perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
STRATEGI PEMBELAJARAN YANG DIGUNAKAN OLEH GURU
PADA KELAS AKSELERASI DI SMP NEGERI 1 KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh :
SITI FATHUL JANAH
K8408059
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MERET
SURAKARTA
JULI 2012
STRATEGI PEMBELAJARAN YANG DIGUNAKAN OLEH GURU
PADA KELAS AKSELERASI DI SMP NEGERI 1 KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh :
SITI FATHUL JANAH
K8408059
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MERET
SURAKARTA
JULI 2012
STRATEGI PEMBELAJARAN YANG DIGUNAKAN OLEH GURU
PADA KELAS AKSELERASI DI SMP NEGERI 1 KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh :
SITI FATHUL JANAH
K8408059
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MERET
SURAKARTA
JULI 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
STRATEGI PEMBELAJARAN YANG DIGUNAKAN OLEH GURU
PADA KELAS AKSELERASI DI SMP NEGERI 1 KARANGANYAR
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh :
SITI FATHUL JANAH
K8408059
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sosiologi - Antropologi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MERET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Siti Fathul Janah. K8408059. STRATEGI PEMBELAJARAN YANGDIGUNAKAN OLEH GURU PADA KELAS AKDELERASI DI SMPNEGERI 1 KARANGANYAR. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui persoalan yang dihadapioleh guru dalam proses pembelajaran kelas akselerasi di SMP Negeri 1Karanganyar, (2) mengetahui strategi pembelajaran yang digunakan oleh gurudalam proses pembelajaran, (3) mengetahui alasan guru memilih menggunakanstrategi pembelajaran tersebut.
Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studikasus. Sumber data berasal dari data primer dan data sekunder. Data primeradalah data verbal yang diperoleh langsung dari wawancara dengan informanyang terdiri dari guru, siswa, waka kurikulum, ketua program akselerasi, danobservasi proses pembelajaran di kelas akselerasi. Data sekunder yaitu dokumenatau arsip mengenai kurikulum akselerasi. Teknik Sampling diambil melaluiteknik Purposive dengan Snowball Sampling. Teknik pengumpulan data denganwawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Uji validitas datamenggunakan triangulasi sumber. Analisis data menggunakan teknik Analisis datamodel interaktif yakni dengan tahapan sebagai berikut: reduksi data, penyajiandata, penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Simpulan hasil penelitian yaitu: (1) Persoalan yang dihadapi oleh gurudalam proses pembelajaran yaitu guru menghadapi beberapa siswa yang masihkekanak-kanakan, kurang mandiri atau masih bergantung pada temannya, danwaktu penyelesaian semua materi pembelajaran yang dipercepat, (2) Strategi yangdigunakan oleh guru dalam proses pembelajaran yaitu strategi pembelajaranpemecahan masalah dengan metode debat, strategi pembelajaran kooperatifdengan metode simulasi, dan strategi pembelajaran kooperatif dengan metodediskusi kelompok dilanjutkan presentasi, (3) Alasan para guru menggunakanstrategi tersebut dikarenakan untuk strategi tersebut dapat melatih siswa akselerasimenjadi lebih mandiri dan mampu berfikir secara kritis serta untuk mensiasatiwaktu pembelajaran program akselerasi yang dipercepat, selain itu karena mediapembelajaran yang digunakan cukup sederhana.
Kata kunci: Strategi pembelajaran, kelas akselerasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
“Kau bisa menjadi apa pun yang kau inginkan, jika keyakinanmu cukup besar dan
tindakanmu sesuai dengan keyakinanmu, karena apa pun yang bisa diciptakan dan
diyakini oleh pikiran, hal itu bisa dicapai”.
(Napoleon Hill : penulis terlaris buku Think and grow rich)
“Segala sesuatu yang dilakukan dengan penuh keikhlasan, hasilnya pasti akan
lebih indah dan mengesankan”. (Penulis)
“Sejarah telah memperlihatkan bahwa pemenang yang paling mengesankan
biasanya menghadapi rintangan paling memilukan sebelum mencapai
kemenangan. Mereka menang karena tidak mau dibuat patah semangat oleh
kekalahan”.
(B.C Forbes : Pendiri majalah Forbes)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Persembahan karya ini sebagai wujud bakti, cinta,
dan terima kasih kepada:
Alloh SWT yang telah melimpahkan rizki dan
hidayah-Nya
Ayahanda Moh. Ikhsan Waris Santoso dan Ibu
Sujiati yang tiada lelah mencurahkan kasih
sayang serta doa di setiap hembusan nafas.
Kakak-kakak tersayang yang telah memberi
kasih sayang dan warna dalam hidupku.
Seseorang tercinta yang selalu menemani
hidupku.
Teman-teman Sos-Ant’08
Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang memberi
kenikmatandan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “STRATEGI PEMBELAJARAN YANG DIGUNAKAN OLEH
GURU PADA KELAS AKSELERASI DI SMP NEGERI 1
KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012”.
Selama pembuatan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan serta Pembantu Dekan I,
II, dan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta
2. Drs. H Saiful Bachri, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta
3. Drs. H MH. Sukarno, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi
Antropologi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
4. Dra. Hj. Siti Rochani, M.Pd, Pembimbing I yang telah memberikan
pengarahan dalam penulisan skripsi ini
5. Siany Indria L. S.Ant M.Hum, Pembimbing II yang dengan penuh kesabaran
memberikan masukan, dorongan, bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan.
6. Drs. Slamet Subagya, M.Pd, Pembimbing Akademik, serta Bapak dan ibu
Dosen Program Pendidikan Sosiologi-Antropologi pada Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
7. Kepala Sekolah, Bapak dan Ibu Guru, Siswa, dan seluruh karyawan SMP
Negeri 1 Karanganyar yang telah membantu kelancaran pelaksanaan
penelitian.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk itu, saran
dan kritik yang membangun dari semua pihak, sangat penulis harapkan demi
perbaikan.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan serta bermanfaat bagi
semua pihak yang membutuhkan di kemudian hari. Terimakasih.
Surakarta, 19 Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................. i
PERNYATAAN............................................................................................... ii
PENGAJUAN SKRIPSI .................................................................................. iii
PERSETUJUAN .............................................................................................. iv
PENGESAHAN ............................................................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
ABSTRACT ..................................................................................................... vii
MOTTO............................................................................................................ viii
PERSEMBAHAN ............................................................................................ ix
KATA PENGANTAR...................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL............................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian......................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 8
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan........................... 8
1. Kajian Teori............................................................................ 8
a. Kajian Tentang Strategi Pembelajaran............................ 8
b. Kajian Tentang Guru....................................................... 23
c. Kajian Tentang Program Akselerasi ............................... 32
d. Guru Dalam Strategi Pembelajaran Kelas Akselerasi..... 44
2. Hasil Penelitian yang relevan................................................. 46
B. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 48
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 48
B. Bentuk dan Strategi Penelitian.................................................... 50
C. Data dan Sumber Data ................................................................ 52
D. Teknik Pengambilan Informan.................................................... 54
E. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 55
F. Uji Validitas Data........................................................................ 56
G. Analisis Data ............................................................................... 58
H. Prosedur Penelitian ..................................................................... 60
BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................... 62
A. Deskripsi Lokasi/Objek Penelitian.............................................. 62
B. Deskripsi Temuan Penelitian ...................................................... 68
1. Persoalan yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran
di kelas akselerasi ................................................................ 68
2. Strategi yang digunakan oleh guru dalam proses
pembelajaran di kelas akselerasi .......................................... 77
3. Alasan guru menggunakan strategi pembelajaran
tersebut ............................................................................... 91
C. Pembahasan................................................................................. 97
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN.......................................... 102
A. Simpulan ..................................................................................... 102
B. Implikasi...................................................................................... 103
C. Saran............................................................................................ 105
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 107
LAMPIRAN..................................................................................................... 110
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1. Perbandingan nilai rata-rata ujian nasional sekolah tersebut
dengan nilai rata-rata tingkat nasional tahun 2010/2011……...................... 5
2. Tabel 2. Jadwal kegiatan penelitian............................................................. 49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar.1 : Interaksi media kegiatan belajar dan bentuk pembelajaran.... 13
2. Gambar.2 : Kerangka Pemikiran............................................................... 47
3. Gambar.3 : Model Analisis Data Model Interaktif ................................... 60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Instrumen Penelitian (interview guide dan observasi) ............................. 110
2. Catatan Lapangan (Fieldnote)................................................................... 115
3. Kalender akademik program akselerasi .................................................... 149
4. Jadwal pelajaran program kelas VII akselerasi………………………….. 154
5. Dokumentasi Penelitian ........................................................................... 155
6. Surat Permohonan Izin Menyusun Skripsi................................................ 158
7. Surat Keputusan Dekan FKIP UNS .......................................................... 159
8. Surat Permohonan Izin Research .............................................................. 160
9. Surat Keterangan Ijin Penelitian .............................................................. 161
10. Surat Keterangan Melakukan Penelitian.................................................... 162
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Upaya mewujudkan cita-cita pembangunan nasional salah satunya adalah
menempatkan sektor pendidikan pada posisi dan peran yang sangat strategis
dalam pembangunan. Namun, pendidikan di negara kita belum ditempatkan pada
posisi yang sewajarnya. Kondisi seperti ini dapat dilihat dalam berbagai segi, di
antaranya sistem sekolah masih terlalu panjang yang masing-masing memakan
waktu yang cukup lama, diskriminatif, pelayanan yang masih di bawah rata-rata,
bahkan sampai kepada masalah kurang memberikan masa depan yang lebih baik
bagi peserta didik dan pengguna jasa pendidikan.
Di Indonesia, mutu pendidikan yang rendah akan membawa
permasalahan yang krusial pada sumber daya manusia (SDM). Secara nasional
Isjoni dan Firdaus (2007) menginformasikan data bahwa, “BPS Susenas (2003)
menunjukkan bukti sebanyak 83,18% lulusan Perguruan Tinggi (PT) Indonesia
bekerja sebagai buruh atau karyawan. Kemudian data dari Dikti (2005)
menunjukkan prosentase pengagguran terbuka lulusan Perguruan Tinggi
Indonesia untuk Diploma dan Sarjana, masing-masing 3,15% dan 3,61%.
Kemudian data dari IMD (2005) menyatakan bahwa pada tataran global,
kemampuan Indonesia bersaing di antara 60 negara adalah pada peringkat 59 di
atas Venezuela”(hlm.57).
Rendahnya mutu pendidikan di negara kita yang berdampak pada
rendahnya mutu SDM tersebut, dalam menghadapi globalisasi beserta dampak
yang ditimbulkan dari globalisasi itu sendiri dapat dikatakan menjadi suatu
tantangan yang cukup berat. Globalisasi pada umumnya ditandai dengan adanya
kemajuan di segala bidang terutama di bidang teknologi. Keadaan seperti ini
memaksa manusia untuk melakukan reevaluasi dan revolusi di bidang pendidikan
agar tidak terjadi ketertinggalan pendidikan dari negara-negara lain, pada akhirnya
akan berdampak pada lemahnya sumber daya manusia (SDM) yang dihasilkan
untuk mampu bersaing dan mampu menghadapi tantangan global.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Salah satu strategi peningkatan kualitas SDM yang dilakukan ialah
dengan upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan pendidikan bagi peserta
didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Di dalam Undang-
undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat 4,
yaitu “bahwa warga Negara yang memiliki kercerdasan dan bakat istimewa
berhak memperoleh pendidikan khusus”. Hal senada juga dinyatakan dalam
Undang-undang No.2 Tahun 1989 Pasal 24 ayat 1 dan 6 yang dimuat pada SMPN
1 Karanganyar (2012) pada info sekolah berbunyi bahwa, “Setiap peserta didik
berhak mendapatkan perlakuan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya
dan berhak menyelesaikan program pendidikan lebih awal dari waktu yang
ditentukan”.
Sekolah yang memungkinkan adanya pemberian pelayanan pendidikan
bagi peserta didik berpotensi kecerdasan dan bakat istimewa adalah sekolah-
sekolah yang sudah bartaraf nasional (SSN) atau sekolah yang merintis
pendidikan bertaraf internasional (RSBI). Pelayanan pendidikan khusus untuk
peserta didik berpotensi kecerdasan dan bakat istimewa yaitu salah satunya dalam
bentuk program akselerasi. Pada program akselerasi ini siswa diperbolehkan naik
kelas secara meloncat atau menyelesaikan program reguler dalam jangka waktu
lebih singkat. Pada program akselerasi ini, lama pendidikan SD dapat dipersingkat
menjadi lima tahun, SMP menjadi dua tahun, demikian pula SMA/SMK hanya
dua tahun.
Siswa yang harus mendapat perhatian khusus dalam pemberian
pelayanan pendidikan ialah mereka yang memiliki potensi kecerdasan jauh
dibawah normal (memiliki skor IQ dibawah 90) dan mereka yang memiliki
potensi kecerdasan jauh di atas normal (memiliki skor IQ di atas 125)
(Tirtonegoro, 2001:25). Mereka yang memiliki potensi kecerdasan jauh di bawah
normal biasa disebut dengan anak abnormal, sedangkan mereka yang memiliki
potensi kecerdasan di atas normal biasa disebut dengan anak supernormal. Anak
supernormal cenderung lebih cepat menguasai materi pelajaran yang diberikan
disekolah. Maka cara penanganan anak supernormal ialah dengan program
akselerasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Jumlah sekolah yang menyelenggarakan program akselerasi di Negara
Indonesia dapat dikatakan masih tergolong sedikit bila dibandingkan dengan
jumlah keseluruhan sekolah yang ada. Dibawah ini dapat kita lihat jumlah anak
cerdas dan jumlah sekolah penyelenggara program akselerasi di Indonesia, pada
mengenal program akselerasi menurut Aning Wulandari (2010) menunjukkan
bahwa :
“…sekitar 9551 anak cerdas intelektual dan berbakat istimewa yangdapat mengikuti program akselerasi. Dari 260.471 sekolah, baru 311sekolah yang memiliki program layanan bagi anak cerdas intelektual danberbakat istimewa. Dari 42.756 madrasah, baru 7 madrasah yangmenyelenggarakan program akselerasi”.
