ii
ii
Daftar Isi
Cover Modul IDaftar Isi ii
PendahuluanPetunjuk Belajar 1Capaian pembelajaran 2Sub-capaian pembelajaran 2
Uraian Materi 2I. Siklus Air 2II. Air Tanah 5
A. Air Limpasan 8B. Air Regeonal 10C. Air Tengger 11D. Mata Air 11
III. Air Permukaan A. Sungai 14B. Danau 24C. Rawa 25
Rangkuman 26Daftar Pustaka 27
1
BIDANG KAJIAN :HIDROSFER DAN PERSEBARAN SUMBERDAYA ALAM
MODUL 18 : PERAIRAN DARAT
PENDAHULUAN
Planet Bumi sebagian besar tersusun atas lingkungan perairan baik di darat maupun
di laut. Perairan darat khususnya memiliki banyak dampak terhadap lingkungan daratan
yang berbatasan langsung. Pola kehidupan bervariasi menurut ekosistem yang terssusun
pada masing-masing bagian di perairan darat.
Pada modul pembelajaran Geografi ini bertujuan untuk memberikan informasi dan
pengetahuan tentang perairan darat, siklus air, karakteristik air tanah dan karakteristik air
permukaan yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Keberadaan air sangat penting dalam kehidupan di muka bumi. Siklus air terdiri dari
komponen evaporasi, transiprasi, evapotranspirasi, kondensasi, presipitasi,
infiltrasi/perkolasi dan mengalir pada surface run off maupun ground water. Berbagai
fenomena air freatis, air artesis, geyser atau sumber air panas thermal dibahas dalam
bagian air tanah. Sedangkan pada pembahasan air permukaan banyak menelaah tentang
keberadaan sungai, danau dan rawa. Wawasan tentang karakteristik perairan darat sangat
membantu dalam mempelajari peran perairan darat bagi kehidupan secara komprehensif.
Agar semua tujuan tersebut dapat tercapai, diharapkan modul ini dapat dipelajari dan
mencoba untuk mengaitkan antara bagian satu dengan bagian yang lain dalam modul ini,
serta dengan seksama mengerjakan semua tugas dan tes formatif yang disediakan.
PETUNJUK BELAJAR
1. Bacalah modul ini sebaik-baiknya dengan cermat
2. Jika diperlukan saudara boleh mencari informasi tambahan sesuai dengan materi
dalam modul ini
3. Setelah membaca kerjakan latihan soal pada bagian akhir modul ini. Saudara harus
mendapatkan skor minimal 70. (minimal 7 soal harus dijawab dengan benar)
4. Jika Saudara mendapatkan skor kurang dari 70 maka saudara dinyatakan belum
tuntas.
5. Jika belum tuntas dalam belajar modul ini, jangan beralih ke modul berikutnya
2
Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan
Dalam substansi keilmuan, setiap guru Geografi wajib menguasai pengetahuan Geografi
yang setara dengan pengetahuan Geografi yang dikuasai oleh Sarjana Geografi.
Sub Capaian Pembelajaran:
Menguasai pengetahuan geografi pada materi perairan darat yang terdiri dari siklus air, air
tanah, dan air permukaan serta pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari.
URAIAN MATERI
I. Siklus Air
Planet Bumi sebagai tempat tinggal manusia beraktivitas dan hidup adalah satu-
satunya planet pada sistem tata surya dimana sebagian besar wilayahnya terdiri atas
wilayah perairan, baik dalam wujud bongkahan es dan lembaran salju (padatan), cairan,
maupun wujud uap air (gas). Hasil penelitian para pakar, hampir tiga perempat permukaan
bumi terisi air, baik yang terletak di kawasan darat dalam bentuk air permukaan (laut,
rawa, danau, dan sungai), dan air di dalam tanah, maupun dalam atmosfer dengan wujud
uap air. Total Jumlah air yang ada pada bumi mencakup es, gas, dan cairan kurang lebih
336.000 mil kubik (1,4 miliar km3), dan keberadaannya di samudera sekitar 97,2%.
Lapisan atau lingkungan perairan melingkupi planet bumi disebut lapisan
Hidrosfer. Hidrosfer diambil berdasarkan kata “hydro” bermakna air, dan “spheira” yang
artinya lingkungan atau lapisan, dengan demikian hidrosfer merupakan lapisan air yang
melingkupi di permukaan bumi. Hidrologi merupakan ilmu khusus yang mempelajari
tentang lapisan air di permukaan bumi, terutama air di wilayah daratan, sedangkan
oseanografi merupakan ilmu khusus yang mengkaji tentang perairan yang ada di lautan.
Ketika massa air menguap ke atmosfer, uap air tersebut selalu mengalami depresi
temperatur yakni sekitar 0,5o Celcius sampai 0,6oCelsius setiap kenaikkan tinggi tempat
100 m. Dampak depresi temperatur, hingga pada level kondensasi dimana kelembaban
relatifnya mencapai 100%, sehingga akan terjadi proses kondensasi atau pengumpulan
dimana uap air kembali berubah menjadi titik-titik air di atmosfer yang dikenal dengan
awan.
Akibat gerakan angin sekumpulan awan pada atmosfer mengalami perpindahan dari
suatu wilayah ke wilayah yang lain. Meskipun demikian terkadang titik air tersebut
langsung jatuh di bumi sebagai presipitasi atau hujan. Pada wilayah pegunungan tinggi,
3
curah hujan tersebut bisa terwujud dalam bentuk kristal es dan salju sebab temperaturnya
di wilayah sekitar berada di bawah titik beku dan sangat dingin. Beberapa proses alam
yang dapat terjadi saat kejadian hujan antara lain sebagai berikut:
Hujan jatuh langsung kearah lautan kembali,
Langsung menguap ke atmosfer kembali sebelum sampai ke permukaan bumi,
Menguap ke kembali sebelum sampai ke permukaan bumi dan jatuh di atas
dedaunan dan rerantingan tumbuhan
Hujan jatuh ke permukaan bumi mengalami infiltrasi masuk lapisan tanah dan
menjadi cadangan air tanah.
Hujan jatuh pada permukaan bumi lalu mengalami genangan, kemudian mengalir di
permukaan bumi menjadi air limpasan permukaan. Proses tersebut berlaku apabila
tanah sudah mengalami kejenuhan disebabkan oleh curah hujan yang intensitasnya
tinggi dan waktunya berlangsung cukup lama.
Komponen penting pada siklus air yaitu:
a. Evaporasi. Evaporasi menjadi komponen penting pada siklus air, perairan yang ada
di permukaan bumi, baik terdapat pada daratan maupun yang terdapat pada lautan
dipanaskan melalui penyinaran matahari yang kemudian merubahnya dalam wujud uap
air yang tidak dapat terlihat oleh mata di lapisan atmosfer. Uap air dihasilkan pula dari
dedaunan tumbuhan dan pernafassan hewan melalui sebuah proses yang dikenal dengan
istilah transpirasi. Setiap harinya tumbuhan dan hewan melalaui petumbuhanya yang
aktif melepaskan uap air lima hingga sepuluh kali sebanyak air yang dapat dihasilkan.
