PEDOMAN PELABELAN GIZI, KLAIM, DAN INFORMASI LAIN
DIREKTORAT STANDARDISASI PANGAN OLAHAN
DEPUTI BIDANG PENGAWASAN PANGAN OLAHAN
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN
2018
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………………………………………………………………....................
Daftar Isi ………………………………………………………………………....................
BAB I Pendahuluan ………………………………………………………….............
A. Latar Belakang ………………………………………………………..........................
B. Tujuan ………………………………………………………………............................
C. Ruang Lingkup ………………………………………………………..........................
BAB II Istilah dan Definisi …………………………………………………................
BAB III Panduan Perhitungan untuk Pencantuman Informasi Nilai Gizi................
BAB IV Panduan Perhitungan untuk Pencantuman Klaim Pada Label Pangan
Olahan………………………………………………………………................
BAB V Panduan Perhitungan untuk Pangan Olahan Untuk Keperluan Gizi
Khusus ………………………………………………………………...............
BAB VI Panduan Perhitungan Pangan Olahan Organik ………………..................
BAB VII Tanya Jawab ……………………………………………………….................
BAB III
PANDUAN PERHITUNGAN UNTUK PENCANTUMAN INFORMASI NILAI GIZI
1. Perhitungan kandungan gizi pada produk
Nilai zat gizi pada tabel Informasi Nilai Gizi dihitung berdasarkan nilai target zat gizi yang
ditetapkan oleh pelaku usaha dan dibuktikan dengan hasil analisa yang masih sesuai
dengan ketentuan batas toleransi, karena hasil analisis zat gizi dapat mengalami variasi
yang dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti kondisi bahan baku, proses produksi, dan
metode analisis.
Contoh 1
Produk A adalah produk susu bubuk dengan takaran saji 35 gram, yang tidak
mencantumkan klam gizi dan klaim kesehatan pada label.
Nilai target pelaku usaha untuk nilai protein = 4,2 gram per takaran saji (12 gram/ 100
gram)
Hasil analisa protein = 10 gram/ 100 gram
Ketentuan batas toleransi hasil analisis zat gizi untuk produk susu bubuk tanpa klaim
(produk umum) adalah sekurang-kurangnya 80% dari nilai yang tercantum pada tabel
informasi nilai gizi (*).
Batas toleransi hasil analisis zat gizi dihitung dengan rumus:
Hasil analisis zat gizi
Nilai target pada tabel ING 𝑥 100%
= 10 g
12 g x 100% = 83,33 % (masih memenuhi syarat batas toleransi)
Sehingga pelaku usaha dapat mencantumkan nilai protein sebesar 4,2 gram per
takaran saji.
(*) Ketentuan ini tercantum dalam tercantum dalam Peraturan Kepala Badan POM Nomor ..
tentang Informasi Nilai Gizi
Contoh 2 Produk B dengan berat bersih 500 ml memiliki takaran saji 250 ml (2 sajian per
kemasan). Berdasarkan hasil analisis laboratorium diketahui per 100 ml produk
mengandung energi 525 kkal, karbohidrat 126 gram, protein 4 gram, dan lemak 0,9
gram. Berapa kandungan gizi produk per takaran saji?
4
Kandungan gizi per takaran saji produk dihitung dengan rumus sebagai berikut:
𝑇𝑎𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑗𝑖
100 𝑚𝑙𝑥 𝐾𝑎𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑔𝑖𝑧𝑖 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑖 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑎𝑛𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎
Kandungan gizi per takaran saji produk B adalah:
Energi ∶ 250 ml
100 ml 𝑥 525 kkal = 1312,5 kkal
Karbohidrat ∶ 250 ml
100 ml 𝑥 126 g = 315 g
Protein ∶ 250 ml
100 ml x 4 g = 10 g
Lemak ∶ 250 ml
100 ml𝑥 0,9 g = 2,25 g
Contoh 3
Produk C dengan peruntukan umum memiliki berat bersih 450 gram dengan takaran
saji 45 gram (10 sajian per kemasan). Berdasarkan hasil analisis laboratorium diketahui
per 100 gram produk mengandung energi 377 kkal, karbohidrat 46,2 gram, protein 6,2
gram, dan lemak 18,6 gram. Berapa kandungan gizi produk dan persentase AKG per
takaran saji.
Kandungan gizi dan persentase AKG per takaran saji produkdihitung dengan rumus
sebagai berikut:
𝐾𝑎𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑔𝑖𝑧𝑖 = 𝑇𝑎𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑗𝑖
100 𝑔𝑥 𝐾𝑎𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑔𝑖𝑧𝑖 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑖 ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑎𝑛𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝐴𝐾𝐺 = 𝐾𝑎𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑔𝑖𝑧𝑖
𝐴𝐿𝐺 𝑧𝑎𝑡 𝑔𝑖𝑧𝑖 (∗)𝑥 100%
(*) Nilai ALG zat gizi dapat dilihat pada Peraturan Kepala Badan POM Nomor 9 Tahun 2015
tentang Acuan Label Gizi
No Zat gizi Kandungan gizi Persentase AKG
1. Energi 45 g
100 g x 377 kkal = 170 kkal
Persentase AKG untuk energi
tidak ditampilkan pada tabel
informasi nilai gizi
5
2. Karbohidrat 45 g
100 g x 46,2 g = 20,8 g
ALG karbohidrat = 325 g
20,8
325 x 100% = 6,4% AKG
3. Protein 45 g
100 g x6,2 g = 2,8 g
ALG protein= 60 g
2,8
60 x 100% = 4,7% AKG
4. Lemak 45 g
100 g x18,6 g = 8,4 g
ALG lemak= 67 g
8,4
67 x 100% = 12,5% AKG
2. Perhitungan Batas Minimal Pencantuman Kandungan Vitamin dan Mineral
Vitamin dan mineral yang dapat dicantumkan pada tabel Informasi Nilai Gizi harus
berjumlah minimal 2% AKG (*). Batas minimal kandungan vitamin dan mineral dihitung
dengan rumus:
𝐾𝑎𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑔𝑖𝑧𝑖 𝑝𝑒𝑟 𝑡𝑎𝑘𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑗𝑖
ALG zat gizi (∗∗)𝑥 100%
(*) Persyaratan ini tercantum dalam Peraturan Badan POM Nomor .. tentang Informasi Nilai Gizi
pada Label Pangan Olahan
(**) Nilai ALG zat gizi dapat dilihat pada Peraturan Kepala Badan POM Nomor 9 Tahun 2015
tentang Acuan Label Gizi
Contoh:
Produk D berupa puding siap konsumsi dengan takaran saji 50 g akan mencantumkan
kandungan vitamin A, vitamin C, besi, dan kalsium pada ING. Hasil analisa produk per
100 g adalah sebagai berikut: vitamin A 100 mcg, vitamin C 30 mg, besi 2 mg, dan kalsium
40 mg. Apakah keempat vitamin dan mineral tersebut dapat dicantumkan pada tabel
ING?
