Download - Data Trakeostomi

Transcript
Page 1: Data Trakeostomi

Trakeostomi ; Penanganan Obstruksi Jalan Nafas

I. PENDAHULUANTrakeostomi adalah pembuatan lubang dinding anterior trakea untuk

mempertahankan jalan nafas atau tindakan membuat stoma agar udara

dapat masuk kedalam paru-paru dengan memitas jalan nafas atas untuk

mengatasi asfiksi apabila ada gangguan lalu lintas udara pernafasan.1,2,3

Trakeostomi pertama kali dikemukakan oleh Aretacus dan Galen pada

abad pertama dan kedua sesudah Masehi. Walaupun tehnik ini

dikemukakan berulang kali setelah itu, tetapi orang pertama yang

diketahui secara pasti melakukan tindakan itu adalah Antonio Brasavola

pada tahun 1546. Prosedur ini disebut dengan berbagai istilah, antara lain

laringotomi dan bronkotomi sampai istilah trakeotomi diperkenalkan oleh

Heister pada tahun 1718. Pipa trakeostomi yang pertama dengan kanul

diperkenalkan oleh Gorge Martinedi Inggris kira-kira tahun 1730 untuk

menghindari sumbatan pipa pasca bedah.2

Trakeostomi dapat menyelamatkan jiwa penderita yang mengalami

obstruksi saluran nafas diatas trakea dan tidak dapat diatasi dengan cara

lain, misalnya intubasi. Trakeostomi juga dilakukan pada penderita yang

memerlukan bantuan pernafasan buatan untuk waktu yang lama dan

memerlukan pertolongan pembersihan jalan nafas yang memadai.Saat ini,

diberbagai pusat, intubasi dilakukan pada kasus-kasus darurat, jika tuba

dianggap dapat dilepaskan dalam satu minggu. Setelah 72 jam apabila

tuba masih dibutuhkan barulah dilakukan trakeostomi.1,4

II. ANATOMI TRAKTUS RESPIRATORIUS

Saluran napas bagian atas

Hidung memiliki peranan yang sangat penting pada saluran napas bagian

atas. Ketika udara masuk melalui hidung, partikel-partikel debu dan

kotoran akan difiltrasi.Membran mukosa nasofaring selanjutnya akan

menyaring udara tersebut, menghangatkan, dan melembabkannya.5

Page 2: Data Trakeostomi

Udara inspirasi akan turun melalui orofaring ke laringofaring kemudian

melewati faring di mana plica vocalis berada. Laring terletak di atas

trakea. Ketika seseorang menghirup udara, plica vocalis terbuka,

memungkinkan udara untuk melewati trakea dengan bebas.5

Trakea berakhir pada percabangan bronkus utama kiri dan kanan yang

masuk ke paru-paru. Tiap-tiap bronkus masuk melalui hilus (tempat di

mana pembukuh darah, nervus, dan lain-lain keluar masuk organ).

Bronkus kanan lebih pendek, lebih lebar, dan lebih vertikaldaripada

bronkus kiri.5

Gambar 1. Saluran Nafas Bagian Atas (dikutip dari kepustakaan no.6)

Saluran napas bagian bawah

Segera setelah memasuki paru-paru kiri dan kanan, bronkus

bercabangmenjadi bagian-bagian yang kecil atau bronkus sekunder yang

memasuki masing-masing lobus ( tiga lobus di kanan dan dua lobus di

kiri). Bronkus sekunder ini kemudian bercabang lagi menjadi bagian yang

lebih kecil atau bronkiolus. Secara structural, bronkus sangat mirip

dengan trakea. Dindingnya memiliki cincin-cincin kartilago dan dilapisi

membrane mukosa bersilia.5

Page 3: Data Trakeostomi

Gambar 2. Saluran Nafas Bagian Bawah (dikutip dari kepustakaan no.5)

Paru-paru merupakan organ pernapasan sebenarnya di mana gas-gas

dalam darah dan udara bertukar. Paru-paru kanan memiliki tiga lobus dan

paru-paru kiri memilki dua lobus. Setiap lobus kemudian terbagi lagi

menjadi lobulus. Lobulus memiliki bentuk dan ukuran yang ireguler, tapi

lobulus mendapat suplai udara dari bronkiolus. Ketika memasuki lobulus,

bronkiolus bercabang-cabang menjadi bagian yang sangat kecil yang

disebut bronkiolus terminal yang selanjutnya mencapai unit fungsional

paru-paru yaitu alveolus. Di sinilah terjadi pertukaran oksigen dan

karbondioksida.5

Gambar 3. Pertukaran O2 dan co2 di alveoli (dikutip dari kepustakaan

no.5)

Page 4: Data Trakeostomi

FISIOLOGI PERNAFASAN

Saluran pernafasan dari hidung sampai ke bronkeolus dilapisi oleh

membrean mukosa bersilia. Ketika udara masuk ke rongga hidung, udara

disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Ketiga proses ini merupakan

fungsi utama dari mukosa respirasi.7

Gambar 4. Sistem Pernapasan (dikutip dari kepustakaan 7)

Udara mengalir dari faring menuju laring atau kotak suara. Laring terdiri

dari rangkaian cincin tulang rawanyang dihubungkan oleh otot otot dan

mengandung pita suara. Ruang berbentuk sigitiga diantara pita suara

yaitu glotis bermuara kedalam trakea dan membentuk bagian atas dari

saluran pernafasan atas dan bawah. Glotis merupakan pemisah antara

saluran nafas atas dan bawah. Meskipun laring terutama dianggap

berhubungan dengan fonasi, tetapi fungsinya sebagai organ pelindung

jauh lebih penting.7

Pada waktu menelan gerakan laring ke atas, penutupan glotis dan fungsi

seperti pintu dari epiglottis yang berbentuk daun pada pintu masuk laring,

berperan untuk mengarahkan makanan dan cairan masuk kedalam

Page 5: Data Trakeostomi

esophagus. Jika benda asing masih mampu melampaui glotis, fungsi batuk

yang dimiliki laring akan membantu menghalau benda dan secret dari

saluran nafas bagian bawah.7

Trakea disokong oleh cincin tulang rawan berbentuk seperti sepatu kuda

yang panjangnya kurang lebih 12,5 cm. Struktur trakea dan bronkus

digolongkan denga sebuah pohon dan oleh karena itu dinamakan pohon

trakeobronkial. Trakea merupakan tabung berongga yang disokong oleh

cincin kartilago. Trakea berawal dari kartilago krikoid yang berbentuk

cincin stempel dan meluas ke anterior pada esofagus, turun ke dalam

thoraks di mana ia membelah menjadi dua bronkus utama pada karina.

Pembuluh darah besar pada leher berjalan sejajar dengan trakea di

sebelah lateral dan terbungkus dalam selubung karotis. Kelenjar tiroid

terletak di atas trakea di sebelah depan dan lateral. Ismuth melintas

trakea di sebelah anterior, biasanya setinggi cincin trakea kedua hingga

kelima. Saraf laringeus rekuren terletak pada sulkus trakeoesofagus. Di

bawah jaringan subkutan dan menutupi trakea di bagian depan adalah

otot-otot supra sternal yang melekat pada kartilago tiroid dan hyoid.1,7

Gambar 5. Anantomi Laring (kanan) dan Potongan melintang trakea (kiri)

(dikutip dari kepustakaan no.8)

Permukaan trakea dilapisi oleh epitel respirasi. Terdapat kelenjar serosa

pada lamina propria dan tulang rawan hialin berbentuk C yang mana

ujung bebasnya berada di bagian posterior trakea. Cairan mukosa yang

dihasilkan oleh sel goblet dan sel kelenjar membentuk lapisan yang

memungkinkan pergerakan silia untuk mendorong partikel asing.

