Download - Daud, 2013.pdf

Transcript
  • BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Metode Penelitian

    Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental

    dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh atau hubungan antara variabel bebas

    yang disebut faktor perlakuan dengan variable terikat yang disebut faktor

    pengamatan (Hanafiah, 2005).

    3.2 Desain penelitian

    Penelitian yang dilakukan meliputi pengumpulan dan pengolahan sampel,

    identifikasi tumbuhan, pembuatan ekstrak, karakterisasi ekstrak, persiapan hewan

    uji, penginduksian hewan uji dengan streptozotocin, pembuatan sediaan dan

    bahan uji ekstrak, uji pendahuluan, uji aktivitas anti diabetes ekstrak n-heksana,

    ekstrak etilasetat, ekstrak etanol dengan pengukuran kadar glukosa darah hewan

    uji dan analisis data.

    3.3 Tempat dan waktu penelitian

    Penelitian dilakukan di laboratorium Farmakognosi dan Laboratorium

    Farmakologi Fakultas Farmasi USU. Waktu penelitian dilakukan selama 4 bulan.

    3.4 Alat dan bahan

    3.4.1 Alat-alat yang digunakan

    Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat gelas

    laboratorium, seperangkat alat rotary evaporator (Heidolph vv-2000), freeze

    Universitas Sumatera Utara

  • dryer ( Modulyo, Edward, serial no; 3985), timbangan analitik, timbangan hewan,

    alat suntik, oral sonde, glukometer dan strip glukotes.

    3.4.2 Bahan penelitian

    Bahan yang digunakan adalah Daun ubi jalar yang diperoleh dari daerah

    Pancur batu, streptozotocin (Calbiochem), metformin (Sigma), etanol 96%

    (Merck), etil asetat (Merck), n-heksana (Merck), asam khlorida, kalium iodida,

    iodium, sublimat, asam sulfat,

    3.5 Hewan uji

    bismut subnitrat. Bahan kimia yang digunakan

    kecuali dinyatakan lain adalah berkualitas pro analisa.

    Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit putih jantan

    yang diperoleh dari Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner Regional I Medan,

    berat badan rata-rata 20-30 g, sehat. Hewan diaklimatisasi di laboratorium selama

    lebih kurang satu minggu. Hewan diberi makanan dan minuman yang sesuai.

    Hewan uji digunakan untuk uji pendahuluan dibagi 5 kelompok masing-masing

    kelompok terdiri dari 5 ekor yaitu: Kelompok I adalah kontrol negatip (CMC

    0,5%), Kelompok II kontrol positip (metformin 65 mg/kg bb), Kelompok III En-

    HDUJ, Kelompok IV EEADUJ, Kelompok V EEDUJ dan untuk uji kerja induksi

    antidiabetes dibagi 8 kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor

    hewan uji yang sudah diinduksi yaitu:

    a) Kelompok I adalah kelompok diberi CMC 0,5% sebagai kontrol negatip

    b) Kelompok II adalah kontrol positif, yang diberi metformin.

    c) kelompok uji III , IV, dosis 100 mg/kg bb, V, VI, dosis 200 mg/kg bb,VII dan

    VIII dosis 300 mg/kg bb ekstrak daun ubi jalar.

    3.6 Pembuatan Pereaksi

    Universitas Sumatera Utara

  • Pembuatan larutan pereaksi menurut Depkes RI (1995) asam klorida 2N,

    asam sulfat 2N, pereaksi Bouchardat, kloralhidrat, pereaksi Mayer, pereaksi

    Molish, natrium hidroksida 2N, timbal (II) asetat 0,4 M, asam sulfat 50% dalam

    metanol, besi (III) klorida 1%, pereaksi Dragendorff, pereaksi Liebermann-

    Bouchardat.

    3.7 Sampel

    3.7.1 Pengambilan Bahan

    Pengambilan bahan dilakukan secara purposive, yaitu tanpa

    membandingkan dengan tumbuhan serupa dari daerah lain. Bahan yang digunakan

    adalah daun ubi jalar diambil dari daerah Pancur Batu.

    3.7.2 Identifikasi tumbuhan

    Identifikasi tumbuhan dilakukan di Herbarium Medanense (MEDA)

    Universitas Sumatra Utara.

    3.7.3 Pengolahan bahan

    Daun ubi jalar segar dicuci sampai bersih, selanjutnya dipotong- potong

    dan diangin-anginkan sampai kering, kemudian diserbuk dan diayak sehingga

    diperoleh serbuk yang homogen.

    3.7.4 Pembuatan ekstrak daun ubi jalar

    Pembuatan ekstrak daun ubi jalar dilakukan secara ekstraksi bertingkat yaitu

    maserasi dengan menggunakan beberapa pelarut seperti n-heksana, etilasetat dan

    etanol 96% (Ditjen POM, 1972).

    3.7.4.1 Ekstrak n-Heksana

    Sebanyak 10 bagian serbuk kering daun ubi jalar dengan derajat halus B

    40 dimasukkan ke dalam wadah maserasi dan dimaserasi dengan 75 bagian n-

    Universitas Sumatera Utara

  • heksana, tutup, biarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil berulang-

    ulang diaduk, serkai, peras, cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga

    diperoleh 100 bagian. Pindahkan ke dalam bejana bertutup, biarkan di tempat

    yang sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari. Enap tuangkan atau saring.

    Pelarut diuapkan dengan rotary evaporator pada suhu 40oC hingga diperoleh

    ekstrak kental kemudian dikeringkan dengan Freeze dryer pada suhu - 40o

    3.7.4.2 Ekstrak etil asetat

    C

    sehinggga diperoleh ekstrak n-heksana kering sebanyak 43 gram. Ampas

    dikeringkan dengan menganginkan (Ditjen POM, 1972).

    Ampas yang sudah dikeringkan dimasukkan ke dalam wadah maserasi dan

    dimaserasi dengan 75 bagian etil asetat , tutup, biarkan selama 5 hari terlindung

    dari cahaya sambil berulang-ulang diaduk, serkai, peras, cuci ampas dengan cairan

    penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian. Pindahkan ke dalam bejana

    bertutup, biarkan di tempat yang sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari.

    Enap tuangkan atau saring. Pelarut diuapkan dengan rotary evaporator pada suhu

    400C hingga diperoleh ekstrak kental kemudian dikeringkan dengan Freeze dryer

    pada suhu - 400

    3.7.4.3 Ekstrak Etanol

    C sehinggga diperoleh ekstrak etilasetat kering sebanyak 49

    gram. Ampas dikeringkan dengan menganginkan (Ditjen POM, 1972).

    Ampas yang sudah dikeringkan dimasukkan ke dalam wadah maserasi dan

    dimaserasi dengan 75 bagian etanol 96%, tutup, biarkan selama 5 hari terlindung

    dari cahaya sambil berulang-ulang diaduk, serkai, peras, cuci ampas dengan cairan

    penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian. Pindahkan ke dalam bejana

    tertutup, biarkan di tempat yang sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari. Enap

    Universitas Sumatera Utara

  • tuangkan atau saring. Pelarut diuapkan dengan rotary evaporator pada suhu 400C

    hingga diperoleh ekstrak kental kemudian dikeringkan dengan Freeze dryer pada

    suhu - 400

    3.8 Karakterisasi Ekstrak n-Heksana, Etil asetat dan Etanol daun ubi jalar

    C sehinggga diperoleh ekstrak Etanol kering sebanyak 123 gram

    (Ditjen POM, 1972).

    Dilakukan pemeriksaan karakteristik dari ekstrak daun ubi jalar yaitu

    dengan cara sebagai berikut (Ditjen POM, 1989).

    3.8.1 Penetapan Kadar Air

    Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Azeotropi (destilasi toluen).

