DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
LAPORAN TIM KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI
KE PROVINSI MALUKU
PADA MASA RESES MASA PERSIDANGAN I
TAHUN SIDANG 2014 – 2015
TANGGAL 8 DESEMBER – 11 DESEMBER 2014
I. PENDAHULUAN
A. DASAR KUNJUNGAN KERJA
1. Rapat Intern Komisi VI DPR-RI tanggal 5 November 2014 mengenai
Program Kerja Komisi VI DPR-RI pada Masa Persidangan I Tahun
Sidang 2014-2015.
2. Surat Tugas Nomor: ST/04/KOM.VI/DPR-RI/XI/2014 mengenai
penugasan perjalanan dinas Kunjungan Kerja Komisi VI DPR-RI pada
tanggal 8 sd. 11 Desember 2014 ke Maluku.
3. Rapat Koordinasi Komisi VI DPR-RI tanggal 3 Desember 2014
mengenai rapat koordinasi kunker dengan Para Penghubung Mitra
Kerja Komisi VI DPR-RI.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Laporan ini dimaksudkan untuk menyampaikan pokok-pokok
permasalahan sebagai hasil temuan Komisi VI DPR RI yang menyangkut
bidang tugasnya selama Kunjungan Kerja ke Provinsi Maluku dalam rangka
memenuhi salah satu fungsi Dewan sebagaimana diatur dalam Peraturan
DPR RI tentang Tata Tertib dengan tujuan sebagai bahan masukan bagi
Pemerintah untuk ditindaklanjuti sesuai ketentuan yang berlaku.
C. SASARAN DAN OBYEK KUNJUNGAN KERJA
Sasaran Kunjungan Kerja dititik beratkan pada aspek:
1. Pengawasan Pelaksanaan Peraturan Perundang-undangan,
khususnya yang berkaitan dengan bidang mitra kerja Komisi VI
DPR RI.
2. Pengawasan terhadap kinerja lembaga-lembaga/badan yang
berada di dalam lingkup mitra kerja Komisi VI DPR RI.
3. Pengawasan terhadap implementasi Public Service Obligation
(PSO) dan pelaksanaan subsidi yang dilakukan oleh para Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.
4. Pembahasan perkembangan daerah, khususnya yang terkait
dengan bidang tugas mitra kerja Komisi VI DPR RI.
5. Memonitor situasi lapangan serta menampung aspirasi yang
berkembang berkaitan dengan pengembangan industri, koperasi
dan UKM, penciptaan lapangan kerja, serta peningkatan
kesejahteraan masyarakat lokal.
Sedangkan obyek yang dikunjungi dan dibahas meliputi:
1. PT. Perum Pegadaian;
2. PT. Pertamina;
3. PT. PLN;
4. Bulog;
5. PPN (Pelabuhan Perikanan Nusantara) Ambon;
6. PTPN XIV;
7. PT. Pupuk Kaltim;
8. PT. Perikanan Nusantara;
9. PT. Pelni;
10. PT. ASDP;
11. PT. Garuda Indonesia;
12. PT. Pelindo IV;
13. Perbankan (Bank Indonesia, BRI, BNI, Bank Mandiri, BTN, BPD
Provinsi Maluku);
14. Pasar Tradisional Mardika;
15. UKM Kue tradisional dan tenun.
C. WAKTU DAN ACARA KUNJUNGAN KERJA
JADWAL ACARA KUNJUNGAN KERJA
KOMISI VI DPR-RI KE PROVINSI MALUKU
PADA R ESES MASA PERSIDANGAN I TAHUN SIDANG 2014-2015
TANGGAL 8 SD 11 DESEMBER 2014
NO HARI/TGL PUKUL A C A R A KETERANGAN
1.
Senin,
08-12-2014
07.15 WIB
Tim berkumpul di Bandara Soekarno-Hatta Terminal 2 F
Diatur oleh Set.
Komisi VI
08.15 WIB Tim take of dari Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta
menuju Bandara Pattimura dengan Pesawat Garuda
Indonesia GA
s.d.a
13.55 WIT Tiba di Bandara Pattimura, Maluku, istirahat sejenak di
VIP Room
Diatur Protokol
Pemda
14.30 WIT I S O M A
15.30 WIT Tim menuju Hotel Swiss Bell (Check In/Istirahat) s d a
19.00 WIT Tim menuju kantor Gubernur Maluku s.d.a
19.30 – 22.00
WIT
Pertemuan Tim Kunker Komisi VI DPR RI dengan
Gubernur Maluku, didampingi Bupati/ Walikota seluruh
Provinsi Maluku, Kepala Dinas Perindustri dan
Perdagangan, Kepala Dinas Koperasi dan UKM, Kepala
BKPMD, dan Kepala KADIN Daerah. (didahului makan
malam).
s.d.a
NO HARI/TGL PUKUL A C A R A KETERANGAN
2.
Selasa,
09 -12-
2014
06.00 - 08.00
WIT
Sarapan pagi
Diatur oleh Set.
Komisi VI
10.00 – 12.00
WIT
Tim melakukan kunjungan lapangan (on the spot) ke
UKM Binaan (Tenun, Kerajinan, dan Makanan Khas)
(diakhiri makan siang)
Diatur oleh Protokol
Pemda dan instansi
terkait
12.00- 13.00
WIT
I S O M A
13.00 – 14.00
WIT
Melakukan kunjungan ke Perum Pegadaian
14.00 – 17.00
WIT
Tim melakukan kunjungan lapangan (on the spot) PT.
Pertamina (Persero), Direksi PT. PLN (Persero)
17.00 WIT Tim kembali ke Hotel Swiss Bell (istirahat) s.d.a
19.00 – 21.00
WIT
Pertemuan dengan Para Direksi BUMN Perbankan
(Bank Indonesia, BNI, Mandiri, BTN,BRI) dan BPD Prov.
Maluku, didahului makan malam
s.d.a
3.
Rabu,
10-12-2014
06.00 - 08.00
WIT
Sarapan pagi. Diatur oleh Set.
Komisi VI
10.00 – 12.00
WIT
Tim melakukan peninjauan ke Bulog tempat
penyimpana/gudang beras (masalah Sistem Resi
Gudang), Direksi PTPN XIV (Perkebunan), Direksi PT.
Pupuk Indonesia dan Direksi Perikanan Nusantara
(Persero).