No. Zat gizi Hasil
analisa
(per 100
g)
Kandungan gizi
(per takaran
saji)
Persentase AKG
(per takaran saji)
Keterangan
1 Vitamin A 100 mcg 50 g
100 gx 100 mcg
= 50 mcg
ALG = 600 mcg ≥ 2% AKG
6
No. Zat gizi Hasil
analisa
(per 100
g)
Kandungan gizi
(per takaran
saji)
Persentase AKG
(per takaran saji)
Keterangan
50 mcg
600 mc gx 100 %
= 8,3% AKG
(Dapat
dicantumkan
pada tabel ING)
2 Vitamin C 30 mg 50 g
100 gx 30 mg
= 15 mg
ALG = 90 mg
15 mg
90 mgx 100 %
= 16,7% AKG
≥ 2% AKG
(Dapat
dicantumkan
pada tabel
ING)
3 Besi 2 mg 50 g
100 gx 2 mg
= 1 mg
ALG = 22 mg
1 mg
22 mgx 100 %
= 4,5% AKG
≥ 2% AKG
(Dapat
dicantumkan
pada tabel
ING)
4 Kalsium 40 mg 50 g
100 gx 40 mg
= 20 mg
ALG = 1100 mg
20 mg
1100 mgx 100 %
= 1,8% AKG
< 2% AKG
(Tidak dapat
dicantumkan
dalam ING)
3. Batas toleransi hasil analisis zat gizi
Bagian ini memuat contoh perhitungan batas toleransi hasil analisis zat gizi yang
diimplementasikan pada pengawasan pangan olahan setelah beredar (post-market
control), untuk memastikan apakah kandungan gizi produk yang beredar masih sesuai
dengan kandungan gizi yang tercantum pada label.
Contoh 1
Produk E adalah produk biskuit dengan berat bersih 100 g, berikut tabel Informasi
Nilai Gizi produk tersebut :
7
A. Diperoleh hasil analisis serat pangan sebesar 0,8 g/ 100 g, apakah produk tersebut
masih memenuhi syarat?
Jawaban:
Tabel ING tersebut ditampilkan per takaran saji produk, yaitu 20 g, sehingga
kandungan serat pangan pada tabel ING adalah 1 g/ 20 g.
Hasil analisis serat pangan adalah 0,8 g/ 100 g, sehingga kandungan serat pangan
per 20 gram produk adalah :
20 g
100 g x 0,8 g = 0,16 g
Persentase kandungan serat pangan berdasarkan hasil analisa dibandingkan
dengan kandungan yang tercantum pada tabel ING dihitung dengan rumus:
Kandungan gizi berdasarkan hasil analisis
Kandungan gizi pada tabel ING x 100%
= 0,16 g
1 g x 100% = 16%
Batas toleransi hasil analisis serat pangan untuk produk umum adalah sekurang-
kurangnya 80% dari nilai yang tercantum pada tabel ING (*), sehingga kandungan
serat pangan pada produk tersebut TIDAK MEMENUHI SYARAT.
(*) Ketentuan ini tercantum dalam Peraturan Badan POM Nomor .. tentang Informasi Nilai Gizi
pada Label Pangan Olahan
B. Diperoleh hasil analisis kalsium sebesar 105 mg/ 100 g, apakah produk tersebut
masih memenuhi syarat?
Jawaban :
Tabel ING tersebut ditampilkan per takaran saji produk, yaitu 20 g.
Kandungan kalsium pada tabel ING adalah 2% AKG per 20 g dan nilai ALG kalsium
adalah 1100 mg (*). Maka jumlah kandungan kalsium dihitung dengan rumus:
Nilai persentase AKG zat gizi 𝑥 Nilai ALG zat gizi
= 2% x 1100 mg = 22 mg/ 20 g
8
Hasil analisis kalsium adalah 105 mg/ 100 g, sehingga hasil analisis kalsium per 20
gram produk adalah :
20 g
100 g x 105 mg = 21 mg
Persentase kandungan kalsium berdasarkan hasil analisa dibandingkan dengan
kandungan yang tercantum pada tabel ING dihitung dengan rumus:
Kandungan gizi berdasarkan hasil analisis
Kandungan gizi pada tabel ING x 100%
= 21 mg
22 mg x 100% = 95,45%
Batas toleransi hasil analisis serat pangan untuk produk umum adalah sekurang-
kurangnya 80% dari nilai yang tercantum pada tabel ING (**), sehingga kandungan
kalsium pada produk tersebut MEMENUHI SYARAT.
(*) Nilai ALG zat gizi dapat dilihat pada Peraturan Kepala Badan POM Nomor 9 Tahun 2015
tentang Acuan Label Gizi
(**) Ketentuan ini tercantum dalam Peraturan Badan POM Nomor .. tentang Informasi Nilai Gizi
pada Label Pangan Olahan
C. Diperoleh hasil analisis Natrium sebesar 350 mg/ 100 g, apakah produk tersebut
masih memenuhi syarat?
Jawaban :
Tabel ING tersebut ditampilkan per takaran saji produk, yaitu 20 g, sehingga
kandungan natrium pada tabel ING adalah 90 mg/ 20 g.
