Download - Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

Transcript
Page 1: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

UNIVERSITAS INDONESIA

DETERMINAN MIGRASI INTERNASIONAL: MIGRASI NETTO STUDIKASUS ASEAN+6 DAN GRAVITASI MIGRASI KELUAR DARI

INDONESIA

SKRIPSI

WISNU HARTO ADI WIJOYO0706286350

FAKULTAS EKONOMIPROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

DEPOKJULI 2011

Page 2: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

UNIVERSITAS INDONESIA

DETERMINAN MIGRASI INTERNASIONAL: MIGRASI NETTO STUDIKASUS ASEAN+6 DAN GRAVITASI MIGRASI KELUAR DARI

INDONESIA

SKRIPSIDiajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

WISNU HARTO ADI WIJOYO0706286350

FAKULTAS EKONOMIPROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

DEPOKJULI 2011

Page 3: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul : Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi KasusASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

Nama : Wisnu Harto Adi WijoyoNPM : 0706286350

Laporan Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui.

21 Juli 2011

Elda Luciana Pardede, S.E, M.Sc.

Pembimbing Skripsi

ii

Page 4: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Wisnu Harto Adi WijoyoNPM : 0706286350Tanda Tangan :

Tanggal : 21 Juli 2011

iii

Page 5: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :Nama : Wisnu Harto Adi WijoyoNPM : 0706286350Program Studi : Ilmu EkonomiJudul Skripsi : Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto

Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluardari Indonesia

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterimasebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar SarjanaEkonomi pada Program Studi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi, UniversitasIndonesia.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Elda Luciana Pardede, S.E, M.Sc. ( )

Ketua Penguji : Pribadi Setiyanto S.E., M.A. ( )

Penguji : Ledi Trialdi S.E., MPP. ( )

Ditetapkan di : DepokTanggal : 18 Juli 2011

iv

Page 6: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yangtelah memberikan rahmat dan karunia-Nya pada penulis sehingga tugas penulisanskripsi sebagai persyaratan untuk memenuhi kriteria kelulusan meraih gelar kesar-janaan di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia da-pat diselesaikan dengan baik.

Selama penulisan, penulis tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berba-gai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan rasa terima dan rasa hor-mat serta penghargaan yang setulus-tulusnya kepada pihak-pihak yang telah banyakmembantu sehingga skripsi ini dapat terwujud, kepada:1. Bu Elda Pardede selaku dosen pembimbing yang dengan segenap hati telahbersedia meluangkan waktu dan kesabarannya dalam membimbing, mengarahkandan mendukung penulis selama penyusunan skripsi;2. Bapak Pribadi dan Pak Ledi selaku penguji sidang yang baik dan sabar dalammenguji saya dan telah banyak memberikan saran dan kritik untuk perbaikan skripsiini;3. Para Dosen Fakultas Ekonomi yang telah memberikan ilmu-ilmu yang bergunadan bermanfaat selama penulis menjalankan masa kuliah di FEUI; terutama PakAndi dan Pak Rus’an serta Pak Chaikall yang humornya membuat kelas selalumenyenangkan;4. Tentunya kedua orang tua, Bapak dan Ibu serta seorang adik yang agak cerewet:p;5. Asih Dwi Hayu Pangesti, disebut sendirian biar spesial (ga pake telor :p);6. Geng Otaku: Ledotto, Mbak Decil, Fajar Labkom, Kak Rani Simehate, KakImam, Akbar Zuvardhi (Bahasa India tu Bar :p), Dea dan Elsa, Kak Zen, Kak Putri,Kak Faris, Kak Jogja;7. Tentunya Nida Sadida, Oom Bimo Senang, Teh Kenny Devita, Ledotto lagi, RuthNiki ’The Dark Horse’, Mas Joseph Sihotang, Uda’ Jahen sang Ketua ILUNIE, Yu-lia Chaerani, Tante PS (Putri Saraswati), Akbar lagi, Abay al Abay, Doni ’Ganteng’,Doni HPP ’The Conqueror’, Rufita ’Imut’ Sri Hasanah (eh, bener ga nih ejaannya?),Gita PP ’SNSD’, Bu Dwinda, Bu Direta, Dara Andhika ’Diamond Heart’, Diah Ar-lina, Mister Clau, Lamia, Kak Kara, Kak Niki, Sheny Rekan PIN, Alam RekanASUI, Ginandjati Anjas ’The Illuminatus’, Ratih Dwi R, Bro Akam, Bro Aria, Adit’Opor’ Chiang Mandarizky, Kiki, Thijah, Nadice (sengaja gw deketin ketiganya

v

Page 7: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

vi

ama Adit), Windha, Akrie, Mikail, Isni, Nisa Evandiari, Dhita Larasati, Si ArtisAdhi Cihuy, Si temennya artis Zivanna L. Siregar, Gema, Rama, Succi Herdian yanglugu, Mas I.G.N.M Mulia Primanta Sohib Inter, Nadif, Murid gw Dina, Ovani yangbawel, Shelda Sabrina, Zahara buat kertas Printnya, Tias, Tewe (rekan Statu), FriskaMagdalena Panjaitan (yang dibully penulis selama penulisan), Meilany Samsi, AyuYeriesca, Novia Arista, Nosika Chika, Dewi Marhamah, KFC, Burger and Grill,serta Labkom DepIE. Oia, Sebastianus Andhika Nasution dan Ratna Andhika, eh,Ratna Indah Fitria :p, Vandes Dolly, Tito Pardede, Bro Yokeu, Astri F, Usaid A.R,Shelly N, Mia R, Badrul Oom R, Fyra, Topo, Mbak Nanin, Mbak Illah, Mas Katno,Kak Happy Safitri, Kak Cabe buat buku - buku warisannya, Mas Femo, Mbak Rini:p;8. Schach Noir, The Black Cat (Acer 4530) dengan MacBuntu 10.04 dan Win7x64 Ultimate serta Mini Portable XP Proffessional SP2 yang membantu perskrip-sian penulis, Software LATEX, Motorola Q8 CDMA edisi 2004, Sony Ericsson S302Snapshot Edition, Blackberry Electron 8700g edisi 2004, Forum Linux Kaskus,Komunitas UI untuk tutorial dan template LATEXnya, Kambing UI buat distro Linuxdan update Ubuntunya, Jstor, Elsivier, Researchgate, Googledocs, Forum AntivirusAnsav.com (udah tewas, hix), Website gw Myconomy, Hijack Tools buat Down-load paksa PDF internet :p, dan berbagai software open source yang berlandaskansosialisme utopis dan menyenangkan :p ;9. Semua pihak yang telah sangat membantu penulis di dalam penyusunan skripsiini dan tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu . Akhir kata, saya berharap Al-lah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu.Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

’Bukan Ku ingin mendahului nasib;

Melainkan nasib adalah kesendirian masing - masing’

(Chairil Anwar oleh Sumandjaya)

Depok, 18 Juli 2011

Wisnu Harto Adi Wijoyo

Universitas Indonesia

Page 8: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASITUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Wisnu Harto Adi WijoyoNPM : 0706286350Program Studi : Ilmu EkonomiFakultas : EkonomiJenis Karya : Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Uni-versitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty FreeRight) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 danGravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-eksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan,mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikantugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/penciptadan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyatan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : DepokPada tanggal : 21 Juli 2011

Yang menyatakan

(Wisnu Harto Adi Wijoyo)

vii

Page 9: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

ABSTRAK

Nama : Wisnu Harto Adi WijoyoProgram Studi : Ilmu EkonomiJudul : Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Ka-

sus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

Tulisan ini bertujuan untuk mengestimasi dampak dari determinan - determinanmigrasi netto internasional di ASEAN+6 (Cina, Jepang, Korea Selatan, India, Aus-tralia, dan Arab Saudi) selama periode waktu 1980-2010 dan pola migrasi keluarIndonesia dari tahun 1994-2008. Tingkat migrasi netto menjadi variabel dependenmodel ASEAN+6, sedangkan persentase migrasi keluar Indonesia menjadi variabeldependen untuk model migrasi Indonesia. Model Panel GLS-LSDV dipergunakanuntuk menjelaskan kedua model. Dari hasil analisis, mengindikasikan bahwa untukkasus ASEAN+6 faktor penarik (pendapatan perkapita) lebih kuat dibandingkanfaktor pendorong (tingkat pengangguran), sementara untuk Indonesia hanya rasiopendapatan perkapita yang terbukti berkorelasi positif dengan migrasi keluarIndonesia.

Kata Kunci: migrasi internasional, analisis panel gls-lsdv, ASEAN+6, Indonesia,determinan ekonomi, faktor penarik dan pendorong

viii

Page 10: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

ABSTRACT

Name : Wisnu Harto Adi WijoyoProgram : EconomicsTitle : Determinants of International Migration: Study Case of

ASEAN+6’s Net Migration and Gravity of Indonesian Outmigra-tion

This paper aims to estimate the influence of economic determinants on netinternational migration in ASEAN+6(China, Japan, South Korea, India, Australia,and Saudi Arabia) in the period of 1980-2010 and the out migration pattern inIndonesia from 1994-1998. Net migration rates subjected as dependent variablefor ASEAN+6’s model, for Indonesia, out migration rates used as its dependentvariable. Panel GLS-LSDV used to explaining the models. The analyses suggestthat for ASEAN+6 the pull factor (income percapita) is stronger than the pushfactor (unemployement rates), but Indonesian case indicating only the incomepercapita ratios positively correlated with Indonesian out migration.

Keywords: international migration, panel analysis for gls-lsdv, ASEAN+6,Indonesia, economic determinants, push and pull factors

ix

Page 11: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

LEMBAR PERSETUJUAN ii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS iii

LEMBAR PENGESAHAN iv

KATA PENGANTAR v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH vii

ABSTRAK viii

Daftar Isi x

Daftar Gambar xiii

Daftar Tabel xiv

1 PENDAHULUAN 11.1 Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

1.1.1 ASEAN, ASEAN+6 dan AEC 2015 . . . . . . . . . . . . . 21.2 Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5

1.2.1 Definisi Permasalahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 71.2.2 Batasan Permasalahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7

1.3 Pertanyaan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 81.4 Tujuan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 81.5 Sistematika Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9

2 STUDI LITERATUR 102.1 Definisi dan Determinan Migrasi Internasional . . . . . . . . . . . . 10

2.1.1 Definisi Migrasi Internasional . . . . . . . . . . . . . . . . 112.1.2 Determinan dari Migrasi Internasional . . . . . . . . . . . . 12

2.2 Sejarah Teori Migrasi Internasional . . . . . . . . . . . . . . . . . . 162.2.1 Teori-teori Migrasi Internasional . . . . . . . . . . . . . . . 16

x

Page 12: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

xi

2.2.2 Teori Migrasi Pertama (Initial) . . . . . . . . . . . . . . . . 172.2.3 Teori Migrasi Lanjutan (Advanced) . . . . . . . . . . . . . 222.2.4 Rangkuman Determinan Migrasi dari Berbagai Macam

Teori Migrasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 232.3 Kekurangan dalam Penelitian Migrasi Internasional . . . . . . . . . 252.4 Teori Migrasi Internasional: Penggunaan Basis Data Migrasi Netto

dalam Analisis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 262.5 Model Gravitasi Migrasi Internasional . . . . . . . . . . . . . . . . 282.6 Hipotesis Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 292.7 Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 31

3 METODE PENELITIAN 333.1 Sumber Data dan Spesifikasi Variabel . . . . . . . . . . . . . . . . 33

3.1.1 Model Panel Migrasi ASEAN+6 dan Panel Gravitasi Mi-grasi Internasional Indonesia . . . . . . . . . . . . . . . . . 34

3.2 Model Panel Data untuk Analisis Panel Data ASEAN+6 dan Grav-itasi Panel Indonesia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 383.2.1 Permodelan Data Panel . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 383.2.2 Uji Hausman . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 433.2.3 Uji GLS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 43

3.3 Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 45

4 ANALISIS DESKRIPTIF 464.1 Basis Asumsi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 464.2 Analisis Determinan Migrasi Netto Terpilih Data Panel ASEAN+6 . 48

4.2.1 Migrasi Netto . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 484.2.2 Pendapatan Perkapita . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 484.2.3 Tingkat Pengangguran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 494.2.4 Persentase Angka Melek Huruf Dewasa (penduduk usia

>15 tahun . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 504.2.5 Tabel Distribusi Migrasi Internasional Bersih per-Kategori

ASEAN+6 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 514.3 Analisis Deskriptif Determinan Terpilih Data Panel Migrasi Keluar

Indonesia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 514.3.1 Rasio Pendapatan Perkapita (relyi j) . . . . . . . . . . . . . 524.3.2 Massa Populasi (inter popi× j) . . . . . . . . . . . . . . . . 524.3.3 Jarak antar Negara (Di j . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 53

Universitas Indonesia

Page 13: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

xii

4.3.4 Tabel Distribusi Migrasi Internasional Bersih per-KategoriIndonesia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 54

4.4 Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 55

5 ANALISIS INFERENSIAL DAN HASIL OBSERVASI 565.1 Model dalam Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 565.2 Migrasi Internasional di ASEAN+6 (1980-2010) . . . . . . . . . . 585.3 Migrasi Internasional Keluar Indonesia (1994-2008) . . . . . . . . . 615.4 Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 64

6 KESIMPULAN DAN SARAN 666.1 Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 666.2 Kelemahan Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 676.3 Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 67

DAFTAR REFERENSI 69

LAMPIRAN 1

Lampiran 1-8 2

Universitas Indonesia

Page 14: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

DAFTAR GAMBAR

1.1 Jumlah Migrasi di Asia, 2000 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

2.1 Tiga Dimensi Migrasi Internasional . . . . . . . . . . . . . . . . 12

xiii

Page 15: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

DAFTAR TABEL

1.1 Migrasi Total Negara - Negara di Asia, 2000 . . . . . . . . . . . 21.2 Data Pengangguran ASEAN tahun 2009 . . . . . . . . . . . . . . 6

2.1 Matriks Determinan Migrasi Internasional . . . . . . . . . . . . 132.2 Faktor Pendorong Migrasi Internasional (Lewis, 1982) . . . . . 152.3 Faktor Penarik Migrasi Internasional (Lewis, 1982) . . . . . . . 152.4 Variabel Kunci dari tiap Teori Migrasi Internasional . . . . . . 242.5 Hasil Penelitian dengan Data Migrasi Bersih Internasional . . . 272.6 Hipotesis Model 1 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 292.7 Hipotesis Model 2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 30

3.1 Negara Tujuan Utama Migrasi Tenaga Kerja ASEAN . . . . . . 343.2 Variabel Independen untuk Analisis Spesifik Negara ASEAN+6 363.3 Variabel Independen untuk Analisis Gravitasi Migrasi Indonesia 37

4.1 Standar Determinan Panel ASEAN+6 . . . . . . . . . . . . . . . 474.2 Standar Determinan Panel Indonesia . . . . . . . . . . . . . . . 474.3 Sebaran Data Migrasi Bersih menurut Kelompok . . . . . . . . 484.4 Distribusi Migrasi Bersih per - Kelompok Pendapatan

Perkapita, Tingkat Pengangguran dan Angka Melek Huruf . . . 514.5 Distribusi Migrasi Bersih per - Kelompok Rasio Pendapatan

Perkapita, Massa Populasi dan Jarak . . . . . . . . . . . . . . . 54

5.1 Hasil Regresi GLS-LSDV ASEAN+6 untuk menjelaskan ArusMigrasi Bersih (per-1000 penduduk) selama 30 tahun observasi(1980-2010) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 59

5.2 Hasil, Hipotesis dan Intepretasi Model Panel 2 ASEAN+6 . . . 605.3 Hasil Regresi GLS-LSDV Indonesia untuk menjelaskan Arus

Migrasi Keluar (%) selama 15 tahun observasi (1994-2008) . . . 615.4 Hasil, Hipotesis dan Intepretasi Model Panel 1 Gravitasi Mi-

grasi Indonesia . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 63

xiv

Page 16: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Globalisasi secara luas telah membuka perekonomian dunia dalam skala yanghampir tak terbatas. Banyak perjanjian baik dalam bentuk multilateral, maupununifikasi kawasan terjadi seusai perang dunia kedua (1945) sebagai hasil dari prosesglobalisasi ekonomi dunia. Dari hasil penelitian milik Verico (2007), integrasiekonomi (definisi lain menyebutkan sebagai regionalisme, seperti ASEAN, EECatau Masyarakat Ekonomi Eropa, dan lainnya) memiliki hubungan positif dengannegara - negara anggotanya. Hal ini sesuai jika dikaitkan dengan teori dasar dariekonomi internasional yang menyatakan bahwa setiap negara baik secara langsungmaupun tidak langsung akan saling bergantung satu sama lain (Markussen, 1995 c.fVerico, 2007). Beberapa pondasi ekonomi internasional yang dimaksud adalah sek-tor perdagangan barang, arus jasa, arus modal dan mata uang asing, serta migrasiinternasional (Balassa, 2000 c.f Verico, 2007).

Perkembangan untuk migrasi internasional terlihat menjanjikan untuk banyaknegara. Sejak tahun 1960 banyak studi tentang migrasi internasional, bersumberdari teori dasar migrasi tentang faktor pendorong dan faktor penarik (push and pull

factors)(Lewis, 1982 c.f Boyle et-al., 1998), banyak peneliti yang berhasil memper-lihatkan adanya hubungan yang kuat antara migrasi dengan pertumbuhan ekonomisuatu negara (Lee, 1966 c.f Lucas, 1997; Massey et-al., 1993, 1998; Jennissen,2003; 2004).

Secara umum, studi empiris tentang migrasi internasional jumlahnya sangat ter-batas (Massey et.al, 1998). Banyak studi mengenai tema ini dibahas untuk kasusEropa, terutama migrasi di Eropa Barat. Namun, hal ini kontras jika dibandingkandengan jumlah studi migrasi di Asia, terutama Asia Tenggara dan Pasifik. Selain itu,studi migrasi yang dilakukan selama ini masih terfragmentasi secara parsial untuksetiap kawasan. Hal ini membuat banyak indikator dan determinan ekonomi yangsignifikan di suatu kawasan justru menjadi tidak terlalu berpengaruh di kawasanlain.

Battistella (2003), menyatakan studi tentang migrasi di kawasan Asia Tenggaradan Asia Timur memiliki tipologi yang kompleks. Kompleksitas yang dimaksudadalah fluktuasi politik dan krisis ekonomi yang membuat pola migrasi di dua

1

Page 17: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

2

kawasan ini berbeda dengan hasil studi yang ada selama ini. Asumsi neo-klasik(Todarro, 1976) maupun teori dual-labor market (Piore, 1979) menjadi kurang sig-nifikan jika dikaitkan dengan kondisi riil migrasi di Asia Tenggara maupun AsiaTimur.

Studi ini diharapkan bisa menjadi pelengkap terhadap teori migrasi yang ada se-lama ini. Di tahun 2009, 10 negara ASEAN sepakat untuk melakukan AEC (ASEAN

Economic Community). Salah satu poin yang disepakati adalah liberalisasi arustenaga kerja di kawasan ASEAN. Dengan adanya poin tersebut, studi tentang mi-grasi internasional di ASEAN dan beberapa kawasan yang memiliki hubungan eratsecara historis menjadi relevan.

1.1.1 ASEAN, ASEAN+6 dan AEC 2015

Dari penelitian milik Battistella (2003), ide mengenai migrasi menjadi sebuahfenomena sosial yang penting di Asia, termasuk negara - negara di Asia Tenggaradan Asia Timur. Bukan sekedar masalah migran dalam angka, namun juga imp-likasinya terhadap masyarakat dan perekonomian negara yang terlibat di dalamnya.Secara umum, merujuk pada penelitian milik Massey (Massey et-al, 1998, p.58),yang menyatakan bahwa, “Kebijakan politik tentang migrasi internasional menjadisangat penting dalam dua dekade kedepan”, dan menurut Battistella (2003) hal inibisa diaplikasikan di tingkat Asia.

Dari data UNDP (United Nations Develompment Programme) tahun 2009, di-dapatkan ringkasan data migrasi ASEAN sebagai berikut:

Tabel 1.1: Migrasi Total Negara - Negara di Asia, 2000

Region Jumlah Migran dalam JutaInternal 35,49

Eropa 15,69

Afrika 1,07

Oseania 1,29

Amerika Latin n.a

Amerika Utara 9,57

Sumber: Data olahan Laporan Migrasi dan HDI, UNDP(2009)

Universitas Indonesia

Page 18: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

3

Gambar 1.1: Jumlah Migrasi di Asia, 2000

Sumber: Jennissen (2004)

Tabel 1.1 dan gambar 1.1 mengindikasikan migrasi internal di dalam Asiasendiri sudah cukup besar pada tahun 2009. Pola migrasi secara historis menjadisemakin menarik untuk diteliti oleh penulis.

Akan tetapi, Battistella sendiri menyatakan banyak forum - forum internasionalyang menganggap migrasi internasional tidak terlalu penting dalam rumusan ke-bijakan mereka. Hal ini dikarenakan pola migrasi selama 30 tahun terakhir yangcukup stabil dalam skala kawasan. Menurut Battistella (2003), prediksi migrasi diAsia yang tidak akan berubah secara drastis di masa depan membuat banyak ne-gara di Asia yang kurang peka dengan kebijakan migrasinya. Namun pemikiranBattistella nampaknya mulai dijadikan referensi oleh beberapa pemerintah di AsiaTenggara. Sehingga pada 20 November 2007, dalam deklarasi ASEAN di Singa-pura 10 negara anggota ASEAN sepakat untuk menandatangani kesepakatan yangberisi cetak biru (blueprint) AEC 2015 (ASEAN Economic Community) atau biasadisebut sebagai Komunitas Ekonomi ASEAN. AEC sendiri merupakan ide integrasiekonomi negara - negara anggota ASEAN, yang menjadi komitmen bersama un-tuk dilaksanakan pada tahun 2015 untuk enam negara terkaya ASEAN (Indonesia,

Universitas Indonesia

Page 19: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

4

Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina dan Brunei Darussalam), untuk kemudiandilanjutkan pada tahun 2020 oleh empat negara CMLV (Kamboja, Myanmar, Laos,Vietnam).

Dalam butir kesepakatan AEC 2015, dinyatakan lima elemen penting dalamintegrasi perekonomian ASEAN (http://www.aseansec.org, akses April 2011),yaitu:1. Liberalisasi arus barang2. Liberalisasi arus jasa3. Liberalisasi arus investasi4. Liberalisasi arus modal / kapital, dan terakhir5. Liberalisasi arus tenaga kerja

Butir kelima yang diumuat dalam cetak biru AEC 2015 mengindikasikan mi-grasi telah menjadi bagian penting dalam integrasi ekonomi di kawasan Asia Teng-gara. Penelitian mengenai pola migrasi ASEAN dari data historis menjadi relevanuntuk dilakukan. Tirtosudarmo (2009) menyatakan bahwa manusia mempunyai ke-cenderungan untuk selalu bergerak melampaui batas - batas sosial dan spasial un-tuk memperluas kemampuan dan hak dalam rangka meningkatkan kesejahteraanmereka. Dari pernyataan Tirtosudarmo, semakin jelas bahwa salah satu tujuan daributir kelima AEC 2015 adalah peningkatan kesejahteraan bersama melalui liberal-isasi arus migrasi ASEAN.