Diatur oleh Protokol
Pemda dan instansi
terkait
12.00 - 13.00
WIT
I s o m a s.d.a
13.00 – 16.00
WIT
Tim melakukan kunjungan lapangan (on the spot) dan
pertemuan dengan Para Direksi PT. PELNI (Persero),
PT. ASDP (Persero), dan PT. Industri Kapal Indonesia
(Persero).
s.d.a
16.30 WIT Tim menuju Hotel Swiss Bell (istirahat) s.d.a
NO HARI/TGL PUKUL A C A R A KETERANGAN
19.00 – 21.00
WIT
Pertemuan dengan Direksi PT. Garuda Indonesia
(Persero) dan PT.Pelindo IV (Persero),
didahului makan malam.
s.d.a
4. Kamis,
11-12-2014
06.00 - 08.00
WIT
Sarapan pagi. Diatur oleh Set.
Komisi VI
09.00 - 12.00
WIT
Tim melakukan peninjauan ke UKM / pasar tradisional
dilanjutkan peninjauan ke Pabrik Pengolahan Ikan Tuna
(LOIN Ikan Tuna)
Diatur oleh Protokol
Pemda dan instansi
terkait
12.00 – 13.00
WIT
Istirahat dan Sholat Dzuhur s.d.a
13.00 WIT Tim menuju ke Bandara Pattimura, Maluku s.d.a
14.40 WIT Tim take of dari Bandara Pattimura menuju Bandara
Soekarno-Hatta, Jakarta dengan Pesawat Garuda
Indonesia GA 641
s.d.a
D. ANGGOTA TIM KUNJUNGAN KERJA
Nama-nama anggota tim Kunker Komisi VI yang mengikuti kegiatan
tersebut adalah sebagai berikut:
1. A-465 IR.H. ACHMAD HAFISZ TOHIR Ketua Tim 2. A-346 HERI GUNAWAN Anggota 3. A-212 NYOMAN DHAMANTRA Anggota 4. A-168 JULIARI P. BATUBARA Anggota 5. A-289 H. MOHAMMAD SURYO ALAM, Ak, MBA Anggota 6. A-287 M. SARMUJI, SE, MSI Anggota 7. A-257 EKA SASTRA Anggota 8. A-361 MOHAMAD HEKAL, MBA Anggota 9. A-354 ABDUL WACHID Anggota 10. A-413 HJ. MELANI LEIMENA SUHARLI Anggota 11. A-473 PRIMUS YUSTISIO Anggota 12 A-57 SITI MUKAROMAH, S.Ag Anggota 13 A-89 H. REFRIZAL Anggota 14 A-522 H. MUKHLISIN Anggota 15 A-24 H. SLAMET JUNAEDI Anggota 16 -- DRS. BUDI JATNIKA, MSI Kasubag Setkom 17 -- RATU METY MULYANI SARI Setkom 18 -- DEVI RISNAYANTI Setkom 19 -- DEWI WURYANDANI, ST, MM P3DI 20 -- MOHAMMAD IBNU KHALID PEMBERITAAN
II. ISI LAPORAN
A. Indentifikasi Masalah/Data dan Pembahasan
Pemerintah Daerah Provinsi Maluku terus berupaya untuk secara
terus-menerus memantapkan percepatan pembangunan yang telah dicapai
melalui pengembangan berbagai potensi unggulan. Bila dilihat dari beberapa
sektor yang ditangani oleh perusahaan BUMN maka teridentifikasi beberapa
permasalahan yang masih dihadapi masih didaerah Provinsi Maluku.
a. PT. PERTAMINA (dihadiri oleh GM Marketing Operation Region XIII
Muhammad Irfan beserta jajarannya)
Wilayah kerja marketing PT pertamina ada 8, salah satunya adalah
Marketing operation region VIII yang membawahi 4 provinsi, yaitu papua,
papua barat maluku, maluku barat.
Dari jumlah BBM yang disalurkan sangat banyak tapi wilayah yang
harus disalurkan sangat luas. Bahan bakar yang diterima melalui Depot
Wayame berasal dari Balikpapan dan sebagian masih impor.
Penggunaan LPG untuk rumah tangga dan usaha menengah (LPG
12 kg) meningkat rata-rata 12 % per tahun dan terjadi penurunan
penjualan yang cukup signifikan pada penjualan LPG 50 kg di tahun
2013. Hal ini dikarenakan adanya penyesuaian harga LPG 50 kg sesuai
dengan harga keekonomian. Perbedaan harga LPG 50 kg dengan harga
LPG 12 kg yang sangat signifikan menyebabkan beralihnya konsumen
LPG 50 kg ke 12 kg.
Kendala yang masih dihadapi yaitu:
1. Faktor geografis yang menyulitkan Pertamina untuk melakukan
pengiriman BBM ke daerah terpencil, dimana masih terdapat pola
distribusi yang menggunakan double handling sehingga tingkat safety
yang rendah dan biaya distribusi yang tinggi sehingga perlu untuk
menambah kapasitas tangki timbun BBM di terminal BBM, menambah
supply point BBM agar dapat mensuplai wilayah lebih luas dan
peningkatan kehandalan alat angkut BBM dan awareness
transportir terhadap safety .
2. Keterbatasan pengembangan lembaga penyalur karena terkendala
faktor keekonomian bisnis sebagai akibat tersebarnya populasi
penduduk dan dalam jumlah yang kecil. Sehingga terdapat beberapa
wilayah remote yang sulit untuk didirikan lembaga penyalur.
Kesimpulan:
- Menambah supply point BBM dan mengembangkan lembaga penyalur
sehingga luas cakupan pelayanan dapat menjangkau semua daerah di
Maluku.
b. PT. PLN (dihadiri oleh Direktur Pusat, GM wilayah Maluku dan maluku
Utara bapak Ikhsan beserta jajarannya)
Sampai saat ini pelanggan PT. PLN untuk wilayah Maluku masih
didominasi oleh pelanggan Rumah Tangga. Berdasarkan data sistem AP2T
status bulan Oktober, didapatkan bahwa Jumlah pelanggan Rumah Tangga
mendominasi keseluruhan pelanggan di Wilayah Maluku sebesar 91,7%.
PT PLN telah melakukan sejumlah perencanaan untuk mendukung
perluasan area pelayanan dengan program-program perluasan jaringan.
