anak yang ibu kandung ini? Supaya sehat....lahir dengan selamat....nanti bisa jadi dokter, hehehe (ketawa lagi) Baik bu...terima kasih banyak ya...sampai jumpa lagi nanti. Sehat ya... Baik dok..
MATRIX WAWANCARA KUALITATIF
Responden : Ibu Hamil (daerah intervensi & Kontrol, sebelum dan setelah pendampingan)
No Pertanyaan Kode Respndn
Emik Reduksi Emik Konsep Emik Konsep Etik
1. Apakah ibu dikasi tablet tambah darah oleh bidan ? Apakah tabletnya diminum tiap hari ? (pertanyaan sebelum intervensi)
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8
iya, dikasi ji tablet tambah darah oleh bu bidan. Tapi ndak teratur ku minum. Lupa ki biasa
Iya, dikasi tablet dok. Tapi tidak tiap hari saya minum. Biasa lupa.... Iya, dikasi tiap kontrol. Tapi tidak saya minum tiap hari. Sering lupa... Tiap datang kontrol pasti dikasi tablet tambah darah. Biasa dikasi 1 papan....kadang 2 papan. Kuminum juga, tapi tidak tiap hari..... sering lupa... Bu bidan selalu kasi tablet tambah darah. Kadang dikasi 1 papan atau 2 papan. Saya minum terus, tapi ndak tiap hari. Kadang lupa.. Dikasi sama bu bidan. Tidak teratur minumnya. Lebih sering lupa Iya...dikasi pada saat kontrol. Minum teratur, setiap hari. Suami kadang ingatkan... Pada saat kontrol dikasi. Minum terus tiap hari. Kalau habis, biasa beli di toko obat.
o Ketidakpatuhan ibu hamil minum tablet tambah darah karena lupa
o Ketidakteraturn minum tablet tambah darah karena jumlah tablet yang diberikan kurang
Ketidakpatuhn minum tablet tambah darah karena faktor daya ingat (lupa) dan jumlah tablet tambah darah yang diberikan tidak mencukupi
Ketidakpatuhan disebabkan oleh ketidakfahaman dan pengetahuan yang rendah
R9 R10 R11 R12
Dikasi bu bidan pada saat periksa hamil. Saya minum terus, tapi karena dikasi hanya 1 papan, jadi cepat habis Iya, dikasi pada saat periksa ke puskesmas. Saya minum tiap malam. Lebih sering lupa, hehehe... Iya. Minum teratur. Tiap malam. Dikasi bu bidan. Biasanya dikasi 1 papan. Cepat habis kalau diminum. Saya minum tiap 2 atau 3 hari.
2. Ibu masih minum tablet tambah darah ya? Sudah lebih teratur minumnya atau masih sering lupa..? (setelah pendampingan)
R1 R2 R3 R4
Iya...masih minum dong. dulu sering lupa. Tapi mahasiswa biasa sms saya untuk mengingatkan. Masih. Rajin diingatkan sama rika (nama mahasiswa). Biasa dia sms...” Iya...selalu minum. Dulu sering lupa...tapi sejak ada mahasiswa itu jadi lebih teratur minumnya. Malu juga.....(sambil tertawa) Minum teratur. Disamping diingatkan oleh mahasiswa, saya juga lebih ngerti manfaatnya. Kan ada bukunya ini...saya biasa baca.. (menunjukkan buku pegangan ibu hamil)
Ibu hamil lebih patuh dan teratur minum TTD karena lebih faham manfaatnya dan karena diingatkan oleh mahasiswa
Kepatuhan konsumsi TTD karena adanya pemahaman ttg manfaat TTD dan adanya monitoring oleh mahasiswa
Kepatuhan konsumsi TTD disebabkan oleh : 1) Tingkat pegetahuan meningkat; 2) Tingkat pemahaman meningkat; 3) Adanya monitoring
R5 R6
Iya...minum terus. Mahasiswanya yang ingatkan. Biasa di sms Masih minum dong. Malu sama mahasiswanya, hehehe. Ndak...ndak... hanya lebih bertanggungjawab saja. Kan ini untuk saya juga.
3. Apakah bidan menyarankn ibu melakukan pemerksaan darah (Hb) ? Apakah ibu melakukan pemerksaan darah (Hb) ?
R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9
Iya...disarankan oleh bu bidan. Tapi belum sempat ke puskesmas Disuruh periksa darah. Katanya supaya tau hb nya. Mungkin minggu depan saya ke puskesmas. Tunggu bapaknya datang dari kampung. O,iya,disarankn ke puskesmas untuk periksa darah Hb. Tapi saya belum sempat kesana. Suami belum sempat antar. Sudah periksa. Ini hasilnya... Iya...belum sempat saja. Iya, disarankan sama bu bidan. Nanti saja, hehehe... Iya, habis periksa langsung disuruh ke laboratorium. Ini hasilnya... Sudah periksa.. Sudah disarankan. Belum sempat periksa. Takut diambil darahkku, hehehe.