Page 6: Data Trakeostomi

Sedangkan tulang rawan hialin berfungsi untuk menjaga lumen trakea

tetap terbuka. Pada ujung terbuka (ujung bebas) tulang rawan hialin yang

berbentuk tapal kuda tersebut terdapat ligamentum fibroelastis dan

berkas otot polos yang memungkinkan pengaturan lumen dan mencegah

distensi berlebihanTempat trakea bercabang menjadi bronkus utama dan

kanan yang dikenal sebagai karina. Karina memiliki banyak saraf dan dan

dapat menebabkan bronkospasme dan batuk berat jika dirangsang.7

III. TANDA-TANDA KLINIS OBSTRUKSI PERNAPASAN BAGIAN ATAS

Gejala dan sumbatan laring ialah :9

1.    Suara serak (disfoni) sampai afoni

2.    Sesak napas (dispneu)

3.    Stridor (napas berbunyi) yang terdengar waktu inspirasi

4.    Cekungan yang terdapat pada waktu inspirasi di suprasternal,

epigastrium, supraklavikula dan interkostal. Cekungan itu terjadi sebagai

upaya dari otot-otot pernapasan untuk mendapatkan oksigen yang

adekuat.

5.    Gelisah karena pasien haus udara (air hunger)

6.    Warna muka pucat dan terakhir menjadi sianosis karena hipoksia

Jackson membagi sumbatan laring yang progresif dalam 4 stadium

dengan tanda dan gejala :9

Stadium 1: Cekungan tampak pada waktu inspirasi di suprasternal, stridor pada

waktu inspirasi dan pasien masih tenang.

Stadium 2: Cekungan pada waktu inspirasi di daerah suprasternal makin dalam,

ditambah lagi dengan timbulnya retraksi di epigastrium. Pasien sudah

mulai gelisah. Stridor terdengar pada waktu inspirasi.

Stadium 3: Cekungan selain di daerah suprasternal, epigastrium juga terdapat di

infraklavikula dan sela-sela iga, di mana pasien sangat gelisah dan

dispneu. Stridor terdengar pada waktu inspirasi dan ekspirasi.

Stadium 4 : Cekungan-cekungan di atas bertambah jelas, pasien sangat gelisah,

tampak sangat ketakutan dan sianosis. Jika keadaan ini berlangsung

terus, maka pasien akan kehabisan tenaga, pusat pernapasan paralitik

Page 7: Data Trakeostomi

karena hiperkapnea. Pasien lemah dan tertidur, akhirnya meninggal

karena asfiksia.

IV. FUNGSI TRAKEOSTOMI

Fungsi trakeostomi selain mengatasi obstruksi saluran nafas, trakeostomi

juga mempunyai beberapa fungsi fisiologi lain yaitu : 2

a.    Tindakan trakeostomi untuk mengurangi jumlah ruang hampa dalam

traktus trakheobronkial 70 sampai 100 ml. Penurunan ruang hampa dapat

berubah ubah dari 10 sampai 50% tergantung pada ruang hampa

fisiologik tiap individu.

b.    Tindakan trakeostomi untuk mengurangi tahanan aliran udara

pernafasan yang selanjutnya mengurangi kekuatan yang diperlukan untuk

memindahkan udara sehingga mengakibatkan peningkatan regangan

total dan ventilasi alveolus yang lebih efektif. Asal lubang trakheostomi

cukup besar (paling sedikit pipa 7).

c.    Trakeostomi dilakukan untuk proteksi terhadap aspirasi.

d.   Trakeostomi memungkinkan pasien menelan tanpa reflek apnea, yang

sangat penting pada pasien dengan gangguan pernafasan.

e.    Trakeostomi memungkinkan jalan masuk langsung ke trachea untuk

pembersihan.

f.     Trakeostomi memungkinkan pemberian obat-obatan dan humidifikasi

ke traktus.

g.    Trakeostomi mengurangi kekuatan batuk sehingga mencegah

pemindahan secret ke perifer oleh tekanan negative intra toraks yang

tinggi pada fase inspirasi batuk yang normal.

V. PEMBAGIAN TRAKEOSTOMI

Menurut lama penggunaannya, trakeostomi dibagi menjadi penggunaan

permanen dan penggunaan sementara, sedangkan menurut letak

insisinya, trakeostomi dibedakan letak yang tinggi dan letak yang rendah

dan batas letak ini adalah cincin trakea ke tiga. Jika dibagi menurut waktu

dilakukannya tindakan, maka trakeostomi dibagi kepada trakeostomi

Page 8: Data Trakeostomi

darurat dengan persiapan sarana sangat kurang dan trakeostomi elektif

(persiapan sarana cukup) yang dapat dilakukan secara baik.9

VI. JENIS TINDAKAN TRAKEOSTOMI

Jenis Tindakan Trakeostomi6

1.      Surgical trakeostomi, yaitu tipe ini dapat sementara dan permanen

dan dilakukan di dalam ruang operasi. Insisi dibuat di antara cincin trakea

kedua dan ketiga sepanjang 4-5 cm.

2.      Percutaneous trakeostomi, yaitu tipe ini hanya bersifat sementara

dan dilakukan pada unit gawat darurat. Dilakukan pembuatan lubang di

antara cincing trakea satu dan dua atau dua dan tiga. Karena lubang yang

dibuat lebih kecil, maka penyembuhan lukanya akan lebih cepat dan tidak

meninggalkan scar. Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh lebih

kecil.

3.      Mini trakeostomi, yaitu pada tipe ini dilakukan insisi pada pertengahan

membran krikotiroid dan trakeostomi mini ini dimasukan menggunakan

kawat dan dilator

VII. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI TRAKEOSTOMI

Indikasi Trakeostomi

Trakeostomi dapat dilakukan untuk tujuan terapi atau suatu prosedur

berencana. Indikasi trakeostomi termasuk untuk mengatasi sumbatan

jalan nafas dan gangguan non-obstruktif.

Beberapa Indikasi trakeostomi adalah: 9,10

a.       Mengatasi obstruksi jalan nafas atas seperti laring.

b.      Mengurangi ruang rugi (dead air space) di saluran nafas bagian atas

seperti daerah rongga mulut, sekitar lidah dan faring. Dengan adanya

stoma maka seluruh oksigen yang dihirupkan akan masuk ke dalam paru,

tidak ada yang tertinggal di ruang rugi itu. Hal ini berguna pada pasien

dengan kerusakan paru, yang kapasitas vitalnya berkurang.

Page 9: Data Trakeostomi

c.       Mempermudah pengisapan sekret dari bronkus pada pasien yang tidak

dapat mengeluarkan sekret secara fisiologik, misalnya pada pasien dalam

koma.

d.      Untuk memasang respirator (alat bantu pernafasan).

e.       Untuk mengambil benda asing dari subglotik, apabila tidak mempunyai

fasilitas untuk bronkoskopi.

f.       Cedera parah pada wajah dan leher.

g.      Pada pasien dengan pipa endotrakeal yang perlu pengantian,

pembersihan dan penggunaan lama.

Kontraindikasi trakeostomi.

Satu-satunya kontraindikasi trakeostomi adalah pasien dengan obstruksi

laring oleh tumor ganas, karena pada beberapa kasus, trakeostomi yang

dilakukan lebih dari 48 jam sebelum pembedahan definitif, menyebabkan

insidens kekambuhan pada stoma bertambah.2,10

Penentuan saat trakeostomi

Pasien yang sadar menderitaobstruksi saluran nafas bagian atas biasanya

menunjukaan tanda hipoksemia akut, pada keadaan demikian pasien

akan kelelahan untuk mempertahankan kadar gas darah yang adekuat

sebelum terjadi desaturasi oksigen dalam arteri. Oleh karena itu tanda-

tanda desaturasi seperti sianosis, koma dan hipotensi merupakan tanda

infusiensi lanjut dan mungkin mendahului resusitasi. Pada umumnya

pasien yang ,menderita sumbatan jalan nafas dengan tanda hipoksemia

meningkat , harus dilakukan trakeostomi.2

Pasien yang tidak sadar dengan infisuensi pernafasan, tanda klinik

hipoksemia mungkin kurang jelas, tapi karena kehilangan mekanisme

proteksi maka perlu dilakukan trakeostomi lebih dini.2

VIII. ALAT-ALAT TRAKEOSTOMI

Sebelum dilakukan pembedahan, maka alat-alat yang perlu dipersiapkan

adalah semprit yang berisi obat analgesia, pisau, pinset anatomi, gunting

Page 10: Data Trakeostomi

panjang yang tumpul, sepasang pengait tumpul, klem arteri, gunting kecil

yang tajam serta kanul trakea dengan ukuran yang sesuai untuk pasien.