Beberapa kendala PT PLN dalam upaya peningkatan suplai tenaga listrik di
Maluku adalah sebagai berikut :
a. Kondisi Geografis yang terdiri dari pulau dan kepulauan, Jumlah
penduduk terbatas, beban listrik rendah dan tidak merata.
b. Infrastruktur jalan pada desa-desa yang remote pada umumnya
masih sangat terbatas, sangat menyulitkan dalam membangun
jaringan listrik.
c. Adanya larangan dari Menteri ESDM untuk tidak membangun
pembangkit diesel
d. Jarak antara desa yang cukup jauh, Interkoneksi sistem 20 kV
rawan gangguan, karena melewati hutan
e. Transportasi BBM dari depo ke pusat listrik di desa-desa yang
remote mahal dan sulit
Penduduk di propinsi Maluku sebagian mendapatkan listrik dari Non-
PLN sebesar 10,33% yang didapatkan dari swasta, pemda setempat,
Kementrian ESDM, dan mandiri (swadaya masyarakat). Untuk menekan
produksi pembangkit yang menggunakan BBM dan peningkatan Rasio
Elektrifikasi sampai dengan unit terkecil, maka PT PLN telah menggunakan
sumber energi alternatif. Sampai dengan saat ini telah beroperasi 10 PLTS di
Propinsi Maluku, dan 1 PLTS di Propinsi Maluku Utara, serta 1 Pembangkit
Biomass yang berada di Tual.
PT PLN melakukan rencana peningkatan pelayanan sebagai langkah
untuk menyikapi rencana kenaikan tarif dasar listrik dengan penerapan
program-program sebagai berikut :
a. Peningkatan pelayanan melalui call centre 123
b. Pelayanan gangguan melalui APKT (Aplikasi Pelayanan Keluhan
Terpusat)
c. Pelayanan pelanggan melalui AP2T (Aplikasi Pelayanan Pelanggan
Secara Terpusat)
d. Meningkatkan keandalan pembangkit & jaringan
e. Optimalisasi & eksplorasi pembangkit terbarukan
f. Mendorong Investor untuk membangun pembangkit energi
terbarukan dengan skema IPP (PLTMG, PLTM, PLTS, PLTP, &
PLT Biomas)
Kesimpulan:
Strategi yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi kendala yang
dihadapi:
- Melakukan optimalisasi & eksplorasi pembangkit terbarukan
- Melakukan kerjasama dengan pemerintah daerah untuk membangun
kelistrikan sebagaimana tertuang dalam UU No. 30 tahun 2009
- Melakukan koordinasi dengan Pertamina untuk mendirikan Depo di
Kabupaten.
c. PERUM BULOG
Operasional Divre Maluku & Malut meliputi dua provinsi yakni provinsi
Maluku (2 kota, 9 kabupaten) dan provinsi Maluku Utara (2 kota, 8
kabupaten), memiliki 13 unit gudang yang terletak di Kota Ambon (GBB
Galala, GBB Air Salobar), Kabupaten Maluku Tengah (GSP Tulehu),
Kabupaten Buru (GBB Mako), Kota Tual (GBB Tual), Kota Ternate (GBB
Tabahawa & Marikurubu), Kabupaten Halmahera Utara (GBB Tobelo).
Operasional Perum Bulog Divre Maluku sebagian besar melayani
pendistribusian Raskin dan lainnya adalah penyaluran beras Cadangan Beras
Pemerintah (CBP), Golongan anggaran (TNI, Sosial, KumHAM dll).
Disamping melakukan penyaluran beras, Perum Bulog Divre Maluku juga
melakukan pengadaan beras lokal yang saat ini hanya dilakukan di sentra
produksi padi di Mako Kab. Buru Provinsi Maluku.
Meskipun wilayah kerja Divre Maluku & Malut 90% melalui angkutan
laut, namun kinerja keuangan Perum Bulog Divre Maluku dalam 3 tahun
terakhir cukup baik, defisit hanya terjadi pada tahun 2012 yang diakibatkan
oleh pendapatan atas subsidi pemerintah terhadap HPB Raskin tahun 2012.
Untuk penyaluran Raskin per Januari – Maret 2012 masih menggunakan
harga lama, perubahan harga pada tahun 2012 yakni Rp. 6.450,- berlaku
bulan Januari – Maret 2012 dan Rp. 7.500,- bulan April – Desember 2012.
Pengembangan dan pengelolaan lahan dalam memenuhi kebutuhan
beras serta untuk memenuhi penyaluran beras di Maluku telah dilaksanakan
sejak tahun 2012 melalui program on-farm yang berpusat di sentra produksi
pulau Buru, namun produksi yang masih relatif tidak terlalu besar serta
dipengaruhi oleh adanya kegiatan pertambangan emas yang mengakibatkan
para petani beralih profesi menjadi penambang, sehingga kegiatan on-farm ini
masih bersifat mandiri. Pada saat ini, luas area sawah yang masuk dalam
kegiatan on-farm di pulau Buru seluas 99,25 ha dan melibatkan 4 kelompok
tani (107 orang petani), jumlah pengadaan beras Divre Maluku selama tiga
tahun (2012-2014) mengalami penurunan yang sangat signifikan.
Kendala yang dihadapi Perum Bulog Divre Maluku penyiapan ketersediaan
beras :
Provinsi Maluku bukan merupakan daerah sentra produksi beras.
Ketersediaan stok sangan tergantung suplai dari daerah produsen
seperti Sulawesi Selatan.
Ketersediaan space gudang yang minim.
Strategi yang dilakukan dalam menjaga ketersediaan pasokan beras
yaitu dengan melakukan pengadaan beras baik secara lokal yang dilakukan
di Mako Pulau Buru, maupun melakukan movenas dari Divre lain misalnya
dari Divre Sulawesi Selatan, sehingga stok yang dikuasai bisa memenuhi
kebutuhan penyaluran sampai dengan tiga bulan kedepan. Program yang
dijalankan oleh Perum Bulog Divre Maluku dalam mendukung pemerintah
untuk menjaga ketahanan pangan nasional dan daerah tentunya dengan
melakukan pengadaan beras lokal sebanyak-banyaknya sesuai inpres yang
berlaku, selain itu kegiatan on-farm yang merupakan program Bulog Dalam
rangka pengembangan usaha dan mendukung penyediaan stok Gabah/Beras
Dalam Negeri guna memenuhi kebutuhan Pelayanan Publik (PSO) maupun
komersial, maka Perum BULOG melaksanakan kegiatan On Farm yang
dengan pola :
On Farm Mandiri (Corporate Farming) adalah kegiatan
usahatani padi yang dikelola secara mandiri oleh Perum BULOG di
lahan milik Perum BULOG dan/atau sewa lahan milik pihak lain.