    Alat ini terdiri dari labu alas bulat 500 ml, alat penampung, pendingin, tabung

    penyambung dan tabung penerima 5 ml.

    Cara kerja: Sebanyak 200 ml toluen dan 2 ml air suling dimasukkan kedalam labu

    alas bulat. Kemudian didestilasi selama 2 jam, setelah itu didinginkan selama 30

    menit dan dibaca volume air dengan ketelitian 0,05 ml (volume I). Ke dalam labu

    alas bulat tersebut kemudian dimasukkan 5 g ekstrak Daun ubi jalar yang telah

    ditimbang dengan seksama, lalu dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah

    toluen mulai mendidih, destilasi dengan kecepatan 2 tetes perdetik hingga

    sebagian besar air terdestilasi. Kemudian kecepatan destilasi dinaikkan hingga 4

    tetes perdetik. Setelah semua air terdestilasi, bilas bagian dalam pendingin dengan

    toluen. Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian labu penerima dibiarkan

    dingin sampai suhu kamar dan bersihkan tetesan air yang mungkin masih terdapat

    pada dinding tabung penerima. Setelah air dan toluen memisah sempurna, baca

    volume air (volume II). Hitung kadar air dalam persen (WHO, 1992).

    3.8.2 Penetapan Kadar Abu Total

    Universitas Sumatera Utara

  • Sebanyak 2 g ekstrak daun ubi jalar yang telah digerus dan ditimbang

    seksama dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian

    diratakan. Krus dipijar perlahan-lahan hingga arang habis, pemijaran dilakukan

    pada suhu 500o

    3.8.3 Penetapan Kadar Abu yang Tidak Larut Dalam Asam

    C selama 2 jam kemudian didinginkan dan ditimbang sampai

    diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap berat ekstrak awal.

    Abu yang telah diperoleh dalam penetapan kadar abu dididihkan dalam

    25 ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam

    dikumpulkan, disaring melalui kertas saring dipijarkan sampai bobot tetap,

    kemudian didinginkan dan ditimbang. Kadar abu yang tidak larut dalam asam

    dihitung terhadap berat ekstrak awal.

    3.8.4 Penetapan Kadar Sari yang Larut Dalam Air

    Sebanyak 5,0 g ekstrak daun ubi jalar dimaserasi selama 24 jam

    dengan 100 ml air-kloroform (2,5 ml kloroform dalam air suling sampai 1 1iter)

    menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama

    dan kemudian didiamkan selama 18 jam. Disaring, uapkan 20 ml filtrat hingga

    kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, panaskan residu pada

    suhu 105C hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam persen senyawa yang larut

    dalam air, dihitung terhadap berat ekstrak awal.

    3.8.5 Penetapan Kadar Sari yang Larut Dalam Etanol

    Lakukan maserasi sejumlah 5,0 g ekstrak daun ubi jalar selama 24 jam

    dengan 100 ml etanol (95%), menggunakan labu bersumbat sambil berkali-kali

    dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian dibiarkan selama 18 jam. Saring

    Universitas Sumatera Utara

  • cepat dengan menghindarkan penguapan etanol, kemudian uapkan 20 ml filtrat

    hingga kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah ditara, panaskan

    residu pada suhu 105C hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam persen sari yang

    larut dalam etanol 95%, dihitung terhadap berat ekstrak awal.

    3.9 Penapisan Fitokimia Ekstrak Daun ubi jalar

    Penapisan fitokimia ekstrak meliputi pemeriksaan senyawa golongan

    alkaloida, flavonoida, glikosida antrakuinon, saponin, tannin dan

    steroida/triterpenoida (Ditjen POM, 1989).

    3.9.1 Pemeriksaan Alkaloida

    Ekstrak Daun ubi jalar ditimbang sebanyak 0,5 g kemudian ditambahkan

    1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan diatas penangas air selama

    2 menit. Dinginkan dan saring. Filtrat dipakai untuk percobaan berikut:

    a. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes larutan pereaksi

    Bouchardat, akan terbentuk endapan berwarna coklat sampai hitam.

    b. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes larutan pereaksi

    Dragendorff, akan terbentuk warna merah atau jingga.

    c. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes larutan pereaksi

    Mayer, akan terbentuk endapan menggumpal berwarna putih atau kuning.

    d. Alkaloida positif jika ada terjadi endapan atau kekeruhan paling sedikit

    dua dari tiga percobaan.

    3.9.2 Pemeriksaan Flavonoid

    Ekstrak Daun ubi jalar ditimbang sebanyak 0,5 g kemudian ditambahkan

    10 ml metanol, refluk selama 10 menit dan disaring dalam keadaan panas. Filtrat

    diencerkan dengan air suling, setelah dingin ditambahkan eter minyak tanah, di

    Universitas Sumatera Utara

  • kocok hati-hati lalu diamkan sebentar. Lapisan metanol diambil dan diuapkan

    pada temperatur 40o

    a. Ambil 1 ml filtrat diuapkan sampai kering, sisa dilarutkan dalam 2 ml etanol

    96% ditambah 0,1 g serbuk Mg dan 10 tetes HCl (p), jika terjadi warna merah

    jingga menunjukkan adanya flavonoid.

    C, sisanya dilarutkan dalam 5 ml etil asetat , saring. Filtratnya

    digunakan untuk uji flavonoida, caranya:

    b. Ambil 1 ml filtrat diuapkan sampai kering, sisa dilarutkan dalam 2 ml etanol

    96% ditambah 0,5 g serbuk Zn dan 2 ml HCl 2 N, diamkan selama 1 menit,

    kemudian ditambah 10 tetes HCl (p), jika dalam waktu 2-5 menit terjadi warna

    merah intensif menunjukkan adanya flavonoida.

    3.9.3 Pemeriksaan Glikosida

    Sebanyak 3 g ekstrak Daun ubi jalar ditambah 30 ml campuran alkohol

    96% dengan air suling (7:3) dan 10 ml asam sulfat 2 N, direfluks selama 1 jam,

    didinginkan dan disaring. Pada 20 ml filtrat ditambahkan 25 ml air suling dan 25

    ml timbal (II) asetat 0,4 M, dikocok, didiamkan 5 menit lalu disaring. Filtrat disari

    dengan 20 ml campuran isopropanol dan kloroform (2:3) dilakukan berulang

    sebanyak tiga kali

    Kumpulkan sari air diuapkan pada suhu tidak lebih dari 50o

    C. Sisa

    dilarutkan dalam 2 ml etanol, masukkan kedalam tabung reaksi selanjutnya

    diuapkan di atas penangas air dan pada sisa ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes

    pereaksi Molish selanjutnya ditambahkan hati-hati 2 ml asam sulfat P melalui

    dinding tabung. Apabila terbentuk cincin ungu pada batas kedua cairan tanda

    adanya glikosida.

    Universitas Sumatera Utara

  • 3.9.4 Pemeriksaan Glikosida Antrakinon

    Sebanyak 0,2 g ekstrak daun ubi jalar ditambah 5 ml asam sulfat 2 N, di

    panaskan sebentar, setelah dingin ditambahkan 10 ml benzena, dikocok dan

    didiamkan, pisahkan lapisan benzena dan disaring. Filtrat berwarna kuning

    menunjukkan adanya antrakinon. Kocok lapisan benzena dengan 2 ml NaOH 2 N,

    diamkan. Lapisan air berwarna merah intensif dan lapisan benzena tidak berwarna

    menunjukkan adanya antrakinon.

    3.9.5 Pemeriksaan Saponin

    Sebanyak 0,5 g ekstrak daun ubi jalar dimasukkan kedalam tabung

    reaksi,ditambahkan 10 ml ml air panas, didinginkan kemudian dikocok selama 10

    detik, jika terbentuk busa setinggi 10 cm yang stabil selama 10 menit dan tidak

    hilang dengan penambahan 1 tetes asam klorida 2 N menunjukkan adanya

    saponin.

