Situation Report - 7
Ikhtisar Kegiatan - 11
World Health Organization Indonesia
Gambar 1: Perwakilan WHO untuk Indonesia Dr N. Paranietharan
menghadiri vaksinasi massal COVID-19 menggunakan vaksin COVID-19
AstraZeneca bagi sekitar 100 Ulama dan pengurus Nahdlatul Ulama,
yang diadakan oleh Kementerian Kesehatan dan Pengurus Wilayah
Nahdlatul Ulama Jawa Timur pada tanggal 23 Maret 2021. Kredit:
WHO/Vinod Bura
• Per tanggal 16 April, Pemerintah Indonesia mengumumkan 1 594 722
kasus
konfirmasi COVID-19 (5363 kasus baru), 43 196 kasus kematian (123
kematian
baru), dan 1 444 229 kasus sembuh dari 510 kabupaten/kota di 34
provinsi.
0
200000
400000
600000
800000
1000000
1200000
1400000
1600000
1800000
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
Jumlah kasus konfirmasi COVID-19 per hari Jumlah kumulatif kasus
konfirmasi COVID-19
SURVEILANS
Gambar 2: Penyebaran jumlah kumulatif kasus terkonfirmasi COVID-19
di Indonesia di semua provinsi
yang dilaporkan antara tanggal 10 dan 16 April 2021. Sumber
data
Gambar 3: Jumlah kasus per hari dan jumlah kumulatif kasus yang
dilaporkan di Indonesia per tanggal 16 April 2021. Sumber
data
Penafian: Jumlah kasus yang dilaporkan per hari oleh Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) bukanlah
jumlah orang yang terinfeksi COVID-19 pada hari tersebut; pelaporan
hasil tes yang dikonfirmasi oleh
laboratorium mungkin membutuhkan waktu hingga satu minggu sejak tes
dilakukan. Maka, angka dan
kurva epidemiologis ini harus diinterpretasikan dengan hati-hati
untuk analisis lebih lanjut.
3 Ikhtisar Kegiatan - 11 who.int/indonesia
• WHO menyerahkan 1 000 000 alat tes diagnostik cepat deteksi
antigen (Ag-RDT)
kepada Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada tanggal 13 Maret,
dengan
perkiraan nilai sebesar US$4,9 juta. Penggunaan Ag-RDT akan
mendukung
peningkatan kapasitas pengetesan COVID-19, terutama di
daerah-daerah dengan
akses tes reaksi berantai polimerase (PCR) yang terbatas dan waktu
tunggu hasil
tes yang tinggi.
(Balitbangkes) untuk memperkuat sistem penjaminan mutu
laboratorium
pelaksana tes COVID-19 (informasi lebih lanjut dapat dilihat di
Situation Report 34
(halaman 14 hingga 16) dan Situation Report 37 (halaman 16) WHO).
Sebanyak
177 laboratorium pelaksana tes PCR COVID-19 berpartisipasi dalam
fase pertama
Penilaian Kualitas Eksternal (EQA), yang didukung oleh Royal
College of
Pathologists of Australasia Quality Assurance Programs, United
States Agency for
International Development (USAID), dan WHO. Pada tanggal 24 hingga
26 Maret,
WHO mendukung Balitbangkes dalam melaksanakan kunjungan
pengawasan
suportif kepada beberapa laboratorium yang diidentifikasi
berdasarkan analisis
awal hasil EQA. Kunjungan dilakukan untuk mengidentifikasi
kemungkinan
penyebab permasalahan praktik laboratorium dan untuk
memberikan
rekomendasi-rekomendasi tindakan korektif. Pengawasan dan bantuan
teknis
yang berkelanjutan diberikan kepada laboratorium-laboratorium
dengan kinerja
rendah untuk memastikan sistem pengelolaan mutu.
• Pada tanggal 3 April, WHO menyerahkan 1000 kotak dingin, yang
diperkirakan
bernilai sebesar US$313 000, kepada Kemenkes dan Badan Pengawas
Obat dan
Makanan (BPOM). Kotak-kotak dingin ini didistribusikan ke
laboratorium-laboratorium rujukan COVID-19 yang ada di seluruh
Indonesia dan
akan menjaga kondisi spesimen sebelum dites, terutama selama
dalam
pengiriman ke laboratorium-laboratorium.
