DEGRADASI MINAT KELOMPOK TANI TERHADAP PEMBUDIDAYAAN LIDAH BUAYA (ALOE VERA)
”Diajukan untuk menyelesaikan tugas observasi lapangan UKM LISMA UNTAN”
Disusun oleh:
DWI PURWANI
IMRAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2010
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat, rahmat, dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penulisan karya
tulis ini.
Adapun judul yang diangkat oleh penulis yaitu Faktor Penyebab Degradasi Minat
Kelompok Tani Terhadap Pembudidayaan Lidah Buaya (Aloe Vera). Dalam
menyelesaikan karya ilmiah ini, penulis banyak mendapat bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Rafindra Ashari selaku Ketua UKM LISMA Universitas Tanjung Pura Pontianak.
2. Hakim selaku mentor pembimbing dalam observasi dan penulisan karya tulis ini.
3. Senior-senior UKM LISMA UNTAN yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
4. Rekan-rekan calon anggota UKM LISMA UNTAN yang telah mendukung dalam
observasi dan penyelesaian karya tulis ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan karya tulis ini masih banyak terdapat
kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna memperbaiki penulisan karya ilmiah yang akan datang.
Akhirnya penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat dijadikan bahan referensi
serta dapat menambah pengetahuan serta wawasan mengenai budidaya aloe vera di Kota
Pontianak.
Pontianak, 28 November 2010Penulis
ABSTRAK
Aloe vera merupakan salah satu komoditas utama kota Pontianak yang memiliki keunggulan komparatif. Dengan agroklimat dan tanah gambut Kota Pontianak, aloe vera sangat cocok dikembangkan di Pontianak. Dengan sentuhan yang tepat industri lidah buaya dapat memberikan keuntungan ganda seperti memberi nilai tambah, membuka lapangan pekerjaan, memberi kesejahteraan petani, menciptakan pangsa pasar yang luas bagi bahan baku lidah buaya dan akhirnya akan memberikan kontribusi pendapatan asli daerah.
Akan tetapi sebagaimana halnya dengan komoditas pertanian lainnya, agribisnis aloe vera juga menghadapi beberapa permasalahan yang menyebabkan belum optimumnya produktivitas aloe vera di kota Pontianak. Masalah mendasar dalam agribisnis aloe vera di Pontianak adalah pemasaran dan penjualan aloe vera. Hal tersebut sangat berpengaruh pada produksi aloe vera oleh kelompok tani. Jumlah panen dan lahan pertanian aloe vera akhirnya berkurang hingga tersisa 50 hektaare.
Solusi dalam tepat untuk menangani masalah budidaya aloe vera yaitu perlunya partisipasi masyarakat dalam mengolah aloe vera menjadi produk baru. Selain itu, solusi dalam menangani masalah ini yaitu dengan mendukung budidaya tanaman Aloe Vera dengan cara mendirikan suatu unit khusus sebagai pusat kegiatan pengkajian, penerapan dan pengembangan (R&D) teknologi produksi bibit, budidaya, proses dan tekno-ekonomi agro-industri Lidah Buaya yang akan dibantu oloeh pihak Aloe Vera Centre. Solusi lainnya yaitu dengan menciptakan suatu kawasan sentra Lidah Buaya yang mengarah kepada suatu sistem pertanian terpadu (Integrated Farming System) dan pengembangan kawasan agro-wisata. Serta menggunakan sampah dari usaha perikanan masyarakat sebagai pupuk Lidah Buaya agar hasil panennya lebih berkualitas.
Dalam karya ilmiah ini penulis mengumpulkan data dari wawancara langsung dengan petugas di aloe vera centre. Tujuan dari penulisan ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor strategis yang menyebabkan penurunan minat petani terhadap pembudidayaan aloe vera di kota Pontianak serta merumuskan dan merekomendasikan strategi dan diperlukan dalam rangka pengembangan budidaya aloe vera di kota Pontianak.