    3.9.6 Pemeriksaan Tanin

    Sebanyak 0,5 g ekstrak daun ubi jalar disari dengan 10 ml air suling lalu

    disaring, filtratnya diencerkan dengan air sampai tidak berwarna. Larutan diambil

    sebanyak 2 ml dan ditambahkan 1-2 tetes pereaksi besi (III) klorida 1% b/v. Jika

    terjadi warna biru atau kehitaman menunjukkan adanya tanin.

    3.9.7 Pemeriksaan Steroida/Triterpenoida

    Sebanyak 1 g ekstrak daun ubi jalar dimaserasi dengan 20 ml eter selama

    2 jam, disaring, filtrat diuapkan dalam cawan penguap, pada sisa tambahkan 10

    tetes asam asetat anhidrida dan 1 tetes asam sulfat pekat (pereaksi Liebermann

    Universitas Sumatera Utara

  • Buchard). Apabila terbentuk warna ungu atau merah yang berubah menjadi biru

    hijau menunjukkan adanya steroida/triterpenoida.

    3.10 Penyiapan hewan percobaan

    Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit (galur albino Swiss)

    dengan berat badan 20-30 gram dibagi 8 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5

    ekor. Hewan disesuaikan terlebih dahulu selama 1 minggu dengan lingkungannya.

    Makanan dan minuman selama pemeliharaan dan percobaan diberikan sama

    secara ad libitum. Hewan dipelihara dalam kandang yang memiliki ventilasi baik

    dan kebersihan selalu dijaga, bobot hewan ditimbang dan diamati perilakunya.

    Hewan-hewan yang dinilai sehat ditandai gerakan lincah kenaikan berat badan

    teratur digunakan dalam percobaan.

    3.11 Pembuatan Sediaan Uji

    3.11.1 Sediaan suspensi CMC 0,5%

    Timbang 500 mg CMC kemudian taburkan di atas air panas sebanyak 15

    ml dalam lumpang, dibiarkan selma 15 menit hingga diperoleh massa yang

    transparan, setelah mengembang gerus kuat-kuat sampai terbentuk massa suspensi

    yang homogen, tambahkan air suling ad 100 ml hingga didapatkan konsentrasi

    suspensi CMC 0,5%.

    3.11.2 Pembuatan larutan pembanding Metformin

    Dosis metformin untuk manusia 500 mg per hari, maka dosis untuk mencit

    berat 20 g dikonfersikan = 0,0026 x 500 mg = 1,3 mg. Dosis per kg berat badan =

    1000/20 x 1,3 mg = 65 mg/kg bb.Timbang 65 mg Metformin masukkan dalam

    lumpang ditambahkan CMC 0,5% gerus sampai homogen kemudian cukupkan

    volumenya 10 ml ini disebut suspensi metformin (SMet).

    Universitas Sumatera Utara

  • 3.11.3 Pembuatan larutan Streptozotocin (STZ)

    Sebanyak 55 mg STZ dilarutkan dengan 10 ml akuabides, kemudian

    disuntikkan pada mencit secara intraperitonial dengan dosis 55 mg/kg bb.

    3.11.4 Pembuatan suspensi EnHDUJ, EEADUJ dan EEDUJ.

    Masing- masing ekstrak dibuat suspensi dengan CMC 0,5% dengan dosis

    yang berbeda, dosis 100 mg/kg bb, 200 mg/kg bb dan 300 mg/kg bb. Masing-

    masing dosis ditimbang dan dicampurkan dengan CMC 0,5% sampai homogen

    hingga volume 10 ml. Perhitungan dosis ekstrak seperti pada (Lampiran 12

    halaman 95).

    3.12 Pengujian Farmakologi

    3.12.1 Pengukuran kadar glukosa darah normal mencit

    Sebelum diberikan perlakuan, kadar glukosa darah mencit diukur terlebih

    dahulu, yaitu mencit dipuasakan selama 18 jam. Kemudian berat badan ditimbang

    dan kadar glukosa darah (KGD) puasa diukur dengan cara mengambil darah

    melalui vena bagian ekor dilukai. darah yang keluar disentuhkan pada Glukostrip

    yang sudah dipasangkan pada glukotes. Kemudian angka yang tampil pada layar

    dicatat sebagai kadar glukosa darah (mg/dl) awal.

    3.12.2 Uji pendahuluan

    Uji pendahuluan dilakukan dengan metode tes toleransi glukosa oral

    (TTGO) yaitu pemberian glukosa 10% dengan dosis 1 g/kg bb (Vogel,2008).

    Mencit sehat yang sudah diaklimatisasi dipuasakan selama 18 jam kemudian

    ditimbang berat badan dan diukur kadar glukosa darahnya. Mencit dibagi lima

    Universitas Sumatera Utara

  • kelompok masingmasing kelompok lima ekor. Kelompok 1 kontrol negatif diberi

    (CMC 0,5%), kelompok 2 kontrol positif SMet 65 mg/kg bb, kelompok 3 Sn-

    HDUJ 200 mg/kg bb, kelompok 4 SEEADUJ 200 mg/kg bb dan kelompok 5

    SEEDUJ 200 mg/kg bb. Satu jam kemudian masing masing kelompok diberi

    glukosa 10% dosis 1 g/kg bb, pada menit ke 15, menit 30, 45, 60, 90 dan menit ke

    120 diukur KGD mencit. Kemudian dari hasil KGD yang didapat dianalisis dan

    diambil dua ekstrak yang efek menurunkan KGD lebih besar digunakan untuk

    percobaan selanjutnya.

    3.12.3 Penginduksian Diabetes hewan uji

    Mencit yang akan diinduksi dipuasakan selama 18 jam (air minum tetap

    diberikan), diinjeksi dengan larutan streptozotocin secara intraperitonial dengan

    dosis 55 mg/kg bb. Sebelum diinduksi berat badan dan kadar glukosa darah

    mencit diukur dulu untuk mengetahui berat badan awal dan kadar glukosa darah

    awal. Hari ke-3 diukur kadar glukosa darah mencit, apabila 200 mg/dl sudah

    dianggap diabetes.

    3.12.3 Uji aktivitas antidiabetes SEEADUJ dan SEEDUJ

    Dari hasil uji pendahuluan diambil dua ekstrak yang lebih besar

    khasiatnya dan masing-masing ekstrak dibuat 3 dosis yang berbeda, yaitu dosis

    100 mg/kg bb, 200 mg/kg bb dan 300 mg/kg bb.

    Hewan uji yang digunakan dalam percobaan ini mencit yang sudah

    diinduksi dibagi dalam 8 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 5

    ekor, yaitu:

    a) Kelompok I adalah kelompok mencit diberi CMC 0,5% sebagai kontrol

    negatip.

    Universitas Sumatera Utara

  • b) Kelompok II adalah kelompok mencit yang diberi SMet dosis 65 mg/kg bb

    sebagai kontrol positip.

    c) Kelompok III adalah kelompok uji ekstrak Etil asetat, kelompok yang diberi

    SEEADUJ dosis 100 mg/kg bb.

    d) Kelompok IV adalah kelompok uji ekstrak Etil asetat, kelompok yang diberi

    SEEADUJ dosis 200 mg/kg bb

    e) Kelompok V adalah kelompok uji ekstrak Etil asetat, kelompok yang diberi

    SEEADUJ dosis 300 mg/kg bb.

    f) Kelompok VI adalah kelompok uji ekstrak Etanol, kelompok yang diberi

    SEEDUJ dosis 100 mg/kg bb.

    g) Kelompok VII adalah kelompok uji ekstrak Etanol, kelompok yang diberi

    SEEDUJ dosis 200 mg/kg bb.

    h) Kelompok VIII adalah kelompok uji ekstrak Etanol, kelompok yang diberi

    SEEDUJ dosis 300 mg/kg bb.

