BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kopi adalah suatu jenis tanaman tropis, yang dapat tumbuh
dimana saja, terkecuali pada tempat-tempat yang terlalu tinggi
dengan temperatur yang sangat dingin atau daerah-daerah
tandus yang memang tidak cocok bagi kehidupan tanaman
(AAK.1988). Hingga saat ini belum diketahui dengan pasti sejak
kapan tanaman kopi dikenal dan masuk dalam peradaban
manusia. Menurut catatan sejarah, tanaman ini mulai dikenal
pertama kali di benua Afrika tepatnya di Ethiopia. Pada
mulanya tanaman kopi belum dibudidayakan secara sempurna oleh
penduduk, melainkan masih tumbuh liar di hutan-hutan dataran
tinggi (Najiati et al.2006)
Pada mulanya orang minum kopi bukanlah kopi bubuk yang berasal dari biji,
melainkan cairan dalam kopi yang masih segar atau ada pula yang
menggunakan kulit buah yang disedu dengan air panas. Sudah
barang tentu rasanya tidak enak seenak kopi bubuk, namun
dapat juga menyegarkan badan, sehingga penggemarnya pun
belum begitu meluas. Setelah diketemukan cara memasak kopi
bubuk yang lebih sempurna, yaitu menggunakan biji kopi yang
masak kemudian dikeringkan dan dijadikan bubuk sebagai bahan
minuman, akhirnya penggemarnya cepat meluas di berbagai
daerah dan bahkan meluas di Afrika sebelah utara(AAK.1988)
Di Indonesia, tanaman kopi diperkenalkan pertama kali
oleh VOC pada periode antara tahun 1696-1699. Penanaman
tanaman ini mula-mula hanya bersifat coba-coba (penelitian),
tetapi karena hasilnya memuaskan dan dipandang oleh VOC cukup
menguntungkan sebagai komoditi perdagangan, maka VOC
menyebarkan bibit kopi ke berbagai daerah agar penduduk
menanamnya (Najiati et al.2006)
Didalam kopi terdapat logam seng dan logam tembaga yang
berasal dari pemakaian pestisida serta pemupukan yang
berlebihan dan dapat berasal dari tanah
Universitas Sumatera Utara
tempat tumbuhnya kopi tersebut. Jika kopi sudah tercemar akan membahayakan (SNI
01-3542-2004). Logam-logam bahan pencemar yang perlu
diwaspadai adalah seperti seng, tembaga, merkuri,besi, kadmium,
kobalt, timbale, nikel yang terlarut dalam air (Darmono, 1995).
Pencemaran logam pada produk makanan mungkin dapat
terjadi pada waktu pemrosesan makanan dan wadah. Selain itu
kontaminasi makanan juga dapat terjadi dari tanaman pangan
(bidang pertanian) yang diberi pupuk dan pestisida yang
mengandung logam (Darmono.1995). Penggunaan pestisida
dapat tertinggal dan tercampur dengan makanan merupakan
suatu hal yang perlu diperhatikan (Winarno.1993)
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka peneliti tertarik
untuk menganalisa unsur Zn dan Cu yang terdapat dalam
kopi bubuk menggunakan instrumen Spektrofotometer Serapan
Atom (SSA).
1.2 Permasalahan
Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah
1. Apakah kadar unsur Zn dan Cu yang terdapat dalam kopi bubuk industri
pabrik dan kopi bubuk industri rumah tangga memenuhi
Standar Nasional Indonesia (SNI)
2. Bagaimanakah perbandingan kadar unsur Zn dan Cu yang
terdapat pada kopi bubuk industri pabrik dengan kopi bubuk
industri rumah tangga.