Bidan selalu menyarankan untuk memeriksa Hb, tapi belum dilakukan pemeriksaan karena enggan ke puskesmas (tidak ada yang antar)
Bidan sudah menyarankan untuk periksa Hb, tapi kepatuhan ibu masih rendah
Kepatuhan ibu rendah utk periksa Hb karena : 1) Belum faham manfaat periksa Hb; 2) Adanya jarak fisik utk ke puskesmas
R10 R11 R12
Tapi tensiku katanya bagus. Disarankan ke puskemas. Belum ada yang antar.. Iya... tensiku bagus....ini ada catatannya (sambil menunjukkan buku KIA). Ibu bidan juga sudah kasi obat penambah darah. Jadi kurasa sehat sudah. Suamiku bilang...ndak usah ke puskesmas untuk ambil darahnya... Iya...dikasi tau bu bidan. Mau pergi
nanti...
4. Apakah ibu sudah bisa melakukan pengisian check list untuk deteksi dini risiko tinggi ?
R 1 R 2 R 3 R 4
Iya...sudah bisa dok. senang bisa melakukan check list sendiri faktor risiko yang ada pada kita. Seperti saya.....rupanya menikah pada usia muda juga faktor risiko ya... (sambil tertawa). Saya bisa nasihati teman-teman jangan kawin muda seperti saya...(ketawa lagi)
Iya...sudah bisa. Walaupun belum terlalu lancar. Merasa lebih bertanggungjawab saja....karena mengetahui faktor risiko kita... Sudah bisa...kan hanya mencocokkan dengan kondisi kita saja. Iya...sudah bisa. Senang sekali bisa
Ibu hamil sudah bisa mengisi check list dan merasakan manfaat pengisian check list deteksi dini risiko tinggi kehamilan
Ibu hamil sudah bisa melakukan deteksi dini kehamilan risiko tinggi secara mandiri
Ibu hamil sudah bisa melakukan deteksi dini kehamilan risiko tinggi secara mandiri
R 5 R 6
mengetahui faktor risiko kita. Jadi lebih waspada saja... Sudah bisa....biasa saja. Iya...sudah bisa. Dibantu oleh adik-adik mahasiswa
5. Menurut ibu, apakah selama ini keluarga (spt org tua..atau suami) sudah membantu ibu dalam kondisi spt ini ?
R 1 R 2 R 3 R 4 R 5 R 6 R 7 R 8 R 9
Sudah sih...bapaknya antar2 ke puskesmas Hehehe...spertinya belum. Seperti biasa saja, spt waktu belum hamil... Mana bapaknya peduli....kadang2 kalau dia punya uang...lebih baik dia belikan rokok uangnya daripada belikan perlengkapannya ini nanti.. Sudah bagus... Ada mertuaku yang bantu2... Belum sih...mereka kan sibuk semua cari uang. Saya mau bilang apa... yahh..terima saja Maunya begitu pak...tapi kan sulit. Suami sibuk cari uang. Terpaksa kerja pekerjaan rumah juga meskipun hamil begini... Perhatian apa....ndak ada pak. Mereka sibuk dengan pekerjaannya. O,iya...semuanya sangat perhatian. Apalagi ini anak pertama saya. Bapaknya sering tanya2...
Ibu hamil belum merasakan dukungan yang baik dari keluarga, terutama suami
Dukungan keluarga (khususnya suami) terhadap ibu hamil masih rendah
Dukungan keluarga (khususnya suami) terhadap ibu hamil masih rendah
R 10 R 11 R 12
Iya...sudah membantu Belum sih...masih sibuk mereka Lumayan...suami saya masih perhatian
MATRIX WAWANCARA KUALITATIF
Informan : Bidan kelurahan (daerah intervensi dan kontrol, setelah pendampingan)
No Pertanyaan Kode Informan
Emik Reduksi Emik Konsep Emik Konsep Etik
1. Menurut ibu bidan, apa yang menyebabkan kepatuhan konsumsi TTD pada ibu hamil rendah ?
I 1 I 2 I 3 I 4
Menurut saya, karena faktor kelalaian ibunya. Mereka biasa lupa. Mungkin karena belum terbiasa, dan belum menganggap itu penting Mungkin karena mereka belum paham pentingnya minum TTD ya. Padahal kami sudah jelaskan dan kami minta baca lagi di buku KIA Saya juga kadang tanya2 ibu hamil. Alasan mereka karena lupa. Masak mau diingatkan terus. Harusnya suami yang ingatkan ya...hehehe.. Karena mereka belum faham manfaat TTD saja. Kalau sudah faham, pasti mereka akan ingat. Seperti minum pil KB, karena takut hamil, jadinya mereka ingat minum tiap malam..
