2
DAFTAR ISI
I. Pendahuluan
1.1. Latar belakang ....................................................................................3
1.2. Tujuan .................................................................................................4
II. Penyandang Disabilitas dan Permasalahan Kesehatan serta
Kebutuhan Khusus atas Jaminan Kesehatan ...................................5
III. Hak Penyandang Disabilitas atas Jaminan Kesehatan dan
Dasar Hukum yang Melandasi ...........................................................8
IV. Sistem Jaminan Sosial Kesehatan Bagi Penyandang
Disabilitas di Propinsi DIY ..................................................................12
V. Rekomendasi : Pentingnya Kebijakan Jaminan Kesehatan
Khusus (JAMKESUS) Sebagai Sebuah Solusi Bagi Penyandang
Disabilitas di Propinsi DIY ..................................................................53
3
Pendahuluan
1.1. Latar belakang
Berdasarkan UU No. 19 tahun 2011 tentang Pengesahan konvensi hak
penyandang disabilitas khususnya pasal 25, Penyandang disabilitas
mempunyai hak untuk mendapatkan jaminan kesehatan. Jaminan kesehatan
disini adalah hak atas pelayanan kesehatan yang aksesibel dan hak atas
pembiayaan yang affordable.
Terkait dengan prinsip affordable (gratis dan terjangkau)1 ini, dapat
dipahami bahwa pembiayaan pelayanan kesehatan terhadap penyandang
disabilitas haruslah terjangkau oleh setiap penyandang disabilitas, hal
tersebut dilakukan dengan dua cara yaitu mereka yang tidak mampu
membayar harus dibayarkan Negara, dan yang mampu membayar atau
mengiur secara mandiri. Sedangkan sistem pembiayaan tersebut mempunyai
prinsip Aksesibilitas yaitu memberikan kemudahan kepada penyandang
disabilitas menjadi peserta yang dibiayai negara atapun secara mandiri,
dengan memberikan informasi dan layanan yang mudah di akses oleh
penyandang disabilitas.
Meskipun saat ini telah ada beberapa skema jaminan kesehatan untuk
warga Negara, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat
(JAMKESMAS), pemerintah Propinsi DIY (JAMKESSOS) serta yang
diselenggarakan oleh pemerintah Kabupaten/Kota yang ada di propinsi DIY
dalam bentuk Kebijakan JAMKESDA. Namun, dari pengalaman yang
dirasakan oleh para penyandang disabilitas, Kebijakan dan Skema Jaminan
Kesehatan tersebut ternyata masih belum mampu menjawab kebutuhan
kesehatan bagi para penyandang disabilitas. Beberapa masalah yang muncul
adalah masih terbatasnya paket mantaat yang ditanggung dan juga masih
kurangnya akses informasi yang diperoleh oleh para penyandang disabilitas
terhadap Kebijakan Jaminan Kesehatan tersebut
Hal ini dapat diartikan masih adanya kesenjangan antara realita
1 Diambil WWW.SETNEG.GO.ID Lampiran terjemahan UU 19 tahun 2011 tentang Pengesahan Konvensi hak penyandang disabilitas
4
pemenuhan hak atas jaminan kesehatan dengan kebutuhan penyandang
disabilitas terkait dengan pembiayaan ataupun paket manfaat. Berkait dengan
permasalahan tersebut, menjadi penting untuk para penyandang disabilitas,
sebagai warga Negara yang memiliki tingkat resiko yang tinggi dan juga
merupakan kelompok rentan, untuk memahami skema-skema Kebijakan
Jaminan Kesehatan yang ada, agar dapat mengakses skema jaminan
kesehatan yang ada serta melakukan langkah-langkah advokasi yang
konstruktif dengan melibatkan para pemangku kepentingan baik di tingkat
pusat maupun daerah.
1.2. Tujuan
Tujuan dari panduan mekanisme mengakses jaminan kesehatan
bagi penyandang disabilitas adalah sebagai berikut :
a. Adanya panduan tentang Kebijakan dan Skema jaminan
kesehatan kepada penyandang disabilitas yang mudah
dipahami oleh semua orang,
b. Memberikan kemudahan bagi penyandang disabilitas dan / atau
pendamping / organisasi pendamping penyandang disabilitas
untuk memahami mekanisme kepesertaan dan pembiayaan
jaminan kesehatan yang ada di daerah maupun ditingkat
nasional
c. Memberikan kemudahan penyandang disabilitas dalam
memahami cara mengakses jaminan kesehatan yang ada di
daerah dan nasional (Jamkesda ataupun Jamkesmas)
5
Penyandang Disabilitas dan Permasalahan Kesehatan
serta Kebutuhan Khusus atas Jaminan Kesehatan
Penyandang Disabilitas dalam UU No. 19 tahun 2011 Pengesahan konvensi
hak penyandang disabilitas pasal 1 didefinisikan sebagai berikut :
“Orang-orang termasuk mereka yang memiliki kerusakan fisik, mental,
intelektual, atau sensorik jangka panjang yang dalam interaksinya
dengan berbagai hambatan dapat merintangi partisipasi mereka dalam
masyarakat secara penuh dan efektif berdasarkan pada asas
kesetaraan”
Beberapa jenis disabilitas sebagaimana dikenal dalam Peraturan Daerah
DIY No. 4 tahun 2012 tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak
Penyandang Disabilitas pasal 3 adalah sebagai berikut :
a. Gangguan penglihatan;
Gangguan penglihatan dapat terjadi karena berbagai sebab, baik itu
yang terjadi sejak lahir karena bermacam-macam faktor, kelainan
genetik, maupun yang disebabkan oleh penyakit tertentu, dan
gangguan atau kerusakan penglihatan yang terjadi pada saat usia
kanak-kanak, remaja maupun usia produktif (dewasa), yang
disebabkan oleh banyak hal seperti kecelakaan, penyakit dan sebab-
sebab lainnya.
b. Gangguan pendengaran;
Gangguan pendengaran adalah ketidakmampuan secara parsial atau
total untuk mendengarkan suara pada salah satu atau kedua telinga.
6
c. Gangguan bicara;
Gangguan bicara adalah kesulitan seseorang untuk berbicara yang
disebabkan antara lain oleh gangguan pada organ-organ tenggorokan,
pita suara, paru-paru, mulut, lidah, dan akibat gangguan pendengaran.
d. Gangguan motorik dan mobilitas;
Gangguan motorik dan mobilitas adalah disabilitas yang mempengaruhi
kemampuan seseorang dalam mengendalikan gerakan otot yang
terkadang membatasi mobilitas
e. Cerebral palsy;
Cerebral palsy adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada
suatu kurun waktu dalam perkembangan anak, mengenai sel-sel
motorik di dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak
progresif akibat kelainan atau disabilitas pada jaringan otak yang belum
selesai pertumbuhannya.
f. Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif;
Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif adalah seorang anak
yang selalu bergerak, mengetuk-ngetuk jari, menggoyang-goyangkan
kaki, mendorong tubuh anak lain tanpa alasan yang jelas, berbicara
tanpa henti, dan bergerak gelisah sering kali disebut hiperaktif. Anak-
anak tersebut juga sulit berkonsentrasi pada tugas yang sedang
dikerjakannya dalam waktu yang tertentu yang wajar.
g. Autis;
Autis adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun
saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk
hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Akibatnya anak
tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia repetitive,
aktivitas dan minat yang obsesif.
7
h. Epilepsi;
Epilepsi adalah penyakit saraf menahun yang menimbulkan serangan
mendadak berulang-ulang tak beralasan.
i. Tourette’s syndrome;
Tourette’s syndrome adalah kelainan saraf yang muncul pada masa
kanak-kanak yang dikarakteristikan dengan gerakan motorik dan suara
yang berulang serta satu atau lebih tarikan saraf yang bertambah dan
berkurang keparahannya pada jangka waktu tertentu.
j. Gangguan sosialitas, emosional, dan perilaku;
Gangguan sosialitas, emosional, dan perilaku adalah individu yang
mempunyai tingkah laku menyimpang/ kelainan, tidak memiliki sikap,
melakukan pelanggaran terhadap peraturan dan norma-norma sosial
dengan frekuensi yang cukup besar, tidak/kurang mempunyai toleransi
terhadap kelompok dan orang lain, serta mudah terpengaruh oleh
suasana, sehingga membuat kesulitan bagi diri sendiri maupun orang
lain.
k. Retardasi mental.
Retardasi mental adalah kondisi sebelum usia 18 tahun yang ditandai
dengan rendahnya kecerdasan (biasanya nilai IQ-nya di bawah 70) dan
sulit beradaptasi
8
Hak Penyandang Disabilitas atas Jaminan Kesehatan
dan Dasar Hukum yang Melandasi
Jaminan Kesehatan merupakan hak dasar setiap warga negara yang
dijamin oleh konstitusi. Jaminan Kesehatan adalah salah satu bentuk Jaminan
Sosial (Social Security) yang diamanatkan oleh UUD ’45 pasal 27 ayat 2,
yaitu “Negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi seluruh
rakyat,…”Di mana hak tersebut meliputi hak atas pelayanan kesehatan yang
mudah dan kualitas pelayanan kesehatan yang baik. Negara saat ini telah
memiliki dasar hukum yang kuat dalam penyelenggaraan sistem jaminan
sosial Nasional (national social security system) yang dituangkan dalam
bentuk Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional dan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 Tentang
Jaminan Kesehatan
Dalam pasal 1 Undang-Undang No.40 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN), disebutkan bahwa Jaminan sosial adalah salah satu bentuk
perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi
kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Undang-Undang SJSN ini secara jelas
juga menyatakan bahwa pemerintah wajib menyelenggarakan jaminan
kesehatan bagi semua warganegara Indonesia.
Bahkan dalam pasal 19 UU SJSN secara tegas disebutkan bahwa : (1)
Jaminan kesehatan diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip
asuransi sosial dan prinsip ekuitas; (2) Jaminan kesehatan diselenggarakan
dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan
kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.
Berdasarkan konteks tersebut, dapat diartikan bahwa setiap warga
negara Indonesia berhak atas Jaminan Kesehatan yang diselenggarakan
oleh pemerintah termasuk di dalamnya penyandang disabilitas.
Sementara Dasar Hukum yang lebih spesifik mengatur hak bagi
9
Penyandang Disabilitas atas Jaminan Kesehatan adalah Pasal 25 UU No. 19
tahun 2011, tentang Ratifikasi Hak Penyandang Disabilitas, menyatakan
secara spesifik hak penyandang disabilitas terkait dengan pembiayaan dan
pelayanan kesehatan, yaitu bahwa : Negara-negara Pihak mengakui bahwa
orang-orang penyandang disabilitas memiliki hak untuk menikmati
pelayanan kesehatan yang setinggi mungkin dapat dicapai tanpa
diskriminasi atas dasar kecacatan. Negara-negara Pihak harus
mengambil semua langkah yang layak untuk menjamin akses orang-
orang penyandang disabilitas atas pelayanan kesehatan yang sensitif-
gender, termasuk rehabilitasi yang berkaitan dengan kesehatan.