Manfaat yang diharapkan penulis adalah menambah pengetahuan dan wawasan terhadap agribisnis dan budidaya aloe vera di Pontianak. Sehingga terbentuk sikap kecintaan terhadap komoditas yang memiliki kearifan lokal di kota Pontianak. Bagi masyarakat yaitu menjadi masukan dan pertimbangan untuk mengolah hasil olahan aloe vera menjadi produk yang baru sehingga meningkatkan pengembangan aloe vera di Kota Pontianak mengingat tingginya potensi bahan baku aloe vera untuk diolah menjadi produk jadi.sedangkan bagi pemerintah yaitu dapat menjadi masukan untuk lebih memberikan perhatian terhadap pengembangan aloe vera terutama infrastruktur yang dapat menunjang budidaya aloe vera di Kota Pontianak.
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar BelakangKalimantan Barat khususnya Kota Pontianak merupakan daerah penghasil
utama Lidah Buaya yang ditanam di lahan gambut. Dengan agroklimat dan tanah
gambut yang sangat cocok bagi pertumbuhan Lidah Buaya menjadikan Daerah
Kalimantan Barat (Pontianak) mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai
“Sentra Lidah Buaya” di Indonesia yang berpusat di Aloe Vera Centre.
Aloe vera merupakan salah satu komoditas spesifik kota Pontianak yang
memiliki keunggulan komparatif. Adapun keunggulan komparatif tersebut adalah
mampu menghasilkan berat setiap pelepah antara 0,5 hingga 1,2 kg dengan panjang
pelepah mencapai 60-70 cm sehingga mempunyai daging dan kandungan gel yang
banyak. Selain itu pemeliharaan cukup mudah, produksi tahan lama dan tidak mudah
hancur atau membusuk, gangguan organism pengganggu relative kecil sehingga
komoditi yang dihasilkan tidak mengandung bahan pestisida. Untuk satu hektare
lahan lidah buaya produktif saja bisa menghasilkan 3 ton per sekali panen. Lidah
buaya bisa dipanen dua kali sepekan. Artinya, jika harga per koligram Rp 800,
minimal petani bisa mengantongi hampir Rp 5 juta per pekan.
Dengan sentuhan yang tepat industri lidah buaya dapat memberikan
keuntungan ganda seperti memberi nilai tambah, membuka lapangan pekerjaan,
memberi kesejahteraan petani, menciptakan pangsa pasar yang luas bagi bahan baku
lidah buaya dan akhirnya akan memberikan kontribusi pendapatan asli daerah.
Akan tetapi sebagaimana halnya dengan komoditas pertanian lainnya,
agribisnis aloe vera juga menghadapi beberapa permasalahan yang menyebabkan
belum optimumnya produktivitas aloe vera di kota Pontianak. Masalah mendasar
dalam agribisnis aloe vera di Pontianak adalah pemasaran (marketing).
Petani mengalami kesulitan dalam menjual aloe vera. Permintaan aloe vera dari
pabrik pengolahan aloe vera seperti PT. Niramas tidak maksimal menyerap hasil
panen aloe vera. UKM-UKM dan home industry juga memiliki kebun aloe vera
sendiri sehingga tidak banyak lagi membeli aloe vera dari petani. Karena itu, banyak
petani yang kemudian beralih menanam pepaya Hawai karena dianggap lebih mudah
dijual. Bahkan, tanaman lidah buaya yang sudah ada dicabut karena menanggap lidah
buaya tidak lagi menguntungkan. Lahan yang adapun jadi sia-sia.
Kalau persoalan pemasaran ini tidak segera ditangani, maka kedaulatan aloe
vera sebagai komoditas unggulan Pontianak Kalimantan Barat akan redup dan
menghilang karena tidak ada lagi yang menanam lidah buaya. Padahal aloe vera
termasuk sepuluh besar tanaman yang paling terkenal dan laku di pasaran dunia
B. Perumusan MasalahAdapun rumusan masalah yang diangkat oleh penulis adalah:
1. Apakah faktor penyebab menurunnya produktivitas agribisnis aloe vera di
Pontianak Kalimantan Barat?
2. Bagaimana upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan dan
mengembangkan agribisnis aloe vera Pontianak Kalimantan Barat?