Hasil analisis natrium adalah 350 mg/ 100 g, sehingga kandungan natrium per 20
gram produk adalah :
20 g
100 g x 350 mg = 70 mg
Persentase kandungan natrium berdasarkan hasil analisa dibandingkan dengan
kandungan yang tercantum pada tabel ING dihitung dengan rumus:
Kandungan gizi berdasarkan hasil analisis
Kandungan gizi pada tabel ING x 100%
= 70 mg
90 mg x 100% = 77,78%
Batas toleransi hasil analisis natrium untuk produk umum adalah 80% - 120% dari
nilai yang tercantum pada tabel ING (*), sehingga kandungan natrium pada produk
tersebut TIDAK MEMENUHI SYARAT.
9
(*) Ketentuan ini tercantum dalam Peraturan Badan POM Nomor .. tentang Informasi Nilai Gizi
pada Label Pangan Olahan
Contoh 2
Produk F adalah produk susu UHT dengan berat bersih 200 ml dan mencantumkan
klaim sumber Vitamin A dan kalsium, berikut tabel Informasi Nilai Gizi produk tersebut
:
A. Diperoleh hasil analisis vitamin A sebesar 70 mcg/ 100 ml, apakah produk tersebut
masih memenuhi syarat?
Jawaban:
Tabel ING tersebut ditampilkan per takaran saji produk, yaitu 200 ml.
Kandungan vitamin A pada tabel ING adalah 20% AKG per 200 ml, dan nilai ALG
vitamin A adalah 600 mcg (*). Maka jumlah kandungan vitamin A dihitung dengan
rumus:
Nilai persentase AKG zat gizi 𝑥 Nilai ALG zat gizi
= 20% x 600 mcg = 120 mcg/ 200 ml
Hasil analisis vitamin A adalah 70 mcg/100 ml, sehingga hasil analisis vitamin A
per 200 ml produk adalah :
10
200 ml
100 ml x 70 mcg = 140 mcg
Persentase kandungan vitamin A berdasarkan hasil analisa dibandingkan dengan
kandungan yang tercantum pada tabel ING dihitung dengan rumus:
Kandungan gizi berdasarkan hasil analisis
Kandungan gizi pada tabel ING x 100%
= 140 mcg
120 mcg x 100% = 116,67%
Batas toleransi hasil analisis vitamin A untuk produk yang mencantumkan klaim
adalah sekurang-kurangnya 100% dari nilai yang tercantum pada tabel ING(**),
sehingga kandungan vitamin A pada produk tersebut MEMENUHI SYARAT.
(*) Nilai ALG zat gizi dapat dilihat pada Peraturan Kepala Badan POM Nomor 9 Tahun 2015
tentang Acuan Label Gizi
(**) Ketentuan ini tercantum dalam Peraturan Badan POM Nomor .. tentang Informasi Nilai Gizi
pada Label Pangan Olahan
B. Diperoleh hasil analisis kalsium sebesar 125 mg/ 100 ml, apakah produk tersebut
masih memenuhi syarat?
Jawaban :
Tabel ING tersebut ditampilkan per takaran saji produk, yaitu 200 ml.
Kandungan kalsium pada tabel ING adalah 20% AKG per 200 ml, dan nilai ALG
kalsium adalah 1100 mg (*). Maka jumlah kandungan kalsium dihitung dengan
rumus:
Nilai persentase AKG zat gizi 𝑥 Nilai ALG zat gizi
= 20% x 1100 mg = 220 mg/ 200 ml
Hasil analisis kalsium adalah 125 mg/ 100 ml, sehingga hasil analisis kalsium per
200 ml produk adalah :
200 ml
100 ml x 125 mg = 250 mg
Persentase kandungan kalsium berdasarkan hasil analisa dibandingkan dengan
kandungan yang tercantum pada tabel ING dihitung dengan rumus:
Kandungan gizi berdasarkan hasil analisis
Kandungan gizi pada tabel ING x 100%
= 250 mg
220 mg x 100% = 113,64%
11
Batas toleransi hasil analisis kalsium untuk produk yang mencantumkan klaim
adalah sekurang-kurangnya 100% dari nilai yang tercantum pada tabel ING(**),
sehingga kandungan kalsium pada produk tersebut MEMENUHI SYARAT.
(*) Nilai ALG zat gizi dapat dilihat pada Peraturan Kepala Badan POM Nomor 9 Tahun 2015
tentang Acuan Label Gizi
(**) Ketentuan ini tercantum dalam Peraturan Badan POM Nomor .. tentang Informasi Nilai Gizi
pada Label Pangan Olahan
C. Diperoleh hasil analisis lemak total sebesar 4 g/ 100 ml, apakah produk tersebut
masih memenuhi syarat?
Jawaban :
Tabel ING tersebut ditampilkan per takaran saji produk, yaitu 200 ml, sehingga
kandungan lemak total pada tabel ING adalah 6 g/ 200 ml.
Hasil analisis lemak total adalah 4 g/ 100 ml, sehingga kandungan lemak total per
200 ml produk adalah :
200 ml
100 ml x 4 g = 8 g
Persentase kandungan lemak total berdasarkan hasil analisa dibandingkan dengan
kandungan yang tercantum pada tabel ING dihitung dengan rumus:
Kandungan gizi berdasarkan hasil analisis
Kandungan gizi pada tabel ING x 100%
= 8 g
6 g x 100% = 133,33%
Batas toleransi hasil analisis lemak total untuk produk yang mencantumkan klaim
adalah 100% - 120% dari nilai yang tercantum pada tabel ING(*), sehingga
kandungan lemak total pada produk tersebut TIDAK MEMENUHI SYARAT.
(*) Ketentuan ini tercantum dalam Peraturan Badan POM Nomor .. tentang Informasi Nilai Gizi
pada Label Pangan Olahan
D. Diperoleh hasil analisis protein sebesar 2,5 g/ 100 ml, apakah produk tersebut
masih memenuhi syarat?