Dari data di atas menunjukkan bahwa program kelas akselerasi bagi anak
yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat intelektual penting dan perlu untuk
diselenggarakan. SMP Negeri 1 Karanganyar merupakan Sekolah Menengah
Pertama yang pertama kali menyelenggarakan program akselerasi untuk tingkat
SLTP di daerah Karanganyar sejak tahun 2006. Selain terkenal karena para
gurunya yang profesional juga prestasi para siswa disekolah tersebut juga sangat
membanggakan. Pada website SMP N 1 Karanganyar (2012) pada prestasi
kelulusan ditunjukkan tabel perbandingan nilai rata-rata UAN sekolah tersebut
dengan nilai rata-rata tingkat nasional pada tahun pelajaran 2010/2011, hasilnya
membuktikan nilai rata-rata ujian nasional SMP Negeri 1 Karanganyar jauh lebih
tinggi dari nilai rata-rata tingkat nasional untuk semua mata pelajaran yang
diujikan pada UAN yaitu dengan perincian sebagai berikut:
MATAPELAJARAN
SMP NEGERI 1KRA
NASIONAL KET.
Bahasa Indonesia 8.60 7.12 Lebih Tinggi
Bahasa Inggris 8.78 7.52 Lebih Tinggi
Matematika 9.05 7.30 Lebih Tinggi
IPA 9.26 7.42 Lebih Tinggi
JUMLAH 35.69 29.36 Lebih Tinggi
Rata-rata 8.92 7.34 Lebih Tinggi
Tabel 1 : Perbandingan nilai rata-rata ujian nasional sekolah tersebutdengan nilai rata-rata tingkat nasional tahun 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Prestasi yang membanggakan juga dapat kita lihat pada koran Suara
Merdeka (Senin, 25 Juni 2007), dikabarkan bahwa pada UAN tahun 2007 terdapat
104 siswa memperoleh nilai 10 dan 4 siswa dari kelas akselerasi meraih nilai
terbaik se-Kabupaten Karanganyar yakni 29,6. Tidak hanya siswa akselerasi saja
yang menonjol dalam prestasi, namun siswa reguler juga tidak mau kalah. Hal ini
dibuktikan dari perolehan juara dalam berbagai perlombaan. Antara lain seperti
perolehan juara II tingkat Nasional dalam perlombaan Olimpiade sains RSBI pada
tahun 2011, kemudian juara I Tingkat Nasional untuk perlombaan renang pada
tahun 2009, juara II Tingkat Nasional untuk perlombaan Tae Kwon Do pada tahun
2010, dan lain sebagainya. Dimuat dalam SMP N 1 Karanganyar (2012) pada
prestasi sekolah.
Harapan pemerintah dari adanya program akselerasi itu sendiri tidak lain
ialah memberikan pelayanan bagi para siswa yang memiliki bakat dan kecerdasan
tinggi untuk dapat menyelesaikan program pendidikannya lebih cepat dari yang
ditentukan dan mampu berfikir komprehensif, optimal, serta kreatif. Selain itu,
tujuan dari adanya program akselerasi ialah “Untuk mengembangkan seluruh
potensi yang dimiliki seorang anak agar dapat mencapai prestasi seoptimal
mungkin sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pendidik dan anak didik serta
dapat berfaedah bagi masyarakat dan negara” (Tirtonegoro, 2001:102).
Namun pada kenyataannya, penyelenggaraan akselerasi dewasa ini
belum berjalan sesuai dengan harapan pemerintah, baik dari manajemen, sistem
penerimaan siswa (rekrutmen siswa), proses pembelajaran maupun output yang
dihasilkan. Dimuat dalam LKAS (2010) pada strategi manajemen pembelajaran
program akselerasi SMP swasta harapan 2 Medan, menyatakan bahwa:
Dari beberapa kali grand tour yang dilakukan, terlihat beberapa gejala-gejala umum antara lain:1. Sistem pembelajaran belum sepenuhnya mengacu pada sistem
akselerasi yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional.2. Penyelenggaraan manajemen pembelajaran belum sepenuhnya
berlangsung secara efektif dan efisien;3. Penyediaan guru khusus kelas akselerasi belum sepenuhnya
terpenuhi.
Dari gejala-gejala umum yang muncul dalam penyelenggaraan program
akselerasi di atas merupakan suatu permasalahan dalam dunia pendidikan. Perlu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
dilakukan evaluasi terhadap penyelenggaraan program tersebut mulai dari sistem
pembelajaran, penyelenggaraan manajemen pembelajaran serta penyediaan guru
khusus kelas akselerasi. Hal tersebut perlu diperhatikan karena mengingat sistem
pembelajaran di kelas akselerasi kondisinya sudah pasti jauh berbeda dari kelas
reguler umumnya. Dengan kondisi siswa pada kelas akselerasi ialah siswa yang
memiliki potensi kecerdasan di atas normal, maka perlu adanya kesesuian antara
siswa yang dihadapi dengan strategi pembelajaran yang sesuai untuk digunakan
dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran juga tidak dapat
disamakan dengan cara mengajar di kelas-kelas lainnya (reguler). Perlu adanya
strategi pembelajaran yang khusus untuk diterapkan guru dalam proses
mengajarnya agar penyelenggaraan pembelajaran pada kelas program akselerasi
dapat terwujud sesuai dengan rencana dan tujuan yang diharapkan.
Dari permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk melihat
bagaimana strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru serta persoalan-
persoalan yang dihadapi ketika proses pembelajaran dilakukan, dan alasan para
guru akselerasi memilih menggunakan strategi pembelajaran tersebut ketika
mengajar dikelas akselerasi. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Strategi Pembelajaran yang Digunakan Oleh Guru
Pada Kelas Akselerasi di SMP Negeri I Karanganyar, Tahun Pelajaran
2011/2012”.
B. Perumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apa saja persoalan yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran pada kelas
akselerasi di SMP Negeri I Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012?
2. Bagaimana strategi yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran pada
kelas akselerasi di SMP Negeri I Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012?
3. Mengapa guru menggunakan strategi tersebut dalam mengajar kelas
akselerasi di SMP Negeri 1 Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa saja persoalan yang dihadapi guru dalam proses
pembelajaran pada kelas akselerasi di SMP Negeri I Karanganyar Tahun
Pelajaran 2011/2012.
2. Untuk mengetahui bagaimana strategi yang dilakukan guru dalam proses
pembelajaran pada kelas akselerasi di SMP Negeri I Karanganyar Tahun
Pelajaran 2011/2012.
3. Untuk mengetahui alasan mengapa guru menggunakan strategi tersebut
dalam mengajar kelas akselerasi di SMP Negeri 1 Karanganyar Tahun
Pelajaran 2011/2012.
D. Manfaat PenelitianSetelah berbagai masalah yang dirumuskan di atas diperoleh jawabannya,
maka diharapkan dari hasil penelitian ini bermanfaat baik secara teoritis maupun
praktis.
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan
tentang strategi pembelajaran khususnya pada kelas akselerasi.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pokok acuan
mata kuliah Strategi Belajar Mengajar di FKIP.
c. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai masukan atau
pedoman bagi penelitian lebih lanjut yang sejenis.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru, dapat dijadikan acuan untuk menerapkan strategi
pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswa dan kelas yang
diampunya.
b. Bagi sekolah, dapat dijadikan acuan bahan pertimbangan untuk
memperbaiki kualitas pelaksanaan pembelajaran pada program kelas
akselerasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
c. Bagi masyarakat, diharapkan mampu memberikan informasi bagi
masyarakat terkait dengan kualitas pembelajaran kelas akselerasi
yang diselenggarakan di sekolah tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan
1. Kajian Teori
a. Kajian Tentang Strategi Pembelajaran
Kata strategi berasal dari kata Strategos (Yunani) atau Strategus.
Strategos berarti jenderal atau berarti pula perwira negara (state officer). Jenderal
yang bertanggung jawab merencanakan suatu strategi dan mengarahkan
pasukannya untuk mencapai kemenangan. Berhubungan dengan strategi, Sumantri
dan Permana (mengutip simpulan J.Salusu, 1996) merumuskan bahwa, “Strategi
sebagai suatu seni menggunakan kecakapan dan sumber daya untuk mencapai
sasarannya melalui hubungan yang efektif dengan lingkungan dan kondisi yang
paling menguntungkan” (2001: 35).
Pendapat lain dikemukakan oleh Hamdani (2011) (mengutip simpulan
Joni, 1983) bahwa, “Strategi adalah suatu prosedur yang digunakan untuk
memberikan suasana yang konduktif kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran” (hlm.18). Strategi memiliki arti yang berbeda dengan taktik.
Strategi dalam dunia kemiliteran berkaitan dengan perang, yaitu suatu cara yang
paling efektif untuk memperoleh kemenangan dalam perang, sedangkan taktik
berhubungan dengan pertempuran yang harus dilakukan untuk melaksanakan
peperangan itu. Dengan demikian dikatakan bahwa strategi adalah ilmu
peperangan, dan taktik adalah ilmu pertempuran. Pengertian tersebut kemudian
diterapkan dalam dunia pendidikan (W.Gulo, 2002:1).
Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001) menyatakan bahwa,
“Dalam perkembangannya, konsep strategi telah digunakan dalam berbagai
situasi, termasuk untuk situasi pendidikan”. (hlm.35-36). Strategi kini sudah
berkembang menjadi sebuah ilmu pengetahuan yang dapat dipelajari. Strategi
diartikan sebagai a plan of operation achieving something, artinya rencana
kegiatan untuk mencapai sesuatu. Sedangkan metode diartikan sebagai a way in
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
achieving something, artinya cara untuk mencapai sesuatu. Metode pengajaran
termasuk dalam perencanaan kegiatan atau strategi. (W.Gulo, 2002:3)
Apabila dihubungkan dengan proses pembelajaran, maka Gerlach dan
Ely dalam Hamdani (2011) menyatakan bahwa, “Strategi pembelajaran adalah
cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan
pengajaran tertentu, yang meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat
memberikan pengalaman belajar kepada siswa” (hlm.19). Pendapat lain
dikemukakan oleh Nasution (1999) menyatakan bahwa, “Strategi mengajar adalah
pendekatan umum dan tidak begitu terinci dan bervariasi dibanding kegiatan
belajar siswa seperti yang dicantumkan dalam rencana instruksional atau
persiapan satuan pelajaran” (hlm.79).
Masih berhubungan dengan definisi strategi pembelajaran, Suradji (2008)
juga mengemukakan bahwa, “Strategi pembelajaran berhubungan dengan
pemilihan kegiatan belajar mengajar yang paling efektif dan efisien dalam
memberikan pengalaman belajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan
instruksional yang ditetapkan” (hlm.1). Hal tersebut juga dikemukakan oleh Wena
(mengutip simpulan Reigeluth, 1983 dan Dengeng, 1989) bahwa, “Strategi
pembelajaran merupakan cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil
pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda” (2009: 5).
Pendapat lain dikemukakan oleh Prawiladilaga (2008) menyatakan
bahwa, “Strategi pembelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh perancang
dalam menentukan teknik penyampaian pesan, penentuan metode dan media, alur
isi pembelajaran, serta interaksi antara pelajar dan peserta didik” (hlm.37). Begitu
pula pernyataan Riyanto (mengutip Hamalik, 2000) bahwa, “Strategi
pembelajaran adalah metode dan prosedur yang ditempuh oleh siswa dan guru
dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan instruksional berdasarkan
materi pengajaran tertentu dan dengan bantuan unsur penunjang tertentu pula”.
(2009:134).
Dari uraian tentang pengertian-pengertian strategi pembelajaran di atas,
dengan kata lain strategi yang diterapkan dalam dunia pendidikan, khususnya
dalam kegiatan belajar mengajar merupakan suatu seni dan ilmu mengenai siasat
guru untuk membawakan pengajaran di kelas serta mengoptimalkan interaksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
antara peserta didik dengan komponen-komponen lain secara konsisten, dalam
upaya untuk menghidupkan suasana pembelajaran dan merupakan salah satu
upaya yang dilakukan sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah direncanakan
dalam proses pembelajaran itu dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dengan
demikian strategi pembelajaran pada dasarnya merupakan seperangkat kegiatan
menentukan prosedur pembelajaran yaitu meliputi penentuan pendekatan,
pemilihan metode, serta pemilihan teknik pembelajaran. Berikut dibawah ini akan
dijelaskan perbedaan pengertiannya masing-masing.
“Pendekatan pembelajaran merupakan seperangkat asumsi yang
berkenaan dengan hakikat pembelajaran” (Madjid, 2006:132). Suatu pendekatan
yang diterapkan dalam pembelajaran tidak hanya sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, namun juga sesuai dengan perkembangan dalam
psikologi belajar sistemik, dilandasi oleh prinsip-prinsip psikologi behavioristik
dan humanistik, serta kenyataan dalam masyarakat sendiri (Hamalik, 2001).
“Metode pembelajaran yaitu suatu rencana kegiatan menyeluruh tentang
bagaimana penyajian materi ajar secara sistematis atau teratur dan berdasarkan
pendekatan yang telah ditentukan” (Madjid, 2006:132). Ada beberapa metode
pembelajaran yang dapat diterapkan di dalam kelas antara lain : metode ceramah,
metode tanya jawab, metode tulisan, metode diskusi, metode debat, metode kisah,
metode perumpamaan atau simulasi, metode pemahaman dan penalaran, metode
suri teladan, metode peringatan dan pemberian motivasi, metode praktik, metode
karyawisata, dan metode pemberian ampunan dan bimbingan.