Khususnya, Negara-negara Pihak harus:
a. Menyediakan bagi orang-orang penyandang disabilitas dengan
pelayanan dan program-program kesehatan yang layak, berkualitas,
dan bebas biaya, sebagaimana disediakan bagi orang-orang lain,
termasuk di bidang kesehatan seksual dan reproduksi serta program-
program kesehatan publik yang berdasarkan pada populasi;
b. Menyediakan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh orang-orang
penyandang disabilitas karena kecacatan mereka, termasuk identifikasi
di tahap awal dan intervensi yang diperlukan, serta pelayanan yang
dirancang untuk meminimalisir dan mencegah kecacatan lebih lanjut,
termasuk di antara anak-anak dan orang-orang tua;
c. Menyediakan pelayanan kesehatan yang sedekat mungkin dengan
masyarakat di mana orang-orang tersebut bertempat tinggal, termasuk
di daerah-daerah pedesaan;
d. Menyediakan profesional medis untuk memberikan perawatan kepada
orang-orang penyandang disabilitas dengan kualitas yang sama seperti
pada orang-orang lainnya, termasuk atas dasar persetujuan yang
diberikan secara bebas dan diketahui secara menyeluruh, misalnya
dengan meningkatkan kesadaran tentang hak asasi manusia, martabat
manusia, otonomi dan kebutuhan orang-orang penyandang disabilitas
melalui pelatihan dan penyebarluasan standar-standar etika pelayanan
kesehatan publik dan privat;
10
e. Melarang diskriminasi terhadap orang-orang penyandang disabilitas
dalam ketentuan tentang asuransi kesehatan, dan asuransi jiwa di
mana asuransi semacam itu diperkenankan dalam hukum nasional,
yang harus disediakan dengan cara yang adil dan layak;
f. Mencegah diskriminasi atas penyangkalan pemberikan perawatan
kesehatan atau pelayanan kesehatan atau makan dan cairan atas
dasar kecacatan.
Sehingga dalam hal ini, jelas bahwa Negara memiliki kewajiban untuk
memberikan pembiayaan kesehatan yang gratis dan terjangkau kepada
penyandang disabilitas, melalui semua sistem /mekanisme jaminan kesehatan
yang ada dari tingkat pusat dan daerah. Sehingga pembiayaan kesehatan
yang diberikan dalam bentuk Jaminan Kesehatan dapat memenuhi
kebutuhan khusus penyandang disabilitas atas kesehatan.
Di sisi lain, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta telah
mengesahkan PERDA no. 4 tahun 2012 tentang Perlindungan dan
Pemenuhan Hak Penyandang Disabilitas, dalam pasal 55 dan 56 PERDA ini
menyebutkan secara spesifik jaminan kesehatan bagi penyandang disabilitas
yang menjadi tanggungjawab pemerintah daerah istimewa Yogyakarta dan
Kabupaten/ kota. Hal ini terlihat dalam pasal 55 yang berbunyi :
(1) Setiap Penyandang Disabilitas mempunyai hak untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang berkualitas.
(2) Penyandang Disabilitas miskin dan rentan miskin mempunyai hak
mendapat pelayanan kesehatan sesuai ketentuan jaminan kesehatan
yang berlaku.
(3) Penyandang Disabilitas miskin dan rentan miskin sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dijamin dengan jaminan kesehatan khusus.
(4) Sebelum Jaminan Kesehatan Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) dibentuk, maka jaminan pelayanan kesehatan dijamin oleh Unit
Pelaksana Teknis Daerah Badan Penyelenggaran Jaminan Kesehatan
Sosial Daerah.
11
Sementara pasal 56 berbunyi :
(1) Jaminan Kesehatan Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat
(3) meliputi kebutuhan khusus Penyandang Disabilitas.
(2) Kebutuhan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
disesuaikan dengan indikasi medis.
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai komitmen yang
besar untuk melakukan kebutuhan jaminan kesehatan kepada penyandang
disabilitas di DIY dengan penyelenggaraan jaminan kesehatan khusus bagi
penyandang disabilitas yang dapat mengcover kebutuhan kesehatan
termasuk alat bantu, yang akan diatur dalam peraturan gubernur DIY.
Catatan : Bahwa dalam Pasal 21 ayat 3 UU no 40 tahun 2004 tentang SistemJaminan Sosial Nasional menyatakan
bahwa yang di jamin adalah cacat total tetap dan tidak mampu, hal ini dikarenakan UU Nomor 40 tahun 2004 masih
menggunakan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 Tentang Penyandang Cacat sebagai konsideran. Sedangkan
dalam UU no 19 tahun 2011 tentang Pengesahan hak penyandang disabilitas pasal 25 huruf a menyatakan bahwa
setiap penyandang disabilitas berhak mendapatkan jaminan pembiayaan kesehatan yang gratis dan terjakau. Dalam
hal ini memperlihatkan masih adanya kesenjangan dalam peraturan perundang undangan di Indonesia untuk
memberikan pemenuhan hak penyandang diasbilitas. Sehingga dibutuhkan suatu revisi dan sinkronisasi peraturan
perundangan yang berlaku terkait tentang Jaminnan Kesehatan bagi para penyandang disabilitas
12
Sistem Jaminan Sosial Kesehatan Bagi
Penyandang Disabilitas di Propinsi DIY
Propinsi DIY mempunyai beberapa skema jaminan sosial kesehatan
yang dapat diakses oleh masyarakat termasuk penyandang disabilitas.
Masing masing skema jaminan kesehatan memepunyai mekanisme dan
pembatasan yang di sesuaikan dengan kebijakan daerah melalui peraturan
daerah dan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Gubernur dan Bupati/Walikota.
Skema jaminan social kesehatan yang ada di DIY adalah :
3.1. Jaminan Kesehatan Nasional yang diselenggarakan oleh Pemerintah
Pusat melalui Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)
3.2. Jaminan Kesehatan Daerah (JAMKESDA) yang terdiri dari :
a. Jaminan Kesehatan Sosial (JAMKESOS) yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Propinsi DIY
b. Jaminan Kesehatan Daerah yang terdapat di Kabupaten Sleman,
Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Kulon Progo
dan Kota Yogyakarta
ad. 4.1. Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)
a. Apakah Jaminan kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)?
JAMKESMAS (Jaminan kesehatan Masyarakat) adalah sebuah program
jaminan kesehatan untuk warga Indonesia yang memberikan
perlindungan social di bidang kesehatan untuk menjamin masyarakat
miskin dan tidak mampu yang iurannya dibayar oleh pemerintah pusat
agar kebutuhan dasar kesehatan yang layak dapat terpenuhi2. Program
JAMKESMAS diselenggarakan berdasarkan konsep asuransi social.
2 Suber dari Wiki pedia bahasa indonesia
13
b. Tujuan dari Jaminan kesehatan masyarakat (JAMKESMAS) adalah :
Tujuan Umum3 :
Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh
masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan
masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien.
Tujuan Khusus:
1) Meningkatnya cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu yang
mendapat pelayanan kesehatan di Puskesmas serta jaringannya dan di
Rumah Sakit
2) Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin.
3) Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan
akuntabel
c. Dasar Hukum JAMKESMAS :
1) UU No 40 tahun 2004 tentang sistem jaminan social nasional
2) UU No 36 tahun 2009 tentang kesehatan
3) Peraturan Presiden No 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan
4) Permenkes RI Nomor 1097/MENKES/PER/VI/2011 tentang Petunjuk
Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar Jamkesmas.
5) Permenkes RI Nomor 903/MENKES/PER/V/2011 tentang Pedoman
Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat.
d. Peserta dan Kepersertaan JAMKESMAS
Peserta JAMKESMAS adalah Masyarakat miskin yang didata oleh
BPS dan ditentukan serta ditetapkan kepersertaan oleh TNP2K (Team
Nasional Percepatan penanggulangan kemiskinan) yang bersekretariat
di Kantor Wakil Presiden RI, kemudian data peserta diserahkan kepada
PT askes untuk mendapatkan nomor kepesertaan. Data kepesertaan
yang sudah mendapatkan nomer kemudian diserahkan kepada
3 Sumber http://www.ppjk.depkes.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=53&Itemid=89
14
kementrian kesehatan untuk dicetak dan didistribusikan ke pemerintah
daerah. Menurut kebijakan pemerintah pusat, peserta JAMKESMAS
terdiri dari peserta JAMKESMAS dengan kartu dan peserta
JAMKESMAS tidak Menggunakan kartu JAMKESMAS.
e. Cara Peserta mengakses Kartu JAMKESMAS
Peserta yang mendapatkan kartu adalah peserta yang di data oleh
BPS dan diverifikasi oleh Tim Nasional Penanggulangan Kemiskinan
(TNP2K) kemudian diserahkan kepada PT Askes untuk diberi nomer
kepersertaan serta selanjutnya tetapkan oleh presiden, setelah
ditetapkan data tersebut menjadi data peserta JAMKESMAS yang
mendapatkan kartu yang di keluarkan oleh Kementrian kesehatan (lihat
gambar 1)
Gambar 1
Mekanisme Kepersertaan Jamkesmas dengan Kartu
Keterangan :
1) Pendataan masyarakat miskin dilakukan oleh BPS melalui program
pendataan Program perlindungan Sosial (PPLS)
2) Verifikasi kepersertaan JAMKESMAS dilakukan oleh Team Nasional
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Berdasarkan dari
data BPS dalam Program Perlindungan Sosial menggunakan indicator
kemiskinan menurut TNP2K
masyarakat
Basis Data Terpadu BPS
Verivikasi oleh TNP2K
Data Resmi Peserta jamkesmas
oleh TNP2K
PT ASKES untuk memeberikan no
kepersertaan
Kementrian kesehatan RI untuk
mencetak Kartu
Ditribusi ke Bupati/Walikota
Team penerima kartu
Team distribusi Kartu Kabupaten dan kecamatan
15
3) Data resmi TNP2k kemudian di serahkan kepada PT ASKES untuk
mendapat nomor kepesertaan.
4) Data resmi yang sudah di beri nomor kepesertaan JAMKESMAS
diserahkan pada kementrian kesehatan untuk melakukan pencetakan
kartu Jamkesmas
5) Kartu JAMKESMAS di distribusikan oleh Kementrian Kesehatan
Kepada Bupati/Wali Kota melalui team penerima Kartu dan team
distribusi Kartu
Sebagai Contoh di Propinsi DIY :
Team penerima kartu terdiri dari : BKKPP dan KB Bantul, Biro Kesra
Kabupaten Gunung Kidul, Biro Kesra Kabupaten Kulon Progo, Dinas
Sosial dan Transmigrasi Kota Yogyakarta, Biro Keluarga Berencana
Kabupaten Sleman
Team distribusi Kartu Terdiri dari : Kepala Kecamatan dan Kepala
Puskesmas
Dari Team pendistribusian kartu JAMKESMAS diterima Oleh
Masyarakat.
Untuk pengecekan data kepersertaan JAMKESMAS dapat dilihat di
Kelurahan/Desa, kecamatan, Dinas yang terkait seperti; BKKPP dan
KB Kabupaten Bantul, Biro Kesra Kabupaten Gunung Kidul, Biro Kesra
Kabupaten Kulon Progo, Dinas Sosial dan Transmigrasi Kota
Yogyakarta, Biro Keluarga Berencana Kabupaten Sleman
f. Peserta JAMKESMAS yang tidak mendapatkan kartu terdiri dari :
1) Gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar serta
masyarakat miskin penghuni panti sosial.
2) Masyarakat miskin penghuni Lapas dan Rutan.
3) Peserta Program Keluarga Harapan (PKH).
Catatan : Apabila masih terdapat masyarakat miskin dan tidak mampu diluar data
yang bersumber dari TNP2K maka jaminan kesehatannya menjadi tanggung
jawab Pemerintah Daerah (Pemda) setempat.
16
4) Bayi dan anak yang lahir dari kedua orang tua atau salah satu orang
tuanya peserta Jamkesmas, maka otomatis menjadi peserta
Jamkesmas dan berhak mendapatkan hak kepesertaan.
5) Korban bencana paska tanggap darurat.