On Farm Kemitraan Mandiri (Cooperative Farming) adalah
kegiatan kerjasama usahatani padi antara Perum BULOG dan
Mitra Kerja On Farm Mandiri (MKO) dengan cara Perum BULOG
memberikan paket pinjaman sarana produksi padi (saprodi)
kepada Petani/Kelompok Tani atas jaminan dari MKO yang
dibayar kembali setelah panen (yarnen) dan seluruh hasil panen
dijual kepada Perum BULOG.
On Farm Kemitraan Sinergi (Cooperative Sinergy Farming)
adalah kegiatan kerjasama usaha tani padi antara Perum BULOG
dengan instansi terkait di daerah (seperti : Dinas yang menangani
pertanian dan ketahanan pangan di Pemerintahan Daerah
setempat), Kelompok Tani/Gapoktan, Perusahaan/Distributor
Saprodi, Perbankan dan Mitra Kerja Pengadaan (MKP) dalam
rangka pembiayaan usaha tani, penyediaan saprodi, budidaya,
penanganan panen dan pasca panen, serta penjualan hasil panen.
Sistem distribusi yang dilakukan oleh Perum BULOG Divre Maluku
dalam menjaga kestabilan harga beras di masyarakat yaitu dengan
melakukan pendistribusian secara rutin berdasarkan permintaan dari
Pemerintah Provinsi maupun Kabupaten, seperti penyaluran Raskin,
pelaksanaan Operasi Pasar untuk pengendalian gejolak harga di pasaran,
melakukan pasar murah pada hari-hari besar keagamaan yang bekerjasama
dengan dinas terkait. Pada prinsipnya Perum Bulog Divre Maluku selalu siap
dengan ketersediaan stok untuk memenuhi permintaan pemerintah dalam hal
stabilisasi harga di pasaran.
Kesimpulan:
- Perlunya perbaikan dalam sistem distribusi dan menjaga pasokan beras di
wilayah Maluku
d. PPN (PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA) AMBON (dihadiri oleh
Eselon III A dan beserta jajarannya)
Pelabuhan Perikanan Nusantara Ambon (PPN Ambon) merupakan
salah satu pelabuhan perikanan yang dibangun oleh pemerintah untuk
memberikan pelayanan kepada armada penangkapan ikan, terutama untuk
melayani kapal-kapal penangkapan ikan yang beroperasi di ZEEI Arafura,
perairan Laut Banda dan laut Seram. Pelabuhan Perikanan Nusantara
Ambon telah berfungsi baik. Walaupun pelabuhan ini telah berfungsi baik,
namun masih ada kendala dan hambatan yang ditemui dalam
operasionalnya. Masalah pokoknya adalah layanan yang diberikan belum
optimal karena daya dukung fasilitas yang ada sudah tidak mampu
menampung jumlah dan aktifitas kapal perikanan yang ada. Sehingga untuk
melayani kapal-kapal yang ada dan kapal-kapal yang akan berpangkalan di
pelabuhan ini, sehingga perlu diupayakan pengembangannya.
Kendala yang dialami oleh PPN Ambon, yaitu:
1. Keterbatasan lahan menjadi permasalahan utama PPN Ambon karena
menghambat investor untuk masuk dalam industri perikanan di
kawasan PPN Ambon.
2. Kurangnya fasilitas cold storage (lemari pendingin) untuk membantu
menjaga kualitas ikan sehingga dapat menambah nilai jual ikan.
Karena kurangnya ketersediaan lemari pendingin, maka harga jual ikan
di pasar-pasar Maluku menjadi sangat murah dan berujung pada
tingkat kesejahteraan nelayan/masyarakat Maluku.
Kesimpulan:
- Perlu penambahan fasilitas cold storage sehingga dapat meningkatkan
kualitas ikan hasil tangkap.
- Ketersediaan lahan untuk industri perikanan masih kurang, sementara ikan
hasil tangkap di Maluku sanga melimpah dan memerlukan tempat baik
untuk penyimpanan maupun pemasarannya.
e. PTPN XIV
Kantor pusatnya di Makasar, bidang usaha yang dikelola adalah
bidang pertanian/perkebunan, dengan komoditas gula, tebu, minyak kelapa
sawit, kako, karet, kopra, dan ternak sapi. Komoditi unggulan menjadi core
business adalah gula, kelapa sawit dan karet.
Kendala yang dihadapi PTPN XIV yaitu:
1. masalah keuangan (mempunyai beban hutang Rp1,69T);
2. tanaman kelapa sawit dan karet sebagian besar perlu di replanting;
3. beberapa bisnis/komoditi yang dikelola tidak feasible;
4. lahan yang ditanami/termanfaatkan hanya 30% dan kondisi tanaman
dibawah standard;
5. masalah legalitas dan penyerobotan lahan.
Kesimpulan:
- perlunya bantuan/solusi dalam menyelesaikan masalah hutang sehingga
tidak membebani perusahaan dalam waktu yang lama.
f. PT. PUPUK KALTIM
PT Pupuk Kaltim berdiri pada tanggal 7 Desember 1977. Saat ini
status perusahaan adalah anak perusahan PT Pupuk Indonesia (Persero).
Pemegang Saham terdiri dari PT Pupuk Indonesia (Persero) (99,99%) dan
YKHT PKT (0,01%). Pupuk Kaltim memproduksi dan menjual Urea, Amoniak,
Pupuk NPK dan Organik.
Kendala yang dihadapi:
1. Ketersediaan pupuk di daerah Buru masih kurang sementara daerah
tersebut adalah penghasil beras potensial di Maluku.
2. Masalah ketersediaan fasilitas gudang penyimpanan pupuk masih kurang.
3. Membutuhkan restrukturisasi pabrik (pembuatan pabrik baru) dalam
memenuhi kebutuhan pupuk di Indonesia
4. mengalami kesulitan dalam mendapatkan suplai gas sehingga berdampak
pada kapasitas produksi,
5. Kesulitan dalam hal penjualan hasil produksi, dimana pupuk uang dijual
harus mengikuti ketentuan Pemerintah sementara biaya transportasi untuk
distribusi pupuk sangat tinggi.