“Teknik pembelajaran adalah suatu kegiatan spesifik yang diwujudkan
nyata dalam pembelajaran di kelas sesuai dengan metode yang dirumuskan dan
pendekatan yang dipilih” (Madjid, 2006:132). Teknik pembelajaran menurut
Madjid dibagi menjadi tiga, yaitu: pertama, teknik pembelajaran yang berorientasi
pada pengembangan kecakapan kognitif, misalnya : teknik mnemonic yaitu
menghafal bagian-bagian awal huruf atau suku kata dari beberapa hal yang
hendak dihafalkan. Kedua, teknik pembelajaran yang berorientasi pada
pengembangan kecakapan psikomotor, misalnya : teknik drill and practice yaitu
mempraktekkan materi yang sedang diajarkan, kemudian yang ketiga yaitu teknik
pembelajaran yang berorientasi pada nilai (afektif), misalnya : teknik indoktrinasi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
teknik moral reasoning, teknik meramalkan konsekuensi, teknik klarifikasi, dan
teknik internalisasi (2006).
Sehingga dengan demikian dapat dipahami bahwa pendekatan
pembelajaran bersifat aksiomatis, metode pembelajaran bersifat prosedural, dan
teknik pembelajaran bersifat operasional. Pendekatan pembelajaran bersifat
aksiomatis mengandung arti bahwa suatu pendekatan pembelajaran dapat diterima
sebagai kebenaran dan tanpa harus ada pembuktian yang menyatakan pendirian,
filosofis dan keyakinan yang berkaitan dengan asumsi. Pendekatan pembelajaran
masih ada pada angan-angan dan menjadi suatu kerangka pemikiran.
Komponen strategi pembelajaran lainnya yaitu metode pembelajaran,
komponen ini bersifat prosedural yaitu masih berupa susunan proses yang
memiliki pola kerja tetap dan teratur dari kegiatan yang berhubungan satu sama
lainnya dan prosedur-prosedur yang berkaitan dalam melaksanakan dan
memudahkan kegiatan. Sedangkan teknik pembelajaran dikatakan lebih bersifat
operasional karena pada teknik ini akan terlihat suatu penerapan dalam
mewujudkan apa yang masih menjadi kerangka pemikiran guru. Sehingga di
dalam strategi pembelajaran, antara pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran
tidak dapat dilepaskan. Di bawah ini akan dijelaskan beberapa hal yang berkaitan
dengan strategi pembelajaran, antara lain meliputi: variabel strategi pembelajaran,
jenis-jenis dan klasifikasi strategi pembelajaran, serta bagaimana cara melakukan
pemilihan strategi pembelajaran.
1) Variabel Strategi Pembelajaran
Sebelum mengajar, seorang pengajar hendaknya melakukan beberapa
perencanaan. Di mana setiap melakukan perencanaan pembelajaran akan
melibatkan beberapa komponen pembelajaran. Salah satu komponen dalam
pembelajaran tersebut adalah strategi pembelajaran, yaitu merupakan komponen
yang sangat penting dalam pembelajaran, karena pada strategi pembelajaran inilah
yang nantinya akan membawa kemana arah pembelajaran dilakukan. Di dalam
strategi pembelajaran terdapat beberapa variabel. Variabel strategi pembelajaran
menurut Wena diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu strategi pengorganisasian,
strategi penyampaian, dan strategi pengelolaan (2009). Berikut di bawah ini
adalah rincian mengenai variabel-variabel dalam strategi pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Strategi pengorganisasian (organizational strategy) merupakan cara
menata ulang isi suatu bidang studi, dan kegiatan ini berhubungn dengan tindakan
pemilihan isi atau materi, penataan isi, pembuatan diagram, format dan
sejenisnya. Strategi pengorganisasian pembelajaran dapat dipilih menjadi dua,
yaitu strategi mikro dan strategi makro. Menurut Wena (mengutip simpulan
Reigeluth, 1983) bahwa, “Strategi makro merupakan strategi untuk menata urutan
keseluruhan isi bidang studi (lebih dari satu ide), sedangkan strategi mikro adalah
strategi untuk menata urutan sajian pada suatu ide tunggal antara lain konsep dan
prinsip”. (2009:27).
Variabel selanjutnya yaitu strategi penyampaian (delivery strategy),
merupakan suatu cara dalam menyampaikan pembelajaran pada siswa, serta cara
untuk menerima serta merespons masukan dari siswa. Strategi penyampaian
meliputi lingkungan fisik, guru, bahan pembelajaran, dan kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan pembelajaran. Dalam hal ini media pembelajaran merupakan
satu komponen penting dari strategi penyampaian pembelajaran. Maka dari itu,
media pembelajaran merupakan bidang kajian utama dari strategi penyampaian
(delivery strategy).
Menurut Wena mengutip dari Degeng (1989) secara lengkap ada tiga
komponen yang perlu diperhatikan dalam strategi penyampaian pembelajaran,
antara lain sebagai berikut : (1) Media pembelajaran, merupakan komponen dari
strategi penyampaian yang dapat berisi pesan yang hendak disampaikan kepada
siswa, baik berupa orang, alat, ataupun bahan, (2) Interaksi siswa dengan media,
komponen ini lebih mengarah pada kegiatan apa yang dilakukan oleh siswa dan
bagaimana peranan media dalam merangsang kegiatan belajar, (3) Bentuk
(struktur) pembelajaran, komponen ini memperlihatkan apakah siswa belajar
dalam kelompok besar, kelompok kecil, perseorangan, ataukah belajar mandiri
(2009). Berikut di bawah ini adalah gambar atau skema interaksi media kegiatan
belajar dan bentuk pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Gambar 1 : Interaksi media kegiatan belajar dan bentuk pembelajaran(Degeng (1989) dikutip oleh Wena, 2009:11)
Variabel strategi pembelajaran yang ketiga yaitu strategi pengelolaan
(management strategy), merupakan suatu cara dalam menata interaksi antara
siswa dan variabel strategi pembelajaran lainnya (variable strategi
pengorganisasian dan strategi penyampaian). Strategi pengelolaan pembelajaran
selalu berkaitan dengan pemilihan tentang strategi pengorganisasian dan strategi
penyampaian yang hendak digunakan selama dalam proses pembelajaran
berlangsung. Strategi pengelolaan meliputi penetapan kapan suatu strategi atau
komponen strategi tepat dipakai dalam situasi pembelajaran. Menurut Wena
mengutip dari Degeng, setidaknya ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam
strategi pegelolaan, yaitu: penjadwalan penggunaan strategi pembelajaran,
pembuatan catatan kemajuan belajar siswa, pengelolaan motivasional, dan kontrol
belajar (2009).
Pada kegiatan penjadwalan penggunaan strategi pembelajaran, seorang
guru dituntut untuk mampu merancang tentang kapan, strategi apa, dan berapa
kali suatu strategi pembelajaran digunakan dalam suatu kegiatan pembelajaran.
Kemudian pada kegiatan pembuatan catatan kemajuan belajar siswa merupakan
suatu hal sangat penting dilakukan bagi guru, karena dengan melakukan kegiatan
ini dapat digunakan untuk melihat seberapa efektif dan efisien pembelajaran yang
dilakukan, sehingga dari sini guru dapat menentukan langkah-langkah
selanjutnya, seperti apakah strategi pembelajaran yang digunakan telah sesuai atau
belum, apakah rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh faktor guru atau
siswa, dan apakah penjadwalan penggunaan strategi pembelajaran sudah sesuai
atau belum.
Media Pembelajaran
Kegiatan belajar Bentuk belajar mengajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Hal penting lainnya untuk diperhatikan adalah pengelolaan motivasional,
kegiatan ini berkaitan dengan usaha untuk meningkatkan motivasi siswa dalam
kegiatan pembelajaran. Menurut Wena mengutip dari Degeng (1989) bahwa,
“Dalam peranan strategi penyampaian untuk meningkatkan motivasi belajar lebih
nyata dibanding dengan strategi pengorganisasian” (2009:13). Sehingga dengan
demikian dapat diartikan bahwa seni dan cara penjadwalan penggunan strategi
penyampaian dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa. Oleh sebab itu maka
seorang guru harus mampu mengembangkan kiat-kiat khusus dalam melakukan
penjadwalan penggunaan strategi penyampaian.
Kontrol belajar merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam
strategi pengelolaan. “Kegiatan ini terkait dengan kebebasan siswa untuk
melakukan pilihan pada bagian isi yang dipelajari, kecepatan belajar, komponen
strategi pembelajaran yang dipakai dan strategi kognitif yang digunakan” (Degeng
(1989) dikutip oleh Wena, 2009:13). Agar siswa dalam kegiatan pembelajaran
dapat melakukan pilihan-pilihan tersebut, maka seorang guru harus mampu
merancang kegiatan pembelajaran yang mampu memberikan berbagai alternatif
pilihan belajar bagi siswa.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa dalam strategi pembelajaran ada
beberapa variabel-variabel yang perlu diperhatikan sebelum melakukan
pembelajaran antara lain bagaimana strategi yang dilakukan dalam
mengorganisasikan pembelajaran, kemudian bagaimana strategi yang dilakukan
dalam penyampaian isi pembelajaran, dan strategi apa yang digunakan dalam
pengelolaan kedua variabel antara stretegi pengorganisasian dan strategi
penyampaian.
Ketiga variabel tersebut diatas apabila benar-benar dilakukan sesuai
dengan keadaan pembelajaran yang sebenarnya maka kegiatan pembelajaran akan
dapat berjalan dengan baik serta akan tercipta suasana yang kondusif, sehingga
dari variabel strategi pembelajaran di atas dapat dilihat bahwa strategi
pembelajaran memiliki peranan yang paling menentukan keberhasilan dalam
berlangsungnya proses pembelajaran. Dengan merumuskan perencanaan yang
matang dan pelaksanaan perwujudan pada masing-masing variabel, maka suatu
kegiatan pembelajaran juga akan berhasil dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
2) Jenis-jenis Strategi Pembelajaran
Dalam strategi pembelajaran ada banyak macam atau jenis-jenisnya. Dari
beberapa ahli pendidikan mengklasifikasikan jenis-jenis atau macam-macam
strategi berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Dikarenakan strategi
pembelajaran ada banyak jenisnya, maka seorang guru dapat memilih satu atau
beberapa strategi sekaligus untuk digunakan dalam pembelajarannya, dan bahkan
dapat pula strategi tersebut diterapkan secara bervariasi sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai, materi yang disampaikan, keadaan siswa, kondisi lingkungan,
serta kemampuan pengajar itu sendiri dalam melaksanakannya. Aqib (2000)
dikutip oleh Riyanto, mengelompokkan strategi pembelajaran berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tertentu, yaitu: berdasarkan proses pengelolaan
pesan, berdasarkan pertimbangan pihak pengelola pesan, berdasarkan
pertimbangan pengaturan guru, berdasarkan pertimbangan jumlah siswa, dan
berdasarkan pertimbangan interaksi guru dengan siswa (2009). Berikut di bawah
ini adalah rincian masing-masing jenis strategi pembelajaran.
a) Berdasarkan proses pengelolaan pesan. Ada dua macam yaitu: strategi
deduktif dan strategi induktif.
Strategi deduktif yaitu pengolahan materi atau bahan ajar dimulai
dari umum ke khusus atau bagian-bagian. Menurut W.gulo (2002) bahwa,
“Strategi pembelajaran deduktif yaitu pesan diolah mulai dari umum menuju
kepada khusus, dari hal-hal yang abstrak menuju hal-hal yang konkret, dari
konsep-konsep yang abstrak kepada contoh-contoh yang konkret” (hlm.11).
Sedangkan strategi induktif yaitu pengolahan materi atau bahan ajar dimulai
dari khusus ke umum. Menurut W.Gulo bahwa, “Strategi pembelajaran
induktif yaitu pengolahan pesan yang dimulai dari hal-hal yang khusus
menuju kepada hal-hal yang umum, dari peristiwa-peristiwa yang bersifat
individual menuju kepada generalisasi, dari pengalaman-pengalaman empiris
yang individual menuju kepada konsep yang bersifat umum” (hlm.12).
b) Berdasarkan pihak pengelola pesan. Ada dua macam yaitu strategi
ekspositorik dan strategi heuristik atau kurioristik.
Strategi ekspositorik yaitu seorang guru mencari dan mengolah
bahan pengajaran, lalu disampaikan kepada siswa, dimana guru mengolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
secara tuntas pesan atau materi sebelum disampaikan di kelas sehingga
peserta didik tinggal menerima saja. Kemudian strategi heuoristik atau
kurioristik yaitu di mana seorang guru hanya menjadi fasilitator untuk
memberikan dorongan, arahan dan bimbingan kepada siswa. Siswa yang aktif
mencari dan mengolah bahan atau materi pengajaran, di mana peserta didik
mengolah sendiri pesan atau materi dengan pengarahan dari guru.
c) Berdasarkan segi pengaturan guru, ada dua macam jenis yaitu strategi seorang
guru dan strategi pengajaran beregu (team teaching).
Strategi seorang guru artinya seorang guru melakukan pembelajaran
kepada sejumlah siswa. Pada pembelajaran ini seorang guru membutuhkan
tenaga yang ekstra, karena siswa yang dihadapi biasanya jumlahnya lebih
besar dari pada pembelajaran secara beregu. Sedangkan strategi pengajaran
beregu (team teaching) dilakukan dengan dua orang atau lebih guru mengajar
sejumlah siswa, sehingga dapat dikatakan bahwa di dalam satu kelas atau
ruang terdapat beberapa guru yang melakukan pembelajaran terhadap
beberapa jumlah atau sebagian siswa.
d) Berdasarkan jumlah siswa, ada tiga yaitu strategi klasikal, kelompok
kecil,dan individu.