Kurang lebih 95.000 mil3 air mengalami penguapan ke udara per-tahun. Sekitar 80.000
mil3 uap air menguap berasal dari lautan. Hanya sekitar 15.000 mil3 uap air berasal dari
daratan, danau, sungai, dan lahan yang basah, dan utamanya dihasilkan dari transpirasi
dedaunan tumbuhan. Gabungan proses evaporasi dan transpirasi dinamakan
evapotranspirasi.
b. Kondensasi, yakni uap air ke atas lapisan atmosfer naik terus meninggi akan terjadi
pendinginan, mengakibatkan terjadinya transformasi bentuk melalui kondensasi
menjadi embun, titik-titik air, es dan salju. Titik -titik air, kumpulan embun, es dan
salju menjadi material penyusun awan dan kabut. Setelah mengalami kondensasi uap
akan dilanjutkan dengan adveksi. Adveksi Merupakan proses pengangkutan air dengan
4
gerakan horizontal seperti perjalanan panas maupun uap air dari satu lokasi ke lokasi
yang lain oleh gerakan udara mendatar.
c. Presipitasi, terjadi ketika titik-titik air, es maupun salju pada awan memiliki ukuran
yang membesar dan semakin menjadi berat, titik-titik air, es dan salju akan turun
menjadi hujan atau presipitasi. Presipitasi dalam bentuk hujan, salju dan hujan es
dihasilkan dari sekumpulan awan. Kumpulan awan tersebut bergerak mengelilingi
dunia, yang diatur melalui arus udara. Misalnya, pada saat kawanan awan tersebut
bergerak ke arah pegunungan, kawanan awan tersebut mengalami pendinginan, dan
kemudian mengalami kejenuhan air yang kemudian air tersebut jatuh sebagai hujan air,
hujan salju, maupun hujan es, tergantung dari kondisi lingkungan temperatur di
sekitarnya.
d. Infiltrasi/perkolasi, presipitasi dalam bentuk hujan air, hujan es maupun hujan salju
yang jatuh ke permukaan bumi akan meresap ke dalam tanah dan mengalir secara
infiltrasi atau perkolasi melewati retakan-retakan, pori-pori tanah, dan batu-batuan
sampai menggapai pada muka air tanah (water table), kemudian mengalir menjadi
lapisan air bawah tanah (ground water).
e. Surface run off, yakni air mampu mengalir karena hukum kapileritas dan air mampu
mengalir secara horizontal dan vertikal di bawah permukaan tanah sampai air itu masuk
lagi ke sistem air permukaan. Air yang mengalir di permukaan maupun air yang
mengalami penggenangan seperti pada rawa, waduk, dan danau, waduk serta sebagian
air bawah permukaan tanah akan berkumpul dan bergerak membentuk aliran sungai
hingga bermuara di lautan.
Gambar 1. Siklus Air (sumber: deashfanara.com)
5
Gambar 1 melukiskan proses terjadinya siklus air mulai dari pemanasan matahari
yang mengakibatkan evapotranspirasi-kondensasi-presipitasi-infiltrasi/perkolasi-surface
run off.
II. Air Tanah
Air yang meresap ke dalam tanah sangat tergantung kepada jenis tanah. Di tampat-
tempat yang cukup dangkal air tanahnya baik untuk digali sumur-sumur. Tinggi air di
sumur-sumur menunjukkan tinggi masa air tanah yang terdapat dalam lapisan batuan itu.
Tinggi air berbeda-beda tergantung pada banyaknya air yang meresap ke dalam tanah.
Permukaan air itu disebut permukaan freatik (dari bahasa Yunani ‘Phear’: sumur).
Lapisan batuan terdiri dari lapisan tembus air dan lapisan yang tidak tembus air.
Diantara kedua lapisan batuan itu terdapat lapisan dengan bentuk peralihan. Di bawah ini
terdapat gambar lapisan batuan yang poreus bisa meresapkan air yang terletak di atas
batuan yang tidak tembus air (impermiabel).
Lapisan yang tembus air adalah kerikil, pasir, batu apung, dan batuan yang retak-
retak misalnya batu kapur. Kapur sebenarnya tidak meneruskan air, tetapi karena batu
kapur sangat bercelah (diaklas), sehingga bagian bawah batu kapur merupakan tempat baik
untuk menyimpan air.
Batuan yang tidak tembus air misalnya napal dan lempung. Lempung pada
permukaannya menghisap air dengan penuh, sesudah jenuh lempung sama sekali tidak
tembus air. Pada daerah yang ditutupi lempung, air hujan sebagian besar akan mengalir
dipermukaan, jika tidak mengalir akan tergenang dan terbentuklah danau.
Pada lapisan yang tembus air, air terus meresap ke bawah dalam tanah setelah
sampai ke kompleks batuan yang tidak tembus air (impermiabel), air berkumpul sehingga
pada lapisan atas terbentuk tubuh air permukaan (freatik). Bagian atas tubuh air tampak
pada tinggi air tanah dalam sumur (tinggi air tanah dalam sumur merupakan permukaan
air tanah). Jika lapisan tanah impermiabel miring air tanah akan mengalir, tetapi walaupun
lapisan tanah itu mendatar aliran itu selalu ada.
Di bawah ini bagaimana air hujan meresap ke dalam tanah dan sesampainya di
lapisan yang tidak tembus air, air hujan berkumpul menjadi air tanah. Di dalam lapisan itu
air tanah menjadi air bawah tanah. Di dalam lapisan itu air tanah mengalir, dan di suatu
tempat menjadi sumber air.
6
Gambar 2. Air Tanah. (sumber: http://www.wsgs.wyo.gov/water/groundwater)
Gambar 2 menunjukkan ada beberapa jenis mata air: mata air celah, mata air sesaran,
mata air bendung (sebagai akibat kisaran tektonik) dan air mata sebagai akibat komplek-
komplek yang mengandung air. Bagaimana keadaan air tanah jika dilakukan pemompaan?
Di bawah ini terdapat gambar keadaan air tanah pada sumur pompa.
Gambar 3. drawndown dan kerucut depresi pada sumur yang dipompa
(sumber: http://www.wsgs.wyo.gov/water/groundwater)
Gambar 3 menunjukkan proses terjadinya drawndown. Jika air dipompa secara
menerus dari sumur, permukaan air sumur turun dan pemukaan air di sekelilingnya
menjadi rendah dan bentuknya seperti kerucut, ini disebut kerucut depresi (cone of
depression). Selisih tinggi air yang terbentuk kerucut ini disebut drawndown. Jika
pemompaan air dilakukan sangat intensif, kerucut depresi ini akan meluas sejauh 13-16
7
Km atau bahkan lebih. Di pantai-pantai sering terdapat kantong-kantong air tawar di antara
resapan air asin, seperti tampak pada gambar di bawah ini.
Gambar 4. Proses Intrusi Air Laut. (Sumber: www.britannica.com/science/aquifer)
Pada gambar 4 tampak bahwa air tanah tawar terletak jauh menjorok ke arah laut.
Pada beberapa tempat di pantai terjadi sebaliknya, yaitu air asin merembes jauh ke arah
darat, sehingga air di daerah itu asin atau payau. Jika air tawar dipompa terus maka air laut
(asin) akan mersap jauh ke pedalaman seperti yang dikahwatirkan terjadi di Jakarta.
