PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAANBAB VI “DEMOKRASI INDONESIA” Dungo Aryati Lumban Gaol ( 14020213130021 )
Nia Yuli Astuti ( 14020213120022 )
Febri Mindi Nurani ( 14020213120023 )
Damar Putri Firdaus ( 14020213120024 )
A. DEMOKRASI1. PENGERTIAN DEMOKRASI
Dalam bahasa Yunani, demos (rakyat) dan kratos/kratein (kekuasaan) yang berarti “rakyat berkuasa” (government of rule by the people)
Definisi paling singkat untuk istilah demokrasi adalah : government of the people, by the people, and for the people ( kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat)
Menurut Robert Dahl, demokrasi memberi kesempatan warga negara untuk :
-Berpartisipasi secara efektif
-Setara dalam hak suara
-Mencapai pemahaman yang baik
-Menjalankan kontrol akhir terhaadap agenda
-Melibatkan orang dewasa
Adapun istitusi politik penting untuk mencapai tujuan itu adalah:
-Pejabat terpilih
-Pemilu yang bebas, adil dan rutin
-Kebebasan berpendapat
-Adanya sumber informasi alternatif
-Otonomi asosiasional
-Kewarganegaraan yang inklusif (Dahl, 1998)
2. SEJARAH PERKEMBANGAN DEMOKRASI Demokrasi baru ada di masa yunani kuno (500 SM)
dikaitkan dengan istilah demos dan kratos, kata dasar istilah demokrasi. Menarik adalah pendapat Yves Schemeil dalam tulisannya berjudul “Demicracy before Democracy” disitu disebutkan bahwa nilai demikrasi sebenarnya sudah ada sejak masa mesir dan mesopotamia kuno.
Gambaran tentang Yunani kuno (507-338 SM) bukan seperti negara-negara modern Amerika Serikat, Jepang, Prancis. Negara-negara berdaulat ini dikenal sebagai polis atau negara kota (city state) dengan masyarakat dan undang-undangnya sendiri.
Mengenai demokrasi dimasa romawi kuno, polibios, sejarawan Yunani yang datang di Roma pada abad 2 SM. Orang Romawi menamakan sistem mereka suatu “republik” dari kaya Yunani res (kejadian) dan publicus (publik). Secara bebas republik bisa diterjemahkan sebagai “sesuatu yang menjadi milik rakyat”.
Institusionalisasi jabatan demokrasi mencapai puncaknya pada refolusi amerika tahun 1776. Konstitusi Amerika yang draft-nya dibuat oleh Thomas Jeferson (1743-1826) bukan hanya sebagai internalisasi nila-nilai demokrasi, tetapi juga melambangkan demokrasi dalam tatanan negara modern.
3. TIPE-TIPE DEMOKRASI Dengan menerapkan “Teori Bandul” yang dimulai dari
negara yang kadar demokratisasinya paling rendah hingga yang paling tinggi, maka dapat ditentukan adanya empat titik perkembangan demokrasi, yaitu :
a) Rezim Otoritarian
b) Demokrasi Elektoral
c) Demokrasi Liberal
d) Demokrasi Penuh (Advanced Democracy)
a) b) c) d)
Tipe demokrasi yang umum diimplementasikan di dunia dewasa ini adalah :
a. Demokrasi Langsung (Direct/Participatory Democracy)
Disebut juga demokrasi asli
Kelebihan : mengembalikan sebanyak mungkin keputusan kepada rakyat yang berdaulat, baik
melalui plebisit, referendum, ataupun jejak pendapat.
Kelemahan : hanya dapat ditempatkan pada lingkup komunitas kecil, apabila melampaui batas komunitas tersebut praktik demokrasi hanya menjadi bagisn dari keseluruhan proses pembuatan keputusan yang demokratis.
b. Demokrasi Perwakilan (Representative Democracy)
Dua elemen paling esensial dalam demokrasi ini adalah dipisahkannya antara pemerintah dan warga masyarakat dan diselenggarakannya pemilu secara periodik sebagai wahana masyarakat mengontrol pemerintah.
Tipe demokrasi ini dibagi menjadi beberapa subtipe :
1) Demokrasi Parlementer
-Parlementer merupakan satu-satunya lembaga pengambil kekuasaan tertinggi.
-Lembaga eksekutif dipimpin seorang perdana mentri yang posisinya bergantung pada kepercayaan parlemen.