Kesimpulan:
- Koordiansi produsen dengan dinas terkait di daerah tentang kebutuhan
pupuk subsidi agar lebih baik.
- Pengawasan penyaluran pupuk oleh Komisi Pengawasan Pupuk dan
Pestisida (KP#) di daerah dapat ditingkatkan.
g. PT. PELNI (dihadiri oleh Direksi PELNI Bapak Elvin dan GM wilayah IV
beserta jajarannya)
Pelni merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang transportasi
laut. Sebagian besar wilayah Maluku adalah kepulauan yang sangat
membutuhkan alat transportasi laut untuk memperlancar mobilitas
masyarakat. Saat ini PT Pelni memiliki 29 unit kapal dengan 7 kapal yang
melewati Ambon. Dimana sebagian besar umur kapal-kapal tersebut diatas
10 tahun, dan hanya 3% kapal-kapal yang umurnya dibawah 10 tahun. Tahun
lalu Pelni mengalami kerugian yang cukup besar, namun tahun ini sudah
mulai membaik dengan jumlah keuntungan sebesar 3,9T. Dari sisi
penumpang memang turun 3% karena jumlah pesawat terbang yang
melayani sudah 2xlipat, melakukan promo atau diskon harga yang tentunya
harganya sama dengan harga tiket pesawat.
Kesimpulan:
- Perlunya peningkatan pelayanan dan kebutuhan kapal baru sehingga
dapat menambah kapasitas penumpang.
h. PT. ASDP
PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Ambon telah
menyediakan 10 unit armada yang beroperasi di 10 lintasan dengan rincian 3
lintasan komersil dan 7 lintasan penugasan serta 5 unit pelabuhan. Bidang
pokok usaha yang dilakukan PT. ASDP yaitu angkutan penyeberangan dan
pelabuhan penyeberangan.
Kendala yang masih dihadapi seperti:
a. Angkutan penyeberangan, sebagian kapal milik PT. ASDP cabang Ambon
sudah tidak sesuai dengan karakteristik lintasan (kapasitas kecil dan usia
kapal sudah tua),
b. Kondisi dermaga yang tersedia belum mencukupi daya tampung untuk
kapal bertambat pada saat cuaca kurang bersahabat dan pada saat kapal
istirahat dalam melakukan perawatan atau perbaikan. Hal ini disebabkan
posisi 2 unit dermaga pada pelabuhan Waipirit terbuka menghadap arah
bagian barat sehingga sangat berbahaya untuk bertambat;
c. Pelabuhan penyeberangan, rencana penggunaan jembatan merah putih
(substitusi lintas Galala-Poka) menghambat pengembangan areal
pelabuhan Poka dikarenakan investasi yang dibangun akan
mempengaruhi kinerja keuangan dan operasional.
d. Status lahan di beberapa pelabuhan belum memiliki kekuatan hukum
dikarenakan Pelabuhan Hunimua masih terdapat masalah sengketa segi
tiga antara TNI AU dan 2 kelompok masyarakat negeri liang yang mengaku
sebagaii ahli waris.
Kesimpulan:
- Perlunya meningkatkan kenyamanan dan keamanan para penumpang baik
dari sisi pelayanan, ketersediaan kapal dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat akan transportasi penyeberangan di Maluku.
i. PT. PELINDO IV (dihadiri oleh Direksi Pelindo IV Bapak Budi, GM
wilayah IV beserta jajarannya)
Wilayah kerja Pelindo IV meliputi Indonesia bagian Timur termasuk dari
Nunukan hingga merauke. Pada tahun 2014 terjadi penurunan kunjungan
kapal karena besarnya kapal, hanya yang berukuran besar. Untuk jumlah
penumpang menurun karena ada transportasi lain yang merupakan
kompetitor kapal yaitu pesawat.
j. PT. GARUDA INDONESIA (dihadiri oleh Direktur Pemasaran: Erik
Mejer, Kepala Perwakilan Maluku: Sony P.)
Pada tahun 2006-2007 PT. Garuda berada dalam fase survival karena
Indonesia saat itu sedang mengalami krisis ekonomi. Seiring dengan adanya
perbaikan dalam manajemen perusahaan (restrukturisasi) maka total
passenger market PT Garuda meningkat dari tahun 2006 sebesar 45,3%
sekarang menjadi 116%. PT Garuda juga berhasil memperkuat posisi market
share skrg hampir 30% dengan Citilink sebesar 8,9%. Umur pesawat yang
digunakan rata-rata 11,5 tahun namun sekarang dibawah 5 tahun dengan
rata-rata umur pesawat 4,2 tahun. Penambahan pesawat terus dilakukan
hingga akhir tahun akan ada 166 pesawat dan akan bertambah menjadi 189
buah pesawat di tahun 2015.
Jumlah dan jenis peswat yang digunakan oleh garuda yaitu: Airbus seri
A330 sebanyak 21 pesawat, Boeing 777-300 ER sebanyak 6 pesawat,
Boeing 737-800 sebanyak 75 pesawat, Bombardier CRJ 1000 sebanyak 15
pesawat, dan jenis ATR 72-600 atau pesawat dengan baling sebanyak 8
pesawat.
Pangsa Pasar garuda berhasil naik 3% untuk tahun ini, yang
didominasi oleh Lion (Lion + Batik). Untuk internasional pangsa pasarnya
menurun karena seiring dengan banyaknya ijin yang diberikan kepada
maskapai penerbangan besar milik asing beroperasi melayani penerbangan
ke Indonesia walaupun jumlah flight garuda juga bertambah.
Saat ini ada 6 kota tujuan dari Ambon, yaitu Jakarta, Surabaya,
Makassar, Ternate, Saumlaki dan Langgur. Sejak tahun 2011 hingga tahun
2014 terjadi peningkatan penjualan Garuda Indonesia rata-rata pertahun
sekitar 13 %.
Kinerja Operasional GA-Maluku, pencapaian On Time Performance
Garuda di Maluku sebesar 93%, angka ini berada diatas ketentuan minimal
dari pemerintah yaitu sebesar 80%.
Dalam rencana pengembangan bisnisnya Garuda akan membuka rute
penerbangan baru yaitu Ambon-Dabo, Ambon-Banda, Surabaya-Ambon-
Sorong, Jakarta-Ambon-Jayapura.