C. Tujuan PenulisanAdapun tujuan penulisan dari karya tulis “Faktor Penyebab Degradasi Minat
Petani terhadap Pembudidayaan Lidah Buaya” ini adalah
1. Mengidentifikasi faktor-faktor strategis yang menyebabkan penurunan minat
petani terhadap pembudidayaan aloe vera di kota Pontianak.
2. Merumuskan dan merekomendasikan strategi dan diperlukan dalam rangka
pengembangan budidaya aloe vera di kota Pontianak.
D. Manfaat PenulisanManfaat yang diharapkan penulis dalam menulis karya tulis ini adalah:
1. Bagi penulis
Akan menambah pengetahuan dan wawasan terhadap agribisnis dan budidaya
aloe vera di Pontianak. Sehingga terbentuk sikap kecintaan terhadap komoditas
yang memiliki kearifan lokal di kota Pontianak.
2. Bagi masyarakat
Akan menjadi masukan dan pertimbangan untuk mengolah hasil olahan aloe vera
menjadi produk yang baru sehingga meningkatkan pengembangan aloe vera di
Kota Pontianak mengingat tingginya potensi bahan baku aloe vera untuk diolah
menjadi produk jadi.
3. Bagi pemerintah
Dapat menjadi masukan untuk lebih memberikan perhatian terhadap
pengembangan aloe vera terutama infrastruktur yang dapat menunjang budidaya
aloe vera di Kota Pontianak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Aloe Vera
Aloe vera adalah merupakan komoditi non tradisional yaitu komoditas yang
berpotensi untuk diekspor dengan volume kecil tapi bernilai tinggi. Aloe vera pada
awal pengolahannya hanya digunakan untuk tanaman hias dan tanaman obat. Sebagai
tanaman hias, aloe vera dapat dinikmati keindahan dan keunikan daunnya yang tebal,
berair dan berduri. Sedangkan sebagai tanaman obat, aloe vera mengandung cairan
kuning yang terdapat di bagian dalam daun yang bermanfaat sebagai bahan baku obat.
Tetapi lama kelamaan aloe vera diolah menjadi makanan dan minuman yang ternyata
mengandung banyak vitamin dan mineral. Adapun hasil olahan aloe vera tersebut
seperti teh, dodol, keripik, nata, maupun minuman lainnya.
2. Pengertian Aloe Vera Centre
Aloe vera Centre merupakan pusat pengembangan, pengkajian maupun
pengolahan lidah buaya di Pontianak Kalimantan Barat. Namun kegiatannya lebih
terfokus pada pengkajian aloe vera. Di sana terdapat berbagai jenis lidah buaya yang
umumnya berasal dari bibit-bibit yang diimpor dari luar negeri seperti Cina, Afrika,
maupun Amerika latin yang lebih cocok dibudidayakan di tanah gambut Kalimantan
Barat khususnya di daerah Pontianak.
BAB III
METODE PENULISAN
A. Pengumpulan Sumber Pustaka
Penulisan karya ilmiah ini memerlukan sumber data sebagai acuan dan bahan
dalam pembahasannya. Maka dalam pembuatannya diperlukan metode dalam
pengumpulan data sebagai bahan dalam penyusunan karya ilmiah. Penulis
mengumpulkan data secara langsung dengan langsung mewawancarai petugas yang
ada di aloe vera centre Kota Pontianak. Selain itu, penulis juga mengumpulkan data
secara tidak langsung untuk memperoleh data yang menunjang penulisan karya tulis
ini melalui media elektronik berupa internet.
B. Analisa Sumber Pustaka
Telaah sekunder adalah teknik penggumpulan data secara langsung, atau secara
tidak langsung dari narasumbernya. Dalam karya ilmiah ini penulis mengumpulkan
data dari wawancara langsung dengan petugas di aloe vera centre. Selain itu, data juga
diperoleh dari media internet yang memuat data tentang aloe vera yang dikembangkan
di kota Pontianak. Penulis memilih metode telaah sekunder ini karena lebih efisien
dalam penggumpulan datanya, dan mendapatkan data sesuai dengan permasalahan
yang akan dibahas. Oleh karena pertimbangan diatas maka penulis memilih telaah
sekunder sebagai metode dalam pengumpulan data.