    Pemberian perlakuan dimulai setelah hewan uji positif diabetes, ini

    merupakan hari ke-1 perlakuan, setiap dua hari dilakukan pengukuran kadar

    glukosa darah. Pengujian kelompok hewan tersebut selama 2 minggu, pada

    hari ke 3, 5, 7, 9, 11, 13 dan 15.

    3.13 Metode pengambilan darah

    Darah mencit diambil dari ujung ekor, ekor dibersihkan dengan alkohol

    70% kemudian disayat dengan pisau silet dan darah yang keluar ditempelkan

    pada kertas strip glukometer yang sudah terpasang pada alatnya kemudian angka

    yang keluar dilayar alat tersebut dicatat, bekas luka ujung ekor mencit diberi

    alkohol 70%.

    Universitas Sumatera Utara

  • 3.14 Analisis Data

    Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis variansi (ANAVA),

    pada tingkat kepercayaan 95% dan untuk melihat perbedaan yang bermakna antar

    perlakuan digunakan uji rata-rata Duncan. Rancangan analisis data penelitian

    ditunjukan pada Tabel 3.1.

    Tabel 3.1 Rancangan Acak Lengkap

    a. Ekstrak n-Heksana

    Perlakuan

    (t)

    Ulangan (r)

    W0 W1 W2 W3 Wn

    Jumlah

    (T)

    Rataan

    (Y)

    SCMC0,5%

    SEnHDUJ

    SEnHDUJn 1

    SMet

    R0 R1 R2 R3 Rn

    R0 R1 R2 R3 Rn

    R0 R1 R2 R3 Rn

    R0 R1 R2 R3 Rn

    R

    R

    Kontrol

    R

    1

    R

    n

    SCMC 0,5%

    Met

    SEnHDUJ

    SEnHDUJn 1

    SMet

    Jumlah W0 W1 W2 W3 Wn Tij Yij

    SCMC = Suspensi karboksi metil selulose SEnHDUJ = Suspensi Ekstrak n-Heksana Daun Ubi Jalar SMet = Suspensi Metformin b. Ekstrak Etilasetat

    Perlakuan

    (t)

    Ulangan (r)

    W0 W1 W2 W3 Wn

    Jumlah

    (T)

    Rataan

    (Y)

    SCMC0,5%

    SEEADUJ

    SEEADUJn 1

    SMet

    R0 R1 R2 R3 Rn

    R0 R1 R2 R3 Rn

    R0 R1 R2 R3 Rn

    R0 R1 R2 R3 Rn

    R

    R

    Kontrol

    R

    1

    R

    n

    SCMC 0,5%

    Met

    SEEADUJ

    SEEADUJn 1

    SMet

    Jumlah W0 W1 W2 W3 Wn Tij Yij

    SEEADUJ = Suspensi Ekstrak Etilasetat Daun Ubi Jalar

    Universitas Sumatera Utara

  • c. Ekstrak Etanol

    Perlakuan

    (t)

    Ulangan (r)

    W0 W1 W2 W3 Wn

    Jumlah

    (T)

    Rataan

    (Y)

    SCMC0,5%

    SEEDUJ

    SEEDUJn 1

    SMet

    R0 R1 R2 R3 Rn

    R0 R1 R2 R3 Rn

    R0 R1 R2 R3 Rn

    R0 R1 R2 R3 Rn

    R

    R

    Kontrol

    R

    1

    R

    n

    SCMC 0,5%

    Met

    SEEDUJ

    SEEDUJn 1

    SMet

    Jumlah W0 W1 W2 W3 Wn Tij Yij

    SEEDUJ =Suspensi Ekstrak Etanol Daun Ubi Jalar Tabel 3.2 Tabel ANAVA

    Sumber Keragaman

    Derajat Bebas Jumlah Kuadrat

    Kuadrat

    Tengah

    F Hitung F Tabel

    5%

    Perlakuan

    Galat

    Total

    t - 1 = V1

    (rt-1)-(r1)=V2

    rt - 1

    JKP

    JKG

    JKP+JKG

    JKP/V1

    JKG/V2

    KTP/KTG*

    F

    (V1.V2)

    pada tabel

    Keterangan;

    * = Nyata (F Hitung > F Tabel 5%)

    FK = Tij2

    JK Total = T(Tij)

    /rt 2

    JK Perlakuan = TA

    FK 2

    JK Galat = JK Total JK Perlakuan

    /t-FK

    FK = Faktor koreksi

    JK = Jumlah Kuadrat Bebas

    DB = Derajat Bebas

    Universitas Sumatera Utara

  • BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Identifikasi dan Hasil Ekstraksi

    Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan di Laboratorium Herbarium

    Medanense (MEDA) Universitas Sumatera Utara, dipastikan bahwa sampel

    tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ipomoea batatas L Famili

    Convolvulaceae yang dikenal masyarakat dengan nama Ubi jalar (Lampiran 3,

    halaman 74).

    Ekstrak yang diuji dalam penelitian ini diperoleh dari ekstraksi bertingkat

    dengan cara maserasi dari serbuk simplisia daun ubi jalar sebanyak 1500 g. Dari

    proses ekstraksi diperoleh ekstrak n-heksana, ekstrak etilasetat, ekstrak etanol

    yang kemudian dipisahkan dari pelarutnya dengan menggunakan rotary

    evaporator pada suhu 40o

    Masing-masing ekstrak dilakukan karakterisasi yang meliputi pemeriksaan

    kadar air, kadar abu total, kadar abu tidak larut asam, kadar sari larut dalam air

    dan sari larut dalam etanol, perhitunga hasil dapat dilihat di lampiran delapan.

    Hasil karakterisasi dapat dilihat pada Tabel 4.1.

    C sehingga diperoleh ekstrak kental yang kemudian

    dikeringkan dengan menggunakan freeze dryer, sehingga diperoleh 43 g En-

    HDUJ, 49 g EEADUJ, dan 123 g EEDUJ.

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 4.1 Karakterisasi ekstrak

    Parameter En-HDUJ EEADUJ EEDUJ Persyaratan*

    Kadar air (%) 1,99 7,98 9,96 10 Kadar abu total (%) 1,26 1,59 1,44

    Kadar abu tak larut asam (%)

    0,24 0,43 0,32 -

    Kadar sari larut etanol (%)

    36,49 31,4 11,2 -

    Kadar sari larut air (%) 2,05 4,43 41,61 - *= Persyaratan berdasarkan Monograph of Indonesian Medicinal Plant Extracts

    (2004) Selanjutnya hasil penapisan fitokimia terhadap EnHDUJ, EEADUJ dan

    EEDUJ dapat dilihat pada Tabel 4.2.

    Tabel 4.2 Hasil penapisan fitokimia EnHDUJ,EEADUJ dan EEDUJ

    Ekstrak Alkaloid Flavonoid Antrakuinon Saponin Tanin Steroid/

    Triterpen

    EnHDUJ - - - - - - EEADUJ - + - + + - EEDUJ - + - + + -

    4.2 Hasil Uji Pendahuluan

    Mencit sehat yang sudah diaklimatisasi dipuasakan selama 18 jam

    kemudian ditimbang berat badan dan diukur kadar glukosa darahnya. Mencit

    dibagi lima kelompok masingmasing kelompok lima ekor. Kelompok 1 diberi

    larutan SCMC 0,5%, kelompok 2 SMet 65 mg/kg bb, kelompok 3 diberi larutan

    SEn-HDUJ 200 mg/kg bb, kelompok 4 diberi SEEADUJ 200 mg/kg bb dan

    kelompok 5 diberi SEEDUJ 200 mg/kg bb. Satu jam kemudian masingmasing

    Universitas Sumatera Utara

  • kelompok diberi glukosa 10% dosis 1 g/kg bb, pada menit ke 15, menit 30,

    45, 60, 90 dan menit ke 120 diukur KGD mencit.