1.3 Pembatasan Masalah
1. Penelitian ini dibatasi pada penentuan kadar Zn dan Cu
dari kopi bubuk industri pabrik dan kopi bubuk industri
rumah tangga
2. Sampel yang digunakan hanya satu merek
3. Parameter yang dianalisa yaitu logam seng dan tembaga
dan diukur dengan Sepektrofotometer Serapan Atom pada
λspesifik = 213,9 nm dan λspesifik = 324,8 nm
Universitas Sumatera Utara
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar seng dan tembaga yang terdapat
dalam kopi bubuk industri pabrik dan kopi bubuk industri rumah
tangga, serta untuk menganalisis apakah kadar seng dan
tembaga yang terkandung dalam kopi bubuk tersebut tidak
melampaui baku mutu yang telah ditetapkan sehingga layak
dikonsumsi.
1.5 Manfaat Penelitian
Memberikan informasi kepada masyarakat tentang kadar seng
dan tembaga yang terdapat dalam kopi bubuk industri pabrik
dan industri rumah tangga yang beredar dipasaran.
1.6 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera
Utara
1.7 Metodologi Penelitian
1. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan interval waktu persatu minggu
2. Metode dekstruksi yang dilakukan adalaah metode dekstruksi basah dengan
menggunakan pereaksi asam nitrat pekat, asam sulfat
pekat, dan asam peroksida 30 %
3. Penentuan kadar Zn dan Cu yang dilakukan dengan
Spektrofotometer Serapan Atom pada λspesifik = 213,9 nm dan
λspesifik = 324,8 nm
4. Cara menghitung kadar seng dan tembaga dari sampel
dalam satuan mg/kg dengan menggunakan data hasil
analisis Spektrofotometer Serapan Atom, dan dengan
menggunakan persamaan garis regresi kurva standar.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 .Kopi
Nama kopi (Coffea spp.)sebagai bahan minuman sudah tidak
asing lagi.Didunia perdagangan dikenal beberapa golongan kopi,
tetapi yang paling sering dibudidayakan hanya kopi arabika,
robusta dan liberika. Pada umumnya, penggolongan kopi
berdasarkan spesies, kecuali kopi robusta. Kopi robusta bukan
nama spesies karena kopi ini merupakan keturunan dari beberapa
spesies kopi, terutama Coffea canephora.
1. Kopi Liberika (Coffea liberica)
Kopi liberika berasal dari Angola, kemudian masuk ke
Indonesia pada tahun 1965. Beberapa varietas kopi liberika
yang pernah didatangkan ke Indonesia antara lain
Ardoniana dan Durvei. Meskipun sudah cukup lama masuk
ke Indonesia tetapi hingga kini jumlahnya masih terbatas
karena kualitas buah dan rendemennya rendah.
2. Golongan Ekselsa
Kopi golongan ekselsa mempunyai adaptasi iklim lebih luas seperti kopi
Liberika dan tidak terlalu peka terhadap penyakit HIV.
Jenis ini banyak dibudidayakan didataran rendah yang
basah, yaitu daerah yang tidak sesuai untuk kopi robusta.
Kelemahan jenis kopi ini antara lain kurang laku dipasaran
dibanding kopi robusta karena kualitasnya kurang baik.
3. Kopi Arabika(Coffea Arabica)
Universitas Sumatera Utara
Kopi arabika berasal dari Ethiopia dan Abessinia. Kopi ini merupakan jenis
pertama yang dikenal dan dibudidayakan, bahkan termasuk
kopi yang paling banyak diusahakan hingga akhir abad ke-
19. Setelah abad ke-19, dominasi kopi Arabika menurun
karena kopi ini sangat peka terhadap penyakit HIV,
terutama di dataran rendah.Beberapa varietas kopi
Arabika yang banyak diusahakan di Indonesia antara lain
Abesinia, Pasumah, Marago type, dan congensis.
4. Kopi Robusta
Kopi Robusta berasal dari Kongo. Kopi ini masuk ke
Indonesia pada tahun 1900. Beberpa jenis yang termasuk
kopi Robusta antara lain Quillou, Uganda, dan Chanephora.