Kendala yang masih dialami, diantaranya:
Belum memadainya fasilitas airport seperti feeder;
X-ray di Bandara Pattimura hanya 1 sementara frekuensi
penerbangan terus meningkat dan hanya berfungsi di hari sabtu,
sedangkan di Saumlaki pemeriksaan masih manual;
Fasilitas di airport yang belum memenuhi standar (misalnya AC,
kebersihan toilet dan fasilitas lainnya)
Jam buka bandara di beberapa tempat seperti di Saumlaki dan
Langgur yang membatasi penerbangan dan mengurangi utilisasi
pesawat.
Perlunya dukungan khusus dari Pertamina dengan ketersediaan
stasiun pengisian bahan bakar sehingga beban “seat” bias
dikurangi, saat ini untuk pesawat perintis dengan kapasitas seat 70
hanya bias diisi 50 saja.
Kesimpulan:
- Rencana Garuda untuk mengisi kekosongan rute merpati diapresiasi oleh
anggota Tim Kunker.
- Akan di undang RDP untuk membicarakan permasalahan Garuda dalam
mendukung Garuda sebagai pionir bangsa dalam hal maskapai
penerbangan Indonesia.
- Masih kurangnya stasiun pengisian BBM di wilayah timur.
k. BANK INDONESIA (dihadiri oleh Kepala Perwakilan Kantor BI
Maluku: Bapak Wuryanto)
Pertumbuhan ekonomi Maluku pada triwulan III 2014 sebesar 7,33%
(yoy) cukup tinggi disbanding nasional yaitu 5%, namun dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya menurun sebesar 7,99% (yoy) yang artinya Maluku
mengalami pertumbuhan positif dengan laju yang melambat. Dari sisi
permintaan, pertumbuhan ekonomi Maluku ditopang oleh konsumsi rumah
tangga, konsumsi pemerintah dan ekspor. Dari sisi penawaran, pertumbuhan
ekonomi Maluku ditopang oleh sektor PHR, pertanian dan jasa-jasa.
Faktor downside melambatnya pertumbuhan ekonomi Maluku: musim
penghujan dan gelombang laut, kenaikan TDL kelompok industri dan bahan
baku, menurunnya andil/sumbangan Pemilu.
Sebaran kantor dan aset perbankan di Kota Ambon masih belum
merata dan sebagian besar masih di kota Ambon, karena konektivitas dan
infrastruktur dasar yang cukup mendukung di Ambon.
Perekonomian Maluku pada 2015 diprakirakan masih mengalami
pertumbuhan positif dan tergolong tinggi dengan tingkat inflasi yang terkendali
meskipun terdapat kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi dengan
mengandalkan koordinasi dan kerjasama antarinstansi di dalam kerangka
kerja TPID. Penyebab utama inflasi di Maluku adalah local food seperti sayur-
sayuran dan ikan segar selalu terjadi fluktuatif harga. Untuk sayuran selalu di
impor dari luar maluku dalam usaha untuk meningkatkan katahanan pangan.
Perekonomian nasional masih menghadapi ketidakpastian seiring
dengan masih belum kuatnya perekonomian negara-negara maju dan
terbatasnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok, serta risiko reversal arus modal
menghadapi diambilnya kebijakan normalisasi The Fed. Tantangan
dimulainya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sehingga perlu diantisipasi
oleh Pemda Maluku dengan meningkatkan daya saing komoditas maupun
human capital/sumber daya manusianya.
l. Kepala OJK (Kepala Perwakilan OJK Laksono W)
m. BRI (dihadiri oleh Direktur Bisnis UMKM Pak Jarot Kesumayakti)
Saat ini mempunyai 51 outlet yang terdiri atas 4 kantor cabang, 3 KCP,
31 unit, 9 Teras dan 4 Teras Keliling. Jumlah debitur Provinsi Maluku terus
meningkat dari tahun ke tahun. Tahun 2010 sebanyak 42 ribu debitur, hingga
mencapai 56 ribu debitur per Nov 2014.
NPL Pinjaman Provinsi Maluku terus menurun dan selalu berada di
bawah ketentuan maks NPL oleh BI (5%). Per Nov 2014, NPL berada di poin
1,20% yang artinya jauh dari standar kelayakan yang diberikan oleh BI.
Saat ini posisi Baki Debet pinjaman di Provinsi Maluku meningkat
setiap tahunnya. Pada tahun 2010 sebesar Rp 1,3 T, dan terus meningkat
hingga November 2014 sebesar Rp 2,5 T. Komposisi pinjaman terbesar
sebesar Rp 1,4 T, diikuti dengan segmen ritel pada Rp 997 M. Penyaluran
pinjaman per sektor ekonomi didominasi oleh pinjaman di sektor Lain-lain
sebesar Rp 1,7 T atau sebesar 70,04% dari total pinjaman, diikuti oleh sektor
Perdagangan (Rp 565 M; 22,14%) dan sektor Pertanian (Rp 60 M; 2,35%).
Penyaluran KUR di Provinsi Maluku terus meningkat baik dari segi
realisasi kumulatif dan jumlah debitur. Per Nov 2014, realisasi kumulatif KUR
mencapai Rp 766 M dengan jumlah debitur 54 ribu. Dalam mengatasi
masalah kredit program kemitraan yang macet, BRI melakukan beberapa
langkah-langkah yaitu:
A. Usaha pemulihan kredit program kemitraan yang bermasalah:
1. Penjadwalan kembali (reschuduling)
2. Penyesuaian persyaratan (reconditioning)
Penggunaan langkah Penjadwalan kembali (reschuduling) atau
Penyesuaian persyaratan (reconditioning) tersebut apabila memenuhi
kriteria:
a. Mitra Binaan beritikad baik atau kooperatif terhadap upaya
penyelamantan yang akan dilakukan;
b. Usaha Mitra Binaan masih berjalan dan mempunyai prospek
usaha;
c. Mitra Binaan masih mempunyai kemampuan membayar
angsuran.
B. Tindakan penyesuaian persyaratan (reconditioning) dilakukan setelah
adanya tindakan penjadwalan kembali (rescheduling).