Pasien atau keluarganya yang akan dilakukan tindakan trakeostomi harus

dijelaskan segala resiko tindakan trakeostomi termasuk kematian selama

prosedur tindakan.9

Gambar 6. Alat-alat yang digunakan untuk trakeostomi(Dikutip dari kepustakaan nomor

9)

Jenis Kanul

Kanul yang digunakan adalah berbentuk kurva yang diinsersikan masuk

ke dalam stoma . Ada beberapa macam kanul, dengan bagian-bagian

kanul yang hampir sama.5

Kanul Portex tersedia dalam berbagai ukuran baik untuk bayi, anak-anak

dan orang dewasa. Semua kanul bersifat non toksik sehingga aman

digunakan dan sesuai dengan suhu tubuh.Jenis –jenis kanul Portex yaitu :5

a. Portex Blue line

Kanul ini digunakan pada bayi, anak-anak dan orang dewasa. Kanul pada

bayi dan anak-anak dibuat dari bahan implant. Bentuknya tidak bercuff

dan didesain sesuai bentuk anatomi trakea. Bersayap sehingga

pergerakan kanul minimal dan mengurangi trauma pada saluran

pernapasan.5

Page 11: Data Trakeostomi

Kanul pada orang dewasa dibuat dari bahan yang lembut sesuai suhu

tubuh dan sesuai anatomi saluran napas. Kanul ini mengurangi trauma

dan meningkatkan kenyamanan pasien. Bentuk kanul pada orang dewasa

yang bercuff sifatnya volume tinggi dengan tekanan intracuff yang

rendah, fleksibel dan dapat berputar.5

b. Portex DIC

Kanul seperti ini mempunyai kanul dalam yang disposibel. Kanul luarnya

ada yang rigid dan ada yang fleksibel. Kanul luar fleksibel untuk pasien

yang tidak bisa bertoleransi dengan kanul luar rigid. Kanul dalam yang

disposibel akan meningkatkan perawatan trakeostomi, tetapi akan

menurunkan waktu perawatan.5

c. Portex Specialty tubes, yang dibagi lagi yaitu :5

1.      Portex Laryngectomy Tubes

Kanul laringektomi Portex DIC digunakan untuk mempertahankan jalan

napas pasien selama laringektomi.

2.      Portex Trach-Talk Tracheostomy Tubes

Kanul ini didesain untuk menuntun pasien dapat berbicara dengan suara

rendah. Kanul ini dibuat untuk mengeliminasi masalah psikologik dan

komunikasi semua pasien trakeostomi.

3.      Extra Horizontal LengthTracheostomy Tubes

Kanul ini didesain untuk pasien yang ada ” bull neck ” . Bentuknya yang

ekstra panjang dengan aksis horisontal akan memberikan kemampuan

bernapas bagi pasien.

4.      Portex Mini-Trach II

Kanul ini dimasukkan ke dalam trakea melalui membran krikitiroid dengan

menggunakan kanul kecil (4,0 mm), skalpel dan penuntun. Kanul ini

dperuntukkan bagi pasien yang mengalami retensi sputum.

5.      Lo-Profile Tracheostomy Tubes

Kanul ini untuk pasien yang memerlukan trakeostomi jangka panjang.

Kanul ini dibuat sesuai kosmetik, mudah penggunaannya, aman dan

menyenangkan bagi pasien.

6.      Portex Per-fit Percutaneous Tracheostomy Kit

Page 12: Data Trakeostomi

Digunakan untuk melakukan tindakan trakeostomi perkutaneus berseri.

Berguna bagi dokter untuk melakukan tindakan trakeostomi perkutaneus

yang aman dan efisien.

Jenis kanul yang lain adalah :5,11

a.    Flexible Shiley Tracheostomy Tube

Kanul ini digunakan pada pembedahan dan insersi perkutaneus. Terdiri

dari dua kanul di mana kanul dalam yang dapat dipakai untuk

pembedahan atau insersi perkutaneus. Dapat dipakai untuk perawatan di

rumah sehingga biaya perawatan tidak banyak dan waktu perawatan

tidak lama.

Gambar7.Kanul Flexible Shiley(Dikutip dari kepustakaan nomor 11)

b. Kanul Trakeostomi ber-Cuff

Kanul ini mempunyai balon dengan tekstur yang lembut dan pada bagian

bawahnya berfungsi untuk ventilasi bila terjadi kegagalan pernapasan.

Cuff bervolume rendah bentuknya seperti balon, sedangkan cuff

bervolume tinggi bentuk seperti silinder. Cuff bervolume tinggi lebih

bagus karena mencegah terjadinya stenosis. Fungsi kanul ber-cuff secara

umum adalah membersihkan udara, proteksi terhadap aspirasi,

memberikan ventilasi tekanan positif.

Page 13: Data Trakeostomi

Gambar 8. Plain Tracheostomy Tube (Dikutip dari kepustakaaan nomor

12)

c. Kanul Trakeostomi non-Cuff

Kanul ini berfungsi untuk membersihkan jalan napas tetapi tidak

mencegah terjadinya aspirasi.

Gambar 9. Plain Cuffed Tube. (Dikutip dari kepustakaan nomor 12)

d. Kanul Trakeostomi bentuk Fenestrated

Kanul seperti ini mempunyai lubang yang berfungsi untuk berbicara

melalui jalan napas atas. Bentuk kanul seperti ini cocok untuk anak kecil.

Fungsi lain dari kanul ini adalah memberikan kemampuan kepada pasien

untuk dapat bernapas secara normal ( persiapan dekanulasi ).

Page 14: Data Trakeostomi

cGambar 10. a. Plain Fenestrated Tube b. Cuffed Fenestrated Tube

(Dikutip dari kepustakaan nomor 12)

IX. TEKNIK TRAKEOSTOMI

Posisi pasien berbaring terlentang dengan bagian kaki lebih rendah 30°

untuk menurunkan tekanan vena sentral pada vena-vena leher. Bahu

diganjal dengan bantalan kecil sehingga memudahkan kepala untuk

diekstensikan pada persendian atalanto oksipital. Dengan posisi seperti ini

leher akan lurus dan trakea akan terletak di garis median dekat

permukaan leher. 9,13

Gambar 11. Posisi kepala pasien trakeostomi (Dikutip dari kepustakaan nomor 13)

Kulit leher dibersihkan sesuai dengan prinsip aseptik dan antiseptik dan

ditutup dengan kain steril. Obat anestetikum disuntikkan di pertengahan

krikoid dengan fossa suprasternal secara infiltrasi. 9

Page 15: Data Trakeostomi

Gambar 12. Lokasi anastesi (Dikutip dari kepustakaan nomor13 dan 14 )

Sayatan kulit dapat vertikal di garis tengah leher mulai dari bawah krikoid

sampai fosa suprasternal atau jika membuat sayatan horizontal dilakukan

pada pertengahan jarak antara kartilago krikoid dengan fosa suprasternal

atau kira-kira dua jari dari bawah krikoid orang dewasa. Sayatan jangan

terlalu sempit, dibuat kira-kira lima sentimeter. 9,11,13

Gambar 13. Sayatan kulit pada daerah trakea (Dikutip dari kepustakaan nomor 13

dan 14)

Dengan gunting panjang yang tumpul, kulit serta jaringan di bawahnya

dipisahkan lapis demi lapis dan ditarik ke lateral dengan pengait tumpul

sampai tampak trakea yang berupa pipa dengan susunan cincin tulang

rawan yang berwarna putih. Bila lapisan ini dan jaringan di bawahnya

dibuka tepat di tengah maka trakea ini mudah ditemukan. 9

Page 16: Data Trakeostomi

Gambar 14.Kutis, Sub kutis, dan fasia otot dipisahkan lapis demi lapis (Dikutip dari

kepustakaan nomor 9 dan 13)

Pembuluh darah vena jugularis anterior yang tampak ditarik ke lateral.