6) Sasaran yang dijamin oleh Jaminan Persalinan, yaitu ibu hamil, ibu
bersalin/ibu nifas dan bayi baru lahir
7) Penderita KIPI (Kejadian Ikutan Paska Imunisasi)
Gambar 2
Mekanisme Kepesertaan Non Kartu JAMKESMAS
Keterangan :
1) Peserta Jamkesmas Non kartu (PKH, Glandangan Pengemis, Panti,
Korban Bencana, Talasemia) membutuhkan surat pengantar dari
instansi yang menangani persoalan tersebut di masing masing
kabupaten/kota.
2) Contahnya :kabupaten bantul melalui kantor BKKPP dan KB, Kota
khusus untuk Gelandangan dan pengemis harus mendapatkan surat
dari kepolisian.
3) Surat pengantar dibawa ke Dinas Sosial Kabupaten atau kota untuk
mendapatkan surat rekomendasi untuk mendapatkan layanan
kesehatan di PPK I (puskesmas). Dinas sosial propinsi dapat
memberikanrekomendasi apabila dinas soial kabipaten/kota tidak
memeberikan surat rekomendasi
4) Untuk pelayanan PPK II ( Rumah Sakit Umum Daerah atau Rumah
Sakit swasta tingakt Kabupaten/kota) harus mendapatkan surat
PKH, Glandangan Pengemis,
Panti, Korban
Bencana, Talasemia
Surat rekomenda
si dari Dinas sosial
Propinsi, Kabupaten/
kota
PPK I
Minta Surat
Keabsaan Peserta dari PT ASKES
PPK II/III
17
keabsahan peserta dari PT ASKES. Untuk mendapatkan surat
keabsahan peserta harus membawa surat rekomendasi dari dinas
sosial surat rujukan dari puskesmas membawa KTP dan KK ( Kartu
Keluarga). Pengurusan ini dilakukan maksimal dengan waktu 2 x 24
jam Kerja.
5) Khusus lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) dapat langsung
menggunakan Surat rekomendasi dari Kepala Lapas
g. Skema Pembiayaan JAMKESMAS
Skema Pembiayaan Program JAMKESMAS adalah pembiayaan
Pelayanan kesehatan yang di tanggung oleh pemerintah pusat melalui
APBN dengan berdasarkan kendali mutu dan kendali biaya. .
Gambar 3
Skema Pembiayaan Jamkesmas Kartu
Keterangan :
1) Jamkesmas sistem pembiayaan berdasarkan INA-CBGs ( Indonesia –
case Base Groups) yaitu menggunakan standar pembiyaan berbasis
kasus pada Pemberi Pelayanan Kesehatan ( PPK)
2) Pembiyaan Jamkesmas yaitu full coverage artinya semua pelayanan,
tindakan, obat obatan dapat di biayai (sesuai dengan rekomendasi
dokter berbasis kebutuhan medis dan bukan atas permintaan pasien),
baik di rumah sakit pemerintah atau swasta yang bekerjasama
3) Verifikasi keabsahan anggota di dilakukan oleh PT ASKES selama 2x
24 jam kerja
4) Bila terjadi penolakan atau terjadi pembiayan lebih maka dapat
berkomunikasi dengan dinas kesehatan kabupaten/kota dan Propinsi
Peserta Dengan kartu
PPK I
Verifikasi keabsahan
Keanggotaan PT ASKES
PPK II/III
Catatan : Pendekatan yang dipakai untuk kepersertaan dalam Skema JAMKESMAS ini menggunakan pendekatan residual (targeted) bagi masyarakat miskin, sehingga kelompok rentan seperti penyandang disablitas relatif tidak termasuk dalam skema JAMKESMAS, namun
masih ada peluang melalui kepersertaan non Kartu.
18
(dinas kesehatan/kota dan propinsi disini berfungsi sebagai fasilitator
untuk melakukan komunikasi serta mediasi dengan pihak rumah sakit
ad. 4.2. JAMKESDA ( Jaminan kesehatan Daerah)
a. Apa itu JAMKESDA ?
Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda), adalah sistem jaminan
kesehatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah yang
penyelenggaraannya berdasarkan atas usaha bersama dan
Kekeluargaan untuk menggabungkan risiko seseorang ke dalam suatu
kelompok masyarakat yang pembiayaannya dilakukan secara praupaya
serta mutu terjamin.
Propinsi DIY memiliki dua (2) Skema Jaminan Kesehatan Daerah yaitu
:
Jamkesda Kabupaten/kota yaitu Sistem jaminan kesehatan
yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota yang
sumber pembiayaan menggunakan APBD kabupaten /kota
JAMKESOS ( Jaminan Kesehatan Sosial ) yaitu Jaminan
Kesehatan sosial yang diselenggarakan oleh Pemerintah
Propinsi DIY dengan menggunakan sumber pembiayaan dari
APBD Propinsi dan/atau pembiayaan bersama APBD
kabupaten kota melalui mekanisme COB (Coordination of
Benefit) artinya berbagi manfaat dalam jaminan kesehatan sosial
b. Dasar Hukum JAMKESDA
Jamkesda dilaksanakan berdasarkan pada peraturan daerah
kabupaten/kota yang disusun oleh pemerintah setempat sebagaiman
dalam Tabel 1 berikut ini
Tabel 1
JAMKESDA Peraturan
Kabupaten Kulon progo Perda no 6 tahun 2009 tentang Sistem Jaminan kesehatan
daerah
Kota Jogjakarta Peraturan Daerah No. 10 Tahun 2010 Tentang Sistem
19
Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan dan Peraturan
Walikota Nomor 57 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan
Jaminan Kesehatan Daerah Kota Yogyakarta.
Kabupaten Bantul Perda No 13 tahun 2010 tentang jaminan kesehatan
daerah kab. Bantul dan Peraturan Bupati no 15 tahun 2012
tentang petunjuk Pelaksanaan perda kab. Bantul nomer 13
tahun 2010 tentang system jaminan kesehatan daerah
Kabupaten Sleman Peraturan daerah nomer 11 tahun 2010 tentang jaminan
kesehatan daerah dan peraturan bupati nomer 41 tahun
2011 tentang petunjuk Pelaksanaan jaminan kesehatan
daerah
Kabupaten Gunungkidul Peraturan Bupati nomor 10 tahun 2012 tentang pedoman
penyelenggaraan pelayanan jaminan kesehatan semesta
di kabupaten gunung kidul
Propinsi DIY JAMKESOS
(Jaminan Kesehatan Sosial)
Peraturan Gubernur nomor 19 tahun 2011 tentang sistem
jaminan kesehatan semesta
c. Peserta dan Kepesertaan JAMKESDA
Kepersertaan JAMKESDA/JAMKESOS ini berdasarkan dari aturan
/ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah kabupaten/kota /DIY.
Dengan sistem Peserta Bantuan Iuran (PBI) atau Cordination Of
Benefit (COB). (lihat tabel 2)
Tabel 2
Kabupaten /Kota KEPESERTAAN
Kabupaten Kulon progo Semua penduduk yang ber KTP atau kartu keluarga
(KK) kabupaten Kulon Progo yang belum memiliki
(Jamkesmas, Jamkesos atau Jaminan Kesehatan
lainnya) dan yang terdaftar pada UPTD JAMKES untuk
menjadi Peserta JAMKESDA
Kota Jogjakarta Semua penduduk yang ber KTP atau kartu keluarga
(KK) kota Jogjakarta yang belum memiliki
(Jamkesmas, Jamkesos atau Jaminan Kesehatan
lainnya)
Kabupaten Bantul 1. Penduduk Bantul dibuktikan dengan KTP atau KK
Bantul
2. Belum mempunyai Jaminan kesehatan
3. Memenuhi kriteria TKPK Kab. Bantul
20
Kabupaten Sleman kepesertaan dengan iuran jamkesda dibiayai oleh
Pemerintah Daerah adalah peserta penduduk miskin
dan peserta penduduk rentan miskin yang dibuktikan
dengan kepemilikan KKM (Kartu Keterangan Miskin),
terdiri dari:
perorangan; dan
kelompok.
Anak dari keluarga yang terlahir setelah
penetapan kepesertaan jamkesda, dapat menjadi
peserta Jamkesda dengan syarat:
1) Anak umur 1(satu) sampai dengan 60 (enam
puluh) hari melampirkan surat keterangan
lahir dari PPK;
2) Anak umur 61 (enam puluh satu) hari sampai
dengan umur 3 (tiga) bulan melampirkan akta
kelahiran atau kartu keluarga yang sudah
mencantumkan nama anak.
3) Anak umur lebih dari 3 (tiga) bulan
melampirkan:
a. kartu peserta Jamkesda kepala keluarga;
b. kartu keluarga yang mencantumkan nama
anak
Kabupaten Gunungkidul setiap penduduk Kabupaten Gunungkidul yang belum
memiliki jaminan kesehatan (Jamkesmas, Jamkesos
atau Jaminan Kesehatan lainnya)
JAMKESOS (Jaminan
Kesehatan Sosial) DIY
1) keluarga tidak mampu yang tidak dijamin oleh
Jamkesmas atau asuransi lain dan diusulkan oleh
Bupati/ Walikota di wilayah DIY
2) Penyandang masalah social: penghuni panti
Sosial, penghuni rumah singgah, penyandang
disabilitas, dan orang/anak terlantar
3) Sasaran Program
a. Penderita demam berdarah dengue (DBD)
b. Balita Gizi Buruk
c. Korban kekerasan terhadap perempuan dan
anak (KtPA) berbasis Gender
4) Kader posyandu yang telah ditetapkan oleh dinkes
propinsi DIY berdasarkan usulan dinkes
kabupaten/kota
21
Gambar 4
Mekanisme kepesertaan Perorangan/Individu JAMKESDA /JAMKESOS
Keterangan :
Apabila masyarakat miskin (penyandang disabilitas/non disabilitas)
belum mendapatkan kartu jaminan kesehatan daerah (JAMKESDA)
maka dapat melakukan pengurusan Kepesertaan ke Institusi yang telah
di tunjuk oleh pemerintah daerah dengan membawa Foto Copi KTP,
Kartu keluarga, dan surat pengantar dari RT/RW /Dukuh yang di
sahkan oleh kelurahan dan kecamatan, kemudian dokumen tersebut
dibawa ke Institusi daerah untuk dapat mengajukan/pengecekan
kepesertaan jaminan kesehatan, institusi yang di tunjuk masing masing
pemerintah daerah sebagai berikut :
1. Kabupaten Bantul datang ke kantor Badan Kesejahteraan keluarga
(BKK)
2. Kabupaten Kulon Progo datang ke Biro kesejahteraan Rakyat
(Kesra)
3. Kabupaten Sleman datang ke Biro Keluarga Berencana
4. Kabupaten Gunung kidul datang ke biro kesejahteraan Rakyat
5. Kota Yogyakarta dating ke Dinas Sosial dan tenaga kerja
Masyarakat (Difabel/nondifabel
)
Kantor pelayanan data jamkes:
1. Dinas sosial dan Transmigrasi kota
yogyakarta
2. BKK Bantul
3. Biro kesra Kab.Kulon Progo
4. Biro kesra Kab. Gunung Kidul
5. BKB kabupaten Sleman
Propinsi
PBI Kartu Jam kesos
COB
Kabupaten /kota PBI
Kartu JAMKESDA
22
Data kepesertaan yang di ajukan akan di seleksi oleh Institusi diatas
apakah mereka bisa menjadi Peserta Bantuan Iur (PBI = peserta yang
preminya dibayar oleh APBD propinsi/kabupaten/kota) atau COB
(Coordination of benefit = peserta yang di biayai oleh pemerintah
kabupaten/kota dan propinsi. )
Persyaratan dan Ketentuan kepesertaan jaminan kesehatan daerah
(JAMKESDA) di sesuaikan dengan kebijakan daerah masing masing.