BAB IV
PEMBAHASAN
Faktor penyebab menurunnya produktivitas agribisnis aloe vera di Pontianak
Kalimantan Barat
Sebagai salah satu komoditas perkebunan di Kalimantan Barat, Aloe vera memiliki
potensi yang sangat besar apabila terus dikembangkan. Potensi pengembangannya dapat
membawakan banyak manfaat, diantaranya yaitu memberi nilai tambah setelah dolah
menjadi produk, membuka lapangan pekerjaan, memberi kesejahteraan petani,
menciptakan pangsa pasar yang luas bagi bahan baku lidah buaya dan akhirnya akan
memberikan kontribusi pendapatan asli daerah.
Sayangnya, tanaman yang berduri di ujung pelepah ini memiliki beberapa
permasalahan yang menyebabkan belum optimalnya produktivitas aloe vera. Masalah
mendasar dalam agribisnis aloe vera di Pontianak adalah pemasaran (marketing). Masalah
ini merupakan masalah yang paling krusial dalam pembudidayaan dan pengembangan aloe
vera di Pontianak.
Biasanya aloe vera hanya dijual mentah kepada home industry maupun UKM-UKM
yang selanjutnya akan diolah untuk menjadi produk seperti keripik, teh, Nata de Aloe,
dodol maupun minuman. Jumlah yang dibeli UKM-UKM tidaklah seberapa, sekali pesan
hanya sekitar 200 kilogram sedangkan home industry hanya 100 kilogram per harinya.
Sedikitnya permintaan dari UKM dan home industry dikarenakan mereka telah
mempunyai kebun aloe vera sendiri sehingga dapat memenuhi kebutuhan akan aloe vera
secara mandiri.
Sebenarnya petani sangat mengharapkan pabrik olahan aloe vera untuk menjadi
menyerap aloe vera, namun penyerapannya belum maksimal karena pabrik olahan aloe
vera seperti PT.Niramas jarang sekali meminta pasokan dari kelompok tani. Pabrik
tersebut baru memesan aloe vera pada petani apabila ada permintaan dari luar negeri.
Karena sedikitnya permintaan dari masyarakat, maka petani mengurangi jumlah aloe
vera yang ditanam. Jika pada tahun 1990-2000 jumlah lahan aloe vera yang diolah oleh
kelompok tani mencapai ribuan hektar, tapi pada tahun 2001-2005 hanya tersisa sekitar
100 hektare, dalam parahnya lagi empat tahun terakhir berkurang menjadi sekitar 50
hektare saja. Selain lahan pengolahan yang menurun draktis, kemampuan petani untuk
menghasilkan aloe vera juga berkurang. Petani hanya mampu menghasilkan 2 ton per
harinya sementara kebutuhan aloe vera yang sesungguhnya adalah 5 ton per harinya.
Semua itu karena petani merasa kesulitan menjual hasil panen aloe veranya. Sehingga
malas untuk menanam aloe vera dalam jumlah banyak.
Namun saat ini, jumlah permintaan akan aloe vera sangat tinggi karena telah banyak
masyarakat yang mau ikut berpartisipasi untuk mengolah aloe vera menjadi produk-
produk baru dan karena dunia internasional juga mengetahui olahan serta manfaat aloe
vera sehingga mulai mengekspor aloe vera mentah maupun produk jadi dari Indonesia
khususnya Pontianak. Tapi sayangnya petani masih belum juga ingin menambah produksi
aloe veranya.
Petani belum berani untuk menambah produksi aloe vera karena dipengaruhi faktor
psikologis terhadap kondisi pasar sebelumnya. Pada tahun 1990 hingga 2000-an, jumlah
permintaan masyarakat terhadap produk olahan aloe vera sangatlah sedikit. Sehingga saat
ini walaupun jumlah permintaan sudah tinggi, tetapi petani masih takut apabila hasil panen
aloe veranya tidak laku di pasaran yang akan berujung pada kerugian besar bagi petani.