    Berdasarkan perhitungan statistik terdapat perbedaan yang signifikan antar

    perlakuan dan untuk mengetahui perbedaan signifikan antar perlakuan dilakukan

    uji beda rata-rata Duncan. Hasilnya dapat dilihat pada Gambar 4.1 yang

    menunjukkan bahwa SEEDUJ dan SEEADUJ lebih besar khasiatnya

    dibandingkan SEn-HDUJ.

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 4.1 Grafik pengukuran KGD dengan perlakuan tes toleransi glukosa

    oral setelah perlakuan pada = 0,05; n =5; Rata-rata SD.

    Universitas Sumatera Utara

  • Pada tes toleransi glukosa oral, semua perlakuan menunjukkan penurunan

    kadar glukosa darah mencit yang berbeda-beda. Penurunan KGD yang terbesar

    berturut-turut ditunjukkan oleh pemberian SEEDUJ>SEEADUJ>SMet>SEn-

    HDUJ>SCMC. Berdasarkan hasil tersebut maka untuk pengujian selanjutnya

    dilakukan terhadap dua suspensi yang mempunyai kemampuan menurunkan KGD

    lebih besar. Kedua suspensi tersebut adalah SEEDUJ dan SEEADUJ.

    4.3 Hasil Uji aktivitas antidiabetes SEEADUJ dan SEEDUJ

    Mencit yang akan diinduksi STZ dibagi 8 kelompok perlakuan, kelompok

    kontrol negatif yang diberi suspensi Na-CMC 0,5%, kelompok kontrol positif

    yang diberi suspensi metformin dosis 65 mg/kg bb, kelompok uji dibagi atas 3

    kelompok dengan masing-masing dibagi atas 3 variasi dosis perlakuan (suspensi

    EEADUJ dosis 100 mg/kg bb, dosis 200 mg/kg bb, dan dosis 300 mg/kg bb;

    suspensi EEDUJ dosis 100 mg/kg bb, dosis 200 mg/kg bb, dan dosis 300 mg/kg

    bb). Pemberian perlakuan dimulai setelah hewan uji positif diabetes (hari ke-1)

    Setiap hari diberi bahan uji dan ditimbang berat badan setiap selang dua hari

    dilakukan pengukuran kadar glukosa darah selama dua minggu yaitu pada hari ke

    1, 3, 5, 7, 9, 11, 13 dan 15.

    Pada hari ke-3 mulai terjadi penurunan KGD dibandingkan dengan hari

    ke-1, kecuali kontrol negatif terjadi kenaikkan KGD. Kontrol positif terjadi

    penurunan KGD sebesar 99,2 mg/dl; EEDUJ 100 mg/kg bb 1,2 mg/dl; EADUJ

    100 mg/kg bb 21,8 mg/dl; EEDUJ 200 mg/kg bb 74,2 mg/dl; EADUJ 200 mg/kg

    bb 103,2 mg/dl; EEDUJ 300 mg/kg bb 145 mg/dl; EADUJ 300 mg/kg bb 7,2

    mg/dl; Penurunan KGD rata-rata terbesar terjadi pada EEDUJ 300 mg/kg bb,

    Universitas Sumatera Utara

  • kemudian EADUJ 200 mg/kg bb dan kontrol positif, yang terkecil penurunan

    pada EEDUJ 100 mg/kg bb.

    Dibandingkan hari ke-3, hari ke-5 terjadi perubahan KGD rata-rata

    sebagai berikut: Kontrol negatif terjadi kenaikkan KGD 0,8 mg/dl; kontrol positip

    terjadi penurunan KGD sebesar 11,2 mg/dl; EEDUJ 100 mg/kg bb 95,6 mg/dl;

    EADUJ 100 86,6 mg/dl; EEDUJ 200 mg/kg bb 128 mg/dl; EADUJ 200 mg/kg bb

    76,8 mg/dl; EEDUJ 300 mg//kg bb 45,4 mg/dl; EADUJ 300 mg/kg bb 83 mg/dl.

    Pada hari ke-5 penurunan KGD terbesar pada EEDUJ 200 mg/kg bb, EADUJ 100

    mg/kg bb, EEDUJ 100 mg/kg bb dan yang paling terkecil pada kontrol positif.

    Hasil penurunan KGD pada hari ke-7 dibandingkan hari ke-5 sebagai

    berikut; kontrol negatif terjadi penurunan KGD 22,6 mg/dl; sedangkan kontrol

    positif penurunan 84,4 mg/dl; EEDUJ 100 mg/kg bb 80,2 mg/dl; EADUJ 100

    mg/kg bb 79,2 mg/dl; EEDUJ 200 mg/kg bb 31,8 mg/dl; EADUJ 200 mg/kg bb

    21 mg/dl; EEDUJ 300 mg/kg bb 40,4 mg/dl; EADUJ 300 mg/kg bb 19,8 mg/dl.

    Pada hari ke-7 penurunan KGD terbesar tejadi pada kontrol positif, EEDUJ 100

    mg/kg bb dan EADUJ 100 mg/kg bb. Sedangkan yang terkecil pada EADUJ 300

    mg/kg bb.

    Hari ke-9 di bandingkan hari ke-7 kontrol negatif mengalami kenaikkan

    KGD sebesar 14,60 mg/dl; sedangkan kontrol positif terjadi penurunan KGD

    rata-rata sebesar 2,4 mg/dl; EEDUJ 100 mg/kg bb 5,4 mg/dl; EADUJ 100 mg/kg

    bb 7mg/dl; EEDUJ 200 mg/kg bb 5,4 mg/dl; EADUJ 200 mg/kg bb 8,6 mg/dl;

    EEDUJ 300 mg/kg bb 21,4 mg/dl; EADUJ 300 mg/kg bb 36,4 mg/dl. Penurunan

    yang terbesar pada hari ke sembilan yaitu pada EADUJ 300 mg/kg bb; EADUJ

    200 mg/kg bb; sedangkan yang terkecil pada kontrol positif.

    Universitas Sumatera Utara

  • Pada hari ke-11 dibandingkan hari ke-9 kontrol negatif naik 16,2 mg/dl

    kontrol positif turun 1 mg/dl EEDUJ 100 mg/kg bb 38,2 mg/dl; EADUJ 100

    mg/kg bb 18,8 mg/dl; EEUDJ 200 mg/kg bb 2 mg/dl; EAUDJ 200 mg/kg bb 24,8

    mg/dl; EEDUJ 300 mg/kg bb 4 mg/dl; EADUJ 300 mg/kg bb 5,6 mg/dl.

    Perbedaan penurunan KGD terbesar terjadi pada EEDUJ 100 mg/kg bb; EADUJ

    200 mg/kg bb; EADUJ 100 mg/kg bb. Sedangkan yang terkecil pada EEDUJ 200

    mg/kg bb.

    Pada hari ke-13 di banding hari ke-11 kontrol negatif terjadi kenaikkan

    KGD sebesar 5 mg/dl kontrol positif penutunan KGD sebesar 10 mg/dl; EEDUJ

    100 mg/kg bb 3 mg/dl; EADUJ 100 mg/kg bb 2,8 mg/dl; EEDUJ 200 mg/kg bb

    3,2 mg/dl; EADUJ 200 mg/kg bb 1,6 mg/dl; EEDUJ 300 mg/kg bb 3,4 mg/dl;

    EADUJ 300 mg/kg bb 8,4 mg/dl. Penurunan terbesar pada hari ke-13 adalah pada

    kontrol positif EADUJ 300 mg/kg bb dan yang terkecil EADUJ 200 mg/kg bb.

