DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWESI SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL 1
INTEGRASI TERNAK ITIK DENGAN SISTEM USAHATANI BERBASIS PADI
DI KABUPATEN SIDRAP SULAWESI SELATAN
RINGKASAN Penelitian dilakukan di Desa Passeno, Kecamatan Baranti, Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan, Tahun 2003. Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi pemanfaatan timbal balik (interaksi) dari sistem usahatani padi dengan sistem uasahatani ternak itik. Sebanyak 10 orang peternak itik dibagi 2 kelompok yaitu kelompok I tiap peternak memiliki itik 100 ekor digembalakan pada luas lahan sawah 1 ha diberi pakan tambahan berupa konsentrat 10%, jagung 35%, dedak 55% dan feed suplement 0,25% dari total ransum dengan jumlah pemberian 150 gr/ekor/hari dan kelompok II sesuai kebiasaan petani (kontrol). Hasil yang diperoleh adalah rata-rata produksi telur kelompok I lebih tinggi dibanding kelompok II masing-masing 60,2% HD dan 34,2% HD. Rata-rata berat telur masing-masing I = 71,4 gr/butir dan II = 66,6 gr/butir., konsumsi ransum masing-masing I = 150 gr/ekor/hari dan II = 100 gr/ekor/hari, konversi ransum I = 3,5 g/g dan II = 4,4 g/g. Analisis keuntungan yang diperoleh masing-masing kelompok I = Rp. 11.100.600,- dengan R/C Ratio = 2,7, kelompok II = Rp. 4.169.600,- dengan R/C Ratio = 1,7. Produksi padi pada sawah dengan penggembalaan itik perlakuan (I) adalah 6.270 kg/ha/musim, sawah dengan penggembalaan itik kontrol (II) = 6.197,5 kg/ha/musim, sawah tanpa penggembalaan (III) = 6.000 kg/ha/musim. Analisis pendapatan masing-masing; I = Rp. 3.779.500,-; II = 3.717.875,- dan III = Rp. 3.365.000,-, dengan R/C ratio masing-masing 3,43; 3,39 dan 2,93. Kata Kunci : Itik, Sawah, Integrasi, U sahatani
DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWESI SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL 2
SUMMARY
DUCK LIVESTOCK INTEGRATION IN FARMING SYSTEM IN SIDRAP REGENCY, SOUTH SULAWESI
The research was carried out in Passeno Village, Baranti Subdistrict, Sidrap regency, South Sulawesi, year 2003, with the aims is to get mutual information utilization (interaction) of duck livestock system. About 10 persons duck farmers divided in two groups namely group I where each farmers has 100 ducks that herded at field rice range about 1 hectare by giving suplement feed in form concentrate 10%, corn 35%, bran 55% and feed suplement 0,25% of total rations with total feeding 150 grams/tail/day and group II based on the farmer habitual (control). The obtained results is average egg production for group I higher compare with group II where each has 60,2% HD and 34,2% HD. Average egg weigt for group I = 71,4 grams/egg and II = 66,6 grams/egg, feed consumption each + 150 grams/tail/day, feed conversion I 3,5 g/g and II = 4,4 g/g. Profit analysis that obtained for each group I = Rp.11.100.600 (B/C Ratio = 2,7), group II = Rp. 4.169.600 (B/C Ratio 1,7). Production of rice field at duck farmers treatment (I) is 6270 kg/ha/season, rice field with duck farmers control (II) = 6197,5 kg/ha/season, rice field without duck herding (III) = 6000 kg/ha/season. Analysis of each output; I = Rp. 3.779.500 (B/C Ratio = 3,43), II = Rp. 3.717.875 (B/C Ratio = 3,39) and III = Rp. 3.365.000 (B/C Ratio = 2,93).
Key Words : Duck, Rice Field, Integration, Farming System
DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWESI SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL 3
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Peningkatan produksi pertanian belum sepenuhnya memberikan hasil yang nyata
terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani, khususnya petani padi.
Pengusahaan tanaman padi pada lahan sawah secara monokultur sepanjang tahun tanpa
dibarengi dengan diversifikasi usahatani akan dapat mengurangi tingkat produktivitas
lahan sawah tersebut, karena sifat fisika kimia tanah terganggu yang akhirnya membawa
konsekuensi logis terhadap pendapatan dan kesejahteraan petani (Puslittanak, 1997).
Produksi padi yang akan melimpah berdampak terhadap harga dasar yang telah
ditentukan pemerintah. Dalam kondisi seperti ini, petani dihadapkan pada situasi yang
dilematis. Disatu sisi mengembangkan pertanaman padi berarti membiarkan petani
berada dalam mata rantai kemiskinan, sedangkan disisi lain komoditas padi perlu terus
menerus dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan, karena padi merupakan komoditi
strategis.