Jawaban :
Tabel ING tersebut ditampilkan per takaran saji produk, yaitu 200 ml, sehingga
kandungan protein pada tabel ING adalah 6 g/ 200 ml.
Hasil analisis protein adalah 2,5 g/ 100 ml, sehingga kandungan protein per 200 ml
produk adalah :
12
200 ml
100 ml x 2,5 g = 5 g
Persentase kandungan protein berdasarkan hasil analisa dibandingkan dengan
kandungan yang tercantum pada tabel ING dihitung dengan rumus:
Kandungan gizi berdasarkan hasil analisis
Kandungan gizi pada tabel ING x 100%
= 5 g
6 g x 100% = 83,33%
Batas toleransi hasil analisis protein untuk produk yang mencantumkan klaim
adalah sekurang-kurangnya 100%dari nilai yang tercantum pada tabel ING (*),
sehingga kandungan protein pada produk tersebut TIDAK MEMENUHI SYARAT.
(*) Ketentuan ini tercantum dalam Peraturan Badan POM Nomor .. tentang Informasi Nilai Gizi
pada Label Pangan Olahan
4. Takaran saji
Ketentuan takaran saji pangan olahan diatur dalam Peraturan Kepala Badan POM Nomor
9 Tahun 2015 tentang Takaran Saji Pangan Olahan. Dalam peraturan tersebut, juga
diatur bahwa:
a. Berat bersih atau isi bersih Pangan Olahan paling sedikit satu atau setengah (satu
per dua) dari ukuran satu Takaran Saji.
b. Untuk Pangan Olahan dengan berat bersih atau isi bersih paling sedikit setengah
(satu per dua) dari ukuran satu Takaran Saji, harus mencantumkan ING per saji dan
per kemasan.
Contoh:
PT. Bakti akan memproduksi sari buah apel A dengan ukuran kemasan (isi bersih) 75
ml. Apakah ukuran kemasan tersebut dapat disetujui?
Jawaban:
Sari buah apel termasuk dalam Kategori Pangan 14.1.2.1 Sari Buah, yang memiliki
takaran saji 125 – 250 ml. Produk diizinkan untuk memiliki berat bersih atau isi bersih
paling sedikit setangah takaran saji. Dalam hal ini, setengah takaran saji produk sari
buah dalah 62,5 ml.
Jika produk sari buah apel A memiliki isi bersih 75 ml, maka ukuran kemasan produk
tersebut dapat disetujui.
13
BAB IV
PANDUAN PERHITUNGAN UNTUK PENCANTUMAN KLAIM PADA PANGAN OLAHAN
Bagian ini mencakup penjelasan cara perhitungan persyaratan klaim gizi dan klaim kesehatan
yang tercantum pada Peraturan Kepala Badan POM Nomor 13 Tahun 2016 tentang
Pengawasan Klaim pada Label dan Iklan Pangan Olahan.
1. Klaim Kandungan Zat Gizi
A. Klaim “Rendah” atau “Bebas”
Pangan Olahan yang secara alami tidak mengandung komponen tertentu, dilarang
memuat klaim kandungan bebas yang terkait dengan komponen tersebut kecuali
ditetapkan dalam ketentuan lain.
Contoh:
Produk minyak goreng tidak dapat mencantumkan klaim “bebas kolesterol”, karena
minyak goreng dari sumber nabati secara alami tidak mengandung kolesterol.
Pencantuman klaim “bebas kolesterol” dapat menimbulkan salah persepsi pada
masyarakat bahwa produk yang tidak mencantumkan klaim tersebut berarti
mengandung kolesterol dan tidak baik bagi kesehatan.
Contoh perhitungan persyaratan klaim “rendah” atau “bebas”
Contoh 1
Produk A adalah produk susu bubuk, dengan hasil analisis lemak sebesar 2,5 g/ 100 g.
Apakah produk tersebut dapat mencantumkan klaim “rendah lemak”?
Jawaban :
Persyaratan klaim “rendah lemak” adalah tidak lebih dari 3 g/ 100 g (dalam bentuk padat).
Hasil analisis lemak pada produk tersebut adalah 2,5 g/100 g (< 3 g/ 100 g), sehingga
dapat diizinkan mencantumkan klaim “rendah lemak”.
Contoh 2
Produk B adalah produk minuman rasa buah, dengan hasil analisis gula sebesar 2,7 g/
100 ml. Apakah produk tersebut dapat mencantumkan klaim “rendah gula”?
Jawaban :
Persyaratan klaim “rendah gula”adalah tidak lebih dari 2,5 g/ 100 ml (dalam bentuk cair)
Hasil analisis gula pada produk tersebut adalah 2,7 g/100 ml (> 2,5 g/ 100 ml),
sehingga tidak diizinkan mencantumkan klaim “rendah gula”.
15
Contoh 3
Produk C adalah produk yogurt, dengan hasil analisis lemak jenuh sebesar 0,05 g/100 ml
dan lemak trans sebesar 0,85 g/ 100 ml. Apakah produk tersebut dapat mencantumkan
klaim “bebas lemak jenuh”?
Jawaban:
Persyaratan klaim “bebas lemak jenuh” adalah kandungan lemak jenuh tidak lebih dari
0,1 g/ 100 ml (dalam bentuk cair) dan memenuhi persyaratan rendah lemak trans, yaitu
kandungan lemak trans tidak lebih dari 0,75 g/ 100 ml (dalam bentuk cair).
Hasil analisis lemak jenuh pada produk tersebut adalah 0,05 g/100 ml (< 0,1 g/100
ml, memenuhi persyaratan), namun hasil analisis lemak trans sebesar 0,85 g/ 100 ml
(> 0,75 g/ 100 ml, tidak memenuhi persyaratan), sehingga tidak diizinkan
mencantumkan klaim “bebas lemak jenuh”.
B. Klaim “Sumber” atau “Tinggi”
Contoh 1
Produk A adalah produk keju cheddar, dengan hasil analisis kalsium sebesar 190 mg/
100 g. Apakah produk tersebut dapat mencantumkan klaim “sumber kalsium” atau “tinggi
kalsium”?