• Kemenkes dan pengurus wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur, salah
satu
organisasi Islam besar di Indonesia, mengadakan vaksinasi massal
bagi sekitar
100 Ulama dan anggota Pengurus Wilayah Nahdlatul Utama (PWNU) Jawa
Timur
menggunakan vaksin AstraZeneca dari Fasilitas COVAX. Acara ini
diadakan di
Surabaya pada tanggal 23 Maret. Perwakilan WHO untuk
Indonesia,
Dr N. Paranietharan, dan Perwakilan United Nations Children’s Fund
(UNICEF)
untuk Indonesia, Debora Comini, menghadiri acara ini. Vaksin
COVID-19
AstraZeneca pertama kali diberikan kepada 50 pemimpin Muslim di
Jawa Timur
dalam sebuah kegiatan vaksinasi massal yang diadakan di Pendopo
Delta
Wibawa, Sidoarjo, pada tanggal 22 Maret dan dihadiri oleh Presiden
Joko Widodo.
BPOM mengeluarkan izin penggunaan darurat untuk vaksin
COVID-19
AstraZeneca pada tanggal 22 Februari1. Setelah penerbitan izin
penggunaan
darurat ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menerbitkan fatwa
tentang penggunaan
vaksin ini pada tanggal 16 Maret yang mengizinkan penggunaan
vaksin
AstraZeneca dalam situasi darurat dan mendorong umat Muslim
Indonesia untuk
divaksinasi.
1
https://nasional.kompas.com/read/2021/03/19/17085801/bpom-rilis-izin-darurat-penggunaan-vaksin-
astrazeneca-untuk-covid-19?page=all
VAKSINASI
Gambar 4: WHO menyerahkan 1000 kotak dingin senilai US$313 000,
kepada Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan,
pada tanggal 3 April 2021. Kredit: WHO
• WHO terus menerjemahkan kursus-kursus penting yang disusun bagi
para mitra
utama dan petugas tanggap garis depan ke dalam bahasa Indonesia,
yang juga
tersedia di platform OpenWHO. Per 12 April, 27 098 peserta telah
terdaftar di
delapan kursus OpenWHO yang tersedia dalam bahasa Indonesia.
No. Kursus OpenWHO Jumlah peserta terdaftar
1. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) untuk Virus COVID-19
8185
2. ePROTECT Infeksi Pernafasan 6662
3.
3803
4.
3410
6. Tatalaksana Klinis Infeksi Saluran Pernafasan Akut Berat
1293
7. Rancangan Fasilitas Pengobatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA) Berat 1267
8. Fasilitas perawatan jangka panjang dalam konteks COVID-19
1130
KOMUNIKASI RISIKO
Tabel 1: Jumlah peserta yang terdaftar di kursus OpenWHO yang telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, per 12 April 2021.
• Pada tanggal 8 Maret, WHO mendukung Kemenkes mengadakan
pertemuan
tentang pemetaan sumber daya untuk ketahanan kesehatan sebagai
bagian dari
implementasi Instruksi Presiden nomor 4 tahun 2019 tentang
‘Peningkatan
Kemampuan Dalam Mencegah, Mendeteksi, dan Merespons Wabah
Penyakit,
Pandemi Global, dan Kedaruratan Nuklir, Biologi, dan Kimia’. Lebih
dari 100
peserta menghadiri pertemuan ini, termasuk perwakilan dari
Kemenkes,
Sekretariat Kabinet, Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB),
Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), WHO, dan
pemangku-pemangku
kepentingan lain dari berbagai sektor. Pertemuan ini menyoroti
pentingnya
implementasi dan pemantauan Rencana Aksi Nasional Ketahanan
Kesehatan dan
prioritisasi untuk peningkatan kapasitas ketahanan kesehatan dalam
persiapan
dan respons yang lebih baik terhadap kedaruratan-kedaruratan
kesehatan
masyarakat.
tentang tindak lanjut Pelaporan Tahunan Swapenilaian Pihak-pihak
Negara
secara Elektronik (e-SPAR). Pertemuan ini dihadiri sekitar 20
peserta. Dalam
pertemuan ini, WHO memaparkan informasi terbaru tentang alat-alat
pemantauan
Regulasi Kesehatan Internasional (IHR), termasuk antara lain (i)
Alat Evaluasi
Eksternal Bersama (JEE tool), (ii) Alat e-SPAR, dan (iii) Kajian
Intra-Tindakan
(IAR) COVID-19. Pertemuan ini menyoroti pentingnya menerapkan
pelajaran-pelajaran yang dipetik dari IAR COVID-19 untuk
memperbaiki kapasitas-
kapasitas inti IHR.