Ismus tiroid yang ditemukan ditarik ke atas supaya cincin trakea jelas

terlihat. Jika tidak mungkin, isthmus tiroid diklem pada dua tempat dan

dipotong ditengahnya. Sebelum klem ini dilepaskan isthmus tiroid diikat

kedua tepinya dan disisihkan ke lateral. Perdarahan dihentikan dan jika

perlu diikat.9

Gambar 15. a. Aspirasi udara di trakea, b. Membebaskan isthmus tyroid(Dikutip dari kepustakaan nomor 9)

Lakukan aspirasi dengan cara menusukkan jarum pada membran antara

cincin trakea dan akan terasa ringan waktu ditarik. Buat stoma dengan

memotong cincin trakea ke tiga dengan gunting yang tajam. Kemudian

pasang kanul trakea dengan ukuran yang sesuai. Kanul difiksasi dengan

tali pada leher pasien dan luka operasi ditutup dengan kasa.9

Gambar 16. a. Memotong isthmus tiroid b. Pemasangan Kanul (Dikutip dari kepustakaan nomor 9)

X. TRAKEOSTOMI PADA BAYI DAN ANAK

Page 17: Data Trakeostomi

Indikasi trakeostomi pada anak:15

1. Paralisis plica vocalis lateral

2. Hemangioma epiglotis3. Stenosis epiglottis4. Difteri5. Epiglotitis6. Edema laring (trauma kimia/termal)7. Juvenile laryngeal papillomatosis8. Memerlukan ventilator untuk jangka waktu yang lama9. Bronchopulmonary Dysplasia dengan kebutuhan oksigen dalam

waktu lama.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berhubungan dengan ukuran

dan konsistensi trakea pada bayi dan anak. Trakea pada anak dan bayi

sangat lunak sehingga identifikasi trakea sangat sulit dan pembedahan

yang dilakukan dapat bergeser ke arah yang terlalu dalam atau ke lateral

trakea yang dapat merusak nervus laryngeus rekuren, arteri carotis

communis, atau apeks pleura.Pada semua kasus trakeostomi seharusnya

hanya dilakukan setelah bronkoskop, pipa endotrakea, atau kateter

dimasukkan untuk memperbaiki saluran udara pernapasan dan memberi

kekakuan pada trakea sehingga memudahkan diseksi dan identifikasi

trakea. Saat melakukan insisi pada dinding trakea, harus hati-hati agar

pisau tidak masuk terlalu dalam dan merobek dinding posterior. Dengan

bronkoskop dalam trakea, dapat membantu untuk terhindar dari

komplikasi ini.2,15

Kesulitan lain pada anak adalah pipa trakeostomi sering keluar dari trakea

karena leher dalam keadaan fleksi. Dapat juga dilakukan jahitan dengan

benang sutra pada tepi insisi trakea untuk menandai dan benang ini

dilekatkan ke leher untuk mencegah hilangnya lumen trakea jika pipa

bergeser. Trakea harus diperiksa setelah pipa dimasukkan untuk menjaga

agar tidak terjadi lipatan ke dalam dari tepi cincin trakea yang dipotong,

yang dapat menyebabkan pergeseran pipa dan obstruksi pada saat

dekanulasi.2

Page 18: Data Trakeostomi

Sering terjadi kesulitan untuk mendapatkan ukuran pipa trakeostomi yang

sesuai. Pipa yang terlalu panjang dapat masuk ke karina atau salah satu

bronkus, menyebabkan atelektasis paru sisi lain. Jika lengkung pipa terlalu

panjang akan menekan trakea pada batas atas insisi trakea, sedangkan

ujung bawah pipa menempel pada dinding anterior trakea, dan lengkung

yang terlalu tumpul dapat menyebabkan ulserasi dinding posterior trakea

dan esofagus. Oleh karena itu, harus dibuat foto Rontgen leher dan dada

pascabedah pada bayi. Pipa silastik rancangan Abeerden ialah yang

terbaik digunakan pada bayi dan anak. Alat ini fleksibel, dapat dipotong

untuk menyesuaikan panjang, dan memungkinkan aliran udara yang lebih

baik karena tidak ada kanul dalam.2

Tabel 1. Pipa trakeostomi yang dianjurkan untuk berbagai umur anak.2

Umur Diameter luar Diameter kanul

respirator

Prematur 4,5 mm 4,5-5,0 mm

Bayi sampai 3 bulan 4,5-5,0 mm 5,0-5,5 mm

3-6 bulan 5,0-5,5 mm 5,5 mm

6-12 bulan 5,0-5,5 mm 5,5-6,0 mm

1-2 tahun 5,5-6,0 mm 5,5-6,0 mm

3 tahun 5,5-6,0 mm 6,0-6,5 mm

XI. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN PASCA OPERASI16

a.       Mempertahankan jalan napas, terutama 48 jam pertama untuk

mencegah tertutupnya jalan napas, membersihkan kanul dalam, pipa

trakeostomi yang baru harus dipertahankan 3-5 hari sebelum diganti agar

terbentuk saluran yang permanen.

b.      Humidifikasi, untuk mencegah trakeitis dan pembentukan krusta

dengan meneteskan 3-4 tetes larutan saline ke dalam pipa.

c.       Penghisapan sekret trakeobronkial, trakeostomi mengganggu fungsi

silia dan meningkatkan resiko aspirasi sehingga diperlukan penghisapan

sekret secara regular, khususnya beberapa hari pertama.

Page 19: Data Trakeostomi

d.      Periksa tekanan balon (cuff), tekanan balon harus lebih kecil dari

tekanan kapiler (<25 cm H2O) untuk mencegah nekrosis (stenosis

subglotik, trakeomalasia)

XII. PERAWATAN PASCA TRAKEOSTOMI

Bagian terpenting dari trakeostomi adalah perawatan pascatrakeostomi

yang membutuhkan ketekunan dan kesabaran. Diperlukan pengawasan

secara terus menerus pada pasien untuk mengawasi terjadinya

perdarahan atau pergeseran pipa trakeostomi.3 Anak-anak yang

memerlukan trakeostomi lama dapat dirawat di rumah, dengan

memberikan pendidikan yang cermat pada orang tua dalam cara

penggunaan alat sedot yang steril, pengatur kelembaban dan

penggantian pipa trakeostomi. Perawat trakeostomi yang terdidik akan

sangat membantu. 2

Pipa trakeostomi pada trakeostomi yang baru harus dipertahankan 2

sampai 3 hari sebelum diganti. Pada saat itu telah terbentuk saluran yang

permanen dan sedikit sekali kemungkinan tidak dapat memasukkan pipa

kembali. Mengganti pipa sebelum2-3 hari dapat menyebabkan hilangnya

lumen trakea. Mengganti pipa trakeostomi pada bayi untuk pertama kali

harus tersedia bronkoskop. 2

Kelembaban khusus udara inspirasi yaitu ruangan dengan alat

humidifikasi Walton atau sebuah kerah trakea dengan uap basah, akan

memberikan kelembaban yang adekuat. Untuk menambah kelembaban

atmosfir, perlu diteteskan 3-4 tetes larutan garam hipotonik atau larutan

Ringer Laktat ke dalam pipa setiap 3 atau 4 jam. Setelah beberapa hari,

kebutuhan tambahan humidifikasi berkurang dan akhirnya dapat

berkurang.2

 

Page 20: Data Trakeostomi

Gambar 17.Beberapa hal penting dalam perawatan

pascatrakeostomi(Dikutip dari kepustakaan nomor 20)

Pasien yang ditata laksana di rumah, mesin penghisap merupakan

kebutuhan mutlak pada perawatan trakeostomi. Tergantung banyaknya

sekret, tindakan penghisapan mungkin diperlukan setiap setengah jam

atau lebih. Kateter karet steril dengan lubang di kedua ujungnya dan

konektor bentuk Y harus tersedia dan hanya dipakai khusus untuk trakea.