Pembelajaran klasikal dilakukan dengan jumlah siswa yang banyak
dan pembelajaran ini dirasakan kurang begitu efektif, karena dalam
melakukan pembelajaran seorang guru menangani banyak siswa, sehingga
perhatiannya tidak penuh pada semua siswa. Strategi kelompok kecil yakni
pembelajaran dilakukan hanya dengan sejumlah siswa, dan tidak sebanyak
pada pembelajaran klasikal, namun juga tidak sesedikit seperti pembelajaran
individual. Sedangkan pembelajaran individu yaitu pembelajaran yang
dilakukan secara individual, dimana seorang guru mengajar seorang siswa
saja. dalam pembelajaran ini perhatian guru dapat benar-benar terpusat pada
siswanya, namun terkadang apabila pembelajarannya kurang menarik siswa
akan cepat merasa bosan.
e) Berdasarkan interaksi guru dengan siswa, ada dua jenis yaitu strategi tatap
muka dan melalui media.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Strategi tatap muka yaitu seorang guru dalam melakukan
pembelajaran dengan bertemu langsung dengan para siswa, sehingga antara
guru dan siswa dapat melakukan interaksi secara langsung tanpa melalui
media ataupun perantara. Strategi pengajaran melalui media yakni guru tidak
menjalin kontak langsung dengan siswa, sehingga siswa berinteraksi dengan
media.
Pendapat lain dikemukakan oleh Gulo menerangkan bahwa, Strategi
pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam beberapa jenis, tergantung dari segi
apa kita mengelompokkannya. Dalam hal ini dikenal tiga macam strategi
pembelajaran, yaitu: Strategi pembelajaran yang berpusat pada materi pelajaran,
strategi pembelajaran yang berpusat pada guru, dan strategi pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik (2002).
a) Strategi pembelajaran yang berpusat pada materi pelajaran. Jenis strategi
pembelajaran ini menurut Gulo bahwa, sering disebut dengan Material
Centre Strategy. Dalam strategi ini perlu diperhatikan dua hal, yakni
kecenderungan pada dominasi kognitif dimana pendidikan afektif dan
keterampilan kurang mendapat perhatian yang memadai dalam kerangka
peningkatan kualitas manusia seutuhnya, dan materi pelajaran yang
disampaikan di kelas serta yang dimuat dalam buku teks, akan makin usang
dengan makin pesatnya perkembangan dalam bidang pengetahuan dan
teknologi. Materi pelajaran lebih berfungsi sebagai masukan (input) yang
akan berbaur dalam proses pembelajaran (2002).
Materi pelajaran dapat dibedakan antara materi formal dan materi
informal. Materi formal adalah pelajaran yang terdapat dalam buku teks resmi
di sekolah, sedangkan materi informal adalah bahan pelajaran yang
bersumber dari lingkungan sekolah yang bersangkutan. Bahan-bahan yang
bersifat informal ini dibutuhkan agar pengajaran lebih relevan dan aktual atau
berdasarkan situasi nyata. Pendidikan yang berlangsung di lembaga
pendidikan formal adalah pendidikan yang terarah pada tujuan tertentu. Salah
satunya berorientasi pada disiplin ilmu pengetahuan, yang mengantar peserta
didik pada penguasaan ilmu pengetahuan atau materi pengajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa, strategi
pembelajaran yang berpusat pada materi dapat berkembang seiring dengan
pesatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang disertai arus
globalisasi yang berakibat guru tidak lagi menjadi sumber informasi. Sekolah
juga bukan lagi menjadi satu-satunya sumber informasi, karena banyak media
yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi, seperti melalui media
massa dan elektronik.
b) Strategi pembelajaran yang berpusat pada guru (Teacher Centered Learning /
TCL). Teacher Centred Learning merupakan sebuah cara pandang mengenai
proses pembelajaran berupa metode pembelajaran dalam dunia pendidikan di
mana guru selaku pakar (expert) di bidangnya memfokuskan diri untuk
menyampaikan (transfer) ilmu pengetahuan yang ia miliki kepada siswa-
siswanya selaku orang awam (novice). Firdaus (2007) menyatakan bahwa,
“Pola proses pembelajaran di mana dosen (guru) lebih aktif dibandingkan
dengan mahasiswa (siswa). Dosen (guru) menjadi pusat peran dalam
pencapaian hasil pembelajaran dan seakan-akan menjadi satu-satunya sumber
ilmu” (hlm.62).
Pendapat lain juga dikemukakan oleh W.Gulo (2002) bahwa,
“Teacher Centred Strategies adalah suatu strategi pembelajaran yang
berpusat pada guru” (hlm.5). Dengan demikian maka dapat disimpulkan
bahwa, sebenarnya pembelajaran yang berpusat pada guru sudah cukup baik,
namun ketika harus berhadapan dengan kondisi siswa-siswa yang berbeda-
beda, guru akan banyak mengalami kesulitan karena sulitnya mengatur dan
memfasilitasi seluruh potensi siswa. Guru yang berada dalam lingkungan
TCL lebih memfokuskan dirinya dan siswa-siswanya untuk memahami
materi-materi yang sudah ditetapkan di dalam kurikulum dari pada
memperhatikan proses pembelajaran yang dialami oleh siswa-siswanya
sendiri.
c) Strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (Student Centered
Learning / SCL). “Student Centered Leearning (SCL) adalah suatu
pendekatan pembelajaran yang lebih berpusat pada aktivitas belajar siswa
atau mahasiswa” (Firdaus, 2007:60). Rasional dari efektivitas SCL dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
dinyatakan melalui formulasi matematik, K= f(E,C,O), dimana K adalah
kinerja proses pembelajaran, E (effect) adalah besarnya upaya untuk
menjadikan proses pembelajaran efektif serta harapan-harapan peserta didik
untuk memperoleh manfaat dalam mengikuti proses pembelajaran seperti
yang dicita-citakan, C (courage) merupakan faktor pendorong untuk
melakukan pembelajran dengan baik, dan O (opportunity) menyatakan
peluang untuk berkinerja dengan baik (Firdaus, 2007).
Dengan demikian Student Centered Learning merupakan metode
pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran sehingga
mendorong siswa untuk belajar lebih aktif (active learning) dan bermakna
(experiental learning). Dimana guru dan penyelenggara pendidikan
memberikan otonomi dan kendali lebih besar kepada siswa untuk menentukan
materi pelajaran, model pembelajaran dan cepat atau lambat tahapan dalam
pembelajaran. Guru lebih berperan sebagai fasilitator yang mendorong
perkembangan siswa, dan bukan merupakan satu-satunya sumber belajar.
Keaktifan siswa telah dilibatkan sejak awal dalam bentuk disain belajar yang
memperhitungkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman belajar siswa
yang telah didapatkan sebelumnya.
Dari uraian mengenai jenis-jenis strategi pembelajaran di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa, strategi pembelajaran yang kita kenal dan ketahui ada
banyak jenisnya, namun dalam melakukan kegiatan atau proses pembelajaran
maka seorang guru harus mampu memilih salah satu atau beberapa jenis strategi
sekaligus yang sesuai dengan keadaan kelas dan siswa yang dihadapi, serta
seorang guru juga harus mampu menentukan jenis strategi apa yang harus
digunakan dalam pembelajaran dengan mengingat bahwa kondisi sekarang ini
yaitu globalisasi yang pengaruhnya sangat besar pada dunia pendidikan.
Sekian banyak jenis strategi pembelajaran di atas ada yang membawa
pengaruh positif pada siswa, namun juga ada yang membawa pengaruh kurang
baik pada siswa. Contoh jenis strategi pembelajaran yang membawa pengaruh
baik pada siswa yaitu jenis pembelajaran yang berpusat pada siswa, dimana suatu
pembelajaran dengan menggunakan jenis strategi ini siswa menjadi lebih aktif dan
dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan kreatifitasnya dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
pembelajaran dengan baik. Sedangkan contoh jenis strategi pembelajaran yang
membawa pengaruh kurang baik pada siswa yaitu jenis pembelajaran yang
dominan berpusat pada guru, karena jenis pembelajaran seperti ini hanya akan
membuat siswa menjadi manja dan enggan menggunakan otaknya untuk berfikir
secara optimal, siswa tinggal menerima segala pengetahuan yang diberikan oleh
guru. Oleh sebab itu dalam kaitannya dengan menentukan strategi pembelajaran
yang hendak dipilih perlu diperhatikan pula bagaimana pengaruhnya bagi peserta
didik.
3) Klasifikasi Strategi Pembelajaran
Klasifikasi strategi pembelajaran disini berbeda dengan jenis strategi
pembelajan. Apabila dilihat dari lingkup pemahamannya, klasifikasi strategi
pembelajaran lebih luas dari jenis strategi pembelajaran. Pada klasifikasi strategi
pembelajaran pembagiannya lebih condong pada isi kegiatan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru bersama siswa. Menurut Yatim Riyanto bahwa pada
umumnya strategi pembelajaran diklasifikasikan atas empat sistem pembelajaran
atau proses pembelajaran, antara lain sebagai berikut : enquiry-discovery learning,
expository learning, mastery learning, dan humanistic education (2009). Untuk
lebih jelasnya masing-masing dapat dijabarkan maksudnya seperti di bawah ini.
Enquiry-Discovery Learning merupakan pembelajaran yang dilakukan
dengan mencari dan menemukan sendiri, maksudnya anak diberi peluang untuk
mencari, memecahkan, hingga menemukan cara-cara penyelesaian dan jawaban-
jawabannya sendiri dengan menggunakan teknik pendekatan pemecahan masalah
(problem solving approach). Pendekatan ini lebih banyak mengandung proses
mental. Secara garis besar prosedurnya adalah : simulation (mengajukan
permasalahan), problem statement (penentuan hipotesis), data collection
(mengumpulkan data), data processing (olah data), verification (pembuktian), dan
generalization (penarikan kesimpulan).
Expository Learning, dalam sistem ini, guru telah menyiapkan bahan
pelajaran secara rapi, lengkap, dan sistematis, siswa tinggal menyimak dan
mencerna. Secara garis besar prosedurnya adalah : preparasi (persiapan bahan
ajar), apersepsi, presentasi, resitasi tentang pokok-pokok permasalahan yang telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
dipelajari. Mastery Learning merupakan upaya-upaya pembelajaran yang
dilakukan untuk dapat menghantarkan siswa kearah tercapainya penguasaan
penuh terhadap materi pelajaran. Prosedur yang ditempuh adalah dengan
melakukan remedial (perbaikan) kepada siswa yang belum menguasai materi
pelajaran, dan dengan melakukan pengayaan diberikan kepada siswa kelompok
cepat agar memperoleh pengetahuan dan ketrampilan yang lebih kaya, dan lebih
mendalami bahan pelajaran. Kemudian yang terakhir adalah Humanistik
Education yaitu upaya-upaya pembelajaran yang dilakukan untuk membantu
siswa agar dapat mencapai perwujudan dirinya (self realization) sesuai dengan
kemampuan dasar dan keunikan yang dimilikinya. Cara pendekatannya masih
bersifat enquiry-discovery based approaches.
Dari uraian mengenai klasifikasi strategi pembelajaran tersebut, pada
dasarnya semua jenis strategi pembelajaran yang dipilih baik itu metode, model
dan teknik pembelajaran semua dalam prakteknya mengacu pada empat sistem
atau proses pembelajaran di atas. Dari penjelasan keempat sistem atau proses
pembelajaran di atas dapat kita lihat bahwa pada sistem enquiry-discovery
learning siswa dididik untuk dapat mencari dan menemukan sendiri suatu
permasalahan, sehingga dapat membuat siswa lebih mampu berfikir kritis serta
menyeluruh, karena pada sistem tersebut siswa mencari suatu permasalahan,
hingga menemukan sendiri solusinya. Siswa tidak hanya diajarkan untuk mencari
dan menganalisis sesuatu saja, namun juga siswa diajarkan bagaimana mencari
jalan keluar atau solusi yang baik dari permasalahan itu.
Di sisi lain pada sistem atau proses pembelajaran expository learning
siswa lebih condong untuk menjadi pendengar pengetahuan dari guru, siswa
kurang begitu aktif dalam mencari pengetahuan, karena pada proses pembelajaran
ini siswa hanya menyimak dan mencerna apa yang diberikan atau dsampaikan
oleh guru. Sistem pembelajaran atau proses pembelajaran ini sifatnya sangat
tradisional, seperti pembelajaran yang dilakukan pada jaman-jaman dahulu dan
apabila diterapkan pada jaman dan kondisi sekarang sangat tidak cocok dan
kurang menjadikan mutu pendidikan lebih maju. Alhasil mutu pendidikan negara
kita akan tertinggal jauh dari negara-negara lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Apabila pembelajaran yang dilakukan secara terpadu, artinya tidak hanya
mengacu pada salah satu sistem pembelajaran saja (mengacu pada keempat sistem
pembelajaran tersebut diatas) maka tidak akan ada salah satu pengaruh yang
mendominasi pada siswa. Selain siswa hanya menjadi penerima dan pencerna
ilmu yang diberikan oleh guru, namun siswa juga dilatih untuk belajar mencari
dan menemukan pengetahuan sendiri sehingga siswa lebih aktif.
4) Pemilihan Strategi Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran perlu diperhatikan strategi bagaimana yang
hendak digunakan, karena penggunaan strategi pembelajaran sangat berpengaruh
sekali terhadap hasil dan proses keberlangsungan pembelajaran itu sendiri. Oleh
sebab itu maka sebelum menentukan strategi yang akan digunakan maka seorang
guru terlebih dahulu melihat dan menganalisis materi pembelajaran yang hendak
diberikan serta kondisi siswa dan kondisi lingkungan pembelajaran yang ada
seperti sarana prasarana maupun fasilitas yang tersedia. Menurut Twelker (2000)
dikutip oleh Riyanto mengemukakan bahwa pada dasarnya strategi pembelajaran
mencakup empat hal, yaitu penetapan tujuan pengajaran, penetapan sistem
pendekatan pembelajaran, pemilihan dan penetapan metode, teknik dan prosedur
pembelajaran, penetapan kriteria keberhasilan proses pembelajaran dari dan
dengan evaluasi yang digunakan (2009).