Air sumur yang dapat memancar dinamakan artesisi. Air artesis terletak pada
lapisan yang terletak di dalam sinklin dan bagian-bagian yang lebih dalam dari lapisan-
lapisan sekitarnya. Nama artesis berasal dari Artois (Prancis), yaitu sumur-sumur dan
sumber-sumber yang dalamnya hingga beberapa ratus meter.
Ciri-ciri air artesis yaitu lapisan yang mengandung air di dalam sinklin dan lapisan
yang mengandung air itu terletak antara lapisan yang tidak meresapkan air (impermiabel).
Pada gambar di bawah ini, lapisan A dan C yang tidak tembus air mengapit lapisan yang
tembus ai, yaitu lapisan B. Lapisan yang
yang lebih tinggi di tempat yang jauh.
Gambar 5.
Sumur artesis bisa didapatkan dengan dua cara yaitu yang pertama air memancar
dengan sendirinya seperti air mancur. Hal ini terjadi jika sumber
tinggi. Air keluar dengan tekanan hidrolik. Air artesis ini mungkin pula terdapat di dataran
pantai. Cara kedua adalah, jika air artesis ini didapatkan melalui penggalian (
Ini disebut sumur artesis. Dalamnya pengeboran berbeda
meter saja tetapi ada pula yang berpuluh
meter. Air artesis sangat pen
Great Plain di Amerika Serikat dan di Australia
Macam-macam aliran air tanah
A. Aliran Limpasan
Aliran limpasan atau
atau cairnya es dari area tangkapan menuju
terdiri dari aliran limpasan permukaan (
(ground water), dimana air tanah berasal dari hujan atau cairnya es yang meresap ke tanah
menuju muka air jenuh.
Gambar 6. Aliran air tanah melalui material lolos air
tembus ai, yaitu lapisan B. Lapisan yang permiabel itu mendapatkan air (hujan) di daerah
yang lebih tinggi di tempat yang jauh.
5. Sumur Artesis. (sumber: id.wikipedia.org/wiki/Akuifer_artesis
Sumur artesis bisa didapatkan dengan dua cara yaitu yang pertama air memancar
sendirinya seperti air mancur. Hal ini terjadi jika sumber-sumbernya terletak cukup
tinggi. Air keluar dengan tekanan hidrolik. Air artesis ini mungkin pula terdapat di dataran
pantai. Cara kedua adalah, jika air artesis ini didapatkan melalui penggalian (
Ini disebut sumur artesis. Dalamnya pengeboran berbeda-beda, ada yang hanya beberapa
meter saja tetapi ada pula yang berpuluh-puluh meter bahkan ada yang beberapa ratu
meter. Air artesis sangat penting untuk pengairan daerah yang beriklim sem
Great Plain di Amerika Serikat dan di Australia (David ,1980).
macam aliran air tanah
aliran permukaan (run off) adalah sebagian dari aliran air hujan
ari area tangkapan menuju sungai, danau, rawa dan laut. Ali
terdiri dari aliran limpasan permukaan (surface run off) dan aliran limpasan dari tanah
), dimana air tanah berasal dari hujan atau cairnya es yang meresap ke tanah
Aliran air tanah melalui material lolos air (sumber:
8
itu mendapatkan air (hujan) di daerah
sumber: id.wikipedia.org/wiki/Akuifer_artesis)
Sumur artesis bisa didapatkan dengan dua cara yaitu yang pertama air memancar
sumbernya terletak cukup
tinggi. Air keluar dengan tekanan hidrolik. Air artesis ini mungkin pula terdapat di dataran
pantai. Cara kedua adalah, jika air artesis ini didapatkan melalui penggalian (pengeboran).
beda, ada yang hanya beberapa
puluh meter bahkan ada yang beberapa ratus
ing untuk pengairan daerah yang beriklim semi-arid seperti di
ian dari aliran air hujan
, danau, rawa dan laut. Aliran limpasan
dan aliran limpasan dari tanah
), dimana air tanah berasal dari hujan atau cairnya es yang meresap ke tanah
(sumber: David ,1980).
Gambar 7. Mata air akibat dari aliran air tanah
kontak antara lapisan kedap air dan lolos air
Aliran limpasan permukaan dari suatu area tangka
faktor, yaitu: a). Intensitas hujan, b). Area dan bentuk tangkapan hujan, c). Kemiringan dan
panjang drainase, d). Sifat dan karapatan tumbuh
e). Kondisi permukaan dan sifat tanah di bawah permukaan.
Air hujan yang pertamakali mencapai tanah, secara gravitasi akan bergerak ke bawah
melewati rongga pori tanah
mengalirkan secara kapiler. Ke
pintu air tereduksi, kecepatan infiltrasi berkurang. Dalam tanah yang homgen, infiltrasi
berkurang secara berangsur
jenuh air. Pada umumnya tanah dalam
bawah kurang lolos air disbanding lapisan di atasnya. Kecepatan infiltrasi akhir dibatasi
oleh kecepatan rembesan air pada lapisan yang lebih kecil permabilitasnya tersebut.
Infiltrasi yang melalui zona
tidak adanya tekanan air postif. Ketika infiltrasi air hujan bertemu dengan material
berpermiablitas lebih rendah (lebih kedap air), maka kecepatan rembesan akan terhambat.
Dalam kondisi ini, air tengger
aliran ke arah lateral akan terjadi di sepanjang permukaan atas zona kedap air tersebut.
Ketika infiltrasi air hujan bertemu dengan muka air (permukaan freatis), sebagian besar
komponen vertical aliran akan terganggu, akibatnya aliran lateral searah aliran tanah,
mengakibatkan air tanah naik dengan jumlah kenaikan yang bergantung pada kedalaman
zona jenuh oleh akibat infiltrasi. Dalam zona di bawah muka air tanah, aliran lateral
dan terdapat tekanan air pori positif.
Mata air akibat dari aliran air tanah memotong permukaan lerang pada
kontak antara lapisan kedap air dan lolos air(sumber: David ,1980)
permukaan dari suatu area tangkapan bergantung pada beberapa
tor, yaitu: a). Intensitas hujan, b). Area dan bentuk tangkapan hujan, c). Kemiringan dan
panjang drainase, d). Sifat dan karapatan tumbuh-tumbuhan dan daerah pengolahan tanah,
permukaan dan sifat tanah di bawah permukaan.
Air hujan yang pertamakali mencapai tanah, secara gravitasi akan bergerak ke bawah
tanah yang besar, sedangkan rongga pori tanah yang kecil akan
mengalirkan secara kapiler. Ketika pori-pori kapiler di permukaan terisi air dan kapasitas
pintu air tereduksi, kecepatan infiltrasi berkurang. Dalam tanah yang homgen, infiltrasi
berkurang secara berangsur-angsur sampai pada zona tidak jenuh air
jenuh air. Pada umumnya tanah dalam kondisi berlapis-lapis, dan sering lapisan bagian
bawah kurang lolos air disbanding lapisan di atasnya. Kecepatan infiltrasi akhir dibatasi
oleh kecepatan rembesan air pada lapisan yang lebih kecil permabilitasnya tersebut.