Isu berkelanjutan peningkatan produksi beras menjadi amat penting berkaitan
dengan peningkatan pendapatan petani yang ditempuh adalah melaksanakan
diversifikasi sistem usaha tani padI sawah guna memperluas sumber-sumber pendapatan
petani dengan tetap memelihara kelestarian lingkungan. Upaya yang dilaksanakan dapat
berupa perbaikan pola tanam dengan memasukkan palawija dalam pola tanam setahun,
atau mengintroduksikan komoditi lainnya seperti sinergis dapat meningkatkan produksi
dan pendapatan petani dalam suatu luasan tanah tertentu. Model atau pola ini sudah
diperkenalkan secara nasional pada tahun 1970 oleh Lembaga Pusat penelitian Pertanian
(LP3), Bogor dengan Program “On-Station Multiple Cropping” (Diwyanto dan
DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWESI SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL 4
Haryanto, 2002). Kemudian penelitian Cropping Livestock System (CLS) secara
kelembagaan dimulai di Batumarta, Sumatera Selatan pada tahun 1985 ketika
International Development Research Center (Canada) memberikan bantuan kepada
Puslitbang Tanaman Pangan dan Puslitbang Peternakan untuk melakukan penelitian
tanaman dan ternak secara terpadu.
Adanya Integrasi itik-padi sangat mendukung program pemerintah dalam
melaksanakan penanaman padi di berbagai daerah di Indonesia termasuk Sulawesi
Selatan. Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya pemerintah untuk mengatasi krisis
pangan akibat krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan Juli 1997 yang
lalu. Adanya sistem IP 300 ini diharapkan akan meningkatkan sumber pakan seperti
dedak dan menir, di samping biota air yang dapat dimakan oleh ternak itik, sehingga
produksi ternak dapat meningkat. Sebaliknya adanya intervensi itik pada pertanaman
padi pada sistem IP 300 ini diperkirakan dapat mengurangi gulma, serangga penggangu
tanaman padi, keong pengganggu dan di samping itu dapat memberikan pupuk dan
perangsangan pertumbuhan padi.
Teknologi penelitian integrasi ternak itik pada usahatani padi berkembang di
Balai Penelitian Ternak, Bogor. Semua teknologi yang dikaji bersifat partisipatif yang
dilaksanakan di lahan petani, agar teknologi tersebut dapat diadopsi dan sesuai dengan
kondisi petani. Teknologi yang diintroduksikan dibagi dalam 3 kelompok pemisahan
itik, masing-masing terdiri dari 3 orang petani sebagai perlakuan dan 1 sebagai kontrol.
Kelompok I, tiap petani memiliki 100 ekor itik, sedangkan kelompok II tiap petani
memiliki 150 ekor itik, begitu pula dengan kelompok III tiap petani memiliki 200 ekor
itik. Ketiga kelompok tersebut diatas digembalakan pada 1 ha sawah.
DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWESI SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL 5
Dengan mempertimbangkan keadaan agroekosistem, sosial ekonomi, serta
potensi pengembangan maka pendekatan yang akan digunakan adalah sistem usahatani
dimana didalamnya terdapat kaitan yang saling menunjang dalam proses produksi
Implementasi integrasi ternak itik dalam sistem usahatani padi dapat menekan
biaya produksi setiap komoditas didalamnya yaitu efisiensi penggunaan saprodi pada
tanaman padi dan efisiensi biaya pakan pada itik yang pada gilirannya dapat
meningkatkan pendapatan petani.
b. Tujuan
Tujuan jangka pendek dari pengkajian ini adalah a) Untuk mendapatkan
informasi pemanfaatan timbal balik (interaksi) dari sistem usahatani padi dengan sistem
usahatani ternak itik. b) Untuk menganalisis produktivitas itik gembala semi intensif
yang dipelihara di sawah irigasi, c) Untuk mencari model usaha ternak itik dengan
memanfaatkan beberapa kelebihan yang ada pada sawah irigasi.
Tujuan jangka panjang adalah mengoptimalkan produktivitas lahan sawah irigasi
melalui integrasi antara komoditas padi dengan itik, sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan petani.
c. Luaran
� Diperoleh manfaat timbal balik (interaksi) dari sistem usahatani padi sawah dan
itik
� Meningkatnya produktivitas itik gembala semi intensif yang dipelihara di sawah
irigasi
� Model sistem usahatani terpadu antara padi sawah dan itik
DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWESI SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL 6
d. Manfaat dan Dampak
� Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan pengembangan
sistem usaha ternak itik yang berbasis padi
� Meningkatkan ketersediaan karbohidrat dan protein
� Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan petani
DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWESI SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL 7
TINJAUAN PUSTAKA
Sebagaimana halnya di negara-negara Asia Tenggara, konsep pertanian terpadu,
yang melibatkan tanaman dan ternak, sebenarnya telah diterapkan oleh petani di
Indonesia sejak mereka mengenal pertanian. Pada tahun 70-an mulai diperkenalkan
sistem usaha tani terpadu yang didasarkan pada hasil-hasil pengkajian dan penelitian
yang dimulai dengan penelitian “on-station multiple cropping” oleh Lembaga Pusat
Penelitian Pertanian (LP3) di Bogor dengan mengacu pada pola di IRRI (Manwan,
1989).
Sebelum program intensifikasi pertanian menjadi program nasional,
pemeliharaan itik secara tradisional atau dengan digembala memang sangat menunjang
konsep pengendalian hama pertanian secara terpadu. itik umumnya mencari makan di
permukaan sawah dan sekitar batang/rumpun padi sehingga sangat membantu
pemberantasan hama yang biasa tinggal pada batang padi, terutama di bagian sawah,
dekat dengan permukaan tanah (Murtidjo, 1998).