Oleh karena mempunyai sifat lebih unggul, kopi ini sangat
cepat berkembang. Bahkan kopi Robusta termasuk jenis
yang mendominasi perkebunan kopi di Indonesia hingga saat
ini.
5. Golongan Hibrida
Kopi hibrida merupakan turunan pertama hasil perkawinan antaradua spesies
atau varietas sehingga mewarisi sifat-sifat unggul kedua
induknya. Namun, keturunan dari golongan hibrida ini sudah
tidak mempunyai sifat yang sama dengan induk hibridnya.
Oleh karena itu, pembiakannya hanya dengan cara vegetatif
seperti setek atau sambungan (Najiatai et al,2006)
1.2 Pembuatan Kopi Bubuk
Kopi bubuk adalah biji kopi yang disangrai (roasted) kemudian
digiling, dengan atau tanpa penambahan bahan lain dalam
kadar tertentu yang tidak membahayakan kesehatan(SNI 01 –
3542 – 2004).
Pembuatan kopi bubuk bisa dibagi kedalam dua tahap,
yaitu tahap perendangan dan tahap penggilingan.
1. Perendangan (Penyangraian)
Universitas Sumatera Utara
Perendangan atau penyangraian adalah proses pemanasan
kopi beras pada suhu 200-225oC. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan kopi rendang yang berwarna cokelat kayu
manis kehitaman. Kopi beras adalah kopi kering yang sudah
terlepas dari daging buah dan kulit arinya.
Perendangan secara tradisional umumnya dilakukan petani
secara terbuka dengan wajan yang terbuat dari tanah, besi
atau baja.Sedang perendangan kopi oleh pabrik dilakukan
secara tertutup dengan mesin\ seperti bath roaster.
2. Penggilingan (penumbukan)
Penggilingan adalah proses pemecahan butir-butir kopi yang telah direndang
untuk mendapatkan kopi bubuk.Penggilingan tradisional
dilakukan dengan cara menumbuk kopi menggunakan alat
penumbuk yang disebut lumpang dan alu.Penggilingan oleh
industri atau pabrik menggunakan mesin giling (Najiati et
al.2006).
1.3 Syarat Mutu Kopi Bubuk
No Kriteria Uji Persyaratan
1
2
3 4 5
6 7
Keadaan
Bau
Rasa
Warn
a Air
Abu
Kealkalian Abu
(ml x
.NaOH/100g)
Sari Kopi
Bahan-bahan
lain Cemaran
logam Timbal
(Pb) Tembaga
(Cu) Seng
Norm
al
Norm
al
Norm
al
Maksimal 7 %
b/b Maksimal 5
% b/b Minimal
35 Maksimal 60
% b/b Boleh
ada
Universitas Sumatera Utara
Sumber : SNI 01 -3542- 2004.Kopi Bubuk.Badan Standar Nasional
2.4 Logam
Logam dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu logam esensial dan
logam nonesensial. Logam esensial adalah logam yang sangat
membantu dalam proses fisiologis makhluk hidup dengan jalan
membantu kerja enzim atau pembentukan organ dari makhluk
yang bersangkutan, yang termasuk logam esensial adalah seng
(Zn), tembaga (Cu) dan selenium (Se).
Logam nonesensial adalah arsen (As), merkuri (Hg),
Cadmium (Cd), Timbal (Pb), Kromium (Cr), dan Aluminium (Al),
tetapi beberapa jenis logam lain yang termasuk kelompok logam
esensial dapat pula bersifat racun bila keberadaannya telah
melebihi dari kebutuhan pada proses fsiologi dalam makhluk hidup
(Darmono.1995).
2.4.1 Logam Seng (Zn)
Logam zink adalah yang putih kebiru-biruan; Logam ini cukup
mudah ditempa dan liat pada 110-150oC. Zink melebur pada 410 oC
dan mendidih pada 906oC. Logamnya
yang murni, melarut lambat sekali dalam asam dan dalam
alkali; adanya zat-zat pencemar atau kontak dengan platinum
atau tembaga, yang dihasilkan oleh penambahan beberapa
tetes larutan garam dari logam-logam ini, mempercepat reaksi
(Vogel,A.I.1985).