Infiltrasi yang melalui zona tidak jenuh air mendekati vertikal, dan menyebabkan
tidak adanya tekanan air postif. Ketika infiltrasi air hujan bertemu dengan material
lebih rendah (lebih kedap air), maka kecepatan rembesan akan terhambat.
Dalam kondisi ini, air tengger (pearched water) akan terbentuk pada zona kedap air, dan
arah lateral akan terjadi di sepanjang permukaan atas zona kedap air tersebut.
Ketika infiltrasi air hujan bertemu dengan muka air (permukaan freatis), sebagian besar
liran akan terganggu, akibatnya aliran lateral searah aliran tanah,
mengakibatkan air tanah naik dengan jumlah kenaikan yang bergantung pada kedalaman
iltrasi. Dalam zona di bawah muka air tanah, aliran lateral
t tekanan air pori positif.
9
memotong permukaan lerang pada
David ,1980)..
pan bergantung pada beberapa
tor, yaitu: a). Intensitas hujan, b). Area dan bentuk tangkapan hujan, c). Kemiringan dan
tumbuhan dan daerah pengolahan tanah,
Air hujan yang pertamakali mencapai tanah, secara gravitasi akan bergerak ke bawah
yang besar, sedangkan rongga pori tanah yang kecil akan
kapiler di permukaan terisi air dan kapasitas
pintu air tereduksi, kecepatan infiltrasi berkurang. Dalam tanah yang homgen, infiltrasi
angsur sampai pada zona tidak jenuh air (aerasi) menjadi
lapis, dan sering lapisan bagian
bawah kurang lolos air disbanding lapisan di atasnya. Kecepatan infiltrasi akhir dibatasi
oleh kecepatan rembesan air pada lapisan yang lebih kecil permabilitasnya tersebut.
al, dan menyebabkan
tidak adanya tekanan air postif. Ketika infiltrasi air hujan bertemu dengan material
lebih rendah (lebih kedap air), maka kecepatan rembesan akan terhambat.
) akan terbentuk pada zona kedap air, dan
arah lateral akan terjadi di sepanjang permukaan atas zona kedap air tersebut.
Ketika infiltrasi air hujan bertemu dengan muka air (permukaan freatis), sebagian besar
liran akan terganggu, akibatnya aliran lateral searah aliran tanah,
mengakibatkan air tanah naik dengan jumlah kenaikan yang bergantung pada kedalaman
iltrasi. Dalam zona di bawah muka air tanah, aliran lateral terjadi
Gambar
B. Aliran Regeonal
Alian regeonal (regeonal flow
mendefinisikan suatu aquifer,
tertampung di dalamnya. Batas
dari aquifer terhadap aquiclude
Aqiufer. Tanah dan batuan yang m
retakan batuan disebut aq
vulkanik retak, batuan igneous dan metamorf.
Aquiclude dan aquatard
lapisan di dekatnya dan merupakan rintangan bagi aliran tanah. Tipik
lempung, serpih dan batuan igneous dan metamorf yang tidak retak
material kedap air. Aquatard
masih memungkinkan air bisa
Gambar 9. Aquifer
Gambar 8. model aliran air tanah (sumber: David ,1980)
regeonal flow) dikarakteristikan oleh batas geologi yang
aquifer, dan batas-batas hidrologi mendefiniskan
di dalamnya. Batas-batas geologi pada umumnya adalah pelapisan
aquiclude.
Tanah dan batuan yang mudah mengalirkan air lewat ronga pori tanah dan
uifer. Tipikal aquifer berupa kerikil, pasir, batu kapur, butan
vulkanik retak, batuan igneous dan metamorf.
aquatard. Aquiclude adalah lapisan yang kurang/tidak lolos air dari
lapisan di dekatnya dan merupakan rintangan bagi aliran tanah. Tipikal aquiclude adalah:
lempung, serpih dan batuan igneous dan metamorf yang tidak retak-retak, yang merupakan
Aquatard adalah lapisan yang mempunyai permiabilitas kecil, te
masih memungkinkan air bisa mengalir dengan lamban pada lapisan ini.
Aquifer Gambar 10. Aquiclude
(sumber: David ,1980).
10
David ,1980).
) dikarakteristikan oleh batas geologi yang
batas hidrologi mendefiniskan volume air yang
batas geologi pada umumnya adalah pelapisan aquifer, dan
udah mengalirkan air lewat ronga pori tanah dan
Tipikal aquifer berupa kerikil, pasir, batu kapur, butan
Aquiclude adalah lapisan yang kurang/tidak lolos air dari
al aquiclude adalah:
retak, yang merupakan
adalah lapisan yang mempunyai permiabilitas kecil, tetapi
an ini.
Aquiclude
Aquifer yang diapit oleh dua lapisan kedap air disebut aquifer terkekang (
aquifer), sedangkan yang tidak diapit yaitu hanya
disebut air tanah tidak terkekang (
Gamabr 11. Batas
C. Air Tengger
Air tengger (perched water
aquaclude atau lapisan kedap air seperti lapisan lempung.
disebut aquifer tengger (perched aquifer
mungkin tergenang dengan cepat setelah hujan lebat, dan kemudia hilang dengan cepat
atau bias juga tergenang secara permanen, tergantung pada perubahan iklim.
Gambar
D. Mata Air
Mata air (spring) adalah pelepasan ai tanah yang
ini dapat terjadi oleh gaya-gaya yang bek
Aquifer yang diapit oleh dua lapisan kedap air disebut aquifer terkekang (
), sedangkan yang tidak diapit yaitu hanya didasari lepisan kedap air bawahnya
disebut air tanah tidak terkekang (unconfined aquifer).
Batas-batas geologi zona aquifer terkekang dan
terkekang(sumber: David ,1980)..
perched water) adalah lapisan air yang tertahan (bertengger) di atas
atau lapisan kedap air seperti lapisan lempung. Aquifer pada zona air tengger
perched aquifer). Air tengger ini dapat bersifat sementara,
gan cepat setelah hujan lebat, dan kemudia hilang dengan cepat
atau bias juga tergenang secara permanen, tergantung pada perubahan iklim.
Gambar 12. Air Tengger (sumber: David ,1980).
) adalah pelepasan ai tanah yang tampak di permukaan. Mata air
gaya yang bekerja secara gravitasi atau non-
11
Aquifer yang diapit oleh dua lapisan kedap air disebut aquifer terkekang (confined
didasari lepisan kedap air bawahnya
terkekang dan dan tidak
) adalah lapisan air yang tertahan (bertengger) di atas
pada zona air tengger ini
). Air tengger ini dapat bersifat sementara,
gan cepat setelah hujan lebat, dan kemudia hilang dengan cepat
atau bias juga tergenang secara permanen, tergantung pada perubahan iklim.
.
tampak di permukaan. Mata air
-gravitasi. Mata Air
gravitasi adalah hasil dari aliran menuju
adalah mata air vulkanik yang berasal dari r
Mata air non gravitasi ini biasanya terkait dengan suhu (panas) dari aktivitas vulkanik.
Gambar
Sumber air panas atau sumber air thermal
Dibeberapa tempat aliran air panas keluar dari dalam tanah,
dipanaskan oleh magma. Karena itu sumber air panasseringkali terdapat di daerah
vulkanik, walaupun demikian sumber air panas ini tidak hanya terbatas di daerah vulkanik
saja. Jika air turun jauh ke dalam bumi, di panaskan dan mucul ke permukaan membentuk
sumber air panas. Proese pembentukan geyser dapat dilihat pada gambar 14.