    Hari ke-15 di bandingkan hari ke-13 kontrol negatif mengalami kenaikkan

    15,2 mg/dl; kontrol positif terjadi penurunan 0,4 mg/dl; EEDUJ 100 mg/kg bb 1,6

    mg/dl; EADUJ 100 mg/kg bb 3 mg/dl; EEDUJ 200 mg/kg bb 4,2 mg/dl; EADUJ

    200 mg/kg bb 3,4 mg/dl; EEDUJ 300 mg/kg bb 1 mg/dl; EADUJ 300 mg/kg bb

    12,8 mg/dl. Terjadi penurunan terbesar pada EEDUJ 300 mg/kg bb, EADUJ 200

    mg/kg bb dan EADUJ 100 mg/kg bb.

    Pemberian suspensi EEDUJ dan suspensi EEADUJ dapat menurunkan

    KGD mencit sama dengan efek yang dihasilkan oleh suspensi metformin dosis 65

    mg/kg bb. SEEADUJ 200 mg/kg bb, SEEDUJ 200 mg/kg bb pada hari ke 5 KGD

    mencit turun cukup besar, sedangkan pada hari ke 7 SEADUJ 200 mg/kg bb pada

    grafik nampak sudah mendatar jadi tidak terjadi penurunan KGD; SEADUJ 100

    Universitas Sumatera Utara

  • mg/kg bb, SEEDUJ 200 mg/kg bb, SMet 65 mg/kg bb dan SEEDUJ 300 mg/kg

    bb KGD turun pada titik yang hampir sama.

    Setelah dihitung penurunan KGD dari keempat sampel tersebut dari hari

    ke 1 dengan hari ke 7 diperoleh bahwa EEDUJ 300 mg/kg bb turun sebesar 231

    mg/dl; metformin 65 mg/kg bb turun sebesar 195 mg/dl; EEDUJ 200 mg/kg bb

    turun sebesar 234 mg/dl dan EEADUJ 100 mg/kg bb turun sebesar 197 mg/dl;

    dibandingkan dengan besar dosis pemakaiannya, kekuatan penurunan KGD

    sebagai berikut, metformin 65 mg/kg bb > EEADUJ 100 mg/kg bb > EEDUJ 200

    mg/kg bb > EEDUJ 300 mg/kg bb; EEADUJ 100 mg yang paling mendekati

    kekuatan efek metformin 65 mg/kg bb; sedangkan dilihat dari hasil statistik

    keempat sampel ini hasilnya sama, hal ini disebabkan cara kerja penyarian dengan

    cara ekstraksi bertingkat yaitu penyarian dengan berturut-turut n-heksana (non

    polar), etilasetat (semi polar) dan etanol (polar), jadi zat yang harusnya tertarik

    dengan etanol sebagian besar sudah tertarik ke dalam etilasetat sehingga zat

    berkasiat yang terdapat dalam etilasetat lebih banyak. Kemudian pada hari ke 9

    SEADUJ 100 mg/kg bb, SEEDUJ 200 mg/kg bb, SMet 65 mg/kg bb pada grafik

    nampak mendatar artinya sudah tidak terjadi penurunan KGD, sedangkan pada

    SEEDUJ 300 mg/kg bb masih terjadi penurunan KGD. ini berarti zat yang

    terdapat pada SEEDU 300 mg/kg bb masih menimbulkan efek dan mempunyai

    waktu paruh yang panjang (Gan, 2007). Penurunan KGD (Gambar 4.2).

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 4.2 Grafik pengukuran KGD dengan perlakuan penginduksian STZ

    pada = 0,05; n =5; Rata-rata SD

    Universitas Sumatera Utara

  • Hari ke-1

    Pada hari ke-1, semua kelompok perlakuan menunjukkan KGD berkisar

    305 mg/dl sampai 345 mg/dl, ini berarti hewan uji positif diabetes. Data KGD

    dapat dilihat pada (Gambar 4.3 dan Tabel 4.3).

    .

    Gambar 4.3 Grafik penurunan KGD pmencit pada hari ke-1 pada = 0,05; n =

    5; Rata-rata SD.

    Hari ke1

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 4.3 Hasil uji beda rata-rata duncan terhadap KGD mencit pada hari ke-1

    Perlakuan N Subset = 0,05

    1

    Duncana Kontrol Positif Metformin 65 mg/kg bb

    5 305,4000

    EEADUJ 100 mg/kg bb 5 313,8000

    Kontrol Negatif CMC 0.5 % 5 319,6000

    EEDUJ 100 mg/kg bb 5 320,2000

    EEADUJ 300 mg/kg bb 5 324,6000

    EEDUJ 300 mg/kg bb 5 338,4000

    EEDUJ 200 mg/kg bb 5 345,2000

    EEADUJ 200 mg/kg bb 5 345,6000

    Sig. 0,067

    Hari ke-3

    Penurunan KGD mencit mulai terlihat pada hari ke-3, pada mencit yang

    diberikan SEEDUJ dan SEEADUJ, hal ini disebabkan karena kerusakan pankreas

    mencit berlangsung sedikit demi sedikit dan dosis streptozotocin yang diperlukan

    untuk menginduksi diabetes tergantung pada spesies hewan, rute pemberian dan

    status gizi

    . Berdasarkan perhitungan statistik pada hari ke-3 terdapat perbedaan

    yang signifikan antar perlakuan dan untuk mengetahui perbedaan yang bermakna

    antar perlakuan dilakukan uji beda rata-rata Duncan. Hasilnya dapat dilihat pada

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 4.4 dan Tabel 4.4. Berdasarkan Tabel 4.4 penurunan KGD mencit

    dengan pemberian SEEDUJ dosis 300 mg/kg bb dan SEEADUJ 200 mg/kg bb

    tidak memberikan perbedaan yang bermakna terhadap kontrol positif. Hal ini

    dapat disebabkan karena kandungan zat berkhasiat dari SEEDUJ dosis 300 mg/kg

    bb dan SEEADUJ 200 mg/kg bb mempunyai efek yang sama dengan metformin

    dalam menurunkan KGD mencit. SEEDUJ dosis 100 mg/kg bb, SEEDUJ dosis

    200 mg/kg bb, SEEADUJ dosis 100 mg/kg bb dan SEEADUJ dosis 300 mg/kg bb

    menunjukkan perbedaan yang nyata dengan kontrol positif menurunkan KGD

    mencit.

    Penurunan KGD mencit terkecil terjadi pada pemberian SEEDUJ dosis

    100 mg/kg bb dan penurunan terbesar pada pemberian SEEDUJ dosis 300 mg/kg

    bb.

    Gambar 4.4 Grafik penurunan KGD mencit hari ke-3 pada = 0,05; n = 5;

    Rata-rata SD; *Sig vs Kontrol Positif; # Tidak Sig vs Kontrol Positif

    #

    *

    # # # *

    *

    #

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 4.4 Hasil uji beda rata-rata duncan terhadap KGD mencit pada hari ke-3.