8
9
Timah (Sn)
Raksa (Hg)
Cemaran Arsen
(As) Cemaran
Mikroba
Angka Lempeng
total Kapang
Maksimal 40,0 mg/kg
Maksimal 0,03
mg/kg Maksimal
1,0 mg/kg
Maksimal 106
Koloni/g Maksimal
Unsur yang berwarna putih-kebiruan mengkilap, rapuh pada
suhu biasa tetapi liat pada suhu 100-150oC, konduktor listrik, pada
suhu tinggi terbakar disertai asap
Universitas Sumatera Utara
putih oksidanya. Sifat lainnya adalah unsur elektropositif, mudah
bereaksi dengan O2 tetapi oksida yang terbentuk bersifat melapisi
dan menghambat oksidasi selanjutnya; bereaksi dengan belerang
dan unsur logam lainnya (Mulyono.2006)
2.4.2. Zn Dalam Tubuh Manusia
Rata-rata tubuh orang dewasa mengandung 1,4 -2,5 g Zn yang
tersebar hampir disemua sel. Sebahagian besar seng berada di
dalam hati , prankeas, ginjal, otot dan tulang. Jaringan yang
banyak mengandung seng adalah bagian mata, kelenjar prostat,
spermatozoa, kulit, rambut dan kuku. Kelebihan seng disimpan di
dalam hati dalam bentuk metalotionein. Lainnya dibawa ke
pankreas dan jaringan tubuh lain. Bentuk simpanan ini akan
dibuang bersama sel-sel dinding usus halus yang umurnya 2-5 hari .
Logam seng berperan pula dalam sintesis dan
degradasi kalogen, pembentukan kulit, metabolisme jaringan ikat
dan penyembuhan luka, serta dalam pengembangan fungsi
reproduksi laki-laki dan pembentukan sperma, selain itu sebagai
pengangkut sintesis vitamin A, pembentukan antibodi sel,
metabolisme tulang, transpor oksigen, pembentukan struktur dan
fungsi membran serta proses penggumpalan darah
(Almatsier,S.2001)
2.4.3. Defesiensi dan Keracunan Zn
Seng adalah yang paling kurang beracun diantara mikro
mineral.Tanda-tanda kekurangan seng adalah gangguan
pertumbuhan dan kematangan seksual. Fungsi pencernaan
terganggu, karena gangguan fungsi fankreas dan kerusakan
permukaan saluran cerna. Disamping itu dapat terjadi diare dan
gangguan fungsi kekebalan. Kekurangan seng kronis mengganggu
pusat sistem saraf dan fungsi otak.. Kekurangan seng juga
mengganggu fungsi kelenjar tiroid dan laju metabolisme,
gangguan nafsu makan, penurunan ketajaman indra rasa serta
memperlambat penyembuhan luka.
Kelebihan seng mempengaruhi metabolisme kolesterol,
mengubah nilai lipoprotein dan dapat mempercepat timbulnya
aterosklerosis.Suplemen seng bisa menyebabkan keracunan,
begitupun makanan yang asam dan disimpan didalam
Universitas Sumatera Utara
kaleng yang dilapisi seng . (Sunita.2002).Seng dalam jumlah yang banyak dapat
menyebabkan kematian. Dosis seng yang tinggi juga dapat
menghambat penyerapan besi dari sistem pencernaan
(Frances.2006)
2.5 Logam Tembaga (Cu)
Tembaga adalah logam merah muda, yang lunak, dapat ditempa
, dan liat. Karena potensial elektroda standarnya positif, (+0,34 V
untuk pasangan Cu/Cu+2) ia tak larut dalam asam klorida dan
asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia bisa larut
sedikit. Asam nitrat yang sedang pekatnya (8M) dengan mudah
melarutkan tembaga (Vogel,A.I.1985 ).Tembaga meleleh pada
1083oC, dan mendidih pada 2.840 oC. Unsur tembaga di alam
dapat ditemukan dalam bentuk logam bebas, akan tetapi lebih
banyak ditemukan dalam bentuk persenyawaan atau sebagai
senyawa padat dalam bentuk mineral.