Untuk pendatan kepesertaan kelompok harus berkomunikasi dan
berkoordinasi dengan DInas sosial DIY
Gambar 5
Mekanisme Kepesertaan Kelompok JAMKESOS
Selain dari JAMKESOS Propinsi DIY, pihak yang mengkomodir kepersertaan
kelompok adalah JAMKESDA Kabupaten Sleman dengan ketentuan sebagai
berikut :
1. Kepesertaan kelompok beranggotakan sekurang-kurangnya 25 (dua puluh
lima) orang di bawah tanggung jawab ketua kelompok;
2. Untuk menjadi peserta kelompok Jamkesda, ketua kelompok mengisi
surat permohonan menjadi peserta yang disediakan penyelenggara
peserta kelompok Dinas sosial Propinsi diajukan ke Gubernur
Disahkan oleh Gubernur dalm
bentuk SK
diserahkan ke dinas Kesehatan
ditetapkan menjadi peserta PBI JAMKESOS
23
Jamkesda dengan dilampiri bukti foto kopi KTP, Kartu Keluarga, dan pas
foto ukuran 2x3 cm dua lembar untuk tiap-tiap anggota kelompok;
3. pendaftaran peserta kelompok dapat dilakukan setiap saat dengan jumlah
minimal anggota kelompok sudah terpenuhi;
4. peserta kelompok membayar iuran secara kolektif melalui
ketua/perwakilan kelompok;
5. ketua/perwakilan kelompok dari pemohon menandatangani perjanjian
kerjasama selaku terjamin dengan penyelenggara Jamkesda selaku
penjamin;
6. penandatanganan perjanjian jaminan dilaksanakan oleh ketua kelompok
atas nama dan mewakili seluruh anggota kelompok;
7. apabila terjadi penambahan jumlah atau diri peserta pada saat perjanjian
kerjasama sedang berjalan, maka ketua kelompok wajib memberitahukan
hal tersebut kepada penyelenggara Jamkesda secara tertulis dan berlaku
mengikat setelah mendapat persetujuan penyelenggara Jamkesda.
Jumlah iuran tambahan untuk anggota baru dihitung satu tahun dengan
masa berlaku sama dengan masa berlaku perjanjian kerjasama;
8. dalam hal terjadi penambahan jumlah sebagaimana tersebut dalam angka
7, penyelenggara Jamkesda harus memberitahukan perubahan jumlah
dimaksud kepada PPK;
9. Apabila ada anggota kelompok yang meninggal dunia, maka
kepesertaannya bisa digantikan oleh orang lain pada saat perpanjangan
kepesertaan.
Di sisi lain, selain peserta PBI dan COB, JAMKESOS Propinsi DIY dan
JAMKESDA Kabupaten Sleman juga mengakomodir peserta mandiri (iur
biaya) untuk terlibat menjadi peserta Jaminan Kesehatan. (lihat tabel 3)
Tabel 3
JAMKESDA KABUPATEN SLEMAN JAMKESTA MANDIRI (JAMKESOS
MANDIRI)
1. Iuran Jamkesda bagi peserta mandiri
sebesar Rp5.000,00 (lima ribu
Warga yang ingin mendaftarkan diri dalam
program Jamkesta Mandiri, diharuskan
24
rupiah) perjiwa per bulan dan
dibayarkan di muka untuk 1(satu)
tahun ke depan dan biaya pembuatan
kartu peserta sebesar Rp1.000,00
(seribu rupiah) per kartu.
2. Penduduk pemilik KTP dari luar
Kabupaten Sleman melampirkan
Surat Keterangan Sehat yang
dikeluarkan oleh PPK yang ditunjuk
oleh penyelenggara Jamkesda pada
saat mendaftar sebagai peserta.
3. Kartu peserta berlaku untuk jangka
waktu (satu) tahun dan dapat
diperpanjang dengan mendaftar dan
membayar iuran paling lambat 1
(satu) bulan sebelum jatuh tempo.
4. Jangka waktu kepesertaan paling
sedikit 12 (dua belas) bulan berturut-
turut.
5. Peserta yang memperpanjang kartu
peserta akan tetapi terlambat dalam
membayarkan iuran akan
diberlakukan sebagai peserta baru.
6. Iuran dibayarkan melalui
penyelenggara Jamkesda.
7. Peserta baik perorangan maupun
kelompok, memperoleh jaminan
pelayanan kesehatan 2 (dua) bulan
setelah menjadi peserta.
8. Status kepesertaan dinyatakan tidak
berlaku/batal apabila diketahui
keterangan yang dinyatakan dalam
surat permohonan menjadi peserta
tidak benar. Jaminan yang telah
berjalan dihentikan dan yang
bersangkutan diharuskan mengganti
biaya jaminan sebesar yang pernah
didapatkan dari Jamkesda.
9. Jenis Kepesertaan meliputi:
untuk melengkapi persyaratan berikut:
1. Peserta mendaftar berbasis
keluarga (terdaftar dalam KK) atau
berbasis kelompok (sejumlah 25
orang) atau berbasis lembaga
(sejumlah 100 orang).
2. Memiliki identitas dan telah tinggal di
DIY setidaknya selama enam bulan
(berdasarkan kartu keluarga),
kecuali untuk pelajar dan
mahasiswa.
3. Peserta tidak menjalani rawat inap
selama setahun terakhir (surat
pernyataan dari calon peserta)
4. Membayar pemeriksaan kesehatan
sebesar 10 ribu per jiwa setiap
tahunnya.
5. Dinyatakan sehat oleh dokter yang
telah ditunjuk oleh Bapel Jamkesos.
6. Setelah dinyatakan sehat dan layak
menjadi peserta, diharapkan
membayar biaya pendaftaran
sebesar Rp 1.000 per tahun dan
iuran sebesar Rp 90 ribu per tahun.
Semua pembayaran disetorkan ke
Bank BPD DIY atas nama BP
Jamkesos Provinsi DIY, dengan no
rekening 00111000055
25
a. kepesertaan perseorangan dengan
persyaratan:
1. pemohon mengisi surat
permohonan menjadi peserta
yang disediakan penyelenggara
Jamkesda dengan dilampiri foto
kopi KTP, Kartu Keluarga, dan
pas foto ukuran 2x3;
2. pendaftaran peserta dilakukan
pada bulan Januari dan Juli dalam
setiap tahunnya.
d. Sistem pembiayaan JAMKESDA dan JAMKESOS
Masing masing daerah mempunyai sistem pembiyaan yang
disesuaikan dengan kemampuan daerah, hal ini terlihat dari sumber
pembiayaan dan pembatasan pada tabel 4 dibawah ini :
Tabel 4
Kabupaten
/Kota
Pembiayaan Pembatasan
Kabupaten
Kulon progo
Dalam Perda no 6 tahun
2009, disebutkan bahwa
sistem pembiayaan
Jamkesda berasal dari
premi/iur yang ditanggung
oleh peserta dan atau
Pemerintah Daerah (pasal 7
). Sementara untuk
masyarakat miskin
berdasarkan perda tersebut
ditanggung sepenuhnya oleh
pemerintah daerah. Namun
dalam prakteknya saat ini
yang berjalan adalah
pembiayaan yang
ditanggung oleh APBD
Pemerintah kabupaten untuk
Setiap jiwa ditanggung Rp, 5 juta rupiah /
tahun dari APBD. Sehingga jika ada
pengeluaran biaya melebihi pertanggungan
tersebut maka harus ditanggung sendiri
oleh pihak peserta Jamkesda
26
semua warga Kulon Progo
yang belum memiliki
Jaminan Kesehatan.
Kota Yogyakarta Sistem pembiayaan Jaminan
Kesehatan Semesta
(universal coverage)
ditanggung sepenuhnya oleh
Pemerintah Kota Yogyakarta
melalui APBD berdasarkan
Perwal No 57 Tahun 2012
(Pasal 9).
Besaran biaya yang
ditanggung oleh Jamkesda
Kota Yogyakarta : Sesuai
dengan tarif Jaminan
Kesehatan Daerah yang
disusun dengan dasar tarif
retribusi Puskesmas dan
tarif kelas III Rumah Sakit
Jogja. (Pasal 9).
a. Rawat Jalan Lanjutan di Rumah
Sakit dengan hak jaminan Rp,
150,000/kali rawat jalan yang
dialokasikan untuk biaya dokter dan
obat. (catatan : Apabila dalam
rawat jalan melebihi 150 rb maka
selisih harus dibayar oleh pasien.
Harapannya bisa di RS negeri atau
swasta yang tidak terlalu mahal)
b. Bantuan untuk cuci darah sebesar
Rp, 500,000,-/tindakan
c. Chemoterapi dengan biaya
maksimal Rp, 100,000 /tindakan
d. Radiotherapo Rp, 250,000/tindakan
e. Alat Bantu dengar sesuai ketentuan
dan resep dokter THT Rumah Sakit
dengan mempertimbangkan
indikasi medis dan aspek
psikososial dan maksimal dibantu
50 %
f. Alat bantu gerak berdasar resep
dokter maksimum 50 %
Kabupaten
Bantul
Sistem pembiayaan
Jamkesda Kabupaten Bantul
ditanggung oleh APBD
Kabupaten Bantul (non
contributory) untuk peserta
bantuan iuran (PBI) dan
untuk peserta COB
ditanggung oleh APBD
Kabupaten Bantul dan
APBD Propinsi DIY.
a. Besaran pertanggungan Jamkesda
Bantul adalah Rp. 10 Juta/
orang/tahun
b. Kacamata : minimal +1/-1, seharga
Rp. 150.000
c. alat bantu dengar (harga terendah
berdasar resep dokter)
d. alat bantu gerak (harga terendah
berdasar resep dokter)
e. chemotherapy dan radioteraphy :
50 % dari total pembiayaan
berdasarkan rencana biaya
(berdasar managemen kasus dari
RS)
27
f. Tindakan hemodalisa, maksimal
Rp. 500.000/ tindakan hemodialisa
g. Biaya penggantian transfusi darah :
Rp. 250.000/ kantong
h. Pelayanan penunjang diagnostik
tinggi (dilakukan dengan konsultasi
terlebih dahulu kepada Bapel
Jamkesda, dengan rekomendasi
RS)
Kabupaten
Sleman
Sistem Pembiayaan
Jamkesda Kabupaten
Sleman memadukan antara
iur biaya (contributory) yang
disebut sebagai peserta
Jamkesda Mandiri dan Iur
ditanggung APBD
Kabupaten Sleman (non
contributory)
a. kacamata diberikan dengan lensa
koreksi minimal +1/-1 dengan nilai
maksimal Rp150.000,00 (seratus
lima puluh ribu rupiah) berdasarkan
resep dokter
b. intra Occular Lens (IOL) diberi
penggantian sesuai resep dokter
spesialis mata, berdasar harga
yang paling murah dan
ketersediaan alat tersebut di
daerah;
c. alat bantu dengar dengan harga
termurah dan ketersediaan alat
bantu tersebut
d. Pelayanan kesehatan pada
jamkesda bagi peserta jamkesda
yang diikutkan dalam program
penjaminan kesehatan lanjutan
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 diberikan pelayanan
kesehatan di jamkesda paling
banyak sebesar Rp5.000.000,00
(lima juta rupiah).