Penulis sendiri menggunakan data migrasi bersih (net migration) atau biasadisebut juga sebagai migrasi netto, yang didapatkan dari pengurangan antara jum-lah imigrasi (migran masuk ke suatu negara) terhadap jumlah emigrasi (migrasikeluar menuju negara tujuan). Penggunaan data migrasi bersih dalam studi empirissendiri cukup sulit dikarenakan dua (2) faktor (Jennissen, 2003). Pertama, migrasibersih yang dipergunakan oleh penulis kurang umum dipakai dalam banyak studimigrasi internasional. Secara umum banyak penelitian menggunakan data imigrasimaupun emigrasi sebagai basis data studinya secara terpisah. Kedua, sekalipunkondisi ekonomi memiliki hubungan terhadap arus migrasi, secara kausal migrasisendiri berhubungan dengan kondisi ekonomi suatu negara. Kedua faktor tadi takbisa dipisahkan dalam studi ini. Penggunaan data migrasi bersih sendiri dikare-nakan keterbatasan data yang ada untuk migrasi di Asia selama 30 tahun terakhir(Massey, 1994). Namun untuk kasus Indonesia, penulis secara khusus menggu-nakan analisis gravitasi migrasi dengan data panel negara - negara yang dari dataBNP2TKI selama 14 tahun terakhir yang berhubungan dengan migrasi TKI (TenagaKerja Indonesia).

Universitas Indonesia

Page 20: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

5

Sementara itu, 16 negara yang akan diobservasi penulis (10 negara ASEAN;3 negara Asia timur, Jepang, China, dan Korea Selatan; Arab Saudi; India; danAustralia) merupakan negara - negara yang didapatkan berdasarkan rujukan daripenelitian Hugo (1999). Melihat dari menariknya isu, maka penelitian historisdari ASEAN+6 dan Indonesia selama 15 sampai 30 tahun terakhir diharapkanbisa menjadi pendukung untuk kebijakan yang tepat untuk migrasi internasionaldi ASEAN+6 saat AEC 2020 maupun AEC 2015 diimplementasikan.

1.2 Rumusan Masalah

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai definisi permasalahan yangPenulis hadapi dan ingin diselesaikan serta asumsi dan batasan yang digunakandalam menyelesaikannya.

Dalam cetak biru AEC 2015 yang ditandatangani tahun 2009, disepakati pem-bebasan arus tenaga kerja ahli terbatas sampai tahun 2020. Selebihnya keseluruhantenaga kerja (baik yang ahli maupun kurang ahli) bisa melakukan migrasi denganbebas, tanpa memerlukan visa kerja khusus dan perijinan yang menyulitkan banyaktenaga kerja dari negara berkembang di ASEAN (misal: Indonesia) untuk men-dokumentasikan data dirinya secara legal.

Hampir seluruh negara ASEAN kecuali Singapura dan Brunei Darussalam, daripenelitian Hugo (1999) adalah pengekspor tenaga kerja yang aktif, terutama In-donesia dan Filipina. Sementara Thailand sendiri masih ambigu antara menjadipengekspor tenaga kerja sekaligus pengimpor tenaga kerja yang aktif dari Kambojadna Myanmar. Bisa disimpulkan dari data ILO (International Labor Organization,http://laborsta.org/ akses April 2011), ASEAN aktif dalam kegiatan migrasi interna-sional akibat faktor pendorong yang cukup kuat, yaitu tingkat pengangguran yangrelatif tinggi dan besar gaji yang masih relatif kecil di banyak negara berkembangASEAN. Data pengangguran terpilih (tahun 2009) untuk ASEAN dapat dilihat ditabel 1.2:

Universitas Indonesia

Page 21: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

6

Tabel 1.2: Data Pengangguran ASEAN tahun 2009

Negara % Pengangguran terhadap populasi

Angkatan Kerja

Angkatan Kerja Pengangguran

Brunei 3,7 197.440,2 7.305,2

Kamboja 1,6 7.833.526,3 125.336,4

Indonesia 7,9 115.643.697,1 9.135.852,1

Laos 1,3 3.091.722,48 40.192,4

Malaysia 3,7 12.006.802 444.251,7

Myanmar 4 27.019.811,52 1.080.792,5

Filipina 7,1 38.80.199,81 2.755.311,2

Singapura 4 2.700.926,62 108.037,1

Thailand 1 38.681.132,99 386.811,3

Vietnam 4 46.599.589,36 2.143.581,1

Sumber: a. ASEAN Statistical Yearbook 2010;

b. ILO(http:// laborsta.org/ akses April 2011;

c. World Population Prospect: The 2008 Revision

Dari sumber data, terlihat negara - negara yang disebutkan oleh Hugo (1999)sebagai eksportir kuat di ASEAN (Indonesia dan Filipina) cenderung untuk memi-liki tingkat pengangguran yang lebih tinggi relatif terhadap negara - negara tetang-ganya. Indonesia mencatatat angka 7.9% dan Filipina di kisaran 7.1% pada tahun2009. Dengan angka pengangguran sebesar itu, menurut Lewis (1982) dari teori mi-grasi neo-classical (neoklasik) dinyatakan bahwa faktor pendorong migrasi, yaitu:tingkat pengangguran yang tinggi, kemiskinan yang tinggi, rasisme maupun perang/ bencana alam, mampu membuat banyak invidu melakukan keputusan untuk emi-grasi keluar dari negaranya.

Namun, sesuai dengan teori Piore (1979), yang menyatakan bahwa faktor pe-narik lebih kuat untuk migrasi internasional dibandingkan faktor pendorong, nam-pak terdapat keunikan dari data ASEAN dibandingkan dengan migrasi di negara- negara Eropa Barat. Dari banyak penelitian migrasi Asia, salah satunya adalahpenelitian Battistella (2003) yang melihat pola unik dari migrasi Asia. Keunikan-nya sendiri dari analisis Battistella adalah banyak negara yang memiliki pendapatanperkapita tinggi (PCI) justru melakukan ekspor tenaga kerja (Filipina, Indonesia,Cina, dan Thailand) jika dibandingkan beberapa negara Asia Selatan (Bangladesh)maupun Myanmar selama tahun 1980 sampai tahun 2000. Pola emigrasi justrumenjadi ciri khas banyak negara di Asia Tenggara, dan Timur.

Sifat paradoks dari migrasi di Asia mungkin bisa dijelaskan oleh teori migrasi

Universitas Indonesia

Page 22: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

7

dengan pendekatan yang dilakukan oleh Jennissen (2003). Jennissen sendiri meng-gunakan data yang sama dengan Penulis gunakan, yaitu data migrasi bersih (migrasinetto). Penggunaan data migrasi bersih dikarenakan terbatasnya sumber data untukmigrasi yang lebih spesifik untuk Asia (Massey et-al, 1994, 1998), terutama ne-gara berkembang di kawasan Asia Selatan dan Tenggara. Formulasi data migrasibersih cukup susah untuk dilakukan. Harus selalu kita ingat bahwa peningkatandalam jumlah migrasi bersih (netmigration) (bisa berupa angka negatif maupunpositif) bisa didapatkan dari peningkatan imigrasi bersih suatu negara, atau jugapeningkatan dari emigrasi bersih negara pengirim.

Menurut teori migrasi neoklasik (Borjas, 1989), migrasi arus tenaga kerja bisaterjadi sebagai konsekuensi dari perbedaan upah riil kedua negara. Namun dataagregat seperti migrasi bersih kurang mampu dijelaskan dengan tes dari asumsineoklasik. Digunakan teori tambahan yang dikutip oleh Jennissen (2003) tentangteori jejaring (network theory) (Jennissen, 2003,2004 c.f Hugo 1981; Massey, 1990)yang menggunakan tambahan data non-ekonomi sebagai penjelas pola arus migrasibersih dan teori sistem dunia (world system theory) (Jennissen, 2003 c.f Massey,1993; Wallerstein, 1974) untuk melihat korelasi antara tingkat kemiskinan (poverty

rate) dengan migrasi bersih suatu negara yang tidak bisa dijelaskan dengan baikmelalui teori dualisme tenaga kerja.

1.2.1 Definisi Permasalahan

Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah bagaimana pola migrasi bersih diAsia Tenggara (ASEAN) dan Asia Timur (Jepang, Cina, Korea Selatan) serta ArabSaudi, India dan Australia yang menurut penelitian Hugo (2009 c.f IOM (Inter-national Organization for Migration) Report 2009) memiliki kaitan secara historisyang erat dalam migrasi internasional. Apakah tren dari migrasi internasional diASEAN+6 yang diobservasi sesuai dengan pendapat Battistella (2003) atau lebihmirip dengan pola migrasi yang selama ini banyak dipelajari (Jennissen, 2003,2004).

1.2.2 Batasan Permasalahan

Penulis membatasi penelitian ini dari sisi faktor pendorong dan penarik migrasi in-ternasional, tanpa menggunakan pola gravitasi migrasi yang banyak digunakan un-tuk melakukan penelitian tentang migrasi. Sesuai dengan pendapat Massey (1994)dan Jennissen (2003, 2004) yang menyatakan keterbatasan data untuk observasi danpenggunaan data migrasi bersih hanya bisa diteliti dengan baik bila menggunakan

Universitas Indonesia

Page 23: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

8

model dualisme tenaga kerja (Piore, 1979) dibandingkan dengan model neoklasikyang membandingkan tingkat upah kedua negara, dimensi jarak dan faktor penarik/ pendorong yang lebih spesifik.

Selain itu, penelitian akan terbatas pada negara - negara yang menurut penelitianHugo (1999) memiliki kaitan yang kuat secara historis dengan 10 negara ASEAN.Negara tersebut adalah Jepang, Korea Selatan, Cina, Australia dan Saudi Arabia,serta ditambahkan 1 negara dari penelitian Battistella (2003), yaitu India yangberkorelasi secara kuat dengan Singapura.

Pemilihan tahun observasi oleh Penulis selama kurun waktu 30 tahun (1980- 2010) dikarenakan dari penelitian Battistella (2003), data historis untuk migrasidi ASEAN baru mulai didokumentasikan dengan baik sejak tahun 1980. Namunbukan berarti semua data akan tersedia secara lengkap.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Dari penjabaran rumusan masalah di sub-bab sebelumnya, Penulis mengajukanbeberapa pertanyaan penelitian yang akan menjadi pokok bahasan dalam penelitianyang Penulis buat. Pertanyaan penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut:1. Bagaimanakah pola migrasi di negara - negara ASEAN+6 secara umum?2. Bagaimanakah pola migrasi secara spesifik untuk Indonesia (dilihat dari out

migration) dalam penelitian Penulis ?3. Apakah faktor penarik (pull factor dalam bentuk pendapatan perkapita) migrasibisa menjelaskan pola migrasi di ASEAN+6 dengan baik bila dibandingkan denganmodel sistem dunia (world system theory) yang menggunakan faktor pendorong(kesenjangan kemiskinan dengan pendekatan deprivasi relatif) ataupun tingkatpengangguran (Lewis, 1982) sebagai basis penelitiannya?

1.4 Tujuan Penelitian

Secara umum, tujuan penelitian Penulis adalah mengetahui pola migrasi yang ter-jadi secara historis di ASEAN dengan memasukkan negara lain yang memiliki kai-tan erat dengan ASEAN selama tiga dekade terakhir. Tujuan khusus dari penelitianini, untuk melihat apakah faktor penarik atau pendorong yang memiliki pengaruhlebih kuat untuk pola migrasi dalam observasi.

Universitas Indonesia

Page 24: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

9

1.5 Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi untuk penelitian Penulis dibagi menjadi tujuh bab yang masing- masing memiliki penjelasan masing - masing untuk mempermudah laporan darihasil penelitian Penulis. Sistematika penulisan skripsi adalah sebagai berikut:

• Bab 1 PENDAHULUANBab ini terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, per-tanyaan penelitian, dan sistematika penelitian. Ringkasnya, bab satu menjadigambaran umum dari penelitian yang Penulis lakukan.

• Bab 2 STUDI LITERATURPenulis akan membahas mengenai teori - teori yang mendasari penelitian.Bab ini juga akan dilengkapi dengan pembahasan - pembahasan tentang be-berapa penelitian sebelumnya.

• Bab 3 METODE PENELITIANBab ini meliputi desain penelitian, jenis dan sumber data, hipotesis penelitiandan metode pengumpulan serta pengolahan data

• Bab 4 ANALISIS DESKRIPTIFBab ini meliputi penjelasan dan perkembangan migrasi dari kawasan yangdiobservasi (ASEAN+6) selama 3 dekade (1980-2010). Analisis deksriptifdigunakan untuk menjelaskan bab ini.

• Bab 5 ANALISIS INFERENSIAL DAN HASIL OBSERVASIPada bab ini, Penulis melakukan uji statistik terhadap model yang penulissajikan, analisis secara umum terhadap hasil dari uji statistik di bab ini dandipadukan dengan hasil dari analisis deskriptif pada bab 4.

• Bab 7 KESIMPULAN DAN SARANPada bab ini, penulis akan memaparkan kesimpulan dari penelitian, sarankepada pemerintah sebagai pembuat kebijakan, dan keterbatasan penelitian.Sehingga kedepannya, penelitian Penulis bisa dijadikan sebagai acuan bagipihak - pihak yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.

Universitas Indonesia

Page 25: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

BAB 2STUDI LITERATUR

“Dalam hal ini, setiap individu maupun institusi secara rasional melakukan

keputusan migrasi dikarenakan analisis biaya dan manfaat yang diharapkan

membuahkan hasil yang positif, biasanya secara finansial. Dari perpindahan

tersebut, migrasi internasional adalah sebuah konseptualisasi dalam bentuk

investasi sumber daya manusia (human-capital)”

(Massey et-al, 1993, p. 434)

Sebelum membahas lebih jauh penelitian ini, Penulis melakukan perbandin-gan terhadap studi - studi lain yang memiliki hubungan dengan penelitian Penulis.Pertama akan di bahas tentang definisi migrasi internasional di sub-bab 2.1, yangakan dilanjutkan dengan sejarah teori migrasi internasional pada sub-bab 2.2. Padasub-bab 2.3, Penulis membahas secara khusus teori Massey (1994,1998) tentangkekurangan dalam penelitian migrasi internasional, selanjutnya pada sub-bab 2.4akan dibahas dasar teori dari penelitian Jennissen (2003, 2004) yang menjadi acuanutama model yang akan dipergunakan oleh Penulis. Sub-bab 2.5 akan membahasmodel gravitasi migrasi (Lewer et-al, 2008; Tinbergen, 1962) yang akan penulisgunakan untuk membahas kasus migrasi yang difokuskan pada Indonesia, serta ter-akhir adalah penyusunan hipotesis penelitian penulis untuk kedua model di sub-bab2.6.

2.1 Definisi dan Determinan Migrasi Internasional

Penjabaran definisi dan determinan dari migrasi internasional mengundang bebe-rapa perdebatan. Sesuai dengan pendapat Massey (1993), yang menyatakan bahwaperbedaan data maupun karakteristik suatu wilayah akan membuat definisi darimigran dan aspek - aspek penarik maupun pendorong dari migrasi berbeda pula.Sub-bahasan dari bab ini akan membahas tentang definis dari migrasi internasional,maupun determinan - determinan yang dipergunakan dalam banyak penelitian mi-grasi internasional.

10

Page 26: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

11

2.1.1 Definisi Migrasi Internasional

Menurut pendapat Massey (1993), karakteristik fundamental dari migrasi adalahperpindahan seseorang dari satu lokasi ke lokasi lain. Sedangkan dari definisiyang diberikan oleh UNDP (United Nations Development Programme, HDI Re-

port 2009)migrasi internasional adalah proses perpindahan manusia melewati batasnegara dalam kurun waktu lebih dari satu tahun.Perbedaan dalam konteks dan de-finisi migrasi menjadi problem tersendiri untuk banyak penelitian di migrasi in-ternasional (Massey et-al, 1994). Periode tinggal, batasan wilayah negara didefin-isikan berbeda oleh beberapa peneliti. Lucas (1997), menyatakan bahwa orang yangmelakukan migrasi internasional bisa disebut sebagai migran ketika sudah melewatibatas negara dari negara asal. Namun, menurut Jennissen, faktor waktu juga harusdiperhitungkan. Bukan sekedar melewati batasan negara bisa disebut migran.

Perbedaan pendapat ini disebabkan oleh beberapa problem dalam pendefinisandata migrasi internasional (Massey,1993,1994). Secara ringkas definisi migrasiinternasional paling mudah dibedakan berdasarkan faktor spasial maupun waktu.Tiap aspek kemudian menjadi basis terhadap determinan migrasi internasional disub-bab berikutnya.

Aspek spasial

Menurut UNDP (HDI Report 2010), aspek temporal tidak masuk hitungandalam migrasi, sehingga tidak semua yang melintasi batas negara adalah migran.Atau bisa dikatakan aspek waktu yang mendefinisikan migran atau bukan migran.Sedangkan menurut Kupiszewski dan Kupiszewska (1999), migrasi didefinisikandari data negara penerima migran saja. Ketika migran memasuki batas wilayahsuatu negara, dan tercatat sebagai migran di negara tujuan, maka orang tersebutsudah diklasifikasikan sebagai migran internasional.

Aspek durasi waktu

Terdapat perbedaan waktu agar seseorang dianggap sebagai migran. Beberapapeneliti, termasuk Massey (1994) berpendapat seseorang dianggap benar benarmigran bila mereka bergerak bukan hanya dalam faktor spasial, akan tetapi dalamkurun waktu yang cukup lama (lifetime migration). Sedangkan menurut Weeksdan Lee, migrasi dalam arti yang lebih luas adalah perubahan tempat tinggal secarapermanen (Weeks, 2004 cf Jennissen, 2004) atau semi-permanen (Lee, 1966 c.fJennissen, 2004). Dilanjutkan oleh Wajdi(2010) mengenai aspek longitudinal mi-

Universitas Indonesia

Page 27: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

12

grasi, terdapat dua tipikal migran, yaitu yang bersifat temporer, maupun permanen.

2.1.2 Determinan dari Migrasi Internasional

Laborsta (/urlhttp://www.laborsta.ilo.org, akses Juni 2011), membagi migran inter-nasional dalam dua kategori umum, yaitu migrasi karena faktor ekonomi (tenagakerja) dan migrasi karena aspek non-ekonomi (pengungsi, refugee, family unifi-

cations, dan lain lain). Sejalan dengan pembagian determinan Laborsta (ILO),Jennissen (2004) mengkategorikan migrasi internasional berdasarkan motif, yaitumotif ekonomi dan non-ekonomi yang disesuaikan dengan batasan antara (faktorpenghambat), seperti biaya, kemungkinan deportasi, proses legalisasi, dan biayahidup.

Gambar 2.1: Tiga Dimensi Migrasi Internasional

Sumber: Jennissen (2004)

Tidak jauh berbeda dari yang diutarakan Jennissen, Widgreen (2002) dan Mar-tin (2002) dalam working papernya, Managing Migration: The Role of Economics

Instruments, atau dalam bahasa Indonesia, Manajemen Migrasi: Peran dari Instru-

men Ekonomi, menyatakan beberapa tipe migran yang dimatrikskan menjadi 2 tipemigran; migran ekonomi dan non-ekonomi. Secara ringkas dapat diperhatikan padaTabel 2.1 untuk matriks determinan migrasi internasional milik Widgreen dan Mar-tin (2002 c.f Jennissen, 2004).

Universitas Indonesia

Page 28: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

13

Tabel 2.1: Matriks Determinan Migrasi Internasional

Tipe Migrasi Ekonomi Non-Ekonomi

Tarikan Permintaan Lowongan Kerja Unifikasi Keluarga

Berkurangnya usia produktif Peluang Beasiswa

Kurang tenaga kerja ahli

Kebijakan pro-migran

Dorongan-Suplai Pengangguran Tinggi Melarikan diri akibat perang

(Underemployment) Melarikan diri akibat bencana

Gaji yang rendah

Jaringan / lain-lain Koneksi ke sebuah perusahaan Pengalaman baru

Informasi mengenai gaji dike-

tahui

Biaya transportasi murah

Adanya teman / saudara mem-

beri informasi

Biaya komunikasi murah

Sumber: Martin dan Widgreen (2002) dikutip dari Jennissen, 2004

Klasifikasi untuk determinan migrasi, baik itu dari UNDP(United Nations De-velopment Programme), Jennissen (2003;2004) maupun Widgreen dan Martin(2002) menggunakan basis faktor penarik (pull factors) dan faktor pendorong (push

factors) yang dikembangkan oleh Lee (1966) dan Ravenstein (1915).Akhir abad 20, Ravenstein (1895) menuliskan teori tentang migrasi interna-

sional maupun migrasi internal. Hukum Ravenstein (Chotib, 2010 c.f Ravenstein1985, 1915) tentang migrasi internasional meliputi:a. Migrasi dan jarakTingkat migrasi antara dua titik akan berhubungan terbalik dengan jarak di an-tara kedua titik tersebut. Migran yang melakukan perjalanan jarak jauh cenderungmenuju pusat-pusat industri.b. Migrasi bertahapPenduduk daerah pedesaan yang langsung berbatasan dengan kota yang bertumbuhcenderung untuk cepat melakukan migrasi. Turunnya jumlah penduduk di pedesaansebagai akibat migrasi itu akan digantikan oleh migran dari daerahdaeah yang jauhterpencil. Hal ini akan terus berlangsung sampai daya tarik salah satu kota yangtumbuh cepat itu tahap demi tahap terasa pengaruhnya di pelosok-pelosok yangterpencil.Setiap arus migrasi utama menimbulkan arus balik sebagai penggantinya.Meskipun migrasi desa-kota mendominasi arus migrasi, namun selalu ada arus ba-lik pada arah yang berlawanan sehingga migrasi bersih dari titik i ke j selalu lebihkecil daripada migrasi kotor antara kedua titik tersebut.

Universitas Indonesia

Page 29: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

14

Sama halnya dengan konteks negara, pada jangka panjang (salah satunyapenelitian Salt (1992)) dinyatakan setiap migrasi internasional yang melintasibatas negara cenderung menimbulkan arus balik migrasi dari daerah lain sebagaikonsekuensinya.c.Teknologi, komunikasi dan migrasiArus migrasi memiliki kecenderungan meningkat sepanjang waktu akibat pen-ingkatan sarana perhubungan, dan akibat perkembangan industri dan perdagangan.d.Motif ekonomi merupakan dorongan utama setiap manusia untuk memperbaikikehidupan. Determinan ini cenderung lebih dominan daripada faktor lain dalamkeputusan bermigrasi.