2.5.1 Cu Dalam Tubuh Manusia
Sebagai logam berat, Cu berada dengan logam-logam berat
lainnya seperti Hg, Cd, dan Cr tetapi logam berat Cu digolongkan
kedalam logam berat dipentingkan atau logam berat esensial,
artinya meskipun Cu merupakan logam berat beracun, unsur
logam ini sangat dibutuhkan tubuh meskipun dalam jumlah sedikit.
Kadar Cu dalam tubuh orang dewasa sekitar 50-80 mg,
jauh lebih sedikit daripada Fe dan Zn. Pada manusia Cu paling
banyak didapatkan dalam hati dan darah (Linder,C.M.1992). Logam
Cu dibutuhkan untuk sistem enzim oksidatif seperti enzim askorbat
oksidase, sistikrom oksidase, polyfenol oksidase dan lain-lain.
Cu juga dibutuhkan manusia sebagai kompleks Cu-protein yang
mempunyai fungsi tertentu dalam pembentukan hemoglobin,
kolagen, pembuluh darah dan myelin otak. Disamping itu, Cu
juga terlibat dalam proses pembentukan energi untuk metabolisme
serta dalam aktifitas tirosin (Heryando.1994)
Universitas Sumatera Utara
2.5.2 Defesiensi dan Keracunan Cu
Defesiensi Cu tidak jarang terjadi pada bayi prematur atau yang berat badannya
rendah. Defesiensi juga mungkin dapat diakibatkan atau
ditingkatkan oleh banyaknya yang terekskresi melalui urin. Gejala
defisiensi Cu termasuk penurunan kadar Cu-serum dan
seruloplasmin, anemia, depigmentasi kulit, rambut kusut,
kerusakan otak (Linder,C.M.1992)
Namun demikian meski sangat dibutuhkan, logam Cu akan
berbalik menjadi bahan racun untuk manusia bila masuk dalam
jumlah berlebihan. Bentuk Cu yang paling beracun adalah debu-
debu Cu yang dapat mengakibatkan kematian pada dosis 3,5
mg/kg. Sedangkan daya racun yang dimiliki oleh garam klorida
terhidrasi (CuCl2.2H2O) akan mengakibatkan kematian pada dosis
9,4 mg/kg. Untuk garam sulfat dalam bentuk terhidrasi
(CuSO4.5H2O) daya racun yang dimilikinya akan mengakibatkan
kematian pada dosis 33 mg/kg .Pada manusia, efek keracunan
utama yang ditimbulkan akibat terpapar oleh debu atau uap
logam Cu adalah terjadinya gangguan pada jalur pernafasan
sebelah atas,terjadinya kerusakan atropik pada selaput lendir
yang berhubungan dengan hidung (Heryando.1994)
2.6 Perombakan Bahan Organik dan Biologis
Untuk menentukan kandungan mineral bahan makanan, bahan
makanan dihancurkan atau didekstruksi terlebih dahulu. Cara
yang biasa dilakukan yaitu dengan metode pengabuan kering
(dry ashing) dan pengabuan basah (wet digestion). Pemilihan
metode pengabuan tersebut tergantung pada sifat zat organik
dalam bahan, sifat zat anorganik yang ada dalam bahan, mineral
yang akan dianalisa serta sensitivitas yang digunakan
(Apriyanto,A.1989).
a. Dekstruksi Basah
Dekstruksi basah yaitu pemanasan sampel (organic atau
biologis) dengan adanya pengoksidasi kuat seperti asam-
asam mineral baik tunggal maupun campuran. Jika dalam
sampel dimasukkan zat pengoksidasi, lalu dipanaskan
Universitas Sumatera Utara
pada temperature yang cukup tinggi dan jika pemanasan dilakukan secara
kontinu pada waktu yang cukup lama, maka sampel akan
teroksidasi sempurna sehingga meninggalkan berbagai
elemen-elemen pada larutan asam dalam bentuk senyawa
anorganik yang sesuai untuk dianalisis (Anderson,R.1987).