Penyebab ibu hamil tidak patuh karena :
a. Lupa b. Kurang
paham
Ketidakpatuhan dalam hal asupan TTD disebabkan oleh faktor ibu (kurang faham dan lupa), serta faktor petugas (kurang mengingatkan)
Ketidakpatuhan konsumsi TTD disebabkan oleh : 1) pengetahuan yang rendah ttg anemia dan manfaat TTD, 2) 2) Monitoring petugas yang kurang
2. Menurut ibu bidan, bagaimana
I 1
Menurut saya kok agak sulit ya. Mgkn karena keterbatasan waktu. Terutama untuk kegiatan
Pelaksanaan pemeriksaan ANC belum benar2 bisa
Pelaksanaan pemeriksaan Anc terstandar (10T)
Pelaksanaan pemeriksaan ANC yg sesuai standar
pelaksanaan pemeriksaan ANC...apakah bisa melaksanakan 10 standar tsb ?
I 2 I 3 I 4
konselingnya. Kalau yang lainnya kan sudah kita lakukan Kalau di posyandu agak sulit kami lakukan konseling. Belum layani anak-anak, belum atur kader, belum anak-anak yang menangis. Waktunya juga sempit. Jadi agak sulit Pemeriksaan ANC lancar kok. Sudah sesuai standar. Kan ada di buku KIA. Jadi kita lakukan seperti anjuran tsb. Untuk pemberian edukasi biasanya kami lakukan di kelas ibu hamil. Kalau di tempat pemeriksaan seperti posyandu ataupun poskesdes agak sulit. Waktunya terbatas...
menerapkan 10T dengan tuntas karena keterbatasan waktu dan tempat pemeriksaan yang tdk memungkinkan
terkendala oleh ketersediaan waktu bidan serta kondisi tempat pemeriksaan.
(10T) dipengaruhi oleh : 1) Ketersediaan sarana prasarana, 2) Kepatuhan petugas kesehatan (bidan) menerapkan standar yang ada
3. Setelah pendampingan mahasiswa, tingkat kepatuhan konsumsi TTD meningkat. Menurut ibu...kenapa bisa spt itu ? berarti pendampingan
I 1
Iya...kepatuhannya memang meningkat. Malah ada ibu hamil yang datang ke puskesmas minta tambah TTD nya, hehehe. Mereka bilangnya malu kalau ditanya mahasiswa, hehehe. Ada juga yang bilang karena mahasiswanya sms ke ibunya. Menurut saya... pendampingan mhs ada manfaatnya. Mengingatkan ibu hamil untuk konsumsi TTD teratur
Setelah pendmpingan, terdapat peningkatan kepatuhan karena ibu hamil lebih paham dan lebih termonitor (ada yang mengingatkan dan memantau)
Pendampingan mahasiswa terhadap ibu hamil meningkatkan kepatuhan ibu hamil untuk konsumsi TTD dan pemriksaan Hb
Pendampingan mahasiswa berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan konsumsi TTD karena ada pihak yang memonitoring aktivitas ibu
perlu kita lanjutkan ya...
I2
Menurut saya, karena mhs kan rutin ketemu ibu hamil. Waktu mereka lebih banyak dari kami. Mahasiswa mungkin bercerita tentang manfaat TTD. Mereka jadi takut juga. Makanya ibu hamil jadi rajin datang periksa Hb dan ambil TTD
MATRIX WAWANCARA KUALITATIF
Informan : Bidan kelurahan (daerah intervensi dan kontrol, setelah pendampingan)
No Pertanyaan Kode Informan
Emik Reduksi Emik Konsep Emik Konsep Etik
1. Menurut ibu bidan, apa yang menyebabkan kepatuhan konsumsi TTD pada ibu hamil rendah ?
I 5 I6
Alasan mereka sih karena lupa. Menurut saya sih karena mereka belum mengetahui manfaat minum TTD saja.. Mungkin karena kekurang tahuan mereka. Sehingga tidak menganggap penting dan akhirnya lupa...