Liu (1985) melaporkan bahwa bila anak itik diumbar di sawah yang tergenang
dan dibajak, maka dapat memangsa larva serangga, cacing dan hama lain yang muncul
selama pembajakan. Selain itu juga dilaporkan bahwa dalam waktu 2 jam seekor anak
itik dengan berat badan 0,4 kg mampu memangsa 213 ekor serangga yang mayoritas
belalang.
Itik lokal memiliki potensi yang tinggi sebagai penghasil telur (Chavez dan
Lasmini, 1978). Selain itu, berdasarkan data FAO (1995) Indonesia memiliki populasi
itik nomor tiga tertinggi di dunia, yaitu sekitar 27 juta ekor. Laporan BPS tahun 2001,
populasi itik di Sulawesi Selatan berjumlah 2.224.903 ekor dan produksi telur itik pada
DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWESI SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL 8
tahun yang sama sebanyak 10.412.546 kg. Itik di Indonesia juga sebagai penyumbang
perekonomian di pedesaan, yang berekologi persawahan, sehingga merupakan
komoditas yang penting bagi sumber pendapatan petani kecil (Setioko et.al., 1997).
Sebagian besar itik masih dipelihara secara tradisional dan sangat erat kaitannya dengan
persawahan (Setioko et.al., 1994).
Di Jepang, penggunaan itik untuk memberantas serangga semakin banyak
dilakukan. Itik yang digunakan adalah hasil persilangan itik lokal dengan itik liar yang
dikenal dengan program sawah Aigamo. Itik Aigamo tersebut dilepas di sawah untuk
memberantas serangga dan gulma, sehingga dapat dihasilkan padi yang bebas pestisida
dan sekaligus daging itik. Penggunaan itik ini mulai popular sejak diselenggarakannya
Aigamo Summit bulan Pebruari 1991. Hasil penelitian Manda (1992) menunjukkan
bahwa dengan sistem Aigamo, pertumbuhan gulma di sawah dapat ditekan jauh lebih
rendah dibanding sawah tanpa Aigamo dan sawah dengan herbisida. Demikian juga
dengan jumlah belalang dan keong lumpur dapat dikontrol dengan sistem aigamo.
Murtisari dan Evans (1982) melaporkan bahwa itik yang digembalakan
mengkonsumsi siput sebanyak 17% dari total pakan yang ada di dalam temboloknya.
Sehubungan dengan banyaknya itik yang digembalakan di sawah-sawah di Indonesia
diduga dapat menurunkan populasi siput (Boray, 1991).
Chalidjah dkk (1992) melaporkan bahwa produksi telur itik yang digembalakan
pada sawah beririgasi di kabupaten Polmas bervariasi antara 22,7% sampai dengan
42,7%. Abduh dkk (1995) melaporkan bahwa dengan pemberian pakan tambahan pada
masa tidak panen padi produksi telur itik gembala di kabupaten Sidrap dapat mencapai
68,45% dibanding tanpa pemberian pakan tambahan (16,14%); Setioko (1994)
DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWESI SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL 9
menyatakan bahwa untuk meningkatkan produksi telur itik gembala, pemberian pakan
tambahan secara tepat berupa premix (campuran beberapa pakan lokal) perlu dilakukan.
Hasil penelitian keterkaitan komplementer antara padi-ikan dan itik yang dicoba
di Kabupaten Subang memberi keuntungan bersih antara Rp. 889 ribu sampai Rp. 1,16
juta dalam satu musim tanam dimana 12,4-14,7% diantaranya berasal dari itik (Sadeli,
et, al, 1990).
DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWESI SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL 10
METODOLOGI a. Kerangka Pemikiran
Propinsi Sulawesi Selatan telah lama dikenal sebagai salah satu lumbung pangan
nasional yang telah memberikan kontribusi pangan khususnya beras terutam dalam
pemenuhan stok beras nasional, namun perkembangan peningkatan produksi padi
mengalami fase dimana produksi maupun produktivitas mengalami pelandaian (Le-
velling-offf). Upaya yang dapat mengoptimalkan potensi sumber daya pertanian,
khususnya lahan sawah dan untuk meningkatkan pendapatan petani perlu dikaji
kemungkinan integrasi dengan usaha komoditas lainnya.
Indeks penanaman padi 300 (IP 300) adalah salah satu program pemerintah
dalam melaksanakan penanaman padi di berbagai daerah di Indonesia termasuk Sulsel.
Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya pemerintah untuk mengatasi krisis pangan
akibat krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan Juli 1997 yang lalu.
Adanya sistem IP 300 ini diperkirakan akan meningkatkan sumber pakan seperti dedak
dan menir, disamping biota air yang dapat dimakan oleh ternak itik, sehingga produksi
ternak dapat meningkat. Sebaliknya adanya intervensi itik pada pertanaman padi
diperkirakan dapat mengurangi gulma, serangga pengganggu dan keong, disamping itu
dapat memberikan pupuk dan perangsang pertumbuhan padi.
Implementasi integrasi ternak itik dalam sistem usahatani padi, dapat menekan
biaya produksi setiap komoditas didalamnya yaitu efisiensi penggunaan saprodi pada
tanaman padi dan efisiensi biaya pakan pada itik yang pada gilirannya dapat
meningkatkan pendapatan petani.
DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWESI SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL 11
b. Tempat dan Waktu
Pengkajian ini dilakukan di desa Passeno Kecamatan Baranti Kabupaten Sidrap.
Waktu pelaksanaan dimulai Januari 2003 sampai dengan Desember 2003.
c. Alat dan Bahan
Alat :
• Waring
Bahan :
• Ternak Itik Mojosari umur + 1 tahun
• Padi Sawah
• Konsentrat
• Jagung
• Dedak
• Feed suplement
d. Data yang dikumpulkan mencakup :
• Aspek Teknis
o Produksi telur
o Mortalitas
o Berat telur
o Konsumsi pakan
o Konversi pakan
o Produksi padi/ha/musim
o Tingkat pertumbuhan gulma
o Jenis biota yang ada disawah
• Aspek Ekonomi
o Analisa Usaha (output dan input)
DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWESI SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL 12
• Aspek Sosial Budaya
o Keterlibatan anggota keluarga tani dan wanita tani (gender)
e. Metode Analisis
Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah Uji T
DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWESI SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL 13
LINGKUP KEGIATAN
a. Cakupan Pengkajian
� Pendekatan Umum
Kegiatan ini akan difokuskan pada daerah yang sesuai dengan kondisi
agroekologi tanaman padi dan itik yaitu di Kabupaten Sidrap.
� Penentuan Petani Kooperator
Penentuan petani kooperator adalah anggota kelompok tani itik dan petani
peserta pengkajian BPTP. Petani non kooperator sebagai pembanding.
� Prosedur Pelaksanaan/Rancangan Kegiatan Pengkajian
Untuk membantu mempercepat operasionalisasi kegiatan di lapang perlu disusun
tahapan-tahapan pelaksanaan kegiatan sebagai berikut :
1. Karakteristik wilayah pengkajian, karakteristik ini meliputi pengumpulan
informasi tentang peta lokasi, diskripsi wilayah pengkajian dan identifikasi
masalah dan kendala usahatani yang spesifik.
2. Pemilihan komponen teknologi yang dapat menjawab permasalahan yang
telah di identifikasi
3. Pembentukan tim interdispliner sesuai permasalahan yang diteliti
4. Perakitan paket teknologi. Komponen teknologi yang dianggap sesuai
kemudian dirakit menjadi beberapa alternatf paket teknologi, dengan
menggunakan teknologi petani sebagai pembanding
5. Penentuan kelompok sasaran. Keluarga tani yang akan dijadikan kelompok
sasaran dibagi menjadi petani kooperator dan non kooperator.
6. Penyuluhan dan bimbingan di lokasi pengkajian dilaksanakan secara intensif
DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWESI SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL 14
b. Prosedur Kegiatan
Sebanyak 8 peternak itik masing-masing dibagi dalam dua kelompok pemilikan
itik masing-masing terdiri dari 4 orang petani sebagai ulangan (perlakuan) dan 4 orang
sebagai kontrol.
Kelompok I, tiap peternak memiliki itik 100 ekor yang digembalakan pada luas
sawah 1 ha, 4 orang petani sebagai kelompok perlakuan diberi pakan tambahan berupa
konsentrat 10 %, jagung 35 %, dedak 55 % dan feed suplement 0,25 % dari total
ransum, sedang kelompok II disesuaikan dengan kebiasaan petani (kontrol).
Dena Perlakuan
Kelompok Jenis Pakan Umur Tanaman 1 hr – 21 hr 22 hr -
berbuah berbuah -
panen Panen - tanam
A Konsentrat (%) 10 - 10 - B Jagung (%) 35,0 35,0 35,0 - I C Dedak (%) 55,0 55,0 55,0 - D Feed Suplemen (%) 0,25 0,25 0,25 0,25 A Pakan menurut - - - - B kebiasan petani II C D Ket : I Perlakuan - umur 1 hr – 21 hr diberi ransum 150 g/ek/hr - umur 22 hr – berbuah diberi ransum 75 g/rk/hr - berbuah – panen diberi ransum 150 g/ek/hr - panen- tanam diberi feed suplement II Kontrol
DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWESI SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL 15
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Penampilan Produksi
Produktivitas itik selama pengkajian dapat dilihat tabel berikut.