Dalam sumber air panas dilarutkan mineral yang merupakan deposit disekitar
sumber air panas itu. Karena adanya mineral itu, air panas yang keluar sebagai fumarol,
yaitu lubang yang mengeluarkan air panas, uap dan gas.
keluar karena tertekan. Fumarol yang terkenal adalah The Valley of Thousand Smokes
dekat gunung api Katmic di Alaska.
Air panas bisa pula keluar sebagai geyser, yaitu air panas yang menyembur disertai
uap. Penyemburan ini ada yang beraturan dan ada pula yang tidak beraturan (
Kadang-kadang tinggi pancaran itu mencapai 30 sampai dengan 60 meter.
gravitasi adalah hasil dari aliran menuju ke daerah lebih bawah. Mata air non
adalah mata air vulkanik yang berasal dari retakan pada kedalaman yang sangat dalam.
Mata air non gravitasi ini biasanya terkait dengan suhu (panas) dari aktivitas vulkanik.
Gambar 13. Tipe-tipe mata air gravitasi (sumber: David ,1980)
Sumber air panas atau sumber air thermal
Dibeberapa tempat aliran air panas keluar dari dalam tanah,
dipanaskan oleh magma. Karena itu sumber air panasseringkali terdapat di daerah
vulkanik, walaupun demikian sumber air panas ini tidak hanya terbatas di daerah vulkanik
Jika air turun jauh ke dalam bumi, di panaskan dan mucul ke permukaan membentuk
Proese pembentukan geyser dapat dilihat pada gambar 14.
Dalam sumber air panas dilarutkan mineral yang merupakan deposit disekitar
Karena adanya mineral itu, air panas yang keluar sebagai fumarol,
yaitu lubang yang mengeluarkan air panas, uap dan gas. Misalnya karbondioksida, yang
keluar karena tertekan. Fumarol yang terkenal adalah The Valley of Thousand Smokes
c di Alaska.
Air panas bisa pula keluar sebagai geyser, yaitu air panas yang menyembur disertai
uap. Penyemburan ini ada yang beraturan dan ada pula yang tidak beraturan (
kadang tinggi pancaran itu mencapai 30 sampai dengan 60 meter.
12
ke daerah lebih bawah. Mata air non-gravitasi
alaman yang sangat dalam.
Mata air non gravitasi ini biasanya terkait dengan suhu (panas) dari aktivitas vulkanik.
David ,1980).
Dibeberapa tempat aliran air panas keluar dari dalam tanah, seringkali setelah
dipanaskan oleh magma. Karena itu sumber air panasseringkali terdapat di daerah
vulkanik, walaupun demikian sumber air panas ini tidak hanya terbatas di daerah vulkanik
Jika air turun jauh ke dalam bumi, di panaskan dan mucul ke permukaan membentuk
Proese pembentukan geyser dapat dilihat pada gambar 14.
Dalam sumber air panas dilarutkan mineral yang merupakan deposit disekitar
Karena adanya mineral itu, air panas yang keluar sebagai fumarol,
Misalnya karbondioksida, yang
keluar karena tertekan. Fumarol yang terkenal adalah The Valley of Thousand Smokes
Air panas bisa pula keluar sebagai geyser, yaitu air panas yang menyembur disertai
uap. Penyemburan ini ada yang beraturan dan ada pula yang tidak beraturan (intermittent).
kadang tinggi pancaran itu mencapai 30 sampai dengan 60 meter. Suhunya bisa
13
mencapai 1000C. Banyak geyser terdapat di Amerika Serikat, yaitu Yellowstone National
Park (Old Faithful Geyser yang terkenal karena memancarnya tidak beraturan, dengan
yang lama sampai 66,5 menit). Di Pulau Es selandia Baru penduduk asli Maori memasak
menggunakan sumber air panas.
Di Indonesia sumber air panas terdapat di berbagai daerah misalnya di lereng
gunung Tangkupan Perahu yaitu Ciater dan Maribaya, di lereng gunung guntur Garut yaitu
Cipanas, di Baturaden Jawa Tengah, di Cisolok Sukabumi sebelah barat pelabuhan ratu.
Di beberapa tempat sumber air panas mengendapkan travertin atau tufa yaitu
pengendapan kalsium karbonat yang dilarutkan oleh air panas yang dibantu oleh
karbondiaksida. Di Indonesia Travertin terdapat di Kabupaten Bogor. Sumber air panas
banyak memberikan keuntungan bagi masyarakat karena menjadi objek pariwisata.
Beberapa sumber air panas dipercaya menyembuhkan beberapa penyakit seperti rematik,
penyakit kulit bahkan dipercaya mampu membuat awet muda.
Gambar 14. Proses terjadinya Geyser. (Sumber: www.usgs.gov/news/complex-dynamics-geyser-eruptions)
14
III. AIR PERMUKAAN
A. Sungai
Sungai adalah aliran air tawar yang mengalir melalui terusan alami yang kedua
pinggirannya dibatasi oleh tanggul-tanggul dan muara sungai berada di laut, danau atau
sungai lain (sungai induk).
Sungai merupakan pelaku efektif untuk menyikap permukaan bumi. Sungai dialiri
oleh hujan, anak-anak sungainya dan air tanah. Sumber air sungai adalah mata air, gletsyer
dan danau. Secara keseluruhan hanya seperlima dari air hujan mengalir ke sungai.
Volume air sungai bergantung kepada curah hujan dan kondisi iklim lain. Variasi
musiman dari volume air sungai disebut regime. Regime sungai sangat penting dalam
mengawasi banjir dan untuk mendirikan tenaga hidroelektrik. Aliran sungai mempunyai
fungsi sebagai pengangkut yaitu erosi (pengikisan) dan deposi (pengendapan).
Kemampuan sungai untuk mengikis dan mengendapkan bergantung kepada daya angkut
sungai itu.
Bahan yang dibawa oleh sungai terdiri atas bahan yang larut dalam air, bahan yang
kecil dan batuan yang menggelinding di dasar sungai karena gaya berat dan kekuatan arus
sungai. Kekuatan sungai bergantung kepada volume air, perbedaan tinggi (kemiringan)
antara hulu dan muara. Kemiringan itu disebut tinggi terjun dar sungai. Dalam gambar
penampang memanjang ini tampak perbedaan kemiringan sebuah sungai hulu dan hilir.
Jika kecpatan arus bertambah, misalnya pada waktu banjir maka kapasitas memindahkan
bahan-bahan bertambah pula.
1). Erosi (kikisan) Sungai
Sungai mengikis dengan cara: 1. Air menyapu bahan-bahan lepas, 2. Korasi yaitu
mengikis dengan bahan yang dibawa untuk menggilas dasar dan pinggir sungai, 3.
Melarutkan bahan yang dilarutkan dibawa oleh sungai. Erosi sungai bisa memperdalam
dan memperlebar lembah sungai yaitu erosi vertikal dan erosi horisontal.
2). Pengendapan Sungai
Bahan-bahan yang dikikis sungai dari tempat lain pada suatu tempat diendapkan
kembali. Hal ini sangat berpengaruh terhadap profil memanjang dan profil melintang.