Konektor Y memungkinkan kateter dimasukkan ke trakea tanpa alat

penghisap bekerja, dan hanya selama penarikan, ujung sambungan Y

yang terbuka akan tersumbat, dan alat penghisap akan bekerja.

Penghisapan hanya selama 15 detik atau kurang karena pada

penghisapan lama dapat terjadi hipoksia dan henti jantung. Penghisapan

harus sering dilakukan terutama pada hari-hari pertama sesudah

trakeostomi karena sekret traktus trakeobronkial bertambah akibat iritasi

trakea. Pasien dengan sekret yang kental dan banyak, perlu pemberian

mukolitik intratrakea seperti acetylcysteine untuk mencairkan secret

sehingga mudah dihisap keluar.2,15

Pipa trakeostomi terdiri dari 3 bagian: kanula bagian luar dengan sayap,

kanula bagian dalam yang dapat dikeluarkan untuk tujuan pembersihan,

dan introduser yang berbentuk peluru yang dipasang ke kanula luar

(pengganti kanula dalam) untuk membantu memasukkan kembali pipa

Page 21: Data Trakeostomi

tersebut. Introduser harus diplester di tempat tidur sehingga tersedia bila

diperlukan untuk pemasangan pipa kembali.17

Perwatan luka trakeostomi mencakup penggantian pembalut yang sering

dilakukan dan sebisa mungkin memberikan antiseptik lokal povidon-

yodium (Betadine). Pasien yang laringnya masih berfungsi dapat

bercakap-cakap dengan menutup pipa trakeostomi dengan jari. Hal ini

memungkinkan agar udara ekspirasi sekeliling pipa ke atas menuju laring

pada waktu ekspirasi. Jari dilepaskan untuk menghirup udara.17

Membersihkan kanul dalam3

Alat yang perlu disediakan ialah botol kecil, kasa perban, penjepit, panci

bergagang, saringan, dan cairan penggosok perak.

Cara membersihkan kanul dalam, sebagai berikut:

1). Buatlah larutan sabun di dalam botol.

2). Angkat kanul dalam dengan cara pertama-tama putar kait kecil pengunci

kanul dalam dan kemudian tarik kanul dalam ke luar.

3). Cuci kanul dalam dengan air dingin dan kemudian rendam untuk

beberapa menit di dalam cairan sabun.

4). Bersihkan bagian dalam kanul dalam dengan kasa yang salah satu

ujungnya diikatkan pada suatu tempat. Gunakan penjepit untuk

membantu menarik kasa melalui kanul. Tarik kanul dalam ke belakang, ke

depan dan seterusnya sekeliling kasa yang diikatkan sampai bagian

dalam kanul dalam bersih.

Page 22: Data Trakeostomi

Gambar 18. Pembersihan kanul dalam (Dikutip dari kepustakaan nomor 3)

5). Setelah kanul dalam bersih, cuci dengan baik memakai air dingin yang

mengalir.

6). Jika kanul dari perak telah memudar, rendam di dalam cairan pembersih

perak untuk beberapa menit, kemudian bersihkan dan cuci.

7). Goyangkan kanul dalam untuk mengangkat tetesan air. Masukkan kanul

dalam ke tempatnya dan putar kait kecil pengunci untuk mengunci pada

tempatnya.

8). Minimal sekali sehari didihkan kanul dalam setelah dibersihkan.

Merebus kanul dalam3

Tahapan untuk merebus kanul dalam ialah :

1). Tempatkan kanul dalam bersih pada saringan dan tempatkan saringan

pada panci bergagang.

2). Isi panci dengan air secukupnya untuk merendam kanul dalam.

3). Setelah air mendidih, didihkan kanul dalam selama 5 menit.

4). Angkat saringan dari panci bergagang, tuangkan air dari panci, dan

tempatkan kembali saringan dalam panci.

5). Biarkan kanul dalam dingin untuk beberapa menit sebelum dimasukkan

ke dalam kanul luar.

Page 23: Data Trakeostomi

Gambar 19. Cara sterilisasi kanul dalam(Dikutip dari kepustakaan nomor 3)

Logam bahan pada kanul perak sangat lunak, oleh karena itu dapat

tergores atau bengkok dengan mudah, oleh karena itu tidak boleh dicoba

untuk digores; krusta dapat diangkat dengan merendamnya. Tidak boleh

digunakan penggosok kasar untuk membersihkan kanul dalam. Biasanya,

kanul dalam dan luar dibuat secara spesifik agar cocok satu dengan yang

lain, bahkan kanul dalam tidak akan saling tertukar dengan yang lain.

Kanul plastik dapat dibersihkan dan dididihkan dengan cara yang sama

seperti halnya kanul perak.3

Cara mengganti kanul trakeostomi

Petunjuk khusus dari dokter dan perawat diperlukan sebelum penderita

mengganti kanul trakeostominya. Adanya lubang pada anterior leher yang

secara langsung berhubungan dengan trakea, menyebabkan kanul

trakeostomi dapat dimasukkan dengan mudah. Untuk mengangkat kanul

trakeostomi, pita trakeostomi dibuka lebih dahulu, pelindung atau

permukaan lempeng kanul trakeostomi dipegang dengan ibu jari dan jari

telunjuk, kemudian ditarik ke arah anterior dan posterior. Kanul harus

bersih dengan pita trakeostomi telah terpasang, dan siap untuk

dimasukkan sebelum pengangkatan kanul trakeostomi. Salep dioleskan

sangat tipis pada permukaan luar kanul trakeostomi untuk mempermudah

Page 24: Data Trakeostomi

memasukkannya. Pita trakeostomi yang digunakan pada kanul dapat satu

atau dua untai. Pada saat memasukkan kanul trakeostomi, penderita

melihatnya melalui cermin dan pegang tiap sisi lempeng permukaan

kanul dengan ibu jari dan jari telunjuk. Kanul trakeostomi akan meluncur

ke dalam dengan tekanan ke arah dalam secara halus. Di samping itu, hal

yang penting ialah bahwa kanul dimasukkan segera setelah kotoran yang

melekat pada kanul dibersihkan. Setelah kanul trakeostomi terpasang di

tempatnya dan pita trakeostomi diikat, tempatkan kasa di atas kanul.3

XIII. KOMPLIKASI

a. Komplikasi segera

Komplikasi segera termasuk juga yang ada pada saat tindakan diakhiri.

Trakeostomi pada pasien dengan riwayat hipoksia kronik, tarikan napas

pertama atau kedua setelah pipa dimasukkan dapat diikuti dengan henti

napas. Hal ini sehubungan dengan denervasi fisiologik pada pada reseptor

kimia perifer karena naiknya PO2 dengan tiba-tiba; oleh karena hipoksia

sangat mempengaruhi rangsangan pernapasan sehingga terjadi apnea.