Dari empat hukum milik Ravenstein (1895; 1915), dikembangkan menjadi teoripush and pull factors (faktor penarik dan pendorong) terhadap migrasi internasional(Lewis, 1982). Teori faktor penarik dan pendorong migrasi disusun berdasarkanfaktor sosio-ekonomi yang secara umum memaksa ataupun menarik seseoranguntuk melakukan perpindahan secara fisik dari satu lokasi menuju lokasi lainnya.Faktor penarik maupun pendorong migrasi menurut Lee (1966 c.f Jennissen, 2004)menjadi determinan yang kuat untuk mengukur arus migrasi.

Faktor Pendorong

Beberapa hal yang bisa dikategorikan sebagai faktor pendorong migrasi(Lewis, 1982) adalah masalah lingkungan, ekonomi, demografi maupun desakansosio-politik. Makin berkurangnya sumber-sumber kehidupan seperti menurunnyadaya dukung lingkungan, menurunnya permintaan atas barang-barang tertentu yangbahan bakunya makin susah diperoleh seperti hasil tambang, kayu atau bahan daripertanian cenderung menyebabkan adanya migrasi (baik didukung oleh institusimaupun indvidu) dari lokasi yang langka sumber daya menuju ke lokasi yangkaya sumber daya. Kedua adalah menyempitnya lapangan pekerjaan di tempatasal (misalnya sektor industri suatu negara yang sudah overemployement) akanmemberikan dorongan untuk mencari pekerjaan di luar negeri. Ketiga adalahfaktor tekanan-tekanan politik, agama, suku sehingga mengganggu hak azasipenduduk di daerah asal. Selanjutnya adalah alasan perang atau konflik internalyang menyebabkan perpindahan atas alasan nyawa. Dan terakhir, faktor bencanaalam seperti banjir, kebakaran, gempa bumi, tsunami, musim kemarau panjangatau adanya wabah penyakit. Seluruh faktor tadi secara umum memaksakanseseorang untuk berpindah dari satu lokasi (negara) menuju ke negara lain yang

Universitas Indonesia

Page 30: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

15

lebih berprospek.

Tabel 2.2: Faktor Pendorong Migrasi Internasional (Lewis, 1982)

Faktor Kasus

Ekonomi Gap kemiskinan

Demografi Tingginya angka Pengangguran

Lingkungan Kerusakan ekosistem

Bencana alam

Politik Tekanan dari pihak berkuasa

Sosial Kurangnya fasilitas pendidikan di tempat asal

Sumber: Chotib, 2010; Jennissen, 2004

Faktor Penarik

Bertolak belakang dengan faktor pendorong, faktor penarik (Lewis, 1982) cen-derung memberikan insentif kepada individu / institusi untuk melakukan migrasikeluar / masuk pada suatu negara, tanpa adanya paksaan apapun. Sebagai contoh,adanya harapan akan memperoleh kesempatan untuk memperbaikan taraf hidup.Kemudian adanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik, cen-derung menarik orang untuk secara sadar melakukan migrasi internasional. Selan-jutnya adalah kondisi lingkungan yang menyenangkan, misalnya iklim, perumahan,sekolah dan fasilitas-fasilitas publik lainnya yang lebih baik daripada fasilitas / kon-disi di negara asal. Tak hanya itu, unifikasi keluarga dan jaringan migrasi (Lucas,1997 c.f Piore, 1979) menarik para migran untuk memasuki negara tujuan. Ter-akhir, adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, berbagai tempat sebagai daya tarikhiburan cenderung menjadi pilihan para migran.

Tabel 2.3: Faktor Penarik Migrasi Internasional (Lewis, 1982)

Faktor Kasus

Ekonomi Upah yang lebih tinggi di negara tujuan

Demografi Kurangnya usia produktif di negara tujuan

Lingkungan Polusi lebih rendah

Banyak keindahan alam di negara tujuan

Politik Kebijakan pro-migran

Sosial Pendidikan yang lebih baik di negara tujuan

Sumber: Chotib, 2010; Jennissen, 2004

Universitas Indonesia

Page 31: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

16

Secara umum, determinan migrasi internasional, baik dari UNDP, Jennissen(2003,2004), Ravenstein (1895,1915), maupun Lee (1966) dan Widgreen (2002),cenderung untuk konvergen pada satu kesimpulan yang hampir sama, yaitu deter-minan migrasi internasional dibagi menjadi dua kategori besar; ekonomi dan non-ekonomi yang terjadi akibat adanya faktor tarikan ataupun dorongan terhadap indi-vidu / institusi untuk keputusan migrasinya.

2.2 Sejarah Teori Migrasi Internasional

Sub-bab ini berusaha untuk menunjukkan pandangan dari sisi ekonomi sebagaibagian penting dari basis teori migrasi internasional. Sejauh ini, beberapa teoridan model berhasil menjelaskan (bagian dari) teka - teki (puzzle) migrasi interna-sional. Dari pendapat Jennissen (2004 c.f Massey et-al, 1993) yang dikutip dariteori Massey (1993) memberikan pandangan umum dan evaluasi pada beberapateori fundamental. Dibandingkan jika hanya fokus pada salah satu teori, pendekatanpada sistem migrasi internasional oleh Kritz dan Zlotnik (1992) dicoba diseder-hanakan dan diintegrasikan beberapa aspek kunci dari beberapa teori migrasi in-ternasional yang berbeda. Ide dari pendekatan pada sistem migrasi internasionalmenurut Jennissen (Jennissen, 2004 c.f Kritz dan Zlotnik, 1992) adalah pertukaranantara kapital dan manusia antara beberapa negara yang dilakukan bersamaan de-ngan adanya determinan ekonomi, sosial, politik dan konteks demografi. Selain itu,sub-bab ini keempat determinan tadi (ekonomi, sosial, politik dan ’jaringan’ sebagaipendekatan terhadap konteks demografi) digunakan sebagai basis teori. Kausalitasdari determinan tersebut akan didapatkan dari beberapa teori kunci, yaitu: teorineoklasik, teori dual-labor market, teori ekonomi baru (the new economics of labor

migration), teori deprivasi relatif, teori sistem dunia (the world system theory), teorijaringan (networks theory), dan terakhir adalah teori institusi (institutional theory).

Dengan menunjukkan beberapa pandangan dari keseluruhan teori yang telahdisebutkan sebelumnya, diharapkan memberikan gambaran umum yang lebih jelasatas pandangan dari segi ekonomi terhadap beberapa bagian yang menjadi landasandari studi migrasi intenrasional. Sebagai tambahan, sebagian dari teori ini menjadilandasan atas analisis deskripttif maupun inferensial yang akan dijelaskan pada babberikutnya.

2.2.1 Teori-teori Migrasi Internasional

Massey et-al (1993, 1994, 1998) membagi beberapa pendekatan teori atas migrasiinternasional menjadi dua kategori, yaitu: teori yang menjelaskan proses dan inisi-

Universitas Indonesia

Page 32: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

17

asi migrasi dan pendekatan teoretis atas kelanjutan dari proses migrasi. Dalam halini, beberapa pembedaan terhadap teori yang sejenis juga dilakukan oleh Massey et-

al (1993). Teori neoklasik, teori dual-labor market, teori ekonomi baru, dan teorisistem dunia mencoba menjelaskan inisiasi dari proses migrasi. Sebagai contoh in-dikator kunci atas teori - teori ini adalah penyebab utama dari migrasi internasional.Menurut keseluruhan teori tadi, proses inisiasi migrasi diawali dari perbedaan jum-lah upah/gaji yang diterima di kedua negara. Adalah kurang tepat (Jennissen, 2004c.f Massey et-al, 1993) jika mengasumsikan determinan untuk inisiasi dari arusmigrasi internasional (sebagai contoh: determinan perbedaan gaji) hanya berlakudalam jangka pendek. Adanya perbedaan gaji/upah antar dua negara terjadi selamabeberapa dekade (Salt, 1992). Selama terdapat perbedaan gaji antara kedua negara,maka arus migrasi antara kedua negara akan tetap terjadi. Selain itu, migrasi inter-nasional sendiri bisa menjadi determinan terhadap inisiasi migrasi. Sebagai contohadalah ketidaksetaraan pendapatan dan deprivasi relatif, ketika remitansi (hasil darisebagian porsi upah tenaga kerja di luar negeri yang dikirimkan kembali ke negaraasal migran) ataupun remigrasi menyebabkan kenaikan kesenjangan ekonomi di ne-gara pengirim (asal), menurut Massey (1993) emigran cenderung untuk melakukanemigrasi (dalam jumlah) yang lebih banyak.

Sementara itu, teori jaringan (networks theory) dan teori institusi (institu-

tional theory) mencoba untuk menjelaskan jalur dan arus migrasi internasional se-lama periode waktu tertentu. Kedua teori ini mencoba mengklarifikasi mengapaarus migrasi internasional kemungkinan bertambah sekalipun insentif awal untukmelakukan inisiasi migrasi (sebagai contoh: asumsi neoklasik tentang perbedaanupah) dihilangkan.

Namun, arus migrasi internasional dalam jumlah besar (masif) dan bersifat dis-proporsional tidak dapat diukur, setidaknya dalam jangka pendek. Beberapa teorimemiliki kelemahan, dan hasilnya bisa saja berkebalikan (inversional) jika diband-ingkan dengan kenyataan ataupun data deskriptif yang tersedia. Kelemahan dalampenelitian maupun teori migrasi internasional akan dijelaskan lebih rinci pada sub-bab berikutnya di bab 2.

2.2.2 Teori Migrasi Pertama (Initial)

Teori Neoklasik Teori tertua dari segala teori migrasi adalah teori neok-lasik. Berdasarkan teori tersebut, perbedaan jumlah upah antar dua region / wilayahadalah alasan utama adanya migrasi tenaga kerja (Jennissen, 2004 c.f Massey et-al.,1993; Lewis, 1982 c.f Boyle, 1998). Adanya perbedaan besar upah / gaji dikare-nakan adanya perbedaan secara geografis dalam jumlah suplai tenaga kerja dan per-

Universitas Indonesia

Page 33: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

18

mintaan tenaga kerja. Namun beberapa faktor lain juga berperan penting dalam halini, sebagai contoh produktivitas tenaga kerja, atau jabatan dalam asosiasi buruh /tenaga kerja. Mengaplikasikan teori neoklasik pada migrasi internasional dapat di-nyatakan melalui perbedaan relatif ekuilibrium pasar tenaga kerja masing - masingnegara. Terdapat negara yang kekurangan jumlah tenaga kerja (baik ahli maupunyang kurang ahli) relatif terhadap jumlah kapital cenderung memiliki tingkat upahyang lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara / wilayah yang memiliki formasitenaga kerja dalam jumlah besar relatif terhadap kapital, yang cenderung memilikitingkat upah lebih rendah secara umum (Jennissen, 2004 c.f Massey et-al, 1993).

Dengan adanya perbedaan tingkat upah di kedua negara, maka arus tenaga kerjacenderung bergerak dari daerah (negara) yang memiliki tingkat upah lebih rendahmenuju negara dengan tingkat upah yang lebih tinggi (Jennissen, 2003, 2004 c.fBorjas, 1989; Massey et-al, 1993; Bauer dan Zimmermann, 1995).

Teori neoklasik sendiri memiliki beberapa hal yang perlu dikritisi. Teori mi-grasi neoklasik cenderung susah untuk diimpelementasikan dalam migrasi inter-nasional, dibandingkan dengan migrasi internal. Hal ini bisa dikarenakan faktordistorsi dari kebijakan pemerintah (pro atau kontra terhadap migran). Untuk kasusUni-Eropa, Jennissen (2004) menyatakan hal ini tak perlu dipermasalahkan karenakecenderungan untuk terbuka terhadap migran dari negara lain tidak dipersulit olehkebijakan pemerintah. Fertilitas total yang rendah di Eropa Barat (menuju ageing

population), membuat kebijakan pemerintah di negara - negara Eropa cenderungmeningkatkan permintaan migran dan kebijakan yang lebih pro migran. Berbedadengan migrasi internal, hambatan untuk kebijakan migrasi internal cenderung ke-cil. Selain itu, teori Keynessian banyak melakukan evaluasi terhadap teori migrasineoklasik. Teori Keynessian menyatakan bahwa suplai tenaga kerja cenderung di-akibatkan korelasi yang kuat dengan upah nominal (bukan riil). Perbedaan pakemdalam pengamatan atas migrasi didasarkan pada perbedaan kedua teori dalam carapandangnya terhadap fungsi uang. Teori neoklasik memandang uang sebagai me-dia perantara pertukaran (medium of exchange), sedangkan pandangan Keynessianterhadap fungsi uang adalah berbeda. Uang bukan sekedar media perantara, namunjuga media penyimpanan (medium of saving). Karena hal ini, menurut pandanganKeynessian migrasi potensial akan lebih tertarik pada negara dengan nilai gaji nom-inal yang besar jika dibandingkan dengan nilai kurs negara asal mereka. Namun,baik neoklasik maupun Keynessian sama - sama membuang asumsi penting adanyafaktor pendorong, yaitu besarnya tingkat pengangguran (unemployement rate), baikdi negara asal maupun negara tujuan (Hart, 1975 dan Van Dijk, 1986 c.f Jennissen,2004).

Universitas Indonesia

Page 34: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

19

Teori Dualisme Tenaga Kerja Selanjutnya, Teori dual-labor market me-nyatakan bahwa migrasi internasional disebabkan karena kuatnya faktor penarik(pull factors) dari negara - negara maju tujuan para migran melakukan emigrasi.Berdasarkan teori ini, segmen - segmen dalam pasar tenaga kerja dapat dibedakansebagai sektor / segmen primer ataupun sekunder secara alamiah. Segmen primerdigambarkan oleh besarnya formasi kapital (modal) jika dibandingkan dengantenaga kerja (capital intensive), serta besarnya dominasi tenaga kerja ahli (teri-didik), sementara sektor sekunder dikarakterkan dengan labor intensive (intensiftenaga kerja dibandingkan modal secara relatif dalam formasi produksi) dan didom-inasi secara kuat oleh para tenaga kerja kurang ahli (unskilled labor). Teori dual-isme pasar tenaga kerja mengasumsikan bahwa migrasi tenaga kerja internasionalterpaku pada besarnya permintaan tenaga kerja dari sektor intensif tenaga kerja(sekunder) yang terdapat pada masyrakat industri modern (negara penerima migran)(Jennissen, 2004 c.f Piore, 1979; Massey et-al, 1993).

Piore (1979) memaparkan tiga kemungkinan tertinggi untuk menjelaskanadanya permintaan tenaga kerja asing di negara industri modern, yaitu: kekuran-gan jumlah tenaga kerja secara umum, kebutuhan untuk mengisi hierarki palingbawah pekerjaan (unskilled labor), dan kekurangan tenaga kerja pada sektor / seg-men sekunder pada suatu negara. Kekurangan / kelangkaan tenaga kerja secaraumum mengakibatkan adanya vakuum dalam posisi pekerjaan paling bawah dalamhierarki / strata sosial tenaga kerja. Sebagai tambahan dalam teori dualisme tenagakerja, sesuai penjelasan Massey et-al (1993) dinyatakan adanya problem motivasi.Problem motivasi (motivasional problem) muncul sebagai konsekuensi atas pan-dangan terhadap pekerjaan yang sifatnya unskilled laborship yang diasosiasikandengan strata sosial yang rendah dan adanya kesulitan untuk menaikkan status jikamenerima pekerjaan di hierarki tersebut. Migrasi internasional pada akhirnya men-jadi solusi untuk memenuhi kekurangan tenaga kerja pada sektor sekunder (Masseyet-al, 1993). Lebih jauh lagi dalam teori dualisme tenaga kerja, migrasi interna-sional cenderung mengubah kebiasaan menabung maupun konsumsi dari negarapenerima, yang menurut para developmentalist akan berujung pada pembangunanekonomi dan pertumbuhan ekonomi.

Teori Ekonomi Baru Tenaga Kerja Kedua teori sebelumnya masih terpakupada invididu, sedangkan Stark dan Bloom (1985) yang dikutip oleh Jennissen(2004) berpendapat bahwa keputusan untuk bermigrasi sebagai tenaga kerja tidakbisa dijelaskan hanya dengan keputusan individu. Semakin luasnya entitas sosialharus diperhitungkan juga dalam penelitian. Pendekatan yang dilakukan oleh Stark

Universitas Indonesia

Page 35: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

20

dan Bloom (1985) disebut sebagai teori ekonomi baru atas migrasi tenaga kerja(the new economic theory of labor migration). Salah satu entitas sosial yangmereka maksud adalah rumah tangga. Rumah tangga cenderung untuk menghin-dari resiko ketika berkaitan dengan pendapatan total rumah tangga. MenurutStark (1985), salah satu kemungkinan untuk mengurangi resiko tersebut adalah de-ngan tambahan pendapatan dari remitansi anggota keluarga yang bermigrasi keluarnegeri. Anggota keluarga yang bermigrasi keluar negeri akan mengirimkan remi-tansi kepada anggota keluarga yang berada di negara asal, dengan usaha keras dinegeri tetangga. Berdasarkan teori ekonomi baru atas migrasi tenaga kerja, remi-tansi tersebut memiliki dua konsekuensi sebagai dampak; bisa dalam bentuk positif(pembangunan) terhadap perekonomian negara (berkembang) yang mengirimkantenaga kerjanya keluar negeri ataupun sisi negatifnya adalah produktivitas dalamnegeri berkurang sebagai akibat berkurangnya jumlah tenaga kerja aktif di dalamnegeri ( Taylor, 1999 c.f Jennissen, 2004).

Sebagai simpulan, teori ekonomi baru masih belum bisa mendeteksi apakah mi-grasi internasional di satu wilayah bisa memberikan dampak positif / pembangunanpada negara penerima, atau justru memberikan efek yang sebaliknya (inversi) ter-hadap negara pengirim migran.

Teori Deprivasi Relatif Teori deprivasi relatif (relative deprivation) ham-pir sama dengan basis teori ekonomi baru, teori ini berargumen bahwa ke-sadaran/kepekaan dari seorang anggota keluarga dari suatu rumah tangga di ne-gara pengirim memperhitungkan perbedaan besar kekayaan sebagai faktor krusialsebagai hasil dari migrasi internasional. Secara ringkas, menurut Stark dan Tay-lor (1989 c.f Massey et-al., 1993), deprivasi relatif untuk bermigrasi semakin besartendensinya pada masyarakat dengan gap ekonomi yang tinggi (high inequallity on

society).Untuk mengatasi kesenjangan sosial yang tinggi, Boudon (1974 c.f Massey

et-al., 1993) menyatakan perlunya ekspansi pendidikan (edukasi) dalam rangkapengurangan angka deprivasi relatif. Dengan ditekannya angka deprivasi relatifmelalui kesempatan mendapatkan pendidikan yang lebih merata, suatu negaramampu memitigasi dampak negatif dari emigrasi internasional (misal: brain drain).Mengutip kalimat dari Mountford atas modelnya mengenai interaksi antara dis-tribusi pendapatan dengan akumulasi modal manusia dan migrasi, didapatkan:

’Ketika akumulasi modal manusia bersifat endogen, dan ketika derajat kesuksesan

emigrasi masih tentatif, interaksi antara akumulasi modal manusia, pertumbuhan,

dan distribusi pendapatan bisa jadi merupakan hasil dari ’brain drain’, baik itu

Universitas Indonesia

Page 36: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

21

secara temporal maupun permanen, akan membawa pada efek jangka panjang

kesenjangan pendapatan dalam perekonomian yang diasumsikan terbuka kecil’

(Mountford, 1997, pp. 302 - 303)

Teori Sistem Dunia Terakhir, teori sistem dunia (world system thoery) men-gasosiasikan migrasi internasional dari perspektif global. Pendekatan teori inimengukur interaksi dari masyarakat sebagai determinan penting terhadap peruba-han sosial dalam masyarakat itu sendiri (Jennisen, 2004 c.f Chase-Dunn dan Hall,1989). Sebagai contoh interaksi antar suatu bangsa / masyarakat adalah adanyaperdagangan internasional maupun adanya perbedaan biaya hidup di kedua wilayah.Perdagangan antara negara maju dan berkembang menurut Jennisen (2003, 2004 c.fMassey, 1993; Hall, 1994) akan menimbulkan stagnasi dan biaya hidup yang lebihbesar di kedua negara. PErdagangan bebas sendiri menurut Borjas (1989) memi-liki efek yang sifatnya inversi dengan insentif migrasi, yang juga terbukti dalampenelitian Paez (2005) untuk kasus Filipina.

Teori sistem dunia sendiri dihasilkan dari sistem kapitalisme yang dipandangsebagai sejarah sistem sosial dunia. Wallerstein (1983) mendefinisikan sistem se-jarah kapitalisme sendiri sebagai sebuah sistem yang tanpa henti melakukan aku-mulasi modal sebagai tujuan dalam aktivitas ekonomi yang sifatnya fundamental.Sistem kapitalisme sendiri memaksa negara - negara tersebut untuk mencari sum-ber daya alam baru, sumber daya manusia baru yang lebih murah dan pasar baru.Oleh sebab itu sebagian besar negara kapitalis memutuskan untuk membuka kolonidi negara lain. Demi memperlancar hubungan dan komunikasi antara pusat de-ngan negara koloni, sistem transportasi, infrastruktur dan komunikasi di negarakoloni diperbaiki. Namun pertukaran yang dihasilkan tak sebanding dengan be-sarnya eksploitasi yang dilakukan oleh negara induk. Oleh sebab itu, banyak koloniyang memutuskan untuk memerdekakan diri, namun secara ekonomi, banyak darimereka yang masih dependen secara ekonomi dengan negara induk. Migrasi inter-nasional terjadi untuk mengisi celah tersebut (Jennissen, 2004 c.f Wallerstein).

Selain itu, sesuai pendapat Massey dan Paez diatas, penelitian Gosh (1992) danMohoud (1997) menemukan adanya kecenderungan hubungan terbalik antara mi-grasi dengan perdagangan bebas. Semakin tinggi derajat keterbukaan suatu negaraterhadap perdagangan bebas, semakin tinggi kemungkinan negara tersebut untukmelakukan keputusan untuk tidak bermigrasi. Dengan asumsi nilai upah / gajitenaga kerja fleksibel, peningkatan ekspor barang - barang yang sifatnya intensiftenaga kerja menuju negara maju, cenderung untuk meningkatkan jumlah pener-imaan tenaga kerja di negara yang intensif tenaga kerja. Jumlah pengangguran

Universitas Indonesia

Page 37: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

22

berkurang, dan potensi emigrasi juga akan berkurang secara alamiah.

2.2.3 Teori Migrasi Lanjutan (Advanced)

Sub-bab ini akan menjelaskan tentang teori migrasi yang berhubungan erat denganaspek sosial, bila dibandingkan teori inisial migrasi yang cenderung untuk fokuspada adanya perbedaan besaran upah maupun faktor penarik emigrasi ke negaratujuan. Dua teori yang akan dipaparkan adalah teori jaringan (network theory) danteori institusi (institutional theory).