    Perlakuan N Subset = 0,05

    1 2 3 4 5 Duncana EEDUJ

    300 mg/kg bb 5 1,9340E2

    Kontrol Positif Metformin 65 mg/kg bb

    5 2,0620E2 2,0620E2

    EEADUJ 200 mg/kg bb 5

    2,4240E2 2,4240E2

    EEDUJ 200 mg/kg bb 5

    2,7100E2 2,7100E2

    EEADUJ 100 mg/kg bb

    5

    2,9200E2 2,9200E2

    EEADUJ 300 mg/kg bb

    5

    3,1740E2 3,1740E2

    EEDUJ 100 mg/kg bb 5

    3,1980E2 3,1980E2

    Kontrol Negatif CMC 0.5 %

    5

    3,2340E2

    Sig. 0,578 0,122 0,219 0,057 0,218

    Universitas Sumatera Utara

  • Hari ke-5

    Berdasarkan analisis statistik terhadap penurunan KGD pada hari ke-5

    menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antar perlakuan, dapat dilihat

    pada Gambar 4.5. Untuk mengetahui perbedaan yang bermakna antar perlakuan,

    dilakukan uji rata-rata Duncan, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.5. Berdasarkan

    Gambar 4.5 dan Tabel 4.5 pemberian SEEDUJ dosis 200 mg/kg bb, SEEDUJ

    dosis 300 mg/kg bb dan SEEADUJ dosis 300 mg/kg bb menunjukkan penurunan

    KGD yang berbeda nyata dibanding kontrol positif. Sedangkan pemberian

    SEEDUJ 100 mg/kg bb, SEEADUJ 100 mg/kg bb dan SEEADUJ 200mg/kg bb

    tidak berbeda nyata dengan kontrol positif.

    Gambar 4.5 Grafik penurunan KGD mencit hari ke-5 pada = 0,05; n = 5;

    Rata-rata SD; *Sig vs Kontrol Positif; #Tidak Sig vs Kontrol Positif.

    * #

    #

    #

    * *

    # *

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 4.5 Hasil uji beda rata-rata duncan terhadap KGD mencit pada hari ke-5.

    Perlakuan N

    Subset = 0,05 1 2 3 4 5 Duncana EEDUJ

    200 mg/kg bb 5 1,4300E2

    EEDUJ 300 mg/kg bb 5 1,4800E2

    EEADUJ 200 mg/kg bb 5 1,6560E2 1,6560E2

    Kontrol Positif Metformin 65 mg/kg bb

    5

    1,9500E2 1,9500E2

    EEADUJ 100 mg/kg bb 5

    1,9540E2 1,9540E2

    EEDUJ 100 mg/kg bb 5

    2,2420E2 2,2420E2

    EEADUJ 300 mg/kg bb 5

    2,3440E2

    Kontrol Negatif CMC 0.5 %

    5

    3,2420E2

    Sig. 0,154 0,062 0,067 9,491 1,000

    Universitas Sumatera Utara

  • Hari ke-7

    Penurunan KGD mencit hari ke-7 terkecil terjadi pada pemberian

    SEEADUJ dosis 300 mg/kg bb dan penurunan terbesar pada pemberian SEEUDJ

    dosis 300 mg/kg bb. Penurunan KGD mencit pada hari ke-7 dapat di lihat pada

    Gambar 4.6 dan Tabel 4.6 terdapat perbedaan yang signifikan antar perlakuan.

    Hasil uji beda rata-rata duncan pada hari ke-7 pemberian SEEDUJ dosis

    200 mg/kg bb, SEEDUJ dosis 300 mg/kg bb dan SEEADUJ dosis 100 mg/kg bb

    tidak berbeda nyata dengan kontrol positif, dan pemberian SEEDUJ dosis 100

    mg/kg bb, SEEADUJ dosis 200 mg/kg bb dan SEEADUJ dosis 300 mg/kg bb

    menunjukkan adanya perbedaan yang nyata terhadap kontrol positif.

    Gambar 4.6 Grafik penurunan KGD mencit hari ke- 7 pada = 0,05; n = 5;

    Rata-rata SD; *Sig vs Kontrol Positif; #tidak Sig vs Kontrol Positif.

    #

    * # *

    * #

    #

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 4.6 Hasil Uji Beda Rata-Rata Duncan terhadap KGD mencit pada hari

    ke-7.

    Perlakuan N

    Subset = 0,05 1 2 3 4 Duncana EEDUJ 300 mg/kg bb 5 1,0760E2

    Kontrol Positif Metformin 65 mg/kg bb

    5 1,1060E2

    EEDUJ 200 mg/kg bb 5 1,1120E2 EEADUJ 100 mg/kg bb 5 1,1620E2 1,1620E2

    EEDUJ 100 mg/kg bb 5 1,4400E2 1,4400E2 EEADUJ 200 mg/kg bb 5

    1,4460E2 1,4460E2

    EEADUJ 300 mg/kg bb 5

    1,5460E2

    Kontrol Pegatif CMC 0.5 % 5

    3,0160E2

    Sig. 0,577 0,060 0,476 1,000

    Universitas Sumatera Utara

  • Hari ke-9

    Penurunan KGD mencit hari ke-9 terkecil terjadi pada pemberian

    SEEDUJ dosis 100 mg/kg bb dan penurunan terbesar pada pemberian SEEDUJ

    dosis 300 mg/kg bb, ditunjukkan pada Gambar 4.7 dan Tabel 4.7.

    Berdasarkan analisis statistik adanya perbedaan yang signifikan antar

    perlakuan, dan untuk mengetahui perbedaan yang bermakna antar perlakuan

    dilakukan uji rata-rata duncan. Pada Tabel 4.7 tampak bahwa pemberian SEEDUJ

    dosis 200 mg/kg bb, SEEDUJ dosis 300 mg/kg bb, SEEADUJ dosis 100 mg/kg

    bb dan SEEADUJ dosis 300 mg/kg bb tidak berbeda nyata dengan kontrol positif

    dalam menurunkan KGD mencit. Sedangkan, pemberian SEEDUJ dosis 100

    mg/kg bb dan SEEADUJ dosis 200 mg/kg bb berbeda nyata dengan kontrol

    positif dalam menurunkan KGD mencit.

    Gambar 4.7 Grafik penurunan KGD mencit hari ke- 9 pada = 0,05; n = 5; Rata-rata SD; *Sig vs Kontrol Positif; #Tidak Sig vs Kontrol Positif.

    * #

    * *

    # *

    #

    *

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 4.7 Hasil Uji Rata-Rata Duncan terhadap KGD mencit pada hari ke-9.

    perlakuan N Subset = 0,05

    1 2 3 4 Duncana EEDUJ

    300 mg/kg bb

    5 86,2000

    EEDUJ 200 mg/kg bb 5 105,8000 105,8000

    Kontrol Positif Metformin 65 mg/kg bb 5 108,2000 108,2000

    EEADUJ 100 mg/kg bb 5 109,2000 109,2000

    EEADUJ 300 mg/kg bb 5 118,2000 118,2000

    EEADUJ 200 mg/kg bb 5 136,0000

    EEDUJ 100 mg/kg bb 5 138,6000

    Kontrol Negatif CMC 0.5 % 5 316,2000

    Sig. 0,099 0,371 0,130 1,000

    Universitas Sumatera Utara

  • Hari ke-11.

    Penurunan KGD mencit pada hari ke-11 terkecil terjadi pada pemberian

    SEEADUJ dosis 300 mg/kg bb dan penurunan terbesar pada pemberian SEEDUJ

    dosis 300 mg/kg bb. Penurunan kadar glukosa darah mencit pada hari ke-11

    ditunjukkan pada Gambar 4.8 dan Tabel 4.8.

    Gambar 4.8 Grafik penurunan KGD mencit hari ke- 11 pada = 0,05; n = 5;

    Rata-rata SD, *Sig vs Kontrol Positif; #Tidak Sig vs Kontrol Positif.

    Berdasarkan analisis statistik menunjukkan adanya perbedaan yang

    signifikan antar perlakuan, dan untuk mengetahui perbedaan yang bermakna antar

    perlakuan dilakukan uji rata-rata Duncan. Pada Tabel 4.8 dan Gambar 4.14 semua

    perlakuan tidak berbeda nyata dengan kontrol positif dalam menurunkan KGD

    mencit.

    * *

    * * *

    *

    *

    #

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 4.8 Hasil Uji Rata-Rata Duncan terhadap KGD mencit pada hari ke-11.