Kabupaten
Gunungkidul
Sistem pembiayaan
Jamkesta Kabupaten
Gunungkidul adalah
ditanggung sepenuhnya oleh
APBD Kabupaten
Gunungkidul (non
contributory).
a. Pembiayaan paket manfaat
pemeliharaan kesehatan peserta
Jamkesta di Puskesmas mengacu
pada tarif pelayanan kesehatan di
Puskesmas
b. Pembiayaan paket manfaat
pemeliharaan kesehatan peserta
28
Jamkesta pada Rumah Sakit
menggunakan tarif yang ditetapkan
Kementrian Kesehatan RI
mengenai program Jamkesmas
c. Pembiayaan paket manfaat
pemeliharaan kesehatan peserta
Jamkesta pada Rumah Sakit Umum
pusat menggunakan tarif yang
ditetapkan Kementrian Kesehatan
RI
d. Pembiayaan paket manfaat
pemeliharaan kesehatan peserta
Jamkesta pada Palang Merah
Indonesia mengacu tariff layanan
yang berlaku di PMI
e. Pembiayaan kesehatan yang
diberikan oleh Pengelola Jamkesta
sebesar-besarnya Rp, 5,000,000,
(lima juta rupiah) tiap orang per
tahun
f. Kasus-kasus yang memerlukan
biaya tinggi, misalnya Kanker,
leukemia akut, Megacolon,
Hydrocephalus, gagal ginjal,
pengelola Jamkesta dapat
memberikan bantuan biaya
melebihi Rp, 5,000,000 (lima juta
rupiah) atas dasar keputusan tim
Jamkesta
g. Apabila terdapat kasus-kasus
sebagaimana tersebut pada point f
dalam pembiayaannya Pengelola
Jamkesta dapat berkoordinasi
dengan Pengelolal Jaminan
Kesehatan Propinsi DIY
h. Tarif pelayanan yang dibatasi :
Alat kacamata diberikan dengan
lensa koreksi +1/-1 dengan nilai
setinggi-tingginya Rp, 150,000
29
berdasarkan resep dokter
Intra Ocular Lens (IOL) diberi
pengganti sesuai resep dokter
spesialis mata, dengan nilai
setinggi-tingginya Rp, 500,000,-
Alat bantu gerak (tongkat
penyangga dan korset) diberikan
berdasarkan resep dokter dan
disetuji Direktur Rumah Sakit atau
pejabat yang ditunjuk dengan
mempertimbangkan alat tersebut
dibutuhkan untuk mengembalikan
fungsi dalam aktivitas sosial
Alat bantu dengar diberi pengganti
sesuai resep dokter THT
Pelayanan hemodialisa diberikan
bantuan sebesar Rp, 500,000 / kali
kunjungan
Pelayanan penunjang diagnosis
canggih melalui pengkajian dan
pengendalian oleh Komite medic.
JAMKESOS
(Jaminan
Kesehatan
Sosial) Propinsi
DIY
Sistem Pembiyaan
Jamkesos DIY memadukan
antara iur (contributory) dan
APBD (non contributory)
Bagi peserta PBI, biaya
ditanggung oleh APBD
Propinsi DIY
Bagi peserta COB, biaya
ditanggung oleh APBD
Propinsi DIY dan APBD
Kabupaten/Kota (Cost
Sharing)
a. Rumah sakit pemerintah dan rumah
sakit swasta mengacu tarif Peraturan
Daerah
atau tarif yang ditetapkan oleh
Kementerian Kesehatan.
b. Tarif ambulans hanya untuk rujukan
pasien antar rumah sakit.
c. Tarif Pelayanan yang dibatasi sebagai
berikut :
Alat Kacamata diberikan dengan
lensa koreksi minimal +1/-1 dengan
nilai
o maksimal Rp.150.000,00
(seratus lima puluh ribu rupiah)
berdasarkan resep
o dokter spesialis mata.
Intra Ocular Lens (IOL) diberi
penggantian sesuai resep dari
30
dokter spesialis mata, dengan nilai
maksimal Rp. 500.000,00 (lima
ratus ribu rupiah).
Pelayanan Hemodialisa diberikan
bantuan biaya Rp. 500.000,00 (lima
ratus ribu rupiah) per kunjungan.
Alat bantu gerak (tongkat
penyangga dan korset) diberikan
berdasarkan resep dokter dan
disetujui Direktur Rumah Sakit atau
pejabat yang ditunjuk dengan
mempertimbangkan alat tersebut
memang dibutuhkan untuk
mengembalikan fungsi dalam
aktivitas sosial peserta/sasaran
Jamkesos tersebut. Pemilihan alat
bantu gerak berdasarkan harga
yang paling efisien.
Alat bantu dengar diberi
penggantian sesuai resep dari
dokter THT, pemilihan alat bantu
dengar berdasarkan harga yang
paling murah.
Pelayanan penunjang diagnostik
canggih melalui pengkajian dan
pengendalian oleh Komite Medik.
Pembiayaan kesehatan per peserta
yang diberikan oleh Pengelola
Jamkesta maksimal Rp
15.000.000,00 (lima belas juta
rupiah) per tahun kecuali
masyarakat miskin.
Untuk kasus Hemodialisa diberikan
jaminan sebesar Rp 500.000,00
(lima ratus ribu rupiah) per
kunjungan.
Untuk kasus Kanker, tindakan
khemoterapy dibatasi 1 (satu) seri
dengan batasan bantuan maksimal
31
Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah)
per kunjungan dan radio therapy
untuk 1 (satu) seri bantuan
maksimal Rp 3.500.000,00 (tiga
juta lima ratus ribu rupiah).
Untuk penyakit katastropik
(penyakit kronis menahun dan
berbiaya tinggi), terdiri dari
Penyakit Jantung Koroner, Jantung
Bawaan, Kanker, Gagal Ginjal,
Kelainan Bawaan, Kelainan
Pembuluh Darah Kronis, Kelainan
Metabolisme Kronis, Trauma,
Transplantasi Organ, dan Penyakit
Infeksi Berat. Pengelola
Jamkesda, dapat memberikan
bantuan biaya melebihi Rp
15.000.000,00 (lima belas juta
rupiah) melalui proses yang
ditetapkan dalam suatu forum
koordinasi pihak rumah sakit,
Pemerintah Provinsi, Pemerintah
Kabupaten/Kota dan Pengelola
Jamkesda.
Catatatan :
Kabupaten Bantul : Apabila terdapat peserta Jamkesda yang telah memperoleh klaim maksimal jaminan sebesar
Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) dan masih memerlukan pelayanan berdasarkan indikasi medis tertentu
yang bersifat penyelamatan jiwa (life saving), dapat memperoleh tambahan bantuan biaya.
Kabupaten Sleman : pelayanan penunjang diagnostik canggih diberikan hanya pada kasus-kasus life saving dan
kebutuhan penegakan diagnose yang sangat diperlukan melalui pengkajian dan pengendalian oleh komite medik.
Kabupaten Gunungkidul : Pengelola Jamkesta dapat berkoordinasi dengan pengelola Jamkesta Provinsi
dan/atau sebaliknya manakala terdapat pembiayaan kesehatan dengan biaya tinggi yang menimpa masyarakat
peserta Jamkesta
Jamkesos : Untuk penyakit katastropik (penyakit kronis menahun dan berbiaya tinggi), terdiri dari Penyakit
Jantung Koroner, Jantung Bawaan, Kanker, Gagal Ginjal, Kelainan Bawaan, Kelainan Pembuluh Darah Kronis,
Kelainan Metabolisme Kronis, Trauma, Transplantasi Organ, dan Penyakit Infeksi Berat. Pengelola Jamkesda,
dapat memberikan bantuan biaya melebihi Rp 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah) melalui proses yang
ditetapkan dalam suatu forum koordinasi pihak rumah sakit, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota
dan Pengelola Jamkesda.
32
e. Proses pengurusan pembiayan
Proses pengurusan pembiayan ini dilakukan pada saat pemegang kartu
Jamkesda/Jamkesos menjalani rawat inap di PPK I/II /III. Proses ini
dibedakan menjadi dua jenis surat, yaitu :
e.1. Surat pertanggungan awal
Surat Pertanggungan awal yaitu surat yang di keluarkan oleh UPT
Bapel Jamkesos Provinsi DIY, UPT Jamkesda Kota Yogyakarta,
UPT JPKM Kabupaten Sleman, UPT Jamkesda Kabupaten Kulon
Progo, UPT Jamkesda Kabupaten Bantul, dan biro Kesra
Kabupaten Gunungkidul untuk menyatakan bahwa Pasien adalah
peserta dari JAMKESDA/JAMKESOS sehingga pasien dapat
dirawat di rumah sakit dengan biaya pemerintah. Dokumen yang
harus dibawa pada saat pengurusan sebagai berikut :
surat pengantar dari rumah sakit
Surat Rujukan Dari PPK I/PPK II
Kartu JAMKESDA/JAMKESOS
KTP
KK
Pengurusan surat Pertanggungan awal pasien dilakukan dalam
jangka waktu 2 x 24 jam kerja ( untuk kota Jogjakarta 3 x 24 jam
kerja)
e.2. Surat pembiayaan
Surat pembiayaan adalah surat yang di keluarkan oleh UPT Bapel
Jamkesos Provinsi DIY, UPT Jamkesda Kota Yogyakarta, UPT
JPKM Kabupaten Sleman, UPT Jamkesda Kabupaten Kulon Progo,
UPT Jamkesda Kabupaten Bantul, dan biro Kesra Kabupaten
Gunungkidul untuk menyatakan bahwa pembiyaan pasien di
rumahsakit ditanggung oleh Pemerintah.surat ini di urus sebelum
pasien akan keluar dari rumah sakit. Dokumen yang harus dibawa
pada saat pengurusan sebagai berikut:
33
e.2.1 Surat pengantar dari pimpinan rumah sakit yang berisi :
rekapitulasi biaya rawat jalan dan rawat inap;
rincian biaya pelayanan sesuai formulir klaim (terlampir) beserta
data elektronik (hardcopy dan softcopy).
e.2.2 Setiap Pasien disertai berkas :
1) Fotokopi Kartu Identitas Peserta;
2) Fotokopi KTP bagi pasien yang berusia di atas 17 (tujuh belas)
tahun;
3) Fotokopi Kartu Keluarga (C1);
4) Pendukung medis meliputi :
o surat rujukan atau surat keterangan kegawatan dari IGD
RS;
o bukti perawatan yang ditanda tangani pasien;
o resume medis dengan penulisan diagnosa akhir;
o laporan tindakan operasi bila diperlukan UPT Bapel
Jamkesos Provinsi DIY, UPT Jamkesda Kota Yogyakarta,
UPT JPKM Kabupaten Sleman, UPT Jamkesda
Kabupaten Kulon Progo, Dinas Sosial Kabupaten Bantul,
dan Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul.
o hasil pemeriksaan penunjang diagnostik;
o surat keterangan tim komite medik sesuai indikasi medis.
Catatan : pengurusan surat ini dilakukan pada saat pasien
dinyatakan boleh pulang oleh dokter
e.2.3 Surat pengurusan yang melebihi limitasi
JAMKESDA/JAMKESOS
Surat ini digunakan apabila terjadi pembiayaan kesehatan yang
melebihi batas yang di anggarkan maksimum oleh
JAMKESDA/JAMKESOS, atau apabila ada kasus Khusus untuk
penyelamatan hidup (live saving). Mekanismenya, sebagaimana
ditawarkan oleh dinas kesehatan DIY pada penyelenggaraan FGD
bersama SIGAB / SAPDA (27 Februari) adalah :
34
1) Membuat surat permohonan bantuan pembiayaan yang di
tujukan kepada Gubernur DIY melalui Dinas kesahatan DIY.
2) Permohonan ini di lengkapi dengan :
Surat rekomendasi dari UPT Bapel Jamkesos Provinsi
DIY, UPT Jamkesda Kota Yogyakarta, UPT JPKM
Kabupaten Sleman, UPT Jamkesda Kabupaten Kulon
Progo, Dinas Sosial Kabupaten Bantul, atau Dinas
Kesehatan Kabupaten Gunungkidul.