Ibu hamil tidak patuh dalam mengkonsumsi TTD karena kurang faham manfaat sehingga mudah melupakannya
Rendahnya kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi TTD karena tidak tahu manfaat TTD
Rendahnya pengetahuan ibu hamil tentang manfaat TTD
2. Bagaimana dengan cakupan pemeriksaan Hb nya ?
I 5
Memang untuk cakupan pemeriksaan hemoglobin juga masih rendah. Terutama ibu hamil yang datang memeriksakan kehamilannya di polindes, poskesdes, posyandu atau pustu.
Rendahnya cakupan pemeriksaan Hb karena keterbatasan alat
Penyebab rendahnya cakupan pemeriksaan Hb karena keterbatasan sarana pemeriksaan di
Penyebab rendahnya cakupan pemeriksaan Hb : 1) Ketersediaan
I 6
Disana kan tidak ada alat pemeriksaan darah. Jadi kami arahkan ke puskesmas. Nah, mereka seringkali tidak datang ke puskesmas. Tapi biasanya pada triwulan ketiga, pada saat mereka datang ke puskesmas, langsung kami periksa Hb nya...
Kalau ibu hamil yang datang ke puskesmas, pasti kami langsung ambil darahnya. Malah sekarang bukan hanya periksa hemoglobin saja. Sekarang sudah harus diperiksa darah utk HIV, dll. Hanya saja untuk ibu hamil yang periksa di posyandu, poskesdes, maupun polindes, agak sulit kita paksa. Tapi sejak ada pendampingan oleh adik-adik mahasiswa, mereka sudah rajin datang kesini. Ada yang diantar sama mahasiswa, ada juga dengan kesadaran sendiri. Mungkin malu ditanya lagi tentang Hb nya....(sambil tertawa)...
periksa di poskesdes atau polindes. Sementara ibu hamil enggan ke puskesmas. Kehadiran mahasiswa membantu meningkatkan cakupan karena ada yg mengingatkan
poskesdes atau polindes, serta ketidakdisiplinan ibu periksa ke puskesmas. Mahasiswa membantu meningkatkan cakupan pemeriksaan Hb
alat periksa di layanan kesehatan; 2) kesediaan ibu mematuhui anjuran bidan Peran mahasiswa pendamping : 1) Meningkatkan pengetahuan ibu ttg manfaat pemeriksaan Hb; 2) Memonitor kepatuhan ibu periksa Hb di puskesmas.
3. Setelah pendampingan mahasiswa, tingkat kepatuhan konsumsi TTD meningkat.
I5
Iya dok....kelemahan kita selama ini kan di konseling dan monitoring. Bidan2 tidak punya banyak waktu untuk memberikan edukasi kepada ibu hamil tentang manfaat TTD. Juga ndak punya kesempatan untuk memonitor
Rendahnya kepatuhan minum TTD pada ibu hamil karena pengetahuan ibu yang rendah.
Rendahnya kepatuhan konsumsi TTD disebabkan oleh tingkat pengetahuan yg rendah ttg manfaat TTD.
Meningkatnya kepatuhan konsumsi TTD bumil disebabkan oleh : 1) Pengetahuan ibu
Menurut ibu...kenapa bisa spt itu ? berarti pendampingan perlu kita lanjutkan ya...
I6
kepatuhan mereka mengkonsumsi TTD. Nah, menurut saya...mahasiswa punya kesempatan lebih banyak melakukan komunikasi dengan mereka. Mungkin karena ditanya-tanya, mereka jadi lebih rajin baca buku KIA dan buku pendampingan ibu hamil. Soalnya ada ibu hamil yang bilang begitu. Katanya malu kalau ditanya...hehehe. Jadi pendampingan memang bagus kalau dilanjutkan Iya...saya lihat begitu. Mereka lebih rajin minum TTD. Lebih rajin periksa. Mungkin karena ada yang kontrol. Berarti kita memang masih perlu di pantau terus ya dok... susah kalau kami yang kontrol terus. Dokter kan tau tugas bidan2 dilapangan. Bukan hanya masalah ibu hamil saja, hehehe. Makanya pendampingannya dilanjutkan saja dok...
Pengetahuan yg rendah ttg manfaatkan TTD karena kurang edukasi dari petugas kesehatan, yang disebabkan oleh terbatasnya waktu yang dimiliki petugas kesehatan utk melakukan edukasi. Mahasiswa memiliki waktu banyak utk edukasi
Hal ini disebabkan oleh kurangnya edukasi ptgs kesehatan karena keterbatasan waktu. Mahasiswa memiliki lebih banyak waktu melakukan edukasi
meningkat krn edukasi oleh mhs; 2) Adanya monitoring oleh mhs.