Faktor berikutnya yaitu adanya beberapa negara pengekspor aloe vera yang tidak
lagi mengekspor aloe vera dari Pontianak. Negara tersebut seperti Malaysia. Beberapa
tahun lalu, pengolah aloe vera dari Pontianak diminta untuk mengadakan pelatihan
mengenai budidaya aloe vera di Serawak. Di sana orang-orang Malaysia diajari bagaimana
menanam aloe vera dengan baik dan benar.
Tapi setelah orang Malaysia bisa menanam dan mengolah aloe vera secara mandiri,
Malaysia tidak lagi mengimpor bibit-bibit aloe vera dari Pontianak melainkan
menanamnya sendiri. Hal ini tentunya akan merugikan petani maupun Aloe Vera Centre
yang tidak lagi mendapat pemasukan dari ekspor aloe vera. Sehingga pada akhirnya petani
akan mengurangi jumlah aloe vera yang ditanam.
Beberapa faktor diatas telah menyebabkan penurunan pada produksi aloe vera
maupun jumlah lahan penanaman aloe vera. Petani saat ini beralih menanam pepaya
Hawai petani lebih suka menanam papaya Hawai karena dianggap lebih mudah dijual.
Bahkan, tanaman lidah buaya yang sudah ada dicabut karena menanggap lidah buaya tidak
lagi menguntungkan. Lahan yang adapun jadi sia-sia.
Apabila faktor-faktor tersebut terus dibiarkan tentunya akan mematikan potensi
besar yang dimiliki aloe vera padahal seperti yang kita ketahui bahwa aloe vera termasuk
sepuluh besar tanaman yang paling terkenal dan laku di pasaran dunia.
Bagaimana upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan dan mengembangkan
agribisnis aloe vera Pontianak Kalimantan Barat?
Solusi dalam tepat untuk menangani masalah budidaya aloe vera yaitu perlunya
partisipasi masyarakat dalam mengolah aloe vera menjadi produk baru. Adanya
diferensiasi produk dari aloe vera yang diolah masyarakat umum maupun produsen
tentunya akan meningkatkan pula jumlah permintaan aloe vera yang masih mentah,
sehingga petani akan lebih bersemangat lagi dalam menanamnya.
Selain itu, solusi dalam menangani masalah ini yaitu dengan mendukung budidaya
tanaman Aloe Vera dengan cara mendirikan suatu unit khusus sebagai pusat kegiatan
pengkajian, penerapan dan pengembangan (R&D) teknologi produksi bibit, budidaya,
proses dan tekno-ekonomi agro-industri Lidah Buaya yang akan dibantu oloeh pihak Aloe
Vera Centre. Hal tersebut sangat mendukung karena apabila aloe vera yang mereka tanam
itu memuaskan, maka petani akan lebih bersemangat lagi menanamnya. Sedangkan
apabila hasil aloe vera-nya buruk dan tidak sesuai dengan harapan maka petani akan malas
menanamnya.
Solusi lain yang dapat dilakukan yaitu dengan menciptakan suatu kawasan sentra
Lidah Buaya yang mengarah kepada suatu sistem pertanian terpadu (Integrated Farming
System) dan pengembangan kawasan agro-wisata. Serta menggunakan sampah dari usaha
perikanan masyarakat sebagai pupuk Lidah Buaya agar hasil panennya lebih berkualitas.
Dengan adanya beberapa solusi di atas, diharapkan dapat menghidupkan kembali potensi
aloe vera di Pontianak Kalimantan Barat sehingga dapat menjadi komoditas utama yang
dapat bersaing di pasaran internasional.
Suatu kawasan sentra aloe vera yang memiliki produktivitas aloe vera yang banyak
tentunya harus memiliki tempat pemasaran yang dapat mengakomodir hasil produksi yang
banyak, sehingga tidak terjadi penumpukan hasil yang dapat mengakibatkan hasil yang
ada tidak termanfaatkan secara optimal. Langkah untuk mencegah hal tersebut terjadi ialah
dengan meningkatkan peran UKM (Usaha Kecil Menengah) yang ada disekitar kawasan
sentra aloe vera. UKM yang ada pada saat ini salah satunya ialah UKM Isun Vera yang
berada di Komplek Bumi Indah Khatulistiwa Blok A. 6 No.3, Siantan Hulu, Pontianak.