-Kepala negara tidak memiliki kekuasaan eksekutif, hanya berperan sebagai fungsi keterwakilan (menjadi wakil negara dalam penengah situasi konflik)
-Contoh : negara Inggris
2) Demokrasi Presidensial
-Kepala negara dipilih langsung oleh rakyat (merupakan kekuasaan mandiri) baik dalam pembentukan pemerintahan dan pembuatan perundang-undangan
-Contoh : Amerika Serikat
3) Demokrasi Campuran
-Presiden dipilih langsung oleh rakyat tapi kekuasaan terbatas
-Ada 5 jenis demokrasi campuran :
~Presidensial-murni
~Predsidensial-parlementer (Rusia)
~Perdana Mentri-Presidensial (Polandia)
~Parlementer dengan Presiden
~Parlementer murni (Austria)
c. Demokrasi yang didasarkan atas model satu partai
Ada di negara-negara komunis, tetapi banyak yang meragukan apakah masuk kedalam kategori demikrasi atau bukan.
B. DEMOKRATISASI1. GELOMBANG DEMOKRATISASI
a) Demokratisasi gelombang Pertama (1828-1926)
Robert Dahl mengartikan demokratisasi sebagai proses perubahan dari rezim otoriter ke poliarkhi yang didalamnya memberi kesempatan berpartisipasi dan liberalisasi lebih tinggi (Dahl, 1971)
Agar demokratisasi dapat berjalan (Samuel Huntington) :
-Berakhirnya rezim otoriter
-Dibangunnya rezim yang demokratis
-Pengkonsolidasian rezim demokratis itu sendiri
b) Gelombang Demokrasi Balik Pertama (1922-1942)
Lebih dari 30 negara telah memiliki lembaga demokrasi tingkat nasional. Dimulai dari negara A seperti Amerika Serikat di tahun 1828 hingga merambah ke negara B hingga F.
c) Gelombang Demokratisasi Kedua (1943-1962)
Ada pergeseran menjauhi demokrasi dan gerakan kembali ke bentuk otoriter atau totaliter. Negara kategori C hingga F seperti Italia, Jerman,Portugal tiba-tiba kembali ke totaliterisme. Komunosme, fasisme, militersime mondominasi periode gelombang ini.
d) Gelombang Demokrasi Balik Kedua (1958-1975)
Usai Perang Dunia II, negara kalah perangmangikuti alur politik internasional. Italia dan Jepang mangikuti jejak sekutu. Jerman terbagi menjadi Jerman Barat yang demokrasi dan Timur yang komunis. Negara kategori E dan F yang komunispun sama demikian. Runtuhnya kolonialisme barat mumunculkan negara-negara baru seperti Indonesia, Pakistan, Israel, dll. Ditengah konflik, negara C dan D menuju ke arah demokrasi.
e) Gelombang Demokratisasi Ketiga (1974-)
Fase ini dipicu oleh kejadian di Spanyol, Portugal, dan Yunani, yang seolah-olah menjungkirbalikan teori bahwa demokrasi tidak bisa hidup di negara-negara berkembang. Begitu hebatnya rambahan dan resonansi gelombang tersebut, sehingga Huntington menyebutnya sebagai “fenomena efek bola salju”. Yang mencengangkan ialah ketika efek tersebut juga melanda negara-negara superpower Uni Sovyet, disusul negara-negara orbitnya di Eropa Timur juga Mongolia di Asia Tengah.
f) Gelombang Demokratisasi Balik Ketiga (1991-)
Jika melihat perubahan yang terjadi di Sudan, Suriname dan Nigeria, seolah-olah gelombang balik ketiga itu benar-benar terjadi. Namun, jika melihat kasus runtuhnya rezim otoriter yang telah berkuasa selama 32 tahun, disusul pelaksanaan pemilu yang paling demokratis di Indonesia, orangpun menjadi ragu. Benarkah ada gelombang demokratisasi balik ketiga?
2. ISU-ISU KRITIS
a. Demokrasi dan Pembangunan
Antara demokrasi dan pembangunan, keduanya sering dipertentangkan di saat para elit hendak menentukan pilihan/kebijakan strategis dalam pembangunan nasional.