Program Kemitraan diberikan pada saat KUR masih disosialisasi
sehingga target sasaran kemitraan sebenarnya lebih cocok menggunakan
KUR.
n. BNI (dihadiri oleh Direktur Pelayanan Kristianto)
Sejak 3 tahun terakhir, BNI di Provinsi Maluku telah menambah 4
outlet, yaitu di Tahun 2012 1 outlet (KLN Masohi), tahun 2013 1 outlet (KK
Mardika), tahun 2014 2 outlet (KK Saumlaki dan KK Unpatti). Sehingga pada
akhir tahun 2014 jumlah outlet BNI yang akan beroperasi sebanyak 9 outlet
termasuk Kantor Cabang Utama Ambon.
BNI telah beroperasi di 5 Kabupaten/Kota, Yaitu: Kota Ambon (5
outlet), Kota Tual (1 outlet/KLN Tual), Kab. Maluku Tengah (1 outlet/KLN
Masohi), Kab. Buru (1 outlet/KLN Namlea), dan Kab. Maluku Tenggara Barat
(1outlet/KK Saumlaki). Untuk pemenuhan SDM dilakukan dengan perekrutan
putra-putra daerah, karena banyak SDM dari luar Maluku misalnya dari Jawa
mengajukan pindah atau resign.
Besar nominal KUR yang diberikan berkisar Rp 20 juta s.d. Rp 500 juta
dengan konsentrasi pembiayaan di sektor perdagangan sebesar 76% dari
total penyaluran KUR. Sebagian besar penyaluran KUR telah beralih ke BNI
Wirausaha (BWU).
Proses kredit masih dilakukan di Makassar, sehingga target tahun
depan proses kredit dapat dilakukan di Maluku. Kendala lain dalam hal
penyaluran KUR yaitu kondisi geografis yang tersebar dan pada umumnya,
calon debitur dengan pinjaman Rp 500 juta telah memiliki pinjaman komersial
di perbankan.
o. BANK MANDIRI (dihadiri oleh Direktur institusional Banking Bapak
Abdurrahman)
Bank Mandiri di Provinsi Maluku memiliki 10 kantor cabang dengan
jumlah penabung sebanyak 6400 orang. Hingga bulan September 2014 Bank
Mandiri telah menyalurkan Kredit sebanyak Rp. 544 Milyar dan menghimpun
dana sebanyak Rp. 2.081 Milyar, terdiri dari Giro sebanyak Rp. 146 Milyar,
Deposito sebanyak Rp. 1.086 Milyar dan Tabungan sebanyak Rp. 848 Milyar.
Secara akumulasi penyaluran KUR di Provinsi Maluku (periode
Oktober 2007 s.d 30 September 2014) mencapai Rp 70.19 Milyar kepada
2.022 debitur.
Penyaluran KUR di Provinsi Maluku didominasi oleh sektor
perdagangan sebesar 77.61 % diikuti oleh sektor Jasa Dunia Usaha sebesar
6.38 % dan sektor Jasa Sosial Masyarakat sebesar 6.01 % Secara akumulasi
penyaluran KUR di Provinsi Maluku (periode Oktober 2007 s.d 30 September 2014)
mencapai Rp 70.19 Milyar kepada 2.022 debitur. Penyaluran KUR di Provinsi
Maluku didominasi oleh sektor perdagangan sebesar 77.61 % diikuti oleh
sektor Jasa Dunia Usaha sebesar 6.38 % dan sektor Jasa Sosial Masyarakat
sebesar 6.01 %
p. BTN (dihadiri oleh Direktur Treasury and Asset management Iman
Nugroho)
Hanya memiliki 1 KCP di Ambon, Dari 11 (sebelas) Kabupataen/Kota di
wilayah Maluku, wilayah kerja Bank BTN hanya berada di wilayah Kota Ambon
dengan jumlah Kantor sebanyak 2 (dua) buah. BTN merupakan bank khusus dalam
hal pembiayaan perumahan yang hampir 86% pembiayaannya berasal dari kredit
perumahan rakyat (KPR), seharusnya diberikan keistimewaan untuk sebaiknya tidak
melakukan program KUR.
LDR yang tinggi di BTN, karena memberikan pinjaman dengan kredit
yang sangat panjang waktunya selain itu juga berupa deposito. Dengan CAR
14,3% maka pengembangan BTN tidak secepat bank lain dimana ketentuan
tersebut dikeluarkan oleh OJK yaitu menjaga CAR dibawah 14%.
Beberapa kendala yang dihadapi masih sama dengan yang dihadapi
oleh bank-bank lain, yaitu:
1. Calon debitur telah memiliki kredit usaha berdasarkan data dari BI
Checking,
2. Calon denitur memiliki kredit dengan kolektobilitas NPL sesuai dengan hasil
BI Checking,
3. Masih kurang tingkat kesehatan koperasi dan kelengkapan administrasi
koperasi yang tidak lengkap.
q. PD BANK MALUKU ( dihadiri oleh Direktur Kepatuhan Isak D)
PD Bank Maluku dimiliki oleh 2 provinsi yaitu Provinsi Maluku dan
Malut dengan 38 Outlet. Kredit didominasi oleh kredit konsumtif dibandingkan
dengan kredit positifnya Hal ini disebabkan ada kekosongan dalam
kewenangan memutus kredit hanya ada pada kepala divisi kredit.
Penyaluran kredit dan KUR masih dapat dikembangkan namun masih
terkendala dengan masalah transportasi dan komunikasi yang terbatas.
III. KESIMPULAN/KEPUTUSAN
1. Masih terbatasnya infrastruktur dalam mendukung perkembangan sektor
industri, diharapkan agar Pemerintah Pusat dapat membangun
infrastruktur dalam mendukung pembangunan sektor industri di Provinsi
Maluku.
2. Provinsi Maluku belum memiliki Kawasan Industri karena itu perlu
dibentuk Kawasan Industri untuk itu diharapkan lewat Komisi VI DPR-RI
dapat mendorong Pemerintah Pusat lewat Kementerian Perindustrian
untuk menetapkan Kawasan Industri di Kabupaten Maluku Tengah,
Kecamatan Wahai/Arara sebagai Kawasan Induatri Perikanan Terpadu
di Provinsi Maluku melalui SK Mentri Perindustrian. Masih terbatasnya
sarana dan prasarana perdagangan seperti pasar dan gudang sehingga
perlu membangun pasar dan gudang diseluruh wilayah Kabupaten/Kota
se-Provinsi Maluku.
3. Belum tersedianya Pusat distribusi regional (PDR) dan pusat distribusi
Provinsi untuk itu perlu adanya perhatian pemerintah Pusat untuk
membangun pusat-pusat distribusi baik pusat distribusi regional maupun
pusat distribusi provinsi di Maluku.