Dekstruksi basah pada prinsipnya adalah penggunaan
asam nitrat untuk mendekstruksi zat organik pada suhu
rendah dengan maksud mengurangi kehilangan mineral
akibat penguapan. Pada tahap selanjutnya, proses
seringkali berlangsung sangat cepat akibat pengaruh asam
perklorat atau hidrat peroksida. Dekstruksi basah pada
umumnya digunakan untuk menganalisa arsen, tembaga,
timah hitam, timah putih, dan seng.
Ada tiga macam cara kerja dekstruksi basah dapat dilakukan, yaitu:
1. Dekstruksi basah menggunakan HNO3 dan H2SO4
2. Dekstruksi basah menggunakan HNO3,H2SO4 dan HClO4
3. Dekstruksi basah menggunakan HNO3,H2SO4 dan H2O2(Apriyanto,A.1989)
b. Dekstruksi Kering
Dekstruksi kering merupakan yang paling umum
digunakan dengan cara membakar habis bagian organik
dan meninggalkan residu anorganik sebagai abu untuk
analisis lebih lanjut. (Anderson,R.1987)
Pengabuan kering dapat diterapkan pada hampir semua
analisa mineral, kecuali merkuri dan arsen. Cara ini lebih
membutuhkan sedikit ketelitian sehingga mampu
menganalisa bahan lebih banyak daripada pengabuan basah.
Pengabuan kering dapat dilakukan untuk menganalisa
kandungan Ca,P dan K akan tetapi kehilangan K dapat
terjadi apabila suhu yang digunakan terlalu tinggi. Oleh
karena itu, untuk menganalisa K harus dihindari pemakaian
suhu lebih tinggi dari 480oC. Suhu 450oC tidak dapat
digunakan jika menganalisa kandungan seng (Zn), yang
penggunaan suhu yang terlalu tinggi
juga menyebabkan beberapa mineral menjadi tidak larut
(misal timah putih) (Apriyanto,A.1989)
Universitas Sumatera Utara
2.7 Spektrofotometri Serapan Atom
Metode Spektrofotometri Serapan Atom pertama kali dikembangkan oleh Walsh,
Alkamede, dan Melatz (1955) yang ditujukan untuk analisis renik
dalam sampel yang dianalisis. Pada Spektrofotometri Serapan Atom
terjadi penyerapan sumber radiasi (di luar nyala) oleh atom-atom
netral dalam keadaan gas yang berada dalam nyala. Radiasi
yang diserap oleh atom-atom netral dalam keadaan gas tadi
biasanya radiasi sinar tampak atau ultraviolet (Mulja,M.1995)
2.7.1 Prinsip Dasar Spektrofotometri Serapan Atom
Jika cahaya dengan panjang gelombang resonansi dilewatkan nyala
yang mengandung atom-atom yang bersangkutan, maka
sebagian cahaya itu diserap dan jauhnya penyerapan
berbanding lurus dengan banyaknya atom keadaan dasar yang
berada dalam nyala.
Proses terbentuknya uap yang mengandung atom-atom
dalam nyala, dapat diringkaskan sebagai berikut: bila suatu
larutan yang mengandung senyawa yang cocok dari yang akan
diselidiki itu dilewatkan kedalam nyala, terjadilah peristiwa
berikut secara berurutan :
1. Penghilangan pelarut atau evaporasi yang meninggalkan residu padat
2. Penguapan zat padat dilanjutkan denga disosiasi menjadi
atom-atom penyususn yang mula-mula akan berada dalam
keadaan dasar. (Vogel.A.I.1994)
Universitas Sumatera Utara
2.7.2 Instrumentasi Spektrofotometri Serapan Atom
Sumber Sinar Nyala monokromator detektor
Tempat sampel read out
a. Sumber sinar
Sumber sinar yang lazim dipakai adalah lampu katoda
berongga. Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang
mengandung suatu katoda dan anoda. Katoda sendiri
berbentuk silinder beronggga yang terbuat dari logam
atau dilapisi dengan logam tertentu. Tabung logam ini diisi
dengan gas mulia (neon atau argon) dengan tekanan
rendah. Neon biasanya lebih disukai karena memberikan
intensitas pancaran lampu yang lebih rendah.