Teori Jaringan Adanya jaringan migran akan mempermudah para migranpotensial dalam proses migrasinya. Dapat dikatakan, kontribusi secara finansial danmoral untuk membantu rekan / keluarga / sahabat agar bisa mendapatkan pekerjaandi negara tujuan, mengakomodasi informasi, maupun akses tempat tinggal memper-mudah mereka yang akan datang untuk bermigrasi (Esveldt et-al, 1995 c.f Jennis-sen, 2004).

Teori ini mencoba untuk memberikan penjelasan mengapa migrasi internasionaladalah fenomena yang berkelanjutan. Migrasi tenaga kerja mengubah komposisi et-nis di negara penerima, dan sebagai konsekuensinya, jaringan migran kemungkinanbesar terbentuk. Jaringan ini pada akhirnya akan meningkatkan probabilita migranmendapatkan pekerjaan dan hasil bersih yang diekspektasikan lebih besar daripadamigrasi tanpa adanya jaringan. Semakin besar jaringan migrasi di suatu negara,semakin besar peluang bertambahnya migran yang masuk setiap tahunnya.

Teori Institusi Dalam skala yang lebih luas, konsep dari sebuah institusi ke-mungkinan besar dapat digunakan sebagai cerminan atas struktur keseluruhan darisuatu masyarakat / lingkungan, dimana setiap individu mungkin untuk melakukankeputusannya.Jennisen (2004 c.f De Brujin, 1999) menyatakan konsep dari institusisebagai berikut:

Beberapa entitas konseptual semacam universitas, organisasi, perusahaan dan

sebagainya, yang secara umum diakui sebagai sebuah institusi. Lebih luas lagi, definisi

institusi dapat dipergunakan untuk beberapa hal yang sifatnya abstrak seperti demokrasi,

agama, kebijakan, dan sistem gender ataupun basis - basis ilmu pengetahuan (ilmu alam,

sosial, dan sebagainya).

Menurut Massey et-al (1993), institusi sendiri akan melambangkan hambatanataupun dukungan hukum maupun politik terhadap kesempatan seseorang untukmelakukan migrasi internasional. Beberapa organisasi pemerintah maupun NGO

Universitas Indonesia

Page 38: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

23

(Non-Governmental Organization, organisasi swasta yang biasanya mendukungkegiatan kemanusiaan), baik yang bersifat legal maupun ilegal terkait dengandukungan terhadap para migran. Organisasi - organisasi tadi akan memberikandukungan baik dalam bentuk pelatihan buruh yang akan melakukan emigrasi, pem-berian kontrak dan kerja di negara tujuan, pemberian dokumen - dokumen (legalataupun palsu), dan berbagai dukungan lainnya agar migran bisa mendapatkan kerjadi negara tujuan. Organisasi ini cenderung diasosiasikan sebagai jaringan migrasi,sebab teori institusi secara umum tidak jauh berbeda dengan teori jaringan migrasi.Keduanya berusaha menjelaskan mengapa migrasi internasional tetap terjadi hinggasaat ini. Semakin besar dukungan dari institusi terhadap para migran, baik itu dalambentuk perlindungan hukum ataupun proses legalisasi, biaya keseluruhan seseoranguntuk melakukan emigrasi akan menjadi semakin murah. Tujuan dari institusi mi-grasi bisa non-profit, maupun profit, yang bisa dipastikan sekalipun perbedaan upahneoklasik sudah setara, migrasi masih mungkin terjadi atas dukungan institusi.

2.2.4 Rangkuman Determinan Migrasi dari Berbagai MacamTeori Migrasi

Dari dua sub-bab sebelumnya, diharapkan Penulis mampu memberikan elaborasisederhana dari setiap teori migrasi internasional yang ada. Baik teori inisiasimaupun lanjutan untuk migrasi internasional memberikan elaborasi yang masih ter-pisah - pisah. Sub-bab ini akan merangkum setiap determinan dan variabel realistisyang bisa dipergunakan untuk pengkuran setiap teori (sesuai penjelasan sebelum-nya). Dari rangkuman teori milik Massey et-al (1993) dan Jennissen (2004), makadidapatkan hasil sebagai berikut:

Universitas Indonesia

Page 39: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

24

Tabel 2.4: Variabel Kunci dari tiap Teori Migrasi Internasional

Teori Variabel Kunci Indikator Realis-tis (Perhitungan)

Kausalitas /Asosiasi

Neoklasik Upah Riil i dan j PCI riil kedua ne-gara i dan j

Imigrasi dari ren-dah ke tinggi

Keynessian Tingkat Pengang-guran i dan j

Persentase pen-gangguran padatotal angkatankerja

Emigrasi daritinggi ke rendah

Dual-Labor Tingkat Pengang-guran i dan j

Persentase pen-gangguran padatotal angkatankerja

Emigrasi daritinggi ke rendah

Ekonomi Baru Kurangnya pen-dapatan rumahtangga

Persentase pen-gangguran padatotal angkatankerja

Bisa positifataupun negatif

Deprivasi Relatif Kesenjangan Pen-dapatan

Rata - rata pen-didikan relatifsuatu negara dankemiskinan

Emigrasi darinegara berpen-didikan rata-ratarendah

Sistem Dunia Hubungan mate-rial dan budaya idan j

Stok migran di ne-gara j dari negara i

Imigrasi menujunegara denganstok migran yangbesar

Teori Jaringan Populasi migrannegara i di negaraj

Stok migran di ne-gara j dari negara i

Imigrasi menujunegara denganstok migran yangbesar

Teori Institusi Jumlah institusiyang membantumigran

Stok migran di ne-gara j dari negara i

Imigrasi menujunegara denganstok migran yangbesar

Sumber: Jennissen, 2004

Universitas Indonesia

Page 40: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

25

2.3 Kekurangan dalam Penelitian Migrasi Internasional

Massey et-al (1993) menyatakan beberapa aspek fundamental yang dianggap se-bagai kekurangan dari banyak penelitian migrasi internasional. Perbedaan struktursosial, perekonomian dan geografi dari setiap belahan dunia menyebabkan hal ini.Beberapa kekurangan yang menurut Massey perlu diketahui sebelum melakukanpenelitian tentang migrasi internasional adalah:

Data Migrasi Internasional Ketersediaan data migrasi internasional yangcukup langka di banyak negara, terutama negara berkembang. Pencatatan yang ku-rang sistematis menyebabkan banyaknya observasi yang tidak berhasil dilacak. Halini menyulitkan penelitian migrasi internasional terhadap beberapa wilayah yangseharusnya berpotensi untuk diteliti. Sebagian besar negara Asia Tenggara dan AsiaTengah belum melakukan pencatatan dengan baik (Massey, 1994, 1998).

Parsialitas Setiap Teori Setiap teori Migrasi Internasional dianggap masihterfragmentasi secara terpisah satu sama lain. Tidak ada standar baku untuk meli-hat / menganalisis migrasi internasional untuk tiap wilayah. Hal ini menyebabkansulitnya penggunaan teori yang sifatnya lebih universal diterapkan. Setiap peneli-tian sifatnya inkonsisten untuk setiap observasi yang berbeda. Di banyak kasus un-tuk Eropa, menurut Piore (1979) dalam teorinya dualisme tenaga kerja menyatakanbahwa migrasi terjadi akibat adanya faktor penarik yang kuat dinegara tujuan (pull-

factors). Namun menurut teori deprivasi relatif, migrasi internasional terjadi akibatkesenjangan pendidikan dan pendapatan di negara asal (push-factors). Perbedaanini tentunya akan memberikan ambiguitas pada penelitian terkait dengan hasil daripenelitian tersebut dan karakter dari setiap wilayah yang akan diteliti.

Banyak Aspek Sosial yang Tidak Terjamah Banyak penelitian melakukanpendekatan migrasi internasional terkait dengan determinan ekonomi dan de-mografi, sementara pengukuran untuk determinan yang sifatnya politik maupunsosio-kultural masih susah dilakukan dalam data yang nyata. Pendekatan terhadapdeterminan - determinan tadi memang sudah tersedia, namun hasil yang didapatkanterkadang masih kurang bisa menggambarkan kondisi nyata di wilayah yang diteliti.

Setiap penelitian memiliki kekurangan dan kelebihan masing - masing.Mengutip pendapat Massey (1993), penelitian tentang migrasi internasional ituibarat sebuah puzzle, terpisah - pisah namun saling berkaitan. Kelemahan dankelebihan dari setiap penelitian diharapkan mampu menggambarkan pola migrasiinternasional di dunia lebih baik untuk setiap penelitian selanjutnya.

Universitas Indonesia

Page 41: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

26

2.4 Teori Migrasi Internasional: Penggunaan Basis Data Mi-grasi Netto dalam Analisis

Penelitian tentang migrasi sudah banyak dilakukan sebelumnya. Sebagian besardari penelitian tersebut menggunakan konteks migrasi internasional berdasarkannegara tujuan (destination based) (Massey et-al, 1993, 1994, 1998). Sebagian ke-cil lainnya menggunakan basis negara pengirim, namun penggunaan data migrasinetto (migrasi bersih) sangat jarang dipergunakan dalam penelitian. Padahal se-cara umum, data sekunder yang tersebar paling lengkap untuk Asia adalah datamigrasi netto. Untuk melengkapi celah ini, Jennissen (2003) melakukan penelitianmenggunakan data migrasi bersih Eropa Barat dan Eropa Selatan selama periode 35tahun untuk mengetahui bagaimana pola dan determinan dari migrasi internasionaldi Eropa Barat.

Namun, penggunaan metode ini sebenarnya masih memiliki kompleksitastersendiri untuk diformulasikan. Harus kita catat bahwa peningkatan dalam jumlahmigrasi bersih (net migration) (bisa saja positif ataupun negatif) bisa saja dikare-nakan kenaikan dari imigrasi bersih di negara penerima, ataupun berkurangnya em-igrasi bersih dari negara pengirim.

Berdasarkan teori neoklasik, arus migrasi tenaga kerja internasional terciptakarena adanya perbedaan upah antara kedua negara. Dari perpindahan ini, menurutBorjas (1989) dan Massey et-al (1993) akan tercipta ekuilibrium baru dari tingkatupah internasional (factor price equalization, Heckster-Ohlin), yang lebih meratadi seluruh negara yang ikut didalamnya. Namun teori neoklasik tak bisa mende-teksi data yang diagregatkan, lebih fokus pada individu, sedangkan penelitian yangberhubungan dengan migrasi bersih adalah penelitian dengan data makro. Maka,sesuai dengan rekomendasi Jennissen (2003, 2004), data dengan penggunaan mi-grasi bersih tidak sesuai dengan pendekatan neoklasik. Oleh sebab itu, sebagaiproxy atas tingkat upah riil, Jennissen (2003) menggunakan data agregat penda-patan perkapita yang sudah diriilkan dengan PPP (purcashing power parity atauparitas daya beli).

Selanjutnya, sesuai dengan teori dualisme tenaga kerja dan pandangan Keynes-sian mengenai migrasi internasional, Jennissen (2003) menggunakan basis teori mi-lik Piore (1979) untuk mengetahui apakah determinan penarik atau pendorong yanglebih kuat pada migrasi internasional di Eropa Barat. Pendekatan model menggu-nakan tingkat pengangguran di negara tersebut, maupun negara penerima.

Mengadopsi teori deprivasi relatif (Massey, et-al, 1993; Stark dan Taylor, 1989),dengan sedikit penyesuaian dengan data migrasi bersih, maka Jennissen (2003)

Universitas Indonesia

Page 42: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

27

mencoba melakukan pendekatan dengan tingkat pendidikan melalui penggunaandeterminan edukasi (lama waktu sekolah, ataupun angka melek huruf dewasa). Halini terkait dengan penelitian Stark dan Taylor (1989) yang menyatakan bahwa ke-senjangan pendapatan akan semakin kecil seiring bertambahnya kesempatan untukbelajar, dan memperkecil kemungkinan adanya deprivasi relatif yang meningkatkanjumlah emigrasi akibat kesenjangan tersebut. Seiring bertambahnya pendidikantenaga kerja, maka imigrasi akan cenderung semakin besar.

Terakhir, penggunaan teori institusi dan teori jaringan untuk disesuaikan denganmodel migrasi netto. Jennissen (2003) menggunakan pendekatan jumlah stok mi-gran dari negara asal (dalam persentase) dibandingkan dengan populasi penduduknegara tujuan, yang seharusnya menarik emigrasi menuju negara tujuan seiringbertambahnya jumlah stok migran ke negara tujuan.

Data pendidikan dan stok migran oleh Jennissen menggunakan interpolasi data.Hal ini disebabkannya kelangkaan data atas kedua data tersebut, dan tren yang cen-derung linear dari kedua data tadi (Jennissen, 2004). Dari analisis yang dilakukanoleh Jennissen (2003, 2004), maka didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 2.5: Hasil Penelitian dengan Data Migrasi Bersih Internasional

Hasil Penelitian Jennissen (2003)

1 GDP Perkapita untuk negara asal mempunyai efek positif dengan migrasibersih internasional

2 Tingkat Pengangguran negara asal memiliki efek negatif terhadap migrasibersih internasional

3 Tingkat pendidikan negara asalmemiliki efek positif terhadap migrasi bersihinternasional

4 Stok migran negara asal memiliki efek positif terhadap migrasi bersih inter-nasional

Sumber: Jennissen, 2003, 2004

Hasil yang didapatkan oleh Jennissen dipergunakan untuk data Eropa Barat,yang menurut Massey (1993, 1994) belum tentu sama untuk data migrasi bersih ne-gara / wilayah lainnya. Positif dalam hasil tabel 2.5 berarti adanya kenaikan imigrasidi negara penerima atau berkurangnya emigrasi dari negara pengirim, sedangkannegatif berarti berkurangnya imigrasi ke negara penerima dan kenaikan emigrasidari negara pengirim.

Universitas Indonesia

Page 43: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

28

2.5 Model Gravitasi Migrasi Internasional

Sub-bab ini menggunakan data interaksi, berbeda dengan bahasan teori - teori se-belumnya, terutama di sub-bab 2.4, model Jennissen (2004) tentang penggunaandata migrasi netto / bersih. Interaksi migrasi biasanya berdasarkan migrasi masuk(in) ataupun migrasi keluar (out). Model gravitasi migrasi cenderung lebih akuratmenggambarkan hubungan / korelasi migrasi kedua negara dibandingkan denganmodel migrasi bersih / netto.

Hukum gravitasi pada awal penemuannya merupakan sebuah model atas hukumfisika milik Newton, yang pada awal tahun 1960 dikembangkan oleh ekonom Tin-bergen (1962) untuk melihat interaksi perdagangan internasional dua negara ataulebih. Penggunaan massa jenis ekonomi dengan pendekatan ukuran ekonomi suatunegara (melalui PDB) dibagi dengan jarak kedua negara tersebut.

Penggunaan model gravitasi untuk perdagangan berkembang dengan cepat.Banyak ekonom segera mengadopsinya, termasuk untuk permasalahan demografi/ studi populasi migrasi. Van den Berg dan Lewer (2008) merangkum beberapateori dan model gravitasi migrasi internasional yang umum digunakan untuk studitentang hal ini. Model gravitasi migrasi internasional Lewer dan Van den Berg(2008) adalah sebagai berikut:

Fi j = GGDPi×GDPj

Di j(2.1)

Gi j = GPopi×Pop j

Di j(2.2)

Immi j = α0 +β0(Popi×Pop j)+

= β1(Relyi j)+β2(Di j +β3(LANGi j)+β4(CONTi j)+β5(LINKi j)(2.3)

Dari persamaan 2.1 kita mendapatkan model asli milik Tinbergen (1962), Fi j

adalah besar perdagangan internasional kedua negara (interaksi), GDPi dan GDPj

adalah besaran pendapatan nasional kedua negara. (i) merepresentasikan negaraasal, sedangkan (j) merepresentasikan negara pengirim (eksportir). Sedangkan dimodel 2.2, sebagai pengganti massa PDB, dipergunakan pendekatan demografiberupa variabel Popi dan Pop j yang merepresentasikan besar populasi kedua ne-gara. Baik model 2.1 maupun 2.2 menggunakan G (konstanta gravitasi) dan variabelDi j atau jarak geografis kedua negara. Dari persamaan 2.2, Lewer dan Van den Berg(2008) kemudian mengembangkan model gravitasi migrasi untuk penelitian yangbisa dipergunakan baik kasus negara maju maupun berkembang. Di persamaan 2.3,didapatkan variabel immi j sebagai pendekatan terhadap imigrasi (bisa juga emigrasi

Universitas Indonesia

Page 44: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

29

jika memakai emmi, seperti yang penulis gunakan) negara (i) ke (j), dilanjutkan olehvariabel Relyi j yang didapatkan dari rasio antara PDB perkapita negara tujuan (j)dengan PDB negara asal (i). Variabel LANGi j,CONTi j, dan LINKi j adalah peubahboneka untuk persamaan bahasa, berbatasan secara langsung / tidak dan persamaankoloni. Nilai peubah boneka adalah nol (0) untuk tidak ada dan bernilai satu (1)untuk adanya persamaan.

Dari hasil penelitian Lewer dan Van den Berg (2008), determinan penarik(Relyi j) berupa massa ekonomi berhubungan positif terhadap imigrasi, sementaravariabel jarak (Di j) berhubungan negatif dengan imigrasi dan peubah boneka ba-hasa (LANG), kolonial (LINKi j), serta batasan negara (CONT ) berhubungan positifdengan imigrasi. Untuk massa jenis populasi (Popi x Pop j), semakin besar massapopulasi, semakin besar tendensi untuk melakukan imigrasi. Asumsi neoklasik ter-jadi dalam kasus gravitasi panel migrasi Lewer dan Van den Berg (2008).

2.6 Hipotesis Penelitian

Penulis akan di sub-bab ini meringkas dugaan hipotesis dari penelitian yang di-lakukan. Hipotesis sendiri menggunakan basis penelitian milik Jennissen (2003,2004), Massey et-al (1993) untuk model pertama (panel data migrasi nettoASEAN+6). Sementara untuk model kedua penulis, gravitasi migrasi Indonesia de-ngan panel data, digunakan basis penelitian milik Lewer dan Van den Berg (2008)untuk pembangunan hipotesisnya.

Secara ringkas, ketiga hipotesis Penulis diringkas sebagai berikut:

Tabel 2.6: Hipotesis Model 1

Variabel Hipotesis Model 2 (Panel Data ASEAN+6)

PCIi Positif (+), untuk negara eksportir jumlah emigrasi berkurang danimigrasi bertambah di negara importir migran saat PCI bertambah

Unemp ratei Negatif (-), saat tingkat pengangguran bertambah, negara ek-sportir bertambah emigrasinya dan negara importir berkurangimigrasinya

Adlit rate Positif (+), di negara eksportir migran jumlah emigrasi berku-rang dan imigrasi bertambah di negara importir migran saat AMHbertambah

Universitas Indonesia

Page 45: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

30

Tabel 2.7: Hipotesis Model 2

Variabel Operasionalisasi Hipotesis

Pop f l(i× j) Total populasi angkatankerja sebagai penggantimassa populasi, dikalikanpoplf negara asal dengannegara tujuan

Positif (+), semakin besarmassa populasi tenaga kerja,gravitasi untuk saling bermi-grasi makin besar di keduanegara (mig out bertambah)

Relyi j Rasio pendapatan perkapitanegara tujuan terhadapnegara asal, pendapatanperkapita didapat dari PPP2005 USD

Positif (+), makin tinggi rasiodari relyi j, maka makin be-sar migrasi keluar Indonesiamenuju negara tujuan

Di j Jarak geografis negara asalterhadap negara tujuan

Negatif (-), semakin jauhjarak geografis dengan In-donesia, maka migrasi keluarakan semakin sedikit

Comlang o f fi j Persamaan bahasa nasionalkedua negara, peubah boneka

Positif (+), semakin besarpersamaan bahasa nasionalyang digunakan kedua ne-gara, semakin besar migrasikeluar menuju negara tujuanoleh Indonesia

Comlang ethnoi j Persamaan bahasa daerah ke-dua negara, peubah boneka

Positif (+), semakin besarpersamaan bahasa daerahyang digunakan kedua ne-gara, semakin besar migrasikeluar menuju negara tujuanoleh Indonesia

———-

Universitas Indonesia

Page 46: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

31

Conti j Batasan langsung kedua negara,peubah boneka

Positif (+), adanya batasan lang-sung kedua negara, semakin besarmigrasi keluar menuju negara tu-juan oleh Indonesia

Coli j Persamaan adanya hubungan an-tara kedua negara dalam satukoloni yang sama, peubah boneka

Positif (+), adanya persamaansejarah penjajahan kedua ne-gara, semakin besar migrasikeluar menuju negara tujuan olehIndonesia

Hipotesis yang disusun oleh Penulis, akan diperbandingkan hasilnya dengananalisis inferensial di bab 5.

2.7 Kesimpulan

Migrasi internasional bagaikan puzzle yang terpisah - pisah untuk setiap teori,model dan penelitiannya (Masset et-al, 1993). Beberapa institusi maupun penelitimencoba mendefinisikan migrasi sebagai (Chotib, 2010) perpindahan spasial manu-sia, sementara peneliti lain (Jennissen, 2003, 2004) melihat definisi migrasi dis-esuaikan dengan tiga determinan umum, yaitu lama perpindahan, perpindahanlokasi, maupun faktor - faktor penyebab perpindahan. Sekalipun berbeda, deter-minan dan definisi dari setiap penelitian cenderung konvergen menuju satu titikyang sama, yaitu perpindahan manusia secara fisik dari satu negara menuju negaralain, dalam kurun waktu tertentu dan disesuaikan dengan faktor pendorong ataupunpenarik (Lewis, 1982 c.f Boyle et-al., 1998) di masing - masing negara.

Selanjutnya, elaborasi teori mengenai inisiasi migrasi maupun teori migrasi lan-jutan dilakukan sebagai perluasan analisis atas migrasi internasional. Setiap modelmemiliki kelemahan dan kelebihan masing - masing (Jennissen, 2003, 2004 c.fMassey et-al, 1993). Teori neoklasik dan dualisme tenaga kerja melihat individu se-baga subjek migrasi internasional, atas dasar rasionalitas terhadap perbedaan upahdan faktor penarik dari negara yang lebih maju. Sedangkan teori ekonomi baru dandeprivasi relatif melihat faktor pendorong sebagai acuan, dan rumah tangga seba-gai subjek migrasi internasional. Terakhir, teori institusi dan teori jaringan adalahperluasan dari keseluruhan teori yang berusaha menjelaskan mengapa migrasi inter-nasional tetap terjadi di saat FPE (factor price equalization) (Borjas, 1989; Masseyet-al, 1993; Heckster-Ohlin, 1955) atas tingkat upah internasional mulai merata.