UKM ini dapat menyerap 1000kg aloe vera per harinya, hal demikian hanya untuk satu
UKM, sedangkan ada tiga UKM yang bergerak dalam bidang pengelolaan aloe vera di
Siantan.
UKM yang bergeraak dalam bidang pengelolaan aloe vera menghasilkan produk
yang kemudian di ekspor hingga ke luar negeri, seperti Malaysia, dan brunai. Produk yang
dihasilkan berupa olahan jadi, seperti dodol, minuman, kerupuk, teh, jelly dan selai yang
berbahan dasar lidah buaya atau aloe vera. Hal ini tentunya menjadi prospek potensial
yang dapat dikembangkan guna meningkatkan kembali produksi aloe vera di Pontianak,
sehingga komoditas ini kembali menjadi cirri khas utama yang dikenal di seluruh dunia.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aloe vera memiliki potensi besar untuk dikembangkan di Pontianak karena
aloe vera memiliki keunggulan komparatif apabila ditanam di tanah gambut
Pontianak. Keunggulan komparatif tersebut yaitu mampu menghasilkan berat setiap
pelepah antara 0,5 hingga 1,2 kg dengan panjang pelepah mencapai 60-70 cm
sehingga mempunyai daging dan kandungan gel yang banyak. Selain itu pemeliharaan
cukup mudah, produksi tahan lama dan tidak mudah hancur atau membusuk,
gangguan organism pengganggu relative kecil sehingga komoditi yang dihasilkan
tidak mengandung bahan pestisida.
Dengan sentuhan yang tepat industri lidah buaya dapat memberikan
keuntungan ganda seperti memberi nilai tambah, membuka lapangan pekerjaan,
memberi kesejahteraan petani, menciptakan pangsa pasar yang luas bagi bahan baku
lidah buaya dan akhirnya akan memberikan kontribusi pendapatan asli daerah.
Akan tetapi sebagaimana halnya dengan komoditas pertanian lainnya,
agribisnis aloe vera juga menghadapi beberapa permasalahan yang menyebabkan
belum optimumnya produktivitas aloe vera di kota Pontianak. Masalah mendasar
dalam agribisnis aloe vera di Pontianak adalah pemasaran (marketing).
Sedikitnya permintaan dari masyarakat menjadi faktor penyebab petani
mengurangi lahan aloe vera serta jumlah produksi aloe vera-nya. Selain lahan
pengolahan yang menurun draktis, kemampuan petani untuk menghasilkan aloe vera
juga berkurang. Bukan hanya itu, Negara yang sebelumnya menjadi pengekspor aloe
vera kini ada yang berhenti mengekspor dengan dalih telah bisa menanam aloe vera
sendiri.
b. Saran
Adapun beberapa saran yang dapat diajukan penulis yaitu:
1. Menemukan teknik budidaya Lidah Buaya yang cocok dengan varietas yang
dikembangkan di Kota Pontianak sehingga petani dapat menghasilkan aloe vera
yang lebih bermutu untuk dipasarkan secara lokal maupun internasional. Dengan
demikian tidak menutup kemungkinan bahwa Indonesia merupakan Negara
penghasil aloe vera terbaik dan terbesar di dunia.
2. Sejumlah bank yang beroperasi di Kota Pontianak bersedia memberikan kredit
untuk usaha tani dan pengolahan aloe vera. Sehingga petani tidak lagi sulit untuk
mengembangkan usaha aloe vera apabila terkendala dana.
3. Peningkatan jumlah investasi dari pemerintah maupun pihak swasta dalam
rangka mengembangkan aloe vera.
4. Partisipasi masyarakat untuk ikut mengolah aloe vera dengan berbagai
diferensiasi produk.
5. Meningkatkan peran UKM sebagai salah satu solusi untuk menghasilkan produk
jadi yang dapat di ekspor keluar negeri, sehingga tidak akan terjadi penumpukan
hasil aloe vera yang dihasilkan petani.
Top Related