4. Dengan adanya berbagai masalah didaerah, maka Komisi VI akan
mengundang mitra kerja dalam hal ini BUMN untuk melengkapi data-
data dan membahas permasalahan tersebut dalam rapat (RDP) di
Jakarta.
IV. SARAN/REKOMENDASI
a. Prasarana sarana transportasi,
Membutuhkan dukungan pemerintah pusat dalam rangka
mendorong percepatan pembangunan trans Maluku baik dari sisi
darat, laut maupun udara.
b. Penyaluran BBM dan Gas.
Penyaluran BBM untuk kabupaten maluku barat daya masih
mengalami kendala khususnya pada saat cuaca ekstrim dan
gelombang tinggi yang mengakibatkan masyarakat di daerah ini
memperoleh BBM dengan harga yang sangat tinggi ± Rp
20.000/ltr, dengan demikian mohon dukungan prasarana
penyediaan depot BBM.
Sedangkan untuk gas elpiji wilayah kota ambon dan sekitarnya
agar disediakan infrastruktur Stasiun Pengisian Bulk Elpiji
(SPBE).
c. Penyaluran Beras/ Bahan Pokok.
Bahwa untuk menjaga kestabilan harga di pasaran, seharusnya
perum bulog diberi tugas sbagai stabilisator;
Dukungan Bulog Kepada Pemerintah dalam rangka swasembada
beras adalah kesiapan Bulog membeli beras petani untuk itu
seharusnya pemerintah memberikan peran yang luas kepada
Bulog dalam penyalurannya, termasuk melayani, PNS, TNI dan
Polri.
d. Pengembangan Industri hasil hutan dan perkebunan.
Industri Hutan
Terkait dengan Pengembangan industri hasi hutan dapat
disampaikan bahwa produk industru dalam negeri tida bisa
bersaing dengan produk industri di luar negeri, hal ini disebabkan
oleh bahan baku yang di gunakan pada produk luar negeri
menggunakan kayu-kayu ilegal yang berasal dari indonesia, kayu-
kayu ilegal tersebut diperoleh dengan harga tidak dikenakan
provisi daya hutan (PSDA) dan dana Reboisasi (DR), oleh karena
itu ilegal loging harus diberantas.
Revitalisasi mesin-mesin industri kehutanan agar rendemen besar
sehingga lebih efisien.
Industri berbasis bahan baku yang berasal dari hutan tanaman,
sehingga bahan baku lebih murah.
Industri Perkebunan
Dalam upaya peningkatan produk dan daya saing komoditi
perkebunan, maka perlu peremajaan dan pengembangan
komoditi unggulan daerah (pala, cengkeh, kelapa) peralatan
pasca panen dan bagaimana supaya eksport komoditas
perkebunan bisa langsung dari Ambon (terkait dengan sektor
lain), sehubungan dengan itu dibutuhkan alokasi anggaran yang
lebih untuk peningkatan dan pengembangan hasil perkebunan.
e. Ketersediaan Listrik,
Pada akhir tahun 2013 rasio elektrifikasi Nasional telah mencapai
80,16% sementara rasio elektrifikasi Maluku baru mencapai
78,36%. Dalam rancangan RPJMN 2014-2019 salah satu target
yang ingin dicapai adalah rasio elektrifikasi 100% pada tahun
2020. Terkait dengan hal tersebut pemerintah provinsi maluku
melalui RPJMD 2014-2019 juga telah menargetkan untuk
mencapai rasio elektrifikasi 100 % pada tahun 2020. Untuk
mencapai target tersebut tidak mungkin dilakukan hanya dengan
menggunakan dana APBD Provinsi Maluku, sehingga sangat
diperlukan dukungan dari pemerintah pusat melalui kementerian
energi dan sumberdaya mineral dengan meningatkan alokasi
dana yang disediakan melalui program listrik pedesaan dan
pemanfaatan energi terbarukan.
Dibutuhkan dukungan dari pemerintah pusat terkait dengan
regulasi maupun kebijakan sehingga PLN di berikan kemudahan
dalam mendapatkan potensi sumber energi terbarukan untuk
membangun pembangkit dalam memenui kebutuhan energi listrik.
f. Penyaluran Kredit Usaha Rakyat/ KUR.
Suku Bunga KUR agar dapat ditinjau kembali, karena masih
memberatkan para kreditur, terutama KUR Mikro.
Jangkauan pelayanan KUR ke kabupaten masih sangat
terbatas, sehingga perlu adanya kebijakan kepada perbankan
pelaksana KUR untuk dapat meningkatkan penyaluran KUR di
tingat Kabupaten.
Catatan: Data-data yang diminta akan di gabungkan oleh perbankan yang
hadir dan akan disampaikan kepada Komisi VI.
Serta menunggu jawaban pertanyaan dari BPD Maluku agar segera
disampaikan.
V. PENUTUP Demikian Laporan Kunjungan Kerja Komisi VI DPR-RI ke Provinsi
Maluku pada Reses Masa Persidangan I Tahun Sidang 2014-2015 yang
dilaksanakan pada tanggal 8-11 Desember 2014.
Terkait dengan pengembangan agar selalu memperhatikan masalah
local content, peningkatan pelayanan angkutan udara dan pelabuhan,
ketersediaan bahan bakar gas maupun minyak dalam hal memenuhi
kebutuhan masyarakat maupun industri, ketersediaan pupuk serta hasil
hutan, ketersediaan beras, dan kesiapan perbankan dalam mendukung
pembangunan di Provinsi Maluku maka diperlukan sinergisitas kebijakan
lintas sektoral dan lintas wilayah antara Kementerian/Lembaga/Pemda terkait
terutama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Selanjutnya Tim Kunjungan Kerja Komisi VI DPR RI akan menjadikan
laporan ini menjadi masukan bagi Komisi VI DPR RI terutama sebagai bahan
bagi fungsi Pengawasan dan Penganggaran DPR RI. Selain itu hasil
Kunjungan Kerja ini juga akan diserahkan kepada Pemerintah untuk dapat
ditindaklanjuti terutama dalam melakukan perencanaan bagi pembangunan
dan atau pemeliharaan serta perbaikan bagi kesejahteraan masyarakat di
Provinsi Maluku pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.
KOMISI VI DPR RI
Top Related