Ditutup dengan penelitian Jennissen di Eropa Barat dengan penggunaan data

Universitas Indonesia

Page 47: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

32

migrasi bersih internasional, yang mengadopsi keseluruhan teori sebelumnya, dida-patkan hasil bahwa faktor penarik masih kuat untuk migrasi internasional. Penda-patan perkapita, tingkat pendidikan dan stok migran mendapatkan hasil positif, se-mentara tingkat pengangguran suatu negara menghasilkan output yang negatif. Dandengan penggunaan teori gravitasi migrasi untuk melihat interaksi dari kedua negaradan hubungannya dengan asumsi neoklasik (perbedaan pendapatan perkapita) danbesaran jarak kedua negara. Sementara, hasil dari penelitian Lewer dan Van denBerg (Gravitasi migrasi internasional) mengindikasikan adanya hubungan negatifantara jarak dengan imigrasi (emigrasi), dan kecenderungan untuk bermigrasi ketikaterdapat perbedaan massa ekonomi, dalam bentuk pendekatan rasio pendapatanperkapita kedua negara.

Universitas Indonesia

Page 48: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

BAB 3METODE PENELITIAN

Di dalam bab 3 dijelasakan metode penelitian yang akan digunakan oleh Penulis.Penelitian Penulis sendiri akan dibagi dalam beberapa sub-metode untuk menge-tahui dampak dari beberapa determinan ekonomi dan non-ekonomi terhadap arusmigrasi netto dan panel gravitasi migrasi di Indonesia.

Bab 3 dibagi menjadi beberapa sub-bahasan. Pada sub-bab 3.1 akan dibahassumber data dan spesifikasi variabel, dilengkapi dengan model untuk panel dataASEAN+6 maupun panel gravitasi migrasi Indonesia. Kemudian dilanjutkan padasub-bab 3.2 adalah penggunaan panel data untuk pola migrasi netto / bersih 16negara yang diobservasi maupun pada panel data gravitasi migrasi Indonesia, ditu-tutup oleh kesimpulan pada sub-bab 3.3.

3.1 Sumber Data dan Spesifikasi Variabel

Data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua (2), yang pertamaadalah penggunaan data internasional - migrasi netto (migrasi bersih), dan data spe-sifik Indonesia untuk migrasi internasional. Data pertama digunakan untuk analisisASEAN+6, sementara data Indonesia dipergunakan untuk analisis spesifik migrasiIndonesia.

Data migrasi netto, yang didapatkan dari pengurangan atas migrasi masuk to-tal suatu negara dengan migrasi keluar suatu negara (imigrasi - emigrasi). Secarasederhana, perhitungan migrasi bersih adalah sebagai berikut (Chotib, 2010):

Mn =InMig−OutMig

5×P× k (3.1)

Data migrasi netto yang dipergunakan oleh penulis adalah data migrasi nettoper 1000 penduduk. P adalah variabel data penduduk tengah periode perhitungan,dan k adalah konstanta ukuran migrasi, nilai k adalah 1000. Untuk data migrasinetto sendiri penulis menggunakan data kependudukan dari statistik World Bank(http://www.databank.worldbank.org/, akses April dan Juni 2011) dan data dariIMF (International Monetary Fund) yang bekerjasama dengan US Census Beureu

(http://www.census.gov, akses April 2011) untuk migrasi bersih 16 negara yangdiobservasi.

33

Page 49: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

34

Sementara, pemilihan 16 negara yang diobservasi menggunakan penelitianHugo (2009) sebagai basisnya. Dari penelitian Hugo (2009), yang digunakan un-tuk penelitian IOM (International Organization for Migration), didapatkan 6 ne-gara diluar penelitian ASEAN yang berhubungan erat dengan migrasi internasionalASEAN selama beberapa tahun terakhir. Hasil penelitian Hugo (2009) adalah se-bagai berikut:

Tabel 3.1: Negara Tujuan Utama Migrasi Tenaga Kerja ASEAN

Negara Pengirim (i) Jumlah T.Kerja Negara Tujuan Utama (j) Tahun

Myanmar 1.840.000 Thailand 2006

Thailand 340.000 RRC 2002

Laos 173.000 Thailand 2004

Kamboja 183.541 Thailand 2006

Vietnam 400.000 RRC dan Taiwan 2005

Filipina 8.233.172 Timur Tengah dan Eropa Selatan 2006

Malaysia 250.000 RRC dan Taiwan 1995

Singapura 150.000 - 2002

Indonesia 2.700.000 Arab Saudi 2007

RRC 530.000 Jepang 2004

Sumber: International Organization of Migration, 2010 c.f Hugo, 2009

Selanjutnya, analisis spesifik negara ASEAN+6 disesuaikan dengan asumsineoklasik dan teori dualisme tenaga kerja, yaitu dengan determinan untuk vari-abel independen penelitian ini adalah pendapatan perkapita negara asal (PCIi)dan tingkat pengangguran negara asal (unemp ratei). Untuk analisis spesifikASEAN+6, dipergunakan determinan tambahan sebagai variabel independen de-ngan basis teori jaringan dan institusi (Massey et-al, 1993), yaitu rata-rata stok mi-gran (migstock rate) dan sebagai pendekatan terhadap rata-rata usia sekolah diper-gunakan angka melek huruf usia dewasa ( 15 tahun) (Adlit rate). Observasi datauntuk model panel dan time-series ASEAN+6 selama 30 tahun observasi (1980 -2010). Maka, keseluruhan model dan data akan disederhanakan dalam persamaandan tabulasi sebagai berikut:

3.1.1 Model Panel Migrasi ASEAN+6 dan Panel Gravitasi Mi-grasi Internasional Indonesia

Penulis akan menyajikan dua model panel migrasi internasional. Model pertamadireplikasi dari model migrasi netto (bersih) di 16 negara yang diobservasi un-

Universitas Indonesia

Page 50: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

35

tuk ASEAN+6, dan selanjutnya di model kedua dipergunakan replikasi model daripenelitian Van den Berg dan Lewer (2008).

Untuk model pertama, penulis menggunakan data makroekonomi pendapatanperkapita setiap negara selama 30 tahun periode observasi. Dipergunakan vari-abel demografi tingkat pengangguran, untuk membandingkan dengan teori dual-isme tenaga kerja (Piore, 1979), dan tingkat melek huruf serta stok migran (teorijaringan) di negara asal. secara umum, model yang dipergunakan oleh penulisadalah sebagai berikut:

Netmig ratei = β0 +β1(PCIi)+β2(Unemp ratei)+β3(Adlit ratei)+

= β4(Migstok ratei)+ ε (3.2)

Untuk model kedua, dipergunakan analisis gravitasi migrasi yang disesuaikandengan model milik Lewer dan Van den Berg (2008):

Migouti j = β0 +β1(Popl f(i× j))+β2(Relyi j)+β3(Di j)+β4Comlang o f fi j +

= β5Comlang ethnoi j +β6Conti j +β7Coli j + εi j (3.3)

Dengan menggunakan kedua model panel data tersebut, pada bab 5 akan di-lakukan penelitian inferensial untuk mengetahui bagaimana hasil observasi penulis.

Universitas Indonesia

Page 51: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

36

Tabel 3.2: Variabel Independen untuk Analisis Spesifik Negara ASEAN+6

Variabel Operasionalisasi Sumber Data

PCIi 2005 PPP standar US$ pendap-atan perkapita negara asal

World Bank (http://www.databank.worldbank.org/),akses April dan Juni 2011

Unemp ratei Total tingkat penganggurandibandingkan jumlah angkatankerja negara asal

ILO (International Labor Or-

ganization) data Laborsta (http://www.laborsta.ilo.org), aksesApril, Mei dan Juni 2011

Adlit rate Angka melek huruf dewasa,usia diatas 15 tahun

World Bank (http://www.databank.worldbank.org/),akses April dan Juni 2011

Migstocki Jumlah penduduk negara asingpada awal tahun observasi dinegara asal

World Bank (http://www.databank.worldbank.org/),akses April dan Juni 2011dan US Cencus Beureu

(http://www.cencus.gov) aksesJuni 2011

Selanjutnya, untuk analisis panel ASEAN+6, data dan determinan yangdigunakan sama dengan determinan yang dipergunakan sebelumnya. Yang berbedaadalah penggunaan data untuk determinan migrasi dengan gravitasi di Indonesiasecara spesifik. Model panel gravitasi spesifik Indonesia menggunakan determinanyang disesuaikan dengan penelitian Van den Berg dan Lewer (2008). Data yangdigunakan selama 15 tahun observasi (1994 - 2008), dengan variabel independenyang akan dijelaskan dalam tabel 3.3:

Universitas Indonesia

Page 52: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

37

Tabel 3.3: Variabel Independen untuk Analisis Gravitasi Migrasi Indonesia

Variabel Operasionalisasi Sumber Data

Pop f l(i× j) Total populasi angkatankerja sebagai penggantimassa populasi, dikalikanpoplf negara asal dengannegara tujuan

World Bank (http://www.databank.worldbank.org/),akses April dan Juni 2011

Relyi j Rasio pendapatan perkapitanegara tujuan terhadapnegara asal, pendapatanperkapita didapat dari PPP2005 USD

World Bank (http://www.databank.worldbank.org/),akses April dan Juni 2011

Di j Jarak geografis negara asalterhadap negara tujuan

CEPII (Centre d’EtudesProspectives etd’Informations Interna-tionales atau Institute forResearch on the Interna-tional Economy), aksesMaret, April, Juni 2011

Comlang o f fi j Persamaan bahasa nasionalkedua negara, peubah boneka

CEPII (Centre d’Etudes

Prospectives et

d’Informations Interna-

tionales atau Institute for

Research on the Interna-

tional Economy), aksesMaret, April, Juni 2011

Comlang ethnoi j Persamaan bahasa daerah ke-dua negara, peubah boneka

CEPII (Centre d’Etudes

Prospectives et

d’Informations Interna-

tionales atau Institute for

Research on the Interna-

tional Economy), aksesMaret, April, Juni 2011

Universitas Indonesia

Page 53: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

38

Conti j Batasan langsung kedua negara,peubah boneka

CEPII (Centre d’Etudes Prospec-

tives et d’Informations Interna-

tionales atau Institute for Research

on the International Economy), ak-ses Maret, April, Juni 2011

Coli j Persamaan adanya hubungan an-tara kedua negara dalam satukoloni yang sama, peubah boneka

CEPII (Centre d’Etudes Prospec-

tives et d’Informations Interna-

tionales atau Institute for Research

on the International Economy), ak-ses Maret, April, Juni 2011

Data selanjutnya akan diuji normalitasnya melalui historgram, untuk diketahuiapakah data yang dipergunakan normal atau tidak. Selanjutnya, Penulis akanmelakukan elaborasi panel data untuk menjelaskan migrasi di ASEAN+6 dan In-donesia.

3.2 Model Panel Data untuk Analisis Panel Data ASEAN+6 danGravitasi Panel Indonesia

Pada sub-bab sebelumnya telah dibahas analisis data menggunakan time-series, na-mun untuk penggunaan data yang sifatnya pooled, penggunaan time-series saja sa-ngat terbatas untuk diobservasi. Gabungan antara data time-series dengan cross-

section menghasilkan metode baru yang bernama panel data. Secara umum modelpanel data banyak digunakan dalam penelitian, misalnya untuk mengukur arus mi-grasi keluar Indonesia selama 15 tahun (1994 - 2008), dengan menggabungkan be-berapa data individu (dalam bentuk negara tujuan emigrasi) dan tahun observasi.Contoh lain adalah pengukuran inflasi di banyak kota besar Indonesia, selama kurunwaktu 5 tahun. Penggunaan data panel bisa dikatakan memiliki jumlah observasiyang sangat banyak. Menurut Nachrowi (2006), penggunaan data panel bisa men-jadi keuntungan tersendiri , namun penggunaannya menjadi jauh lebih kompleksdibandingkan analisis time-series ataupun cross-section biasa.

3.2.1 Permodelan Data Panel

Sebelum Penulis membahas lebih jauh tentang data panel, ada baiknya sedikit men-gulang permodelan dari data cross-section dan time-series (Gudjarati, 2003).

Universitas Indonesia

Page 54: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

39

Yi = α+βXi + εi; i = 1,2, . . . ,N (3.4)

Yt = α+βXt + εt ; t = 1,2, . . . ,T (3.5)

Sebagai keterangan, N adalah banyaknya data cross-section dan T adalahbanyaknya data time-series. Karena data panel merupakan gabungan dari time-

series dan cross-section, maka modelnya dapat ditulis kembali sebagai:

Yit = α+βXit + εit

i = 1,2, . . . ,N

t = 1,2, . . . ,T (3.6)

Dan, penggabungan data panel akan menghasilkan jumlah observasi N×T . Un-tuk estimasi sendiri, Baltagi (2002) maupun Nachrowi (2006) mengestimasi param-eter model panel data dengan tiga metode, yaitu:

Ordinary Least Square atau Pooled Least Square Teknik OLS untuk datapanel tidak jauh beda dengan OLS pada time-series ataupun cross-section. DEnganmencari variansi model terkecil (least square) yang digabungkan dengan jumlahobservasi panel (N×T ), maka penggunaan nama PLS (Pooled Least Square) diper-gunakan untuk OLS data panel. Regresi dengan model PLS tentunya akan jauhlebih baik daripada dengan metode OLS biasa untuk kedua model (time-series dancross-section). Akan tetapi dengan menggabungkan data maka perbedaan individumaupun antar waktu menjadi tidak terdeteksi dengan baik. Tentunya hal itu menu-rut Nachrowi (2006) sedikit bertentangan dengan tujuan penggunaan data panel.Selain itu di model (3.12) terlihat bahwa baik nilai intercept (α) maupun slope tidakberubah baik dalam individu maupun antar waktu. Untuk melihat akurasi dari haltersebut, maka Nachrowi (2006) mencoba memisahkan waktu (T ) maupun individu(N) dari masing - masing observasi.

Bila nilai cov(εit) = 0; cov(εi,t−1) = 0; E(εit) = 0; dan Var(εit) = σ2, maka frag-mentasi dari N dan T adalah sebagai berikut:

Universitas Indonesia

Page 55: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

40

Yi1 = α+βXi1 + εi1; i = 1,2, . . . ,N

Yi2 = α+βXi2 + εi2

. . .

YiT = α+βXiT + εiT (3.7)

Dan untuk estimasi yang memisahkan cross-section untuk mendapatkan N-regresi dengan masing-masing T pengamatan dapat ditulis:

Y1t = α+βX1t + ε1t ; i = 1, t = 1,2, . . . ,T

Y2t = α+βX2t + ε2t ; i = 2

. . .

YNt = α+βXNt + εNt ; i = N (3.8)

Apabila diasumsikan nilai α dan β konstan untuk setiap data time-series maupuncross-section, maka menurut Nachrowi (2006) nilai α dan β dapat diestimasi denganmodel (3.12).

Yang menjadi masalah adalah ketika nilai α dan β tidak konstan. Untuk meng-atasi hal tersebut, Nachrowi (2006 c.f Baltagi, 2002) menggunakan dua teknik lain-nya, yaitu Metode Efek Tetap (Fixed Effect Method) ataupun Metode Efek Acak(Random Effect Method) yang akan dijelaskan dalam sub-bahasan selanjutnya.

Metode Efek Tetap Dari analisis PLS, Nachrowi (2006) menyatakan bahwametode analisis dengan asumsi pembuatan model yang memiliki nilai α konstanuntuk setiap variabel waktu (t) dna individu (i) kurang realistik. Metode efek tetapdipergunakan untuk mengatasi hal ini, karena penggunaan metode efek tetap (fixed

effect) memungkinkan adanya perubahan α (intercept) pada setiap i dan t. Secaramatematis, model efek tetap dapat dinyatakan sebagai berikut (Nachrowi, 2006 c.fGudjarati, 2001):

Yit = α+βXit + γ2W2t + γ3W3t + . . .

= γNWNt +δ2Zi2 +δ3Zi3 + . . .+δT ZiT + εit (3.9)

Universitas Indonesia

Page 56: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

41

Dari persamaan (3.15), dijelaskan bahwa Yit adalah variabel dependen untuk in-dividu ke-i dan waktu ke-z, sementara variabel Xit menjadi variabel independennya.Variabel Wit maupun Zit menjadi peubah boneka yang didefinisikan dalam tulisanNachrowi sebagai berikut:

Wit = 1 untuk individu i; i=1,2, . . ., N= 0 lainnya

Zit = 1 untuk periode t; t=1,2, . . ., T= 0

Dari tabulasi model diatas, dapat diketahui bahwa penggunaan model efek tetapadalah sama dengan penggunaan model regresi dengan peubah boneka (dummy

variable) sebagai variabel independen, sehingga estimasi OLS yang menggunakanmodel efek tetap kemungkinan besar akan terhindar dari bias dan sifatnya konsisten.

Kembali pada model (3.15) dan tabel 3.4, dapat kita lihat bahwa model tersebutmemiliki banyak koefisien. Jika terdapat sejumlah N individu dan T waktu, makaakan didapatkan parameter sebanyak (Nachrowi, 2006):1. (N−1) parameter γ

2. (T −1) parameter δ

3. Sebuah parameter α

4. Sebuah parameter β

Selanjutnya model efek tetap (LSDV, Least Square Dummy Variable) (Rizal,2011) dijabarkan satu - satu untuk mendapatkan persamaan metode regresi efektetap (lihat Nachrowi, 2006 p.314-315). Untuk mengetahui apakah nilai α konstanpada setiap i dan t, kita dapat lakukan uji:

F(RSSOLS−RSSMET )/RSSMET × (NT −N−T )/(N +T −2)

Nilai tersebut kemudian akan dibandingkan dengan tabel F , jika mendapatkanhasil perhitungan yang lebih besar dibanding tabel F , maka hipotesis bisa ditolak,yang artinya nilai α tidak konstan pada setiap observasi i dan t. Bisa dikatan dalamkondisi tersebut metode efek tetap tidak jauh lebih baik dibandingkan dengan OLS(Nachrowi, 2006).

Universitas Indonesia

Page 57: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

42

Metode Efek Acak / Random Effect Method Berkebalikan dengan modelefek tetap, setiap perbedaan karakteristik antar individu dengan waktu diakomodasidari error model. Jika diketahui terdapat dua komponen yang berkontribusi dalampembentukan error, yaitu individu dan waktu, maka penggunaan metode efek acakmenguraikan error untuk komponen individu, waktu maupun gabungan keduanya(Nachrowi, 2006).

Dari penjelasan tersebut, persamaan dalam metode efek acak diformulasikan:

Yit = α+βXit + εit ;

εit = ui + vt +wit

Sebagai penjelasan atas persamaan diatas, ui adalah komponen error dari modelcross-section, vt adalah komponen error time-series, dan wit komponen error panel(gabungan).

Asumsi yang digunakan untuk komponen error tadi adalah:ui = N(0,σ2

u);vt = N(0,σ2

v);wit = N(0,σ2

w);

Dari persamaan diatas, dapat dinyatakan bahwa metode efek acak menganggapefek rata - rata dari data cross-section dan time-series diintepretasikan melalui kon-stanta (intercept). Sedangkan untuk efek deviasi secara acak untuk data time-series

diintepretasikan dalam bentuk vt , dan deviasi untuk data cross-section dalam ben-tuk ui. Selanjutnya, menurut Nachrowi, dengan mengetahui bahwa ε = ui+vt +wit .Dengan adanya varians dari error tersebut, maka dituliskan kembali sebagai:

Var(εit) = σ2u +σ

2v +σ

2w

Tentunya hal ini berbeda dengan permodelan OLS yang diterapkan pada datapanel (PLS). Dari keterangan di atas, maka didapatkan besar varians error sebesar:

Var(εit) = σ2w

Universitas Indonesia

Page 58: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

43

Dengan demikian, menurut Nachrowi (2006 c.f Gudjarati, 2001) model efekacak bisa diestimasi dengan OLS apabila nilai dari ρ = 0 (Rizal, 2011) atau nilai dariσ2

u = σ2v = 0. Bila demikian, metode efek acak perlu dilakukan perhitungan dengan

metode yang berbeda. Salah satu yang dipergunakan adalah metode estimasi GLS(Generalized Least Square).

3.2.2 Uji Hausman

Untuk mengetahui apakah model yang akan penulis gunakan lebih baik meng-gunakan estimator dengan model acak ataupun tetap (random or fixed effect),maka dipergunakan uji Hausman untuk mendapatkan model terbaik dari nilai vari-ansi error model, apakah sifatnya konsisten (sistematik) ataupun inkonsisten (non-sistematik). Uji Hausman memiliki hipotesis alternatif bentuk sistematik (konsis-ten) yang berarti penggunaan metode efek tetap. Untuk uji Statistiknya, Hausman(1978) dan Schartz (2011) menjabarkan permodelan Hausman dari model linearbiasa Y = bX + ε, yang kemudian dikembangkan menjadi:

H = (b1−b0)′(Var(b0)−Var(b1)∗ (b1−b0) (3.10)

Yang dimaksud sebagai (∗) adalah Moore-Penrose Pseudoinverse. Untuk ujiHausman dipergunakan distribusi chi-square, dan dengan nilai degree of freedom

sebesar matriks ranking Var(b0)−Var(b1).Untuk menentukan apakah model acak ataupun tetap, matriks aljabar dari model

Hausman dibandingkan untuk melihat variansi error dari model. Apabila nilainyatidak konsisten, maka hipotesis nol diterima, dan model acak yang dipilih, begitupula untuk kasus sebaliknya.

3.2.3 Uji GLS

Dari keterangan di Biostat (http://www.biostat.jhsph.edu, akses Juli 2011), pengu-jian GLS untuk data panel digunakan ketika asumsi variansi dari model non-konstan(Varε = σ2Σ), dengan asumsi nilai σ2 tidak diketahui dan nilai dari Σ diketahui dandefinit, maka dapat kita ketahui korelasi relatif antara 2 error, namun tidak menge-tahui nilai absolutnya.

GLS akan meminimisasi:

Universitas Indonesia

Page 59: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

44

(Y −Xβ)TΣ−1(Y −Xβ)

dan dipecahkan dengan,

β = (XTΣ−1X)−1XT

Σ−1Y (3.11)

Karena nilai Σ = SST ; dan nilai S = Triangular matriks dekomposisi Cholesky,maka singkatnya didapatkan:

(Y −Xβ)T S−T S−1(Y −Xβ) = (S−1Y −S−1Xβ)T

= (S−1Y −S−1Xβ) (3.12)

Selanjutnya dari Biostat (http://www.biostat.jhsph.edu, akses Juli 2011), metodeGLS akan meregresi kembali S−1X dan S−1Y , maka:

Y = Xβ+ ε

S−1Y = S−1Xβ+S−1ε

Y ′ = X ′β+ ε (3.13)

Dipersingkat, nilai baru dari varians ε′ menjadi:

Varε′ = σ

2I (3.14)

Sehingga Variabel baru dari Y ′ dan X ′ di model yang sudah di GLS akan memi-liki nilai error yang tidak saling berkorelasi, dari ε′, maka dihasilkan:/

Varβ = (XTΣ−1X)−1

σ2 (3.15)

Universitas Indonesia

Page 60: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

45

Dan hasil dari persamaan diatas nilai ε′ model regresi sudah non-korelasi (baikotokorelasi, maupun heterokedastisitas).