Dalam proses pembelajaran, guru harus menetapkan terlebih dahulu
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Tujuan pembelajaran ini terbagi atas
tujuan pembelajaran ranah kognifit, afektif dan psikomotorik. Adanya perbedaan
tujuan pembelajaran maka berimplikasi pula pada perbedaan strategi
pembelajaran yang harus diterapkan, jadi dalam penerapan suatu strategi
pembelajaran tidak bisa mengabaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
Selain itu pendekatan pembelajaran dan pemilihan serta penetapan
metode, teknik dan prosedur pembelajaran pun juga harus diperhatikan untuk
menentukan suatu strategi pembelajaran yang diterapkan. Dalam pemilihan
metode, teknik dan prosedur meliputi penetapan alat, media, sumber dan fasilitas
pengajaran serta penetapan langkah-langkah strategi pembelajaran (kegiatan
pembelajaran dan manajemen waktu). Penetapan kriteria keberhasilan suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
pembelajaran juga harus diperhatikan, karena untuk mengukur seberapa
perkembangan kemajuan siswa.
Strategi pembelajaran selalu berkaitan dengan pemilihan model
pembelajaran dan pendekatan proses pembelajaran yang didasarkan atas
karakteristik dan kebutuhan belajar siswa dan kondisi lingkungan serta tujuan
yang akan dicapai. Dari uraian mengenai pemilihan strategi pembelajaran diatas
dapat dikatakan bahwa guru dapat memilih satu atau beberapa strategi sekaligus
dan diterapkan secara bervariasi dengan ketentuan bahwa strategi yang digunakan
tersebut sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, materi yang disampaikan,
lingkungan, serta kemampuan pengajar atau guru untuk melaksanakan strategi
yang dipilih tersebut.
b. Kajian Tentang Guru
Dalam dunia pendidikan kita tidak bisa terlepas dari perjuangan seorang
guru. Secara sederhana, guru dapat diartikan sebagai orang yang memberikan
ilmu pengetahuan kepada anak didik. Sagala (2009) menjelaskan bahwa, “Guru
adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan
murid-murid, baik secara individual ataupun klasikal, baik di sekolah maupun di
luar sekolah” (hlm.21). Sedangkan menurut Hidayatulloh (2008) bahwa, “Guru
harus memiliki komitmen yang kuat dalam melaksanakan pendidikan secara
holistik yang berpusat pada potensi dan kebutuhan peserta didik” (hlm.3).
Undang-undang No.2 Tahun 1989 dikutip oleh Sahertian (1994) mengenai sistem
pendidikan nasional mengemukakan bahwa, “Guru adalah pembimbing, pengajar,
dan pelatih” (hlm.8). Berhubungan dengan hal tersebut, Uno (2007) menyatakan
bahwa, “…orang yang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan
merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar
peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan
sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan” (hlm.15).
Seorang guru memiliki tanggung jawab yang sangat berat terhadap
peningkatan mutu pendidikan dan kualitas sumber daya manusia, terutama di
negara kita Indonesia yang masih sangat jauh tertinggal dari negara-negara lain.
Oleh sebab itu maka seorang guru harus benar-benar mampu mengentaskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
kebodohan dan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar supaya
negara kita mampu bersaing atau setidaknya mampu mengikuti perkembangan
dunia global.
Dari uraian mengenai pengertian guru di atas dapat kita simpulkan bahwa
seorang guru adalah seorang yang bertanggung jawab terhadap pendidikan siswa,
baik secara individual maupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah,
dan memiliki komitmen yang kuat dalam berlangsungnya proses pembelajaran.
Dikatakan harus bertanggung jawab terhadap pendidikan baik disekolah maupun
diluar sekolah karena pendidikan tidak hanya disekolah saja. pendidikan dapat
terjadi di mana saja. Oleh karenanya seorang guru harus memiliki kompetensi
dasar yang harus ditanamkan dalam dirinya. Berikut di bawah ini dijelaskan
beberapa hal yang berkaitan dengan profesi keguruan, antara lain meliputi:
kompetensi, kode etik, tugas, dan tanggung jawab seorang guru, serta peranan
seorang guru di dalam pembelajaran.
1) Kompetensi yang Harus dimiliki Guru
Dalam bahasa Inggris, istilah kompetensi mengandung tiga makna atau
definisi, yaitu definisi pertama menunjukkan bahwa kompetensi itu pada dasarnya
menunjukkan kepada kecakapan atau kemampuan untuk mengerjakan suatu
pekerjaan. Sedangkan definisi kedua menunjukkan lebih lanjut bahwa kompetensi
itu pada dasarnya merupakan suatu sifat (karakteristik) orang-orang (kompeten)
ialah yang memiliki kecakapan, daya (kemampuan), otoritas (kewenangan),
kemahiran (ketrampilan), pengetahuan, dan sebagainya untuk mengerjakan apa
yang diperlukan. Kemudian definisi ketiga lebih jauh lagi ialah bahwa kompetensi
itu menunjukkan kepada tindakan (kinerja) rasional yang dapat mencapai tujuan-
tujuannya secara memuaskan berdasarkan kondisi (prasyarat) yang diharapkan
(Saud, 2009). Menurut Undang-undang Republik Indonesia No.14 Tahun 2005
dikutip oleh Mulyasa (2007) bahwa, “Kompetensi adalah seperangkat
pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai
oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya” (hlm.25).
Dengan demikian maka kompetensi itu dipandang sebagai pilarnya atau
teras kinerja dari suatu profesi. Sementara itu Mulyasa (2007) menyimpulkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
bahwa, “Kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang
diperoleh melalui pendidikan, kompetensi guru menunjuk kepada performance
dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu di dalam
pelaksanaan tugas-tugas pendidikan” (hlm.26). Menurut Sudarwan Danim
setidaknya kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru ada 4 (empat), yaitu
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional (2010). Berikut dibawah ini akan dijelaskan masing-
masing kompetensi.
a) Kompetensi Pedagogik. Terdapat lima sub kompetensi dalam kompetensi
pedagogik ini, yaitu: memahami peserta didik secara mendalam, merancang
pembelajaran yang didalamnya meliputi memahami landasan pendidikan
untuk kepentingan pembelajaran, merancang dan melaksanakan evaluasi
penbelajaran, dan mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensinya.
b) Kompetensi Personal (Kepribadian). Kompetensi kepribadian terdiri dari
lima sub kompetensi, yaitu kepribadian yang mantap dan stabil, dewasa,
arif, berwibawa, dan berakhlak mulia. Berkepribadian mantap dan stabil
disini maksudnya adalah bertindak sesuai dengan norma hukum, norma
sosial, bangga menjadi guru, dan memiliki konsistensi dalam bertindak
sesuai dengan norma. Sedangkan berkepribadian dewasa maksudnya adalah
memiliki kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos
kerja sebagai guru. Menampilkan tindakan yang didasarkan pada
kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan
keterbukaan dalam berpikir dan bertindak merupakan indikator esensial dari
sub kepribadian yang arif.
Memiliki kepribadian yang berwibawa maksudnya adalah memiliki
perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki
perilaku yang disegani. Sub kompetensi selanjutnya ialah memiliki
kepribadian yang berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan yaitu bertindak
sesuai dengan norma religius (iman dan takwa, jujur, ikhlas, suka
menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Menurut Suharsimi Arikunto dalam Sudarwan Danim (2010)
menyatakan bahwa “Kompetensi personal guru adalah kemampuan guru
untuk memiliki sikap/kepribadian yang ditampilkan dalam perilaku yang
baik dan terpuji, sehingga dapat menimbulkan rasa percaya diri dan dapat
menjadi panutan atau teladan bagi orang lain terutama bagi siswanya”
(hlm.58). Kompetensi kepribadian guru sangat penting untuk diperhatikan,
karena dari kompetensi inilah akan sangat mewarnai kinerja dalam
mengelola kelas dan berinteraksi dengan siswa.
c) Kompetensi sosial. Kompetensi sosial meliputi tiga sub kompetensi.
Pertama, mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta
didik. Kedua, mampu berkomunikasi dan bergaul dengan sesama pendidik
dan tenaga kependidikan. Ketiga mampu berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan orangtua/wali peserta didik dan masyarakat. Menurut Uno
(2007) bahwa, “Kompetensi sosial yang harus dimiliki seorang guru adalah
menyangkut kemampuan berkomunikasi dengan peserta didik dan
lingkungan mereka (seperti orangtua, tetangga, dan sesama teman)”
(hlm.19).
d) Kompetensi profesional. Kompetensi ini terdiri dari dua sub kompetensi.
Pertama, menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi,
yaitu mampu memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah,
memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang menaungi atau
koheren dengan materi ajar, memahami hubungan konsep antar mata
pelajaran terkait, dan menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam
kehidupan sehari-hari. Kedua, menguasai struktur dan metode keilmuan,
yaitu menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk
memperdalam pengetahuan ataupun materi bidang studi. Menurut Uno
(2007) bahwa, “Berdasarkan peran guru sebagai pengelola proses
pembelajaran, harus memiliki kemampuan merencanakan sistem
pembelajaran, melaksanakan sistem pembelajaran, mengevaluasi sistem
pembelajaran, dan mengembangkan sistem pembelajaran” (hlm.19).
Jadi dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa kompetensi guru lebih
bersifat personal dan kompleks serta merupakan satu kesatuan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
menggambarkan potensi yang mencakup pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan
nilai yang dimiliki seorang guru yang terkait dengan profesinya yang dapat
direpresentasikan dalam amalan dan kinerja guru dalam mengelola pembelajaran
di sekolah. Sehingga untuk menjadi guru profesional yang memiliki kemahiran
dalam melaksanakan ketiga kompetensi tersebut, dibutuhkan tekad dan keinginan
yang kuat dalam diri setiap calon guru atau guru untuk mewujudkannya.
2) Kode Etik, Tugas, dan Tanggung Jawab Seorang Guru
Dalam menjalankan suatu profesi, seseorang harus dibatasi oleh kode
etik tertentu supaya suatu profesi tersebut betul-betul dijalankan sesuai norma dan
aturan yang ditetapkan. Pada dasarnya penetapan kode etik juga bersangkutan
dengan tugas yang dilaksanakan. Dalam hal ini kode etik dibuat untuk mengatur
tugas keprofesian seseorang. Apabila kode etik yang telah disepakati tersebut
dilanggar oleh seseorang yang bersangkutan maka suatu profesi tersebut mendapat
penilaian yang tidak baik di mata masyarakat luas. Dalam kaitannya dengan
profesi keguruan tidak terlepas dari adanya kode etik dalam mendidik siswa.
Seorang guru memiliki kekuasaan dan kendali penuh dalam mengajar, namun
seorang guru tidak diperbolehkan menguasai siswa dengan tindak kekerasan,
karena tindakan tersebut merupakan tidakan yang melanggar kode etik seorang
guru. Oleh sebab itu perlu diperhatikan batasan-batasannya baik itu kode etik,
tugas maupun tanggung jawab yang harus diembannya.
Syaefudin (2009) mendefinisikan bahwa “Kode etik keprofesian pada
hakekatnya merupakan suatu sistem peraturan atau perangkat prinsip-prinsip
keperilakuan yang telah diterima oleh kelompok orang-orang yang tergabung
dalam himpunan organisasi keprofesian tertentu” (hlm.78). Sedangkan menurut
Mulyasa (2007) menyatakan bahwa, “Kode etik suatu profesi merupakan norma-
norma yang harus diindahkan dan diamalkan oleh setiap anggotanya dalam
pelaksanan tugas dan pergaulan hidup sehari-hari di masyarakat” (hlm.43).
Adapun maksud dan tujuan pokok diadakannya kode etik adalah untuk menjamin
agar tugas-pekerjaan keprofesian itu terwujud sebagaimana mestinya dan
kepentingan semua pihak terlindungi sebagaimana layaknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Berikut ini adalah kode etik guru Indonesia yang dikutip dari AD/ART
PGRI (1994) oleh Syaefudin. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk
membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa pancasila; guru memiliki
dan melaksanakan kejujuran profesional; guru berusaha memperoleh informasi
tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan; guru
menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses
belajar mengajar; guru memelihara hubungan baik dengan orangtua murid dan
masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab
bersama terhadap pendidikan; guru secara pribadi dan bersama-sama
mengembangkan dan mengingkatkan mutu dan martabat profesinya; guru
memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan
sosial; guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi
PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian; guru melaksanakan segala
kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan (2009).
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan suatu profesi
menyusun kode etik adalah untuk menjunjung tinggi martabat profesi, menjaga
dan memelihara kesejahteraan para anggota, meningkatkan pengabdian anggota
profesi, dan meningkatkan mutu profesi dan mutu organisasi profesi. Kode etik
hanya akan mempunyai pengaruh yang kuat dalam menegakkan disiplin di
kalangan profesi tersebut, jika semua orang yang menjalankan profesi tersebut
bergabung dalam profesi yang bersangkutan. Karena kode etik merupakan
landasan moral, pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan, maka sanksi
terhadap pelanggaran kode etik adalah sanksi moral yaitu akan mendapat celaan
dari rekan-rekannya dan sanksi yang dianggap terberat adalah pelanggar
dikeluarkan dari organisasi profesi. Mengingat kode etik profesi guru di atas maka
seorang guru yang profesional juga akan betul-betul memahami apa yang telah
menjadi tugas dan tanggung jawab terhadap profesinya. Profesi guru dalam
kaitannya dalam proses pembelajaran ialah pengendalian proses pembelajaran itu
sendiri merupakan tugas dan tanggung jawab guru.