Tabel 1. Rataan produksi telur per bulan (% HD) Bulan I II
A B C D JLH Rata-rata A B C D JLH Rata-rata Mei 45,2 42,5 43,7 44,2 175,6 43,9 30,8 32,5 33,7 31,6 128,6 32,1 Juni 59,2 58,8 60,5 61,3 239,6 59,4 35,2 34,2 35,3 34,8 139,2 34,8 Juli 53,2 55,3 47,5 58,6 214,8 53,7 23,3 22,5 24,3 23,2 93,2 23,3 Agustus 65,3 68,2 63,7 70,1 267,2 66,8 33,2 33,8 33,6 32,5 133,2 33,3 September 77,7 74,8 75,2 77,4 305,2 76,3 58,5 56,8 56,8 56,8 228,4 57,1 Oktober 59,3 58,7 61,8 61,4 241,2 60,3 36,2 34,8 34,8 35,5 142,0 35,5 Nopember 60,5 63,2 62,5 63,5 249,6 62,4 30,9 31,7 31,7 29,6 122,4 30,6 Desember 58,7 56,9 59,3 58,7 233,6 58,4 28,7 26,8 26,8 27,3 109,2 27,3 Jumlah 479,1 478,4 474,2 495,2 1926,9 481,7 276,8 273,1 273,1 271,3 1096,6 274,1 Rata-rata 59,9 59,8 59,3 61,9 240,9 60,2 34,9 34,1 34,1 33,9 137,1 34,2 Ket : I = Kelompok Perlakuan II = Kelompok Kontrol ABCD = Ulangan
Dari tabel 1 terlihat, kelompok I sebagai perlakuan rata-rata produksi telurnya
lebih tinggi dibanding kelompok II sebagai kontrol yaitu masing-masing 60,2% HD dan
34,2% HD. Hal ini dikarenakan kelompok I diberi pakan tambahan berupa konsentrat,
jagung, dedak dan feed suplement, sedangkan kelompok II sesuai dengan kebiasaan
petani dimana umumnya hanya diberi pakan tambahan berupa jagung dan sesekali diberi
dedak. Tingginya produksi telur pada kelompok I sesuai yang dikemukakan oleh Setioko
(1994), bahwa untuk meningkatkan produksi telur itik gembala, pemberian pakan
tambahan secara tepat berupa premix (campuran beberapa pakan lokal) perlu dilakukan,
dan pernyataan Culliston (1979) bahwa, penambahan vitamin dan mineral dilakukan
untuk perbaikan kondisi ternak.
Pemberian pakan tambahan pada kelompok I disesuaikan dengan umur padi
dimana pada umur padi 1 – 21 hari, itik diberi pakan tambahan lebih banyak berupa
DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWESI SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL 16
konsentrat 10%, jagung 35%, dedak 55% dan feed suplement 0,25% yang diberi 150
gr/ekor/hari, oleh karena pada saat demikian gulma maupun serangga pengganggu
tanaman padi seperti keong, siput, belalang dan lainnya yang merupakan makanan itik
populasinya masih sangat sedikit. Pada umur padi 22 hari sampai berbuah hanya diberi
jagung, dedak dan feed suplement oleh karena pada saat demikian gulma dan serangga
pengganggu tanaman padi agak lebih banyak, pada saat berbuah sampai menjelang
panen mulai berkurang lagi, pada saat awal panen sampai menanam kembali populasi
gulma maupun serangga pengganggu sudah banyak sehingga hanya diberi feed
suplement saja.
Tabel 2. Rata-rata berat telur, konsumsi ransum dan konversi ransum Uraian I II
Rata-rata berat telur (g/butir) 71,4 66,6 Rata-rata produksi (ekor/hari) 0,60 0,34 Konsumsi ransum (g/ekor/hari) 150 100 Konversi ransum (g/g) 3,5 4,4 Ket : I = Kelompok Perlakuan II = Kelompok Kontrol
Selain produksi telur yang lebih tinggi, rata-rata berat telur kelompok I lebih baik
dibanding kelompok II yaitu masing-masing 71,4 g/butir dan 66,6 g/butir, dan ada
kecendrungan berat telur meningkat pada saat panen padi, hal ini disebabkan karena
ketersediaan pakan di sawah cukup banyak. Walaupun konsumsi ransum kelompok I
lebih besar dibanding kelompok II yaitu masing-masing 150 gr/ekor/hari dan 100
gr/ekor/hari namun konversi ransumnya lebih rendah yaitu masing-masing 3,5 g/g dan
4,4 g/g. Pada usaha beternak itik akan semakin menjanjikan bilamana kita mampu
mengatur komponen produksi agar dicapai efisiensi tinggi. Salah satu komponen
terbesar adalah pakan (+ 70%) sehingga bila mampu meningkatkan efisiensi pakan, hasil
DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWESI SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL 17
yang diperoleh akan semakin besar. Dengan memberikan pakan tambahan berupa
konsentrat, jagung, dedak dan feed suplement akan mengefisiensikan konversi pakan.
b. Analisa Usaha Ternak Itik
Untuk melihat apak usaha ternak itik yang diintegrasikan dengan padi
menguntungkan atau tidak dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Analisa pendapatan usahatani integrasi itik pada lahan sawah irigasi (nilai rata-rata 100 ekor pertahun)
Uraian I II A. Pengeluaran
- Harga itik 2.500.000 2.500.000 - Biaya pakan + obat-obatan + vitamin 2.825.000 1.980.000 - Tenaga kerja 1.200.000 1.200.000
Total 6.525.000 5.680.000 B. Penerimaan
- Harga telur 17.625.600 9.849.600 Total 17.625.000 9.849.600 C. Pendapatan (Rp) 11.100.600 4.169.600 D. R/C Ratio 2,7 1,7 E. Biaya per ekor per hari (Rp) 181,25 157,77 F. BEP (% HD) 22,6 19,7
Ket : I = Kelompok Perlakuan II = Kelompok Kontrol Dari Tabel 3 terlihat bahwa, walaupun pengeluaran yang diperlukan kelompok I
lebih besar dibanding kelompok II, namun pendapatan yang diperoleh lebih besar. Dari
R/C ratio kelompok I sebesar 2,7 menunjukkan bahwa integrasi itik dengan padi
dengan pemberian pakan tambahan lebih menguntungkan dibanding tanpa pemberian
pakan tambahan yaitu sebesar 1,7.
c. Produksi Padi
Dari hasil integrasi itik dengan padi memberikan hasil bagi tanaman padi seperti
yang terlihat tabel berikut.
DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWESI SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL 18
Tabel 4. Rata-rata tinggi tanaman dan jumlah malai tiap kelompok
Ulangan I II III
Tinggi Jumlah Tinggi Jumlah Tinggi Jumlah
Tanaman (cm) Malai (btg) Tanaman (cm) Malai (btg) Tanaman (cm) Malai (btg)
1 79 15 85 19 75 17
2 94 20 76 17 79 20
3 94 25 99 29 79 22
4 89 20 76 18 80 22
5 99 22 79 20 75 17
6 85 22 85 21 79 20
7 101 30 91 25 81 22
8 92 15 86 23 85 24
9 99 25 79 21 81 23
10 86 30 86 24 79 23
Jumlah 918 224 842 217 793 210
Rata-rata 91,8 22,4 84,2 21,7 79,3 21
Ket I : Sawah dengan penggembalaan itik perlakuan
II : Sawah dengan penggembalaan itik kontrol
III : Sawah tanpa penggembalaan
Dari tabel 4 menunjukkan bahwa kelompok I yaitu sawah dengan
penggembalaan itik perlakuan tinggi tanaman padi dan jumlah malai lebih besar
dibanding kelompok II yaitu sawah dengan penggembalaan itik kontrol dan kelompok
III yaitu sawah tanpa penggembalaan. Besarnya tinggi tanaman dan jumlah malai akan
mempengaruhi besarnya produksinya, hal ini dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.
Tabel 5. Rata-rata produksi padi (kg/Ha/musim) Ulangan I II III
a 6175 6170 5700 b 6270 6175 6100 c 6365 6270 6150 d 6270 6175 6050
Jumlah 5080 24790 24000 Rata-rata 6270 6197,5 6000
Ket I : Sawah dengan penggembalaan itik perlakuan II : Sawah dengan penggembalaan itik kontrol
III : Sawah tanpa penggembalaan
DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWESI SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL 19
Dari Tabel 5 jelas terlihat bahwa produksi padi pada sawah dengan
penggembalaan itik perlakuan (kelompok I) lebih besar dibanding kelompok II dan III
masing-masing 6270 kg/Ha/musim; 6197,5 kg/Ha/musim dan 6000 kg/Ha/musim.
Tingginya produksi padi pada sawah dengan penggembalaan itik baik kelompok I dan II
dikarenakan itik memakan gulma dan serangga pengganggu tanaman padi sehingga
dihasilkan padi yang bebas pestisida, selain itu kotoran itik menjadi pupuk yang dapat
merangsang pertumbuhan padi. Hal ini sesuai dengan beberapa penelitian, seperti yang
dilaporkan Manda (1992) bahwa dengan sistem aigamo di Jepang yaitu itik Aigamo
dilepas sawah, pertumbuhan gulma dapat ditekan jauh lebih rendah sawah tanpa aigamo
dan sawah herbisida, demikian juga dengan jumlah belalang dan keong lumpur dapat
dikontrol dengan sistem aigamo, dan yang dikemukakan oleh Boray (1991), bahwa
sehubungan dengan banyaknya itik yang digembalakan di sawah-sawah di Indonesia
diduga dapat menurunkan populasi siput.
d. Analisa Usaha Tanaman Padi
Untuk melihat apakah sawah dengan penggembalaan itik memberikan
keuntungan atau tidak dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6. Analisa pendapatan usahatani padi (Rp/Ha/musim) Uraian I II III
A. Pengeluaran
- Benih 35000 35000 35000
- Pupuk 400000 400000 400000
- Insektisida/obat-obatan/herbisida 65000 65000 100000
- Olah lahan 450000 450000 450000
- Penanaman 300000 300000 300000
- Penyiangan - - 150000
- Panen 300000 300000 300000
Total 1550000 1550000 1735000
B. Penerimaan
- Harga gabah
Total 5329500 5267875 5100000
DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWESI SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL 20
C. Pendapatan (Rp) 3779500 3717875 3365000
D. R/C Ratio 3,43 3,39 2,93 Dari Tabel 6 terlihat bahwa pendapatan yang diperoleh kelompok I lebih baik
dibanding kelompok II dan III. Dari R/C ratio menunjukkan sawah dengan
penggembalaan itik perlakuan lebih menguntungkan dibanding sawah dengan
penggembalaan itik kontrol dan sawah tanpa penggembalaan yang keuntungannya
paling sedikit.
DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWESI SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL 21
KESIMPULAN
1. Ternak itik yang digembalakan disawah dan diberi pakan tambahan produksinya
lebih tinggi (60,2 % HD) dibanding itik yang digembalakan disawah tanpa pakan
tambahan (34,2%)
2. Produksi padi pada sawah dengan penggembalan itik, produksinya lebih tinggi
dibanding sawah tanpa penggembalaan yakni 6270 kg dan 6000 kg
3. Integrasi itik dan sawah dapat menekan biaya pakan Rp. 1.412.500 dan biaya
penyiangan Rp. 150.000 per musim tanam
DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWESI SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL 22
DAFTAR PUSTAKA ABDUH, U., A. TIKUPADANG, P. PONGSAPAN dan P.C. PAAT. 1995. Pengaruh
peningkatan nutrisi terhadap produktivitas itik gembala pada musim tidak panen padi. Jurnal Ilmiah Penelitian Ternak Gowa. Sub Balai Penelitian Ternak Gowa Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.