3.3 Kesimpulan

Bab 3 membahas model yang akan dipergunakan Penulis, baik untuk penelitianspesifik setiap negara dengan time-series, begitu juga dengan analisis data paneluntuk ASEAN+6 dan Indonesia secara spesifik. Permodelan sendiri menggunakanbasis penelitian milik Jennissen (2003, 2004), Lewer dan Van den Berg (2008).Untuk teori dari setiap model dan cara uji BLUE di setiap model menggunakanteori ekonometrika dan statistik milik Nachrowi (2006), Rizal (2011), dan Gudjarati(2003). Untuk data observasi dan pemilihan individu penelitian menggunakan basispenelitian milik Hugo (2009).

Selanjutnya, kedua model ini akan digunakan dalam analisis pada bab berikut-nya.

Universitas Indonesia

Page 61: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

BAB 4ANALISIS DESKRIPTIF

Analisis migrasi internasional tidak akan lepas dari pentingnya analisis data secaradeskriptif. Analisis data deskriptif mampu menjadi alat bantu penelian yang kred-ibel ketika analisis secara inferensial mengalami perbedaan hasil dengan hipotesissemula.

Bab ini akan membahas analisis deskriptif terhadap determinan kedua modelpanel yang digunakan oleh Penulis. Sub-bab 4.1 membahas tentang dasar - dasarpemilihan determinan yang akan diamati secara deskriptif. ASEAN+6 dibahas lebihjauh pada sub-bab 4.1, dan dilanjutkan dengan analisis deskriptif pada determinanterpilih dari model panel migrasi tenaga kerja Indonesia (TKI) pada sub-bab 4.2.

4.1 Basis Asumsi

Dari landasan teori (bab 2), hipotesis migrasi tenaga kerja di ASEAN berkutat de-ngan masih relevan atau tidaknya determinan neoklasik (perbedaan upah melaluipendekatan perbedaan pendapatan perkapita riil) bila dibandingkan dengan deter-minan dari faktor pendorong (tingkat pengangguran) yang dijelaskan oleh Piore(1979), serta relevan atau tidaknya tingkat pendidikan dengan keputusan bermigrasi(teori deprivasi relatif). Sementara itu, data untuk stok migran tidak masuk dalamanalisis terpilih akibat kekurangan data yang dibutuhkan.

Penyusunan determinan tinggi, rendah, ataupun sedang untuk ketiga variabelterpilih didapatkan dari beberapa sumber yang akan dijelaskan melalui Tabel 4.1:

46

Page 62: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

47

Tabel 4.1: Standar Determinan Panel ASEAN+6

Standar PDB PerkapitaPPP(Worldbank2010, tahundasar 2005)

Tingkat Mi-grasi Bersih(+−1σ)

Tingkat Pen-gangguran(+−1σ)

Tingkat MelekHuruf Dewasa(HDR UN,2009)

Tinggi > $11.000 + >6,83% >94,91%

Sedang $3.600≤ x ≤$11.000

0 1,77% ≤ x ≤6.83%

70,69% ≤ x ≤94,91%

Rendah < $3.600 - <1,77% <70,69%

Sumber: Data kompilasi olahan penulis

Selanjutnya, untuk kasus panel data Indonesia, determinan yang terpilih adalahdeterminan yang berkaitan dengan teori neoklasik (relyi j), yang didapatkan darirasio pendapatan perkapita negara tujuan (PCI j) terhadap pendapatan perkapita ne-gara asal (PCI j). Dan sisanya adalah faktor neoklasik yang menurut Van den Bergdan Lewer (2008) memiliki kaitan erat dengan gravitasi migrasi internasional, yaitubesar massa jenis populasi (Inter popi× j) yang didapatkan dari perkalian total pop-ulasi kedua negara yang sudah dijadikan log nilainya, dan penggunaan variabeljarak (Di j) geografis kedua negara (value dalam Kilometer). Pengelompokan ketigavariabel tadi menggunakan asumsi penulis dari ringkasan sebaran data yang dimi-liki oleh penulis. Secara umum akan dijelaskan lewat Tabel 4.2:

Tabel 4.2: Standar Determinan Panel Indonesia

Standar Rasio PCI (+−1σ) Massa Populasi(+−1σ)

Jarak (+−1σ, KM)

Tinggi >12,84% >168,63 >6.493,67 KM

Sedang 3,51%≤ x≤ 12,84 96,6 ≤ x≤ 168,63 1.763,75 KM ≤ x ≤6.493,67 KM

Rendah <3,51% <96,6 <1.763,75 KM

Sumber: Data kompilasi olahan penulis

Dari kedua pengelompokan determinan tersebut akan dieksplanasi selengkapmungkin hasilnya pada sub-bab 4.2 dan 4.3, kemudian diperbandingkan denganhipotesis dan hasil analisis inferensial pada bab berikutnya (bab 5).

Universitas Indonesia

Page 63: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

48

4.2 Analisis Determinan Migrasi Netto Terpilih Data PanelASEAN+6

Dari penjelasan sub-bab 4.1, sudah diketahui empat determinan yang akan dianali-sis, yaitu: tingkat migrasi bersih; pendapatan perkapita, tingkat pengangguran dantingkat melek huruf penduduk usia dewasa.

4.2.1 Migrasi Netto

Untuk migrasi bersih, karena standarnya adalah positif, nol dan negatif, maka anal-isis deskriptif untuk tingkat migrasi bersih diperingkas sebagai berikut:

Tabel 4.3: Sebaran Data Migrasi Bersih menurut Kelompok

Netmig rate

Kelas Jumlah Persentase (%)

Positif 150 39,27Negatif 232 61.73

Sumber: Data olahan penulis

Dari data deskriptif tersebut, terlihat dengan jelas jumlah kategori dua (negatif)sebesar 61,73% dengan jumlah data 232 pengamatan. Dibandingkan dengan kat-egori satu (positif) yang sejumlah 39,27%. Kategori satu adalah jumlah migrasibersih yang positif (pola imigrasi), dan kategori dua adalah pola migrasi bersih/ netto yang negatif (pola emigrasi). Melihat Tabel 4.3, dapat dikatakan tingkatemigrasi bersih (net emigration rate) secara umum mendominasi pola migrasiASEAN+6. Namun untuk mengetahui mengapa secara umum observasi didominasioleh emigran masih harus dianalisis melalui pendekatan determinan neoklasik, du-alisme tenaga kerja, serta deprivasi relatif yang disebutkan pada sub-bab sebelum-nya.

4.2.2 Pendapatan Perkapita

Selanjutnya, Penulis melanjutkan pada analisis deskriptif terhadap data pendapatanperkapita. Seperti yang diketahui dari bab 2, bahwa pendapatan perkapita menu-rut Jennissen (2004) bisa dijadikan pendekatan terhadap upah riil dan digunakansebagai determinan dari teori neoklasik. Menurut pendapat neoklasik, serta teoridualisme tenaga kerja (Piore, 1979), faktor penarik (dalam kasus ini termasuk pen-

Universitas Indonesia

Page 64: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

49

dapatan perkapita) mampu menarik para migran untuk melakukan imigrasi ke ne-gara tersebut.

Dari hasil yang sudah ditabulasikan oleh Penulis, ditemukan bahwa hasil se-cara deskriptif mendukung dan sesuai dengan teori yang ada. Perbedaan penda-patan perkapita sebagai faktor penarik mampu menarik migran untuk melakukanpola imigrasi dibandingkan dengan negara dengan pendapatan perkapita yang lebihrendah, yang cenderung melakukan pola emigrasi bersih (netto) dalam arus migrasinettonya. Lebih jelas dapat dilihat dari Tabel 4.4.

Dari hasil yang didapatkan pada Tabel 4.4, terlihat bahwa kelompok negaraketiga (seperti Kamboja, Laos, Myanmar, Vietnam) cenderung untuk melakukanemigrasi bersih dengan banyak observasi 205 pengamatan. Sementara negara de-ngan pendapatan perkapita menengah cenderung untuk berpola imigrasi bersih (ke-cuali untuk sebagian negara, seperti Malaysia (sejak tahun 2007), Indonesia, Thai-land, serta Cina yang cenderung emigrasi bersih). Dan negara dengan pendapatanperkapita besar, seperti Jepang, Singapura, Brunei, Arab Saudi sesuai dengan teorineoklasik, cenderung untuk memiliki pola imigrasi yang cukup kuat.

4.2.3 Tingkat Pengangguran

Penggunaan determinan tingkat pengangguran dalam observasi sebenarnya adalahuntuk menjawab pertanyaan penelitian yang Penulis ajukan. Tingkat pengangguranadalah determinan untuk membuktikan bahwa faktor pendorong dalam teori sistemdunia masih berlaku, sekaligus sebagai anti terhadap teori dualisme tenaga kerja(Piore, 1979) yang menyatakan bahwa faktor penarik adalah faktor terkuat dalamkeputusan untuk bermigrasi atau tidak.

Analisis terhadap tingkat pengangguran di ASEAN+6 tampaknya cukup unik.Hal ini disebabkan dari kriteria yang diberikan oleh World Bank pada tahun 2008untuk pembagian tiga kelas tingkat pengangguran (tinggi, sedang, dan rendah), kon-sentrasi dari tingkat pengangguran di ASEAN+6 terkonsentrasi pada kelas ketiga,yaitu tingkat pengangguran rendah (dibawah 1,77%). Bisa dikatakan, pemerin-tah di negara - negara terkait cukup baik dalam menangani masalah ketenagaker-jaan dalam negeri (pengangguran) secara statistik. Namun, dengan persentase yangsama, ataupun lebih kecil, negara seperti India, Cina, dan Indonesia masih memilikikuantitas yang jauh lebih besar dibandingkan negara - negara lain dalam observasi.Tabel 4.4 akan menjelaskan lebih rinci hasil dari analisis deskriptif yang Penulis da-patkan. Ternyata, setelah melakukan fragmentasi terhadap data tingkat pengang-guran, penulis masih belum mendapatkan hasil yang diharapkan. Dalam analisistingkat pengangguran, Penulis gagal untuk mendapatkan hasil yang diinginkan se-

Universitas Indonesia

Page 65: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

50

bagai penjelasan terhadap hipotesis.

4.2.4 Persentase Angka Melek Huruf Dewasa (penduduk usia>15 tahun

Penggunaan persentase melek huruf sebagai determinan penting untuk mengukurada atau tidaknya deprivasi relatif yang dijelaskan oleh Stark (1985). Deprivasirelatif sendiri melihat penyebab dari migrasi internasional selama ini di negaraberkembang karena dua hal, yaitu kurangnya sistem jaminan sosial, serta kemiski-nan relatif dari penduduknya. Untuk kemiskinan relatif, Stark dan Bloom (1985)menyatakan adanya korelasi langsung dengan tingkat pendidikan yang dimilikipara subjeknya. Semakin tinggi tingkat pendidikan di suatu negara, seharusnyamampu memperkecil kesenjangan sosial dan kemiskinan relatif. Sehingga untukkasus ini, semakin tinggi tingkat pendidikan (yang menurut Oey, 2011 lebih tepatdiukur dengan tingkat melek huruf penduduk usia dewasa), diharapkan pola emi-grasi bersih semakin kecil (hasil positif) yang diderivasi secara tidak langsung dariberkurangnya angka deprivasi relatif di negara tersebut.

Untuk melihat lebih rinci, Tabel 4.4 akan menjelaskan bagaiman hubunganketiga kelas tingkat pendidikan dihubungkan dengan pola migrasi bersih negara -negara yang diobservasi dalam penelitian.

Dari Tabel 4.4, semakin jelas digambarkan adanya hubungan positif antarakeputusan untuk tetap tinggal di negara asal, atau peluang imigrasi bersih ketikatingkat pendidikan lebih tinggi dibandingkan dengan yang memiliki tingkat pen-didikan lebih rendah (dengan pendekatan persentase melek huruf usia dewasa).

Secara umum bisa dikatakan hampir seluruh variabel deskriptif di ASEAN+6,kecuali tingkat pengangguran mampu dijelaskan dengan baik oleh teori yangberlaku. Secara Deskriptif, faktor penarik (Lewis, 1982) migrasi internasional, yaitupendapatan perkapita cukup kuat untuk menarik imigrasi bersih ke negara tersebut,sementara faktor pendorong dalam bentuk tingkat pengangguran kurang relevan un-tuk menjelaskan pola tersebut. Teori Deprivasi relatif juga terbukti dalam analisisdeskriptif model pertama.

Universitas Indonesia

Page 66: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

51

4.2.5 Tabel Distribusi Migrasi Internasional Bersih per-Kategori ASEAN+6

Tabel 4.4: Distribusi Migrasi Bersih per - Kelompok Pendapatan Perkapita, Tingkat Pengang-guran dan Angka Melek Huruf

Variabel Kategori Mean Frekuensi

Pendapatan Perkapita Tinggi 4,6 136Sedang 2,7 41Rendah -0,9 205

Total 9,5 382

Tingkat Pengangguran (%) Tinggi 0,7 55

Sedang 2,6 171Rendah -1,5 23

Total 1,8 249

Angka Melek Huruf (%) Tinggi 1,7 3

Sedang 1,9 229Rendah -0,9 41

Total 1,5 273

Sumber: Data olahan penulis

4.3 Analisis Deskriptif Determinan Terpilih Data Panel MigrasiKeluar Indonesia

Sub-bab ini akan membahas analisis deskriptif dari data panel migrasi keluar (outmigration) Indonesia yang didapatkan datanya dari BNP2TKI selama 15 tahun ob-servasi (1994 sampai 2008). Pemilihan negara Indonesia sebagai basisnya tak lepasdari kelengkapan data yang tersedia, Penulis sebenarnya ingin meneliti lebih rincisetiap negara dengan analisis time-series, namun karena keterbatasan data yangtersedia (Massey et-al., 1993), maka peneliti memfokuskan penelitian spesifik un-tuk gravitasi migrasi di Indonesia saja.

Determinan yang dipergunakan untuk penelitian ini menggunakan basis peneli-tian dari Lewer dan Van den Berg (2008), dihubungkan dengan teori neoklasik mi-grasi maupun teori penarik dan pendorong milik Lewis (1982). Determinan yangdigunakan sesuai penjelasan pada sub-bab 4.1, yaitu rasio pendapatan perkapita(relyi j) sebagai pendekatan terhadap teori neoklasik (Borjas, 1989), massa populasidari hasil interaksi kedua negara (inter popix j) sebagai determinan teori gravitasi

Universitas Indonesia

Page 67: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

52

Tinbergen (1962).

4.3.1 Rasio Pendapatan Perkapita (relyi j)

Nilai rasio pendapata kedua negara (relyi j) didapatkan dari hasil pembagian antarapendapatan perkapita negara tujuan (PCI j) terhadap pendapatan perkapita negaraasal (PCIi). Hasil dari pembagian tersebut jika diintepretasikan positif, menggam-barkan pola pertambahan migrasi keluar (mig outi) dari Indonesia ke negara tujuanseseuai dengan kelas dari pendapatan perkapita masing - masing. Sebaliknya, jikahasilnya negatif, berarti perubahan pendapatan perkapita negara tujuan secara relatifterhadap negara asal menurunkan jumlah migrasi keluar dari Indonesia.

Dari tabel 4.5, didapatkan hasilnya bahwa migrasi keluar untuk rasio pendapatanperkapita yang lebih tinggi ternyata memberikan tingkat migrasi keluar yang lebihkecil jika dibandingkan dengan kelompok kelas dengan rasio pendapatan perkapitayang lebih kecil. Hal ini mengindikasikan tingginya pendapatan perkapita di negaratujuan untuk kasus Indonesia ternyata menarik para migran dari dalam negeri untukkeluar, namun lebih kecil dibandingkan dengan pergerakan migran menuju negaralain dengan kelas pendapatan perkapita yang lebih kecil.

Hal ini bertentangan dengan pendapat neoklasik, dalam teori neoklasik, se-makin besar pendapatan perkapita negara tujuan, semakin kuat tarikan gravitasiuntuk berpindah ke lokasi tersebut. Namun, Indonesia secara positif meresponadanya perbedaan pendapatan perkapita dari negara tujuan, tapi tidak signifikanmemberikan hasil yang secara sempurna sesuai dengan teori neoklasik.

4.3.2 Massa Populasi (inter popi× j)

Massa populasi merupakan indikator dalam gravitasi migrasi untuk melihat berapabesar kemungkinan migrasi antara kedua negara. Determinan ini diturunkan olehTinbergen (1962) dari teori gravitasi milik Newton. Massa ekonomi (Tinbergen,1962) disubstitusikan oleh Borjas (1989) untuk digantikan dengan massa populasiyang lebih dekat dengan pengukuran migrasi internasional. Besar massa populasididapatkan dari interaksi antara populasi negara asal (popi) dengan populasi negaratujuan (pop j). Indonesia sendiri dari awal memiliki jumlah populasi yang cukupbesar, yaitu nomor lima di dunia (dari data Strategis Biro Pusat Statistik Indonesia2010) dengan sekitar 240 juta penduduk, tentunya akan memberikan efek massapopulasi yang kuat ke semua negara yang diobservasi.

Jika hasil yang didapatkan positif untuk massa interaksi populasi, hal itumengindikasikan adanya hubungan satu arah antara besar massa interaksi populasi

Universitas Indonesia

Page 68: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

53

dengan migrasi keluar dari Indonesia. Kedua variabel sudah di log-kan, sehinggahasilnya akan sama. Namun, jika hasilnya negatif, artinya ketika massa interaksipopulasi itu besar untuk kedua negara (i j), maka makin cenderung terjadinya mi-grasi masuk (imigrasi) ke Indonesia. Hasilnya akan dicantumkan dalam Tabel 4.5.

Secara umum dari hasil Tabel 4.5, besaran massa populasi terbanyak beradapada kelas 2 (menengah) jumlah interkasi populasinya (sebanyak 64 pengamatan),sementara untuk kelas 1 dan 3 (massa populasi terbesar dan terkecil) justru memilikijumlah pengamatan yang kecil (28 dan 14 pengamatan). Dari hasil tersebut dapatdiintepretasikan bahwa di ketiga kelas pola migrasi dari Indonesia secara umumadalah migrasi keluar (hasil positif), terutama di daerah observasi kelas 2. Hal inidikarenakan kebanyak populasi terkonsentrasi di negara - negara dengan populasisedang (Malaysia, Korea Selatan, Jepang, Arab saudi, Australia), jika dibandingkandengan negara dengan populasi tinggi (Cina) ataupun sangat rendah (Singapura,Brunei Darussalam). Oleh sebab itu, hasil dari Tabel 4.5 menunjukkan migrasiterbesar berada di kisaran massa populasi yang menengah. Namun untuk dicatat,secara umum Indonesia mengalami migrasi keluar (hasil semuanya positif).

4.3.3 Jarak antar Negara (Di j

) Variabel terakhir yang dibahas untuk panel gravitasi Indonesia adalah jarak. Halini dikarenakan denominator utama dari model gravitasi adalah jarak geografis (Tin-bergen, 1962). Sekalipun beberapa peneliti (Lim, 2006 c.f Wajdi, 2010) menyata-kan bahwa jarak geografis saja pada masa sekarang kurang relevan untuk dibahas,namun secara umum teori gravitasi masih menggunakan metode ini. Oleh sebab itu,sub-bab ini berusaha untuk mengamati secara deskriptif apakah determinan jarakmasih relevan atau tidak mempengaruhi pola migrasi keluar (emigrasi) di Indone-sia.

Secara teori, jarak dan migrasi internasional berhubungan negatif (Massey et-

al., 1993; Borjas, 1989; Lewer dan Van den Berg, 2008). Jadi bisa dikatakan se-makin jauh jaraknya, peluang terjadinya emigrasi akan semakin menurun dari ne-gara asal. Untuk mengetahui hal itu dari penelitian yang Penulis lakukan, makaTabel 4.5 berusaha untuk menjelaskan rincian dari data deskripsi penulis mengenaihal ini.

Dari hasil Tabel 4.5, terlihat ternyata jarak tidak menjadi halangan para migrandari Indonesia untuk melakukan emigrasi. Sedikit bertentangan dari teori gravitasiTinbergen (1962), ataupun Lewer dan Van den Berg (2008), namun cukup sesuaidengan teori Lim (2006). Yang dapat dinyatakan dari 4.9 adalah adanya outlayer

untuk migrasi Indonesia dan hubungannya dengan jarak geografis. Penjelasan pal-

Universitas Indonesia

Page 69: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

54

ing mungkin dari hal ini adalah adanya negara Asia Barat (Arab Saudi), yang se-cara jarak lebih dari 6.493,67 Km. Di lain sisi, Arab Saudi merupakan importirterbesar migran Indonesia selama 15 tahun observasi, jadi sangat wajar jika terjadiinsignifikansi jarak terhadap pola emigrasi Indonesia.

Namun untuk kedua kelas berikutnya, yaitu di kelas tiga (kurang dari 1.763,75Km, negara ASEAN) dan di kelas dua (diantara 1.763,75 Km dampai 6.493,67 Km)menunjukkan pola yang sesuai dengan teori migrasi konservatif (jarak berpengaruhterhadap potensi migrasi). Semakin jauh jaraknya, terlihat pola emigrasi untuk kelasdua dan tiga semakin kecil.

Adanya inkonsistensi jarak ini akan jelas ketika Arab Saudi dikeluarkan daripengamatan, namun mengeluarkan Arab Saudi justru menghilangkan pola emigrasidari Indonesia, karena Arab Saudi merupakan importir terbesar TKI (Tenaga KerjaIndonesia).

4.3.4 Tabel Distribusi Migrasi Internasional Bersih per-Kategori Indonesia

Tabel 4.5: Distribusi Migrasi Bersih per - Kelompok Rasio Pendapatan Perkapita, Massa Pop-ulasi dan Jarak

Variabel Kategori Mean Frekuensi

Rasio PCI Tinggi 8,8 21Sedang 9,6 72Rendah 9,9 19

Total 9,5 112

Massa Populasi Tinggi 9,5 28Sedang 9,8 64Rendah 8,2 14

Total 9,5 106

Jarak Geografis Tinggi 148.522,5 15(Dalam orang) Sedang 12.413 53

Rendah 55.712,8 45

Total 47.723,9 113

Sumber: Data olahan penulis

Universitas Indonesia

Page 70: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

55

4.4 Kesimpulan

Analisis deskriptif dipergunakan sebagai alat bantu penelitian untuk menjelaskanbeberapa bagian yang belum bisa dicakup oleh analisis secara statistika inferensial(bab 5). Dari rangkuman hasil analisis deskriptif terhadap dua model panel yangdipergunakan oleh Penulis, ditemukan untuk model pertama tingkat pengangguran(unemp rate) memiliki anomali sebaran data (seluruh data berada pada kelas tiga,yaitu pengangguran rendah) dalam observasi ASEAN+6. Anomali data kedua adapada model kedua (Indonesia), yaitu variabel jarak (Di j). Jarak yang jauh untukobservasi Saudi Arabia ternyata selama 15 tahun observasi tidak menyurutkan niatpara TKI untuk bermigrasi menuju negara Asia Barat tersebut.