    Perlakuan N Subset = 0,05

    1 2 3 Duncan EEDUJ 300 mg/kg bb a 5 82,2000

    EEADUJ 100 mg/kg bb 5 90,4000 90,4000 EEDUJ 100 mg/kg bb 5 100,4000 100,4000 EEDUJ 200 mg/kg bb 5 103,8000 103,8000 Kontrol Positif Metformin 65 mg/kg bb 5 107,2000 107,2000

    EEADUJ 200 mg/kg bb 5 111,2000 EEADUJ 300 mg/kg bb 5 112,6000 Kontrol Negatif CMC 0.5 % 5 332,4000 Sig. 0,062 0,103 1,000

    Universitas Sumatera Utara

  • Hari ke-13.

    Penurunan KGD mencit hari ke-13 terkecil terjadi pada pemberian

    SEEADUJ dosis 200 mg/kg bb dan penurunan terbesar pada pemberian SEEDUJ

    dosis 300 mg/kg bb. Berdasarkan analisis statistik, penurunan KGD mencit pada

    hari ke-13, semua perlakuan tidak berbeda nyata dengan kontrol positif dalam

    menurunkan KGD mencit. Gambar 4.9 dan Tabel 4.9.

    Gambar 4.9 Grafik penurunan KGD mencit hari ke- 13 pada = 0,05; n = 5;

    Rata-rata SD; *Sig vs Kontrol Positif; #Tidak Sig vs Kontrol Positif.

    * * * * *

    * *

    #

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 4.9 Hasil Uji Rata-Rata Duncan terhadap KGD mencit pada hari ke-13.

    Perlakuan N

    Subset = 0,05

    1 2 3

    Duncana EEDUJ 300 mg/k bb 5 85,6000

    EEADUJ 100 mg/kg bb 5 87,6000 87,6000 Kontrol Positif Metformin 65 mg /kg bb 5 97,2000 97,2000

    EEDUJ 200 mg/kg bb 5 100,6000 100,6000 EEDUJ 100 mg/kg bb 5 103,4000 103,4000 EEADUJ 300 mg/kg bb 5 104,2000 104,2000 EEADUJ 200 mg/kg bb 5 109,6000 Kontrol Negatif CMC 0.5 % 5 337,4000 Sig. 0,101 0,053 1,000

    Universitas Sumatera Utara

  • Hari ke-15.

    Penurunan KGD mencit hari ke-15 terkecil terjadi pada pemberian

    SEEADUJ dosis 300 mg/kg bb dan penurunan terbesar pada pemberian SEEDUJ

    dosis 300 mg/kg bb.

    Pada Gambar 4.10 dan Tabel 4.10, berdasarkan analisis statistik,

    penurunan KGD mencit pada hari ke-15, semua perlakuan tidak berbeda nyata

    dengan kontrol positif dalam menurunkan KGD mencit. Pada penelitian ini

    Perlakuan dihentikan pada hari ke-15 karena setelah hari tersebut mencit sudah

    hipoglikemik.

    Gambar 4.10 Grafik penurunan KGD mencit hari ke- 15 pada = 0,05; n = 5;

    Rata-rata SD; *Sig vs Kontrol Positif; #Tidak Sig vs Kontrol Positif.

    * *

    *

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 4.10 Hasil Uji Rata-Rata Duncan terhadap KGD mencit pada hari ke-15.

    Perlakuan N

    Subset = 0,05 1 2 3 Duncan EEDUJ 300 mg/kg bb a 5 84,6000

    EEADUJ 100 mg/kg bb 5 90,6000 EEDUJ 200 mg/kg bb 5 96,4000 96,4000 Kontrol Positif Metformin 65 mg/kg bb

    5 96,8000 96,8000

    EEDUJ 100 mg/kg bb 5 101,8000 101,8000 EEADUJ 200 mg/kg bb 5 106,2000 106,2000 EEADUJ 300 mg/kg bb 5 117,0000 kontrol negatif CMC 0.5 % 5 352,6000 Sig. 0,088 0,098 1,000

    Semua data di atas digunakan untuk menentukan dosis yang paling kuat

    dan menentukan waktu yang paling cepat menurunkan KGD mencit maka

    dilakukan perbandingan penurunan KGD untuk masing-masing waktu

    pengukuran KGD mencit. Hasilnya dapat dilihat Gambar 4.11.

    Berdasarkan Grafik 4.11 dapat dilihat bahwa yang paling besar

    menurunkan KGD mencit adalah pemberian SEEDUJ dosis 300 mg/kg bb dimana

    pada hari ke-3, hari ke-5, hari ke-7, hari ke-9, hari ke-11, hari ke-13 dan hari ke-

    15 secara berurutan menunjukkan penurunan KGD mencit sebesar 193,40 mg/dl;

    148,00 mg/dl; 107,60 mg/dl; 86,20 mg/dl; 82,20 mg/dl; 85,60 mg/dl dan 84,60

    mg/dl.

    Hasil penelitian yang diperoleh dari Gambar 4.11 bahwa EEDUJ dan

    EEADUJ memiliki efek antidiabetes, hal ini didukung oleh adanya kandungan

    kimia yang terdapat didalam ekstrak yaitu saponin dan flavonoid karena

    berdasarkan hasil penelitian menyebutkan bahwa senyawa-senyawa yang

    Universitas Sumatera Utara

  • berkhasiat sebagai antidiabetes adalah senyawa saponin (Masayuki, et al., 1998)

    juga adanya senyawa lain seperti flavon (flavonoid) (Sato, et al., 2002).

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 4.11 Grafik penurunan KGD mencit untuk setiap waktu setelah perlakuan = 0,05; n = 5; Rata-rata SD

    Universitas Sumatera Utara

  • BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan ahwa:EEDUJ

    dan EEADUJ mempunyai aktivitas antidiabetes pada mencit yang diinduksi dengan

    STZ.

    a. Suspensi EEADUJ 100 mg/kg bb mempunyai efek KGD paling besar.

    b. Suspensi EEDUJ 300 mg/kg bb mempunyai efek kerja yang paling panjang

    Data yang diperoleh dari penelitian dianalisis secara ANAVA dan dilanjutkan

    dengan metode Duncan /phasilnya sebagai berikut:

    a. Pada hari ke-1 semua kelompok perlakuan positif diabetes dimana KGD mencit

    berkisar antara 305 mg/kg bb sampai 345 mg/kg bb.

    b. Pada hari ke-3 terjadi reaksi atau efek menurunkan KGD pada EEDUJ 200

    mg/kg bb, EEADUJ 200 mg/kg bb, EEDUJ 300 mg/kg bb dan untuk EEDUJ

    300 mg/kg bb dan EEADUJ 200 mg/kg bb sudah menunjukkan efek yang sama

    dengan metformin 65 mg/kg bb.

    c. Pada hari ke-5 semua perlakuan sudah menimbulkan efek penurunan KGD

    mencit.

    d. Pada hari ke 15 semua perlakuan EEDUJ 300 mg/kg bb, EEADU 100 mg/kg bb,

    EEDUJ 200 mg/kg bb, EEDUJ 100 mg/kg bb, EEADU 200 mg/kg bb dan

    EEADUJ 300 mg/kg bb menunjukkan efek antidiabetes yang sama dengan

    kontrol positif metformin 65 mg/kg bb, EEDUJ 300 mg/kg bb dan EEADUJ 100

    mg/kg bb berbeda nyata dengan EEADUJ 300 mg/kg bb.

    Universitas Sumatera Utara

  • 5.2 Saran

    Berdasarkan kesimpulan di atas, disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk

    meneliti lebih lanjut kandungan senyawa aktif dari EEDUJ dan EEADUJ yang

    berkhasiat sebagai antidiabetes dan menguji toksisitasnya.

    Universitas Sumatera Utara