Ada beberapa kemampuan yang dituntut dari guru agar dapat
menumbuhkan minat dalam proses pembelajaran menurut Sudjana dan Arifin
(1989) dikutip oleh Uno adalah sebagai berikut : mampu menjabarkan bahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
pembelajaran ke dalam berbagai bentuk cara penyampaian; mampu merumuskan
tujuan pembelajaran kognitif tingkat tinggi, seperti analisis, sintesis, dan evaluasi;
menguasai berbagai cara belajar yang efektif sesuai dengan tipe dan gaya belajar
yang dimiliki oleh peserta didik secara individual; memiliki sikap yang positif
terhadap tugas profesinya dan mata pelajaran yang dibinanya; terampil dalam
membuat alat peraga pembelajaran sederhana sesuai dengan kebutuhan dan
tuntutan materi mata pelajaran yang dibinanya; terampil dalam menggunakan
berbagai model dan metode pembelajaran; terampil dalam melakukan interaksi
dengan dengan para peserta didik; memahami sifat dan karakteristik peserta didik;
terampil dalam menggunakan sumber-sumber belajar yang ada sebagai bahan
maupun media belajar bagi peserta didik dalam proses pembelajaran; terampil
dalam mengelola kelas ataupun memimpin peserta didik dalam belajar (2007).
Menurut Uno, terdapat tiga jenis tugas guru, yakni tugas guru dalam
bidang profesi, bidang kemanusiaan, dan bidang kemasyarakatan (2007). Dengan
demikian agar seorang guru dapat melaksanakan taggung jawabnya, pihak-pihak
yang berwenang hendaklah mendirikan dan menggunakan secara teratur melalui
alat konsultasi yang diakui, yakni organisasi-organisasi guru mengenai hal-hal
seperti kebijakan pendidikan, organisasi sekolah, dan perkembangan baru dalam
jasa pendidikan.
Apabila tugas dan tanggung jawab profesi keguruan betul-betul
dilaksanakan sesuai dengan kode etik yang telah disepakati maka dunia
pendidikan kita tidak akan lagi mendengar kata kekerasan seorang guru terhadap
murid seperti yang sering kita dengar pada siaran-siaran berita di televisi, radio
maupun surat kabar-surat kabar yang beredar. Kekerasan yang dilakukan oleh
seorang guru terhadap siswanya merupakan suatu hal yang sangat tidak enak
sekali kita dengar, seharusnya seorang guru dapat menjadi teladan bagi para anak
didiknya. Sehingga dengan demikian seorang guru harus menunjukkan tingkah
laku yang baik dan terpuji.
3) Peranan Guru
Peranan guru memiliki arti yang berbeda dengan tugas serta tanggung
jawab guru. Peranan guru lebih condong pada fungsi seorang guru di dalam suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
kegiatan pembelajaran, sedangkan tugas dan tanggung jawab guru memiliki arti
lebih pada apa yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam hubungannya
dengan peningkatan mutu atau kualitas sumber daya manusia. Bahkan dalam arti
lebih luas, dimana sekolah merupakan/berfungsi juga sebagai penghubung antara
ilmu dan teknologi dengan masyarakat, dimana sekolah merupakan lembaga yang
turut mengemban tugas memodernisasi masyarakat dan dimana sekolah turut serta
aktif dalam pembangunan. Pandangan modern seperti yang dikemukakan oleh
Adams & Dickey dalam Hamalik bahwa, peran guru sesungguhnya sangat luas
(2003), meliputi :
1) Guru sebagai pengajar (teacher as instructor)
2) Guru sebagai pembimbing (teacher as counselor)
3) Guru sebagai ilmuwan (teacher as scientist)
4) Guru sebagai pribadi (teacher as persons)
5) Guru sebagai penghubung (teacher as communicator)
6) Guru sebagai modernisator
7) Guru sebagai pembangun (teacher as contructor)
Guru sebagai seorang pengajar lebih memfokuskan pada kegiatan
mencerdaskan siswa secara akademik, yaitu menjadikan siswa lebih cerdas dan
memiliki pengetahuan yang luas, sedangkan membimbing memiliki arti lebih
pada kegiatan menuntun siswa yang mengalami kesulitan sehingga dalam
kegiatan membimbing inilah seorang guru harus memiliki kesabaran yang ekstra.
Guru berperan sebagai ilmuwan artinya seorang guru harus memiliki pengetahuan
yang lebih luas dan banyak, karena dalam peran ini seorang guru dipercaya
sebagai seorang yang memiliki pengetahuan yang tinggi. Guru sebagai pribadi
artinya seorang guru ialah sama dengan insan yang lainnya, memiliki
kepribadian, dan kehidupan sama seperti manusia lainnya. Dalam hal ini guru
dituntut harus mempunyai kepribadian baik, sehingga dapat menjadi contoh bagi
anak didiknya.
Menurut Hidayatulloh (2009) menyatakan bahwa, “Dalam proses
pembelajaran seorang guru/pendidik sebagai cermin” (hlm.107). Makna cermin
secara filosofi disini antara lain pendidik dijadikan tempat yang tepat untuk
instropeksi, menerima dan menempatkan apa adanya, menerima kapan pun dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
dalam keadaan apa pun, tidak pilih kasih atau tidak diskriminatif, dan pandai
menyimpan rahasia. Hal senada juga diungkapkan oleh Suwarna bahwa, guru
tidak hanya bertugas menyampaikan informasi kepada peserta didik, tetapi juga
harus menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar (facilitate
of learning) kepada seluruh peserta didik agar dapat belajar dalam suasana
menyenangkan, gembira, penuh semangat, tidak cemas, dan berani
mengemukakan pendapat secara terbuka (2005).
Selain itu guru juga harus dapat berperan sebagai motivator, yakni seperti
yang dijelaskan oleh Suwarna (2005) bahwa, “Guru diharapkan dapat
membangkitkan gairah belajar siswa sehingga situasi tersebut tidak berlarut-larut
dan pada akhirnya akan merugikan siswa sendiri” (hlm.13). “Guru juga berperan
sebagai pelopor, artinya seorang guru hendaknya memiliki daya AKREP (Aktif
dalam kegiatan, Kreatif dalam menciptakan ide-ide baru, dan Produktif dalam
berkarya)” (Suwarna, 2005:15). Dengan demikian peran guru sebagai “ing ngarso
sung tuladha” dapat terwujud. Sebagai pelopor guru senantiasa di depan, dapat
digugu dan ditiru. Sehingga seorang guru tidak hanya sebagai pengajar saja,
namun peranan guru lebih dari itu, antara lain seorang guru harus dapat menjadi
fasilitator bagi para anak didiknya, seorang guru juga harus dapat menjadi
motivator ketika siswa sedang enggan belajar, guru juga harus dapat menjadi
pelopor dimana guru harus dapat dicontoh bagi para murid-muridnya.
c. Tinjauan Tentang Akselerasi
Dewasa ini sering kita jumpai para anak-anak yang cerdas. Hal ini
dikarenakan kesejahteraan jaman sekarang dibandingkan jaman dahulu sangat
berbeda jauh. Anak-anak jaman sekarang saat masih dalam kandungan sudah
mendapatkan asupan gizi yang cukup. Sedangkan orang-orang jaman dahulu
untuk makan sehari-hari masih sangat terbatas. Peningkatan kesejahteraan dari
jaman dahulu hingga sekarang juga akan berpengaruh pada peningkatan kualitas
sumber daya manusianya. Melihat peningkatan kualitas hidup inilah maka
pemerintah juga memperhatikan pula kualitas pendidikannya, yaitu dengan
memberikan pelayanan pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki bakat
dan kecerdasan luar biasa. Adanya hak bagi peserta didik untuk mendapatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
pelayanan pendidikan khusus bagi yang memiliki kemampuan dan kecerdasan
luar biasa, maka untuk mewujudkan sistem pendidikan tersebut dibuatlah program
yang sering kita sebut dengan program akselerasi (percepatan).
Dalam bukunya Hawadi mengutip pada Celangelo (1991) menyebutkan
bahwa, istilah akselerasi menunjuk pada pelayanan yang diberikan (service
delivery), dan kurikulum yang disampaikan (curriculum delivery). Sebagai model
pelayanan, pengertian akselerasi termasuk juga taman kanak-kanak atau
perguruan tinggi pada usia muda, meloncat kelas, dan mengikuti pelajaran tertentu
pada kelas di atasnya (2004). Djarwono (2008) menjelaskan bahwa, “Program
akselerasi adalah program pelayanan yang diberikan kepada siswa dengan tingkat
keberbakatan tinggi, agar dapat menyelesaikan masa belajarnya lebih cepat dari
siswa yang lain (program regular)” (hlm.33). Sedangkan Menurut Tirtonegoro
(2001), “Percepatan (acceleration) yaitu cara penanganan anak supernormal
dengan memperbolehkan naik kelas secara meloncat atau menyelesaikan program
reguler didalam jangka waktu yang lebih singkat” (hlm.104).
Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa akselerasi adalah suatu
program pembelajaran yang dilakukan dalam jangka waktu yang dipersingkat dan
diperuntukkan bagi siswa atau peserta didik yang memiliki kecerdasan dan bakat
istimewa dengan manajemen pengelolaan khusus, mulai dari kurikulum, strategi
pembelajaran, dan strandar minimal kelulusan hasil belajar. Dan umumnya
pendidikan di SMP ditempuh selama tiga tahun dapat ditempuh selama dua tahun.
Dari setiap program yang sedang maupun akan dijalankan sudah pasti ada
kelemahan, kelebihan atau manfaat, dan tujuannya. Berikut ini akan dijelaskan
beberapa tujuan, manfaat, dan kelemahan dari program akselerasi itu sendiri.
1) Tujuan, manfaat, dan kelemahan program akselerasi
Suatu program apapun yang dibuat dan dilaksanakan, sudah dipastikan
memiliki tujuan, manfaat, serta kelemahan. Begitu pula dengan penyelenggaran
program akselerasi pendidikan yang ditujukan bagi siswa yang memiliki bakat
dan kecerdasan istimewa baik dibidang akademik maupun non akademik. Dalam
pelaksanaan program percepatan belajar sebelumnya telah dirumuskan beberapa
tujuan dari diadakannya program tersebut, serta dipikirkan secara matang-matang
apa menfaatnya bagi pemerintah, sekolah dan masyarakat, kemudian sampai pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
akhirnya akan diketahui kelemahan-kelemahan dari program ini. Berikut dibawah
ini diuraikan beberapa tujuan, manfaat, serta kelemahan dari penyelenggaraan
program akselerasi.
Dalam penyelenggaraan program percepatan (akselerasi) memiliki tujuan
yang menjadi harapan dari pemerintah, yaitu Menurut Hawadi penyelenggaraan
program akselerasi bertujuan: memberikan pelayanan pendidikan kepada anak
berbakat akademik untuk mewujudkan bakat dan kemampuannya secara optimal;
memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan program pendidikan di
tingkat SLTP lebih cepat, yaitu dalam waktu 2 tahun; mengembangkan
kemampuan berfikir dan bernalar siswa secara lebih komprehensif dan optimal;
serta mengembangkan kreativitas siswa secara optimal (2002).
Dari uraian diatas dapat kita lihat bahwa tujuan dari adanya program
akselerasi itu sendiri yaitu memberikan pelayan bagi siswa berbakat untuk dapat
menyelesaikan program pendidikannya lebih cepat dan mampu berfikir
komprehensif serta optimal dan kreatif. Penyelenggaraan program percepatan ini
semata-mata untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui
pendidikan, sehingga dengan meningkatnya kualitas SDM di Indonesia negara
kita mampu bersaing dengan negara lain dalam menghadapi tantangan global.
Apabila suatu negara tidak mampu bersaing serta tidak mampu menghadapi
tantangan global, maka negara tersebut akan menduduki prestasi dibawah serta
akan tertinggal dari negara lain. Oleh sebab itu sebelum menyelenggarakan suatu
program maka perlu dipertimbangkan pula manfaat-manfaat dari penyelenggaraan
program tersebut.
Southern dan Jones (1991) dikutip oleh Hawadi menyebutkan beberapa
keuntungan atau manfaat dari dijalankanya program akselerasi bagi anak
berbakat, antara lain sebagai berikut: meningkatkan efisiensi, maksudnya siswa
yang telah siap dengan bahan-bahan pengajaran dan menguasai kurikulum pada
tingkat sebelumnya akan belajar lebih baik dan lebih efisien; meningkatkan
efektifitas, yakni siswa yang terikat belajar pada tingkat kelas yang dipersiapkan
dan menguasai ketrampilan-ketrampilan sebelumya merupakan siswa yang paling
efektif; penghargaan, maksudnya siswa yang telah mampu mencapai tingkat
tertentu sepantasnya memperoleh penghargaan atas perestasi yang dicapainya;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
meningkatkan waktu untuk karier, dengan adanya pengurangan waktu belajar
akan meningkatkan produktivitas siswa, penghasilan, dan kehidupan pribadinya
pada waktu yang lain; membuka siswa pada kelompok barunya, karena dengan
program akselerasi siswa dimungkinkan untuk bergabung dengan siswa lain yang
memiliki kemampuan intelektual dan akademis yang sama; ekonomis, maksudnya
keuntungan bagi sekolah ialah tidak perlu mengeluarkan banyak biaya untuk
mendidik guru khusus anak berbakat (2004).
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa manfaat dari program
akselerasi ditinjau dari berbagai hal, terutama yang paling dapat dirasakan ialah
meningkatkan waktu untuk berkarir, dikarenakan waktu penyelesaian belajar yang
lebih cepat dari waktu belajar pada proses pembelajaran reguler lainnya. Dengan
waktu penyelesaian belajar yang lebih cepat dapat menciptakan generasi muda
yang cerdas, sehingga bagi mereka yang memiliki bakat serta kecerdasan yang
istimewa tidak perlu mengikuti pembelajaran seperti pada umumnya yaitu
menempuh pendidikan selama tiga tahun, karena dirasa hanya akan membuang-
buang waktu.
Seiring berjalannya waktu, suatu penyelenggaran program pendidikan
dalam hal ini program percepatan belajar (akselerasi) akan diketahui kelemahan-
kelemahannya. Diharapkan dengan mengetahui kelemahan-kelemahan tersebut
dapat menjadi suatu refleksi untuk memperbaiki suatu program. Southern dan
Jones (1991) dikutip oleh Hawadi, menyebutkan empat hal yang berpotensi
negatif dalam (kelemahan) proses akselerasi bagi anak berbakat, yaitu ditinjau
dari segi akademik, penyesuaian sosial, kesempatan kegiatan ekstrakurikuler, serta
dari segi penyesuaian emosional (2004).