Untuk model kedua, rasio pendapatan perkapita, sekalipun hasilnya cukup kon-tras dengan teori neoklasik (semakin besar pendapatan perkapita negara tujuanbelum tentu menarik lebih banyak migran dari Indonesia), namun masih sesuai de-ngan asumsi neoklasik (hasil masih positif / ada emigrasi). Sedangkan determi-nan lain, baik untuk model pertama (ASEAN+6) maupun model kedua (Indonesia)memberikan gambaran yang cukup sesuai dengan asumsi teori yang dipergunakanoleh Penulis.

Universitas Indonesia

Page 71: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

BAB 5ANALISIS INFERENSIAL DAN HASIL OBSERVASI

Analisis inferensial pada bab 5 akan memperlihatkan hasil estimasi penulis atasmodel yang telah disebutkan pada bab 3, untuk kemudian diperbandingkanhasil dari estimasi inferensial dengan hipotesis dan hasil analisis deskriptifnya.Penulis menggunakan dua model yang telah dijelaskan sebelumnya, yaitu modelpanel data untuk migrasi internasional di ASEAN+6, serta panel migrasi denganmetode gravitasi untuk kasus Indonesia.

Hasil yang dipaparkan oleh penulis sudah diuji normalitas datanya (stasioner-itas), menghilangkan masalah - masalah dalam uji BLUE (Best Linear Unbiassed

Estimator), , yaitu masalah otokorelasi, multikorelasi, dan heterokedastisitas dalammodel (menggunakan Stata). Untuk analisis dalam bentuk time-series spesifik tiapnegara tidak Penulis cantumkan dalam bab ini, melainkan pada lampiran hasil jikaingin diperbandingkan hasilnya.

Bagian pertama (5.1) akan memaparkan uraian singkat untuk model yang diper-gunakan, kemudian dilanjutkan pada sub-bab 5.2 untuk hasil uji kasus panel migrasiASEAN, dan sub-bab 5.3 untuk kasus gravitasi migrasi di Indonesia.

5.1 Model dalam Penelitian

Mengulang kembali apa yang sudah dipaparkan pada bab 3 (metode penelitian),Penulis ingin memaparkan kembali metode apa yang akan dipergunakan untuk anal-isis bab ini. Singkatnya, Penulis menggunakan dua (2) model utama berupa metodedata panel, baik untuk ASEAN+6 maupun Indonesia. Namun model panel yangdipergunakan tidak sama untuk kedua model, model pertama migrasi internasionaluntuk kasus ASEAN+6 menggunakan metode panel yang secara umum dipergu-nakan (tanpa adanya interaksi antar individu), sedangkan model panel gravitasimigrasi untuk kasus Indonesia menggunakan panel interaksi (dalam bentuk panelgravitasi migrasi internasional). Penggunaan data panel yang berbeda ini dikare-nakan perbedaan dalam karakter data serta basis teori pendukungnya. Model panelyang pertama (untuk kasus ASEAN+6), menggunakan panel migrasi internasionaldengan data migrasi netto / bersih yang direplikasi dari model Jennissen untuk kasusmigrasi internasional Eropa Barat selama 37 tahun. Sementara model kedua meng-gunakan panel migrasi gravitasi (karena adanya interaksi dalam data yang diper-

56

Page 72: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

57

gunakan oleh penulis) yang direplikasi dari model migrasi intenasional Lewer danVan den Berg untuk kasus migrasi internasional di Eropa Barat selama periode yanghampir sama dengan penelitian Jennissen.

Rincian untuk kedua model akan dijelaskan sebagai berikut. Untuk model per-tama, penulis menggunakan data makroekonomi pendapatan perkapita setiap ne-gara selama 30 tahun periode observasi. Dipergunakan variabel demografi tingkatpengangguran, untuk membandingkan dengan teori dualisme tenaga kerja (Piore,1979), dan tingkat melek huruf serta stok migran (teori jaringan) di negara asal.secara umum, model yang dipergunakan oleh penulis adalah sebagai berikut:

Netmig ratei = β0 +β1(PCIi)+β2(Unemp ratei)+β3(Adlit ratei)+

= β4(migstock ratei)+ εi (5.1)

Sebagai keterangan tambahan, adlit ratei adalah persentase melek huruf usiadewasa (penduduk usia >15 tahun) yang dipergunakan sebagai pendekatan ter-hadap teori deprivasi relatif (Stark, 1985 c.f Massey, et-al., 1993). Sedangkan untukmigstock ratei adalah jumlah migran asing yang sudah bertempat tinggal di negaratersebut pada awal tahun periode, karena data yang kurang lengkap, adopsi untukmodel penulis tidak menggunakan variabel ini dalam model yang dipergunakan.

Untuk model kedua, dipergunakan analisis gravitasi migrasi yang disesuaikandengan model milik Lewer dan Van den Berg (2008):

Migouti j = β0 +β1(interpop(i× j))+β2(Relyi j)+β3(Di j)+β4Comlang o f fi j +

= β5Comlang ethnoi j +β6Conti j +β7Coli j + εi j (5.2)

Panel migrasi dengan model ini melakukan pendekatan dengan model grav-itasi migrasi, yang dapat ditemukan melalui adanya interaksi massa populasi(inter popi× j), jarak geografis (Di j), serta rasio pendapatan perkapita sebagai be-saran ekonomi (Relyi j). Sementara peubah boneka (dummy variable) yang diper-gunakan oleh penulis adalah peubah boneka bahasa (baik nasional maupun daerah,comlang o f fi j) dan comlang ethnoi j), batasan negara secara langsung (daratan)(Conti j), serta terakhir adalah persamaan kolonial / jajahan (coli j). Namun, karenametode yang dipergunakan melalui uji Hausman mengindikasikan adanya replikasidata (ommitted variable) untuk variabel coli j dan comlang o f fi j, maka kedua vari-

Universitas Indonesia

Page 73: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

58

abel ini dikeluarkan dari model.Penggunaan metode yang berbeda untuk kedua model dikarenakan keterbatasan

data yang tersedia untuk data makro di ASEAN jika dibandingkan dengan datainteraksi di Indonesia. Untuk uraian hasil yang lebih terperinci, kedua model akandijelaskan dalam sub-bab berikutnya.

5.2 Migrasi Internasional di ASEAN+6 (1980-2010)

Sebagai kluster negara (himpunan negara) dengan total populasi lebih dari 2milyar penduduk (jika ASEAN+6 digabungkan), sebagaran pendapatan perkapitayang variatif, dan kecenderungan homogenitas tingkat pengangguran (lihat bab 4),tentu analisis migrasi internasional di ASEAN+6 diharapkan lebih menarik denganadanya karakteristik tersebut.

Analisis untuk model ini sudah menghitung besaran multikorelasi antara vari-abel independen maupun otokorelasi error dalam model dengan periode sebelum-nya. Sedangkan untuk uji stasioneritas dan heterokedastisitas juga sudah diujikandan diatasi semuanya agar hasil regresi BLUE (semua uji dan hasil simulasi regresiditampilkan dalam lampiran).

Dari hasil uji Hausman, didapatkan nilai chi2 sebesar 41.92 dengan nilai prob-abilita chi sebesar 0,000 atau dibawah nilai α yang penulis gunakan, yaitu 5%.Hipotesis nol untuk uji Hausman adalah perbedaan dalam hasil koefisien estimasitidak sistematis ( metode efek acak) dan hipotesis alternatifnya adalah hasil koe-fisien estimasi sistematis (metode efek tetap). Dari hasil probabilita chi yangdibawah tingkat kepercayaan 95%, maka model yang digunakan adalah metode efektetap (fixed effect / Least Square Dummy Variable) dengan menolak hasil hipotesisnol dari uji Hausman.

Sementara itu, untuk uji otokorelasi dan heterokedastisitas akan dipergunakanuji Wooldridge dan uji Wald (didapatkan dari estimasi Stata) yang masing - masingdari uji mengindikasikan adanya masalah dalam BLUE model (terdapat otokore-lasi dan heterokedastisitas). Nilai dari uji Wooldridge adalah probabilita F sebe-sar 0,0062 (dibawah α 5%) yang menolak hipotesis nol dari uji Wooldridge (tidakada first-order autocorrelation), sementara nilai dari uji Wald adalah probabilitachi sebesar 0,0000 yang menolak hipotesis nol dari uji Wald untuk panel data het-erokedastisitas dan menyatakan nilai dari σ2

i 6= σ2 untuk semua i yang lain. Penggu-naan metode GLS-LSDV( Generalized Least Square - Least Square Dummy Vari-

able) dipergunakan untuk menghilangkan masalah otokorelasi dan heterokedastisi-tas, sementara untuk multikorelasi (dengan pair-wised correlation) tidak ditemukan

Universitas Indonesia

Page 74: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

59

nilai multikoleniaritas yang besar dari model arus migrasi bersih ASEAN+6, makaregresi model dilakukan dua kali, dengan menggunakan peubah boneka stok mi-gran, dan tanpa peubah boneka stok migran. Sedangkan untuk peubah bonekatingkat pendidikan (adlit rate) karena sama - sama menggunakan teknik interpolasi(mengutip dari model migrasi internasional Jennissen), maka pada uji kedua keduapeubah boneka akan dicoba untuk dikeluarkan dari model.

Hasil dari regresi model panel ASEAN+6 secara keseluruhan adalah sebagaiberikut:

Tabel 5.1: Hasil Regresi GLS-LSDV ASEAN+6 untuk menjelaskan Arus Migrasi Bersih (per-1000 penduduk) selama 30 tahun observasi (1980-2010)

Variabel Koefisien Z P-value

PCI 0,0002 (9,49)** 0,000Tingkat Pengangguran -0,1972 (-1,53) 0,127Persentase AMH 0,0385 (1,20) 0,229

Keterangan: * ** ***Signifikan α 5% 1% 10%NxT 187

Sumber: Olahan data penulis

Dari hasil yang didapatkan pada tabel 5.1, sebanyak 187 observasi panel (NxT)dilakukan dengan metode GLS-LSDV untuk mendapatkan hasil regresi metode efektetap yang tidak bias. Dari rangkuman hasil tersebut didapatkan ketiga determi-nan, yaitu pendapatan perkapita, tingkat pengangguran dan persentase melek hurufusia dewasa (PCI,unemp rate, ip adlitrate rate) memiliki tanda yang sesuai de-ngan hipotesis, namun memiliki hasil yang kurang signifikan baik dalam intervalkepercayaan 99% , 95%, dan 90%, kecuali untuk pendapatan perkapita yang sig-nifikan di kisaran 99%. Jika diintepretasikan, maka baik persentase melek huruf,maupun tingkat pengangguran secara tidak signifikan berpengaruh terhadap arusmigrasi netto ASEAN+6 dan meningkatkan jumlah imigrasi bersih suatu negara(importir tenaga kerja) atau menurunkan jumlah emigrasi bersih (jika negara terse-but eksportir tenaga kerja) ketika persentase ketiga variabel tadi bertambah.

Universitas Indonesia

Page 75: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

60

Tabel 5.2: Hasil, Hipotesis dan Intepretasi Model Panel 2 ASEAN+6

Variabel Hipotesis Hasil Intepretasi

Pendapatan Perkapita + + Pertambahan 1 % pendapatanperkapita suatu negara secarasignifikan cenderung untukmeningkatkan imigrasi bersihpada negara importir tenaga kerja,atau menurunkan emigrasi bersihdari negara eksportir tenaga kerjasebesar 0,002 %

Tingkat Pengangguran - - Pertambahan 1 % tingkat pengang-guran suatu negara secara tidaksignifikan cenderung untuk menu-runkan imigrasi bersih pada ne-gara importir tenaga kerja, ataumeningkatkan emigrasi bersih darinegara eksportir tenaga kerja sebe-sar 0,1972 %

Persentase AMH + + Pertambahan 1 % tingkat pen-gangguran suatu negara secaratidak signifikan cenderung untukmeningkatkan imigrasi bersihpada negara importir tenaga kerja,atau menurunkan emigrasi bersihdari negara eksportir tenaga kerjasebesar 0,0385 %

Analisis power statistic (Gudjarati, 2003), mengindikasikan nilai pendapatanperkapita jauh lebih kuat secara efek terhadap migrasi bersih dibandingkan dengantingkat pengangguran (dilihat dari signifikansi, baru besaran koefisien). Sehinggauntuk pertanyaan faktor pendorong atau penarik (Lewis, 1982) yang lebih kuat un-tuk kasus ASEAN+6, nampaknya faktor penarik masih kuat menarik dibandingfaktor pendorong migrasi internasional (melalui variabel independen pendapatanperkapita dan tingkat pengangguran ASEAN+6).

Secara keseluruhan, analisis inferensial dari ASEAN+6 sepakat dengan teorineoklasik, dualisme tenaga kerja, dan deprivasi relatif. Kasus dengan asumsi neok-

Universitas Indonesia

Page 76: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

61

lasik terbukti terjadi di kasus ASEAN+6, dimana faktor penarik lebih kuat efeknyadaripada faktor pendorong migrasi internasional.

5.3 Migrasi Internasional Keluar Indonesia (1994-2008)

Untuk sub-bab ini akan fokus pada kasus migrasi keluar (out migration) dari In-donesia selama periode 15 tahun pengamatan. Indonesia, seperti yang kita ketahuimerupakan salah satu negara dengan pola migrasi bersih negatif selama hampir 30tahun (1960-2010). Bisa dikatakan pemilihan data migrasi keluar untuk Indonesiaadalah relevan.

Variabel koloni (coli j) maupun persamaan bahasa nasional (Comlang o f fi j) ter-paksa dikeluarkan dari model panel gravitasi akibat adanya multikorelasi keduanya,dan kedua variabel peubah boneka bernilai nol (0), atau tidak ada persamaan satusama lain. Model panel tidak memenuhi signifikansi ketika memakai kedua vari-abel independen tersebut. Selanjutnya, dari analisis inferensial, setelah melakukaninternalisasi pada masalah BLUE (ditemukan masalah heterokedastisitas oleh ujiWald sebesar 0,0000), maka hasil dari estimasi penulis untuk model panel gravitasimigrasi internasional keluar Indonesia adalah sebagai berikut:

Tabel 5.3: Hasil Regresi GLS-LSDV Indonesia untuk menjelaskan Arus Migrasi Keluar (%)selama 15 tahun observasi (1994-2008)

Variabel Koefisien Z P-value

Massa Populasi 0,064 (1,02) 0,309Rasio PCI 0,084 (1,75)*** 0,080Jarak -0,098 (-0,03) 0,978Persamaan Bahasa (Daerah) -1,228 (-0,14) 0,643Batasan Negara 1,098 (0,46) 0,889

Keterangan: * ** ***Signifikan α 5% 1% 10%NxT 106

Sumber: Olahan data penulis

Dari hasil yang didapatkan, determinan untuk variabel jarak geografis keduanegara (Di j), massa populasi (inter popi j), rasio pendapatan perkapita (relyi j), danbatasan negara (contigi j) ternyata sesuai dengan hipotesis sekaligus membuktikandalam kasus Indonesia, faktor penarik masih berpengaruh pada keputusan migrasikeluar negerinya. Sementara untuk peubah boneka persamaan bahasa daerah, terny-

Universitas Indonesia

Page 77: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

62

ata gagal menjelaskan hipotesis secara tidak signifikan. Sedangkan untuk peubahboneka bahasa nasional, sesuai dengan penjelasannya sebelumnya terpaksa dihi-langkan dari model akibat multikoleniaritas.

Untuk faktor penarik rasio pendapatan perkapita negara asing terhadap Indone-sia, secara signifikan mampu mempengaruhi migrasi keluar di Indonesia, sementaradeterminan sisanya secara tidak signifikan berpengaruh terhadap migrasi keluar dariIndonesia. Dari analisis power (Gudjarati, 2003), signifikansi dari variabel rasiopendapatan perkapita mampu membuktikan faktor penarik cukup kuat untuk kasusIndonesia. Namun, karena tidak adanya faktor pendorong dalam model, perbandin-gan keduanya belum bisa terbukti untuk kasus Indonesia. Sebagai ringkasan hasildan perbandingannya dengan hipotesis, dapat dilihat pada tabel 5.4:

Universitas Indonesia

Page 78: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

63

Tabel 5.4: Hasil, Hipotesis dan Intepretasi Model Panel 1 Gravitasi Migrasi Indonesia

Variabel Hipotesis Hasil Intepretasi

Massa Populasi + + Pertambahan 1 % massapopulasi hasil interaksi ke-dua negara secara tidaksignifikan cenderung untukmeningkatkan emigrasi dariIndonesia sebesar 0,064 %

Rasio Pendapatan Perkapita + + Pertambahan 1 % rasio pen-dapatan perkapita antara luarnegeri dengan Indonesia se-cara signifikan cenderung un-tuk meningkatkan emigrasidari Indonesia sebesar 0,084%

Jarak Geografis - - Pertambahan 1 % jarak ge-ografis (sudah di log-kan) an-tara luar negeri dengan In-donesia secara tidak signifikancenderung untuk menurunkanemigrasi dari Indonesia sebe-sar 0,0983 %

Batasan Negara + + Adanya batasan negara antaraluar negeri dengan Indonesiasecara tidak signifikan cen-derung untuk meningkatkanemigrasi dari Indonesia sebe-sar 1,0984 %

Bahasa Daerah + - Pertambahan 1 % Adanya per-samaan bahasa daerah mini-mal yang dipergunakan olehminimal 20% populasi an-tara luar negeri dengan In-donesia secara tidak signifikancenderung untuk menurunkanemigrasi dari Indonesia sebe-sar -1.228 %

Universitas Indonesia

Page 79: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

64

Dengan melihat hasil dari tabel 4.7 maupun 4.6, maka dapat dikatakan se-cara umum Indonesia masih sesuai dengan teori neoklasik yang ada, namun belummampu membuktikan teori dualisme tenaga kerja akibat tidak adanya faktor pen-dorong untuk komparasi hasil uji power (Jennissen, 2004; Gudjarati, 2003). Fak-tor penarik gravitasi migrasi keluar negeri dipengaruhi secara kuat oleh perbedaanpendapatan perkapita antara kedua negara (sebagai pendekatan terhadap upah riil),dan jarak secara tidak signifikan berhasil membuktikan bahwa jarak berhubungannegatif dengan migrasi internasional di Indonesia. Bahasa daerah sendiri, karenahanya Malaysia, Singapura dan Indonesia yang sama dalam bahasa daerah, makahasil kurang signifikan adalah wajar.

Untuk penjelasan mengapa jarak menjadi insignifikan, kemungkinan hal inidikarenakan adanya Arab Saudi dalam observasi migrasi internasional di Indonesia(sesuai analisis bab 4). Kemudia, massa populasi dikarenakan variasi populasi yangkurang merata dengan baik di ASEAN mungkin menjadi penyebab insignifikannyahasil estimasi Penulis. Selain itu, penelitian Lim, (2006 c.f Wajdi, 2010) membuk-tikan bahwa gravitasi migrasi tidak hanya dipengaruhi oleh jarak fisik, namun jugadengan jarak ekonomisnya. Bisa saja jarak yang dekat secara fisik, namun secarabiaya lebih mahal dibandingkan dengan jarak yang lebih jauh, namun biaya hidupyang lebih murah.

Dengan ini, pertanyaan penelitian untuk kasus Indonesia mampu terjawab me-ngenai apakah faktor pendorong atau penarik yang lebih berpengaruh terhadap em-igrasi Indonesia. Indonesia masih melakukan emigrasi akibat adanya perbedaanupah / pendapatan perkapita (faktor neoklasik) dan secara signifikan faktor penarikcukup kuat untuk menarik migrasi internasional dari Indoensia menuju ke negaratujuan. Namun disayangkan, untuk kasus Indoensia, tidak terjawab apakah faktorpenarik atau pendorong yang lebih kuat dalam hubungannya dengan migrasi keluarIndonesia.

5.4 Kesimpulan

Baik dari kasus ASEAN+6 maupun Indonesia, panel migrasi di kedua modelberhasil mengindikasikan adanya fakta bahwa faktor penarik masih kuat untukmenarik migrasi internasional, namun untuk lebih kuat dibandingkan dengan faktorpendorong, hanya ASEAN+6 yang mampu dibuktikan dalam penelitian ini. Faktorpendorong terbukti belum mampu mendorong migrasi bersih ASEAN+6. Beberapaanomali dari data menghasilkan hasil yang tidak sesuai dengan hipotesis dan sudahdijelaskan pada bab 4. Kedua model sudah BLUE, penggunaan GLS panel dengan

Universitas Indonesia

Page 80: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

65

metode LSDV mampu membuat model yang signifikan dan sesuai dengan determi-nan yang digunakan untuk mengukur migrasi internasional pada kedua model.

Universitas Indonesia

Page 81: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

BAB 6KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil yang didapatkan dalam penelitian Penulis, baik secara deskriptif maupuninferensial membuktikan bahwa faktor penarik ternyata masih berpengaruh ter-hadap migrasi internasional baik di ASEAN+6, maupun di Indonesia secara spe-sifik. Namun untuk perbandingan apakah faktor penarik atau pendorong yang lebihkuat di kedua model, hanya kasus ASEAN+6 yang mampu terjawab, sementara ka-sus Indonesia belum bisa terbukti faktor penarik lebih kuat dibandingkan denganfaktor pendorong migrasi internasionalnya.

Untuk model migrasi dalam ASEAN+6, pola migrasi yang ditunjukkan se-cara umum adalah emigrasi bersih dari negara dengan pendapatan perkapita ren-dah menuju tinggi (sesuai dengan teori neoklasik), faktor pendorong kurang yaitutingkat pengangguran kurang bisa menggambarkan kondisi migrasi di ASEAN+6akibat dari data tingkat pengangguran yang hampir sama di setiap observasi ne-gara dalam penelitian penulis. Faktor penarik, sesuai dengan pendapat Piore(1979) mampu menggambarkan dengan baik pola migrasi ASEAN+6. Di lain pi-hak, peubah boneka stok migran yang diharapkan mampu menjelaskan migrasi diASEAN+6 justru tidak bisa menjelaskan dengan baik arah / pola migrasi dalam ob-servasi, sementara peubah boneka persentase angka melek huruf usia dewasa untukASEAN+6 mampu memperlihatkan adanya keabsahan teori deprivasi relatif danhubungannya dengan migrasi bersih internasional di kawasan ASEAN+6.

Selain itu, kasus gravitasi migrasi Indonesia mampu menunjukkan secara sig-nifikan bahwa faktor penarik masih kuat untuk menarik para migran dari Indone-sia untuk bermigrasi keluar, namun untuk perbandingan dengan faktor pendorong,model yang direplikasi oleh penulis hanya fokus pada faktor penarik saja, se-hingga tidak bisa dibandingkan faktor manakah yang lebih kuat untuk kasus In-doensia. Perbedaan rasio pendapatan perkapita yang lebih tinggi di negara asingberhasil menarik para migran dari Indonesia untuk bermigrasi keluar negeri, se-cara deskriptif, persebaran datanya positif mempengaruhi emigrasi walaupun ku-rang bisa menggambarkan dengan baik. Pola migrasi di Indonesia adalah emigrasiyang didominasi oleh Arab Saudi, sehingga wajar jika jarak sekalipun sesuai de-ngan hipotesis, namun tidak signifikan menggambarkan model. Faktor persamaan

66

Page 82: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

67

bahasa juga kurang menggambarkan migrasi dan teori yang ada. Secara umum,model gravitasi panel emigrasi Indonesia menggambarkan teori neoklasik namuntidak mampu menjelaskan dengan baik teori dualisme tenaga kerja.

