Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan pasien pada pengobatan penyakit yang bersifat kronis pada umumnya rendah. Pada penelitian yang melibatkan pasien berobat jalan menunjukkan bahwa lebih dari 70% pasien tidak minum obat sesuai dengan dosis yang seharusnya (Basuki, 2009).
(Basuki, Endang. 2009. Konseling Medik : Kunci Menuju Kepatuhan Pasien. Majalah Kedokteran Indonesia, Vol 59 Nomor 2 Februari 2009.)
Hasil terapi tidak akan mencapai tingkat optimal tanpa adanya kesadaran dari pasien itu sendiri, bahkan dapat menyebabkan kegagalan terapi, serta dapat pula menimbulkan komplikasi yang sangat merugikan dan pada akhirnya dapat berakibat fatal (Hussar, 1995).
(Hussar, D.A. 1995. Patient Compliance, in Remington : The Science and Practice of Pharmacy, Volume II, USA : The Philadelpia College of Pharmacy and Science)
Menurut laporan WHO pada tahun 2003, kepatuhan rata-rata pasien pada terapi jangka panjang terhadap penyakit kronis di negara maju hanya sebesar 50%, sedangkan di negara berkembang, jumlah tersebut bahkan lebih rendah (Asti, 2006).
(Asti, Tri. 2006. Kepatuhan Pasien : Faktor Penting dalam Keberhasilan Terapi. Info POM, Vol. 7, No. 5, diakses Maret 2013 http://perpustakaan.pom.go.id/KoleksiLainnya/Buletin%20Info%20POM/0506.pdf )
Menurut laporan WHO pada tahun 2003, kepatuhan rata-rata pasien pada terapi jangka panjang terhadap penyakit kronis di negara maju hanya sebesar 50% sedangkan di negara berkembang, jumlah tersebut bahkan lebih rendah. Kepatuhan pasien sangat diperlukan untuk
mencapai keberhasilan terapi utamanya pada terapi penyakit tidak menular (misalnya : diabetes, hipertensi, asma, kanker, dsb), gangguan mental, penyakit infeksi HIV / AIDS dan tuberkulosis Adanya ketidakpatuhan pasien pada terapi penyakit ini dapat memberikan efek
negatif yang sangat besar karena prosentase kasus penyakit penyakit tersebut diatas diseluruh
dunia mencapai 54% dari seluruh penyakit pada tahun 2001. Angka ini bahkan diperkirakan
akan meningkat menjadi lebih dari 65% pada tahun 2020. Harus diingat bahwa kepatuhan merupakan fenomena multidimensi yang ditentukan oleh lima dimensi yang saling terkait, yaitu factor pasien, faktor terapi, faktor sistem kesehatan, faktorlingkungan dan faktor social ekonomi.
Secara umum, hal-hal yang perlu
dipahami dalam meningkatkan tingkat kepatuhan adalah
1. Pasien memerlukan
d u k u n g a n , b u k a n
disalahkan
2. Konsekuensi dari ketidakpatuhan
terhadap terapi
jangka panjang adalah tidak
tercapainya tujuan terapi
dan meningkatnya biaya
pelayanan kesehatan
3. Peningkatan kepatuhan
pasien dapat meningkatkan
keamanan penggunaan
obat.
4. Kepatuhan merupakan
faktor penentu yang cukup
penting dalam mencapai
efektifitas suatu sistem
kesehatan.
5. Memperbaiki kepatuhan
dapat merupakan intervensi
terbaik dalam penanganan
secara efektif suatu
penyakit kronis
6. Sistem kesehatan harus
terus berkembang agar
selalu dapat menghadapi
berbagai tantangan baru
7. Diperlukan pendekatan
secara multidisiplin dalam
menyelesaikan masalah
ketidakpatuhan.
pengobatan Diabetes Mellitus merupakan pengobatan dalam waktu lama (long life) dan menggunakan jumlah obat yang banyak (polifarmasi), sehingga dibutuhkan kepatuhan pasien yang tinggi dalam meminum obat. Sehingga pola makan “sekopi” yang terdiri dari 5 bahan makanan yang alami dan ekonomis dapat dijadikan alternatif untuk membantu meningkatkan kepatuhan pasien mengobati dan mencegah penyakit.
Dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap efek makanan rujukan terhadap manusia untuk mendapatkan nilai kalori yang potensial untuk dikonsumsi. Zat yang diuji secara klinis harus memuat nilai kandungan kalori yang telah ditambahkan dengan sumber glukosa. Jika hasil uji efek makanan rujukan telah didapat, selanjutnya dilakuka sosialisasi mengenai efektivitas pola makanan rujukan terhadap praktisi kesehatan. Hal ini bertujuan agar pola makanan rujukan dapat dikonsumsi dan menjadi pilihan bagi pasien diabetes dan orang yang memiliki faktor resiko tinggi diabetes. Ahli kuliner dan pakar nutrisi dapat menciptakan resep kuliner dengan menggunakan bahan makanan rujukan. Hal ini bertujuan agar bahan makanan rujukan dapat menjadi pola makan harian yang memiliki banyak variasi resep sehingga pasien diabetes dan orang dengan faktor resiko tinggi diabetes dapat langsung mengaplikasikan bahan makanan rujukan tersebut.
Top Related