Sisi negatif dilihat dari segi akademik yaitu terletak pada bahan ajar yang
terlalu tinggi bagi siswa akseleren. Hal ini akan membuat mereka menjadi siswa
yang tertinggal di belakang kelompok teman barunya, dan akan menjadi siswa
yang berprestasi sedang-sedang saja, bahkan siswa akseleren yang gagal. Selain
itu tuntutan sebagai siswa sebagian besar pada produk akademik konvergen
sehingga siswa akseleren akan kehilangan kesempatan mengembangkan
kemampuan berfikir kreatif dan divergen, dll.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Dilihat dari segi penyesuaian sosial, siswa akan didorong untuk
berprestasi dalam bidang akademiknya sehingga mereka kekurangan waktu
beraktivitas dengan teman sebayanya. Siswa juga akan kehilangan aktivitas sosial
yang penting dalam usia sebenarnya. Hal ini menyebabkan mereka menyesal
kehilangan kesempatan tersebut dan akan mengarahkannya dalam social mal
adjustment selaku orang dewasa kelak.
Dilihat dari kesempatan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, siswa
akselerasi umumnya dituntut menggunakan waktunya untuk belajar, sehingga
waktu untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler berkurang. Sedangkan dari segi
penyesuaian emosional, siswa akseleren pada akhirnya akan mengalami burn out
dibawah tekanan yang ada dan mungkin menjadi underachiever. Siswa akseleren
akan mudah frustasi dengan adanya tekanan dan tuntutan berprestasi. Siswa yang
mengalami sedikit kesempatan untuk membentuk persahabatan pada masanya
akan menjadi terasing atau agresif terhadap orang lain. Adanya tekanan untuk
berprestasi membuat siswa akseleren kehilangan kesempatan untuk
mengembangkan hobi.
Dari uraian mengenai kelemahan akselerasi di atas, kelemahan dari
program akselerasi juga dapat kita lihat dari berbagai hal. Kita tahu bahwa setiap
program yang sedang, akan, atau telah dilaksanakan pasti memiliki kelebihan dan
juga kelemahan. Sama halnya dengan penyelenggaraan akselerasi ini walaupun
hanya sedikit, namun program ini juga memberi pengaruh negatif baik dari segi
akademik, sosial, maupun emosional. Oleh sebab itu seorang guru atau pihak-
pihak yang bersangkutan langsung dengan siswa yaitu orangtua harus mampu
menghadapi dan membimbing siswa akselerasi dengan benar. Harus mampu
menyesuaikan diri dengan siswa serta guru juga harus mampu menjadi orangtua
pengganti di sekolah. Di sini peran seorang guru konseling sangat penting dan
harus mampu mencarikan solusi terhadap apa yang dikeluhkan siswa. Guru
konseling harus berperan lebih aktif dalam melakukan pendekatan terhadap siswa
akselerasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
2) Panduan dan Manajemen Program Kelas Akselerasi
Sejarah awal munculnya program akselerasi di Indonesia diawali dari
pemberian Beasiswa Bakat dan Prestasi oleh pemerintah pada tahun ajaran
1974/1975, ini dianggap sebagai upaya awal pemerintah dalam merintis
pemberian perhatian khusus bagi anak didik yang berbakat intelektual dan
prestasi. Pada tahun 1982, Balitbang Dikbud membentuk Kelompok Kerja
Pengembangan Pendidikan Anak Berbakat (KKPPAB). Tahun 1984 Balitbang
Dikbud menyelenggarakan perintisan pelayanan pendidikan anak berbakat dari
tingkat SD, SMP, dan SMA di satu daerah perkotaan (Jakarta) dan satu daerah
pedesaan (Kabupaten Cianjur). Perintisan pelayanan pendidikan bagi anak
berbakat ini pada tahun 1986 dihentikan seiring dengan pergantian pimpinan dan
kebijakan di jajaran Depdikbud.
Pada tahun 1994 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
mengembangkan program Sekolah Unggul (Schools of Excellence) di seluruh
propinsi sebagai langkah awal kembali untuk menyediakan program pelayanan
khusus bagi peserta didik dengan cara mengembangkan aneka bakat dan
kreativitas yang dimilikinya. Namun akhirnya, program ini dianggap tidak cukup
memberikan dampak positif pada siswa berbakat untuk mengembangkan potensi
intelektualnya yang tinggi. Menurut Hawadi (2004) menyatakan bahwa,
Keluhan yang muncul di lapangan secara bersamaan didukung olehtemuan studi oleh Reni Akbar- Hawadi, dkk pada tahun 1997 terhadap 20SMA Unggulan di Indonesia yang menunjukkan 21,75 % siswa SMAUnggulan hanya mempunyai kecerdasan umum yang berfungsi pada tarafdi bawah rata-rata, sedangkan mereka yang tergolong anak memilikipotensi kecerdasan dan bakat istimewa hanya 9,7 % (hlm.5).
Pada tahun 2000 program dimaksud dicanangkan oleh Menteri
Pendidikan Nasional pada Rakernas Depdiknas menjadi program pendidikan
nasional. Pada kesempatan tersebut Mendiknas melalui Dirjen Dikdasmen
menyampaikan Surat Keputusan (SK) Penetapan Sekolah Penyelenggara Program
Percepatan Belajar kepada 11 (sebelas) sekolah yakni satu SD, lima SMP, dan
lima SMA di DKI Jakarta dan Jawa Barat. Kemudian pada tahun pelajaran
2001/2002 diputuskan penetapan kebijakan pendiseminasian program percepatan
belajar pada beberapa sekolah di beberapa propinsi di Indonesia. Pada tahun 2001,
seiring perkembangan otonomi daerah maka Direktorat Pendidikan Luar Biasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
membatasi uji coba penyelenggaraan program akselerasi kepada 56 sekolah yang
telah mendapatkan SK, dan selanjutnya penetapan sekolah penyelenggara
program akselerasi diserahkan kewenangannya kepada Dinas Pendidikan Propinsi
dan Kabupaten/Kota (Akbar Hawadi, 2002).
Dari uraian sejarah munculnya akselerasi di Indonesia di atas, maka
dapat dilihat bahwa sebenarnya pemerintah telah memperhatikan para siswa yang
memiliki bakat dan kecerdasan intelektual di atas rata-rata siswa pada umumnya
yaitu dimulai dari pemberian beasiswa bagi mereka yang berprestasi hingga
sekarang dapat kita rasakan dan lihat perhatian pemerintah tersebut yang terlihat
dengan dibuat kebijakan pada sekolah yang memenuhi persyaratan yang telah
ditentukan untuk membuka program kelas akselerasi untuk memfasilitasi mereka
para peserta didik yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Sehingga agar
program ini tidak hanya sekedar konsep saja, perlu adanya standart penjaminan
mutu dari pelaksanaan program akselerasi ini, dengan demikian apa yang menjadi
rencana, harapan dan realitas dapat berjalan seimbang.
Pada dasarnya Standar Penjaminan Mutu Pendidikan Program Akselerasi
sama dengan SPMP sekolah RSBI/SBI. Sistem belajar mandiri menurut Ika
Umaya (2009) menjelaskan bahwa, Sekolah-sekolah yang telah bertaraf
Internasional, Standar Penjaminan Mutu Pendidikannya ialah telah memenuhi
Standar Nasional Pendidikan (SNP) + X (OECD), artinya tambahan X (OECD)
disini ialah OECD singkatan dari Organization for Economic Co-operation and
Development atau sebuah organisasi kerjasama antar negara dalam bidang
ekonomi dan pengembangan. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 1 ayat (1) yang
dimuat pada Sistem belajar mandiri ditulis oleh Ika Umaya (2009) memberikan
pengertian bahwa, “Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang
sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia”.
Dari uraian di atas bermaksud bahwa sekolah atau madarasah
internasional adalah yang sudah memenuhi seluruh Standar Nasioanl Pendidikan
dan diperkaya dengan mengacu pada standar pendidikan salah satu Negara
anggota Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
atau Negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang
pendidikan, sehingga memiliki daya saing di forum Internasional. Menurut
Felhusen, Proctor, dan Black (1986) dalam bukunya Hawadi, akselerasi diberikan
untuk memelihara minat siswa terhadap sekolah, mendorong agar mencapai
prestasi akademis yang baik, dan untuk menyelesaikan pendidikan tingkat yang
lebih tinggi bagi keuntungan dirinya maupun masyarakat (2004).
Beberapa panduan yang perlu diperhatikan agar program akselerasi
tercapai secara memadai adalah sebagai berikut: dilakukan evaluasi psikologis
yang komprehensif untuk mengetahui berfungsinya kemampuan intelektual dan
kepribadian siswa, disamping tingkat penguasaan akademiknya; dibutuhkan IQ
diatas 125 bagi siswa yang kurang menunjukkan prestasi akademiknya; bebas dari
problem emosional dan sosial, yang ditunjukkan dengan adanya persistensi dan
motivasi dalam derajat yang tinggi; memiliki fisik sehat; tidak ada tekanan dari
orang tua, tetapi atas kemauan anak sendiri; guru memiliki sikap positif terhadap
siswa akseleren; guru concern terhadap kematangan sosial emosional siswa, yang
dibuktikan dari masukan orang tua dan psikolog; sebaiknya dilakukan pada awal
tahun ajaran dan didukung pada pertengahan tahun ajaran; ada masa percobaan
selama enam minggu yang diikuti dengan pelayanan konseling (Hawadi, 2004).
Dari penjelasan di atas maka dapat dikatakan bahwa diperlukan kegiatan
untuk memperhatikan beberapa hal yang berkaitan dengan panduan-panduan
dalam penyelenggaraan akselerasi agar tetap terjaga kualitas dan makna dari
konsep akselerasi itu sendiri. Selain itu dalam penyelenggaraan program
akselerasi juga telah ditentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi ketika suatu
sekolah atau madrasah hendak membuka program kelas akselerasi. Tidak hanya
syarat saja yang diperhatikan, namun manajemen penyelenggaraannya pun juga
penting untuk diperhaikan dan betul-betuk dilaksanakan. Berikut dibawah ini
dijelaskan beberapa syarat atau prosedur mendirikan akselerasi dan manajemen
penyelenggaraan akselerasi.
1) Syarat atau Prosedur Mendirikan Program Kelas Akselerasi
Menurut prosedur yang terdapat pada website asosiasi CIBI Nasional
(2011) Prosedur pembukaan program akselerasi bahwa, Setiap
sekolah/madrasah diberi peluang untuk menyelenggarakan program layanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
akselerasi untuk peserta didik yang cerdas dan memiliki bakat intelektual,
dengan melakukan tahapan sebagai berikut:
1) Melakukan sosialisasi, persiapan, dan pelatihan. Narasumber kegiatan:
Asosiasi CI+BI Nasional, pejabat dinas Pendidikan dan pihak lain terkait.
2) Melakukan analisis SWOT
3) Menyusun studi kelayakan, yang mencakup komponen-komponen: Latarbelakang dan tujuan pendirian program, sumber input peserta didik,kurikulum dan pengembangannya, model pembelajaran dan sistempenilaian, ketersediaan dan serta kesiapan tenaga pendidik dankependidikan, ketersediaan fasilitas, lingkungan penunjangpenyelenggaraan program, ukungan masyarakat dan perguruan tinggi, dansumber pembiayaan yang mencakup biaya operasional dan pengembangan.
4) Mengajukan proposal kepada Dinas Pendidikan Propinsi dengan
rekomendasi dari Dinas Kabupaten/Kota dan Asosiasi anak cerdas dan
berbakat istimewa setempat.
Sekolah atau madrasah yang dapat membuka layanan program
akselerasi adalah sekolah/madrasah yang telah memiliki nilai akreditasi A.
Sehingga dengan demikian terlihat bahwa pemerintah tidak membebaskan
semua sekolah atau madrasah dapat membuka program kelas akselerasi, namun
pemerintah juga menentukan syarat-syarat dan prosedur pada sekolah ataupun
madrasah yang hendak mendirikan sekolah dengan membuka program kelas
akselerasi. Sekolah yang dapat membuka kelas akselerasi ialah sekolah yang
benar-benar memiliki akreditasi A dan sekolah yang sudah RSBI (Rintisan
Sekolah Berstandar Internasional).
Alasan pemerintah menentukan kriteria sekolah diperbolehkannya
menyelenggarakan program akselerasi adalah sekolah yang telah dinyatakan
sebagai sekolah SSBI maupun RSBI serta memiliki akreditasi A, karena
sekolah-sekolah tersebut telah memiliki peralatan atau saranan dan prasarana
serta fasilitas penunjang pembelajaran yang lebih maju dari pada sekolah-
sekolah yang tarafnya lebih rendah dari sekolah tersebut, sehingga
pembelajaran menjadi lebih lancar.
2) Manajemen Penyelenggaraan Program Akselerasi
Di dalam menyelenggarakan program percepatan belajar atau
akselerasi ini perlu diperhatikan bagaimana manajemen penyelenggaraan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
program ini supaya dalam penyelenggaraannya benar-benar dapat terwujud
sesuai dengan tujuan yang diharapkan serta menghasilkan output yang mampu
menghadapi tantangan global. Manajemen tersebut antara lain meliputi: sistem
rekrutmen siswa akselerasi, kegiatan pembelajaran, strategi pembelajaran, dan
sistem evaluasi pembelajaran. Berikut dibawah ini akan diuraikan masing-
masing.
Menurut Latifah Lubis dalam Hawadi menerangkan bahwa,
Rekrutmen peserta program akselerasi didasarkan atas dua tahap, yaitu tahap 1
dan tahap 2. Tahap 1 dilakukan dengan meneliti dokumen data seleksi
penerimaan siswa baru dan kriteria lolos pada tahap ini didasarkan atas kriteria
tertentu yang berdasarkan skor data tersebut, antara lain: Nilai Ebtanas Murni
Sekolah Dasar, Skor tes seleksi akademis, Skor tes psikologi yang terdiri atas
tiga kluster, yaitu inteligensi, kreativitas dan task commitment (2004).