Jawaban :
A. Persyaratan klaim “sumber kalsium” adalah kandungan kalsium tidak kurang dari
15% ALG per 100 g (dalam bentuk padat).
Nilai ALG kalsium adalah 1100 mg (*), maka persyaratan jumlah kandungan kalsium
dihitung dengan rumus:
Nilai persentase ALG zat gizi 𝑥 Nilai ALG zat gizi
= 15% x 1100 mg = 165 mg/ 100 g
Hasil analisis kalsium pada produk tersebut adalah 190mg/100 g (>165 mg/ 100
g), sehingga dapat diizinkan mencantumkan klaim “sumber kalsium” atau
“mengandung kalsium”.
B. Persyaratan klaim “tinggi kalsium” adalah kandungan kalsium tidak kurang dari 2 kali
jumlah untuk klaim sumber kalsium. Berdasarkan hasil perhitungan klaim “sumber
kalsium” pada poin A sebesar 165 mg/ 100 g, maka persyaratan jumlah kandungan
kalsium pada klaim “tinggi kalsium” adalah:
16
2 x 165 mg = 330 mg/ 100 g
Hasil analisis kalsium pada produk tersebut adalah 190 mg/100 g (< 330 mg/ 100
g), sehingga tidak diizinkan mencantumkan klaim “tinggi kalsium” atau “kaya
kalsium”.
(*) Nilai ALG zat gizi dapat dilihat pada Peraturan Kepala Badan POM Nomor 9 Tahun 2015
tentang Acuan Label Gizi
Contoh 2
Produk B adalah produk minuman serbuk, dengan hasil analisis vitamin B1 sebesar
0,12mg/100 g. Apakah produk tersebut dapat mencantumkan klaim “sumber vitamin B1”
atau “tinggi vitamin B1”?
Jawaban :
A. Persyaratan klaim “sumber vtamin B1” adalah kandungan vitamin B1tidak kurang dari
15% ALG per 100 g (dalam bentuk padat).
Nilai ALG vitamin B1 adalah 1,4 mg (*), maka persyaratan jumlah kandungan vitamin
B1 dihitung dengan rumus:
Nilai persentase ALG zat gizi 𝑥 Nilai ALG zat gizi
= 15% x 1,4 mg = 0,21 mg/ 100 g
Hasil analisis vitamin B1 pada produk tersebut adalah 0,12 mg/100 g (< 0,21 mg/
100 g), sehingga tidak diizinkan mencantumkan klaim “sumber vitamin B1” atau
“mengandung vitamin B1”.
B. Persyaratan klaim “tinggi vitamin B1” adalah kandungan vitamin B1 tidak kurang dari
2 kali jumlah untuk klaim sumber vitamin B1. Berdasarkan hasil perhitungan klaim
“sumber vitamin B1” pada poin A sebesar 0,21 mg/ 100 g, maka persyaratan jumlah
kandungan vitamin B1 pada klaim “tinggi vitamin B1” adalah:
2 x 0,21 mg = 0,42 mg/ 100 g
Hasil analisis vitamin B1 pada produk tersebut adalah 0,12 mg/100 g (< 0,42 mg/
100 g), sehingga tidak diizinkan mencantumkan klaim “tinggi vitamin B1” atau
“kaya vitamin B1”.
(*) Nilai ALG zat gizi dapat dilihat pada Peraturan Kepala Badan POM Nomor 9 Tahun 2015
tentang Acuan Label Gizi
17
C. Klaim Perbandingan Zat Gizi
Tipe Klaim Persyaratan Kondisi
Dikurangi/kurang
dari (fewer)/kurang
(light)/atau istilah
lain yang
maknanya sama
1. Perbedaan relatif kandungan
untuk zat gizi mikro kecuali
natrium terhadap pangan yang
dibandingkan paling sedikit 10%
ALG.
2. Perbedaan relatif kandungan
energi dan natrium serta zat gizi
lain terhadap pangan yang
dibandingkan paling sedikit 25%.
3. Perbedaan mutlak paling sedikit
memenuhi persyaratan ”rendah”
sebagaimana ditetapkan dalam
klaim kandungan zat gizi.
Produk merupakan
formulasi baru.
Dibandingkan dengan
produk Pangan Olahan
sejenis dari produsen
yang sama, kandungan
zat gizi yang
dibandingkan lebih
rendah atau tinggi.
Pada label dan iklan
Pangan Olahan harus
dinyatakan dengan jelas
produk yang
dibandingkan.
Perbedaan kandungan
dinyatakan dalam
presentase, pecahan
atau dalam angka
mutlak terhadap pangan
yang dibandingkan
dalam jumlah yang
sama.
Ditingkatkan/lebih
dari /lebih /ekstra
(extra)/diperkaya
/plus/ditambahkan
/difortifikasi
1. Perbedaan relatif kandungan
untuk zat gizi mikro terhadap
pangan yang dibandingkan
paling sedikit 10% ALG.
2. Perbedaan relatif kandungan
energi dan zat gizi lain terhadap
pangan yang dibandingkan
paling sedikit 25%.
3. Perbedaan mutlak sekurang-
kurangnya memenuhi
persyaratan ”sumber”
sebagaimana ditetapkan dalam
klaim kandungan zat gizi.
Contoh perhitungan persyaratan klaim perbandingan zat gizi
Contoh 1: Klaim “kurang gula”
PT. Maju Terus telah memproduksi minuman rasa buah A yang mengandung gula 12 g/
100 ml. Perusahaan tersebut berencana akan mencantumkan klaim “kurang gula” pada
18
minuman rasa buah B yang diproduksi dengan formula baru, yaitu kandungan gula
diturunkan menjadi 5 g/ 100 ml. Apakah minuman rasa buah B tersebut dapat
mencantumkan klaim “kurang gula”?
Jawaban:
Persyaratan klaim perbandingan zat gizi ”kurang gula” adalah:
a. Perbedaan relatif kandungan gula terhadap pangan yang dibandingkan paling
sedikit 25%.
b. Perbedaan mutlak paling sedikit memenuhi persyaratan ”rendah gula”, yaitu 2,5 g
per 100 ml (dalam bentuk cair).