BIRO PUSAT STATISTIK PERWAKILAN SULAWESI SELATAN. 1999. Sulawesi
Selatan dalam Angka. BORAY, J.C. 1991. Current status of the control of trematode infections in livestock in
developing countries. Working paper for expert consultation on helminth infections of livestock in developing countries. FAO Rome pp. 1-33.
CHALIDJAH, U. ABDUH, P.PONGSAPAN dan P.C. PAAT. 1992. Produktivitas itik
lokal yang dipelihara secara ekstensif pada daerah persawahan irigasi kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polmas. Prosiding Pengolahan dan Komunikasi Hasil-hasil Penelitian Unggas dan Aneka Ternak 20-22 Pebruari Cisarua Bogor. Balai Penelitian Ternak, Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
CHAVEZ, E.R. and A. LASMINI. 1978. Comparative Performances of Native
Indonesian Egg Laying Ducks. Centre Report No. 6. Centre for Animal Research and Development, Bogor, Indonesia.
FAO PRODUCTION YEAR BOOK. 1995. Statistic Series No. Food and Agriculture
Organization of the United Nation, Rome, 1995. LIU, F. 1985. Integration of duck production and rice culture in South China. In Duck
Production and World Practice. Farrel, D.J. and Stapleton, P. (Ed) University of New England, pp 385 – 392.
MANDA, M. 1992. Paddy rice cultivation using crossbred ducks. Agricultural Science
and Nature Resources, Faculty of Agriculture, Kagoshima University. Farming Japan. Vol. 26 -; pp 35-42.
MANWAN, I. 1989. Farming system research in Indonesia: its evolution and future
outlook. In : SUKMANA et al (eds). Development in Procedures for farming System Research: Proceeding of an International Workshop. Agency for Agricultural research and Development Indonesia.
MURTIDJO, B.A. 1998. Mengelola Itik. Kanisius, Yogyakarta. MURTISARI, T and EVANS, A.J. 1982. The importance of aquatic snails in the diet of
fully herded ducks. Research Report 1982, Balai Penelitian Ternak Ciawi. pp. 75-86.
DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWESI SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL 23
SADELI, S., I. SYAMSIAH, A.M. FAGI dan ATMADJA, H. 1990. Sistem Usahatani
Padi-Ikan pada lahan Irigasi Tadah Hujan. Dalam SYAM et.al (eds). Sistem Usahatani di Lima Agro-ekosistem. Risalah Lokakarya Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWESI SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL 24
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Tabel 7. Kondisi Topografi Kabupaten Sidrap No Kecamatan Keadaan Tanah
Datar Berbukit Bergunung Rawa/danau Total (%) (%) (%) (%) (%) 1 Panca Lautang 15 25 57 3 100 2 Tellu LimpoE 15 35 49 1 100 3 Wattang Pulu 25 5 70 - 100 4 Baranti 100 - - - 100 5 Panca Rijang 52 3 45 - 100 6 MaritengngaE 85 15 - - 100 7 Dua PituE 35 25 40 - 100
Rata-rata 46,71 15,42 37,28 0,57 100 Sumber : Sidrap dalam Angka Tahun 2001 Tabel 8. Jenis Tanah yang terdapat dalam Kabupaten Sidrap No Kecamatan Jenis Tanah 1 Panca Lautang Mediteran coklat Regosol dan Retosol, Regosol coklat,
alluvial kelabu, Alluvial Hidromorf 2 Tellu LimpoE Alluvial kelabu, Alluvial Hidromorf, Alluvial coklat
kelabu, Regosol coklat 3 Wattang Pulu Alluvial kelabu tua, Regosol kelabu, Alluvial Hidromorf 4 Baranti Alluvial kelabu tua, Regosol kelabu, Alluvial Hidromorf 5 Panca Rijang Alluvial kelabu, Podsolit coklat, Kompleks Podsloit
coklat dan Regosol 6 MaritengngaE Alluvial kelabu tua, Alluvial coklat kelabu, Grumesol
kelabu tua, Kompleks Podsolit coklat kekuningan dan Regosol, Regosol coklat kelabu
7 Dua PituE Alluvial coklat kelabu, Alluvial Hodromorf, Posolit merah kekuningan dan Regosol
Sumber : Sidrap dalam Angka Tahun 2001
DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWESI SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL 25
Tabel 9. Luas tanah menurut penggunaan per kecamatan di Kabupaten Sidrap No Kecamatan Sawah Perkam-
pungan/ perumah-an