• Pada tanggal 9 dan 10 Maret, perwakilan-perwakilan dari
pemerintah menghadiri
pertemuan konsultasi daring tentang JEE dan SPAR yang diadakan oleh
WHO.
Pertemuan ini melaporkan umpan balik dari sebuah survei yang
dijalankan
sebagai bagian dari e-SPAR 2021 Negara-Negara Anggota, yang
bertujuan untuk
mencatat pelajaran-pelajaran dari respons COVID-19.
• Pada tanggal 23 Maret, WHO memfasilitasi keikutsertaan
Kemenkes,
Kemendagri, dan Wakil Gubernur DKI Jakarta dalam ‘Pertemuan
Kelompok Kerja
Kesiapan Perkotaan WHO Kelima tentang Penilaian Risiko,
Identifikasi
Kesenjangan, dan Pembangunan Kapasitas’. Pertemuan ini merupakan
bagian
dari seri ‘Mendorong kesiapan kedaruratan kesehatan di kota-kota
dan daerah
perkotaan selama dan setelah COVID-19’, yang diadakan oleh WHO pada
bulan
Februari dan Maret 2021. Pertemuan ini dihadiri sekitar 30 peserta
dari
Negara-Negara Anggota WHO dan bertujuan untuk memberikan informasi
tentang
latihan simulasi COVID-19 di perkotaan dan tentang pelaksanaan
penilaian risiko
multi-bahaya untuk dijadikan masukan dalam penyusunan rencana dan
latihan
kesiapan kedaruratan perkotaan.
• Pada tanggal 25 Maret, WHO mendukung Kemenkes dalam menjalankan
sebuah
sesi daring pengkajian implementasi Kartu Kewaspadaan Kesehatan
Elektronik
(eHAC) di Jawa Timur dan memberikan latihan pengingat tentang
aplikasi eHAC.
Kajian ini menemukan bahwa tidak semua kabupaten/kota di Jawa Timur
memiliki
akses pada aplikasi pelacakan pelaku perjalanan ini. Selain itu,
jumlah pelaku
perjalanan yang telah mengisi eHAC masih rendah.
• Pada tanggal 27 Maret, WHO berpartisipasi dalam sebuah pertemuan
yang
diadakan oleh Kemenkes untuk membahas strategi dan rencana aksi
untuk
merespons lonjakan kasus COVID-19 pada komunitas-komunitas di
sekitar
perlintasan darat perbatasan antara provinsi Papua di Indonesia dan
Papua
Nugini. Beberapa rekomendasi tindakan untuk meningkatkan dan
memperkuat
respons di Papua diberikan, termasuk: (i) mobilisasi sumber daya
untuk
meningkatkan pengetesan dan menambah sumber daya manusia
untuk
pengetesan laboratorium; (ii) penguatan kegiatan pelacakan kontak
dengan cara
melibatkan berbagai pemangku kepentingan; dan (iii) percepatan
vaksinasi untuk
meningkatkan cakupan vaksin. Selain itu, pertemuan ini menyimpulkan
bahwa
kapasitas tempat tidur rumah sakit di provinsi Papua perlu
ditingkatkan sehingga
siap untuk menghadapi lonjakan kasus.