Beberapa bentuk bantuan pernapasan diperlukan sampai dapat

mengeluarkan CO2 yang cukup untuk memperbaiki rangsangan

pernapasan normal.2

Perdarahan merupakan komplikasi pascabedah yang sering terjadi karena

pasien trakeostomi sering mengalami hipotensi, dan perdarahan tidak

terjadi sampai tekanan darah arteri normal kembali atau sampai tekanan

vena meningkat karena batuk pada waktu pipa dimasukkan.Selain itu,

dapat terjadi pneumothorax akibat trauma yang terjadi pada apeks pleura

dan hal ini lebih sering pada anak-anak karena letak pleura terhadap

trakea relatif lebih tinggi. Pemeriksaan Rontgen harus dilakukan setelah

trakeostomi yang sukar atau tarkeostomi pada anak untuk mendiagnosis

secara dini adanya komplikasi tersebut.2

Page 25: Data Trakeostomi

b. Komplikasi menengah

Komplikasi menengah terjadi pada jam-jam atau hari-hari pertama setelah

trakeostomi. Berbagai derajat trakeitis atau trakeobronkoitis dapat terjadi

disebabkan udara tidak melewati pengaturan kondisi udara di saluran

napas bagian atas. Pemakaian pipa trakeostomi yang tidak sesuai

merupakan sumber bermacam-macam komplikasi. Pipa yang panjang

akan bergeseran dengan dinding anterior trakea atau karina sehingga

menyebabkan obstruksi sebagian trakea atau ulserasi. Pipa yang lebih

panjang dapat sampai ke salah satu bronkus sehingga menyebabkan

atelektasis paru sisi lain. Pipa yang terlalu pendek cenderung untuk

bergeser keluar trakea terutama jika leher dalam keadaan fleksi pada

orang gemuk atau anak kecil. Obstruksi pipa trakeostomi oleh sumbatan

lendir atau bekuandarah disebabkan perawatan yang kurang baik. 2

Emfisema subkutis dapat disebakan oleh jahitan insisi yang rapat atau

pembalutan luka di sekeliling trakeostomi. Emfisema biasanya terdapat di

leher dan dada bagian atas, tetapi dapat juga mengenai seluruh tubuh.

Tiap penyebab yang dapat menyempitkan sekitar pipa antara kulit dan

trakea harus dihilangkan untuk mencegah keadaan ini berlanjut.2

c. Komplikasi lanjut

Komplikasi lanjut dari trakeostomi paling sering akibat pipa yang

dipertahankan untuk waktu lama. Stenosis saluran napas dapat timbul

akibat jaringan parut setinggi lubang trakeostomi, yaitu setinggi balon

(cuff) atau setinggi ujung distal kanul, bila mengerosi selaput lendir dan

tulang rawan di bawahnya.18

Page 26: Data Trakeostomi

Fistel trakeokutan yang menetap disebabkan oleh epitelisasi pada saluran

kanul. Epitel harus diangkat dan luka ditutup lapis demi lapis untuk

mendapatkan penutupan luka yang permanen. Trakeomalasia terbatas

akibat trakeostomi biasanya mengenai daerah langsung di atas trakea.

Hal ini dapat disebabkan karena pemakaian pipa trakeostomi yang terlalu

besar dan bersudut tajam, yang menyebabkan pipa mengenai cincin

trakea di atas trakeostoma, mendorong ke belakang dan menyebabkan

kekakuannya hilang. Hal ini dapat dihindari dengan menggunakan pipa

yang lebih lentur dari Silastik. Trakeomalasia pada anak dapat

menyebakan dekanulasi tertunda.2

Penggunaan insisi kulit vertikal merupakan penyebab paling sering untuk

pembentukan jaringan parut. Lamanya trakeostomi dipertahankan juga

merupakan masalah penting dalam pembentukan parut yang dapat

dikurangi dengan mencabut pipa sedini mungkin. Kontraktur vertikal dan

meluasnya parut yang hipertrofi memerlukan reparasi plastik berbentuk

Z.2

Fistel trakeoesofagus dapat merupakan komplikasi dari insisi yang kurang

hati-hati menembus dinding posterior trakea atau ulserasi akibat trauma

dari pipa. Ulserasi trakea paling sering terjadi bila balon pipa trakeostomi

digunakan untuk waktu yang lama. Jika diperlukan pipa dengan balon,

balon harus diawasi untuk mendapatkan inflasi yang simetris karena

inflasi yang tidak seimbang dapat menyebabkan ujung pipa menekan

salah satu trakea yang menyebakan terjadinya ulkus dan mungkin fistel.

Balon harus dikempiskan sekurang-kurangnya tiap jam sekali untuk

mencegah terjadinya nekrosis mukosa. Jika telah timbul fistel, tak akan

terjadi penutupan spontan sehingga perlu tindakan pembedahan untuk

penutupan lumen.2

Page 27: Data Trakeostomi

XIV. DEKANULASI

Pipa trakeostomi jangan dibiarkan lebih lama dari waktu yang diperlukan,

terutama pada anak, harus diangkat secepatnya untuk mengurangi

timbulnya trakeobronkitis, ulserasi trakea, stenosis trakea, trakeomalasia,

dan fistula trakeokutan menetap. Segera setelah keadaan pasien

membaik, ukuran pipa trakeostomi diperkecil sampai ukuran yang

memungkinkan udara dapat memintas pipa menuju saluran napas atas.

Hal ini menolong menghindari ketergantungan fisiologik pada pipa yang

besar akibat menurunnya resistensi pernapasan. Kemudian pipa ditutup

dan dinilai apakah jalan napas adekuat, kemampuan menelan, dan

mengeluarkan sekret. Jika pipa dapat ditutup selama 8-12 jam, pipa

dikeluarkan dan fistel trakeokutan ditutup. Segera setelah dekanulasi,

luka diperban dan pasien harus diamati dengan ketat. Alat yang

diperlukan untuk mendapatkan jalan napas kembali selalu harus

disediakan.Penyembuhan luka memakan waktu sekitar beberapa hari

atau seminggu.2,15

Page 28: Data Trakeostomi

ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. Anamnnesa

1. Data Demografi : Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan penanggung biaya.

2. Data Subyektif : sesak napas, nyeri3. Data obyektif : RR meningkat, Saturasi O2 menurun4. Pemeriksaan Fisik: B1 : Ronchi, RR meningkat, Saturasi O2 menurun5. Pengkajian Psikososial: Ansietas terjadi pada pasien dengan trakeostomi.

b. Pengkajian Teoritis Lengkap

1. Identitas Klien

Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya yang meliputi : Nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama dan tanggal pengkajian.

 

2. Keluhan Utama

Page 29: Data Trakeostomi

Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah batuk berdahak, nyeri dada, sesak napas.

3. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)

Penderita obstruksi jalan napas menampakkan gejala nyeri dada, batuk berdahak , dan disertai sesak napas dan adanya edema pada laring.

4) Riwayat Kesehatan terdahulu (RKD)

Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah sakit, kemungkinan pasien pernah menderita penyakit sebelumnya seperti: adanya riwayat merokok, penggunaan alcohol dan penggunaan obat kontrasepsi oral.

1. Riwayat kesehatan Keluarga (RKK)

Riwayat adanya penyakit obstruksi jalan napas pada anggota keluarga yang lain seperti: penyakit Asma.

2. Data Dasar Pengkajian Pasien1. Aktivitas/istirahat

Gejala : Kelemahan, kelelahan, keletihan, napas pendek. Tanda :  Frekuensi pernapasan meningkat, perubahan irama pernapasan, takipnea.

2. SirkulasiGejala : Riwayat adanya hipertensi.Tanda : Kenaikan tekanan darah meningkat, penampilan kemerahan, atau pucat.

3. Integritas ego

Gejala : Perasaan takut aka kehilangan suara, mati, terjadinya / berulangnya kanker.

Kuatir bila pembedahan mempengaruhi hubungan keluarga, kemampuan kerja dan keuangan.