Bentuk lembah yang sebenarnya ditentukan oleh tiga faktor, yaitu: 1. Kekuatan mengerosi
sungai dan anak-anaknya, 2. Keadaan batuan dasarnya, struktur batuannya dan
ketahananya terhadap erosi, 3. Tingkat proses fluvial yang telah berhasil meratakan profil
memanjang sungai.
15
Daerah sungai yang intensitas erosinya tinggi, air terjun yaitu jika aliran sungai
sampai ke batuan yang keras yang sukar dikikis dan bagian tempat sungai itu
mengendapkan bahan-bahan yang diangkutnya.
Di daerah hilir, aliran sungai tidak begitu deras, tetapi proses penikisan terus
berlangsung. Pada sungai yang berkelok-kelok, air mengikis bagian kelokan luar dan
mengendapkan bahan-bahan itu pada kelokan dalam, seperti tampak pada gambar.
Gambar kiri adalah denah sungai dan gambar kanan profil melintang. Tampak pada profil
melintang bagian yang kena kikisan dan bagian yang diendapi bahan-bahan hasil erosi.
Gambar 15. Lembah Sungai(sumber: Ersin , 1995)
Gambar 16. Profi sungai (sumber: Ersin , 1995)
16
3). Tingkat Usia Sungai
Tingkat stadia sungai adalah perwujudan deskripsi usia relatif bentukan lahan
tertentu. Sesuai dengan intensitas erosi, sungai mengalami tingkat usia, yaitu, muda,
dewasa dan tua.
Pada tingkat muda lembah berbentuk v, walaupun volume air mungkin kecil tetapi
erosi kuat karena tinggi air terjun besar. Erosi vertikal berlangsung intensif. Jika aliran
sungai tiba pada batuan yang keras, aliran sungai memutar.
Menunjukkan tingkat akhir usia muda sungai ini. Lembah berkembang dengan baik.
Relief terbentuk terus menerus karena sungai ini terus melakukan erosi vertikal ,
selanjutnya terjadi perubahan.
Jika erosi sungai yang lebih besar menjadi datar dan mulai terjadi floodplain,
pembentuka relief terhenti. Jika relief mencapai maksimum, maka sampailah kepada
tingkat dewasa.
Setelah ini dasar lembah menjadi rendah dan sangat lambat. Pada daerah ini menurun
secara teus-menerus. Lembah dengan cepat menjadi rendah. Erosi vertikal dan
pengangkutan bahan tidak seaktif pada fase terdahulu.
Selanjutnya setelah beberapa lama sungai ini mencapai tingkat stadium tua, tinggi
terjun sungai rendah dan floodplainnya menjadi luas. Pada tingkat ini erosi horisontal
memegang peranan pentingnya floodplain, yaitu permukaan bumi yang hampir datar
berelief sangat landai dari siklus denudasi sungai dalam tingkat tua. Denudasi berarti
terjadinya pengelupasan kulit bumi akbat poses erosi yang intensif.
Gambar 17. Tingkat Stadia Sungai (sumber: Ersin , 1995)
17
4). Meander
Pada sungai stadium tua sering dijumpai pola yang berkelok-kelok dengan tajam di
daerah floodplainnya. Ini terjadi karena proses erosi lateral (horisontal) dan pengendapan,
yaitu erosi pada tikungan luarnya dan hasil erosi itu diendapkan ditikungan dalam. Arus
pada tikungan luar sangat deras dan pada tikungan dalam sangat lambat. Pada tingkat ini
sungai mulai bermeander. Meander ini terus ditonjolkan oleh sungai itu sendiri.
Tikungan luar yang terus mengalami erosi seringkali curam sedangkan tikungan
dalamnya landai. Meander ini berbentuk lingkaran penuh dan tikungan yang satu dan
lainnya hanya dibatasi oleh daratan yang sangat sempit, yang akhirnya aliran itu lurus,
memotong daratan yang sempit iotu, bagian yang melingkar akhirnya dipisah darimaliran
itu karena pengendapan, maka terbentuklah danau Tapal Kuda (kali mati) atau Oxbow
Lake.
Gambar. 18. Proses terbentuknya sungai. (sumber: eogtingsatu.blogspot.co.id)
18
5). Delta
Pada ujung aliran sungai, di muara baik di laut maupun danau biasanya terbentuk
endapan. Hasil erosi sungai berupa lumpur, kerikil, pasir, lempung dan sebagainya yang
dibawa oileh sungai diendapkan di ujung sungai (muara). Hasil endapan itu disebut delta.
Pengendapan terjadi karena berkurangnya kecepatan arus sungai. Pada awalnya
diendapkan berupa bahan kasar dan bahan-bahanyang halus diendapkan lebih jauh lagi.
Sebaran sedimen perairan delta dapat berupa gasong pasir sejajar garis pantai,
gosong pasir sejajar mulut sungai atau sedimen yang menyebar ke arah laut lepas. Sebaran
sedimen muara sungai atau delta tersebut sangat dipengaruhi oleh adanya influk atau
pasokan sedimen sungai terhadap energi dari laut yang dominan. Kedua variable ini akan
menentukan bentuk morfologi dan seberan yang berbeda-beda. Energi laut tersebut dapat
berupa energi gelombang, energi arus laut atau energi pasang-surut yang dominan
(Atmodjo, 2010).
Delta berdasarkan bentuk morfologi dan arus yang dominan mempengaruhi dapat
dibagi menjadi fluvial dominated delta, tidal dominated delta, dan wave dominated delta.
Gambar 19 Tipe-tipe endapan delta (sumber: http://suarageologi.blogspot.co.id)
Satu tubuh delta dapat dibagi menjadi delta plain, delta front, dan pro delta . Delta
plain merupakan bagian delta yang selalu berada di permukaan dan tidak pernah terendam
oleh air laut. Delta front merupakan bagian delta yang berada di transisi dimana ketika air
laut naik, bagian delta front akan terendam, dan ketika air laut turun, bagian delta front
akan terekspos. Pro delta merupakan bagian delta yang selalu berada di bawah permukaan
19
air laut. Pengaruh dari laut akan mempengaruhi komposisi, struktur sedimen, dan pola
urutan vertikal dari tiap tipe delta.
Gambar 20. Pembagian delta. (sumber: http://suarageologi.blogspot.co.id)
6). Pola Aliran Sungai
Setiap sungai mempunyai pola aliran sendiri-sendiri. Pola aliran sungai dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa tipe diantaranya pola aliran radial, denritik, trelis
barbed, pinnate dan melingkar. Pada pola aliran radial sentrifugal, sungai mengalir keluar
dari sebuah dome, atau sungai-sungai tersebut berhulu di sebuah gunung. Pola aliran
radial sentripetal yaitu sangai yang mengalir menuju pada satu daerah cekungan atau
basin seperti danau.
Dendritik. Pola aliran ini terdapat pada daerah berjenis batuan homogen, dan
lereng-lerengnya tidak begitu terjal, sehingga sungai-sungainya tidak cukup kuat
untuk menempuh jalur yang lurus dan pendek. Contohnya, sungai yang mengalir
diatas batuan yang tidak/kurang resisten terhadap erosi akan membentuk tekstur
sungai yang rapat. Sedangkan pada batuan yang resisten (seperti granit) akan
membentuk tekstur renggang. Resistensi batuan terhadap erosi sangat berpengaruh
pada proses pembentukan alur-alur sungai. Batuan yang tidak resisten cenderung
mudah ter-erosi membentuk alur-alur sungai.