Rekam medis pasien
Rincian pembiayaan pada saat di rumah sakit
Rencana penanganan medis
KTP, KK(Kartu Keluarga), Kartu JAMKESDA/JAMKESOS
f. Mekanisme pelayanan dan paket manfaat yang di tanggung oleh
JAMKESDA/JAMKESOS
f.1. Mekanisme Pelayanan JAMKESDA/JAMKESOS
Gambar 6
Mekanisme Pelayanan JAMKESDA/JAMKESOS
Rumah sakit
(PPK II)
peserta Gawat darurat
PUSKESMAS/ Dokter yang sudah bekerjasama (PPK I)
Rujukan
IGD
Jaminan Awal
Rawat Inap
Jaminan Akhir
Rawat jalan
Pulang
35
f.2. Paket Manfaat
Paket manfaat adalah paket layanan kesehatan yang dapat diperoleh
oleh peserta jaminan kesehatan Daerah (Jamkesda) dan Jamkesos,
Paket manfaat setiap Skmea Kebijakan Jaminan Kesehatan relatif
berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya, seperti yang di
uraikan pada tabel 5 di bawah ini :
Tabel 5
JAMKESDA Paket Manfaat
Kabupaten Kulon
Progo
Peserta berhak menerima manfaat pelayanan kesehatan
meliputi :
a. Rawat Jalan dan Rawat Inap Tingkat Pertama;
b. persalinan;
c. Rawat Jalan dan Rawat Inap Tingkat Lanjutan;
d. pelayanan obat, alat, dan bahan medis habis pakai;
e. dan
f. tindakan medis sesuai kebutuhan.
(2) Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) dilaksanakan pada
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan jaringannya,
meliputi :
a. konsultasi medis dan penyuluhan kesehatan;
Keterangan :
1. Layanan kesehatan berjenjang :
Untuk pelayanan kesehatan harus berdasar pada system berjenjang yaitu
layanan kesehatan dimulai dari PPK I ( Puskesmas, Bidan/Dokter yang
bekerjasama)
Untuk mendapatkan layanan di PPK II ( Rumah sakit umum daerah/swasta di
tingkat kabupaten/kota) harus mendapatkan rujukan dari PPK I
Untuk mendapatkan layanan di PPK III ( Rumahsakit Pusat/ Propinsi/ Swasta
tingkan propinsi) harus mendapatkan Rujukan dari PPK II
2. Layanan darurat
Dalam kondisi gawat darurat pemegang kartu jamkesda/Jamkesmas bisa langsung
menuju ke pelayanan PPK II/III tanpa ada rujukan pada PPK I
36
b. pemeriksaan fisik;
c. laboratorium sederhana (darah, urin, faeces rutin);
d. tindakan medis kecil/sederhana;
e. pemeriksaan dan pengobatan gigi, termasuk
f. cabut/tambal;
g. pemeriksaan ibu hamil/nifas/menyusui, bayi dan
h. balita;
i. pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan
j. penyembuhan efek samping;
k. pemberian obat standar sesuai indikasi medis; dan
l. pelayanan gawat darurat (emergency).
(3) Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP) sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, dilaksanakan pada
Puskesmas Perawatan, meliputi:
a. akomodasi rawat inap;
b. konsultasi medis;
c. pemeriksaan fisik;
d. laboratorium sederhana (darah, urin, faeces rutin);
e. tindakan medis kecil/sederhana; dan
f. pemberian obat standar dan bahan/alat kesehatan
habis pakai selama masa perawatan.
(4) Persalinan adalah persalinan yang dilakukan di Puskesmas,
bidan desa, Pos Kesehatan Desa dan/atau Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Wates.
(5) Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL) dilaksanakan pada
poliklinik spesialis Rumah Sakit, meliputi :
a. konsultasi medis dan penyuluhan kesehatan oleh
b. dokter spesialis/umum;
c. pemeriksaan fisik;
d. pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium
e. klinik, radiologi dan elektromedik;
f. tindakan medis kecil, sedang dan besar;
g. pemeriksaan dan pengobatan gigi tingkat lanjutan;
h. pemberian obat-obatan generik;
i. pelayanan darah; dan
j. pemeriksaan kehamilan dengan resiko tinggi.
37
6) Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL) dilaksanakan pada
Ruang Perawatan Kelas III, meliputi:
a. akomodasi rawat inap pada Kelas III;
b. konsultasi medis dan penyuluhan kesehatan;
c. pemeriksaan fisik;
d. pemeriksaan penunjang diagnostik, meliputi :
1. laboratorium klinik; dan
2. radiologi dan elektromedik.
e. tindakan medis atau operasi sedang dan besar;
f. pelayanan rehabilitasi medis;
g. perawatan intensif (ICU/NICU/PICU, ICCU, HCU);
h. pemberian obat-obatan generik;
i. pelayanan darah;
j. bahan dan alat kesehatan habis pakai; dan
k. persalinan;
Kota Yogyakarta 1. Pelayanan Kesehatan Dasar di Puskesmas dan
jaringannya meliputi ;
a. pemeriksaan kesehatan umum, tindakan medis ringan
dan sedang;
b. pemeriksaan kesehatan gigi dan tindakan gigi;
c. laboratorium sederhana (darah, urine dan feses rutin);
d. pemeriksaan dan pengobatan gigi, termasuk cabut /
tambal;
e. pemeriksaan ibu hamil / nifas / menyusui, bayi dan anak
balita;
f. obat obatan sesuai indikasi medis;
g. pelayanan kesehatan masyarakat ( promotif &
preventif);
h. pelayanan Keluarga Berencana, penanganan efek
samping, alat
i. kontrasepsi dari satuan kerja perangkat daerah yang
berwenang di bidang keluarga berencana untuk
masyarakat miskin;
j. persalinan normal .
2. Pelayanan Kesehatan Dasar di Dokter praktek
38
perorangan/ bidan praktek perorangan yang dikontrak
oleh Dinas Kesehatan, meliputi :
a. pemeriksaan kesehatan umum , tindakan medis ringan
dan sedang;
b. obat obatan sesuai indikasi medis dan generik , berupa
resep yang dibeli di Apotik setempat;
c. pelayanan kesehatan masyarakat ( promotif dan
preventif);
d. pelayanan Keluarga Berencana, penanganan efek
samping, (alat kontrasepsi bisa dari Puskesmas yang
berasal dari SKPD yang berwenang di bidang
kependudukan) untuk masyarakat miskin.
3. Pelayanan Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP) di
Puskesmas perawatan, meliputi:
a. penanganan gawat darurat;
b. perawatan pasien rawat inap termasuk perawatan gizi
buruk dan gizi kurang;
c. perawatan persalinan ;
d. penanganan rujukan balik dari Rumah Sakit;
e. tindakan medis yang diperlukan ;
f. pemberian pelayanan obat-obatan;
g. pemeriksaan laboratorium dan penunjang medis
lainnya;
h. perawatan satu hari (one day care ) ;
i. persalinan normal dan dengan penyulit ringan.
4. Pelayanan gawat darurat/ emergency ( termasuk
program YES 118) :
a. transport rujukan dari lokasi kejadian sampai Rumah
Sakit ;
b. biaya tindakan dan bahan medis pakai habis selama
dalam perjalanan dari
tempat kejadian menuju sarana pelayanan kesehatan ;
c. biaya perawatan/ tindakan di UGD selama 24 jam.
5. Pelayanan Kesehatan Rujukan Spesialis di Dokter
Spesialis praktik perorangan dan Rumah Sakit meliputi
;
39
a. pemeriksaan kesehatan / rawat jalan lanjutan/
spesialistik;
b. pemeriksaan penunjang diagnose (laboratorium ,
radiologi);
c. obat-obatan dengan resep dokter;
d. pelayanan hemodialisa, chemotherapi.
6. Pelayanan Kesehatan Rawat Inap di Rumah Sakit Umum
Pemerintah, Rumah Sakit Umum Swasta, Rumah Sakit
Khusus dan Rumah Bersalin ;
a. akomodasi rawat inap pada kelas III;
b. konsultasi medis , pemeriksaan fisik dan penyuluhan
kesehatan;
c. penunjang diagnostik ( laboratorium klinik , radiology
dan elektromedik);
d. pelayanan tindakan medik termasuk operasi ringan,
sedang, besar dan komplek;
e. pelayanan rehabilitasi medis;
f. perawatan intensif ( ICU , ICCU , PICU, NICU, PACU,
IMC);
g. obat obatan sesuai indikasi medis dan obat generik
yang berlaku;
h. pelayanan darah yang diberikan langsung di Rumah
Sakit dan atau Palang Merah Indonesia;
i. bahan dan alat kesehatan habis pakai;
j. persalinan dengan risiko tinggi dan penyulit
Kabupaten Bantul 1. Peserta berhak menerima manfaat pelayanan kesehatan
meliputi :
a. Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) dan Rawat Inap
Tingkat Pertama (RITP); dan
b. Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL) dan Rawat Inap
Tingkat Lanjutan (RITL)
2. RJTP dilaksanakan pada Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) dan jaringannya sesuai peraturan
perundangan yang berlaku, meliputi :
a. konsultasi dan pemeriksaan medis;
b. pelayanan laboratorium dan penunjang diagnostik
lainnya ;
c. rehabilitasi medik;
40
d. tindakan medis kecil/sederhana;
e. pemeriksaan dan pengobatan gigi, termasuk
cabut/tambal;
f. pemeriksaan ibu hamil (ANC);
g. pemeriksaan ibu nifas (PNC);
h. pemeriksaan bayi;
i. pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan penyembuhan
efek samping;
j. pemberian obat sesuai Daftar Obat Esensial Nasional
(DOEN) dan/atau obat
k. yang tersedia di Puskesmas sesuai indikasi medis; dan
l. pelayanan gawat darurat (emergency).
3 RITP dilaksanakan pada Puskesmas Perawatan sesuai
peraturan perundangan yang berlaku, meliputi:
a. akomodasi rawat inap;
b. konsultasi medis;
c. pemeriksaan fisik;
d. pelayanan laboratorium dan penunjang diagnostik
lainnya ;
e. tindakan medis kecil/sederhana;
f. pemberian obat sesuai Daftar Obat Esensial Nasional
(DOEN) dan/atau obat yang tersedia di Puskesmas
sesuai indikasi medis;
g. persalinan;
h. pelayanan gawat darurat (emergency); dan
i. transportasi rujukan sesuai indikasi medis.
4 RJTL dilaksanakan pada poliklinik spesialis Rumah Sakit,
meliputi :
a. konsultasi dan pemeriksaan medis oleh dokter spesialis;
b. pemeriksaan penunjang diagnostic laboratorium klinik
dan PA, radiologi dan elektromedik;
c. tindakan medis kecil, sedang, dan besar;
d. pemeriksaan dan pengobatan gigi tingkat lanjutan;
e. pemberian obat-obatan generik dan mengacu
Formularium Program Jamkesda;
f. pelayanan haemodialisa; dan
g. pelayanan transfusi darah
41
5. RITL, dilaksanakan pada ruang perawatan kelas III,
meliputi :
a. akomodasi rawat inap;
b. konsultasi dan pemeriksaan medis oleh dokter spesialis;
c. pemeriksaan penunjang diagnostik, meliputi :
1. laboratorium klinik dan PA; dan
2. radiologi dan elektromedik.
d. tindakan medis atau operasi sedang, besar, dan khusus;
e. pelayanan rehabilitasi medis;
f. perawatan intensif (ICU/NICU/PICU, ICCU, HCU);
g. pemberian obat-obatan generik dan mengacu
Formularium Program Jamkesda;
h. pelayanan transfusi darah;
i. pelayanan haemodialisa;
j. pelayanan kemoterapi;
k. pemulasaran jenazah kasus tertentu; dan
l. transportasi rujukan sesuai indikasi medis
Kabupaten Sleman Pelayanan Kesehatan di PPK tingkat I
1. Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP) dilaksanakan
pada PPK tingkat I meliputi pelayanan:
a. konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan
kesehatan;
b. laboratorium sederhana (darah, urin, dan fases
rutin);
c. tindakan medis kecil;
d. pemeriksaan dan pengobatan gigi, termasuk
cabut/tambal;
e. pemeriksaan ibu hamil/nifas/menyusui, bayi dan
balita;
f. pemberian obat.
2. Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP) dilaksanakan
pada puskesmas perawatan meliputi pelayanan:
a. akomodasi rawat inap;
b. konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan
kesehatan;
c. laboratorium sederhana (darah, urin, dan fases
rutin);
42
d. tindakan medis kecil;
e. pemberian obat;
f. persalinan normal dan dengan penyulit (PONED).
3. Persalinan normal yang dilakukan di puskesmas/bidan
di desa/polindes/di rumah pasien/praktek bidan
swasta.
4. Pelayanan gawat darurat.
Pelayanan Kesehatan di PPK tingkat II dan III
1. Rawat Jalan Tingkat lanjut (RJTL) dilaksanakan PPK tingkat
II dan III meliputi:
a. konsultasi medis, pemeriksaan fisik dan penyuluhan
kesehatan oleh dokter spesialis/umum;
b. rehabilitasi medik;
c. penunjang diagnostik: laboratorium klinik, radiologi, dan
elektromedik;
d. tindakan medis kecil dan sedang;
e. pemeriksaan dan pengobatan gigi tingkat lanjut;
f. pemberian obat yang mengacu daftar formularium obat
program
g. Jamkesda sebagaimana tercantum dalam lampiran;
h. pelayanan darah;
i. pemeriksaan kehamilan dengan resiko tinggi dan
penyulit.
2. Rawat Inap Tingkat lanjut (RITL) dilaksanakan pada ruang
perawatan kelas III RS meliputi:
a. akomodasi rawat inap pada kelas III;
b. konsultasi medis, pemeriksaan, dan penyuluhan
kesehatan;
c. penunjang diagnostik: laboratorium klinik, radiologi dan
elektromedik;
d. tindakan medis;
e. operasi sedang dan besar;
f. pelayanan rehabilitasi medis;
g. perawatan intensif (ICU, ICCU, PICU, NICU, PACU);
h. pemberian obat yang mengacu daftar formularium obat
program Jamkesda;
43
i. pelayanan darah;
j. bahan dan alat kesehatan habis pakai;
k. persalinan dengan resiko tinggi dan penyulit (PONEK).
3. Pelayanan gawatdarurat.
Kabupaten
Gunungkidul
1. Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
a. Rawat Jalan Tingkat Pertama
Konsultasi Kesehatan
Pemeriksaan fisik dan pengobatan umum
Tindakan medis sederhana
Pemeriksaan dan pengobatan gigi termasuk
cabut/tambal
Pemberian obat
Pemeriksaan ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, bayi
dan balita
Pelayanan KB dan penanganan efek samping
Bahan medis habis pakai
Laboratorium sederhana
Penunjang diagnostik lain yang tersedia di Puskesmas
b. Rawat Inap Tingkat Pertama
Akomodasi Rawat Inap
Konsultasi Kesehatan
Pemeriksaan fisik
Laboratorium sederhana (darah, urin, dan feses
rutin)
Tindakan medis sesuai indikasi medis
Pemberian obat
Persalinan normal
Persalinan dengan penyulit (PONED)
Pelayanan Gawat Darurat (emergency)
Pemeriksaan electromedik dasar
2. Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit
a. Rawat Jalan Tingkat Lanjut
Konsultasi Kesehatan
Pemberian obat – obatan
44
Pemeriksaan fisik dan pengobatan spesialis dan sub
spesialis
Pemeriksaan dan pengobatan gigi spesialis dan sub
spesialis
Penunjang diagnosis yang terdiri dari : laboratorium
klinik, radiologi, dan elektromedik sesuai indikasi medis
Tindakan medis sesuai indikasi medis
Pelayan KB dan efek samping (alat kontrasepsi
disediakan oleh BKKBN)
b.. Rawat Inap Tingkat Lanjut
Akomodasi rawat inap pada kelas III
Pemberian obat – obatan;
Konsultasi medis dan KIE
Pemeriksaan fisik dan pengobatan spesialis dan sub
spesialis
Pemeriksaan dan pengobatan gigi spesialis dan sub
spesialis
Penunjang diagnosis yang terdiri dari : laboratorium
klinik, radiologi, dan elektromedik sesuai indikasi medis
Tindakan medis sesuai indikasi medis
Operasi sedang dan besar
Persalinan dengan resiko tinggi dan penyulit (PONED)
Pelayanan rehabilitasi medis
Pelayanan intensif
Pelayanan KB dan efek samping (alat kontrasepsi
disediakan oleh BKKBN)
3. Paket Pelayanan Emergency
Merupakan gawat darurat medis antara lain :
Perdarahan hebat
Batuk darah hebat
Sesak nafas hebat
Tidak sadarkan diri/pingsan
Kejang
Nyeri perut terus menerus
Muntah dan buang air besar terus menerus
Kasus kecelakaan
45
JAMKESOS Propinsi
DIY
1. Paket Manfaat Pemeliharaan Kesehatan Dasar
a. Upaya layanan kesehatan perorangan meliputi pelayanan
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang terdiri dari :
konsultasi medis serta Komunikasi, Informasi dan
Edukasi (KIE);
pemeriksaan fisik dan pengobatan umum;
pemeriksaan dan pengobatan gigi;
laboratorium sederhana;
tindakan medis sederhana;
pelayanan kesehatan ibu hamil (bumil)/nifas/menyusui,
bayi dan balita;
pelayanan dan pengobatan gawat darurat;
persalinan normal dan dengan penyulit (PONED);
pelayanan KB dan efek samping;
penunjang diagnostik lain yang tersedia di Puskesmas;
dan
pemberian obat-obatan generik.
b. Pelayanan rujukan pasien ke Rumah Sakit Strata 2.
c.Kasus-kasus yang belum ditanggung sebagai berikut :
pelayanan yang tidak sesuai prosedur dan ketentuan;
general chek up, KIR kesehatan;
bahan, alat dan tindakan yang bertujuan untuk
kosmetika;
infertilitas (upaya untuk punya anak);
pengobatan alternatif;
protesis gigi tiruan;
pelayanan kesehatan pada masa tanggap darurat
bencana alam; dan
pelayanan kesehatan yang diberikan pada kegiatan
bakti sosial.
2. Paket Manfaat Pemeliharaan Kesehatan Spesialis dan
Sub Spesialis
a. Rawat Jalan :
konsultasi medis dan KIE;
pemberian obat-obatan generik yang mengacu pada
pedoman formularium Jamkesta;
pemeriksaan fisik dan pengobatan spesialis dan sub
46
spesialis;
pemeriksaan dan pengobatan gigi spesialis dan sub
spesialis;
penunjang diagnostik yang terdiri dari : laboratorium
klinik, radiologi dan elektromedik sesuai indikasi medis;
tindakan medis kecil dan sedang; dan
pelayanan KB dan efek samping.
b. Rawat Inap :
akomodasi rawat inap pada kelas III;
pemberian obat-obatan generik yang mengacu pada
pedoman formularium Jamkesta;
konsultasi medis dan KIE;
pemeriksaan fisik dan pengobatan spesialis dan sub
spesialis;
pemeriksaan dan pengobatan gigi spesialis dan sub
spesialis;
penunjang diagnostik yang terdiri dari : laboratorium
klinik, radiologi dan elektromedik sesuai indikasi medis;
tindakan medis sesuai indikasi medis;
operasi sedang dan besar;
persalinan dengan resiko tinggi dan penyulit (PONED);
pelayanan rehabilitasi medis;
pelayanan intensif; dan
pelayanan KB dan efek samping.
c. Rawat Darurat
Merupakan gawat darurat medis antara lain :
perdarahan hebat;
batuk darah hebat;
sesak nafas berat;
tidak sadarkan diri/pingsan;
kejang;
nyeri perut terus menerus; dan
muntah dan buang air besar terus menerus
Di sisi lain ada pula Paket layanan yang tidak di tanggung oleh JAMKEDA
dan JAMKESOS. Paket layanan yang tidak ditanggung adalah layanan
47
kesehatan yang tidak bisa di biayai oleh Jamkaesda / jamkesos, sebagaimana
tercantum dalam tabel 6 berikut ini :
Tabel 6
Paket layanan kesehatan yang tidak ditanggung oleh
Jamkesda/Jamkesos
JAMKESDA Paket Layanan yang tidak ditanggung
Kabupaten Kulon Progo
a. pelayanan yang tidak sesuai prosedur dan ketentuan
program Jamkesda;
b. peserta yang tidak berhak;
c. general check up;
d. pelayanan yang bersifat kosmetik;
e. pelayanan yang bertujuan memiliki anak;
f. pelayanan persalinan mulai dari pemeriksaan
g. kehamilan anak ketiga hidup dan seterusnya;
h. pelayanan kesehatan yang tidak berdasarkan indikasi
medis;
i. Pelayanan canggih (operasi jantung paru, kedokteran
nuklir, MRI, ESWL, transplantasi organ);
j. kejadian sakit atau penyakit akibat force majeure
seperti gempa bumi, banjir, tanah longsor, dan lain-lain;
k. pembersihan karang gigi dan usaha meratakan gigi;
l. toiletteries, susu, obat gosok dan lain-lain;
m. pengobatan alternatif;
n. ketergantungan obat, alkohol, dan lain-lain;
o. biaya obat diluar obat generik;
p. imunisasi, di luar imunisasi dasar dan imunisasi ibu
hamil (dilakukan di Puskesmas);
q. cacat bawaan sejak lahir;
r. pelayanan dialisa;
s. alat bantu kesehatan (kursi roda, tongkat penyangga,
korset, dan lain-lain);
t. pelayanan suplemen meliputi :
1. kacamata;
2. hearing aid;
3. prothesa gigi; dan
4. alat gerak.
u. biaya autopsi dan biaya visum et repertum;
v. kemoterapi penyakit keganasan (kanker);
48
w. penyakit kongenital dan upaya bunuh diri;
x. penunjang diagnostik canggih dan sejenisnya; dan
pelayanan kesehatan lainnya yang merupakan jaminan
dari badan penyelenggara lain seperti kecelakaan kerja
dan kecelakaan lalu lintas
Kota Yogyakarta
a. pelayanan yang tidak sesuai dengan prosedur / mekanisme
yang berlaku;
b. pengobatan alternatif dan atau pengobatan tradisional;
c. rangkaian pengobatan dalam upaya mendapatkan
keturunan , termasuk bayi
d. tabung dan pengobatan impotensi;
e. pelayanan kesehatan yang diberikan pada kegiatan bakti
sosial;
f. upaya bunuh diri;
g. penderita /masyarakat pengguna obat terlarang dan
minuman keras ;
h. bahan / alat dan tindakan yang bertujuan untuk :
1. bedah kosmetik;
2. general chek up;
3. penunjang diagnostik canggih kecuali untuk live saving
(kelangsungan hidup);
4. kontrasepsi mandiri .