Gambar 5: Salah satu webinar dalam seri ‘Mendorong kesiapan
kedaruratan kesehatan di kota-kota dan daerah perkotaan selama dan
setelah COVID-19’ yang diadakan oleh WHO pada tanggal 23 Maret
2021. Kredit: WHO/Endang Wulandari
• WHO memberikan bantuan teknis kepada Kemenkes dalam penyusunan
rencana
kontingensi pandemi influenza nasional untuk memperkuat kapasitas
ketahanan
kesehatan Indonesia. Pertemuan-pertemuan konsultasi virtual yang
melibatkan
berbagai sektor diadakan pada tanggal 31 Maret dan 1 April dan
dihadiri oleh lebih
dari 85 peserta termasuk perwakilan dari BNPB, Kementerian
Pertanian,
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan,
dan
Tentara Nasional Indonesia. Selama pertemuan-pertemuan ini, WHO
menyoroti
pentingnya memasukkan rencana kontingensi sebagai bagian dari
siklus kesiapan
dan respons yang komprehensif.
• Pada tanggal 19 Maret, WHO mendukung Balitbangkes dalam
mengadakan
pelatihan virtual tentang surveilans sekuens genetik SARS-CoV-2,
yang dihadiri
oleh 80 peserta dari jejaring laboratorium surveilans genom di
Indonesia. WHO
memaparkan varian-varian yang mengkhawatirkan (variants of
concern)
SARS-CoV-2 dan menjelaskan dampak varian-varian tersebut pada
epidemiologi
COVID-19, netralisasi antibodi, tingkat keparahan penyakit, dan
kematian serta
efektivitas alat-alat diagnostik dan vaksin yang tersedia. Selain
itu, WHO
menjelaskan definisi kerja varian yang menjadi perhatian (variants
of interest) dan
varian yang mengkhawatirkan. WHO Weekly Epidemiological Update -
25
February 2021.
Gambar 6: WHO mendukung Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
dalam mengadakan pelatihan virtual tentang surveilans sekuens
genetik SARS-CoV-2, pada tanggal 19 Maret 2021. Kredit: WHO/Tina
Kusumaningrum
• Pada tanggal 30 Maret, WHO menyampaikan presentasi
‘Penyakit-penyakit Baru
(Emerging) yang Berdampak pada Kesehatan Global dan
Tantangan-tantangan
Masa Depan Sistem Kesehatan’ dalam sebuah kuliah daring yang
dibawakan oleh
Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Sekitar 165 mahasiswa
kedokteran
dari UGM mengikuti sesi ini. WHO menyoroti COVID-19 dan
penyakit-penyakit
infeksius baru (EID) lain serta kapasitas-kapasitas inti IHR dan
rencana respons
strategis COVID-19.
Nasional Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) dalam
mengadakan
‘Pelatihan Nasional Pelatih PPI untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan
di
Indonesia’. Tujuan pelatihan ini adalah meningkatkan kapasitas dan
pengetahuan
PPI staf fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan untuk menjalankan
delapan
komponen inti PPI2. Pelatihan ini dilakukan dalam dua gelombang,
dari tanggal 6
hingga 9 April 2021. Sekitar 120 peserta dari rumah sakit-rumah
sakit rujukan
(termasuk dokter dan perawat), Kelompok Kerja Nasional PPI, dan
Kemenkes
mengikuti pelatihan ini. WHO menyoroti bahwa pencegahan bahaya pada
pasien,
tenaga kesehatan, dan pengunjung akibat infeksi di fasilitas
pelayanan kesehatan
bersifat fundamental dalam mencapai pelayanan yang berkualitas,
keamanan
pasien, ketahanan kesehatan, dan penurunan infeksi terkait
pelayanan kesehatan
dan resistansi antimikroba.
2 Menurut WHO Guidelines on Core Components of Infection Prevention
and Control Programmes at the National and Acute Health Care
Facility Level, delapan komponen inti PPI adalah (i) Program PPI,
(ii) Pedoman PPI tingkat nasional dan fasilitas, (iii) Pendidikan
dan pelatihan PPI, (iv) Surveilans infeksi terkait pelayanan
kesehatan, (v) Strategi multimoda untuk implementasi
kegiatan-kegiatan PPI, (vi) Monitoring, evaluasi, dan umpan balik
PPI, (vii) Beban kerja, staf, dan keterpakaian tempat tidur di
tingkat fasilitas, dan (viii) Lingkungan terbangun, material, dan
peralatan untuk PPI di tingkat fasilitas..