Tanda :  Ansietas, depresi, marah dan menola, menyangkal.

4. Eliminasi

Gejala : gangguan saat ini atau yang lalu / obstruksi riwayat penyakit paru

1. Makanan/cairanGejala : Kesulitan menelan.

Tanda : Kesulitan menelan, mudah tersedak, bengkak, luka (malnutrisi)

1. NeurosensoriGejala : Diplopia (penglihatan ganda, ketulian.

Page 30: Data Trakeostomi

Tanda : Parau menetap atau kehilangan suara, kesulitan menelan, ketulian konduksi, kerusakan membrane mukosa.

2. Nyeri/kenyamananGejala : Sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk) .Tanda :  Melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan).

3. PernafasanGejala : Adanya riwayat merokok/mengunyah tembakau, bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik/serbuk, logam berat, riwayat penggunaan berlebihan suara, riwayat penyakit paru kronis, batuk dengan/tanpa sputum, drainase darah pada nasal.

Tanda : Sputum dengan darah, hemoptisis, dispnea.

4. KeamananGejala : Terpajan sinar matahari berlebihan selama periode bertahun-tahun atau radiasi.

5. Perubahan penglihatan/pendengaran.Tanda : Massa/pembesaran nodul.

6. Penyuluhan/pembelajaranGejala :Penggunaan alcohol berulang/riwayat penyalahgunaan alkohol.Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat :7,4 hari.

7. Rencana pemulangan: Bantuan dengan perawatan luka, pengobatan, pengiriman :transpormasi, belanja, penyiapan makanan, perawatan diri, perawatan / pemeliharaan rumah.

8. Prioritas keperawatan

Mempertahankan kepatenan jalan napas, ventilasi adekuat Membantu pasien dalam mengembangkan metode komunikasi alternative Membuat/mempertahankan nutrisi adekuat. Memberikan dukungan emosi untuk penerimaan gambaran diri yang terganggu. Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan pengobatan

 

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Priode Praoperasi

Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pembedahan yang akan dijalani dan dampak kondisi pada gaya hidup.

 

2. Priode Pasca Operasi

Page 31: Data Trakeostomi

Resiko tinggi inefektif bersihan jalan nafas  berhubungan dengan peningkatan sekresi sekunder terhadap trakeostomi, obstruksi kanula dalam, atau perubahan posisi selang trakeostomi.

Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penumpukan sekresi berlebihan dan       bypass pertahanan pernafasan atas.

Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidakmampuan untuk menghasilkan bicara sekunder terhadap trakeostomi.

Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan Tubuh yang berhubungan dengan proses penyakit, anoreksia, disfagia, odinofagia, dan status puasa pasca operasi

 

1. Periode Praoperasi

NO

Dx. KepTujua

nKriteria Hasil Intervensi Rasional

1. 1. Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pembedahan yang akan dijalani dan dampak kondisi pada gaya hidup.

  1. Menyebutkan alasan untuk trakeostomi dan hasil yang diperkirakan.

2. Menyebutkan keterbatasan bicara dan komunikasi yang diantisipasi.

3. Menggambarkan perawatan segera pascaoperasi dan tindakan perawatan diri.

4. Praoperasi, menunjukkan kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif menggunaka    metode lain selain bicara

  Pertegas penjelasan dokter tentang pembedahan dan alasannya. Bila memungkinkan, jelaskan bahwa trakeostomi sementara diindikasikan dalam edema pascaoperasi setelah biopsy, distress pernafasan berat, dan gangguan lain, dan bahwa trakeostomi permanen adalah alternative untuk intubasi endotrakeal atau nasotrakeal.

  Jelaskan istilah dan konsep umum, berikan literature dan peralatan aktual, bila memungkinkan. Pastikan klien mengenal hal berikut :

1. Prosedur trakeostomi

2. Stoma3. Selang

 Menjelaskan tentang apa yang diperkirakan terjadi dapat membantu mengurangi ansietas klien yang berhubungan dengan ketakutan akan hal-hal yang tidak diketahui dan tidak diperkirakan.

  Pengertian tentang terminologi memperbaiki pemahaman dan membantu mengurangi ansietas.

  Menyiapkan klien untuk apa yang diperkirakan dapat mengurangi ansietas karena

Page 32: Data Trakeostomi

trakeostomi4. Suksion dan

kateter suksion

5. Kolar pelembab trakeal

6. Pengikat trakeostomi

7. Oto trakea

  Diskusikan potensial squele bedah trakeostomi, termasuk :

1. Perubahan penampilan tubuh

2. Perubahan fungsi tubuh, misalnya ; bernafas, bicara, menyanyi, batuk, dan pembersihan sekresi.

  Jelaskan klien tentang cara-cara alternative komunikasi (misal ; kertas atau papan gambar). Minta klien menggunakan peragaan ulang untuk menunjukkan kemahiran.

ketidaktahuan.

  Dengan meminta klien mempraktikkan

teknikkomunikasi sebelum prosedur memungkinkan perawat untuk mendeteksi dan berupaya untuk memperbaiki adanya kekurangan yang serius. Penguasaan terhadap pengganti komunikasi dapat membantu menurunkan perasaan asing dan kesepian, meningkatkan rasa kontrol klien dan mengurangi ansietas.

 

2. Periode Pascaprosedur

NO

Dx. KepTujua

nKriteria Hasil Intervensi Rasional

1. 1. Resiko tinggi inefektif

  1. Klien akan mempertahankan

  Tinggikan kepala tempat

  Posisi ini memudahkan

Page 33: Data Trakeostomi

bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan peningkatan sekresi sekunder terhadap trakeostomi, obstruksi kanula dalam, atau perubahan posisi selang trakeostomi.

selang trakeostomi paten.       

2. Klien batuk dengan efektif untuk membersihkan jalan nafas.

tidur 30 - 45 derajat.

  Anjurkan klien untuk bernafas dalam dan batuk secara teratur.

  Berikan pelembaban adekuat udara inspirasi.

  Pengisian salin normal steril (5 ml) sesuai kebutuhan

  Suksion 5 – 10 detik sesuai kebutuhan, dengan mempertahankan teknik steril sesuai indikasi dengan auskultasi paru.

  Secara teratur inspeksi dan bersihkan selang trakeostomi.

  Pertahankan status hidrasi optimal.

pernafasan optimal dengan meningkatkan drainase sekresi.

  Nafas dalam mengurangi penumpukan sekresi, batuk membantu mengeluarkan sekresi.

  Pelembaban diperlukan untuk menggantikan pelembaban bypass yang normalnya diberikan struktur nasofaringeal.

Kurang pelembaban dapat mengarah pada pengeringan mukosa trakeal dan gangguan proses transport mukosaliar dengan mengakibatkan rusaknya mukosa dan kemungkinan trakeitis (Martin, 1989).

  Pengisian salin akan mencuci mukosa trakeal dan bronchial dan merangsang batuk untuk membersihkan sekresi (Mapp,

Page 34: Data Trakeostomi

1988).

  Suksion membuang sekresi dan mencegah stasis. Suksion berlebihan dapat menimbulkan hipoksia dan atau iritasi pada mukosa trakeal (Sigler, 1993)

  Sekresi kering dapat menghambat jalan nafas atau menjadi sumber infeksi

  Status hidrasi mempengaruhi jumlah dan karakter sekresi, klien dehidrasi beresiko terhadap pembentukan sumbatan oleh lendir.

2. 2. Resiko tinggi terhadap infeksi yang berhubungan dengan penumpukan sekresi berlebihan dan       bypass pertahanan pernafasan atas.

  1. Klien akan bebas dari infeksi pada tempat trakeostomi.

  Suksion selang trakeostomi setiap jam dan sesuai kebutuhan atau yang telah dipesankan.

  Pertahankan teknik steril.