Kabupaten Bantul
a. pelayanan yang tidak sesuai prosedur dan ketentuan
program Jamkesda;
b. pelayanan tingkat lanjut tanpa ada surat rujukan dari
PPK tingkat pertama;
c. peserta yang tidak berhak;
d. general check up;
e. pelayanan yang betujuan untuk kosmetika;
f. pelayanan yang bertujuan ingin anak;
g. pelayanan kesehatan yang tidak berdasarkan indikasi
medis;
h. pelayanan canggih (operasi jantung paru, kedokteran
nuklir, MRI, ESWL, transplantasi organ, dan CT scan);
i. kejadian sakit atau penyakit akibaf force mejeure
seperti gempa bumi, banjir, tanah longsor, dan lain-lain;
j. pembersihan karang gigi dan usaha meratakan gigi;
k. prothesis gigi tiruan;
49
l. toiletteries, susu, obat gosok dan lain-lain;
m. pengobatan alternatif (akupuntur dan pengobatan
tradisional);
n. ketergantungan obat, alkohol, dan lain-lain;
o. sakit yang disebabkan karena mengkonsumsi minuman
beralkohol,
p. narkotika, dan obat terlarang lainnya;
q. biaya obat diluar obat-obatan generik dan diluar
Formularium Program Jamkesda;
r. imunisasi selain imunisasi dasar dan imunisasi ibu
hamil;
s. cacat bawaan sejak lahir seperti downsindrom,
hidrocepalus, kelainan jantung bawaan, dan
thalassemia;
t. autopsi dan visum et repertum;
u. upaya bunuh diri;
v. pelayanan kesehatan lainnya yang merupakan jaminan
dari badan penyelenggara lain seperti kecelakaan kerja
dan kecelakaan lalu lintas;
w. pemulasaraan jenazah;
x. keur dokter;
y. pemeriksaan calon penganten; dan pemeriksaan haji.
Kabupaten Sleman
a. pelayanan yang tidak sesuai prosedur dan ketentuan;
b. pemeriksaan USG di Puskesmas;
c. bahan, alat dan tindakan yang bertujuan untuk
kosmetika;
d. general chek up;
e. protesis gigi tiruan;
f. sirkumsisi di luar indikasi medis;
g. HIV/AIDS, pelayanan kesehatan karena
penyalahgunaan NAPZA dan percobaan bunuh diri;
h. pengobatan alternatif (seperti akupuntur dan
pengobatan tradisional lainnya) dan pengobatan lain
yang belum terbukti secara ilmiah;
i. rangkaian pemeriksaan, pengobatan dan tindakan
dalam upaya mendapatkan keturunan, termasuk bayi
tabung dan pengobatan impotensi;
j. pelayanan kesehatan pada masa tanggap darurat
50
bencana alam, kegiatan bakti sosial, skrining, dan
penyelidikan epidemiologi;
k. pelayanan KB; dan
konsultasi gizi, psikologi dan kesehatan lingkungan
Kabupaten Gunung Kidul
a. Pelayanan yang tidak sesuai prosedur dan ketentuan
b. General Check up, KIR kesehatan
c. Bahan, alat dan tindakan yang bertujuan untuk kosmetik.
d. Infertilitas (upaya untuk punya anak)
e. Pengobatan alternatif.
f. Protesis gigi tiruan dan kawat gigi
g. Pelayanan kesehatan pada masa tanggap darurat
bencana alam.
h. Pelayanan kesehatan yang diberikan pada kegiatan
bakti sosi
Jamkesos Propinsi DIY
a. General chek up, KIR kesehatan.
b. Bahan, alat dan tindakan yang bertujuan untuk
kosmetika.
c. Infertilitas (upaya untuk punya anak).
d. Pengobatan alternatif.
e. Protesis gigi tiruan.
f. Pelayanan kesehatan pada masa tanggap darurat
bencana alam.
g. Pelayanan kesehatan yang diberikan pada kegiatan
bakti sosial.
g. Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) yang dapat diakses Peserta
Jamkesda/Jamkesos
Informasi terkait PPK yang dapat diakses oleh peserta
Jamkesda/Jamkesos dapat dilihat pada tabel 7 di bawah ini :
51
Tabel 7
PPK yang dapat diakses peserta JAMKESDA/JAMKESOS
JAMKESDA/JAMKESOS Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK)
Kabupaten Kulon Progo a. Puskesmas yang ada di Kabupaten Kulon Progo (PPK
1)
b. RSUD Wates Kabupaten Kulon Progo (PPK 2)
c. RSUP Dr.Sardjito
d. RS Ghrasia.
Kota Yogyakarta a. Puskesmas/Puskesmas Pembantu di Kota Yogyakarta
b. Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta :
RSU Sarjito, RSU Panti Rapih, RSU Bethesda, RSU
Bethesda Lempunyangan Wangi, RSU Happy Land, Medical
Center, RSK Bedah Sudirman, RSU Ludira Husada Utama,
RSU Jogja (Wirosaban), RSU Patmasuri, RSK Bedah
Ringroad Selatan, RSU Queeen Lativa, RSK Permata
Bunda, RSKIA Sakida Idaman, RSK Jiwa Puri Nirmala, RS
Grhasia, RSI Dr.Soeroyo Magelang, RSI Hidayatullah, RS
DKT, RSK Anak 45, PMI Godean DIY, PMI Cabang Kota
Yogyakarta
Kabupaten Bantul
a. PPK I : Puskesmas induk, puskesmas pembantu &
puskesmas keliling
b. PPK II :
- RSUD Panembahan Senopati
- PKU Muhammadiyah Bantul
- RS Patmasuri
- RS Permata Husada
- Nur Hidayah
- RSKB Ringroad Selatan
- RS Rajawali Citra
- RS Elizabeth Ganjuran
- RS Rachma Husada
- RS Hardjo Lukito
- RS PKU Kota Gede
- RS Hidatullah
52
- BP4 Yogyakarta (RS Paru)
- RS Griya Mahardika
- RSUD Wirosaban
- RSI Kalasan
- RS PKU Muhammadiyah Gamping
c. PPK III, meliputi :
- RS Panti Rapih
- RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
- RS Bethesda
- RS Panti Rapih
- RSJ Ghrasia
- RS RISPILA (Khusus Paru-paru)
d. Palang Merah Indonesia (PMI), meliputi : PMI Bantul dan
PMI Yogyakarta
Kabupaten Sleman a. PPK I, semua Puskesmas di Kabupaten Sleman
b. PPK II & PPK III, tidak membatasi wilayah (pasien yang
masuk RS berkomunisi dengan UPT Jamkesda Sleman
melalui fax kalau dirawat di RS tertentu, mengurus dalam
2 X24 jam kerja), dengan standar pembiayaan RSUD
Sleman. Per-Juni 2013 menggunakan standar INA CBGs
(Case Base Groups)
Kabupaten Gunungkidul a. Seluruh Puskesmas di Kabupaten Gunungkidul
b. RS : RSUD Wonorsari dan RS NurRohmah
c. RS diluar Gunungkidul : RS Harjolukito dan RS Suradji
Tirtonegoro (di Kabupaten Klaten-Jateng)
d. PMI
e. Klinik dialysis darah PMI
f. Sedang Proses kerjasama : RSUD Bantul, RSUD Kota
Yogyakarta, DKT, Ghrasia
JAMKESOS Propinsi DIY a. PPK I : puskesmas diseluruh DIY dan dokter keluarga yang
ditunjuk
b. PPK II :
Kabupaten Sleman :
53
RSUD Sleman , RS grasia, RS Bhayangkara, RS
candongcatur, RS puri Husada, RS panti Rini, RS panti
Nugroho, PDHI Kalasan , RS panti Baktiningsih
Kota Yogyakarta:
RSUD Kota Yogyakarta ( RS Jogja), RS Betheesda
lempuyanganwangi, RS TNI AD Dr Soetarto, RSKSA 45,
RS happyland, RS Hidayatulloh, RS ludiro Husodafoma,
RS permatabunda, RSKB Soederman, RSKIA Pku Muh
kotagede
Kab bantul : RSUD Panembahan Senopati, RS TNI AU
hardjolukito, RSKB Nurhidayat, RS patmasuri, RS PKU
MUh. Bantul, RSKB Ringroad selatan, RSKIA Umi
Khasanah
Kulon Progo : RSUD Wetes, RS Kharismaparamedika, RS
PKU MUH, Kulon progo, RS, Rachjma Husada,RSKB Riski
Amalia medika, RS Riski Amalia, RS St, Yusup Boro,
RSKIA PKU Muh Nanggulan,
Gunung Kidul : RSUD Wonosari
c. PPK III:RS dr Sardjito, RS PKU MUh Yogyyakarta, RS
Bethesda Yogyakarta, Rs Panti Rapih Yogyakarta
54
Rekomendasi : Pentingnya Kebijakan Jaminan
Kesehatan Khusus (JAMKESUS) Sebagai Sebuah
Solusi Bagi Penyandang Disabilitas di Propinsi
DIY
Melihat keterbatasan baik dari sisi pembiayaan maupun paket manfaat
yang diperoleh oleh para penyandang disabilitas dalam Skema Kebijakan
Jaminan Kesehatan yang ada baik Jamkesmas, Jamkesos Propinsi DIY
maupun Jamkesda Kabupaten/Kota, perlu kiranya dilakukan langkah advokasi
kebijakan Jaminan Kesehatan Khusus (JAMKESUS) bagi penyandang
disabilitas yang ada di Propinsi DIY.
1. Apakah Jaminan kesehatan Khusus itu
Jaminan kesehatan Khusus merupakan skema jaminan yang
diamanatkan oleh Peraturan Daerah No 4 tahun 2012 tentang
Perlindungan dan Pemenuhan Hak penyandang Disabilitas, berdasar
kepada UU No. 19 tahun 2012 tentang Ratifikasi Hak Penyandang
Disabilitas.
Pada saat ini sedang dilakukan proses penyiapan peraturan Gubenur
tentang Jaminan Kesehatan Khusus,
Rencananya akan diberlakukan pada tahun 2013/ 2014 yang
diselenggarakan oleh Bapeljamkesos sebagai bagai dari UPT Dinkes
DIY
2. Peserta dan Kepesertaan Jaminan Kesehatan Khusus
a. Peserta jaminan kesehatan khusus adalah penyandang disabilitas,
penduduk DIY ataupun berdomisili di DIY
b. Dalam skema Jaminan Kesehatan Khusus ada 2 skema kepesertaan,
yaitu :
55
PBI : penyandang disabilitas penduduk DIY, yang
memenuhi prasyarat untuk menjadi peserta PBI (berdasar
adanya assessment)
Mandiri : penyandang disabilitas penduduk dan
penyandang disabilitas yang berdomisili di DIY yang
membayar kepesertaannya kepada badan pelaksana
c. Daftar kepesertaan akan diserahkan melalui dinas social kabupaten/kota
kepada dinas social DIY, untuk kemudian di SK kan oleh Kepala Dinas
menjadi peserta PBI
3. Sistem Pembiayaan Jaminan kesehatan Khusus
a. Sistem pembiayaan jaminan kesehatan khusus akan memadukan
mekanisme iur (peserta mandiri) dan non iur yang ditanggung oleh
APBD Propinsi DIY
b. Pembiayaan pada PPK akan meliputi PPK I, PPK II, PPK III, dan
rujukan kepada RS diluar daerah yang mempunyai kompetensi
tertentu, misalkan RSO Dr. Suharso solo
c. Pembiayaan Jamkesus dibatasi sampai dengan Rp. 60 juta/tahun
d. Rencana tahun 2013, peserta Jaminan kesehatan khusus adalah
25.000 penyandang disabilitas dari DIY
e. Limitasi, bahwa pengguna jaminan kesehatan yang lain tidak
mempunyai hak menjadi peserta PBI Jamkesus
4. Paket manfaat Jaminan kesehatan Khusus
Paket manfaat nya adalah obat-obatan, tindakan, alat bantu yang
dibutuhkan oleh penyandang disabilitas.
5. Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) yang dapat diakses Peserta
Jaminan kesehatan Khusus
a. PPK I : Puskesmas
b. PPK II : RSUD dan RS Swasta DI wilayah DIY
Top Related