Kebun campur
Ladang/Tegal-an
Padang Rumput
Kolam/ Tambak/ Rawa
Danau Perke-bunan
Belukar lainnya
1 Panca Lautang
6.155,00 254,05 1.051,53
210,00 1.850,52 388,05 1.500.000
434,00 1.411,97
2 Tellu LimpoE
2.505,00 252,79 1.081,55
- 2.510,20 17,00 700.000 403,14 884,70
3 Wattang Pulu
4.325,00 308,93 2.426,91
70,00 5.235,44 - - 521,11 1.521,98
4 Baranti 3.362,00 505,09 1.143,22
- - 5,00 - - 322,31
5 Panca Rijang
4.977,00 562,79 1.609,33
- 1.110,00 - - 1.581,82 384,25
6 MaritengngaE
11.844,00 535,24 2.430,91
- 1.838,75 20,01 696,00 1.203,00 164,92
7 Dua PituE 13.823,00 828,06 4.284,66
- 15.472,75
12,60 - 7.599,07 10.137,51
46.991,00 3.246,86 13.965,11
280,00 28.017,75
442,66 2.896,00 11.742,14
14.817,64
Sumber : Sidrap dalam Angka Tahun 2001 Tabel 10. Jumlah penduduk Kabupaten Sidrap No Kecamatan Penduduk
Laki-laki Perempuan Jumlah 1 Panca Lautang 9.217 11.078 10.959 2 Tellu LimpoE 9.437 10.936 20.373 3 Wattang Pulu 11.033 11.895 22.878 4 Baranti 11.477 13.198 24.675 5 Panca Rijang 11.990 12.741 24.231 6 Perwakilan Kulo 5.180 5.682 10.862 7 MaritengngaE 18.436 20.142 38.578 8 Perwakilan Sidenreng 7.367 8.003 15.570 9 Dua PituE 11.458 12.617 24.075 10 Perwakilan Pitu Riawa 11.129 11.585 22.714 11 Perwakilan Pitu Riase 9.060 9.008 18.156 Jumlah 45.292 126.915 242.207 Sumber : Sidrap dalam Angka Tahun 2001 Tabel 11. Jumlah Kelembagaan di Kabupaten Sidrap No Kecamatan KUD NON KUD Cande Kulak 1 Panca Lautang 3 3 - 2 Tellu LimpoE 2 2 - 3 Wattang Pulu 3 3 - 4 Baranti 3 3 - 5 Panca Rijang 2 8 - 6 Perwakilan Kulo 1 2 - 7 MaritengngaE 3 38 - 8 Perwakilan Sidenreng 2 - - 9 Dua PituE 2 2 - 10 Perwakilan Pitu Riawa 2 4 - 11 Perwakilan Pitu Riase 2 - - Jumlah 35 65 -
Sumber : Sidrap dalam Angka Tahun 2001
DEPARTEMEN PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SULAWESI SELATAN Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang, Makassar 90242, Sulawesi Selatan - Indonesia
Tlp. 0411-556449, FAX 0411-554522 WebSite : http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id e-mail: [email protected]
CS BPTP SUL-SEL On-line Yahoo Messenger & Google Talk, id : linksulawesi, csbptpsulsel, wmbptpsulsel
Hak Cipta © KSPP (Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian) BPTP SULSEL 26
Tabel 12. Perkembangan Kelas Kelompok Tani di Kabupaten Sidrap No Kecamatan Kelompok Tani
Pemula Lanjut Madya Utama Jumlah 1 Panca Lautang 10 50 4 - 64 2 Tellu LimpoE 12 22 8 - 42 3 Wattang Pulu 9 28 6 1 44 4 Baranti 6 34 10 3 53 5 Panca Rijang 4 17 10 3 34 6 Perwakilan Kulo 7 29 5 - 41 7 MaritengngaE 9 21 19 3 52 8 Perwakilan Sidenreng - 41 10 - 51 9 Dua PituE 2 22 19 4 47 10 Perwakilan Pitu Riawa 18 31 16 3 68 11 Perwakilan Pitu Riase 16 36 2 - 54 Jumlah 93 331 109 17 550
Sumber : Sidrap dalam Angka Tahun 2000 Tabel 13. Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai di Kabupaten Sidrap No Kecamatan Padi Jagung Kedelai 1 Panca Lautang 15.628,44 409,05 - 2 Tellu LimpoE 23.975,64 641,23 - 3 Wattang Pulu 33.743,40 81,69 0,84 4 Baranti 18.616,18 110,15 43,79 5 Panca Rijang 43.400,39 599,25 60,57 6 MaritengngaE 135.248,02 24,72 - 7 Dua PituE 160.525,57 75,53 141,02
Jumlah 431.191,65 1.941,61 246,21 Sumber : Sidrap dalam Angka Tahun 2000 Tabel 14. Populasi Ternak Tiap Kecamatan di Kabupaten Sidrap (ekor) No Kecamatan Sapi Kerbau Kuda Kambing Ayam
Buras Ayam Ras
Itik
1 Panca Lautang 1.466 281 181 1.487 73.992 55.963 5.005 2 Tellu LimpoE 595 277 81 449 38.242 105.764 6.034 3 Wattang Pulu 8.179 326 252 248 151.700 265.331 49.039 4 Baranti 25 - 104 257 170.710 189.075 63.309 5 Panca Rijang 1.140 94 234 405 176.242 233.005 38.834 6 MaritengngaE 3.873 469 389 1.124 446.144 373.197 40.335 7 Dua PituE 12.599 665 927 175 189.146 12.890 33.229 Jumlah 27.837 2.112 2.168 4.145 1.246.176 1.735.225 235.785
Sumber : Sidrap dalam Angka Tahun 2000
Top Related