20
Radial Sentrifugal, Pola aliran radial adalah pola aliran sungai yang arah
alirannya menyebar secara radial dari suatu titik ketinggian tertentu, seperti puncak
gunung api
Rectangular, Pola aliran rectangular adalah pola aliran sungai yang dikendalikan
oleh struktur geologi, seperti struktur kekar (rekahan) dan sesar (patahan). Sungai
rectangular dicirikan oleh saluran-saluran air yang mengikuti pola dari struktur
kekar dan patahan. Kekar pada umumnya kurang resisten terhadap proses erosi,
sehingga sangat memungkinkan air mengalir dan berkembang melalui rekahan
yang pada akhirnya membentuk suatu pola pengaliran mengikuti sistem kekarnya.
Pola aliran rektangular banyak ditemukan di daerah yang ter-sesarkan. Sungai-
sungai yang terbentuk akan mengikuti jalur yang kurang resisten serta
terkonsentrasi pada tempat-tempat dimana singkapan batuannya bersifat lunak.
Cabang-cabang sungainya membentuk sudut tumpul dengan sungai utamanya.
Trelllis, aliran sungai yang berbentuk seperti terali atau jeruji. Aliran sungai yang
anak sungainya hampir sejajar dengan sungai induknya, biasanya berada di wilayah
lipatan. Pada pola ini, sungai mengalir sepanjang lembah dari suatu bentukan
antiklin dan sinklin yang paralel. Pada pola ini terdapat perpaduan antara sungai
konsekuen dan subsekuen. Pola ini juga dapat terbentuk disepanjang lembah yang
paralel pada sabuk pegunungan lipatan. Pada daerah tersebut, sungai-sungai akan
melewati lembah dan akan bergabung dengan saluran utamanya.
Radial Sentripetal, Aliran yang berlawanan dengan pola radial, di mana aliran
sungainya mengalir ke satu tempat yang berupa cekungan (depresi).
Annular, Pola aliran annular adalah pola aliran sungai yang arah alirannya
menyebar secara radial dari suatu titik ketinggian tertentu dan ke arah hilir aliran
kembali bersatu.
Pararel, Sistem pengaliran paralel adalah suatu sistem aliran yang terbentuk oleh
lereng yang curam atau terjal.
Pinnate, Pola Pinnate adalah aliran sungai yang mana muara anak sungai
membentuk sudut lancip dengan sungai induk. Sungai ini biasanya terdapat pada
bukit yang lerengnya terjal.
21
Gambar 21. Pola aliran sungai (sumber: agnazgeograph.wordpress.com)
7). Arah Aliran sungai dan Struktur Geologinya
Berdasarkan arah aliran, sungai dapat dibedakan atas:
Sungai konsekuen, yakni sungai dimana arahnya mengalir sesuai dengan
kemiringan struktur geologisnya.
Sungai subsekuen, yakni sungai dimana arahnya mengalir secara tegak lurus atau
menyiku pada sungai konsekuen.
Sungai obsekuen, yakni sungai dimana arahnya mengalir berlawanan dengan
sungai konsekuen dan mengarah masuk ke sungai subsekuen.
Sungai resekuen, yakni sungai pola aliran airnya sesuai dengan sungai konsekuen
dan menuju sungai subsekuen.
Sungai insekuen, yakni sungai arah mengalirannya tidak teratur.
22
Berdasarkan struktur geologinya sungai dapat dibedakan atas:
Sungai antiseden, yakni sungai yang dapat mempertahankan arah aliran, walaupun
terjadi terus pengangkatan perlahan-lahan.
Sungai reverse, yakni sungai diaman ia tidak mampu lagi mengimbangi
pengangkatan sehingga terjadi perubahan arah aliran.
Sungai superposed, yakni sungai yang arah alirannya berada di suatu daratan
paneplain sehingga struktur batuan di dataran tersebut tersingkap.
Sungai anaklinal adalah sungai yang mengalir di suatu daerah yang terangkat yang
arahnya berlawanan dengan arah aliran sungai.
Sungai kompoun adalah sungai asal airnya dari tempat yang struktur morfologinya
bermacam – macam.
Sungai komposit adalah sungai yang asal airnya dari tempat yang struktur
geologinya bermacam – macam.
Sungai epigenesis adalah sungai yang mengalami pengikisan terhadap batuan keras
pada daerah yang terbuka lapisan sedimennya oleh aliran sungai sehingga lapisan
keras ini terpotong tanpa terjadi perubahan arah aliran sungai.
Gambar 22 Arah aliran sungai
(sumber: The United Nations World Water Development. 2009)
8). Daerah Aliran Sungai
Sungai induk dengan anak-anaknya membentuk kompleks sungai yang disebut
sistem sungai. Sistem sungai ini disebut Daerah Aliran Sungai (DAS). Perbatasan antara
daerah-daerah aliran sungai umumnya berupa punggungan perbukitan. Menurut Manan
(1979), DAS merupakan kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis yang
menampung, menyimpan dan mengalirkan air hujan yang jatuh di atasnya ke sungai pada
23
akhirnya bermuara menuju laut ataupun danau. Menurut Sosrodarsono dan Takeda
(1977), coraknya terdiri dari corak bulu burung, corak radial, dan corak pararel.
Corak bulu burung, disebut bulu burung karena bentuk aliran anak sungainya
menyerupai ruas-ruas tulang dari bulu burung. Anak-anak sungai langsung
mengalir ke sungai utama. Corak seperti ini resiko banjirnya relatif kecil karena air
dari anak sungai tiba di sungai utama pada waktu yang berbeda-beda.
Corak radial, atau disebut juga menyebar. Anak sungai menyebar dan bertemu di
titik-titik tertentu. Wilayahnya berbentuk kipas atau lingkaran. Memiliki resiko
banjir yang cukup besar di titik-titik pertemuan anak sungai.
Corak pararel, memiliki dua jalur sub daerah aliran sungai yang sejajar dan
bergabung di bagian hilir. Memiliki resiko banjir yang cukup besar di titik hilir
aliran sungai.
Gambar 23.Daerah Aliran Sungai
(sumber: The United Nations World Water Development. 2009)
Gambar 24. Corak DAS bulu burung, radial, pararel
(Sumber: Sosrodarsono dan Takeda , 1977)
24
8). Pemanfatan Sungai Oleh Manusia
Air merupakan kebutuhan utama manusia. Bagi manusia dengan teknologi masih
sederhana sumber air utamanya adalah sungai, danau dan mata air. Untuk memudahkan
mendapatkan air biasanya manusia membuat rumah di seanjang sungai. Sungai merupakan
sumber baik berupa sumber air untuk kebutuhan hidup seprti minum, mencuci, membuang
kotoran, juga sebagai sumber mata pencaharian dengan memanfaatkan penangkapan ikan
serta makhluk hidup lainnya di sungai tersebut. Apabila aliran sungainya tidak deras, dapat
dimanfaatkan unyuk sarana transportasi. Beberapa kota di Indonesia berkembang dari
pemukiman kecil di sepanjang sungai.