4. Menurut ibu selaku bidan koordinator, apakah pelaksanaan pemeriksaan
I 5
Harus kami akui bahwa pemeriksaan ANC memang belum sesuai dengan standar. Maksudnya, belum ke-10 standar itu bisa kita lakukan dg tuntas. Yang paling jarang dilakukan kan
Pemeriksaan Anc terstandar belum bisa dilaksanakan dg baik, khususnya konseling. Hal ini
Pelaksanaan pemeriksaan ANC standar (10T) belum bisa dilaksanakan, terutama pd aspek
Pemeriksaan ANC belum sesuai standar (10T), khususnya pd aspek Konseling
ANC sudah sesuai standar? Karena bidan2 banyak yang mengatakan bahwa 10T itu sulit dilakukan. Bagaimana pendapatnya?
I 6
kegiatan konseling. Menurut saya, hanya belum terbiasa saja. Tidak semua bidan mampu melakukan komunikasi dengan baik kepada pasien. Itu harus kami akui Tergantung kondisinya ya... kalau di puskesmas, saya kira semuanya kita lakukan. Kalau tata laksana kasus kan tergantung ada tidaknya kasus. Kalau konseling, tergantung waktunya. Kalau tempatnya di posyandu dan bidannya pas sendirian, pasti agak sulit.
disebabkan krn keterbatasan waktu bidan
konseling (karena terbatasnya waktu)
5. Bagaimana dengan pengisian check list deteksi dini risiko tinggi oleh ibu hamil. Apakah membantu bidan ?
I 5 I 6
Iya... sangat membantu. Ibu hamil sudah bisa mengetahui faktor risikonya sendiri. mereka jadi lebih bertanggungjawab. Bagus juga model begitu. Nanti kami akan lakukan terus dan kombinasikan dengan pemasangan stiker P4K. Kami juga akan ajarkan di kelas ibu hamil.
Iya...bagus. Kita juga punya stiker P4K yang ditempel di setiap rumah. Memang ada perbedaan tanggungjawab yang saya rasakan. Apa yang selama ini kami lakukan seolah-olah bukan
Pengisian check list faktor risiko tinggi kehamilan membantu ibu hamil (lebih bertanggungjawab) dan bidan (lebih mudah memetakan bumil berisiko)
Pengisian check list untuk deteksi dini risiko tinggi kehamilan membantu ibu hamil sendiri untuk mengenali bahaya kehamilannya dan membantu bidan
Deteksi dini risiko tinggi kehamilan secara mandiri oleh ibu hamil membantu ibu hamil mengenali faktor risiko kehamilannya dan membantu bidan
untuk mereka (ibu hamil). Kalau sekarang mereka yang mengisinya, mereka jadi mengetahui faktor risikonya. Mereka sudah mulai bertanya-tanya....kalau saya risiko begini bagaimana selanjutnya...
Pelatihan Mahasiswa pendamping
Bersama Narasumber dan lintas sektor
Bersama mahasiswa pendamping
Ke Puskesmas wilayah dampingan
Puskesmas Pantoloan
Puskesmas Tipo
Puskesmas Kamonji, sekalian melihat pemeriksaan bumil oleh bidan
Turun ke wilayah pustu, poskesdes dan sasaran (didampingi bidan)
Kunjungan ke pustu sebelum turun ke rumah-rumah (didampingi bidan kelurahan)
Kunjungan langsung ke rumah sasaran (ibu hamil)
Kunjungan Rumah
Kunjungan pertama
Kunjungan berikutnya
Ketemu dengan suami ibu hamil
Kunjungan setelah melahirkan
Evaluasi bulanan di Puskesmas
Wawancara dengan ibu hamil dan keluarga (suami) pada saat post-test
2. Kerangka Konsep
Keterangan :
= bentuk intervensi
= variabel penelitian
Pelaksanaan Standar Antenatal
Care (10 T)
Deteksi dini risiko tinggi kehamilan secara mandiri
Perubahan perilaku ibu hamil
Dukungan keluarga
Kepatuhan asupan TTD
Pemeriksaan Lab (Hb)
Konseling
Pengetahuan
Sikap
Tindakan
IBU HAMIL (dengan
Karakteristiknyaa)
Didampingi
Mahaisswa
Tidak di
dampingi
Mahasiswa
MODEL PENDAMPINGAN
Deteksi dini risiko tinggi kehamilan secara mandiri
Perubahan perilaku ibu hamil
Dukungan keluarga
Pemeriksaan Lab (Hb)
Konseling
Pengetahuan
Sikap
Tindakan Tidak di
dampingi
Mahasiswa
Dukungan keluarga