Cara perhitungan:
Produk A
(Formula Lama)
Produk B
(Formula Baru)
Kesesuaian
dengan
persyaratan
Kandungan gula
(per 100 ml) 12 g 5 g
Perbedaaan relatif
(12 g − 5 g)
12 g𝑥 100%
= 58,33%
Memenuhi syarat
(> 25%)
Perbedaan mutlak
12 g –5 g= 7 g Memenuhi syarat
(> 2,5 g/ 100 ml)
Kesimpulan: Produk B dapat diizinkan mencantumkan klaim “kurang gula”.
Contoh 2: Klaim “kurang natrium”
PT. Selalu Jaya telah memproduksi mi instan A yang mengandung natrium 800 mg/100
g. Perusahaan tersebut berencana akan mencantumkan klaim “kurang natrium” pada mi
instan B yang diproduksi dengan formula baru, yaitu kandungan natrium diturunkan
menjadi 600 mg/100 g. Apakah mi instan B tersebut dapat mencantumkan klaim “kurang
natrium”?
Jawaban:
Persyaratan klaim perbandingan zat gizi ”kurang natrium” adalah:
a. Perbedaan relatif kandungan natrium terhadap pangan yang dibandingkan paling
sedikit 25%.
b. Perbedaan mutlak paling sedikit memenuhi persyaratan ”rendah natrium”, yaitu
0,12 g per 100 g atau 120 mg per 100 g.
19
Cara perhitungan:
Produk A
(Formula
lama)
Produk B (Formula
Baru)
Kesesuaian
dengan
persyaratan
Kandungan natrium
(per 100 g) 800 mg 600 mg
Perbedaaan relatif
(800 − 600 )
800 𝑥 100%
= 25%
Memenuhi syarat
(≥ 25%)
Perbedaan mutlak
800 mg – 600 mg=
200 mg
Memenuhi syarat
(≥ 120 mg/ 100 g)
Kesimpulan:Produk B dapat mencantumkan klaim “kurang natrium”.
Contoh 3: Klaim “ekstra vitamin C”
PT. Bahagia Ceria telah memproduksi minuman sari buah jeruk A yang mengandung
vitamin C 25 mg/100 ml. Perusahaan tersebut berencana akan mencantumkan klaim
“ekstra vitamin C”pada minuman sari buah jeruk B yang diproduksi dengan formula baru,
yaitu kandunganvitamin Cdinaikkan menjadi 70 mg/100 ml.Apakah minuman sari buah
jeruk B tersebut dapat mencantumkan klaim “ekstra vitamin C”?
Jawaban:
Persyaratan klaim perbandingan zat gizi ” ekstra vitamin C” adalah:
a. Perbedaan relatif kandungan untuk vitamin C terhadap pangan yang
dibandingkan paling sedikit 10% ALG.
Nilai ALG untuk vitamin C adalah 90 mg (*), sehingga perbedaan relatif
kandungan vitamin C paling sedikit adalah : 10% x 90 mg = 9 mg/100 ml.
b. Perbedaan mutlak paling sedikit memenuhi persyaratan ”sumber” vitamin C yaitu
tidak kurang dari 7,5% ALG per 100 ml (dalam bentuk cair)
Nilai ALG untuk vitamin C adalah 90 mg (*), sehingga perbedaan mutlak
kandungan vitamin C paling sedikit adalah : 7,5% x 90 mg = 6,75 mg/100 ml.
Cara perhitungan:
20
Produk A
(Formula
Lama)
Produk B
(Formula Baru)
Kesesuaian
dengan
persyaratan
Kandungan vitamin C
(per 100 ml) 25 mg 70 mg
Perbedaan relatif
(70 − 25 )
70 𝑥 100%
= 64,29%
Memenuhi syarat
(≥ 10% ALG)
Perbedaan mutlak
70 mg – 25 mg= 45
mg
Memenuhi syarat
(≥ 7,5% ALG)
Kesimpulan:Produk B dapat mencantumkan klaim “ekstra vitamin C”.
(*) Nilai ALG zat gizi dapat dilihat pada Peraturan Kepala Badan POM Nomor 9 Tahun 2015
tentang Acuan Label Gizi
21
BAB V
PANDUAN CARA PERHITUNGAN PERSYARATAN PANGAN OLAHAN UNTUK
KEPERLUAN GIZI KHUSUS
Bagian ini mencakup penjelasan cara perhitungan persyaratan pangan olahan untuk
keperluan gizi khusus yang tercantum pada Peraturan Badan POM Nomor 1 Tahun 2018
tentang Pengawasan Pangan Olahan Untuk Keperluan Gizi Khusus.
1. Cara Perhitungan Informasi Nilai Gizi
Jika dalam peraturan ditetapkan bahwa kandungan gizi produk harus dicantumkan per per
100 kkal, berikut adalah contoh perhitungan kandungan zat gizi per 100 kkal tersebut.
Contoh 1
Formula bayi A memiliki hasil analisis zat gizi sebagai berikut :
No. Zat Gizi Satuan Hasil Analisis
(per 100 g)
1 Energi kkal 476
2 Lemak g 24
3 Protein g 9
4 Karbohidrat g 56
5 Vitamin B1 mg 0,45
6 Vitamin B12 mcg 0,8
7 Kalsium mg 340
8 Magnesium mg 50
Berapa nilai zat gizi tersebut diatas untuk per 100 kkal?
Jawaban :
Petunjuk penggunaan:
1 sendok takar : 4,3 g dilarutkan dalam 30 ml air matang.
Jumlah energi per 100 ml:
Jumlah energi per 1 sendok takar (4,3 g) atau 30 ml
476𝑘𝑘𝑎𝑙
100 𝑔 𝑥 4,3g = 20,5 kkal
22
Jumlah energi per 100 ml
=20,5𝑘𝑘𝑎𝑙
100 𝑚𝑙 𝑥 30 ml = 68 kkal
Jadi, dalam 100 ml formula bayi A siap konsumsi mengandung 68 kkal, sehingga
MEMENUHI SYARAT kandungan energi dalam formula bayi (60 – 70 kkal per 100
ml produk).