Tahap 2: Penyaringan. Tahap penyaringan ini dilakukan dengan dua
strategi berikut : Pertama, strategi informasi data subjektif yaitu diperoleh dari
proses pengamatan yang bersifat kumulatif. Informasi dapat diperoleh melalui
check list perilaku, nominasi oleh guru, nominasi oleh orang tua, teman sebaya,
dan nominasi dari diri sendiri. Kedua, strategi informasi data objektif yaitu
diperoleh melalui alat-alat tes lebih lengkap yang dapat memberikan informasi
yang lebih beragam, seperti tes weschler Intelligence Scale for Children
adaptasi Indonesia dengan sepuluh subtes, dan Baterai Tes Kreativitas verbal
dengan enam subtes.
Kegiatan pembelajaran meliputi: guru kelas akselerasi, kurikulum
akselerasi, strategi pembelajaran, dan evaluasi belajar serta laporan hasil
belajar. Guru yang mengajar di kelas akselerasi adalah guru-guru yang biasa
yang juga mengajar program reguler. Namun sebelumnya mereka telah
dipersiapkan dalam suatu lokakarya dan workshop sehingga mereka memiliki
pemahaman tentang perlunya layanan pendidikan bagi anak-anak berbakat,
ketrampilan menyusun Program Kerja Guru (PKG), pemilihan strategi
pembelajaran, penyusunan catatan lapangan, serta melakukan evaluasi
pengajaran bagi program akselerasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Menurut Hamalik (2003) menyatakan bahwa, “Kurikulum adalah
program pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi
siswa” (hlm.65). Muatan meteri kurikulum untuk program akselerasi tidak jauh
berbeda dengan kurikulum standart yang digunakan untuk program reguler.
Perbedaannnya terletak pada penyusunan kembali struktur program pengajaran
dalam alokasi waktu yang lebih singkat. Program akselerasi ini akan
menjadikan kurikulum standar yang biasanya ditempuh siswa SLTP dalam tiga
tahun menjadi hanya dua tahun. Pada tahun pertama, siswa akan mempelajari
seluruh materi kelas 1 ditambah dengan setengan materi kelas 2. Kemudian di
tahun kedua, mereka akan memepelajari materi kelas 2 yang tersisa dan seluruh
materi kelas 3.
Pengaturan kembali program pembelajaran pada kurikulum dilakukan
tanpa mengurangi isi kurikulum. Kuncinya terletak pada analisis materi
kurikulum dengan kalender akademis yang dibuat khusus. Seperti diketahui
untuk siswa yang berbakat intelektual dengan keberbakatan tinggi, tidak semua
materi kurikulum standar perlu disampaikan dalam bentuk tatap muka dan atau
dengan irama belajar yang sama dengan siswa reguler. Oleh karena itu, setiap
guru yang mengajar dikelas akselerasi perlu terlebih dahulu melakukan analisis
materi yang esensial dan kurang. Suatu materi dikatakan memiliki konsep
esensial bila memenuhi kriteria berikut ini: konsep dasar, konsep yang menjadi
dasar untuk konsep berikut, konsep yang berguna untuk aplikasi, konsep yang
sering muncul pada ujian nasional. Materi pelajaran yang diidentifikasi sebagai
konsep-konsep yang esensial diprioritaskan untuk diberikan secara tatap muka,
sedangkan materi-materi non-esensial, kegiatan pembelajarannya dapat
dilakukan dalam bentuk kegiatan mandiri.
Harus disadari bahwa pendidikan untuk siswa berbakat intelektual
tinggi berbeda dengan siswa lainnya (reguler) dan seharusnya menekankan
aktivitas intelektual. Pembelajaran untuk program akselerasi harus diwarnai
kecepatan dan tingkat kompleksitas yang lebih sesuai dengan tingkat
kemampuan yang lebih tinggi dari pada siswa reguler, serta menekankan
perkembangan kreatif dan proses berpikir tinggi. Kegiatan pembelajaran
selanjautnya yaitu kegiatan mengevaluasi pembelajaran. Evaluasi belajar yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
dilakukan pada program akselerasi pada dasarnya tidak berbeda dengan siswa
kelas reguler. Perbedannya hanya terletak pada jadwal tes karena untuk
program akselerasi mengacu pada kalender pendidikan yang dibuat khusus.
Dapat kita lihat bahwa terdapat perbedaan yang sangat mencolok pada
sistem kurikulum dan strategi pembelajarannya. Perbedaan tersebut
dikarenakan oleh peserta didik memililki tingkat kecerdasan akademik yang
berbeda dari peserta didik kelas reguler. Selain itu juga dikarenakan waktu
pembelajaran yang ditempuh tidak sama dengan kelas reguler. Sehingga
membuat guru dan pihak-pihak yang bersangkutan harus menyusun kurikulum
dan strategi mengajar yang berbeda pula. Dengan demikian dalam
penyelenggaraan program kelas akselerasi harus benar-benar memiliki
manajemen yang khusus dan telah diperhitungkan secara matang-matang, baik
mulai dari sistem rekrutmen siswa, hingga sistem kegiatan pembelajaran dalam
kelas akselerasi itu sendiri yang meliputi guru pengajar kelas akselerasi,
kurikulum yang digunakan, strategi pembelajaran yang dipilih, hingga sistem
evaluasi untuk siswa akselerasi.
3) Sekolah Akselerasi di Indonesia Masa Kini.
Menurut Ari Kristianawati (2010) pada Integritas dunia pendidikan kita
bahwa, dunia pendidikan di negeri ini semakin memprihatinkan, tidak lain hanya
menjadi lembaga bisnis yang mencari keuntungan setinggi-tingginya dari para
konsumennya, yaitu para siswa dan orangtua siswa. Menarik perhatian konsumen
dengan menjanjikan penempatan dunia pendidikan sebagai sesuatu yang unggul
dan berkualitas, ternyata dinilai oleh pemerhati pendidikan kritis sebagai suatu
strategi untuk menaikkan biaya pendidikan setinggi langit. Apabila ditelaah
kualitas berbagai unit pendidikan semacam sekolah berstandar internasional,
sekolah unggulan, kelas akselerasi sebagian besar masih diragukan karena dalam
fakta kualitas pendidikan nasional negara kita masih tertinggal dari negara-negara
lain, bahkan ketinggalan dengan indeks mutu pendidikan negara lainnya seperti
Vietnam atau Malaysia.
Di atas telah dijabarkan beberapa syarat-syarat ketentuan menjadi siswa
akselerasi. Begitu banyak syarat yang telah ditentukan oleh pemerintah, namun
pada kenyataannya dalam penyaringan siswa akselerasi hanya berlaku sebagian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
saja. banyak siswa akselerasi dewasa ini yang dalam penerimaanya tidak
memenuhi syarat-syarat dan ketentuan perekrutan siswa akselerasi. Namun bagi
mereka para pejabat yang menginginkan anaknya masuk di kelas akselerasi dapat
dengan mudah dilakukannya. Mereka dengan membayar sejumlah uang kepada
pihak sekolah, maka keinginan itupun dapat terkabulkan. Sehingga dari realitas ini
dapat dilihat bahwa individu yang memiliki kekayaan itulah mereka yang akan
berkuasa, begitu pula berlaku untuk sistem pendidikan kita.
Pendidikan di Indonesia dewasa ini dijadikan lahan politik uang bagi
mereka pihak yang berwenang. Dengan dalih dibuka program pendidikan yang
mengadopsi dari luar negeri yaitu akselerasi yang bertujuan untuk menghasilkan
generasi muda yang cerdas dan mampu menjawab persoalan tantangan global,
namun pada kenyataannya dibalik tujuan tersebut sebagian besar pendidikan
hanyalah dijadikan ajang untuk bermain politik bagi mereka yang memiliki
kekayaan dan kekuasaan. Mengingat negara kita yang juga kapitalis maka
pendidikan negara kita kini sudah tidak lagi sungkan-sungkan untuk dibeli. Dari
sini dapat dikemukakan bahwa, mereka yang memiliki kekayaan dapat
mengabulkan keinginannya termasuk pula dalam sistem pendidikan.
d. Guru Dalam Strategi Pembelajaran Kelas Akselerasi
Pada dasarnya kualitas pendidikan dipengaruhi oleh penyempurnaan
sistemik terhadap seluruh komponen pendidikan seperti peningkatan kualitas dan
pemerataan penyebaran guru, kurikulum yang disempurnakan, sumber belajar,
sarana dan prasarana yang memadai, iklim pembelajaran yang kondusif, serta
didukung oleh kebijakan pemerintah, baik pusat maupun daerah (Mulyasa, 2007).
Guru merupakan komponen paling menentukan dalam suatu proses pembelajaran,
karena ditangan gurulah kurikulum, sumber belajar, sarana dan prasarana, iklim
pembelajaran menjadi sesuatu yang berarti bagi kehidupan peserta didik. Seorang
guru memegang peranan utama dalam pembangunan pendidikan, yaitu
menentukan keberhasilan peserta didik dan terciptanya proses dan hasil
pendidikan yang berkualitas.
Keberhasilan program percepatan belajar (akselerasi) sangat ditentukan
oleh kemampuan guru dan pengelola. Guru merupakan ujung tombak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
keberhasilan proses belajar mengajar yang dilakukan. Oleh karena itu dalam
perencanaan, sekolah memberikan perhatian penuh terhadap pengembangan guru
yang mengajar siswa berbakat dan berkemampuan luar biasa, karena guru
merupakan komponen yang langsung terkait dalam program pengembangan
potensi individu anak berbakat dan dituntut untuk melayani kebutuhan individu
yang berintelegensi tinggi. Guru tidak hanya sebagai pengajar yang
menyampaikan pengetahuan, namun harus mampu sebagai pendidik yang
mentransfer nilai-nilai dan sekaligus menjadi pembimbing yang memberikan
pengarahan kepada siswa di dalam belajar. Sehingga di dalam berlangsungnya
proses pembelajaran kelas akselerasi seorang guru memiliki peran dan tugas
dalam menentukan strategi pembelajaran yang hendak ditampilkan dalam
kegiatan mengajar.
Dalam menentukan strategi pembelajaran seorang guru juga harus
menyesuaikan kondisi siswa yang hendak dihadapi, yaitu siswa kelas akselerasi
yang memiliki tingkat intelegensi yang tinggi. Dengan melihat kondisi ini,
seorang guru harus benar-benar menentukan strategi pembelajaran yang
bagaimanakah yang sesuai untuk diterapkan pada pembelajaran kelas akselerasi.
Agar suatu pembelajaran mudah diterima oleh siswa akselerasi, maka di dalam
menentukan strategi pembelajaran ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu
metode apa yang hendak digunakan, kemudian teknik dan penerapan pendekatan
pembelajarannya.
Selain itu, guru juga harus benar-benar memahami apakah strategi yang
digunakan tersebut sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, materi yang
disampaikan, lingkungan, serta kemampuan pengajar atau guru untuk
melaksanakan strategi yang dipilih tersebut. Pemilihan atau penentuan strategi
pembelajaran inilah yang nantinya akan membawa pada berhasil atau tidaknya
pembelajaran yang dilakukan dalam kelas akselerasi. Apabila seorang guru
menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan pada siswa
akselerasi, maka dimungkinkan pembelajaran juga akan berhasil. Namun apabila
strategi yang digunakan itu tidak tepat atau tidak sesuai untuk siswa akselerasi,
maka peluang proses pembelajaran untuk berhasil pun juga sangat tipis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
2. Hasil Penelitian yang Relevan
Pada dasarnya penelitian telah ada acuan yang mendasari atau penelitian
yang sejenis. Oleh karena itu, dirasa perlu mengenal penelitian yang terdahulu
yang ada relevansinya dengan penelitian ini. Berikut dibawah ini adalah beberapa
contoh penelitian yang relevan :
Penelitian sejenis yang berkaitan dengan strategi pembelajaran yaitu di
lakukan oleh Suwartono (2002) dengan judul “Strategi Belajar Siswa Berprestasi
Bahasa Inggris Di SMU Negeri 1 Purwokerto”, menyatakan bahwa secara umum
siswa menggunakan strategi belajar secara bervariasi. Siswa berprestasi bahasa
Inggris memiliki kemampuan menjaga keseimbangan dalam menggunakan
strategi belajar, bukan hanya strategi-strategi untuk memproses informasi bahasa,
tetapi juga strategi-strategi yang berkait dengan pengaturan pembelajaran,
interaksi sosial, serta aktifasi fungsi afektif.
Penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan akselerasi yaitu dilakukan
oleh Haritsatul Fitriyah (2010) dengan judul “Pelaksanaan Program Kelas
Akselerasi di SMP Negeri I Sragen Tahun Ajaran 2009-2010”, menyatakan
bahwa pelaksanaan program kelas akselerasi di SMP Negeri I Sragen belum
sepenuhnya berjalan baik. Terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan
kurikulum berdiferensiasi. Pelaksanaan program kelas akselerasi berjalan baik
adalah pada aspek perekrutan peserta didik, tenaga didik, PBM, pembiayaan dan
sarana prasarana.
B. Kerangka Berpikir
Dalam suatu penelitian diperlukan adanya suatu kerangka berfikir yang
bertujuan untuk memudahkan peneliti serta pembaca memahami alur penelitian
dengan lebih mudah. Alur berfikir pada penelitian ini dimulai dari pelaksanaan
pembelajaran pada kelas akselerasi. Dalam berlangsungnya proses pembelajaran
sudah dipastikan akan menemui adanya hambatan-hambatan atau persoalan-
persoalan . Persoalan-persoalan tersebut antara lain misalnya : seorang guru akan
menghadapi siswa dengan karakteristik yang berbeda-beda yaitu beberapa dari
mereka masih memiliki kepribadian kekanak-kanakan, selain itu persoalan
lainnya yaitu beberapa siswa akselerasi masih kurang mandiri atau