Gambar 7: WHO menyampaikan presentasi ‘Penyakit-penyakit Baru
(Emerging) yang Berdampak pada Kesehatan Global dan
Tantangan-tantangan Masa Depan Sistem Kesehatan’ dalam sebuah
kuliah daring yang diadakan oleh Universitas Gadjah Mada, pada
tanggal 30 Maret 2021. Kredit: WHO/Endang Wulandari
WHO memberikan dukungan teknis kepada pemerintah untuk berbagai
layanan
kesehatan esensial dalam mempertahankan keberlanjutannya selama
pandemi ini.
Surveilans vektor nyamuk (informasi lebih lanjut dapat dilihat di
WHO Situation
Report 47)
• Implementasi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Indonesia
pada awal
pandemi menjadi salah satu faktor dalam terganggunya
kegiatan-kegiatan
surveilans vektor demam berdarah dan malaria di sebagian besar
daerah.
Gangguan surveilans vektor dan penyelidikan malaria berbasis kasus
merupakan
salah satu penyebab menurunnya dan tertundanya pelaporan dan
dampak
lanjutannya pada efektivitas sistem peringatan kejadian luar biasa
(KLB). Pada
tahun 2020, KLB malaria yang berkepanjangan dilaporkan terjadi di
Kabupaten
Rokan Ilir, Riau, dan lonjakan kembali malaria dilaporkan terjadi
di Kabupaten
Bintan, Kepulauan Riau.
WHO mendukung Kemenkes dalam menjalankan pelatihan Sistem
Informasi
Surveilans Vektor (SILANTOR) untuk Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur,
dan
Jawa Barat, antara tanggal 25 September dan 16 Desember 2020.
Sejumlah 1107
anggota staf puskesmas dan dinas kesehatan kabupaten/kota mendapat
pelatihan
surveilans vektor dan aplikasi SILANTOR.
KEBERLANJUTAN LAYANAN KESEHATAN ESENSIAL
Gambar 8: WHO memaparkan ‘Komponen Inti PPI 2: Pedoman’ dalam
‘Pelatihan Nasional Pelatih PPI untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan
di Indonesia’, yang diadakan oleh WHO dari tanggal 6 hingga 9 April
2021. Kredit: WHO
Tuberkulosis (TB) (informasi lebih lanjut dapat dilihat di WHO
Situation Report 49)
• WHO mengadakan acara untuk memperingati Hari TB Sedunia pada
tanggal 24
Maret. Menteri Kesehatan menyampaikan sebuah pidato yang
menekankan
komitmen Indonesia untuk eliminasi TB pada tahun 2030. Sejalan
dengan gerakan
bersama memberantas TB yang dideklarasikan oleh Presiden Joko
Widodo pada
tahun 2020, Indonesia menargetkan penurunan insidensi TB menjadi
219 per 100
000 dan kematian TB menjadi 27 per 100 000 penduduk pada tahun
2024. Pada
hari yang sama, Program Nasional Penanggulangan TB meluncurkan
aplikasi
baru yang bernama “Dashboard TB Indonesia”. Aplikasi ini bertujuan
untuk
memberikan sebuah platform bagi para pejabat kesehatan dan
pemangku
kepentingan untuk dapat memantau dengan mudah dan cepat
pencapaian-pencapaian program berdasarkan indikator-indikator
relevan sesuai
indikator-indikator Program Penanggulangan TB Nasional dan Laporan
TB Global.
Gambar 9: Infografik dari kampanye Hari Tuberkulosis Sedunia 2021
dengan tema global “Jam Terus Berdetik”, Mei 2021. Kredit:
WHO
Kursus COVID-19 daring WHO:
• Tatalaksana COVID-19 di fasilitas perawatan jangka panjang
• Pedoman rencana operasional dan COVID-19
• Tatalaksana klinis infeksi saluran pernafasan akut berat
• eProtect – Kesehatan dan keselamatan penyakit saluran pernapasan
Panduan WHO:
• WHO COVID-19 infection prevention and control (IPC) pillar -
achievements. February 2020 - January 2021 (meeting report
draft)
• Therapeutics and COVID-19: living guideline
Infografik:
• Bagaimana cara vaksin dikembangkan?
• Time to abide (1-10)
CUPLIKAN KURSUS DAN MATERI INFORMASI WHO