Perhitungan nilai zat gizi
Nilai zat gizi per 100 kkal dihitung dengan rumus:
𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑎𝑛𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑠 𝑧𝑎𝑡 𝑔𝑖𝑧𝑖
𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑎𝑛𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑝𝑒𝑟 100 𝑔 (𝑘𝑘𝑎𝑙) 𝑥 100 kkal
No. Zat Gizi Satuan Hasil
Analisis
(per 100 g)
Nilai per 100 kkal
Keterangan
1 Lemak g 24 24 𝑔
476 𝑘𝑘𝑎𝑙 𝑥 100 𝑘𝑘𝑎𝑙
= 5 𝑔
Memenuhi
syarat
(4,4 – 6 g/
100 kkal)
2 Protein g 9 9 𝑔
476 𝑘𝑘𝑎𝑙 𝑥 100 𝑘𝑘𝑎𝑙
= 1,9𝑔
Memenuhi
syarat
(1,8 – 3 g/
100 kkal)
3 Karbohidrat g 56 56 𝑔
476 𝑘𝑘𝑎𝑙 𝑥 100 𝑘𝑘𝑎𝑙
= 11,8 𝑔
Memenuhi
syarat
(9 – 14 g/ 100
kkal)
4 Vitamin B1 mg 0,45 0,45𝑚𝑔
476 𝑘𝑘𝑎𝑙 𝑥 100 𝑘𝑘𝑎𝑙
= 0,09 𝑚𝑔
Memenuhi
syarat
(min 60 mcg/
100 kkal; ABA
300 mcg)
23
5 Vitamin B12 mcg 0,8 0,8𝑚𝑐𝑔
476 𝑘𝑘𝑎𝑙 𝑥 100 𝑘𝑘𝑎𝑙
= 0,17 𝑚𝑐𝑔
Memenuhi
syarat
(min 0,1 mcg/
100 kkal; ABA
1,5 mcg)
6 Kalsium mg 340 340𝑚𝑔
476 𝑘𝑘𝑎𝑙 𝑥 100 𝑘𝑘𝑎𝑙
= 71,43 𝑚𝑔
Memenuhi
syarat
(min 50mg;
ABA 140 mg)
7 Magnesium mg 50 50𝑚𝑔
476 𝑘𝑘𝑎𝑙 𝑥 100 𝑘𝑘𝑎𝑙
= 10,5 𝑚𝑔
Memenuhi
syarat
(min 5 mg;
ABA 15 mg)
2. Cara Perhitungan Pangan Olahan untuk Keperluan Medis Khusus
Contoh 1
Pangan Olahan untuk Keperluan Medis Khusus untuk Penyandang Diabetes sebagai
berikut :
No. Zat Gizi Satuan Hasil Analisis
(per 100 g)
1 Energi kkal 463
2 Protein g 17
3 Karbohidrat g 65
4 Serat g 7
5 Lemak g 15
6 Lemak Jenuh g 1,8
7 Lemak tidak jenuh ganda g 4,2
8 Lemak tidak jenuh tunggal g 9
9 Kolesterol g 0
24
10 Natrium mg 200
Berapa nilai zat gizi tersebut diatas untuk per 100 kkal?
Jawaban :
Petunjuk penggunaan
Jumlah energi per 100 g adalah 463 kkal
Jumlah anjuran konsumsi per hari adalah 120 g (@60 g, 2 kali konsumsi per hari)
Sehingga jumlah asupan energi per hari :
463 𝑘𝑘𝑎𝑙
100 𝑔 𝑥 120 g = 556 kkal per hari
Perhitungan nilai zat gizi
Nilai zat gizi per 100 kkal dihitung dengan rumus:
𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑎𝑛𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑠 𝑧𝑎𝑡 𝑔𝑖𝑧𝑖
𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑎𝑛𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑝𝑒𝑟 100 𝑔 (𝑘𝑘𝑎𝑙) 𝑥 100 kkal
No. Zat Gizi Satuan Hasil
Analisis
(per 100 g)
Nilai per 100 kkal
Keterangan
1 Protein g 17 17 𝑔
463 𝑘𝑘𝑎𝑙 𝑥 100 𝑘𝑘𝑎𝑙
= 3.7 𝑔
Jumlah protein per hari:
3,7 𝑔
100 𝑘𝑘𝑎𝑙 𝑥 556𝑘𝑘𝑎𝑙
= 20,4 𝑔
Jumlah energi dari protein
per hari:
20,4 g x 4 kkal = 81,7 kkal
Persentase energi protein
:
81,7 𝑘𝑘𝑎𝑙
556 𝑘𝑘𝑎𝑙 𝑥 100% = 15%
Memenuhi
Syarat
(2,5 – 5 g)
atau
(10 – 20%
total kalori
sehari)
25
2 Karbohidrat g 65 65 𝑔
463 𝑘𝑘𝑎𝑙 𝑥 100 𝑘𝑘𝑎𝑙
= 14 𝑔
Memenuhi
Syarat
(11,25 –
16,25 g)
3 Serat g 7 7 𝑔
463 𝑘𝑘𝑎𝑙 𝑥 100 𝑘𝑘𝑎𝑙
= 1,5 𝑔
Memenuhi
Syarat
(1 – 1,75 g)
4 Lemak g 15 15 𝑔
463 𝑘𝑘𝑎𝑙 𝑥 100 𝑘𝑘𝑎𝑙
= 3,2 𝑔
Jumlah lemak per hari:
3,2 𝑔
100 𝑘𝑘𝑎𝑙 𝑥 556𝑘𝑘𝑎𝑙
= 18 𝑔
Jumlah energi dari lemak
per hari:
18 g x 9 kkal = 162 kkal
Persentase energi lemak :
162 𝑘𝑘𝑎𝑙
556 𝑘𝑘𝑎𝑙 𝑥 100% = 29%
Tidak
Memenuhi
Syarat
(2,22 – 2,78
g)
atau
(20 – 25%
total kalori
sehari)
5 Lemak
Jenuh
g 1,8 1,8 𝑔
463 𝑘𝑘𝑎𝑙 𝑥 100 𝑘𝑘𝑎𝑙
= 0,4 𝑔
Memenuhi
Syarat
(< 0,78 g)
6 Lemak tidak
jenuh ganda
g 4,2 4,2 𝑔
463 𝑘𝑘𝑎𝑙 𝑥 100 𝑘𝑘𝑎𝑙
= 0,9 𝑔
Memenuhi
Syarat
(< 1,11 g)
26
7 Lemak tidak
jenuh
tunggal
g 9 9 𝑔
463 𝑘𝑘𝑎𝑙 𝑥 100 𝑘𝑘𝑎𝑙
= 1,9 𝑔
Memenuhi
Syarat
(sisa dr
lemak total)
8 Kolesterol mg 0 0 Memenuhi
Syarat
(< 10 mg)
9 Natrium mg 200 200 𝑔
463 𝑘𝑘𝑎𝑙 𝑥 100𝑘𝑘𝑎𝑙
= 43,2 𝑔
Memenuhi
Syarat
(<115 mg)
Contoh 2
Pangan Olahan untuk Keperluan Medis Khusus untuk Pasien Penyakit Hati Kronik
sebagai berikut :
No. Zat Gizi Satuan Hasil Analisis
(per 100 g)
1 Energi kkal 450
2 Lemak g 16,7
3 Protein g 15
4 Karbohidrat g 60
5 Natrium mg 208
Berapa nilai zat gizi tersebut diatas untuk per 100 kkal?