  Gunakan kateter yang telah diberi pelumas, ukuran yang tepat (kurang

  Penghisapan teratur menghilangkan sekresi yang tertumpuk, yang memberikan media baik untuk pertumbuhan mikroorganisme.

  Memberi perlindungan infeksi.

  Kateter yang terlalu besar

Page 35: Data Trakeostomi

dari setengah diameter selang trakeostomi), lumasi selang kateter non-silikon dengan air, kateter silicon dengan pelumas larut air, nonpetroleum.

  Kaji batas stoma terhadap edema yang tak biasanya, tanda kerusakan kulit, drainase, pendarahan, bau, eritema, lesi, dan krepitus udara.

  Ganti balutan trakeostomi setiap shift atau sesuai kebutuhan.

  Hindari iritasi jaringan di sekitarnya dengan mengendurkan ruang satu jari di antara pengikat dan leher.

  a. Bersihkan sekitar stoma setiap 4 jam dan sesuai kebutuhan ; gunakan hydrogen peroksida

dapat menghambat jalan nafas, kateter yang tidak dilumasi dapat mengetuk selang trakeostomi

  Drainase abnormal dapat menunjukkan infeksi (purulen, bau) atau kebocoran duktus torakal (seperti susu).

  Penggantian balutan teratur membantu mempertahankan batas stoma tetap kering dan bebas mukus.

  Ikatan harus cukup aman untuk mencegah gerakan turun naik selang trakeostomi dalam trakea tetapi tidak terlalu kencang karen dapat menekan vena jugularis eksterna.

  Pembersihan teratur menghilangkan sumber kontaminasi potensial. Dokter mungkin membiarkan stoma tanpa

Page 36: Data Trakeostomi

setengah kuat dan larutan salin, dan usap dengan salin.

b.Oleskan salep antibakteri bila dipesankan.

c.Bila selang trakeostomi dijahit, bersihkan sekitar stoma menggunakan bola kapas.

balutan selama periode pascaoperasi segera untuk memudahkan pengkajian dan pembersihan.

3. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk menghasilkan bicara sekunder terhadap trakeostomi.

  1. Klien akan mengkomunikasikan kebutuhan dasar dengan menggunakan bentuk komunikasi pengganti.

  Berdasarkan hasil pengkaji-an, lakukan konsultasi yang tepat (misal patologis wicara ,optalmologist, atau otorhi-nolaringologist).

  Sebelum pembedahan jelas-kan klien tentang efek yang diperkirakan dari trakeosto-mi terhadap bicara.

Jelaskan fisiologi normal penghasilan bicara dan bagaimana trakeostomi mengganggu mekanisme ini

  Klien mungkin memerlukan intervensi intensif, khusus unutk memastikan komunikasi yang efektif.

  Pengertian klien bahwa trakeostomi normalnya tidak mengganggu struktur anatomi yang bertanggung jawab terhadap penghasilan bunyi, dan bahwa kerusakan bunyi mungkin sementara, dapat membantu klien mengatasi kerusakan bicara dan dapat mendorong penggunaan metode komunikasi

Page 37: Data Trakeostomi

  Setelah mengidentifikasi me-tode komunikasi pengganti yang tepat, instruksikan kli-en untuk mempraktikkan pa-da praoperasi, bila memung-kinkan.

Anjurkan staf dan para pen-dukung untuk mempraktik-kan juga komunikasi peng-ganti.

pengganti (Trwley, 1987).

  Penggunaan bentuk komunikasi pengganti dapat membantu menurunkan ansietas dan perasaan terisolasi dan asing, meningkatkan control terhadap situasi, dan meningkatkan keamanan (Sawyer, 1990).

4. 4. Resiko Tinggi terhadap Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan Tubuh yang berhubungan dengan proses penyakit, anoreksia, disfagia, odinofagia, dan status puasa pasca operasi.

   

  1. Klien mempertahankan berat badan atau penurunan tidak lebih dari 2 kg dalam periode pasca operasi.

2. Klien mengkonsumsi jumlah cairan dan nutrisi adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolism basal pada periode pasca operasi.

3. Masukan nutrisi dan cairan adekuat tanpa aspirasi atau tersedak sebelum pulang.

  Jelakan peran dan pentingnya nutrisi pada pemulihan jaringan pasca operasi.

  Pantau berat badan.

  Evaluasi konsistensi makanan yang dapat ditoleransi pasien tanpa aspirasi.

  Berikan makan melalui selang (sesuai ketentuan atau yang telah dipesankan) dan ajarkan prinsip-prinsip pemberian makan melalui

  Penjelasan perlunya nutrisi pasca operasi optimal dapat membantu meminimalkan miskosepsi dan memudahkan kepatuhan klien.

  Kecenderungan berat badan dapat mengindikasikan kebutuhan suplemen diet atau perubahan teknik pemberian makan pada klien dengan peningkatan kebutuhan nutrisi atau mereka yang akan diouasakan

Page 38: Data Trakeostomi

selang.

  Pertahankan hygiene oral yang baik sebelum dan setelah makan bila diberikan makanan peroral.

  Bekerja sama dengan ahli gizi untuk memastikan kebutuhan nutrisi pasien bila klien mengalami defisit nutrisi pra operasi atau masukan nutrisi dibatasi pada periode pasca operasi.

selama lebih dari 1 sampai 2 hari (Taylor, 1989).

  Semi padat atau makanan dihaluskan mungkin ditoleransi lebih baik, karen awal menelan dan gerakan makanan dari konsistensi ini dikontrol lebih baik daripada cairan (Mendelsohn, 1993).

  Untuk mempertahankan berat badan, memudahkan penyembuhan luka, dan membantu mencegah infeksi (Sigler, 1993).

  Untuk menjaga suture tetap bersih dan merangsang nafsu makan.

  Bila klien mendapat makan melalui selang atau mengalami kesulitan mempertahankan masukan nutrisi adekuat, masukan dari ahli gizi

Page 39: Data Trakeostomi

mungkin diperlukan untuk menetapkan kebutuhan nutrient dan cairan bagi klien untuk memudahkan pemulihan luka dan mencegah dehidrasi.

1. Menurut Lama Pemasangan

a. Permanen (Tracheal Stoma Post Laryngectomy)

Tracheal cartilage diarahkan kepermukaan kulit, dilekatkan pada leher. Rigiditas cartilage mempertahankan stoma tetap terbuka sehingga tidak diperlukan tracheostomy tube (canule).

b. Sementara (Tracheal Stoma without Laryngectomy)

Trachea dan jalan nafas bagian atas masih intak tetapi terdapat obstruksi. Digunakan tracheostomy tube (canule) terbuat dari metal atau Non metal (terutama pada penderita yang sedang mendapat radiasi dan selama pelaksanaan MRI Scanning).

2. Menurut Letak Insisi

a. Insisi Vertikal

Dilakukan pada keadaan darurat

b. Insisi Horisontal.

Page 40: Data Trakeostomi

Dilakukan pada keadaan elektif.

3. Menurut Waktu Dilakukan Tindakan

1. Darurat

Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit gawat darurat. Dilakukan pembuatan lubang di antara cincing trakea satu dan dua atau dua dan tiga. Karena lubang yang dibuat lebih kecil, maka penyembuhan lukanya akan lebih cepat dan tidak meninggalkan scar. Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh lebih kecil. Menggunakan teknik insisi vertical.

2. Non-Darurat

Tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di dalam ruang operasi. Insisi dibuat di antara cincin trakea kedua dan ketiga sepanjang 4-5 cm. Menggunakan teknik insisi horizontal.

Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut :

No.

Waktu dilakukan Tindakan

Lama Penggunaan

Teknik Insisi

1. Darurat SementaraVertikal, dibuat di anatara cincin trakea 1 dan 2 atau 2 dan 3.

2. Non-darurat PermanenHorizontal, dibuat di antara cincin trakea 2 dan 3 sepanjang 4-5 cm.