Pada kelompok manusia yang teknologinya lebih maju, pemanfatan air sungai lebih
kompleks. Selain untuk sarana transportasi, terutama di daerah hilir yang kedalaman dan
lebarnya memungkinkan untuk berlayar kapal-kapal menjadi transportasi utama karena
jalan rayanya masih kurang menduung. Selain itu manusia memanfaatkan sungai untuk
pengairan pertanian. Dengan medirikan bangunan irigasi untuk mengatur pengaioran di
sawah sistem basah. Melalui irigasi manusia mendapatkan berbagai keuntungan seperti:
luas areal sawa yang dapat dialiri lebih banyak, sawah dapat dikerjakan lebih dari satu kali
panen yang tidak hanya mengandalkan tadah hujan.
Lebih lanjut manusia memanfaatkan sungai untuk pembangunan tenaga
hidroelektrik yang biasa disebut batubara putih. Sebagai sumber tenaga listrik untuk segala
keperluan. Dibandingkan dengan tenaga listrik lainnya, sumber tenaga hidroelektrik ini
jauh lebih menguntungkan, karena lebih murah, lebih mudah ditransportasikan dan bersih
ramah lingkungan. Biasanya tenaga listrik didirikan dibagikan sungai sebelah hulu karena
lembahnya terjal dan arusnya deras sehingga mampu memutar turbin air.
B. DANAU
Danau adalah kumpulan air dalam cekungan tertentu. Air danau berasal dari air
hujan, air sungai, air tanah dan mata air. Berkurangnya air danau terjadi karena penguapan,
perembesan ke dalam tanah dan pengaliran ke sungai. Penguapan dan pengembunan
biasanya seimbang kecuali di daerah yang sangat lembab dan sangat kering. Berdasarkan
kandungan airnya dibedakan atas danau permanen (selalu berair) dan danau temporer.
Secara morfologi danau dapat diklasifikjasikan menjadi: 1). Danau tektonik, 2).
Danau vulkanik, 3). Danau tektovulkanik, 4). Danau bendungan yaitu sungai yang
dibendung oleh tanggul alam, 5). Danau karst, 6). Danau Galsial, 7). Danau Akhir.
25
Banyak danau di pedalaman benua-benua tidak mempunyai pelepasan ke laut,
karenmanya disebut danau akhir. Penyaluran air danau hanya terjadi karena penguapan.
Danau demikian biasanya berkadar garam sangat tinggi (laut mati, Great Salt Lake, Laut
Aral, dan sebagainya.
C. RAWA
Rawa dapat terjadi oleh beberapa faktor antara lain karena adanya penurunan
permukaan tanah di daerah yang luas, gerakan pasang surutnya air laut, dan terbentuknya
tanggul alam di sepanjang sungai.
1) Rawa air tawar
Rawa air tawar yaitu berair tawar dan airnya tidak mengalami pergerakan. Rawa ini
biasanya berada di hutan-hutan dengan lokasi yang dekat dengan aliran sungai. Air rawa
jenis ini bersifat asam, karena banyaknya sisa-sisa makhluk hidup yang membusuk.
2) Rawa air asin
Rawa air asin biasanya rawa jenis ini berada di wilayah dekat pantai. Pada rawa
jenis ini, air dapat mengalami pergerakan, sehingga dapat tergantikan. Hal ini terjadi
karena adanya gelombang laut pasang yang merendam sebagian atau seluruh kawasan
rawa. Air rawa jenis ini biasanya tidak terlalu asam.
3) Rawa air payau
Rawa air payau berisi campuran antara air tawar dan air asin. Rawa ini biasanya
berada di dekat muara sungai dan airnya dapat mengalami pergerakan, sehingga dapat
tergantikan. Air rawa jenis ini biasanya tidak terlalu asam.
4). Manfaat Rawa
Rawa memiliki banyak manfaat dan kegunaan bagi manusia dalam kehidupan
sehari-hari. Beberapa manfaat rawa dapat kita rasakan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Contoh manfaat langsung yang dapat kita rasakan antara lain sebagai tempat
pembudidayaan jenis-jenis ikan tertentu. Rawa juga sebagai sumber beberapa jenis
tanaman semacam anggrek, eceng gondok dan kayu, sebagai lahan pengganti sawah yang
tidak perlu diairi lagi, serta sebagai tempat berkembangnya keanekaragaman hayati.
26
RANGKUMAN
Siklus air terdiri dari komponen evaporasi, transiprasi, evapotranspirasi, kondensasi,
presipitasi, infiltrasi/perkolasi dan mengalir pada surface run off maupun
groundwater.
Berbagai fenomena air freatis, air artesis, geyser atau sumber air panas termal
merupakan bagian dari bagian air tanah.
Air permukaan terdiri dari sungai, danau dan rawa.
Mata air terjadi oleh gaya-gaya yang bekerja secara gravitasi atau non gravitasi.
Mata Air gravitasi adalah hasil dari aliran menuju ke daerah lebih bawah. Mata air
non-gravitasi adalah mata air vulkanik yang berasal dari retakan pada kedalaman
yang sangat dalam. Mata air non gravitasi ini biasanya terkait dengan suhu (panas)
dari aktivitas vulkanik.
Sesuai dengan intensitas erosi, sungai mengalami tingkat usia, yaitu, muda, dewasa
dan tua.
Aliran limpasan permukaan dari suatu area tangkapan bergantung pada beberapa
faktor, yaitu: a). Intensitas hujan, b). Area dan bentuk tangkapan hujan, c).
Kemiringan dan panjang drainase, d). Sifat dan karapatan tumbuh-tumbuhan dan
daerah pengolahan tanah, e). Kondisi permukaan dan sifat tanah di bawah
permukaan.
27
DAFTAR PUSTAKA
Atmodjo. W. 2010. Sebaran Sedimen di Perairan Delta Sungai Bodri, Kendal, Jawa
Tengah. Ilmu Kelautan. 15 (1) 53 – 58.
Chay A. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
David K.T. 1980. Ground Water Hydrology. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Ersin S. 1995. Dasar-Dasar Hidrologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Grafton R.Q, Wyrwoll P, White C and Allendes D. 2014. Global Water : Issues and
Insights. The Australian National University Canberra ACT 0200. ANU Press.
Hardiyatmo H.C. 2006. Penanganan Tanah Longsor dan Erosi. Yogjakarta: Gadjah Mada
University Press.
Manan, S. 1979. Pengaruh Hutan dan Manajemen Daerah Aliran Sungai. Fakultas
Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Indonesia.
Sosrodarsono, S. dan T. Takeda. 1982. Hidrologi untuk Pengairan, Pradnya Paramita,
Bandung.
Tanika L, Rahayu S, Khasanah N dan Dewi. 2005. Fungsi Hidrologi Pada Daerah Aliran
Sungai (DAS ). World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast Asia Regional
Program.
The United Nations World Water Development. 2009. Water in a Changing World.
Unesco Publishing.
WHO/UNICEF Joint Monitoring Programme for Water Supply and Sanitation. 2005.
Water for life : Making It Happen. WHO Library Cataloguing-in-Publication
Data
Top Related