Jawaban :
Petunjuk penggunaan
Takaran saji 60 gram dilarutkan dalam 250 ml air.
Perhitungan nilai zat gizi
Nilai zat gizi per 100 kkal dihitung dengan rumus:
𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑎𝑛𝑎𝑙𝑖𝑠𝑖𝑠 𝑧𝑎𝑡 𝑔𝑖𝑧𝑖
𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑎𝑛𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑖 𝑝𝑒𝑟 100 𝑔 (𝑘𝑘𝑎𝑙) 𝑥 100 kkal
27
No. Zat Gizi Satuan Hasil
Analisis
(per 100 g)
Nilai per 100 kkal
Keterangan
1 Energi kkal 450 Energi per saji (60 g atau
250 ml) :
450 𝑘𝑘𝑎𝑙
100 𝑔 𝑥 60 𝑔
= 270 𝑘𝑘𝑎𝑙
Energi per 100 ml :
270 𝑘𝑘𝑎𝑙
250 𝑚𝑙 𝑥 100𝑚𝑙
= 108𝑘𝑘𝑎𝑙
Memenuhi
Syarat
(100 – 150
kkal)
2 Lemak g 16,7 16,7 𝑔
450 𝑘𝑘𝑎𝑙 𝑥100𝑘𝑘𝑎𝑙
= 3,7 𝑔
3 Protein g 15 15 𝑔
450 𝑘𝑘𝑎𝑙 𝑥 100 𝑘𝑘𝑎𝑙
= 3.3 𝑔
Memenuhi
Syarat
(3 – 4,3 g)
4 Karbohidrat g 60 60 𝑔
450 𝑘𝑘𝑎𝑙 𝑥 100 𝑘𝑘𝑎𝑙
= 13,3𝑔
Energi dari karbohidrat:
13,3 g x 4 kkal = 53,2 kkal
Persentase energi dari
Karbohidrat:
53,2 𝑘𝑘𝑎𝑙
100 𝑘𝑘𝑎𝑙 𝑥100 %
= 53,2%
Memenuhi
Syarat
(9,1 – 14,6
g)
atau
(50 – 60%
dari
kebutuhan
energi non
protein)
5 Natrium mg 280 280𝑚𝑔
450 𝑘𝑘𝑎𝑙 𝑥 100 𝑘𝑘𝑎𝑙
= 46,3 𝑚𝑔
Memenuhi
Syarat
(41,7 – 71,4
mg)
28
BAB VI
PANDUAN PERHITUNGAN PANGAN OLAHAN ORGANIK
Bagian ini mencakup penjelasan cara perhitungan persentase kandungan pangan organik
pada pangan olahan organik yang tercantum pada Peraturan Kepala Badan POM Nomor 1
Tahun 2017 tentang Pengawasan Pangan Olahan Organik.
PERSYARATAN
1) Pangan Olahan Organik harus mengandung Pangan Organik paling sedikit 95%
(sembilan puluh lima persen) dari total berat atau volume, tidak termasuk air dan garam.
2) Pangan non Organik dapat digunakan paling banyak 5% (lima persen) dari total berat
atau volume, tidak termasuk air dan garam.
3) Pangan non Organik sebagaimana dimaksud pada poin 2 tidak merupakan Pangan
sejenis dengan Pangan Organik yang digunakan sebagaimana dimaksud pada poin 1.
4) Air dan garam sebagaimana dimaksud pada poin 1 dan poin 2 merupakan air dan garam
yang ditambahkan selama proses pengolahan Pangan.
5) Garam sebagaimana dimaksud pada poin 1 dan poin 2 berupa Natrium Klorida dan/atau
Kalium Klorida.
Contoh Perhitungan:
Produk pasta tomat mengandung tomat organik 250 gram, gula 50 g, BTP penstabil (kallium
klorida) 2 g, dan garam 4 g.
Perhitungan persentase pangan organik dengan rumus:
𝐾𝑎𝑛𝑑𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘 (𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑎𝑛 𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚) 𝑥 100%
= 250 𝑔
(250 𝑔 + 50 𝑔 + 2 𝑔) 𝑥 100% = 82,78%
Persentase kandungan pangan organik (tomat organik) kurang dari 95%, sehingga produk
pasta tomat tersebut tidak diizinkan mencantumkan keterangan tentang organik.
Top Related