Bisa ditarik sebuah kesimpulan, ASEAN+6, masih mengikuti pola dari teorineoklasik dan dualisme tenaga kerja. Sementara Indonesia hanya membuktikanmasih relevannya teori neoklasik dalam pola migrasi keluarnya. Untuk tambahan,ASEAN+6 masih mendukung adanya dorongan internal dari deprivasi relatif (yangdiukur dari model ASEAN+6 melalui determinan pendidikan). Keseluruhan negarayang diobservasi didominasi oleh pola emigrasi yang cukup kuat.

6.2 Kelemahan Penelitian

Sesuai dengan pendapat Massey et-al.(1993), keterbatasan data untuk beberapadeterminan seperti tingkat pengangguran masih menjadi kendala dalam observasiyang dilakukan untuk migrasi internasional. Data yang didapatkan penulis untukobservasi ASEAN+6 selama 30 tahun tidak selengkap jika dibandingkan data - datamigrasi di Eropa Barat.

Penggunaan migrasi bersih / netto untuk penelitian juga memiliki ambiguitashasil, oleh sebab itu hasil yang dipaparkan oleh Penulis memberikan eksposisi hasilyang bersifat general (umum). Interpolasi data mengikuti metode linear juga ke-mungkinan besar kurang bisa menggambarkan fluktuasi dari data asli (untuk stokmigran), namun untuk data pendidikan (lewat angka melek huruf usia dewasa),mengikuti metode interpolasi Jennissen (secara linear) karena pendidikan diasum-sikan terus naik, dan sangat rigid (kaku) untuk turun. Namun, interpolasi dari data5 tahunan masih susah menggambarkan kondisi sebenarnya.

Secara umum, kelemahan terbesar ada pada sumber data yang sangat langka,diharapkan penelitian selanjutnya bisa melengkapi data untuk penelitian ini.

6.3 Saran

Mengetahui hasil dari analisis bab 4 dan bab 5, faktor penarik migrasi ternyatalebih kuat dibandingkan efek dari faktor pendorong dalam negeri (ASEAN+6, In-donesia hanya mengindikasikan faktor penarik yang kuat). Secara tidak langsung,penciptaan pekerjaan dalam negara-negara di ASEAN, dan spesifik di Indonesiasecara statistik sudah cukup baik, namun kesenjangan gaji antar negara berkem-bang dan maju, dan kesenjangan kemiskinan (deprivasi relatif) yang menarik oranguntuk bermigrasi masuk menuju negara tujuan. Khusus untuk masalah deprivasi

Universitas Indonesia

Page 83: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

68

relatif (yang dibahas di bab 5 model 1 ASEAN+6), pemerataan pendidikan yanglebih dibutuhkan untuk mengurangi deprivasi relatif suatu negara. Seperti yang kitaketahui, pendidikan di negara - negara berkembang ASEAN masih kurang mer-ata, dan menjadi rekomendasi terhadap pemerintah di masing-masing negara un-tuk meningkatkan pendidikan di negara mereka. Sehingga kesenjangan pendapatan(menuju pada kemiskinan relatif / deprivasi relatif) yang menyebabkan emigrasidari negara - negara berkembang, khususnya Indonesia bisa ditekan.

Universitas Indonesia

Page 84: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

DAFTAR REFERENSI

Aldaba, F.T. (2000). Trade Liberalization and International Migration: The

Philippine Case. PASCN Discussion Paper No. 2000-04.

ASEAN. (2002, 2006, 2008 and 2010). ASEAN Statistical Yearbook. Jakarta,

Indonesia: ASEAN Secretary.

Battistella, G. (2001). International Migration in Asia. Rome, Italy: Scalabrini

International Migration Institute.

Borjas, G.J. (1989). Economic theory and international migration. In: Inter-

national Migration Review, 23 (3), pp. 457 - 485.

Borjas, G.J. (2008). Labor Economics. New York, USA: McGraw-Hill/Irwin

Book Company.

Boyle, P., Halfacree, K., Robinson, V. (1998). Exploring Contemporary Mi-

gration. New York, USA: Wesley Longman.

Clark, J. (n.d). Introduction to LATEX. 26 Januari 2010. http://frodo.elon.edu/

tutorial/tutorial/node3.html.

Devillanova, C. (2004). Interregional migration and labor market imbalances.

In: Journal of Population Economics, 17(2), pp. 229-247.

Direktorat Jendral Kerjasama ASEAN, Departemen Luar Negeri RI.(2009).

Asean Economics Community Blueprint. Jakarta, Indonesia: ASEAN Secre-

tariat.

Ford, M. (2004). Organizing the Unorganizable: Unions, NGO, and Indone- sian

Migrant Labour. In: IOM International Migration, 42 (5) 2004.

Gudjarati, Damodar N. (2003). Essential Econometrics. New York, USA:

McGraw-Hill.

Human Development Report.(2009). Overcoming Barriers: Human Mobility and

Development. United Nations.

71

Universitas Indonesia

Page 85: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

Jennissen, R.P.W. (2003). Economic determinants of net international migra-

tion in Western Europe. In: European Journal of Population, 19 (2), pp. 171-

198.

Jennissen, R.P.W. (2004). Macro-economic determinants of international mi-

gration in Europe. Amsterdam, The Netherlands: Dutch University Press.

Lewer, J and Van den Berg, H. (2008). A Gravity Model of Immigration.

Nebraska, USA: Management Department Faculty Publications University of

Nebraska - Lincoln.

Lucas, R.E.B.(1997).Internal Migration in Developing Countries. Boston,

USA: Boston University.

Massey, D.S., Arango, J., Hugo, G., Kouauci, A., Pellegrino, A. And Taylor, J.E.

(1993). Theories of international migration: A review and appraisal. In:

Population and Development Review, 19(3), pp. 431-466.

Nachrowi, D.N., dan Usman, H. (2006). Pendekatan Populer dan Praktis

Ekonometrikan Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta, Indoensia:

Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Nasrudin, R., Rizal, H., Setiawan, I. (2011). Analisis Data Panel, Fixed, PLS, dan

Random Effect. Depok, Indonesia: Laboratorium Komputasi Departemen Ilmu

Ekonomi FEUI.

OECD. (1998-2001 and 2009). Trends in international migration. Paris:

OECD.

OECD. (2001). Employement Outlook June 2010. Paris: OECD.

Paez, R.D. (2009). Interrogating Policy Discourses on International Migra- tion

and Development in the Philippines: Demystifying ’Diaspora for Devel-

opment’. The Hague, The Netherlands: Institute of Social Studies.

Pardede, E.L. and Muhidin, S. (2006). Life Course Stages and Migration Be-

havior of Indonesian Population: Evidence from the IFLS data. Presented at

the Annual Meeting of the Population Association of America (PAA), March

30 April 1, 2006, Philadelphia, USA.

Rizal, Husnul. (2010). Modul Data Panel BKF. Depok, Indonesia: Laborato- rium

Komputasi Departemen Ilmu Ekonomi FEUI.

72

Universitas Indonesia

Page 86: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

Salt, J. (1976). International labor migration: The geographical pattern de-

mand. In: Migration in post-war Europe: Geographical essays.

Oxford: Ox- ford University Press, pp. 80-125.

Salt, John. (1992). The Future of International Labor Migration. In:

International Migration Review, 26(4), pp. 1077-111.

Skeldon, R. (2005). Globalization, Skilled Migration and Poverty

Alleviation: Brain Drains in Context (working paper). Development

Research Centre on Migration, Globalisation and Poverty University

of Sussex.

Skeldon, R. (2008). International Migration as a Tool in Development

Policy: A Passing Phase?. In: Population and Development Review,

34(1), pp. 1-18.

Stark, O. and Bloom, D.E. (1985). The new economics of labor migration.

In:

American Economic Review, 75(2), pp. 173-178.

Suwardi, A. (2011). STATA: Dasar Pengolahan Data (edisi Juni). Depok,

In- donesia: Laboratorium Komputasi Departemen Ilmu Ekonomi

FEUI.

UNESCAP.(2007,2008 and 2009). UNESCAP Statistical Yearbook of

People for Asia and the Pacific. New York, USA: United Nations.

Van de Kaa, D.J. (1996a). International mass migration: a threat to

Europe’s borders and stability?. In: De Economist, 144(2), pp. 261-

284.

Verico, K.(2007).The impact of ASEAN’s intra trade to FDI inflows from

non- member states: The cases of Indonesia, Malaysia, & Thailand

1987-2006. In: Economic and Finance Indonesia, 55(3), pp.253-280.

Wajdi, M.N.(2010). Migrasi Antar Pulau di Indonesia: Analisis Model

Skedul Migrasi dan Model Gravitasi Hibrida. Depok, Indonesia:

Universitas Indonesia.

Wallerstein, I. (1983). Historical capitalism. London: Verso.

Wijoyo, W.H.A. (2011). Tutorial Penulisan JEPI (Jurnal Ekonomi

73

Universitas Indonesia

Page 87: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

Pemba- ngunan Indonesia) dengan LATEX. Depok, Indonesia:

Laboratorium Komputasi Departemen Ilmu Ekonomi FEUI.

Zlotnik, H. (1998). International migration 1965-96: An overview. In:

Population and Development Review, 24(3), pp. 429-468.

74

Universitas Indonesia

Page 88: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

LAMPIRAN 1: Uji LM, Uji Hausman, Uji Heterokedastisitas, Uji Otokorelasi, dan Uji Multikorelasi Panel ASEAN+6

Uji LM

. xttest0

Breusch and Pagan Lagrangian multiplier test for random effects

netmig_rate[country,t] = Xb + u[country] + e[country,t]

Estimated results: | Var sd = sqrt(Var) ---------+----------------------------- netmig_~e | 34.29578 5.85626 e | 7.707771 2.776287 u | 14.50612 3.80869

Test: Var(u) = 0 chi2(1) = 407.52 Prob > chi2 = 0.0000

Uji Hausman

. hausman fe re

---- Coefficients ---- | (b) (B) (b-B) sqrt(diag(V_b-V_B)) | fe re Difference S.E.-------------+---------------------------------------------------------------- pci | -.0003966 -.0001451 -.0002515 .0000364 unemp_rate | -.0629072 -.0703724 .0074652 .ip_adlitrate | .0558036 .0178312 .0379723 .0166528------------------------------------------------------------------------------ b = consistent under Ho and Ha; obtained from xtreg B = inconsistent under Ha, efficient under Ho; obtained from xtreg

Test: Ho: difference in coefficients not systematic

chi2(3) = (b-B)'[(V_b-V_B)^(-1)](b-B) = 56.50 Prob>chi2 = 0.0000 (V_b-V_B is not positive definite)

Uji Heterokedastisitas

. xttest3

Modified Wald test for groupwise heteroskedasticityin fixed effect regression model

H0: sigma(i)^2 = sigma^2 for all i

chi2 (13) = 2.6e+07Prob>chi2 = 0.0000

Uji Otokorelasi

. xtserial netmig_rate pci unemp_rate ip_adlitrate

3

Universitas Indonesia

Page 89: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

Wooldridge test for autocorrelation in panel dataH0: no first-order autocorrelation F( 1, 10) = 11.913 Prob > F = 0.0062

. **ada otokorelasi

Uji Multikorelasi

. pwcorr pci unemp_rate ip_adlitrate

| pci unemp_~e ip_adl~e-------------+--------------------------- pci | 1.0000 unemp_rate | 0.0787 1.0000 ip_adlitrate | 0.2437 0.0348 1.0000

LAMPIRAN 2: Box Plot dan Histogram Data Panel ASEAN+6

Box Plot

4

Universitas Indonesia

Page 90: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

Histogram

LAMPIRAN 3: Data Deskriptif Variabel Terpilih

. tab pcigr2, su(netmig_rate)

| Summary of netmig_rate pcigr2 | Mean Std. Dev. Freq.------------+------------------------------------ 1 | 4.5908398 6.2319918 136 2 | 2.6803812 2.6525828 41 3 | -.87963538 3.0247586 205------------+------------------------------------ Total | 1.4500644 5.0993377 382

. tab unemp_rategr3, su(netmig_rate)

unemp_rateg | Summary of netmig_rate r3 | Mean Std. Dev. Freq.------------+------------------------------------ 1 | .67069582 3.2624383 55 2 | 2.5715705 5.9306799 171 3 | -1.4998796 1.7535459 23------------+------------------------------------ Total | 1.7756208 5.3294859 249

. tab ip_adlitrategr3, su(netmig_rate)

ip_adlitrat | Summary of netmig_rate egr3 | Mean Std. Dev. Freq.------------+------------------------------------ 1 | 1.6666667 2.3094011 3 2 | 1.8877599 5.5768227 229 3 | -.90296207 2.5277018 41------------+------------------------------------ Total | 1.4662109 5.2957397 273

5

Universitas Indonesia

Page 91: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

LAMPIRAN 4: Hasil Regresi GLS-LSDV Model ASEAN+6

Hasil Regresi GLS-LSDV ASEAN+6

. xtgls netmig_rate pci unemp_rate ip_adlitrate i.year

Cross-sectional time-series FGLS regression

Coefficients: generalized least squaresPanels: homoskedasticCorrelation: no autocorrelation

Estimated covariances = 1 Number of obs = 187Estimated autocorrelations = 0 Number of groups = 13Estimated coefficients = 33 Obs per group: min = 3 avg = 14.38462 max = 29 Wald chi2(32) = 134.91Log likelihood = -544.5803 Prob > chi2 = 0.0000

------------------------------------------------------------------------------ netmig_rate | Coef. Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]-------------+---------------------------------------------------------------- pci | .0002166 .0000228 9.49 0.000 .0001718 .0002614 unemp_rate | -.1972232 .1293022 -1.53 0.127 -.4506508 .0562045ip_adlitrate | .0384742 .0319867 1.20 0.229 -.0242186 .101167 | year | 1981 | -1.337752 5.150889 -0.26 0.795 -11.43331 8.757804 1982 | .8634858 4.122999 0.21 0.834 -7.217443 8.944415 1983 | -2.516768 5.147503 -0.49 0.625 -12.60569 7.572153 1984 | -.0848143 5.168297 -0.02 0.987 -10.21449 10.04486 1985 | 7.210022 3.165036 2.28 0.023 1.006666 13.41338 1986 | 3.426203 3.678727 0.93 0.352 -3.78397 10.63638 1987 | 3.048349 4.132387 0.74 0.461 -5.050981 11.14768 1988 | 3.124396 3.682783 0.85 0.396 -4.093725 10.34252 1989 | 1.038178 3.678817 0.28 0.778 -6.172171 8.248526 1990 | 1.913092 3.263301 0.59 0.558 -4.48286 8.309044 1991 | 3.132508 3.266595 0.96 0.338 -3.269901 9.534917 1992 | 3.781735 3.411132 1.11 0.268 -2.903962 10.46743 1993 | 4.314955 3.406965 1.27 0.205 -2.362574 10.99248 1994 | 4.392244 3.255338 1.35 0.177 -1.988101 10.77259 1995 | 2.715719 3.015793 0.90 0.368 -3.195127 8.626564 1996 | 3.041641 2.970399 1.02 0.306 -2.780235 8.863516 1997 | 2.936049 2.970965 0.99 0.323 -2.886935 8.759033 1998 | 1.425264 2.934541 0.49 0.627 -4.32633 7.176859 1999 | .4440137 2.937631 0.15 0.880 -5.313637 6.201664 2000 | 1.072905 2.880793 0.37 0.710 -4.573345 6.719156 2001 | .7969452 2.940587 0.27 0.786 -4.9665 6.560391 2002 | .40109 2.941864 0.14 0.892 -5.364857 6.167037 2003 | 1.119541 2.943702 0.38 0.704 -4.650009 6.88909 2004 | .04711 2.907675 0.02 0.987 -5.651828 5.746048 2005 | -.6633316 2.910455 -0.23 0.820 -6.367718 5.041055 2006 | -.5224611 2.996443 -0.17 0.862 -6.395382 5.35046 2007 | -1.108567 2.982597 -0.37 0.710 -6.95435 4.737215 2008 | -.7129864 3.078741 -0.23 0.817 -6.747207 5.321235 2009 | -1.852243 3.425634 -0.54 0.589 -8.566362 4.861877 | _cons | -4.413082 3.707313 -1.19 0.234 -11.67928 2.853118------------------------------------------------------------------------------

6

Universitas Indonesia

Page 92: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

LAMPIRAN 5: Uji LM, Uji Hausman, Uji Heterokedastisitas, Uji Otokorelasi, dan Uji Multikorelasi Panel Indonesia

Uji LM

. xttest0

Breusch and Pagan Lagrangian multiplier test for random effects

lnmig_outi[country_des,t] = Xb + u[country_des] + e[country_des,t]

Estimated results: | Var sd = sqrt(Var) ---------+----------------------------- lnmig_o~i | 4.457888 2.111371 e | .7785734 .8823681 u | 1.891329 1.375256

Test: Var(u) = 0 chi2(1) = 74.29 Prob > chi2 = 0.0000

Uji Hausman

. hausman fe re, sigmamore

---- Coefficients ---- | (b) (B) (b-B) sqrt(diag(V_b-V_B)) | fe re Difference S.E.-------------+----------------------------------------------------------------inter_popl~j | -.0295392 -.0055678 -.0239714 .1023678 relyij | .0885398 .0639708 .024569 .0080632unemp_rateij | .2362045 .3805738 -.1443693 .3306441------------------------------------------------------------------------------ b = consistent under Ho and Ha; obtained from xtreg B = inconsistent under Ha, efficient under Ho; obtained from xtreg

Test: Ho: difference in coefficients not systematic

chi2(3) = (b-B)'[(V_b-V_B)^(-1)](b-B) = 12.64 Prob>chi2 = 0.0055

Uji Heterokedastisitas

. xttest3

Modified Wald test for groupwise heteroskedasticityin fixed effect regression model

H0: sigma(i)^2 = sigma^2 for all i

chi2 (8) = 70.85Prob>chi2 = 0.0000

Uji Otokorelasi

. xtserial lnmig_outi inter_popixj relyij lndij contig comlang_ethno

7

Universitas Indonesia

Page 93: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

Wooldridge test for autocorrelation in panel dataH0: no first-order autocorrelation F( 1, 7) = 5.838 Prob > F = 0.0463

Uji Multikorelasi

. pwcorr lnmig_outi inter_popixj relyij lndij contig comlang_ethno

| lnmig_~i inter~xj relyij lndij contig comlan~o-------------+------------------------------------------------------ lnmig_outi | 1.0000 inter_popixj | -0.0238 1.0000 relyij | -0.2968 -0.5504 1.0000 lndij | -0.1604 0.6435 -0.3502 1.0000 contig | 0.4118 -0.0949 -0.3684 -0.4747 1.0000 comlang_et~o | 0.1663 -0.0061 0.0655 -0.6257 0.2928 1.0000

LAMPIRAN 6: Box Plot dan Histogram Data Panel Indonesia

Box Plot

8

Universitas Indonesia

Page 94: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

Histogram

LAMPIRAN 7: Data Deskriptif Variabel Terpilih

. su relyij

Variable | Obs Mean Std. Dev. Min Max-------------+-------------------------------------------------------- relyij | 119 8.150089 4.635749 .6378404 18.71288

. tab relyijgr2, su(lnmig_outi)

| Summary of lnmig_outi relyijgr2 | Mean Std. Dev. Freq.------------+------------------------------------ 1 | 8.8023238 1.0573558 21 2 | 9.5954231 2.3486569 72 3 | 9.8600428 1.3668032 19------------+------------------------------------ Total | 9.4916078 2.0378594 112

. su inter_popixj

Variable | Obs Mean Std. Dev. Min Max-------------+--------------------------------------------------------inter_popixj | 112 132.4479 35.84987 68.87661 194.3655

. tab inter_popixjgr2, su(lnmig_outi)

inter_popix | Summary of lnmig_outi jgr2 | Mean Std. Dev. Freq.------------+------------------------------------

9

Universitas Indonesia

Page 95: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

1 | 9.5014058 1.046662 28 2 | 9.776983 2.4774483 64 3 | 8.1912907 .73654942 14------------+------------------------------------ Total | 9.4947579 2.0752386 106

. su dij

Variable | Obs Mean Std. Dev. Min Max-------------+-------------------------------------------------------- dij | 120 4128.709 2364.963 886.141 7340.41

. tab dijgr2, su(mig_outi)

| Summary of mig_outi dijgr2 | Mean Std. Dev. Freq.------------+------------------------------------ 1 | 148522.53 67105.08 15 2 | 12413 14114.212 53 3 | 55712.756 76538.547 45------------+------------------------------------ Total | 47723.903 70236.961 113

LAMPIRAN 8: Hasil Regresi GLS-LSDV Model Gravitasi Indonesia

Hasil Regresi GLS-LSDV Indonesia

. xtgls lnmig_outi inter_popixj relyij lndij contig comlang_ethno i.countrynote: 6.country_des omitted because of collinearitynote: 7.country_des omitted because of collinearitynote: 8.country_des omitted because of collinearity

Cross-sectional time-series FGLS regression

Coefficients: generalized least squaresPanels: homoskedasticCorrelation: no autocorrelation

Estimated covariances = 1 Number of obs = 106Estimated autocorrelations = 0 Number of groups = 8Estimated coefficients = 10 Obs per group: min = 8 avg = 13.25 max = 14 Wald chi2(9) = 548.01Log likelihood = -130.8498 Prob > chi2 = 0.0000

------------------------------------------------------------------------------ lnmig_outi | Coef. Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]-------------+----------------------------------------------------------------inter_popixj | .0637576 .0627241 1.02 0.309 -.0591793 .1866945 relyij | .0835079 .0477765 1.75 0.080 -.0101323 .1771481 lndij | -.0982683 3.557677 -0.03 0.978 -7.071188 6.874651 contig | 1.098373 2.366948 0.46 0.643 -3.540761 5.737506comlang_et~o | -1.227665 8.767417 -0.14 0.889 -18.41149 15.95616 | country_des | 2 | -3.666676 10.65249 -0.34 0.731 -24.54518 17.21183 3 | -5.940094 12.29273 -0.48 0.629 -30.03341 18.15322 4 | -8.908251 .7102992 -12.54 0.000 -10.30041 -7.51609 5 | -3.867887 .6716749 -5.76 0.000 -5.184346 -2.551428 6 | (omitted) 7 | (omitted) 8 | (omitted)

10

Universitas Indonesia

Page 96: Determinan Migrasi Internasional: Migrasi Netto Studi Kasus ASEAN+6 dan Gravitasi Migrasi Keluar dari Indonesia

| _cons | 4.331989 39.26668 0.11 0.912 -72.62929 81.29327------------------------------------------------------------------------------

11

Universitas Indonesia