b. Tempat sampel
Dalam anaisis dengan Spektrofotometri Serapan Atom,
sampel yang akan dianalisis harus diuraikan menjadi
atom-atom netral yang masih dalam keadaan asas. Ada
beberapa macam alat yang dapat digunakan untuk
mengubah suatu sampel menjadi uap atom-atom yaitu
dengan nayala dan tanpa nyala
� Nyala(Flame)
Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa
padatan atau cairan menjadi bentuk uap atomnya, dan
juga berfungsi untuk atomisasi.
� Tanpa nyala (Flameless)
Pengatoman dapat dilakukan dalam tungku dari grafit,
kemudian tabung tersebut dipanaskan dengan sistem
elektris dengan cara melewatkan arus
Universitas Sumatera Utara
listrik grafit. Akibat pemanasan ini, maka zat yang akan
dianalisis berubah menjadi atom-atom netral
(Rohman,A.2007)
c. Monokromator
Monokromator memisahkan, mengisolasi dan mengontrol intensitas dari
radiasi energi yang mencapai detektor. Dapat dianggap
sebagai suatu saringan yang dapat disesuaikan dengan
suatu daerah yang spesifik, yang mana spektrum
transmisi yang tidak sesuai akan ditolak. Idealnya
monokromator harus mampu memisahkan garis resonansi.
Karena ada beberapa unsur yang mudah dan ada beberapa
unsur yang sulit (Haswell, S.J.1991)
d. Detektor
Detektor pada spektrofotometer serapan atom berfungsi mengubah intensitas
radiasi yang akan datang menjadi arus listrik. Pada
spektrofotometer serapan atom yang umum dipakai sebagai
detektor adalah tabung penggandaan foton (PMT = Photo
Multiplier Tube Detector) (Mulja,M.1995)
e. Read out
Sistem pencatat yang digunakan pada instrument SSA
berfungsi untuk mengubah sinyal yang diterima melalui
bentuk digital, berarti sistem pencatat menegah atau
mengurangi kesalahan dalam pembacaan skala secara
paralaks, kesalahan interpolasi diantara pembacaan skala
dan sebagainya, serta menyeragamkan tampilnya data,
yaitu dalam satuan absorbansi (Haswell, S.J.1991)
2.7.3 Gangguan Pada SSA dan Cara Mengatasinya
Gangguan diartikan sebagai suatu factor kimia atau fisika yang
akan mempengaruhi jumlah atom pada anlit dalam keadaan
dasar (ground state) sehingga akan menyebabkan bertambah
atau berkurangnya bacaan nilai serapan atau unsur yang
dianalisis.
Universitas Sumatera Utara
Ada beberap faktor gangguan dalam menggunakan SSA :
1. Suhu yang sesuai, suhu gas pembakar harus sesuai dengan
suhu unsur yang akan dianalisis
2. Konsentrasi sampel tidak boleh melebihi kesensitifan dari alat detector SSA.
Ini aan menyebabkan gangguan terhadap garis spectrum
dan mengakibatkan kerusakan pada alat detector SSA
3. Pengaruh penguapan pelarut dan bahan larutan jangan
sampai menurunkan suhu nyala gas pembakar, ini akan
menyebabkan bacaan nilai serapan atom menjadi rendah
(Khopkar, S.M. 1990)
Universitas Sumatera Utara
Top Related