Dalam kondisi seperti itu perdebatan pun muncul. Kubu modernisasi-demokrasi bersikukuh, sebaliknya rezim otoritarian justeru manuduh demokrasi sebagai penghambat dan sumbar instabilitas. Yang jelas, baik demokrasi maupun otoritarian, keduanya dapat mempengaruhi proses pembangunan
b. Demokrasi dan Radikalisme Agama
Tidak adanya demokrasi di negara-negara islam konservatif misalnya, telah menumbuhkan gerakan kebangkitan agama, yang kemudian melahirkan radikalisme agama dan teror.
Sebaliknya, adanya demokrasi juga tidak menghilangkan lahirnya gerakan kebangkitan agama berujung pada radikalisme dan terorisme. Tmpaknya gelombang demokratisasi sedikit banyak telah memberi sumbangan yang cukup berati pada maraknya radikalisme.
c. Demokrasi dan Konflik
Dalam hubungannya dengan konflik, demokrasi sering diibaratkan sebagai “pedang bermata dua”. Tidak adanya negara demokrasi yang saling berperang adalah sisi positif implikasi yang ditimbulkan oleh demokrasi. Sebaliknya, adanya fakta bahwa demokrasi juga menimbulkan konflik SARA juga sesuatu yang tidak mudah dipungkiri.
d. Demokrasi dan Korupsi
Ketika laju perkembangan demokratisasi ternyata berjalan seiringdengan korupsi, hal itu membuat banyak pihak menjadi risau. Muncul tudingan bahwa demokrasi menjadi penyebab suburnya korupsi.
Walaupun berbagai tudingan terus diarahkan ke demokrasi, namun demokrasi nampaknya masih mendapat kepercayaan di berbagai belahan dunia
3. PROSPEK DEMOKRASI
Kubu skeptis berpendapat bahwa demokrasi tidak mudah berkembang dalam realitas politik aktual. Sebaliknya, kubu optimistik justru berpendapat bahwa pasca Perang Dingin, orang mulai melihat perang sebagai sesuatu yang usang.
Di tengah kontroversi antara sikap pro dan kontra terhadap demokrasi, perlu dikemukakan beberapa fenomena sehubungan dengan praktik-praktik demokrasi di berbagai belahan dunia. Intinya ialah bagaimana berhasil memajukan pembangunan tanpa mengorbankan demokrasi.
C. DEMOKRASI DI INDONESIA
1. Periode 1945-1959 (Demokrasi Parlementer)
Berdasar UUD 1945, Indonesia menganut sistem demokrasi presidensial, namun dengan adanya Konvensi Syahrir tahun 1946 sistem presidensial berubah menjadi parlementer. Dalam periode tersebut peran parlemen dan partai-partai sangat dominan. Persatuan nasional yang telah digalang selama perjuangan kemerdekaan menjadi lemah dan tidak dapat dibina menjadi kekuatan konstruktif.
Ketika Dewan Konstituante gagal menyusun konstitusi, keluar Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan Indonesia kembali ke UUD 1945 dengan sistem presidensial.
2. Periode 1959-1965 (Demokrasi Terpimpin)
Demokrasi terpimpin diartikan sebagai demokrasi yang mengakui adanya pimpinan. Bukan terpimpin untuk menghilangkan demokrasi, ttapi terpimpin untuk melawan sifat-sifat liberalnya demokrasi. Di samping itu kata “Terpimpin” juga menunjukkan pendirian yang tegas dan sikap hidup yang nyata, yaitu memberikan pimpinan kepada rakyat dan melawan musuh-musuh rakyat bersama rakyat (Soepardo, 1962:79-80)
3. Periode 1966-1998 (Demokrasi Pancasila)
Di bawah Orde Baru demokrasi Indonesia diberi label Demokrasi Pancasila. Namun demikian, dalam prakteknya justru lebih represif dan otoriter dibanding Orde Lama. Peran Presiden dan militer terhadap lembaga lain begitu dominan, sampai akhirnya Presiden digulingkan oleh gelombang aksi reaksi pada tahun 1998.
4. Periode 1998-sekarang (era Reformasi)
Sejak tumbangnya rezim Orde Baru, bangsa Indonesia mulai mencoba menggeser bandul demokrasi kea rah kanan, ke demokrasi penuh (advanced democracy).
Sayangnya laju proses demokratisasi di Indonesia tidak selinier seperti yang dibayangkan, disaat jargon “reformasi total” dikumandangkan. Saat ini berbagai kalangan justru mulai risau terhadap kemungkinan terjadinya frozen democracy (demokrasi beku)
Top Related